KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI...

126
KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA TAHUN 2014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Ade Rahman Hakim 11141130000015 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI...

i

KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA

DI INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA

REFERENDUM KRIMEA TAHUN 2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Ade Rahman Hakim

11141130000015

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI

INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA

TAHUN 2014

1. Merupakan Karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Mei 2018

Ade Rahman Hakim

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Ade Rahman Hakim

Nim : 11141130000015

Progran Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI

INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA

TAHUN 2014

dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 07 Mei 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ahmad Alfajri, MA Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.IP., L.M

iii

PENGESAAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI INTERNATIONAL

SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA TAHUN 2014

Oleh

Ade Rahman Hakim

11141130000015

Telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Mei

2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, MA Eva Mushoffa, MHSPS

NIP. NIP.

Penguji I, Penguji II,

Dr. Badrus Sholeh, MA Eva Mushoffa, MHSPS

NIP. 197102111999031002 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 30 Mei 2018

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Ahmad Alfajri, MA

NIP.

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di

International Space Station pasca referendum Krimea tahun 2014. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kepentingan nasional Amerika Serikat di balik upaya

mempertahankan kerjasama di International Space Station (ISS) dalam

ketegangan hubungan dengan Rusia pasca referendum Krimea tahun 2014.

Pengkajian terhadap data yang terkumpul melalui teknik studi pustaka atas data

primer dan sekunder menjelaskan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan

nasional dalam lingkup akses dan pemanfaatan antariksa. Dalam rangka mencapai

dan mengelola kepentingan nasional tersebut, Amerika Serikat berupaya

mengembangankan kapabilitas industri transportasi antariksa komersial dan

memperpanjang operasional ISS hingga tahun 2024. Namun, konflik Ukraina

yang mencetuskan pelaksanaan referendum Krimea berdampak negatif bagi

kondisi hubungan kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di ISS setelah adanya

penjatuhan sanksi Amerika Serikat kepada Rusia dan respon Rusia atas sanksi

tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka teoretis konsep Power

dan Kepentingan Nasional. Penggunaan konsep power ditujukan dalam

memahami perwujudan power sebagai instrumen dalam mencapai kepentingan

nasional dan power sebagai aset yang berusaha dicapai oleh Amerika Serikat

melalui pemanfaatan ISS. Bagi pengungkapan kepentingan Amerika Serikat

dalam mempertahankan bahkan memperpanjang kerjasama ISS pasca referendum

Krimea, penulis menggunakan konsep kepentingan nasional untuk memahaminya.

Dari penggunaan kerangka teoretis tersebut dihasilkan suatu kesimpulan bahwa

lemahnya kondisi instrumen power Amerika Serikat di sektor antariksa pasca

referendum Krimea yang diperparah dengan respon Rusia di ranah kerjasama

antariksa memberikan dampak negatif bagi pemenuhan dan pemeliharaan

kepentingan akses serta pemanfaatan antariksa bagi Amerika Serikat. Dampak

negatif terhadap kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa tersebut dapat

berimplikasi pada terhambatnya pencapaian power sebagai aset yang dicapai oleh

Amerika Serikat di ISS yang meliputi pendidikan (education), kesehatan (health),

teknologi (technology), dan sistem transportasi (transportation system). Di

samping itu, keterancaman dapat merambah pada pemenuhan kepentingan

keamanan dan ekonomi sebagai dasar bagi kepentingan aktivitas di antariksa.

Mengingat kondisi instrumen power yang lemah dan terdapat beberapa

kepentingan yang dituju dalam aktivitas pemanfaatan ISS, maka Amerika Serikat

berupaya untuk mengamankan kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa

dengan tidak melakukan tindakan konfrontasi atau peluasan ketegangan di

antariksa dengan Rusia.

Kata kunci: International Space Station, Amerika Serikat, Rusia, Eksplorasi,

Antariksa, Kepentingan Nasional, Diplomasi Sains.

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الّرحمن الّّرحيم

Segla puji bagi Allah Subhanahu wa ta‟ala yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang. Tidak ada kekuatan selain kekuatan yang diberikan oleh-Nya.

Segala pengharapan ridho dan keberkahan hidup hanya digantungkan kepada-

Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Shallallahu „alaihi wasalam. Dengan segala nikmat yang dilimpahkan oleh Allah

Subhanahu wa ta‟ala, penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di International Space

Station Pasca Referendum Krimea Tahun 2014”. Penulisan skripsi ini

ditujukan bagi syarat untuk menyelesaikan studi Ilmu Hubungan Internasional dan

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

Selama proses penulisan skripsi, penulis mendapatkan banyak dukungan

dan bantuan berupa materi maupun imateriel. Penulis sangat menyadari bahwa

dalam keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak semata-mata menyandarkan pada

usaha dan kemampuan penulis saja. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta

seluruh staf dan jajarannya.

vi

3. Ahmad Alfajri M.A selaku Kepala Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

beserta seluruh staf dan jajarannya.

4. Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.IP., L.M selaku dosen pembimbing yang

selalu semangat membimbing dan mengarahkan penulis hingga akhir

penyusunan skripsi. Terimakasih pak, semoga Allah Subhanahu wa

ta‟ala selalu mencurahkan keberkahan dan keselamatan dunia serta

akhirat kepada keluarga bapak.

5. Bapak Badrus Sholeh dan Ibu Eva Mushoffa selaku dosen penguji

sidang skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar program studi Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Abuya Munfasir, Abuya Syar‟i, Abuya Muhtadi, Abuya Uci, dan

Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz yang selalu membimbing

dalam kelembutan dan kelurusan hati.

8. Dr. Sholeh Hasan selaku pembina Ma‟had Putra Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas bimbingan dan

nasehatnya.

9. Keluarga dan kedua orang tua yang selalu mendoakan dalam setiap

keadaan dan memberikan nasehat dalam setiap kesempatan. Semoga

keberkahan Allah Subhanahu wa ta‟ala selalu menyertainya.

10. Keluarga besar H. TB. Busro dan H. Thabrani yang selalu mendukung

dan mendoakan.

vii

11. Teman rumah, Fathurrobi, Ulfi, Rivan, Yudi, dan Muhammad Asop

Munandar yang selalu berbagi kisah, petualangan dan kebahagian.

12. Mutia Dewi, terimakasih atas inspirasi tema skripsi “antariksa”.

13. Teman kelas seperjuangan HI-A yang menemani dari awal hingga

akhir semester. Terimakasih atas sharing pendapat dan

pengetahuannya.

14. Teman satu tempat singgah Cahyo Eko Pambudi, Muhammad Yusuf,

Imaddudin Alfiyan, dan Gunawan. Terimakasih atas pengalaman dan

dukungannya, semoga kita dipertemukan kembali di surga kelak.

15. Teman-teman KKN BATMAN Mutia, Eka, Veriska, Ica, Andri,

Arifin, Dede Nurafiyah, Dede Uswatun Hasanah, Fahmi, Ichsan, Ishaq,

Putri, Riki, Maryam, Mita dan Rino. Terimakasih atas petualangan dan

dukungannya.

16. Teman grup diskusi, Azmi, Ajis, Rully, Vina, Bella dan Ibnu.

Terimakasih atas berbagi pengalamannya.

17. Teman grup skripsi, Dinda, Acep, Darma, dan Nunu. Semoga kita bisa

mencapai tujuan baik di masa depan.

Jakarta, 07 Mei 2018

Ade Rahman Hakim

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL ................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 6

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7

E. Kerangka Teoretis ................................................................................. 14

E.1. Power .............................................................................................. 14

E.1. Kepentingan Nasional ..................................................................... 18

F. Metode Penelitian .................................................................................. 20

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 22

BAB II KERJASAMA DI INTERNATIONAL SPACE STATION ..................... 25

A. Dinamiksa Aktivitas Eksplorasi Antariksa di Masa Perang Dingin ...... 25

A.1. Eksplorasi Antariksa Uni Soviet Masa Perang Dingin .................. 27

A.2. Eksplorasi Antariksa Amerika Serikat Masa Perang Dinging ....... 30

A.3. Kerjasama Antariksa Masa Perang Dingin ................................... 33

A.4. Aksesi Uni Soviet (Rusia) di International Space Station .............. 35

B. International Space Station (ISS) ............................................................ 38

B.1. Kondisi Umum International Space Station ................................... 38

B.2. Fungsi International Space Station ................................................ 41

ix

BAB III HAMBATAN EKSPLORASI ANTARIKSA AMERIKA SERIKAT

PASCA REFERENDUM KRIMEA ................................................................. 47

A. Referendum Krimea ................................................................................ 47

B. Hambatan Setelah Referendum Krimea .................................................. 49

B.1. Sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia ......................................... 49

B.2. Respon Rusia terhadap Sanksi Amerika Serikat ............................ 51

C. Ancaman Bagi Keberlangsungan ISS ..................................................... 54

D. Misi Eksplorasi Antariksa Amerika Serikat ........................................... 57

D.1. NASA Strategic Plan 2014 ............................................................. 59

D.2. Program Eksplorasi Antariksa di Luar Low Earth Orbit ............... 60

D.3. Program ISS dalam NASA Strategic Plan 2014 ............................. 62

BAB IV ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT

DALAM KERJASAMA ISS DENGAN RUSIA PASCA REFERENDUM

KRIMEA ............................................................................................................. 66

A. Kepentingan Akses Antariksa ................................................................ 67

B. Kepentingan Pemanfaatan Antariksa ..................................................... 75

C. Kepentingan Pencapaian Aset Power di ISS .......................................... 79

D. Kepentingan Keamanan Nasional .......................................................... 88

E. Kepentingan Ekonomi ............................................................................ 93

BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiii

x

DAFTAR SINGKATAN

LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

ESA European Space Agency

ISS International Space Station

CSA Canadian Space Agency

NASA National Aeronautics and Space Administration

JAXA Japan Aerospace Exploration Agency

RSA Russian Space Agency

NSS National Space Society

CSIS Center for Strategic and International Studies

ICBM Intercontinental Ballistic Missile

ASTP Apollo-Soyuz Test Project

CCP Commercial Crew Program

COTS Commercial Orbital Transportation Service

VSE Vision for Space Exploration

NAA NASA Authorization Act

NSP NASA Strategic Plan

NEAs Near Earth Asteroids

SLS Space Launch System

ARM Asteroid Redirect Mission

ATV Automated Transfer Vehicle

HTV H-II Transfer Vehicle

xi

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL

Gambar

Gambar I.1 Posisi Low Earth Orbit ................................................................... 4

Gambar II.1. Sputnik .......................................................................................... 28

Gambar II.2. Mir Space Station ......................................................................... 30

Gambar II.3. Skylab Space Station ..................................................................... 32

Gambar II.4. Astronot dan Kosmonot Apollo-Soyuz Test Project ..................... 34

Gambar II.5 International Space Station ........................................................... 39

Gambar II.6 Posisi Lintasan International Space Station .................................. 43

Gambar III.1 (a) Mesin Roket RD-181 dan (b) RD-180 .................................... 53

Gambar III.2 Penelitian yang Dilakukan Astronaut Scott Tingle di ISS ........... 63

Gambar IV.1 Atlas V 400 Series ........................................................................ 70

Gambar IV.2 Soyuz Spacecraft .......................................................................... 74

Gambar IV.3 International Space Station .......................................................... 76

Gambar IV.4 Zvezda Service Module and ATV Cargo Ship .............................. 78

Gambar IV.5 Dragon Resupply Ship ................................................................. 86

Grafik

Grafik II.A.I Kesuksesan Aktivitas Peluncuran Menuju Antariksa ................... 26

Grafik II.B.1 Intensitas Eksperimen di ISS ........................................................ 40

Grafik IV.A.1 Experimen yang Dilakukan Agen Antariksa di ISS Tahun 2010 ......... 81

Tabel

Tabel I.E.1 Elemen Power ................................................................................. 16

Tabel I.E.2 Ingredients of State Power Potential .............................................. 17

Tabel IV.A.1 Transportasi Antariksa dalam CCP dan COTS ............................ 72

Tabel IV.A.2 Pencapaian Aset Elemen Power Amerika Serikat di ISS ............ 80

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Eksplorasi antariksa merupakan salah satu arah kecenderungan bagi negara

dalam menunjukkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya di abad ke-21

ini. Walaupun pada dasarnya ketertarikan dalam bidang eksplorasi antariksa telah

jauh dimulai pada saat perang dingin berlangsung. Rivalitas antara Blok Barat

(Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) telah mengantarkan kondisi

ketegangan tidak hanya terpusat pada rivalitas persenjataan namun juga mengarah

pada rivalitas ilmu pengetahuan dan teknologi.1

Dalam tataran konteks eksplorasi antariksa pada masa perang dingin, Uni

Soviet berupaya membangun citra positif negaranya melalui aktivitas eksplorasi

antariksa. Terhitung sejak periode 1959 hingga 1961, Uni Soviet berhasil

melakukan sejumlah kegiatan eksplorasi antariksa yang luar biasa pada masanya.

Pada tahun 1959, Uni Soviet telah mampu mengirim objek tanpa awak menuju

Bulan dalam misi Luna 2. Dua tahun setelahnya, Uni Soviet meluncurkan Vostok I

diawaki oleh Yuri A. Gagarin yang mampu melakukan satu kali putaran

mengelilingi bumi.2

1 Totok Sudjatmiko, “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa” Berita

Dirgantara, Vol. 12, No. 4 (Desember, 2011), 119. 2 Totok Sudjatmiko, “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa”, 119.

2

Disamping itu, Uni Soviet berhasil mencatatkan sejarah sebagai negara

pertama yang dapat melakukan “Spacewalk” pada 1965 melalui misi Voskhod 2.

Pada periode tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Totok Sudjatmoko,

peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bahwa

Amerika Serikat belum bisa mengungguli kehebatan Uni Soviet pada periode

1959-1965. Hal demikian tentu saja merupakan tantangan besar bagi Amerika

Serikat untuk dapat mengungguli kehebatan Uni Soviet dalam persaingan

pembangunan citra positif melalui eksplorasi antariksa.3

Pada masa pemerintahan John Fitzgerald Kennedy, Amerika Serikat

merencanakan pelaksanaan misi yang dipandang sebagai prestasi yang lebih baik

dibandingkan dengan prestasi Uni Soviet sebagai rivalnya. Pada 25 Mei 1961,

dihadapan kongres Amerika Serikat, Presiden Kennedy berpidato dengan

memaparkan rencana misi pengiriman astronot menuju Bulan yang direncanakan

terlaksana sebelum berakhirnya dekade 1960-an. Melalui perjalanan yang

panjang, Amerika Serikat melalui misi Apollo 11 berhasil mengantarkan Neil

Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins tiba di Bulan pada 20 Juli 1969.

Hal demikian merupakan prestasi bagi Amerika Serikat yang berhasil

mencatatkan sejarah penting pada ranah kemajuan teknologi eksplorasi antariksa.4

Berakhirnya perang dingin telah membawa kompetisi eksplorasi antariksa

antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mereda. Batu pijakan dari meredanya

3 Totok Sudjatmiko, “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa”, 119.

4 Petrik Matanasi, “Saat Kennedy Ingin Amerika Serikat Mendarat di Bulan,” Tirto.id, 25

Mei 2017 [berita on-line]; tersedia di http://tirto.id/saat-kennedy-ingin-amerika-serikat-mendarat-

di-bulan-cpng; Internet; diunduh pada 24 September 2017.

3

ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang selanjutnya berganti

nama menjadi Rusia, diawali dengan adanya perjanjian pada bulan Desember

1993 yang mengundang Rusia untuk menjadi negara mitra kerjasama dengan

Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan sembilan negara Eropa yang tergabung

dalam European Space Agency (ESA). Perjanjian tersebut diprakarsai bagi proyek

pengembangkan, pengoperasian dan pemanfaatan International Space Station

(ISS).5

ISS atau Stasiun Antariksa Internasional merupakan suatu bentuk fasilitas

laboratorium melayang yang dilengkapi dengan kecanggihan teknologi hasil

kerjasama di antara 15 negara mitra kerjasama. Pada dasarnya ke-15 negara mitra

kerjasama di ISS tersebut memiliki beberapa tujuan khusus yang berusaha

dicapai. Namun demikian ke-15 negara tersebut direkatkan oleh tujuan yang sama

sebagaimana yang di sebutkan oleh NASA dalam “Reference Guide to the

International Space Station” bahwa kesamaan tujuan tersebut terpusat pada

peningkatan kemajuan pada aspek kehidupan umat manusia di mana pun berada.6

Adapun fungsi dari ISS yang disebutkan oleh NASA mencakup pada tiga

aspek yaitu: 1) Sebagai sarana untuk mempersiapkan generasi penerus yang

berperanan dalam eksplorasi antariksa melalui pembekalan keahlian di bidang

matematik, sains, teknologi dan tehnik; 2) Sebagai sarana yang menghasilkan

pengetahuan guna diimplementasikan pada bidang kesehatan, socio-economy, dan

5 John M. Logsdon dan James R. Millar. “U.S.-Russian Cooperation in Human Space Flight

Assessing the Impacts” Space Policy Institute and Institute for European, russian and Eurasian

Studies, Elliott School of International Affairs (Washington: The George Washington University,

2001), 2. 6 NASA, Reference Guide to the International Space Station (Washington DC: National

Aeronautics and Space Administration, 2010), 7.

4

lingkungan bumi; 3) Sebagai sarana persiapan bagi misi penjelajahan berikutnya

yang menargetkan capaian melewati orbit rendah bumi (Low Earth Orbit).7

Gambar I.1 Posisi Low Earth Orbit

Sumber: EMEA Satellite Operators Association8

Proses pembangunan dan pengelolaan laboratorium melayang di antariksa

bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. National Space Society (NSS)

menyebutkan kerumitan tersebut berasal dari beberapa tugas rumit yang banyak

melibatkan pesawat antariksa dengan tugas mengangkut komponen ISS, merotasi

awak pesawat, menyediakan logistik pendukung, mengisi bahan bakar,

menyediakan materi bagi percobaan ilmu pengetahuan serta perlengkapan lain

yang dibutuhkan.9 Mengingat dalam pengelolaan ISS membutuhkan dana besar

dan kecanggihan teknologi, maka eratnya kerjasama antara negara mitra

kerjasama ISS harus selayaknya tetap terjaga dan penting untuk terus

7 Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond (Washington DC: National Aeronautics and Space

Administration, 2017), 4. 8 ESOA, “Satellite Orbits” EMEA Satellite Operators Association [artikel on-line]; tersedia

di https://www.esoa.net/technology/satellite-orbits.asp; Internet; diunduh pada 07 Juni 2018. 9 NSS, “ISS Transportation/Logistic” National Space Society [artikel on-line]; tersedia di

http://www.nss.org/resources/library/spacestation/ISS-04-Transportation-Logistics.pdf; Internet;

diunduh pada 5 September 2017.

5

ditingkatkan. Hal demikian merupakan konsekuensi bagi keberlangsungan

eksistensi laboratorium di luar angkasa tersebut.

Konflik Ukraina yang berlanjut hingga tercetusnya referendum Krimea

tahun 2014 telah menjadi suatu permasalahan serius antara dua negara yang

memainkan peranan besar di ISS yaitu Amerika Serikat dan Rusia. Pihak Amerika

Serikat, Uni Eropa dan Ukraina memandang bahwa kerusuhan sparatis di wilayah

negara Ukraina melibatkan dukungan dari Rusia yang kemudian dibantah oleh

Rusia.10

Tindak lanjut atas tuduhan tersebut adalah galangan sanksi ekonomi yang

dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap Rusia.11

Sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat kepada Rusia

berdampak pada aspek penggunaan teknologi mesin roket Rusia yang digunakan

oleh industri antariksa komersial Amerika Serikat. Merambahnya sanksi pada

sektor antariksa tersebut merupakan implikasi yang ditimbulkan dari sanksi yang

menargetkan sektor penting perekonomian Rusia termasuk di dalamnya industri

teknologi mesin roket.12

Sebagai bentuk respon sanksi ekonomi tersebut, Wakil

Perdana Menteri Rusia, Dimitri Rogozin menyatakan bahwa Rusia akan

memastikan penggunaan teknologi mesin roket Rusia tidak lagi digunakan oleh

Amerika Serikat. Di samping itu, Rusia menyinggung kebergantungan Amerika

10

DW, “Astronot Rusia dan AS Kembali ke Bumi,” Deutsche Welle, 11 September 2017

[berita on-line]; tersedia di http://www.dw.com/id/astronot-rusia-dan-as-kembali-ke-bumi/a-

17914328; Internet; diunduh pada 5 September 2017. 11

DW, “Astronot AS-Rusia Tiba di Stasiun Luar Angkasa,” Deutsche Welle, 25 Mei 2014

[berita on-line]; tersedia di http://www.dw.com/id/astronot-as-rusia-tiba-di-stasiun-luar-angkasa/a-

17670323; Internet; diunduh pada 5 September 2017. 12

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy,” Congressional Research

Service (17 Februari, 2017), 1.

6

Serikat terhadap pesawat antariksa Soyuz menuju ISS dan tidak akan menjamin

keikutsertaan dalam masa perpanjangan operasional ISS melebihi tahun 2020.13

Dengan memperhatikan permasalahan yang timbul tersebut, sangat menarik

untuk mengkaji kepentingan Amerika Serikat di balik upaya mempertahankan

eksistensi kerjasama ISS dengan tidak menjatuhkan respon pada ranah antariksa

sebagaimana yang dilakukan oleh Rusia. Di samping itu, ketertarikan timbul pada

pengkajian terhadap upaya pencapaian power yang dilakukan Amerika Serikat

melalui instrumen ISS. Hal demikian mengingat kepentingan pemanfaatan ISS

tidak hanya ditujukan bagi kepentingan yang bersifat common interest, namun

terdapat kepentingan tersendiri yang dimiliki oleh masing-masing negara yang

mendasari aktivitasnya di ISS.

B. Pertanyaan Penelitian

Mengapa Amerika Serikat mempertahankan kerjasama dengan Rusia di

International Space Station pasca Referendum Krimea tahun 2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa tujuan yang berusaha dicapai dalam skripsi ini antara

lain:

13

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat,” 14 Mei 2014 [berita on-line];

tersedia di http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/05/140513_rusia_amerika_roket#orb-footer;

Internet; diunduh pada 21 Maret 2018.

7

1. Mengetahui kepentingan nasional Amerika Serikat dibalik upaya

mempertahankan kerjasama di ISS.

2. Mengetahui peranan ISS sebagai instrumen bagi pencapaian power Amerika

Serikat.

Disamping itu terdapat beberapa manfaat yang termaktub dalam skripsi ini antara

lain:

1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan materi-materi yang dimuat dalam

skripsi dapat memperkaya referensi kepustakaan di bidang analisia

kepentingan nasional bagi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan literatur dalam

melakukan analisa terhadap kepentingan Amerika Serikat dalam kerjasama

antariksa dengan Rusia.

D. Tinjauan Pustaka

Literatur pertama yang menjadi tinjauan peneliti adalah artikel Reflections

on Space as a Vital National Interest karya John Mortimer Logsdon. Artikel yang

diterbitkan oleh Research Gate tersebut menjelaskan pandangan Amerika Serikat

terhadap antariksa baik dalam kapabilitas akses maupun pemanfaatan antariksa

bagi Amerika Serikat. Di samping itu, dalam artikel tersebut memuat beberapa

8

penjelasan mengenai tekad mempertahankan status kepemimpinan Amerika

Serikat di antariksa.

Namun demikian fokus dari artikel tersebut tidak lepas dari dua kepentingan

nasional Amerika Serikat di antariksa yaitu akses dan pemanfaatan antariksa.

Lebih jauh lagi kepentingan tersebut digolongkan kedalam kepentingan vital bagi

Amerika Serikat sebagaimana yang disadur oleh Logsdon dari Quadrennial

Defense Review Report tahun 2001. Pengkategorian kepentingan yang bersifat

vital tersebut didasarkan atas keterkaitan antara aktivitas antariksa dengan

keamanan nasional dan kesejahteraan perekonomian Amerika Serikat.14

Namun dalam merealisasikan pendirian yang dimiliki Amerika Serikat atas

aktivitas antariksa dipandang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Logsdon

menuliskan bahwa “the space sector has suffered from lack of high-level White

House attention for most of the past three decades” atau “selama tiga dekade,

sektor antariksa tidak mendapatkan perhatian tinggi (high-level) dari White

House (pemerintah).” Dalam analisanya, Logsdon mengemukaakan bahwa

kurangnya perhatian pemerintah terhadap kepentingan vital tersebut tercerminkan

dari kecenderungan penurunan anggaran NASA jika diukur dari inflasi yang

berlaku.15

Dari peninjauan literatur tersebut terdapat kesamaan aspek penelitian dan

artikel Logsdon dalam cakupan pengkajian terhadap kepentingan antariksa yang

14

John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest” Article in

Astrophysic, Januari 2003 [artikel] tersedia di:

https://www.researchgate.net/publication/22885617; file PDF; di akses pada 08 April 2018. 15

John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest”.

