KEPUTUSAN TURKI UNTUK MENAHAN PENGUNGSI SURIAH...
Transcript of KEPUTUSAN TURKI UNTUK MENAHAN PENGUNGSI SURIAH...
KEPUTUSAN TURKI UNTUK MENAHAN
PENGUNGSI SURIAH KE EROPA TAHUN
2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
Iqbal Muhammad Fauzani
1112113000086
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisis faktor yang melatarbelakangi keputusan Turki
untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam
keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa. Penelitian ini
dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan analisa deskriptif. Penelitian ini
menemukan, bahwa keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa
tersebut didasari oleh empat faktor, yaitu (1) keinginan Turki untuk menjadi
negara anggota Uni Eropa, (2) kerjasama penanggulangan ancaman terorisme
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok separatis Kurdi di Irak dan
Suriah, (3) mengatasi masalah pendanaan untuk pengungsi Suriah, (4)
mengamankan proyek Nabucco Pipeline. Analisis tersebut dibangun dengan
menggunakan kerangkan konseptual kebijakan luar negeri dan kepentingan
nasional.
Keyword : Turki, Uni Eropa, Pengungsi, Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan
Nasional, Konflik Suriah.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Alhamdulillahi Rabbil alamin,
Dengan rahmat Allah SWT, sujud syukur berkat karunia-Nya penulis
diberikan kesempatan beserta kekuatan, dan ketabahan untuk menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul Keputusan Turki untuk Menahan Pengungsi
Suriah ke Eropa Tahun 2015.
Selama proses proses mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menghadapi
berbagai kendala. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak serta dukungan
dari orang terdekat, membuat penulis lebih mudah untuk menghadapi kendala
tersebut. Dengan jasa-jasa dari berbagai pihak, pada kesempatan ini pula, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu :
1. Orang tua penulis ibu Siti Munawaroh dan alm. Bapak Buchori yang
memberikan dukungan moril maupun materil. Serta adik Anne Barkah
Nur Fauziah dan Dina al-Fatihah yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis.
2. Bapak Andar Nubowo selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bantuan selama proses pengerjaan skripsi ini
berlangsung.
3. Bapak Badrus Sholeh selaku ketua jurusan Hubungan Internasional
FISIP.
vi
4. Ibu Mutiara Pertiwi selaku dosen pembimbing seminar proposal yang
telah banyak memberikan bantuan selama proses pengerjaan skripsi ini
berlangsung.
5. Ayu Vera Pridiyanti yang selalu memberikan dukungan dan kasih
kepada penulis.
6. Teman-teman HI angkatan 2012 yang selalu menyemangati penulis.
7. Teman-teman Prime Gontor yang selalu memberikan bantuan kepada
penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sekaligus ucapan maaf kepada
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah
membantu secara langsung ataupun tidak langsung, serta berbagai bentuk
dukungan yang telah diberikan.
Jakarta, 9 Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI.......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 11
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 12
E. Kerangka Pemikiran
1. Konsep Kebijakan Luar Negeri ............................................................ 14
2. Konsep Kepentingan Nasional ............................................................. 16
F. Metode Penelitian....................................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan................................................................................. 18
BAB II KEBIJAKAN TURKI TERHADAP PENGUNGSI SURIAH
A. Kebijakan Turki Terhadap Pengungsi Suriah ........................................... 28
1. Landasan Dasar Kebijakan Turki Terhadap Pengungsi ....................... 30
2. Kebijakan Open Door Policy Terhadap Pengungsi
Suriah ................................................................................................... 32
B. Pengungsi Suriah di Turki .......................................................................... 34
1. Pengungsi Suriah yang Berada dalam Kamp ....................................... 38
2. Pengungsi Suriah yang Berada di Luar Kamp ..................................... 41
C. Penyebab Perpindahan ke Eropa ................................................................ 43
1. Kontrol Imigrasi Turki yang Lemah .................................................... 44
2. Eropa Menjamin Kesejahteraan ........................................................... 46
3. Kebijakan Politik Terbuka Terhadap Pengungsi.................................. 47
4. Penandatangan Konvensi Pengungsi.................................................... 48
BAB III PENGURUSAN PENGUNGSI SURIAH ATAS PERMINTAAN UNI
EROPA
A. Krisis Pengungsi di Eropa .......................................................................... 51
B. Upaya Uni Eropa Menangani Permasalahan Pengungsi
viii
Suriah ......................................................................................................... 56
1. Pembagian Kuota Pengungsi................................................................ 59
2. Tawaran Uni Eropa Kepada Turki Terkait Pengungsi
Suriah ................................................................................................... 61
C. Respon Turki Atas Penawaran Uni Eropa Terkait Pengungsi
Suriah ......................................................................................................... 63
D. Keputusan Turki Menahan Pengungsi Suriah ke Eropa ............................ 68
1. Membangun Kamp-kamp Pengungsian Baru ...................................... 68
2. Memperketat Kontrol Perbatasan ......................................................... 70
BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEPUTUSAN TURKI MENAHAN
PENGUNGSI SURIAH KE EROPA
A. Keinginan Turki Untuk Menjadi Negara Anggota
Uni Eropa ................................................................................................... 75
B. Kerjasama Penanggulangan Ancaman Terorisme Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) dan Kelompok Separatis
Kurdi di Irak dan Suriah ............................................................................. 80
C. Mengatasi Masalah Pendanaan Untuk Pengungsi Suriah .......................... 84
D. Mengamankan Proyek Nabucco Pipeline .................................................. 88
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 100
LAMPIRAN ......................................................................................................... xiii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Data Pengungsi Suriah 2011-2015 .......................................... 27
Gambar II.A.1 Titik Keberadaan Kamp Pengungsian di
Turki ........................................................................................ 37
Gambar II.B.1 Rute Perpindahan Pengungsi Suriah ke Eropa......................... 43
Gambar III.A.1 Data Pengungsi Suriah di Eropa Berdasarkan
Negara Tujuan ......................................................................... 54
Gambar III.A.2 Data Kedatangan Pengungsi Suriah di Eropa
Melalui Jalur Laut Tahun 2014 dan 2015 ............................... 55
Gambar IV.A.1 Grafik Perdagangan Turki–Uni Eropa Tahun
1957-2009 ................................................................................ 76
Gambar IV.B.1 Peta Wilayah Turki Bagian Tenggara ..................................... 80
Gambar IV.D.1 Peta Proyek Nabucco Pipeline ................................................ 89
Gambar IV.D.2 Data Konsumsi Gas Turki Periode 2001-2010........................ 91
x
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Data Presentase Wilayah Asal Pengungsi Suriah
di Turki Tahun 2013 .................................................................. 36
Tabel III.C.1 Data Pengungsi Suriah di Turki Periode 2011-
2015 ........................................................................................... 66
xi
DAFTAR SINGKATAN
AFAD AFET VE ACIL DURUM YONETIMI BASKANLIGI
AKP ADALET VE KALKINMA PARTISI
FSA FREE SYRIAN ARMY
HAM HAK ASASI MANUSIA
ISIS ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA
PBB PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
UE UNI EROPA
UNHCR UNITED NATION HIGH COMISSION FOR REFUGEE
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Transkip Wawancara ............................................................... xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini menganalisis kebijakan pengungsi Turki pada tahun 2015. Pada
saat itu, Turki menerima tawaran Uni Eropa untuk menambah jumlah tempat
penampungan di daerah perbatasan Turki-Suriah demi menahan para pengungsi
Suriah ke Eropa. Hal ini ditandai oleh kesepakatan yang disetujui bersama antara
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan pihak Uni Eropa mengenai
penanganan kedatangan pengungsi Suriah.1
Turki merupakan wilayah bekas peninggalan Dinasti Utsmani yang terletak
strategis di antara Benua Eropa dan Asia. Sebelah utara Turki berbatasan dengan
negara-negara Eropa seperti Bulgaria, Ukraina, Rusia; sedangkan bagian
selatannya berdekatan langsung dengan Suriah, Irak, Iran, dan negara Timur
Tengah lainnya.2 Sistem politik Turki saat ini adalah parlementer dengan Presiden
sebagai kepala negara dan Perdana Menteri yang mengatur pemerintahan.
Berdasarkan pendapatan perkapita tahun 2009, Turki digolongkan sebagai negara
menengah ke atas dimana pertanian dan pariwisata menjadi sektor unggulannya.3
Dengan posisi geografisnya, sejak tahun 1959 Turki berusaha bergabung
dengan regionalisme Eropa yang saat itu masih berbentuk MEE (Masyarakat
1 DeutchWelle, ―Turki dan Uni Eropa Sepakati Kerjasama Atasi Pengungsi‖; 2015 (berita
online) tersedia di http://www.dw.com/id/turki-dan-uni-eropa-sepakati-kerjasama-atasi-
pengungsi/a-18786492; diakses pada 3 November 2015. 2 Eurosima, ―Turkey. n.d‖, 2013 (artikel online) tersedia di
http://www.eurosima2013.org/turkey/; internet diakses pada 4 November 2015. 3 ―Turkey Economic Growth Slowly‖, 2013 (artikel online) tersedia di
http://www.tradingeconomics.com/turkey/gdp-growth; diakses pada 4 November 2015.
2
Ekonomi Eropa).4 Anggota organisasi tersebut adalah negara-negara yang terletak
di benua Eropa dan menganut sistem demokrasi. Turki sendiri memiliki 16%
bagian wilayah yang terletak di benua Eropa dan telah mengubah
pemerintahannya menjadi negara republik yang menganut ideologi demokrasi.5
Ini sesuai dengan kriteria keanggotaan Uni Eropa yang disebut sebagai Arquis
Com-Copenhagen Criteria. Hanya saja, keanggotaan ini belum terwujud karena
adanya permasalahan instabilitas politik Turki yang disebabkan oleh gerakan
separatis Kurdi dan sengketa Siprus.6
Adapun dalam lalu lintas pengungsi internasional, Turki adalah tempat
tujuan dan jalur penyeberangan dari wilayah Kartal (Istanbul) menuju Eropa. Hal
ini disebabkan oleh letak geografis Turki yang berdekatan dengan Eropa dan
adanya akses transportasi yang mudah dijangkau untuk menuju negara-negara
Eropa. Secara garis besar, tujuan mereka mengungsi adalah untuk mencari tempat
perlindungan dari negara asal (push factor), demi mendapatkan kondisi kehidupan
yang lebih baik di negara tujuan (pull factor).7 Negara-negara pengirim pengungsi
4 Ozturk & Sertoglu, Turkey and European Union Relations : Integration and Challenge
(Bilkent : University of Bilkent Press), 3-7. 5 European Commision, European Commision-Enlargement Accesion criteria, 2012
(database online); tersedia di http://ec.europa.eu/enlargement/policy/glossary/terms/accession-
criteria_en.htm: Internet diakses pada 5 November 2015. 6 DeutchWelle, ―Turkey stumbles over Cyprus on way to EU‖, 2013 (berita online);
tersedia di http://www.dw.com/en/turkey-stumbles-over-cyprus-on-way-to-eu/a-17204257; diakses
pada 8 November 2015. 7 Cellia Marnet, ―New Issue in Refugee Research : Irregular migration and asylum in
Turkey‖, dalam jurnal Refugee Studies Working Paper, Vol. 8, No. 4, 18, tahun 2003 yang
diterbitkan oleh Evaluation and Policy Analysis Unit United Nations High Commissioner for
Refugees.
3
ini di antaranya adalah Irak, Afghanistan, dan Suriah. Mayoritas tujuan mereka
adalah mendapat suaka di negara Jerman, Austria, Swedia, dan Perancis.8
Pada awalnya, pengungsi yang datang ke Turki dapat diproses urusan
suakanya apabila masih memiliki kesamaan ras. Kebijakan ini terdapat dalam UU
Pemukiman Turki 1934 (Law of Settlement 1934). Bangsa Balkan, Albania,
Bosnia, dan Tartar bisa langsung mendapat kewarganegaraan Turki. Selain itu,
Turki merupakan salah satu negara penandatangan Refugee Convention 1951
sehingga memiliki komitmen untuk menerima pengungsi.9 Ketika Perang Dunia
ke-2, pengungsi asal Eropa secara khusus diperbolehkan masuk oleh Turki karena
alasan menghindari dampak perang yang terjadi di negaranya.
Namun, proses penanganan pengungsi Turki mulai diperketat dengan
adanya UU Pengaturan Pengungsi dan Suaka tahun 1994 (Law of Refugee and
Asylum Regulation 1994).10
Hal ini dikarenakan lonjakan jumlah pengungsi yang
datang terutama akibat konflik di Iraq, Bosnia, Afghanistan, dan Rwanda.11
Dengan adanya UU tersebut, pemerintah Turki menerapkan bahwa sistem
keputusan status pengungsi harus berdasarkan pertimbangan Kementerian Dalam
Negeri dan selanjutnya diproses oleh UNHCR untuk pemukiman dan penempatan.
Jumlah kedatangan pengungsi pun relatif berkurang di periode selanjutnya sebesar
8 Syrian Refugee, ―Sweden : Stories from Stockholm‖, 2014 (artikel online); tersedia di
http://syrianrefugees.eu/?page_id=622; diakses pada 10 November 2015. 9 UNHCR, ―State Who Ratified Refugee Convention‖, 2003 (database online) tersedia di
http://www.unhcr.org/3b73b0d63.html; internet diakses pada 5 November 2015. 10
Cellia Marnet, ―New Issue in Refugee Research : Irregular migration and asylum in
Turkey‖, 15. 11
Bill Frelick, ―Refugees in the '90s‖, 1990 (artikel online) tersedia di
http://www.csmonitor.com/1990/0614/efre.html; diakses pada 5 November 2015.
4
35% dari angka sebelumnya, presentase tersebut merujuk pada penurunan angka
dari 12.841 di tahun 1995 menjadi 8.166 di tahun 1996.12
UU 1994 dipertahankan untuk menangani semua pengungsi hingga terjadi
lonjakan jumlah pengungsi akibat perang saudara di Suriah pada tahun 2011.
Dalam konteks ini, pemerintah Turki menerapkan kebijakan open door policy
hanya bagi penduduk Suriah yang melarikan diri dari negaranya.13
Sejak Oktober
2011, Turki memberikan mereka status ―perlindungan sementara‖, yakni para
pengungsi mendapat perlindungan oleh pemerintah sampai mereka dapat
diperbolehkan kembali ke negara asalnya.14
Kedatangan pengungsi Suriah
disambut baik oleh pemerintah Turki dengan memberikan mereka jaminan
keamanan dan keselamatan tanpa ada pengembalian paksa ke negara asal (non-
refoulment).15
Akan tetapi, kondisi konflik Suriah terus memburuk dan menyebabkan
volume kedatangan pengungsi bertambah. Gelombang pertama ledakan pengungsi
di Turki terjadi pada bulan September 2013 ketika sekitar 460.000 pengungsi
tercatat masuk ke negara ini.16
Jumlah kedatangan pengungsi ke Turki terus
meningkat pada periode selanjutnya. Dari April 2011 sampai September 2014,
12
UNHCR, ―Statistical Yearbook‖, 2004 (database online) tersedia di
http://www.unhcr.org/414ad5b10.html; diakses pada 4 November 2015. 13
Hasan Kabolat, ―Is Turkey abandoning its open door policy towards Syrians?‖, 2014
(artikel online) tersedia di http://www.todayszaman.com/columnist/hasan-kanbolat/is-turkey-
abandoning-its-open-door-policy-towards-syrians_397388.html; diakses pada 13 November 2015. 14
Souad Ahmadoun, ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Domestic Repercussions
and the Need for International Support‖, dalam jurnal Elite Change and New Social Mobilization
in the Arab World, Vol. 4, No. 7, 4, tahun 2014 yang diterbitkan oleh German Institute for
International and Security Affairs. 15
CNN, ―Erdogan: Turki Cukup Berkontribusi untuk Pengungsi‖ (berita online) tersedia di
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150731171230-106-69391/erdogan-turki-cukup-
berkontribusi-untuk-pengungsi/; diakses pada 5 November 2015. 16
DeutchWelle, ―This chart of skyrocketing refugee numbers shows how bad the war in
Syria has become‖ (artikel online) tersedia di http://www.dw.com/en/syrian-refugees-in-
germany/a-17697536, diakses pada 5 November 2015.
5
diperkirakan 35% dari 3,2 juta pengungsi Suriah telah melarikan diri ke Turki.17
Di penghujung tahun 2015, UNHCR mencatat sekitar 2,5 juta pengungsi Suriah
telah masuk dan ditampung oleh Turki.18
Turki pun mulai kewalahan dengan eskalasi jumlah pengungsi ini.19
Awalnya, Turki menyediakan kuota penampungan sebesar 250.000 orang dengan
mendirikan kamp-kamp di beberapa daerah seperti provinsi Hatay, Kilis,
Gaziantep, Mardin, dan Sanliurfa.20
Fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi para
pengungsi Suriah pun disediakan. Namun, peningkatan jumlah pengungsi Suriah
membuat pemerintah Turki kesulitan dana.21
Kondisi penampungan pengungsi di
Turki yang telah melebihi batas kuota menyebabkan pemerintah Ankara
memperketat perbatasan Turki-Suriah dengan militer di wilayah Reyhanli,
provinsi Hatay.22
17
UNHCR, ―UNHCR calls on international community to resettle 130,000 Syrian
refugees‖ (artikel online) tersedia di http://www.unhcr.org.uk/news-and-views/news-list/news-
detail/article/unhcr-calls-on-international-community-to-resettle-130000-syrian-refugees.html;
diakses pada 5 November 2015. 18
Anne Fertiti, ―Humanitarian crisis of refugees‖ (artikel online) tersedia di
https://annefertiti.wordpress.com/2015/09/11/september-astromusings-the-aftermath-of-the-pluto-
uranus-squares-humanitarian-crisis-of-refugees-the-upcoming-eclipse-season/; diakses pada 5
November 2015. 19
CNN, ―Dilema Turki Menolong Pengungsi‖ (berita online) tersedia di
http://kemanusiaan.id/2015/08/31/dilema-turki-menolong-pengungsi/; diakses pada 8 November
2015. 20
Kompas, ―Turki Buka Kamp Terbesar untuk Tampung Pengungsi Suriah‖ (berita online)
tersedia di
http://internasional.kompas.com/read/2015/01/26/21005851/Turki.Buka.Kamp.Terbesar.untuk.Ta
mpung.Pengungsi.Suriah; diakses pada 8 November 2015. 21
Republika, ―Turki Habiskan 7,6 Miliar Dolar AS untuk Merawat 2,2 Juta Pengungsi
Suriah‖ (berita online) tersedia di http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-
tengah/15/09/19/nuvwle354-turki-habiskan-76-miliar-dolar-as-untuk-merawat-22-juta-pengungsi-
suriah; diakses pada 8 November 2015. 22
Kompas, ―Turki Perketat Perbatasan‖, 2015 (berita online) tersedia di
http://print.kompas.com/baca/2015/03/12/Turki-Perketat-Perbatasan; diakses pada 7 November
2015.
6
Sebenarnya, dari sekian banyak pengungsi di atas, 20% pengungsi Suriah
hanya memanfaatkan Turki sebagai negara transit.23
Mereka sebenarnya menuju
negara-negara Eropa seperti Jerman, Austria, Perancis, Swedia, Italia, Hungaria,
dan Yunani.24
Mereka lebih memilih melanjutkan ke Eropa karena perekonomian
negaranya yang maju diyakini dapat memberikan kesejahteraan dan keamanan
yang lebih baik.25
Para pengungsi tersebut memanfaatkan kebijakan visa bebas
dan lemahnya kontrol imigrasi di Turki untuk melanjutkan perjalanan ke berbagai
negara Eropa.
Dengan mengalirnya arus pengungsi ke Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mendesak negara-negara Eropa untuk menerima pengungsi Suriah.26
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres, meminta Uni Eropa
untuk menerima hingga 200.000 pengungsi.27
Jerman dan Perancis beserta negara
transit lainnya seperti Yunani dan Italia juga menyerukan pernyataan yang sama
untuk saling berbagi kedatangan pengungsi Suriah. Sebab, sekitar 70% dari total
434.160 pengungsi dari berbagai penjuru dunia telah ditampung oleh negara-
negara tersebut dari tahun 2013.28
23
VOX, ―The Syrian refugee crisis, explained in one map‖; (artikel online) tersedia di
http://www.vox.com/2015/9/27/9394959/syria-refugee-map; diakses pada 6 November 2015. 24
VOA, ―PBB & Amnesty Imbau Uni Eropa Prioritaskan Hak Pengungsi‖ (berita online)
tersedia di http://www.voaindonesia.com/content/pbb-dan-amnesty-imbau-uni-eropa-prioritaskan-
hak-pengungsi/3012424.html; diakses pada 6 November 2015. 25
CNN, ―Mengapa pengungsi Suriah pilih Eropa‖, 2015 (artikel online) tersedia di
http://beritagar.id/artikel/berita/mengapa-pengungsi-suriah-pilih-eropa; diakses pada 8 November
2015. 26
VOA, ―PBB & Amnesty Imbau Uni Eropa Prioritaskan Hak Pengungsi‖, 2014 (berita
online) tersedia di http://www.voaindonesia.com/content/pbb-dan-amnesty-imbau-uni-eropa-
prioritaskan-hak-pengungsi/3012424.html; diakses pada 7 November 2015. 27
United Nation, ―UN urges Europe to admit 200,000 refugees from Syria, Iraq and other
war zones‖, 2015 (artikel online) tersedia di
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=51797; diakses pada 9 November 2015. 28
BBC, ―Graphics: Europe's asylum seekers‖, 2014 (artikel online) tersedia di
http://www.bbc.com/news/world-europe-24636868; diakses pada 7 November 2015.
7
Atas desakan PBB, Uni Eropa pun akhirnya terpaksa menyikapi ini dengan
menerapkan pembagian kuota pengungsi kepada negara-negara anggota.29
Setiap
negara akan mendapatkan jatah pengungsi yang harus diterima berdasarkan
pengaturan oleh Uni Eropa. Secara tegas, Uni Eropa juga menerapkan kebijakan
penekanan finansial dengan memberikan sanksi ekonomi berupa denda kepada
negara yang menolak pengungsi. Pada tanggal 14 September 2015, Presiden
Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, bahkan mengusulkan denda 6.000 Euro
per orang bagi negara anggota yang menolak kewajibannya.30
Usulan ini
mengundang penolakan dari negara-negara anggota.
Negara-negara anggota merespon dengan protes keras kebijakan Uni Eropa
itu. Republik Ceko, Polandia, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania dan Slowakia
merupakan negara-negara yang paling kontra dengan penerapan pembagian
kuota.31
Secara senada, mereka menekankan agar jumlah pengungsi yang diterima
harus ditentukan sendiri oleh pemerintahan bersangkutan. Hal ini dikarenakan
pertimbangan kapasitas ekonomi dan keamanan yang dimiliki harus disesuaikan
dengan kedatangan pengungsi. Negara-negara anggota pun menuntut Uni Eropa
untuk merubah kebijakan tersebut demi mendapatkan solusi yang tepat.
Berdasarkan polemik di dalam organisasinya, Uni Eropa memutuskan untuk
meminta bantuan kepada Turki. Hal ini dikarenakan posisi Turki, sebagai pintu
29
DeucthWelle, ―Uni Eropa Kesulitan Hadapi Gelombang Pengungsi‖ 2012 (berita online)
tersedia di http://www.dw.com/id/uni-eropa-kesulitan-hadapi-gelombang-pengungsi/a-18715565;
diakses pada 9 November 2015. 30
DeutchWelle, ―Eropa Harus Merevolusi Politik Pengungsi‖, 2015 (artikel online) tersedia
di http://www.dw.com/id/eropa-harus-merevolusi-politik-pengungsi/a-18704967; diakses pada 6
November 2015. 31
Antara, ―Eropa Tengah tolak jatah pengungsi usulan EU‖, 2015 (berita online); tersedia
di http://www.antaranews.com/berita/496422/eropa-tengah-tolak-jatah-pengungsi-usulan-eu;
diakses pada 8 November 2015.
8
masuk, yang mampu menahan kedatangan para imigran ke Eropa. Pada tanggal 5
Oktober 2015, Uni Eropa pun memberikan penawaran kepada Turki untuk
melakukan negosiasi keanggotaan kembali dengan syarat mau menutup
perbatasan wilayahnya dan mencegah pengungsi Suriah pergi ke Eropa.32
Dalam
penawaran itu, Uni Eropa sepakat memberikan dana kepada Turki untuk
membangun kamp penampungan baru yang berkapasitas 2 juta orang.
Negosiasi sempat berjalan alot. Turki menganggap dana yang ditawarkan
Uni Eropa tidak mencukupi untuk mengurusi pengungsi yang begitu banyak
tersebut. Presiden Recep Tayyip Erdogan sendiri sebelumnya meminta dana
bantuan minimal 3 milyar Euro dari Uni Eropa. Akan tetapi, pihak Uni Eropa
hanya menjanjikan bantuan satu milyar Euro. Terlebih pada saat itu, Uni Eropa
juga merasa keberatan dengan permintaan tambahan Erdogan agar ada kemudahan
pemberian visa bebas kepada warga negara Turki. Hal ini dikarenakan pemberian
visa bebas hanya diperuntukkan bagi anggota Uni Eropa, mengingat Turki
bukanlah salah satu negara anggota.
Setelah hampir dua minggu proses negosiasi, pada tanggal 26 Oktober 2015
Turki menerima tawaran tersebut.33
Presiden Erdogan memberikan statement
yang menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi aktif dalam kesepakatan ini.
Beliau juga menyatakan bahwa pemerintah Ankara akan meningkatkan upaya
pemberhentian arus pengungsi Suriah dengan membangun kamp-kamp
32
DeutchWelle, ―Eropa Rangkul Turki Atasi Krisis Pengungsi‖ (berita online) tersedia di
http://www.dw.com/id/eropa-rangkul-turki-atasi-krisis-pengungsi/a-18784659; diakses pada 4
November 2015. 33 ―Uni Eropa-Turki Sepakati Rencana Aksi Penanganan Pengungsi‖, 2015 (artikel online);
tersedia di http://kemanusiaan.id/2015/10/16/uni-eropa-turki-sepakati-rencana-aksi-penanganan-
pengungsi/; diakses pada 8 November 2015.
9
pengungsian baru. Oncupinar dan Cilvegozu merupakan dua perbatasan yang
akan diperketat penjagaannya oleh Turki sebab wilayah ini menjadi jalur
masuknya pengungsi Suriah.34
Ketika terjadi teror penembakan di Paris pada tanggal 13 November 2015,
dukungan Turki terhadap kebijakan pengungsi Uni Eropa tidak berubah. Apalagi,
Uni Eropa akhirnya menyanggupi permintaan dana 3 milyar Euro dari Turki yang
sebelumnya mereka tolak.35
Ini menunjukkan peningkatan kewaspadaan Eropa
terhadap penyusupan anggota kelompok teroris di antara para pengungsi Suriah.
