kesehatan keselamatan kerja

54
PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DALAM KEGIATAN PENEBANGAN POHON MELALUI DESAIN SARUNG TANGAN UNTUK OPERATOR CHAINSAW MUHIBUDIN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

description

Kesehatan Keselamatan

Transcript of kesehatan keselamatan kerja

Page 1: kesehatan keselamatan kerja

1

PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) DALAM KEGIATAN PENEBANGAN POHON

MELALUI DESAIN SARUNG TANGAN

UNTUK OPERATOR CHAINSAW

MUHIBUDIN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: kesehatan keselamatan kerja

2

PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3) DALAM KEGIATAN PENEBANGAN POHON

MELALUI DESAIN SARUNG TANGAN

UNTUK OPERATOR CHAINSAW

MUHIBUDIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: kesehatan keselamatan kerja

3

RINGKASAN

MUHIBUDIN. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam

Kegiatan Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator

Chainsaw. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

Pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan berbahaya dan

memiliki risiko kecelakaan yang tinggi. Pekerja hutan yang memiliki beban kerja

paling berat di bidang kehutanan adalah operator chainsaw. Salah satu faktor yang

menyebabkannya adalah getaran, baik getaran akustik (kebisingan) maupun

getaran mekanik yang berasal dari mesin gergaji (chainsaw). Gejala atau efek

yang ditimbulkan dari getaran tersebut dapat mengakibatkan penyakit akibat

kerja. Untuk itu pengendalian getaran menjadi sangat penting untuk melindungi

operator chainsaw. Salah satu bentuk upaya dalam pengendalian getaran adalah

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan. Kenyataannya, di

lapangan masih banyak operator chainsaw yang enggan menggunakan APD.

Salah satu faktor operator chainsaw enggan menggunakan sarung tangan adalah

desain yang ada saat ini tidak sesuai atau belum nyaman. Oleh karena itu,

pembuatan desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw

sangat penting dilakukan sebagai solusi dari masalah yang ada saat ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengujian sarung

tangan, dan wawancara dengan kuesioner tertutup untuk mengetahui persepsi

responden terhadap sarung tangan yang di uji. Informasi yang diperoleh dalam

wawancara dijadikan dasar dalam pembuatan atau penyempurnaan desain sarung

tangan alternatif. Untuk mengetahui efektifitas kenyamanan dari sarung tangan

tersebut secara statistik digunakan uji non parametrik dengan metode Kruskal-

Wallis.

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa pada kelompok operator

chainsaw, perbandingan antara desain sarung tangan alternatif dengan sarung

tangan konvesional terdapat perbedaan. Namun, menurut persepsi dari pihak

lainnya bahwa sarung tangan konvesional dengan desain sarung tangan alternatif

memiliki nilai yang sama. Hal ini disebabkan setiap sarung tangan memiliki

kelebihan dan kelemahan masing-masing. Berdasarkan hasil pengukuran getaran terhadap perlakuan penggunaan

sarung tangan dan tanpa sarung tangan. Sarung tangan terbukti dapat meredam

getaran, perbedaan besarnya nilai getaran yang bisa diredam tergantung dari jenis

bahan sarung tangan yang digunakan.

Berkaitan dengan sarung tangan, maka terdapat empat hal penting dalam

penelitian ini untuk membuat sarung tangan, yaitu: desain bentuk, pemilihan

bahan, pemilihan warna, dan sertifikasi produk.

Kata Kunci: APD, Chainsaw, Getaran, Sarung Tangan

Page 4: kesehatan keselamatan kerja

4

SUMMARY

MUHIBUDIN. Safety Protection and Occupational Health (K3) in Tree Felling

with Glove Designs for Chainsaw Operators. Supervised by EFI YULIATI YOVI.

Certain employment in forestry may be exposed to unexpected danger and

high risk of accident. Forest workers who have the haviest workload in forestry

are chainsaw operators since they have to deal with vibrations, both acoustic and

mechanical, that come from a chainsaw. Needles to say, the vibration can result in

occupational diseases. Keeping this in mind, the vibration control becomes very

important to protect chainsaw operators. One of the effort to control the vibration

is by using Personal Protection Equipment (PPE) such as gloves, regardless of the

fact that in the field a lot of chainsaw operators are still reluctant to use PPE. For

one thing, it is simply because they do not feel comfortable with the existing

designs. Therefore, the creation of alternative designs of ergonomic gloves for

chainsaw operators is indispensible as the solution to the present problem.

The data collection methods used were test on gloves, and interviews with

closed questionnaires to determine the respondents’ perception of the gloves

tested. The information obtained in the interviews was used as the basis in the

improvement of the manufacture or design of alternative gloves. To determine the

effectiveness of the comfort of the gloves, non parametric tests with Kruskal-

Wallis method were statistically used.

Kruskal-Wallis test results indicated that for the group of chainsaw

operators a comparison between gloves with an alternative design and

conventional gloves showed a difference. However, according to the perception of

some people, the two kinds of gloves did not show a significant difference. This is

due to each pair of the gloves has its own advantages and disadvantages.

Based on the measurement of vibrations to treatment with or without the

use of gloves, gloves proved to be able to reduce vibrations, and the difference in

the vibration values could be mitigated, depending on the type of materials used.

In connection with the gloves, there are four important things to

considered in this study, namely: shape design, material selection, color selection,

and product certification.

Keywords: PPE, Chainsaw, Vibration, Gloves

Page 5: kesehatan keselamatan kerja

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perlindungan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Kegiatan Penebangan Pohon

melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator Chainsaw” adalah benar-benar

hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah

digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.

Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2012

Muhibudin

Page 6: kesehatan keselamatan kerja

6

Judul Penelitian : Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam

Kegiatan Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan

untuk Operator Chainsaw

Nama : Muhibudin

NIM : E14080076

Menyetujui:

Dosen Pembimbing,

Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc

NIP 19740724 199903 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan,

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS

NIP 19630401 199403 1 001

Tanggal:

Page 7: kesehatan keselamatan kerja

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Kegiatan

Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator Chainsaw”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di RPH Maribaya

dan RPH Tenjo, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III

Jawa Barat dan Banten.

Skripsi ini dapat terwujud karena adanya dukungan dan bantuan dari

banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan

semoga Allah SWT memberikan berkah yang melimpah.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, November 2012

Muhibudin

Page 8: kesehatan keselamatan kerja

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor, pada tanggal 09 September 1990 sebagai anak ke

empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Maman Abdul Malik, S.P.di dan

Ibu Yayah. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah

Menengah Atas Taman Islam Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima

di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Setelah menempuh Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun,

penulis akhirnya masuk sebagai mahasiswa Manajemen Hutan, Departemen

Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama masa perkuliahan penulis menempuh bantuan beasiswa BAZNAS

(Badan Amil Zakat Nasional) pada tingkat TPB dan memperoleh beasiswa BBM

pada tingkat akhir. Selain itu penulis pun aktif di beberapa organisasi

kemahasiswaan kampus yaitu sebagai Staf DRT DKM Ibaadurahman FAHUTAN

IPB (2009-2010), Staf DRT Asrama Sylvasari IPB (2009-2010), Staf Kelompok

Studi Perencanaan FMSC (2011-2012), dan menjadi sekretaris umum DKM

Ibaadurahman Fahutan IPB (2011-2012).

Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di

daerah Baturaden-Cilacap pada tahun 2010, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di

Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi pada tahun 2011. Praktik Kerja

Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT ARFAK INDRA Fak-fak Papua Barat pada

tahun 2012. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan survey IHMB di PT

Sumatra Sylvalestari daerah Tapanuli Selatan Sumatra Utara pada tahun 2010.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul “Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam

Kegiatan Penebangan Pohon melalui Desain Sarung Tangan untuk Operator

Chainsaw” di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

dibimbing oleh Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc.

Page 9: kesehatan keselamatan kerja

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik

secara moral maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak terutama Ayahanda Maman Abdul Malik, S.P.di dan Ibu Yayah serta ketiga

saudara Neni Nurmayasari, S.Farm, Apt, Mohamad Iqbal, dan Ahmad Khoeroni

yang selalu memberikan do’a, motivasi dan nasihatnya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc sebagai dosen pembimbing

sekaligus sebagai orang tua di bidang akademik atas bimbingan, ide, saran,

nasihat, dan ilmu yang telah diberikan.

2. Keluarga Besar Asrama Sylvasari atas bantuan, semangat, dan do’a yang telah

diberikan oleh kakanda dan adinda di Sylvasari terutama untuk Usmawan 45:

Didin Saepudin, Ali Sarton, Solekhuddin, Ahmad Shofiyullah Zain, Agung

Fadillah, Agum Gunawan Supangkat, Charis Wibowo, M. Sugeng, Ade

Supriatna, dan Hendra J.A.

3. Keluarga Besar Asrama Sylvapinus atas kekeluargaan, motivasi dan tempat

yang kondusif dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

4. Teman-teman MNH IPB angkatan 45 atas kebersamaan, kepedulian,

kekeluargaan dan do’a yang telah diberikan terkhusus untuk Hesti, Tira,

Penta, Rully, Willi, dan Wiwi yang telah banyak membantu dalam penelitian.

5. Teman satu bimbingan (Widya Prajawati, Yulifa Devi Dwijayanti, Reza

Ahda) atas kerjasama dan motivasi selama bimbingan.

6. Teman satu PKL (Anggi Hapsari, Siti Hanafiah Hegemur) atas bantuannya

mengumpulkan informasi awal penelitian saat kegiatan studi lapang.

7. H. Didin Hafiduddin selaku ketua umum BAZNAS atas dukungannya

terutama dalam bentuk beasiswa yang telah diberikan kepada penulis.

8. Pihak lainnya yang tidak disebutkan satu-persatu namun telah membantu dan

memberikan do’anya untuk kelancaran penyelesaian karya ilmiah ini.

