Kerajaan Islam di Jawa

27

description

Kerajaan Demak, Mataram Islam, dan Banten X Masa 1 SMA N Binaan Khusus kota Dumai

Transcript of Kerajaan Islam di Jawa

Page 1: Kerajaan Islam di Jawa
Page 2: Kerajaan Islam di Jawa

Kerajaan Demak

Page 3: Kerajaan Islam di Jawa

Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama dipulau jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518). Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit

Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segeramengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaandi antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaanKesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yangdidirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarahKesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yangdiperkirakan didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukotaKesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayaridari laut dan dinamakan Bintara, saat ini telah menjadi kotaDemak di Jawa Tengah.

Page 4: Kerajaan Islam di Jawa

selain tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demakjuga tumbuh menjadi pusat penyebaran agamaislam. Para wali sangat berperan padaperkembangan ini. Kerajaan Demak inimemanfaatkan posisinya untuk menyebarkanIslam pada penduduk Jawa dan para wali jugaberusaha menyebarkan Islam diluar Pulau Jawa.

Page 5: Kerajaan Islam di Jawa

Raja-raja Demak

•Raden Fatah (1478 – 1518)

•Pati Unus(1518 - 1521 M)

•SultanTrenggono(1521 – 1546)

Page 6: Kerajaan Islam di Jawa
Page 7: Kerajaan Islam di Jawa

Sejarah Berdirinya

Banyak versi mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan

mitos dan legenda. Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan

kerajaan-kerajaan terdahulu, seperti Demak dan Pajang. Menurut salah satu

versi, setelah Demak mengalami kemunduran, ibukotanya dipindahkan ke

Pajang dan mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini

terus mengadakan ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik

keluarga dengan Arya Penangsang dari Kadipaten Jipang Panolan. Setelah

berhasil menaklukkan Aryo Penangsang, Sultan Hadiwijaya (1550-1582), raja

Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang dianggap berjasa dalam

penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Ageng

Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi

memperoleh tanah di Pati. Pemanahan berhasil membangun hutan

Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi

kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai atasannya.

Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya,

Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.

Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang. Setelah Sultan

Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai

raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian

dijadikan salah satu wilayah bagian dari Mataram yang beribukota di

Kotagede.

Page 8: Kerajaan Islam di Jawa

Demak mengalami

kemunduran

mengadakan ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik

keluarga dengan Arya Penangsang

ibukotanya dipindahkan ke Pajang

dan mulailah pemerintahan Pajang

sebagai kerajaan

raja Pajang memberikan

hadiah kepada Ki Ageng Pemanahan

dan Ki Penjawi.

Pemanahan berhasil membangun hutan

Mentaok itu menjadi desa yang makmur,

bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang

siap bersaing dengan Pajang sebagai

atasannya.

Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh

tanah di Pati.

Pemanahan meninggal pada

tahun 1575 ia digantikan

putranya, Danang Sutawijaya

Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri

sebagai raja Mataram dengan

gelar Panembahan Senapati

berhasil menaklukkan

Aryo Penangsang

Sutawijaya kemudian berhasil

memberontak pada Pajang.

Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari

Mataram yang beribukota di Kotagede.

Page 9: Kerajaan Islam di Jawa

1. Panembahan Senopati (1584-

1601 M)

11. Sultan Agung.

4. Amangkurat I (1646- 1676 M)

9. Paku Buwana II (1727-1749 M)

10. Paku Buwana III pada 1749 M

pengangkatannya dilakukan oleh VOC.

2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)

3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung

Hanyakrakusuma (1613-1646 M)

5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677-

1703 M)

7. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I

(1703-1719 M)

8. Amangkurat IV dikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)

6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M

Page 10: Kerajaan Islam di Jawa

Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya padajaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa(kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dandaerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktuitu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost IndischeCompagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataramsangat besar. Sultan Agung yang sangat antikolonialisme itu menyerang VOC di Batavia sebanyakdua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejantosepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), SultanAgung memakai konsep politik keagungbinataranyang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupaketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi, dan tidak

terbagi-bagi.

Page 11: Kerajaan Islam di Jawa

Hal-hal penting yang dicapai oleh Sultan Agung sebagai berikut

1. Mempersatukan tanah Jawa dan Madura (kecuali Batavia dan Banten), Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.

3. Mengadakan ekspansi secara besar-besaran sehingga mampu menguasai daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan mampu menyerang VOC di Batavia dua kali (1628 dan 1629), tetapi gagal.

2. Mempertahankan Mataram sebagai negara agraris. Mataram maju dengan perdagangan berasnya.

4. Mengubah perhitungan tahun Jawa dari Hindu (Saka) ke Islam (Hijrah). Perhitungan tahun Jawa Hindu berdasarkan peredaran matahari sedangkan tahun Jawa Islam berdasarkan peredaran bulan. Tahun 1638 bertepatan dengan tahun 1555 Saka.

5. Menulis kitab Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat, kitab Niti Sruti, kitab Niti Sastra Asthabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana.

6. Mengadakan upacara Gerebeg Maulud dan Gerebeg Syawal.

Page 12: Kerajaan Islam di Jawa

Di dalam struktur pemerintahan, raja memegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat yang diserahi tugas-tugas tertentu. Jabatan-jabatan di

bawah raja ada hubungannya dengan pembagian wilayah. Wilayah kekuasaan Mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah dengan keraton sebagai

pusatnya.

