Kerusakan Lingkungan
-
Upload
acerry-movalino -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
Transcript of Kerusakan Lingkungan
Kerusakan Lingkungan Hidup
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi
Dosen : Drs. Cik Suabuana, M. Pd.
Disusun oleh :
Acerry Movalino (0907333)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
mahkluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain, dengan disertai
pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
Lingkungan hidup Indonesia adalah merupakan sebagai karunia dan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan
dalam segala aspek sesuai dengan Wawasan Nusantara, dan dalam rangka
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti
diamanatkan dalam UU Dasar 1945, serta untuk mencapai kebahagian hidup berdasarkan
Pancasila perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Atas dasar tersebut maka perlunya melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup
untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi,
selaras dan seimbang guna menunjang terlaksannya pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup, dimana penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup
harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat
dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan
dengan lingkungan hidup.
Oleh sebab itulah maka sangat perlu untuk dilakukannya pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup sebagai upaya dasar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya kedalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan, dengan mempersiapkan sumber daya yang merupakan sebagai unsure
lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam baik hayati
maupun non hayati dan sumber daya buatan. Namun terdapat beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, kerusakan tersebut bisa diakibatkan oleh
lingkungan itu sendiri dan ulang campur tangan manusia yang kurang peduli tehadap
lingkungan. Pada makalah ini segala kerusakan lingkungan yang terjadi akan diidentifikasi
mulai dari macam kerusakan, penyebabnya serta solusi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah di tulis, makalah ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1. Faktor – faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup ?
2. Macam-macam kerusakan lingkungan dan penyebab terjadinya kerusakan
lingkungan ?
3. Bagaimana cara mengatasi kerusakan kelingkungan ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan umum yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup
2. Mengetahui macam-macam kerusakan lingkungan dan mencari penyebab
terjadinya kerusakan lingkungan tersebut
3. Mencari solusi untuk mengatasi kerusakan lingkungan
1.4. Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak keluar dari ruang lingkupnya, maka akalah ini hanya
membahas mengenai faktor-faktor penyebab kerusakan, macam-macam kerusakan
lingkungan, serta mencari solusi yang tepat untuk mengantisipasi masalah tersebut.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I : Berisikan tentang latarbelakang tentang kerusakan lingkungan, Rumusan
masalah, Tujuan, dan Batasan masalah.
BAB II : Berisikan tentang Definisi lingkungan , faktor penyebab kerusakan dan
macam-macam kerusakan lingkungan yang ada
BAB III : Berisikan tentang Analisis permasalahan lingkungan berupa solusi untuk
mengatasi kerusakan yang terjadi pada lingkungan
Bab IV : Berisikan Kesimpulan dan Saran dari semua isi makalah ini.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PERMASALAHAN
2.1. Pengertian Lingkungan
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan
alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar.
Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kita berada di
sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta
karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di
kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik
berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati
yang ada di sekitar.
Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai
lingkungansosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar
peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
A. Lingkungan Hidup
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk
menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap
makhluk hidup di bumi.
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di
kebunsekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada
di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama
manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.
Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma
yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat
besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa
yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja
kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana
kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur,
munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
2.2. Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia
telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami
yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher
yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang
dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan
tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:
1. Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.2. Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.3. Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.4. Gas yang mengandung racun.5. Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
b. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal,
di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun
karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas
gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan
dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa
sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1. Berbagai bangunan roboh.2. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.3. Tanah longsor akibat guncangan.4. Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.5. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
c. Angin topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi
menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena
perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di
kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-
wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan,
bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di
pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di
Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan
keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan
kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup dalam bentuk:
1. Merobohkan bangunan.2. Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.3. Membahayakan penerbangan.4. Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam
menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke
bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang
dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan
kehidupan generasiberikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa
dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
1. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak
adanya kawasan industri.
2. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air
dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
3. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa
dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).2. Perburuan liar.3. Merusak hutan bakau.4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.6. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
2.3. Macam-macam Kerusakan Lingkungan dari Berbagai Sumber
A. Kerusakan Lingkungan Karena Global Warming
Efek rumah kaca salah satu penyebab dari terjadinya global warming. Efek rumah
kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan sebuah
proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet. Perubahan cuaca secara ekstrim
terjadi akibat dampak pemanasan global yang lebih disebabkan faktor peningkatan emisi
karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil, menimbulkan kecenderungan terhadap efek
gas rumah kaca. Rumah kaca atau sering dengan istilah green house effect. Istilah itu
berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang, yang
memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayuran dan juga bunga-bungaan.Mengapa
para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca? Karena di dalam rumah kaca suhunya
lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca.
Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi, karena cahaya matahari yang
menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam rumah kaca sebagai
gelombang panas yang terperangkap dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar
ruangan.
Gambar 2.1 : Skema efek rumah kaca
"Dari pengalaman para petani itulah dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi
dan atmosfir, sehingga muncullah istilah efek rumah kaca," katanya. GHE merupakan
kasus dunia, sehingga penduduk dunialah yang pasti akan merasakannya. GHE terjadi
karena terbentuknya selubung gas di atmosfer, terutama gas karbon dioksida,yang
menyelimuti bumi. sebagai akibat terganggunya komposisi gas-gas rumah kaca (GRK)
utama, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), oksida nitrogen (NO dan NO2),
hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), oksidasi belerang (SO2 dan SO3),
dan sulphur hexafluoride (SF6) di atmosfer. Gas-gas ini memiliki dampak, misalnya CO2
memberikan dampak apabila terjadi peningkatan kadar CO2 di udara yang mengakibatkan
peningkatan suhu permukaan bumi, gas NO dan NO2 ini merupakan pencemaran udara
yang menimbulkan kabut asap, gas SO2 dan NOx merupakan polutan utama penyebab
hujan asam.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali
sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa
luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan
temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59
°F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah
berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
Pencemaran juga mengubah struktur atmosfer bumi sehingga membuka celah
masuknya bahaya radiasi matahari(UV). Dan pada waktu yang bersamaan, keadaan udara
yang tercemar merupakan fungsi insulator yang mencegah aliran panas kembali ke ruang
angkasa, dengan demikian mengakibatkan peningkatan suhu bumi. Proses ini juga yang
dikenal sebagai green house effect.
Pencemaran udara = masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, ganguan pada
kesehatan manusia serta secara umum menurunkan kualitas lingkungan.penyebab utama
pencemaran udara adalah banyaknya gas buangan industri dan asap kendaraan. Selain itu
gejala ini secara akumulatif juga terjadi diluar ruang (outdoor pollution) mulai dari tingkat
lingkungan rumah, perkotaan, hingga ke tingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi
gejala global.
Selain itu, meningkatnya suhu bumi dikhawatirkan akan menyebabkan mencairnya
es di daerah kutub. Tentunya akan menambahnya volume air dilautan yang akan
mengurangi luas permukaan bumi. Selain itu, GHE ini merupakan penyebab utama
terjadinya global warming dibumi.
Sumber:http://novitaanggraini13.blogspot.com/2012/12/dampak-global-warming-dan-
peran-manusia_14.html
B. Kerusakan Lingkungan Karena Kebakaran Hutan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan
kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah,
perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi,
pariwisata dan sebagainya.
Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45,
UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun
1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA
dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus
berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.
