KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat...

145
KERATON DAN POLITIK (Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat Pasca Wafatnya Paku Buwono XII) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh Muhammad Agus Salim Muharrom NIM: 109033200020 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat...

Page 1: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

KERATON DAN POLITIK

(Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat Pasca Wafatnya Paku Buwono XII)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh

Muhammad Agus Salim Muharrom

NIM: 109033200020

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan
Page 3: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan
Page 4: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan
Page 5: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan
Page 6: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

iv

ABSTRAK

Masih adakah drama perebutan kekuasaan antar para bangsawan?Jawabannya masih, tidak hanya bisa disaksikan melalui tutur cerita orang tua ataukitab-kitab kuno saja. Meskipun dalam sekup yang berbeda, telah terjadi konflikberkepanjangan yang tak kunjung usai di Keraton Surakarta Hadiningrat, salahsatu kerajaan dari dinasti Mataram Islam. Skripsi ini ingin menganalisa asalmuasal konflik perebutan kekuasaan di Keraton Surakarta Hadiningrat. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yangmelatarbelakangi terjadinya konflik. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustakadan melalui wawancara kepada sentana dalem Keraton Surakarta Hadiningrat.Dalam penelitian ini ditemukan motivasi salah satu putra Paku Buwono XIIIuntuk naik sebagai raja tidak semata ingin mempertahankan tradisi, tapi juga inginmeraih kekuasaan sebagai raja yang sah di Keraton Surakarta Hadiningrat yangpada akhirnya bisa memiliki otoritas politik dan ekonomi terhadap semua yangberhubungan dengan keraton baik internal maupun eksternal. Argumen inidirumuskan melalui susunan peristiwa demi peristiwa yang melanda keraton sejakPaku Buwono XII wafat hingga beberapa tahun lamanya yang selanjutnyadianalisa oleh penulis melalui beberapa kerangka teori, yaitu: teori monarki, teorikekuasaan, dan teori konflik.

Dalam pemerintahan monarki, mutlak hukumnya pengganti raja adalah anakkandung dari raja itu sendiri. Angger-angger atau aturan tak tertulis di KeratonSurakarta Hadiningrat mengharuskan yang berhak menjadi raja adalah anak lelakitertua, namun ada perbedaan persepsi bahwa pergantian kekuasaan tidak harusberpacu pada angger-angger. Perbedaan persepsi ini menimbulkan konflikperebutan kekuasaan antara satu putra dengan putra lainnya, yang selanjutnyaakan dianalisa melalui teori kekuasaan dan teori konflik.

Keywords: keraton, konflik, suksesi, surakarta

Page 7: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

v

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحیم

Alhamdulillahirabbil’ Alamin, segala puji dan syukur pada Allah SWT yang

telah memberikan nikmat tak terhingga, sehingga dengan izin-Nya lah penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik sesuai waktu

yang diharapkan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW, yang telah menginspirasi seluruh umat muslim di muka bumi

ini.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada berbagai pihak yang telah

memberikan bantuannya saat proses penyusunan skripsi. Baik berupa bantuan

moril dan materil. Terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Bahtiar Effendy selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Ali Munhanif selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Armein Daulay, M.Si selaku dosen pembimbing bagi penulis,

ketegasan dan kesabarannya telah memberi dorongan semangat kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Idris Thaha, M.Si selaku dosen penasehat akademik, berkat arahan

beliau penulis dapat memulai skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ali Munhanif dan Ibu Suryani, M.Si selaku dosen penguji.

Page 8: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

vi

6. Para dosen tercinta selama penulis belajar di ruang kelas, Pak Zaki Mubarak,

Pak Bakir Ihsan, Ibu Haniah Hanafie, Pak Agus Nugraha, dan bapak/ibu

dosen lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

7. Mama tercinta, Hj. Fauzah, dan almarhum bapa H. Leman Sulaeman, do’a,

dukungan, dan perjuanganmu tak pernah surut untuk keberlangsungan studi

anakmu ini. Semoga skripsi ini menjadi kado terindah untuk mama dan

almarhum bapa.

8. Ka Lia, Anopi, Ayubi, Mbak Eha, Bi Jaem, dan seluruh keluargaku yang

telah memberikan motivasi yang cukup besar kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Pihak sentana dalem Keraton Surakarta Hadiningrat, KGPH PA Tedjowulan,

KGPH Puger, dan GPH Dipokusumo, pemerhati Keraton Surakarta

Hadiningrat, Bapak Eko Ismadi, yang telah berkenan menjadi narasumber

bagi penulis.

10. Redaktur Senior Solopos, Mulyanto Utomo, beserta jajarannya yang telah

berkenan menjadi narasumber serta memberikan data-data terkait penulisan

skripsi ini.

11. Pihak-pihak yang telah membantu operasional dan memberi tempat tinggal

selama penulis mengadakan penelitian ini, Ibu Encus, Bapak Taufik, Bapak

Titus Yanto Martono, biar Allah yang membalas jasa-jasa kalian semua.

12. Sahabat-sahabat terdekat sekaligus inspirator bagi penulis, Zakiya Rahmi

Lubis, S.Pd, Kevin Filsafat, Lina Sumaya S.Sos, Rizky Dwi Amy, Eko

Page 9: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

vii

Indrayadi S.Sos, Masrukhin, dan Ipul Cak. Sampai jumpa di puncak

kesuksesan.

13. Rekan-rekan di Penerbit Dolphin yang telah menjadi bagian dari hidup

penulis, Mas Salahuddin Gh, Abang Sihar, Mbak Noni Rafael, dan Mas Eko

Waluyo. Berkat bantuan kalian juga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman kelas Ilmu Politik 2009 yang telah menjadi sahabat

seperjuangan bagi penulis, Mudhori, Filly, Mamet, Amizar, Rizqi, Rizky

Noor, Meutia, Ayu, Arep, Ghofur, Odit, Fikri, Algi, Elva, Zula, Agil, Fadhil,

Amin, Ali, Abdi, Ilham, Riben, Hasan, Ridwan, dan kawan-kawan lainnya

yang tidak bisa penulis sebutkan satu per-satu. Perjuangan kita masih

panjang.

Akhirnya penulis berdoa, semoga segala bantuan dan perhatian yang

diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa.

Juga apa yang disampaikan penulis dari keseluruhan skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar informasi dan data

yang disampaikan terhindar dari kekeliruan. Sehingga dengan sepenuh hati

penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan khilaf dalam penulisan. Saran

dan kritik dibutuhkan bagi penulis demi membuat tulisan ini menjadi lebih baik

lagi.

Jakarta, 11 April 2014

Muhammad Agus Salim Muharrom

Page 10: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

viii

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME....................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR......................................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................................viii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Pernyataan Masalah.............................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 5

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6

E. Metode Penelitian ................................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8

BAB II KERANGKA TEORETIS................................................................. 10

A. Teori Kekuasaan ................................................................................... 10

B. Teori Konflik ........................................................................................ 16

BAB III PROFIL KERATON SURAKARTA HADININGRAT.................. 21

Page 11: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

ix

A. Lingkungan Geografis .......................................................................... 21

B. Lingkungan Fisik Keraton Surakarta Hadiningrat................................ 24

1. Lingkaran I: Kedhaton.................................................................... 24

2. Lingkaran II: Kompleks Bangunan di Baluwarti ........................... 27

3. Lingkaran III: Paseban.................................................................... 28

4. Lingkaran IV: Alun-alun ................................................................ 28

C. Stratifikasi Sosial Masyarakat .............................................................. 29

1. Raja dan Keluarga Raja (sentana dalem) ....................................... 29

2. Pegawai dan Pejabat Kerajaan (abdi dalem) ................................. 34

3. Rakyat Biasa (wong cilik, kawula dalem) ...................................... 35

D. Silsilah Penguasa Keraton Surakarta Hadiningrat ............................... 35

E. Islam di Keraton Surakarta Hadiningrat ............................................... 40

F. Kegiatan-Kegiatan Spiritual di Keraton Surakarta Hadiningrat .......... 43

BAB IV KONFLIK YANG TERJADI DI KERATON SURAKARTA

HADININGRAT PASCA WAFATNYA PAKU BUWONO XII ... 45

A. Wasiat Ibunda Paku Buwono XII dan Suksesi Keraton ....................... 45

B. Isu-isu Pasca Wafatnya Paku Buwono XII........................................... 50

C. Kasus Konflik Perebutan Kekuasaan di Keraton Surakarta

Hadiningrat........................................................................................... 57

D. Implikasi Konflik Terhadap Kehidupan Keraton ................................. 70

1. Perpecahan Sentana Dalem Keraton ............................................... 70

2. Terhentinya Dana Hibah ................................................................. 74

3. Pemberian Gelar di Keraton Surakarta Hadiningrat: Benarkah

Diperjual Belikan? ........................................................................... 78

E. Proses Rekonsiliasi Antara Paku Buwono XIII Hangabehi dan Paku

Buwono XIII Tedjowulan..................................................................... 83

F. Babak Baru Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat .......................... 89

Page 12: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

x

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 97

A. Kesimpulan........................................................................................... 97

B. Saran ..................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Silsilah Raja-Raja Keraton Surakarta Hadiningrat.............. xii

LAMPIRAN 2 Daftar Putra-putri Paku Buwono XII ....................................xiii

LAMPIRAN 3 Gelar Kebangsawanan di Keraton Surakarta Hadiningrat .xiv

LAMPIRAN 4 Transkrip Wawancara .............................................................xvi

A. Wawancara dengan KGPH PA Tedjowulan .......................xviB. Wawancara dengan KGPH Puger ........................................xxiiC. Wawancara dengan GPH Dipokusumo ...............................xxviD. Wawancara dengan Mulyanto Utomo..................................xxx

LAMPIRAN 5 Foto-foto Penulis Bersama Narasumber................................. xxxii

Page 13: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xi

DAFTAR ISTILAH

Angger-angger : Hukum keraton tidak tertulis yang sudah

berlangsung turun- temurun

Biworo : Pengumuman

Feodal : Susunan Masyarakat yang dikuasai oleh kaum

bangsawan

Impersonal : Tidak berkaitan dengan seseorang

Islah : Berdamai

Jumenengan : Upacara penobatan raja atau ratu

Kejawen : Segala yang berhubungan dengan adat dan

kepercayaan Jawa

Keraton : Kerajaan

Ontran-ontran : Keonaran

Pengabekten : Sungkeman

Sabda Pandhita Ratu : Setiap ucapan raja (sabda raja) harus ditaati

Sak Megaring Payung : Sebesar lingkar payung mengembang

Sinkretisme : Aliran yang merupakan perpaduan dari beberapa

paham yang berbeda untuk mencari keserasian

dan keseimbangan

Tradisi : Adat kebiasaan turun-temurun yang masih

dijalankan

Wilujengan : Selametan

Page 14: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Dalam satu dekade terakhir, konflik internal keraton telah beberapa kali

terjadi di Indonesia. Sebagai pewaris kekuasaan feodal yang masih tersisa di era

otonomi daerah, keraton tetap bertahan sebagai penjaga tradisi dan budaya dari

kekuasaan masa lalu. Trah bangsawan yang melekat kepada keturunan dari raja

yang ada telah menjadikan para pewarisnya merasa harus menggantikan takhta

ayahnya sebagai raja, meskipun dengan perang saudara.

Dari beberapa konflik keraton misalnya di Keraton Kanoman (Cirebon),

terjadi konflik antara Sultan Emirudin dan Pangeran Saladin. Sejak wafatnya

Sultan Kanoman, Sultan Djalaluddin, pada tahun 2002, Sultan Saladin bersikukuh

bahwa dirinyalah yang pantas menggantikan takhta ayahnya sebagai sultan.

Karena ia bersama kedua saudaranya, Pangeran Amaludin dan Ratu Setiawati,

merupakan putra dan putri dari Sultan Djalaluddin bersama Hajjah Suherni.

Terjadi konflik, berkaitan pengakuan dan penggunaan nama depan Pangeran

Saladin sebagai sultan yang ditentang keras oleh Sultan Emirudin dan kerabat

Keraton Kanoman, karena Pangeran Saladin bukanlah lahir dari keluarga

bangsawan atau permaisuri. Karena bila ditelusuri, Hajjah Suhermi merupakan

Page 15: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

2

masyarakat sipil biasa yang tinggal di luar lingkungan Keraton Kanoman.1 Sultan

Emirudin yang lahir dari seorang permaisuri, akhirnya mengusir keluarga

Pangeran Saladin dari lingkungan Keraton Kanoman karena dianggap tidak

menghormati pepakem, bahwa seorang putra mahkota harus keturunan murni dari

darah bangsawan Keraton Cirebon.2

Di Keraton Surakarta Hadiningrat3, pergantian kekuasaan dari Paku

Buwono XII kepada Paku Buwono XIII diiringi dengan sengketa. Sepeninggal

Paku Buwono XII yang wafat pada Juni 2004, dua orang putranya merasa sama-

sama layak menggantikan takhta ayahnya sebagai raja, yaitu Kangjeng Gusti

Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi dan KGPH Tedjowulan. Paku Buwono XII

memang tidak mempunyai seorang permaisuri yang putranya kelak diharapkan

menjadi putra mahkota, ia hanya memiliki enam garwa selir dan 35 orang anak.

Anak tertua laki-laki dari garwa selir, yaitu KGPH Hangabehi merasa berhak

menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Raja Keraton Surakarta Hadiningrat.

Di sisi lain, KGPH Tedjowulan yang merupakan adik KGPH Hangabehi

dari garwa selir yang lain, juga merasa berhak menggantikan kedudukan yang

sama karena ia merasa lebih banyak didukung oleh banyak sentana dalem dan

kerabat. Bahkan penobatan Tedjowulan sengaja dilakukan lebih awal, yakni pada

1 Wawancara tertulis dengan Ratu Raja Arimbi, adik kandung sekaligus juru bicara Sultan

Kanoman, Sultan Emirudin, 17 November 2012. 2“Pewaris takhta Kesultanan Kanoman merupakan anak Sultan yang terlahir dari Ratu atau

permaisuri (istri sultan dari keturunan Bangsawan). Oleh karena itu, Pangeran Muhammad

Emirudinlah yang berhak sebagai Sultan kanoman ke XII.” news.liputan6.com 7 Juni 2004,

diakses pada 1 Maret 2013. 3 Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan pemerintahan monarki yang mana raja akan

memegang kekuasaan pemerintahan seumur hidup, dan bila raja wafat, kekuasaan pemerintahan

akan dilanjutkan oleh keturunan dari raja tersebut, tidak berdasarkan pemilihan umum oleh rakyat.

Page 16: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

3

31 Agustus 2004. Sedangkan penobatan KGPH Hangabehi dilaksanakan pada 10

September 2004.4 Penobatan yang dilakukan lebih dulu kepada KGPH

Tedjowulan itu dipimpin oleh tiga Pengageng Keraton Surakarta Hadiningrat,

yaitu Pengageng Parentah Keraton, Pengageng Parentah Keputren, dan Pengageng

Sentana Dalem. Mereka mengangkat KGPH Tedjowulan karena sebelumnya ada

klaim “paling berhak” dari pihak KGPH Hangabehi karena ia merupakan anak

tertua Paku Buwono XII dari seluruh garwa selirnya.

Bahkan menurut adik kandung KGPH Hangabehi, Gusti Kangjeng Ratu

(GKR) Koes Moertiyah, beberapa hari sebelum wafat, Paku Buwono XII telah

berwasiat agar KGPH Hangabehi menjadi raja. Namun karena kesehatannya

memburuk, ia tidak mampu menuliskan surat wasiat itu. Akhirnya GKR Koes

Moertiyah menugaskan suaminya, Kangjeng Pangeran (KP) Edy Wirabumi untuk

menuliskan wasiat itu dengan ditandatangani dan cap jempol Paku Buwono XII.

Secara tradisi, KGPH Hangabehi yang memang paling berhak karena

merupakan anak tertua. Namun rakyat Surakarta yang menamakan sebagai

“Forum Bela Raos Abdidalem” mengatakan sudah waktunya rakyat Surakarta

berdemokrasi dengan memilih raja yang memiliki kapabilitas, yaitu KGPH

Tedjowulan. Keduanya tetap sama-sama ngotot dan mengklaim diri sebagai yang

paling berhak. Akhirnya sampai tahun 2012 lalu, Keraton Surakarta Hadiningrat

mengalami dualisme kepemimpinan yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya.

4 orgawam.wordpress.com, diakses pada 19 Februari 2013.

Page 17: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

4

Dampak dari dualisme tersebut, berbagai masalah seakan menampilkan citra

yang negatif bagi Keraton Surakarta Hadiningrat. Dari mulai perpecahan di antara

sentana dalem, wisata keraton yang kurang menarik lagi bagi para wisatawan,

terhentinya dana hibah dari pemerintah, serta isu jual beli gelar yang terjadi di

Keraton Surakarta Hadiningrat.5

Menelisik dampak dari timbulnya masalah-masalah tersebut di atas,

seharusnya para pewaris takhta dapat mempertahankan tradisi dan meneladani

perjuangan serta usaha-usaha nenek moyang6 mereka guna menyumbangkan

segala pikiran, tenaga, dan harta bagi masyarakat Surakarta dan bangsa Indonesia.

Namun yang terjadi sebaliknya, putra dari almarhum Paku Buwono XII justru

saling memperebutkan kekuasaan tinimbang melakukan sebuah aksi nyata bagi

kesejahteraan rakyat Surakarta dan Bangsa Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis, maka dalam

skripsi ini penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai akar dualisme dan konflik

Keraton Surakarta Hadiningrat. Apakah ada motivasi politik tertentu sehingga

5 www.solopos.com 12 April 2012, diakses pada 19 Februari 2013.

6 Kemajuan-kemajuan terjadi di kekuasaan Paku Buwono X ditandai dengan kemegahan

tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang

(1893-1939), Keraton Surakarta Hadiningrat mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju

era modern, sejalan dengan perubahan politik di Hindia Belanda. Meskipun berada dalam tekanan

politik pemerintah kolonial Hindia Belanda, Paku Buwono X memberikan kebebasan

berorganisasi dan penerbitan media massa. Ia mendukung pendirian organisasi Sarekat Islam,

salah satu organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia I di

Surakarta (1938) diadakan pada masa pemerintahannya. Selain itu infrastruktur modern kota

Surakarta juga banyak dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwono X, seperti bangunan Pasar

Gede, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo-Kota (Sangkrah), Stadion Sriwedari, kebun binatang

("Taman Satwataru") Jurug, Jembatan Jurug yang melintasi Bengawan Solo di timur kota, Taman

Balekambang, gapura-gapura di batas Kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di

Jagalan, rumah singgah bagi tunawisma, dan rumah perabuan (pembakaran jenazah) bagi warga

Tionghoa. Ia meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 1939. Ia disebut sebagai Sunan Panutup

atau raja besar Surakarta yang terakhir oleh rakyatnya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta, diakses pada tanggal 4 Juni 2013.

Page 18: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

5

mereka sama-sama mengklaim diri sebagai raja. Penulis juga akan meneliti

implikasi konflik terhadap kehidupan Keraton Surakarta Hadiningrat pasca

terjadinya konflik. Adapun konflik Keraton Kanoman yang diungkapkan penulis

di awal hanyalah sebuah pengantar bahwa konflik yang hampir sejenis dengan

Keraton Surakarta Hadiningrat juga pernah terjadi di Keraton Kanoman.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Apa motif utama perebutan kekuasaan di Keraton Surakarta

Hadiningrat, disamping adanya perbedaan persepsi terhadap siapa yang

paling berhak mewariskan takhta Paku Buwono XII?

2. Bagaimana implikasi konflik terhadap kehidupan Keraton Surakarta

Hadiningrat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami akar konflik yang

terjadi di Keraton Surakarta Hadiningrat. Hal ini dikarenakan berbagai pihak

mengklaim dirinya sebagai pewaris takhta yang sah, karena merupakan putra dari

Paku Buwono XII, sehingga tidak menutup kemungkinan ada motif-motif tertentu

yang melatarbelakanginya. Atas dasar itu penulis ingin mengkaji lebih dalam

bagaimana asal muasal konflik itu bermula serta bagaimana kehidupan keraton

setelah terjadinya konflik.

Adapun manfaat penelitian ini bagi para akademisi ialah:

1. Mengetahui posisi kekuatan tradisionil keraton di era demokratisasi.

Page 19: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

6

2. Mengetahui bentuk-bentuk konflik yang terjadi di keraton.

D. Tinjauan Pustaka

Sudah banyak studi yang membahas perjalanan Keraton Surakarta

Hadiningrat sejak awal berdirinya hingga perannya dalam dunia sastra dan

perjuangannya dalam membantu Indonesia merebut kemerdekaan. Pertama, buku

yang ditulis oleh Purwadi pada tahun 2008, (Kraton Surakarta: Sejarah,

Pemerintahan, Konstitusi, Kesusastraan, dan Kebudayaan). Buku ini membahas

secara luas Keraton Surakarta dari berbagai aspek. Tidak hanya pemerintahan dan

tradisi di dalamnya, namun juga menceritakan kemunculan pujangga sastra baru,

Ronggowarsito.

Kedua, buku yang ditulis oleh Mulyanto Utomo, Wahyu Susilo, dan Farid

Achmadi, (Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat), merupakan

kumpulan surat kabar harian Solopos yang dibukukan antara rentang waktu bulan

Juni sampai September 2004. Buku ini lebih menceritakan susunan peristiwa-

peristiwa di Keraton Surakarta Hadiningrat sejak Paku Buwono XII wafat sampai

kedua raja melakukan penobatan.

Ketiga, makalah yang ditulis oleh Thung Ju Lan, “Konflik lokal Nasional

dalam Konteks ke-Jawaan di Solo” yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2000 dan dirangkum dalam buku

“Etnisitas dan Integrasi di Indonesia”. Secara khusus lebih meneliti akar konflik

dan kesenjangan ekonomi yang terjadi antara etnis Cina dengan warga pribumi

Page 20: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

7

Jawa di Solo yang menekankan hubungan antar etnik yang berkembang di Solo

dalam kaitannya dengan isu „ke-Jawaan‟ dan „ke-non Jawa-an‟.

Keempat, buku yang ditulis oleh Drs. Surip Suwandi, (Upacara Selikuran

Keraton Surakarta Hadiningrat) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Yogyakarta pada tahun 1985. Buku ini secara khusus membahas

tradisi yang terdapat di dalam Keraton Surakarta Hadiningrat, seperti Upacara

Selikuran, Upacara Thong-Thong Hik, dan Upacara Maleman. Tujuan buku ini

untuk memberikan informasi tentang Upacara Tradisionil khususnya Upacara

Selikuran yang masih dihayati dan dilestarikan oleh masyarakat tradisional.

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Aminudin, Mahasiswa Program Studi

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

berjudul: “Varian Keberagamaan Masyarakat di Sekitar Keraton Surakarta

Hadiningrat” yang telah diselesaikan pada tahun 2010. Skripsi ini mencoba

menelusuri pengaruh Keraton Surakarta Hadiningrat terhadap keberagamaan

masyarakat beserta corak dan varian yang ada di dalam masyarakat itu, dengan

lebih difokuskan di wilayah Baluwarti, Pasar Kliwon, Surakarta.

Berdasarkan tinjauan referensi yang ditemukan penulis, penulis akan fokus

mengkaji fenomena politik dan konfllik yang terjadi di lingkungan Keraton

Surakarta pasca wafatnya Paku Buwono XII serta implikasinya terhadap

kehidupan keraton.

Page 21: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

8

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis untuk mengkaji masalah ini yaitu

menggunakan pendekatan kualitatif, yang didefinisikan sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.7 Peneliti diarahkan untuk

berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena

sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya lalu berupaya

melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.8

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan

mengumpulkan data primer dari literatur-literatur berupa buku, artikel, arsip-arsip,

dan media massa (surat kabar dan internet). Adapun data sekunder penulis peroleh

melalui wawancara terhadap sentana dalem Keraton Surakarta Hadiningrat dan

para pemerhati Keraton Surakarta Hadiningrat. Beberapa sumber data yang

penulis peroleh kemudian dipahami dan diolah untuk diuraikan kembali dengan

metode yang berbeda guna menghindari unsur plagiarisme.

Sebagai pedoman penulisan ini, penulis menggunakan buku terbitan

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dijadikan

panduan penyusunan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu

Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menyusun pembahasan menjadi

beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut:

7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2006), 4.

8 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2010), 6.

Page 22: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

9

1. Bab I: Pendahuluan, pada bab ini penulis berusaha menguraikan

permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan

perumusan masalah serta tujuan terkait dalam kasus Konflik Keraton

Surakarta Hadiningrat Pasca Wafatnya Paku Buwono XII.

2. Bab II: Pada bab ini berisi mengenai teori-teori sebagai pendekatan yang

menjelaskan pokok permasalahan konflik yang terjadi di Keraton

Surakarta Hadiningrat dengan teori yang penulis paparkan, yaitu teori

kekuasaan dan teori konflik.

3. Bab III: Pada bab ini penulis membahas sekilas tentang profil, stratifikasi,

dan sejarah raja Keraton Surakarta Hadiningrat sejak Paku Buwono II

sampai Paku Buwono XII berserta sumbangsih yang diberikan terhadap

Bangsa Indonesia.

4. Bab IV: bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi, karena

berisikan tentang permasalahan yang diangkat penulis. Penulis akan

menguraikan akar-akar konflik yang menyebabkan terjadinya perebutan

kekuasaan antara KGPH Hangabehi dan KGPH Tedjowulan. Serta

implikasi konflik terhadap kehidupan Keraton Surakarta Hadiningrat ke

depannya.

5. Bab V: Pada bab ini penulis berupaya untuk menyimpulkan pembahasan

mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan

Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat Pasca Wafatnya Paku Buwono

XII. Selanjutnya, di bab penutup ini terdapat saran dan kritik.

Page 23: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

10

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Dalam bab ini penulis akan mengaitkan kasus konflik Keraton Surakarta

Hadiningrat pasca wafatnya Paku Buwono XII dengan teori-teori yang memiliki

hubungan erat dengan kasus tersebut. Penulis menganggap ada dua teori yang

berkaitan erat dengan kasus yang akan dikaji. Kedua teori tersebut adalah teori

kekuasaan dan teori konflik.

A. Teori Kekuasaan

Di dalam KBBI, kekuasaan berarti kemampuan orang atau golongan untuk

menguasai dan mempengaruhi orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan,

wewenang, karisma, atau kekuatan fisik.9 Menurut Max Weber yang dikutip

dalam Miriam Budiarjo:10

“Kekuasaan yaitu kemampuan untuk melaksanakan

kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, apa pun dasar kemauan ini”.

Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh Harold D. Laswell dalam Miriam

Budiarjo:11

“Kekuasaan adalah suatu hubungan di mana seseorang atau

sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke

arah tujuan dari pihak pertama”.

9Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (Jakarta:

Balai Pustaka, 2000), 604. 10

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),

60. 11

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, 60.

Page 24: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

11

Penulis menyimpulkan apabila seseorang bisa menguasai pihak lain, ia

harus memiliki pengaruh. Tanpa adanya hal tersebut, ia tidak akan bisa berbuat

apa-apa, apa lagi kalau ia hanya berasal dari masyarakat atau golongan biasa yang

tidak mempunyai nilai lebih. Harus ada yang ditonjolkan dari orang tersebut,

apakah itu karena kharisma pribadinya, wewenangnya, atau karena adat yang

melekat dalam masyarakat tersebut bahwa ia berasal dari keluarga atau keturunan

terpandang. Klasifikasi-klasifikasi kekuasaan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut

oleh Max Weber.

Max Weber dalam April Carter dan Soerjono Soekanto lebih

mengklasifikasikan tipe kekuasaan menjadi tiga jenis: tradisional, rasional-legal,

dan kharismatik. Kekuasaan tradisional, adalah orde sosial yang bersandar pada

kebiasaan-kebiasaan kuno yang status dan hak-hak para pemimpin juga sangat

ditentukan oleh adat kebiasaan. Kekuasaan tradisional juga memerlukan adanya

unsur-unsur kesetiaan pribadi yang menghubungkan hamba dengan tuannya

(patron-klien). Selanjutnya tipe rasional-legal, dalam tipe ini semua peraturan

ditulis dengan jelas dan diundangkan dengan tegas, sedangkan batas-batas

wewenang para pejabat ditentukan oleh aturan main dan kepatuhan serta kesetiaan

yang tidak ditujukan kepada pribadi para pejabat melainkan kepada lembaga yang

bersifat impersonal.12

Kemudian tipe kharismatik, merupakan kekuasaan yang

didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri

seseorang karena anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Orang-orang di

sekitarnya mengakui akan adanya kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan

12

April Carter, Otoritas dan Demokrasi (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), 55.

Page 25: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

12

karena mereka menganggap sumber kemampuannya merupakan sesuatu yang

berada di atas kekuasaan dan kemampuan manusia pada umumnya. Kharisma

semakin meningkat sesuai dengan kesanggupan individu yang bersangkutan untuk

membuktikan manfaatnya bagi masyarakat, dan pengikutnya yang akan

menikmatinya. Wewenang kharismatik dapat berkurang bila ternyata individu

yang memilikinya berbuat kesalahan yang merugikan sehingga kepercayaan

masyarakat terhadapnya menjadi berkurang.13

Klasifikasi-klasifikasi yang dikelompokkan oleh Max Weber sudah

mewakili tipe-tipe kekuasaan yang ada di tiap-tiap negara di seluruh dunia. Baik

itu kekuasaan rasional-legal, kekuasaan kharismatik, atau pun kekuasaan

tradisional. Kekuasaan rasional-legal dimiliki oleh mereka yang berada di struktur

pemerintahan, kekuasaan kharismatik oleh para agamawan dan cendekiawan, dan

kekuasaan tradisional dimiliki oleh para bangsawan.

Selanjutnya Machiavelli dalam Ahmad Suhelmi mengungkapkan bahwa

kekuasaan merupakan tujuan itu sendiri. Ia tidak sepakat bila kekuasaan hanya

sebatas alat untuk mempertahankan nilai-nilai moralitas, etika, atau agama. Bagi

Machiavelli segala kebajikan, agama, moralitas justru harus dijadikan alat untuk

memperoleh dan memperbesar kekuasaan, bukan sebaliknya. Oleh karenanya

kekuasaan haruslah diperoleh, digunakan, dan dipertahankan semata-mata demi

kekuasaan itu sendiri. Penguasa yang baik menurut Machiavelli harus berusaha

13

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2010), 244.

