KERJASAMA INDIA DAN VIETNAM DALAM EKSPLORASI...
Transcript of KERJASAMA INDIA DAN VIETNAM DALAM EKSPLORASI...
KERJASAMA INDIA DAN VIETNAM DALAM EKSPLORASI
MINYAK TERKAIT KLAIM TIONGKOK DI ZONA
EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE) VIETNAM PERIODE
2011-2014
Skripsi
Reza Ratnasari
1110083000016
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kepentingan India dalam eksplorasi minyak
dengan Vietnam di Laut Tiongkok Selatan tahun 2011 hingga 2014. Pembahasan
skrispi ini fokus menyoroti kepentingan India dan kebijakan luar negerinya terkait
eksplorasi minyak di Laut Tiongkok Selatan, untuk menjawab pertanyaan
penelitan “Mengapa India dan Vietnam bekerjasama dalam ekplorasi minyak
terkait klaim Tiongkok di ZEE Vietnam periode 2011-2014?”. Ketika kawasan
Laut Tiongkok Selatan tengah berada dalam tekanan konflik perihal sengketa
wilayah, India masuk ke dalam perairan tersebut sebagai negara luar kawasan
yang memainkan peran melawan pengaruh Tiongkok yang justru menjadi
penghambatnya dalam eksplorasi minyak dengan Vietnam. Penulis melihat bahwa
kehadiran India di wilayah Laut Tiongkok Selatan menjadi pembahasan unik dan
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Untuk menjawab pertanyaan diatas, penulis
menggunakan Konsep Rational Choice untuk menganalisa alasan dibalik India
memilih negara Vietnam dalam kerjasama eksplorasi minyak. Selain itu, untuk
memperkuat argumen, penulis akan menggunakan kalkulasi untung rugi dalam
mempertimbangkan kerjasama antara India dan Vietnam untuk menghadapi
ambisi Tiongkok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan
mendeskripsikan situasi atau kejadian tertentu. Teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh penulis adalah kajian pustaka (library research), yaitu
pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur, baik berupa buku, artikel
jurnal, maupun sumber-sumber lain.
Kata Kunci: India, Kepentingan Nasional, Rational Choice.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan penuh
rahmat dan pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dalam rangka
memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi
Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
serta doa-doa orang yang telah mendukung penulis secara moril maupun materil.
Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati, ingin menyampaikan
terima kasih dan rasa hormat kepada:
1 Ibu Rahmi Fitriyanti, M.si, sebagai dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan pikiran di sela-sela kesibukannya dalam
membimbing dan membantu serta mengarahkan Penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
2 Bapak M. Adian Firnas, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus dosen
pembimbing akademik penulis yang telah banyak membantu dalam proses
berjalannya skripsi ini.
3 Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, S.E, M.M dan Ibu Inggrid Galuh
Mustikawati sebagai penguji sidang skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan selama masa revisi.
4 Bapak dan Ibu Penulis, Sugiyanto dan Sri Mulyani yang tiada henti-
hentinya memberi doa dukungan dan perhatian moriil maupun materi.
5 Bapak/Ibu dosen dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah mengajarkan
ilmu yang tidak ternilai sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi.
6 La Ode Muhammad Al Jabar Mokado, Aulia Rachman, Andriean Akbar
Pratama, Muhammad Farhan Syathri, Akram Husni Kamal, Ricardo
Taufano, Laili Shabrina Zulimar, Yuri Handayani, Clara Safitri yang
selalu memberi bantuan, dukungan serta semangat pada Penulis untuk
segera menyelesaikan skrispsi ini.
iii
7 Harum Qorinatuzzahro, Syarifah Aini, dan Dessy Salrianty yang telah
penulis anggap seperti saudara sendiri, terima kasih atas dukungannya
selama ini.
8 Terima kasih pada teman-teman kelas A Prodi Hubungan Intenasional
2010, Banu Punto Aji, Ramadhani Eko Putranto, Nabila Fatma Giyanti,
Ardhiana Fitriyanie dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu atas dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi kebaikan dimasa depan. Besar harapan penulis agar kelak skripsi
ini bermanfaat bagi para pembaca dan diharapkan mampu menambah keilmuan
HI, dengan tidak terlepas dari kekurangan skripsi ini. Semoga Allah membalas
kebaikan dan bantuan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih.
Tangerang, 8 Juni 2017
Reza Ratnasari
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK .................................................................. vii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... viii
BAB I Pendahuluan
A. Pernyataan Masalah........................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8
E. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 12
1. Konsep Rational Choice ............................................................. 12
F. Metode Penelitian ............................................................................. 17
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 19
BAB II Klaim Tiongkok Terhadap Wilayah Laut Tiongkok Selatan
A. Potensi dan Konflik di Laut Tiongko Selatan ................................. 21
B. Klaim Tiongkok terhadap ZEE Vietnam ........................................ 25
BAB III Kerjasama India dengan Vietnam dalam Eksplorasi Minyak periode
2011-2014
A. Kebutuhan Energi Minyak India ..................................................... 33
B. Kerjasama dan Hambatan Eksplorasi Minyak India dengan Vietnam
tahun 2011-2014 .............................................................................. 41
v
BAB IV Analisa Kepentingan India dalam Eksplorasi Minyak dengan
Vietnam terkait Klaim Tiongkok terhadap ZEE Vietnam tahun
2011-2014
A. Kepentingan India ........................................................................... 45
BAB V Kesimpulan
Kesimpulan .......................................................................................... 55
Lampiran
vi
DAFTAR SINGKATAN
ARF ASEAN Regional Forum
ASEAN Association of South East Asian Nations
BP British Petroleum
BRICS Brazil, Russia, India, China, South Africa
C3S Chennai Center for China Studies
CLCS Commissions on the Limits of the Continental Shelf
CNOOC China National Offshore Oil Corporation
EIA Energy Information Administration
FDI Foreign Direct Investment
HOA Heads of Agreement
ICC International Commision of Control and Supervision for Vietnam
MEA Ministry of External Affairs
MOU Memorandum of Understanding
NELP New Exploration Licensing Policy
ONGC Oil and Natural Gas Corporation
OPEC Organization of the Petroleum Exporting Countries
OVL Oil and Natural Gas Corporation Videsh Limited
PI Participating Interest
RSIS S. Rajaratnam School of International Studies
UNCLOS United Nations Convention on the Law of the Sea
USGS United State Geological Survey
ZEE Zona Ekonomi Eksklusif
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Peta Klaim ZEE Vietnam tahun 2009 .............................................. 3
Gambar II.B.1 Peta Wilayah Klaim Vietnam dan Tiongkok ................................ 29
Gambar II.B.2 Tumpang Tindih Blok Eksplorasi Vietnam dan Tiongkok ........... 31
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Grafik III.A.1 Pertumbuhan Kepemilikan Kendaraan Mobil dan Motor di India 37
Tabel III.A.1 Negara Importir Minyak India ........................................................ 38
Grafik III.A.2 Cadangan Minyak Negara di Asia Pasifik tahun 2012 .................. 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan membahas tentang kerjasama India dan Vietnam dalam
eksplorasi minyak di blok eksplorasi 127 dan 128 yang berada dalam Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Vietnam tahun 2011 hingga 2014. Tahun 2011 dipilih
sebagai awal penelitian karena, pada tahun ini kerjasama eksplorasi minyak antara
India dan Vietnam kembali ditanda tangani setelah sebelumnya sempat tertunda
sejak 2006. Permasalahn muncul ketika blok eksplorasi 127 dan 128 yang masih
berada dalam teritori ZEE Vietnam diklaim oleh Tiongkok untuk dibuka kepada
investor asing sebagai blok eksplorasi serta kerjasama eksplorasi minyak India
dan Vietnam dianggap ilegal karena melanggar batas teritorial Tiongkok.
Definisi mengenai ZEE terdapat dalam ketentuan Pasal 57 The United
Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) atau Konvensi Hukum
Laut tahun 1982 yang menyatakan bahwa lebar zona ekonomi eksklusif tidak
boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut wilayah diukur.
Menurut Pasal 56 dalam Konvensi tersebut pula disebutkan tentang hak-hak
negara dalam wilayah ZEE nya yaitu, konvensi memberikan hak-hak berdaulat
kepada negara pantai untuk keperluan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan
pengelolaan sumber kekayaan alam baik hayati maupun non hayati dari perairan
di atas dasar laut dan dari dasar laut untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi
2
ekonomi zona tersebut, seperti produksi energi dari air, arus, dan angin.1
Berdasarkan definisi tentang ZEE terlihat negara pantai memiliki banyak
keuntungan dalam hal eksplorasi dan eksploitasi mineral khususnya. Meskipun
demikian, negara-negara lain yang berpantai ataupun tidak dapat pula melakukan
eksplorasi dan eksploitasi di ZEE negara tersebut dengan ketentuan-ketentuan
kerjasama bilateral atau multilateral.
Kerjasama bilateral yang saat ini menjadi sorotan ialah eksplorasi minyak
India dan Vietnam di Laut Tiongkok Selatan. Sebagian Laut Tiongkok Selatan
merupakan bagian dari wilayah Vietnam. Seperti kita ketahui, letak negara
Vietnam berada di pesisir pantai yang langsung menghadap kawasan Laut
Tiongkok Selatan. Tahun 2009, Vietnam mengklaim ZEE dari garis pangkal
hingga pesisir pantai kepada pihak Commision on the Limits of the Continental
Shelf (CLCS). Meskipun Vietnam tidak mengeluarkan grafik resmi atau koordinat
geografis yang menunjukkan bagian luar garis batas ZEE, tetapi Vietnam
menyerahkan peta bersamaan dengan laporannya kepada pihak CLCS.2 Wilayah
yang diklaim oleh Vietnam berdasarkan laporan tersebut disebut sebagai VNM-M
yaitu, batas utara adalah garis antara garis pangkal laut teritorial Vietnam dan
garis pangkal laut teritorial dari Tiongkok, di bagian timur dan selatan adalah
1 Boer Mauna. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global. Bandung: PT. Alumni, 2003. 2 Robert Beckman dan Clive Schofield, “Defining EEZ Claims from Islands: A Potential South
China Sea Change,” Journal of Marine and Coastal Law (2009). Hal. 243 tersedia di
http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=2414&context=lhapapers
3
batas terluar landas kontinen sebagaimana yang telah didefinisikan olek Pasal 76
ayat 8 dari Konvensi UNCLOS 1982.3
Gambar I.A.1 Peta Klaim ZEE Vietnam tahun 2009
Sumber: Submission to the Commision on the Limits of the Continental Shelf Pursuant to
Article 76, Paragraph 8 of the United Nations Convention on the Law of the Sea 1982. Hal. 5.
Tahun 2006 India dan Vietnam menjalin kerjasama dalam ZEE Vietnam
antara perusahaan minyak negara India Oil and Natural Gas Videsh Limited
3 Submission to the Commision on the Limits of the Continental Shelf Pursuant to Article 76,
Paragraph 8 of the United Nations Convention on the Law of the Sea 1982. Hal. 2-3.
4
(ONGC) dan perusahaan minyak negara PetroVietnam. Keduanya
menandatangani perjanjian eksplorasi minyak di blok 127 dan 128 dengan 100%
izin operasi yang terletak di Phu Kanh, bagian utara Phan Thiet tepatnya Provinsi
Binh Thuan. Luas blok 127 meliputi 3.570 mil2
dan blok 128, 2.725 mil2.
4
Perjanjian tersebut merupakan bagian dari hubungan baik antara India dan
Vietnam yang telah terjalin sejak Vietnam merdeka dari Perancis tahun 1954.
Dimana India merupakan negara pertama yang mendukung dan mengakui
kemeredekaan Vietnam saat itu. Setelah itu, hubungan bilateral keduanya semakin
erat, hingga pada perang Vietnam (1955-1975) terjadi, India sebagai anggota dari
International Commision of Control and Supervision for Vietnam (ICC)
menunjukkan dukungannya untuk menghentikan gencatan senjata dan membuat
resolusi untuk konflik Vietnam melalui persetujuan Jenewa.5
Eksplorasi blok 127 dan 128 bukanlah kerjasama pertama antara India
Vietnam dalam bidang eksplorasi minyak. Sebelumnya, tahun 1988 India berhasil
mengakuisisi blok 06.1 di lepas pantai Vietnam dan mendapat 45% Participating
Interest (PI)6 , 35% untuk British Petroleum, dan 20% untuk PetroVietnam
7
dengan jumlah investasi mencapai USD 415 juta.8
Pada 2006, India
mengeksplorasi blok 127. Akan tetapi tidak lama setelah itu, India memutuskan
4
UPI, “India, Vietnam im offshore exploration,” UPI 25 Mei 2006 tersedia di
http://www.upi.com/India-Vietnam-in-offshore-exploration/56371148574835/ 5 Yogendra Singh, India-Vietnam Relations the Road Ahead, IPSC Special Report No. 40, April
2007 tersedia di https://www.files.ethz.ch/isn/93321/IPCS-Special-Report-40.pdf 6 “OVL Acquired Block 6.1 in Vietnam offshore: R.P.N Singh,” Expose India Live, (16 Mei
2012); tersedia di http://exposeindialive.com/eil/?p=20114; diunduh pada 5 Januari 2017. 7 B. Raman, “India-Vietnam Oil/Gas Cooperation Sparks Jingoistic Anger in Chinese Media,”
Chennai Center for China Studies, (17 Oktober 2011); tersedia di
http://www.c3sindia.org/southeastasia/2618; Internet; diakses pada 23 Agustus 2016. 8 “Vietnam Offers 6 Oil and Gas Blocks to OVL,” Deccan Herald, (21 November 2013); tersedia
di http://www.deccanherald.com/content/370258/vietnam-offers-6-oil-gas.html; Internet; diakses
pada 23 Agustus 2016.
5
untuk melepaskan blok tersebut setelah mendapat hambatan logistik serta tidak
ditemukannya minyak.9 Sedangkan, untuk blok 128 India memutuskan untuk
memperpanjang kontrak hingga Juni 2014 meskipun, diyakini blok tersebut juga
memiliki prospek rendah akan keberadaan minyaknya. Namun, menurut
perjanjian, jika India batal mengeksplorasi blok tersebut maka, Vietnam
mengenakan penalti sebesar USD 15 sampai USD 20 milyar.10
Dalam kunjungan kenegaraan India di Vietnam, Perdana Menteri
Manmohan Singh dan Presiden Vietnam Truong Tan Sang pada 12 Oktober 2011
membahas eksplorasi minyak di blok 128. Kedua negara kembali menandatangani
perjanjian untuk memperluas dan meningkatkan eksplorasi minyak di Laut
Tiongkok Selatan.11
India sempat mengalami keraguan untuk melanjutkan
kerjasama tersebut akibat konfrontasi Tiongkok terhadapnya di Laut Tiongkok
Selatan pada Juli 2011. Pada Juli 2011, kapal India INS Airavat mengadakan
kunjungan persahabatan ke Vietnam yang berlangsung dari tanggal 19 hingga 28
Juli. Tepatnya 22 Juli 2011, ketika INS Airavat berlayar dari pelabuhan Nha
Trang menuju Haipong pada jarak sekitar 45 mil laut dari pantai Vietnam. INS
Airavat terganggu dengan adanya siaran radio terbuka yang mengaku berasal dari
pihak Angkatan Laut Tiongkok dan memperingatkan, “you are entering Chinese
9 Rahul Mishra, “India-Vietnam New Waves of Strategic Engagement,” Indian Council of World
Affairs 20 Januari 2014. Hal. 5. 10
PTI, “ONGC not to Exit Vietnam Block Despite Poor Prospectivity,” The Times of India 12 Juli
2015 tersedia di http://timesofindia.indiatimes.com/business/india-business/ONGC-not-to-exit-
Vietnam-block-despite-poor-prospectivity/articleshow/48040450.cms 11
Harsh V. Pant, “South China Sea: New Arena of Sino-India Rivalry,” YaleGlobal Online 2
Agustus 2012 tersedia di http://yaleglobal.yale.edu/content/south-china-sea-new-arena-sino-
indian-rivalry
6
waters. Move out of here.”12
Kejadian ini telah membuat India berfikir dua kali
untuk kembali melanjutkan eksplorasi. Melalui Menteri Perminyakan India pada
Mei 2011, R.P.N. Singh mengatakan kepada Parlemen bahwa OVL memutuskan
untuk mengembalikan blok eskplorasi 128 di Vietnam dengan alasan tidak
ditemukannya minyak disana.13
Akan tetapi, India tetap memutuskan untuk
melanjutkan kerjasama tersebut dan tidak menggap kejadian INS Airavat sebagai
konfrontasi Tiongkok. Bahkan, dalam situs resmi Kementrian Luar Negeri India
menegaskan bahwa, “India supports freedom of navigation in international waters,
including in the South China Sea, and the right of passage in accordance with
accepted principles of international law. These principles should be respected by
all,”14
yang artinya India mendukung kebebasan navigasi di perairan internasional,
termasuk Laut Tiongkok Selatan dan hak lintas sesuai dengan prinsip yang
diterima dari hukum internasional. Prinsip-prinsip ini harus dihormati oleh semua.
