Kerangka Laporan PRAKTIKUM

26
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR (Refleksi dan Refraksi Cahaya) Rabu, 27 Mei 2015 Nama Asisten : 1. Indri Rekan Kerja : 1. Leotaher 2. Reinhart A. Christofer Hairichi S. 1400510018

description

fisika

Transcript of Kerangka Laporan PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR(Refleksi dan Refraksi Cahaya)Rabu, 27 Mei 2015 Nama Asisten :1. Indri Rekan Kerja : 1. Leotaher2. Reinhart A.

Christofer Hairichi S.1400510018

LABORATORIUM FISIKA DASARPHYSICS-ENERGY ENGINEERINGSURYA UNIVERSITY2015I. Tujuan Praktikum :

Untuk mempelajari refleksi cahaya Untuk mempelajari refraksi cahaya Untuk menentukkan nilai indeks bias medium Untuk menentukkan fokus lensa konkaf dan konveks

II. Prinsip Dasar PraktikumLandasan Teori : Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna.berikut ini beberapa teori tentang pengertian cahaya:1. Teori Korpuskuler (Newton)Cahaya adalah korpuskelkorpuskel yang dipancarkan oleh sumber dan merambat lurus dengan kecepatan besar. Teori ini tidak dapat menerangkan peristiwa interferensi.2. Teori Gelombang Elektromagnetik (Maxwell)Cahaya adalah gelombang elektromagnetik berasal dari medan listrik dan medan magnet,bergerak dengan kecepatan 3108 m/s.3. Teori Undulasi (Christian Huygens)Cahaya adalah gelombang yang berasal dari sumber yang bergetar, merambat dalam medium eter. Teori ini dapat menjelaskan peristiwa difraksi, interferensi dan polarisasi tetapi tidak dapatmenerangkan perambatan cahaya lurus.Adapun sifat-sifat cahaya itu sendiri antara lain:1. Dapat merambat dalam ruang hampa (tidak perlu medium untuk merambat).2. Tidak bermuatan listrik.3. Merupakan gelombang transversal (arah getarnya tegak lurus dengan arah perambatannya).4. Arah perambatannya tidak dapat dibelokkan pada medan listrik maupun medan magnet.5. Memiliki sifat umum seperti mengalami polarisasi, pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), intervensi, dan pelenturan (difraksi).Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya karena memasuki dua medium yang kerapatannya berbeda. Contoh: Pensil dimasukan ke dalam gelas yang berisi air, maka pensil akan terlihat seperti bengkok/patah.Besarnya kecepatan cahaya bergantung pada mediumnya. Semakin renggang mediumnya, semakin cepat merambatnya tetapi semakin rapat mediumnya, semakin lambat merambatnya.Pembiasan cahaya/refraksi dapat terjadi ketika cahaya membentuk sudut yang tidak tegak lurus terhadap permukaan benda.Hukum Pembiasan Cahaya ( Hukum Snellius) Pembiasaan Cahaya pada medium yang berbeda

