KERANGKA ACUAN -...

12
Page 1 Model Platform Teknologi Informasi untuk E-Forum Riset Kudang B. Seminar Fateta IPB Direktur Komunikasi dan Sistem Informasi (DKSI) IPB Ketua HIPI (Himpunan Informatika Pertanian Indonesia) President AFITA e-mail: [email protected] Abstrak Riset adalah tindakan (proses) sistematik yang memenuhi kaedah-kaedah ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya hasil riset sangatlah vital untuk menjadi landasan pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi selanjutnya. Untuk itu hasil riset perlu didokumentasikan, didiskusikan, dikaji, didayagunakan dan didiseminiasikan ke komunitas luas yang berkepentingan agar dapat dimanfaatkan dengan benar sesuai kebutuhan nyata. Hasil riset ini juga perlu dikelola secara lestari dan profesional agar dapat dijadikan acuan dan penyusunan rekam jejak perjalanan riset (research road map) dan “state of the art” dari riset-riset terkini. Pengembangan forum jaringan riset ini harus berbasis pada platform teknologi informasi yang memungkinkan penghimpunan semua agen dan lembaga penelitian serta berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Paper ini membahas model platform teknologi informasi yang dapat digunakan untuk mengelola ilmu pengetahuan (knowledge management), berbagi-guna pengetahuan (knowledge sharing), mendistribusikan pengetahuan (knowledge dissemination), dan membangun mekanisme interaksi antar agen-agen pemilik pengetahuan (experts/knowledge sources) dan agen-agen pengguna pengetahuan (knowledge users) dalam satu model kerangka yang terpadu yang diadopsi dari model KMS (Knowledge Management System) dan model KS (Knowledge Sharing) yang dikembangkan oleh Nonaka. Implementasi model dengan fitur-fitur terbatas yang diusulkan di paper ini sudah pernah diimplementasikan di KMS IPB, Forum Konsultasi Botani on-line Kebun Raya Bogor dan forum diskusi elektronik UNESCO (STIE/Science, Technology, Innovation Policy) forum.

Transcript of KERANGKA ACUAN -...

Page 1: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 1

Model Platform Teknologi Informasi untuk E-Forum Riset Kudang B. Seminar

Fateta IPB

Direktur Komunikasi dan Sistem Informasi (DKSI) IPB Ketua HIPI (Himpunan Informatika Pertanian Indonesia)

President AFITA e-mail: [email protected]

Abstrak

Riset adalah tindakan (proses) sistematik yang memenuhi kaedah-kaedah ilmiah

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya hasil riset

sangatlah vital untuk menjadi landasan pengembangan dan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi selanjutnya. Untuk itu hasil riset perlu didokumentasikan,

didiskusikan, dikaji, didayagunakan dan didiseminiasikan ke komunitas luas yang

berkepentingan agar dapat dimanfaatkan dengan benar sesuai kebutuhan nyata. Hasil

riset ini juga perlu dikelola secara lestari dan profesional agar dapat dijadikan acuan

dan penyusunan rekam jejak perjalanan riset (research road map) dan “state of the

art” dari riset-riset terkini. Pengembangan forum jaringan riset ini harus berbasis

pada platform teknologi informasi yang memungkinkan penghimpunan semua agen

dan lembaga penelitian serta berbagi pengetahuan (knowledge sharing).

Paper ini membahas model platform teknologi informasi yang dapat digunakan untuk

mengelola ilmu pengetahuan (knowledge management), berbagi-guna pengetahuan

(knowledge sharing), mendistribusikan pengetahuan (knowledge dissemination), dan

membangun mekanisme interaksi antar agen-agen pemilik pengetahuan

(experts/knowledge sources) dan agen-agen pengguna pengetahuan (knowledge

users) dalam satu model kerangka yang terpadu yang diadopsi dari model KMS

(Knowledge Management System) dan model KS (Knowledge Sharing) yang

dikembangkan oleh Nonaka.

