KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

51
INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL) TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 1 KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL) Template dan isi dari Prastudi Kelayakan infrastruktur jalan, khususnya sektor jalan dan jembatan non- tol akan dibahas seperti di bawah ini, namun template ini tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, dan perencanaan di daerah masing-masing. Kerangka acuan Prastudi Kelayakan ini mengacu pada Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan Permen PPN No. 2 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 04 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan isi Dokumen Prastudi Kelayakan yang akan menjadi titik perhatian (highlight) perencanaan bisnis atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan dalam proses KPBU ini. Tujuan ringkasan eksekutif adalah untuk memberikan gambaran perencanaan pelaksanaan KPBU kepada pembaca. Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan yaitu: Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan eksekutif secara lengkap harus meliputi sebagai berikut : 1. Informasi Umum Menguraikan informasi umum dari rencana proyek kerjasama dalam bentuk tabel seperti di bawah ini: Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Unit Pelaksana Unit Penyiapan Perkiraan biaya proyek Perkiraan periode kerjasama Lokasi 2. Peluang 2.1. Latar Belakang Proyek Secara singkat menyampaikan latar belakang diperlukannya proyek pengembangan jalan dan jembatan non tol di wilayah perencanaan. 2.2. Gambaran Proyek Secara singkat menguraikan gambaran proyek pengembangan jalan dan jembatan non tol di wilayah perencanaan, seperti misalnya ruas jalan dan panjang ruas jalan yang akan dikerjasamakan dan sebagainya

Transcript of KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

Page 1: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 1

KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU

INFRASTRUKTUR JALAN

(JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

Template dan isi dari Prastudi Kelayakan infrastruktur jalan, khususnya sektor jalan dan jembatan non-

tol akan dibahas seperti di bawah ini, namun template ini tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan

dengan kebutuhan, kondisi, dan perencanaan di daerah masing-masing. Kerangka acuan Prastudi

Kelayakan ini mengacu pada Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan Permen PPN No. 2 tahun 2020 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 04 Tahun 2020 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan isi Dokumen Prastudi Kelayakan yang akan menjadi titik

perhatian (highlight) perencanaan bisnis atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan dalam proses

KPBU ini. Tujuan ringkasan eksekutif adalah untuk memberikan gambaran perencanaan pelaksanaan

KPBU kepada pembaca.

Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan yaitu: Siapa,

Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan eksekutif secara lengkap

harus meliputi sebagai berikut :

1. Informasi Umum

Menguraikan informasi umum dari rencana proyek kerjasama dalam bentuk tabel seperti di bawah

ini:

Penanggung Jawab Proyek Kerjasama

Unit Pelaksana

Unit Penyiapan

Perkiraan biaya proyek

Perkiraan periode kerjasama

Lokasi

2. Peluang

2.1. Latar Belakang Proyek

Secara singkat menyampaikan latar belakang diperlukannya proyek pengembangan jalan dan

jembatan non tol di wilayah perencanaan.

2.2. Gambaran Proyek

Secara singkat menguraikan gambaran proyek pengembangan jalan dan jembatan non tol di

wilayah perencanaan, seperti misalnya ruas jalan dan panjang ruas jalan yang akan

dikerjasamakan dan sebagainya

Page 2: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 2

2.3. Tujuan Proyek

Secara singkat menguraikan tujuan diadakannya proyek kerjasama ini, seperti misalnya

mengurangi kemacetan di ruas tertentu, melayani kawasan tertentu, dan/atau lainnya.

3. Peluang bagi Entitas Bisnis

Diuraikan secara singkat pada bagian mana sektor memiliki peluang bisnis untuk ikutserta dalam

pengembangan proyek yang akan dikerjasamakan.

4. Spesifikasi Teknis Proyek

Diuraikan secara singkat spesifikasi teknis proyek, seperti misalnya desain kecepatan kendaraan,

lebar jalan, kualitas perkerasan yang akan digunakan, dan sebagainya.

5. Temuan AMDAL

Diuraikan secara singkat status kajian lingkungan, seperti misalnya disampaikan perlu tidaknya

dilakukan penyusunan AMDAL atau UKL/UPL serta disampaikan dampak lingkungan utama yang

mungkin timbul dari pelaksanaan proyek kerjasama ini.

6. Rencana Aksi Penyediaan Lahan dan Pemukiman Kembali (LARAP)

Diuraikan secara singkat rencana penyediaan lahan serta pemukiman kembali (jika ada), terutama

terkait status dan kendala yang dihadapi.

7. Struktur Proyek

Diuraikan secara singkat struktur kebutuhan pembiayaan untuk pengadaan infrastruktur yang akan

dikerjasamakan, seperti misalnya biaya konstruksi, biaya operasional dan pemeliharaan serta

rencana alokasi pembiayaan darimana saja (jika ada).

8. Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah

Diuraikan secara singkat dukungan pemerintah dan jaminan pemerintah apa saja yang diharapkan

dalam proyek kerjasama yang direncanakan.

9. Jadwal Pelaksanaan Proyek

Diuraikan secara singkat jadwal pelaksanaan proyek, mulai dari rencana pengadaan bada usaha

sampai dengan pemenuhan pembiayaan (financial close).

10. Informasi Kontak

Disini perlu disampaikan juga informasi kontak yang bisa dihubungi jika ada pertanyaan terkait

proyek kerjasama yang direncanakan ini.

.

Page 3: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 3

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menguraikan latar belakang diperlukannya proyek KPBU dilihat dari kebutuhan pengembangan dan

pembangunan infrastruktur dan sarana transportasi perkotaan serta pemenuhan target-target

pembangunan di sektor transportasi, khususnya infrastruktur jalan dan jembatan, baik secara nasional

maupun regional. Beberapa poin penting untuk dapat dimasukkan dalam Latar Belakang ini meliputi:

• Kondisi umum pelayanan jalan dan jembatan di Indonesia;

• Kendala dalam pengembangan jalan dan jembatan;

• Kebijakan umum pengembangan jalan dan jembatan;

• Pembiayaan pengembangan jalan dan jembatan;

• Kendala dalam penyediaan pembiayaan ataupun pengelolaan jalan dan jembatan non tol;

• Kesimpulan kebutuhan penyediaan pembiayaan pengembangan, pembangunan dan/atau

pengelolaan jalan dan jembatan non tol dengan melibatkan pihak swasta melalui skema KPBU.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1. Maksud

Mendefinisikan maksud penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. CONTOH dari

maksud tersebut antara lain sebagai berikut:

• Mengkaji kelayakan proyek KPBU dan mendorong minat swasta untuk berinvestasi dalam

pembiayaan pembangunan dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan non tol;

• Mengembangkan struktur alternatif pembiayaan pembangunan dan/atau pengelolaan jalan

dan jembatan non tol melalui skema KPBU;

• Menyampaikan kajian kelayakan pembiayaan pembangunan dan/atau pengelolaan jalan dan

jembatan non tol melalui skema KPBU;

• Dan/atau lainnya.

1.2.2. Tujuan

Mendefinisikan tujuan penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari tujuan

tersebut antara lain sebagai berikut:

• Memberikan pemahaman kelayakan pelaksanaan pembiayaan pembangunan dan/atau

pengelolaan jalan dan jembatan non tol melalui skema KPBU.

• Meningkatkan pelayanan prasarana jalan dan jembatan kepada masyarakat.

• Terciptanya transfer teknologi maupun kemampuan manajerial dalam pembangunan

dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan non tol di wilayah proyek.

• Dan/atau lain-lain.

Page 4: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 4

1.3. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Menjelaskan sistematika pembahasan dokumen Prastudi Kelayakan, yaitu:

Ringkasan Eksekutif

Bab 1 : Pendahuluan

Bab 2 : Kajian Hukum dan Kelembagaan

Bab 3 : Kajian Teknis

Bab 4 : Kajian Ekonomi dan Komersial

Bab 5 : Kajian Lingkungan dan Sosial

Bab 6 : Kajian Bentuk KPBU

Bab 7 : Kajian Risiko

Bab 8 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

Bab 9 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding Issues)

Bab 10 : Rencana Pengadaan

Page 5: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 5

BAB 2. KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN

2.1. KAJIAN HUKUM

Kajian hukum bertujuan untuk memastikan bahwa rencana proyek KPBU sesuai dengan peraturan

perundang-undangan terkait.

2.1.1. Analisis Peraturan Perundang-undangan

a. Peraturan KPBU

Menjelaskan diperbolehkannya beserta persyaratannya melakukan KPBU untuk penyediaan

infrastruktur, prinsip-prinsip dasar KPBU yang akan diterapkan dalam dalam proyek KPBU

yang akan dilaksanakan, dan tahap-tahap penyiapan KPBU yang telah dilaksanakan.

Beberapa aturan terkait yang berlaku saat toolkit ini disusun adalah:

• Peraturan Presiden No. 38/2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dengan point-point penting:

- Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan Badan

Usaha dalam penyediaan infrastruktur yang disebut dengan skema KPBU

(Kerjasama Pemerintah Badan Usaha);

- Jenis infrastruktur yang dapat dikerjasamakan melalui skema KPBU adalah

infrastruktur jalan.

- KPBU dapat melakukan kerjasama lebih dari satu jenis infrastruktur atau

gabungan dari beberapa jenis infrastruktur.

- Penentuan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai Penanggung

Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam skema KPBU dilakukan sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku di sektor infrastruktur yang

dikerjasamakan.

- PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang meliputi penutupan

biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan Badan Usaha Pelaksana.

• Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 02 Tahun 2020 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 04 Tahun 2020 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur, dengan point-point penting:

- Jenis infrastruktur terkait yang dapat dikerjasamakan berdasarkan panduan

umum ini diantaranya mencakup infrastruktur jalan arteri, jalan kolektor,

jalan lokal dan jembatan non-tol.

- Pelaksanaan KPBU terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu: (i) Tahap Perencanaan;

(ii) Tahap Penyiapan; (iii) Tahap Transaksi dan (iv) Tahap Pelaksanaan

Perjanjian KPBU

Page 6: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 6

- Dalam tahap penyiapan KPBU, PJPK perlu memastikan ketersediaan

anggaran untuk penyusunan Prastudi Kelayakan, penyusunan kajian

lingkungan (jika diperlukan), serta pengadaan Badan Penyiapan (jika

diperlukan).

- Menteri/Kepala Lembaga dapat memberikan fasilitasi kepada PJPK berupa

konsultasi, asistensi, dan/atau pemberian fasilitator dalam penyusunan

Prastudi Kelayakan tanpa menghilangkan tanggungjawab PJPK.

• Permen PUPR No. 21 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

• Permen PUPR No. 3 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

• Permen PUPR No. 21/PRT/M/2014 tentang tata Cara Pelaksanaan KPBU dalam

Penyediaan Infrastruktur di Kementerian PUPR

• Peraturan Kepala LKPP No. 29 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengadaan Badan

Usaha Pelaksana Penyediaan Infrastruktur Melalui Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha atas Prakarsa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah

• Peraturan Menteri Keuangan No. 260 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek KPBU

• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah

• Dan sebagainya

b. Peraturan Sektor Jalan dan Jembatan non tol

Beberapa peraturan di sektor jalan dan jembatan non tol yang perlu dikaji diantaranya

adalah:

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

• Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5025

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

• Permen PUPR No. 41 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan

Dan Terowongan Jalan

• Permen PUPR No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Page 7: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 7

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2012 tentang Pedoman

Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan dilakukan secara berkala paling singkat 5

(lima) tahun

• Keputusan Menteri PU No. 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-ruas Dalam

Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor;

• Peraturan terkait penetapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama di sektor jalan dan

jembatan (jika ada).

c. Peraturan Terkait Lingkungan

Berisi kajian terhadap peraturan-peraturan yang terkait dengan aspek lingkungan dan

dilakukan penetapan tingkat kajian lingkungan yang perlu dilakukan terkait dengan besaran

proyek KPBU yang akan dilakukan, apakah AMDAL, UKL/UPL atau Izin Lingkungan.

