Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

19
MADIHIN (Kesenian Daerah Kalimantan Selatan ) Oleh Yosep Nurdjaman Alamsyah Lagu Banjar Lagu Banjar adalah lagu-lagu berasal dari daerah Banjar. Menurut seniman yang sekaligus sebagai pencipta lagu-lagu Banjar yaitu H. Anang Ardiansyah (72 tahun) dilihat daerah perkembangannya pantun berirama khas Banjar di Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 yaitu pantun yang berkembang di tepian sungai, pantun yang berkembang di daratan dan pantun yang berkembang di pesisir pantai. Jenis-jenis pantun (lagu) tersebut antara lain : 1. Pantun Rantauan yaitu lagu-lagu yang berkembang di sepanjang tepian sungai khususnya di daerah Banjar Kuala. Ciri-ciri lagu ini beralun-alun dan bergelombang-gelombang seperti gelombang sungai dan seperti orang yang meratapi nasib. Perbedaan lagu Rantauan dengan lagu Pasisiran, misalnya pada lagu Rantauan mangancang meratapi nasib (melengking 1

Transcript of Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Page 1: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

MADIHIN

(Kesenian Daerah Kalimantan Selatan)

Oleh Yosep Nurdjaman Alamsyah

Lagu Banjar

Lagu Banjar adalah lagu-lagu berasal dari daerah Banjar. Menurut seniman

yang sekaligus sebagai pencipta lagu-lagu Banjar yaitu H. Anang Ardiansyah

(72 tahun) dilihat daerah perkembangannya pantun berirama khas Banjar di

Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 yaitu pantun yang berkembang di tepian

sungai, pantun yang berkembang di daratan dan pantun yang berkembang di

pesisir pantai.

Jenis-jenis pantun (lagu) tersebut antara lain :

1. Pantun Rantauan yaitu lagu-lagu yang berkembang di sepanjang tepian

sungai khususnya di daerah Banjar Kuala. Ciri-ciri lagu ini beralun-alun

dan bergelombang-gelombang seperti gelombang sungai dan seperti orang

yang meratapi nasib. Perbedaan lagu Rantauan dengan lagu Pasisiran,

misalnya pada lagu Rantauan mangancang meratapi nasib (melengking

tinggi sambil meratapi nasib), sedangkan lagu Pasisiran mangancang tapi

ba-arti (melengking tinggi memiliki tujuan tertentu);

2. Pantun Pandahan yaitu lagu-lagu Japin yang berasal dari Hulu Sungai

(Banjar Hulu) yaitu dari Kota Rantau sampai Tanjung. Lagu ini disebut

juga Lagu Tirik, karena dinyanyikan ketika urang ma-irik banih (orang

yang sedang memisahkan bulir-bulir padi dengan tangkainya dengan cara

diinjak-injak ketika panen). Lagu ini dinyanyikan sambil baturai

(bersahut-sahutan, berbalas), dimana kata akhir sebuah bait dipakai lagi

1

Page 2: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

menjadi awal bait yang selanjutnya, contohnya lagu Paris Barantai

ciptaan H. Anang Ardiansyah; dan

3. Pantun Pasisiran yaitu lagu yang berkembang di daerah pesisiran Kota

Baru (Sigam), yang dinyanyikan melengking-lengking dengan nada tinggi

(karena ada sedikit pengaruh Bugis). Contohnya, lagu Japin Sigam yang

mengiringi tari Japin Sigam. Lagu yang bernuansa pasisiran lainnya yaitu

lagu Intan Marikit ciptaan Agit Kursani.

Ketiga jenis tersebut di atas merupakan jenis lagu-lagu Musik Panting. Pada

Musik Panting yang asli di daerah Banjar dipakai tiga jenis alat musik saja yaitu

alat musik petik panting (sejenis gambus/karungut/tingkilan), babun (gendang)

dan agung (gong). Di daerah rantauan yang berbau Arab-Indonesia ditambahan

alat musik kaprak, dan ada pula yang menambahkan tamborin. Lagu Pandahan di

Hulu Sungai menggunakan babun (gendang), juga terdapat rebab dan terbang.

Penambahan babun yang bunyinya menghentak-hentak sangat sesuai karena

sering dipakai sebagai pengiring ba-kuntau (silat). Sedangkan Lagu Pasisiran

ditambahkan tamborin dan biola (pengaruh Arab), karena fungsinya sebagai

pengiring tarian Japin (Zafin) dengan hentakan kaki yang khas (kapincalan). Dari

sinilah adanya unsur biola pada musik panting.

