Kerangka acuan kerja

9
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan, akibat hadirnya bencana menimbulkan dampak yang cukup signifikan berupa kerugian, kerusakan dan kehilangan aset kehidupan dan penghidupan baik masyarakat maupun pemerintah. Kerugian dan kerusakan itu, setidaknya menyangkut beberapa aset antara lain: aset fisik dan infrastruktur, aset ekonomi, aset sosial, aset alam dan lingkungan, dan aset manusia. Karakteristik alam dan sosial yang cukup kompleks menyebabkan Kabupaten Boyolali menjadi daerah yang rawan bencana. Bencana sering terjadi di Kabupaten Boyolali yang bersifat insidental seperti gempa bumi, letusan gunung api, kebakaran maupun bencana yang bersifat musiman seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan kekeringan. Kejadian-kejadian bencana tersebut berpengaruh terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan di Kabupaten Boyolali. Bencana telah menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang diperoleh dengan susah payah. Dana yang digunakan untuk tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana juga telah mengurangi anggaran yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional dan program-program pemberantasan kemiskinan. Jika terjadi bencana, masyarakat miskin dan kaum marginal yang tinggal di kawasan rawan akan menjadi pihak yang paling dirugikan, karena jumlah korban terbesar biasanya berasal dari kelompok ini dan pemiskinan yang ditimbulkan oleh bencana sebagian besar akan menimpa mereka. Mengingat korban terbesar dari bencana adalah kaum miskin di tingkat masyarakat dan yang pertama-tama menghadapi bencana adalah masyarakat sendiri, pemerintah mengembangkan program pengurangan risiko bencana berbasis komunitas, sesuai dengan tanggung-jawab negara untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu strategi yang akan digunakan untuk mewujudkan ini adalah melalui pengembangan desa-desa yang tangguh terhadap bencana. Desa Tangguh Bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena bencana. 1

Transcript of Kerangka acuan kerja

Page 1: Kerangka acuan kerja

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

I. LATAR BELAKANG

Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan, akibat hadirnya bencana

menimbulkan dampak yang cukup signifikan berupa kerugian, kerusakan dan

kehilangan aset kehidupan dan penghidupan baik masyarakat maupun pemerintah.

Kerugian dan kerusakan itu, setidaknya menyangkut beberapa aset antara lain: aset

fisik dan infrastruktur, aset ekonomi, aset sosial, aset alam dan lingkungan, dan aset

manusia.

Karakteristik alam dan sosial yang cukup kompleks menyebabkan Kabupaten Boyolali

menjadi daerah yang rawan bencana. Bencana sering terjadi di Kabupaten Boyolali

yang bersifat insidental seperti gempa bumi, letusan gunung api, kebakaran maupun

bencana yang bersifat musiman seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung,

dan kekeringan. Kejadian-kejadian bencana tersebut berpengaruh terhadap proses dan

hasil-hasil pembangunan di Kabupaten Boyolali.

Bencana telah menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang diperoleh dengan susah

payah. Dana yang digunakan untuk tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana

juga telah mengurangi anggaran yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk

pembangunan nasional dan program-program pemberantasan kemiskinan. Jika terjadi

bencana, masyarakat miskin dan kaum marginal yang tinggal di kawasan rawan akan

menjadi pihak yang paling dirugikan, karena jumlah korban terbesar biasanya berasal

dari kelompok ini dan pemiskinan yang ditimbulkan oleh bencana sebagian besar akan

menimpa mereka.

Mengingat korban terbesar dari bencana adalah kaum miskin di tingkat masyarakat

dan yang pertama-tama menghadapi bencana adalah masyarakat sendiri, pemerintah

mengembangkan program pengurangan risiko bencana berbasis komunitas, sesuai

dengan tanggung-jawab negara untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu strategi yang akan digunakan

untuk mewujudkan ini adalah melalui pengembangan desa-desa yang tangguh

terhadap bencana. Desa Tangguh Bencana adalah desa yang memiliki kemampuan

mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri

dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena bencana.

