KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul...

155
i KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA JAWA, MADURA DAN ISLAM) STUDY TENTANG KEBUDAYAAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Oleh Habiibul Umam A92214100 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019

Transcript of KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul...

Page 1: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

i

KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA JAWA, MADURA DAN ISLAM)

STUDY TENTANG KEBUDAYAAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh

Habiibul Umam

A92214100

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019

Page 2: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : HabiibulUmam

NIM : A92214100

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Fakultas : Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya.

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan

adalah hasil penelitian /karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya. Jika ternyata dikemudian hari skripsi ini terbukti bukan hasil

karya sendiri, saya bersedia mendapatkan sanksi berupa pembatalan gelar sarjana

yang saya peroleh.

Surabaya,3 April 2019

Saya yang menyatakan

Page 3: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui

Tanggal, 3 April 2019

Oleh

Pembimbing

Prof. Dr. H. AhwanMukarrom, M.A.

195212061981031002

Page 4: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

iv

Page 5: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

v

Page 6: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

ABSTRAK

Skripsi berjudul “Kerajaan Lamajang Tigang Juru (Akulturasi Budaya

Antara Jawa, Madura, dan Islam) Studi Tentang Kebudayaan” ini fokus

merumuskan pertanyaan, metode penelitian dan jawaban hal hal sebagaimana

berikut adalah: 1) Bagaimana Kerajaan Lamajang Tigang Juru ? 2) Bagaimana

Migrasi Masyarakat Madura ? 3) Bagaimana Hasil Akulturasi Budaya Antara

Jawa, Madura dan Islam ?

Skripsi ini, ditulis dengan menggunakan metode penelitian sejarah

dengan langkah-langkah sebagai berikut: heuristik (pengumpulan data), verifikasi

(mengkritisi data), interpretasi (penafsiran data, dan historiografi (penulisan

sejarah). Penulisan ini menggunakan pendekatan Antropologi, yaitu pendekatan

yang digunakan untuk memaparkan Kerajaan Lamajang Tigang Juru beserta

Migrasi masyarakat Madura bersamaan dengan Akulturasi Budaya Antara Jawa,

Madura dan Islam. Teori yang digunakan adalah teori Akulturasi Budaya (Proses

Sosial) yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Koentjoroningrat yaitu proses sosial

yang timbul suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa,

sehingga unsur – unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke

dalam kebudayaan sendiri dan membuat suatu kebudayaan baru.

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa: 1) Kerajaan Lamajang Tigang

Juru berdiri pada tahun 1294 masehi yang dipimpin oleh Arya Wiraraja. 2)

Migrasi masyarakat Madura ke daerah Jawa timur dibagian timur pada tahun 1830

dan budaya di daerah Jawa timur bagian timur menjadi daerah tapal kuda dan

membentuk budaya baru yaitu Pendhalungan. 3) Akulturasi budaya Jawa, Madura

dan Islam di Kabupaten Lumajang terdapat tiga Akulturasi yaitu Kesenian Jaran

Kencak, Kesenian Glipang dan Tradisi Maulid Hijau.

Page 7: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

ABSTRACT

The thesis entitled "Lamajang Tigang Juru Kingdom (The Culture

Acculturation between Java, Madura, and Islam) Cultural Study" focuses on

formulating questions and research methods to answer: 1) How is the Lamajang

Tigang Juru Kingdom? 2) How is Madura Community Migration? 3) What are the

results of cultural acculturation between Java, Madura, and Islam?

This thesis is written using the historical research method with the

following steps: heuristics (data collection), verification (criticizing data),

interpretation (interpretation of data, and historiography (historical writing). The

writing used is the anthropological approach explaining the Lamajang Tigang Juru

Kingdom with the Madurese community migration and the cultural acculturation

between Java, Madura, and Islam. The theory used is the theory of Cultural

Acculturation (Social Process) proposed by Prof. Dr. Koentjoroningrat, a social

process that arises a group of humans with certain cultures dealing with elements

of foreign cultures in such a way that the elements of foreign culture are gradually

accepted and processed into their own culture and create a new culture.

From the study results, it is concluded that: 1) The Kingdom of

Lamajang Tigang Juru was established in 1294 AD and led by Arya Wiraraja. 2)

Migration of the Madurese to the eastern East Java in 1830 and the culture in the

eastern part of East Java became a horseshoe area and formed a new culture

namely Pendhalungan. 3) Acculturation of Javanese, Madurese and Islamic

cultures in Lumajang Regency consists of three acculturations, namely Jaran

Kencak Art, Glipang Art and Green Mawlid Tradition.

Page 8: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

ABSTRACT ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 11

D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 11

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ...................................... 12

F. Penelitian Terdahulu ............................................................ 16

G. Metode Penelitian ................................................................. 17

H. Sistematika Penulisan ........................................................... 18

BAB II : KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU .......................... 19

A. Asal Usul Lamajang Tigang Juru ......................................... 19

1. Berdirinya kerajaan Lamajang ........................................ 19

2. Kerajaan Lamajang Tigang Juru ..................................... 62

B. Demografi Kerajaan Lamajang Tigang Juru ........................ 70

C. Kawasan Pemerintahan Lamajang Tigang Juru ................... 74

1. Kawasan Kraton .............................................................. 79

2. Kawasan Kaputren .......................................................... 80

3. Kawasan Taman Sari ...................................................... 81

Page 9: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

4. Kawasan Sembahyang .................................................... 81

5. Kawasan Perdagangan .................................................... 82

6. Kawasan Kemiliteran ...................................................... 83

BAB III : MIGRASI MASYARAKAT MADURA ................................. 84

A. Sosial budaya Masyarakat Madura ..................................... 84

B. Migrasi Masyarakat Madura ke daerah Tapal Kuda ........... 92

C. Masyarakat Pendhalungan ................................................. 97

BAB IV : AKULTURASI BUDAYA JAWA, MADURA DAN ISLAM

................................................................................................ 100

A. Akulturasi budaya ............................................................... 100

B. Akulturasi budaya jawa, Madura dan Islam di kabupaten

Lumajang ............................................................................. 102

C. Bentuk Akulturasi budaya jawa, Madura dan Islam di

kabupaten Lumajang .......................................................... 109

1. Kesenian Jaran Kencak .................................................. 109

2. Kesenian Glipang ............................................................ 126

3. Tradisi Maulid Hijau ....................................................... 134

BAB V : PENUTUP .................................................................................. 139

A. Simpulan ......................................................................... 139

B. Saran ............................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran I

Lampiran II

Lampiran III

Lampiran IV

Lampiran V

Page 10: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata “kebudayaan” berasal dari kata sanskerta buddhayah, yaitu bentuk

jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-

budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada

sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari

kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu mereka

membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Demikianlah “budaya” adalah

“daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu.2 Dalam istilah

“antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya” di sini hanya

dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang

sama.

Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan

“kebudayaan”. Berasal dari kata Latin colere yang berarti “mengolah,

mengerjakan,” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang

arti culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk

mengolah tanah dan mengubah alam.”

Di samping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “ peradaban” hal yang

terakhit adalah sama dengan istilah Inggris civilization. Istilah tersebut biasa

dipakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus, maju,

dan indah, misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan-santun

1 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi ( Jakarta; Penerbit; Rineka Cipta; 2009), hlm. 146 2 Ibid,. hlm 146

Page 11: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dan sebagainya. Istilah

“peradaban” sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang

mempunyai system teknologi, ilmu pengetahuan seni bangunan, seni rupa, dan

system kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

sekumpulan anggota masyarakat.3 Merumuskan sebagai semua hasil karya,

rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan

kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang

diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta

hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.4 Ki Hajar Dewantoro

mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil

perjuangan manusia terhadap dua atau lebih pengaruh kuat, yakni zaman dan

alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi

berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan menghidupannya guna

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang lahirnya bersifat tertib dan

damai.5

Jadi, kebudayaan mencakup semuanya yang di dapatkan atau dipelajari

oleh manusia sebagai amggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala

sesuatu yang dipelajari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup

segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. Seorang

3 Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 150-151. 4 elo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta: Yayasan

Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964), hlm. 115. 5 Ki Hajar, Dewantara, Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1994)

Page 12: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

yang meneliti kebudayaan tertentu akan sangat tertarik objek-objrk

kebudayaan seperti rumah, sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan

sebagainya.

Akulturasi atau acculturation atau culture contact mengandung berbagai

arti di antara para sarjana atropologi, bahwa konsep itu mengenai proses sosial

yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan asing

yang sedemikiian rupa, sehingga unsur – unsur kebudayaan asing itu lambat

laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan

hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Terbukti bahwa tidak pernah

terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan. Unsur – unsur itu, seperti termasuk

dalam contoh tentang penyebaran mobil tersebut selalu berpindah – pindah

sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisah-

pisahkan.6 Secara antropologis, Akulturasi budaya dapat terjadi apabila ada

dua atau lebih kebudayan masyarakat yang keduanya memiliki kebudayaan

tertentu, lalu saling berhubungan. Perhubungan itulah yang menyembabkan

terjadinya sebaran (difusi) kebudayaan. Didalam proses sebaran kebudayaan

selalu dapat diperhatikan dua pross kemungkinan, yaitu menerima atau

menolak masuknya anasir kebudayaan asing yang mendatanginya. Dalam hal

menerima atau menolak pengaruh kebudayaan asing itu, yang amat berperan

ialah pola kebudayaan (pattern of culture) dari kedua masyarakat yang

bertemu itu. Jika ada pola yang sama atau hampir sama, kemungkinan

menerima kebudayaan asing lebih besar. Sebaliknya apabila tidak ada

6 Koentjaraningrat, Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit, Rineka Cipta, 2009), hlm.202.

Page 13: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

kesamaan pola kebudayaan dari keduanya yang bertemu itu, kemungkinan

menolak anasir asing itu lebih besar. Apabila anasir asing kebudayaan yang

datang diterima dan dapat menyesuaikan dengan pola kebudayaan yang

menerima, akan terjadi suatu proses pencampuran kebudayaan.7

Sebuah kebudayaan baru bisa terbentuk salah satunya melalui akulturasi

antar dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Diwilayah Jawa Timur

terdapat daerah yang mempunyai kebudayaan baru yang merupakan hasil dari

akulturasi antara kebudayaan Jawa dan Madura. Daerah ini disebut dengan

daerah Pandhalungan. Wilayah kebudayaan Pandhalungan merujuk kepada

suatu kawasan di wilayah pantai utara dan bagian timur provinsi Jawa Timur

yang mayoritas penduduknya berlatar belakang budaya Madura dan Jawa.

Secara budaya, yang disebut masyarakat Padhalungan adalah masyarakat

hibrida, yakni masyarakat berbudaya baru akibat terjadinya percampuran dua

budaya dominan. Dalam konteks kawasan “Tapal Kuda” Jawa timur. Pada

umumnya orang-orang Pandhalungan bertempat tinggal di daerah perkotaan.

Secara administrative kawasan kebudayaan Pandhalungan meliputi

Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bodowoso, Jember, dan

Lumajang.

Nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran

sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil

kajian. Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain, Prasasti Mula

Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa

7 Soewardji Sjafei; “Peran Local Genius dalam Kebudayaan” dalam Ayatrohaedi, Kepribadian Budaya bangsa: Local Genius; (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), hlm. 97-98.

Page 14: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Wijaya,Kitab Pujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.

Karena Prasasti Mula Manurung dinyatakan sebagai prasasti tertua dan pernah

menyebut-nyebut "Negara Lamajang" maka dianggap sebagai titik tolak

pertimbangan hari jadi Lumajang.8

Lumajang telah mengukir bagian dari masa lalu itu sendiri dengan

melintasi masa Kejayaan Kerajaan Singasari, Majapahit serta Mataram Islam,

hal ini dibuktikan melalui beberapa fakta sejarah yang pernah menyebut

tentang Kerajaan Lamajang yaitu diantaranya Prasasti Mula Malurung,

Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab

Pujangga Manik, Serat Babat Tanah Jawi,”Serat Kanda, Kidung Sorandaka,

Kidung Panji Wijayakrama, Kidung Ranggalawe, Prasasti Kudadu dan

Prasasti Sukamerta.9

Keberadaan Kerajaan Lamajang ditengarai pada masa Kerajaan

Singasari dengan rajanya Wisnuwardhana (Raja-Singasari keempat), dimana

pada waktu itu beliau bermaksud untuk mengembangkan sayap kekuasaannya

dengan setrategi membagi-bagikan beberapa wilayah kerajaannya yang masih

belum berkembang kepada para putranya untuk dijadikan suatu daerah

bawahan yang maju dan berkembang guna mendukung serta memperkuat

pengaruh kekuasaannya yang hal ini tertuang di dalam bukti sejarah berupa

Prasasti, Mula Malurung. Prasasti Mula Malurung ini sendiri diketemukan

pada tahun 1975 di Kediri dengan berangka tahun 1977 Saka yang berupa 12

lempengan tembaga dan pada lempengan VII halaman a baris 1 – 3 prasasti

8 Tim Penyusun; Laporan Survei di kabupaten Lumajang Provinsi jawa timur 1990;proyek penelitian purbakala Jakarta

pusat penelitian Arkeologi Nasional; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1995. hlm 1 9 Ibid,. hlm 2

Page 15: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Mula Manurung tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 1177 Saka Paduka

Sri Maharaja Sminingrat (Wisnuwardhana) menobatkan putranya Nararya

Kirana menjadi raja di Kerajaan Lamajang. Kemudian dari Prasasti Mula

Malurung tersebut dilakukan suatu penelitian / penghitungan dengan

menggunakan kalender kuno yang akhirnya ditemukan dalam perhitungan

tahun Jawa bahwa penobatan Nararya Kirana menjadi Raja di Kerajaan

Lamajang terjadi pada tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember

1255 M.10

Berawal dari sebuah kerajaan kecil yang kemudian Kerajaan

Lamajang berkembang dengan pesatnya mengingat daerahnya didukung oleh

potensi kesuburan tanahnya yang ditopang oleh 3 buah gunung berapi, yaitu

Semeru, Bromo dan Lamongan. Kemudian wilayah Kerajaan Lamajang ini

meluas pada masa awal berdirinya Kerajaan Majapahit (1293 M) hingga

meliputi sebagian Bali, Blambangan (Banyuwangi), Situbondo, Bondowoso,

Jember, Probolinggo, Pasuruan hingga sebagian Madura yang didalam sejarah

wilayah tersebut dikenal dengan sebutan Lamajang Tigang Juru dengan pusat

Ibukotanya di Lumajang pada saat ini. Hal ini terjadi karena wilayah Kerajaan

Majapahit yang pada waktu itu dibagi dua yaitu wilayah. Majapahit Barat dan

wilayah Majapahit Tumur (Lamajang Tigang Juru), mengingat Raden Wijaya

(Raja Majapahit pertama) menepati janjinya kepada Arya Wiraraja yang telah

membantunya hingga menjadi Raja Majapahit yang pertama dan menyerahkan

wilayah Majapahit Timur kepada Arya Wiraraja.

10 Ibid, hlm. 2

Page 16: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Pada masa Panembahan Senopati (1588 – 1601) dari Kerajaan

Mataram Islam, daerah Lumajang dan sekitarnya berhasil direbut dan dikuasai

dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam pada saat penaklukan daerah

sebelah timur Lamajang dan Renong (Kutorenon) oleh pasukan Kerajaan

Mataram Islam yang dipimpin oleh Ki Tumenggung Alap-Alap yang berada di

daerah Winongan atas perintah Raden Suro Tani.11

Dari lintasan perjalanan

sejarah yang panjang mulai dari masa Kerjaan Singasari, Kerajaan Majapahit

hingga Kerajaan Mataram Islam, tentunya Bumi Lamajang telah mengukir

sejarahnya sendiri pada masa lalunya dan sebagai saksi bisu akan kejayaan

Kerajaan Lamajang pada masa lalu. Didalam perjalanan sejarah Bumi

Lamajang tersebut, kemudian munculah tokoh-tokoh dari Bumi Lamajang

yang berperan pada masa itu seperti Nararya Kirana (Adipati Lamajang

pertama) tahun 1255 Masehi, Arya Wiraraja (Penguasa Kerajaan Lamajang di

era Kerajaan Majapahit) tahun 1294 Masehi.12

Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya.

Tradisi dan budaya Jawa hingga akhir – akhir ini masih mendominasi tradisi

dan budaya nasional di Indonesia. Di antara factor penyebabnya adalah begitu

banyaknya orang jawa yang menjadi elite Negara yang berperan dalam

percaturan kenegaraan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan

maupun sesudahnya. Nama – nama Jawa juga sangat akrab di telinga bangsa

Indonesia, begitu pula jargon atau istilah – istilah Jawa. Hal ini membuktikan

11 Mufiddah, Laila; “Ambisi mataram islam untuk menguasai blambangan: masa sultan agung dan amangkurat i abad ke-

17”; (Skripsi Uin Sunan Ampel Surabaya tahun 2016) 12 Tim Penyusun; Laporan Survei di kabupaten Lumajang Provinsi jawa timur 1990;proyek penelitian purbakala Jakarta pusat penelitian Arkeologi Nasional; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1995 hlm., 3

Page 17: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

bahwa tradisi dan budaya jawa cukup memberikan warna dalam berbagai

permasalahan bangsa dan Negara di Indonesia.13

Dalam sejarahnya, ternyata perlu dibedakan antara masuknya

Islam, penyebaran Islam, dan kelembagaan Islam. Bahwa ada tiga metode

penyebaran Islam ke tanah Jawa, datang dari bangsa India dan Arab, pertama

dibawa oleh para pedagang yang damai, kedua, oleh para da’I dan ketiga oleh

para wali songo, yang kemudian menetap menjadi warga peribumi dan

menikah dengan orang pribumi.14

Karena pada saat itu cirri utama misionaris

adalah berdagang lalu tinggal di Jawa kemudian menyebarkan ajaran Islam

pelan – pelan di tengah – tengah masyarakat majemuk yang telah lebih dulu

mengenal ajaran animism, Hinduisme, dan Budhaisme dalam kurun waktu

hamper lima belas abad.

Kemudian daripada itu, menjelang abad ke enam belas, Islam di

Indonesia mulai terpengaruh oleh budaya Islam orang Arab. Di mana Raja-

raja Jawa yang tadinya beragama Hindu maupun Budha pelan – pelan

memeluk Islam. Dengan demikian Islam murni sangat berpengaruh bagi

masyarakat Jawa khusunya Raja – Raja Jawa. Meskipun bergelar Raja namun

untuk menyempurnakan gelar “kesultanan” biasanya mereka pergi ke mekkah

untuk pergi haji dan mencari ilmu disana.15

Sepulangnya dari makkah, lalu

mendapatkan gelar sultan menambah kewibawaan para Raja Jawa.

14 Dr. Nur Syam, Islam Pesisir. (Yogyakarta: Lkis 2005), cet. I, h. 63. Bandingkan Mark R Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, terjemahan Hairus Salim HS

(Yogyakarta: LkiS 1999), cet I, hlm. 80 15Clifford Geertz, Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Budaya Jawa, Terjemahan Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto, (Depok: Komunitas Bambu, 2014), Cet. II, hlm. 292

Page 18: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Begitu juga pengaruh keyakinan agama yang mereka anut ikut

mewarnai tradisi dan budaya mereka sehari-hari. Masyarakat Jawa yang

menganut Islam santri, misalnya, lebih banyak terikat dengan aturan Islamnya,

meskipun bertentangan dengan budaya dan tradisi Jawanya. Hal ini karena

tidak sedikit tradisi-tradisi Jawa yang bertentangan dengan keyakinan atau

ajaran Islam. Sebaliknya bagi yang menganut Islam abangan tradisi Jawa tetap

dijunjung tinggi.

Dalam pengalaman ritual keagamaannya masyarakt Jawa selalu

taat terhadap apa yang telah digariskan oleh syariat agama. Dimana syariat

agama dalam Islam telah dijelaskan dan dirangkumdalam kelima rukun islam

yang dijalankan perintah sesuai kemampuannya. Islam tidak merepotkan

umatnya dalam mengaplikasikan sebuah ajaran yang terkandung di dalamnya,

begitu pula agama-agama yang lain tidak pernah ada pendapat mengatakan

bahwa agama itu menjadi sebuah bencana bagi manusia.

Unsur budaya Islam tersebar di Jawa seiring dengan masuknya

Islam di Indonesia. Secara kelompok dalam masyarakat Jawa telah mengental

unsur budaya Islam sejak mereka berhubungan engan pedagang yang

sekaligus menjadi mubaligh pada taraf penyiaran Islam yang pertama kali.

Pada awal interaksinya kebudayaan – kebudayaan ini akan saling

mempengaruhi baik secara langsung. Pada akhirnya kebudayaan yang berada

ini berbaur saling mempengaruhi antara budaya yang satu dan budaya yang

lain. Sehingga, saat islam sudah memiliki banyak pengikut dan legitimasi

politik yang cukup besar, dengan sendirinya kebudayaan Islam-lah yang lebih

Page 19: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

dominan dan melebut dalam satu kebudayaan dalam satu wajah batu. Unsur

kebudayaan Islam itu diterima, diolah dan dipadukan dengan budaya Jawa.

Karena budaya islam itu telah tersebar di masyarakat dan tidak dapat delakkan

terjadinya pertemuan dengan unsure budaya Jawa, maka perubahan

kebudayaan yang terjadi selam ini ada yang masih dapat menjaga identitas

budaya Jawa yakni dengan Akulturasi.16

Proses penyebaran Islam di Jawa terdapat dua pendekatan, yaitu

pendekatan Islamisasi Kultur Jawa dan Pendekatan Jawanisasi Islam. Melalui

Pendekatan Islamisasi kultur Jawa ini budaya Jawa diharapkan tampak

bercorak Islam, baik secara formal maupun substansial. Seperti penggunaan

istilah-istilah Islam, nama-nama Islam, pengambilan tokoh Islam dalam

berbagai cerita, penerapan hukum dan norma-norma dalam berbagai aspek

kehidupan, ini semua adalah beberapa contoh yang sering digunakan oleh para

pendahulu dalam mengakulturasikan antara budaya Jawa dan Islam.17

Di kabupaten Lumajang terjadi Akulturasi budaya antara Jawa dan

Madura yang disatukan oleh agama Islam. Proses Akulturasi budaya di

kabupaten Lumajang lebih banyak dipengaruhi oleh budaya orang – orang

Madura yang bermukim di Kabupaten lumajang, akulturasi budaya yang

hingga saat ini masih dilaksanakan bahkan menjadi salah satu ikon kabupaten

Lumajang, dari beberapa akulturasi budaya yang terkenal di Kabupaten

Lumajang ada tiga akulturasi yaitu Kesenian Glipang, tari Topeng Getak

kaliwungu tempeh, dan kesenian Jaran Kencak (ikon kabupaten Lumajang).

16 Sri Suhandjati Sukri,ijtihad Progresif Yadasipura II, (Yogyakarta:2004) hlm. 327 17 M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000). hlm. 120

Page 20: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kerajaan Lamajang Tigang Juru ?

2. Bagaimana Migrasi Masyarakat Madura di Lamajang Tigang Juru ?

3. Bagaimana Akulturasi budaya Jawa, Madura dan Islam di Kabupaten

Lumajang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin Mengetahui Kerajaan Lamajang Tigang Juru.

2. Ingin Mengetahui Migrasi Masyarakat Madura.

3. Ingin Mengetahui Akulturasi budaya Jawa, Madura dan Islam di

Kabupaten Lumajang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna, adapun kegunaan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Ilmiah (Teoritis)

a. Bagi penulis, penelitian ini mampu diharapkan bisa menambah

wawasan pengetahuan dan mampu memahami teori-teori yang

didapatkan saat berada dibangku perkuliahan.

b. Bertujuan untuk menambah ilmu khazanah islam di wilayah

Lumajang provinsi jawa timur.

c. Penelitian ini mampu dijadikan sumber informasi untuk penelitian

selanjutnya sehingga akan didapatkan penelitian yang

berkesinambungan.

2. Secara Akademik (Praktis)

Page 21: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

a. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya kajian sejarah dan

peradaban Islam, diarahkan menjadi sumber informasi bagi

penelitian di bidang yang sama dan memberikan wacana bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sejarah.

b. Diharapkan mampu menjadi sumbangan untuk memperkaya

keilmuan pada umumnya dan khususnya dalam bidang keilmuan

sejarah kelembagaan.

c. Penelitian ini mampu menjadi refrensi yang tepat untuk

pemahaman mengenai adanya Sejarah akulturasi budaya di

Lamajang Tigang Juru.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Penelitian ini menggunakan Pendekatan Historis, yaitu digunakan

untuk merekontruksi kejadiaan masa lampau secara sistematis dan obyektif.

Dengan pendekatan ini dapat menjelaskan Tentang Akulturasi Budaya di

Lamajang Tigang Juru.

Teori yang digunakan adalah teori Akulturasi budaya, Istilah akulturasi

atau kulturisasi mempunyai berbagai arti di berbagai para sarjana antropologi.

Tetapi semua sepaham bahwa itu merupakan proses sosial yang timbul bila

suatu kelompok manusia dengan satu kebudayaan dihadapkan dengan unsur-

unsur kebudayaan asing, sehingga dapat diterima dan diolah kedalam

kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan

asli.18

Akulturasi dalam lapangan itu sendiri merupakan kata pinjaman bagi

18 Abdurrahmat Fathoni, M.Si. Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar, (Jakarta; Rineka Cipta; 2006), hlm 30

Page 22: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

“kontrak kultural”. Ia memiliki pengertiannya sendiri yang amat spesifik yang

tidak bisa diberikan secara mudah atau tepat melalui formulasi ini. Dengan

demikian akulturasi merupakan fenomena modern, sedangkan pada umumnya

tidak dapat di pungkiri. Semua itu merupakan hasil dari “akulturasi”

(perpaduan) kebudayaan, antara Islam (sebagai agama sekaligus budaya).

Akulturasi sendiri bias dinamai “syncrotisme” (perpaduan antara dua

kepercayaan atau lebih), dengan budaya lokal setempat.19

Dalam buku “Antropologi Budaya”, Keesing mengartikan akulturasi

sebagai perubahan budaya yang disebabkan oleh kontak antara masyarakat,

paling sering digunakan untuk menunjuk adaptasi masyarakat tribal yang

berada dibawah dominasi masyarakat barat. Sedangkan dalam buku

“Pengantar Ilmu Antropologi”, Istilah akulturasi atau acculturation atau

culture contact mengandung berbagai arti di antara para sarjana antropologi,

bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok

manusia dengan suatu kebudayaan asing yang sedemikian rupa, sehingga

unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam

kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu

sendiri. Terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan.

Unsur-unsur itu, seperti termasuk dalam contoh tentang penyebaran mobil

tersebut selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks

yang tidak mudah dipisah-pisahkan.20

19 Ibid, hlm 31 20 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit, Rineka Cipta, 2009), hlm.202.

Page 23: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Menurut sebuah komite dari Social Science Research Council, akulturasi

adalah fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok – kelompok

manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan

mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, kemudian

menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu

kelompok atau pada kedua – duanya.21

Penelitian fenomena akulturasi dipelopori oleh J. Powell, tahun 1880,

terdiri dari R. Redfield, R. Linton dan M. Herskovits merumuskan definisi

akulturasi yang berbunyi:

“Akulturasi memahami fenomena yang terjadi ketika kelompok individu

yang memiliki budaya yang berbeda datang kedalam kontak tangan pertama,

dengan perubahan berikutnya dalam pola budaya asli dari salah satu atau

kedua kelompok.”

Perubahan dalam masyarakat menyebabkan terjadinya perubahan dalam

kebudayaan. Hal ini diawali dari gerak manusia dalam kehidupannya

membawa kepada gerak masyarakat dan kebudayaan yang disebut sebagai

proses sosial. Perubahan sosial yang terjadi berasal dari dalam masyarakat

atau kebudayaan sendiri, dan ada juga perubahan yang berasal dari luar.

Perubahan yang berasal dari dalam disebut evolusi. Sedangkan perubahan

yang berasal dari luar disebut difusi serta asimilasi dan akulturasi.22

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia

dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

21 Warsito, Antropologi Budaya (cet.I, Yogyakarta:Ombak,2012), hlm.152-153. 22 Sidi Gazalba, Antropologi Budaya Gaya Baru, (Cet II; Jakarta: Bulan Bintang,1974), hlm.153.

Page 24: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun

diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan

hilangnya kepribadian kebudayaan itu. Misalnya, masyarakat pendatang

berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara syukuran, secara

tidak langsung masyarakat pendatang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan

tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi

kebudayaan setempat tanpa menghilangkan kebudayaan setempat.

Dalam hal ini kebudayaan Jawa, Madura dan Islam menjadi sebuah

kebudayaan baru, dari teori di atas bahwa suatu masyarakat yang bermigrasi

ke tempat lain dan bergabung dengan masyarakat lokal lalu menciptakan

budaya baru, kebudayaan Jawa dan kebudayaan Madura sangat berbeda jauh,

di kabupaten Lumajang, banyak masyarakat Madura dan Jawa membaur

dalam hal kebudayaan dalam hal ini peran agama Islam yang menyatukan

kedua budaya yang berbeda tersebut. Bahkan salah satu budaya yang ada di

kabupaten Lumajang menjadi ikon Kabupaten.

Akulturasi budaya di Kabupaten Lumajang saat ini sangat banyak ada tiga

akulturasi budaya yang terkenal di Lumajang, yaitu Jaran Kencak, Tari

Glipang, dan Tradisi Maulid Hijau. Dari tiga budaya ini ada tiga unsur budaya

yang dibawa budaya jawa dan budaya Madura, sebagai bentuk toleransi antar

budaya ada agama Islam yang menjadi wadah kedua budaya tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan bantuan dari beberapa

kerangka teori. Teori sebagai pedoman guna memperjelas jalannya penelitian

dan sebagai pegangan atau pedoman pokok bagi penulis. Disamping sebagai

Page 25: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

pedoman, teori adalah salah satu sumber dan membantu penulis dalam

memecahkan masalah-masalah dalam penelitian.23

Teori ini tidak dapat

memberikan jawaban kepada penulis, tetapi teori ini dapat membekali penulis

pada penelitian dengan pertanyaan yang dapat diajukan terhadap obyek yang

dituju atau diteliti Kabupaten Lumajang. Teori dalam penelitian sejarah

sebagai alat bantu yang akan dipakai untuk menganalisis gejala-gejala tentang

peristiwa masa lampau.24

Teori yang dijelaskan di atas menurut penulis sesuai dan perlu untuk

digunakan dalam penelitian yang berjudul “Kerajaan Lamajang Tigang Juru

(Akulturasi antara Jawa, Madura dan Islam) Studi tentang Kebudayaan”

F. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian tentang topik yang serupa meliputi antara lain :

Primer

1.

