KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

34
1 KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM MAKASSAR TIDAK RANTASADI KECAMATAN TAMALATE PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara berkembang yang masuk dalam salah satu Negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Tak lepas dari pada itu semakin banyak jumlah penduduk resiko menghasilkan limbah atau sampah sangat besar baik itu berupa sampah organik maupun sampah anorganik. Permasalahan yang mendasar adalah mengenai kesadaran bagaimana pemerintah ataupun masyarakat mengelola sampah dalam artian pentingnya kesadaran ini agar mereka mengerti jika sampah merupakan masalah yang sangat besar yang harus dihadapi karena akibat yang ditimbulkan dapat merugikan kita semua. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia, sampah adalah bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercatat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan yang ditolak dan dibuang (Istilah Lingkungan 1994). Manusia setiap harinya menghasilkan sampah baik itu sampah organik nataupun anorganik. Sistem persampahan memiliki tahap-tahap dalam mengamplikasikan sehari-hari. Tahap pertama ialah tahap timbulan,tahap kedua

description

Indonesia merupakan Negara berkembang yang masuk dalam salah satu Negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Tak lepas dari pada itu semakin banyak jumlah penduduk resiko menghasilkan limbah atau sampah sangat besar baik itu berupa sampah organik maupun sampah anorganik.

Transcript of KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

Page 1: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

1

KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK

MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

DI KECAMATAN TAMALATE

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara berkembang yang masuk dalam salah satu

Negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Tak lepas dari pada

itu semakin banyak jumlah penduduk resiko menghasilkan limbah atau sampah

sangat besar baik itu berupa sampah organik maupun sampah anorganik.

Permasalahan yang mendasar adalah mengenai kesadaran bagaimana

pemerintah ataupun masyarakat mengelola sampah dalam artian pentingnya

kesadaran ini agar mereka mengerti jika sampah merupakan masalah yang

sangat besar yang harus dihadapi karena akibat yang ditimbulkan dapat

merugikan kita semua. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor :

18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-

hari manusia, sampah adalah bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa atau

utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercatat dalam

pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan yang ditolak dan dibuang

(Istilah Lingkungan 1994).

Manusia setiap harinya menghasilkan sampah baik itu sampah organik

nataupun anorganik. Sistem persampahan memiliki tahap-tahap dalam

mengamplikasikan sehari-hari. Tahap pertama ialah tahap timbulan,tahap kedua

Page 2: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

2

ialah tahap perwadahan, tahap ketiga ialah pengumpulan, tahap keempat ialah

pengangkutan dan pengolahan kembali serta tahp kelima ialah tahap pembungan

akhir.

Kota Makassar merupakan salah satu kota yang memilki tingkat kepadatan

penduduk yang cukup besar. Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan dan 143

kelurahan salah satunya adalah kecamatan tamalate yang merupakan

kecamatan dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Padatnya jumlah

penduduk mengakibatkan volume sampah yang dihasilkan sangat besar.

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah kota untuk mengatasi hal ini

salah satu usaha yang dilakukan pemerintah kota membuat program “Makassar

Tidak Rantasa” sebagai bentuk solusi menangani permasalahan kebersihan yang

ada.

Kebijakan atau program “Makassar Tidak Rantasa” merupakan kebijakan

yang mengatur tentang tata kebersihan kota dimulai dari kesadaran semua warga

kota Makassar untuk mengedepankan aspek kebersihan dalam kehiduan sehari-

hari.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis ingin menuangkan

ketertarikan tersebut ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Kesadaran

mengelola sampah untuk mendukung program Makassar Tidak Rantasa di

Kecamatan Tamalate “

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian memiliki

permasalahan pokok yang akan di rumuskan, yakni:

Page 3: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

3

1. Bagaimana pemerintah kota mengatasi sampah yang ada di Kecamatan

Tamalate dalam program “Makassar Tidak Rantasa”?

2. Bagaimana peran masyarakat Kecamatan Tamalate dalam mendukung

pemerintah kota terhadap program “Makassar Tidak Rantasa”?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang ingin dicapai dalam

melaksanakan suatu penelitian. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pemerintah kota mengatasi sampah yang ada

di Kecamatan Tamalate dalam program “Makassar Tidak Rantasa”?

2. Untuk mengetahui bagaimanakah peran masyarakat Kecamatan Tamalate

dalam mendukung pemerintah kota terhadap program “Makassar Tidak

Rantasa”?

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti:

Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih dalam

mengungkapkan berbagai pikiran secara ilmiah dan sistematis.

2. Bagi pemerintah :

Sebagai bahan informasi, dalam menentukan kebijakan dalam

meningkatkan kualitas lingkungan yang bersih dari sampah.

3. Perguruan tinggi :

Sebagai bahan referensi dan sumber bacaan bagi peneliti berikutnya.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Page 4: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

4

A. Program Makassar Tidak Rantasa

Program Makassar tidak Rantasa (2014 ) merupakan bagian dari visi dan

misi walikota Makassar Muh. Ramadhan Pumanto yang ingin menjadikan kota

Makassar sebagai kota yang nyaman ditempati yang jauh dari sampah.

