kerukunan.pdf

13
1 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA A. Pendahuluan Manusia dengan keterbatasannya mempunyai masalah yang serba kompleks dan penuh dinamik dalam menjalin interaksi sosial. Dalam memelihara keharmonisan hubungan antara sesamanya belum tentu berjalan lancar. Untuk memelihara keharmonisan hubungan ini, Tuhan menurunkan agama yang mengandung pedoman dasar dalam mengatur hubungan antara sesama manusia itu sendiri. Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiap golongan antar umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama masing-masing. Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara. Kerukunan antar beragama dalam kehidupan umat beragama sangatlah penting. Hal tersebut bukan hanya untuk individu dan kelompok tertentu, melainkan untuk terciptanya perdamaian dunia. Sebagaimana disinyalir oleh Hans Kung “tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian agama-agama”. 1 B. Pengertian Kerukunan dan Kerukunan antar Umat Beragama Kata kerukunanberasal dari kata dasar rukun”. Dalam bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti rukunadalah sebagai berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi 1 Hans Kung, Jalan Dialog, (Yogyakarta: CRCS UGM, 2010), hlm. 19

Transcript of kerukunan.pdf

  • 1KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

    A. PendahuluanManusia dengan keterbatasannya mempunyai masalah yang serba

    kompleks dan penuh dinamik dalam menjalin interaksi sosial. Dalam memeliharakeharmonisan hubungan antara sesamanya belum tentu berjalan lancar. Untukmemelihara keharmonisan hubungan ini, Tuhan menurunkan agama yangmengandung pedoman dasar dalam mengatur hubungan antara sesama manusia itusendiri.

    Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umatberagama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum sertakelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiapgolongan antar umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agamamasing-masing.

    Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadisetiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehinggamemungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota darisuatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota darigolongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkanhubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara.

    Kerukunan antar beragama dalam kehidupan umat beragama sangatlahpenting. Hal tersebut bukan hanya untuk individu dan kelompok tertentu,melainkan untuk terciptanya perdamaian dunia. Sebagaimana disinyalir oleh HansKung tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian agama-agama.1

    B. Pengertian Kerukunan dan Kerukunan antar Umat BeragamaKata kerukunan berasal dari kata dasar rukun. Dalam bahasa Arab

    ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya: rukun islam,asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia artirukun adalah sebagai berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi

    1 Hans Kung, Jalan Dialog, (Yogyakarta: CRCS UGM, 2010), hlm. 19

  • 2untuk sahnya pekerjaan, seperti: tidak sah sembahyang yang tidak cukup syaratdan rukunnya; (2) asas, berarti: dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik,tidak menyimpang dari rukunnya; rukun islam: tiang utama dalam agama islam;rukun iman: dasar kepercayaan dalam agama Islam.

    Rukun (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan: kitahendaknya hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat: pendudukkampng itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan; (2) menjadikanbersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa rukun; kesepakatan:kerukunan hidup bersama.2

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas kata rukun secara etimologi,

    berasal dari bahasa Arab yang berarti tiang, dasar, dan sila. Kemudianperkembangannya dalam bahasa Indonesia, kata rukun sebagai kata sifatyang berarti cocok, selaras, sehati, tidak berselisih.

    Dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonious atau concord.Dengan demikian, kerukunan berarti kondisi social yang ditandai oleh adanyakeselarasan, kecocokan, atau ketidak berselisihan (harmony, concordance).Dalam literature ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah intergrasi (lawandisintegrasi) yang berarti the creation and maintenance of diversified patterns ofinteractions among outonomous units. Kerukunan merupakan kondisi, prosestercipta dan terpeliharannya pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit(unsure / sub sistem) yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbalbalik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, salingmenghormati dan menghargai, serta sikap saling memaknai kebersamaan.3 Dalampengertian sehari-hari kata rukun dan kerukununan adalah damai dan perdamaian.Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan danberlaku dalam dunia pergaulan.

    Bila kata kerukunan ini dipergunakan dalam konteks yang lebih luas,seperti antar golongan atau antar bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkanmenurut tujuan, kepentingan dan kebutuhan masing-masing, sehingga dapat

    2Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-Undangan KerukunanUmat Beragama (Jakarta: Puslitbang, 2008) hlm. 5.

