dinkes.sumutprov.go.iddinkes.sumutprov.go.id/common/upload/Profil Kes Prov...K A T A P E N G A N T A...

244
K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ini menggambarkan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2016 oleh pelaksana program kesehatan yaitu Dinas Kesehatan & RSUD Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT serta Departemen Kesehatan RI. Sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, RSUD Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi & UPT, dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)Provinsi Sumatera Utara. Data yang diperoleh lebih dahulu didiskusikan dan dibahas dengan pelaksana program terkait, baik melalui koordinasi maupun pertemuan khusus pemutakhiran data. Sesuai dengan tujuannya Profil Kesehatan ini diharapkan menjadi salah satu bahan/sumber data dan informasi dalam penyusunan kebijakan atau pengambilan keputusan serta perencanaan di dalam pembangunan kesehatan terutama untuk meningkatkan keterpaduan, efektifitas dan efisiensi, dengan demikian pembangunan kesehatan yang dilaksanakan lebih berdaya guna dan berhasil guna untuk mendorong pertumbuhan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 ini tentu masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan, agar Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun-tahun selanjutnya lebih sempurna lagi. Medan, Oktober 2017 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Drs. Agustama, Apt, M.Kes Pembina Utama Muda NIP. 195908111989021001

Transcript of dinkes.sumutprov.go.iddinkes.sumutprov.go.id/common/upload/Profil Kes Prov...K A T A P E N G A N T A...

  • K A T A P E N G A N T A R

    Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ini menggambarkan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2016 oleh pelaksana program kesehatan yaitu Dinas Kesehatan & RSUD Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT serta Departemen Kesehatan RI.

    Sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, RSUD Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi & UPT, dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)Provinsi Sumatera Utara. Data yang diperoleh lebih dahulu didiskusikan dan dibahas dengan pelaksana program terkait, baik melalui koordinasi maupun pertemuan khusus pemutakhiran data.

    Sesuai dengan tujuannya Profil Kesehatan ini diharapkan menjadi salah satu bahan/sumber data dan informasi dalam penyusunan kebijakan atau pengambilan keputusan serta perencanaan di dalam pembangunan kesehatan terutama untuk meningkatkan keterpaduan, efektifitas dan efisiensi, dengan demikian pembangunan kesehatan yang dilaksanakan lebih berdaya guna dan berhasil guna untuk mendorong pertumbuhan kesejahteraan masyarakat.

    Selanjutnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 ini tentu masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan, agar Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun-tahun selanjutnya lebih sempurna lagi.

    Medan, Oktober 2017 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,

    Drs. Agustama, Apt, M.Kes Pembina Utama Muda NIP. 195908111989021001

  • i

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI i

    DAFTAR TABEL iv

    DAFTAR GRAFIK v

    BAB I. PENDAHULUAN 1

    BAB II. GAMBARAN UMUM 2.1. LOKASI DAN KEADAAN GEOGRAFIS 3 2.2. KEPENDUDUKAN 6

    2.3. SOSIAL DAN BUDAYA 2.3.1. Pendidikan 8 2.3.2. Agama 9

    2.3.3. Ketenagakerjaan 9 2.4. KEADAAN LINGKUNGAN

    2.4.1. Rumah Sehat 10

    2.4.2. Persentase Rumah Tangga Memiliki Akses terhadap Air 11

    Minum

    2.4.3. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sarana 13

    Pembuangan Kotoran/Tinja/BAB

    2.4.4. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat 15

    2.5. KEADAAN PERILAKU SEHAT 17

    BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

    3.1. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN) 18

    3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) 18

    3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA) 19

    3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI) 19

    3.1.4. Umur Harapan Hidup (UHH) 21

    3.2. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) 23

    3.2.1. Penyakit Menular 28

    3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT 34

    3.3.1. Balita dengan KEP 34

    3.3.2. Anemia Gizi Besi (AGB) 34

    3.3.3. Kurang Vitamin A (KVA) 35

    3.3.4. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) 37

    BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1. Visi Pembangunan Kesehatan Daerah 38

    4.2. Misi Pembangunan Kesehatan Daerah 38

    4.3 Tujuan Jangka Pelayanan Dinkes Provsu 40

    4.4. Program Pembangunan Kesehatan Daerah 41

    4.4.1. Pelayanan Kesehatan Dasar 41

  • ii

    1. Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak 41

    2. Pelayanan Keluarga Berencana 46

    3. Pelayanan Imunisasi 48

    4.4.2. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 49

    1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 49

    2. RS Dengan Kemampuan Gawat Darurat 51

    3. RS yg menyelenggarakan 4 Yankes Spesialistik Dasar 51

    4. Ketersediaan Obat dan Vaksin 52

    5. Pelayanan Kesehatan JPK Bagi Masyarakat Miskin 52

    4.4.3 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 53

    1. Pengendalian Penyakit Polio 53

    2. Pengendalian TB Paru 53

    3. Pengendalian Penyakit ISPA 53

    4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS & PMS 55

    5. Pengendalian Penyakit DBD 57

    6. Pengendalian Penyakit Malaria 58

    7. Pengendalian Penyakit Kusta 58

    8. Pengendalian Penyakit Diare & Kecacingan 59

    9. Pengendalian Penyakit Filaria 60

    10.Pengendalian Penyakit Rabies 61

    11. Pengendalian Penyakit Flu Burung 61

    4.4.4. Perbaikan Gizi Masyarakat 62

    1. Pemberian Kapsul Vit A 62

    2. Cakupan ASI Eksklusif 62

    3. Pemberian Tablet Besi (Fe) 63

    BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

    5.1. SARANA KESEHATAN 65

    5.1.1. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas 65

    5.1.2. Rumah Sakit 66

    5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 67

    5.2. TENAGA KESEHATAN 69

    5.2.1. Persebaran SDM Kesehatan 69

    5.2.2. SDM Kesehatan di RS 71

    5.2.3. SDM Kesehatan di Puskesmas 71

    5.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN

    72 5.3.1. Pembiayaan Kesehatan Oleh Pemerintah 72

    5.3.2. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat 74

    5.4. MANAJEMEN KESEHATAN 74

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 76

    6.1. Kesimpulan 76

    6.2. Saran-saran 78

  • iii

    DAFTAR LAMPIRAN

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 : Ketinggian Kabupaten/Kota dari Permukaan Laut di Sumatera Utara

    Tabel 2.2 : Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

    Tabel 2.3 : Persentase rumah tangga berdasarkan jenis sumber air untuk keperluan

    rumah tangga menurut kabupaten/kota, Sumatera Utara 2016

    Tabel 2.4

    Tabel 2.5

    Tabel 3.1

    :

    :

    :

    Jumlah dan Jenis Sarana Air Minum di Provinsi Sumatera Utara Tahun

    2016

    Persentase Rumah Tangga meurut Tempat Pembuangan Tinja

    berdasarkan Kab/Kota Tahun 2016

    Prakiraan Angka Harapan Hidup (AHH) menurut Kab/Kota di Provinsi

    Sumatera Utara Tahun 2011 – 2016

    Tabel 4.1 : Pencapaian BOR, LOS, TOI di RSUD Provinsi Sumatera Utara Tahun

    2016

    Tabel 5.1 : Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling di

    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2016

    Tabel 5.2 : Jumlah Posyandu menurut Strata di Provinsi Sumatera Utara Tahun

    2012 – 2016

    Tabel 5.3 : Jumlah Tenaga Kesehatan dan Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000

    penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

  • iv

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1961 – 2016

    Grafik 2.2

    Grafik 2.3

    Grafik 2.4

    Grafik 2.5

    Grafik 2.6

    :

    :

    :

    :

    :

    Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    Persentase Angkatan Kerja 15 Tahun keatas berdasarkan Pendidikan

    Tertinggi Yang ditamatkan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 s/d 2013

    Penduduk dengan Akses Jenis Tempat Pembuagan Tinja (Jamban) di

    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan

    (TPM) Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2016

    Persentase Rumah Tangga ber PHBS di Provinsi Sumatera Utara Tahun

    2010-2016

    Grafik 3.1 : Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR) di Provinsi

    Sumatera Utara Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 1971-2010.

    Grafik 3.2 : Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup di Sumatera Utara

    Tahun 2009 – 2016

    Grafik 3.3 : Estimasi Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) di Provinsi Sumatera

    Utara Tahun 2013 – 2016

    Grafik 3.4 : Cakupan Penemuan Kasus ISPA pada Balita Tahun 2012 – 2016

    Grafik 3.5 : Angka Penemuan Kasus (CNR) TB Paru BTA (+) Menurut Kabupaten/Kota

    Tahun 2016

    Grafik 3.6 : Angka Success Rate TB Paru BTA (+) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

    Sumatera Utara Tahun 2016

    Grafik 3.7 : AFP Rate (Non Polio) Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

    Utara Tahun 2016.

    Grafik 3.8 : Jumlah Kasus HIV/AIDS di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 2016.

    Grafik 3.9 : Kasus Campak Berdasarkan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun

    2014-2016.

  • v

    Grafik 3.10 : Angka Kasus (IR) dan Angka Kematian (CFR) DBD di Provinsi Sumatera

    Utara Tahun 2010-2016

    Grafik 3.11 : Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita di Provinsi Sumatera Utara Tahun

    2011 – 2016.

    Grafik 3.12

    : Persentase Pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Provinsi Sumatera

    Utara Tahun 2016

    Grafik 4.1 : Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil di Provinsi Sumatera Utara

    Tahun 2010-2016

    Grafik 4.2 : Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di

    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016

    Grafik 4.3 : Persentase KN1 dan KN3 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

    Grafik 4.4 : Proporsi Jenis Alat Konstrasepsi yang Digunakan Peserta KB Aktif Provinsi

    Sumatera Utara Tahun 2016.

    Grafik 4.5 : Persentase Cakupan Program Imunisasi Rutin BCG, DPT1, HB1, DPT3-HB3

    dan Campak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2016.

    Grafik 4.6 : Jumlah Penduduk Miskin Terlindungi Pemeliharaan Kesehatannya di

    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2016

    Grafik 4.7 : Persentase Pemberian ASI Ekslusif di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-

    2016.

    Grafik 5.1 : Proporsi SDM Kesehatan pada Instansi Pelayanan Kesehatan di Provinsi

    Sumatera Utara Tahun 2016

    Grafik 5.2 : Proporsi Anggaran Kesehatan berdasarkan Sumbernya di Provinsi Sumatera

    Utara Tahun 2016

    Grafik 5.3 : Pembiayaan Kesehatan berdasarkan Sumber di Provinsi Sumatera Utara

    Tahun 2006-2016.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu referensi yang dapat

    digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian hasil pembangunan

    kesehatan, termasuk kinerja pencapaian pelayanan bidang kesehatan yang dilaksanakan

    Pemerintah Kabupaten dan Kota serta Provinsi.