2. Skripsi yang ditulis oleh Is’Aisyah berjudul “Islam Di Tempusari -

Lumajang” yang berisi tentang datangnya Islam di kecamatan

Tempursari.25

3. Jurnal yang ditulis oleh Dwi Setyo Rahardi dkk berjudul “ perkembangan

kesenian tradisional jaran kencak (kuda kencak) di kecamatan

yosowilangun kabupaten lumajang tahun 1972-2014.26

23 Imam Suprayogo et al, Metodelogi Penelitian Sosial – Agama (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2001), 129. 24 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode Sejarah, hlm. 157 25Is’Aisyah,Islam Di Tempusari – Lumajang,Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Adab, 1997 26 Dwi Setyo Rahardi dkk; perkembangan kesenian tradisional jaran kencak (kuda kencak) di kecamatan yosowilangun

kabupaten lumajang (tahun 1972-2014); Jurnal Universitas Negeri Jember Fakultas keguruan dan pendidikan, 2015

Page 26: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

4. Buku yang ditulis oleh Th. Esti Wuryansari dkk berjudul “Kesenian

Glipang Lumajang” diterbitkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya

(BPNB) di Yogyakarta tahun 2017.27

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian sejarah dengan mengguanakan

sumber primer dan sumber sekunder. Tahapan – tahapan yang harus ditempuh

yakni : Heuristik / pengumpulan sumber, Verifikasi / kritik sumber,

Interpretasi / penafsiran, dan Historiografi / penulisan sejarah.28

Sumber – sumber sejarah (Heuristik) di Peroleh dari Buku-Buku Sejarah

yang di tulis oleh para sejarawan dan Skripsi – Skripsi yang ditulis oleh para

mahasiswa tentang sejarah Lamajang tigang juru dan masuknya islam di

kabupaten Lumajang salah satu contoh buku yang ditulis oleh Mansur Hidayat

“Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru: Menafsir Ulang Sejarah

Majapahit Timur” dan Skripsi yang ditulis oleh Is’Aisyah berjudul “Islam Di

Tempusari - Lumajang” yang berisi tentang datangnya islam ke kecamatan

tempursari. Dan banyak lagi yang bisa dijadikan sumber primer.

Kritik sumber (Verifikasi sumber) peneliti harus melakukan

pengelompokan yang bersifat historis untuk mengetahui keontetikan sumber

untuk merekonstruksi tinjaun sejarah tentang Akulturasi Peradaban Jawa,

Peradaban Madura dan Islam dalam Membangun Kerajaan Lamajang Tigang

Juru. Penafsiran (Interpretasi) terhadap fakta – fakta sejarah dilakukan dengan

27 Th. Esti Wuryansari dkk; Kesenian Glipang Lumajang; Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB); Yogyakarta; 2017 28Nugroho Noto Susanto, Masalah Penelitian Sejarah, (Jakarta : Yayasan Idayu, 1978), hlm,. 35.

Page 27: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

menggunakan kerangka teoritis, teori Akulturasi Budaya yang dikemukakan

oleh Koentjaraningrat.

H. Sistimatika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman dalam menyajiankan pokok

permasalahan yang dibahas dalam proposal ini, maka perlu langkah – langkah

yang sistematis dalam penulisannya. Apabila dijabarkan sebagai berikut :

Bab pertama yakni Pendahuluan yang berisi tentang latar berlakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan tentang Kerajaan Lamajang Tigang Juru meliputi

Asal usul Lamajang Tigang Juru, Demografi Kabupaten Lumajang, dan

Kawasan – kawasan Pusat Pemerintahan Kerajaan Lamajang Tigang Juru.

Bab ketiga menjelaskan tentang Migrasi Masyarakat Madura di Lamajang

Tigang Juru meliputi Migrasi masyarakat Madura ke wilayah Lamajang

Tigang Juru, dan Proses Akulturasi antara Jawa, Madura dan Islam.

Bab keempat menjelaskan tentang Akulturasi budaya Jawa, Madura dan

Islam meliputi Kesenian Jaran Kencak, Kesenian Glipang, dan Tradisi Maulid

Hijau.

Bab kelima merupakan penjelasan bab terakhir yang berisi tentang

kesimpulan

Page 28: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

BAB II

SEJARAH LAMAJANG TIGANG JURU

A. Asal Usul Lamajang Tigang Juru

1. Asal Usul Lamajang

Penobatan Raja Kertarajasa Jayawardhana sebagai Raja Majapahit yang

dilakukan pada 10 november 1295 masehi ini secara hukum (de jure)

dapat dikatakan sebagai patokan berdirinya kerajaan Lamajang Tigang

Juru karena secara otomatis, sesuai dengan janji sang raja sewaktu dalam

perjuangan di Madura wilayah kerajaan akan di bagi dua bagian.29

Hal ini

sesuai dengan Kidung Harsa Wijaya yang menggambarkannya dalam

nyanyiam VI Kediri, 115b.

……115b. ndan sira Adhipating Madura wus sinung linggih

pinalih punang Yawadwipadenora Sri Narendra wus pinrenah wonten ing

Lumajang…

Artinya:

……115b. Maka beliau Adhipati Madura telah mendapatkan

kedudukan, dibagi dualah Pulau Jawa oleh Sri Narendra dan (Wiraraja)

telah ditetapkan di Lamajang…30

29Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan;

Bali; 2013), hlm., 81 30Ibid., 81

Page 29: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Nama Lamajang atau sebutan kuno untuk Lumajang pertama kali dipakai

dalam Prasasti Mula Malurung yang bertahun 1177 saka atau 1255

Masehi. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Nararya Sminingrat telah

memerintahkan 6 orang putranya menjadi juru atau raja – raja bawahan,

seperti Nararya Murdhaya atau Sri Kertanegara di Kadiri (Kediri),

Nararya Turuk Baku yang memerintah bersama suaminya Jayakatwang di

Glang-glang, a di morono, Nararya Ranajaya di Hring, Nararya

Shabajaya di Lwa, Nararya Kirana di Lamajang, dan Nararya Kulup

Kuda di Madura.31

Prasasti Mula Malurung ini adalah prasasti paling awal

dimana nama Lamajang (nama kuno untuk Lumajang) pertama kali

dikenal secara resmi. Namun kita tidak mengetahui banyak apa yang

terjadi pada masa Nararya Kirana memerintah, karena tidak ada sumber –

sumber lain yang mendukungnya. Di samping parasasti ini, nama

Lamajang disebut juga dalam Babad Pararaton maupun Babad

Negarakertagama dimana Lamajang Tigang Juru merupakan Wilayah

kekuasaan Arya Wiraraja sebagai penasehat utama wangsa rajasa dan

pendiri Majapahit.32

Selain prasasti ini, nama Lamajang banyak disebut dalam kitab –

kitab kuno seperti kitab Negara Kertagama maupun Kitab Pararaton.

Kedua kitab itu menyebutkan Lamajang (nama untuk Lumajang masa

kuno) sebagai daerah yang sangat penting mulai dari masa Majapahit awal

31 Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur,(pustaka larasan;

Bali;2013) hlm., 1 32 Slamet Muljana, Tafsir Sejarah: Nagara Kretagama (Yogyakarta; LKiS, 2009), hlm., 370.

Page 30: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

dan sebagai kedudukan dari Arya Wiraraja yang mendapat bagian tanah

Jawa bagian timur dengan nama Lamajang Tigang Juru sampai masa

Majapahit di zaman Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.

Penyebutan nama Lamajang banyak juga dijumpai didalam kidung –

kidung yang ditulis untuk menceritakan kebesaran Majapahit dengan para

tokohnya, seperti Kidung Ranggalawe, Kidung Harsawijaya, dan Kidung

Panji Wijayakrama. Sedangkan Babad Tanah Jawi menyebut peranan

penting Lamajang yang sudah berganti nama Lumajang pada abad ke-17.33

Di samping itu terdapat pendapat yang menyatakan nama

Lamajang itu dikaitkan dengan nama pohon empon – empon yang sangat

berguna bagi pengobatan tradisional dan juga penyedap masakan. Hal ini

dapat dibandingkan dengan kota - kota lain pada masa itu seperti

Majapahit yang namanya berasal dari buah maja, maupun nama daerah-

daerah yang ada di Lamajang sendiri, seperti senduro yang berasal dari

nama pohon Sindura, Pajarakan yang berasal dari nama pohon jarak,

Pasru Jambe yang berasal dari nama pohon jambe, Kunir yang merupakan

nama pohon kunir yang berguna untuk pengobatan tradisional, dan Klakah

yang berasal dari bahasa Madura yaitu Klekeh yang berarti pohon Jarak.

Oleh karena itu, Lamajang sendiri diperkirakan dari nama empon- empon

atau penyedap rasa yang banyak tumbuh di daerah ini. Nama Lamajang

diperkirakan dari kata pohon laja yang berarti pohon laos yang tumbuh di

33Sukarto K. Atmodjo, Mengungkap Masalah Pembacaan Prasasti Pasrujambe Berkala Arkeologi VII No.1, (balai

arkeologi Yoygyakarta; Yogyakarta;1986), hlm., 27-33.

Page 31: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

daerah ini. Hal ini masih bias dilihat dengan jelas karena untuk menyebut

buah laja secara halus masyarakat menyebutnya dengan kata Lumaos.34

Di masa Kerajaan Kadiri daerah Lamajang sudah dikenalkan sejak

zaman Raja Kameswara pada tahun 1182 Masehi dan mempunyai arti

penting sebagai tempat ritual di Gunung Semeru. Dalam

perkembangannya di daerah ini juga dikembangkan sentra- sentra

keagamaan karena kepentingan ritual para pejabat kerajaan sehingga

mereka perlu membuat tempat- tempat yang bisa disinggahi dalam

perjalanannya untuk melakukan ritual ke Gunung Semeru. Tempat- tempat

yang dibangun oleh kerajaan ini tentunya akan lebih maju dan berkembang

menjadi kota yang ramai pada masa itu karena dilengkapi dengan fasilitas

untuk kepentingan spiritual seperti asrama dan tempat pemujaan bagi para

pendeta.35

Hubungan pemerintahan pertama antara daerah Lamajang

dengan Kerajaan adalah dengan Desa Kertosari dengan diketemukannya

Prasasti Tesirejo dan Arca Lembu Nandini. Prasasti Tesirejo ini berbunyi:

Kaya Bhumi Sasi Iku yang artinya seperti bumi bulan itu. Namun kalimat

ini sebenarnya adalah candra sengkala yang bernilai 1113 Saka atau 1191

Masehi. Dengan adanya prasasti ini dapat kita artikan bahwa para petinggi

Kerajaan Kediri dalam rangka kunjungan ritual keagamaannya ke Gunung

Semeru telah mendirikan suatu tempat yang bisa digunakan sebagai

peristirahatan untuk mendaki Gunung Semeru. Tempat ini kemudian

berkembang menjadi suatu kota karena suatu kerajaan dalam membangun

34 Ibid, hlm., 33- 35. 35Goenadi nitihaminoto,”Strategi Operasional Ekskavasi Biting” (Repha III. Jakarta; pusat Arkesnas; 1986), hlm. 8

Page 32: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

daerah biasanya melengkapi dengan sarana dan fasilitas yang dapat

membuat penduduk sekitarnya menjadi tertarik untuk tinggal di daerah

yang baru didirikan sehingga daerah Kertosari ini merupakan kota pertama

yang maju di daerah Lamajang. Sedangkan Arca Lembu Andini sebagai

lambing wahana Dewa syiwa dapat dikatakan di Kertosari ini ditempati

oleh orang yang beraliran Syiwa.36

Setelah masa runtuhnya Kerajaan Kediri, arti penting daerah

Lamajang bagi kerajaan- kerajaan besar diteruskan oleh Kerajaan

Singasari. Dengan pengetahuan yang lebih lengkap tentang daerah

Lamajang sehingga Kerajaan Singasari lebih memaksimalkan daerah

Lamajang tidak hanya sebagai daerah yang penting untuk ritual suci

keagamaan, tetapi juga daerah yang penting untuk memasok kebutuhan

kerajaan dengan lahan pertanian yang sangat subur. Seperti kita singgung

diatas bahwa banyak daerah di Lamajang yang namanya berasal dari nama

tumbuhan, seperti Senduro, Pajarakan, Klakah, Kunir disamping nama

Lamajang sendiri yang prioritas dan primadona bagi pertanian di

Lamajang karena daerah ini mempunyai air yang sangat sesuai dan

tersedia sepanjang tahun dan sangat cocok untuk tanaman penghasil beras

ini.37

Keberadaaan Candi Gedong Putri yang diperkirakana sebagai

reruntuhan bangunan kuno yang merupakan kompleks pemukiman yang

lebih luas dan ditempati oleh bangsawan dengan kota pendukungnya. Hal

36Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur,(pustaka larasan;

Bali;2013), hlm. 10 37Ibid., hlm. 12

Page 33: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

ini dibuktikan dengan adanya sebuah arca yoni yang sangat indah dan

halus sekali buatannya dengan luasnya kompleks yang ada di situs ini.

Oleh karena itu, daerah Candipuro yang subur ini sangat cocok untuk

suatu pusat perkotaan bagi Kerajaan Singasari sehingga dapat

mengeksplorasi maupun mengontrol kekayaan alam yang ada di

Lamajang.38

Berkaitan dengan wilayah Lamajang yang selama ini telah menjadi

wilayah Kerajaan Singasari, kota- kota yang telah tumbuh di daerah ini

tetap dibina dan dikelola sebagai daerah penghasil pertanian yang

dibutuhkan oleh Singasari. Prasasti Mula Malurung merupakan bukti

otentik yang perlu ditafsirkan untuk melukiskan pengaruh Singasari di

Lamajang, Prasasti yang dikeluarkan oleh anak Raja Anusapati yaitu

Wisnu Wardhana ini dikeluarkan pada tahun 1255 Masehi yang salah

satunya berisi pengangkatan anak sang Maharaja Sminingrat (Wisnu

Wardhana), yaitu Nararya Kirana menjadi Juru atau raja bawahan yang

merupakan di Lamajang.39

Melihat pengangkatan seorang Jurua tau raja

bawahan yang merupakan anak dari Raja Singasari di Lamajang ini dapat

kita bayangkan bahwa potensi daerah Lamajang ini sudah dikenal

beberapa puluh tahun sebelumnya karena peresmian suatu daerah menjadi

suatu pemerintahan itu tidaklah diproses dalam waktu yang pendek. Jadi,

melihat kenyataan ini dapatlah kita simpulkan bahwa pada masa Rajasa

Sang Amurwabhumi, kota- kota peninggalan Kediri yang ada di Lamajang

38Sukarto K. atmojo, megnungkap Masalah pembacaan prasasti pasru jambe, berkala Arkeologi VII No.I, (1986) hlm. 12 39 Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur,(pustaka larasan; Bali;2013), hlm. 12

Page 34: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

seperti Kertosari tetap dibina dan malah dikembangkan ke daerah- daerah

dataran rendah sebagai daerah penghasil pertanian yang baik.

Pengembangan kota-kota kuno Lamajang pada masa Singasari

diperkirakan ada di daerah Candipuro karena letak daerah ini yang sangat

strategis, yaitu berada di lereng datar Gunung Semeru yang senantiasa

mendapat aliran air yang berkecukupan sehingga dapat dipakai sebagai

tempat pengumpulan bahan pertanian yang dihasilkan oleh daerah- daerah

sekitarnya maupun sebagai pusat pemerintahan yang menghubungkan para

pejabat Singasari yang ditempatkan di Wilayah Lamajang dengan pusat

kerajaan, yaitu di Singasari.40

Uraian tentang perkembangan dan kemajuan

daerah – daerah di Lamajang Selatan pada masa Kerajaan Singosati ini

dapat dilihat, dalam cerita rakyat Brandal Patih Hariyo Majusi yang

merupakan Patih dari Kadipaten Ngurawan. Cerita ini berasal dari Semeru

Selatan dan menceritakan tentang penculikan seorang putrid cantik

bernama Calon Arang yang sangat sakti dan dapat dikalahkan dengan cara

menculiknya lewat jalan dalam tanah (guwo). Penggalian ini dimulai dari

Gua Bimo yang terletak di pantai Damar Aguno. Dalam cerita rakyat ini

juga disebutkan terjadinya nama daerah – daerah Lamajang bagian selatan,

seperti Gondoroso, Kalibening, Sumber Urip, Kali Gede, Gunung Bayi,

dan Jago Kereng.41

40Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur,(pustaka larasan;

Bali;2013), hlm., 14 41cerita rakyat, Sarpani, “brandal Patih Hariyo Majusi; Daerah semeru selatan”, dalam “seminar hari jadi Lumajang”,

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Lumajang pada tanggal 14 mei 1990, tanpa halaman.

Page 35: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dalam sejarah Singosari perlu penulis paparkan di sini dikarenakan

Singosari adalah sebuah kerajaan yang telah serius mengembangkan

berbagai kota kuno di Lamajang dari yang awalnya hanya sebagai tempat

transit ritual menuju Gunung semeru maupun mengembangkan jasa

perdagangan untuk memenuhi kebutuhan para Brahmana yang telah

mengabdikan dirinya melayani upacara keagamaan. Memang kota – kota

kuno ini pada masa kerajaan Kediri diperkirakan hanya sebagai tempat

persinggahan dan bukan sebgai wilayah yang serius dikelola untuk

kepentingan kerajaan. Situasi kerajaan pada masa Singasari awal yang

dimulai pada tahun 1222 Masehi ini tidak memungkinkan raja-raja

Singasari untuk memikirkan lebih jauh wilayah – wilayah bekas kerajaan

Kediri yang direbutnya. Kita mengetahui bahwa pada masa pemerintahan

Sri Rajasa Sang Awabhumi atau Ken Angrok, situasi penggalangan

kekuatan intern Singasari sendiri maupun penyatuan daerah – daerah

Kediri adalah prioritas utama. Daerah Lamajang pada masa ini

diperkirakan berhubungan dengan Singasari adalah dalam kerangka ritual

suci maupun perdagangan yang sudah ada pada masa Kerajaan Kediri.

Ken Angrok42

atau Sri Rajasa Sang Awmurwabhumi memerintah sebagai

raja dalam waktu yang lama, yaitu dari tahun 1144 saka atau 1168 Masehi

sampai tahun 1222 Masehi.43

Belum ditunjuknya seorang putra mahkota

untuk menggantikannya telah menjadikan persaingan di antara para

42Suwardono, Tafsir baru kesejarahan ken Angrok: pendiri Wangsa rajasa (Yogyakarta: ombak, 2013), hlm. 5-6 43Ki .J Padmapuspita, Pararaton (Jogjakarta; Taman Siswa;1966), hlm. 23-24 & 64-65

Page 36: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

keturunannya saling berebut tahta.44

Pertentangan yang keras di antara

pewaris tahta yang sama – sama merasa berhak menjadi pengganti,

menyebabkan Sri Rajasa sendiri menjadi korban pertentangan di dalam

istana dengan pembunuhan yang digerakkan oleh anak tirinya, yaitu

Anusapati pada tahun 1246 Masehi. Dalam pararaton disebutkan keadaan

terbunuhnya Ken Angrok sebagai berikut:

“Mangkat Wong Batil maring dalem Kedhaton, kapanggih

Sang Amurwabhumi, sedengira anadah, tehet sinuduk sira. Duk

sira kacurna werhaspati pon ing landep masanira anadah sande

jabung, sampun surup prabangkara amasang sanda”

Artinya :

Berangkatlah Wong Bathil, masuk kedalam istana, dijumpau sang

Amurwabhumi sedang bersantap, ditusuk dengan segera oleh orang Batil.

Waktu ia cidera itu, ialah pada hari kamis pon, minggu landep, pada saat ia

sedang makan pada waktu senjakala, matahari telah terbernam, orang telah

menyiapkan pelita pada tempatnya.45

Pada tahun 1248 Masehi di pusat Kerajaan Singasari timbul

pertentangan intern yang kemudian menyebabkan terbunuhnya Raja

Anusapati oleh anak Ken Angrok dengan Ken dedes, yaitu Panji Tohjaya.

Menurut Babad Pararaton, pembuhunan ini dilakukan Tohjaya pada saat

terjadi sabung ayam yang menjadi kegemaran Anusapati sehingga

44Ibid., hlm. 21 & 64 45Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur,(pustaka larasan; Bali;2013), hlm. 16

Page 37: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

pertentangan internal di dalam kerajaan Singasari ini semakin meruncing.

Kematian Raja Anusapati yang merupakan keturunan Ken Dedes dengan

suami pertamanya, yaitu Adipati Tunggul Ametung maupun Mahesa

Wonga Teleng yang merupakan putra keturunan Ken Angrok dengan Ken

Dedes, perlu diketahui bahwa Panji Tohjaya sendiri merupakan keturunan

Ken Angrok dengan Ken Umang, yaitu istri selir sehingga dianggap tidak

berhak untuk menduduki tahta Singasari.

Sepeningal Panji Tohjaya, Ranggawuni yang merupakan putra

Raja Anusapati yang berasal dari Wangsa sinelir menjadi Raja Singasari

dengan gelar Abhiseka Sri Jayaswisnuwardhana dan nama panggilan

lainnya adalah Maharaja Sminingrat, sedangkan Mahesa Campaka yang

merupakan putra dari Raja Mahesa WongaTeleng menjadi Ratu

Angabhaya atau raja pembantu dengan gelar abhiseka Narasinghamurti.

Kedua pembesar ini bersatu membangun Kerajaan Singasari yang sempat

terbengkalai akibat dari perselisihan internal yang berlarut-larut di antara

keluarga raja sendiri. Persatuan antara keduanya diibaratkan Wisnu

dengan Indra yang tidak pernah berselisih.46

Persatuan antara Ranggawuni

dan Mahesa Campaka ini bertambah erat dengan adanya perkawinan

antara Ranggawuni dengan saudara perempuan Mahesa Campaka yang

bernama Nararya Waning Hyun yang diduga kakak perempuan Mahesa

Campaka sendiri dan ketika menjadi permaisuri namanya disebut sebagai

46Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan; Bali;2013), hlm.19

Page 38: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Jayawardhani. Nararya Waning Hyun atau Jayawardhani inilah yang

merupakan ibu dari Raja Kertanegara.

Setelah pemerintahan bersama antara Raja Wisnuwardhana dengan

Ratu Angabhaya Narasinghamurti, sebenarnya sisa ketidakpuasan

terhadap kekuasaan Singasari belum hilang sama sekali. Hal ini dapat

diberitakan pada tahun 1252 Masehi Raja Wisnuwardhana kemudian

menyerang seorang pemberontak bernama Lingga Pati yang ada di

Mahibit. Pemberontakan ini rupanya begitu kuat sehingga kekuatan

Singasari tidak bisa secara langsung membasmi pemberontakan ini

kemudian menggunakan pembangunan benteng di Canggu Lord an siasat

penyusupan maupun spionase. Mahesa Bungalam adalah seorang perwira

intelejen ulung yang disusupkan ke pertahanan musuh di Mahibit sehingga

pemberontakan ini bisa diakhiri dengan segera.47

Setelah pemeberontakan besar ini selesai, keadaan Kerajaan

Singasari menjadi relatif aman dari pemberontakan intern. Untuk

membalas jasa orang – orang yang telah berjasa dalam merebut kekuasaan

dan membantu menumpas para pemberontak yang merongrong

pemerintahannya, Raja Wisnuwardhana member hadiah berupa jabatan

yang layak dengan fasilitas memadai seperti tercantum dalam Prasasti

Mula Malurung yang berangka tahun 1255 Masehi dan diketemukan di

Singasari pada tahun 1975 dan diterjemahkan oleh Boechari dimana isinya

Maharaja Sminingrat (Wisnuwardhana) memberi anugerah daerah sima

47Padmapuspita, Ki .J Pararaton (Jogjakarta; Taman Siswa;1966), hlm 109 & 365

Page 39: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

atau daerah pejabat kerajaan yang sangat setia, yaitu Pranaja. Pemberian

sima ini merupakan penghargaan besar karena daerah ini akan dibebaskan

dari kewajiban membayar pajak secara turun-temurun bagi anak cucu

Pranaja.

Di samping keterangan mengenai balas saja sang Raja

Wisnuwardhana terhadap orang-orang yang telah mengabdi kepadanya,

Prasasti Mula Malurung ini telah banyak memberikan arah baru bagi

sejarah Singasari. Dalam Prasasti Mula Malurung ini dijelaskan

bagaimana pentingnya daerah Kediri sebagai salah satu kekuatan utama

Kerajaan Singasari dimana ketika kerajaan ini terjadi konflik, maka akan

memengaruhi daerah pusat, yaitu Singasari sendiri. Suatu keterangan

berharga lainnya dalam prasasti ini dijelaskan tentang kerajaan-kerajaan

penting yang menjadi daerah bawahan Singasari dan diperintah oleh raja-

raja bawahan yang merupakan keluarga dekat sang maharaja. Raja

bawahan yang ditunjuk oleh Maharaja Sminingrat untuk memerintah

setiap kerajaan bawahan atau kerajaan vassal, seperti kerajaan Madura,

yaitu Kulup kuda, Nararya Kirana yang merupakan putra Maharaja

Sminingrat memerintah Negaragung Lamajang, Kerajaan Kediri (Daha)

yang diperintah oleh Nararya Murddhaja yang merupakan putra mahkota

Singasari sendiri, Kerajaan Glang-glang yang menguasai wilayah

Wurawan diperintah oleh Nararya Turuk Bali yang merupakan anak

perempuan sang Maharaja yang memerintah bersama suaminya Sri

Jayakatwang yang juga keponakan maharaja, Kerajaan Morono yang

Page 40: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

diperintah oleh Sri Ratnaraja yang merupakan sepupu Maharaja, Kerajaan

Hring yang diperintah oleh Sri Shabajaya yang juga sepupu sang

maharaja.48

Pada masa pemerintahan Wisnuwardhana ini Kerajaan Singasari

mulai menemukan kedamaiannya sehingga pemerintahan kerajaan berjalan

lebih teratur dan mampu menyejahtrakan rakyatnya. Setelah konsolidasi

intern selesai yaitu dengan mengangkat Nararya Murdhaya sebagai putra

mahkota (Yuwa Raja) dengan gelar Abhiseka Sri Kertanegara pada tahun

1255 Masehi, maka Raja Wisnuwardhana mulai melakukan penguatan

kekuasaan yang mengarah ke luar, yaitu kea rah utara menuju Lajut Jawa.

Fungsi perbentengan di Canggu Lor yang terletak di tepi sungai Brantas

kemudian dikembangkan tidak saja sebagai funsi pertahanan semata,

namun juga sebagai tempat pelabuhan dan Bandar perdagangan yang

sangat menguntungkan bagi Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Masehi

Raja Wisnuwardhana meninggal yang kemudian di Waleri dekat Blitar

dengan arca Syiwa dan candi Jago (Malang) sebagai arca Buddha,

sedangkan Narasinghamurti menyusul setahun kemudian dan dicandikan

di Kumeper dan Wudi Kuncir.49

Pada masa pemerintahan Sri Kartanegara ini ada dua hal penting

yang patut dicatat. Pertama, penghapusan jabatan Ratu Angbhaya yang

selama ini dijabat oleh Narasiminghamurti yang berasal dari Wangsa

48Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan;

Bali;2013), hlm. 21 49Hadi Sidomulyo,Skripsi tentang napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca , (Surabaya; Unesa; 2007), hlm. 155

Page 41: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Rajasa sehingga Dyah Lembu Tal tidak menduduki jabatan penting dalam

pemerintahan Singasari sebagaimana ayahnya, yaitu Narasinghamurti.50

Hal ini kemudian diikuti dengan pemangkasan pengaruh Wangsa Rajasa

dari posisi – posisi penting pemerintahan seperti Patih senior Pu

Raganatha Tumenggung Wirakerti, dan pendeta Santasmerti, sedangkan

Babatangan muda Banyak Wide dipromosikan jauh ke luar wilayah

Singasari untuk menduduki jabatan Adhipati di Madura Timur. Di lain

pihak para pendukung Wangsa Sinelir banyak dipromosikan menduduki

jabatan penting, seperti Patih Mahesa Anengah Angragani, Kebo

Anabrang, maupun Jayakatwang sendiri. Oleh karena itu, pada masa awala

pemerintahan Sri Kertanegara terjadi ketidakpuasan dikalangan pejabat –

pejabat keratin dengan adanya pemberontakan Kelana Bhaya atau

Cayaraja pada tahun 1270-an Masehi.51

Kedua, padndangan politik luar

negeri Cakrawala Mandala mulai diterapkan sehingga segala kekuatan

dalam Negari Singasari dikerahkan untuk memujudkan politik

ekspansionis ini.52

Pada tahun 1269 Sri Kertanegara menugaskan seorang babatangan

(juru ramal dan penasehat politik) bernama Banyak Wide untuk menjadi

Adipati di Madura timur dengan pusat pemerintahannya di Sumenep

mengenakan gelar penobatan Arya Wiraraja. Seperti yang ditulis dalam

Babad Pararton sebagai berikut:

50Slamte Muljana, Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (Yogyakarta; LKiS;2011), hlm. 160-161 51Slamet muljana, Tafsir Sejarah: Nagara Kertagama, (Yogyakarta; LKiS; 2009), hlm. 112-115 52Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 27 & 70.

Page 42: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Hana ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak

Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira,

dinohaken, kinon Adhipatia Sungeneb, anger ing Madura wetan.

Artinya :

Adalah seorang hambanya, keturunan tetua di Nangka, bernama

Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak

dipercaya, dijauhkan, disuruh menjadi Adipati di Sungeneb, bertempat di

Madura sebelah Timur.53

Adapun tujuan dari pengangkatan Arya Wiraraja menjadi Adipati

di Madura timur, yakni pertama, mengurangi kekuatan Wangsa Rajasa,

karena tokoh muda ini dikenal sangat dekat dengan wangsa keturunan Ken

Angrok-Ken Dedes ini dan dikemudian hari menjadi penasehat utamanya.

Kedua, untuk lebih memperkuat kedudukan dan pengaruh Singasari di

pulau ini karena pemerintahan sebelumnya, yaitu Nararya Kulup Kuda

dirasa kurang maksimal. Pulau Madura ini dianggap sangat penting bagi

Sri Kertanegara karena letaknya yang bersebelahan dengan Jawa haruslah

dikuasai dengan sempurna untuk menjaga supaya tidak ada bibit

perlawanan di kalangan internal kerajaan maupun secara eksternalnya

menjaga kedudukan Singasari terhadap kerajaan-kerajaan di sekitarnya.

Penempatan Arya Wiraraja yang telah menjalankan roda pemerintahan di

53Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan;

Bali;2013), hlm. 29

Page 43: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

tanah Madura sangat menunjang program politik Cakrawala Mandala

yang terus digalakkan.54

Program politik Cakrawala Mandala yang mendapat dukungan

dari para pejabat Singasari yang berasal dari Wangsa Sinelir ini kemudian

mendapatkan halangan dari kekuatan luar negeri yang maha besar, yaitu

pengaruh kehadiran dan ancaman Mongol di Asia Tenggara. Politik

Internasional begitu memanas, dimana Kekaisaran Mongol yang

menguasai kekuatan internasional waktu it uterus menebar ancaman pada

kerajaan-kerajaan yang tidak mau tunduk kepada pemerintahannya. Perlu

diketahui bahwa kekaisaran mongol ketika itu adalah penguasa dunia yang

telah melakukan berbagai penaklukan. Di lain pihak Kerajaan Singasari

dengan Raja Kartanegara yang sukses melaksanakan politik Cakrawala

Mandala di Nusantara tidak mau tunduk begitu saja pada kekuatan

Monggol yang begitu besar.55

Perang urat saraf antara Kerajaan Mongol

dengan Kerajaan Singasari di Asia Tenggara ini mulai memanas pada

tahun 1270-an. Corak kepemimpinan Sri Kertanegara yang dinamis dan

ekspansionis ini harus berhadapan dengan Kaisar Kubilai Khan yang juga

mempunyai corak ekspansionis dan lebih mendunia. Untuk menghadang

pengaruh Kerajaan Mongol di Asia Tenggara Raja Kertanegara melakukan

persiapan-persiapan dengan mendekati kerajaan tetangga untuk

menggalang kekuatan bersama. Persahabatan ini diterima dengan baik di

54Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 111-113 55Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan; Bali;2013), hlm. 30

Page 44: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

kerajaan-kerajaan, seperti Siam dan Campa. Hal ini penting karena

kerajaan-kerajaan ini merupakan jalur yang digunakan oleh tentara

Mongol menyerang Jawa.56

Pada tahun 1275 kerajaan Singasari mengirimkan pasukan

angkatan laut yang begitu besar di bawah pimpinan panglima Kebo

Anabrang. Ekspedisi ini kemudian dikenal dengan nama ekspedisi

Pamalayu yang artinya perang melawan Melayu.57

Tujuan ekspedisi ini

adalah menundukkan Kerajaan Malayu Dharmacraya dalam rangka

pelaksanaan politik Cakrawala Mandala sehingga dengan menguasai

pelabuhan-pelabuhan Melayu yang ada di sungai Batanghari atau di

daerah Jambi sekarang yang mana sangat dekat dengan jalur pelayaran di

selat malaka Kerajaan Singasari dapat mengontrol perdagangan di

kawasan ini dan menjadi kekuatan terpenting di Nusantara.