Pemerintah Kota Makassar menghimbau dan mengajak seluruh masyarakat

berpartisipasi aktif untuk bersama melakukan pengawasan dilingkungan

masing-masing guna mewujudkan Makassar Tidak Rantasa (MTR) .

Menurut Abdullah (2015), Program MTR suatu gerakan yang

mengedepankan aspek kebersihan, keindahan dan kenyamanan, tidak hanya

faktor kebersihan gerakan tersebut juga diharapkan mengubah sikap dan prilaku

masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih bebas dari sampah. Program

MTR merupakan gerakan yang mengatur tentang tata kebersihan kota dimulai

dari kesadaran semua warga kota Makasar untuk mengedepankan aspek

kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan UU RI no 18 Tahun 2008 serta pelaksanaan program MTR

didukung oleh Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2011 tentang

pengelolaan sampah dan langkah teknis pelaksanaan Program Makassar Tidak

Rantasa yaitu melaksanakan Kerja Bakti disetiap kelurahan, mengumpulkan

sampah, membawa sampah ke TPS, membungkus sampah pada kantongan,

menempatkan sampah pada tempat sampah, memisahkan sampah basah dan

sampah kering, menanggapi pelayanan pemerintah (Abdullah, 2015 ).

B. Pentingnya Memiliki Kesadaran Mengelola Sampah

Page 5: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

5

Sampah bukanlah hal yang terlampau sulit untuk dilakukan oleh individual

secara mandiri. Kunci yang harus dipegang adalah kemauan yang kuat untuk

memulai dan melestarikannya kepada kelompok masyarakat lainnya. Pentingnya

kepemilikan kesadaran untuk melakukan pengelolaan sampah terletak pada efek

yang dihasilkan oleh sampah terhadap lingkungan. Pendeknya, pengelolaan

sampah akan meminimalisir atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang

selama ini lebih sering tertuju pada pencemaran yang berujung kerusakan

lingkungan. Dengan mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar,

kita bisa mengambil langkah tepat terkait bagaimana memperlakukan sampah

sehingga tidak merugikan orang per orang berikut lingkungannya.

Poin berikutnya terkait pentingnya kesadaran pengelolaan sampah adalah

fakta bahwa di sekitar kita atau – dalam cakupan yang lebih luas — di negara

kita, sebagian besar tempat pembuangan dan pengelolaan sampah belumlah bisa

dikatakan memenuhi persyaratan untuk membangun kesehatan dan keamanan

lingkungan berikut penghuninya. Banyak yang bahkan bisa membahayakan

masyarakat dengan gunungan sampahnya yang terlampau tinggi. Oleh karena

itu, jika orang per orang telah memiliki kesadaran untuk mengelola sampah di

lingkungannya sendiri dan/atau sekitarnya, kerja berat pusat-pusat pembuangan

dan pegelolaan sampah ini menjadi lebih ringan. Paling tidak, potensi

pencemaran dan kerugian lainnya bisa diperkecil ( Abdullah, 2015 ).

C. Peran Serta Masyarakat

Page 6: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

6

Pengumpulan dan pengangkutan sampah tidak dapat berjalan dengan baik, jika

tidak adanya partisipasi masyarakat (Pramono, 2008:12) sebagaimana yang

dilakukan di kota-kota di Indonesia, masyarakat terlibat dalam pengumpulan

sampah. Sedangkan peran serta masyarakat adalah sistem pengumpulan sampah atas

kesadaran masyarakat sendiri untuk membawa sampahnya ke TPS terdekat

Pramono (2008:5).

Organisasi terasteral (rukun tetangga dan rukun warga) merupakan organisasi

penting yang mengkoordinir pengumpulan sampah dipermukiman-permukiman

yang tidak memiliki akses ke jalan utama (Nurmandi 2006:298).

Berdasarkan hal tersebut, menurut e-dukasi.net (2008), sistem pengumpulan

sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan didasarkan pada

kondisi dan kultur masyarakat. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk

dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana

membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program

tersebut, yang menyangkut:

1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib,

lancar, dan merata.

2. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat.

3. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.

Tanpa adanya partisipasi masyarakat, semua program pengelolaan sampah

(kebersihan) yang direncanakan akan sia-sia.

Menurut Rukmana, et. all, (1993), partisipasi masyarakat akan

membangkitkan semangat kemandirian dan kerjasama diantara masyarakat

Page 7: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

7

akan meningkatkan swadaya masyarakat, yang pada gilirannya akan

mengurangi kebutuhan sumber daya pemerintah.