Keputusan India untuk tetap berada di perairan Vietnam telah mengabaikan
peringatan dari pihak Tiongkok. Tiongkok sebagai negara yang mengklaim
sebagian ZEE Vietnam merasa geram dengan kehadiran India di wilayah tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan pada 15 September
2011 perihal keberatannya atas kerjasama eksplorasi minyak India dan Vietnam
yang dianggap telah mengganggu kepentingan nasional Tiongkok, Jiang Yu
menyatakan bahwa,“our consistent position is that we are opposed to any country
12
Indrani Bagchi, “China harasses India Naval Ship on South China Sea,” The Times of India 2
September 2011 tersedia di http://timesofindia.indiatimes.com/india/China-harasses-Indian-naval-
ship-on-South-China-Sea/articleshow/9829900.cms 13
Harsh V. Pant, “South China Sea: New Arena of Sino-India Rivalry.” 14
Ministry of External Affairs; tersedia di http://www.mea.gov.in/media-
briefings.htm?dtl/3040/incident+involving+ins+airavat+in+south+china+sea New Delhi, 1
September 2011; Internet; diakses pada 5 Januari 2016.
7
engaging in oil and gas exploration and development activities in waters under
China‟s jurisdiction.”15
Meskipun dengan adanya peringatan dari Tiongkok, India
tetap maju untuk terus melanjutkan kerjasama eksplorasi dengan Vietnam di blok
127 dan 128. Keputusan India untuk tetap melanjutkan kerjasama eksplorasi
minyak bersama Vietnam ini menjadi menarik untuk dijadikan penelitian. Maka
dari itu, penulis tertarik untuk meniliti hal ini dalam penelitian skripsi yang
berjudul Kerjasama India dengan Vietnam dalam Eksplorasi Minyak terkait klaim
Tiongkok di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Vietnam tahun 2011-2014.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan singkat pada pernyataan masalah maka dapat
disimpulkan pertanyaan untuk penelitian ini adalah:
Mengapa India dan Vietnam bekerjasama dalam ekplorasi minyak terkait
klaim Tiongkok di ZEE Vietnam periode 2011-2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Untuk mengetahui peristiwa kerjasama eksplorasi minyak antara India
dan Vietnam yang terjadi pada tahun 2011-2014.
2. Untuk mengetahui kepentingan India dalam kerjasama eksplorasi
minyak tersebut.
3. Untuk mengetahui upaya India dan Vietnam dalam mengatasi klaim
Tiongkok terhadap ZEE Vietnam.
15
Ananth Krishnan, “China Warns India on South China Sea Exploration Projects,” The Hindu 15
September 2011 tersedia di http://www.thehindu.com/news/international/china-warns-india-on-
south-china-sea-exploration-projects/article2455647.ece
8
Manfaat dari penelitian ini ialah agar dapat dijadikan rujukan bagi penelitian
selanjutnya yang terkait dengan kerjasama India dan Vietnam dalam eksplorasi
minyak maupun klaim Tiongkok terhadap sebagian ZEE Vietnam.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan dipaparkan berbagai penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya untuk memberikan signifikansi pada topik penelitian yang
diambil. Referensi pertama yaitu, salah satu karya ilmiah yang berfokus
membahas tentang kebijakan luar negeri India di ASEAN adalah Tesis Hubungan
Internasional yang ditulis oleh Mansur dengan judul Kebijakan Look East Policy
India terhadap Negara-negara ASEAN Pasca Perang Dingin periode 1992-2005,
Universitas Indonesia-Depok pada tahun 2008. Kerangka pemikiran yang
digunakan adalah konsep Kebijakan Luar Negeri James N. Rosenau. Penelitian ini
mengutip pernyataan C. Raja Mohan (2004) bahwa, terdapat empat kondisi alasan
India merilis Look East sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya di kawasan
Asia Tenggara. Pertama, paska Perang Dingin pengaruh besar terjadi di India dan
Asia Tenggara yang mendukung pola relasi baru yang bersifat strategis, baik
dalam lanskap politik maupun ekonomi. Kedua, Look East membuka ruang dialog
baru bagi India untuk merevitalisasi hubungannya dengan negara-negara Asia
Tenggara. Ketiga, interdependensi dalam sektor ekonomi memungkinkan
terbangunnya proyeksi kerjasama diantara negara-negara di dunia, termasuk
diantara India dan negara-negara Asia Tenggara. Keempat, kedekatan geografis
diantara kedua belah pihak menjadikan kerjasama positif sebagai pilihan yang
rasional, baik India maupun negara-negara Asia Tenggara.
9
Hal yang membedakan tesis tersebut dengan penelitian ini ialah skripsi ini
fokus pada hubungan India dan Vietnam serta kasus yang lebih signifikan yaitu,
kerjasama eksplorasi minyak India dan Vietnam dengan tahun penelitian 2011
hingga 2014.
Sumber referensi kedua ialah skripsi yang ditulis oleh Nurul Adi Prasetyo
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember yang berjudul
“Kerjasama India-Vietnam dalam Eksplorasi Minyak sebagai Resistensi atas
Klaim China di Laut China Selatan” tahun 2014. Skripsi tersebut membahas
tentang fungsi kerjasama eksplorasi minyak India dan Vietnam sebagai resistensi
terhadap klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Pada skripsi ini, Nurul
menggunakan konsep resistensi, hedging, kerjasama internasional, ekonomi
politik internasional, energy security dan geopolitik. Masing-masing konsep
digunakan untuk menganalisa kepentingan nasional India diantaranya, konsep
energy security yang digunakan untuk menjelaskan kepentingan dalam
mengamankan suplai energi domestik India, konsep hedging yang digunakan
untuk melindungi blok minyak India di Laut Tiongkok Selatan, dan konsep
Geopolitik yang digunakan untuk menganalisa kepentingan kebebasan navigasi.
Adapun hal yang membedakan skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah
terletak pada kepentingan India. Penelitian ini berfokus pada kepentingan India
dalam kerjasama eksplorasi dengan Vietnam sedangkan, Skripsi tersebut memiliki
fokus kerjasama eksplorasi sebagai resistensi terhadap pengaruh Tiongkok di
kawasan Laut Tiongkok Selatan dan sekitarnya.
10
Referensi ketiga yaitu, karya ilmiah selanjutnya yang berfokus dalam
kerjasama India-Vietnam ialah artikel yang ditulis oleh Dr. Rahul Mishra pada
tahun 2014 dengan judul “India-Vietnam: New Waves of Strategic Engagement.”
Artikel ini memaparkan tentang beberapa kerjasama yang menunjukkan
perkembangan hubungan bilateral kedua negara. Dimulai dari Hubungan Stratejik
India-Vietnam tentang kerjasama keamanan dalam Protokol pertahanan tahun
2000 hingga kerjasama latihan militer gabungan sampai saat ini. Kedua, hubungan
kerjasama Ekonomi. India bersedia memperpanjang pinjaman dana bantuan ke
Vietnam dan kerjasama eksplorasi minyak di Laut Tiongkok Selatan.
Dr. Rahul Mishra menyatakan secara metode dan pragmatis, hubungan
India-Vietnam merupakan keamanan konvergen dan kepentingan ekonomi yang
membuat keduanya bekerjasama. Antara India dan Vietnam memiliki hubungan
simbiosis mutualisme dimana dalam hubungan ini India mendapatkan peran untuk
membentuk pola keamanan di kawasan sedangkan bagi Vietnam, India
merupakan rekan kerja penting dalam mewujudkan kepentingan strategisnya di
kawasan maritim serta menjadikan India sebagai kekuatannya dalam konflik Laut
Tiongkok Selatan.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan karya ilmiah tersebut ialah,
fokus kerjasama yang dibahas. Dalam peneltian ini, penulis memiliki fokus
kerjasama yaitu eksplorasi minyak antara India dan Vietnam. Sedangkan karya
Ilmiah tersebut memaparkan berbagai kerjasama diantaranya militer, ekonomi dan
strategis yang bermula dari tahun 2000. Pada penelitian ini, penulis membatasi
pembahasan kerjasama eksplorasi dalam rentang waktu 2011 hingga 2014.
11
Tinjauan pustaka keempat yaitu, karya ilmiah berfokus membahas tentang
kepentingan India di Laut Tiongkok Selatan ialah India‟s Role in the South China
Sea: Geopolitics and Geoeconomics in Play yang ditulis oleh David Scott tahun
2013. Scott membagi dua kepentingan India di Laut Tiongkok Selatan yaitu
kepentingan geopolitik dan geoekonomi. Konsep yang digunakan ialah “extended
neighborhood” dan “Indo-Pacific”. Extended neighborhood merupakan konsep
yang berakar dari kebijakan Look East dimana dalam tulisan ini Scott mengutip
pernyataan Perdana Menteri Yashwant Sinha yaitu, “we have articulated the
concept of an extended neighborhood for India which stretches … to the South
China Sea.”16
Pernyataan ini menjelaskan bahwa India memiliki kepentingannya
di Laut Tiongkok Selatan yaitu, kepentingan strategis. Selanjutnya adalah konsep
Indo Pacific dimana Scott menyoroti hubungan kerjasama antara India dan
ASEAN sebagai landasan pentingnya India untuk menjaga hubungan baik dengan
negara-negara ASEAN terkait dalam bidang ekonomi dan kepentingan untuk
menjaga stabilitas dan keamanan kawasan tersebut.
Perbedaan tulisan tersebut dengan penelitian ini adalah karya ilmiah David
Scott tersebut yang berfokus pada peran dan bagaimana tindakan India dalam
mencapai kepentingannya di Laut Tiongkok Selatan. Konsep yang digunakan
untuk menjelaskan kepentingan India pun berbeda dengan penelitian ini.
Penelitian ini berfokus pada kepentingan India melalui kerjasamanya dengan
Vietnam dengan menggunakan konsep kepentingan nasional dan konsep energy
16
Yashwant Sinha, 12th
SAARC Summit and Beyond, 3 February 2004 diakses dari
http://meaindia.nic.in/speech.
12
security untuk menjelaskan kepentingan India dalam kerjasama eksplorasi minyak
dengan Vietnam.
E. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini, konsep yang digunakan untuk menganalisa kepentingan
India dalam kerjasama ekplirasi dengan Vietnam terkait klaim Tiongkok di Zona
Ekonomi Eksklusif Vietnam ialah 2011-2014 ialah konsep rational choice atau
pilihan rasional.
1. Konsep Rational Choice
Hugh Ward mengatakan dalam karyanya dengan judul Rational Choice
bahwa, rational choice atau pilihan rasional merupakan bagian tak terpisahkan
dari perangkat analisa para ilmuwan politik, karena banyak hal penting yang dapat
dijelaskan secara parsial dari perspektif ini.17
Landasan dasar asumsi rational choice ialah individu sebagai aktor pada
dasarnya egois, rasional, dan selalu berupaya untuk memaksimalkan utilitas dan
keuntungan bagi dirinya.18
Stephen M. Waltz mengemukakan lebih lanjut dalam
jurnal Rigor or Rigor Mortis? Rational Choice and Security Studies19
bahwa:
1. Rational Choice theory is individualistic: social and political outcomes
are viewed as the collective product of individual choice (or as the product
of choices made by unitary actors).
17
Hugh Ward, “Rational Choice” dalam David Marsh dan Gerry Stokker, ed., Theory and
Methods in Political Science, Palgrave McMillan :2002 18
Didik J. Rachbini, Ekonomi Politik: paradigm, Teori dan Perspektif Baru, Jakarta: Cides. Hal.
18. 19
Stephen M. Waltz, “Rigir or Rigor Mortis? Rational Choice and Security Studies,” MIT Press
Journals, Spring.
13
2. Rational choice theory assumes that each octor seeks to maximize its
“subjective expected utility”. Given a particular set of preferences and a
fixed array of possible choices, actor will select the outcome that brings
the greatest expeted benefits.
3. The specification of actor preferences is subject to certain constraits: (a)
an actor‟s preferences must be complete (meaning we can rank order their
preference for different outcomes); and (b) preferences must be transitive
(if A is preferred to B and B toC, the A is preffered to C).20
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat tiga poin yang dijelaskan oleh
Waltz. Pertama, teori rational choice bersifat individu. Artinya, hasil-hasil sosial
dan politik dipandang sebagai produk kolektif atas pilihan individu. Waltz juga
menambhakan aktor kesatuan juga dapat diartikan sebagai aktor negara pada teori
pilihan rasional. Asumsi kedua Waltz yaitu, setiap aktor berusaha untuk
memaksimalkan kepentingannya. Hal tersebut dilakukan oleh aktor dengan
mengambil suatu pilihan yang akan membawa hasil maksimal terhadap
pencapaian kepentingan. Ketiga, Waltz menyatakan teori pilihan rasional
merupakan alat untuk membuat kesimpulan logis tentang bagaimana manusia atau
negara membuat keputusan. Dari penjelasan mengenai teori pilihan rasional
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teori tersebut merupakan instrumen
mengenai maksud dan tujuan atau pilihan terarah dari negara untuk mencapai
kepentingannya di lingkungan internasional. Teori pilihan rasional ini digunakan
untuk mencapai kepentingan negara di lingkungan internasional, selain itu pula
20
14
teori ini dapat digunakan untuk menganalisa cost dan benefit dari pilihan yang
dilakukan negara untuk mencapai kepentingannya.
Berada dalam situasi anarki bukan berarti menutup kemungkinan
kerjasama antar aktor negara terlebih jika ingin mencapai keuntungan maksimum.
Kerjasama merupakan hasil dari asumsi bahwa dunia merupakan tempat
kompetisi yang diatur oleh kepentingan.21
Dalam konsep pilihan rasional, Robert
Axelrod dan Keohane mengasumsikan pilihan yang diambil harus berdasarkan
kalkulasi untung rugi, hingga dapat memutuskan pilihan sesuai dengan alternatif
yang paling menguntungkan yang disebut juga dengan istilah payoff.
Axelrod dan Keohane membagi payoff dalam tiga dimensi yang
mempengaruhi aktor untuk melakukan kerjasama yaitu, mutuality of interest, the
shadow of the future dan number of actors. Pertama, mutuality of interest
memiliki tingkat kerjasama yang berbeda. Lebih besar konflik kepentingan antar
aktor, maka akan lebih besar pula kemungkinan aktor memilih untuk defect dalam
kerjasama. Axelrod dan Keohane membaginya dalam empat karakter yaitu:
1. The benefit of mutual cooperation (CC)
2. Relative to mutual defection (DD)
3. The benefits of unilateral defection (DC)
4. Relative to unrequited cooperation (CD)
Empat karakter tersebut mendapatkan prioritas masing-masing sesuai
dengan bentuk-bentuk game theory seperti Prisoner‟s Dilemma, Chicken Game,
Stag-Hunt, dan Deadlock. Prisoner‟s Dilemma merupakan strategi dimana aktor
21
Steven L. Lamy, “Contemporary Mainstream Approaches: Neo-realism and Neo-liberalism”, in
John Baylis & Steven Smith (eds.) The Globaliation of World Politics. 2nd
Edition, Oxford, hal.
193
15
akan cenderung mencari keuntungan pribadi. Strategi permainan prisoner‟s
dilemma cenderung mencari keuntungan pribadi dan kerjasama dua aktor bukan
opsi terbaik untuk memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu, aktor akan
cenderung melakukan defect. Karena DC nilainya lebih besar daripada CC.
bahkan nilai DD nilainya lebih besar dibanding CD. Dalam strategi prisoner‟s
dlemma menunjukkan bahwa konflik kepentingan diantara pemain sangat beasr,
maka lebih besar pula kemungkinan pemain memilih untuk defect atau tidak
bekerjasama.
Berbeda dengan prisoner‟s dilemma, strategi stag-hunt cenderung
membutuhkan kerjasama yang baik antara dua aktor. Stag-hunt diperkenalkan
oleh Jean Jacques Rousseau dalam “discourse on the origin and foundations of
inequality among men” atau wacana tentang asal-usul dan dasar-dasar
ketidaksetaraan di antara manusia dengan analogi sebagai dua pemburu yang
bekerjasama untuk menangkap rusa jantan atau perburuan individu hanya untuk
menangkap kelinci.22
Tidak ada aktor dominan dalam permainan ini. Apabila
kedua aktor saling bekerjasama, maka akan mendapat hasil maksimum yang
berarti baik bagi keduanya. Permainan ini pun membutuhkan “mutual trust” atau
rasa saling percaya antar pemain. Dapat disimpulkan bahwa, stag-hunt merupakan
strategi terbaik baik bagi dua aktor untuk saling menguntungkan dengan adanya
kondisi saling percaya dan bekerjasama maka akan didapat hasil yang maksimal.23
22
M. Shahrabi Farahani dan M. Sheikhmohammady, “A Review on Symmetric Games: Theory,
Comparison and Application”, International Journal of Applied Operational Research Vol. 4 No. 3,
2014. Hal. 100. 23
W. Poundstone, Prisoner‟s Dilemma: John von Neuman, Game Theory, and the Puzzle of the
Bomb, Doubleday, New York: 1992 dalam M. Shahrabi Farahani dan M. Sheikhmohammady, “A
Review on Symmetric Game: Theory, Comparison and Application”. Hal. 101.
