KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI...
Transcript of KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI...
i
KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA
DI INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA
REFERENDUM KRIMEA TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ade Rahman Hakim
11141130000015
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI
INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA
TAHUN 2014
1. Merupakan Karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Mei 2018
Ade Rahman Hakim
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ade Rahman Hakim
Nim : 11141130000015
Progran Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI
INTERNATIONAL SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA
TAHUN 2014
dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 07 Mei 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, MA Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.IP., L.M
iii
PENGESAAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KERJASAMA AMERIKA SERIKAT DENGAN RUSIA DI INTERNATIONAL
SPACE STATION PASCA REFERENDUM KRIMEA TAHUN 2014
Oleh
Ade Rahman Hakim
11141130000015
Telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Mei
2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA Eva Mushoffa, MHSPS
NIP. NIP.
Penguji I, Penguji II,
Dr. Badrus Sholeh, MA Eva Mushoffa, MHSPS
NIP. 197102111999031002 NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 30 Mei 2018
Ketua Program Studi
FISIP UIN Jakarta
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di
International Space Station pasca referendum Krimea tahun 2014. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kepentingan nasional Amerika Serikat di balik upaya
mempertahankan kerjasama di International Space Station (ISS) dalam
ketegangan hubungan dengan Rusia pasca referendum Krimea tahun 2014.
Pengkajian terhadap data yang terkumpul melalui teknik studi pustaka atas data
primer dan sekunder menjelaskan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan
nasional dalam lingkup akses dan pemanfaatan antariksa. Dalam rangka mencapai
dan mengelola kepentingan nasional tersebut, Amerika Serikat berupaya
mengembangankan kapabilitas industri transportasi antariksa komersial dan
memperpanjang operasional ISS hingga tahun 2024. Namun, konflik Ukraina
yang mencetuskan pelaksanaan referendum Krimea berdampak negatif bagi
kondisi hubungan kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di ISS setelah adanya
penjatuhan sanksi Amerika Serikat kepada Rusia dan respon Rusia atas sanksi
tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka teoretis konsep Power
dan Kepentingan Nasional. Penggunaan konsep power ditujukan dalam
memahami perwujudan power sebagai instrumen dalam mencapai kepentingan
nasional dan power sebagai aset yang berusaha dicapai oleh Amerika Serikat
melalui pemanfaatan ISS. Bagi pengungkapan kepentingan Amerika Serikat
dalam mempertahankan bahkan memperpanjang kerjasama ISS pasca referendum
Krimea, penulis menggunakan konsep kepentingan nasional untuk memahaminya.
Dari penggunaan kerangka teoretis tersebut dihasilkan suatu kesimpulan bahwa
lemahnya kondisi instrumen power Amerika Serikat di sektor antariksa pasca
referendum Krimea yang diperparah dengan respon Rusia di ranah kerjasama
antariksa memberikan dampak negatif bagi pemenuhan dan pemeliharaan
kepentingan akses serta pemanfaatan antariksa bagi Amerika Serikat. Dampak
negatif terhadap kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa tersebut dapat
berimplikasi pada terhambatnya pencapaian power sebagai aset yang dicapai oleh
Amerika Serikat di ISS yang meliputi pendidikan (education), kesehatan (health),
teknologi (technology), dan sistem transportasi (transportation system). Di
samping itu, keterancaman dapat merambah pada pemenuhan kepentingan
keamanan dan ekonomi sebagai dasar bagi kepentingan aktivitas di antariksa.
Mengingat kondisi instrumen power yang lemah dan terdapat beberapa
kepentingan yang dituju dalam aktivitas pemanfaatan ISS, maka Amerika Serikat
berupaya untuk mengamankan kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa
dengan tidak melakukan tindakan konfrontasi atau peluasan ketegangan di
antariksa dengan Rusia.
Kata kunci: International Space Station, Amerika Serikat, Rusia, Eksplorasi,
Antariksa, Kepentingan Nasional, Diplomasi Sains.
v
KATA PENGANTAR
بسم هللا الّرحمن الّّرحيم
Segla puji bagi Allah Subhanahu wa ta‟ala yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang. Tidak ada kekuatan selain kekuatan yang diberikan oleh-Nya.
Segala pengharapan ridho dan keberkahan hidup hanya digantungkan kepada-
Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu „alaihi wasalam. Dengan segala nikmat yang dilimpahkan oleh Allah
Subhanahu wa ta‟ala, penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di International Space
Station Pasca Referendum Krimea Tahun 2014”. Penulisan skripsi ini
ditujukan bagi syarat untuk menyelesaikan studi Ilmu Hubungan Internasional dan
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Selama proses penulisan skripsi, penulis mendapatkan banyak dukungan
dan bantuan berupa materi maupun imateriel. Penulis sangat menyadari bahwa
dalam keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak semata-mata menyandarkan pada
usaha dan kemampuan penulis saja. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.
2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta
seluruh staf dan jajarannya.
vi
3. Ahmad Alfajri M.A selaku Kepala Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta seluruh staf dan jajarannya.
4. Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.IP., L.M selaku dosen pembimbing yang
selalu semangat membimbing dan mengarahkan penulis hingga akhir
penyusunan skripsi. Terimakasih pak, semoga Allah Subhanahu wa
ta‟ala selalu mencurahkan keberkahan dan keselamatan dunia serta
akhirat kepada keluarga bapak.
5. Bapak Badrus Sholeh dan Ibu Eva Mushoffa selaku dosen penguji
sidang skripsi.
6. Seluruh dosen pengajar program studi Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Abuya Munfasir, Abuya Syar‟i, Abuya Muhtadi, Abuya Uci, dan
Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz yang selalu membimbing
dalam kelembutan dan kelurusan hati.
8. Dr. Sholeh Hasan selaku pembina Ma‟had Putra Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas bimbingan dan
nasehatnya.
9. Keluarga dan kedua orang tua yang selalu mendoakan dalam setiap
keadaan dan memberikan nasehat dalam setiap kesempatan. Semoga
keberkahan Allah Subhanahu wa ta‟ala selalu menyertainya.
10. Keluarga besar H. TB. Busro dan H. Thabrani yang selalu mendukung
dan mendoakan.
vii
11. Teman rumah, Fathurrobi, Ulfi, Rivan, Yudi, dan Muhammad Asop
Munandar yang selalu berbagi kisah, petualangan dan kebahagian.
12. Mutia Dewi, terimakasih atas inspirasi tema skripsi “antariksa”.
13. Teman kelas seperjuangan HI-A yang menemani dari awal hingga
akhir semester. Terimakasih atas sharing pendapat dan
pengetahuannya.
14. Teman satu tempat singgah Cahyo Eko Pambudi, Muhammad Yusuf,
Imaddudin Alfiyan, dan Gunawan. Terimakasih atas pengalaman dan
dukungannya, semoga kita dipertemukan kembali di surga kelak.
15. Teman-teman KKN BATMAN Mutia, Eka, Veriska, Ica, Andri,
Arifin, Dede Nurafiyah, Dede Uswatun Hasanah, Fahmi, Ichsan, Ishaq,
Putri, Riki, Maryam, Mita dan Rino. Terimakasih atas petualangan dan
dukungannya.
16. Teman grup diskusi, Azmi, Ajis, Rully, Vina, Bella dan Ibnu.
Terimakasih atas berbagi pengalamannya.
17. Teman grup skripsi, Dinda, Acep, Darma, dan Nunu. Semoga kita bisa
mencapai tujuan baik di masa depan.
Jakarta, 07 Mei 2018
Ade Rahman Hakim
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL ................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ............................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7
E. Kerangka Teoretis ................................................................................. 14
E.1. Power .............................................................................................. 14
E.1. Kepentingan Nasional ..................................................................... 18
F. Metode Penelitian .................................................................................. 20
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 22
BAB II KERJASAMA DI INTERNATIONAL SPACE STATION ..................... 25
A. Dinamiksa Aktivitas Eksplorasi Antariksa di Masa Perang Dingin ...... 25
A.1. Eksplorasi Antariksa Uni Soviet Masa Perang Dingin .................. 27
A.2. Eksplorasi Antariksa Amerika Serikat Masa Perang Dinging ....... 30
A.3. Kerjasama Antariksa Masa Perang Dingin ................................... 33
A.4. Aksesi Uni Soviet (Rusia) di International Space Station .............. 35
B. International Space Station (ISS) ............................................................ 38
B.1. Kondisi Umum International Space Station ................................... 38
B.2. Fungsi International Space Station ................................................ 41
ix
BAB III HAMBATAN EKSPLORASI ANTARIKSA AMERIKA SERIKAT
PASCA REFERENDUM KRIMEA ................................................................. 47
A. Referendum Krimea ................................................................................ 47
B. Hambatan Setelah Referendum Krimea .................................................. 49
B.1. Sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia ......................................... 49
B.2. Respon Rusia terhadap Sanksi Amerika Serikat ............................ 51
C. Ancaman Bagi Keberlangsungan ISS ..................................................... 54
D. Misi Eksplorasi Antariksa Amerika Serikat ........................................... 57
D.1. NASA Strategic Plan 2014 ............................................................. 59
D.2. Program Eksplorasi Antariksa di Luar Low Earth Orbit ............... 60
D.3. Program ISS dalam NASA Strategic Plan 2014 ............................. 62
BAB IV ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT
DALAM KERJASAMA ISS DENGAN RUSIA PASCA REFERENDUM
KRIMEA ............................................................................................................. 66
A. Kepentingan Akses Antariksa ................................................................ 67
B. Kepentingan Pemanfaatan Antariksa ..................................................... 75
C. Kepentingan Pencapaian Aset Power di ISS .......................................... 79
D. Kepentingan Keamanan Nasional .......................................................... 88
E. Kepentingan Ekonomi ............................................................................ 93
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiii
x
DAFTAR SINGKATAN
LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
ESA European Space Agency
ISS International Space Station
CSA Canadian Space Agency
NASA National Aeronautics and Space Administration
JAXA Japan Aerospace Exploration Agency
RSA Russian Space Agency
NSS National Space Society
CSIS Center for Strategic and International Studies
ICBM Intercontinental Ballistic Missile
ASTP Apollo-Soyuz Test Project
CCP Commercial Crew Program
COTS Commercial Orbital Transportation Service
VSE Vision for Space Exploration
NAA NASA Authorization Act
NSP NASA Strategic Plan
NEAs Near Earth Asteroids
SLS Space Launch System
ARM Asteroid Redirect Mission
ATV Automated Transfer Vehicle
HTV H-II Transfer Vehicle
xi
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL
Gambar
Gambar I.1 Posisi Low Earth Orbit ................................................................... 4
Gambar II.1. Sputnik .......................................................................................... 28
Gambar II.2. Mir Space Station ......................................................................... 30
Gambar II.3. Skylab Space Station ..................................................................... 32
Gambar II.4. Astronot dan Kosmonot Apollo-Soyuz Test Project ..................... 34
Gambar II.5 International Space Station ........................................................... 39
Gambar II.6 Posisi Lintasan International Space Station .................................. 43
Gambar III.1 (a) Mesin Roket RD-181 dan (b) RD-180 .................................... 53
Gambar III.2 Penelitian yang Dilakukan Astronaut Scott Tingle di ISS ........... 63
Gambar IV.1 Atlas V 400 Series ........................................................................ 70
Gambar IV.2 Soyuz Spacecraft .......................................................................... 74
Gambar IV.3 International Space Station .......................................................... 76
Gambar IV.4 Zvezda Service Module and ATV Cargo Ship .............................. 78
Gambar IV.5 Dragon Resupply Ship ................................................................. 86
Grafik
Grafik II.A.I Kesuksesan Aktivitas Peluncuran Menuju Antariksa ................... 26
Grafik II.B.1 Intensitas Eksperimen di ISS ........................................................ 40
Grafik IV.A.1 Experimen yang Dilakukan Agen Antariksa di ISS Tahun 2010 ......... 81
Tabel
Tabel I.E.1 Elemen Power ................................................................................. 16
Tabel I.E.2 Ingredients of State Power Potential .............................................. 17
Tabel IV.A.1 Transportasi Antariksa dalam CCP dan COTS ............................ 72
Tabel IV.A.2 Pencapaian Aset Elemen Power Amerika Serikat di ISS ............ 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Eksplorasi antariksa merupakan salah satu arah kecenderungan bagi negara
dalam menunjukkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya di abad ke-21
ini. Walaupun pada dasarnya ketertarikan dalam bidang eksplorasi antariksa telah
jauh dimulai pada saat perang dingin berlangsung. Rivalitas antara Blok Barat
(Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) telah mengantarkan kondisi
ketegangan tidak hanya terpusat pada rivalitas persenjataan namun juga mengarah
pada rivalitas ilmu pengetahuan dan teknologi.1
Dalam tataran konteks eksplorasi antariksa pada masa perang dingin, Uni
Soviet berupaya membangun citra positif negaranya melalui aktivitas eksplorasi
antariksa. Terhitung sejak periode 1959 hingga 1961, Uni Soviet berhasil
melakukan sejumlah kegiatan eksplorasi antariksa yang luar biasa pada masanya.
Pada tahun 1959, Uni Soviet telah mampu mengirim objek tanpa awak menuju
Bulan dalam misi Luna 2. Dua tahun setelahnya, Uni Soviet meluncurkan Vostok I
diawaki oleh Yuri A. Gagarin yang mampu melakukan satu kali putaran
mengelilingi bumi.2
1 Totok Sudjatmiko, “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa” Berita
Dirgantara, Vol. 12, No. 4 (Desember, 2011), 119. 2 Totok Sudjatmiko, “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa”, 119.
2
Disamping itu, Uni Soviet berhasil mencatatkan sejarah sebagai negara
pertama yang dapat melakukan “Spacewalk” pada 1965 melalui misi Voskhod 2.
Pada periode tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Totok Sudjatmoko,
peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bahwa
Amerika Serikat belum bisa mengungguli kehebatan Uni Soviet pada periode
1959-1965. Hal demikian tentu saja merupakan tantangan besar bagi Amerika
Serikat untuk dapat mengungguli kehebatan Uni Soviet dalam persaingan
pembangunan citra positif melalui eksplorasi antariksa.3
Pada masa pemerintahan John Fitzgerald Kennedy, Amerika Serikat
merencanakan pelaksanaan misi yang dipandang sebagai prestasi yang lebih baik
dibandingkan dengan prestasi Uni Soviet sebagai rivalnya. Pada 25 Mei 1961,
dihadapan kongres Amerika Serikat, Presiden Kennedy berpidato dengan
memaparkan rencana misi pengiriman astronot menuju Bulan yang direncanakan
terlaksana sebelum berakhirnya dekade 1960-an. Melalui perjalanan yang
panjang, Amerika Serikat melalui misi Apollo 11 berhasil mengantarkan Neil
Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins tiba di Bulan pada 20 Juli 1969.
Hal demikian merupakan prestasi bagi Amerika Serikat yang berhasil
mencatatkan sejarah penting pada ranah kemajuan teknologi eksplorasi antariksa.4
Berakhirnya perang dingin telah membawa kompetisi eksplorasi antariksa
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mereda. Batu pijakan dari meredanya
3 Totok Sudjatmiko, “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa”, 119.
4 Petrik Matanasi, “Saat Kennedy Ingin Amerika Serikat Mendarat di Bulan,” Tirto.id, 25
Mei 2017 [berita on-line]; tersedia di http://tirto.id/saat-kennedy-ingin-amerika-serikat-mendarat-
di-bulan-cpng; Internet; diunduh pada 24 September 2017.
3
ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang selanjutnya berganti
nama menjadi Rusia, diawali dengan adanya perjanjian pada bulan Desember
1993 yang mengundang Rusia untuk menjadi negara mitra kerjasama dengan
Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan sembilan negara Eropa yang tergabung
dalam European Space Agency (ESA). Perjanjian tersebut diprakarsai bagi proyek
pengembangkan, pengoperasian dan pemanfaatan International Space Station
(ISS).5
ISS atau Stasiun Antariksa Internasional merupakan suatu bentuk fasilitas
laboratorium melayang yang dilengkapi dengan kecanggihan teknologi hasil
kerjasama di antara 15 negara mitra kerjasama. Pada dasarnya ke-15 negara mitra
kerjasama di ISS tersebut memiliki beberapa tujuan khusus yang berusaha
dicapai. Namun demikian ke-15 negara tersebut direkatkan oleh tujuan yang sama
sebagaimana yang di sebutkan oleh NASA dalam “Reference Guide to the
International Space Station” bahwa kesamaan tujuan tersebut terpusat pada
peningkatan kemajuan pada aspek kehidupan umat manusia di mana pun berada.6
Adapun fungsi dari ISS yang disebutkan oleh NASA mencakup pada tiga
aspek yaitu: 1) Sebagai sarana untuk mempersiapkan generasi penerus yang
berperanan dalam eksplorasi antariksa melalui pembekalan keahlian di bidang
matematik, sains, teknologi dan tehnik; 2) Sebagai sarana yang menghasilkan
pengetahuan guna diimplementasikan pada bidang kesehatan, socio-economy, dan
5 John M. Logsdon dan James R. Millar. “U.S.-Russian Cooperation in Human Space Flight
Assessing the Impacts” Space Policy Institute and Institute for European, russian and Eurasian
Studies, Elliott School of International Affairs (Washington: The George Washington University,
2001), 2. 6 NASA, Reference Guide to the International Space Station (Washington DC: National
Aeronautics and Space Administration, 2010), 7.
4
lingkungan bumi; 3) Sebagai sarana persiapan bagi misi penjelajahan berikutnya
yang menargetkan capaian melewati orbit rendah bumi (Low Earth Orbit).7
Gambar I.1 Posisi Low Earth Orbit
Sumber: EMEA Satellite Operators Association8
Proses pembangunan dan pengelolaan laboratorium melayang di antariksa
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. National Space Society (NSS)
menyebutkan kerumitan tersebut berasal dari beberapa tugas rumit yang banyak
melibatkan pesawat antariksa dengan tugas mengangkut komponen ISS, merotasi
awak pesawat, menyediakan logistik pendukung, mengisi bahan bakar,
menyediakan materi bagi percobaan ilmu pengetahuan serta perlengkapan lain
yang dibutuhkan.9 Mengingat dalam pengelolaan ISS membutuhkan dana besar
dan kecanggihan teknologi, maka eratnya kerjasama antara negara mitra
kerjasama ISS harus selayaknya tetap terjaga dan penting untuk terus
7 Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond (Washington DC: National Aeronautics and Space
Administration, 2017), 4. 8 ESOA, “Satellite Orbits” EMEA Satellite Operators Association [artikel on-line]; tersedia
di https://www.esoa.net/technology/satellite-orbits.asp; Internet; diunduh pada 07 Juni 2018. 9 NSS, “ISS Transportation/Logistic” National Space Society [artikel on-line]; tersedia di
http://www.nss.org/resources/library/spacestation/ISS-04-Transportation-Logistics.pdf; Internet;
diunduh pada 5 September 2017.
5
ditingkatkan. Hal demikian merupakan konsekuensi bagi keberlangsungan
eksistensi laboratorium di luar angkasa tersebut.
Konflik Ukraina yang berlanjut hingga tercetusnya referendum Krimea
tahun 2014 telah menjadi suatu permasalahan serius antara dua negara yang
memainkan peranan besar di ISS yaitu Amerika Serikat dan Rusia. Pihak Amerika
Serikat, Uni Eropa dan Ukraina memandang bahwa kerusuhan sparatis di wilayah
negara Ukraina melibatkan dukungan dari Rusia yang kemudian dibantah oleh
Rusia.10
Tindak lanjut atas tuduhan tersebut adalah galangan sanksi ekonomi yang
dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap Rusia.11
Sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat kepada Rusia
berdampak pada aspek penggunaan teknologi mesin roket Rusia yang digunakan
oleh industri antariksa komersial Amerika Serikat. Merambahnya sanksi pada
sektor antariksa tersebut merupakan implikasi yang ditimbulkan dari sanksi yang
menargetkan sektor penting perekonomian Rusia termasuk di dalamnya industri
teknologi mesin roket.12
Sebagai bentuk respon sanksi ekonomi tersebut, Wakil
Perdana Menteri Rusia, Dimitri Rogozin menyatakan bahwa Rusia akan
memastikan penggunaan teknologi mesin roket Rusia tidak lagi digunakan oleh
Amerika Serikat. Di samping itu, Rusia menyinggung kebergantungan Amerika
10
DW, “Astronot Rusia dan AS Kembali ke Bumi,” Deutsche Welle, 11 September 2017
[berita on-line]; tersedia di http://www.dw.com/id/astronot-rusia-dan-as-kembali-ke-bumi/a-
17914328; Internet; diunduh pada 5 September 2017. 11
DW, “Astronot AS-Rusia Tiba di Stasiun Luar Angkasa,” Deutsche Welle, 25 Mei 2014
[berita on-line]; tersedia di http://www.dw.com/id/astronot-as-rusia-tiba-di-stasiun-luar-angkasa/a-
17670323; Internet; diunduh pada 5 September 2017. 12
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy,” Congressional Research
Service (17 Februari, 2017), 1.
6
Serikat terhadap pesawat antariksa Soyuz menuju ISS dan tidak akan menjamin
keikutsertaan dalam masa perpanjangan operasional ISS melebihi tahun 2020.13
Dengan memperhatikan permasalahan yang timbul tersebut, sangat menarik
untuk mengkaji kepentingan Amerika Serikat di balik upaya mempertahankan
eksistensi kerjasama ISS dengan tidak menjatuhkan respon pada ranah antariksa
sebagaimana yang dilakukan oleh Rusia. Di samping itu, ketertarikan timbul pada
pengkajian terhadap upaya pencapaian power yang dilakukan Amerika Serikat
melalui instrumen ISS. Hal demikian mengingat kepentingan pemanfaatan ISS
tidak hanya ditujukan bagi kepentingan yang bersifat common interest, namun
terdapat kepentingan tersendiri yang dimiliki oleh masing-masing negara yang
mendasari aktivitasnya di ISS.
B. Pertanyaan Penelitian
Mengapa Amerika Serikat mempertahankan kerjasama dengan Rusia di
International Space Station pasca Referendum Krimea tahun 2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa tujuan yang berusaha dicapai dalam skripsi ini antara
lain:
13
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat,” 14 Mei 2014 [berita on-line];
tersedia di http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/05/140513_rusia_amerika_roket#orb-footer;
Internet; diunduh pada 21 Maret 2018.
7
1. Mengetahui kepentingan nasional Amerika Serikat dibalik upaya
mempertahankan kerjasama di ISS.
2. Mengetahui peranan ISS sebagai instrumen bagi pencapaian power Amerika
Serikat.
Disamping itu terdapat beberapa manfaat yang termaktub dalam skripsi ini antara
lain:
1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan materi-materi yang dimuat dalam
skripsi dapat memperkaya referensi kepustakaan di bidang analisia
kepentingan nasional bagi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan literatur dalam
melakukan analisa terhadap kepentingan Amerika Serikat dalam kerjasama
antariksa dengan Rusia.
D. Tinjauan Pustaka
Literatur pertama yang menjadi tinjauan peneliti adalah artikel Reflections
on Space as a Vital National Interest karya John Mortimer Logsdon. Artikel yang
diterbitkan oleh Research Gate tersebut menjelaskan pandangan Amerika Serikat
terhadap antariksa baik dalam kapabilitas akses maupun pemanfaatan antariksa
bagi Amerika Serikat. Di samping itu, dalam artikel tersebut memuat beberapa
8
penjelasan mengenai tekad mempertahankan status kepemimpinan Amerika
Serikat di antariksa.
Namun demikian fokus dari artikel tersebut tidak lepas dari dua kepentingan
nasional Amerika Serikat di antariksa yaitu akses dan pemanfaatan antariksa.
Lebih jauh lagi kepentingan tersebut digolongkan kedalam kepentingan vital bagi
Amerika Serikat sebagaimana yang disadur oleh Logsdon dari Quadrennial
Defense Review Report tahun 2001. Pengkategorian kepentingan yang bersifat
vital tersebut didasarkan atas keterkaitan antara aktivitas antariksa dengan
keamanan nasional dan kesejahteraan perekonomian Amerika Serikat.14
Namun dalam merealisasikan pendirian yang dimiliki Amerika Serikat atas
aktivitas antariksa dipandang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Logsdon
menuliskan bahwa “the space sector has suffered from lack of high-level White
House attention for most of the past three decades” atau “selama tiga dekade,
sektor antariksa tidak mendapatkan perhatian tinggi (high-level) dari White
House (pemerintah).” Dalam analisanya, Logsdon mengemukaakan bahwa
kurangnya perhatian pemerintah terhadap kepentingan vital tersebut tercerminkan
dari kecenderungan penurunan anggaran NASA jika diukur dari inflasi yang
berlaku.15
Dari peninjauan literatur tersebut terdapat kesamaan aspek penelitian dan
artikel Logsdon dalam cakupan pengkajian terhadap kepentingan antariksa yang
14
John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest” Article in
Astrophysic, Januari 2003 [artikel] tersedia di:
https://www.researchgate.net/publication/22885617; file PDF; di akses pada 08 April 2018. 15
John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest”.