D. Kriteria Tingkat Dukungan Pengelolaan Sampah

Didalam sistem pengelolaan sampah terdapat beberapa kriteria tingkat

dukungan masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari yaitu :

Membersihkan sampah di pekarangan rumah

Mengumpulkan sampah

Membawa sampah ke TPS

Membungkus sampah pada kantongan

Menempatkan sampah pada tempat sampah

Memisahkan sampah basah dan sampah kering

Menanggapi pelayanan pemerintah

Kerja Bakti

E. Sarana pengelolaan sampah di Makassar

1. Pengangkutan sampah

Keberhasilan penanganan sampah bisa dilihat dari efektivitas dan efisiensi

pengangkutan sampah dari sumber ke TPA. Pengangkutan tidak boleh

ditunda karena hal ini akan menambah beban pengangkutan berikutnya dan

beresiko menimbulkan gangguan kenyamanan lingkungan di sekitar tempat

penyimpanan. Tahap ini istimewa karena dibutuhkan banyak porsi biaya,

waktu, tenaga, koordinasi, evaluasi dan perencanaan terhadap jenis sarana,

jadwal operasi, serta rute pengangkutan merupakan hal penting dalam

Page 8: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

8

pengangkutan. Ada beberapa jenis sarana pengangkutan sampah yang

digunakan di Kota Makassar, yaitu:

Truck biasa. Kendaraan jenis ini masih digunakan di Kota Makassar.

Pemakaiannya tidak praktis karena proses bongkar muat sampah perlu waktu

lama dan tenaga manusia lebih banyak. Kelebihannya adalah pada kapasitas

tampung yang besar (16 m3) dan harga yang relatif lebih murah dari jenis

lainnya.

Operasionalisasi1-2 rit/hari.

Dump Truck. Kendaraan ini merupakan modifikasi dari truck biasa, bak

truck dapat digerakkan secara hidrolik sehingga proses bongkar sampah bisa

fektif, sedangkan lama operasionalisasi sama dengan truck biasa. Bak

terbuat dari baja dengan kapasitas bervariasi 8 m3, harganya relatif lebih

mahal dari truck biasa. Kapasitas operasional adalah 2-3 rit perhari. Untuk

jenis kendaraan ini digunakan pada pola operasional sistem door to door,

jemput bola, transfer depo, dan juga sistem TPSS atau container yang

berfungsi sebagai TPSS.

Arm-Roll Truck. Yaitu truck tanpa bak dengan lengan hidrolik untuk

menggerakkan Dengan kendaraan ini, operasi pengangkutan dan

pembuangan sampah menjadi lebih praktis. Bentuk dan ukurannya

bervariasi menurut container. Harga kendaraan relatif lebih mahal dari

dump truck. Kapasitas operasional adalah 3-4 rit perhari, tergantung pada

jarak pengangkutan. Jenis kendaraan ini digunakan pada pola operasional

sistem transfer depo dan container.

Page 9: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

9

Lain-lain (mobil pick-up, motor roda 3 dan sepeda sampah. Sarana

pengangkutan lainnya yang biasa digunakan untuk pengangkutan sampah di

Kota Makassar adalah mobil jenis pick-up, motor roda 3 dan sepeda sampah,

yang biasanya digunakan secara insidental dan untuk melayani sampah pada

wilayah yang sulit dijangkau kendaraan pengangkut sampah pada

umumnya.

1. Jenis pewadahan yang ada di Kota Makassar adalah sebagai berikut:

1. Tong (Bin)

Penggunaan wadah dari tong besi ataupun plastik, juga digunakan

dalam pewadahan sampah di Kota Makassar. Wadah ini masuk kategori

cukup baik, terutama yang terbuat dari plastik. Hal ini karena tong ini

mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah rusak serta kedap air, harganya

ekonomis serta mudah diperoleh. Karena biasanya tong ini menggunakan

penutup, maka sampah yang ada tidak akan menjadi media penyebaran

penyakit sehingga dapat memenuhi aspek kesehatan dan dari sisi estetika

dapat memenuhi sisi keindahan lingkungan. Penggunaan tong sampah juga

memudahkan operasional pengumpulan sampah oleh petugas karena mudah

dikosongkan. Tong sampah yang terbuat dari besi juga mempunyai

kekurangan yaitu mudah berkarat yang menyebabkan kerusakan dan sulit

atau bahkan tidak dapat diperbaiki.

Page 10: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

10

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya, wadah

dari tong sampah terutama yang terbuat dari plastik sangat dianjurkan.

Gambar 1,Tong sampah

2. Bak terbuka (Pasangan batu bata)

Salah satu wadah sampah yang sering digunakan oleh masyarakat di Kota

Makassar adalah menggunakan bak sampah dari pasangan batu bata, yang pada

umumnya digunakan pada daerah permukiman. Disamping sebagai wadah

individual, beberapa bak sampah juga merupakan wadah komunal sebelum

sampah diangkut ke TPS atau kontainer.

Page 11: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

11

Penggunaan bak pasangan batu bata sebenarnya mempunyai kelebihan

karena sudah memenuhi aspek kesehatan dan keindahan lingkungan. Hal ini

karena sampah tidak mudah berserakan dan tidak menjadi sarang penyakit.

Disamping itu bak pasangan batu bata mempunyai keuntungan tidak mudah

rusak dan kedap air.

Gambar 2, Bak sampah terbuka

Namun demikian, wadah jenis ini mempunyai kekurangan yaitu sulit

dioperasionalkan serta membutuhkan waktu yang lebih lama dalam operasional

pengumpulan sampah. Selain itu, seringkali bak sampah ini disamping untuk

menampung sampah juga digunakan untuk membakar sampah oleh masyarakat.