Pada tahun 1284 Raja Kertanegara masih mengirim pasukan

Singasari untuk menundukkan Kerajaan Bali yang merupakan Wilayah

penyangga bagi Jawa. Pendudukan Bali ini sangat penting karena dengan

menguasai daerah ini tentu saja selain menguntungkan secara ekonomi

dimana upeti dan perdagangan hasil bumi akan mengalir ke pusat kerajaan

dan juga secara militer Kerajaan Singasari akan mendapatkan banyak

sekutu dan pasukan jika ada peperangan terbuka dengan Kerajaan Mongol.

56 Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm. 152-153 57 Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan; Bali;2013), hlm. 32

Page 45: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Pengiriman pasukan ke Bali ini berhasil dengan baik karena sejak lama

Bali merupakan kekuasaan kerajaan Jawa secara tradisional.58

tokoh Banyak Wide atau yang lebih dikenal juga dengan nama

Arya Wiraraja ini merupakan tokoh yang mempunyai cerita ikatan batin

dengan beberapa tempat yang ia besarkan, seperti Sumenep dan Lamajang.

Namun selain kedua tempat, Pulau Dewata juga mempunyai kedekatan

dengan tokoh ini dan diabadikan dalam Babad Manik Angkeran yang

merupakan pedoman bagi para keturunan Arya Wiraraja yang dinamakan

dirinya Arya Wangbang Pinatih. Oleh karena itu, disini akan penulis

kemukakan juga beberapa versi dari kelahiran tokoh Arya Wiraraja sesuai

dengan tradisi tulis dan lisan setempat. Dalam versi Madura, menurut

catatan yang ditulis oleh para pengarang dari Madura, tokoh bernama

Banyak Wide ini dilahirkan di sebuah desa bernama Karang Nangka,

Kecamatan Ruberu, Kabupaten Sumenep. Penelusuran para penulis ini

juga didasarkan pada naskah Pararaton dimana disebutkan bahwa tokoh ini

lahir di desa bernama Nangka. Di samping itu dalam cerita tutur juga

disebutkan salah satu pusat pemerintahan di Sumenep. Hal ini juga

didukung oleh penemuan potongan patung yang berasal dari masa awal

Kerajaan Majapahit. Versi Bali, Banyak Wide atau yang kemudian dikenal

dengan nama Arya Wiraraja mempunyai hubungan emosional dan

geneologi tersendiri bagi sebagian masyarakat di Bali. Hal ini dikarenakan

sebagian keturunan tokoh ini sekarang mendiami berbagai daerah yang

58Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 34 & 79

Page 46: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

ada dipelosok Pulau Dewata. Menurut Babad Manik Angkeran yang

merupakan suatu pedoman utama dari keluarga besar Wang Bang Pinatih

yang merupakan keturunan Arya Wiraraja yang ada di Pulau Bali, kakek

moyangnya adalah pendeta Buddha yang berasal dari Jawa, yaitu Dang

Hyang Bajrasatwa.59

Pendeta sakti ini kemudian menurunkan anak laki-

laki bernama Dang Hyang Tanuhun atau Mpu Lumpita. Dari Mpu Lumpita

ini kemudian lahir anak 5 anak laki-laki yang belakangan dikenal dengan

Panca Tirtha karena keutamaanya.

Putra yang sulung bernama Mpu Gnijaya, putra kedua bernama

Mpu Semeru, putra ketiga Mpu Ghana, putra keempat bernama Mpu

Kuturan atau Rajakretha yang kemudian dikenal sebagai penasehat Raja

Udayana dari Kerajaan Warmadewa dan yang kelima adalah Ida Mpu

Bharadah yang kemudian menjadi penasihat Raja Airlangga dari Kerajaan

Kahuripan. Dari putra kelima, yaitu Ida Mpu Bharadah ini seorang

pendeta bernama Mpu Bahula yang dalam cerita calon Arang kemudian

beristri Ratna Manggali. Dari pasangan ini kemudian lahir seorang putra

bernama Mpu Tantular seorang pendeta dan penyair tersohor maupun

pengarang Kakawin Sutasoma yang didalamnya tercantum semboyan

“Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi semboyan Negara Indonesia.60

Mpu Tantular ini kemudian menurunkan 4 putra laki-laki yaitu,

yang pertama adalah Ida Dang Hyang Panawasikan, yang kedua adalah

59Ngurah Putu puja astawa, Babad Manik Angkeran, (Denpasar: tanpa penerbitan, tanpa tahun), hlm. 2 60Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 36

Page 47: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Mpu Bekung atau Dang Hyang Hyang Siddhimantra, yang ketiga adalah

Dang Hyang Smaranatha dan yang keempat adalah Dang Hyang Soma

Kepakisan. Dari Putra kedua yang bernama Mpu Siddhimantra ini

kemudian menurunkan seorang putra yang lahir dari api pemujaan

bernama Ida Bang Manik Angkeran. Dari keturunan Ida Bang Manik

Angkeran ini lahir seorang putra pertama bernama Ida Wang Bang Banyak

Wide atau yang lebih dikenal dengan nama Arya Wiraraja, sedangkan

putra kedua bernama Ida Wang Bang Tulus Dewa, putra ketiganya

bernama Ida Wang Bang Wayabiya dan yang keempat Sira Agra Manik.61

Dari Babad Manik Angkeran ini jelaslah bahwa Banyak Wide atau Arya

Wiraraja lahir di Desa Besakih, kecamatan Rendang, Kabupaten

Karangasem, Pulau Bali. Versi Lumajang, Dalam Babad Pararaton

disebutkan bahwa ia “dinohaken” atau dijauhkan yang dapat diartikan

sebagai pengangkatan di tempat yang jauh dimana ia tidak mempunyai

relasi kekeluargaan. Akan tetapi, pemilihan kerajaannya ketika di pulau

Jawa di bagi dua dengan Nararya Sanggramawijaya dapat ditafsirkan

sebagai kemauannya sendiri untuk memilih wilayah Lamajang. Hal ini

tentu saja dapat diperkirakan bahwa seorang Arya Wiraraja mengetahui

Seluk-beluk daerah ini dan yang lebih memungkinkan bahwa ia

mempunyai garis keturunan dari Lamajang yang kemudian menjadi bekal

utamanya dalam membangun suatu fondasi kerajaan di daerah ini. Hal ini

di kuatkan dengan pemberitaan Pararaton yang menyebutkan bahwa ada

61Ngurah Putu puja astawa, Babad Manik Angkeran, (Denpasar: tanpa penerbitan, tanpa tahun), hlm. 13-18

Page 48: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

seorang babatangan yang jika diartikan adalah seorang tukang ramala atau

tokoh spiritual yang menjadi penasihat masalah kenegaraan Kerajaan

Singasari yang bernama Banyak Wide yang keturunan sesepuh di Desa

Nangka.62

Banyak Wide pada masa pemerintahan Raja Kertanegara ini

masih berusia cukup muda namun merupakan penasihat yang cerdik dan

mumpuni. Banyak Wide dilahirkan pada tahun 1232 Saka bagaimana

disebutkan dalam Babad Pararaton sebagai berikut:

“Sira Banyak Wide atuwuh patang puluh tiga duk pamalayu”

Artinya:

Ia Banyak Wide berumur 43 tahun pada peristiwa penyerangan

Melayu.63

Memang pada masa itu setiap kerajaan yang ada di tanah Jawa

selalu memakai jasa seorang tokoh spiritual untuk menganalisis dan

memecahkan masalah-masalah kenegaraan yang dihadapi oleh suatu

kerajaan. Kita tahu bahwa pada masa itu fungsi seorang tokoh spiritual

sangat penting dan diperlukan hamper semua bidang. Tidak hanya dalam

masalah kenegaraan saja tokoh spiritual ini diperlukan, tetapi juga dalam

bidang sosial kemasyarakatan seperti pemecahan kehidupan sehari-hari

maupun bidang kesehatan. Pada masa itu fungsi babatangan dapat

disamakan dengan peran ulama atau kyai pada masa kini. Contoh yang

paling mendekati adalah Sejarah Kerajaan Kahuripan pada Abad ke-11

62Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 27-70 63Ibid., hlm. 27-70

Page 49: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

dimana Raja Airlangga memercayakan pembagian kerajaan menjadi dua

untuk putra-putranya kepada penasihat spiritual bernama Mpu Bharada.64

Pada awal kariernya, Banyak Wide bekerja dan mengabdi pada

ratu Angabhaya Narasinghamurti yang berasal dari keturunan Ken Angrok

dan Ken Dedes atau dinasti rajasa (rajasa wangsa). Pengabdian dan

kecerdasan Banyak Wide ini telah mendongkrak kariernya cepat

berkembang dan dihormati oleh para pejabat Kerajaan Kediri pada waktu

itu. Pada saat Raja Wisnuwardhana dengan Nasaminghamurti sebagai

Ratu Angbhaya karier atau kecakapan Banyak Wide mulai diketahui

khalayak umum. Analisis dan solusi tentang hal-hal yang rumit dalam

masalah kenegaraan yang dihadapi Kerajaan Singasari dapat diselesaikan

dengan banyak masukan darinya.65

Posisi Banyak Wide sendiri merupakan penasihat ulama Wangsa

Rajasa karena kedekatannya dengan keluarga ini sejak zaman

Narasminghamurti dan senantiasa member nasehat yang diperlukan oleh

Dyah Lembu Tal sebagai seorang wakil terkemuka pengabdian keluarga

Banyak Wide, seperti Lembu Sora dan Mpu Nambi yang mengabdi di

Kediri dan begitu dekat dengan Nararya Sangramawijaya, sehingga

nantinya akan menjadi pengikut setia dalam mendirikan Majapahit.66

Pada akhir kerajaan Singasari keadaan politik menjelang

keruntuhan Singasari begitu memanas dimana antarkelompok kepentingan

64 Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm. 173-174 65 Ibid., hlm 174 66Ibid., hlm. 149-151

Page 50: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

melakukan manuver-manuver politk yan terkadang jauh dari kewenangan

yang dimilikinya. Program politik Cakrawala Mandala yang diterapkan

oleh Sri Kertanegara banyak mengeluarkan dana sehingga menguras kas

kerajaan dan menyebabkan kehidupan ekonomi dalam negeri Singasari

mulai redup. Akan tetapi, karakter politik Raja Kertanegara yang memang

berambisi menjadi pemimpin Nusantara tidak bisa dikendalikan begitu

saja.67

Setelah mengirimkan ekspedisi ke Bali pada tahun 1284 Masehi,

kekuatan Singasari kembali dikirim dipimpin oleh Mahamentri Mpu

Brahmaadanyawa ke daerah Melayu Dharmasraya. Pengiriman pasukan

ini adalah kedua kalinya dimana pengiriman pasukan pertama pada tahun

1275 Masehi oleh Senopati Kebo Anabrang belum bisa menundukkan

kerajaan ini dengan sepenuhnya. Pengiriman ekspedisi yang kedua ini

sebenarnya lebih dimaksudkan untuk menuntaskan pendudukan

Dharmasraya sambil juga member penghargaan kepada Raja

Tribuawanaraja Mauliwarmadewa ketika sudah ditundukkan dengan

member berbagai hadiah seperti yang ditunjukkan dalam Prasasti padang

Reco yang bertahun 1286 Masehi.68

Keadaan politik semakin bertambah runyam dengan sikap Sri

Kertanegara yang begitu dekat atau bisa dikatakan beralih memeluk agama

Buddha. Hal ini tentu saja membuat kaum Brahmana penganut aliran

67Ibid., hlm. 113-114 68Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 47

Page 51: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

Syiwa sangat kecewa terhadap Sang Raja sehingga mereka enggan

mendukung kepemimpinan Sang Raja. Kedekatan Raja Kertanegara ini

dapat dilihat dari penobatannya sebagai Jina yang merupakan gelar

tertinggi dalam agama Buddha. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam

Babad Pararaton aliran Buddha Tantrayana yang dianut Raja Kertanegara

mendapat sorotan negative dibandingkan dengan Babad Negara

Kertagama yang memuji kedekatan ini setinggi langit. Hal ini bisa

dimaklumi karena Babad Pararaton diperkirakan ditulis oleh golongan

Brahmana dari aliran Syiwa, sedangkan Babad Negara Kertagama ditulis

oleh Dang Acarya Nadendra sebagai petinggi Buddha. Penentangan kaum

Brahmana yang mempunyai pengaruh politik yang kuat pada waktu itu

menyebabkan kekuatan politik Sri Kertanegara menjadi rapuh dan mudah

untuk dijatuhkan. Perlu diingat kembali bahwa kejatuhan Raja Dandang

Gendis atau Kertajaya dari Kerajaan Kediri melawan Ken Angrok pada

tahun1222 Masehi dikarenakan pengusirannya kepada golongan ini

terhadap Sang Bhatara Guru atau Ken Anggrok yang akhirnya

meruntuhkan Wangsa Isyana tersebut.69

Pada tahun 1289 ada seorang utusan kekaisaran Mongol bernama

Meng Khi datang ke istana Singasari untuk meminta raja Jawa tunduk dan

mengirim upeti kepada Kubilai Khan yang telah berkuasa di sebagian

besar dunia pada waktu itu. Raja Kertanegara yang telah lama mempunyai

program politik Cakrawala Mandala yang ingn mengusai daerah

69Slamet muljana, Tafsir Sejarah: Nagara Kertagama, (Yogyakarta; LKiS; 2009), hlm. 234-235

Page 52: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

Dwipantara dan telah melakukan berbagai penaklukan di Jawa, Bali, dan

Sumatra tidak mau mengikuti permintaan ini dan bahkan sebagai tanda

menolak, utusan mongol tersebut dipotong telinganya. Hal ini tentu saja

menimbulkan penghinaan bagi Kubilai Khan sehingga kerajaan besar ini

kemudian mempersiapkan diri untuk menyerang tanah Jawa.70

Dalam Pararaton diceritakan bahwa puncak pertentangan ini terjadi

pada tahun 1292 Masehi ketika Adipati Jayakatwang menyerang Raja

Kertanegara yang sedang pesta mabuk-mabukkan di istana. Sementara itu,

kekosongan pasukan karena pasukan Singasari dikirim ke medan

pertempuran utara sehingga istana dapat dengan mudah direbut dan Raja

Kertanegara dapat dibunuh sehingga menyebabkan runtuhnya Singasari

dan sisa-sisa pasukan yang dipimpin Nararya Sanggramawijaya melarikan

diri sampai ke Madura.71

Pelarian sisa pasukan Wangsa Rajasa ke Madura

ini diterima dengan baik karena hubungan Arya Wiraraja dengan Nararya

Sanggamawijaya yang begitu dekat. Belum lagi para pengikut Nararya

Sanggamawijaya yang merupakan keluarga dekat Arya Wiraraja seperti,

Lembu Sora dan Mpu Nambi. Di Madura, sambutan hangat kepada

Nararya Sanggramawijaya ini tetap dilakukan dengan member segala

keperluan Nararya Sanggramawijaya, seperti makanan, minuman, pakaian,

dan fasilitas kerajaan serta nasihat-nasihat kenegaraan yang berguna.

Kejadian ini dicatat dalam kidung Panji Wijayakrama:

70Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan;

Bali; 2013), hlm. 50 71Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 28 & 71.

Page 53: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

“sesampai di Madura, Pangeran Wijaya dan kawan-kawan

langsung menuju Sumenep mencari Arya Wiraraja yang sedang rapat di

aulanya. Begitu mereka tiba, Wiraraja menghentikan pertemuan, keluar

dan menghilang, yang membuat mereka bingung. Tapi tak lama berselang,

ia kembali dengan membawa seekor kuda, menyambut mereka dengan

keramahan yang luar biasa seraya meminta Pangeran Wijaya agar naik ke

punggung kuda tersebut. Arya wiraraja mengantar para tamu ke rumahnya,

tempat mereka disambut dengan pakaian baru, makanan dan minuman

yang telah disiapkan istri Wiraraja. Pangeran wijaya terkejut akan

keramahan Arya Wiraraja sontak menyatakan bahwa seanadainya ia

berhasil menguasai Jawa, ia akan membai rata daerah kekuasaanya dengan

Arya Wiraraja……”.72

Seperti yang telah dijelaskan Kidung Panji Wijayakrama di atas

dan diperkuat oleh Prasasti Kudadu maupun Pararaton, Nararya

Sangramawijaya menjanjikan pada suatu saat jika memenangkan

perjuangan Adipati Arya Wiraraja “akan diberi separuh tanah Jawa”. Janji

inilah yang kemudian dikenal sebagai “Perjanjian Sumenep” menjadi

cikal-bakal dan landasan hokum bagi berdirinya Kerajaan Lamajang

Tigang Juru. Babad Pararaton menceritakan perjanjian ini sebagai berikut:

“……Andikanira Raden: “Bapa Wiraraja, tan sipi gunge

hutangisun ingsira, munkatekan sdhayanisun, isun parone tembe Bhumi

72 Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 56

Page 54: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

Jawa, siraamukti sapalih”. Aturira Wiraraja: “Sawadinipun, pukulan

lamun pakanira jumenenga ratu”.

Artinya:

“……berkata Raden Wijaya: ”Bapak Wiraraja, tidak sedikit besar

hutang saya kepadamu, kalau tercapai maksud saya, saya paro besok pulau

Jawa, engkau akan menikmati yang separo dan saya yang separo”.

Menjawab Wiraraja: terserah, Tuanku, apabila Tuanku hendak menduduki

Tahta”.73

Sambutan Arya Wiraraja yang luar biasa disertai saran-sarannya

yang sangat berharga telah membuat semangat Nararya Saggramawijaya

bangkit kembali. Setelah beberapa waktu mengungsi di Madura, Arya

Wiraraja menyarankan agar Nararya Sanggramawijaya untuk

menggunakan taktik seolah-olah menyerah kepada Adipati Jayakatwang

yang sekarang telah mengangkat dirinya menjadi raja dengan kedudukan

di Kediri. Pada mulanya saran ini ditolak, tetapi melihat yang

mengeluarkan seperti itu adalah penasehat utama Wangsa Rajasa yang

telah terbukti kelihaian, kecerdikan serta kesetiaannya terhadap

keluarganya, Nararya Sanggramawijaya akhirnya menuruti. Nararya

Sanggramawijaya kemudian berangkat menyerahkan diri ke Kediri dengan

diantar oleh keluarga besar Arya Wiraraja sendiri yang telah menjadi

pengikutnya sejak lama. Raja Jayakatwang, sendiri yang berhubungan baik

73 Ibid., hlm. 56

Page 55: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

dengan Arya Wiraraja menyambut baik kabar ini dan kemudian mengutus

menteri Segara Winotan untuk menyambut rombongan ini di pelabuhan

Jung Biru.74

Sambutan hangat dilakukan oleh Raja Jayakatwang, dimana

kedatangan Nararya Sanggramawijaya di Kediri dianggap merupakan

suatu kemenangan besar bagi dirinya sebagai legitimasi persatuan antara

dua keluarga besar yang berseteru dan menjadi Nararya Sangramawijaya

sebgai tahanan kota. Apalagi jika melihat Arya Wiraraja yang berada di

Madura sebagai penjaminnya sehingga Raja Jayakatwang sangat

memperhitungkannya karena posisi daerah Madura yang merupakan

wilayah strategis dan perlu dirangkul serta ide-ide Arya Wiraraja yang

sangat cemerlang sehingga akan diperlukannya dalam memperkuat

kedudukannya sebagai Raja Jawa. Nararya Samangrawijaya sendiri selama

ada di ibu kota Kediri selalu menunjukkan sikap sopan dan sangat

menghargai Raja Jayakatwang sebagaimana saran dari penasehatnya.

Segala yang diperintahkan oleh Raja Jayakatwang dilakukannya dengan

senang hati sehingga menyebabkan kecurigaan Sang Raja berangsur-

angsur menjadi memudar. Karena kepercayaan Raja Jayakatwang, maka

ketika Nararya Sangramawijaya mengusulkan untuk membangun suatu

desa di sebelah utara sebagai tempat peristirahatan Raja Jayakatwang jika

sedang berburu sehingga usulan ini diterima dengan memberikan tanah di

74Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm. 183

Page 56: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

hutan Terik. Dalam membangun desa ini sebagai tanda kesetiaan Adipati

Madura tersebut kepada penguasa baru.75

Setelah disetujui pembukaan desa di hutan Terik tersebut segera,

Adipati Arya Wiraraja ata Banyak Wide mengirimkan orang-orang

Madura untuk membuka hutan dan akan dijadikan desa persinggahan.

Orang – orang Madura yang terbiasa bekerja di dalam lingkungan dan

tanah yang tandus bekerja dengan senang hati karena suburnya daerah

yang baru dibuka ini. Dalam kisah pembangunannya, diceritakan orang –

orang Madura kehabisan bekal dan memakan buah maja yang banyak

tumbuh di hutan Terik tersebut sehingga nama daerah baru itu dinamakan

Majapahit. Setelah selesai pembangunan Desa Majapahit tersebut, banyak

orang – orang Madura menempati tanah baru ini dengan senang hati

karena kesuburan tanahnya. Nararya Sangramawijaya kemudian diizinkan

ke Majapahit beberapa bulan setelah pembukaan untuk mempersiapkan

segala perlengkapan raja Jayakatwang jika berburu kelak.76

Pada bulan

Mertasa tahun 1214 Saka (1292 Masehi) Nararya Sangramawijaya minta

izin kepada Raja Jayakatwang untuk menengok perkampungan yang baru

didirikan di hutan Terik. Sesampai di Majapahit, Nararya Sangramawijaya

melihat perkampungan ini sudah berdiri teratur dengan rumah-rumah

berjajar yang diisi oleh orang-orang Madura suruhan Arya Wiraraja untuk

menetap di Majapahit. Daerah yang sudah dibuka berupa sawah telah

75Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 32 & 76. 76Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 58

Page 57: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

ditanami dan tanamannya tampak menghijau. Setelah kedatangannya di

perkampungan yang baru ini, Nararya Sangramawijaya tidak pernah

menghadap lagi ke Kediri dan membuat segala persiapan untuk

memberontak pada Jayakatwang. Masyarakat Singasari mulai banyak

berbondong-bondong pindah ke daerah yang baru ini. Sementara itu

banyak prajurit Madura yang menyamar menjadi rakyat mempersiapkan

pertanian dan melatih masyarakat yang baru datang dalam olah

keprajuritan.

Sementara Nararya Sangramawijaya berpikir taktis tentang

bagaimana mempersiapkan orang-orangnya menjadi lascar untuk

melakukan perlawanan pada Raja Jayakatwang, Arya Wiraraja bertugas

mempersiapkan strategi perlawanan terhadap Kediri sambil menyiapkan

pasukan Madura yang terlatih. Letak Madura yang strategis dan

merupakan pelabuhan ramai sejak zaman Singasari merupakan salah stu

gerbang utama jawa terhadap perdagangan asing. Arya Wiraraja sendiri

banyak menyerap dan bertukar informasi ini, Arya Wiraraja menyarankan

pada Nararya Sangramawijaya untuk menahan diri menanti hari yang baik

dan memanfaatkan kedatangan bangsa Mongol yang akan datang dalam

waktu tidak lama lagi. Hal ini dikarenakan sedikitnya orang-orang

Majapahit yang terlatih dalam olah keprajuritan dan sedikitnya prajurit

Madura dibandingkan kekuatan prajurit Kediri yang berkali lipat.77

77Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 33.

Page 58: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

Pada tahun 1287 Masehi Kerajaan Annam (Vietnam) dipaksa

mengakui kekuasaan Mongol dan mengirimkan upeti. Setelah itu berturut-

turut Tibet dan Thailand tunduk dan mengirim upeti kepada kekaisaran

Mongol. Kerajaan Campa sendiri lebih memilih mangakui Mongol secara

damai, tetapi tetap menjalin hubungan secara rahasia dengan Singasari

yang dibuktikan dengan adanya perkawinan antara putri Tapasi dari

Campa dengan Raja Singasari.78

Setelah penaklukan daerah-daerah daratan Asia Tenggara selesai,

maka focus dan perhatian Kerajaan Mongol diarahkan pada Nusantara

yang kemudian berusaha dibendung oleh kekuatan Singasari yang lebih

dahulu menanamkan pengaruhnya di Sumatra. Pada tahun 1289 Masehi ,

Kubilai Khan mengirim Duta bernama Meng Khi dan disambut

penghinaan oleh Raja Singasari, yaitu Sri Kertanegara dengan memotong

telinga sebagai suatu pertanda tantangan perang. Oleh karena itu, Kubilai

Khan mulai mempersiapkan tentaranya untuk melakukan hukuman atas

penghinaan yang dilakukan oleh pasukan Singasari tersebut. Sambil

menunggu angin baik, pasukan Mongol dikumpulkan dari 3 daerah di

Cina, yaitu Fukien, Kiang-Si, dan Hukuang. Diperkirakan jumlah pasukan

ini sebesar lebih dari 200.000 pasukan dengan pasukan inti yang terdiri

dari pasukan berkuda yang terlatih sebanyak 50.000 orang yang berasal

dari kesatuan berkuda di Ching-Yuan dekat Ning Po (selatan Sanghai)

yang berada langsung dibawah pemimpin Shih Pi. Perlu diketahui bahwa

78Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm. 152-153

Page 59: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

pasukan berkuda Mongol ini adalah pasukan gerak cepat dan terlatih

dalam berbagai medan pertempuran, di Asia barat maupun Eropa. Secara

kesulurahn pasukan besar ini dipimpin Shi Pi dengan pembantunya, yaitu

Ike Mese dan Kau Hsing. Dari nama-nama di atas dapat dilihat bahwa

Shih Pi adalah panglima yang merupakan orang Mongol asli, sedangkan

Kau Hsing merupakan orang Cina.79

Armada kapal besar ini kemudiann

menyusun strategi peperangan dan mendarat di pelabuhan Tuban pada 1

Maret 1293 Masehi. Dari Tuban, Shih Pi mendengar bahwa seorang

penguasa local bernama Tuhan Pijaya (Nararya Sangramawijaya) akan

bergabung untuk menyerang Raja Jawa yang ada di Kediri bernama Haji

Katang (Jayakatwang) yang menggantikan raja terdahulu yang meninggal,

yaitu Katakamala ( Kertanegara). Utusan dari Majapahit bernama Shih-la-

nan-da-cha-ya bersama 14 orang lainnya kemudian menghadap komandan

tentara Mongol dan meminta bantuan karena tentara Kediri hendak

mengepung Majapahit. Ike Mese segera datang ke Majapahit dan

mendirikan pertahanan di Canggu. Pasukan Kediri yang menyerang terdiri

dari tiga jurusan dapat dipatahkan berkat bantuan pasukan Mongol ini.

Pasukan Kediri yang menyerang dari barat dan tenggara dapat dipatahkan

oleh Kau Hsing.80

Seminggu setelah serangan ini pasukan Mongol bersiap untuk

membalas serangan balasan untuk menyerang Kediri. Pasukan besar ini

79Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan;

Bali; 2013), hlm. 62 80Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm 124.

Page 60: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

kemudian dibagi menjadi 3 bagian. Satu pasukan dibawah pimpinan Shih

Pi sendiri berlayar menyusuri Sungai Brantas menuju Kediri, satu pasukan

dibawah pimpinan Ike Mese menyerang Kediri dari jurusan timur, satu

pasukan di bawah pimpinan Kau Hsing menyerang dari arah Barat.

Tentara Madura sendiri dengan tentara Majapahit menyerang dari arah

timur bersama tentara pimpinan Ike Mese. Pertempuran awal mulai terjadi

di hulu Sungai Mas, dimana kekuatan Kediri yang terdiri dari 100 kapal

dapat dilumpuhkan dan kapal-kapalnya di sita, sedangkan pasukannya

sebagian besar yang melarikan diri ke induk pasukan yang ada di Kediri.

Di ibu kota Kediri inilah pasukan Jayakatwang berusaha untuk

mempertahankan kotanya dengan kekuatan pasukan sebanyak 100.000

orang.81

Pada tanggal 19 Maret 1293 ketiga pasukan Mongol bertemu di

pinggiran Kota Kediri untuk menyusun strategi serangan yang sangat

menentukan. Pada tanggal 20 Maret 1293, pagi hari terdengarlah suara

kentongan bertalu-talu pertanda perang antara pasukan Mongol dan

pasukan Kediri dimulai. Serangang besar-besaran itu berlangsung sampai

3 kali karena pasukan Kediri sudah siap berperang habis – habisan

mempertahankan kotanya. Kebo mundarang, Panglet, dan Kebo Rubuh

yang menjaga kota Kediri dari sebelah timur berhadapan dengan pasukan

Mongol yang dibantu pasukan Madura dan Majapahit. Pertempuran masih

berlangsung sampai sore dimana tentara Kediri yang terdesak dan kocar-

81 Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur, (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 64

Page 61: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

kacir. Beberapa ribu prajurit Kediri yang melarikan diri terjun ke sungai

Brantasdan 50.000 orang prajurit mati terbunuh. Dalam pertempuran

tersebut, Panglet gugur oleh Lembu Sora, Kebo Rubuh dibunuh oleh

Nambi, dan Kebo Mundarang dikalahkan Ranggalawe. Melihat kekuatan

Kediri yang mulai terdesak Raja Jayakatwang pun ke luar bertempur

menuju arah utara dengan bersenjata perisai. Akhirnya Raja Kediri ini

terkepung dan tertangkap oleh pasukan Mongol untuk kemudian ditawan

pada sore harinya.82

Sementara itu sisa pasukan Kediri sudah kocar-kacir,

salah satu putra dari Jayakatwang melarikan diri ke pegunungan yang ada

di sekitar Kediri. Kau Hsing kemudian ditugaskan untuk melakukan

pengejaran pangeran ini dengan disertai 10.000 pasukannya. Pengejaran

itu berlangsung cukup lama sehingga Kau Hsing tidak mengetahui bahwa

Nararya Sangramawijaya telah diizinkan oleh Panglima tertinggi Shih Pi

dan Ike Mese untuk pulang ke Majapahit yang disertai dengan 20.000

orang pasukan Mongol. Sekembali dari pengejaran yang sukses

menangkap pangeran Kediri tersebut, Kau Hsing mempertanyakan kenapa

Nararya Sangramawijaya diizinkan untuk balik ke Majapahit. Kecurigaan

ini terbukti dengan dibunuhnya para prajurit Mongol yang telah

mengikutinya. Karena kecurigaan ini Kau Hsing meminta izin panglima

Shih Pi untuk mengejar Nararya Sangramawijaya sambil kembali menagih

janji untuk memboyong putri-putri Jawa yang telah dijanjikan.83

82Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm 198 83Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013) hlm., 66

Page 62: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

Setelah berhasil menyusul Nararya Sangramawijaya ke Majapahit,

Kau Hsing mencoba menghilangkan kecurigaan orang-orang Majapahit

dengan meminta putrid-putri Jawa yang telah dijanjikan. Nararya

Sangramawijaya tidak bisa berbuat banyak karena mengetahui kekuatan

besar pasukan yang ada di hadapannya, namun dalam lubuk hatinya

terdalamnya ia tidak menyetujui permintaan ini karena menyerahkan

putrid-putri Kertanegara berarti akan membuat pemerintahannya maupun

keturunannya kelak akan mengalami jatuh kewibawaanya. Hal ini

dikarenakan tahta yang sesungguhnya berada dipundak putri Kertanegara

tersebut. Namun, pemecahan kemudian muncul ketika sang penasehat

Wangsa Rajasa, Arya Wiraraja yang mengatakan bahwa ia akan mengatur

siasat dan akan member pelajaran berharga pada pasukan Mongol tersebut.

