KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi...

106
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH DRAMA UMANG-UMANG KARYA ARIFIN C. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Nova Liana NIM. 1111013000108 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M

Transcript of KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi...

Page 1: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH DRAMA

UMANG-UMANG KARYA ARIFIN C. NOER DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA

DAN SASTRA INDONESIA DI SMP

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Nova Liana

NIM. 1111013000108

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M

Page 2: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

KESANTI]NAI\ BERBAIIA.SA DALAM NASKAH DRAMAUMANG-UMANG KARYA ARIFIN C. NOER DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASADAN SASTRA INDONESIA

Skripsi

Diaj,rkan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar S arj ana Pendidikan

Oleh

NOVA LIANA

NIM: 1111013000108

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dr. Siti Nuri Nurhaidah, M.A.

,/JI,RUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASt'RA INDONESIA

FAKIILTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIYERSITAS ISLAM NE GERI

SYARIF HIDAYATI]LLAII .

JAKARTA2016 M

Page 3: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul "Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Uruang-

Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Terhadap pembelajanan

Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tariyah

dan Keguruan (FITK) UN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus

dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 4 April 2016 dihadapan dewan penguji.

Oleh karena.itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana (S. Pd) dalam bidang

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tangerang,4 Aprtl20l6

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia ( Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal

IVakyun Subuki M.HumNIP. 19800305 200901 1 015

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Dona Aji Karunia Putra. M.ANrP. 19840409 20t101 1 015

Penguji 1

Dr. Nurvani. M.A.NIP. 1 9820 6282009122 003

Penguji 2

Dr. Darsita Supamo. N{. Hum.NrP. 19610807 199303 2 001

t2/ 6:!.otr

v/6-rue

,t/n lol6

t(, - aoti/u

Dekan Fakultas i

Page 4: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

I(EN.IENTERIAN AGANTAL]IN JAIC{RTAFITI(.8 tr- lt -ar*t* "\ir ,D CS.er lrlf,e

FORNI (FR)

No, Dokumen : FITK-FR-AKD-089Tg. Terbit : I I{arct 2010

No- Rerisi: : 0IHd r/r

SURAT PERN{YATAAN{ KARYA SEIVDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Dosenr Pembi;nbing

: NovaLiana

: Piladang; 07 November 1991

:1111013000108

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia / S-l

: Kesantrman Berbahasa dalam Naskatra Drama

Umng-Uffiag Karfa tuifin C- Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

: Dr. Siti Nrri Nuftaidah, M.A.

DqEs ini menyatatan bahnra stripsi lraug saya buat benar-benar t asil karla sediridan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pemlataan ini dibrat sebagai salah satu syarat nrenernpuh Ujian Munaqasah.

Jakal/r4 10 Februari 2016Mahasisw Ybs.

NIM.tI11013000108

Page 5: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yar,g berjudul

"Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C.

Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia" yang

disusun oleh Nova Liana dengan NIM l1l1013000108 Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada

tanggal 6 Januari 2016

Jakarta,6 Januari2016

Pembimbing

Dr. Siti NuriNurhaidah, M.A.,

Page 6: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

i

ABSTRAK

Nova Liana. (NIM : 1111013000108). Kesantunan Berbahasa Dalam

Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.

Penelitian ini mengkaji kesantunan berbahasa menurut teori Leech, objek

yang dianalisis yaitu naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer.

Kesantunan berbahasa tidak hanya berlaku pada saat komunikasi secara langsung

akan tetapi kesantunan berbahasa juga terdapat di dalam karya sastra.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa

pada naskah drama umang-umang karya Arifin C. Noer dan mendeskripsikan

implikasi kesantunan berbahasa terhadap pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang menghasilkan

data deskriptif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik simak

yaitu simak bebas cakap dan di lanjutkan dengan teknik catat. Selanjutnya

dijabarkan dengan memberikan analisis kemudian diberi kesimpulan akhir.

Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh

dalam naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer terdapat pematuhan

dan pelanggaran. Dari keseluruhan data pada ujaran diperoleh 27 data yang

mematuhi prinsip kesantunan Leech yaitu 7 maksim kebijaksanaan, 3 maksim

penerimaan, 9 maksim kemurahan, 2 maksim kerendahan hati, 5 maksim

kesetujuan, dan 1 maksim simpati. Sedangkan yang melanggar prinsip kesantunan

Leech diperoleh 39 data yaitu, 6 maksim kebijaksanaan, 8 maksim penerimaan, 13

maksim kemurahan, 5 maksim kerendahan hati, 5 maksim kesetujuan, dan 2

maksim simpati. Pada naskah drama Umang-Umang tersebut lebih didominasi

oleh pelanggaran maksim kemurahan. Kesantunan berbahasa dapat diimplikasikan

pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu pembelajaran diskusi di

SMP kelas VIII.

Kata kunci : Kesantunan, Prinsip Kesantunan teori Leech, Naskah Umang-

Umang.

Page 7: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

ii

ABSTRACT

Nova Liana. (NIM: 1111013000108). Politeness In manuscript Umang

Umang By Arifin C. Noer and Implications Learning Indonesian Language

and Literature at the SMP. This research about the politeness according to Leech's theory, the object

being analyzed is a manuscript Umang-Umang by Arifin C. Noer. Politeness is

not only valid at the time of direct communication but politeness is also found in

the literature.

The purpose of this research is to describe the politeness in the manusript

Umang-Umang by Arifin C. Noer and describe the implications of politeness is

learning Indonesian language and literature. The method used is qualitative

method that produces descriptive data. Collecting the data, the authors used a

technique that “simak bebas cakap “and technique “catat”. Then elaborated by

providing analysis and then given a final conclusion.

The results of this research indicate the form of speech happens to the

characters in the manuscript Umang Umang by Arifin C. Noer there are

compliance and violations. Of all the data on the speech obtained 27 data that

adheres to the principle that Leech politeness 7 tact maxim, 3 maxim of

generosity, 9 approbation maxim, 2 modesty maxim, 5 maxim of agreement, and

1 maxim of sympathy. While that violate Leech politeness principle that the data

obtained 39, 6 tact maxim, 8 maxim of generosity, 13 approbation maxim, 5

modesty maxim, 5 maxims of agreement, and 2 maxim of sympathy. Manuscript

Umang-Umang are more dominated by the violation of the maxim of

approbation. Politeness can be implicated in learning Indonesian language and

literature that discussion teaching 8th grade junior higt school.

Keywords: Politeness, Politeness Principle of Leech theory, Manuscript Umang

Umang.

Page 8: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji bagi Allah semesta alam yang telah

melimpahkan rahmat dan nimat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk nabi besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para umatnya.

Penulis menyusun penelitian ini guna memenuhi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam penulisan

penelitian ini penulis banyak mendapat masukan, bimbingan, saran, dorongan,

dan semangat dari berbagai pihak. Semua itu tak lain untuk menjadikan penulis

menjadi pribadi yanglebih baik dan kaya informasi, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki , M. Hum., selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

3. Dona Aji Karunia, MA., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

4. Ibunda dan Ayahanda tercinta dewi Asmita dan Yusrizal yang tak pernah

letih merawat, mendukung, mendoakan, dan memberi motivasi serta

bantuan moril maupun materil kapda penuli dengan tulus dan ikhlas.

5. Dr. Siti Nuri Nurhaidah, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan,

semangat, motivasi, dan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

membagi ilmunya selama masa perkuliahan.

7. Kakak dan adikku tercinta Yusni Rika dan Popi Septiani yang selalu

mendoakan, dan memberikan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini

Page 9: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

iv

8. Sahabat terbaikku Sukaesih, Siti Nurhasanah, dan Syifa Fauziyah Soliha

yang selalu ada dalam suka dan duka, teman curhat dan keluh kesah,

teman bersama dalam segalanya.

9. Adek-adek kosan Arum, Ajeng, dan Farisha yang selalu bersedia

memberi bantuan dan semangat kepada penulis.

10. Teman-teman PBSI sepejuangan angkatan 2011 khususnya PBSI kelas C

yang senantiasa memberi kebahagian selama masa-masa kuliah, memberi

informasi, dan semangat dalam menyelesaikan penelitian.

Terima kasih pula untuk seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian penelitian ini.

Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca untuk menjadikan penelitian ini lebih baik

lagi. Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat bermanfaat, baik untuk

penulis pribadi maupun pembaca.

Jakarta, Januari 2016

penulis

Page 10: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR. .............................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah . ......................................................... 4

C. Batasan Masalah . ............................................................... 5

D. Rumusan Masalah .............................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pragmatik . ....................................................................... 7

1. Tokoh-Tokoh dan Teori Pragmatik .......................... 7

2. Teori Kesantunan ...................................................... 10

3. Konteks ..................................................................... 18

B. Drama . ............................................................................. 20

1. Pengertian Drama ..................................................... 20

2. Karakteristik Drama . ................................................ 21

C. Biografi Arifin C. Noer . .................................................. 23

D. Sinopsis Naskah Drama Umang-Umang Karya

Arifin C. Noer .................................................................. 25

E. Penelitian yang Relevan ................................................... 27

Page 11: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

vi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ......................................................... 30

B. Metode Penelitian ............................................................... 30

C. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 31

D. Objek Penelitian ................................................................. 31

E. Pengumpulan Data. ............................................................ 31

F. Jenis Data . ......................................................................... 33

G. Analisis Data. ..................................................................... 33

H. Pelaksanaan Penelitian. ...................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah

drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer ...................... 36

B. Analisis deskripsi kesantunan berbahasa dalam naskah Drama

Umang-Umang karya Arifin C. Noer . ............................... 38

C. Implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia ............................................................................ 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 82

B. Saran . ................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 84

Page 12: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup

sendiri. Setiap manusia yang ada di dunia ini harus bersosialisasi dengan

sesamanya, menjalin komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Supaya

komunikasi dan kerjasama dapat terjalin maka perlu alat untuk melakukan

komunikasi tersebut. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi yaitu bahasa.

Bahasa dimaknai oleh beberapa ahli sebagai “sistem lambang bunyi yang arbirter

yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.”1 Selanjutnya dapat diketahui bahwa

bahasa berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi.

Kehidupan manusia yang cendrung berkelompok menuntut mereka harus

berinteraksi dengan orang lain setiap harinya, maka dalam berkomunikasi dengan

orang lain ada hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek kesantunan. Cara

berinteraksi yang baik terhadap sesama dengan saling tolong-menolong, saling

menghormati, dan berbagi dapat meningkatkan kualitas dalam hidup

bermasyarakat. Untuk meningkatkan kualitas tersebut maka berbicara dengan

bahasa yang santun dan benar tentu sangat diperlukan oleh manusia selaku

makhluk sosial.

Pada kenyataannya saat berkomunikasi seringkali kita mendengar seseorang

mengucapkan kata-kata tidak santun, kadang sebagian bahasa yang digunakan

tidak sesuai dengan nilai kesantunan. Jika menyaksikan situasi di terminal

misalnya, kita sering mendengar kalimat yang tidak santun. Kata-kata seperti:

dasar lu, suwe, oke bro, alay lu, cangkemmu, dan masih banyak kata-kata lainnya

yang tidak pantas didengar. Tetapi bahasa tersebut dapat dimaklumi dalam

1Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.32

Page 13: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

2

komunitasnya sesuai dengan budaya di terminal yang memang keras. Terkadang

seseorang tidak mengindahkan nilai-nilai kesantunan dalam berbahasa dilakukan

untuk mendapatkan simpati dan supaya bisa diterima dalam suatu komunitas.

Sekarang ini, banyak anak sekolahan mulai dari SD, SMP sampai SMA atau

orang yang berpendidikan juga tak jarang mengucapkan kata-kata yang tidak

santun atau kasar, padahal mereka orang-orang yang sudah diajarkan tentang

kesantunan. Kejadian pada para pejabat negara seperti anggota dewan MPR dan

DPR ketika rapat atau sidang mereka saling menuding dan berdebat mereka

menggunakan kata-kata yang tidak santun. Selain itu di sinetron, reality show, talk

show, komedi dan banyak acara lawak lainnya di media massa yang suka

menyela dan berbicara tidak santun, yang mereka pikirkan bagaimana penonton

dapat terhibur tanpa mengindahkan pengaruhnya bagi penonton.

Jika dilihat dari kenyataan tersebut dan kejadian-kejadian di sekitar kita maka

faktor usia, pendidikan, lingkungan, dan pekerjaan sangat mempengaruhi sikap

dan bahasa yang digunakan oleh sesesorang. Untuk itu dalam berkomunikasi

seseorang juga harus memahami konteks tuturan. Karena, dengan memahami

konteks tuturan kita tahu, dengan siapa kita berbicara, di mana tempat ujaran itu

dilakukan, dan apa tujuan ujaran tersebut dilakukan sehingga mitra bicara tdak

tersinggung dan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Kajian mengenai kesantunan berbahasa selama ini sudah banyak dilakukan,

mulai dari tuturan secara langsung yang menjadi objek kajiannya sampai dengan

tulisan di media masa dan hasil karya sastra para sastrawan yang selalu menarik

untuk dijadikan objek penelitian. Karya sastra merupakan suatu proses penulis

kreatif yang dapat membuat persepsi berbeda dari tiap pembaca. Tata bahasa yang

digunakan, pilihan kata, dan kesantunan dalam teks sebuah karya sastra akan

menjadi penilaian bagi pembaca.

“Karya sastra adalah salah satu hasil dari bentuk komunikasi manusia yang

tertulis. Karya sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Selain

itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas

Page 14: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

3

pengertiannya dari pada karya fiksi.”2 Melalui karya sastra penulis menyampaikan

pesan dan nilai kehidupan. Bagaimanakah cara penyampaian pesan dan

penggunaan bahasa yang digunakan oleh seseorang sastrawan dalam menulis,

santun ataupun tidak santun hanya pembaca yang dapat menilainya. Karena

sebuah karya sastra tidak dituntut untuk menghasilkan karya yang bernilai santun,

namun pembacalah yang harus teliti dalam memilih karya sastra yang banyak

mengandung pesan dan nilai kehidupan.

Karya Arifin C. Noer banyak diilhami dari kehidupan masyarakat. Drama

hasil tulisan Arifin C. Noer biasanya tidak menentu arahnya, bagitu juga karakter

tokoh-tokohnya yang diciptakan juga tidak menentu namun jika dibaca dan

dipahami secara mendalam karya-karya Arifin C. Noer penuh dengan pesan moral

dan nilai-nilai kehidupan. Seperti halnya dalam naskah drama Umang-Umang

yang bernuansa sosial yang menceritakan kehidupan masyarakat kelas bawah

yang mengalami kesulitan ekonomi sehingga mereka melakukan tindakan

kejahatan.

Dalam naskah drama Umang-Umang banyak terdapat dialog-dialog yang

bersifat memerintah, menghina dan mencaci yang semuanya banyak melakukan

penyimpangan dari aturan-aturan berkomunikasi yang digariskan oleh prinsip-

prinsip pragmatik. Naskah drama Umang-Umang ini secara jelas tidak

mengindahkah nilai-nilai kesantunan, namun untuk memahami sebuah naskah

diperlukan latar belakang atau konteks terjadinya penyimpangan tersebut.

Kebanyakan drama karya Arifin C. Noer menceritakan tokoh-tokohnya

memimpikan kehidupan yang bahagia dan penuh hayalan, tetapi selalu terbentur

dengan lingkungan, kepribadian dirinya dan keinginan-keinginan tokoh lain.

pertimbangan memilih objek penelitian berupa naskah drama Umang-Umang ini

karena dalam drama Umang-Umang sering diwarnai penyimpangan prinsip-

prinsip kesantunan. Drama Umang-Umang juga memiliki daya tarik tersendiri

karena memiliki penokohan yang unik, dimana dalam cerita ada tokoh yang

2Wellek dan Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta:PT Gramedia Utama, 1993), h. 3- 4

Page 15: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

4

memiliki peran ganda. Pertama dia berperan sebagai Waska yang merupakan

pemimpin penjahat, Waska digambarkan sebagai seorang Nabi bagi pengikutnya,

kedua dia berperan sebagai tokoh Semar layaknya sebagai dalang yang menuntun

cerita dalam naskah ini.

Sebenarnya banyak media sastra lain yang di dalamnya banyak terdapat

pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan, namun naskah drama Umang-

Umang ini dipilih karena di dalam naskah drama Umang Umang ini terdapat

ujaran yang memenuhi prinsip kesantunan. Ujaran tersebut menarik untuk diteliti

karena dibalik ujaran tersebut ada maksud ujaran dan mengandung prinsip

kesantunan.

Membahas kesantunan berbahasa berkaitan dengan pembelajaran bahasa

Indonesia di SMP. Penulis mengimplikasikan hasil penelitian pada kegiatan

pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yaitu materi berdiskusi. Saat pembelajaran

diskusi masih banyak siswa yang menggunakan bahasa yang kurang santun dalam

penyampaian sanggahan atau pendapat dalam berdiskusi di kelas. Sehingga dalam

penelitian mengenai kesantunan berbahasa ini diharapkan nantinya siswa dapat

menyampaikan sanggahan ataupun pendapat dalam berdiskusi dengan

menggunakan bahasa yang santun sehingga tidak menyinggung perasaan teman-

temannya. Maka dari itu, penulis ingin menganalisis kesantunan berbahasa dalam

naskah drama Umang-Umang karya Arifin C Noer dan implikasinya terhadap

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang

dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai makhluk sosial manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk

berkomunikasi.

2. Kurangnya kesantunan berbahasa manusia sebagai makhluk sosial dalam

berkomunikasi.

Page 16: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

5

3. Pematuhan dan pelanggaran kesantunan berbahasa dalam naskah drama

Umang-Umang karya Arifin C Noer dengan kajian pragmatik

4. Impliksi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya permasalahan yang diidentifikasi, maka penulis membatasi

masalah yang akan diteliti pada kesantunan berbahasa dalam naskah drama

Umang-Umang karya Arifin C Noer dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan prinsip kesantunan Leech yang

merupakan teori yang sesuai dengan kenyataan dan dianggap lengkap.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah mengenai kesantunan berbahasa yang

dianalisis, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pematuhan dan pelanggaran kesantunan berbahasa dalam

naskah drama Umang-Umang karya Arifin C Noer?

2. Bagaimanakah implikasi kesantunan berbahasa terhadap pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia di SMP?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dijelaskan tujuan dari analisis ini

adalah:

1. Untuk mendapatkan data yang bersifat deskriptif tentang kesantunan

berbahasa yang mematuhi dan melanggar pada naskah drama Umang-

Umang karya Arifin C Noer.

2. Untuk mendeskripsikan implikasi kesantunan berbahasa terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

Page 17: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

6

F. Manfaat Pelitian

1. Manfaat secara teoretis

Manfaat teoretis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah memberikan

sumbangan untuk perkembangan teori-teori pragmatik dan juga untuk membantu

penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kesantunan

berbahasa.

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan

kesantunan berbahasa pembaca maupun para peserta didik dalam berkomunikasi

baik terkait pembelajaran di sekolah atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari

di masyarakat. Selain itu penelitian ini dapat membantu menanamkan pendidikan

karakter pada peserta didik maupun pembaca.

Page 18: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pragmatik

1. Tokoh-Tokoh dan Teori Pragmatik

Pragmatik tidak lahir begitu saja. Pragmatik lahir melalui pemikiran kritis para

ahli yang merasa tidak puas dengan ilmu linguistik yang hanya membahas tentang

bahasa. Maka karena rasa ketidakpuasan tersebut, para ahli bahasa terus

mengembangkan ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna, sehingga lahirlah

semantik dan pragmatik, kedua ilmu tersebut sama-sama mengkaji makna tetapi

semantik mengkaji makna sesuai arti harfiahnya sedangkan pragmatik mengkaji

makna sesuai konteksnya atau situasi pada saat tuturan itu diucapkan.

Sekarang pragmatik menjadi pembicaraan yang serius. kajian pragmatik begitu

luas dan rumit, sehingga banyak para ahli mencoba mengkaji pragmatik dan akhirnya

menghasilkan defenisi yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang

mencetuskan atau memulai pengkajian tentang pragmatik.

Moris pada tahun 1938, berkontribusi terhadap penamaan pragmatik. Moris

mendefenisikan pragmatik sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang tanda.

“Menurut Moris semiosis adalah sesuatu yang ditandai penanda definite. Mediator

adalah sarana tanda; penerima yang memperhatikan tanda adalah interpretan;

perantara proses adalah interpreter; apa yang diperhatikan adalah designata.”1

Bagaimana bahasa itu berhubungan dengan makna yang ingin disampaikan oleh

penutur, dan makna yang terkadung dalam ucapan sipenutur tergantung dari situasi

yang terjadi pada saat tuturan tersebut terjadi.

1Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, terj. dari Approaches to Discourse, oleh Unang

Dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), h. 269.

Page 19: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

8

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

sekarang ini, walaupun ilmu ini jarang atau tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa

sebelumnya . Menurut Leech “Hal ini dilandasi oleh semakin tertariknya para linguis

untuk menguak hakikat bahasa dan tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa

didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan

dalam komunikasi.”2 Pragmatik mengakibatkan serasi atau tidaknya penggunaan

bahasa dalam komunikasi.

Leech menyatakan “pada akhir tahun 1950-an Chomsky menemukan titik pusat

sintaksis, namun, sebagai seorang strukturalis ia masih menganggap „makna‟ terlalu

rumit untuk dipikirkan secara sungguh-sungguh.”3 “Pada awal tahun 1960-an Kazt

bersama kawan-kawannya mulai, menemukan cara mengintegrasikan makna dalam

teori linguistik. Lakoof dan Ross pada tahun 1971 menandaskan bahwa sintaksis

tidak dapat dipisahkan dari kajian pemakaian bahasa.”4 Kehadiran pragmatik sebagai

tahap terakhir dari perkembangan linguistik yang sangat luas bersangkutan dengan

bentuk, makna, dan konteks. Pragmatik dapat diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bahasa secara eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan situasi.

Pakar pragmalinguistik yang mengemukakan pengertian pragmatik yaitu Jacob

L. Mey, dikutip oleh Nuri Nurhaidah “memberikan acuan pragmatik sebagai ilmu

bahasa yang mempelajari pemakaian dan penggunaan bahasa, yang ditentukan oleh

konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi

dan melatar-belakanginya.”5 “Levinson dikutip Kunjana, mendefenisikan pragmatik

sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.”6 Menurut

2 Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, terj. dari The Principles of Pragmatics, oleh M.D.D

Oka (Jakarta:UI Press 1993), h. 1. 3 Leech, op. cit., h. 2.

4 Ibid.

5 Nuri Nurhaidah, Wacana Poloitik Pemilihan Presiden di Indonesia, (Yogyakarta: Smart Writing,

2014), h. 21. 6 Kunjana Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga,2005),

h. 48.

Page 20: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

9

Parker yang dikutip oleh Kunjana bahwa “pragmatik adalah ilmu bahasa yang

mempelajari sturuktur bahasa secara eksternal.”7 George Yule mengemukakan

“Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker

(or writer) and interpreted by a listener(or reader).”8 Pragmatik adalah ilmu yang

mempelajari tentang komunikasi antara pembicara dan bagaimana interpretasi oleh

pendengar.

Selanjutnya dalam buku Gunarwan juga mengutip beberapa pendapat ahli

mengenai pragmatik diantaranya, “Yule mengatakan pragmatik itu mengkaji makna

kontekstual: bagaimana ada lebih banyak yang dikomunikasikan daripada yang

(sebenarnya) diucapkan.”9 “Thomas mendefinisikan pragmatik sebagai kajian makna

di dalam interaksi.”10

“Richards mengatakan pragmatik adalah kajian tentang

penggunaan bahasa di dalam komunikasi, terutama hubungan di antara kalimat dan

konteks serta situasi penggunaan kalimat itu.”11

Ahli lain mengemukakan batasan

pragmatik yakni Tarigan. Menurut Tarigan “pragmatik menelaah ucapan-ucapan

khusus dalam situasi-situasi khusus dan memusatkan perhatian pada aneka ragam

cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial.”12

Pendapat para ahli tersebut

senada bahwa pragmatik adalah kajian mengenai makna bahasa yang berdasarkan

kepada konteks saat interaksi berlangsung.