Page 26: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

13

mengejar kekayaan dan kejayaan karena keduanya merupakan nasib mujur yang

dimiliki seorang penguasa.14

Untuk meraih kekuasaan itu, Machiavelli berpendapat bahwa penguasa

negara bisa menggunakan cara binatang, terutama bila menghadapi lawan-lawan

politiknya. Seorang penguasa bisa menjadi singa di suatu saat, dan menjadi rubah

di saat lainnya. Menghadapi musuhnya yang ganas bagai seekor serigala,

penguasa hendaknya bisa berperangai seperti singa, karena dengan cara itulah ia

bisa mengalahkan lawannya. Tetapi penguasa harus bersikap seperti rubah bila

lawan yang dihadapinya adalah perangkap-perangkap musuh. Bukan singa yang

mengendus perangkap-perangkap itu, melainkan rubah. Rubah amat peka dengan

perangkap yang akan menjerat dirinya.15

Menjadi seorang penguasa seperti yang

diungkapkan Machiavelli harus siap dengan segala risiko yang terjadi, apa lagi di

era demokratisasi sekarang ini. Perlu cara yang brilian agar ambisi terhadap

kekuasaan itu tidak terendus lawan-lawan politiknya dan bisa meyakinkan

masyarakat pemilihnya. Dalam hal inilah seseorang harus menjadi rubah terlebih

dahulu guna memuluskan jalannya. Dan bila kekuasaan sudah diraih, ia dapat

menjadi serigala dengan menerkam siapapun yang mengancam posisinya.

Kemudian dalam buku Il Principe, Machiavelli mengungkapkan ada dua

cara untuk menjadi penguasa, menjadi penguasa dengan cara jahat dan keji dan

menjadi penguasa di kota kelahirannya sendiri atas persetujuan sesama warga

masyarakatnya. Machiavelli mencontohkan Agathocles dari Sicilia, yang

14

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),

132. 15

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, 137.

Page 27: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

14

merupakan rakyat biasa dari kasta terendah dan sangat miskin, bangkit menjadi

raja Syracuse. Dalam setiap jenjang kedudukannya, ia bertindak seperti seorang

penjahat. Namun kejahatannya itu disertai dengan watak yang penuh keberanian

dan fisik yang kuat, sehingga sewaktu ia masuk dalam angkatan perang, ia selalu

naik pangkat dan menjadi panglima pasukan. Setelah ia ditunjuk untuk

menduduki pangkat tersebut, ia bertekad bulat untuk menjadi penguasa dan

mempertahankan kedudukannya tanpa mengindahkan dukungan orang lain sesuai

dengan wewenang yang diberikan kepadanya secara konstitusional.16

Bila

seseorang sudah terlanjur memiliki pendirian bahwa kekuasaan harus diraih

dengan cara apapun, berarti sekeras apapun perjuangannya akan ia lalui. Dengan

demikian ia tidak perlu mempunyai banyak massa atau pun harta benda untuk

memuluskan jalan meraih kuasa. Cukup memasuki komunitas dan berkembang di

dalamnya asalkan sabar dengan waktu yang cukup lama dan perjuangan berdarah-

darah. Memang akan rentan timbul tipu muslihat yang muncul dari seseorang itu

sendiri, namun dalam dunia kompetisi hal itu harus dilakukan agar ia yang tidak

tenggelam oleh lawannya.

Thomas Hobbes dalam S.P. Varma memperkuat bahwa hasrat umum dari

semua umat manusia adalah suatu keinginan yang abadi dan tak pernah selesai

untuk mendapatkan kekuasaan demi kekuasaan, yang terhenti hanya ketika mati.

Secara alamiah manusia akan saling memerangi manusia lainnya dengan menjadi

serigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus). Semua manusia akan

berperang melawan semua (bellum omnium contra omnes). Selain itu

16

Niccolo Machiavelli, Sang Penguasa, terj. C. Woekirsari (Jakarta: PT. Gramedia, 1987),

34.

Page 28: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

15

pengungkapan dari Michels bahwa, “dia yang telah memegang kekuasaan akan

hampir selalu berusaha untuk mempertahankan dan memperbesarnya”.17

Padahal

sekalipun ada seseorang ingin meraih kekuasaan dan mempertahankannya, ia

tidak harus sampai membuat manusia di sekitarnya menderita karena ambisinya.

Prinsip homo homini lupus akan membuat penguasa tersebut ditakuti, tapi tidak

dihormati. Lambat laun akan ada dendam-dendam kecil di dalam masyarakat

sampai pengikut setianya hingga berujung pada pemberontakan. Cukuplah ia

menjadi homo homini socius, manusia adalah makhluk sosial yang menjadi rekan

bagi manusia lainnya.

Machiavelli dan Hobbes mendaulat bahwa kekuasaan harus diraih dengan

cara apapun, karena kekuasaan merupakan tujuan itu sendiri bagi siapapun yang

ingin meraih otoritas. Tidak pandang bulu, dengan cara apapun dan

bagaimanapun, kekuasaan harus diraih dan direbut. Penguasa yang sudah

memegang kekuasaan penuh dalam genggamannya tak perlu lagi mendapat

pengakuan dari masyarakat, karena kelangsungannya sebagai seorang penguasa

tidak lagi tergantung terhadap pengabdian setia rakyatnya, atas segala hal yang

telah dimiliki oleh penguasa tersebut. Dari pendapat tokoh-tokoh tersebut penulis

berpandangan bahwa kekuasaan merupakan suatu kendali dari seseorang atau

kelompok terhadap kawan atau lawan guna mendapatkan apa yang diinginkan

seseorang atau kelompok tersebut.

Kejadian seperti inilah yang terjadi di Keraton Surakarta Hadiningrat. Dua

kubu yang berbeda mempunyai kepentingan sama untuk menjadi pengganti raja.

17

S.P. Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: Rajagrafindo, 2007), 250.

Page 29: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

16

Mereka tidak hanya seorang diri, tapi menyertakan keluarga serta kerabat terdekat

masing-masing guna tercapainya tujuan mereka untuk menjadi pewaris takhta

sebagai penguasa Keraton Surakarta Hadiningrat.

B. Teori Konflik

Konflik merupakan sebuah gejala sosial yang selalu terdapat dalam

masyarakat di setiap kurun waktu. Menurut Maswadi Rauf,18

konflik dapat

diartikan sebagai setiap pertentangan atau perbedaan pendapat antara paling tidak

dua orang atau kelompok. Konflik seperti ini dapat dinamakan konflik lisan atau

konflik non-fisik. Bila konflik tersebut tidak dapat diselesaikan, ia dapat

meningkat menjadi konflik fisik, yakni dilibatkannya benda-benda fisik dalam

perbedaan pendapat.

Konflik juga dianggap sebagai perjuangan atas nilai-nilai dan klaim-klaim

atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang dapat memenuhi fungsi-fungsi

positif. Misalnya, konflik dapat mendamaikan kelompok-kelompok yang saling

bersaing, mengarahkan pihak-pihak yang sedang berjuang untuk mengekspresikan

identitas mereka sendiri, mengurangi ketidakpastian dengan menjaga batas-batas

kelompok, dan merangsang kelompok untuk mencari asumsi-asumsi serta nilai-

nilai dasar umum atau lembaga-lembaga pengamanan.19

18

Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik (Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional, 2001), 2. 19

Anton van Harskamp, Konflik-konflik dalam Ilmu Sosial (Yogyakarta: Kanisius), 5.

Page 30: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

17

Penulis akan melebarkan definisi ke dalam dua studi, konflik sosial dan

konflik politik. Konflik sosial yaitu pertentangan atau pertikaian antar pribadi,

mulai dari konflik lokal sampai tingkat nasional. Dalam kondisi konflik kelompok

kepentingan akan saling bersaing dan bertikai untuk memenangkan kelompoknya.

Konflik sebagai gejala sosial yang melekat pada masyarakat bersumber dari

permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Perubahan

sosial yang timbul dalam masyarakat karena dalam masyarakat ada unsur-unsur

yang saling bertentangan.20

Sedangkan konflik politik memiliki perbedaan dengan konflik sosial, karena

konflik politik selalu merupakan konflik kelompok. Konflik kelompok adalah

konflik yang terjadi antara dua kelompok atau lebih. Konflik politik bukan

merupakan konflik individu karena isu yang dipertentangkan adalah isu publik

yang menyangkut kepentingan banyak orang, bukan kepentingan satu orang

tertentu. Konflik politik terbentuk karena adanya penguasa politik. Karena tidak

ada masyarakat yang tidak mempunyai penguasa politik, tidak ada masyarakat

yang tidak mempunyai konflik politik. Oleh karena itu unsur terpenting dalam

konflik politik adalah penguasa politik. Penguasa politik memiliki wewenang

untuk membuat ketentuan-ketentuan yang membatasi kebebasan individu melalui

berbagai peraturan perundangan demi kepentingan masyarakat banyak.

Kekuasaan yang besar ini membuka peluang bagi penguasa politik untuk

mewujudkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Akibatnya, penguasa politik

tidak lagi menonjolkan perannya sebagai pengelola konflik di dalam masyarakat,

20

http://staff.uny.ac.id, diakses pada 21 Februari 2013.

Page 31: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

18

tapi sudah menjadi salah satu pihak yang berkonflik. Kecenderungan penguasa

politik untuk mempertahankan kekuasaannya menyebabkan penguasa politik

terlibat dalam konflik dengan rakyatnya sendiri yang kecewa dengan

kepemimpinannya.21

Dalam sebuah institusi, jumlah orang yang tergabung dalam elit yang

berkuasa jauh lebih sedikit dari jumlah masyarakat atau anggota yang menjadi

obyek kekuasaan politik. Hal ini tidak sebanding dengan banyaknya orang yang

menginginkan jabatan tersebut. Dalam kaitannya dengan posisi penguasa politik,

posisi tersebut bisa menjadi rebutan yang berujung konflik karena berbagai sebab.

Pertama, tingginya penghargaan yang melekat pada jabatan-jabatan politik.

Jabatan politik memberikan kekuasaan yang cukup besar pada penguasa politik

terhadap masyarakat karena bisa membuat keputusan-keputusan penting yang

menyangkut kepentingan rakyat banyak. Kedua, terbukanya kesempatan yang

lebar untuk memperoleh sumber-sumber daya yang langka. Posisi politik

membuka peluang bagi penguasa politik untuk memenuhi dan mewujudkan

kepentingan serta aspirasinya.22

Dengan demikian faktor paling utama ketika

terjadi konflik politik adalah posisi politik.

Paul Conn dalam Ramlan Surbakti membedakan konflik menjadi dua

bagian. Konflik menang kalah (zero-sum conflict) dan konflik menang-menang

(non zero-sum conflict). Konflik menang-kalah bersifat antagonistik sehingga

tidak memungkinkan tercapainya suatu kompromi diantara pihak-pihak yang

21

Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional), 25. 22

Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik, 28.

Page 32: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

19

terlibat. Tidak ada kerja sama dalam situasi konflik seperti ini, yang mana hasil

kompetisi akan dinikmati oleh pemenang saja, sedangkan yang kalah tidak

mendapatkan apa-apa.23

Sedangkan konflik menang-menang merupakan situasi

konflik dimana pihak-pihak yang terlibat masih dapat melakukan kompromi yang

dapat menguntungkan semua pihak agar pihak-pihak yang terlibat akan mendapat

bagian dari konflik tersebut.24

Kasus konflik yang terjadi di Keraton Surakarta Hadiningrat, struktur

konflik yang terjadi adalah menang-menang. Ada pertikaian dua pihak yang

memperebutkan posisi politik di Keraton Surakarta Hadiningrat. Satu pihak

berhasil menguasai tembok istana dengan segala kewenangan untuk menguasai

seluruh yang ada di dalamnya. Sedangkan yang berkuasa di luar tembok keraton

tidak memiliki kewenangan untuk menguasai apa pun yang ada di dalam keraton.

Ia hanya mendapat legitimasi dari pendukungnya di luar istana. Akhirnya pihak

yang berada di luar keraton merasa perlu untuk mengadakan suatu kompromi

dengan melepaskan simbolnya sebagai raja, guna tujuannya untuk memasuki

keraton dapat tercapai.

Mack, Snyder, dan Gurr dalam M. Ridhah Taqwa merumuskan ada 4 syarat

atau indikator konflik, yaitu: (1) Terdapat dua atau lebih pihak yang berkonflik;

(2) Pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi saling memusuhi

(mutually opposing actions); (3) Cenderung berperilaku koersif untuk memusuhi

dan menghancurkan musuh; (4) Adanya ketegasan sikap masing-masing pihak,

23

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo, 1999), 154. 24

Ibid.

Page 33: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

20

sehingga dapat terdeteksi pihak lain di luar arena konflik.25

Kasus konflik Keraton

Surakarta Hadiningrat sudah memenuhi indikator-indikator yang dimaksud Mack

dkk. Pihak KGPH Tedjowulan dan KGPH Hangabehi saling beradu eksistensi

bahwa merekalah raja yang sesungguhnya. Kedua belah pihak saling menonjolkan

pertentangan satu sama lain hingga berujung pengusiran kepada KGPH

Tedjowulan dan para pendukungnya.

25

http://apssi-sosiologi.org/wp-content/uploads/2013/05/27.-Ridhah-Taqwa.pdf, diakses

pada 1 Juli 2013.

Page 34: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

21

BAB III

PROFIL KERATON SURAKARTA HADININGRAT

A. Lingkungan Geografis

Keraton Surakarta Hadiningrat terletak di Desa Baluwarti, Kecamatan Pasar

Kliwon, kota Surakarta, atau bisa juga disebut Solo, merupakan kota yang terletak

di provinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010)

dengan kepadatan penduduk 13.636/km². Kota Surakarta memiliki luas 44 km²

berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah

Utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Timur dan

Barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Selatan. Sedangkan Keraton Surakarta

Hadiningrat memiliki luas 0,35 km².

Pada masing-masing batas kota ditandai dengan gapura keraton yang

didirikan sekitar tahun 1931 – 1932 pada masa pemerintahan Paku Buwono X di

Surakarta Hadiningrat. Gapura keraton didirikan sebagai pembatas sekaligus pintu

gerbang masuk ibu kota Kerajaan Surakarta Hadiningrat dengan wilayah sekitar.

Gapura keraton tidak hanya didirikan di jalan penghubung, namun juga didirikan

di pinggir sungai Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi dermaga dan

tempat penyeberangan (di Mojo / Silir).26

26

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta, diakses pada 20 September 2013.

Page 35: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

22

Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 meter di bawah

permukaan laut (mdpl) dan di pusat kota 95 mdpl. Selain itu Surakarta berada

sekitar 65 km Timur laut Yogyakarta dan 100 km Tenggara Semarang serta

dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Merapi (tinggi 3115m) di bagian Barat, dan

Gunung Lawu (tinggi 2806m) di bagian Timur.27

Di bawah ini digambarkan peta

Kota Surakarta sebagai berikut:

Gambar III.1. Peta Kota Surakarta

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta, diakses pada 20 September 2013.

Keraton Surakarta Hadiningrat dengan ibukotanya Sala merupakan penerus

kerajaan Mataram yang didirikan pada tahun 1746 oleh Paku Buwono II.

27

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta, diakses pada 20 September 2013.

Page 36: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

23

Berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat ini dapat disebut sebagai pengganti

Keraton Kartasura yang telah hancur sebagai akibat dari adanya gerakan

bersenjata orang-orang Cina yang berhasil memberontak dan menduduki Keraton

Kartasura.28

Peristiwa pendirian kota ini kemudian dikisahkan dalam Perjanjian

Giyanti,29

sebuah babat bersajak yang ditulis kira-kira akhir abad 18 oleh

pujangga keraton Yogyakarta.30

Surakarta yang dipergunakan sebagai nama keraton yang baru dan tempat

kediaman Paku Buwono II itu bernama Sala. Setelah pindah dari Kartasura, Desa

Sala kemudian diganti namanya menjadi Surakarta Hadiningrat. Alasan mengapa

diberi nama menjadi Surakarta Hadiningrat, menurut J. Brandes, nama Surakarta

ternyata merupakan nama varian atau nama alias dari Jakarta yang pada masa lalu

28

Ibu kota Mataram sebelumnya berkedudukan di Kartasura, sekitar 10 kilometer di

sebelah Barat Surakarta. Pada masa itu telah terjadi Pemberontakan Cina (Geger Pacinan) di

Batavia yang kemudian meluas sampai ke Jawa Tengah. Mula-mula Paku Bowono II ingin

memanfaatkan kekacauan itu untuk melepaskan diri dari Belanda dengan membantu kaum

pemberontak (orang-orang Cina dan rakyat yang bersatu melawan Belanda). Namun setelah kaum

pemberontak terdesak, ia berbalik haluan dengan memihak Belanda. Kaum pemberontak, yang

tidak senang dengan sikapnya, bersekutu dengan Mas Garendi, yang menyerang Keraton

Kartasura. Para pemberontak dapat menguasai keraton sehingga pada tahun 1742 Paku Buwono II

terpaksa melarikan diri ke Ponorogo. Namun dengan bantuan Belanda, para pemberontak dapat

dipukul mundur, sehingga Paku Buwono II dapat kembali ke istananya. Dalam kerusuhan itu,

bagian keraton yang disebut keputren sempat dijarah oleh kaum pemberontak. Karena itu Paku

Buwono II menganggap bahwa kesucian Keraton Kartasura telah hilang. Setelah kerusuhan

ditumpas, Paku Buwono II memerintahkan beberapa abdi dalem (pegawai keraton) untuk mencari

tanah yang baik guna pembangunan keraton Mataram yang baru. Dipilihlah desa Solo, yang

terletak 12 kilometer di Timur Kartasura, sekitar 3 kilometer dari tepi bengawan Solo. B. Setiawan

et al, Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1991), 427. 29

Sebuah perjanjian yang diadakan di Desa Giyanti pada tahun 1755 antara Susuhunan

Paku Buwono III dan Pangeran Mangkubumi, untuk mengakhiri peperangan perebutan kekuasaan

antara keduanya. Dalam perjanjian ini, VOC memegang peranan penting dan berhasil menerapkan

politik pecah belahnya. Dalam perjanjian ini ditetapkan bahwa Mataram ditetapkan menjadi dua,

yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Kesultanan Surakarta tetap diperintah oleh Paku Buwono III,

sedangkan kesultanan Ngayogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian

bergelar Sultan Hamengku Buwono. Wilayah Kesultanan Surakarta meliputi daerah seluas 86.450

cacah sebagai daerah pusat pemerintahan, ditambah dengan daerah Ponorogo, Kediri, dan

Banyumas. Wilayah Kesultanan Ngayogyakarta meliputi daerah seluas 87.050 cacah sebagai pusat

pemerintahan, ditambah dengan daerah Madiun, Kertasana, Jipang, Japan, dan Grobogan. B.

Setiawan et al, Ensiklopedi Nasional Indonesia, 175. 30

Dwi Ratna Nurhajarini, Tugas Triwahyono, Restu Gunawan, Sejarah Kerajaan

Tradisional Surakarta (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999), 12.

Page 37: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

24

juga disebut Jayakarta. Surakarta berasal dari gabungan kata Sura berarti berani,

dan karta berarti sejahtera. Kemudian Hadiningrat berasal dari gabungan kata

Hadi berarti besar dan rat berarti negara.31

Nama Surakarta yang dipakai untuk nama keraton yang baru dimaksudkan

sebagai imbangan dari nama Jakarta atau Jayakarta. Sebab Paku Buwono II

memang mendambakan pusat kerajaan nantinya setara dengan Jakarta (Batavia)

yang dapat berkembang dengan pesat terutama pada saat kompeni Belanda (VOC)

menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan. Berdasarkan alasan itulah, Paku

Buwono II tidak lagi memakai nama Kartasura lagi bagi keratonnya yang baru itu,

yang ternyata tidak banyak membawa keberuntungan, melainkan nama Surakarta

sebagai imbangan nama Jakarta alias Jayakarta.32

B. Lingkungan Fisik Keraton Surakarta Hadiningrat

Di pusat ibukota terdapat bangunan inti kerajaan berupa keraton yang terdiri

dari kompleks bangunan yang dikelilingi tembok, tempat kediaman raja, istri-

istrinya, dan berbagai wanita terkemuka. Bangunan-bangunan tersebut yaitu:

1. Lingkaran I: Kedhaton

Kedhaton merupakan tempat yang paling keramat, dibatasi oleh dua pintu

yaitu kori kamandhungan di sebelah Utara dan Selatan, serta jalan raya Baluwarti

di sebelah Barat dan Timur. Untuk dapat mencapai kedhaton, dari arah Utara,

31

http://mursid.web.id/hari-jadi-ke-268-kota-solo.html, diakses pada 27 Maret 2014. 32

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 8.

Page 38: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

25

orang harus melalui lima buah kori,33

yaitu kori gladag, amurakan, brajanala,

kamandhungan, dan sri manganti.

Di dalam lingkaran tembok kedhaton terdapat tiga buah halaman, yaitu

halaman sri manganti, pelataran kedhaton, dan halaman magangan. Halaman sri

manganti terletak di sebelah Utara pelataran kedhaton, memiliki dua buah bangsal

yang saling berhadapan, yaitu bangsal marakata di sebelah Barat dan bangsal

marcukandha di sebelah Timur. Kedua bangsal itu berfungsi sebagai tempat abdi

dalem yang akan menghadap raja. Bangsal marakata untuk abdi dalem lebet,

sedangkan bangsal marcukandha untuk abdi dalem prajurit.

Berikutnya halaman magangan. Di tengah-tengah halaman magangan

terdapat bangsal terbuka yang berfungsi untuk menyimpan berbagai macam

barang seperti made rengga, yaitu peralatan khitan putra dan kerabat raja, juga

berfungsi untuk menyiapkan barisan prajurit yang akan bertugas guna

menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan seremoni religius keraton

seperti pembuatan gunungan dan upacara grebeg serta tempat magang bagi calon

prajurit keraton.34

Di seputar pelataran kedhaton terdapat kompleks bangunan yang bermacam-

macam bentuknya. Secara ringkas, bangunan-bangunan yang terdapat di

kompleks istana (kedhaton) antara lain:

a. Di Pusat Istana:

1) Prabasuyasa.

2) Sasana parasdya, tempat pertunjukan wayang.

33

Pintu gerbang. P.J. Zoetmulder, Kamus Jawa Kuna Indonesia (Jakarta: Kompas

Gramedia, 2011), 512. 34

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 15.

Page 39: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

26

3) Sasana sewaka, tempat duduk raja dihadap oleh para abdi dalem

lebet.

4) Sasana handrawina, tempat pesta/makan raja beserta keluarganya.

Dibangun pada masa Paku Buwono VI.

5) Paningrat, teras dari pendapa sasana sewaka.

6) Maligi, tempat khitan putra raja.

b. Di sebelah Timur halaman istana, terdapat tiga bangsal:

1) Bangsal bujana, tempat untuk menjamu para pengiring tamu

kerajaan.

2) Bangsal pradangga kidul, tempat gamelan, dibunyikan sewaktu

keraton mempunyai keperluan.

3) Bangsal pradangga lor, tempat alat-alat musik/orkestra.

c. Sasana prabu, tempat kantor raja. Letaknya di sebelah Selatan

parasdya. Adapun di sebelah Utara parasdya sebagai kantor wakil raja.

d. Bangunan yang mengelilingi istana:

1) Sasana wilapa, kantor sekretariat.

2) Panti wardaya, kantor perbendaharaan.

3) Reksa handana, kantor kas keraton.

4) Bale kretarta, kantor perlengkapan.

e. Panggung sanggabuwana, bangunan berbentuk menara persegi

delapan, bertingkat empat, dan tingginya 30 meter. Menurut

Page 40: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

27

kepercayaan, tempat ini digunakan untuk pertemuan antara raja

dengan Ratu Selatan, permaisurinya yang beristana di Parangtritis.35

2. Lingkaran II: Kompleks Bangunan di Baluwarti

Wilayah yang disebut Baluwarti (benteng) ini terletak di luar tembok

kedhaton di kawasan bersisi empat yang luas, yang dikelilingi oleh tembok

berukuran tebal dua meter dan tinggi 3-6 meter. Kompleks bangunan di Baluwarti

merupakan kediaman para pangeran, kerabat raja, dan para abdi dalem.

Rumah-rumah kediaman yang berada di kompleks Baluwarti ini dapat

diketahui status penghuninya antara lain dengan memperhatikan bentuk atau tipe

rumah beserta alat perlengkapannya. Adapun tipe-tipe rumah dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pertama, tipe rumah Jawa lengkap

berbentuk joglo dengan pendapa, paringgitan, dalem, dan ditambah dengan

deretan rumah di kanan-kiri bangunan utama. Kelompok kedua, tipe rumah Jawa

berbentuk limasan. Untuk tipe pertama dan kedua biasanya dihuni oleh para

bangsawan dan priyayi tingkat tinggi. Ketiga, rumah kampung yang paling

sederhana bentuknya. Tipe ini dihuni oleh para abdi dalem dan penduduk lainnya

yang melakukan pekerjaan bebas, misalnya berdagang. Perumahan para abdi

dalem biasanya terkumpul dalam satu kompleks hingga membentuk sebuah

perkampungan yang ada dalam Baluwarti, antara lain: Wirengan, Lumbung,

Carangan, Tamtaman, Ksatriyan, Sasanamulya, Gedong Kereta, dan

Gambuhan.36

35

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 17. 36

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 21.

Page 41: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

28

3. Lingkaran III: Paseban

Paseban merupakan lingkaran ketiga, yaitu balai yang digunakan untuk

menghadap raja.37

Letaknya di sebelah Utara pelataran kamandhungan. Ada dua

tempat paseban, yaitu sasana sumewa atau tatag rambat yang menghadap ke

Utara dan sitihinggil yang terletak menyatu di belakang (sebelah Selatan) sasana

sumewa.

4. Lingkaran IV: Alun-alun

Alun-alun38

(lapangan) merupakan lingkaran keempat. Ada dua buah

lapangan, yakni alun-alun lor (Utara) dan alun-alun kidul (Selatan). Alun-alun lor

yang merupakan halaman depan keraton, berbentuk segi empat, berukuran 300

meter tiap-tiap sisinya. Di seputar alun-alun lor yakni di sebelah Utara, di sebelah

Timur dan Barat terdapat deretan bangunan yang disebut dengan kapalan.

Fungsinya sebagai tempat istirahat bagi para abdi dalem setelah melakukan

gladhen watangan (latihan perang-perangan). Setelah tradisi itu tidak ada lagi

sejak Paku Buwono XI, kapalan digunakan sebagai tempat istirahat para abdi

dalem yang akan menghadap raja ke istana. Oleh karena itu nama kapalan

kemudian disebut paseban.

Sebagai pasangan dari alun-alun lor adalah alun-alun kidul yang berperan

sebagai alun-alun pangkeran (belakang), terletak dalam lingkup tembok keraton.

37

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (Jakarta:

Balai Pustaka, 2000), 834. 38

Pada awalnya Alun-alun merupakan tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit

kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula

(rakyat), dan pusat perdagangan rakyat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Alun-alun) Di kerajaan

Mataram Islam dulu alun-alun juga digunakan untuk “Tapa Pepe”, yaitu suatu bentuk unjuk diri

dari rakyat agar didengar dan mendapat perhatian dari raja. Tapa Pepe dilakukan pada siang hari

terik di antara dua Pohon Beringin oleh seseorang yang sedang memohon keadilan langsung

kepada raja. (http://gudeg.net/id/directory/12/1750/Alun-Alun), diakses pada 22 Maret 2014.

Page 42: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

29

Lalu di sisi Barat alun-alun lor masih ada sebuah bangunan yang cukup penting

yakni Masjid Agung. Masjid ini terbuat untuk umum dan berada di bawah

wewenang seorang pemuka agama yang relatif mandiri, yaitu seorang pengulu

yang lazim dipilih di antara keluarga daerah kauman. Kauman sendiri adalah

daerah pemukiman kaum muslim yang terletak di sekeliling masjid.39

C. Stratifikasi Sosial Masyarakat

Anggota/masyarakat/komunitas Keraton Surakarta Hadiningrat tersusun

secara hierarki dan secara tradisional dibagi dalam tiga kelompok sosial, yaitu:

raja dan keluarga raja (sentana dalem), pegawai dan pejabat kerajaan (abdi

dalem), dan rakyat biasa (kawula dalem).

Untuk menentukan posisi seseorang berada dalam kelompok tertentu,

diperlukan dua kriteria. Pertama, prinsip kebangsawanan yang ditentukan oleh

hubungan darah seseorang dengan penguasa. Kedua, posisi seseorang dalam

hierarki birokrasi. Seseorang yang mempunyai kriteria-kriteria tersebut dianggap

termasuk golongan elite. Sedangkan mereka yang diluar golongan itu dianggap

sebagai rakyat kebanyakan.

1. Raja dan Keluarga Raja (sentana dalem)

Raja merupakan satu-satunya orang yang berkuasa di suatu kerajaan. Ia

pemimpin negara dan rakyatnya dengan kekuasaan mutlak. Maka sabda raja

berarti undang-undang, ini tercermin dari Ungkapan Jawa Sabda Pandhita Ratu,

yang artinya setiap ucapan raja (sabda raja) harus ditaati.

39

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional, 27.

Page 43: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

30

Secara Etimologi, istilah raja berasal dari bahasa Sanskerta: raj, rajya yang

berarti pemerintahan atau kerajaan. Dengan demikian raja adalah penguasa

kerajaan. Peran utama raja adalah melindungi kerajaan dan rakyatnya dengan

menjadi perantara antara dunia manusia dengan dunia dewa-dewa. Raja harus

memiliki kekuasaan dan wibawa yang setara dengan dewa-dewa. Hubungan

antara raja dengan rakyatnya ini merupakan suatu ikatan antara kawula-gusti atau

abdi-tuan yang merupakan kaitan erat. Akrab, saling menghormati, dan

bertanggung-jawab.

Seorang raja harus berasal dari keluarga yang agung, trahing kusuma,

remembering madu, wijining atapa, tedaking andana warih, yang artinya turunan

bunga, titisan madu, benih pertapa, turunan mulia. Sehingga raja adalah orang

yang terpilih karena kesucian, kesaktian, dan masih keturunan raja.40

Ketika Islam memasuki Jawa pada sekitar abad 15, kerajaan yang bersifat

Hinduistis masih berdiri. Dengan masuknya agama Islam, terjadilah proses

akulturasi yang tidak dapat dihindari. Terlihat dengan dipakainya gelar susuhunan

atau sultan. Dipakai gelar susuhunan menunjukkan pemakainya dengan dihiasi

gelar yang paling tinggi adalah utusan Tuhan. Hal ini terlihat dari asal kata

susuhunan suhu (pundhi atau sunggi) yang berarti diletakkan di atas kepala. Jadi

susuhunan (pepundhen) artinya orang yang dijunjung tinggi, sangat dihormati.

Dengan gelar ini, sifat kedewaan dari raja-raja Hindu-Jawa dihidupkan kembali

walaupun dengan nama yang baru dan dalam bentuk yang lain.

40

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 29.

Page 44: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

31

Sesudah kerajaan Mataram pecah menjadi dua (1755), gelar susuhunan

dipakai oleh raja-raja Surakarta, sedangkan raja-raja Yogyakarta memakai gelar

sultan. Dengan demikian, sebutan bagi raja-raja Surakarta adalah Sampeyan

Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana Senapati Ing Alaga

Abdur Rahman Sayidin Panatagama. Adapun gelar raja Yogyakarta adalah

Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati

Ing Alaga Rahman Sayidin Panatagama Kalifatullah.41

Menurut doktrin atau konsep kekuasaan Jawa, raja berkuasa mutlak.