JAZAKALLAH KHAIRAN KATSIRAN

Page 10: kesehatan keselamatan kerja

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................. 3

2.2 Ergonomi ...................................................................................... 3

2.3 Pengaruh Warna dalam Performansi Kerja .................................... 4

2.4 Chainsaw ....................................................................................... 4

2.5 Getaran .......................................................................................... 5

2.6 NAB Getaran Lengan dan Tangan ................................................. 6

2.7 Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................ 6

2.8 Sarung Tangan .............................................................................. 7

2.9 Metode Non parametrik dalam Statistika ....................................... 7

2.10 Profil Badan Standardisasi Nasional ............................................. 10

2.11 Standar Nasional Indonesia (SNI) ................................................. 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 14

3.2 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 14

3.3 Kerangka Penelitian....................................................................... 14

3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................ 15

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Letak dan Luas Areal ..................................................................... 21

4.2 Topografi dan Iklim ....................................................................... 21

Page 11: kesehatan keselamatan kerja

ii

4.3 Geologi ......................................................................................... 22

4.4 Daerah Aliran Sungai .................................................................... 22

4.5 Kondisi Sumberdaya Hutan ........................................................... 23

4.6 Kondisi Sosial ............................................................................... 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Responden Terhadap Ketiga Sarung Tangan .................. 25

5.2 Hasil Uji Kruskal-Wallis ............................................................... 27

5.3 Fungsi Sarung Tangan sebagai Pereduksi Getaran ......................... 28

5.4 Modifikasi Desain Sarung Tangan Alternatif ................................. 29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 32

6.2 Saran ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 35

Page 12: kesehatan keselamatan kerja

iii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan ................ 6

2 Skema keempat tipe skala pengukuran ....................................................... 8

3 Contoh metode statistika parametrik dan non parametrik dalam pengujian

hipotesis statistika ...................................................................................... 9

4 Persyaratan mutu sarung tangan karet ........................................................ 11

5 Persyaratan mutu bahan kulit sapi untuk sarung tangan .............................. 12

6 Persyaratan ukuran sarung tangan .............................................................. 13

7 Persyaratan mutu pengerjaan ...................................................................... 13

8 Sebaran jenis tanah dan batuan pembentuk tanah kawasan hutan KP

Acacia mangium ........................................................................................ 22

9 Pembagian wilayah KP Acacia mangium berdasarkan aliran DAS ............. 23

10 Rekapitulasi luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Bogor berdasarkan

wilayah administratif pemerintahan Tahun 2010 ........................................ 23

11 Luas fungsi kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan wilayah

administratif pemerintahan Tahun 2010 ................................................ 24

12 Penilaian operator chainsaw ....................................................................... 25

13 Penilaian non-operator chainsaw ................................................................ 26

14 Ranking sarung tangan pada operator chainsaw ......................................... 27

15 Ranking sarung tangan pada non-operator chainsaw .................................. 28

16 Hasil pengukuran getaran pada berbagai macam perlakuan ........................ 29

Page 13: kesehatan keselamatan kerja

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Sarung tangan (ST) krisbow KW10-340 ...................................................... 16

2 Sarung tangan (ST) krisbow KW10-240 ...................................................... 16

3 Percobaan sarung tangan di lapangan........................................................... 16

4 a) Desain sarung tangan alternatif (tampak depan) ....................................... 17

b) Desain sarung tangan alternatif (tampak belakang) .................................. 17

5 Realisasi desain sarung tangan alternatif ...................................................... 18

6 a) Modifikasi desain sarung tangan alternatif (tampak depan) ...................... 30

b) Modifikasi desain sarung tangan alternatif (tampak belakang) ................. 30

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Kuesioner persepsi pekerja terhadap penggunaan APD ............................. 36

2 Kuesioner persepsi pengguna chainsaw terhadap sarung tangan ................. 37

3 Hasil uji Kruskal-Wallis ............................................................................. 38

4 Grafik penilaian operator chainsaw terhadap sarung tangan ...................... 40

5 Grafik penilaian non-operator chainsaw terhadap sarung tangan ............... 41

Page 14: kesehatan keselamatan kerja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yovi (2007) mengemukakan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan

merupakan jenis pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti

lingkungan kerja yang sulit, pekerjaan fisik yang berat (melebihi kapasitas kerja

pekerja hutan), dan risiko kecelakaan yang tinggi. Pekerja hutan yang memiliki

beban kerja paling berat (Yovi et al. 2005) di bidang kehutanan adalah operator

chainsaw. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah getaran, baik getaran

akustik (kebisingan) maupun getaran mekanik yang berasal dari mesin gergaji

(chainsaw). Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan

peralatan kegiatan manusia (Kep. No 49/MEN-LH/1996). Gejala atau efek yang

ditimbulkan dari getaran tersebut dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja

dalam bentuk gangguan darah perifer, syaraf perifer, otot, tendon serta tulang dan

sendi (Ada 2008).

Pengendalian getaran menjadi sangat penting untuk melindungi pekerja di

bidang kehutanan seperti operator chainsaw. Salah satu bentuk upaya dalam

pengendalian getaran adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti

sarung tangan. Kenyataannya, di lapangan masih banyak operator chainsaw yang

enggan menggunakan APD. Padahal, begitu banyak peraturan yang mewajibkan

menggunakan APD tersebut seperti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 3

Ayat (1) Butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk

memberikan APD. Pasal 9 Ayat (1) Butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan

dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD. Pasal 12 Butir b:

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk

memakai APD. Pasal 14 Butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara

cuma-cuma. Permenakertrans 01/MEN/1981 Pasal 4 Ayat (3) menyebutkan

kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja

yang menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja (Balai K3

Bandung 2008).

Page 15: kesehatan keselamatan kerja

2

1.2 Perumusan Masalah

Faktor-faktor yang menyebabkan operator chainsaw enggan menggunakan

APD khususnya sarung tangan adalah desain, harga, ketersediaan, efektivitas

perlindungan, dan keawetan atau keausan. Batasan dalam penelitian ini adalah

mengenai desain, dengan mendesain ulang sarung tangan yang sudah ada

berdasarkan hasil persepsi dari operator chainsaw dan pihak lain.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi persepsi atau penilaian pekerja terhadap penggunaan

APD berupa sarung tangan.

2. Membuat desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator

chainsaw.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara:

1. Khusus

Bermanfaat untuk operator chainsaw dalam menerapkan APD seperti

sarung tangan, sebagai salah satu upaya dalam perlindungan keselamatan

dan kesehatan kerja.

2. Perusahaan

Menjadi masukan baik ditempat perusahaan yang dilakukan penelitian,

maupun perusahaan-perusahaan di kehutanan lainnya dalam menerapkan

APD untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Umum

Menambah wawasan bagi pembaca mengenai pentingnya APD dalam

bidang kehutanan, serta membantu akademisi dalam mencari literatur.

Page 16: kesehatan keselamatan kerja

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.2 Pengertian K3

Menurut Mangkunegara (2002) keselamatan dan kesehatan kerja

adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk

menuju masyarakat adil dan makmur.

2.2.2 Tujuan K3

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan

kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pekerja.

e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.2 Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya

dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat

bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah

penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan

stres yang akan dihadapi (Depkes 2009).

Page 17: kesehatan keselamatan kerja

4

2.3 Pengaruh Warna dalam Performansi Kerja

Performansi kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya

adalah lingkungan fisik tempat kerja. Lingkungan fisik adalah sesuatu yang

berada di sekitar para pekerja yang meliputi warna, cahaya, udara, suara serta

musik yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan (Moekijat 1995:135). Salah satu hal yang sangat berpengaruh

terhadap lingkungan fisik tempat kerja adalah warna. Aspek warna dapat

diaplikasikan dalam tempat kerja melalui permainan warna dalam desain baik

desain peralatan, produk, atau media-media lain di sekitar tempat kerja seperti

dinding, lantai, dan sebagainya.

Beberapa penelitian menunjukan hubungan positif antara arti warna dilihat

dari sudut pandang aspek aesthetic, psychological, physiological, associative, dan

symbolic dengan efek warna pada desain lingkungan kerja terhadap performansi

kerja. Misalnya penelitian yang membuktikan bahwa warna merah cocok untuk

meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi pada hal-hal yang detail

dan warna biru cocok untuk meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan

kreativitas. Hal ini sejalan dengan ilmu fisiologi yang menyatakan bahwa warna

merah menstimulasi tubuh dan pikiran, ilmu psikologi yang menyatakan bahwa

warna biru memberikan kesan ketenangan pikiran atau perasaan tenang, serta ilmu

psikologi yang menyatakan bahwa warna merah memberi kesan intimidasi dan

memicu emosi (Moekijat 1995).

2.4 Chainsaw

Chainsaw (gergaji rantai) adalah gergaji yang menggunakan mesin untuk

menggerakkan rantai gergajinya. Pada awalnya orang menebang atau memotong

kayu dengan gergaji manual. Setelah mesin ditemukan maka mesin diaplikasikan

pada gergaji untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Chainsaw pada awal

pembuatan adalah chainsaw yang lebih besar dan berat (lebih dari 60 kg) bahkan

dioperasikan secara stasioner oleh lebih dari satu orang operator. Pada saat ini

chainsaw sudah mengalami puluhan modifikasi bentuk dan aplikasi teknologi

baru sehingga lahirlah chainsaw dengan teknologi mutakhir berupa chainsaw

lebih kecil dan lebih ringan serta putaran mesin yang sangat cepat (>15 rpm).

Page 18: kesehatan keselamatan kerja

5

Beberapa merk chainsaw terbaru tidak menggunakan engine berbahan bakar

minyak tetapi menggunakan tenaga listrik. Chainsaw terbaru juga dilengkapi

dengan pengaman atau penangkap rantai, rem rantai, anti vibrasi, serta pelumasan

otomatis. Teknologi bahan pada bilah (guide bar) semakin berkembang sehingga

diaplikasi bilah yang lebih ringan tetapi tahan terhadap gesekan, tekanan dan

panas. Semua hal ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan dan

keselamatan kerja bagi operator chainsaw sekaligus meningkatkan produktivitas

kerjanya.

Komponen chainsaw dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu body,

engine, bilah dan rantai. Body atau rangka adalah tempat komponen engine

(motor), clutch, alat pengatur serta tempat ditambatkannya guide bar dan chain.

Pada body ini juga ditambatkan karburator, tangki pelumas, tangki bahan bakar,

pengaman rantai, pegangan (handle), dan starter. Engine atau motor adalah mesin

penggerak atau pembangkit tenaga berupa motor 2 tak untuk menghasilkan energi

mekanik yang memutar sumbu engkol yang pada akhirnya menggerakkan rantai.

