Kerusakan Lingkungan dalam Industri Ekstraktif di Indonesia.docx
-
Upload
husna-fadhilla -
Category
Documents
-
view
89 -
download
6
description
Transcript of Kerusakan Lingkungan dalam Industri Ekstraktif di Indonesia.docx
KERUSAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRY EKSTRAKTIF DI
INDONESIAMakalah ini dibuat untuk memenuhi tugas UTS pada mata kuliah TMK
Oleh:
ERISMA WATI
27011012001 8
GEOLOGI D
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TA 2013-2014
BAB I
PENELAAHAN REFERENSI
Industri berasal dari kata industria yang diartikan sebagai kegiatan ekonomi bagian dari
proses produksi, yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Dari sudut pandang geografi industri merupakan perpaduan-perpaduan subsistem fisis
dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
industri, yaitu meliputi komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber-
sumber energi dan iklim dengan segala proses ilmiahnya. Sedangkan subsistem manusianya meliputi
komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan tekhnologi, tradisi, keadaan politik, keadaan
pemerintahan, transportasi dan komunikadi, konsumen, pasar dan sebagainya, sehingga menjadi
barang yang bernilai bagi masyarakat.
Klasifikasi Industri Secara Bahan Baku
1. Industri Ekstraktif
Industri Ekstraktif adalah industri yang mengambil bahan baku langsung dari alam. Seperti
pertambangan, pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan sejenisnya. Industri ekstraktif
harus didirikan dekat dengan bahan baku. Misalnya industri semen ditempatkan di wilayah yang
terdapat batuan gamping sebagai usaha untuk menghindari besarnya biaya angkut bahan mentah
menuju tempat pengolahan (produksi).
Industri ekstraktif telah lama dimulai di Indonesia. Industri minyak bumi telah mulai ada
sejak Sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda, di Indonesia sudah dilakukan eksplorasi dan
produksi minyak bumi. Pengusahaan minyak bumi di Indonesia memang tergolong yang tertua di
dunia. Pengeboran minyak pertama di Indonesia, yang dilakukan oleh J Reerink, 1871, hanya
berselang dua belas tahun setelah pengeboran minyak pertama di dunia oleh Kolonel Edwin L Drake
dan William Smith de Titusville, di negara bagian Pensilvania, Amerika Serikat.
Meskipun demikian, berbeda halnya dengan sektor perkebunan dan pertanian yang sudah
ratusan tahun diperah, sektor pertambangan baru dikembangkan oleh Belanda pada abad ke 19.‐
Dua abad lebih setelah VOC didirikan, sektor pertambangan belum menjadi andalan pendapatan
pemerintah kolonial. Hal ini bisa dilihat dari adanya Indische Mijnwet, produk undang undang‐
pertambangan pertama, yang baru dibuat oleh Belanda pada tahun 1899.
Pada tahun 1912, perusahaan minyak Amerika mulai masuk ke Indonesia. Pertama kali
dibentuk perusahaan N.V. Standard Vacuum Petroleum Maatschappij atau disingkat SVPM.
Perusahaan ini mempunyai cabang di Sumatera Selatan dengan nama N.V.N.K.P.M (Nederlandsche
Koloniale Petroleum Maatschappij) yang sesudah perang kemerdekaan berubah menjadi P.T.
Stanvac Indonesia. Hanya berselang sepuluh tahun, perusahaan itu mampu berproduksi hingga 10 –
20 ribu barel per hari dari sumur Talang Akar.
Eksplorasi minyak besar besaran dilakukan pada tahun 1967 oleh PN Pertamin dan PN‐
Permina, bersama dengan para kontraktor asing yang mendapatkan contract production sharing
darikedua perusahaan ini. Keduanya kemudian bergabung menjadi PN Pertamina, pada tahun 1968.
Produksi puncak minyak Indonesia pertama kali terjadi pada tahun 1977 dengan produksi sebanyak
1,65 juta barrel per hari. Sesudah itu minyak bumi mengalami fluktuasi penurunan, walaupun masih
berada pada kisaran 1,25 1,35 juta barrel per hari. Produksi puncak keduaterjadi pada periode1994‐ ‐
1996, dengan produksi 1,6 juta barrel per hari. Setelah itu, produksiminyak terus turun. Setelah UU
Migas ditetapkan tahun 2004, produksi minyak terjerembabdibawah 1 juta barrel perhari
Pendapatan dari Industri Ekstraktif di Indonesia
Sektor industri ekstraktif merupakan salah satu sektor yang memberikan pemasukan bagi
negara. Untuk sektor migas, pendapatan tersebut didapat dari bagian minyak pemerintah, pajak,
dan pembayaran pembayaran lainnya. Untuk pertambangan umum, sumber pendapatan‐
negaraberasal dari royalti, pajak dan pembayaran pembayaran atas biaya biaya lainnya.‐ ‐
Dampak Lingkungan Industri Ekstraktif
Industri pertambangan dianggap sebagai industri yang paling sering membuat kerusakan
lingkungan. Contohnya, perusahaan tambang dibangun di sebuah pulau kecil. Selain mengganggu
daerah resapaan air, proses penambangan perusahaan itu menyumbang limbah (tailing) B3 (bahan
beracun dan berbahaya) bagi lingkungan sekitarnya. Kegiatan penambangan emas dapat memicu
terjadinya krisis air. Hal ini dikarenakan adanya proses ekstraksi dalam penambangan emas. Agar
mendapatkan satu gram emas dibutuhkan 100 liter air untuk proses ekstraksi.