Kerusakan hutan telah meningkatkan emisi karbon hampir 20 %. Ini sangat
signifikan karena karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang berimplikasi
pada kecenderungan pemanasan global. Salju dan penutupan es telah menurun, suhu lautan
dalam telah meningkat dan level permukaan lautan meningkat 100-200 mm selama abad
yang terakhir. Bila laju yang sekarang berlanjut, para pakar memprediksi bumi secara rata-
rata 1oC akan lebih panas menjelang tahun 2025. Peningkatan permukaan air laut dapat
menenggelamkan banyak wilayah. Kondisi cuaca yang ekstrim yang menyebabkan
kekeringan, banjir dan taufan, serta distribusi organisme penyebab penyakit diprediksinya
dapat terjadi.
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan
ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan
produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu
kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan
udara. Gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi
batas negara.
Gambar 2.2 : Kebakaran hutan penyebab kerusakan lingkungan
Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan telah dilakukan
termasuk mengefektifkan perangkat hukum (undang-undang, PP, dan SK Menteri sampai
Dirjen), namun belum memberikan hasil yang optimal. Sejak kebakaran hutan yang cukup
besar tahun 1982/83 di Kalimantan Timur, intensitas kebakaran hutan makin sering terjadi
dan sebarannya makin meluas. Tercatat beberapa kebakaran cukup besar berikutnya yaitu
tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 hingga 2003. Oleh karena itu perlu pengkajian yang
mendalam untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan.
Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai pengetahuan tentang hutan, kebakaran
hutan dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati yang dikumpulkan dari berbagai
sumber sebagai salah satu tugas mata kuliah dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi para pengambil kebijakan serta pengembangan ilmu pengetahuan bagi para pencinta
lingkungan dan kehutanan.
Kebakaran hutan dan faktor penyebab kebakaran hutan
Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk mengubah
lingkungan hidup dan sumberdaya alam dimulai pada pertengahan hingga akhir zaman
Paleolitik, 1.400.000-700.000 tahun lalu. Sejak manusia mengenal dan menguasai
teknologi api, maka api dianggap sebagai modal dasar bagi perkembangan manusia karena
dapat digunakan untuk membuka hutan, meningkatkan kualitas lahan pengembalaan,
memburu satwa liar, mengusir satwa liar, berkomunikasi sosial disekitar api unggun dan
sebagainya (Soeriaatmadja, 1997).
Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan telah
terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu. Kebakaran besar
kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim yang lebih kering dari iklim saat
itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun yang lalu untuk
mempermudah perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan tertulis satu abad yang
lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan membenarkan bahwa
kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia (Schweithelm, J. dan D.
Glover, 1999).
Menurut Danny (2001), penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan
Timur adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh
kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja (1997), bisa terjadi karena
sambaran petir, benturan longsuran batu, singkapan batu bara, dan tumpukan srasahan.
Namun menurut Saharjo dan Husaeni (1998), kebakaran karena proses alam tersebut
sangat kecil dan untuk kasus Kalimatan kurang dari 1 %.
Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim El-Nino
seperti kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga
memperlihatkan terjadinya perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya di
Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di kawasan
hutan tetapi juga di lahan non hutan.
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah karena
alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal
dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut:
1. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-pindah.
2. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk
insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
3. Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan pembangunan
dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan
hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutan
dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena cepat,
murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat
terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988).
Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari
penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup
luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan
alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering
berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan
tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan
lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara para
pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang
merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh
para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan
masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan
yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan
menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya.
Sumber : http://frankyyuliarto.blogspot.com/2013/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
C. Kerusakan Lingkungan dikarenakan oleh Banjir
Sejumlah faktor turut menyebabkan banjir Jakarta 2013. Secara umum, telah terjadi
perubahan besar pada tata ruang di Jakarta dan kota sekitarnya, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi.
Berikut ada 4 (empat) penyebab banjir di Jakarta seperti dilansir Kompas.com, yuk
disimak:
1. Pertama, berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan
pembangunan, seperti permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi
berkurang dan akhirnya air mengalir ke jalanan.
Gambar 2.3 : Banjir akibat tata kota dan drynase yang kurang tepat
2. Kedua, sistem drainase yang buruk di Jakarta. Seharusnya saluran air berujung ke
sungai atau laut, melainkan ke daerah resapan atau ke dalam tanah. Pemerintah
harus melakukan revitalisasi terhadap sistem drainase di seluruh Jakarta dan jalan-
jalan protokol seperti Sarinah, Thamrin, Sudirman, dan lainnya. Pemerintah juga
perlu membuat sistem drainase eco-drainase yang mengalirkan air ke sumber
resapan.
3. Ketiga, tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Dalam catatannya, pada tahun
1990-an, Jakarta memiliki 70 waduk dan 50 situ. Namun, kini hanya tersisa 42
waduk dan 16 situ. Sebanyak 50 persen di antaranya pun tidak berjalan optimal.
Waduk-waduk di Jakarta dipenuhi tumbuhan enceng gondok, limbah, dan sampah.
Pendangkalan pun terjadi akibat sedimentasi lumpur. Waduk yang akhirnya
mengering kemudian dijadikan daerah hunian.
4. Keempat, belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Menurut pengamat
dari Universitas Trisakti ini, pemerintah harus melakukan normalisasi kali
sekaligus merelokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat yang layak huni.
Untuk itu, solusi masalah banjir Jakarta, tidak hanya dengan melakukan rekayasa
teknis seperti membuat sodetan dan gorong-gorong raksasa. Rekayasa sosial atau
mengubah pola pikir masyarakat, menurutnya, lebih penting dilakukan. Pemerintah dan
masyarakat harus sadar pentingnya ruang terbuka hijau, mengerti bahwa bantaran sungai
bukanlah lokasi hunian. Sadar dengan tidak membuang sampah sembarangan. Rekayasa
teknis tidak akan menyelesaikan masalah banjir tanpa adanya kesadaran masyarakat itu
sendiri.
Sumber:http://enetter.blogspot.com/2013/01/banjir-jakarta-penyebab-banjir-di-
jakarta.html
D. Kerusakan Lingkungan dikarenakan Tanah Longsor
Akibat Tanah Longsor Dan Penanggulangannya.Mungkin kita pernah menyaksikan
sendiri kejadian tanah lonsor atau longsor dan efeknya pada orang yang tertimpa bencana
tersebut. Tanah longsor bisa diartikan sebagai pergerakan tanah atau runtuhnya tanah atau
bebatuan dalam jumlah besar yang umumnya terjadi di daerah terjal dan tidak stabil.
Pemicu Terjadinya Tanah Longsor
Umumnya, timbulnya tanah longsor dipicu oleh hujan lebat. Lereng gunung yang
gundul dan rapuhnya bebatuan dan kondisi tanah yang tidak stabil membuat tanah-tanah
ini tidak mampu menahan air di saat terjadi hujan lebat. Akan tetapi, tanah longsor juga
bisa ditimbulkan oleh aktivitas gunung berapi atau gempa.
Lereng-lereng yang lemah yang mendapat tekanan dari getaran gempa tentu saja
membuat tanah yang terkena tekanan tadi menjadi longsor. Aktivitas gunung berapi yang
menimbulkan hujan deras, simpanan debu yang lengang dan alirannya pun juga dapat
menimbulkan tanah longsor.