16
Kedua, the shadow of future atau bayangan akan masa depan yang
mempengaruhi kecenderungan aktor untuk bekerjasama. Menurut Axelrod,
semakin dipertimbangkannya payoff yang akan didapat di masa depan dari pada
payoff pada saat ini maka berkurang pula kecenderungan untuk bertindak defect
atau ingkar. Konsep ini mampu membedakan isu-isu ekonomi daripada isu militer
atau keamanan. Ketika aktor bermain dalam isu ekonomi, maka mereka
cenderung berharap bahwa hubungan mereka akan terus berlanjut dalam kurun
waktu yang tak terhingga. Terdapat empat faktor yang membantu membentuk the
shadow of future24
yaitu:
1. Long time horizon, hubungan kerjasama terus berlanjut dalam kurun
waktu yang tak terhingga.
2. Regularity of stakes, interaksi yang terus menerus bukan satu kali
permainan selesai.
3. Reliability of information, informasi yang bisa diandalkan tentang
tindakan aktor lain.
4. Quick feedback about changes in the others action, timbal balik antara
kebijakan dan hasil yang cepat.
Ketiga, number of actors yaitu kemampuan para aktor dalam melakukan
kerjasama tidak hanya dipengaruhi oleh payoff dan shadow of future tetapi juga
oleh seberapa banyak jumlah pelaku yang terlibat dalam permainan kerjasama
tersebut dan bagaimana interaksi diantara mereka terstruktur. Terdapat tiga hal
yang mempengaruhi kerjasama saling menguntungkan yaitu:
24
Robert Axelrod dan Robert O, Keohane, World Politics, Vol. 38, No. 1, 1985. Hal. 232.
17
1. Aktor dapat mengidentifikasi defectors.
2. Mereka dapat fokus apa yang akan dilakukan terhadap defectors.
3. Mereka memiliki dorongan jangka panjang yang cukup untuk menekan
defectors.
Ketika jumlah pemain semakin banyak, maka akan sulit mencapai suatu
keberhasilan karena dalam situasi demikian sangat sulit atau mustahil untuk
mengidetifikasi atau menghukum yang ingkar.
F. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian ilmiah, penentuan metode yang digunakan
merupakan langkah penting, karena setiap masalah yang diteliti memerlukan
metode yang sesuai agar dapat diperoleh hasil penelitian yang valid dan terukur.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif menurut Cresswell didefinisikan sebagai berikut,“Qualitative research
focuses on the process that is occuring as well as the product or outcome.
Researchers are particulars interested in understanding how things
occurs.”25
Definisi Cresswell tersebut menerangkan bahwa penelitian kualitatif
difokuskan pada proses yang terjadi dalam penelitian. Hal ini menunjukkan
bahwa penelitian kualitatif tidak dapat dibatasi. Peneliti juga diposisikan sebagai
bagian penting dalam penelitian untuk memahami gejala sosial yang terjadi dalam
proses penelitian.
Berdasarkan pemaparan singkat di atas tentang metodologi penelitian, maka
penulis memilih pendekatan kualitatif untuk penelitian ini. Penulis menjadi
25
John. W. Cresswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, (California:
Sage Publications, Inc., 1994), 162.
18
instrumen utama dalam pengumpulan dan pengolahan data. Pendekatan kualitatif
dapat dimengerti sebagai metodologi penelitian dengan dasar keinginan
menyelidiki suatu proses fenomena sosial.26
Tiga tahapan utama dalam penelitian
kualitatif yaitu, pengumpulan data (data collective), pengolahan data (data
analysis), dan laporan penelitian (report writing).27
Pada tahap pengumpulan data, penulis akan mencari data melalui studi
pustaka dan dokumen. Studi pustaka menurut M. Nazir adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan.28
Dalam proses ini, data yang digunakan
diantaranya adalah pernyataan resmi pemerintah India yang diakses melalui situs
Ministry of External Affairs (MEA) serta beberapa jurnal yang diterbitkan oleh
Universitas Indonesia, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), serta
Chennai Center for China Studies (C3S) dan dokumen terkait yang digunakan
adalah konvensi United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).
Selain dari itu juga, penulis menggunakan beberapa sumber berita online untuk
melengkapai data-data yang beberapa diantaranya diakses melalui situs The Hindu,
The Diplomat, Forbes, dan India Times. Dalam tahap ini pula, penulis akan
memilah-milah data yang relevan untuk digunakan dan tidak relevan untuk
digunakan dalam penelitian. Penulis berupaya untuk mengumpulkan berbagai data
26
Iyan Afriani H.S, “Metode Penelitian Kualitatif,” tersedia di http://www.penalaran-
unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116metode-penelitian-kualitatif.html; Internet; diakses
pada 27 Februari 2012. 27
Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 5th
ed.,
(Boston: Allyn and Bacon, 2003), 148-161. 28
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 111.
19
yang dapat menjelaskan tentang kerjasama India dan Vietnam dan kepentingan
India di Laut Tiongkok Sealatan.
Tahapan selanjutnya yaitu, pengolahan data oleh penulis dengan cara
menganalisa data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Penulis meneliti
tentang kepentingan India di Laut Tiongkok Selatan dalam kerjasamanya Vietnam.
Proses pengumpulan dan pengolahan serta penulisan laporan dilakukan bersamaan,
sehingga lazim terjadi perubahan hingga penulis merasa telah menjawab
permasalahan dalam penelitian penulis.29
Selanjutnya, pada tahapan penulisan
laporan penelitian, penulis menuangkan segala hasil pengumpulan dan
pengolahan data ke dalam suatu bentuk tulisan laporan. Dalam penulisan laporan
ini, dilakukan pembabakan ke dalam beberapa bab yaitu, pendahuluan,
pembahasan, analisis, dan kesimpulan. Penulis akan mengelaborasi berbagai
tahapan penelitian ini hingga akhirnya penulis dapat menemukan jawaban atas
rumusan permasalahan terhadap penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri atas pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
pemikiran, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II berisi pembahasan tentang klaim Tiongkok terhadap wilayah Laut
Tiongkok Selatan yang hampir mengklaim 90% wilayah tersebut. pembahasan
29
Alan Bryman, Social Research Methods, 2nd
ed., (Oxford: Oxford University Press, 2004), 89.
20
awal berisi tentang potensi sumber daya alam serta posisi strategis Laut Tiongkok
bagi sebagian negara seperti Tiongkok dan India yang menggunakannya sebagai
jalur perdagangan serta konflik sengketa klaim wilayah Tiongkok dengan
beberapa negara Asia Tenggara salah satunya ialah Vietnam. Sengketa klaim
antara Tiongkok dan Vietnam menjadi fokus utama mengingat wilayah yang di
klaim oleh Tiongkok merupakan bagian dari ZEE Vietnam.
BAB III akan mendeskripsikan tentang kerjasama eksplorasi minyak India
dan Vietnam pada tahun 2011. Awal pembahasan akan berfokus pada latar
belakang kondisi domestik energi minyak India dimana kebutuhan minyak
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri dan
pertumbuhan populasi. Alternatif untuk mencari sumber daya alam di wilayah lain
merupakan salah satu opsi yang menjadi pilihan India dan menjadikan Laut
Tiongkok Selatan sebagai salah satu target. Hingga berujung pada kembalinya
India di wilayah tersebut dalam rangka kerjasama eksplorasi minyak dengan
Vietnam akan tetapi, kerjasama eksplorasi ini mendapat respon dari Tiongkok
karena telah dianggap melanggar batas wilayah kedaulatannya.
BAB IV analisa penelitian mengenai kepentingan India dalam kerjasama
eksplorasi minyak dengan Vietnam terkait klaim Tiongkok di ZEE Vietnam.
Akan menganalisa tentang kerjasama India dan Vietnam, kepentingan nasional
India dengan menggunakan konsep rational choice.
BAB V Kesimpulan.
33
BAB II
KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT TIONGKOK SELATAN
A. Potensi dan Konflik di Laut Tiongkok Selatan
Menurut United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS),
Laut Tiongkok Selatan termasuk dalam tipe laut semi-enclosed sea.59
Semi-
enclosed sea adalah suatu teluk, cekungan, atau laut yang dikelilingi dua atau
lebih lautan dan terhubung dengan laut lain atau samudera melalui suatu celah,
atau terdiri sepenuhnya atau sebagian besarnya dengan wilayah laut teritorial
negara lain dan zona ekonomi eksklusif dari dua negara lain atau lebih.60
Dari sisi
geografis Laut Tiongkok Selatan merupakan bagian dari Selat Malaka dan
Singapura di barat daya ke selat Taiwan di timur Laut. Luas perairan Laut
Tiongkok Selatan pun mencakup Teluk Siam yang dibatasi Vietnam, Kamboja,
Thailand dan Malaysia serta Teluk Tonkin yang dibatasi Vietnam dan Tiongkok.61
Berdasarkan ukuran, Laut Tiongkok Selatan memiliki luas 3,5 juta km2 dan
merupakan perairan terluas kedua diantara lima samudera.62
Potensi energi yang terdapat di Laut Tiongkok Selatan menurut data laporan
1993/1994 U.S. Geological Survey (USGS) adalah 28 milyar barel minyak63
dan
menurut U.S. Energy Information Administration (EIA), diperkirakan terdapat
59
Zou Keyuan, Law of the Sea in East Asia: Issues and Prospects (New York: Routledge, 2003),
43. 60
United Nation Convention on the Law of the Sea, pasal 22 mengutip Dimas Akbar, Pengaturan
Laut Tertutup (Enclosed Sea) dan Laut semi-tertutup (Semi-Enclosed Sea) dalam Hukum Laut
(Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2012), 12. 61
Setyasih Harini, “Kepentingan Nasional China dalam Laut China Selatan.” Hal. 45 62
“Competition in the South China Sea,” Steeljaw Scribe 3 Agustus 2010 tersedia di
http://steeljawscribe.com/2010/08/03/competition-in-the-south-china-sea 63
Timm Daiss, “Why The South China Sea Has More Oil Than You Think,” Forbes, 22 Mei
2016; tersedia di http://www.forbes.com/sites/timdaiss/2016/05/22/why-the-south-china-sea-has-
more-oil-than-you-think/#165bd34d3a3f ; Internet; diakses pada 28 Desember 2016.
22
900 triliun kaki kubik gas alam.64
Selain mengandung potensi migas yang sangat
besar, Laut Tiongkok Selatan juga memiliki peran penting sebagai jalur distribusi
minyak dunia, perdagangan dan pelayaran internasional.
Sebagai jalur perdagangan internasional, Laut Tiongkok Selatan
menampung seperempat aktivitas jalur perdagangan di dunia. Jalur ini juga sering
disebut sebagai maritime superhighway karena, merupakan salah satu jalur
pelayaran internasional tersibuk di dunia. Lebih dari setengah lalu lintas
supertanker dunia berlayar melalui jalur ini melewati Selat Malaka, Sunda, dan
Lombok. Pelayaran komersial di Laut Tiongkok Selatan didominasi oleh bahan
mentah yang menuju negara-negara di Asia Timur, dan yang melewati Selat
Malaka serta Kepulauan Spratly, sebagian besar adalah kargo cair seperti minyak
dan gas alam cair, sementara kargo kering kebanyakan batubara dan bijih besi.65
Melihat potensi yang begitu besar di Laut Tiongkok Selatan, maka tidak heran
jika hal ini memicu terjadinya konflik dan menjadi objek perebutan banyak negara
diantaranya, Republik Rakyat Tiongkok (Tiongkok), Republik Tiongkok
(Taiwan), Malaysia, Filipina dan Vietnam. Hal ini sejalan dengan anggapan
Hanry Kissinger yang menyatakan bahwa, “potensi lautan kini semakin menjadi
harapan umat manusia, meskipun sangat potensial pula sebagai sumber konflik.”66
64
“Sengketa Kepemilikan Laut Cina Selatan,” BBC Indonesia, 2 Juli 2011; tersedia di
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict; Internet; diakses
10 Januari 2015. 65
Simela Victor Muhamad, “Kepentingan China dan Posisi ASEAN dalam Sengketa Laut China
Selatan,” Info Singkat Hubungan Internasional Vol. IV No. 08/II/P3DI (April 2012): 6; tersedia di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-8-II-P3DI-April-2012-7.pdf;
diunduh pada 5 Januari 2017. 66
Syamsumar Dam. Politik Kelautan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hal. 2.
23
Bagi Tiongkok, menguasai Laut Tiongkok Selatan akan memperkokoh
posisinya sebagai salah satu global power.67
Karena, dengan menguasai wilayah
ini berarti akan memperkuat komando dan kontrol atas Laut Tiongkok Selatan
serta memperkuat posisi Tiongkok dari segi maritime regime mengingat wilayah
tersebut merupakan the heart of Southeast Asia dari segi aktifitas maritim.68
Dari
segi ekonomi tentunya sangat menguntungkan mengingat Laut Tiongkok Selatan
merupakan wilayah dengan potensi sumber daya minyak dan gas serta perikanan
yang melimpah. Aspek politik juga menjadi salah satu faktor keuntungan yang
didapat jika berhasil menguasai wilayah Laut Tiongkok Selatan yaitu kedaulatan
negara. berdasarkan hukum UNCLOS tahun 1982 yang mengatur tentang batas
maritim dan pemberian hak atas kekayaan laut bahwa, sebuah negara dapat
diberikan hak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi living and non-living
resources atas laut di daerah ZEE. Tentunya hukum yang mem back-up hak atas
negara inilah yang membuat Tiongkok berambisi untuk menguasai Laut Tiongkok
Selatan dengan keuntungan strategis, ekonomis dan politis.69
Maka dari itu, segala upaya dilakukan demi menguasai Laut Tiongkok
Selatan. Pada tahun 2009, Tiongkok mengajukan Nota Verbal pada pihak
Commission on the Limits of the Continental Shelf (CLCS) dengan melampirkan
peta yang berisi sembilan garis putus-putus yang disebut dengan nine dash line.
67
Ahmad Almaududy Amri, “Laut Tiongkok Selatan: Problematika Dan Prospek Penyelesaian
Masalah,” Jurnal Opinion Juris Vol. 16 (Mei-September 2014): 93; tersedia di
http://pustakahpi.kemlu.go.id/app/Laut%20Tiongkok%20Selatan%20%20Problematika%20dan%
20Prospek%20Penyelesaian%20Masalah%20-%20Ahmad%20Almaududy%20Amri.pdf; Internet;
diunduh pada 3 Februari 2016. 68
Ahmad Almaududy Amri, “Laut Tiongkok Selatan: Problematika Dan Prospek Penyelesaian
Masalah.” Hal. 93. 69
Ahmad Almaududy Amri, “Laut Tiongkok Selatan: Problematika Dan Prospek Penyelesaian
Masalah.” Hal. 94.
24
Nine dash line merupakan garis imajiner yang digunakan oleh Tiongkok untuk
menunjukkan klaim atas wilayah Laut Tiongkok Selatan. Menurut Peter J. Brown
dalam Calculated Ambiguity in the South China Sea, nine dash line pada awalnya
bernama eleven-dash line. Istilah ini pertama kali dipublikasikan melalui sebuah
peta yang dibuat oleh Republik Tiongkok (1912-1949) pada Desember 1947
untuk menetapkan klaimnya atas Laut Tiongkok Selatan.70
Menanggapi klaim Tiongkok yang tumpah tindih dengan wilayah maritim
Vietnam. Vietnam bertekad untuk meng-internasionalisasi-kan konflik ini dan
membawa aktor lain untuk ikut serta mendukung dalam melawan klaim Tiongkok
tersebut.71
Dalam ASEAN Regional Forum (ARF) tahun 2010, Vietnam mencari
dukungan dari Amerika Serikat untuk mengatasi klaim Tiongkok terhadap ZEE
nya.72
Strategi lain yang digunakan oleh Vietnam untuk mengatasi konflik ini
ialah dengan mengundang India agar hadir di perairan tersebut. Upaya yang
dilakukan Vietnam dalam mengundang India yaitu kembalinya perusahaan
minyak negara India untuk bereksplorasi di blok 128 yang sempat tertunda
sebelumnya melalui kerjasama bilateral antara PetroVietnam dan OVL pada
Oktober 2011. Hadirnya perusahaan minyak asing yang bekerjasama dengan
Vietnam di perairan tersebut telah menandakan bahwa benar daerah tersebut
merupakan bagian dari kedaulatan Vietnam.
70
“Apa itu “Nine-dash Line”?”, Selasar Politik, 28 Juni 2016; tersedia di
http://jurnal.selasar.com/politik/apa-itu-ninedash-line; Internet; diakses pada 2 Januari 2017. 71
Mark Landler, “Offering to Aid Talks, U.S. Challenges China on Disputed Islands,” The New
York Times 23 Juli 2010 tersedia di
http://www.nytimes.com/2010/07/24/world/asia/24diplo.html?_r=0 72
Agus Rustandi, “The Impact of China‟s „Nine-Dash Line‟ Claim on ASEAN‟s Role in the Indo
Pacific Region,” Indo-Pacific Strategic Papers Agustus 2015 hal. 3 tersedia di
http://www.defence.gov.au/ADC/Publications/IndoPac/R23177603-3.pdf
25
B. Klaim Tiongkok terhadap ZEE Vietnam
Kegiatan eksplorasi India di Laut Cina Selatan yang telah mendapat
legitimasi Vietnam sebagai upayanya dalam menghadapi klaim Tiongkok
mendapat berbagai hambatan dari Tiongkok. Berbagai masalah dihadapi India
diantaranya, wilayah yang sulit untuk dijangkau serta ambisi Tiongkok di Laut
Cina Selatan menjadi masalah utama. Akan tetapi, masalah tersebut tidak
menganggu hubungan bilateral antara India dan Vietnam serta, tidak membuat
India untuk segera pergi meninggalkan perairan tersebut. Berbagai perjanjian dan
kunjungan bilateral tetap berlangsung meskipun, Tiongkok telah memberi
peringatan pada Vietnam dan India atas kegiatannya di Laut Cina Selatan.