9
dimiliki oleh Amerika serikat. Namun terdapat perbedaan yang nyata yaitu tidak
ada pengkajian variabel kerjasama dengan negara Rusia di ISS dan tidak ada
penjelasan dinamika kerjasama di antara Amerika Serikat dengan Rusia di ISS.
Sedangkan penelitian ini membahas kepentingan Amerika Serikat dalam
kerjasama dengan Rusia di ISS khususnya setelah referendum Krimea tahun 2014.
Keunggulan dari artikel tersebut adalah penyampaian konten artikel yang
sistematis dengan penggunaan referensi yang kuat seperti halnya penggunaan
dokumen-dokumen negara. Di samping itu, terdapat beberapa kritik Logsdon
sebagai buah pikir pemahaman terhadap pengejawantahan upaya Amerika Serikat
dalam merealisasikan kepemimpinannya di antariksa. Namun terdapat kekurangan
dalam artikel tersebut dalam menjelaskan bagaimana Amerika Serikat merespon
keterancaman kepentingan akses Amerika Serikat menuju antariksa yang
diakibatkan oleh ketiadaan kapabilitas domestiknya.
Literatur lain yang dapat ditinjau terkait dengan penelitian adalah laporan
Center for Strategic & International Studies (CSIS) Amerika Serikat yang
berjudul “Space Exploration in a Changing International Environtment” karya
James Andrew Lewis. Secara umum, laporan tersebut memaparkan mengenai
aktivitas dan kapabilitas beberapa negara seperti Tiongkok, India, Eropa, Rusia
dan Amerika Serikat dalam bidang eksplorasi luar angkasa. Di samping itu
terdapat juga penjelasan khusus mengenai peranan International Space Station
(ISS) dalam eksplorasi antariksa. Laporan tersebut juga mengemukakan beberapa
tantangan yang dihadapi oleh negara-negara aktor eksplorasi antariksa.
10
Dalam penjelasannya menyebutkan terdapat tujuan yang hendak dicapai
oleh negara-negara melalui pemanfaatan aktivitas antariksa yaitu keuntungan citra
negara dan keuntungan politik serta dalam rangka memberikan keuntungan militer
dan ilmiah. Terdapat beberapa negara yang terlibat dalam kompetisi pemanfaatan
antariksa seperti halnya Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia. Sedangkan Rusia
memiliki itikad untuk dapat memperbaiki ulang kapabilitas militer dan eksplorasi
antariksa Rusia agar dapat bisa tetap setara atau mengimbangi kapabilitas
Amerika Serikat dan Tiongkok.16
Akan tetapi, kapabilitas yang dimiliki oleh Amerika Serikat mulai
mengalami pelemahan dalam bidang penerbangan pesawat antariksa berawak. Hal
demikian mempengaruhi akses Amerika Serikat terhadap ISS yang memiliki
kecenderungan bergantung pada teknologi Rusia.17
Di samping itu, dilema timbul
dalam kerjasama ISS terkait dengan komitmen dasar terhadap resiko sumberdaya
yang dihadapi oleh negara anggota ISS atas pengembangan program eksplorasi
baru ISS.18
Rusia sebagai salah satu negara yang memiliki kapabilitas yang tinggi
dalam eksplorasi antariksa diproyeksikan akan membangun stasiun antariksa
independen dari ISS. 19
Kesamaan penelitian dengan laporan CSIS tersebut adalah pembahasan
terkait dengan kerjasama dan kompetisi antara Amerika Serikat dan Rusia pada
ranah eksplorasi antariksa. Di samping itu, terdapat ketidaksamaan penelitian
16
James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment
(Washington: Center for Strategic & International Studies, 2014), 1-2. 17
James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 2. 18
James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 16. 19
James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 4.
11
dengan laopran CSIS tersebut yang terletak pada sudut pandang analisa kerjasama
Amerika Serikat dan Rusia pada ranah antariksa khususnya di International Space
Station. Penelitian yang dilakukan akan lebih menekankan pada kepentingan
Amerika Serikat dalam kerangka kerjasama dengan Rusia di ISS, sedangkan pada
laporan tersebut lebih menggunakan pandangan neorealisme yang memberikan
perhatian terhadap perubahan sistem internasional.
Laporan CSIS tersebut memaparkan secara jelas data kapabilitas negara-
negara yang memiliki kecenderungan kuat dalam aktivitasnya di ranah
pemanfaatan antariksa. Hal tersebut dapat menjadi data pendukung bagi penelitian
untuk menganalisis aktivitas eksplorasi antariksa yang dilakukan oleh Amerika
Serikat dan Rusia. Dengan demikian data tersebut dapat mempermudah untuk
memahami kebijakan Amerika Serikat atau Rusia yang diambil pada ranah
antariksa setelah referendum Krimea tahun 2014.
Pustaka terakhir yang ditinjau adalah karya tulis Jean-Christophe Mauduit
yang berjudul “Collaboration Around the International Space Station: Science for
diplomacy and its implication for U.S.-Russia and Tiongkok Relations”. Karya
tulis yang diterbitkan oleh Tufts University tersebut memaparkan perkembangan
jumlah negara-negara yang memiliki aktivitas di antariksa dan peningkatan minat
negara terhadap teknologi antariksa. Selain itu, Mauduit memaparkan mengenai
sejarah kompetisi dan kerjasama antara Amerika Serikat dan Rusia pada ranah
eksplorasi antariksa. Maka pembahasan karya tulis Mauduit tersebut tidak terlepas
dari eksistensi interaksi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan Rusia hingga
lahirnya International Space Station.
12
Mauduit menuliskan bahwa terdapat kenaikan kecenderungan bagi negara-
negara untuk dapat terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas
eksplorasi antariksa. Data yang dimuat oleh Mauduit menyebutkan bahwa dalam
periode 2003-2013 terdapat kenaikan jumlah tiga kali lipat bagi negara-negara
yang bersedia untuk menginvestasikan dana dalam kisaran 10 hingga 100 juta
dolar Amerika Serikat. Data sebelumnya hanya menyebutkan 10 negara hingga
pada tahun 2013 meningkat menjadi 30 negara. Lebih dari itu, diproyeksikan
peningkatan terjadi di tahun 2014 mencapai 52 negara yang bersedia untuk
menginvestasikan dana pada ranah teknologi antariksa.20
Mauduit menuliskan kompetisi yang terjadi di antara Amerika Serikat
dengan Uni Soviet secara perlahan bertransformasi menjadi suatu peluang bagi
terciptanya kerjasama eksplorasi antariksa bagi kedua negara tersebut. Pada masa
Presiden Richard M. Nixon dan Perdana Mentri Leonid Brezhnev, tepatnya
setelah misi pendaratan di bulan berhasil terlaksana, tercetus suatu perjanjian
pertama yang menginisiasikan akan adanya kolaborasi antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet dalam U.S.-Soviet Space Flight pada tahun 1972.21
Hal tersebut
merupakan batu pijakan bagi adanya interaksi diplomasi informal yang dilakukan
oleh astronot, kosmonot dan ilmuan.22
20
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher School of
Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 2. 21
Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 5. 22
Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 6.
13
Namun, kondisi ketegangan politik antara Amerika Serikat dan Rusia terkait
dengan isu keterlibatan Rusia di Krimea, Ukraina, dan Suriah telah menjadikan
situasi menegang di antara kedua belah pihak. Ketegangan tersebut merambah
hingga mencapai pada ranah kerjasama eksplorasi antariksa. Tindakan Amerika
Serikat yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia telah mengundang respon yang
mengancam kerjasama kedua negara tersebut dalam eksplorasi antariksa.
Pernyataan tersebut merupakan sindiran keras terhadap Amerika Serikat setelah
berakhirnya masa operasional pesawat Space Shuttle Program tahun 2011.23
Pada peninjauan terhadap karya Jean-Christophe Mauduit tersebut dapat
diketahui kesamaan dengan penelitian berada pada ranah pembahasan
International Space Station sebagai perwujudan kerjasama antariksa bagi
Amerika Serikat dan Rusia. Namun demikian terdapat perbedaan antara penelitian
dengan pustaka yang ditinjau tersebut yaitu pada konsentrasi analisis kerjasama
terhadap pemenuhan kepentingan nasional dan pencapaian power Amerika Serikat
melalui instrumen ISS. Di samping itu, penelitian tidak akan terlalu banyak
menyinggung mengenai implikasi bagi Tiongkok sebagai negara yang sedang
mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi eksplorasi antariksa.
Keterkesanan dengan tulisan karya Jean-Christophe Mauduit tersebut
terletak pada penjelasan yang tersusun secara terperinci mengenai sejarah
kerjasama antariksa Amerika Serikat dan Rusia. Penjelasan mengenai
perkembangan kerjasama serta kompetisi di antara Amerika Serikat dan Rusia
23
Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 9.
14
memberikan informasi yang berharga bagi penelitian dalam menganalisa
dinamika kebijakan pada ranah antariksa. Di balik penjelasan terperincinya
tersebut terdapat penggunaan referensi yang beragam dengan sudut pandang yang
proporsional.
E. Kerangka Teoretis
Konsep power dan kepentingan nasional merupakan kerangka teoretis yang
digunakan dalam memahami kerjasama di International Space Station (ISS)
antara Amerika Serikat dan Rusia pasca referendum Krimea tahun 2014. Dalam
memahami upaya Amerika Serikat mempertahankan kerjasama ISS dengan Rusia
pasca referendum Krimea tahun 2014, penulis menggunakan konsep power yang
ditujukan dalam memahami perwujudan power sebagai instrumen dalam
mencapai kepentingan nasional dan power sebagai aset yang berusaha dicapai
oleh Amerika Serikat melalui pemanfaatan ISS. Bagi pengungkapan kepentingan
Amerika Serikat dalam mempertahankan bahkan memperpanjang kerjasama ISS
pasca referendum Krimea, penulis menggunakan konsep kepentingan nasional
untuk memahaminya.
E.1. Power
Mengacu pada pemahaman John T. Rourke, power digolongkan kepada
sumber daya politik yang dimiliki oleh suatu negara. Power tersebut terdiri atas
15
sejumlah macam atribut yang dimiliki oleh entitas negara yang dapat digunakan
dalam upaya pencapaian tujuan-tujuannya terlebih di saat terdapat persinggungan
di antara tujuan-tujuan yang dimiliki entitas negara lain.24
Dengan demikian
power dapat dipahami sebagai alat yang dapat menentukan hasil dari perjuangan
suatu negara ketika terjadi konflik di antara tujuan dan kepentingan dengan negara
lain dalam hubungan internasional.25
Sementara Karen A. Mingst menyebutkan bahwa negara dipandang sebagai
aktor yang sangat penting dikarenakan kepemilikan power. Melalui kepemilikan
power tersebut negara tidak hanya dapat melakukan upaya mempengaruhi negara
lain namun juga dapat melakukan pengendalian terhadap hasil hubungannya
dengan negara lain.26
Senada dengan Joseph S. Nye Jr. Yang menyebutkan bahwa
“poweri is the ability to affect others to get the things we want”. Lebih jauh lagi
Nye berpendapat bahwa power digunakan dalam menghadapi tantangan yang
muncul seperti aktivitas penggunaan kekerasan dalam bertindak atau peperangan
yang keduanya tergolong dalam ancaman tradisional. Namun power juga dapat
digunakan dalam menghadapi tantangan permasalahan transnasional seperti
perubahan iklim global, stabilitas finansial global, penyakit dan lain sebagainya.27
Dalam mendapatkan apa yang negara inginkan, power tidak hanya
digunakan dengan cara mengungguli atau menaklukkan negara lain melainkan
24
John T. Rourke, International Politics on the World Stage, edisi ke sepuluh (New York:
McGraw Hill, 2005), 230. 25
John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 229. 26
Karen A. Mingst, Essentials of International Relations, edisi ke empat. 107. 27
Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations” 15 Oktober 2012
[video]; tersedia di https://youtu.be/GDqY8b_r1H4; Internet: diunduh pada 16 Maret 2018.
16
dapat dilakukan melalui kerjasama. Sebagaimana yang ditekankan oleh Nye
dalam kalimat
“We gonna have to learn to think of power is not just power over others but
power with others, power to get the things we want by working together
with others because we can‟t often do it working alone”.28
Mingst memandang bahwa power tidak berperan hanya sebagai aset yang
dimiliki, namun power juga berperan sebagai alat yang digunakan.29
Begitu juga
Rourke yang memandang power dapat berperan sebagai aset yang berusaha
dicapai dan dikelola oleh negara serta berperan sebagai alat untuk mencapai
tujuan.30
Sebagaimana yang disebutkan oleh Rourke bahwa power terdiri atas
sejumlah atribut yang dimiliki oleh entitas negara, baik Mingst maupun Rourke
membagi sumber penyusun power kedalam beberapa bagian. Rourke menyebut
pembagian sumber power tersebut kedalam term Elements of Power yang terdiri
atas The National Core dan The National Infrastructure.
Tabel I.E.1 Elemen Power
The National Core
National geography
People
Population
Age distribution
Education
Health
Morale
Government
The National Infrastructure Technology
28
Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations”. 29
Karen A. Mingst, Essentials of International Relations (New York: W. W. Norton & Co,
2008), 109., 111. 30
John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 230.
17
Transportation system
Information and
communications system
Sumber: John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.
Sedangkan Mingst membagi penyusun power kedalam term Ingredients of State
Power Potential yang terdiri atas Natural Resources of Power, Tangible Sources
of Power, dan Intangible Sources of Power.
Tabel I.E.2 Ingredients of State Power Potential
Ingredients of State Power Potential
Natural Sources of Power
Geography
Natural resources
Population
Tangible Sources of Power Industrial development
Intangible Sources of Power
National image
Public Support
Leadership
Sumber: Karen A. Mingst, Essentials of International Relations.31
Namun dalam memahami konsep power, Gregory F. Treverton dan Seth
G. Jones mengemukakan bahwa terdapat tiga tingkatan dalam memahami konsep
power, yaitu: 1. Sumber dan kapabilitas power; 2. Cara negara dalam mengubah
sumber power tersebut menjadi instrumen yang dapat digunakan; 3. Hasil yang di
dapat dari penggunaan power tersebut. Sumber penyusun power sebagaimana
yang disebutkan oleh Rourke dalam elements of power dan Mingst dalam
ingredients of state power potential perlu dilakukan konversi atasnya sehingga
menghasilkan suatu bentuk instrumen power yang dapat digunakan. Setelah
31
Karen A. Mingst, Essentials of International Relations, 109.
18
terbentuk instrument power tersebut, penggunaan power menyesuaikan dengan
untuk apa dan dengan siapa power tersebut berhadapan.32
Dalam penelitian ini, penekanan penggunaan konsep power lebih
ditujukan pada pengkajian power sebagai aset yang dituju oleh Amerika Serikat
dalam kerjasa di ISS. Namun begitu hasil dari pengkajian tersebut akan didapat
garis pemahaman untuk apa power tersebut diupayakan tercapai. Penarikan
pemahaman tersebut didasarkan atas ancaman potensial yang harus dihadapi oleh
Amerika Serikat.
E.2. Kepentingan Nasional
Dalam jurnal National Interest and Foreign policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making, Nuechterlein menyebutkan bahwa
terdapat beberapa definisi kepentingan nasional namun belum terdapat keputusan
baku mengenai definisi kepentingan nasional di antara para ahli. Mengacu pada
pemahamannya, Nuechterlein mendefinisikan kepentingan nasional sebagai “the
perceived needs and desires of one sovereign state in relation to other sovereign
states comprising the external environment” atau “kebutuhan ataupun keinginan
yang dirasakan oleh negara berdaulat dalam berhubungan dengan negara
berdaulat lain pada lingkungan eksternal”.33
Dengan memahami konsep
32
Gregory F. Treverton dan Seth G. Jones, Measuring National Power (California: RAND
Corporation, 2005), 1. 33
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making” British Journal of International Studies, Vol. 2,
No. 3 (Oktober, 1976), 247.
19
kepentingan nasional melalui definisi tersebut, Neucterlein menambahkan empat
elemen yang mendasari kepentingan nasional di antaranya: defence interests,
economic interests, world order interests, dan ideological interests.34
Dalam penjelasan elemen dasar kepentingan nasional, defence interests
mencakup pada kepentingan perlindungan terhadap negara, sistem pemerintahan
dan warga negaranya atas ancaman yang bersifat fisik yang dilakukan oleh negara
lain. Elemen economic interersts mencakup pada peningkatan kesejahteraan
ekonomi negara dalam hubungannya dengan negara lain. Di samping itu, elemen
world order interests mencakup pada pemeliharaan atas sistem ekonomi dan
politik internasional dalam rangka mengamankan posisi negara, warga negara dan
aktivitas komersialnya berlangsung secara kondusif di luar batas negaranya.
Terakhir, elemen ideological interests mencakup pada tatanan perlindungan dan
pendorongan seperangkat nilai-nilai yang dianut dan dipercayai oleh warga negara
sebagai kebaikan yang bersifat universal.35
Dalam merespon atau menyikapi suatu isu yang terkait dengan kepentingan
nasional, entitas negara perlu melakukan analisa terhadap isu dan penempatannya
dalam dasar kepentingan nasional. Nuecterlein mengajukan empat intensities of
interest yang mencakup survival issues, vital issues, major issues, dan pheripheral
issues.36
Setiap isu yang menyinggung masing-masing dasar kepentingan nasional
yang berbeda akan menghasilkan respon yang berbeda seperti pengambilan
34
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, 248. 35
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, 248. 36
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, 248.
20
respon yang didasarkan pada pengerahan kekuatan militer atau dengan melakukan
negosiasi dan kompromi.37
Peneliti menggunakan konsep kepentingan nasional sebagai alat untuk
memahami kepentingan nasional yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam
kerjasama International Space Station. Namun, terdapat batasan penjelasan yang
diteliti yaitu terpusat pada kepentingan Amerika Serikat dalam kerjasama
International Space Station dengan Rusia pasca referendum Krimea. Dengan
memahami kepentingan nasional tersebut peneliti bermaksud untuk
mempermudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.
F. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif dalam meneliti Kerjasama Amerika Serikat dengan
Rusia di International Space Station Pasca Referendum Krimea 2014. Arikunto
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak
didasarkan pada keterlibatan angka-angka atau rumus statistik dalam proses
memperoleh maupun menganalisa data. Dalam artian, perolehan dan penafsiran
data tidak dilakukan melalui prosedur statistik.38
37
Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, 251. 38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 12.
21
Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis data kualitatif. Andi
Prastowo mendefiniskan data kualitatif dengan menyadur penjelasan Amirin,
Bungin, dan Miles sebagai “data yang tidak didasarkan atas tabel angka dengan
melibatkan penilaian dan pengukuran yang dilakukan secara langsung.”39
Adapun data yang digunakan oleh peneliti meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer yang digunakan berupa dokumen-dokumen resmi pemerintah seperti
National Space Policy, A National Security Strategy for a New Century, Letter –
Committee on Science, Space and Technology, dan Quadrennial Defense Review
Report dan dokumen resmi NASA yang dipublikasikan melalui situs website
resmi. Sedangkan data sekunder meliputi dokumen jurnal, buku, artikel online,
dan berita online yang terkait dengan judul penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data
studi pustaka. Pada pelaksanaannya, peneliti melakukan penelaahan terhadap data
yang bersumber dari benda-benda tertulis atau naskah. Data yang terkumpul
selanjutnya dirangkai secara tertulis dan dianalisa dalam rangka mendapatkan
keterangan dalam memahami penjelasan dan jawaban atas pertanyaan masalah
penelitian.40
Teknik deskriptif analisis digunakan peneliti dalam menganalisa data yang
telah terkumpul. Teknik analisa data tersebut ditujukan dalam rangka memperoleh
suatu gambaran dari objek penelitian yang kemudian ditarik kesimpulan
39
Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Diva Pers, 2010), 13. 40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 158.
22
daripadanya.41
Menyadur penjelasan Whitney, penelitian deskriptif merupakan
upaya penggunaan ketepatan interpretasi terhadap suatu data yang ditujukan
dalam rangka memperoleh fakta.42
Dalam penelitian ini, data yang terkait dengan
kerjasama Amerika Serikat dengan Rusia di ISS dan data terkait dengan konflik
Ukraina yang mencetuskan referendum Krimea tahun 2014 akan diinterpretasikan
hingga menghasilkan suatu pemahaman terhadap fakta yang terjadi.
G. Sistematika Penulisan
BAB I merupakan bab yang berisi tentang pendahuluan penelitian. Pada bab
ini peneliti membahas mengenai latar belakang permasalahan dan alasan peneliti
menjadikan isu kerjasama eksplorasi antariksa di International Space Station
sebagai isu yang diteliti. Di samping itu, terdapat sub bab lain yang memaparkan
mengenai pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teoretis, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II merupakan bab yang memuat pembahasan-pembahasan terkait
dengan topik penelitian. Pada bab ini akan membahas tentang dinamika aktivitas
eksplorasi antariksa dan kerjasama yang terjalin antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet pada Perang Dingin hingga bertransformasi menjadi kerjasama
International Space Station. Di samping itu, bab ini akan membahas kepentingan
aksesi Rusia dalam kerjasama di Low Earth Orbit dengan membangun
41
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2009), 29. 42
Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 43.
23
International Space Station. Sebagai tambahan, bab ini akan memuat pemaparan
umum tentang profil dan manfaat International Space Station sebagai
laboratorium mikro-gravitasi.
Kemudian, BAB III memuat penjelasan utama yang tertuju pada referendum
Krimea dan bereskalasi menjadi ketegangan di antariksa antara Rusia dan
Amerika Serikat. Lebih jauh lagi akan dijelaskan mengenai sanksi yang diberikan
oleh Amerika Serikat kepada Rusia maupun respon balasan Rusia atas sanksi
Amerika Serikat yang diakibatkan oleh keterlibatan Rusia pada konflik Ukraina.
Dalam memahami ISS sebagai batu pijakan bagi eksplorasi antariksa di masa
depan, bab ini memaparkan penjelasan mengenai misi ekplorasi antariksa
Amerika Serikat pada cakupan Low Earth Orbit maupun di luar Low Earth Orbit
yang masing-masing memiliki keterkaitan dengan ISS. Penjelasan misi tersebut
dapat membantu penelitian dalam memahami kepentingan Amerika Serikat
terhadap kerjasama di International Space Station dengan Rusia. Di samping itu,
Selanjutnya, BAB IV menjelaskan tentang analisis terhadap kepemilikan
instrumen power yang dapat digunakan Amerika Serikat dalam mencapai
kepentingannya di antariksa dan analisis terhadap aset power yang hendak dicapai
melalui pemanfaatan ISS. Di samping itu penjelasan pada bab ini akan tertuju
pada kepentingan Amerika Serikat yang terancam atas respon Rusia yang
menyinggung kerjasama antariksa, khususnya di ISS.
24
BAB V, bab terakhir, akan memuat kesimpulan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti. Hasil analisis dan pemikiran yang telah tertuang dalam
penelitian selanjutnya akan disimpulkan dalam bab akhir ini.
25
BAB II
KERJASAMA DI INTERNATIONAL SPACE STATION
A. DINAMIKA AKTIVITAS EKPLORASI ANTARIKSA DI MASA
PERANG DINGIN
Awal perkembangan fondasi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
bagi aktivitas eksplorasi antariksa terjadi di masa Perang Dingin. Pada masa itu
ketegangan dan kompetisi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berhasil
merangsang produktivitas kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan antariksa.
Masa produktif di perang dingin tersebut dikenal dengan sebutan Space Age yang
diawali dengan peluncuran satelit Sputnik milik Uni Soviet sebagai satelit pertama
yang mengelilingi (mengorbit) bumi.43
Space Age menandai banyaknya peristiwa bersejarah sekaligus perintis
bagi lahirnya kemajuan eksplorasi antariksa mendatang. Di antara beberapa
peristiwa bersejarah tersebut antara lain: peluncuran satelit pertama yang
mencapai antariksa (1957), manusia pertama yang mengorbit bumi (1961), satelit
43
Nantional Aeronautic and Space Agency, “Birth of Space Age” [artikel on-line]; tersedia
di: https://www.nasa.gov/multimedia/imagegallery/image_feature_1773.html; Internet; diunduh
pada 15 Februari 2018.
