Kerangka Visi Indonesia 2030

33
Visi Indonesia 2030 © 2007 Yayasan Indonesia Forum

description

Pebisnis masa depan butuh ini...

Transcript of Kerangka Visi Indonesia 2030

Page 1: Kerangka Visi Indonesia 2030

Visi Indonesia 2030

© 2007 Yayasan Indonesia Forum

Page 2: Kerangka Visi Indonesia 2030

1

Pengantar Ketua Umum Yayasan Indonesia Forum

Krisis ekonomi yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, telah menimbulkan keprihatinan mendalam bagi seluruh komponen bangsa. Keterpurukan ekonomi diiringi dengan penurunan harkat dan martabat bangsa di mata internasional. Rasa kebanggaan sebagai bangsa pun akhirnya ikut memudar. Untuk itu, diperlukan suatu pandangan obyektif dan positif terhadap masa depan Bangsa Indonesia untuk membangkitkan optimisme agar dapat menjadi bangsa terpandang di mata dunia internasional. Sebagai komponen bangsa yang menghimpun semua potensi dari setiap golongan dan profesi (akademisi, birokrat dan dunia usaha), Indonesia Forum berinisiatif menyampaikan Visi Indonesia 2030: Menjadi Negara Maju yang Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam. Metodologi penyusunan Visi Indonesia 2030 dilakukan berdasarkan pola pemikiran yang berbeda dengan yang dilakukan oleh sebagian pengamat dan pakar yaitu pendekatan proyeksi time series dari trend masa lampau. Dengan pendekatan demikian, pencapaian yang kita peroleh tidak akan jauh dari situasi yang kita hadapi sekarang. Penyusunan Visi Indonesia 2030 diawali dengan merumuskan mimpi tentang cita-cita bangsa, kemudian mengidentifikasi potensi kemampuan sumber daya manusia dan kekayaan alam. Pendekatan seperti ini menurut kami adalah pendekatan yang lebih cocok untuk membangkitkan optimisme yang rasional bagi generasi masa depan. Perencanaan Visi Indonesia 2030 akan disusun oleh seluruh komponen masyarakat sehingga dalam implementasinya diharapkan ada tanggung jawab dari masyarakat dalam berbagai fungsi dan peran. Masyarakat yang berperan sebagai pekerja, birokrat, pengusaha, lembaga eksekutif, legislatif, judikatif maupun para pemimpin partai dan lembaga masyarakat lainnya diharapkan membentuk kontrak sosial baru untuk bekerja keras bersama-sama dan saling mendukung untuk menggapai cita-cita sebagai negara maju. Rasa memiliki dan tanggung jawab untuk bekerja keras dari seluruh komponen masyarakat itulah yang menjadi jiwa dari penyusunan Visi Indonesia 2030.

Chairul Tanjung

Page 3: Kerangka Visi Indonesia 2030

2

Daftar Isi

Pengantar Ketua Umum Yayasan Indonesia Forum i

Pendahuluan 1

Visi Indonesia 2030 2

Misi untuk Mewujudkan Visi 9

Imperatif bagi Perwujudan Visi dan Misi 18

Pencapaian Visi 21

Penutup 22

Lampiran Metode Perhitungan 23

Sekilas Tentang Yayasan Indonesia Forum 24

Susunan Pengurus Yayasan Indonesia Forum 25

Bidang Penelitian dan Mitra Kerja 29

Page 4: Kerangka Visi Indonesia 2030

3

Pendahuluan Visi Indonesia 2030 dimotivasi oleh aspirasi mewujudkan Indonesia yang moderen, maju dan memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Di dalamnya terkandung cita-cita, imajinasi dan mimpi menjadi bangsa yang kuat, lebih dari sekedar meneruskan keadaan seperti saat ini (business as usual). Visi Indonesia 2030 dibangun dengan optimisme yang rasional. Rasa optimis lahir dari cara memandang masa depan bangsa yang lebih baik, yang merupakan modal memacu semangat. Dasar rasional dibentuk melalui proses yang terarah yang didasarkan pada kajian yang komprehensif, mendalam dan bertanggung jawab secara ilmiah. Kesemuanya diciptakan melalui sinergi tiga komponen: pengusaha, birokrasi dan akademisi. Menjadi negara maju hanya bisa dicapai dengan kerja keras dalam kerangka dan rencana yang baik. Untuk itu diperlukan visi yang jelas, yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kondisi saat ini dengan kondisi masa depan yang lebih baik. Visi Indonesia 2030 ini merupakan sumbangan pemikiran Yayasan Indonesia Forum sebagai komponen bangsa yang mengharapkan Indonesia berdiri sejajar dengan negara-negara besar dunia, dihuni oleh masyarakat yang sejahtera, dan ditandai dengan kemajuan ekonomi yang dinikmati merata oleh setiap warga negaranya.

Page 5: Kerangka Visi Indonesia 2030

4

Visi Indonesia 2030

Negara Maju yang Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam

Visi ini ditopang oleh empat pencapaian utama, yaitu: ♦

Masuknya Indonesia dalam 5 besar kekuatan ekonomi dunia, dengan pendapatan perkapita sekitar US$ 18 ribu dan

jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa ♦

Terwujudnya pemanfaatan kekayaan alam yang berkelanjutan, antara lain masuk dalam 10 besar tujuan pariwisata dunia dan tercapainya kemandirian

dalam pemenuhan energi domestik ♦

Terwujudnya kualitas hidup moderen yang merata (shared growth), antara lain ditandai oleh masuknya Indonesia dalam 30 besar indeks pembangunan manusia

(HDI) terbaik di dunia ♦

Masuknya paling sedikit 30 perusahaan Indonesia dalam daftar Fortune 500 Companies

Gambar 1. Visi Indonesia 2030 & Pencapaian Utama

5 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia dengan Pendapatan Per Kapita

USD18,000

Pemanfaatan Kekayaan Alam yang

Berkelanjutan a.l 10 Besar Tujuan Wisata

30 Perusahaan Indonesia di Fortune 500

Companies

Kualitas Hidup Moderen dan Merata (Growth with Equity ) a.l 30 Besar HDI di Dunia

Visi 2030:

Negara Maju Yang Unggul Dalam Pengelolaan Kekayaan

Alam

Page 6: Kerangka Visi Indonesia 2030

5

Kata-kata kunci visi tersebut ialah negara maju dan unggul dalam pengelolaan kekayaan alam. Keduanya akan diuraikan di bawah ini. Negara Maju Indonesia akan mencapai pendapatan per kapita sekitar US$ 18 ribu. Dengan jumlah penduduk mencapai 285 juta jiwa, Indonesia masuk dalam lima besar perekonomian dunia dengan PDB sebesar US$ 5,1 triliun. Hal ini diikuti dengan representasi kelompok usaha Indonesia yang terkemuka di tingkat dunia. Saat ini Indonesia berada pada kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income). Posisi ini diperkirakan akan terus bertahan hingga tahun 2015 sebelum Indonesia masuk kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income). Proses industrialisasi akan menjadi katalisator akumulasi modal menuju negara maju dengan kontribusi terbesar dari sektor jasa.