Besarnya engine sejalan dengan besar tenaga yang dihasilkannya, tetapi yang

lebih utama pada chainsaw adalah jumlah putaran sumbu engkol (rpm). Makin

tinggi rpm yang dihasilkan makin cepat rantai berputar. Makin cepat rantai

berputar maka makin cepat pula mengerat atau memotong kayu. Bilah dan rantai

merupakan titik pemanfaatan tenaga mesin dimana bilah (guide bar) adalah

tempat lalunya atau berjalannya rantai. Sedangkan rantai (chain) untuk memotong

atau mengerat kayu. Rantai terdiri beberapa bagian rantai. Terdapat 3 bagian

rantai yang menyatu dalam satu untaian. Rantai yang bergerak disepanjang bilah

(drive link), cutter (pengerat/memotong kayu) dan tie strap merupakan mengunci

atau pengikat drive link dan cutter (Matangaran 2007).

2.5 Getaran

Getaran adalah gerak bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang

terhadap suatu titik acuan, sedangkan getaran mekanik adalah getaran yang

ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep. MENLH No: KEP-

49/MENLH/11/1996).

Page 19: kesehatan keselamatan kerja

6

Dalam kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara

umum terbagi atas (Sucofindo 2002):

a. Getaran seluruh tubuh

Merupakan getaran yang biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan

seperti traktor, bus, helikopter, dan kapal. Efek yang ditimbulkan berupa

ketidaknyamanan karena goyangan organ, dan menurut beberapa penelitian

dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang

(Harrington dan Gill 2005).

b. Getaran tangan lengan.

Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga pekerja seperti operator

chainsaw, penempa palu, tukang potong rumput, dan lain-lain. Efek getaran jenis

ini berupa kelainan pada peredaran darah dan persyarafan, serta kerusakan pada

persendian dan tulang-tulang.

2.6 Nilai Ambang Batas Getaran Lengan Tangan

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batasan nilai yang masih dapat

diterima atau ditoleransi. Menurut keputusan menteri tenaga kerja no.

51/KEP/MEN/1999 bahwa nilai ambang batas getaran alat kerja yang kontak

langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan

sebesar 4 m/det2.

Tabel 1 Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan

Jumlah waktu/hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan

m/det2

G

4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,4

2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

Kurang dari 1 jam 12 1,22 Sumber: Menteri Tenaga Kerja nomor: KEP/51/MEN/1999

Catatan: 1 G = 9,81 m/det2

2.7 Alat Pelindung Diri (APD)

APD merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja seperti

pekerja kehutanan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya terhadap

kemungkinan adanya potensi kecelakaan kerja.

Page 20: kesehatan keselamatan kerja

7

Jenis-jenis APD untuk Operator Chainsaw (ILO 1998)

a. Sepatu keselamatan

b. Celana keselamatan

c. Pakaian tertutup

d. Sarung tangan

e. Topi pengaman

f. Klep (mesh)

g. Earmuff

2.8 Sarung Tangan

Sarung tangan adalah sejenis pakaian yang menutupi lengan dan berfungsi

melindungi pekerja dari sayatan, goresan, pecahan dan duri-duri yang ditemukan

dalam semua jenis pekerjaan kehutanan dan perkayuan. Sarung tangan juga dapat

mengurangi pengaruh getaran mekanis mesin-mesin (Suma’mur 1977).

2.9 Metode non parametrik dalam Statistika

2.9.1 Skala Pengukuran

Berdasarkan skala pengukuran, data digolongkan dalam empat tipe,

yaitu data nominal, ordinal, interval dan rasio. Data nominal dan ordinal

adalah data kategorik, sedangkan interval dan rasio merupakan data numerik.

a. Skala nominal

Skala ini merupakan skala pengukuran paling rendah. Angka-angka

yang tersaji dalam skala nominal ini hanya sebagai penggolongan agar dapat

dibedakan saja dan tidak mengukur besaran. Sebagai contoh, dalam

pengkodean jenis kelamin; kode 1 laki-laki dan 0 untuk perempuan hanya

untuk membedakan antara jenis laki-laki dan perempuan tidak berarti nilai

laki-laki lebih daripada perempuan.

b. Skala ordinal

Skala ordinal hampir sama dengan skala nominal. Hanya saja, selain

untuk membedakan, skala ordinal sudah mempunyai urutan tingkatan. Dalam

skala ordinal, angka 1 memiliki nilai lebih tinggi daripada 0. Meskipun

demikian, jarak antara 0 dan 1 tidak bisa dijelaskan. Contoh skala ordinal

adalah tingkat kepuasan (misalnya dalam important and performance

analysis); sangat puas (5), puas (4), cukup puas (3), tidak puas (2), dan sangat

tidak puas (1). Angka-angka ini memiliki makna bahwa 2 lebih besar dari 1, 3

Page 21: kesehatan keselamatan kerja

8

lebih besar dari 2 dan 1, dan seterusnya. Tetapi, jarak atau selisih antara 1 dan

2, 2 dan 3, dan lainnya tidak mempunyai makna apapun.

c. Skala interval

Pada skala interval (atau skala selang), angka-angka yang disajikan

menunjukkan tingkatan dan angka yang berurutan memiliki interval (jarak)

yang sama. Ciri utama skala interval adalah tidak mempunyai titik dasar (nol)

mutlak sehingga operasi perbandingan tidak dapat dilakukan. Contoh skala

interval adalah pada pengukuran suhu dengan standar derajat Celcius (0C).

Suhu 400 dan 20

0 memiliki selisih yang sama dengan suhu 80

0 dan 60

0 yaitu

200, akan tetapi suhu 40

0 tidak berarti 2 kali lebih panas dari 20

0. Demikian

juga bahwa suhu 00 tidak berarti bahwa tidak mempunyai panas.

d. Skala Rasio

Skala rasio merupakan skala pengukuran tertinggi. Selain dapat

membedakan, menunjukkan tingkatan, dan memiliki interval yang sama antar

dua nilai yang berurutan, skala rasio dapat dibandingkan karena mempunyai

nilai dasar (nol) multak. Contohnya adalah tinggi badan, harga barang, jumlah

produksi dan lain-lain.

Tabel 2 Skema keempat tipe skala pengukuran

Data Skala Dapat

dibedakan

Ada urutan

tingkatan

Memiliki

interval sama

Dapat

dibandingkan

Kategorik Nominal √

Ordinal √ √

Numerik Interval √ √ √

Rasio √ √ √ √

Sumber: Daniel (1990)

Mengenal jenis data penting dalam statistika karena sangat

berhubungan dengan analisis statistika yang akan digunakan. Beberapa

analisis statistika mensyaratkan skala data tertentu. Jika skala data tidak

relevan dengan analisis yang digunakan, hasil yang akan diperoleh akan tidak

sah.

2.9.2 Metode non parametrik

Dalam inferensia statistika, dikenal dengan dua metode yaitu metode

parametrik dan metode non parametrik. Perbedaan mendasar antara keduanya

Page 22: kesehatan keselamatan kerja

9

terletak pada penggunaan asumsi mengenai populasi. Dalam melakukan

pendugaan parameter, inferensia atau penarikan kesimpulan mengenai

populasi, metode parametrik memberikan asumsi bahwa populasi menyebar

menurut sebaran tertentu. Sebagai contoh, analisis ragam (ANOVA)

memberikan asumsi bahwa contoh berasal dari populasi yang menyebar

normal dengan ragam yang homogen. Jika asumsi ini tidak terpenuhi,

kesimpulan yang diperoleh menjadi tidak valid.

Jika asumsi yang mendasari metode parametrik tidak terpenuhi, kita

dapat menggunakan metode inferensia lain yang tidak terlalu bergantung pada

asumsi baku. Metode non parametrik pada banyak kasus dapat digunakan

untuk keperluan ini. Metode non parametrik tidak membutuhkan asumsi

mengenai sebaran data populasi. Karena itu, metode ini sering disebut

distribution-free method. Statistika non parametrik mencakup pemodelan

statistika, pengujian hipotesis dan inferensia atau penarikan kesimpulan

tentang populasi. Meskipun demikian, jika asumsi yang mendasari metode

statistika parametrik dapat dipenuhi, penggunaan statistika non parametrik

tidak begitu disarankan.

Kelebihan metode non parametrik antara lain: (1) asumsi yang

diperlukan sangat minimum (2) pada beberapa prosedur, perhitungan dapat

dilakukan dengan mudah dan cepat, (3) konsep dan metode lebih mudah

dipahami dan (4) dapat diterapkan pada data dengan skala yang lebih rendah.

Sedangkan kekurangan dari metode non parametrik antara lain: (1) karena

sangat sederhana dan cepat, perhitungan dalam prosedur non parametrik

terkadang dapat ‘membuang’ informasi dari data, (2) meskipun perhitungan

sangat sederhana, prosedur non parametrik akan sangat membosankan

terutama ketika data yang digunakan berukuran besar.

Tabel 3 Contoh metode statistika parametrik dan non parametrik dalam

pengujian hipotesis statistika

Pengujian Metode

Parametrik Nonparametrik

Uji nilai tengah satu populasi Uji-T Uji tanda Uji perbedaan nilai tengah dua populasi yang

saling bebas Uji-T Uji Mann-Whitney

Uji perbedaan nilai tengah lebih dari dua populasi Uji-F (ANOVA Uji Kruskal-Wallis

Uji korelasi antar dua variable Korelasi Pearson Korelasi Spearman

Sumber: Daniel (1990)

Page 23: kesehatan keselamatan kerja

10

2.10 Profil Badan Standardisasi Nasional (BSN)

Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah

Non Kementrian yang memiliki tugas pokok membina dan mengembangkan

standardisasi di Indonesia. Pembentukan badan pemerintah ini dilakukan pada

tahun 1997 melalui Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997 yang disempurnakan

dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir

dengan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001. Badan ini menggantikan fungsi

dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang

Standardisasi Nasional, maka BSN menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

yang perumusannya dilakukan secara konsensus oleh stakeholder (produsen,

konsumen, ahli atau akademisi, serta pemerintah). SNI merupakan dokumen yang

berisi ketentuan teknis (aturan, pedoman atau karakteristik) dari suatu kegiatan

atau hasilnya. SNI berlaku secara nasional di wilayah Indonesia.