Selama perjalanan kerjasama eksplorasi minyak di Vietnam tahun 1988
bahkan hingga 2003, Tiongkok tidak memberikan respon terhadap kehadiran
India di Laut Tiongkok Selatan. Setelah 23 tahun kerjasama terjalin yaitu tepatnya
tahun 2011, barulah Tiongkok memberikan responnya melalui pernyataan-
pernyataan kementerian terkait. Perseteruan antara tiga negara Vietnam, India dan
Tiongkok pun semakin memanas seiring dengan kehadiran India di perairan ZEE
Vietnam paska tidak ditemukannya hidrokarbon di blok 127 dan 128 serta dpicu
keeratan hubungan Vietnam dengan India yang dicurigai mengancam eksistensi
Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Meskipun begitu, India dengan tegas
menyatakan untuk melanjutkan kerjasama strategis dengan Vietnam di Laut
Tiongkok Selatan khususnya di wilayah perairan kepulauan Paracel.73
73
PTI, “ONGC Videsh Ltd not to Exit Vietnam Block Despite Poor Prospectivity,” The Ecomomic
Times, 12 Juli 2015; tersedia di http://articles.economictimes.indiatimes.com/2015-07-
12/news/64333955_1_block-128-block-127-block-06-1; Internet; diakses pada 23 Februari 2016.
26
India mengirimkan kapal angkatan lautnya INS Airavat sebagai kunjungan
persahabatan di wilayah tersebut selama tujuh hari. Berdasarkan data dari
Ministry of External Affairs (MEA) India, INS Airavat melakukan kunjungan
persahabatan di Vietnan tanggal 19 sampai 28 Juli 2011.74
Hingga akhirnya,
Tiongkok memberi peringatan pada India untuk tidak hadir di Laut Tiongkok
Selatan melalui jaringan radio dan memintanya untuk mundur dari perairan
tersebut.75
Dalam jaringan radio tersebut, seseorang yang mengaku dari
perwakilan Tiongkok mengatakan, “you are entering Chinese waters. Move out of
here”atau diterjemahkan, kalian memasuki perairan Tiongkok. Pergi dari sini.
Menanggapi hal tersebut, melalui portal resmi pemerintah India,
menyatakan secara tertulis bahwa,
“… No ship or aircraft was visible from INS Airavat, which
proceeded on her onward journey as scheduled. … There was no
confrontation involving the INS Airavat. India supports freedom of
navigation in international waters, including in the South China Sea,
and the right of passage in accordance with accepted principles of
international law. These principles should be respected by all.”76
Artinya, tidak ada kapal atau pesawat yang terlihat oleh INS Airavat yang
berlangsung selama jadwal perjalanannya. Tidak ada konfrontasi yang melibatkan
INS Airavat. India mendukung kebebasan navigasi di perairan internasional,
74
Ministry of External Affair; tersedia di http://www.mea.gov.in/media-
briefings.htm?dtl/3040/Incident+involving+INS+Airavat+in+South+China+Sea; Internet; diakses
pada 23 Februari 2016. 75
Indrani Bagchi, “China harasses Indian naval ship on South China Sea,” The Times of India
published 2 September 2011; tersedia di http://timesofindia.indiatimes.com/india/China-harasses-
Indian-naval-ship-on-South-China-Sea/articleshow/9829900.cms; Internet; diakses pada 24
Februari 2016. 76
Ministry of External Affairs; tersedia di http://www.mea.gov.in/media-
briefings.htm?dtl/3040/incident+involving+ins+airavat+in+south+china+sea New Delhi, 1
September 2011; Internet; diakses pada 5 Januari 2016.
27
termasuk di Laut Tiongkok Selatan dan hak lintas sesuai dengan prinsip yang
diterima dari hukum internasional. Prinsip-prinsip ini harus dihormati oleh semua.
Secara jelas, India menampik bahwa peringatan tersebut resmi dari pihak
Tiongkok dan menegaskan kegiatan eksplorasinya di wilayah tersebut merupakan
legal. Karena blok 127 dan 128 masih berada dalam ZEE perairan Vietnam yang
telah diatur dalam artikel 94 UNCLOS. Selain karena permintaan Vietnam, Kapal
angkatan laut INS Airavat India berfungsi untuk mengamankan alat eksplorasi
atau aset ekonomi India disana.
Tidak dalam waktu lama secara eksplisit, juru bicara menteri Luar Negeri
Tiongkok Jiang Yu menanggapi kegiatan eksplorasi minyak OVL di blok 127 dan
128.
“Our consistent position is that we are opposed to any country
engaging in oil and gas exploration and development activities in
waters under China's jurisdiction. … We hope foreign countries will
not get involved in the dispute. For countries outside the region, we
hope they will respect and support countries in the region to solve
this dispute through bilateral channels.”77
Artinya, “posisi kami yang konsisten adalah bahwa kami menentang negara
manapun yang terlibat dalam kegiatan eksplorasi dan pengembangan mminyak
dan gas di perairan di bawah yuridiksi Tiongkok. untuk negara-negara di luar
regional tersebut kami berharap mereka akan menghormati dan mendukung
negara-negara di kawasan itu untuk memecahkan sengketa ini melalui
77
Ananth Krishnan, “China Warns India on South China Sea Exploration Projects,” The Hindu, 15
September 2011, http://www.thehindu.com/news/international/china-warns-india-on-south-china-
sea-exploration-projects/article2455647.ece (diakses 25 Februari 2016).
28
pembicaraan secara bilateral.78
Pernyataan ini dinilai memperlihatkan keraguan
Tiongkok dalam memprovokasi India. Sebaliknya, sebagai langkah serius
pemerintah India dalam menjalin kerjasama eksplorasinya dengan Vietnam ialah
tidak gentarnya India pada ancaman Tiongkok yang kemudian disambut dengan
pembukaan sembilan blok eksplorasi di ZEE Vietnam.
Tiongkok telah memperingatkan India untuk tidak melanjutkan eksplorasi
minyak di Laut Tiongkok Selatan. Peringatan ini berkaitan dengan wilayah
eksplorasi yang di klaim Tiongkok sebagai teritorinya, yaitu, Kepulauan Nansha.
Hong Lei, juru bicara Kementian Luar Negeri Tiongkok mengatakan, India harus
menghargai kedaulatan Tiongkok serta menghentikan eksplorasi gas dan minyak.
“China has indisputable sovereignty over the Nansha Islands and
their adjacent waters. China opposes unilateral exploration and
development of oil and gas in contested waters of the South China Sea.
We hope relevant countries can respect China's claim, position and
rights and interests, and respect and support efforts made by countries
in the region to solve disputes through bilateral negotiations” 79
Artinya, Tiongkok memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas
Kepulauan Nansha dan perairan yang berdekatan dengannya. Tiongkok
menentang eksplorasi unilateral dan pengembangan minyak dan gas di perairan
yang diperebutkan di Laut Tiongkok Selatan. Kami berharap negara-negara yang
terkait dapat menghormati klaim Tiongkok, posisi, hak-hak, kepentingan, upaya
78
A. Khrisnan, “South China Sea Project a „Serious Political Provocation,” Chinese Paper Warns
India mengutup Nurul Adi Prasetyo, et.al, “Kerjasama India-Vietnam dalam Eksplorasi Minyak
sebagai Resistensi atas klaim China di Laut China Selatan, Universitas Jember: 12-13; tersedia di
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/71673/Nurul%20Adi%20Prasetyo.pdf?seq
uence=1; Internet; diunduh pada 7 Januari 2017. 79
Dean Nelson, “China Warns India on Oil Exploration,” The Telegraph, (6 Desember 2012);
tersedia di http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/india/9726916/China-warns-India-
on-oil-exploration.html; Internet; diakses pada 8 Januari 2016.
29
penghormatan dan dukungan yang dibuat oleh negara-negara di kawasan itu untuk
memecahkan sengketa melalui negosiasi bilateral.
Gambar II.B.1 Peta Wilayah Klaim Vietnam dan Tiongkok
Sumber: http://nghiencuubiendong.vn/en/publications/vietnamese-publications/1167-south-
china-sea-disputes-facts-or-fiction.
Terlihat dalam gambar II.B.1 blok 127 dan 128 masih berada dalam
cakupan teritori Vietnam mengacu pada Zona Ekonomi Esklusif (ZEE).80
Berdasarkan Bab lima tentang hukum ZEE pasal 57, “Zona Ekonomi Eksklusif
tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar laut territorial
80
Ghosh, “Binding Vietnam and India: Joint Energy Exploration in South China Sea,” 1.
30
diukur.”81
Jelas berdasarkan hukum tersebut, blok 128 masih berada dalam teritori
Vietnam dan jauh dari cakupan ZEE Tiongkok.
Blok 127 dan 128 menurut Tiongkok masuk ke dalam peta teritorinya yang
biasa disebut “nine dash line.” Istilah nine dash line merujuk pada map yang
dibuat Tiongkok untuk diajukan ke Commission on the Limits Continental Shelf
(CLCS) pada 9 Mei 2009.82
Dimana dalam map tersebut terdapat sembilan garis
putus-putus yang di gambar oleh pihak Tiongkok berdasarkan klaim sejarah.
Tidak sampai disitu, Tiongkok kembali mengklaim wilayah Vietnam pada
2012. Tiongkok menawarkan sembilan blok eksplorasi yang masih dalam wilayah
ZEE Vietnam. Menanggapi hal ini, Kementerian Luar Negei Vietnam memberi
pernyataan bahwa, “the block lie entirely within Vietnam‟s 200-miles exclusive
economic zone. This is absolutely not a disputed area.(CNOOC‟s move) is illegal
and of no value, seriously violating Vietnam‟s sovereiignty.”83
Atas peristiwa ini,
perusahaan minyak negara, PetroVietnam pun mengajak seluruh perusahaan
minyak asing yang berada di Vietnam untuk memboikot eksplorasi tersebut.
81
“Konvesi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut;” tersedia di
http://hukum.unsrat.ac.id/hi/unclos_terjemahan.doc, 21; Internet; diunduh pada 27 Januari 2016. 82
Zou Keyuan, “The Sino-Vietnamese Agreement on Maritime Boundary Delimitation in the Gulf
of Tonkin”, Ocean Development and International Law 36, no. 1 (2005): 74. 83
Agence France-Presse, “Vietnam says China Offshore Oil Auction „Illegal‟,” Inquirer.net (28
Juni 2012); tersedia di https://globalnation.inquirer.net/41879/vietnam-says-china-offshore-oil-
auction-illegal; Internet; diakses pada 25 Januari 2016.
31
Gambar II.B.2 Tumpang Tindih Blok Eksplorasi Vietnam dan
Tiongkok
Sumber: https://medium.com/@CrisisGroup/stirring-up-the-south-china-sea-iv-oil-
in-troubled-waters-7d4b7286aac0#.ddoe4exso.
Tidak tanggung-tanggung, Tiongkok mengklaim 160,000 km2 zona Vietnam
dengan detail luas blok sebagai berikut, Blok JY22 luas 16638,64 km2, Blok
HY10 17134,19 km
2, Blok HY34 17178,54
km
2, Blok BS16 16313,48 km
2, Blok
DW04 15895,02 km2, Blok DW22 20415,55 km
2, Blok YQX18 15948,66 km
2,
Blok RJ03 22857,8 km2, dan Blok RJ27 17742,5 km
2.
84 Tiongkok sendiri
mengklaim bahwa proyek eksplorasi CNOOC ini merupakan “aktivitas bisnis
normal” yang masih dalam termasuk hukum Tiongkok dan Internasional. Selain
itu, Tiongkok juga bersikukuh untuk tetap menyelesaikan persoalan sengketa
wilayah melalui jalur negosiasi dan kerjasama eksplorasi.85
84
“CNOOC to Offer 9 Blocks in S. China Sea for Joint Exploration,” Global Times (27 Juni 2012)
http://www.globaltimes.cn/content/717464.shtml (diakses 25 Januari 2016). 85
“CNOOC to Offer 9 Blocks in S. China Sea for Joint Exploration.”
32
Konsistensi Tiongkok dalam klaim terhadap sebagian ZEE Vietnam telah
menjadi ancaman tersendiri bagi India di wilayah tersebut. Karena, Tiongkok
menganggap India telah menganggu kedaultan wilaynya dengan bereksplorasi
secara ilegal. Namun, kerjasama esplorasi antara India dan Vietnam bukan hanya
sekedar kepentingan komersil saja. Dalam kerjasama bilateral ini tentunya
Vietnam dan India memiliki sebuah kesamaan visi dan misi dalam menghadapi
Tiongkok. Khusunya bagi Vietnam kehadiran India di perairan tersebut membuat
dirinya tampil berani untuk menentang kalim Tiongkok atas wilayahnya.
33
BAB III
KERJASAMA INDIA DENGAN VIETNAM DALAM EKSPLORASI
MINYAK TAHUN 2011-2014
A. Kebutuhan Energi Minyak India
Energi memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Kebutuhan energi dunia cenderung bergantung pada bahan bakar fosil.
Pendorong tingginya konsumsi bahan bakar fosil adalah banyaknya penggunaan
mesin industri, transportasi, dan rumah tangga. Bahan bakar fosil atau bahan
bakar mineral adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti
batu bara, minyak bumi dan gas alam. Minyak dan gas merupakan komoditas vital
dalam produksi di industri sebagai langkah peningkatan ekonomi. Di saat yang
bersamaan pula, industri energi dihadapkan pada tantangan kelangkaan dan
sulitnya akses energi. Maka dari itu, beberapa negara di dunia menggantungkan
kebutuhan energinya pada impor dari negara lain. Karena, tidak semua negara
memiliki ladang sumber daya alam.
Secara umum, eksplorasi merupakan kegiatan penjelajahan atau pencarian
yaitu, tindakan mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan
sesuatu.86
Menurut Bates dan Jackson eksplorasi adalah pencarian endapan
mineral berharga atau bahan bakar fosil.87
Dalam kegiatan eksplorasi minyak
bumi melibatkan bidang geologi dan geofisika untuk melakukan evaluasi formasi
batuan. Evaluasi yang dimaksud ialah untuk memperoleh informasi baik secara
86
“Peran Ahli Geologi dalam Penemuan Cadangan Migas melalui Eksplorasi,” Migas Review 8
Maret 2013 tersedia di http://www.migasreview.com/post/1417145994/peran-ahli-geologi-dalam-
penemuan-cadangan-migas-melalui-eksplorasi.html 87
R.L. Bates dan J.A. Jackson, Glossary of Geology Third Edition, United Kingdom: Times Books,
1983.
34
litologi88
maupun karakteristik petrofisika suatu formasi batuan yang diduga
sebagai reservoir minyak. Anlisa terhadap karakter petrofisika meliputi
kandungan serpih, porositas, permeabilitas, dan tingkat saturasi air dalam suatu
reservoir. Hasil analisa tersebbut kemudian dikoreksi dan dikorelasikan dengan
data lain seperti data seismik untuk kemudia dilakukan pemetaan atau pembuatan
profil pola persebaran hingga tahap terakhir yaitu menghitung volume minyak dan
gas bumi yang terkandung dalam reservoir tersebut. Sampai pada tahap inilah
diketahui apakah hidrokarbon yang terindikasi pada suatu lapangan dapat bernilai
ekonomis dan mampu untuk diproduksi guna memenuhi kebutuhan sumber energi
berupa minyak dan gas.89
Dari segi biaya, kegiatan eksplorasi lebih besar
dibandingkan dengan eksploitasi. Diperkirakan biaya eksplorasi membutuhkan
biaya yang tidak sedikit dan resiko yang sangat besar. Biaya yang dibutuhkan
untuk eksplorasi lebih besar dua kali lipat dibanding eksploitasi dengan resiko
tidak ditemukannya mineral yang dicari. Tidak hanya dari segi materi, eksplorasi
juga membutuhkan waktu lama karena prosesnya yang panjang.90
Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi utama dunia saat ini.
Banyak negara termasuk India yang mengalami masalah kekurangan bahan bakar
minyak untuk kebutuhan domestiknya. Kebutuhan ini pun mengalami
88
Menurut Bates dan Jackson (1985) mengartikan litologi menjadi dua. Pertama, litologi adalah
deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan karateristiknya seperti warna. Kedua, litologi adalah
karakter fisik dari batuan. 89
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjSu9GUvZHTAhWLN48KHVt1CHgQFgghMAE&url=http%3A%2F%2Fetd.reposit
ory.ugm.ac.id%2Fdownloadfile%2F67008%2Fpotongan%2FS1-2014-283789-
chapter1.pdf&usg=AFQjCNFE0nKic3BNKJNBb_WnY98HB97GBw&sig2=6C59jz_W-
YIoj081mNey2A 90
“Biaya Eksplorasi Lebih Besar Dibanding Eksploitasi,” Hukum Online 17 Februari 2013
tersedia di http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5120b43d78574/biaya-eksplorasi-lebih-
besar-dibanding-eksploitasi
35
peningkatan setiap tahun seiring dengan meningkatnya produksi industri serta
populasi yang bertambah. Mengingat India merupakan negara berkembang yang
sedang mengalami perkembangan industri transportasi dan populasi terbesar
kedua di dunia setelah Tiongkok. Maka, tidak heran jika India secara agresif
mulai mencari lapangan baru untuk wilayah eksplorasi minyaknya. Salah satu
wilayah yang menjadi target India dalam memenuhi kebutuhan energinya ialah
Laut Tiongkok Selatan yang terkenal akan kandungan minyak dan gas yang
melimpah.