9

dimiliki oleh Amerika serikat. Namun terdapat perbedaan yang nyata yaitu tidak

ada pengkajian variabel kerjasama dengan negara Rusia di ISS dan tidak ada

penjelasan dinamika kerjasama di antara Amerika Serikat dengan Rusia di ISS.

Sedangkan penelitian ini membahas kepentingan Amerika Serikat dalam

kerjasama dengan Rusia di ISS khususnya setelah referendum Krimea tahun 2014.

Keunggulan dari artikel tersebut adalah penyampaian konten artikel yang

sistematis dengan penggunaan referensi yang kuat seperti halnya penggunaan

dokumen-dokumen negara. Di samping itu, terdapat beberapa kritik Logsdon

sebagai buah pikir pemahaman terhadap pengejawantahan upaya Amerika Serikat

dalam merealisasikan kepemimpinannya di antariksa. Namun terdapat kekurangan

dalam artikel tersebut dalam menjelaskan bagaimana Amerika Serikat merespon

keterancaman kepentingan akses Amerika Serikat menuju antariksa yang

diakibatkan oleh ketiadaan kapabilitas domestiknya.

Literatur lain yang dapat ditinjau terkait dengan penelitian adalah laporan

Center for Strategic & International Studies (CSIS) Amerika Serikat yang

berjudul “Space Exploration in a Changing International Environtment” karya

James Andrew Lewis. Secara umum, laporan tersebut memaparkan mengenai

aktivitas dan kapabilitas beberapa negara seperti Tiongkok, India, Eropa, Rusia

dan Amerika Serikat dalam bidang eksplorasi luar angkasa. Di samping itu

terdapat juga penjelasan khusus mengenai peranan International Space Station

(ISS) dalam eksplorasi antariksa. Laporan tersebut juga mengemukakan beberapa

tantangan yang dihadapi oleh negara-negara aktor eksplorasi antariksa.

10

Dalam penjelasannya menyebutkan terdapat tujuan yang hendak dicapai

oleh negara-negara melalui pemanfaatan aktivitas antariksa yaitu keuntungan citra

negara dan keuntungan politik serta dalam rangka memberikan keuntungan militer

dan ilmiah. Terdapat beberapa negara yang terlibat dalam kompetisi pemanfaatan

antariksa seperti halnya Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia. Sedangkan Rusia

memiliki itikad untuk dapat memperbaiki ulang kapabilitas militer dan eksplorasi

antariksa Rusia agar dapat bisa tetap setara atau mengimbangi kapabilitas

Amerika Serikat dan Tiongkok.16

Akan tetapi, kapabilitas yang dimiliki oleh Amerika Serikat mulai

mengalami pelemahan dalam bidang penerbangan pesawat antariksa berawak. Hal

demikian mempengaruhi akses Amerika Serikat terhadap ISS yang memiliki

kecenderungan bergantung pada teknologi Rusia.17

Di samping itu, dilema timbul

dalam kerjasama ISS terkait dengan komitmen dasar terhadap resiko sumberdaya

yang dihadapi oleh negara anggota ISS atas pengembangan program eksplorasi

baru ISS.18

Rusia sebagai salah satu negara yang memiliki kapabilitas yang tinggi

dalam eksplorasi antariksa diproyeksikan akan membangun stasiun antariksa

independen dari ISS. 19

Kesamaan penelitian dengan laporan CSIS tersebut adalah pembahasan

terkait dengan kerjasama dan kompetisi antara Amerika Serikat dan Rusia pada

ranah eksplorasi antariksa. Di samping itu, terdapat ketidaksamaan penelitian

16

James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment

(Washington: Center for Strategic & International Studies, 2014), 1-2. 17

James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 2. 18

James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 16. 19

James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 4.

11

dengan laopran CSIS tersebut yang terletak pada sudut pandang analisa kerjasama

Amerika Serikat dan Rusia pada ranah antariksa khususnya di International Space

Station. Penelitian yang dilakukan akan lebih menekankan pada kepentingan

Amerika Serikat dalam kerangka kerjasama dengan Rusia di ISS, sedangkan pada

laporan tersebut lebih menggunakan pandangan neorealisme yang memberikan

perhatian terhadap perubahan sistem internasional.

Laporan CSIS tersebut memaparkan secara jelas data kapabilitas negara-

negara yang memiliki kecenderungan kuat dalam aktivitasnya di ranah

pemanfaatan antariksa. Hal tersebut dapat menjadi data pendukung bagi penelitian

untuk menganalisis aktivitas eksplorasi antariksa yang dilakukan oleh Amerika

Serikat dan Rusia. Dengan demikian data tersebut dapat mempermudah untuk

memahami kebijakan Amerika Serikat atau Rusia yang diambil pada ranah

antariksa setelah referendum Krimea tahun 2014.

Pustaka terakhir yang ditinjau adalah karya tulis Jean-Christophe Mauduit

yang berjudul “Collaboration Around the International Space Station: Science for

diplomacy and its implication for U.S.-Russia and Tiongkok Relations”. Karya

tulis yang diterbitkan oleh Tufts University tersebut memaparkan perkembangan

jumlah negara-negara yang memiliki aktivitas di antariksa dan peningkatan minat

negara terhadap teknologi antariksa. Selain itu, Mauduit memaparkan mengenai

sejarah kompetisi dan kerjasama antara Amerika Serikat dan Rusia pada ranah

eksplorasi antariksa. Maka pembahasan karya tulis Mauduit tersebut tidak terlepas

dari eksistensi interaksi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan Rusia hingga

lahirnya International Space Station.

12

Mauduit menuliskan bahwa terdapat kenaikan kecenderungan bagi negara-

negara untuk dapat terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas

eksplorasi antariksa. Data yang dimuat oleh Mauduit menyebutkan bahwa dalam

periode 2003-2013 terdapat kenaikan jumlah tiga kali lipat bagi negara-negara

yang bersedia untuk menginvestasikan dana dalam kisaran 10 hingga 100 juta

dolar Amerika Serikat. Data sebelumnya hanya menyebutkan 10 negara hingga

pada tahun 2013 meningkat menjadi 30 negara. Lebih dari itu, diproyeksikan

peningkatan terjadi di tahun 2014 mencapai 52 negara yang bersedia untuk

menginvestasikan dana pada ranah teknologi antariksa.20

Mauduit menuliskan kompetisi yang terjadi di antara Amerika Serikat

dengan Uni Soviet secara perlahan bertransformasi menjadi suatu peluang bagi

terciptanya kerjasama eksplorasi antariksa bagi kedua negara tersebut. Pada masa

Presiden Richard M. Nixon dan Perdana Mentri Leonid Brezhnev, tepatnya

setelah misi pendaratan di bulan berhasil terlaksana, tercetus suatu perjanjian

pertama yang menginisiasikan akan adanya kolaborasi antara Amerika Serikat dan

Uni Soviet dalam U.S.-Soviet Space Flight pada tahun 1972.21

Hal tersebut

merupakan batu pijakan bagi adanya interaksi diplomasi informal yang dilakukan

oleh astronot, kosmonot dan ilmuan.22

20

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher School of

Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 2. 21

Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 5. 22

Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 6.

13

Namun, kondisi ketegangan politik antara Amerika Serikat dan Rusia terkait

dengan isu keterlibatan Rusia di Krimea, Ukraina, dan Suriah telah menjadikan

situasi menegang di antara kedua belah pihak. Ketegangan tersebut merambah

hingga mencapai pada ranah kerjasama eksplorasi antariksa. Tindakan Amerika

Serikat yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia telah mengundang respon yang

mengancam kerjasama kedua negara tersebut dalam eksplorasi antariksa.

Pernyataan tersebut merupakan sindiran keras terhadap Amerika Serikat setelah

berakhirnya masa operasional pesawat Space Shuttle Program tahun 2011.23

Pada peninjauan terhadap karya Jean-Christophe Mauduit tersebut dapat

diketahui kesamaan dengan penelitian berada pada ranah pembahasan

International Space Station sebagai perwujudan kerjasama antariksa bagi

Amerika Serikat dan Rusia. Namun demikian terdapat perbedaan antara penelitian

dengan pustaka yang ditinjau tersebut yaitu pada konsentrasi analisis kerjasama

terhadap pemenuhan kepentingan nasional dan pencapaian power Amerika Serikat

melalui instrumen ISS. Di samping itu, penelitian tidak akan terlalu banyak

menyinggung mengenai implikasi bagi Tiongkok sebagai negara yang sedang

mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi eksplorasi antariksa.

Keterkesanan dengan tulisan karya Jean-Christophe Mauduit tersebut

terletak pada penjelasan yang tersusun secara terperinci mengenai sejarah

kerjasama antariksa Amerika Serikat dan Rusia. Penjelasan mengenai

perkembangan kerjasama serta kompetisi di antara Amerika Serikat dan Rusia

23

Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 9.

14

memberikan informasi yang berharga bagi penelitian dalam menganalisa

dinamika kebijakan pada ranah antariksa. Di balik penjelasan terperincinya

tersebut terdapat penggunaan referensi yang beragam dengan sudut pandang yang

proporsional.

E. Kerangka Teoretis

Konsep power dan kepentingan nasional merupakan kerangka teoretis yang

digunakan dalam memahami kerjasama di International Space Station (ISS)

antara Amerika Serikat dan Rusia pasca referendum Krimea tahun 2014. Dalam

memahami upaya Amerika Serikat mempertahankan kerjasama ISS dengan Rusia

pasca referendum Krimea tahun 2014, penulis menggunakan konsep power yang

ditujukan dalam memahami perwujudan power sebagai instrumen dalam

mencapai kepentingan nasional dan power sebagai aset yang berusaha dicapai

oleh Amerika Serikat melalui pemanfaatan ISS. Bagi pengungkapan kepentingan

Amerika Serikat dalam mempertahankan bahkan memperpanjang kerjasama ISS

pasca referendum Krimea, penulis menggunakan konsep kepentingan nasional

untuk memahaminya.

E.1. Power

Mengacu pada pemahaman John T. Rourke, power digolongkan kepada

sumber daya politik yang dimiliki oleh suatu negara. Power tersebut terdiri atas

15

sejumlah macam atribut yang dimiliki oleh entitas negara yang dapat digunakan

dalam upaya pencapaian tujuan-tujuannya terlebih di saat terdapat persinggungan

di antara tujuan-tujuan yang dimiliki entitas negara lain.24

Dengan demikian

power dapat dipahami sebagai alat yang dapat menentukan hasil dari perjuangan

suatu negara ketika terjadi konflik di antara tujuan dan kepentingan dengan negara

lain dalam hubungan internasional.25

Sementara Karen A. Mingst menyebutkan bahwa negara dipandang sebagai

aktor yang sangat penting dikarenakan kepemilikan power. Melalui kepemilikan

power tersebut negara tidak hanya dapat melakukan upaya mempengaruhi negara

lain namun juga dapat melakukan pengendalian terhadap hasil hubungannya

dengan negara lain.26

Senada dengan Joseph S. Nye Jr. Yang menyebutkan bahwa

“poweri is the ability to affect others to get the things we want”. Lebih jauh lagi

Nye berpendapat bahwa power digunakan dalam menghadapi tantangan yang

muncul seperti aktivitas penggunaan kekerasan dalam bertindak atau peperangan

yang keduanya tergolong dalam ancaman tradisional. Namun power juga dapat

digunakan dalam menghadapi tantangan permasalahan transnasional seperti

perubahan iklim global, stabilitas finansial global, penyakit dan lain sebagainya.27

Dalam mendapatkan apa yang negara inginkan, power tidak hanya

digunakan dengan cara mengungguli atau menaklukkan negara lain melainkan

24

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, edisi ke sepuluh (New York:

McGraw Hill, 2005), 230. 25

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 229. 26

Karen A. Mingst, Essentials of International Relations, edisi ke empat. 107. 27

Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations” 15 Oktober 2012

[video]; tersedia di https://youtu.be/GDqY8b_r1H4; Internet: diunduh pada 16 Maret 2018.

16

dapat dilakukan melalui kerjasama. Sebagaimana yang ditekankan oleh Nye

dalam kalimat

“We gonna have to learn to think of power is not just power over others but

power with others, power to get the things we want by working together

with others because we can‟t often do it working alone”.28

Mingst memandang bahwa power tidak berperan hanya sebagai aset yang

dimiliki, namun power juga berperan sebagai alat yang digunakan.29

Begitu juga

Rourke yang memandang power dapat berperan sebagai aset yang berusaha

dicapai dan dikelola oleh negara serta berperan sebagai alat untuk mencapai

tujuan.30

Sebagaimana yang disebutkan oleh Rourke bahwa power terdiri atas

sejumlah atribut yang dimiliki oleh entitas negara, baik Mingst maupun Rourke

membagi sumber penyusun power kedalam beberapa bagian. Rourke menyebut

pembagian sumber power tersebut kedalam term Elements of Power yang terdiri

atas The National Core dan The National Infrastructure.

Tabel I.E.1 Elemen Power

The National Core

National geography

People

Population

Age distribution

Education

Health

Morale

Government

The National Infrastructure Technology

28

Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations”. 29

Karen A. Mingst, Essentials of International Relations (New York: W. W. Norton & Co,

2008), 109., 111. 30

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 230.

17

Transportation system

Information and

communications system

Sumber: John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.

Sedangkan Mingst membagi penyusun power kedalam term Ingredients of State

Power Potential yang terdiri atas Natural Resources of Power, Tangible Sources

of Power, dan Intangible Sources of Power.

Tabel I.E.2 Ingredients of State Power Potential

Ingredients of State Power Potential

Natural Sources of Power

Geography

Natural resources

Population

Tangible Sources of Power Industrial development

Intangible Sources of Power

National image

Public Support

Leadership

Sumber: Karen A. Mingst, Essentials of International Relations.31

Namun dalam memahami konsep power, Gregory F. Treverton dan Seth

G. Jones mengemukakan bahwa terdapat tiga tingkatan dalam memahami konsep

power, yaitu: 1. Sumber dan kapabilitas power; 2. Cara negara dalam mengubah

sumber power tersebut menjadi instrumen yang dapat digunakan; 3. Hasil yang di

dapat dari penggunaan power tersebut. Sumber penyusun power sebagaimana

yang disebutkan oleh Rourke dalam elements of power dan Mingst dalam

ingredients of state power potential perlu dilakukan konversi atasnya sehingga

menghasilkan suatu bentuk instrumen power yang dapat digunakan. Setelah

31

Karen A. Mingst, Essentials of International Relations, 109.

18

terbentuk instrument power tersebut, penggunaan power menyesuaikan dengan

untuk apa dan dengan siapa power tersebut berhadapan.32

Dalam penelitian ini, penekanan penggunaan konsep power lebih

ditujukan pada pengkajian power sebagai aset yang dituju oleh Amerika Serikat

dalam kerjasa di ISS. Namun begitu hasil dari pengkajian tersebut akan didapat

garis pemahaman untuk apa power tersebut diupayakan tercapai. Penarikan

pemahaman tersebut didasarkan atas ancaman potensial yang harus dihadapi oleh

Amerika Serikat.

E.2. Kepentingan Nasional

Dalam jurnal National Interest and Foreign policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making, Nuechterlein menyebutkan bahwa

terdapat beberapa definisi kepentingan nasional namun belum terdapat keputusan

baku mengenai definisi kepentingan nasional di antara para ahli. Mengacu pada

pemahamannya, Nuechterlein mendefinisikan kepentingan nasional sebagai “the

perceived needs and desires of one sovereign state in relation to other sovereign

states comprising the external environment” atau “kebutuhan ataupun keinginan

yang dirasakan oleh negara berdaulat dalam berhubungan dengan negara

berdaulat lain pada lingkungan eksternal”.33

Dengan memahami konsep

32

Gregory F. Treverton dan Seth G. Jones, Measuring National Power (California: RAND

Corporation, 2005), 1. 33

Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making” British Journal of International Studies, Vol. 2,

No. 3 (Oktober, 1976), 247.

19

kepentingan nasional melalui definisi tersebut, Neucterlein menambahkan empat

elemen yang mendasari kepentingan nasional di antaranya: defence interests,

economic interests, world order interests, dan ideological interests.34

Dalam penjelasan elemen dasar kepentingan nasional, defence interests

mencakup pada kepentingan perlindungan terhadap negara, sistem pemerintahan

dan warga negaranya atas ancaman yang bersifat fisik yang dilakukan oleh negara

lain. Elemen economic interersts mencakup pada peningkatan kesejahteraan

ekonomi negara dalam hubungannya dengan negara lain. Di samping itu, elemen

world order interests mencakup pada pemeliharaan atas sistem ekonomi dan

politik internasional dalam rangka mengamankan posisi negara, warga negara dan

aktivitas komersialnya berlangsung secara kondusif di luar batas negaranya.

Terakhir, elemen ideological interests mencakup pada tatanan perlindungan dan

pendorongan seperangkat nilai-nilai yang dianut dan dipercayai oleh warga negara

sebagai kebaikan yang bersifat universal.35

Dalam merespon atau menyikapi suatu isu yang terkait dengan kepentingan

nasional, entitas negara perlu melakukan analisa terhadap isu dan penempatannya

dalam dasar kepentingan nasional. Nuecterlein mengajukan empat intensities of

interest yang mencakup survival issues, vital issues, major issues, dan pheripheral

issues.36

Setiap isu yang menyinggung masing-masing dasar kepentingan nasional

yang berbeda akan menghasilkan respon yang berbeda seperti pengambilan

34

Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, 248. 35

Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, 248. 36

Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, 248.

20

respon yang didasarkan pada pengerahan kekuatan militer atau dengan melakukan

negosiasi dan kompromi.37

Peneliti menggunakan konsep kepentingan nasional sebagai alat untuk

memahami kepentingan nasional yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam

kerjasama International Space Station. Namun, terdapat batasan penjelasan yang

diteliti yaitu terpusat pada kepentingan Amerika Serikat dalam kerjasama

International Space Station dengan Rusia pasca referendum Krimea. Dengan

memahami kepentingan nasional tersebut peneliti bermaksud untuk

mempermudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.

F. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode penelitian deskriptif dalam meneliti Kerjasama Amerika Serikat dengan

Rusia di International Space Station Pasca Referendum Krimea 2014. Arikunto

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak

didasarkan pada keterlibatan angka-angka atau rumus statistik dalam proses

memperoleh maupun menganalisa data. Dalam artian, perolehan dan penafsiran

data tidak dilakukan melalui prosedur statistik.38

37

Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, 251. 38

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), 12.

21

Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis data kualitatif. Andi

Prastowo mendefiniskan data kualitatif dengan menyadur penjelasan Amirin,

Bungin, dan Miles sebagai “data yang tidak didasarkan atas tabel angka dengan

melibatkan penilaian dan pengukuran yang dilakukan secara langsung.”39

Adapun data yang digunakan oleh peneliti meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer yang digunakan berupa dokumen-dokumen resmi pemerintah seperti

National Space Policy, A National Security Strategy for a New Century, Letter –

Committee on Science, Space and Technology, dan Quadrennial Defense Review

Report dan dokumen resmi NASA yang dipublikasikan melalui situs website

resmi. Sedangkan data sekunder meliputi dokumen jurnal, buku, artikel online,

dan berita online yang terkait dengan judul penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data

studi pustaka. Pada pelaksanaannya, peneliti melakukan penelaahan terhadap data

yang bersumber dari benda-benda tertulis atau naskah. Data yang terkumpul

selanjutnya dirangkai secara tertulis dan dianalisa dalam rangka mendapatkan

keterangan dalam memahami penjelasan dan jawaban atas pertanyaan masalah

penelitian.40

Teknik deskriptif analisis digunakan peneliti dalam menganalisa data yang

telah terkumpul. Teknik analisa data tersebut ditujukan dalam rangka memperoleh

suatu gambaran dari objek penelitian yang kemudian ditarik kesimpulan

39

Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:

Diva Pers, 2010), 13. 40

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 158.

22

daripadanya.41

Menyadur penjelasan Whitney, penelitian deskriptif merupakan

upaya penggunaan ketepatan interpretasi terhadap suatu data yang ditujukan

dalam rangka memperoleh fakta.42

Dalam penelitian ini, data yang terkait dengan

kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di ISS dan data terkait dengan konflik

Ukraina yang mencetuskan referendum Krimea tahun 2014 akan diinterpretasikan

hingga menghasilkan suatu pemahaman terhadap fakta yang terjadi.

G. Sistematika Penulisan

BAB I merupakan bab yang berisi tentang pendahuluan penelitian. Pada bab

ini peneliti membahas mengenai latar belakang permasalahan dan alasan peneliti

menjadikan isu kerjasama eksplorasi antariksa di International Space Station

sebagai isu yang diteliti. Di samping itu, terdapat sub bab lain yang memaparkan

mengenai pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teoretis, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan bab yang memuat pembahasan-pembahasan terkait

dengan topik penelitian. Pada bab ini akan membahas tentang dinamika aktivitas

eksplorasi antariksa dan kerjasama yang terjalin antara Amerika Serikat dan Uni

Soviet pada Perang Dingin hingga bertransformasi menjadi kerjasama

International Space Station. Di samping itu, bab ini akan membahas kepentingan

aksesi Rusia dalam kerjasama di Low Earth Orbit dengan membangun

41

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2009), 29. 42

Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 43.

23

International Space Station. Sebagai tambahan, bab ini akan memuat pemaparan

umum tentang profil dan manfaat International Space Station sebagai

laboratorium mikro-gravitasi.

Kemudian, BAB III memuat penjelasan utama yang tertuju pada referendum

Krimea dan bereskalasi menjadi ketegangan di antariksa antara Rusia dan

Amerika Serikat. Lebih jauh lagi akan dijelaskan mengenai sanksi yang diberikan

oleh Amerika Serikat kepada Rusia maupun respon balasan Rusia atas sanksi

Amerika Serikat yang diakibatkan oleh keterlibatan Rusia pada konflik Ukraina.

Dalam memahami ISS sebagai batu pijakan bagi eksplorasi antariksa di masa

depan, bab ini memaparkan penjelasan mengenai misi ekplorasi antariksa

Amerika Serikat pada cakupan Low Earth Orbit maupun di luar Low Earth Orbit

yang masing-masing memiliki keterkaitan dengan ISS. Penjelasan misi tersebut

dapat membantu penelitian dalam memahami kepentingan Amerika Serikat

terhadap kerjasama di International Space Station dengan Rusia. Di samping itu,

Selanjutnya, BAB IV menjelaskan tentang analisis terhadap kepemilikan

instrumen power yang dapat digunakan Amerika Serikat dalam mencapai

kepentingannya di antariksa dan analisis terhadap aset power yang hendak dicapai

melalui pemanfaatan ISS. Di samping itu penjelasan pada bab ini akan tertuju

pada kepentingan Amerika Serikat yang terancam atas respon Rusia yang

menyinggung kerjasama antariksa, khususnya di ISS.

24

BAB V, bab terakhir, akan memuat kesimpulan penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti. Hasil analisis dan pemikiran yang telah tertuang dalam

penelitian selanjutnya akan disimpulkan dalam bab akhir ini.

25

BAB II

KERJASAMA DI INTERNATIONAL SPACE STATION

A. DINAMIKA AKTIVITAS EKPLORASI ANTARIKSA DI MASA

PERANG DINGIN

Awal perkembangan fondasi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan

bagi aktivitas eksplorasi antariksa terjadi di masa Perang Dingin. Pada masa itu

ketegangan dan kompetisi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berhasil

merangsang produktivitas kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan antariksa.

Masa produktif di perang dingin tersebut dikenal dengan sebutan Space Age yang

diawali dengan peluncuran satelit Sputnik milik Uni Soviet sebagai satelit pertama

yang mengelilingi (mengorbit) bumi.43

Space Age menandai banyaknya peristiwa bersejarah sekaligus perintis

bagi lahirnya kemajuan eksplorasi antariksa mendatang. Di antara beberapa

peristiwa bersejarah tersebut antara lain: peluncuran satelit pertama yang

mencapai antariksa (1957), manusia pertama yang mengorbit bumi (1961), satelit

43

Nantional Aeronautic and Space Agency, “Birth of Space Age” [artikel on-line]; tersedia

di: https://www.nasa.gov/multimedia/imagegallery/image_feature_1773.html; Internet; diunduh

pada 15 Februari 2018.

