Kerajaan Sriwijaya

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia. Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang China dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang China dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China beserta India. Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dan India, lambat laun agama Hindu dan Budha masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari 1

Transcript of Kerajaan Sriwijaya

Page 1: Kerajaan Sriwijaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh

selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama

penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas

perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan

hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah

Indonesia.

Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan

melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan

dagang China dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada

daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia

yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang China dengan Romawi, maka

terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China beserta India.

Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang

dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan

perdagangan antara Indonesia dan India, lambat laun agama Hindu dan Budha masuk

dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari

1

Page 2: Kerajaan Sriwijaya

lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Budha tersebar ke lingkungan

rakyat biasa.

Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh

Masehi, dibawa oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang

pertama kali menganut agama ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang

bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur,

Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing, Kerajaan Melayu di

Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno,

Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan Pajajaran, serta Kerajaan

Majapahit.

Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan peninggalan-

peninggalan yang harus kita ketahui. Salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan yang terletak di Sumatera Selatan dan beribukota di Palembang ini memiliki

nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti historiografi, sejarah berdirinya,

lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan, hubungan regional dan luar negeri,

masa kejayaannya, masa kemunduran maupun aspek-aspek kehidupan apa saja yang

terkandung dalam kerajaan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya?

2. Di mana lokasi Kerajaan Sriwijaya?

2

Page 3: Kerajaan Sriwijaya

3. Dari manakah sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya?

4. Apa sajakah bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya?

5. Bagaimana hubungan regional dan luar negeri Kerajaan Sriwijaya?

6. Siapakah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya?

7. Aspek kehidupan apa saja yang terkandung di dalam Kerajaan?

8. Apa yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan?

C. Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan :

1. Mengetahui sejarah berdiri dan letak Kerajaan Sriwijaya.

2. Mengetahui bukti-bukti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.

3. Mengetahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya.

4. Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam

pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.

5. Mengetahui dan mampu menjelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan

Sriwijaya.

3

Page 4: Kerajaan Sriwijaya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Historiografi

Nama Kerajaan : Sriwijaya

Ibukota : Palembang

Bahasa : Melayu Kuno, Sansekerta

Agama : Budha, Hindu

Pemerintahan : Monarki

Sejarah : 1. Didirikan pada tahun 600-an M

2. Invasi Majapahit tahun 1300-an M

Mata Uang : Koin emas dan perak

B. Lokasi Kerajaan

Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa

kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di wilayah

Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar Indonesia mengenal

Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak Sriwijaya yang sangat strategis

dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat Malaka. Selat Malaka

pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang menghubungkan pedagang-

pedagang Cina dengan India maupun Romawi.

4

Page 5: Kerajaan Sriwijaya

George Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume

de Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa Sriwijaya

adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga

menetapkan bahwa letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada

anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and

Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I

adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai

Musi atau sekitar kota Palembang sekarang.

Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya

semakin meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut

Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung

Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.

C. Sumber Sejarah

Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan

Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.

Sumber dari Luar Negeri

1. Sumber Cina

Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali pada

tahun 671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari

5

Page 6: Kerajaan Sriwijaya

seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta

Budha tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para

pendeta Budha di pusat ajaran agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6

bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu ia berangkat

ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali

ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-

teks Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain

menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina,

yang terakhir pada tahun 988 M.

2. Sumber Arab

Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza,

Sabay atau Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan

tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan

Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat

banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh,

kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi

lainya. Bukti lain yang mendukung adalah ditemukannya perkampungan-

perkampungan Arab sebagai tempat tinggal sementara di pusat Kerajaan

Sriwijaya.

3. Sumber India

6

Page 7: Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari

kerajaan-kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola.

Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan

sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti

tersebut dinyatakan bahwa Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa

berkenan membebaskan 5 desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa

tersebut wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang

menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di samping menjalin hubungan dengan

Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan

Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India Selatan. Hubungan ini

menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat Malaka.

4. Sumber lain

Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-

shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain,

yakni Kern, pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti

Kota Kapur, prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau

Bangka. Namun, saat itu, Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada

prasasti itu adalah nama seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai

sebutan atau gelar raja.

Sumber Lokal atau Dalam Negeri

7

Page 8: Kerajaan Sriwijaya

Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja

dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya sebagian besar

menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain

sebagai berikut.

1. Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan

tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu,

bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213

tentara yang berjalan kaki. Sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang

penaklukan Bumi Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti Kota

Kapur ditemukan di Pulau Bangka.

2. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya

bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang

berhasil menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan

Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu

8

Page 9: Kerajaan Sriwijaya

kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat

strategis untuk perdagangan.

3. Prasasti Talangtuo

Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan

Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.

4. Prasasti Karang Berahi

Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi,

yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.

5. Prasasti Ligor

Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang

difungsikan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.

6. Prasasti Nalanda

Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari

Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya

melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu,

9

Page 10: Kerajaan Sriwijaya

Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas

Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa

Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk

membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

7. Prasasti Telaga Batu

Prasasti ini ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk

batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra,

dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air)

di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk

pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat.

Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke

batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara

persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan,

maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya.

D. Negara Maritim

Dalam upaya mewujudkan cita-cita agar Sriwijaya menjadi kerajaan Maritim,

perluasan kerajaan dilakukan untuk menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan

Selat Sunda yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran yang sangat penting.

Keberhasilan Sriwijaya berkuasa atas semua selat itu menjadikan Kerajaan Sriwijaya

10

Page 11: Kerajaan Sriwijaya

sebagai penguasa tunggal jalur aktivitas perdagangan dunia yang melalui Asia

Tenggara.

Armada Sriwijaya yang kuat dapat menjamin keamanan aktivitas pelayaran

dan perdagangan. Armada Sriwijaya juga dapat memaksa perahu dagang untuk

singgah di pusat atau di bandar-bandar Kerajaan Sriwijaya. Semakin ramainya

aktivitas pelayaran dan perdagangan menjadikan Sriwijaya sebagai tempat pertemuan

para pedagang atau pusat perdagangan di Asia Tenggara. Pengaruh dan peranan

Kerajaan Sriwijaya semakin besar di lautan. Bahkan para pedagang dari Kerajaan

Sriwijaya juga melakukan hubungan sampai di luar wilayah Indonesia, sampai ke

China di sebelah utara, dan Laut Merah serta Teluk Persia di sebelah barat.

E. Kehidupan Politik

Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah melakukan

perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya,

Dapunta Hyang pada tahun 664 M dengan Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan

Tarumanegara.

Saat kerajaan Funan di Indo-China runtuh, Sriwijaya memperluas daerah

kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Di wilayah utara, melalui kekuatan

armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan antara India dan

Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya. Kekuatan armada terbesar Sriwijaya

11

Page 12: Kerajaan Sriwijaya

juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau Jawa, Brunei atau Borneo. Hingga

pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah mampu menguasai seluruh jalur

perdagangan di Asia Tenggara.

Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan

Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja Sriwijaya, yaitu :

1. Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.

2. Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan

kesejahteraan bagi rakyatnya.

3. Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.

Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :

1. Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti

Talangtuo 684 M)

Berita mengenai raja ini diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M

dan Prasasti Talangtuo tahun 684 M. Pada masa pemerintahannya, Raja

Dapunta Hyang Sri Yayanaga telah berhasil memperluas wilayah

kekuasaannya sampai ke wilayah Minangatamwan, Jambi. Sejak awal

pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan

Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.

1. Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)

12

Page 13: Kerajaan Sriwijaya

2. Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)

3. ishnu (Prasasti Ligor, 775 M)

4. Maharaja (berita Arab, 851 M)

5. Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)

Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya mengalami masa

kejayaannya. Pada awalnya, Raja Balaputradewa adalah raja dari kerajaan

Syailendra (Jawa Tengah). Ketika terjadi perang saudara di Kerajaan

Syailendra, antara Balaputradewa dan Pramodhawarni (kakaknya) yang

dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputradewa mengalami

kekalahan. Akibat kekalahan itu, Raja Balaputradewa lari ke Sriwijaya. Di

Kerajaan Sriwijaya berkuasa Raja Dharma Setru (kakak dari ibu

Balaputradewa) yang tidak memiliki keturunan, sehingga kedatangan Raja

Balaputradewa disambut baik. Kemudian ia diangkat menjadi raja.

6. Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)

7. Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)

8. Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)

9. Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)

10. Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)

13

Page 14: Kerajaan Sriwijaya

Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mengalami ancaman dari Kerajaan

Chola. Di bawah Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan

berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil

ditawan. Namun, pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Kerajaan Chola,

Raja Sanggrama Wijayatunggawarman dibebaskan kembali.

F. Struktur Birokrasi

Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung,

karena raja berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat yang

dianggap strategis. Raja dapat memberikan penghargaan terhadap penguasa daerah

yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi hukumanterhadap penguasa daerah yang

tidak setia kepada kerajaan.