    Profil Kesehatan Provinsi disusun berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan

    hasil pembangunan kesehatan yang diselenggarakan provinsi termasuk lintas sektor terkait,

    yang diterbitkan secara berkala setiap setahun sekali. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

    Utara Tahun 2016 berisikan data dan informasi kesehatan periode Januari s/d Desember

    2016 yang proses penyusunannya dilakukan dalam 2 (dua) tahapan, yakni tahap

    pengumupulan lampiran tabel-tabel (draft profil) dan tahap penyusunan narasi dan lampiran-

    lampiran (finalisasi).

    Proses penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016, senantiasa

    dilakukan penyempurnaan dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan (tamplate)

    sesuai masukan, saran dan kritik yang membangun dari Bidang-bidang dan UPT pada Dinas

    Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan para pembaca/pengguna

    data/informasi lainnya, hingga Profil Kesehatan yang akan diterbitkan diharapkan dapat

    bermanfaat untuk memantau dan mengevaluasi hasil pembangunan kesehatan di tingkat

    Provinsi maupun Kabupaten/Kota, serta bagi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

    bagi para penentu kebijakan (evidence based decision making).

    Selain itu, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara juga dapat digunakan sebagai

    sarana penyedia data dan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pembinaan dan

    pengawasan pelaksanaan program kesehatan di kabupaten/kota berdasarkan PP No 20 Tahun

    2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai

    amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; dimana kesehatan menjadi

    Urusan Wajib Pemerintah Daerah sesuai Bab IV, Bagian Ke-tiga, Pasal (11).

  • 2

    Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 disusun dalam 6 (enam)

    bab yakni :

    BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan

    diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara serta sistematika penyajiannya.

    BAB II : GAMBARAN UMUM. Berisi tentang gambaran umum Provinsi Sumatera Utara

    yang meliputi letak geografis, demografis, tingkat pendidikan, ekonomi dan informasi umum

    lainnya. Disamping itu pada bab ini juga dibahas faktor lingkungan dan perilaku penduduk

    yang terkait kesehatan.

    BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang pencapaian

    indikator angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan angka status gizi

    masyarakat.

    BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang upaya

    pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan yang meliputi pencapaian program

    pelayanan kesehatan dasar, pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya

    pencegahan dan pemberantasan penyakit dan upaya perbaikan gizi masyarakat.

    BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. Bab ini menguraikan tentang sumber

    daya pembangunan bidang kesehatan yang meliputi ketenagaan, sarana-prasarana dan

    fasilitas kesehatan serta pembiayaan kesehatan.

    BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan hal-hal penting yang

    perlu mendapatkan perhatian dan penelaahan lebih lanjut pencapaian pembangunan

    kesehatan serta saran-saran untuk perbaikan kedepan.

    LAMPIRAN : Terdiri dari rekapitulasi hasil pencapaian Pembangunan Kesehatan Kabupaten

    dan Kota yang dikelompokkan dalam 81 tabel dan secara keseluruhan diharapakn dapat

    menggambarkan Indikator Kabupaten Sehat dan Pencapaian Indicator Kinerja Standar

    Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di Provinsi Sumatera Utara.

  • 3

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    2.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

    Provinsi Sumatera Utara berada pada bagian barat wilayah Indonesia, terletak pada garis

    10 – 40 Lintang Utara, dan 980 – 1000 Bujur Timur. Berbatasan dengan daerah perairan dan laut,

    serta dua provinsi di Indonesia serta negara tetangga, yaitu sebelah Utara perbatasan dengan

    Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), sebelah Timur dengan Negara Malaysia melalui

    selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di

    sebelah Barat berbatasan dengan laut lepas bebas Samudera Hindia.

    Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2 yang terdiri dari daratan

    Pulau Sumatera dan Kepulauan Nias, Pulau-Pulau Batu, serta pulau-pulau kecil yang berada di

    bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas wilayah

    kabupaten/kota di Sumatera Utara diketahui terbesar adalah wilayah Kabupaten Langkat yaitu

    6.262,00 km2 atau sekitar 8,58% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Selanjutnya Kabupaten

    Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 km2 (8,40%), Kabupaten Tapanuli Selatan 6.030,47 km2a

    atau (8,26%). Sedangkan luas daerah paling kecil adalah wilayah Kota Tebing Tinggi yang

    hanya seluas 31,00 km2 atau sekitar 0,04% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Sedangkan,

    berdasarkan letak dan kondisi alam, wilayah Sumatera Utara dapat disatukan dalam 3 (tiga)

    kelompok wilayah yaitu wilayah Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.

    Administratif Pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016, terdiri dari 33

    Pemerintahan Kab/Kota yang terbagi menjadi 8 kota dan 25 Kabupaten dengan jumlah

    kecamatan sebanyak 440 kecamatan serta 6.112 desa/kelurahan. Provinsi Sumatera Utara

    beriklim tropis dengan kisaran suhu antara 150C – 330C, mempunyai 2 musim yakni kemarau

    Bulan Januari s/d Juli dan musim hujan pada Agustus s/d Desember, serta diantara kedua musim

    tersebut diselingi oleh musim pancaroba. Adapun letak ketinggian daerah dari permukaan laut

    untuk masing – masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

  • 4

    Tabel 2.1

    Ketinggian Kabupaten/Kota dari Permukaan Laut di Sumatera Utara

    NO NAMA KABUPATEN/KOTA KETINGGIAN DARI

    PERMUKAAN LAUT

    1 Gunung Sitoli 0 - 600 m

    2 Padang Sidempuan 260 - 1.100 m

    3 Binjai 0 - 28 m

    4 Medan 2,5 - 37,5 m

    5 Tebing Tinggi 26 - 34 m

    6 Pematang Siantar 400 - 500 m

    7 Tanjung Balai 0 - 3 m

    8 Sibolga 0 - 50 m

    9 Nias Barat 0 - 800 m

    10 Nias Utara 0 - 478 m

    11 Labuhan Batu Utara 0 - 700 m

    12 Labuhan Batu Selatan 0 - 500 m

    13 Padang Lawas 0 - 1.915 m

    14 Padang Lawas Utara 0 - 1.915 m

    15 Batubara 0 - 50 m

    16 Serdang Bedagai 0 - 500 m

    17 Samosir 904 - 2.157 m

    18 Pakpak Bharat 700 - 1.500 m

    19 Humbang Hasundutan 330 - 2.075 m

    20 Nias Selatan 0 - 800 m

    21 Langkat 0 - 1.200 m

    22 Deli Serdang 0 - 500 m

    23 Karo 120 - 1.420 m

    24 Dairi 400 - 1.600 m

    25 Simalungun 0 - 369 m

    26 Asahan 0 - 1.000 m

    27 Labuhan Batu 0 - 700 m

    28 Toba Samosir 900 - 2.200 m

    29 Tapanuli Utara 150 - 1.700 m

    30 Kabupaten Tapanuli Tengah 0 - 1.266 m

    31 Tapanuli Selatan 0 - 1.915 m

    32 Mandailing Natal 0 - 1.000 m

    33 Nias 0 - 800 m

    Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017

  • 5

    Tabel 2.2

    Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

    NO NAMA KAB/KOTA LUAS / AREA

    (Km2) RASIO

    (%)

    1 Nias 1.842,51 2,52

    2 Mandailing Natal 6.134,00 8,40

    3 Tapanuli Selatan 6.030,47 8,26

    4 Tapanuli Tengah 2.188,00 3,00

    5 Tapanuli Utara 3.791,64 5,20

    6 Toba Samosir 2.328,89 3,19

    7 Labuhan Batu 2.156,02 2,95

    8 Asahan 3.702,21 5,07

    9 Simalungun 4.369,00 5,99

    10 Dairi 1.927,80 2,64

    11 Karo 2.127,00 2,91

    12 Deli Serdang 2.241,68 3,07

    13 Langkat 6.262,00 8,58

    14 Nias Selatan 1.825,20 2,50

    15 Humbang Hasundutan 2.335,33 3,20

    16 Pakpak Bharat 1.218,30 1,67

    17 Samosir 2.069,05 2,84

    18 Serdang Bedagai 1.900,22 2,60

    19 Batu Bara 922,20 1,26

    20 Padang Lawas Utara 3.918,05 5,37

    21 Padang Lawas 3.892,74 5,33

    22 Labuhan Batu Selatan 3.596,00 4,93

    23 Labuhan Batu Utara 3.570,98 4,89

    24 Nias Utara 1.202,78 1,65

    25 Nias Barat 473,73 0,65

    71 Sibolga 41,31 0,06

    72 Tanjung Balai 107,83 0,15

    73 Pematang Siantar 55,66 0,08

    74 Tebing Tinggi 31,00 0,04

    75 Medan 265,00 0,36

    76 Binjai 59,19 0,08

    77 Padang Sidempuan 114,66 0,16

    78 Gunung Sitoli 280,78 0,38

    Sumatera Utara 72.981,23 100,00 Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017

    2.2. Kependudukan

  • 6

    Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar dalam jumlah penduduknya di

    Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan Data BPS

    Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 tercatat memiliki jumlah penduduk 14.102.911 jiwa terdiri

    dari 7.037326 jiwa laki-laki dan 7.065.585 jiwa perempuan, dengan sex ratio sebesar 99,60 dan

    rata-rata kepadatan penduduk 193 per km2 .

    Tingkat kepadatan penduduk yang umumnya tinggi terdapat di wilayah perkotaan.

    Adapun Kota dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Medan yakni sebesar 8.412,96

    jiwa per km2, disusul Tebing Tinggi dengan kepadatan penduduk 5.125,87 jiwa per km2 dan

    Kota Binjai dengan kepadatan penduduk sebesar 4.540,69 jiwa per km2. Sedangkan wilayah

    dengan kepadatan penduduk tergolong rendah adalah Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 38,09

    jiwa per km2, disusul dengan Kabupaten Tapanuli Selatan 45,92 jiwa per km2 dan Kabupaten

    Samosir 60,17 jiwa per km2. Perincian jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per

    kabupaten/kota selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 1 Profil Kesehatan ini.

    Rata-rata jumlah anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2016 adalah sebesar

    4,28 per KK yang berarti rata-rata setiap keluarga memiliki 4-5 anggota keluarga. Adapun

    Sebaran kabupaten/kota dengan rata-rata jumlah anggota keluarganya paling banyak adalah

    terjadi di Kabupaten Nias Barat yaitu 5,07 dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Karo yaitu

    3,71 orang. Adapun distribusi jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara per tahun berdasarkan

    data tahun 1961 s/d 2016 adalah seperti digambarkan pada grafik (2.1) di bawah ini.

    Grafik 2.1.

    Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1961 – 2016

  • 7

    Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk di Sumatera Utara mengalami

    perkembangan jumlah setiap tahunya antara 100 – 200 ribu jiwa per tahunnya. Sedangkan

    distribusi jumlah penduduk tahun 2016 (14.102.911 jiwa) dapat dilihat distribusinya menurut

    kelompok umur seperti digambarkan dengan komposisi pada grafik (2.2) berikut ini.