3,923

7,231

12,449

18,000

2,3591,660

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

1990 1995 2000 2006 2010 2015 2020 2025 2030

Lower Middle Income Country

Upper Middle Income Country

High Income Country

2015 2023US$

1992

Gambar 2. Transformasi Menuju Negara Maju Sumber: Proyeksi YIF

Page 7: Kerangka Visi Indonesia 2030

6

Transformasi menuju negara maju akan melalui 3 (tiga) tahapan (Gambar 2). Pada tahap Pembenahan (pembenahan sistem dan pola pembangunan) perekonomian berada dalam tahapan persiapan dengan fokus utama penguatan fondasi. Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi masih belum terlalu tinggi, yaitu berkisar antara 5–7 persen per tahun. Tahap ini merupakan tahapan belajar dengan sementara waktu mengadopsi teknologi dari luar negeri sembari mengembangkan teknologi di dalam negeri. Pada tahap Akselerasi (akselerasi pembangunan) perekonomian sudah semakin membaik dengan dorongan industrialisasi dan implementasi teknologi yang semakin memadai. Perekonomian yang didorong oleh pertumbuhan sektor industri akan meningkatkan pertumbuhan sektor lain terutama sektor jasa. Pada tahap ini perekonomian tumbuh secara signifikan dengan tingkat pertumbuhan berkisar antara 9-11 persen per tahun. Pertumbuhan dan kontribusi sektor jasa yang tinggi, melebihi sektor industri, membawa Indonesia masuk kelompok negara maju. Indonesia selanjutnya akan masuk ke dalam tahap Keberlanjutan (keberlanjutan pembangunan). Tahapan pembangunan dan proses penciptaan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan didukung oleh proses industrialisasi dicapai dengan memperhatikan kekuatan ekonomi domestik dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi berkisar antara 7-9 persen per tahun dapat dinikmati bersama oleh segenap lapisan masyarakat (shared growth). Dengan PDB per kapita mencapai US$ 18.000 pada tahun 2030 (lihat lampiran)dan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia akan mencapai US $ 5,1 triliun. Pencapaian tersebut akan membawa Indonesia menjadi lima besar perekonomian dunia (Gambar 3). Prestasi tersebut dapat dicapai apabila pertumbuhan riil pada periode 2006-2030 mencapai rata-rata 8,5 persen per tahun. Ekspektasi inflasi rata-rata sebesar 3 persen per tahun seperti layaknya negara maju saat ini (misalnya AS) dan pertumbuhan penduduk penduduk rata-rata 1,12 persen per tahun.

Page 8: Kerangka Visi Indonesia 2030

7

Gambar 3. PDB Harga Berlaku 5 Negara Terbesar Dunia, 2005 dan 2030

Sumber: Proyeksi YIF Perekonomian nasional akan dimotori oleh sektor jasa (gambar 4). Walaupun awalnya sektor jasa tergantung kepada gerak sektor lainnya, pada akhirnya sektor jasa akan memperoleh momentum untuk tumbuh lebih cepat. Sektor jasa diperkirakan mulai tumbuh lebih cepat dari sektor industri pada tahun 2020, dan kontribusinya dalam PDB akan mengungguli kontribusi sektor industri mulai tahun 2025. Kontribusi sektor pertanian diperkirakan terus menurun hingga tahun 2030 namun diikuti oleh peningkatan kesejahteraan, produktifitas, dan keter-kaitannya dengan sektor lain. Produktifitas sektor pertanian akan meningkat seiring dengan kemajuan teknologi sehingga menghasilkan nilai tambah per pekerja yang lebih besar. Peranan sektor pertanian selanjutnya lebih sebagai pendukung sektor manufaktur dan sektor jasa. Selain itu, diharapkan agar komoditi-komoditi yang bersifat cash crops (seperti kelapa sawit, kokoa, dan karet) juga dapat menunjang ekspor secara berkelanjutan. Kontribusi sektor industri terhadap PDB relatif stabil namun terjadi pergeseran struktur industri ke arah sektor-sektor yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan peningkatan produktifitas SDM. Sumber peningkatan nilai tambah tersebut berasal dari inovasi teknologi, perbaikan kualitas input, dan perbaikan sistem distribusi dan pemasaran. Kedekatan dengan pasar input dan output menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat mencapai efisiensi produksi yang tinggi.

28.226.1

20.7

17.0

5.1

0

10

20

30

Cina USA EU India Indonesia

2005 2030

Triliun US$

Page 9: Kerangka Visi Indonesia 2030

8

Gambar 4. Fokus Penciptaan Nilai Tambah di Sektor Jasa dan Industri Kemakmuran rakyat (wealth) pada dasarnya diciptakan oleh perusahaan (corporate), bukan oleh pemerintah. Seyogianya, perusahaan Indonesia harus dipandang sebagai mitra pemerintah dalam mensejahterakan rakyat. Dalam mendorong tercapainya 30 perusahaan Indonesia masuk daftar Global Fortune 500 Companies, pemerintah memegang peranan yang sangat penting. Pemerintah tidak hanya bertanggung jawab menciptakan kondisi makroekonomi, politik, hukum, sosial yang kondusif untuk investasi, tetapi juga memperbaiki lingkungan usaha untuk mendukung perusahaan Indonesia mengembangkan kecanggihan strategi, organisasi, dan operasi usaha dalam memenangkan persaingan global. Di setiap sektor industri dengan potensi daya saing global, pemerintah perlu secara berkesinambungan melakukan perbaikan dalam empat pilar lingkungan usaha: kondisi sumber daya (factor conditions), konteks strategi dan persaingan usaha (context for firm strategy and rivalry), kondisi permintaan (demand conditions), dan industri-industri pendukung (related and supporting industries).