Arya Wiraraja kemudian meminta pasukan Mongol untuk menjemput para

putri tersebut keesokan harinya dan dengan syarat tidak boleh membawa

senjata. Hal ini semata-mata karena permintaan putrid-putri tersebut

karena trauma akan dua peristiwa hebat yang mengguncang dirinya.

Pertama, karena para putri masih terbayang peperangan hebat yang

mengakibatkan ayah dan keluarga besar mereka gugur, kedua,mereka juga

baru melewati peperangan yang besar di Kediri. Melihat alasan yang

rasional ini, Kau Hsing pun menerima dan baru keesokan harinya datang

menjemput para Putri tersebut di Desa Majapahit.84

84Ibid., hlm. 67

Page 63: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

Siasat telah disiapkan oleh Arya Wiraraja untuk menghadapi

pasukan pemenang perang tersebut. Orang – orang Mongol kemudian

datang dengan penuh percaya diri tanpa membawa perlengkapan perang.

Setelah memasuki gerbang desa Majapahit dengan segera kunci ditutup

dari luar dan dalam yang disertai serangan mendadak oleh pasukan yang

dipimpin oleh Lembu Sora, sedangkan orang – orang Mongol yang diluar

diserang oleh pasukan yang dipimpin oleh Ranggalawe dan kemudian

dikejar sampai di pelabuhan Canggu dimana mereka menyandarkan kapal-

kapalnya. Setelah melihat keadaan tidak memungkinkan lagi Kau Hsing

pun lantas meloloskab diri dengan pasukannya pulang ke negerinya.

Sementara itu Shi Pi dan Ike Mese yang ada di Kediri diserang secara

mendadak oleh gabungan pasukan Madura dan Majapahit, kemudian

memperoleh banyak dukungan dari masyarakat sekitar sehingga pasukan

Mongol ini harus melayani serangan secara terus – menerus di sepanjang

perjalanan dari Kediri menuju ke Canggu. Karena serangan ini pasukan

Mongol hanya bisa bertahan dan mundur supaya tidak menderita kerugian

yang lebih banyak lagi. Shih Pi sendiri berpikir dengan jatuhnya Kediri

tidak ada lagi tujuan yang harus dicapai oleh pasukan besar ini. Dalam

perjalanan mundur ke Canggu dilaporkan bahwa kerugian paling banyak

diderita oleh pasukan berkuda andalan Mongol. Medan tanah Jawa yang

berawa-rawa dengan di kelilingi hutan membuat pasukan berkuda yang

ditakuti di medan Eropa ini menjadi sasaran empuk pasukan pimpinan

Nararya Sangramawijaya dan Arya Wiraraja tersebut. Dilaporkan pasukan

Page 64: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

berkuda Mongol menderita kerugian sebanyak 50.000 prajurit gugur. Oleh

karena itu, setelah sampai di ujung Galuh dengan membawa Raja

Jayakatwang dan putranya sebagai tawanan. Pada tanggal 24 April 1293

Masehi Shi Pi memerintahkan untuk membunuh kedua orang tersebut dan

memerintahkan pasukan gabungan ini untuk memangkat jangkar

meninggalkan kekalahan di tanah Jawa smabil membawa 100 tawanan,

peta, daftar penduduk, surat-surat bertulis emas dari Bali dan barang

berhaga senilai 500.000 tahil perak dan selamatlah tanah Jawa dari

penjajahan yang paling kejam dimula bumi. Sesampau di Mongol sendir,

Kubilai Khan sebagai Kaisar Agung sangat dipermalukan sehingga Shih Pi

kemudian mendapat hukuman atas kekalahan ini.85

Dalam pararaton diceritakan bahwa sepuluh hari setelah

mundurnya pasukan Mongol dari tanah Jawa ini datanglah tentara

Pamalayu pimpinan Kebo Anabrang yang kembali pulang dari Sumatra

setelah menunaikan tugas selama 18 tahun lamanya. Kepulangan tentara

Pamalayu ini sambil membawa dua orang putrid dari Melayu, yaitu Dara

Jingga dan Dara Petak. Dara Jingga atau putrid yang lebih tua kemudian

diambil istri oleh pejabat tinggi Majapahit, sedangkan yang muda, yaitu

Dara Petak diperistri oleh Nararya Sangramawijaya sendiri.86

Tentang persiapan untuk penobatan Nararya Sangramawijaya

menjadi Raja Majapahit dilakukan oleh adipati Arya Wiraraja sebagai

85Ibid., hlm. 68 86Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 79

Page 65: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

bagian tugasnya menjadi penasihat Wangsa Rajasa. Kidung Harsawijaya

banyak menceritakan penobatan ini dilakukan oleh pendeta agung

Santasmerta atas permohonan sang Adipati Madura tersebut.87

Para

anggota Wangsa Sinelir untuk sementara waktu harus menemui kenyataan

menjadi kaum yang tersingkir, tidak punya posisi di pemerintahan sampai

dijauhkan dari masyarakat. Hal ini menjadikan dendam di antara mereka

menjadi semakin panas dan setiap kubu saling mengintai untuk mencari

kesempatan.

Keadaan politik yang sangat kondusif ini telah menyebabkan

pembangunan Desa Majapahit terus digenjot. Para kadehan maupun rakyat

Majapahit sangat bergembira menyambut datangnya masa baru yang

menjanjikan ini. Di samping itu rakyat Singasari dan Daha juga banyak

yang pindah ke daerah baru ini sehingga makin ramailah keadaan

penduduk daerah Majapahit. Jadi, paling tidak ada rentang waktu selama 5

bulan, sejak bulan Mei setelah terusirnya tentara Mongol dari tanah Jawa

sampai penobatan Nararya Sangramawijaya di bulan November

pembangunan Majapahit dari sebuah desa kecil menjadi calon ibu kota

dilakukan. Persiapan penobatan Nararya Sangramawijaya diserahkan

kepada Adipati Arya Wiraraja dari Madura karena kemampuannya sebagai

babatangan sejak dahulu tidak diragukan lagi. Penobatan itu sendiri tidak

dilakukan dengan serta-merta karena harus dicari lebih dahulu hari yang

dianggap paling baik menurut perhitungan Jawa untuk penobatan seorang

87Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 72

Page 66: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

calon raja besar. Menurut Kidung Harsawijaya penobatan Nararya

Sangramawijaya ini dilakukan pada: ri purneng kartikamasa, pancadasi

sukleng kacatur (waktu sempurna/ purnama pada bulan kartika tanggal 15

bulan paro terang) atau tepatnya pada 10 November 1293 Masehi yang

dianggap juga sebagai berdirinya Kerajaan Majapahit. Persiapan

penobatan itu dilakukan oleh Adipati Arya Wiraraja yang memang tidak

pulang ke Madura dan untuk tinggal di Majapahit bersama Maharesi Mpu

Santasmerta. Mulai pagi hari Adipati Arya Wiraraja (Banyak Wide)

mempersiapkan saji-sajian bunga-bungaan.88

Dengan demikian, berdasarkan data tersebut di atas sudah cukup

jelas bahwa Arya Wiraraja yang pada waktu itu masih resmi menjadi

Adhipati Madura, mengambil peranan aktif pada waktu upacara penobatan

(abhieka) yang dilakukan oleh pedeta agung atau Maharsi Santasmerti.

Supaya penobatan itu dilakukan secepatnya, juga karena permohonan

Arya Wiraraja, agar sesuai dengan dharma (kewajiban yang baik) seorang

raja, yaitu memberikan anugerah secepatnya kepada para kadehan

(pengikutnya). Untuk itu, sudah sepantasnya pembagian tanah Jawa

menjadi dua dimana wilayah timur atau kemudian dinamakan Lamajang

Tigang Juru diberikan secepatnya setelah penobatan raja pada tahun 1293

tersebut.89

88Sukarto K. Atmodjo, Mengungkap Masalah Pembacaan Prasasti Pasrujambe Berkala Arkeologi VII No.1, (balai

arkeologi Yoygyakarta; Yogyakarta;1986), hlm. 64-65 89Ibid., hlm. 66

Page 67: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Setelah dinobatkan menjadi raja besar Majapahit Nararya

Sangramawijaya mendapat gelar Abhiseka Kertarajasa Jayawardhana

yang diikrarkan sebagai penerus Wangsa Rajasa dari Kerajaan Singasari

yang runtuh pada tahun 1292 Masehi. Nama gelar penobatan itu sendiri

mempunyai arti, yaitu Kerta yang berarti memperbaiki tempat atau tanah

Jawa dari kekacauan dan menimbulkan kesejahteraan bagi rakyat, rajasa

mengubah suasana gelap menjadi terang benderang, Jaya yang berarti

kemenangan sedangkan wardhana berarti menghidupkan segala agama

dan melipatkan gandakan hasil bumi.90

Penobatan ini juga diikuti dengan

pemberian anugerah kepada para pengikut dan teman-teman seperjuangan

yang telah mendampingi dalam suka dan duka, seperti Mahapatih

Amangkabumi yang diberikan kepada Mpu Nambi. Pemberian jabatan

Mahapati Amangkubumi terhadap Mpu Nambi ini dilakukan dengan

pertimbangan banyak hal, seperti kesetiaan, keturunan, dan juga

kebijaksanaan. Mpu Nambi ini merupakan salah seorang pengikut setia

dari zaman Sang Raja masih muda dan kemudian berlanjut pada masa

suka-duka perjuangan salah satu penghubung ketika Sang Raja melakukan

pelarian ke Madura. Hal yang terakhir dan menjadi pertimbangan adalah

watak Mpu Nambi yang mampu mengontrol emosi dengan disertai

perhitungan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Kemudian

Menteri Amancanegara diberikan kepada Ranggalawe yang juga salah

satu putra Adipati Arya Wiraraja dan berkedudukan di Tuban sebagai

90Slamet muljana, menujuk puncak kemegahan: Sejarah kerajaan Majapahit (Yogyakarta: LKIS,2001), hlm. 126.

Page 68: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

salah satu pelabuhan dan pintu masuk bagi Kerajaan Majapahit waktu itu.

Mpu Sora sendiri diberikan jabatan sebagai patih di Daha sebagai daerah

yang sering bergejolak sehingga bisa dikontrol dengan baik nantinya.

Sedangkan teman-teman seperjuangan yang lain mendapatkan jabatan

yang setimpal dengan jasa-jasanya pada waktu perjuangan mendirikan

Majapahit.91

Setelah pengangkatan Kertarajasa Jayawardhana sebagai Raja

Majapahit dan sesuai dengan dharma seorang ksatriya, Raja Kertarajasa

Jawardhana memenuhi janjinya dengan membagi dua tanah Jawa yang

dikuasainya, yaitu di bagian barat yang kerajaannya dikenal dengan nama

Majapahit yang beribu kota di daerah sekitar Trowulan, Mojokerto

sekarang. Adipati Arya Wiraraja sendiri kemudian mendapatkan bagian

timur dimana berkedudukan di Lamajang (Kabupaten Lumajang

Sekarang).92

Untuk lebih jelasnya kita uaraikan di sini nama-nama pembesar

Majapahit menurut Prasasti Kudadu (1294 Masehi) adalah:

Rakyan Menteri Hino: Dyah Pamasi, Rakyan menteri Halu: Dyah

Singlar, Rakyan Menteri sirikan: Dyah Palisir, Rakyan Menteri Pranaja,

Rakryan Menteri Arya Adikara, Rakyan Menteri Arya Wiraraja,

Dharmamdyaksa Kasaiwan: Dang Acarya Agraja, Dharmmadyaksa

Kasogatan: Dang Acarya Ginantaka, Pamegat Tirwan: Mapanji Paragata,

91Ibid., hlm. 126-127 92Ibid., hlm. 127

Page 69: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

Sang Pamegat di Pamotan: Dang Acarya Anggareksa, Sang Pamegat di

Jambi: Dang Acarya Rudra.

Sedangkan dalam Prasasti Penanggungan (1296 Masehi) disebutkan

beberapa pejabat Majapahit, yaitu:

Rakyan Patih: Empu Nambi, Rakyan Patih Daha: Empu Sora,

Rakyan Demung: Empu Renteng, Rakyan Demung Daha: Empu Rakat,

Rakyan Demung: Empu Elam, Rakyan Rangga: Empu Sasi, Rakyan

Rangga Daha: Empu Dipa, Rakyan Tumenggung: Empu Wahana, Rakyan

Tumenggung Daha: Empu Pamor, Sang Nayapati: Empu Lumbah, Sang

Pranaraja: Empu Sina, Sang Satyaguna: Empu Bango.93

2. Kerajaan Lamajang Tigang Juru

Penobatan Raja Kertarajasa Jayawardhana sebagai Raja Majapahit

yang dilakukan pada 10 November 1293 Masehi ini berdirinya Kerajaan

(de jure) dapat dikatakan sebagai patokan berdirinya Kerajaan Lamajang

Tigang juru karena secara otomatis, sesuai dengan janji sang raja sewaktu

dalam perjuangan di Madura wilayah kerajaan akan dibagi dua bagian.94

Hal ini sesuai dengan Kidung Harsa Wijaya yang menggambarkannya

dalam nyanyian VI Kediri, 115b.

93Ibid., hlm. 127 94Slamet muljana, menuju puncak kemegahan: sejarah kerajaan majapahit (Yogyakarta: LKIS, 2011), hlm 229-230

Page 70: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

…….115b. Ndan sira Adhipating Madura wus sinung linggih

pinalih punang Yawadwipadenora Sri Narendra wus pinrenah wonten ing

Lamajang….

Artinya:

…….115b. Maka beliau Adhipati Madura telah mendapatkan

kedudukan, dibagi dualah Pulau Jawa oleh Sri Narendra dan (Wiraraja)

telah ditetapkan di Lamajang.95

Untuk mempersiapkan berdirinya Kerajaan Lamajang Tigang Juru

sesungguhnya, Adipati Arya Wiraraja mengirimkan orang-orang Madura

untuk memulai persiapan dalam mendirikan ibu kota Lamajang. Pemilihan

ibu kota kerajaan yang berkedudukan di Lamajang ini tentu saja sudah

diperhitungkan dalam pertimbangan – pertimbangan, baik yang material

fisik maupun bersifat spiritual karena perlu kita ketahui Adipati Arya

Wiraraja sendiri merupakan seorang Babatangan (tokoh spiritual) maupun

pertimbangan yang bersifat politik karena ia adalah seorang ahli politik

dan senopati yang mumpuni di medan perang. Sebagai seorang ahli

strategi politik Adipati Arya Wiraraja memperhitungkan kekuatan

pendukung bagi pemerintahannya kelak setelah keberhasilannya dalam

membangun wilayah Madura maupun sumber daya alam yang dapat

memasok hasil kerajaannya kelak kemudian hari.96

95Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan;

Bali; 2013) hlm. 81 96Ibid., hlm. 82

Page 71: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Tentang asal Arya Wiraraja ini di sini dapat dikemukakan pendapat

bahwa daerah Lamajang sejak dahulu merupakan daerah yang kaya

dengan hasil bumi, seperti padi, sayur-sayuran atau buah-buahan. Oleh

karena itu, tidak mengherankan di Lumajang banyak desa yang namanya

berasal dari nama pohon atau buah-buahan seperti telah dikemukakan

sebelumnya seperti Senduro yang berasal dari nama pohon sinduro,

Pajarakan yang berasal dari nama pohon Jarak, Kunir yang berasal dari

nam pohon Kunir maupun buah – buahan yang kebetulan sekali terdapat di

wilayah Lumajang Utara tepatnya Kecamatan Randu Agung maupun

Klakah yang cukup kaya dengan peninggalan purbakal. Contoh Desa

Salak yang berada di Kecamatan Randu Agung maupun Dusun Duren

yang terdapat di Desa Ranu Pakis Kecamatan Klakah. Di Desa Ranu Pakis

ini sendiri terdapat dusun yang bernama Nangkaan yang merupakan

identifikasi dari suatu wilayah penghasil buah nangka yang merupakan

cirri khas Kecamatan Klakah. Dusun Nangkaan ini juga berada tak jauh

dari Ranu Lemongan yang di sekitarnya terdapat temuan peninggalan

purbakal yang berasal dari zaman Majapahit berupa struktur batu bata

yang diperkirakan berfungsi untuk percandian. Oleh karena itu, sesuai

dengan pernyataan dalam Pararaton, yaitu.

“Hana ta Wongiro, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak Wide,

sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira,

dinobatkan, kinon Adhipati ring Sungeneb, anger ing Madhura Wetan”.

Artinya:

Page 72: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

Adalah seorang hambanya, keturunan seorang tertua di Nangka, bernama

Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak

dipercaya, dijauhkan, disuruh menjadi Adipati di Sumenep, nertempat

tinggal di Madura timur.97

Hal ini sesuai juga dengan yang termuat dalam Kidung

Ranggalawe yang mengatakan sebagai berikut.

……14. Wonten Wongiro binatang buyut Nangka, Banyak Wide anami,

sinung Abhiseka, Arya Wiraraja sira, arupa sinangsayeni, dinohan

prenah, kinon angadhipati.

……15. Munggwing Sumenep parnah Madura Wetan, lawasipun anganti,

patang puluh tiga, duk andon balanabrang, sira wiraraja dadi arasa-

arasa, dene dinohan apti.

Artinya:

…….14. Ada orang beliau, yaitu binatang (batang, terka, tebak) buyut di

Desa Nangka, bernama Banyak Wide, diberi penobatan (dinobatkan)

menjadi Arya Wiraraja, tetapi rupa-rupanya diasingkan (diragukan),

dijauhkan tempatnya, diperintah menjadi Adhipati.

……15. Bertempat di Sumenep di Madura timur. Lamanya menanti,

empat puluh tiga, sewaktu berangkat tentara menyeberang (pamalayu),

97Ki J. padmapuspita, pararaton (Jogjakarta: penerbit taman Siswa, 1996), hlm. 27 & 70

Page 73: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

beliau Wiraraja berpikir (Jawa: rerasan) mengapa dijauhkan

kehendaknya.98

Dapat diperkirakan di lereng Gunung Lemongan, di sekitar Ranu

Lemongan, dan Ranu Pakis tepatnya di Dusun Nangkaan, Desa Ranu

Pakis, Kecamatan Klakah, Banyak Wide dilahirkan pada tahun 1232

Masehi dari keturunan sesepuh desa yang berasal dari keturunan para

brahmana.99

Seorang Arya Wiraraja memilih ibu kota kerajaan di Lamajang

karena, pertama, dimugkinkan secara geneologis Adipati Arya Wiraraja

merupakan seseorang yang berasal dari Lamajang. Hal ini jelas merupakan

suatu kekuatan utama, karena dengan berada di wilayahnya sendiri Adipati

Arya Wiraraja telah dapat meletakkan dasar – dasar bagi pemerintahan

yang kuat. Kedua,daerah Lamajang, pada masa itu merupakan daerah yang

terkenal dalam hal spiritual dimana daerah ini merupakan tujuan utama

dalam perjalanan spiritual mengingat ada Gunung Semeru yang

merupakan gunung tertinggi di tanah Jawa. Dalam Kitab Tantu

Panggelaran Gunung Semeru dipercaya sebagai ujung Mahameru yang

dipindahkan dari Jambudwipa (India) ke tanah Jawa karena daerah ini

sering dilanda gempa berkepanjangan. Dari cerita seperti ini Gunung

Semeru kemudian dipercaya sebagai tempat para Dewa sehingga banyak

orang berusaha untuk mengadakan ritual suci dan pemujaan di gunung ini

98Sukarto K. Atmodjo, Mengungkap Masalah Pembacaan Prasasti Pasrujambe Berkala Arkeologi VII No.1, (balai

arkeologi Yoygyakarta; Yogyakarta;1986), hlm. 42-43 99Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 84

Page 74: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

mulai dari rakyat kebanyakan sampai pada para raja dan bangsawannya.

Hal ini dapat dilihat dari perjalanan ritual suci Raja Kameswara dari

Kediri yang dilakukan pada tahun 1182 Masehi seperti yang ada dalam

Prasasti Ranu Kumbolo. Melihat ramainya lalu lintas perjalanan suci di

Gunung Semeru ini, Kerajaan Kediri mulai membangun daerah-daerah

Lamajang selatan untuk dijadikan tempat hunian bagi par Resi dan Wiku.

Pandangan seperti ini juga dikaitkan dengan keberadaan nama Lamajang

sebagi lemah dan Wejang yang berarti tempat untuk mengajar atau

mendidik murid. Pilihan ketiga, karena daerah Lamajang ini dikenal

sebagai daerah yang bersifat material atau kaya dengan bahan – bahan

kekayaan alam yang melimpah seperti padi, palawija, maupun buah –

buahan dan hasil hutan. Hal ini dikaitkan dengan nama Lamajang yang

berasal dari kata Lumah dan ajang yang berarti suatu daerah yang

posisinya seperti mangkuk dan merupakan tempat untuk makan. Posisi

Lamajang, yang di kelilingi banyak pegunungan seperti pegunungan

Tengger dan Hyang di sebelah utara, pegunungan Semeru sebelah barat,

pegunungan Argopuro sebelah timur, dan pegunungan di Lamajang

selatan sangatlah baik untuk dijadikan tempat resapan air yang dapat

memakmurkan penduduknya.100

Selama akhir tahun 1293 Masehi orang – orang Madura mulai

membangun kembali calon ibu kota Lamajang Tigang Juru yang dipakai

oleh mantan Adipati Sumenep tersebut. Letak ibu kota Lamajang

100Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 85

Page 75: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

sebelumnya yang berada di wilayah selatan mulai dipindahkan ke daerah

Lamajang tengah. Salah satu pos pertahanan Kerajaan Singasari yang

diapit oleh tiga sungai lam dipilih untuk dijadikan keratin Lamajang

karena sangat memenuhi syarat bagi pertahanan. Di samping mempunyai

unsur pertahanan yang baik, daerah ini juga mempunyai sungai yang bisa

dipakai sebagai alat transportasi untuk menghubungkan Lamajang dengan

daerah – daerah bawahannya. Letak keratin yang baru sangat strategis

untuk mengoordinasikan wilayah – wilayah yang kemudian menjadi

bagian kerajaan baru ini, seperti wilayah Lamajang selatan yang penuh

dengan kekayaan alam dan dapat digunakan sebagai lumbung makanan

bagi kerajaan, sedangkan daerah Lamajang utara lebih dimaksudkan

sebagai benteng alam jika sewaktu-waktu ada serangan dari pihak lawan.

Oleh karena itu, persiapan untuk peresmian keraton ini adalah dengan

membuat jalur di Lamajang utara lebih baik sehingga kerajaan baru ini

dapat berhubungan dengan dunia luar secara lebih teratur. Persiapan

pembangunan ini dilakukan selama hamper setahun lamanya sampai

Adipati Arya Wiraraja menemukan hari baik.101

Secara resmi kita tidak bisa menemukan hari dan tanggal

kedatangan Arya Wiraraja untuk menjadi penguasa di Lamajang, yang

bisa ditemukan hanyalah angka tahun kedatangan Arya Wiraraja tersebut,

yaitu pada tahun 1294 yang pindah dari Majapahit. Hal ini dapat

disesuaikan dengan pendapat Abdul Choliq Nawawi berdasarkan data

101Ibid., hlm. 87

Page 76: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

pada Prasasti Kudadu yang menyatakan Arya Wiraraja telah memperoleh

wilayah bagian timur dengan Lamajang sebagai ibu kota kerajaan sejak

bulan Bhadrapada pada tahun 1216 Saka atau 1294 Masehi dan pasaran

Legi yang memiliki kejayaan di timur. Sedangkan berdasarkan pandangan

hidup jawa jika Kamis Legi dinyatakan sebagai hari yang berkarakter Sri

Agung (Raja yang Besar). Geografis Lamajang yang terletak di sebelah

timur pusat ibu kota Kerajaan Majapahit di sekitar Mojokerto dan di sudut

tenggara jawa, maka berdasarkan pandangan di atas dapat diperkirakan

bahwa Adipati Arya Wiraraja dinobatkan menjadi raja di Lamajang

Tigang Juru pada hari Kamis Legi, wuku landep, tanggal 25 bulan

Bhadrapada (bulan karo) tahun 1216 Saka yang bertepatan dengan tanggal

26 Agustus 1294 Masehi. Nama gelar Arya Wiraraja sendiri berarti: Arya

adalah seorang pembesar atau bangsawan, Wira adalah pemberani sedang

raja adalah pemimpin. Jadi, Arya Wiraraja berarti adalah seorang

pembesar dan pemimpin yang berani.102

Penobatan Arya Wiraraja di

Lamajang Tigang Juru ini menjadi era baru bagi daerah yang kaya hasil

bumi ini.

B. Demografi Kerajaan Lamajang Tigang Juru

Yang dimaksudkan sebagai kerajaan bernama Lamajang pada

zaman Arya Wiraraja tentulah tidak sama dengan wilayah administrasi yang

dikenal dengan nama Kabupaten Lumajang dewasa ini. Perlu kita ketahui,

menurut Babad Pararaton bahwa Arya Wiraraja sesuai dengan Perjanjian

102Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 88

Page 77: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

Sumenep mendapatkan wilayah bernama Lamajang dan Tigang Juru yang

meliputi Patukangan atau Panarukan dan Blambangan. Dari data yang telah

disebutkan dalam Pararaton tersebut kita akan dapat merunut dimanakah

daerah yang disebut Lamajang Lor dan Lamajang Kidul tersebut. Perlu

diketahui bahwa daerah yang disebut Lamajang pada awalnya berkembang

mulai dari sekitar Gunung Semeru dan Gunung Bromo dan dimulai wilayah

selatan dari lembah sekitar daerah Ampel Gading dan Pronojiwo sampai pada

daerah yang berbatasan dengan sungai Asem di Lumajang dan ke timur

sampai di wilayah Sadeng atau Kabupaten Jember sekarang. Pusat kota

Lumajang Kidul pada mulanya dapat dirunut di sekitar Candipuro dimana ada

sebuah kompleks percandian dan dimungkinkan pemukiman para bangsawan

di sekitar Candi Gedong Putri. Sedangkan daerah yang bernama Lamajang

Lor, terbentang dari utara Sungai Asem sampai Kabupaten Probolinggo

sekarang ini.103

Kota- kota yang terletak di Lamajang Lor, seperti Arnon

(Kutorenon), Gading, dan Pajarakan dapat dikenali sejak zaman Kerajaan

Majapahit dan Sumenep lebih banyak melalui jalur utara dan lautan.104

Perlu diketahui bahwa wilayah yang bernama Lamajang di masa

lalu merupakan daerah yang sekarang ini meliputi Kabupaten Probolinggo,

Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Daerah – daerah tersebut

merupakan suatu pertanian yang sangat subur karena di kelilingi oleh banyak

gunung, baik deretan pegunungan Semeru di barat maupun deretan

pegunungan Hyang di utara, maupun deretan pegunungan Ijen di sebelah

103Hadi sidomulyo, Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca, (Jakarta; Widya Sastra; 2007), hlm. 80-81 104Slamet muljana, Negara kertagama: tafsir sejarah (Yogyakarta;LKiS; 2006) hlm. 44

Page 78: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

timur. Pada masa lalu penguasaan daerah yang subur merupakan suatu asset

terpenting dari kerajaan untuk menentukan kemakmuran dan kemajuan suatu

wilayah yang kemudian diterjemahkan dalam sistem lunggu (apanage) dimana

setiap pejabat diberi kewenangan untuk memerintah dengan berdasarkan luas

dan subur wilayah yang tentu saja akan menentukan abdi dalemnya.

Dari wilayah kekuasaannya di Lamajang ini, Arya Wiraraja telah

memerintah wilayah Lamajang dan Tigang Juru dari pusat kekuasaannya yang

makmur secara material karena mempunyai kekayaan alam yang sangat subur.

Demikian juga daerah yang bernama Lamajang ini dilindungi dengan

pertahanan yang kokoh dengan benteng alam yang sangat kuat dimana

terdapat deretan pegunungan, seperti pegunungan Semeru, pegunungan

Hayang maupun pegunungan Ijen maupun secara spiritual dianggap suci

karena terletak di kaki gunung Mahameru.

Perlu diketahui bahwa kata Juru dalam kamus jawa – Indonesia

merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya Tukang (yang

diserahi tugas) atau juga petugas.105

Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan

sehari-harinya seperti adanya juru kunci yang artinya Penjaga kuburan

maupun juru tulis yang artinya Sekretaris atau Carik. Untuk menganalisis

jabatan dalam suatu pemerintahan, sepertinya istilah “Juru” ini tinggal

disesuaikan dengan konteksnya.

Akan tetapi, jika ditarik pada bahasa Jawa Kuna, Juru berarti kepala

atau pemimpin, dan dalam konteks kewilayahan, an(g) juru artinya

105Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013) hlm. 89

Page 79: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

“mempunyai (tugas) sebagai pemimpin” atau “ada di bawah menjadi bawahan

(dari)” serta bisa juga diistilahkan dengan “sekutu dari (pihak lain atau

beberapa pihak)”.106

Untuk menemukan arti yang tepat memang harus sesuai

dengan rangkaian kata yang mendahului atau setelahnya.

Merujuk pada khazanah perbendaharaan kata-kata kuno dan

penelusuran terhadap sumber prasasti, ternyata yang sangat dekat dengan

istilah Tigang Juru di sini adalah salah satu pasal dalam Prasasti Mula

Malurung. Sebuah prasasti yang terdiri dari lempengan tembaga yang

dikeluarkan oleh Raja Wisnu Wardhana dari Kerajaan Singasari yang

dikeluarkan pada Tanggal 15 Desember 1255 Masehi yang berbunyi:

“ Sira Nararya Kirana saksar atmaja nira Nararya Sminingrat,

pinratista Juru Lamajang, pinasangaken jagad palaka, ngka neng Negara

Lamajang”.

Artinya:

“Nararya Kirana, semata-mata putra beliau Nararya Sminingrat,

dikukuhkan menjadi Juru Lamajang, dipasang (diangkat) menjadi pelindung

dunia, di Negara Lamajang”.107

Dari keterangan arti secara harfiah seperti dalam kamus Jawa-

Indonesia maupun arti konteks pemerintahan Jawa masa lampau seperti yang

ada dalam Prasasti Mula Malurung, maka kata “Juru” dapat diartikan seorang

petugas atau pimpinan (kepala) yang dipasrahi menjaga wilayah kecil dari

suatu Kerajaan”. Nah, kata Juru ini juga akan berarti “wilayah bawahan” atau

106Ibid., hlm. 90 107Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013), hlm. 91

Page 80: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

“Negara bagian” jika dikaitkan dalam suatu system ketatanegaraan. Oleh

karena itu, yang dimaksud dengan Lamajang dan Tigang Juru dalam hal ini,

tentu saja Lamajang dan Tiga (3) Negara bagian yang meliputi Patukangan

(Panarukan), Blambangan, dan Madura.

Dari pemaparan di atas jelas bahwa wilayah kekuasaan Arya

Wiraraja yang meliputi suatu kawasan bernama Lamajang Tigang juru

merupakan suatu daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Semeru dan

Gunung Bromo ditambah dengan daerah Madura yang merupakan tempat

asal-mula Arya Wiraraja memerintah. Oleh karenanya dapat dipahami bahwa

di daerah-daerah yang telah disebutkan di atas mempunyai kesamaan adat dan

budaya, yaitu budaya campuran Jawa dan Madura karena akulturasi yang telah

berlangsung berabad-abad lamanya.

Tidak banyak catatan tertulis yang kita dapatkan dari zaman

Lamajang Tigang Juru dan masa pemerintahan Arya Wiraraja di Lamajang

yang sampai pada kita baik melalui Prasasti, Babad, kakawin maupun kidung.