Peraturan tersebut antara lain:

• Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

• Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2015 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

• Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan tahun 2006

• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang Kriteria Perubahan Usaha dan/atau

Kegiatan dan Tata Cara Perubahan Izin Lingkungan

• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang Pedoman Penetapan Jenis Rencana

Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

• Dan sebagainya

d. Peraturan Terkait Pembiayaan Daerah

Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pembiayaan infrastruktur,

diantaranya:

Page 8: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 8

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah, yang telah diperbaharui oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun

2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011.

• Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yang membahas mengenai

penyelenggaraan jalan dan jembatan sesuai dengan otonomi daerah.

• Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 96 Tahun 2016 tentang

Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah

Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah

e. Peraturan Terkait Pengadaan Badan Usaha

Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pengadaan terutama untuk

menentukan tapahan proses pengadaan, apakah pengadaan dilakukan secara satu tahap atau

dua tahap dengan melihat spesifikasi keluaran proyek KPBU.

Beberapa peraturan yang perlu dikaji adalah:

• Peraturan Kepala LKPP No. 19 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur.

• Peraturan Kepala LKPP No. 29 tahun 2018 Tentang Tata Cara Pengadaan Badan

Usaha Pelaksana Penyediaan Infrastruktur Melalui Kerjasama Pemerintah Dengan

Badan Usaha Atas Prakarsa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.

f. Peraturan Terkait Penanaman Modal

Berisikan kajian mengenai kesesuaian proyek KPBU dalam pembangunan dan/atau

pengelolaan jalan dan jembatan non tol, diantaranya:

• Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal. Peraturan Terkait Persaingan Usaha

• Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal

• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Penjaminan

Infrastruktur.

• Peraturan BKPM No. 5 tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan

Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Dan Tata

Cara Perizinan Dan Fasilitas Penanaman Modal

Page 9: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 9

g. Peraturan Terkait Persaingan Usaha

Berisikan kajian kesesuaian proyek KPBU sektor jalan dan jembatan dengan peraturan

persaingan usaha diantaranya yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan peraturan pelaksanaannya serta

Perpres No. 38/2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dan Permen

PPN 4/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan prinsip bersaing

h. Peraturan Terkait Ketenagakerjaan

Dalam kegiatan pembangunan dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan dapat menimbulkan

hubungan ketenagakerjaan. Dalam kajian ini berisikan kesesuaian Proyek KPBU

pembangunan dan pengelolaan jalan dan jembatan dengan diantaranya:

• Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

• UU No. 1/1970 tentang keselamatan kerja K3

• Permenaker No. 26/2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Ketenagakerjaan

• SKB 174/1986 & 104/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat

Kegiatan Konstruksi

• Permen PUPR No. 5/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3)

i. Peraturan Terkait Pengadaan Tanah

Pembangunan jalan dan jembatan non tol merupakan bagian dari jenis infrastruktur dalam

peraturan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam kajian ini

dianalisa kesesuaian proyek KPBU dengan peraturan-peraturan berikut:

• UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum;

• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Dalam Rangka

Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;

• Peraturan Presiden No. 148 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan

Presiden No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang mengatur bahwa tahapan pengadaan

tanah secara umum terdiri atas: (i) perencanaan; (ii) persiapan; (iii) pelaksanaan; dan

(iv) penyerahan hasil

• Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2018 tentang Penanganan

Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk

Pembangunan Nasional;

Page 10: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 10

• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun

2015;

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 72 Tahun 2012 Tentang Biaya Operasional

dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

• Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.02/2013 Tentang Biaya Operasional dan

Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

• Dan sebagainya

j. Peraturan Terkait Pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah

Pada bagian ini dianalisa kemungkinan pemanfaatan Barang Milik Negara/Barang Milik

Daerah atau bahkan penghapusan asset (bila ada) dalam Proyek KPBU berdasarkan:

• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah

• Peraturan Menteri Keuangan No. 78/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan Barang Milik Negara

• Peraturan Menteri Keuangan No. 164/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur.

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/Pmk.06/2016 Tentang

Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan Penghapusan Barang Milik Negara.

k. Peraturan Terkait Perpajakan

Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan perpajakan khususnya yang berkaitan langsung dengan pembangunan dan

pengelolaan jalan dan jembatan non tol oleh Badan Usaha. Pada bagian ini diharapkan dapat

teridentifikasi kemungkinan pemberian insentif perpajakan kepada Badan Usaha. Peraturan

yang berkaitan dengan hal tersebut diantaranya adalah:

• PP No.69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif

Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

• PP No. 18 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal

di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau Di Daerah-daerah tertentu.

l. Peraturan Terkait Dukungan Pemerintah

Dalam pelaksanaan skema KPBU, Pemerintah dapat memberikan dukungan pemerintah

terhadap badan usaha pelaksana dalam pelaksanaan KPBU. Berkaitan dengan pemberian

Page 11: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 11

dukungan pemerintah atas sebagian biaya konstruksi, perlu dilakukan analisa diantaranya

terhadap

• Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2012 Pemberian Dukungan

Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerjasama Pemerintah

Dengan Badan Usaha Dalam Pelaksanaan Infrastruktur;

• Peraturan Menteri Keungan No. 190 Tahun 2015 tentang Pembayaran Ketersediaan

Layanan

• Peraturan Menteri Keuangan No. 170 Tahun 2015 tentang Pemberian Dukungan

Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129 Tahun 2016 tentang Fasilitas Dalam

Rangka penyiapan Dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Dan

Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

m. Peraturan Terkait Jaminan Pemerintah

Dalam pelaksanaan skema KPBU, pemerintah dapat memberikan jaminan pemerintah

dalam bentuk penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerintah dapat diberikan oleh Menteri

Keuangan melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) selaku badan usaha

penjaminan infrastruktur. Jaminan pemerinah diberikan dengan memperhatikan prinsip

pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam APBN.

Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap Proses pemberian jaminan pemerintah oleh PT.

Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) yang diatur dalam:

• Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam

Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan

Usaha Penjaminan Infrastruktur; dan

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73 Tahun 2018 tentang Fasilitas Untuk

Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan

Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95 Tahun 2017 tentang Ruang Lingkup dan

Tata Cara Pemberian Penjaminan Pemerintah di Bidang Infrastruktur oleh Badan

Usaha Penjaminan Infrastruktur.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.

• Peraturan Menteri Keuangan No. 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka

Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Page 12: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 12

2.1.2. Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi

Menguraikan isu-isu hukum yang berpotensi memberikan pengaruh/dampak pada penyiapan,

transaksi, maupun pelaksanaan proyek KPBU, serta menjabarkan strategi mitigasi untuk

meminimalisasi kemungkinan terjadi dan besaran dampaknya. Misalnya, risiko yang diakibatkan

dari diterbitkannya peraturan baru. CONTOH secara tabulasi dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Risiko dan Strategi Mitigasi Aspek Hukum

No. Risiko Strategi Mitigasi

1 Pengadaan tanah belum selesai Koordinasi antara PJPK dengan Badan

Pertanahan atau Pemerintah Daerah

2 Alokasi Risiko antara PJPK – Badan Usaha

Pelaksana

Penyusunan alokasi risiko berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan

berlaku, market sounding, dan one-on-one

meeting

3 Proses Pelelangan Penentuan kualifikasi dan parameter

pelelangan harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dengan tetap

memastikan kesesuaiannya dengan tujuan

penyelenggaraan Proyek

4 Dan sebagainya

2.1.3. Kebutuhan Perijinan

Pada sub-bab ini akan diuraikan perijinan-perijinan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek

KPBU serta rencara strategi untuk memperoleh perijinan-perijinan tersebut, baik perijinan

sebelum proses pengadaan maupun setelah proses pengadaan. Sebagai contoh adalah perijinan

AMDAL, Izin Lingkungan, Surat Penetapan Lokasi dari Gubernur, persetujuan prinsip dukungan

dan/atau jaminan pemerintah (jika dibutuhkan), dan sebagainya yang diperlukan sebelum proses

pengadaan. Sementara Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan sebagainya diperlukan setelah

proses pengadaan dan penandatanganan kerjasama.

2.1.4. Rencana dan Jadwal Pemenuhan Persyaratan Peraturan dan Hukum

Rencana dan jadwal pemenuhan persyaratan peraturan dan hukum disesuaikan dengan rencana

dan jadwal penyiapan, transaksi, serta pelaksanaan proyek KPBU. Contoh secara tabulasi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Rencana Pemenuhan Persyaratan Hukum

No. Persyaratan Hukum Waktu Pemenuhan

1 AMDAL Tahap penyiapan proyek

2 Penyelesaian status kepemilikan tanah Tahap penyiapan proyek

3

Page 13: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 13

2.2. KAJIAN KELEMBAGAAN

2.2.1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama

Pada bagian ini dilakukan analisa mengenai siapa dan apa kewenangan dari Penanggung Jawab

Proyek Kerjasama (PJPK) dalam rencana pembangunan dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan

jalan tol yang akan dilaksanakan. Uraian ini mengacu pada hasil kajian hukum terkait KPBU serta

sektor jalan dan jembatan.

2.2.2. Struktur Organisasi KPBU

Pada sub-bab ini digambarkan skema atau struktur organisasi dari instansi-instansi yang akan

terlibat dalam KPBU beserta dengan penjelasan umumnya. Tugas, wewenang dan tanggung

jawab masing-masing instansi dijelaskan pada sub-bab berikutnya. Berikut adalah CONTOH

struktur Availability Payment untuk jalan non-tol.

2.2.3. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder

Mapping)

Dalam sub-bab ini akan diuraikan struktur kelembagaan kerjasama termasuk peran dan

tanggung jawab dari masing-masing lembaga terkait.

1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

Menguraikan tugas dan tanggung jawab PJPK serta apa yang perlu disiapkan oleh PJPK, serta

menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan. Berdasarkan Perpres No.

38/2015 tentang PJPK dan Permen PPN No. 2 tahun 2020 dapat berupa Menteri/Kepala

Lembaga/Kepada Daerah, atau Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah.

2. Tim KPBU

Berisikan penjelasan mengenai status pembentukan Tim Teknis KPBU proyek terkait

berdasarkan Surat Penetapan/Surat Keputusan dari PJPK, menguraikan tugas dan tanggung

jawab Tim KPBU, serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.

3. Panitia Pengadaan

Berisikan penjelasan mengenai status pembentukan Panitia Pengadaan Badan Usaha serta

tugas dan tanggung jawab Panitia Pengadaan. Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk

Page 14: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 14

PJPK, yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan

proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi.

4. Badan Usaha Pelaksana (Special Purpose Company - SPC)

Menguraikan tugas dan tanggung jawab SPC, serta menentukan peran dalam skema

pengambilan keputusan.

5. Pemerintah Daerah

Menguraikan tugas dan peran Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan proyek

KPBU ini. Sebagai contoh adalah Pemerintah Daerah mempunyai peran, tugas, dan

wewenang antara lain:

• mendorong pengembangan kawasan perdagangan, kawasan industri, dan pusat

kegiatan perekonomian lainnya;

• mengawasi terjaminnya kelestarian lingkungan;

• ikut menjamin keselamatan dan keamanan jalan raya;

• membina masyarakat di sekitar lokasi pembangunan dan memfasilitasi masyarakat

di wilayahnya untuk dapat berperan serta secara positif dalam menjaga

keberlanjutan kualitas jalan dan jembatan yang dibangun;

• memberikan izin mendirikan bangunan; dan

• memberikan rekomendasi dalam penetapan lokasi pengembangan jalan dan

jembatan.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Menguraikan peranan DPRD dalam tupoksinya untuk urusan legislasi, penganggaran dan

pengawasan. Peranan DPRD ini perlu dimasukkan karena proyek KPBU akan menyangkut

masalah penganggaran daerah dan juga penetapan tarif. Menentukan peran dalam skema

pengambilan keputusan.