Misalnya cuaca sedang panas, di dalam kelas sedang berlangsung kegiatan

belajar mengajar yang di dalam ruangannya tidak ada pendingin ruangan dan

pintunya tertutup. Kemudian guru berkata “cuacanya panas sekali ya?” sambil kipas-

kipas dengan tangannya. Seorang murid kemudian membuka pintu ruangan kelas

7 Ibid.

8 George Yule, Pragmatics,(New York: Oxford University Press 1996), h. 3.

9 Asim Gunarwan, Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara, (Jakarta: Universitas Atma Jaya 2007),

h. 51. 10

Ibib, h. 51. 11

Ibid, h. 218. 12

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 31.

Page 21: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

10

tersebut. Dari peristiwa di atas dapat di simpulkan sebagai peristiwa pragmatik.

Ketika guru berkata cuacanya panas sekali, guru tersebut bermaksud menyuruh

muridnya untuk membuka pintu, tetapi tidak diungkapkan secara langsung. Murid

dapat memahami makna yang terdapat dalam kalimat gurunya tersebut karena

konteksnya ruangan terasa panas.

Dari beberapa pendapat ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pragmatik

adalah bagian dari ilmu bahasa yang terkait dengan aspek pemakaiannya, penentuan

maknanya sehubungan dengan maksud pembicaraan sesuai konteks atau keadaan saat

ujaran dilakukan. Konteks dalam tuturan yang digunakan oleh pengguna bahasa juga

dipengaruhi oleh budaya yang terjadi dalam masyarakat. Jika dalam golongan

masyarakat telah sepakat terhadap sesuatu tanda yang menjadi simbol dari sebuah

tuturan maka hal tersebut dapat disepakati bersama dan dipakai dalam masyarakat.

2. Teori Kesantunan Berbahasa

Sebagai makhluk sosial manusia perlu melakukan komunikasi. Agar proses

komunikasi berjalan lancar setiap penutur dan mitra tutur haruslah dapat saling

bekerja sama. Selanjutnya, bekerja sama yang baik dalam berkomunikasi salah

satunya dapat dilakukan dengan berlaku santun. Dalam kamus linguistik umum,

“kesantunan adalah hal memperlihatkan kesadaran akan martabat orang lain.

Kesantunan tersebut di bagi menjadi dua yaitu, pertama kesantuan positif adalah hal

memperlihatkan solidaritas dengan orang lain, kedua kesantunan negatif adalah hal

memperlihatkan akan hak orang lain untuk tidak merasa dipaksa bersikap tertentu

atau dipaksa melakukan sesuatu.”13

Sehingga kesantunan diartikan sebagai tindakan

menghargai atau menghormati orang lain.

Diketahui bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Hakikat kesantunan

berbahasa adalah hal yang paling mendasar yang dapat menjadi sebuah prinsip dan

13

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik,(Jakarta:PT Gramedia, 2008), h. 119.

Page 22: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

11

strategi dalam hal kehalusan dalam berbahasa yang baik dan benar. Sopan-santun

adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak berbicara,

khususnya pendengar atau pembaca. “Secara umum sopan santun berkenaan dengan

hubungan antara dua pemeran serta yang boleh dinamakan dengan diri dan lain.”14

Hal ini bermakna bahwa kesantuan melibatkan penutur dan mitra tutur. Namun tidak

menutup kemungkinan, kesantunan juga ditujukan pada pihak ketiga yang ada dalam

situasi tutur yang bersangkutan. Suatu tuturan bisa dianggap sopan, namun di tempat

yang lain bisa saja menjadi tidak sopan.

Setiap orang harus memiliki tatacara berbahasa sesuai dengan norma-norma

budaya, jika tidak maka ia mendapat nilai negatif seperti, disebut sebagai orang yang

sombong, egois, angkuh bahkan tidak berbudaya. Menurut Keith Allan dalam

Kunjana menjelaskan, “dengan demikian dapat ditegaskan bahwa berbicara atau

bertutur sapa yang tidak baik memungkinkan setiap orang untuk dapat terlibat dan

mengambil peran secara aktif dalam penuturan itu adalah aktivitas yang asosial.”15

Aktivitas yang asosial tersebut merupakan tindakan yang tidak santun. Menghargai

orang lain menjadi hal yang sangat penting dalam bersosialisasi, karena tidak seorang

pun manusia yang hidup dimuka bumi ini dapat menjalani kehidupannya secara

individu tanpa bantuan dari orang lain.

Perkembangan pragmatik, sebagaimana layaknya perkembangan ilmu yang lain,

yang pada gilirannya memicu pendapat dari para ahli sehingga menghasilkan teori-

teori baru. Awalnya terdapat teori Grice, yang mengembangkan prinsip pragmatik

yang disebut Prinsip Kerja Sama (PKS). Namun, terdapat pelanggaran prinsip

kerjasama karena, dalam ujaran penutur tidak hanya cukup dengan mematuhi prinsip

kerja sama tetapi juga diperlukakn prinsip kesantunan. Akibatnya muncul para ahli

yang mengemukakan konsep kesantunan.

14 Leech, op. cit., h. 206.

15 Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik, (jakarta: Erlangga, 2009), h. 22.

Page 23: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

12

Diantaranya yaitu pandangan Lakoff dan Leech tentang kosep kesantunan yang

dirumuskan dalam prinsip kesantunan. Selanjutnya Brown dan Levinson

merumuskan konsep kesantunan dengan teori kesantunan. Muncunya teori dan

prinsip kesantunan tersebut karena adanya pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PKS)

Grice.

Robin Lakoff dalam Chaer menyatakan agar ujaran kita terdengan santun oleh

orang lain ada tiga kaidah yang harus dipenuhi. “Kaidah tersebut adalah kaidah

formalitas (formality), kaidah ketidaktegasan (hesitancy) dan skala kesamaan atau

kesekawanan (aquality or cameraderie).”16

Skala formalitas memiliki arti bahwa

dalam berujaran tidak boleh memaksa dan menunjukkan keangkuhan. Skala

ketidaktegasan, orang tidak boleh bersikap terlalu tegang dan terlalu kaku di dalam

kegiatan bertutur, dan disarankan penutur hendaknya bertutur sedemikian rupa

sehingga mitra tuturnya dapat menentukan pilihan. Skala kesamaan atau

kesekawanan berarti penutur menganggap mitra tuturnya sebagai sahabat,

mempunyai rasa kesekawanan dan kesejajaran dan buatlah mitra tutur merasa senang.

Kesantunan yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson dalam Elizabeth,

telah mengembangkan sebuah teori kesopanan yang sudah banyak diterima, yang

mereka yakini memiliki validitas secara lintas budaya. “Secara ringkasnya, teori ini

menyatakan bahwa orang akan termotivasi oleh kebutuhan mereka untuk

mempertahankan “harga diri” (face) mereka, yaitu harga diri dalam artian sosiologis,

seperti yang dikembangkan Goffman, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan

persetujuan atau penghargaan dari orang lain dan mempertahankan perasaan bahwa

dirinya adalah berarti dihadapan orang lain.”17

Brown dan Levinson membagi dua

kebutuhan dalam setiap proses sosial, yaitu kebutuhan untuk diapresiasikan dan

kebutuhan untuk bebas (tidak terganggu). Kebutuhan yang pertama disebut muka

16

Abdul Chaer, Kesantunan Berbahasa, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 46. 17

Elizabeth Black, Stilistika Pragmatis, Terj. dari Pragmatic Stylistic oleh Ardianto dkk,

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), h.153.

Page 24: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

13

positif dan muka negatif. Muka positif maksudnya mengacu kepada citra diri orang

yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya atau yang dimilikinya, diakui oleh

orang lain sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, dikagumi dan dihargai.

Contohnya pada kalimat diberikut ini:

(1) Saya senang kalau anda berkunjung ke rumah saya.

Kalimat di atas merupakan ujaran yang santun karena penutur senang dan

menghargai tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Sedangkan muka negatif

maksudnya mengacu kepada citra diri orang yang berkeinginan agar apapun yag

dilakukannya dibiarkan saja oleh penutur dan tidak menyuruh melakukan sesuatu.

Seperti contoh kalimat dibawah ini yang dianggap tidak santun karena penutur

melarang kebebasan orang lain untuk melakukan sesuatu.

(2) Jangan berteriak dalam ruangan ini!

Renkema mengemukakan dalam Jaszczolt “berdasarkan konsep face yang

dikemukakan oleh Goffman ini, Brown dan Levinson membangun teori tentang

hubungan intensitas FTA dengan kesantunan yang terealisasi dalam bahasa.”18

“Intensitas FTA diekspresikan dengan bobot atau weight (W) yang mencangkup tiga

parameter sosial, yaitu: pertama, tingkat ganguan atau rate of imposition (R), kedua

jarak sosial atau social distance (D) dan ketiga, kekuasaan atau power (P) yang

dimiliki mitra bicara.”19

Maksud dari bobot misalnya dapat kita contohkan ketika

seseorang meminjam sesuatu barang kepada orang lain antara pulpen dan laptop

maka ketika meminjam laptop seseorang akan lebih santun dibandingkan ketika

meminjam pulpen, Karena bobot barang yang dipinjam berbeda. Jarak sosial dapat

dicontohkan dengan ketika meminjam sesuatu kepada orang lain ujaran seseorang

akan lebih santun dibandingkan kepada saudara sendiri. Saat berbicara dengan dosen

18

K.M. Jaszczolt, Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse,

(London:Longman,2002), h. 181. 19

Ibid.

Page 25: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

14

akan lebih santun dibandingkan berbicara dengan teman sendiri karena kekuasaannya

berbeda.

Selanjutnya Leech mengajukan teori kesantunan berdasarkan prinsip kesantunan

yang dijabarkan menjadi maksim-maksim atau bidal-bidal. “Prinsip-prinsip

kesantunan yang dikemukakan Leech ada enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan

(tact maxim), maksim penerimaan (maxim of generosity), maksim kemurahan

(approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim

kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (symphaty maxim).”20

“Leech

menggunakan istilah maksim untuk menekankan yang baik kepada pendengar,

mengurangi yang tidak tepat dan membalikkan strategi pembicaraan tentang

seseorang.”21

kesantunan yang ditawar oleh Leech tersebut lebih mementingkan

orang lain dan mengurangi kepentingan bagi diri sendiri. Seseorang dikatakan santun

apabila ujarannya tidak merugikan orang lain walaupun dirinya sendiri mengalami

kerugian. Berikut penjabaran keenam maksim tersebut:

a. Maksim kebijaksanaan (Tact Maxim), maksim ini kadang disebut juga dengan

maksim kearifan. Maksim kebijaksanaan seseorang dapat dikatakan santun

apabila tuturan itu “memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dan

meminimalkan kerugian pada pihak lain.”22

Berikut contoh tuturan yang

penuturnya memaksimalkan keuntungan untuk orang lain dan meminimalkan

kerugian pada pihak lain.

(3) A : Mari saya bawakan tas Bapak!

B : Jangan, tidak usah!

20

Chaer, cp. cit. h. 56. 21

Jaszczol, op. cit., h. 176.

22 Leech, loc cit.

Page 26: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

15

Pada percakapan no (3) di atas, terlihat penutur A santun dan yang menjadi mitra

tuturnya yaitu B juga menjawab dengan santun. Penutur A berusaha memberikan

keuntungan bagi mitra tuturnya.

(4) A : Mari saya bawakan tas Bapak!

B : Ini, begitu dong jadi mahasiswa!

Percakapan no (4) terlihat mitra tutur tidak santun, karena memaksimalkan

keuntungan bagi diri sendiri dan meminimalkan kerugian pada diri sendiri.

b. Maksim penerimaan (Maxim of Generosity), maksim penerimaan juga sering

disebut dengan maksim kedermawanan. Tuturan dapat dikatakan santun apabila

“buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian diri sendiri

sebesar mungkin.”23

Maksim penerimaan berpusat pada diri, dimana diri sendiri

yang memberikan tawaran-tawaran kebaikan kepada orang lain. Berikut contoh

tuturan maksim penerimaan.

(5) Belikan saya minuman di warung!

(6) Saya bersedia membelikan minuman untuk Bapak ke warung.

Kalimat (5) merupakan kalimat yang tidak santun, karena memaksimalkan

keuntungan bagi diri sendiri. Kalimat tersebut tidak memenuhi maksim penerimaan,

berbeda dengan kalimat (6) yang meminimalkan keuntungan pada diri sendiri dan

memaksimalkan kerugian pada diri sendiri.

c. Maksim kemurahan (Maxim of Approbation), maksim kemurahan sering diseut

juga dengan maksim pujian. Tuturan dapat dikatakan santun apabila penutur

berusaha “mengecam orang lain sesedikit mungkin dan memberikan pujian kepada

orang lain sebanyak mungkin.”24

Untuk lebih jelasnya simak tuturan berikut ini:

(7) A : Bajumu bagus sekali.

23 Leech, loc. cit.

24

Ibid, h. 207.

Page 27: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

16

B : Wah biasa aja, bajumu juga bagus.

(8) A : Bajumu bagus sekali.

B : Iya dong, baru beli ini.

Tuturan (7) antara penutur dan mitra tuturnya sama-sama santun, karena sama-

sama memaksimalkan rasa hormat atau memberi pujian bagi orang lain. Penutur A

memaksimalkan keuntungan pada mitra tuturnya B, penutur B meminimalkan

penghargaan terhadap dirinya sendiri. Tuturan (8) penutur A memperlihatkan

kesantunan. A memaksimalkan pujian pada mitra tuturnya B, tetapi B berlaku tidak

santun karena meminimalkan rasa hormat pada mitra tuturnya.

d. Maksim kerendahan hati (Maxim of Modesty), tuturan dapat dikatakan santun

apabila “meminimalkan pujian pada diri sendiri dan memaksimalkan cacian pada

orang lain.”25

Berikut contoh yang memenuhi maksim kerendahan hati dan yang

tidak memenuhi maksim kerendahan hati.

(9) Maaf, saya ini orang kampung.

(10) Saya ini anak kemaren, Pak.

(11) Hanya saya yang bisa seperti ini.

(12) Asal kalian tau, saya lebih dulu makan garam dari kalian.

Tuturan (9) dan (10) menunjukkan kesantunan memenuhi maksim kerendahan

hati, tuturan tersebut meminimalkan pujian bagi diri sendiri. Berbeda dengan tuturan

(11) dan (12) tidak memenuhi maksim kerendahan hati, tuturan tersebut

memperlihatkan kesombongan yaitu memaksimalkan pujian bagi diri sendiri.

e. Maksim kesetujuan (Maxim of Agreement) disebut juga maksim kecocokan agar

setiap penutur dan mitra tutur “meminimalkan ketidaksesuaian antara diri sendiri

25 Jaszczolt, loc. cit.

Page 28: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

17

dengan orang lain dan maksimalkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang

lain,”26

maka itu dikatakan dengan santun. Simak petuturan berikut:

(13) A : Menurut saya, kita berangkat besok saja!

B : Saya setuju, sepertinya itu lebih baik.

(14) A : Menurut saya, kita berangkat besok saja!

B : Tidak bisa, kita harus berangkat sekarang!

Tuturan (13) memenuhi maksim kesetujuan, penutur A dan B sama-sama setuju

dan sesuai. Sedangkan tuturan (14) tidak memenuhi maksim kesetujuan karena

penutur B menentang pendapat penutur A.

f. Maksim simpati (Maxim of Sympathy), dikatakan santun apabila “meminimalkan

antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan maksimalkan simpati antara diri

sendiri dengan orang lain.”27

Bila mitra tutur memperoleh keberuntungan penutur

memberikan ucapan selamat. Jika mitra tutur mendapatkan musibah penutur

menyampaikan rasa duka. Contoh tuturan yang menyatakan maksim simpati.

(15) A : Aku berhasil memenangkan lomba cerdas cermat kemarin.

B : Selamat ya, kamu memang hebat.

(16) A : Saya telah mengeluarkan banyak uang untuk mendirikan perusahaan

ini, tapi sampai sekarang belum juga ada hasilnya.

B : Bersabarlah, tidak ada usaha yang sia-sia, nanti juga pasti ada

hasilnya.

(17) A : Ibu saya gagal dioperasi hari ini.

B : Ya udahlah, santai aja kali.

Tuturan (15) penutur B memenuhi maksim kesimpatian, karena ketika penutur A

menyampaikan keberhasilannya dan mitra tuturnya B memberi selamat kepada A.

Tuturan (16) merupakan contoh tuturan yang santun dan memenuhi maksim simpati

karena si B menunjukan rasa simpatinya terhadap si A. Ketika A mengeluh B tetap

26

Tarigan, op. cit., h. 72.

27

Ibid.

Page 29: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

18

menyemangati A. Sedangkan tuturan (17) tidak memenuhi maksim kesimpatian

karena B tidak menunjukkan rasa simpati sedikitpun terhadap apa yang dialami A.

Sebagai kesimpulan untuk teori Leech ini dapat dinyatakan inti maksim

kebijaksanaan dan maksim penerimaan yaitu memberikan keuntungan bagi orang

lain. Inti maksim kemurahan dan maksim kerendahan hati yaitu memaksimalkan

pujian pada orang lain. Sedangkan inti maksim kecocokan atau persetujuan yaitu

menyatakan persesuaian dengan orang lain. Inti maksim simpati yaitu meyatakan rasa

simpati terhadap orang lain.

3. Konteks

Berbicara pragmatik tidak terlepas dari pembicaraan tentang konteks. “Telaah

mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-

kalimat adalah telaah mengenai tindak ujar (speech acts), dalam menelaah tindak ujar

kita harus menyadari betapa pentingnya konteks ucapan.”28

Istilah konteks

didefenisikan oleh Mey yang dikutip oleh F.X. Nadar yaitu, “situasi lingkungan

dalam arti luas yang memungkinkan peserta petuturan untuk dapat berinteraksi, dan

yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.”29

Selanjutnya pentingnya konteks

juga ditekan oleh Nuri Nurhaidah yang menyebutkan bahwa “Konteks adalah

rangkaian dari asumsi-asumsi untuk menghasilkan efek dari sebuah tuturan.”30

Setiap

bertutur dalam komunikasi penutur dan mitra tutur berada dalam konteks tertentu

yang sama-sama telah mereka ketahui. Mitra tutur dapat memahami arti dari ujaran

penutur berdasarkan konteks dalam tuturan tersebut.

“Hymes membuat akronim SPEAKING dalam permasalahan konteks yaitu,

settings, participants, ends, act of sequence, keys, instrumentalis norms dan genres

28Tarigan, loc. cit.

29

F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.4.

30

Nurhaidah, op. cit., h. 54.

Page 30: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

19

untuk mempermudah pola-pola komunikasi,”31

dikutip oleh F.X Nadar. Berikut

uraian mengenai SPEAKING.

a. (S) merupakan singkatan dari setting/latar dan scene/suasana. Setting mengacu

pada waktu dan tempat saat peristiwa tutur berlangsung. Sedangkan scene

mengacu pada adegan yang terjadi saat tuturan berlangsung.

b. (P) merupakan singkatan dari partisipant/peserta. Semua yang terlibat dalam

peristiwa tutur, merupakan peserta tuturan.

c. (E) adalah singkatan dari ens/tujuan. Mengacu pada hasil akhir dari respon

percakapan, dan tujuan personal yang dicari oleh peserta percakapan.

d. (A) adalah singkatan dari act sequence/urutan tindakan. Mengacu pada bentuk

dan isi yang aktual dari kata-kata yang digunakan.

e. (K) adalah singkatan dari key/kunci. Mengacu pada nada dan cara tuturan itu

diucapkan, diantaranya serius, mencekam, menakutkan, kegembiraan,

kelembutan. Kunci yang dimaksud adalah pada gerak tubuh.

f. (I) adalah singkatan instrumentalities/sarana. Mengacu pada saluran (verbal,

nonverbal, fisik) bentuk-bentuk tuturan yang diambil repertoar masyarakat.

g. (N) merupakan singkatan dari norms/norma. Merupakan perilaku tertentu

yang berkaitan erat dengan peristiwa tutur baik dari voelume suara, ekspresi

dan gerak tubuh.

h. (G) merupakan singkatan dari genre/jenis. Merupakan jenis bahasa ujaran,

seperti ungkapan, pantun, pribahasa, motto, nasehat, lelucon, yang semuanya

ditandai dengan cara yang tidak biasa. 32

Jadi Konteks situasi yang dimaksud adalah segala keadaan yang melingkupi

terjadinya komunikasi. Hal ini dapat berhubungan dengan tempat, waktu, kondisi

psikologis penutur, respons lingkungan terhadap tuturan, dan sebagainya.

31

Nadar, op, cit., h. 7.

32 Ibid., h. 56.

Page 31: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

20

B. Drama

Sampai sekarang belum ada kesepakatan baku secara universal tentang

pengertian sastra karena sifat sastra yang dinamis terus berkembang. Sapardi Djoko

Damono memaparkan bahwa sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa

sebagai mediumnya: bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.33

Medium sastra

adalah bahasa, sehingga pembaca sastra harus memahami kaidah-kaidah bahasa yang

digunakan dalam teks sastra. “Horatius adalah seorang pemikir Romawi menyatakan

bahwa sastra berfungsi sebagai hiburan dan memberi manfaat bagi pembacanya, yang

disebutnya “dulce et utile”.”34

Sastra digunakan untuk menyampaikan pesan tentang

sesuatu yang baik dan buruk. Biasanya penikmat sastra akan mendapatkan hiburan

setelah membaca sebuah karya sastra.

Saat sekarang ini peminat sastra semakin banyak. Jenis karya sastra pun

beragam, mulai dari novel, puisi, cerpen, prosa fiksi dan drama. Indonesia

mempunyai banyak pengarang dan dan penyair hebat yang telah menghasilkan

berbagai jenis karya sastra dan memperoleh banyak penghargaan. Salah satu jenis

karya sastra yang menarik adalah drama, karena teks drama mempunyai ciri yaitu ada

petunjuk lakunya, sehingga pembaca lebih bisa membayangkan adegan yang terjadi

dalam teks drama tersebut. Banyak pengarang Indonesia yang menulis teks drama,

salah satunya Arifin C. Noer yang telah banyak memperoleh penghargaan baik dalam

negeri maupun luar negeri.

1. Pegertian Drama

Sebagai salah satu genre sastra, drama mempunyai tujuan yang lain dari hasil

karya sastra yang berbentuk prosa dan puisi. Drama mempunyai tujuan khusus yaitu

untuk dipentaskan atau dipertunjukkan. “Kata drama berasal dari kata Yunani dramai

33

Endah t. Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2010), h. 12. 34

Melani Budianta,dkk, Membaca Sastra, (Magelang:Indonesia Tera, 2003), h. 19.

Page 32: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

21

yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya., jadi drama berarti

perbuatan atau tindakan.” 35

Drama datang dari khazanah kebudayaan Barat. Baik

drama maupun teater muncul dari rangkaian upacara keagamaan, secara ritual

pemujaan terhadap para dewa. ”Menurut Ferdinan Brunetiere dan Balthazar

Vergahen drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus

melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.”36

Dalam drama seseorang

memainkan peran dan bisa menjadi siapa saja, sesuai keinginan sutradara.

“Sedangkan pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan

dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekpresikan

secara langsung.”37

Drama adalah perasaan manusia yang beraksi di depan mata kita.

Itu berarti bahwa aksi dari suatu perasaan mendasari keseluruhan drama. “Drama

termasuk ragam sastra karena ceritanya (lakon drama) bersifat imajinatif dalam

bentuk naskah drama.”38

Apakah sebuah drama itu nantinya dipentaskan atau hanya

sekedar dibaca saja, pada intinya yang disebut dengan drama adalah sebuah genre

sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan adanya dialogue atau percakapan di

antara tokoh-tokoh yang ada dan adanya petunjuk laku.

2. Karakteristik Drama

Sebagai sebuah bentuk karya sastra, penyajian drama berbeda dengan bentuk

karya sastra lainnya. “Sebuah drama pada umumnya menyangkut dua aspek , yakni

aspek cerita bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang

berhubungan erat dengan seni lakon atau seni teater. Kedua aspek ini walaupun

sepintas lalu seperti terpisah, yang satu berupa naskah dan yang lain berupa

pementasan, namun pada dasarnya merupakan satu totalitas.”39

Kedua aspek dalam

35

Hasanudin, Drama karya dalam dua dimensi, (Bandung: Angkasa, 1996), h.2 36 ibid, h. 2 37

Ibid, h.2 38

Widjoko&Endang Hidayat, Tori Sejarah dan Sastra Indonesia, (Bandung : UPI PRESS, 2006),

h. 66. 39

Ibid, h.157.