Dalam forum organisasi standardisasi internasional dan regional, BSN

aktif menghadiri atau menjadi tuan rumah berbagai sidang internasional

Internasional Organisazation for Standardization (ISO), Internasional

Electrotechnical Commision (IEC) dan Codec Alimentarius Commission (CAC),

ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality (ACCSQ), APEC Sub-

Committee on Standards and Comformance (APEC SCSC), serta Pacific Area

Standard Congress (PASC). Selain itu sebagai notification body, BSN

menotifikasi atau menyampaikan draft regulasi teknis pemberlakuan SNI ke

sekretariat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Begitu pula sebaliknya, BSN

sebagai inquiry point juga menerima draft regulasi teknis dari negara lain untuk

selanjutnya dikoordinasikan ke instansi teknis terkait guna meminta tanggapan.

Menghadapi berbagai perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain

khususnya dengan China yang telah efektif berlaku 1 Januari 2010. BSN telah

ditunjuk oleh Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai koordinator

Gerakan Nasional Penerapan SNI atau GENAP SNI. Untuk mendukung GENAP

SNI, BSN telah meluncurkan program free download SNI yang dapat diperoleh

Page 24: kesehatan keselamatan kerja

11

melalui www.bsn.go.id sejak tanggal 26 Maret 2010. Dengan fasilitas online

terbaru ini, maka stakeholder dapat memperoleh dokumen SNI secara gratis.

Selain informasi standardisasi melalui website, BSN juga memiliki fasilitas

Perpustakaan Standardisasi terlengkap dimana masyarakat bisa mendapatkan

berbagai dokumen standar baik standar nasional maupun standar mancanegara,

terbitan BSN, buku-buku standardisasi dengan harga yang sudah diatur dalam PP

No. 62 Tahun 2007.

Sumber : BSN

2.11 Standar Nasional Indonesia (SNI)

SNI merupakan sertifikasi pada produk (tanda SNI) yang berfungsi untuk

jaminan tertulis yang menyatakan bahwa suatu produk telah memenuhi

persyaratan Standar Nasional Indonesia. APD dikatakan baik jika memiliki

perlindungan dan kenyamanan, selain itu juga disarankan telah memenuhi kriteria

standar seperti SNI. Sarung tangan yang di desain ulang menggunakan dua bahan

utama yaitu karet (SAS) dan kulit (Suede). Oleh karena itu, referensi yang

digunakan untuk sarung tangan tersebut adalah dokumen SNI 06-1301-1989

(sarung tangan karet), dan SNI 06-0652-2005 (sarung tangan dari kulit sapi untuk

kerja berat). Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dari sarung tangan

dengan bahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sarung tangan karet

Sarung tangan karet adalah alat pelindung tangan yang dibuat dari lateks

dengan bentuk dan ukuran tertentu, diproses dengan cara acuan celup, yang

dipergunakan untuk keperluan umum, kecuali keperluan medis dan industri kimia.

Tabel 4 Persyaratan mutu sarung tangan karet

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

I Fisika

1 Tebal Mm 0,5 - 1,0

2 Tegangan Putus N/mm2 min. 17

3 Perpanjangan putus % min. 650

4 Pengusangan yang dipercepat 4.1 - tegangan putus sesudah pengusangan N/mm2 min. 11

4.2 - perpanjangan putus sesudah pengusangan % min. 500

5 Ketahanan Sobek N/mm2 min. 4

6 Perpanjangan tetap 200% (permanen set) % min. 2,50

Page 25: kesehatan keselamatan kerja

12

Tabel 4 Persyaratan mutu sarung tangan karet (lanjutan)

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

II Kimiawi 7 Ketahanan terhadap basa 7.1 - tegangan putus sesudah perendaman N/mm2 min. 16

7.2 - perpanjangan putus sesudah perendaman % min. 600

8 ketahanan terhadap asam

8.1 - tegangan putus sesudah perendaman N/mm2 min. 16

8.2 - perpanjangan putus sesudah perendaman % min. 600

9 pengembangan (swelling) 9.1 - perubahan panjang % maks. 60

9.2 - perubahan lebar % maks. 60

III Organoleptis

keadaan dan atau kenampakan sarung tangan

karet

kenampakan sarung tangan harus

baik, tidak boleh ada tambalan

bebas dari lubang, lepuh dan

adanya benda-benda asing serta

cacat fisik lainnya

Sumber: Dokumen SNI 06-1301-1989

2. Sarung tangan dari kulit sapi

Merupakan sarung tangan yang terbuat dari kulit sapi samak krom yang

dipakai pada kedua tangan dengan bentuk dan ukuran tertentu, serta digunakan

untuk kerja berat. Kerja berat adalah kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan

risiko terkena gangguan serius atau tidak serius, yang dapat menimbulkan kikisan

ringan atau kasar pada organ tubuh.

Tabel 5 Persyaratan mutu bahan kulit sapi untuk sarung tangan No

Jenis Uji Satuan Persyaratan Keterangan

1 Bagian telapak, punggung tangan,

jari dan bagian pergelangan tangan

1.1 Tebal mm 1,0-2,0 Uji berdasarkan SNI

0485

1.2 Penyamakan - Masak Uji berdasarkan SNI

0485

1.3 Susut % maks. 10 Uji berdasarkan SNI

0485

1.4 Kekuatan tarik kg/cm2 min. 175 Uji berdasarkan SNI 0485

1.5 Kekuatan gosok cat

a. Kering min. ¾ Uji berdasarkan SNI

0996 b. Basah min. 3

2 Bagian plisir

2.1 Lebar mm 3 Uji berdasarkan SNI

0652

3 Benang jahit Nilon,

Poliester,

Katun min.

3

Uji berdasarkan SNI

1508 3.1 Bahan

3.2 Jumlah lilitan

4 Pelapis tekstil Uji berdasarkan SNI

0652 4.1 Tebal mm 3-4

Page 26: kesehatan keselamatan kerja

13

Tabel 6 Persyaratan ukuran sarung tangan

No Bagian yang diukur Kecil (cm) Sedang (cm) Besar (cm)

1 Panjang ibu jari 11 12 13

2 Panjang jari telunjuk 16 17 18

3 Panjang jari tengah 19 20 21 4 Panjang jari manis 18 19 20

5 Panjang jari kelingking 16 17 18

6 Lebar punggung 13 14 15

7 Lingkar pergelangan 28 29 30

8 Lebar ibu jari 5 5,5 6

9 Lebar jari telunjuk 4 4,25 4,5

10 Lebar jari tengah 4 4,5 5

11 Lebar jari manis 3,75 4 4,25

12 Lebar jari kelingking 3,5 3,75 4,0

13 Panjang manset 13 14 15

Tabel 7 Persyaratan mutu pengerjaan

No

Jenis uji Persyaratan

1 Jahitan Rapi, tidak meloncat, tidak menumpuk, dijahit

(4-5) stik/cm

2 Mutu Bahan

2.1 Pemotongan bagian punggung

tangan, punggung ibu jari, telapak,

telapak jari tengah, jari manis dan

bagian manset

Dipotong sesuai pola arah pemotongan bebas

2.2 Jahitan Rapi, tidak meloncat, tidak menumpuk, dijahit

(4-5) stik/cm

Sumber: Dokumen SNI 06-0652-2005

Page 27: kesehatan keselamatan kerja

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni ~ Juli 2012. Berlokasi di RPH

Maribaya dan RPH Tenjo, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani

Unit III Jawa Barat dan Banten untuk 8 operator chainsaw. Penelitian yang

ditujukan kepada pihak lain dilakukan di Laboratorium Pemanenan Hutan

Fakultas Kehutanan IPB.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan pada penelitian ini adalah sarung tangan, alat tulis,

kuesioner, kamera Nikon coolpix s3100, vibration meter, dan chainsaw tipe Stihl

ms 380 & 440. Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan satu unit peralatan

komputer dengan software Corel Draw X4, Microsoft Office Word 2007,

Microsoft Office Excel 2007, dan SPSS (Statistical Package for the Sosial

Sciences) versi 17.0.

3.3 Kerangka Penelitian

Operator

Chainsaw

Gap kondisi di lapangan

dengan regulasi

Identifikasi

masalah

Pembuatan desain

alternatif sarung

tangan

Persepsi

responden

Terima

Tolak

Rek

om

endas

i

Salah satu faktor

enggan menggunakan

APD adalah desain

Modifikasi desain

sarung tangan Uji coba

sarung tangan

Page 28: kesehatan keselamatan kerja

15

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan penelitian terdiri dari: a) Pengumpulan data, b)

Pengkajian studi lapang dan studi pustaka untuk memperoleh informasi awal

penelitian, c) Pengurusan ijin penelitian dan persiapan peralatan survei. Studi

lapang dilakukan di IUPHHK-HA PT Arfak Indra, Kabupaten Fak-fak, Papua

Barat pada bulan Februari 2012. Melakukan uji coba sarung tangan karet

Krisbow KW10-340, dan sarung tangan kulit Krisbow KW10-241 (digunakan

di Perum Perhutani Cianjur) kepada responden di perusahaan tersebut. Kedua

sarung tangan itu merupakan sarung tangan yang ada untuk operator

chainsaw. Namun, terdapat beberapa kekurangan yang perlu diidentifikasi

sehingga alasan pengujian dilakukan untuk mengetahui informasi dari persepsi

responden. Informasi tersebut kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan

desain alternatif sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw.

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata ergon

(kerja) dan nomos (peraturan). Secara definisi istilah ergonomi menurut

Departemen Kesehatan (2009) adalah ilmu yang mempelajari perilaku

manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian

ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat

dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan

kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stres yang akan dihadapi. Namun,

dalam hal ini pengertian dari sarung tangan ergonomis adalah sarung tangan

dibuat menyesuaikan kebutuhan operator chainsaw. kebutuhan operator

chainsaw adalah mendapatkan sarung tangan yang baik dari sisi keamanan

dan kenyamanan. Untuk mencapai sarung tangan yang aman dan nyaman

maka digunakanlah kriteria sarung tangan yang baik menurut perusahaan

sarung tangan Ansell. Terdapat empat kriteria sarung tangan yang baik yaitu:

ketangkasan, keamanan, daya pegang yang baik, dan kenyamanan. Ide dalam

pembuatan desain alternatif sarung tangan ergonomis ini berasal dari dosen

pembimbing Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc yang kemudian

direalisasikan dalam penelitian ini.

Page 29: kesehatan keselamatan kerja

16

Gambar 1 Krisbow KW10-340. Gambar 2 Krisbow KW10-240.

Gambar 3 Percobaan sarung tangan di lapangan.