Penambangan tanah, batu, atau pasir yang tidak terkendali juga bisa menjadi
pemicu bencana ini. Manusia seharusnya tidak menggunduli hutan, menambang tanah atau
pasir atau bebatuan dalam jumlah besar yang akan mengganggu kestabilan tanah dan
memicu terjadinya longsor.
Selain faktor di atas, faktor lain yang memicu terjadinya tanah longsor adalah erosi
akibat sungai dan gelombang laut menciptakan lereng yang curam. Bahkan petir, getaran
mesin, dan penggunaan bahan peledak juga dapat menimbulkan tanah longsor.
Gejala terjadinya tanah longsor:
1. Munculnya retakan di lereng-lereng yang arahnya sejajar dengan tebing.
2. Air sumur yang keruh di sekitar lereng.
Gambar 2.4 : Tanah longsor mengakibatkan kerusakan terhadap kehidupan
3. Munculnya air di permukaan tanah pada lokasi yang baru secara tiba-tiba.
4. Rapuhnya tebing dan kerikil mulai berjatuhan.
Wilayah yang rawan longsor:
1. Berada di daerah yang gundul dan terjal
2. Pernah terjadi tanah longsor sebelumnya.
3. Daerah yang dilalui aliran air hujan
4. Kondisi tanah yang tebal atau sangat gembur pada lereng-lereng yang terkena hujan
lebat dengan intensitas tinggi
Dampak Longsor
Dampak Tanah longsor antara lain:
1. Rusaknya area pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
2. Rusaknya Infrastruktur
a. Daerah pemukiman penduduk.
b. Jalan dan jembatan.
c. Sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
3. Buruknya sanintasi lingkungan.
4. Korban jiwa
sumber : http://dangstars.blogspot.com/2011/11/akibat-tanah-longsor-dan.html
E. Kerusakan Lingkungan kareana Erosi Tanah
Erosi Tanah & Dampaknya dalam kehidupan
Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena gerakan angin atau air pada
permukaan tanah atau dasar perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam
secara alami maupun oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah
tanah dan lingkungan demi kepentingannya.
A. Erosi tanah
Erosi tanah adalah tanah yang lapuk & mudah mengalami penghancuran . kerusakan yang
dialami pada tanah tempat erosi disebabkan oleh kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik
tanah. yaitu :
1. Kehilangan unsur hara dan bahan organik.
2. Menurunnya kapasitas infiltrasi(kemampuan tanah untuk meresapkan air) dan
kemampuan tanah menahan air.
3. Meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah.
4. Berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktifitas.
Semua hal tersebut diatas dikarenakan lapisan atas tanah setebal 15 cm mempunyai sifat-
sifat kimia dan fisik yang lebih baik dibandingkan lapisan lebih bawah. Banyaknya unsur
hara yang hilang bergantung pada besarnya kandungan unsur hara yang terbawa oleh
sedimen dan besarnya erosi yang terjadi.
Di beberapa tempat, erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur serta
berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut
tersebut diendapkan di tempat lain, yaitu : di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi,
dan diatas tanah pertanian.
Gambar 2.5: Erosi tanah yang mengakibatkan rusaknya fasilitas jalan raya
Adapun penyebab utama erosi tanah :
1. Tanah gundul
2. Tanah miring tidak di buat terasering/gulungan penyangga air.
3. Tanah tidak dibuat tanggul pasangan penahan erosi.
4. Penambangan
5. eksploitasi hutan,
6. pengerukan tanah
selain itu, faktor-faktor penyebab erosi antara lain :
Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain
itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus
menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan
(erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau
ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi
wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah
wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah
yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi
penggenangan.
Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari
percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain
melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki
susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi.
Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam
pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan
evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal
pertanian,dan lain-lain.
B. Dampak Erosi Tanah :
1. menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan
menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan).
2. menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).
3. Pelumpuran dan pendangkalan waduk
4. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan.
5. Memburuknya kualitas air,
6. Kerugian ekosistem perairan.
7. perubahan struktur tanah,
8. serta perubahan profil tanah.
Sumber : http://ryniforfun.blogspot.com/2010/03/erosi-tanah-dampaknya-bagi-
kehidupan.html
F. Kerusakan Lingkungan Karena Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu
wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu.
Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah
skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter
adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada
skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka
valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7
lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada
kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun
tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar
adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah
gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi
Skala Mercalli.
Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:
Berdasarkan Penyebab :
Gempa bumi tektonik
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil
hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana
alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-
tiba.
Gempa bumi tumbukan
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi,
jenis gempa Bumi ini jarang terjadi
Gambar 2.6 : Kerusakan akibat gempa bumi
Gempa bumi runtuhan
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Gempa bumi vulkanik (gunung api)
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung
api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya
ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
Berdasarkan Kedalaman
Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km
sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km
dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa
Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari
hiposentrum.
Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7
km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
Penyebab terjadinya gempa Bumi
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar
dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi
yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan
litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung
berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung
berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air
yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi
(jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi
(contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain
Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat
membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah.
Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas
terinduksi.
Akibat Gempa Bumi
Bangunan roboh
Kebakaran
Jatuhnya korban jiwa
Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
Tanah longsor akibat guncangan
Banjir akibat rusaknya tanggul
Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami
G. Kerusakan Lingkungan Karena Limbah Industri
Peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia harus terus diusahakan melalui
pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur
penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun
dalam kegiatan industri akan diikuti dengan dampak negatif limbah industri terhadap
lingkungan hidup manusia.
Gambar 2.7 : Pembuangan limbah industritanpa filterisasi yang menyebabkan ekosistem disekitarnya tercemar
Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan, meningkatkan
penyakit pada manusia, dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya.Limbah cair
industri paling sering menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, keracunan
pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan molusca,
terutama bila limbah cair tersebut mengandung racun seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg,
Pb, atau Zn. Akumulasi racun dalam tubuh pada konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi
bisa melumpuhkan organ bahkan mematikan fungsi kerja otak.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan
limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan
dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran,
melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah
industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan
pencemaran hingga batas yang diperbolehkan.
Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi
mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap
lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.
Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli menanggapi
masalah lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri. Masyarakat tidak bisa
menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah dan pelaku industri. Hal ini
mutlak perlu, terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar areal
industri.Dampak dari buangan kegiatan industri sangatlah kompleks. Pada dasarnya limbah
industri akan mencemari lingkungan udara, air, dan tanah. Udara yang kotor dan tercemar
akan merusak penciuman dan paru-paru.
Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan
dan ketersediaan sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan
tanah itu sendiri dan apapun yang hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga akan
mengganggu dan mencemari air tanah.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang menggunakan air tanah sebagai sumber
air bersih. Hal yang perlu diwaspadai adalah masuknya cemaran industri ke dalam air yang
Kita konsumsi. Namun kekhawatiran ini sudah terjawab dengan hadirnya J Water Filter,
penjernih air yang mampu mengatasi berbagai masalah air Anda. Mulai dari air keruh,
berbau, berwarna, berkerak dan berlumut, mengandung besi dan mangan, atau
mengandung kuman dan bakter. J Water Dengan Media Purex dengan permukaan yang
lebih halus sehingga mampu menyerap kotoran lebih banyak dan media lebih tahan lama.
Sumber:http://www.jwaterfilter.com/2012/10/pengaruh-limbah-industri-
terhadap_9419.html
H. Kerusakan Lingkungan Karena Polusi Udara
Polusi adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam
lingkungan yang menyebabkan berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia.
