kesehatan keselamatan kerja
-
Upload
andre-parmonangan-panjaitan -
Category
Documents
-
view
75 -
download
6
description
Transcript of kesehatan keselamatan kerja
1
PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) DALAM KEGIATAN PENEBANGAN POHON
MELALUI DESAIN SARUNG TANGAN
UNTUK OPERATOR CHAINSAW
MUHIBUDIN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
2
PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) DALAM KEGIATAN PENEBANGAN POHON
MELALUI DESAIN SARUNG TANGAN
UNTUK OPERATOR CHAINSAW
MUHIBUDIN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
3
RINGKASAN
MUHIBUDIN. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Kegiatan Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator
Chainsaw. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.
Pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan berbahaya dan
memiliki risiko kecelakaan yang tinggi. Pekerja hutan yang memiliki beban kerja
paling berat di bidang kehutanan adalah operator chainsaw. Salah satu faktor yang
menyebabkannya adalah getaran, baik getaran akustik (kebisingan) maupun
getaran mekanik yang berasal dari mesin gergaji (chainsaw). Gejala atau efek
yang ditimbulkan dari getaran tersebut dapat mengakibatkan penyakit akibat
kerja. Untuk itu pengendalian getaran menjadi sangat penting untuk melindungi
operator chainsaw. Salah satu bentuk upaya dalam pengendalian getaran adalah
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan. Kenyataannya, di
lapangan masih banyak operator chainsaw yang enggan menggunakan APD.
Salah satu faktor operator chainsaw enggan menggunakan sarung tangan adalah
desain yang ada saat ini tidak sesuai atau belum nyaman. Oleh karena itu,
pembuatan desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw
sangat penting dilakukan sebagai solusi dari masalah yang ada saat ini.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengujian sarung
tangan, dan wawancara dengan kuesioner tertutup untuk mengetahui persepsi
responden terhadap sarung tangan yang di uji. Informasi yang diperoleh dalam
wawancara dijadikan dasar dalam pembuatan atau penyempurnaan desain sarung
tangan alternatif. Untuk mengetahui efektifitas kenyamanan dari sarung tangan
tersebut secara statistik digunakan uji non parametrik dengan metode Kruskal-
Wallis.
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa pada kelompok operator
chainsaw, perbandingan antara desain sarung tangan alternatif dengan sarung
tangan konvesional terdapat perbedaan. Namun, menurut persepsi dari pihak
lainnya bahwa sarung tangan konvesional dengan desain sarung tangan alternatif
memiliki nilai yang sama. Hal ini disebabkan setiap sarung tangan memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Berdasarkan hasil pengukuran getaran terhadap perlakuan penggunaan
sarung tangan dan tanpa sarung tangan. Sarung tangan terbukti dapat meredam
getaran, perbedaan besarnya nilai getaran yang bisa diredam tergantung dari jenis
bahan sarung tangan yang digunakan.
Berkaitan dengan sarung tangan, maka terdapat empat hal penting dalam
penelitian ini untuk membuat sarung tangan, yaitu: desain bentuk, pemilihan
bahan, pemilihan warna, dan sertifikasi produk.
Kata Kunci: APD, Chainsaw, Getaran, Sarung Tangan
4
SUMMARY
MUHIBUDIN. Safety Protection and Occupational Health (K3) in Tree Felling
with Glove Designs for Chainsaw Operators. Supervised by EFI YULIATI YOVI.
Certain employment in forestry may be exposed to unexpected danger and
high risk of accident. Forest workers who have the haviest workload in forestry
are chainsaw operators since they have to deal with vibrations, both acoustic and
mechanical, that come from a chainsaw. Needles to say, the vibration can result in
occupational diseases. Keeping this in mind, the vibration control becomes very
important to protect chainsaw operators. One of the effort to control the vibration
is by using Personal Protection Equipment (PPE) such as gloves, regardless of the
fact that in the field a lot of chainsaw operators are still reluctant to use PPE. For
one thing, it is simply because they do not feel comfortable with the existing
designs. Therefore, the creation of alternative designs of ergonomic gloves for
chainsaw operators is indispensible as the solution to the present problem.
The data collection methods used were test on gloves, and interviews with
closed questionnaires to determine the respondents’ perception of the gloves
tested. The information obtained in the interviews was used as the basis in the
improvement of the manufacture or design of alternative gloves. To determine the
effectiveness of the comfort of the gloves, non parametric tests with Kruskal-
Wallis method were statistically used.
Kruskal-Wallis test results indicated that for the group of chainsaw
operators a comparison between gloves with an alternative design and
conventional gloves showed a difference. However, according to the perception of
some people, the two kinds of gloves did not show a significant difference. This is
due to each pair of the gloves has its own advantages and disadvantages.
Based on the measurement of vibrations to treatment with or without the
use of gloves, gloves proved to be able to reduce vibrations, and the difference in
the vibration values could be mitigated, depending on the type of materials used.
In connection with the gloves, there are four important things to
considered in this study, namely: shape design, material selection, color selection,
and product certification.
Keywords: PPE, Chainsaw, Vibration, Gloves
5
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Kegiatan Penebangan Pohon
melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator Chainsaw” adalah benar-benar
hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2012
Muhibudin
6
Judul Penelitian : Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Kegiatan Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan
untuk Operator Chainsaw
Nama : Muhibudin
NIM : E14080076
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc
NIP 19740724 199903 2 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Manajemen Hutan,
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
NIP 19630401 199403 1 001
Tanggal:
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Kegiatan
Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator Chainsaw”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di RPH Maribaya
dan RPH Tenjo, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten.
Skripsi ini dapat terwujud karena adanya dukungan dan bantuan dari
banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan
semoga Allah SWT memberikan berkah yang melimpah.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, November 2012
Muhibudin
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, pada tanggal 09 September 1990 sebagai anak ke
empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Maman Abdul Malik, S.P.di dan
Ibu Yayah. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas Taman Islam Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Setelah menempuh Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun,
penulis akhirnya masuk sebagai mahasiswa Manajemen Hutan, Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama masa perkuliahan penulis menempuh bantuan beasiswa BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional) pada tingkat TPB dan memperoleh beasiswa BBM
pada tingkat akhir. Selain itu penulis pun aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan kampus yaitu sebagai Staf DRT DKM Ibaadurahman FAHUTAN
IPB (2009-2010), Staf DRT Asrama Sylvasari IPB (2009-2010), Staf Kelompok
Studi Perencanaan FMSC (2011-2012), dan menjadi sekretaris umum DKM
Ibaadurahman Fahutan IPB (2011-2012).
Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
daerah Baturaden-Cilacap pada tahun 2010, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi pada tahun 2011. Praktik Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT ARFAK INDRA Fak-fak Papua Barat pada
tahun 2012. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan survey IHMB di PT
Sumatra Sylvalestari daerah Tapanuli Selatan Sumatra Utara pada tahun 2010.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Kegiatan Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator
Chainsaw” di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
dibimbing oleh Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc.
9
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik
secara moral maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak terutama Ayahanda Maman Abdul Malik, S.P.di dan Ibu Yayah serta ketiga
saudara Neni Nurmayasari, S.Farm, Apt, Mohamad Iqbal, dan Ahmad Khoeroni
yang selalu memberikan do’a, motivasi dan nasihatnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc sebagai dosen pembimbing
sekaligus sebagai orang tua di bidang akademik atas bimbingan, ide, saran,
nasihat, dan ilmu yang telah diberikan.
2. Keluarga Besar Asrama Sylvasari atas bantuan, semangat, dan do’a yang telah
diberikan oleh kakanda dan adinda di Sylvasari terutama untuk Usmawan 45:
Didin Saepudin, Ali Sarton, Solekhuddin, Ahmad Shofiyullah Zain, Agung
Fadillah, Agum Gunawan Supangkat, Charis Wibowo, M. Sugeng, Ade
Supriatna, dan Hendra J.A.
3. Keluarga Besar Asrama Sylvapinus atas kekeluargaan, motivasi dan tempat
yang kondusif dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
4. Teman-teman MNH IPB angkatan 45 atas kebersamaan, kepedulian,
kekeluargaan dan do’a yang telah diberikan terkhusus untuk Hesti, Tira,
Penta, Rully, Willi, dan Wiwi yang telah banyak membantu dalam penelitian.
5. Teman satu bimbingan (Widya Prajawati, Yulifa Devi Dwijayanti, Reza
Ahda) atas kerjasama dan motivasi selama bimbingan.
6. Teman satu PKL (Anggi Hapsari, Siti Hanafiah Hegemur) atas bantuannya
mengumpulkan informasi awal penelitian saat kegiatan studi lapang.
7. H. Didin Hafiduddin selaku ketua umum BAZNAS atas dukungannya
terutama dalam bentuk beasiswa yang telah diberikan kepada penulis.
8. Pihak lainnya yang tidak disebutkan satu-persatu namun telah membantu dan
memberikan do’anya untuk kelancaran penyelesaian karya ilmiah ini.