Dalam beberapa prasasti disebutkan tentang pelaksanaan suatu keputusan

raja, lengkap dengan perincian hadiah atau sanksi yang dapat diterima dalam suatu

peristiwa. Selain itu, ditemukan prasasti-prasasti yang mencatat masalah-masalah

penyelesaian hokum sengketa antarwarga. Hal yang menarik bahwa sebagian prasasti

memuat ancaman-ancaman atau kutukan-kutukan yang ditujukan kepada keluarga

raja itu sendiri. Walaupun kedengarannya aneh, namun ada pendapat yang

menganggap bahwa hal itu sangat mungkin terjadi, karena keluarga-keluarga raja

yang menjadi ancaman itu, kekuasaannya berada di luar pengawasan langsung dari

raja yang berkuasa.

14

Page 15: Kerajaan Sriwijaya

G. Kehidupan Ekonomi

Penguasaan Kerajaan Sriwijaya di urat nadi perhubungan pelayaran dan

perdagangan Asia Tenggara yaitu di Selat Malaka, mempunyai arti penting bagi

perekonomian kerajaan. Karena banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk

menambah air minum, perbekalan makanan, istirahat, atau melakukan aktivitas

perdagangan. Karena bertambah ramainya kegiatan perdagangan di Selat Malaka,

Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu di Ligor yang

dibuktikan dengan Parasasti Ligor (755 M). Pendirian ibukota Ligor tersebut bukan

berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk

melakukan pengawasan lebih dekat terhadap aktivitas perdagangan di Selat Malaka

atau menghindari penyeberangan yang dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah

Genting Kra.

Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga,

pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas,

perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut

dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi dagang

dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

15

Page 16: Kerajaan Sriwijaya

H. Kehidupan Sosial dan Budaya

Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, serta

merupakan pusat agama Budha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Budha

Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan

tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) untuk belajar agama Budha dari seorang guru

bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar

India.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah

Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya

merupakan kerajaan maritim yang selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu

tempat dalam kurun waktu yang lama. Prasasti dan situs yang ditemukan di sekitar

Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682

M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi

Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa. Peninggalan sejarah

Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan

Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong

II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam

Telagorajo, Situs Muarojambi. Di Lampung, prasasti yang ditemukan adalah Prasasti

Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, ditemukan Candi Muara

Takus yang berbentuk stupa Budha.

16

Page 17: Kerajaan Sriwijaya

I. Hubungan Regional dan Luar Negeri

Meskipun catatan sejarah dan bukti arkeologi jarang ditemukan, tetapi

beberapa menyatakan bahwa pada abad ke-7, Sriwijaya telah melakukan kolonisasi

atas seluruh Sumatra, Jawa Barat, dan beberapa daerah di Semenanjung Melayu.

Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai

pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya

atas setiap kapal yang lewat. Palembang mengakumulasi kekayaannya sebagai

pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, Melayu, dan

India.

Kerajaan Jambi merupakan kekuatan pertama yang menjadi pesaing

Sriwijaya yang akhirnya dapat ditaklukkan pada abad ke-7 dan ke-9. Di Jambi,

pertambangan emas merupakan sumber ekonomi cukup penting dan kata

Suwarnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Kerajaan Sriwijaya juga

membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra, Semenanjung

Melayu, dan Kalimantan bagian Barat. Pada abad ke-11 pengaruh Sriwijaya mulai

menyusut. Hal ini ditandai dengan seringnya konflik dengan kerajaan-kerajaan Jawa,

pertama dengan Singasari dan kemudian dengan Majapahit. Di akhir masa, pusat

kerajaan berpindah dari Palembang ke Jambi.

Pada masa awal, Kerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan Sriwijaya.

Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand

17

Page 18: Kerajaan Sriwijaya

sebagai ibu kota terakhir kerajaan, walaupun klaim tersebut tidak mendasar. Pengaruh

Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya.

Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang)

Chaiya, Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala,

terutama dalam bidang kebudayaan dan agama. Sebuah prasasti tertahun 860 M

mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan seorang biara kepada

Universitas Nalada, Pala. Relasi dengan dinasti Chola di India selatan cukup baik dan

menjadi buruk setelah terjadi peperangan di abad ke-11.