Polusi berarti masuknya bahan pencemar sebagai akibat dari kegiatan manusia atau
proses alam yang ditemukan di tempat, saat, dan jumlah yang tidak selayaknya. Polusi
dapat kita jumpai, misalnya di tanah, air, udara, bahkan suara bising dari motor atau
mesin lainnya.
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menumbulkan polusi udara adalah: Transportasi,
industri, pembangkit listrik, pembakaran, gas pabrik yang dapat menghasilkan gas
berbahaya. Bisa juga dari sumber alami seperti, gunung berapi, rawa-rawa, kebarakaran
hutan, dan lain-lain.
Gambar 2.8 : Polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan
Polusi memiliki dampak negatif bagi kesehatan, substasi pencemaran di udara
dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke
dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat
mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
Terjadinya ISPA
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernafasan
lainnya. Dampaknya memberikan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia,
bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya
seperti, meminum air yang terkontaminasi dan melalui kulit.
Polusi udara menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsum
tulang, merusak fungsi hati dan ginjal dab penyebab kerusakan syaraf. Dampaknya
memang mengerikan bagi manusia, terutama bagi anak-anak. Diantaranya adalah
mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi badan,
penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi
organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan
mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita
hamil akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.
Menurut Dr. Andrea dari lembaga dilansir VOA dalam artikel nya menyebutkan
bahwa polusi udara dapat mengakibatkan orang sulit bernafas di masa mendatang. Selain
itu, dampak polusi udara juga mempengaruhi kondisi lingkungan dan ekosistem di bumi.
Semakin memanasnya permukaan bumi membuat lapisan ozon semakin menipis bahkan
berlubang. Hal ini akan menyebabkan pemanasan global, dan efek yang paling bisa kita
rasakan adalah perubahan cuaca yang tidak bisa ditebak. Contohnya saat matahari sedang
terik, tiba-tiba hujan turun.
Sedangkan pencemaran itu sendiri adalah masuknya atau tercampur unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Klasifikasi Pencemaran Udara
Pencemaran udara akibat polusi dikelompokkan dalam dua klasifikasi, yaitu
Pencemaran Primer: pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara,
dan Pencemaran Sekunder : Pencemaran yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer.
Inti dari masalah ini sendiri sebenarnya adalah karena kita kurang perhatian
terhadap alam. Di Bumi ini, kita dan alam hidup berdampingan dan saling membutuhkan
satu sama lain. Janganlah kita memanfaatkan kekayaan alam dengan semaunya tanpa
mempedulikan lingkungan di masa depan.
Jenis-jenis Pencemaran Udara
Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1. Pencemaran udara alami, ialah masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer,
akibat proses-proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi,
pancaran garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
2. Pencemaran udara Non-Alami, ialah masuknya zat pencemar oleh aktivitas
manusia yang pada umumnya tanpa disadar dan merupakan produk sampingnya,
berupa gas-gas beracun, asap, partikel-partikel, halus, senyawa belerang, senyawa
kimia, buangan panas dan buangan nuklir.
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak nampak, tidak berbau, tidar berbau
ataupun berasa. Akan tetapi, udara yang benar-benar bersih sulit diperoleh, terutama di
kota-kota besar yang banyak industrinya dan padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar
dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.
Terjadinya kerusakan lingkungan berarti rusak pula daya dukung alam yang
selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Sebenarnya secara alamiah, udara
mempunya kemampuan mengatur dan mengendalikan diri terhadap masuknya setiap zat
pencemar ke dalamnya karena secara alami udara mempunyai keterbatasan dalam
menerima pencemaran udara, maka kelebihan zat pencemar memungkinkan terjadinya
dampak negatif terhadap kualitas dan karakteristik udara yang memungkinkan terjadinya
perubahan iklim lokal maupun global.
Sumber : http://www.muzakki.com/pengetahuan/info-sehat/618-dampak-polusi-bagi-
kesehatan.html
I. Kerusakan Lingkungan Karena Polusi Air
Kita sudah sering mendengar kerusakan hutan, pencemaran sungai, laut, tanah dan udara
disebabkan oleh perilaku manusia yang memanfaatkan kekayaan alam dan kurang
menyadari akan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya. Karena ulah manusia
kualitas lingkungan dapat menurun dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia
di masa datang.
Tanda–tanda pencemaran air dapat lihat secara:
1. Fisis, yaitu pada kejernihanair, perubahan suhu, perubahan rasa, dan perubahan
warna air.
2. Kimia, yaitu adanya zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
3. Biologi, yaitu, adanya mikroorganisme di dalam air tersebut.
Akibat pencemaran air:
a. Zat yang memperkaya perairan sehingga merangsang pertumbuhan mikroorganisme.
Limbah yang terkandung dalam air dapat membusuk sehingga pada air menimbulkan bau
yang tidak sedap. Akibatnya kadar oksigendalam air berkurang sehingga mengganggu
Gambar 2.9 : Pencemaran air yang mengakibatkan ekosistem air seperti ikan mati
makhluk hidup air lainnya. Sampah organik pada air akan mengalami penguraian
melepaskan nitrat dan fosfat yang merangsang mikroorganisme seperti ganggang akan
tumbuh subur sehingga akan menutupi ekosistem air. Peristiwa ini disebut eutrofikasi.
b. Zat-zat yang bersifat racun akan membunuh organisme yang hidup di air Zat yang
bersifat racun contohnya pestisida yang penggunaannya secara berlebihan sisanya dapat
sampai lingkungan air. Karena sisa pertisida itu sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal
ini akan memyebabkan turunnya kandungan oksigen dalam air tersebut Dampak
penggunaan pestisida disebut biological magnification yaitu pelipatgandaan bahan
pencemar pada organisme dari organisme tingkat rendah ke organisme tingkat tinggi
dengan kadar polutannya juga semakin tinggi.
Sumber : http://airminum.globalmuliaperkasa.com/2012/11/pengaruh-pencemaran-air-
dan-cara.html
J. Kerusakan Lingkungan Karena Pertambangan
Sebagai Negara yang mempunyai julukan paru-paru dunia, Indonesia mempunyai
tuntutan yang besar akan kelestarian alamya. Indonesia mempunyai banyak sekali pulau
yang terselimuti oleh hutan lebat. Namun pada beberapa dekade belakangan ini, banyak
negara yang mengecam akan kelestarian alam yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan semakin banyaknya industri-industri pertambangan yang mulai muncul di
Indonesia. Tak pelak Industri pertambangan baru tersebut melakukan sesuatu hal yang
merusak lingkungan agar mendapatkan keuntungan yang besar.
Gambar 2.10 : Pertambangan terbuka yang merusak lingkungan
Berkurangnya sumber keseimbangan alam seperti hutan, air dan tanah yang subur
sebagian besar disebabkan oleh kegiatan pertambangan yang menghasilkan polutan yang
sangat besar sejak awal eksploitasi sampai proses produksi dan hanya mementingkan
keuntungan pribadi tanpa memperhatikan faktor kelestarian lingkungan.
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula area dampak yang
ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat
permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula (Dyahwanti, 2007).
Secara umum kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan antara lain:
1. Perubahan vegetasi penutup
Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan dampak
lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan
pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan
berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati (biodiversity) dan habitat
satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan memperbesar
erosi dan sedimentasi pada saat musim hujan.
2. Perubahan Topografi
Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang.
Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digunakan untuk
menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal
ini sering menjadi masalah pada perusahaan tambang kecil karena keterbatasan lahan
(Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang
tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan
dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang membutuhkan waktu lama
untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit
dikembalikan dalam keadaan yang semula.
3. Perubahan pola Hidrologi
Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami perubahan akibatnya
hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Ditambah lagi
pada sistem penambangan terbuka saat beroperasi, air dipompa lewat sumur-sumur bor
untuk mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk memudahkan pengambilan bahan
tambang. Setelah tambang tidak beroperasi, aktivitas sumur pompa dihentikan maka tinggi
muka air tanah (ground water table) berubah yang mengindikasikan pengurangan cadangan
air tanah untuk keperluan lain dan berpotensi tercemarnya badan air akibat tersingkapnya
batuan yang mengandung sulfida sehingga kualitasnya menurun (Ptacek, et.al, 2001).
4. Kerusakan tubuh tanah
Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan
kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya
tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu
kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya membuat tanah
sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan tanpa
adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik oleh hujan maupun
angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya lapisan topsoil dan serasah
sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial,
merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah
yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat berat di atas
tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena
pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan
peredaran udara (aerasi) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap
fungsi dan perkembangan akar.
Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga akan
berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto
(2008a) membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden)
menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos
pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air membentuk
Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga
membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas
lingkungan. Sementara itu proses pengolahan bijih mineral dari hasil tambang yang
menghasilkan limbah tailing juga berpotensi mengandung bahan pembentuk asam
(Suprapto, 2008b), sehingga akan merusak lingkungan karena keberadaannya yang bisa
jauh ke luar arel tambang.
Sumber:http://www.irwantoshut.net/kerusakan_lingkungan.html
BAB III
ANALISIS MACAM-MACAM
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Mengingat pentingnya lingkungan hidup untuk kelangsungan hidup manusia, maka
untuk meninjau masalah yang menyebabkan kerusakan lingkungan serta upaya untuk
mengatasinya akan dipaparkan dalam bagian analisis makalah ini. Meskipun kemajuan
teknologi kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan,
namun pengalaman menunjukan kemajuan teknologi dapat dan telah membawa dampak
buruk bagi lingkungan hidup kita. Teknologi juga biasa diidentikan dengan pencemaran,
tidak ada penemuan yang betul-betul sempurna tanpa membawa dampak negatife kepada
manusia maupun lingkungan. Dengan adanya dampak negatife tersebut, haruslah kita
waspada.
Pembangunan pada dasarnya adalah gangguan terhadap keseimbangan lingkungan,
yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan lingkungan dari tingkat kualitas
yang dianggap kurang baik kepada keseimbangan baru yang diangga lebih baik. Dalam
usaha ini harus dijaga agar lingkungan tetap mampu untuk mendukung tingkat hidup pada
kualitas yang lebih baik tersebut ,yaitu dengan tetap menjaga mutu pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Berikut adalah upaya atau solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi
pada lingkungan yang telah ditulis pada bab sebelumnya :
A. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Global
Warming
Ada bermacam cara memperlambat dampak pemanasan global, cara-cara
tersebut umumnya mudah dan sederhana. Tetapi kurang dilakukan secara serius oleh
kebanyakan orang. Padahal pemanasan global adalah masalah yang serius. Suhu Bumi
yang terus meningkat akan ber efek panjangnya musim kering atau kemarau.
Mencairnya gunungan es di kutub. Naiknya permukaan air laut. Dan sulitnya mencari
sumber mata air. Berikut adalah beberapa cara dalam mengatasi global warming :
1. Hematlah Pemakaian Listrik
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian listrik seperti:
mematikan lampu dan listrik ketika sedang tidak digunakan, menggunakan lampu hemat
energi, matikan pemanas nasi selama beberapa jam untuk mengurangi penggunaan
listrik, jangan sering memasukkan makanan panas langsung ke dalam kulkas, serta
jangan sering-sering membuka pintu kulkas terlalu lama.
2. Hematlah Pemakaian Air
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian air dapat anda baca
dipostingan saya sebelumnya.
3. Reuse (Menggunakan Kembali)
Misalnya, menggunakan kembali kantong plastik untuk membawa belanjaan, membawa
tas kertas sendiri dari rumah saat berbelanja, belilah produk-produk yang bisa didisi
ulang, gunakan koran atau kertas bekas untuk membungkus barang, dll.
4. Reduce (Mengurangi/Menghemat)
Misalnya, belilah barang-barang mebel atau peralatan dapur yang benar-benar
dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji, kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli
produk dari hewan/tumbuhan langka, kurangi produksi limbah rumah tangga, dll.
5. Recycle (Mendaur Ulang)
Mulailah gunakan pakaian yang cukup ramah bagi lingkungan, gunakan botol-botol
bekas untuk keperluan lain, misal jadi vas bunga, kreasikan barang bekas menjadi
barang yang memiliki nilai jual, pisahkan sampah organik dan anorganik, buatlah pupuk
kompos dari limbah dapur dan daun/ranting pohon yang berterbaran disekitar rumah,
dll.
6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi
Salah satu cara termudah adalah dengan menanam pohon pelindung disekitar rumah
atau membuat taman disekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau.
7. Kurangi penggunaan naik kendaraan pribadi
Menggunakan kendaraan pribadi secara tidak tepat merupakan salah satu penyebab
cepatnya habisnya bahan bakar fosil. Penggunaan fasilitas transportasi umum dapat
membantu dapat mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan
bermotor yang telah menyebabkan semakin seringnya terjadi hujan asam yang merusak
lingkungan.
8. Gunakan pupuk organik.
Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen, yang kemudian
berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih
besar dari pada CO2. Jika anda hobi berkebun gunakanlah pupuk organik. Disamping
aman, murah pula.
9. Tanamlah rumpun bambu
Pepohonan memang terbukti mampu menyerap CO2, tetapi ternyata pohon atau rumpun
bambu mampu menyerap CO2 empat kali lebih banyak dari pohon-pohon lain.
B. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Kebakaran Hutan
Untuk mengatasi terjadi kebakaran hutan bukanlah sesuatu yang mudah, untuk itu upaya
yang baik adalah melakukan antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan, mengingat
penaggulangan kebakaran hutan memerlukan dana dan tenaga yang sangat besar. Upaya
pencegahan kebakaran hutan akan dapat terlaksana apabila mendapat dukungan berbagai
pihak, terutama dari masyarakat desa yang berada di sekitar hutan. Untuk itu perlu
dilakukan internalisasi pemahaman tentang bahaya kebakaran hutan dan keterampilan
teknik pemadaman kebakaran hutan pada masyarakat.
Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebakaran hutan :
1. Memberlakukan status hutan lindung kota untuk melindungi hutan lindung kota yang
masih belum mengalami kerusakan sehingga tidak terjamah oleh tangan-tangan tidak
bertanggung jawab.
2. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga
BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan
3. Dilarang membuka ladang atau lahan pertanian dengan cara membakar hutan.
4. Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan
pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II.
5. Melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan, sekaligus berupaya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan semak
belukar
6. Melengkapi fasilitas untuk menanggulagi kebakaran hutan, baik perangkat lunak
maupun perangkat kerasnya.
7. Penerapan sangsi hukum pada pelaku pelanggaran dibidang lingkungan khususnya
yang memicu atau penyebab langsung terjadinya kebakaran.