26

pertama yang diletakkan di orbit bulan (1966),44

manusia pertama yang

menjejakkan kaki di bulan (1969),45

dan stasiun antariksa pertama (1971).46

Ketegangan yang terjadi pada masa Perang Dingin antara Blok Timur (Uni

Soviet) dengan Blok Barat (Amerika Serikat) tidak hanya terjadi pada persaingan

peningkatan kapabilitas militer dan persenjataan saja. Lebih dari itu, persaingan

merambah pada bidang kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sebagian

besar dikejawantahkan melalui misi-misi eksplorasi antariksa. Masing-masing

blok merespon satu sama lain atas usaha dan keberhasilan yang dicapai oleh

masing-masing pihak demi menunjukkan siapa yang memiliki superioritas dalam

bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.47

Grafik II.A.I Kesuksesan Aktivitas Peluncuran Menuju Antariksa

Sumber: U.S. Congress Office of Technology Assessment

48

44

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program” [artikel on-line] tersedia di:

http://en.roscosmos.ru/174/: Internet; diunduh pada 1 Desember 2017. 45

Judith A. Rumerman, dkk., “U.S. Human Spaceflight: A Record of Achievement, 1961-

2006,” Monographs in Aerospace History, No. 41. (Washington: NASA History Division Office

of External Relations, 2007), 21. 46

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 47

Ian H. Kennedy, The Sputnik Crisis and America‟s Responses (Florida: University of

Central Florida, 2005), 2. 48

U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S.-Russian Cooperation in Space,

(Washington DC: U.S. Government Printing Office, 1995), h. 26.

27

Melalui eksplorasi antariksa, Amerika Serikat maupun Uni Soviet

menunjukkan kepada masyarakat dunia terkait dengan superioritas dan

produktivitas di bidang teknologi.49

Semakin besar dan berat satelit yang dibawa

roket menuju antariksa, maka semakin kuat dan canggih roket pendorong yang

membawa satelit tersebut. Di samping itu, misi pendaratan awak pesawat

antariksa pada objek yang ditentukan mencerminkan kemampuan kapabilitas

suatu negara dalam hal akurasi misil atau peluru kendali pada objek yang dituju.50

A.1. Eksplorasi Antariksa Uni Soviet Masa Perang Dingin

Debut keberhasilan misi eksplorasi antariksa Uni Soviet dimulai lebih awal

daripada Amerika Serikat. Kesuksesan Uni Soviet dalam mengungguli Amerika

Serikat di bidang eksplorasi antariksa tersebut memiliki keterkaitan erat dengan

teknologi peluru kendali dan roket. Kemajuan kapabilitas peluru kendali dan roket

Uni Soviet yang menopang teknologi eksplorasi antariksa tersebut merupakan

hasil dari program pengembangan Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) yang

telah dimulai pada tahun 1950-an.51

Program pengembangan ICBM telah melibatkan sekitar lebih dari satu juta

orang yang tersebar di beberapa pusat industri antariksa dan peluru kendali seperti

49

U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S.-Russian Cooperation in Space, 26. 50

Karsten Werth, “A Surrogate for War-The U.S. Space Program in the 1960s,” American

Studies, Vol. 49, No. 4 (2004), 564. 51

Maxim V. Tarasenko, “Transformation of Soviet Space Program after the Cold War,”

Science & Global Security, Vol. 4, (Gordon and Breach Science Publisher, 1994), 340.

28

Moskow, Dniepropetrovsk, Samara, Miass, dan Omsk.52

Melalui program

pengembangan tersebut, kapabilitas eksplorasi antariksa Uni Soviet sangat

terbantu dengan adanya kemajuan teknologi pendorong roket (rocket booster)

hasil penelitian dan uji coba program ICBM. Walaupun pada faktanya

keberhasilan awal eksplorasi antariksa Uni Soviet baru dapat terealisasikan pada 4

Oktober 1957 melalui peluncuran satelit Sputnik.53

Gambar II.1. Sputnik

Sumber: Beyondgeek

54

Prestasi Uni Soviet tidak hanya terhenti pada ruang lingkup misi Low Earth

Orbit (Orbit Rendah Bumi) saja. Terdapat beberapa keberhasil misi eksplorasi

bulan yang diraih melalui tiga jenis misi Luna yang berbeda di tahun yang sama,

1959. Di samping itu prestasi Uni Soviet tidak hanya terhenti pada penerbangan

antariksa tanpa awak. Pada 12 April 1961, Uni Soviet mulai melakukan

penerbangan antariksa berawak pertama dalam misi Vostok 1. Pada misi tersebut,

52

Maxim V. Tarasenko, “Transformation of Soviet Space Program after the Cold War,”

341. 53

Ian H. Kennedy, The Sputnik Crisis and America‟s Responses, 1. 54

Sage Michael, “Sputnik” [artikel online]; tersedia di

https://www.beyondgeek.com/sputnik; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.

29

seorang kosmonot (julukan bagi penjelajah antariksa Rusia) Yuri Gagarin berhasil

melakukan satu putaran mengelilingi bumi selama 108 menit.55

Sebagai kelanjutan dari misi Vostok 1, Uni Soviet meenggagas misi

penerbangan antariksa yang lebih maju dalam segi kapasitas angkut kosmonot.

Pada tahun 1964 Uni Soviet berhasil menjalankan misi eksplorasi antariksa

berawak Voskhod 1 yang memuat tiga Kosmonot menuju orbit bumi.

Keberhasilan tersebut merupakan batu pijakan bagi Uni Soviet dalam merancang

misi-misi eksplorasi antariksa berawak Voskhod dan misi tanpa awak menuju luar

orbit bumi.56

Uni Soviet menggagas eksplorasi yang lebih maju setelah terpenuhinya

pencapaian eksplorasi antariksa di lingkup Low Earth Orbit. Pada tahun 1965,

Uni Soviet mampu menciptakan satelit pertama yang dapat mencapai pelanet

(Venus) di Tata Surya melalui misi Venera 3. Lebih dari itu, Uni Soviet

melakukan misi eksplorasi bulan dengan menggunakan instrumen robot sebagai

penjelajah bulan melalui misi Lunokhod 1 tahun 1970.57

Pada ranah teknologi stasiun antariksa, Salyut 1 merupakan stasiun antariksa

pertama yang dioperasikan pada tahun 1971. Peningkatan kecanggihan teknologi

eksplorasi antariksa Uni Soviet mengantarkan pada misi pengembangan teknologi

stasiun antariksa yang menjadi perwujudan awal dari laboratorium antariksa

berawak di orbit bumi. Pada tahun 1986, Uni Soviet berhasil merealisasikan

55

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 56

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 57

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”.

30

gagasan laboratorium antariksa berawak permanen di orbit bumi melalui misi

MIR.58

Gambar II.2. Mir Space Station

Sumber: Liputan6

59

A.2. Eksplorasi Antariksa Amerika Serikat Masa Perang Dingin

Keberhasilan Uni Soviet dalam menerbangkan satelit Sputnik pada tahun

1957 mernuju orbit bumi memacu Amerika Serikat untuk melakukan hal yang

sama, bahkan melebihi pencapaian Uni Soviet. Satu bulan setelah peluncuran

satelit Sputnik I dan II, Amerika Serikat bergegas mengimbangi kapabilitas

teknologi Uni Soviet melalui peluncuran satelit dengan menggunakan Navy

58

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 59

Vina A Maulina, “Intip Canggihnya Stasiun Luar Angkasa Senilai US$ 100 Miliar” 22

Juli 2017 [artikel online]; tersedia di https://m.liputan6.com/bisnis/read/3031672/intip-canggihnya-

stasiun-luar-angkasa-senilai-us-100-miliar; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.

31

Vanguard Rocket. Namun pencapaian Amerika Serikat masih belum bisa

mengimbangi Uni Soviet diakibatkan kegagalan peluncuran roket tersebut.60

Pencapaian Amerika Serikat baru dapat terealisasikan pada 31 Januari 1958

melalui program peluncuran satelit Explorer I. Roket Jupiter-C sukses membawa

satelit Explorer I melesat menuju orbit bumi selama tujuh setengah menit yang

menandakan era eksplorasi antariksa Amerika Serikat telah dimulai. NASA

(National Aeronautics and Space Administration) menyebutkan, Amerika Serikat

tidak hanya memiliki kapabilitas dalam peluncuran satelit saja tetapi juga

membawa misi penelitian ilmiah di antariksa.61

Pengiriman manusia pada program Mercury yang digagas NASA menuju

orbit bumi tidaklah setara dengan program peluncuran satelit sebagaimana

layaknya program Sputnik. Pertimbangan keselamatan manusia menuju orbit atau

saat kembaliny menuju bumi adalah tantangan besar bagi ilmuan dalam

menciptakan model pesawat antariksa yang layak. Terpaan suhu panas akibat

gesekan pesawat yang melaju dengan sangat cepat terhadap atmosfer bumi

merupakan salah satu tantangan dasar bagi pengembangan pesawat antariksa

berawak.62

Pada 5 Mei 1961 keberhasilan program Mercury terealisasikan pada misi

Freedom 7 yang berhasil membawa astronot pertama Amerika Serikat, Alan

60

Sara Blumberg “Celebrating 60 Years of Groundbreaking U.S. Space Science,” National

Aeronautic and Space Agency, 1 Februari 2018 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.nasa.gov/feature/goddard/2018/60-years-of-groundbreaking-us-space-science/;

Internet; diunduh pada 20 Februari 2018. 61

Sara Blumberg “Celebrating 60 Years of Groundbreaking U.S. Space Science” 62

Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 11.

32

Shepard, pada ketinggian 116,5 mil dari permukaan bumi.63

10 bulan setelah

kosmonot Yuri Gagarin dinobatkan sebagai manusia pertama di orbit bumi,

Amerika Serikat melakukan misi pengiriman astronot pertama, John Glenn,

menuju orbit bumi. Hasil penelitian program Mercury menjadi dasar bagi

Presiden John F. Kennedy mengumumkan target pengiriman manusia menuju

bulan sebagai target baru bagi Amerika Serikat pada Mei 1961.64

Pencapaian terbesar eksplorasi antariksa Amerika Serikat pada masa space

age terjadi pada akhir dekade 1960-an. Melalui program Apollo, Amerika Serikat

berhasil mencatatkan sejarah melalui misi pendaratan di bulan yang diawali oleh

misi Apollo 11 pada 20 Juli 1969. Terhitung sebanyak enam misi Apollo berhasil

mendarat di bulan.65

Gambar II.3. Skylab Space Station

Sumber: National Aeronautics and Space Administration

66

63

National Aeronautic and Space Agency, “Mercury-Redstone 3 (18),” [artikel on-line];

tersedia di https://www.nasa.gov/mission_pages/mercury/mission/freedom7.html; Internet;

diunduh pada 21 Februari 2018. 64

Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 11. 65

Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 21. 66

NASA, “Skylab: America‟s First Space Station” 1 Februari 2013 [artikel on-line];

tersedia di https://www.nasa.gov/centers/marshall/history/skylab.html; Internet; diunduh pada 06

Juni 2018.

33

Eksplorasi antariksa Amerika Serikat tidak terhenti pada pencapaian

pendaratan bulan saja, akan tetapi Amerika Serikat berencana untuk melakukan

penelitian antariksa lebih luas dari sebelumnya. Realisasi rencana eksplorasi

antariksa yang lebih luas dimanifestasikan melalui pendirian stasiun antariksa

Skylab pada 14 Mei 1973.67

Stasiun antariksa berawak Skylab yang berada pada

ketinggian 434,52 kilometer menjadi laboratorium bagi penelitian astronomi,

pengetahuan tentang kehidupan, pengamatan bumi, astrofisika, system studies,

Komet Kohoutek, pengetahuan tentang materi, dan percobaan yang diajukan oleh

siswa.68

A.3. Kerjasama Antariksa Masa Perang Dingin

Keberhasilan Amerika Serikat dalam misi Apollo 11, 20 Juli 1969,

merupakan pertanda bagi berakhirnya space race di masa Perang Dingin.69

Baik

Amerika Serikat maupun Uni Soviet, keduanya mulai beranjak pada gagasan yang

lebih maju yakni dengan penciptaan laboratorium penelitian di antariksa yang

dapat dihuni oleh manusia. Pada masa tersebut, hubungan kompetisi yang

berkonotasi propaganda pada ranah eksplorasi antariksa mulai terkikis dengan

hadirnya beberapa kerjasama antariksa yang terjalin.70

67

Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 29. 68

Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 30. 69

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher School of

Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 4. 70

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 5.

34

Permulaan hubungan kerjasama eksplorasi antariksa Amerika Serikat dan

Uni Soviet dirintis pada penandatanganan perjanjian kerjasama penerbangan

antariksa oleh Presiden Richard M. Nixon (Amerika Serikat) dan Perdana Mentri

Leonid Brezhnev (Uni Soviet) pada tahun 1972. Perjanjian kerjasama tersebut

kemudian terealisasikan melalui program Apollo-Soyuz Test Project (ASTP) pada

15-24 Juli 1975. Pada program ASTP tersebut, Amerika Serikat bekerjasama

dengan Uni Soviet dalam melakukan manuver docking antar pesawat antariksa

dan melakukan berbagai eksperimen setelah proses docking dilakukan.71

Gambar II.4. Astronot dan Kosmonot Apollo-Soyuz Test Project

Sumber: National Aeronautics and Space Administration

72

Di samping itu kerjasama Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya

sebatas pada percobaan proses docking saja. Pada bidang pembuatan teknologi

antariksa, kedua negara bersama-sama menginisiasikan pembuatan Docking

71

Charles Redmond, “The Flight of Apollo-Soyuz” National Aeronautics and Space

Administration, 22 Oktober 2004 [artikel on-line]; tersedia di

https://history.nasa.gov/apollo/apsoyhist.html; Internet; diunduh pada 21 Februari 2018 72

NASA, “The Apollo Soyuz Test Project Image Gallery” [artikel on-line]; terseida di

https://history.asa.gov/astp/kipp.html; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.

35

Module yang berfungsi sebagai penghubung docking antara pesawat antariksa

Soyuz dan Apollo yang berbeda tekanan.73

Perdana Menteri Leonid Brezhnev

mengapresiasi keberhasilan proses docking tersebut dengan berkomentar “...One

can say that the Soyuz Apollo is a forerunner of future international orbital

stations” atau “seseorang bisa mengatakan bahwa (kerjasama) Soyuz Apollo

adalah suatu pelopor bagi stasiun antariksa internasional di orbit bumi”.74

Respon baik yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Leonid Bezhnev

merupakan pintu bagi peluang hubungan diplomatik yang erat antara Uni Soviet

dan Amerika Serikat dalam bidang eksplorasi antariksa. Keberhasilan kerjasama

yang mengantarkan pada peluang terjalinnya hubungan baik tersebut merupakan

hasil kolaborasi antara aktor negara dan aktor non-negara. Peranan aktor negara

terletak dalam hal prosedural diplomatik dalam perjanjian kerjasama, sedangkan

aktor non-negara seperti ilmuan, perancang, dan astronot/kosmonot berperan

dalam penggagasan, pembuatan, dan pengoperasian pesawat antariksa yang

menjadi instrumen diplomasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

A.4. Aksesi Uni Soviet (Rusia) di International Space Station

Eksistensi International Space Station (ISS) yang saat ini menjadi wadah

bagi penelitian berawal dari gagasan kontroversial masa Presiden Reagan tahun

1984. Gagasan pendirian stasiun antariksa berawak permanen yang pada mulanya

73

Charles Redmond, “The Flight of Apollo-Soyuz”. 74

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 6.

36

dijuluki “Freedom” mendapatkan tentangan terutama pada bidang pendanaan

yang dikhawatirkan akan memangkas anggaran militer.75

Keraguan pun

bertambah ketika peluncuran pesawat antariksa pada misi Challenger gagal yang

menewaskan Astronot Amerika Serikat pada tahun 1986.76

Alasan kuat yang melatarbelakangi perwujudan gagasan stasiun antariksa

permanen “Freedom” milik Amerika Serikat seiring waktu semakin meyakinkan.

Berawal dari pernyataan Presiden Reagan pada 1984 yang menyatakan bahwa

“perwujudan gagasan stasiun antariksa permanen dapat mempererat hubungan

damai, meningkatkan kesejahteraan, dan memperluas nilai kebebasan bagi setiap

manusia yang memiliki kesamaan tujuan.” Pada masa pemerintahan George H.

W. Bush, tahun 1992, NASA beserta kontraktor memproyeksikan 75.000

lapangan pekerjaan yang tersebar di 40 negara bagian Amerika Serikat sebagai

hasil dari proyek stasiun antariksa permanen.77

Di samping itu, pecahnya negara Uni Soviet menjadi 15 negara pada

Desember 1991 mengakibatkan pengelolaan program antariksa ikut terpecah.78

Hal demikian menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat terkait dengan

pemanfaatan teknologi antariksa yang dapat disalahgunakan oleh negara pecahan

Uni Soviet tersebut. Di samping itu itikad Rusia untuk menjual teknologi roket

75

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit” The World Today, Royal Institute of International

Affairs, Vol. 53, No. 5 (Mei, 1997), 116. 76

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 117. 77

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 117. 78

U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S. –Russia Cooperation in Space

(Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 1995), 27.

37

kepada India menjadi salah satu hal yang diantisipasi oleh Amerika Serikat terkait

dengan proliferasi nuklir.79

Menanggapi semakin kuatnya alasan untuk mewujudkan gagasan stasiun

antariksa permanen tersebut, Amerika Serikat menjalin kerjasama dengan Rusia

pada Desember 1993 dalam bidang pembangunan, pemanfaatan, dan penggunaan

stasiun antariksa. Sebelumnya, kerjasama eksplorasi antariksa dengan Rusia

menjadi instrumen bagi politik luar negeri Amerika Serikat. Melalui kerjasama

tersebut, Amerika Serikat berusaha untuk mengalihkan kecenderungan ilmuan dan

kontribusi keilmuannya dari proyek militer menjadi proyek non-militer.80

Bergabungnya Rusia menjadi anggota ISS merupakan kekuatan tambahan

yang penting bagi ISS. Hal demikian didasarkan atas kapabilitas ilmuan agen

eksplorasi antariksa Rusia (Roscosmos atau Russian Space Agency) mewarisi

sejarah pencapaian yang baik di bidang stasiun antariksa pada masa Uni Soviet.

Dengan demikian Amerika Serikat dapat terbantu dengan kapabilitas Rusia dalam

perancangan dan pengelolaan stasiun antariksa.81

Sebaliknya, ilmuan Rusia dapat

terus berinovasi dalam kecanggihan teknologi dan Rusia dapat terus

mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan laboratorium mikro-gravitasi

ISS.82

79

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 118. 80

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science

for Diplomacy and its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 7. 81

U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S. –Russia Cooperation in Space,

34. 82

John M. Logsdon dan James R. Millar, “U.S.-Russian Cooperation in Human Space

Flight Assessing the Impacts” Space Policy Institute and Institute for European, russian and

Eurasian Studies, Elliott School of International Affairs (2001), 4.

38

B. INTERNATIONAL SPACE STATION (ISS)

B.1. Kondisi Umum International Space Station

International Space Station (ISS) merupakan rangkaian modul laboratorium

yang ditempatkan melayang pada ketinggian 400 kilometer (low earth orbit) di

atas permukaan bumi.83

Proses perakitan modul-modul laboratorium ISS dimulai

sejak tahun 1998 hingga 2011. Agen eksplorasi antariksa dunia yang terlibat

dalam perakitan dan pengelolaan ISS antara lain: National Aeronautics and Space

Administration (Amerika Serikat), Canadian Space Agency (Kanada), Japan

Aerospace Exploration Agency (Jepang), Roscosmos-Russian Federal Space

Agency (Rusia), dan European Space Agency (Eropa).84

Setiap aktor (agen eksplorasi antariksa dunia) memiliki kepentingan yang

berbeda-beda terhadap aktivitas penelitian satu sama lain dalam pemanfaatan ISS.

Namun demikian setiap aktor dipersatukan oleh kesamaan tiga dasar tujuan pokok

yang hendak dicapai melalui aktivitas kerjasama antar aktor di ISS. Sebagaimana

yang disebutkan dalam buku International Space Station Facilities Research in

Spcae 2017 and Beyond, kesamaan tujuan tersebut mencakup pada aspek: “(1)

educating the children of today to be the leaders and space explorers of

tomorrow; (2) returning the knowledge gained in space research for the benefit of

83

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond (Washington DC: National Aeronautics and Space

Administration, 2017), 11. 84

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”

[artikel on-line] tersedia di:

https://www.nasa.gov/sites/default/files/atoms/files/jsc_benefits_for_humanity_tagged_6-30-

15.pdf; Internet; diunduh pada 4 Oktober 2017.

39

society; and (3) preparing human exploration of destinations beyond low-earth

orbit.”85

Gambar II.5 International Space Station

Sumber: National Aeronautic and Space Administration

86

Penempatan manusia di ISS dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan

fasilitas penelitian dimulai sejak tanggal 2 November tahun 2000. Kehadiran

astronot atau kosmonot di ISS hingga sampai saat ini masih berlangsung melalui

regulasi pergantian astronot atau kosmonot di setiap periode yang ditentukan.87

Kemajuan signifikan terjadi di tahun 2009, ISS telah mampu menampung enam

awak yang sebelumnya hanya mampu menampung tiga awak.88

Setelah berakhirnya proses perakitan modul utama laboratorium ISS,

William H. Gerstenmaier, Associate Administrator NASA Space Operations

85

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 4. 86

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, sampul. 87

National Aeronautics and Space Administration, Reference Guide to the International

Space Station (Washington DC: National Aeronautics and Space Administration, 2010), 5. 88

Perry Johnson-Green, dkk., “Research in Space: Facilities on the International Space

Station,” National Aeronautic and Space Agency, [artikel on-line]; tersedia di:

https://www.nasa.gov/pdf/393789main_iss_utilization_brochure.pdf&ved=2ahUKEwilnfGWzJ3Z

AhUYS48KHTfaBslQFjADegQlBxAB&usg=AOvVaw28ZWxWbvzMbd3KUu-g2C1a; Internet;

diunduh pada 6 Maret 2018.

40

Mission Directorate, menegaskan terdapat pergeseran konsentrasi di ISS.

Sebelumnya perhatian agen eksplorasi antariksa dunia lebih terpusat pada

penyelesaian perakitan ISS. Setelah perakitan modul-modul ISS selesai, fokus

tertuju pada penggunaan dan pemanfaatan ISS untuk penelitian ilmiah,

pengembangan teknologi, eksplorasi, aktivitas komersial, dan pendidikan.89

Grafik II.B.1 Intensitas Eksperimen di ISS

Sumber: National Aeronautics and Space Administration90

Dengan bergesernya fokus utama aktivitas di ISS, negara-negara agen

eksplorasi antariksa anggota ISS mulai mengintensifkan pemanfaatan

laboratorium mikro gravitasi tersebut. Mengingat pemanfaatan ISS mencakup

pada berbagai aspek kehidupan manusia, ilmuan yang menempati ISS tidak hanya

89

National Aeronautics and Space Administration, Reference Guide to the International

Space Station, 5. 90

NASA, Reference Guide to the International Space Station (Washington DC: National

Aeronautics and Space Administration, 2010), 9.

41

ilmuan di bidang astronomi ataupun tehnik mesin, akan tetapi terdapat ilmuan di

bidang multidisiplin ilmu pengetahuan kesehatan, biologi, matematika, hingga

kimia. Hal demikian merupakan usaha negara-negara anggota ISS dalam

meningkatkan dan memajukan ilmu pengetahuan melalui peranan agen antariksa

dalam penelitian, penemuan dan pemanfaatan mikro-gravitasi antariksa.

B.2. Fungsi International Space Station

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu pilar penyokong dari kemajuan

suatu peradaban. Seiring dengan berjalannya waktu dalam suatu peradaban, ilmu

pengetahuan mengalami perkembangan dan kemajuan dari masa ke masa. Hal

demikian terefleksikan melalui sumbangsih penelitian dan penemuan dari masa

lampau dan diperbaharui atau dikembangkan bahkan menjadi acuan penelitian

pada masa sekarang.

Kemajuan ilmu pengetahuan memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia

pada aspek cara manusia merespon permasalahan yang ada. Pada konteks

pembahasan International Space Station (ISS), manusia telah mewujudkan

pemikiran tentang bagaimana cara mengentaskan permasalahan yang terjadi di

muka bumi dan mencari jawaban terhadap rasa keingintahuan manusia atas alam

semesta. Perwujudan pemikiran tersebut dilandasi oleh adanya pemikiran,

penelitian, dan penemuan terdahulu mengenai fisika, kimia, bahkan biologi yang

mendasari pembuatan laboratorium melayang ISS yang dapat dihuni di antariksa.