    Grafik 2.2.

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

    Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa

    penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 31,81%, yang berusia produktif (15-64 tahun)

    sebesar 64,06% dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 4,14%. Dengan demikian maka Angka

    Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Sumatera Utara tahun 2016 sebesar 56,11%.

    Angka ini mengalami penurunan 0,26% bila dibandingkan dengan DR tahun 2015 yakni sebesar

    56,37%.

    Permasalahan kesehatan umumnya sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi

    masyarakat. Sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998 jumlah penduduk miskin meningkat

    secara drastis hingga mencapai 30,77%. Walaupun demikian jumlah penduduk miskin kemudian

    dapat diturunkan secara signifikan tahun 1999. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah

    penduduk miskin tahun 2012 terus menurunan dari 1.490.900 jiwa atau 11,31% menjadi

    1.378.400 jiwa (10,41%) pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin

    sebesar 1.416.400 (10,39%), Serta pada September 2015 diketahui bahwa jumlah masyarakat

  • 8

    miskin tercatat sebesar 1.508.100 jiwa (10,79%). Sedang pada September 2016 menurun menjadi

    1.452.500 jiwa (10,27%).

    2.3. Sosial Budaya

    2.3.1. Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu faktor yang kerap ditelaah untuk mengukur tingkat

    pembangunan manusia pada suatu negara. Pendidikan juga diketahui berkontribusi terhadap

    perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan

    sumber daya manusia dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat

    mutlak dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk meningkatkan peran

    pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan, salah satunya

    dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat

    pendidikan yang merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam

    mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.

    Peningkatan kualitas dan partisipasi sekolah bagi penduduk tentunya harus diimbangi

    dengan penyediaan fasilitas dan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Di

    tingkat pendidikan dasar, jumlah Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidiyah (MI) pada tahun 2016

    terdapat sebanyak 9.528 unit dengan jumlah guru 109.204 orang, murid sebanyak 1.745.715 orang

    sehingga ratio murid SD terhadap sekolah sebesar 183 murid/sekolah.

    Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah Tsnawiyah (MTs) terdapat

    sebanyak 2.419 sekolah dengan jumlah guru 41.638 orang dan jumlah murid yang tercatat

    sebanyak 662.538 orang, dengan demikian ratio murid SLTP terhadap sekolah adalah sebesar 274

    per sekolah. Pada tahun yang sama (2016) jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

    (SLTA)/Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 1.016 sekolah dengan jumlah guru 21.520 orang dan

    jumlah murid 359.363, dengan demikain ratio murid terhadap sekolah adalah sebesar 354 murid

    per sekolah. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga diketahui terdapat 911 unit dengan

    jumlah guru 18.141 orang dan jumlah murid 285.026 orang (ratio murid terhadap sekolah : 313

    murid/sekolah). Sedangkan jumlah perguruan tinggi swasta pada tahun 2016 adalah sebanyak 264

    PTS, yang terdiri dari 33 universitas, 95 Sekolah Tinggi, 5 Institut, 115 Akademi dan 16 Politeknik

    (SUDA 2017) dengan jumlah dosen seluruhnya 5.492 orang (dosen tetap & tdk tetap) dengan

    jumlah mahasiswa sebanyak 271.782 orang. Ratio mahasiswa terhadap dosen masih relative tinggi

    yaitu sebesar 28 mahasiswa per dosen.

  • 9

    2.3.2. Agama

    Sesuai dengan falsafah negara pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap

    Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan untuk membina kehidupan

    masyarakat dan mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang mungkin menghambat kemajuan

    pembangunan bangsa. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara, sarana ibadah umat beragama juga

    mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dan pada tahun 2016, jumlah Mesjid di Sumatera Utara

    terdapat sebanyak 10.818 unit, Langgar/Musollah 6.235 unit, Gereja Protestan 12.401 unit,

    Gereja Katolik 2.138 unit, Kuil 82 unit, Wihara 353 unit dan Klenteng 83 unit. (SUDA 2017).

    2.3.3. Ketenagakerjaan

    Pada tahun 2016 di Sumatera Utara angkatan kerja berumur 15 tahun keatas sebagian

    besar adalah tamatan SMA (36,28%). Selanjutnya angkatan kerja yang berpendidikan setingkat

    SMP 21,23% dan SD kebawah 31,12%, sisanya sebesar 11,38% berpendidikan Diploma I,II,III

    & IV serta Universitas (SUDA 2017) seperti dapat dilihat pada grafik berikut ini..

    Grafik 2.3

    Persentase Angkatan Kerja 15 Tahun keatas berdasarkan pendidikan tertinggi

    yang ditamatkan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    Sumber : BPS Sumatera Utara; SUDA 2017

    Adapun jika dilihat dari status pekerjaan utama maka lebih sepertiga (36,27%) penduduk

    berusia 15 tahun ke atas bekerja menjadi buruh atau karyawan, 20,24% adalah pekerja keluarga,

  • 10

    buruh tidak tetap sebesar 16,60%, penduduk yang bekerja mandiri tanpa bantuan orang lain

    sebesar 15,80%. Hanya 3,75% penduduk Sumatera Utara yang dilaporkan menjadi pengusaha

    dengan mempekerjakan buruh tetap/karyawan.

    Jumlah penduduk keadaan sampai dengan Agustus 2016 yang merupakan angkatan kerja

    sebanyak 6.362.909 jiwa, terdiri dari 5.991.229 jiwa terkategori bekerja dan sebesar 371.680

    ribu jiwa terkategorikan pengangguran. Berdasarkan lapangan usaha, penduduk Sumatera Utara

    yang terbanyak adalah bekerja di sektor pertanian (perkebunan, perikanan dan peternakan) yaitu

    44,50%, kemudian diikuti di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,23%, jasa yanb

    meliputi perorangan, perusahaan dan pemerintahan sebesar 15,46%, Sedang di sektor industri

    hanya sekitar 7,26%, selebihnya bekerja disektor penggalian dan pertambangan, sektor

    kelistrikan, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan komunikasi serta sektor keuangan

    (SUDA, 2017).

    2.4 Keadaan Lingkungan

    Lingkungan merupakan salah satu variabel yang mendapatkan perhatian khusus dalam

    menilai kondisi kesehatan masyarakat, variabel lainnya adalah faktor perilaku, pelayanan

    kesehatan dan genetik. Keempat variable di atas dapat menentukan baik buruknya status derajat

    kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, berikut ini disajikan

    beberapa indikator seperti Persentase Rumah Sehat, persentase rumah tangga memiliki akses

    terhadap air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum yang digunakan,

    persentase rumah tangga yang memiliki sarana penampungan akhir kotoran/tinja/BAB.

    2.5.1. Rumah Sehat

    Rumah sehat adalah merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi persyaratan

    kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

    pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai

    rumah tidak terbuat dari tanah.

    Ukuran rumah yang relatif kecil dan dihuni berdesak-desakan dapat mempengaruhi

    tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak sebenarnya memerlukan lingkungan

    bebas, tempat bermain luas yang akan mampu mendukung daya kreativitasnya. Dengan kata lain,

    rumah bila terlampau padat maka dapat menjadi media yang cocok untuk terjadinya penularan

    penyakit seperti penyakit saluran nafas juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

  • 11

    Kepadatan hunian diperoleh dengan cara membagi jumlah anggota rumah tangga dengan

    luas lantai rumah dalam meter persegi (m2). Hasil perhitungan dikategorikan sesuai kriteria

    Permenkes tentang rumah sehat, yaitu memenuhi syarat bila memiliki ukuran ≥8 m2/kapita

    (tidak padat) dan tidak memenuhi syarat bila

  • 12

    Tabel 2.3

    Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum berdasarkan Kabupaten/Kota

    Tahun 2016

    No NAMA KAB/KOTA

    Air

    Kema

    san

    Ledeng

    Pompa

    Sumur Mata

    Air

    Lainnya

    (Sungai,

    hujan)

    1 Nias 3,51 0,56 0,24 61,94 29,72 4,03

    2 Mandailing Natal 10,34 1,45 5,98 44,31 30,28 7,63

    3 Tapanuli Selatan 3,89 4,44 3,67 28,22 53,99 5,79

    4 Tapanuli Tengah 9,84 15,02 0,77 22,40 46,82 5,15

    5 Tapanuli Utara 0,86 15,89 29,21 13,04 32,61 8,38

    6 Toba Samosir 9,31 10,02 27,23 17,16 32,97 3,30

    7 Labuhan Batu 31,41 3,84 11,99 27,65 0,39 24,72

    8 Asahan 35,84 6,43 39,30 13,92 1,85 2,65

    9 Simalungun 4,65 22,17 45,50 5,08 21,52 1,08

    10 Dairi 4,50 19,27 6,05 4,97 50,11 15,10

    11 Karo 6,02 32,74 20,03 2,99 38,08 0,13

    12 Deli Serdang 54,06 8,41 18,02 18,22 1,12 0,17

    13 Langkat 26,87 7,86 26,92 34,91 1,41 2,04

    14 Nias Selatan 2,05 3,12 0,49 21,94 56,91 15,48

    15 Humbang Hasundutan 0,29 8,29 37,55 17,25 32,81 3,81

    16 Pakpak Bharat 0,08 10,46 1,95 6,19 49,67 31,65

    17 Samosir 7,35 5,30 7,76 6,08 34,20 39,30

    18 Serdang Bedagai 26,60 1,22 56,73 14,99 0,00 0,46

    19 Batu Bara 36,36 4,16 48,85 10,62 0,00 0,00

    20 Padang Lawas Utara 21,69 0,00 4,44 49,90 18,08 5,89

    21 Padang Lawas 10,26 0,00 7,53 65,85 12,04 4,32

    22 Labuhan Batu Selatan 35,47 0,56 18,89 38,21 2,15 4,71

    23 Labuhan Batu Utara 22,95 1,11 33,24 29,66 3,33 9,72

    24 Nias Utara 7,32 2,64 1,67 50,93 24,19 13,26

    25 Nias Barat 1,73 0,00 1,06 46,23 17,83 33,15

    71 Sibolga 30,66 59,57 0,19 2,05 7,53 0,00

    72 Tanjung Balai 56,44 35,71 2,56 0,42 0,00 4,88

    73 Pematang Siantar 9,27 73,32 11,96 0,62 4,59 0,22

    74 Tebing Tinggi 45,31 14,03 38,27 2,39 0,00 0,00

    75 Medan 67,19 27,16 2,63 2,83 0,00 0,19

    76 Binjai 53,12 3,74 2,30 40,61 0,00 0,23

    77 Padang Sidempuan 26,48 25,23 0,68 36,78 10,82 0,00

    78 Gunung Sitoli 36,16 6,67 8,47 18,79 28,18 1,71

    Sumatera Utara 36,16 15,38 19,22 18,92 12,04 3,98 Sumber : BPS Sumatera Utara 2017 – Susenas 2016

    Dari hasil survey di atas bila dibandingkan dengan data hasil rekapitulasi profil kesehatan

    kabupaten/kota tahun 2016 di Provinsi Sumatera Utara maka juga dapat diketahui bahwa sumur

  • 13

    gali terlindung adalah merupakan jenis sumber air minum yang paling banyak dimiliki oleh

    penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 771.632 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan

    sebanyak 536.354 buah (69,50%). Sedangkan jenis sumber air minum yang paling sedikit

    digunakan yaitu terminal air sebanyak 8.741 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan ada

    sebanyak 4.428 buah (50,66%). Untuk lebih lengkapnya tentang data jenis sumber air minum

    rumah tangga di Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 sesuai rekap profil kesehatan Kab/Kota di

    Sumatera Utara adalah seperti tertera pada table di bawah ini.