Implementasi model dengan fitur-fitur terbatas yang diusulkan di paper ini sudah

pernah diimplementasikan di KMS IPB, Forum Konsultasi Botani on-line Kebun Raya

Bogor dan forum diskusi elektronik UNESCO (STIE/Science, Technology, Innovation

Policy) forum.

Page 2: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 2

A. Latar Belakang Riset adalah tindakan (proses) sistematik yang memenuhi kaedah-kaedah ilmiah

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya hasil riset

sangatlah vital untuk menjadi landasan pengembangan dan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi selanjutnya. Untuk itu hasil riset perlu didokumentasikan,

didiskusikan, dikaji, didayagunakan dan didiseminiasikan ke komunitas luas yang

berkepentingan agar dapat dimanfaatkan dengan benar sesuai kebutuhan nyata. Hasil

riset ini juga perlu dikelola secara lestari dan profesional agar dapat dijadikan acuan

dan penyusunan rekam jejak perjalanan riset (research road map) dan “state of the

art” dari riset-riset terkini.

Peneliti dan lembaga penelitian serta komunitas lain yang relavan memerlukan wadah

komunikasi dan bersinergi dalam suatu forum jaringan riset yang profesional dan

strategis dalam melestarikan dan mempropagasikan proses dan produk riset. Forum

jaringan riset ini sangat dibutuhkan, khususnya terkait dengan informasi dan

penyediaan hasil penelitian yang dilakukan oleh semua peneliti baik individu maupun

institusi yang tersebar di berbagai wilayah geografis di tingkat nasional maupun

internasional. Pengembangan forum jaringan riset ini harus berbasis pada platform

teknologi informasi yang memungkinkan penghimpunan semua agen dan lembaga

penelitian serta berbagi pengetahuan (knowledge sharing).

Mekanisme sosial dalam berbagi pengetahuan yang dibangun dalam forum berbasis

teknologi informasi itu mewarisi definisi dan karakteristik dari apa yang disebut

sebagai Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System/KMS).

Menurut Awad & Ghaziri (2004), Surepong et al (2007), Antonova, A. & Nikolov, R.

(2009), serta Abdullah, R.H., Sahibuddin, S., Alias, R.A., & Selamat, M.H. (2006), KMS

adalah integrasi dan sinergi antara teknologi informasi modern (terkini) dengan

mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Secara garis besar aktivitas KMS meliputi akuisisi, pengelolaan dan utilisasi

pengetahuan, seperti disajikan di Gambar 1. Akuisisi pengetahuan meliputi proses

ekstraksi, representasi, dan kodifikasi pengetahuan dari berbagai sumber

pengetahuan baik eksplisit (tersimpan dalam dokumen atau aplikasi program)

Page 3: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 3

maupun tasit (tersimpan di otak pakar/peneliti). Manajemen pengetahuan merupakan

aktivitas pemeliharaan pengetahuan sehingga dalam kondisi yang konsisten, utuh,

aman untuk diremajakan, dikembangkan, dan didayagunakan. Sedangkan utilisasi

pengetahuan merupakan proses pendayagunaan, penyebaran, dan pemanfaatan

pengetahuan oleh berbagai pihak berkepentingan. Keseluruhan proses KMS

memungkinkan adanya bagi-guna pengetahuan (knowledge sharing).

Gambar 1. Proses utama dalam KMS (IPB 2008).

B. Model Pengembangan Bagi-Guna Pengetahuan (Knowledge Sharing) Berbagai model bagi-guna pengetahuan telah dikembangkan sesuai dengan kondisi

dan konteks pemanfaatannya.

B.1. Model Bagi-Guna Pengetahuan Berbasis Kultur

Model bagi-guna pengetahuan berbasis kultur telah dikembangkan oleh Lodhi (2005).