Setelah kejadian ini, Turki menjadi khawatir atas ancaman terorisme sehingga
Presiden Erdogan mengeluarkan statement bahwa pemerintah harus lebih
meningkatkan pengawasan kepada pengungsi Suriah. Beliau juga menambahkan
perlu adanya penambahan polisi imigrasi di setiap daerah perbatasan Turki dan
Suriah.36
Keputusan Turki ini cukup mengherankan, mengingat Turki sempat
menyatakan kewalahan dengan jumlah pengungsi Suriah yang telah ditampung
negaranya. Pada Juli 2014, Turki mengalami gangguan keamanan di daerah
34
Breitbart, ―Turkey Closes Border Crossing with Syria Because There is No Longer a
Humanitarian Tragedy‖, 2015 (artikel online) tersedia di http://www.breitbart.com/national-
security/2015/06/12/turkey-closes-border-crossing-with-syria-because-there-is-no-longer-a-
humanitarian-tragedy/; diakses pada 8 November 2015. 35
Guardian, ―Paris attacks: day after atrocity - as it happened‖, 2015 (berita online) tersedia
di http://www.theguardian.com/world/live/2015/nov/14/paris-terror-attacks-attackers-dead-mass-
killing-live-updates; diakses pada 28 November 2015. 36
Ibtimes, ―Turkey Closes Border After Paris Attacks, Syrians Stuck Inside Unofficial
Camps Without Doctors, Food‖, 2015 (artikel online) tersedia di http://www.ibtimes.com/turkey-
closes-border-after-paris-attacks-syrians-stuck-inside-unofficial-camps-2199017; diakses pada 5
Desember 2015.
10
perbatasan Gaziantep.37
Penduduk lokal di kota Kahramanmaraş melakukan
provokasi berupa unjuk rasa atas kemarahan dan frustasi mereka terhadap
gangguan keamanan yang ditimbulkan pengungsi Suriah. Bagi Turki, menahan
pengungsi di wilayahnya juga beresiko adanya tindakan terorisme. Turki merasa
terganggu dengan ancaman Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Pemerintah
Turki bahkan pernah mendapat pesan darurat dari ISIS mengenai agenda
penyerangan ke Istanbul pada tanggal 19 Agustus 2015.38
Maka dari itu, Turki
mewaspadai kedatangan pengungsi Suriah sebab ISIS bisa saja menyelundupkan
anggotanya dengan cara ini. Ini menunjukkan bahwa menahan pengungsi di
wilayahnya akan menjadi masalah serius di Turki. Apalagi dengan keputusan ini,
Turki harus mengantisipasi kedatangan tambahan pengungsi lagi dari Suriah
sehingga resiko keamanan akan lebih kompleks.
Adapun, keputusan Turki untuk membuat kamp penampungan baru dapat
menyebabkan para pengungsi Suriah akan memilih negara tersebut untuk menjadi
tempat tujuan. Hal ini tentu akan menjadi tugas berat Turki untuk mengantisipasi
permasalahan gangguan keamanan yang disebabkan oleh keberadaan mereka.
Kebijakan ini jelas akan menguntungkan Uni Eropa namun di sisi lain membebani
keamanan Turki.
37
Oytun Orhan, ―General Situation of the Syrian Refugee in Turkey : Effect Of Syrian
Refugees On Turkey‖ dalam jurnal Syrian Refugee in Turkey Research, Vol. 19, No. 5, 34, tahun
2015 yang diterbitkan oleh ORSAM and TESEV. 38
VOA, ―ISIS Ancam Turki, Sebut Erdogan Pengkhianat‖, 2015 (berita online) tersedia
http://www.voaindonesia.com/content/isis-ancam-turki-sebut-erdogan-pengkhianat/2922734.html;
diakses pada 10 November 2015.
11
Menimbang berbagai hal di atas, skripsi ini akan mengangkat judul
Keputusan Turki Untuk Menahan Pengungsi Suriah Ke Eropa Pada Tahun
2015. Adapun rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan
akan dipaparkan dalam bagian berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis mengangkat rumusan masalah
mengapa Turki mau menerima tawaran Uni Eropa untuk menahan pengungsi
Suriah ke Eropa pada tahun 2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan faktor-faktor yang membuat Turki menerima tawaran Uni
Eropa untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa pada tahun 2015.
2. Mengetahui kepentingan yang dimiliki Turki atas Uni Eropa terkait
penanganan pengungsi Suriah.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini untuk menambah literatur mengenai
kebijakan Turki atas Uni Eropa, khususnya tentang pengungsi Suriah.
12
D. Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah sejumlah hasil penelitian dan beberapa artikel jurnal yang
pernah membahas topik dan tema terkait.
Artikel pertama adalah artikel yang ditulis oleh Souad Ahmadoun yang
berjudul “Turkey’s Policy toward Syrian Refugees” pada tahun 2014.39
Dalam
argumen utamanya, penelitian ini menjelaskan kebijakan Turki mengenai
penanganan masalah pengungsi yang datang dari Suriah akibat terjadinya perang
saudara di negara tersebut pada tahun 2011. Pemerintah Turki menyediakan kamp
penampungan dengan fasilitas memadai bagi para pengungsi dengan total dana
sebesar 4 miliar Dolar. Penelitian tersebut melakukan analisa kebijakan luar
negeri Turki yang memberikan perhatian besar terhadap isu hak asasi manusia
(HAM) dalam kasus pengungsi Suriah. Berbeda dengan Ahmadoun, skripsi ini
akan menganalisa tindakan Turki yang menerima tawaran Uni Eropa dalam
mengurusi permasalah pengungsi Suriah untuk menahan mereka masuk ke
wilayah Eropa di tahun 2015.
Selanjutnya adalah penelitian dalam artikel jurnal yang ditulis oleh Marc
Pierini dan Sinan Ülgen dengan judul “A Moment of Opportunity in the EU-
Turkey Relationship” pada tahun 2014.40
Dalam argumentasi utamanya, penelitian
tersebut menjelaskan peningkatan hubungan antara Turki dan Uni Eropa semenjak
tahun 1990. Turki dan Uni Eropa memiliki peluang besar untuk menjadikan
39
Souad Ahmadoun, ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Domestic Repercussions
and the Need for International Support ‖, dalam jurnal Elite change and new social mobilization in
the Arab world Vol. 8 No. 4, tahun 2014 yang diterbitkan oleh German Institute for International
and Security Affairs. 40
Marc Pierini dan Sinan Ülgen, ―A Moment of Opportunity : in the EU-Turkey
Relationship‖, dalam jurnal The European Transformation of Modern Turkey Vol. 15 No. 36,
tahun 2014 yang diterbitkan oleh Carnegie Endowment for International Peace.
13
hubungan keduanya ke tingkat yang lebih tinggi dengan bekerjasama menghadapi
isu-isu jangka pendek dan panjang yang penting bagi keduanya. Ülgen
mengidentifikasi beberapa hambatan dan tantangan peningkatan hubungan antara
Turki dan Uni Eropa dalam bidang ekonomi, politik, dan keamanan, yaitu
kerjasama perdagangan, penanganan korban perang (Suriah dan Irak) serta
perlawanan terhadap terorisme. Adapun, skripsi ini akan berfokus kepada
kebijakan Turki atas tawaran Uni Eropa mengenai penanganan isu pengungsi
Suriah.
Artikel jurnal selanjutnya adalah “The Syrian Refugee Crisis : A
Comparison of Responses by Germany, Sweden, the United Kingdom, and the
United States” yang ditulis oleh Nicole Ostrand pada tahun 2015.41
Dalam
argumen utamanya, penelitian ini menjelaskan perbandingan respon negara-
negara besar seperti Jerman, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat mengenai
krisis pengungsi Suriah. Keempat negara tersebut merupakan pendonor bantuan
terbesar untuk perlindungan dan pemberian dana kepada pengungsi Suriah
menurut laporan UNHCR di tahun 2009-2013. Penelitian Ostrand ini menyatakan
bahwa keempat donor tersebut berbeda dalam hal level perlindungan dan
pemberian dana. Jerman dan Swedia cenderung lebih tinggi daripada Inggris dan
Amerika Serikat dalam memberikan bantuan bagi pengungsi Suriah. Berbeda
dengan Ostrand, skripsi ini akan fokus kepada kebijakan Turki mengenai
pengungsi Suriah atas tawaran yang diberikan Uni Eropa di tahun 2015.
41
Nicole Ostrand, ―The Syrian Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany,
Sweden, the United Kingdom, and the United States‖, dalam jurnal Migration and Human Security
Vol. 3 No. 3, tahun 2015 yang diterbitkan oleh Center for Migration Studies of New York.
14
Artikel terakhir adalah “Refugee protection in Europe : Lessons from the
Syrian Crisis” yang ditulis oleh Eleni Frantziou pada tahun 2014.42
Dalam
argumen utamanya, penelitian ini menjelaskan isu migrasi yang tengah menjadi
sorotan di Uni Eropa. Dampak krisis pengungsi Suriah ditakutkan akan
menyebabkan nasionalisme Eropa sehingga dapat memunculkan kembali
terjadinya gerakan rasisme di Eropa. Penelitian tersebut berfokus kepada analisa
koordinasi kebijakan yang dilakukan negara-negara Eropa atas permasalahan
migrasi mengenai krisis pengungsi Suriah tersebut. Berbeda dengan penelitian di
atas, skripsi ini berfokus kepada analisa kebijakan Turki dalam mencegah
masuknya pengungsi Suriah ke Eropa.
E. Kerangka Pemikiran
1. Konsep Kebijakan Luar Negeri
Menurut K.J Holsti, kebijakan luar negeri merupakan instrumen
politik yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk menjalin
hubungan dengan aktor-aktor lain dalam tatanan dunia internasional demi
mencapai kepentingan nasionalnya.43
Beliau juga mengidentifikasikan
kebijakan luar negeri sebagai proses pembuatan keputusan serta tindakan
diplomatik suatu negara.44
Dengan demikian, pernyataan Holsti mengenai
kebijakan luar negeri dapat menjadi acuan untuk mengetahui proses
42
Eleni Frantziou, ―Refugee protection in Europe : Lessons from the Syrian Crisis‖, dalam
jurnal Refugee Protection, Migration and Human Rights in Europe Vol. 5 No. 9, tahun 2014 yang
diterbitkan oleh London’s Global University. 43
K. J. Holsti, Politik Internasional : Suatu Kerangka Analisis (Bandung: Bina Cipta,
1992), 21. 44
Ibid 23.
15
terbentuknya keputusan Turki terkait penawaran Uni Eropa dalam
penanganan pengungsi Suriah.
James N. Rossenau menjelaskan bahwa situasi dan kondisi internal
dan eksternal sebuah negara saling berinteraksi dalam proses pembuatan
kebijakan luar negeri tersebut.45
Beliau juga menjelaskan bahwa keterkaitan
antara aspek internal dan eksternal suatu negara memiliki pengaruh yang
besar dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri.46
Maka dari itu,
keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa tentu
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada dari dalam ataupun dari luar
negara tersebut.
Frederic S. Pearson dan J. Martin Rochester memperkenalkan tiga
aspek yang mencakup faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.47
Pertama, National
Attribute, yang meliputi demografi, ekonomi, militer, dan faktor-faktor
pemerintahan. Kedua, Systematic Factors, adalah kondisi-kondisi eksternal
suatu negara seperti geografi, interaksi internasional, dan struktur sistem
internasional. Ketiga, Idiosyncratic, yang mengidentifikasi kebijakan dari
sisi psikologi pembuat kebijakan tersebut. Secara umum, tiga faktor ini
dapat beroperasi secara bersamaan dan bercampur sebagai pertimbangan
bagi para pembuat kebijakan Turki untuk menentukan tindakannya terhadap
Uni Eropa dalam penanganan pengungsi Suriah.
45
James N. Rossenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. World Politics : An
Introduction (New York: the Free Press, 1976), 27. 46
Ibid 30. 47
Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis : A Comparative Introduction (New York :
Palgrave Macmillan, 2007), 5.
16
2. Konsep Kepentingan Nasional
Menurut Joseph Frankel, kepentingan nasional dapat menggambarkan
aspirasi negara dan dapat diaplikasikan secara operasional pada kebijakan-
kebijakan serta rencana yang akan dituju.48
Beliau juga menyatakan bahwa
kepentingan nasional dipakai sebagai alat analisa untuk mengetahui tujuan
kebijakan luar negeri suatu negara.49
Berdasarkan hal ini, setiap negara tentu
mendasarkan kepada kepentingan nasional dalam pengambilan kebijakan
luar negerinya. Adapun, kebijakan Turki menanggapi permintaan Uni Eropa
untuk membendung pengungsi Suriah tentu dapat dianalisa dari kepentingan
nasional yang dimilikinya.
Kepentingan nasional berdasarkan pemikiran Morgenthau adalah
kebijakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu negara,
dengan cara melakukan upaya-upaya logis dalam mempertahankan
kelangsungan hidup negara tersebut (survival).50
Beliau juga menjelaskan
bahwa kepentingan nasional negara ialah mengejar kekuasaan (power),
yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian
suatu negara atau negara lain.51
Maka dari itu, negara selalu mengejar
kepentingan nasional demi menjaga kedaulatan yang dimilikinya. Sehingga,
tindakan Turki terhadap pengungsi Suriah tentu didasari atas pencapaian
kepentingan nasionalnya atas Uni Eropa.
48
Joseph Frankel dikutip dalam Scott Burchill & Andrew Linklater. Diterjemahkan oleh M.
Sobirin dalam Teori-Teori Hubungan Internasional (Bandung : Nusa Media, 2009), 104. 49
Ibid 76. 50
Hans J. Morgenthau, Politic Among Nations : The Struggle Power and Peace (New York
: Mc Graw Hill, 2005) 10-11. 51
Ibid 21.
17
Nuechterlein berpendapat bahwa ada empat kepentingan dasar yang
memotivasi suatu negara untuk menjalankan kepentingan nasionalnya.52
Pertama, Security Interest, yakni kebutuhan negara untuk melindungi warga
negaranya dari ancaman kekerasan fisik dari negara lain. Kedua, Economic
Interest, yaitu kebutuhan negara untuk meningkatkan ekonomi demi
kesejahteraan masyarakatnya dengan melakukan hubungan kerjasama atas
negara lain. Ketiga, Internastional System Interest, dimana adanya
kebutuhan negara untuk mempertahankan politik internasional sehingga
warga negaranya dapat beroperasi secara nyaman di luar negaranya.
Keempat, Ideology Interest, adalah kebutuhan negara untuk melindungi
ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain. Dengan adanya
keempat faktor ini, negara secara rasional melakukan pemilihan strategi
untuk mencapai kepentingan nasionalnya dengan memaksimalkan
keuntungan dan meminimalisir kerugian yang akan diperolehnya.
F. Metode Penelitian
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif analitis. Dalam penelitian kualitatif, peneliti membutuhkan bekal
konsep teori dan wawasan yang luas untuk bisa bertanya, menganalisis, dan
mengkonstruksi pemahaman yang menjadi lebih kompleks.53
52
Nuechterlein dikutip dalam Simon William, The Role of National Interest in National
Security Debate (United Kingdom : Royal College of Defense Studies, 2012), 39. 53
John W. Creswell, Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches (California : SAGE, 2009), 19.
18
Skripsi ini juga menggunakan teknik pengumpulan data sekunder, yaitu
teknik penelitian kepustakaan (library research). Ini dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai dokumen tertulis yang berkaitan dengan fokus penelitian
seperti jurnal, buku, artikel, serta pemberitaan dari media elektronik dan cetak
mengenai permasalahan yang akan dibahas. Adapun, tempat-tempat yang menjadi
sumber literatur selama dilakukannya pengumpulan data, yaitu Perpustakaan
Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Pusat
Universitas Indonesia, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), serta wawancara yang dilakukan dengan Bapak Fakhry Ghafur di LIPI
selaku peneliti kajian politik Timur Tengah.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan yang terstruktur merupakan salah satu persyaratan wajib dalam
kaidah penulisan ilmiah. Maka dari itu, hasil penelitian dikatakan valid atau tidak
dapat ditentukan oleh bagaimana cara menyajikan hasil penelitian tersebut.
Adapun, sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah :
BAB I Pendahuluan
Berisikan mengenai penjelasan dari pendahuluan seperti
pernyataan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan
metode penelitian.
19
BAB II Kebijakan Turki Terhadap Pengungsi Suriah
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai
kebijakan Turki terhadap pengungsi Suriah, serta keadaan
pengungsi Suriah yang berada di Turki.
BAB III Pengurusan Pengungsi Atas Permintaan Uni Eropa
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai
keputusan Turki untuk menerima penawaran Uni Eropa,
serta kebijakan Turki untuk menahan pengungsi Suriah ke
Eropa.
BAB IV Faktor-Faktor Penyebab Keputusan Turki Menahan
Pengungsi Suriah Ke Eropa
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan terkait faktor-
faktor yang melatarbelakangi Turki menyanggupi
permintaan Uni Eropa untuk menangani pengungsi Suriah
pada tahun 2015. Pertama, akan digunakan konsep
Foreign Policy untuk menganalisis kebijakan Turki yang
dipengaruhi atas faktor internal dan eksternal. Faktor-
faktor tersebut meliputi kondisi politik Turki terkait
kebijakan terhadap pengungsi dan semakin besarnya
desakan Uni Eropa kepada Turki untuk menahan
pengungsi ke Eropa. Kedua, akan digunakan konsep
20
national interest untuk memperkuat analisis dengan
menjelaskan kepentingan Turki yang terdiri dari
kepentingan Turki terkait pengungsi Suriah, kepentingan
geopolitik Turki, dan kepentingan Turki di Eropa.
BAB V Kesimpulan
Bab ini berisikan kesimpulan analisis terkait keputusan
Turki menerima tawaran Uni Eropa untuk menutup jalur
masuk pengungsi Suriah pada tahun 2015.
21
BAB II
KEBIJAKAN TURKI TERHADAP PENGUNGSI SURIAH
Bab ini akan membahas kebijakan Turki terhadap pengungsi Suriah serta
gambaran umum pengungsi Suriah di Turki. Bab ini terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama, penjelasan mengenai kebijakan Turki terhadap pengungsi Suriah
sehingga menyebabkan arus gelombang pengungsi di negara tersebut. Bagian
kedua, penjelasan mengenai keadaan pengungsi Suriah di Turki yang dibedakan
menjadi dua kategori, yakni pengungsi yang berada dalam kamp dan pengungsi
yang berada di luar kamp. Bagian ketiga, penjelasan mengenai alasan yang
membuat pengungsi Suriah berpindah dari Turki menuju Eropa.
Suriah merupakan negara Timur Tengah dengan ibu kota Damaskus yang
memiliki luas wilayah 185.180 km2. Suriah berbatasan dengan Turki di sebelah
Utara, Timur dengan Irak, Barat dengan Laut Mediterania, dan Selatan dengan
Yordania.54
Penduduk Suriah terdiri dari etnis Alawiy, Sunni, Armenia, Assyria,
Druze, Kurdi, dan Turki.55
Adapun dalam sistem perpolitikan, Suriah yang dipimpin oleh Bashar al-
Asad cenderung menggunakan militer sebagai alat untuk mengendalikan
kekuasaan.56
Hal ini terbukti dengan adanya polisi rahasia atau mukhabarat yang
54
Worldatlas, ―Syrian Arab Republic Geography‖, 2015; tersedia di
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/syria/syland.htm; diakses pada 14 Maret
2016. 55
John Joseph, The Modern Assyrians of the Middle East. (New York : BRILL, 1961), 30. 56
Zoe Lafferty , Stories From the Syrian Revolution. (London : OBERON, 2012), 57.
22
difungsikan untuk memata-matai dan menangkap warga yang melakukan
perlawanan terhadap pemerintah.
Pada 6 Maret 2011, masyarakat sipil di kota Deera melakukan aksi protes
pembebasan anak-anak yang ditangkap oleh aparat kepolisian wilayah tersebut.
Awalnya, sekelompok anak-anak mencoret dinding sebuah bangunan dengan
tulisan As-Shaab Yoreed Eskat el Nizam (rakyat ingin menumbangkan rezim)
sehingga membuat aparat kepolisian menangkap lima belas orang anak yang
dianggap melakukan perbuatan tersebut.57
Selama penahanan, anak-anak ini
mendapat tindakan kekerasan dari para aparat kepolisian. Dengan demikian,
masyarakat sipil pun melakukan tindakan demonstrasi kepada Gubernur kota
Deera, Faisal Khaltoum.58
Pada 15 Maret 2011, tidak hanya di kota Deera, masyarakat sipil di kota
Banias melakukan aksi protes pelarangan penggunaan Niqab atau jilbab model
Suriah atas guru-guru perempuan oleh rezim pemerintahan di wilayah tersebut.59
Adapun, protes tersebut dibalas dengan pemukulan dan pembubaran paksa. Para
aparat kemanan melakukan penyemprotan gas air mata hingga tembakan ke arah
demonstran yang mengakibatkan munculnya sejumlah korban. Hal ini membuat
57
Mark Haas, The Arab Spring: Change and Resistance in the Middle East. (Philadelphia :
Westview, 2013), 46. 58
Telegraph, ―Syrian demonstrators vow week of protests to break siege at Deera‖, 2011
(berita online) tersedia di
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/syria/8486699/Syrian-demonstrators-
vow-week-of-protests-to-break-siege-at-Deraa.html; diakses pada 23 Maret 2016. 59
The National, ―Syrian troops round up thousands in Banias‖, 2011 (berita online) tersedia
di http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/syrian-troops-round-up-thousands-in-banias;
diakses pada 23 Maret 2016.
23
masyarakat sipil semakin geram dan akhirnya menimbulkan aksi protes yang lebih
besar di beberapa kota lainnya seperti Dayar al-Zor, al-Hasaka, dan Hama.60
Menanggapi hal ini, kelompok oposisi menggunakan kesempatan aksi
protes tersebut untuk menjatuhkan rezim Bashar Al-Asad. Pada akhirnya,
masyarakat sipil Suriah yang diwakili oleh para demonstran melakukan aksi
protes besar-besaran terhadap pemerintah pada 18 Maret 2011.61
Akibatnya,
pemerintah pun memberikan perlawanan keras dengan mencabut seluruh jaringan
komunikasi dan memadamkan listrik. Perselisihan antara pemerintah dan
masyarakat sipil inilah yang menjadi awal dari konflik Suriah.
Keadaan konflik semakin memburuk, para demonstran terus menerus
memberikan perlawanan terhadap pemerintah. Mereka pun mulai mengangkat
senjata untuk menghadapi aparat keamanan pemerintah. Pada Juli 2011, pihak
oposisi beserta masyarakat sipil bergabung dalam kelompok Free Syrian Army
(FSA) yang secara terorganisir melakukan serangkaian aksi perlawanan bersenjata
terhadap aparat keamanan pemerintah.62
Adapun, pemerintah juga mengerahkan
pasukan militernya untuk menghentikan aksi perlawanan tersebut.
Tindakan pemerintah Suriah untuk membalas aksi kelompok oposisi
mendapatkan kecaman internasional. Hal ini dikarenakan timbulnya sejumlah
korban dari masyarakat sipil yang tidak bersalah. Akibatnya, masyarakat sipil
60
Elizabeth Flock, ―Syria revolution: A revolt brews against Bashar al- Assad’s regime‖,
2011 (artikel online) tersedia di ttps://www.washingtonpost.com/blogs/blogpost/post/syria-
revolution-revolt-against-bashar-al--assads-regime/2011/03/15/; diakses pada 27 Maret 2016. 61 Christopher Phillips, ―Why The Regime Has Survived So Far : The Causes of The
Uprising‖, dalam jurnal Syria’s Bloody Arab Spring, Vol. 6, No. 2, 40, tahun 2012 yang
diterbitkan oleh IDEAS Publishing. 62
Elliot Friedland, ―Regime Affiliated Armed Groups : Free Syrian Army‖, dalam jurnal
Who’s who in the syrian civil war, Vol. 5, No. 3, 7, tahun 2013 yang diterbitkan oleh Clarion
Project.
24
yang tidak terlibat merasa terancam dengan konflik di negaranya. Pada Agustus
2011, Amerika Serikat beserta Kanada dan Uni Eropa memberikan statement
bahwa rezim pemerintahan Bashar al-Asad di Suriah tidaklah sah.63
Mereka
memberikan seruan agar Bashar al-Asad segera melepas kekuasaannya.
Tidak hanya itu saja, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) memberikan
respon terkait permasalahan Suriah dengan mengagendakan intervensi kepada
negara tersebut.64
Akan tetapi, Cina dan Rusia menentang agenda intervensi
tersebut atas konflik Suriah. Mereka menggunakan hak veto untuk menolak
rencana tersebut sehingga agenda intervensi gagal diterapkan.
Adapun, Liga Arab hampir dapat menyelesaikan konflik Suriah dengan
mengajukan protokol resolusi.65
Saat itu, Suriah sudah bersedia untuk
menandatangani protokol resolusi tersebut. Namun, Suriah malah menolak
protokol resolusi selanjutnya ketika isi persyaratannya mengajukan Bashar al-
Asad agar meletakkan jabatannya. Pemerintah Suriah pun sangat gigih untuk
mempertahankan rezim Bashar al-Asad. Dengan demikian, hal ini membuat
kelompok oposisi terus melakukan aksi perlawanan sehingga eskalasi konflik
semakin meningkat.
63
CNN, ―U.S., Europe call for Syrian leader al-Assad to step down‖, 2011 (berita online)
tersedia di http://edition.cnn.com/2011/POLITICS/08/18/us.syria/; diakses pada 26 Maret 2016. 64
Aljazeera, ―UN Security Council members discuss Syria‖, 2011 (berita online) tersedia di
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/08/2013829175841960446.html; diakses pada 27
Maret 2016. 65
Hesham Youssef, ―The Decline of the Arab League : The Syrian Crisis as a Test Case‖,
dalam jurnal Arab League Powerless in Face of Syrian Crisis, Vol. 8, No. 9, 6, tahun 2012 yang
diterbitkan oleh The Middle East Media Research Institute.
25
Pada November 2012, kelompok oposisi telah berhasil menduduki beberapa
kota-kota kecil dan daerah-daerah perbatasan.66
Mereka pun berencana untuk
menguasai beberapa daerah strategis dan kota-kota besar seperti Damaskus,
Aleppo, Homs, Dayar al-Zor, dan Hama. Pemerintah pun menanggapi ini dengan
mengerahkan pasukan militer dan melakukan strategi pembebasan daerah-daerah
yang telah dikuasai oleh kelompok oposisi.
Pada Desember 2012, konflik yang terus menerus terjadi membuat sebagian
besar wilayah Suriah mengalami kerusakan akibat pemboman artileri, roket, dan
pesawat tempur.67
Akibatnya, banyak dari penduduk sipil yang mengungsikan diri
ke beberapa negara seperti Turki, Lebanon, Yordania, Mesir, dan Irak.68
UNHCR
mencatat sekitar 500.000 orang telah melarikan diri dari Suriah. Ini merupakan
awal dari ledakan kemunculan pengungsi Suriah ke beberapa negara tersebut.