    3Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta, Puslitbang, 2005) hlm : 7-8

  • 3disebut kerukunan sementara, kerukunan politis dan kerukunan hakiki.Kerukunan sementara adalah kerukunan yang dituntut oleh situasi sepertimenghadapi musuh bersama. Bila musuh telah selesai dihadapi, maka keadaankembali seebagaimana sebelumnya. Kerukunan politis sama dengan kerukunansebenarnya karena ada sementara pihak yang merasa terdesak. Kerukunan politisbiasanya terjadi dalam peperangan dengan mengadakan genjatan senjata untukmengulur-ulur waktu, sementara mencari kesempatan atau menyusun kekuatan.

    Sedangkan kerukunan hakiki adalah kerukunan yang didorong oleh kesadarandan hasrat bersama demi kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakiki adalahkerukunan murni, mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari segalapengaruh dan hipokrisi.

    Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata kerukunan hanyadipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Kerukunan antar umatberagama bukan berarti merelatifir agama-agama yang ada dan melebur kepadasatu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itusebagai mazhab dari agama totalitas itu, melainkan sebagai cara atau sarana untukmempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama atauantara golongan umat beragama dalam kehidupan social kemasyarakatan.4

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkanbahwa kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting:pertama, kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orangatau kelomppok lain. Kedua, kesediaan membiarkan orang lain untukmengamalkan ajaran yang diyakininya. Dan ketiga, kemampuan untukmenerima perbedaan selanjutnya menikmati suasana kesahduan yang dirasakanorang lain sewaktu mereka mengamalkan ajaran agamanya. Adapun aktualisasidari keluhuran masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari setiaporang . Lebih dari itu, setiap agama adalah pedoman hidup umat manusia yangbersumber dari ajaran ketuhanan.

    4 Said Agil Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama (Jakarta, Ciputat Press,2005) hlm : 4-5

  • 4Dalam terminologi yang digunakan oleh pemerintah secara resmi, konsepkerukunan hidup umat beragama mencakup tiga kerukunan, yaitu: (1) kerukunanintern umat beragama; (2) kerukunan antar umat beragama; dan (3) kerukunanantar umat beragama dengan pemerintah. Tiga kerukunan tersebut biasa disebutdengan istilah Trilogi Kerukunan.

    Dalam pasal 1 angka (1) peraturan bersama Menteri Agama dan MenteriDalam No. 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan tugas KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadatdinyatakan bahwa: Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesamaumat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati,menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara KesatuanRepublik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

    Mencermati pengertian kerukunan umat beragama, tampaknya peraturanbersama di atas mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa kondisi idealkerukunan umat beragama, bukan hanya tercapainya suasana batin yang penuhtoleransi antar umat beragama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimanamereka bisa saling bekerjasama.5

    Membangun kehidupan umat beragama yang harmonis bukan merupakanagenda yang ringan. Agenda ini harus dijalankan dengan hati-hati mengingatagama sangat melibatkan aspek emosi umat, sehingga sebagian mereka lebihcenderung pada klaim kebenaran dari pada mencari kebenaran. Meskipun

    sejumlah pedoman telah digulirkan, pada umumnya masih sering terjadi gesekan-gesekan ditingkat lapangan, terutama berkaitan dengan penyiaran agama,pembangunan rumah ibadah, perkawinan berbeda agama, bantuan luar negeri,

    5 Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan,.., hlm. 6-7

  • 5perayaan hari-hari besar keagamaan, kegiatan aliran sempalan, penodaan agama,dan sebagainya.6

    C. Pemantapan Kerukunan dan Peningkatan Kualitab Kerukunan antarUmat Beragama

    Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukansuatu upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragamasecara mantap dalam bentuk :

    1) Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,serta antar umat beragama dengan pemerintah.

    2) Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upayamendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukundalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaandan sikap toleransi.

    3) Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangkamemantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalanagama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antarumat beragama.

    4) Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilaikemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinyadijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsipberpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya denganmemperlihatkan adanya sikap keteladanan. Dari sisi ini maka kita dapatmengambil hikmahnya bahwa nilainilai kemanusiaan itu selalu tidakformal akan mengantarkan nilai pluralitas kearah upaya selektifitas

    kualitas moral seseorang dalam komunitas masyarakat mulya (Makromah),yakni komunitas warganya memiliki kualitas ketaqwaan dan nilai-nilaisolidaritas sosial.

    5) Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi

    6Muhaimin AG, damai di dunia untuk semua perspektif berbagai agama, (Jakarta,puslitbang, 2004) hlm ; 19.

  • 6kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidakterjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatanmaupun sosial keagamaan.