8. Membuat menara pengamat yang tinggi berikut alat telekomunikasi
9. Menyediakan sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan
C. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang
perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan
terjadinya banjir di wilayah Indonesia
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara lain:
1. Menyediakan Sistem Perparitan
Parit yang telah dangkal akibat dari bahan-bahan sisa harus selalu dibersihkan. Dengan
ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
2. Proyek Pedalaman Sungai
Kebanyakan kejadian banjir berlaku karena kecetekan sungai. Jika sebelumnya sungai
mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah
berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
Langkah untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman
sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Bila
proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah
air hujan dengan banyak.
3. Memelihara Hutan
Kegiatan pembalakan di mana perjalanan di daerah pinggir sungai digemari
menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila
aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.
Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah
banjir. Hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari
mengalir terus ke bumi.
Hutan dapat berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan
mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai filter
dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada
harga 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dalam sejatan
kondensasi. Hanya dengan ini saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
4. Mengatasi banjir dengan membuat Lubang Resapan Biopori (LRB)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir adalah dengan membuat
lubang resapan biopori (LRB). Banyak masyarakat dikota-kota besar seperti Jakarta yang
belum memahami pengertian biopori, manfaat dari Lubang Resapan Biopori dan cara
membuatnya. Hal tersebut karena masih minimnya sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan
oleh berbagai pihak baik itu Pemerintah maupun Lembaga atau Organisasi-organisasi
Masyarakat. Meskipun cara tersebut belum umum diketahui dan dilakukan oleh
masyarakat, namun dampaknya dalam mengatasi permasalahan banjir sangat signifikan.
Melalui LRB tersebut, air hujan atau air dari saluran pembuangan akan terserap sehingga
jumlah air yang mengalir dijalan-jalan atau dipermukaan tanah akan berkurang.
5. Mengatasi banjir dengan tidak membangun pemukiman di sekitar sungai
Akibat dari tingginya tingkat urbanisasi dan kepadatan penduduk sedangkan di satu sisi
ketersediaan lahan untuk pemukiman dan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat
menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan area-area hijau dan daerah aliran
sungan (DAS) sebagai tempat pemukiman. Akibatnya kemampuan area-area hijau untuk
menyerap air dan daya tampung sungai menerima jumlah air yang mengalir menjadi
berkurang. Untuk mengatasi banjir maka perlu upaya dari Pemerintah untuk menekan
keberadaan dari pemukiman-pemukiman di area-area tersebut dan tentu hal tersebut harus
juga ditunjang oleh kesadaran dari masyarakat sendiri.
D. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Tanah
Longsor
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dari berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Bencana Tanah longsor biasanya
disebabkan oleh hujan yang deras. Hal ini karena tanah tidak sanggup menahan terjangan
air hujan akibat adanya penggundulan hutan.
Tidak ada hal yang tidak bisa diatas. Bencana tanah longsor beserta penyebabnya bisa kita
kurangi, atau bahkan kita hilangkan. Mengatasi penyebab bencana tanah longsor dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Berikut ini cara mengatasi tanah longsor :
Cara mengatasi/mencegah tanah longsor
1. Menjaga kelestarian hutan.
2. Membuat dreynase.
3. Menutup retakan dengan tanah lempung.
4. Tidak menebang hutan di lereng.
5. Tidak membuat lahan pertanian baru atau kolam
Upaya-upaya lainnya mengatasi bencana tanah longsor perlu dilakukan melalui berbagai
cara antara lain seperti dibawah ini.
Cara Mengatasi Bencana Tanah Longsor yaitu :
1. Mengetahui dan menghindari kawasan rawan bencana tanah longsor.
2. Memahami tindakan pasca bencana tanah longsor.
3. Tidak mengalian tanah di sekita tebing yang terjal.
4. Tidak mendirikan bangunan di daerah tebing yang terjal
5. Segera mengungsi ke tempat yang aman jika terjadi bencana.
6. Segera lapor ke pada aparat desa jika terjadi bencana tanah longsor.
E. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Erosi
Tanah
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia
erosi yang terpenting disebabkan oleh air. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan,
diperlukan upaya-upaya yang menjadi metode dalam rangka pelestariannya. Metode
pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:
1. melindungi tanah dari curahan langsung air hujan;
2. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
3. mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah).
4. meningkatkan stabilitas agragat tanah.
Ada tiga metode pengawetan tanah, yaitu metode vegetatif, metode mekanik atau teknik,
dan metode kimia.
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi
(tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan
erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain sebagai
berikut:
1. Penghijauan, yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman
tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi,
mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di udara lapisan
bawah.
2. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras
seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil
kayunya.
3. Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu menanami lahan searah
dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan
memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan
dengan kemiringan 3 – 8%.
4. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam lahan dengan
tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara. Fungsinya untuk menghambat
penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi, dan
memperkaya bahan organik tanah.
5. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman
berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus
terhadap arah aliran air atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar, jarak
tanaman diperbesar. Sedangkan pada daerah yang kemiringannya lebih dari 8% maka
jarak tanamannya dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan
mempertahankan kesuburan.
6. Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara bergantian
(bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya
untuk menjaga agar kesuburan tanah tetap terpelihara.
b. Metode mekanik atau teknik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan
tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung dan menyalurkan
aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum dilakukan
pada metode mekanik, antara lain sebagai berikut:
1. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu pengolahan tanah
sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar
resapan air.
2. Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul
sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap ke
dalam tanah. Pada tanggul dapat ditanami palawija.
3. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras (tanggatangga) pada lahan
miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng,
memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.
4. Pembuatan saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong
lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat dan
mengatur aliran air sampai ke sungai. Metode pengawetan tanah akan sangat efektif
apabila metode mekanik dikombinasikan dengan metode vegetatif, misalnya
terrassering dan buffering.
c. Metode kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur
tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur
yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar
dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan
tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Sekarang
ini umumnya masih dalam tingkat percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering
digunakan untuk tujuan ini antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia
tersebut dicampur dengan air, misal dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan
tanah.
F. Langkah dan Upaya Dalam Menanggulangi Gempa Bumi
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian
bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya
bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu
terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak
permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran,
kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun
tanggul penahan lainnya.
Gejala dan Peringatan Dini
Kejadian mendadak/secara tiba-tiba
Belum ada metode pendugaan secara akurat
Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan
gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian
di daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan
cara – cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
G. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah
Industri
Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan
dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian
dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air
pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus
menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses
produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution
prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume
limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan
pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan
peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
ditetapkan.
Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena
pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak
sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari
perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di
dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa
organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.
Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal,
equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated
sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin,
rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan
dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di
tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail
mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan
peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna
sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan
detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium
yang bertujuan untuk:
1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai
dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan
efisiensi pengolahan yang diharapkan.
3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan
skala sebenarnya.
Sebuah primary sedimentation tank di sebuah unit pengolahan limbah domestik.
Sedimentation tank merupakan salah satu unit pengolahan limbah yang sangat umum
digunakan.
Gambar 3.1 :Sedimentation
Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik dari
pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri. Produksi bersih
(cleaner production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-bagian proses dapat
dicapai dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih, serta
perubahan mendasar pada sikap dan perilaku manajemen. Treatment versus Prevention?
Mana yang menurut teman-teman lebih baik?? Saya yakin kita semua tahu jawabannya.