Pada model ini organisasi pengelolaan pengetahuan dipandang sebagai jejaring

hubungan manusia (network of human relationship) yang mencakup empat entiti

kunci: (1) sikap individu (attitude at individual level), (2) sikap grup (attitude at

individual level), (3) saluran komunikasi, dan (4) kebijakan organisasi sebagai

promotor bagi-guna pengetahuan. Dengan model ini “pengetahuan” tidak dapat

dipisahkan dengan “proses mental”, artinya pengetahuan itu tidak terbatas hanya

sebagai aset dalam bentuk buku, karya tulis, software namun dimaknai sebagai

sesuatu yang membentuk kecerdasan (intelligence) dan menciptakan nilai (value)

dalam suatu organisasi (enterprise).

Page 4: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 4

B.2. Model Bagi-Guna Pengetahuan Berbasis Pembelajaran & Riset

Model bagi-guna pengetahuan berbasis pembelajaran dan riset (learning and

rersearch based knowledge sharing models) telah diulas dan dikembangkan oleh

Seminar (1993), Setiarso (2006), Abdullah, R.H., Sahibuddin, S., Alias, R.A., &

Selamat, M.H. (2006). Pada model ini bagi-guna pengetahuan difokuskan pada aspek

pembelajaran dan riset yang memungkinkan perubahan sikap dan perilaku komunitas

riset untuk menjadi bagian dari jejaring peneliti yang berperan aktif, kreatif, dan

kolaboratif dalam mengembangkan, mengkaji, mendiskusikan, dan mendesiminasikan

riset sehingga proses pembelajaran terus tumbuh dan berkembang. Riset adalah

ajang utama dari interaksi antar peneliti dalam model ini dengan mengetengahkan

“lesson-learned discussion and materials”. Formalitas lebih dominan pada model ini

dibandingkan model bagi-pengetahuan berbasis kultur. Kode etik ditetapkan dan

digunakan untuk menjamin atmosfir yang sehat dan nyaman untuk interaksi dan

dialog para peneliti. Dalam kondisi ini sistem merit perlu dikembangkan. Setiarso

(2006) menyatakan bahwa organisasi perlu lebih condong pada sistem insentif untuk

memacu aktivitas dan kreativitas peneliti dalam jejaring pengetahuan.

Model hibrid yang menggabungkan dua model di atas merupakan solusi alternatif

untuk memaksimalkan kelebihan dan meminimkan kekurangan dari dua model

tersebut. Model hibrid ini tidak memisahkan antara ”pengetahuan” dengan ”proses

mental” dalam kultur organisasi dengan formalitas dan fokus yang dibentuk oleh

organisasi yang berorientasi riset.

C. Pandangan Berlapis Sistem Bagi-Guna Pengetahuan

Pada dasarnya pandangan berlapis dalam sistem bagi-guna pengetahuan dapat

dideskripsikan seperti pada Gambar 2. Pada lapisan inti (lapisan paling dalam) adalah

pengetahuan berupa aset riset (buku, karya tulis, software, scientific reports,

prototypes & patents) dan nilai riset (klusterisasi riset, tren riset, adopsi dan aplikasi

triset, research road-map, state-of-the art, research asessment). Lapisan tengah

adalah proses manajemen dan bagi-guna pengetahuan yang meliputi akuisisi,

penciptaan, transfer, pemeliharaan, dan pembaharuan pengetahuan. Lapisan terluar

adalah enabler manajemen dan bagi-guna pengetahuan secara organisasional,

Page 5: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 5

kultural, dan teknologikal yang tentu harus memanfaatkan platform teknologi

informasi.

Gambar 2. Pandangan Berlapis Sistem Bagi-Guna Pengetahuan.

D. Proses Bagi-Guna Pengetahuan Proses bagi-guna pengetahuan memerlukan proses manajemen yang meliputi

akuisisi, penciptaan, transfer, kodifikasi dan distribusi pengetahuan. Oleh karenanya

model Nonaka (Awad & Ghaziri 2004) dapat digunakan untuk mewujudkan proses

bagi-guna pengetahuan sebagaimana disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Model Nonaka untuk Kreasi dan Transformasi Pengetahuan (Awad &

Ghaziri 2004).