Adapun, jumlah masyarakat sipil yang mengungsikan diri semakin
bertambah pada periode selanjutnya. Hal ini disebabkan ketegangan konflik
Suriah yang semakin mengancam keselamatan keadaan mereka. PBB melaporkan
beberapa rumah sakit dan sejumlah area publik lain telah hancur akibat konflik.69
Tidak hanya itu saja, mereka pun mengalami kekurangan persediaan makanan dan
66
Muriel Asseburg dan Heiko Wemmen, ―Civil War in Syria : External Actors and
Interests as Drivers of Conflict‖, dalam jurnal Proxy War in Middle East, Vol. 6, No. 2, 2, tahun
2012 yang diterbitkan oleh German Institute for International and Security Affairs. 67
Thomas Plofchan, ―Timeline: Syrian Civil War‖, dalam jurnal Syrian Bloody Tragedy,
Vol. 1, No. 3, 5, tahun 2013 yang diterbitkan oleh Cairo Review. 68
UNHCR, ―Stories From Syrian Refugees : Discovering the human faces of a tragedy‖,
2013 (artikel online) tersedia di http://data.unhcr.org/syrianrefugees/syria.php; diakses pada 25
Maret 2016. 69
Spiegel, ―A Slow Death : How the War Is Destroying Syria's Economy‖, 2013 (berita
online) tersedia di ' http://www.spiegel.de/international/world/civil-war-in-syria-destroying-
economy-a-918815.html; diakses pada 28 Maret 2016.
26
minuman. Terlebih lagi, pemerintah tidak begitu memperhatikan kondisi mereka
dan cenderung fokus membalas pemberontakan kelompok oposisi.
Pada Agustus 2013 sampai Februari 2015, eskalasi konflik Suriah semakin
meningkat. Pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia untuk melawan
pemberontakan kelompok oposisi yang semakin masif di pinggiran kota
Damaskus.70
Akibatnya, sekitar 400 orang tewas terkena senjata kimia berupa gas
sarin, mustard, dan VX.71
Selain itu, ribuan orang juga terkena dampak dari
senjata kimia tersebut.
Menanggapi hal ini, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama memberikan
statement sebagai bentuk kecamannya terhadap penggunaan senjata kimia
tersebut, dimana beliau menyatakan :
“...Serangan ini merupakan serangan terhadap martabat manusia. Hal ini
juga menimbulkan bahaya serius bagi keamanan nasional kita. Ini risiko
membuat sindiran dari larangan global terhadap penggunaan senjata kimia. Ini
membahayakan teman-teman dan mitra kami di sepanjang perbatasan Suriah,
termasuk Israel, Yordania, Turki, Lebanon dan Irak. Ini bisa menyebabkan
meningkatnya penggunaan senjata kimia, atau proliferasi mereka ke kelompok
teroris yang akan merugikan masyarakat internasional.”72
Dengan demikian, konflik Suriah semakin mengancam keselamatan
masyarakat sipil untuk menetap di negaranya sendiri. Sebagian besar dari mereka
70
Whitehouse, ―Government Assessment of the Syrian Government’s Use of Chemical
Weapons‖ 2013, 1 (artikel online) tersedia di https://www.whitehouse.gov/the-press-
office/2013/08/30/government-assessment-syrian-government-s-use-chemical-weapons-august-21;
diakses pada 27 Maret 2016. 71
HRW, ―Syria: Witnesses Describe Alleged Chemical Attacks‖, 2013 (berita online)
tersedia di https://www.hrw.org/news/2013/08/21/syria-witnesses-describe-alleged-chemical-
attacks; diakses pada 26 Maret 2016. 72
Whitehouse, ―Statement by the President on Syria‖, 2014 (situs resmi) tersedia di
https://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/08/31/statement-president-syria; diakses pada
30 Maret 2016.
27
pun memilih untuk melakukan pengungsian ke lima negara tetangga yakni Turki,
Lebanon, Yordania, Irak, dan Mesir. Berikut ini adalah data yang menunjukkan
jumlah kedatangan pengungsi Suriah dari penghujung tahun 2011 sampai awal
2015 di lima negara tersebut.
Gambar II.1 : Data Pengungsi Suriah 2011-201573
Berdasarkan gambar tersebut, dari lima negara yang menjadi tujuan
pengungsian, Turki merupakan negara yang mendapatkan peningkatan jumlah
kedatangan pengungsi Suriah. Dalam grafik, jumlah kedatangan pengungsi Suriah
di Turki dari periode Desember 2011 sampai Desember 2014 mencapai angka 1,6
juta pengungsi. Selain itu, kondisi puncak peningkatan angka kedatangan
pengungsi terjadi pada Oktober 2014 sampai Desember 2014 yang dibuktikan
dengan adanya sekitar tambahan 35% jumlah pengungsi dari periode sebelumnya.
73
UNOCHA, ―United Nation Office for the Coordination of Humanitarian Affair : Syrian
Refugee in Five Neighbouring Country‖, 2015; tersedia di http://www.unocha.org/syria; diakses
pada 25 Maret 2016.
28
Adapun, penyebab meningkatnya jumlah kedatangan pengungsi Suriah di
Turki adalah kebijakan Turki yang terbuka terhadap pengungsi Suriah. Dengan
demikian, hal ini menjadikan Turki sebagai negara yang paling banyak
menampung pengungsi Suriah saat ini. Penjelasan mengenai kebijakan Turki
terhadap pengungsi Suriah akan dipaparkan pada sub bab berikut ini.
A. Kebijakan Turki Terhadap Pengungsi Suriah Secara Umum
Sejak terjadinya pemberontakan Suriah pada pertengahan 2011, Turki telah
melihat masuknya pengungsi dari negara tetangganya. Pada awal 2011, setelah
pemerintah Turki gagal meyakinkan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk
terlibat dalam reformasi untuk mengatasi krisis di negaranya. Ankara mengambil
sikap yang jelas terhadap rezim Assad. Salah satunya, Turki secara terbuka
menerima kedatangan pengungsi Suriah ke negaranya atas dasar kemanusiaan.74
Dengan demikian, hal inilah yang kemudian menjadi gelombang besar kedatangan
pengungsi Suriah di Turki.
Adapun, kedatangan pengungsi di Turki sudah ada semenjak Perang Dunia
ke 2. Saat itu, para pengungsi yang datang ke Turki berasal dari Yunani, Bulgaria,
dan Dodecanese islands. Para pengungsi tersebut mencari perlindungan suaka
sementara. Selain itu, terdapat para pengungsi Yahudi Eropa yang mencari
perlindungan suaka sementara di Turki ataupun dari mereka ada yang melanjutkan
74
Souad Ahmadoun, ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Domestic Repercussions
and the Need for International Support‖, dalam jurnal Elite Change and New Social Mobilization
in the Arab World, Vol. 4, No. 7, 1, tahun 2014 yang diterbitkan oleh German Institute for
International and Security Affairs.
29
perjalanan ke Palestina. Selama perang berlangsung, sekitar 67.000 orang tercatat
mendapatkan status perlindungan suaka sementara di Turki.75
Pada tahun 1979, ketika terjadinya Revolusi Iran, Turki menjadi negara
tujuan bagi para pengungsi dari Iran. Ini merupakan gelombang besar kedatangan
pengungsi lainnya setelah pengungsi dari Eropa ketika Perang Dunia ke 2. Pada
tahun 1980 sampai 1991, sekitar 1,5 juta pengungsi Iran tercatat mencari
perlindungan suaka sementara di Turki. Selain itu, ada juga kedatangan pengungsi
dari Iraq ketika terjadinya Perang Teluk di tahun 1991. Ada sekitar 600.000 orang
yang saat itu datang dan mencari perlindungan suaka di Turki. Selanjutnya,
kedatangan pengungsi di Turki juga terjadi pada tahun 1992, dimana sekitar
25.000 Muslim Bosnia mencari tempat perlindungan dari pembantaian etnis di
wilayahnya.76
Sebenarnya, terdapat dua kategori karakteristik pengungsi di Turki.
Pertama, pengungsi yang mencari perlindungan suaka sementara dan akan
kembali setelah kondisi di negara asal sudah stabil. Kedua, pengungsi yang datang
ke Turki dan lalu melanjutkan perjalanan ke negara-negara Eropa ataupun negara
dunia ke 3 lainnya, seperti Asia.77
Karakteristik kedatangan pengungsi ini
disebabkan oleh sifat dan evolusi kebijakan Turki terhadap pengungsi. Adapun,
untuk mengetahui evolusi kebijakan Turki terhadap pengungsi in, perlu diketahui
75
Cellia Marnet, ―New Issue in Refugee Research : Irregular migration and asylum in
Turkey‖, dalam jurnal Refugee Studies Working Paper, Vol. 8, No. 4, 5, tahun 2003 yang
diterbitkan oleh Evaluation and Policy Analysis Unit United Nations High Commissioner for
Refugees. 76
Cellia Marnet, ―Irregular migration and asylum in Turkey : European Refugees and
Asylum Seekers‖, 2. 77
Cellia Marnet, ―Irregular migration and asylum in Turkey : Characteristic of Refugees
and Asylum Seekers in Turkey‖, 3.
30
terlebih dahulu kerangka hukum yang menjadi landasan dasar kebijakannya,
dimana akan dijelaskan dibawah ini.
1. Landasan Dasar Kebijakan Turki Terhadap Pengungsi
Dasar kebijakan pengungsi atau suaka Turki terdapat dalam tiga buah
kerangka hukum, yakni : (1) Undang Undang Pemukiman Turki 1934 (Law
of Settlement 1934); (2) Konvensi Pengungsi 1951; (3) UU Pengaturan
Pengungsi dan Suaka tahun 1994 (Law of Refugee and Asylum Regulation
1994).78
Pada awalnya, Undang Undang Pemukiman Turki 1934 dibuat
untuk menetapkan kriteria dan mendefinisikan pengertian
―kewarganegaraan Turki‖ dan menentukan parameter suaka di wilayahnya.
UU ini menjelaskan bahwa pengungsi yang datang ke Turki dapat diproses
urusan suakanya apabila masih memiliki kesamaan ras. Bangsa Balkan,
Albania, Bosnia, dan Tartar bisa langsung mendapat kewarganegaraan
Turki.79
Kemudian, meskipun menjadi penandatangan Konvensi 1951 tentang
Status Pengungsi, Turki memberlakukan batasan geografis dan waktu untuk
kewajibannya. Dalam hal ini, hanya pengungsi Eropa dan pencari suaka
yang melarikan diri dari peristiwa yang terjadi di negara asal mereka dapat
diberikan akses ke prosedur suaka di wilayahnya sebelum tanggal 1 Januari
1951. Keterbatasan waktu itu akhirnya dihapus setelah penandatanganan
78
Seçil Paçacı, ―Turkish Migration Policy Over The Last Decade : The Changing
Migration Profile of Turkey‖, dalam jurnal A Gradual Shift Toward Better Management and
Good Governance, Vol. 6, No. 9, 162, tahun 2013 yang diterbitkan oleh Turkish Policy Quarterly. 79
Cellia Marnet, ―Irregular migration and asylum in Turkey : Turkish Asylum and
Migration Policy‖, 8.
31
Protokol 1967, namun keterbatasan geografis tetap dipertahankan.80
Hal ini
menunjukkan bahwa Turki berkomitmen terhadap aspek kemanusiaan,
terlebih lagi pada pengungsi.
Akan tetapi, kebijakan pengungsi tersebut akhirnya membuat Turki
mendapatkan gelombang kedatangan pengungsi yang begitu besar. Terlebih
lagi, pada saat itu, terjadi konflik di beberapa wilayah seperti Iraq, Bosnia,
Afghanistan, dan Rwanda. Hal ini membuat proses penanganan pengungsi
Turki mulai diperketat dengan adanya UU Pengaturan Pengungsi dan Suaka
tahun 1994 (Law of Refugee and Asylum Regulation 1994). Peraturan ini
menjadi dasar untuk prosedur perlindungan suaka sementara di Turki,
dimana penentuan status pengungsi berdasarkan prosedur otoritas
Kementrian Dalam Negeri Turki dan selanjutnya diserahkan kepada
UNHCR untuk penempatan dan pemukiman.81
Akibat UU 1994 ini, jumlah kedatangan pengungsi di Turki pun relatif
berkurang di periode selanjutnya sebesar 35% dari angka sebelumnya,
presentase tersebut merujuk pada penurunan angka dari 12.841 di tahun
1995 menjadi 8.166 di tahun 1996.82
Dengan demikian, UU 1994 tetap
dipertahankan untuk menangani semua pengungsi hingga terjadi lonjakan
jumlah pengungsi akibat perang saudara di Suriah pada tahun 2011. Dalam
hal ini, pemerintah Turki menerapkan kebijakan open door policy hanya
80
Seçil Paçacı, ―Turkish Migration Policy Over The Last Decade : The Changing
Migration Profile of Turkey‖, 10. 81
Seçil Paçacı, ―Turkish Migration Policy Over The Last Decade : Turkey’s Multifarious
Attitude Towards Migration and Its Migrants‖, 20. 82
Cellia Marnet, ―Irregular migration and asylum in Turkey : Turkish Asylum and
Migration Policy‖, 11.
32
bagi penduduk Suriah yang melarikan diri dari negaranya.83
Adapun,
penjelasan mengenai kebijakan open door policy Turki terhadap pengungsi
Suriah lebih lanjutnya akan dijelaskan pada bagian dibawah ini.
2. Kebijakan Open Door Policy Terhadap Pengungsi Suriah
Kegiatan kemanusiaan atas pengungsi Suriah merupakan salah satu
bagian dari seluruh kebijakan luar negeri Turki terhadap konflik Suriah.
Sejak April 2011, Turki menerapkan kebijakan open door policy kepada
pengungsi Suriah yang melarikan diri dari konflik. Pada awal konflik, status
pengungsi Suriah dianggap sebagai ―tamu‖ daripada pengungsi. Namun
sejak akhir Oktober 2011, Turki telah memberikan mereka status
"perlindungan suaka sementara", dimana pemerintah juga memastikan tidak
ada pengembalian paksa bagi pengungsi dan pembatasan durasi waktu unutk
mereka tinggal. Adapun, pada April 2014, undang-undang migrasi baru
mulai berlaku memberikan mereka "status pengungsi bersyarat", atau suaka
sementara, di bawah badan pengelola migrasi Turki yang baru dibentuk,
yakni General Directorate of Migration Management (GDMM).84
Dari April 2011 hingga September 2014, perkiraan total 1,35 juta
pengungsi Suriah melarikan diri ke Turki, dimana sekitar 77% dari mereka
wanita dan anak-anak. Hal ini sesuai dengan laporan badan pemerintah
utama mengelola masalah pengungsi Suriah, yakni Afet ve Acil Durum
83
Ahmet İçduygu, ―Turkey’s Evolving Migration Policies: A Mediterranean Transit Stop at
the Doors of the EU‖, dalam jurnal Irregular Migration in Turkey, Vol. 11, No. 2, 5, tahun 2014
yang diterbitkan oleh Istituto Affari Internazionali. 84
Souad Ahmadoun, ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Turkey’s Handling of the
Crisis‖, 1.
33
Yönetimi Başkanlığı atau AFAD.85
Sekitar 220.000 pengungsi Suriah berada
di 22 kamp dengan fasilitas yang relatif baik, termasuk 13 kawasan tenda
dan dua buah kontainer yang terletak di sepuluh provinsi dari selatan dan
tenggara Turki, yakni Adiyaman, Adana, Hatay, Gaziantep,
Kahramanmaras, Kilis, Malatya, Mardin, Osmaniye dan Sanliurfa. Adapun,
terdapat 630.000 pengungsi yang terdaftar di luar kamp oleh AFAD dan
UNHCR, tapi ada juga sekitar 500.000 pengungsi yang tidak terdaftar
disana.86
Sementara itu, kondisi di kamp-kamp yang dikelola oleh AFAD
bekerjasama dengan UNHCR dan badan-badan PBB lainnya dinilai sangat
baik. Namun, keadaan pengungsi yang tinggal di luar kamp-kamp juga
disebut "pengungsi urban" lebih rentan, karena kebanyakan dari mereka
mendapatkan kondisi tidak menguntungkan dari layanan yang diberikan
oleh pemerintah Turki atau lembaga internasional. Mereka tidak bisa
mendapatkan perawatan kesehatan, dimana berdasarkan keputusan
pemerintah pada Januari 2013, semua pengungsi Suriah bisa mendapatkan
keuntungan dari perawatan kesehatan dasar gratis.87
Adapun, penjelasan
mengenai kondisi pengungsi Suriah di Turki lebih detailnya akan dibahas
pada sub bab berikutnya.
85
Ahmet İçduygu, ―Turkey’s Evolving Migration Policies: A Mediterranean Transit Stop at
the Doors of the EU‖, 175. 86
Souad Ahmadoun, ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Turkey’s Handling of the
Crisis‖, 4. 87
Ahmet İçduygu, ―Turkey’s Evolving Migration Policies: A Mediterranean Transit Stop at
the Doors of the EU‖, 182.
34
B. Pengungsi Suriah di Turki
Turki menerapkan kebijakan ―open door policy‖ bagi para pengungsi Suriah
yang masuk ke negaranya.88
Pemerintah mengira ini merupakan kebijakan jangka
pendek, dimana awalnya menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi para
pengungsi. Melihat kedatangan pengungsi yang semakin bertambah, pemerintah
pun menjadikan ini sebagai kebijakan jangka panjang. Dengan demikian,
kebijakan tersebut membuat pemerintah Turki sangat mengakui keberadaan para
pengungsi yang datang dari Suriah dan tidak akan mengembalikan mereka secara
paksa ke tempat asal (non-refoulement).
Mengetahui hal ini, pengungsi Suriah mulai berbondong-bondong datang ke
Turki pada 29 April 2011.89
Pada tahap awal, mereka dizinkan masuk melalui
perbatasan antara Turki dan Suriah sebelah Utara, yakni provinsi Kilis. Namun,
pengungsi Suriah yang terus berdatangan membuat perbatasan lain dibuka, yakni
Hatay, Sanliurfa, dan Gaziantep.90
Maka dari itu, pemerintah Turki menetapkan
empat perbatasan tersebut sebagai akses masuk para pengungsi Suriah yang
datang ke negaranya.
Pada Juni 2012, UNHCR mencatat ada sekitar 2.000 kamp pengungsian
yang berada di daerah Öncüpinar untuk menampung pengungsi yang datang dari
perbatasan Kilis.91
Pengungsi Suriah yang belum meliliki dokumen dan surat
kepengungsian ditempatkan di kamp-kamp tersebut. Sementara itu, bagi para
88 Souad Ahmadoun,‖Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Open Door Policy‖, 9. 89
Thomas Plofchan, ―Timeline: Syrian Civil War‖, 16. 90
Kadir Ustun, ―Turkey’s Syrian Refugees Toward Integration : Refugees in the Camps‖,
dalam jurnal Syrian Refugee in Turkey, Vol. 5, No. 4, 34, tahun 2013 yang diterbitkan oleh SETA. 91
Yasar Adnan, ―The Politics of Space : Imagining Syrian Refugee Camps in Turkey‖,
dalam jurnal Turkey-Syria Relations, Vol. 1, No. 2, 14, tahun 2013 yang diterbitkan oleh Trialog.
35
pengungsi Suriah yang telah memiliki izin resmi diperbolehkan masuk ke dalam
wilayah Turki oleh pemerintah. Mereka akan mendapatkan status
kewarganegaraan sementara dan diperlakukan seperti warga negara Turki sendiri.
Adapun, pemerintah menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan
makanan bagi para pengungsi Suriah. Tidak hanya itu saja, pemerintah pun
bertanggung jawab atas pendidikan dan pekerjaan mereka.92
Hal ini dibuktikan
dengan sikap pemerintah Turki yang mengeluarkan anggaran pribadinya demi
mendanai para pengungsi Suriah tanpa bantuan pihak lain. Sejauh ini, Turki telah
menggelontorkan lima milyar dolar untuk mengurusi pengungsi Suriah.93
Dengan demikian, pengungsi Suriah menjadikan Turki sebagai negara yang
dapat memberikan jaminan perlindungan demi keberlangsungan hidup mereka.
Akibatnya, banyak pengungsi Suriah yang memaksa datang untuk masuk ke
wilayah Turki dan mereka berada di daerah-daerah perbatasan seperti Sanliurfa,
Hatay, Kilis, dan Gaziantep. Dengan adanya hal ini, pemerintah pun mulai
membangun kamp-kamp pengungsian di daerah perbatasan tersebut.
Akan tetapi, banyak dari pengungsi Suriah yang masuk ke wilayah Turki
secara ilegal. Data UNHCR menyatakan bahwa sekitar 600.000 jiwa benar-benar
terdaftar sebagai pengungsi di Turki pada awal tahun 2014. Namun, hasil survei
ulang pemerintah membuktikan bahwa sekitar satu juta orang masyarakat Suriah
92
Basak Yavcan, ―On Governing the Syrian Refugee Crisis Collectively : The View from
Turkey‖, 2013 (artikel online) tersedia di http://nearfuturesonline.org/on-governing-the-syrian-
refugee-crisis-collectively-the-view-from-turkey/; diakses pada 29 Maret 2016. 93
John Cassidy, ―The Economics of Syrian Refugees‖, 2012 (artikel online) tersedia di
http://www.newyorker.com/news/john-cassidy/the-economics-of-syrian-refugees; diakses pada 28
Maret 2016.
36
telah berada di Turki.94
Oleh karena itu, pemerintah Turki mulai memperketat izin
masuk bagi para pengungsi Suriah ke wilayahnya. Adapun, pemerintah mulai
memperketat perbatasan Kilis dan Hatay yang menjadi jalur masuknya pengungsi
dari wilayah Aleppo dan Idlip.95
Tabel A.II.1 : Data Presentase Wilayah Asal Pengungsi Suriah di Turki
Tahun 201396
Kota %
Aleppo 35.7
Idlip 20.9
Al-Raqqah 10.9
Latakia 9.2
Hama 7.5
Al-Hasakah 5.4
Dar al-Zor 3.9
Damaskus 3.8
Homs 1.7
Al-Suwayda 0.4
Daraa 0.3
94
UK Dailymail, ―Turkey warns it now expects up to one million Syrians to arrive at its
borders‖, 2013 (berita online) tersedia di http://www.dailymail.co.uk/news/article-
3438558/Turkey-warns-expects-600-000-Syrians-arrive-borders-warns-goal-host-refugees-
OUTSIDE-Turkey.html;diakses pada 29 Maret 2016. 95
Oytun Orhan, ―The Situation Syrian Refugees in Neighbouring Country : Syrian Refugee
in Turkey‖, dalam jurnal Middle East Implementation and Research, Vol 18, No. 9, 15, tahun
2014 yang diterbitkan oleh ORSAM. 96
Oytun Orhan, ―The Situation Syrian Refugees in Neighbouring Country : Distribution
of the Syrian Refugees in Turkey according to their City of Origin‖, 20.
37
Quneitra 0.1
Tartus 0.1
*Terjemahan Penulis
Dalam tabel diatas, sekitar 36% pengungsi Suriah yang berada di Turki
berasal dari kota Aleppo. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah Aleppo yang
mengalami berbagai ancaman keamanan yang signifikan dari keberadaan
kelompok oposisi rezim Assad, maupun gerakan terorisme seperti Islamic State of
Iraq and Syria (ISIS) yang telah menguasai hampir seluruh wilayah di kota
tersebut. Adapun, kondisi kota lain seperti Idlip dan Al-Raqqah yang juga
mengalami keadaan serupa membuat mayoritas penduduk di wilayahnya
mengungsikan diri ke kamp-kamp pengungsian di Turki. Berikut ini adalah titik
lokasi kamp pengungsian yang berada di Turki.
Gambar A.II.1 : Titik Keberadaan Kamp Pengungsian di Turki
Sumber : http://www.e-ir.info/2015/02/13/politics-of-refugee-governance/
38
Seperti layaknya di negara lain, pengungsi Suriah di Turki pun mulai
dikategorikan menjadi dua, yakni pengungsi yang tinggal di dalam kamp dan
pengungsi yang tinggal di luar kamp. Berikut ini adalah pemaparan mengenai
kondisi pengungsi berdasarkan kedua kategori tersebut :
1. Pengungsi Suriah yang Berada dalam Kamp
Pengungsi Suriah yang tinggal di dalam kamp memiliki kondisi yang
lebih baik ketimbang pengungsi yang berada di luar kamp. Mereka
mendapatkan jaminan kehidupan sosial yang telah diurusi oleh AFAD
selaku lembaga pemerintah Turki yang mengurusi pengungsi yang
bekerjasama dengan UNHCR.97
Adapun, kamp pengungsian memiliki
fasilitas publik, keamanan, kebersihan, dan kesempatan pendidikan yang
cukup baik. Hal ini dikarenakan pemerintah Turki memberikan respon
positif terhadap pengungsi Suriah terkait kebijakan ―open door policy‖.
Dalam hal kebutuhan pangan, pemerintah menggunakan sistem
layanan penyediaan makanan tiga kali sehari untuk para pengungsi Suriah.
Beberapa saat kemudian, para pengungsi mengeluhkan metode tersebut
sehingga membuat pemerintah mengubahnya dengan pemberian bantuan
tunai bulanan.98
Adapun, para pengungsi mendapatkan ―kartu pengungsi‖
97
United Nation, ―UN official welcomes Turkish programme to register Syrian refugees in
cities‖, 2013(berita online) tersedia di
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=44341#.Vw65dTEXVG8; diakses pada 30 Maret
2016. 98
Hurriyet, ―Syrian refugees in Turkish camps live on 80 liras of monthly aid‖, 2013 (berita
online) tersedia di http://www.hurriyetdailynews.com/syrian-refugees-in-turkish-camps-live-on-
80-liras-of-monthly-aid.aspx?pageID=238&nID=58693&NewsCatID=352; diakses pada 30 Maret
2016.
39
yang difungsikan sebagai bentuk bantuan bulanan tersebut. Mereka pun
menggunakannya untuk berbelanja makanan di pasar yang berada dalam
kamp.
Terkait fasilitas publik yang berada di kamp, para pengungsi
mendapatkan akses pendidikan dan pekerjaan yang dijamin oleh
pemerintah. Dalam bidang pendidikan, pemerintah menyediakan sekolah
yang disesuaikan berdasarkan tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Pada
April 2014, pemerintah menyatakan sekitar 2.800 tenaga pengajar
mendapatkan tugas untuk memberikan pendidikan untuk 65.000 siswa yang
berada di kamp.99
Sedangkan dalam hal pekerjaan, pemerintah memberikan
pelatihan keahlian seperti pembuatan karpet, kerajinan tangan, dan tata
rias.100
Bahkan, para pengungsi mendapatkan kursus komputer dan bahasa
Inggris.
Mengenai bidang kesehatan, kamp-kamp pengungsian menyediakan
dokter dan klinik yang siap melayani serta mobil ambulan yang difungsikan
untuk membawa pasien ke rumah sakit.101
Adapun, para pengungsi juga
mendapatkan pemeriksaan kesehatan oleh para dokter sebelum mereka
memasuki Turki. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran
penyakit yang dibawa oleh pengungsi Suriah kepada penduduk Turki.
99
Hurriyet, ―350,000 school-aged Syrian children in Turkey, just half receiving education‖,
2013 (berita online) tersedia di http://www.hurriyetdailynews.com/350000-school-aged-syrian-
children-in-turkey-just-half-receiving-
education.aspx?PageID=238&NID=73456&NewsCatID=341; diakses pada 30 Maret 2016. 100
Brooking, ―Education for Syrian Refugees in Turkey – Beyond Camps‖, 2014 (berita
online) tersedia di http://www.brookings.edu/blogs/education-plus-development/posts/2014/01/17-
turkey-syria-refugees-education-ackerman; diakses pada 30 Maret 2016. 101
Aljazeera, ―Syrian refugees need more than food‖, 2014 (berita online) tersedia di
http://america.aljazeera.com/opinions/2014/3/education-for-syrianrefugeesinsufficient.html;
diakses pada 30 Maret 2016.