7. Balai Pelaksanaan Jalan Nasional

Menguraikan peran dalam pengembangan, pembangunan dan pengelolaan jalan dan

jembatan, serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan. Salah satu

Peraturan yang dapat diacu adalah Peraturan Menteri PUPR No. 20 tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR

8. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

Menguraikan tugas dan tanggung jawab PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

apabila proyek KPBU yang direncanakan memerlukan Jaminan Pemerintah. Salah satu

peraturan yang dapat diacu adalah Perpes 78/2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam

Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur.

Page 15: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 15

9. Badan Lainnya

Menguraikan tugas dan tanggung jawab badan-badan atau lembaga-lembaga lain yang akan

terlibat dalam proyek KPBU yang direncanakan, seperti misalnya Ditjen Pembiayaan

Infrastruktur PUPR, Ditjen Bina Marga, dan sebagainya.

2.2.4. Perangkat Regulasi Kelembagaan

Berdasarkan analisa terhadap peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholder)

terkait dan Tim KPBU serta Panitia Pengadaan, pada bagian ini dilakukan analisa kebutuhan

regulasi untuk mendukung peran dan tanggungjawab lembaga terkait sebagaimana dimaksud

sehingga proses KPBU dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundangan.

2.2.5. Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan analisa terhadap peraturan perundang-undangan serta peran dan tanggung jawab

pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, pada bagian ini dilakukan analisa kerangka acuan

pengambilan keputusan terkait pelaksanaan Proyek KPBU. Contoh tabel kerangka acuan

pengambilan keputusan adalah seperti di bawah ini.

Jenis Keputusan Penerbit/Penanggung

Jawab

Persyaratan/Catatan

Konfirmasi kesiapan proyek Panitia Pengadaan Checklist kelengkapan dokumen telah

memenuhi

Penetapan Pemenang Lelang PJPK Penetapan berdasarkan usulan dari

Panitia Pengadaan

Surat Penunjukan BUP

Pemenang Lelang

PJPK Penerbitan dalam jangka waktu 10

(sepuluh) hari kerja setelah surat

pemenang lelang diterbitkan.

dll

Page 16: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 16

BAB 3. KAJIAN TEKNIS

3.1. KONDISI EKSISTING

Beberapa hal perlu diuraikan dalam menjelaskan kondisi eksisting pelayanan jalan jembatan. Kodisi

eksisting ini dikaji melalui melalui kajian data sekunder maupun data primer. Data primer dapat

diperoleh dari beberapa survey, diantaranya adalah survey lalu lintas dan survey kondisi koridor ruas

jalan yang akan dikerjasamakan. Hasil kajian eksisting ini dapat disampaikan dalam sub-bab berikut.

3.1.1. Kondisi jalan dan jembatan existing di wilayah perencanaan

Data data ini bisa didapatkan dengan melakukan traffic counting (TC) langsung di lapangan dengan

melakukan sampling pada seluruh lokasi ruas yang karakteristiknya berbeda (jalan arteri,

kolektor) khususnya jam sibuk hari kerja & libur ataupun berdasarkan data sekunder yang telah

ada.

Beberapa point yang perlu diuraikan :

• Volume masing masing jenis kendaraan ( sepeda motor, mobil pribadi, bus dan truk,dll)

• Prosentase kendaraan berat, sedang dan ringan

• Dsb.

3.1.2. Kondisi Kinerja Jalan dan Jembatan

Pada bagian ini dilakukan pengkajian kinerja jalan dan jembatan yang dilihat dari indicator

diantaranya:

• kinerja lalu lintas atau kapasitas masing masing dalam bentuk : V/C Rasio atau LoS (

level of service).

• Kendaraan berat untuk kinerja bebean kendaraan yang melewati jalan & jembatan

• Terkait dengan jenis perkerasan yang digunakan dan umur rancana jalan dan jembatan

3.1.3. Kondisi Fisik Prasarana Jalan dan Jembatan

Menguraikan kondisi prasarana jalan dan jembatan yang ada saat ini dengan mengkaji secara

umum kondisi fisik jalan dan jembatan seperti lebar, jenis perkerasan jalan dan jembatan

termasuk jari-jari tikungan. Kajian dilakukan terutama terkait geometrik jalan dan persimpangan

serta jenis & material jembatan (superstructure, struktur dan sub-structure).

3.2. ANALISIS TRANSPORTASI

Kajian kelayakan teknis pembangunan dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan non tol ini dilakukan

dengan mengaitkan antara variabel sistem transportasi dan tata ruang wilayah ke dalam bentuk model.

Page 17: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 17

3.2.1. Metodologi Analisis

Pada sub-bab ini diruraikan metodologi analisis yang akan dilakukan. Contoh metodologi kegiatan

analisis yang akan dilakukan adalah seperti di bawah ini. Perlu diuraikan secara singkat apa saja yang

akan dilaksanakan.

Model yang dapat digunakan dalam perencanaan jalan misalnya model perencanaan transportasi empat

tahap.

Model tersebut kemudian perlu dikalibrasi dengan menggunakan data kondisi jaringan transportasi,

sosio-ekonomi dan kependudukan, serta pola tata ruang eksisting di wilayah perencanaan sehingga

diperoleh model yang diperlukan untuk prediksi permintaan perjalanan dan kinerja sistem transportasi

di masa datang.

Pola tata ruang di masa datang dapat dikaji dengan menggunakan data rencana tata ruang wilayah yang

diperoleh dari dokumen perencanaan yang telah ada, sementara konsep perencanaan ruas jalan yang

berisi indikator kinerja jaringan, dan standar penyediaan sarana dan prasarana transportasi diperoleh

dari sejumlah peraturan terkait. Konsep dan pola penanganan ini akan menjadi referensi dalam

mengembangkan alternatif solusi yang memungkinkan.

Hasil simulasi jaringan berupa indikator lalulintas (kecepatan, waktu perjalanan, volume) serta indikator

ekonomi (biaya dan manfaat) akan digunakan untuk melakukan analisis kelayakan perencanaan ruas jalan

yang ada. Sebagai langkah terakhir, penyusunan rekomendasi akan merupakan kesimpulan dari analisis

kelayakan perencanaan teknis yang diusulkan untuk menentukan prioritas rencana pembangunan

dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan.

Page 18: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 18

3.2.2. Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Eksisting

Evaluasi kinerja ini memberikan gambaran eksisting dan memberikan titik – titik lokasi

bermasalah untuk selanjutnya diidentifiksi penyebab persoalannya. Evaluasi ini dilakukan dengan

melakukan simulasi jaringan jalan dengan membebankan Matriks Asal Tujuan ke sistem jaringan

jalan yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa uraian yang perlu disampaikan secara ringkas

diantaranya seperti:

• Penetapan daerah cakupan

• Kodifikasi jaringan jalan

• Karakteristik jaringan jalan (kapasitas, volume, fluktuasi, rasio volume/kapasitas,

kecepatan, dan kepadatan)

Untuk mengetahui kinerja jalan maka dapat dilakukan pengelompokan kinerja jalan mulai dari

yang terbaik hingga terburuk. Dalam analisis ini juga perlu disampaikan kondisi eksisting

lingkungan seperti misalnya keberadaan utilitas (Listrik, air, gas, dan sebagainya) serta potensi

tingkat kecelakaan/bahaya.

3.2.3. Analisis Kinerja Jaringan dengan Alternatif Jalan Baru

Dari hasil analisis kinerja jaringan eksisting, disampaikan beberapa alternatif solusi untuk

kemudian dilakukan simulasi jaringan jalan. Parameter kinerja yang dihasilkan (waktu tempuh,

kecepatan, VCR) dibandingkan terhadap kondisi eksisting sehingga diperoleh perencanaan ruas

jalan yang menjadi lokasi kajian yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja jaringan

transportasi di wilayah perencanaan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat

di sekitar lokasi ruas jalan kajian.

3.3. RANCANG BANGUN

Pada sub-bab ini dilakukan rancang bagun berdasarkan hasil analisis serta peramalan lalu lintas diatas.

Beberapa hal yang perlu dikaji meliputi :

3.3.1. Rencana Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik merupakan bagian dari perencanaan jalan dimana geometrik atau

dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu

lintas yang dapat menghasilkan efisiensi keamanan serta kenyamanan yang paling optimal dalam

pertimbangan ekonomi yang paling layak. Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut

aspek perencanaan jalan seperti lebar, tikungan, landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari

bagian – bagian tersebut.

3.3.2. Rencana Kapasitas, Volume dan Rasio Volume/Kapasitas

Pada sub-bab ini dilakukan perencanaan kapasitas jalan, volume dan rasio volume/kapasitas.

Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas

yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati

Page 19: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 19

potongan jalan tertentu dalam satu jam (kendaraan/jam), atau dengan mempertimbangkan

berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai

satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan “satuan

mobil penumpang per jam” atau (smp/jam).

3.3.3. Penetapan

Perlu dilakukan juga perencanaan volume lalu lintas di jalan yang akan dikerjasamakan. Volume

ini adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan

tertentu dalam satuan waktu tertentu. Volume lalu lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan

rata-rata dihitung menurut satu satuan waktu tertentu, bisa harian yang dikatakan sebagai

Volume lalu lintas harian rata-rata/LHR atau Average Daily Traffic (ADT) atau Volume lalu lintas

harian rata-rata tahunan (LHRT) atau sebagai Annual Average Daily Traffic (AADT).

Perencanaan juga dilakukan terhadap rasio volume/kapasitas yang merupakan perbandingan

antara volume yang melintas (smp/jam) dengan kapasitas pada suatu ruas jalan tertentu

(smp/jam). Besarnya volume lalu-lintas diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan, sedangkan

besarnya kapasitas diperoleh dari lingkungan ruas jalan dan survei geometrik yang meliputi

potongan melintang, persimpangan, alinyamen horizontal, dan alinyamen vertikal.

3.3.4. Rencana Kecepatan

Dalam sub-bab ini ditetapkan kecepatan rencana (VR) yang akan diterapkan di jalur jalan dan

jembatan yang akan dikerjasamakan. Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah

kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan

kendaraan – kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu

lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti. Berikut adalah standar VR

untuk masing – masing fungsi jalan yang dapat diacu.

Fungsi Kecepatan Rencana (km/jam)

Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70-120 60-80 40-70

Kolektor 60-90 50-60 30-50

Lokal 40-70 30-50 20-30

3.3.5. Rencana Kepadatan Jalan

Dalam sub-bab ini ditetapkan rencana kepadatan jalan yang akan diterapkan dimana kepadatan

didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan tertentu atau lajur, yang

biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan per kilometer atau smp per kilometer per lajur.

Kepadatan sulit untuk mengukur secara langsung, biasanya diperlukan titik ketinggian yang

cukup sehingga kendaraan dapat diamati dalam suatu ruas tertentu. Namun demikian kepadatan

dapat dihitung dari kecepatan dan volume.

Page 20: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 20

3.3.6. Penetapan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Pada sub-bab ini diuraikan mengenai berbagai fasilitas perlengkapan jalan yang akan dilengkapi

di ruas jalan dan jembatan yang akan dikerjasamakan. Pemasangan fasilitas perlengkapan jalan

adalah untuk meningkatkan keselamatan jalan dan menyediakan pergerakan yang teratur

terhadap pengguna jalan. Fasilitas perlengkapan jalan memberi informasi kepada pengguna jalan

tentang peraturan dan petunjuk yang diperlukan untuk mencapai arus lalu lintas yang selamat,

seragam dan beroperasi dengan efisien.

Fasilitas perlengkapan jalan ini diantaranya meliputi rencana marka jalan, rambu-rambu lalu

lintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, fasilitas penerangan jalan, dan sebagainya.