Berkuasa atas wilayah yang dimilikinya dan terhadap seluruh jajarannya. Namun

konsep kekuasaan raja-raja Jawa pada era demokratisasi ini berbeda dengan

konsep kekuasaan raja-raja Jawa pada masa lalu, tepatnya ketika Majapahit masih

berkuasa. Majapahit mutlak berdiri sendiri tanpa harus tunduk kepada siapapun,

bahkan kekuasaannya disegani sampai wilayah Kamboja dan Champa. Majapahit

juga membawahi kerajaan-kerajaan kecil di sebagian pulau jawa seperti Kediri,

Keling, Paguhan, Pamotan, dan Demak. Sedangkan raja-raja Jawa masa

demokratisasi sekarang sudah harus taat pada aturan konstitusi dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia dipimpin oleh seorang presiden, orang yang

berkuasa di sistem demokrasi terpimpin.

Raja-raja Jawa kecuali Keraton Yogyakarta, yaitu raja di Keraton Surakarta

Hadiningrat, Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, posisinya hanya sebagai

pelestari budaya, yang wilayah kekuasaannya ada di wilayah Republik Indonesia.

41

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 32.

Page 45: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

32

Sesudah posisi raja sebagai penguasa tertinggi, maka kerabat raja (sentana

dalem) seperti putra-putri, menantu, atau ipar dari raja yang sedang memerintah

juga termasuk dalam golongan yang mempunyai status sosial yang tinggi.

Hubungan-hubungan yang berasal dari raja-raja terdahulu tingkatannya dianggap

lebih rendah. Sistem tingkat kebangsawanan sangatlah luas. Di mata rakyat,

seorang bangsawan selalu dihargai menurut kemurnian pertalian darahnya dengan

raja dari pihak ibu menurut jauh dekatnya hubungan ibu itu dengan raja.

Jumlah patokan gelar tingkat dan nama pada masyarakat Jawa sangat

banyak. Gelar tertinggi di antara kaum bangsawan adalah pangeran, yang

dianugerahkan kepada putra-putra raja dan sulung dari putra raja. Gelar ini juga

dapat diberikan kepada kerabat raja atau kepada para pejabat-pejabat menurut jasa

atau ikatan-ikatan sanak dengan penguasa. Ketiga macam pangeran ini dibedakan

dengan nama gelar pangeran putra, pangeran sentana, dan pangeran sengkan.

Tingkat tertinggi di antara pangeran itu adalah putra mahkota, dengan gelar

pangeran adipati anom. Cucu raja yang sudah dewasa boleh memakai raden mas

haryo, sedangkan keturunan laki-laki dari generasi selanjutnya sampai generasi

kelima mempunyai hak memakai gelar raden mas.42

Selanjutnya yang tidak kalah menarik dalam membicarakan status sosial

dari kerabat raja selain yang telah disebut adalah tentang istri raja (permaisuri).

Pada zaman Mataram dan kerajaan-kerajaan penerusnya, istri raja umunya

bergelar ratu. Dari permaisuri inilah cikal bakal lahirnya putra mahkota.43

42

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 33. 43

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 34.

Page 46: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

33

Di samping permaisuri, raja juga mempunyai istri yang lain yaitu selir. Istri

selir disebut pula dengan istilah garwa selir atau garwa ampil. Status sosial selir

ini kedudukannya lebih rendah daripada permaisuri. Istri raja yang disebut selir

adalah seorang wanita yang telah diikat oleh tali kekeluargaan, tetapi tidak

berstatus sebagai istri dalam pengertian yang umum. Statusnya di bawah istri

(ampeyan) dan tugasnya membuat raja itu selalu senang (klangenan). Jika

bangsawan tadi menurunkan anak dari seorang selir, ia akan dinikahi secara

simbolis melalui pusaka yang menjadi simbol bangsawan tadi. Ini tidak berakibat

bahwa wanita atau selir itu lalu menjadi istri, melainkan hanya menjamin status

hukum dari anak yang dikandungnya menjadi anak bangsawan tadi. Sehingga

kelak anak itu berhak mempergunakan titel kebangsawanan dan memperoleh hak

warisan lainnya. Jadi yang menentukan status sosial anak tadi adalah ayahnya,

bukan ibunya.44

Inilah yang terjadi pada pemerintahan Paku Buwono XII. Ia tidak

memiliki seorang permaisuri, namun memiliki enam garwa selir. Anak-anak dari

Paku Buwono tidak mendapat wasiat secara langsung siapakah yang akan

menggantikannya ketika ia wafat. Oleh karenanya, terjadi perselisihan yang tak

kunjung usai selama bertahun-tahun tentang perebutan kekuasaan antara KGPH

Hangabehi dan KGPH Tedjowulan, anak dari masing-masing garwa selir Paku

Buwono XII yang merasa layak menjadi raja menggantikan takhta almarhum

ayahnya.

44

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 36.

Page 47: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

34

2. Pegawai dan Pejabat Kerajaan (Abdi Dalem)

Di bawah kelompok raja dan sentana dalem terdapat kelompok abdi dalem

atau priyayi, yaitu seluruh pegawai raja dan kerajaan. Abdi dalem yang tertinggi

tingkatannya terdiri atas delapan orang bupati, yaitu bupati nayaka. Mereka

merupakan dewan kerajaan. Keempat orang di antara mereka itu disebut bupati

njero (bupati dalam) dan yang empat orang lainnya bupati njaba (bupati luar).

Fungsi bupati njero terbagi sebagai berikut: bupati keparak kiwa dan bupati

keparek tengen adalah bupati-bupati kepala rumah tangga yang disamping itu

bertugas sebagai pengawal istana, polisi, dan pengadilan. Bupati gedong kiwa

adalah bendaharawan dan bupati gedong tengen adalah kepala urusan keluar

istana.

Kemudian empat orang bupati njaba, yaitu bupati gede dan bupati sewu

sebagai “bupati kanan”, kemudian bupati penumping dan bupati bumi sebagai

“bupati kiri”. Bupati-bupati ini mengepalai administrasi dari berbagai provinsi

kerajaan di luar ibukota. Kemudian menyusul lima orang bupati dari tingkat tiga:

pembesar mahkamah pengadilan atau bupati pangrembe, bupati kadipaten anom

yaitu kepala rumah tangga putra mahkota, bupati kalang adalah pengawas

tertinggi gedung dan bangunan-bangunan istana, bupati gladag adalah pengawas

tertinggi alat-alat pengangkutan, dan bupati jaksa pengawas tertinggi pengadilan.

Di bawah bupati masih ada lima jabatan birokrasi lainnya, yaitu kaliwon, panewu,

mantri, lurah, dan jajar.45

45

Dwi Ratna Nurhajarini et al, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, 38.

Page 48: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

35

3. Rakyat Biasa (wong cilik, kawula dalem)

Dalam budaya Jawa, penduduk dikenal sebagai kawula dalem (hamba raja,

pelayan raja, atau wong cilik). Mereka adalah manusia milik raja. Raja berwenang

menentukan nasib kawula dalem. Oleh karena itu sikap penduduk Jawa biasanya

sangat sopan, rendah hati, sabar, dan nrima.

Kalau golongan penguasa (sentana dalem dan abdi dalem) adalah

pendukung kebudayaan besar yang bersumber pada istana, maka wong cilik yang

sebagian besar terdiri dari petani adalah pendukung kebudayaan kecil yang

bersumber di pedesaan.

Dalam istilah lain menurut Vincent J. H. Houbent, elit kerajaan pada kurun

waktu 1830-1870 terdiri dari tiga kelompok. Pertama, aristokrasi kesatria

(satriya), dalam derajat yang berbeda-beda memiliki hubungan keluarga dengan

penguasa. Kedua, sekelompok pejabat atau pegawai aristokratis (priyayi), yang

batasannya saling bertumpang tindih dengan kelompok pertama, bertanggung

jawab menjaga keadilan (kadilan) dan memelihara ketertiban (njaga tata-

tentreming praja) di luar ibu kota kerajaan. Mereka juga memastikan masuknya

sejumlah pekerja serta sejumlah pendapatan tetap dari pertanian dan perdagangan

ke ibu kota. Ketiga, ada sekelompok aristokrasi religius yang terdiri dari petugas-

petugas Muslim yang khusus bertugas mengelola masjid di ibu kota, menjaga

makam para raja dan orang-orang suci, serta memberikan instruksi-instruksi

agama.46

D. Silsilah Penguasa Keraton Surakarta Hadiningrat

46

Vincent J. H. Houbent, Keraton dan Kompeni Surakarta dan Yogyakarta, 1830-1870

(Yogyakarta: Bentang Budaya, 2002), 12.

Page 49: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

36

Pada mulanya, tanah Mataram dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan dengan

membabat Alas Mentaok sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya, raja Pajang.

Setelah Pajang surut dari gelanggang kekuasaan, maka Mataram menjadi

penggantinya, berhubung Sutawijaya, anak kandung Ki Ageng Pamanahan, yang

juga anak angkat Sultan Pajang, telah berhasil mengalahkan Arya Penangsang.

Kemudian Sutawijaya menjadi Raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan

Senopati.47

Panembahan Senopati inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya raja-raja

Mataram hingga raja-raja Keraton Surakarta Hadiningrat. Adapun riwayat singkat

raja-raja Keraton Surakarta Hadiningrat dapat dilihat di bawah ini:48

1. Paku Buwono I

Salah seorang putra Amangkurat I bernama Raden Mas Drajat. Naik takhta

pada tahun 1704, diangkat oleh Belanda dengan gelar Kangjeng Susuhunan Paku

Buwono Senapati Ing Ngalaga Ngabdurachman Sayidin Panatagama Ingkang

Sepisan I. Setelah berhasil mendesak dan dan menjatuhkan takhta keponakannya,

Sunan mangkurat III di Kartasura, Paku Buwono I menggantikan tampuk

kepemimpinan di Keraton Kartasura selama 15 tahun hingga 1719.

2. Amangkurat IV

Bernama Gusti Raden Mas Surya Putra, sulung lelaki dari 12 putra-putri

Paku Buwono I. Naik Takhta tahun 1719 di Keraton Kartasura. Ia tak memakai

gelar Paku Buwono seperti ayahnya, tapi lebih memilih gelar raja-raja Mataram

47

Purwadi, Kraton Surakarta: Sejarah, Pemerintahan, Konstitusi, Kesusastraan, dan Kebudayaan

(Yogyakarta: Panji Pustaka, 2008), 2. 48

Bram Setiadi, Qamarul Hadi, Tri Handayani, Raja di Alam Republik (Jakarta: Bina Rena

Pariwara, 2000), 197.

Page 50: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

37

seperti kakek-kakeknya, yakni Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senopati

Ing Ngalaga Ngabdurachman Sayidin Panatagama, atau populer disebut Sunan

Amangkurat Jawi.

3. Paku Buwono II

Bernama Raden Mas Gusti Prabu Suyasa, putra ke 10 dari Amangkurat IV

dengan permaisuri Kangjeng Ratu Kencana. Naik takhta pada 15 Agustus 1726

dalam usia 15 tahun. Ia bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng

Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin

Panatagama Ingkang Kaping II ing Nagari Kartasura. Berkuasa selama 21 tahun.

Pada 17 Februari 1745, Paku Buwono II memindahkan ibu kota pemerintahannya

ke Surakarta Hadiningrat setelah Keraton Kartasura rusak akibat pemberontakan

Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning karena berkolaborasi dengan laskar Cina.

4. Paku Buwono III

Bernama Raden Mas Gusti Soerjokusumo, putra kelima Paku Buwono II

dengan permaisuri Kangjeng Ratu Mas. Berkuasa selama 39 tahun. Ia naik takhta

pada 15 Desember 1749, dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun

Kangjeng Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman

Sayidin Panatagama Ingkang Kaping III.49

5. Paku Buwono IV

Bernama Raden Mas Gusti Subadya, putra nomor 17 Paku Buwono III

dengan permaisuri Kangjeng Ratu Kencana. Berkuasa selama 33 tahun. Naik

takhta pada 21 September 1788.

49

Selanjutnya gelar ini dipakai oleh Paku Buwono IV hingga raja saat ini (Paku Buwono

XIII), dengan perbedaan dalam urutan yang berdasarkan silsilah keturunan raja sebelumnya.

Page 51: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

38

6. Paku Buwono V

Bernama Raden Mas Gusti Sugandi, sulung Paku Buwono IV dari

permaisuri Kangjeng Ratu Adipati Anom. Berkuasa selama 3 tahun. Naik takhta

pada 10 Oktober 1820.

7. Paku Buwono VI

Bernama Raden Mas Sapardan, putra nomor 11 Paku Buwono V dari selir

Raden Ayu Sosrokoesoemo. Berkuasa selama 6 tahun. Naik takhta pada 18

September 1823. Paku Buwono VI dikenal sebagai seorang pahlawan, penentang

rezim kekuasaan kolonial Belanda, yang amat suka mendalami olah semadi di

tempat-tempat angker, sehingga memperoleh julukan Sinuhun Mbangun Tapa.

8. Paku Buwono VII

Bernama Raden Mas Gusti Maliki Salikin, putra nomor 23 Paku Buwono IV

dengan permaisuri Kangjeng Ratu Kencana. Berkuasa selama 28 tahun. Naik

takhta pada 14 Juni 1830.

9. Paku Buwono VIII

Bernama Raden Mas Kusen, putra keempat Paku Buwono IV dengan garwa

selir Raden Ayu Rantamsari. Berkuasa selama 3 tahun. Naik takhta 17 Mei 1858.

10. Paku Buwono IX

Bernama Raden Mas Gusti Duksina, putra kelima Paku Buwono VI dengan

permaisuri Kangjeng Ratu Hemas. Berkuasa selama 32 tahun. Naik takhta pada

30 Desember 1861.

11. Paku Buwono X

Page 52: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

39

Bernama Raden Mas Gusti Sayidin Malikul Husna, putra nomor 21 Paku

Buwono IX dengan permaisuri Kangjeng Ratu Paku Buwono. Berkuasa selama 46

tahun. Naik takhta pada 30 Maret 1893. Paku Buwono X disebut sebagai

pembaharu dan peletak dasar sistem perekonomian keraton modern. Prinsip-

prinsip bisnis (antara lain dengan mendirikan berbagai perusahaan) mulai ia

terapkan guna mengimbangi semakin melebarnya wilayah keraton yang dikontrak

Belanda untuk berbagai kepentingan. Semasa pemerintahannyalah keraton

memperoleh tambahan bangunan-bangunan baru. Paku Buwono X juga telah

banyak menerima penghargaan dari banyak negara, paling tidak 30 bintang

penghargaan telah diterima, diantaranya: Bintang Orde van Leopold dari raja

Belgia, bintang Grootkruis Oranye Nassau dari negeri Belanda, dan bintang

penghargaan dari Italia, Prancis, Denmark, Swedia, Tunisia, dan Cina.50

12. Paku Buwono XI

Bernama Raden Mas Hanantasena, sulung Paku Buwono X yang lahir dari

garwa selir Raden Ayu Mandayaretna. Berkuasa selama 6 tahun. Naik takhta pada

26 April 1939.

13. Paku Buwono XII

Bernama Raden Mas Gusti Suryo Guritno, putra bungsu Paku Buwono XI

dengan permaisuri Gusti Kangjeng Ratu Paku Buwono. Berkuasa selama 59

tahun. Naik takhta pada 12 Juli 1945. Awal pemerintahan Paku Buwono XII

bertepatan dengan masa perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan.

Hanya sebulan setelah naik takhta, RI memproklamasikan diri sebagai negara

50

Purwadi et al, Sri Susuhunan Paku Buwono X (Jakarta: Bangun Bangsa, 2009), 108.

Page 53: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

40

merdeka, sehingga Paku Buwono XII disebut pula sebagai Sinuhun Hamardika

yang artinya raja di zaman kemerdekaan.

E. Islam di Keraton Surakarta Hadiningrat

Berbicara Islam di Keraton Surakarta Hadiningrat, perlu disinggung

bagaimana proses masuknya Islam di pulau Jawa, yang terjadi di masa akhir

pemerintahan Kerajaan Majapahit hingga awal mula Kesultanan Demak berdiri.

Banyak legenda menyebutkan Islam masuk melalui jalur perdagangan di pesisir

pantai pulau Jawa yang berasal dari China dan Gujarat. Guna mendapat gambaran

mengenai bagaimana penyebaran agama Islam di Jawa, penulis mencoba

mengutip pemaparan sejarah dari H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud.51

Sebuah

legenda menyebutkan, Islam masuk kemudian disebarkan oleh seorang pemuda

keturunan negeri Champa (sekarang Vietnam) bernama Sayyid Ali Rahmad atau

Bong Swi Hoo pada tahun 1446. Awal mula ia meninggalkan Champa dan hijrah

ke tanah Jawa karena ia mendapat ancaman dari bangsa Annam yang hendak

menyerang Champa. Ia menuju Jawa bersama kakaknya, Sayyid Ali Murtadho.

Tak lama setelah sampai di Jawa mereka berhasil menjadi pemuka agama Islam di

Gresik dan Surabaya.

Kehadiran mereka dalam menyebarkan ajaran baru itu pun diterima dengan

baik oleh raja Majapahit saat itu, Bhre Kertabumi atau Brawijaya V. Masyarakat

Jawa yang saat itu masih memeluk agama Hindu banyak yang memeluk agama

Islam karena penyampaian dan penyebaran ajaran-ajaran yang cukup bersahaja

51

H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, terj. Eko Endarmoko, Kerajaan Islam Pertama di Jawa:

Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2003), 27.

Page 54: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

41

dari Sayyid Ali Rahmad. Desa di mana ia mendirikan pesantren bagi pemeluk

baru agama Islam ialah desa Ngampel Denta yang berada di Surabaya. Kelak dari

nama Ngampel Denta itu ia dijuluki sebagai Sunan Ampel. Menurut cerita orang

Jawa, Sayyid Ali Rahmad mempunyai banyak keturunan dan murid, yang

berabad-abad lamanya menguasai perkembangan agama Islam di pulau Jawa.

Islamisasi di Jawa terus berlanjut dan diterima dengan tangan terbuka.

Periode munculnya kekuatan Islam di istana ditandai hancurnya Kerajaan

Majapahit oleh penyerbuan yang dilakukan oleh Adipati Demak, Raden Patah,

karena saat itu Brawijaya V menolak memeluk agama Islam.52

Majapahit runtuh

pada tahun 1478 dan Raden Patah diakui oleh golongan Islam fanatik sebagai

sultan Islam pertama menggantikan kekuasaan agama Hindu di tanah Jawa.53

Pendamping spiritual Raden Patah saat itu, Sunan Giri, dianggap telah memainkan

peranan penting dalam penaklukkan Majapahit.54

Sejak saat itu, kekuasaan Islam

di tanah Jawa silih berganti hadir hingga Kesultanan Mataram Islam muncul yang

diprakarsai oleh Panembahan Senopati.

Dalam perkembangannya, pengaruh ajaran Islam di Kesultanan Mataram

hingga Keraton Surakarta Hadiningrat telah menyentuh berbagai aspek.

Diantaranya penggunaan gelar raja: Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin

Panatagama Khalifatullah, yang bermakna “Penata Agama dan Khalifah Allah

yang Berjiwa Pemurah Serta Bijaksana”, gelar itu bersifat keilahian dengan

52

Damar Shashangka, Darmagandhul: Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-ajaran

Rahasia (Jakarta: Dolphin, 2011), 59. 53

H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, terj. Eko Endarmoko, Kerajaan Islam Pertama di Jawa,

10. 54

M.C. Ricklefs, terj. Tim Penerjemah Serambi, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008

(Jakarta: Serambi, 2008), 76.

Page 55: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

42

memposisikan hamba sebagai wakil Sang Pencipta yang bertugas menjadi

pembimbing agama dan pemimpin bagi rakyatnya. Berdirinya Masjid Agung dan

pelaksanaan kegiatan spiritual keraton juga menjadi penanda bahwa Keraton

Surakarta Hadiningrat merupakan sebuah kerajaan dengan ideologi Islam.

Meskipun pada praktiknya tata cara yang dilakukan lebih kepada sinkretisme

seperti pengkultusan benda pusaka dan kepercayaan terhadap nenek moyang. Hal

itu tidak bisa dipisahkan dari proses Islamisasi di Jawa yang masuk tidak melalui

murni hukum syariah, tapi bercampur dengan sufisme atau mistik.55

Dikatakan

demikian karena kepercayaan lokal di Jawa pada awalnya sangat beragam:

Animisme, Hindu, maupun Budha. Penyebarannya pun beragam, melalui

perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, sampai politik.56

Maka proses

islamisasi di Jawa merupakan sebuah proses yang dinamis dan bervariasi bila

ditinjau dari beragamnya penyebaran dan perbedaan penyerapan di tiap kelompok

masyarakatnya.57

Proses itu melahirkan aliran yang dominan di istana kerajaan

Islam serta mayoritas penduduk yang sudah memeluk Islam yaitu sinkretisme

antara Islam dengan kepercayaan lokal masyarakat Jawa yang kemudian

dinamakan aliran kejawen.

Melalui sinkretisme Islam di Keraton Surakarta Hadiningrat muncullah

berbagai karya yang mengedepankan aspek tasawuf dan mistik seperti Serat

Wulangreh pada masa Paku Buwono IV, Serat Centhini pada masa Paku Buwono

55

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/12/01/islam-dan-kraton-kasunanan-surakarta-masa-sunan-

pakubuwana-iv-bagian-1/, diakses pada 27 Maret 2014. 56

Ahmad Khalil, Islam Jawa (Malang: UIN Malang Press, 2008), 75. 57

Agus Iswanto, “Islamisasi dan Jawanisasi dalam Naskah-naskah di Keraton Yogyakarta.”

Mimbar: Jurnal Kajian Agama dan Budaya (Volume 29, nomor 3, 2012), 170.

Page 56: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

43

V, dan Wirid Hidayat Jati yang ditulis oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito pada

masa Paku Buwono IX.

Tiga dari sekian banyak karya itu kemudian disebut dengan nama

“Kepustakaan Islam Kejawen”. Meskipun ciri kepustakaan Islam kejawen

menggunakan bahasa Jawa dan sangat sedikit dalam memperhatikan syariat

dengan lebih mengedepankan mistik dan tasawuf, namun bentuk kepustakaan

tersebut masih tetap termasuk kepustakaan Islam, karena dikarang oleh dan untuk

orang-orang yang menerima Islam.58

F. Kegiatan-kegiatan Spiritual di Keraton Surakarta Hadiningrat

Sebagai penjaga gawang budaya, Keraton Surakarta Hadiningrat masih

menjaga tradisi spiritual keraton yang masih rutin dilaksanakan. Inilah pembeda

suatu lembaga yang bernama “keraton”, dengan segenap peninggalan budaya

yang terkandung di dalamnya yang masih tetap lestari hingga saat ini. Di antara

kegiatan spiritual yang menjadi hajat besar Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu:

1. Tinggalan Dalem Jumenengan, hari peringatan naik takhta seorang raja

dengan dipergelarkan tari Bedhaya Ketawang. Upacara ini merupakan

upacara tertinggi yang membuktikan seorang raja masih berkuasa.

2. Kirab Pusaka Keraton, pameran benda-benda pusaka dan kerbau keramat

bernama Kyai Slamet milik keraton pada malam 1 Asyura.

3. Grebeg Maulud, memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

58

Agus Iswanto, “Islamisasi dan Jawanisasi dalam Naskah-naskah di Keraton

Yogyakarta.”, 70.

Page 57: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

44

4. Malem Selikuran, diselenggarakan setiap malam ke-21 Bulan Ramadhan

untuk menyambut Lailatul Qadar. Ditandai dengan kirab 1000 tumpeng dari

halaman keraton menuju Taman Sriwedari diiringi barisan prajurit keraton.

5. Grebeg Pasa untuk mengungkapkan rasa syukur atas datangnya hari Idhul

Fitri. Gunungan Kembar Jaler dan estri diarak dari keraton menuju Masjid

Agung untuk didoakan, kemudian dibagikan kepada masyarakat.

6. Grebeg Besar untuk menyambut Hari Raya Idhul Adha. Berlangsung di

depan Masjid Agung dengan ditandai keluarnya gunungan yang merupakan

pemberian raja atau hajad dalem dari Keraton Surakarta Hadiningrat.

7. Wilujengan Nagari Mahesa Lawung pada hari Senin atau Kamis terakhir di

bulan Rabiul Akhir, berupa pembacaan do‟a yang dimulai di Pendapa

Sasana Sewaka hingga hutan Kren-dhawahana di Gondangrejo,

Karanganyar. Krendhawana merupakan tempat yang dianggap sakral dan

menjadi tempat semadi leluhur Dinasti Mataram.

8. Wilujengan Hangadeging Keraton Surakarta Hadiningrat atau peringatan

pindahnya Keraton Kartasura ke Surakarta pada setiap tanggal 17 Asyura.59

59

GRAy Koes Ismaniyah, Mau Ke Mana Keraton Surakarta Hadiningrat (Jakarta: Kata

Hasta Pustaka, 2013), 112.

Page 58: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

45

BAB IV

KONFLIK YANG TERJADI DI KERATON SURAKARTA

HADININGRAT PASCA WAFATNYA PAKU BUWONO XII

Timbulnya konflik yang berkepanjangan di Keraton Surakarta Hadiningrat

tentu ada sebabnya. Pada bab inilah penulis akan menguraikannya lebih jauh

dengan menguraikannya menjadi beberapa bagian. Berawal dari mengapa Paku

Buwono XII (selanjutnya disebut PB XII) tidak mengambil seorang permaisuri.

Sehingga tidak ada seorang putra yang mutlak menjadi seorang raja ketika beliau

wafat. Lalu mengenai wasiat dari PB XII menjelang wafat, tentang adanya

kesimpangsiuran terhadap salah satu pihak yang mengaku mendapatkan wasiat ia

adalah penerus takhta dari PB XII. Kemudian konflik-konflik yang terjadi setelah

penobatan, mengapa bisa timbul dua pihak yang mengaku raja dan masing-masing

tidak mau mengakui keabsahannya. Lalu proses rekonsiliasi yang dianggap telah

mengakhiri konflik berkepanjangan ini, apakah semua pihak dapat menerima

keputusan rekonsiliasi yang dimotori oleh Pemerintah Kota Solo.

A. Wasiat Ibunda PB XII dan Suksesi Keraton

Semasa kecilnya, PB XII dikirim ke luar keraton untuk mengenyam

pendidikan. Hal yang lazim dilakukan raja-raja muda sebelum ia menginjak usia

dewasa. Sekembalinya dari keraton, PB XII jatuh cinta kepada seorang wanita.

Saat itu PB XII telah beristri seorang selir, namun sebagai seorang raja ia harus

Page 59: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

46

sesegera mungkin meminang permaisuri demi melestarikan keturunannya. Dan

sosok yang bergelar Bandara Raden Ajeng adalah sosok yang telah memenuhi

syarat bila ditelusuri dari trah dan garis keturunan. Seperti yang telah diperkirakan

oleh seluruh kerabat keraton, hubungan itu hampir dipastikan akan berakhir di

pelaminan. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Belakangan, PB XII membeberkan sebab-sebab kegagalan percintaannya.

Ibundanya, Permaisuri PB XI, mewasiatkannya sesuatu. Ia tidak boleh mengambil

seorang permaisuri. Suatu wasiat yang tak pernah didengar raja-raja

pendahulunya.60

Suatu waktu sekitar tahun 1960-an Presiden Soekarno sempat bertamu ke

keraton guna mengajak PB XII duduk dalam pemerintahan. Namun PB XII

menolaknya. Kabar yang beredar justru berbeda, dalam pertemuan tersebut

dikatakan bahwa Presiden Soekarno menawarkan sekretaris pribadinya untuk

dijadikan permaisuri oleh PB XII. Kenyataan itu mengundang reaksi keras dari

Kangjeng Ratu Paku Buwono, ibundanya. Sedemikian hebat penolakan Kangjeng

Ratu sampai-sampai ia mengancam akan mendoakan anaknya tidak lestari

menjadi raja jika menerima wanita tawaran tersebut.61

Sebagai seorang tradisi yang dibesarkan oleh adat Jawa, ia mempercayai

pesan tersebut mengandung makna amat dalam. Maka mau tidak mau, senang

atau tidak senang, titah keramat itu haruslah ditaati. PB XII mengaku di usia

tuanya ia baru menemukan makna tersembunyi dari wasiat almarhumah yang

semuanya mengarah pada arti konsepsi keratuan di zaman baru. Zaman di mana ia

60

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 118. 61

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 119.

Page 60: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

47

diangkat menjadi seorang raja adalah zaman peralihan kekuasaan dari tradisional

ke zaman demokratisasi. Sehingga sulit bagi keraton untuk menutup diri dari

perkembangan modernisasi. Kesadaran akan nilai-nilai baru bakal mempengaruhi

kebijakan keraton, termasuk dalam mempersiapkan suksesi.62

Putra mahkota kelak dipersyaratkan mampu beradaptasi dan mengantisipasi

perubahan zamannya tanpa harus kehilangan watak, sikap, serta kepribadiannya

sebagai seorang pemangku adat tradisi Jawa. Ini, mengisyaratkan seluruh

pangeran putra raja, tak terkecuali yang lahir dari selir, berpeluang tampil ke

singgasana. Berbeda halnya jika PB XII mengangkat permaisuri, sumber calon

pengganti menjadi sangat terbatas. Sebab, pengangkatan putra tertua dari

permaisuri sebagai pewaris takhta merupakan “angger-angger” atau hukum

keraton yang tak memungkinkan dilanggar apapun alasannya. Beruntung jika

memperoleh putra mahkota yang mumpuni. Namun bila sebaliknya, sulit

dibayangkan bagaimana keraton di masa depan. Menurut PB XII, kepekaan naluri

ibunya seolah-olah mampu mendahului zamannya. Ia menyadari telah dihadapkan

untuk menyantap buah simalakama. Ditaati, bukan saja berarti harus

mengorbankan seluruh hatinya yang telah ia percayakan kepada seorang wanita

yang dicintai. Tetapi juga membuang impiannya untuk tidak berpermaisuri

selamanya. Sebaliknya kalau dilanggar ia akan terbebani perasaan berdosa

terhadap ibu, disamping kemungkinan rusaknya keraton.63

Sampai pada akhir hayatnya, PB XII memang tidak mengambil seorang

permaisuri. Juga tidak mengangkat salah satu dari enam garwa selirnya menjadi

62

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 120. 63

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 120.

Page 61: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

48

permaisuri. Hal itu berdampak pada tata cara suksesi, cara seperti apakah yang

akan diambil oleh putra-putrinya dan para sentana dalem sepeninggalnya PB XII?