40
Pemerintah pun memberikan bantuan kesehatan secara gratis agar para
pengungsi Suriah mendapatkan jaminan fasilitas publik yang memadai
sehingga mereka betah tinggal di kamp pengungsian.102
Meskipun begitu, pengungsi Suriah yang berada dalam kamp
pengungsian tidak luput untuk mengalami beberapa permasalahan. Mereka
merasa jenuh untuk bermukim dalam kamp sehingga banyak yang memilih
untuk keluar. Kondisi ini disebabkan karena ketidakpuasan mereka untuk
melakukan hal yang sama pada area yang terbatas.103
Selain itu, mereka
mendapatkan kesulitan untuk bebas keluar masuk area masuk kamp
pengungsian. Hal ini dibuktikan dengan susahnya pemberian izin keluar
area kamp pengungsian bagi para pengungsi yang bekerja di wilayah
perkotaan Turki.104
Dengan demikian, banyak dari pengungsi Suriah yang memilih untuk
keluar dari kamp pengungsian. Mereka memutuskan untuk mencari wilayah
yang dapat menjamin kehidupan yang lebih baik di beberapa kota-kota
Turki.
102
Yvo Fitzherbert, ―The Syrian conflict: Erdogan, Syrian refugees and humanitarian aid in
Turkey‖, 2014 (artikel online) tersedia di http://www.contributoria.com/issue/2015-
02/54914fcfc3a4627d42000029/; diakses pada 30 Maret 2016. 103
France24. ―Syrian refugee camps in Turkey hit saturation point‖, 2014 (berita online)
tersedia di http://www.france24.com/en/20121113-syrian-refugee-camps-in-turkey-at-saturation-
point; diakses pada 30 Maret 2016. 104
Reuters. ―Turkey plans to introduce work permits for Syrian refugees, minister says‖,
2014 (berita online) tersedia di http://www.reuters.com/article/us-europe-migrants-turkey-
idUSKCN0UP0QP20160111; diakses pada 30 Maret 2016.
41
2. Pengungsi Suriah yang Berada di Luar Kamp
Mayoritas pengungsi Suriah di Turki berada di luar area kamp
pengungsian. Pada Mei 2014, pemerintah mencatat sekitar 700.000
pengungsi Suriah tinggal di luar kamp pengungsian, dimana 74% berada di
area perbatasan dan 26% tinggal di kota-kota besar seperti Istanbul dan
Ankara.105
Jumlah kamp pengungsian yang penuh menyebabkan para
pengungsi Suriah banyak menempati sekitar daerah perbatasan sebagai
tempat tinggal. Adapula, pengungsi yang berasal dari kamp pengungsian
yang keluar dan memilih tinggal di kota-kota besar Turki, seperti Istanbul
dan Ankara, dimana mereka dikategorikan sebagai pengungsi yang kaya.106
Sebenarnya, pemerintah telah melakukan upaya maksimal untuk
menyediakan fasilitas yang memadai di kamp pengungsian. Akan tetapi, hal
ini tidak dapat menghentikan pengungsi Suriah yang ingin keluar dari kamp
pengungsian. Dorongan untuk mendapatkan kehidupan lebih baik
merupakan penyebab pengungsi Suriah keluar dari kamp pengungsian.
Demi memenuhi kebutuhan hariannya, mereka mencari pekerjaan yang
layak di kota-kota besar Turki, dimana Istanbul dan Ankara menjadi
wilayah favorit sebab pendapatan per kapita tinggi yang dimiliki keduanya
dibandingkan kota-kota lain. Menurut data pemerintah Turki pada tahun
105
Aleksandra Jarosiewicz, ―Turkey and the Syrian refugee problem‖, 2014 (artikel online)
tersedia di http://www.osw.waw.pl/en/publikacje/osw-commentary/2015-10-01/turkey-and-syrian-
refugee-problem; diakses pada 30 Maret 2016. 106
Cihan Tugal, ―Syrian refugees in Turkey are pawns in a geopolitical game‖, 2014
(artikel online) tersedia di http://www.theguardian.com/commentisfree/2016/feb/15/refugees-
turkey-government-eu-crisis-europe; diakses pada 30 Maret 2016.
42
2012, Istanbul dan Ankara merupakan daerah yang mewakili 21%
pendapatan per kapita nasional.107
Adapun, para pengungsi Suriah yang berada di sekitar daerah
perbatasan merupakan jumlah pengungsi terbanyak yang tinggal di luar
kamp pengungsian. Pada Agustus 2014, UNHCR mencatat sekitar kurang
lebih 570.000 orang menunggu kepastian untuk dapat memasuki kamp
pengungsian.108
Kondisi mereka pun berbeda jauh dengan para pengungsi
yang tinggal di kamp pengungsian. UNHCR melaporkan bahwa pengungsi
di sekitar perbatasan mengalami kekurangan makanan dan hanya
bermodalkan tenda darurat untuk mereka tinggal.109
Menanggapi hal ini, pengungsi Suriah yang berada di area perbatasan
mulai memaksa masuk ke wilayah Turki. Mereka yang tidak diperbolehkan
masuk di daerah perbatasan Sanliurfa, Hatay, Kilis, Mardin dan Gaziantep
menggunakan jalur laut untuk menuju beberapa wilayah Turki seperti
Mersin, Konya, Bhatman, dan Sirnak.110
Pemerintah pun memberikan
pernyataan bahwa banyak dari pengungsi Suriah yang memaksa masuk
107
WorldBank, ―Turkey Overview‖, 2012 (artikel online) tersedia di
http://www.worldbank.org/en/country/turkey/overview; diakses pada 30 Maret 2016. 108
Aljazeera, ―Syrian refugees mass at Turkish border‖, 2014 (berita online) tersedia di
http://www.aljazeera.com/indepth/inpictures/2016/02/syrian-refugees-mass-turkish-border-
160224071920385.html; diakses pada 1 April 2016. 109
BBC, ―Syrian refugee numbers soar at Turkey border‖, 2015 (berita online) tersedia di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-35512498; diakses pada 1 April 2016. 110
VOA, ―Turkey, West in Standoff Over Syrian Refugees‖, 2015 (berita online) tersedia
di http://www.voanews.com/content/turkey-syria-refugees/3181623.html; diakses pada 1 April
2016.
43
wilayah Turki tanpa ada proses keimigrasian dari pemerintahan daerah
setempat dinyatakan sebagai pengungsi ilegal.111
Walaupun para pengungsi Suriah berhasil memasuki wilayah Turki,
namun mereka mendapatkan kesulitan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup yang mencukupi. Hal ini disebabkan upah pekerja yang diberikan
untuk para pengungsi dinilai sangat minim.112
Kondisi inilah yang membuat
mereka merencanakan untuk mencari wilayah yang dapat menjamin
kesejahteraannya. Dengan demikian, mereka pun memilih Eropa sebagai
tempat tujuan favorit untuk dapat mengabulkan harapan mereka dan ini
akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
C. Penyebab Perpindahan ke Eropa
Konflik Suriah yang telah terjadi semenjak tahun 2011 sudah menimbulkan
sekitar 2,5 juta jiwa mengungsikan diri ke Turki.113
Adapun, Turki merupakan
negara yang memiliki wilayah strategis dengan Eropa. Dengan demikian, para
pengungsi menjadikannya sebagai negara transit menuju Eropa.114
111
Turkey Goverment, ―Turkey ’s Fight Against Illegal Migration‖, 2015 (artikel online)
tersedia di http://www.mfa.gov.tr/turkey-_s-fight-against-illegal-migration.en.mfa; diakses pada 1
April 2016. 112
Smart Future. ―Reflections on Turkey’s Economy: Syrian Refugee Labor Cost‖, 2015
(artikel online) tersedia di http://smartfuture.vfu.bg/reflections-on-turkeys-economy/; diakses pada
1 April 2016. 113
UNHCR, ―2015 UNHCR country operations profile – Turkey‖, 2015 (artikel online)
tersedia di http://www.unhcr.org/pages/49e48e0fa7f.html; diakses pada 1 April 2016 114
Cellia Marnet, ―Irregular migration and asylum in Turkey : Turkey As Buffer Country‖,
30.
44
Gambar II.B.1 : Rute Perpindahan Pengungsi Suriah ke Eropa
Sumber : http://www.buzzfeed.com/rossalynwarren/here-is-the-long-route-many-
refugees-take-to-travel-from-syr
Melihat gambar tersebut, para pengungsi Suriah rela bertaruh nyawa dengan
menyebrangi laut Mediterania hanya demi sampai ke Eropa. Selanjutnya, mereka
tiba di Yunani untuk transit dan melanjutkan perjalanan ke negara-negara besar
Eropa, seperti Jerman, Swedia, Austria, Prancis, dan Inggris dengan kereta
ataupun akses transportasi lainnya yang mudah diakses.
Tentunya, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan kuat yang mempengaruhi
mereka. Berikut ini adalah alasan yang menyebabkan perpindahannya dari Turki
menuju Eropa :
1. Kontrol Imigrasi Turki yang Lemah
Pengungsi Suriah memanfaatkan lemahnya kontrol migrasi Turki
untuk dapat berpindah menuju Eropa. Mereka melakukan lobby dengan para
45
petugas di daerah perbatasan Turki.115
Adapun, mereka menggunakan jalur
perairan untuk dapat lebih mudah mencapai wilayah tujuannya. Pemerintah
Turki melaporkan bahwa kota Istanbul adalah wilayah yang sering menjadi
tempat kepergian pengungsi Suriah ke Eropa melalui kapal laut, tepatnya
berada di wilayah Kartal.116
Hal ini dikarenakan Istanbul merupakan daerah
strategis yang menghubungkan Turki dengan Eropa.
Selain itu, kontrol imigrasi yang lemah ini disebabkan fokus
pemerintah terhadap penerimaan pengungsi Suriah yang semakin banyak
masuk ke wilayahnya.117
UNHCR melaporkan bahwa jumlah kedatangan
pengungsi Suriah semakin meningkat dari tahun 2011 sampai 2015, hingga
saat ini jumlahnya telah mencapai angka 1,8 juta jiwa.118
Maka dari itu,
pemerintah Turki sangat kewalahan dengan arus kedatangan pengungsi
Suriah yang semakin meningkat.
Dengan demikian, kontrol migrasi Turki pun semakin tidak terkendali.
Banyak pihak yang memanfaatkannya sebagai cara untuk mendapatkan
keuntungan. Hal ini dikarenakan sistem Imigrasi Turki yang belum
terorganisir secara rapih.
115
HRW, ―The Mediterranean Migration Crisis‖, 2013 (artikel online); tersedia di
https://www.hrw.org/report/2015/06/19/mediterranean-migration-crisis/why-people-flee-what-eu-
should-do diakses pada 1 April 2016. 116
Cellia Marnet, ―Irregular migration and asylum in Turkey : Turkey Migration Policy‖,
14. 117
Branko Milanovic, ―Five Reasons Why Migration Into Europe Is A Problem With No
Solution‖, 2015 (artikel online); tersedia di https://www.socialeurope.eu/2015/06/five-reasons-
why-migration-into-europe-is-a-problem-with-no-solution/; diakses pada 1April 2016. 118
Anne Fertiti, ―Humanitarian crisis of refugees‖ (artikel online) tersedia di
https://annefertiti.wordpress.com/2015/09/11/september-astromusings-the-aftermath-of-the-pluto-
uranus-squares-humanitarian-crisis-of-refugees-the-upcoming-eclipse-season/; diakses pada 5
November 2015.
46
2. Eropa Menjamin Kesejahteraan
Menurut Walter, kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang
terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial yang dirancang untuk
membantu individu atau kelompok untuk mencapai standar hidup dan
kesehatan yang lebih baik.119
Dalam hal ini, negara-negara Eropa dinilai
oleh para pengungsi Suriah sebagai wilayah yang telah memiliki sebuah
sistem kesejahteraan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka
dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan Eropa merupakan kawasan utama
tempat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.120
Sebagai pusat peradaban saat ini, negara-negara Eropa memiliki
pertumbuhan ekonomi yang relatif baik. Mereka memiliki sistem politik dan
ekonomi yang telah matang semenjak pasca Perang Dunia ke-2. Uni Eropa
merupakan bukti kemajuan peradaban Eropa. Menurut International
Monetary Fund (IMF), Uni Eropa merupakan pasar tunggal terbesar di
dunia yang memiliki share sekitar 20 % dari total perdagangan dunia.121
Tentunya, kondisi perekonomian yang maju dapat menjamin
kesejahteraan masyarakat dari segi keamanan, ekonomi, pendidikan, dan
tingkat kehidupan yang lebih baik. Hal inilah yang menjadi faktor penarik
kedatangan pengungsi Suriah ke Eropa.
119
The Guardian, ―Six reasons why Syrians are fleeing to Europe in increasing numbers‖,
2015 (berita online); tersedia di http://www.theguardian.com/global-development-professionals-
network/2015/oct/25/six-reasons-why-syrians-are-fleeing-to-europe-in-increasing-numbers;
diakses pada 1 April 2016. 120
Stanford, ―Europe and the Global Economy‖, 2015 (artikel online); tersedia di
http://tec.fsi.stanford.edu/content/europe-and-global-economy; diakses pada 1 April 2016. 121
European Comission, ―EU position in world trade‖, 2012 (artikel online); tersedia di
http://ec.europa.eu/trade/policy/eu-position-in-world-trade/; diakses pada 1 April 2016.
47
3. Kebijakan Politik Terbuka Terhadap Pengungsi
Seperti Turki, Eropa pun juga menerapkan kebijakan politik yang
terbuka terhadap pengungsi. Bahkan, mereka siap membiayai keberadaan
pengungsi yang datang ke negaranya, salah satunya adalah Jerman. Angela
Merkel selaku Kanselir Jerman memberikan statement bahwa pemerintah
Jerman siap menampung sekitar 800.000 pengungsi Suriah dan menjamin
pekerjaan bagi mereka.122
Sebenarnya, negara Eropa lainnya, seperti Perancis, Inggris, dan
Swedia secara histori telah melakukan kebijakan serupa terhadap para
pengungsi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah populasi yang
beragam pada tiga negara tersebut.123
Namun, saat ini hanya Jerman dan
Austria yang memberikan respon positif bagi para pengungsi Suriah. Kedua
negara tersebut bahkan secara resmi menyatakan siap menampung
keberadaan pengungsi Suriah di negaranya.124
Hal inilah yang menyebabkan
pengungsi Suriah terus berdatangan ke Eropa hingga sekarang.
Dengan demikian, potensi kedatangan pengungsi Suriah akan semakin
meningkat karena kebijakan terbuka bagi para pengungsi tersebut. Di sisi
lain, mayoritas negara-negara Eropa juga merupakan peratifikasi Konvensi
Pengungsi 1951.
122
Quora, ―Why is Germany ready to take so many refugees and asylum seekers?‖, 2015
(artikel online); tersedia di https://www.quora.com/Why-is-Germany-ready-to-take-so-many-
refugees-and-asylum-seekers; diakses pada 1 April 2016. 123
Gualiano Amatto, ―How and why Europe must embrace ethnic diversity‖, 2007 (artikel
online); tersedia di http://europesworld.org/2007/10/01/how-and-why-europe-must-embrace-
ethnic-diversity/#.VxffvTEXVG8; diakses pada 1 April 2016. 124
The Telegraph, ―Refugee crisis: German and Austria will accept Syrians as they embark
on 150-mile trek to Vienna‖, 2015 (berita online); tersedia di
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/hungary/11845576/Desperate-human-tide-of-
refugees-starts-150-mile-trek-to-Vienna.html; diakses pada 2 April 2016.
48
4. Penandatangan Konvensi Pengungsi
Menurut UNHCR, konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tentang Status Pengungsi yang diadopsi pada tahun 1951 merupakan
landasan utama dari perlindungan internasional terhadap pengungsi
pada saat ini.125
Setiap negara yang telah meratifikasi Konvensi Pengungsi
1951 tersebut wajib mentaati setiap norma dan ketentuan yang sudah tertera.
Hal ini dikarenakan setiap pengungsi memiliki hak yang menjadi tuntutan
dan harus dipatuhi oleh negara peratifikasi.126
Terlebih lagi, Sebagian besar negara-negara Eropa merupakan
penandatangan Konvensi Pengungsi 1951 tersebut. Maka dari itu, mereka
memiliki larangan untuk mencegah masuk para pengungsi ataupun
memulangkannya kembali ke tempat asal. Dengan demikian, negara-negara
Eropa pun membuka lebar pintu masuk bagi para pengungsi Suriah.127
Keempat alasan diatas menjadi faktor kuat yang menyebabkan
pengungsi Suriah pergi ke Eropa. Hal inilah yang nantinya menyebabkan
polemik di Uni Eropa terkait penanganan pengungsi. Adapun, penjelasan
mengenai permasalahan pengungsi di Eropa serta kebijakan yang diambil
Turki untuk menahan pengungsi ke Eropa akan dipaparkan pada bab
selanjutnya.
125
UNHCR, ―Convention & Protocol : Relating to the Status of Refugees‖, dalam jurnal
Introductory Note by the Office of the United Nations High Commissioner for Refugees, Vol. 1,
No. 1, tahun 2010 yang diterbitkan oleh UNHCR. 126
EU Analysis, ―The EU, Turkey and the Refugee Crisis: What could possibly go
wrong?‖, 2015 (artikel online); tersedia di http://eulawanalysis.blogspot.co.id/2016/02/the-eu-
turkey-and-refugee-crisis-what.html; diakses pada 3April 2016. 127
Ben Winsor, ―Here’s Which Countries Are Helping Syria’s Refugee Crisis — And
Which Ones Are Refusing‖, 2014 (artikel online); tersedia di http://www.businessinsider.co.id/the-
countries-taking-syrias-refugees-2014-9/?r=US&IR=T#.Vxfj_jEXVG8; diakses pada 3 April
2016.
49
BAB III
PENGURUSAN PENGUNGSI SURIAH ATAS
PERMINTAAN UNI EROPA
Bab ini akan membahas pengurusan pengungsi Suriah atas permintaan Uni
Eropa. Bab ini terdiri dari tiga sub bagian. Pertama, pembahasan mengenai krisis
pengungsi di Eropa, dimana kedatangan pengungsi berdampak kepada aspek
politk dan ekonomi negara-negara di Eropa. Kedua, sub bab ini akan menjelaskan
kebijakan Uni Eropa terhadap pengungsi Suriah, dari upaya pembagian kuota
pengungsi atas negara-negara anggota sampai penawaran pengurusan pengungsi
Suriah kepada Turki. Ketiga, bagian ini akan membahas keputusan Turki untuk
menahan pengungsi Suriah ke Eropa, dimana Turki menyepakati tawaran yang
diberikan Uni Eropa untuk menampung pengungsi Suriah dan mencegah mereka
pergi ke Eropa.
Pengungsi merupakan tantangan mendasar bagi suatu kedaulatan negara.
Menurut Skran, keberadaan pengungsi akan memaksa aktor untuk
mempertimbangkan prinsip-prinsip etika dan isu-isu hak asasi manusia yang
merupakan bagian dari kewajiban internasional sebagai suatu negara yang
berdaulat. Fenomena pengungsi menggambarkan ketegangan antara imperatif
politik dan kewajiban kemanusiaan internasional. Hal ini menyebabkan
pembuatan kebijakan harus meninjau bagaimana memenuhi kepentingan nasional
50
dengan mempertimbangkan kewajiban moral yang menyangkut tanggung jawab
internasional untuk membantu pengungsi dan menegakkan hak asasi manusia.128
Selain itu, kedatangan pengungsi ke negara penerima akan berpengaruh
kepada perekonomian, politik, dan sosial dalam jangka waktu yang panjang.
Jacobsen berpendapat bahwa pengungsi akan bersaing dengan masyarakat lokal
untuk sumber daya yang langka seperti air, makanan, tempat tinggal, dan
pelayanan kesehatan. Kehadiran pengungsi tersebut meningkatkan tuntutan untuk
pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur. Dengan demikian, adanya
persaingan antara pengungsi dan masyarakat lokal berpotensi menimbulkan
konflik di negara penerima sehingga menjadi permasalahan serius yang menjadi
fokus pemerintah.129
Adapun, Salehyan dan Gleditsch menyatakan bahwa kedatangan pengungsi
menyebabkan timbulnya konflik lintas batas. Ada empat kemungkinan dampak
yang akan diterima negara penerima dari keberadaan pengungsi di wilayahnya.
Pertama, keberadaan pengungsi bisa membawa pemberontakan tersamar, senjata,
dan ideologi konflik dari negara asal ke negara penerima. Hal ini disebut oleh
Salehyan dan Gleditsch sebagai ―exporting conflict to new location‖. Kedua,
pengungsi bisa menyediakan dukungan kepada kelompok negara penerima yang
memiliki keterkaitan dengan mereka. Misalnya, kekerabatan etnis dan latar
128
Skran dikutip dari Barbara Harrell-Bond, ―Refugees and the International System : The
Evolution of Solution‖, dalam jurnal Refugee Studies, Vol. 4, No. l, 2, tahun 1995 yang diterbitkan
oleh University of California Press. 129
Jacobsen dikutip dari Edward Newman dan Joanne van Selm, ―Refugee and Forced
Displacement : International Security, Human Vulnerability, and the State‖, dalam jurnal
Preventing the Plight of Refugees, Vol. 13, No. 1, 5, tahun 2001 yang diterbitkan oleh United
Nations University Press.
51
belakang ideologi yang sama akan dapat memperkuat pergerakan lokal untuk
menentang rezim yang ada di negaranya. Ketiga, pengungsi berpotensi mengubah
ethnic power balance dan menciptakan tensi. Keempat, pengungsi mampu
memberikan beban ekonomi yang berat bagi negara penerima dan dianggap
sebagai hal yang negatif yang akan mempengaruhi kondisi domestiknya.130
Dalam hal ini, Eropa merupakan wilayah tujuan bagi para pengungsi.
Berbagai permasalahan yang dibawa oleh para pengungsi tentunya akan
mempengaruhi kondisi Eropa. Hal inilah yang membuat negara-negara Eropa
fokus untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh kedatangan
pengungsi. Adapun, pembahasan mengenai terjadinya krisis pengungsi di Eropa
akan dijelaskan pada sub bab berikut.
A. Krisis Pengungsi di Eropa
Kemunculan pengungsi merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam
catatan sejarah kontemporer Eropa. Pada periode 1933 hingga 1945, sebanyak 340
ribu Yahudi melarikan diri dari Jerman dan Austria ke sejumlah negara lain di
Eropa demi menghindari penganiayaan Nazi dan Holocaust.131
Selain itu, pasca
Perang Dunia ke 2 di tahun 1955, sekitar 118 ribu warga Vietnam tiba di Eropa
untuk melarikan diri dari perang di negaranya.132
Sedangkan, di tahun 1991,
130
Salehyan dan Gleditsch dikutip dari Erika Forsberg, ―Refugees and Armed State
Conflict : A Contagion Process Approach‖, dalam jurnal The Refugee Problem on Universal,
Regional and National Level, Vol. 1, No. 1, 6, tahun 2009 yang diterbitkan oleh Clarendon Press,
Oxford. 131
Hélène Lambert, The Global Reach of European Refugee Law : Refugee Protection in
Europe (Cambridge : Cambridge University Press, 2013), 34. 132
Claudena Skran, Refugees in inter-war Europe: the emergence of a regime (Oxford :
Clarendon Press, 1995), 31.
52
terdapat 1,1 juta jiwa etnis Bosnia yang mengungsikan diri ke beberapa negara
Eropa akibat perang Yugoslavia.133
Kondisi Eropa yang memiliki perkembangan ekonomi pesat pasca Perang
Dunia ke 2 menarik kedatangan pengungsi hingga sekarang. Terlebih lagi,
beberapa negara masih mengalami perjuangan untuk memerangi kediktatoran,
kemiskinan, serta ketegangan antara etnis dan agama. Akibatnya, negara-negara
Eropa secara terpaksa harus menampung dan mengurusi keberadaan pengungsi
yang datang ke wilayahnya.
Adapun, mayoritas para pengungsi berasal dari wilayah Mediterania
Selatan. Mediterania Selatan merupakan wilayah yang terdiri dari negara-negara
yang berbatasan langsung dengan laut Mediterania, dan secara geografis terletak
di Afrika Utara seperti Libya, Tunisia dan kawasan Timur Tengah seperti Mesir,
dan Suriah. Memasuki tahun 2010, wilayah ini mengalami gelombang
demokratisasi yang ditandai dengan adanya berbagai macam konflik internal di
masing-masing negara. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya arus pengungsian
dari Mediterania Selatan ke Eropa.134
Kedatangan pengungsi dari Mediterania Selatan ini memberikan pengaruh
kepada ekonomi dan politik negara penerima. Berdasarkan rute perjalanan
pengungsi, negara-negara Uni Eropa yang berada di kawasan pantai merupakan
wilayah yang banyak menerima kedatangan para pengungsi sehingga terkena
dampak negatif darinya. Yunani dan Italia merupakan dua negara yang menjadi
tempat berlabuhnya para pengungsi karena letak keduanya yang berbatasan
133
Ibid 35. 134
Tamburakan Apriadi, Revolusi Timur Tengah : Pengungsi dari Mediterania Selatan
(Jakarta: PT Sinar Grafika, Tamburakan), 24.
53
langsung dengan laut Mediterania.135
Dengan demikian, berdasarkan letak
strategisnya dalam rute perjalanan pengungsi, kedua negara tersebut yang paling
mendapatkan dampak ekonomi dan politik signifikan dari kedatangan pengungsi
di wilayahnya.
Terkait dampak ekonomi dari kedatangan pengungsi. Yunani merupakan
contoh negara yang mendapatkan dampak negatif tersebut. Yunani harus
menanggung beban atas adanya para pengungsi di negaranya. Pemerintah Yunani
tampaknya tidak mampu memenuhi kebutuhan para pengungsi yang paling
mendasar, seperti tempat tinggal, makanan dan minuman serta perlindungan,
karena pada tahun 2011 Yunani dalam keadaan krisis. Kendati demikian,
berdasarkan Perjanjian Dublin II, negara yang menjadi tujuan pengungsi
bertanggung jawab atas proses suaka.136
Dampak politik atas adanya pengungsi terjadi di Italia.137
Italia merupakan
negara yang mendapatkan dampak langsung pengungsi, terutama pengungsi dari
Libya dan Suriah. Pada tahun 2012, Italia mengeluarkan kebijakan dengan
membiarkan para pengungsi untuk memasuki wilayah Uni Eropa. Bahkan,
pemerintah Italia memberikan visa Schengen atau visa bebas kepada para
pengungsi sehingga menimbulkan masalah baru bagi negara-negara anggota UE
yang lain. Negara-negara besar seperti Prancis, Jerman dan Inggris sangat
menentang kebijakan yang diambil pemerintah Italia. Hal ini dikarenakan ketiga
135
Chelsea Purvis, ―Europe’s Refugee Crisis : Suffering on the Mediterranean Shores‖,
dalam jurnal Europe’s Refugee Crisis Policy Brief, Vol. 1, No. 1, 8, tahun 2015 yang diterbitkan
oleh International Rescue Committee. 136
Chelsea Purvis, ―Europe’s Refugee Crisis : Suffering on the Mediterranean Shores‖, 12. 137
Chelsea Purvis, ―Europe’s Refugee Crisis : Suffering on the Mediterranean Shores‖, 15.