Page 33: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

22

drama yaitu aspek cerita dan aspek pementasan saling berkaitan adanya pementasan

karena adanya cerita.

Sebagai genre sastra, drama dibentuk oleh unsur-unsur sebagaimana terlihat

dalam genre sastra lainnya, terutama fiksi. “Secara umum terdapat unsur yang yang

membentuk dan membangun dari dalam karya itu sendiri yang sering disebut unsur

intrinsik dan unsur yang mempengaruhi penciptaan karya yang berasal dari luar dan

disebut unsur ekstrinsik.”40

Dari dalam karya itu sendiri cerita dibentuk oleh unsur-

unsur penokohan, alur, latar, konflik-konflik, tema dan amanat, serta aspek gaya

bahasa. Karya sastra dapat terbentuk juga karena kekreatifan seorang pengarang.

Pengalaman hidup dapat saja menjadi pendorong bagi pengarang untuk membuat

cerita, dorongan dari luar tersebut merupakan unsur ekstrinsik dari sebuah naskah

drama.

Drama dalam kapasitas sebagai seni pertunjukan hanya dibentuk dan dibangun

oleh unsur-unsur yang yang menyebabkan suatu pertunjukan dapat terlaksana dan

terselenggara. “Menurut Damono ada tiga unsur yang merupakan satu kesatuan

menyebabkan drama dapat dipertunjukkan, yaitu unsur naskah, unsur pementasan,

dan unsur penonton. Pada unsur pementasan terurai lagi atas beberapa bagian

misalnya komposisi pentas, tata busana, tata rias, pengcahayaan, tata suara.”41

Ketika

sebuah teks drama akan dipentaskan, sutradara dan timnya harus memikirkan busana

yang akan digunakan oleh pemain, bagaimana tata riasnya, tata panggung,

pengcahayaan dan lain sebagainya yang mempengaruhi keberhasilan sebuah

pertunjukkan atau pementasan.

Pada intinya karakteristik dalam drama itu ada dua yaitu drama sebagai genre

sastra dan drama sebagai pertunjukan atau seni lakon. Dalam hal ini penulis mengkaji

salah satu karya Arifin C. Noer, drama yang berjudul Umang-Umang.

40

Hasanudin, op.cit., h. 8 41

Ibid

Page 34: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

23

C. Biografi Arifin C. Noer

“Arifin Chairin Noer lahir di Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret1941.”42 Beliau lebih

dikenal sebagai Arifin C. Noer. Beliau adalah sutradara teater, dan film yang

beberapa kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik dan penulis

skenario terbaik. Kepiawaiannya tidak hanya itu saja beliau juga menulis cerita dan

skenario. Film-film yang disutradari oleh Arifin adalah film-film bermutu dan laku,

tidak heran filmnya mendapatkan dan memenangkan berbagai penghargaan.

Arifin C. Noer adalah anak kedua dari Mohammad Adnan. Menamatkan SD di

Taman Siswa, Cirebon, SMP Muhammadiyah, Cirebon, lalu SMA Negeri Cirebon

tetapi tidak tamat, kemudian pindah ke SMA Jurnalistik, Solo. Setelah itu ia kuliah di

Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta. Arifin C. Noer

menikmati pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Ketika masa SMA

Arifin bersekolah di dua tempat karena sekolah yang di Cirebon tidak tamat beliau

pindah ke SMA Jurnalisitik.

Arifin C. Noer Mulai menulis cerpen dan puisi sejak SMP dan mengirimkannya

ke majalah yang terbit di Cirebon dan Bandung. Semasa sekolah ia bergabung dengan

Lingkaran Drama Rendra, dan menjadi anggota Himpunan Sastrawan Surakarta. Di

sini ia menemukan latar belakang teaternya yang kuat. Dalam kelompok drama

bentukan Rendra tersebut ia juga mulai menulis dan menyutradarai lakon-lakonnya

sendiri, seperti Kapai Kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang dan

Sandek Pemuda Pekerja. Tak diragukan lagi kepiawaian Arifin dalam menulis itu

semua terbukti dari karya-karyanya yang sudah banyak dan bermutu.

“Kreativitasnya di bidang penulisan puisi dan drama makin berkembang sejak

Pindah ke Yogyakarta di tahun 1960. Kemudian saat kuliah di Universitas

Cokroaminoto, ia bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin Mohammad

42

Hardo S., “Arifin C. Noer, Sineas Lengkap”, Suara Karya Minggu, Jakarta, Minggu ke 3

Agustus 1992, h. 3.

Page 35: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

24

Diponegoro.”43

Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil, di tengah

minat dan impiannya sebagai seniman, ia sempat meniti karier sebagai manajer

personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia dan wartawan Harian Pelopor

Baru.

Naskah-naskahnya menarik minat para dramawan dari generasi yang lebih muda,

sehingga banyak dipentaskan di mana-mana. Karyanya memberi sumbangan besar

bagi perkembangan seni peran di Indonesia. “Putu Wijaya menyebut Arifin sebagai

pelopor teater modern Indonesia. Tak sekadar dramawan dan sutradara, ia juga

seorang pemikir.”44

Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur

lenong, stanbul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek, dan melodi pesisir.

Menurut penyair Taufiq Ismail, Arifin adalah pembela kaum miskin.

Arifin kemudian berkiprah di dunia layar perak sebagai sutradara. “Pada film

Pemberang ia dinyatakan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Asia 1972

dan mendapat piala The Golden Harvest. Ia kembali terpilih sebagai penulis skenario

terbaik untuk film Rio Anakku dan Melawan Badai pada Festival Film Indonesia

1978. Ia mendapat Piala Citra.”45

Penghargaan yang diperoleh Arifin tak pernah puas

iya dapatkan iya terus berkarya.

“Film perdananya Suci Sang Primadona, 1977, melahirkan pendatang baru

Joice Erna, yang memenangkan Piala Citra sebagai aktris terbaik Festival Film

Indonesia 1978.”46

Film perdananya yang sudah menghasilkan pemain berkualitas,

memacu Arifin untuk terus berkarya dan terus menerus film-film selanjut Arifin

meraih penghargaan.

Menyusul film-film lainnya: Petualangan-Petualangan, Harmonikaku, Yuyun

Pasien Rumah Sakit Jiwa, Matahari-Matahari. “Serangan Fajar dinilai sebagai film

43

Hardo. S. Loc. Cit. 44

Heryus Saputro, “Jejak Langkah Arifin C. Noer”, Femina, jakarta, 18 0ktober 1995, h. 10. 45

Hardo. S., Loc. Cit. 46

Ibid.

Page 36: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

25

FFI terbaik 1982 dan menyabet 5 piala citra.”47

Salah satu film Arifin yang paling

kontroversial adalah Pengkhianatan G 30 S/PKI (1984). Film tersebut adalah filmnya

yang terlaris dan dijuluki superinfra box-office. Film ini diwajibkan oleh pemerintah

Orde Baru untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal 30

September untuk memperingati insiden Gerakan 30 September pada tahun 1965.

Peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997. Melalui film itu pula Arifin

kembali meraih Piala Citra 1985 sebagai penulis skenario terbaik. “Pada FFI 1990,

filmnya Taksi dinyatakan sebagai film terbaik dan meraih 7 Piala Citra.”48

Berbagai

penghargaan dari dalam dan luar negeri diraihnya, Tangan Arifin dingin, beliau dapat

memilih mana yang terbaik bagi pemain dan naskah-naskah yang terbaik yang

hendak dimainkannya.

Selanjutnya tentang kehidupan rumah tangga Arifin, kesusksessan Arifin juga

didukung oleh keluarganya. Beliau menikah dengan Nurul Aini, istrinya yang

pertama, dikaruniai dua anak: Vita Ariavita dan Veda Amritha. Pasangan ini bercerai

tahun 1979. Arifin kemudian menikah dengan Jajang Pamoentjak, putri tunggal dubes

RI pertama di Prancis dan Filipina, yang juga seorang aktris dikenal dengan nama

Jajang C. Noer. Darinya, Arifin mendapat dua anak, yaitu: Nitta Nazyra dan Marah

Laut. Arifin C. Noer wafat di Jakarta karena sakit kanker hati pada 28 Mei 1995.

D. Sinopsis Naskah drama Umang-Umang

Drama Umang-Umang menceritakan tentang derita masyarakat bawah yang

sangat kekurangan dalam kebutuhan ekonomi sehingga memaksa mereka untuk

melakukan tindak kejahatan demi memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal ini mereka

dipimpin oleh seorang penjahat besar yang bernama Waska serta anak buah yang

bernama Ranggong dan Borok. Waska adalah sosok pemimpin yang tegas, kuat dan

tidak takut dengan bahaya yang mengancam kehidupannya.

47

Ibid. 48

Ibid.

Page 37: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

26

Karena kemiskinan mereka berpindah ke kota, tetapi bukannya menjadi kaya

mereka tetap saja miskin. Kemiskinan inilah yang memojokan mereka untuk

melaukan tindakan kejahatan. Waska memiliki keinginan dalam hidupnya untuk

menaklukan dunia. Maka dia merencanakan untuk merampok bank dan perusahaan-

perusahaan besar yang ada. Waska meminta bantuan anak buahnya Ranggong untuk

melakukan rencana tersebut. Hal tersebut dilakukan karena Waska tidak tega melihat

kaumnya menderita.

Namun secara tiba-tiba Waska jatuh sakit, penyakit lamanya kambuh lagi, dia

membeku seperti patung. Ketika dalam keadaan sakit Bigayah pacar Waska datang

minta dinikahi, tetapi Waska tidak mau menikah karena menikah baginya bukan

kejahatan. Bigayah mencintai Waska dengan sepenuh hati. Dalam keaadaan sakit

Waska tetap mengomandoi penjarahan itu tanpa bisa dihalangi oleh siapapun,

termasuk sahabatnya Jonathan yang merupakan seorang seniman.

Ranggong anak buah Waska takut kalau Waska sampai mati, karena Waska

mempunyai rencana besar. Kemudian Ranggong bersama Borok mencari jamu

mujarab yang bisa membuat mereka hidup tanpa batas. Akhirnya Ranggong dan

Borok mendapatkan jamu mujarab yaitu jamu dadar bayi. Mereka mendapatkan itu

dari dukun yang mereka panggil Albert dan Mbah putri

Setelah mereka mendapatkan jamu tersebut dan mereka bisa hidup tanpa batas,

tetapi setelah itu mereka bertiga merasa bosan dengan hidupnya. Akhirnya mereka

mencari cara untuk bisa mati. Tetapi apapun cara yang mereka lakukan tetap saja

mereka hidup.

Page 38: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

27

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan yaitu mencontek hasil penelitian orang lain, maka dari itu penulis akan

memaparkan perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas.

Skripsi yang berjudul “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama

Umang-Umang Atawa Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Sastra”. Karya Yunita ini adalah skripsi Mahasiswa

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia pada tahun 2014. Penelitian ini mendeskripsikan tentang pandangan hidup

tokoh Waska, Yunita menemukan tiga pandangan hidup tokoh Waska yaitu (1)

Waska menganggap bahwa dunia ini tidak lagi diperlukannya cinta kasih. (2)

Pandangannya tentang penderitaan berubah. (3) Pandangan Waska tentang tanggung

jawab yang baginya itu kekokohan hidup.49

Persamaan dari penelitian ini karya yang

diteliti sama yaitu naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. noer. Perbedaannya

tulisan Yunita mendeskripsikan pandangan hidup tokoh yang terdapat dalam drama,

sedangkan penelitian yang penulis teliti lebih kepada bahasa yang digunakan dalam

naskah yaitu tentang kesantunan berbahasa dalam naskah drama Umang-Umang.

“Nilai Moral dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. noer dan

Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMP”.50

Skripsi karya Ana Aan

Setiyono Mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia tahun 2013. Penelitian ini membahas nilai moral yang terdapat

dalam naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer dan implikasinya

terhadapa pembelajaran bahasa dan sastra di SMP. Tujuan Penelitian Ini adalah

49

Yunita, “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-Umang Atawa Orkes

Madun II Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra”, Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. I, tidak dipublikasikan. 50

Ana Aan Setiyono, “Nilai Moral dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. noer

dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMP”,Skripsi, Universitas Pancasakti Tegal, Tegal,

2013, h. i, tidak dipublikasikan.

Page 39: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

28

mengungkapkan watak tokoh utama laki-laki dalam naskah drama Umang-Umang

karya Arfin C. Noer serta mendeskripsikan implikasi pembelajaran aspek watak

tokoh drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer dalam pembelajaran sastra di

SMP. Persamaan dalam penelitian yaitu objek yang digunakan sama-sama naskah

drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer. Perbedaannya Ana hasil penelitiannya

bertujuan untuk mencari nilai moral yang terdapat dalam naskah drama Umang-

Umang sedangkan penelitian penulis bertujuan untuk mencari kesantunan bahasa

dalam naskah drama Umang-Umang.

Skripsi Syafrida Mahasiswa Universitas negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada tahun 2015 yang berjudul “ Kesantunan

Berbahasa Menurut Teori Leech dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari dan

Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”.51

Persamaan

penelitian Syafrida dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti tentang

kesantunan berbahasa, dan teori yang digunakan juga sama yaitu teori kesantunan

Leech. Sedangkan perbedaan penlitian yang penulis tulis dengan penelitian Syafrida

yaitu pada objek yang diteliti. Syafrida yang menjadi objek kajian adalah novel karya

Dewi Lestari sedangkan penelitian penulis objeknya adalah naskah drama Umang-

Umang karya Arifin C. Noer.

51

Syafrida, Kesantunan Berbahasa Menurut Teori Leech dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi

Lestari dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”, skripsi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h. I, tidak dipublikasikan.

Page 40: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Peneliti dalam melakukan penelitian membutuhkan sebuah metodelogi, agar

penelitian yang dilakukan sistematis dan terorganisir. Muhammad mengatakan

metodelogi, yaitu cara memahami suatu fenomena.1 Adapun unsur-unsur

metodelogi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Skema Konseptual 1

Sumber Muhammad (2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti

1 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), h. 17.

Metodelogi

Penelitian

Ancangan

Metode

kualitatif

deskriptif

Teknik

Pragmatik Metode

simak

Teknik

simak

Teknik Simak

Bebas Cakap

Teknik

Catat

Kesantunan

Berbahasa

Teori

Geoffrey

Leech

Page 41: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

30

A. Rancangan Penelitian

Metodelogi dalam penelitian ini terdiri dari tiga aspek, yaitu ancangan,

metode, dan teknik penelitian. Ancangan yang digunakan adalah teori pragmatik

yaitu pendekatan penelitian yang “mengkaji makna dan hubungannya dengan

situasi ujaran.”2 Pendekatan pragmatik ini digunakan berdasarkan pertimbangan

beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Saat

berkomunikasi perlu diperhatikan aspek kesantunan, supaya mitra tutur tidak

tersinggung. Teori kesantunan yang digunakan adalah teori Geefrey Leech, yang

menyatakan enam maksim kesantunan berbahasa yaitu maksim kebijaksanaan,

maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kemurahan, maksim

kemufakatan, dan maksim simpati

B. Metode Penelitian

Metode sangat diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah dalam

penelitian. Muhammad menyatakan metode merupakan cara yang harus dilakukan

untuk meraih tujuan.3 Maka perlu metode yang tepat untuk mendapat hasil

penelitian yang tepat pula. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh

Muhammad mendefinisikan “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

atau perilaku yang diamati.”4 Kemudian menurut Berg, “penelitian kualitatif

ditekankan pada deskripsi objek yang diteliti.”5 Metode penelitian kualitatif ini

dipandang sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara objektif sesuai

fakta yang ditemukan di dalam teks.

Penelitian ini berupaya untuk menganalisis kesantunan berbahasa yang

terdapat dalam naskah drama. Dalam kegiatan penelitian ini penulis menganalisis

2 Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, terj. The Principles of Pragmatics, oleh M.D.D

Oka (Jakarta:UI Press 1993), h. 19. 3 Ibid, h. 203.

4 Ibid, h. 30

5 Ibid

Page 42: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

31

data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang mematuhi dan melanggar maksim

kesantunan berbahasa di dalam naskah drama Umang-Umang karya Arifin C.

Noer melalui dialog-dialog tokoh dalam drama.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah dilaog-dialog yang dianggap

mematuhi dan melanggar maksim kesantunan dalam naskah drama Umang-

Umang karya Arifin C. Noer. kesantunan berbahasa terlihat berdasarkan

penggunaan bahasa yang digunakan dan konteks yang terjadi saat ujaran

berlangsung. Kesantunan berdasarkan maksim kesantunan yang disampaikan oleh

Leech yang terdiri dari enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kemurahan, maksim kemufakatan,

dan maksim simpati.

D. Objek Penelitian

Objek dalam peneltian ini adalah penggalan ujaran dalam naskah drama

Umang-Umang karya Arifin C. Noer yang diduga mematuhi dan melanggar

maksim kesantunan. Naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer ini

terdiri dari tiga babak. Peneliti membaca, mencermati lalu mencatat ujaran dalam

naskah tersebut kemudian menentukan maksimnya berdasarkan makna ujaran

tersebut.

E. Pengumpulan Data

Sugiyono menyatakan bahwa “teknik Pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data.”6 Dalam penelitian kualitatif ada tiga cara untuk

mengumpulkan data, salah satunya yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengamati apa-apa yang diteliti atau metode pengamatan.7 Metode yang

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.

224 7 Muhammad, op. cit., h. 168

Page 43: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

32

digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak sedangkan teknik yang

digunakan yaitu teknik simak bebas cakap dan teknik catat.

Metode Simak

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data

dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa.8 Menyimak

penggunaan bahasa dalam dialog-dialog tokoh dalam naskah drama.

Adapun yang dilakukan peneliti dalam prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Menyimak; dialog-dialog tokoh dalam naskah drama disimak berdasarkan

maksim kesantunan yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan,

maksim kerendahan hati, maksim kemurahan, maksim kemufakatan, dan

maksim simpati.

b. Membaca; membaca kembali ujaran dalam naskah drama yang

mengandung maksim kesantunan.

c. Memahami; memahami dialog tokoh dalam drama Umang-Umang karya

Arifin C. Noer berdasarkan maksim kesantunan.

Metode ini selanjutnya digunakan secara cermat dengan menggunakan teknik

simak bebas cakap dan teknik catat.

1. Teknik simak bebas cakap

Pada teknik ini peneliti hanya sebagai pengamat saja. Peneliti menyadap

perilaku berbahasa di dalam suatu peristiwa tutur dengan tanpa

keterlibatannya dalam peristiwa tutur tersebut.9 Teknik ini cocok

dilakukan dalam penelitian ini karena peneliti tidak terlibat dalam peristwa

tutur hanya menjadi pengamat pada objek yang diteliti yaitu naskah

drama.

Peneliti menyimak dialog-dialog dalam naskah drama Umang-Umang

karya Arifin C. Noer, selain itu menyimak mengenai teori kesantunan

berbahasa yaitu teori Geofreey Leech dengan cara mempelajari sumber

tertulis seperti buku-buku, jurnal dan hasil-hasil penelitian terdahulu.

8 Ibid, h. 194.

9 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakara: PT RahaGrafindo Persada, 2007), h. 243.

Page 44: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

33

Kemudian selanjutnya, peneliti mengkaji hubungan kesantunan berbahasa

dengan ujaran dan petunjuk laku dalam naskah drama Umang-Umang

tersebut untuk dapat memaknai maksim yang terdapat dalam ujaran

tersebut.

2. Teknik Catat

Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan

metode simak.10

Peneliti mencatat semua data yang diperoleh dari objek

yang diteliti yaitu naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer.

F. Jenis Data

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah

drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer. Identitas naskah drama tersebut

adalah:

Judul buku : Orkes Madun, Atawa, Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang,

Sandek Pemuda Pekerja, Ozone, Magma

Pengarang : Arifin C. Noer Penerbit : Pustaka Firdaus

Cetakan : pertama tahun 2000 Tebal : 812 halaman ISBN 979-541-119-5

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan metode padan.

Menurut Sudaryanto dalam Muhammad, metode padan adalah metode analisis

data yang alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari

bahasa yang bersangkutan atau diteliti.11

Yang dipadankan dalam penelitian ini

adalah segala keadaan yang melingkupi terjadinya komunikasi yang sifatnya luar

kebahasaan.

Teknik yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu. Menurut

Sudaryanto dalam Muhammad teknik pilah unsur penentu merupakan teknik pilah

di mana alat yang digunakan adalah daya pilah bersifat mental yang dimiliki oleh

peneliti sendiri, mengandalkan intuisi dan menggunakan pengetahuan teoritis.12

Daya pilah dalam teknik ini menggunakan daya pilah pragmatik atau disebut

10

Ibid, h. 93 11

Muhammad, op. cit., h. 234. 12

Ibid, h. 239.

Page 45: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

34

metode padan pragmatik, adalah metode padan yang alat penentunya mitra tutur.

Metode ini mengidentifikasi satuan bahasa menurut reaksi akibat yang terjadi.

Ketika memilah data yang disediakan berdasarkan alat penentu ada teknik

lanjutannya. Teknik lanjutan menggunakan teknik hubung banding menyamakan.

Menyamakan diantara satuan-satuan bahasa yang ditentukan identitasnya.

H. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus

dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Adapun langkah-langkah

pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Mengumpulkan teori-teori mengenai pragmatik

2. Membaca dengan cermat naskah drama Umang-Umang karya Arifin C.

Noer.

3. Menetapkan naskah drama Umang-Umang sebagai objek penelitian

dengan fokus kesantunan berbahasa menggunakan teori Geoffrey Leech.

4. Membaca ulang dengan cermat naskah drama Umang-Umang untuk

menemukan maksim kesantunan yang terdapat di dalam naskah tersebut

dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

SMP.

5. Mengumpulkan data yang mematuhi dan melanggar maksim kesantunan.

6. Mendeskripsikan dan menganalisis data yang mematuhi dan melanggar

maksim kesantunan berdasarkan maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim

kecocokan, dan maksim simpati.

7. Menyimpulkan hasil keseluruhan penelitian.

Page 46: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

35

Kegiatan meneliti kesantunan berbahasa dalam naskah drama Umang-

Umang karya Arifin C. Noer

ss

Skema konseptual Mahsun (2011) dan Rahardi (2009) yang telah dimodifikasi peneliti

Data kesantunan berbahasa dalam

naskah drama Umang-Umang

karya Arifin C. Noer

Teknik simak

bebas cakap,

teknik catat

Teknik simak

Klasifikasi data sesuai maksim

kesantunan

Analisis data dan pembahasan

Penelitian

kualitatif

deskriptif

Metode dan teknik

analisis data

Metode analisis

padan

Teori Rahardi

Teknik Hubung

Banding

Menyamakan

Teknik Hubung

Banding

Membedakan

Teknik Hubung

Banding

Menyamakan Hal

Pokok

skema

Hasil data kesantunan

berbahasa dalam naskah

drama umang-Umang

karya Arifin C. Noer.

Teori pragmatik

Page 47: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Berkomunikasi selalu identik dengan kesantunan, karena kesantunan

menunjukan kepribadian penutur. Kajian dalam penelitian ini adalah kesantunan

berbahasa dalam naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer dan

implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang

menggunakan prinsip kesantunan Leech. Deskripsi penemuan penelitian ini

mencakup pematuhan dan pelanggaran maksim kebijaksanaan (MKb), maksim

penerimaan (MP), maksim kemurahan (MKm), maksim kerendahan hati (MKH),

maksim kesetujuan (MKs), dan maksim simpati (MS).

A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah drama

Umang-Umang karya Arifin C. Noer

Berdasarkan hasil penelitian didapat temuan-temuan penelitian. Berikut ini

disajikan tabel temuan hasil penelitian pematuhan kesantunan berbahasa dan

pelanggaran kesantunan berbahasa.