Gambar 2.1 Hukum SnelliusKeterangan gambar 2.1 : Sinar datang adalah sinar dari medium 1 menuju permukaan medium 2 Sinar bias adalah sinar yang menjauhi permukaan medium 2 "i" adalah sudut datang: sudut antara sinar datang dengan garis normal "r" adalah sudut bias: sudut antara sinar bias dengan garis normalSinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan berpotongan di satu titik. Sinar datang dari medium kurang rapat (renggang) ke medium lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium rapat ke medium renggang akan dibiaskan menjauhi garis normal.Pembiasan cahaya pada berbagai medium : Pembiasaan pada Lensa adalah pembiasaan cahaya dapat terjadi pada lensa. Lensa merupakan benda bening yaitu benda yang dapat meneruskan hampir semua cahaya. Lensa terdiri dari :1. Lensa Cembung (Konvergen) Sifat lensa cembung hampir sama dengan cermin cekung yaitu: mengumpulkan cahaya (konvergen) Fokusnya bernilai positif memiliki tiga sinar istimewa yaitu: Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus Sinar datang melalui titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama Sinar datang melalui titik pusat lensa akan diteruskan. Berikut adalah gambar sinar istimewa pada lensa cembung : Gambar 2.2 Sinar Istimewa Lensa Cembung2. Lensa Cekung Sifat lensa cekung hampir sama dengan cermin cembung yaitu: menyebarkan cahaya (divergen) fokusnya bernilai negatif memiliki tiga sinar istimewa yaitu: Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah dari titik fokus Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama Sinar datang melalui titik pusat lensa (O) akan diteruskan. Berikut adalah sinar istimewa pada lensa cekung : Gambar 2.3 Sinar Istimewa Lensa CekungREFLEKSI GELOMBANGGelombang dapat berinteraksi. Salah satu interaksi gelombang adalah pemantulan gelombang atau refleksi gelombang. Pemantulan gelombang biasanya terjadi ketika gelombang yang sedang berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain menabrak suatu penghalang. Contohnya gelombang pada air. Gelombang pada air laut yang terpantul ketika menabrak karang atau sisi kapal, gelombang air yang terpantul dari sisi kolam renang atau bak mandi. Dan masih banyak contoh pemantulan yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari.Dari contoh gelombang tersebut dapat dikatakan bahwa, pemantulan (Refleksi) gelombang adalah peristiwa pengembalian seluruh atau sebagian dari suatu gelombang jika gelombang tersebut bertemu dengan bidang batas antara dua medium.Ada beberapa fenomena dalam refleksi gelombang diantaranya:1. FENOMENA REFLEKSI PADA GELOMBANG AIR

Gelombang bidang datar permukaan datarGelombang yang terpantul pada permukaan yang datar dipantulkan secara teratur. Dari gambar dapat dilihat pemantulan pada bidang yang datar akan memantulkan gelombang dengan sudut datang dan sudut pantulan sama. Gelombang bidang datar oleh permukaan cekungGelombang yang terpantul akan membentuk perrmukaan bidang pantul ketika memantul pada bidang tersebut. Gelombang bidang datar oleh pemukaan cembungGelombang yang terpantul akan membentuk perrmukaan bidang pantul ketika memantul pada bidang tersebut. pada gambar, permukaan bidang pantul berbentuk cembung, sehingga pantulan gelombangnya pun berbentuk bidang cembung tersebut.2. PEMANTULAN PADA TALIPemantulan gelombang pada ujung tetap akan mengalami perubahan bentuk atau fase. Akan tetapi pemantulan gelombang pada ujung bebas tidak mengubah bentuk atau fasenya. Ketika gelombang yang merambat pada sebuah medium bertemu penghalang atau rintangan maka gelombang dapat mengalami transmisi (diteruskan) atau dapat mengalami refleksi (pemantulan) atau juga mengalami kedua-duanya. Tegangan pada kedua tali, baik tali tipis maupun tali tebal adalah sama sehingga perbandingan kecepatan perambatan gelombang pada kedua tali, hanya ditentukan oleh massa jenis masing-masing tali.Setelah pulsa menemui rintangan atau halangan yaitu titik batas antara tali tipis dan tali tebal, pulsa tersebut ada yang dipantulkan dan ada pula yang diteruskan. Dari pengamatan dapat diperoleh bahwa pulsa yang dipantulkan mengalami perubahan sudut fase , sedangkan pulsa transmisi tidak mengalami peruabahn fase. Peristiwa ini sama dengan pemantulan gelombang pada ujung tali terikat. Kecepatan perambatan pulsa pada tali tebal yaitu kecepatan pulsa transmisi lebih rendah dibandingkan kecepatan pulsa pada tali tipis, yaitu pulsa pantul.3. FENOMENA REFLEKSI PADA CAHAYA Pemantulan oleh permukaan rataKetika anda bercermin pada cermin yang permukaannya datar, maka bayangan yang terpantul adalah bayangan anda dan bayangan tersebut tepat berada didepan anda. hal itu membuktikan bahwa gelombang yang terpantul pada permukaan yang datar dipantulkan secara teratur.Berikut adalah contoh gambar untuk pemantulan gelombang pada cermin datar.Gambar 2.4 Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar

HUKUM SNELLIUS UNTUK REFLEKSIPada peristiwa pemantulan, berlaku suatu ketetapan Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terhadap bidang batas pemantul pada titik jatuh, semuanya berada dalam satu bidang. Sudut datang sama dengan sudut pantul .