    6) Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengancara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain,sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa

    dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.7) Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan

    bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yangdapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

    Untuk menjaga agar kerukunan umat beragama selalu terjaga dankeberagamaan tidak menjadi biang penyebab konflik, ada lima kualitas kerukunanumat beragama yang perlu dikembangkan, yaitu: nilai religiusitas, keharmonisan,kedinamisan, kreativitas, dan produktivitas. Pertama, kualitas kerukunan hidupumat beragama harus merepresentasikan sikap religius umatnya. Kerukunan yangterbangun hendaknya merupakan bentuk dan suasana hubungan yang tulus yangdidasarkan pada motif-motif suci dalam rangka pengabdian kepada Tuhan. Olehkarena itu, kerukunan benar-benar dilandaskan pada nilai kesucian, kebenaran,dan kebaikan dalam rangka mencapai keselamatan dan kesejahteraan umat.

    Kedua, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkanpola interaksi antara sesama umat beragama yang harmonis, yakni hubungan yangserasi, senada dan seirama, tenggang rasa, saling menghormati, saling

    mengasihi dan menyayangi, saling peduli yang didasarkan pada nilaipersahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa sepenanggungan. Ketiga,kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada pengembangannilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana yang interaktif,bergerak, bersemangat, dan bergairah dalam mengembangkan nilai kepedulian,keaktifan, dan kebajikan bersama. Keempat, kualitas kerukunan hidup umatberagama harus dioreintasikan pada penngembangan suasana kreatif. Suasanayang dikembangkan, dalam konteks kreativitas interaktif, diantaranya suasana

  • 7yang mengembangkan gagasan, upaya, dan kreativitas bersama dalamberbagai sector kehidupan untuk kemajuan bersama yang bermakna.

    Kelima, kuallitas kerukunan hidup umat bergama harus diarahkan pulapada pengembangan nilai produktivitas umat. Untuk itu, kerukunan di tekankanpada pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan nilai-nilai socialpraktis dalam upaya mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan,seperti mengembangkan amal kebajikan, bakti social, badan usaha, dan berbagaikerjasama social ekonomi yang mensejahterakan umat.7

    Adapun langkah-langkah yang harus diambil dalam memantapkankerukunan hidup umat beragama, diarahkan kepada 4 (empat) strategi yangmendasar yakni :

    a) Para pembina formal termasuk aparatur pemerintah dan para pembina nonformal yakni tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponenpenting dalam pembinaan kerukunan antar umat beragama.

    b) Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perluditingkatkan sikap mental dan pemahaman terhadap ajaran agama sertatingkat kedewasaan berfikir agar tidak menjurus ke sikap primordial.

    c) Peraturan pelaksanaan yang mengatur kerukunan hidup umat beragamaperlu dijabarkan dan disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruhlapisan masyarakat, dengan demikian diharapkan tidak terjadikesalahpahaman dalam penerapan baik oleh aparat maupun olehmasyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertiandiantara sesama umat beragama.

    d) Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antarumat beragama untuk menjembatani kerukunan antar umat beragama.

    D. Faktor-Faktor Penghambat Kerukunan Umat BeragamaDalam perjalanannya menuju kerukunan umat beragama selalu diiringi

    dengan beberapa faktornya, ada yang beberapa diantaranya bersinggungan secara

    7Ridwan Lubis, Kompilasi Kebijakan,,hlm: 12-13

  • 8langsung di masyarakat, ada pula terjadi akibat akulturasi budaya yang terkadangberbenturan dengan aturan yang berlaku di dalam agama itu sendiri.

    Faktor-Faktor Penghambat Kerukunan Umat Beragama antara lain:1) Pendirian rumah ibadah: apabila dalam mendirikan rumah ibadah tidak

    melihat situasi dan kondisi umat beragama dalam kacamata stabilitassosial dan budaya masyarakat setempat maka akan tidak menutupkemungkinan menjadi biang dari pertengkaran atau munculnyapermasalahan umat beragama.

    2) Penyiaran agama: apabila penyiaran agama bersifat agitasi danmemaksakan kehendak bahwa agama sendirilah yang paling benar dantidak mau memahami keberagamaan agama lain, maka dapatmemunculkan permasalahan agama yang kemudian akan menghambatkerukunan antar umat beragama, karena disadari atau tidak kebutuhanakan penyiaran agama terkadang berbenturan dengan aturankemasyarakatan.

    3) Perkawinan beda agama: perkawinan beda agama disinyalir akanmengakibatkan hubungan yang tidak harmonis, terlebih pada anggotakeluarga masing-masing pasangan berkaitan dengan hukum perkawinan,

    4) warisan, dan harta benda, dan yang paling penting adalah keharmonisanyang tidak mampu bertahan lama di masing-masing keluarga.