Tabel 1. Hasil penelitian pematuhan kesantunan berbahasa

No Kesantunan menurut Leech Jumlah/data

1 Maksim Kebijaksanaan (KB) 7

2 Maksim Penerimaan (PN) 3

3 Maksim Kemurahan (KM) 9

4 Maksim Kerendahan hati (KH) 2

5 Maksim Kesetujuan (KC) 5

6 Maksim Simpati (KS) 1

Jumlah 27

Pematuhan maksim prinsip kesantunan dalam naskah drama Umang-Umang

karya Arifin C. Noer meliputi: (1) maksim kebijaksanaan, (2) maksim

Page 48: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

37

penerimaan, (3) maksim kemurahan, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim

kesetujuan, (6) maksim simpati. Dari keseluruhan data pada ujaran dan petunjuk

laku diperoleh 27 data yang mematuhi prinsip kesantunan Leech yaitu 7 maksim

kebijaksanaan, 3 maksim penerimaan, 9 maksim kemurahan, 2 maksim

kerendahan hati, 5 maksim kesetujuan, dan 1 maksim simpati.

Tabel 2. Hasil penelitian pelanggaran kesantunan berbahasa

No Kesantunan menurut Leech Jumlah/data

1 Maksim Kebijaksanaan (KB) 6

2 Maksim Penerimaan (PN) 8

3 Maksim Kemurahan (KM) 13

4 Maksim Kerendahan hati (KH) 5

5 Maksim Kesetujuan (KC) 5

6 Maksim Simpati (KS) 2

Jumlah 39

Pelanggaran maksim prinsip kesantunan dalam naskah drama Umang-Umang

karya Arifin C. Noer meliputi: (1) maksim kebijaksanaan, (2) maksim

penerimaan, (3) maksim kemurahan, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim

kesetujuan, (6) maksim simpati. Dari keseluruhan data pada ujaran dan petunjuk

laku diperoleh 39 data yang melanggar prinsip kesantunan Leech yaitu 6 maksim

kebijaksanaan, 8 maksim penerimaan, 13 maksim kemurahan, 5 maksim

kerendahan hati, 5 maksim kesetujuan, dan 2 maksim simpati.

Page 49: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

38

B. Analisis Deskripsi Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-

Umang Karya Arifin C. Noer

Analisis temuan-temuan penggalan ujaran yang mematuhi maksim

kesantunan.

1. Maksim kebijaksanaan (KB)

Pematuhan maksim kebijaksanaan terjadi apabila penutur berusaha

memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dan berusaha meminimalkan

kerugian bagi pihak lain. Seseorang yang selalu mematuhi maksim kebijaksanaan

adalah orang yang berjiwa besar karena lebih mementingkan keuntungan bagi

orang lain. Berikut ujaran yang mematuhi maksim kebijaksanaan.

(1) Konteks : Ujaran ini diucapkan oleh Gustav kepada Nabi. Mengenai

pertanyaan Nabi. Tujuannya untuk menjawab pertanyaan Nabi yang bertanya

tentang kenapa mereka menangis. Ujaran ini terjadi di gerbong tua.

Nabi : Ada apa saudara?

Gustav : (Berseru) Hentikan sebentar tangismu, teman-teman, ada yang

mau bicara!

Orang-orangpun berhenti menangis

Gustav : Barangkali ada yang perlu dijelaskan, nabiku?

Nabi : Kenapa kalian menangis dan tangis kalian sedemikian rupa

sehingga kedengaran sampai di langit lapisan ke tujuh.1

Ujaran yang diucapkan oleh Gustav di atas dikatakan mematuhi maksim

kebijaksanaan, karena Gustav memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.

Ketika Nabi bertanya, Gustav menyuruh semua orang berhenti menangis hal

tersebut menandakan dia menghormati kedatangan Nabi. Pemaksimalan

keuntungan bagi pihak lain terlihat pada Hentikan sebentar tangismu teman-

teman, ada yang mau bicara! dan selanjutnya dengan santun dia bertanya kepada

nabi Barangkali ada yang perlu dijelaskan, nabiku?. Gustav menawarkan dengan

bertanyaan kepada Nabi, hal tersebut memperlihatkan Gustav menambahkan

pengorbanan bagi dirinya sendiri.

1 Arifin C. Noer Orkes Madun. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 135

Page 50: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

39

(2) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Gustav kepada Borok mengenai suruhan

Borok menyuruh Gustav untuk melayani Nabi. Tujuannya untuk menjawab tugas

yang diberikan oleh Borok. Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Gustav : Saya, Borok.

Borok : Jamu mereka dan layani!

Gustav : Akan saya layani, Borok.

Nabi : Kami tidak minum-minuman keras.

Borok : Saya tahu. Duduk saja. Kalian akan disuguhi wedang bandrek

dan wedang jahe.2

Ujaran yang diucapkan oleh Gustav tersebut di atas dikatakan mematuhi

maksim kebijkasanaan, karena Gustav memaksimalkan keuntungan bagi pihak

lain yaitu ketika Nabi datang Borok menyuruh Gustav melayani Nabi, kemudian

Gustav bersedia melakukan apa yang diperintahkan Borok. Pemaksimalan terlihat

pada Akan saya layani, Borok Gustav berarti menambah pengorbanan bagi dirinya

dengan melakukan perintah dari Borok dan tindakan Gustav tersebut berarti

Gustav memuliakan tamunya.

(3) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Semar kepada Nabi. Semar meminta izin

kepada Nabi, karena dia akan memainkan peran adegan musyawarah. Tujuannya

agar Nabi tidak tersinggung jika ia meninggalkan Nabi. Percakapan ini terjadi di atas

panggung.

Semar : Permisi sebentar, Tuanku, kami akan memainkan adegan

musyawarah ini.

Nabi : Sebagai pemain, apalagi sutradara, sebenarnya kamu bisa

mengarahkan lakon ini, Semar.

Semar : Maaf, apa Tuanku diri saya milik diri saya semata-mata?3

Pada kalimat Permisi sebentar, Tuanku, kami akan memainkan adegan

musyawarah ini, yang diucapkan oleh Semar kepada Nabi dikatakan mematuhi

maksim kebijaksanaan, karena Semar berusaha memaksimalkan keuntungan bagi

Nabi. Semar tidak ingin Nabi tersingung dengan perginya dia untuk memainkan

peran selanjutnya, Semar mengucapkan kata Tuanku menyatakan kalau dia

menghormati Nabi. Walaupun Nabi menghalangi Semar dan megatakan sebagai

sutradara sebenarnya bisa mengubah lakonnya tetapi dengan sopan Semar

menjawab perkataan Nabi. Semar mengucapkan kata Maaf ketika menjawab

2 Ibid, h. 136-137

3 Ibid, h. 158

Page 51: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

40

ucapan Nabi. Hal tersebut menunjukkan Semar menambah pengorbanan bagi

dirinya sendiri.

(4) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Embah putri kepada Ranggong. Ranggong

datang meminta tolong kepada Embah putri, agar menolong pemimpinnya yang

sedang sakit. Tujuan Embah putri untuk melayani tamunya. Percakapan ini terjadi di

rumah Embah Putri.

Ranggong : Tapi pemimpin kami tidak boleh mati.

Embah Putri: Emangnya kenapa?

Ranggong : Setidak-tidaknya kematiannya ditunda barang beberapa tahun

sampai ia sempat mewujudkan impian spektakulernya.

Embah Putri: Sebentar, Lebih baik kalian minum dulu.

Borok : Kami tidak perlu minum, Mbah. Kami perlu minta jamu itu.4

Ujaran yang ucapkan oleh Embah Putri di atas dikatakan mematuhi maksim

kebijaksanaan, karena Embah Putri berusaha memaksimalkan keuntungan bagi

pihak lain (Ranggong dan Borok). Pemaksimalan dilakukan Embah putri dengan

menawarkan minum kepada tamunya sebelum dia memberikan obat.

Pemaksimalan tersebut terlihat pada Lebih baik kalian minum dulu. Walaupun

Embah terus didesak oleh Ranggong dan Borok namun Embah Putri dengan

tenang dan sabar menawarkan minuman kepada Borok dan Ranggong.

(5) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Juru kunci kepada Ranggong. Ranggong

meminta petunjuk kepada Jurukunci dimana kuburan bayi. Tujuan Juru kunci yaitu

unutk memberikan kemudahan kepada ranggong dalam menemukan kuburan bayi.

Percakapan ini terjadi di tempat perkuburan atau makam.

Ranggong : Kami tidak memerlukan kain kafan. Malam ini kami hanya

perlu pentunjuk dari bapak.

Jurukunci : Petunjuk apa?

Ranggong : Kami perlu limabelas kuburan bayi.

Jurukunci : Baru? Lama? Sedeng?

Ranggong : Baru.5

Ujaran yang diucapkan oleh Jurukunci tersebut di atas dikatakan mematuhi

maksim kebijaksanaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.

Jurukunci bersedia memberikan petunjuk kepada orang lain. Pemaksimalan itu

terlihat pada Petunjuk apa? Pertanyaan yang diajukan Jurukunci tersebut

menyatakan kalau dia bersedia memberi petunjuk ditambah lagi dengan kata

4 Ibid, h. 171-172

5 Ibid, h. 181

Page 52: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

41

berikut ...ikutlah.... hal tersebut menunjuk Jurukunci ingin memberikan

kemudahan bagi Ranggong untuk mencari mayat bayi-bayi, berarti Jurukunci

meminimalkan kerugian bagi Ranggong.

(6) Konteks : Ujaran diucapan oleh Jonathan kepada Waska. Jonathan mengajak

Waska untuk minum. Tujuannya agar Waska dapat mengenang masa-masa indah

persahabatan mereka. Ujaran ini terjadi di gerbong tua.

Jonathan : Aku masih punya beberapa hal….

Waska : Simpan saja atau nyanyikan buat orang lain.

Jonathan : Sebelum aku meninggalkan tempat ini, bagaimana kalau

kita minum-minum dulu di warung, setidak-tidaknya kita

masih bisa mengenangkan tahun-tahun persahabatan kita.6

Ujaran yang diucapkan oleh Jonathan di atas dikatakan mematuhi maksim

kebijaksanaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain (Waska).

Walaupun Waska telah menolaknya tetapi Jonathan tidak mau meninggalkan

temannya begitu saja, dia malah mengajak temannya untuk minum.

Pemaksimalan itu terlihat pada kalimat bagaimana kalau kita minum-minum dulu

di warung.... pertanyaan Jonathan tersebut menyatakan kalau dia seorang yang

santun tidak pendendam walau sudah ditolak temannya.

(7) Konteks : Ujaran diucapan oleh Waska kepada Debleng. Ketika Waska dan

Ranggong memancing di laut tiba-tiba terpancing arwah Debleng. Tujuannya untuk

menyatakan kesediaannya menguburkan mayat Debleng. Percakapan ini terjadi di

tepi laut. Debleng : Debleng.

Waska : Kok dalam laut?

Debleng : Gua arwah.

Waska : Kok dalam laut?

Debleng : Gua sendiri nggak tahu kenapa. Tolong, jangan diajak

omong terus. Gua cape. Tolong. kuburkan lagi mayat gua.

Waska : Ini kewajiban. akan saya kubur. Ayo, Ranggong, Borok.7

Ujaran Waska di atas yang menyatakan akan menguburkan Debleng

dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan. Karena tindakan Waska tersebut

memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain (Debleng). Pemaksimalan tersebut

terlihat pada Ini kewajiban. akan saya kubur. Ayo, Ranggong, Borok. Karena

6 Ibid, h. 194

Page 53: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

42

menguburkan seseorang adalah kewajiban Waska bersedia menguburkan Debleng

dan mengajak temannya ikut menguburkan Debleng. Tindakan tersebut memberi

keuntungan bagi Debleng.

2. Maksim Penerimaan (PN)

Pematuhan maksim penerimaan terjadi apabila ujaran memaksimalkan

kerugian pada diri sendiri dan meminimalkan keuntungan pada diri sendiri.

Maksim penerimaan ini megandung makna menambah pengorbanan bagi diri

sendiri demi kuntungan orang lain.

Berikut penggalan ujaran yang mematuhi maksim penerimaan :

(8) konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Bigayah kepada Waska. Karena waska

sakit, Bigayah merasa Waska perlu ada yang mengurusnya, dan Bigayah bersedia

melayani waska. Tujuannya agar Waska bersedia menerima Bigayah. Percakapan ini

terjadi di gerbong tua.

Bigayah : Bungkus ketupat suguhanku yang kau makan empat puluh

lebaran yang lalu masih kusimpan sebagai kenang-kenangan,

Waska. Juga puting rokok menakjinggo yang kamu hisap

empat puluh tahun yang lalu masih ku simpan sebagai tanda

bukti kasihku padamu, Waska. Bahkan tikar yang kita

pergunakan pertama kali malam itu, empat puluh cap gomeh

yang lalu masih tergantung sebagai hiasan dinding rumahku,

Waska. Empat puluh, Waska, angka yang cukup banyak dan

cukup baik, masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku,

cintaku. Waska, pada usiamu yang hampir seratus tahun seperti

sekarang ini kau memerlukan seorang teman dalam

kekosonganmu, dalam kesunyianmu.

Waska : Aku masih muda. Aku masih muda. Baru saja aku melewati

masa akilbalikku. Dan sekali aku mohon, Gayah…8

Ujaran yang diucakan oleh Bigayah mengandung maksim penerimaan, karena

Bigayah memaksimalkan kerugian bagi dirinya sendiri dengan menambah

pengorbanan pada dirinya sendiri. Pengorbanan tersebut terlihat pada ujaran

...Empat puluh, Waska, angka yang cukup banyak dan cukup baik, masihkah kau

menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku..Waska, pada usiamu yang hampir

seratus tahun seperti sekarang ini kau memerlukan seorang teman dalam

8 Ibid, h. 147

Page 54: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

43

kekosonganmu, dalam kesunyianmu. Kalimat tersebut bermakna Bigayah yang

telah lama menunggu cinta Waska, dia tetap setia menunggu dan bersedia

melayani serta menemani kekosongan Waska, walaupun Waska terus

menolaknya.

(9) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Ranggong kepada Waska. Waska berteriak

memanggil Ranggong karena sakitnya bertambah kemudian Ranggong menjanjikan

untuk menyusul Borok. Tujuannya Agar Waska tidak berteriak lagi. Percakapan ini

terjadi di gerbong tua.

Waska : (Berteriak) Ranggong! Matahari itu telah mengelincir tanpa

tanggung jawab dan aku dibiarkannya mengejarnya megap-

megap.

Ranggong : Segera akan kususul Borok, Waska, segera.9

Ranggong pun lari

Ujaran yang diucapkan oleh Ranggong kepada Waska mematuhi maksim

penerimaan, karena Ranggong memaksimalkan kerugian bagi dirinya sendiri dan

meminimalkan keuntungan bagi dirinya senidri dengan menambah pengorbanan

pada dirinya sendiri. Pengorbanan tersebut terlihat pada kalimat Segera akan

kususul Borok, Waska, segera. Pada kata segera bermakna secepatnya, itu

menyatakan bahwa Ranggong akan melakukan pekerjaannya secepatnya untuk

keuntungan orang lain (Waska)

(10) Konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Jonathan kepada Waska. Jonathan

mencoba terus mengajak Waska untuk berdamai dengan menawarkan minum teh.

Tujuannya untuk membujuk Waska supaya tidak melaksanakan impian gilanya.

Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Waska menyalakan cangklongnya

Jonathan : Sebenarnya aku sangat tersinggung sekali, tapi aku tahu kamu

dalam keadaan tidak normal. Bagaimana kalau malam ini aku

usulkan teh teko ala Tegal. 10

Waska kelihatan naik-turun nafasnya.

Jonathan : Waska….

Waska ; (Teriak) Borok!

Jonathan : Jangan keterlaluan. Saya akan pergi.

9 Ibid, h. 154

10

Ibid, h.. 195

Page 55: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

44

Ujaran Jonathan mematuhi maksim penerimaan, karena Jonathan

memaksimalkan kerugian pada dirinya sendiri dan meminimalkan keuntungan

bagi dirinya sendiri. Sebenarnya Jonathan tersinggung oleh Waska yang selalu

mengusirnya dan menghina musiknya namun, Jonathan tetap mengajak Waska

untuk minum. Pemaksimalan kerugian tersebut terlihat pada kalimat ...Bagaimana

kalau malam ini aku usulkan teh teko ala Tegal. Sebagai teman yang baik,

Jonathan kemudian mengajak Waska minum teh untuk melunakkan pikiran

Waska.

3. Maksim Kemurahan (KM)

Ujaran dikatakan mematuhi maksim kemurahan jika ujaran tersebut

memaksimalkan pujian atau rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan

cacian atau kecaman pada orang lain. Dalam pertuturan diharapkan tidak saling

mencela dan mengejek. Seseorang yang mempunyai rasa hormat tinggi dan suka

memuji orang lain akan dianggap santun dan disenangi oleh orang lain.

Berikut penggalan ujaran yang mematuhi maksim kemurahan:

(11) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Ranggong. Waska memuji

Ranggong karena Ranggong adalah anak buahnya yang setia. Tujuannya untuk

memuji kesetiaan Ranggong. Percakapan terjadi di gerbong tua.

Ranggong : Ya, Waska.

Waska : Kamu gagah laksana golok. Tapi kamu juga indah laksana

fajar. Kamu memang golokku dan fajarku. Sudah berapa lama

kamu menjadi perampok?

Ranggong : Tepatnya lupa, Waska. Seingat saya selepas sekolah dasarsaya

sudah mulai mencuri kecil-kecilan dan sekarang umur saya

lebih empat puluh.

Waska : Pengalaman penjara?

Ranggong : Tiga kali tiga tempat.

Waska : Senior kamu, Ranggong. Dan itu artinya kamu bias mengambil

peran lebih besar dalam impian saya itu. Kawin?

Ranggong : Tidak, Waska, seperti kamu juga.

Waska : Sempurna. Kamu orang kedua setelah Borok. Persis seperti

saya impikan. Ya, ya. Kamu dan Borok seperti tangan kanan

dan tangan kiri, seperti busur dan anak panahnya. Lengkap.11

11

Ibid, h. 125-126

Page 56: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

45

Ujaran yang diucapkan oleh Waska dikatakan memenuhi maksim kemurahan,

karena Waska memaksimalkan pujian pada orang lain (Ranggong). Pemaksimalan

pujian terlihat pada Kamu gagah laksana golok. Tapi kamu juga indah laksana

fajar. Kamu memang golokku dan fajarku... Selanjutnya Waska terus memuji

Ranggong terlihat pada kata-kata Senior kamu Ranggong... dan terakhir Waska

mengatakan kata sempurna untuk Ranggong. Pujian terus diucapkan oleh Waska

kepada Ranggong, berarti Waska memaksimalkan pujian pada orang lain

(Ranggong).

(12) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Debleng kepada teman-temannya. Saat itu

Waska dalam keadaan sakit dan semua anak buahnya memikirkan keadaaan Waska.

Tujuannya untuk memberi pujian kepada Waska dan memberi semangat kepada

teman-temannya. Lokasi percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Japar : Kalau dia mati, siapa yang akan memimpin kita?

Debleng : Dia pemimpin lebih dari pemimpin. sedemikian besar

kharismanya, sehingga wajah serta kulitnya yang hitam

berkilat memancarkan cahaya terang benderang bagaikan

wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan

laksana matahari.12

Ujaran yang diucapkan oleh Debleng dikatakan mematuhi maksim

kemurahan karena Debleng memaksimalkan pujian bagi orang lain dan

meminimalkan cacian bagi orang lain. Pujian diberikan Debleng kepada

pemimpinnya yaitu Waska. Pemaksimalan pujian tersebut terliahat pada Dia

pemimpin lebih dari pemimpin. sedemikian besar kharismanya, sehingga wajah

serta kulitnya yang hitam berkilat memancarkan cahaya terang benderang

bagaikan wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan laksana

matahari. Semua Ujaran yang diucapkan oleh Debleng bermakna pujian. Dari

ujaran tersebut terlihat jelas bahwa Debleng sangat menghormati pemimpinnya.

(13) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Ranggong kepada Waska. Waska mengerang

kesakitan dan Ranggong terus menyemangati Waska. Tujuannya untuk memberi

semangat kepada Waska. Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Ranggong : Tahan, Waska, Tahan!

Waska : Akan saya tahan, akan saya tahan. Tak akan saya biarkan

putus nyawa saya dan saya pasti menang.

12

Ibid, h. 133

Page 57: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

46

Ranggong : Kamu lebih tua, jauh lebih tua daripada saya, tapi kamu dalam

segala hal. Kamu adalah tauladanku. Kamu adalah cita-citaku.

Kamu adalah panduku. Waska, kebangganku berkibar-kibar

setiap kali aku menatap garis-garis wajahmu yang tajam

bagaikan mata pisau membara.13

Ujaran yang diucapkan oleh Ranggong dikatakan mematuhi maksim

kemurahan, karena Ranggong berusaha memaksimalkan pujian kepada orang lain

dan meminimalkan cacian kepada orang lain(Waska). Ketika Waska Sakit

Ranggong terus menyemangati Waska dengan memberikan pujian agar Waska

terus bertahan melawan penyakitnya. Pujian tersebut dapat dilihat pada kalimat

Kamu lebih tua, jauh lebih tua daripada saya, tapi kamu juga lebih kuat dalam

segala hal. Kamu adalah tauladanku. Kamu adalah cita-citaku. Kamu adalah

panduku. Waska, kebangganku berkibar-kibar setiap kali aku menatap garis-

garis wajahmu yang tajam bagaikan mata pisau membara. Ujaran tersebut

menunjukkan Ranggong sangat menghormati Waska dan berharap agar Waska

dapat bertahan melawan penyakitnya.

(14) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Ranggong. Ranggong

menjawab perkataan Waska, pertamanya Waska marah tetapi kemudian dia memuji

Ranggong. Tujuan Waska untuk memberi pujian kepada Ranggong biar bertambah

semangatnya. Ujaran ini terjadi di gerbong tua.

Waska : Ini masalah detik. Ini hanya bisa diatasi kalau kamu

semua bisa mengalahkan detik.

Ranggong : Aku sanggup mengalahkan semua detik yang ada, Waska.

Waska : Siapa yang bicara itu? Siapa yang sesumbar itu?

Ranggong : Golokmu, Waska.

Waska : Ranggong, Golokku. Mendengar suaramu aku seperti baru

saja menghirup udara segar dan meneguk air pegunungan.

Berangkatlah, anakku, segera!14

Ujaran yang ducapkan oleh Waska dikatakan mematuhi maksim kemurahan

karena Waska memaksimalkan pujian bagi orang lain (Ranggong) dan

meminimalkan cacian pada orang lain (Ranggong). Pemaksimalan pujian tersebut

terlihat pada Ranggong, Golokku. Mendengar suaramu aku seperti baru saja

menghirup udara segar dan meneguk air pegunungan. Waska memuji anak

13

Ibid, h. 144-145 14

Ibid, h. 146

Page 58: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

47

buahnya yaitu Ranggong yang selalu setia kepadanya. Waska menyatakan bahwa

jawaban Ranggong memeri kesejukan bagi dirinya.

(15) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Buang kepada teman-temannya atau pengikut

Waska. Debleng mengumpulkan semua orang karena Waska akan menyampaikan

impiannya atau rencananya. Tujuan Buang memuji Waska agar teman-temanya

bersemangat mengikuti pidato Waska. Perkumpulan ini terjadi di tempat

pemakaman.

Debleng : Kumpul!!!

Buang : Saudara-saudaraku, segeralah kumpul di alun-alun, maksud

saya di kompleks kuburan berbagai bangsa dan berbagai

agama. Di atas tanah yang di dalamnya berisi leluhur kita itu

Waska pemimpin jempolan kita akan membagai-bagikan

impian spektakuler dan kolosalnya dari ketentraman jiwa

kita.Kumpul saudara-saudara, kumpul. Hidangan supaya bawa

sendiri masing-masing. Bagi mereka yang tidak sempat

mencuri makanan karena kesiangan dianjurkan supaya

merampas saja. Jangan sekali-kali mengemis. Mengemis itu

haram. Kumpul saudara, kumpul leluhur kita, baik yang di

bawah tanah maupun di atas tanah telah menanti dengan

setumpukan novelnya yang terbaru.