Setelah dilakukan uji coba sarung tangan kepada empat responden di

IUPHHK-HA PT Arfak Indra, secara umum hasilnya dapat dikatakan bahwa

responden menyukai sarung tangan karet Krisbow KW10-340. Sarung tangan

tersebut memiliki daya pegang yang baik, dan nyaman untuk digunakan.

Namun, terdapat sedikit kekurangan seperti pengontrolan jari telunjuk untuk

menekan tombol gas mesin chainsaw yang terasa kurang nyaman. Selain itu,

bahan pada bagian punggung tangan yang dirasakan kurang aman dalam

melindungi potensi luka seperti terkena duri dan lainnya. Responden seperti

operator chainsaw menolak menggunakan uji coba sarung tangan Krisbow

KW10-240 di lapangan karena bentuk jarinya yang besar serta bahan bagian

depan yang kaku seperti pada bagian telapak tangan dan jari depan. Mereka

menganggap sarung tangan tersebut tidak cocok digunakan oleh operator

chainsaw karena selain tidak nyaman untuk digunakan, sarung tangan tersebut

dapat mengganggu kinerja operator chainsaw. Untuk menguatkan pernyataan

tersebut, maka pengujian sarung tangan dilakukan pada operator traktor di

IUPHHK-HA PT Arfak Indra. Hasil pengujian tersebut adalah senada dengan

Page 30: kesehatan keselamatan kerja

17

operator chainsaw, yaitu sarung tangan tersebut tidak nyaman karena bentuk

yang tidak sesuai, bahan yang kaku, serta panas.

Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari responden, jika

digambarkan dengan sebuah desain sarung tangan pada perangkat lunak Corel

Draw X4 maka akan tergambar desain sarung tangan sebagai berikut:

1

3

2

Gambar 4a Desain sarung tangan alternatif (tampak depan).

4

5

Gambar 4b Desain sarung tangan alternatif (tampak belakang).

Keterangan:

1 = Bagian kanan sarung tangan dibuat setengah jari (half finger) agar saat menekan tombol

gas mesin chainsaw terasa nyaman. 2 = Pergelangan tangan menggunakan tali sabuk agar dapat diatur kekuatan ikatannya dan

dilapisi dengan busa sehingga terasa lebih nyaman.

3 = Bagian telapak tangan menggunakan bahan dari karet agar memiliki daya pegang yang

baik terhadap mesin chainsaw selain itu bahan karet relatif lebih murah dibandingkan

dengan kulit.

4 = Bagian belakang sarung tangan menggunakan bahan kulit, sarung tangan kiri

menggunakan jari penuh (full finger) karena untuk melindungi tangan dari panas knalpot

mesin chainsaw.

5 = Bagian punggung tangan menggunakan fiber plastik yang berfungsi untuk melindungi

tangan dari risiko luka seperti terkena duri atau ranting-ranting pohon.

Pada saat proses pembuatan sarung tangan, terjadi sedikit perubahan

desain terkait pertimbangan seperti penggunaan fiber plastik meskipun efektif

Page 31: kesehatan keselamatan kerja

18

melindungi namun dapat menyebabkan kaku dalam bergerak atau tidak fleksibel.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka realisasi sarung tangan menjadi:

1

Gambar 5 Realisasi desain sarung tangan alternatif.

Keterangan:

1 = Punggung tangan menggunakan bahan kulit serta dilapisi busa untuk melindungi tangan

dari risiko luka ringan, dibuat pola jahitan agar lebih fleksibel dalam bergerak.

3.4.2 Penelitian di Lapangan

Kegiatan pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara uji coba

sarung tangan kepada operator chainsaw dan pihak lainnya. Metode

pengambilan data sama seperti observasi sebelumnya. Namun, sarung tangan

yang digunakan saat penelitian di lapangan berjumlah tiga, yaitu sarung

tangan pertama (ST1) Krisbow KW10-340, sarung tangan kedua (ST2)

Krisbow KW10-240, dan sarung tangan ketiga (ST3) adalah sarung tangan

desain alternatif. Sarung tangan Krisbow KW10-240 merupakan pengganti

dari sarung tangan Krisbow KW10-241. Penggantian ini dilakukan karena

sarung tangan tipe 241 kurang efektif digunakan untuk operator chainsaw,

perbandingan dengan sarung tangan pabrik tipe 240 dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana desain sarung tangan alternatif bisa bersaing dari

sisi keamanan maupun kenyamanannya. Selain itu, identifikasi persepsi

dilakukan untuk mengetahui apakah desain sarung tangan alternatif tersebut

sudah termasuk kategori sarung tangan ergonomis ataukah belum.

Page 32: kesehatan keselamatan kerja

19

3.4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari kuesioner berupa skala Likert, kemudian

data diinput kedalam Microsoft Office Excel 2007. Selanjutnya, setelah

data dijumlahkan berdasarkan masing-masing responden, hasil data

tersebut diinput kedalam SPSS dengan metode Kruskal-Wallis.

2. Analisis Data

Jawaban pertanyaan responden tentang persepsi penggunaan

sarung tangan berupa skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang

mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian

pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu

obyek tertentu. Skala likert merupakan skala ordinal yang dikembangkan

oleh Rensis Likert. Dalam penelitian ini menggunakan interval nilai 1 ~ 5

dengan keterangan; 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = sedikit baik,

4 = baik, dan 5 = sangat baik. Untuk mengetahui tingkat efektivitas

penggunaan APD dilakukan uji Krusskal-Wallis. Savitri (2011)

menyebutkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk membandingkan

median lebih dari dua buah, data yang dikumpulkan berdasarkan sampel

yang independen dan tingkat pengukuran sekurang-kurangnya ordinal.

Rumus statistik uji Kruskal-Wallis:

...................................... (1)

Jika ada ties, maka rumus Kruskal-Wallis terkoreksi menjadi:

............................................................ (2)

Keterangan (1) & (2):

Ri = jumlah peringkat untuk contoh ke-i

n = jumlah pengamatan pada contoh ke-i

N = total pengamatan

T = ties

Langkah-langkah dalam pengujian metode Kruskal-Wallis ini

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : semua sarung tangan tidak berbeda nyata (M1 = M2 = M3)

H1 : minimal ada satu sarung tangan yang berbeda nyata

2. Alpha (α) = 0,05

3. Menentukan kriteria pengujian

Kaidah keputusan:

Page 33: kesehatan keselamatan kerja

20

Ho diterima apabila nilai Asymp. Sig α ˃ 0,05

Ho ditolak apabila nilai Asymp. Sig α ≤ 0,05

4. Jika Ho diterima berarti semua sarung tangan tidak signifikan

Jika Ho ditolak berarti ada sarung tangan yang signifikan dan harus

dilakukan uji lanjut Dunn untuk mengetahui sarung tangan mana yang

paling baik. Sehingga hipotesis pada kasus tersebut menjadi:

H0 = MSTi = MSTj (Sarung tangan ke-i dan ke-j berpengaruh sama)

H1 = MSti ≠ MSTj (sarung tangan ke-i dan ke-j memberikan pengaruh

berbeda)

5. Dari uji lanjut Dunn didapatkan mean rank yang paling tinggi, maka

nilai yang paling tinggi tersebut merupakan sarung tangan yang paling

baik. Baik dalam hal ini terutama dari sisi kenyamanan dari sarung

tangan tersebut saat digunakan.

Page 34: kesehatan keselamatan kerja

21

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI

4.1 Letak dan Luas Areal

Secara astronomis (berdasarkan garis lintang dan garis bujur), wilayah

KPH Bogor terletak pada 106º20'28”BT-107º17'09”BT dan 05º55'24”LS-

06º48'00”LS. Luas kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan sejarah berita acara

tata batas (BATB) adalah 90.856,45 ha dan yang telah dikukuhkan seluas

84.360,40 ha tersebar di tiga kelas perusahaan yaitu: KP Acacia mangium, KP

Meranti, dan KP Pinus. Dikarenakan adanya kawasan hutan yang masuk dalam

perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede Pangrango,

maka luasan kawasan KPH Bogor sampai tahun 2010 adalah 49.342,59 ha.

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang secara

administratif pemerintahan berada pada 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu

Kecamatan Tenjo, Jasinga dan Parung Panjang. Sedangkan batas-batas

pengelolaan BKPH Parung Panjang adalah sebagai berikut :

1. Sebelah barat berbatasan dengan KPH Banten.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan BKPH Jasinga.

3. Sebelah timur berbatasan dengan BKPH Leuwiliang.

4. Sebelah utara berbatasan dengan BKPH Tangerang.

Secara geografis BKPH Parung Panjang yang juga termasuk dalam KP

Akasia mangium terletak pada 106026‟03” BT s.d 106

035‟16” BT dan 06

020‟59”

s.d 06027‟01” LS.

Kawasan Hutan BKPH Parung Panjang ditetapkan sebagai Kelas

Perusahaan (KP) Akasia mangium (Berdasarkan Hasil Risalah Tahun 2006,

jangka 2006-2010) terbagi dalam 3 (tiga) Resort Pemangkuan Hutan (RPH)

seluas 5.397,24 ha yaitu RPH Tenjo seluas 1.536,15 ha, RPH Maribaya seluas

2.127,39 ha dan Jagabaya seluas 1.733,70 ha.

4.2 Topografi dan Iklim

Kawasan hutan KP Akasia mangium di BKPH Parung Panjang termasuk

dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun, dengan suhu

Page 35: kesehatan keselamatan kerja

22

harian tertinggi 25,500 C dan suhu terkecil 18

0 C berdasarkan ratio bulan basah

dan bulan kering setiap tahun serta memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian

besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi

mulai dari datar (0-8 %) dan kemiringan agak curam (15-25 %). Berdasarkan

ketinggian tempat dari permukaan laut, kawasan KP Acacia mangium berada pada

ketinggian 38–113 m dari permukaan laut yang terdiri dari: kelompok hutan

Cikadu I&II (38–75 m dari permukaan laut), kelompok hutan Yanlava (38–88 m

dari permukaan laut), dan kelompok hutan Parung Panjang I-III (50–113 m dari

permukaan laut).