Hal ini terjadi karena waktu pengambilan sampah oleh petugas terlalu lama

sehingga sampah menumpuk dan busuk. Dari sisi harga bak jenis ini sebenarnya

Page 12: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

12

juga kurang ekonomis. Dari beberapa dan kelebihan dan kekurangan sistem ini,

maka penggunaan bak batu bata kurang dianjurkan.

3. Kantong plastik

Bagi masyarakat yang tidak mempunyai wadah/tempat sampah yang

permanen biasanya menggunakan kantong plastik sebagai wadah sampah untuk

diambil langsung oleh petugas pengumpul sampah. Penggunaan kantong plastik

di Kota Makassar, biasanya digunakan pada daerah permukiman maupun non

permukiman.

Kantong plastik mempunyai keunggulan yaitu dari sisi ekonomis, karena

harganya murah serta mudah diperoleh. Disamping itu mudah dalam operasional

pengumpulan/pengambilan sampah oleh petugas. Namun dari sisi kesehatan dan

keindahan, wadah ini kurang memenuhi karena mudah terkoyak sehingga

menyebabkan sampah mudah berserakan.

Gambar 3,tempat sampah kantong plastik

Page 13: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

13

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya maka

penggunaan kantong plastik ini kurang dianjurkan.

4. Lubang tanah/penimbunan

Selain menggunakan wadah seperti tersebut di atas, masyarakat Kota

Makassar yang tidak mempunyai wadah sampah tetapi mempunyai lahan yang

cukup luas, membuat lubang di tanah sebagai sarana pembuangan sampah.

Penggunaan lubang tanah maupun penimbunan ini, merupakan sarana

pengelolaan sampah secara langsung (on site) oleh masyarakat yang tidak

mendapatkan pelayanan sampah. Biasanya lubang sampah ini juga digunakan

sebagai sarana pembakaran sampah.

Gambar 4, lubang atau penimbunan

Penggunaan sistem ini baik apabila digunakan pada daerah yang

memiliki kepadatan kurang dari 50 jiwa per hektar. Hal ini karena daerah

Page 14: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

14

tersebut memiliki daya dukung lingkungan yang masih cukup tinggi, namun

apabila digunakan pada daerah yang cukup padat dapat mencemari lingkungan.

F. Sistem pengelolaan sampah

Sistem pengelolaan sampah kota yang saat ini umum dilakukan adalah

sistem 3P (Pengumpulan, Pengangkutan, dan Pembuangan) sampah

dikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke Tempat Penampungan

Sementara Sampah (TPS) dan kemudian dibuang di Tempat Pembuangan Akhir

(TPA).

Sumber sampah kota antara lain pasar tradisional, industri pemukiman,

perkantoran dan sebagainya. Di tingkat sumber biasanya fasilitas persampahan

yang biasa ditemui adalah wadah sampah. Wadah penampungan sampah di

sumbernya berbeda-beda tergantung tipe sumber sampahnya. Wadah tersebut

dapat terbuat dari kotak plastik, bak tembok, kotak kaleng,keranjang (plastik,

bambu dan kayu ) atau hanya sekedar kantong plastik Umumya sampah

dimasukkan kedalam kantong plastik sebelum dibuang di tempat sampah. Di

daerah keramaian tempat sampah biasanya disediakan oleh pemerintah.

Dari sumbernya, sampah dapat diangkut secara langsung ke TPA atau

secara tidak langsung ke TPS dahulu. Frekuensi pengangkutan bervariasi, ada

yang harian ada yang dua atau tiga hari sekali. Pengangkutan harian umumnya

dilakukan di pusat-pusat kota, area umum dan komersial, pengangkutan dua

atau tiga hari sekali dilakukan di daerah pemukiman.

Page 15: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

15

Jenis – jenis kendaraan yang biasa digunakan untuk mengangkut

sampah antara lain adalah truk kompaktor, dump truck, truck terbuka untuk

pengumpulan dari sumber ke TPS sebagian besar menggunakan gerobak dorong

atau truk berukuran kecil, selanjutnya sampah dari TPS diangkut dengan dump

truck atau kompaktor ke TPA (Cecep, 2012 : 12 ).

Pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

sitem sentralisasi dan system desentralisasi. Kedua system ini dapat digunakan

sebagai langkah pengelolaan. Dari keduanya terdapat kelebihan dan kekurangan

sebagai bahan pertimbangan untuk memilihnya.

1. Sistem Sentralisasi

Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan secara

sentralistik. Sistem sentralisasi pengelolaan sampah adalah pengelolaan sampah

yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengelolaan sampah dilakukan di

tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak adakan pengelolaan sampah tiap aktivitas

pengumpulan sampah. Kelebihan system ini terlihat dari cara dikelolanya sampah

dengan beberapa alternative seperti system aerob. Kelemahan pengelolaan sampah

dengan sisitem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah, dan lahan yang

dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengelolaan cukup luas.

Page 16: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

16

Bagan pengelolaan sampah secara Sentralisasi

Gambar 2.1 bagan pengelolaan sampah, Tempat Pembuangan Akhir (TPA),

Tempat Pembuangan Sampah (TPS), Sampah Rumah Tangga (RT)

Dari bagan pengelolaan sampah secara sentralisasi tersebut terlihat bahwa

sampah rumah tangga dikumpulkan di tempat penampungan sampah

semetara.setealh itu,sampah kan diangkut menuju tempat pembuangan akhir .