JAZAKALLAH KHAIRAN KATSIRAN
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................. 3
2.2 Ergonomi ...................................................................................... 3
2.3 Pengaruh Warna dalam Performansi Kerja .................................... 4
2.4 Chainsaw ....................................................................................... 4
2.5 Getaran .......................................................................................... 5
2.6 NAB Getaran Lengan dan Tangan ................................................. 6
2.7 Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................ 6
2.8 Sarung Tangan .............................................................................. 7
2.9 Metode Non parametrik dalam Statistika ....................................... 7
2.10 Profil Badan Standardisasi Nasional ............................................. 10
2.11 Standar Nasional Indonesia (SNI) ................................................. 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 14
3.3 Kerangka Penelitian....................................................................... 14
3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................ 15
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Letak dan Luas Areal ..................................................................... 21
4.2 Topografi dan Iklim ....................................................................... 21
ii
4.3 Geologi ......................................................................................... 22
4.4 Daerah Aliran Sungai .................................................................... 22
4.5 Kondisi Sumberdaya Hutan ........................................................... 23
4.6 Kondisi Sosial ............................................................................... 24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Responden Terhadap Ketiga Sarung Tangan .................. 25
5.2 Hasil Uji Kruskal-Wallis ............................................................... 27
5.3 Fungsi Sarung Tangan sebagai Pereduksi Getaran ......................... 28
5.4 Modifikasi Desain Sarung Tangan Alternatif ................................. 29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 32
6.2 Saran ............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 35
iii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan ................ 6
2 Skema keempat tipe skala pengukuran ....................................................... 8
3 Contoh metode statistika parametrik dan non parametrik dalam pengujian
hipotesis statistika ...................................................................................... 9
4 Persyaratan mutu sarung tangan karet ........................................................ 11
5 Persyaratan mutu bahan kulit sapi untuk sarung tangan .............................. 12
6 Persyaratan ukuran sarung tangan .............................................................. 13
7 Persyaratan mutu pengerjaan ...................................................................... 13
8 Sebaran jenis tanah dan batuan pembentuk tanah kawasan hutan KP
Acacia mangium ........................................................................................ 22
9 Pembagian wilayah KP Acacia mangium berdasarkan aliran DAS ............. 23
10 Rekapitulasi luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Bogor berdasarkan
wilayah administratif pemerintahan Tahun 2010 ........................................ 23
11 Luas fungsi kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan wilayah
administratif pemerintahan Tahun 2010 ................................................ 24
12 Penilaian operator chainsaw ....................................................................... 25
13 Penilaian non-operator chainsaw ................................................................ 26
14 Ranking sarung tangan pada operator chainsaw ......................................... 27
15 Ranking sarung tangan pada non-operator chainsaw .................................. 28
16 Hasil pengukuran getaran pada berbagai macam perlakuan ........................ 29
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Sarung tangan (ST) krisbow KW10-340 ...................................................... 16
2 Sarung tangan (ST) krisbow KW10-240 ...................................................... 16
3 Percobaan sarung tangan di lapangan........................................................... 16
4 a) Desain sarung tangan alternatif (tampak depan) ....................................... 17
b) Desain sarung tangan alternatif (tampak belakang) .................................. 17
5 Realisasi desain sarung tangan alternatif ...................................................... 18
6 a) Modifikasi desain sarung tangan alternatif (tampak depan) ...................... 30
b) Modifikasi desain sarung tangan alternatif (tampak belakang) ................. 30
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1 Kuesioner persepsi pekerja terhadap penggunaan APD ............................. 36
2 Kuesioner persepsi pengguna chainsaw terhadap sarung tangan ................. 37
3 Hasil uji Kruskal-Wallis ............................................................................. 38
4 Grafik penilaian operator chainsaw terhadap sarung tangan ...................... 40
5 Grafik penilaian non-operator chainsaw terhadap sarung tangan ............... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yovi (2007) mengemukakan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan
merupakan jenis pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti
lingkungan kerja yang sulit, pekerjaan fisik yang berat (melebihi kapasitas kerja
pekerja hutan), dan risiko kecelakaan yang tinggi. Pekerja hutan yang memiliki
beban kerja paling berat (Yovi et al. 2005) di bidang kehutanan adalah operator
chainsaw. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah getaran, baik getaran
akustik (kebisingan) maupun getaran mekanik yang berasal dari mesin gergaji
(chainsaw). Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia (Kep. No 49/MEN-LH/1996). Gejala atau efek yang
ditimbulkan dari getaran tersebut dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja
dalam bentuk gangguan darah perifer, syaraf perifer, otot, tendon serta tulang dan
sendi (Ada 2008).
Pengendalian getaran menjadi sangat penting untuk melindungi pekerja di
bidang kehutanan seperti operator chainsaw. Salah satu bentuk upaya dalam
pengendalian getaran adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
sarung tangan. Kenyataannya, di lapangan masih banyak operator chainsaw yang
enggan menggunakan APD. Padahal, begitu banyak peraturan yang mewajibkan
menggunakan APD tersebut seperti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 3
Ayat (1) Butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD. Pasal 9 Ayat (1) Butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD. Pasal 12 Butir b:
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk
memakai APD. Pasal 14 Butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara
cuma-cuma. Permenakertrans 01/MEN/1981 Pasal 4 Ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja
yang menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja (Balai K3
Bandung 2008).
2
1.2 Perumusan Masalah
Faktor-faktor yang menyebabkan operator chainsaw enggan menggunakan
APD khususnya sarung tangan adalah desain, harga, ketersediaan, efektivitas
perlindungan, dan keawetan atau keausan. Batasan dalam penelitian ini adalah
mengenai desain, dengan mendesain ulang sarung tangan yang sudah ada
berdasarkan hasil persepsi dari operator chainsaw dan pihak lain.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi persepsi atau penilaian pekerja terhadap penggunaan
APD berupa sarung tangan.
2. Membuat desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator
chainsaw.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara:
1. Khusus
Bermanfaat untuk operator chainsaw dalam menerapkan APD seperti
sarung tangan, sebagai salah satu upaya dalam perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja.
2. Perusahaan
Menjadi masukan baik ditempat perusahaan yang dilakukan penelitian,
maupun perusahaan-perusahaan di kehutanan lainnya dalam menerapkan
APD untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Umum
Menambah wawasan bagi pembaca mengenai pentingnya APD dalam
bidang kehutanan, serta membantu akademisi dalam mencari literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.2 Pengertian K3
Menurut Mangkunegara (2002) keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2.2.2 Tujuan K3
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pekerja.
e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.2 Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan
stres yang akan dihadapi (Depkes 2009).
4
2.3 Pengaruh Warna dalam Performansi Kerja
Performansi kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya
adalah lingkungan fisik tempat kerja. Lingkungan fisik adalah sesuatu yang
berada di sekitar para pekerja yang meliputi warna, cahaya, udara, suara serta
musik yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan (Moekijat 1995:135). Salah satu hal yang sangat berpengaruh
terhadap lingkungan fisik tempat kerja adalah warna. Aspek warna dapat
diaplikasikan dalam tempat kerja melalui permainan warna dalam desain baik
desain peralatan, produk, atau media-media lain di sekitar tempat kerja seperti
dinding, lantai, dan sebagainya.
Beberapa penelitian menunjukan hubungan positif antara arti warna dilihat
dari sudut pandang aspek aesthetic, psychological, physiological, associative, dan
symbolic dengan efek warna pada desain lingkungan kerja terhadap performansi
kerja. Misalnya penelitian yang membuktikan bahwa warna merah cocok untuk
meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi pada hal-hal yang detail
dan warna biru cocok untuk meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan
kreativitas. Hal ini sejalan dengan ilmu fisiologi yang menyatakan bahwa warna
merah menstimulasi tubuh dan pikiran, ilmu psikologi yang menyatakan bahwa
warna biru memberikan kesan ketenangan pikiran atau perasaan tenang, serta ilmu
psikologi yang menyatakan bahwa warna merah memberi kesan intimidasi dan
memicu emosi (Moekijat 1995).
2.4 Chainsaw
Chainsaw (gergaji rantai) adalah gergaji yang menggunakan mesin untuk
menggerakkan rantai gergajinya. Pada awalnya orang menebang atau memotong
kayu dengan gergaji manual. Setelah mesin ditemukan maka mesin diaplikasikan
pada gergaji untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Chainsaw pada awal
pembuatan adalah chainsaw yang lebih besar dan berat (lebih dari 60 kg) bahkan
dioperasikan secara stasioner oleh lebih dari satu orang operator. Pada saat ini
chainsaw sudah mengalami puluhan modifikasi bentuk dan aplikasi teknologi
baru sehingga lahirlah chainsaw dengan teknologi mutakhir berupa chainsaw
lebih kecil dan lebih ringan serta putaran mesin yang sangat cepat (>15 rpm).
5
Beberapa merk chainsaw terbaru tidak menggunakan engine berbahan bakar
minyak tetapi menggunakan tenaga listrik. Chainsaw terbaru juga dilengkapi
dengan pengaman atau penangkap rantai, rem rantai, anti vibrasi, serta pelumasan
otomatis. Teknologi bahan pada bilah (guide bar) semakin berkembang sehingga
diaplikasi bilah yang lebih ringan tetapi tahan terhadap gesekan, tekanan dan
panas. Semua hal ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan dan
keselamatan kerja bagi operator chainsaw sekaligus meningkatkan produktivitas
kerjanya.
Komponen chainsaw dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu body,
engine, bilah dan rantai. Body atau rangka adalah tempat komponen engine
(motor), clutch, alat pengatur serta tempat ditambatkannya guide bar dan chain.
Pada body ini juga ditambatkan karburator, tangki pelumas, tangki bahan bakar,
pengaman rantai, pegangan (handle), dan starter. Engine atau motor adalah mesin
penggerak atau pembangkit tenaga berupa motor 2 tak untuk menghasilkan energi
mekanik yang memutar sumbu engkol yang pada akhirnya menggerakkan rantai.
Besarnya engine sejalan dengan besar tenaga yang dihasilkannya, tetapi yang
lebih utama pada chainsaw adalah jumlah putaran sumbu engkol (rpm). Makin
tinggi rpm yang dihasilkan makin cepat rantai berputar. Makin cepat rantai
berputar maka makin cepat pula mengerat atau memotong kayu. Bilah dan rantai
merupakan titik pemanfaatan tenaga mesin dimana bilah (guide bar) adalah
tempat lalunya atau berjalannya rantai. Sedangkan rantai (chain) untuk memotong
atau mengerat kayu. Rantai terdiri beberapa bagian rantai. Terdapat 3 bagian
rantai yang menyatu dalam satu untaian. Rantai yang bergerak disepanjang bilah
(drive link), cutter (pengerat/memotong kayu) dan tie strap merupakan mengunci
atau pengikat drive link dan cutter (Matangaran 2007).