Reduce, recyle, and reuse.
H. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Polusi
Udara
Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat dan
sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu
menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan
kesehatan.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti mengurangi
polutan, bahan yang mengakibatkan polusi dengan peralatan, mengubah polutan,
melarutkan polutan, dan mendispersikan-menguraikan polutan.
1. Mencegah pencemaran udara berbentuk gas
a. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan zat
padat-adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai sifat dapat
menyerap zat lain sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia serta
memiliki daya kejenuhan yang bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan
dulu, kemudian digunakan lagi.
b. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk
memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metoe absorbs ini pada prinsipnya
hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa emisi hidrokarbon
mengalami kontak dengan cairan di mana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.
c. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas menjadi benda cair
pada suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas diarahkan mencapai titik
kondensasi tinggi dan titik penguapan yang rendah, seperti hidrokarbon dan gas
organic lainnya.
d. Pembakaran
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat di
dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi panas yang disebut
inceneration. Iceneration merupakan salah satu metode dalam pengolahan limbah padat
dengan menggunakan pembakaran yang menghasilkan gas dan residu pembakaran.
2. Mencegah pencemaran udara berbentuk partikel
a. Filter
Filter udara dimaksudkan untuk menangkap debu atau polutan partikel yang ikut keluar
pada cerobong atau stack pada permukaan filter, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan
sehingga hanya udara bersih saja yang keluar dari cerobong. Penggunaan filter udara
seharusnya disesuaikan dengan sifat gas buangan yang keluar seperti berdebu banyak,
besifat asam, bersifat alkalis dan sebagainya. Beberapa contoh jenis filter yang banyak
digunakan seperti cotton, nylon, orlon, Dacron, fiberglass, polypropylene, wool,
nomex, Tefloyn.
b. Filter basah
Cara kerja filter basah atau scrubbers/wat collectors adalah membersihkan udara kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangakan udara yang kotor dari
bagian bawah alat.
c. elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik dapat digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam
jumlah yang relative besar. Alat ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25-100 kv, berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan
positif sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar
dinding silinder, diberi muatan negative.
d. Kolektor Mekanik
Mengendapkan polutan partikel yang ukurannya relative besar dapat dengan
menggunakan tenaga gravitasi. Pengendap siklon atau cyclone Separators adalah
pengendap debu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu.
e. Program penghijauan
Tumbuh-tumbuhan menyerap hasil pencemaran udara berupa karbon dioksida (CO2)
dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuh-tumbuhan akan menghisap dan mengurangi
polutan, dengan melepaskan gas oksigen maka akan mengurangi jumlah polutan di
udara.
Semakin banyak tumbuh-tumbuhan ditanam sebagai paru-paru kota maka kualitas
udara akan semakin sehat sehingga akan mendukung program langit biru (prolabir).
Program penghijauan ini seharusnya merupakan gerakan nasional agar semua pihak
dapat berpartisipasi aktif.
f. ventilasi udara
Penggunaan dan penempatan ventilasi udara seharusnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Perhatian utama yaitu tercukupnya kebutuhan gas oksigen (O2) dalam
ruangan serta menjadikan udara dalam ruangan bebas dari berbagai polutan. Bila akan
menggunakan exhaust fan, maka usahakan dekat dengan sumber pencemaran, agar
polutan segera dapat keluar dalam ruangan.
Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara
Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan (preventif) yang
dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan tindakan kuratif yang dilakukan sesudah
terjadinya pencemaran.
a. Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
1. mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.
2. mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan masyarakat.
3. mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi
industri atau usaha yang menghasilkan limbah.
4. tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
5. tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan membatasi penggunaan
AC dalam kehidupan sehari-hari.
6. tidak merokok di dalam ruangan.
7. menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
8. ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.
9. ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon pelindung.
10. tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara sembarangan.
11. mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang.
12. menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.
13. mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.
14. mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4.
b. Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu dilakukan beberapa usaha
untuk memperbaiki keadaan lingkungan, dengan cara:
1. menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran lingkungan.
2. kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk membersihkan
lingkungan dari polutan.
3. melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai tempat/pabrik daur
ulang.
4. menggunakan penyaring pada cerobongcerobongi di kilang minyak atau pabrik yang
menghasilkan asap atau jelaga penyebab pencemaran udara.
5. mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau teknologi tepat guna
yang berwawasan lingkungan setelah adanya musibah/kejadian akibat pencemaran
udara, misalnya menemukan bahan bakar dengan kandungan timbal yang rendah
(BBG).
c. Program pemerintah
Selain usaha preventif dan kuratif, Pemerintah juga perlu mencanangkan programprogram
yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran, khususnya pencemaran udara, yaitu;
1. PROGRAM LANGIT BIRU yang dicanangkan sejak Agustus 1996. Bertujuan untuk
meningkatkan kembali kualitas udara yang telah tercemar, misalnya dengan
melakukan uji emisi kendaraan bermotor.
2. Keharusan membuat cerobong asap bagi industri/ pabrik.
3. Imbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan menggantinya
dengan energi
Alternatif lainnya.
4. Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua dan tidak layak
pakai.
5. Larangan menggunakan gas CFC.
6. Larangan beredarnya insektisida berbahaya seperti DDT (dikhloro difenil trikhloro
etana).
7. Melarang penggunaan CFC pada produksi kosmetika.
8. Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan perlindungan lapisan
ozon
I. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat Polusi Air
Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan
tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob jadi, air tanah yang tercemar akan tetap
tercemar dalam yang waktu yang sangat lama, walau tidak ada bahan pencemaran yang
masuk. Karena ini banyak usaha untuk menajaga agar tanah tetap bersih misalnya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau
pemukiman
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari lingkungan atau
ekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis – jenis pestisida dan zat – zat kimia lain
yang dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup
sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
Adapun cara lain untuk mengatasi polusi air atau yang dikenai dengan sebutan banjir pun
ada dua macam
1. Banjir Bandang dapat diatasi secara meluas dengan didukung berbagai disiplin ilmu
2. Banjir genangan dapat diatasi dengan membersihkan air dari penyumbatan yang
mengakibatkan air meluap
banyak orang mengatakan ” lebih baik mecegah dari pada mengatasi”, hal ini berlaku pula
pada banjir genangan di bawah ini ada sejumlah langkah yang dapat kita lakukan untuk
mencegah banjir genangan :
1. Dalam merencanakan jalan – jalan lingkungan baik itu program pemerintah
maupun swadaya masyarakat sebaiknya memilih material jalan yang menyerap air
misalnya, penggunaan bahan dari paving blok (blok – blok adukan beton yang
disusun dengan rongga – rongga resapan air disela – selanya. Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah penataan saluran / drainase lingkjungan pembuatannyapun harus
bersamaan dengan pembuatan jalan tersebut
2. Apabila di halaman pekarangan rumah kita masih terdapat ruang – ruang terbuka,
buatlah sumur – sumur resapan air hujan sebanyak –banyaknya. Fungsi sumur
resapan air ini untuk mempercepat air meresap kedalam tanah.