Socialization (tacit-to-tacit): Mencakup formasi dan komunikasi pengetahuan,

pengalaman empiris maupun praktis antar peneliti, komunitas pengguna dan

pengembang kebijakan melalui diskusi tatap muka atau elektronik (face-to-face or

electronic discussion). Tatap muka bisa dalam bentuk focus group discussion (FGD),

Page 6: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 6

workshop, simposium, seminar. Tatap muka elektronik memiliki banyak variasi

dengan pendayagunaan teknologi informasi seperti e-mail, discussion forum, chatting,

video conference, voice conferencing, data conferencing, e-mail (milist group).

Externalization (tacit-to-explicit): Mencakup transformasi pengetahuan tasit menjadi

eksplisit melalui konseptualisasi, elisitasi, dan artikulasi pengetahuan dari beberapa

peneliti dan komunitas yang relevan secara kolaboratif sehingga dihasilkan produk

berupa buku, jurnal, prosiding, panduan praktis, sofware aplikasi yang merupakan

perwujudan pengetahuan tasit yang bisa dilestarikan, dipelajari, diajarkan dan

dimanfaatkan.

Internalization (explicit-to-tacit): Mencakup pembahasan dokumen riset (paper, buku,

artikel) oleh beberapa peneliti dan komunitas yang relevan untuk melakukan

eksplorasi lanjut bahkan mungkin sampai penerapan best practices dari suatu hasil

riset yang dibahas tersebut. Salah satu bentuk internalization adalah bedah buku,

bedah software, atau ulasan paper.

Combination (explicit-to-explicit): Mencakup transformasi dan bagi-guna

pengetahuan yang sudah dalam bentuk eksplisit (dokumen, software) melalui

pertemuan tatap muka maupun virtual, bisa menggunakan teknologi e-learning,

vicon, e-conference, bulletin board system (BBS), e-discussion, shared databases,

milist system, situs sosial (social networks) dan search engines.

E. Saluran Komunikasi dan Media Informasi

Interaksi antar peneliti dan dan bagi-guna pengetahuan perlu saluran komunikasi dan

media informasi sesuai agar fitur-fitur model Nonaka untuk bagi-guna pengetahuan

dapat diimplementasikan. Berdasarkan dimensi lokasi dan waktu, interaksi grup

dapat dikategorikan seperti pada Gambar 4.

Page 7: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 7

Gambar 4. Matriks interaksi grup (diadopsi dari Khosafian dan Buckiewicz 1995 di dalam Abdullah, R.H., Sahibuddin, S., Alias, R.A., & Selamat, M.H. 2006).

Dari Gambar 4 di atas dapat diturunkan ke matriks teknologi interaksi dan bagi-guna

pengetahuan seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Matriks Teknologi Interaksi

Same Time Different Time

Same Place

Face-to-face meeting berbantuan komputer terkoneksi dalam LAN (Local Area Network)

Shared Memory: Bulletin Board System (BBS), Story Board System (SBS), E-Meeting Agenda & Minutes, Co-Authoring System

Audio Visual Presentation Systems, Shared Screen Display

Electronic Messaging System, E-Memo, Wide/Large Screen Display

Different Place

Electronic-Meeting: Audio/Video/Computer Conferencing, E-Discussion, E-Chatting, VOIP, ROIP

Shared Memory: Bulletin Board System (BBS), Story Board System (SBS), E-Meeting Agenda & Minutes, Co-Authoring System

E-mail & Voice-mail System & Electronic Messaging System,

Collborative Virtual Environment (CVE)

Grudin (1994) membuat matriks interaksi dengan menambahkan unsur

unknown time dan unknown space, seperti disajikan di Tabel 2. Penambahan kedua

aspek tersebut diperlukan untuk mengakomodir komunikasi bergerak (mobile

discussion) yang tidak bisa dideterminasikan waktu dan tempat dari partisipan terlibat

dalam froum diskusi walaupun bisa dimana saja dan kapan saja.