42

Sebagaimana layaknya laboratorium, ISS digunakan untuk keperluan

kemajuan ilmu pengetahuan dan kehidupan umat manusia. Penelitian di ISS

difokuskan pada penelitian yang terkait dengan pengaruh kondisi mikro garvitasi

terhadap physical science, biologi hingga fisiologi manusia. Hingga tahun 2014,

jumlah eksperimen yang dilakukan di ISS telah mencapai angka 1700 aktivitas

eksperimen.91

Namun pada dasarnya penelitian yang dilakukan mencakup

beberapa bidang seperti human life science, biologi, fisiologi manusia, physical

and materials science, kebumian dan astronomi.92

Di antara keuntungan yang

dapat diperoleh dari penelitian di ISS mencakup pada aspek:

a. Kesehatan

Penelitian di orbit bumi melalui ISS pada ranah kesehatan manusia tertuju

pada pengaruh lingkungan mikro-gravitasi terhadap kesehatan manusia di

antariksa dan di bumi. Sebagimana yang dilaporkan oleh ISS Program Science

Forum bahwa penelitian di ISS berhasil memberikan pemahaman yang lebih baik

di bidang penuaan, trauma, dan penyakit. Kondisi mikro gavitasi tersebut

memungkinkan para peneliti untuk memahami dan menemukan cara

mengantisipasi kerapuhan tulang, perilaku bakteri dan tehnik pengobatan luka.93

b. Kebumian

Pengamatan terhadap gletser, lahan pertanian, kota dan batu karang dapat

dilakukan melalui ISS dengan mudah menggunakan teknologi yang diopersikan

91

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 92

NASA ISS Program Science Office, International Space Station Facilities Research in

Space 2017 and Beyond, 10. 93

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”

43

oleh ilmuan.94

ISS berkoordinasi dengan peneliti di permukaan bumi untuk

mengolah data yang didapat di orbit bumi dan menghasilkan hipotesis yang dapat

diterapkan dalam jangka waktu dekat.95

Data yang didapat dan diolah tersebut

menjadi informasi yang sangat membantu para pembuat kebijakan dalam

menentukan kebijakan dalam sekala nasional atau internasional terkait lingkungan

hidup.96

Gambar II.6 Posisi Lintasan International Space Station

Sumber: National Aeronautic and Space Administration97

Pengamatan dan pengumpulan data terkait dengan lingkungan permukaan

bumi secara langsung merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki ISS. Lokasi

ISS, 400 km di atas permukaan bumi dengan sudut inklinasi sebesar 51.6 derajat,

94

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 11. 95

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 5. 96

United Nations Coordination of Outer Space Activities, Space Solutions for the World‟s

Problems: How the United Nations Family Uses Space Technology for Achieving Development

Goals (Austria: United Nations, 2005), 4. 97

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 11.

44

memungkinkan pengamatan menyeluruh terhadap permukaan bumi. Setiap 90

menit sekali ISS mampu mengitari bumi (mengorbit terhadap bumi).98

c. Inovasi Teknologi

Penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi mikro gravitasi

telah menghasilkan kemajuan pengetahuan di bidang teknologi inovatif.

Penelitian tersebut ditujukan bagi kemajuan teknologi yang menunjang

keberlanjutan dan aktivitas eksplorasi antariksa yang lebih mendalam. Hasil

penelitian tersebut terkait dengan pengaruh mikro gravitasi terhadap elemen fisik

yang diujicoba di ISS sebelum kemudian diaplikasikan pada sistem pesawat ruang

angkasa.99

Hasil penelitian tersebut dapat menstimulasi bagi perkembangan

kapabilitas tenaga kerja dan industri sehingga dapat memacu kemajuan

perekonomian.100

d. Edukasi

ISS memainkan peranan dalam menumbuhkan minat dan motivasi pada

siswa dan guru untuk terus mendalami bidang ilmu sains, teknologi, tehnik, dan

matematik. Hal demikian dilakukan oleh ISS melalui keterbukaan akses informasi

kepada masyarakat dunia dalam beberapa aktivitas dan penelitian yang dilakukan

di orbit bumi. Melalui aspek edukasi tersebut diharapkan masyarakat dunia,

98

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 11. 99

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 100

International Space Exploration Coordination Group, “Benefits Stemming from Space

Exploration” [artikel on-line]; tersedia di http://www.nasa.gov/sites/default/files/Benefits-

Stemming-from-Space-Exploration-2013-TAGGED.pdf; Internet; diunduh pada 25 Oktober 2017.

45

khususnya anggota ISS, dapat terpacu untuk terus berinovasi dan menjadi

generasi penerus eksplorasi antariksa di masa yang akan datang.101

e. Ekonomi

Aktivitas eksplorasi antariksa, khususnya di ISS, menghasilkan peluang

bagi perkembangan ekonomi melalui pendekatan government-as-a-customer.

Pemerintah tidak lagi menjadi aktor yang sepenuhnya berperan dalam

menyediakan jasa terkait dengan kebutuhan eksplorasi antariksa.102

Perusahaan

komersial memiliki peranan dalam menyediakan barang dan jasa bagi

keberlangsungan penggunaan stasiun antariksa. Jasa yang ditawarkan oleh

perusahaan komersial tersebut merupakan hasil dari pengembangan kapabilitas

jasa yang selanjutnya akan digunakan pada kepentingan penelitian di ISS.103

f. Astronomi

Pada ranah astronomi, laboratorium ISS memainkan peranan yang sangat

penting dalam penelitian terhadap banyak aspek yang mendukung pada

keberlanjutan eksplorasi di luar kawasan Low Earth Orbit atau disebut sebagai

Deep Space Exploration.104

Eksplorasi tersebut menghasilkan pengetahuan baru

101

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity” 102

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity” 103

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 104

National Aeronautics and Space Administration, Reference Guide to the International

Space Station, 5.

46

bagi umat manusia dalam memahami alam semesta.105

Terutama pada

pengungkapan jawaban atas evolusi planet bumi di tata surya.106

105

International Space Exploration Coordination Group, “Benefits Stemming from Space

Exploration”. 106

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 1.

47

BAB III

HAMBATAN EKSPLORASI ANTARIKSA AMERIKA SERIKAT PASCA

REFERENDUM KRIMEA

A. REFERENDUM KRIMEA

Krisis Ukraina, tahun 2014, yang berawal dari permasalahan ekeonomi

bereskalasi menjadi permasalahan politik, keamanan, dan pertahanan. Krisis yang

bereskalasi tersebut merambah pada aksi pemberontakan bersenjata antara

pasukan separatis bersenjata dengan pasukan pemerintah di Ukraina Timur. Lebih

jauh lagi, kerumitan krisis di Ukraina semakin bertambah saat Rusia mengambil

bagian dalam konflik tersebut dalam rangka meredam perluasan konflik bersenjata

di Ukraina Timur. Namun pada pelaksanaannya, Steven Pefer menyatakan bahwa

tindakan-tindakan Rusia tidak mencerminkan apa yang ditujukan tersebut. 107

Pada 27 Februari 2014, Rusia mengirim pasukan bersenjata ke wilayah

Krimea. Pasukan bersenjata tersebut tersebar di beberapa tempat pemerintahan

strategis Krimea. Seminggu sebelum Referendum Krimea diselenggarakan, 6

Maret 2014, Parlemen Krimea memutuskan pendirian Republik Krimea sebagai

wilayah yang tidak lagi berada dalam otoritas kedaulatan Republik Ukraina.108

Sebelumnya, Amerika Serikat telah melayangkan peringatan kepada Rusia

107

Steven Pifer, “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response” The Senate Foreign Relations

Committee Statement for the Record. Brooking (5 Juni, 2014), 1. 108

Alasdair R. Young dan Vicki L. Birchfield, “Triangular Diplomacy and the Crisis in

Ukraine: The European Union, the United States and the Russian Federation” Georgia Center for

European and Tech Transatlantic Studies (Sam Nunn School of International Affair, 2015), 8.

48

melalui Menteri Luar Negeri John Kerry terkait apabila Rusia mengambil

kebijakan untuk menjadikan Krimea sebagai bagian dari wilayah berdaulat

Rusia.109

Referendum Krimea 16 Maret 2014 menghasilkan kesimpulan sebanyak

96,77% warga Krimea memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina dan

bergabung dengan Federasi Rusia. Sehari setelah pelaksanaan referendum

tersebut, Krimea menyatakan kemerdekaannya pada 17 Maret 2014 dan Rusia

menyambut Krimea sebagai bagian dari Federasi Rusia pada 18 Maret 2014.110

Penolakan Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap hasil keputusan

Referendum Krimea dan kebijakan Rusia berdasarkan pada aspek adanya

pelanggaran terhadap hukum nasional Ukraina serta hukum internasional. Jan

Matzek menyebutkan bahwa referendum tersebut bertentangan dengan Konstitusi

Ukraina pasal 73 “Issues of altering the territory of Ukraine are resolved

exclusively by an all Ukrainian referendum”.111

Di samping itu, Steven Pifer

menyatakan bahwa Rusia telah melanggar Budapest Memorandum on Security

Assurances tahun 1994. Memorandum tersebut merupakan komitmen

penghormatan Amerika Serikat, Inggris dan Rusia terhadap kedaulatan wilayah

Ukraina.112

109

Palupi Annisa Auliani. “Amerika: Senin, Rusia Akan Hadapi Serangkaian Tindakan bila

„Rebut‟ Crimea,” Kompas, 14 Maret 2014 [berita on-line]; tersedia di

http://internasional.kompas.com/read/2014/03/14/0003591/Amerika.Senin.Rusia.Akan.Hadapi.Ser

angkaian.Tindakan.bila.Rebut.Crimea; Internet; diunduh pada 02 Maret 2018 110

Jan Matzek, “Annexation of Crimea by the Russian Federation,” Policy Paper, Institut

Pro Politiku A Spolecnost (January, 2016), 4. 111

Jan Matzek, “Annexation of Crimea by the Russian Federation”, 4. 112

Steven Pifer, “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response”, 3.

49

B. HAMBATAN SETELAH REFERENDUM KRIMEA

B.1. Sanksi Amerika Serikat Terhadap Rusia

Penentangan Amerika Serikat atas keputusan referendum Krimea yang

diselenggarakan pada 16 Maret 2014 berujung pada penjatuhan sanksi terhadap

Rusia. Amerika Serikat menilai referendum yang menghasilkan keputusan

penggabungan wilayah Krimea kedalam wilayah berdaulat Rusia merupakan

referendum yang tidak sah. Pada pelaksanaanya, referendum Krimea tersebut

bertentangan dengan hukum nasional Ukraina dan beberapa hukum

internasional.113

Melalui sidang umum PBB, sebanyak 100 negara menyetujui

Resolusi Sidang Majelis Umum PBB tanggal 27 Maret 2014 yang menyatakan

ketidakberlakuan status referendum Krimea dalam sudut pandang hukum

internasional.114

Ketidaksetujuan Amerika Serikat atas tindakan Rusia dalam hal keterlibatan

dan penerimaan hasil keputusan referendum Krimea tersebut mendorong Amerika

Serikat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi diberbagai bidang. Sanksi tersebut

antara lain mencakup:

1) Pembekuan aset dan pelarangan terhadap transaksi dengan warga negara

Russia tertentu seperti: pegawai pemerintah Russia, utusan Rusia,

113

Steven Pifer, “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response” The Senate Foreign Relations

Committee Statement for the Record. Brooking (5 Juni, 2014), 3. 114

DW, “PBB Kecam Rusia Karena Aneksasi Krimea” Deutsche Welle, 28 Maret 2014

[berita on-line]; tersedia di http://m.dw.com/id/pbb-kecam-rusia-karena-aneksasi-krimea/a-

17527351; Internet; diunduh pada 20 Maret 2018.

50

pengusaha dan warga negara Rusia tertentu yang memiliki hubungan erat

dengan Kremlin.115

2) Pembekuan aset dan pelarangan terhadap transaksi dengan entitas

tertentu. Sanksi ini membekukan aset dan melarang adanya aktivitas

transaksi ekonomi antara beberapa perusahaan Rusia dengan warga

negara Amerika Serikat ataupun entitas tertentu. Adapun beberapa

perusahaan Rusia yang terkena dampak sanksi seperti: Bank Rossiya,

Volga Group, dan Almaz-Antey.116

3) Penghambatan terhadap aktivitas transaksi finansial dengan perusahaan

Rusia yang beroperasi di sektor kunci perekonomian Rusia. Sanksi ini

ditujukan pada sektor jasa keuangan, energi, dan pertahanan. Di antara

beberapa perusahaan yang terkena dampak sanksi tersebut antara lain:

Rosoboronexport, Rosneft, Rostec dan Sberbank.117

4) Penghambatan terhadap aktivitas ekspor minyak, jasa dan teknologi

terkait dengan perminyakan kepada Rusia. Sanksi ini melarang adanya

aktivitas warga negara Amerika Serikat dan entitas tertentu yang dapat

membantu terselenggaranya eksplorasi dan proses produksi minyak di

wilayah berdaulat Rusia maupun di wilayah yang di klaim oleh Rusia.118

115

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy,” Congressional Research

Service (17 Februari, 2017), 2. 116

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 3. 117

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 3. 118

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 4.

51

5) Pembatasan terhadap aktivitas ekspor tertentu. Sanksi ini membatasi

pada aktivitas ekspor pada bidang kebendaan dual-use dan militer ke

Rusia.119

B.2. Respon Rusia terhadap Sanksi Amerika Serikat

Sanksi perekonomian yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat sebagai bentuk

respon atas kebijakan Rusia dalam referendum Krimea tidak hanya berdampak

satu arah. Walaupun pada faktanya menunjukkan terdapat dampak sanksi di

sektor perekonomian Rusia pada saat awal penerapan sanksi 2014 seperti

penurunan saham hingga mencapai 3% akibat kekhawatiran resiko geopolitis.120

Namun, dampak sanksi tersebut juga dirasakan oleh Amerika Serikat sebagai

mitra kerjasama Rusia dalam bidang teknologi antariksa.121

Sebagai bentuk respon atas sanksi ekonomi yang dijatuhkan, Rusia

membalas sanksi tersebut dengan pelarangan impor bahan pangan. Respon

tersebut dimulai pada Agustus 2014 dengan memberlakukan pelarangan impor di

sektor agrikultural tertentu yang ditujukan bagi negara-negara yang menjatuhkan

sanksi terhadap Rusia, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa.122

Lebih jauh

lagi, melalui Wakil Perdana Menteri Rusia, Dimitri Rogozin, menyatakan bahwa

Rusia tidak akan mempertimbangkan penggunaan ISS bersama Amerika Serikat

119

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 4. 120

DW, “Sanksi Terhadap Rusia Mulaaai Tunjukkan Dampak,” Deutsche Welle, 21 Maret

2014 [berita on-line]; tersedia di http://m.dw.com/id/sanksi-terhadap-rusia-mulai-tunjukkan-

dampak/a-17512631; Internet; diunduh pada 20 Maret 2018. 121

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 11. 122

Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 3.

52

melebihi tahun 2020.123

Sebagai strategi menghadapi gejolak politik yang

berimbas pada sektor kerjasama antariksa, Rusia mempertimbangkan kerjasama

antariksa dengan Tiongkok.124

Dimitri Rogozin memandang Tiongkok sebagai

rekan kerjasama yang potensial bagi Rusia dalam pengembangan dan penelitian

program stasiun bulan di tahun 2024.125

Setelah pernyataan pendirian Rusia atas ISS tersebut, rencana NASA yang

menargetkan penggunaan ISS hingga tahun 2024 harus berlangsung tanpa Rusia

sebagai rekan kerjasama di ISS setelah tahun 2020. Mengingat kontribusi peranan

Rusia di ISS sangat besar dan berkaitan dengan fungsional vital ISS, beban

Amerika Serikat akan bertambah dalam mempersiapkan teknologi pengganti milik

Rusia di ISS. Hal demikian dapat menghambat penelitian di ISS sebagai bentuk

persiapan misi eksplorasi antariksa NASA melebihi Low Earth Orbit.

Dalam merespon sanksi ekonomi Amerika Serikat, penarikan diri dari

perpanjangan operasional ISS bukanlah respon tunggal yang dikeluarkan oleh

Rusia. Sebagai mitra dagang teknologi antariksa Amerika Serikat, Rusia

mengancam akan menghentikan pasokan mesin roket bagi Amerika Serikat.

Sebagaimana pernyataan Dimitri Rogozin yang dikutip oleh BBC “kami tidak

akan lagi mengirim mesin-mesin ke Amerika Serikat. Kami juga tidak akan

123

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat,” 14 Mei 2014 [berita on-line];

tersedia di http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/05/140513_rusia_amerika_roket#orb-footer;

Internet; diunduh pada 21 Maret 2018. 124

James Andrew Lewis, “Space Exploration in a Changing International Environment” A

Report of the CSIS Strategic Technologies Program (Washington DC: Rowman & Littlefield, Juli

2014), 12. 125

Russia Today, “Russia and China to Work Together on Space Explorations, Moon

Missions from 2018,” 30 Agustus 2017 [berita on-line]; tersedia di

https://www.rt.com/news/401495-russia-china-joint-space-2018/; Internet; diunduh pada 16 Mei

2018.

53

melakukan pemeliharaan mesin-mesin yang sudah dikirim ke Amerika”.126

Terdapat dua teknologi roket buatan Rusia yang digunakan oleh Amerika Serikat,

di antaranya: RD-180 dan RD-181.127

Gambar III.1 (a) Mesin Roket RD-181 dan (b) RD-180

Sumber: (a) Russian Space Web128

dan Space Flight Insider129

Keterlibatan Rusia dalam penyediaan transportasi antariksa dalam negeri

Amerika Serikat melalui Commercial Crew Program dan Commercial Orbital

Transportation Service NASA hanya sebatas pada cakupan rekan kerjasama

penyedia mesin roket. Dalam program transportasi kargo antariksa komersial

(COTS), perusahaan Orbital ATK merupakan salah satu pengguna jasa Rusia

dalam menyediakan teknologi roket RD-181 bagi keperluan roket Antares.130

Selain Orbital ATK, United Launce Alliance yang terdiri dari perusahaan Boeing

126

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”. 127

Pavel Luzin, “Space Program-2025” Intersection [artikel on-line]; tersedia di

http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet; diunduh pada 21

Maret 2018. 128

Anatoly Zak, “RD-181 Engine for the Antares Rocket” Russian Space Web, 21 Maret

2018 [artikel on-line]; tersedia di https://www.russianspaceweb.com/rd181.html; Internet; diunduh

pada 07 Juni 2018. 129

Joe Latrell, “The Race to Replace the RD-180 Goes Full Throttle” SFI Space Flight

Insider, 3 Maret 2016 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.spaceflightinsider.com/organization/ula/race-replace-rd-180-goes-full-throttle/;

Internet; diunduh pada 07 Juni 2018. 130

Pavel Luzin, “Space Program-2025”.

b a

54

dan Lockheed Martin merupakan mitra dagang teknologi antariksa RD-180 yang

digunakan untuk keperluan pengiriman satelit militer Amerika Serikat melalui

roket Atlas.131

C. ANCAMAN BAGI KEBERLANGSUNGAN ISS

Setelah hampir dua dekade kerjasama yang terjalin di antara 15 negara

dalam program ISS, terdapat berbagai peristiwa yang memicu ketegangan di

antara negara-negara anggota ISS seperti perang Iraq (2003), perpecahan wilayah

Georgia (2006), dan pembunuhan mantan agen mata-mata Alexander Litvinenko

di London (2006). Peristiwa yang terjadi di awal dekade pertama kerjasama ISS

tersebut berhasil memicu ketegangan politik di antara beberapa negara anggota

ISS. Akan tetapi Jean-Christophe Mauduit memandang bahwa serangkaian

peristiwa di awal dekade pertama tersebut tidak mengganggu stabilitas kerjasama

ISS sebagaimana yang tercerminkan melalui pengiriman astronot maupun

kosmonot secara berkelanjutan hingga sampai saat ini.132

Kerjasama yang berlangsung di antara lima agen eksplorasi antariksa yang

mewakili 15 negara di ISS menghadapi segelintir permasalahan di awal dekade

kerjasama. Salah satu permasalahan tersebut tertuju pada faktor ketersediaan

131

Loren Thompson, “Why SpaceX Lost Its Bid To Ban Russian Rocket Engines” Forbes,

7 Juli 2016 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.forbes.com/sites/lorenthompson/2016/07/07/why-spacex-lost-its-bid-to-ban-russian-

rocket-engine-debate/amp/; Internet; diunduh pada 21 Maret 2018. 132

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher

School of Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 8.

55

anggaran bagi eksplorasi antariksa. Hal demikian merupakan akibat dari

teralihkannya fokus perhatian negara-negara, terutama anggota ISS, pada isu yang

dinilai memiliki prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas ekplorasi

antariksa.133

Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi mencontohkannya dengan usulan

pemotongan anggaran oleh Presiden George W. Bush di tahun 2003 bagi aktivitas

pengoperasian sarana ISS terutama pada penghapusan anggaran program Crew

Return Vehicle. Hal demikian merupakan kendala yang berpengaruh bagi

optimalisasi operasional dan pemanfaatan ISS terutama pada bidang program

penelitian biologi dan alat-alat pendukung penelitian di bidang sains dan tehnik.134

Pemotongan anggaran tersebut tentu saja membawa dampak yang signifikan

mengingat Amerika Serikat yang merupakan salah satu dari dua kekuatan besar

eksplorasi antariksa selain Rusia yang memiliki kapabilitas dalam bidang launch

system, ekplorasi robotik dan penerbangan antariksa berawak.135

Namun ketahanan soliditas kerjasama ISS kembali menemui kondisi yang

rentan akan kemunduran di awal dekade ke dua kerjasama. Rentannya

kemunduran kerjasama tersebut diakibatkan oleh faktor ketegangan politik yang

berdampak pada pelemahan sektor hubungan antar negara, khususnya negara

anggota ISS. Secara langsung maupun tidak, negara anggota ISS menjadikan

133

Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi, ed., “Future Human Spaceflight: The Need for

International Cooperation” International Academy of Astronautics (Paris, 2010), 21. 134

Laurence R. Young, “Editorial: The International Space Station at Risk” Science, Vol.

296, no. 5567, (2002), 429. 135

Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi, ed., Future Human Spaceflight: The Need for

International Cooperation, 21.

56

sektor eksplorasi antariksa sebagai instrumen bagi angenda politik negara yang

bersitegang tersebut.136

Konflik Ukraina yang mengundang berbagai reaksi dari masyarakat

internasional telah memicu ketegangan di antara beberapa negara anggota ISS

terutama setelah berlangsungnya referendum Krimea tahun 2014. Implikasi yang

ditimbulkan dari kondisi stabilitas politik Ukraina yang lemah membuat Rusia

berpeluang untuk memanfaatakan kondisi tersebut dalam melakukan tindakan

yang menguntungkan Rusia dalam referendum Krimea tahun 2014.137

Hal

demikian memicu respon barat, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang

menganggap bahwa referendum Krimea yang sarat dengan campur tangan Rusia

merupakan referendum yang tidak sah dan bertentangan dengan konstitusi

Ukraina dan hukum internasional.138

Menimbang sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat kepada Rusia,

Dimitry Rogozin, Wakil Perdana Menteri Rusia, mengumumkan respon balasan

yang terkait dengan eksplorasi antariksa. Dalam sanksi tersebut, Rusia bertekad

untuk tidak melakukan penjualan teknologi mesin roket kepada Amerika Serikat

dan tidak menjamin akan adanya keterlibatan Roscosmos pada perpanjangan

kerjasama di ISS setelah tahun 2020.139

Phil Plait memandang bahwa melalui

kepemilikan teknologi canggih, seperti modul Zvezda, Rusia dapat

136

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 9. 137

Anna Dolya, “The Annexation of Crimea: Lessons for European Security” European

Issues,No. 382, Foundation Robert Schuman (23 Februari 2016), 3. 138

Jan Matzek, “Annexation of Crimea by the Russian Federation,” Policy Paper, Institut

Pro Politiku A Spolecnost (January, 2016), 4. 139

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”.

57

mengoperasikan stasiun antariksa di Low Earth Orbit tanpa adanya keterlibatan

teknologi Amerika Serikat.140

Hambatan yang berlaku di antara Amerika Serikat dan Rusia dalam

kerjasama ISS merupakan ancaman bagi keberlangsungan masa depan eksplorasi

antariksa. Penarikan diri Rusia dari program kerjasama ISS akan menghambat

stabilitas operasional ISS mengingat peranan besar yang dimainkan oleh Rusia

dalam menjaga eksistensi keberlangsungan program ISS. Hal demikian dapat

berimplikasi pada perubahan fokus sementara anggota ISS dari persiapan

eksplorasi antariksa di luar Low Earth Orbit menuju penelitian pengganti

teknologi Rusia demi keberlangsungan laboratorium mikro-gravitasi tersebut.