    Tabel 2.4

    Jumlah dan Jenis Sarana Air Minum

    di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    NO

    JENIS SARANA

    JUMLAH

    SARANA

    JLH SARANA YG

    MEMENUHI

    SYARAT

    %

    1 Sumur Gali Terlindung 771.632 536.354 69,51

    2 Sumur Gali dgn Pompa 162.930 145.168 89,10

    3 Sumur Bor dengan Pompa 448.081 357.078 79,69

    4 Terminal Air 8.741 4.428 50,66

    5 Mata Air Terlindung 38.407 30.827 80,26

    6 Penampungan Air Hujan 74.468 56.504 75,87

    7 Perpipaan 693.156 597.615 86,21

    Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2016

    2.5.3. Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Kotoran/Tinja

    Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, diketahui bahwa

    rumah tangga di Sumatera Utara telah menggunakan tempat pembuangan tinja berupa tangki

    septik/SPAL sebesar 74,08%, lobang tanah/pantai/tanah lapang/kebun sebesar 12,88%,

    kolam/sawah/sungai/danau/laut sebesar 11,63% dan lainnya sebesar 1,41%, untuk lebih jelasnya

    berikut ini akan disajikan persentase RT menurut tempat pembuangan tinja menurut

    kabupaten/kota sebagai berikut;

  • 14

    Tabel 2.5

    Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Tinja

    berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2016

    No NAMA KAB/KOTA

    Tangki/

    septik/

    SPAL

    Kolam/

    Sawah/

    sungai/

    danau/

    laut

    Lobang

    tanah/ pantai/

    tanah lapang/

    kebun

    Lain

    nya

    Jumlah

    1 Nias 8,90 19,09 63,08 8,93 100

    2 Mandailing Natal 25,01 61,14 13,14 0,71 100

    3 Tapanuli Selatan 28,19 67,97 3,84 0,00 100

    4 Tapanuli Tengah 37,07 43,62 14,17 5,14 100

    5 Tapanuli Utara 66,78 8,53 23,96 0,74 100

    6 Toba Samosir 79,57 7,93 11,58 0,93 100

    7 Labuhan Batu 57,79 6,81 34,83 0,58 100

    8 Asahan 82,73 2,55 14,34 0,38 100

    9 Simalungun 74,47 10,00 14,76 0,76 100

    10 Dairi 81,15 1,86 16,19 0,00 100

    11 Karo 82,14 10,05 5,91 1,89 100

    12 Deli Serdang 93,30 3,10 2,24 1,36 100

    13 Langkat 80,13 3,05 15,89 0,93 100

    14 Nias Selatan 19,53 22,43 54,88 3,16 100

    15 Humbang Hasundutan 72,71 4,82 21,82 0,65 100

    16 Pakpak Bharat 73,52 2,92 23,56 0,00 100

    17 Samosir 78,14 0,89 19,63 1,34 100

    18 Serdang Bedagai 82,41 3,67 13,85 0,07 100

    19 Batu Bara 74,83 6,98 17,46 0,74 100

    20 Padang Lawas Utara 55,64 27,34 16,34 0,68 100

    21 Padang Lawas 29,61 42,66 26,74 1,00 100

    22 Labuhan Batu Selatan 69,42 8,64 20,81 1,13 100

    23 Labuhan Batu Utara 66,87 6,98 23,89 2,27 100

    24 Nias Utara 26,02 17,65 53,77 2,55 100

    25 Nias Barat 12,50 11,10 69,67 6,73 100

    71 Sibolga 42,87 45,38 0,51 11,25 100

    72 Tanjung Balai 84,19 9,80 5,16 0,85 100

    73 Pematang Siantar 86,74 12,05 1,07 0,14 100

    74 Tebing Tinggi 83,11 3,91 4,97 8,00 100

    75 Medan 94,92 3,13 0,64 1,31 100

    76 Binjai 94,14 1,13 3,00 1,73 100

    77 Padang Sidempuan 47,47 49,02 3,51 0,00 100

    78 Gunung Sitoli 30,38 30,07 31,85 7,70 100

    Sumatera Utara 74,08 11,63 12,88 1,41 100 Sumber : BPS Sumatera Utara 2017 – Susenas 2016

  • 15

    Sedangkan bila dilihat pada lampiran tabel no. 62 profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2016,

    jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak menurut jenis jamban yang

    digunakan dapat disajikan dalam grafik berikut ini.

    Grafik 2.4

    Penduduk dengan Jenis Tempat Pembuangan Tinja (Jamban)

    Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota 2016

    Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Sumatera Utara telah

    memiliki jamban leher angsa yaitu sebanyak 1.927.716 buah dan 1.655.710 buah (85,89%) telah

    memenuhi syarat kesehatan.

    2.5.4. Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

    Yang termasuk TTU adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Sedangkan

    TPM atau tempat pengelolaan makanan harus memenuhi syarat higiene - sanitasi yaitu penjamah

    makananan yang sehat, memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

    pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai yang sesuai dengan banyaknya

    pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Yang termasuk TPM dalam hal ini

    adalah jasa boga, rumah makan/restoran, depot air minum dan makanan jajanan.

    Pada tahun 2016 dari 15.912 unit TTU yang ada di Sumatera Utara, yang memenuhi

    syarat kesehatan terdapat sebanyak 11.481 (72,15%), sedangkan tahun 2015 dari 15.644 unit

    TTU yang memenuhi syarat kesehatan tercatat sebanyak 11.232 buah (71,79%). Dengan

  • 16

    demikian persentasi TTU yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2016 mengalami peningkatan

    sebesar 0,36% dibanding tahun 2015.

    Grafik 2.5

    Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan

    Makanan (TPM) Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 – 2016

    Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota 2016

    Begitu juga halnya dengan TPM. Pada tahun 2016 diketahui terdapat 29.326 unit dan

    meningkat sebanyak 1.999 unit dibandingkan tahun 2015. Di tahun 2016 TPM yang memenuhi

    syarat kesehatan adalah sebanyak 18.908 buah (64,47%). Dibandingkan dengan tahun 2015, dari

    27.327 unit TPM, yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebanyak 17.789 buah (65,10%).

    Dengan demikian terlihat adanya penurunan 0,6% TPM yang memenuhi syarat kesehatan

    dibanding tahun 2015. (lampiran tabel 65 ).

    Dengan melihat pencapaian persentase TTU dan TPM yang memenuhi syarat kesehatan

    dan institusi yang dibina kesehatan lingkungannya di Sumatera Utara, maka terlihat belum

    maksimal, oleh karena itu perlu upaya yang lebih maksimal dengan lebih mengkoordinasikan

    dengan lintas program dan sector terkait guna meningkatan cakupan yang berdampak pada

    peningkatan upaya kesehatan lingkungan.

  • 17

    2.5. Keadaan Perilaku Sehat

    Untuk mengambarkan keadaan perilaku sehat masyarakat yang berpengaruh terhadap

    derajat kesehatan, dapat kita lihat dari persentase masyarakat di Sumatera Utara yang telah

    mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dalam hal ini terdapat 10 indikator

    PHBS khususnya ditatanan rumah tangga (RT) yaitu 1)Persalinan di RT harus ditolong oleh

    tenaga kesehatan, 2) Menimbang Balita, 3) RT yang memiliki bayi harus memberikan ASI

    Eksklusif, 4) Cukup makan buah dan sayur setiap hari, 5) menggunakan air yang memenuhi

    syarat kesehatan, 6) menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, 7) memberantas

    jentik nyamuk di dalam rumah, 8) mencuci tangan dengan sabun, 9) beraktivitas fisik setiap hari

    minimal 30 menit, 10) tidak merokok di dalam ruangan. Penilaian RT ber-PHBS baik adalah

    rumah tangga yang melaksanakan 6 indikator dari 10 indikator PHBS RT yang mempunyai

    balita dan 5 indikator yang tidak punya balita. Adapun pencapaian jumlah rumah tangga ber-

    PHBS di Sumatera Utara kurun 2010-2016 dikemukakan seperti pada grafik di bawah ini.

    Grafik 2.6

    Persentase Rumah Tangga ber PHBS

    Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Kota, 2010-2016

    Dari grafik 2.6 diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pemantauan Provinsi jumlah rumah

    tangga yang ber-PHBS cenderung fluktuatif, bila dilihat dari pencapaian tahun 2015 mengalami

    penurunan 2,51% dari tahun 2014. Namun pada tahun 2016 kemudian mengalami peningkatan

    kembali sebesar 2,71%.

  • 18

    BAB III

    SITUASI DERAJAT KESEHATAN

    Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indikator yang

    mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan) sekaligus

    untuk mengukur kualitas hidup penduduk dengan indikator adalah Angka Harapan Hidup Waktu

    Lahir. Untuk angka mortalitas telah disepakati tiga indikator yaitu Angka Kematian Bayi (AKB)

    per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per–1.000 Kelahiran Hidup, dan

    Angka Kematian Ibu (AKI) per–100.000 Kelahiran Hidup. Untuk morbiditas disepakati 14

    (empat belas) indikator antara lain Rate Acute Flaccid Paralysis” (AFP Rate) per–100.000 Anak

    < 15 tahun, Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +, Persentase Balita dengan pneumonia

    yang ditangani, Persentase HIV/AIDS ditangani, Prevalensi HIV (Persentase Kasus terhadap

    Penduduk Beresiko), Persentase Infeksi Menular Seksual (IMS) diobati, Angka Kesakitan

    Demam Berdarah Dengue (DBD) per–100.000 Penduduk, persentase DBD ditangani, Angka

    Kesakitan Malaria per–1.000 Penduduk, persentase penderita malaria diobati, persentase

    penderita kusta selesai berobat, kasus penyakit filaria ditangani, jumlah kasus dan angka

    kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sementara itu untuk

    status gizi telah disepakati 5 (lima) indikator yaitu Persentase Kunjungan Neonatus, Persentase

    Kunjungan Bayi, Persentase BBLR ditangani, Persentase Balita dengan Gizi Buruk dan

    Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi.