Page 8: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 8

Tabel 2. Matriks Teknologi Interaksi Versi Grudin (1994).

F. Format Standar Pelayanan Forum Bagi-Guna Pengetahuan F.1. Arsitektur

Arsitektur bagi-guna informasi untuk forum riset dirancang untuk menghubungkan

masyarakat peneliti dan komunitas relevan melalui berbagai pilihan interface akses

seperti: inter-,extra-, atau intra-net portal, PDA, e-mail, VOIP (Voice Over Internet

Protocol), ROIP (Radio Over Internet Protocol), WAP (Wireless Application Protocol),

UTMS (Universal Mobile Telecommunication System) berbasis 3G, WebTV, atau Video

Conference (Gambar 6). Melalui pilihan interface akses ini maka antar peneliti dan

komunitas relevan mendapatkan layanan akuisisi, transformasi, diseminasi, dan

aplikasi riset yang telah, sedang atau akan dihasilkan. Layanan tersebut harus

didukung oleh berbagai fungsi aplikasi untuk fungsi-fungsi individu dan grup seperti:

document browser, data mining, chatting, expert system, DSS/GDSS. Dukungan

databases menyediakan relational DBMS, datawarehouse, dan knowledge repository.

Page 9: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 9

Gambar 5. Aristektur Bagi-Guna Pengetahuan.

F.2. Standar Interoperabilitas

Mengingat bahwa forum bagi-guna informasi berebasis TIK ini secara faktual

berhadapan dengan heterogenitas dari platform TIK di berbagai lembaga atau

organisasi maka isu interoperabilitas harus menjadi perhatian utama. Perbedaan

format data antar aplikasi komputer memerlukan format “netral” yang disepakati oleh

aplikasi yang saling berkomunikasi. Menurut Nugroho (2008) kata “netral” berarti

tidak memihak ke format yang digunakan oleh salah satu aplikasi. Format netral ini

kemudian digunakan sebagai format “antara” dalam pengiriman data, seperti

ditunjukkan pada Gambar 6. Penggunaan format netral juga meningkatkan

ekstensibilitas; aplikasi yang lain dapat pula memanfaatkannya, tanpa harus

mengetahui format aslinya.

Page 10: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 10

encode decode

Format asli

aplikasi A

Format asli

aplikasi B

Format

netral

decode

Format asli

aplikasi C

Format

netral

Gambar 6. Pengiriman data dengan format “netral” meningkatkan ekstensibilitas (Nugroho 2008).

F.3. Format Pertukaran Data

Saat ini, format netral untuk pertukaran data umumnya menggunakan format XML

(eXtensible Markup Language). XML adalah sebuah format dokumen yang mampu

mendeskripsikan struktur (sintaks) dan makna (semantik) dari data yang terkandung

di dokumen tersebut (Bray , Paoli, Sperberg-McQueen, Maler, E., & Yergeau 2008).

Menurut Nugroho (2008), berbeda dengan HTML yang lebih berorientasi pada

tampilan (appearance), XML lebih fokus pada substansi data, sehingga lebih cocok

digunakan sebagai media pertukaran data. Dengan karakteristiknya ini, XML telah

menjadi standar de-facto bagi pertukaran data antar aplikasi komputer.

G. Pedoman & Regulasi Pemanfaatan Media Informasi

Untuk mengatur, mengawal dan mengamankan pemanfaatan media informasi oleh

peneliti dan lelmbaga litbang di FJPLL, maka perlu adanya pedoman dan regulasi yang

seharusnya menjadi bagian dari aspek legal FJPLL berbasis TIK.