Apa lagi, semasa hidupnya PB XII tidak pernah sekalipun membicarakan

siapakah kelak yang akan meneruskan tonggak kepemimpinannya. Bila mana

putra-putrinya hendak membuka pembicaraan mengenai suksesi saat PB XII

masih hidup, hal itu tidak diperkenankan, karena dalam kepribadian budaya Jawa,

pembicaraan seputar suksesi merupakan hal yang tabu untuk dibahas mengingat

PB XII masih segar bugar.64

Angger-angger mengenai suksesi, dalam sistem monarki absolut, mutlak

hukumnya bahwa pengganti raja selanjutnya adalah putra raja itu sendiri yang

lahir dari permaisuri. Dialah pewaris resmi takhta ayahnya, putra lelaki tertua.

Kedudukan anak lelaki memang paling diutamakan karena Keraton Surakarta

Hadiningrat adalah kerajaan Islam yang mana wajib hukumnya suatu institusi

dipimpin oleh seorang lelaki, bukan perempuan.65

Menurut Penyuluh Kebudayaan Keraton Surakarta Hadiningrat, almarhum

KRMH Yosodipuro, ada tiga syarat utama seorang anak bisa menggantikan

ayahandanya sebagai seorang raja. Pertama, calon putra mahkota harus anak

lelaki pertama dari seorang permaisuri. Kedua, jika ternyata permaisuri hanya

mempunyai anak perempuan, maka calon putra mahkota dapat diambil dari anak

lelaki tertua dari garwa selir yang ada. Ketiga, jika raja tidak mempunyai

permaisuri dan hanya mempunyai garwa selir, maka putra mahkota diambil dari

64

Mulyanto Utomo, Wahyu Susilo, Farid Achmadi, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta

Hadiningrat (Solo: Aksara Solopos, 2004), 128. 65

Wawancara penulis dengan KGPH Puger, putra keenam PB XII dari garwa selir ketiga,

Kangjeng Raden Ayu (KRAy) Pradapaningrum, 20 Januari 2014, di Sasana Pustaka Keraton

Surakarta Hadiningrat.

Page 62: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

49

anak lelaki tertua garwa selir. Bukan yang tertua garwa selirnya, melainkan anak

lelaki dari garwa selir yang nomor berapapun, yang lahirnya lebih dahulu dari

pada yang lainnya.66

Peraturan itu tidak pernah tertulis dalam kitab manapun,

tetapi sudah menjadi angger-angger yang telah dilaksanakan sejak ratusan tahun

silam oleh raja-raja terdahulu, baik oleh Kesultanan Mataram Islam (Surakarta,

Nagyogyakarta, Mangkunegaran, Pakualaman) maupun Kerajaan Hindu-Budha

seperti Singasari hingga Majapahit.

Semasa hidup, PB XII mempunyai enam garwa selir dan 35 orang anak.

Bila mereka semua harus mengambil keputusan, maka pilihannya hanya ada dua:

tetap berpegang kepada angger-angger dengan mengikuti naluri tradisi atau

menyatu dengan alam demokratisasi. Pilihan-pilihan itu akan membuat para

garwa selir, sentana dalem, abdi dalem, dan pihak yang berkepentingan terhadap

keraton terbelah menjadi dua kubu, mau atau tidak mau, terencana atau tidak

terencana. Bila kembali melihat 3 syarat utama seorang anak bisa menggantikan

kedudukan ayahnya, maka posisi PB XII ada pada syarat yang ketiga. PB XII

tidak memiliki permaisuri dan hanya memiliki enam garwa selir. Maka yang harus

diangkat adalah putra yang lahir lebih dulu dari garwa selir yang ke berapapun.

Bagi kerabat keraton yang hendak mempertahankan sisa-sisa tradisi leluhur

mereka terdahulu, angger-angger inilah yang harus dipatuhi. Ketika keraton

sudah bergabung dengan alam modernisasi, tradisinya tidak boleh ikut tertelan

zaman. Inilah yang menjadi acuan pihak kerabat yang tetap memegang tradisi,

tidak memperbolehkan mengubah angger-angger dengan alasan apapun dan di

66

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 135.

Page 63: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

50

zaman apapun. Keyakinan ini menjadi pembeda dan diferensiasi antara keraton

dengan institusi modern lainnya.

Sedangkan di sisi lainnya, mereka yang mengatas-namakan “penyelamat

keraton”. Kelompok ini berpendirian bahwa keraton harus dipimpin oleh orang

yang mempunyai visi ke depan yang bisa berkomunikasi dengan segala zaman.

Keraton harus lepas dari buaian kejayaan masa silam. Dengan legitimasi keraton

yang kini hanya sak megaring payung, tidak relevan bila suksesi harus dijalankan

sesuai aturan adat yang telah ditetapkan. Seluruh sentana dan abdi dalem

mempunyai peluang yang sama dalam memberi tafsirannya masing-masing. Pun

bila harus sampai mengambil keputusan. Apa lagi dengan situasi yang

mengambang dengan tidak adanya permaisuri, sudah jelas wasiat yang tersirat

dari Kangjeng Ratu Paku Buwono XI bahwa bila saatnya sudah tiba, seluruh

kerabat keraton harus menyatu dengan alam modernisasi. Dan wasiat itu dikutip

sendiri oleh PB XII.

B. Isu-isu Pasca Wafatnya PB XII

Pada hari Jumat (Wage), 11 Juni 2004 pukul 08.10, Sinuwun PB XII yang

telah bertakhta selama 60 tahun meninggal dunia. Ia menghembuskan nafas

terakhirnya di Rumah Sakit Panti Kosala karena sakit yang dideritanya. Ia

dimakamkan di Astana Pajimatan, Imogiri, sebuah kompleks makam kerajaan

Mataram. PB XII dimakamkan tepat di samping makam ayahnya, Paku Buwono

XI.67

Sri Susuhunan PB XII adalah raja terlama dalam Dinasti Mataram. Raja

67

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat , 122.

Page 64: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

51

Keraton Surakarta Hadiningrat yang bernama Raden Mas Gusti Suryo Guritno itu

dinobatkan menjadi raja tanggal 12 Juli 1945, pada usia 20 tahun, dengan gelar

Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Paku Buwono Senopati Ing Ngalago

Abdurahman Sayidinan Panatagama XII.68

Kepergiannya meninggalkan duka

yang mendalam tidak hanya bagi kerabat keraton, tetapi juga warga Solo serta

seluruh masyarakat yang memiliki keterikatan batin dengan beliau. Mereka

merasa kehilangan sosok pemangku adat titisan raja-raja Mataram yang telah

banyak berjasa sejak zaman kemerdekaan Indonesia.

Wafatnya PB XII memunculkan dua isu. Pertama, isu mengenai penetapan

PB XII kepada dirinya sendiri sebagai Sinuwun Wekasan (raja yang terakhir).69

Dari pernyataannya bila di analisis, PB XII ingin mencukupi kekuasaan keraton

hanya sampai pada dirinya. Kelak putranya tidak akan ada yang bergelar PB XIII

dan seterusnya. Keraton masa kini sudah jauh berbeda dengan keraton ketika

sebelum zaman kemerdekaan hingga ia mulai naik takhta 60 tahun silam saat

kemerdekaan sudah di pintu gerbang. Ketika Belanda masih menduduki daerah-

daerah di Nusantara, Keraton Surakarta merupakan negeri berpemerintahan

sendiri/asli (Zelfbesturende Landschappen) atas dasar Politik Kontrak jangka

panjang (Lang Politiek Contract) dengan Pemerintah Belanda, sebagaimana

tersebut dalam Staatsblad 1939 no. 614 jo. No. 671.70

Kemudian beberapa bulan

PB XII berkuasa, tepat saat Indonesia baru merdeka, Presiden Soekarno

memberikan pengakuan resmi yang menetapkan Negeri Surakarta Hadiningrat

68

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/2165-raja-terlama-

dinasti-mataram, diakses pada 1 Februari 2014. 69

AM. Hadisiswaya, Filosofi Wahyu Keraton (Klaten: Sahabat, 2009), 3. 70

Sri Juari Santosa, Suara Nurani Keraton Surakarta (Yogyakarta: Komunitas Studi

Didaktika, 2006), 29.

Page 65: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

52

sebagai daerah pemerintahan asli dan bersifat istimewa beserta kedudukan PB XII

sebagai kepala daerah dan kepala kerabat istana (raja) dengan semua kekuasaan

Negeri Surakarta Hadiningrat ada di tangan PB XII.71

Kemudian akibat belum stabilnya keadaan pemerintah RI pasca

kemerdekaan yang disebabkan oleh pemberontakan penentang Keistimewaan

Surakarta,72

turut membuat wilayah Surakarta Hadiningrat berada dalam kondisi

darurat. Pemberontakan dan penculikan dialami oleh kerabat keraton. Hal ini

memaksa Presiden Soekarno mengeluarkan Maklumat nomor 1 tertanggal 28 Juni

1946 yang berisi perintah pengambil-alihan kekuasaan sepenuhnya sampai

kondisi dinilai berjalan normal kembali. Tanggal 15 Juli 1946 keluarlah PP nomor

16/SD 1946, yaitu Penetapan Pemerintah yang mengatur tentang pemerintahan di

Surakarta. Presiden Soekarno menunjuk Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo sebagai

residen yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemerintahan daerah Surakarta.

Dengan demikian, era kekuasaan Keraton Surakarta Hadiningrat secara de facto

dapat dikatakan sudah berakhir.73

Dari gambaran singkat mengenai status Keraton Surakarta Hadiningrat di

masa-masa terdahulu, dapat dikatakan bahwa keraton di masa ini sudahlah tidak

71

Sri Juari Santosa, Suara Nurani Keraton Surakarta, 31. 72

Menurut RM Koes Rahardjo, anggota komisi III DPRD Surakarta, semua bermula dari

adanya gerakan barisan pelopor yang dipimpin dr Moewardi. Barisan pelopor bersama Barisan

Tani Indonesia (BTI) yang berafilisasi dengan PKI, PNI, Murba, PSI, dan Barisan Benteng

Surakarta yang melakukan kongres di Gedung Habipraja, Singosaren pada bulan September 1945.

Dari hasil kongres tersebut akhirnya melahirkan Panitia Anti Swapraja (PAS) di awal bulan

Oktober 1945, yang dipimpin Tan Malaka yang berhaluan kiri. Dari situlah akhirnya meletus

kerusuhan anti swapraja, yang memakan banyak korban jiwa. Gerakan tersebut merangsek masuk

ke Keraton Surakarta Hadiningrat, dan menahan PB XII, Kangjeng Ratu Paku Buwono, serta

Pangeran Suryohamijoyo selama hampir lebih dari seminggu di dalam Keraton. Tak berhenti

sampai disitu, pada tanggal 17 Oktober 1945, Patih Keraton Surakarta KRMH Sosrodiningrat

diculik dan dibunuh oleh gerakan Swapraja. http://www.soloblitz.co.id/2013/08/22/sepenggal-

kisah-buram-daerah-istimewa-surakarta/, diakses pada 20 Maret 2014. 73

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 94.

Page 66: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

53

memiliki kekuasaan apa-apa. Sesuai yang termaktub melalui Surat Keputusan

Presiden no. 23/1988, raja hanya sebatas Pimpinan Istana yang kekuasaannya

hanya pada pengelolaan lingkungan Keraton Surakarta Hadiningrat beserta

pusaka-pusaka yang ada di dalamnya sebagai peninggalan budaya bangsa dengan

pengawasan dari Kementerian Pariwisata.74

Sehingga dapat ditafsirkan asbabun

nuzul penetapan Sinuwun Wekasan adalah tidak diperlukannya lagi penerus

takhta karena kekuasaan hanya tinggal sak megaring payung. Bila saat PB XII

naik takhta memiliki keyakinan perjuangannya terhadap keberlangsungan

kekuasaan keraton terhadap wilayah Surakarta akan terus berlangsung, di

milenium baru ini hal itu tidak akan mungkin terjadi. Apa lagi PB XII sama sekali

tidak pernah membicarakan siapakah penerusnya kelak jika ingin kekuasaan

keraton terus berlangsung. Mungkin yang perlu dilestarikan cukup tradisi-tradisi

keraton sebagai pengingat kepada generasi mendatang bahwa peninggalan budaya

Keraton Surakarta masih ada.

Analisa lain mengenai makna sinuwun wekasan, PB XII merasa dirinya raja

terakhir yang memiliki legitimasi penuh atas wilayah yang didudukinya sebelum

berubah status. Sama seperti raja-raja terdahulu, seorang raja menguasai wilayah-

wilayah tertentu, dan kawula (rakyat) harus patuh terhadap perintahnya dan

menjalankan kewajibannya sebagai kawula. Hierarki terlihat jelas antara patron

(raja) dan client (hamba) kepada seluruh kasta dalam negeri keraton. PB XII

menyadari bahwa sejak menyatunya keraton dengan NKRI, semua legitimasi

mutlak itu akan punah, dan dirinya adalah yang terakhir, yang mungkin tersisa

74

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/1398/KEPPRES%20NO%2023%20TH%201988.pdf,

diakses pada 1 Februari 2014.

Page 67: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

54

hanyalah legitimasi terhadap adat keraton itu sendiri. Dengan demikian tidak

menutup kemungkinan PB XII ingin raja-raja Keraton Surakarta Hadiningrat akan

terus lahir meskipun kelak tidak lagi memiliki kewenangan penuh seperti dirinya

dan raja-raja pendahulunya.

Selanjutnya isu lain yang muncul adalah isu mengenai suksesi, sekaligus

menjawab dan „menenggelamkan‟ isu sinuwun wekasan bahwa PB XII adalah raja

yang terakhir. Seluruh kerabat keraton berpendapat regenerasi kepemimpinan di

keraton harus dilaksanakan. Jika tidak, kebudayaan Jawa yang sudah berabad-

abad berkembang dan dipertahankan keraton, dicemaskan akan terurai sebelum

akhirnya musnah. Tanpa raja, Tari Bedaya Ketawang tak mungkin digelar. Juga

Grebeg Maulud maupun Sekaten.75

Serta upacara-upacara spiritual simbolik

serupa lainnya akan saling susul mati, karena tidak lagi mendapat tempat di tanah

di mana ia pernah berjaya.

Maka ketika PB XII wafat, seluruh kerabat yang memiliki rasa peduli

terhadap kelestarian keraton merasa mutlak harus diadakannya sebuah suksesi.

Menurut Pengageng Parentah Keraton Gusti Pangeran Haryo (GPH)

Dipokusumo, suksesi yang dilakukan di tiap masa pemerintahan seorang raja

selalu merujuk pada catatan sejarah zaman-zaman sebelumnya, tidak ada fatwa

tertulis mengenai pengangkatan yang resmi. Sehingga sejak dulu tiap kali akan

diadakannya suksesi, subyektivitas selalu muncul melalui hukum-hukum yang

tidak tertulis dengan apa yang disebut angger-angger.76

75

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 314. 76

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, putra ketiga PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo Keraton Surakarta Hadiningrat.

Page 68: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

55

Pendapat Kangjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger mengenai

angger-angger yaitu:

“Dalam sejarah, aturan perjanjian raja dan pejabat, penasbihan putra-putri,

sentana dalem, itu ada aturannya. Angger-angger, aturan, hukum adat, itu

sudah ada dan berjalan secara alami. Analoginya tidak perlu ditulis berupa

rambu-rambu bahwa lampu hijau harus berangkat dan merah berhenti. Anak

tertua dari raja, entah dari istri ke berapapun yang lahir tertua laki-laki

dialah yang berhak. Dan itu sudah menjadi tatanan rambu-rambu, bilamana

tidak ditulis, orang-orang sudah harus mengerti, itulah proses suksesinya,

yang harus dijalankan sampai kapanpun.”77

Berbeda dengan KGPH Puger, Kangjeng Gusti Pangeran Haryo

Panembahan Agung (KGPH PA) Tedjowulan mengungkapkan:

“Angger-angger merupakan aturan dan acuan orang Jawa berbudaya yang

sudah berlangsung sejak ratusan tahun. Sehingga bila dikaitkan dengan

perkembangan dan situasi sekarang, tentu tidaklah rasional. Bila ingin

berpikir secara mendalam, angger-angger bisa dipertahankan bisa juga tidak

perlu dipertahankan. Bila angger-angger berada dalam posisi yang lemah,

tidak memiliki visi ke depan sama sekali, keraton tinggal menuju

kehancuran saja, artinya tidak perlu dijalankan demi menyelamatkan

keraton.”78

Angger-angger yang menjadi acuan kala itu adalah ditetapkannya Kangjeng

Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi, putra pertama PB XII dari garwa selir

ketiga KRAy Pradapaningrum, sekaligus putra lelaki yang lebih tua dari seluruh

putra para garwa selir, untuk ditetapkan menjadi PB XIII. KGPH Puger yang

merupakan adik kandung dari KGPH Hangabehi, bersama delapan saudara

kandungnya yang lain diantaranya GKR Koes Moertiyah, GRAy Koes Indriyah,

KGPH Kusumayudha, dan saudara iparnya yaitu KP Edy Wirabumi, KP Satrio,

77

Wawancara dengan KGPH Puger, putra keenam PB XII dari garwa selir ketiga, KRAy

Pradapaningrum, 20 Januari 2014, di Sasana Pustaka Keraton Surakarta Hadiningrat. 78

Wawancara dengan KGPH PA Tedjowulan, putra kedua PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 28 Januari 2014, di Hotel Kartika Chandra.

Page 69: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

56

memiliki pendirian bahwa angger-angger harus tetap dijalankan sebagai simbol

bahwa keraton masih mempertahankan tradisi. Di lain sisi, seluruh pihak sentana

dalem di luar dari saudara-saudara kandung KGPH Hangabehi dan forum yang

mengatasnamakan bela raos abdi dalem mendorong KGPH Tedjowulan untuk

maju menyelamatkan keraton. Menurut mereka yang mendukung, keraton akan

kehilangan kesuciannya bila sampai dipimpin oleh KGPH Hangabehi. Mengapa

mereka tidak ingin KGPH Hangabehi yang berkuasa? Karena dari sisi intelektual,

pengelolaan, dan karakter, KGPH Hangabehi dianggap tidak mampu mengurus

keraton bila dilihat dari latar belakangnya.79

Kemudian mengapa sampai muncul wacana KGPH Tedjowulan? Karena

menurut para sentana dalem saat itu, KGPH Tedjowulan dianggap figur yang

mampu menjawab krisis kepemimpinan karena kecakapan dan ketegasannya

dalam memimpin. KGPH Tedjowulan adalah seseorang yang berdinas di tentara,

dan beliau adalah satu-satunya putra PB XII yang berdinas di tentara. Secara

gradual, syarat seorang pemimpin adalah ia yang mampu berdiri terdepan di

medan perang.80

Dalam hal lain, KGPH Tedjowulan pernah hangat

diperbincangkan karena ia pernah diminta oleh PB XII untuk mewakili

memberikan sambutan pada pemberian penghargaan kepada PB XII sebagai

“Bapak Simbol Perdamaian Dunia” dari Sri Chinmoy Institute, sebuah lembaga

internasional yang bergerak pada bidang perdamaian dunia.81

Beberapa hal itu

menjadi salah satu dasar pemikiran dari sekian banyak pertimbangan mengapa

79

Wawancara dengan Redaktur Senior Harian Solopos, Mulyanto Utomo, 21 Januari 2014,

di Kantor Harian Solopos. 80

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, putra ketiga PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo Keraton Surakarta Hadiningrat. 81

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 142.

Page 70: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

57

sebagian besar kerabat istana mendorong KGPH Tedjowulan untuk maju sebagai

raja dengan tidak perlu menggunakan angger-angger dalam suksesi kali ini.

Bila harus mengacu kepada angger-angger pun, wacana suksesi Keraton

Surakarta Hadiningrat tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan adat. Tidak

adanya seorang permaisuri dan tidak adanya wasiat secara langsung dari PB XII

membuat keadaan terlihat mengambang. Hal ini akan menimbulkan subyektivitas

pribadi yang berujung pada munculnya berbagai kepentingan baik dari pihak yang

mengklaim “setia terhadap tradisi” (KGPH Hangabehi) atau pun pihak yang

mengklaim sebagai “penyelamat keraton” (KGPH Tedjowulan). Mereka yang

mendukung KGPH Hangabehi adalah adik-adik kandungnya sendiri, mereka bisa

leluasa menguasai aset dan kewenangan keraton bila kakak kandungnya yang naik

sebagai raja. Begitu pun KGPH Tedjowulan, dari sisi ketentuan adat dia bukanlah

anak laki-laki tertua yang sesungguhnya mustahil bisa naik sebagai raja bila

mengacu kepada angger-angger. Namun karena ia merasa didukung oleh

sebagian besar kerabat keraton, adalah hal yang menguntungkan baginya bila

kesempatan itu ia ambil demi menorehkan keluarga dan keturunannya tertera

dalam sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat. Baik pihak KGPH Hangabehi

maupun KGPH Tedjowulan, apa pun alasannya, sesungguhnya tidak bisa

dilepaskan dari kepentingan untuk meraih kekuasaan.

C. Kasus Konflik Perebutan Kekuasaan di Keraton Surakarta

Hadiningrat

Page 71: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

58

Sebelum wafat, pada hari Kamis 3 Juni 2004, PB XII sempat tetirah di

Tawangmangu. Di tempat peristirahatan itu, beliau mengundang sembilan orang

putra-putrinya. GKR Koes Moertiyah yang saat itu turut serta mengaku KGPH

Hangabehi digenggam erat-erat sinuhun (panggilan keluarga istana terhadap raja)

dan bahunya ditepuk-tepuk saat PB XII bicara di saat-saat terakhirnya. Menurut

pengakuan GKR Koes Moertiyah, PB XII terlihat memberi wasiat kepada KGPH

Hangabehi bahwa ia sebagai anak paling tua harus kuat dan bisa mengayomi adik-

adiknya.

Kemudian, PB XII menyuruh suami GKR Koes Moertiyah, KP Edy

Wirabumi untuk menuliskan wasiatnya bahwa keraton harus tetap mengikuti

naluri tradisi dengan memberikan restu kepada anak laki-laki tertua untuk naik

sebagai raja, yang tak lain adalah KGPH Hangabehi. Setelah wasiat itu dibuat,

beliau membubuhkan cap jempol yang menandakan bahwa surat wasiat itu

absah.82

Mereka semua yang hadir83

bersaksi bahwa PB XII telah berwasiat

demikian. KP Edy Wirabumi yang ketika itu menulis surat wasiat sekaligus

merekam pembicaraan menegaskan bahwa PB XII cukup sehat dan bugar untuk

berbicara dan membubuhkan cap jempolnya. Sehingga, wasiat untuk mengikuti

naluri angger-angger dari PB XII benar adanya.84

Menindaklanjuti keabsahan surat wasiat itu, Kapolwil Surakarta Kombes

Pol Drs. H. Abdul Madjid mengatakan hasil uji Laboratorium Forensik (Labfor)

82

Harian Solopos, Kamis 26 Agustus 2004. 83

Mereka yang hadir dalam pertemuan itu adalah lima putra-putri, dua menantu, dan dua

abdinya, KGPH Hangabehi beserta istri, GPH Puspo Hadikusumo, GKR Galuh Kencana, GRAy

Koes Isbandiyah, GKR Koes Moertiyah bersama suami KP Edy Wirabumi, sekretaris pribadi RM

Yuli Sulistyo Wibowo, dan abdi dalem keraton RT Secodipuro. 84

http://news.detik.com/read/2004/06/11/142814/162322/10/, diakses pada 6 Februari 2014.

Page 72: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

59

Polda Jawa Tengah mengenai cap jempol PB XII pada testament yang ditulis KP

Edy Wirabumi identik dengan sampel lain sidik jari PB XII. Namun tidak

diketahui kapan sidik jari itu dibubuhkan pada surat yang disampaikan kepada

Labfor, sebelum atau sesudah PB XII wafat.85

Menanggapi hal itu GPH Suryowicaksono, putra PB XII dari garwa selir

KRAy Pujaningrum, mempertanyakan keaslian surat wasiat yang diklaim sah oleh

pihak KGPH Hangabehi dan saudara-saudaranya. Bila memang cap jempolnya itu

asli milik PB XII, ia mempersoalkan ada proses paksaan dalam proses

pembubuhan saat sinuhun sedang sakit atau tidak sadarkan diri. Kalaupun sinuhun

berkenan membuat surat wasiat, beliau juga akan membubuhkan tanda tangan dan

cap stempel keraton. Selain itu pembuatan surat semestinya dilakukan oleh

Panitera Keraton. keabsahan sebuah surat wasiat baru bisa diakui jika pihak

penerima wasiat menunjukkan keberadaan surat itu kepada seluruh ahli waris,86

yang mana ahli waris dari PB XII bukan saja putra-putri dari garwa selir KRAy

Pradapaningrum, tapi juga putra-putri kelima garwa selir lainnya.

Polemik surat wasiat itu menjadi masalah yang berkepanjangan karena

terjadi di luar dari yang sudah diprediksi. Di masa-masa akhir hidup PB XII, isu

suksesi yang muncul di tengah kerabat muncul dari beberapa nama yang pantas

naik menjadi raja. Bila berdasarkan penghayatan dari seluruh kerabat istana,

mereka yang berpeluang ialah yang terdekat garis keturunannya dari garis

keturunan raja sebelumnya berdasarkan yang lahir lebih dulu, yaitu: KGPH

Hangabehi diisukan yang paling utama karena ia merupakan anak laki-laki tertua.

85

Harian Solopos, Kamis 26 Agustus 2004. 86

http://news.detik.com/read/2004/11/18/203959/241263/10/ahli-waris-pb-xii-pertanyakan-

keaslian-surat-wasiat, diakses pada 6 Februari 2014.

Page 73: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

60

KGPH Hadiprabowo, sosok yang dinilai sederhana di lingkungan keraton, pernah

diutus oleh PB XII pada tahun 1985 ke Hutan Donoloyo untuk mencari kayu jati

guna keperluan renovasi keraton, kemudian pada tahun 1987 pernah ke

perusahaan pertambangan marmer di Tulungagung juga untuk pembangunan

keraton. Selanjutnya KGPH Kusumayudha, pengelola Pesanggrahan Langenharjo,

salah satu peninggalan Paku Buwono X. Terakhir KGPH Tedjowulan, yang

riwayatnya telah dijelaskan di bagian sebelumnya. Selain berdasarkan urutan,

hanya mereka berempat yang saat PB XII wafat telah bergelar Kangjeng Gusti

Pangeran Haryo.87

Ketika PB XII dimakamkan, ada kepercayaan Jawa yang menyebutkan

bahwa wahyu kedhaton tidak akan mengikuti layon. Artinya, ia yang akan

menjadi raja tidak akan ikut mengantar ayahandanya ke pemakaman. Teka-teki ini

muncul ke permukaan ketika prosesi pemakaman Senin (14/6/2004) di Imogiri,

dari sekian jumlah putra laki-laki PB XII hanya empat orang yang tampak hadir di

lokasi pemakaman, yaitu: KGPH Tedjowulan, KGPH Hadiprabowo, GPH

Benowo, dan GPH Cahyaningrat. Selebihnya, putra lainnya tidak tampak. Lebih

dari itu sosok-sosok putra PB XII yang selama ini mendapat sorotan dari

masyarakat seperti putra laki-laki tertua almarhum PB XII, KGPH Hangabehi

juga tidak tampak hadir. Hal itu menguatkan dugaan bahwa KGPH Hangabehi

yang akan dinobatkan sebagai pengganti PB XII. Ketika dulu PB XI wafat, BRM

87

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 137.

Page 74: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

61

Suryo Guritno diangkat menjadi PB XII setelah tidak mengikuti prosesi

pemakaman ayahandanya di pemakaman Imogiri.88

Selain itu, ada suatu keyakinan dari Kepala Museum Radya Pustaka Solo,

KRHT Darmodipuro. Ia mengatakan mangkatnya Paku Buwono XII pada Jumat

Wage (11/6/2004) menandakan preseden buruk dalam proses suksesi di Keraton

Surakarta Hadiningrat. Proses pergantian tampuk pimpinan dari PB XII oleh putra

dalem itu diprediksi bakal berjalan alot, tidak semulus yang dibayangkan.

Hari Jumat Wage memiliki wuku landhep aras pepet dan merupakan hari yang

jelek atau tali wangke. Aras pepet yang dimaksud adalah upaya dari pihak di

dalam keraton untuk menghalang-halangi salah satu putra dalem yang akan

meneruskan takhta dari PB XII. Para putra dalem yang selama ini mengklaim

mendapatkan isyarat menggantikan posisi raja dari PB XII akan saling berebut

takhta. Kondisi itu disebabkan oleh belum jelasnya siapa putra dalem yang secara

tegas ditunjuk menggantikan posisi PB XII.89

GPH Dipokusumo mengungkapkan penetapan pengganti raja harus

mempertimbangkan setidaknya sembilan komponen yang sudah digunakan oleh

raja-raja sebelumnya, yaitu: permintaan raja (yang akan digantikan), Penghulu

Keraton, Pujangga Keraton, komandan prajurit, patih, penguasa (pemerintah

kolonial), Pengageng Sentana Dalem, Pengageng Parentah Keraton, serta

Pengageng Parentah Keputren. Tiga lembaga terakhir merupakan institusi yang

dibentuk oleh PB X yang dilanjutkan penerusnya hingga PB XII untuk membantu

tugas-tugas raja. Sebelum masa kemerdekaan persetujuan penguasa pada saat itu

88

Harian Solopos, Selasa 15 Juni 2004. 89

Harian Solopos, Jumat 18 Juni 2014.

Page 75: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

62

harus didapat dari yang masih berkuasa, yaitu Pemerintah Belanda, yang kini

sudah beralih menjadi kewenangan Pemerintah Indonesia.90

Kini, secara struktural, tidak ada lagi patih, prajurit, dan penghulu keraton.

Pengageng Sentana Dalem, Pengageng Parentah Keraton, dan Pengageng

Parentah Keputren adalah tiga lembaga yang dibuat oleh PB X untuk membantu

raja menjalankan pemerintahan di keraton. Sehingga bila raja, saat itu PB XII

telah wafat, ketiga pengageng harus bertanggung jawab terhadap semua urusan

keraton dan mencari jalan keluarnya. Jadi bila ada yang mengatasnamakan wasiat

raja dalam bentuk apapun, lebih lanjut menurut GPH Dipokusumo, hal itu adalah

suatu bentuk pelanggaran karena melangkahi kewenangan ketiga pengageng

sebagai lembaga yang sah secara adat menjalani roda pemerintahan di keraton.91

Sejak wafatnya PB XII sampai menjelang 40 hari kematiannya, putra-putra

PB XII terus menggelar rapat yang melibatkan seluruh sentana dan abdi dalem.

Terhitung sudah tiga kali rapat, pertama 12 Juni 2004 di Kamar Nyonya Keraton,

13 Juni 2004 di Sasana Narendra, dan 16 Juni 2004 Kamar Nyonya Keraton.

Hingga puncaknya pada Kamis 24 Juni 2004 Keraton mengeluarkan biworo yang

menetapkan KGPH Hangabehi sebagai pengganti PB XII dan akan bergelar

Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) melalui ritual wilujengan di

Sasana Parasedya, Keraton Surakarta Hadiningrat. Biworo itu disampaikan di

Sasana Sewaka oleh KGPH Kusumayudha. Setelah penyampaian biworo,

Hangabehi menjalani serangkaian ritual yaitu wilujengan dan pengabekten kepada

ibundanya, KRAy Pradapaningrum.