Di TPA kegiatan yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :

a. Sanitaly landfill, sampah digunakan sebagai bahan pengisi tanah yang akan

diurung

b. Pembakaran sampah, Kegiatan ini dilakukan terutama untuk membakar sampah

organik kering dan anorganik. Alat yang digunkan untuk membakar yaitu

TPS

TPS

RT RT RT RT RT RT

TPA

Page 17: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

17

incerenator. Di Eropa, panas yang dihasilkan dari pembakaran digunakan

sebagai pembangkit listrik.

c. Pengomposan dilakukan untuk sampah organik. Kegiatan ini dilakukan secara

terbuka (aerob) maupun tertutup (anaerob).

d. Pemanfaatan kembali sampah-sampah yang masih apat diolah kembali seperti

plastik, besi, atau almunium.

Selama ini sering diberitakan adanya konflik antara pihak pengelola

sampah dengan warga sekitar TPA. kelambatan dalam pengelolaan sampah

setiap hari terus bertumpuk dari berbagai daerah membuat lingkungan menjadi

tidak nyaman untuk ditinggali. Oleh sebab itu pengelolaan dengan system ini

membutuhkan banyak tenaga, teknologi tinggi serta biaya besar.

2. System desentralisasi

Berbeda dengan system sentralisasi, system desentralisasi mensyaratan

pengelolaan sampah pada area hulu atau pangkal sampah pertama. Pada setiap ini,di

setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga

pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan

system desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk

pengumpuan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan

sampah yang besarnya rata-rata 75% dari total biaya untuk megolah sampah bisa

dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat

cakupan daerah yang kecil, misalnya tingkat kelurahan atau kecamatan (Cecep

2012 : 6 ).

Page 18: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

18

G. Sumber sampah

1. Sampah dari Rumah Tangga

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain berupa

sisa hasil pengolahan makanan, barang bekas dari perlengkapan rumah

tangga, kertas, kardus, gelas, kain, tas bekas, sampah dai kebun dan

halaman,batu baterai dan lain lain.terdapat jenis sampah rumah tangga yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), yang perlu penanganan

khusus, agar tidak berdampak pada lingkungan,seprti batu baterai, bekas

kosmetik, pecahan lampu, bekas semir sepatu dan lain-lain.

2. Sampah dari Pertanian

Sampah yang berasal dari kegiatan pertanian pada umumnya berupa

sampah yang mudah membusuk, seperti rerumputan dan jerami.Penanganan

sampah dari kegiatan pertanian pada umumnya dilakukan pembakaran,yang

dilakukan setelah panen. Jerami dikumpulkan di pojok sawah, kemudian

dibakar. Masih sedikit petani yang memanfaatkan jerami untuk pupuk.

Selain sampah yang mudah membusuk, kegiatan pertanian menghasilkan

sampah yang masuk kategori B3 sepeti petisida, dan pupuk buatan, sehingga

perlu dilakukan penanganan khusus agar tidak mencemari

lingkungan.Sampah pertanian lainnya dalah plastik yang digunakan sebagai

penutup tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan

dan penghambat pertumbuhan gulma, seperti pada penanaman cabai.

3. Sampah Sisa Bangunan

Page 19: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

19

Pembangunan gedung-gedung yang dilakukan selama ini,akan

menghasilkan sampah, seperti potongan kayu, triplek, bambu . Kegiatan

pembangunan juga menghasilkan sampah seperti semen bekas, pasir, spesi,

batu bata, pecahan ubin/keramik, potongan besi, pecahan kaca, kaleng

bekas. Semakin banyak pembangunan gedung atau bangunan, maka akan

semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan.

4. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran

Kegiatan pasar tradisional, warung,supermarket, took, pasar

swalayan, mall, menghasilkan jenis sampah yang beragam. Sampah dari

perdagangan banyak menghasilkan sampah yang mudah membusuk, seperti

sisa makanan,dedaunan,dan menghasilkan sampah yang tidak membusuk

seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Kegiatan perkantoran termasuk

fasilitas pendidikan menulis, toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer,

film, komputer rusak dan lain-lain.

5. Sampah dari Industri

Kegiatan di Industri menghasilkan jenis sampah yang

beragam,tergantung dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan

out produk yang dihasilkan, Penerapn produksi bersih (clean production) di

Industri perlu dilakukan untuk meminimisasi jumlah sampah yang

dihasilkan (Bambang, 2012 : 9 ).

Menurut data dari Departemen Pekerjaan Umum (1989) dalam Tri

Bangun (2006), menunjukkan bahwa persentase jumlah sampah rumah

Page 20: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

20

tangga sebanyak 48%, paliang tinggi dari sumber-sumber sampah lainnya,

dimana persentase sampah pasar 24%, sampah perkantoran 1%, industry

1%, fasilitas umum 5%, jalan 6%, drainase 0%, fasilitas komersial 9%, dan

sumber sampah lainnya 6%.