D. MISI EKSPLORASI ANTARIKSA AMERIKA SERIKAT

Aktivitas eksplorasi antariksa melalui ISS bukan merupakan aktivitas

tunggal Amerika Serikat di antariksa. Terdapat beberapa eksplorasi dan

pemanfaatan antariksa baik itu bersifat misi berawak maupun misi tanpa awak

seperti Mars Curiosity. Namun aktivitas di ISS tergolong ke dalam aktivitas yang

sangat vital dalam penggagasan dan persiapan misi antariksa yang lebih jauh.

Dengan kata lain ISS merupakan instrumen batu pijakan bagi NASA dalam

melaksanakan eksplorasi antariksa yang lebih jauh sebagaimana yang tercantum

140

Phil Plait, “Russian Deputy Prime Minister Threatens to Pull Out of ISS” Slate, 14 Mei

2014 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.slate.com/blogs/bad_astronomy/2014/05/14/nasa_and_the_iss_russia_threatens_to_ab

andon_international_space_effort.html#/; Internet; diunduh pada 04 April 2018.

58

dalam tujuan bersama pemanfaatan ISS yang menyebutkan “preparing human

exploration of destinations beyond low-earth orbit.”141

Di tahun 2004, Presiden George W. Bush menginisiasi pembuatan the

Vision for Space Exploration (VSE 2004) yang menjadi acuan bagi NASA dalam

memprioritaskan tujuan dari pelaksanaan penelitian dan ekplorasi NASA hingga

tahun 2010. VSE 2004 tersebut memuat serangkaian tujuan besar seperti

pegiriman astronot menuju bulan dalam rangka persiapan destinasi eksplorasi

yang lebih jauh menuju Mars dan planet lain. Di samping itu, penekanan pada

peran robot dalam eksplorasi tata surya dan destinasi di luar tata surya mulai

difokuskan.142

Masa berlaku VSE 2004 dalam menentukan prioritas tujuan berakhir ketika

NASA Authorization Act of 2010 (NAA 2010) berlaku. Di dalam NAA 2010

tersebut memuat beberapa perubahan fokus yang signifikan terhadap arah tujuan

NASA. Setelah berakhirnya masa penggunaan Space Shuttle yang menandakan

selesainya tahap perangkaian modul ISS tahun 2011, NASA berkolaborasi dengan

pihak swasta dalam rangka penggunaan jasa roket maupun pesawat antariksa

komersial untuk mengantarkan kargo dan astronot menuju ISS ataupun destinasi

lebih jauh dari ISS.143

141

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, 4. 142

National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration

(Washington: NASA Headquarters, 2004), 7. 143

Daniel Morgan, “The Future of Nasa: Space Policy Issues Facing Congress”

Congressional research Service (27 Januari, 2011), 6.

59

Dalam rangka mengukur keberhasilan dan memproyeksikan gambaran

tujuan yang akan dicapai NASA, pada tahun 2014 NASA membentuk NASA

Strategic Plan 2014 (NSP 2014) sebagai upaya NASA dalam mencapai tujuan-

tujuan yang telah dibentuk. Terdapat beberapa program yang direncanakan NASA

dalam NSP 2014 tersebut. Melalui NSP 2014 tersebut, NASA merangkai dan

menyusun prioritas tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu panjang.144

D.1. NASA Strategic Plan 2014

Dalam rangka mengukur seberapa jauh pencapaian dari misi-misi yang

dilaksanakan oleh NASA, National Aeronauticss and Space Act mengamanatkan

keterlibatan peran ilmuan dalam menggagas perencanaan tolak ukur ilmiah

terhadap misi yang dilaksanakan. Di samping itu, keterlibatan ilmuan tidak

terbatas hanya pada perencanaan saja namun juga terlibat pada observasi melalui

instrumen pesawat antariksa.145

NSP 2014 merupakan produk kolaborasi antara

pemerintah dengan ilmuan dalam menghasilkan suatu pondasi perencanaan

program dan tujuan yang menjiwai visi maupun misi NASA sebagai agen

antariksa sipil Amerika Serikat.146

Proyeksi pencapaian masa depan dari aktivitas penelitian dan eksplorasi

yang dapat meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan fokus

rencana strategis NASA di tahun 2014 (NSP 2014). Melalui peningkatan taraf

144

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, iii. 145

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 1. 146

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 5.

60

tersebut, keberlanjutan program eksplorasi antariksa berawak maupun tanpa awak

dapat terus berlangsung bahkan diperluas. Hal demikian merupakan upaya agen

antariksa sipil Amerika Serikat (NASA) dalam berkontribusi bagi peningkatan

taraf hidup manusia di berbagai aspek, mengamankan bumi melalui pengolahan

data dan tindakan preventip, mendorong lahirnya inovasi di bidang sains-

teknologi, dan meningkatkan perekonomian Amerika Serikat.147

D.2. Program Eksplorasi Antariksa di Luar Low Earth Orbit

Sebagaimana yang dijelaskan dalam NSP 2014, NASA bertekad untuk

mengubah cakupan eksplorasi antariksa berawak yang hanya terpaku pada

cakupan Low Earth Orbit, dimana ISS berada, menjadi melebihi Low Earth Orbit.

Salah satu misi eksplorasi antariksa berawak yang sedang dipersiapkan adalah

misi eksplorasi Near Earth Asteroids (NEAs) yang membutuhkan waktu tempuh 6

bulan perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan roket Space Launch System

(SLS) dan pesawat antariksa (kapsul) Orion.148

Sementara misi eksplorasi NEAs

tanpa awak, OSIRIS-Rex, akan dijadwalkan tiba di Asteroid Bennu pada agustus

2018.149

Misi ekplorasi antariksa di luar low earth orbit tidak terhenti hanya pada

misi eksplorasi NEAs, Planet Mars merupakan destinasi eksplorasi antariksa

147

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014 iii. 148

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 12. 149

Brian Dunbar, “What‟s Next For NASA?,” National Aeronautics and Space

Administration, 13 Desember 2017 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.nasa.gov/about/whats_next.html; Internet: diunduh pada 15 Maret 2018.

61

selanjutnya setelah misi eksplorasi NEAs. Pada misi eksplorasi Mars tersebut,

NASA berencana untuk mengirimkan robot penjelajah planet Mars di tahun 2020

yang akan mengidentifikasi gejala aktivitas geofisika dan mempelajari lingkungan

in situ Planet Mars.150

Misi tersebut dipersiapkan sebagai langkah persiapan misi

ekplorasi berikutnya dengan melibatkan astronot NASA di Planet Mars yang akan

memakan waktu enam bulan perjalanan dengan durasi 500 hari bermukim

dipermukaan Planet Mars.151

Eksplorasi antariksa berawak Planet Mars akan sulit dilakukan jika NASA

tidak menjalankan misi eksplorasi NEAs. Misi tersebut selain bertujuan untuk

mengetahui data yang dapat menjelaskan tentang Tata Surya dan ancaman yang

dapat ditimbulkan, eksplorasi NEAs memiliki kegunaan bagi peningkatan

kapabilitas astronot, dan teknologi, pesawat antariksa.152

Misi NEAs yang

selanjutnya disebut sebagai Asteroid Redirect Mission (ARM) memberikan

peluang bagi Astronot untuk mengeksplorasi secara langsung material Asteroid

yang dibawa oleh robot.153

150

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 8 151

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 13. 152

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 8. 153

Brian Dunbar, “What Is NASA‟s Asteroid Redirect Mission?” National Aeronautics and

Space Administration, 4 Agustus 2017 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.nasa.gov/content/what-is-nasa-s-asteroid-redirect-mission/; Internet: diunduh pada 17

Maret 2018

62

D.3. Program ISS dalam NASA Strategic Plan 2014

Keberlangsungan rencana misi eksplorasi antariksa berawak NASA menuju

objek-objek di luar Low Earth Orbit bergantung pada aktivitas penelitian di ISS.

Persiapan demi persiapan dilakukan melalui berbagai penelitian dan uji coba.

Dengan kata lain, ISS merupakan batu pijakan bagi lima agen antariksa dunia,

termasuk NASA, dalam mempersiapkan misi eksplorasi antariksa.

Charles F. Bolden Jr., Administrator NASA, menyatakan bahwa

International Space Station (ISS) merupakan tempat bagi para peneliti dalam

memahami pengaruh lingkungan antariksa terhadap kehidupan dan aktivitas

makhluk hidup.154

Hasil penelitian di ISS berperan bagi keberhasilan dan

kelancaran misi eksplorasi antariksa yang lebih dalam. Sebagaimana misalnya

hasil penelitian terhadap efek durasi penerbangan antariksa terhadap tubuh

manusia dan pengembangan material di ISS yang dapat diaplikasikan pada misi

eksplorasi antariksa selanjutnya.155

Perpanjangan masa pemanfaatan ISS hingga tahun 2024 sangat beralasan

bagi NASA dalam rangka merealisasikan rencana eksplorasi antariksa di luar Low

Earth Orbit. NSP 2014 menyebutkan beberapa penelitian yang dapat dilakukan di

ISS terkait dengan eksplorasi antariksa seperti: penelitian teknologi lingkungan

hidup yang mendukung kehidupan astronot di antariksa, teknologi komunikasi,

teknologi navigasi, teknologi pembangkit listrik/bahan bakar dan teknologi tenaga

154

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, iii. 155

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”

[artikel on-line] tersedia di:

https://www.nasa.gov/sites/default/files/atoms/files/jsc_benefits_for_humanity_tagged_6-30-

15.pdf; Internet; diunduh pada 4 Oktober 2017.

63

pendorong. Pada aspek penelitian efek lingkungan antariksa terhadap astronot,

ISS dapat menjadi tempat dalam memahami kondisi visual, pharmacology, nutrisi

dan kondisi otot astronot. Penelitian yang hanya dapat dilakukan di fasilitas

laboratorium ISS tersebut merupakan penyokong bagi keberlangsungan eksplorasi

antariksa di masa depan.156

Gambar III.2 Penelitian yang Dilakukan Astronaut Scott Tingle di ISS

Sumber: National Aeronautics and Space Administration

157

Dalam rangka mempersiapkan misi eksplorasi antariksa berawak menuju

Asteroid dan Planet Mars, astronot maupun kosmonot diharuskan mampu

bertahan di pesawat antariksa dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam

rangka menjawab tantangan tersebut, NASA bersama dengan Roscosmos dan

rekan kerja agen antariksa di ISS mengagendakan uji coba penerbangan “one-

year-increment”.158

Program uji coba tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi

efek penerbangan antariksa selama satu tahun terhadap kondisi kesehatan dan

156

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,14. 157

NASA, “NASA Astronaut Scott Tingle Performs Research Operations” [artikel on-line]

tersedia di: https://www.nasa.gov/mission_pages/station/images/index.html; Internet; diunduh

pada 10 Mei 2018. 158

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,13.

64

mental awak pesawat antariksa.159

Hal demikian merupakan salah satu dari sekian

tantangan penerbangan antariksa menuju Planet Mars selain efek radiasi dan efek

materi benda asing di Planet Mars.160

Pemanfaatan sarana penelitian ISS dalam keberlanjutan serangkaian misi

ekplorasi antariksa di luar Low Earth Orbit sangat membantu bagi NASA dalam

penyusunan strategi misi. Melalui aktivitas ISS tersebut, NASA dapat menyusun

strategi melalui penelitian dalam rangka menjawab tantangan resiko eksplorasi

antariksa menuju Planet Mars bahkan lebih jauh lagi. Dalam hal ini tantangan

utama yang dihadapi misi eksplorasi antariksa di luar Low Earth Orbit tertuju

pada paparan radiasi, penyediaan logistik, dan penerbangan antariksa yang aman

serta efisien.161

Di samping itu, kerjasama di antara lima agen antariksa dunia (NASA,

CSA, JAXA, Roscosmos dan ESA) dalam perangkaian modul, pemanfaatan dan

pemeliharaan ISS menjadi cerminan pentingnya kerjasama dalam pembangunan

sistem eksplorasi antariksa. Pengalaman dalam perangkaian, pemanfaatan dan

pemeliharaan ISS tersebut dapat diaplikasikan pada pembangunan sistem

eksplorasi di sekitar bulan yang dapat mendukung keberlangsungan eksplorasi di

luar Low Earth Orbit. Dengan demikian kompleksitas operasional yang dihadapi

159

Maxim Arbugaev, “What Did This Cosmonaut Miss About Earth After a Year in

Space?” National Geographic, 17 Oktober 2016 [video]; tersedia di

https://youtu.be/28YI9p6NBk8; Internet: diunduh pada 16 Maret 2018. 160

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,13 161

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,12.

65

dalam misi eksplorasi tersebut dapat ditekan melalui kerjasama antar agen

antariksa.162

162

National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,12.

66

BAB IV

ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM

KERJASAMA ISS DENGAN RUSIA PASCA REFERENDUM KRIMEA

Kepentingan nasional Amerika Serikat dalam konteks wilayah antariksa

adalah tertuju pada ketersediaan akses dan pemanfaatan antariksa. Sebagaimana

yang tercantum dalam dokumen pemerintah A National Security Strategy for a

New Century tahun 1999, John Mortimer Logsdon menyebutkan bahwa terdapat

keterikatan antara aktivitas di antariksa dengan keamanan nasional dan

perekonomian Amerika Serikat.163

Kepentingan tersebut semakin menguat dan

menjadi kepentingan nasional yang vital bagi Amerika Serikat seiring dengan

tumbuhnya kapabiltas negara-negara dalam melakukan aktivitas di antariksa.164

Dalam perjalanan kerjasama program ISS, ketegangan politik yang terjadi di

antara beberapa negara anggota ISS tidak terlalu berpengaruh pada dekade awal

kerjasama. Hal demikian terefleksikan melalui keberlanjutan misi mobilitas

manusia menuju ISS sejak tahun 2000 hingga sampai saat ini.165

Menjelang akhir

dekade ke dua kerjasama, peristiwa Referendum Krimea tahun 2014 telah memicu

ketegangan pada ranah kerjasama ISS melalui penerapan sanksi beserrta respon-

163

John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest” Article in

Astrophysic, Januari 2003 [artikel] tersedia di:

https://www.researchgate.net/publication/22885617; file PDF; di akses pada 08 April 2018. 164

United States, National Space Policy of the United States of America, 1. 165

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations,” 8.

67

respon yang memiliki konotasi buruk terhadap proyeksi masa depan kerjasama di

ISS.166

Keterancaman kerjasama ISS mencuat setelah Rusia menyatakan posisinya

yang tidak menjamin perpanjangan kerjasama ISS setelah tahun 2020. Di samping

itu, respon Rusia terhadap sektor penggunaan teknologi roket Rusia telah

menimbulkan kekhawatiran akan kapabilitas transportasi antariksa Amerika

Serikat. Lebih lanjut, sindiran terhadap penggunaan trasnportasi Soyuz

menciptakan dilema bagi Amerika Serikat setelah program pesawat antariksa

Space Shuttle berakhir di tahun 2011. Hal demikian menjadikan ketersediaan

akses dan aktivitas pemanfaatan antariksa sebagai kepentingan nasional Amerika

Serikat mengalami gangguan dalam proses pencapaian dan pemeliharaannya.

A. Kepentingan Akses Antariksa

Penerbangan Space Shuttle Atlantis STS-135, Juli 2011, merupakan

penerbangan terakhir bagi program Space Shuttle.167

Berakhirnya program Space

Shuttle tersebut tidak menandakan berakhirnya upaya Amerika Serikat dalam

mengelola kapabilitas transportasi antariksa. Sebaliknya, ketergantungan NASA

pada peranan Space Shuttle sebagai transportasi menuju Low Earth Orbit bergeser

pada sektor komersial, sementara pergeseran fokus pemerintah beralih pada

166

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations,” 9. 167

National Aeronautics and Space Administration, “Space Shutlle Transition and

Retirement” [artikel on-line]; tersedia di

http://www.nasa.gov/centers/kennedy/pdf/608887main_T%26R.pdf; Internet: diunduh pada 18

Maret 2018.

68

penyediaan akses transportasi astronot bagi eksplorasi melebihi Low Earth Orbit

melalui program pengembangan Space Launch System.168

Terdapat dua teknologi mesin roket Rusia yang diminati penggunaanya oleh

perusahaan transportasi antariksa Amerika Serikat, antara lain: RD-180 dan RD-

181. Ketertarikan tersebut tertuju pada keterjangkauan harga dan performa mesin

roket sebagaimana fakta yang mencatatkan bahwa selama penerbangan tahun

1995 hingga 2017 belum terjadi kegagalan dalam misi penerbangan roket Atlas V

dengan mesin roket RD-180.169

Di samping itu, di tengah kondisi ketegangan

mesin roket Rusia tersebut, pihak Kementrian Pertahanan Amerika Serikat

mengatakan bahwa untuk sementara mesin roket RD-180 belum tergantikan

posisinya oleh mesin roket buatan dalam negeri.170

Terdapat beberapa perusahaan transportasi antariksa komersial Amerika

Serikat yang mengandalkan jasa mesin roket RD-180 dan RD-181. Perusahaan

Orbital ATK, penyedia jasa transportasi kargo menuju antariksa, mengandalkan

roket Antares dengan menggunakan mesin roket RD-181.171

Lebih jauh lagi,

pesawat antariksa Dream Chaser milik Orbital ATK mempercayakan Antares

sebagai roket pendorong dalam misi menuju ISS.172

Sementara pada transportasi

berawak milik perusahaan Boeing, CST-100 Starliner akan menggunakan roket

168

Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi, ed., Future Human Spaceflight: The Need for

International Cooperation, 22. 169

United Launch Alliance, “Reliability, Flexibility, Performance: Get to Space Safely and

On Time” [artikel on-line]; tersedia di https://www.ulalaunch.com/rockets/atlas-v; Internet;

diunduh pada 06 Juni 2018. 170

Ken Dilanian, “Why Does the U.S. Use Russian Rocket to Launch Its Staellites?” NBC

News, 09 Juni 2016 [Berita On-line]; tersedia di https://www.nbcnews.com/mach/space/why-does-

u-s-use-russian-rockets-launch-its-satellites-n588526; Internet; diakses pada 14 Juni 2018. 171

Pavel Luzin, “Space Program-2025”. 172

Jason Rhian, “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with Completion of

DCR”.

69

Atlas V yang merupakan produk kolaborasi antara Boeing dan Lockheed Martin

(United Launch Alliance) bermesin roket RD-180.173

Tabel IV.A.1 Transportasi Antariksa dalam CCP dan COTS

Nama Program Perusahaan yang

Terlibat

Roket yang

Digunakan

Mesin Roket

yang Digunakan

Commercial Crew

Program dan

Commercial

Orbital

Transportation

Service

Boeing Atlas V 400 dan

Atlas 500

RD-180

SpaceX Falcon 9 dan

Falcon Heavy

Merlin

Sierra Nevada

Corporation

Atlas V RD-180

Orbital ATK Antares RD-181

Sumber: Intersection Project174

, Space Flight Insider175

dan SpaceX176

.

Ketergantungan industri transportasi antariksa Amerika Serikat terhadap

penggunaan mesin roket Rusia tersebut menjadikan Amerika Serikat belum

mampu menjaga kemandirian kapabilitas akses menuju antariksa selama masa

proses transisi menuju sistem transportasi antariksa komersial. Dampak

ketergantungan kapabilitas akses tersebut terefleksikan setelah Rusia

memberlakukan respon penghentian penggunaan mesin roket Rusia pada

kepentingan peluncuran satelit militer Amerika Serikat.177

Meskipun sanksi

tersebut ditujukan hanya pada kepentingan militer, namun sanksi tersebut

173

Jason Rhian, “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with Completion of

DCR”. 174

Pavel Luzin, “Space Program-2025,” Intersection [artikel on-line]; tersedia di

http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet; diunduh pada 11 April

2018. 175

Jason Rhian, “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with Completion of

DCR,” SFI Spaceflight Insider, 4 Januari 2018 [berita on-line]; tersedia di

http://www.spaceflightinsider.com/organizations/boeing/boeing-cst-100-starliner-one-step-closer-

flight-completion-dcr/; Internet; diunduh pada 11 April 2018. 176

SpaceX, “Falcon Heavy,” 2017[artikel on-line]; tersedia di

http://www.spacex.com/falcon-heavy; Internet; diunduh pada 11 April 2018. 177

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”.

70

menghambat bagi kepentingan industri antariksa sebagaimana yang di

khawatirkan oleh Lamar Smith, Chairman of Committee on Science, Space, and

Technology.178

Hambatan tersebut disebabkan oleh adanya proses penjaminan dan

pembuktian penggunaan mesin roket dalam ranah kepentingan publik yang

berimplikasi pada keterbatasan pasokan mesin roket.179

Gambar IV.1 Atlas V 400 Series

Sumber: United Launch Alliance

180

Hanya terdapat dua perusahaan yang berhasil meraih pencapaian dalam

pengembangan teknologi mesin roket buatan Amerika Serikat. SpaceX, sebagai

perusahaan yang bekerjasama dengan NASA dalam transportasi kargo maupun

astronot menuju antariksa, menggunakan teknologi mesin Merlin untuk roket

Falcon 9 dan Falcon Heavy.181

Di samping itu, Sierra Nevada Corporation

178

Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and Technology,”

15 Mei 2014 [dokumen pdf]; tersedia di

https://science.house.gov/sites/republicans.science.house.gov/files/documents/Letters/051514_Rus

sia_Sanctions.pdf; Internet; diunduh pada 12 April 2014. 179

Stuart Clark, “Russia Halts Rocket Export to US, Hitting Space and Military

Programmes” The Guardian, 15 Mei 2014 [artikel on-line]; tersedia di

https://amp.theguardian.com/science/2014/may/15/us-space-military-programme-russia-sanctions;

Internet; diunduh pada 12 April 2018. 180

United Launch Alliance, “Reliability, Flexibility, Performance: Get to Space Safely and

On Time”. 181

SpaceX, “Falcon Heavy”.

71

berhasil mengembangkan teknologi mesin roket propulsi (bukan launcer system)

yang disebut dengan mesin Vortex bagi pesawat antariksa Dream Chaser.182

Walaupun pada dasarnya Amerika Serikat telah berhasil merangsang

perkembangan transportasi antariksa komersial dalam negeri, namun pemenuhan

terhadap kebutuhan transportasi antariksa tersebut masih belum dapat dipenuhi

seutuhnya. Kendala teknis dalam proses pengambangan transpotasi antariksa

sebagaimana yang dialami oleh SpaceX dan Boeing mengakibatkan terhambatnya

pemenuhan transportasi antariksa Amerika Serikat hingga tahun 2018.183

Hal

demikian diperburuk dengan potensi ancaman yang ditimbulkan dengan adanya

pelarangan penggunaan mesin roket Rusia bagi Amerika Serikat.

Merespon ketidakmampuan perusahaan transportasi antariksa komersial

dalam memenuhi persediaan transportasi antariksa Amerika Serikat menuju ISS

hingga tahun 2018, Amerika Serikat kembali bergantung pada transportasi

antariksa Rusia. NASA Office of Inspector General melaporkan pada 1 September

2016 bahwa pihak NASA akan kembali menggantungkan akses menuju antariksa

melalui transportasi antariksa Rusia, Soyuz dan Progress. Anggaran yang

182

Sierra Nevada Corporation, “Rocket Engines & Propulsion,” 2018 [artikel on-line];

tersedia di https://www.sncorp.com/what-we-do/rocket-engines-propulsion/; Internet; diunduh

pada 11 April 2018. 183

Jeff Foust, “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News, 6

September 2016 [berita on-line]; tersedia di http://spacenews.com/report-warns-of-additional-

commercial-crew-delays/; Internet; diunduh pada 10 April 2018.