Debleng : Kumpul! Kumpul! Penjelasan sudah cukup, saya tidak perlu

lagi menjelaskan. Kumpul!15

Ujaran yang diucapkan oleh Buang mematuhi maksim kemurahan, karena

Buang memaksimalkan pujian pada orang lain dan meminimalkan cacian pada

orang lain. Pujian atau penghargaan itu diberikan oleh Buang kepada

pemimpinnya yaitu Waska. Pemaksimalan pujian tersebut terlihat pada ...Waska

pemimpin jempolan kita akan membagai-bagikan impian spektakuler dan

kolosalnya dari ketentraman jiwa kita. Ujaran tersebut disampaikan oleh Buang

dihadapan teman-temannya untuk mengumpulkan teman-temannya, pujian yang

dituturkan menandakan rasa hormat terhadap pemimpinnya.

(16) Konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Waska kepada Seniman (Jonathan).

Waska memperkenalkan sahabatnya kepada pengikutnya dengan memberikan pujian

kepada Jonathan. Tujuannya untuk memuji Jonathan yang hadir di acara

perkumpulan Waska dan pengikutnya.

15

Ibid, h. 158

Page 59: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

48

Waska : Anak-anakku, perkenalkanlah sahabatku, Jonathan, seniman. Ia

adalah seniman abad ini. Ia adalah universalis. Semua kota

telah dihirupnya dan sebaliknya kota-kota itu juga telah

menghirup ciptaan-ciptaan seninya yang memang lezat.

Sebagai tanda seorang universalis ia telah memasang hampir

semua lambang berbagai Negara pada jaketnya yang berlabel

levi’s, meskipun buatan Pulogadung. Silakan duduk,

sahabatku.

Seniman : Terima kasih.

Waska : Berbeda dengan seniman dahulu kala, yang biasanya hidup

dikalangan para pangeran dan bangsawan seperti raja-raja,

maka Jonathan telah memilih gerombolan kita sebagai

lingkungannya serta sumber-sumber ciptaannya. Tepuk tangan

untuk Jonathan, anak-anakku.16

Ujaran yang diucapkan oleh Waska dikatakan mematuhi maksim kemurahan,

karena meminimal cacian pada orang lain dan memaksimalkan pujian pada orang

lain (Seniman). Pemaksimalan pujian pada orang lain itu terlihat pada kalimat

…Ia adalah seniman abad ini. Ia adalah universalis. Semua kota telah dihirupnya

dan sebaliknya kota-kota telah menghirup ciptaan-ciptaan seninya yang memang

lezat. Kalimat ciptaan seninya yang memang lezat mengandung makna bagus.

Dan penghargaan juga diberikan oleh Waska dengan menyuruh anak buahnya

bertepuk tangan buat temannya tersebut. Penghargaan tersebut terlihat pada ...

tepuk tangan untuk Jonathan. Terlihat Waska sangat menghargai dan

menghormati tamunya.

(17) Konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Gagah kepada Embah Putri. Gagah

meminta izin pulang kepada Embah Putri dan memuji keahlian Embah Putri.

Tujuannya Gagah memuji Embah Putri untuk meyakinkan Embah putri bahwa

dirinya sudah mantap dengan pendiriannya. Percakapan ini terjadi di rumah Embah

Putri.

Gagah : Saya permisi pulang sekarang saja, Mbah.

Embah Putri: Bagaimana keputusanmu. Nak?

Gagah : Tetap pada pikiran pertama, Mbah.

Embah Putri:Kamu terlalu banyak membaca buku-buku tragedi. Tapi

Embah sudah membuka segala macam kemungkinan dan

kerangka berfikir yang lain kepadamu, jadi Embah serahkan

saja semuanya kepada kamu sendiri.

Gagah : Embah memang kaya, tapi aku mantap sudah.

Embah Putri : Sudah kalau begitu. Hati-hati di jalan.

16

Ibid, h. 161

Page 60: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

49

Gagah : Baik, Mbah.17

Ujaran yang diucapkan oleh Gagah mengandung maksim kemurahan karena

memaksimalkan pujian pada orang lain dan mengurangi cacian pada orang lain.

Maksim kemurahan itu terlihat pada kalimat Embah memang kaya. Kaya yang

dimaksud oleh Gagah bukan kaya harta namun kaya ilmu dan keahlian dalam

menolong orang lain. Pada kalimat tersebut Gagah memberikan pujian pada

Embah dengan mengatakan Embah seorang yang kaya. Pujian tersebut merupakan

penghargaan yang diberikan Gagah karena Embah telah menolongnya.

(18) Konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Embah kepada Embah Putri. Embah

putri sedang menangis. Tujuan Embah untuk menghibur Embah Putri agar tidak

bersedih. Percapakan ini terjadi di rumah Embah Putri.

Embah : Senyum, sayang, karena dengan senyum, kuntum-kuntum

bunga akan lebih semarak mekarnya.

Embah putri tersenyum

Embah : Kecantikanmu telah menggetarkan keindahan pagi hari.18

Ujaran yang dikatakan Embah sebagai penutur dikatakan mematuhi maksim

kemurahan dan mitra tuturnya Embah Putri juga mematuhi maksim kemurahan.

Karena memaksimalkan pujian dan meminimalkan cacian pada orang lain.

Pemaksimalan pujian yang diberikan Embah terlihat pada Kecantikanmu telah

menggetarkan keindahan pagi hari. Embah begitu begitu romantisnya terhadap

istrinya. Dengan pujian yang diberikan oleh Embah dibalas oleh Embah Putri

dengan Kamu betul-betul penghibur sejati. Reaksi keduanya saling memberikan

pujian berarti Embah dan Embah Putri sama-sama memenuhi maksim kesantunan

kemurahan.

(19) Konteks : Uajaran ini disampaikan oleh Bigayah kepada Waska. Waska,

Bigayah dan teman-teman Waska yang lain sedang bergembira, atas kemenangan

tersebut bigayah memuji Waska. Tujuan memberikan pujian kepada Waska. Ujaran

ini terjadi di tempat berkumpulnya Waska dan teman-temannya.

Bigayah : Setiap detik, Kamu makin gagah, Waska.

Waska : Kita menang, Gayah.

Ranggong : Kita menang, Borok.19

17

Ibid, h. 173] 18 Ibid 19

Ibid, h. 186

Page 61: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

50

Ujaran yang diucapkan oleh Bigayah tersebut dikatakan memenuhi maksim

kemurahan, karena memaksimalkan pujian bagi orang lain (Waska) dan

meminimalkan cacian pada orang lain. Pemaksimalan pujian terlihat pada ...kamu

makin gagah, Waska. Bigayah memuji Waska dengan mengatakan Waska

semakin bertambah gagah, karena telah berhasil melaksanakan rencananya.

4. Maksim Kerendahan Hati (KH)

Ujaran dikatakan mematuhi maksim kerendahan hati apabila memaksimalkan

cacian pada diri sendiri dan meminimalkan pujian pada diri sendiri. Seseorang

dikatakan santun jika ia tidak membanggakan dirinya atau pamer kepada orang

lain.

Berikut penggalan ujaran yang mematuhi maksim kerendahan hati:

(20) Konteks : ujaran ini disampaikan oleh Waska kepada Bigayah. Waska tidak

ingin bertemu Bigayah kemudian waska bersembunyi namun Bigayah terus

memanggilnya. Tujuan Waska merendahkan dirinya agar Bigayah meninggalkan

dirinya. Ujaran ini tejadi digerbong tua.

Bigayah : Jangan bersembunyi, Waska, jangan bersembunyi. Biar saja

polisi-polisi dan kantib menangkap kita asalkan kita bisa tetap

bercinta. Biarkan kita terjaring Team Penertiban Kota seolah

kita terjaring Dewi Ratih dan Kamajaya. Waska, nasib buruk,

kesialan, kemelaratan dan penyakit jangan pula kita biarkan

memusnahkan cinta kita. Melarat sudah, penyakit sudah, tapi

janganlah kita dimakan kebencian.

Waska :(Dari suatu tempat yang fantastis jauhnya). Aku tidak

bersembunyi, aku bertapa, aku bersemedi, aku sedang

menghitung jumlah semut yang pernah ada dan jumlah tarikan

nafas saya selama ini. Jangan dekati saya. Kalau cintamu tidak

atau belum mendapatkan balasan dari hatiku adalah karena

fikiranku yang jahanam serta penuh kepogahan, yang adalah

bagaikan putra Nuh nan durhaka.20

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut dikatakan mematuhi maksim

kerendahan hati karena Waska memaksimalkan cacian atas dirinya sendiri dan

meminimalkan pujian bagi dirinya sendiri. Pemaksimalan cacian terlihat pada

...Jangan dekati saya. Kalau cintamu tidak atau belum mendapatkan balasan dari

hatiku adalah karena fikiranku yang jahanam serta penuh kepogahan, yang

20

Ibid, h. 149

Page 62: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

51

adalah bagaikan putra Nuh nan durhaka. Ujaran Waska mengatakan dirinya

pongah dan bagaikan putra Nuh nan durhaka mengandung makna kalau dia

seorang yang jahat. Hal tersebut menyatakan kalau dia merendahkan dirinya

terhadap Bigayah, agar Bigayah tidak mengejarnya lagi.

(21) Konteks : Ujaran ini diucapkan oleh Embah kepada Ranggong dan Borok.

Mengenai obat yang akan mereka cari buat Waska, apakah mereka sanggup

mengambil jantung bayi. Tujuannya Embah ingin bertanya apakah mereka sanggup

melakukakanya. Percakapan ini terjadi di rumah Embah Putri.

Borok : Modar!

Ranggong : Tega, Mbah!

Embah Putri: Kalian memang terlalu gagah. Dan Embah tak punya daya

apa-apa kecuali hanya mengemukakan segala sesuatunya.

Sayang sekali tapi beginilah lakonnya.

Ranggong : Terima kasih, Mbah, permisi.

Borok : Permisi, Mbah. Terimakasih.21

Ujaran yang diucapkan oleh Embah Putri di atas dikatakan mematuhi maksim

kerendahan hati karena meminimalkan pujian pada diri sendiri. Embah Putri

merendah seakan-akan dia bukan siapa-siapa padahal dia adalah seorang dukun

yang sakti. Peminimalan pujian pada diri sendiri terlihat pada ...Dan Embah tak

punya daya apa-apa kecuali hanya mengemukakan segala sesuatunya. Ujaran

Embah tersebut menunjukkan kerendahan hati Embah putri yang tidak

membanggakan dirinya kepada tamunya. Padahal semua orang tahu kalau Embah

adalah seorang dukun yang sakti.

5. Maksim Kecocokan (KC)

Ujaran atau tuturan dikatakan santun apabila memaksimalkan kesesuaian

antara diri sendiri dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksesuaian dengan

orang lain. Apabila antara penutur dan mitra tutur terdapat kecocokan dan

kemufakatan maka, masing-masing dari mereka dapat dikatakan bersikap santun.

Berikut penggalan ujaran yang mematuhi maksim kesetujuan:

(22) Konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Ranggong kepada Waska. Waska

merencanakan akan merampok secara besar-besaran dan Ranggong menyetujui

21

Ibid, h. 175

Page 63: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

52

rencana yang dibuat Waska tersebut. Tujuannya menyetujui rencana Waska.

Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Waska : Ranggong, sejak muda saya memimpikan memimpin operasi

besar secara simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita

rampok. Habis-habisan. Paling sedikit 130 bank yang ada, 400

pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan ribuan toko-

toko dan warung-warung yang ada di kota ini akan kita gedor

secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua

saya ini. Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahaga sudah

menjadi rongga mulut raksasa yang akan mengancam

keheningan langit. Kehadiran kita yang bersama ini akan

menggetarkan para nabi dan para malaikat. Senyum dan

pandangan yang memancarkan impian pada wajah rangong

seolah menyebabkan tubuhnya membeku untuk beberapa saat.

Waska : Kamu suka rencana itu?

Ranggong : Suka sekali, Waska, suka sekali. Sekarang bahkan saya sudah

membayangkan bagaimana saya melaksanakan tugas-tugas

saya.22

Ujaran yang diucapkan oleh Ranggong dikatakan mematuhi maksim

kesetujuan karena, memaksimalkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang

lain. Ranggong setuju dengan ide Waska yang merencanakan perampokan besar-

besaran. Persetujuan Ranggong terlihat pada kalimat Suka sekali, Waska, suka

sekali. Sekarang bahkan saya sudah membayangkan bagaimana saya

melaksanakan tugas-tugas saya. Ranggong langsung mengatakan suka dengan ide

Waska dan bahkan ia sudah membayangkan tugasnya nanti. Dari jawaban tersebut

yang setuju dengan rencana Waska terlihat jelas Ranggong anak buah yang patuh

terhadapn bosnya. Anak buah yang patuh akan terlihat santun kepada bosnya.

(23) Konteks : ujaran diucapakan oleh Semar kepada Nabi. Semar setuju dengan

Nabi, bahwa di dunia ini tidak ada yang milik dirinya sendiri. Tujuannya meyatakan

kesetujuannya dengan pendapat Nabi. Percakapan ini terjadi di atas panggung.

Semar : Maaf, apa Tuanku diri saya milik diri saya semata-mata?

Nabi : Tentu saja tidak.

Semar : Kalau begitu kita sependapat. Dan lebih dari itu saya hampir

mutlak percaya, bahwa tidak seorangpun di dunia ini, baik

yang di bawah tanah, di atas tanah maupun di balik langit,

yang mutlak milik dirinya semata-mata. Kalau ada orang yang

merasa, bahwa dirinya adalah mutlak miliknya semata, pastilah

22

Ibid, h. 126

Page 64: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

53

orang itu sedang menyadari kedudukannya, yang ternyata tidak

seperti yang diucapkan mulutnya.23

Ujaran yang diucapkan oleh Semar merupakan pematuhan maksim

kesetujuan karena, Semar memaksimalkan persesuaian dengan orang lain (Nabi)

dan meminimalkan ketidaksesuaian dengan orang lain. Kesetujuan tersebut

terlihat pada kalimat Kalau begitu kita sependapat.... kata sependapat yang

diucapkan Semar menyatakan iya semufakat atau setuju dengan yang diiucapkan

oleh Nabi. Kesetujuan Semar dengan penadapat Nabi tersebut menyatakan

kesantunannya terhadap pendapat seseorang karena tidak menentang pendapat

orang lain tersebut.

(24) Konteks : ujaran ini disampaiakn oleh Ranggong kepada Borok. tentang

dimana mereka menemukan bayi untuk diambil jantungnya. Tujuannya menanyakan

kepada Borok bagaimana mendapatkan jantung bayi.

Ranggong : Di mana kita bisa mendapatkan bayi sebanyak yang kita

perlukan?

Borok : Gampang. Kenapa itu kamu tanyakan? di kuburan kita juga

bisa dapat.

Ranggong : Di kuburan? Ide bagus.

Borok : Kalau setuju ayo segera kita turun.24

Ujaran yang diucapkan oleh Ranggong mematuhi maksim kesetujuan karena,

memaksimalkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan

meminimalkan ketidaksesuaian antara orang lain dan diri sendiri. Persesuaian

tersebut terlihat pada kalimat ...Ide bagus diucapkan Ranggong ketika Borok

mengusulkan untuk mencari bayi dikuburan. Dan Ranggong mengatakan ide

Ranggong bagus, itu bermakna kalau Ranggong setuju dengan ide temannya

tersebut.

(25) Konteks : ujaran diucapkan oleh Ranggong dan Borok kepada Waska. Mereka

membicarakan tentang kehidupan yang sudah mereka lakukan. Tujuannya

menayakan kesetujuan dengan apa yang diucapkan oleh Waska. Percakapan ini

terjadi di tepi pantai.

Waska : Semuanya sudah kita lakukan.

Ranggong : Ya.

Borok : Ya.

Waska : Cuma mati yang belum.

23

Ibid, h. 158 24

Ibid, h. 178

Page 65: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

54

Ranggong : Ya. Ya.

Borok : Kita bunuh diri saja, Pak?

Ranggong : Yuk.

Waska : Bunuh diri

Borok : Ya.

Waska : Ide yang bagus. Yuk.25

Ujaran yang diucapkan oleh Borok dan Waska tersebut di atas dikatakan

mematuhhi maksim kesetujuan, karena mereka memaksimalkan persesuaian

dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksesuaian dengan orang lain. Borok

dan Waska menyetujui ide dari temannya Ranggong untuk mengakhiri hidup

mereka maka mereka bunuh diri saja. Persetujuan itu terlihat pada kata Ya yang

diucapkan olen Borok dan Waska menyahutnya dengan berkata Ide yang bagus.

Yuk.

(26) Konteks : ujaran ini disampaiakn oleh Ranggong dan Waska kepada Borok.

Tentang ide Borok yang mengajak terjun ke jurang untuk mengakhiri hidup mereka.

Tujuannya menyetujui pendapat Borok. Percakapan ini terjadi di tepi pantai. Borok : Nasib kita betul-betul nggak baik.

Waska : Ada ide baru?

Borok : Kita terjun saja ke jurang.

Ranggong : Ya, kita naik ke bukit itu lalu kita terjun bebas.

Waska : (Sebentar berfikir) Yuk26

Ujaran yang diucapkan oleh Ranggong dan Waska mematuhi maksim

kesetujuan karena mereka memaksimalkan persesuaian antara diri sendiri dengan

orang lain dan meminimalkan ketidaksesuaian dengan orang lain. Persetujuan itu

terlihat pada kalimat Ya, kita naik ke bukit itu lalu kita terjun bebas, yang

diucapkan oleh Ranggong dan Waska berkata Yuk. Waska dan Ranggong setuju

dengan Borok yang mengajak mereka terjun ke jurang saja untuk mengakhiri

hidup mereka.

6. Maksim Simpati (KS)

Ujaran dikatakan mematuhi maksim simpati apabila memaksimalkan simpati

antara diri sendiri dengan orang lain dan meminimalkan antipati antara diri sendiri

dengan orang lain. Seseorang dikatakan santun apabila dia ikut berbelasungkawa

25

Ibid, h. 205 26

Ibid, h. 207

Page 66: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

55

jika orang lain mendapatkan musibah dan mengucapkan selamat atas keberhasilan

atau keuntungan orang lain.

Berikut penggalan ujaran yang mematuhi maksim simpati:

(27) Konteks : ujaran ini diucapkan oleh Debleng. Tentang meninggalnya salah satu

temannya (Engkos) karena dianiaya oleh Waska dan teman-temannya. Tujuannya

untuk mendoakan Engkos agar diterima disisi tuhan. Ujaran ini terjadi di tempat

perkumpulan Waska. Debleng : Betapapun hinadinanya orang yang dalam kubur ini, tuhan,

namun terimalah ia. Barangkali ia hanyalah serbuk kayu,

barangkali ia hanyalah arang, barangkali ia hanyalah daki,

barangkali ia hanyalah karat pada besi tua, namun tak bisa

dipungkiri ia adalah milikMu, makhlukMu, maka terimalah ia

kembali dalam rahasiaMu. Kejahatan yang telah dilakukan

orang dalam kubur ini betul-betul kelewatan, Tuhan. Ia telah

menghina dirinya habis-habisan. Sekali lagi, Tuhan, terimalah

ia karena Engkau pun tahu kami tak bisa menyimpannya.

Amien.27

Ujaran yang diucapkan oleh Debleng tersebut dikatakan mematuhi maksim

simpati karena, memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain dan

meminimalkan antipati pada orang lain. Debleng mendoakan temannya yaitu

Engkos agar arwahnya diterima disisi Tuhan, Debleng bersimpati atas kematian

Engkos. Pemaksimalan simpati tersebut terlihat pada Betapapun hinadinanya

orang yang dalam kubur ini, Tuhan, namun terimalah ia. Dengan doa yang

diucapkan oleh Debleng untuk Engkos tersebut terlihat jelas bahwa Debleng ikut

berbelasungkawa atas kematian temannya.

Analisis temuan-temuan penggalan ujaran yang melanggar maksim

kesantunan

1. Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan (PKB)

Pelanggaran maksim kebijaksanaan terjadi apabila penutur meminimalkan

keuntungan bagi orang lain dan memaksimalkan kerugian bagi orang lain.

27 Ibid, h. 124

Page 67: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

56

Pelanggaran terjadi karena penutur tidak peduli dengan orang lain dan lebih

mementingkan dirinya sendiri.

Berikut penggalan ujaran yang melanggar maksim kebijaksanaan :

(28) Konteks : Ujaran ini diucapkan oleh Waska kepada Engkos. Tentang

pertanyaan Engkos yang membuat Waska marah. Tujuannya untuk melampiaskan

kemarahannya. Ujaran ini terjadi di tempat perkumpulan Waska.

Waska : Tanya apa kamu?

Engkos : Tanya….

Waska : Cuah!28

Ujaran yang diucapkan Waska tersebut di atas dikatakan melanggar maksim

kebijaksanaan, karena memaksimalkan kerugian kepada orang lain dan

meminimalkan keuntungan kepada orang lain (Engkos). Waska memarahi Engkos

dan belum sempat Engkos menjawab Waska sudah meludahinya hal tersebut

merugikan Engkos, karena Engkos pasti merasa tersingung dengan perlakuan

Waska tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada ujaran Waska Tanya apa kamu?

Dan Cuah! Seharusnya Waska mendengarkan penjelasan dari anak buahnya.

(29) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Empat kepada Gustav. Gustav

mengucapkan kata-kata seakan-akan Waska benar-benar telah mati sehingga

membuat Empat marah. Tujuannya memarahi Gustav agar Gustav tidak berkata

sembarangan. Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Gustav : Tuhan Maha Kuasa. Dari tanah kembali ke tanah.

Empat :(Marah) Jangan omong sembarangan, Gustav. Dia belum mati.

Gustav : Maaf, buang, saya hilap. Soalnya, kalian bersedih sedemikian

rupa sehingga kayaknya Waska sudah jadi mayat.

Ranggong : Berhentilah menangis, berhentilah menangis.29

Ujaran yang diucapkan oleh Empat tersebut dikatakan melanggar maksim

kebijaksanaan, karena meminimalkan keuntungan kepada orang lain dan

memaksimalkan kerugian kepada pada orang lain. Empat memarahi Gustav,

tindakkan tersebut merugikan Gustav karena Empat memarahi Gustav di depan

orang banyak dan itu dapat mempermalukan Gustav. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan tuturan (Marah) Jangan omong sembarangan, Gustav. Dia

belum mati.

28

Ibid, h. 120 29

Ibid, h. 134

Page 68: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

57

(30) Konteks : ujaran disampaikan oleh Bigayah kepada Satu. Tentang permintaan

Satu yang meninta Bigayah agar jangan berbicara keras-keras namun, Bigayah

memarahi Satu, Tujuannya memarahi Satu dan memberi tahu Satu bahwa Bigayah

yang berkuasa di tempat tersebut. Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Satu : Maaf, Bigayah, bicaranya jangan keras-keras.

Bigayah : Apa? Jangan keras-keras? kamu siapa? Hansip baru? Tukang

beca baru? Copet baru? Garong baru? Tamu baru? Seniman

Baru?

Satu : Saya tukang pijat baru, Bigayah.

Bigayah : Ya, tapi barukan?

Satu : Baru satu bulan, Bigayah.

Bigayah : Tapi kok situ berani melarang saya bicara keras padahal bicara

keras itu adat saya dan di stasiun tua ini adat serta kepribadian

sangat dijunjung tinggi? Kok berani?

Satu : Saya berani karena…30

Ujaran yang diucapkan Bigayah tersebut dikatakan melanggar maksim

kebijaksanaan, karena memaksimalkan kerugian pada orang lain dan

meminimalkan keuntungan kepada orang lain (Satu). Bigayah diberitahu oleh

Satu jangan berbicara keras tetapi dia memarahi Satu. Ujaran Bigayah tersebut

terlihat pada Apa? Jangan keras-keras? kamu siapa? Hansip baru? Tukang beca

baru? Copet baru? Garong baru? Tamu baru? Seniman Baru? Bigayah terus

bertanya karena dia tidak terima ada orang melarangnya. Selanjutnya ...bicara

keras itu adat saya dan di stasiun tua ini adat serta kepribadian sangat dijunjung

tinggi? Kok berani? Bigayah merasa dia punya kuasa, jadi tidak ada yang boleh

melarangnya. Walaupun tindakkannya merugikan orang lain.

(31) Konteks : Ujara diucapkan oleh Ranggong dan Debleng kepada Bigayah.