4.3 Geologi

Berdasarkan peta tinjau tanah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan

Banten, jenis tanah pada kawasan hutan KP Acacia mangium KPH Bogor adalah

podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning dengan jenis batuan sebagian

besar adalah oliocene dan sedimentary facies (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran jenis tanah dan batuan pembentuk tanah kawasan hutan KP

Acacia mangium

No RPH Petak Jenis Tanah Batuan Tanah

1 Tenjo

1-3

4-10, 12-14,

16-18

Podsolik Kuning,

Podsolik merah

kekuningan

oliocene, sedimentary

facies oliocene,

sedimentary facies

2 Maribaya 11, 19-37 Podsolik merah

kekuningan

oliocene, sedimentary

facies

3 Jagabaya

38-54, 56-57,

55

Podsolik merah

kekuningan,

podsolik kuning

oliocene, sedimentary

facies oliocene,

sedimentary facies

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015

4.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kawasan hutan KPH Bogor termasuk dalam DAS Ciliwung, Cisadane,

Citarum, Cidurian, Cimanceuri, dan Kali Bekasi. Untuk kawasan hutan KP

Acacia mangium termasuk dalam wilayah DAS Cidurian dengan Sub DAS

Cimatuk dan DAS Cimanceuri dengan Sub DAS Cipangaur (Tabel 9).

Page 36: kesehatan keselamatan kerja

23

Tabel 9 Pembagian wilayah KP Acacia mangium berdasarkan aliran DAS

DAS RPH Luas (Ha)

Cidurian Tenjo 1.536,15

Cidurian Maribaya 1.212,40

Cimanceuri Maribaya 914,99

Cimanceuri Jagabaya 1.733,70

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015

4.5 Kondisi Sumberdaya Hutan

Dalam pembagian wilayah kerja, luas kawasan hutan KPH Bogor yang

termasuk dalam wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi,

dan Tangerang sebesar 49.342,59 ha (Tabel 10).

Tabel 10 Rekapitulasi luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Bogor

berdasarkan wilayah administratif pemerintahan Tahun 2010

No Kabupaten BKPH RPH Luas

1 Bogor Bogor Babakan Madang

Cipayung

Cipamingkis

3.022,80

2.568,60

3.665,82

Jumlah 9257,22

2 Bogor Leuwiliang Leuwiliang

Gobang

Nanggung

973,00

2.164,22

83,65

Jumlah 3.220,87

3 Bogor Jonggol Cariu

Tinggarjaya

Gunung Karang

3.504,60

6.224,92

4.603,84

Jumlah 14.333,36

4 Bogor Parung Panjang Tenjo Jagabaya

Maribaya

1.536,15 1.733,70

2.095,39

Jumlah 5.365,24

5 Bogor Jasinga Cirangsad

Cigudeg

3.338,31

1.994,89

Jumlah 5.333,20

6 Bekasi Ujung Karawang Muara Gembong

Singkil

Pondok Tengah

2.443,75

3.318,50

4.718,90

Jumlah 10.481,90

7 Tangerang Parung Panjang Tangerang 1.351,55

Total (ha) 49.342,59

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015

Pembagian wilayah berdasarkan tujuan pengelolaan hutan, berdasarkan

SK Menteri Kehutanan No.195/Kpts-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang

penunjukkan kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan

produksi terbatas), wilayah KPH Bogor terbagi menjadi seperti dalam Tabel 11.

Page 37: kesehatan keselamatan kerja

24

Tabel 11 Luas fungsi kawasan hutan KPH Bogor berdasarkan wilayah

administratif pemerintahan Tahun 2010

No Fungsi Hutan Kabupaten

Total (ha) Bogor Bekasi Tangerang

1 Hutan Lindung (ha) - 5.311,15 1.351,55 6.662,70

2 Hutan Produksi Tetap (ha) 20.057,38 5.170,00 - 25227,38

3 Hutan Produksi Terbatas (ha) 17.452,51 - - 17.452,51

Jumlah 37.509,89 10.481,15 1.351,55 49.342,59

Sumber: RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Jangka Perusahaan 2011-2015

4.6 Kondisi Sosial

4.6.1 Pengembangan Wilayah Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor dengan luas 230.195 ha (2.301,95 Km2) terdiri dari 40

kecamatan dan 428 desa atau kelurahan. KPH Bogor dengan luas wilayah

49.342,59 ha dikelilingi oleh 25 kecamatan dengan 89 desa yang terdiri dari: 68

desa di wilayah kabupaten Bogor, 14 desa di wilayah kabupaten Tangerang, dan 7

desa di kabupaten Bekasi. Secara administrasi pemerintahan, KP Acacia mangium

berada di wilayah kabupaten Bogor dengan 2 kecamatan dan 14 desa.

4.6.2 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

Bagian Hutan Parung Panjang yang sebagian besar wilayahnya berupa

dataran dengan sebaran kawasan hutan yang dikelilingi enclave mengakibatkan

terciptanya interaksi sosial yang sangat kompleks, terutama dalam hal

penggarapan lahan di kawasan hutan. Hampir seluruh lokasi enclave berupa

sawah yang berbentuk menjari mengelilingi hutan sehingga tuntutan masyarakat

untuk ikut menggarap kawasan hutan sulit untuk dikendalikan. Kegiatan PHBM

yang sifatnya berada dalam kawasan di wilayah KP Acacia mangium meliputi

kegiatan penanaman, penjarangan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

(komoditi padi). Berdasarkan laporan statistik pemanfaatan HHBK di KP Acacia

mangium pada tahun 2008 dan 2009, realisasi pemanfaatan HHBK dengan jenis

padi menghasilkan 3.913 ton dengan luas areal 2.115 ha pada tahun 2008 dan

3.815 ton dengan luas areal 2.062 ha pada tahun 2009.

Page 38: kesehatan keselamatan kerja

25

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Penilaian Responden Terhadap Ketiga Sarung Tangan

Tabel 12 Penilaian operator chainsaw

Kategori

Kode

sarung

tangan

Interval

sangat

tidak tidak sedikit baik

sangat

baik

Ketangkasan

ST1 0 0 3 5 0

ST2 0 0 0 0 8

ST3 0 1 2 4 1

Keamanan

ST1 0 0 5 3 0

ST2 0 0 1 6 1

ST3 0 0 0 5 3

Daya Pegang

ST1 0 1 4 3 0

ST2 0 0 0 0 8

ST3 0 0 7 1 0

Kenyamanan

ST1 0 0 0 5 3

ST2 0 0 0 0 8

ST3 0 0 0 4 4

Keterangan:

ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340

ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240

ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif

Tabel 12 menunjukkan setiap masing-masing sarung tangan memiliki nilai

yang berbeda-beda berdasarkan empat kategori yang digunakan. Ketangkasan

yang terdiri dari pengontrolan jari dan reaksi telapak tangan terhadap getaran,

keamanan seperti perasaan aman menggunakan sarung tangan tersebut, daya

pegang yang baik seperti perasaan tidak licin saat memegang chainsaw, serta

kenyamanan yang terdiri dari perasaan nyaman pada bagian pergelangan tangan,

punggung tangan, dan suhu di dalam sarung tangan tersebut. Angka-angka pada

tabel di atas adalah persepsi atau penilaian dari jumlah responden terhadap ketiga

sarung tangan berdasarkan masing-masing kategori. Menurut operator chainsaw

ketiga sarung tangan didominasi dalam interval dari mulai sedikit baik sampai

dengan sangat baik. perbedaan nilai yang besar antara sarung tangan dua dengan

sarung tangan lainnya, ini menandakan bahwa menurut operator chainsaw sarung

tangan dua sangat baik dan tujuh responden yang menyatakan dengan desain

sarung tangan alternatif kurang baik dari sisi daya pegang karena jenis bahan karet

yang digunakan terlalu kaku. Selain itu, akibat dari kekakuan bahan tersebut satu

Page 39: kesehatan keselamatan kerja

26

responden menyatakan tidak baik dalam hal ketangkasan seperti pengontrolan jari

yang terganggu dalam menekan pemicu gas pada mesin chainsaw.

Tabel 13 Penilaian non-operator chainsaw

Kategori

Kode

sarung

tangan

Interval

sangat

tidak tidak sedikit baik

sangat

baik

Ketangkasan

ST1 0 2 1 5 0

ST2 0 4 1 3 0

ST3 0 0 3 5 0

Keamanan

ST1 0 2 4 2 0

ST2 0 1 3 4 0

ST3 0 1 5 2 0

Daya pegang

ST1 0 0 5 3 0

ST2 0 2 2 4 0

ST3 0 1 3 4 0

Kenyamanan

ST1 0 1 3 3 1

ST2 0 3 3 2 0

ST3 0 2 5 1 0

Keterangan:

ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340

ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240

ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif

Berdasarkan informasi Tabel 13, menurut non-operator chainsaw adalah

ketiga sarung tangan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

berdasarkan empat kategori yang digunakan. Hal ini bisa dilihat pada angka-

angka yang tersebar dalam interval tersebut. Mengingat pengujian sarung tangan

ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kelayakan dari desain alternatif sarung

tangan, maka penjelasan dari ST3 berdasarkan informasi dalam Tabel 13: dari sisi

ketangkasan terdapat satu responden menyatakan tidak baik dalam hal perasaan

aman menggunakan sarung tangan tersebut. Hal ini disebabkan jari pada tangan

kanan dibuat half finger sehingga responden merasa efektifitas perlindungan pada

jari tangan kanan adalah rendah. Selain itu, daya pegang dari sarung tangan

banyak yang menyatakan kurang baik. Kenyamanan dari ST3 seperti keadaan

suhu saat sarung tangan digunakan, dan bagian pelindung punggung tangan yang

tebal dan bentuk kotak yang besar mengakibatkan sedikit responden menyatakan

sarung tangan tersebut tidak baik. Banyaknya kekurangan dalam desain alternatif

sarung tangan ini menandakan bahwa sarung tangan tersebut belum ergonomis

atau layak direkomendasikan kepada operator chainsaw untuk menerapkan atau

menggunakannya pada saat bekerja. Namun, perlu adanya perbaikan atau

Page 40: kesehatan keselamatan kerja

27

penyempurnaan dari desain alternatif sarung tangan sehingga nilai dari sarung

tangan tersebut meningkat dan layak untuk direkomendasikan kepada para pekerja

hutan seperti operator chainsaw.