72

dibutuhkan dalam perpanjangan tersebut mencapai 82 juta dolar Amerika Serikat

bagi enam kursi hingga tahun 2018.184

Mengingat akses menuju antariksa merupakan kepentingan nasional yang

vital bagi Amerika Serikat, mempertahankan dan memelihara ketersediaan akses

menuju antariksa merupakan suatu keharusan.185

Melalui surat yang dikirim oleh

Congress of the United States, House of Representatives: Committee on Science,

Space, and Technology kepada Charles F. Bolden, Jr., Administrator NASA, yang

mengamanatkan untuk mengkaji ulang terkait dengan dampak pembatasan

penggunaan mesin RD-180, RD-181 dan NK-33 bagi kepentingan NASA. Pihak

Kongres Committee on Science, Space, and Technology pun mengkhawatirkan

akan adanya dampak kenaikan harga pada transportasi antariksa yang digunakan

NASA sebagai akibat keterbatasan dan kesulitan akses terhadap pasokan mesin

roket Rusia tersebut.186

Keterancaman akses Amerika Serikat menuju ISS tidak hanya muncul pada

ranah persediaan teknologi mesin roket Rusia bagi industri antariksa Amerika

Serikat, namun keterancaman pun muncul pada kerjasama penerbangan antariksa

berawak Soyuz. Setelah berakhirnya masa program Space Shuttle, Pesawat

antariksa Soyuz merupakan opsi utama bagi mobilitas astronot Amerika Serikat

menuju ISS. Keterancaman kerjasama Soyuz muncul setelah Dimitri Rogozin,

184

Jeff Foust, “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News, 6

September 2016 [berita on-line]; tersedia di http://spacenews.com/report-warns-of-additional-

commercial-crew-delays/; Internet; diunduh pada 10 April 2018. 185

John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest”, 2. 186

Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and Technology,”

15 Mei 2014 [dokumen pdf]; tersedia di

https://science.house.gov/sites/republicans.science.house.gov/files/documents/Letters/051514_Rus

sia_Sanctions.pdf; Internet; diunduh pada 12 April 2014.

73

Wakil Perdana Mentri Rusia, menyatakan pernyataan yang menyinggung posisi

Amerika Serikat yang bergantung dengan pesawat antariksa Soyuz, “..., I suggest

that the U.S. bring their astronauts to the International Space Station using a

trampoline” (saya menyarankan kepada Amerika Serikat untuk membawa

astronot mereka menuju Stasiun Antariksa Internasional (ISS) menggunakan

trampoline).187

Respon Rusia tersebut menimbulkan polemik terhadap kapabilitas akses

Amerika Serikat menuju antariksa di tengah transisi kebergantungan Amerika

Serikat dari mesin roket Rusia menuju mesin roket dalam negeri. Sebagai upaya

penyelamatan kepentingan Amerika Serikat tersebut, Senat Amerika Serikat

mengkaji ulang bill sanksi yang diberlakukan kepada Rusia. Pengkajian ulang

tersebut menghasilkan amandemen, 27 Juli 2017, terhadap bill sanksi yang

memuat pengecualian terhadap penggunaan mesin roket Rusia bagi penyedia jasa

penerbangan antariksa komersial yang digunakan NASA.188

Terkait dengan kerjasama Soyuz, Amerika Serikat terus mempertahankan

Russian Space Agency (Roscosmos) sebagai rekan kerjasama bagi Amerika

Serikat. Terhitung sejak NASA memperpanjang kontrak penggunaan Soyuz bagi

para astronot, jasa transportasi yang ditawarkan Soyuz menuju ISS mencapai 424

juta dolar Amerika Serikat. Perpanjangan kontrak tersebut ditujukan bagi

187

Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 9. 188

Marcia Smith, “Senate-Passed Sanctions Bill Includes Exception for NASA,

Commercial Space Launches,” Space Policy Online, 27 Juli 2017 [berita on-line]; tersedia di

https://spacepolicyonline.com/news/senate-passed-sanctions-bill-includes-exception-for-nasa-

commercial-space-launches-2/#page; Internet; diunduh pada 11 April 2018.

74

penerbangan dan jasa penyelamatan periode 2016 hingga tahun 2017.189

Perpanjangan kontrak sebesar 373,5 juta dolar Amerika Serikat diajukan kembali

oleh NASA bagi penggunaan Soyuz pada periode 2017, 2018 hingga kursi

tambahan di tahun 2019.190

Gambar IV.2 Soyuz Spacecraft

Sumber: Spaceflightnow

191

Mempertahankan kapabilitas akses menuju antariksa melalui pembebasan

sanksi di sektor penggunaan teknologi mesin roket dan memperpanjang kontrak

kerjasama pesawat antariksa Soyuz merupakan upaya Amerika Serikat dalam

mempertahankan kepentingan nasionalnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

John M. Logsdon bahwasanya kepentingan nasional tersebut memiliki dampak

yang nyata dan diperlukan bagi keamanan nasional, kemakmuran dan

189

Brian Dunbar, “NASA Extends Crew Flight Contract With Russian Space Agency”

National Aeronautics and Space Administration, 1 Mei 2013 [berita on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/home/hqnews/2013/apr/HQ_C13-027_Soyuz_Services.html; Internet;

diunduh pada 13 April 2018. 190

Brian Dunbar, “Additional Crew Flights Boost Space Station Science and Research”

National Aeronautics and Space Administration, 21 Februari 2017 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/feature/additional-crew-flights-boost-space-station-science-and-research/;

Internet; diunduh pada 13 April 2018. 191

Stephen Clark, “NASA has No Plans to Buy More Soyuz Seats, and It May be Too Late

Anyway” Spaceflightnow, 13 Oktober 2016 [artikel on-line]; tersedia di

https://spaceflightnow.com/2016/10/13/nasa-has-no-plans-to-buy-more-soyuz-seats-and-it-may-

be-too-late-anyway/; Internet; diakses pada 21 Juni 2018.

75

kesejahteraan Amerika Serikat.192

dalam Quadrennial Defense Review Report,

Kementrian Pertahanan Amerika Serikat menyatakan bahwa “many activities

conducted in space are critical to America‟s national security and economic well

being, the ability of the United States to access and utilize space is vital national

security interest”193

(keamanan nasional dan kesejahteraan Amerika Serikat

banyak dipengaruhi oleh aktivitas antariksa, sehingga ketersediaan akses menuju

antariksa dan pemanfaatan antariksa menjadi kepentingan nasional yang vital

bagi Amerika Serikat).194

B. Kepentingan Pemanfaatan Antariksa

Pernyataan Rusia, melalui Dimitri Rogozin, untuk tidak terlibat dalam

perpanjangan operasional ISS hingga tahun 2024 menjadi ancaman yang serius

bagi eksistensi ISS.195

Hal demikian bertentangan dengan rencana Amerika

Serikat yang mengajukan perpanjangan masa operasional ISS hingga tahun 2024.

Rencana tersebut disahkan secara resmi oleh Presiden Obama pada tahun 2014.196

Sebagaimana yang dimaksudkan oleh NASA, perpanjangan kontrak kerjasama

ISS dilakukan dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan ISS khususnya pada

192

John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest”. 193

Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense Review

Report,” 30 September 2001 [dokumen]; tersedia di

http://www.archive.defense.gov/pubs/qdr2001.pdf; File PDF; diunduh pada 13 April 2018. 194

Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense Review

Report”. 195

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”. 196

Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until

2024 (Washington D.C.: Office of Inspectorat General National Aeronautics and Space

Administration, 2014), 8.

76

bidang penelitian dan penanggulangan resiko kesehatan yang ditimbulkan dari

aktivitas eksplorasi antariksa dalam jangka waktu lama.197

Tanpa Rusia, ISS akan mengalami permasalahan dalam cakupan teknologi

pendukung bagi keberlangsungan operasional ISS. Sebagaimana yang

dikhawatirkan oleh Congress of the United States, House of Representatives:

Committee on Science, Space, and Technology dalam surat yang dikirim kepada

Charles F. Bolden yang mengamanatkan untuk melakukan kajian terhadap

dampak yang dapat ditimbulkan atas penarikan diri Rusia dari kerjasama ISS

setelah tahun 2020.198

Hal demikian dilakukan mengingat peranan dan kontribusi

penting Rusia dalam keberlangsungan operasional ISS.

Gambar IV.3 International Space Station

Sumber: Roscosmos

199

197

Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until

2024, i. 198

Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and Technology”. 199

Roscosmos, “International Space Station” [artikel online]; tersedia di

http://en.roscosmos.ru/202; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.

77

Berkenaan dengan rencana penarikan diri Rusia tersebut, NASA maupun

anggota agen eksplorasi antariksa lainnya mendapatkan tantangan tambahan

disamping tantangan misi eksplorasi yang telah dipersiapkan. Dalam rangka

menjaga keberlangsungan pemanfaatan ISS, setelah tahun 2020 anggota ISS

memerlukan pengganti teknologi Rusia dalam jangka waktu yang tidak terlalu

lama. Penyediaan teknologi tersebut dapat menyita waktu untuk melakukan

penelitian, uji coba, dan pendanaan tambahan terhadap pengembangan teknologi

pengganti tersebut. Tanpa adanya kolaborasi antara NASA (Amerika Serikat) dan

Roscosmos (Rusia), kemungkinan bagi bertahannya ISS akan semakin tipis.200

Selain kapabilitasnya dalam transportasi kargo dan awak, Rusia memiliki

kontribusi besar dalam menjaga keberlangsungan hidup di ISS melalui modul

Zvezda.201

Modul seberat 22 ton tersebut merupakan elemen penting bagi ruang

huni astronot maupun kosmonot selama penelitian. Besarnya kontribusi Modul

Zvezda tersebut dinyatakan oleh NASA sebagai elemen vital bagi keberhasilan

kolaborasi agen antariksa dunia di ISS.202

Dalam buku Global Reach: A View of NASA‟s International Cooperation,

NASA memandang kontribusi utama Rusia di ISS terletak pada transportasi

Soyuz, transportasi logistik melalui pesawat antariksa Progress, Zvezda Service

200

Joseph Stromberg, “Russia is Kicking NASA Out of the International Space Station in

2020” Vox Media, 13 Mei 2014 [berita online]; Tersedia di

https://www.vox.com/2014/5/13/5714650/russia-just-evicted-nasa-from-the-international-space-

station; Internet; diunduh pada 14 April 2018. 201

Anatoly Zak, “The Zvezda Service Module, SM” 18 Januari 2018 [artikel on-line];

tersedia di http://www.russianspaceweb.com/iss_sm.html; Internet; diunduh pada 13 April 2018. 202

Yvette Smith, “The Star of the ISS” National Aeronautics and Space Administration, 9

Juli 2015 [artikel on-line]; tersedia di https://www.nasa.gov/star-of-the-iss/; Internet; diunduh pada

21 Maret 2018.

78

Module, Pirs Airlock dan Docking Compartment, Multipurpose Laboratory

Module (MLM), Zarya Functional Cargo Block (hasil kerjasama Rusia dengan

Amerika Serikat).203

Gambar IV.4 Zvezda Service Module and ATV Cargo Ship

Sumber: Russian Space Web

204

Rencana penarikan diri Rusia dalam kerjasama ISS setelah tahun 2020

memberikan dampak keterancaman bagi kepentingan Amerika Serikat khususnya

dalam bidang pemanfaatan antariksa bagi sektor publik oleh NASA. Menurut

tahun anggaran 2013, NASA telah menghabiskan dana sebesar 74,4 juta dolar

Amerika Serikat yang ditujukan bagi program pengembangan, pengoperasian,

penelitian ISS sekaligus transportasi pesawat antariksa Space Shuttle. Perkiraan

dana tambahan sebesar 20,6 juta dolar Amerika Serikat akan dialokasikan pada

tahun anggaran 2014 hingga 2019 bagi program ISS.205

Namun, NASA

203

National Aeronautics and Space Administration, Global Reach: A View of NASA‟s

International Cooperation (Washington DC: National Aeronautics and Space Administration

Headquarter, 2014) 204

Anatoly Zak, “Zvezda Service Module, SM” Russian Space Web, 18 Januari 2018

[artikel on-line]; tersedia di http://www.russianspaceweb.com/iss_sm.html; Internet; diakses pada

21 Juni 2018. 205

Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until

2024, 4.

79

menegaskan bahwa penarikan diri anggota ISS akan membawa dampak besar bagi

keberlangsungan ISS, khususnya pada aspek finansial.206

Keberlangsungan pemanfaatan ISS berbanding lurus dengan

keberlangsungan manfaat yang ditimbulkan. ISS telah berkontribusi langsung

bagi pengentasan permasalahan dalam isu-isu global yang berkembang, terutama

pada aspek keamanan non-tradisional. Hal demikian senada dengan kepentingan

nasional yang diperjuangkan oleh Amerika Serikat dalam aspek ketersedian akses

dan pemanfaatan antariksa sebagai upaya penyokongan keamanan dan

kesejahteraan nasional. Untuk itu Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk

menjaga keberlangsungan ISS, sementara tidak ada stasiun antariksa berawak

selain ISS yang dapat digunakan dan menghasilkan manfaat layaknya ISS.

C. Kepentingan Pencapaian Aset Power di ISS

Berdasarkan sifatnya, laboratorium mikro-gravitasi (ISS) ditujukan bagi

pemanfaatan lingkungan mikro-gravitasi terhadap berbagai aspek kehidupan

manusia. Sebagaimana yang disebutkan oleh NASA, terdapat beberapa

keuntungan yang dihasilkan atas pemanfaatan ISS bagi kehidupan umat manusia

yang mencakup pada lingkup kesehatan, kebumian, inovasi teknologi, pendidikan,

ekonomi dan astronomi.207

Merujuk pada manfaat yang timbul, Amerika Serikat

berupaya untuk mempertahankan pencapaian power dalam lingkup elemen

206

Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until

2024, i. 207

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond, iii.

80

pendidikan (education), kesehatan (health), teknologi (technology), dan sistem

transportasi (transportation system). Hal demikian merujuk pada penjelasan

Rourke yang membagi elemen power ke dalam dua bagian, yaitu the national

core dan the national infrastructure.208

Tabel IV.A.2 Pencapaian Aset Elemen Power Amerika Seriat di ISS

The National Core

National geography

People

Population

Age distribution

Education

Health

Morale

Government

The National Infrastructure

Technology

Transportation system

Information and

communications system

Sumber: John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.

Pencapaian elemen power pendidikan berlangsung seiring dengan

berjalannya aktivitas eksplorasi antariksa. Di samping ilmu pengetahuan yang

dihasilkan melalui eksplorasi antariksa, proses dalam menjalankan aktivitas

antariksa memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan

terutama dalam bidang matematika, sains, teknologi dan tehnik. Terutama pada

208

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.

81

pemanfaatan ISS yang menekankan pada persiapan generasi penerus eksplorasi

antariksa yang berbekal keahlian di bidang sains, teknologi, tehnik dan

matematika.209

Hal demikian senada dengan pendapat Rourke yang memandang

perlu adanya pergeseran konsentrasi dasar pendidikan Amerika Serikat dari

reading, „riting dan „rithmetic menjadi computers, calculus dan communications.

Hal demikian dibutuhkan Amerika Serikat dalam menghadapi globalisasi dan

moderenisasi dunia.210

Grafik IV.A.1 Experimen yang Dilakukan Agen Antariksa di ISS Tahun 2010

Sumber: National Aeronautics and Space Administration

211

Pencapaian elemen power kesehatan Amerika Serikat di ISS dilakukan

melalui pemanfaatan ISS bagi pengembangan vaksin dan keperluan medis. Pada

faktanya NASA menyebutkan bahwa pengembangan vaksin bakteri Salmonella

dan MRSA melalui pemanfaatan kondisi mikrogravitasi telah dimuali pada tahun

209

Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities

Research in Space 2017 and Beyond (Washington DC: National Aeronautics and Space

Administration, 2017), 4. 210

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 237. 211

NASA, Reference Guide to the International Space Station (Washington DC: National

Aeronautics and Space Administration, 2010), 9.

82

1998 bekerjasama dengan NASA. Program pengembangan vaksin tersebut

merupakan bagian dari program U.S. National Laboratory.212

Pencapaian elemen

power kesehatan tersebut sangat penting bagi Amerika Serikat dalam menghadapi

permasalahan ancaman non-tradisional dalam bidang kesehatan terutama yang

bersifat transnasional.

Pada pencapaian elem power technology, pemanfaatan lingkungan mikro-

gravitasi di ISS memberikan ilmuan kesempatan untuk melakukan investigasi

terhadap pengaruh yang diberikan lingkungan antariksa kepada operasional

teknologi. Hal demikian memberikan peluang bagi ilmuan untuk terus

mengembangkan inovasi teknis untuk sistem antariksa yang dapat digunakan pada

sistem pesawat antariksa. Lebih dari itu, aktivitas engineering yang dilakukan di

ISS memberikan kontribusi bagi perkembangan kapabilitas pemanfaatan antariksa

bagi misi-misi di kemudian hari dan menekan peluang resiko yang muncul di misi

eksplorasi antariksa masa depan.213

Salah satu bentuk konversi dari elemen power

tersebut terealisasikan melalui inovasi teknologi satelit berukuran mini yaitu

CubeSats dan Nanorack yang merupakan cerminan dari perkembangan kapabiliats

aktivitas penelitian di ISS.214

212

Tara Ruttley, “International Space Station Plays Role in Vaccine Development”

National Aeronautics and Space Administration, 7 Agustus 2017 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/benefits/vaccine_development.html;

Internet; diunduh pada 06 Juni 2018. 213

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 214

Brian Dunbar, “15 Ways the International Space Station is Benefiting Earth” National

Aeronautics and Space Administration, 30 Oktober 2015 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/news/15_ways_iss_benefits_earth/; Internet;

diunduh pada 06 Juni 2018.

83

Dalam The Vision for Space Explloration tahun 2004 disebutkan bahwa

aktivitas di antariksa, khususnya di ISS, memberikan pengaruh terhadap

percepatan perkembangan teknologi. Perkembangan tersebut terjadi di berbagai

aspek penting seperti power, computing, nanoteknologi, bioteknologi,

komunikasi, networking, robotik dan materials. Aspek teknologi tersebut

memiliki peranan yang penting terhadap kemajuan perekonomian dan keamanan

Amerika Serikat.215

Elemen power terakhir sebagai aset yang dicapai melalui pemanfaatan ISS

adalah sistem transportasi. Tanpa adanya program ISS, maka sistem transportasi

antariksa komersial tidak memiliki objektivitas di orbit bumi selain mobilisasi

astoronot dan kargo ISS. Dengan kata lain aktivitas di ISS menjadi perangsang

bagi perkembangan kapabilitas teknologi sistem transportasi antariksa yang

dirintis pada cakupan jarak orbit terdekat lebih dahulu dimana ISS berada (low

earth orbit).216

Merujuk pada spesialisasinya, hingga saat ini ISS masih menjadi

satu-satunya instrumen laboratorium di antariksa yang dapat dihuni oleh manusia

dalam durasi panjang dengan mobilitas rutin kargo dan astronot. Maka eksistensi

ISS berbanding lurus dengan eksistensi pengembangan transportasi antariksa

menuju orbit bumi.

Pemahaman power sebagai aset yang diupayakan pencapaian dan

pemeliharaannya oleh Amerika Serikat memberikan kontribusi bagi memahami

kepentingan Amerika Serikat dalam mempertahankan pengoperasional ISS hingga

215

National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration

(Washington: NASA Headquarters, 2004), 21. 216

National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration,21.

84

tahun 2024. Di samping itu, kondisi instrumen power yang belum memungkinkan

bagi Amerika Serikat dalam mengelola aktivitas di ISS, khususnya pada aspek

transportasi antariksa, mengharuskan Amerika Serikat untuk sementara waktu

bergantung pada sistem transportasi antariksa Rusia. Mengingat Rusia memiliki

peranan penting dalam mobilisasi kargo dan astronot serta signifikansi kontribusi

modul antariksa seperti Zvezda, Zarya, Poisk, Rassvet, Multipurpose Laboratory

Module dan Pirs, maka Rusia merupakan negara potensial bagi Amerika Serikat

dalam mencapai kepentingannya di antariksa. Sebagaimana yang disebutkan oleh

Joseph S. Nye Jr. bahwa power tidak hanya digunakan dengan cara mengungguli

atau menaklukkan negara lain dalam mencapai sesuatu yang diinginkan oleh

entitas negara, melainkan dapat dilakukan melalui kerjasama.217

Urgensi pemulihan kembali hubungan kerjasama Amerika Serikat dengan

Rusia tersebut dapat dirujuk melalui pengkajian terhadap instrumen power

Amerika Serikat dalam eksplorasi antariksa. Dalam hal ini, instrumen power

dipahami sebagai alat yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk mencapai

kepentingannya di ISS. Instrumen power tersebut merujuk pada sistem

transportasi antariksa yang merupakan konversi atas penggabungan antara elemen

power teknologi dan sistem transportasi sebagaimana yang dicantumkan Rourke

dalam element powernya.218

Mengidentifikasi pada kondisi transportasi antariksa Amerika Serikat

pasca berakhirnya masa operasi Space Shuttle, NASA menghadapi kendala dalam

217

Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations” 15 Oktober 2012

[video]; tersedia di https://youtu.be/GDqY8b_r1H4; Internet: diunduh pada 16 Maret 2018. 218

John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.

85

mobilitas logistik dan astronot menuju ISS.219

Sebagaimana yang dikemukakan

oleh George W. Bush dalam The Vision for Space Exploration bahwa masa

operasional Space Shuttle berakhir setelah proses perangkaian ISS selesai

dilaksanakan.220

Alasan yang mendasari kebijakan tersebut didasarkan pada aspek

anggaran biaya operasional yang tinggi dan keselamatan astronot setelah insiden

kecelakaan Space Shuttle Columbia.221

Mobilitas astronot NASA, setelah berakhirnya masa program Space Shuttle,

bergantung pada kapabilitas Roscosmos (Russian Space Agency). Sebagaimana

yang dilaporkan NASA dalam Budget Request bahwa penggunaan jasa

Roscosmos dalam penerbangan pulang-pergi astronot NASA menuju destinasi

ISS dari tahun 2012 hingga 2017 membutuhkan biaya sebesar 1,7 milyar dolar

Amerika Serikat. Dana tersebut dialokasikan bagi penerbangan 30 astronot yang

masing-masing penerbangan membutuhkan dana sekitar 47 juta hingga 70 juta

dolar Amerika Serikat.222

Dalam menanggulangi ketiadaan sistem transportasi antariksa tersebut,

NASA bekerjasama dengan pihak perusahaan swasta dalam mengembangkan

teknologi pesawat antariksa. Pengembangan sistem transportasi tersebut

melibatkan tiga perusahaan swasta dalam negeri Amerika Serikat yaitu Boeing

219

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher

School of Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 9. 220

National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration, 15. 221

Robert Frost, “Why Did NASA End The Space Shuttle Program?” Forbes, 2 Februari

2014 [artikel on-line]; tersedia di https://www.forbes.com/sites/quora/2017/02/02why-did-nasa-

end-the-space-shuttle-program/ diunduh pada 18 Maret 2018. 222

Paul K. Martin, “The National Aeronautics and Space Administration‟s Fiscal Year

2014 Budget Request,” NASA, 1 Mei 2014 [artikel]; tersedia di

https://www.nasa.gov/pdf/740512main_FY2014%20CJ%20for%20Online.pdf; Internet; diunduh

pada 19 Maret 2018.

86

Company, SpaceX, Orbital ATK dan Sierra Nevada Corporaion. Program

kerjasama Commercial Crew Transportation (CCP) dan Commercial Orbital

Transportation Service (COTS) antara NASA dan perusahaan swasta tersebut

ditujukan untuk menekan dan mengakhiri ketergantungan Amerika Serikat

terhadap teknologi pesawat antariksa Soyuz dan Progress 223

Gambar IV.5 Dragon Resupply Ship

Sumber: National Aeronautics and Space Administration

224

Walaupun demikian, ketersediaan transportasi antariksa Amerika Serikat

menuju ISS hingga tahun 2018 belum mampu dipenuhi seutuhnya oleh industri

antariksa Amerika Serikat, terutama penerbangan antariksa berawak. Hal tersebut

dikarenakan permasalahan teknis yang dihadapi dalam pengembangan sitem

transportasi. Permasalahan teknis tersebut (Boeing dan SpaceX) mengakibatkan

223

Paul K. Martin, “The National Aeronautics and Space Administration‟s Fiscal Year

2014 Budget Request,” 224

NASA, “Dragon Resupply Ship in the Grips of Canadarm2 Robotic Arm” [artikel on-

line]; tersedia di https://www.nasa.gov/mission_pages/station/images/index.html; Internet;

diunduh pada 04 April 2018.