Tentang Bigayah yang menangisi Waska karena tidak menghiraukannya. Tujuannya

menyindir Bigayah dan agar tidak berlarut-larut menangisi Waska. Percakapan ini

terjadi di gerbong tua. Bigayah : Tujuh hari tujuh malam sudah saya menangis meraung-raung

bagaikan seekor kucing betina disuatu wuwungan rumah tua

kala dinihari yang dingin dan sepi. Tujuh hari tujuh malam

sudah sehingga saya persiapkan segala sesuatunya, asam

sianida, air keras, silet, pil tidur, belati, pistol, bahkan tali

plastik merah untuk sewaktu-waktu diperlukan kalau-kalau

saya bermaksud bunuh diri.

Debleng : Sampai sebegitu jauhkah tekad percintaan pasangan tua

kayak kalian.

30

Ibid, h. 142

Page 69: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

58

Bigayah : Cinta tak pernah kenal akan usia.

Ranggong :Tapi Bigayah, mendengar rencana-rencanamu yang serem

begitu, apakah tidak akan membuat keadaan kesehatan Waska

semakin parah. Membuat jiwa Waska semakin tersiksa

sehingga bisa mengakibatkan semakin rawan tali nyawanya

dan gampang putus.31

Ujaran yang diucapkan oleh Debleng di atas dikatakan melanggar maksim

kebijaksanaan karena meminimalkan keuntungan kepada orang lain (Bigayah).

ketika Bigayah sedang menangis dan mengadukan tentang Waska yang tidak mau

menerimanya, Debleng malah mempertanyakan tentang tekad cintanya yang

menurutnya sudah tidak pantas lagi karena sudah tua. Tuturan tersebut dapat

dilihat Sampai sebegitu jauhkah tekad percintaan pasangan tua kayak kalian.

Perkataan Debleng tersebut dapat menyinggung perasaan Bigayah karena

pertanyaan yang diajukan Debleng seakan mengkritik dirinya.

(32) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Borok kepada Ranggong. Mereka berdua

ingin membangunkan Embah yang sedang tidur. Tujuannya membangunkan Embah

untuk meminta pertolongan. Percakapan ini terjadi di rumah Embah.

Ranggong : Pulas sekali tidurnya. Kasian dia kalau kita bangunkan.

Borok : Kalau tunggu sampai besok barangkali Waska keburu mati

dulu.

Ranggong : Itu dia.

Borok : Itu dia, kita bangunkan saja monyet tua itu.

Ranggong : Ya, kalau dia bangun, kalau malah dia yang mati karena

kaget?

Borok : Modar! Mana ada orang berilmu dan sakti pake kaget

segala. Ayolah jangan berdebat.

Ranggong : Jangan terlalu kasar tapi.32

Ujaran yang diucapkan oleh Borok di atas dikatakan melanggar maksim

kebijaksanaan karena memaksimalkan kerugian kepada orang lain (Embah) dan

meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Borok akan membangunkan Embah

yang sedang tidur. Ujaran tersebut dapat di llihat pada Itu dia, kita bangunkan

saja monyet tua itu. Membangunkan orang yang sedang tidur berarti menganggu

ketenangan orang lain, hal tersebut dianggap tidak santun. Ditambah lagi dengan

menggunakan kata-kata kasar yang mengatakan monyet tua.

31

Ibid, h. 150 32

Ibid, h. 166

Page 70: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

59

(33) Konteks : Ujaran diucapka oleh Borok kepada Jurukunci dan anaknya. Borok

ingin mencari kuburan bayi tiba-tiba Borok bertemu dengan Jurukunci. Tujuannya

untuk mengancam Jurukunci dan anaknya. Percakapan ini terjadi di kuburan.

Jurukunci : Jangan kaget, Nak. Kalau mendengar suara Babeh yakin ini

suara arwah.

Borok : Jangan macam-macam. Kalian bisa modar.

Jurukunci : Wah, ini pasti calon pencuri.

Borok : Kami biangnya. Berdiri dan jangan banyak mulut. 33

Ujaran yang diucapkan oleh Borok tersebut dikatakan melanggar maksim

kebijkasanaan, karena memaksimalkan kerugian pada orang lain dan

meminimalkan keuntungan bagi orang lain (Jurukunci). Borok berteriak kepada

Jurukunci hingga membuatnya kaget. Dan Borok juga megancam Jurukunci. Hal

tersebut dapat dibuktikan dengan jangan macam-macam. Kalian bisa modar dan

... Berdiri dan jangan banyak mulut. Ancaman yang dilakukan Borok membuat

Jurukunci ketakutan, berarti membuat kerugian bagi Jurukunci.

2. Pelanggaran Maksim Penerimaan (MP)

Pelanggaran maksim penerimaan terjadi apabila peserta tutur memaksimalkan

keuntungan bagi dirinya sendiri dan meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri.

Pelanggaran petuturan terjadi akibat tidak adanya rasa hormat terhadap orang lain,

sehingga mengakibatkan seseorang lebih mementingkan dirinya sendiri.

Berikut penggalan ujaran yang melanggar maksim penerimaan:

(34) Konteks : Ujaran ini diucapkan oleh Waska. Waska tidak tahan lagi menahan

sakitnya, kemudian dia berteriak memanggil Borok untuk menanyakan jamu yang

dijanjikannya. Tujuannya agar borok cepat datang memberikan obatnya. Ujaran ni

terjadi di gerbong tua.

Waska : Saya tidak pernah takut mati. Masalahnya saya tidak pernah

mau mati. (Berseru) Borok!

Semua tidak tahu apa mesti menyahut

Waska : Bangsat kamu Borok! Di mana kamu Borok? Kalau kamu

berani mengingkari janji atau berbohong, saya tidak akan

berfikir dua kali untuk merobek mulut dan matamu! Borok!

Ranggong : Dia baru saja pergi mengambil jamu yang dijanjikannya,

Waska.34

33 Ibid, h. 180

34 Ibid, h. 145

Page 71: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

60

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut di atas dikatakan melanggar

maksim penerimaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan

meminimalkan kerugian bagi diri sendiri. Waska menagih jamu, tetapi Waska

memaki Borok dalam ucapannya. Hal tersebut terlihat pada Bangsat kamu Borok!

Di mana kamu Borok ! kalau kamu berani mengingkari janji atau berbohong,

saya tidak akan berfikir dua kali untuk merobek mulut dan matamu! Dalam

kalimat tersebut Waska terus mengancam borok jika Borok tidak dapat

memberikannya jamu. Berarti Waska memaksimalkan keuntungan bagi dirinya

sendiri.

(35) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Waska kepada Bigayah. Bigayah datang

menemui Waska tetapi Waska tidak suka mendengar suara Bigayah hingga

mengeluarkan kata-kata kasar. Tujuannya agar Biagayah pergi meninggalkannya.

Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Bigayah : (Dari jauh) Ya, Waska, Bigayahmu.

Waska : Wadow, wadow. Saya minta berhenti kamu memanggil-

manggil.

Bigayah : Sudah hampir empat puluh tahun aku dirundung cinta suci

atasmu, Waska, masihkah kau menampik?

Waska : Aku mohon, aku mohon janganlah engkau memperdengarkan

suaramu. Frekuensi suaramu sedemikian rupa menyebabkan

gendang telingaku terluka dan jantung melipatkan debarannya

tujuh ribu kali per detik. Aku mohon, Bigayah, aku mohon.35

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

penerimaan, karena Waska memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan

meminimalkan kerugian pada diri sendiri. Hal ini karena Waska tidak

menginginkan kehadiran Bigayah, sehingga Waska mengatakan suara Bigayah

dapat membunuhnya. Hal ini terlihat pada Aku mohon, aku mohon janganlah

engkau memperdengarkan suaramu. Frekuensi suaramu sedemikian rupa

menyebabkan gendang telingaku terluka dan jantung melipatkan debarannya

tujuh ribu kali per detik. Ujaran yang diucapkan Waska mengatakan gendang

telinganya terluka dan jantungnya melipat debarannya merupakan kata sindirian

untuk Bigayah menyatakan suara Bigayah jelek atau sumbang.

35

Ibid, h. 146

Page 72: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

61

(36) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Borok kepada Japar. Borok terus berkata

modar kemudian Japar bertanya perihal kata modar tersebut, tetapi Borok malah

marah. Tujuan melampiaskan kemarahannya terhadap Japar. Percakapan ini terjadi

di tempat perkumpulan Waska dan teman-temannya.

Borok : Modar! Modar!

Japar : Nggak bisa prei modar modarnya!

Borok : Gua ledakin! Gua ledakin!

Ranggong : Jangan sekarang, Borok.

Borok : Modar! Modar!36

Ujaran yang diucapkan oleh Borok di atas dikatakan melanggar maksim

penerimaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan

meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri. Borok ditanya oleh Japar perihal

kata-kata dia yang selalu berkata modar, Tetapi borok malah marah. Hal ini dapat

dilihat pada ,Gua ledakin! Gua ledakin! Borok tidak mempedulikan orang

disekitarnya, dia hanya mempedulikan dirinya sendiri.

(37) Konteks : Ujaran ini disampiakan oleh Anak kecil kepada Semar. Tentang

perintahnya kepada Semar untuk segera memainkan adegan selanjutnya. Tujuannya

untuk emminta Semar melanjutkan adegan selanjutnya. Percakapan ini terjadi di atas

panggung.

Anak Kecil : Oom Semar, cepetan dong.

Semar : Cerewet-permisi, Tuanku-Emangnya penonton saja

yang boleh mengaso dan ngobrol.

Anak Kecil : Oom sendiri bilang penonton adalah raja.

Semar : Nggak ada raja. Yang ada penonton dan pemain, atau

sebaliknya. Nah, ayo, kamu mulai, mulai!37

Ujaran yang diucapkan oleh Anak kecil di atas dikatakan melanggar maksim

penerimaan, karena memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan

meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri. Anak kecil meminta Semar untuk

memulai adegan selanjutnya hal ini terlihat pada Oom Semar, cepetan dong.

Ujaran Anak kecil tersebut mengandung makna memerintah. Selanjutnya ujaran

Anak kecil yang mengatakan Oom sendiri bilang penonton adalah raja

mengandung makna kalau dia adalah raja dan perintah raja harus dipatuhi. Ujaran

anak kecil tersebut dikatakan tidak santun , karena memerintah dan mengkritik

orang lain yang lebih tua darinya.

36

Ibid, h. 157 37 Ibid, h. 159

Page 73: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

62

(38) Konteks : ujaran disampaikan oleh Embah kepada Ranggong. Ranggong

meminta pertolongan kepada Embah tapi Embah malah tidak peduli. Tujuannya

untuk memita pertolongan Embah. Percakpan ini terjadi di rumah Embah.

Ranggong : Ya, Embah, tolonglah kami. Berikanlah jamu itu. Nyawa

Waska sudah getas sekali. Beberapa detik saja Embah

terlambat menolong putuslah semuanya.

Embah : Kenapa? Kenapa kalau putus? Dan apa benar putus? Apa kamu

tahu? Putus? Begitu? Orang-orang macam kalianlah yang

membuat hidup ini jadi bising. Sekarang aku minta supaya

kalian jangan lagi mengusik tidurku. Malam sudah larut. Aku

harus tidur.38

Ujaran yang diucapkan oleh Embah di atas dikatakan melanggar maksim

penerimaan, karena Embah memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan

meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri. Embah tidak mempedulikan tamu

yang minta tolong kepadanya, hal ini terlihat pada Sekarang aku minta supaya

kalian jangan lagi mengusik tidurku. Malam sudah larut. Aku harus tidur. Ujaran

Embah tidak santun, karena tamu seharusnya dilayani, tetapi Embah malah

membiarkannya.

(39) Kontes : Ujaran ini disampaikan oleh Waska kepada Jonathan. Waska terus

berpidato kepada pengikutnya, tiba-tiba Jonathan memotong pidato Waska.

Tujuannya untuk menyampaikan kepada Jonathan bahwa banyak orang yang

bergantung kepadanya. Percakapan ini terjadi ditempat perkumpulan Waska

Waska : Jangan main-main, Jonathan, gua lagi serius.

Jonathan : Gue juga serius. Lu yang nggak serius.

Waska : Aku bisa membunuh dia. Aku marah.

Ranggong : Jangan hiraukan, Waska, sahabatmu itu sedang mabuk.

Borok : Modar! Modar!

Waska : Kami bertiga bagaikan trisula yang berkarat yang digenggam

bermilyar tangan lapar dan dahaga, lapar dan lapar jiwa.39

Ujaran yang diucapkan oleh Waska di atas dikatakan tidak santun karena

memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan meminimalkan kerugian bagi

diri sendiri. Waska mengancam Jonathan, hal ini dapat dilihat pada Jangan main-

main, Jonathan, gua lagi serius. Waska semakin marah dan mengancam kembali,

terlihat pada Aku bisa membunuh dia. Aku marah. Ujaran Waska mengancam

38

Ibid, h. 169 39

Ibid, h. 188

Page 74: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

63

orang lain dikatakan tidak santun, karena Waska memaksimalkan kemarahannya

yang dapat merugikan orang lain.

(40) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Jonathan. Jonathan berusaha

menyadarkan Waska atas sikapnya yang salah, tetapi Waska malah membantahnya.

Tujuannya untuk memberhentikan Jonathan menasehatinya. Percakapan terjadi di

tempat perkumpulan Waska.

Jonathan : Begini, Waska bagaimanapun perbuatan jahat…

Waska : Berhentilah kamu nyap-nyap. Akuilah sebenarnya kamu tidak

berfikir. Sekarang dengarkan pokok-pokok pikiran saya. Aku

sampai pada kesimpulan bahwa pada hakekatnya semua orang

jahat, atau sebaliknya semua orang baik. Karenanya apa pun

yang dilakukan orang adalah jahat tapi juga sebaliknya adalah

baik. Jadi apa pun yang kulakukan adalah jahat dan baik juga

seperti apa yang dilakukan guru taman kanak-kanak. Tetapi

seandainya apa yang kulakukan adalah jahat semata-mata,

maka kejahatan orang lain pastilah akan berlipat lagi

ukurannya.40

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

penerimaan, karena Waska memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan

meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri. Waska tidak mau mendengarkan

pendapat orang lain (Jonathan) atas sikanya. Dia malah membantah Jonathan

terlihat pada Berhentilah kamu nyap-nyap. Akuilah sebenarnya kamu tidak

berfikir. Sekarang dengarkan pokok-pokok pikiran saya. Selanjutya Waska yang

meminta Jonathan untuk mendengarkannya. Ujaran Waska mengandung makna

dia tidak peduli dengan tindakannya salah atau benar yang penting dia akan tetap

melaksanakan rencananya. Pelanggaran tersebut terlihat juga pada Jadi apa pun

yang kulakukan adalah jahat dan baik juga seperti apa yang dilakukan guru

taman kanak-kanak. Dari ucapan Waska tersebut terlihat jelas dia tidak mau

menerima pendapat siapapun dan tidak peduli dengan dampak tindakkannya nanti.

(41) Konteks : Ujaran ducapkan oleh Waska kepada Jonathan. Waska dan Jonathan

terus berdebat, Waska terus membantah dan akhirnya mengusir Jonathan. Tujuannya

agar Jonathan pergi meninggalkannya dan teman-temannya. Perdebatan ini terjadi di

tepat perkumpulan Waska.

Jonathan : Aku menyesal sekali persahabatan kita yang berpuluh tahun

berakhir seperti ini. Maksudku, kamu putus secara sepihak dan

40 Ibid, h. 192

Page 75: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

64

keji seperti ini. Tapi sebelum segala sesuatunya berakhir aku

minta supaya kamu sudi mendengarkan penjelasan-penjelasan

saya tentang kesenian saya, tentang akhlak dan tentang nilai

persahabatan.

Waska : Kamu ingin mengatakan bahwa kesenian penting untuk

menjaga keseimbangan supaya manusia jangan cepat sinting.

Kamu juga ingin mengatakan bahwa akhlak tidak ada

hubungannya dengan makan dan tidak makan. Nah, aku telah

mengucapkannya. Cukup kan? Jonathan, terus terang emosiku

mau membludak dan amarah sudah puncak. Karena tiba-tiba

aku merasa dikalahkan oleh penjahat lain yang jauh lebih

besar, yaitu kamu. Kejahatan yang tengah kuhidupi

mendapatkan saingan berat dari kesenianmu dan aku tak mau

disaingi. Nah, aku minta tinggalkan tempat ini.41

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut di atas dikatakan melanggar

maksim penerimaan, karena Waska memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri

dan meminimalkan kerugian bagi diri sendiri. Waska tidak menginginkan

kehadiran Jonathan yang berusaha menghalangi rencananya. Waska mengkritik

dan sangat marah kepada Jonathan. Hal ini terlihat pada Jonathan, terus terang

emosiku mau membludak dan amarah sudah puncak...Nah, aku minta tinggalkan

tempat ini. Ujaran Waska tersebut tidak santun karena dia tidak menerima

kehadiran temannya dan mengusir temannya, dia hanya menuruti keinginanannya.

3. Pelanggaran Maksim Kemurahan (PKM)

Pelanggaran maksim kemurahan terjadi apabila ujaran yang dilakukan oleh

peserta tutur memaksimalkan cacian atau kecaman kepada orang lain dan

meminimalkan pujian kepada orang lain. Peserta tutur yang suka mengejek atau

menghina orang lain dianggap orang yang tidak sopan.

(42) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Engkos. Tentang Engkos yang

bertanya kepada Waska apa yang akan dilakukan seterusnya karena ia telah lama

mengintip. Tujuanya untuk melepasskan kekesalan hatinya agar Engkos tidak

bertanya. Percakapan terjadi di tempat perkumpulan Waska.

Engkos : (Yang sedang mengintip) Waska, kita sudah tujuh jam

mengintip nonstop. Bagaimana seterusnya?

41

Ibid, h. 194

Page 76: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

65

Waska : Betul-betul anjing kurapan budak setan itu. Ngggak sabaran.

Mana bisa dia menjadi penjahat besar tanpa memiliki

ketahanan menghadapi waktu.42

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut di atas dikatakan melanggar

maksim kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain dan

meminimalkan pujian kepada orang lain. Waska mengatakan Engkos dengan

sebutan anjing dan setan. Hal ini terlihat pada Betul-betul anjing kurapan budak

setan itu. Ujaran Waska tidak santun karena Waska memaki orang lain dengan

sebutan yang menyamakannya dengan nama binatang, dan hal tersebut dapat

menyinggung perasaan orang yang dikatakan oleh Waska.

(43) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Engkos. Waska memanggil

Engkos, namun jawaban Engkos membuat Waska marah. Tujuannya untuk

mnegabsen keberadaan Engkos. Percakapan ini terjadi di tempat perkumpulan

Waska.

Waska : Engkos!

Engkos : Engkos tadi sudah diludahi, Waska.

Waska : Keluar sebentar, bajingan, Ke sini.43

Ujaran yang diucapkan oleh Waska dikatakan melanggar maksim kemurahan,

karena memaksimalkan cacian atau penjelekan kepada orang lain (Engkos) dan

meminimalkan pujian kepada orang lain. Waska memanggil Engkos dengan

sebutan Bajingan. Pemaksimalan cacian tersebut dapat dilihat pada Keluar

sebentar, bajingan, Ke sini. Waska tampak tidak santun karena memanggil

Engkos dengan sebutan bajingan, padahal Engkos sudah menjawab panggilannya.

(44) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Waska kepada Engkos. Engkos mendekati

Waska dengan cara mengesod, dan Waska sangat marah dengan sikap Engkos

tersebut. Tujuannya agar Engkos berdiri. Ujaran ini terjadi ditempat perkumpulan

Waska.

Waska : Apa-apan kamu?

Engkos terus ngesod.

Waska : Berdiri! Kamu bukan anjing, anjing.

Engkos terus ngesod

Waska : Betul-betul menjijikan! Berdiri, anjing 44

42

Ibid, h. 120 43 Ibid, h. 122

44

Ibid

Page 77: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

66

Ujaran yang dilakukan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

kemurahan karena memaksimalkan cacian pada orang lain (Engkos).

Pemaksimalan cacian itu terlihat jelas pada Berdiri! Kamu bukan anjing, anjing.

Dan Betul-betul menjijikan! Berdiri, anjing. Ujaran Waska tersebut tampak sekali

tidak santun, karena Waska terus memanggil nama Engkos dengan anjing. Hal

tersebut merupakan penghinaan terhadap Engkos.

(45) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Waska kepada Engkos. Waska menyuruh

Engkos berdiri tetapi Engkos terus saja ngesod. Tujuannyab untuk memaksa Engkos

berdiri. Ujaran terjadin ditempat perkumpulan Waska.

Waska : Berdiri, babi! Berdiri!

Engkos : Hormatku, Waska, hormatku. Kagumku, Waska, kagumku.

Setiaku, Waska, setiaku.

Waska : Jadi betul-betul kamu anjing! Kamu robek-robek dirimu

sendiri?

Engkos : Waska, Waska, Waska…..

Waska : Kamu sendiri yang minta diludahi, Engkos. Kamu sendiri

yang minta dicambuk, Engkos. Kamu sendiri yang minta

dirajam, Engkos. Kamu sendiri yang minta dibandem,

Engkos.45

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena Waska memaksimalkan cacian kepada orang lain (Engkos).

Pemaksimalan cacian terlihat jelas pada ujaran Jadi betul-betul kamu anjing!

Kamu robek-robek dirimu sendiri? Ujaran Waska secara langsung memaki

Engkos, Waska terus menyebut Engkos sebagai anjing. Walaupun Engkos

menyatakan dia berbuat demikin adalah bentuk hormatnya. Ujaran Waska tersebut

sangat tidak santun, karena sebagai pemimpin Waska seharusnya menghargai

bentuk penghormatan anak buahnya.

(46) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Anakkecil. Ibu-ibu mencari anak-anaknya

dan seorang anak kecil memaki-maki orang tuanya. Tujuannnya untuk melepaskan

kekesalannya kepada orang tuanya. Ujaran itu terjadi di atas panggung.

Ibu Satu : Toto! Toto! Di mana kau? Pulanglah Toto.

Lalu ibu yang lain muncul.

Ibu Dua : Titi! Titi! Di mana kau? Pulanglah Titi.

Lalu ibu yang lain muncul.

Ibu Tiga : Somad, sudah malam, Somad. Pulang, Somad.

45

Ibid

Page 78: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

67

Lalu muncul anak kecil.

Anak Kecil : (Sambil lari) Bapa Anjing! Ibu anjing! Gua nggak mau

pulang! 46

Ujaran yang dilakukan oleh Anak kecil dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain (ibu) dan

meminimalkan pujian kepada orang lain. pemkasimalan cacian tersebut terlihat

pada ujaran Bapa Anjing! Ibu anjing! Gua nggak mau pulang! Ujaran Anak kecil

tersebut secara langsung mengandung makna menghina orang tuanya karena ia

menyamakan orang tuanya dengan binatang. Seharusnya sebagi anak ia harus

patuh kepada orang tuanya bukan menghina orang tuanya tersebut.

(47) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Satu kepada Anak kecil. Satu memaki anak

kecil, karena anak tersebut membantahnya. Tujuannya untuk menyatakan

kekesalannya terhadap anak kecil. Percakapan terjadi di gerbong tua.

Anak Kecil : Ah, masak! Tadi gua masih beliin dia rokok.

Satu : Masak! Naiklah sendiri ke gerbong dan tengok lagi ngapain

dia.

Satu : Diberi tahu mendebat, anak sialan.47

Ujaran yang diucapkan oleh Satu tersebut di atas dikatakan melanggar

maksim kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain dan

meminimalkan pujian kepada orang lain (Anak kecil). Pemaksimalan cacian

tersebut terlihat pada ujaran Diberi tahu mendebat, anak sialan. Satu memaki

karena Anak kecil mendebatnya sehingga, Satu menjadi kesal dan memaki anak

anak tersebut dengan sialan. Ujaran Satu tersebut terlihat jelas menyatakan Satu

tidak santun.

(48) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Dajjal. Dajjal meraung-raung

dan Waska menyuruh Dajjal berhenti. Tujuannya untuk menyuruh Dajjal diam dan

memaki Dajjal. Ujaran terjadi di dekat bukit.

Dajjal meraung-raung.