26
pertama yang diletakkan di orbit bulan (1966),44
manusia pertama yang
menjejakkan kaki di bulan (1969),45
dan stasiun antariksa pertama (1971).46
Ketegangan yang terjadi pada masa Perang Dingin antara Blok Timur (Uni
Soviet) dengan Blok Barat (Amerika Serikat) tidak hanya terjadi pada persaingan
peningkatan kapabilitas militer dan persenjataan saja. Lebih dari itu, persaingan
merambah pada bidang kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sebagian
besar dikejawantahkan melalui misi-misi eksplorasi antariksa. Masing-masing
blok merespon satu sama lain atas usaha dan keberhasilan yang dicapai oleh
masing-masing pihak demi menunjukkan siapa yang memiliki superioritas dalam
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.47
Grafik II.A.I Kesuksesan Aktivitas Peluncuran Menuju Antariksa
Sumber: U.S. Congress Office of Technology Assessment
48
44
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program” [artikel on-line] tersedia di:
http://en.roscosmos.ru/174/: Internet; diunduh pada 1 Desember 2017. 45
Judith A. Rumerman, dkk., “U.S. Human Spaceflight: A Record of Achievement, 1961-
2006,” Monographs in Aerospace History, No. 41. (Washington: NASA History Division Office
of External Relations, 2007), 21. 46
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 47
Ian H. Kennedy, The Sputnik Crisis and America‟s Responses (Florida: University of
Central Florida, 2005), 2. 48
U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S.-Russian Cooperation in Space,
(Washington DC: U.S. Government Printing Office, 1995), h. 26.
27
Melalui eksplorasi antariksa, Amerika Serikat maupun Uni Soviet
menunjukkan kepada masyarakat dunia terkait dengan superioritas dan
produktivitas di bidang teknologi.49
Semakin besar dan berat satelit yang dibawa
roket menuju antariksa, maka semakin kuat dan canggih roket pendorong yang
membawa satelit tersebut. Di samping itu, misi pendaratan awak pesawat
antariksa pada objek yang ditentukan mencerminkan kemampuan kapabilitas
suatu negara dalam hal akurasi misil atau peluru kendali pada objek yang dituju.50
A.1. Eksplorasi Antariksa Uni Soviet Masa Perang Dingin
Debut keberhasilan misi eksplorasi antariksa Uni Soviet dimulai lebih awal
daripada Amerika Serikat. Kesuksesan Uni Soviet dalam mengungguli Amerika
Serikat di bidang eksplorasi antariksa tersebut memiliki keterkaitan erat dengan
teknologi peluru kendali dan roket. Kemajuan kapabilitas peluru kendali dan roket
Uni Soviet yang menopang teknologi eksplorasi antariksa tersebut merupakan
hasil dari program pengembangan Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) yang
telah dimulai pada tahun 1950-an.51
Program pengembangan ICBM telah melibatkan sekitar lebih dari satu juta
orang yang tersebar di beberapa pusat industri antariksa dan peluru kendali seperti
49
U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S.-Russian Cooperation in Space, 26. 50
Karsten Werth, “A Surrogate for War-The U.S. Space Program in the 1960s,” American
Studies, Vol. 49, No. 4 (2004), 564. 51
Maxim V. Tarasenko, “Transformation of Soviet Space Program after the Cold War,”
Science & Global Security, Vol. 4, (Gordon and Breach Science Publisher, 1994), 340.
28
Moskow, Dniepropetrovsk, Samara, Miass, dan Omsk.52
Melalui program
pengembangan tersebut, kapabilitas eksplorasi antariksa Uni Soviet sangat
terbantu dengan adanya kemajuan teknologi pendorong roket (rocket booster)
hasil penelitian dan uji coba program ICBM. Walaupun pada faktanya
keberhasilan awal eksplorasi antariksa Uni Soviet baru dapat terealisasikan pada 4
Oktober 1957 melalui peluncuran satelit Sputnik.53
Gambar II.1. Sputnik
Sumber: Beyondgeek
54
Prestasi Uni Soviet tidak hanya terhenti pada ruang lingkup misi Low Earth
Orbit (Orbit Rendah Bumi) saja. Terdapat beberapa keberhasil misi eksplorasi
bulan yang diraih melalui tiga jenis misi Luna yang berbeda di tahun yang sama,
1959. Di samping itu prestasi Uni Soviet tidak hanya terhenti pada penerbangan
antariksa tanpa awak. Pada 12 April 1961, Uni Soviet mulai melakukan
penerbangan antariksa berawak pertama dalam misi Vostok 1. Pada misi tersebut,
52
Maxim V. Tarasenko, “Transformation of Soviet Space Program after the Cold War,”
341. 53
Ian H. Kennedy, The Sputnik Crisis and America‟s Responses, 1. 54
Sage Michael, “Sputnik” [artikel online]; tersedia di
https://www.beyondgeek.com/sputnik; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.
29
seorang kosmonot (julukan bagi penjelajah antariksa Rusia) Yuri Gagarin berhasil
melakukan satu putaran mengelilingi bumi selama 108 menit.55
Sebagai kelanjutan dari misi Vostok 1, Uni Soviet meenggagas misi
penerbangan antariksa yang lebih maju dalam segi kapasitas angkut kosmonot.
Pada tahun 1964 Uni Soviet berhasil menjalankan misi eksplorasi antariksa
berawak Voskhod 1 yang memuat tiga Kosmonot menuju orbit bumi.
Keberhasilan tersebut merupakan batu pijakan bagi Uni Soviet dalam merancang
misi-misi eksplorasi antariksa berawak Voskhod dan misi tanpa awak menuju luar
orbit bumi.56
Uni Soviet menggagas eksplorasi yang lebih maju setelah terpenuhinya
pencapaian eksplorasi antariksa di lingkup Low Earth Orbit. Pada tahun 1965,
Uni Soviet mampu menciptakan satelit pertama yang dapat mencapai pelanet
(Venus) di Tata Surya melalui misi Venera 3. Lebih dari itu, Uni Soviet
melakukan misi eksplorasi bulan dengan menggunakan instrumen robot sebagai
penjelajah bulan melalui misi Lunokhod 1 tahun 1970.57
Pada ranah teknologi stasiun antariksa, Salyut 1 merupakan stasiun antariksa
pertama yang dioperasikan pada tahun 1971. Peningkatan kecanggihan teknologi
eksplorasi antariksa Uni Soviet mengantarkan pada misi pengembangan teknologi
stasiun antariksa yang menjadi perwujudan awal dari laboratorium antariksa
berawak di orbit bumi. Pada tahun 1986, Uni Soviet berhasil merealisasikan
55
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 56
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 57
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”.
30
gagasan laboratorium antariksa berawak permanen di orbit bumi melalui misi
MIR.58
Gambar II.2. Mir Space Station
Sumber: Liputan6
59
A.2. Eksplorasi Antariksa Amerika Serikat Masa Perang Dingin
Keberhasilan Uni Soviet dalam menerbangkan satelit Sputnik pada tahun
1957 mernuju orbit bumi memacu Amerika Serikat untuk melakukan hal yang
sama, bahkan melebihi pencapaian Uni Soviet. Satu bulan setelah peluncuran
satelit Sputnik I dan II, Amerika Serikat bergegas mengimbangi kapabilitas
teknologi Uni Soviet melalui peluncuran satelit dengan menggunakan Navy
58
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program”. 59
Vina A Maulina, “Intip Canggihnya Stasiun Luar Angkasa Senilai US$ 100 Miliar” 22
Juli 2017 [artikel online]; tersedia di https://m.liputan6.com/bisnis/read/3031672/intip-canggihnya-
stasiun-luar-angkasa-senilai-us-100-miliar; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.
31
Vanguard Rocket. Namun pencapaian Amerika Serikat masih belum bisa
mengimbangi Uni Soviet diakibatkan kegagalan peluncuran roket tersebut.60
Pencapaian Amerika Serikat baru dapat terealisasikan pada 31 Januari 1958
melalui program peluncuran satelit Explorer I. Roket Jupiter-C sukses membawa
satelit Explorer I melesat menuju orbit bumi selama tujuh setengah menit yang
menandakan era eksplorasi antariksa Amerika Serikat telah dimulai. NASA
(National Aeronautics and Space Administration) menyebutkan, Amerika Serikat
tidak hanya memiliki kapabilitas dalam peluncuran satelit saja tetapi juga
membawa misi penelitian ilmiah di antariksa.61
Pengiriman manusia pada program Mercury yang digagas NASA menuju
orbit bumi tidaklah setara dengan program peluncuran satelit sebagaimana
layaknya program Sputnik. Pertimbangan keselamatan manusia menuju orbit atau
saat kembaliny menuju bumi adalah tantangan besar bagi ilmuan dalam
menciptakan model pesawat antariksa yang layak. Terpaan suhu panas akibat
gesekan pesawat yang melaju dengan sangat cepat terhadap atmosfer bumi
merupakan salah satu tantangan dasar bagi pengembangan pesawat antariksa
berawak.62
Pada 5 Mei 1961 keberhasilan program Mercury terealisasikan pada misi
Freedom 7 yang berhasil membawa astronot pertama Amerika Serikat, Alan
60
Sara Blumberg “Celebrating 60 Years of Groundbreaking U.S. Space Science,” National
Aeronautic and Space Agency, 1 Februari 2018 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.nasa.gov/feature/goddard/2018/60-years-of-groundbreaking-us-space-science/;
Internet; diunduh pada 20 Februari 2018. 61
Sara Blumberg “Celebrating 60 Years of Groundbreaking U.S. Space Science” 62
Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 11.
32
Shepard, pada ketinggian 116,5 mil dari permukaan bumi.63
10 bulan setelah
kosmonot Yuri Gagarin dinobatkan sebagai manusia pertama di orbit bumi,
Amerika Serikat melakukan misi pengiriman astronot pertama, John Glenn,
menuju orbit bumi. Hasil penelitian program Mercury menjadi dasar bagi
Presiden John F. Kennedy mengumumkan target pengiriman manusia menuju
bulan sebagai target baru bagi Amerika Serikat pada Mei 1961.64
Pencapaian terbesar eksplorasi antariksa Amerika Serikat pada masa space
age terjadi pada akhir dekade 1960-an. Melalui program Apollo, Amerika Serikat
berhasil mencatatkan sejarah melalui misi pendaratan di bulan yang diawali oleh
misi Apollo 11 pada 20 Juli 1969. Terhitung sebanyak enam misi Apollo berhasil
mendarat di bulan.65
Gambar II.3. Skylab Space Station
Sumber: National Aeronautics and Space Administration
66
63
National Aeronautic and Space Agency, “Mercury-Redstone 3 (18),” [artikel on-line];
tersedia di https://www.nasa.gov/mission_pages/mercury/mission/freedom7.html; Internet;
diunduh pada 21 Februari 2018. 64
Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 11. 65
Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 21. 66
NASA, “Skylab: America‟s First Space Station” 1 Februari 2013 [artikel on-line];
tersedia di https://www.nasa.gov/centers/marshall/history/skylab.html; Internet; diunduh pada 06
Juni 2018.
33
Eksplorasi antariksa Amerika Serikat tidak terhenti pada pencapaian
pendaratan bulan saja, akan tetapi Amerika Serikat berencana untuk melakukan
penelitian antariksa lebih luas dari sebelumnya. Realisasi rencana eksplorasi
antariksa yang lebih luas dimanifestasikan melalui pendirian stasiun antariksa
Skylab pada 14 Mei 1973.67
Stasiun antariksa berawak Skylab yang berada pada
ketinggian 434,52 kilometer menjadi laboratorium bagi penelitian astronomi,
pengetahuan tentang kehidupan, pengamatan bumi, astrofisika, system studies,
Komet Kohoutek, pengetahuan tentang materi, dan percobaan yang diajukan oleh
siswa.68
A.3. Kerjasama Antariksa Masa Perang Dingin
Keberhasilan Amerika Serikat dalam misi Apollo 11, 20 Juli 1969,
merupakan pertanda bagi berakhirnya space race di masa Perang Dingin.69
Baik
Amerika Serikat maupun Uni Soviet, keduanya mulai beranjak pada gagasan yang
lebih maju yakni dengan penciptaan laboratorium penelitian di antariksa yang
dapat dihuni oleh manusia. Pada masa tersebut, hubungan kompetisi yang
berkonotasi propaganda pada ranah eksplorasi antariksa mulai terkikis dengan
hadirnya beberapa kerjasama antariksa yang terjalin.70
67
Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 29. 68
Judith A. Rumeran, “US Human Spaceflight: a Record of Achievement”, 30. 69
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher School of
Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 4. 70
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 5.
34
Permulaan hubungan kerjasama eksplorasi antariksa Amerika Serikat dan
Uni Soviet dirintis pada penandatanganan perjanjian kerjasama penerbangan
antariksa oleh Presiden Richard M. Nixon (Amerika Serikat) dan Perdana Mentri
Leonid Brezhnev (Uni Soviet) pada tahun 1972. Perjanjian kerjasama tersebut
kemudian terealisasikan melalui program Apollo-Soyuz Test Project (ASTP) pada
15-24 Juli 1975. Pada program ASTP tersebut, Amerika Serikat bekerjasama
dengan Uni Soviet dalam melakukan manuver docking antar pesawat antariksa
dan melakukan berbagai eksperimen setelah proses docking dilakukan.71
Gambar II.4. Astronot dan Kosmonot Apollo-Soyuz Test Project
Sumber: National Aeronautics and Space Administration
72
Di samping itu kerjasama Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya
sebatas pada percobaan proses docking saja. Pada bidang pembuatan teknologi
antariksa, kedua negara bersama-sama menginisiasikan pembuatan Docking
71
Charles Redmond, “The Flight of Apollo-Soyuz” National Aeronautics and Space
Administration, 22 Oktober 2004 [artikel on-line]; tersedia di
https://history.nasa.gov/apollo/apsoyhist.html; Internet; diunduh pada 21 Februari 2018 72
NASA, “The Apollo Soyuz Test Project Image Gallery” [artikel on-line]; terseida di
https://history.asa.gov/astp/kipp.html; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.
35
Module yang berfungsi sebagai penghubung docking antara pesawat antariksa
Soyuz dan Apollo yang berbeda tekanan.73
Perdana Menteri Leonid Brezhnev
mengapresiasi keberhasilan proses docking tersebut dengan berkomentar “...One
can say that the Soyuz Apollo is a forerunner of future international orbital
stations” atau “seseorang bisa mengatakan bahwa (kerjasama) Soyuz Apollo
adalah suatu pelopor bagi stasiun antariksa internasional di orbit bumi”.74
Respon baik yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Leonid Bezhnev
merupakan pintu bagi peluang hubungan diplomatik yang erat antara Uni Soviet
dan Amerika Serikat dalam bidang eksplorasi antariksa. Keberhasilan kerjasama
yang mengantarkan pada peluang terjalinnya hubungan baik tersebut merupakan
hasil kolaborasi antara aktor negara dan aktor non-negara. Peranan aktor negara
terletak dalam hal prosedural diplomatik dalam perjanjian kerjasama, sedangkan
aktor non-negara seperti ilmuan, perancang, dan astronot/kosmonot berperan
dalam penggagasan, pembuatan, dan pengoperasian pesawat antariksa yang
menjadi instrumen diplomasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
A.4. Aksesi Uni Soviet (Rusia) di International Space Station
Eksistensi International Space Station (ISS) yang saat ini menjadi wadah
bagi penelitian berawal dari gagasan kontroversial masa Presiden Reagan tahun
1984. Gagasan pendirian stasiun antariksa berawak permanen yang pada mulanya
73
Charles Redmond, “The Flight of Apollo-Soyuz”. 74
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 6.
36
dijuluki “Freedom” mendapatkan tentangan terutama pada bidang pendanaan
yang dikhawatirkan akan memangkas anggaran militer.75
Keraguan pun
bertambah ketika peluncuran pesawat antariksa pada misi Challenger gagal yang
menewaskan Astronot Amerika Serikat pada tahun 1986.76
Alasan kuat yang melatarbelakangi perwujudan gagasan stasiun antariksa
permanen “Freedom” milik Amerika Serikat seiring waktu semakin meyakinkan.
Berawal dari pernyataan Presiden Reagan pada 1984 yang menyatakan bahwa
“perwujudan gagasan stasiun antariksa permanen dapat mempererat hubungan
damai, meningkatkan kesejahteraan, dan memperluas nilai kebebasan bagi setiap
manusia yang memiliki kesamaan tujuan.” Pada masa pemerintahan George H.
W. Bush, tahun 1992, NASA beserta kontraktor memproyeksikan 75.000
lapangan pekerjaan yang tersebar di 40 negara bagian Amerika Serikat sebagai
hasil dari proyek stasiun antariksa permanen.77
Di samping itu, pecahnya negara Uni Soviet menjadi 15 negara pada
Desember 1991 mengakibatkan pengelolaan program antariksa ikut terpecah.78
Hal demikian menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat terkait dengan
pemanfaatan teknologi antariksa yang dapat disalahgunakan oleh negara pecahan
Uni Soviet tersebut. Di samping itu itikad Rusia untuk menjual teknologi roket
75
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit” The World Today, Royal Institute of International
Affairs, Vol. 53, No. 5 (Mei, 1997), 116. 76
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 117. 77
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 117. 78
U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S. –Russia Cooperation in Space
(Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 1995), 27.
37
kepada India menjadi salah satu hal yang diantisipasi oleh Amerika Serikat terkait
dengan proliferasi nuklir.79
Menanggapi semakin kuatnya alasan untuk mewujudkan gagasan stasiun
antariksa permanen tersebut, Amerika Serikat menjalin kerjasama dengan Rusia
pada Desember 1993 dalam bidang pembangunan, pemanfaatan, dan penggunaan
stasiun antariksa. Sebelumnya, kerjasama eksplorasi antariksa dengan Rusia
menjadi instrumen bagi politik luar negeri Amerika Serikat. Melalui kerjasama
tersebut, Amerika Serikat berusaha untuk mengalihkan kecenderungan ilmuan dan
kontribusi keilmuannya dari proyek militer menjadi proyek non-militer.80
Bergabungnya Rusia menjadi anggota ISS merupakan kekuatan tambahan
yang penting bagi ISS. Hal demikian didasarkan atas kapabilitas ilmuan agen
eksplorasi antariksa Rusia (Roscosmos atau Russian Space Agency) mewarisi
sejarah pencapaian yang baik di bidang stasiun antariksa pada masa Uni Soviet.
Dengan demikian Amerika Serikat dapat terbantu dengan kapabilitas Rusia dalam
perancangan dan pengelolaan stasiun antariksa.81
Sebaliknya, ilmuan Rusia dapat
terus berinovasi dalam kecanggihan teknologi dan Rusia dapat terus
mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan laboratorium mikro-gravitasi
ISS.82
79
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 118. 80
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station: Science
for Diplomacy and its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 7. 81
U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S. –Russia Cooperation in Space,
34. 82
John M. Logsdon dan James R. Millar, “U.S.-Russian Cooperation in Human Space
Flight Assessing the Impacts” Space Policy Institute and Institute for European, russian and
Eurasian Studies, Elliott School of International Affairs (2001), 4.
38
B. INTERNATIONAL SPACE STATION (ISS)
B.1. Kondisi Umum International Space Station
International Space Station (ISS) merupakan rangkaian modul laboratorium
yang ditempatkan melayang pada ketinggian 400 kilometer (low earth orbit) di
atas permukaan bumi.83
Proses perakitan modul-modul laboratorium ISS dimulai
sejak tahun 1998 hingga 2011. Agen eksplorasi antariksa dunia yang terlibat
dalam perakitan dan pengelolaan ISS antara lain: National Aeronautics and Space
Administration (Amerika Serikat), Canadian Space Agency (Kanada), Japan
Aerospace Exploration Agency (Jepang), Roscosmos-Russian Federal Space
Agency (Rusia), dan European Space Agency (Eropa).84
Setiap aktor (agen eksplorasi antariksa dunia) memiliki kepentingan yang
berbeda-beda terhadap aktivitas penelitian satu sama lain dalam pemanfaatan ISS.
Namun demikian setiap aktor dipersatukan oleh kesamaan tiga dasar tujuan pokok
yang hendak dicapai melalui aktivitas kerjasama antar aktor di ISS. Sebagaimana
yang disebutkan dalam buku International Space Station Facilities Research in
Spcae 2017 and Beyond, kesamaan tujuan tersebut mencakup pada aspek: “(1)
educating the children of today to be the leaders and space explorers of
tomorrow; (2) returning the knowledge gained in space research for the benefit of
83
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond (Washington DC: National Aeronautics and Space
Administration, 2017), 11. 84
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”
[artikel on-line] tersedia di:
https://www.nasa.gov/sites/default/files/atoms/files/jsc_benefits_for_humanity_tagged_6-30-
15.pdf; Internet; diunduh pada 4 Oktober 2017.
39
society; and (3) preparing human exploration of destinations beyond low-earth
orbit.”85
Gambar II.5 International Space Station
Sumber: National Aeronautic and Space Administration
86
Penempatan manusia di ISS dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan
fasilitas penelitian dimulai sejak tanggal 2 November tahun 2000. Kehadiran
astronot atau kosmonot di ISS hingga sampai saat ini masih berlangsung melalui
regulasi pergantian astronot atau kosmonot di setiap periode yang ditentukan.87
Kemajuan signifikan terjadi di tahun 2009, ISS telah mampu menampung enam
awak yang sebelumnya hanya mampu menampung tiga awak.88
Setelah berakhirnya proses perakitan modul utama laboratorium ISS,
William H. Gerstenmaier, Associate Administrator NASA Space Operations
85
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 4. 86
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, sampul. 87
National Aeronautics and Space Administration, Reference Guide to the International
Space Station (Washington DC: National Aeronautics and Space Administration, 2010), 5. 88
Perry Johnson-Green, dkk., “Research in Space: Facilities on the International Space
Station,” National Aeronautic and Space Agency, [artikel on-line]; tersedia di:
https://www.nasa.gov/pdf/393789main_iss_utilization_brochure.pdf&ved=2ahUKEwilnfGWzJ3Z
AhUYS48KHTfaBslQFjADegQlBxAB&usg=AOvVaw28ZWxWbvzMbd3KUu-g2C1a; Internet;
diunduh pada 6 Maret 2018.
40
Mission Directorate, menegaskan terdapat pergeseran konsentrasi di ISS.
Sebelumnya perhatian agen eksplorasi antariksa dunia lebih terpusat pada
penyelesaian perakitan ISS. Setelah perakitan modul-modul ISS selesai, fokus
tertuju pada penggunaan dan pemanfaatan ISS untuk penelitian ilmiah,
pengembangan teknologi, eksplorasi, aktivitas komersial, dan pendidikan.89
Grafik II.B.1 Intensitas Eksperimen di ISS
Sumber: National Aeronautics and Space Administration90
Dengan bergesernya fokus utama aktivitas di ISS, negara-negara agen
eksplorasi antariksa anggota ISS mulai mengintensifkan pemanfaatan
laboratorium mikro gravitasi tersebut. Mengingat pemanfaatan ISS mencakup
pada berbagai aspek kehidupan manusia, ilmuan yang menempati ISS tidak hanya
89
National Aeronautics and Space Administration, Reference Guide to the International
Space Station, 5. 90
NASA, Reference Guide to the International Space Station (Washington DC: National
Aeronautics and Space Administration, 2010), 9.
41
ilmuan di bidang astronomi ataupun tehnik mesin, akan tetapi terdapat ilmuan di
bidang multidisiplin ilmu pengetahuan kesehatan, biologi, matematika, hingga
kimia. Hal demikian merupakan usaha negara-negara anggota ISS dalam
meningkatkan dan memajukan ilmu pengetahuan melalui peranan agen antariksa
dalam penelitian, penemuan dan pemanfaatan mikro-gravitasi antariksa.
B.2. Fungsi International Space Station
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu pilar penyokong dari kemajuan
suatu peradaban. Seiring dengan berjalannya waktu dalam suatu peradaban, ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan dan kemajuan dari masa ke masa. Hal
demikian terefleksikan melalui sumbangsih penelitian dan penemuan dari masa
lampau dan diperbaharui atau dikembangkan bahkan menjadi acuan penelitian
pada masa sekarang.
Kemajuan ilmu pengetahuan memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia
pada aspek cara manusia merespon permasalahan yang ada. Pada konteks
pembahasan International Space Station (ISS), manusia telah mewujudkan
pemikiran tentang bagaimana cara mengentaskan permasalahan yang terjadi di
muka bumi dan mencari jawaban terhadap rasa keingintahuan manusia atas alam
semesta. Perwujudan pemikiran tersebut dilandasi oleh adanya pemikiran,
penelitian, dan penemuan terdahulu mengenai fisika, kimia, bahkan biologi yang
mendasari pembuatan laboratorium melayang ISS yang dapat dihuni di antariksa.