Kegiatan pertambangan membawa dampak bagi lingkungan hidup. Salah satu dampak yang
ditimbulkan oleh industri ekstraktif, khususnya pertambangan mineral adalah limbah tailing.Tailing
adalah bahan bahan yang dibuang setelah proses pemisahan material berharga darimaterial yang‐
tidak berharga dari suatu bijih. Tailing adalah limbah hasil pengolahan limbah yang dianggap tidak
berpotensi untuk dimanfaatkan. Limbah tailing diketahui mengandung berbagai material beracun
yang berasal dari reaksi oksidasi batuan dan bahan kimia yang digunakan dalam proses pemisahan
bijih.
Kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara paling parah diakibatkan oleh teknik
penambangan open pit mining yaitu dengan menghilangkan vegetasi penutup tanah, mengupas
lapisan atas tanah yang relatif subur. Teknik ini dipakai biasanya ketika cadangan batubara relatif
dekat dengan permukaan tanah dan biasa diterapkan oleh perusahaan yang relatif bermodal kecil
sehingga hanya mampu menggunakan teknologi rendah yang bersifat tidak ramah lingkungan.
Teknik ini sangat memungkinkan merusak alam antara lain perubahan sifat tanah, munculnya lapisan
bahan induk berproduktivistas rendah, lahan menjadi masam dan garam yang meracuni tanaman,
dan terjadinya erosi dan sedimentasi. (sumber: JATAM/Jaringan Advokasi Tambang Indonesia).
Aktivitas industri tidak dapat disangkal lagi bahwa dapat merusak lingkungan itu sendiri
melalui pencemaran dari polusi yang dihasilkannya.Aktivitas industry yang dapat merusak
lingkungan dapat kita lihat dalamIndustri Logam. Industri logam adalah industry yang ekstraktif.
Industriekstraktif itu sendiri adalah industri yang mengambil bahan bahannya langsungdari alam.
Industri logam mengambil bahannya langsung dari alam yang dimanadapat merusak lingkungan itu
sendiri. Lingkungan dapat rusak karenapengambilan bahan itu bisa dilakukan melalui
penggalian,pengeboran,dll. Prosesitu sendiri lah yang dapat merusak lingkungan karena merusak
keadaanlingkungan yang lama. Hasil sisa dari industri itu sendiri juga dapat mencemarkan
lingkungan.
Dampak buruk dari Industri logam antara lain banjiryang disebabkan karena rusaknya
lingkungan untuk menampung air. Kepunahanyang disebabkan hilangnya tempat tinggal mahkluk
hidup karena rusaknyalingkungan meraka, polusi tanah melalui hasil limbahnya, polusi udara juga
hasilsisa pembakaran proses industri, polusi air hasil dari sisa proses industri jugayang dibuang ke
sungai, dan juga polusi suara yang dihasilkan melalui hasilmesin mesin industri itu sendiri.
Beberapa contoh Bencana Ekologis terkait Operasi Industri Ekstraktif
Pertambangan Emas dan Tembaga
PT Freeport Indonesia telah menimbun sekitar 110 km2 wilayah estuari tercemar, 20 – 40
kmbentang sungai Ajkwa beracun serta 133 km2 lahan subur terkubur. Bila periode banjir tiba,
kawasan subur menjadi tercemar. Perubahan arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir yang
mengakibatkan kehancuran hujan tropis seluas 21 km2.
Pertambangan Batubara
Berikut sejumlah contoh dampak lingkungan dari penambangan batubara:
• Hanya butuh beberapa tahun setelah awal penambangan batubara oleh PT Kaltim PrimaCoal, air
Sungai Sengata menjadi tidak bisa diminum karena limbah batubara.
• Operasi PT Adaro Indonesia sejak 1991 menyebabkan Warga Tamiang dan Pulau Ku’uselalu
terkena banjir. Puluhan hektar sawah di Kabupaten Tapin sering terendam air.
Sedangkan bencana longsor rutin tiap tahun. Debu batubara merusak tanaman pertanian
dan perkebunan warga desa Bajut Warukin, Kecamatan Tanta. Debu, selain mengganggu pernafasan
warga, juga mencemari (Jatam, 2010).