90

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 123. 91

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, putra ketiga PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo Keraton Surakarta Hadiningrat.

Page 76: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

63

Penyampaian biworo itu dihadiri oleh KGPH Puger, GPH Benowo, GKR

Galuh Kencana, GKR Koes Moertiyah, GRAy Isbandiyah, GRAy Handariyah,

GRAy Raspiyah, dan GPH Kusumoyudha, yang sebagian besar adalah saudara

kandung Hangabehi sendiri. Tidak nampak ketiga pengageng sebagai pejabat

tinggi keraton, yakni: Pengageng Parentah Keraton KGPH Dipokusumo,

Pengageng Sentana Dalem KGPH Hadiprabowo, dan Pengageng Parentah

Keputren GKR Alit. Putra dalem yang lain seperti KGPH Tedjowulan dan

sesepuh keraton KGPH Haryo Mataram juga tidak hadir.92

GPH Dipokusumo saat

itu mengecam biworo yang disampaikan tidak memiliki landasan hukum yang

kuat. Selain tanpa ada persetujuan dari ketiga pengageng, biworo itu secara tak

langsung telah memutus mekanisme musyawarah di tingkat keluarga yang terus

digelar. Biworo yang berkop lambang Radya Laksana Keraton Kasunanan itu pun

dianggap tidak sah karena tak ada institusi resmi yang menandatanganinya.93

KGPH Puger menjelaskan bahwa ketidakhadiran ketiga pengageng sebab

ada miss comunication dikarenakan masing-masing pengageng sudah mendapat

tugas untuk mesosialisasikan hasil rapat kepada seluruh sentana dalem yang

tinggal di Jakarta. Ia membantah telah terjadi perpecahan dalam keluarga keraton.

Ketidakhadiran ketiga pengageng dan sebagian besar sentana dalem juga tidak

berpengaruh terhadap keputusan, karena yang mereka lakukan sudah sesuai

dengan ketentuan adat.94

92

Harian Solopos, Jumat 25 Juni 2004. 93

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, putra ketiga PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo Keraton Surakarta Hadiningrat. 94

Wawancara dengan KGPH Puger, putra keenam PB XII dari garwa selir ketiga, KRAy

Pradapaningrum 20 Januari 2014, di Sasana Pustaka Keraton Surakarta Hadiningrat.

Page 77: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

64

GPH Dipokusumo sebagai juru bicara pengageng membenarkan bahwa

ketiga pengageng tengah mensosialisasikan hasil rapat terhadap seluruh sentana

dalem yang ada di luar keraton khususnya di Jakarta. Namun tidak pada

menyampaikan keputusan bahwa KGPH Hangabehilah yang akhirnya naik

sebagai raja, tapi langkah apa yang semestinya ditempuh selanjutnya untuk

menyelamatkan keraton. Dalam rapat-rapat sebelumnya, KGPH Tedjowulan

menyarankan bagaimana jika keraton tetap pada naluri tradisi dengan menunjuk

KGPH Hangabehi sebagai raja. Namun seluruh sentana dalem di luar saudara

kandung KGPH Hangabehi menolak karena sosok KGPH Hangabehi dinilai tidak

akan membawa kemajuan bagi keraton, mereka masih butuh waktu untuk berpikir

karena hal ini menyangkut wibawa dan kehormatan keraton untuk masa-masa

mendatang.95

Hingga akhirnya keluarga KGPH Hangabehi melakukan

pengukuhan lebih dulu karena naluri untuk mengikuti tradisi tidak perlu ditunda

terlalu lama.

Munculnya pro kontra terhadap suksesi keraton memunculkan forum yang

mengatas-namakan “Forum Bela Raos Abdi Dalem”. Forum ini dideklarasikan

pada Kamis 15 Juli 2014 di Wisma Niekmat Rasa Surakarta sebagai wujud

kepedulian mereka terhadap Keraton Surakarta Hadiningrat yang merupakan

kelompok eksternal struktural keraton, seperti Brayat Ageng Surakarta, Trah

Gagatan Surakarta, Paguyuban Lesanpura Surakarta, Paguyuban Mekar Kusuma

Surakarta serta Penghayat Kepercayaan Surakarta. Mereka menggunakan dasar

substansi surat PB XII kepada Menteri Dalam Negeri no. 233/N tertanggal 12

95

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, putra ketiga PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo Keraton Surakarta Hadiningrat.

Page 78: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

65

Agustus 1958, serta wulangdalem Paku Buwono IV yang tertulis dalam kitab

Serat Wulangreh yang intinya konsep manunggaling kawula gusti atau bersatunya

raja dan rakyat dalam sejarah perjalanan dinasti kerajaan Mataram perlu

dipertimbangkan dalam penetapan raja, di mana legitimasi kekuasaan juga harus

mendapatkan dukungan dari kalangan abdi dalem dan tidak bisa mutlak

diputuskan oleh putra-putri raja saja. Mereka ingin pengganti PB XII harus

memiliki kapabilitas dan kualitas sesuai dengan kondisi zaman.96

Forum Bela Raos Abdi Dalem dan sentana dalem yang menolak penetapan

KGPH Hangabehi, akhirnya mendesak ketiga pengageng untuk membuat

pernyataan. Sampai pada 3 Agustus 2004, dari hasil rapat putra-putri dalem

beserta sentana yang diadakan BRAj Mooryati Soedibyo di Jakarta, ketiga

pengageng secara resmi menolak rencana jumenengan KGPH Hangabehi menjadi

raja yang akan berlangsung pada 10 September 2004. Selain merasa kewenangan

mereka telah dilangkahi, mereka perlu menyelamatkan kehormatan keraton,

karena keraton bukan hanya milik putra-putri raja, tapi juga milik bangsa. Nama

KGPH Tedjowulan yang sering didengungkan di rapat-rapat sebelumnya

dianggap sebagai figur alternatif setelah para sentana tidak menyetujui KGPH

Hangabehi. Sejak saat itu KGPH Tedjowulan terus dipersiapkan menuju

penobatan, hingga pada Jum‟at Legi 27 Agustus 2004, tiga pengageng keraton

resmi mengukuhkan Tedjowulan sebagai pengganti PB XII berdasarkan Surat

Keputusan No Kep/01/2004 yang ditandatangani oleh tiga pengageng. Dan pada

31 Agustus 2004 di Dalem Purnama, Badran, Solo, KGPH Tedjowulan

96

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 126.

Page 79: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

66

dinobatkan menjadi “raja rakyat” yang ditandai dengan pengalungan janur oleh

rakyat, melambangkan perjuangan dan wujud konsep manunggaling kawula gusti

atau bersatunya raja dengan rakyat. Upacara diawali dengan sungkeman KGPH

Tedjowulan kepada ibundanya, KRAy Retnodiningrum serta dua kakak tirinya,

KGPH Hadiprabowo dan GKR Alit. Setelah itu dibacakan surat keputusan No

Kep/01/2004 oleh KGPH Hadiprabowo, dilanjutkan pengucapan atas nama Tuhan

dan leluhur untuk menjadi putra mahkota bergelar Kangjeng Gusti Pangeran

Adipati Anom Hamengkunagoro Sudibyarajaputra Narendra Ing Mataram.

Setelah bergelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom, Tedjowulan

menyampaikan pidato singkat, yang intinya telah menggantikan PB XII sebagai

PB XIII bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku

Buwono XIII Khalifatullah Ing Tanah Jawi.97

Penetapan KGPH Tedjowulan secara otomatis memang mendahului rencana

pengangkatan KGPH Hangabehi sebagai putra mahkota. Pasalnya, dalam

penyampaian biworo pada Kamis, 24 Juni 2004, KGPH Hangabehi belum

bergelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom. Biworo yang disampaikan

KGPH Kusumayudha hanya menetapkan pengganti PB XII tanpa menyebut

sebagai putra mahkota. Gelar Kangjeng Gusti Adipati Anom sendiri baru akan

dilaksanakan menjelang jumenengan pada 10 September di Krobongan Dalem

Prabasuyasa.98

Jumenengan di dalam tembok Keraton Surakarta Hadiningrat akhirnya

diselenggarakan pada 10 September 2004 di Krobongan Dalem Agung

97

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 147. 98

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 150.

Page 80: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

67

Prabasuyasa. Diawali tari Bedaya Ketawang, KGPH Hangabehi menyampaikan

pidato singkatnya yang intinya ia telah menggantikan PB XII bergelar Sampeyan

Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan PB XIII Khalifatullah Ing Tanah

Jawi.99

Sejak saat itu, Keraton Surakarta Hadiningrat diduduki oleh dua raja. PB

XIII Hangabehi dari dalam keraton, serta PB XIII Tedjowulan dari luar tembok

keraton. Tidak ada kesepakatan atau kontrak politik di antara mereka, yang ada

rivalitas yang makin menjadi hingga beberapa waktu lamanya. Aksi saling

dukung di antara sentana dalem dan abdi dalem di sekitar keraton pun mulai

terlihat. Ada di antara mereka yang tidak diperkenankan lagi memasuki tembok

keraton. Pintu untuk mereka telah ditutup rapat-rapat.

Menanggapi tindakan Tedjowulan yang menjadi raja di luar keraton, KGPH

Puger menanggapi Tedjowulan dan para pendukungnya telah kehilangan

kesadarannya sebagai trah penguasa Mataram. Mereka telah melanggar apa yang

telah ditetapkan sejak dahulu kala. Jika ada pengganti raja yang dianggap kurang

mampu, seharusnya saudara-saudaranya siap membantu di garis terdepan. Bukan

malah mendobrak tradisi. Sekalipun misalnya PB XII menuliskan surat wasiat

bahwa yang akan menggantikannya harus putra yang paling cakap dan pintar, hal

itu tidak bisa diterima karena bertentangan dengan angger-angger. Dalam agama

ahli waris sudah tidak bisa dinegosiasi. Ketetapan agama dan adat tidak boleh

99

Mulyanto Utomo et al, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat, 154.

Page 81: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

68

diganggu-gugat dengan alasan apapun. Ia yang telah menodainya berarti telah

menghina Tuhan dan leluhur.100

Sebenarnya perlu diketahui sejauh apa ketiga pengageng memiliki

kewenangan. Apakah mereka adalah lembaga yang memiliki kewenangan

membuat surat keputusan atau tidak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tugas dari

lembaga-lembaga berikut ini:101

1. Parentah Keraton

Dipimpin seorang pengageng, lembaga ini membawahi 3 sub bidang, yakni

Sitoradyo (Sekretariat), Marduyagnyo (Pemerintahan), dan Pantiwardoyo

(Perbendaharaan), yang masing-masing juga diketuai seorang pengageng.

a. Sitoradyo, tugas-tugasnya meliputi: personalia dan ganjaran,

pesanggrahan dan rumah-rumah milik raja, kesehatan, dan ekspedisi

(pengiriman surat-surat umum).

b. Marduragnyo, bertanggung jawab atas: urusan umum, pranatan

(peraturan-peraturan keraton), pengawasan (wismayana), keamanan

keraton, dan kebersihan lingkungan keraton.

c. Pantiwardoyo, mengelola: anggaran keuangan, potongan gaji, pensiunan

abdi dalem dan janda abdi dalem, dan kas keraton.

2. Parentah Keputren, bertanggung jawab atas kegiatan: sesaji dan dapur

keraton, bedaya (wanita penari), pesinden atau waranggana, reksawanita

(semacam polisi wanita keraton, dan jururawat.

100

Wawancara dengan KGPH Puger, putra keenam PB XII dari garwa selir ketiga, KRAy

Pradapaningrum, 20 Januari 2014, di Sasana Pustaka Keraton Surakarta Hadiningrat. 101

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 310.

Page 82: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

69

3. Kasentanan, urusan pekerjaannya meliputi:

a. Segala urusan yang menyangkut keperluan putra-putra raja.

b. Menyelenggarakan surat-surat keputusan yang berkaitan dengan

kepentingan putra-putra raja.

Dilihat dari struktur dan pembagian beban tanggung jawab, kedudukan

Parentah Keraton dapat dikatakan paling pokok. Namun lembaga ini hanya

semata mengelola teknis adminstratif kerumahtanggaan keraton.102

Tidak ada

tugas pokok yang menyebutkan parentah keraton dan kedua lembaga lainnya

memiliki wewenang untuk membuat surat keputusan yang berkenaan dengan

proses pengesahan seorang raja. Masa PB XI dan sebelumnya raja disahkan oleh

Pemerintah Belanda, kemudian PB XII disahkan oleh Presiden Soekarno pada

saat naik takhta. Ketiga pengageng sebagai lembaga rumah tangga keraton

harusnya juga memiliki inisiatif untuk meminta legitimasi dari pemerintah pusat

bila ingin calon raja yang diusungnya dikatakan legal secara hukum.

Begitu pula dengan kubu yang melakukan penobatan di dalam keraton.

Jangankan pemerintah pusat, pemerintah keraton saja tidak satu pun yang

mendukung mereka. Mereka tidak memperkenankan kubu yang terlibat dalam

penobatan kubu seberang untuk ikut masuk ke dalam keraton. Penobatan hanya

dilakukan oleh saudara-saudara kandungnya sendiri juga abdi dalem setianya.

Kunci mereka ada pada wasiat PB XII bahwa apa yang diwasiatkan PB XII sudah

jelas. Meskipun proses pengesahan wasiat itu memang akan terus dipertanyakan.

Kubu PB XIII Hangabehi seharusnya tidak gegabah mengumumkan surat wasiat

102

Bram Setiadi et al, Raja di Alam Republik, 312.

Page 83: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

70

dan biworo Hangabehi yang akhirnya menjadi raja. Hal itu terbukti menjadi cikal

bakal kemelut dengan seluruh sentana dalem keraton. Kubu Hangabehi bisa lebih

bersabar dengan tetap pada kesepakatan rapat-rapat sebelumnya dengan tiga

pengageng bahwa masih banyak yang perlu dimusyawarahkan.

Kedua kubu ini telah mencapai apa yang dikatakan Machiavelli: the end

justifies the mean (tujuan menghalalkan cara).103

Masing-masing dari mereka

bertujuan merebut kekuasaan sebagai raja. Namun cara-cara yang ditempuh secara

inskontitusional. Jika memang tidak ada cara yang mengaturnya, satu-satunya

jalan adalah kembali kepada jalan musyawarah hingga mendapat titik temu.

Karena negara dalam hal ini tidak mempunyai hak untuk ikut campur masalah

internal keraton. Adalah kewajiban keraton untuk membuat undang-undang resmi

yang secara khusus membahas tata cara suksesi jika keadaannya seorang raja tidak

memiliki seorang permaisuri.

D. Implikasi Konflik Terhadap Kehidupan Keraton

1. Perpecahan Sentana Dalem Keraton

Perseteruan di Keraton Surakarta Hadiningrat antara kubu PB XIII

Hangabehi dengan PB XIII Tedjowulan tak kunjung menemukan jalan keluar,

bahkan terkesan kian tajam. Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta GKR

Koes Moertiyah melakukan “pembersihan” terhadap mereka-mereka yang

berpihak kepada PB XIII Tedjowulan. Menurutnya pembersihan itu dilakukan

guna menjaga keharmonisan dalem keraton. Ia yang mendapat sanksi itu ialah

103

Niccolo Machiavelli, Sang Penguasa, terj. C. Woekirsari, xxxi.

Page 84: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

71

putra Pengageng Parentah Keputren GKR Alit, Bandara Raden Mas (BRM)

Wisnu Suryo Wandoro. Menurut suami GKR Koes Moertiyah, KP Edy

Wirabumi, ada tiga alasan mengapa BRM Wisnu diperintahkan meninggalkan

keraton. Pertama, untuk menegakkan konvensi adat di mana keputren merupakan

tempat tinggal kaum putri bangsawan Keraton. BRM Wisnu sendiri adalah

seorang lelaki dan usianya sudah 30 tahun pada saat itu. Sudah sepantasnya ia

tidak tinggal di dalam keputren. Kedua, ibu kandungnya, GKR Alit secara adat

juga dinyatakan telah keluar dari komunitas keluarga besar Keraton Surakarta

Hadiningrat karena melakukan penobatan raja di luar keraton dengan mengangkat

KGPH Tedjowulan, Agustus 2004 silam. Ketiga, ia sering keluar-masuk

kompleks keraton dengan tidak melalui pintu utama, namun lewat pagar belakang

keraton. Tindakan tersebut tentu dikhawatirkan bisa menimbulkan gangguan

keamanan di dalam Keraton. BRM Wisnu, menurut penjelasan GPH

Suryowicaksono, memang sengaja tinggal di tembok keraton untuk membantu

ibunya menjaga aset-aset keraton, seperti tempat penyimpanan pusaka. BRM

Wisnu sendiri bersedia untuk tinggal di dalam keraton menggantikan ibunya

karena ibunya sudah tidak tinggal lagi di dalam tembok keraton.104

Tugas GKR Alit sebagai penjaga aset dan pusaka keraton rawan untuk

dipolitisasi oleh pihak yang merasa berkuasa. Tidak tinggalnya GKR Alit di

dalam keraton dan diusir putranya dari dalam keraton akan membuat pihak dalem

keraton makin leluasa menguasai aset-aset dan pusaka yang ada di keraton. Apa

lagi beberapa waktu kemudian GKR Alit beserta putranya mendatangi keraton

104

Harian Solopos, Sabtu 29 Januari 2005.

Page 85: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

72

untuk mengecek keberadaan benda-benda pusaka yang dikabarkan hilang.

Kekhawatiran itu dipicu oleh kabar dari abdi dalem bahwa ada pengrusakan

gembok tempat penyimpanan pusaka, sedangkan kuncinya sendiri masih ada

padanya, yang mana kewenangan itu sudah ia dapatkan sejak PB XII masih hidup.

Usahanya untuk mengecek keberadaan pusaka itu ditolak oleh juru bicara

PB XIII Hangabehi, KP Satryo Hadinagoro. Menurutnya ia ingin menerima

kedatangan GKR Alit berserta putranya saja. Namun yang terlihat saat itu ia

didampingi KP Padmokusumo, KP Gempol, GRAy Koes Raspiyah, dan GPH

Suryowicaksono. Saat itu juga terlihat beberapa sentana dan abdi dalem

pendukung PB XIII Tedjowulan. Kedatangan GKR Alit saat itu menjadi momen

bagi pendukung PB XIII Tedjowulan untuk mencoba memasuki keraton,

jumlahnya sekitar seratusan orang yang tak hanya berasal dari Solo, tapi juga

Sukoharjo, Pati, Kudus, Jepara, dan Yogyakarta. Dikhawatirkan terjadi sesuatu

yang tidak diinginkan, pihak Kapolresta Solo akhirnya menyebarkan 40

personelnya di sekitar keraton sehingga situasi tetap kondusif sampai mereka

membubarkan diri.105

Di antara sentana dalem pendukung PB XIII Tedjowulan yang terlihat ikut

dalam aksi bersama GKR Alit ialah GRAy Koes Ismaniyah. Hal itu membuat

gerah pihak keraton karena sampai saat itu ia masih tinggal di dalam keputren.

Akhirnya nasib serupa yang dialami BRM Suryo juga dialami GRAy Koes

105

Harian Solopos, Rabu 21 Agustus 2005.

Page 86: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

73

Ismaniyah. Melalui Pengageng Sasana Wilapa GKR Koes Moertiyah, GRAy

Koes Ismaniyah diberikan surat untuk segera pergi meninggalkan keraton.106

Kekisruhan tidak semata pengusiran sentana dalem keraton, tapi juga

sampai adu kontak fisik di antara mereka. Diawali aksi unjuk rasa ratusan warga

Baluwarti yang menuntut penyelesaian konflik dua raja di Keraton, PB XIII

Tedjowulan bersama para pendukungnya datang mendobrak pagar Kamandungan.

Situasi semakin panas saat rombongan GPH Suryowicaksono juga menjebol pintu

Sasana Putra yang berada di barat Kori Kamandungan. Begitu pintu Kori

Kamandungan dibuka dari dalam, Tedjowulan menuju Bangsal Sri Manganti dan

duduk di sana bersama istri dan Padmokusumo serta Praptokusumo. Sementara

para pendukungnya memagari keempat orang tersebut. Setelah itu, masuklah adik

PB XIII Hangabehi GRAy Koes Indriyah didampingi beberapa kerabat, sambil

memaki-maki PB XIII Tedjowulan. Bahkan dia sempat bersitegang dan meludahi

GPH Suryowicaksono. Putra-putri PB XII beda ibu tersebut sempat saling pukul.

Setelah GRAy Koes Indriyah, muncullah BRM Suryo Herbanu (putra GRAy

Koes Isbandiyah) yang mengejar dan berusaha memukul GPH Suryowicaksono,

namun berhasil dilerai aparat kepolisian. Selanjutnya GRAy Koes Indriyah duduk

di Bangsal Smarakata sambil terus menangis dan memaki-maki PB XIII

Tedjowulan.107

PB XIII Tedjowulan memberikan pernyataan terkait aksinya tersebut.

menurutnya, kedatangannya ke keraton untuk bertemu dengan PB XIII Hangabehi

106

Harian Solopos, Senin 5 September 2005. 107

Harian Solopos, Selasa 30 Agustus 2005.

Page 87: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

74

guna menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Namun sambutan yang di

dapat tidaklah seperti yang diharapkan.108

Peristiwa pengusiran sentana dalem, laporan hilangnya pusaka keraton, serta

pendukung PB XIII Tedjowulan yang berusaha menjebol tembok keraton menjadi

episode berikutnya sejak kasus suksesi keraton beberapa waktu silam. Kubu PB

XIII Hangabehi tidak ingin mengambil risiko akan adanya “penumpang gelap” di

dalam tembok Keraton Surakarta Hadiningrat. Mereka tak segan mengusir siapa

saja dari dalam keraton yang mendukung PB XIII Tedjowulan meskipun ia putra

PB XII.

2. Terhentinya Dana Hibah

Perseteruan kedua “raja kembar” itu berdampak juga pada kelangsungan

hidup keraton yang lebih banyak bergantung pada pemerintah daerah. Berbagai

bantuan untuk perawatan dan pengembangan budaya yang selama ini diterima,

baik dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah maupun Pemerintah Kota

(Pemkot) Solo, menjadi terhenti. Pemprov dan Pemkot selalu meminta agar

persoalan dua raja itu diselesaikan terlebih dahulu sebelum dana bantuan dapat

dicairkan.109

Perlu diketahui besarnya dana hibah yang diberikan Pemkot Solo

adalah sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun dan dari

Pemprov Jawa Tengah sebesar Rp. 1.200.000.000,- (satu miliar dua ratus juta) per

tahun. Sejak konflik, dana hibah keraton dapat dicairkan hingga tahun 2010 lalu.

108

Harian Solopos, Minggu 4 September 2005. 109

http://alimu.staff.ipb.ac.id/2010/12/02/berebut-takhta-setelah-raja-tiada/, diakses pada 14

Februari 2014.

Page 88: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

75

Namun, karena tidak ada kejelasan laporan pertanggungjawaban penggunaannya,

dana hibah mulai tahun 2011 tidak bisa dicairkan.110

Guna dana hibah itu sendiri untuk menjalani peringatan yang wajib

dilaksanakan Keraton Surakarta Hadiningrat, seperti Jumenengan, Kirab Pusaka,

Grebeg Maulud, Selikuran, dan Grebeg Pasa, juga untuk pemeliharaan lingkungan

dan pusaka yang dimiliki keraton. Pihak yang menerima dan mengelola adalah

pihak PB XIII Hangabehi yang berdiam di dalam tembok keraton. Keputusan

Pemkot dan Pemprov untuk menghentikan sementara dana hibah bukan saja

karena ada dua raja yang berseteru dan sama-sama mengklaim diri sebagai raja

sesungguhnya. Tapi di internal PB XIII Hangabehi, terjadi perseteruan di antara

mereka mengenai siapakah yang berhak menandatangani pencairan dana tersebut.

Apakah Sinuhun PB XIII Hangabehi sendiri atau Pengageng Sasana Wilapa

sebagai lembaga administrasi keuangan keraton yang dijabat oleh GKR Koes

Moertiyah sejak PB XIII Hangabehi berkuasa, dan lembaga itu adalah lembaga

yang selalu mengajukan proposal dana ke Pemkot dan Pemprov.111

Desas-

desusnya pengelolaan dana yang dilakukan Sasana Wilapa tidak transparan dan

dilakukan secara sepihak. PB XIII Hangabehi selaku pucuk pimpinan keraton

tidak dilibatkan. Ia yang merasa tersinggung karena kewenangannya dilangkahi

akhirnya mengajukan bantuan dana hibah ke Pemerintah Kota Solo pada tahun

2010 lalu untuk tahun anggaran 2011 atas nama PB XIII, bukan lagi Sasana

Wilapa seperti sebelum-sebelumnya. Hal yang sama juga tetap dilakukan Sasana

110

http://jogja.tribunnews.com/2012/05/29/dewan-evaluasi-penganggaran-dana-hibah-

keraton/, diakses pada 14 Februari 2014. 111

http://edisicetak.joglosemar.co/berita/kabut-tebal-masih-menggelayuti-keraton-

63082.html, diakses pada 14 Februari 2014.

Page 89: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

76

Wilapa di periode yang sama. Pemkot Solo yang sebelumnya selalu mencairkan

dana hibah ke Sasana Wilapa, akhirnya mencairkan dana hibah ke PB XIII

Hangabehi. Namun setelah itu PB XIII Hangabehi juga tidak memberikan laporan

pertanggung-jawaban, sehingga sejak saat itu dana hibah dari Pemkot Solo dan

Pemprov Jateng menjadi terhenti.112

Memang sudah sepatutnya bila pemerintah memberikan dana meskipun itu

hibah, tetap harus ada laporan pertanggung-jawabannya. Karena ketika mereka

sudah membuat anggaran, alur ke mana dana itu akan mengalir sudah ada, dan

mereka juga harus bertanggung jawab untuk itu.113

Dengan demikian langkah

pemerintah untuk menghentikan sementara alokasi dana hibah sudah tepat.

Pemerintah tidak lagi mencairkan dana untuk Sasana Wilapa atau pun PB XIII

Hangabehi karena keduanya tidak bisa memberi laporan pertanggungjawaban.

Penundaan itu juga mempunyai maksud dari pemerintah agar manajemen keraton

diperbaiki terlebih dahulu baru dana hibah itu akan dapat dicairkan kembali.

Sejak terhentinya dana hibah itu, pihak keraton melalui GKR Koes

Moertiyah berusaha mencari dana bantuan ke UNESCO (United Nations

Educational, Scientific, and Cultural Organitation). Keputusan keraton

mengajukan bantuan ke lembaga di bawah naungan PBB adalah demi kelestarian

keraton. Mereka geram pemerintah tak kunjung mencairkan dana. GKR Koes

Moertiyah menegaskan Keraton Surakarta Hadiningrat selama ini mempunyai

andil besar terhadap pemerintah. Namun keberadaan keraton seolah tidak

112

http://www.edisicetak.joglosemar.co/berita/hangabehi-Moertiyah-rebutan-dana-

79218.html, diakses pada 14 Februari 2014. 113

Wawancara dengan Redaktur Senior Harian Solopos, Mulyanto Utomo, 21 Januari

2014, di Kantor Harian Solopos.

Page 90: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

77

dihargai. Hal itu diketahui dari keengganan pemerintah yang tak kunjung

mengucurkan dana hibah kepada keraton.114

Namun menurut Ketua Pusat Studi Kawasan UMS, Mohammad Toha

Rudin, butuh enam bulan bagi keraton untuk proses pengajuan karena ada ratusan

cagar budaya dunia yang diajukan ke UNESCO. Ia menambahkan persyaratan

yang harus dipenuhi juga cukup sulit, antara lain legalitas dari pemerintah sebagai

situs cagar budaya serta deskripsi mengenai sejarah keraton dari awal berdiri

hingga sekarang. Jika kelak keraton dinyatakan lolos, keraton tidak perlu lagi

mengharap dana hibah dari pemerintah. Sebab UNESCO akan membantu dalam

bentuk pembenahan fisik, bukan materi, di mana kisarannya bisa mencapai

miliaran rupiah.115

GPH Dipokusumo menjelaskan sejak terhentinya sementara dana hibah dari

pemerintah, seluruh sentana dalem dan kerabat keraton “patungan” untuk

membiayai seluruh kegiatan keraton dan menggaji para abdi dalem yang

berjumlah 518 orang. Mengakomodir seluruh kegiatan yang ada di keraton tanpa

bantuan pemerintah memang butuh dana besar, namun sudah diperingatkan oleh

para budayawan, jika tradisi-tradisi itu sampai hilang, untuk menghidupkannya

kembali tentu lebih mahal.116

Baik Sasana Wilapa maupun PB XIII Hangabehi mempunyai motivasi

masing-masing terhadap tindakan mereka. Menurut hemat penulis, Pengageng

114

http://www.solopos.com/2013/03/12/dana-hibah-geram-dana-hibah-tak-cair-keraton-

ajukan-bantuan-ke-unesco-387074, diakses pada 14 Februari 2014. 115

http://www.soloblitz.co.id/2013/03/16/keraton-butuh-6-bulan-untuk-ajukan-dana-ke-

unesco/, diakses pada 14 Februari 2014. 116

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, putra ketiga PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo Keraton Surakarta Hadiningrat.

Page 91: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

78

Sasana Wilapa, GKR Koes Moertiyah merasa sudah berhasil memenangkan kakak

kandungnya sendiri PB XIII Hangabehi untuk menjadi raja di dalem Keraton

Surakarta Hadiningrat. Oleh karenanya ia merasa perlu meminta kewenangan

lebih dengan mengelola sendiri dana hibah dari pemerintah. Tak menutup

kemungkinan ia ingin lebih berwenang dalam segala hal dengan meminta PB XIII

Hangabehi tetap “diam”. Di satu sisi PB XIII Hangabehi sebagai seorang raja juga

ingin “menikmati” wewenangnya sebagai penguasa tertinggi di keraton. Ia tidak

ingin terus tunduk pada adik kandungnya sendiri, sehingga berinisiatif

menggunakan legitimasinya dengan mengajukan dana hibah atas nama Raja

Keraton Surakarta Hadiningrat.

Masing-masing pihak yang bersangkutan yaitu Lembaga Sasana Wilapa dan

PB XIII Hangabehi seharusnya bisa bersikap layaknya seorang birokrat

tradisional yang bertanggung jawab dan bijaksana. Jika mereka telah dipercaya

untuk mengelola dana hibah untuk kepentingan keraton, mereka harus memiliki

keberanian untuk mempertanggungjawabkan laporannya. Anggota kabinet dalam

hal ini Sasana Wilapa juga tidak seharusnya bersikap egois dengan melampaui

kewenangan raja. Mereka seharusnya bekerja sama dan taat terhadap makna

Sabda Pandhita Ratu (perkataan raja harus ditaati). PB XIII Hangabehi pun juga

harus menjaga wibawanya sebagai seorang raja dengan tidak gegabah melakukan

hal serupa. Semua ini demi kehormatan mereka atas nama pribadi dan atas nama

keturunan penguasa Mataram yang masih tersisa di era modern.