Meningkatnya perindustrian India mengakibatkan tingginya angka
permintaan terhadap minyak. Menurut pakar ekonomi India Rajiv Kumar,
pertumbuhan ekonomi India yang mencapai delapan persen dalam dekade terakhir
mengarah pada meningkatnya permintaan energi yang mencapai 6,5%.91
Selama
tahun 2006 hingga 2010, konsumsi energi India meningkat dari 3.814 juta ton
menjadi 5.242 juta ton akan tetapi, peningkatan konsumsi ini tidak sejalan dengan
meningkatnya suplai energi. Produksi sumber energi domestik nyatanya tidak
mampu memenuhi permintaan. Tercatat India hanya memiliki 0.7% cadangan
minyak sehingga harus mengimpor 73% minyak dari luar. Tidak berbeda dengan
gas alam, India hanya memiliki 0,8% cadangan gas alam yang hampir 20%92
merupakan hasil impor untuk memenuhi permintaan domestik.
91
FICCI, India‟s Energy Security Key Issues Impacting the India Oil and Gas Sector (India: Ernst
& Young Pvt. Ltd., 2011); tersedia di
http://www.ey.com/publication/vwluassets/indias_energy_security/$file/india-
s_energy_security.pdf; Internet; diunduh pada 3 Januari 2016. 92
BP Statistical Review of World Energy 2011 mengutip FICCI, India‟s Energy Security Key
Issues Impacting the India Oil and Gas Sector, 3.
36
Paska reformasi ekonomi, India menunjukkan peningkatan pesat terlebih
untuk masalah investasi asing. Foreign Direct Investment (FDI) menjadi tren
paska reformasi ekonomi. Terdapat 120 negara yang berinvestasi di India pada
2008.93
Melalui derasnya arus investasi asing di banyak sektor yang mengalami
pertumbuhan seperti telekomunikasi, agrikultur, jasa dan industri. India tidak lagi
berpangku tangan pada kebijakan pemerintah. Statistik menyatakan bahwa
industri dan jasa telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
india sebesar 55% dan agrikultur sebesar 17%.
Meskipun peningkatan di bidang industri cukup signifikan, faktanya,
minyak bukanlah komoditi utama dalam industri nasional India. Batu bara
menyumbang 54% untuk kebutuhan domestik. Sedangkan minyak hanya 34%,
gas, 8%, Hidroelektrik 5% dan Nuklir 1%. Akan tetapi, tetap saja minyak menjadi
primadona pemakaian energi di India. Salah satu penyumbang terbesar dalam
konsumsi minyak di negara berkembang adalah transportasi. Di dukung
banyaknya jumlah populasi sebesar 1,21 milyar jiwa pada tahun 2011.94
Tidak
heran jika besarnya angka tersebut berpengaruh pada pertumbuhan pengguna
transportasi darat yang tinggi. Berikut grafik pertumbuhan kepemilikan kendaraan
mobil dan motor dari tahun 1990 hingga 2014.
93
Sapna Hooda, “A study on FDI and Indian Economy,” (Doctoral Thesis, Department of
Humanities and Social Sciences Deemed University, Kurukshetra, 2011). 94
Size, Growth Rate and Distribution of Population; tersedia di http://censusindia.gov.in/2011-
prov-results/data_files/india/Final_PPT_2011_chapter3.pdf; Internet; diunduh pada 5 Januari 2016.
37
Grafik III.A.1 Pertumbuhan Kepemilikan Kendaran Mobil dan Motor
di India
Sumber: India‟s Oil Demand: On The Verge of „Take-off‟?, The Oxford Institue for Energy
Studies, 2016 berdasarkan analisis data dari Ministry of Road Transportation and Highways of
India.
Berdasarkan grafik diatas, pertumbuhan konsumen kendaraan terus
meningkat. Pertumbuhan ini terjadi secara signifikan semenjak tahun 2004 hingga
2014 dengan rata-rata kenaikan 6,2% tiap tahunnya. Bertambahnya konsumen
kendaraan ini didukung oleh adanya program pemerintah India yang terus
memperbaiki infrastruktur jalan. Kenaikan penjualan transportasi dapat
mengindikasikan meningkatnya permintaan minyak domestik. Konsumsi minyak
suatu negara dapat dilihat dari banyaknya kepemilikan kendaraan dan jumlah
populasi dari negara tersebut.95
Asumsi ini didukung dengan meningkatnya
populasi India. Populasi India lebih muda dan tumbuh lebih cepat dibandingkan
95
J. Dargay, D. Gately dan M. Sommer, “Vehicle Ownership and Income Growth,” (Worldwide:
The Energy Journal, 2007), 28; tersedia di
https://www.econ.nyu.edu/dept/courses/gately/DGS_Vehicle%20Ownership_2007.pdf; Internet;
diunduh pada 3 Februari 2016.
38
Tiongkok. Diperkirakan tahun 2030, populasi India bertambah hingga 350 juta
jiwa, lebih banyak angka kelahirannya dibandingkan dengan Eropa Barat dan
Tiongkok jika digabungkan.96
Tingginya angka permintaan minyak India tidak sebanding dengan produksi
domestik. Hingga tahun 2014, konsumsi minyak India mencapai 3,8 juta barel
perhari dan 40% digunakan oleh sektor transportasi97
serta meningkatnya
konsumsi penggunaan listrik di perumahan. Peningkatan signifikan ini terjadi
pada awal tahun 2000 dengan naiknya jumlah pengguna barang elektronik seperti,
televisi, lemari es, dan pendingin ruangan. Untuk mengatasi defisit energi, India
telah mengambil langkah dalam kebijakan energi yaitu, mengimpor minyak dari
negara lain dengan rasio 70% dan 30% minyak domestik. Berikut negara-negara
importir minyak India.98
Tabel III.A.1 Negara Importir Minyak India
Sumber: US-Energy Information Administration Global 2014
Tantangan utama yang dihadapi kebijakan India dalam rangka memenuhi
suplai minyaknya adalah daerah–daerah importir yang beresiko. Meningkatnya
gerakan ekstrimis di Timur Tengah dan terorisme di negara-negara seperti,
96
N. Mark Lam dan John L. Graham, China Now, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007), 34. 97
Amrita Sen & Anupama Sen, India‟s Oil Demand: On the Verge of „Take-Off?, (Oxford:
University of Oxford, 2016), 9. 98
Ghulam Mohiudin Naik, “India‟s Energy a Foreign Policy: An Analysis,” International Journal
of Social Science and Humanities Research Vol. 3, Issue 1 (2015): 61.
39
Taliban di Afghanistan dan Uni Emirat Arab.99
Masalah impor minyak semakin
pelik ketika Iran dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa. Bahkan, Amerika Serikat
memblokir seluruh bank yang akan bertransaksi impor dan ekspor ke Iran.
Akibatnya, India harus mengurangi jumlah impor dan mencari negara importir
lainnya.
Dalam pidato Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)
disebutkan bahwa minyak dan gas menjadi sumber energi komersial utama dan
kecenderungan ini diperkirakan akan terus meningkat hingga abad ke 21.100
Bukan hanya negara maju yang konsumsi minyaknya meningkat akan tetapi,
negara berkembang seperti India pun telah muncul sebagai negara industri dengan
jumlah konsumsi minyak hingga 4,5 juta barel per harinya.101
Energi diperlukan
India untuk dapat menjalankan kegiatan industrinya, sehingga India perlu
menjalin kerjasama dengan pihak lain agar mendapatkan akses terhadap energi.
Sebagai negara industri, India melihat energi sebagai unsur penting yang
dibutuhkan dalam menjaga keberlangsungan kegiatan insdutrinya kedepan.102
Kondisi ini melahirkan India untuk terus memperluas ladang minyaknya baik
dalam lingkup domestik maupun luar negeri.
99
S. Singh, “China-India Economic Engagement Building Mutual Confidence,” French Research
Institute in India Vol. 10, (2005); tersedia di http://www.jnu.ac.in; Internet; diakses pada 5 Januari
2016. 100
Sely Charolina Sari dan Broto Wardoyo, “Kebijakan Luar Negeri Sektor Energi India dalam
Eksplorasi Minyak di Wilayah Laut Cina Selatan (2011-2014),” Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia (2014); tersedia di http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-
06/S58160-Sely%20Charolina%20Sari; Internet; diakses pada 28 Desember 2016. 101
Nick Cunningham, “India Now The Main Engine of Global Oil Demand Growth,” The Fuse,
24 Mei 2016; tersedia di http://energyfuse.org/indias-oil-demand-main-engine-global-growth/;
Internet; diakses pada 6 Januari 2017. 102
Sari dan Wardoyo, “Kebijakan Luar Negeri Sektor Energi India dalam Eksplorasi Minyak di
Wilayah Laut Cina Selatan (2011-2014).”
40
Pemerintah memainkan peran penting dalam aspek-aspek kunci dari proses
pengadaan untuk energi. Salah satunya melalui perusahaan multinasional Oil and
Natural Gas Corporation Videsh Ltd. (OVL) milik pemerintah India. OVL telah
melakukan ekplorasi serta produksi minyak dan gas dengan Vietnam selama
bertahun-tahun meskipun, sumber daya alam Vietnam tidak begitu signifikan
jumlahnya dibandingkan dengan Indonesia, Malaysia, dan Thailand, Vietnam
telah menempati urutan keempat dalam produksi minyak pada tahun 2012.103
Berdasarkan data dari Oil & Gas Journal, saat ini Vietnam menempati urutan
ketiga dalam jumlah cadangan minyak. Pada Januari 2012, diperkirakan cadangan
minyak Vietnam mencapai 4.4 milyar barel.104
Grafik III.A.2 Cadangan Minyak Negara di Asia Pasifik tahun 2012
Sumber: Oil and Gas Journal
Produksi minyak Vietnam pada tahun 2004 mencapai 400.000 barel per hari.
Terdapat beberapa wilayah eksplorasi minyak di Vietnam yang cukup
103
Southeast Asia Energy Outlook, September 2013, 77. 104
Vietnam,” Energy Information Administration, (9 Mei 2012); tersedia di
http://www.iberglobal.com/files/vietnam_eia.pdf; Internet; diunduh pada 20 Januari 2016.
41
menjanjikan diantaranya, teluk Nam Con Son dan teluk Malay. Teluk Nam Con
Son diperkirakan meiliki 4.5 juta barel cadangan minyak.105
Menurut data British
Petroleum Statistic (BP), selama lima tahun cadangan minyak Vietnam berada
dalam kondisi stabil yaitu 4.4 juta barel dan diperkirakan dapat melebihi jumlah
tersebut. Reputasi inilah yang menjadikan Vietnam sebagai suplai energi
menjanjikan bagi India. Berdasarkan pemaparan sebelumnya yang menjabarkan
tentang kebutuhan domestik India akan minyak serta potensi minyak Vietnam
yang terletak di perairan Laut Tiongkok Selatan merupakan beberapa hal atas
pertimbangan India untuk kembali melanjutkan kerjasama eksplorasi dengan
Vietnam di blok 127 dan 128.
B. Kerjasama dan Hambatan Eksplorasi Minyak India dengan Vietnam
tahun 2011
Kerjasama eksplorasi minyak India dan Vietnam telah berlangsung lama
sejak tahun 1988 dengan blok 1.6. pada saat itu, OVL mengakuisisi blok 6.1 di
lepas pantai Vietnam dan mendapatkan 45 Participating Interest (PI)106
, 35%
untuk BP, dan 20% untuk PetroVietnam107
dengan jumlah Investasi mencapai
US$ 415 juta.108
Tahun 2003, OVL kembali melanjutkan produksi secara komersil
di blok 6.1 yang berhasil menghasilkan dua milyar meter kubik gas pada 2011
105
Vietnam,” Energy Information Administration. 106
“OVL Acquired Block 6.1 in Vietnam offshore: R.P.N Singh,” Expose India Live, (16 Mei
2012); tersedia di http://exposeindialive.com/eil/?p=20114; diunduh pada 5 Januari 2017. 107
B. Raman, “India-Vietnam Oil/Gas Cooperation Sparks Jingoistic Anger in Chinese Media,”
Chennai Center for China Studies, (17 Oktober 2011); tersedia di
http://www.c3sindia.org/southeastasia/2618; Internet; diakses pada 23 Agustus 2016. 108
“Vietnam Offers 6 Oil and Gas Blocks to OVL,” Deccan Herald, (21 November 2013); tersedia
di http://www.deccanherald.com/content/370258/vietnam-offers-6-oil-gas.html; Internet; diakses
pada 23 Agustus 2016.
42
hingga 2012.109
Selama perjalanan eksplorasi di blok 6.1 hingga kerjasama ini
berlanjut pada tahun 2006 dengan diakusisinya dua blok eksplorasi baru yaitu
blok 127 dan 128 Tiongkok tidak pernah memberikan respon atas kerjasama
bilateral tersebut.
Kerjasama bilateral India dan Vietnam berkembang dengan diakusisinya
blok 127 pada tanggal 24 Mei 2006 oleh OVL. Setelah tidak ditemukannya
hidrokarbon yang diharapkan, India memutuskan untuk mengembalikan blok
tersebut pada 3 Maret 2010. Padahal India telah berinvestasi sebesar US$ 60 juta
untuk mengelola dan mengeksplorasi blok tersebut.110
Disaat yang sama, India
kembali mengakuisisi blok 128 dengan 100% PI. Pada September 2009, India
mulai mengeksplorasi blok 128. Namun, eksplorasi kali ini terkendala oleh
sulitnya peralatan eksplorasi OVL untuk menembus dasar laut membuatnya
kesulitan dan memutuskan untuk mengembalikan blok tersebut. Demi memenuhi
komitmen Product Sharing Commitment (PSC) OVL meminta penambahan fase
eksplorasi selama dua tahun yang mulai berlaku pada 16 Juni 2012.111
Meskipun eksplorasi terhenti di blok 6.1, 127 dan 128, kerjasama minyak
antara India dan Vietnam terus berlanjut. Hal ini sesuai dengan lembar fakta yang
di tandatangani oleh kedua negara dalam kunjungan Presiden Vietnam di India
pada tahun 2011. Secara substansial lembaran tersebut menegaskan komitmen
109
P.K Ghosh, “Binding Vietnam and India: Joint Energy Exploration in South China Sea,” RSIS
Commentaries, (17 Desember 2013): 1; tersedia di
https://www.files.ethz.ch/isn/175010/RSIS2282013Binding%20Vietnam%20and%20India.pdf;
Internet; diunduh pada 23 Agustus 2016. 110
ONGC; tersedia di http://www.ongcvidesh.com/Assets.aspx?tab=0; Internet; diakses pada 15
November 2014. 84
B. Raman, “India-Vietnam Oil/Gas Cooperation Sparks Jingoistic Anger in Chinese Media.”
Tersedia di http://www.srilankaguardian.org/2011/10/india-vietnam-oilgas-cooperation-
sparks.html diakses pada 23 Maret 2016.
43
keduanya dalam menjalin kerjasama minyak dan industri gas dalam jangka
panjang. Aspek kerjasama yang saling menguntungkan dalam bidang hidrokarbon
juga menjadi salah satu point yang masuk dalam lembar fakta tersebut.112
Dalam kunjungan kenegaraannya ke India pada November 2013, Nguyen
Phu Trong menandatangani delapan perjanjian dengan India. Perjanjian tersebut
antara lain adalah tentang kerjasama dalam bidang pendidikan, keamanan dan
energi. Selain itu, Vietnam pun menawarkan tujuh blok eksplorasi baru
diantarnya adalah blok 6.1, 127 dan 128. Dalam laman pemerintah India tidak
disebutkan blok lainnya. Melainkan tertulis bahwa, Vietnam mengundang India
untuk ikut serta dalam eksplorasinya di negara ketiga.113
Kerjasama eksplorasi India dan Vietnam kembali dengan perjanjian baru
tahun 2014. OVL dan PetroVietnam menandatangani Memorandum of
Understanding (MoU) untuk bekerjasama dalam eksplorasi di blok NELP ONGC
di Andaman dan Cekungan Kaveri India. Keduanya juga menandatangani Heads
of Agreement (HoA) untuk eksplorasi di blok 102/10 dan 106/10. MoU dan HoA
ini di setujui pada kunjungan Perdana Menteri Nguyen Tan Dung ke India yang di
sambut oleh Perdana Menteri India Shri Narendra Modi.114
112
Ministry of External Affair; tersedia di http://www.mea.gov.in/bilateral-
documents.htm?dtl/5347/fact+sheet+on+moustreatywork+plan+signed+during+the+visit+of+presi
dent+of+vietnam; Internet; diakses pada 3 Januari 2016. 113
Ministry of External Affair; tersedia di http://www.mea.gov.in/bilateral-
documents.htm?dtl/22508/list+of+documents+signed+during+the+state+visit+of+nguyen+phu+tro
ng+general+secretary+of+communist+party+of+vietnam+to+india; Internet; diakses 8 Januari
2017. 114
“ONGC and ONGC Videsh Sign Agreements with PVEP, Vietnam,” Oil and Natural Gas
Corporation Limited (2014); tersedia di
http://www.ongc.co.in/wps/wcm/connect/ongcindia/home/media/press_release/ongc-and-ongc-
videsh-sign-agreements-pvep; Internet; diakses pada 8 Januari 2017.