2.5 Getaran
Getaran adalah gerak bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan getaran mekanik adalah getaran yang
ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep. MENLH No: KEP-
49/MENLH/11/1996).
6
Dalam kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara
umum terbagi atas (Sucofindo 2002):
a. Getaran seluruh tubuh
Merupakan getaran yang biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan
seperti traktor, bus, helikopter, dan kapal. Efek yang ditimbulkan berupa
ketidaknyamanan karena goyangan organ, dan menurut beberapa penelitian
dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang
(Harrington dan Gill 2005).
b. Getaran tangan lengan.
Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga pekerja seperti operator
chainsaw, penempa palu, tukang potong rumput, dan lain-lain. Efek getaran jenis
ini berupa kelainan pada peredaran darah dan persyarafan, serta kerusakan pada
persendian dan tulang-tulang.
2.6 Nilai Ambang Batas Getaran Lengan Tangan
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batasan nilai yang masih dapat
diterima atau ditoleransi. Menurut keputusan menteri tenaga kerja no.
51/KEP/MEN/1999 bahwa nilai ambang batas getaran alat kerja yang kontak
langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan
sebesar 4 m/det2.
Tabel 1 Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan
Jumlah waktu/hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan
m/det2
G
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,4
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22 Sumber: Menteri Tenaga Kerja nomor: KEP/51/MEN/1999
Catatan: 1 G = 9,81 m/det2
2.7 Alat Pelindung Diri (APD)
APD merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja seperti
pekerja kehutanan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi kecelakaan kerja.
7
Jenis-jenis APD untuk Operator Chainsaw (ILO 1998)
a. Sepatu keselamatan
b. Celana keselamatan
c. Pakaian tertutup
d. Sarung tangan
e. Topi pengaman
f. Klep (mesh)
g. Earmuff
2.8 Sarung Tangan
Sarung tangan adalah sejenis pakaian yang menutupi lengan dan berfungsi
melindungi pekerja dari sayatan, goresan, pecahan dan duri-duri yang ditemukan
dalam semua jenis pekerjaan kehutanan dan perkayuan. Sarung tangan juga dapat
mengurangi pengaruh getaran mekanis mesin-mesin (Suma’mur 1977).
2.9 Metode non parametrik dalam Statistika
2.9.1 Skala Pengukuran
Berdasarkan skala pengukuran, data digolongkan dalam empat tipe,
yaitu data nominal, ordinal, interval dan rasio. Data nominal dan ordinal
adalah data kategorik, sedangkan interval dan rasio merupakan data numerik.
a. Skala nominal
Skala ini merupakan skala pengukuran paling rendah. Angka-angka
yang tersaji dalam skala nominal ini hanya sebagai penggolongan agar dapat
dibedakan saja dan tidak mengukur besaran. Sebagai contoh, dalam
pengkodean jenis kelamin; kode 1 laki-laki dan 0 untuk perempuan hanya
untuk membedakan antara jenis laki-laki dan perempuan tidak berarti nilai
laki-laki lebih daripada perempuan.
b. Skala ordinal
Skala ordinal hampir sama dengan skala nominal. Hanya saja, selain
untuk membedakan, skala ordinal sudah mempunyai urutan tingkatan. Dalam
skala ordinal, angka 1 memiliki nilai lebih tinggi daripada 0. Meskipun
demikian, jarak antara 0 dan 1 tidak bisa dijelaskan. Contoh skala ordinal
adalah tingkat kepuasan (misalnya dalam important and performance
analysis); sangat puas (5), puas (4), cukup puas (3), tidak puas (2), dan sangat
tidak puas (1). Angka-angka ini memiliki makna bahwa 2 lebih besar dari 1, 3
8
lebih besar dari 2 dan 1, dan seterusnya. Tetapi, jarak atau selisih antara 1 dan
2, 2 dan 3, dan lainnya tidak mempunyai makna apapun.
c. Skala interval
Pada skala interval (atau skala selang), angka-angka yang disajikan
menunjukkan tingkatan dan angka yang berurutan memiliki interval (jarak)
yang sama. Ciri utama skala interval adalah tidak mempunyai titik dasar (nol)
mutlak sehingga operasi perbandingan tidak dapat dilakukan. Contoh skala
interval adalah pada pengukuran suhu dengan standar derajat Celcius (0C).
Suhu 400 dan 20
0 memiliki selisih yang sama dengan suhu 80
0 dan 60
0 yaitu
200, akan tetapi suhu 40
0 tidak berarti 2 kali lebih panas dari 20
0. Demikian
juga bahwa suhu 00 tidak berarti bahwa tidak mempunyai panas.
d. Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala pengukuran tertinggi. Selain dapat
membedakan, menunjukkan tingkatan, dan memiliki interval yang sama antar
dua nilai yang berurutan, skala rasio dapat dibandingkan karena mempunyai
nilai dasar (nol) multak. Contohnya adalah tinggi badan, harga barang, jumlah
produksi dan lain-lain.
Tabel 2 Skema keempat tipe skala pengukuran
Data Skala Dapat
dibedakan
Ada urutan
tingkatan
Memiliki
interval sama
Dapat
dibandingkan
Kategorik Nominal √
Ordinal √ √
Numerik Interval √ √ √
Rasio √ √ √ √
Sumber: Daniel (1990)
Mengenal jenis data penting dalam statistika karena sangat
berhubungan dengan analisis statistika yang akan digunakan. Beberapa
analisis statistika mensyaratkan skala data tertentu. Jika skala data tidak
relevan dengan analisis yang digunakan, hasil yang akan diperoleh akan tidak
sah.
2.9.2 Metode non parametrik
Dalam inferensia statistika, dikenal dengan dua metode yaitu metode
parametrik dan metode non parametrik. Perbedaan mendasar antara keduanya
9
terletak pada penggunaan asumsi mengenai populasi. Dalam melakukan
pendugaan parameter, inferensia atau penarikan kesimpulan mengenai
populasi, metode parametrik memberikan asumsi bahwa populasi menyebar
menurut sebaran tertentu. Sebagai contoh, analisis ragam (ANOVA)
memberikan asumsi bahwa contoh berasal dari populasi yang menyebar
normal dengan ragam yang homogen. Jika asumsi ini tidak terpenuhi,
kesimpulan yang diperoleh menjadi tidak valid.
Jika asumsi yang mendasari metode parametrik tidak terpenuhi, kita
dapat menggunakan metode inferensia lain yang tidak terlalu bergantung pada
asumsi baku. Metode non parametrik pada banyak kasus dapat digunakan
untuk keperluan ini. Metode non parametrik tidak membutuhkan asumsi
mengenai sebaran data populasi. Karena itu, metode ini sering disebut
distribution-free method. Statistika non parametrik mencakup pemodelan
statistika, pengujian hipotesis dan inferensia atau penarikan kesimpulan
tentang populasi. Meskipun demikian, jika asumsi yang mendasari metode
statistika parametrik dapat dipenuhi, penggunaan statistika non parametrik
tidak begitu disarankan.
Kelebihan metode non parametrik antara lain: (1) asumsi yang
diperlukan sangat minimum (2) pada beberapa prosedur, perhitungan dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat, (3) konsep dan metode lebih mudah
dipahami dan (4) dapat diterapkan pada data dengan skala yang lebih rendah.
Sedangkan kekurangan dari metode non parametrik antara lain: (1) karena
sangat sederhana dan cepat, perhitungan dalam prosedur non parametrik
terkadang dapat ‘membuang’ informasi dari data, (2) meskipun perhitungan
sangat sederhana, prosedur non parametrik akan sangat membosankan
terutama ketika data yang digunakan berukuran besar.
Tabel 3 Contoh metode statistika parametrik dan non parametrik dalam
pengujian hipotesis statistika
Pengujian Metode
Parametrik Nonparametrik
Uji nilai tengah satu populasi Uji-T Uji tanda Uji perbedaan nilai tengah dua populasi yang
saling bebas Uji-T Uji Mann-Whitney
Uji perbedaan nilai tengah lebih dari dua populasi Uji-F (ANOVA Uji Kruskal-Wallis
Uji korelasi antar dua variable Korelasi Pearson Korelasi Spearman
Sumber: Daniel (1990)
10
2.10 Profil Badan Standardisasi Nasional (BSN)
Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah
Non Kementrian yang memiliki tugas pokok membina dan mengembangkan
standardisasi di Indonesia. Pembentukan badan pemerintah ini dilakukan pada
tahun 1997 melalui Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997 yang disempurnakan
dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir
dengan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001. Badan ini menggantikan fungsi
dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional, maka BSN menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang perumusannya dilakukan secara konsensus oleh stakeholder (produsen,
konsumen, ahli atau akademisi, serta pemerintah). SNI merupakan dokumen yang
berisi ketentuan teknis (aturan, pedoman atau karakteristik) dari suatu kegiatan
atau hasilnya. SNI berlaku secara nasional di wilayah Indonesia.
Dalam forum organisasi standardisasi internasional dan regional, BSN
aktif menghadiri atau menjadi tuan rumah berbagai sidang internasional
Internasional Organisazation for Standardization (ISO), Internasional
Electrotechnical Commision (IEC) dan Codec Alimentarius Commission (CAC),
ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality (ACCSQ), APEC Sub-
Committee on Standards and Comformance (APEC SCSC), serta Pacific Area
Standard Congress (PASC). Selain itu sebagai notification body, BSN
menotifikasi atau menyampaikan draft regulasi teknis pemberlakuan SNI ke
sekretariat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Begitu pula sebaliknya, BSN
sebagai inquiry point juga menerima draft regulasi teknis dari negara lain untuk
selanjutnya dikoordinasikan ke instansi teknis terkait guna meminta tanggapan.