1

Page 2: Kerangka acuan kerja

Upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang akan dilaksanakan

melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana. Untuk mewujudkan program desa

tangguh bencana tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Boyolali

pada Tahun Anggaran 2015 melaksanakan kegiatan Pembentukan 2 (Dua) Desa

Tangguh Bencana.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pembentukan desa tangguh bencana adalah mewujudkan desa yang memiliki

kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta

memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena

bencana.

Adapun tujuan pembentukan desa tangguh bencana adalah :

1. Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana dari dampak-

dampak merugikan;

2. Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan, dalam

pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko bencana;

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya

dan pemeliharaan kearifan lokal bagi pengurangan risiko bencana (PRB);

4. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan sumber daya

dan teknis bagi pengurangan risiko bencana;

5. Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam PRB, pihak

pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat

dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli.

III. SASARAN

Sasaran dari pembentukan Desa Tangguh Bencana ini adalah terwujudnya masyarakat

yang mampu mengantisipasi dan meminimalisir kekuatan yang merusak, melalui

adaptasi. Mereka juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar

tertentu ketika terjadi bencana. Dan jika terkena dampak bencana, mereka akan dengan

cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dapat

dengan cepat memulihkan diri secara mandiri.

IV. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi kegiatan dipilih sebagai percontohan desa tangguh bencana, yaitu :

1. Desa Tlogolele, Kecamatan Selo;

2. Desa Sangup, Kecamatan Musuk.

V. SUMBER PENDANAAN

Pelaksanaan kegiatan ini dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015 pada Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kabupaten Boyolali dalam kegiatan Pengembangan Desa Tangguh Bencana

2

Page 3: Kerangka acuan kerja

dengan kode rekening 1.19.1.13.01.22.15 sebesar Rp. 93.950.000,00. (Sembilan puluh

tiga juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) dengan lingkup pekerjaan

sebagaimana tercantum dalam Harga Perkiraan Sendiri.

VI. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) :

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Badan penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Boyolali

Satuan Kerja : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Boyolali

VII. REFERENSI HUKUM

1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

5. Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2012 tentang Organisasi

Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Boyolali;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Boyolali;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 10 Tahun 2014 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2015;

9. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 58 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2015;

10. Keputusan Bupati Boyolali Nomor 900/452 tahun 2014 tentang Standarisasi

Satuan Harga Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015;

11. Keputusan Bupati Boyolali Nomor 900/47 Tahun 2015 tentang Perubahan

Standarisasi Satuan Harga Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015.

VIII. LINGKUP PEKERJAAN

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali.

3

Page 4: Kerangka acuan kerja

IX. KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah :

1. Kajian dan Peta Ancaman

2. Kajian dan Peta Kerentanan

3. Kajian dan Peta Kapasitas

4. Kajian dan Peta Risiko

5. Dokumen/Draf Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana

6. Dokumen/Draft Dokumen Rencana Aksi Komunitas

7. Dokumen/Draft Dokumen Rencana Kontinjensi

8. Peta evakuasi

9. Terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa

10. Terbentuk Relawan Penanggulangan Bencana

X. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Kegiatan pembentukan desa tangguh bencana dilaksanakan selama 60 (enam puluh) hari kalender pada Tahun Anggaran 2015.

XI. PENYEDIA JASA

Dalam kegiatan pembentukan desa tangguh bencana, BPBD Kabupaten Boyolali

menggunakan 1 (Satu) penyedia jasa konsultansi di bidang pemberdayaan masyarakat

atau yang memiliki pengalaman di bidang pemberdayaan masyarakat (pelatihan) yang

telah berpengalaman pendampingan desa tangguh bencana di area sekitar gunung

berapi di Jawa Tengah.

XII. SUMBER PENDANAAN

Pelaksanaan kegiatan ini dibiayai melalui APBD Kabupaten Boyolali Penetapan Tahun

Anggaran 2015.

XIII. LOKASI KEGIATAN

1. Desa Tlogolele, Kecamatan Selo;

2. Desa Sangup, Kecamatan Musuk.

XIV. METODOLOGI

Metodologi kegiatan yang dipergunakan mengacu kepada Peraturan Kepala BNPB

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana,

melalui kegiatan :

1. Fasilitasi kegiatan sosialisasi kebijakan penanggulangan bencana, desa tangguh

bencana dan relawan penanggulangan bencana, narasumber dari BPBD Kabupaten

Boyolali.