44
Serangkaian kerjasama eksplorasi minyak antara India dan Vietnam di
perairan Laut Tiongkok Selatan ini mendapat respon keras pelanggaran batas
teritori yang di klaim Tiongkok berdasarkan nine dash line paska kembalinya
ditanda tangani perjanjian kerjasama antara India dan Vietnam untuk kembali di
blok 127 dan 128. Atas peristiwa ini, India sempat memutuskan untuk mundur
dari kerjasama ini. Dengan mengungkapkan alasan bahwa eksplorasi di blok 128
tidak dapat diteruskan karena dasar laut yang keras dan ingin berhenti dengan
alasan “techno commercial”115
, yaitu tingginya biaya yang digunakan untuk alat
eksplorasi. Menanggapi hal tersebut, pihak Vietnam kembali menawarkan
perpanjangan kontrak eksplorasi karena menyadari India akan segera
meninggalkan perairannya dan memastikan bahwa posisi India di perairan
tersebut benar adanya sesuai dengan ketentuan Hukum Laut yang berlaku.
Melalui Duta Besar Vietnam untuk India, Ton Sinh Thanh menyatakan bahwa,
menolak keberatan Tiongkok atas eksplorasi minyak India di Vietnam serta
menegaskan jika negaranya memiliki hak untuk melindungi kepentingannya. Ton
juga menyatakan kepada pers yaitu, “we hope that more oil and gas ventures of
India can be done in Vietnam and we will create favourable condition for
them”.116
Berdasarkan pernyataan tersebut, Vietnam menyatkan dukungannya
untuk terus mendukung kehadiran India di Laut Tiongkok Selatan dalam rangka
menghadapi ambisi Tiongkok di wilayah perairannya.
115
Press Trust of India, “Vietnam Extends Contract, wants India‟s Presence in 128 block”,
Bussines Standard (15 Juli 2012) tersedia di http://www.business-
standard.com/article/companies/vietnam-extends-contract-wants-india-s-presence-in-128-block-
112071500046_1.html 116
PTI, “Vietnam wants more Indian Oil Exxploration Projects in South China Sea”, BusinessLine
26 Oktober tersedia di http://www.thehindubusinessline.com/economy/vietnam-keen-on-indian-
oil-exploration-projects-in-south-china-sea/article6535135.ece
45
BAB IV
ANALISA KEPENTINGAN INDIA DALAM EKSPLORASI MINYAK
DENGAN VIETNAM TERKAIT KLAIM TIONGKOK TERHADAP ZEE
VIETNAM TAHUN 2011-2014
Keputusan India untuk kembali memperpanjang kontrak kerjasama
eksplorasi minyak dengan Vietnam di kawasan Laut Tiongkok Selatan merupakan
langkah dalam memperkuat kerjasama strategis kedua negara. Kerjasama strategis
ini meliputi isu ekonomi, politik dan keamanan. Namun, motivasi keamanan atas
kehadiran Tiongkok di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Vietnam menjadi alasan
utama kerjasama ini. Perpanjangan kontrak kerjasama telah membawa keuntungan
bagi India berupa akses untuk masuk ke dalam konflik perebutan wilayah di Laut
Tiongkok Selatan dengan Tiongkok. Mengingat, eratnya hubungan Tiongkok
dengan Pakistan terkait jual beli senjata yang dapat mengancam keamanan India
di Asia Selatan. Maka perlu bagi India menghadapi Tiongkok terlebih dahulu
sebagai langkah untuk memberikan sedikit rasa takut terhadap Tiongkok. Bagi
Vietnam, kehadiran India setidaknya menjamin rasa aman dari ancaman dari
Tiongkok dengan adanya bantuan-bantuan kapal militer patroli untuk berjaga-jaga
di sekitar kawasana ZEE Vietnam.
A. Kepentingan India
Berlatar belakang konflik perebutan daratan Kashmir antara India, Pakistan
dan Tiongkok sejak henkangnya Inggris pada tahun 1947. Kini, Kashmir menjadi
daratan tak bertuan yang diklaim oleh ketiga negara tersrebut dengan porsi India
46
sebesar 45%, Pakistan 35% dan Tiongkok 20%. 175
Pakistan yang tidak memiliki
hubungan baik dengan India lantas bekerjasama dengan Tiongkok. Hal ini
disambut oleh Tiongkok dengan intensitas jual beli senjata antara Pakistan
Tiongkok. Kerjasama Pakistan dan Tiongkok dalam jual beli senjata telah menjadi
ancaman keamanan bagi India karena dikhawatirkan Pakistan dapat menyerang
India kapan saja. Menyadari hal tersebut, India memerlukan langkah kongkrit
dalam menghadapi Tiongkok yang membantu Pakistan untuk menyerang India.
Salah satu strategi India ialah dengan menghadapi Tiongkok di Laut Tiongkok
Selatan melalui kerjasam aeksplorasi minyak dengan Vietnam.
Hadirnya India di kawasan tersebut telah membawa harapan baru bagi
negara-negara di sekitar Laut Tiongkok Selatan khususnya negara-negara ASEAN
yang berkonflik dengan Tiongkok. Ambisi Tiongkok untuk menguasai Laut
Tiogkok Selatan telah mengancam kedaulatan negara-negara di ASEAN seperti
Filiphina, Malaysia, dan Vietnam. Negara-negara tersebut berharap bahwa India
setidaknya dapat menekan ambisi Tiongkok mengingat kemampuan militer dan
ekonomi India yang sanggup bersaing dengan Tiongkok.
Kepentingan India lainnya di Laut Tiongkok Selatan yaitu, India ingin
berperan aktif dalam upaya menjaga stabilitas kawasan serta memperjuangkan
perdamaian di kawasan tersebut. Seperti yang dikatakan Jawaharlal Nehru.
“India akan memainkan bagian terpenting dalam permasalahan
keamanan di Asia dan Samudera India. Khususnya dalam wilayah
175
Denny Armandhanu, “Sejarah Konflik Puluhan Tahun india dan Pakistan di Kashmir”, CNN
Indonesia, Oktober 2016.
47
Timur Tengah dan Asia Tenggara, yang menjadikan India sebagai
poros yang mana permasalahan ini harus dipertimbangkan.176
Kepentingan nasional India yang ingin berperan aktif dalam upaya menjaga
stabilitas kawasan serta memperjuangkan perdamaian dalam kawasan Laut
Tiongkok Selatan seperti yang dinyatakan oleh Jawaharlal Nehru dalam
pernyataan sebelumnya diperkuat oleh pernyataan dari Perdana Menteri India,
Manmohan Singh dalam East Asia Summit di Brunei Darussalam:
“Sebuah lingkungan maritim yang stabil sangat penting untuk
mewujudkan aspirasi daerah kolektif kita. Kita harus menegaskan
kembali prinsip-prinsip keamanan maritim, termasuk hak lintas
perdagangan dan tanpa hambatan, sesuai dengan hukum
internasional, dan penyelesaian damai sengketa maritim. Kami
menyambut baik komitmen bersama oleh negara-negara yang
bersangkutan untuk mematuhi dan melaksanakan Declaration on the
Conduct of Parties tahun 2002 di Laut Tiongkok Selatan dan bekerja
menuju penerapan Kode Etik di Laut Tiongkok Selatan atas dasar
konsensus. Kami juga menyambut perluasan pembentukan ASEAN
Maritime Forum untuk mengembangkan norma-norma maritim yang
akan memperkuat hukum internasional yang ada berkaitan dengan
keamanan maritim.”177
Nehru dan Singh yang secara tegas telah menentukan kebijakan India terkait
kepentingannya di Laut Tiongkok Selatan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa saat ini kawasan tersebut berada dalam kondisi konflik wilayah. Maka
kepentingan nasional India dalam kerjasama minyak Vietnam ini pula ditujukan
untuk mencegah adanya konflik antara Tiongkok dan Vietnam yang dapat
176
M. Mayilvaganan. 2013. Examining India‟s Look East Policy 3.0. diakses dari
http://www.internationalpolicydigest.org/2013/11/21/examining-indias-look-east-policy-3-0/ 177
Rajeev Ranjan Chaturvedy. 2014. Is India Making Waves in South China Sea. ISAS Working
Paper No. 1885-26. Hal. 7.
48
memicu perang. Setidaknya, kehadiran India di perairan konflik antar Tiongkok
dan Vietnam yaitu di blok 127 dan 128 mampu menekan ambisi Tiongkok. Jeff M.
Smith dalam buku Cold Peace: China-India Rivalry in the Twenty-First Century
menyatakan bahwa,
“… to related elements of India‟s engagement in the region are
problematic from Beijing‟s perspective: Indian oil exploration in the
contested waters off Vietnam, and Delhi‟s increasingly vocal support
for the principle of “freedom navigation.”178
Nyatanya, kehadiran India di perairan tersebut sedikit memberikan tekanan
terhadap Tiongkok dan mampu menekan ambisi Tiongkok untuk menguasai Laut
Tiongkok Selatan. Setidaknya, di perairan Vietnam untuk saat ini. Dua alasan
mengapa Tiongkok merasa terganggu dengan kehadiran India di Laut Tiongkok
Selatan. Pertama, adanya eksplorasi India di blok 127 dan 128 telah mengganggu
ambisi Tiongkok untuk mengklaim wilayah tersebut. Kedua, dukungan India
terhadap kebebasan navigasi Laut Tiongkok Selatan bertolak belakang dengan
kebijakan Tiongkok yang ingin menguasai 90% perairan tersebut, yang dimaksud
permasalahan kebebasan navigasi yang dikhawatirkan India ialah dimana
Tiongkok telah membatasi aktifitas ekonomi dari kapal asing yang beroperasi
dalam ZEE nya. 179
Hal inilah yang dikhawatirkan jika Tiongkok menguasai Laut
Tiongkok Selatan maka Tiongkok akan leluasa untuk mengendalikan lalu lintas
perdagangan dalam kawasan ini.180
Tiongkok akan memiliki senjata geopolitik
178
Jeff M. Smith. Cold Peace: China-India Rivalry in the Twenty-First Century. Maryland:
Lexington Books, 2014. Hal. 188. 179
Smith. Cold Peace: China-India Rivalry in the Twenty –First Century. Hal. 118-189. 180
Munmun Majumdar. 2013. “India Stake‟s in the South China Sea.” International Journal
Humanities and Social Science., 2 (1): Vol. 3 No. 13. Hal. 243.
49
(geopolitical weapon) yang sangat menentukan stabilitas perdagangan banyak
negara.
Kepentingan India di Laut Tiongkok yang terakhir ialah energi.
Perekonomian India merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan ekonomi
yang sangat pesat di dunia. Menurut Goldman Sachs BRICs Study menyimpulkan
bahwa pada tahun 2050, tiga dari empat kekuatan ekonomi terbesar dunia berasal
dari Asia dan perekonomian India menempati urutan ketiga.181
Ekonomi India
dulu bergantung pada pertanian namun, saat ini industri telah bangkit dan
menguasai pasar India.
Bangkitnya industri menjadi konsekuensi yang akan berakibat pada
kekurangan energi sehingga, menghambat petumbuhan ekonomi serta
pembangunan India. Pemerintah harus membuat penyediaan akses energi menjadi
prioritas nomor satu.182
Sebagai salah satu negara berkembang yang pesat dalam
bidang industri maka, tidak heran jika dewasa ini India mengalami defisit energi
seperti halnya yang dialami oleh Tiongkok. Paul D. Williams menjelaskan bahwa
kompleksitas peradaban manusia akan menuntut manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan mereka yang paling dasar yaitu energi. Dalam konteks kehidupan
modern, kebutuhan energi diidentikan dengan kebutuhan penting yang sangat
dibutuhkan dalam menunjang maksimalnya output yang akan dikeluarkan oleh
industri-industri di sebuah negara. Output yang maksimal dari industri akan
181
Brics and Beyond, (Goldman Sachs, 2007), 12. 182
Sun-Joo Ahn dan Dagmar Graczyk, Understanding Energy Challenges. France: International
Energy Agency, 2012. Hal. 16.
50
membawa pendapatan yang tinggi bagi industri sehingga dapat berdampak
signifikan pada kesejahteraan masyarakat.183
Keasadaran pemerintah India akan energi tertuang dalam definisi keamanan
energinya berikut,
“Kita akan memilik energi yang aman ketika mampu untuk menyuplai
energi untuk seluruh warga negara kita terlepas dari kemampuan
mereka untuk membayarmya serta memenuhi permintaan yang efektif
untuk membuat mereka aman dan kemudahan energi untuk membuat
mereka aman dan kemudahan energi untuk memuaskan berbagai
kebutuhan mereka pada harga yang kompetitif ….”184
Dari definisi tersebut terdapat tiga fokus keamanan energi India. Pertama,
India menegaskan bahwa energi adalah kebutuhan hidup yang sangat penting bagi
penduduk. Kedua, India khawatir dengan meningkatnya harga energi global yang
dapat mengurangi ketersediaan energi dan memperburuk beban fiskal nasional.
Ketiga, terdapat kekhawatiran tentang gangguan pasokan energi secara tiba-
tiba.185
Langkah kongkrit pemerintah India dalam memenuhi kebutuhannya yaitu,
meminta Arab Saudi untuk meningkatkan ekspor minyaknya ke India sekitar 60%
atau 80.000 barel per hari pada 2010. India juga melakukan pendekatan terhadap
Nigeria dan Rusia yang dilakukan oleh Kementerian Minyak India untuk dapat
memperoleh minyak mentah.186
Cara lain yang juga di ambil oleh India ialah
183
Paul D. Williams. Security Studies An Introduction. Hal. 484. 184
Sun-Joo Ahn dan Dagmar Graczyk. Understanding Energy Challenges. Hal.16. 185
Sun-Joo Ahn dan Dagmar Graczyk, Understanding Energy Challenges. Hal. 17. 186
James Wiley, “India Steps up Search for Energy Security.” Hal. 3.
51
berfokus pada kawasan Laut Tiongkok Selatan yang terkenal akan cadangan
minyaknya yang melimpah.
Cadangan minyak Laut Tiongkok Selatan yang diperkirakan melebihi
cadangan minyak Kuwait menjadi daya tarik utama India untuk melangsungkan
kepentingan ekonominya disini. Jumlah cadangan minyak Kuwait diperkirakan 13
miliar ton dan menempati urutan ke empat. Sedangkan, cadangan minyak Laut
Tiongkok Selatan diperkirakan 17,7 miliar ton jauh di atas cadangan Kuwait.
Meskipun India bukan negara yang berbatasan langsung dengan Laut
Tiongkok Selatan namun, eksplorasi minyak di kawasan tersebut harus dilakukan
demi keberlangsungan negaranya. Sikap India terhadap Laut Tiongkok Selatan ini
murni demi kepentingan nasionalnya,187
yaitu kepentingan ekonomi dimana India
melakukan banyak investasi minyak maupun gas alam di kawasan Laut Tiongkok
Selatan dalam kerjasamanya dengan Vietnam.
Dalam situs resmi pemerintah India, melalui Menterinya Vijay Kumar
Singh menyatakan, “government has clearly conveyed that such activity by Indian
companies is purely commercial in nature”.188
Secara konsisten India
mengklarifikasi posisinya dalam Laut Tiongkok Selatan dalam empat hal. Pertama,
dalam kaitannya tentang konflik kedaulatan Laut Tiongkok Selatan, India tidak
berpihak pada siapapun dan menyerahkan urusan ini terhadap negara-negara yang
terkait. Kedua, India mendukung kebebasan navigasi dan hak lintas di Laut
187
Jagannath P. Panda, India-China Relations: Politics of Resources, Identity and Authority in a
Multipolar World Order (Routledge, 4 Oktober 2016). 188
Ministry of External Affairs; tersedia di http://www.mea.gov.in/lok-
sabha.htm?dtl/24339/Q+NO+563+DISPUTE+OVER+ISLANDS+IN+SOUTH+CHINA+SEA;
Internet; diakses pada 24 Januari 2016.
52
Tiongkok Selatan. Ketiga, kepentingan India di wilayah tersebut murni komersial
yang bertujuan untuk eksplorasi energi.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai kebutuhan
energi India bahwa kebutuhan energi ini pula didorong adanya pertumbuhan
populasi yang diiringi meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor yang juga
memicu tingginya permintaan akan energi minyak. Sedangkan, cadangan minyak
domestik belum dapat memenuhi permintaan tersebut. Maka dari itu, pemerintah
India sadar akan pentingnya kebutuhan energi tersebut. Sehingga prioritas utama
pemerintah India ialah menyediakan akses energi bagi seluruh warga negara.