Cara-cara pengelolaan sampah yang memperhatikan keindahan

lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah merupakan tanggung jawab dari masing-

masing rumah tangga yang menghasilkan sampah. Oleh sebab setiap rumah

tangga harus membangun tempat kuhsus untuk mengumpulkan sampah.

b. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

Pemusnahan dan pengolahan sampah padat dapat dilakukan melalui

berbagai cara, antara lain dengan cara ditanam, dibakar dan dijadikan pupuk

(composting).

H. Klasifikasi sampah berdasarkan jenisnya

Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari

berbagai aspek mulai dari hulu sampai hilir. Aspek hulu meliputi pengelolaan

sampah pada tingkat penghasil sampah tahap pertama, diantaranya rumah

tangga, hotel, maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada aspek

hulu adalah pemilihan sampah berdasarkan jenisnya.

Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu

sampah organik dan sampah anorganik. Dinegara yang sudah menerapkan

Page 21: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

21

pengolahan sampah secara terpadu, tiap jenis sampah ditempatkan sesuai

dengan jenisnya. Untuk mempermudah pengangkutan sampah di TPA, sampah

dipilih berdasarkan klasifikasinya. Kegiatan pemilihan sampah harus dilakukan

pada tingkan penghasil sampah pertama, yaitu perumahan maupun perhotelan

(Cecep 2012 : 2 ).

Sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik

Sampah organik

Sampah organik bersifat biodegrable, yaitu sampah yang dapat

didegradasi ataupun diuraikan secara sempurna melalui proses biologis baik

secara aerob maupun secara anaerob. Beberapa contoh yang termasuk sampah

organik adalah bearsal dari pertanian dan perkebunan.

Sampah Anorganik

Sampah anorganik bersifat non biodegrable,yaitu sampah yang tidak

dapat didegradasi atau diuraikan secara sempurna melalui proses biologis baik

secara aaerob maupun secara anaerob. Sampah anorganik ada yang dapat diolah

dan digunakan kembali karena memiliki nilai ekonomi, seperti plastik, kertas

bekas, kain perca, Styrofoam. Namun demikian sampah anorganik ada juga

yang tidak dapat diolah sehingga tidak memiliki nilai secara ekonomi seperti

kertas karbon, pamers, pembalut, dan lain-lain (Bambang, 2012 : 12 ).

I. Masalah Sampah

Page 22: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

22

Masalah sampah di Indonesia adalah masalah yang rumit karena

kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat yang ditimbulkan sampah

serta kurangnya biaya pemerintah untuk mengusahakan pembuangan sampah

yang baik dan memenuhi syarat (Rohani, 2007).

Sampah adalah barang atau material sisa yang tidak diinginkan dari hasil

akhir dari suatu proses tertentu. Sampah ada karena adanya aktivitas manusia,

hamper setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia menghasilkan sampah.

Sampah dapat dalam bentuk padat ataupun dalam bentuk cair.

Secara umum sampah dapat dibagi menjadi dua,yaitu sampah organic

(sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah

sampah yang berasal dari mahluk hidup seperti daun-daunan, sampah dapur,

dan lain-lain. Sebaliknya sampah kering misalnya kaleng, kertas dan lain-lain

yang tidak dapat terurai secara alami.

Di kota-kota besar sampah merupakan masalah yang harus diatasi

karena jumlahnya semakin banyak dan sering menimbulkan masalah.

Perubahan terhadap Lingkungan tempat pembuangan sampah yang tidak

memenuhi persyaratan pada umumnya dapat menimbulkan dampak negative

berupa pencemaran lingkungan, meliputi lingkungan darat, udara, maupun

perairan. Bentuk pencemaran darat ditinjau dari segi kesahatan sebagai tempat

bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi

keindahan adalah menurunnya estetika kawasan. Pencemaran udara yang

ditimbulkan adalah menyebarnya bau tidak sedap, debu dan gas-gas beracun,

Page 23: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

23

sedangkan pencemaran perairan berupa terjadinya perubahan warna dan bau,

penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan

meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber

air

Misalnya saja masyarakat yang berada di dekat kali banyak yang

membuang sampah langsung ke kali dan akibatnya sampah menumpuk dan

aliran sungai menumpuk (Nugraha, 2009 : 23 ).

Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak

termasuk sampah berbahaya dan beracun. Dari pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa sampah adalah limbah yang padat yang terdiri dari bahan

organik dab anorganik yang dipandang oleh pemiliknya sudah tidak berguna

dan telah dibuang,sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak membah

yakan lingkungan (Mufidah, 2012).