Distribusi & brandingProduksi PemrosesanInput

Peningkatan nilaitambah sektoral

2005

2030

Inovasi teknologi

PertanianIndustri

J a s a

Page 10: Kerangka Visi Indonesia 2030

9

Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam Pengelolaan kekayaan alam Indonesia secara optimal dilakukan melalui interaksi sumber daya manusia dan teknologi dengan mengikuti prinsip keberlanjutan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang merata dalam rangka mewujudkan kualitas hidup moderen. Kekayaan alam mengacu kepada tiga elemen: Posisi geografis Indonesia harus mampu memanfaatkan keunggulan posisi geografisnya yang terletak di jantung kawasan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia mencakup Asia Timur, Asia Selatan, dan Australia-Selandia Baru (Gambar 5). Bentang daratan dan lautan yang luas di daerah tropis, fluktuasi musim yang rendah, serta kesuburan tanah dan keragaman hayati yang dimiliki, merupakan potensi kekayaan alam yang besar.

Gambar 5. Posisi Strategis Indonesia

Page 11: Kerangka Visi Indonesia 2030

10

Sumber daya alam (SDA) sebagai faktor produksi Pemanfaatan sumber daya alam sebagai faktor produksi harus dilakukan secara optimal dan berkesinambungan, terkait dengan menipisnya cadangan SDA yang tak-terbarukan. Pengelolaan SDA yang terbarukan dilakukan untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan. Budaya serta keindahan alam Pengembangan potensi pariwisata sebagai sumber devisa harus dilakukan bersamaan dengan pengelolaan kekayaan budaya dan sejarah yang tersebar di Indonesia. Keanekaragaman budaya (tradisi, bahasa, kesenian) nasional dan keindahan alam merupakan aset wisata dan sumber devisa. Pengembangan pariwisata nasional sekaligus akan tetap melestarikan kekayaan budaya. Pengembangan sektor pariwisata merupakan implikasi dari peranan sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak kegiatan ekonomi. Pada tahun 2030, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia diharapkan dapat membukukan peningkatan yang berarti dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, yaitu sebagai 10 besar tujuan utama pariwisata dunia dengan 40 juta wisatawan mancanegara dengan pengeluaran sekitar US$ 80 miliar. Pertumbuhan ekonomi memerlukan interaksi sumber daya manusia yang produktif dan teknologi dalam pengelolaan kekayaan alam. SDM produktif adalah modal utama proses transformasi dari pembangunan berbasis alam dan padat karya menuju pembangunan yang intensif pada pengetahuan. Teknologi memiliki peranan penting dalam proses produksi. Pilihan teknologi harus didasarkan kepada potensi dan kebutuhan riil dengan mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomi. Oleh karena itu SDM Indonesia harus unggul dalam teknologi pengembangan pengolahan kekayaan alam, teknologi kelautan, teknologi transportasi (industri kereta api dan kapal laut) dan teknologi informasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dinikmati merata oleh setiap golongan pendapatan dan daerah (shared growth). Dua hal penting yang harus mendapat perhatian adalah dimensi kesenjangan dan kemiskinan. Dalam jangka panjang, ukuran ketimpangan antargolongan pendapatan (Rasio Gini) dan antardaerah (Indeks Williamson) harus semakin mengecil. Pertumbuhan ekonomi harus mampu mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, kurang dari 4 persen dari total penduduk seperti layaknya sebuah negara maju.

Page 12: Kerangka Visi Indonesia 2030

11

Pertumbuhan ekonomi juga harus ditandai oleh perbaikan kualitas hidup, dengan tersedianya listrik, air minum, dan perumahan yang layak bagi seluruh rumah tangga, serta akses yang merata terhadap infrastruktur pendidikan dan kesehatan. Menurut data Bank Dunia tahun 2006, Human Development Index (HDI) Indonesia saat ini berada pada peringkat 108 dunia. Sebagai negara maju di tahun 2030, Indonesia harus mampu memperbaiki peringkat HDI, dan masuk dalam 30 besar HDI terbaik di dunia.

Page 13: Kerangka Visi Indonesia 2030

12

Misi untuk Mewujudkan Visi

Visi Indonesia 2030 diwujudkan melalui sinergi tiga modal bangsa dengan misinya masing-masing.

Modal Manusia Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas

dan bebas dari kemiskinan ♦

Modal Alam dan Fisik Memanfaatkan kekayaan alam secara optimal dan berkelanjutan

♦ Modal Sosial

Mewujudkan sinergi kelompok wirausaha, birokrasi dan pekerja menuju daya saing yang global

Gambar 6. Misi untuk Mewujudkan Visi Bangsa

Page 14: Kerangka Visi Indonesia 2030

13

Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan bebas dari kemiskinan Penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai jumlah 285 juta jiwa pada tahun 2030. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan sumber tenaga kerja dan sekaligus juga pasar yang potensial. Laju pertumbuhan penduduk menurun terus, dari 1,3 persen di dekade 2000-2010, menjadi 1,1 persen di dekade 2010-2020, dan 0,9 persen di dekade 2020-2030. Sampai dengan tahun 2018, Indonesia masih akan menikmati Bonus Demografi I yang dipicu oleh penurunan angka kelahiran yang mengurangi beban keluarga. Sebagai akibatnya, terjadi penurunan proporsi konsumsi dalam pendapatan, dan selanjutnya meningkatkan potensi tabungan masyarakat (Gambar 7). Setelah 2018, angka ketergantungan akan naik sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup yang mencapai 74 tahun. Saat itu terbuka kesempatan memperoleh Bonus Demografi II. Apabila usia produktif dapat diperpanjang maka arus pendapatan tidak akan berhenti, sehingga potensi tabungan masih akan terus berlanjut. Kunci dari potensi ini adalah kelompok lanjut usia (lansia) yang sehat, berpendidikan dan produktif.