3.3.7. Rencana Konstruksi Jalan dan Jembatan

Dalam sub-bab ini diuraikan desain serta kriteria desain yang mencakup rencana perkerasan

jalan, Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan

(DAWASJA), dan sebagainya. Pada sub-bab ini perlu disampaikan berbagai layout desain jalan

yang akan dikerjasamakan.

Pada bagian ini juga dapat diuraikan berbagai rencana inovasi yang dapat diterapkan, seperti

misalnya penyediaan ducting untuk utilitas, pemasangan CCTV jalan, jembatan penyeberangan

orang (JPO), penerangan jalan umum (JPU), dan sebagainya.

3.4. SPESIFIKASI KELUARAN

Pada bagian ini diuraikan pembangunan jalan dan jembatan non tol yang nantinya dalam masa kerja sama

akan menghasilkan spesifikasi keluaran teknis pada tingkat kinerja tertentu dan akan menjadi standar

atau tolok ukur layanan yang akan menjadi kinerja BUP yang disepakati dalam Perjanjian KPBU.

Pada bagian ini dijelaskan indikasi kinerja layanan yang akan diberikan oleh Badan Usaha Pelaksana KPBU

dengan memperhatikan objek kerja sama (fasilitas pokok dan atau fasilitas penunjang) yang dibangun.

Penting diperhatikan ketentuan standar pelayanan minimal (SPM) pada perundangundangan yang

berlaku untuk digunakan menjadi rujukan pada jenis layanan yang sudah ada SPM yang berlaku. Pada

kasus objek kerjasama hanya sebagian dari fasilitas dan atau sarana yang dikerjasamakan maka tetap

diperlukan indikasi spesifikasi layanan yang akan diberikan oleh BUP sebagai bahan untuk disepakati

pada perjanjian kerja sama.

Perlu dipertimbangkan secara seksama perumusan standar pelayanan atas fasilitas yang dibangun,

berikut konsekuensi maupun besaran dan jenis toleransi bila BUP gagal memenuhi standar pelayanan

yang disepakati. Hal tersebut diharapkan dapat memudahkan merumuskan konsekuensi atas jenis

kegagalan yang terjadi. Hal ini akan menjadi kesepakatan dalam perjanjian KPBU antara PJPK dan BUP.

Spesifikasi Keluaran ini perlu dilengkapi dengan tata cara pengukurannya sehingga diketahui hal-hal yang

harus disiapkan dan dikerjakan untuk mengukur kesesuaian kinerja layanan dengan spesifikasi keluaran

yang disepakati dalam dalam setiap tahap penyelenggaraan KPBU. Sekurang-kurangnya perlu disiapkan:

1) SPM yang berlaku; 2) jadwal indikatif terkait kegiatan di setiap Tahapan yang dipantaui; c) kepatuhan

terhadap pengelolaan lingkungan, sosial dan keselamatan utamanya pada Tahap Konstruksi dan

Page 21: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 21

Operasional; d)pengaturan pemantauan termasuk rincian tata cara pengukuran kinerja layanan agar

hasilnya dapat disandingkan dengan Spesifikasi Keluaran sebagaimana sudah disepakati pada perjanjian

kerja sama KPBU.

Spesifikasi Keluaran merincikan standar pelayanan yang minimal perlu disediakan BUP dalam

mengoperasikan infrastruktur jalan dan jembatan non tol sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian

KPBU. Sehubungan dengan maksud pengembalian aset yang sudah dibangun pada akhir masa konsesi

(perjanjian kerjasama) perlu dirumuskan syarat-syarat yang perlu dipenuhi sebelum pengembalian aset

dilaksanakan. Untuk itu, perlu dirumuskan, secara khusus, rincian status kinerja pelayanan, dilengkapi

rincian teknis keadaan sarana dan prasarana berikut kelengkapannya yang disiapkan sebagai syarat

pengembalian aset oleh BUP kepada PJPK (pemerintah) di akhir masa konsesi (perjanjian kerja sama).

3.5. JADWAL PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Menguraikan jadwal pelaksanaan konstruksi dan pengadaan peralatan yang akan dilakukan. Jadwal

pelaksanaan ini meliputi:

1. Tahapan konstruksi;

2. Tahapan operasional komersial; dan

3. Tahapan akhir perjanjian KPBU

Page 22: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 22

BAB 4. KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL

4.1. ANALISIS PERMINTAAN (DEMAND)

Analisis permintaan ini ditujukan untuk untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif terkait

proyek pembangunan dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan non tol, terutama dari aspek ekonomi,

komersial dan jumlah kebutuhan, sehingga proyeksi jumlah dan beban kendaraan yang akan melewati

ruas jalan yang akan dikerjasamakan menjadi sangat penting. Hal ini akan menentukan asumsi beban

pengelolaan jalan serta manfaat yang akan diterima oleh para pengguna jalan dan jembatan tersebut.

Kajian ini berisi ringkasan dari Survai Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey – RDS) yang akan memuat

proporsi jumlah kendaraan yang diperkirakan akan beralih menggunakan jalur jalan dan jembatan yang

akan dikerjasamakan, dan harapan pelayanan yang diinginkan. Kajian RDS jalan dan jembatan ini juga

dapat digunakan untuk mengkonfirmasi analisa demand forecast dan akan dilampirkan dalam Lampiran

Prastudi Kelayakan.

Kajian permintaan ini dapat dilakukan melalui survai volume lalu lintas harian rata-rata (LHR). Volume

lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu ruas jalan tertentu pada periode waktu

tertentu, dimana perhitungan volume lalu lintas dilakukan secara terklasifikasi sebagai berikut:

• Kendaraan Ringan (Light Vehicle), yaitu semua kendaraan bermotor beroda empat, meliputi:

jenis sedan (mobil pribadi), angkot, bus mini, pick-up/box dan truk mini.

• Kendaraan Berat (Heavy Vehicle), yaitu semua kendaraan bermotor beroda lebih dari empat,

meliputi: bus besar, truk 2 sumbu, truk 3 sumbu, trailer dan truk gandeng.

• Sepeda Motor (Motorcycle).

• Kendaraan tidak bermotor (Unmotorized), yaitu semua kendaraan tak bermotor seperti becak,

gerobak dll (dimana pejalan kaki tidak termasuk kelompok ini).

Pada kegiatan Survei Kinerja Lalu Lintas ini dilakukan survei pencacahan volume lalu lintas pada ruas –

ruas dimana kemungkinan akan terjadi peralihan rute ke rencana jalan dan jembatan yang akan

dikerjasamakan.

4.2. ANALISIS PASAR (MARKET)

Analisis pasar yang dimaksud adalah kajian terhadap minat dunia usaha atau pihak swasta pada proyek

KPBU ini. Dalam sub-bab ini perlu dimasukkan beberapa hal di bawah ini:

• Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek KPBU yang diperoleh

dari hasil penjajakan minat (market sounding), diantaranya mencakup ketertarikan investor

potensial atas tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan, risiko utama yang menjadi

pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.

• Tanggapan dan pendapat dari lembaga keuangan nasional dan/atau internasional terhadap

bankability rencana proyek KPBU, termasuk indikasi besaran pinjaman, jangka waktu, tingkat

suku bunga, dan persyaratan perolehan pinjaman yang dapat disediakan, serta risiko utama yang

menjadi pertimbangan.

Page 23: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 23

• Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU, diantaranya

mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur perolehan

penjaminan, dan lainnya.

• Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan yang sehat

dalam pengadaan proyek KPBU.

• Identifikasi struktur pasar untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kompetisi dari

proyek-proyek KPBU sektor jalan dan jembatan non tol.

4.3. ANALISIS STRUKTUR PENDAPATAN KPBU

Berisikan uraian potensi-potensi sumber pendapatan proyek KPBU selama masa perjanjian kerjasama,

dimana untuk sektor jalan dan jembatan non tol maka sumber pendapatan adalah dari pembayaran

ketersediaan layanan (Availability Payment/AP).

Pada sub-bab ini juga dijabarkan mekanisme penyesuaian nilai availability payment serta diidentifikasi

dampak terhadap nilai AP jika terjadi:

• kenaikan biaya KPBU (cost over run);

• pembangunan KPBU selesai lebih awal;

• pemberian insentif atau pemotongan pembayaran dalam hal pemenuhan kewajiban.

4.4. ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT SOSIAL (ABMS)

Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS) atau Social Cost and Benefit Analysis (SCBA) merupakan alat bantu

untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. ABMS

membandingkan kondisi dengan ada proyek KPBU dan tanpa ada proyek KPBU. Hasil ABMS digunakan

sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi proyek KPBU serta kelayakan untuk dukungan

pemerintah. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa hasil perhitungan ABMS akan menjadi

rujukan bagi pemerintah dalam menentukan besaran dukungan pemerintah. Beberapa hal yang perlu

diuraikan dalam Prastudi Kelayakan ini meliputi:

4.4.1. Asumsi umum

• Periode evaluasi;

• Faktor konversi;

• Dan asumsi lain yang diperlukan.

4.4.2. Manfaat

Pada sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat yang didapatkan dari kegiatan proyek pembangunan

dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan. Manfaat dari pengembangan jalan dan jembatan non

Page 24: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 24

tol ini dapat beragam. Berikut adalah contoh beberapa manfaat yang mungkin terjadi dari

investasi jalan dan jembatan non tol:

Manfaat yang diperhitungkan pada ABMS adalah manfaat yang dapat dikuantifikasi, seperti

penghematan biaya transportasi, penghematan waktu, dan lainnya. Manfaat tersebut selanjutnya

dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.

4.4.3. Biaya

• Biaya penyiapan KPBU;

• Biaya modal;

• Biaya operasional;

• Biaya pemeliharaan;

• Biaya lain-lain yang timbul dari adanya proyek.

Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya kontijensi dan pajak. Biaya

dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.

4.4.4. Parameter Penilaian

Pada sub-bab ini diuraikan beberapa parameter penilaian ekonomi dari proyek KPBU yang akan

akan dilaksanakan. Parameter tersebut meliputI:

• Economic Internal Rate of Return (EIRR);

• Economic Net Present Value (ENPV);

• Economic Benefit Cost Ratio (BCR).

4.4.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan KPBU

terhadap tingkat kelayakan ekonomi proyek, misalnya:

Manfaat Langsung bagi

Pengelola Jalan dan

Jembatan

Manfaat Langsung bagi

Pengguna Jalan & Jembatan

Manfaat Tidak Langsung

bagi Pihak Terkait

Peningkatan pendapatan dari

Non-Farebox

Penghematan dalam hal biaya

transportasi

Multiplier effects

Penghematan dalam hal waktu

dan tidak macet

Mengurangi kemacetan jalan

raya

Kenyamanan Keselamatan dan keamanan

Kemudahan akses ke pusat-

pusat kegiatan

Keuntungan bagi pusat-pusat

kegiatan komersil dan

perkantoran

Page 25: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 25

• Perubahan nilai social discount rate;

• Penurunan/kenaikan komponen biaya;

• Penurunan/kenaikan komponen manfaat

4.5. ANALISIS KEUANGAN

Pada sub-bab ini diuraikan secara ringkas analisis keuangan dari proyek KPBU yang akan dijalankan.

Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam analisis keuangan ini antara lain meliputi:

4.5.1. Asumsi Analisis Keuangan

Asumsi yang digunakan dalam melakukan perhitungan analisa keuangan proyek KPBU di sector

jalan dan jembatan non tol adalah antara lain sebagai berikut :

• Tingkat inflasi per tahun

• Persentase pembiayaan sendiri terhadap pinjaman serta tingkat bunga pinjaman pertahun

• Jumlah pegawai yang akan terlibat beserta penyesuaian gaji sesuai indeks inflasi per

tahunnya

• Tarif pajak

• Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko, biaya perijinan, pemeliharaan

lingkungan dan biaya lainnya.