KERANGKA PIKIR

Pemerintah Kota Makassar

Page 24: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

24

Gambar 2.2 Skema Kerangka piker

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Makassar Tidak Rantasa

Petunjuk Teknis Program (MTR)

Membersihkan sampah di pekarangan rumah

Mengumpulkan sampah

Membawa sampah ke TPS

Membungkus sampah pada kantongan

Menempatkan sampah pada tempat sampah

Memisahkan sampah basah dan sampah kering

Menanggapi pelayanan pemerintah

Kerja Bakti

Kesadaran Mengelola Sampah Di Kecamatan Tamalate

Pelaksanaan di

Masyarakat

Evaluasi

Page 25: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

25

Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Tamalate. Pemilihan lokasi

penelitian di Kecamatan tamalate berdasarkan pertimbangan yakni padatnya

jumlah penduduk yang akan berpotensi terkait meningkatanya volume

sampah yang dihasilkan cukup besar dan sejalan dengan program kebijakan

pemerintah kota Makassar mengenai program “Makassar tidak rantasa”

B. Jenis Penelitian

Penyusunan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Dimana jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian ini akan mendeskripsikan kesadaran mengelola sampah untuk

mendukung program “Makassar tidak Rantasa”di Kecamatan Tamalate.

Kemudian digunakan pula penelitian kualitatif yang dihasilkan dari data

deskriptif oleh orang-orang yang menjadi objek penelitian, baik tertulis

maupun lisan.

Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan kemudian dinilai secara

kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan secara logis dan sistematis, Jadi

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

a) Variabel penelitian

Page 26: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

26

Variabel merupakan elemen dasar teori, dan setiap elemen perlu

dirumuskan (disefinisikan) secara cermat. Teori disebut teori jika dan

hanya jika berbicara menjelaskan tentang “hubungan” antara dua atau

lebih variabel (Prasad, 2013).

Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2013). Adapun Variabel yang akan ditliti dalam penelitian ini

adalah

1. Tingkat kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap program Makassar

Tidak Rantasa

b) Definisi Opersional Variabel

Fungsi operasional variabel adalah menegaskan kepada pembaca

(penguji, pemesan) bahwa calon peneliti benar-benar tahu tentang apa

konsep yang akan diteliti dan bagaimana (melakukan) operasi

menelitinya Merumuskan defenisi operasional vaiabel ditentukan dan

dituntun oleh kerangka pikir, model dan teknik-teknik analisis data yang

akan digunakan. Dalam konteks ini, definisi artinya konsep (konstruk)

yaitu kalimat (paragraf) abstraksi tentang ralita empirik variable yang

akan diobservasi suatu konsepsi yang menyatakan tentang target objek

pengamantan (Prasad, 2013).

Page 27: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

27

Untuk memperjelas arah dan ruang lingkup penelitian , maka

perlu didefinisikan secara operasional variabel yang akan diteliti.

1. Kesadaran masyarakat dalam megelola sampah. Variabel ini

didefinisikan sebagai daya, kemampuan atau kemauan masyarakat

dalam mengelola sampah sesuai dengan kriteria tingkat dukungan

masyarakat dan arahan yang tertuang dalam program gerakan

Makassar tidak rantasa. Kesadaran masyarakat diukur dengan

membandingkan antara arahan program gerakan Makassar tidak

rantasa dengan kondisi nyata pengelolaan sampah yang dilakukan

di masyarakat.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap program Makassar

Tidak Rantasa. Yaitu sampai mana pengetahuan atau pemahaman

masyarkaat mengenai program Makassar Tidak Rantasa yang telah

dikeluarkan oleh pemerintah kota Makassar.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian dikemukakan dengan maksud agar proses

penelitian dapat berjalan lancar dan terarah. Setelah dirumuskan

beberapa variabel yang menjadi sasaran penelitian maka dibuatlah suatu

desain penelitian berupa langkah-langkah metode ilmiah dimaksudkan

agar mulai dari persiapan hingga pelaporan hasil-hasil penelitian dan

penarikan kesimpulan hasil penelitian dapat berlangsung efektif dan

efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

a. Tahap Persiapan

Page 28: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

28

Tahap ini dimulai dengan menentukan masalah kemudian disusun

kerangka konseptual yang berhubungan dengan masalah. Tahapan ini

dimaksudkan untuk memperoleh landasan berpikir guna untuk

pengembangan penelitian.

b. Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan

baik menggunakan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner.

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini, semua data yang diperoleh di lapangan diperiksa

kembali dan selanjutnya dianalisis

d. Tahap Penyusunan Hasil Penelitian dalam Bentuk Skripsi

Pada tahap ini data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis

sesuai dengan rencana analisis yang telah ditentukan sebelumnya,

sehingga menghasilkan kesimpulan penelitian yang disusun dalam

bentuk skripsi.

E. Populasi dan Sampel

Populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau

sekelompok objek/subyek (fenomena) yang menjadi sasaran penelitian.

Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat

berupa unsure-unsur alam fisik,manusia hewan,tumbuh-tumbuhan,

udara, tanah, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga

objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Prasad, 2013 ).

Page 29: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

29

Penelitian ini mengkaji tentang keasadaran pengelolaan sampah

di kecamatan Tamalate. Berdasarkan tujuan tersebut maka populasi dari

penelitian ini adalah masyarakat di kecamatan Tamalate. Sampel

dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili

keseluruhan gejala yang diamati. Ukuran dan keragaman sampel yang

diambil. Karakteristik yang dimiliki sampel dipandang sama dengan

karakteristik yang dimiliki populasi, artinya kesimpulan dari hasil

pengamatan yaitu pengolahan dan analisis data tentang sampel

digeneralisasikan sebagai sifat-sifat atau karakteristik populasi (Prasad,

2013).