Pemantulan oleh permukaan cekungDalam mempelajari gejala pemantulan cahaya pada cermin cekung anda harus mengetahui jalan sinar atau gelombang cahaya pada cermin cekung hal ini sangat diperlukan agar lebih mudah untuk memahami pembentukan serta sifat-sifat bayangan yang terjadi akibat pemantulan cahaya pada cermin cekung.Cermin cekung memiliki sifat convergen atau mengumpulkan sinar yaitu bila ada sinar datang yang sejajar sumbu utama maka sinar tersebut akan dipantulkan dengan sinar pantul menuju ke titik focus. Titik fokus pada cermin cekung besarnya setengah kali dari jari jari kelengkungan cermin, karena cermin cekung adalah sebagai busur dari bangun bola.Ada tiga sinar istimewa pada cermin cekung1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokusGambar 2.5 Pemantulan Cermin Cekung Sifat pertama2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama

Gambar 2.6 Pemantulan Cermin Cekung Sifat Kedua3. Sinar datang melalui pusat kelengkungan dipantulkan melalui titik yang samaGambar 2.7 Pemantulan Cermin Cekung Sifat Ketiga

Pemantulan oleh permukaan cembungCermin cembung memiliki sifat divergen atau menyebarkankan sinar yaitu bila ada sinar datang yang sejajar sumbu utama maka sinar tersebut akan dipantulkan seolah olah berasal dari titik fokus kebalikan dari pemantulan pada cermin cekung yang mengumpulkan sinar. Titik fokus pada cermin cembung besarnya setengah kali dari jari jari kelengkungan cermin, karena cermin cembung adalah sebagai busur dari bangun bola. Ada tiga sinar istimewa pada cermin cembung : 1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah sinar tersebut berasal dari titik fokusGambar 2.8 Pemantulan Cermin Cembung Sifat Pertama

2. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utamaGambar 2.9 Pemantulan Cermin Cembung Sifat Kedua3. Sinar datang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui titik yang samaGambar 2.10 Pemantulan Cermin Cembung Sifat Ketiga