    3.1. Mortalitas (Angka Kematian)

    Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu

    yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, baik penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian

    pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan survei dan penelitian. Berikut ini diruraikan

    angka kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian di Sumatera Utara dalam

    beberapa kurun waktu hingga akhir tahun 2016.

    3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)

    Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai

    usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

  • 19

    Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota tahun 2016 (lampiran tabel 4), dari

    281.449 bayi lahir hidup, jumlah bayi yang meninggal sebanyak 1.132 bayi sebelum usia 1

    tahun. Berdasarkan angka ini maka secara kasar dapat diperhitungkan perkiraan Angka Kematian

    Bayi (AKB) di Sumatera Utara tahun 2016 yakni 4 / 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Rendahnya

    angka ini dimungkinkan karena kasus-kasus kematian yang terlaporkan hanyalah kasus kematian

    yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di

    masyarakat belum seluruhnya terlaporkan. Untuk itulah untuk menentukan AKB secara akurat

    dibutuhkan pengumpulan datanya melalui kegiatan survey.

    Berikut ini dipaparkan Angka Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

    hasil Sensus Penduduk (SP). Berdasarkan SP Angka Kematian Bayi di Sumatera Utara terlihat

    mengalami penurunan yang cukup siknifikan berdasarkan data dua kali sensus terakhir yaitu SP

    tahun 2000 dan 2010. AKB di Sumatera Utara hasil SP 2000 adalah 44/1.000 KH kemudian

    turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi 26/1.000 KH pada hasil SP 2010. Bila dilihat trend

    AKB kurun waktu 2001-2010 maka diperhitungkan telah terjadi penurunan setiap tahunnya

    dengan rata-rata perkiraan 1,8 per 1.000 KH per tahun. Oleh karenanya bila tren penurunan AKB

    dapat dipertahankan, maka diperkirakan AKB Sumatera Utara tahun 2016 akan sebesar

    15,2/1.000 KH. Berikut ini digambarkan grafik Trend AKB per 1.000 KH di Sumatera Utara

    berdasarkan Sensus Penduduk periode 1971-2010.

    Grafik 3.1

    Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR)

    Di Provinsi Sumatera Utara (Hasil SP 1971 – 2010)

    Angka Kematian Bayi (AKB)

    121

    89

    61

    44

    26

    145

    109

    71

    47

    26

    -

    25

    50

    75

    100

    125

    150

    SP71 SP80 SP90 SP2000 SP2010

    Per

    1.00

    0 ke

    lahi

    ran

    hidu

    p

    Sumut Indonesia

    Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2013

  • 20

    Angka kematian bayi di Sumatera Utara berdasarkan hasil SP cenderung menurun secara

    signifikan. Berbagai faktor yang mendorong penurunan AKB tersebut diantaranya adalah

    meningkatnya pemerataan pelayanan kesehatan dan penanganan penyakit yang semakin baik

    serta meningkatnya pengetahuan, kesadaran hidup sehat masyarakat serta memperoleh akses

    kesehatan ibu dan anak. AKB merupakan indicator penting dalam menilai pembangunan

    kesehatan yang sekaligus memberikan gambaran adanya perbaikan program pelayanan

    kesehatan. Selain itu, juga didorong oleh perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan

    pendapatan masyarakat yang meningkat juga memiliki kontribusi dalam upaya perbaikan gizi

    berdampak positif pada daya tahan bayi terhadap serangan penyakit infeksi

    3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)

    Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5

    (lima) tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.

    Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

    diperoleh bahwa angka kematian balita (AKABA) di Sumatera Utara sebesar 54/1.000 kelahiran

    hidup. Sedangkan angka rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 43 per 1.000 kelahiran

    hidup. Menurut data profil kesehatan kab/kota tahun 2016, jumlah kematian balita sebanyak

    1.219 bila dikonversi ke Angka Kematian Balita maka menjadi 4/1.000 KH. Rendahnya angka

    ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus kematian yang terlapor adalah kasus kematian yang

    terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi diluar

    pelayanan atau di masyarakat belum seluruhnya dapat terlaporkan.

    3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI)

    AKI menggambarkan angka wanita yang meninggal per 100.000 kelahiran hidup dari

    suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak

    termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas

    (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan. AKI juga dapat digunakan

    sebagai media pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status

    kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan melahirkan.

    Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikan AKI sebagai indikator

    keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

    Ditinjatu berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota (tabel 6), jumlah kematian ibu

    pada tahun 2016 dilaporkan tercatat sebanyak 239 kematian. Namun bila dikonversi, maka

  • 21

    berdasarkan profil Kabupten/Kota maka AKI Sumatera Utara adalah sebesr 85/100.000 kelahiran

    hidup. Angka tersebut jauh berbeda dan diperkirakan belum menggambarkan AKI yang

    sebenarnya pada populasi, terutama bila dibandingkan dari hasil Sensus Penduduk 2010. AKI di

    Sumatera Utara sebesar 328/100.000 KH, namun, masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan

    angka nasional hasil SP 2010 yaitu sebesar 259/100.000 KH. Sedangkan berdasarkan hasil

    Survey AKI & AKB yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan

    FKM-USU tahun 2010 menyebutkan bahwa AKI di Sumatera Utara adalah sebesar 268 per

    100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan estimasi tersebut, maka angka kematian ibu ini belum

    mengalami penurunan berarti hingga tahun 2016. Berikut ini ditampilkan Angka Kematian Ibu di

    Sumatera Utara periode 2009-2016 berdasarkan hasil survey FKM USU.

    Grafik 3.2

    Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

    di Sumatera Utara Tahun 2009 – 2016

    268 268 268 268 268268268290

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    AK

    I p

    er

    100.0

    00 K

    H

    290 268 268 268 268 268 268 268

    2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

    Sumber: Survey FKM-USU 2010 (2011-2016 angka estimasi)

    Dan jumlah kematian ibu maternal per Kab/Kota di Sumatera Utara selengkapnya dapat dilihat

    pada lampiran di tabel 6.

    3.1.4. Umur Harapan Hidup (UHH)

    Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan juga untuk menilai derajat kesehatan, dan UHH

    secara tidak langsung juga memberikan gambaran adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat

    dan perbaikan pelayanan kesehatan melalui melalui upaya pembangunan kesehatan. Angka

    harapan hidup penduduk Sumatera Utara diperkirakan mengalami peningkatan dalam 4 (empat)

    tahun terakhir (2013 -2016), Hal ini seperti disajikan pada grafik berikut ini.

  • 22

    Grafik 3.3

    Estimasi Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)

    di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2016

    Sumber ; BPS-Sumatera Utara 2017

    Adapun data prakiraan Umur Harapan Hidup Rakyat Sumatera Utara diperinci

    berdasarkan Kabupaten/Kota dapat kita lihat pada tabel (3.1) dibawah ini.

    Tabel.3.1

    Perkiraan Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota

    Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2016

    No NAMA KAB/KOTA ANGKA HARAPAN HIDUP

    2013 2014 2015 2016

    1 Nias 68,77 68,87 68,97 69,07

    2 Mandailing Natal 61,08 61,18 61,58 61,77

    3 Tapanuli Selatan 63,04 63,14 63,74 64,03

    4 Tapanuli Tengah 66,47 66,49 66,59 66,62

    5 Tapanuli Utara 67,15 67,25 67,55 67,71

    6 Toba Samosir 68,94 69,04 69,14 69,25

    7 Labuhan Batu 69,24 69,26 69,36 69,40

    8 Asahan 67,17 67,27 67,37 67,47

    9 Simalungun 70,14 70,24 70,34 70,43

    10 Dairi 67,38 67,48 67,78 67,95

    11 Karo 70,38 70,42 70,62 70,69

    12 Deli Serdang 70,78 70,80 71,00 71,06

    13 Langkat 67,23 67,33 67,63 67,79

    14 Nias Selatan 67,06 67,16 67,66 67,83

    15 Humbang Hasundutan 67,70 67,80 68,10 68,26

    16 Pakpak Bharat 64,42 64,45 64,85 64,95

    17 Samosir 69,56 69,66 70,26 70,47

    18 Serdang Bedagai 67,17 67,27 67,47 67,63

    19 Batu Bara 65,40 65,50 65,80 65,95

  • 23

    20 Padang Lawas Utara 66,38 66,40 66,50 66,54

    21 Padang Lawas 65,97 66,01 66,31 66,40

    22 Labuhan Batu Selatan 68,03 68,06 68,09 68,11

    23 Labuhan Batu Utara 68,40 68,50 68,70 68,80

    24 Nias Utara 68,39 68,49 68,59 68,68

    25 Nias Barat 67,54 67,64 67,94 68,10

    71 Sibolga 67,30 67,40 67,70 67,87

    72 Tanjung Balai 61,30 61,40 61,90 62,09

    73 Pematang Siantar 71,59 71,69 72,29 72,46

    74 Tebing Tinggi 69,94 70,04 70,14 70,21

    75 Medan 72,13 72,18 72,28 72,34

    76 Binjai 71,34 71,39 71,59 71,67

    77 Padang Sidempuan 68,22 68,27 68,32 68,37

    78 Gunung Sitoli 70,13 70,19 70,29 70,36

    Sumatera Utara 67,94 68,04 68,29 68,33 Sumber : BPS Sumatera Utara 2017

    Dari tabel diatas diketahui bahwa perkiraan angka harapan hidup 3 (tiga) tertinggi secara

    berturut-turut pada tahun 2016 adalah, Kota Pematang Siantar ( 72,46 tahun), Medan (72,34

    tahun) dan Binjai (71,67 tahun). Sedangkan 3 (tiga) kabupaten/kota yang perkiraan angka

    harapan hidup terendah adalah; Mandailing Natal (61,77 tahun), Tanjung Balai (62,09 tahun) dan

    Tapanuli Selatan (64,03 tahun).

    3.2. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

    Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens

    dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada

    kurun waktu tertentu. Tingkat kesakitan suatu negara juga mencerminkan situasi derajat

    kesehatan masyarakat yang ada didalamnya. Bahkan tingkat angka kesakitan penyakit menular

    tertentu yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan dalam

    membandingkan kondisi kesehatan antar negara.

    Berikut ini akan disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit menular dan tidak

    menular yang dapat menggambarkan keadaan derajat kesehatan masyarakat di Sumatera Utara

    sepanjang tahun 2016.

    3.2.1 Penyakit-penyakit Menular

    1. Diare

    Pada tahun 2016, jumlah perkiraan kasus ada sebanyak 761.557 kasus (20% x 270/1.000 x

    Jlh Penduduk), yang ditemukan dan ditangani sebanyak 235.495 (30,92%), sehingga angka

  • 24

    kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk baru mencapai 17. Pencapaian IR ini jauh di bawah

    target program yaitu 270 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan

    menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus

    yang tidak terdata (under- reporting cases).

    Dari 33 kabupaten/kota yang ada, Penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3

    (tiga) Kabupaten yaitu Sibolga (99,28 %), Pakpak Barat (77,32%), dan Samosir (70,80%).