87

penundaan bagi penggunaan transportasi antariksa CST-100 Starliner (Boeing)

dan Crew Dragon (SpaceX) hingga akhir tahun 2018.225

Pada proses pengembangan transportasi antariksa dalam CCP dan COTS,

Amerika Serikat membutuhkan jasa mesin roket Rusia untuk mengisi ketersediaan

mesin roket yang digunakan perusahaan komersial. Terdapat beberapa teknologi

roket buatan Rusia yang digunakan oleh perusahaan antariksa komersial Amerika

Serikat, di antaranya RD-180 dan RD-181.226

Hanya SpaceX yang mampu

menggunakan mesin roket Merlin hasil pengembangan SpaceX bagi roket Falcon

9 dan Falcon Heavy.227

Keamanan dan ekonomi merupakan kepentingan dasar yang melandasi

pencapaian dan pemeliharaan kepentingan akses serta pemanfaatan antariksa bagi

Amerika Serikat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kementrian Pertahanan

Amerika Serikat bahwa “many activities conducted in space are critical to

America‟s national security and economic well-being,...” (banyak aktivitas yang

dilakukan di antariksa merupakan penting bagi keamanan nasional dan

kesejahteraan ekonomi). Dengan demikian, tidak mengherankan jika kepentingan

225

Jeff Foust, “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News, 6

September 2016 [berita on-line]; tersedia di http://spacenews.com/report-warns-of-additional-

commercial-crew-delays/; Internet; diunduh pada 10 April 2018. 226

Pavel Luzin, “Space Program-2025” Intersection [artikel on-line]; tersedia di

http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet; diunduh pada 21

Maret 2018. 227

SpaceX, “Falcon Heavy,” 2017[artikel on-line]; tersedia di

http://www.spacex.com/falcon-heavy; Internet; diunduh pada 11 April 2018.

88

akses dan pemanfaatan antariksa bagi Amerika Serikat digolongkan kepada

kepentingan yang bersifat vital.228

Melalui pemanfaatan lingkungan mikro-gravitasi yang dikejawantahkan

pada program Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dan berbagai program yang

menyokong keberlangsungan program ISS tersebut, terdapat dimensi kepentingan

keamanan dan ekonomi yang diupayakan pencapaiannya. Dalam hal ini

kepentingan tersebut dapat tercapai setelah kepentingan akses dan pemanfaatan

antariksa tepenuhi dan terpelihara. Hal demikian telah berlangsung sejak awal

pendirian ISS yang hingga sampai saat ini terus mengalami penguatan seiring

dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru di ranah aktivitas antariksa.229

D. Kepentingan Keamanan Nasional

Sejak awal berdirinya program ISS, aspek keamanan nasional merupakan

aspek penting yang diperhitungkan oleh Amerika Serikat dalam merangkul Uni

Soviet menjadi rekan kerjasama ISS. Terutama konsentrasi Amerika Serikat

tertuju pada kemungkinan proliferasi senjata pemusnah masal setelah pecahnya

Uni Soviet, Desember 1991.230

Krisis yang terjadi setelah pecahnya Uni Soviet

merambah pada pendanaan proyek penelitian ilmuan dan teknisi Uni Soviet.231

228

Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense Review

Report”. 229

United States, National Space Policy of the United States of America, 1. 230

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit” The World Today, Royal Institute of International

Affairs, Vol. 53, No. 5 (Mei, 1997), 118. 231

Tim Flink and Ulrich Schreriterer, “Science Diplomacy at the Intersection of S&T

Policies and Foreign Affairs: Toward a Typology of National Approaches”, 668.

89

Hal demikian memberikan konotasi yang buruk bagi Amerika Serikat terhadap

itikad Rusia untuk menjual roket berteknologi canggih ke India dan kemungkinan

terciptanya kondisi penyalahgunaan kekayaan intelektual ilmuan Rusia oleh

negara-negara lain yang bertentangan dengan Amerika Serikat.232

Di samping itu, pada periode setelah Perang Dingin berakhir, aktivitas di

antariksa tidak lagi hanya melibatkan dua pemain saja (Amerika Serikat dan Uni

Soviet). Lebih dari itu, terdapat kecenderungan kenaikan jumlah minat bagi

negara-negara untuk melakukan aktivitas di antariksa secara langsung maupun

tidak langsung melalui investasi. Mauduit menyebutkan bahwa terdapat kenaikan

tiga kali lipat pada periode 2003-2013 bagi negara-negara yang menginvestasikan

dana dalam kisaran 10 hingga 100 juta dolar Amerika Serikat pada sektor aktivitas

antariksa.233

Tiongkok merupakan salah satu aktor yang mengalami perkembangan

signifikan pada kapabilitas eksplorasi antariksanya. Sebagaimana yang

melatarbelakangi Uni Soviet dan Amerika Serikat pada awal pengembangan

kapabilitas eksplorasi antariksa, program misil balistik merupakan salah satu

elemen yang mendasari permulaan aktivitas antariksa Tiongkok pada 1950-an.234

Berdasarkan pada atktivitasnya, terhitung pada tahun 2013, Tiongkok telah

melakukan penerbangan antariksa sebanyak 15 penerbangan dengan menargetkan

penempatan 100 satelit di orbit bumi pada tahun 2015. Pada ranah stasiun

232

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 118. 233

Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher

School of Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 2. 234

James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment

(Washington: Center for Strategic & International Studies, 2014), 7.

90

pemanfaatan lingkungan mikro-gravitasi, Tiongkok merintis pengembangan

operasional stasiun antariksa melalui peluncuran modul-modul seperti Tiangong-

1, Tiangong-2, dan Tianhe-1 dengan menggunakan sistem transportasi roket Long

March 5.235

Namun pada prosesnya, perkembangan kapabilitas teknologi antariksa

Tiongkok tidak jarang mengundang tanggapan negatif Amerika Serikat, Australia,

dan Jepang seperti pada aktivitas penembakan satelit cuaca Feng Yun 1C.

Penembakan satelit tersebut berkonotasi pada perwujudan prestasi Tiongkok atas

sitem persenjataan penangkal satelit.236

Di samping itu Tiongkok tengah

mengembangkan program Space Denial Programs yang berfungsi untuk

melakukan aktivitas perlawanan atau intervensi melalui aktivitas antariksa

terhadap lawan yang berpotensi menimbulkan ancaman selama berlangsungnya

konflik.237

Munculnya Tiongkok sebagai kekuatan baru di antariksa bersamaan dengan

bersitegangnya hubungan kerjasama antariksa Amerika Serikat dengan Rusia

memberikan peluang bagi terciptanya ancaman terhadap stabilitas antariksa yang

berkaitan dengan keamanan Amerika Serikat. Hal demikian terefleksikan melalui

strategi Rusia dalam menghadapi gejolak politik yang berimbas pada sektor

kerjasama antariksa dengan mempertimbangkan Tiongkok sebagai rekan

235

Livia Rusu, “China‟s Tiangong-2 May Be The Only Space Station Left When The ISS

Retires in 2024” Tech Times, 10 Oktober 2016 [artikel on-line]; tersedia di

www.techtimes.com/amp/articles/181698/20161010/china-s-tiangong-2-may-be-the-only-space-

station-left-when-the-iss-retires-in-2024.htm; Internet; diakses pada 18 Juni 2018. 236

BBC, “Uji Rudal Cina Picu Kecaman” 19 Januari 2007 [berita on-line]; tersedia di

https://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/01/printable/070119_chinatest.shtml; Internet;

diakses pada 18 Juni 2018. 237

James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 7.

91

kerjasama antariksa.238

Mengingat terdapat perkembangan kapabilitas Tiongkok

tersebut, Tiongkok dinilai sebagai rekan kerjasama yang potensial bagi Rusia.239

Melalui kerjasama yang terjalin di antara Rusia dan Tiongkok tersebut, baik

Tiongkok maupun Rusia masing-masing dapat melakukan upaya memperkuat diri

di kawasan antariksa. Namun demikian keamanan nasional Amerika Serikat dapat

sewaktu-waktu terancam khususnya pada saat ketegangan atau konflik terjadi. Hal

demikian merupakan implikasi dari belum siapnya kapabilitas akses Amerika

Serikat menuju antariksa untuk dapat memaksimalkan pemanfaatan antariksa

yang diperparah dengan langkah Rusia untuk membatasi hubungan kerjasamanya

melalui respon yang dikeluarkan pada ranah kerjasama antariksa.

Merujuk pada kemungkinan perubahan struktur sistem di antariksa

tersebut, Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki power kuat di

antariksa berupaya untuk mengatur perubahan struktur sistem seiring dengan

munculnya pesaing kekuatan Amerika Serikat di antariksa. Sebagaimana yang

disebutkan oleh Jackson dan Sorensen dengan menyadur pernyataan Waltz bahwa

“...struktur suatu sistem berubah seiring dengan perubahan dalam distribusi

kapabilitas antar unit-unit sistem”. Lebih jauh Jackson dan Sorensen

menambahkan bahwa “negara-negara yang sangat penting dalam menentukan

238

James Andrew Lewis, “Space Exploration in a Changing International Environment” A

Report of the CSIS Strategic Technologies Program (Washington DC: Rowman & Littlefield, Juli

2014), 12. 239

Russia Today, “Russia and China to Work Together on Space Explorations, Moon

Missions from 2018,” 30 Agustus 2017 [berita on-line]; tersedia di

https://www.rt.com/news/401495-russia-china-joint-space-2018/; Internet; diunduh pada 16 Mei

2018.

92

perubahan-perubahan dalam struktur sistem internasional adalah negara-negara

berkekuatan besar”.240

Dengan mengupayakan pemulihan kembali hubungan kerjasama dengan

Rusia di sektor antariksa, Amerika Serikat berharap dapat membendung laju

percepatan perubahan struktur sistem di antariksa. Di samping itu perolehan

transparansi informasi terkait dengan pemanfaatan antariksa oleh Rusia melalui

instrumen ISS merupakan aspek yang sangat penting dalam memantau peluang

ancaman keamanan yang dapat ditimbulkan. Lebih dari itu, secara bertahap

Amerika Serikat berupaya untuk mengimbangi bahkan melampaui kapabilitas

aktor yang memiliki aktivitas di antariksa terutama Tiongkok dan Rusia.

Upaya strategis demikian dibutuhkan Amerika Serikat untuk mensiasati

keterbatasan kapabilitas akses dan pemanfaatan antariksa pada periode transisi

menuju ketersediaan akses komersial dan pemanfaatan yang berbasis pendekatan

government-as-a-customer. Terlebih kondisi distribusi kekuatan di antariksa yang

muncul setelah perang dingin berakhir tidak lagi bersifat bipolar, namun

cenderung pada multipolar. Sebagaimana pemahaman Waltz bahwa “ketertiban

internasional lebih mungkin dicapai dalam sistem yang bipolar daripada dalam

sistem multipolar.”241

Terlepas dari ancaman keamanan nasional yang bersifat tradisional

tersebut terdapat beberapa ancaman keamanan nasional yang bersifat non-

240

Robert Jackson dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan International Teori

dan Pendekatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 138. 241

Robert Jackson dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan International Teori

dan Pendekatan, 141.

93

tradisional seperti keamanan lingkungan dan kesehatan yang menghampiri

Amerika Serikat. Salah satu instrumen yang digunakna Amerika Serikat dalam

menyelesaikan permasalahan ancaman tersebut adalah melalui aktivitas di

antariksa. Sebagaimana yang teraplikasikan dalam program-program penelitian

Amerika Serikat di ISS seperti penelitian vaksin yang merupakan bagian dari

program U.S. National Laboratory dan observasi bumi melalui Environmental

Research and Visualization System (ISERV) di ISS.242

E. Kepentingan Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu kepentingan dasar yang mendorong

Amerika Serikat untuk memanfaatkan antariksa sebagai salah satu instrumen

pewujudan kesejahteraan ekonomi. Dengan adanya pemanfaatan antariksa

tersebut, khususnya melalui ISS, Amerika Serikat diuntungkan dengan berbagai

jenis penelitian di lingkungan mikro-gravitasi yang tidak dapat dilakukan di bumi.

Hasil penelitian tersebut dapat memberika keuntungan bagi industri-industri

Amerika Serikat melalui pemanfaatan pengetahuan dan keahlian dalam ranah

sains dan teknologi yang ditujukan untuk inovasi serta pengembangan produk

yang dihasilkan.243

242

Kristine Rainey, “15 Ways the International Space Station is Benefiting Earth” National

Aeronautics and Space Administration, 30 Oktober 2015 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/news/15_ways_iss_benefits_earth/; Internet;

diunduh pada 19 Juni 2018. 243

American Institute of Aeronautics and Astronautics, “Ensuring U.S. Leadership in

Space” [artikel online]; tersedia di

https://www.aiaa.org/uploadFiles/Whats_New/EnsuringUSLeadershipInSpace_FINAL.pdf;

Internet; diakses pada 19 Juni 2018.

94

Tercatat di tahun 2013, aktivitas ekonomi antariksa global telah mencapai

pada kisaran 314,17 milyar dolar Amerika Serikat. Angka tersebut telah

mengalami kenaikan sebesar 4% yang pada mulanya berada pada kisaran 302,22

milyar dolar Amerika Serikat di tahun 2012. Berdasarkan pada aktivitas akses

komersial menuju antariksa, Amerika Serikat berhasil melakukan enam

penerbangan antariksa komersial dari 23 penerbangan antariksa komersial di

dunia di tahun 2013.244

Sejak awal pembangunan gagasan stasiun antariksa, penciptaan lapangan

pekerjaan merupakan salah satu pertimbangan yang mendasari pembangunan

stasiun antariksa. Sebagaimana yang mendasari pembangunan ISS, NASA dan

kontraktor yang terlibat dalam pembangunan ISS memperkirakan pada kisaran

angka 75,000 lapangan pekerjaan yang dapat tercipta dari adanya pembangunan,

pemanfaatan dan pemeliharaan ISS. Lapangan kerja tersebut tersebar di hampir 40

negara bagian Amerika Serikat.245

Di tahun 2014, Amerika Serikat masih

menempati posisi salah satu negara terbesar dengan jumlah angkatan kerja di

bidang antariksa. Tercatat, terdapat 221,585 orang yang terdaftar sebagai pekerja

di bidang antariksa.246

Mengacu lebih jauh pada program ISS, terdapat pergeseran pendekatan

yang semula berfokus pada government-funded menjadi government-as-a-

244

Violetta Orban, “Space Economy Trends in The United States and Europe” Space Safety

Magazine, 23 Februari 2015 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.spacesafetymagazine.com/space-on-earth/space-economy/space-eceonomy-trends-in-

the-united-states-and-europe/; Internet; diakses pada 20 Juni 2018. 245

Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 117. 246

Space Foundation, “The Authoritative Guide to Global Space Activity 2016” The Space

Report (Washington, DC. 2016)

95

customer pada penyediaan barang dan jasa terkait dengan eksplorasi antariksa.247

Pengejawantahan pendekatan tersebu tercerminkan dalam program Commercial

Crew Program (CCP) dan Commercial Orbital Transportation Service (COTS)

yang melibatkan industri antariksa komersial seperti Boeing, SpaceX, Sierra

Nevada Corporation dan Orbital ATK dalam penyediaan transportasi awak dan

astronot menuju ISS. Dalam artikel Connecting to Grow the Space Economy

disebutkan bahwa

“This Program has enabled emerging private sector actors...with the

ultimate goal being the creation of sequenced approach to commercializing

low-earth-orbit (LEO) operation and eventually beyond-earth-orbit (BEO)

exploration”

“program ini telah memungkinkan munculnya aktor sektor swasta...dengan

tujuan akhir adalah penciptaan pendekatan yang diurutkan untuk

komersialisasi operasi di low earh orbit (LEO) dan nantinya (akan berlaku

bagi) eksplorasi di luar orbit bumi.”248

Di samping keterlibatannya pada akses menuju antariksa, industri

komersial Amerika Serikat memiliki akses pada pemanfaatan fasilitas penelitian

di ISS. Sebagaimana yang disebutkan oleh NASA bahwa

“from commercial firms spending some of their research and development

funds to conduct research on the space station, to commercial service

providers selling unique services to users of the orbiting lab, the beginnings

of a new economy in LEO (Low Earth Orbit) are starting to emerge.”249

“Perusahaan komersial menghabiskan sebagian dana penelitian dan

pengembangan mereka untuk melakukan penelitian di stasiun antariksa,

bagi perusahaan komersial (mereka) dapat menjual layanan unik (yang tidak

247

Brian Dunbar, “Economic Development of Space” National Aeronautics and Space

Administration, 4 Agustus 2017 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/benefits/economic_development/; Internet;

diakses pada 20 Juni 2018. 248

AIAA dan Aviation Week, “Connecting to Grow the Space Economy” Space

Commercialization Executive Summit, 13 September 2016 [artikel]; tersedia di

http://www.aiaa.org/SCES2016InformationalPaper; File PDF; diakses pada 20 Juni 2018. 249

Brian Dunbar, “Economic Development of Space”.

96

dimiliki oleh konsumen) kepada pengguna laboratorium orbit, permulaan

(bentuk) ekonomi baru mulai muncul di Orbit Rendah Bumi.” 250

Berdasarkan pernyataan NASA tersebut tererminkan bahwa terdapat akses

bagi perusahaan komersial untuk melakukan penelitian dan pengembangan.

Kegiatan tersebut ditujukan untuk peningkatan kapabilitas yang selanjutnya

ditawarkan kepada pemerintah yang berperan sebagai pengguna stasiun antariksa

tersebut. Hal demikian dapat mewujudkan suatu simbiosis mutualisme antara

pemerintah yang mendapatkan keuntungan berupa peningkatan kapabilitas dalam

pemanfaatan antariksa dan pihak perusahaan komersial memperoleh pasar baru

melalui penawaran jasanya tersebut.251

Salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh perusahaan swasta dalam

memanfaatakan laboratorium mikro-gravitas ISS adalah melalui NanoRacks

Platforms. Instrumen tersebut merupakan hasil pengembangan perusahaan

Amerika Serikat NanoRacks LLC yang didukung oleh NASA dan National

Laboratory.252

Terdapat beberapa client yang menggunakan jasa NanoRacks di

antaranya adalah NASA, German Space Agency, ESA, Planet Labs, Spire,

perusahaan-perusahaan biofarmasi, Urthecast dan beberapa institusi pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas.253

Dalam konteks hubungan kerjasama Amerika Serikat dan Rusia di antariksa

yang menegang pasca Referendum Krimea tahun 2014, keterancaman akses dan

250

Brian Dunbar, “Economic Development of Space”. 251

Brian Dunbar, “Economic Development of Space”. 252

Kirt Costello, “NanoRacks Platforms” National Aeronautics and Space Administration,

05 Februari 2018 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/experiments/829.html; Internet; diakses

pada 20 Juni 2018. 253

NanoRacks, “About Us”, [artikel on-line]; tersedia di: http://www.nanoracks.com/about-

us; Internet; diakses pada 20 Juni 2018.

97

pemanfaatan antariksa Amerika Serikat dapat memunculkan peluang ancaman

terhadap pemeliharaan kepentingan keamanan dan ekonomi Amerika Serikat. Hal

demikian didasarkan atas pertimbangan bahwa Rusia masih merupakan mitra

kerjasama yang potensial bagi Amerika Serikat dan memiliki peranan penting

dalam keberlanjutan operasional ISS. Mengingat program ISS merupakan

program yang tergolong pada „big science program‟, maka dalam rangka

mengelola keberlangsungan operasionalnya Amerika Serikat memerlukan sinergi

kerjasama dengan negara lain untuk mereduksi permasalahan yang dihadapi.

Dengan begitu peluang bagi terpeliharanya kepentingan keamanan dan ekonomi

dapat dipertahankan hingga Amerika Serikat mampu menjaga kemandiriannya

dalam akses dan pemanfaatan antariksa.

98

BAB V

KESIMPULAN

Konflik Ukraina yang bereskalasi menjadi konflik bersenjata hingga

mencuatkan Referendum Krimea pada 16 Maret 2014 telah menghasilkan

keputusan pemisahan diri Krimea dari kedaulatan Ukraina. Keputusan tersebut

mendapat respon baik dari Rusia yang tercerminkan dari penyambutan Krimea

sebagai negara Federasi Rusia pada 18 Maret 2014. Hasil keputusan referendum

dan penerimaan Rusia terhadap hasil referendum Krimea tersebut mendapatkan

respon penolakan dan kecaman dari negara-negara barat, khususnya Amerika

Serikat.

Kecaman Amerika Serikat terhadap kebijakan Rusia atas keterlibatan dan

penerimaan hasil referendum tersebut ditindaklanjuti melalui penjatuhan sanksi di

sektor vital ekonomi. Merespon sanksi tersebut, melalui Wakil Perdana Menteri

Rusia, Dimitri Rogozin, Rusia merespon sanksi tersebut dengan menyinggung

aktivitas kerjasama antariksa di antaranya pelarangan terhadap penggunaan mesin

roket Rusia dan pertimbangan untuk tidak terlibat dalam masa perpanjangan

operasional International Space Station (ISS) hingga tahun 2024 sebagaimana

yang diajukan oleh Amerika Serikat. Pada dasarnya ketegangan pasca referendum

Krimea tahun 2014 dengan kerjasama di antariksa tidak memiliki korelasi secara

langsung, namun referendum Krimea tersebut dapat menjadi momentum bagi

Rusia untuk menunjukkan superioritasnya di antariksa.

99

Di tengah ketegangan tersebut, Amerika Serikat memilih untuk tidak

memperluas pemberlakukan sanksi dalam cakupan sektor antariksa sebagaimana

yang dilakukan oleh Rusia. Sebaliknya, Amerika Serikat berupaya untuk

mempertahankan kerjasama antariksa dengan Rusia khususnya di ISS. upaya

tersebut tercerminkan dengan masih diberlakukannya proposal penawaran

keikutsertaan Rusia dalam perpanjangan masa operasional ISS hingga tahun 2024.

Di samping itu, Amerika Serikat melakukan amandemen terhadap bill sanksi yang

diloloskan oleh senat pada 27 Juli 2017. Lebih jauh lagi, Amerika Serikat masih

mempertahankan penggunaan jasa transportasi Rusia, Soyuz dan Progress menuju

ISS hingga awal tahun 2019.

Terdapat tiga kepentingan nasional yang dipertahankan Amerika Serikat di

ranah pemanfaatan antariksa antaralain: ketersediaan akses menuju antariksa,

pemanfaatan antariksa, dan pencapaian aset power. Merujuk pada kepentingan

akses menuju antariksa pasca referendum Krimea, pemberlakukan sanksi

pelarangan mesin roket Rusia bagi Amerika Serikat menimbulkan keterancaman

bagi akses antariksa Amerika Serikat. Hal demikian merupakan implikasi dari

terbatasnya ketersediaan akses menuju antariksa di masa pergeseran menuju

program sistem transportasi antariksa komersial pasca program Space Shuttle

berakhir. Di samping itu, Amerika Serikat belum mampu menjaga kemandirian

sistem transportasi antariksa komersial dari ketergantungannya dengan mesin

roket Rusia untuk pemakaian tiga dari empat perusahaan transportasi antariksa

komersial (Boeing, Sierra Nevada Corporation, dan Orbital ATK).

100

Dalam konteks kepentingan pemanfaatan antariksa, repon Rusia yang

menyatakan tidak ikut serta dalam masa perpanjangan operasional ISS hingga

tahun 2024 menimbulkan ancaman baru pada keberlangsungan program ISS. Hal

demikian didasarkan atas pertimbangan terhadap vitalnya kontribusi peranan

Rusia dalam operasional ISS seperti peranan transportasi antariksa Soyuz dan

Progress, modul dan komponen Rusia seperti Zvezda, Zarya, Poisk, Rassvet,

Multipurpose Laboratory Module serta Pirs Air Lock. Berakhirnya keikutsertaan

Rusia dalam operasional ISS akan memberikan tantangan yang besar dalam

tatanan teknis dan lonjakan pendanaan bagi Amerika Serikat maupun agen yang

menyetujui masa perpanjangan operasional ISS tersebut.

Berkaca pada aset power yang dicapai, terdapat beberapa elemen power

yang dapat diperoleh Amerika Serikat sebagai hasil pemanfaatan ISS di antarnya:

pendidikan (education), kesehatan (health), teknologi (technology), dan sistem

transportasi (transportation system). Namun pada dasarnya elemen power tersebut

tidak dapat bertahan keberlangsungan pencapaiannya jika kepentingan nasional

Amerika Serikat belum mampu dipenuhi. Terdapat dua kepentingan vital nasional

Amerika Serikat di antariksa yaitu kepentingan akses menuju antariksa dan

pemanfaatan antariksa.

Dampak negatif terhadap kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa

tersebut dapat berimplikasi bagi terhambatnya pencapaian kepentingan dasar

Amerika Serikat di ranah keamanan dan ekonomi melalui pemnfaatan antariksa.