42
Sebagaimana layaknya laboratorium, ISS digunakan untuk keperluan
kemajuan ilmu pengetahuan dan kehidupan umat manusia. Penelitian di ISS
difokuskan pada penelitian yang terkait dengan pengaruh kondisi mikro garvitasi
terhadap physical science, biologi hingga fisiologi manusia. Hingga tahun 2014,
jumlah eksperimen yang dilakukan di ISS telah mencapai angka 1700 aktivitas
eksperimen.91
Namun pada dasarnya penelitian yang dilakukan mencakup
beberapa bidang seperti human life science, biologi, fisiologi manusia, physical
and materials science, kebumian dan astronomi.92
Di antara keuntungan yang
dapat diperoleh dari penelitian di ISS mencakup pada aspek:
a. Kesehatan
Penelitian di orbit bumi melalui ISS pada ranah kesehatan manusia tertuju
pada pengaruh lingkungan mikro-gravitasi terhadap kesehatan manusia di
antariksa dan di bumi. Sebagimana yang dilaporkan oleh ISS Program Science
Forum bahwa penelitian di ISS berhasil memberikan pemahaman yang lebih baik
di bidang penuaan, trauma, dan penyakit. Kondisi mikro gavitasi tersebut
memungkinkan para peneliti untuk memahami dan menemukan cara
mengantisipasi kerapuhan tulang, perilaku bakteri dan tehnik pengobatan luka.93
b. Kebumian
Pengamatan terhadap gletser, lahan pertanian, kota dan batu karang dapat
dilakukan melalui ISS dengan mudah menggunakan teknologi yang diopersikan
91
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 92
NASA ISS Program Science Office, International Space Station Facilities Research in
Space 2017 and Beyond, 10. 93
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”
43
oleh ilmuan.94
ISS berkoordinasi dengan peneliti di permukaan bumi untuk
mengolah data yang didapat di orbit bumi dan menghasilkan hipotesis yang dapat
diterapkan dalam jangka waktu dekat.95
Data yang didapat dan diolah tersebut
menjadi informasi yang sangat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan kebijakan dalam sekala nasional atau internasional terkait lingkungan
hidup.96
Gambar II.6 Posisi Lintasan International Space Station
Sumber: National Aeronautic and Space Administration97
Pengamatan dan pengumpulan data terkait dengan lingkungan permukaan
bumi secara langsung merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki ISS. Lokasi
ISS, 400 km di atas permukaan bumi dengan sudut inklinasi sebesar 51.6 derajat,
94
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 11. 95
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 5. 96
United Nations Coordination of Outer Space Activities, Space Solutions for the World‟s
Problems: How the United Nations Family Uses Space Technology for Achieving Development
Goals (Austria: United Nations, 2005), 4. 97
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 11.
44
memungkinkan pengamatan menyeluruh terhadap permukaan bumi. Setiap 90
menit sekali ISS mampu mengitari bumi (mengorbit terhadap bumi).98
c. Inovasi Teknologi
Penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi mikro gravitasi
telah menghasilkan kemajuan pengetahuan di bidang teknologi inovatif.
Penelitian tersebut ditujukan bagi kemajuan teknologi yang menunjang
keberlanjutan dan aktivitas eksplorasi antariksa yang lebih mendalam. Hasil
penelitian tersebut terkait dengan pengaruh mikro gravitasi terhadap elemen fisik
yang diujicoba di ISS sebelum kemudian diaplikasikan pada sistem pesawat ruang
angkasa.99
Hasil penelitian tersebut dapat menstimulasi bagi perkembangan
kapabilitas tenaga kerja dan industri sehingga dapat memacu kemajuan
perekonomian.100
d. Edukasi
ISS memainkan peranan dalam menumbuhkan minat dan motivasi pada
siswa dan guru untuk terus mendalami bidang ilmu sains, teknologi, tehnik, dan
matematik. Hal demikian dilakukan oleh ISS melalui keterbukaan akses informasi
kepada masyarakat dunia dalam beberapa aktivitas dan penelitian yang dilakukan
di orbit bumi. Melalui aspek edukasi tersebut diharapkan masyarakat dunia,
98
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 11. 99
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 100
International Space Exploration Coordination Group, “Benefits Stemming from Space
Exploration” [artikel on-line]; tersedia di http://www.nasa.gov/sites/default/files/Benefits-
Stemming-from-Space-Exploration-2013-TAGGED.pdf; Internet; diunduh pada 25 Oktober 2017.
45
khususnya anggota ISS, dapat terpacu untuk terus berinovasi dan menjadi
generasi penerus eksplorasi antariksa di masa yang akan datang.101
e. Ekonomi
Aktivitas eksplorasi antariksa, khususnya di ISS, menghasilkan peluang
bagi perkembangan ekonomi melalui pendekatan government-as-a-customer.
Pemerintah tidak lagi menjadi aktor yang sepenuhnya berperan dalam
menyediakan jasa terkait dengan kebutuhan eksplorasi antariksa.102
Perusahaan
komersial memiliki peranan dalam menyediakan barang dan jasa bagi
keberlangsungan penggunaan stasiun antariksa. Jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan komersial tersebut merupakan hasil dari pengembangan kapabilitas
jasa yang selanjutnya akan digunakan pada kepentingan penelitian di ISS.103
f. Astronomi
Pada ranah astronomi, laboratorium ISS memainkan peranan yang sangat
penting dalam penelitian terhadap banyak aspek yang mendukung pada
keberlanjutan eksplorasi di luar kawasan Low Earth Orbit atau disebut sebagai
Deep Space Exploration.104
Eksplorasi tersebut menghasilkan pengetahuan baru
101
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity” 102
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity” 103
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 104
National Aeronautics and Space Administration, Reference Guide to the International
Space Station, 5.
46
bagi umat manusia dalam memahami alam semesta.105
Terutama pada
pengungkapan jawaban atas evolusi planet bumi di tata surya.106
105
International Space Exploration Coordination Group, “Benefits Stemming from Space
Exploration”. 106
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 1.
47
BAB III
HAMBATAN EKSPLORASI ANTARIKSA AMERIKA SERIKAT PASCA
REFERENDUM KRIMEA
A. REFERENDUM KRIMEA
Krisis Ukraina, tahun 2014, yang berawal dari permasalahan ekeonomi
bereskalasi menjadi permasalahan politik, keamanan, dan pertahanan. Krisis yang
bereskalasi tersebut merambah pada aksi pemberontakan bersenjata antara
pasukan separatis bersenjata dengan pasukan pemerintah di Ukraina Timur. Lebih
jauh lagi, kerumitan krisis di Ukraina semakin bertambah saat Rusia mengambil
bagian dalam konflik tersebut dalam rangka meredam perluasan konflik bersenjata
di Ukraina Timur. Namun pada pelaksanaannya, Steven Pefer menyatakan bahwa
tindakan-tindakan Rusia tidak mencerminkan apa yang ditujukan tersebut. 107
Pada 27 Februari 2014, Rusia mengirim pasukan bersenjata ke wilayah
Krimea. Pasukan bersenjata tersebut tersebar di beberapa tempat pemerintahan
strategis Krimea. Seminggu sebelum Referendum Krimea diselenggarakan, 6
Maret 2014, Parlemen Krimea memutuskan pendirian Republik Krimea sebagai
wilayah yang tidak lagi berada dalam otoritas kedaulatan Republik Ukraina.108
Sebelumnya, Amerika Serikat telah melayangkan peringatan kepada Rusia
107
Steven Pifer, “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response” The Senate Foreign Relations
Committee Statement for the Record. Brooking (5 Juni, 2014), 1. 108
Alasdair R. Young dan Vicki L. Birchfield, “Triangular Diplomacy and the Crisis in
Ukraine: The European Union, the United States and the Russian Federation” Georgia Center for
European and Tech Transatlantic Studies (Sam Nunn School of International Affair, 2015), 8.
48
melalui Menteri Luar Negeri John Kerry terkait apabila Rusia mengambil
kebijakan untuk menjadikan Krimea sebagai bagian dari wilayah berdaulat
Rusia.109
Referendum Krimea 16 Maret 2014 menghasilkan kesimpulan sebanyak
96,77% warga Krimea memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina dan
bergabung dengan Federasi Rusia. Sehari setelah pelaksanaan referendum
tersebut, Krimea menyatakan kemerdekaannya pada 17 Maret 2014 dan Rusia
menyambut Krimea sebagai bagian dari Federasi Rusia pada 18 Maret 2014.110
Penolakan Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap hasil keputusan
Referendum Krimea dan kebijakan Rusia berdasarkan pada aspek adanya
pelanggaran terhadap hukum nasional Ukraina serta hukum internasional. Jan
Matzek menyebutkan bahwa referendum tersebut bertentangan dengan Konstitusi
Ukraina pasal 73 “Issues of altering the territory of Ukraine are resolved
exclusively by an all Ukrainian referendum”.111
Di samping itu, Steven Pifer
menyatakan bahwa Rusia telah melanggar Budapest Memorandum on Security
Assurances tahun 1994. Memorandum tersebut merupakan komitmen
penghormatan Amerika Serikat, Inggris dan Rusia terhadap kedaulatan wilayah
Ukraina.112
109
Palupi Annisa Auliani. “Amerika: Senin, Rusia Akan Hadapi Serangkaian Tindakan bila
„Rebut‟ Crimea,” Kompas, 14 Maret 2014 [berita on-line]; tersedia di
http://internasional.kompas.com/read/2014/03/14/0003591/Amerika.Senin.Rusia.Akan.Hadapi.Ser
angkaian.Tindakan.bila.Rebut.Crimea; Internet; diunduh pada 02 Maret 2018 110
Jan Matzek, “Annexation of Crimea by the Russian Federation,” Policy Paper, Institut
Pro Politiku A Spolecnost (January, 2016), 4. 111
Jan Matzek, “Annexation of Crimea by the Russian Federation”, 4. 112
Steven Pifer, “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response”, 3.
49
B. HAMBATAN SETELAH REFERENDUM KRIMEA
B.1. Sanksi Amerika Serikat Terhadap Rusia
Penentangan Amerika Serikat atas keputusan referendum Krimea yang
diselenggarakan pada 16 Maret 2014 berujung pada penjatuhan sanksi terhadap
Rusia. Amerika Serikat menilai referendum yang menghasilkan keputusan
penggabungan wilayah Krimea kedalam wilayah berdaulat Rusia merupakan
referendum yang tidak sah. Pada pelaksanaanya, referendum Krimea tersebut
bertentangan dengan hukum nasional Ukraina dan beberapa hukum
internasional.113
Melalui sidang umum PBB, sebanyak 100 negara menyetujui
Resolusi Sidang Majelis Umum PBB tanggal 27 Maret 2014 yang menyatakan
ketidakberlakuan status referendum Krimea dalam sudut pandang hukum
internasional.114
Ketidaksetujuan Amerika Serikat atas tindakan Rusia dalam hal keterlibatan
dan penerimaan hasil keputusan referendum Krimea tersebut mendorong Amerika
Serikat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi diberbagai bidang. Sanksi tersebut
antara lain mencakup:
1) Pembekuan aset dan pelarangan terhadap transaksi dengan warga negara
Russia tertentu seperti: pegawai pemerintah Russia, utusan Rusia,
113
Steven Pifer, “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response” The Senate Foreign Relations
Committee Statement for the Record. Brooking (5 Juni, 2014), 3. 114
DW, “PBB Kecam Rusia Karena Aneksasi Krimea” Deutsche Welle, 28 Maret 2014
[berita on-line]; tersedia di http://m.dw.com/id/pbb-kecam-rusia-karena-aneksasi-krimea/a-
17527351; Internet; diunduh pada 20 Maret 2018.
50
pengusaha dan warga negara Rusia tertentu yang memiliki hubungan erat
dengan Kremlin.115
2) Pembekuan aset dan pelarangan terhadap transaksi dengan entitas
tertentu. Sanksi ini membekukan aset dan melarang adanya aktivitas
transaksi ekonomi antara beberapa perusahaan Rusia dengan warga
negara Amerika Serikat ataupun entitas tertentu. Adapun beberapa
perusahaan Rusia yang terkena dampak sanksi seperti: Bank Rossiya,
Volga Group, dan Almaz-Antey.116
3) Penghambatan terhadap aktivitas transaksi finansial dengan perusahaan
Rusia yang beroperasi di sektor kunci perekonomian Rusia. Sanksi ini
ditujukan pada sektor jasa keuangan, energi, dan pertahanan. Di antara
beberapa perusahaan yang terkena dampak sanksi tersebut antara lain:
Rosoboronexport, Rosneft, Rostec dan Sberbank.117
4) Penghambatan terhadap aktivitas ekspor minyak, jasa dan teknologi
terkait dengan perminyakan kepada Rusia. Sanksi ini melarang adanya
aktivitas warga negara Amerika Serikat dan entitas tertentu yang dapat
membantu terselenggaranya eksplorasi dan proses produksi minyak di
wilayah berdaulat Rusia maupun di wilayah yang di klaim oleh Rusia.118
115
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy,” Congressional Research
Service (17 Februari, 2017), 2. 116
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 3. 117
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 3. 118
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 4.
51
5) Pembatasan terhadap aktivitas ekspor tertentu. Sanksi ini membatasi
pada aktivitas ekspor pada bidang kebendaan dual-use dan militer ke
Rusia.119
B.2. Respon Rusia terhadap Sanksi Amerika Serikat
Sanksi perekonomian yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat sebagai bentuk
respon atas kebijakan Rusia dalam referendum Krimea tidak hanya berdampak
satu arah. Walaupun pada faktanya menunjukkan terdapat dampak sanksi di
sektor perekonomian Rusia pada saat awal penerapan sanksi 2014 seperti
penurunan saham hingga mencapai 3% akibat kekhawatiran resiko geopolitis.120
Namun, dampak sanksi tersebut juga dirasakan oleh Amerika Serikat sebagai
mitra kerjasama Rusia dalam bidang teknologi antariksa.121
Sebagai bentuk respon atas sanksi ekonomi yang dijatuhkan, Rusia
membalas sanksi tersebut dengan pelarangan impor bahan pangan. Respon
tersebut dimulai pada Agustus 2014 dengan memberlakukan pelarangan impor di
sektor agrikultural tertentu yang ditujukan bagi negara-negara yang menjatuhkan
sanksi terhadap Rusia, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa.122
Lebih jauh
lagi, melalui Wakil Perdana Menteri Rusia, Dimitri Rogozin, menyatakan bahwa
Rusia tidak akan mempertimbangkan penggunaan ISS bersama Amerika Serikat
119
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 4. 120
DW, “Sanksi Terhadap Rusia Mulaaai Tunjukkan Dampak,” Deutsche Welle, 21 Maret
2014 [berita on-line]; tersedia di http://m.dw.com/id/sanksi-terhadap-rusia-mulai-tunjukkan-
dampak/a-17512631; Internet; diunduh pada 20 Maret 2018. 121
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 11. 122
Rebecca M. Nelson, “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy”, 3.
52
melebihi tahun 2020.123
Sebagai strategi menghadapi gejolak politik yang
berimbas pada sektor kerjasama antariksa, Rusia mempertimbangkan kerjasama
antariksa dengan Tiongkok.124
Dimitri Rogozin memandang Tiongkok sebagai
rekan kerjasama yang potensial bagi Rusia dalam pengembangan dan penelitian
program stasiun bulan di tahun 2024.125
Setelah pernyataan pendirian Rusia atas ISS tersebut, rencana NASA yang
menargetkan penggunaan ISS hingga tahun 2024 harus berlangsung tanpa Rusia
sebagai rekan kerjasama di ISS setelah tahun 2020. Mengingat kontribusi peranan
Rusia di ISS sangat besar dan berkaitan dengan fungsional vital ISS, beban
Amerika Serikat akan bertambah dalam mempersiapkan teknologi pengganti milik
Rusia di ISS. Hal demikian dapat menghambat penelitian di ISS sebagai bentuk
persiapan misi eksplorasi antariksa NASA melebihi Low Earth Orbit.
Dalam merespon sanksi ekonomi Amerika Serikat, penarikan diri dari
perpanjangan operasional ISS bukanlah respon tunggal yang dikeluarkan oleh
Rusia. Sebagai mitra dagang teknologi antariksa Amerika Serikat, Rusia
mengancam akan menghentikan pasokan mesin roket bagi Amerika Serikat.
Sebagaimana pernyataan Dimitri Rogozin yang dikutip oleh BBC “kami tidak
akan lagi mengirim mesin-mesin ke Amerika Serikat. Kami juga tidak akan
123
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat,” 14 Mei 2014 [berita on-line];
tersedia di http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/05/140513_rusia_amerika_roket#orb-footer;
Internet; diunduh pada 21 Maret 2018. 124
James Andrew Lewis, “Space Exploration in a Changing International Environment” A
Report of the CSIS Strategic Technologies Program (Washington DC: Rowman & Littlefield, Juli
2014), 12. 125
Russia Today, “Russia and China to Work Together on Space Explorations, Moon
Missions from 2018,” 30 Agustus 2017 [berita on-line]; tersedia di
https://www.rt.com/news/401495-russia-china-joint-space-2018/; Internet; diunduh pada 16 Mei
2018.
53
melakukan pemeliharaan mesin-mesin yang sudah dikirim ke Amerika”.126
Terdapat dua teknologi roket buatan Rusia yang digunakan oleh Amerika Serikat,
di antaranya: RD-180 dan RD-181.127
Gambar III.1 (a) Mesin Roket RD-181 dan (b) RD-180
Sumber: (a) Russian Space Web128
dan Space Flight Insider129
Keterlibatan Rusia dalam penyediaan transportasi antariksa dalam negeri
Amerika Serikat melalui Commercial Crew Program dan Commercial Orbital
Transportation Service NASA hanya sebatas pada cakupan rekan kerjasama
penyedia mesin roket. Dalam program transportasi kargo antariksa komersial
(COTS), perusahaan Orbital ATK merupakan salah satu pengguna jasa Rusia
dalam menyediakan teknologi roket RD-181 bagi keperluan roket Antares.130
Selain Orbital ATK, United Launce Alliance yang terdiri dari perusahaan Boeing
126
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”. 127
Pavel Luzin, “Space Program-2025” Intersection [artikel on-line]; tersedia di
http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet; diunduh pada 21
Maret 2018. 128
Anatoly Zak, “RD-181 Engine for the Antares Rocket” Russian Space Web, 21 Maret
2018 [artikel on-line]; tersedia di https://www.russianspaceweb.com/rd181.html; Internet; diunduh
pada 07 Juni 2018. 129
Joe Latrell, “The Race to Replace the RD-180 Goes Full Throttle” SFI Space Flight
Insider, 3 Maret 2016 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.spaceflightinsider.com/organization/ula/race-replace-rd-180-goes-full-throttle/;
Internet; diunduh pada 07 Juni 2018. 130
Pavel Luzin, “Space Program-2025”.
b a
54
dan Lockheed Martin merupakan mitra dagang teknologi antariksa RD-180 yang
digunakan untuk keperluan pengiriman satelit militer Amerika Serikat melalui
roket Atlas.131
C. ANCAMAN BAGI KEBERLANGSUNGAN ISS
Setelah hampir dua dekade kerjasama yang terjalin di antara 15 negara
dalam program ISS, terdapat berbagai peristiwa yang memicu ketegangan di
antara negara-negara anggota ISS seperti perang Iraq (2003), perpecahan wilayah
Georgia (2006), dan pembunuhan mantan agen mata-mata Alexander Litvinenko
di London (2006). Peristiwa yang terjadi di awal dekade pertama kerjasama ISS
tersebut berhasil memicu ketegangan politik di antara beberapa negara anggota
ISS. Akan tetapi Jean-Christophe Mauduit memandang bahwa serangkaian
peristiwa di awal dekade pertama tersebut tidak mengganggu stabilitas kerjasama
ISS sebagaimana yang tercerminkan melalui pengiriman astronot maupun
kosmonot secara berkelanjutan hingga sampai saat ini.132
Kerjasama yang berlangsung di antara lima agen eksplorasi antariksa yang
mewakili 15 negara di ISS menghadapi segelintir permasalahan di awal dekade
kerjasama. Salah satu permasalahan tersebut tertuju pada faktor ketersediaan
131
Loren Thompson, “Why SpaceX Lost Its Bid To Ban Russian Rocket Engines” Forbes,
7 Juli 2016 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.forbes.com/sites/lorenthompson/2016/07/07/why-spacex-lost-its-bid-to-ban-russian-
rocket-engine-debate/amp/; Internet; diunduh pada 21 Maret 2018. 132
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher
School of Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 8.
55
anggaran bagi eksplorasi antariksa. Hal demikian merupakan akibat dari
teralihkannya fokus perhatian negara-negara, terutama anggota ISS, pada isu yang
dinilai memiliki prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas ekplorasi
antariksa.133
Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi mencontohkannya dengan usulan
pemotongan anggaran oleh Presiden George W. Bush di tahun 2003 bagi aktivitas
pengoperasian sarana ISS terutama pada penghapusan anggaran program Crew
Return Vehicle. Hal demikian merupakan kendala yang berpengaruh bagi
optimalisasi operasional dan pemanfaatan ISS terutama pada bidang program
penelitian biologi dan alat-alat pendukung penelitian di bidang sains dan tehnik.134
Pemotongan anggaran tersebut tentu saja membawa dampak yang signifikan
mengingat Amerika Serikat yang merupakan salah satu dari dua kekuatan besar
eksplorasi antariksa selain Rusia yang memiliki kapabilitas dalam bidang launch
system, ekplorasi robotik dan penerbangan antariksa berawak.135
Namun ketahanan soliditas kerjasama ISS kembali menemui kondisi yang
rentan akan kemunduran di awal dekade ke dua kerjasama. Rentannya
kemunduran kerjasama tersebut diakibatkan oleh faktor ketegangan politik yang
berdampak pada pelemahan sektor hubungan antar negara, khususnya negara
anggota ISS. Secara langsung maupun tidak, negara anggota ISS menjadikan
133
Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi, ed., “Future Human Spaceflight: The Need for
International Cooperation” International Academy of Astronautics (Paris, 2010), 21. 134
Laurence R. Young, “Editorial: The International Space Station at Risk” Science, Vol.
296, no. 5567, (2002), 429. 135
Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi, ed., Future Human Spaceflight: The Need for
International Cooperation, 21.
56
sektor eksplorasi antariksa sebagai instrumen bagi angenda politik negara yang
bersitegang tersebut.136
Konflik Ukraina yang mengundang berbagai reaksi dari masyarakat
internasional telah memicu ketegangan di antara beberapa negara anggota ISS
terutama setelah berlangsungnya referendum Krimea tahun 2014. Implikasi yang
ditimbulkan dari kondisi stabilitas politik Ukraina yang lemah membuat Rusia
berpeluang untuk memanfaatakan kondisi tersebut dalam melakukan tindakan
yang menguntungkan Rusia dalam referendum Krimea tahun 2014.137
Hal
demikian memicu respon barat, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang
menganggap bahwa referendum Krimea yang sarat dengan campur tangan Rusia
merupakan referendum yang tidak sah dan bertentangan dengan konstitusi
Ukraina dan hukum internasional.138
Menimbang sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat kepada Rusia,
Dimitry Rogozin, Wakil Perdana Menteri Rusia, mengumumkan respon balasan
yang terkait dengan eksplorasi antariksa. Dalam sanksi tersebut, Rusia bertekad
untuk tidak melakukan penjualan teknologi mesin roket kepada Amerika Serikat
dan tidak menjamin akan adanya keterlibatan Roscosmos pada perpanjangan
kerjasama di ISS setelah tahun 2020.139
Phil Plait memandang bahwa melalui
kepemilikan teknologi canggih, seperti modul Zvezda, Rusia dapat
136
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations”, 9. 137
Anna Dolya, “The Annexation of Crimea: Lessons for European Security” European
Issues,No. 382, Foundation Robert Schuman (23 Februari 2016), 3. 138
Jan Matzek, “Annexation of Crimea by the Russian Federation,” Policy Paper, Institut
Pro Politiku A Spolecnost (January, 2016), 4. 139
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”.
57
mengoperasikan stasiun antariksa di Low Earth Orbit tanpa adanya keterlibatan
teknologi Amerika Serikat.140
Hambatan yang berlaku di antara Amerika Serikat dan Rusia dalam
kerjasama ISS merupakan ancaman bagi keberlangsungan masa depan eksplorasi
antariksa. Penarikan diri Rusia dari program kerjasama ISS akan menghambat
stabilitas operasional ISS mengingat peranan besar yang dimainkan oleh Rusia
dalam menjaga eksistensi keberlangsungan program ISS. Hal demikian dapat
berimplikasi pada perubahan fokus sementara anggota ISS dari persiapan
eksplorasi antariksa di luar Low Earth Orbit menuju penelitian pengganti
teknologi Rusia demi keberlangsungan laboratorium mikro-gravitasi tersebut.