1. Wilayah Kutanegara atau Kutagara, yaitu wilayah ibu kota kerajaan yang meliputi istana raja.

2. Wilayah Negara Agung, yaitu wilayah yang mengitari Kutanegara.

3. Wilayah Mancanegara, yaitu wilayah yang berada di luar Negara Agung tetapi tidak termasuk wilayah pantai. Wilayah ini dibagi menjadi dua, yaitu Mancanegara Wetan yang meliputi Jawa Timur sekarang dan Mancanegara Kilen yang meliputi Jawa Tengah sekarang.

4. Wilayah Pesisiran, yaitu wilayah yang terletak di daerah pantai utara Jawa. Wilayah ini dibagi dua, yaitu Pesisiran Wetan dan Pesisiran Kilen yang dibatasi oleh Sungai Serang yang mengalir di antara Demak dan Jepara.

Page 13: Kerajaan Islam di Jawa

Setelah Sultan Agung wafat, tidak ada raja penggantiyang memiliki kecakapan seperti Sultan Agung, bahkanada raja yang menjalin kerja sama dengan VOC.Akibatnya, banyak terjadi pemberontakan, misalnyapemberontakan Adipati Anom yang dibantu KraengGalesung dan Monte Merano, pemberontakan RadenKadjoran, serta pemberontakan Trunojoyo. Dalammenghadapi pemberontakan-pemberontakantersebut, raja-raja Mataram, misalnya Amangkurat Idan II, meminta bantuan VOC. Hal inilah yangmenyebabkan raja-raja Mataram semakin kehilangankedaulatan. Pengaruh Mataram mulai memudarsetelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645M.Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua,sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:

Page 14: Kerajaan Islam di Jawa

Perjanjian Giyanti (1755)

Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku

Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.

Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.

Page 15: Kerajaan Islam di Jawa

Kemunduran Mataram Islam

Page 16: Kerajaan Islam di Jawa

KESULTANAN BANTEN

Page 17: Kerajaan Islam di Jawa

AWAL BERDIRINYA KESULTANAN BANTEN

Page 18: Kerajaan Islam di Jawa

Kerajaan Banten berawal sekitar tahun 1526,ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnyake kawasan pesisir barat Pulau Jawa, denganmenaklukan beberapa kawasan pelabuhankemudian menjadikannya sebagai pangkalanmiliter serta kawasan perdagangan.

Maulana Hasanuddin, putra Sunan Agung Jatiberperan dalam penaklukan tersebut, MaulanaHasanuddin atau lebih sohor dengan sebutanFatahillah mendirikan benteng pertahanan yangdinamakan Surosowan, yang kemudian harimenjadi pusat pemerintahan yakni KesultananBanten.

Page 19: Kerajaan Islam di Jawa

Seiring dengan kemunduran Demak terutamasetelah meninggalnya Sultan Trenggono, makaBanten melepaskan diri dan menjadi kerajaanyang mandiri.

Pada 1570 Fatahillah wafat. Ia meninggalkan 2orang putra laki-laki yakni Pangeran Yusuf danPangeran Arya. Pangeran Arya juga disebutPangeran Jepara karena sejak kecil ia sudahdibesarkan oleh bibinya (Ratu Kalinyamat) diJepara. Ia kemudian berkuasa di Jeparamenggantikan Ratu Kalinyamat dan PangeranYusuf menggantikan Fatahillah di Banten.

Page 20: Kerajaan Islam di Jawa

PUNCAK KEJAYAAN

Page 21: Kerajaan Islam di Jawa

Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritimdan mengandalkan perdagangan dalam menopangperekonomiannya. Monopoli atas perdagangan Lada diLampung, menempatkan penguasa Banten sekaligussebagai pedagang perantara dan Kesultanan Bantenberkembang pesat, menjadi salah satu pusat niagayang penting pada masa itu.

Perdagangan laut berkembang ke seluruhNusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis.Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa, Bantenberdagangdengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina,Cinadan Jepang.

Page 22: Kerajaan Islam di Jawa

PENURUNAN

Page 23: Kerajaan Islam di Jawa

Pada masa akhir pemerintahan Sultan AgengTirtayasa timbul konflik di dalam Istana. Sultan AgengTirtayasa yang berusaha menentang VOC, kurangdisetujui oleh Sultan Haji sebagai raja muda.

Keretakan di dalam istana ini dimanfaatkan VOCdengan politik devide et impera. VOC membantuSultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan AgengTirtayasa. Berakhirnya kekuasaan Sultan AgengTirtayasa membuat semakin kuatnya kekuasaan VOC diBanten. Raja-raja yang berkuasa berikutnya, bukanlahraja-raja yang kuat. Hal ini membawa kemunduranKerajaan Banten.

Page 24: Kerajaan Islam di Jawa

Daftar Nama-nama Raja :

Page 25: Kerajaan Islam di Jawa

• Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552 - 1570

• Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570- 1585

• Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585 - 1596

• Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 - 1647

• Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1647 - 1651

• Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-1682

• Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 - 1687

Page 26: Kerajaan Islam di Jawa
Page 27: Kerajaan Islam di Jawa

SEKIANTERIMA KASIH