    5) Penodaan agama: yaitu melecehkan atau menodai doktrin suatu agamatertentu. Tindakan ini sering dilakukan baik perorangan atau kelompok.Meski dalam skala kecil, baru-baru ini penodaan agama banyak terjadibaik dilakukan oleh umat agama sendiri maupun dilakukan oleh umatagama lain yang menjadi provokatornya.

    6) Kegiatan aliran sempalan: adalah suatu kegiatan yang menyimpang darisuatu ajaran yang sudah diyakini kebenarannya oleh agama tertentu.8 Halini terkadang sulit di antisipasi oleh masyarakat beragama sendiri,pasalnya akan menjadikan rancu diantara menindak dan menghormatiperbedaan keyakinan yang terjadi didalam agama ataupun antar agama.8http://www.docstoc.com/docs/21541975/Aktualisasi-Kerukunan-UmatBeragama.

  • 9E. Kerukunan Umat Beragama dalam IslamPengertian kerukunan dalam islam diberi istilah tasamuh atau toleransi.

    Sehingga yang dimaksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan,bukan dalam aqidah islamiyah (keimanan), karena akidah telah di jelaskan secarategas dan jelas dalam alquran dan hadist.9 Agama Islam merupakan agama yangditurunkan untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam, termasuk didalamnyaumat manusia. Islam diturunkan bukan untuk tujuan perang atau memaksakankehendak.

    Islam yang hakiki adalah kepercayaan yang mendalam dan tanpasedikitpun keraguan pada Tuhan. Islam dalam pengertian bahasa diartikanketundukan, kepasrahan pada tuhan dan kedamaian serta keselamatan. Sedangkanrealisasi kebenaran adalah bahwa tiada tuhan selain Allah dan tiga aspekkehidupan agama adalah islam yaitu menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah;iman artinya percaya dengan kebijaksanaan dan kearifan Allah, sedangkan Ihsanadalah berlaku benar dan berbuat baik, karena tahu bahwa allah senantiasamengawasi segala perbuatan dan geerak-gerik pikiran manusia.

    Sebagai manusia beragama, umat Islam diajarkan untuk saling mengasihi,memberi kepada mereka yang membutuhkan, bukan untuk kepentingan mereka,tetapi untuk kepentingan diri kita sendiri, untuk kepentingan membersihkan hatidan jiwa, dan kepentingan mengosongkan nurani kita dari perasaan tamak,sombong, tidak mau berbagi dan kikir.

    Bila agama yang dipahami selama ini adalah agama yang menghina,menyalahkan orang lain, dan menganggap diri kita yang paling benar, maka itubukanlah agama yang sesungguhnya. Kemungkinan besar adalah hanya ego padadiri manusia yang kemudian agama sebagai pe-legalis-an atas ego manusia itusendiri. Keangkuhan dan sikap memandang rendah orang lain, tidak pernahdiajarkan oleh agama apapun. Di dalam Al-Quran secarra tegas menyatakansebagaimana yang dijelaskan pada surat Al-Hujarat: 11 yang bebunyi:

    9 http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab8-kerukunan_antar_ummat_beragama.pdf

  • 10

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-lakimerendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebihbaik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkankumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. danjanganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggildengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilanadalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yangtidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

    Harusnya kita lebih tahu tentang prinsip Islam yang dibawa MuhammadSaw. Bahwa pengadilan dan hukuman adalah milik Allah, secara eksplisitberhubungan dengan prinsip terdahulu, keinginan akan keragaman keyakinan manusia, dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 272 disebutkan:

    bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akantetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yangdikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamumembelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. danapa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberipahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya(dirugikan).

    Jelaslah bahwa petunjuk adalah Allah dan dengan kehendak-Nya danDialah yang menentukan untuk memberi petunjuk kepada orang tertentu danbukanlah kepada yang lainnya