2. Fasilitasi diskusi (focus group discussion) untuk :

a. Menilai ancaman, kerentanan dan kapasitas,

4

Page 5: Kerangka acuan kerja

b. Menganalisis risiko bencana,

c. Menyusun perencanaan penanggulangan bencana, perencanaan kontinjensi

dan perencanaan aksi komunitas,

d. Menyusun peta evakuasi,

e. Membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB)dan relawan

penanggulangan bencana tingkat desa.

f. Memberikan Pelatihan Basic Life Support Bagi FPRB dan Relawan

Penanggulangan Bencana di tingkat desa.

3. Fasilitasi legalisasi :

a. Semua dokumen yang telah disusun,

b. FPRB dan relawan yang telah dibentuk.

XV. PERSONIL (TENAGA AHLI/FASILITATOR)

NO. POSISI KUALIFIKASI JML.

ORANG BULAN

1 2 3 4 1 Ahli Manajemen Bencana

(Team Leader) Ketua Tim (Team Leader) disyaratkan minimal lulusan Strata 2 (S2) yang berpengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat dari semua lulusan pendidikian yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan lebih diutamakan yang memiliki pengalaman di bidang manajemen penanggulangan bencana, mampu memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan anggota tim kerja selama pelaksanaan pekerjaan. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai. Tugas dan tanggung jawab Team Leader : 1. Menyusun jadwal kegiatan pekerjaan. 2. Memonitor atau memantau progres

pekerjaan yang dilakukan para fasilitator. 3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan

supervisi langsung dan tidak langsung kepada semua karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya.

4. Bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi dalam membina kerja sama tim yang solid.

5. Bertanggung jawab dalam mencapai suatu target pekerjaan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aturan.

6. Mengkoordinasikan seluruh aktifitas Tim dalam mengelola seluruh kegiatan.

7. Bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang berkaitan terhadap kegiatan tim pelaksana pekerjaan.

2

5

Page 6: Kerangka acuan kerja

8. Membimbing dan mengarahkan anggota tim dalam mempersiapkan semua laporan yang diperlukan.

9. Melakukan pengecekan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.

10. Menyusun laporan dan mempresentasikan kepada direksi pekerjaan dan tim teknis kegiatan.

2 Ahli Pemberdayaan Masyarakat Ahli Pemberdayaan Masyarakat disyaratkan

minimal lulusan S1, dan mampu bekerja sama dalam satu tim. Tugas dan kewajibannya meliputi: 1. Sebagai fasilitator di setiap FGD (Focuss

Group Discusion) 2. Mengkaji dan menganalisis kebutuhan

pendampingan kelompok rentan dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, Rencana Aksi Komunitas dan Rencana Kontijensi.

3. Berkoordinasi dengan pemerintahan desa, dan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

4. Melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan program kepada pihak-pihak terkait di tingkat desa;

5. Melakukan pendampingan pada seluruh rangkaian kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

6. Memotivasi seluruh pemangku kepentingan di tingkat desa untuk berpartisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

7. Berkoordinasi dengan tim leader dan pengguna jasa (BPBD Kabupaten Boyolali) untuk kelancaran kegiatan;

8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan;

2

3 Ahli Emergency Ahli Emergency disyaratkan minimal lulusan Ilmu Kedokteran Emergensi (IKE) atau Spesialis Emergency Medicine yang mempunyai kemampuan dalam Manajemen Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan lebih diutamakan yang memiliki pengalaman sebagai Instruktur Pelatihan Gawat Darurat di bidang penanggulangan bencana, dan mampu bekerja sama dalam satu tim. Tugas dan kewajibannya meliputi: 1. Membuat perencanaan dan memberikan

pelatihan Basic Life Support / BLS kepada FPRB dan Relawan yang telah dibentuk.