D. MISI EKSPLORASI ANTARIKSA AMERIKA SERIKAT
Aktivitas eksplorasi antariksa melalui ISS bukan merupakan aktivitas
tunggal Amerika Serikat di antariksa. Terdapat beberapa eksplorasi dan
pemanfaatan antariksa baik itu bersifat misi berawak maupun misi tanpa awak
seperti Mars Curiosity. Namun aktivitas di ISS tergolong ke dalam aktivitas yang
sangat vital dalam penggagasan dan persiapan misi antariksa yang lebih jauh.
Dengan kata lain ISS merupakan instrumen batu pijakan bagi NASA dalam
melaksanakan eksplorasi antariksa yang lebih jauh sebagaimana yang tercantum
140
Phil Plait, “Russian Deputy Prime Minister Threatens to Pull Out of ISS” Slate, 14 Mei
2014 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.slate.com/blogs/bad_astronomy/2014/05/14/nasa_and_the_iss_russia_threatens_to_ab
andon_international_space_effort.html#/; Internet; diunduh pada 04 April 2018.
58
dalam tujuan bersama pemanfaatan ISS yang menyebutkan “preparing human
exploration of destinations beyond low-earth orbit.”141
Di tahun 2004, Presiden George W. Bush menginisiasi pembuatan the
Vision for Space Exploration (VSE 2004) yang menjadi acuan bagi NASA dalam
memprioritaskan tujuan dari pelaksanaan penelitian dan ekplorasi NASA hingga
tahun 2010. VSE 2004 tersebut memuat serangkaian tujuan besar seperti
pegiriman astronot menuju bulan dalam rangka persiapan destinasi eksplorasi
yang lebih jauh menuju Mars dan planet lain. Di samping itu, penekanan pada
peran robot dalam eksplorasi tata surya dan destinasi di luar tata surya mulai
difokuskan.142
Masa berlaku VSE 2004 dalam menentukan prioritas tujuan berakhir ketika
NASA Authorization Act of 2010 (NAA 2010) berlaku. Di dalam NAA 2010
tersebut memuat beberapa perubahan fokus yang signifikan terhadap arah tujuan
NASA. Setelah berakhirnya masa penggunaan Space Shuttle yang menandakan
selesainya tahap perangkaian modul ISS tahun 2011, NASA berkolaborasi dengan
pihak swasta dalam rangka penggunaan jasa roket maupun pesawat antariksa
komersial untuk mengantarkan kargo dan astronot menuju ISS ataupun destinasi
lebih jauh dari ISS.143
141
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, 4. 142
National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration
(Washington: NASA Headquarters, 2004), 7. 143
Daniel Morgan, “The Future of Nasa: Space Policy Issues Facing Congress”
Congressional research Service (27 Januari, 2011), 6.
59
Dalam rangka mengukur keberhasilan dan memproyeksikan gambaran
tujuan yang akan dicapai NASA, pada tahun 2014 NASA membentuk NASA
Strategic Plan 2014 (NSP 2014) sebagai upaya NASA dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah dibentuk. Terdapat beberapa program yang direncanakan NASA
dalam NSP 2014 tersebut. Melalui NSP 2014 tersebut, NASA merangkai dan
menyusun prioritas tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu panjang.144
D.1. NASA Strategic Plan 2014
Dalam rangka mengukur seberapa jauh pencapaian dari misi-misi yang
dilaksanakan oleh NASA, National Aeronauticss and Space Act mengamanatkan
keterlibatan peran ilmuan dalam menggagas perencanaan tolak ukur ilmiah
terhadap misi yang dilaksanakan. Di samping itu, keterlibatan ilmuan tidak
terbatas hanya pada perencanaan saja namun juga terlibat pada observasi melalui
instrumen pesawat antariksa.145
NSP 2014 merupakan produk kolaborasi antara
pemerintah dengan ilmuan dalam menghasilkan suatu pondasi perencanaan
program dan tujuan yang menjiwai visi maupun misi NASA sebagai agen
antariksa sipil Amerika Serikat.146
Proyeksi pencapaian masa depan dari aktivitas penelitian dan eksplorasi
yang dapat meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan fokus
rencana strategis NASA di tahun 2014 (NSP 2014). Melalui peningkatan taraf
144
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, iii. 145
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 1. 146
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 5.
60
tersebut, keberlanjutan program eksplorasi antariksa berawak maupun tanpa awak
dapat terus berlangsung bahkan diperluas. Hal demikian merupakan upaya agen
antariksa sipil Amerika Serikat (NASA) dalam berkontribusi bagi peningkatan
taraf hidup manusia di berbagai aspek, mengamankan bumi melalui pengolahan
data dan tindakan preventip, mendorong lahirnya inovasi di bidang sains-
teknologi, dan meningkatkan perekonomian Amerika Serikat.147
D.2. Program Eksplorasi Antariksa di Luar Low Earth Orbit
Sebagaimana yang dijelaskan dalam NSP 2014, NASA bertekad untuk
mengubah cakupan eksplorasi antariksa berawak yang hanya terpaku pada
cakupan Low Earth Orbit, dimana ISS berada, menjadi melebihi Low Earth Orbit.
Salah satu misi eksplorasi antariksa berawak yang sedang dipersiapkan adalah
misi eksplorasi Near Earth Asteroids (NEAs) yang membutuhkan waktu tempuh 6
bulan perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan roket Space Launch System
(SLS) dan pesawat antariksa (kapsul) Orion.148
Sementara misi eksplorasi NEAs
tanpa awak, OSIRIS-Rex, akan dijadwalkan tiba di Asteroid Bennu pada agustus
2018.149
Misi ekplorasi antariksa di luar low earth orbit tidak terhenti hanya pada
misi eksplorasi NEAs, Planet Mars merupakan destinasi eksplorasi antariksa
147
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014 iii. 148
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 12. 149
Brian Dunbar, “What‟s Next For NASA?,” National Aeronautics and Space
Administration, 13 Desember 2017 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.nasa.gov/about/whats_next.html; Internet: diunduh pada 15 Maret 2018.
61
selanjutnya setelah misi eksplorasi NEAs. Pada misi eksplorasi Mars tersebut,
NASA berencana untuk mengirimkan robot penjelajah planet Mars di tahun 2020
yang akan mengidentifikasi gejala aktivitas geofisika dan mempelajari lingkungan
in situ Planet Mars.150
Misi tersebut dipersiapkan sebagai langkah persiapan misi
ekplorasi berikutnya dengan melibatkan astronot NASA di Planet Mars yang akan
memakan waktu enam bulan perjalanan dengan durasi 500 hari bermukim
dipermukaan Planet Mars.151
Eksplorasi antariksa berawak Planet Mars akan sulit dilakukan jika NASA
tidak menjalankan misi eksplorasi NEAs. Misi tersebut selain bertujuan untuk
mengetahui data yang dapat menjelaskan tentang Tata Surya dan ancaman yang
dapat ditimbulkan, eksplorasi NEAs memiliki kegunaan bagi peningkatan
kapabilitas astronot, dan teknologi, pesawat antariksa.152
Misi NEAs yang
selanjutnya disebut sebagai Asteroid Redirect Mission (ARM) memberikan
peluang bagi Astronot untuk mengeksplorasi secara langsung material Asteroid
yang dibawa oleh robot.153
150
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 8 151
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 13. 152
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, 8. 153
Brian Dunbar, “What Is NASA‟s Asteroid Redirect Mission?” National Aeronautics and
Space Administration, 4 Agustus 2017 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.nasa.gov/content/what-is-nasa-s-asteroid-redirect-mission/; Internet: diunduh pada 17
Maret 2018
62
D.3. Program ISS dalam NASA Strategic Plan 2014
Keberlangsungan rencana misi eksplorasi antariksa berawak NASA menuju
objek-objek di luar Low Earth Orbit bergantung pada aktivitas penelitian di ISS.
Persiapan demi persiapan dilakukan melalui berbagai penelitian dan uji coba.
Dengan kata lain, ISS merupakan batu pijakan bagi lima agen antariksa dunia,
termasuk NASA, dalam mempersiapkan misi eksplorasi antariksa.
Charles F. Bolden Jr., Administrator NASA, menyatakan bahwa
International Space Station (ISS) merupakan tempat bagi para peneliti dalam
memahami pengaruh lingkungan antariksa terhadap kehidupan dan aktivitas
makhluk hidup.154
Hasil penelitian di ISS berperan bagi keberhasilan dan
kelancaran misi eksplorasi antariksa yang lebih dalam. Sebagaimana misalnya
hasil penelitian terhadap efek durasi penerbangan antariksa terhadap tubuh
manusia dan pengembangan material di ISS yang dapat diaplikasikan pada misi
eksplorasi antariksa selanjutnya.155
Perpanjangan masa pemanfaatan ISS hingga tahun 2024 sangat beralasan
bagi NASA dalam rangka merealisasikan rencana eksplorasi antariksa di luar Low
Earth Orbit. NSP 2014 menyebutkan beberapa penelitian yang dapat dilakukan di
ISS terkait dengan eksplorasi antariksa seperti: penelitian teknologi lingkungan
hidup yang mendukung kehidupan astronot di antariksa, teknologi komunikasi,
teknologi navigasi, teknologi pembangkit listrik/bahan bakar dan teknologi tenaga
154
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014, iii. 155
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”
[artikel on-line] tersedia di:
https://www.nasa.gov/sites/default/files/atoms/files/jsc_benefits_for_humanity_tagged_6-30-
15.pdf; Internet; diunduh pada 4 Oktober 2017.
63
pendorong. Pada aspek penelitian efek lingkungan antariksa terhadap astronot,
ISS dapat menjadi tempat dalam memahami kondisi visual, pharmacology, nutrisi
dan kondisi otot astronot. Penelitian yang hanya dapat dilakukan di fasilitas
laboratorium ISS tersebut merupakan penyokong bagi keberlangsungan eksplorasi
antariksa di masa depan.156
Gambar III.2 Penelitian yang Dilakukan Astronaut Scott Tingle di ISS
Sumber: National Aeronautics and Space Administration
157
Dalam rangka mempersiapkan misi eksplorasi antariksa berawak menuju
Asteroid dan Planet Mars, astronot maupun kosmonot diharuskan mampu
bertahan di pesawat antariksa dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam
rangka menjawab tantangan tersebut, NASA bersama dengan Roscosmos dan
rekan kerja agen antariksa di ISS mengagendakan uji coba penerbangan “one-
year-increment”.158
Program uji coba tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi
efek penerbangan antariksa selama satu tahun terhadap kondisi kesehatan dan
156
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,14. 157
NASA, “NASA Astronaut Scott Tingle Performs Research Operations” [artikel on-line]
tersedia di: https://www.nasa.gov/mission_pages/station/images/index.html; Internet; diunduh
pada 10 Mei 2018. 158
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,13.
64
mental awak pesawat antariksa.159
Hal demikian merupakan salah satu dari sekian
tantangan penerbangan antariksa menuju Planet Mars selain efek radiasi dan efek
materi benda asing di Planet Mars.160
Pemanfaatan sarana penelitian ISS dalam keberlanjutan serangkaian misi
ekplorasi antariksa di luar Low Earth Orbit sangat membantu bagi NASA dalam
penyusunan strategi misi. Melalui aktivitas ISS tersebut, NASA dapat menyusun
strategi melalui penelitian dalam rangka menjawab tantangan resiko eksplorasi
antariksa menuju Planet Mars bahkan lebih jauh lagi. Dalam hal ini tantangan
utama yang dihadapi misi eksplorasi antariksa di luar Low Earth Orbit tertuju
pada paparan radiasi, penyediaan logistik, dan penerbangan antariksa yang aman
serta efisien.161
Di samping itu, kerjasama di antara lima agen antariksa dunia (NASA,
CSA, JAXA, Roscosmos dan ESA) dalam perangkaian modul, pemanfaatan dan
pemeliharaan ISS menjadi cerminan pentingnya kerjasama dalam pembangunan
sistem eksplorasi antariksa. Pengalaman dalam perangkaian, pemanfaatan dan
pemeliharaan ISS tersebut dapat diaplikasikan pada pembangunan sistem
eksplorasi di sekitar bulan yang dapat mendukung keberlangsungan eksplorasi di
luar Low Earth Orbit. Dengan demikian kompleksitas operasional yang dihadapi
159
Maxim Arbugaev, “What Did This Cosmonaut Miss About Earth After a Year in
Space?” National Geographic, 17 Oktober 2016 [video]; tersedia di
https://youtu.be/28YI9p6NBk8; Internet: diunduh pada 16 Maret 2018. 160
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,13 161
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,12.
65
dalam misi eksplorasi tersebut dapat ditekan melalui kerjasama antar agen
antariksa.162
162
National Aeronautics and Space Administration, NASA Strategic Plan 2014,12.
66
BAB IV
ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM
KERJASAMA ISS DENGAN RUSIA PASCA REFERENDUM KRIMEA
Kepentingan nasional Amerika Serikat dalam konteks wilayah antariksa
adalah tertuju pada ketersediaan akses dan pemanfaatan antariksa. Sebagaimana
yang tercantum dalam dokumen pemerintah A National Security Strategy for a
New Century tahun 1999, John Mortimer Logsdon menyebutkan bahwa terdapat
keterikatan antara aktivitas di antariksa dengan keamanan nasional dan
perekonomian Amerika Serikat.163
Kepentingan tersebut semakin menguat dan
menjadi kepentingan nasional yang vital bagi Amerika Serikat seiring dengan
tumbuhnya kapabiltas negara-negara dalam melakukan aktivitas di antariksa.164
Dalam perjalanan kerjasama program ISS, ketegangan politik yang terjadi di
antara beberapa negara anggota ISS tidak terlalu berpengaruh pada dekade awal
kerjasama. Hal demikian terefleksikan melalui keberlanjutan misi mobilitas
manusia menuju ISS sejak tahun 2000 hingga sampai saat ini.165
Menjelang akhir
dekade ke dua kerjasama, peristiwa Referendum Krimea tahun 2014 telah memicu
ketegangan pada ranah kerjasama ISS melalui penerapan sanksi beserrta respon-
163
John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest” Article in
Astrophysic, Januari 2003 [artikel] tersedia di:
https://www.researchgate.net/publication/22885617; file PDF; di akses pada 08 April 2018. 164
United States, National Space Policy of the United States of America, 1. 165
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations,” 8.
67
respon yang memiliki konotasi buruk terhadap proyeksi masa depan kerjasama di
ISS.166
Keterancaman kerjasama ISS mencuat setelah Rusia menyatakan posisinya
yang tidak menjamin perpanjangan kerjasama ISS setelah tahun 2020. Di samping
itu, respon Rusia terhadap sektor penggunaan teknologi roket Rusia telah
menimbulkan kekhawatiran akan kapabilitas transportasi antariksa Amerika
Serikat. Lebih lanjut, sindiran terhadap penggunaan trasnportasi Soyuz
menciptakan dilema bagi Amerika Serikat setelah program pesawat antariksa
Space Shuttle berakhir di tahun 2011. Hal demikian menjadikan ketersediaan
akses dan aktivitas pemanfaatan antariksa sebagai kepentingan nasional Amerika
Serikat mengalami gangguan dalam proses pencapaian dan pemeliharaannya.
A. Kepentingan Akses Antariksa
Penerbangan Space Shuttle Atlantis STS-135, Juli 2011, merupakan
penerbangan terakhir bagi program Space Shuttle.167
Berakhirnya program Space
Shuttle tersebut tidak menandakan berakhirnya upaya Amerika Serikat dalam
mengelola kapabilitas transportasi antariksa. Sebaliknya, ketergantungan NASA
pada peranan Space Shuttle sebagai transportasi menuju Low Earth Orbit bergeser
pada sektor komersial, sementara pergeseran fokus pemerintah beralih pada
166
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations,” 9. 167
National Aeronautics and Space Administration, “Space Shutlle Transition and
Retirement” [artikel on-line]; tersedia di
http://www.nasa.gov/centers/kennedy/pdf/608887main_T%26R.pdf; Internet: diunduh pada 18
Maret 2018.
68
penyediaan akses transportasi astronot bagi eksplorasi melebihi Low Earth Orbit
melalui program pengembangan Space Launch System.168
Terdapat dua teknologi mesin roket Rusia yang diminati penggunaanya oleh
perusahaan transportasi antariksa Amerika Serikat, antara lain: RD-180 dan RD-
181. Ketertarikan tersebut tertuju pada keterjangkauan harga dan performa mesin
roket sebagaimana fakta yang mencatatkan bahwa selama penerbangan tahun
1995 hingga 2017 belum terjadi kegagalan dalam misi penerbangan roket Atlas V
dengan mesin roket RD-180.169
Di samping itu, di tengah kondisi ketegangan
mesin roket Rusia tersebut, pihak Kementrian Pertahanan Amerika Serikat
mengatakan bahwa untuk sementara mesin roket RD-180 belum tergantikan
posisinya oleh mesin roket buatan dalam negeri.170
Terdapat beberapa perusahaan transportasi antariksa komersial Amerika
Serikat yang mengandalkan jasa mesin roket RD-180 dan RD-181. Perusahaan
Orbital ATK, penyedia jasa transportasi kargo menuju antariksa, mengandalkan
roket Antares dengan menggunakan mesin roket RD-181.171
Lebih jauh lagi,
pesawat antariksa Dream Chaser milik Orbital ATK mempercayakan Antares
sebagai roket pendorong dalam misi menuju ISS.172
Sementara pada transportasi
berawak milik perusahaan Boeing, CST-100 Starliner akan menggunakan roket
168
Scott Pace dan Giuseppe Reibaldi, ed., Future Human Spaceflight: The Need for
International Cooperation, 22. 169
United Launch Alliance, “Reliability, Flexibility, Performance: Get to Space Safely and
On Time” [artikel on-line]; tersedia di https://www.ulalaunch.com/rockets/atlas-v; Internet;
diunduh pada 06 Juni 2018. 170
Ken Dilanian, “Why Does the U.S. Use Russian Rocket to Launch Its Staellites?” NBC
News, 09 Juni 2016 [Berita On-line]; tersedia di https://www.nbcnews.com/mach/space/why-does-
u-s-use-russian-rockets-launch-its-satellites-n588526; Internet; diakses pada 14 Juni 2018. 171
Pavel Luzin, “Space Program-2025”. 172
Jason Rhian, “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with Completion of
DCR”.
69
Atlas V yang merupakan produk kolaborasi antara Boeing dan Lockheed Martin
(United Launch Alliance) bermesin roket RD-180.173
Tabel IV.A.1 Transportasi Antariksa dalam CCP dan COTS
Nama Program Perusahaan yang
Terlibat
Roket yang
Digunakan
Mesin Roket
yang Digunakan
Commercial Crew
Program dan
Commercial
Orbital
Transportation
Service
Boeing Atlas V 400 dan
Atlas 500
RD-180
SpaceX Falcon 9 dan
Falcon Heavy
Merlin
Sierra Nevada
Corporation
Atlas V RD-180
Orbital ATK Antares RD-181
Sumber: Intersection Project174
, Space Flight Insider175
dan SpaceX176
.
Ketergantungan industri transportasi antariksa Amerika Serikat terhadap
penggunaan mesin roket Rusia tersebut menjadikan Amerika Serikat belum
mampu menjaga kemandirian kapabilitas akses menuju antariksa selama masa
proses transisi menuju sistem transportasi antariksa komersial. Dampak
ketergantungan kapabilitas akses tersebut terefleksikan setelah Rusia
memberlakukan respon penghentian penggunaan mesin roket Rusia pada
kepentingan peluncuran satelit militer Amerika Serikat.177
Meskipun sanksi
tersebut ditujukan hanya pada kepentingan militer, namun sanksi tersebut
173
Jason Rhian, “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with Completion of
DCR”. 174
Pavel Luzin, “Space Program-2025,” Intersection [artikel on-line]; tersedia di
http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet; diunduh pada 11 April
2018. 175
Jason Rhian, “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with Completion of
DCR,” SFI Spaceflight Insider, 4 Januari 2018 [berita on-line]; tersedia di
http://www.spaceflightinsider.com/organizations/boeing/boeing-cst-100-starliner-one-step-closer-
flight-completion-dcr/; Internet; diunduh pada 11 April 2018. 176
SpaceX, “Falcon Heavy,” 2017[artikel on-line]; tersedia di
http://www.spacex.com/falcon-heavy; Internet; diunduh pada 11 April 2018. 177
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”.
70
menghambat bagi kepentingan industri antariksa sebagaimana yang di
khawatirkan oleh Lamar Smith, Chairman of Committee on Science, Space, and
Technology.178
Hambatan tersebut disebabkan oleh adanya proses penjaminan dan
pembuktian penggunaan mesin roket dalam ranah kepentingan publik yang
berimplikasi pada keterbatasan pasokan mesin roket.179
Gambar IV.1 Atlas V 400 Series
Sumber: United Launch Alliance
180
Hanya terdapat dua perusahaan yang berhasil meraih pencapaian dalam
pengembangan teknologi mesin roket buatan Amerika Serikat. SpaceX, sebagai
perusahaan yang bekerjasama dengan NASA dalam transportasi kargo maupun
astronot menuju antariksa, menggunakan teknologi mesin Merlin untuk roket
Falcon 9 dan Falcon Heavy.181
Di samping itu, Sierra Nevada Corporation
178
Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and Technology,”
15 Mei 2014 [dokumen pdf]; tersedia di
https://science.house.gov/sites/republicans.science.house.gov/files/documents/Letters/051514_Rus
sia_Sanctions.pdf; Internet; diunduh pada 12 April 2014. 179
Stuart Clark, “Russia Halts Rocket Export to US, Hitting Space and Military
Programmes” The Guardian, 15 Mei 2014 [artikel on-line]; tersedia di
https://amp.theguardian.com/science/2014/may/15/us-space-military-programme-russia-sanctions;
Internet; diunduh pada 12 April 2018. 180
United Launch Alliance, “Reliability, Flexibility, Performance: Get to Space Safely and
On Time”. 181
SpaceX, “Falcon Heavy”.
71
berhasil mengembangkan teknologi mesin roket propulsi (bukan launcer system)
yang disebut dengan mesin Vortex bagi pesawat antariksa Dream Chaser.182
Walaupun pada dasarnya Amerika Serikat telah berhasil merangsang
perkembangan transportasi antariksa komersial dalam negeri, namun pemenuhan
terhadap kebutuhan transportasi antariksa tersebut masih belum dapat dipenuhi
seutuhnya. Kendala teknis dalam proses pengambangan transpotasi antariksa
sebagaimana yang dialami oleh SpaceX dan Boeing mengakibatkan terhambatnya
pemenuhan transportasi antariksa Amerika Serikat hingga tahun 2018.183
Hal
demikian diperburuk dengan potensi ancaman yang ditimbulkan dengan adanya
pelarangan penggunaan mesin roket Rusia bagi Amerika Serikat.
Merespon ketidakmampuan perusahaan transportasi antariksa komersial
dalam memenuhi persediaan transportasi antariksa Amerika Serikat menuju ISS
hingga tahun 2018, Amerika Serikat kembali bergantung pada transportasi
antariksa Rusia. NASA Office of Inspector General melaporkan pada 1 September
2016 bahwa pihak NASA akan kembali menggantungkan akses menuju antariksa
melalui transportasi antariksa Rusia, Soyuz dan Progress. Anggaran yang
182
Sierra Nevada Corporation, “Rocket Engines & Propulsion,” 2018 [artikel on-line];
tersedia di https://www.sncorp.com/what-we-do/rocket-engines-propulsion/; Internet; diunduh
pada 11 April 2018. 183
Jeff Foust, “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News, 6
September 2016 [berita on-line]; tersedia di http://spacenews.com/report-warns-of-additional-
commercial-crew-delays/; Internet; diunduh pada 10 April 2018.
72
dibutuhkan dalam perpanjangan tersebut mencapai 82 juta dolar Amerika Serikat
bagi enam kursi hingga tahun 2018.184
Mengingat akses menuju antariksa merupakan kepentingan nasional yang
vital bagi Amerika Serikat, mempertahankan dan memelihara ketersediaan akses
menuju antariksa merupakan suatu keharusan.185
Melalui surat yang dikirim oleh
Congress of the United States, House of Representatives: Committee on Science,
Space, and Technology kepada Charles F. Bolden, Jr., Administrator NASA, yang
mengamanatkan untuk mengkaji ulang terkait dengan dampak pembatasan
penggunaan mesin RD-180, RD-181 dan NK-33 bagi kepentingan NASA. Pihak
Kongres Committee on Science, Space, and Technology pun mengkhawatirkan
akan adanya dampak kenaikan harga pada transportasi antariksa yang digunakan
NASA sebagai akibat keterbatasan dan kesulitan akses terhadap pasokan mesin
roket Rusia tersebut.186
Keterancaman akses Amerika Serikat menuju ISS tidak hanya muncul pada
ranah persediaan teknologi mesin roket Rusia bagi industri antariksa Amerika
Serikat, namun keterancaman pun muncul pada kerjasama penerbangan antariksa
berawak Soyuz. Setelah berakhirnya masa program Space Shuttle, Pesawat
antariksa Soyuz merupakan opsi utama bagi mobilitas astronot Amerika Serikat
menuju ISS. Keterancaman kerjasama Soyuz muncul setelah Dimitri Rogozin,
184
Jeff Foust, “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News, 6
September 2016 [berita on-line]; tersedia di http://spacenews.com/report-warns-of-additional-
commercial-crew-delays/; Internet; diunduh pada 10 April 2018. 185
John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest”, 2. 186
Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and Technology,”
15 Mei 2014 [dokumen pdf]; tersedia di
https://science.house.gov/sites/republicans.science.house.gov/files/documents/Letters/051514_Rus
sia_Sanctions.pdf; Internet; diunduh pada 12 April 2014.