    Sedangkan Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kab.Nias Utara (3,09%), Kab.

    Karo (3,51%) dan Nias Barat (4,60% (variasi cakupan per kabupaten/kota dapat dilihat pada

    lampiran tabel 13).

    2. Pneumonia

    Pada tahun 2016 cakupan penemuan kasus Pneumonia pada balita relatif masih rendah dan

    mengalami penurunan dari tahun 2015 dimana perkiraan kasus sebesar 156.604 yang ditemukan,

    yang ditangani sebesar 22.703 (14,50%). Sedangkan pada tahun 2016, jumlah perkiraan kasus

    sebesar 280.620 kasus, yang ditemukan dan ditangani hanya sebesar 16.000 kasus (5,70%). Dari

    33 kabupaten/kota, terdapat 8 kabupaten/kota yang melaporkan 0 (nol) kasus yaitu Kabupaten

    Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan, Mandailing Natal, Labuhan Batu Selatan, Karo, Humbang

    Hasundutan dan Pakpak Bharat. Hal tersebut dimungkinkan masih terdapat keragu-raguan

    petugas kesehatan dalam diagnose penetapan Kasus Pneumonia sesuai pedoman Tata Laksana

    Kasus Pneumonia Kementerian Kesehatan RI. Adapun Kabupaten dengan jumlah penderita

    kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani terbanyak adalah di laporkan oleh Kota Tebing

    Tinggi sebesar 55,32%, Deli Serdang sebesar 16,15%, disusul dengan Padang Lawas Utara

    sebesar 12,02%. (Distribusi cakupan per kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 10).

    Cakupan penemuan dan penanganan kasus pnemonia pada balita pada kurun waktu 2012 – 2016

    dapat kita lihat pada grafik berikut ini.

  • 25

    Grafik 3.4

    Cakupan Penemuan & Penanganan Kasus ISPA pada Balita

    Tahun 2012 – 2016

    Rendahnya cakupan penemuan kasus disebabkan oleh belum diketahuinya dengan baik

    penetapan diagnose pnemunia oleh petugas kesehatan, disamping kelengkapan laporan dari

    kabupaten/kota yang masih rendah, serta pelaporan kasus yang masih hanya bersumber dari

    puskesmas, sementara itu kerjasama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan RSUD dan RS

    Swasta dan yang lainnya termasuk klinik, Balai Pengobataan, dll. belum terjalin dengan baik

    sehingga diduga masih banyak kasus pneumonia yang yang dirawat dan tidak terlaporkan.

    Disamping hal tersebut, juga masih rendahnya alokasi dana untuk pelaksanaan kegiatan

    pencegahan dan penanggulangan ISPA Baik bersumber APBD maupun APBN dan Bantuan

    lainnya yang tidak mengikat.

    3. TB Paru

    Pada tahun 2016, Cross Notification Rate/CNR (kasus baru) TB Paru BTA (+) di Sumatera

    Utara baru mencapai 105,02/100.000 penduduk. Pencapaian per Kab/Kota, 3 (tiga) tertinggi

    adalah Kota Medan sebesar 3.006/100.000, Kab.Deliserdang sebesar 2.184/100.000 dan

    Simalungun sebesar 962/100.000). Sedangkan 3 (tiga) Kab/Kota terendah adalah Kabupaten

    Nias Barat sebesar 50/100.000, Pakpak Bharat sebesar 67/100.000 dan Gunung Sitoli sebesar

    68/100.000 (lampiran tabel 7}. Untukmengetahui CNR TB Paru BTA (+) per Kabupaten/Kota di

    Sumatera Utara Tahun 2016 selanjutnya dapat dilihat pada grafik (3.5) berikut ini.

  • 26

    Grafik 3.5

    Angka Penemuan Kasus (CNR) TB PARU BTA (+)

    Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

    160

    240

    730

    323

    543

    151

    213

    509

    544

    962

    387

    214

    2184

    699

    142

    67

    484

    421

    163

    138

    50

    154

    180

    3006

    118

    375

    68

    105

    204

    388

    174

    304

    258

    115

    303

    0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

    Target Nas

    Nias

    Madina

    Tapsel

    Tapteng

    Taput

    Tobasa

    L.batu

    Asahan

    Smlgn

    Dairi

    Karo

    D.Srdg

    Lgkat

    Nisel

    Humbahas

    Pakpak

    Samosir

    Sergei

    B.bara

    Palas

    Paluta

    Labusel

    Labura

    Nisut

    Nisbar

    Sibolga

    T.Balai

    P.Siantar

    T.Tinggi

    Medan

    Binjai

    P.Sdpuan

    G.Sitoli

    Prov.SU

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016 Ket: Warna Hijau CNR ≥160/100.000 pddk dan Warna Merah CNR < 160/100.000 pddk Warna kuning batas target nasional

    Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016, angka keberhasilan pengobatan

    (Success Rate) rata-rata ditingkat provinsi mencapai 92,19%, dengan perincian persentase

    kesembuhan 85,52%, namun hal ini mengalami kenaikan sebesar 2,58% dibandingkan tahun

  • 27

    2015 (89,61%). Angka succes rate pada tahun 2016 ini telah mampu melampaui target nasional

    yaitu 85%. Dari 33 Kab/Kota, terdapat 2 Kab/Kota yang belum mampu mencapai angka success

    rate 85% antara lain Medan & Padang Sidempuan seperti digambarkan pada grafik (3.6) sebagai

    berikut.

    Grafik 3.6

    Angka Success Rate TB Paru BTA (+)

    Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    85

    100

    98,99

    94,35

    99,37

    95,48

    97,01

    97,63

    89,47

    98,01

    100

    95,88

    92,26

    98,57

    89,4

    95,38

    91,98

    88,52

    94,74

    92,86

    86,89

    98,69

    87,5

    83,62

    93,65

    69,11

    96,19

    88,04

    96,71

    91,78

    97,33

    92,84

    92

    92,75

    0 20 40 60 80 100 120

    Target Nas

    MADINA

    TAPTENG

    TOBASA

    ASAHAN

    DAIRI

    D.SERDNG

    NISEL

    P.BHARAT

    SERGEI

    PALAS

    LABUSEL

    NIAS UTARA

    SIBOLGA

    P. SIANTAR

    MEDAN

    P. SIDPN

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016

  • 28

    4. Acute Flaccid Paralyses (AFP)

    Pada tahun 2016, jumlah kasus AFP (Non Polio) yang ditemukan sebanyak 86 kasus dari

    4.422.372 jiwa anak berumur < 15 tahun. AFP rate (Non Polio) sebesar 1,94 per 100.000

    penduduk berumur < 15 tahun, mengalami penemuan dibandingkan tahun 2015 yaitu 2,20 per

    100.000 dan AFP Rate telah mencapai target nasional yaitu 2 per 100.000 anak berumur

  • 29

    masing mencapai rate minimal 2 per 100.000 sebagai strategi deteksi dan pembuktian tidak

    adanya penyebaran Virus Polio Liar (VPL) di Sumatera Utara pada tahun 2016.

    5. HIV/AIDS

    Berdasarkan data dari profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2016 terdapat penambahan

    kasus baru HIV tahun 2016 sebesar 1.352 kasus dan terjadi kematian AIDS sebanyak 392 kasus.

    Dengan peningkatan ini maka sampai dengan tahun 2016 jumlah kasus HIV secara keseluruhan

    menjadi 6.210 kasus dan AIDS sebanyak 5.625 kasus sejak HIV ditemukan pertama kali di

    Sumatera Utara tahun 1992 sebanyak 1 kasus. Perkembangan kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara

    berdasarkan data tahun 2003- 2016 dapat dilihat pada grafik berikut ini.

    Grafik 3.8

    JUMLAH KASUS HIV-AIDS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

    TAHUN 2003 - 2016

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016

    Berdasarkan grafik di atas diketahui adanya peningkatan penemuan kasus HIV/AIDS yang

    terjadi pada tahun 2016 sebanyak 1.352 kasus, dengan demikan maka setiap bulannya diperkirakan

    terdapat penambahan kasus sekitar 112-113 kasus. Penemuan penderita ini salah satunya

    disebabkan adanya layanan VCT (Voluntary Counselling and Testing) di berbagai tempat di

    Sumatera Utara. VCT merupakan pintu masuk bagi penemuan kasus disamping pelaksanaan

    pengobatan dan perawatan pasien serta penyampaian informasi ke masyarakat khususnya terhadap

    mereka yang termasuk dalam kelompok populasi berisiko tinggi terjangkit HIV/AIDS. Sampai

  • 30

    dengan tahun 2016 tercatat telah terdapat 45 layanan VCT yang tersebar di 18 Kab/Kota di

    Sumatera Utara.

    Berdasarkan data tahun 2016, tiga Kab/Kota dengan penderita baru HIV/AIDS secara berturut

    adalah Kota Medan yaitu 617 kasus atau sekitar 35,38%, Kabupaten Deli Serdang sebanyak 189

    kasus (10,84%) dan Kab. Karo sebanyak 178 kasus (10,20%) dari total penderita baru di Sumatera

    Utara. Sampai dengan akhir tahun 2016 tercatat telah ada 27 Kabupaten/Kota yanbg melaporkan

    ditemukannya kasus baru HIV/AIDS (Lampiran tabel 11)

    6. Kusta

    Pada akhir tahun 2016 prevalensi rate kusta di Provinsi Sumatera Utara masih melatif

    rendah yakni 1,36 per 100,000 penduduk dan Prevalensi Rate penderita Kusta mengalami

    penurunan dibandingkan tahun 2015 dimana prevalensi ratenya 1,47 per 100.000 penduduk.

    Adapun proporsi kasus baru kusta pada anak < 15 tahun dan kasus baru cacat tingkat 2

    merupakan indikator penting dalam rangka memantau kinerja program Penanggulangan Penyakit

    Kusta. Dengan indicator dan mengetahui capaian angka tersebut dapat diketahaui : pertama, kita

    mengetahui kemungkinan adanya sumber penularan di lingkungan tempat tinggal penderita yang

    harus ditemukan; kedua, dengan kasus baru cacat tingkat 2 kita mengetahui besaran aangka

    kasus yang terlambat terdeteksi dan ditangani petugas kesehatan yang kemungkinan juga akan

    menyebabkan cacat permanen dan menjadi sumber penularan bagi penduduk rentan.

    Berdasarkan data diketahui tahun 2016 tercatat sebanyak 181 penderita baru kusta dan 19

    kasus baru kusta adalah terjadi pada anak berumur < 15. Sedangkan 31 kasus merupakan

    penderita baru cacat tingkat 2. Dalam hal ini jumlah kasus kusta terbanyak tercatat di Kota

    Medan yaitu 18 kasus, diikuti dengan Langkat 17 kasus dan Labuhan Batu Utara sebanyak 13

    kasus. Distribusi per kabupaten/kota selanjutnya dapat dilihat pada lampiran tabel 14.