2. Berkoordinasi dengan pemerintahan desa, dan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

3. Melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan program kepada pihak-

2

6

Page 7: Kerangka acuan kerja

pihak terkait di tingkat desa; 4. Melakukan pendampingan pada seluruh

rangkaian kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

5. Memotivasi seluruh pemangku kepentingan di tingkat desa untuk berpartisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

6. Berkoordinasi dengan tim leader dan pengguna jasa (BPBD Kabupaten Boyolali) untuk kelancaran kegiatan;

7. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan;

4 Ahli Geografi Ahli Geografi yang berpengalaman dan

menguasai pemetaan, yang memiliki pengalaman untuk mengkaji dan membuat peta Ancaman, Kerentanan, Kapasitas, Risiko, serta Peta Jalur Evakuasi, dan mampu bekerja sama dalam satu tim. Tugas dan kewajibannya meliputi: 1. Sebagai fasilitator di setiap FGD (Focuss

Group Discusion) 2. Mengkaji dan Membuat Peta Ancaman,

Peta Kerentanan, Peta Kapasitas dan Peta Risiko daerah rawan bencana;

3. Berkoordinasi dengan pemerintahan desa, dan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

4. Melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan program kepada pihak-pihak terkait di tingkat desa;

5. Melakukan pendampingan pada seluruh rangkaian kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

6. Memotivasi seluruh pemangku kepentingan di tingkat desa untuk berpartisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan pembentukan desa tangguh bencana;

7. Berkoordinasi dengan tim leader dan pengguna jasa (BPBD Kabupaten Boyolali) untuk kelancaran kegiatan;

8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai dengan format yang telah ditetapkan;

2

7

Page 8: Kerangka acuan kerja

XVI. PELAPORAN

Jenis laporan yang harus diserahkan penyedia jasa kepada pengguna jasa adalah :

1. LAPORAN PENDAHULUAN, berisi:

a. Kata Pengantar

b. Daftar Isi

c. Pendahuluan

1) Kondisi Umum Desa

2) Maksud dan Tujuan

3) Metodologi

d. Kajian dan Analisis

4) Kajian Ancaman

5) Kajian Kerentanan

6) Kajian Kapasitas

7) Analisis Risiko

e. Lampiran-lampiran

2. LAPORAN AKHIR, berisi:

a. Kata Pengantar

b. Daftar Isi

c. Pendahuluan

1) Kondisi Umum Desa

2) Maksud dan Tujuan

3) Metodologi

d. Kajian dan Analisis

1) Kajian Ancaman

2) Kajian Kerentanan

3) Kajian Kapasitas

4) Analisis Risiko

e. Dokumen Penanggulangan Bencana

1) Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana

2) Dokumen Rencana Aksi Komunitas

3) Dokumen Rencana Kontinjensi

f. Peta Evakuasi

g. Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB)

h. Relawan Penanggulangan Bencana

i. Rencana Tindak Lanjut

j. Penutup

k. Lampiran-lampiran

Laporan Akhir dijilid rapi dan diberi sampul, dengan ukuran kertas A4.

8

Page 9: Kerangka acuan kerja

Distribusi penyerahan laporan pekerjaan adalah sebagai berikut :

Jenis Hasil Pekerjaan Jumlah

1. Laporan Pendahuluan

2. Laporan Akhir

10 Buku / desa

10 Buku / desa

XVII. PENUTUP

Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diupayakan semaksimal mungkin, namun demikian

demi sempurnanya hasil kegiatan ini maka dimungkinkan adanya perubahan-

perubahan berdasarkan masukan dan hasil pembahasan pada saat proses pelaksanaan

kegiatan maupun adanya perkembangan dan keputusan yang ditetapkan berdasarkan

kesepakatan bersama dalam forum pembahasan.

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah disusun sebagai pedoman dan

petunjuk serta acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan desa tangguh

bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah kabupaten Boyolali Tahun Anggaran

2015 dengan harapan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Boyolali, 2015

Kabid. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Selaku Pejabat Pembuat Komitmen

BPBD Kabupaten Boyolali

Ir. KENTUT HARGONO, MM. Pembina

NIP. 19600312 199503 1 001

9