Populasi adalah himpunan individu atau obek yang banyaknya

terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas

adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur

dengan jelas jumlah maupun batasnya (Pabundu, 2005 ).

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik

Stratified Proportional Random Sampling.

No. Kelurahan RW Sampel

1. Tanjung Merdeka 8 2

Page 30: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

30

2. Manuruki 8 2

3. Barombong 12 4

4. Maccini Sombala 9 3

5. Balang Baru 10 3

6. Jongaya 14 4

7. Bongaya 12 4

8. Mangasa 12 4

9. Pabaeng baeng 10 3

10. Parang tambung 16 5

Jumlah 111 34

yaitu menggunakan dua tahapan pengambilan sampel, Tahap yang

pertama yaitu dengan cara menstratakan kelurahan dan RW. Dari 10

kelurahan terdapat 111 RW yang ada, kemudian diambil secara acak 30%

dari populasi menghasilkan 34 RW, kemudian di proporsikan berdasarkan

jumlah RW tiap kelurahan. Setiap RW yang akan dijadikan sampel yaitu

ketua RW dan masyarakat setempat masing-masing 1 sampel, jadi jumlah

keseluruhan sampel yang ada yaitu 68 sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Page 31: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

31

Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi

yang menjadi objek penelitian, baik yang menyangkut gejala fisik

maupun non fisik. Dalam penelitian ini digunakan cara plotting pada

peta kerja (peta dasar) atau pada buku catatan observasi dengan

menentukan titik-titik posisi yang akan diteliti.

2. Teknik Wawancara

Metode/ teknik wawancara adalah proses memperoleh

keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan

responden baik wawancara lepas maupun menggunakan daftar

pertanyaan atau kuesioner. Materi atau tema wawancara yang

ditanyakan kepada orang yang dianggap tahu atau ahli (Prasad, 2013).

yaitu sikap masyarakat mengelola sampah dan mendukung program

”Makassar Tidak Rantasa” beserta tujuan penelitian

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan

data yang digunakan dalam metode penelitian sosial. Yang mencakup

data dokumentasi adalah surat-surat pribadi, buku-buku, buku kas,

klipping, pengambilan gambar (pemotretan), pemerintah maupun

swasta, dst sebagai sumber informasi dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah penyerdehanaan data dalam bentuk

yang mudah dibaca. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif, Jenis Penelitian

Page 32: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

32

deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

kesadaran mengelola sampah untuk mendukung program “Makassar

tidak Rantasa”di Kecamatan Tamalate. Kemudian digunakan pula

penelitian kualitatif yang dihasilkan dari data deskriptif oleh orang-orang

yang menjadi objek penelitian, baik tertulis maupun lisan.

Berdasarkan kriteria tingkat dukungan masyarakat untuk

mengukur kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah terdapat

beberapa aspek dan skor penilaian.

Berikut adalah kriteria tingkat dukungan masyarakat:

1. Membersihkan sampah di pekarangan rumah

2. Mengumpulkan sampah

3. Membawa sampah ke TPS

4. Membungkus sampah pada kantongan

5. Menempatkan sampah pada tempat sampah

6. Memisahkan sampah basah dan sampah kering

7. Menanggapi pelayanan pemerintah

8. Kerja Bakti

Keterangan: Setiap kriteria tingkat dukungan masing-masing akan

diberi skor = 1.

Adapun kriteria tingkat kesadaran masyarakat dibagi menjadi 3

kelas yaitu:

1. kurang sadar : 0 - 2

Page 33: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

33

2. Sadar : 3 - 5

3. Sangat sadar : 6 - 8

Perhitungan data menggunakan klasifikasi Equal interval yaitu Nilai

tertinggi – Nilai terendah + 1 dibagi jumlah kelas sehingga menghasilkan

interval 3

Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan kemudian dinilai secara

kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan secara logis dan sistematis.

Berikut adalah kriteria tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

Program “Makassar Tidak Rantasa”.

1. Masyarakat tahu atau tidak tentang progran MTR.

2. Dapat menjelaskan tentang tujuan program MTR.

3. Mengetahui apakah pemerintah setempat pernah mengadakan

program MTR.

4. Mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan untuk mendukung

program MTR.

5. Mengetahui cara mengatasi sampah yang tertuang dalam program

MTR.

6. Mengetahui kendala-kendala tentang pelaksanaan program MTR.

7. Mengetahui pentingnya program MTR dilaksanakan.

8. Mengetahui sarana dan prasaran yang disediakan pemerintah.

Keterangan: Setiap kriteria tingkat pengetahuan tentang MTR akan diberi skor = 1

Adapun kriteria tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kelas yaitu:

Page 34: KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM “MAKASSAR TIDAK RANTASA”

34

1. Kurang Tahu : 0 - 2

2. Cukup Tahu : 3 - 5

3. Sangat Tahu : 6 – 8

Perhitungan data menggunakan klasifikasi Equal interval yaitu Nilai

tertinggi – Nilai terendah + 1 dibagi jumlah kelas sehingga menghasilkan

interval 3

Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan kemudian dinilai

secara kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan secara logis dan

sistematis.