3. Pemberian Gelar di Keraton Surakarta Hadiningrat: Benarkah Diperjual

Belikan?

Page 92: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

79

Gejolak konflik yang terjadi telah melahirkan fenomena baru di Keraton

Surakarta Hadiningrat. Pemberian gelar kebangsawanan kepada sejumlah kerabat

dipertanyakan. Hal itu didasari dengan asumsi bahwa gelar telah diberikan kepada

orang yang kurang tepat.

Menurut Pangeran sepuh Keraton Surakarta Hadiningrat KP Panji Wijaya

Adiningrat, ada dua jenis gelar yang diberikan pihak keraton, yaitu gelar

kasentanan dan gelar kekerabatan. Gelar kasentanan adalah gelar untuk mereka

yang masih mempunyai keturunan secara genetik dari Raja Keraton Surakarta

Hadiningrat, dan gelar kekerabatan adalah gelar bagi mereka yang dianggap

mempunyai jasa terhadap keraton.117

Untuk gelar kekerabatan, keraton pernah

memberikannya kepada sejumlah public figure, diantaranya: Syahrini dengan

gelar Kangjeng Mas Ayu Syahrini, Rossa dengan gelar Kangjeng Mas Ayu

Tumenggung Sri Rossa Swara Kaloka, dan Julia Perez dengan gelar Nimas Ayu

Tumenggung Yuli Rachmawati.118

Alasan mengapa gelar itu diberikan kepada

mereka adalah karena mereka dianggap telah mengharumkan nama Indonesia

dalam bidangnya masing-masing.

Namun yang jadi pertanyaan, apakah mereka yang menerima gelar itu telah

banyak berjasa terhadap kelestarian budaya Jawa dan Keraton Surakarta

Hadiningrat? Secara khusus tidak ada di antara public figure yang disebutkan

penulis pernah mengharumkan Keraton Surakarta Hadiningrat ataupun adat

117

http://www.soloblitz.co.id/2013/01/09/pemberian-gelar-harus-di-keraton-tanpa-jual-

beli/, diakses pada 12 April 2014. 118

http://www.timlo.net/baca/2997/syahrini-dan-julia-perez-peroleh-gelar-kehormatan/,

diakses pada 15 April 2014.

Page 93: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

80

budaya Jawa di kancah internasional. Bahkan tidak ada yang bisa memberikan

sumbangsih untuk membuat nama Keraton Surakarta Hadiningrat semakin

terhormat di tengah gejolak konflik yang terjadi. Ketua Dewan Kesenian

Surakarta KRT Murtidjono terus terang mengatakan sudah terjadi pergeseran

fungsional di keraton, bila dulu keraton menjadi lembaga adat dan budaya, saat ini

dkhawatirkan telah bergeser menjadi institusi yang bertindak komersial.119

Semula, berbagai pihak memang masih menerka-nerka ada apa di balik

pemberian gelar tersebut. Apakah murni sudah melalui mekanisme baku dengan

penyeleksian secara ketat yang dilakukan oleh pejabat keraton, atau memang

benar ada imbalan yang harus diberikan oleh orang yang menerima gelar. Dugaan

yang kedua belum bisa dibuktikan kebenarannya, karena di samping tidak ada

bukti yang cukup kuat, pihak keraton sendiri tidak pernah membenarkan adanya

praktik jual beli gelar di keraton.

Namun, isu jual beli gelar di Keraton Surakarta Hadiningrat sedikit terkuak,

dengan adanya gugatan dari seorang laki-laki berkewarganegaraan Malaysia

bernama Lim Kim Ming, yang merasa telah ditipu oleh seorang kerabat keraton.

Ia merasa gelar kebangsawanan Kangjeng Pangeran (KP) yang telah diterimanya

palsu, bukan gelar yang resmi disahkan oleh PB XIII Hangabehi. Padahal menurut

pengakuannya, ia telah menghabiskan dana sebesar Rp. 200.000.000,- untuk gelar

kebangsawanan itu. Kerabat keraton yang tak lain adalah orang terdekat PB XIII

Hangabehi, KPH Hari Sulistyono Sosronagoro, telah dilaporkan secara resmi oleh

119

http://www.detikpos.net/2009/07/gelar-keraton-solo-untuk-manohara.html, diakses pada

14 April 2014.

Page 94: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

81

Lim Kim Ming ke Kapolresta Surakarta.120

Di sisi lain, pihak keraton tidak terima

dengan gugatan itu, KPH Hari Sulistyono Sosronagoro justru menggugat balik

Lim Kim Ming atas dugaan yang sama, menjual gelar palsu terhadap sejumlah

pengusaha di Malaysia atas nama raja Keraton Surakarta Hadiningrat, PB XIII

Hangabehi.121

Namun pasca pelaporan kedua belah pihak, kasus ini tidak terlihat

bagaimana kelanjutannya, apakah kedua belah pihak telah bersepakat untuk tidak

melanjutkannya ke jalur hukum atau bagaimana. Tapi yang jelas, indikasi jual beli

gelar yang dapat “dinikmati” abdi dalem telah menimbulkan spekulasi bahwa

praktik jual beli gelar ini telah menjadi rahasia bersama di antara sentana dalem

dan abdi dalem keraton.

Terlepas dari pro kontra apakah gelar yang didapatkan murni karena jasa

atau tidak, penulis ingin mengutip artikel yang ditulis oleh sejarawan Universitas

Gadjah Mada, Heri Priyatmoko, yang berjudul “Mendadak Priyayi”122

. Priyayi

merupakan elit pegawai negeri yang ujung akar-akarnya terletak pada keraton

Hindu-Jawa sebelum masa kolonial, memelihara dan mengembangkan etiket

keraton yang halus, kesenian yang sangat kompleks dalam tarian, sandiwara,

musik, sastra, serta mistisisme Hindu. Gelar kebangsawanan yang diperoleh para

priyayi tidak harus didapatkan melalui keturunan, apakah ia anak seorang bupati

atau pejabat tinggi kerajaan lainnya. Mereka yang berasal dari rakyat kebanyakan

pun dapat menjadi priyayi karena jasa dan kesetiannya pada penguasa. Namun ada

120

http://news.detik.com/read/2013/01/06/153510/2134368/10/tertipu-gelar-palsu-

pengusaha-malaysia-polisikan-kerabat-keraton-solo, diakses pada 15 April 2014. 121

http://news.detik.com/read/2013/01/11/182120/2140065/10/2/digugat-soal-jual-beli-

gelar-keraton-solo-ancam-gugat-balik-wn-malaysia, diakses pada 15 April 2014. 122

http://kabutinstitut.blogspot.com/2010/01/mendadak-priyayi.html, diakses pada 15 April

2014.

Page 95: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

82

tahap yang mesti ditempuh, yaitu suwita (mengabdi) dan magang. Dalam tahap ini

mereka diajarkan kebudayaan priyayi seperti pusaka, kesusastraan, tari, dan

gamelan. Simbol status ini menjadi diferensiasi di kalangan masyarakat biasa

bahwa ia memiliki derajat lebih tinggi dibanding masyarakat lainnya. Saat ini

justru kebalikannya, gelar prestisius yang masa lalu didapatkan melalui suwita

dan magang, kini bisa didapat secara prematur.

Bila kembali berkaca terhadap konflik yang terjadi, keraton tengah

mengalami “puasa kucuran dana” dari pemerintah akibat konflik dan manajemen

yang kurang baik. Hal ini membuat keraton kehilangan sumber pendapatannya

yang biasa digunakan untuk pemeliharaan keraton, gaji abdi dalem, dan kegiatan-

kegiatan spiritual keraton yang rutin dilaksanakan. Sehingga perlu bagi keraton

untuk mencari aliran dana lain guna mempertahankan keraton agar tetap survive

dalam melanggengkan tradisi. Tidaklah cukup bila hanya mengandalkan

“patungan” dari seluruh sentana dalem (seperti yang diungkapkan GPH

Dipokusumo) dan pariwisata keraton untuk membiayai seluruh kebutuhan keraton

yang tidak sedikit jumlahnya. Maka tidak menutup kemungkinan, pemberian gelar

dengan “imbalan” telah menjadi legitimasi tersembunyi diantara seluruh kerabat

keraton.

Heri Priyatmoko menyarankan agar keraton tidak mengambil jalan tengah

untuk mendapatkan dana dengan cara menjual gelar. Jika keraton tetap bersikeras

mengumpulkan dana dengan cara menjual gelar, itu sama saja dengan mencoreng

Page 96: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

83

muka sendiri.123

Maka sudah seharusnya mekanisme pemberian gelar

dikembalikan ke jalur yang tepat. Jika ingin mencari orang yang layak diberikan

penghargaan, mereka yang telah mengharumkan nama bangsa-lah yang patut

diapresiasi, yaitu bagi pemuda-pemudi yang telah banyak berkontribusi di bidang

budaya, pendidikan, dan olahraga di dunia internasional. Apa lagi sebagai pihak

yang berkuasa di dalem keraton, keniscayaan untuk melimpahkan penghargaan

kepada orang yang tepat akan menjadi tolak ukur sejauh mana mereka benar-

benar setia mempertahankan tradisi.

E. Proses Rekonsiliasi Antara PB XIII Hangabehi dan PB XIII

Tedjowulan

Sejak penobatannya, PB XIII Tedjowulan menjadi raja di luar istana.

Menurut pendukungnya ia tetaplah sebagai raja, PB XIII yang sesungguhnya,

meskipun tidak memiliki kewenangan di dalam keraton. PB XIII Tedjowulan

sendiri bukan tanpa upaya untuk berusaha islah dengan pihak istana. Ia sudah

beberapa kali berusaha masuk keraton dan meminta bertemu dengan PB XIII

Hangabehi, namun usaha itu selalu gagal sehingga berujung ontran-ontran yang

terjadi selama bertahun-tahun. Usaha untuk mencari suatu kesepakatan itu bahkan

pernah dilakukan PB XIII Tedjowulan beberapa hari setelah jumenengan PB XIII

Hangabehi. Itu berarti setelah keduanya sama-sama sudah bergelar raja menurut

mereka masing-masing. PB XIII Tedjowulan ingin bertemu dan berembuk secara

pribadi dengan PB XIII Hangabehi. Namun ia selalu sulit untuk bertemu kakak

123

http://joglosemar.co/2013/10/dana-dicoret-keraton-jangan-jual-gelar.html, diakses pada

15 April 2014.

Page 97: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

84

tirinya itu. Bila pun ada pihak ketiga, ia tidak yakin pihak ketiga akan bersikap

netral. Ia ingin sesegera mungkin meng-clear-kan masalah yang terjadi. PB XIII

Tedjowulan tidak setuju dengan sebutan “raja kembar”. Karena kembar berarti

identik atau sama. Sedangkan menurutnya tidak ada kesamaan antara dirinya

dengan PB XIII Hangabehi.124

Di sisi lain kubu PB XIII Hangabehi lebih tegas menanggapi istilah tersebut.

Bagi mereka “raja kembar” itu tidak ada, karena raja hanya ada satu, di dalem

Keraton Surakarta Hadiningrat. Oleh karenanya tidak ada kata damai bagi mereka

yang telah menentang adat.125

Meski demikian, PB XIII Tedjowulan tidak menghilangkan cirinya sebagai

seorang raja di luar keraton. Ia tetap menyelenggarakan kegiatan keraton sendiri

bersama para rakyat yang mendukungnya. Salah satunya tradisi Malam Selikuran,

saat PB XIII Hangabehi menyelenggarakan di dalam keraton, PB XIII

Tedjowulan menyelenggarakan di kediamannya, Keraton Badran, Kotabarat,

Solo. Dan itu rutin dilaksanakan di Keraton Badran setiap tahun bersama kegiatan

lainnya.126

PB XIII Tedjowulan menyadari keraton tidak akan mengalami kemajuan

jika tak kunjung ada kerukunan diantara putra-putra PB XII. Kehormatan keraton

akan semakin buruk bagi dunia luar. Perlu langkah yang cukup dewasa dari

dirinya bila ingin kewibawaan keraton kembali lagi. Oleh karenanya, sebagai

saudara yang lebih muda, ia memutuskan untuk mengalah. Langkah itu diapresiasi

124

Harian Solopos, Selasa 14 September 2004. 125

Wawancara dengan KGPH Puger, putra keenam PB XII dari garwa selir ketiga, KRAy

Pradapaningrum, 20 Januari 2014, di Sasana Pustaka Keraton Surakarta Hadiningrat. 126

http://edisicetak.joglosemar.co/berita/dua-raja-gelar-malem-selikuran-23632.html,

diakses pada 15 Februari 2014.

Page 98: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

85

oleh Pemkot Solo. Atas rencananya itu, Pemkot akan menjadi mediator antara

dirinya dengan PB XIII Hangabehi.127

Saat itu Pemkot Solo melalui Joko Widodo melakukan langkah awal yaitu

memfasilitasi pertemuan antara dua pihak di keraton yang berkonflik. Campur

tangan Pemkot, menurut Joko Widodo, tidak salah mengingat Keraton Surakarta

Hadiningrat adalah simbol kebudayaan di Kota Solo. Sehingga pemkot merasa

harus membantu penyelesaian konflik internal Keraton Surakarta Hadiningrat

demi menjaga kelestarian jati diri budaya Kota Solo. Lebih lanjut Joko Widodo

menilai apabila konflik di internal Keraton Surakarta Hadiningrat tidak

diselesaikan, hal itu makin mempersulit keraton dalam upaya memperoleh

bantuan dari pemerintah kota maupun provinsi. Padahal bantuan itu sangat

bermanfaat bagi kepentingan keraton.128

Terkait bagaimana keraton ke depan setelah ada rekonsiliasi, PB XIII

Tedjowulan berharap ia akan menjadi dwitunggal PB XIII Hangabehi. Ia siap

menjadi wakil, patih, atau apapun istilahnya asalkan dapat rukun kembali dengan

PB XIII Hangabehi dan seluruh sentana di dalem keraton. Menanggapi hal itu,

Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Solo, KP Edy Wirabumi, mengaku tak

begitu percaya atas rekonsiliasi yang disampaikan Tedjowulan. Ia menilai

pernyataan Tedjowulan tersebut hanya sepihak dan belum tentu disepakati PB

XIII Hangabehi. Bahkan jika PB XIII Hangabehi bersedia rekonsiliasi dan

menjadikan Tedjowulan sebagai wakilnya, hal itu juga belum bisa serta-merta

disetujui keluarga keraton, oleh karena keraton memiliki aturan yang harus

127

Wawancara dengan KGPH PA Tedjowulan, putra kedua PB XII dari garwa selir kedua,

KRAy Retnodiningrum, 28 Januari 2014, di Hotel Kartika Chandra. 128

Harian Solopos, Senin 19 September 2011.

Page 99: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

86

dipatuhi semua keluarga, termasuk raja. Apa lagi Tedjowulan sudah dikeluarkan

dari keraton karena tindakannya yang dinilai makar. Jadi, tidak bisa begitu saja

diampuni lalu kembali ke keraton dan menduduki wakil raja.129

Namun berbagai usaha tak menyurutkan langkah PB XIII Tedjowulan untuk

melakukan proses rekonsiliasi. PB XIII Tedjowulan akhirnya berhasil membuat

kesepakatan dengan PB XIII Hangabehi. Kesepakatan itu tertuang dalam “Nota

Kesepahaman” dan “Maklumat” yang ditandatangani oleh dua raja, yakni PB XIII

Hangabehi dan PB XIII Tedjowulan, Rabu (16/5/2012), di Hotel Mahakam,

Jakarta. Dengan ditandatanganinya dua dokumen tersebut, kini tidak ada lagi

dualisme raja di Keraton Surakarta Hadiningrat. PB XIII Hangabehi tetap

berkuasa sebagai raja, sementara gelar PB XIII Tedjowulan berubah menjadi

Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung (KGPH PA) Tedjowulan.

Selanjutnya, KGPH PA Tedjowulan akan menempati posisi sebagai Patih atau

Wakil Raja di dalem Keraton Surakarta Hadiningrat.130

Beberapa hari kemudian perdamaian dua raja itu diumumkan secara resmi

di Kota Solo. Di Balaikota Solo, Kamis (25/5/2004), berlangsung silaturahmi Dwi

Tunggal Raja Keraton Surakarta Hadiningrat dengan Musyawarah Pimpinan

Daerah (Muspida) Solo. Hadir dalam silaturahmi ini PB XIII Hangabehi, KGPH

PA Tedjowulan, Walikota Solo Joko Widodo, serta sejumlah perwakilan Muspida

lainnya. Dalam kesempatan ini, juga dilakukan penandatanganan nota

kesepahaman antara PB XIII Hangabehi dengan KPGH PA Tedjowulan. Mereka

menyepakati pelestarian Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai peninggalan

129

Harian Solopos, Rabu 16 Mei 2012. 130

http://timlo.net/baca/28481/kerabat-keraton-beberkan-isi-rekonsiliasi/, diakses pada 16

Februari 2014.

Page 100: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

87

budaya bangsa. Walikota Joko Widodo bertindak sebagai saksi dan memberikan

stampel resmi Walikota di atas nota kesepahaman itu.131

Beberapa hari kemudian, acara peresmian tersebut disambut oleh aksi GKR

Koes Moertiyah bersama ratusan anggota Paguyuban Kawula Keraton Surakarta

(Pakasa) yang menggeruduk kediaman pribadi PB XIII Hangabehi di Sasana

Putra. Mereka berjalan sambil membentangkan spanduk dengan pesan agar PB

XIII Hangabehi lekas kembali ke dalam Keraton dan duduk di singgasana. Selain

itu, mereka juga membawa sejumlah poster berisi penolakan atas hasil rekonsiliasi

antara Hangabehi-Tejdowulan serta penolakan campur tangan pemerintah atas

konflik Keraton.132

KGPH Puger menanggapi kondisi di Keraton Solo saat ini

juga terjadi di berbagai keraton Nusantara. Penyebabnya adalah adanya perbedaan

pandangan mengenai posisi masing-masing. Oleh sebab itulah NKRI seharusnya

bersyukur karena telah mendapat peringatan dari alam mengenai posisi keraton.

Maka untuk bisa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keraton,

pemerintah seharusnya tidak boleh terburu-buru. Pemerintah harus memiliki team

work untuk menentukan posisi masing-masing, menciptakan kesamaan

pemahaman supaya semua pihak bisa saling mengerti. Sebaliknya apabila konflik

ditanggapi dengan saling lempar wacana dan rencana, kemungkinan yang terjadi

hanyalah saling menyakiti serta saling merugikan satu sama lain.133

Seperti apapun tanggapan dari luar, pemerintah tetap melakukan proses

rekonsiliasi. Setelah peresmian di Pemkot Solo, selanjutnya diadakan

131

http://www.solopos.com/2012/05/24/masyarakat-saksikan-proses-rekonsiliasi-raja-

kembar-298111, diakses pada 16 Februari 2014. 132

Harian Solopos, Sabtu 2 Juni 2012. 133

Harian Solopos, Rabu 6 Juni 2012.

Page 101: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

88

penandatanganan MoU Rekonsiliasi yang akan ditandatangani oleh Dwitunggal

Keraton Surakarta Hadiningrat dan beberapa pejabat kementerian yang bertempat

di gedung DPR RI. Saat hari yang ditetapkan tiba, GKR Koes Moertiyah sempat

membuat keributan, ia masih terus menghalang-halangi PB XIII Hangabehi untuk

tidak menandatangani kesepakatan. Alasannya ialah kesepakatan rekonsiliasi

tidak pernah ada dalam adat keraton. Ia sebagai dewan adat berhak untuk tidak

menyetujuinya dan mencegah raja PB XIII Hangabehi untuk menandatangani.

Menurutnya PB XIII Hangabehi saat itu sedang kurang sehat dan telah

dipengaruhi banyak pihak agar ia bersedia.134

Namun acara terus berlanjut dan

GKR Koes Moertiyah dapat diamankan ke luar ruangan. Perwakilan kementerian

di antaranya dari Kemendagri dan Kemenbudpar pun menandatangani MoU

tentang rekonsiliasi atas terjadinya konflik Keraton Solo yang sudah berlangsung

delapan tahun. Penandatanganan itu disaksikan oleh Ketua DPR Marzuki Ali,

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, dan Walikota Solo Joko Widodo.135

Proses mendamaikan dua raja yang dimotori oleh Pemkot Solo memang

tidak semulus yang dibayangkan. Saat satu pihak sudah bersedia untuk mengalah

dan melebur dengan raja yang ada di dalam tembok keraton, ada pihak lain yang

dengan tegas tidak menyetujuinya. Artinya, mengalah atau tidak mengalah KGPH

PA Tedjowulan tidak akan diterima kembali di keraton. Tidak mengalah dengan

tetap pada pendirian tidak akan merubah situasi, malah akan semakin

menajamkan permusuhan. Mengalah pun ada sesuatu yang harus ia korbankan,

134

http://www.antaranews.com/berita/314053/gusti-Moertiyah-protes-mou-keraton-

surakarta, diakses pada 18 Februari 2014. 135

http://www.solopos.com/2012/06/04/konflik-keraton-4-mentri-akhirnya-tanda-tangani-

mou-rekonsiliasi-pb-xiii-tedjowulan-191119, diakses pada 18 Februari 2014.

Page 102: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

89

gelar seorang raja yang juga sudah diakui oleh para pengikutnya. Namun

setidaknya ada situasi yang dapat ia ubah, terutama dengan PB XIII Hangabehi, ia

dapat kembali berbaikan setelah delapan tahun berseteru.

F. Babak Baru Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat

Bersatunya dua raja telah memberi harapan baru bagi Keraton Surakarta

Hadiningrat. Intrik-intrik, ontran-ontran, saling serang, diharap akan segera usai

pasca rekonsiliasi. Para kedua pendukung kedua belah pihak, sentana dan seluruh

abdi dalem, dapat melebur dalam keharmonisan di dalam tembok keraton yang

keberadaannya begitu dikultuskan oleh masyarakat luas. Namun, kenyataannya

belum seperti yang diharapkan.

Lembaga Dewan Adat keraton, yang dibentuk oleh GKR Koes Moertiyah

pada tahun 2011, beranggotakan KGPH Puger, KP Edy Wirabumi, dan sejumlah

adik kandung PB XIII Hangabehi, menolak rekonsiliasi antara PB XIII Hangabehi

dengan KGPH PA Tedjowulan. Bahkan dengan tegas mereka siap menurunkan

PB XIII Hangabehi dari posisinya sebagai seorang raja dengan beberapa

pertimbangan. Pertama, raja sudah melenceng dari aturan adat sehingga dianggap

lemah dalam memimpin. Kedua, raja dianggap tak bisa menjalankan paugeran

karena faktor kesehatan. Berbagai kekurangan pada diri sang raja membuat

dirinya gagal menjaga martabat keraton. Ketiga, raja telah menyalahgunakan

wewenangnya sebagai pemegang kekuasaan. Raja pernah membeli mobil pribadi

dengan memakai uang hibah dari Pemkot Solo pada tahun 2010, yang sedianya

untuk operasional keraton seperti membayar gaji abdi dalem. Hal-hal inilah yang

Page 103: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

90

membuat Lembaga Dewan Adat akhirnya memutuskan menarik mandat

Hangabehi sebagai seorang raja.136

Di lain sisi, PB XIII melalui wakilnya KGPH PA Tedjowulan bereaksi atas

penyanderaan dan pembekuan wewenang yang telah dilontarkan Lembaga Dewan

Adat terhadap PB XIII Hangabehi. Ia malah mempertanyakan bagaimana

Lembaga Dewan Adat dulu bisa berdiri dan sekarang bicara seakan-akan mampu

melengserkan kekuasaan seorang raja. Untuk itu, atas izin PB XIII, ia berencana

mengajukan permintaan kepada Pemkot Solo untuk segera membubarkan

Lembaga Dewan Adat dari struktur Keraton Surakarta Hadiningrat.137

Ini berarti, drama konflik di Keraton Surakarta Hadiningrat telah memasuki

episode baru. Tidak lagi antara kubu PB XIII Hangabehi dengan PB XIII

Tedjowulan. Tapi antara Dwitunggal PB XIII Hangabehi-KGPH PA Tedjowulan

dengan saudara kandung PB XIII Hangabehi sendiri yang mengatasnamakan

Lembaga Dewan Adat. Lembaga Dewan Adat lupa bahwa merekalah yang telah

susah-payah memperjuangkan PB XIII Hangabehi menjadi seorang raja. Atau

lebih tepatnya PB XIII Hangabehi lupa bahwa ia telah diperjuangkan oleh

saudara-saudara kandungnya hingga bisa bertakhta sebagai seorang raja. Timbul

indikasi pemenuhan kepentingan di antara mereka tidak berjalan dengan baik.

Sehingga, menjadikan kawan sebagai lawan adalah salah satu pilihan terbaik.

Bila ditelusuri, saat suksesi PB XIII Hangabehi, GKR Koes Moertiyah

menjabat sebagai Pengageng Sasana Wilapa. Seluruh sentana dalem menolak

136

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=298320:lda-

pecat-raja-keraton-solo&catid=95:nusantara&Itemid=146, diakses pada 19 Februari 2014. 137

http://jogja.okezone.com/read/2013/08/30/511/858137/pasca-konflik-keraton-raja-

surakarta-bubarkan-dewan-adat, diakses pada 19 Februari 2014.

Page 104: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

91

kenaikkan PB XIII Hangabehi menjadi seorang raja karena kekurangan yang

dimilikinya. Tidak menutup kemungkinan GKR Koes Moertiyah, suami, dan

saudara kandungnya yang lain juga memahami bahwa PB XIII Hangabehi tidak

memiliki leadership yang cukup mumpuni sebagai seorang raja. Namun bila ia

sepakat dengan seluruh sentana untuk menaikkan KGPH PA Tedjowulan, ia dan

saudara-saudaranya tidak akan leluasa bergerak di keraton. Oleh karenanya,

momentum memiliki kakak laki-laki tertua akan dimanfaatkan semaksimal

mungkin hingga apa yang diperjuangkan berhasil. Soal bagaimana PB XIII

Hangabehi tidak memiliki kapabilitas yang cukup dalam memimpin, itu

bagaimana nanti. Apakah terkait ingin menguasai dana hibah dan sejumlah aset

keraton, belum bisa disimpulkan.

Kenyataannya, yang selalu mengajukan dana hibah setiap tahunnya sejak

PB XIII Hangabehi menjabat sebagai raja adalah GKR Koes Moertiyah. Hingga

pada suatu titik, PB XIII Hangabehi merasa perlu menggunakan wewenangnya

terkait dana hibah. Ketika dana itu dicairkan, Pemkot Solo mencairkan kepada PB

XIII Hangabehi, tidak lagi kepada GKR Koes Moertiyah. Dari sanalah

kemungkinan polemik antara saudara kandung itu bermula. Dan pihak GKR Koes

Moertiyah yang kini di bawah nama Lembaga Dewan Adat, baru memunculkan

kasus penyelewengan itu ke permukaan setelah dirasa PB XIII Hangabehi

semakin berbuat serong dari yang sudah ditetapkan. Dalam situasi seperti itu

pilihan ada pada PB XIII Hangabehi, berlindung kepada KGPH PA Tedjowulan

yang sudah meminta maaf dan melebur kepadanya atau tetap menjadi “boneka

kekuasaan” dari adik kandungnya.

Page 105: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

92

Sejak saat itulah wacana pembubaran Lembaga Dewan Adat terus

didengungkan. Bahkan warga Baluwarti, masyarakat sekitar keraton yang semula

setia terhadap angger-angger dan dalem Keraton Surakarta Hadiningrat, risih

terhadap keberadaan Lembaga Dewan Adat yang kondisi terakhir selalu membuat

kekisruhan. Dimulai dari melakukan penyanderaan PB XIII Hangabehi, sampai

membuat keributan dalam acara halal bi halal dan penobatan KGPH PA

Tedjowulan sebagai Maha Menteri Keraton Surakarta Hadiningrat.138

KGPH PA

Tedjowulan juga menyebut Lembaga Dewan Adat yang terdaftar sebagai ormas di

Pemkot Solo itu telah menguasai sebagian wilayah Keraton Surakarta. Padahal

seharusnya pengelolaan wilayah Keraton Surakarta sepenuhnya merupakan

wewenang PB XIII selaku raja yang diakui pemerintah. Hal ini menurutnya akan

mengancam keberadaan Keraton Surakarta sebagai situs cagar budaya.139

Menanggapi gugatan Raja Keraton Surakarta Hadiningrat, Walikota Solo

FX Hadi Rudyatmo akan menindaklanjuti keberadaan Lembaga Dewan Adat.

Apakah menyimpang dari perannya sebagai ormas lembaga adat atau tidak, yang

pasti, ia tidak ingin gegabah dengan terburu-buru membubarkan lembaga

tersebut.140

Karena saat ini Lembaga Dewan Adat sudah terdaftar di Kesbangpol

Kota Solo dengan nomor (SKT) No. 220/151/II/2011.141

138

http://jogja.okezone.com/read/2013/08/30/511/858137/pasca-konflik-keraton-raja-

surakarta-bubarkan-dewan-adat, diakses pada 19 Februari 2014. 139

http://www.soloblitz.co.id/2013/11/04/tedjowulan-sinuhun-pb-xiii-telah-bubarkan-

dewan-adat/, diakses pada 19 Februari 2014. 140

http://timlo.net/baca/68719518506/didesak-bubarkan-dewan-adat-walikota-enggan-

buru-buru/, diakses pada 19 Februari 2014. 141

http://daerah.sindonews.com/read/2013/09/02/22/778355/pemkot-solo-bingung-sikapi-

lembaga-dewan-adat, diakses pada 19 Februari 2014.

Page 106: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

93

Persoalannya, haruskah lembaga itu dibubarkan karena keinginan raja? Bila

ditelusuri mengapa Lembaga Dewan Adat sampail lahir, menurut Pemerhati

Keraton Surakarta Hadiningrat, Eko Ismadi, Lembaga Dewan Adat dibentuk

tahun 2004 namun secara resmi baru didaftarkan di Kesbangpol Kota Solo pada

tahun 2011 oleh GKR Koes Moertiyah. Lembaga Dewan Adat terdiri dari trah

Paku Buwono II sampai putra dan putri PB XII. Tujuan dari dibentuknya

Lembaga Dewan Adat adalah untuk menegakkan dan menjaga kelestarian budaya

dan adat tradisi Jawa sebagai pengemban fungsi yang telah ditetapkan oleh

pemerintah Republik Indonesia. Salah satunya menjalankan ketetapan adat

dengan melaksanakan suksesi sebagaimana mestinya ketika seorang raja wafat.

Maka sesuai namanya Lembaga Dewan Adat sepakat mengangkat Hangabehi

sebagai PB XIII. Sebenarnya dengan adanya dewan adat ini raja lebih kuat. Hanya

saja cara ini tidak menguntungkan semua pihak pada saat itu karena ada kelompok

Tedjowulan yang menyatakan diri sebagai PB XIII.