5.2 Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Persepsi Terhadap Sarung Tangan

Untuk mengetahui apakah sarung tangan tersebut sudah baik atau layak

secara statistik, maka digunakan metode Kruskal-Wallis. Berdasarkan pengolahan

dan analisis data lapangan, maka hasil uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut:

Tabel 14 Ranking sarung tangan pada operator chainsaw

Grup Kode sarung tangan N Mean rank

Operator chainsaw sarung tangan 1 8 7.44a

sarung tangan 2 8 20.25b

sarung tangan 3 8 9.81a

Total 24 Keterangan:

a = tidak berbeda nyata pada P-Value 0,001

b = berbeda nyata pada P-Value 0,001

N = jumlah pengamatan

Berdasarkan informasi pada Tabel 14, hasil uji Kruskal-Wallis

menunjukkan pada kasus tersebut memiliki P-Value < 0,05 yang berarti perlu

dilakukan uji lanjut Dunn untuk mengetahui sarung tangan mana yang paling

baik. Pada kelompok operator chainsaw, hasil uji lanjut Dunn menyatakan sarung

tangan pertama (ST1) dan sarung tangan ketiga (ST3) tidak memberikan pengaruh

berbeda atau sama baiknya, sedangkan pasangan perlakuan lainnya tidak.

Beberapa catatan penting dari kelompok operator chainsaw bahwa nilai diatas

dirasakan kurang objektif. Hal tersebut disebabkan para responden tidak bisa

menjawab wawancara dengan metode skala Likert secara benar. Sebagai contoh,

operator chainsaw merasa kesulitan dalam menyebutkan nilai dari setiap sarung

tangan. Untuk itu, dilakukan uji coba sarung tangan kepada selain operator

chainsaw agar lebih objektif.

Pihak selain operator chainsaw yang dimaksudkan pada penelitian ini

adalah mahasiswa dari Fakultas Kehutanan IPB. Pada kasus non-operator

chainsaw nilai yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel 15

Page 41: kesehatan keselamatan kerja

28

Tabel 15 Ranking sarung tangan pada non-operator chainsaw

Grup Kode sarung tangan N Mean rank

Non-operator chainsaw sarung tangan 1 8 13.62a

sarung tangan 2 8 10.56a

sarung tangan 3 8 13.31a

Total 24

Keterangan:

a = tidak berbeda nyata pada P-Value 0,632

N = jumlah pengamatan

Pada Tabel 15, dalam kasus non-operator chainsaw diperoleh nilai yang

tidak berbeda jauh diantara ketiga sarung tangan tersebut. Hal ini diperkuat oleh

nilai P-value > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa H0

diterima pada hipotesis

awal, maka cukup bukti untuk mengatakan bahwa tidak ada perbedaan atau sama-

sama baik antar ketiga sarung tangan tersebut pada taraf nyata 5%. Hasil uji

Kruskal-Wallis tersebut menunjukkan bahwa persepsi non-operator chainsaw

terhadap ketiga sarung tangan tersebut adalah setiap masing-masing sarung tangan

memiliki kelebihan dan kekurangan dari setiap bagian-bagian sarung tangan.

5.3 Fungsi Sarung Tangan Sebagai Pereduksi Getaran

Mengingat getaran (mekanis) merupakan salah satu penyebab beratnya

beban yang diterima oleh operator chainsaw, maka menjadi sangat penting untuk

mengurangi atau meminimalisir getaran tersebut. Sarung tangan terkadang

direkomendasikan untuk menjawab dari permasalahan yang ada. seperti yang

dikatakan oleh Suma’mur (1977) Sarung tangan dapat mengurangi pengaruh

getaran mekanis mesin-mesin. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah

sarung tangan benar-benar terbukti dalam mereduksi getaran terutama getaran

mekanis, maka pengujian sarung tangan pun dilakukan dengan menggunakan

vibration meter. Selain itu, pengukuran getaran pada ketiga sarung tangan

dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan efektifitas reduksi

getaran. Pengujian dengan perlakuan berbeda-beda terhadap ketiga sarung tangan

dan tanpa menggunakan sarung tangan sebagai kontrol. waktu pengukuran selama

30 detik untuk masing-masing perlakuan. Chainsaw dalam keadaan full speed dan

pengulangan selama tiga kali. Hasil pengukuran terhadap ketiga sarung tangan

dapat dilihat pada Tabel 16.

Page 42: kesehatan keselamatan kerja

29

Tabel 16 Hasil pengukuran getaran pada berbagai macam perlakuan

No Perlakuan Pengulangan (full speed) ; (m/s

2)

Rata-rata (m/s2)

1 2 3

1 Tanpa ST 3.7 3.78 4.03 3.84

2 ST1 2.06 2.18 1,29 2.12

3 ST2 1.97 1.95 1.33 1.75 4 ST3 2.72 2.27 2.31 2.43

Keterangan:

ST1 = Sarung Tangan Krisbow KW10-340

ST2 = Sarung Tangan Krisbow KW10-240

ST3 = Sarung Tangan Desain Alternatif

Berdasarkan informasi pada Tabel 16, sarung tangan terbukti dapat

mereduksi getaran mekanis dan hal ini ditunjukkan dengan perbedaan angka

antara penggunaan sarung tangan saat percobaan dan tanpa menggunakan sarung

tangan. Tabel 16 menjelaskan bahwa dengan menggunakan sarung tangan nilai

percepatan yang diterima lebih kecil daripada tanpa menggunakan sarung tangan.

Artinya, penggunaan sarung tangan menjadi sangat penting terutama untuk

melindungi pekerja hutan seperti operator chainsaw karena sarung tangan terbukti

dapat mereduksi getaran mekanis yang diterima tubuh. Namun perbedaan nilai

getaran antara ketiga sarung tangan disebabkan bahan yang digunakan adalah

berbeda. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Ada (2008) yang

menyatakan bahwa peredam getaran umumnya digunakan bahan-bahan kenyal

antara lain: karet, karet busa, plastik busa, wool. Efektifitas peredam tergantung

dari kekenyalan bahan.

5.4 Modifikasi Desain Sarung Tangan Alternatif

Informasi-informasi terkait ketiga sarung tangan terutama desain alternatif

sarung tangan yang telah diuji coba kepada responden menjadi dasar dalam

merancang atau memodifikasi sarung tangan ergonomis untuk operator chainsaw.

Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai dan

memperbaiki serta menyusun suatu sistem, baik untuk sistem fisik maupun non

fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan

informasi yang ada (Nurmianto 2003). Berdasarkan informasi responden di

lapangan, hasil uji Kruskal-Wallis, serta efektifitas bahan sarung tangan dalam

meredam getaran. Oleh karen itu, perlu dilakukan modifikasi terhadap desain

Page 43: kesehatan keselamatan kerja

30

sarung tangan alternatif untuk penyempurnaan desain alternatif sarung tangan

agar memenuhi kebutuhan operator chainsaw atau ergonomis.

Berdasarkan hasil uji coba sarung tangan desain alternatif dengan sarung

tangan konvesional, modifikasi terhadap desain sarung tangan alternatif adalah

dari sisi bentuk, dan dari jenis bahan yang digunakan. Bentuk menyesuaikan

kebutuhan operator tidak hanya dari sisi kenyamanan namun juga dari sisi

keamanan seperti pada tangan kanan hanya bagian telunjuk saja yang tidak

tertutup, ini dimaksudkan untuk kenyamanan menekan pemicu gas mesin gergaji

dan tetap memperhatikan perlindungan pada jari lainnya. Selain bentuk, jenis

bahan yang digunakan juga memperhatikan dari sisi keamanan dan kenyamanan.

Oleh karena itu, pada bagian telapak tangan disarankan menggunakan bahan karet

yang tidak kaku agar lebih nyaman dalam bergerak dan memiliki daya pegang

yang baik saat memegang mesin gergaji. Bahan yang akan digunakan sebaiknya

tidak hanya kuat, tetapi juga ringan. Selain itu, bahan yang akan digunakan tetap

memperhatikan harga dari kesanggupan operator chainsaw untuk membeli.

Apabila digambarkan, maka modifikasi desain alternatif sarung tangan

tersebut adalah:

1

2 3

a (tampak depan). b (tampak belakang).

Gambar 6 Modifikasi desain sarung tangan alternatif.

Keterangan:

1 = Jari telunjuk tangan kanan dibuat half finger agar lebih nyaman dalam menekan pemicu gas.

2 = Bagian telapak tangan menggunakan bahan karet yang tidak kaku, bahan tersebut cenderung

lebih murah jika dibandingkan dengan bahan kulit.

3 = Bagian punggung tangan disarankan menggunakan pelindung berbentuk mozaik agar lebih

nyaman tetapi masih memperhatikan sisi keamanan.

Page 44: kesehatan keselamatan kerja

31

Hal-hal penting dalam penelitian ini terkait dengan sarung tangan adalah:

1. Desain Bentuk

Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk sarung tangan

ergonomis dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, dan

menyesuaikan dengan lingkungan disekitarnya. Dalam hal ini lingkungan sekitar

yang dimaksudkan adalah alat yang digunakan yaitu mesin gergaji (chainsaw).

2. Pemilihan Bahan

Jenis bahan yang digunakan untuk sarung tangan sebaiknya tidak hanya

memperhatikan dari sisi keamanan dan kenyamanan dari bahan tersebut. Namun,

tetap memperhatikan besarnya harga yang menyesuaikan dengan kesanggupan

operator chainsaw untuk membelinya. Disarankan jenis bahan yang akan

digunakan sebaiknya memenuhi standar dari SNI sebagai acuan, seperti pada

dokumen SNI 06-1301-1989 (sarung tangan karet), dan SNI 06-0652-2005

(sarung tangan dari kulit sapi untuk kerja berat).

3. Pemilihan Warna

Selain bentuk dan jenis bahan, warna menjadi bagian terpenting dalam

desain produk. Penggunaan warna dalam desain sarung tangan tidak hanya

dimaksudkan untuk keindahan produk, akan tetapi fungsi dari warna tersebut

berpengaruh terhadap performansi kerja. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut kaitannya dengan pengaruh warna terhadap produktivitas kerja dibidang

kehutanan.

4. SNI

Produk yang dihasilkan sebaiknya memiliki sertifikasi seperti Standar

Nasional Indonesia (SNI) untuk menjamin produk baik untuk konsumen, maupun

produsen.