Pertambangan Minyak dan Gas
Kasus tumpahan minyak yang berulang di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
(TNLKS) telah terjadi sejak Desember 2003, kemudian Maret 2004, lalu Oktober 2004 dan terus
terjadi hingga Februari 2006. Penyelidikan oleh pegawai negeri sipil lingkungan hidup (PPNSLH)
membuktikan bahwa minyak terpapar sangat identik dengan minyak mentah yang berasal dari
sumur CNOOC (China National Offshore Oil Corp.)
Contoh aktivitas industri yang dapat merusak lingkungan lainnya dapat kita lihat pada
Industri pengelolahan kayu. Industri pengelolahan kayumerupakan industri yang mengolah kayu
untuk dikirimkan atau dibentuk.Proses pengambilan kayu yang eksploitatif oleh industri
kayu menyebabkanIndonesia kehilangan sebagian besar hutan hutannya. Aktivitas
eksploitatif industri kayu di Indonesia didukung oleh berbagai faktor antara lain adalahmeningkatnya
kebutuhan kayu di pasar internasional, banyaknya industry kayudi dalam negeri,komsumsi
masyarakat lokal terhadap kayu, dan lemahnya.
BAB II
PENDAPAT
Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas sekali bahwa sebenarnya Industri Ekstraktif
tersebut memiliki nilai ekonomis serta income yang sangat besar sekali bagi pemasukan
negara, sehingga memiliki efek atau berimbas besar terhadap kemajuan ekonomi negara
kita terutama di dalam bidang industri. Dengan potensi alam yang memadai tidak menutup
kemungkinan Indonesia bisa berkembang menjadi negara maju seperti yang diidam-
idamkan oleh semua masyarakat.
Tetapi, dibalik keuntungan dan manfaat dari Industri Ekstraktif yang sangat besar itu,
banyak sekali tersimpan efek-efek negatif yang dapat membuat keseimbangan ekosistem di
alam menjadi rusak, tercemarnya lingkungan serta merusak keasrian lingkungan. Selain itu
vegetasi-vegetasi alam yang hijau juga terpaksa dikikis demi terlaksananya kegiatan Industri
Ekstraktif tersebut.
Pada dasarnya kegiatan industri ekstraktif seperti eksplorasi minyak dan batu bara
memang terpaksa merusak lahan-lahan yang ada. Mau tidak mau vegetasi-vegetasi hijau
yang ada di lahan tersebut harus di angkat terlebih dahulu demi kelancaran dan kemudahan
dalam pelaksanaan kegiatan Industri ekstraktif di bidang Eksplorasi. Hal itu disebabkan
karena letak sumber daya alam tersebut berada jauh di bawah permukaan tanah, maka
lahan tersebut harus dibuka.
Namun, pada akhir-akhir ini penerapan ilmu Geowisata seringkali di aplikasikan
pada lahan-lahan bekas kegiatan eksplorasi. Banyak sekali lahan-lahan bekas eksplorasi yang
dijadikan sebagai danau buatan, taman bermain, serta wahana-wahana lainnya. Pola pikir
yang kreatif seperti ini juga memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi kemajuan dunia
pariwisata di wilayah Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan visa negara juga, karena
kunjungan para tourist dari mancanegara akan meningkat.
Selain itu, perbaikan alam yang sering dilakukan juga dan sudah sangat lazim adalah
penanaman kembali pohon-pohon di area bekas eksplorasi. Sebenarnya dalam peraturan
eksplorasi di Indonesia, pihak yang melakukan eksplorasi di suatu daerah memiliki
kewajiban untuk menghijaukan kembali daerah tersebut seperti sedia kala. Jadi, kita tidak
hanya memanfaatkan hasil kandungan dari alam saja, tetapi mempunyai kewajiban juga
untuk menyelamatkannya dengan cara menghijaukan kembali lahan-lahan tersebut.
Tetapi pada beberapa kasus, ada sebagian lahan bekas eksplorasi tersebut yang
sudah tidak bisa dikelola lagi, hal itu disebabkan karena bagian humusnya atau suburnya
sudah tidak ada, sehingga pepohonan tidak dapat tumbuh di daerah tersebut, maka
biasanya daerah tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menambah objek wisata di
daerahnya. Objek wisata tersebut biasanya berupa danau buatan.
Berdasarkan uraian yang sangat panjang pada halaman-halaman sebelumnya, maka
menurut saya industri ekstraktif ini harus kita gunakan dengan optimal guna memenuhi
kebutuhan ekonomi negara serta memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi
masyarakat terutama rakyat kecil. Akan tetapi pada prosesnya, kita tidak boleh melupakan
peraturan-peraturan yang harus dipenuhi pada saat melakukan kegiatan eksplorasi tersebut
agar keseimbangan alam di bumi ini tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://geografi-bumi.blogspot.com/2009/10/klasifikasi-industri.html
http://3rafika.blogspot.com/2009/11/kawasan-industri.html
http://mapalakumtapala.wordpress.com/2013/07/30/membongkar-sisi-
negatif-dan-positif-perusahaan-pertambangan/