Pemerintah India berkomitmen memenuhi kebutuhan energi dalam standar yang
diperlukan untuk mendukung tujuan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai
target pertumbuhan ekonomi pada level 8% hingga 9% sampai tahun 2013-2031,
India memerlukan peningkatan suplai energi utamanya 3 sampai 4 kali lipat.189
Salah satu caranya ialah dengan mencari lahan eksplorasi minyak baru. Maka,
Laut Tiongkok Selatan merupakan salah satu target utama India mengingat
potensi kekayaan energi minyak dan gas.
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa kepentingan India terkait
keamanan dan energi semakin meningkat dipicu oleh sikap agresif Tiongkok di
kawasan Laut Tiongkok Selatan serta kebutuhan energi India. Vietnam dipilih
oleh India sebagai rekan kerjasama untuk menghadapi masalah tersebut
merupakan pilihan rasional India sebagai negara. Vietnam dipilih oleh India
dalam menghadapi ambisi Tiongkok karena adanya tawaran Vietnam dalam
189
Mininstry of Power, The Action Plan for Energy Efficiency. Bureau of Energy Efficiency:
Ministry of Power, Government of India. Hal. 1
53
eksplorasi minyak di ZEE Vietnam. Blok eksplorasi antara India dan Vietnam
merupakan wilayah yang juga tepat di klaim oleh perusahaan minyak Tiongkok
CNOOC sebagai blok eksplorasi untuk ditawarkan pada investor asing. Posisi
kuat Vietnam terhadap wilayah tersebut berdasarkan hukum UNCLOS membuat
India berani membela kepentingan Vietnam dalam mempertahankan kedaulatan
negara. Di sisi lain, India dapat menunjukkan secara langsung kekuatan militer
yang ia miliki pada Tiongkok dengan memberi bantuan kapal patroli di perairan
Vietnam.
Berdasarkan pilihan terhadap Vietnam yang rasional, pada bab ini juga akan
menganalisa perkiraan kalkulasi untung dan rugi yang dialami oleh India. Hal ini
didasarkan pada konsep rational choice yang memiliki asumsi rasionalitas yaitu,
pilihan yang diambil atas dasar kalkulasi untung rugi. Berikut akan dipaparkan
keuntungan yang didapatkan India melelui kerjasama eksplorasi minyak dan
perkiraan apa saja dan seberapa banyak hal-hal yang harus dikorbankan India
untuk menjalin kerjasama tersebut. pertama, India mendapatkan akses lebih besar
untuk eksplorasi minyak di Laut Tiongkok Selatan. Semakin erat hubungan antara
India dan Vietnam maka tidak menutup kemungkinan kedepannya Vietnam akan
kembali menawarkan blok eksplorasi kepada India. Kedua, mendapatkan akses
yang lebih besar untuk memasarkan produk-produk India khususnya dalam
bidang perangkat lunak dan energi.ketiga, mendapat dukungan dari negara-negara
di sekitar kawasan Laut Tiongkok Selatan khususnya negara-negara ASEAN
dalam membantu menekan ambisi Tiongkok untuk menguasai perairan tersebut.
Sedangkan, kerugian yang harus ditanggung India dengan menjalin kerjasama
54
dengan Vietnam yaitu pertama, memberikan bantuan kapal patroli untuk berjaga-
jaga di sekitar perairan Vietnam yang di klaim oleh Tiongkok. Kedua yaitu,
mendapat tekanan dari Tiongkok. Hal ini tidak menutup kemungkinan Tiongkok
akan meningkatkan kerjasama jual-beli senjata dengan Pakistan dan akan terjadi
perang antara Pakistan dan India terkait konflik klaim daratan Kashmir.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Axelrod dan Keohane bahwa pilihan
yang diambil berdasarkan kalkulasi untung rugi bertujuan untuk mendapat
alternatif yang paling menguntungkan. Dalam konteks pembahasana kerjasama
eksplorasi minyak India dan Vietnam terkait klaim Tiongkok terhadap wilayah
ZEE Vietnam, jenis game theory yang paling relevan untuk menjelaskan
fenomena yang terjadi adalah stag-hunt game. Stag-hunt memiliki preferensi CC
> DC > DD > CD. Dimana inti dari model permainan ialah cooperation atau
kerjasama lebih diinginkan daripada defect atau ingkar.
Hubungan kerjasama India dan Vietnam dapat dijelaskan sebagai berikut.
Terdapat empat kemungkinan preferensi India untuk bekerjasama dengan
Vietnam. Pertama, Jika India memutuskan untuk cooperative dan Vietnam pun
cooperative, maka keduanya akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Dalam hal ini India mendapatkan akses untuk berhadapan dengan Tiongkok,
akses energi dan juga ikut serta menjaga stabilitas kawasan Laut Tiongkok
Selatan sedangkan Vietnam mendapatkan bantuan militer dari India untuk
menjaga kedaulatan negara. Kedua, jika India memutuskan untuk defect,
sedangkan Vietnam memutuskan untuk cooperative maka India tidak akan
memberikan bantuan militer terhadap Vietnam sedangkan Vietnam tetap
55
memberikan blok eksplorasi minyak kepada India. Dalam kondisi seperti ini,
kemungkinan besar India akan mundur dari blok tersebut karena tidak ingin
menghadapi kerugian akibat tekanan Tiongkok dan Vietnam tidak mendapatkan
keuntungan apapun dari kerjasama tersebut. Ketiga, jika India memutuskan untuk
defect dan Vietnam pun demikian maka India tidak akan memberikan bantuan
militer pada Vietnam begitupun dengan Vietnam tidak akan menawarkan blok
eksplorasi 127 dan 128 kepada India. Pilihan ini adalah yang terburuk
dibandingkan dengan pilihan pertama dan kedua. Keempat, jika India
memutuskan untuk cooperative sedangkan Vietnam memutuskan untuk defect
maka India akan memberikan bantuan militer pada Vietnam sedangkan Vietnam
tidak memberikan blok eksplorasi pada India. Pilihan ini kemungkinan terburuk
yang dihadapi oleh India. Dari penjelasan formulasi tersebut dapat menjelaskan
alasan dibalik pilihan India untuk tetap melakukan kerjasama eksplorasi minyak
dengan Vietnam meskipun berada dalam wilayah konflik dengan Tiongkok.
Karena, pilihan untuk cooperative antar kedua negara dapat memaksimalkan
keuntungan bagi India.
Selain penjelasn sebelumnya, dalam konsep rational choice juga terdapat
the shadow of future atau bayangan akan masa depan yang turut mempengaruhi
kecenderungan aktor untuk bekerjasama. Bayangan akan masa depan ini
cenderung mengedepankan isu ekonomi. Karena, ketika para aktor bermain dalam
isu ekonomi maka mereka akan cenderung berharap bahwa hubungan mereka
akan terus berlanjut dalam kurun waktu yang tak terhingga. Konsep Axelrod dalap
menjelaskan penguatan kerjasama antara India dan Vietnam yang berfokus pada
56
isu ekonomi. India dan Vietnam membayangkan akan kerjasama yang terus
berlanjut. Hal ini karena kedua aktor terutama India memiliki ekspektasi bahwa
kerjasama ini akan sangat menguntungkan untuk masa depan mereka. Bagi India
kerjasama ini akan berdampak pada citra nya di mata negara-negara sekitar
kawasan Laut Tiongkok Selatan yang juga merupakan pangsa pasarnya selama ini.
diharapkan dengan menguatnya kepercayaan negara-negara tersebut dapat pula
meningkatkan kerjasama ekonomi dalam hal perdagangan yang selanjutnya pasar
India dapat lebih unggul dibandingakan dengan pasar Tiongkok di kawasan
tersebut. Sedangkan, Vietnam berharap bahwa bantuan militer dari India akan
memperkuat posisi negaranya dimata Tiongkok.
Dapat disimpulkan bahwa kerjasama eksplorasi minyak antara India dan
Vietnam di wilayah ZEE Vietnam memiliki arti besar bagi kedua negara. Dari sisi
India diuntungkan dengan kemungkinan mendapatkan citra baik di negara-negara
sekitar kawasan Laut Tiongkok Selatan yang dapat meningkatkan pasar
perdagangan. Vietnam pun diuntungkan dengan bantuan militer India yang
beroperasi di ZEE Vietnam yang tentunya memabntu dalam menjaga keamanan
dan kedaultan Vietnam dari ancaman Tiongkok.
viii
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari skripsi ini diantaranya bahwa India memiliki kepentingan
untuk mendapatkan trust atau dapat disebut sebagai pencitraan baik dimata
negara-negara sekitar kawasan Laut Tingkok Selatan yang dapat berakibat besar
bagi pasar perdagangan India. Meningkatnya rasa percaya negara-negara tersebut
terhadap India dibandingkan Tiongkok menjadikan pasar ekonomi India di Laut
Tiongkok Selatan lebih meningkat.hal ini karena ambisi Tiongkok untuk
menguasai 90% perairan Laut Tiongkok Selatan mengancam kedaultan negara-
negara tersebut. kepentingan India lainnya ialah akses energi di Laut Tiongkok
Selatan yang terkenal akan potensi minyak dan gas.
Jika dilihat dari konsep rational choice, keputusan India untuk memperkuat
hubungan kerjasama dengan Vietnam meruakan sebuah pilihan rasional. Hal ini
dibuktikan mealui kalkulasi untung rugi dan faktor-faktor lain yang mendorong
terjadinya kerjasama. Kalkulasi untung rugi Vietnam jelas lebih menguntungkan
karena negara ini menadapatkan akses yang lebih besar untuk melakukan
eksplorasi dan dapat secara langsung menekan Tiongkok. Tekanan yang diberikan
India terhadap Tiongkok bukan hanya kepentingan India di Laut Tiongkok
Selatan melainkan pula kepentingan India akan konflik daratan Kashmir. Dimana
Tiongkok meberikan dukungan serta jual-beli senjata untuk mendukung perang
India dan Pakistan.
viii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahn, Sun-Joo dan Dagmar Graczyk. Understanding Energy Challenges. France:
International Energy Agency, 2012.
Asrudin dan Mirza Jaka Suryana. Refleksi Teori Hubungan Intermnasional dari
Tradisional ke Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Baylis, John, Steven Smith, dan Patricia Owen. The Globalization of World
Politcs. 2nd
edition. Oxford: Oxford University Press, 2005.
Beckman, Robert. The South China Seaa: The Evolving Dispute Between China
and Her Maritime Neighbours. Geomatics World, 2013.
Breuning, Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. New
York: Palgrave MacMillan, 2007.
Bryman, Alan. Social Research Methods, 2nd
ed. Oxford: Oxford University Press,
2004.
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. Teori-Teori Hubungan Internasional.
Bandung: Nusamedia, 1996.
Cresswell, John W. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches.
California: SAGE Publications, Inc., 1994.
Dam, Syamsumar. Politik Kelautan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Frost, Frank. Vietnam‟s Foreign Policy Relations: Dynamic of Change Institute of
Southeast Asian. Regional Strategic Studies Programme Institute of
Southeast Asian Studies, 1993.
Gyorgy, Andrew. Geopolitics. The New German Science, 1944.
Holsti, K.J., terj. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina
Cipta, 1992.
Jackson, Robert dan Greg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Jenner, C.J. dan Tran Truong Thuy. The South China Sea. Cambridge University
Press, 2016.
Keohane, Robert O. Neorealism and its Critics. New York: Columbia University
Press, 1986.
Keyuan, Zou. Law of the Sea in East Asia: Issues and Prospects. New York:
Routledge, 2003.
Khambatta. Persis, ed. The Emerging India Economy. Washington: Center for
Strategic &International Studies, 2013.
Lam, N. Mark dan John L. Graham. China Now. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007.
Mas‟oed Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: PT. Pustaka Pelajar LP3ES, 1990.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
1997.
Nazar, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Neuman, Lawrence. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches, 5th
ed. Boston: Allyn and Bacon, 2003.
ix
Panda, Jagannath P. India-China Relations: Politics of Resources, Identity and
Authority in a Multipolar World Order. Routledge, 2016.
Papp, Daniel S. Contemporary International Relations: Framework for
Understanding. Boston: Allyn and Baccon, 1997.
Pehrson, Christopher J. String of Pearls: Meeting the Challeng of Tiongkok‟s
Rising Power Across the Asian Littoral. US. Army War College, 2006.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Plano, Jack C. dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional. Bandung:
Abardin, 1999.
Reddy, K. Raja, ed. India-ASEAN: Foreign Policy Dimensions for the Twenty-
First Century. New Delhi: New Century, 2005.
Robyn, Meredith. Menjadi Raksasa Dunia. Bandung: Nuansa, 2010.
Rosenau, James, Kenneth W. Thompson, dan Gavin Boyd. World Politics: An
Introduction. New York: The Free Press, 1976.
Rosenau, James. International Politics and Foreign Policy, a Reader in Research
and Theory. New York: The Free Press, 1969.
Rourke, John T. International Polittics on the World Stage. 5th
edition.
Connecticut: Dushking Publishing Group, 1995.
Russet, Bruce dan Harvey Starr. World Politics: The Menu for Choice. New York:
W.H Freeman Company, 1995.
Sen, Amrita dan Anupama Sen. India‟s Oil Demand: On the Verge of „Take-Off‟?.
Oxford: University of Oxford, 2016.
Sunarso. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press, 2006.
Waltz, Kenneth. Man, the State, and War. New York: Columbia University Press,
2001.
Williams, Paul D. Security studies: An Introduction. New York: Routledge
Taylor&Francis Group, 2008.
Willrich, Mason. Energy and World Politic. New York: The Free Press – A
Division of Macmillan Publishing Co. Inc., 1978.
Skripsi dan Tesis
Akbar, Dimas. Pengaturan Laut Tertutup (Enclosed Sea) dan Laut semi-tertutup
(Semi-Enclosed Sea) dalam Hukum Laut. Skripsi Sarjana. Depok:
Universitas Indonesia, 2012.
Ayu, Widyadara. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Krisis Politik
Suriah Era Barack Obama. Skripsi Sarjana. Makassar: Universitas
Hassanudin, 2014.
Hooda, Sapna. A Study on FDI and Indian Economy. Doctoral Thesis.
Kurukshetra: Deemed University, 2011.
Mansur. Kebijakan Look East Policy India terhadap Negara-negara ASEAN
pasca Perang Dingin Periode 1992-2005. Tesis Magister. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2008.
Sativa, Rahma Lillahi. Postur Pertahanan Jepang pasca Pembentukan
Kementerian Pertahanan 2007-2013. Skripsi Sarjana. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 2014.
x
Siahaan, Hanna Theresia Ruthania Alda. Pandangan Paradigma Neorealisme,
Neoliberalisme, dan Konstruktivisme dalam Melihat Akar Konflik pada
Konflik Perbatasan Djibouti-Eritrea di Daerah Ras Doumeira Tahun
2008. Skripsi Sarjana. Depok: Universitas Indonesia, 2013.
Sihitte, Ruth Ivanna. Sikap Asertif China sebagai Great Power Studi Kasus: Laut
China Selatan 2008-2011. Tesis Magister. Jakarta: Universitas Indonesia,
2012.
Jurnal
“Apa itu “Nine-dash Line”?”, Selasar Politik (28 Juni 2016), tersedia di
http://jurnal.selasar.com/politik/apa-itu-ninedash-line, diunduh pada 2
Januari 2017.
“Vietnam,” Country Analysis Brief (9 Mei 2012), tersedia di
http://www.iberglobal.com/files/vietnam_eia.pdf, diunduh pada 10 Januari
2016.
Ahluwalia, Montek S. “India‟s Economy Reforms,” Presentation Paper Seminar at
India‟s Economic Reforms (Juni 1993).
Amri, Ahmad Almaududy. “Laut Tiongkok Selatan: Problematika dan Prospek
Penyelesaian Masalah,” Jurnal Opinion Juris, Vol. 16 (Mei-September
2014): 93, tersedia di
http://pustakahpi.kemlu.go.id/app/Laut%20Tiongkok%20Selatan%20%20
Problematika%20dan%20Prospek%20Penyelesaian%20Masalah%20-
%20Ahmad%20Almaududy%20Amri.pdf, diunduh pada 3 Februari 2016.
Anggara, Hetri Pima. “Strategi India Menghadapi Hegemoni Tiongkok di
Kawasan Asia Selatan 2005-2014,” JOM FISIP Vol. 2 No. 2 (Oktober
2015).
Batabyal, Anindya. “Balancing China in Asia: A Realist Assesment of India‟s
Look East Strategy,” China Report, Vol. 42 No. 2 (April-Juni 2016): 179,
tersedia di
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/000944550604200205,
diunduh pada 4 Desember 2016.
Chatuverdy, Rajeev Ranjan. “Is India Making Waves in South China Sea,” ISAS
Working Paper, No. 185 (26 Maret 2014): 7. Tersedia di
https://www.isas.nus.edu.sg/ISAS%20Reports/ISAS_Working_Paper__18
5_-_Is_India_Making_Waves_in_South_China_Sea_26032014163454.pdf,
diunduh pada 21 Desember 2016.
Dargay, J, D. Gately dan M. Sommer. “Vehicle Ownership and Income Growth,”
The Energy Journal (2007): 28, tersedia di
https://www.econ.nyu.edu/dept/courses/gately/DGS_Vehicle%20Ownersh
ip_2007.pdf, diunduh pada 3 Februari 2016.