• Jangka waktu pengembalian pinjaman termasuk masa tenggangnya

• Periode kerja sama

4.5.2. Pendapatan

Menguraikan jenis-jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari proyek KPBU. Proyeksi

pendapatan disiapkan berdasarkan struktur pendapatan KPBU yang telah dianalisis sebelumnya.

4.5.3. Biaya Investasi (CAPEX)

Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha maupun secara total. Ringkasan

ini juga terdiri dari dua harga, yaitu harga konstan dan harga berlaku. Ringkasan biaya investasi

ini di-breakdown per tahun. Untuk biaya investasi (CAPEX) sektor jalan dan jembatan ini antara

lain meliputi :

• Biaya investasi untuk akuisisi dan pematangan tanah kawasan, reklamasi

• Biaya investasi untuk pembangunan jalan dan jembatan

• Biaya investasi untuk pembangunan jalan akses ke obyek-obyek yang ada di sepanjang

jalan yang akan dibangun, tempat parkir, dll.

• Biaya investasi untuk sarana

Page 26: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 26

• Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan

Selain itu juga ada working capital yang timbul dari pengoperasian proyek investasi ini, pihak

manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang mencakup biaya perizinan, biaya

kunjungan pihak manajemen ke lokasi proyek, biaya bantuan hukum, biaya peresmian, dan biaya

pemasaran.

4.5.4. Biaya Operational dan Pemeliharaan (OPEX)

Dalam perhitungan biaya OPEX ini, selain asumsi tersebut diatas, perlu juga asumsi tentang

biaya-biaya operasional, yang antara lain:

• Biaya tenaga kerja

• Biaya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan

• Biaya listrik dan utilitas

• Biaya penyusutan

• Biaya asuransi

• Biaya bunga hutang

• Biaya lainnya

4.5.5. Indikator Keuangan

Indikator keuangan ini akan membahas beberapa indikator penting yang akan menentukan layak

tidaknya proyek ini dijalankan oleh Badan Usaha Pelaksana. Beberapa indikator keuangan

tersebut adalah:

• IRR, NPV dan DSCR dari proyek dan modalitas.

• Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih besar dari WACC maka

Proyek KPBU dinilai LAYAK.

• Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

• Jika FIRR ekuitas dibandingkan dengan Minimum Attractive Rate of Return (MARR) masih

lebih besar maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

• Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.

4.5.6. Proyeksi Kinerja Keuangan Badan Usaha Pelaksana

Pada sub-bab ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan Usaha Pelaksana dengan

menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas diatas. Proyeksi keuangan yang perlu dimasukkan

dalam Prastudi Kelayakan:

• Proyeksi laba rugi (income statement)

Page 27: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 27

• Proyeksi neraca (balance sheet)

• Proyeksi arus kas (cash flow)

4.5.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan KPBU

terhadap tingkat kelayakan keuangan proyek, misalnya:

• Penurunan/kenaikan biaya;

• Penurunan/kenaikan permintaan.

4.6. ANALISIS VALUE FOR MONEY (NILAI MANFAAT UANG)

Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah untuk membandingkan dampak

finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan usaha) terhadap alternatif penyediaan

infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public Sector Comparator – PSC). Nilai Manfaat Uang

(VFM) merupakan selisih Net Present Value (NPV) PSC dengan NPV KPBU (PPP Bid). Jika Nilai VFM

adalah positif, maka proyek tersebut memberikan nilai manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif, maka

skema tersebut tidak dipilih.

Penilaian VFM membandingkan total biaya proyek dari komparator sektor publik (PSC) dengan itu

proyek KPBU dan perbedaan ini disebut sebagai nilai uang. Jika biaya proyek KPBU yang dinilai

cenderung menjadi lebih rendah daripada biaya PSC, maka proyek KPBU dikatakan kemungkinan dapat

memberikan nilai manfaat positif untuk uang.

Penilaian VFM memanfaatkan asumsi tentang ekonomi makro dan lokal masa depan, penilaian risiko

probabilistik, model keuangan dan analisis sensitivitas untuk melakukan perbandingan ini dan untuk

mengembangkan pemahaman tentang berbagai potensi VFM bahwa proyek dapat bermanfaat.

Total biaya proyek dibandingkan pada risiko disesuaikan dan net present value ("NPV") dasar.

Untuk sampai pada biaya risiko yang sesuai, salah satu praktik standar yang sering dilakukan adalah

dengan mengembangkan matriks risiko dan mengkuantifikasi risiko tersebut melalui workshop risiko.

Penilaian VFM disajikan dalam bab ini telah dilakukan setelah penutupan keuangan untuk proyek

tersebut. Bagian berikut memberikan rincian tentang biaya proyek dan hasil penilaian VFM ini.

Page 28: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 28

4.6.1. Perhitungan Biaya Dasar (Base Cost)

Menguraikan perbandingan biaya yang dibutuhkan antara PSC dan KPBU untuk menyediakan

infrastruktur dan pelayanan yang sama.

Untuk PSC : CAPEX dan OPEX

Untuk KPBU : CAPEX, OPEX, dan profit

4.6.2. Pembiayaan (Financing)

Menguraikan perbandingan antara total pembiayaan KPBU dengan PSC. Biasanya total

pembiayaan KPBU lebih tinggi daripada PSC karena Badan Usaha memperoleh pinjaman dengan

suku bunga yang lebih tinggi.

4.6.3. Biaya Lain-lain (Ancillary Cost)

Menjelaskan biaya lain-lain yang timbul dari pelaksanaan proyek namun tidak terkait langsung

dengan proyek, seperti biaya manajemen proyek dan biaya transaksi.

4.6.4. Risiko

Sub-bab ini menguraikan risiko-risiko yang ditanggung oleh Pemerintah. Pada PSC seluruh risiko

ditanggung oleh Pemerintah sedangkan pada KPBU sebagian risiko ditransfer kepada Badan

Usaha.

4.6.5. Competitive Neutrality

Sub-bab ini menguraikan competitive neutrality yang menghilangkan keuntungan dan kerugian

kompetitif yang dimiliki oleh publik. Beberapa biaya, seperti pajak atau asuransi tertentu, yang

terdapat pada base cost mungkin tidak dihitung pada komponen base cost dari PSC yang

menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, untuk menetralkan hal tersebut, competitive

neutrality ditambahkan ke dalam PSC.

Page 29: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 29

4.6.6. Kesimpulan

Merekapitulasi perhitungan dari setiap komponen untuk memperoleh gambaran besaran VFM

dari proyek KPBU.

Page 30: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 30

BAB 5. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah dilakukan. PJPK

bertanggungjawab dalam penyusunan dokumen Amdal bagi KPBU yang terdiri dari KA-ANDAL,,

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), RKL-RPL dan mekanisme UKL-UPL. Kajian lingkungan hidup

bagi KPBU yang wajib Amdal in merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk mengusulkan

rencana KPBU sebagai KPBU Siap Ditawarkan.

Beberapa hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:

5.1. PENGAMANAN LINGKUNGAN

Pada Dokumen Pra-studi Kelayakan kajian lingkungan hidup yang dilakukan merupakan kajian awal

lingkungan (Initial Environmental Examination – IEE). Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji dan

disampaikan pada kajian awal lingkungan:

1. Latar belakang dan gambaran kegiatan, termasuk namun tidak terbatas pada latar belakang,

tujuan dan ruang lingkup kajian awal lingkungan, serta gambaran kegiatan pada setiap tahapan

proyek ((i) perencanaan/desain, (ii) konstruksi, (iii) operasi, (iv) end-of-life);

2. Lokasi terkena dampak;

3. Kebijakan dan prosedur lingkungan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan;

4. Evaluasi potensi dampak lingkungan -- matriks dampak proyek:

• Susun daftar potensi dampak;

• Identifikasi dan pertimbangkan daftar berdasarkan kelas/tipe dampak;

• Prediksi dan karakterisasi potensi dampak (besaran, arah (menguntungkan/merugikan),

jangkauan, durasi, frekuensi, reversibilitas, kemungkinan terjadi);

5. Rekomendasi aksi penentuan dan mitigasi, termasuk pengawasan dan evaluasi.

5.2. PENGAMANAN SOSIAL DAN PENGADAAN LAHAN

Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek KPBU serta rencana mitigasinya telah

dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika dampak sosial yang ditimbulkan cukup besar maka

perlu diperjelas atau dirinci pada bagian ini.

Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk tapak proyek KPBU. Berikut

adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian ini:

1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkena dampak beserta status lahannya;

2. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari pihak-pihak yang terkena dampak;

Page 31: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 31

3. Mengidentifikasi aksi yang harus dilakukan untuk kebutuhan tapak proyek KPBU, apakah

pengajuan izin pemanfaatan, pembelian tanah, sewa, atau lainnya;

4. Mengidentifikasi nilai/harga lahan yang akan dibebaskan;

5. Menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang terkena dampak dengan

mempertimbangkan kapasitas PJPK dalam menyediakan kompensasi tersebut;

6. Menunjuk lembaga atau membentuk tim yang bertanggung jawab untuk pengadaan tanah

dan/atau pemukiman kembali;

7. Melaksanakan konsultasi publik kepada pihak-pihak yang terkena dampak;

8. Menyusun jadwal pelaksanaan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali.

Bersamaan dengan penyusunan Dokumen Pra-Studi Kelayakan, PJPK juga harus menyediakan dokumen

pendukung terkait kajian lingkungan dan sosial yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan

di bidang lingkungan hidup. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh PJPK:

1. Identifikasi persyaratan dokumen yang perlu disiapkan (wajib AMDAL atau UKL-UPL atau SPPL)

untuk memperoleh izin lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun

2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

Berikut adalah kriteria proyek KPBU yang wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup):

a. Berlokasi di dalam kawasan lindung dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung

(batas tapak bersinggungan atau dampak potensial diperkirakan mempengaruhi kawasan

lindung terdekat); dan/atau

b. Memenuhi salah satu kriteria berikut:

Jenis Kegiatan Skala/Besaran

Pembangunan dan/atau peningkatan jalan

dengan pelebaran yang membutuhkan

pengadaan lahan (di luar rumija):

a. di kota metropolitan/besar

- panjang jalan dengan luas pengadaan

lahan; atau

Panjang ≥ 5 km

Pengadaan lahan ≥20 Ha

- luas pengadaan lahan Pengadaan lahan ≥ 30 ha

b. di kota sedang

- panjang jalan dengan luas pengadaan

lahan; atau

Panjang ≥ 5 km

Pengadaan lahan ≥ 30 Ha

- luas pengadaan lahan Pengadaan lahan ≥ 40 ha

c. di pedesaan

Page 32: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 32

- panjang jalan dengan luas pengadaan

lahan; atau

Panjang ≥ 5 km

Pengadaan lahan ≥ 40 Ha

- luas pengadaan lahan Pengadaan lahan ≥ 50 ha

Alasan ilmiah khusus: berpotensi menimbulkan dampak berupa Bangkitan lalu lintas, dampak

kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.

2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau SPPL) PJPK dapat

menunjuk konsultan atau tim penyusun. Untuk Tim Penyusun AMDAL diatur oleh Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2010.

Page 33: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 33

BAB 6. KAJIAN BENTUK KPBU

Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan sampai dengan

penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam bab ini meliputi:

6.1. ALTERNATIF SKEMA KERJASAMA

Pada sub-bab ini berisikan karakteristik alternatif-alternatif skema KPBU berikut dengan keuntungan

dan kerugian/kelemahan dari masing-masing alternatif tersebut. Hasil kajian ini akan menjadi bahan

pertimbangan dalam pemilihan alternatif skema KPBU terpilih di sub-bab berikut.