Waska : Berhenti kamu meraung-raung Dajjal! Cenggeng kamu!48

Ujaran yang dilakukan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena Waska memaksimalkan cacian kepada orang lain dan

46

Ibid, h. 132

47

Ibid, h. 138 48

Ibid, h. 155

Page 79: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

68

meminimalkan pujian kepada orang lain (Dajjal). Pemaksimalan cacian tersebut

terlihat pada ujaran Cenggeng kamu! Pada ujaran tersebut Waska secara langsung

mencela Dajjal dengan sebutan cengeng. Waska mencela Dajjal karena Dajjal

terus meraung-raung.

(49) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Seniman (Jonathan). Seniman

hadir dalam rapat yang akan diselengarakan Waska, dan Waska seakan-akan kaget

dengan kedatangan Seniman sehingga mengatakan temannya tersebut setan.

Percakapan ini terjadi di tempat perkumpulan Waska.

Seniman : Aku juga hadir, Waska!

Waska : Setan lu, Jonathan ke mana saja kamu? Lama sekali kamu

hilang.

Seniman : Mengembara seperti biasanya, seperti sejak dahulu kala. New

York, Paris, London, Moskow, semua, semua kota, semua

perempuan, semua lorong, semua museum, semua auditorium,

semua, semua.49

Ujaran yang ducapkan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain dan meminimalkan

pujian kepada orang lain (Seniman). Pemaksimalan cacian itu terlihat pada ujaran

Waska yakni Setan lu, Jonathan ke mana saja kamu? Ujaran tersebut diucapkan

Waska karena Waska kaget dengan kehadiran Seniman yang merupakan

temannya. Ujaran Waska tidak santun karena mengatakan temannya setan,

seharusnya Waska menyebutkan namanya. Namun hal tersebut terjadi karena

Seniman adalah temannya sendiri sehingga sudah biasa baginya.

(50) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Embah kepada Borok dan Ranggong. Embah

kesal dibangunkan oleh Ranggong dan Borok. Tujuannya untuk melepaskan

kekesalannya kepada Borok dan Ranggong. Percakapan terjadi di rumah Embah.

Borok : Ya, Kenapa dia tidur?

Ranggong : Kenapa tidur. Mana aku tahu.

Embah : Aku tidak tidur. aku kesal. Aku kesal karena kalian berdua

sama-sama sinting. Bahkan bertiga dengan pemimpin kalian.

Sinting. Sekarang aku mau tidur.

Borok : (Meraung) Embah!!!50

49

Ibid, h. 161

50

Ibid, h. 168

Page 80: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

69

Ujaran yang diucapkan oleh Embah tersebut di atas dikatakan melanggar

maksim kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain dan

meminimalkan pujian kepada orang lain (Ranggong dan Borok). Pemaksimalan

cacian tersebut terlihat pada ujaran Embah yakni, Aku kesal karena kalian berdua

sama-sama sinting. Bahkan bertiga dengan pemimpin kalian. Sinting. Ujaran

Embah secara langsung bermakna menghina, karena Embah kesel dengan

Ranggong dan Borok yang telah mengganggunya. Ujaran Embah tidak santun

seharusnya Embah menjamu tamunya buka menghina dengan mengatakan mereka

sinting.

(51) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Jonathan kepada Waska. Jonathan

membantah semua pidato yang disampaikan oleh Waska. Tujuannya untuk

menghentikan rencana Waska. Percakapan terjadi di tempat perkumpulan Waska.

Waska : Sebelum dan sesudah pesta ini tidak ada lagi pesta yang lebih

besar dan yang lebih meriah yang memungkinkan seluruh

kegembiraan kita tumpah sehingga tuntas dasar sumbernya.

Pesta ini pesta kami atas suatu kemenangan karena kami akan

memiliki 200.000 fajar dan 200.000 senja. Anak-anakku, di

bukit yang terjal ini, kekosongan kita telah sampai pada

kesempurnaannya, kesepian kita yang kerontang semakin

berdebu dan matahari di ubun-ubun kita memanggangnya,

meramunya, meraciknya sehingga hanya topanlah yang kita

tunggu hadirnya agar tercipta badai debu yang akan menyapu

sudut-sudut kota. Dalam beberapa detik lagi, kita akan

mendenguskan nafas amarah kita yang dihembus oleh gas bau

bacin dari perut kita yang kosong, melanda sebagai wadah

epidemic yang tak akan tertahankan oleh kota yang sombong

ini. Di bukit ini kami berdiri bagaikan tiga batang lilin hitam

dengan nyala ungu.

Jonathan : Waska, amarahmu berlebihan. Pidatomu bagaikan sajak

cengeng penyair remaja yang cengeng.51

Ujaran yang diucapkan oleh Jonathan dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain dan meminimalkan

pujian kepada orang lain. pemaksimalan cacian tersebut terlihat pada Waska,

amarahmu berlebihan. Pidatomu bagaikan sajak cengeng penyair remaja yang

cengeng. Ujaran Jonathan tampak sekali tidak santun, karena secara langsung

menghina Waska, dengan mengatakan pidato Waska bagai sajak cengeng.

51

Ibid, h. 188

Page 81: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

70

(52) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kepada Jonathan. Waska terus

berdebat dengan Jonathan. Jonathan mencoba mengingatkan Waska dengan kisah

masa lalunya namun Waska mendebat Jonathan. Tujuannya untuk mencela Jonathan.

Percakapan terjadi di tempat perkumpulan Waska.

Jonathan : Kamu kehilangan sesuatu tapi kamu tidak menyadarinya,

Waska. Cobalah sebentar kenangkan semuanya secara utuh.

Berlakulah adil. Timbanglah satu demi satu seluruh yang kamu

miliki.

Waska : Janganlah mencoba mengorek-ngoerek masa lampauku.

Sentimentil! Dan lagi apakah kamu kira ketika aku berlayar

dulu, ketika aku jadi kelasi dulu lantaran didorong oleh

romantic keremajaan keluarga ningrat? Seperti romantic

semangat kesenianmu yang penuh dengan skandal itu?52

Ujaran yang dilkukan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena Waska memaksimalkan cacian kepada orang lain dan

meninimalkan pujian kepada orang lain (Jonathan). Karena Jonathan terus

mengungkit masa lalu mereka berdua hingga membuat Waska kesel. Ujaran

Waska yang meamksimalknan cacian terhadap Jonathan terlihat pada Seperti

romantic semangat kesenianmu yang penuh dengan skandal itu? Ujaran Waska

secara langsung menghina Jonathan dengan mengatakan kesenian Jonathan penuh

dengan skandal yang bermakna penuh masalah.

(53) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Waska kepada Jonathan. Jonathan

menyampaikan kepada Waska tentang kesenian yang telah lama Ia tinggalkan, tapi

Waska malah menuduhnya memainkan skandal yang lain dan mencaci Jonathan.

Tujuannya untuk mengalahkan Jonathan dalam perdebatan. Percakapan ini terjadi di

tempat perkumpulan Waska.

Jonathan : Terus terang aku tak hendak berdebat soal kesenianku, apalagi

soal lainnya, karena pikiranmu belingsatan. Tapi satu hal,

kamu tahu sendiri kesenian yang kamu bicarakan sudah lama

aku tinggalkan dan kamu sendiri juga tahu bagaimana selama

ini aku menulis serta menyanyi tentang kalian, tentang kamu!!!

Waska : Kalau begitu kamu sedang memainkan skandal yang lain dan

mungkin lebih besar lagi. Jonathan, ternyata jiwamu cacingan,

atau mungkin kamu idiot tanpa diketahui sejarah. Selama ini

kamu mengira nyanyian kamu, kesenian kamu mewakili

kelaparan kami, amarah kami? Cuah! Ilusi! Dan lebih dari itu,

sambil membungkam rasa persahabatanku padamu, aku

menuduhmu, aku mendakwa kamu telah mengatasnamakan

52

Ibid, h. 192

Page 82: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

71

kami, penderitaan-penderitaan kami dan kamu telah mendapat

keuntungan dan kehormatan.53

Ujaran yang dilakukan oleh Waska kepada Jonathan tersebut dikatakan

melanggar maksim kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain

dan meminimalkan pujian kepada orang lain (Jonathan). Waska terus berdebat

dengan Jonathan hingga akhirnya Waska menghina Jonathan. Pemaksimalan

cacian tersebut terlihat jelas pada ujaran Waska yakni, Jonathan, ternyata jiwamu

cacingan, atau mungkin kamu idiot tanpa diketahui sejarah. Ujaran Waska yang

secara langsung mengatakan jiwa Jonathan cacingan yang berarti penakut, dan

idiot yang mengandung makna bodoh. Dari ujaran yang disampaikan Waska

tersebut terlihat jelas Waska melanggar maksim kemurahan.

(54) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Waska kepada Jonathan. Waska tetap tidak

menerima nasehat dari Jonathan dan mengatakan nasehat Jonathan kuno. Tujuannya

agar Jonathan berhenti menasehatinya. Percakapan terjadi di tempat perkumpulan

Waska.

Jonathan : Dakwaanmu terlalu berat.

Waska : Tapi masih terlalu ringan dibanding penipuan-penipuanmu.

Dan ketahuilah, nasehat-nasehatmu adalah pepatah-pepatah

kuno yang sudah mati. Karenanya, pergilah.54

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut dikatakan melanggar maksim

kemurahan, karena memaksimalkan cacian kepada orang lain dan meminimalkan

pujian kepada orang lain (Jonathan). Pemaksimalan cacian tersebut terlihat pada

nasehat-nasehatmu adalah pepatah-pepatah kuno yang sudah mati. Karenanya,

pergilah. Ujaran Waska secara langsung menghina Jonathan, karena Waska kesal

dengan Jonathan yang terus menasehatinya. Dengan mengatakan nasehat Jonathan

sudah kuno berarti tidak cocok dipakai lagi untuk zaman sekarang. Kalimat

selanjutnya menyuruh Jonathan pergi, terlihat jelas Waska tidak santun terhadap

temannya.

53

Ibid, h. 193

54

Ibid, h. 194

Page 83: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

72

4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati

Pelanggaran maksim kerendahan hati terjadi apabila penutur memaksimalkan

pujian kepada dirinya sendiri dan meminimalkan cacian pada dirinya sendiri.

Orang yang suka memuji diri sendiri adalah orang yang suka pamer dan orang

seperti ini akan dianggap tidak santun.

Berikut penggalan ujaran yang melanggar maksim kerendahan hati:

(55) Konteks : Ujaran disapaikan oleh Gustav kepada teman-temannya ( Ranggong

dan Japar). Mereka sedang meributkan tentang keadaan Waska, dan takut jika

Waska semakin memburuk. Tujuannya untuk menentukan siapa yang akan

memimpin mereka selanjutnya. Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Ranggong : Saya takut dia mati.

Japar : Kalau mati kenapa?

Ranggong : Siapa yang akan memimpin kita?

Gustav : Gampang itu. Kita berantam dulu. Pilih yang paling jagoan.

Ranggong : Gampang. Kamu kira kamu mampu memimpin saya dan

teman-teman semua?

Gustav : Bisa saja. Apa susahnya?55

Ujaran yang diucapkan oleh Gustav dikatakan melanggar maksim kerendahan

hati karena memaksimalkan pujian kepada diri sendiri dan meminimalkan cacian

kepada diri sendiri. Ranggong memikirkan siapa yang akan menjadi pemimpin

jika Waska mati, tiba-tiba Gustav menjawabnya. Gustav merasa bisa memimpin

Ranggong dan teman-teman lainnya. Pemaksimalan pujian terhadap diri sendiri

tersebut terlihat pada ujaran Gustav yakni, Bisa saja. Apa susahnya? Ujaran

Gustav dikatakan tidak santun karena dia menyombongkan dirinya dia merasa

bisa menjadi pemimpin.

(56) Konteks : Ujaran ini diucapkan oleh Bigayah kepada Saru. Satu memberitahu

Bigayah kalau Waska sedang sakit tetapi, Bigayah malah marah kapada Satu. Tujuan

Bigayah untuk mengancam Satu dan memamerkan bahwa dia punya kekuatan.

Percakapan ini terjadi di gerbong tua.

Bigayah : Ayo, jangan bisu!

Satu : Bigayah, pacarmu Waska saat ini sedang dalam keadaan

sakratul maut di gerbong tua itu.

Bigayah : (Menjambak leher bajunya) Jangan bicara sembarangan,

ya? Saya orang kuat di sini.

Satu : Betul, Bigayah, kami berkumpul di sekitar gerbong tua karena

di dalam gerbong itu Waska sedang berkelahi dengan ajalnya.56

55

Ibid, h. 128

Page 84: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

73

Ujaran Bigayah dikatakan melanggar maksim kerendahan hati, karena

memaksimalkan pujian kepada diri sendiri dan meminimalkan cacian kepada diri

sendiri. Pemaksimalan pujian terlihat pada ujaran Bigayah yakni, Jangan bicara

sembarangan, ya? Saya orang kuat di sini. Bigayah menyatakan dirinya adalah

orang yang kuat. Bigayah dikatakan tidak santun karena ujarannya mengandung

makna menyombongkan diri.

(57) Konteks : Ujaran ini disampaikan oleh Waska kepada Nabi. Waska

menjelaskan kepada Nabi kalau dia dan pengikutnya tidak lagi dalam keputus-asaan.

Tujuannya untuk menjawab pernyataan Nabi yang menyatakan mereka dalam

keputuasaan. Percakapan terjadi di atas panggung.

Nabi : Tapi Waska, apakah kamu tidak menyadari sebenarnya kamu

dan kawan-kawanmu sedang diliputi oleh suatu sikap keputus-

asaan yang sangat gelap mengerikan?

Waska : Nabi, ketahuilah, kami sudah melewati tahap itu. Kami sudah

jauh dari sikap serta keadaan itu. Kami telah menyebranginya.

Kami telah mengarungi samudera luas keputus-asaan dan

sampai di suatu pulau seberang harapan yang masih belantara,

yang masih lekat dengan hutan buah larangan, yang setiap

batangnya dari berjuta pohonan melilit seekor ular purba. Dan

di pulau itu adalah sebuah bukit terjal. Dan di bukit terjal itu

adalah sebuah goa yang dinding-dindingnya adalah tembaga.

Dan di tempat yang hanya berbau karat besi itu kami telah

bertemu dengan Dajjal.

Nabi : Tuhanku!57

Ujaran Waska kepada Nabi dikatakan melanggar maksim kerendahan hati

karena memaksimalkan pujian kepada diri sendiri dan meminimalkan cacian

kepada diri sendiri. Waska mengatakan kalau dia dan pengikutnya telah melewati

sikap putus asa. Pemaksimalan pujian itu terlihat jelas pada Nabi, ketahuilah,

kami sudah melewati tahap itu. Kami sudah jauh dari sikap serta keadaan itu.

Kami telah menyebranginya. Ujaran Waska tersebut terlihat tidak santun karena

bersikap sombong.

(58) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Waska kedpada tukang pijat. Tukang pijat

menawarkan diri untuk memijat Waska tapi Waska malah marah-marah. Tuajuan

Waska berkata seperti itu untuk menyatakan bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan

pengikutnya. Percakapan terjadi di tempat perkumpulan Waska.

56

Ibid, h. 143

57

Ibid, h. 155

Page 85: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

74

Tukang Pijat: Nggak dipijit dulu, bapa?

Waska : Kamu kira aku kumpulin orang-orang sebanyak ini hanya

untuk nonton aku pijatan? Lagi siapa yang menyatakan aku

sakit? Siapa (Batuk-batuk hebat sekali) Aku tidak sakit!

Aku tidak sakit! Aku sehat wal-afiat. (Meludah) Batuk

sialan!58

Ujaran yang diucapkan oleh Waska tersebut di atas dikatakan melanggar

maksim kerendahan hati, karena memaksimalkan pujian kepada dirinya sendiri.

Dalam ujaran ini Waska tidak mau mengakui dirinya sakit, dia merasa kuat

padahal dia sering batuk-batuk. Hal ini dapat dibuktikan pada Lagi siapa yang

menyatakan aku sakit? Siapa (Batuk-batuk hebat sekali) Aku tidak sakit! Ujaran

tersebut dikatakan tidak santun, karena Waska tidak menghargai tukang pijat yang

ingin membantunya. Waska tidak terima kalau dia dibilang sakit, mungkin dia

merasa malu kepada anak buahnya kalau sakit, karena dia adalah seorang

pemimpin dan seorang pemimpin adalah orang yang kuat.

(59) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Borok kepada Debeleng dan Ranggong.

Mengenai kostum yang akan digunakan untuk merampok nanti. Tujuannya

menyatakan dirinya penjahat besar dan punya gaya sendiri. Percakapan terjadi

ditempat perkumpulan Waska.

Ranggong : kamu tidak pake kostum khusus dalam perampokan

nanti?

Debleng : ya, Borok. Aku kira kamu paling cocok mengenakan

kostum ala bandit Chicago seperti dalam film.

Borok : Modar! Gue bandit yang terbesar, lebih besar dari

Alcapone, gue nggak mau tiru-tiru.

Debleng : Gua mau pake topeng biar serem. Habis muka gue

klimis.59

Ujaran yang dilakukan oleh Borok dikatakan melangga r maksim kerendahan

hati, karena memaksimalkan pujian kepada dirinya sendiri dan meminimalkan

cacian kepada diri sendiri. Pemaksimalan pujian tersebut terlihat pada ujaran

Modar! Gue bandit yang terbesar, lebih besar dari Alcapone, gue nggak mau tiru-

tiru. Ujaran tersebut dikatan tidak santun karena secara langsung Borok

58

Ibid, h. 160

59

Ibid, h. 189

Page 86: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

75

mengatakan bahwa dirinya adalan bandit terbesar, kata-kata yang diucapkan

Borok tersebut bermakna menyombongkan dirinya.

5. Pelanggaran Maksim Kesetujuan

Pelanggaran maksim kesetujuan terjadi apabila peserta tutur meminimalkan

persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan memaksimalkan

ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. pelanggaran terjadi jika

seseorang maunya menang sendiri dan pendapat orang lain tidak mau

didengarkan, orang tersebut akan dianggap tidak santun.

Berikut penggalan ujaran atau petunjuk laku yang melanggar maksim

kesetujuan:

(60) Konteks : Ujaran diucapkan Nabi kepada para pengikut Waska. Nabi tidak

setuju kalau anak buah Waska menangisi Waska. Tujuannya untuk menayakan

alasan mereka menangisi Waska. Percakapan terjadi di gerbong tua.

Nabi : Kenapa Waska?

Gustav :Waska, pemimpin besar kami, pemimpin umat manusia, sedang

menderita sakit. Bahkan pada detik-detik ini ia sedang dalam

keadaan inkoma, sakratulmaut.

Nabi :Kalian kelewatan, betul-betul kalian kelewatan. Tuhan

ampunilah mereka karena mereka menangisi Waska.

Debleng : Ya, kami menangisi Waska.

Nabi : Waska kalian tangisi?

Nabi : Nggak masuk akal. Nggak masuk akal.

Nabi : Waska? Orang semacam itu? 60

Ujaran yang dilakukan Nabi dikatakan melanggar maksim kesetujuan, karena

meminimalkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan

memaksimalkan ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. Nabi tidak

setuju anak buah Waska menangisi Waska. Peminimalan persesuaian tersebut

terlihat pada ujaran Waska kalian tangisi? Nggak masuk akal. Nggak masuk akal.

Waska? Orang semacam itu? Ujaran Nabi tersebut mengandung makna kalau

Waska tidak pantas ditangis karena dia adalah seorang penjahat.

60

Ibid, h. 136

Page 87: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

76

(61) Konteks : Ujaran diucapakan oleh Ranggong dan Borok kepada Nabi. Mereka

membantah pendapat Nabi yang merendahkan Waska. Tujuannya agar nabi tidak

usah mencampuri urusan mereka. Percakapan terjadi di gerbong tua.

Nabi : Saudaraku,

Ranggong : Pandanganmu ingin mengatakan bahwa Waska adalah tokoh

jahat dan karenanyalah tidak patut ditangisi. Tuhan, apakah

benar saya nggak boleh menangisi orang yang telah membantu

banyak orang itu?

Nabi : Tetapi….

Borok : Nggak pakai tetapi! Kalau kalian merasa ganjil atau merasa

tidak terlibat dalam peristiwa ini lebih baik duduk saja

menonton. Gustav!61

Ujaran yang diucapkan oleh oleh Borok dikatakan melanggar maksim

kesetujuan karena memaksimalkan ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan

orang lain dan meminimalkan kesesuain dengan orang lain. ujaran Borok yang

membantah perkataan Nabi menjelaskan kalau Borok tidak setuju dengan Nabi.

Pemaksimalan ketidaksesuain tersebut terlihat pada ujaran Borok yakni, Nggak

pakai tetapi! Ujaran borok tersebut menyatakan kalau dia tidak suka dibantah oleh

Nabi. Dari ujaran Borok tersebut terlihat jelas kalau dia tidak santun terhadap

Nabi yang dengan tegas mengatakan tidak ada tetapi.

(62) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Seniman kepada Gustav. Gustav

menyampaikan pendapatnya bahwa dengan menangis berarti telah melakukan

segala-galanya, tetapi dibantah oleh Seniman. Tujuannya untuk menyatakan

pendapatnya yaqng tidak setuju dengan Gustav. Percakapan terjadi di gerbong tua.

Gustav : Menurut pendapat saya pribadi dengan menangis kita sudah

melakukan segala-galanya.

Seniman : Karena pada saat ini menangis hampir merupakan suatu atau

salah satu bentuk ekspresi yang jarang digunakan atau kurang

disukai orang, belakangan ini kita lebih senang mengetawai

daripada menangisi. Barangkali karena kita sudah terlalu jenuh

menangis, terlalu jenuh menderita atau apalah dan kita lebih

suka ketawa habis-habisan. Dan keadaan ini telah didukung

secara mutlak dan merata di kalangan para seniman. Tetapi

kita semua tahu seniman menangis memang suatu sikap yang

kurang agung, kecuali apabila tangis itu disaring sedemikian

rupa dan sebaliknya ketawa tanpa batas bagi mereka

merupakan bentuk pernyataan perasaan yang lebih terhormat,

lebih intelek. Dan kita memang sama-sama tahu seniman

adalah golongan semau gue sementara mereka menganggap

61

Ibid

Page 88: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

77

diri mereka adalah segala-galanya. Dan dalam beberapa hal

kalau mereka mengakui sikap seniman-seniman ini pada

hakekatnya nyaris suatu sikap kebangsawanan yang kenes

dengan sedikit unsur kebuasan yang terselubung.62

Ujaran yang diucapkan oleh Seniman dikatakan melanggar maksim

kesetujuan, karena memaksimalkan ketidaksesuaian dengan orang lain dan

meminimalkan kesesuaian dengan orang lain (gustav). Seniman tidak setuju

dengan Gustav yang menganggap dengan menangis berarti telah melakukan

segala-galanya. Ketidaksetujuan itu terlihat pada ujaran Seniman yakni, Tetapi

kita semua tahu seniman menangis memang suatu sikap yang kurang agung,

kecuali apabila tangis itu disaring sedemikian rupa dan sebaliknya ketawa tanpa

batas bagi mereka merupakan bentuk pernyataan perasaan yang lebih terhormat,

lebih intelek. Menurut Seniman menangis bukan sikap yang agung, dan

sebaliknya tertawalah yang menujukkan sikap terhormat dan intelek.

(63) Konteks : Ujaran disampaikan oleh Seniman kepada Nabi dan Semar. Mereka

membicarakan Waska yang keras kepala dan Nabi meminta pendapat Seniman

tentang Waska. Tujuannya mengatakan jika dia tidak mau ikut campur dengan

diskusi tersebut. Percakapan terjadi di atas panggung.

Semar : Waska memang keras kepala.

Nabi : Betul-betul putra Nuh. Saya harap saja pada akhir sandiwara

ini, ia akan mendapatkan karunia cahaya.

Semar : Saya sendiri juga mengharapkan itu, tapi sayangnya, seperti

juga pengarang sendiri, kita hampir tidak pernah bisa menduga

akhir kisah seseorang. Benih peristiwa selalu luput dari tangan

kita.

Nabi : Nah, pendapatmu bagaimana, seniman?

Seniman : Aku hanya berurusan dalam lakon Waska tapi tidak dalam

diskusi kalian. Tapi kalau aku boleh berkata aku hanya mau

mengatakan bahwa aku tidak punya urusan dengan semua itu.