73
Wakil Perdana Mentri Rusia, menyatakan pernyataan yang menyinggung posisi
Amerika Serikat yang bergantung dengan pesawat antariksa Soyuz, “..., I suggest
that the U.S. bring their astronauts to the International Space Station using a
trampoline” (saya menyarankan kepada Amerika Serikat untuk membawa
astronot mereka menuju Stasiun Antariksa Internasional (ISS) menggunakan
trampoline).187
Respon Rusia tersebut menimbulkan polemik terhadap kapabilitas akses
Amerika Serikat menuju antariksa di tengah transisi kebergantungan Amerika
Serikat dari mesin roket Rusia menuju mesin roket dalam negeri. Sebagai upaya
penyelamatan kepentingan Amerika Serikat tersebut, Senat Amerika Serikat
mengkaji ulang bill sanksi yang diberlakukan kepada Rusia. Pengkajian ulang
tersebut menghasilkan amandemen, 27 Juli 2017, terhadap bill sanksi yang
memuat pengecualian terhadap penggunaan mesin roket Rusia bagi penyedia jasa
penerbangan antariksa komersial yang digunakan NASA.188
Terkait dengan kerjasama Soyuz, Amerika Serikat terus mempertahankan
Russian Space Agency (Roscosmos) sebagai rekan kerjasama bagi Amerika
Serikat. Terhitung sejak NASA memperpanjang kontrak penggunaan Soyuz bagi
para astronot, jasa transportasi yang ditawarkan Soyuz menuju ISS mencapai 424
juta dolar Amerika Serikat. Perpanjangan kontrak tersebut ditujukan bagi
187
Jean-Christophe Mauduit, Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations, 9. 188
Marcia Smith, “Senate-Passed Sanctions Bill Includes Exception for NASA,
Commercial Space Launches,” Space Policy Online, 27 Juli 2017 [berita on-line]; tersedia di
https://spacepolicyonline.com/news/senate-passed-sanctions-bill-includes-exception-for-nasa-
commercial-space-launches-2/#page; Internet; diunduh pada 11 April 2018.
74
penerbangan dan jasa penyelamatan periode 2016 hingga tahun 2017.189
Perpanjangan kontrak sebesar 373,5 juta dolar Amerika Serikat diajukan kembali
oleh NASA bagi penggunaan Soyuz pada periode 2017, 2018 hingga kursi
tambahan di tahun 2019.190
Gambar IV.2 Soyuz Spacecraft
Sumber: Spaceflightnow
191
Mempertahankan kapabilitas akses menuju antariksa melalui pembebasan
sanksi di sektor penggunaan teknologi mesin roket dan memperpanjang kontrak
kerjasama pesawat antariksa Soyuz merupakan upaya Amerika Serikat dalam
mempertahankan kepentingan nasionalnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
John M. Logsdon bahwasanya kepentingan nasional tersebut memiliki dampak
yang nyata dan diperlukan bagi keamanan nasional, kemakmuran dan
189
Brian Dunbar, “NASA Extends Crew Flight Contract With Russian Space Agency”
National Aeronautics and Space Administration, 1 Mei 2013 [berita on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/home/hqnews/2013/apr/HQ_C13-027_Soyuz_Services.html; Internet;
diunduh pada 13 April 2018. 190
Brian Dunbar, “Additional Crew Flights Boost Space Station Science and Research”
National Aeronautics and Space Administration, 21 Februari 2017 [artikel on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/feature/additional-crew-flights-boost-space-station-science-and-research/;
Internet; diunduh pada 13 April 2018. 191
Stephen Clark, “NASA has No Plans to Buy More Soyuz Seats, and It May be Too Late
Anyway” Spaceflightnow, 13 Oktober 2016 [artikel on-line]; tersedia di
https://spaceflightnow.com/2016/10/13/nasa-has-no-plans-to-buy-more-soyuz-seats-and-it-may-
be-too-late-anyway/; Internet; diakses pada 21 Juni 2018.
75
kesejahteraan Amerika Serikat.192
dalam Quadrennial Defense Review Report,
Kementrian Pertahanan Amerika Serikat menyatakan bahwa “many activities
conducted in space are critical to America‟s national security and economic well
being, the ability of the United States to access and utilize space is vital national
security interest”193
(keamanan nasional dan kesejahteraan Amerika Serikat
banyak dipengaruhi oleh aktivitas antariksa, sehingga ketersediaan akses menuju
antariksa dan pemanfaatan antariksa menjadi kepentingan nasional yang vital
bagi Amerika Serikat).194
B. Kepentingan Pemanfaatan Antariksa
Pernyataan Rusia, melalui Dimitri Rogozin, untuk tidak terlibat dalam
perpanjangan operasional ISS hingga tahun 2024 menjadi ancaman yang serius
bagi eksistensi ISS.195
Hal demikian bertentangan dengan rencana Amerika
Serikat yang mengajukan perpanjangan masa operasional ISS hingga tahun 2024.
Rencana tersebut disahkan secara resmi oleh Presiden Obama pada tahun 2014.196
Sebagaimana yang dimaksudkan oleh NASA, perpanjangan kontrak kerjasama
ISS dilakukan dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan ISS khususnya pada
192
John Mortimer Logsdon, “Reflections on Space as a Vital National Interest”. 193
Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense Review
Report,” 30 September 2001 [dokumen]; tersedia di
http://www.archive.defense.gov/pubs/qdr2001.pdf; File PDF; diunduh pada 13 April 2018. 194
Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense Review
Report”. 195
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat”. 196
Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until
2024 (Washington D.C.: Office of Inspectorat General National Aeronautics and Space
Administration, 2014), 8.
76
bidang penelitian dan penanggulangan resiko kesehatan yang ditimbulkan dari
aktivitas eksplorasi antariksa dalam jangka waktu lama.197
Tanpa Rusia, ISS akan mengalami permasalahan dalam cakupan teknologi
pendukung bagi keberlangsungan operasional ISS. Sebagaimana yang
dikhawatirkan oleh Congress of the United States, House of Representatives:
Committee on Science, Space, and Technology dalam surat yang dikirim kepada
Charles F. Bolden yang mengamanatkan untuk melakukan kajian terhadap
dampak yang dapat ditimbulkan atas penarikan diri Rusia dari kerjasama ISS
setelah tahun 2020.198
Hal demikian dilakukan mengingat peranan dan kontribusi
penting Rusia dalam keberlangsungan operasional ISS.
Gambar IV.3 International Space Station
Sumber: Roscosmos
199
197
Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until
2024, i. 198
Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and Technology”. 199
Roscosmos, “International Space Station” [artikel online]; tersedia di
http://en.roscosmos.ru/202; Internet; diunduh pada 06 Juni 2018.
77
Berkenaan dengan rencana penarikan diri Rusia tersebut, NASA maupun
anggota agen eksplorasi antariksa lainnya mendapatkan tantangan tambahan
disamping tantangan misi eksplorasi yang telah dipersiapkan. Dalam rangka
menjaga keberlangsungan pemanfaatan ISS, setelah tahun 2020 anggota ISS
memerlukan pengganti teknologi Rusia dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama. Penyediaan teknologi tersebut dapat menyita waktu untuk melakukan
penelitian, uji coba, dan pendanaan tambahan terhadap pengembangan teknologi
pengganti tersebut. Tanpa adanya kolaborasi antara NASA (Amerika Serikat) dan
Roscosmos (Rusia), kemungkinan bagi bertahannya ISS akan semakin tipis.200
Selain kapabilitasnya dalam transportasi kargo dan awak, Rusia memiliki
kontribusi besar dalam menjaga keberlangsungan hidup di ISS melalui modul
Zvezda.201
Modul seberat 22 ton tersebut merupakan elemen penting bagi ruang
huni astronot maupun kosmonot selama penelitian. Besarnya kontribusi Modul
Zvezda tersebut dinyatakan oleh NASA sebagai elemen vital bagi keberhasilan
kolaborasi agen antariksa dunia di ISS.202
Dalam buku Global Reach: A View of NASA‟s International Cooperation,
NASA memandang kontribusi utama Rusia di ISS terletak pada transportasi
Soyuz, transportasi logistik melalui pesawat antariksa Progress, Zvezda Service
200
Joseph Stromberg, “Russia is Kicking NASA Out of the International Space Station in
2020” Vox Media, 13 Mei 2014 [berita online]; Tersedia di
https://www.vox.com/2014/5/13/5714650/russia-just-evicted-nasa-from-the-international-space-
station; Internet; diunduh pada 14 April 2018. 201
Anatoly Zak, “The Zvezda Service Module, SM” 18 Januari 2018 [artikel on-line];
tersedia di http://www.russianspaceweb.com/iss_sm.html; Internet; diunduh pada 13 April 2018. 202
Yvette Smith, “The Star of the ISS” National Aeronautics and Space Administration, 9
Juli 2015 [artikel on-line]; tersedia di https://www.nasa.gov/star-of-the-iss/; Internet; diunduh pada
21 Maret 2018.
78
Module, Pirs Airlock dan Docking Compartment, Multipurpose Laboratory
Module (MLM), Zarya Functional Cargo Block (hasil kerjasama Rusia dengan
Amerika Serikat).203
Gambar IV.4 Zvezda Service Module and ATV Cargo Ship
Sumber: Russian Space Web
204
Rencana penarikan diri Rusia dalam kerjasama ISS setelah tahun 2020
memberikan dampak keterancaman bagi kepentingan Amerika Serikat khususnya
dalam bidang pemanfaatan antariksa bagi sektor publik oleh NASA. Menurut
tahun anggaran 2013, NASA telah menghabiskan dana sebesar 74,4 juta dolar
Amerika Serikat yang ditujukan bagi program pengembangan, pengoperasian,
penelitian ISS sekaligus transportasi pesawat antariksa Space Shuttle. Perkiraan
dana tambahan sebesar 20,6 juta dolar Amerika Serikat akan dialokasikan pada
tahun anggaran 2014 hingga 2019 bagi program ISS.205
Namun, NASA
203
National Aeronautics and Space Administration, Global Reach: A View of NASA‟s
International Cooperation (Washington DC: National Aeronautics and Space Administration
Headquarter, 2014) 204
Anatoly Zak, “Zvezda Service Module, SM” Russian Space Web, 18 Januari 2018
[artikel on-line]; tersedia di http://www.russianspaceweb.com/iss_sm.html; Internet; diakses pada
21 Juni 2018. 205
Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until
2024, 4.
79
menegaskan bahwa penarikan diri anggota ISS akan membawa dampak besar bagi
keberlangsungan ISS, khususnya pada aspek finansial.206
Keberlangsungan pemanfaatan ISS berbanding lurus dengan
keberlangsungan manfaat yang ditimbulkan. ISS telah berkontribusi langsung
bagi pengentasan permasalahan dalam isu-isu global yang berkembang, terutama
pada aspek keamanan non-tradisional. Hal demikian senada dengan kepentingan
nasional yang diperjuangkan oleh Amerika Serikat dalam aspek ketersedian akses
dan pemanfaatan antariksa sebagai upaya penyokongan keamanan dan
kesejahteraan nasional. Untuk itu Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk
menjaga keberlangsungan ISS, sementara tidak ada stasiun antariksa berawak
selain ISS yang dapat digunakan dan menghasilkan manfaat layaknya ISS.
C. Kepentingan Pencapaian Aset Power di ISS
Berdasarkan sifatnya, laboratorium mikro-gravitasi (ISS) ditujukan bagi
pemanfaatan lingkungan mikro-gravitasi terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia. Sebagaimana yang disebutkan oleh NASA, terdapat beberapa
keuntungan yang dihasilkan atas pemanfaatan ISS bagi kehidupan umat manusia
yang mencakup pada lingkup kesehatan, kebumian, inovasi teknologi, pendidikan,
ekonomi dan astronomi.207
Merujuk pada manfaat yang timbul, Amerika Serikat
berupaya untuk mempertahankan pencapaian power dalam lingkup elemen
206
Paul K. Martin, Extending the Operational Life of the International Space Station Until
2024, i. 207
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond, iii.
80
pendidikan (education), kesehatan (health), teknologi (technology), dan sistem
transportasi (transportation system). Hal demikian merujuk pada penjelasan
Rourke yang membagi elemen power ke dalam dua bagian, yaitu the national
core dan the national infrastructure.208
Tabel IV.A.2 Pencapaian Aset Elemen Power Amerika Seriat di ISS
The National Core
National geography
People
Population
Age distribution
Education
Health
Morale
Government
The National Infrastructure
Technology
Transportation system
Information and
communications system
Sumber: John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.
Pencapaian elemen power pendidikan berlangsung seiring dengan
berjalannya aktivitas eksplorasi antariksa. Di samping ilmu pengetahuan yang
dihasilkan melalui eksplorasi antariksa, proses dalam menjalankan aktivitas
antariksa memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang matematika, sains, teknologi dan tehnik. Terutama pada
208
John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.
81
pemanfaatan ISS yang menekankan pada persiapan generasi penerus eksplorasi
antariksa yang berbekal keahlian di bidang sains, teknologi, tehnik dan
matematika.209
Hal demikian senada dengan pendapat Rourke yang memandang
perlu adanya pergeseran konsentrasi dasar pendidikan Amerika Serikat dari
reading, „riting dan „rithmetic menjadi computers, calculus dan communications.
Hal demikian dibutuhkan Amerika Serikat dalam menghadapi globalisasi dan
moderenisasi dunia.210
Grafik IV.A.1 Experimen yang Dilakukan Agen Antariksa di ISS Tahun 2010
Sumber: National Aeronautics and Space Administration
211
Pencapaian elemen power kesehatan Amerika Serikat di ISS dilakukan
melalui pemanfaatan ISS bagi pengembangan vaksin dan keperluan medis. Pada
faktanya NASA menyebutkan bahwa pengembangan vaksin bakteri Salmonella
dan MRSA melalui pemanfaatan kondisi mikrogravitasi telah dimuali pada tahun
209
Joseph S. Neigut dan Judy M. Tate-Brown, International Space Station Facilities
Research in Space 2017 and Beyond (Washington DC: National Aeronautics and Space
Administration, 2017), 4. 210
John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 237. 211
NASA, Reference Guide to the International Space Station (Washington DC: National
Aeronautics and Space Administration, 2010), 9.
82
1998 bekerjasama dengan NASA. Program pengembangan vaksin tersebut
merupakan bagian dari program U.S. National Laboratory.212
Pencapaian elemen
power kesehatan tersebut sangat penting bagi Amerika Serikat dalam menghadapi
permasalahan ancaman non-tradisional dalam bidang kesehatan terutama yang
bersifat transnasional.
Pada pencapaian elem power technology, pemanfaatan lingkungan mikro-
gravitasi di ISS memberikan ilmuan kesempatan untuk melakukan investigasi
terhadap pengaruh yang diberikan lingkungan antariksa kepada operasional
teknologi. Hal demikian memberikan peluang bagi ilmuan untuk terus
mengembangkan inovasi teknis untuk sistem antariksa yang dapat digunakan pada
sistem pesawat antariksa. Lebih dari itu, aktivitas engineering yang dilakukan di
ISS memberikan kontribusi bagi perkembangan kapabilitas pemanfaatan antariksa
bagi misi-misi di kemudian hari dan menekan peluang resiko yang muncul di misi
eksplorasi antariksa masa depan.213
Salah satu bentuk konversi dari elemen power
tersebut terealisasikan melalui inovasi teknologi satelit berukuran mini yaitu
CubeSats dan Nanorack yang merupakan cerminan dari perkembangan kapabiliats
aktivitas penelitian di ISS.214
212
Tara Ruttley, “International Space Station Plays Role in Vaccine Development”
National Aeronautics and Space Administration, 7 Agustus 2017 [artikel on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/benefits/vaccine_development.html;
Internet; diunduh pada 06 Juni 2018. 213
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for Humanity”. 214
Brian Dunbar, “15 Ways the International Space Station is Benefiting Earth” National
Aeronautics and Space Administration, 30 Oktober 2015 [artikel on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/news/15_ways_iss_benefits_earth/; Internet;
diunduh pada 06 Juni 2018.
83
Dalam The Vision for Space Explloration tahun 2004 disebutkan bahwa
aktivitas di antariksa, khususnya di ISS, memberikan pengaruh terhadap
percepatan perkembangan teknologi. Perkembangan tersebut terjadi di berbagai
aspek penting seperti power, computing, nanoteknologi, bioteknologi,
komunikasi, networking, robotik dan materials. Aspek teknologi tersebut
memiliki peranan yang penting terhadap kemajuan perekonomian dan keamanan
Amerika Serikat.215
Elemen power terakhir sebagai aset yang dicapai melalui pemanfaatan ISS
adalah sistem transportasi. Tanpa adanya program ISS, maka sistem transportasi
antariksa komersial tidak memiliki objektivitas di orbit bumi selain mobilisasi
astoronot dan kargo ISS. Dengan kata lain aktivitas di ISS menjadi perangsang
bagi perkembangan kapabilitas teknologi sistem transportasi antariksa yang
dirintis pada cakupan jarak orbit terdekat lebih dahulu dimana ISS berada (low
earth orbit).216
Merujuk pada spesialisasinya, hingga saat ini ISS masih menjadi
satu-satunya instrumen laboratorium di antariksa yang dapat dihuni oleh manusia
dalam durasi panjang dengan mobilitas rutin kargo dan astronot. Maka eksistensi
ISS berbanding lurus dengan eksistensi pengembangan transportasi antariksa
menuju orbit bumi.
Pemahaman power sebagai aset yang diupayakan pencapaian dan
pemeliharaannya oleh Amerika Serikat memberikan kontribusi bagi memahami
kepentingan Amerika Serikat dalam mempertahankan pengoperasional ISS hingga
215
National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration
(Washington: NASA Headquarters, 2004), 21. 216
National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration,21.
84
tahun 2024. Di samping itu, kondisi instrumen power yang belum memungkinkan
bagi Amerika Serikat dalam mengelola aktivitas di ISS, khususnya pada aspek
transportasi antariksa, mengharuskan Amerika Serikat untuk sementara waktu
bergantung pada sistem transportasi antariksa Rusia. Mengingat Rusia memiliki
peranan penting dalam mobilisasi kargo dan astronot serta signifikansi kontribusi
modul antariksa seperti Zvezda, Zarya, Poisk, Rassvet, Multipurpose Laboratory
Module dan Pirs, maka Rusia merupakan negara potensial bagi Amerika Serikat
dalam mencapai kepentingannya di antariksa. Sebagaimana yang disebutkan oleh
Joseph S. Nye Jr. bahwa power tidak hanya digunakan dengan cara mengungguli
atau menaklukkan negara lain dalam mencapai sesuatu yang diinginkan oleh
entitas negara, melainkan dapat dilakukan melalui kerjasama.217
Urgensi pemulihan kembali hubungan kerjasama Amerika Serikat dengan
Rusia tersebut dapat dirujuk melalui pengkajian terhadap instrumen power
Amerika Serikat dalam eksplorasi antariksa. Dalam hal ini, instrumen power
dipahami sebagai alat yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk mencapai
kepentingannya di ISS. Instrumen power tersebut merujuk pada sistem
transportasi antariksa yang merupakan konversi atas penggabungan antara elemen
power teknologi dan sistem transportasi sebagaimana yang dicantumkan Rourke
dalam element powernya.218
Mengidentifikasi pada kondisi transportasi antariksa Amerika Serikat
pasca berakhirnya masa operasi Space Shuttle, NASA menghadapi kendala dalam
217
Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations” 15 Oktober 2012
[video]; tersedia di https://youtu.be/GDqY8b_r1H4; Internet: diunduh pada 16 Maret 2018. 218
John T. Rourke, International Politics on the World Stage, 234.
85
mobilitas logistik dan astronot menuju ISS.219
Sebagaimana yang dikemukakan
oleh George W. Bush dalam The Vision for Space Exploration bahwa masa
operasional Space Shuttle berakhir setelah proses perangkaian ISS selesai
dilaksanakan.220
Alasan yang mendasari kebijakan tersebut didasarkan pada aspek
anggaran biaya operasional yang tinggi dan keselamatan astronot setelah insiden
kecelakaan Space Shuttle Columbia.221
Mobilitas astronot NASA, setelah berakhirnya masa program Space Shuttle,
bergantung pada kapabilitas Roscosmos (Russian Space Agency). Sebagaimana
yang dilaporkan NASA dalam Budget Request bahwa penggunaan jasa
Roscosmos dalam penerbangan pulang-pergi astronot NASA menuju destinasi
ISS dari tahun 2012 hingga 2017 membutuhkan biaya sebesar 1,7 milyar dolar
Amerika Serikat. Dana tersebut dialokasikan bagi penerbangan 30 astronot yang
masing-masing penerbangan membutuhkan dana sekitar 47 juta hingga 70 juta
dolar Amerika Serikat.222
Dalam menanggulangi ketiadaan sistem transportasi antariksa tersebut,
NASA bekerjasama dengan pihak perusahaan swasta dalam mengembangkan
teknologi pesawat antariksa. Pengembangan sistem transportasi tersebut
melibatkan tiga perusahaan swasta dalam negeri Amerika Serikat yaitu Boeing
219
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher
School of Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 9. 220
National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space Exploration, 15. 221
Robert Frost, “Why Did NASA End The Space Shuttle Program?” Forbes, 2 Februari
2014 [artikel on-line]; tersedia di https://www.forbes.com/sites/quora/2017/02/02why-did-nasa-
end-the-space-shuttle-program/ diunduh pada 18 Maret 2018. 222
Paul K. Martin, “The National Aeronautics and Space Administration‟s Fiscal Year
2014 Budget Request,” NASA, 1 Mei 2014 [artikel]; tersedia di
https://www.nasa.gov/pdf/740512main_FY2014%20CJ%20for%20Online.pdf; Internet; diunduh
pada 19 Maret 2018.
86
Company, SpaceX, Orbital ATK dan Sierra Nevada Corporaion. Program
kerjasama Commercial Crew Transportation (CCP) dan Commercial Orbital
Transportation Service (COTS) antara NASA dan perusahaan swasta tersebut
ditujukan untuk menekan dan mengakhiri ketergantungan Amerika Serikat
terhadap teknologi pesawat antariksa Soyuz dan Progress 223
Gambar IV.5 Dragon Resupply Ship
Sumber: National Aeronautics and Space Administration
224
Walaupun demikian, ketersediaan transportasi antariksa Amerika Serikat
menuju ISS hingga tahun 2018 belum mampu dipenuhi seutuhnya oleh industri
antariksa Amerika Serikat, terutama penerbangan antariksa berawak. Hal tersebut
dikarenakan permasalahan teknis yang dihadapi dalam pengembangan sitem
transportasi. Permasalahan teknis tersebut (Boeing dan SpaceX) mengakibatkan
223
Paul K. Martin, “The National Aeronautics and Space Administration‟s Fiscal Year
2014 Budget Request,” 224
NASA, “Dragon Resupply Ship in the Grips of Canadarm2 Robotic Arm” [artikel on-
line]; tersedia di https://www.nasa.gov/mission_pages/station/images/index.html; Internet;
diunduh pada 04 April 2018.
87
penundaan bagi penggunaan transportasi antariksa CST-100 Starliner (Boeing)
dan Crew Dragon (SpaceX) hingga akhir tahun 2018.225
Pada proses pengembangan transportasi antariksa dalam CCP dan COTS,
Amerika Serikat membutuhkan jasa mesin roket Rusia untuk mengisi ketersediaan
mesin roket yang digunakan perusahaan komersial. Terdapat beberapa teknologi
roket buatan Rusia yang digunakan oleh perusahaan antariksa komersial Amerika
Serikat, di antaranya RD-180 dan RD-181.226
Hanya SpaceX yang mampu
menggunakan mesin roket Merlin hasil pengembangan SpaceX bagi roket Falcon
9 dan Falcon Heavy.227
Keamanan dan ekonomi merupakan kepentingan dasar yang melandasi
pencapaian dan pemeliharaan kepentingan akses serta pemanfaatan antariksa bagi
Amerika Serikat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kementrian Pertahanan
Amerika Serikat bahwa “many activities conducted in space are critical to
America‟s national security and economic well-being,...” (banyak aktivitas yang
dilakukan di antariksa merupakan penting bagi keamanan nasional dan
kesejahteraan ekonomi). Dengan demikian, tidak mengherankan jika kepentingan
225
Jeff Foust, “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News, 6
September 2016 [berita on-line]; tersedia di http://spacenews.com/report-warns-of-additional-
commercial-crew-delays/; Internet; diunduh pada 10 April 2018. 226
Pavel Luzin, “Space Program-2025” Intersection [artikel on-line]; tersedia di
http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet; diunduh pada 21
Maret 2018. 227
SpaceX, “Falcon Heavy,” 2017[artikel on-line]; tersedia di
http://www.spacex.com/falcon-heavy; Internet; diunduh pada 11 April 2018.