Sebagai pungkala yang di dalamnya terdapat pola dan bentuk dalam

mengambil penciptaan, jenis lagu Banjar terdiri dari 3 macam cengkok:

1. Dundam yaitu lagu-lagu pada kesenian dundam, biasanya lagu ini

suasananya agak sedih, seperti orang manggarunum (bergumam) tetapi

dinyanyikan, misalnya menyanyikan lagu ketika mengayun anak dalam

ayunan (menidurkan). Jenis ini juga dipakai sebagai nyanyian yang

bercerita sejarah seperti kisah Putri Junjung Buih yang menyayat hati.

Contoh irama dundam adalah lagu Tatangis ciptaan Hamiedan AC.

2. Madihin yaitu lagu-lagu pada kesenian madihin. Contoh lagu irama

madihin adalah lagu Dayuhan wan Intingan ciptaan H. Anang Ardiansyah

3. Lamut yaitu lagu-lagu pada kesenian ba-lamut.

2

Page 3: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Lagu Ampar-Ampar Pisang ciptaan Thamrin, tapi dirilis oleh Hamiedan AC

dan lagu Paris Barantai ciptaan H. Anang Ardiansyah merupakan dua lagu yang

menjadi kiblat dalam mencipta lagu daerah Banjar. Hal ini karena kedua lagu

inilah yang pertama kali direkam dan dikenal banyak orang.

Daerah Kalimantan Selatan yang dijuluki kota seribu sungai memiliki

berbagai macam budaya kesenian daerah. Tradisi kebudayaan ini diwarisi secara

turun menurun oleh para masyarakat tersebut. Kesenian daerah Kalimantan

Selatan ini salah satunya adalah Madihin.

3

Page 4: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Madihin

Gambar 1Situasi jenis kesenian Madihin ketika sedang pentas

(sumber: www.google.com)

Madihin berasal dari kata madah dalam bahasa Arab artinya nasihat, tapi

bisa juga berarti pujian. Puisi rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di

kalangan etnis Banjar di Kalimantan Selatan saja. Sehubungan dengan itu, definisi

Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya

dari khasanah di luar dongeng (folklore) Banjar.

Jadi pada dasarnya Madihin bisa dirumuskan sebagai berikut: Puisi rakyat

anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar

dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang

berlaku secara khusus dalam khasanah dongeng (folklore) Banjar di Kalimantan

Selatan.

4

Page 5: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

I. Bentuk Fisik

Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap

barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Semua baris dalam setiap

baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya

dalam pantun Banjar) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis.

Contoh teks lagunya adalah sebagai berikut:

Dengan bismillah permulaan warkat

Diambil kertas kalam diangkat

Pena dan tinta jadi serikat

Menyampaikan hakikat dengan hasrat

Pena menyelam dawat menyambut

Terbentang kertas putih umbut

Kalam menari kata disebut

Jejak terbentang sebagai rambut

Awal mulanya surat direka

Kenangan menyerang tidak berjangka

Siang malam segenap ketika

Wajah tuan rasa di muka

Surat inilah pengganti diri

Datang menjelang muda bestari

Duduk berbincang berperi-peri

Melepas rindu hati sanubari

(Karya Sabaruddin Ahmad)

5

Page 6: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Madihin merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang

bertipe hiburan. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan

(tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin

(bahasa Banjar Pamadihinan). Penuturan Madihin (bahasa Banjar : Bamadihinan)

sudah ada sejak masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Banjar pada tahun

1526.

Adapun instrumen yang dipergunakan oleh seorang pamadihinan yakni alat

yang bernama ‘rebana’. Rebana adalah sebuat alat musik yang terbuat dari kayu,

yang dibentuk bulat yang bagian atas dan bawahnya dibuat bolong yang dibentuk

seperti elips. Jarak antara lubang atas dan bawahnya sekitar 20cm sampai 30cm.

Lubang bagian atas ditutup dengan kulit yang terbuat dari Kulit Sapi atau Kulit

Kerbau. Kemudian lubang bagian bawah sekelilingnya dipasangkan mambu tali,

yang fungsinya untuk pelarasan dari rebana tersebut. Setelah lubang bagian

bawahnya dipasang bambu tali, maka selanjutnya adalah menarik bagian atas

dengan bawah dengan menggunakan kulit yang sudah dipotong-poyong panjang.