Selain dengan Kerajaan Pala, Sriwijaya juga menjalin hubungan baik

dengan Kerajaan Cholamandala. Raja Sriwijaya yakni Raja Sanggrama

Wijayatunggawarman mendirikan sebuah biara (1006 M) di Kerajaan Chola untuk

tempat tinggal para bhiksu dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, persaingan di bidang

pelayaran dan perdagangan membuat keduanya bermusuhan.Raja Rajendra Chola

melakukan serangan ke Kerajaan Sriwijaya sampai dua kali. Serangan pertama tahun

1007 M mengalami kegagalan. Pada serangan kedua (1023 M) Kerajaan Chola

berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Sriwijaya, bahkan Raja Sanggrama

Wijayatunggawarman berhasil ditawan.

J. Masa Keemasan

18

Page 19: Kerajaan Sriwijaya

Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang dan

naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian,

Kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi

Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis

Muslim Ibn Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban

kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.

K. Masa Kemunduran

Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan

menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola meneruskan

penyerangan dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium

Sriwijaya. Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah

melemahkan hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya beberapa wilayah

dengan membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah kerajaan yang

berbasiskan pada pertanian.

Antara tahun 1079 - 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya

mengirimkan duta besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi

mengirimkan lebih dari dua duta besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya

telah bergeser secara bertahap dari Palembang ke Jambi. Ekspedisi Chola telah

melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai pusat kerajaan.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada

tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat

19

Page 20: Kerajaan Sriwijaya

dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni Sriwijaya dan Jawa (Kediri). Di Jawa

dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan

rakyat Sriwijaya memeluk Budha. Berdasarkan sumber ini pula dikatakan bahwa

beberapa wilayah kerajaan Sriwijaya ingin melepaskan diri, antara lain Kien-pi

(Kampe, di utara Sumatra) dan beberapa koloni di semenanjung Malaysia. Pada masa

itu wilayah Sriwijaya meliputi; Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Trengganu),

Ling-ya-ssi-kia (Langkasuka), Kilan-tan (Kelantan), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing (Jelutong),

Ts'ien-mai, Pa-t'a (Batak), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor), Kia-lo-hi (Grahi,

bagian utara semenanjung Malaysia), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-t'o (Sunda), Lan-

wu-li (Lamuri di Aceh), and Si-lan (Srilanka).

Pada tahun 1288, Singosari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, menaklukan

Palembang dan Jambi selama masa ekspedisi Pamalayu. Di tahun 1293, Majapahit

pengganti Singosari, memerintah Sumatra. Raja ke-4 Hayam Wuruk memberikan

tanggung jawab tersebut kepada Pangeran Adityawarman, seorang peranakan Minang

dan Jawa. Pada tahun 1377 terjadi pemberontakan terhadap Majapahit, tetapi

pemberontakan tersebut dapat dipadamkan walaupun di selatan Sumatra sering terjadi

kekacauan dan pengrusakan.

Kedudukan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan

besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan

Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan

dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting

20

Page 21: Kerajaan Sriwijaya

Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan

lemahnya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya.

Di masa berikutnya, terjadi pengendapan pada Sungai Musi yang berakibat

tertutupnya akses pelayaran ke Palembang. Hal ini tentunya sangat merugikan

perdagangan kerajaan. Penurunan Sriwijaya terus berlanjut hingga masuknya Islam

ke Aceh yang disebarkan oleh pedagang-pedagang Arab dan India. Di akhir abad ke-

13, Kerajaan Pasai di bagian utara Sumatra berpindah agama Islam.

Maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil

dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan

lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M.

Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan

Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.

21

Page 22: Kerajaan Sriwijaya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia,

bahkan dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India.

2. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti

dari sebutan negara maritimnya.

3. Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan

kerajaan baik di dalam maupun di lur negeri serta dari berita-berita asing.

B. Saran

1. “Jas Merah” : jangan pernah sekali-kali meninggalkan sejarah.

22

Page 23: Kerajaan Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

Bellwood, Peter and James J. Fox, Darrell Tryon. The Austronesians: Historical and

Comparative Perspectives.

Hirth, Friedrich and Chao Ju-kua, W.W.Rockhill. The Chinese and Arab Trade in the

Twelfth and Thirteen centuries. Entitled Chu-fan-chi St Petersburg, 1911.

http://wikipedia/sejarahkerajaansriwijaya/com

Karso, Drs, dkk. Pelajaran Sejarah Untuk SMTA kelas 1. Bandung: Penerbit

Angkasa, ISBN. 979-404-179-3-7, 1988.

Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay

Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet, pages 171, 143, 140, 132, 130, 124,

113. ISBN 981-4155-67-5, 2006.

Notosusanto, Nugroho, dkk. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: CV. Adhi

Waskita Semarang, ISBN. 979-462-144-7, 1992.

Soekmono, Drs. R. (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah

23