6.2. PENETAPAN SKEMA KPBU

Berisikan pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan skema KPBU yang akan diterapkan. Beberapa

pertimbangan dapat meliputi pertimbangan hukum dan peraturan, kelembagaan, ketersediaan

infrastruktur yang ada, waktu untuk ketersediaan infrastruktur, kemampuan (teknis dan finansial)

pemerintah, optimalisasi investasi oleh Badan Usaha pelaksana, kemungkinan pembiayaan dari sumber

lain serta pembagian risikonya dan kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan teknis

dari sektor swasta kepada sektor publik.

6.3. SKEMA KPBU YANG DITERAPKAN

Sub-bab ini juga menguraikan skema struktur kelembagaan penjelasan alur tanggung jawab masing-

masing lembaga.

6.3.1. Lingkup Kerjasama KPBU

Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana. Dalam

menentukan lingkup kerjasama ini perlu melihat peraturan yang berlaku, termasuk tupoksi dari

lembaga-lembaga terkait.

Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan menentukan suksesnya

proyek KPBU, seperti misalnya komitmen, proses pengadaan yang efektif, alokasi dan

manajemen risiko, kejelasan spesifikasi keluaran, dan sebagainya.

Berikut adalah contoh struktur KPBU yang dapat diterapkan untuk kerjasama pembangunan

dan/atau pengelolaan jalan dan jembatan non tol:

Page 34: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 34

Contoh Struktur KPBU untuk Pembangunan dan/atau Pengelolaan Jalan dan Jembatan

6.3.2. Jangka Waktu dan Pentahapan KPBU

Penentuan jangka waktu mempertimbangkan tingkat dan jangka waktu pengembalian investasi

yang ditanamkan Badan Usaha. Untuk pengembangan dan pembangunan jalan dan jembatan non

tol perlu dilakukan pentahapan dengan memperhatikan kondisi permintaan ataupun

pertimbangan lainnya.

6.3.3. Keterlibatan Pihak Ketiga

Keterlibatan pihak ketiga perlu diidentifikasi termasuk peran, tanggung jawab, kompensasi

/pembayaran (jika ada), serta kebutuhan perjanjian. Yang dimaksud dengan pihak ketiga disini

adalah seperti misalnya konsultan perencana, kontraktor pembangunan jalan dan jembatan,

penyusun AMDAL, dan sebagainya.

6.3.4. Alur Finansial Operasional

Pada sub-bab ini diuraikan mengenai aliran keuangan yang direncanakan setelah proyek KPBU

diimplementasikan. Perlu dijabarkan aliran finansial AP yang akan diterapkan.

6.3.5. Penggunaan Aset Daerah

Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMN/BUMD apa saja yang

akan digunakan untuk kerjasama ini dan bagaimana sistem pemakaian yang akan diterapkan.

Aset ini juga termasuk dengan aset-aset institusi lain seperti misalnya aset jalan akses, aset

terminal, aset jaringan listrik dan sebagainya.

6.3.6. Status Kepemilikan Aset Dan Pengalihan Aset

Sub-bab ini menguraikan status kepemilikan aset selama jangka waktu perjanjian kerjasama dan

mekanisme pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian kerjasama.

Page 35: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 35

BAB 7. KAJIAN RISIKO

Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan suatu proyek.

Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses analisa risiko terdiri atas identifikasi

risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisa risiko adalah agar stakeholder dapat

memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui proses pengelolaan risiko yang meliputi

menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan menyerap/menerima risiko tersebut.

7.1. IDENTIFIKASI RISIKO

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin timbul di dalam proyek. Untuk

sektor jalan dan jembatan non tol, risiko-risiko yang dapat terjadi antara lain meliputi:

a. Risiko Lokasi → risiko kenaikan biaya pembebasan lahan atau bahkan lahan tidak bisa dibebaskan,

kontaminasi ke lingkungan lokasi, proses pemukiman kembali yang rumit, keresahan masyarakat,

kegagalan implementasi AMDAL, dan sebagainya.

b. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi → risiko keterlambatan penyelesaian konstruksi dan

kenaikan biaya, kesalahan desain atau desain yang tidak lengkap, ketidakjelasan spesifikasi output,

risiko uji operasi, dan sebagainya.

c. Risiko Sponsor → adanya anggota konsorsium yang tidak dapat memenuhi kewajiban

kontraktualnya, kinerja kontraktor EPC dan OPC yang buruk,

d. Risiko Finansial → risiko tidak tercapainya perolehan biaya proyek (financial close), terjadinya

fluktuasi nilai mata uang dan tingkat bunga pinjaman, perubahan tingkat inflasi yang signifikan, dan

sebagainya.

e. Risiko Operasional → risiko terjadinya perubahan biaya operasi dan pemeliharaan, operasional

sistem yang tidak optimal, kualitas layanan yang buruk atau layanan tidak tersedia, dan sebagainya.

f. Risiko Pendapatan → risiko kegagalan penetapan tarif AP, kegagalan penyesuaian tarif sesuai

rencana dalam model finansial, dan sebagainya.

g. Risiko Politik → risiko perubahan politik yang signifikan, pemutusan kerjasama akibat perubahan

regulasi, risiko mata uang asing (repatriasi, ekspropriasi, dan konversi).

h. Risiko Kahar → risiko kahar politik akibat perang dan sebagainya, risiko bencana alam.

i. Risiko Kepemilikan Aset → risiko hilang atau rusaknya aset, buruknya kondisi aset saat serah

terima, dan sebagainya.

Page 36: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 36

7.2. PRINSIP ALOKASI RISIKO

Dalam sub-bab ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip alokasi risiko, dimana dalam pelaksanaan proyek

KPBU, pendistribusian atau alokasi risiko harus dapat dilakukan secara optimal dengan cara mengalihkan

risiko kepada pihak yang memang dapat mengelola risiko-risiko tersebut secara lebih efisien dan efektif.

Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah “Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu

mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini

diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang rendah dan biaya proyek yang

lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.

Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (yang dilakukan

setelah melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu memenuhi prinsip

Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal penting demi memaksimalkan

nilai manfaat uang (value for money).

7.3. METODE PENILAIAN RISIKO

Dalam menentukan risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta pengaruhnya yang paling

signifikan terhadap kelangsungan proyek KPBU ini, disusun suatu kriteria penilaian risiko yang dilihat dari

peringkat kemungkinannya untuk terjadi dan peringkat konsekuensi risiko.

Peringkat Kemungkinan Terjadi Risiko

Peringkat Keterangan

Hampir Pasti Terjadi Ada kemungkinan kuat risiko ini akan terjadi sewaktu-waktu seperti yang telah

terjadi di proyek lainnya.

Mungkin Sekali Terjadi Risiko mungkin terjadi sewaktu-waktu karena adanya riwayat kejadian kasual

Mungkin Terjadi Tidak diharapkan, tapi ada sedikit kemungkinan terjadi sewaktu-waktu

Jarang Terjadi Sangat tidak mungkin, tetapi dapat terjadi dalam keadaan luar biasa. Bisa terjadi, tapi

mungkin tidak akan pernah terjadi

Hampir Tidak Mungkin

Terjadi

Risiko ini secara teoritis dimungkin terjadi, namun belum pernah didapati terjadi di

proyek lainnya.

Pemeringkatan Dampak Risiko

Peringkat Dampak

Keuangan Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik

Tidak

Penting

Varian <5%

terhadap

anggaran

Tidak ada/ hanya

cidera pribadi,

Pertolongan

Pertama

dibutuhkan tetapi

tidak ada

penundaan hari

< 3 bulan Sesuai tujuan, tetapi ada

dampak kecil terhadap

unsur-unsur non-inti

Pelanggaran

Kecil

Perubahan dan

dampak kecil

terhadap proyek

Page 37: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 37

Ringan Varian 5%-

10%

terhadap

anggaran

Cidera ringan,

perawatan medis

dan penundaan

beberapa hari

3 – 6 bulan Sesuai tujuan, tetapi ada

kerugian sementara dari

sisi layanan, atau kinerja

unsur-unsur non-inti

yang berada dibawah

standar

Pelanggaran

prosedur/

pedoman

internal

Perubahan

memberikan

dampak yang

signifikan terhadap

proyek

Sedang Varian 10%-

20%

terhadap

anggaran

Cidera:

Kemungkinan rawat

inap dan banyak

penundaan hari

6 – 12 bulan Kerugian sementara

unsur proyek inti, atau

standar kinerja unsur

inti yang menjadi berada

di bawah standar

Pelanggaran

kebijakan/

peraturan

pemerintah

Ketidakstabilan

situasi berdampak

pada keuangan dan

kinerja.

Besar Varian

20%_30%

terhadap

anggaran

Cacat sebagian atau

penyakit jangka

panjang atau

beberapa cidera

serius

1 – 2 tahun Ketidakmampuan untuk

memenuhi unsur inti,

dan secara signifikan

menjadikan proyek

dibatalkan

Pelanggan lisensi

atau hukum,

pengenaan

penalti

Ketidakstabilan

berdampak pada

keuangan dan

kinerja

Serius Varian 30%-

50%

terhadap

anggaran

Kematian atau

cacat permanen

>2 tahun Kegagalan total proyek Intervensi

peraturan atau

tuntutan,

pengenaan

penalti

Ketidakstabilan

menyebabkan

penghentian

layanan

Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukan dalam matriks peta risiko sebagai berikut:

Matriks Peta Risiko

Kemungkinan

Konsekuensi

Tidak Penting

Ringan Sedang Besar Serius

Hampir Pasti Menengah Menengah Tinggi Tinggi Tertinggi

Mungkin Sekali

Rendah Menengah Menengah Tinggi Tertinggi

Mungkin Rendah Menengah Menengah Tinggi Tinggi

Jarang Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi

Hampir Tidak Mungkin

Rendah Rendah Rendah Menengah Menengah

Page 38: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 38

7.4. MITIGASI RISIKO

Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik dengan mempertimbangkan

kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga dampak risiko. Mitigasi risiko ini berisi rencana-rencana

yang harus dilakukan pemerintah dalam kondisi preventif, saat risiko terjadi, ataupun paska terjadinya

risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa penghapusan risiko, meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui

asuransi atau pihak ketiga lainnya, atau menerima/menyerap risiko tersebut.

Berikut disampaikan contoh dari matriks risiko proyek KPBU di sektor jalan dan jembatan non tol.

Page 39: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 39`

Contoh Matriks Risiko Proyek KPBU Sektor Jalan dan Jembatan non tol Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

1. RISIKO LAHAN

Keterlambatan dan

kenaikan biaya

pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan Biaya

akibat proses pembebasan lahan

yang berkepanjangan

Pemerintah menyediakan lahan proyek

sebelum proses pengadaan BU melalui:

• Pemerintah perlu menetapkan lokasi

proyek dan memastikan tersedianya

semua dokumen yang diperlukan

• Pemerintah perlu memastikan

tersedianya dana pembebasan tanah;

• Pemerintah perlu memastikan adanya

tim yang melaksanakan proses

pembebasan tanah;

• Pemerintah perlu memastikan proses

pembebasan tanah dapat berjalan

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

• Kebutuhan lahan biasanya

masif dan dipengaruhi dari

trase yang direncanakan

• Lamanya pengeluaran

Penetapan Lokasi oleh

pihak berwenang

Lahan tidak dapat

dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan

proyek karena proses pembebasan

lahan yang sulit

Status hukum lahan dan prosedur yang

jelas dalam pembebasan lahan proyek • Risiko terdapat

ketidaksesuaian RTRW.

• Risiko bahwa penetapan

lokasi atau izin lokasi tidak

dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah

• Risiko tidak

dikeluarkannya Izin Pinjam

Pakai Kawasan Hutan

• Tanah milik BUMN tidak

dapat dibeli

• Keterlambatan

pengeluaran hasil appraisal

oleh BPN

Lahan tidak dapat

digunakan setelah

dibebaskan.

Kesulitan akses ke lahan

dikarenakan gangguan sosial –

[Tahap Konstruksi]

Strategi komunikasi proyek termasuk,

pemetaan isu sosial dan tokoh kunci

yang terkait

Preventif: Pemerintah dan

BU melakukan sosialisasi

proyek sejak dini.