Terus terang belakangan ini kemurnian elemen-elemen itu

ditunganggi secara kurangajar dan tak senonoh.63

Ujaran yang diucapkan Seniman tersebut di atas dikatakan melanggar maksim

kesetujuan, karena memaksimalkan ketidaksesuaian dengan orang lain dan

meminimalkan kesesuaian dengan orang lain (Nabi dan Semar). Pemaksimalan

ketidaksesuaian tersebut terlihat pada ujaran Seniman yakni, Aku hanya berurusan

62

Ibid, h. 140

63

Ibid, h. 157

Page 89: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

78

dalam lakon Waska tapi tidak dalam diskusi kalian. Tapi kalau aku boleh berkata

aku hanya mau mengatakan bahwa aku tidak punya urusan dengan semua itu.

Ujaran yang diucapkan seniman dikatakan tidak santun karena ketika Nabi

meminta pendapatnya dia menjawab tidak mau ikut serta dalam diskusi tersebut,

tetapi ia tetap mengungkapkan pendapatnya.

(64) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Ranggong kepada Borok. Borok mengatakan

kalau Juru kunci mempermainkan mereka tapi Ranggong membantahnya. Tujuannya

menyatakan ketidak setujuan dengan pendapat Borok. Percakapan terjadi di kuburan.

Borok : Dia mempermainkan kita.

Ranggong : Tidak. Justru dia mempermainkan dirinya.

Borok : Dia membuang waktu.

Ranggong : Tidak. Waktu membuang dia.64

ujaran yang dilakukan oleh Ranggong dikatakan melanggar maksim

kesetujuan, karena memaksimalkan ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan

orang lain (Borok). Pemaksimalan ketidaksetujuan tersebut terlihat pada Tidak.

Justru dia mempermainkan dirinya. Dan Tidak. Waktu membuang dia. Sikap

seperti itu dikatakan tidak santun karena Ranggong selalu membalikkan kata-kata

yang diucapkan oleh Borok menyatakan dia tidak setuju dengan apa yang

dibicarakan oleh Borok.

6. Pelanggaran Maksim Simpati

Pelanggaran maksim simpati terjadi apabila dalam tuturan peserta tutur

meminimalkan rasa simpati antara diri sendiri dengan orang lain dan

memaksimalkan rasa antipati antara diri sendiri dengan orang lain. orang yang

tidak memiliki rasa simpati dan bersikap antipati terhadap orang lain akan

dianggap tidak santun.

Berikut penggalan ujaran yang melanggar maksim simpati:

(65) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Bigayah kepada Waska. Bigayah terus

mendekati Waska namun, Waska terus menolaknya. Ujaran diucapkan Bigayah agar

dia bisa mendekati Waska. Percakapan terjadi di gerbong tua.

Bigayah : Waska.

64

Ibid, h. 180

Page 90: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

79

Waska : Jangan mendekat, Gayah.

Bigayah : Waska.

Waska : Kasihani aku, Gayah, aku sedang sakit parah, inkoma,

dalam keadaan sakratul maut.

Bigayah : Justru itu artinya kesempatan yang baik.65

Ujaran yang dilakukan oleh Bigayah tersebut dikatakan melanggar maksim

kesimpatian, karena memaksimalkan rasa antipati terhadap orang lain dan

meminimalkan rasa simpati terhadap orang lain. hal ini terlihat pada ujaran

Bigayah Justru itu artinya kesempatan yang baik. Ujaran bigayah dikatakan tidak

santun karena Bigayah tidak mempedulikan Waska yang telah memohon

kepadanya jangan menganggunya karena dia lagi sakit , tetapi bigayah tetap

menganggunya. Dari ujaran tersebut terlihat jelas Bigayah tidak memiliki rasa

simpati terhadap Waska karena terus mendesak Waska.

(66) Konteks : Ujaran diucapkan oleh Embah kepada Borok dan Ranggong. Borok

menyampaikan kepada Embah kalau Waska sakit namun, Embah menanggapi hal

itu biasa saja. Tujuan Borok ingin meminta pertolongan Embah. Percakapan terjadi

di rumah Embah.

Borok : Waska sakit.

Embah : Sakit?

Ranggong : Sakit keras sekali, Albert.

Embah : sakit apa?

Borok : Sakit tua.

Embah : Lalu apa ada yang istimewa?

Borok : Ia meraung-raung saja.

Embah : Tidak usah dikuatirkan. Tidak lama lagi ia akan tenang.

Sembuh atau mati.66

Ujaran yang dilakukan oleh Embah dikatakan melanggar maksim simpati,

karena memaksimalkan antipati terhadap orang lain dan meminimalkan simpati

terhadap orang lain. Embah tidak peduli terhadap Ranggong dan Borok yang

meminta pertolongan kepadanya untuk pemimpinya. Pemaksimalan rasa antipati

Embah dapat dilihat pada Lalu apa ada yang istimewa? Dan Tidak usah

dikuatirkan. Tidak lama lagi ia akan tenang. Sembuh atau mati. Ujaran Embah

65

Ibid, h. 148

66

Ibid, h. 168

Page 91: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

80

tersebut menyatakan kalau Embah tidak bersimpati terhadap penyakit yang

dialami Waska.

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Dalam kegiatan berbahasa, manusia sebagai pengguna bahasa harus dapat

menguasai empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis. Dalam kehidupan sehari-hari aspek berbicara menjadi sesuatu yang

penting karena melalui berbicara seseorang dapat menjalin komunikasi dengan

orang lain dan mengungkapkan perasaan, gagasan, serta ide-idenya. Dalam

berbahasa, manusia perlu memperhatikan adanya kesantunan ketika

berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hal itu bertujuan agar manusia tidak

melakukan penyimpangan dalam berbahasa.

Di sekolah yang merupakan lembaga pendidikan pengajaran kesantunan

berbahasa merupakan aspek yang sangat penting untuk membentuk karakter dan

sikap seseorang. Dari penggunaan bahasa seseorang dalam bertutur kepada orang

lain, dapat diketahui karakter dan kepribadian seseorang. Dengan adanya muatan

pendidikan karakter di sekolah pada setiap mata pelajaran, dalam hal ini

khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.

Pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbicara sangat

diperlukan, agar proses komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa

dapat berjalan dengan baik. Kegiatan yang pembelajaran yang berhubungan

dengan aspek keterampilan berbicara yakni kegiatan berdiskusi. Diskusi berasal

dari bahasa yaitu discutio atau discusium yang artinya bertukar pikiran. Diskusi

pada dasarnya suatu bentuik tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam

kelompok kecil maupun dalam kelompok besar.67

Dalam pembelajaran diskusi

sejumlah orang dapat menyampaikan gagasan, ide, dan pendapatnya, oleh karena

itu dalam pembelajaran sering digunakan metode diskusi sebagai upaya

pencapaian tujuan pembelajaran.

67

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005)

h, 7.18.

Page 92: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

81

Pelajaran berdiskusi terdapat di SMP kelas VIII semester genap dengan

kompetensi dasar menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan

pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Dalam kegiatan

berdiskusi terkadang sering muncul penggunaan ujaran yang kurang santun pada

siswa dalam mengungkapkan pendapatnya. Tidak jarang saat berdiskusi adu

pendapat dan menyalahkan pendapat orang lain dilakukan oleh siswa.

Dalam berdiskusi di kelas sering juga terlihat antara kelompok penyaji dan

penanggap kurang saling menghargai terkadang tuturan yang digunakan berupa

sindiran dan ejekan atau bantahan yang dapat menyinggung perasaan orang lain.

Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran diperlukan materi cara berdiskusi

yang santun dan pilihan kata yang tepat ketika berbicara dengan orang lain.

Melalui pelajaran diskusi seorang guru dapat memberikan penilaian terhadap

siswanya dari bahasa yang digunkaan oleh siswa, santun atau tidak bahasa yang

digunakan oleh siswa. Sebelumnya dalam pengajaran diskusi guru harus

menjelaskan bagaimana menyampaikan pendapat, menyanggah dan menolak

pendapat orang lain dengan baik sehingga orang lain dapat menerima pendapat

dan tidak tersinggung.

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa

secara langsung. Dengan demikian banyak manfaat yang di dapat oleh siswa jika

sering menggunakan metode diskusi dalam setiap pembelajaran yaitu, siswa dapat

mengembangkan sikap sosial yaitu belajar bagaimana menghargai pendapat orang

lain, selanjutnya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dan dapat

melatih siswa berbicara di hadapan orang banyak.

Dalam pembelajaran diskusi pemilihan kata yang digunakan oleh siswa

menentukan kesantunan berbahasa siswa, semakin santun bahasa yang digunakan

semakin santun dan baik karakter siswa tersebut. Adapun rancangan pembelajaran

yang berhubungan dengan kajian penelitian dapat dilihat pada rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir.

Page 93: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

82

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis kesantunan berbahasa menggunakan prinsip

kesantunan berbahasa Geoffrey Leech yang dilakukan pada naskah drama

Umang-Umang karya Arifin C. Noer, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Dalam naskah drama Umang-Umang karya Arifin C. Noer ditemukan

pematuhan dan pelanggaran maksim kesantunan. Dari keseluruhan data pada

ujaran diperoleh 27 data yang mematuhi prinsip kesantunan Leech yaitu 7

maksim kebijaksanaan, 3 maksim penerimaan, 9 maksim kemurahan, 2

maksim kerendahan hati, 5 maksim kesetujuan, dan 1 maksim simpati.

Sedangkan yang melanggar prinsip kesantunan Leech diperoleh 39 data yaitu,

6 maksim kebijaksanaan, 8 maksim penerimaan, 13 maksim kemurahan, 5

maksim kerendahan hati, 5 maksim kesetujuan, dan 2 maksim simpati. Pada

naskah drama Umang-umang tersebut lebih didominasi oleh pelanggaran

maksim kemurahan. Hal ini karena di dalam dialog yang terjadi antara tokoh

banyak menggunakan bahasa yang tidak santun, yaitu mengunakan kata-kata

kasar untuk menghina orang lain dan banyak terdapat cacian pada orang lain .

2. Kesantunan berbahasa dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di SMP pada materi kelas VIII semester genap

kompetensi dasar menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan

pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Kegiatan diskusi

dalam pembelajaran banyak memberikan manfaat bagi siswa yaitu dapat

mengembangkan sikap sosial yaitu belajar bagaimana menghargai pendapat

orang lain, selanjutnya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dan

dapat melatih siswa berbicara di hadapan orang banyak. Semakin santun

bahasa yang digunakan oleh seorang anak maka semakin santunlah sikap

anak tersebut

Page 94: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

83

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian analisis beserta kesimpulan yang telah dijelaskan

dalam skripsi ini. Penulis memiliki beberapa saran, diantaranya:

1. Bagi peneliti yang ingin mengkaji kesantunan berbahasa selanjutnya

hendaklah mengkaji dengan menggunakan objek penelitian yang lain dan

lebih mendetail analisisnya guna menambah khazanah ilmu bahasa.

2. Bagi Guru hendaklah mengajarkan kepada siswa bagaimana

menggunakan bahasa yang santun dan dalam memberikan bahan

pelajaran seharusnya terlebih dulu memilih bahan bacaan yang berkualitas

kepada peserta didiknya yang dapat memberi manfaat baik sehingga

menjadikan siswa lebih berkarakter, baik di lingkungan sekolah mapun

lingkungan masyarakat

3. Bagi peserta didik, diharapkan mampu menggunakan bahasa yang santun

dalam pelajaran diskusi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Page 95: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

84

DAFTAR PUSTAKA

Black, Elizabeth. Stilistika Pragmatis. Terj. dari Pragmatic Stylistic oleh Ardianto

dkk. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2011

Budianta, Melani. dkk, Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera, 2003

Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta, 2010

-------. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2007

Gunarwan, Asim. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Universitas

Atma Jaya 2007

Hardo S.. “Arifin C. Noer Sineas Lengkap”. Suara Karya Minggu. Jakarta,

Minggu ke 3 Agustus 1992

Hasanudin. Drama karya dalam dua dimensi. Bandung: Angkasa, 1996

Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Referensi, 2013

Jaszczolt, K.M. Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse.

London: Longman, 2002

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia, 2008

Leech, Geofrrey. Prinsip-Prinsip Pragmatik. terj. dari The Principles of

Pragmatics. oleh M.D.D Oka. Jakarta:UI Press 1993

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakara: PT Raja Grafindo Persada. 2007

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011

Nadar, F. X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009

Noer, Arifin C. Orkes Madun. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000

Nurhaidah, Nuri. Wacana Poloitik Pemilihan Presiden di Indonesia. Yogyakarta:

Smart Writing, 2014

Priyatni, Endah T. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2010

Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga,2005

-------. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga, 2009

Page 96: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

85

Saputro, Heryus. “Jejak Langkah Arifin C. Noer”. Femina. Jakarta. 18 0ktober

1995

Schiffrin, Deborah. Ancangan Kajian Wacana. terj. dari Approaches to

Discourse. oleh, Unang, Dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007

Setiyono, Ana Aan, “Nilai Moral dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya

Arifin C. noer dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMP,”

Skripsi, Universitas Pancasakti Tegal, Tegal. 2013.tidak dipublikasikan

Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2012

Syafrida, “Kesantunan Berbahasa Menurut Teori Leech dalam Novel Perahu

Kertas Karya Dewi Lestari dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia,” skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.2015

tidak dipublikasikan

Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Universitas

Terbuka. 2005

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa, 2009

Yule, George. Pragmatics.New York: Oxford University Press 1996

Yunita, “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-Umang

Atawa Orkes Madun II Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Sastra” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. 2014.

tidak dipublikasikan

Wellek dan Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Utama, 1993

Widjoko dan Endang Hidayat. Tori Sejarah dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI

PRESS, 2006

Page 97: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Nova Liana

NIM : 1111013000108

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi :"Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama

Umang-Umang karya Arifin C. Noer dan

implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMP "Dosen Pembimbing : Dr. Siti Nuri Nurhaidah, M.A.

No ReferensiParafPembimbing

1

Elizabeth Black. Stilistikn Pragmatis. Terj. Dari

Pragmatic Stylistic oleh Ardianto dkk.

Yogyakarta:Pustaka Pelaj ar. 20 1 I/

2.

Budianta, Melani. dkk, Membaca Sastra.

Magelang: Indonesia T era, 2003 /

J.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta:

Rineka Cipta,2007 {

4.

Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta:

Rineka Cipta,2010 {

5.

Gunarwan, Asim. Pragmatik Teori dan Kaiian

Nus ant ar a. Jakarta: Universitas Atma J ay a 2007 /

6.

Hardo S.. "Arifin C. Noer Sineas Lengkap".

Suara Karya Minggu. Jakarta, Minggu ke 3

Agustus 1992

/

Page 98: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

7.Hasanudin. Drama karya dalam dua dimensi.

Bandung: Angkasa, 1996 /

8.Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan

Sosial. J akarta : Referensi, 2013 t

9.

Jaszczolt, K.M. Semantics and Pragmatics:

Meaning in Language and Discourse. London:

Longmary2002 __/

I

10.

Kridalaksana Harimurti. Kamus Linguistik.

Jakarta: PT Gramedia, 2008 {

11.

Leech, Geofrrey. Prinsip-Prinsip Pragmatik.

terj. dari The Principles of Pragmatics. oleh

M.D.D Oka. Jakarta:Ul Press 1993

f

t2.Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakara: PT

Raja Graf,rndo Persada. 2007 I13.

Muhamma d. Metode P enelitian Bahas a.

Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011 ft4.

Nurhaidah, Nuri. Wacana Poloitik Pemilihan

Pr esiden di Indone sia. Y ogyakarta: Smart

Writing,2014

{

15.Nadar, F. X. Pragmatik dan Penelitian

Pragmatik Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009 /

t6.Noer, Arifin C. Orkes Madun. Jakarta: Pustaka

Firdaus,2000 /

t7.

Priyatni, Endah T. Membaco Sastra dengan

Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: PT Bumi

Aksara,2010

{

18. Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan

Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: {

Page 99: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

Erlangga,2005

19.

Rahardi, Kunjana. Sosiopragmatik. Jakarta:

Erlangga,2009 /

20.

Schiffrin, Deborah. Ancangan Kaiian Wacana.

terj. dari Approaches to Discourse. oleh, Unang,

Dkk. Yogy akarta. Pustaka P elaiar 2007

/

2t.

Setiyono, Ana Aar{'Nilai Moral dalam Naskah/

Drama Umang-Umang Karya Arifin C. noer dan

Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di

SMP," Skripsi, Universitas Pancasakti Tegal,

Tegal. 20 1 3.tidak dipublikasikan

{

22.Saputro, Heryrs. "Jejak Langkah Arifin C.

Noer". Femina. Jakarta.18 0ktober 1995(

/-).Sugiyono Metode P enelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,2}l2 /

24.

Syafrida, "Kesantunan Berbahasa Menurut

Teori Leech dalam Novel Perahu Kertas Karya

Dewi Lestari dan Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,"

skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

J akarta.Z}l5 tidak dipublikasikan.

/

25.

Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan

Berbahasa. Jakarta : Universitas Terbuka'

2005{

26.Tarigan, Henry Guntur. Pengaiaran Pragmatik.

Bandung: Angkasa,2009 /

27.Yule, George. Pragmatics.New York: Oxford

University Press 1996 /

Page 100: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

28.

Yunita, "Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam

Naskah Drama Umang-Umang Atawa Orkes

Madun II Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Sastra" Skripsi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. 2014. tidak

dipublikasikan.

I

29.Wellek dan Warren. Teori Kesusastraan.

Jakarta: PTyGramedia Utama, 1993

\/

30.Widjoko dan Endang Hidayat. Tori Sejarah dan

Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS,2006 I

Page 101: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

K.D.10.1.

Sekolah : SMPN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas /Semester : VIII/2

Standar Kompetensi 10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui

kegiatan diskusi dan protokoler

Kompetensi Dasar 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan

pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan

Indikator Mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan

pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif

Alokasi Waktu : 4 X 40 menit ( 2 pertemuan)

I. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu menyampaikan persetujuan dalam diskusi dengan etika

yang baik dan santun.

Siswa mampu menyampaikan sanggahan dan penolakan pendapat dalam

diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif dengan santun.

II. Materi Pembelajaran

Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam

diskusi dengan etika yang baik dan argumentati.

Memberikan sanggahan dalam adu pendapat disertai bukti. Untuk

membahas suatu masalah , dilakukan berbagai diskusi.

Dalam kegiatan ini, siswa berlatih mengemukakan pendapat dan

menyanggah pendapat/ menolak usul yang ada dalam diskusi.

Siswa akan memperbincangkan masalah sinema remaja yang ditayangkan

televisi dalam suatu diskusi.

Page 102: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

III. Metode Pembelajaran

Pemodelan

Tanya jawab

Inkuiri

Diskusi

IV. Langkah – Langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi

Waktu Metode

A.Kegiatan Awal:

1. Guru membuka pelajaran dengan apersepsi Tanya jawab

pengalaman siswa dalam berdiskusi atau melihat. diskusi di

Televisi. (ingin tahu)

2. Siswa menyimak rumusan tujuan pembelajaran yang

disampaikan guru.

10

menit

Tanya

Jawab

B.Kegiatan Inti

1. Siswa menyimak pemutaran rekaman kegiatan diskusi dari

salah satu TV dengan sungguh-sungguh. (kerja keras)

2. Siswa mengemukakan tata cara diskusi (menjawab pertanyaan,

menyampaikan pendapat, menolak, dll) dari hasil menyimak.

3. Siswa menerima rumusan bahan untuk diskusikan dalam

kelompok.

4. Siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing menjawab

permasalahan yang diberikan guru.(kerja sama)

60 ―

Pemodelan

Diskusi

Inkuiri

C.Kegiatan Penutup

1. Siswa menanyakan kesulitan dalam berdiskusi.

2. Guru memberikan tanggapan dan memberikan nilai.

10 ―

Tanya

Jawab

Pertemuan Kedua

Page 103: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi

Waktu Metode

A.Kegiatan Awal:

1. Guru membuka pelajaran dengan mengadakan apersepsi

(menanyakan tugas yang diberikan ke siswa pada pelajaran

sebelumnya)

2. Siswa mempersiapkan tugas pertemuan yang lalu

10

menit

Tanya

Jawab

B.Kegiatan Inti:

1. Siswa memperagakan kegiatan diskusi sesuai dengan rumusan

kelompok di depan kelas. (kerja sama)

2. Siswa kelompok lain mengemukakan kalimat persetujuan

dengan etika yang baik. (santun)

3. Siswa dalam kelompok lain mengemukakan sanggahan dan

penolakan dengan bahasa dan etika yang baik disertai

argumentasi yang logis. (berpikir logis)

4. Siswa penilai memberikan komentar terkait persetujuan,

sanggahan, dan penolakan yang disampaikan peserta

diskusi dengan memperhatikan etika berbicara. (santun)

60 ―

Diskusi

C.Kegiatan Penutup

1. Siswa melakukan refleksi dengan menyampaikan kesulitan

dalam berdiskusi.

2. Siswa menyimpulkan pelajaran

10 ―

Tanya

jawab

V. SUMBER BELAJAR

Buku Bahasa Indonesia kelas VIII Penerbit Depdiknas Hal.138

LKS Bahasa Indonesia MGMP BIND. Kab. Malang kelas VIII

Page 104: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

VI. PENILAIAN

a. Teknik : Unjuk kerja

b. Bentuk Instrumen : Uji kerja dan produk

c Kisi – Kisi soal penilaian

Standart

Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator Instrumen

10. Mengemu -

kakan pikiran,

perasaan, dan

informasi mela -

lui kegiatan

diskusi dan

protokoler

10.1 Menyam-

paikan perse-

tujuan, sang-

gahan, dan

penolakan

pendapat dalam

diskusi disertai

dengan bukti atau

alasan

1. Disajikan teks bacaan, siswa menemukan

sanggahan.

2. Disajikan teks bacaan, siswa menemukan

pendapat yang sesuai dan tidak sesuai.

3. Disajikan teks bacaan, siswa menemukan

sanggahan dan penolakan yang muncul dalam

diskusi.

d. Soal Penilaian

1. Bagaimana pendapat kelompokmu terhadap pendapat yang terdapat dalam

teks?

2. Tulislah pendapat yang sesuai dan pendapat yang tidak sesuai!

3. Tulislah sanggahan yang muncul dan penolakan usul yang muncul dalam

diskusi !

e. Pedoman Penskoran kegiatan diskusi.

No Nama

Siswa

Kegiatan diskusi

Jumlah skor

Keaktifan Kerjasama Kesungguhan

Page 105: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

Skor : A = 9—10 C = 6—7

B = 7.5 – 8.5 D = kurang dari 6

Kriteria penilaian skor = skor didapat siswa X 100

Skor maksimal (30)

Mengetahui, Tangerang, ..............2016

Kepala Sekolah Guru mata pelajaran

(Rohman, M. Pd) (Nova Liana, S. Pd)

Page 106: KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NASKAH …Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk ujaran yang terjadi pada tokoh dalam naskah drama Umang-Umang ... show, komedi dan banyak acara lawak lainnya

BIOGRAFI PENULIS

Nova Liana, lahir di Piladang 07 November

1991. Penulis memulai pendidikan formal di sebuah

TK Tunas Harapan Piladang, kemudian melanjutkan

pendidikan dasar di SD N 08 Piladang, lalu

melanjutkan pendidikan menengahnya di SMP N 04

Payakumbuh. Setelah lulus ia kembali menempuh

pendidikan di SMA N 01 Kec. Akabiluru lulus tahun

2009. Pada tahun 2011 akhirnya melanjutkan

kembali studinya keperguruan tinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Anak kedua dari tiga bersaudara ini adalah anak dari Yusrizal dan Dewi

Asmita, selama masa kuliah tinggal dirumah sewa di Jl. H. Nipan No. 74 RT : 01

RW : 8 Kel. Pisangan Kec. Ciptat Timur, Tangerang, Banten. Sebelum sempat

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ia bekerja selama satu setengah

tahun di sebuah pusat perbelanjaan di daerah Jakarta Timur. Ia pernah bekerja di

BPJS ketenagakerjaan dan Oktober 2015 bekerja di KEMDIKBUD sebagai

tenaga kerja magang. Ia pernah menjadi fasillitator bidang kesekretariat di acara

Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) P SMP yang diadakan kemdikbud di

sawangan Depok.