Djalal, Hasjim, “Dispute Settlement and Conflict Management in the South China
Sea,” Strategic Review (April-Juni 2012), tersedia di http://www.sr-
indonesia.com/in-the-journal/view/dispute-settlement-and-conflict-
management-in-the-south-china-sea, diunduh pada 1 Juni 2014.
Farhana, Fauzan. “Memahami Perspektif Tiongkok dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Laut Cina Selatan,” Jurnal Penelitian Politik, Vol. 11 No. 1 (1
xi
Juni 2014): 168, tersedia di
http://ejournal.lipi.go.id/index.php/jpp/article/viewFile/196/80, diunduh
pada 5 Januari 2017.
Frenkel, Joseph. “National Interest: A Vindication,” International Journal (1970):
60.
Ghosh, P.K. “Binding Vietnam and India: Joint Energy Exploration in South
China Sea,” RSIS Commentaries (17 Desember 2013), tersedia di
https://www.files.ethz.ch/isn/175010/RSIS2282013Binding%20Vietnam%
20and%20India.pdf, diunduh pada 23 Agustus 2016.
Gullapalli, Sailaja. “India and Globalization: Policy of Look East and Beyond,”
Research and Practice in Social Science, Vol. 1 No. 1 (Agustus 2005),
tersedia di www.researchandpractice.com/articles/1-1/Gullapalli-6.pdf,
diunduh pada 4 Desember 2015.
Gupta, Sonika. “Growing Tensions in South China Sea,” Issue Brief, No. 213
(Mei 2015): 5.
Keyuan, Zou. “The Sino-Vietnamese Agreement on Maritime Boundary
Delimitation in the Gulf of Tonkin,” Ocean Development and International
Law, Volume 36 No. 1 (2015): 74.
Klein, Lawrence R. dan Thangavel Palanivel. “Economy Reforms and Growth
Prospects in India,” CAPS Working Paper Series, No. 116 (2001): 1,
tersedia di http://commons.ln.edu.hk/capswp/72, diunduh pada 6 Januari
2015.
Majumdar, Munmun. “India‟s Stakes in the South China Sea,” International
Humanities and Social Science, Vol. 3 No. 13 (Juli 2013): 243, 245,
tersedia di
http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_3_No_13_July_2013/28.pdf,
diunduh pada 8 Januari 2017.
Muhamad, Simela Victor. “Kepentingan China dan Posisi ASEAN dalam
Sengketa Laut China Selatan,” Info Singkat Hubungan Internasional, Vol.
IV No. 08/II/P3DI (April 2012): 6, tersedia di
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-8-II-
P3DI-April-2012-7.pdf, diunduh pada 5 Januari 2017.
Naidu, G.V.C. “India and Southeast Asia,” International Studies (2010): 286,
tersedia di
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.1011.5089&rep
=rep1&type=pdf, diunduh pada 20 Januari 2016.
Naik, Ghulam Mohiudin. “India‟s Energy a Foreign Policy: An Analysis,”
International Journal of Social Science and Humanities Research, Vol. 3
Issue 1 (2015): 61.
Nuechterlein, Donald E. “The Concept of „National Interest‟,” Orbis (Spring
1979): 126.
Olivia, Yessi. “Level Analisis Sistem dan Teori Hubungan Internasional,” Jurnal
Transnasional, Vol. 5 No. 1 (Juli 2012): 898-899.
Panagariya, Arvind. “India‟s Economic Reforms What has been Accomplished?
What Remains to be Done?,” ERD Policy Brief Series, No. 2 (November
2001):4 tersedia di
xii
https://www.adb.org/sites/default/files/publication/28060/pb002.pdf,
diunduh pada 2 Januari 2016.
Pant, Harsh V. “India‟s Achilles‟ Heel: Lack of a China Policy,” South Asia
Analysis Group Paper, No. 1293 (18 Maret 2005).
Raman, B. “India=Vietnam Oil/Gas Corporation Sparks Jingoistic Anger in
Chinese Media,” Chennai Center for China Studies (17 Oktober 2011),
tersedia di http://www.c3sindia.org/southeastasia/2618, diunduh pada 23
Agustus 2016.
Sari, Sely Charolina dan Broto Wardoyo. “Kebijakan Luar Negeri Sektor Energi
India dalam Eksplorasi Minyak di Wilayah Laut Cina Selatan 2011-2014,”
Universitas Indonesia (2014), tersedia di
http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-06/S58160-
Sely%20Charolina%20Sari, diunduh pada 28 Desember 2016.
Schweller, Randall L. “Bandwagoning for Profit,” International Security, Vol. 19
No. 1 (Summer 1994): 74.
Scott, David. “India‟s Role in the South China Sea: Geopolitics and
Geoeconomics in Play,” India Review, Vol. 12 No. 2 (2013), tersedia di
http://www.d-scott.com/wp-content/uploads/2013/09/india-scs.pdf,
diunduh pada 21 Desember 2016.
Singer, David. “The Level of Analysis Problem in International Relations,” World
Politics, Vol. 14 No. 1 (1961): 77-92.
Singh, S. “China-India Economic Engagement Building Mutual Confidence,”
French Research Institute in India, Vol. 10 (2005), tersedia di
http://www.jnu.ac.in, diunduh pada 5 Januari 2016.
Sundaram, A. “Look East Policy,” International Journal of Advancements in
Research & Technology, Vol. 2 Issue 5 (Mei 2013): 169-171, tersedia di
http://www.ijoart.org/docs/Look-East-Policy.pdf, diunduh pada 4 Februari
2016.
Thuy, Tran Truong. “China‟s U-shaped Line in the South China Sea: Possible
Interpretations, Asserting Activities and Reactions from Outside,” Paper at
the Confrence on “The Practices of the UNCLOS and the Resolution of
South China‟s Sea Dispute (3-4 September 2012), tersedia di
http://www.nghiencuubiendong.vn/trung-tam-du-lieu-bien-
dong/doc_download/596-tran-truong-thuy-chinasu-shaped-line-in-the-
south-china-sea-possible-interpretationsasserting-activities-and-reactions-
from-outside.
Walt, Stephen M. “Alliance Formation and the Balance of Power of World Power,”
International Security, Vol. 9 No. 4 (Spring 1985):4.
Waltz, Kenneth W. “The Origins of War in Neorealist Theory,” Jurnal of
Interdisciplinary History, No. 18 (1988): 619.
Wiley, James. “India Steps up Search for Energy Security,” Oil and Energy
Trends, Vol. 35 Issue 5 (2010): 3.
xiii
Laporan dan Dokumen
BP Statistical Review of World Energy, 2011.
Carl. V.R. Jeremy. Energy and India‟s Foreign Policy. Program on Energy and
Sustainable Development, 2008, 1-15.
FICCI. India‟s Energy Security Key Issues Impacting the India Oil and Gas
Sector. India: Ernst&Young Pvt. Ltd., 2011, tersedia di,
http://www.ey.com/publication/vwluassets/indias_energy_security/$file/in
dia-s_energy_security.pdf, diunduh pada 3 Januari 2016.
Goldman Sachs. Brics and Beyond, 2007, 12.
IBP INC, India Energy Policy, Laws, and Regulations Handbook. USA:
International Business Publications, 2015, 56.
India-ASEAN Realtions, tersedia di
https://www.mea.gov.in/Portal/ForeignRelation/India-
ASEAN_Relations.pdf, diakses pada 8 Januari 2015.
New Exploration Licensing Policy, tersedia di
http://petroleum.nic.in/docs/exp.policy.NELP2015.pdf, diakses pada 8
Januari 2016.
Size, Growth Rate and Distribution of Population, tersedia di
http://censusindia.gov.in/2011-prov-
results/data_files/india/Final_PPT_2011_chapter3.pdf, diakses pada 5
Januari 2016.
Southeast Asia Energy Oulook, September 2013, 77.
Surat Kabar Online
Agence France-Presse. Vietnam says China Offshore Oil Auctions „Illegal‟.
Inquirer.net, 28 Juni 2012, tersedia di
https://globalnation.inquirer.net/41879/vietnam-says-china-offshore-oil-
auction-illegal, diakses pada 25 Januari 2016.
Bagchi, Indrani. China Harasses Indian Naval Ship on South China Sea. The
Times of India, 2 September 2011, tersedia di
http://timesofindia.indiatimes.com/india/China-harasses-Indian-naval-
ship-on-South-China-Sea/articleshow/9829900.cms, diakses pada 24
Februari 2016.
Bajpaee, Chietigj. India Rediscovers East Asia. Asia Times, 31 Oktober 2007,
tersedia di http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/IJ31Df01.html,
diakses pada 23 Januari 2016.
CNOOC to Offer 9 Blocks in S. China Sea for Joint Exploration. Global Times,
27 Juni 2012, tersedia di http://www.globaltimes.cn/content/717464.shtml,
diakses pada 25 Januari 2016.
Cunnimgham, Nick. India Now The Main Engine of Global Oil Demand Growth.
The Fuse, 24 Mei 2016, tersedia di http://energyfuse.org/indias-oil-
demand-main-engine-global-growth/, diakses pada 6 Januari 2017.
Daiss, Timm. Why the South China Sea has more Oil than You Think. The Forbes,
22 Mei 2016, tersedia di
http://www.forbes.com/sites/timdaiss/2016/05/22/why-the-south-china-
xiv
sea-has-more-oil-than-you-think/#165bd34d3a3f, diakses pada 28
Desember 2016.
Dikshit, Sandeep. India Offers Seven Oil Blocks in South China Sea. The Hindu,
21 November 2013, tersedia di
http://www.thehindu.com/news/national/vietnam-offers-india-seven-oil-
blocks-in-south-china-sea/article5372744.ece, diakses pada 23 Desember
2016.
Goshal. Baladas. India‟s Look-East Policy and Vietnam. Mainstream Weekly, 19
September 2009, tersedia di
https://www.mainstreamweekly.net/article1639.html, diakses pada 5
Januari 2017.
India Economy. MapsofIndia.com, tersedia di
http://www.mapsofindia.com/economy/, diakses pada 7 Januari 2016.
Kale, Vishal. How much do IT and IT Services Contribute to India‟s GDP, to
India‟s Export Basket and Employment Figures. Quora, 26 Januari 2013,
tersedia di https://www.quora.com/How-much-do-IT-and-IT-services-
contribute-to-Indias-GDP-to-Indias-export-basket-and-employment-
figures, diakses pada 8 Januari 2016.
Kalha, Ambassador R.S. India and the South China Sea. The Diplomat, 29
September 2011, tersedia di http://thediplomat.com/2011/09/india-and-the-
south-china-sea/, diakses pada 3 September 2016.
Krishnan, Ananth. China Warns India on South China Sea Exploration Projects.
The Hindu, 15 September 2011, tersedia di
http://www.thehindu.com/news/international/china-warns-india-on-south-
china-sea-exploration-projects/article2455647.ece, diakses pada 25
Februari 2016.
Mallig, Jojo. Carpio: China‟s Invasion is Armed Aggression. ABS-CBN News, 6
Juni 2014, tersedia di http://news.abs-cbn.com/focus/06/06/14/carpio-
chinas-invasion-armed-aggression, diakses pada 3 Februari 2016.
Meningkatkan Hubungan Kemitraan Strategis Vietnam-India. Radio Suara
Vietnam, 15 September 2014, tersedia di http://vovworld.vn/id-id/Ulasan-
Berita/Meningkatkan-hubungan-Kemitraan-Strategis-Vietnam-
India/270669.vov, diakses pada 6 Januari 2016.
Nelson, Dean. China Warns India on Oil Exploration. The Telegraph, 6
Desember 2012, tersedia di
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/india/9726916/China-
warns-India-on-oil-exploration.html, diakses pada 8 Januari 2016.
OVL Acquired Block 6.1 in Vietnam Offshore: R.P.N Singh. Expose India Live, 16
Mei 2012, tersedia di http://exposeindialive.com/eil/?p=20114, diakses
pada 5 Januari 2017.
Pan, Arien. Uji Nyali di Lut Cina Selatan. Kompasiana, 13 Juli 2011, tersedia di
http://www.kompasiana.com/arien/uji-nyali-di-laut-cina-
selatan_5500fee9a333115318510528, diakses pada 3 Februari 2016.
PTI, India-China Competition be in Agreed Strategic Framework: S.M Krishna.
The Economic Times, 10 Februari 2012, tersedia di
http://articles.economictimes.indiatimes.com/2012-02-
xv
10/news/31046156_1_china-and-india-largest-trade-partner-core-
interests/2, diakses pada 22 Maret 2016.
PTI. ONGC Videsh Ltd. not to Exit Vietnam Block Despite Poor Prospectivity.
The Economic Times, tersedia
http://articles.economictimes.indiatimes.com/2015-07-
12/news/64333955_1_block-128-block-127-block-06-1, diakses pada 23
Februari 2016.
Reischer, Rosalind. India‟s Look East Policy in the South China Sea. The
Diplomat, 2012, tersedia di http://thediplomat.com/2012/08/indias-look-
east-policy-in-the-south-china-sea/, diakses pada 6 September 2016.
Sahay, K.B. New Economic Pokicy: The Missing Population Concern. The
Tribune, 16 Juni 1999.
Sengketa Kepemilikan Laut Cina Selatan. BBC Indonesia, 2 Juli 2011, tersedia di
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyco
nflict, diakses pada Januari 2015.
Sharma, Devinder. Is India‟s GDP Growth for Real?”. Huffpost, 25 Mei 2015,
tersedia di http://www.huffingtonpost.com/devinder-sharma/is-indias-gdp-
growth-for-_b_832123.html, diakses pada 8 Januari 2016.
Sharma, Rajeev. China and India Jostle in Indian Ocean. Global Times, 18
Oktober 2012, tersedia di
http://www.globaltimes.cn/content/739276.shtml, diakses pada 3 Januari
2017.
Vietnam Offers 6 Oil and Gas Blocks to OVL. Deccan Herald, 21 November 2013,
tersedia di http://www.deccanherald.com/content/370258/vietnam-offers-
6-oil-gas.html, diakses pada 23 Agustus 2016.
Situs Web
Central Intelligence Agency. Oil and Natural Gas Corporation Limited, tersedia di
http://www.ongc.co.in/wps/wcm/connect/ongcindia/home/media/press_rel
ease/ongc-and-ongc-videsh-sign-agreements-pvep, diakses pada 24 Maret
2014.
Cheema, Sujata AshwaryaI. India‟s Approach to Sanctions on Iran. E-
International Relations, 29 April 2012, tersedia di http://www.e-
ir.info/2012/04/29/indias-approach-to-sanctions-on-iran/, diakses pada 8
Februari 2016.
Deudney, Daniel H. Encyclopedia Britannica Online, tersedia di
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/229932/geopolitics, diakses
pada 4 September 2016.
H.S, Iyan Afriani, Metode Penelitian Kualitatif, tersedia di http://www.penalaran-
unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116metode-penelitian-
kualitatif.html, diakses pada 27 Februari 2012.
http://hukum.unsrat.ac.id/hi/unclos_terjemahan.doc, 21.
Indian Strategic Petroleum Reserves Limited, tersedia di
http://www.isprlindia.com/aboutus.asp, diakses pada 26 Desember 2016.
xvi
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/bilateral-
documents.htm?dtl/5347/fact+sheet+on+moustreatywork+plan+signed+du
ring+the+visit+of+president+of+vietnam, diakses pada 3 Januari 2016.
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/bilateral-
documents.htm?dtl/22508/list+of+documents+signed+during+the+state+v
isit+of+nguyen+phu+trong+general+secretary+of+communist+party+of+v
ietnam+to+india, diakses pada 8 Januari 2017.
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/lok-
sabha.htm?dtl/24339/Q+NO+563+DISPUTE+OVER+ISLANDS+IN+SO
UTH+CHINA+SEA, diakses pada 24 Januari 2016.
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/media-
briefings.htm?dtl/3040/Incident+involving+INS+Airavat+in+South+China
+Sea, diakses pada 23 Februari 2016.
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/media-
briefings.htm?dtl/3040/incident+involving+ins+airavat+in+south+china+s
ea, diakses pada 5 Januari 2016.
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/rajya-
sabha.htm?dtl/15481/q2516+agreement+signed+with+vietnam, diakses
pada 3 September 2016.
Ministry of External Affairs, tersedia di http://www.mea.gov.in/Speeches-
Statements.htm?dtl/6946/, diakses pada 2 Januari 2017.
Ministry of External Affairs, tersedia di
https://www.mea.gov.in/Portal/ForeignRelation/Vietnam_13_01_2016.pdf,
diakses pada 2 Januari 2017.
ONGC and ONGC Videsh Sign Agreements with PVEP, Vietnam. Oil and Natural
Gas Corporation Limited, tersedia di
http://www.ongc.co.in/wps/wcm/connect/ongcindia/home/media/press_rel
ease/ongc-and-ongc-videsh-sign-agreements-pvep, diakses pada 8 Januari
2017.
ONGC, tersedia di http://www.ongcvidesh.com/Assets.aspx?tab=0, diakses pada
15 November 2014.
Prasodjo, Haryo. Ekonomi Masa Jawaharlal Nehru 1952-1965, tersedia di
http://www.haryoprasodjo.com/2014/03/ekonomi-masa-jawaharlal-nehru-
1951-1965.html, diakses pada 20 Januari 2016.