88
akses dan pemanfaatan antariksa bagi Amerika Serikat digolongkan kepada
kepentingan yang bersifat vital.228
Melalui pemanfaatan lingkungan mikro-gravitasi yang dikejawantahkan
pada program Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dan berbagai program yang
menyokong keberlangsungan program ISS tersebut, terdapat dimensi kepentingan
keamanan dan ekonomi yang diupayakan pencapaiannya. Dalam hal ini
kepentingan tersebut dapat tercapai setelah kepentingan akses dan pemanfaatan
antariksa tepenuhi dan terpelihara. Hal demikian telah berlangsung sejak awal
pendirian ISS yang hingga sampai saat ini terus mengalami penguatan seiring
dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru di ranah aktivitas antariksa.229
D. Kepentingan Keamanan Nasional
Sejak awal berdirinya program ISS, aspek keamanan nasional merupakan
aspek penting yang diperhitungkan oleh Amerika Serikat dalam merangkul Uni
Soviet menjadi rekan kerjasama ISS. Terutama konsentrasi Amerika Serikat
tertuju pada kemungkinan proliferasi senjata pemusnah masal setelah pecahnya
Uni Soviet, Desember 1991.230
Krisis yang terjadi setelah pecahnya Uni Soviet
merambah pada pendanaan proyek penelitian ilmuan dan teknisi Uni Soviet.231
228
Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense Review
Report”. 229
United States, National Space Policy of the United States of America, 1. 230
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit” The World Today, Royal Institute of International
Affairs, Vol. 53, No. 5 (Mei, 1997), 118. 231
Tim Flink and Ulrich Schreriterer, “Science Diplomacy at the Intersection of S&T
Policies and Foreign Affairs: Toward a Typology of National Approaches”, 668.
89
Hal demikian memberikan konotasi yang buruk bagi Amerika Serikat terhadap
itikad Rusia untuk menjual roket berteknologi canggih ke India dan kemungkinan
terciptanya kondisi penyalahgunaan kekayaan intelektual ilmuan Rusia oleh
negara-negara lain yang bertentangan dengan Amerika Serikat.232
Di samping itu, pada periode setelah Perang Dingin berakhir, aktivitas di
antariksa tidak lagi hanya melibatkan dua pemain saja (Amerika Serikat dan Uni
Soviet). Lebih dari itu, terdapat kecenderungan kenaikan jumlah minat bagi
negara-negara untuk melakukan aktivitas di antariksa secara langsung maupun
tidak langsung melalui investasi. Mauduit menyebutkan bahwa terdapat kenaikan
tiga kali lipat pada periode 2003-2013 bagi negara-negara yang menginvestasikan
dana dalam kisaran 10 hingga 100 juta dolar Amerika Serikat pada sektor aktivitas
antariksa.233
Tiongkok merupakan salah satu aktor yang mengalami perkembangan
signifikan pada kapabilitas eksplorasi antariksanya. Sebagaimana yang
melatarbelakangi Uni Soviet dan Amerika Serikat pada awal pengembangan
kapabilitas eksplorasi antariksa, program misil balistik merupakan salah satu
elemen yang mendasari permulaan aktivitas antariksa Tiongkok pada 1950-an.234
Berdasarkan pada atktivitasnya, terhitung pada tahun 2013, Tiongkok telah
melakukan penerbangan antariksa sebanyak 15 penerbangan dengan menargetkan
penempatan 100 satelit di orbit bumi pada tahun 2015. Pada ranah stasiun
232
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 118. 233
Jean-Christophe Mauduit, “Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China Relations” The Fletcher
School of Law and Diplomacy (Massachusetts, 2017), 2. 234
James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment
(Washington: Center for Strategic & International Studies, 2014), 7.
90
pemanfaatan lingkungan mikro-gravitasi, Tiongkok merintis pengembangan
operasional stasiun antariksa melalui peluncuran modul-modul seperti Tiangong-
1, Tiangong-2, dan Tianhe-1 dengan menggunakan sistem transportasi roket Long
March 5.235
Namun pada prosesnya, perkembangan kapabilitas teknologi antariksa
Tiongkok tidak jarang mengundang tanggapan negatif Amerika Serikat, Australia,
dan Jepang seperti pada aktivitas penembakan satelit cuaca Feng Yun 1C.
Penembakan satelit tersebut berkonotasi pada perwujudan prestasi Tiongkok atas
sitem persenjataan penangkal satelit.236
Di samping itu Tiongkok tengah
mengembangkan program Space Denial Programs yang berfungsi untuk
melakukan aktivitas perlawanan atau intervensi melalui aktivitas antariksa
terhadap lawan yang berpotensi menimbulkan ancaman selama berlangsungnya
konflik.237
Munculnya Tiongkok sebagai kekuatan baru di antariksa bersamaan dengan
bersitegangnya hubungan kerjasama antariksa Amerika Serikat dengan Rusia
memberikan peluang bagi terciptanya ancaman terhadap stabilitas antariksa yang
berkaitan dengan keamanan Amerika Serikat. Hal demikian terefleksikan melalui
strategi Rusia dalam menghadapi gejolak politik yang berimbas pada sektor
kerjasama antariksa dengan mempertimbangkan Tiongkok sebagai rekan
235
Livia Rusu, “China‟s Tiangong-2 May Be The Only Space Station Left When The ISS
Retires in 2024” Tech Times, 10 Oktober 2016 [artikel on-line]; tersedia di
www.techtimes.com/amp/articles/181698/20161010/china-s-tiangong-2-may-be-the-only-space-
station-left-when-the-iss-retires-in-2024.htm; Internet; diakses pada 18 Juni 2018. 236
BBC, “Uji Rudal Cina Picu Kecaman” 19 Januari 2007 [berita on-line]; tersedia di
https://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/01/printable/070119_chinatest.shtml; Internet;
diakses pada 18 Juni 2018. 237
James Andrew Lewis, Space Exploration in a Changing International Environment, 7.
91
kerjasama antariksa.238
Mengingat terdapat perkembangan kapabilitas Tiongkok
tersebut, Tiongkok dinilai sebagai rekan kerjasama yang potensial bagi Rusia.239
Melalui kerjasama yang terjalin di antara Rusia dan Tiongkok tersebut, baik
Tiongkok maupun Rusia masing-masing dapat melakukan upaya memperkuat diri
di kawasan antariksa. Namun demikian keamanan nasional Amerika Serikat dapat
sewaktu-waktu terancam khususnya pada saat ketegangan atau konflik terjadi. Hal
demikian merupakan implikasi dari belum siapnya kapabilitas akses Amerika
Serikat menuju antariksa untuk dapat memaksimalkan pemanfaatan antariksa
yang diperparah dengan langkah Rusia untuk membatasi hubungan kerjasamanya
melalui respon yang dikeluarkan pada ranah kerjasama antariksa.
Merujuk pada kemungkinan perubahan struktur sistem di antariksa
tersebut, Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki power kuat di
antariksa berupaya untuk mengatur perubahan struktur sistem seiring dengan
munculnya pesaing kekuatan Amerika Serikat di antariksa. Sebagaimana yang
disebutkan oleh Jackson dan Sorensen dengan menyadur pernyataan Waltz bahwa
“...struktur suatu sistem berubah seiring dengan perubahan dalam distribusi
kapabilitas antar unit-unit sistem”. Lebih jauh Jackson dan Sorensen
menambahkan bahwa “negara-negara yang sangat penting dalam menentukan
238
James Andrew Lewis, “Space Exploration in a Changing International Environment” A
Report of the CSIS Strategic Technologies Program (Washington DC: Rowman & Littlefield, Juli
2014), 12. 239
Russia Today, “Russia and China to Work Together on Space Explorations, Moon
Missions from 2018,” 30 Agustus 2017 [berita on-line]; tersedia di
https://www.rt.com/news/401495-russia-china-joint-space-2018/; Internet; diunduh pada 16 Mei
2018.
92
perubahan-perubahan dalam struktur sistem internasional adalah negara-negara
berkekuatan besar”.240
Dengan mengupayakan pemulihan kembali hubungan kerjasama dengan
Rusia di sektor antariksa, Amerika Serikat berharap dapat membendung laju
percepatan perubahan struktur sistem di antariksa. Di samping itu perolehan
transparansi informasi terkait dengan pemanfaatan antariksa oleh Rusia melalui
instrumen ISS merupakan aspek yang sangat penting dalam memantau peluang
ancaman keamanan yang dapat ditimbulkan. Lebih dari itu, secara bertahap
Amerika Serikat berupaya untuk mengimbangi bahkan melampaui kapabilitas
aktor yang memiliki aktivitas di antariksa terutama Tiongkok dan Rusia.
Upaya strategis demikian dibutuhkan Amerika Serikat untuk mensiasati
keterbatasan kapabilitas akses dan pemanfaatan antariksa pada periode transisi
menuju ketersediaan akses komersial dan pemanfaatan yang berbasis pendekatan
government-as-a-customer. Terlebih kondisi distribusi kekuatan di antariksa yang
muncul setelah perang dingin berakhir tidak lagi bersifat bipolar, namun
cenderung pada multipolar. Sebagaimana pemahaman Waltz bahwa “ketertiban
internasional lebih mungkin dicapai dalam sistem yang bipolar daripada dalam
sistem multipolar.”241
Terlepas dari ancaman keamanan nasional yang bersifat tradisional
tersebut terdapat beberapa ancaman keamanan nasional yang bersifat non-
240
Robert Jackson dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan International Teori
dan Pendekatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 138. 241
Robert Jackson dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan International Teori
dan Pendekatan, 141.
93
tradisional seperti keamanan lingkungan dan kesehatan yang menghampiri
Amerika Serikat. Salah satu instrumen yang digunakna Amerika Serikat dalam
menyelesaikan permasalahan ancaman tersebut adalah melalui aktivitas di
antariksa. Sebagaimana yang teraplikasikan dalam program-program penelitian
Amerika Serikat di ISS seperti penelitian vaksin yang merupakan bagian dari
program U.S. National Laboratory dan observasi bumi melalui Environmental
Research and Visualization System (ISERV) di ISS.242
E. Kepentingan Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu kepentingan dasar yang mendorong
Amerika Serikat untuk memanfaatkan antariksa sebagai salah satu instrumen
pewujudan kesejahteraan ekonomi. Dengan adanya pemanfaatan antariksa
tersebut, khususnya melalui ISS, Amerika Serikat diuntungkan dengan berbagai
jenis penelitian di lingkungan mikro-gravitasi yang tidak dapat dilakukan di bumi.
Hasil penelitian tersebut dapat memberika keuntungan bagi industri-industri
Amerika Serikat melalui pemanfaatan pengetahuan dan keahlian dalam ranah
sains dan teknologi yang ditujukan untuk inovasi serta pengembangan produk
yang dihasilkan.243
242
Kristine Rainey, “15 Ways the International Space Station is Benefiting Earth” National
Aeronautics and Space Administration, 30 Oktober 2015 [artikel on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/news/15_ways_iss_benefits_earth/; Internet;
diunduh pada 19 Juni 2018. 243
American Institute of Aeronautics and Astronautics, “Ensuring U.S. Leadership in
Space” [artikel online]; tersedia di
https://www.aiaa.org/uploadFiles/Whats_New/EnsuringUSLeadershipInSpace_FINAL.pdf;
Internet; diakses pada 19 Juni 2018.
94
Tercatat di tahun 2013, aktivitas ekonomi antariksa global telah mencapai
pada kisaran 314,17 milyar dolar Amerika Serikat. Angka tersebut telah
mengalami kenaikan sebesar 4% yang pada mulanya berada pada kisaran 302,22
milyar dolar Amerika Serikat di tahun 2012. Berdasarkan pada aktivitas akses
komersial menuju antariksa, Amerika Serikat berhasil melakukan enam
penerbangan antariksa komersial dari 23 penerbangan antariksa komersial di
dunia di tahun 2013.244
Sejak awal pembangunan gagasan stasiun antariksa, penciptaan lapangan
pekerjaan merupakan salah satu pertimbangan yang mendasari pembangunan
stasiun antariksa. Sebagaimana yang mendasari pembangunan ISS, NASA dan
kontraktor yang terlibat dalam pembangunan ISS memperkirakan pada kisaran
angka 75,000 lapangan pekerjaan yang dapat tercipta dari adanya pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan ISS. Lapangan kerja tersebut tersebar di hampir 40
negara bagian Amerika Serikat.245
Di tahun 2014, Amerika Serikat masih
menempati posisi salah satu negara terbesar dengan jumlah angkatan kerja di
bidang antariksa. Tercatat, terdapat 221,585 orang yang terdaftar sebagai pekerja
di bidang antariksa.246
Mengacu lebih jauh pada program ISS, terdapat pergeseran pendekatan
yang semula berfokus pada government-funded menjadi government-as-a-
244
Violetta Orban, “Space Economy Trends in The United States and Europe” Space Safety
Magazine, 23 Februari 2015 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.spacesafetymagazine.com/space-on-earth/space-economy/space-eceonomy-trends-in-
the-united-states-and-europe/; Internet; diakses pada 20 Juni 2018. 245
Giles Alston, “Diplomacy in Orbit”, 117. 246
Space Foundation, “The Authoritative Guide to Global Space Activity 2016” The Space
Report (Washington, DC. 2016)
95
customer pada penyediaan barang dan jasa terkait dengan eksplorasi antariksa.247
Pengejawantahan pendekatan tersebu tercerminkan dalam program Commercial
Crew Program (CCP) dan Commercial Orbital Transportation Service (COTS)
yang melibatkan industri antariksa komersial seperti Boeing, SpaceX, Sierra
Nevada Corporation dan Orbital ATK dalam penyediaan transportasi awak dan
astronot menuju ISS. Dalam artikel Connecting to Grow the Space Economy
disebutkan bahwa
“This Program has enabled emerging private sector actors...with the
ultimate goal being the creation of sequenced approach to commercializing
low-earth-orbit (LEO) operation and eventually beyond-earth-orbit (BEO)
exploration”
“program ini telah memungkinkan munculnya aktor sektor swasta...dengan
tujuan akhir adalah penciptaan pendekatan yang diurutkan untuk
komersialisasi operasi di low earh orbit (LEO) dan nantinya (akan berlaku
bagi) eksplorasi di luar orbit bumi.”248
Di samping keterlibatannya pada akses menuju antariksa, industri
komersial Amerika Serikat memiliki akses pada pemanfaatan fasilitas penelitian
di ISS. Sebagaimana yang disebutkan oleh NASA bahwa
“from commercial firms spending some of their research and development
funds to conduct research on the space station, to commercial service
providers selling unique services to users of the orbiting lab, the beginnings
of a new economy in LEO (Low Earth Orbit) are starting to emerge.”249
“Perusahaan komersial menghabiskan sebagian dana penelitian dan
pengembangan mereka untuk melakukan penelitian di stasiun antariksa,
bagi perusahaan komersial (mereka) dapat menjual layanan unik (yang tidak
247
Brian Dunbar, “Economic Development of Space” National Aeronautics and Space
Administration, 4 Agustus 2017 [artikel on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/benefits/economic_development/; Internet;
diakses pada 20 Juni 2018. 248
AIAA dan Aviation Week, “Connecting to Grow the Space Economy” Space
Commercialization Executive Summit, 13 September 2016 [artikel]; tersedia di
http://www.aiaa.org/SCES2016InformationalPaper; File PDF; diakses pada 20 Juni 2018. 249
Brian Dunbar, “Economic Development of Space”.
96
dimiliki oleh konsumen) kepada pengguna laboratorium orbit, permulaan
(bentuk) ekonomi baru mulai muncul di Orbit Rendah Bumi.” 250
Berdasarkan pernyataan NASA tersebut tererminkan bahwa terdapat akses
bagi perusahaan komersial untuk melakukan penelitian dan pengembangan.
Kegiatan tersebut ditujukan untuk peningkatan kapabilitas yang selanjutnya
ditawarkan kepada pemerintah yang berperan sebagai pengguna stasiun antariksa
tersebut. Hal demikian dapat mewujudkan suatu simbiosis mutualisme antara
pemerintah yang mendapatkan keuntungan berupa peningkatan kapabilitas dalam
pemanfaatan antariksa dan pihak perusahaan komersial memperoleh pasar baru
melalui penawaran jasanya tersebut.251
Salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh perusahaan swasta dalam
memanfaatakan laboratorium mikro-gravitas ISS adalah melalui NanoRacks
Platforms. Instrumen tersebut merupakan hasil pengembangan perusahaan
Amerika Serikat NanoRacks LLC yang didukung oleh NASA dan National
Laboratory.252
Terdapat beberapa client yang menggunakan jasa NanoRacks di
antaranya adalah NASA, German Space Agency, ESA, Planet Labs, Spire,
perusahaan-perusahaan biofarmasi, Urthecast dan beberapa institusi pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas.253
Dalam konteks hubungan kerjasama Amerika Serikat dan Rusia di antariksa
yang menegang pasca Referendum Krimea tahun 2014, keterancaman akses dan
250
Brian Dunbar, “Economic Development of Space”. 251
Brian Dunbar, “Economic Development of Space”. 252
Kirt Costello, “NanoRacks Platforms” National Aeronautics and Space Administration,
05 Februari 2018 [artikel on-line]; tersedia di
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/experiments/829.html; Internet; diakses
pada 20 Juni 2018. 253
NanoRacks, “About Us”, [artikel on-line]; tersedia di: http://www.nanoracks.com/about-
us; Internet; diakses pada 20 Juni 2018.
97
pemanfaatan antariksa Amerika Serikat dapat memunculkan peluang ancaman
terhadap pemeliharaan kepentingan keamanan dan ekonomi Amerika Serikat. Hal
demikian didasarkan atas pertimbangan bahwa Rusia masih merupakan mitra
kerjasama yang potensial bagi Amerika Serikat dan memiliki peranan penting
dalam keberlanjutan operasional ISS. Mengingat program ISS merupakan
program yang tergolong pada „big science program‟, maka dalam rangka
mengelola keberlangsungan operasionalnya Amerika Serikat memerlukan sinergi
kerjasama dengan negara lain untuk mereduksi permasalahan yang dihadapi.
Dengan begitu peluang bagi terpeliharanya kepentingan keamanan dan ekonomi
dapat dipertahankan hingga Amerika Serikat mampu menjaga kemandiriannya
dalam akses dan pemanfaatan antariksa.
98
BAB V
KESIMPULAN
Konflik Ukraina yang bereskalasi menjadi konflik bersenjata hingga
mencuatkan Referendum Krimea pada 16 Maret 2014 telah menghasilkan
keputusan pemisahan diri Krimea dari kedaulatan Ukraina. Keputusan tersebut
mendapat respon baik dari Rusia yang tercerminkan dari penyambutan Krimea
sebagai negara Federasi Rusia pada 18 Maret 2014. Hasil keputusan referendum
dan penerimaan Rusia terhadap hasil referendum Krimea tersebut mendapatkan
respon penolakan dan kecaman dari negara-negara barat, khususnya Amerika
Serikat.
Kecaman Amerika Serikat terhadap kebijakan Rusia atas keterlibatan dan
penerimaan hasil referendum tersebut ditindaklanjuti melalui penjatuhan sanksi di
sektor vital ekonomi. Merespon sanksi tersebut, melalui Wakil Perdana Menteri
Rusia, Dimitri Rogozin, Rusia merespon sanksi tersebut dengan menyinggung
aktivitas kerjasama antariksa di antaranya pelarangan terhadap penggunaan mesin
roket Rusia dan pertimbangan untuk tidak terlibat dalam masa perpanjangan
operasional International Space Station (ISS) hingga tahun 2024 sebagaimana
yang diajukan oleh Amerika Serikat. Pada dasarnya ketegangan pasca referendum
Krimea tahun 2014 dengan kerjasama di antariksa tidak memiliki korelasi secara
langsung, namun referendum Krimea tersebut dapat menjadi momentum bagi
Rusia untuk menunjukkan superioritasnya di antariksa.
99
Di tengah ketegangan tersebut, Amerika Serikat memilih untuk tidak
memperluas pemberlakukan sanksi dalam cakupan sektor antariksa sebagaimana
yang dilakukan oleh Rusia. Sebaliknya, Amerika Serikat berupaya untuk
mempertahankan kerjasama antariksa dengan Rusia khususnya di ISS. upaya
tersebut tercerminkan dengan masih diberlakukannya proposal penawaran
keikutsertaan Rusia dalam perpanjangan masa operasional ISS hingga tahun 2024.
Di samping itu, Amerika Serikat melakukan amandemen terhadap bill sanksi yang
diloloskan oleh senat pada 27 Juli 2017. Lebih jauh lagi, Amerika Serikat masih
mempertahankan penggunaan jasa transportasi Rusia, Soyuz dan Progress menuju
ISS hingga awal tahun 2019.
Terdapat tiga kepentingan nasional yang dipertahankan Amerika Serikat di
ranah pemanfaatan antariksa antaralain: ketersediaan akses menuju antariksa,
pemanfaatan antariksa, dan pencapaian aset power. Merujuk pada kepentingan
akses menuju antariksa pasca referendum Krimea, pemberlakukan sanksi
pelarangan mesin roket Rusia bagi Amerika Serikat menimbulkan keterancaman
bagi akses antariksa Amerika Serikat. Hal demikian merupakan implikasi dari
terbatasnya ketersediaan akses menuju antariksa di masa pergeseran menuju
program sistem transportasi antariksa komersial pasca program Space Shuttle
berakhir. Di samping itu, Amerika Serikat belum mampu menjaga kemandirian
sistem transportasi antariksa komersial dari ketergantungannya dengan mesin
roket Rusia untuk pemakaian tiga dari empat perusahaan transportasi antariksa
komersial (Boeing, Sierra Nevada Corporation, dan Orbital ATK).
100
Dalam konteks kepentingan pemanfaatan antariksa, repon Rusia yang
menyatakan tidak ikut serta dalam masa perpanjangan operasional ISS hingga
tahun 2024 menimbulkan ancaman baru pada keberlangsungan program ISS. Hal
demikian didasarkan atas pertimbangan terhadap vitalnya kontribusi peranan
Rusia dalam operasional ISS seperti peranan transportasi antariksa Soyuz dan
Progress, modul dan komponen Rusia seperti Zvezda, Zarya, Poisk, Rassvet,
Multipurpose Laboratory Module serta Pirs Air Lock. Berakhirnya keikutsertaan
Rusia dalam operasional ISS akan memberikan tantangan yang besar dalam
tatanan teknis dan lonjakan pendanaan bagi Amerika Serikat maupun agen yang
menyetujui masa perpanjangan operasional ISS tersebut.
Berkaca pada aset power yang dicapai, terdapat beberapa elemen power
yang dapat diperoleh Amerika Serikat sebagai hasil pemanfaatan ISS di antarnya:
pendidikan (education), kesehatan (health), teknologi (technology), dan sistem
transportasi (transportation system). Namun pada dasarnya elemen power tersebut
tidak dapat bertahan keberlangsungan pencapaiannya jika kepentingan nasional
Amerika Serikat belum mampu dipenuhi. Terdapat dua kepentingan vital nasional
Amerika Serikat di antariksa yaitu kepentingan akses menuju antariksa dan
pemanfaatan antariksa.
Dampak negatif terhadap kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa
tersebut dapat berimplikasi bagi terhambatnya pencapaian kepentingan dasar
Amerika Serikat di ranah keamanan dan ekonomi melalui pemnfaatan antariksa.
Aktivitas pemanfaatan antariksa bagi Amerika Serikat memiliki porsi penting
dalam pengawasan keamanan dan kemajuan kesejahteraan ekonomi terutama
101
setelah banyaknya aktor baru yang memainkan peranannya di antariksa. Di
samping itu, pada ranah pencapaian power, Amerika Serikat berupaya untuk
mengimbangi kekuatan-kekuatan aktor baru yang dapat berpotensi merubah
struktur sistem di antariksa.