Kira-kira panjangnya sekitar 20cm sampai 30cm sesuai dengan jarak antara

lubang atas dan lubang bawah.

Biasanya seluruh bagian badan rebana diberikan warna sesuai dengan

keinginan, kemudian di ujung sekeliling kulit diberi hiasan supaya bentuk dari

rebana tersebut lebih menarik untuk dilihat. Kira-kira bentuk rebananya sebagai

berikut:

Gambar 2

Rebana yang digunakan oleh (pamadihinan).

(Sumber: www.google.com)

6

Page 7: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

II. Sejarah Madihin

Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para

pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan

supranatural yang disebut pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh

gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datu

Madihin.

Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat

atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan

pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan

kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif

(mumpuni). Faktor pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di

Kalimantan Selatan dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena pulung

hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara

genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).

Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul pulung diyakini sebagai

seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, alam

pantheon yang tidak kasat mata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam

konsep kosmologi tradisonal etnis Banjar di Kalimantan Selatan. Datu Madihin

diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal

keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalimantan Selatan.

Menurut cerita orang dahulu, pulung harus diperbarui setiap tahun sekali.

Jika tidak, tuah magisnya akan hilang tidak berbekas. Proses pembaruan pulung

dilakukan dalam sebuah ritual adat yang disebut Aruh Madihin. Aruh Madihin

dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Datu Madihin diundang

dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan, gula

kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh. Jika Datu Madihin

berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan

kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang

bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib

7

Page 8: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

oleh Datu Madihin yang menyurupinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan

yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis

semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah

dicabut oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang

bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan

Madihin.

Dalam teks lagu madihin, karena syair yang digunakan dalam teks lagu

tersebut tersebut disajikan secara musikal, maka ada beberapa ciri penting pantun

yang menarik perhatian peneliti dalam teks lagu madihin, yaitu:

1. Pantun biasanya disajikan berulang-ulang mengikuti ulangan-ulangan

melodi;

2. Walaupun prinsipnya teks lagu madihin menggunakan pantun, namun

pantun ini tidak sembarangan dimasukkan dalam teks lagunya. Hal ini

disebabkan sudah ada melodi yang khusus dipergunakan untuk teks yang

menjadi ciri utama lagu-lagu tersebut. Pada bagian ini pantun tak boleh

masuk;

3. Syair dalam teks lagu madihin juga selalu dapat diulur atau dipadatkan

sesuai dengan kebutuhan melodi musik yang dimasukinya;

4. Syair dalam teks lagu madihin juga dapat disisipi oleh kata-kata interyeksi

seperti: ala sayang, sayang, hai, ala hai, abang, bang, dan lainlainnya,

5. Di tempat-tempat awal, tengah, atau akhir baris; dan

6. Selain itu, dalam satu baris tidak harus mutlak terdiri dari empat kata atau

sepuluh suku kata, tetapi bisa lebih melebar dari ketentuan pantun secara

umum. Hal ini memungkinkan terjadi, karena tekstersebut disampaikan

secara melodis (prosodi). Misalnya untuk memperpanjang beat,dapat

dipergunakan dengan teknik melismatik. Sebaliknya, teknik silabik

dipergunakan untuk durasi yang relatif pendek. Keadaan yang lebih elastis

seperti ini terjadi pada keseluruhan teks lagu madihin yang berdasarkan

kepada pantun.

8

Page 9: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Elastisitas syair pada teks lagu madihin, umpamanya, terjadi pada

persajakan yang bebas dan tidak terikat pada pola persajakan. Hal ini dapat

disimak pada syair pembuka yang diiringi tabuhan tarbang pada acara hiburan di

sebuah acara pesta perkawinan. Pada pembuka acara adat perkawinan Banjar

tersebut biasanya terdapat syair untuk membuka acara seperti syair di bawah ini.

balimbing matang diulah Pancuk

anak Saluang cucuki akan

Para tetamu, nan hadir datang

Silahkan masuk di taratak nan kami sadiakan.

belimbing masak dipucuk pohon

anak-anak dan cucu-cucu yang akan datang

serta para undangan yang sudah datang

silahkan masuk di taratak yang kami sediakan

Dengan berkembangnya jaman, bentuk musikalitas madihin sudah tidak

orsinil lagi. Yang berkembang saat ini, bentuk musikalitas madihin sudah menuju

ke arah musik pop. Dengan ornamentasi komposisi musikalnya lebih kekinian,

disesuaikan dengan peminat masyarakat pada umumnya.