Page 45: kesehatan keselamatan kerja

32

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pekerja (operator chainsaw) menganggap penggunaan APD itu memang

penting untuk melindungi diri dari risiko kecelakaan. Kenyataannya, di lapangan

masih banyak yang tidak menggunakan APD dikarenakan saat ini APD yang ada

kurang nyaman untuk digunakan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa para pekerja lebih mementingkan sisi kenyamanan dari APD

(sarung tangan) tersebut dibandingkan dari sisi keamanan. Alternatif desain

sarung tangan ergonomis menjadi salah satu solusi dalam menjawab

permasalahan yang ada saat ini. Sehingga, diperoleh desain sarung tangan yang

sesuai untuk operator chainsaw dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu

memenuhi kriteria ketangkasan, kenyamanan, perlindungan, dan memiliki daya

pegang yang baik.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan sarung tangan

berdasarkan antropometri untuk mengetahui pengaruh ukuran terhadap

kenyamanan. Selain sarung tangan, masih banyak lagi APD yang sering tidak

dipergunakan oleh pekerja seperti operator chainsaw saat di lapangan. Oleh

karena itu, menjadi sangat penting untuk mendesain ulang APD seperti helm,

klep, earmuff , sepatu dan yang lainnya agar para pekerja bersedia menggunakan

APD tersebut.

Page 46: kesehatan keselamatan kerja

33

DAFTAR PUSTAKA

Ada YSB. 2008. Kebisingan, Pencahayaan, dan Getaran di Tempat Kerja. Mitra

XIV (3). [terhubung berkala]. http://isjd.pdii.lipi.go.id/ admin/ jurnal/

14308282290.pdf [15 Agustus 2012]

[Balai K3 Bandung]. 2008. Alat Pelindung Diri. http://hiperkes.wordpress.com/

2008/04/04/alat-pelindung-diri/ [06-09-2012]

[BSN] Badan Standardisasi Nasional.____. Profil Badan Standardisasi Nasional.

Perpustakaan BSN: Jakarta

Daniel. 1990. Applied Nonparametric Statistics 2nd ed. Boston: PWS-Kent

Publishing Company

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2009. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja

Departemen Kesehatan.http://www.depkes.go.id/download/Ergonomi/PDF

[12 Desember 2011]

[ILO] International Labour Office. 1998. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

Pekerjaan Kehutanan. Yanri Z, penerjemah; Elias, Widiatmoko P, editor.

International Labour Office. Geneva. Terjemahan dari: Safety and Health

in Forestry Work

[Kepmen] Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Kepmen. No

51/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Jakarta

[KepmenLH] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kep

49/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Getaran. Jakarta

Mangkunegara. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. http://jurnal-

sdm.blogspot.com/ [12 Desember 2011]

Matangaran, JR. 2007. Pengetahuan tentang chainsaw (prinsip kerja dan

pengoperasian). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB

Moekijat.1995. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Alumni

Moekijat. 2002. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung: Pionir

Jaya

Savitri, LZ. 2011. Persepsi dan gangguan Konsentrasi Operator Chainsaw:

Pengaruh penggunaan APD [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB

Sucofindo. 2002. Buku Saku k3. Jakarta : PT (persero) Sucofindo

Suma’mur P.K. 1977. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pekerjaan

Kehutanan dan Industri Perkayuan. Jakarta: Lembaga Nasional Higiene

Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan I.

Page 47: kesehatan keselamatan kerja

34

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1989. Sarung Tangan Karet [SNI 06-1301-

1989]. Perpustakaan BSN: Jakarta

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2005. Sarung Tangan Dari Kulit Sapi Untuk

Kerja Berat [SNI 06-0652-2005]. Perpustakaan BSN: Jakarta

Yovi EY, Takimoto Y, Ichihara K, Matsubara C. 2005. A study workload and

work efficiency in timber harvesting by using chainsaw in pine plantation

forest in Java Island – clear cutting operation. Applied Forest Science.

14(1): 17~26

Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical Load Indicator Unit in Forest Work

Operation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika XIII (3): 140~145.

Page 48: kesehatan keselamatan kerja

35

LAMPIRAN

Page 49: kesehatan keselamatan kerja

36

Lampiran 1 Persepsi Pekerja Terhadap Penggunaan APD

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Pengalaman Kerja (Tahun) :

Lama Kerja (jam/hari) :

Daerah Asal :

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anda mengetahui apa itu APD dan

macam-macamnya? (ya/tidak)

Sebutkan :

2 Apakah anda mengetahui peraturan menggunakan APD?

3 Apakah anda mengetahui fungsi dari APD

tersebut? (ya/tidak)

Sebutkan :

a. pelindung kepala (helmet)

b. penutup telinga (ear muff/ear plug)

c. kacamata (eye google)

d. masker

e. sarung tangan

f. pakaian pelindung

g. sabuk (safety belt)

h. Sepatu (safety shoes)

4 Menurut anda apakah APD tersebut sudah

nyaman? (ya/tidak)

sebutkan beserta alasannya :

5 Seberapa sering anda menggunakan APD

tersebut saat bekerja?

6 Kendala tidak menggunakan sarung tangan?

a. Desain

b. Harga

c. Ketersediaan

d. Efektifitas Perlindungan

e. Lainnya...

7 Rekomendasi anda sarung tangan yang nyaman

seperti apa?

Page 50: kesehatan keselamatan kerja

37

Lampiran 2 Persepsi Pengguna Chainsaw Terhadap Sarung Tangan

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Pengalaman Kerja (Tahun) :

Lama Kerja (jam/hari) :

Daerah Asal :

No Pernyataan Tanggapan 1 Tanggapan 2 Tanggapan 3

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Kemampuan tangan

memegang chainsaw dengan

erat (tidak licin)

2 Reaksi telapak tangan ketika

memegang chainsaw saat

menyala (dengan sarung

tangan).

3 Kenyamanan/ keleluasaan

daerah punggung tangan &

pergelangan tangan saat

menggunakan sarung tangan.

4 Kenyamanan mengontrol jari

dalam mengendalikan

chainsaw (menekan tombol

gas) pada saat menggunakan

sarung tangan.

5 Kenyamanan suhu di dalam

sarung tangan saat digunakan.

6 Berapa skor/tingkat perasaan

aman Sarung tangan saat

dipergunakan

7 Secara keseluruhan berapa

skor tingkat kenyamanannya

sarung tangan ini?

Keterangan: 1 = Sangat tidak baik

2 = Tidak baik

3 = Sedikit baik

4 = baik

5 = Sangat baik

Page 51: kesehatan keselamatan kerja

38

Lampiran 3 Hasil Uji Kruskal-Wallis

1. Operator chainsaw

Rank

Grup Kode sarung tangan N Mean rank

Operator chainsaw sarung tangan 1 8 7.44

sarung tangan 2 8 20.25

sarung tangan 3 8 9.81

Total 24

Test Statisticsa,b

Operator

Chi-Square 15.036 Df 2

Asymp. Sig. 0.001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kode sarung tangan

Dari hasil diatas p-value < 5% maka perlu dilakukan uji lanjut Dunn untuk

mengetahui sarung tangan mana yang berpengaruh terhadap kenyamanan.

Uji Dunn

Diketahui:

Kode Rataan peringkat Rataan i

Rataan j abs (Rataan i -Rataan j)

ST1 7,44 ST1 - ST2 12,81

ST2 20,25 ST1 - ST3 2,37 ST3 9,81 ST2 - ST3 10,44

Hipotesis

H0 = MSTi = MSTj (Sarung tangan ke-i dan ke-j berpengaruh sama terhadap

kenyamanan)

H1 = MSti ≠ MSTj (sarung tangan ke-i dan ke-j memberikan pengaruh berbeda

terhadap kenyamanan)

Statistik Uji:

2 3

( 1)

( 1)

6 ( 1)k k

k N N t tZ

N N

=

2 3 3 3 3 3 3 3 3

0.05

3(2)

3 24(24 1) ((4 2 2 4 2 2 2 2 ) (4 2 2 4 2 2 2 2)

6(24)(24 1)

Z

=

0,008

3 13800 156

6(24)(24 1)

Z

=

2,41 12,3587 = 8,472

Page 52: kesehatan keselamatan kerja

39

Lampiran 3 Hasil Uji Kruskal-Wallis (lanjutan)

Pasangan perbandingan:

| 1 2ST STR R |=12,81 > 8,472 [ tolak H0 (berbeda nyata)]

| 1 3ST STR R |= 2,37 < 8,472 [terima H0 (tidak berbeda nyata)]

| 2 3ST STR R |=10,44 > 8,472 [tolak H0 (berbeda nyata)]

Kesimpulan :

Sarung tangan 1 dan 3 tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

kenyamanan, tetapi baik sarung tangan 1 dan 3 terhadap sarung tangan 2

memberikan pengaruh yang berbeda pada taraf nyata 5%.

2. Non-operator chainsaw

Rank

Grup Kode sarung tangan N Mean rank

Non-operator chainsaw sarung tangan 1 8 13.62

sarung tangan 2 8 10.56

sarung tangan 3 8 13.31

Total 24

Test Statisticsa,b

Non-operator

Chi-Square 0.917

Df 2 Asymp. Sig. 0.632

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kode sarung tangan

H0: tidak ada perbedaan kenyamanan antar ketiga sarung tangan

H1: minimal 2 jenis sarung tangan yang memberikan pengaruh berbeda terhadap

kenyamanan

Kesimpulan:

p-value Uji Kruskall-Walis = 0,632 > alpha 5%, sehingga terima H0, maka cukup

bukti untuk mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kenyamanan antar ketiga

sarung tangan apada taraf nyata 5%.

Page 53: kesehatan keselamatan kerja

40

Lampiran 4 Grafik deskripsi penilaian operator chainsaw terhadap sarung tangan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3

Ketangkasan Keamanan Daya Pegang Kenyamanan

Ju

mla

h r

esp

on

den

Kategori

Jumlah Responden terkait Penilaian Sarung Tangan

pada empat kategori

sangat tidak nyaman

tidak nyaman

sedikit nyaman

nyaman

sangat nyaman

Page 54: kesehatan keselamatan kerja

41

Lampiran 5 Grafik deskripsi penilaian non-operator chainsaw terhadap sarung tangan

0

1

2

3

4

5

6

ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3

Ketangkasan Keamanan Daya Pegang Kenyamanan

Ju

mla

h R

esp

on

den

Kategori

Jumlah Responden terkait Penilaian Sarung Tangan

pada empat kategori

sangat tidak nyaman

tidak nyaman

sedikit nyaman

nyaman

sangat nyaman