Mengingat kondisi instrumen power yang lemah dan terdapat berbagai
kepentingan yang dituju dalam aktivitas pemanfaatan ISS, maka Amerika Serikat
berupaya untuk mengamankan kepentingan akses dan pemanfaatan antariksa
dengan tidak melakukan tindakan konfrontasi atau peluasan ketegangan di
antariksa dengan Rusia. Dalam hal ini, Rusia merupakan negara mitra kerjasama
penting dan potensial bagi keberlangsungan aktivitas Amerika Serikat di
Antariksa. Hal demikian mengingat kontribusi penting Rusia dalam menjaga
keberlangsungan operasional ISS melalui penyediaan transportasi berawak
maupun kargo menuju ISS. Di samping itu modul dan komponen penting seperti
Zvezda, Zarya, Poisk, Rassvet, Multipurpose Laboratory Module dan Pirs
memiliki peranan vital dalam menjaga keberlangsungan kehidupan di ISS. dalam
sektor pengembangan jasa transportasi antariksa komersial Amerika Serikat,
mesin roket Rusia masih menjadi kebutuhan pokok dalam pengembangan dan
aktivitas penerbangan antariksa komersial Amerika Serikat.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Feaver, Peter D. dan Lorber Eric B., Coercive Diplomacy: Evaluating the
Consequences of Financial Sanctions. London: Legatum Institute, 2010.
Franco, Chiara. Coercive Diplomacy, Sanctions and International Law. Roma:
Instituto Affari Internationazionali, 2015.
George, Alexander. Forceful Persuasion Coercive Diplomacy as an Alternative to
War. Washington DC: US Institute of Peace, 1997.
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan International
Teori dan Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014
Kennedy, Ian H., The Sputnik Crisis and America‟s Responses. Florida:
University of Central Florida, 2005.
Lewis, James Andrew. Space Exploration in a Changing International
Environment. Washington: Center for Strategic & International Studies,
2014.
Martin, Paul K. Extending the Operational Life of the International Space Station
Until 2024 .Washington DC: Office of Inspectorat General National
Aeronautics and Space Administration, 2014.
Mingst, Karen A. Essentials of International Relations (New York: W. W. Norton
& Co, 2008)
xiv
National Aeronautics and Space Administration, Global Reach: A View of NASA‟s
International Cooperation. Washington DC: National Aeronautics and
Space Administration Headquarter, 2014.
National Aeronautics and Space Administration, The Vision for Space
Exploration. Washington: NASA Headquarters, 2004.
NASA, Reference Guide to the International Space Station. Washington DC:
National Aeronautics and Space Administration, 2010.
Nasution, Nazaruddin. Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: Yayasan
Bina Insan Cita, 2017.
Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.
Neigut, Joseph S. dan Tate-Brown, Judy M., International Space Station
Facilities Research in Space 2017 and Beyond. Washington DC: National
Aeronautics and Space Administration, 2017.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Diva Pers, 2010.
Rumeran, Judith A., dkk., “U.S. Human Spaceflight: A Record of Achievement,
1961-2006,” Monographs in Aerospace History, No. 41. Washington:
NASA History Division Office of External Relations, 2007.
Rourke, John T., International Politics on the World Stage, edisi ke sepuluh. New
York: McGraw Hill, 2005.
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2009.
Treverton, Gregory F. dan Seth G. Jones, Measuring National Power (California:
RAND Corporation, 2005
xv
United States, National Space Policy of the United States of America. Washington
D.C.: Executive Office of the President, 2010.
U.S. Congress Office of Technology Assessment, U.S.-Russian Cooperation in
Space. Washington DC: U.S. Government Printing Office, 1995.
United Nations Coordination of Outer Space Activities, Space Solutions for the
World‟s Problems: How the United Nations Family Uses Space Technology
for Achieving Development Goals. Austria: United Nations, 2005.
Jurnal
Alston, Giles. “Diplomacy in Orbit” The World Today, Royal Institute of
International Affairs, Vol. 53, No. 5 (Mei, 1997)
American Society of International Law, “New U.S. National Space Policy
Emphasizes Cooperation, Signals U.S. Willingness to Consider Verifiable
Space Arms Control Measures” The American Journal of International
Law, Vol. 104, No. 4 (October 2010)
Copeland, Daryl. “Sciece Diplomacy: What‟s It All About?” Center for
International Policy Studies No. 13, (November 2011)
Davies, Harriet Harden. “The Next Wave of Science Diplomacy: Marine
Biodiversity Beyond National Jurisdiction” ICES Journal of Marine
Science No. 75 (1) (2018)
Dolya, Anna. “The Annexation of Crimea: Lessons for European Security”
European Issues,No. 382, Foundation Robert Schuman (23 Februari 2016)
Flink, Tim dan Schreiterer, Ulrich. “Science Diplomacy at the Intersection of
S&T Policies and Foreign Affairs: Toward a Typology of National
Approaches” Science and Public Affairs, 37 (9), (November, 2010)
Gluckman, Sir Peter. “Science Advice to Governments: An Emerging Dimension
of Science Diplomacy” Science & Diplomacy, Vol. 5, No. 2 (Juni 2016)
xvi
Jaeger, Mark Daniel. “Sectoral Sanctions: The Long Arm of Coercive
Diplomacy” CSS Analyses No. 176 (Juni 2015)
Jentleson, Bruce. “Coercive Diplomacy: Scope and Limits in the Contemporary
World” Policy Analysis Brief The Stanley Foundation (Desember 2006)
Logsdon, M. John dan R. Millar, James. “U.S.-Russian Cooperation in Human
Space Flight Assessing the Impacts” Space Policy Institute and Institute for
European, russian and Eurasian Studies, Elliott School of International
Affairs The George Washington University (2001)
Matzek, Jan. “Annexation of Crimea by the Russian Federation,” Policy Paper,
Institut Pro Politiku A Spolecnost (January, 2016)
Mauduit, Jean-Christophe. Collaboration around the International Space Station:
Science for Diplomacy and Its Implication for U.S.-Russia and China
Relations. (The Fletcher School of Law and Diplomacy Tufts University,
2017)
Morgan, Daniel. “The Future of Nasa: Space Policy Issues Facing Congress”
Congressional research Service (27 Januari, 2011)
Nuechterlein, Donald E. “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making” British Journal of
International Studies, Vol. 2, No. 3 (Oktober, 1976)
Pace, Scott dan Reibaldi, Giuseppe. ed., “Future Human Spaceflight: The Need
for International Cooperation” International Academy of Astronautics
(Paris, 2010)
Pifer, Steven. “Ukraine, Russia and U.S. Policy Response” The Senate Foreign
Relations Committee Statement for the Record. Brooking (5 Juni, 2014)
Nelson, Rebecca M.. “U.S. Sanctions and Russia‟s Economy,” Congressional
Research Service (17 Februari, 2017)
Space Foundation, “The Authoritative Guide to Global Space Activity 2016” The
Space Report (Washington, DC. 2016)
xvii
Sudjatmiko, Totok. “Kompetisi dan Kerjasama dalam Eksplorasi Antariksa”
Berita Dirgantara Vol. 12 No. 4 (Desember 2011)
Tarasenko, Maxim V. “Transformation of Soviet Space Program after the Cold
War,” Science & Global Security, Vol. 4, (Gordon and Breach Science
Publisher, 1994)
Werth, Karsten. “A Surrogate for War-The U.S. Space Program in the 1960s,”
American Studies, Vol. 49, No. 4 (2004)
Young, Alasdair R. dan Birchfield, Vicki L. “Triangular Diplomacy and the Crisis
in Ukraine: The European Union, the United States and the Russian
Federation” Georgia Center for European and Tech Transatlantic Studies
(Sam Nunn School of International Affair, 2015)
Young, Laurence R. “Editorial: The International Space Station at Risk” Science,
Vol. 296, no. 5567, (2002)
Internet
Aerospace Industries Association, “The New American Space Age: A Progress
Report on Human Spaceflight” 2016, diakses dari https://www.aia-
aerospace.org/wp-
content/uploads/2016/05/AmNxtSpaceAge_FINAL_Web.pdf; pada 10
April 2018.
Anatoly Zak, “RD-181 Engine for the Antares Rocket” Russian Space Web, 21
Maret 2018, diakses dari https://www.russianspaceweb.com/rd181.html;
pada 07 Juni 2018.
Auliani, Palupi Annisa. “Amerika: Senin, Rusia Akan Hadapi Serangkaian
Tindakan bila „Rebut‟ Crimea,” Kompas, 14 Maret 2014, diakses dari
http://internasional.kompas.com/read/2014/03/14/0003591/Amerika.Senin.
Rusia.Akan.Hadapi.Serangkaian.Tindakan.bila.Rebut.Crimea pada 02
Maret 2018.
xviii
Arbugaev, Maxim. “What Did This Cosmonaut Miss About Earth After a Year in
Space?” National Geographic, 17 Oktober 2016 [video]; diakses dari
https://youtu.be/28YI9p6NBk8; pada 16 Maret 2018.
BBC, “Rusia Balas Pemberian Sanksi Amerika Serikat,” 14 Mei 2014, diakses
dari
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/05/140513_rusia_amerika_roket
#orb-footer pada 21 Maret 2018.
Blumberg, Sara. “Celebrating 60 Years of Groundbreaking U.S. Space Science,”
National Aeronautic and Space Agency, 1 Februari 2018, diakses dari
http://www.nasa.gov/feature/goddard/2018/60-years-of-groundbreaking-us-
space-science/ pada 20 Februari 2018.
Bolden, Charles dan Holdren, John P. “Obama Administration Extends
International Space Station Until at Least 2024” National Aeronautics and
Space Administration, 8 Januari 2014, diakses dari
https://blogs.nasa.gov/bolden/2014/01/08/obama-administration-extends-
international-space-station-until-at-least-2024/; pada 25 April 2018.
Congress of the United States, “Letter – Committee on Science, Space and
Technology,” 15 Mei 2014, diakses dari
https://science.house.gov/sites/republicans.science.house.gov/files/documen
ts/Letters/051514_Russia_Sanctions.pdf; pada 12 April 2014.
Creech, Stephen. “NASA‟s Space Launch System: A Capability for Deep Space
Exploration” National Aeronautics and Space Administration, April 2014,
diakses dari
https://www.nasa.gov/pdf/740512main_FY2014%20CJ%20for%20Online.
pdf; pada 19 Maret 2018.
Clark, Stuart. “Russia Halts Rocket Export to US, Hitting Space and Military
Programmes” The Guardian, 15 Mei 2014, diakses dari
https://amp.theguardian.com/science/2014/may/15/us-space-military-
programme-russia-sanctions; pada 12 April 2018.
Cofield, Calla. “Russia Open to Extending Life of International Space Station to
2028,” Space, 5 April 2017, diakses pada https://www.space.com/36356-
russia-could-stay-with-space-station-to-2028.html; pada 25 April 2018.
xix
Departement of Defense the United States of America, “Quadrennial Defense
Review Report,” 30 September 2001 [dokumen]; diakses dari
http://www.archive.defense.gov/pubs/qdr2001.pdf; pada 13 April 2018.
Dilanian, Ken. “Why Does the U.S. Use Russian Rocket to Launch Its Staellites?”
NBC News, 09 Juni 2016 [Berita On-line]; tersedia di
https://www.nbcnews.com/mach/space/why-does-u-s-use-russian-rockets-
launch-its-satellites-n588526; Internet; diakses pada 14 Juni 2018.
Dunbar, Brian. “Economic Development of Space” National Aeronautics and
Space Administration, 4 Agustus 2017, diakses dari
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/benefits/economic_d
evelopment/; pada 20 Juni 2018.
Dunbar, Brian. “Additional Crew Flights Boost Space Station Science and
Research” National Aeronautics and Space Administration, 21 Februari
2017, diakses dari https://www.nasa.gov/feature/additional-crew-flights-
boost-space-station-science-and-research/; pada 13 April 2018.
Dunbar, Brian. “NASA Extends Crew Flight Contract With Russian Space
Agency” National Aeronautics and Space Administration, 1 Mei 2013,
diakses dari https://www.nasa.gov/home/hqnews/2013/apr/HQ_C13-
027_Soyuz_Services.html; pada 13 April 2018.
Dunbar, Brian. “Space Launch System (SLS) Overview” National Aeronautics
and Space Administration, 22 Februari 2018, diakses dari
https://www.nasa.gov/exploration/system/sls/overview.html; pada 19 Maret
2018.
Dunbar, Brian. “What‟s Next For NASA?,” National Aeronautics and Space
Administration, 13 Desember 2017, diakses dari
http://www.nasa.gov/about/whats_next.html; pada 15 Maret 2018.
Dunbar, Brian. “What‟s Is Orion?” National Aeronautics and Space
Administration, 25 Maret 2015, diakses dari
https://www.nasa.gov/audience/forstudents/5-8/features/nasa-knows/what-
is-orion-58.html; pada 19 Maret 2018.
Dunbar, Brian. “What Is NASA‟s Asteroid Redirect Mission?” National
Aeronautics and Space Administration, 4 Agustus 2017, diakses dari
xx
http://www.nasa.gov/content/what-is-nasa-s-asteroid-redirect-mission/;
pada 17 Maret 2018.
DW. “Astronot Rusia dan AS Kembali ke Bumi,” Deutsche Welle, 11 September
2017, diakses dari http://www.dw.com/id/astronot-rusia-dan-as-kembali-ke-
bumi/a-17914328 pada 05 September 2017.
DW. “Krimea Siap Bergabung dengan Rusia,” Deutsche Welle, 17 Maret 2014,
diakses dari http://m.dw.com/id/krimea-siap-bergabung-dengan-rusia-/a-
17500891 pada 29 Oktober 2017.
DW. “Astronot AS-Rusia Tiba di Stasiun Luar Angkasa,” Deutsche Welle, 25 Mei
2014, diakses dari http://www.dw.com/id/astronot-as-rusia-tiba-di-stasiun-
luar-angkasa/a-17670323 pada 5 September 2017.
DW. “Putin Setuju Krimea Masuk Rusia,” Deutsche Welle, 18 Maret 2014,
diakses dari http://dw.com/p/1BRMU pada 02 Maret 2018.
DW, “PBB Kecam Rusia Karena Aneksasi Krimea,” Deutsche Welle, 28 Maret
2014, diakses dari http://m.dw.com/id/pbb-kecam-rusia-karena-aneksasi-
krimea/a-17527351 pada 20 Maret 2018.
DW, “Sanksi Terhadap Rusia Mulaaai Tunjukkan Dampak,” Deutsche Welle, 21
Maret 2014, diakses dari http://m.dw.com/id/sanksi-terhadap-rusia-mulai-
tunjukkan-dampak/a-17512631; pada 20 Maret 2018.
ESOA, “Satellite Orbits” EMEA Satellite Operators Association, diakses dari
https://www.esoa.net/technology/satellite-orbits.asp; pada 07 Juni 2018.
Frost, Robert. “Why Did NASA End The Space Shuttle Program?” Forbes, 2
Februari 2014, diakses dari
https://www.forbes.com/sites/quora/2017/02/02why-did-nasa-end-the-
space-shuttle-program/ pada 18 Maret 2018.
Foust, Jeff. “Report Warns of Additional Commercial Crew Delay” Space News,
6 September 2016, diakses dari http://spacenews.com/report-warns-of-
additional-commercial-crew-delays/; pada 10 April 2018.
xxi
International Space Exploration Coordination Group, “Benefits Stemming from
Space Exploration” diakses dari
http://www.nasa.gov/sites/default/files/Benefits-Stemming-from-Space-
Exploration-2013-TAGGED.pdf pada 25 Oktober 2017.
ISS Program Science Forum, “International Space Station: Benefits for
Humanity” diakses dari
https://www.nasa.gov/sites/default/files/atoms/files/jsc_benefits_for_human
ity_tagged_6-30-15.pdf pada 4 Oktober 2017
Joseph Stromberg, “Russia is Kicking NASA Out of the International Space
Station in 2020” Vox Media, 13 Mei 2014, diakses dari
https://www.vox.com/2014/5/13/5714650/russia-just-evicted-nasa-from-
the-international-space-station; pada 14 April 2018.
Johnson-Green, Perry, dkk. “Research in Space: Facilities on the International
Space Station,” National Aeronautic and Space Agency, diakses dari
https://www.nasa.gov/pdf/393789main_iss_utilization_brochure.pdf&ved=
2ahUKEwilnfGWzJ3ZAhUYS48KHTfaBslQFjADegQlBxAB&usg=AOv
Vaw28ZWxWbvzMbd3KUu-g2C1a; pada 6 Maret 2018.
Kirt Costello, “NanoRacks Platforms” National Aeronautics and Space
Administration, 05 Februari 2018, diakses dari
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/research/experiments/829.html
; Internet; diakses pada 20 Juni 2018.
Kiyono, Ken. “A study on the Concept of the National Interest of Hans J.
Morgenthau: As the Standard of American Foreign Policy”. Nagasaki
University‟s Academic Output SITE, diakses dari http://naosite.lb.nagasaki-
u.ac.jp/dspace/bitstream/10069/27783/1/keieikeizai49-03-04.pdf pada 25
Desember 2017.
Knoowit, “Prof. Nye: On the Use of Power in International Relations” 15 Oktober
2012 [video]; diakses dari https://youtu.be/GDqY8b_r1H4; pada 16 Maret
2018.
Logsdon, John Mortimer. “Reflections on Space as a Vital National Interest”
Article in Astrophysic, Januari 2003, diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/22885617; pada 08 April 2018.
xxii
Loff, Sarah. “NASA, Roscosmos Sign Joint Statement on Researching, Exploring
Deep Space” National Aeronautics and Space Administration, 27
September 2017, diakses dari https://www.nasa.gov/feature/nasa-
roscosmos-sign-joint-statement-on-reasearching-exploring-deep-space#;
pada 25 April 2018.
Luzin, Pavel. “Space Program-2025” Intersection, diakses dari
http://intersectionproject.eu/article/economy/space-program-2025; Internet;
diunduh pada 21 Maret 2018.
Martin, Paul K. “The National Aeronautics and Space Administration‟s Fiscal
Year 2014 Budget Request,” NASA, 1 Mei 2014, diakses dari,
https://www.nasa.gov/pdf/740512main_FY2014%20CJ%20for%20Online.
pdf; pada 19 Maret 2018.
Matanasi, Petrik. “Saat Kennedy Ingin Amerika Serikat Mendarat di Bulan,”
Tirto.id, 25 Mei 2017, diakses dari http://tirto.id/saat-kennedy-ingin-
amerika-serikat-mendarat-di-bulan-cpng pada 24 September 2017.
Maruli, Aditia. “NASA Bekukan Kerja Sama dengan Rusia kecuali ISS,” Antara
News, 03 April 2014 diakses dari
http://www.antaranews.com/berita/427476/nasa-bekukan-kerja-sama-
dengan-rusia-kecuali-iss pada 25 September 2017.
May, Sandra. “What is the Soyuz Spacecraft?” National Aeronautics and Space
Agency, 30 Juli 2013, diakses dari
https://www.nasa.gov/audience/forstudents/k-4/stories/nasa-knows/what-is-
the-soyuz-spacecraft-k-4/; pada 24 April 2018.
Maulina, Vina A. “Intip Canggihnya Stasiun Luar Angkasa Senilai US$ 100
Miliar” 22 Juli 2017, diakses dari
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3031672/intip-canggihnya-stasiun-luar-
angkasa-senilai-us-100-miliar; pada 06 Juni 2018.
Michael, Sage. “Sputnik” Beyondgeek, diakses dari
https://www.beyondgeek.com/sputnik; pada 06 Juni 2018.
NanoRacks, “About Us”, diakses dari: http://www.nanoracks.com/about-us; pada
20 Juni 2018.
xxiii
Nantional Aeronautic and Space Agency, “Birth of Space Age,” diakses dari
https://www.nasa.gov/multimedia/imagegallery/image_feature_1773.html
pada 15 Februari 2018.
National Aeronautic and Space Agency, “Mercury-Redstone 3 (18),” diakses dari
https://www.nasa.gov/mission_pages/mercury/mission/freedom7.html pada
21 Februari 2018.
National Aeronautics and Space Administration, “Space Shutlle Transition and
Retirement”, diakses dari
http://www.nasa.gov/centers/kennedy/pdf/608887main_T%26R.pdf; pada
18 Maret 2018.
National Aeronautics and Space Administration, “NASA Strategic Plan 2014,”
diakses dari
http://www.nasa.gov/sites/default/files/files/FY2014_NASA_SP_508c.pdf;
pada 21 Maret 2018.
National Aeronautics and Space Administration, “NASA Astronaut Scott Tingle
Performs Research Operations” diakses dari
https://www.nasa.gov/mission_pages/station/images/index.html; pada 10
Mei 2018.
Nowaskowski, Tomasz. “Russia Extends Operation of the International Space
Station until 2024” Spaceflight Insider, 25 Juli 2015, diakses pada
http://www.spaceflightinsider.com/missions/iss/russia-extends-operation-
international-space-station-2024/; pada 25 April 2018.
NSS. “ISS Transportation/Logistic” National Space Society, diakses dari
http://www.nss.org/resources/library/spacestation/ISS-04-Transportation-
Logistics.pdf; pada 29 Juni 2018.
Orban, Violetta. “Space Economy Trends in The United States and Europe” Space
Safety Magazine, 23 Februari 2015 [artikel on-line]; tersedia di
http://www.spacesafetymagazine.com/space-on-earth/space-
economy/space-eceonomy-trends-in-the-united-states-and-europe/; Internet;
diakses pada 20 Juni 2018.
Plait, Phil. “Russian Deputy Prime Minister Threatens to Pull Out of ISS” Slate,
14 Mei 2014, diakses dari
xxiv
http://www.slate.com/blogs/bad_astronomy/2014/05/14/nasa_and_the_iss_r
ussia_threatens_to_abandon_international_space_effort.html#/; pada 04
April 2018.
Redmond, Charles. “The Flight of Apollo-Soyuz” National Aeronautics and
Space Administration, 22 Oktober 2004, diakses dari
https://history.nasa.gov/apollo/apsoyhist.html pada 21 Februari 2018.
Rhian, Jason. “Boeing CST-100 Starliner one Step Closer to Flight with
Completion of DCR,” SFI Spaceflight Insider, 4 Januari 2018, diakses dari
http://www.spaceflightinsider.com/organizations/boeing/boeing-cst-100-
starliner-one-step-closer-flight-completion-dcr/; pada 11 April 2018.
Roscosmos, “Chronicle of Soviet-Russian Space Program” dikases dari
http://en.roscosmos.ru/174/ diakses pada 1 Desember 2017.
Russia Today, “Russia and China to Work Together on Space Explorations, Moon
Missions from 2018,” 30 Agustus 2017, diakses dari
https://www.rt.com/news/401495-russia-china-joint-space-2018/; pada 16
Mei 2018.
Rusu, Livia. “China‟s Tiangong-2 May Be The Only Space Station Left When
The ISS Retires in 2024” Tech Times, 10 Oktober 2016 [artikel on-line];
diakses dari www.techtimes.com/amp/articles/181698/20161010/china-s-
tiangong-2-may-be-the-only-space-station-left-when-the-iss-retires-in-
2024.htm; pada 18 Juni 2018.
Spaceref, “NASA OIG: Extending the Operational Life of the International Space
Station Until 2024” 18 September 2014, diakses dari
http://www.spaceref.com/news/viewpr.html?pid=43979; pada 24 April
2018.
SpaceX, “Falcon Heavy,” 2017, diakses dari http://www.spacex.com/falcon-
heavy; pada 11 April 2018.
Sierra Nevada Corporation, “Rocket Engines & Propulsion,” diakses dari
https://www.sncorp.com/what-we-do/rocket-engines-propulsion/; pada 11
April 2018.
xxv
Smith, Marcia “Senate-Passed Sanctions Bill Includes Exception for NASA,
Commercial Space Launches,” Space Policy Online, 27 Juli 2017, diakses
dari https://spacepolicyonline.com/news/senate-passed-sanctions-bill-
includes-exception-for-nasa-commercial-space-launches-2/#page; pada 11
April 2018.
Smith, Yvette. “The Star of the ISS” National Aeronautics and Space
Administration, 9 Juli 2015, diakses dari https://www.nasa.gov/star-of-the-
iss/; pada 21 Maret 2018.
Thompson, Loren. “Why SpaceX Lost Its Bid To Ban Russian Rocket Engines”
Forbes, 7 Juli 2016, diakses dari
http://www.forbes.com/sites/lorenthompson/2016/07/07/why-spacex-lost-
its-bid-to-ban-russian-rocket-engine-debate/amp/; pada 21 Maret 2018.
Turekian, Vaughan dan Kishi, Teruo. “Science and Technology Advising in
Today‟s Foreign Policy” AAAS Center for Science Diplomacy, 02 Juni
2017, diakses dari
http://www.sciencediplomacy.org/perspective/2017/science-and-
technology-advising-in-todays-foreign-policy; pada 21 April 2018.
Zak, Anatoly. “The Zvezda Service Module, SM” 18 Januari 2018, diakses dari
http://www.russianspaceweb.com/iss_sm.html; pada 13 April 2018.