    7. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

    PD3I merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. PD3I yang dibahas di

    bawah ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus Neonatorum,

    Campak, Polio dan Hepatitis B. Adapun jumlah kasus-kasus yang dapat dicegah dengan

    imunisasi per kab/kota tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran tabel 19 dan 20.

    a) Difteri

    Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah dan insidensi kasusnya relatif rendah.

    Pengendalian kasus difteri ini dapat dipengaruhi dengan adanya program imunisasi. Dan

  • 31

    pada tahun 2016 di Sumatera Utara ditemukan 4 kasus difteri yaitu 2 kasus di Kota Padang

    Sidempuan dan masing-masing 1 kasus di Mandailing Natal dan Samosir.

    b) Pertusis (Batuk Rejan)

    Pada tahun 2016, tidak terdapat laporan adanya kasus pertusis, Namun pada tahun 2015 di

    Sumatera Utara di temukan adanya 7 kasus pertusis yang terdiri dari 3 orang penderita laki-

    laki dan 4 orang penderita perempuan.

    c) Tetanus Non Neonatorum

    Pada tahun 2015, hanya 1 (satu) kabupaten yang melaporkan ditemukan kasus tetanus non

    neonatorum yakni sebanyak 11 kasus, yaitu di Kabupaten Mandailing Natal. Sedangkan pada

    tahun 2014 yang lalu dan tahun 2016 kasus tetanus non neonatorum tersebut tidak ditemukan

    atau dilaporkan kabupaten/kota di Sumatera Utara.

    d) Tetanus Neonatorum (TN)

    Pada tahun 2016, tidak ada ditemukan kasus ini, menurun pada tahun 2015 Kota Gunung

    Sitoli melaporkan 1 kasus tetanus neonatorun. Diketahui bahwa dalama beberapa kurun

    waktu terakhir jumlah kasu TN terus mengalami penurunan bila dibandingkan dengan

    dengan gambaran : Tahun 2014 sebanyak 2 kasus, tahun 2012 sebanyak 3 kasus dan tahun

    2011 sebanyak 11 kasus, 2010 yaitu 5 kasus dan tahun 2009 yaitu 6 kasus. Pencegahan

    Tetanus Neonatorum antara lain dilakukan melalui pertolongan persalinan yang harus secara

    higienis serta ditunjang dengan kelengkapan status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibunya

    sewaktu ibu hamil.

    e) Campak

    Pada tahun 2016, jumlah kasus Campak merupakan kasus terbanyak dari kategori PD3I

    yaitu sebanyak 661 yang tersebar di 21 Kabupaten/Kota yang dapat dilihat pada grafik (3.9)

    berikut ini.

  • 32

    Grafik 3.9

    Kasus Campak Berdasarkan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016

    Dari grafik (3.9), dapat dilihat bahwa jumlah kasus Campak terbanyak terjadi di Kabupaten

    Toba Samosir yakni sebanyak 174 kasus. Dan berturut-turut adalah di Kabupaten Padang

    Lawas sebanyak 84 kasus dan Tapanuli Utara sebanyak 71 kasus, dst. Bila dibandingkan

    dengan jumlah kasus campak dengan tahun 2015 sebanyak 819 kasus, maka tahun 2016

    Campak telah mengalami penurunan yang signifikan sebanyak 158 kasus.

    f) Polio

    Hingga tahun 2016, penyakit polio yang merupakan penyakit kelumpuhan pada anak-anak

    tidak ditemukan di Provinsi Sumatera Utara kendati pada pada tahun 2015 yang lalu

    dilaporkan adanya 7 (tujuh) kasus Polio di Kabupaten Mandailing Natal, namun hasil

    pemeriksaan laboratorium adalah adalah merupakan kasus AFP Non Polio.

    g) Hepatitis B

    Pada tahun 2016, berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota, dilaporkan sebanyak 16

    kasus di 2 Kabupaten/Kota yakni 15 kasus di Kota Pematang Siantar dan 1 kasus di

    Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan data tahun 2015,

    dimana tidak ada dilaporkan atau nol kasus Hepatitis B di Provinsi Sumatera Utara.

  • 33

    8. Demam Berdarah Dengue (DBD)

    Pada tahun 2016, dilaporkan bahwa jumlah seluruh kasus DBD di Sumatera Utara sebanyak

    8.715 kasus dengan angka kesakitan atau Insidance Rate (IR) sebesar 63,3/100.000 penduduk,

    sedangkan angka kematian atau case fatality rate (CFR) sebesar 0,69%. Bila dibandingkan

    dengan tahun 2015, maka terdapat peningkatan angka kasus DBD yang signifkan sebesar

    21,9/100.000 penduduk. Namun terdapat penurunan angka kematian (CFR) DBD sebesar 0,1%.

    Berikut ini akan disajikan angka kasus dan angka kematian DBD dalam 7 (tujuh) tahun terakhir

    dari tahun 2010-2016.

    Grafik 3.10

    Angka Kasus (IR) & Angka Kematian (CFR) DBD di Prov. Sumatera Utara 2010-2016

    72

    45

    33

    35,5

    51,9

    41,4

    63,3

    1,25

    1,45

    1,21

    0,95

    0,85

    0,79

    0,69

    0 20 40 60 80

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    IR CFR

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016

    Jumlah kasus tertinggi DBD terjadi di Kota Medan yakni sebanyak 1.784 kasus dengan CFR

    0,62%. Berturut-turut antara lain Kabupaten Deliserdang sebanyak 1.144 kasus dengan CFR

    0,17% dan Simalungun sebanyak 1.071 kasus dengan CFR 0%. Dan secara historis dalam kurun

    waktu beberapa tahun wilayah Sumatera Utara seluruhya pernah melaporkan adanya DBD di

    wilayahnya, namun pada tahun 2016 terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang melaporkan tidak ada (nol

    kasus) kasus DBD, yaitu Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan dan Mandailing Natal.

    Bila dibandingkan dengan angka indikator keberhasilan program dalam menekan laju

    penyebaran DBD, yaitu Insidens Rate DBD adalah sebesar 51/100.000 penduduk maka angka

    persebaran kasus DBD Sumatera Utara masih diatas indikator tersebut.

    Disisi lain, Case Fatality Rate (CFR) tahun 2016 sebesar 0,69% telah relative rendah dan

    sudah mampu mencapai target nasional yaitu

  • 34

    DBD per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2016, selanjutnya dapat dilihat pada

    lampiran tabel 21.

    9) Filariasis

    Pada tahun 2016 jumlah kasus baru filariasis dilaporkan sebanyak 30 kasus baru dan jumlah

    ini mengalami penurunan dari tahun 2015 (44 kasus). Sehingga total jumlah kasus filariasis yang

    tercata sampai dengan tahun 2016 adalah sebanyak 148 kasus dan angka kesakitan penduduk

    akibat filariasis dikonfersikan sebear 1,08/100.000 penduduk. Kabupaten/kota se Provinsi

    Sumatera Utara dengan kasus Filariasis hingga tahun 2016 selanjutnya dapat dilihat pada

    lampiran pada tabel 23.

    3.3 Status Gizi Masyarakat

    Provinsi Sumatera Utara memiliki 4 (empat) permasalahan gizi utama, yaitu masalah gizi

    makro khususnya Balita dengan Kurang Energi Protein (KEP) yang ditandai dengan balita gizi

    kurang dan balita gizi buruk, masalah gizi mikro terutama Kurang Vitamin A (KVA), Anemia

    Gizi Besi (AGB) dan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dengan gambaran sebagai

    berikut.

    3.3.1. Balita dengan KEP (Balita Gizi Kurang & Buruk)

    Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016, dari 1.099.868

    balita yang timbang diketahui tercatat 15.245 balita (1,39%) yang berat badannya masih dibawah

    garis merah (BGM), sedangkan yang menderita gizi buruk ada diidentifikasi sebanyak 1.424

    balita (0,13%) dari total penderita gizi kurang. Maka bila dibandingkan dengan data gizi buruk

    tahun 2015 yakni sebanyak 1.279 kasus (0,10%) maka dalam hal ini terdapat peningkatan kasus

    Gizi Buruk sebesar 0,03 %.

    3.3.2 Anemia Gizi Besi (AGB)

    Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia adalah dengan

    cara pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Persentasi cakupan

    ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Sumatera Utara tahun 2016 adalah sebesar 73,31%,

    hal ini menurun dibandingkan tahun 2015 yakni sebesar 80,13% atau terdapat penurunan sebesar

    6,82%. Dengan persentasi cakupan tersebut, maka cakupan pemberian tablet besi dalam masa

  • 35

    kehamilan belum mampu mencapai target nasional yang ditetapkan sebesar 80%. Pencapaian

    pemberian tablet besi ibu hamil per kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 32.

    3.3.3 Kurang Vitamin A (KVA)

    Cakupan pemberian vitamin A pada balita di Provinsi Sumatera Utara dalam enam tahun

    terakhir atau sejak tahun 2011 cenderung mengalami peningkatan dan hingga tahun 2016

    presentasi KVA adalah sebesar 85,91% yang berarti telah di atas target nasional yang ditetapkan

    yakni sebesar 80%. Berikut digambarakan cakupan pemberian Vitamin A pada anak balita tahun

    2011-2016 seperti pada grarik (3.11).

    Grafik 3.11

    Cakupan Pemberian Vitamin A

    Pada Balita di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 – 2016

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016

    Berdasarkan pencapaian Cakupan KVA tahun 2016 kemudian dapat dilihat sebaran

    persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita per kabupaten/kota di Provinsi

    Sumatera Utara seperti pada grafik (3.12).

  • 36

    Grafik 3.12

    Persentase Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita

    Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

    80

    87

    91,5

    21,36

    106,75

    87,45

    111

    102,8

    94,93

    68,21

    77,88

    75,81

    94,82

    83,35

    93,57

    99,72

    94,59

    84,6

    55,82

    87,76

    33,21

    93,34

    95,14

    86,99

    0

    91,95

    92,53

    95,73

    99,96

    94,33

    94,2

    67,52

    71,24

    0

    0 20 40 60 80 100 120

    Target Nas

    NIAS

    MADINA

    TAPSEL

    TAPTENG

    TAPUT

    TOBASA

    LAB.BATU

    ASAHAN

    SIMLNGN

    DAIRI

    KARO

    D.SERDNG

    LANGKAT

    NISEL

    HUMBAHAS

    P. BHARAT

    SAMOSIR

    SERGEI

    BATUBARA

    PALAS

    PALUTA

    LABUSEL

    LABURA

    NISUT

    NISBAR

    SIBOLGA

    TJ. BALAI

    P.SIANTAR

    T.TINGGI

    MEDAN

    BINJAI

    P.SIDPN

    GUSIT

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016.