Hal ini baik menyebabkan penelusuran tentang system pemerintahan kerajaan

ini tidak bisa digambarkan secara utuh. Ada dua alasan utama tentangnya

tidak adanya catatan-catatan tertulis tersebut yang sampai pada kita sekarang

ini. Pertama, perlu diketahui bahwa pertentangan antara kerajaan Majapahit

dan Lamajang Tigang Juru telah menimbulkan suatu konflik dan peperangan

yang hebat sehingga menyulut kedua kerajaan ini akan saling menghancurkan,

baik itu bagunan-bagunan fisik maupun catatan-catatan penting yang ada.

Contoh nyata, ketka Maha Patih Nambi gugur dan Lamajang jatuh ada suatu

Page 81: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

keterangan bahwa prasasti-prasasti dari Lamajang direbut dan dihancurkan.108

Kedua, adalah dugaan bahwa prasasti-prasasti tersebut belum sampai pada

kita.

C. Kawasan – Kawasan pusat pemerintahan Lamajang Tigang Juru

Pada waktu penobatan sebagai Raja Lamajang tigang juru, Arya

Wiraraja sudah berusia kira-kira 62 tahun. Rombongan besar perpindahan

Adipati Arya Wiraraja ini diikuti oleh ribuan pasukan Madura dan puluhan

ribu rakyat yang sangat dicintainya dan juga daerah baru yang lebih subur

daripada daerah Madura yang tandus. Oleh karena itu, dibukanya keraton yang

baru ini menyebabkan juga suatu pembukaan wilayah Lamajang bagian utara

yang selama ini belum banyak berkembang. Kerajaan Lamajang Tigang Juru

yang baru berdiri ini mempunyai wilayah yang meliputi, yakni Lamajang

selatan, Lamajang Utara, Juru di panarukan, juru di blambangan, dan juru di

Madura. Dalam babad Pararaton disebutkan bahwa yang kemudian bergelar

Arya Wiraraja kemudian pamit untuk menenmpati tanah Lamajang dan sejak

itu tidak pernah menghadap lagi. Hal ini menunjukkan bagaimana Arya

Wiraraja bersikap sebagai raja baru di Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang

merdeka dan tidak terikat pada Majapahit sebagaimana yang dilukiskan oleh

Babad Pararaton:

“Sira Wiraraja amit angulihi ing Lamajang Tigang Juru, apan

pasamayanira Raden Wijaya malihana Jawa, kanugrahan Lurah lor Kidur

lawan Tigang Juru. Huwus alawas kabhukti denira Wiraraja. Sira Nambi

108 Ki. J. padmapuspita, pararaton (Yogyakarta: taman Siswa, 1966), hlm. 81

Page 82: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

Kari Apatih, Sira Sora Demung, Sira Tipar Tumenggung. Sor Tumenggung

dening Demung Samangka. Sira Wiraraja tan mulih aring Majapahit, tan

ayun angawolu…...”

Artinya:

“Wiraraja memohon diri untuk bertempat tinggal di Lamajang yang

luasnya tiga daerah Juru, karena Raden Wijaya telah berjanji akan membagi 2

pulau jawa dan akan meng-anugerahkan daerah lembah Lamajang sebelah

selatan dan utara beserta daerah 3 juru. Telah lama itu dinikmati oleh

Wiraraja. Nimbi masih menjadi Pati, Sora menjadi Demung, dan Tipar

menjadi Tumenggung-Tumenggung waktu itu lebih rendah dari demung.

Wiraraja tidak kembali ke Majapahit, ia tidak mau menghamba…….”

Akan tetapi, sebagai pertanggungjawabannya terhadap trah wangsa

Rajasa yang telah diembannya selama ini Ranggalawe, Nambi, Lembu Sora,

dan Tipar yang merupakan putra dan kerabatnya tetap mengabdi di

Majapahit.109

Memang setelah penobatan Arya Wiraraja sebagai raja Kerajaan

Lamajang Tigang Juru ini tidak banyak sumber-sumber sejarah yang

menceritakan tentang perjalanan sejarah kerajaan sebelah timur Majapahit ini,

namun dari bukti-bukti Arkeologis dapat digambarkan bahwa pembangunan

kota-kota yang seumur di Lumajang tengah dan Lumajang utara dapat

ditemukan pada masa ini yang meliputi Arnon (Situs Biting), Situs Sentono

Alap-alap (Kebon Agung), Situs di Kecamatan Randu Agung, yaitu Situs

109Ibid., hlm. 35, 80

Page 83: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

Candi Agung.110

Oleh karena itu, dapat diperkirakan pembangunan ibukota

Lamajang Tigang Juru yang disebut Arnon pada masa Arya Wiraraja ini

berlangsung begitu pesat dan terencana.111

Memang belum ada sumber tertulis

secara langsung yang menyatakan Arnon (situs Biting) sebagai ibu kota dan

Keraton dari Arya Wiraraja. Namun, dilihat dari perbandingan usia, secara

arkeologis banyak ditemukan pecahan porselin yang berasal dari abad ke-13

yang diperkirakan dibangun pada zaman Majapahit (1293-1521 Masehi).112

Di lapangan ditemukan banyak batu bata yang merupakan unsur

utama benteng sejenis dengan batu bata yang sezaman dengan masa

Majapahit. Demikian juga sumber sejarah yaitu babad yang menyatakan

bahwa Maha Patih Mpu Nambi ketika berperang dengan Majapahit

mendirikan benteng di Pajarakan Babad Negara Kertagama menceritakan

masalah ini dalam pupuh 48/2 yaitu :

“Ring saka kala mukti guna rupa madhu masa ta pwa caritan, Sri

Jaya Nagara Prabu numangkatanghilangaken musuh ring Lamajang, bhrasta

Pu Nambi sak sakulagotro ring pajarakan kutanya kapugut. Wriwrinares

tikang jagatkaprawiranira sang narendra siniwi…….”

Aritnya:

Tersebut pada tahun saka muktigunapaksarupa 1238 (1316 masehi)

bulan madu masa (Maret-April), Prabu Jaya Nagara berangkat ke Lamajang

menyerang dan menghancurkan musuh, Nambi sekeluarga dibinasakan dan

110Ibid., hlm. 81 111Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan;

Bali; 2013) hlm. 98 112Ibid., hlm. 99

Page 84: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

kota Pajarakan dihancurkan, seluruh negeri ketakutan ngeri pada keberanian

Baginda Raja yang bertakhta.113

Di samping itu Babad Pararaton juga menceritakan jatuhnya

benteng pertahanan Maha Patih Mpu Nambi di Gading dan Rabut

Buhayabang, yang semuanya masuk wilayah Lamajang.

“Sira Nambi pinisunaken denira Mahapati, tan kinatonaken

perange, olih kaladeca, amit atilik sira Wiraraja agering alara. Cri

Jayanagara suka, anghing tan sinung alawasa. Sira Nambi tan teka manih,

meneng ring lembah, agawe kuta atingkah senjata. Sira Wiraraja mati…….”

Artinya:

“Juga Nambi difitnah oleh Mahapati, jasa-jasa perangnya tidak

diperhatikan, pada waktu ia melihat saat yang tepat dan baik, ia memohon diri

untuk meninjau Wiraraja yang menderita sakit. Sri Jayanagara member izin,

hanya saja tidak diperkenankan lama-lama. Nambi tidak datang kembali,

menetap di lembah, mendirikan benteng, menyiapkan tentara Wiraraja

meninggal dunia……”114

Oleh karena kedatangan Mpu Nambi ke Lamajang dalam rangka

kunjungan terhadap Arya Wiraraja yang sedang sakit dan tidak mungkin Mpu

Nambi membangun benteng dalam waktu yang lama dan mengingat masa

hidup Arya Wiraraja dan Mpu Nambi relative sama sehingga benteng tersebut

dimungkinkan sudah berdiri dan Arya Wiraraja yang merupakan seorang ahli

strategi politik maupun militer, tentunya pengalamannya waktu membangun

113Slamet muljana, Negara kertagama: tafsir sejarah (Yogyakarta;LKiS; 2006), hlm 370. 114Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan; Bali; 2013) hlm. 99

Page 85: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

Keraton Batu Putih di Madura maupun peperangan melawan tentara mongol

dan Perang Ranggalawe sangat mempengaruhi pribadinya sehingga kerajaan

yang dipimpinnya mesti selalu waspada.115

Dapat di asumsikan bahwa

benteng yang mengelilingi Arnon tersebut ditemukan sejak jaman Nararya

Kirana menjadi penguasa bawahan Tumapel di Lamajang pada tahun 1255-an

Masehi dan kemudian dibangun menjadi ibu kota Kerajaan Lamajang Tigang

Juru dengan dilengkapi bentengnya pada zaman Arya Wiraraja dan kemudian

dimanfaatkan pada masa Mpu Nambi dan masa-masa yang lain, seperti Bhre

Wirabhumi maupun raja-raja Blambangan-Lamajang.

Pembangunan benteng Arnon atau Kutorenon sekarang dapat juga

dilihat dari unsur etimologinya, yaitu Kutorenon yang dalam bahasa Jawa

Kuno artinya, Kuta artinya benteng atau istana yang dikelilingi benteng.116

Sedangkan kata Renon mungkin berkaitan dengan kata Renu yang berarti

kejengkelan atau kemarahan. Sehingga Kutorenon dapat diartikan sebagai

Istana (kota raja yang dikelilingi benteng) yang dibangun karena marah.117

Di

keranakan Arya Wiraraja yang telah menjadi raja di Lamajang Tigang Juru

sangat sedih dan marah mendengar kematian putranya, yaitu Rangalawe yang

di adu domba dengan Mpu Nambi oleh Mahapati seorang penasehat dari

Wangsa Sinelir.

1. Kawasan Keraton

115Inaji adrisijanti, arkeologi perkotaan mataram islam, (Yogyakarta: jendela, 2000), hlm. 2 116Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan;

Bali; 2013) hlm. 100 117Ibid., hlm. 101

Page 86: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

Di dalam ibu kota Arnon atau yang sekarang dikenal sebagai

kawasan Situs Biting ada nama suatu wilayah yang disebut Blok Keraton

yang diduga merupakan toponim yang diinterpretasikan sebagai bekas

lokasi keraton (Kedaton) yang merupakan tempat tinggal atau raja di

daerah tersebut.118

Di dalam suatu kawasan ibu kota, keraton merupakan

suatu tempat dan kawasan yang paling penting karena merupakan tempat

raja bermukim. Blok Keraton memiliki luas wilayah 76 Ha dan sebenarnya

merupakan kawasan terpenting tempat bermukimnya raja. Di dekat blok

Keraton tersebut sebelah barat daya terletak blok Jeding yang merupakan

tempat kaputren tempat kediaman para istri raja maupun putra-putrinya.

2. Kawasan Kaputren

Di sebelah barat keraton terletak kompleks Kaputren sebagai

tempat kediaman istri-istri raja maupun putra-putrinya. Keputren sebagai

kediaman para istri raja berada dekat sekali dengan keraton dan biasanya

dijaga sangat ketat karena tempat ini merupakan symbol dan kehormatan

Negara yang mesti dijaga. Pada masa lalu peperangan antar kerajaan yang

sering berlangsung akan berakhir dengan direbutnya Keputren yang tentu

saja akan membuat malu para abdi dalem raja yang dikalahkan maupun

masyarakat pendukungnya. Upaya para istri raja tersebut tidak direbut dan

para raja atau panglimanya dapat meneruskan perlawanan maka para istri

raja tersebut dibekali dengan “Cundrik” atau keris kecil yang dapat

dipakai untuk mempertahankan diri dan jika perlu melakukan “Bunuh

118Ibid., hlm 102

Page 87: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

diri” seperti yang dilakukan oleh istri Sri Kertanegara, Nararya Turuk Bali

yang merupakan istri Jayakatwang, dan Nyai Nambi setelah suaminya

terbunuh.119

3. Kawasan Pemandian atau Taman Sari

Kawasan Blok Jeding mempunyai luas 5 Ha, yang merupakan

kawasan pemandian ini letaknya disebelah utara dari kaputren kawasan

pemandian para istri raja maupun putra-putrinya. Karena Taman Sari ini

merupakan sarana pelengkap bagi suatu Kaputren sehingga kawasan ini

juga terhubung dengan Kaputren itu sendiri maupun keraton. Biasanya

kawasan ini digunakan oleh para raja untuk menghilangkan penat di

kawasan Taman Sari setelah mengurus masalah politik, militer maupun

kemasyarakatan yang sangat melelahkan. Kawasan pemandian telah

berlangsung sejak dahulu, dalam percobaan penggalian oleh A.

Muhlenfeld pada tahun 1923, kawasan Blok Jeding ini di duga sebagai

dari Balai Arkelogi Yogyakarta dari tahun 1982 hingga 1991 telah

meneliti kawasan ini dengan menemukan struktur batu bata yang

berbentuk fondasi dan air yang jernah mengalir di dalamnya dan saat ini

dapat difungsikan untuk mengairi sawah-sawah penduduk sekitarnya.120

4. Kawasan Sembahyang

Kawasan Sembahyang di Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang

di pimpin Arya Wiraraja yang secara silsilah keluarga berasal dari

golongan brahmana dan sangat menguasai ilmu spiritual maupun

119Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan;

Bali; 2013) hlm. 105 120Novida abbas, Kerangka Teori Penelitian Situs Biting dalam REPHA III (Jakarta;Puslit Akernas; 1986), hlm. 122

Page 88: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

keagamaan sesuai dengan namanya pada waktu muda, yaitu Banyak wide,

maka kawasan persembahyangan merupakan kawasan yang merupakan

kelengkapan bagi sebuah Keraton. Oleh karena itu, kira-kira 100 meter ke

arah barat dari Taman Sari ada sebuah kompleks persembahyangan untuk

keluarga raja dan para pembesar kerajaan. Candi ini dibangun dengan

bahan dasar batu merah. Pada waktu penelitian Balar tahun 1986

kompleks percandian yang oleh penduduk setempat disebut gumuk

(gundukan), yaitu gumuk candi atau gumuk mesjid” merupakan suatu

gundukan setinggi 2 meteran dari permukaan tanah dengan luas 29m x

27m.121

5. Kawasan Perdagangan

Di wilayah benteng sebelah barat di sebuah gundukan yang

cukup tinggi terdapat sebuah dinding benteng yang diduga merupakan

gerbang ibu kota sebelah barat karena strukturnya yang berundak-

undak.122

Memang kita tidak bisa meneliti terlalu jauh karena peninggalan

di kawasan ini banyak yang hancur karena pembangunan perumahan.

Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta yang dilakukan sejak tahun 1982-

1991 di daerah yang disebut penduduk bernama Blok salak, dan

merupakan wilayah barat kawasan ibu kota banyak ditemukan temuan

kerak logam (sisa tuang kegiatan pengecoran) dan temuan kowi

menunjukkan kegiatan pembuatan alat logam telah dilakukan di sini,

dengan penemuan ladam kuda yang digunakan untuk kuda yang

121Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang tigang Juru menafsir ulang kerajaan majapahit timur (pustaka larasan;

Bali; 2013) hlm.108 122Ibid., hlm 109

Page 89: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

dimanfaatkan sebagai tunggangan bahwa di ibu kota Arnon ini telah

banyak digunakan transportasi darat berupa pedati sebagai alat

pengangkutan di samping transportasi laut.123

6. Kawasan Kemiliteran

Dari beberapa penggambaran tata ruang di ibu kota Arnon seperti

yang tersebut diatas, cukup penting pada zaman itu adalah kawasan

kemilitrean. Hal ini dikarenakan ibu kota Lamajang Tigang Juru ini tidak

hanya di maksudkan sebagai pusat kekuatan politik yang ada, tetapi juga

pusat kemiliteran yang bisa mempertahankan ibu kota dengan dinding

bentengnya yang kokoh maupun Negara Lamajang sendiri dan secara

umum dengan Juru-juru atau daerah-daerah bawahannya. Dari gambaran

ini dan melihat pada keraton sebagai pusatnnya, paling tidak di sebelah

utara adalah pemukiman para senopati dan panglima sedangkan sebelah

timur adalah barak-barak pasukan yang menjaga keamanan keraton dan

ibukota, sementara itu kawasan di utara merupakan rumah-rumah para

pembesar kerajaan dan para senopatinya.

123 Ibid., hlm 110

Page 90: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

BAB III

MIGRASI MASYARAKAT MADURA

A. Sosial-budaya Masyarakat Madura

Masyarakat Madura pada umumnya memiliki latar belakang agraris.

Kurang lebih sembilan puluh persen penduduknya hidup terpencar – pencar di

kampong – kampong, dukuh - dukuh, desa – desa, dan kelompok – kelompok

perumahan petani. Desa dalam arti pengelompokan pekarangan yang

merupakan kesatuan geografis menurut imbangannya kurang terdapat di

Madura. Desa dalam arti yang demikian hanya terdapat di sepanjang pantai, di

pusat-pusat persimpangan jalan yang penting, dan di daerah yang didahului

adalah tanah milik raja. Biasanya desa – desa demikian itu, terkecuali desa –

desa di daerah tanah milik raja, bukan merupakan daerah pertanian. Mata

pencaharian penduduk desa tersebut pada pokoknya terdiri dari pertanian,

perdagangan dan perikanan.124

Unit sosial di Madura, bahkan hingga kini, adalah pekarangan atau

kelompok rumah yang disebut kampong meji. Tanean lanjeng (halaman

panjang) umpamanya, satu kehidupan unit sosial di Madura. Contoh tanean

lanjeng termasuk pekarangan besar dengan rumah – rumah yang dibuat

berjajar dua atau lebih berhadap – hadapan satu dengan lainnya. Tanean

adalah antara atau jarak halaman dengan rumah, sedangkan pekarangan yang

memanjang disebut lanjeng, karenanya unit itu dinamakan tanean lanjeng.

Kelompok yang tinggal di situ merupakan satu kelompok geneologis,

124Hub de jong, Madura dalam empat zaman: pedagang, perkembangan ekonomi dan islam, suatu studi Antropologi

Agama, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989). hlm. 11-13

Page 91: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

pasangan yang sudah menikah diharuskan tinggal di tanean lanjeng bersama

dengan orangtua pihak perempuan dalam satu rumah yang khusus dibangun

oleh mereka. Desa – desa di Madura sulit dikenali batas – batas pemisahnya.

Tidak adanya batas – batas itu memudahkan pemerintah untuk mengubah atau

meteorganisasi administrasi desa karena tidak ada penentangan dari penduduk.

Akan tetapi, nampaknya di antara generasi muda terdapat kecenderungan

untuk bermukim di tempat lain, kadang – kadang setelah beberapa bulan

tinggal di rumah atau halaman orangtua atau mertua. Selain itu, dapat dilihat

bahwa di antara generasi tua sering terjadi perpindahan ketempat Iain setelah

terjadi suatu konflik.125

Bagi orang Madura adalah parseko (riskan secara etika) apabila

menerima tamu laki – laki di ruang tamu, kecuali orang – orang yang masih

mempunyai ikatan kekerabatan. Setiap tamu laki – laki apabila bertamu di

suatu rumah hanya akan dipersilahkan dan diterima pada bangunan Langgar,

bukan diruang tamu. Jika tamu datang bersama isteru, maka hanya isterilah

yang diperkenankan masuk ke dalam ruang tamu. Di tempat ini dia akan

diterima oleh isteri atau kerabat perempuan yang ada, maka setiap tamu laki –

laki yang datang hanya disambut dari balik ruangan tanpa menampakkan diri,

dan menanyakan apa keperluannya. Setelah itu, si tamu harus segera pulang

dan tidak memaksakan diri menunggu hingga kedatangan tuan rumah. Disini

kaum perempuan sudah diantisipasi untuk senantiasa terlindung dari segala

125Kuntowijoyo, perubahan sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Matabangsa, 2002), hlm. 61

Page 92: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

bentuk perbuatan pelecehan seksual.126

Dengan demikian, seorang lelaki harus

menunjukkan kemampuannya dalam menjaga dan membela kehormatan para

wanita keluarganya. Wanita harus dijaga oleh kaum lelaki (reng bini’ riya

kodlu ejege), kondisi dan situasi rumah pekarangan (tanean lanjeng)

memberikan kesan isteru di dapur dan posisi kandang sapinya mudah diawasi.

Dengan adanya pola pemukiman tanean lanjeng dan struktur

bangunan rumah tradisional, pada umumnya secara cultural memberikan

perhatian serta proteksi khusus terhadap kaum perempuan, sehingga akan

selalu merasa aman dalam lingkungan sosial budaya Madura. Setiap anggota

keluarga, khususnya laki – laki berkewajiban untuk senantiasa menjaga

kehormatan kaum perempuan. Segala bentuk gangguan terhadap perempuan

selalu dimaknai sebagai pelecehan terhadap kehormatan laki – laki. Karena

itu, kehormatan memiliki nilai yang teramat tinggi status sosial yang lebih

tinggi. Mereka tidak ingin meremehkan dan tidak menonjolkan diri, yang

dimanifestasikan ke dalam ungkapan maddu bend dere (madu dan darah).

Artinya, jika diperlakukan dengan baik maka akan dibalas dengan kebaikan,

tetapi jika diperlakukan dengan kesewenang – wenangan, dlalim dan tidak

adil, maka balasannya lebih berat bahkan dapat menimbulkan pertumbuhan

darah.127

Tanean lanjeng dihuni oleh satu atau lebih keluarga luas, namun

keluarga inti tetap merupakan kasatuan sosial terpenting, dimana setiap

keluarga mengurus rumah tangganya dan menguasai sebidang lahan tertentu.

126A. Latief Wiyati, carok: konflik kekerasan dan Harga diri orang Madura (Yogyakarta: LKIS, 2002), hlm. 145 127 Kuntowijoyo, perubahan sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Matabangsa, 2002), hlm. 65

Page 93: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Namun di antara keluarga – keluarga inti terdapat kerjasama yang erat, seperti

saling membantu pekerjaan lahan dan mempunyai ternak serta peralatan

pertanian bersama, bahkan juga saling membantu mengurus anak. Tanean

lanjeng ini merupakan figurasi sosial terpenting pedesaan sesudah keluarga

inti. Kultur tanean lanjeng yang terutama bebijak pada basis uksorilokal yang

berakulturasu dengan ajaran islam (sebagai agama dominan dalam penduduk

Madura) terutama tentang posisi ibu terhadap anak – anaknya, menyebabkan

terbangunnya kultur penghormatan kepada ibu menempati posisi utama,

menyusul si bapak. Penghormatan, rasa segan masyarakat Madura jauh lebih

besar kepada sang ibu dibandingkan kepada si bapak, kendati kepatuhan ibu-

bapak tetap mengatasi kepatuhan kepada pihak lain.128

Jika diperhatikan, pola pemukiman tanean lanjeng mencerminkan

pula religiusitas orang Madura. Karena ketaatan orang Madura pada agamanya

itu, langgar merupakan bagian integral setiap tenaan lanjeng atau kompleks

perumahan keluarga Madura. Masjid sebagai pusat peribadatan Islam juga

mendapat perhatian istimewa umatnya. Ini Nampak dalam deretan rumah yang

dibangun berurutan dari arah barat ke timur dimulai dari anak perempuan

tertua dibelah barat sampai anak perempuan termuda di sebelah timur. Urutan

ini seolah hendak menunjukkan kepada kiblat selalu berada di sebelah barat

dan yang lebih tua merupakan panutan.129

Pola seperti itu akan membentuk

system nilai budaya, dan biasanya merupakan bagian dari kebudayaan yang

128 Dhurorudin Mashad dkk, konflik anta relit politk local dalam dalam pemilihan kepala daerah (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), hlm 31 129Mutmainnah, 1998, Jembatan Suramadu Respon Ultima terhadap Industrialisasi (Yogyakarta: LKPSM,1998), hlm.24.

Page 94: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

berfungsi sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia.130

Dengan

demikian, kebudayaan menjadi identitas masyarakat yang bersangkutan, yaitu

masyarakat Madura. Namun, sebenarnya masyarakat Madura secara

demografis merupakan salah satu etnis ketiga terbesar setelah Jawa dan

Sunda.131

Konsekuensi antropologisnya, kebudayaan Madura masih terabaikan

dibandingkan dengan kedua etnis tersebut. Bahkan ada sebuah anekdok,

bahwa kepulauan Bali telah terkenal dibandingkan dengan Negara Indonesia

sendiri di mata para turis asing. Ini artinya, masifitas apresiasi kebudayaan

perlu digalakkan, demi mengenalkan tradisi local masyarakat adat yang

berjumlah ribuan di Indonesia.

Tidak kalah penting adalah stereotype masyarakat Madura yang lekat

dengan tradisi kekerasan perlu ditepis, dan diganti budaya santun dan sarat

akan nuansa harmoni sosial, seperti kesenian tradisional, kerapan sapi, dan

lain sebagainya. Karena sampai saat ini, padangan mereka terhadap

masyarakat dan kebudayaan Madura selalu cenderung negative. Kesan ini

sangat tampak antara lain pada humor – humor tentang orang Madura.

Hamper semua humor tersebut kenyataannya bukan kreasi orang Madura

melainkan justru diproduksi dan terus diproduksi oleh orang luar Madura yang

pada umumnya kurang memahami kebudayaan Madura secara proporsional

dan kontekstual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa selama ini telah

terjadi proses marginalisasi masyarakat dan kebudayaan Madura.

130Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT. Gramedia; 1994), hlm.387 131Leo Suryadinata, dkk., Penduduk Indonesia: Etnis dan Agama dalam Era Perubahan Politik (Jakarta: LP3ES, 2003), hlm.46-48.

Page 95: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Kenyataan ini tampaknya memang sulit dielakkan karena dua faktor

yaitu geografis dan politis. Pertama, secara geografis pulau Madura sebagai

tempat orang Madura mengalami proses sosialisasi sejak awal lingkaran

kehidupannya, letaknya sangat dekat dan berhadapan langsung dengan Pulau

Jawa-tempat orang Jawa mengalami proses yang sama. Setiap bentuk interaksi

sosial orang Madura dengan orang luar mau tidak mau pertama – tam akan

terjalin dengan orang Jawa sebagai pendukung kebudayaan Jawa. Oleh karena

itu dalam interaksi sosial pasti akan terjadi sentuhan budaya, sedangkan

kebudayaan jawa sudah terlanjur diakui sebagai kebudayaan dominan, maka

dalam ajang persentuhan budaya tersebut masyarakat dan kebudayaan Madura

menjadi tersubordinasi sekaligus termarginalkan.

Kedua, fakta sejarah telah menunjukkan bahwa posisi Madura secara

politik hampir tidak pernah lepas dari kekuasaan (kerajaan-kerajaan) Jawa.

Fakta ini kian mempertegas posisi subordinasi dan marginalitas masyarakat

dan kebudayaan Madura. Oleh karenanya, mudah dipahami apabila setiap kali

orang Madura akan mengekspresikan dan mengimplementasikan nilai – nilai

budaya Madura dalam realias kehidupan sosial mereka akan selalu cenderung

“tenggelam” oleh pesona nilai – nilai adi luhung budaya jawa. Contoh kecil

sejarah Madura menunjukkan bahwa pulau tersebut tidak merupakan daerah

yang terisolir, Madura begitu erat terlibat dalam perkembangan –

perkembangan politik dan ekonomi Jawa, sehingga banyak buku dan artikel

berbicara mengenai “Jawa dan Madura” sebagai satu kesatuan. Pemerintah

Page 96: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

colonial juga melaksanakan langkah – langkah administratif dan politik yang

sama untuk keduanya ini.132

Menghadapi realitas sosial budaya ini maka tiada lain yang dapat dan

harus dilakukan oleh orang Madura adalah segera melakukan revitalisasi nilai

– nilai budaya Madura. Untuk upaya ini tentu tidak terlalu sulit oleh karena

para seniman, budayawan, pakar budaya serta orang – orang yang concern

terhadao budaya Madura secara bersama-sama dapat berperan dan berfungsi

sebagai penggali dan penyusun kembali secara sistematis dan komprehensif

nilai – nilai budaya Madura yang tidak kalah adi luhungnya dengan nilai –

nilai budaya Jawa. Sebab, tidak mustahil banyak nilai budaya tersebut selama

ini masih “terpendam” atau sangat mungkin sudah mulai “terlupakan”.

Selain itu, agama memberi makna pada kehidupan individu dan

kelompok, juga memberi harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati.

Agama dapat menjadi sarana manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan

duniawi yang penuh penderitaan, dan mencapai kemandirian spiritual. Agama

memperkuat norma – norma kelompok dan sanksi moral untuk perbuatan

perseorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai – nilai yang

menjadi landasan keseimbangan masyarakat.133

Agama bagi orang Madura

adalah Islam. Agama ini sudah meresap dan mewarnai pola kehidupan sosial

mereka, dan agama dianggap hal yang suci yang harus dibela, dan siapapun

yang menghina agama harus mati. Kehidupan keagamaan berakar kuat dalam

adat orang Madura. Sepanjang tahun penuh dengan selamatan – selamatan

132 Huub de Jonge (ed), Agama, Kebudayaan, dan Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hlm.161 133 Dadang Kahmad, Sosilogi Agama, (Bandung: Rosdakarya,2000), hlm.120

Page 97: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

Islam. Kenduri, selamatan untuk mengenang keluarga yang telah meninggal

dunia, dilaksanakan pada hari kamis sore atau malam. Pesta – pesta bulanan

atau selamatan terdapat banyak upacara lain sepanjang tahun. Melalui upacara

– upacara keagamaan dan setnegah keaagamaan seperti itu masyarakat

menjadi terpadu. Para kiai dan santri – santri mereka memainkan peranan

yang penting dalam pelaksanaan sedekah – sedekah tersebut, dan kaum elit

agama itu menjadi pemimpin alami para penduduk.134

Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa masyarakat Madura adalah

mayoritas islam. Hal yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, bahwa orang

Madura sangat patuh terhadap kiai, mereka akan tunduk patuh terhadap apa

yang diperintahkan seorang kiai yang sudah diyakininya sebagai orang yang

memiliki “nilai lebih” dibandingkan dengan orang biasa. Tradisi ini sering

disebut dengan bhupa’, bhebu’, guruh, ratoh sebagai landasan filosofi

kehidupan sehari-hari mereka. Selain orang tua (bhupa’-bhebu’) yang menjadi

panutan utama, menyusul figure kiai (guruh), kemudian pemimpin formal

(ratoh). Oleh karena itu, peranan kiai bagi masyarakat Madura sangat penting.

Kapasitasnya sebagai agamawan dan keutuhan kepribadiannya menjadikan

orang menaruh hormat dan mengikutinya. Mereka menjadi elit agama, dan

karenanya menjadi pemimpin masyarakat, penunjuk jalan kebernaran, tempat

bertanya dan pelindung masyarakat, dengan demikian, tugas dan kewajiban

utma seorang kiai idealnya sebagai penjaga moral setiap orang Madura.

134 Huub de longe (ed)., Agama, Kebudayaan, dan Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hlm. 44-45.

Page 98: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

Karena mayoritas masyarakat Islam, maka jumlah pondok pesantren

di Madura jumlahnya mencapai ratusan atau bahkan ribuan, baik yang besar

maupun yang kecil. Kehadiran pondok pesantren di tengah – tengah

masyarakat sebagai lembaga pendidikan dakwah (perjuangan) dan

pengembangan masyarakat, telah mendapat tempat tersendiri dalam hati orang

Madura, terutama di pedesaan. Hal ini disebabkan karena masyarakat

merasakan manfaat dari pondok pesantren. Bahkan lebih dari itu, pondok

pesantren sudah merupakan kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan

pesantren sudah merupakan kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan atau

lembaga lain. Kiai sebagai top figure panutan, yang sekaligus sebagai pewaris

nabi dalam meneruskan perjuangannya, telah melekat pada masyarakat desa di

mana pesantren itu berada, dan kiai tidak hanya dipandang sebagai konsultan

agama akan tetapi segala-galanya di mata mereka.135

Di sisi lain, lembaga

pendidikan (sekolah) yang didirikan dengan latar belakang agama Islam juga

sangat banyak jumlahnya di pulau Madura.