Alat Eksperimen : Laser (singkatan dari bahasa Inggris: Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik, biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat lihat dengan mata normal, melalui proses pancaran terstimulasi. Pancaran laser biasanya tunggal, memancarkan foton dalam pancaran koheren. Power Supply : Pemberi energi untuk menyalakan laser. Kertas HVS : Kertas digunakan sebagai metode untuk pengambilan data (sinar datang, sinar yang dibiaskan, & sinar yang dipantulkan). Lensa cembung : Lensa cembung digunakan untuk mempelajari sinar yang dibiaskan dari sinar datang (sifat/karakteristik dari lensa cembung). Lensa Cekung : Lensa cekung digunakan untuk mempelajari sinar yang dipantulkan dari percobaan (sifat/karakteristik dari lensa cekung). Trapesium Akrylic : Digunakan sebagai medium dalam percobaan dan mempelajari sinar yang akan dibiaskan dari medium tersebut. Balok Akrylic Kecil & Besar berisi Air : Digunakan sebagai medium dalam percobaan dan mempelajari sinar yang akan dibiaskan dari medium tersebut. ( di dalam balok diisi air)Langkah Kerja : Mengecek alat alat yang akan digunakan di laboratorium Memasang alat - alat yang diperlukan Dalam percobaan pertama, susun secara berurutan pada jalur : laser, polarisator, dan layar. Nyalakan laser dan arahkan hingga mengenai polarisator dan layar. Kemudian putar polarisator hingga cahaya terlihat redup, putar dari 0 sampai 0. Lalu catat setiap sudut yang membuat cahaya meredup. Percobaan kedua, susun secara berurutan pada jalur : laser, polarisator pertama (sudut 0), polarisator kedua, dan layar. Nyalakan laser dan arahkan sampai mengenai seluruh komponen yang terpasang pada jalur. Kemudian putar polarisator kedua hingga cahaya tidak terlihat. Lalu catat setiap suduth yang membuat cahaya tidak terlihat. Percobaan ketiga, susun secara berurutan pada jalur : laser, polarisator pertama (sudut 0), polarisator kedua, polarisator ketiga (sudut 90), layar. Kemudian nyalakan laser dan arahkan hingga melewati setiap komponen pada jalur. Lalu putar polarisator kedua hingga cahaya berada pada kondisi optimal, catatlah setiap sudut yang membuat rambatan cahaya optimal. Percobaan keempat, susun secara berurutan pada jalur : laser, balok akrilik, layar. Kemudian tembakan laser ke balok akrilik hingga mengenai layar. Lalu balok akrilik diputar hingga cahaya yang dipantulkan padam. Setelah itu, catat sudut yang diperlukan untuk membuat cahaya padam dan hitunglah indeks bias cahaya. Percobaan kelima, susun secara berurutan pada jalur : laser, polarisator pertama (sudut 0), selembar plastik, polarisator kedua, layar. Kemudian nyalakan laser dan arahkan. Lalu putar polarisator kedua hingga cahaya tidak terlihat. Setelah itu, catat sudut yang diperlukan untuk membuat cahaya tidak terlihat dan bandingkan dengan nilai yang didapat pada percobaan kedua. Percobaan keenam, susun secara berurutan pada jalur : laser, apparatus celah tunggal, layar. Lalu nyalakan laser dan arahkan hingga melewati celah. Perhatikan apakah cahaya yang sampai pada layar terdifraksi atau tidak. Jika tidak jauhkan layar hingga cahaya tampak terdifraksi. Kemudian catat jarak cahaya sampai layar saat terjadi difraksi dan catat juga diameter yang terbentuk oleh difraksi dan ulangi percobaan dengan menambah jarak laser ke layar. Percobaan ketujuh, susun secara berurutan pada jalur : laser, apparatus celah ganda, layar. Lalu nyalakan laser dan arahkan hingga melewati kedua celah apparatus. Kemudian gerakan layar menjauh hingga cahaya yang sampai menyatu dan membentuk difraksi. Setelah itu, catat jarak cahaya ke layar sampai membentuk difraksi dan catat diamter difraksi yang terbentuk dan ulangi kembali percobaan dengan menambah jarak laser ke layar Percobaan kedelapan, susun secara berurutan pada jalur : laser, kisi difraksi, layar. Kemudian catat jarak laser ke layar serta kisi difraksi yang tertulis pada alat. Perhatikan cahaya yang terbentuk pada layar dan ukur jarak tiap cahaya yang terdifraksi. Lalu hitung nilai kisi difraksi dan bandingkan dengan kisi difraksi yang tertulis pada alat percobaan dan setelah itu, ulangi kembali percobaan dengan menambah jumlah kisi difraksi.