Korektif: Pemerintah terlibat

dalam proses mediasi.

Page 40: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 40`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Proses permukiman

kembali yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya

karena rumitnya isu proses

pemukiman kembali

• Kompensasi yang wajar dan

komunikasi yang baik dengan pihak

yang terkena dampak

• Koordinasi antar pihak terkait dalam

menentukan pelaksana atau pemberi

kompensasi termasuk skema dan

bentuk kompensasi

Kebutuhan lahan proyek

jenis ini biasanya tidak luas

dan dampak sosial relatif

kecil

Kesulitan pada kondisi

lokasi yang tak terduga

Tidak teridentifikasinya utilitas dan

kesulitan proses relokasi utilitas,

sehingga terjadi keterlambatan dan

mungkin dilakukan perpindahan

rute. – [Tahap Konstruksi]

Pelaksanaan identifikasi utilitas pada saat

perencanaan dengan didukung oleh data

yang memadai.

Data utilitas tidak tersedia,

baru diketahui saat proses

penggalian berlangsung.

Kesulitan yang tidak mungkin

teridentifikasi pada tahap

perencanaan diambil oleh

Pemerintah.

Keterbatasan ruang kerja

/working space

konstruksi

Terkait penyediaan lahan untuk

ruang kerja pada masa konstruksi

– [Tahap Konstruksi]

• Metode konstruksi yang baik;

• Sosialisasi oleh pemerintah

Bila ada penolakan

masyarakat Pemerintah

dapat membantu

Kerusakan artefak dan

barang kuno pada lokasi

Rusaknya artefak dan barang kuno

yang ditemukan di lokasi saat

konstruksi proyek – [Tahap

Konstruksi]

Data historis penggunaan lahan dan

penyelidikan tanah

Risiko Status Tanah Kepemilikan sertifikat tanah ganda

ditemukan saat proyek

dilaksanakan – [Tahap Pra-

konstruksi]

• Melaksanakan validasi dan

penyelesaian status kepemilikan lahan

• Dukungan otoritas terkait (BPN,

Dinas Kependudukan) sangat penting

Kontaminasi/polusi ke

lingkungan lokasi

Kontaminasi/polusi di lingkungan

lokasi yang mengganggu

pelaksanaan proyek – [Semua

Tahap]

Kesesuaian dengan studi Amdal yang

baik

Terganggunya keragaman

hayati kawasan hutan/

kawasan konservasi

Proyek yang melalui kawasan hutan

/ kawasan konservasi berpotensi

menimbulkan gangguan terhadap

flora & fauna, terutama yang

berstatus endemik dan dilindungi –

[Semua Tahap]

• Melakukan studi keragaman hayati

untuk pemetaan dampak

• Implementasi AMDAL

PJPK bertanggung jawab

melakukan studi keragaman

hayati, BU implementasi

AMDAL

Terhalangnya akses

transportasi masyarakat

Proyek yang memotong wilayah

pemukiman dapat menimbulkan Pembuatan akses transportasi baru yang

disepakati bersama

Kondisi ini bisa berkaitan

dengan aspek budaya di

Page 41: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 41`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

dampak terganggunya akses

komunikasi dan ekonomi

masyarakat – [Tahap Konstruksi &

Operasi]

suatu daerah dimana proyek

tsb. dilaksanakan

Terganggunya

kenyamanan masyarakat

yang berada di sekitar

area proyek

Proyek dapat menyebabkan

gangguan kesehatan dan

kenyamanan, misalnya rumah

masyarakat rusak karena kegiatan

konstruksi [Tahap Konstruksi]

Melakukan studi AMDAL yang

komprehensif dan melaksanakannya

dengan baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI, DAN UJI OPERASI

Ketidakjelasan spesifikasi

output

Keterlambatan dan kenaikan biaya

akibat spesifikasi output tidak jelas

– [Tahap Pra-konstruksi

• Klarifikasi saat proses tender

• Kapasitas desain yang baik

• Dokumen lelang sebaiknya tersaji

dengan jelas dan mudah dipahami

agar dapat meningkatkan kompetisi

dan menurunkan biaya proyek

Spesifikasi output PJPK harus

mengacu ke best practice

Gagal menjaga keamanan

dan keselamatan dalam

lokasi

Tingkat kecelakaan selama

pekerjaan konstruksi berlangsung

tinggi. – [Tahap Konstruksi]

• Implementasi prosedur keamanan

dan keselamatan kerja yang baik

• EPC yang berpengalaman dan handal.

Kenaikan biaya konstruksi

Kenaikan akibat perubahan volume

pekerjaan ataupun harga material –

[Tahap Konstruksi]

• Kesepakatan prosedur persetujuan

perubahan volume dan ambang batas

perubahan

• Akomodir perhitungan faktor eskalasi

harga di dalam kontrak

• Hubungan baik dengan supplier

• Klausul penalti atas Liquidity

Damages

Kinerja

kontraktor/subkontraktor

yang buruk

Kontraktor/Sub-kontraktor tidak

mampu melakukan pekerjaan

sesuai kontrak – [Tahap

Konstruksi]

• Proses pemilihan kontraktor &

subkontraktor yang kredibel

• Penerapan penalti

Page 42: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 42`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Default kontraktor/sub-

kontraktor

Kegagalan penyelesaian kontrak

oleh kontraktor/sub-kontraktor

karena faktor manajemen internal

& finansial – [Tahap Konstruksi]

• Proses pemilihan kontraktor &

subkontraktor yang kredibel

• Penerapan penalti

Kesalahan desain

Menyebabkan ekstra/revisi desain

yang diminta operator – [Tahap

Pra-konstruksi & Konstruksi]

Konsultan desain atau EPC yang

berpengalaman dan handal.

Biasanya teridentifikasi saat

uji operasi teknis

Terlambatnya

penyelesaian konstruksi

Dapat termasuk akibat kualitas

keahlian SDM yang buruk,

terbatasnya ketersediaan material

& peralatan, terlambatnya

pengembalian akses lokasi. –

[Tahap Konstruksi]

Kontraktor yang handal dan klausul

kontrak yang standar, termasuk klausul

penalti atas Liquidity Damages

Risiko uji operasi (testing

& comissioning)

Kesalahan estimasi waktu/ biaya

dalam uji operasi teknis – [Tahap

Konstruksi]

• Sistem komunikasi & koordinasi

kontraktor, konsultan penguji, dan

operator yang tepat

• Konsultan testing & comissioning

yang berpengalaman

3. RISIKO SPONSOR

Default BU

Default BU yang mengarah ke

terminasi atau step-in oleh financier

– [Semua Tahap]

Konsorsium didukung sponsor yang

kredibel dan solid

Default sponsor proyek

Default pihak sponsor (atau

anggota konsorsium) – [Semua

Tahap setelah financial close]

Proses PQ untuk memperoleh sponsor

yang kredibel

Default lender proyek Default pihak institusi

keuangan/perbankan (atau

sindikasi) karena perubahan

kebijakan/trust terhadap BU atau

akibat isu internal lender – [Semua

Tahap setelah financial close]

• Pemilihan lender yang kredibel

• Kinerja BU memenuhi kontrak

• Pemenuhan persyaratan lender

4. RISIKO FINANSIAL

Kegagalan mencapai

financial close

Tidak tercapainya financial close

karena ketidakpastian kondisi

pasar atau struktur modal proyek

Koordinasi yang baik dengan potential

lenders

Bisa juga karena conditions

precedence tidak terpenuhi

Page 43: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 43`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

yang tidak optimal – [Tahap Pra-

Konstruksi]

Risiko pencairan VGF

Pencairan VGF bertahap berisiko

tidak dapat dilakukan tepat waktu

– [Tahap Konstruksi]

• Memastikan proses penganggaran

tepat waktu

• Menyediakan dana talangan yang

dikelola Unit BLU

Risiko pengembalian dana

talangan tanah

Pencairan dana talangan tanah oleh

Pemerintah kepada BU terlambat –

[Tahap Konstruksi]

• Kepastian ketersediaan dana BLU

Tanah dengan kepastian penambahan

dana dari APBN jika sudah mencapai

treshold tertentu.

Risiko nilai tukar mata

uang

Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

mata uang

• Pembiayaan dalam Rupiah;

• Indeks harga pembelian

memperhitungkan fluktuasi mata

uang;

• Instrumen lindung nilai, diantaranya

kontrak berjangka dan opsi mata

uang

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi dan

suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat

inflasi terhadap asumsi dalam life-

cycle cost dan suku bunga –

[Semua Tahap]

Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai

tingkat suku bunga

Bisa dibagi dengan

Pemerintah apabila

fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi

Cakupan asuransi untuk risiko

tertentu tidak lagi tersedia di

pasaran dan kenaikan substansial

tingkat premi terhadap estimasi

awal – [Semua Tahap]

Konsultansi dengan spesialis/broker

asuransi

Khususnya untuk cakupan

risiko terkait keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI

Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

– [Tahap Konstruksi]

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak

tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa

beroperasi – [Tahap Operasi]

• Operator yang handal;

• Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb

Kebijakan SDM dan hubungan industrial

yang baik

Bisa oleh staf operator,

subkontraktor atau

penyuplai

Aksi demo skala nasional

yang berujung kepada

Page 44: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 44`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

pemogokan kerja nasional

dapat dipertimbangkan ke

dalam kategori force majeur

Risiko sosial dan budaya

lokal

Risiko yang timbul karena tidak

diperhitungkannya budaya atau

kondisi sosial masyarakat setempat

dalam implementasi proyek –

[Semua Tahap]

• Menerapkan program pengembangan

masyarakat yang people-oriented;

• Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen

proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan

Badan Usaha dalam mengelola

operasional Proyek Kerjasama –

[Tahap Operasi]

Menyusun rencana manajemen operasi

dan dijalankan oleh secara professional

Kegagalan kontrol dan

monitoring proyek

Terjadinya penyimpangan yang

tidak terdeteksi akibat kegagalan

kontrol dan monitoring oleh

Badan Usaha atau PJPK – [Semua

Tahap]

Menyusun rencana kontrol dan

monitoring serta evaluasi berkala

terhadap efektivitas rancangandan

pelaksanaan

Kenaikan biaya O&M

Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga

– [Tahap Operasi]

Operator yang handal;

Faktor eskalasi dalam kontrak

Perawatan lebih sering dari

yang diduga

Kesalahan estimasi biaya

life cycle

Kesalahan estimasi biaya

diakibatkan tidak mendapatkan

harga yang fix dan terkini dari

supplier – [Tahap Operasi]

Kesepakatan/kontrak dengan supplier

seawal mungkin

Tidak teraturnya

ketersediaan utilitas

Ketersediaan utilitas, seperti

listrik, internet, tidak dapat

teratur/ dihandalkan. – [Tahap

Operasi]

Tindakan antisipasi: fasilitas back up

listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus

diantisipasi sedini mungkin

Ketidakhandalan

teknologi dan sistem

informasi pelayanan jalan

tol

Teknologi yang digunakan [seperti

E-Toll Gate] tidak dapat

dihandalkan, sehingga menggangu

Operasi – [Tahap Operasi]

Memilih teknologi yang handal dan

vendor yang tepat

Kecelakaan lalu lintas atau

isu keselamatan

Tingginya kecelakaan lalu lintas -

[Tahap Operasi]

Asuransi kewajiban pihak ketiga

6. RISIKO PENDAPATAN

Page 45: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 45`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kegagalan pembayaran

AP secara tepat waktu.