B. Migrasi Masyarakat Madura ke daerah Tapal kuda

Jawa Timur tidak hanya merupakan provinsi asal etnis Jawa, tetapi

juga etnis Madura, terutama di bagian timur, yaitu Madura. Jumlah penduduk

Madura meningkat dari 4,3 juta jiwa pada tahun 2000 dengan rata – rata angka

pertumbuhan penduduk pertahun 0,65% lebih rendah dari angka pertumbuhan

etnis Jawa dan Sunda. Persentase etnis Madura mengalami penurunan secara

signifikan dari 7,28% pada tahun 1930 menjadi 3,37% pada tahun 2000,

135A. Wahid Zaini, Duma Pemikiran Kaum Santri (Yogyakarta: LKPSM, 1994), hlm.125-126

Page 99: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

urutannya menurun dari ketiga pada tahun 1930 menjadi keempat pada tahun

2000.136

Penyebaran penduduk ke Jawa lebih luas dan makmur sejak zaman

kuno merupakan faktor penting di bidang ekonomi dan sejarah politik

Madura.137

Selain itu, sejak paruh kedua abad ke-18 perpindahan penduduk

Madura khususnya ke ujung timur pulau jawa demikian derasnya sehingga

penduduk asli Jawa tidak begitu kelihatan karena banyaknya orang Madura

yang tinggal di daerah tersebut.

Migrasi ke jawa merupakan bagian dari sejarah orang Madura. Pada

tahun 1806 telah terdapat desa – desa orang Madura di pojok timur

keresidenan – keresidenan Jawa, pada tahun 1846 jumlah total etnis Madura di

Jawa-Madura adalah 1.055.915. kemudian pola migrasi seterusnya tak banyak

diketahui. Tetapi laporan dari sumenep pada tahun 1857 mencatat bahwa

setiap tahun pemerintah local memberitakan bahwa 20.000 orang minta izin

meninggalkan pulaunya, dan jumlah itu tidak termasuk orang – orang yang

pergi tanpa meminta izin. Sementara itu buat mengisi daerah yang kosong

sebagai akibat perang, Sultan Agung mengirim 40.000 orang Madura untuk

dipekerjakan di daerah Gresik.

Gelombang kedatangan orang Madura sebagaimana disebutkan

diatas, pada akhirnya mengubah pertimbangan etnis disana, serta di sebagian

besar di ujung Timur Jawa. Hingga pertengahan abad ke -19, hampr separuh

penduduk Pasuruan misalnya, adalah orang Madura (dan sekalipun tidak ada

data resmi, namun proporsi itu nampaknya juga berlaku sekarang). Kerena

136Leo Suryadinata, dkk., Penduduk Indonesia: Etnis Agama dalam Era Perubahan Politik (Jakarta: LP3ES, 2003), hlm. 22 137H.J. De Graaft dan Th. G. Th. Pigeud, Kerajaan-kerajaan Islam di ]awa: Kajian Sejarah Politik Abad ke-15 dan 16

(Jakarta: FT. Grafiti, 1986), hlm. 210

Page 100: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

jauh dari keraton yang ada di Jawa Tengah, wilayah pantai utara Jawa timur

suatu bentuk masyarakat plural, yang menggabungkan unsure-unsur budaya

Jawa dan Budaya Madura. Setelah lebih lanjut dipengaruhi penjajahan Eropa,

daerah ini juga ternyata mampu merespons tantangan politik dan moral dari

dominasi Eropa dengan efektif.138

Bali merupakan pulau terdekat dengan Jawa

Timur, namun jumlah etnis Madura yang tinggal di Bali lebih rendah dari

yang tinggal di setiap provinsi di Kalimantan. Jawa Tengah juga berbatasan

dengan Jawa Timur, namun jumlah etnis Madura di Jawa Tengah lebih rendah

daripada etnis Madura di Bali. Etnis Madura mungkin lebih menyukai untuk

bermigrasi ke Jakarta, dan kemudian ke Jawa Barat, daripada ke provinsi yang

terdekat yaitu Jawa Tengah.

Sudah sejak pertengahan abad yang lampau terdapat 833.000 orang

Madura yang bertempat tinggal di Jawa Timur, dua kali lipat di pulau Madura

sendiri. Selain itu sebagian besar dari penduduk pantai utara Jawa Timur

berasal dari Madura, dan kira – kira sepertiga penduduk di daerah Tapal Kuda

(Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, dan Jember) orang – orang

keturunan Madura. Sama seperti di Madura, penduduk di sepanjang pantai itu

pada pokoknya hidup dari usaha pertanian dan perikanan, yang sebagian besar

dari Jawa Timur dibuka dan diusahakan oleh orang – orang Madura. Hal ini

dapat dilihat, bahwa hamper sekitar 2,5 juta orang Madura yang dalam tahun

138Robert W. Hefner, Geger-Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perubahan Politik (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 13-14

Page 101: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

1930 bertempat tinggal di luar Madura dan sebagian terbesar bertempat

tinggal di jawa Timur.139

Perpindahan penduduk antar daerah di Indonesia merupakan suatu

fenomena yang telah berlangsung lama dan bersifat spontan. Panjangnya

Sejarah migrasi di Indonesia terbukti dengan adanya perpindahan penduduk

yang dilakukan oleh beberapa kelompok etnis tertentu, misalnya suku

Minangkabau, suku Bugis, dan suku Madura.140

Dari waktu ke waktu

intensitas perpindahan penduduk antar daerah bertambah pesat sehingga

perpindahan penduduk khususnya orang Madura sebagaimana disebutkan di

atas semakn meningkat. Meningkatnya migrant Madura ini disebabkan

meluasnya jaringan kekerabatan dalam masyarakt itu sendiri.

Riwayat hubungan masyarakat Jawa dan Madura telah berlangsung

sejak lama. Kitab Pararaton menceritakan tentang seorang Demang Nayapati

di singasari yang bernama Banyak Wide, dengan gelar Arya Wiraraja, yang

tidak disukai oleh pihak istana Singasari sehingga dijauhkan dan menjadi

adipati di Sumenep (pada masa lalu disebut Songenep). Peristiwa itu terjadi

setelah Raja Wisnuwaradhana mangkat dan kedudukannya sebagai raja

digantikan putranya, yaitu Kertanegara. Selanjutnya Arya Wiraraja bersama

orang – orang Madura membantu Raden wijaya membangun Majapahit di

hutan Tarik.

139Ismani, Beberapa Aspek Kehidupan Orang Madura di Kota-kota Perantauan (Madura III), (Jakarta: Dep. Pendidikan

dan Kebudayaan, 1979), hlm. 340-341 140Robert W. Hefner, Islam, Pasar dan Kzadilan: Artikulasi Lokal, Kapitalisme dan Demokrasi (Yogyakarta: LKiS, 2000), hlm.93

Page 102: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

Beberapa prasasti, seperti prasasti Mula Malurung (1255), piagam

Kudadu (11 September 1294) dan Prasasti Sukamerta (29 Oktober 1295),

menyebutkan peristiwa penting mengenai jalannya pengungsian Raden

Wijaya ke Madura, kemudian bertemu dengan Arya Wiraraja di daerah

perbatasan Sumenep.141

Arya Wiraraja menyarankan pada Raden Wijaya agar

kembali ke Jawa, berpura – pura patuh, tunduk, meminta ampun, dan

menghamba kepada Raja Jayakatwang, kelak jikalau sudah dipercaya,

hendaknya mintan diberi hutan Tarik, lalu mendirikan desa di tempat itu. Para

kawulo dari Madura yang akan melaksanakan penebangan hutan untuk

dijadikan desa. Jumlah kawulo dari Madura yang terlibat dalam proses

tersebut tentunya tidak sedikit. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada

akhirnya banyak warga Madura yang tersebar dan tinggal di Pulau Jawa,

khusunya di Jawa Timur. Sebagian pesisir utara Jawa Timur didiami oleh

masyarakat Madura, mulai dari pesisir Gresik, Surabaya, Bangil, Probolinggo,

Situbondo, Bondowoso, hingga sebagian Banyuwangi. Bahkan di beberapa

kawasan pesisir pantai selatan, seperti Jember, Lumajang, dan Malang, juga

didiami masyarakat Madura, meskipun jumlahnya tidak sebanyak di kawasan

pantai utara. Tempat-tempat tersebut telah menjadi kampung halaman orang –

orang Madura yang pada saat ini sebagian besar sudah tidak punya lagi

sangkut – paut dengan Pulau Madura atau Masyarakat Madura di pulau

Madura. Bersama dengan masyarakat Jawa yang berada di wilayah tersebut,

141Kuntowijoyo, perubahan sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Matabangsa, 2002), hlm. 14

Page 103: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

94

tak pelak lagi mereka telah berinterkasi secara intens dan menjadi orang –

orang Pendhalungan.

Bagi masyarakat Madura sendiri, dengan berpindahanya mereka dari

Madura menuju Jawa Timur bagian timur. Ada hal – hal yang di dalam diri

mereka, yang mau tidak mau berubah secara mereka sadari atau tidak. Dalam

konteks ini proses peniliain bukan hanya proses kebudayaan, dan nilai bukan

hanya inti dari benda – benda kebudayaan tetapi proses penilaian dan nilai –

nilai adalah tenaga integrasi pribadi maupun masyarakat. Proses penilaian dan

nilai yang berkuasa adalah juga tenaga yang menentukan konfigurasi proses

penilaian dan nilai pribadi serta masyarakat. Proses penilaian dan nilai pribadi

serta masyarakat. Proses penilaian dan nilai – nilai yang lain sedikit

banyaknya tunduk pada tujuan, logika dan kenyataan dari proses penilaian dan

nilai – nilai yang berkuasa itu menjadi norma yang tertinggi atau etik dari

seluruh konfigurasi, baik dalam bentuk pribadi maupun dalam bentuk

masyarakat. Demikian kita telah mendapat definisi kebudayan, pribadi dan

masyarakat.142

C. Masyarakat Pendhalungan bentuk dari Jawa dan Madura

Masyarakat di kawasan Tapal Kuda memiliki suatu karakteristik yang

cukup berbeda dengan masyarakat di kawasan-kawasan cultural lainnya di

jawa timur. Masyarakat di wilayah ini telah lama menjadi pendukung Islam

cultural dan kaum Abangan. Pendukung Islam cultural dimotori oleh para kyai

dan ulama, sementara kaum Abangan dimotori oleh tokoh-tokoh politik dan

142Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya Daerah Jawa Timur. (Jakarta: 1983), hlm. 28.

Page 104: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

tokoh-tokoh yang bergabung dalam Aliran kepercayaan.143

Identitas

Pendhalungan lahir dalam konteks pergulatan panjang masyarakat Jawa dan

Madura yang secara bergelombang datang ke wilayah Tapal kuda dalam

relasinya dengan perkebunan dan para penguasa kolonial di masa lalu.

Pembentukan identitas pendhalungan tidak bersifat serta-merta, melainkan

melalui tahap yang berlapis-lapis. Namun secara umum tahap-tahap tersebut

dapat dikelompokkan ke dalam tiga periode utama, yakni (1) periode sebelum

era perkebunan, (2) periode Perkebunan, dan (3) periode kontemporer (pasca

perkebunan). Periodisasi ini cukup penting disusun untuk lebih memudahkan

upaya pemahaman terhadap proses pembentukan identitas masyarakat

Pendhalungan.144

Pada periode pertama, masyarakat Jawa setempat berinteraksi dengan

masyarakat Madura pendatang. Pola interaksi mereka kemungkinan masih

bersifat sederhana dan temporer, dalam hubungannya dengan transaksi

perdagangan. Barulah pada periode kedua, pola baru dalam praktik sosial dan

ekonomi diinternalisasi oleh kedua belah pihak karena mereka mulai

dikenalkan pada teknik perkebunan yang relatif modern, serta tata pergaulan

para pemilik kebun. Apa pun praktik kebudayaan masyarakat Pendhalungan di

masa itu, rujukan utamanya adalah pemerintah lokal (yang di back up oleh

pemerintah colonial) di satu sisi, serta tokoh informal agama Islam di sisi lain.

Setelah melampaui era kemerdekaan, pola sosial masyarakat Pendhalungan

mengalami pergeseran lagi seiram dengan perkembangan jaman.

143M. ilham Z, orang pendhalungan penganyam kebudayaan di Tapal Kuda, (Jember; paguyuban Pendhalungan Jember;

2017), hlm. 8. 144Ibid., hlm. 10.

Page 105: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

96

Persinggungan secara intens dengan berbagai kelompok masyarakat dari

wilayah kebudayaan lain, ditambah dengan keadaan alam dimana kelompok –

kelompok masyarakat Pendhalungan tinggal, mendorong munculnya

perbedaan diantara mereka. Memang secara umum kebudayaan Pendhalungan

yang terbenyang mulai dari Pasuruan hingga Jember memiliki dasar yang

sama, namun bagaimanapun jga kompleksitas dan intensitas relasional antar

kebudayan tersebut berbeda kadarnya. Itulah sebabnya jika diamati secara

lebih seksama akan tampak nuansa perbedaan – pebedaan sosio-kultural

tersebut.145

Kebudayaan manusia selalu terbentuk secara bertahap berdasarkan

hubungan timbal-balik yang diciptakannya dengan alam lingkungannya. Itulah

sebabnya masyarakat Pendalungan di Tapal Kuda tidak akan menunjukkan

keseragaman karena mereka hidup di lingkungan yang tidak seragam.

Masyarakat Pendalungan yang hidup di pesisir akan berbeda dengan mereka

yang menetap di daerah perkebunan dan pertanian. Lingkungan mereka itulah

yang pertama-tama menstimulasi terjadinya perubahan kebudayaan serta

terciptanya kebudayaan baru. Masyarakat Pendalungan yang hidup sebagai

nelayan di pesisir pada umumnya bersifat keras dan pemberani karena terbiasa

bekerja di tengah alam yang ganas dan berbahaya. Sementara itu masyarakat

Pendalungan yang menjadi petani di pedesaan berwatak relatif tenang dan

lunak, cenderung komunal, memiliki lebih banyak kesempatan untuk

berkesenian. Di wilayah perkotaan, masyarakat Pendalungan memiliki

145 Ibid., hlm. 11-13

Page 106: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

mentalitas dan jenis kepribadian yang lebih dinamis, berwatak materialistis,

dan individual.146

Secara garis besar, berdasarkan karakter sosio-kultural

masyarakatnya, wilaya kebudayaan Pendhalungan saat ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yakni Pendhalungan Barat (Pasuruan dan

Probolinggo), Pendhalungan Timur (Situbondo dan Bondowoso), dan

Pendhalungan Selatan (Lumajang, Jember, dan Sebagian Banyuwangi).

Masyarakat Pendhalungan Barat lebih banyak terpengaruh kebudayaan Arek,

hal ini terutama tampak pada masyarakat Pendhalungan di Pasuruan.

Masyarakat Pendhalungan Timur mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan

Madura. Sedangkan masyarakat Pendhalungan Selatan lebih banyak

terpengaruh kebudayaan Mataraman serta Using.147

Penjelasan tentang pengelompokan sub-Pendhalungan ini

sesungguhnya masih membutuhkan studi yang lebih mendalam. Pemetaan

yang dilakukan bersifat awal, butuh dukungan data dan analisis lebih

mendalam. Sebagaimana tampak di lapis permukaan kehidupan masyarakat,

situasi pencampuran antara masyarakat berkulturu Jawa dan Madura tidak

bersifat merata pada semua bagian di masing – masing daerah, termasuk di

kabupaten Lumajang dengan mudah dapat ditemukan di beberapa desa kultur

Jawa tampak dominan, dan seblaiknya di beberapa desa lainnya kultur Madura

yang dominan. Di sejumalah titik di wilayah perkotaan bahkan tidak menonjol

lagi dominasi kultur Jawa-Madura, melainkan sudah bergeser menjadi

146Raharjo, Christanto P, Pendalungan: Sebuah `Periuk Besar' Masyarakat Multikultural. Makalah disampaikan dalam

kegiatan Jelajah Budaya, (Yogyakarta;Balai Arkeologi; 2006), hlm 4 147Ibid., hlm., 5-6

Page 107: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

generasi atau masyarakat baru yang ditandai oleh penggunaan bahasa

Indonesia sebagai bahasa ibu.148

Pada hakekatnya, proses pembentukan masyarakat Pendhalungan

sebagai konsep lokal yang masih belum jelas maknanya secara definitif.

Konsep ni digunakan untuk menunjukkan adanya pencampuran budaya antar

etnis, terutama etnis Jawa dan Madura di wilayah Jawa TImur, yang kemudian

melahirkan proses hibridisasi budaya. Penyebutan “orang Jawa” atau ‘orang

madura’ tidak hanya merujuk pada seseorang yang berbahas Jawa atau

Madura, melainkan orang yang secara total menjadikan Jawa atau Madura

sebagai fondasi identitas cultural sepanjang hidupnya. Persoalan pemakaian

istilah Pendhalungan sangat penting karena secara teoritis dapat digunakan

sebagai sebuah konsep untuk memahami, sekaligus menjelaskan, realitas

kebudayaan masyarakat multi etnis, khususnya yang berada di Jawa Timur

bagian timur yang terdiri atas mayoritas etnis Madura dan Jawa. Dengan

demikian masyarakat Pendhalungan adalah suatu “realitas imajiner” yang

sesungguhnya dibangun dalam kerangka politik kebudayaan.

Faktor utama yang mendasari terwujudnya suatu masyarakat

campuran, yang kemudian kita sebut sebagai masyarakan Pendhalungan,

adalah migrasi. Jika yang menjadi daya – tarik utama para pendatang untuk

mengadu nasib di Amerika adalah pertumbuhan ekonomi negeri tersebut yang

melesat begitu pesat, maka keperawanan dan kesuburan kawasan Tapal Kuda

adalah magnet yang menjadi pemikat orang – orang Madura dan Jawa untuk

148Suparlan, Parsudi, Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural, Makalah pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-3 di Universitas Udayana, Denpasar, (Bali; 2009), hlm. 8

Page 108: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

datang dan menghuni wilayah ini. Selain itu tidak sedikit di antara mereka

yang sengaja datang karena direkrut untuk dipekerjakan di perkebunan Tentu

saja masyarakat Madura dan jawa yang berkonteks pertanianlah yang pertama

– tama tertarik pada keperawanan dan kesuburan tanah. Orang – orang Jawa

datang ke kawasan ini karena tersedianya lahan yang masih kosong dan subur,

orang – orang Madura datang kerana di tempat asal mereka tanah pertanian

tidak subur, sementara di sini tanah begitu subur serta masih banyak yang

kosong belum tergarap. Latar belakang yang sama tersebut mempermudah

jalan menuju terjadinya percampran budaya di antara kedua belah pihak,

diperkaya oleh pihak – pihak lain yang menyertai di kemudian hari. oleh

karena itu terjadilah kemajemukan dalam kehidupan beragama, sosial dan

budaya di lingkungan baru yang didiami oleh pendatang tersebut. Namun

demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa proses integrasi cultural yang terjadi di

wilayah Tapal Kuda ini adlah secara gradual dan butuh waktu lama.149

149Ibid., hlm. 10-14

Page 109: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

BAB IV

AKULTURASI BUDAYA ANTARA JAWA, MADURA DAN ISLAM DI

KABUPATEN LUMAJANG

A. Akulturasi Budaya

Istilah Akulturasi, atau Acculturatin atau culture contact,

mempunyai arti bahwa konsep mengenai proses sosial yang timbul bila suatu

kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan

unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga

unsur – unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan dioalah ke dalam

suatu kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan itu sendiri.150

Terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu

unsur kebudayaan. Unsur – unsur itu, seperti termasuk dalam contoh tentang

penyebaran mobil tersebut selalu berpindah – pindah sebagai suatu gabungan

atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisah-pisahkan.151

Kebudayaan, “kebudayaan” berasal dari kata sanskerta buddhayah,

yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan

demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan

akal”. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu

perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.152

Karena itu mereka membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Demikianlah

“budaya” adalah “daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu.153

150 Koentjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Penerbit, Rineka Cipta, 2009), hlm.202. 151 Ibid., hlm.202. 152 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi ( Jakarta; Penerbit; Rineka Cipta; 2009), hlm. 146 153 M. M Djojodigoeno, Azas – Azas Sosiologi ( Yogyakarta; jajasan Badan Penerbit Gadjah Mada (1965), hlm. 24-27

Page 110: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”

di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan

arti yang sama.

Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan

“kebudayaan”. Berasal dari kata Latin colere yang berarti “mengolah,

mengerjakan,” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang

arti culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk

mengolah tanah dan mengubah alam.”

Di samping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “ peradaban” hal

yang terakhit adalah sama dengan istilah Inggris civilization. Istilah tersebut

biasa dipakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus,

maju, dan indah, misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan-santun

pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dan sebagainya. Istilah

“peradaban” sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang

mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan seni bangunan, seni rupa, dan

system kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.154

Secara antropologis, Akulturasi budaya dapat terjadi apabila ada

dua atau lebih kebudayan masyarakat yang keduanya memiliki kebudayaan

tertentu, lalu saling berhubungan. Perhubungan itulah yang menyembabkan

terjadinya sebaran (difusi) kebudayaan. Didalam proses sebaran kebudayaan

selalu dapat diperhatikan dua proses kemungkinan, yaitu menerima atau

menolak masuknya anasir kebudayaan asing yang mendatanginya. Dalam hal

154 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi ( Jakarta; Penerbit; Rineka Cipta; 2009), hlm. 146

Page 111: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

menerima atau menolak pengaruh kebudayaan asing itu, yang amat berperan

ialah pola kebudayaan (pattern of culture) dari kedua masyarakat yang

bertemu itu. Jika ada pola yang sama atau hampir sama, kemungkinan

menerima kebudayaan asing lebih besar. Sebaliknya apabila tidak ada

kesamaan pola kebudayaan dari keduanya yang bertemu itu, kemungkinan

menolak anasir asing itu lebih besar. Apabila anasir asing kebudayaan yang

datang diterima dan dapat menyesuaikan dengan pola kebudayaan yang

menerima, akan terjadi suatu proses pencampuran kebudayaan.155

B. Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam di Kabupaten Lumajang

Kabupaten Lumajang merupakan Kabupaten yang diapit oleh 3

gunung berapi yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Lamongan

(Badan Pusat Statistik Lumajang tahun 2001). Dari ketiga gunung itu yang

sering terjadi aktivitas adalah Gunung Semeru, sehingga mendapat prioritas

pemantauan lebih disbanding yang lain. Keberadaan gunung berapi

tampaknya juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah di dataran Lumajang

dan realitas yang ada menunjukkan bahwa mayoritas wilayah Lumajang

merupakan dataran yang subur. Kesuburan tanah di wilayah Lumajang selain

sebagai keberadaan ketiga gungun berapi juga karena wilayah Lumajang

merupakan daerah aliran sungai. Ada dua sungai besar yang mengaliri tanah di

wilayah Lumajang yaitu sungai Bondoyudo, dan Kali Asem. Keberadaan

sungai ini masih dirasakan oleh warga lumajang bahkan bisa menunjang

kehidupan masyarakat dalam bidang pertanian. Dengan banyaknya

155 Soewardji Sjafei; “Peran Local Genius dalam Kebudayaan” dalam Ayatrohaedi, Kepribadian Budaya bangsa: Local Genius; (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1986), hlm. 97-98.

Page 112: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam bidang pertanian sehingga

masyarakat Lumajang dikenal dengan masyarakat agraris dengan komoditas

holtikultural utamanya buah pisang yang menjadikan kabupaten Lumajang

lebih dikenal dengan sebutan kota Pisang. Masyarakat agraris cenderung

mempertahankan budaya dan adat-istiadatnya.156

Kondisi kesuburan tanah di Lumajang tentunya merupakan suatu

daya tarik salah satunya untuk berdatangan, tinggal, dan menetap di sana.

Banyaknya imigran dari daerah lain yang salah satunya dari pulau Madura

yang menetap dan tinggal di Lumajang menjadi salah satu faktor penyebab

timbul dan berkembangnya kota Lumajang.157

Faktor perpindahan penduduk

juga disebabkan karena dibutuhkannya masyarakat dalam pengelolahan

perkebunan. Beberapa perkebunan yang terkenal di Lumajang adalah

perkebunan tebu yang terdapat di wilayah kecamatan Jatiroto, kecamatan

Klakah, kecamatan Ranuyoso, perkebunan teh yang tedapat di wilayah

kecamatan Gucialit, perkebunan kopi dan kakao yang terdapat di wilayah

kecamatan Pasirian dan kecamatan Tempursari. Salah satu dampak akibat

timbul dan berkembangnya masyarakat adalah Akulturasi budaya yang ada di

Lumajang. Akulturasi Budaya di kabupaten Lumajang tidak lepas dari unsur-

unsur kebudayaan masyarakat Madura ke pulau Jawa khususnya Jawa Timur

yang menjadikan cikal bakal munculnya budaya-budaya bercorak Madura di

kabupaten Lumajang.158

156Tim Penyusun; Laporan Survei di kabupaten Lumajang Provinsi jawa timur 1990 (proyek penelitian purbakala Jakarta

pusat penelitian Arkeologi Nasional; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1995) hlm., 1 157 Ibid., hlm 2-3. 158 Ibid., hlm 5

Page 113: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

Kebudayaan dan adat istiadat yang melekat pada masyarakat

Lumajang menimbulkan suatu tindakan yang salah satunya bertujuan untuk

menghormati serta mengenang tokoh yang pernah eksis dijaman Kerajaan

Lamajang Tigang Juru. Tokoh yang dianggap berani dalam berperang serta

tangkas dalam teknik berkuda pada masa Kerajaan Lamajang Tigang Juru.

Bentuk penghormatan masyarakat diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan

tradisional. Pertunjukan seni tradisional dijadikan salah satu media hiburan

masyarakat. Lumajang pada awalanya merupakan sebuah kerajaan yang

bernama Lamajang. Kerajaan Lamajang didirikan oleh seorang tokoh pengatur

siasat perang, tokoh politik dan menjadi arsitek utama Kerajaan Majapahit

yang merupakan seorang imigran dari pulau Madura. Salah satu tokoh

kerajaan Lamajang yang disegani oleh masyarakatnya karena keberaniannya

yaitu yang bernama Ranggalawe.159

Masyarakat Lumajang sebagian besar dari suku Jawa dan Madura,

sedangkan sebagian kecil adalah suku Tengger, etnis Cina dan etnis Arab.

Suku Jawa dan suku Madura merupakan suku mayoritas dan banyak di jumpai

hamper di seluruh wilayah kabupaten Lumajang, hal itu terlihat dari

penggunaan bahasa masyarakat Lumajang yang sebagian besar menggunakan

bahasa Jawa dan Madura, akan tetapi bahasa Jawa kebih banyak digunakan

oleh masyarakat Lumajang dari pada bahasa Madura. Penduduknya yang

mampu mengakomodasikan keragaman etnik dalam Akulturasi Budaya,

sehingga budaya Lumajang mencerminkan perpaduan sifat kemajemukan

159Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 114: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

pendukungnya hal itu dapat dilihat dari beberapa Akulturasi Budaya

diantaranya Kesenian Jaran Kencak, Kesenian Glipang dan Tradisi Maulid

Hijau yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa dan budaya Madura.160

Riwayat hubungan masyarakat Jawa dan Madura telah berlangsung

sejak lama. Kitab pararaton menceritakan tentang seorang Demang Nayapati

di singasari yang bernama Banyak Wide, dengan gelar Arya Wiraraja, yang

tidak disukai oleh pihak istana Singasari sehingga dijauhkan dan menjadi

adipati di Sumenep (pada masa lalu disebut Songennep). Peristiwa itu terjadi

setelah Raja Wisnuwaradhana mangkat dan kedudukannya sebagai raja

digantikan putranya, yaitu Kertanegara. Selanjutnya Arya Wiraraja bersama

orang – orang Madura membantu Raden wijaya membangun Majapahit di

hutan tarik.161

Beberapa prasasti, seperti prasasti Mula malurung (1255), piagam

Kudadu (11 September 1294) dan Prasasti Sukamerta (29 Oktober 1295),

menyebutkan peristiwa penting mengenai jalannya pengungsian Raden

Wijaya ke Madura, kemudian bertemu dengan Arya Wiraraja di daerah

perbatasan Sumenep.162

Arya Wiraraja menyarankan pada Raden Wijaya agar

kembali ke Jawa, berpura – pura patuh, tunduk, meminta ampun, dan

menghamba kepada Raja Jayakatwang, kelak jikalau sudah dipercaya,

hendaknya mintan diberi hutan Tarik, lalu mendirikan desa di tempat itu. Para

kawulo dari Madura yang akan melaksanakan penebangan hutan untuk

160Raharjo Christanto P, Pendalungan: Sebuah Periuk Besar Masyarakat Multikultural. Makalah disampaikan dalam

Jelalah Budaya 2006 ; (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2006) hlm. 2 161Ibid., hlm. 3 162Kuntowijoyo, perubahan sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Matabangsa, 2002), hlm. 14

Page 115: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

dijadikan desa. Jumlah kawulo dari Madura yang terlibat dalam proses

tersebut tentunya tidak sedikit. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada

akhirnya banyak warga Madura yang tersebar dan tinggal di Pulau Jawa,

khusunya di Jawa Timur. Sebagian pesisir utara Jawa Timur didiami oleh

masyarakat Madura, mulai dari pesisir Gresik, surabay, Bangil, Probolinggo,

Situbondo, Bondowoso, hingga sebagian Banyuwangi. Bahkan di beberapa

kawasan pesisir pantai selatan, seperti Jember, Lumajang, dan Malang, juga

didiami masyarakat Madura, meskipun jumlahnya tidak sebanyak di kawasan

pantai utara. Tempat-tempat tersebut telah menjadi kampung halaman orang –

orang Madura yang pada saat ini sebagian besar sudah tidak punya lagi

sangkut – paut dengan Pulau Madura atau Masyarakat Madura di pulau

Madura. Bersama dengan masyarakat Jawa yang berada di wilayah tersebut,

tak pelak lagi mereka telah berinterkasi secara intens dan menjadi orang –

orang Pendhalungan.163

Pembentukan identitas pendhalungan tidak bersifat serta-merta,

melainkan melalui tahap yang berlapis-lapis. Namun secara umum tahap-

tahap tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga periode utama, yakni (1)

periode sebelum era perkebunan, (2) periode Perkebunan, dan (3) periode

kontemporer (pasca perkebunan). Periodisasi ini cukup penting disusun untuk

lebih memudahkan upaya pemahaman terhadap proses pembentukan identitas

masyarakat Pendhalungan.164

163 Raharjo, Christanto P, Pendalungan: Sebuah `Periuk Besar' Masyarakat Multikultural. Makalah disampaikan dalam

kegiatan Jelajah Budaya, (Yogyakarta;Balai Arkeologi; 2006) hlm. 5 164Kuntowijoyo, perubahan sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940 (Yogyakarta: Matabangsa, 2002), hlm. 15

Page 116: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

Pada periode pertama, masyarakat Jawa setempat berinteraksi

dengan masyarakat Madura pendatang. Pola interaksi mereka kemungkinan

masih bersifat sederhana dan temporer, dalam hubungannya dengan transaksi

perdaganga, pada masa Lamajang Tigang Juru terjadi Akulturasi budaya baru

yaitu Tari Jaran kencak, kesenian ini lahir dari seorang pertapa sakti dari

gunung Lemongan yang bernama Klabiseh, yang memiliki kesaktian dapat

menundukkan kuda liar dan membuatnya menari. Pada zaman Lamajang

Tigang Juru kesenian ini adalah sebagai wujud suka cita dari masyarakat akan

kemakmuran dan kesejahteraan di Lamajang, hal ini dibuktikan dengan

sebuah prasasti batu bata di desa Kunir yang berbentuk Kuda.165

Pada periode kedua, pola baru dalam praktik sosial dan ekonomi di

internalisasi oleh kedua belah pihak karena mereka mulai dikenalkan pada

teknik perkebunan yang relatif modern, serta tata pergaulan para pemilik

kebun. Apa pun praktik kebudayaan masyarakat Pendhalungan di masa itu,

rujukan utamanya adalah pemerintah lokal (yang di back up oleh pemerintah

colonial) di satu sisi, serta tokoh informal agama Islam di sisi lain, dalam

periode ini terjadi migrasi besar pada tahun 1830 dimasa kolonial belanda

yang pada saat itu mempekerjakan masyarakat Madura ke daerah Jawa Timur

bagian Timur yang terkenal dengan hasil buminya, pada tahun 1870

pemerintah Hindia belanda mengeluarkan undang – undang Agraria hal ini

sangat banyak membutuhkan tenaga kerja, kebanyakan tenaga kerja murah

didatangkan dari pulau Madura, baik sebagai tenaga kerja tetap maupun

165 Raharjo, Christanto P, Pendalungan: Sebuah `Periuk Besar' Masyarakat Multikultural. Makalah disampaikan dalam kegiatan Jelajah Budaya, (Yogyakarta;Balai Arkeologi; 2006) hlm. 13

Page 117: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

108

musiman, dalam proses sosial yang terjadi di daerah tapal kuda pemerintah

Kolonial belanda menyebut mereka dengan masyarakat Java Oosthek.166

Setelah melampaui era kemerdekaan, pola sosial masyarakat

Pendhalungan mengalami pergeseran lagi seiram dengan perkembangan

jaman. Persinggungan secara intens dengan berbagai kelompok masyarakat

dari wilayah kebudayaan lain, ditambah dengan keadaan alam dimana

kelompok – kelompok masyarakat Pendhalungan tinggal, mendorong

munculnya perbedaan diantara mereka. Memang secara umum kebudayaan

Pendhalungan yang terbenyang mulai dari Pasuruan hingga Jember memiliki

dasar yang sama, namun bagaimanapun juga kompleksitas dan intensitas

relasional antar kebudayan tersebut berbeda kadarnya. Itulah sebabnya jika

diamati secara lebih seksama akan tampak nuansa perbedaan – pebedaan

sosio-kultural tersebut.167

Proses Akulturasi budaya di kabupaten lumajang yang mengalamai

begitu banyak periode pertama hingga periode ketiga, hal ini mulai abad ke-20

terbentuk sebuah akuluturasi budaya antara Jawa, Madura dan Islam.168

Akulturasi budaya jawa dan Madura menjadi sebuah akulturasi budaya antara

jawa, Madura dan Islam. Ada tiga akulturasi budaya di kabupaten Lumajang

yang masih dijaga kelestarian dan dipelihara diantaranya Kesenian Jaran

Kencak, Kesenian Glipang, dan Tradisi Maulid Hijau, unsur-unsur islam

166 Suparlan, Parsudi, Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural, Makalah pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-3 di Universitas Udayana, Denpasar, (Bali; 2009), hlm. 8 167 Ibid., hlm. 11-13 168 Raharjo, Christanto P, Pendalungan: Sebuah `Periuk Besar' Masyarakat Multikultural. Makalah disampaikan dalam kegiatan Jelajah Budaya, (Yogyakarta;Balai Arkeologi; 2006) hlm. 20

Page 118: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

dalam tiga kebudayaan tersebut dinilai memiliki nilai-nilai islam di setiap

kebudayaan.