8782

76 79

68

5546 45 47

0

20

40

60

80

100

1950 1961 1971 1980 1990 2000 2010 2020 2030

Angka Ketergantungan (AK)

Bonus I Bonus II

AK muda

AK tua

Gambar 7. Kondisi Demografi Indonesia, 1950 - 2030

Page 15: Kerangka Visi Indonesia 2030

14

Sumber: Data BPS dan Proyeksi YIF Secara proporsional jumlah penduduk muda Indonesia lebih besar dibandingkan dengan negara maju lainnya. Ini merupakan potensi untuk mengisi kekurangan angkatan kerja di negara maju yang sudah mengalami penuaan penduduk (aging population). Mayoritas penduduk Indonesia (sekitar 70 persen) akan tinggal di daerah perkotaan, yang salah satunya terbentuk akibat tingginya mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk Indonesia diwarnai oleh fenomena circular migration, di mana penduduk yang terkonsentrasi di daerah perkotaan akan kembali ke kota asalnya pada saat-saat tertentu. Hal ini mensyaratkan infrastruktur yang memadai seperti ketersediaan jalan yang merata di seluruh Indonesia dan akses pada berbagai infrastruktur dasar secara merata seperti perumahan, air bersih, listrik, transportasi dan komunikasi. Kesejahteraan masyarakat tidak saja direfleksikan oleh pendapatan per kapita yang tinggi dan infrastruktur yang memadai namun juga diwujudkan melalui perbaikan status pendidikan dan kesehatan. Pendidikan Perbaikan status pendidikan diwujudkan melalui pemerataan pendidikan, perluasan akses ke pendidikan tinggi dan peningkatan mutu pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia produktif menuju ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Pemerataan pendidikan mencakup aspek partisipasi sekolah, penyediaan infrastruktur dan pembiayaan pendidikan. Semua penduduk usia sekolah yang akan mencapai 73 juta pada tahun 2030 harus mendapatkan pendidikan dasar. Pemerataan pendidikan ini juga diperuntukkan bagi penduduk lanjut usia, di mana mereka akan memiliki akses luas untuk meningkatkan kualitas modal manusianya melalui program penyetaraan sampai tingkat pendidikan tinggi. Dengan demikian pada tahun 2030, tidak ada lagi penduduk baik muda maupun tua di Indonesia yang buta huruf ataupun berpendidikan rendah. Penyediaan infrastruktur tidak hanya berupa pembangunan gedung sekolah tetapi juga penyediaan sarana dan prasana belajar mengajar yang moderen dan mendukung pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Perluasan akses ke pendidikan tinggi sebagai konsekuensi dari pendidikan dasar 12 tahun yang universal pada tahun 2030, perlu didukung oleh mekanisme pembiayaan yang

Page 16: Kerangka Visi Indonesia 2030

15

memadai, seperti bantuan beasiswa bagi penduduk miskin dengan tetap memperhatikan aspek kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan menguasai teknologi mutakhir diperlukan untuk mendorong nilai tambah perekonomian yang tinggi dan mendukung proses transformasi Indonesia menuju negara maju. Pada tahap awal, pendidikan harus diarahkan kepada penguasaan dan pengembangan pengetahuan dan teknologi yang diadopsi dari negara lain. Pada saat perekonomian masuk pada masa Akselerasi, di mana perekonomian akan mengalami transisi dari dominasi sektor industri ke sektor jasa, pendidikan diarahkan kepada penciptaan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan tinggi dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Pada tahap Keberlanjutan, pendidikan diarahkan pada pengembangan pengetahuan dan teknologi yang menunjang penciptaan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pendidikan tinggi akan memiliki peran utama dalam menggunakan, mengadaptasi dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi baru. Dengan peran tersebut, perguruan tinggi di Indonesia akan mampu bersaing dengan perguruan tinggi yang berskala internasional dan masuk dalam peringkat 50 besar perguruan tinggi terbaik di dunia. Kesehatan Perbaikan status kesehatan tetap berfokus kepada ibu dan anak, dengan tidak melupakan perbaikan status kesehatan lanjut usia untuk mewujudkan kelompok lansia yang sehat dan produktif. Pada tahun 2030, seluruh penduduk Indonesia akan memiliki status kesehatan yang menciptakan kehidupan yang berkualitas secara sosial dan produktif secara ekonomi (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas tersebut dapat diakses secara merata baik dari sisi pelayanan dasar maupun pembiayaan. Pelayanan dasar mencakup penanganan masalah kesehatan dan penyakit, promosi tentang nutrisi berkualitas, sanitasi yang layak dan moderen, pencegahan dan penanggulangan wabah penyakit, penyediaan obat-obatan secara luas terutama bagi ibu, anak dan lansia. Pelayanan dasar yang merata dan berkualitas harus didukung oleh perlindungan sosial yang memadai. Dengan pemerataan pelayanan dasar yang berkualitas dan perlindungan sosial yang memadai, pada tahun 2030 fokus sektor kesehatan akan beralih dari penanganan penyakit dan masalah kesehatan ke pencegahan penyakit dan kampanye gaya hidup sehat.

Page 17: Kerangka Visi Indonesia 2030

16

Indonesia akan memiliki penduduk yang sehat, sejahtera, hidup lebih lama dan produktif. Karakteristik tersebut dicerminkan oleh penduduk lansia yang produktif dengan umur harapan hidup rata-rata mencapai lebih dari 74 tahun, angka kematian ibu dan bayi yang berkurang lebih dari separuh kematian saat ini, dan tenaga kerja yang produktif. Memanfaatkan kekayaan alam secara optimal dan berkelanjutan Kekayaan alam Indonesia memiliki tiga dimensi utama, yaitu: (a) posisi geografis yang strategis, (b) sumber daya alam sebagai faktor produksi, dan (c) budaya dan keindahan alam. Kekayaan alam ini harus dimanfaatkan secara optimal melalui sinergi sumber daya manusia dan teknologi, dengan tetap menjaga keberlanjutan pemanfaatannya. Indonesia terletak di salah satu jalur perdagangan paling padat di dunia, yaitu Selat Malaka. Kedekatan dengan raksasa ekonomi dunia baru, yaitu Cina dan India, akan mewarnai peranan Indonesia dalam globalisasi. Berada di jalur khatulistiwa, Indonesia menikmati sinar matahari sepanjang tahun dengan iklim tropis dan tanah yang subur. Satu dimensi pemanfaatan sumber daya alam sebagai faktor produksi dalam jangka panjang adalah FEW: food, energy dan water. Istilah “few” (sedikit) digunakan untuk mengingatkan Indonesia agar mengantisipasi semakin berkurangnya sumber makanan, energi dan air. Food (Pangan) Pangan memiliki peran yang penting untuk mencapai Indonesia yang maju, moderen, dan kompetitif pada tahun 2030, karena memiliki dua dimensi penting: pangan sebagai konsumsi dan pangan sebagai input produksi. Pangan harus tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif. Hal itu harus diwujudkan melalui penciptaan ketahanan pangan yang memerlukan tindakan nyata dari sisi produksi maupun konsumsi. Pada sisi konsumsi, perlu dilakukan terus upaya diversifikasi. Diversifikasi akan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya.