Menghadapi berbagai perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain
khususnya dengan China yang telah efektif berlaku 1 Januari 2010. BSN telah
ditunjuk oleh Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai koordinator
Gerakan Nasional Penerapan SNI atau GENAP SNI. Untuk mendukung GENAP
SNI, BSN telah meluncurkan program free download SNI yang dapat diperoleh
11
melalui www.bsn.go.id sejak tanggal 26 Maret 2010. Dengan fasilitas online
terbaru ini, maka stakeholder dapat memperoleh dokumen SNI secara gratis.
Selain informasi standardisasi melalui website, BSN juga memiliki fasilitas
Perpustakaan Standardisasi terlengkap dimana masyarakat bisa mendapatkan
berbagai dokumen standar baik standar nasional maupun standar mancanegara,
terbitan BSN, buku-buku standardisasi dengan harga yang sudah diatur dalam PP
No. 62 Tahun 2007.
Sumber : BSN
2.11 Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI merupakan sertifikasi pada produk (tanda SNI) yang berfungsi untuk
jaminan tertulis yang menyatakan bahwa suatu produk telah memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia. APD dikatakan baik jika memiliki
perlindungan dan kenyamanan, selain itu juga disarankan telah memenuhi kriteria
standar seperti SNI. Sarung tangan yang di desain ulang menggunakan dua bahan
utama yaitu karet (SAS) dan kulit (Suede). Oleh karena itu, referensi yang
digunakan untuk sarung tangan tersebut adalah dokumen SNI 06-1301-1989
(sarung tangan karet), dan SNI 06-0652-2005 (sarung tangan dari kulit sapi untuk
kerja berat). Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dari sarung tangan
dengan bahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sarung tangan karet
Sarung tangan karet adalah alat pelindung tangan yang dibuat dari lateks
dengan bentuk dan ukuran tertentu, diproses dengan cara acuan celup, yang
dipergunakan untuk keperluan umum, kecuali keperluan medis dan industri kimia.
Tabel 4 Persyaratan mutu sarung tangan karet
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
I Fisika
1 Tebal Mm 0,5 - 1,0
2 Tegangan Putus N/mm2 min. 17
3 Perpanjangan putus % min. 650
4 Pengusangan yang dipercepat 4.1 - tegangan putus sesudah pengusangan N/mm2 min. 11
4.2 - perpanjangan putus sesudah pengusangan % min. 500
5 Ketahanan Sobek N/mm2 min. 4
6 Perpanjangan tetap 200% (permanen set) % min. 2,50
12
Tabel 4 Persyaratan mutu sarung tangan karet (lanjutan)
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
II Kimiawi 7 Ketahanan terhadap basa 7.1 - tegangan putus sesudah perendaman N/mm2 min. 16
7.2 - perpanjangan putus sesudah perendaman % min. 600
8 ketahanan terhadap asam
8.1 - tegangan putus sesudah perendaman N/mm2 min. 16
8.2 - perpanjangan putus sesudah perendaman % min. 600
9 pengembangan (swelling) 9.1 - perubahan panjang % maks. 60
9.2 - perubahan lebar % maks. 60
III Organoleptis
keadaan dan atau kenampakan sarung tangan
karet
kenampakan sarung tangan harus
baik, tidak boleh ada tambalan
bebas dari lubang, lepuh dan
adanya benda-benda asing serta
cacat fisik lainnya
Sumber: Dokumen SNI 06-1301-1989
2. Sarung tangan dari kulit sapi
Merupakan sarung tangan yang terbuat dari kulit sapi samak krom yang
dipakai pada kedua tangan dengan bentuk dan ukuran tertentu, serta digunakan
untuk kerja berat. Kerja berat adalah kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan
risiko terkena gangguan serius atau tidak serius, yang dapat menimbulkan kikisan
ringan atau kasar pada organ tubuh.
Tabel 5 Persyaratan mutu bahan kulit sapi untuk sarung tangan No
Jenis Uji Satuan Persyaratan Keterangan
1 Bagian telapak, punggung tangan,
jari dan bagian pergelangan tangan
1.1 Tebal mm 1,0-2,0 Uji berdasarkan SNI
0485
1.2 Penyamakan - Masak Uji berdasarkan SNI
0485
1.3 Susut % maks. 10 Uji berdasarkan SNI
0485
1.4 Kekuatan tarik kg/cm2 min. 175 Uji berdasarkan SNI 0485
1.5 Kekuatan gosok cat
a. Kering min. ¾ Uji berdasarkan SNI
0996 b. Basah min. 3
2 Bagian plisir
2.1 Lebar mm 3 Uji berdasarkan SNI
0652
3 Benang jahit Nilon,
Poliester,
Katun min.
3
Uji berdasarkan SNI
1508 3.1 Bahan
3.2 Jumlah lilitan
4 Pelapis tekstil Uji berdasarkan SNI
0652 4.1 Tebal mm 3-4
13
Tabel 6 Persyaratan ukuran sarung tangan
No Bagian yang diukur Kecil (cm) Sedang (cm) Besar (cm)
1 Panjang ibu jari 11 12 13
2 Panjang jari telunjuk 16 17 18
3 Panjang jari tengah 19 20 21 4 Panjang jari manis 18 19 20
5 Panjang jari kelingking 16 17 18
6 Lebar punggung 13 14 15
7 Lingkar pergelangan 28 29 30
8 Lebar ibu jari 5 5,5 6
9 Lebar jari telunjuk 4 4,25 4,5
10 Lebar jari tengah 4 4,5 5
11 Lebar jari manis 3,75 4 4,25
12 Lebar jari kelingking 3,5 3,75 4,0
13 Panjang manset 13 14 15
Tabel 7 Persyaratan mutu pengerjaan
No
Jenis uji Persyaratan
1 Jahitan Rapi, tidak meloncat, tidak menumpuk, dijahit
(4-5) stik/cm
2 Mutu Bahan
2.1 Pemotongan bagian punggung
tangan, punggung ibu jari, telapak,
telapak jari tengah, jari manis dan
bagian manset
Dipotong sesuai pola arah pemotongan bebas
2.2 Jahitan Rapi, tidak meloncat, tidak menumpuk, dijahit
(4-5) stik/cm
Sumber: Dokumen SNI 06-0652-2005
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni ~ Juli 2012. Berlokasi di RPH
Maribaya dan RPH Tenjo, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat dan Banten untuk 8 operator chainsaw. Penelitian yang
ditujukan kepada pihak lain dilakukan di Laboratorium Pemanenan Hutan
Fakultas Kehutanan IPB.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan pada penelitian ini adalah sarung tangan, alat tulis,
kuesioner, kamera Nikon coolpix s3100, vibration meter, dan chainsaw tipe Stihl
ms 380 & 440. Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan satu unit peralatan
komputer dengan software Corel Draw X4, Microsoft Office Word 2007,
Microsoft Office Excel 2007, dan SPSS (Statistical Package for the Sosial
Sciences) versi 17.0.
3.3 Kerangka Penelitian
Operator
Chainsaw
Gap kondisi di lapangan
dengan regulasi
Identifikasi
masalah
Pembuatan desain
alternatif sarung
tangan
Persepsi
responden
Terima
Tolak
Rek
om
endas
i
Salah satu faktor
enggan menggunakan
APD adalah desain
Modifikasi desain
sarung tangan Uji coba
sarung tangan
15
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan penelitian terdiri dari: a) Pengumpulan data, b)
Pengkajian studi lapang dan studi pustaka untuk memperoleh informasi awal
penelitian, c) Pengurusan ijin penelitian dan persiapan peralatan survei. Studi
lapang dilakukan di IUPHHK-HA PT Arfak Indra, Kabupaten Fak-fak, Papua
Barat pada bulan Februari 2012. Melakukan uji coba sarung tangan karet
Krisbow KW10-340, dan sarung tangan kulit Krisbow KW10-241 (digunakan
di Perum Perhutani Cianjur) kepada responden di perusahaan tersebut. Kedua
sarung tangan itu merupakan sarung tangan yang ada untuk operator
chainsaw. Namun, terdapat beberapa kekurangan yang perlu diidentifikasi
sehingga alasan pengujian dilakukan untuk mengetahui informasi dari persepsi
responden. Informasi tersebut kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan
desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata ergon
(kerja) dan nomos (peraturan). Secara definisi istilah ergonomi menurut
Departemen Kesehatan (2009) adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian
ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stres yang akan dihadapi. Namun,
dalam hal ini pengertian dari sarung tangan ergonomis adalah sarung tangan
dibuat menyesuaikan kebutuhan operator chainsaw. kebutuhan operator
chainsaw adalah mendapatkan sarung tangan yang baik dari sisi keamanan
dan kenyamanan. Untuk mencapai sarung tangan yang aman dan nyaman
maka digunakanlah kriteria sarung tangan yang baik menurut perusahaan
sarung tangan Ansell. Terdapat empat kriteria sarung tangan yang baik yaitu:
ketangkasan, keamanan, daya pegang yang baik, dan kenyamanan. Ide dalam
pembuatan desain alternatif sarung tangan ergonomis ini berasal dari dosen
pembimbing Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc yang kemudian
direalisasikan dalam penelitian ini.
16
Gambar 1 Krisbow KW10-340. Gambar 2 Krisbow KW10-240.
Gambar 3 Percobaan sarung tangan di lapangan.
Setelah dilakukan uji coba sarung tangan kepada empat responden di
IUPHHK-HA PT Arfak Indra, secara umum hasilnya dapat dikatakan bahwa
responden menyukai sarung tangan karet Krisbow KW10-340. Sarung tangan
tersebut memiliki daya pegang yang baik, dan nyaman untuk digunakan.