  • 11

    Al-Quran yang merupakan pedoman umat Islam sedangkan nabiMuhammad SAW merupakan nabi yang diutus untuk mendakwahkan tentangakhlaqal karimah. Sehingga tidak heran ketika Nabi Muhammad mengembangkanagama Islam di Madinah (setelah Hijrah), Islam sudah berada dalam kondisi yangpluralits atau majemuk. Kemajemukan ini tidak hanya pada perbedaan namunjuga budaya, suku, dan bahasa. Kenyataan ini sangat jelas dalam al-quran surtatal-hujarat ayat 13, bahwa perbedaan pandangan dan pendapat adalah sesuatu yangwajar bahkan akan memperkaya pengetahuan dalam kehidupan umat manusia,sehingga tidak perlu ditakuti. Kenyataan inilah yang mengiringi adanya perbedaancultural (dan juga politik) antara berbagai kelompok muslimin yang ada dikawasan-kawasan dunia.10 Perbedaan pendapat dalam segala aspek kehidupanmanusia merupakan satu fenomena yang telah lahir dan akan berkelanjutansepanjang sejarah man ini pada bahasa. usia. Tidak terkecuali umat Islam.Perbedaan sudah terjadi sejak masa Rasul saw, disamping juga tidak jarang dalammasalah-masalah keagamaan, Nabi membenarkan pihak-pihakyang berbeda.11

    Manusia beriman mempunyai dua dimensi hubungan yang harus selaludipelihara dan dilaksanakan, yakni hubungan vertikal dengan Allah SwT melaluishalat dan ibadah-ibadah lainnya, dan hubungan horizontal dengan sesamamanusia di masyarakat dalam bentuk perbuatan baik. Mukmin niscaya menjagaharmoni, keseimbangan, equilibrium antara intensitas hubungan vertikal danhubungan horizontal. Orientasi hubungan vertikal disimbolkan oleh pencariankeselamatan dan kebaikan hidup di akhirat, sedangkan hubungan horizontaldiorientasikan pada perolehan kebaikan dan keselamatan hidup di dunia.

    Interaksi manusia dengan sesamanya harus didasari keyakinan bahwa,semua manusia adalah bersaudara, dan bahwa anggota masyarakat Muslim jugasaling bersaudara. Ukhuwah mengandung arti persamaan dan keserasian dalambanyak hal. Karenanya persamaan dalam keturunan mengakibatkanpersaudaraan, dan persamaan dalam sifat-sifat juga membuahkan persaudaraan.

    10 Abdurrahman Wahid, Islam Ku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta, The WahidInstitute,2006) hlm. 351

    11 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam KehidupanMasyarakat), (Jakarta, Mizan, 1992) hlm. 362.

  • 12

    Persaudaraan sesama manusia dilandasi oleh kesamaan dan kesetaraanmanusia di hadapan Allah SwT.21 Dalam Al-Quran dinyatakan sebagai berikut:

    Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsadan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yangpaling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagiMaha Mengenal. (al-Hujarat: 13)Faktor penunjang lahirnya persaudaraan adalah persamaan. Semakin

    banyak persamaan, semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam cita danrasa merupakan faktor yang sangat dominan yang menjadikan seorang saudaramerasakan derita saudaranya. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial,perasaan tenang dan nyaman berada bersama jenisnya dan dorongan kebutuhanekonomi bersama juga menjadi faktor penunjang rasa persaudaraan itu. Islammenganjurkan untuk mencari titik singgung dan titik temu, baik terhadap sesamaMuslim, maupun terhadap non-Muslim.

    F. KesimpulanBerdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    kerukunan antara agama dapat didefinisikan dengan hubungan timbal balik yangditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, saling menghormatidan menghargai, serta sikap saling memaknai kebersamaan. Untuk mencapaitujuan pembentukan kerukunan beragama dapat dilakukan dengan beberapatahapan yang semuanya mengarah pada hidup yang harmoni dan toleransi dalamkehidupan.

    Dalam Islam, kerukunan beragama bukanlah hal yang dilarang, melainkanperintah untuk menghormati dan menghargai kelompok ini. Kalaupun kadang-kadang diplesetkan dengan jihad bukan berarti Islam menyuruh umatnya untukmenyerang kelompok, namun lebih bersifat untuk mempertahankan diri.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdurrahman Wahid, Islam Ku Islam Anda Islam Kita, Jakarta, The WahidInstitute,2006

    Hans Kung, Jalan Dialog, Yogyakarta: CRCS UGM, 2010

    http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab8-kerukunan_antar_ummat_beragama.pdf

    http://www.docstoc.com/docs/21541975/Aktualisasi-Kerukunan-UmatBeragama.

    Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-UndanganKerukunan Umat Beragama Jakarta: Puslitbang, 2008

    Muhaimin AG, damai di dunia untuk semua perspektif berbagai agama, Jakarta,puslitbang, 2004.

    Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Fungsi Dan Peran Wahyu DalamKehidupan Masyarakat), Jakarta, Mizan, 1992

    Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, Jakarta, Puslitbang, 2005

    Said Agil Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama Jakarta, CiputatPress, 2005