Page 18: Kerangka Visi Indonesia 2030

17

Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka akan semakin turun permintaan terhadap bahan pangan primer dan semakin tinggi permintaan terhadap kandungan jasa dan bahan penolong yang terdapat dalam pangan. Sektor pangan memiliki keterkaitan terhadap pengembangan industri hulu, seperti industri input dan peralatan pertanian, maupun industri hilir beserta pemasaran dan perdagangannya. Dengan kata lain, grading, standardisasi, peningkatan kualitas, pengemasan, dan pengolahan akan menjadi komponen penting dalam produksi pangan. Produksi pangan primer dan industri pengolahan makanan memberikan sumbangan yang penting terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja, maupun pengurangan kemiskinan. Kekayaan sumber daya alam hayati, baik di darat maupun di laut, dapat diolah lebih lanjut menjadi beragam produk turunan dan menjadi modal untuk upaya diversifikasi pangan. Energi Seiring dengan tersebarnya kegiatan ekonomi dan tersedianya infrastruktur yang lebih merata, pada tahun 2030, masyarakat Indonesia akan memiliki akses yang lebih luas terhadap energi. Hal ini akan menciptakan peluang inovasi serta kondisi ekonomi yang kuat dan fleksibel. Keberlanjutan penggunaan sumber daya energi memerlukan peningkatan kapasitas cadangan dan fasilitas penunjangnya, serta tersedianya keberagaman jenis energi. Saat ini, penggunaan energi masih didominasi oleh sumber energi tak terbarukan. Beberapa sumber energi yang tak terbarukan memiliki umur yang dapat diperkirakan, di antaranya adalah:

• Cadangan minyak bumi saat ini sebesar 9 miliar barel. Dengan produksi rata-rata 500 juta barel per tahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu 18 tahun.

• Cadangan gas alam saat ini sebesar 182 triliun kaki kubik. Dengan produksi rata-rata 3 triliun kaki kubik per tahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu 61 tahun.

• Cadangan serta sumberdaya terukur batubara saat ini sebesar 19,4 miliar ton. Dengan produksi rata-rata 150 juta ton per tahun, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu sekitar 130-an tahun.

Untuk mengamankan pasokan energi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan energi, Indonesia sudah harus segera mendorong pemanfaatan SDA terbarukan. Pemanfaatan SDA terbarukan untuk energi ini dapat menjadi sumber perbaikan kesejahteraan bagi sektor pertanian yang ramah lingkungan, selain berpotensi

Page 19: Kerangka Visi Indonesia 2030

18

menghemat devisa. Peran sumber daya energi terbarukan di masing-masing daerah juga penting untuk mengurangi dampak pemanasan global, misalnya gangguan pasokan energi karena transportasi antar pulau akibat cuaca ekstrim maupun karena musim kering berkepanjangan. Pemanfaatan sumberdaya alam harus diikuti oleh pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Isu lingkungan hidup global perlu dimbangi dengan dorongan untuk dikembangkan dan diterapkannya teknologi yang lebih ramah lingkungan dalam pemanfaatan dan pengolahan sumberdaya alam. Hasil dari sektor energi dan pertambangan juga merupakan bahan baku yang mendukung industri manufaktur dan sektor perekonomian lainnya. Kontinuitas pasokan, kuantitas yang cukup, serta kualitas yang prima dari sektor ini diperlukan untuk menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Kehandalan dalam sistem penyediaan energi dan hasil tambang dalam negeri menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta peningkatan daya beli dan kemakmuran masyarakat. Ketersediaan energi yang berkelanjutan berupa peningkatan jumlah cadangan energi, keberagaman jenisnya, pengembangan fasilitas pengolahan, dan efisiensi dalam pemanfaatannya membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tepat, kualitas SDM yang mendukung, dan peran serta banyak pihak. Iklim investasi yang kondusif merupakan imperatif bagi pengelolaan energi yang berkelanjutan dan bagi ketahanan energi nasional. Water (Air Bersih) Menjadi negara maju di tahun 2030 ditandai dengan kualitas hidup masyarakat yang lebih layak. Salah satunya adalah akses terhadap air bersih yang merata di seluruh lapisan masyarakat. Pada periode tahun 1990-2005, 89 persen penduduk di kota dan 57 persen penduduk di pedesaan sudah mendapatkan pelayanan air bersih. Di tahun 2030, diharapkan 100 persen penduduk perkotaan dan 90 persen penduduk pedesaan sudah dapat menikmati pelayanan air bersih (melalui jaringan pipa dan bukan sumur). Pada tahun 2025, masyarakat perkotaan terutama yang hidup di kota-kota besar akan mulai menikmati air minum langsung dari kran (tap water). Akses terhadap air bersih yang lebih luas secara tidak langsung akan menunjang terciptanya SDM yang berkualitas dan mendorong bergeraknya sektor perekonomian terutama sektor jasa.