Namun, terdapat sedikit kekurangan seperti pengontrolan jari telunjuk untuk
menekan tombol gas mesin chainsaw yang terasa kurang nyaman. Selain itu,
bahan pada bagian punggung tangan yang dirasakan kurang aman dalam
melindungi potensi luka seperti terkena duri dan lainnya. Responden seperti
operator chainsaw menolak menggunakan uji coba sarung tangan Krisbow
KW10-240 di lapangan karena bentuk jarinya yang besar serta bahan bagian
depan yang kaku seperti pada bagian telapak tangan dan jari depan. Mereka
menganggap sarung tangan tersebut tidak cocok digunakan oleh operator
chainsaw karena selain tidak nyaman untuk digunakan, sarung tangan tersebut
dapat mengganggu kinerja operator chainsaw. Untuk menguatkan pernyataan
tersebut, maka pengujian sarung tangan dilakukan pada operator traktor di
IUPHHK-HA PT Arfak Indra. Hasil pengujian tersebut adalah senada dengan
17
operator chainsaw, yaitu sarung tangan tersebut tidak nyaman karena bentuk
yang tidak sesuai, bahan yang kaku, serta panas.
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari responden, jika
digambarkan dengan sebuah desain sarung tangan pada perangkat lunak Corel
Draw X4 maka akan tergambar desain sarung tangan sebagai berikut:
1
3
2
Gambar 4a Desain sarung tangan alternatif (tampak depan).
4
5
Gambar 4b Desain sarung tangan alternatif (tampak belakang).
Keterangan:
1 = Bagian kanan sarung tangan dibuat setengah jari (half finger) agar saat menekan tombol
gas mesin chainsaw terasa nyaman. 2 = Pergelangan tangan menggunakan tali sabuk agar dapat diatur kekuatan ikatannya dan
dilapisi dengan busa sehingga terasa lebih nyaman.
3 = Bagian telapak tangan menggunakan bahan dari karet agar memiliki daya pegang yang
baik terhadap mesin chainsaw selain itu bahan karet relatif lebih murah dibandingkan
dengan kulit.
4 = Bagian belakang sarung tangan menggunakan bahan kulit, sarung tangan kiri
menggunakan jari penuh (full finger) karena untuk melindungi tangan dari panas knalpot
mesin chainsaw.
5 = Bagian punggung tangan menggunakan fiber plastik yang berfungsi untuk melindungi
tangan dari risiko luka seperti terkena duri atau ranting-ranting pohon.
Pada saat proses pembuatan sarung tangan, terjadi sedikit perubahan
desain terkait pertimbangan seperti penggunaan fiber plastik meskipun efektif
18
melindungi namun dapat menyebabkan kaku dalam bergerak atau tidak fleksibel.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka realisasi sarung tangan menjadi:
1
Gambar 5 Realisasi desain sarung tangan alternatif.
Keterangan:
1 = Punggung tangan menggunakan bahan kulit serta dilapisi busa untuk melindungi tangan
dari risiko luka ringan, dibuat pola jahitan agar lebih fleksibel dalam bergerak.
3.4.2 Penelitian di Lapangan
Kegiatan pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara uji coba
sarung tangan kepada operator chainsaw dan pihak lainnya. Metode
pengambilan data sama seperti observasi sebelumnya. Namun, sarung tangan
yang digunakan saat penelitian di lapangan berjumlah tiga, yaitu sarung
tangan pertama (ST1) Krisbow KW10-340, sarung tangan kedua (ST2)
Krisbow KW10-240, dan sarung tangan ketiga (ST3) adalah sarung tangan
desain alternatif. Sarung tangan Krisbow KW10-240 merupakan pengganti
dari sarung tangan Krisbow KW10-241. Penggantian ini dilakukan karena
sarung tangan tipe 241 kurang efektif digunakan untuk operator chainsaw,
perbandingan dengan sarung tangan pabrik tipe 240 dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana desain sarung tangan alternatif bisa bersaing dari
sisi keamanan maupun kenyamanannya. Selain itu, identifikasi persepsi
dilakukan untuk mengetahui apakah desain sarung tangan alternatif tersebut
sudah termasuk kategori sarung tangan ergonomis ataukah belum.
19
3.4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari kuesioner berupa skala Likert, kemudian
data diinput kedalam Microsoft Office Excel 2007. Selanjutnya, setelah
data dijumlahkan berdasarkan masing-masing responden, hasil data
tersebut diinput kedalam SPSS dengan metode Kruskal-Wallis.
2. Analisis Data
Jawaban pertanyaan responden tentang persepsi penggunaan
sarung tangan berupa skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang
mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian
pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu
obyek tertentu. Skala likert merupakan skala ordinal yang dikembangkan
oleh Rensis Likert. Dalam penelitian ini menggunakan interval nilai 1 ~ 5
dengan keterangan; 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = sedikit baik,
4 = baik, dan 5 = sangat baik. Untuk mengetahui tingkat efektivitas
penggunaan APD dilakukan uji Krusskal-Wallis. Savitri (2011)
menyebutkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk membandingkan
median lebih dari dua buah, data yang dikumpulkan berdasarkan sampel
yang independen dan tingkat pengukuran sekurang-kurangnya ordinal.
Rumus statistik uji Kruskal-Wallis:
...................................... (1)
Jika ada ties, maka rumus Kruskal-Wallis terkoreksi menjadi:
............................................................ (2)
Keterangan (1) & (2):
Ri = jumlah peringkat untuk contoh ke-i
n = jumlah pengamatan pada contoh ke-i
N = total pengamatan
T = ties
Langkah-langkah dalam pengujian metode Kruskal-Wallis ini
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan formulasi hipotesis
H0 : semua sarung tangan tidak berbeda nyata (M1 = M2 = M3)
H1 : minimal ada satu sarung tangan yang berbeda nyata
2. Alpha (α) = 0,05
3. Menentukan kriteria pengujian
Kaidah keputusan:
20
Ho diterima apabila nilai Asymp. Sig α ˃ 0,05
Ho ditolak apabila nilai Asymp. Sig α ≤ 0,05
4. Jika Ho diterima berarti semua sarung tangan tidak signifikan
Jika Ho ditolak berarti ada sarung tangan yang signifikan dan harus
dilakukan uji lanjut Dunn untuk mengetahui sarung tangan mana yang
paling baik. Sehingga hipotesis pada kasus tersebut menjadi:
H0 = MSTi = MSTj (Sarung tangan ke-i dan ke-j berpengaruh sama)
H1 = MSti ≠ MSTj (sarung tangan ke-i dan ke-j memberikan pengaruh
berbeda)
5. Dari uji lanjut Dunn didapatkan mean rank yang paling tinggi, maka
nilai yang paling tinggi tersebut merupakan sarung tangan yang paling
baik. Baik dalam hal ini terutama dari sisi kenyamanan dari sarung
tangan tersebut saat digunakan.
21
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Letak dan Luas Areal
Secara astronomis (berdasarkan garis lintang dan garis bujur), wilayah
KPH Bogor terletak pada 106º20'28”BT-107º17'09”BT dan 05º55'24”LS-
06º48'00”LS. Luas kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan sejarah berita acara
tata batas (BATB) adalah 90.856,45 ha dan yang telah dikukuhkan seluas
84.360,40 ha tersebar di tiga kelas perusahaan yaitu: KP Acacia mangium, KP
Meranti, dan KP Pinus. Dikarenakan adanya kawasan hutan yang masuk dalam
perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede Pangrango,
maka luasan kawasan KPH Bogor sampai tahun 2010 adalah 49.342,59 ha.
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang secara
administratif pemerintahan berada pada 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu
Kecamatan Tenjo, Jasinga dan Parung Panjang. Sedangkan batas-batas
pengelolaan BKPH Parung Panjang adalah sebagai berikut :
1. Sebelah barat berbatasan dengan KPH Banten.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan BKPH Jasinga.
3. Sebelah timur berbatasan dengan BKPH Leuwiliang.
4. Sebelah utara berbatasan dengan BKPH Tangerang.
Secara geografis BKPH Parung Panjang yang juga termasuk dalam KP
Akasia mangium terletak pada 106026‟03” BT s.d 106
035‟16” BT dan 06
020‟59”
s.d 06027‟01” LS.
Kawasan Hutan BKPH Parung Panjang ditetapkan sebagai Kelas
Perusahaan (KP) Akasia mangium (Berdasarkan Hasil Risalah Tahun 2006,
jangka 2006-2010) terbagi dalam 3 (tiga) Resort Pemangkuan Hutan (RPH)
seluas 5.397,24 ha yaitu RPH Tenjo seluas 1.536,15 ha, RPH Maribaya seluas
2.127,39 ha dan Jagabaya seluas 1.733,70 ha.
4.2 Topografi dan Iklim
Kawasan hutan KP Akasia mangium di BKPH Parung Panjang termasuk
dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, dengan suhu
22
harian tertinggi 25,500 C dan suhu terkecil 18
0 C berdasarkan ratio bulan basah
dan bulan kering setiap tahun serta memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian
besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi
mulai dari datar (0-8 %) dan kemiringan agak curam (15-25 %). Berdasarkan
ketinggian tempat dari permukaan laut, kawasan KP Acacia mangium berada pada
ketinggian 38–113 m dari permukaan laut yang terdiri dari: kelompok hutan
Cikadu I&II (38–75 m dari permukaan laut), kelompok hutan Yanlava (38–88 m
dari permukaan laut), dan kelompok hutan Parung Panjang I-III (50–113 m dari
permukaan laut).
4.3 Geologi
Berdasarkan peta tinjau tanah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten, jenis tanah pada kawasan hutan KP Acacia mangium KPH Bogor adalah
podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dengan jenis batuan sebagian
besar adalah oliocene dan sedimentary facies (Tabel 8).