Dualisme ini menyebabkan perilaku organisasi Lembaga Dewan Adat tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Hingga PB XIII Hangabehi menerima

perdamaian dengan KGPH PA Tedjowulan secara sepihak tanpa berkonsultasi

kepada dewan adat dengan mengangkat KGPH Tejdowulan sebagai Mahapatih

dengan gelar Panembahan Agung. Maka keputusan itu dianggap tidak mewadahi

semua kepentingan Trah Keraton Surakarta Hadiningrat yang tergabung dalam

Lembaga Dewan Adat. Yang lebih mengherankan, setelah terjadi perdamaian

Page 107: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

94

antara PB XIII Hangabehi dan KGPH PA Tedjowulan, PB XIII Hangabehi malah

berpaling memusuhi dewan adat dan menggandeng Tedjowulan.142

Bila dilihat dari sudut pandang internal keraton, perilaku PB XIII Hangabehi

tidak dibenarkan dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang raja. Seorang raja

ibarat nakhoda dan keraton adalah kapalnya. Maka jika ia ingin berubah haluan ke

mana ia akan menuju, para awak kapal harus disertakan dalam pengambilan

keputusan agar tidak membahayakan seluruh penumpang yang ada di dalam

kapal. Bila nakhoda tidak melibatkan seluruh awaknya, bisa timbul

pemberontakan dari awak kapal bahkan bisa mengambil alih peran nakhoda. Oleh

karenanya segala macam pengambilan keputusan dalam internal keraton sekalipun

itu adalah proses rekonsiliasi, harus mendapat persetujuan dari pemegang adat.

Jika pemegang adat tidak menyetujuinya, rekonsiliasi itu tidak boleh dilakukan

demi menjaga keutuhan internal keraton. Apa lagi alasan pemegang adat dengan

tidak menerima rekonsiliasi karena yang mengajak untuk berdamai ialah ia yang

berani menggunakan gelar raja padahal itu bukan haknya.

Namun pertanyaannya, apakah pemerintahan keraton adalah pemerintahan

tunggal yang berdiri sendiri dengan memenuhi syarat berdirinya suatu negara?

Sudah dijelaskan di bagian awal, keraton saat ini hanyalah cagar budaya yang

berada dalam wilayah negara Republik Indonesia. Bila ada suatu masalah dalam

pengelolaannya dan masalah itu tak kunjung selesai, negara berhak untuk ikut

campur dengan memberikan solusi penyelesaian.143

Dengan demikian yang sudah

142

Wawancara tertulis dengan Eko Ismadi, Pemerhati Keraton Surakarta Hadiningrat, 19

Februari 2014. 143

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 9 Tentang

Cagar Budaya yang berbunyi: Yang Dimaksud dengan dikuasai oleh Negara adalah kewenangan

Page 108: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

95

dilakukan oleh pemerintah baik itu Pemerintah Kota Solo, Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah, sampai Pemerintah Pusat untuk terjun langsung menangani konflik

di Keraton Surakarta Hadiningrat adalah suatu hal yang tepat dan itu merupakan

suatu kewajiban demi menyelamatkan kehormatan keraton itu sendiri tanpa harus

ada pihak atau kelompok yang dirugikan.

Usaha-usaha untuk menyelesaikan konflik telah sampai kepada Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun bentuk penyelesaiannya seperti apa

belum bisa diketahui, karena SBY sendiri baru menjanjikan penanganan konflik

akan dimulai pasca pemilu legislatif April nanti saat situasi dirasa sudah kondusif.

Pertemuan kepada SBY yang dicetus oleh Roy Suryo di Gedung Agung

Yogyakarta pada 23 Februari 2014 itu dihadiri oleh PB XIII Hangabehi, KGPH

PA Tedjowulan, GPH Dipokusumo, dan GPH Benowo. Secara resmi PB XIII

Hangabehi menulis surat kepada Presiden SBY untuk membantu menyelesaikan

konflik di keraton agar rukun seperti sedia kala.144

Pertanyaan-pertanyaan baru terus bermunculan terkait keraton di masa

mendatang. Apa yang akan terjadi selanjutnya jika PB XIII Hangabehi wafat?

Apakah sosok Tedjowulan akan muncul lagi (jika ia masih hidup) dengan kembali

memakai gelar PB XIII seperti yang pernah digunakannya selama 8 tahun? Hal ini

bisa saja terjadi jika di antara mereka berdua, antara PB XIII Hangabehi dan

KGPH PA Tedjowulan, telah membuat suatu kesepakatan yang tidak diketahui

siapapun. Bahkan jika pertanyaannya belum sampai ke arah sana, sikap apa yang

tertinggi yang dimiliki oleh negara dalam menyelenggarakan pengaturan perbuatan hukum

berkenaan dengan pelestarian Cagar Budaya. 144

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/483610-sby-ambil-alih-penyelesaian-konflik-

keraton-surakarta, diakses pada 25 Februari 2014.

Page 109: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

96

akan ditempuh oleh saudara-saudara kandung PB XIII Hangabehi jika kelak PB

XIII wafat? Artinya drama antara kedua belah pihak, Hangabehi-Tedjowulan

dengan Lembaga Dewan Adat, belum akan usai sampai suksesi berikutnya.

Tinggal menunggu apakah di sisa hidupnya PB XIII Hangabehi sebagai seorang

raja bisa lebih tegas dan bijaksana dengan membuat keputusan yang sekiranya

mampu diamini oleh seluruh kerabat keraton sehingga semua pihak dapat legowo

menerima aturan adat yang sudah ditetapkan.

Page 110: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan skripsi mengenai Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat

Pasca Wafatnya Paku Buwono XII, ada beberapa catatan penting yang ditarik

peneliti sebagai kesimpulan, diantaranya:

1. Tidak ada wasiat secara resmi dari PB XII selama hidupnya menjadi penyebab

utama timbulnya konflik perebutan kekuasaan di Keraton Surakarta

Hadiningrat. Subyektivitas kelompok “penjaga tradisi” dan “penyelamat

keraton” lahir di tengah keadaan yang simpang siur. Masing-masing mencoba

mempertahankan apa yang sudah mereka raih: kekuasaan. Pihak yang ada di

dalam keraton mencoba menguasai aset keraton berupa lingkungan fisik,

legitimasi dari sentana dalem dan abdi dalem, serta kepentingannya dengan

Pemkot dan Pemprov. Pada akhirnya, motif ekonomi politik menjadi salah satu

aspek yang ingin dikuasai pihak yang berdiam di keraton, terkait pengelolaan

dana hibah dan aset keraton yang diperebutkan di internal mereka sendiri.

Akibat keadaan itu, hubungan dengan pemerintah selaku penyalur dana

menjadi kurang harmonis, karena penghentian sementara dana hibah dari

Pemkot maupun Pemprov telah diklaim pihak keraton bahwa pemerintah tidak

lagi memiliki kepedulian terhadap kelestarian keraton.

2. Namun terlepas dari apa yang telah terjadi, usaha-usaha untuk meredakan

konflik berkepanjangan di Keraton Surakarta Hadiningrat semakin mencapai

titik temu. Dualisme raja yang berlangsung selama bertahun-tahun telah

Page 111: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

98

berakhir dengan diakuinya seorang raja yang sah yaitu PB XIII Hangabehi.

itikad baik dari kedua belah pihak untuk berdamai patut diapresiasi, egoisme

pribadi yang telah mereka pelihara bertahun-tahun telah mereka luluhkan demi

kepentingan bersama. Meski masih ada pihak yang berusaha melampaui segala

kewenangan raja dan patih sebagai Dwitunggal, hal itu sebagai penguji sekuat

apakah persatuan Dwitunggal PB XIII Hangabehi dan KGPH PA Tedjowulan

dalam menyelesaikan episode konflik yang masih berjalan. Semangat

rekonsiliasi mereka akan menjadi catatan, perebutan kekuasaan dalam sebuah

kerajaan tidak selalu berujung terhadap kudeta dan pelengseran. Tapi bisa

diselesaikan melalui kesepakatan dalam nota kesepahaman.

3. Di luar perpecahan yang terjadi selama hampir 10 tahun lamanya di Keraton

Surakarta Hadiningrat, masing-masing pihak telah bersikap menurut perannya

masing-masing, yang tak lain sama-sama ingin menjaga kelestarian Keraton

Surakarta Hadiningrat. Hanya saja perbedaan ideologi menyebabkan tujuan

mereka melestarikan keraton terbentur. Timbulnya konflik telah

membangunkan khalayak ramai bahwa drama perebutan kekuasaan monarki

masih bisa disaksikan di era sekarang. Berbagai lapisan masyarakat yang

tertarik sekaligus prihatin dengan kisah ini akan serta-merta terdorong kembali

membuka literatur-literatur sejarah masa lampau. Mencoba mengkomparasi

bahwa Keraton Surakarta Hadiningrat di masa lampau adalah sebuah wilayah

yang berdiri sendiri yang kekuasaannya di Pulau Jawa cukup besar. Sisa-sisa

peninggalannya kini tidak hanya berupa situs dalam bentuk bangunan dan

prasasti semata, para penerusnya pun masih hidup dengan tetap melestarikan

Page 112: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

99

sistem pemerintahan monarki di tengah arus demokratisasi.

B. Saran

Dari penjelasan secara keseluruhan, skripsi ini lebih menitikberatkan pada

latar belakang timbulnya konflik perebutan kekuasaan di Keraton Surakarta

Hadiningrat hingga konflik-konflik yang terjadi setelahnya. Penulis mengakui

masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis berharap di masa depan ada

penelitian-penelitian lain yang mampu melengkapi kekurangan skripsi ini dengan

meneliti kelanjutan dari perseteruan antara PB XIII Hangabehi dengan saudara-

saudara kandungnya yang tergabung dalam Lembaga Dewan Adat.

Kemudian bagi pemerintah, proses rekonsiliasi yang sudah berjalan dengan

baik harus tetap dalam pengawalan. Joko Widodo selaku pencetus rekonsiliasi

meskipun kini sudah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta harus tetap

bertanggung jawab hingga intrik-intrik di antara keluarga keraton selesai

seutuhnya. Tak menutup kemungkinan kebijaksanaan Joko Widodo dalam

penanganan saat itulah yang meluluhkan hati kedua belah pihak untuk berdamai.

Maka jangan sampai masyarakat beranggapan usaha Joko Widodo saat itu sebatas

„kendaraan politik‟ semata agar citranya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta

semakin baik di mata masyarakat.

Lalu bagi keraton sendiri, guna meniti masa depan yang jelas, struktur

birokrasi di dalam keraton perlu ditata ulang. Hal ini demi memantapkan dan

melancarkan jalannya roda pemerintah di istana. Juga memudahkan proses suksesi

agar tidak terjadi hal serupa di masa yang akan datang.

Page 113: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

100

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Carter, April. 1985. Otoritas dan Demokrasi. Jakarta: CV. Rajawali.

Graaf, H.J. D dan TH. Pigeaud, terj. Eko Endarmoko. 2003. Kerajaan Islam Pertama di

Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Hadisiswaya, AM. 2009. Filosofi Wahyu Keraton, Klaten: Sahabat.

Harskamp, Anton van, ed. 2005. Konflik-konflik dalam Ilmu Sosial. Yogyakarta:

Kanisius.

Houbent, Vincent J. H. 2002. Keraton dan kompeni Surakarta dan Yogyakarta,

1830-1870, Yogyakarta: Bentang Budaya.

Ismaniyah, GRAy Koes. 2013. Mau Ke Mana Keraton Surakarta Hadiningrat.

Jakarta: Kata Hasta Pustaka.

Ju Lan, Thung., ed. 2000. Konflik Lokal Nasional dalam Konteks ke-Jawaan di

Solo: Etnisitas dan Integrasi di Indonesia. Jakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa. Malang: UIN Malang Press.

Machiavelli, Niccolo, terj. C. Woekirsari. 1987. Sang Penguasa. Jakarta: PT.

Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Nurhajarini, Dwi Ratna, Tugas Triwahyono, dan Restu Gunawan. 1999. Sejarah

Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI.

Purwadi. 2008. Kraton Surakarta: Sejarah, Pemerintahan, Konstitusi,

Kesusasteraan, dan Kebudayaan. Yogyakarta: Panji Pustaka.

______. 2009. Sri Susuhunan Paku Buwono X. Jakarta: Bangun Bangsa.

Page 114: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

101

Rauf, Maswadi. 2001. Konsensus dan Konflik Politik. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Ricklefs, M.C, terj. Tim Penerjemah Serambi. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.

Jakarta: Serambi, 2008.

Santosa, Sri Juari Santosa. 2006. Suara Nurani Keraton Surakarta. Yogyakarta:

Komunitas Studi Didaktika.

Shashangka, Damar. 2011. Darmagandhul: Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-

ajaran Rahasia. Jakarta: Dolphin.

Setiadi, Bram, Qamarul Hadi, dan Tri Handayani. 2000. Raja di Alam Republik.

Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Setiawan, B. 1991. Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi

Pustaka.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Utomo, Mulyanto, Wahyu Susilo, dan Farid Achmadi. 2004. Di Balik Suksesi

Keraton Surakarta Hadiningrat. Solo: Aksara Solopos.

Varma, S.P. 2007. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajagrafindo.

Jurnal

Iswanto, Agus. 2012. “Islamisasi dan Jawanisasi dalam Naskah-naskah di Keraton

Yogyakarta.” Mimbar: Jurnal Kajian Agama dan Budaya Volume 29,

nomor 3, 2012.

Kamus

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Zoetmulder, P.J. 2011. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Surat Kabar

Page 115: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

102

Harian Solopos.

Undang-Undang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Pasal 1 ayat 9 Tentang

Cagar Budaya.

Wawancara

Wawancara dengan GPH Dipokusumo, 18 Januari 2014, di Sasana Mulyo

Keraton Surakarta Hadiningrat.

Wawancara dengan KGPH Puger, 20 Januari 2014, di Sasana Pustaka Keraton

Surakarta Hadiningrat.

Wawancara dengan Redaktur Senior Harian Solopos, Mulyanto Utomo, 21

Januari 2014, di Kantor Harian Solopos.

Wawancara dengan KGPH PA Tedjowulan, 28 Januari 2014, di Hotel Kartika

Chandra.

Wawancara tertulis dengan Ratu Raja Arimbi, adik kandung sekaligus juru bicara

Sultan Kanoman, Sultan Emirudin, 17 November 2012.

Wawancara tertulis dengan Eko Ismadi, Pemerhati Keraton Surakarta

Hadiningrat, 19 Februari 2014.

Website

http://orgawam.wordpress.com, diakses pada 19 Februari 2013.

http://www.kerajaannusantara.com, diakses pada 3 Maret 2013.

http://arsip.gatra.com//2004-09-08/ Gatra nomor 42, beredar Jumat 27 Agustus

2004, diakses 1 Juni 2013.

http://apssi-sosiologi.org/wp-content/uploads/2013/05/27.-Ridhah-Taqwa.pdf,

diakses pada 1 Juli 2013.

http://staff.uny.ac.id diakses pada 21 Februari 2013

http://kbbi.web.id/, diakses pada 13 Desember 2013

Page 116: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

103

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta, diakses pada 20 September 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta, diakses pada 20 September 2013.

http://news.detik.com/read/2004/06/11/142814/162322/10/setelah-pb-xii-

mangkat-muncul-klaim-surat-wasiat, diakses pada 16 Februari 2014.

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/1398/KEPPRES%20NO%2023%20TH%20198

8.pdf, diakses pada 1 Februari 2014

http://gudeg.net/id/directory/12/1750/Alun-Alun, diakses pada 22 Maret 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Alun-alun, diakses pada 22 Maret 2014.

http://news.detik.com/read/2004/11/18/203959/241263/10/ahli-waris-pb-xii-

pertanyakan-keaslian-surat-wasiat, diakses pada 6 Februari 2014.

http://alimu.staff.ipb.ac.id/2010/12/02/berebut-takhta-setelah-raja-tiada/, diakses

pada 14 Februari 2014.

http://jogja.tribunnews.com/2012/05/29/dewan-evaluasi-penganggaran-dana-

hibah-keraton/, diakses pada 14 Februari 2014.

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/2165-raja-

terlama-dinasti-mataram, diakses pada 1 Februari 2014.

http://edisicetak.joglosemar.co/berita/kabut-tebal-masih-menggelayuti-keraton-

63082.html, diakses pada 16 Februari 2014.

http://www.edisicetak.joglosemar.co/berita/hangabehi-murtiyah-rebutan-dana-

79218.html, diakses pada 14 Februari 2014.

http://www.solopos.com/2013/03/12/dana-hibah-geram-dana-hibah-tak-cair-

keraton-ajukan-bantuan-ke-unesco-387074, diakses pada 14 Februari 2014.

http://www.soloblitz.co.id/2013/03/16/keraton-butuh-6-bulan-untuk-ajukan-dana-

ke-unesco/, diakses pada 14 Februari 2014.

http://edisicetak.joglosemar.co/berita/dua-raja-gelar-malem-selikuran-23632.html,

diakses pada 16 Februari 2014.

http://timlo.net/baca/28481/kerabat-keraton-beberkan-isi-rekonsiliasi/, diakses

pada 16 Februari 2014.

http://www.solopos.com/2012/05/24/masyarakat-saksikan-proses-rekonsiliasi-

raja-kembar-298111, diakses pada 16 Februari 2014.

Page 117: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

104

http://www.antaranews.com/berita/314053/gusti-murtiyah-protes-mou-keraton-

surakarta, diakses pada 18 Februari 2014.

http://www.solopos.com/2012/06/04/konflik-keraton-4-mentri-akhirnya-tanda-

tangani-mou-rekonsiliasi-pb-xiii-tedjowulan-191119, diakses pada 18

Februari 2014.

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=298

320:lda-pecat-raja-keraton-solo&catid=95:nusantara&Itemid=146, diakses

pada 19 Februari 2014.

http://jogja.okezone.com/read/2013/08/30/511/858137/pasca-konflik-keraton-raja-

surakarta-bubarkan-dewan-adat, diakses pada 19 Februari 2014.

http://jogja.okezone.com/read/2013/08/30/511/858137/pasca-konflik-keraton-raja-

surakarta-bubarkan-dewan-adat, diakses pada 19 Februari 2014.

http://www.soloblitz.co.id/2013/11/04/tedjowulan-sinuhun-pb-xiii-telah-

bubarkan-dewan-adat/, diakses pada 19 Februari 2014.

http://timlo.net/baca/68719518506/didesak-bubarkan-dewan-adat-walikota-

enggan-buru-buru/, diakses pada 19 Februari 2014.

http://daerah.sindonews.com/read/2013/09/02/22/778355/pemkot-solo-bingung-

sikapi-lembaga-dewan-adat, diakses pada 19 Februari 2014.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/483610-sby-ambil-alih-penyelesaian-

konflik-keraton-surakarta, diakses pada 25 Februari 2014.

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/12/01/islam-dan-kraton-kasunanan-surakarta-masa-

sunan-pakubuwana-iv-bagian-1/, diakses pada 27 Maret 2014.

http://mursid.web.id/hari-jadi-ke-268-kota-solo.html, diakses pada 27 Maret 2014.

http://www.soloblitz.co.id/2013/01/09/pemberian-gelar-harus-di-keraton-tanpa-

jual-beli/, diakses pada 12 April 2014.

http://www.timlo.net/baca/2997/syahrini-dan-julia-perez-peroleh-gelar-

kehormatan/, diakses pada 15 April 2014.

http://www.detikpos.net/2009/07/gelar-keraton-solo-untuk-manohara.html,

diakses pada 14 April 2014.

Page 118: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

105

http://news.detik.com/read/2013/01/06/153510/2134368/10/tertipu-gelar-palsu-

pengusaha-malaysia-polisikan-kerabat-keraton-solo, diakses pada 15 April

2014.

http://news.detik.com/read/2013/01/11/182120/2140065/10/2/digugat-soal-jual-

beli-gelar-keraton-solo-ancam-gugat-balik-wn-malaysia, diakses pada 15

April 2014.

http://kabutinstitut.blogspot.com/2010/01/mendadak-priyayi.html, diakses pada

15 April 2014.

http://joglosemar.co/2013/10/dana-dicoret-keraton-jangan-jual-gelar.html, diakses

pada 15 April 2014.

Page 119: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xii

LAMPIRAN 1: SILSILAH RAJA-RAJA KERATON SURAKARTA HADININGRAT

Sumber: Purwadi, Kraton Surakarta: Sejarah, Pemerintahan, Konstitusi, Kesusasteraan, dan Kebudayaan.

(Yogyakarta: Panji Pustaka, 2008).

Ki Ageng Pemanahan

Panembahan Senopati(1575-1601)

Panembahan Krapyak(1601-1613)

Sultan Agung Hanyokrokusumo(1613-1645)

Hamangkurat I(1645-1677)

Hamangkurat II P. Puger (Paku Bowono I)(1677-1703) (1704-1719)

Hamangkurat III Hamangkurat IV(1703-1706, dibuang ke Sri Lanka) (1719-1727)

Mas Garendi (1742)

Pakubuwono II P. Mangkubumi P. Mangkunegara(1727-1747) (Hamengku Bowono I)

(1755-1792)

(Mas Said)Hamengku Buwono II P. Natakusuma (Mangkunegara I)

(1792-1828) (Paku Alam I) (1757-1796)

Raja-raja Raja-raja Pangeran PangeranSurakarta Yogyakarta Pakualaman mangkunegaran

Page 120: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xiii

LAMPIRAN 2: DAFTAR PUTRA-PUTRI PAKU BUWONO XII

No Nama TanggalLahir

Istri Selir

Mandayaningrum

RetnoDiningru

m

PradapaNingrum

Kusumaningrum

Rogasmara

Pujaningrum

1 Koes Ondowiyah(GKR Alit)

18-10-1947 1

2 Suryo Partono(KGPH Hangabehi)

19-06-1948 1

3 Suryo Suprapto(KGPH Hadiprabowo)

21-03-1949 1

4 Koes Supiyah(GKR Galuh Kencana)

23-03-1950 2

5 Suryono(GPH Puspohadikusumo)

19-07-1950 1

6 GRAy Koes Rahmaniyah 6-10-1950 2

7 GRAy Koes Saparniyah 15-11-1950 2

8 GRAy Koes Handariyah 14-06-1951 3

9 GRAy Koes Kristiyah 15-06-1951 1

10 GRAy Koes Sapardiyah 19-05-1952 3

11 GRAy Koes Raspiyah 30-08-1952 1

12 Suryo Suseno(KGPH Kusumayuda)

5-04-1953 4

13 GRAy Koes Triyah 17-05-1954 3

14 GRAy Koes Isbandiyah 24-07-1954 5

15 Suryo Sutejo(KGPH Tedjowulan)

3-08-1954 2

16 GRAy Koes Sapartinah 3-05-1955 2

17 Suryo Bandono(GPH Puger)

22-12-1955 6

18 Suryo Suparto(GPH Dipokusumo)

22-05-1956 3

19 GPH Suryo Saroso 28-07-1957 3

20 Suryo Bandriyo(GPH Benowo)

8-09-1957 7

21 GRAy Koes Niyah 29-10-1957 4

22 Suryo Sudiro(GPH Notokusumo)

12-10-1958 4

23 Suryo Suharso(GPH Madukusumonagoro)

18-10-1958 8

24 Suryo Darsono(GPH Wijoyosudarsono)

18-05-1959 5

25 GKR Koes Moertiyah 1-11-1959 9

26 Suryo Sutrisno(GPH Suryowicaksono)

22-11-1959 5

27 GRAy Koes Sabandiyah 19-08-1960 6

28 GRAy Koes Triniyah 17-11-1960 6

29 GRAy Koes Indriyah 19-10-1961 10

30 Nur Muhammad(GPH Nur Cahyaningrat)

22-02-1962 7

31 GRAy Koes Suwiyah 5-11-1962 4

32 GRAy Koes Ismaniyah 1-08-1963 8

33 GRAy Koes Samsiyah 24-08-1964 9

34 GRAy Koes Saparsiyah 30-01-1969 10

35 GPH Suryo Wahono 22-06-1972 11

Sumber: Mulyanto Utomo, Wahyu Susilo, Farid Achmadi, Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat (Solo: Aksara Solopos,2004).

Page 121: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xiv

LAMPIRAN 3: GELAR KEBANGSAWANAN DI KERATON SURAKARTAHADININGRAT

S.I.S.K.S.

B.R.Aj.

B.R.M.

G.K.R.

G.P.H.

G.R.M.

G.R.Ay.

K.G.P.A.A.

K.G.P.H.

K.P.

K.P.A.

K.P.H.

K.R.

K.R.A.

K.R.Ay.

K.R.H.

K.R.M.H.

K.R.H.T.

K.R.M.T.H.

Sampeyan Dalem IngkangSinuhun Kangjeng Susuhunan

Bandara Raden Ajeng

Bandara Raden Mas

Gusti Kangjeng Ratu

Gusti Pangeran Haryo

Gusti Raden Mas

Gusti Raden Ayu

Kangjeng Gusti PangeranAdipati Anom

Kangjeng Gusti Pangeran Haryo

Kangjeng Pangeran

Kangjeng Pangeran Aryo

Kangjeng Pangeran Haryo

Kangjeng Ratu

Kangjeng Raden Adipati

Kangjeng Raden Ayu

Kangjeng Raden Haryo

Kangjeng Raden Mas Haryo

Kangjeng Raden HaryoTumenggung

Kangjeng Raden MasTumenggung Haryo

Gelar untuk raja di Keraton SurakartaHadiningrat

Cucu perempuan raja

Cucu laki-laki raja

Untuk istri permaisuri atau putri rajatertentu atas kehendak raja

Putra pangeran yang sudah dewasa

Putra pangeran muda yang lahir dari istriselir

Putri raja yang sudah bersuami

Putra mahkota kerajaan atau pangeranadipati anom, calon pengganti raja

Putra raja yang sudah sangat senior/sepuh

Putra menantu

Gelar bangsawan bukan dari sentana

Putra pangeran tua, namun dalam waktuterakhir sering diberikan bukan kepadapangeran tua sesuai kehendak raja

Untuk istri permaisuri

Patih

Gelar untuk istri selir

Sentana setingkat Riya Nginggil

Sentana setingkat Riya Nginggil untukcucu, buyut, dan di bawahnya

Setingkat Bupati Riya Nginggil bukansentana (abdi dalem)

Abdi dalem Bupati Riya Nginggil

Page 122: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xv

R.Aj.

R.Ay.

R.M.G.

R.M.

R.T.

Raden Ajeng

Raden Ayu

Raden Mas Gusti

Raden Mas

Raden Tumenggung

Buyut atau canggah yang belum bersuami

Buyut atau canggah yang sudah bersuami,atau mereka yang bersuamikan putra rajaatau sentana

Putra raja yang lahir dari istri permaisuri

Canggah atau keturunan raja tingkatkeempat atau lebih

Abdi dalem setingkat Bupati Anom

Page 123: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xvi

LAMPIRAN 4: TRANSKRIP WAWANCARA

Wawancara dengan KGPH PA Tedjowulan

1. Acuan apa yang digunakan oleh keraton dalam mengadakan suksesi?

Unggah ungguh, sopan santun, tata krama, dan angger-angger. Jadi acuan

dan aturan yang digunakan adalah acuan orang Jawa yang berbudaya. Dan itu

sudah berlangsung ratusan tahun. Namun bila dikaitkan dengan perkembangan

dan situasi sekarang, tentu itu tidak rasional. Seperti perubahan-perubahan yang

terjadi di kerajaan-kerajaan Pulau Jawa. Sejak zaman Airlangga hingga sekarang,

itu selalu ada masa perubahan. Majapahit berakhir, Demak muncul. Demak

berakhir, muncul Pajang. Muncul Panembahan Senopati, lalu Amangkurat, baru

muncul Paku Buwono (PB). Selalu digaris bawahi yang tertua. Sedangkan PB XII

itu bukan anak tertua. Ia anak yang paling kecil. Hanya yang menetapkan beliau

menjadi PB XII adalah Presiden Bung Karno. Itu era kemerdekaan. Era

sebelumnya, harus mendapat persetujuan dari Belanda. Dulu penguasa di tanah

Jawa pada khususnya adalah Belanda. Jadi kerangka berpikir itu harus menjadi

acuan.

2. Bagaimana kondisi keraton saat ini?

Suksesi tahun 2004 lalu dimaknai juga harus patuh kepada angger-angger,

juga yang tertua. Bila ingin berpikir secara mendalam, itu bisa dipertahankan tapi

juga tidak bisa dipertahankan. Artinya bila angger-angger berada dalam posisi

yang lemah, yang tidak memiliki visi ke depan sama sekali, tinggal menuju

kehancuran saja. Kalau mau melihat dari tahun 2004 sampai 2014, apa yang

terjadi di keraton? Itu kan sudah perpecahan. Tapi jangan ditujukan sasaran

kepada saya, orang harus dibuka semua matanya. Karena saya sudah melakukan

rekonsiliasi dengan PB XIII. Sekarang saya tidak pakai PB XIII, tapi Panembahan

Agung (PA). Hikmahnya delapan tahun itu, bila melihat keraton terus seperti ini,

hancur keraton ini. Maka pemerintah dalam hal ini memandang perlu saya perlu

mengalah. Jadi yang muda mengalah, yang tua merangkul untuk perbaikan masa

depan keraton. Tapi, saat saya dan Mas Behi sudah baikan, muncul namanya Koes

Page 124: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xvii

Moertiyah, adik dari Mas Behi sendiri. Publik sudah tahu semua, tapi nama

Tedjowulan yang selalu dikait-kaitkan sampai detik ini, dan itu dibentuk opini.

Kalau mau jujur, siapakah yg mendesain? Ya menantu-menantunya itu, tidak

perlu disebutkan pasti sudah tahu semua. Dan Sinuhun PB XIII itu tidak bisa

berbuat apa-apa. Karena sudah berbeda, Mas Behi merasa raja tidak bisa

ditentukan oleh siapapun juga. Karena dia mengikrarkan diri, menyatakan dirinya

sebagai raja. Tetapi dari saudara-saudara kandungnya itu, mengatakan jadi raja

karena dari saya. Kapan ketemunya? Jadi sudah berebut kekuasaan. Siapa? Antara

Moertiyah dan Mas Behi. Yang saya heran, sinuhun kadang muncul

keberaniannya, kadang lemah. Ketegasan dan keberanian ada, tapi hanya bersifat

kontemporer. Jadi tidak betul-betul tegas. Raja tidak bisa seperti itu. Saya tidak

bermaksud merendahkan siapapun juga. Tapi bila cara pengelolaannya seperti itu,

dimotori yang bukan haknya, oleh para menantu, kapan mau selesainya?