Page 20: Kerangka Visi Indonesia 2030

19

Mewujudkan sinergi wirausaha, birokrasi dan pekerja menuju daya saing yang global Visi Bangsa Indonesia 2030 dapat diwujudkan dengan sinergi tiga kelompok besar, yaitu kelompok wirausaha, birokrasi dan pekerja. Sinergi ini mengarah kepada peningkatan daya saing global perekonomian Indonesia. Untuk mewujudkan sinergi tersebut dibutuhkan kontrak sosial baru sebagai perwujudan komitmen bersama untuk maju. Segenap komponen bangsa baik wirausaha, pekerja maupun pemerintah memiliki tanggung jawab baru dalam bentuk pola hubungan baru sebagai kontrak sosial (Gambar 8). Hubungan yang selama ini lebih bersifat atasan-bawahan (patron-client) harus berubah menjadi kemitraan (partnership) yang sinergik.

Gambar 8. Kontrak Sosial bagi Pencapaian Visi Keberhasilan implementasi kontrak sosial yang baru, dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dan tatanan hukum. Masyarakat Indonesia memiliki karakteristik sosial budaya yang beragam dan unik. Di tahun 2030, kontrak sosial yang terbentuk diharapkan lebih mengakomodasi keragaman karakter sosial budaya yang ada dan menunjukkan jati diri bangsa Indonesia sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis antara birokrasi, wiraswasta, dan pekerja untuk mendukung bergeraknya perekonomian menuju negara maju.

WirausahaWirausahaWirausaha PekerjaPekerjaPekerja

PemerintahPemerintahPemerintah

Pekerjaan

Komitmen

Jaminan Kerja

Dukungan

Prote

ksi

Inve

stas

i

WirausahaWirausahaWirausaha PekerjaPekerjaPekerja

PemerintahPemerintahPemerintah

Fleksibilitas

Peluang Kerja

Peluang

Bertumbuh

TanggungJaw

ab

Warga

Regul

asi

Kepat

uhan

Lama BaruPatron Klien Kemitraan

Page 21: Kerangka Visi Indonesia 2030

20

Kontrak sosial baru juga akan sangat dipengaruhi oleh tatanan hukum yang secara spesifik diartikan sebagai tingkat kepastian hukum. Dalam hal penegakan kontrak, Indonesia saat ini masih sangat jauh dibandingkan negara lain. Pada tahun 2030, Indonesia harus menjadi salah satu negara dengan kepastian hukum dan kepastian usaha yang paling tinggi. Untuk itu pemberantasan korupsi dan pembenahan sistem dan aparat penegak hukum perlu terus dilanjutkan.

Page 22: Kerangka Visi Indonesia 2030

21

Imperatif bagi Perwujudan Visi dan Misi

Misi di atas memiliki syarat utama dalam bentuk tiga imperatif dasar:

Ekonomi berbasis keseimbangan pasar terbuka dengan dukungan birokrasi yang efektif

♦ Pembangunan berbasis sumber daya alam, manusia, modal dan teknologi yang

berkualitas dan berkelanjutan ♦

Perekonomian yang terintegrasi dengan kawasan sekitar dan global

Ketiga imperatif tersebut diterjemahkan ke dalam strategi-strategi besar pencapaian Visi Indonesia 2030 (Gambar 9).

Gambar 9. Imperatif dan Strategi Mewujudkan Visi Indonesia 2030

Page 23: Kerangka Visi Indonesia 2030

22

Namun demikian, banyak hal yang dapat menjadi ancaman bagi terwujudnya visi tersebut. Beberapa yang dapat disebutkan antara lain: ketidakstabilan politik, konflik horisontal, serta euphoria demokrasi dan desentralisasi. Di luar hal-hal tersebut, kewaspadaan juga selalu diperlukan mengantisipasi ancaman eksternal yang dapat berupa fluktuasi keuangan global, gejolak harga komoditi, konflik regional terbatas, kejahatan transnasional, dominasi berlebihan dari perusahaan multinasional, maupun dalam bentuk lain seperti bencana alam. Visi, misi, strategi dan imperatif di atas akan dikaji lebih jauh dalam berbagai dimensi kebijakan dan dimensi sektoral. Untuk itu Yayasan Indonesia Forum akan bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menguraikan lebih lanjut visi bangsa tersebut. Pada dimensi kebijakan, akan dikaji topik-topik sebagai berikut:

• Reformasi birokrasi

• Peningkatan kepastian dan penegakan hukum

• Reformasi sistem penerimaan dan pembiayaan negara

• Reformasi sistem pertanahan dan tata ruang

• Koordinasi kebijakan moneter, fiskal, dan riil

• Good governance dalam perbaikan manajemen pengeluaran negara

• Penguatan desentralisasi dan pembangunan ekonomi daerah

• Perbaikan sistem subsidi, perlindungan sosial, perbaikan pemerataan,

dan penanggulangan kemiskinan

• Reformasi pasar tenaga kerja dan peningkatan produktivitas

• Peningkatan mutu sumber daya manusia lewat perbaikan pendidikan

dan kesehatan

• Perbaikan manajemen teknologi, penelitian, pengembangan, dan inovasi

• Perbaikan insentif untuk kewirausahaan dan akses bagi usaha menengah,

kecil, dan mikro

• Kemitraan sektor publik dan sektor swasta

• Perbaikan sistem politik, keamanan, dan hukum tata negara

• Perbaikan tatanan sosial budaya

Page 24: Kerangka Visi Indonesia 2030

23

Sedangkan untuk dimensi sektoral, akan diuraikan topik-topik sebagai berikut:

• Pertanian

• Industri manufaktur

• Energi dan pertambangan

• Perbankan, jasa keuangan, dan pasar modal

• Konstruksi dan properti

• Perdagangan besar, eceran, dan persaingan usaha

• Perdagangan internasional

• Pariwisata

• Infrastruktur dan jasa transportasi

• Teknologi informasi dan telekomunikasi

Page 25: Kerangka Visi Indonesia 2030

24

Pencapaian Visi Indonesia 2030 Keberhasilan pencapaian Visi 2030 akan sangat tergantung pada efektifitas implementasi kebijakan-kebijakan di lapangan. Ada empat elemen kunci yang saling berinteraksi dan berperan dalam implementasi kebijakan: Kepemilikan yang kolektif dan inklusif. Visi 2030 ini hanya akan dapat terwujud jika semua komponen bangsa merasa memiliki dan dengan penuh kebersamaan berupaya mewujudkannya untuk kepentingan bersama. Kelembagaan yang kuat dan efektif. Termasuk tersedianya administrasi yang rapi dan birokrat yang efektif, lembaga legislatif yang bertanggung jawab, lembaga yudisial yang independen, sektor swasta yang kreatif serta media yang mandiri dan bertanggung jawab. Semua lembaga ini hendaknya saling mendukung dan bukan saling menjatuhkan. Kepemimpinan yang baik. Para pemimpin yang diperlukan adalah yang punya visi, cakap dan jujur serta punya komitmen yang kuat terhadap bangsa bukan pada kepentingan partai maupun kepentingan pribadi. Konsensus masyarakat dan kerekatan sosial (social cohesiveness). Konsensus ini sangat diperlukan agar masyarakat mendukung kepemimpinan dan pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan untuk mencapai Visi 2030. Dukungan ini lebih penting lagi manakala dibutuhkan pengorbanan pada perjalanan menuju 2030.