Tabel 8 Sebaran jenis tanah dan batuan pembentuk tanah kawasan hutan KP
Acacia mangium
No RPH Petak Jenis Tanah Batuan Tanah
1 Tenjo
1-3
4-10, 12-14,
16-18
Podsolik Kuning,
Podsolik merah
kekuningan
oliocene, sedimentary
facies oliocene,
sedimentary facies
2 Maribaya 11, 19-37 Podsolik merah
kekuningan
oliocene, sedimentary
facies
3 Jagabaya
38-54, 56-57,
55
Podsolik merah
kekuningan,
podsolik kuning
oliocene, sedimentary
facies oliocene,
sedimentary facies
Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015
4.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kawasan hutan KPH Bogor termasuk dalam DAS Ciliwung, Cisadane,
Citarum, Cidurian, Cimanceuri, dan Kali Bekasi. Untuk kawasan hutan KP
Acacia mangium termasuk dalam wilayah DAS Cidurian dengan Sub DAS
Cimatuk dan DAS Cimanceuri dengan Sub DAS Cipangaur (Tabel 9).
23
Tabel 9 Pembagian wilayah KP Acacia mangium berdasarkan aliran DAS
DAS RPH Luas (Ha)
Cidurian Tenjo 1.536,15
Cidurian Maribaya 1.212,40
Cimanceuri Maribaya 914,99
Cimanceuri Jagabaya 1.733,70
Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015
4.5 Kondisi Sumberdaya Hutan
Dalam pembagian wilayah kerja, luas kawasan hutan KPH Bogor yang
termasuk dalam wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi,
dan Tangerang sebesar 49.342,59 ha (Tabel 10).
Tabel 10 Rekapitulasi luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Bogor
berdasarkan wilayah administratif pemerintahan Tahun 2010
No Kabupaten BKPH RPH Luas
1 Bogor Bogor Babakan Madang
Cipayung
Cipamingkis
3.022,80
2.568,60
3.665,82
Jumlah 9257,22
2 Bogor Leuwiliang Leuwiliang
Gobang
Nanggung
973,00
2.164,22
83,65
Jumlah 3.220,87
3 Bogor Jonggol Cariu
Tinggarjaya
Gunung Karang
3.504,60
6.224,92
4.603,84
Jumlah 14.333,36
4 Bogor Parung Panjang Tenjo Jagabaya
Maribaya
1.536,15 1.733,70
2.095,39
Jumlah 5.365,24
5 Bogor Jasinga Cirangsad
Cigudeg
3.338,31
1.994,89
Jumlah 5.333,20
6 Bekasi Ujung Karawang Muara Gembong
Singkil
Pondok Tengah
2.443,75
3.318,50
4.718,90
Jumlah 10.481,90
7 Tangerang Parung Panjang Tangerang 1.351,55
Total (ha) 49.342,59
Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015
Pembagian wilayah berdasarkan tujuan pengelolaan hutan, berdasarkan
SK Menteri Kehutanan No.195/Kpts-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang
penunjukkan kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan
produksi terbatas), wilayah KPH Bogor terbagi menjadi seperti dalam Tabel 11.
24
Tabel 11 Luas fungsi kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan wilayah
administratif pemerintahan Tahun 2010
No Fungsi Hutan Kabupaten
Total (ha) Bogor Bekasi Tangerang
1 Hutan Lindung (ha) - 5.311,15 1.351,55 6.662,70
2 Hutan Produksi Tetap (ha) 20.057,38 5.170,00 - 25227,38
3 Hutan Produksi Terbatas (ha) 17.452,51 - - 17.452,51
Jumlah 37.509,89 10.481,15 1.351,55 49.342,59
Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015
4.6 Kondisi Sosial
4.6.1 Pengembangan Wilayah Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor dengan luas 230.195 ha (2.301,95 Km2) terdiri dari 40
kecamatan dan 428 desa atau kelurahan. KPH Bogor dengan luas wilayah
49.342,59 ha dikelilingi oleh 25 kecamatan dengan 89 desa yang terdiri dari: 68
desa di wilayah kabupaten Bogor, 14 desa di wilayah kabupaten Tangerang, dan 7
desa di kabupaten Bekasi. Secara administrasi pemerintahan, KP Acacia mangium
berada di wilayah kabupaten Bogor dengan 2 kecamatan dan 14 desa.
4.6.2 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan
Bagian Hutan Parung Panjang yang sebagian besar wilayahnya berupa
dataran dengan sebaran kawasan hutan yang dikelilingi enclave mengakibatkan
terciptanya interaksi sosial yang sangat kompleks, terutama dalam hal
penggarapan lahan di kawasan hutan. Hampir seluruh lokasi enclave berupa
sawah yang berbentuk menjari mengelilingi hutan sehingga tuntutan masyarakat
untuk ikut menggarap kawasan hutan sulit untuk dikendalikan. Kegiatan PHBM
yang sifatnya berada dalam kawasan di wilayah KP Acacia mangium meliputi
kegiatan penanaman, penjarangan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
(komoditi padi). Berdasarkan laporan statistik pemanfaatan HHBK di KP Acacia
mangium pada tahun 2008 dan 2009, realisasi pemanfaatan HHBK dengan jenis
padi menghasilkan 3.913 ton dengan luas areal 2.115 ha pada tahun 2008 dan
3.815 ton dengan luas areal 2.062 ha pada tahun 2009.
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Penilaian Responden Terhadap Ketiga Sarung Tangan
Tabel 12 Penilaian operator chainsaw
Kategori
Kode
sarung
tangan
Interval
sangat
tidak tidak sedikit baik
sangat
baik
Ketangkasan
ST1 0 0 3 5 0
ST2 0 0 0 0 8
ST3 0 1 2 4 1
Keamanan
ST1 0 0 5 3 0
ST2 0 0 1 6 1
ST3 0 0 0 5 3
Daya Pegang
ST1 0 1 4 3 0
ST2 0 0 0 0 8
ST3 0 0 7 1 0
Kenyamanan
ST1 0 0 0 5 3
ST2 0 0 0 0 8
ST3 0 0 0 4 4
Keterangan:
ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340
ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240
ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif
Tabel 12 menunjukkan setiap masing-masing sarung tangan memiliki nilai
yang berbeda-beda berdasarkan empat kategori yang digunakan. Ketangkasan
yang terdiri dari pengontrolan jari dan reaksi telapak tangan terhadap getaran,
keamanan seperti perasaan aman menggunakan sarung tangan tersebut, daya
pegang yang baik seperti perasaan tidak licin saat memegang chainsaw, serta
kenyamanan yang terdiri dari perasaan nyaman pada bagian pergelangan tangan,
punggung tangan, dan suhu di dalam sarung tangan tersebut. Angka-angka pada
tabel di atas adalah persepsi atau penilaian dari jumlah responden terhadap ketiga
sarung tangan berdasarkan masing-masing kategori. Menurut operator chainsaw
ketiga sarung tangan didominasi dalam interval dari mulai sedikit baik sampai
dengan sangat baik. perbedaan nilai yang besar antara sarung tangan dua dengan
sarung tangan lainnya, ini menandakan bahwa menurut operator chainsaw sarung
tangan dua sangat baik dan tujuh responden yang menyatakan dengan desain
sarung tangan alternatif kurang baik dari sisi daya pegang karena jenis bahan karet
yang digunakan terlalu kaku. Selain itu, akibat dari kekakuan bahan tersebut satu
26
responden menyatakan tidak baik dalam hal ketangkasan seperti pengontrolan jari
yang terganggu dalam menekan pemicu gas pada mesin chainsaw.
Tabel 13 Penilaian non-operator chainsaw
Kategori
Kode
sarung
tangan
Interval
sangat
tidak tidak sedikit baik
sangat
baik
Ketangkasan
ST1 0 2 1 5 0
ST2 0 4 1 3 0
ST3 0 0 3 5 0
Keamanan
ST1 0 2 4 2 0
ST2 0 1 3 4 0
ST3 0 1 5 2 0
Daya pegang
ST1 0 0 5 3 0
ST2 0 2 2 4 0
ST3 0 1 3 4 0
Kenyamanan
ST1 0 1 3 3 1
ST2 0 3 3 2 0
ST3 0 2 5 1 0
Keterangan:
ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340
ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240
ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif
Berdasarkan informasi Tabel 13, menurut non-operator chainsaw adalah
ketiga sarung tangan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
berdasarkan empat kategori yang digunakan. Hal ini bisa dilihat pada angka-
angka yang tersebar dalam interval tersebut. Mengingat pengujian sarung tangan
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kelayakan dari desain alternatif sarung
tangan, maka penjelasan dari ST3 berdasarkan informasi dalam Tabel 13: dari sisi
ketangkasan terdapat satu responden menyatakan tidak baik dalam hal perasaan
aman menggunakan sarung tangan tersebut. Hal ini disebabkan jari pada tangan
kanan dibuat half finger sehingga responden merasa efektifitas perlindungan pada
jari tangan kanan adalah rendah. Selain itu, daya pegang dari sarung tangan
banyak yang menyatakan kurang baik. Kenyamanan dari ST3 seperti keadaan
suhu saat sarung tangan digunakan, dan bagian pelindung punggung tangan yang
tebal dan bentuk kotak yang besar mengakibatkan sedikit responden menyatakan
sarung tangan tersebut tidak baik. Banyaknya kekurangan dalam desain alternatif
sarung tangan ini menandakan bahwa sarung tangan tersebut belum ergonomis
atau layak direkomendasikan kepada operator chainsaw untuk menerapkan atau
menggunakannya pada saat bekerja. Namun, perlu adanya perbaikan atau
27
penyempurnaan dari desain alternatif sarung tangan sehingga nilai dari sarung
tangan tersebut meningkat dan layak untuk direkomendasikan kepada para pekerja
hutan seperti operator chainsaw.