III. Pengamatan dan Pengolahan Data

3.1 Penentuan Indeks Bias Medium3.1.1 Penentuan Indek Bias TrapesiumPercobaan ini mencari besar indeks bias ketika cahaya yang melewati balok trapesium. Besar sudut yang dicari menggunakan rumus pitagoras segitiga. Maka untuk mencari besar indeks bias digunakan rumus :

Tabel 3.1.1.1 Data Panjang Sudutnoa1 (cm)a2 (cm)a3 (cm)nob1 (cm)b2 (cm)b3 (cm)

13,50,33,51283410,213,43,406479

21,50,61,61554920,93,43,517101

31,511,80277631,33,43,640055

41,51,452,08626541,63,43,757659

51,53,63,952,53,44,22019

b2a2a3b1b3a1Gambar 3.1.1.1.1 Sinar yang dibentuk sebagai segitiga siku-sikuTabel 3.1.1.1 Nilai Indeks Biasno.sin asin bn2nlitelaturn relatif

1 0,09 0,06 1,39 1,49 7%

2 0,37 0,26 1,45 1,49 3%

3 0,55 0,36 1,55 1,49 4%

4 0,70 0,43 1,63 1,49 10%

5 0,92 0,59 1,56 1,49 5%

Rata - rata 1,52 1,496%

Standar Deviasi 0,10

n2 = 1,614726

3.1.2 Penentuan Indek Balok Akrilik Besar (Diisi Air)Percobaan ini mencari besar indeks bias ketika cahaya yang melewati balok akrilik berukuran besar. Besar sudut yang dicari menggunakan rumus pitagoras segitiga. Maka untuk mencari besar indeks bias digunakan rumus :

noa1 (cm)a2 (cm)a3 (cm)nob1 (cm)b2 (cm)b3 (cm)

11,40,31,43178210,553,73,740655

21,40,511,4920,93,73,807887

31,40,91,66433231,63,74,031129

41,41,52,05182842,153,74,279311

51,42,73,04138152,93,74,701064

Tabel 3.1.2.1 Data Panjang Sudut

b2a2a3b1b3a1Gambar 3.1.2.1 Sinar yang dibentuk sebagai segitiga siku-sikuTabel 3.1.2.2 Nilai Indeks Biasnosin asin bn2nlitelaturn relatif

1 0,21 0,15 1,43 1,33 7%

2 0,34 0,24 1,45 1,33 9%

3 0,54 0,40 1,36 1,33 2%

4 0,73 0,50 1,46 1,33 9%

5 0,89 0,62 1,44 1,33 8%

Rata - rata 1,43 1,337%

Standar Deviasi 0,04

n2 = 1,39840582

3.1.3 Penentuan Indek Bias Balok Akrilik Kecil (Diisi Air)

Percobaan ini mencari besar indeks bias ketika cahaya yang melewati balok akrilik berukuran kecil. Besar sudut yang dicari menggunakan rumus pitagoras segitiga. Maka untuk mencari besar indeks bias digunakan rumus :

Tabel 3.1.3.1 Data Panjang Sudutnoa1 (cm)a2 (cm)a3 (cm)nob1 (cm)b2 (cm)b3 (cm)

11,40,41,45602210,84,54,570558

21,40,71,56524821,44,54,712749

31,41,151,81176732,24,55,008992

41,41,752,24109342,84,55,3

51,43,94,1436753,94,55,95483

b2a2a3b1b3a1Gambar 3.1.3.1 Sinar yang dibentuk sebagai segitiga siku-sikuTabel 3.1.3.2 Nilai Indeks Biasnosin asin bn2nlitelaturn relatif

1 0,27 0,18 1,57 1,33 18%

2 0,45 0,30 1,51 1,33 13%

3 0,63 0,44 1,45 1,33 9%

4 0,78 0,53 1,48 1,33 11%

5 0,94 0,65 1,44 1,33 8%

Rata - rata 1,49 1,33 12%

Standar Deviasi 0,05

n2 = 1,4478073.2 Pemantulan Ganda (Multiple Reflection)3.2.1 Pemantulan Ganda pada Medium TrapesiumPercobaan ini mencari besar indeks bias ketika cahaya yang melewati balok akrilik trapesium. Maka untuk mencari besar indeks bias digunakan rumus:

d = 3,3 cmTabel 3.2.1 Nilai Indeks Bias pada Tiga Polarisatorno.sin aa (cm)cos ann literaturrelatif