3. Mengapa keraton bisa sampai seperti itu?

Karena manajemen tidak baik. Kenapa manajemen tidak baik, karena

pemimpin tidak baik. Karena ada planning, organizing, actuating, budgeting,

controling. Itu tidak jalan semuanya. Kenapa tidak jalan, karena tidak ada

leadership. Leadershipnya apa, sabda pandhita ratu. Semua ucapan raja adalah

titah, peraturan, undang-undang. Itu tidak terlaksana. Kenapa tidak terlaksana,

karena sudah kehilangan kewibawaan serta kehilangan kepercayaan. Kasarnya,

tidak berkemampuan. Dan misalkan didukung oleh semuanya, adik-adiknya dan

semuanya, itu bisa berjalan. tetapi sekarang kan tidak, bertentangan. Sehingga

bertanya, keadaan apakah seperti ini? Dulu saya yang disalahkan, karena

Tedjowulan dan Tedjowulan. Sekarang?

Lalu saya diminta mengalah oleh pemerintah, yang muda mengalah, yang

tua merangkul sehingga terjadi kerukunan. Kalau melihat kerajaan-kerajaan

zaman dahulu hancur karena ketidakrukunan. Faktornya dari mana, dari dalam.

Lalu sekup nasional, hancurnya NKRI, juga dari dalam. Pun pasti ada orang dari

luar. Faktor X orang ketiga itu pasti ada. Kesimpulannya, pemerintah tetap harus

Page 125: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xviii

berperan di dalam keraton. Karena punya hak dan undang-undang. Kalau saya

presiden, sudah saya usir itu Lembaga Dewan Adat. Sampai semua beres. Jika

sudah, silakan duduki keraton lagi. Tapi pemerintah kan punya tata krama, punya

pancasila, punya kebhinekaan, punya budi pekerti. Sehingga dipolitisir ini

masalah internal dan keluarga. Tapi internal keluarga tidak bisa apa-apa. Bilang

tidak perlu dana tapi toh minta juga. Kekuasaan mana? Pada pemerintah. Bisa

dibandingkan pemerintah sekarang seperti apa, pemerintah di keraton seperti apa.

Kalau sudah melihat intern dan ekstern yang berada di keraton seperti itu, saya

menyimpulkan lebih baik tidak usah ikut saja. Sehingga saya mendirikan Forum

Silaturahmi Keraton Nusantara. Saya ketua umumnya, mengacu pada budaya-

budaya yang berada di NKRI. Karena benteng dari NKRI adalah budaya. Itu pun

masih perlu perjuangan.

4. Mengapa Gusti Tedjo memiliki motivasi untuk menjadi raja?

Pasca PB XII meninggal, saya yang memimpin rapat, terhitung lima kali

rapat. Saya menetapkan sementara, mengajak saudara-saudara saya berembuk, ini

yang menjadi raja siapa? Bicara angger-angger, angger-angger itu ditetapkan oleh

raja yang menduduki saat itu. Dan secara filosofi yang tertua, tertua, dan tertua.

Akhirnya saya mengusulkan Mas Behi saja, dan itu ditolak. Baik secara lahiriah

maupun secara tertulis. Semua putra/i PB XII menolak, kecuali saudara

Hangabehi sendiri. Juga sentana dalem, hampir 90% menolak. Abdi dalem,

menolak. Akhirnya saya diminta maju untuk menyelamatkan keraton. Ada surat

perintahnya dari Pengageng Sentana Dalem, Pengageng Parentah Keraton, dan

Pengageng Parentah Keputren. Lembaga itu sudah ada sejak PB X, sah jika secara

hukum. Dan bila menuntut secara hukum nanti akan ramai. Ini pun dipolitisir oleh

semua orang, seolah yang benar itu mereka. Dan sekarang apa yang terjadi di

keraton sudah terlihat bagi orang yang sadar, masalahnya berani atau tidak media

menulis.

Page 126: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xix

5. Adakah usaha-usaha dari Gusti Tedjo untuk meredakan perseteruan

akhir-akhir ini, terutama antara PB XIII Hangabehi dengan Lembaga

Dewan Adat?

Berbicara masalah keraton itu tiga: Histori, spiritual, dan religi. Dan kalau

keraton dipimpin oleh orang yang tidak berkualitas bila dihadapkan pada situasi

dan kondisi saat ini, apa lagi 10 tahun ke depan, habislah keraton. Kalau sudah

habis, pemerintah akan ambil alih. Kalau diambil alih, yang rugi siapa? Semuanya

rugi. Walaupun bukan berarti pemerintah itu jelek, tapi menyelamatkan keraton.

Dan saya sudah menyerahkan surat kepada Mas Behi, mengajak Mas Behi

membuat rencana-rencana ke depan. Kata Mas Behi, kita bicarakan saja dulu

dengan saudara-saudara yang lain. Tapi kenyataannya beda, dan orang sudah tahu

kelakuan saudaranya bagaimana. Jadi kejadian keraton tidak direncanakan

seketika, tapi sudah dari dulu. Dan saya tidak bisa mengatasi itu seketika

dikarenakan saya dinas di militer. Sekarang tinggal tunggu saja. Yang saya

renungkan kalau PB XIII ini meninggal. Dan saya tidak akan ikut campur lagi,

karena saya sudah cukup banyak memberikan masukan pada kakak saya PB XIII,

solusi apa yang harus dijalankan dan harus dicari. Tapi sampai detik ini terjadi

kemandegan. Karena terjadi kemandegan seperti itu, saya tidak mau dituduh

penyebab ini semuanya. Orang biar lihat yang sesungguhnya terjadi. Saya sudah

memberikan masukan-masukan apa yang harus dilakukan sampai masa yang akan

datang di tahun 2025 karena ada kontak dengan pemerintah terkait rekonsiliasi

berkenaan dengan bangunan dsb. Itu yang mesti harus disiapkan. Semua bisa

menjadi raja, tapi yang bagaimana? Visinya apa? Kalau berpikir sekup yang lebih

mendalam lagi, ini akan terjadi perubahan yang sangat besar.

6. Apakah peristiwa yang melanda keraton saat ini murni dimotori oleh

aktor-aktor tertentu atau ada isyarat dari alam?

Secara spiritual, keadaan yang terjadi akhir-akhir ini, Gempa Jateng, Merapi

meletus, memang alamiah. Semua juga alam. Tapi kenapa beruntun? Dari mulai

sekup yang kecil sampai yang besar. Bagi orang yang beriman, itu adalah isyarat.

Page 127: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xx

Jadi intelektual, spiritual, dan emosional raja dituntut untuk peka. Bicara masalah

alam, harus spiritual. Karena itu hal yang gaib, tetapi spiritual juga harus menyatu

dengan intelektualitas. Nama Mangkunegaran, Pakualaman, Hamengku Buwono,

dan Paku Buwono jangan dilihat sebagai manusianya. Nama itu harus dikaji dan

diambil filosofinya secara spiritual.

7. Berbicara mengenai Lembaga Dewan Adat, bagaimana Lembaga

Dewan Adat bisa berdiri?

Lembaga dewan adat itu tidak ada, harusnya sinuhun PB XIII menolak.

Lembaga dewan adat adalah ormas, tapi ada undang-undangnya di Kesbangpol.

Yang mendirikan adalah Koes Moertiyah. Beberapa orang punya visi dan punya

program, mengajukan dana ke pemerintah, itu Lembaga Dewan Adat. Kalau luar

Jawa namanya Lembaga Adat. Mungkin karena adik-adiknya anggota dewan jadi

seolah-olah yang menentukan raja adalah mereka. Lembaga Dewan Adat bisa

ditiadakan jika sinuhun mau. Sekarang tinggal bagaimana sinuhunnya. Jika benar

berlindung kepada saya, harus dikerjakan sama-sama.

8. Sebenarnya, seperti apa sosok PB XIII itu?

Saya punya kakak dan pengganti ayah, sebagai raja dia itu tidak sehat. Salah

satu kelemahan yang paling menonjol adalah sabda: ucapan. Dan sinuhun ini

sakit, ucapannya kadang-kadang dipahami kadang tidak. karena sakit, ia tidak bisa

disegani ucapannya.

9. Bagaimana dengan keaslian surat wasiat PB XII?

Surat wasiat PB XII adalah palsu dan bohong-bohongan semua, dalangnya

ya menantu-menantunya itu. Selama keraton tidak dijalankan dengan ikhlas dan

kejujuran, keraton akan seperti itu. Keraton harus bersih dari politik dan akal-

akalan. Jika prinsip manunggaling kawula gusti dijalani, tidak akan pernah terjadi

hal-hal seperti itu. Karena kawulanya sudah kurang ajar semua sama raja. Dari sisi

agama, kok bisa tunggal bapak tunggal ibu bertengkar? Apakah di dunia ada

seperti itu? Banyak. Anak dibunuh dll. Karena keraton pusat kebudayaan dsb,

Page 128: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxi

dianggap hal yang aneh. Hal yang tabu. Tapi manusia ya sama. Hanya kebetulan

dilahirkan di situ. Harusnya manusia yang ada di keraton itu muncul tingkat

kesadaran yang tinggi. Kalau sudah begitu akan mendapat pencerahan. Sehingga

saya tidak lagi pakai PB XIII, tapi Panembahan Agung, yang memiliki makna

hanya menyembah kepada Tuhan YME. Tetapi visi lahiriahnya adalah

sinkritisme.

10. Terakhir, untuk kemajuan keraton ke depan, apa yang harus

dilakukan oleh seluruh keluarga keraton?

Zaman ini secara spiritual Jawa adalah zaman kalabendu, zaman edan. Dan

kita akan lepas dari zaman yang serba susah ini kalau kita mendapat seorang raja

dan ratu yang benar. Kalau tidak kita tidak akan lepas dari zaman kalabendu. Dan

kita bisa dikangkangi oleh negara lain. Ini ujian terakhir pada tahun 2014. Sama

dengan keraton, salah memilih, habis. Negara lain, Jepang, pemimpinnya

disiapkan dulu jadi Angkatan Laut. Dari kata ing alaga itu kan pemimpin perang,

berarti kan panglima terdepan. Kalau mengatasi ini saja kok tidak bisa selesai, dan

saling menyalahkan, ini yang akan tambah rusak. Raja-raja di tanah Jawa ini

makanya mesti didampingi kaum spiritual. Raja Islam oleh ulama. Itu syarat

kehidupan. Historis, spiritual, dan religi.

Sementara ini, keraton terjadi kemandegan lagi. Semua hanya bisa

menunggu. Kecuali sinuhun sadar memanggil saya. Kalau tidak ya tidak. Nanti

saya dikira ambisius. Jadi beban akan lebih kepada PB XIII, saya sudah merdeka.

Harusnya beliau didampingi oleh guru spiritual. Bukan kerangka pribadi, tapi

yang memahami spiritual keraton.

Page 129: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxii

Wawancara dengan KGPH Puger

1. Apa Pandangan Gusti mengenai ketetapan adat?

Dalam sejarah, aturan perjanjian raja dan pejabat, penasbihan putra-putri,

sentono, itu ada aturannya. Angger-angger, aturan, hukum adat, itu sudah ada dan

berjalan secara alami. Analoginya tidak perlu ditulis berupa rambu-rambu bahwa

lampu hijau harus berangkat dan merah berhenti. Dan itu berjalan. dan

perjalanannya dari awal, di nusantara ini, dulu adanya suku. Kalau buka di dalil,

aku ciptakan kamu bangsa dan suku. Nusantara belum ada bangsa Indonesia.

Suku ini adalah keputusan Allah, tidak ada dalil yang mengatakan keputusan

Allah kalah dengan keputusan manusia. Negara indonesia sendiri adalah

keputusan manusia, aklamasi membentuk sebuah negara. Dulu suku, kemudian

bermetamorfosa. Di situlah ada yang disebut darah biru dan bangsawan. Ketika

suku memilih kepala suku, anak turun keturunan kepala suku inilah yang ada

sampai sekarang menjadi ratu dan raja adalah metamorfosa yang disebut

kelompok darah biru yang ditasbihkan untuk bangsa ini. Bangsawan yaitu orang

yang peduli, peduli kepada suku atau bangsa. ketika orang peduli, hartawan,

cendikiawan, dermawan, relawan, adalah orang yang peduli. Jika bangsawan tidak

peduli pada bangsa, ia bukanlah berdarah biru. Kebanyakan dari darah biru ini,

dididik untuk peduli. Maka banyak darah biru menjadi bangsawan. Dan banyak

menjadi pahlawan (super bangsawan). RA Kartini darah biru, dia bangsawan

(peduli) juga pahlawan. Bangsawan juga bisa disematkan kepada peneliti, karena

peduli terhadap ilmu. Tapi kebanyakan semua itu bisa disebut bangsa karena ia

peduli terhadap keberadaan bangsa ini sendiri. muncullah aturan-aturan dan

kesepakatan dari kepala suku yang turun-temurun itu. Agar yang peduli-peduli

tadi bisa ditempatkan di grade-grade sesuai kemampuannya dan berdasarkan

tingkat pengabdiannya.

Masa-masa dulu begitu, maka terjadi pertempuran antar suku. Jadi sejak

abad ke 7, lalu abad ke 14 Zaman Majapahit, lalu Zaman Pajang, Mataram, dan

pertengahan abad ke 18 ketika zaman Kartasura, undang-undang kerajaan sudah

Page 130: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxiii

di amandemen, agar proses pengangkatan raja bisa berjalan mulus. Belum lagi

masuknya VOC sehingga terjadi kepentingan politik. VOC mulai membuat

wilayah Nusantara wilayah Blok Barat. Biarpun secara de facto VOC bekerjasama

dengan sultan dan raja. Lalu bagaimana posisi raja dan sultan saat blok barat dan

blok timur berseteru? Maka Belanda saat itu mengunci sultan supaya

pandangannya hanya satu, ke Belanda. Secara de facto, memang ada kontrak kerja

sama. Ketika perjanjian itu terjadi, maka rasanya Raja Mataram ini ada

penasbihan berasal dari Belanda. Padahal tidak. Itu hanya memastikan raja dan

sultan ini yang melanjutkan tampuk kepemimpinan. Sehingga dipastikan kerja

samanya jalan. Jadi bukan penasbihan, tapi kerja sama. Namun karena kelicikan

Belanda, dikurangi bahkan ditambah-tambahkan bagiannya, munculah opini

bahwa Belanda itu penjajah. Namun sebetulnya tidak ada penjajahan, tapi Belanda

selangkah lebih maju dari keraton. Penjajahan hanya move, karena ada Blok Barat

dan Blok Timur. Akhirnya sistem diamandemen, bupati dan calon raja harus

dimagangkan. Magang pun ada simbol-simbol lama, sampai terakhir yang ada di

keraton, ada simbol yang tertua itu Hangabehi, atau dimagangkan dengan simbol

putra permaisuri. Itulah bentuk-bentuk aturan yang tidak perlu ditulis lagi. Dan itu

sudah menjadi simbol, bahwa putra raja harus diambil dari permaisuri. Ada yang

istrinya banyak tapi dipermaisurikan. Kalau permaisuri punya anak laki-laki,

maka anak laki-laki yg memiliki simbol anak lelaki tertua tadi gugur. Tapi kalau

permaisuri tidak memiliki anak laki-laki, diambillah anak tertua dari raja itu.

Meskipun itu anak dari garwa yang ke sekian, asal ia yang tertua, ialah yang

pantas menjadi raja. Dan harus laki-laki. Mengapa laki-laki? Karena ini adalah

Kerajaan Islam. Wali harus laki-laki. Anak tertua dari raja. Entah dari istri ke

berapapun yang lahir tertua laki-laki dialah yang berhak. Dan itu sudah menjadi

tatanan rambu-rambu, bilamana tidak ditulis, orang-orang sudah harus mengerti,

itulah proses suksesinya.

Dulu, yang punya grade tua itu biasanya dinaikkan menjadi Pangeran

Hangabehi. dulu dalam gelarnya ada nama Adipati KGPA karena memiliki

wilayah, sekarang karena sudah tidak ada wilayah, maka bergelar KGPH.

Page 131: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxiv

Kadipaten dulu punya wilayah kekuasaan, ada abdi dalem, dsb. Banyak ahli

sejarah dan ahli sastra keluaran dari kadipaten, contohnya Ronggowarsito. Lalu

kenapa keraton harus sampai dikorbankan oleh Blok Barat dan Timur? Keraton

kan punyanya adat, orang Jawa.

2. Pendapat Gusti terhadap ketiga pengageng yang mendeklarasikan

Tedjowulan?

Itu adalah suatu pelanggaran. Walaupun PB XII memiliki wasiat sekalipun,

tidak bisa dipenuhi karena cacat hukum. Misalnya ia ingin anak keduanya saja

yang mendapat warisan, itu tidak bisa. Dalam agama jelas melanggar, karena

tidak adil membagi warisan. Pakubuwono XII memiliki kakak laki-laki yg lebih

tua, tapi dari garwa selir. Karena PB XII berangkat dari permaisuri. Harusnya

pemerintah memanggil dan mencari ahli untuk mempelajari wawasan mengenai

aturan itu, sehingga tidak ada yang melanggar ketentuan adat.

Mudah-mudahan yang menyimpang tadi disadarkan. Tidak boleh lupa

dengan keputusan-keputusan Allah, apalagi dilanggar. Kalau tidak ada jalan

keluar, kembalilah pada dalil.

3. Bagaimana situasi Keraton Surakarta Hadiningrat ketika Indonesia

baru merdeka?

Setelah dipastikan bergabung, raja ditasbihkan menjadi kepala daerah, maka

dibentuklah Daerah Istimewa Surakarta. Namun karena terjadi masalah politis

lagi, sehingga terjadi pembunuhan, penculikan, dari pada lebih banyak korban

lagi, lebih baik diamankan dulu.

4. Apakah benar legenda yang menyebutkan PB XII tidak boleh

berpermaisuri karena menuruti wasiat ibundanya?

Legenda Ratu Paku Buwono memang berwasiat PB XII tidak boleh

berpermaisuri memang dibenarkan, tapi bisa juga dikatakan Paku Buwono XII

menjaga perasaan ibundanya sendiri, bila ia nanti mengambil permaisuri saat

beliau masih hidup. Jadi ia mengorbankan dirinya untuk tidak berpermaisuri. Tapi

Page 132: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxv

simbol pengangkatan itu ada, ketika ibu Hangabehi meninggal, iringan

penghormatan menggunakan iringan permaisuri (monggang). Karena sudah ada

aturannya juga untuk pengiringan jenazah. Tidak ada wasiat apa-apa, karena itu

sudah peraturan tak tertulis.

5. Apakah di keraton sudah ada unsur demokrasi?

Dulu ada, di masa PB X. Keraton sudah memiliki Bale Agung, DPRnya

keraton. Ada tokoh agama, tokoh masyarkat, cendekiawan, dan politisi. Juga ada

rapat pleno di pagelaran, rakyat sudah bisa masuk.

6. Lalu mengapa terjadi penobatan-penobatan?

Itulah pelanggaran-pelanggaran oleh orang yang telah hilang kesadaran,

mereka sudah berani mengamandemen ketetapan-ketetapan Allah.

Page 133: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxvi

Wawancara dengan GPH Dipokusumo

1. Bagaimana struktur pemerintahan keraton di era demokratisasi sekarang

ini?

Kini, secara struktural, keraton dikelola oleh 3 elemen: Pengageng Parentah

Keraton, Pengageng Parentah Keputren, dan Pengageng Sentana Dalem. Dahulu, ada 9

elemen, diantaranya ada Papatih Dalem, Penghulu Keraton, dan Prajurit. Kini, prajurit

memang masih ada, tapi hanya sebagai kerangka budaya.

2. Bagaimana seharusnya keraton mengadakan suksesi?

Mengenai suksesi, seorang raja harus mengangkat putra mahkota yang lahir dari

permaisurinya untuk meneruskan kekuasaan ayahnya. Hanya masalahnya, apakah anak

raja dari permaisuri memiliki keterwakilan seorang anak laki-laki? Suatu contoh, di

Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X berencana mengangkat adiknya

sebagai pengganti jika nanti ia wafat, karena semua anaknya perempuan, tidak ada satu

pun seorang lelaki.

Di Keraton Surakarta, PB XII tidak mengambil seorang permaisuri. Munculah

subyektivitas melalui hukum-hukum yang tidak tertulis dengan apa yang disebut angger-

angger. Suksesi yang dilakukan hanya merujuk pada catatan sejarah zaman-zaman

sebelumnya, tidak ada fatwa tertulis mengenai pengangkatan yang resmi. Dalam struktur

kelembagaan perangkat keraton, seorang permaisuri harus ada. Alasan internalnya,

karakteristik sistem pemerintahan dan tradisi adat keraton yang turun menurun.

Sedangkan alasan eksternalnya, sistem keraton yang ada di seluruh dunia, monarki

konstitusional.

3. Benarkah wasiat yang dibacakan oleh saudara-saudara kandung Hangabehi

adalah wasiat langsung dari PB XII?

Mengenai surat wasiat, Pihak Tedjowulan tidak percaya, karena pihak Hangabehi

tidak bisa membuktikan. Dan penggunaan anger-angger untuk memperkuat legitimasi

anak selir tertua, juga bukan hal yang tepat. Karena dari wasiat Kangjeng Ratu Paku

Buwono dahulu, larangan kepada PB XII untuk tidak berpermaisuri sudahlah tersirat,

keraton harus menyatu dengan alam modernisasi. Apa lagi, PB XII sendiri tidak berpesan

Page 134: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxvii

apa-apa mengenai siapakah penggantinya kelak. Maka, secara adat Hangabehi telah

melanggar ketentuan tak tertulis yang sebenarnya harus dilaksanakan oleh seluruh elemen

masyarakat keraton. Yaitu, mengambil sebuah keputusan mengenai masa depan keraton

dengan jalan musyawarah. Seluruh putra-dan putri dari garwa selir tanpa terkecuali.

Dalam hal ini, ketiga pangageng yang merupakan lembaga paling bertanggung jawab

dalam mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan administrasi keraton, harus mengambil

tindakan preventif yang dapat merangkul semua pihak.

4. Lalu apakah tindakan menobatkan secara langsung Tedjowulan merupakan

tindakan yang dapat dibenarkan? Mengapa sampai muncul nama

Tedjowulan?

Satu tahun sebelum PB XII wafat, Gusti Haryo Mataram, putra dalem PB X, yang

juga mantan rektor UNS, pada saat itu acara dies natalies UNS, ditanya oleh wartawan:

Siapakah yang pantas menggantikan PB XII? Yang jadi tentara itulah yang pantas, yang

tak lain adalah Tedjowulan. Sebuah ungkapan subyektif. Didengar PB XII. Ada sebuah

pengertian, panglima tertinggi adalah tentara. maka ialah yang berhak memimpin

pemerintahan keraton dengan menjadi raja. Didukung oleh rakyat dan pecinta budaya.

5. Lalu mengapa ada nama Hangabehi?

kembali pada angger-angger, karena ia anak lelaki tertua. Namun tidak semua

Hangabehi (anak lelaki pertama) menjadi raja. Kakak PB XII juga bernama Hangabehi.

tetapi adiknyalah yang menjadi raja.

6. Apa pendapat Gusti mengenai Biworo yang menetapkan Hangabehi menjadi

putra mahkota sebelum akhirnya menjadi PB XIII?

Biworo KGPAA yang disampaikan itu tidak memiliki landasan hukum yang

kuat. Selain tanpa ada persetujuan dari saya dan dua pengageng lainnya, biworo

itu secara tak langsung telah memutus mekanisme musyawarah di tingkat

keluarga yang terus digelar.

7. Lalu alasan ketiga pengageng mengangkat Tedjowulan?

Ketiga pengageng merenungi betul wasiat seorang putra dari PB X, Gusti Haryo

Mataram. Seorang intelektual, Mantan Rektor UNS, guru lemhanas, paman PB XII. Juga

Page 135: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxviii

menampung aspirasi dari seluruh sentana dalem. Apalagi tedjowulan seorang kolonel,

yang secara gradual kepemimpinan sudah memenuhi.

8. Lalu jika yang didukung Tedjowulan, mengapa Hangabehi yang lebih kuat?

Karena selama ini Hangabehi tinggal di keraton. Sedangkan Tedjowulan di luar

keraton. Jika Tedjowulan mencoba menerobos, maka akan terjadi konflik. Jika konflik,

akan terjadi korban. Jika terjadi korban, yang berlaku adalah hukum negara. Karena

keraton bagian dari negara.

9. Benarkah Hangabehi pernah terlibat kasus Child Traficking?

Pernah ada kasus child traficking yang dilakukan oleh Hangabehi, dan itu

dibenarkan oleh Tedjowulan. Sebenarnya bisa dijadikan bargaining oleh kubu

Tedjowulan untuk memperkuat kekuasaannya, tapi tidak dilakukan. Karena itu adalah

aib, dan tidak akan digunakan demi kekuasaan. Biarlah proses hukum yang berjalan, tapi

tidak perlu dipermalukan.

10. Apa yang sesungguhnya terjadi di internal keraton terkait rekonsiliasi pada

tahun 2012 lalu?

Pihak pemkot melalui Joko Widodo sudah melakukan rekonsiliasi, tetapi pihak

Koes Moertiyah tidak percaya. Surat dari Menteri Dalam Negeri dianggap palsu yang

memutuskan hangabehi sebagai raja dan Tedjowulan sebagai wakil.

11. Apa saja komponen utama dari Keraton Surakarta Hadiningrat?

Keraton ada 3 hal, yaitu fisik, upacara, dan perawatan benda-bendanya. Secara

fisik sudah tidak utuh lagi. Rumah-rumah bukan lagi milik keraton. Akhirnya mereka

para abdi dalem hidup di luar keraton, meski ada sebagian yang masih bertahan karena

loyalitas. Tiap tahun keraton mendapat 300 juta rupiah dari pemkot dan 1,2 Miliar dari

Pemda. Namun biaya yang tertera tidaklah cukup untuk membiayai seluruh kegiatan

keraton yang rutin per hari, per minggu, per bulan, per tiga bulan. Seperti kegiatan besar

seperti Sekaten, Selikuran, Upacara Suro, Grebeg pasa, dan lain-lain. Untuk budaya

memang besar, tapi sudah diperingatkan oleh budayawan, jika sampai hilang, untuk

menghidupkan kembali lebih mahal. Akhirnya kerabat-kerabat berkontribusi. Sempat ada

wacana bantuan dari pemerintah pusat, tapi meminta manajemen dibenahi dulu. Dan

Page 136: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxix

sejak tahun 2012, bantuan mandeg karena pihak keraton tidak bisa memberikan

pertanggungjawaban.

12. Mengapa pada akhirnya Tedjowulan mengalah?

Karena dalam Islam, seseorang harus berani merendahkan diri dan mengalah untuk

menang. Selain itu juga menjadi momentum agar Tedjowulan dapat kembali ke dalam

keraton.

Page 137: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxx

Wawancara dengan Mulyanto Utomo

1. Apa sebab timbulnya dua raja di Keraton Surakarta Hadiningrat?

Konflik itu karena kepentingan perebutan kekuasaan. PB XII belum

menyiapkan putra mahkota, walaupun versi Gusti Mung (GKR Koes Moertiyah)

sudah, yaitu anak tertua. Disamping ingin menguasai keraton, dalih mereka raja

itu harus dari anak tertua. Tapi menurut Tedjowulan, tidak mampu jika Hangabehi

yang jadi raja. Dari sisi intelektual, pengelolaan, dan karakter dianggap tidak

mampu, karena Tedjowulan adalah seorang tentara, dan ini dianggap mampu.

Inilah yang menjadikan konflik. Yang satu merasa mempunyai hak, Tedjowulan

pun merasa punya hak, bila ditinjau dari kemampuannya. Tedjowulan akhirnya

dalam tanda kutip mau mengalah. Meskipun dalam kubu Hangabehi akhirnya juga

terjadi konflik, dari adik-adiknya, yaitu ingin menguasai. Gusti Mung ingin

mengatur segalanya. Sejak PB XII masih hidup, ia terus mendampingi. Gusti

Mung mempunyai kekuasaan yang kuat, legitimasi kepada abdi dalem pun kuat.

Dan rumor yang berkembang sebelum PB XII wafat, yang didukung dan

dinobatkan adalah Tedjowulan. Tedjowulan layak dalam memimpin, tapi menurut

Gusti Mung bukan dalam adat keraton.

2. Berapa persen pihak sentana dalem dan abdi dalem yang mendukung

Tedjowulan?

Persentase yg mendukung Tedjowulan itu 90%, bahkan Hangabehi sendiri

kini berlindung pada Tedjowulan. Tedjowulan patihnya. Bisa diprediksi nanti

Tedjowulan akan memiliki kemungkinan untuk menjadi raja.

3. Apa saja tugas pokok raja untuk masa sekarang ini?

Tugas pokok sebagai seorang raja sebagai pemangku adat saja di

lingkungan keraton, tidak sampai keluar.

4. Kekuatan Keraton Surakarta Hadiningrat pada saat ini?

Page 138: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxxi

Keraton Surakarta Hadiningrat pada kala itu sangat mempengaruhi kondisi

sosial ekonomi politik bangsa. Maka harus dilestarikan. Bahkan Keraton

Surakarta Hadiningrat sangat berpengaruh bagi Belanda. Koran pertama kali ada

di Solo. Demikian PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), terbit di Solo. Budi

Utomo juga lahir di Solo. Salah satunya karena kekuasaan keraton saat itu.

Menjadi pusat kerajaan yang luar biasa. Ketika kemerdekaan hilang,

kekuasaannya hilang, sehingga kini hanya sisanya. Sisanya itulah kini yang

disebut budaya adiluhung (luar biasa). Kebudayaan orang Jawa dan perilakunya

paling tidak ada hubungannya dengan keraton masa lalu. Pengaruh itu yang harus

dipertahankan, nguri-nguri (lestari). Keraton kini hanya simbol, pernah ada

sebuah wilayah kerajaan pada masa lalu.

5. Benarkah Pemerintah Kota Solo untuk sementara menghentikan dana

hibah karena Gusti Mung yang tidak transparan dalam mengelola

dana hibah?

Pemerintah memberikan dana meskipun itu hibah, harus ada pertanggungjawaban

dan laporannya. Laporan itu sudah ada alurnya. Mungkin Gusti Mung tidak bisa

memberikan laporan seperti itu. Atau pemerintah bingung, ini mesti diberikan

kepada siapa, karena ada dua raja. Akhirnya pemerintah menghentikan alokasi

dana hibah untuk sementara waktu guna keraton memperbaiki manajemennya

terlebih dahulu.

Page 139: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxxii

LAMPIRAN 5: Foto-foto Penulis Bersama Narasumber

Wawancara penulis bersama KGPH PA Tedjowulan di Hotel Kartika Chandra, 28 Januari2014.

Page 140: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxxiii

Wawancara penulis Bersama KGPH Puger di Sasana Pustaka Keraton Surakarta Hadiningrat,20 Januari 2014.

Page 141: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxxiv

Wawancara penulis Bersama GPH Dipokusumo di Sasana Mulyo Keraton Surakarta

Hadiningrat, 18 Januari 2014.

Page 142: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan

xxxv

Wawancara penulis bersama Mulyanto Utomo, Redaktur Senior di Kantor Harian Solopos,

21 Januari 2014.

Page 143: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan
Page 144: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan
Page 145: KERATON DAN POLITIK Konflik Keraton Surakarta Hadiningrat ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39208/3/Muhammad... · iv ABSTRAK Masih adakah drama perebutan kekuasaan