54
negara tersebut merupakan tujuan yang paling banyak didatangi oleh para
pengungsi karena negara tersebut merupakan negara kaya di Uni Eropa.138
Adapun, mayoritas pengungsi berasal dari negara Suriah, dimana ini
disebabkan keadaan konflik di Suriah yang semakin memburuk. Pada tahun 2013,
dari ratusan ribu pengungsi Suriah yang masuk ke Eropa, sekitar 120.000 lebih
memilih Jerman sebagai tempat tujuannya. Hal ini dikarenakan Jerman
menerapkan kebijakan terbuka bagi para pengungsi serta jaminan pekerjaan yang
layak bagi mereka.139
Dengan demikian, keadaan ini membuat para pengungsi
Suriah berupaya untuk menuju Jerman demi mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. Dibawah ini merupakan data yang menunjukkan Jerman sebagai negara
tujuan favorit pengungsi Suriah.
Gambar III.A.1 : Data Pengungsi Suriah di Eropa Berdasarkan Negara
Tujuan140
138
Elsa Buchanan, ―Migrant crisis: Which European country offers the most help to
refugees?‖, 2015 (artikel online) tersedia di http://www.ibtimes.co.uk/migrant-crisis-which-
european-country-offers-most-help-refugees-1523852; diakses pada 28 April 2016. 139
Chelsea Purvis, ―Europe’s Refugee Crisis : Germany Policy Toward Refugees‖, 20. 140
European Parliamentary, ―Syrian Refugee Data‖, 2013; tersedia di
https://epthinktank.eu/2013/10/06/eu-assistance-to-syrian-refugees/; diakses pada 27 April 2016.
55
Selain itu, mayoritas pengungsi Suriah menggunakan jalur laut untuk bisa
sampai menuju Eropa. Hal ini dikarenakan laut merupakan transportasi yang
paling mudah untuk digunakan. Meskipun resiko keselamatannya amat besar,
mereka tetap melewati laut Mediterania lalu tiba di negara transit seperti Yunani
dan Italia.141
Selanjutnya, bagi mereka yang memiliki tujuan untuk pergi ke
negara Eropa lain, akan menggunakan jalur kereta.142
Di samping itu, kedatangan
pengungsi ke Eropa menggunakan jalur laut pun semakin meningkat. Berikut ini
adalah data yang membuktikan peningkatan tersebut, dimana pada tahun 2015
jumlah kedatangan meningkat 47% dari tahun 2014.
Gambar III.A.2 : Data Kedatangan Pengungsi Suriah di Eropa Melalui Jalur
Laut Tahun 2014 dan 2015143
141
Cecilia Malmström, ―For a European system of rescue at sea : Opening up legal and non
dangerous routes to Europe‖, dalam jurnal Syrian Refugee Arriving by Sea to Europe, Vol. 2,
No.8, 1, tahun 2014 yang diterbitkan oleh Frontex Annual Risk Analysis. 142
Cynthia Orchard dan Andrew Miller, ―Europe and Syrian Refugee Crisis :Syrian
Refugee in Europe‖, dalam jurnal Protection in Europe for refugees from Syria, Vol. 1, No. 10,
24, tahun 2014 yang diterbitkan oleh University of Oxford. 143
UNHCR, ―UNHCR Global Report : Crossing Mediteranian Sea‖, 2015; tersedia di
http://www.unhcr.org/cgibin/texis/vtx/search?page=search&docid=55e06a5b6&query=syrian%20r
efugee%20across%20mediterranean%20sea; diakses pada 28 April 2016.
56
Akhirnya, Eropa mendapatkan permasalahan serius dari kedatangan
pengungsi Suriah ke wilayahnya. Berdasarkan kondisi ini, permasalahan
pengungsi dari Suriah merupakan masalah regional Eropa dan bukan hanya
masalah satu atau dua negara Eropa saja. Dengan demikian, hal ini membuat Uni
Eropa mengupayakan berbagai kebijakan terhadap pengungsi Suriah. Adapun,
pembahasan mengenai respon Uni Eropa terhadap pengungsi Suriah serta upaya
yang dilakukannya untuk mendapatkan solusi krisis pengungsi di wilayahnya
akan dijelaskan pada sub bab berikut.
B. Upaya Uni Eropa Menangani Permasalahan Pengungsi Suriah
Eropa awalnya merespon positif kedatangan para pengungsi ke wilayahnya.
Meskipun, Eropa menghadapi krisis pengungsi dalam skala yang sangat besar
sejak Perang Dunia ke 2, dimana 1,2 juta orang sedang berupaya masuk ke
wilayahnya pada saat ini.144
Akan tetapi, Uni Eropa melakukan upaya besar untuk
dapat menerima masuk para pengungsi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
tindakan negara-negara anggota yang mengaplikasikan ratusan ribu permintaan
suaka.145
Dalam hal ini, Uni Eropa telah melakukan upaya pengaplikasian suaka
tersebut dengan membentuk badan khusus untuk mengurusi pengungsi yang
dikenal dengan European Asylum Support Office (EASO). Organisasi ini dibentuk
guna melindungi dan menangangi masalah pengungsi di kawasan Eropa. EASO
144
UNHCR, ―Syrian Refugee Response‖, 2015 (database online) tersedia di
http://data.unhcr.org/syrianrefugees/regional.php; diakses pada 23 April 2016. 145
Matthias Bieri, ―The Challenge and Tragedy of Irregular Migration to Europe : EU and
Schengen States’ Responses‖, dalam jurnal Irregular Migration in Europe, Vol. 1, No. 162, 1,
tahun 2014 yang diterbitkan oleh Center for Security Studies.
57
bekerjasama dengan negara asal dan negara ketiga untuk merelokasi pengungsi.
Hal ini dilakukan supaya pengungsi mendapatkan penanganan yang tepat. Selain
itu, permasalahan finansial negara penerima merupakan alasan dilakukannya
relokasi pengungsi.146
Selain upaya penanganan pengungsi di dalam wilayah Uni Eropa, Uni Eropa
juga mengeluarkan kebijakan yang ditujukan langsung untuk negara yang sedang
mengalami konflik, khususnya negara-negara di wilayah Mediterania Selatan.
Adapun, kebijakan ini dikenal dengan European Neighbourhood Policy (ENP),
dimana dimaksudkan untuk membantu negara-negara tetangga Uni Eropa untuk
mencapai kondisi yang stabil.147
Dalam hal ini, Uni Eropa memberikan dukungan kepada negara-negara
tersebut untuk dapat mengambil jalan transisi dan proses reformasi. Hal ini
dilakukan guna membatasi masuknya pengungsi ke kawasan Eropa setelah adanya
peristiwa Arab Spring. Dalam European Neighbourhood Policy (ENP), Uni Eropa
tidak hanya memperkuat kerjasama di bidang politik dan ekonomi saja, melainkan
juga memberikan dana langsung kepada negara-negara tersebut untuk
memperbaiki kondisi negaranya.148
Akan tetapi, kebijakan tersebut tidak memberikan efek positif terhadap
perekonomian negara Mediterania Selatan. Revolusi yang terjadi di negara-negara
tersebut menimbulkan konflik berkepanjangan sehingga memperlambat laju
146
Matthias Bieri, ―The Challenge and Tragedy of Irregular Migration to Europe : EU and
Schengen States’ Responses‖, 2. 147
Matthias Bieri, ―The Challenge and Tragedy of Irregular Migration to Europe : EU and
Schengen States’ Responses‖, 5. 148
Matthias Bieri, ―The Challenge and Tragedy of Irregular Migration to Europe : EU and
Schengen States’ Responses‖, 8.
58
perekonomiannya. Selain itu, adanya sanksi ekonomi yang diberikan kepada
negara-negara tersebut semakin menambah lambat laju perekonomiannya.149
Sebaliknya, kondisi ini semakin menimbulkan banyak kedatangan pengungsi yang
melakukan permintaan suaka di Eropa.
Menurut data UNHCR, dari tahun 2013 sampai 2014, sebanyak 28 negara
Eropa telah mengaplikasikan 434.160 ribu permintaan suaka. Pengungsi Suriah
merupakan subjek terbanyak yang meminta pengaplikasian suaka, dimana 78%
dari jumlah pengungsi yang datang dari tahun 2013, berasal dari Suriah. Jumlah
ini terus bertambah seiring kondisi konflik di Suriah yang semakin memburuk.
Adapun, peningkatan jumlah pengungsi yang masuk Eropa terjadi pada bulan
September 2015, dimana ada sekitar lebih dari 700.000 orang dan angka ini
melebihi dari dua kali lipat jumlah di tahun 2014.150
Menanggapi hal ini, Uni Eropa pun semakin meningkatkan upaya untuk
menangani krisis pengungsi di regionalnya. Terlebih lagi, pada Agustus 2015,
Jerman yang memberlakukan kebijakan terhadap pengungsi Suriah sudah tidak
lagi menyanggupi penerimaan kedatangan pengungsi di wilayahnya. Negara-
negara Eropa lain seperti Austria, Swedia, dan Perancis pun memberikan
pernyataan yang sama untuk tidak menerima pengungsi Suriah ke negaranya.
Dengan demikian, Uni Eropa pun membuat kebijakan baru untuk mencari solusi
pengungsi ini. Adapun, upaya yang dilakukan Uni Eropa untuk menangani krisis
pengungsi Suriah ini adalah :
149
Elspeth Guild, ―The Refugee Crisis in the European Union 2015‖, dalam jurnal
European Policy Brief, Vol. 32, No. 2, 2, tahun 2015 yang diterbitkan oleh Centre for European
Policy Studies. 150
Elspeth Guild, ―The Refugee Crisis in the European Union 2015‖, 4.
59
1. Pembagian Kuota Pengungsi
Pada 4 September 2015, Antonio Guterres selaku direktur UNHCR,
meminta Uni Eropa untuk berupaya keras dalam menangani krisis
pengungsi ini. Beliau memberikan statement bagi negara-negara anggota
Uni Eropa :
“...bahwa satu-satunya jalan menyelesaikan masalah pengungsi ini
adalah penerapan strategi bersama berdasar rasa tanggung jawab,
solidaritas, dan kepercayaan.151
Berselang kemudian, Uni Eropa merespon dengan cepat pernyataan
dari UNHCR ini dengan mengadakan pertemuan terkait pembahasan
pengungsi. Jean-Claude Juncker selaku Presiden komisi Uni Eropa,
mengusulkan adanya penambahan pengaplikasian suaka oleh para negara
anggota. Beliau menjelaskan sistem pembagian kuota penerimaan
pengungsi akan diatur oleh Uni Eropa. Adapun, bagi negara anggota yang
menolak kebijakan tersebut akan menerima sanksi berupa denda finansial
dari Uni Eropa.152
Apalagi, Yunani dan Italia yang menjadi negara penampung
kedatangan pengungsi Suriah sedang mengalami kondisi yang kritis.
Keberadaan pengungsi di negara-negara tersebut sangat mempengaruhi
perekonomian domestiknya. Hal ini dibuktikan dengan kondisi Yunani saat
ini yang tengah mengalami keterpurukan ekonomi sehingga tidak mampu
151
UNHCR, ―Statement by UN High Commissioner for Refugees, António Guterres on
refugee crisis in Europe‖, 2015 (artikel online) tersedia di
http://www.unhcr.org/news/press/2015/9/55e9459f6/statement-un-high-commissioner-refugees-
antonio-guterres-refugee-crisis.html; diakses pada 23 April 2016. 152
DeutchWelle, ―Eastern Europe Opposed to EU Refugee Plan‖, 2015 (artikel online)
tersedia di http://www.dw.com/en/eastern-europe-opposed-to-eu-refugee-plan/a-19121054;
diakses pada 25 April 2016.
60
membayar pinjaman IMF.153
Adapun, Italia juga memiliki nasib yang sama
sehingga keadaan ini membuat Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi,
menegur petinggi Uni Eropa untuk secepatnya menerapkan kebijakan
pembagian kuota pengungsi.154
Sebenarnya, negara-negara anggota secara keseluruhan tidak
menyetujui keputusan Uni Eropa tersebut. Republik Ceko, Polandia,
Estonia, Hungaria, Kroasia, Latvia, Lithuania dan Slowakia ataupun negara-
negara Balkan lainnya menolak kebijakan pembagian kuota pengungsi.
Secara bersamaan, mereka merasa keberatan apabila pembagian jumlah
pengungsi ditentukan oleh Uni Eropa. Adapun, mereka menginginkan
pembagian kuota pengungsi berdasarkan ketentuan masing-masing negara
anggota. Hal ini dikarenakan perbedaan kapasitas ekonomi dan keamanan
yang dimiliki antara negara-negara anggota.155
Kedatangan pengungsi akan memberikan dampak signifikan terhadap
aspek ekonomi dan keamanan negara. Negara-negara anggota Uni Eropa
yang terbilang belum memiliki kapasitas ekonomi dan keamanan tentu akan
mendapatkan pengaruh besar terkait permasalahan yang ditimbulkan
pengungsi di negaranya.156
Apalagi, Republik Ceko, Polandia, Estonia,
153
Marie Martin, ―Analysis The Rise of Xenophobia and the Migration Crisis in Greece
The Council of Europe’s Wake Up Call: ―Europe cannot afford to look away‖, dalam jurnal The
Greek National Action Plan on Asylum Reform and Migration Management, Vol. 15, No. 8, 3,
tahun 2013 yang diterbitkan oleh PACE. 154
Shekhar Aiyar, ―The Refugee Surge in Europe: Economic Challenges‖, dalam jurnal
Refugee Surge in Europe, Vol. 22, No. 6, 2, tahun 2014 yang diterbitkan oleh IMF. 155
Shekhar Aiyar, ―The Refugee Surge in Europe: Economic Challenges‖, 3. 156
Shekhar Aiyar, ―The Refugee Surge in Europe: Economic Challenges‖, 5.
61
Hungaria, Kroasia, Latvia, Lithuania dan Slowakia bukanlah negara yang
memiliki jam terbang cukup lama di Uni Eropa.
Bahkan, sebagian dari mereka baru saja ditetapkan menjadi negara
anggota, dimana kapasitas ekonomi dan keamanannya masih belum
memumpuni layaknya negara-negara anggota yang sudah terlebih dahulu
bergabung seperti Jerman, Perancis, dan Inggris.157
Tentunya, kebijakan
terkait pembagian kuota akan berdampak besar kepada stabilitas ekonomi
serta keamanan negara-negara tersebut dan selanjutnya pasti akan
berdampak pula kepada Uni Eropa.
Dengan demikian, keadaan ini menjadi sebuah polemik di Uni
Eropa, dimana sebagian negara-negara anggota mendesak kebijakan
pembagian kuota tersebut dan yang lain menolaknya. Hal ini pun
berpotensi menimbulkan konflik internal di Uni Eropa.158
Akhirnya, Uni
Eropa pun mencoba untuk memikirkan solusi yang tepat untuk
permasalahan ini dengan meminta bantuan kepada Turki. Adapun,
penjelasan mengenai penawaran Uni Eropa terhadap Turki untuk
mengurusi pengungsi Suriah akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
2. Tawaran Uni Eropa Kepada Turki Terkait Pengungsi Suriah
Pada 5 Oktober 2015, Uni Eropa secara resmi memberikan penawaran
kepada Turki untuk menahan pengungsi Suriah dapat masuk ke Eropa. Hal
157
Piotr Bąkowski, ―EU Migratory Challenge : Possible Responses to the Refugee Crisis‖,
dalam jurnal European Parliamentary Research Service, Vol 56, No. 31, 2, tahun 2015 yang
diterbitkan oleh EPRS. 158
Piotr Bąkowski, ―EU Migratory Challenge : Possible Responses to the Refugee Crisis‖,
5.
62
ini dikarenakan Turki merupakan pintu masuk bagi pengungsi Suriah dan
mampu menahan mereka untuk pergi menuju Eropa. Dalam penawaran
tersebut, Uni Eropa akan memberikan dana kepada Turki untuk membangun
kamp-kamp tambahan bagi pengungsi di sekitar daerah perbatasan antara
Turki dan Suriah.159
Adapun, Uni Eropa siap memberikan dana sebesar 1 milyar Euro
kepada Turki untuk dapat menampung 2 juta orang tambahan yang akan
ditempatkan di kamp-kamp pengungsian wilayahnya. Uni Eropa
menjelaskan pula zona perbatasan aman antara Turki dan Suriah yang akan
menjadi tempat tinggal para pengungsi tersebut. Terkait dana tersebut, Uni
Eropa menginginkan Turki memakainya untuk membangun dan menambah
kapasitas kamp-kamp pengungsian di sekitar zona perbatasan tersebut,
dimana hal ini difungsikan untuk dapat menghentikan kedatangan
pengungsi Suriah ke Eropa.160
Akan tetapi, Uni Eropa tidak langsung menerima tanggapan positif
dari Turki terkait penawaran ini. Turki tidak langsung menyetujui
kesepakatan dalam penawaran dan bahkan mengajukan persyaratan yang
memberatkan terkait pembahasan pecalonan keanggotaan negaranya di Uni
Eropa. Dengan demikian, kedua belah pihak masih terganjal oleh
pemenuhan masing-masing ketentuan yang diajukan keduanya. Adapun,
159
The Irish Time, ―EU to Accelerate Turkey Accession Talks in Refugee Crisis Plan‖,
2015 (berita online), tersedia di http://www.irishtimes.com/news/world/europe/eu-to-accelerate-
turkey-accession-talks-in-refugee-crisis-plan-1.2394382; diakses pada 25 April 2016. 160
Sergio Carrera, ―The EU’s Response to the Refugee Crisis: Taking Stock and Setting
Policy Priorities‖, dalam jurnal EU Foreign Policy Analysis, Vol. 7, No. 20, 20, tahun 2015 yang
diterbitkan oleh CEPS.
63
penawaran yang diberikan Uni Eropa kepada Turki nampaknya berisikan
ketentuan yang sangat berisiko bagi stabilitas pemerintahannya. Oleh karena
itu, Turki pun membutuhkan waktu untuk mengkaji kembali penawaran
tersebut. Dalama hal ini, penjelasan terkait respon Turki atas tawaran Uni
Eropa akan dijelaskan pada sub di bawah ini.
C. Respon Turki Atas Penawaran Uni Eropa Terkait Pengungsi Suriah
Turki awalnya menganggap dana yang ditawarkan Uni Eropa tidak
mencukupi untuk mengurusi pengungsi Suriah yang begitu banyak tersebut.
Berdasarkan kondisi pengungsi di negaranya, Turki menginginkan dana yang
lebih untuk dapat bertanggungjawab kepada pengungsi Suriah di wilayahnya.
Presiden Recep Tayyip Erdogan sendiri sebelumnya meminta dana bantuan
minimal 3 milyar Euro dari Uni Eropa. Akan tetapi, pihak Uni Eropa hanya
menjanjikan bantuan satu milyar Euro.161
Akhirnya, hal ini membuat sikap Turki
menolak untuk menerima penawaran tersebut.
Adapun, Turki mengajukan tiga persyaratan kepada Uni Eropa terkait
penawaran ini. Pertama, Turki bersedia menahan pengungsi Suriah ke Eropa
jikalau Uni Eropa mau melakukan kerjasama dalam menanggulangi ancaman
bahaya terorisme dari Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok
separatis Kurdi di Irak dan Suriah. Kedua, Turki meminta Uni Eropa agar
mempermudah pemberian visa bebas kepada warganya yang akan memasuki
wilayah Eropa. Ketiga, Turki menginginkan digelarnya kembali perundingan
161
Aljazeera, ―Turkey Rejects EU Offer on Refugee Crisis‖, 2015 (berita online), tersedia
di http://www.aljazeera.com/news/2015/10/turkey-rejects-eu-offer-refugee-crisis-
151016194610039.html; diakses pada 27 April 2016.
64
keanggotaan Turki dalam Uni Eropa yang terhambat beberapa tahun
belakangan.162
Akan tetapi, Uni Eropa merasa keberatan dengan persyaratan Turki tersebut.
Terlebih lagi, Uni Eropa hanya memberikan sistem visa bebas kepada negara
anggota saja dan Turki bukanlah negara anggota Uni Eropa. Tentunya, hal ini
akan berdampak kepada aspek politik regional Uni Eropa seperti masalah
sebelumnya yang terjadi di Italia. Sebabnya, ini juga bisa saja membuat pengungsi
dari Turki menggunakan sistem visa bebas untuk menuju Eropa. Dengan
demikian, negosiasi diantara keduanya terhambat oleh persyaratan yang diajukan
tersebut.163
Setelah hampir dua minggu proses negosiasi, pada tanggal 26 Oktober 2015
Turki menerima tawaran tersebut dan siap untuk menahan pengungsi Suriah ke
Eropa. Hal ini diperkuat oleh statement yang diberikan oleh Presiden Erdogan
yang menyatakan bahwa :
“... dengan ini Turki menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi aktif dalam
kesepakatan ini. Pemerintah Ankara akan meningkatkan upaya
pemberhentian arus pengungsi Suriah dengan membangun kamp-kamp
pengungsian baru. Adapun, pemerintah juga akan memperketat daerah
sekitar perbatasan demi mencegah masuknya migran ilegal ke wilayah
Turki dan pergi ke Eropa, dimana Oncupinar dan Cilvegozu merupakan
162
The Telegraph, ―Turkey ridicules offer of EU membership in exchange for halting
refugee influx‖, 2015 (berita online), tersedia di
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/turkey/11937537/EU-approves-Turkey-
migrant-plan.html; diakses pada 29 April 2016. 163
Elizabeth Collett, ―The Paradox of the EU-Turkey Refugee Deal‖, 2015 (artikel online),
tersedia di http://www.migrationpolicy.org/news/paradox-eu-turkey-refugee-deal; diakses pada 29
April 2016.
65
dua perbatasan yang akan diperketat penjagaannya oleh Turki sebab
wilayah ini menjadi jalur masuknya pengungsi Suriah.164
Dalam hal ini, Turki berkomitmen untuk mulai menahan pengungsi Suriah
ke Eropa, meskipun ada beberapa kondisi yang sebenarnya memberatkan Turki.
Dari segi keamanan, Turki sudah mendapatkan permasalahan terorisme dari
keberadaan ISIS di wilayah perbatasannya. Pada Agustus 2015, Turki
mendapatkan ancaman dari ISIS terkait agenda penyerangan yang akan dilakukan
kelompok radikal tersebut di Istanbul. Terkait hal ini, keberadaan pengungsi di
Suriah merupakan hal yang perlu diwaspadai oleh pemerintah Turki, sebab ISIS
bisa saja menyelundupkan anggotanya melalui pengungsi. Maka dari itu, ancaman
terorisme ini berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan berujung kepada
timbulnya sejumlah korban tidak bersalah.165
Selain itu, dana sebesar 1 milyar Euro dinilai tidak cukup untuk mengurusi
keberadaan sejumlah pengungi Suriah di Turki. Pada penghujung tahun 2015,
UNHCR mencatat sekitar 2,5 juta pengungsi Suriah telah masuk dan ditampung
oleh Turki. Adapun dalam penawaran, Turki akan mendapatkan tambahan sekitar
2 juta pengungsi. Dengan demikian, Presiden Erdogan mengharapkan dana
sebesar 3 milyar Euro untuk rencana pengurusan pengungsi ini. Hal ini pun
didasarkan oleh perhitungan kemungkinan permasalahan yang dibawa pengungsi
164
EurActiv, ―Erdogan Tells EU: Act in Syria, or Get Ready to Accept More Refugees‖,
2015 (berita online), tersedia di https://www.euractiv.com/section/justice-home
affairs/news/erdogan-tells-eu-act-in-syria-or-get-ready-to-accept-more-refugees/; diakses pada 28
April 2016. 165
Kadir Ustun, ―Turkey’s Syrian Refugees Toward Integration : The Impact of Refugee
Challenge on Turkish Foreign Policy‖, dalam jurnal Syrian Refugee in Turkey, Vol. 4, No. 9, 45,
tahun 2014 yang diterbitkan oleh SETA.
66
dan akan dibebankan kepada pemerintah Turki.166
Adapun, berikut ini adalah data
yang menunjukkan peningkatan jumlah pengungsi Suriah yang masuk ke Turki.
Tabel III. C. 1. Data Pengungsi Suriah di Turki Periode 2011-2015167
Tahun Jumlah
2011 162.329
2012 440.742
2013 832.508
2014 1.265.902
2015 1.805.255
*Terjemahan Penulis
Ketika terjadi teror penembakan di Paris pada tanggal 13 November 2015,
dukungan Turki terhadap kebijakan pengungsi Uni Eropa tidak berubah. Apalagi,
Uni Eropa akhirnya menyanggupi permintaan dana 3 milyar Euro dari Turki yang
sebelumnya mereka tolak. Ini menunjukkan peningkatan kewaspadaan Eropa
terhadap penyusupan anggota kelompok teroris di antara para pengungsi Suriah.
166
Oytun Orhan, ―General Situation of the Syrian Refugee in Turkey : Effect Of Syrian
Refugees On Turkey‖, dalam jurnal Syrian Refugee in Turkey Research, Vol. 19, No. 5, 34, tahun
2015 yang diterbitkan oleh ORSAM and TESEV. 167
UNHCR, ―Total Number Syrian Refugee in Turkey‖, 2015 (database online), tersedia di
http://data.unhcr.org/syrianrefugees/settlement.php?id=59&country=224®ion=38; diakses pada
30 April 2016.
67
Setelah kejadian ini, Turki menjadi khawatir atas ancaman terorisme sehingga
Presiden Erdogan mengeluarkan statement bahwa :
“... pemerintah harus lebih meningkatkan pengawasan kepada pengungsi
Suriah yang berada di wilyahnya, serta perlu adanya penambahan polisi
imigrasi di setiap daerah perbatasan Turki dan Suriah guna mencegah aksi
terorisme yang dilakukan kelompok radikal.168
Dalam hal ini, Turki akan lebih mewaspadai keberadaan pengungsi Suriah
yang berada di wilayahnya. Meskipun dana yang yang diberikan Uni Eropa telah
memenuhi permintaan Turki, namun terjadinya peristiwa teror yang diakibatkan
oleh pengungsi membuat dana tersebut dialihkan untuk memperkuat sektor
keamanan. Terlebih lagi, Turki mendapatkan ancamana agenda penyerangan di
wilayah Istanbul oleh kelompok militan ISIS. Seharusnya, dana yang diberikan
Uni Eropa tersebut secara perhitungan tidak mencukupi untuk menangani
permasalahan pengungsi Suriah.169
Akan tetapi, pemerintah Turki tetap berkomitmen untuk mendukung
kebijakan pengungsi Uni Eropa ini. Pemerintah Ankara akan siap menerima
segala resiko untuk tetap menjalankan kebijakannya untuk mengurusi pengungsi
Suriah di wilayahnya. Adapun, penjelasan mendetail mengenai keputusan Turki
untuk menahan pengungsi ke Eropa akan dijelaskan pada sub bab berikut.