Page 26: Kerangka Visi Indonesia 2030

25

Penutup

Perwujudan Visi Indonesia 2030 ini memerlukan kerja keras dan kerjasama dari seluruh komponen bangsa. Kontrak sosial yang diuraikan sebelumnya diharapkan dapat menghasilkan modal sosial (social capital) bagi pembangunan ke depan. Hal penting lainnya untuk perwujudan Visi Indonesia 2030 adalah adanya rasa kebangsaan yang kuat. Kesadaran bahwa kita adalah satu bangsa menjadi dasar penting dari modal sosial yang dibangun di atas dasar rasa percaya (trust) dan kebersamaan tersebut. Dengan tekad dan semangat yang kuat, Indonesia akan mampu mewujudkan Visi Indonesia 2030.

Yayasan Indonesia ForumYayasan Indonesia Forum Mitra KerjaMitra Kerja

TahapanMaret 2007

Public Launching

Agustus 2007Draft Awal,

Annual Forum

Desember 2007Rumusan Final TERBIT

Lembaga-lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Individu

Panitia PengarahNara Sumber

Page 27: Kerangka Visi Indonesia 2030

26

LAMPIRAN Metode Perhitungan Angka Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan PDB nominal perkapita (QN) merupakan penjumlahan antara pertumbuhan PDB riil perkapita (QR) dan perubahan tingkat harga domestik (PINA), dikurangi oleh perubahan nilai tukar (EXR) dan pertumbuhan penduduk (Pop). Karenanya dapat dituliskan (semua variabel dalam persentase perubahan):

QN = PINA + QR – EXR – Pop ......... (1)

Sementara itu, berdasarkan pendekatan kesetaraan daya beli (purchasing power parity - PPP), dalam jangka panjang persentase perubahan nilai tukar (EXR) akan sama dengan selisih antara inflasi domestik (PINA) dengan inflasi luar negeri, yang dalam hal ini digunakan inflasi Amerika Serikat (PUS). Maka dapat dituliskan (semua variabel dalam persentase perubahan):

EXR = PINA - PUS ......... (2)

Di mana EXR : % perubahan nilai tukar (Rp/US$)

PINA : % perubahan tingkat harga domestik PUS : % perubahan tingkat harga di USA QN : % perubahan PDB nominal perkapita QR : % perubahan PDB riil perkapita Pop : % perubahan populasi

Apabila PPP berlaku dalam jangka panjang, dengan melakukan substitusi (2) ke (1), maka pertumbuhan PDB nominal per kapita menjadi:

QN = QR + PUS – Pop ......... (3)

Karena itu pertumbuhan PDB nominal (pertumbuhan PDB perkapita ditambah pertumbuhan penduduk) menjadi: QN + Pop = QR + PUS ......... (4)

Dengan target PDB nominal per kapita sebesar US$18.000 dan PDB nominal per kapita pada tahun 2006 sebesar US$1.500, maka dibutuhkan pertumbuhan tahunan PDB perkapita sebesar 10,38 persen. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk 1,12 persen maka diperlukan pertumbuhan PDB nominal sebesar 11,62 persen. Dengan ekspektasi inflasi dalam US$ sebesar 3 persen (sekitar 4,5 persen pada periode Pembenahan, 3 persen pada Akselerasi, dan 2,5 persen pada Keberlanjutan), maka dibutuhkan pertumbuhan PDB riil sebesar rata-rata 8,5 persen per tahun.

Page 28: Kerangka Visi Indonesia 2030

27

Sekilas Tentang Yayasan Indonesia Forum

Yayasan Indonesia Forum didirikan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) bersama sejumlah tokoh dunia usaha pada tanggal 17 Juli 1991 di Jakarta oleh Ketua Umum PP-ISEI J.B. Sumarlin. Nama Indonesia Forum sendiri diambil dari nama sebuah simposium internasional yang dilaksanakan oleh ISEI di Jakarta. Tujuan awal pendirian Yayasan Indonesia Forum adalah untuk memberikan sumbangsih berupa ide dan pemikiran untuk pembangunan ekonomi dan sektor usaha. Pada saat yang sama, YIF mencoba menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara berbagai kelompok pelaku dunia usaha, termasuk konglomerat dan pengusaha kecil. Pada awal berdirinya, disepakati bahwa YIF harus dikelola secara profesional oleh para pengurus yang bekerja penuh. Pada awal berdirinya YIF diketuai oleh M. Sadli dan dibantu oleh 4 orang wakil ketua, yaitu Harun Al Rasjid, Julius Tahija, Ciputra and Marzuki Usman. Yayasan Indonesia Forum bersifat terbuka bagi seluruh komponen masyarakat, termasuk para pekerja, akademisi, maupun usahawan, dengan latar belakang pendidikan yang beragam serta bukan hanya berlatar belakang pendidikan ekonomi. Dengan keanekaragaman latar belakang ini diharapkan sumbangan pemikiran Yayasan Indonesia Forum dapat merepresentasikan pemikiran bangsa Indonesia. Yayasan Indonesia Forum tetap memelihara kehadirannya untuk dapat membantu pemerintah dan terus berkontribusi dan berpartisipasi dalam menunjang sukses pembangunan nasional.