1 0,09 0,550,9963471,0246348961,4931%

2 0,37 1,30,9284771,7896235441,4920%

3 0,55 2,050,832051,5860884041,496%

4 0,70 2,250,7189881,6222504171,499%

5 0,92 100,3846150,9523532151,4936%

Rata - rata0,7720951,3949900951,4921%

Standar Deviasi0,2404680,379799867

3.2.2 Pemantulan Ganda pada Medium Balok Akrilik BesarPercobaan ini mencari besar indeks bias ketika cahaya yang melewati balok akrilik trapesium. Maka untuk mencari besar indeks bias digunakan rumus:

d = 5 cmTabel 3.2.2 Nilai Indeks Bias pada Tiga Polarisator

no.sin aacos ann literaturrelatif

10,2747212,20,9615241,2317137751,337%

20,44721430,8944271,4063348741,336%

30,6347393,60,7727261,5030461121,3313%

40,7808694,10,6246951,4231317511,337%

50,9411954,80,3378651,1509752441,3313%

Rata - rata0,7182471,3430403511,339%

Standar Deviasi0,2483110,146035342

3.3 Pemantulan sempurna (Total internal reflection)

Gambar 3.3.1 Pola Pemantulan Sempurna

3.4 Diverging BeamPenyinaran yang ditembakan ke lensa konkafTabel 3.4.1 no.L (m)r1 (m)n literaturr0 (m)f (m)r0 relatif

10,0340,00751,5150,0170,13097115%

20,04680,0091,5150,0170,13097115%

30,06030,011,5150,0170,13097115%

40,07220,0111,5150,0170,13097115%

50,08770,0121,5150,0170,13097115%

RATA-RATA0,13097115%

3.5 Pengukuran kelengkungan dan indeks bias lensa

Berikut ini adalah data hasil pengukuran pemantulan dari lensa konkaf. Untuk mencari besar nilai indeks bias digunakan rumus : Keterangan : n : indeks bias R : Jari jari Lensa f : fokus lensa