168
Forbes World Affair, ―Instead Of Fighting ISIS, Erdogan Pushes Turkey Toward Chaos
And Despotism‖, 2015 (berita online), tersedia di
http://www.forbes.com/sites/melikkaylan/2015/07/27/instead-of-fighting-isis-erdogan-pushes-
turkey-toward-chaos-and-despotism/#7f8fbcd314f4; diakses pada 30 April 2016. 169
Al-Monitor, ―ISIS Emerges as Threat to Turkey for Istanbul Attack Agenda‖, 2015
(berita online), tersedia di http://www.al-monitor.com/pulse/pt/originals/2014/03/isis-threat-
turkey-syria-jihadists.html; diakses pada 30 April 2016.
68
D. Keputusan Turki Menahan Pengungsi Suriah ke Eropa (2015)
Seiring dengan penerimaan Turki atas tawaran Uni Eropa, pemerintah
Ankara melakukan beberapa upaya untuk mengurusi pengungsi Suriah yang
datang ke wilayahnya. Berdasarkan kesepakatan, Turki siap menerima tambahan
dua juta pengungsi Suriah untuk diurusi. Adapun, pemerintah Turki akan
membangun kamp-kamp pengungsian baru untuk tambahan dua juta pengungsi
ini. Selain itu, pemerintah Turki juga memperketat kontrol seluruh perbatasan
agar para pengungsi Suriah tidak dapat dengan mudah berpergian menuju tempat
lain.170
Penjelasan selengkapnya mengenai upaya Turki terkait kesepakatan untuk
mengurusi pengungsi Suriah atas permintaan Uni Eropa akan dipaparkan pada
berikut ini.
1. Membangun Kamp-kamp Pengungsian Baru
Setelah menerima tawaran Uni Eropa pada 26 Oktober 2015, Turki
menyatakan kesiapannya untuk menampung pengungsi Suriah dan
menahannya untuk pergi ke Eropa. Dalam hal ini, Turki akan menggunakan
dana yang diberikan Uni Eropa untuk menambah kuota kamp pengungsian
yang berada di bagian selatan wilayahnya. Hal ini dimanfaatkan untuk dapat
menampung kedatangan dua juta pengungsi tambahan yang akan masuk
negaranya.171
170
Hurriyet, ―Turkey to Boost Border Security for Visa Deal with EU‖, 2015 (berita
online), tersedia di http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-to-boost-border-security-for-visa-
deal-with-eu.aspx?pageID=238&nID=59614&NewsCatID=338; diakses pada 30 April 2016. 171
BBC, ―Migrant Crisis: EU Plan Offers More Money for Turkey Camps‖, 2015 (berita
online), tersedia di http://www.bbc.com/news/world-europe-34451660; diakses pada 2 Mei 2016.
69
Dengan adanya penambahan kamp pengungsian, pemenuhan fasilitas
bagi para pengungsi pun sudah menjadi tanggungan juga untuk pemerintah
Turki. Kamp-kamp pengungsian tersebut akan dilengkapi dengan fasilitas
kesehatan, seperti obat-obatan, klinik, dan mobil ambulan. Selain itu,
pasokan makanan dan pakaian layak pakai akan disediakan di seluruh kamp
pengungsian tambahan ini. Adapun, pemerintah Turki juga mengizinkan
UNHCR untuk memberikan bantuan kemanusiaannya. UNHCR
memberikan bantuan berupa bahan-bahan makanan seperti minyak, garam,
beras, serta pakaian hangat dan selimut di setiap kamp pengungsian yang
akan dibangun di wilayah Hatay, Kilis, Gaziantep, dan Sanliurfa.172
Dalam hal ini, UNHCR akan bekerjasama dengan AFAD selaku
lembaga yang mengurusi kepengungsian di Turki. Adapun, setiap kamp
pengungsian juga dilengkapi dengan sistem perlindungan yang ketat,
dimana pemerintah Turki juga menaruh pasukan militernya di sekitar daerah
perbatasan yang dekat dengan kamp pengungsian guna mencegah timbulnya
gangguan keamanan yang mengancam keselamatan pengungsi Suriah.173
Selain itu, pemerintah Turki juga menerapkan kontrol daerah perbatasan
guna mencegah pengungsi Suriah melakukan upaya untuk dapat pergi ke
tempat lain dan menuju Eropa. Hal ini akan dijelasakan pada bagian berikut.
2. Memperketat Kontrol Perbatasan
172
Oytun Orhan, ―General Situation of the Syrian Refugee in Turkey : Camp in Turkey‖, 5. 173
Kadir Ustun, ―Turkey’s Syrian Refugees Toward Integration : The Impact of Refugee
Challenge on Turkish Foreign Policy‖, 48.
70
Dalam hal ini, selain memberikan kemanusiaan kepada para
pengungsi, Turki melakukan upaya maksimal untuk dapat mengontrol
wilayah di sekitar daerah perbatasan. Kontrol perbatasan ini dilakukan oleh
Turki guna melakukan pencegahan kepergian pengungsi ke tempat lain.
Selain itu, adanya kontrol perbatasan ini difungsikan untuk mengatur
masuknya pengungsi Suriah ke wilayah Turki di daerah perbatasan.174
Adapun, pasukan militer yang ditaruh di sekitar daerah perbatasan
tersebut digunakan untuk menanggulangi ancaman keamanan dari daerah
perbatasan. Terlebih lagi, wilayah Aleppo telah dikuasai oleh kelompok
militan ISIS yang telah menyebarkan ancaman agenda penyerangan kepada
Turki.175
Ketika terjadinya peristiwa pengeboman dan penembakan di Paris pada
13 November 2015, Turki pun semakin meningkatkan keamanan di sekitar
daerah perbatasan. Pemerintah menambah jumlah pasukan militer dan juga
mengirimkan tentara lintas batas untuk dapat menanggulangi ancaman
terorisme dari kelompok militan ISIS tersebut. Hal ini dikarenakan
kewaspadaan Turki kepada ISIS yang bisa saja menimbulkan tindakan
radikal melalui pengungsi Suriah.176
174
Soner Cagaptay, ―Turkey’s Border Provinces Near Syria : Control System Security
Border‖, dalam jurnal The Impact of Syria’s Refugees on Southern Turkey, Vol. 10, No. 13, 6,
tahun 2014 yang diterbitkan oleh The Washington Institute for Near East Policy. 175
Hurriyet, ―In Numbers: Turkey’s Syrian Border Security‖, 2015 (berita online), tersedia
di http://www.hurriyetdailynews.com/in-numbers-turkeys-syrian-border-security-
.aspx?pageID=238&nID=92233&NewsCatID=341; diakses pada 2 Mei 2016. 176
Euronews, ―Turkey Deploying 30 percent of Army in Syrian Border Clampdown‖, 2015
(berita online), tersedia di http://www.euronews.com/2015/12/17/turkey-deploying-30-percent-of-
army-in-syrian-border-clampdown/; diakses pada 2 Mei 2016.
71
Adanya keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah untuk pergi
ke Eropa pada tahun 2015 ini memberikan dampak positif bagi negara-
negara Eropa dan juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya kematian
pengungsi akibat melakukan perjalanan berbahaya untuk dapat menuju
negara tujuannya. Adapun, pembahasan mengenai faktor-faktor penyebab
keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa tersebut akan
dijelaskan pada bab selanjutnya.
72
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEPUTUSAN TURKI
MENAHAN PENGUNGSI SURIAH KE EROPA
Bab ini akan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan Turki
memutuskan untuk menahan pengungsi Suriah ke Eropa. Bab ini akan
menggunakan konsep foreign policy dan national interest untuk dapat
menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan Turki tersebut.
Adapun, terdapat lima faktor yang menyebabkan Turki mau menerima tawaran
Uni Eropa untuk menangani pengungsi Suriah, yaitu : (1) Keinginan Turki untuk
menjadi negara anggota Uni Eropa; (2) Kerjasama penanggulangan ancaman
terorisme Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok separatis Kurdi di
Irak dan Suriah; (3) Mengatasi masalah pendanaan untuk pengungsi Suriah; (4)
Mengamankan proyek Nabucco Pipeline.
Tindakan Turki yang memutuskan untuk menahan pengungsi Suriah ke
Eropa pada tahun 2015 merupakan bentuk kebijakan luar negeri Turki terhadap
fenomena pengungsi Suriah. Kebijakan luar negeri diidentifikasikan sebagai
proses pembuatan keputusan serta tindakan diplomatik suatu negara. Menurut
James N. Rossenau, situasi dan kondisi internal dan eksternal yang berada pada
negara merupakan acuan dari proses pembuatan kebijakan luar negeri. Secara
praktiknya, situasi dan kondisi internal dan eksternal sebuah negara akan saling
berinteraksi, sehingga timbulnya keterkaitan antara aspek internal dan eksternal
73
tersebut dan memiliki pengaruh yang besar dalam proses pembuatan kebijakan
luar negeri.177
Dalam hal ini, kebijakan luar negeri Turki dipengaruhi oleh kondisi internal
dan eksternal yang ada pada negaranya. Keputusan Turki untuk menahan
pengungsi Suriah ke Eropa dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat berdasarkan
situasi pemerintahan di negaranya. Sebagaimana menurut Frederic S. Pearson dan
J. Martin Rochester, kondisi internal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri
adalah faktor pemerintahan, selain itu juga ada faktor demografi, ekonomi, serta
militer dan dikenal dengan National Attribute.178
Selama proses terjadinya konflik
Suriah, Turki cenderung terbuka terhadap kedatangan pengungsi Suriah di
wilayahnya. Tindakan ini dipengaruhi oleh arah tujuan politik Partai Keadilan dan
Pembangunan (AKP) selaku mayoritas partai penguasa di Turki, dimana
pemberian bantuan kemanusiaan terhadap pengungsi Suriah merupakan salah satu
bentuk upaya politik terhadap konflik Suriah atas pertimbangan kondisi
demografi, ekonomi, dan militer pemerintahannya.179
Selain itu, Frederic S. Pearson dan J. Martin Rochester juga
mengungkapkan bahwa Systematic Factors merupakan kondisi-kondisi eksternal
suatu negara yang mempengaruhi kebijakan luar negeri seperti geografi, interaksi
internasional, dan struktur sistem internasional.180
Kondisi geografis Turki yang
memiliki letak strategis diantara benua Asia dan Eropa dijadikan sebagai wilayah
177
James N. Rossenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson, World Politics : An
Introduction (New York: the Free Press, 1976), 27. 178
Frederic S. Pearson dan J. Martin Rochester dikutip dari Marijke Breuning, Foreign
Policy Analysis : A Comparative Introduction (New York : Palgrave Macmillan, 2007), 5. 179
Ibid, 6. 180
Ibid, 7.
74
penyebrangan pengungsi Suriah ke Eropa. Hal inilah yang akhirnya membuat Uni
Eropa mendapatkan permasalahan internal dari kedatangan pengungsi di
regionalnya.181
Terkait dengan hal tersebut, negara-negara Uni Eropa berupaya
menemukan solusi atas permasalahan pengungsi yang berpotensi mengancam
kesatuan organisasinya. Pada akhirnya, sebagai upaya penanganan masalah
pengungsi, Uni Eropa pun sepakat memberikan penawaran kepada Turki untuk
menahan pengungsi Suriah ke wilayahnya.
Menanggapi penawaran Uni Eropa tersebut, keputusan Turki tentu
dipengaruhi oleh keberadaan pribadi seorang Presiden Recep Tayyip Erdogan
selaku kepala negara. Menurut Alex Mintz, kepribadian pemimpin mempengaruhi
strategi keputusan serta pilihan suatu negara dan ini dikenal dengan istilah
Psychological Factors.182
Dalam menyikapi penawaran tersebut, Erdogan pun
akhirnya menerima tawaran Uni Eropa untuk menahan pengungsi Suriah. Hal ini
dikarenakan motivasi kuat yang dimiliki Erdogan untuk dapat memiliki hubungan
baik dengan Uni Eropa sebagai kepentingan yang ingin dicapainya.
Kepentingan Nasional adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan
dengan kebutuhan negara dan bangsa atau sehubungan dengan hal yang dicita-
citakan. Kepentingan nasional diidentikkan dengan dengan tujuan nasional.
Dalam hal ini, kepentingan Turki untuk menerima tawaran Uni Eropa untuk
menahan pengungsi Suriah adalah karena keinginan kuat Turki untuk bergabung
menjadi negara anggota Uni Eropa. Menurut Nuechterlein, ada empat aspek
181
Elspeth Guild, ―The Refugee Crisis in the European Union 2015‖, dalam jurnal
European Policy Brief, Vol. 32, No. 2, 2, tahun 2015 yang diterbitkan oleh Centre for European
Policy Studies. 182
Alex Mintz, Understanding Foreign Policy Decision Making (Cambridge : Cambridge
University Press, 2010), 36.
75
mendasar yang membuat negara berupaya untuk mencapai kepentingan
nasionalnya, yakni : pertama, kepentingan pertahanan; kedua, kepentingan
ekonomi; ketiga, kepentingan tatanan dunia; keempat, kepentingan ideologi.183
Dalam hal ini, kepentingan Turki adalah ingin menjadi negara anggota Uni Eropa
dan kerjasama dalam menanggulangi ancaman bahaya terorisme dari Islamic State
of Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok separatis Kurdi di Irak dan Suriah. Selain
itu, keputusan pemerintah Turki untuk menahan pengungsi Suriah ini disebabkan
adanya beban pendanaan dan peningkatan keamanan di wilayah Laut Kaspia.
Adapun, penjelasan mendetail terkait kepentingan-kepentingan Turki ini akan
dipaparkan berikut ini.
A. Keinginan Turki Untuk Menjadi Negara Anggota Uni Eropa
Turki merupakan salah satu negara yang sangat penting bagi Uni Eropa.
Dalam hal ini, pentingnya posisi Turki untuk Uni Eropa sama setara dengan Rusia
dalam ruang lingkup regional serta Amerika Serikat dan China di kancah
internasional. Hubungan bersejarah antara kedua belah pihak telah ada semenjak
keberadaan Dinasti Utsmani, mulai dari perang, diplomasi, perdagangan, seni,
bahkan perkawinan, sehingga ini membuat Turki menjadi bagian integral dari
sejarah Eropa.184
Hubungan antara Turki dan Uni Eropa ditandai dengan adanya berbagai
kerjasama dalam berbagai bidang, seperti perekonomian, politik, sosial, budaya
183
Nuechterlein dikutip dalam Simon William, The Role of National Interest in National
Security Debate (United Kingdom : Royal College of Defense Studies, 2012), 39. 184
Nathalie Tocci, ―Turkey and The EU : Toward An Uncertain Future‖, dalam jurnal
Turkey Project Policy Paper, Vol. 2, No. 5, 5, tahun 2014 yang diterbitkan oleh The Center on the
United States and Europe at Brookings.
76
dan keamanan. Sejak diberlakukannya sistem Custom Union, kerjasama di bidang
ekonomi antara Turki dan Uni Eropa cenderung mengalami surplus. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai perdagangan antara keduanya di
tahun 1995 sebesar empat kali lipat dari periode sebelumnya. Adapun, pendapat
Ian Gilson selaku ahli ekonomi perdagangan di Unit Perdagangan Internasional
Bank Dunia memperjelas kondisi ini, dimana beliau menyatakan :
“... Ada beberapa pergeseran tektonik dalam ekonomi global sejak tahun
1995. Dimana hari ini, ada kebutuhan mendesak untuk berpikir-ulang
bagian dari hubungan perdagangan antara Turki dan Uni Eropa. Dengan
demikian, integrasi lebih amat diperlukan.”185
Gambar IV.A.1 : Grafik Perdagangan Turki–Uni Eropa Tahun 1957-2009
Sumber : https://www.wto.org/english/news_e/pres14_e/pr721_e.htm
Menurut grafik diatas, hubungan perekonomian Turki dan Uni Eropa mulai
mengalami perkembangan signifikan mulai tahun 1987, dimana Uni Eropa masih
185
The World Bank, ―World Bank Group Report : EU-Turkey Customs Union Boosts
Trade, But Needs Strengthening‖, 2010 (artikel online) dapat dilihat di
http://www.worldbank.org/en/news/press-release/2014/04/08/; diakses pada 2 Mei 2016.
77
dalam bentuk European Community. Adapun, hubungan ini berdampak surplus
kepada Turki dan ini dibuktikan dengan kegiatan ekspor dan impornya yang
semakin meningkat semenjak tahun 1987 sampai 2009.
Dalam hal ini, melihat kondisi yang menguntungkan dalam sektor
perdagangan, Ian Gilson berpendapat perlu adanya hubungan dan kerjasama yang
lebih antara Uni Eropa dan Turki. Dengan demikian, kondisi ini membuka
kembali harapan bagi Turki untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa, dimana
sejak tahun 1987 Turki telah melakukan upaya tersebut.186
Akan tetapi, Uni Eropa
belum memenuhi permintaan untuk menjadi negara anggota, meskipun Turki
merupakan kandidat negara yang paling memenuhi Copenhagen Criteria. Hal ini
dikarenakan Uni Eropa menganggap Turki belum konsisten atas Copenhagen
Criteria, dimana permasalahan minoritas dan kebebasan beragama dari
keberadaan etnis Kurdi dan Alevi merupakan permasalahan besar bagi Turki yang
menjadi perhatian Uni Eropa.187
Upaya Turki untuk dapat menjadi negara anggota Uni Eropa mendapatkan
hambatan dan tantangan karena kondisi domestik Turki yang belum memenuhi
ekspetasi Uni Eropa. Kendati demikian, Turki tidak menyerah untuk dapat
mewujudkan ambisi kepentingan geopolitiknya tersebut. Hal ini dibuktikan
dengan kegigihan Turki untuk tetap berusaha konsisten memenuhi Copenhagen
Criteria. Pada 2002, pemerintah Ankara mulai melakukan serangkaian
transformasi ekonomi dan politik dibawah kendali oleh partai pemenang pemilu
186
Nathalie Tocci, ―Turkey and The EU : Toward An Uncertain Future‖, 26. 187
Cale Salih, ―Turkey, The Kurds, and The Fight Against Islamic State : A Possible
Flashpoint Zone‖, dalam Middle East and North Africa Policy Study, Vol. 14, No. 1, 7, tahun 2015
yang diterbitkan oleh European Council On Foreign Relations.
78
saat itu, yakni Partai Keadilan dan Pembangungan (AKP). Sejak saat itu, Recep
Tayyip Erdogan selaku pimpinan partai melakukan serangkaian kebijakan
reformasi untuk dapat memenuhi standar sistem Uni Eropa.188
Atas upaya Turki tersebut, Uni Eropa pun menilai bahwa Turki mengalami
kemajuan reformasi dan pantas memenuhi kriteria politik sebagai negara anggota.
Pada 2004, Komisi Uni Eropa mulai merundingkan kembali proses aksesi
keanggotaan Turki yang dapat mulai dibicarakan pada Oktober 2005. Akan tetapi,
setelah adanya perundingan di tahun 2005 tersebut, pembicaraan mengenai
keanggotaan Turki ini hilang dan terhenti. Hal ini dikarenakan Komisi Uni Eropa
menggaris bawahi permasalahan Cyprus dalam proses aksesi keanggotaan Turki
tersebut. Adapun, masalah Cyprus memang telah menjadi masalah dalam negeri
Turki sejak tahun 1960 dan ini membuat proses negosiasi tertunda dalam
beberapa tahun setelahnya.189
Pada periode 2000 sampai 2013, Turki telah melakukan berbagai upaya
untuk memenuhi kriteria keanggotaan Uni Eropa. Salah satunya, Turki merevolusi
kebijakan politik imigrasi dan suakanya sejak tahun 2000. Hal ini dilakukan
pemerintah Ankara guna melengkapi langkah reformasi undang-undang Turki
dalam aspek keadilan, kebebasan, dan keamanan. Pada 4 April 2013, pemerintah
melakukan langkah besar dengan penerapan UU Terhadap Orang Asing dan
Perlindungan Internasional (Law on Foreigners and International Protection)
yang disetujui oleh parlemen Turki. Hukum ini telah memperkenalkan kerangka
hukum dan kelembagaan baru untuk migrasi dan suaka. Hal ini dianggap sebagai
188
Indriana Kartini, Demokrasi dan Fundamentalisme Islam di Turki (Jakarta : Andi Press,
2015), 109. 189
Nathalie Tocci, ―Turkey and The EU : Toward An Uncertain Future‖, 12.
79
tanda yang jelas dari upaya Turki untuk membangun sistem manajemen migrasi
yang efektif sesuai dengan standar Uni Eropa. Uni Eropa telah mengakui dan
menghargai upaya reformasi politik Turki ini, khususnya di tengah krisis
pengungsi Suriah.190
Ketika terjadinya puncak krisis pengungsi di Eropa pada tahun 2015, Uni
Eropa mulai membuka kesempatan bagi Turki untuk melakukan negosiasi
keanggotaan yang tertunda tersebut. Dalam hal ini, Uni Eropa meminta Turki
untuk menangani pengungsi Suriah dan menahannya untuk menuju Eropa.191
Menurut Uni Eropa, pengurusan pengungsi Suriah ini adalah ujian bagi Turki
untuk dapat membuka kembali peluang keanggotaan yang diinginkannya. Ini
dijelaskan oleh presiden dewan Uni Eropa, Donald Tusk yang menyatakan :
“... Kesepakatan itu masuk akal, jika mampu menahan arus pengungsi ke
Eropa. Konsesi bagi Turki akan diberikan, jika target itu tercapai.”192
Dalam hal ini, apabila Turki dapat menanggulangi permasalahan pengungsi
Suriah, maka Uni Eropa akan membuka kembali kesempatan untuk menjadi
negara anggota. Skripsi ini melihat bahwa hal tersebut merupakan faktor utama
yang melatarbelakangi keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah ke
Eropa ini. Turki melakukan upaya politik untuk dapat mewujudkan kepentingan
geopolitiknya tersebut dengan melakukan kebijakan politik terbuka terhadap
pengungsi Suriah. Pada Oktober 2015, Turki menerima tawaran Uni Eropa untuk
190
Seçil Paçacı, ―Turkish Migration Policy Over The Last Decade : The Changing
Migration Profile of Turkey‖, dalam jurnal A Gradual Shift Toward Better Management and
Good Governance, Vol. 6, No. 9, 146, tahun 2013 yang diterbitkan oleh Turkish Policy Quarterly. 191
BBC, ―Migrant crisis: Turkey and EU strike deal to limit refugee flow‖, 2015 (berita
onlie); tersedia di http://www.bbc.com/news/world-europe-34957830; diakses pada 27 Mei 2016. 192
European Council, ―Remarks by President Donald Tusk after his meeting with President
of Turkey Recep Tayyip Erdoğan‖, 2015 (artikel online); tersedia di
http://www.consilium.europa.eu/en/press/press-releases/2015/10/05-tusk-meeting-turkey-
president-erdogan/; diakses pada 28 Mei 2016.
80
mengurusi permasalahan pengungsi Suriah dan menahannya untuk pergi ke
negara-negara Eropa. Tidak hanya itu saja, Turki pun aktif untuk memberikan
perlindungan dan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Suriah yang
berada di wilayahnya.
B. Kerjasama Penanggulangan Ancaman Terorisme Islamic State of Iraq
and Syria (ISIS) dan Kelompok Separatis Kurdi di Irak dan Suriah
Wilayah bagian tenggara Turki merupakan kawasan yang kini menjadi
perhatian khusus pemerintah. Wilayah ini berbatasan langsung dengan negara Irak
dan Suriah, dimana terdapat keberadaan kelompok-kelompok militan yang dapat
menimbulkan ancaman keamanan bagi masyarakat Turki. Ancaman tersebut
dinilai memiliki potensi besar yang dapat mengganggu stabilitas domestik
sehingga membuat pemerintah Ankara melakukan upaya pertahanan dengan
menempatkan militernya di sekitar daerah perbatasan.193
Gambar IV.B.1 : Peta Wilayah Turki Bagian Tenggara
Sumber : http://www.mapsofworld.com/southern-turkey-islamic-state-kurds/
193
Merve Tahiroglu, ―Bordering on Terrorism: Turkey’s Syria Policy and the Rise of the
Islamic State‖, dalam jurnal The Wall Street Journal, Vol. 7, No. 8, 5, tahun 2014 yang diterbitkan
oleh FDD PRESS.
81
Dalam hal ini, Turki merasa terganggu dengan keberadaan Islamic State of
Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok separatis Kurdi yang telah melakukan
serangkaian aksi teror di wilayah Irak dan Suriah. Mereka merupakan kelompok
militan bersenjata yang muncul dari kekacauan domestik di negaranya. Bagi
Turki, mereka adalah ancaman nyata yang dapat melakukan penyerangan
langsung kepada wilayahnya, dimana saat ini sebagian besar daerah yang
berbatasan dengan Turki bagian tenggara telah dikuasai oleh kedua kelompok
tersebut. Selain itu, penyebaran ideologi juga menjadi permasalahan serius
pemerintah, sebab terdapat sejumlah warga Turki yang bergabung dengan
kelompok-kelompok militan tersebut.194
Terkait permasalahan ISIS, Turki mendapatkan gangguan atas kebijakannya
terhadap Suriah. Ada dua hal yang menjadi ancaman landasan politik Turki bagi
Suriah. Pertama, ISIS melakukan perlawanan terhadap kelompok oposisi Suriah.
Ini membuat rezim Assad mendapatkan keuntungan dengan tidak perlu lagi
menempatkan militernya di beberapa daerah yang telah dikuasai oleh ISIS guna
membendung kelompok oposisi. Kedua, keberadaan ISIS secara tidak langsung
membuat masyarakat Suriah mendukung rezim Assad. Ini dibuktikan dengan
sikap etnis minoritas seperti, Kristen, Alawi, Arab, Druze, dan Armenia yang
memberikan ISIS wewenang terhadap daerah komunitasnya.195
Berdasarkan hal
tersebut, kebijakan Turki terhadap Suriah yang menginginkan rezim Assad
meletakkan kekuasaannya terhalang oleh keberadaan ISIS.
194
Oytun Orhan, ―Struggle Against ISIS, Border Crossing and Turkey‖, dalam jurnal
Review of Regional Affairs, Vol. 10, No. 11, 7, tahun 2014 yang diterbitkan oleh ORSAM. 195
Merve Tahiroglu, ―Bordering on Terrorism: Turkey’s Syria Policy and the Rise of the
Islamic State‖, 10.
82
Terkait kelompok separatis Kurdi, Turki sudah mendapatkan permasalahan
dari keberadaan etnis Kurdi ini sejak tahun 1970. Kemunculan Partai Pekerja
Kurdistan (PKK) yang mewakili etnis Kurdi di Turki merupakan awal terjadinya
berbagai macam pemberontakan. Adapun, pemerintah Turki telah melakukan
upaya untuk menyelesaikan permasalahan etnis Kurdi di wilayahnya, dimana
pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan yang menghargai keberadaan mereka.