5.2 Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Persepsi Terhadap Sarung Tangan
Untuk mengetahui apakah sarung tangan tersebut sudah baik atau layak
secara statistik, maka digunakan metode Kruskal-Wallis. Berdasarkan pengolahan
dan analisis data lapangan, maka hasil uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut:
Tabel 14 Ranking sarung tangan pada operator chainsaw
Grup Kode sarung tangan N Mean rank
Operator chainsaw sarung tangan 1 8 7.44a
sarung tangan 2 8 20.25b
sarung tangan 3 8 9.81a
Total 24 Keterangan:
a = tidak berbeda nyata pada P-Value 0,001
b = berbeda nyata pada P-Value 0,001
N = jumlah pengamatan
Berdasarkan informasi pada Tabel 14, hasil uji Kruskal-Wallis
menunjukkan pada kasus tersebut memiliki P-Value < 0,05 yang berarti perlu
dilakukan uji lanjut Dunn untuk mengetahui sarung tangan mana yang paling
baik. Pada kelompok operator chainsaw, hasil uji lanjut Dunn menyatakan sarung
tangan pertama (ST1) dan sarung tangan ketiga (ST3) tidak memberikan pengaruh
berbeda atau sama baiknya, sedangkan pasangan perlakuan lainnya tidak.
Beberapa catatan penting dari kelompok operator chainsaw bahwa nilai diatas
dirasakan kurang objektif. Hal tersebut disebabkan para responden tidak bisa
menjawab wawancara dengan metode skala Likert secara benar. Sebagai contoh,
operator chainsaw merasa kesulitan dalam menyebutkan nilai dari setiap sarung
tangan. Untuk itu, dilakukan uji coba sarung tangan kepada selain operator
chainsaw agar lebih objektif.
Pihak selain operator chainsaw yang dimaksudkan pada penelitian ini
adalah mahasiswa dari Fakultas Kehutanan IPB. Pada kasus non-operator
chainsaw nilai yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel 15
28
Tabel 15 Ranking sarung tangan pada non-operator chainsaw
Grup Kode sarung tangan N Mean rank
Non-operator chainsaw sarung tangan 1 8 13.62a
sarung tangan 2 8 10.56a
sarung tangan 3 8 13.31a
Total 24
Keterangan:
a = tidak berbeda nyata pada P-Value 0,632
N = jumlah pengamatan
Pada Tabel 15, dalam kasus non-operator chainsaw diperoleh nilai yang
tidak berbeda jauh diantara ketiga sarung tangan tersebut. Hal ini diperkuat oleh
nilai P-value > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa H0
diterima pada hipotesis
awal, maka cukup bukti untuk mengatakan bahwa tidak ada perbedaan atau sama-
sama baik antar ketiga sarung tangan tersebut pada taraf nyata 5%. Hasil uji
Kruskal-Wallis tersebut menunjukkan bahwa persepsi non-operator chainsaw
terhadap ketiga sarung tangan tersebut adalah setiap masing-masing sarung tangan
memiliki kelebihan dan kekurangan dari setiap bagian-bagian sarung tangan.
5.3 Fungsi Sarung Tangan Sebagai Pereduksi Getaran
Mengingat getaran (mekanis) merupakan salah satu penyebab beratnya
beban yang diterima oleh operator chainsaw, maka menjadi sangat penting untuk
mengurangi atau meminimalisir getaran tersebut. Sarung tangan terkadang
direkomendasikan untuk menjawab dari permasalahan yang ada. seperti yang
dikatakan oleh Suma’mur (1977) Sarung tangan dapat mengurangi pengaruh
getaran mekanis mesin-mesin. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah
sarung tangan benar-benar terbukti dalam mereduksi getaran terutama getaran
mekanis, maka pengujian sarung tangan pun dilakukan dengan menggunakan
vibration meter. Selain itu, pengukuran getaran pada ketiga sarung tangan
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan efektifitas reduksi
getaran. Pengujian dengan perlakuan berbeda-beda terhadap ketiga sarung tangan
dan tanpa menggunakan sarung tangan sebagai kontrol. waktu pengukuran selama
30 detik untuk masing-masing perlakuan. Chainsaw dalam keadaan full speed dan
pengulangan selama tiga kali. Hasil pengukuran terhadap ketiga sarung tangan
dapat dilihat pada Tabel 16.
29
Tabel 16 Hasil pengukuran getaran pada berbagai macam perlakuan
No Perlakuan Pengulangan (full speed) ; (m/s
2)
Rata-rata (m/s2)
1 2 3
1 Tanpa ST 3.7 3.78 4.03 3.84
2 ST1 2.06 2.18 1,29 2.12
3 ST2 1.97 1.95 1.33 1.75 4 ST3 2.72 2.27 2.31 2.43
Keterangan:
ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340
ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240
ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif
Berdasarkan informasi pada Tabel 16, sarung tangan terbukti dapat
mereduksi getaran mekanis dan hal ini ditunjukkan dengan perbedaan angka
antara penggunaan sarung tangan saat percobaan dan tanpa menggunakan sarung
tangan. Tabel 16 menjelaskan bahwa dengan menggunakan sarung tangan nilai
percepatan yang diterima lebih kecil daripada tanpa menggunakan sarung tangan.
Artinya, penggunaan sarung tangan menjadi sangat penting terutama untuk
melindungi pekerja hutan seperti operator chainsaw karena sarung tangan terbukti
dapat mereduksi getaran mekanis yang diterima tubuh. Namun perbedaan nilai
getaran antara ketiga sarung tangan disebabkan bahan yang digunakan adalah
berbeda. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ada (2008) yang
menyatakan bahwa peredam getaran umumnya digunakan bahan-bahan kenyal
antara lain: karet, karet busa, plastik busa, wool. Efektifitas peredam tergantung
dari kekenyalan bahan.
5.4 Modifikasi Desain Sarung Tangan Alternatif
Informasi-informasi terkait ketiga sarung tangan terutama desain alternatif
sarung tangan yang telah diuji coba kepada responden menjadi dasar dalam
merancang atau memodifikasi sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw.
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai dan
memperbaiki serta menyusun suatu sistem, baik untuk sistem fisik maupun non
fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan
informasi yang ada (Nurmianto 2003). Berdasarkan informasi responden di
lapangan, hasil uji Kruskal-Wallis, serta efektifitas bahan sarung tangan dalam
meredam getaran. Oleh karen itu, perlu dilakukan modifikasi terhadap desain
30
sarung tangan alternatif untuk penyempurnaan desain alternatif sarung tangan
agar memenuhi kebutuhan operator chainsaw atau ergonomis.
Berdasarkan hasil uji coba sarung tangan desain alternatif dengan sarung
tangan konvesional, modifikasi terhadap desain sarung tangan alternatif adalah
dari sisi bentuk, dan dari jenis bahan yang digunakan. Bentuk menyesuaikan
kebutuhan operator tidak hanya dari sisi kenyamanan namun juga dari sisi
keamanan seperti pada tangan kanan hanya bagian telunjuk saja yang tidak
tertutup, ini dimaksudkan untuk kenyamanan menekan pemicu gas mesin gergaji
dan tetap memperhatikan perlindungan pada jari lainnya. Selain bentuk, jenis
bahan yang digunakan juga memperhatikan dari sisi keamanan dan kenyamanan.
Oleh karena itu, pada bagian telapak tangan disarankan menggunakan bahan karet
yang tidak kaku agar lebih nyaman dalam bergerak dan memiliki daya pegang
yang baik saat memegang mesin gergaji. Bahan yang akan digunakan sebaiknya
tidak hanya kuat, tetapi juga ringan. Selain itu, bahan yang akan digunakan tetap
memperhatikan harga dari kesanggupan operator chainsaw untuk membeli.
Apabila digambarkan, maka modifikasi desain alternatif sarung tangan
tersebut adalah:
1
2 3
a (tampak depan). b (tampak belakang).
Gambar 6 Modifikasi desain sarung tangan alternatif.
Keterangan:
1 = Jari telunjuk tangan kanan dibuat half finger agar lebih nyaman dalam menekan pemicu gas.
2 = Bagian telapak tangan menggunakan bahan karet yang tidak kaku, bahan tersebut cenderung
lebih murah jika dibandingkan dengan bahan kulit.
3 = Bagian punggung tangan disarankan menggunakan pelindung berbentuk mozaik agar lebih
nyaman tetapi masih memperhatikan sisi keamanan.
31
Hal-hal penting dalam penelitian ini terkait dengan sarung tangan adalah:
1. Desain Bentuk
Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk sarung tangan
ergonomis dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, dan
menyesuaikan dengan lingkungan disekitarnya. Dalam hal ini lingkungan sekitar
yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan yaitu mesin gergaji (chainsaw).
2. Pemilihan Bahan
Jenis bahan yang digunakan untuk sarung tangan sebaiknya tidak hanya
memperhatikan dari sisi keamanan dan kenyamanan dari bahan tersebut. Namun,
tetap memperhatikan besarnya harga yang menyesuaikan dengan kesanggupan
operator chainsaw untuk membelinya. Disarankan jenis bahan yang akan
digunakan sebaiknya memenuhi standar dari SNI sebagai acuan, seperti pada
dokumen SNI 06-1301-1989 (sarung tangan karet), dan SNI 06-0652-2005
(sarung tangan dari kulit sapi untuk kerja berat).
3. Pemilihan Warna
Selain bentuk dan jenis bahan, warna menjadi bagian terpenting dalam
desain produk. Penggunaan warna dalam desain sarung tangan tidak hanya
dimaksudkan untuk keindahan produk, akan tetapi fungsi dari warna tersebut
berpengaruh terhadap performansi kerja. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut kaitannya dengan pengaruh warna terhadap produktivitas kerja dibidang
kehutanan.