Dengan berkembangnya musik madihin ini, wilayah minat konsumen

masyarakat terhadap jenis kesenian madihin ini lebih luas, tidak hanya dibatasi

oleh orang-orang kalangan tertentu saja. Dengan semakin bertambahnya peminat

kesenian madihin ini, maka semakin jauh dari kepunahan yang diakibatkan oleh

persaingan ketat dengan jenis musik yang lebih pepoler dan bersifat instan.

III. Status Sosial dan Sistem Mata Pencaharian Pamadihinan

Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam

hiburan rakyat (bahasa Banjar Bakarasmin) yang digelar dalam rangka

memperintai hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye

9

Page 10: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar

malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara

tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar).

Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut

Pamadihinan. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja

mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara

berkelompok.

Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh

seorang Pamadihinan, yakni :

1. Terampil dalam hal mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk

fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipe;

2. Terampil dalam hal mengolah tema dan amanat (bentuk mental) Madihin

yang dituturkannya;

3. Terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan

(tanpa teks) di depan publik;

4. Terampil dalam hal mengolah lagu ketika menuturkan Madihin;

5. Terampil dalam hal mengolah musik penggiring penuturan Madihin

(menabuh gendang Madihin); dan

6. Terampil dalam hal mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan

Madihin di depan publik.

Tradisi pamadihinan masih tetap lestari hingga sekarang ini. Selain

dipertunjukkan secara langsung di hadapan publik, Madihin juga disiarkan

melalui stasiun radio swasta yang ada di berbagai kota besar di Kalimantan

Selatan. Hampir semua stasiun radio swasta menyiarkan Madihin satu kali dalam

seminggu, bahkan ada yang setiap hari. Situasinya menjadi semakin bertambah

semarak saja, karena dalam satu tahun diselenggarakan beberapa kali lomba

Madihin di tingkat kota, kabupaten, dan provinsi dengan hadiah uang bernilai

jutaan rupiah.

10

Page 11: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Di jaman dulu, ketika etnis Banjar di Kalimantan Selatan masih belum

begitu akrab dengan sistem ekonomi uang, imbalan jasa bagi seorang

Pamadihinan diberikan dalam bentuk natura (bahasa Banjar : Pinduduk).

Pinduduk terdiri dari sebilah jarum dan segumpal benang, selain itu juga berupa

barang-barang hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.

Para Pamadihinan yang menekuni pekerjaan ini secara profesional dapat

hidup mapan. Permintaan untuk tampil di depan publik relatif tinggi frekwensinya

dan honor yang mereka terima dari para penanggap cukup besar, yakni antara 500

ribu sampai 1 juta rupiah. Beberapa orang diantaranya bahkan mendapat rezeki

nomplok yang cukup besar karena ada sejumlah perusahaan kaset, VCD, dan

DVD di kota Banjarmasin yang tertarik untuk menerbitkan rekaman Madihin

mereka. Hasil penjualan kaset, VCD, dan DVD tersebut ternyata sangatlah besar.

Salah satu tokoh pamahidinan yang sangat populer di

Banjar, yaitu bernama John Tralala. John Tralala yang

bernama asli Yusran Effendi merupakan artis/pelawak

sekaligus penyanyi daerah Kota Banjarmasin, Propinsi

Kalimantan Selatan yang telah menyanyikan lagu-lagu

Banjar dengan irama pop. Pelawak kelahiran Kecamatan

Lampihong Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, juga

menguasai kesenian madihin. Lagu-lagu yang telah

dipopulerkan oleh John Tralala antara lain: Gambar 3 (John Tralala)

Imah Galapung;

Manimang Bulan;

Buruk Sikuan;

Kisah Palui;

Utuh Cobek Awan;

Andeca Andeci; dan banyak lagi lagu yang lainnya.

11

Page 12: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

Gambar 4John Tralala ‘kiri’, dan anaknya ‘kanan’

ketika sedang mengisi acara di sebuah acara pernikahan (sumber: www.google.com)

Gambar 5 John Tralala ‘kanan’, dan partnernya ‘kiri’

Ketika sedang mengisi di sebuah acara instansi (Sumber: www.google.com)

12

Page 14: Kesenian Daerah Kalimantan Selatan

14