Demi memperbaiki hubungan, pemerintah Turki memberikan hak-hak minoritas
kepada Kurdi dalam aspek bahasa, politik, dan sosial.196
Akan tetapi, tindakan
Turki ini belum dapat menyelesaikan permasalahan separatis Kurdi di wilayahnya
secara keseluruhan. Keinginan kuat etnis Kurdi untuk memerdekakan diri
membuat Turki terus mendapatkan ancaman masalah keamanan di wilayahnya.197
Dalam hal ini, kelompok separatis Kurdi melakukan berbagai aksi teror bersenjata
yang menyebabkan konflik bersenjata di wilayah Turki bagian tenggara, seperti
Sirnak, Diyabakir, Mardin, dan Batman.
Berdasarkan hal ini, wilayah bagian tenggara Turki merupakan daerah yang
memiliki ancaman keamanan yang sangat signifikan. Banyak penduduk Turki
yang menjadi korban dari tindakan kedua kelompok radikal tersebut. Di sepanjang
penghujung tahun 2015, terjadi sejumlah aksi pemboman di Turki yang
menewaskan ratusan orang. Menanggapi hal ini, Erdogan memberikan statement :
196
David Gardner, ―Erdogan’s Final Chance to Make Peace With the Kurds‖, 2014 (artikel
online); tersedia di http://www.ft.com/cms/s/0/05a162e2-52e5-11e4-a236-
00144feab7de.html#axzz4AuIs609S; diakses pada 29 Mei 2016. 197
Cale Salih, ―Turkey, The Kurds, and The Fight Against Islamic State : Breakdown of the
Turkey–PKK Ceasefire‖, 2.
83
“...Demokrasi, kebebasan dan hukum tidak lagi bernilai dalam menumpas
terorisme. Kemanapun anda lari, serdadu dan polisi kami akan menemukan
anda dan melakukan apa yang harus dilakukan”.198
Dalam hal ini, Erdogan memberikan sikap tegas terhadap aksi kelompok
terorisme yang telah melakukan aksi kejahatannya di beberapa wilayah Turki.
Adapun, pemerintah Ankara mengerahkan militer untuk melancarkan berbagai
operasi yang melibatkan serangan udara, tembakan artileri, dan kendaraan lapis
baja demi menumpas ISIS dan PKK di bagian tenggara wilayahnya.199
Sebenarnya, Uni Eropa juga memberikan tanggapan tegas terhadap aksi
terorisme ini. Terlebih lagi, peristiwa penembakan di Paris pada November 2015
membuat Uni Eropa semakin mewaspadai timbulnya ancaman serupa dengan
memperketat sistem keamanannya.200
Adapun, Uni Eropa memberikan perhatian
khusus kepada para pengungsi yang datang ke negaranya. Menurut kepala badan
intelijen domestik Jerman (BfV) Hans-Georg Maassen, serangan teroris di Paris
pada November 2015 menunjukkan bahwa ISIS sengaja menempatkan teroris di
antara para pengungsi yang mengalir ke Eropa. Beliau menyatakan :
“...Kami telah berulangkali melihat bahwa para teroris telah menyelinap
dengan berkamuflase atau menyamar sebagai pengungsi. Ini adalah fakta
yang dihadapi oleh badan-badan keamanan”.201
198
Independent, ―Ankara explosions: President Erdogan vows Turkey will stand in 'unity
and solidarity' after terror attack‖, 2015 (berita online); tersedia di
http://www.independent.co.uk/news/world/europe/Turkey; diakses pada 27 Mei 2016. 199
Mala Gaonkar, ―Blurring the Borders: Syrian Spillover Risks for Turkey‖, dalam jurnal
Crisis Group Europe Report, Vol. 2, No. 25, 23, tahun 2015 yang diterbitkan oleh International
Crisis Group. 200
Ibtimes, ―After Paris Terror Attacks, EU Intelligence Sharing Must Improve, Security
Experts Say‖, 2015 (berita online); tersedia di http://www.ibtimes.com/after-paris-terror-attacks-
eu-intelligence-sharing-must-improve-security-experts-say-2191709; diakses pada 25 Mei 2016. 201
StraitsTimes, ―German intelligence Concerned Islamic Radicals Recruiting Refugees‖,
2015 (berita online); tersedia di http://www.straitstimes.com/world/europe/german-intelligence-
concerned-islamic-radicals-recruiting-refugees; diakses pada 25 Mei 2016.
84
Selain itu, Uni Eropa juga mengecam aksi ISIS menyerang Kurdi untuk
menguasai kota Kobane yang menewaskan sekitar 553 orang. Uni Eropa pun
mulai membicarakan kerjasama dengan Turki dan negara lainnya untuk
melakukan penanggulangan ancaman keamanan dari tindakan kelompok terorisme
tersebut.202
Dengan demikian, Turki menjadikan tawaran Uni Eropa untuk menangani
pengungsi Suriah sebagai kesempatan untuk melakukan kerjasama
penanggulangan ancaman terorisme ISIS dan separatis Kurdi di negaranya. Selain
itu, skripsi ini melihat bahwa Uni Eropa juga menginginkan adanya pencegahan
tindakan terorisme dengan melakukan pemberantasan dari sumbernya. Adapun,
keputusan Turki untuk menahan pengungsi Suriah membuat pemerintah
mendapatkan bantuan Uni Eropa dalam mengamankan wilayahnya dari
keberadaan ISIS dan kelompok separatis Kurdi yang dapat melakukan aksi teror
dan berpotensi menimbulkan jumlah korban baru.
C. Mengatasi Masalah Pendanaan Untuk Pengungsi Suriah
Turki merupakan negara yang paling banyak menampung pengungsi Suriah.
Berdasarkan data UNHCR, sekitar 1,8 juta pengungsi Suriah telah ditampung di
negara tersebut di tahun 2015.203
Adapun, pemerintah Turki menempatkan kamp-
kamp pengungsian bagi para pengungsi Suriah di bagian selatan wilayahnya.
202
VOA, ―EU, US Call for Turkish Restraint Against Kurds‖, 2014 (berita online); tersedia
di http://www.voanews.com/content/bombing-blamed-on-pkk-rebels-kills-3-in-
turkey/2899288.html; diakses pada 29 Mei 2016. 203
Yasar Adnan, ―The Politics of Space: The Syrian refugees in Turkey‖, dalam jurnal
Imagining Syrian Refugee Camps in Turkey, Vol. 2, No. 113, 40, tahun 2015 yang diterbitkan oleh
TRIALOG.
85
Gaziantep, Hatay, Kilis, dan Sanliurfa merupakan wilayah bagian selatan Turki
yang menjadi tempat kedatangan pengungsi Suriah, sehingga jumlah besar kamp-
kamp pengungsian berada di keempat wilayah tersebut.204
Selain itu, terdapat
sejumlah pengungsi Suriah yang berada di sekitar perbatasan yang menunggu
masuk wilayah Turki untuk dapat tinggal di kamp pengungsian.
Sebagai negara yang paling banyak menampung pengungsi Suriah, Turki
telah melakukan usaha yang cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan dana yang
Turki keluarkan lebih besar dibandingkan dengan pihak lain. Sejak 2011, Turki
telah menghabiskan 6,5 juta Dolar untuk bantuan kemanusiaan atas pengungsi
Suriah. Dana itu mencakup beberapa kamp pengungsi dilengkapi fasilitas terbaik
yang pernah dibangun, termasuk sekolah, kesehatan dan pelayanan sosial.205
Terkait fasilitas kamp pengungsian, pemerintah Turki telah melakukan
upaya besar untuk dapat membuat pengungsi Suriah merasa nyaman untuk tinggal
di wilayahnya. Hal ini dibuktikan dengan survei kepuasan pengungsi Suriah yang
berada di kamp pengungsian oleh AFAD selaku lembaga kepresidenan Turki yang
menangani pengungsi, dimana 75% dari mereka bahagia dengan pelayanan sosial
yang diberikan oleh pemerintah Turki.206
Kendati demikian, Turki memenuhi
kebutuhan pengungsi Suriah dengan menggunakan dana pemerintahannya sendiri
tanpa ada bantuan dari pihak lain. Di sisi lain, semakin banyak pengungsi Suriah
204
Oytun Orhan, ―Situation of the Syrian Refugees in Turkey : Syrians Living in Camps
and The General Conditions of Camps‖, dalam jurnal The Situation of Syrian Refugees in Turkey,
Vol. 1, No. 89, 12, tahun 2014 yang diterbitkan oleh ORSAM. 205
Reuters, ―Saddled with 2 million Syrian refugees, Turkey shows signs of strain‖, 2014
(artikel online) tersedia di http://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-migrants-turkey-
analys-idUSKCN0RF1PX20150915; diakses pada 21 Mei 2016. 206
Kadir Ustun, ―Refugees in The Camps : Survey by AFAD‖, dalam jurnal Turkey’s
Syrian Refugees Toward Integration, Vol. 4, No. 9, 19, tahun 2015 yang diterbitkan oleh SETA.
86
yang mencoba masuk ke wilayahnya dan membuat Turki semakin kewalahan
untuk menangani pengungsi Suriah.207
Bagi Turki, mengurusi kehadiran pengungsi Suriah di wilayahnya bukanlah
tugas mudah. Keberadaan pengungsi akan menimbulkan pengaruh jangka panjang
terhadap aspek politik dan ekonomi negaranya.208
Masalah pendanaan tentu akan
menjadi beban pemerintah Turki dalam proses pengurusan pengungsi ini. Segala
kebutuhan pengungsi merupakan tanggung jawab negara yang harus dipenuhi.
Dengan demikian, Turki secara tidak langsung menggunakan anggaran negaranya
demi mendanai kebutuhan pengungsi Suriah.
Sebenarnya, partai AKP selaku partai mayoritas dalam pemerintahan,
mendapatkan banyak protes dari partai oposisi terkait kebijakannya terhadap
pengungsi Suriah.209
Partai oposisi menilai kebijakan Turki terhadap pengungsi
Suriah akan berdampak buruk terhadap stabilitas domestik dan mereka
menyarankan agar pemerintah lebih fokus kepada reformasi politik dan ekonomi
negara. Akan tetapi, Erdogan melihat keberadaan pengungsi Suriah merupakan
tanggung jawab kemanusiaan dan bukanlah beban bagi negara, dimana beliau
menyatakan untuk tidak menutup pintu perbatasan bagi pengungsi Suriah.
207
Kadir Ustun, ―Non-Camp Refugees : Living in Border Area‖, 25. 208
Brookings, ―Not likely to go home: Syrian refugees and the challenges to Turkey—and
the international community‖, 2015 (artikel online) tersedia di
http://www.brookings.edu/research/papers/2015/09/syrian-refugee-international-challenges-ferris-
kirisci; diakses pada 4 Mei 2016. 209
Souad Ahmadoun, ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees : Key Actors and Domestic
Dynamics‖, dalam jurnal Elite change and new social mobilization in the Arab world Vol. 8 No. 4,
tahun 2014 yang diterbitkan oleh German Institute for International and Security Affairs.
87
Adapun, beliau juga menambahkan bahwa pemerintah Ankara akan sepenuh hati
menerima kedatangan pengungsi Suriah ke negaranya.210
Ketika terjadinya krisis pengungsi di Eropa, Uni Eropa menawarkan kepada
Turki untuk menangani pengungsi Suriah dan menahannya untuk tidak bepergian
ke negara-negara Eropa. Dalam penawaran ini, Uni Eropa akan memberikan Turki
pendanaan pengungsi Suriah. Dengan syarat, Turki siap menampung tambahan
sekitar dua juta pengungsi Suriah di negaranya. Penawaran ini merupakan
tantangan bagi Turki yang diberikan Uni Eropa sebagai persyaratan untuk calon
negara anggota.211
Menjawab tantangan tersebut, Turki pun menerima tawaran Uni Eropa
untuk menangani masalah pengungsi Suriah. Skripsi ini melihat keputusan Turki
untuk menerima tawaran Uni Eropa tersebut didasarkan oleh permasalahan beban
pendanaan atas pengungsi Suriah di wilayahnya. Adanya pendanaan yang akan
diberikan Uni Eropa kepada Turki untuk mengurusi pengungsi Suriah merupakan
kesempatan Turki untuk mengatasi permasalahan pendanaan pengungsi yang
membebaninya. Meskipun, Turki akan mendapatkan tantangan untuk menahan
pengungsi Suriah untuk pergi ke Eropa. Namun, hal ini adalah suatu upaya
internasional bagi Turki untuk memenuhi kepentingan geopolitiknya di kawasan.
210
Haaretz, ―Erdogan: Turkey Will Not 'Close Its Doors' to Syrian Refugees‖, 2014 (berita
online); tersedia di http://www.haaretz.com/middle-east-news/erdogan-turkey-will-not-close-its-
doors-to-syrian-refugees-1.36663; diakses pada 5 Mei 2016. 211
Hasil Wawancara dengan Bapak Fakhry Ghafur di LIPI pada 4 Mei 2016; terdapat
dalam Lampiran I.
88
D. Mengamankan Proyek Nabucco Pipeline
Menurut Turki, Laut Kaspia merupakan wilayah penting yang dapat
mempengaruhi perekonomian domestiknya. Hal ini dikarenakan Laut Kaspia
menyimpan 71,8 persen dari cadangan gas dunia.212
Dalam perekonomian Turki,
Laut Kaspia adalah sumber bagi proyek pipa gas yang dimilikinya. Proyek ini
memiliki peran penting untuk Turki dalam memberikan pengaruh geopolitik di
wilayahnya. Berdasarkan letak geografisnya, Turki menjadi wilayah transportasi
energi ke Eropa. Dalam hal ini, Turki memiliki tanggung jawab untuk menjaga
stabilitas dan kemakmuran dengan memberikan kontribusi untuk keamanan
pasokan energi di Eropa.213
Terkait proyek pipa gas, Uni Eropa merupakan sponsor proyek pipa gas
Turki yang berasal dari cekungan Kaspia. Proyek ini bernama Nabucco pipeline
yang difungsikan untuk membawa gas dari cekungan Kaspia melalui Turki ke Uni
Eropa.214
Dalam proyek ini, Turki memiliki kepentingan untuk memenuhi
kebutuhan pasokan gas alam di negaranya yang semakin meningkat. Adapun,
pasokan gas alam Turki selama ini berasal dari Rusia, namun setelah
ditemukannya cadangan gas alam di wilayah Laut Kaspia, Turki beralih ke
negara-negara Kaukasus Selatan, seperti Azerbaijan, Kazakhstan dan,
212
Haydar EFE, ―Turkey’s Role as an Energy Corridor and its Impact on Stability in the
South Caucasus‖, dalam jurnal Caspian Sea Region and Turkey’s Increasing Energy Needs, Vol.
6, No. 12, 120, tahun 2011 yang diterbitkan oleh OAKA. 213
Haydar EFE, ―Turkey’s Role as an Energy Corridor and its Impact on Stability in the
South Caucasus‖, 124. 214
Haydar EFE, ―Turkey’s Role as an Energy Corridor and its Impact on Stability in the
South Caucasus‖, 130.
89
Turkmenistan. Dengan adanya proyek ini, Turki berharap bisa mengurangi
ketergantungan gas alam dari Rusia.215
Gambar IV.D.1 : Peta Proyek Nabucco Pipeline
Sumber : https://www.researchgate.net/figure/264350211_fig2_Fig-2-Map-
of-the-Nabucco-gas-pipeline-project-Source-Nabucco-consortium
Adapun, persiapan proyek Nabucco pipeline telah dimulai sejak Februari
2002 bersamaan dengan penandatanganan kesepakatan antara dua perusahaan
yaitu Austrian OMV dan Turkish Boattash. Pada Juni 2002, lima perusahaan yaitu
OMV Austria, MOL Hungaria, Bulgargaz dari Bulgaria, Transgaz dari Romania
dan BOTAS dari Turki, menandatangani protokol untuk membangun jalur pipa
215
Daniel Freifeld, ―Nabucco: Pipeline Politics and The U.S.-Turkey Strategic
Partnership‖, dalam jurnal Near East South Asia Center at the U.S. Department of Defense, Vol. 7,
No. 4, 69, tahun 2012 yang diterbitkan oleh TURKISH POLICY QUARTERLY.
90
Nabucco.216
Pada 29 Januari 2009, presiden Azerbaijan, Ilham Aliav menyatakan
bahwa Azerbaijan berencana meningkatkan produksi gasnya minimal menjadi dua
kali lipat pada lima tahun ke depan untuk mendukung jalur pipa tersebut. Pada
tanggal 13 Juli 2009, Turki dan beberapa negara Uni Eropa membuat kesepakatan
untuk mendorong proyek jalur pipa Nabucco yang akan memberikan suplay Eropa
dengan gas dari Asia Tengah dan Timur Tengah melalui Turki.217
Sebagai negara yang memberikan suplay energi, Turki memiliki peran
penting untuk Uni Eropa dalam proyek ini. Turki yang ingin bergabung dalam
Uni Eropa, memiliki harapan agar proyek Nabucco ini dapat menguatkan posisi
Eropanya sebab aktivitas negaranya yang menjadi pusat energi bagi barat.218
Dalam hal ini, Turki berambisi untuk tetap dapat mengontrol sebesar mungkin
atas transfer gas ke Eropa. Dengan demikian, Turki memiliki kepentingan untuk
dapat merealisasikan proyek Nabucco.
Sebenarnya, proyek ini sudah disepakati bersama oleh lima negara, yakni
Turki, Austria, Bulgaria, Romania, dan Hungaria pada KTT Nabucco yang
diselenggarakan di Ankara pada 13 Juli 2009. Namun, masa konstruksinya
dimulai pada tahun 2013 dan akan diprediksikan dapat beroperasi pada tahun
2017. Maka dari itu, Turki melakukan berbagai upaya untuk dapat
216
Christian Duch & Jeppe Just, ―The Nabucco Pipeline as Case Study : History of
Project‖, dalam jurnal The Political Struggle of the Nabucco Pipeline Project, Vol. 8, No. 6, 9,
tahun 2012 yang diterbitkan oleh Global Studies Roskilde Universitet. 217
Olgu Okumus, ―Nabucco Pipeline Project : Turkey Standing in Eurasian Energy
Diplomacy‖, dalam jurnal Turkey’s Standing in Gas Pipeline Games, Vol. 1, No. 31, 2, tahun 2012
yang diterbitkan oleh GLOBAL POLITICAL TRENDS CENTER. 218
Hasil Wawancara dengan Bapak Fakhry Ghafur di LIPI pada 4 Mei 2016; terdapat
dalam Lampiran I.
91
mempertahankan proyek pipa gas ini, dimana Erdogan menyatakan keinginannya
untuk dapat merealisasikan hal tersebut :
“...Pipa Nabucco bukan hanya sebuah proyek, itu adalah suatu ide yang
membawa negara lebih dekat dengan suatu kesatuan nasional. Kami
menyadari manfaat proyek ini akan membawa sebuah kesempatan baru dan
juga akan memberikan insentif untuk pelaksanaan proyek-proyek regional
lainnya...”219
Dalam hal ini, konsumsi energi Turki semakin meningkat dan akan terus
terjadi untuk periode ke depannya. Turki sangat bergantung kepada negara-negara
lain untuk minyak dan gas alam. Sumber gas alam yang tidak memadai membuat
Turki mengimpor 95% konsumsi energinya dari negara lain atas kebutuhan gas
alam yang semakin meningkat.220
Dengan demikian, adanya proyek Nabucco
akan sangat membantu Turki untuk memenuhi konsumsi gasnya, dimana dalam
kesepakatan tersebut menyatakan bahwa Turki akan mendapatkan sekitar 15%
dari jumlah gas yang dikirimkan ke Eropa dari Laut Kaspia.221
Gambar IV.D.2 : Data Konsumsi Gas Turki Periode 2001-2010222
219
Azernews, ―Turkey`s Erdogan believes Nabucco project will go ahead‖, 2010 (berita
online); tersedia di http://www.azernews.az/oil_and_gas/13851.html; diakses pada 28 Mei 2016. 220
Haydar EFE, ――Turkey’s Role as an Energy Corridor and its Impact on Stability in the
South Caucasus‖, 121. 221
EurActive, ―Turkey to help push Nabucco ahead of rival pipeline‖, 2009 (berita online);
tersedia di http://www.euractiv.com/section/med-south/news/turkey-to-help-push-nabucco-ahead-
of-rival-pipeline/; diakses pada 27 Mei 2016. 222
World Energy, ―BP Statistical Review of World Energy 2011‖, database online tersedia
di http://www.enerji.gov.tr/yayinlar_raporlar_EN/ETKB_2001-2010_Stratejik_Plani_EN; diakses
pada 25 Mei 2016.
92
Berdasarkan grafik diatas, konsumsi energi Turki terus mengalami
peningkatan dalam periode 2001 sampai 2010. Pada periode ini, tahun 2005
merupakan awal periode terjadinya peningkatan konsumsi energi di Turki dan
lonjakan angka mulai terjadi lagi pada tahun 2007, dimana data presentase
konsumsi energi mencapai angka 36,1% per meter kubik. Adapun, kondisi
konsumsi energi Turki akan terus meningkat seiring dengan adanya kerjasama
perdagangan yang semakin intens dengan Eropa.
Ketika terjadinya krisis pengungsi di Eropa, Turki adalah satu-satunya
negara yang mampu menahan kedatangan pengungsi untuk pergi menuju Eropa.
Para pengungsi ini akan ditempatkan pada kamp-kamp pengungsian di wilayah
perbatasan Turki. Dalam analisa Uni Eropa, kamp-kamp pengungsian di Turki
akan mampu menampung kedatangan pengungsi Suriah yang akan terus
bertambah seiring meningkatnya intensitas konflik di negaranya.223
Dengan
demikian, Uni Eropa memberikan penawaran terhadap Turki untuk mengurusi
pengungsi Suriah dan menahannya untuk pergi menuju Eropa dengan menambah
kuota pengungsian di wilayahnya.
Berdasarkan penyataan tersebut, skripsi ini beranggapan bahwa keputusan
Turki untuk menerima tawaran Uni Eropa untuk menahan pengungsi Suriah ke
Eropa harus dilakukan demi merealisasikan proyek Nabucco pada tahun 2017
nanti. Turki akan dapat mewujudkan peran penting untuk bisa melakukan transfer
energi ke Eropa dan memberikannya peluang besar untuk bisa bergabung dalam
223
Hasil Wawancara dengan Bapak Fakhry Ghafur di LIPI pada 4 Mei 2016; terdapat
dalam Lampiran I.
93
Uni Eropa. Dengan demikian, kepentingan ekonomi dan geopolitik yang dimiliki
Turki bisa terpenuhi dengan melakukan kebijakan penangangan pengungsi Suriah.
94
BAB V
KESIMPULAN
Dalam lalu lintas pengungsian internasional, Turki merupakan tempat tujuan
dan jalur penyebrangan ke Eropa. Hal ini dikarenakan oleh posisi geografis Turki
yang berdekatan dengan Eropa dan mudahnya akses transportasi untuk pergi ke
negara-negara Eropa. Secara umum, tujuan pengungsian ini dilakukan untuk
mendapatkan tempat perlindungan dari negara asal (push factor), serta
mendapatkan standar kehidupan yang lebih baik di negara tujuan (pull factor).
Negara-negara asal pengungsi ini di antaranya adalah Irak, Afghanistan, dan
Suriah. adapun, mayoritas tujuan mereka untuk mendapatkan suaka di negara
Jerman, Austria, Swedia, dan Perancis.
Ketika terjadinya konflik Suriah di tahun 2011, Turki terkena dampak arus
pengungsian. Hal ini disebabkan penerapan kebijakan open door policy oleh
pemerintah Turki bagi para penduduk Suriah yang melarikan diri dari konflik
negaranya. Sejak Oktober 2011, Turki memberikan mereka status ―perlindungan
sementara‖, yakni para pengungsi mendapat perlindungan oleh pemerintah sampai
mereka dapat diperbolehkan kembali ke negara asalnya. Namun, kondisi konflik
Suriah terus memburuk dan menyebabkan bertambahnya volume kedatangan
pengungsi di Turki. Pada penghujung tahun 2015, UNHCR mencatat sekitar 2,5
juta pengungsi Suriah telah masuk dan ditampung oleh Turki.
Menurut data UNHCR, sekitar 20% pengungsi hanya memanfaatkan Turki
sebagai negara transit dan pergi ke Eropa. Mereka sebenarnya menuju negara-
95
negara Eropa seperti Jerman, Austria, Perancis, Swedia, Italia, Hungaria, dan
Yunani. Mereka lebih memilih melanjutkan ke Eropa karena perekonomian
negaranya yang maju diyakini dapat memberikan kesejahteraan dan keamanan
yang lebih baik. Para pengungsi tersebut memanfaatkan kebijakan visa bebas dan
lemahnya kontrol imigrasi di Turki untuk melanjutkan perjalanan ke berbagai
negara Eropa.
Menanggapi hal ini, PBB mendesak Uni Eropa untuk menerima 200.000
pengungsi. Jerman dan Perancis beserta negara transit lainnya seperti Yunani dan
Italia juga menyerukan pernyataan yang sama untuk saling berbagi kedatangan
pengungsi Suriah. Sebab, sekitar 70% dari total 434.160 pengungsi dari berbagai
penjuru dunia telah ditampung oleh negara-negara tersebut dari tahun 2013. Atas
desakan tersebut, Uni Eropa menyikapi dengan pembagian kuota pengungsi bagi
negara-negara anggotanya.
Akan tetapi, negara-negara Eropa tengah, seperti Republik Ceko, Lithuania,
Polandia, Lithuania, Latvia, Slowakia, Estonia, dan Hungaria menolak kebijakan
pembagian kuota tersebut. Secara senada, mereka menekankan agar jumlah
pengungsi yang diterima harus ditentukan sendiri oleh pemerintahan
bersangkutan. Hal ini dikarenakan pertimbangan kapasitas ekonomi dan
keamanan yang dimiliki harus disesuaikan dengan kedatangan pengungsi. Negara-
negara anggota pun menuntut Uni Eropa untuk merubah kebijakan tersebut demi
mendapatkan solusi yang tepat. Berdasarkan polemik di dalam organisasinya, Uni
Eropa memutuskan untuk meminta bantuan kepada Turki. Hal ini dikarenakan
96
posisi Turki, sebagai pintu masuk, yang mampu menahan kedatangan para
imigran ke Eropa.
Pada 5 Oktober 2015, dalam konferensi puncak para kepala negara dan
pemerintahan Uni Eropa di Brussel, Uni Eropa secara resmi memberikan
penawaran kepada Turki untuk mengurusi pengungsi Suriah dengan cara
membangun kamp-kamp pengungsian baru di sekitar wilayah perbatasan antara
Turki-Suriah. Uni Eropa akan memberikan dana sebesar satu milyar Euro apabila
Turki menerima penawaran tersebut. Namun penawaran tersebut tidak langsung
disepakati, dimana Turki mengajukan dana 3 milyar Euro untuk penawaran ini.
Selain itu, Turki juga mengajukan syarat adanya visa bebas Eropa bagi penduduk
Turki dan kerjasama penanggulangan ancaman terorisme ISIS dan gerakan
separatis Kurdi di wilayahnya.
Akhirnya, pada 26 Oktober 2015, Turki menyepakati penawaran tersebut
dan siap untuk menampung keberadaan dua juta pengungsi tambahan di
negaranya. Sebenarnya, Turki memiliki kendala pada dua hal dalam penawaran
ini. Pertama, dana yang diberikan Uni Eropa sebesar satu milyar Euro tidak
memenuhi ekspetasi Turki untuk menangani sejumlah pengungsi di negaranya.