Dengan membuat sumur resapan air hujan tersebut, sebenarnya kita dapat memperoleh
manfaat seperti berikut:
1. Persediaan air bersih dalam tanah disekitar rumah kita cukup baik dan banyak
2. Tanah bekas galian sumur dapat dipergunakan untuk menimbun lahan – lahan yang
rendah atau meninggikan lantai rumah
3. Apabila air hujan tidak tertampung dalam sebuah selokan – selokan rumah / talang
– talang rumah, air dapat dialirkan kesumur – sumur resapan. Janganlah membuang
sampah atau mengeluarkan air limbah rumah tangga (air bekas mandi, cucian dan
sebagainya) kedalam sumur resapan air hujan karena bisa mencemarkan kandungan
air tanah. Khusus untuk buangan air limbah rumah tangga, buatlah sumur resapan
tersendiri
4. Apabila air banjir masuk kerumah mencapai ketinggian 20-50 cm satu – satunya
jalan adalah meninggikan lantai rumah kita diatas ambang permukaan air banjir
5. Cara lain adalah membuat tanggul di depan pintu masuk rumah kita. Cara ini sudah
umum dilakukan orang hanya teknisnya sering kurang terencana secara mendetail
J. Langkah dan Upaya Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan Akibat
Pertambangan
Kegiatan pertambangan memberikan dampak yang nyata pada kerusakan lingkungan
sehingga ekosistem yang ada di lingkungan itu menjadi rusak dan juga dapat
membahayakan pada ekosistem di lingkungan sekitarnya. Untuk itu diperlukan cara untuk
dapat mengembalikan fungsi lahan bekas tambang agar tidak terjadi kerusakan yang
berkelanjutan.
Kegiatan pertambangan yang tidak berwawasan atau tidak mempertimbangkan
keseimbangan dan daya dukung lingkungan, serta tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga seharusnya kegiatan
penambangan akan memperoleh manfaat malah akan merugikan. Namun demikian,
kegiatan penambangan yang memperhatikan masalah lingkungan serta dikelola dengan
baik, maka tidak mustahil lahan tersebut lebih bermanfaat dibanding sebelumnya. Salah
satu cara untuk mengatasi dampak kerusakan lingkungan akibat pertambangan adalah
dengan reklamasi.
Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan
bekas tambang yaitu dampak perubahan dari kegiatan pertambangan, pencegahan air asam
tambang, pengaturan drainase dan tata guna lahan pasca tambang.
Rencana reklamasi lahan meliputi :
1. Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan kembali
lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan yang kegiatannya
tidak dilakukan pengisian kembali
2. Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan permukaan
timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air
3. Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya radiasi
4. Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau limbah
batubara yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan reklamasi
5. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang
Selain itu untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif terhadap
lingkungan akibat kegiatan penambangan, maka yang perlu diperhatikan lebih lanjut :
1. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau pada
akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah
2. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk
sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan tidak menganggu
penduduk
3. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak
menganggu kualitas dan kuantitas mata air tersebut
4. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai
bagian hulu
5. Lokasi penambangan tidak terletak dikawasan hutan lindung
Setiap pencemaran dan kerusakan lingkungan serta dampak yang ditimbulkan baik fisik
maupun social menjadi tanggung jawab dari pihak perusahaan. Salah satunya dengan
menyediakan fasilitas dan dana khusus yang dikenal dengan dana lingkungan.
Saat ini biaya pemulihan lingkungan diserahkan melalui royalty dan iuran tetap. Tetapi hal
ini sangat merugikan negara karena royalti adalah penerimaan Negara dari sektor
pertambangan yang seharusnya digunakan untuk membiayai pembangunan. Kalau untuk
pemulihan lingkungan boleh jadi akibat yang ditimbulkan biaya pemulihannya lebih besar
dari royaltinya.
Untuk memperbaiki kekeliruan yang merugikan negara tersebut, perlu adanya dana khusus
terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan baik fisik maupun sosial dalam setiap
Undang-Undang.
Dalam rangka pelaksanaan konsep pertambangan yang berwawasan lingkungan, setiap
usaha pertambangan diwajibkan melakukan upaya meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positifnya. Salah satu cara yang bijaksana untuk mewujudkan
konsep tersebut adalah dalam mengeksplotasi sumber daya galian selalu
mempertimbangkan bahwa sumber daya bahan galian merupakan asset generasi yang akan
datang.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia jauh lebih besar
dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses alam. Kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia berlangsung secara terus menerus dan
makin lama makin besar pula kerusakan yang ditimbulkannya. Kerusakan lingkungan yang
disebabkan kegiatan manusia terjadi dalam berbagai bentuk seperti pencemaran,
pengerukan, penebangan hutan untuk berbagai keperluan, dan sebagainya. Majunya
teknologi seperti mobil, pabrik, dan sepeda motor membuat udara tercemar dan lapisan
ozon berlubang karena asap kendaraan. Lapisan ozon yang berlubang membuat sinar
matahari langsung ke bumi yang menyebabkan suhu di bumi naik. Karena suhu di bumi
naik es di kutub utara mulai mencair. Hal tersebut membuat permukaan air laut meningkat.
Hal ini sangat membahayakan kehidupan manusia karena dari ulahnya itu akan
terjadi bencana alam yang bisa datang kapan saja tanpa kita ketahui. Selain ulah manusia
bisa juga disebabkan oleh bumi ini yang semakin tua, semakin banyak penghuninya. Maka
kita dari sekaranglah ubah sikap egois kita jangan hanya mementingkan diri sendiri tetapi
pentingkan kehidupan bersama karena kedamaian,kesejahteran akan terjadi di sekitar
lingkungan hidup kita. Hidup damai dan Bumi akan bebas dari kerusakan. Oleh karena itu,
manusia harus segera menanggulangi kerusakan dengan cara menciptakan teknologi baru
untuk mengatasi setiap dampak dari kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia
ataupun gejala alam sendiri. Selain itu manusia juga harus berfikircermat tentang dampak
yang akan terjadi akibat perbuatan mereka agar dampak kerusakan tidak semakin meluas.
Selain menanggulangi manusia harus sadar dan mengintrospeksi diri mereka agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama seperti merusak lingkungan.
4.2 Saran
1. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Karena
pada saat ini pemerintah masih berpangku tangan atas apa yang terjadi dengan
lingkungan. Pemerintah harus tegas dalam menentukan tindakan untuk
menanggulangi kerusakan lebih lanjut seperti kerusakan hutan, kebakaran, asap
pabrik yang membuat lapisan ozon berlubang dan banyak kerusakan lain yang
disebabkan oleh manusia dengan cara reboisasi, penyuluhan tentang pentingnya
lingkungan hidup bagi kehidupan manusia.
2. Masyarakat harus menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam pemanfaatan
sumber daya harus memperhatikan dampak yang timbul dari penggunaan sumber
daya tersebut terhadap lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran atau
kerusakan lingkunganhidup
DAFTAR PUSTAKA
http://lotusbougenville.wordpress.com/2010/12/26/pencemaran-dan-kerusakan-
lingkungan/
http://kontektekim.blogspot.com/2007/10/solusi-tepat-mengatasi-global-
warming.html
http://ertizaaulialghani.blogspot.com/2011/10/pengertian-penyebab-dampak-dan-
cara.html
http://www.scribd.com/doc/25139330/makalah-lingkungan-hidup
http://fachruramadhan.blogspot.com/2012/12/kerusakan-lingkungan-hidup-
akibat.html
http://amiroelspesga.wordpress.com/2011/11/10/makalah-kerusakan-lingkungan-
hidup/
http://pitikkedu.blogspot.com/2012/11/pengertian-lingkungan-hidup.html
http://hadrianhalim.blogspot.com/2012/10/kerusakan-lingkungan-hidup.html