C. Bentuk Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam di Kabupaten

Lumajang

1. Kesenian Jaran Kencak

a. Asal – Usul Jaran Kencak

Munculnya pertunjukan kesenian jaran Kencak pertama

kali diciptakan oleh Klabisajeh, seorang pertapa suci yang tinggal di

lereng Gunung Lemongan Kecamatan Klakah kabupaten Lumajang.

Berkat kesaktiannya Klabisejah bisa membuat kuda liar tunduk dan

pandai menari sehingga jadilah Jaran Kencak. Klabisajeh menciptakan

kesenian tradisional Jaran Kencak untuk menghormati kuda

kesayangan Ranggalawe yang bernama Kuda Nila Ambra. Secara

pertunjukan Jaran Kencak mengungkapan bentuk ekspresi suka cita

masyarakat Lumajang yang memiliki wilayah makmur dan sejahtera.

Kesenian Jaran Kencak mulai dikenal di daerah Klakah dan menjadi

hiburan tersendiri bagi masyarakat Klakah.169

Kesenian Jaran Kencak merupakan wahana hiburan yang

kehadirannya sangat dinantikan serta dapat mengundang perhatian

masyarakat. Pertunjukan Jaran Kencak tidak sebatas hajatan

masyarakat akan tetapi dalam aktifitas seperti festival kesenian daerah

Lumajang telah mempercayakan pada sekelompok kesenian Jaran

169Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas Negeri Jember; 2015), hlm. 22

Page 119: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

110

Kencak, melalu berbagai even itulah kesenian Jaran Kencak mulai

dikenal oleh masyarakat atau daerah lain.170

Jaran Kencak juga sering

menyemarakkan hajatan pemerintahan seperti pada hari jadi kabupaten

Lumajang atau hari besar nasional. Tentu saja hal demikian semakin

menambah semaranya perkembangan kualitas dan kuantitas kesenian

tradisional Jaran kencak. Jaran kencak banyak ditemukan dalam

masyarakat yang berada dalam wilayah Kabupaten Lumajang,

Probolinggo, Jember atau di sekitar daerah yang masuk dalam

pengaruh unsur-unsur Madura. Khusunya di wilayah kabupaten

Lumajang, kesenian Jaran kencak mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Perkembangan terjadi karena adanya kemajuan zaman

serta banyak berdirinya paguyuban kesenian Jaran Kencak serta

banyaknya pemilik kesenian Jaran Kencak yang saling berlomba satu

sama lain untuk menjadikan kesenian yang dimilikinya lebih maju dan

diminati oleh masyarakat banyak.171

Istilah “Jaran Kencak” sering disebut “kuda Kencak” hal

tersebut terinspirasi dari seekor binatang yaitu kuda (jaran dalam

bahasa Jawa). Sebutan kuda kencak adalah istilah dalam dialek untuk

menyebut “Kuda Menari”. Binatang kuda dilatih untuk bisa menari,

beratraksi mengikuti alunan suara gamelan. Kuda berjoget (beratraksi)

dengan mengangguk – anggukan kepalanya, menggoyang-goyangkan

pinggulnya, menghentak-hentakan kakinya mengikuti irama gamelan

170Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 171 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 120: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

yang dilantunkan oleh para penabuh gamelan yang disebut Janis

(niyaga, pengrawit atau panjak dalam istilah karawitan). Setiap gerak

dan langkah kaki kuda menimbulakn suara gemerincing yang berasal

dari kostum kuda, demikian juga halnya setiap gerakan kuda

menimbulkan kekaguman dan keunikan bagi setiap orang yang

melihatnya (penonton).172

Dalam kesenian Jaran kencak ada beberapa bentuk

upacara tradisional yang dalam penyelenggaraannya selalu disertai

dengan pertunjukan kesenian Jaran Kencak yaitu upacara yang

berhubungan dengan hari-hari besar Islam seperti maulud, besaran,

saparan, dan ruwahan atau sya’banan, upacara yang berkaitan dengan

kejadian – kejadian tertentu seperti: ruwatan, khitanan, nadzar, hajat

mendirikan rumah atau bentuk syukuran lainnya.173

Fungsi kesenian Jaran Kencak di Lumajang pada thaun

1972-1990 sebagai tradisi hajatan, biasanya ketika orang tua

mengadakan acara khitan anaknya, acara pernikahan, acara syukuran

dan terkadang ada sebagian masyarakat bernadzar jika tujuannya

tercapai maka akanmengadakan acara pertunjukan Jaran Kencak. Di

dalam alur pelaksanaan Jaran Kencak terdapat ritual atau persembahan

serta do’a tersendiri yang biasanya dilaksanakan oleh pemilik atau

juragan Jaran Kencak dengan orang yang mengadakan hajat. Do’a

difokuskan untuk meminta barokah kepada Allah SWT agar dalam

172 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 173 Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas Negeri Jember; 2015), hlm 26

Page 121: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

pelaksanaan hiburan Jaran Kencak tidak ada kendala, orang yang

punya hajat selalu diberi kemudahan mencari Rizki, selalu diberi

kesehatan, dan semoga apa yang dicita-citakan pemilik hajat dapat

terkabul.174

Tahun 1990-2000 jenis kesenian mengalami

perkembangan dalam tarian pengiring dalam bentuk tarian kopyah.

Tarian kopyah diciptakan oleh bapak Gimantoro, taian kopyah sengaja

dibentuk untuk memeriahkan serta menambah keunikan tersendiri dari

kesenian tradisional Jaran Kencak.175

Pada tahun 2000-2010 tarian

pengiring Jaran Kencak mulai mengalami perkembangan, Awal

perkembangannya diantaranya ditandai dengan bertambahnya jenis

tarian pengiring kesenian tradisional Jaran Kencak seperti tari topeng,

tari leak barong-barong, tari gandrung, tari barong meliwis, dan tari

harimau.176

Pada tahun 2013 tepatnya pada bulan desember bertepatan

dengan Hari Jadi Lumajang, Bupati Lumajang pada saat itu Syahrazad

Masdar meresmikan kesenian Jaran Kencak sebagai ikon kota

Lumajang dan ditetapkannya kesenian khas dari Lumajang.

b. Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam dalam kesenian Jaran

Kencak

Dalam penyajian Kesenian Jaran Kencak terjadi Akulturasi

budaya Jawa, Madura dan Islam, penyajian Jaran Kencak diawali

dengan gending pembuka (instrumental). Instrumen yang digunakan

174 Edi, wawancara, Lumajang, 24 maret 2019 175Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 176 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 122: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

113

dalam pementasan kesenial Jaran Kencak meliputi: Gending,

Selompret, Kenong, Saron, Kempul dan Gong. Paduan music yang

dimainkan membentuk alunan musik yang khas dalam pertunjukan

kesenian Jaran Kencak. Selompret merupakan alat utama dalam

kesenian yang mengatur cepat atau lambatnya iringan musik yang

dilantunkan.177

Setiap gerak dan langkah kaki kuda menimbulkan suara

gemerincing yang berasal dari kostum kuda, demikian juga halnya

setiap gerakan kuda menimbulkan kekaguman dan keunikan bagi

setiap orang yang melihatnya. Atribut yang dipakai kuda antara lain :

telungkup merupukan hiasan yang dipakai di atas leher kuda, jamang

atau mahkota, kalung kuda merupakan hiasan yang dipakai di leher

bawah kuda, kemul atau selimut yang dipakai di badan kuda yang

sekaligus sebagai pembungkus seluruh tubuh kuda, merak merupakan

hiasan yang dipakai di ekor kuda, dan lonceng yang dipakai di kaki

kuda.178

Balutan kostum kuda yang diwarnai dengan berbagai macam

aksesoris membuat tampilan kuda semakin cantik. Kuda yang telang

terlatih memperlihatkan ketangkasannya serta kepiawaiannya dalam

setiap pertunjukan yang juga diselingi dengan atraksi – atraksi dari

kuda tersebut.179

177

Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas

Negeri Jember; 2015), hlm. 21 178

Ibid., hlm. 25 179

Ibid., hlm. 28

Page 123: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

Penyajian Kesenian Jaran Kencal diawali dengan gending

pembuka, dilanjutkan dengan tarian kuda kencak disertai dengan tarian

pawangnya (tari kopyah) yang diselingi dengan nyanyian atau kidugan

dengan bahasa Madura. Tari Kopyah merupakan tarian khas pengiring

Jaran Kencak Lumajang, para penari menggerakkan kopyah mereka

dengan menari menggunakan keseimbangan tubuh hingga kopyah

yang digerakkan diatas kepala tidak jatuh. Adegan berikutnya disertai

dengan lawakan atau ludrukan yang difungsikan agar pertunjukan

selalu ramai serta membuat hati para penontonnya merasa senang

untuk melihat pertunjukan sampai selesai.180

Dalam urutan penyajian

Kesenian Jaran Kencak adalah sebagai berikut:

1) Ruwatan Jaran

Bersamaan dengan para pengrawit mempersiapkan diri

termasuk menata seluruh alat music yang dipergunakan sebagai

iringan pertunjukan Jaran Kencak maka rombongan penari

termasuk kuda juga mempersiapkan diri termasuk menghias kuda

maka juragan Jaran Kencak melakasanakan ruwatan Jaran. Tujuan

dilaksanakannya ruwatan kuda merupakan suatu tradisi sebelum

pertunjukan berupa permohonan agar diberi keselamatan.

Permohonan keselamatan juga agar mendapat berkah dari Allah

SWT.181

180Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas

Negeri Jember; 2015), hlm. 30 181Ibid., hlm. 31

Page 124: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

115

Dalam ruwatan atau rokatan kuda ada beberapa sesaji

diantaranya 7 polopendem (7 tanaman tanah), kelapa, kopi, dan

gula. Dalam tradisi Jawa Polo pendem merupakan tradisional Jawa

yang diambil dalam tanah, seperti Umbi-umbian yang layak

dimakan, diantaranya: Ketela pohon, Ketela Rambat, Talas, Bentol,

Kacang Tanah dan masih banyak yang lain.182

Makna dalam Polo

pendem adalah dalam tanah manusia bisa mengambil atau

mendapat makanan untuk hidup sehari-hari, tanah melambangkan

asal muasal kehidupan manusia berasal dari tanah dan kembali ke

tanah begitupun yang namanya polo pendem juga berasal dari

dalam tanah, mengajarkan kepada generasi yang akan datang agar

tidak terlalu bergantung pada satu makanan pokok saja,

mengajarkan agar bisa hidup lebih sederhana, dalam bahasa jawa

telo memiliki makna “netheli barang sing olo” artinya

menanggalkan hal-hal yang buruk, ketela pohon “karepe sepi ing

pamrih” yang berarti berniat melakukan sesuatu tanpa pamrih.183

Ruwatan disebut juga disebut juga Slametan, dalam hal ini

acara slametan dipimpin oleh juragan Jaran Kencak. Proses

ruwatan diawali dengan membakar kemenyan yang telah

dipersiapkan bersama sesaji yang lain dalam hal ini membakar

menyan adalah budaya Jawa, kemenyan diletakkan di tengah-

182Ibid., hlm. 32 183 Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas Negeri Jember; 2015), hlm 35

Page 125: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

tengah sesaji dan sambil membaca doa-doa dan mantra. Pengertian

membaca doa disini adalah pembacaan tahlil dan Surat Yasin.

“……dalam ruwatan kuda itu pembacaan doa-doa ada

tahlil, tapi pada awalnya shadatan, lalu berkembang jadi tahlil dan

Membaca Surat Yasin.”184

Dalam pembacaan doa ini dimaksudkan untuk diberikan

kelancaran dalam pertunjukan dari awal sampai akhir pertunjukan

dan membaca Surat Taubat setelahnya. kemudian asap dari hasil

pembakaran dibawa keliling dan diarahkan ke seluruh pendukung

pertunjukan Jaran Kencak. Terakhir bakaran kemenyan dibawa ke

luar ke tempat kuda dan pawang yang saat itu berada di luar

rumah.

2) Jula-juli (napel/sumpingan)

Seni pertunjukan Jaran Kencak diawali dengan masuknya

dua kuda, kedua kuda tersebut mengenakan busana dengan warna-

warna yang serba mencolok dihiasi dengan pernik-pernik dan

kelihatan glamor. Diiringi oleh seperangkat gendang dan selompet,

gamelan sebagai alat musik Jawa dan Selompet sebagai alat musik

Madura, kuda mengangguk-angguk kepalanya, melenggak-

lenggokan tubuhnya dan mengibas-ngibaskan ekornya sambil

berputar-putar mengelilingi arena pertunjukan.

184 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 126: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

Adegan dilanjutkan dengan tarian remo yang dilakukan

oleh pawang kuda dan ada kalanya jumlah penari bertambah

menjadi tiga orang, hal ini agar pertunjukan lebih meriah. Tarian

remo sekaligus sebagai ungkapan ucapan selamat datang yang

dilanjutkan dengan kidungan. Syair dalam kidungan secara umum

menggunakan bahasa Madura tetapi ada juga yang dicampur dalam

bahasa Jawa dibagian awal dan dilanjutkan syair dalam bahasa

Madura. Rata-rata pernari remo semua bisa melakukan kidungan

dan pada sajian dilakukan secara bergantian.

“……dalam kidungan madura diawali dengan Salam,

ucapan syukur, awal pembukaannya dulu ada sholawatan, lalu

mengalami perkembangan dihilangkan.”

Makna Syair dalam kidungan berdasar dari pengamatan

dapat disimpulkan terdiri beberapa inti yaitu ucapan selamat

datang, ucapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa dalam

bentuk tembang dan permohonan maaf dan ucapan selamat

menyaksikan.185

Tradisi napel diawali oleh orang-orang yang memiliki

status dalam kemasyarakatan seperti, pamong desa, tokoh

masyarakat, dan para penonton. Dalam hal inilah yang

memberdakan antara penonton yang datang saat Pertunjukan Jaran

Kencak. Dalam adegan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesanian

185 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 127: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

118

tradisional Jaran Kencak memeliki peran Status sosial bagaimana

Orang lain akan membalas apa yang telah dilakkan oleh penonton.

Ibarat siapa menanam tentu akan menuai hasil.186

“misalkan pertunjukan napel dalam suatu hajatan, biasa

ritualnya dari Pamong desa, lalu Tokoh Masyarakat sekitar baru

diikuti oleh tamu atau keluarga lain, dalam hal ini dimaknai dengan

status sosial yang bagaimana orang lain akan membalasa apa yang

telah dilakukan oleh pemilik hajat…..”187

3) Lawakan

Lawakan adalah sajian dalam benuk drama humoris

yang dilakukan oleh pawang kuda bersama kelompok lawak.

Sajian tersebut sering mengambil tema untuk dijadikan alur cerita

untuk menuju klimaknya. Adegan lawak juga dijadikan sarana

penyampaian informasi dalam bentuk nasehat ataupun pendidikan

yang dilakukan oleh pelawak, dengan mengambil inti dari cerita

yang disajikan.188

Adegan lawak tidak semata-mata adegan lelucon saja

karena dalam peran lain adegan ini memiliki sampiran peran yaitu

temangan dalam bentuk ruwatan bersama Juragan Jaran Kencak.

Adegan ini dilakukan setelah adegan lawakan selesai. Salah satu

dari personil lawak dinaikkan ke atas kuda sambil menggendong

186 Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas Negeri Jember; 2015), hlm. 37 187 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 188 Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas Negeri Jember; 2015), hlm. 39

Page 128: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

119

bakul yang berisi nasi, daging tusuk, cobek, sendok nasi, kaca, sisir

(bagian dari sesaji) dan beberapa peralatan dapur yang lainnya.

Tradisi tersebut dibawakan dalam tembang macapat sebagai sarana

penyampai pesan dan beberapa alat yang digendong dijadikan

semacam boneka wayang dan diperagakan selayaknya seorang

dalang yang sedang melakukan adegan dialog di antara tokoh

wayang.cerita atau tokoh yang diambil yaitu tokoh punakawan,

semar, gareng, petruk, bagong, ditambah beberapa tokoh padhawa.

Setelah adegan tersebut selesai dilanjutkan dengan pembacaan doa

atau pujian untuk mendapatkan perlindungan dari yang mah kuasa

dan senantiasa dilancarkan rejekinya.189

“ kalau ada acara suatu hajatan, setelah pembacaan doa

atau pujian dilanjutkan dengan orang yang punya hajat dinaikkan

ke atas kuda, dengan disaksikan seluruh keluarga dan penonton

berputar di arena pertunjukan. Selesai semua barang-barang yang

digendong termasuk selendang yang digunakan untuk

menggendong akan dibagikan ke penonton. Selanjutnya diikuti

oleh orang yang punya hajat dinaikkan ke atas kuda dan

dilanjutkan tradisi arak-arakan Jaran Kencak.”190

4) Atraksi Jaran Kencak

Dimana seluruh pemain Kesenian Jaran Kencak dan semua

Jaran kencak berkumpul dihadapan para penonton, Jaran Kencak

189 Ibid., hlm. 39 190 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 129: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

120

berkolaborasi dengan menampilkan sebuah cerita dan gerak tari,

Tarian tersebut meliputi: Tari topeng, Tari Remo, Tari Garuda

Wisnu Kembar, Tari Jaranan, dan yang terakhir Atraksi Kuda

berdiri. Beberapa Tarian diatas yang diangkat dari beberapa daerah

diantaranya Bali, Madura, Jawa Tengah dan Lumajang.191

Dalam penyajian Kesenian Jaran Kencak di atas terjadi

sebuah Akulturasi Budaya antara Jawa, Madura dan Islam.

Akulturasi yang terjadi pada kesenian Jaran Kencak diantaranya

budaya Islam dimulai dari penyajian Pembacaan kalimat syahadat,

lalu pada penyajian Lawakan ada unsure dakwah yang sama

dengan metode pewayangan yang dipakai sunan Kalijaga, dan

pembacaan Macapat.192

a. Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam dalam Kesenian Jaran

Kencak

1) Budaya Jawa

Budaya jawa dalam Kesenian Jaran Kencak di mulai dari

alat Musik Gamelang, ditambah dengan penyajian Ruwatan

sebagai pembukaan dalam awal penyajian Kesenian Jaran Kencak,

Ruwatan dalam Tradisi masyarakat Jawa adalah sebuah upacara

yang dilaksanakan bagi orang yang memerlukan, karena ruwatan

191 Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas

Negeri Jember; 2015), hlm 41 192Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 130: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

ini dipercayai untuk menjauhkan dari kesialan, Ruwatan Jaran

dengan menggunakan sesaji.193

Dalam ruwatan atau rokatan kuda ada beberapa sesaji

diantaranya 7 polopendem (7 tanaman tanah), kelapa, kopi, dan

gula. Dalam tradisi Jawa Polo pendem merupakan tradisional Jawa

yang diambil dalam tanah, seperti Umbi-umbian yang layak

dimakan, diantaranya: Ketela pohon, Ketela Rambat, Talas, Bentol,

Kacang Tanah dan masih banyak yang lain.194

Makna dalam Polo

pendem adalah dalam tanah manusia bisa mengambil atau

mendapat makanan untuk hidup sehari-hari, tanah melambangkan

asal muasal kehidupan manusia berasal dari tanah dan kembali ke

tanah begitupun yang namanya polo pendem juga berasal dari

dalam tanah, mengajarkan kepada generasi yang akan datang agar

tidak terlalu bergantung pada satu makanan pokok saja,

mengajarkan agar bisa hidup lebih sederhana, dalam bahasa jawa

telo memiliki makna “netheli barang sing olo” artinya

menanggalkan hal-hal yang buruk, ketela pohon “karepe sepi ing

pamrih” yang berarti berniat melakukan sesuatu tanpa pamrih.195

Ruwatan disebut juga disebut juga Slametan, dalam hal ini

acara slametan dipimpin oleh juragan Jaran Kencak. Proses

ruwatan diawali dengan membakar kemenyan yang telah

193

Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019 194Ibid. 195 Dwi Setyo R, perkembangan kesenian tradisional jaran kencak yosowilangun kabupaten lumajang, (Jurnal; Universitas Negeri Jember; 2015), hlm 35

Page 131: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

122

dipersiapkan bersama sesaji yang lain dalam hal ini membakar

menyan adalah budaya Jawa, kemenyan diletakkan di tengah-

tengah sesaji dan sambil membaca doa-doa dan mantra. Pengertian

membaca doa disini adalah pembacaan tahlil dan Surat Yasin.196

2) Budaya Madura

budaya Madura dari alat musik Saronen, saronen dalam

budaya Madura adalah musik rakyat yang tumbuh berkembang di

masyarakat Madura, dari pakaian pawang Kuda yang identitasnya

berlatar belakang Madura, dan segi Kejung atau Syair yang

berbahasa Madura, kejung yang biasa digunakan adalah kejung Pa’

Poka’ Eling.

Pa’ kopa’ eling

elingnga sakoranji

eppa’na olle paparing

ana’ tambang tao ngaji

ngaji babana cabbi

ka’angka’na sarabi potthon

e cocco’ dhangdhang pote keba mole

e cocco’ dhangdhang celleng keba melleng

Dalam penyajian Jula – Juli / Napel Syair dalam kidungan

secara umum bahasa Madura. Rata-rata pernari remo semua bisa

melakukan kidungan dan pada sajian dilakukan secara bergantian.

196

Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019

Page 132: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

123

“……dalam kidungan madura diawali dengan Salam,

ucapan syukur, awal pembukaannya dulu ada sholawatan, lalu

mengalami perkembangan dihilangkan.”

Makna Syair dalam kidungan berdasar dari pengamatan

dapat disimpulkan terdiri beberapa inti yaitu ucapan selamat

datang, ucapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa dalam

bentuk tembang dan permohonan maaf dan ucapan selamat

menyaksikan.197

3) Budaya Islam

Syair-syair yang terdapat pada Kejung Madura

mengandung makna yang demikian mendalam. Makna tersebut

berisi nasehat tentang manusia dan jiwa spiritual yang harus

dimilikinya. Sebagai Khalifah di muka bumi, manusia mempunyai

tugas yang sangat mulia yaitu menjadi pemimpin. Oleh sebab itu

pemenuhan kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan

kebutuhan material. Dengan demikian akan tercipta kehidupan

yang serasi, seimbang, dan harmonis. Dengan berbekal

pengetahuan agama yang kuat maka manusia tidak mudah tergoda

dan terombang - ambing oleh perubahan serta dinamika perubahan

jaman.198

Pemenuhan kebutuhan spiritual (agama) merupakan

sesuatu yang sangat signifikan. Oleh sebab itu sejak usia dini anak-

197 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 198

Ibid.,

Page 133: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

124

anak diperkenalkan dengan nilai-nilai agama, yaitu dengan jalan

melaksanakan proses pembelajaran. Sejak kecil anak-anak

diwajibkan mengaji, shalat, puasa serta kewajiban-kewajiban

agama lainnya.199

Proses pembelajaran tersebut dilakukan secara

bertahap, terus menerus, dan berkesinambungan serta disesuaikan

dengan usia kematangan dan pertumhuhan anak. Sebagaimana

terdapat pada kalimat, ana’ tambang tao ngaj i, ngaji babana

cabbi,(anak bodoh jadi (bisa) mengaji, mengaji di bawah cabai).200

Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, masyarakat

komunal menciptakan suatu tatanan agar dalam menjalankan

kebersamaan (kehidupan bersama) berjalan secara harmonis. Dan

tatanan tersebut, baik yang tertulis maupun tidak tertulis secara

berkesinambungan ditransferkan kepada generasi berikutnya

melalui pendidikan informal dalam keluarga, lingkungan

masyarakat maupun pendidikan formal di sekolah-sekolah. Hal itu

termaktup dalam kalimat, “Pa’ kopa’ eling, elingnga sakoranji” //

Bertepuk-tepuk ingat, sadar sekeranjang //. Kalimat tersebut

mengingatkan bahwa betapa pentingnya sebuah kesadaran untuk

menuntut ilmu.201

Untuk mendapatkan generasi yang ber-kualitas, orang tua

mempunyai tanggung jawab serta memegang peranan utama

sebagai pendidik pertama sekaligus motivator bag keberhasilan

199

Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019 200 Ibid., 201 Ibid.,

Page 134: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

pendidikan putra putrinya. Sebagaimana tertera dalam kalimat,

eppa’na olle paparing, (bapak mendapatkan anugerah). Dan

anugerah tersebut merupakan kegembiraan, kebahagiaan, dan

kebanggaan bagi bapak karena sang anak telah mampu menyerap

dan menguasai ilmu.202

Adapun nilai etika dan moralitas yang tinggi dalam puisi

di atas adalah, hendaknya ilmu yang dimiliki tidak disalahgunakan

dan benar-benar diamalkan karena ilmu mempunyai dua sisi

dimensi, yaitu kebaikan dan kejahatan. Ilmu akan menjadi suatu

bencana apabila dipergunakan oleh orang-orang yang mempunyai

moral rendah dan tidak bertanggung jawab, sebaliknya ilmu akan

mendatangkan manfaat serta kemaslahatan bagi umat manusia

apabila berada di tangan-tangan manusia yang mempunyai

moralitas tinggi. Hal tersebut dapat disimak pada bait, ecocco’

dhangdhang pote keba mole, ecocco’ dhangdhang celleng keba

melleng (dipatuk elang putih dibawa pulang, dipatuk elang hitam

dibawa nakal).203

2. Kesenian Glipang

a. Asal – Usul Kesenian Glipang

Asal kata dari “Glipang sendiri belum dapat dipastikan asal-

usulnya. Menurut beberapa sumber istilah Glipang berasal dari bahasa

Arab “Ghaliban” yang mempunyai arti kebiasaan. Kebiasaan yang

202

Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019 203

Ibid.,

Page 135: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

terjuwud dalam suatu kegiatan yang selalu dilakukan oleh santri di

pondok pesantren. Istilah Glipang yang berasal dari Ghaliban merupak

gambaran dari masyarakat pendukungnya yang mempunyai latar

belakang Islam dan kesenian Glipang pada awalnya muncul dan hidup

di pondok pesantren. Berbeda dengan catatan yang dimiliki oleh

Sutomo bahwa Glipang berasal dari kata Kalipang yang diambil dari

nama sebuah desa di kabupaten Pasuruan. Desa yang menjadi tempat

diselenggarakannya lomba Zikir Mulud. Nama desa tersebu kemudian

digunakan sebagai nama sebuah kelompok kesenian Zikir Mulud yang

berasal dari Kabupaten Lumajang.204

Dua kata tersebut yaitu kata Ghaliban dan Kalipang memiliki

kendala yang sama bagi lidah orang Jawa yaitu dalam hal

pengucapannya. Lidah orang Jawa mengalami kesulitan untuk

melafalkan sesuatu mencari pengucapan yang mudah, maka pada

akhirnya kata Ghaliban dan Kalipang ketika diucapkan oleh lidah

orang Jawa menjadi Glipang. Pelafalan Glipang tersebut kemudian

familiar hingga sekarang.205

Kesenian Glipang di kabupaten Lumajang memiliki sejarah

yang panjang dan terbagi dalam beberapa versi. Yang pertama,

kemunculan kesenian Glipang di Kabupaten Lumajang bahwa

kesenian Glipang Rodhat di Desa Jarit muncul pada tahun 1918-an dan

204 Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 34 205Ibid., hlm. 34

Page 136: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

127

diprakarsai oleh Kyai Buyah. Sejarah terciptanya tari Glipang Rodhat

di Desa Jarit konon diawali ketika Kyai Buyah melakukan perjalanan

ibadah haji. Dalam perjalanannya Kyai Buyah kehabisan uang untuk

biaya hidup di tanah suci. Pada akhirnya untuk menyambung hidup

dan biaya untuk kembali pulang ke tanah air, Kyai buyah bekerja

kepada salah satu pedagang disana. Pada suatu saat Kyai Buyah

melakukan perjalanan dagang ke Turki, di sanan Kyai Buyah melihat

sebuah perayaan hari kelahiran Rasulullah. Kai Buyah tertarik dengan

salah satu pertunjukan atraksi beladiri yang diiringi dengan music

hadrah. Saat kembali ke tanah air, Kyai buyah kemudian membawa

kesenian tersebut ke daerahnya dan mengembangkannya menjadi

sebuah tari Rodhat Seni Rebana. Kemudian pada tahun 1990-an Sardi

(cucu Kyai Buyah) menciptakan tari Glipang Rodhat perempuan.206

Yang kedua dari kesenian Glipang di Lumajang berdasarkan

dokumen yang memiliki oleh Sutomo, bahwa kesenian Glipang pada

awal mulanya merupakan kesenian Zikir Mulud dan berubah namanya

menjadi Terbang Kalipang. Karena masyarakat Lumajang mengalami

kesulitan dalam menyebut kata Kalipang maka pada akhirnya menjadi

Glipang. Kesenian Terbang Kalipang pada mulanya berasal dari

Terbang Zikir Mulud yang dirintis oleh Kandar (Kerti) pada tahun

1923.207

Kesenian Terbang Kalipang pada mulanya berasal dari

Terbang Zikir Mulud pada mulanya berkembang di Desa Dawuhan

206Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 34 207 Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 35

Page 137: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

128

Lor, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Pada masa tersebut

kesenian Terbang Zikir Mulud asuhan dari Kandar (Kerti) mengikuti

perlombaan di Desa Kalipang, Kabupaten Pasuruan. Desa Kalipang

merupakan daerah asal Kandar (Kerti). Perlombaan tersebut diikuti

pula oleh kesenian Terbang Bandung Pasuruan. Nama kesenian

Terbang Bandung Pasuruan sebelumnya dinamakan terbang Takro

yang diambil dari bunyi ketipung yang berbunyi tak-tak-krow.208

Dalam perlombaan tersebut Terbang Zikir Mulud dari Desa Dawuhan

Lor tepilih juara karena penampilkan atraksi yang berbeda dengan

peserta lomba lainnya yaitu menampilkan atraksi duduk sambil

bergerak (adrek). Karena menjuarai perlombaan tersebut, kesenian

Terbang Zikir mulud kemudian diberi nama Terbang Kalipang,

tepatnya pada tanggal 11 April 1927. Nama Kalipang diambil dari

tempat dilakasanakannya perlombaan tersebut. Dan nama tersebut

diabadikan sebagai kenang-kenangan.209

Ketika kembali ke Lumajang, terbang Zikir Mulud kemudian

secara resmi berganti nama menjadi kesenian Terbang Kalipang

Dawuhan Lor Lumajang pada tanggal 17 April 1927. Mulai saat itu

Terbang kalipang Dawuhan Lor berubah dari kesenian pesantren

menjadi kesenian rakyat, terbang Kalipang tidak hanya menjadi milik

masyarakat Dawuhan Lor saja melainkan masyarakat dari luar desa

juga ikut serta memilikinya dengan terlibat langsung dalam kelompok

208 Ibid., hlm. 35 209 Ibid., hlm. 36

Page 138: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

129

kesenian tersebut. Dalam perkembangnnya atraksi adrek kemudian

diganti dengan nama Rodat lungguh.210

b. Penyajian Kesenian Glipang

Kesenian Glipang dari Kabupaten Lumajang dalam

penyajiannya terdiri dari beberapa babak. Bentuk pertunjukkannya dari

awal terbentuk hingga sekarang telah mengalami perubahan-

perubahan.211

berdasarkan hasil penulusuran, bentuk pertunjukannya

meliputi lima babak yang terdiri dari:

1) Santrian/ Rodhat Glipang

Tari Santrian/Rodhat Glipang ditarikan oleh lima orang

penari laki-laki dengan menggunakan kostum yang

menggambarkan nuansa religious. Jumlah penari yang lima orang

juga merupakan gambaran tentang lima rukun Islam. berdasarkan

pengamatan yang dilakukan pada penampilan tari Santrian/ Rodhat

Glipang diawali dengan para penari memposisikan diri di atas

panggung. Setelah sampai diatas panggung, para penari kemudian

langsung mengambil posisi duduk timpuh (tari Santrian/Rodhat

Glipang).212

Dalam tari Santrian/Rodhat Glipang ini memiliki cirri

khas yaitu selama berlangsungnya tarian, dari awal hingga akhir

tarian dilakukan dengan cara duduk (Lungguh) timpuh.

210Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB),Yogyakarta, 2017) hlm.

38 211 Ibid., hlm. 40 212Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 41

Page 139: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

130

Dilihat dari unsur islam yang ada dalam tari

Santrian/Rodhat Glipang ini menggambarkan masyarakat

Lumajang yang religius. Sebagai bentuk religiusitas masyarakat

Lumajang dalam tari Santrian/Rodhat Glipang dapat dilihat dalam

gerak tari, komposisi penari yang berjumlah lima orang laki-laki

serta pakaian yang digunakan dalam tarian tersebut, unsur gerakan

dalam tarian ini menggambarkan seseorang yang melakukan

gerakan Wudhu.213

2) Tari Kiprah Glipang

Tari Kiprah Glipang secara garis besar bentuk dan sikap

yang terdapat dalam tari Kiprah Glipang mempunyai pola-pola

gerak yang menggunakan tenaga yang banyak bertumpu pada kaki

dengan variasi gerak tangan. Tari Kiprah Glipang dalam kesenian

Glipang bila dilihat gerakannya hampir mirip dengan tari Ngremo

yang ada dalam kesenian Ludruk yang berkembang di Surabaya

dan sekitarnya.214

Ngremo sendiri mempunyai arti yang bermacam-

macam antra lain ‘ngore rekmo’ (mengurai rambut) dan Ngremo

juga berarti melakukan sebuah tarian. Dalam tari Kiprah Glipang

gerakannya lincah dengan keterampilan melakukan gerakan yang

kecil-kecil dan patah-patah berbeda dengan Ngremo Surabaya

213Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 214 Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 49

Page 140: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

131

yang gerakannya khas sebagai figur tokoh pejuang dengan karakter

gagah, berwibawa dan Nampak agak tenang.215

3) Tari Baris Lima/ Polisi

Pada tari Baris Lima/Polisi cara masuk ke arena

pertunjukan atau ke atas panggung dilaksanakan dengan cara yang

sama dengan saat menampilkan tari Santrian/Rodhat Glipang, yang

membedakan hanya posisi saat sudah di atas panggung. Berbeda

dengan tari Santrian/ Rodhat Glipang yang dilakukan dengan cara

duduk (lungguh), tari Baris Lima/Polisi dilakasanakan dengan

posisi berdiri, Dalam tari Baris Lima/Polisi iringan Gendhing awa

yaro.216

Gendhing awa yaro dalam penyampaiannya dengan bahasa

Madura tapi makna simbolik dan arti dari syairnya adalah Ke esan

Tuhan yang maha esa dan Sholawat.217

c. Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam dalam Kesenian Glipang

Akulturasi budaya dalam Kesenian Glipang dapat dilihat

dalam penyajiannya antara Lain:

1) Budaya Jawa

kedua adalah tari Kiprah Glipang, tari ini memiliki unsur

budaya Jawa yang gerakannya seperti tari Ngremo yang biasa ada

di kesenian Ludruk, hanya yang membedakan adalah gerakan

Ngremo Surabayaan yang penarinya digambarkan sebagai tokoh

yang gagah dan berwibawa, sedangkan tari Kiprah Glipang

215 Ibid., hlm. 50 216 Ibid., hlm. 50 217 Ibid., hlm. 51

Page 141: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

132

menggambarkan gerakannya lincah dengan keterampilan

melakukan gerakan yang kecil-kecil dan patah-patah.218

Dalam Kesenian Glipang juga ada Sesaji sebelum

Pertunjukan dimulai yang di pimpin oleh Juragan (ketua) Kesenian

Glipang, sesaji tersebut terdiri dari beberapa macam antara lain:

Dupa, Bunga, Kelapa Gading, Pisang Ayu dan daun sirih

dibungkus dengan daun pisang, prosesi ritual diawali dengan

pembakaran Menyan dilanjutkan dengan pembacaan doa.219

2) Budaya Madura

Dalam Musik pengiring Kesenian Glipang banyak

dipengaruhi unsur Madura, jenis-jenis instrument dalam kesenian

Glipang ada kaitannya dengan makna simbolik yang berhubungan

dengan religi, seperti: Pertama, Settong Jedor, Paneka’ andhi’

maksud ke-Esa-an Tuhan artinya bahwa sebuah jidor

mencerminkan tentang ke Esaan Tuhan. Kedua, Dhuwa’

Kattepung, paneka’ lambing duwa’ kalimah Syahadat, artinya

bahwa dua ketipung melambangkan dua kalimat Syahadat.220

Ketiga, Lema’ terbang kecrek, paneka’ lambang rukun Islam,

artinya bahwa terbang kecrek melambangkan rukun islam. Syair

yang dibawakan dalam Kesenian Glipang adalah Kejhungan awa

yaro yang berbahasa Madura, salah satu baitnya “awa awa yaro

awa yaro waseka” artinya jalanilah kejujuran supaya nama kita

218 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 219

Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 77 220 Ibid., hlm. 77

Page 142: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

133

tetap harum selamanya, Kejhung awa yaro mengandung ajaran

antara lain menuntun untuk berbuat kebaikan dengan cara

bersholawat, meningkatkan rasa persatuan, tidak terpengaruh pada

perbuatan yang buruk dan menjunjung kejujuran. Dari kesenian

yang disajikan, ada nilai yang lebih dalam lagi yaitu pada ajaran

perilaku, budi perkerti yang baik.221

3) Budaya Islam

pertama dalam tari Rodhat Glipang, tari ini bernuansa

Islam yang penarinya berjumlah lima orang makna simboliknya

adalah tentang rukun islam dalam gerakannya menggambarkan

orang sedang melakukan Wudhu dalam Sholat.222

Dalam Kesenian Glipang juga ada Sesaji sebelum

Pertunjukan dimulai yang di pimpin oleh Juragan (ketua) Kesenian

Glipang, sesaji tersebut terdiri dari beberapa macam antara lain:

Dupa, Bunga, Kelapa Gading, Pisang Ayu dan daun sirih

dibungkus dengan daun pisang, prosesi ritual diawali dengan

pembakaran Menyan yang diniatkan dengan “Talining iman,

urubing cahya kumara, kukuse ngambah swarga, ingkang nampi

Dzak Ingkang Maha Kuwaso”, Kemudian diikuti dengan

penyampaian doa-doa permohonan akan keselamatan dan

kelancaran dalam pelaksanaan kesenian Glipang.223

Lalu bunga

melambangkan keharuman dari doa yang dipanjatkan dari lubuk

221 Ibid., hlm. 78 222 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 223Th. Esti Wuryansari dkk, Kesenian Glipang Lumajang, (Balai Pelestarian Nilai Budaya,Yogyakarta, 2017) hlm. 94

Page 143: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

134

hati yang paling dalam dan tulus ikhlas lahir batin, sedangkan

harumnya bunga melambangkan kemulian. Pisang ayu dan daun

Sirih melambangkan persembahan kepada Allah SWT

mengandung sebuah harapan agar hidupnya selalu agung, mulia

dan berguna seperti Raja dan tuhan adalah yang menuntun dari

fajar hingga malam dan sebaliknya.224

3. Maulid Hijau

Ranu Lemongan merupakan salah satu Danau Vulkanik dari

sekitar 30 Danau yang ada di sekitar Gunung Lemongan. Objek wisata ini

berada di Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang,

Jawa Timur. Danau ini seluas ± 22 hektar dengan kedalaman 30 meter.

Secara geografis desa ini berada pada 113°16’18.64” bujur timur dan

7°59’08.02” lintang selatan dengan ketinggian ± 196 dpl dengan suhu rata-

rata 25 °C.225

Sebagai objek pariwisata, Ranu Lemongan memiliki segudang

pesona estetika alam yang layak untuk dijual. Selain karena keindahannya,

letaknyapun cukup strategis. Bagi wisatawan yang ingin melakukan

perjalanan dari Surabaya ke Bali melalui jalur darat, Ranu Lemongan

dapat menjadi alternative persinggahan yang nyaman selain objek wisata

Gunung Bromo. Jarak tempuh Ranu Lemongan ± 15 km dari jantung kota

Lumajang atau ± 30 Km dari Probolinggo dan ± 130 Km dari Surabaya. Di

sekitar Ranu Lemongan ini bermukim penduduk sebanyak 4.564 jiwa atau

224Ibid., hlm. 95 225 Tim Penyusun; Laporan Survei di kabupaten Lumajang Provinsi jawa timur 1990, (purbakala Jakarta pusat penelitian

Arkeologi Nasional; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1995), hlm. 13

Page 144: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

135

1.171 Kepala Keluarga yang sebagian besar berasal dari etnis Madura /

Pendhalungan. Mayoritas Masyarakat di sekitar Ranu Lemongan bermata

pencaharian sebagai petani (47%) dan buruh (24%) dan tidak satupun yang

berprofesi sebagai pengusaha dalam industry pariwisata.226

a. Asal – Usul Maulid Hijau

“Maulid Hijau” adalah sebuah kegiatan yang digagas dan

diselenggarakan oleh masyarakat di sekitar Ranu Lemongan / Ranu

Klakah yang ada di desa Tegalrandu kecamatan Klakah, Kabupaten

Lumajang, Jawa Timur, selain sebagai event kampanye untuk kegiatan

penghijauan di Ranu Lemongan dan Gunung Lemongan, kegiatan ini

juga diniatkan oleh masyarakat untuk dijadikan agenda wisata

tahunan.227

Nama “Maulid Hijau” merupakan singkatan dari kata

Maulid Nabi dan Penghijauan. Format kegiatannnya adalah

penggabungan lingkungan dan seni Budaya yang selama ini

sebenarnya telah ada dan eksis serta berlangsung secara turun temurun

di masyarakat Tegalrandu, seperti penghijauan disekitar Ranu

Lemongan, Gunung Lemongan pagelaran kesenian tradisional,

kompetisi perlombaan tradisional serta upacara selametan Desa.

Karena kegiatan tersebut bertepatan dengan bulan dilahirkannya Nabi

Muhammad SAW, maka seluruh kegiatan tersebut dirangkai dan

226Ibid., hlm. 13 227Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 145: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

136

dilaksanakan secara berurutan juga dengan peringatan Maulid Nabi

Muhammad SAW.

“jadi dulu itu Pak Matruki menjabat Kepala Desa

TegalRandu, waktu menjabat kepala desa pak Matruki melakukan

penghijauan di pinggir-pinggir ranu Klakah yang setiap tahun bikin

selametan karena itu turun temurun mulai dari bapaknya pak matruki,

dari atas-atasnya, Kepala Desa sebelumnya selalu selametan.”228

Maulid Hijau pertama kali dilaksanakan pada tahun 2006

yang diisi dengan kegiatan pelestarian lingkungan dan pertunjukan

seni budaya yang selama ini sebenarnya telah ada dan eksis

berlangsung secara turun temurun di masyarakat Tegalrandu seperti

perlombaan tradisional dan upacara selametan desa. Oleh karena itu

kegiatan tersebut dilaksanakan bertepatan dengan bulan dilahirkannya

Nabi Muhammad SAW, maka seluruh kegiatan tersebut dirangkai dan

dilaksanakan secara berurutan. Acara pertunjukan seni ini juga

menjadi ruang berekspresi anak didik pak Matruki dan Aak Al-kudus

karena tahun 2005 pak Matruki mendirikan Sekolah Rakyat Merdeka

(SRM). Sekolah ini didirikan sebagai tempat belajar alternative bagi

anak – anak untuk menyalurkan bakat dan kreatifitasnya.229

“….2005 saya ngelolah Sekolah Rakyat Merdeka disini ini

dengan Pak Matruki ini, waktu itu anak anak SRM itu salah satu

tugasnya setiap masuk kesini untuk memulai kegiatan itu teman –

228Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 229bapak Madtruki, Wawancara, Lumajang, 30 Maret 2019.

Page 146: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

137

teman meminta untuk pembibit di depan sini, jadi bawa biji dari

rumahnya disini kita sediakan polibag, ketika bibitnya sudah besar kita

ajak mereka nanem di pinggir ranu ini.”230

“Nah, budaya yang baik ini kemudian kita besarkan,

akhirnya 2006 kita mendirikan Maulid Hijau, itu Cuma sehari semalem

jadi malemnya kita nampilkan kesenian dari anak-anak ini Drama dan

lain sebagainya besok paginya kita mengajak masyarakat untuk

menanam bersama-sama.”231

Agenda Maulid Hijau tidak berbeda dengan perayaan

Maulid Nabi seperti biasanya, hanya saja masyarakat klakah

menyisipkan kegiatan penghijauan dan acara-acara Kesenian Lokal

kemudian dilanjutkan dengan aktifitas penghijauan bersama dengan

masyarakat setempat. Karena kegiatan Maulid Hijau mendapat respon

baik dari masyarakat dan juga mendapat dukungan dari Bupati

Lumajang sehingga acara tersebut dibuat lebih meriah pada tahun-

tahun berikutnya yang kemudian diadakan selama 3 hari 3 malam.232

“kemudian tahun 2007 Maulid Hijau dapat respon bagus

dari masyarakat sehingga di bikin lebih besar lagi 3 hari 3 malam.

Kegiatan kesenian, selametan, penghijauan, jadi intinya kita

mengkampanyekan gerakan penghijauan waktu itu dipinggir-pinggir

ranu ini untuk menyelamatkan ranu-ranu ini.”

230Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 231Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 232 bapak Madtruki, Wawancara, Lumajang, 30 Maret 2019.

Page 147: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

138

Kegiatan Maulid Hijau pada hari pertama acara diisi dengan

kesenian tradisional, keesokannya diikuti kegiatan penghijauan

Selametan desa Tegalrandu, hari terakhir adalah puncak dari acara

yaitu peringatan Maulid Nabi dengan Srakalan dan Pengajian. Dan

pada akhirnya jelas terlihat dari kegiatan Maulid Hijau yang

diselenggarakan setiap tahun berturut-turut masyarakat sangat

berantusias bahkan dari luar daerah juga mengikuti acara ini. Secara

perlahan kegiatan Maulid Hijau ini memberikan dampak positif kepada

masyarakat sekitar tentang pentingnya menjaga lingkungan terutama

kebiasaan menanam pohon disekitar ranu Klakah dan Gunung

Lemongan.233

b. Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam

Dalam tradisi Maulid Hijau Akulturasi Budaya Jawa dan

Madura sudah menjadi satu yaitu Budaya Pendhalungan yang

berarti hasil budaya jawa dan Madura, maka dalam Akulturasi

Budaya di dalam Tradisi Maulid Hijau sudah menjadi Akulturasi

Budaya Pendhalungan dan Islam.

Bentuk kegiatan Tradisi Maulid Hijau yang pertama

adalah Kesenian Tradisional yang meliputi Kesenian Jaran Kencak

dan Kesenian Ojung Unsur budaya Madura di bentuk kegiatan ini

adalah Kesenian Ojung yang berasal dari pulau Madura. Kedua

adalah selametan Desa Tegalrandu yang sudah berlangsung secara

233 bapak Madtruki, Wawancara, Lumajang, 30 Maret 2019.

Page 148: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

139

turun temurun di desa Tegalrandu. Kegiatan ini biasanya dilakukan

dalam bentuk selametan dan do’a bersama dengan para sesepuh

desa sesuai dengan tradisi agama Islam.234

kemudian dilanjutkan dengan melarungkan semacam

sesaji ke tengah Ranu Klakah, adapun sesaji yang dilarungkan di

Ranu Klakah tersebut berbentuk boneka kecil yang terbuata dari

tepung terigu. Konon menurut ceritanya, pada jaman dahulu di

Ranu Lemongan (sekarang Ranu Klakah) terdapat seekor ular

besar peliharaan Dewi Rengganis yang oleh masyarakat sekitar

dinamai “Ular Selanceng”. Ular ini terkenal sangat bebahaya dan

sering mencelakai penduduk sekitar. Hingga pada suatu ketika

datanglah Syeikh Maulana Ishak bersama teman Karibnya Kyai

Atmari dari Prajekan dalam perjalanannya untuk menyebarkan

agama Islam di tanah Jawa sampau di Ranu Lemongan.

Mengetahui perihal seekor ular yang sangat berbahaya tersebut,

Syeikh Maulana Ishak kemudian menenm pohon bunga Ashoka di

pinggir Ranu dan memberi makan ular tersebut dengan kue yang

terbuat dari tepung yang dibentuk menyerupai boneka. Dan sejak

saat itu, ular tersebut tidak pernah lagi mencelakai penduduk di

sekitar Ranu Lemongan, Tradisi ini memiliki Unsur budaya Jawa

yang sangat kuat.235

234 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019. 235 Abdullah al-kudus, Wawancara, Lumajang, 23 maret 2019.

Page 149: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

140

Tradisi Selametan desa hingga saat ini masih terus

diadakan setiap satu tahun sekali. Ketiga unsur budaya Islam dalam

Tradisi Maulid Hijau dilihat dari Pengajian, Maulid nabi, dan

Istighosah (sebelum melakukan Selametan Desa Tegalrandu).

Pengajian sendiri dilakukan dalam rangka memperingati Maulid

nabi Muhammad SAW, lalu dalam Selametan Desa di Tegalrandu

sebelum melarungkan sesaji di tengah ranu Klakah masyarakat

melaksanakan Istighosah terlebih dahulu yang dipimpin oleh Kyai

setempat dan membaca doa.236

236 bapak Madtruki, Wawancara, Lumajang, 30 Maret 2019.

Page 150: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

141

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sejarah tentang Kerajaan Lamajang Tigang juru dimulai pada masa

Singosari Periode Nararya Sminingrat pada tahun 1255 Masehi yang

mengangkat putranya bernama Nararya Kirana sebagai Juru di Lamajang,

ketika Masa Kerajaan Majapahit seorang tokoh pendiri Kerajaan

Lamajang Tigang Juru yaitu Arya Wiraraja yang diberikan sejumlah

Wilayah Lamajang Tigang Juru yaitu Lamajang sebagai ibukota Tigang

Juru diantaranya; Panarukan, Madura, dan Sebagian Blambangan, atas

perjanjian dengan Raden Wijaya ketika berada di Sumenep, Arya Wiraraja

diberikan sebagian pulau jawa bagian Timur dan menempati wilayah

tersebut pada tahun 1294 Masehi. Arya wiraraja mendirikan pusat kerajaan

Lamajang Tigang Juru di Dusun Biting Desa Kuterenon Kecamatan

Sukodono Kabupaten Lumajang, Kawasan – kawasan yang ada

diantaranya kawasan Keraton, kawasan Kaputren, Kawasan Sembahyang,

kawasan Perdagangan, dan kawasan kemiliteran.

2. Migrasi masyarakat Madura ke daerah Jawa Timur bagian timur terjadi

pada tahun 1830 pada masa penjajahan belanda untuk menjadi pekerja

buruh di daerah Jawa Timur bagian timur yang terkenal dengan hasil bumi

diantaranya kopi, teh, tebu, karet dan cokelat. Daerah tersebut dikenal

dengan daerah Tapal Kuda yang meliputi Probolinggo, Situbondo,

Bondowoso, Lumajang dan Jember. Terjadinya migrasi besar masyarakat

Page 151: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

142

Madura ke daerah Jawa Timur bagian timur yang terkenal daerah Tapal

kuda membuat suatu akulturasi budaya baru yang terdiri dari orang

Madura dan orang jawa yang bernama Budaya Pendhalungan mengalami

tiga periode utama yakni periode era perkebunan, periode perkebunan, dan

pasca perkebunan. Pengelompokan masyarakat Pendhalungan

dikelompokkan menjadi tiga yaitu Pendhalungan Barat, Pendhalungan

Timur, dan Pendhalungan Selatan.

3. Masyarakat Lumajang sebagian besar dari suku Jawa dan suku Madura,

hal itu terlihat dari penggunaan bahasa Jawa dan Madura yang selalu

digunakan sehari-hari, penduduknya yang mampu membuat suatu budaya

baru dalam Akulturasi Budaya Jawa, Madura dan Islam diantaranya adalah

Kesenian Jaran Kencak akulturasi budaya Jawa, Madura dan islam dari

alat musik diantara alat music Seronen dari Madura dan Gamelan dari

Jawa, unsur budaya islam adalah pembacaan kalimat syahadat dalam awal

pertunjukan, dan pembacaan Macapat. Kesenian Glipang Akulturasi

budaya Jawa, Madura dan Islam dari pertunjukan tari remo yang identik

dengan budaya jawa, Syair-Syair dalam bahasa Madura dan dalam

gerakan-gerakan tari Glipang Rodhat, Syair Awa yaro yang memiliki

makna simbolik islam. Tradisi Maulid Hijau Akulturasi budaya Jawa,

Madura dan Islam, dalam tradisi Maulid hijau antara budaya Madura dan

Budaya Jawa sudah Menjadi Budaya Pendhalungan, dalam budaya

Pendhalungan ada kegiatan Larung sesaji yang identik dengan budaya

Jawa dan Tari Ojung yang identik dengan Budaya Madura, unsur Islam

Page 152: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

143

dalam Tradisi Maulid Hijau adalah peringatan Maulid nabi Muhammad

SAW yang selalu di rayakan umat Islam di Indonesia dan mengadakan

Istighosah di pinggiran Ranu Klakah.

B. Saran

1. Mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

lanjutan tentang Lamajang, karena banyak peristiwa sejarah yang harus

dikaji dan belum banyak teridentifikasi.

2. Mengharapkan kepada segenap masyarakat beserta tokoh Kabupaten

Lumajang untuk menjaga kelestarian sejarah dan budaya Lumajang dalam

bentuk karya ilmiyah khususnya serta mengabadikan peristiwa-peristiwa

penting dalam bentuk tulisan.

3. Menghimbau kepada pemerintah Lumajang agar peduli tentang Situs

sejarah, baik dalam bentuk gambar foto, catatan tertulis, maupun prasati.

Karena setiap kota memiliki catatan sejarah dan terhadap Budaya di

kabupaten Lumajang.

4. Menghimbau kepada seniman yang ada di kabupaten Lumajang untuk

melestarikan budaya yang ada di kabupaten lumajang dan dokumentasi

berbentuk tulisan, gambar dan video.

Page 153: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

144

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat; Pengantar Ilmu Antropologi; Jakarta; Penerbit; Rineka Cipta;

2009.

Soerjono, Soekanto; Sosiologi suatu Pengantar; Jakarta: Rajawali Pers; 2009.

Amin, Darori; Islam dan Kebudayaan Jawa; Yogyakarta: Gama Media; 2000

Geertz Clifford; Agama Jawa Abangan Santri Priyayi Dalam Budaya Jawa;

Terjemahan Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto; Depok:

Komunitas Bambu; 2014

Geerts, Clifford; Agama di Jawa: “Pertentangan dan Perpaduan”, dalam Roland

Robertson (ed.). Sosiologi Agama. Tanpa Tempat Terbit: Aksara

Persada; 1986

Koentjaraningrat; Kebudayaan Jawa; Jakarta: Balai Pustaka; 1994.

Ahmad mansyur .S;menemukan sejarah (wacana pergerakan islam di Indonesia),

mizan; bandung; 1995

Slamet Muljana, Tafsir Sejarah: Nagara Kretagama ;Yogyakarta; LKiS; 2009.

Sukarto K. Atmodjo, Mengungkap Masalah Pembacaan Prasasti Pasrujambe

Berkala Arkeologi VII No.1; balai arkeologi Yoygyakarta;

Yogyakarta;1986

Slamet Muljana; Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit;

Yogyakarta; LKiS; 2011.

Ki. J Padmapuspita; Pararaton; Jogjakarta; Taman Siswa; 1966.

Goenadi nitihaminoto,”Strategi Operasional Ekskavasi Biting” Repha III;

Jakarta; pusat Arkesnas; 1986

cerita rakyat, Sarpani, “brandal Patih Hariyo Majusi; Daerah semeru selatan”,

dalam “seminar hari jadi Lumajang”, yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah tingkat II Kabupaten Lumajang pada tanggal

14 mei 1990

Hadi Sidomulyo,Skripsi tentang napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca;

Surabaya; Unesa; 2007

Page 154: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

145

Hub de jong, Madura dalam empat zaman: pedagang, perkembangan ekonomi

dan islam, suatu studi Antropologi Agama; Jakarta: PT.

Gramedia; 1989

Kuntowijoyo, perubahan sosial dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940;

Yogyakarta: Matabangsa; 2002.

Latief Wiyati .A, carok: konflik kekerasan dan Harga diri orang Madura;

Yogyakarta: LKIS; 2002

Mutmainnah, 1998, Jembatan Suramadu Respon Ultima terhadap Industrialisasi;

Yogyakarta: LKPSM;1998

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan; Jakarta: PT.

Gramedia; 1994

Leo Suryadinata, dkk., Penduduk Indonesia: Etnis dan Agama dalam Era

Perubahan Politik; Jakarta: LP3ES; 2003

H.J. De Graaft dan Th. G. Th. Pigeud; Kerajaan-kerajaan Islam di ]awa: Kajian

Sejarah Politik Abad ke-15 dan 16;Jakarta: FT. Grafiti, 1986

Robert W. Hefner, Geger-Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perubahan

Politik; Yogyakarta: LKiS, 1999

Ismani, Beberapa Aspek Kehidupan Orang Madura di Kota-kota Perantauan

(Madura III),; Jakarta: Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, 1979

Robert W. Hefner, Islam, Pasar dan Kzadilan: Artikulasi Lokal, Kapitalisme dan

Demokrasi; Yogyakarta: LKiS, 2000

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Geografi Budaya Daerah Jawa Timur;

Jakarta; 1983

M. ilham Z, orang pendhalungan penganyam kebudayaan di Tapal Kuda;

Jember; paguyuban Pendhalungan Jember; 2017

Suparlan, Parsudi, Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural, Makalah

pada Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-

3 di Universitas Udayana, Denpasar, (Bali; 2009

Tim Penyusun; Laporan Survei di kabupaten Lumajang Provinsi jawa timur

1990;proyek penelitian purbakala Jakarta pusat penelitian

Arkeologi Nasional; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;

1995

Page 155: KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU (AKULTURASI ANTARA …digilib.uinsby.ac.id/31823/3/Habiibul Umam_A92214100.pdf · kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.1 Karena itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

146

Is’Aisyah, Islam Di Tempusari – Lumajang,Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Adab, 1997

Nugroho Noto Susanto, Masalah Penelitian Sejarah Jakarta : Yayasan Idayu, 1978

Mufiddah, Laila; “Ambisi mataram islam untuk menguasai blambangan: masa

sultan agung dan amangkurat I abad ke-17”; Skripsi Uin Sunan

Ampel Surabaya tahun 2016

Abdurrahmat Fathoni; Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar; Jakarta:

Rineka Cipta; 2006

Ary H. Gunawan; Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai

Problem Pendidikan; Jakarta: Rineka Cipta; 2000.

Warsito; Antropologi Budaya cetakan.I; Yogyakarta: Ombak; 2012.

Sidi Gazalba; Antropologi Budaya Gaya Baru, Cetakan II; Jakarta; Bulan

Bintang; 1974

Imam Suprayogo dkk; Metodelogi Penelitian Sosial – Agama; Bandung; PT.

Remaja Rosda karya; 2001

Dwi Setyo R; perkembangan kesenian tradisional jaran kencak (kuda kencak) di

kecamatan yosowilangun kabupaten lumajang (tahun 1972-2014);

Jurnal Universitas Negeri Jember Fakultas keguruan dan

pendidikan; 2015

Th. Esti Wuryansari dkk; Kesenian Glipang Lumajang; Balai Pelestarian Nilai

Budaya (BPNB); Yogyakarta; 2017

Nugroho Noto Susanto; Masalah Penelitian Sejarah; Jakarta; Yayasan Idayu;

1978.

Wawancara

Abdullah Al-Kudus, Lumajang 23 Maret 2019

Pak Edi, Lumajang 24 Maret 2019

Pak Madruki, Lumajang, 30 Maret 2019