    Dari grafik diatas terlihat bahwa dari 33 kabupaten/kota yang menyediakan pelayanan pemberian

    kapsul vitamin A pada anak balita telah terdapat 23 kabupaten/kota yang mampu mencapai target

    ≥ 80% sementara itu masih terdapat 8 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang memperoleh

  • 37

    cakupan kurang dari 80% serta 2 Kab/Kota yaitu Binjai & NiasSelatan tidak menyampaikan

    laporan (Lihat lampiran tabel 44).

    3.3.4 Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

    Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 diketahui bahwa hampir 90% rumah tangga (RT) di

    Sumatera Utara telah mengkonsumsi garam yang mengandung cukup iodium. Konsumsi garam

    mengandung cukup iodium merupakan upaya prevalensi penderita GAKY yang antara lain dapat

    meningkatkan kerentanan terhadap penyakit gondok, sekaligus berpotensi menurunkan imunitas

    terhadap berbagai serangan penyakit infeksi pada orang-orang yang kekurangan zat yodium yang

    sering diperoleh dengan mengkonsumsi garam.

  • 38

    BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

    Pelaksanaan upaya kesehatan di berbagai wilayah pada dasarnya diarahkan untuk

    mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

    yang setinggi-tingginya melalui peningkatan keterjangkauan (accesibility), kemampuan

    (affordability) dan kualitas (quality) pelayanan kesehatan, sehingga mampu mengantisipasi

    terhadap terjadinya perubahan, perkembangan, masalah dan tantangan terhadap

    pembangunan kesehatan itu sendiri.

    4.1 Visi Pembangunan Kesehatan Daerah

    Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai kecenderungan

    pembangunan kesehatan ke depannya serta dalam rangka mencapai sasaran pembangunan

    kesehatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018, maka untuk itu telah ditetapkan Visi Dinas

    Kesehatan Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yaitu “Mewujudkan Provinsi Sumatera

    Utara Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing” dengan pengertian :

    1. Sehat adalah suatu kondisi dimana Penduduk Sumatera Utara mempunyai kesehatan baik

    fisik, mental dan spritual sehingga mampu untuk hidup secara produktif, sosial dan

    ekonomis 2. Mandiri mengandung keinginan terwujudnya suatu kondisi dimana masyarakat

    mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mempertahankan kualitas kesehatan

    dalam kehidupanya. 3. Berdaya saing (Competitivness), yaitu suatu kondisi dimana penduduk Provinsi Sumatera Utara memiliki kemampuan, serta keunggulan sehingga mampu melangsungkan

    kehidupan dalam persaingan masyarakat secara regional, nasional maupun global.

    4.2 Misi Pembangunan Kesehatan Daerah

    Dalam rangka Mewujudkan Provinsi Sumatera Utara sehat, mandiri dan

    berdaya saing” maka ditetapkan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebagai

    berikut :

  • 39

    1. Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau

    2. Meningkatkan pengendalian dan penanggulangan masalah kesehatan

    3. Meningkatkan mutu sumberdaya kesehata

    4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan

    4.3 Tujuan Jangka menengah pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

    1. Tujuan misi Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

    terjangkau adalah :

    a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar b. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang komprehensif bagi ibu, bayi, balita,

    anak sekolah dan remaja, usia produktif dan usia lanjut c. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan yang bermutu d. Mengembangkan mutu manajemen pelayanan kesehatan dan kebijakan pembangunan

    kesehatan e. Meningkatkan penelitian untuk intervensi program kesehatan masyarakat.

    2. Tujuan misi meningkatkan pengendalian dan penanggulangan masalah kesehatan adalah :

    a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk oleh karena penyakit menular,

    wabah dan bencana b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian oleh karena penyakit tidak menular pada

    kelompok berresiko c. Mewujudkan lingkungan yang sehat

    3. Tujuan misi Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan adalah :

    a. Meningkatkan kompetensi dan persebaran tenaga kesehatan b. Meningkatkan ketersediaan produk sediaan farmasi, perbekalan dan peralatan

    kesehatan sesuai standar c. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengobatan tradisional, alternatif dan

    komplementer dan kesehatan komunitas.

    4. Tujuan misi Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan

    adalah;

    a. Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu berperilaku hidup

    bersih dan sehat b. Meningkatkan kualitas gizi keluarga dan masyarakat

  • 40

    c. Meningkatkan jumlah penduduk yang terlindungi dengan sistem pembiayaan

    kesehatan managed care.

    4.4 Program Pembangunan Kesehatan Daerah

    4.4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar

    Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting

    dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan

    kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan

    masyarakat akan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh

    fasilitas pelayanan kesehatan di Sumatera Utara meliputi :

    1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

    Hal ini disadari bahwa peran seorang ibu adalah sangat besar dalam menjaga

    pertumbuhan bayi dan perkembangan anak sejak dalam kandungan. Ibu hamil yang

    mengalami gangguan kesehatan bisa berpengaruh terhadap kesehatan janin dalam

    kandungan hingga saat kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.

    a. Pelayanan Antenatal Care ( K4)

    Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional

    (dokter spesialis obgyn, dokter umum, bidan dan perawat, dsb.) seperti pengukuran berat

    badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT)

    serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman

    pelayanan antenatal yang ada dengan mentitik beratkan pada kegiatan preventif dan

    promotif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4 pada

    tabel (29) pada profil kesehatan ini.

    Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan

    pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

    Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah

    mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan stándar yang mensyaratan paling sedikit

    dilakukan empat kali kunjungan dengan distribusi : sekali pada triwulan pertama, sekali

    pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Hasil kunjungan Ibu

    hamil ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu

    hamil di Provinsi Sumatera Utara.

  • 41

    Cakupan K4 di Sumatera Utara dalam 7 (tujuh) tahun terakhir dapat

    dilihat pada grafik dibawah ini :

    Grafik 4.1

    Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil

    Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 – 2016

    83,31

    85,85 85,92

    88,7

    85,85

    84,6784,13

    80

    81

    82

    83

    84

    85

    86

    87

    88

    89

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

    K4

    Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Thn 2010- 2016

    Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara

    meningkat dari tahun 2010 dan kemudian menurun hingga tahun 2016 dengan distribusi

    seperti terlihat pada grafik di atas. Merujuk pada target SPM bidang kesehatan yaitu 95 %

    di tahun 2016, maka jika cakupan tersebut di breakdown dengan melihat tabel 29

    ternyata hanya satu kabupaten yang telah mencapai K4 sesuai SPM yaitu 95% yaitu

    Kabupaten Deli Serdang (96,84%),. Tiga Kabupaten/Kota dengan cakupan K4 yang

    rendah adalah Kabupaten Nias Selatan yaitu (23,99%), Kota Gunung Sitoli (60,18%) dan

    Kabupaten Pakpak Bharat (63,19%). Melihat persentasi pencapaian ini maka kedepannya

    sangat diperlukan upaya-upaya strategis yang lebih nyata dan komprehensif yang berdaya

    dan berhasil guna dalam rangka mengakselerasi pencapaian cakupan K1-K4 sesuasi

    standar kesehatan ibu dan anak yang ditetapkan.

  • 42

    b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan

    Berbeda dengan persentasi cakupan K4, ternyata cakupan persalinan yang ditolong

    tenaga kesehatan menunjukkan adanya kecendrungan yang meningkat, yaitu dari

    86,73% tahun 2010 menjadi 90,05% pada tahun 2016, bahkan pencapaian pada tahun

    2016 merupakan pencapaian tertinggi dalam hal pertolongan persalian oleh tenaga

    kesehatan dalam 7 tahun seperti digambarkan pada grafik (4.2) berikut ini.

    Grafik 4.2

    Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

    Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 - 2016

    86,73

    88,01

    88,78

    89,8

    87,28

    90,03 90,05

    85

    86

    87

    88

    89

    90

    91

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

    PertolonganPersalinanNakes

    Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Thn 2010- 2016

    Dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang mampu mencapai target SPM bidang

    kesehatan yaitu 95% pada tahun 2016 adalah Kabupaten Humbang Hasundutan

    (96,55%), Kota Pematang Siantar (96,24%) dan Kota Sibolga (96,05%). Sedang tiga

    Kabupaten yang masih realtif terendah adalah Kabupaten Padang Lawas (52,39%), Nias

    Selatan (62,91%), dan Kota Gunung Sitoli (65,45%). Pencapaian cakupan persalinan

    ditolong oleh tenaga kesehatan masing-masing Kabupaten/Kota tahun 2016 dapat dilihat

    lampiran profil tabel 29.

    c. Pelayanan kesehatan ibu nifas

    Pada tahun 2016 rata-rata cakupan pelayanan ibu nifas di Provinsi Sumatera Utara

    adalah 86,76%, angka ini menurun dibandingkan tahun 2015 (87,36%).

  • 43

    Sementara itu tahun 2014 (84,62%) tahun 2013 (86,7%), tahun 2012 (87,39%) dan

    tahun 2011 sebesar 87,10%. Berdasarkan distribusi pencapaian cakupan pelayanan ibu

    nifas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 masih terlihat

    sangat bervariasi dan diantaranya terdapat kesenjangan yg cukup tinggi. Tiga

    Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah di Kota Sibolga (96,05%), Pematang

    Siantar (93,43%), Kabupaten Langkat (92,02%) dan tiga Kabupaten/Kota dengan

    cakupan yang terendah yaitu Kabupaten Padang Lawas (43,22%), Nias Selatan

    (45,17%) dan Kota Gunung Sitoli (65,43%) seperti dikemukakan pada lampiran 29

    profil kesehatan ini.

    d. Rujukan Kasus Resiko Tinggi (risti) dan Penanganan Komplikasi

    Ibu hamil risti yang ditangani tahun 2016 diketahui sebesar 43,32% atau secara absolut

    sebanyak 29.419 dari 67.905 kasus. Hal ini mengalami peningkatan secara tipis

    dibanding tahun 2015 atau 42,55% yaitu 28.688 kasus dari 67.369 perkiraan kasus.

    Sedangkan pada 2014 sebayak 26,512 kasus dari 64.394 (41,17%) dan tahun 2013 yaitu

    26.625 kasus dari 61.902 (43,01%). Walaupun mengalami peningkatan, namun

    pencapaian angka penanganan rujukan kasus resiko tinggi dan penanganan komplikasi

    presentasinya masih jauh dibawah target SPM 2016 bidang kesehatan yaitu 80%.

    Neonatal risti/komplikasi adalah meliputi kejadian asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis,

    trauma lahir, BBLR (berat badan lahir

  • 44

    e. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN3)

    Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko

    gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan dilakukan untuk mengurangi resiko

    tersebut, antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

    dan pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, satu kali pada usia 0-7

    hari (KN1) dan dua kali lagi pada usia 8 hingga 28 hari (KN3). Cakupan Persentasi KN1

    & KN3 di Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2016 seperti digambarkan pada grafik

    (4.3) berikut ini.

    Grafik 4.3 Persentase KN 1 dan KN