Page 29: Kerangka Visi Indonesia 2030

28

Susunan Pengurus

Yayasan Indonesia Forum

Pembina

1. Burhanuddin Abdullah 2. Boediono 3. Sri Mulyani Indrawati 4. Marie Elka Pangestu 5. Fahmi Idris 6. Hatta Rajasa 7. Purnomo Yusgiantoro 8. Soegiharto 9. Kusmayanto Kadiman 10. Anwar Nasution 11. Arifin Siregar 12. J.B. Sumarlin 13. Marzuki Usman 14. Emil Salim 15. Abdulgani 16. H.M. Aksa Mahmud 17. M.S. Hidayat 18. Djunaedi Hadisumarto

Pengawas

1. Salahuddin N. Kaoy 2. Rudjito 3. Muliaman D. Hadad 4. Arwin Rasyid 5. Mas Achmad Daniri 6. Akhmad Syakhroza

Page 30: Kerangka Visi Indonesia 2030

29

Susunan Pengurus Yayasan Indonesia Forum

Pengurus Inti

Ketua Umum : Chairul Tanjung Ketua I : Theodore P. Rachmat Ketua II : Anggito Abimanyu Ketua III : Bambang P.S. Brodjonegoro Sekretaris Jenderal : Raden Pardede Wakil Sekretaris Jenderal : Wahyu Tumakaka Wakil Sekretaris Jenderal : Paulus Nurwadono Bendahara : Harry H. Diah Wakil Bendahara : Yungky Setiawan Komunikasi & Publikasi : Ishadi SK

Page 31: Kerangka Visi Indonesia 2030

30

Komite Lintas Sektor

1. A. Fuad Rahmany 2. Erry Firmansyah 3. Aslim Tadjuddin 4. Luluk Sumiarso 5. Anny Ratnawati 6. Gunadi Sindhuwinata 7. John A. Prasetio 8. James T. Riady 9. Anthony Salim 10. Michael D. Ruslim 11. Benny Soetrisno 12. Noke Kiroyan 13. Deddy Aditya Sumanagara 14. Elisa Lumbantoruan 15. Betti Alisjahbana 16. Franky Oesman Widjaja 17. Rudyan Kopot 18. Tan Kian 19. Edie Haryoto 20. Frans Sunito 21. Ipung Kurnia 22. Johanes Setijono 23. Ferry Sutikno 24. D.E. Setijoso

25. Peter B. Stok 26. Rachmat Gobel 27. Angky Camaro 28. D. Cyril Noerhadi 29. Dahlan Iskan 30. Ainun Na’im 31. Fadel Muhammad 32. I Gede Winarsa 33. Jusuf SK 34. Gunadi 35. Harry Heriawan Saleh 36. Hatanto Reksodiputro 37. Muhammad Said Didu 38. Basuki Jusuf Iskandar 39. Iskandar Abubakar 40. Hermanto Siregar 41. Rudy Sayoga Gautama 42. Muhammad Chatib Basri 43. Darwin Silalahi 44. Rusman Heriawan 45. Gita Irawan Wirjawan 46. Rizal Satar 47. Suahasil Nazara

Page 32: Kerangka Visi Indonesia 2030

Visi Indonesia 2030

Panitia Pengarah

1. Bambang P.S. Brodjonegoro 2. Raden Pardede 3. Theodore P Rachmat 4. Paulus Nurwadono 5. Anny Ratnawati 6. John A. Prasetio 7. Ainun Na’im 8. Hermanto Siregar 9. Rudy Sayoga Gautama 10. Muhammad Chatib Basri 11. Darwin Silalahi 12. Suahasil Nazara

Penyusun

1. Arianto A. Patunru 2. Kiki Verico 3. I Kadek Dian Sutrisna Artha

Editor

1. Paulus Nurwadono 2. Suahasil Nazara

Page 33: Kerangka Visi Indonesia 2030

Bidang Penelitian dan Mitra Kerja

Bidang Penelitian Mitra Kerja

Kebijakan-Kebijakan untuk Pertumbuhan:

1. Reformasi Birokrasi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM-FEUI)

2. Peningkatan Kepastian dan Penegakan Hukum Magister Hukum Bisnis UGM 3. Reformasi Sistem Penerimaan dan Pembiayaan

Negara (Pajak dan PNBP) LPEM-FEUI

4. Reformasi Sistem Pertanahan dan Tata Ruang Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3-IPB)

5. Koordinasi Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Riil Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP-UGM)

6. Good Governance dalam Manajemen Pengeluaran Negara

Lembaga Manajemen (LM-FEUI)

7. Penguatan Desentralisasi dan Pembangunan Ekonomi Daerah

LPEM-FEUI, PSEKP-UGM

8. Perbaikan Sistem Subsidi, Perlindungan Sosial, Perbaikan Pemerataan, dan Penanggulangan Kemiskinan

SMERU

9. Reformasi Pasar Tenaga Kerja dan Peningkatan Produktivitas

SMERU, Lembaga Demografi (LD-FEUI)

10. Peningkatan Mutu SDM Lewat Perbaikan Pendidikan dan Kesehatan

LD-FEUI

11. Perbaikan Manajemen Teknologi, Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi

Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI)

12. Perbaikan Insentif untuk Kewiraushaan dan Akses Bagi Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro

LM-FEUI, P2E LIPI

13. Kemitraan Sektor Publik dan Sektor Swasta LM-FEUI 14. Perbaikan Sistem Politik, Keamanan, dan

Hukum Tata Negara Lemhanas, FHUI

15. Perbaikan Tatanan Sosial Budaya

FISIP UNAIR, FISIP UI

Sektor- Sektor Ekonomi:

1. Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan)

Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (PPE-UGM), PSP3-IPB

2. Industri Manufaktur PPE-UGM 3. Energi dan Pertambangan Indonesia Institute for Energy Economics (IIEE)

4. Perbankan, Jasa Keuangan, dan Pasar Modal International Center for Applied Finance and Economics (InterCAFE)

5. Konstruksi dan Properti LM-FEUI 6. Perdagangan Besar, Eceran, dan Persaingan

Usaha LPEM-FEUI

7. Perdagangan Internasional PSEKP-UGM, LPEM-FEUI 8. Pariwisata LPEM-FEUI

9. Infrastruktur dan Jasa Transportasi Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL-UGM)

10. Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Pusat Penelitian Teknologi, Informasi dan Komunikasi (PPTIK-ITB)