4. SNI
Produk yang dihasilkan sebaiknya memiliki sertifikasi seperti Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk menjamin produk baik untuk konsumen, maupun
produsen.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pekerja (operator chainsaw) menganggap penggunaan APD itu memang
penting untuk melindungi diri dari risiko kecelakaan. Kenyataannya, di lapangan
masih banyak yang tidak menggunakan APD dikarenakan saat ini APD yang ada
kurang nyaman untuk digunakan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa para pekerja lebih mementingkan sisi kenyamanan dari APD
(sarung tangan) tersebut dibandingkan dari sisi keamanan. Alternatif desain
sarung tangan ergonomis menjadi salah satu solusi dalam menjawab
permasalahan yang ada saat ini. Sehingga, diperoleh desain sarung tangan yang
sesuai untuk operator chainsaw dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu
memenuhi kriteria ketangkasan, kenyamanan, perlindungan, dan memiliki daya
pegang yang baik.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan sarung tangan
berdasarkan antropometri untuk mengetahui pengaruh ukuran terhadap
kenyamanan. Selain sarung tangan, masih banyak lagi APD yang sering tidak
dipergunakan oleh pekerja seperti operator chainsaw saat di lapangan. Oleh
karena itu, menjadi sangat penting untuk mendesain ulang APD seperti helm,
klep, earmuff , sepatu dan yang lainnya agar para pekerja bersedia menggunakan
APD tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ada YSB. 2008. Kebisingan, Pencahayaan, dan Getaran di Tempat Kerja. Mitra
XIV (3). [terhubung berkala]. http://isjd.pdii.lipi.go.id/ admin/ jurnal/
14308282290.pdf [15 Agustus 2012]
[Balai K3 Bandung]. 2008. Alat Pelindung Diri. http://hiperkes.wordpress.com/
2008/04/04/alat-pelindung-diri/ [06-09-2012]
[BSN] Badan Standardisasi Nasional.____. Profil Badan Standardisasi Nasional.
Perpustakaan BSN: Jakarta
Daniel. 1990. Applied Nonparametric Statistics 2nd ed. Boston: PWS-Kent
Publishing Company
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2009. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja
Departemen Kesehatan.http://www.depkes.go.id/download/Ergonomi/PDF
[12 Desember 2011]
[ILO] International Labour Office. 1998. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pekerjaan Kehutanan. Yanri Z, penerjemah; Elias, Widiatmoko P, editor.
International Labour Office. Geneva. Terjemahan dari: Safety and Health
in Forestry Work
[Kepmen] Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Kepmen. No
51/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Jakarta
[KepmenLH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kep
49/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Getaran. Jakarta
Mangkunegara. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. http://jurnal-
sdm.blogspot.com/ [12 Desember 2011]
Matangaran, JR. 2007. Pengetahuan tentang chainsaw (prinsip kerja dan
pengoperasian). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB
Moekijat.1995. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Alumni
Moekijat. 2002. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung: Pionir
Jaya
Savitri, LZ. 2011. Persepsi dan gangguan Konsentrasi Operator Chainsaw:
Pengaruh penggunaan APD [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB
Sucofindo. 2002. Buku Saku k3. Jakarta : PT (persero) Sucofindo
Suma’mur P.K. 1977. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pekerjaan
Kehutanan dan Industri Perkayuan. Jakarta: Lembaga Nasional Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan I.
34
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1989. Sarung Tangan Karet [SNI 06-1301-
1989]. Perpustakaan BSN: Jakarta
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2005. Sarung Tangan Dari Kulit Sapi Untuk
Kerja Berat [SNI 06-0652-2005]. Perpustakaan BSN: Jakarta
Yovi EY, Takimoto Y, Ichihara K, Matsubara C. 2005. A study workload and
work efficiency in timber harvesting by using chainsaw in pine plantation
forest in Java Island – clear cutting operation. Applied Forest Science.
14(1): 17~26
Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical Load Indicator Unit in Forest Work
Operation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika XIII (3): 140~145.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Persepsi Pekerja Terhadap Penggunaan APD
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Pengalaman Kerja (Tahun) :
Lama Kerja (jam/hari) :
Daerah Asal :
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda mengetahui apa itu APD dan
macam-macamnya? (ya/tidak)
Sebutkan :
2 Apakah anda mengetahui peraturan menggunakan APD?
3 Apakah anda mengetahui fungsi dari APD
tersebut? (ya/tidak)
Sebutkan :
a. pelindung kepala (helmet)
b. penutup telinga (ear muff/ear plug)
c. kacamata (eye google)
d. masker
e. sarung tangan
f. pakaian pelindung
g. sabuk (safety belt)
h. Sepatu (safety shoes)
4 Menurut anda apakah APD tersebut sudah
nyaman? (ya/tidak)
sebutkan beserta alasannya :
5 Seberapa sering anda menggunakan APD
tersebut saat bekerja?
6 Kendala tidak menggunakan sarung tangan?
a. Desain
b. Harga
c. Ketersediaan
d. Efektifitas Perlindungan
e. Lainnya...
7 Rekomendasi anda sarung tangan yang nyaman
seperti apa?
37
Lampiran 2 Persepsi Pengguna Chainsaw Terhadap Sarung Tangan
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Pengalaman Kerja (Tahun) :
Lama Kerja (jam/hari) :
Daerah Asal :
No Pernyataan Tanggapan 1 Tanggapan 2 Tanggapan 3
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Kemampuan tangan
memegang chainsaw dengan
erat (tidak licin)
2 Reaksi telapak tangan ketika
memegang chainsaw saat
menyala (dengan sarung
tangan).
3 Kenyamanan/ keleluasaan
daerah punggung tangan &
pergelangan tangan saat
menggunakan sarung tangan.
4 Kenyamanan mengontrol jari
dalam mengendalikan
chainsaw (menekan tombol
gas) pada saat menggunakan
sarung tangan.
5 Kenyamanan suhu di dalam
sarung tangan saat digunakan.
6 Berapa skor/tingkat perasaan
aman Sarung tangan saat
dipergunakan
7 Secara keseluruhan berapa
skor tingkat kenyamanannya
sarung tangan ini?
Keterangan: 1 = Sangat tidak baik
2 = Tidak baik
3 = Sedikit baik
4 = baik
5 = Sangat baik
38
Lampiran 3 Hasil Uji Kruskal-Wallis
1. Operator chainsaw
Rank
Grup Kode sarung tangan N Mean rank
Operator chainsaw sarung tangan 1 8 7.44
sarung tangan 2 8 20.25
sarung tangan 3 8 9.81
Total 24
Test Statisticsa,b
Operator
Chi-Square 15.036 Df 2
Asymp. Sig. 0.001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kode sarung tangan
Dari hasil diatas p-value < 5% maka perlu dilakukan uji lanjut Dunn untuk
mengetahui sarung tangan mana yang berpengaruh terhadap kenyamanan.
Uji Dunn
Diketahui:
Kode Rataan peringkat Rataan i
Rataan j abs (Rataan i -Rataan j)
ST1 7,44 ST1 - ST2 12,81
ST2 20,25 ST1 - ST3 2,37 ST3 9,81 ST2 - ST3 10,44
Hipotesis
H0 = MSTi = MSTj (Sarung tangan ke-i dan ke-j berpengaruh sama terhadap
kenyamanan)
H1 = MSti ≠ MSTj (sarung tangan ke-i dan ke-j memberikan pengaruh berbeda
terhadap kenyamanan)
Statistik Uji:
2 3
( 1)
( 1)
6 ( 1)k k
k N N t tZ
N N
=
2 3 3 3 3 3 3 3 3
0.05
3(2)
3 24(24 1) ((4 2 2 4 2 2 2 2 ) (4 2 2 4 2 2 2 2)
6(24)(24 1)
Z
=
0,008
3 13800 156
6(24)(24 1)
Z
=
2,41 12,3587 = 8,472
39
Lampiran 3 Hasil Uji Kruskal-Wallis (lanjutan)
Pasangan perbandingan:
| 1 2ST STR R |=12,81 > 8,472 [ tolak H0 (berbeda nyata)]
| 1 3ST STR R |= 2,37 < 8,472 [terima H0 (tidak berbeda nyata)]
| 2 3ST STR R |=10,44 > 8,472 [tolak H0 (berbeda nyata)]
Kesimpulan :
Sarung tangan 1 dan 3 tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kenyamanan, tetapi baik sarung tangan 1 dan 3 terhadap sarung tangan 2
memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5%.
2. Non-operator chainsaw
Rank
Grup Kode sarung tangan N Mean rank
Non-operator chainsaw sarung tangan 1 8 13.62
sarung tangan 2 8 10.56
sarung tangan 3 8 13.31
Total 24
Test Statisticsa,b
Non-operator
Chi-Square 0.917
Df 2 Asymp. Sig. 0.632
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kode sarung tangan
H0: tidak ada perbedaan kenyamanan antar ketiga sarung tangan
H1: minimal 2 jenis sarung tangan yang memberikan pengaruh berbeda terhadap
kenyamanan
Kesimpulan:
p-value Uji Kruskall-Walis = 0,632 > alpha 5%, sehingga terima H0, maka cukup
bukti untuk mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kenyamanan antar ketiga
sarung tangan apada taraf nyata 5%.
40
Lampiran 4 Grafik deskripsi penilaian operator chainsaw terhadap sarung tangan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3
Ketangkasan Keamanan Daya Pegang Kenyamanan
Ju
mla
h r
esp
on
den
Kategori
Jumlah Responden terkait Penilaian Sarung Tangan
pada empat kategori
sangat tidak nyaman
tidak nyaman
sedikit nyaman
nyaman
sangat nyaman
41
Lampiran 5 Grafik deskripsi penilaian non-operator chainsaw terhadap sarung tangan
0
1
2
3
4
5
6
ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3
Ketangkasan Keamanan Daya Pegang Kenyamanan
Ju
mla
h R
esp
on
den
Kategori
Jumlah Responden terkait Penilaian Sarung Tangan
pada empat kategori
sangat tidak nyaman
tidak nyaman
sedikit nyaman
nyaman
sangat nyaman