G.1. Pedoman Pemanfaatan Media Informasi

Pedoman yang harus dikembangkan untuk pengembangan dan implementasi FJPLL

mencakup:

Pedoman pengembangan, implementasi dan pemanfaatan FJPLL di lingkungan

peneliti dan lembaga litbang.

Pedoman platform TIK, Aplikasi, Layanan dan Interaksi di FJPLL.

Page 11: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 11

Pedoman pemanfaatan atau interkoneksi FJPLL dengan masyarakat luas.

Pedoman penyusunan indikator kinerja FJPLL untuk monev.

Pedoman kerjasama riset, pengurusan paten, dan diseminasi riset

G.2. Regulasi Pemanfaatan Media Informasi

Sedangkan regulasi menjadi landasan kekuatan pengaturan (law enforcement) untuk

pengamanan pemanfaatan media di FJPLL. Regulasi yang harus dikembangkan

mencakup:

Regulasi TIK (Cyberlaw) nasional dan internasional

UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)

UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik)

Regulasi tentang HKI (Hak Kekayaaan Intelektual)

Norma dan Kode Etik

Implementasi model dengan fitur-fitur terbatas yang diusulkan di paper ini sudah

pernah diimplementasikan di KMS IPB, Forum Konsultasi Botani on-line Kebun Raya

Bogor dan forum diskusi elektronik UNESCO (STIE/Science, Technology, Innovation

Policy) forum.

Referensi

1. Abdullah, R.H., Sahibuddin, S., Alias, R.A., & Selamat, M.H. (2006). Knowledge Management System Architecture for Organizational Learning with Collborative Environment. IJCSNS International Journal on Computer Science & Network Security, pp. 237, vol 6, no 3A.

2. Antonova, A. & Nikolov, R. (2009). Conceptual KMS Architecture within Enterprise 2.0 and Cloud Computing. Diakses jam 06:30 6 Nop. 2010 di http://telearn.noe-kaleidoscope.org/warehouse/ifipi3e2009_submission_14_(001894v1).pdf

3. Awad, E.M. & Ghaziri, H.M. (2004). Knowledge Management. Prentice Hall. ISBN: 0-13-034820-1.

Page 12: KERANGKA ACUAN - kseminar.staff.ipb.ac.idkseminar.staff.ipb.ac.id/files/2011/11/ModelE-ForumRiset.pdf · mekanisme sosial/struktural dalam manajemen pengetahuan secara kolaboratif.

Page 12

4. Bray, T., Paoli, J., Sperberg-McQueen, C.M., Maler, E., dan Yergeau, F. (2008). Extensible Markup Language 1.0 (Fifth Edition). Dokumen web http://www.w3.org/TR/xml/ diakses pada tanggal 07 Nopember 2010.

5. Grudin, Jonathan (1994). CSCW: History and Focus. IEEE Computer, 27, 5, 19-26.

6. IPB (2008). Final Report on Program Developing IPB Knowledge Management System (IPB-KMS). IPB I-MHERE Project.

7. Lodhi, Suleman A. (2005). Culture Based Knowledge Sharing Model. PhD Thesis. National College of Business Administration & Economics.

8. Nugroho, Lukito E. (2008). Interoperabilitas Data dalam Implementasi E-Government. Dokumen web http://www.mti.ugm.ac.id/~lukito/CommService/Interoperabilitas-E-Gov.doc. Diakses pada tanggal 07 Nopember 2010.

9. Surepong, P., Chakpitak, N., Ouzrout, Y., Neubert, G., & Bouras, A. (2007). Knowledge Management System Architecture for the Industry Cluster. Proc. of the International Conference on Industrial Engineering and Engineering Management (IEEM 2007).

10. Seminar, Kudang B. (1993). Methodologies for Maintaining and Comparing Designs in a Cooperative Design Environment. PhD Thesis. Faculty of Computer Science, University of New Brunswick.

11. Setiarso, Bambang (2006). Knowledge Sharing Indonesian Research Center: Models & Mechanisms. Komunitas e-Learning IlmuKomputer.com.