Tabel 3.5.1 Menentukkan Nilai Indeks Bias Berdasarkan Titik Fokus

no.absin an literaturnR(m)n relatif

1 0,90 3,60 0,22 1,49 1,31 0,04 12%

2 1,30 3,60 0,36 1,49 1,27 0,04 14%

3 1,80 3,90 0,54 1,49 1,26 0,03 15%

4 2,20 4,20 0,69 1,49 1,24 0,03 17%

5 2,60 4,60 0,76 1,49 1,26 0,03 15%

Rata-Rata 1,27 0,04 15%

3.6 Teleskop GalileanPercobaan ini mencari besar sudut ketika cahaya yang melewati dua

IV. Analisa DataPada percobaan pertama pengukuran sudut dilakukan dengan cara mengukur panjang garis-garis sinar, kemudian menggunakan rumus pitagoras untuk mencari kemiringan dari segitiga yang dibentuk. Lalu mencari nilai sin pada segitiga sehingga dapat ditentukan besar sudut yang dihasilkan. Setelah itu, percobaan ini menggunakan tiga buah medium berbahan akrilik yang berbeda bentuk, yaitu : trapesium, balok akrilik besar dan kecil yang diisikan air. Jika dilihat secara kasar nilai sin a selalu lebih besar dibandingkan sin b. Hal ini dikarenakan sudut sinar datang lebih besar dibanding sudut pembiasan sinar. Pembiasan terjadi karena perbedaan kerapatan medium. Karena medium yang digunakan lebih rapat dibandingkan udara menyebabkan sinar terbias. Hasil nilai indeks bias yang didapatkan memiliki relatif yang mendekati nilai indeks bias secara literatur(terori) maka nilai yang didapat sudah dapat dikatakan benar. Dan nilai plot antara sin a terhadap sin b menunjukkan rumus bahwa y=mx +c dimana y adalah sin b, x adalah sin a, dan m adalah satu dibagi n2 (nilai indeks bias medium). Hasil yang didapat berdasarkan grafik juga mendekati nilai indeks bias secara literatur yaitu 1,61 untuk trapesium, 1,39 untuk balok besar, dan 1,44 untuk balok kecil. Pada percobaan kedua menggunakan dua buah medium berbahan akrilik yang berbeda bentuk, yaitu : trapesium dan balok akrilik besar yang diisikan air. Dalam percobaan ini pengukuran jarak dari hasil pemantulan ganda dengan menggunakan rumus : Sistematika dari pemantulan ganda ini adalah ketika sinar masuk sebagai sinar datang yang telah melewati lapisan pertama (akrilik) dan kemudian akan dipantulkan oleh lapisan akrilik dalam bagian bawah dari medium tersebut. Jika dibandingkan dengan percobaan pertama, hasil indeks bias yang didapatkan memiliki relatif yang lebih besar dibandingkan dengan relatif indek bias pada percobaan pertama. Hal ini dikarenakan mengabaikan medium air yang ada di dalam akrilik yang seharusnya mempengaruhi pembiasan yang terjadi. Pada percobaan ketiga, pembuktian mengenai tentang pemantulan sempurna atau dapat dikatakan Total Internal Reflection. Dengan menggunakan medium segitiga sama kaki dengan sudut 450 450 900. Ketika sinar masuk ke dalam medium sinar tersebut lalu terpantul sisi pertama yang mengarahkan sinar ke sisi sebelahnya dan kemudian dipantulkan lagi keluar tanpa perubahan sudut sinar yang keluar, maka pemantulan tersebut dapat dikatakan sebagai pemantulan sempurna.Pada percobaan keempat, setelah mencari data nilai dari jarak lensa ke layar (L) dan diameter (r1), lalu nilai-nilai tersebut diplotkan menjadi sebuah grafik. Sehingga menghasilkan persamaan garis liner yaitu y = 0,1298x + 0,017. Persamaan ini dibandingkan dengan rumus : r = . Berdasarkan persamaan tersebut c bernilai sebagai konstanta dan c adalah jari-jari kelengkungan dari lensa yang digunakan, nilai m(0,1298) pada persamaan adalah r0/f , kemudian dapat diperoleh besar nilai fokus lensa dengan cara membagi r0 dengan m. Pada percobaan kelima yaitu menentukan kelengkungan dan indek bias lensa. Lensa yang digunakan tersebut memiliki indeks bias sebesar 1,49. Pada percobaan ini kita dapat menggunakan nilai focus lensa yang didapat dari percobaan keempat sebesar 0,11471. Dari data awal diketahui nilai a dan sin , maka kita dapat mencari kelengkungan lensa tersebut dengan menggunakan rumus R =. Sehingga di peroleh rata-rata kelengkungan lensa tersebut sebesar 4 cm. Setelah itu untuk memperoleh nilai n dari data tersebut dapat menggunakan rumus n = . Hasil n yang diperoleh dari percobaan tersebut sebesar 1,31 dan jika dibandingkan dengan literatur nilai tersebut memiliki kesalahan sebesar 12%.

Pada percobaan keenam yaitu teropog galileo, dapat menggunakan 2 buah lensa yaitu plan konkav dan plan konveks. Ketika lensa tersebut disusun, sinar datang pertama akan menyinari lensa cembung datar kemudian dilanjutkan dengan lensa cekung datar. Pada percobaan ketika kedua lensa tersebut maka akan menghasilkan nilai focus yang sama, namun jika kedua lensa renggang atau dikatakan memiliki jarak. Maka focus yang dihasilkan akan berbeda. Dapat dilihat pada rumus L + f1 = f2 jika memiliki jarak, dimana L sebagai jarak antara kedua lensa tersebut. Dan jika kedua lensa tidak memiliki jarak, maka f1 = f2.

V. Kesimpulan

VI. Saran

Praktikum ini sebaiknya dilakukan pada ruangan yang tidak terlalu terang agar memudahkan praktikan melihat sinar cahaya yang sedang digunakan.

VII. Referensi

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar II Surya University