Aktivitas pemanfaatan antariksa bagi Amerika Serikat memiliki porsi penting

dalam pengawasan keamanan dan kemajuan kesejahteraan ekonomi terutama

101

setelah banyaknya aktor baru yang memainkan peranannya di antariksa. Di

samping itu, pada ranah pencapaian power, Amerika Serikat berupaya untuk

mengimbangi kekuatan-kekuatan aktor baru yang dapat berpotensi merubah

struktur sistem di antariksa.

Mengingat kondisi instrumen power yang lemah dan terdapat berbagai

kepentingan yang dituju dalam aktivitas pemanfaatan ISS, maka Amerika Serikat

berupaya untuk mengamankan kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa

dengan tidak melakukan tindakan konfrontasi atau peluasan ketegangan di

antariksa dengan Rusia. Dalam hal ini, Rusia merupakan negara mitra kerjasama

penting dan potensial bagi keberlangsungan aktivitas Amerika Serikat di

Antariksa. Hal demikian mengingat kontribusi penting Rusia dalam menjaga

keberlangsungan operasional ISS melalui penyediaan transportasi berawak

maupun kargo menuju ISS. Di samping itu modul dan komponen penting seperti

Zvezda, Zarya, Poisk, Rassvet, Multipurpose Laboratory Module dan Pirs

memiliki peranan vital dalam menjaga keberlangsungan kehidupan di ISS. dalam

sektor pengembangan jasa transportasi antariksa komersial Amerika Serikat,

mesin roket Rusia masih menjadi kebutuhan pokok dalam pengembangan dan

aktivitas penerbangan antariksa komersial Amerika Serikat.

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Feaver, Peter D. dan Lorber Eric B., Coercive Diplomacy: Evaluating the

Consequences of Financial Sanctions. London: Legatum Institute, 2010.

Franco, Chiara. Coercive Diplomacy, Sanctions and International Law. Roma:

Instituto Affari Internationazionali, 2015.

George, Alexander. Forceful Persuasion Coercive Diplomacy as an Alternative to

War. Washington DC: US Institute of Peace, 1997.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan International

Teori dan Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014

Kennedy, Ian H., The Sputnik Crisis and America‟s Responses. Florida:

University of Central Florida, 2005.

Lewis, James Andrew. Space Exploration in a Changing International

Environment. Washington: Center for Strategic & International Studies,

2014.

Martin, Paul K. Extending the Operational Life of the International Space Station

Until 2024 .Washington DC: Office of Inspectorat General National

Aeronautics and Space Administration, 2014.

Mingst, Karen A. Essentials of International Relations (New York: W. W. Norton

& Co, 2008)

xiv

National Aeronautics and Space Administration, Global Reach: A View of NASA‟s

International Cooperation. Washington DC: National Aeronautics and

Space Administration Headquarter, 2014.

National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space

Exploration. Washington: NASA Headquarters, 2004.

NASA, Reference Guide to the International Space Station. Washington DC:

National Aeronautics and Space Administration, 2010.

Nasution, Nazaruddin. Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: Yayasan

Bina Insan Cita, 2017.

Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.

Neigut, Joseph S. dan Tate-Brown, Judy M., International Space Station

Facilities Research in Space 2017 and Beyond. Washington DC: National

Aeronautics and Space Administration, 2017.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Diva Pers, 2010.

Rumeran, Judith A., dkk., “U.S. Human Spaceflight: A Record of Achievement,

1961-2006,” Monographs in Aerospace History, No. 41. Washington:

NASA History Division Office of External Relations, 2007.

Rourke, John T., International Politics on the World Stage, edisi ke sepuluh. New

York: McGraw Hill, 2005.

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta, 2009.

Treverton, Gregory F. dan Seth G. Jones, Measuring National Power (California:

RAND Corporation, 2005

xv

United States, National Space Policy of the United States of America. Washington

D.C.: Executive Office of the President, 2010.

U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S.-Russian Cooperation in

Space. Washington DC: U.S. Government Printing Office, 1995.

United Nations Coordination of Outer Space Activities, Space Solutions for the

World‟s Problems: How the United Nations Family Uses Space Technology

for Achieving Development Goals. Austria: United Nations, 2005.

Jurnal

Alston, Giles. “Diplomacy in Orbit” The World Today, Royal Institute of

International Affairs, Vol. 53, No. 5 (Mei, 1997)

American Society of International Law, “New U.S. National Space Policy

Emphasizes Cooperation, Signals U.S. Willingness to Consider Verifiable

Space Arms Control Measures” The American Journal of International

Law, Vol. 104, No. 4 (October 2010)

Copeland, Daryl. “Sciece Diplomacy: What‟s It All About?” Center for

International Policy Studies No. 13, (November 2011)

Davies, Harriet Harden. “The Next Wave of Science Diplomacy: Marine

Biodiversity Beyond National Jurisdiction” ICES Journal of Marine

Science No. 75 (1) (2018)

Dolya, Anna. “The Annexation of Crimea: Lessons for European Security”

European Issues,No. 382, Foundation Robert Schuman (23 Februari 2016)

Flink, Tim dan Schreiterer, Ulrich. “Science Diplomacy at the Intersection of

S&T Policies and Foreign Affairs: Toward a Typology of National

Approaches” Science and Public Affairs, 37 (9), (November, 2010)

Gluckman, Sir Peter. “Science Advice to Governments: An Emerging Dimension

of Science Diplomacy” Science & Diplomacy, Vol. 5, No. 2 (Juni 2016)

xvi

Jaeger, Mark Daniel. “Sectoral Sanctions: The Long Arm of Coercive

Diplomacy” CSS Analyses No. 176 (Juni 2015)

Jentleson, Bruce. “Coercive Diplomacy: Scope and Limits in the Contemporary

World” Policy Analysis Brief The Stanley Foundation (Desember 2006)

Logsdon, M. John dan R. Millar, James. “U.S.-Russian Cooperation in Human

Space Flight Assessing the Impacts” Space Policy Institute and Institute for

European, russian and Eurasian Studies, Elliott School of International

Affairs The George Washington University (2001)

Matzek, Jan. “Annexation of Crimea by the Russian Federation,” Policy Paper,

Institut Pro Politiku A Spolecnost (January, 2016)

Mauduit, Jean-Christophe. Collaboration around the International Space Station:

Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China

Relations. (The Fletcher School of Law and Diplomacy Tufts University,

2017)

Morgan, Daniel. “The Future of Nasa: Space Policy Issues Facing Congress”

Congressional research Service (27 Januari, 2011)

Nuechterlein, Donald E. “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making” British Journal of

International Studies, Vol. 2, No. 3 (Oktober, 1976)

Pace, Scott dan Reibaldi, Giuseppe. ed., “Future Human Spaceflight: The Need

for International Cooperation” International Academy of Astronautics

(Paris, 2010)

Pifer, Steven. “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response” The Senate Foreign

Relations Committee Statement for the Record. Brooking (5 Juni, 2014)

Nelson, Rebecca M.. “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy,” Congressional

Research Service (17 Februari, 2017)

Space Foundation, “The Authoritative Guide to Global Space Activity 2016” The

Space Report (Washington, DC. 2016)

xvii

Sudjatmiko, Totok. “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa”

Berita Dirgantara Vol. 12 No. 4 (Desember 2011)

Tarasenko, Maxim V. “Transformation of Soviet Space Program after the Cold

War,” Science & Global Security, Vol. 4, (Gordon and Breach Science

Publisher, 1994)

Werth, Karsten. “A Surrogate for War-The U.S. Space Program in the 1960s,”

American Studies, Vol. 49, No. 4 (2004)

Young, Alasdair R. dan Birchfield, Vicki L. “Triangular Diplomacy and the Crisis

in Ukraine: The European Union, the United States and the Russian

Federation” Georgia Center for European and Tech Transatlantic Studies

(Sam Nunn School of International Affair, 2015)

Young, Laurence R. “Editorial: The International Space Station at Risk” Science,

Vol. 296, no. 5567, (2002)

Internet

Aerospace Industries Association, “The New American Space Age: A Progress

Report on Human Spaceflight” 2016, diakses dari https://www.aia-

aerospace.org/wp-

content/uploads/2016/05/AmNxtSpaceAge_FINAL_Web.pdf; pada 10

April 2018.

Anatoly Zak, “RD-181 Engine for the Antares Rocket” Russian Space Web, 21

Maret 2018, diakses dari https://www.russianspaceweb.com/rd181.html;

pada 07 Juni 2018.

Auliani, Palupi Annisa. “Amerika: Senin, Rusia Akan Hadapi Serangkaian

Tindakan bila „Rebut‟ Crimea,” Kompas, 14 Maret 2014, diakses dari

http://internasional.kompas.com/read/2014/03/14/0003591/Amerika.Senin.

Rusia.Akan.Hadapi.Serangkaian.Tindakan.bila.Rebut.Crimea pada 02

Maret 2018.

xviii

Arbugaev, Maxim. “What Did This Cosmonaut Miss About Earth After a Year in

Space?” National Geographic, 17 Oktober 2016 [video]; diakses dari

https://youtu.be/28YI9p6NBk8; pada 16 Maret 2018.

BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat,” 14 Mei 2014, diakses

dari

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/05/140513_rusia_amerika_roket

#orb-footer pada 21 Maret 2018.

Blumberg, Sara. “Celebrating 60 Years of Groundbreaking U.S. Space Science,”

National Aeronautic and Space Agency, 1 Februari 2018, diakses dari

http://www.nasa.gov/feature/goddard/2018/60-years-of-groundbreaking-us-

space-science/ pada 20 Februari 2018.

Bolden, Charles dan Holdren, John P. “Obama Administration Extends

International Space Station Until at Least 2024” National Aeronautics and

Space Administration, 8 Januari 2014, diakses dari

https://blogs.nasa.gov/bolden/2014/01/08/obama-administration-extends-

international-space-station-until-at-least-2024/; pada 25 April 2018.

Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and

Technology,” 15 Mei 2014, diakses dari

https://science.house.gov/sites/republicans.science.house.gov/files/documen

ts/Letters/051514_Russia_Sanctions.pdf; pada 12 April 2014.

Creech, Stephen. “NASA‟s Space Launch System: A Capability for Deep Space

Exploration” National Aeronautics and Space Administration, April 2014,

diakses dari

https://www.nasa.gov/pdf/740512main_FY2014%20CJ%20for%20Online.

pdf; pada 19 Maret 2018.

Clark, Stuart. “Russia Halts Rocket Export to US, Hitting Space and Military

Programmes” The Guardian, 15 Mei 2014, diakses dari

https://amp.theguardian.com/science/2014/may/15/us-space-military-

programme-russia-sanctions; pada 12 April 2018.

Cofield, Calla. “Russia Open to Extending Life of International Space Station to

2028,” Space, 5 April 2017, diakses pada https://www.space.com/36356-

russia-could-stay-with-space-station-to-2028.html; pada 25 April 2018.

xix

Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense

Review Report,” 30 September 2001 [dokumen]; diakses dari

http://www.archive.defense.gov/pubs/qdr2001.pdf; pada 13 April 2018.

Dilanian, Ken. “Why Does the U.S. Use Russian Rocket to Launch Its Staellites?”

NBC News, 09 Juni 2016 [Berita On-line]; tersedia di

https://www.nbcnews.com/mach/space/why-does-u-s-use-russian-rockets-

launch-its-satellites-n588526; Internet; diakses pada 14 Juni 2018.

Dunbar, Brian. “Economic Development of Space” National Aeronautics and

Space Administration, 4 Agustus 2017, diakses dari

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/benefits/economic_d

evelopment/; pada 20 Juni 2018.

Dunbar, Brian. “Additional Crew Flights Boost Space Station Science and

Research” National Aeronautics and Space Administration, 21 Februari

2017, diakses dari https://www.nasa.gov/feature/additional-crew-flights-

boost-space-station-science-and-research/; pada 13 April 2018.

Dunbar, Brian. “NASA Extends Crew Flight Contract With Russian Space

Agency” National Aeronautics and Space Administration, 1 Mei 2013,

diakses dari https://www.nasa.gov/home/hqnews/2013/apr/HQ_C13-

027_Soyuz_Services.html; pada 13 April 2018.

Dunbar, Brian. “Space Launch System (SLS) Overview” National Aeronautics

and Space Administration, 22 Februari 2018, diakses dari

https://www.nasa.gov/exploration/system/sls/overview.html; pada 19 Maret

2018.

Dunbar, Brian. “What‟s Next For NASA?,” National Aeronautics and Space

Administration, 13 Desember 2017, diakses dari

http://www.nasa.gov/about/whats_next.html; pada 15 Maret 2018.

Dunbar, Brian. “What‟s Is Orion?” National Aeronautics and Space

Administration, 25 Maret 2015, diakses dari

https://www.nasa.gov/audience/forstudents/5-8/features/nasa-knows/what-

is-orion-58.html; pada 19 Maret 2018.

Dunbar, Brian. “What Is NASA‟s Asteroid Redirect Mission?” National

Aeronautics and Space Administration, 4 Agustus 2017, diakses dari

xx

http://www.nasa.gov/content/what-is-nasa-s-asteroid-redirect-mission/;

pada 17 Maret 2018.

DW. “Astronot Rusia dan AS Kembali ke Bumi,” Deutsche Welle, 11 September

2017, diakses dari http://www.dw.com/id/astronot-rusia-dan-as-kembali-ke-

bumi/a-17914328 pada 05 September 2017.

DW. “Krimea Siap Bergabung dengan Rusia,” Deutsche Welle, 17 Maret 2014,

diakses dari http://m.dw.com/id/krimea-siap-bergabung-dengan-rusia-/a-

17500891 pada 29 Oktober 2017.

DW. “Astronot AS-Rusia Tiba di Stasiun Luar Angkasa,” Deutsche Welle, 25 Mei

2014, diakses dari http://www.dw.com/id/astronot-as-rusia-tiba-di-stasiun-

luar-angkasa/a-17670323 pada 5 September 2017.

DW. “Putin Setuju Krimea Masuk Rusia,” Deutsche Welle, 18 Maret 2014,

diakses dari http://dw.com/p/1BRMU pada 02 Maret 2018.

DW, “PBB Kecam Rusia Karena Aneksasi Krimea,” Deutsche Welle, 28 Maret

2014, diakses dari http://m.dw.com/id/pbb-kecam-rusia-karena-aneksasi-

krimea/a-17527351 pada 20 Maret 2018.

DW, “Sanksi Terhadap Rusia Mulaaai Tunjukkan Dampak,” Deutsche Welle, 21

Maret 2014, diakses dari http://m.dw.com/id/sanksi-terhadap-rusia-mulai-

tunjukkan-dampak/a-17512631; pada 20 Maret 2018.

ESOA, “Satellite Orbits” EMEA Satellite Operators Association, diakses dari

https://www.esoa.net/technology/satellite-orbits.asp; pada 07 Juni 2018.

Frost, Robert. “Why Did NASA End The Space Shuttle Program?” Forbes, 2

Februari 2014, diakses dari

https://www.forbes.com/sites/quora/2017/02/02why-did-nasa-end-the-

space-shuttle-program/ pada 18 Maret 2018.

Foust, Jeff. “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News,

6 September 2016, diakses dari http://spacenews.com/report-warns-of-

additional-commercial-crew-delays/; pada 10 April 2018.

xxi

International Space Exploration Coordination Group, “Benefits Stemming from

Space Exploration” diakses dari

http://www.nasa.gov/sites/default/files/Benefits-Stemming-from-Space-

Exploration-2013-TAGGED.pdf pada 25 Oktober 2017.

ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for

Humanity” diakses dari

https://www.nasa.gov/sites/default/files/atoms/files/jsc_benefits_for_human

ity_tagged_6-30-15.pdf pada 4 Oktober 2017

Joseph Stromberg, “Russia is Kicking NASA Out of the International Space

Station in 2020” Vox Media, 13 Mei 2014, diakses dari

https://www.vox.com/2014/5/13/5714650/russia-just-evicted-nasa-from-

the-international-space-station; pada 14 April 2018.

Johnson-Green, Perry, dkk. “Research in Space: Facilities on the International

Space Station,” National Aeronautic and Space Agency, diakses dari

https://www.nasa.gov/pdf/393789main_iss_utilization_brochure.pdf&ved=

2ahUKEwilnfGWzJ3ZAhUYS48KHTfaBslQFjADegQlBxAB&usg=AOv

Vaw28ZWxWbvzMbd3KUu-g2C1a; pada 6 Maret 2018.

Kirt Costello, “NanoRacks Platforms” National Aeronautics and Space

Administration, 05 Februari 2018, diakses dari

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/experiments/829.html

; Internet; diakses pada 20 Juni 2018.

Kiyono, Ken. “A study on the Concept of the National Interest of Hans J.

Morgenthau: As the Standard of American Foreign Policy”. Nagasaki

University‟s Academic Output SITE, diakses dari http://naosite.lb.nagasaki-

u.ac.jp/dspace/bitstream/10069/27783/1/keieikeizai49-03-04.pdf pada 25

Desember 2017.

Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations” 15 Oktober

2012 [video]; diakses dari https://youtu.be/GDqY8b_r1H4; pada 16 Maret

2018.

Logsdon, John Mortimer. “Reflections on Space as a Vital National Interest”

Article in Astrophysic, Januari 2003, diakses dari

https://www.researchgate.net/publication/22885617; pada 08 April 2018.

xxii

Loff, Sarah. “NASA, Roscosmos Sign Joint Statement on Researching, Exploring

Deep Space” National Aeronautics and Space Administration, 27

September 2017, diakses dari https://www.nasa.gov/feature/nasa-

roscosmos-sign-joint-statement-on-reasearching-exploring-deep-space#;

pada 25 April 2018.

Luzin, Pavel. “Space Program-2025” Intersection, diakses dari

http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet;

diunduh pada 21 Maret 2018.

Martin, Paul K. “The National Aeronautics and Space Administration‟s Fiscal

Year 2014 Budget Request,” NASA, 1 Mei 2014, diakses dari,

https://www.nasa.gov/pdf/740512main_FY2014%20CJ%20for%20Online.

pdf; pada 19 Maret 2018.

Matanasi, Petrik. “Saat Kennedy Ingin Amerika Serikat Mendarat di Bulan,”

Tirto.id, 25 Mei 2017, diakses dari http://tirto.id/saat-kennedy-ingin-

amerika-serikat-mendarat-di-bulan-cpng pada 24 September 2017.

Maruli, Aditia. “NASA Bekukan Kerja Sama dengan Rusia kecuali ISS,” Antara

News, 03 April 2014 diakses dari

http://www.antaranews.com/berita/427476/nasa-bekukan-kerja-sama-

dengan-rusia-kecuali-iss pada 25 September 2017.

May, Sandra. “What is the Soyuz Spacecraft?” National Aeronautics and Space

Agency, 30 Juli 2013, diakses dari

https://www.nasa.gov/audience/forstudents/k-4/stories/nasa-knows/what-is-

the-soyuz-spacecraft-k-4/; pada 24 April 2018.

Maulina, Vina A. “Intip Canggihnya Stasiun Luar Angkasa Senilai US$ 100

Miliar” 22 Juli 2017, diakses dari

https://m.liputan6.com/bisnis/read/3031672/intip-canggihnya-stasiun-luar-

angkasa-senilai-us-100-miliar; pada 06 Juni 2018.

Michael, Sage. “Sputnik” Beyondgeek, diakses dari

https://www.beyondgeek.com/sputnik; pada 06 Juni 2018.

NanoRacks, “About Us”, diakses dari: http://www.nanoracks.com/about-us; pada

20 Juni 2018.

xxiii

Nantional Aeronautic and Space Agency, “Birth of Space Age,” diakses dari

https://www.nasa.gov/multimedia/imagegallery/image_feature_1773.html

pada 15 Februari 2018.

National Aeronautic and Space Agency, “Mercury-Redstone 3 (18),” diakses dari

https://www.nasa.gov/mission_pages/mercury/mission/freedom7.html pada

21 Februari 2018.

National Aeronautics and Space Administration, “Space Shutlle Transition and

Retirement”, diakses dari

http://www.nasa.gov/centers/kennedy/pdf/608887main_T%26R.pdf; pada

18 Maret 2018.

National Aeronautics and Space Administration, “NASA Strategic Plan 2014,”

diakses dari

http://www.nasa.gov/sites/default/files/files/FY2014_NASA_SP_508c.pdf;

pada 21 Maret 2018.

National Aeronautics and Space Administration, “NASA Astronaut Scott Tingle

Performs Research Operations” diakses dari

https://www.nasa.gov/mission_pages/station/images/index.html; pada 10

Mei 2018.

Nowaskowski, Tomasz. “Russia Extends Operation of the International Space

Station until 2024” Spaceflight Insider, 25 Juli 2015, diakses pada

http://www.spaceflightinsider.com/missions/iss/russia-extends-operation-

international-space-station-2024/; pada 25 April 2018.

NSS. “ISS Transportation/Logistic” National Space Society, diakses dari

http://www.nss.org/resources/library/spacestation/ISS-04-Transportation-

Logistics.pdf; pada 29 Juni 2018.

Orban, Violetta. “Space Economy Trends in The United States and Europe” Space

Safety Magazine, 23 Februari 2015 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.spacesafetymagazine.com/space-on-earth/space-

economy/space-eceonomy-trends-in-the-united-states-and-europe/; Internet;

diakses pada 20 Juni 2018.

Plait, Phil. “Russian Deputy Prime Minister Threatens to Pull Out of ISS” Slate,

14 Mei 2014, diakses dari

xxiv

http://www.slate.com/blogs/bad_astronomy/2014/05/14/nasa_and_the_iss_r

ussia_threatens_to_abandon_international_space_effort.html#/; pada 04

April 2018.

Redmond, Charles. “The Flight of Apollo-Soyuz” National Aeronautics and

Space Administration, 22 Oktober 2004, diakses dari

https://history.nasa.gov/apollo/apsoyhist.html pada 21 Februari 2018.

Rhian, Jason. “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with

Completion of DCR,” SFI Spaceflight Insider, 4 Januari 2018, diakses dari

http://www.spaceflightinsider.com/organizations/boeing/boeing-cst-100-

starliner-one-step-closer-flight-completion-dcr/; pada 11 April 2018.

Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program” dikases dari

http://en.roscosmos.ru/174/ diakses pada 1 Desember 2017.

Russia Today, “Russia and China to Work Together on Space Explorations, Moon

Missions from 2018,” 30 Agustus 2017, diakses dari

https://www.rt.com/news/401495-russia-china-joint-space-2018/; pada 16

Mei 2018.

Rusu, Livia. “China‟s Tiangong-2 May Be The Only Space Station Left When

The ISS Retires in 2024” Tech Times, 10 Oktober 2016 [artikel on-line];

diakses dari www.techtimes.com/amp/articles/181698/20161010/china-s-

tiangong-2-may-be-the-only-space-station-left-when-the-iss-retires-in-

2024.htm; pada 18 Juni 2018.

Spaceref, “NASA OIG: Extending the Operational Life of the International Space

Station Until 2024” 18 September 2014, diakses dari

http://www.spaceref.com/news/viewpr.html?pid=43979; pada 24 April

2018.

SpaceX, “Falcon Heavy,” 2017, diakses dari http://www.spacex.com/falcon-

heavy; pada 11 April 2018.

Sierra Nevada Corporation, “Rocket Engines & Propulsion,” diakses dari

https://www.sncorp.com/what-we-do/rocket-engines-propulsion/; pada 11

April 2018.

xxv

Smith, Marcia “Senate-Passed Sanctions Bill Includes Exception for NASA,

Commercial Space Launches,” Space Policy Online, 27 Juli 2017, diakses

dari https://spacepolicyonline.com/news/senate-passed-sanctions-bill-

includes-exception-for-nasa-commercial-space-launches-2/#page; pada 11

April 2018.

Smith, Yvette. “The Star of the ISS” National Aeronautics and Space

Administration, 9 Juli 2015, diakses dari https://www.nasa.gov/star-of-the-

iss/; pada 21 Maret 2018.

Thompson, Loren. “Why SpaceX Lost Its Bid To Ban Russian Rocket Engines”

Forbes, 7 Juli 2016, diakses dari

http://www.forbes.com/sites/lorenthompson/2016/07/07/why-spacex-lost-

its-bid-to-ban-russian-rocket-engine-debate/amp/; pada 21 Maret 2018.

Turekian, Vaughan dan Kishi, Teruo. “Science and Technology Advising in

Today‟s Foreign Policy” AAAS Center for Science Diplomacy, 02 Juni

2017, diakses dari

http://www.sciencediplomacy.org/perspective/2017/science-and-

technology-advising-in-todays-foreign-policy; pada 21 April 2018.

Zak, Anatoly. “The Zvezda Service Module, SM” 18 Januari 2018, diakses dari

http://www.russianspaceweb.com/iss_sm.html; pada 13 April 2018.