Pemerintah tidak dapat melakukan

pembayaran secara tepat waktu –

[Tahap Operasi]

Mekanisme escrow account

Kegagalan mengajukan

penyesuaian AP

Akibat BU tidak mampu memenuhi

standar minimal yang disepakati

• Kinerja operasi yang baik;

• Regulasi yang mendukung

Keterlambatan

penyesuaian AP periodik

Pada indeksasi AP terhadap tingkat

inflasi yang sudah disepakati –

[Tahap Operasi]

• Kinerja operasi yang baik;

• Regulasi yang mengatur tingkat dan

periode penyesuaian AP

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

Tingkat penyesuaian AP

lebih rendah dari

proyeksi

Khususnya setelah indeksasi AP

dan rebasing AP – [Tahap Operasi]

• Kinerja operasi yang baik;

• Regulasi yang mengatur tingkat dan

periode penyesuaian AP

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN

Risiko konektivitas

jaringan jalan dan

transportasi

Ingkar janji otoritas membangun

dan memelihara jaringan yang

diperlukan – [Tahap Operasi]

• Pemahaman kontrak yang baik oleh

sektor publik

• Sinkronisasi konstruksi

Risiko pengelolaan

jaringan jalan non-tol

Keterbatasan pemerintah dalam

mengatur lalu lintas di jalan non-tol

yang mempengaruhi kinerja

layanan jalan tol – [Tahap Operasi]

Pengaturan lalu lintas dengan

mempertimbangkan pola pergerakan

kendaraan melalui tol dan non-tol

Risiko fasilitas

pesaing/kompetitor

Ingkar janji otoritas untuk tidak

membangun rute moda pesaing -

[Tahap Operasi]

Pemahaman kontrak yang baik oleh

sektor publik

Regulasi yang mendukung

dapat berbentuk Perda

8. RISIKO INTERFACE

Risiko ketimpangan waktu

dan kualitas pekerjaan

Ketimpangan waktu dan kualitas

pekerjaan dukungan pemerintah

dan yang dikerjakan BU. – [Tahap

Konstruksi]

• Koordinasi dan integrasi jadwal

pelaksanaan proyek

• Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang

kualitas pekerjaannya lebih rendah

Risiko perbedaan

standar/metode layanan

Rework yang substantial terkait

perbedaan standar / metode

layanan yang digunakan – [Tahap

Konstruksi]

Kesepakatan standar/ metode yang akan

diterapkan para pihak sedini mungkin

Risiko relasi Miskomunikasi di dalam internal

dan eksternal organisasi, termasuk Sistem komunikasi dan koordinasi

dirancang, disepakati, dan

Page 46: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 46`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

mengakibatkan keterlambatan/

kesalahan proses karena kurang

pengalaman di proyek

KPBU/Project Financing - [Semua

Tahap]

disosialisasikan dengan baik ke semua

pihak terkait.

9. RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak

dapat dikonversi

Mata uang asing tidak tersedianya

dan/atau tidak bisa dikonversi dari

Rupiah

• Pembiayaan domestik

• Akun pembiayaan luar negeri

• Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak

dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa

ditransfer ke negara asal investor • Pembiayaan domestik

• Akun pembiayaan luar negeri

• Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Bisa juga akibat default PJPK

• Mediasi

• Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang umum

Perubahan regulasi (dan

pajak) yang diskriminatif

dan spesifik

Provisi kontrak yang jelas termasuk

kompensasinya

Keterlambatan perolehan

persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan

sepihak /tidak wajar dari otoritas

terkait

Provisi kontrak yang jelas termasuk

kompensasinya

Gagal/terlambatnya

perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan

sepihak /tidak wajar dari otoritas

terkait

Provisi kontrak yang jelas termasuk

kompensasinya

Biasanya terkait isu selain

Perencanaan

10. RISIKO KAHAR

Bencana alam Terjadinya bencana alam sehingga

tidak dapat beroperasi secara

normal - [Semua Tahap]

Asuransi, bila dimungkinkan Yang dimaksud dengan

ditanggung bersama adalah

bahwa risiko keadaan kahar

ditanggung swasta sepanjang

terdapat asuransi yang

menutup peristiwa-peristiwa

tersebut. Atas porsi yang

Kahar politis Peristiwa perang, kerusuhan,

gangguan keamanan masyarakat

Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim Asuransi, bila dimungkinkan

Page 47: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 47`

Kategori Risiko dan

Persitiwa Risiko Deskripsi PJPK BU Bersama

Strategi Mitigasi Sesuai Best

Practice

Kondisi Spesifik terkait

Alokasi Risiko

Kahar berkepanjangan Jika di atas 6-12 bulan,dapat

mengganggu aspek ekonomis pihak

yang terkena dampak

Setiap pihak dapat mengakhiri kontrak

KPBU dan memicu prosedur terminasi

proyek

tidak ditanggung asuransi,

maka diambil alih oleh

Pemerintah.

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb - [Tahap

Operasi]

Asuransi

Transfer aset setelah

kontrak KPBU berakhir

Proses transfer aset terkendala

karena ada perbedaan mekanisme

pengalihan atau penilaian. [Tahap

Operasi]

• Pembuatan kontrak yang mengatur

perihal transfer aset dengan jelas.

• Penilaian dilakukan oleh penilai

independen yang disepakati bersama

Pengalihan bisnis dan

pengelolaan aset jalan

jembatan eksisting

Ketidakpastian kondisi bisnis

setelah transfer dari operator

sebelumnya dan tidak

terantisipasinya kondisi jalan tol

eksisting

Studi kelayakan bisnis yang baik dan

lengkap (dalam PFS)

Sumber: Acuan Alokasi Risiko KPBU di Indonesia; PT PII, 2019

Page 48: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 48

BAB 8. KAJIAN KEBUTUHAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN/ATAU

JAMINAN PEMERINTAH

Bab ini menguraikan kebutuhan Dukungan Pemerintah serta cakupan kebutuhan Jaminan Pemerintah

berdasarkan hasil kajian ekonomi dan komersial serta kajian risiko, proses dan strategi untuk mendapatkan

Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, serta kajian kesiapan proyek untuk mendapatkan

Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.

8.1. KAJIAN KEMAMPUAN PJPK

Dalam sub-bab ini dikaji kemampuan PJPK dalam membiayai porsi pembiayaan yang menjadi tanggung

jawabnya dan juga kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan subsidi dan/atau availability payment.

Hal ini bisa dikaji dari kapasitas fiskal pemerintah daerah dan laporan keuangan daerah selama 5 hingga 10

tahun ke belakang.

Selain kemampuan finansial, hal yang perlu dikaji juga adalah kemampuan sumber daya manusia untuk dapat

menyelenggarakan proyek KPBU dan juga menjalankan fasilitas yang akan di-KPBU-kan.

8.2. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah

Pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF (Viability Gap Fund) diatur melalui Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 dimana disebutkan bahwa Dukungan Kelayakan adalah Dukungan

Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial yang diberikan terhadap Proyek Kerja

Sama. Proyek yang dapat diberikan dukungan kelayakan memiliki total biaya investasi paling kurang senilai

Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).

VGF diberikan dalam bentuk tunai sebagai bagian dari biaya konstruksi dengan porsi yang tidak

mendominasi keseluruhan biaya konstruksi (maksimal 49%).

Dalam sub-bab ini diuraikan pemenuhan kriteria untuk mendapatkan VGF. Beberapa hal yang perlu dijawab

dalam sub-bab ini diantaranya adalah:

1. Apakah proyek secara ekonomi layak namun secara finansial belum layak?

2. Apakah proyek didasarkan pada “prinsip pengguna membayar”

3. Apakah pemilihan investor swasta dilakukan melalui proses tender yang terbuka dan kompetitif

dibawah skema KPBU?

4. Apakah draft perjanjian kerjasama telah memuat skema peralihan aset dan/ atau manajemen aset

dari investor ke PJPK pada akhir masa konsesi?

5. Apakah dalam studi kelayakan telah menunjukkan:

Page 49: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 49

• Alokasi risiko yang optimal antara investor dan PJPK

• Menyimpulkan bahwa proyek layak secara ekonomis dan akan layak secara finansial apabila

diberikan VGF

6. Apakah sektor yang akan di-KPBU-kan termasuk dalam infrastruktur yang disebutkan dalam

Perpres No. 38 tahun 2015 dan Permen PPN No. 2 Tahun 2020?

Fasilitas dapat disediakan untuk proyek KPBU prioritas ataupun proyek KPBU lainnya yang memenuhi

kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri diatas. Jenis fasilitas yang disediakan meliputi:

1. Fasilitas Penyiapan Proyek, yang meliputi:

• penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan;

• penyiapan kajian dan/ atau dokumen pendukung untuk Kajian Akhir Prastudi Kelayakan

2. Fasilitas Pendampingan Transaksi, yang meliputi:

• pelaksanaan pengadaan Badan Usaha;

• pelaksanaan penandatanganan Perjanjian KPBU;

• perolehan pembiayaan untuk Proyek KPBU (financial close), sepanjang merupakan bagian dari

tanggung jawab yang dialokasikan kepada PJPK berdasarkan Perjanjian KPBU.

8.3. KAJIAN KEBUTUHAN JAMINAN PEMERINTAH

Jaminan Pemerintah juga dapat diberikan kepada proyek infrastruktur dengan tujuan untuk mengurangi

risiko yang dibebankan kepada Badan Usaha. Jaminan Pemerintah ini diberikan oleh Menteri Keuangan

dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Penyediaan fasilitas Jaminan Pemerintah ini diatur dalam Perpes No. 78 tahun 2010 tentang Penjaminan

Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan

Usaha Penjaminan Infrastruktur serta Peraturan Menteri Keuangan No. 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas

dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam

kajian ini juga perlu diuraikan risiko-risiko apa saja yang membutuhkan jaminan pemerintah.

Page 50: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 50

BAB 9. KAJIAN MENGENAI HAL-HAL YANG PERLU DITINDAKLANJUTI

(OUTSTANDING ISSUES)

Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindaklanjuti dengan isi sub-bab sebagai berikut:

9.1. IDENTIFIKASI HAL-HAL KRITIS

Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap penyiapan proyek KPBU

dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi KPBU, seperti misalnya penyelesaian studi Amdal,

perizinan, ekspose kepada DPRD, dan sebagainya.

9.2. RENCANA PENYELESAIAN HAL-HAL KRITIS

Sub-bab ini menguraikan strategi, rencana, jadwal dan penanggung jawab penyelesaian hal-hal kritis yang

perlu diselesaikan. Hal ini akan dijabarkan dalam bentuk matriks.

Page 51: KERANGKA ACUAN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU INFRASTRUKTUR JALAN ...

INFRASTRUKTUR JALAN (JALAN DAN JEMBATAN NON TOL)

TEMPLATE PENYUSUNAN PRA-STUDI KELAYAKAN - 51

BAB 10. RENCANA PENGADAAN

Dalam bab ini perlu diuraikan beberapa hal berikut.

10.1. LANDASAN HUKUM PENGADAAN KPBU

Menguraikan berbagai landasan hukum yang digunakan dalam melakukan pengadaan Badan Usaha.

10.2. PEMBENTUKAN PANITIA PENGADAAN

Menguraikan surat keputusan pembentukan Panitia Pengadaan, serta tugas dan tanggung Panitia Pengadaan.

10.3. TAHAPAN DALAM PENGADAAN KPBU

Menguraikan tahapan pengadaan Badan Usaha, yaitu apakah akan dilakukan pelelangan satu tahap atau

pelelangan dua tahap, beserta dengan berbagai pertimbangannya.

Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan untuk Proyek KPBU yang

memiliki karakteristik:

• Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan

• Tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.

Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek KPBU yang memiliki

karakteristik:

• Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan dengan pasti karena terdapat

variasi inovasi dan teknologi; dan

• Memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.

10.4. PROSES PENGADAAN

Menjelaskan proses pengadaan secara umum, sesuai dengan tahapan pengadaan seperti tertuang pada

sebelumnya.

10.5. JADWAL DAN KONTAK

Menguraikan perkiraan jadwal proses pengadaan Badan Usaha dan juga menguraikan alamat sekretariat

Panitia Pengadaan.