Kedua, ISIS bisa saja menimbulkan tindakan terorisme melalui pengungsi yang
masuk ke Turki. Akan tetapi, kedua hal ini tidak dapat menghentikan Turki untuk
tetap menerima tawaran Uni Eropa untuk menangani pengungsi Suriah.
Dalam hal ini, faktor utama yang melatarbelakangi keputusan Turki untuk
menahan pengungsi Suriah adalah keinginan untuk menjadi negara anggota Uni
Eropa. Kebijakan terhadap pengungsi ini wajib dilakukan, sebab Uni Eropa akan
97
memberikan kesempatan bagi Turki untuk kembali membahas permasalahan
keanggotaan yang terhenti beberapa tahun sebelumnya. Dengan adanya
pembahasan keanggotaan kembali, peluang Turki untuk menjadi negara anggota
Uni Eropa akan terwujudkan dan segala kepentingan geopolitik di kawasan akan
terpenuhi.
Faktor lainnya yang menyebabkan Turki memutuskan untuk menahan
pengungsi Suriah ke Eropa adalah keingingan Turki atas adanya kerjasama
penanggulangan ancaman terorisme Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan
kelompok separatis Kurdi di Irak dan Suriah. Berdasarkan kondisi wilayahnya,
Turki bagian tenggara merupakan daerah yang memiliki ancaman keamanan
signifikan. Hal ini dikarenakan keberadaan kelompok separatis Kurdi dan ISIS di
daerah perbatasan Turki yang melakukan berbagai tindakan terorisme sehingga
menimbulkan sejumlah korban.
Pada 13 November 2015, terjadinya peristiwa penembakan dan pengeboman
di Paris yang dilakukan oleh kelompok terorisme membuat Uni Eropa semakin
waspada demi mencegah terjadinya ancaman keamanan di regionalnya dengan
mengirimkan pasukan untuk menanggulangi. Berdasarkan hal ini, keputusan
Turki untuk menerima tawaran Uni Eropa didasarkan atas kepentingan untuk
mewujudkan kerjasama pencegahan timbulnya ancaman keamanan dari
kelompok-kelompok terorisme dengan mengirimkan pasukan militer di wilayah
perbatasannya dengan Irak dan Suriah.
Faktor selanjutnya yang mendorong Turki untuk menerima tawaran Uni
Eropa atas penanganan pengungsi Suriah adalah permasalahan dana
98
kepengungsian. Sejak 2011, Turki telah menghabiskan 6,5 milyar Dolar untuk
bantuan kemanusiaan atas pengungsi Suriah dan ini lebih besar dibandingkan
dana yang dikeluarkan oleh pihak lain, seperti PBB dan UNHCR. Terkait kondisi
kamp pengungsian, pengungsi Suriah diberikan fasilitas terbaik dari kebutuhan
pangan, sandang, obat-obatan, bahkan sampai pendidikan dan pekerjaan. Adapun
berdasarkan kondisi ini, jumlah kedatangan pengungsi Suriah ke Turki semakin
meningkat sehingga membuat Turki terbebani masalah pendanaan bagi para
pengungsi. Dengan demikian, Turki pun menerima tawaran penanganan
pengungsi Suriah untuk menahannya pergi ke Eropa dengan menambah jumlah
kamp-kamp pengungsian di wilayahnya.
Faktor yang terakhir yang membuat Turki mengeluarkan kebijakan untuk
menangani pengungsi Suriah adalah karena Turki ingin mengamankan proyek
Nabucco Pipeline yang menghubungkan gas dari Laut Kaspia menuju Eropa
melalui wilayah Turki. Pada 13 Juli 2009, Turki dan beberapa negara Uni Eropa
membuat kesepakatan untuk mendorong proyek jalur pipa Nabucco dengan proses
aktivitas proyek akan dimulai pada tahun 2017. Adapun, dalam proyek ini, Turki
memiliki kepentingan yang sangat besar. Menurut Turki, kepentingan untuk dapat
mengontrol transfer gas ke Eropa ini akan membuatnya memiliki pengaruh
sehingga dapat memberikan peluang untuk melakukan negosiasi keanggotaan Uni
Eropa.
Dalam persepsi Turki, adanya penawaran untuk menahan pengungsi Suriah
ke Eropa merupakan kesempatan besar bagi Turki demi memenuhi kepentingan
geopolitiknya. Hal ini dikarenakan Uni Eropa akan membuka peluang untuk
99
melakukan negosiasi keanggotan bagi Turki apabila mampu menangani
permasalahan pengungsi Suriah. Dalam hal ini, Turki pun akan bisa mewujudkan
keinginan untuk melakukan kerjasama penanggulangan ancaman terorisme
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok separatis Kurdi di Irak dan
Suriah yang telah menimbulkan sejumlah korban dan menjadi beban bagi
pemerintah.
Selain itu, Turki ingin menyelesaikan masalah pendanaan atas pengungsi
Suriah yang jumlah kedatangannya semakin meningkat. Adapun, Turki juga
memiliki kepentingan untuk mengamankan proyek Nabucco Pipeline agar bisa
memenuhi kebutuhan atas pasokan energi gas dalam domestiknya dan mengontrol
transfer gas ke Eropa dari wilayah Laut Kaspia. Pada hal ini, upaya Turki demi
merealisasikan proyek Nabucco Pipeline dengan cara menerima tawaran Uni
Eropa untuk menangani pengungsi Suriah. Ini dikarenakan apabila Turki menolak
tawaran, maka sangat memungkinkan proyek Nabucco Pipeline akan dibatalkan.
Dengan demikian, kepentingan ekonomi dan politik Turki atas proyek tersebut
akan hilang.
Atas pertimbangan tersebut, skripsi ini melihat bahwa faktor-faktor di atas
tersebut menjadi faktor pendukung yang melatarbelakangi keputusan Turki untuk
menahan pengungsi Suriah ke Eropa. Adapun, kebijakan Turki untuk menangani
permasalahan pengungsi Suriah atas tawaran Uni Eropa bukan didasarkan atas
alasan kemanusiaan semata. Akan tetapi, Turki melakukan tindakan kemanusiaan
ini sebenarnya dikarenakan adanya kepentingan politik dan ekonomi yang
dimilikinya.
100
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Apriadi, Tamburakan. 2012. Revolusi Timur Tengah : Pengungsi dari
Mediterania Selatan. Jakarta: PT Sinar Grafika.
Breuning, Marijke. 2007. Foreign Policy Analysis : A Comparative Introduction.
New York : Palgrave Macmillan.
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional.
Bandung : Nusa Media.
Creswell, John W. 2009. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. California : SAGE.
Haas, Mark. 2013. The Arab Spring: Change and Resistance in the Middle East.
Philadelphia : Westview.
Holsti, K. J. 1987. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. Bandung :
Bina Cipta.
Joseph, John. 1961. The Modern Assyrians of the Middle East. New York :
BRILL.
Kartini, Indriana. 2015. Demokrasi dan Fundamentalisme Islam di Turki. Jakarta :
Andi Press.
Lafferty, Zoe. 2012. Stories From the Syrian Revolution. London : OBERON.
Lambert, Hélène. 2013. The Global Reach of European Refugee Law : Refugee
Protection in Europe. Cambridge : Cambridge University Press.
Mintz, Alex. 2010. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge :
Cambridge University Press.
Morgenthau, Hans J. 2005. Politic Among Nations : The Struggle Power and
Peace. New York : Mc Graw Hill.
Rossenau, James N, Gavin Boyd, dan Kenneth W. Thompson. 1976. World
Politics : An Introduction. New York: the Free Press.
Skran, Claudena. 1995. Refugees in inter-war Europe: the emergence of a regime.
Oxford : Clarendon Press.
William, Simon. 2012. The Role of National Interest in National Security Debate.
United Kingdom : Royal College of Defense Studies.
JURNAL
Adnan, Yasar. 2015. ―The Politics of Space: The Syrian refugees in Turkey‖.
Imagining Syrian Refugee Camps in Turkey 2(113): 23-84.
Ahmadoun, Souad. 2014. ―Turkey’s Policy toward Syrian Refugees‖. Elite
Change and New Social Mobilization in the Arab World 8(4):1-4.
Aiyar, Shekhar. 2014. ―The Refugee Surge in Europe: Economic Challenges‖.
Refugee Surge in Europe 22(6): 1-38.
Asseburg, Muriel, dan Heiko Wemmen. 2012. ―Civil War in Syria : External
Actors and Interests as Drivers of Conflict‖. Proxy War in Middle East 6(2):
1-76.
101
Bąkowski, Piotr. 2015. ―EU Migratory Challenge : Possible Responses to the
Refugee Crisis‖. European Parliamentary Research Service 56(31): 1-67.
Bieri, Matthias. 2014. ―The Challenge and Tragedy of Irregular Migration to
Europe : EU and Schengen States’ Responses‖. Irregular Migration in
Europe 1(162): 1-176.
Bond, Barbara Harrell. 1995. ―Refugees and the International System : The
Evolution of Solution‖. Refugee Studies 4(1): 1-74.
Cagaptay, Soner. 2014. ―Turkey’s Border Provinces Near Syria : Control System
Security Border‖. The Impact of Syria’s Refugees on Southern Turkey
10(13): 1-73.
Carrera, Sergio. 2015. ―The EU’s Response to the Refugee Crisis: Taking Stock
and Setting Policy Priorities‖. EU Foreign Policy Analysis 7(20) : 1-68.
Duch, Christian, dan Jeppe Just. 2012. ―The Nabucco Pipeline as Case Study :
History of Project‖. The Political Struggle of the Nabucco Pipeline Project
8(6): 1-48.
EFE, Haydar. ―Turkey’s Role as an Energy Corridor and its Impact on Stability
in the South Caucasus‖. Caspian Sea Region and Turkey’s Increasing
Energy Needs 6(12): 110-153.
Frantziou, Eleni. 2014. ―Refugee protection in Europe : Lessons from the Syrian
Crisis‖. Refugee Protection, Migration and Human Rights in Europe 5(9):1-
23.
Friedland, Elliot. 2013. ―Regime Affiliated Armed Groups : Free Syrian Army‖.
Who’s who in the syrian civil war 5(3): 1-24.
Freifeld, Daniel. 2012. ―Nabucco: Pipeline Politics and The U.S.-Turkey Strategic
Partnership‖. Near East South Asia Center at the U.S. Department of
Defense 7(4): 54-83.
Forsberg, Erika. 2009. ―Refugees and Armed State Conflict : A Contagion
Process Approach‖. The Refugee Problem on Universal, Regional and
National Level 1(1): 1-48.
Gaonkar, Mala. 2015. ―Blurring the Borders: Syrian Spillover Risks for Turkey‖.
Crisis Group Europe Report 2(25): 1-68.
Guild, Elspeth. 2015. ―The Refugee Crisis in the European Union 2015‖.
European Policy Brief 32(2): 1- 59.
İçduygu, Ahmet. 2014. ―Turkey’s Evolving Migration Policies: A Mediterranean
Transit Stop at the Doors of the EU‖. Irregular Migration in Turkey 11(2):
1-36.
Malmström, Cecilia. 2014. ―For a European system of rescue at sea : Opening up
legal and non dangerous routes to Europe‖. Syrian Refugee Arriving by Sea
to Europe 2(8): 1-39.
Marnet, Cellia. 2003. ―Irregular migration and asylum in Turkey‖. Working Paper
No. 89: 1-13.
Martin, Marie. 2013. ―Analysis The Rise of Xenophobia and the Migration Crisis
in Greece The Council of Europe’s Wake Up Call: ―Europe cannot afford to
look away‖. The Greek National Action Plan on Asylum Reform and
Migration Management 15(8): 1-48.
102
Newman, Edward, dan Joanne van Selm. 2001. ―Refugee and Forced
Displacement : International Security, Human Vulnerability, and the State‖.
Preventing the Plight of Refugees 13(1): 1-47.
Okumus, Olgu. 2012. ―Nabucco Pipeline Project : Turkey Standing in Eurasian
Energy Diplomacy‖. Turkey’s Standing in Gas Pipeline Games 31(2): 1-38.
Orchard, Cynthia, dan Andrew Miller. 2014. ―Europe and Syrian Refugee Crisis
:Syrian Refugee in Europe‖. Protection in Europe for refugees from Syria
1(10): 1-49.
Orhan, Oytun. 2015. ―Effect Of Syrian Refugees On Turkey‖. Middle East
Implementation and Research ORSAM Report No. 195: 16-20.
____________. 2014. ―Struggle Against ISIS, Border Crossing and Turkey‖.
Review of Regional Affairs 10(11): 1-37.
Ostrand, Nicole. 2015. ―The Syrian Refugee Crisis: A Comparison of Responses
by Germany, Sweden, the United Kingdom, and the United States‖.
Migration and Human Security 3(3):255-279.
Paçacı, Seçil. 2013. ―Turkish Migration Policy Over The Last Decade : The
Changing Migration Profile of Turkey‖. A Gradual Shift Toward Better
Management and Good Governance 6(9): 140-189.
Phillips, Christopher. 2012. ―Why The Regime Has Survived So Far : The Causes
of The Uprising‖. Syria’s Bloody Arab Spring 6(2): 40-63.
Pierini, Marc, dan Sinan Ülgen. 2014. ―A Moment of Opportunity in the EU-
Turkey Relationship‖. The European Transformation of Modern Turkey
15(36):1-5.
Plofchan, Thomas. 2013. ―Timeline: Syrian Civil War‖. Syrian Bloody Tragedy
1(3): 1-15.
Purvis, Chelsea. 2015. ―Europe’s Refugee Crisis : Suffering on the Mediterranean
Shores‖. Europe’s Refugee Crisis Policy Brief 1(8): 1-59.
Salih, Cale. 2015. ―Turkey, The Kurds, and The Fight Against Islamic State : A
Possible Flashpoint Zone‖. Middle East and North Africa Policy Study
14(1): 1-49.
Tahiroglu, Merve. 2014. ―Bordering on Terrorism: Turkey’s Syria Policy and the
Rise of the Islamic State‖. The Wall Street Journal 7(8) : 1-83.
Tocci, Nathalie. 2014. ―Turkey and The EU : Toward An Uncertain Future‖.
Turkey Project Policy Paper 2(5) : 1-49.
UNHCR, 2010. ―Convention & Protocol : Relating to the Status of Refugees‖.
Introductory Note by the Office of the United Nations High Commissioner
for Refugees 1(1) : 1-56.
Ustun, Kadir. 2013. ―Turkey’s Syrian Refugees Toward Integration : Refugees in
the Camps‖. Syrian Refugee in Turkey 5(4): 1-78.
Youssef, Hesham. 2012. ―The Decline of the Arab League : The Syrian Crisis as
a Test Case‖. Arab League Powerless in Face of Syrian Crisis 8(9): 1-37.
103
WEBSITE
Aljazeera. 3 Desember 2011. ―UN Security Council members discuss Syria‖.
Aljazeera International News : Middle East. Diakses pada 27 Maret 2016
(http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/08/201382917584196044
6.html)
______. 4 Februari 2014. ―Syrian refugees need more than food‖. Aljazeera
International News. Diakses pada 30 Maret 2016
(http://america.aljazeera.com/opinions/2014/3/education-for-
syrianrefugeesinsufficient.html)
______. 25 November 2014. ―Syrian refugees mass at Turkish border‖. Aljazeera
International News. Diakses pada 1 April 2016
(http://www.aljazeera.com/indepth/inpictures/2016/02/syrian-refugees-
mass-turkish-border-160224071920385.html)
______. 6 Oktober 2015. ―Turkey Rejects EU Offer on Refugee Crisis‖. Aljazeera
International News. Diakses pada 27 April 2016
(http://www.aljazeera.com/news/2015/10/turkey-rejects-eu-offer-refugee-
crisis-151016194610039.html;)
Al-Monitor. 20 Agustus 2015. ―ISIS Emerges as Threat to Turkey for Istanbul
Attack Agenda‖. Al-Monitor International News. Diakses pada 30 April
2016 (http://www.al-monitor.com/pulse/pt/originals/2014/03/isis-threat-
turkey-syria-jihadists.html)
Amatto, Gualiano. 26 Desember 2007. ―How and why Europe must embrace
ethnic diversity‖. Europe’s World. Diakses pada 1 April 2016
(http://europesworld.org/2007/10/01/how-and-why-europe-must-embrace-
ethnic-diversity/#.VxffvTEXVG8)
Analysis, EU. 3 Maret 2015. ―The EU, Turkey and the Refugee Crisis: What
could possibly go wrong?‖. EU Analysis. Diakses pada 3April 2016 (di
http://eulawanalysis.blogspot.co.id/2016/02/the-eu-turkey-and-refugee-
crisis-what.html)
Antara. 16 Mei 2015. ―Eropa Tengah tolak jatah pengungsi usulan EU‖. Antara
International News. Diakses pada 8 November 2015
(http://www.antaranews.com/berita/496422/eropa-tengah-tolak-jatah-
pengungsi-usulan-eu)
Azernews. 26 Desember 2010. ―Turkey`s Erdogan believes Nabucco project will
go ahead‖. International News. Diakses pada 28 Mei 2016
(http://www.azernews.az/oil_and_gas/13851.html)
BBC. 5 Januari 2015. ―Syrian refugee numbers soar at Turkey border‖. BBC
International News. Diakses pada 1 April 2016
(http://www.bbc.com/news/world-middle-east-35512498)
_____. 23 Agustus 2015. ―Migrant Crisis: EU Plan Offers More Money for
Turkey Camps‖. BBC International News. Diakses pada 2 Mei 2016
(http://www.bbc.com/news/world-europe-34451660)
Breitbart. 24 November 2015. ―There is No Longer a Humanitarian Tragedy‖.
Turkey Closes Border Crossing with Syria. Diakses pada 8 November 2015
(http://www.breitbart.com/national-security/2015/06/12/turkey-closes-
104
border-crossing-with-syria-because-there-is-no-longer-a-humanitarian-
tragedy/;)
Brooking. 4 Mei 2014. ―Education for Syrian Refugees in Turkey – Beyond
Camps‖. International News. Diakses pada 30 Maret 2016
(http://www.brookings.edu/blogs/education-plus-
development/posts/2014/01/17-turkey-syria-refugees-education-ackerman)
______. 9 Januari 2015. ―Not likely to go home: Syrian refugees and the
challenges to Turkey—and the international community‖. International
News. Diakses pada 4 Mei 2016
(http://www.brookings.edu/research/papers/2015/09/syrian-refugee-
international-challenges-ferris-kirisci)
Buchanan, Elsa. 4 Maret 2015. ―Migrant crisis: Which European country offers
the most help to refugees?‖. Ibtimes Analysis. Diakses pada 28 April 2016
(http://www.ibtimes.co.uk/migrant-crisis-which-european-country-offers-
most-help-refugees-1523852)
Dailymail, UK. 27 Oktober 2013. ―Turkey warns it now expects up to one million
Syrians to arrive at its borders‖. International News. Diakses pada 29 Maret
2016 (http://www.dailymail.co.uk/news/article-3438558/Turkey-warns-
expects-600-000-Syrians-arrive-borders-warns-goal-host-refugees-
OUTSIDE-Turkey.html)
John Cassidy, John. 8 Februari 2012. ―The Economics of Syrian Refugees‖.
Newyorker. Diakses pada 28 Maret 2016
(http://www.newyorker.com/news/john-cassidy/the-economics-of-syrian-
refugees)
CNN. 31 Agustus 2015. ―Erdogan: Turki Cukup Berkontribusi untuk Pengungsi‖.
CNN International. Diakses pada 5 November 2015
(http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150731171230-106-
69391/erdogan-turki-cukup-berkontribusi-untuk-pengungsi/)
______. 9 Maret 2011. ―U.S., Europe call for Syrian leader al-Assad to step
down‖. CNN International. Diakses pada 26 Maret 2016
(http://edition.cnn.com/2011/POLITICS/08/18/us.syria/)
Collett, Elizabeth. 24 Agustus 2015. ―The Paradox of the EU-Turkey Refugee
Deal‖. Migration Policy. Diakses pada 29 April 2016
(http://www.migrationpolicy.org/news/paradox-eu-turkey-refugee-deal)
Comission, European. 29 Maret 2012. ―EU position in world trade‖. European
Comission Official. Diakses pada 1 April 2016
(http://ec.europa.eu/trade/policy/eu-position-in-world-trade/)
_____. 23 Juni 2013. ―European Commision-Enlargement Accesion criteria‖.
European Union. Diakses pada 5 November 2015
(http://ec.europa.eu/enlargement/policy/glossary/terms/accession-
criteria_en.htm/)
Council, European. 5 September 2015. ―Remarks by President Donald Tusk after
his meeting with President of Turkey Recep Tayyip Erdoğan‖. Consilium
Europa. Diakses pada 28 Mei 2016
(http://www.consilium.europa.eu/en/press/press-releases/2015/10/05-tusk-
meeting-turkey-president-erdogan/)
105
DW. 16 Oktober 2015. ―Turki dan Uni Eropa Sepakati Kerjasama Atasi
Pengungsi‖. Deutchwelle. Diakses pada 3 November 2015
(http://www.dw.com/id/turki-dan-uni-eropa-sepakati-kerjasama-atasi-
pengungsi/a-18786492)
______. 5 November 2013. ―Turkey stumbles over Cyprus on way to EU‖.
Deutchwelle. Diakses pada 8 November 2015
(http://www.dw.com/en/turkey-stumbles-over-cyprus-on-way-to-eu/a-
17204257;)
______. 10 Juni 2014. ―This chart of skyrocketing refugee numbers shows how
bad the war in Syria has become‖. Deutchwelle. Diakses pada 5 November
2015 (http://www.dw.com/en/syrian-refugees-in-germany/a-17697536)
______. 14 September 2015. ―Eropa Harus Merevolusi Politik Pengungsi‖.
Deutchwelle. Diakses pada 6 November 2015
(http://www.dw.com/id/eropa-harus-merevolusi-politik-pengungsi/a-
18704967;)
______. 15 Oktober 2015. ―Eropa Rangkul Turki Atasi Krisis Pengungsi‖.
Deutchwelle. Diakses pada 4 November 2015
(http://www.dw.com/id/eropa-rangkul-turki-atasi-krisis-pengungsi/a-
18784659)
______. 12 September 2015. ―Eastern Europe Opposed to EU Refugee Plan‖.
Deutchwelle. Diakses pada 25 April 2016 (http://www.dw.com/en/eastern-
europe-opposed-to-eu-refugee-plan/a-19121054;)
EurActiv. 15 Agustus 2015. ―Erdogan Tells EU: Act in Syria, or Get Ready to
Accept More Refugees‖. International News. Diakses pada 28 April 2016
(https://www.euractiv.com/section/justice-home/affairs/news/erdogan-tells-
eu-act-in-syria-or-get-ready-to-accept-more-refugees/)
______. 29 Desember 2009. ―Turkey to help push Nabucco ahead of rival
pipeline‖. International News. Diakses pada 27 Mei 2016
(http://www.euractiv.com/section/med-south/news/turkey-to-help-push-
nabucco-ahead-of-rival-pipeline/)
Euronews. 14 September 2015. ―Turkey Deploying 30 percent of Army in Syrian
Border Clampdown‖. International News. Diakses pada 2 Mei 2016
(http://www.euronews.com/2015/12/17/turkey-deploying-30-percent-of-
army-in-syrian-border-clampdown/)
Fertiti, Anne. 11 September 2015. ―Humanitarian crisis of refugees‖.
International Refugees. Diakses pada 5 November 2015
(https://annefertiti.wordpress.com/2015/09/11/september-astromusings-the-
aftermath-of-the-pluto-uranus-squares-humanitarian-crisis-of-refugees-the-
upcoming-eclipse-season/)
Fitzherbert, Yvo. 25 November 2014. ―The Syrian conflict: Erdogan, Syrian
refugees and humanitarian aid in Turkey‖. Contributoria. Diakses pada 30
Maret 2016 (http://www.contributoria.com/issue/2015-
02/54914fcfc3a4627d42000029/)
Flock, Elizabeth. 7 September 2011. ―Syria revolution: A revolt brews against
Bashar al- Assad’s regime‖. Syria Conflict Analysis. Diakses pada 27 Maret
106
2016 (ttps://www.washingtonpost.com/blogs/blogpost/post/syria-revolution-
revolt-against-bashar-al--assads-regime/2011/03/15/)
Forbes. 19 Agustus 2015. ―Instead Of Fighting ISIS, Erdogan Pushes Turkey
Toward Chaos And Despotism‖. Forbes World Affair. Diakses pada 30
April 2016 (http://www.forbes.com/sites/melikkaylan/2015/07/27/instead-
of-fighting-isis-erdogan-pushes-turkey-toward-chaos-and-
despotism/#7f8fbcd314f4)
France24. 5 Januari 2014. ―Syrian refugee camps in Turkey hit saturation point‖.
International Daily News. Diakses pada 30 Maret 2016
(http://www.france24.com/en/20121113-syrian-refugee-camps-in-turkey-at-
saturation-point)
Frelick, Bill. 8 November 1990. ―Refugees in the '90s‖. Refugee Story. Diakses
pada 5 November 2015 (http://www.csmonitor.com/1990/0614/efre.html)
Future, Smart. 2 Januari 2015. ―Reflections on Turkey’s Economy: Syrian
Refugee Labor Cost‖. Future Smart Analysis. Diakses pada 1 April 2016
(http://smartfuture.vfu.bg/reflections-on-turkeys-economy/)
Gardner, David. 29 Agustus 2014. ―Erdogan’s Final Chance to Make Peace With
the Kurds‖. World Analysis Policy. Diakses pada 29 Mei 2016
(http://www.ft.com/cms/s/0/05a162e2-52e5-11e4-a236-
00144feab7de.html#axzz4AuIs609S)
Government, Turkey. 3 Februari 2015. ―Turkey ’s Fight Against Illegal
Migration‖. Turkey Government Official. Diakses pada 1 April 2016
(http://www.mfa.gov.tr/turkey-_s-fight-against-illegal-migration.en.mfa)
Guardian. 13 November 2015. ―Paris attacks: day after atrocity - as it happened‖.
Paris Terror Attacks. Diakses pada 28 November 2015
(http://www.theguardian.com/world/live/2015/nov/14/paris-terror-attacks-
attackers-dead-mass-killing-live-updates)
______. 17 Februari 2015. ―Six reasons why Syrians are fleeing to Europe in
increasing numbers‖. The Guardian News. Diakses pada 1 April 2016
(http://www.theguardian.com/global-development-professionals-
network/2015/oct/25/six-reasons-why-syrians-are-fleeing-to-europe-in-
increasing-numbers)
Haaretz. 17 Desember 2015. ―Erdogan: Turkey Will Not 'Close Its Doors' to
Syrian Refugees‖. Daily News. Diakses pada 5 Mei 2016
(http://www.haaretz.com/middle-east-news/erdogan-turkey-will-not-close-
its-doors-to-syrian-refugees-1.36663)
HRW. 25 September 2013. ―Syria: Witnesses Describe Alleged Chemical
Attacks‖. HRW International News. Diakses pada 26 Maret 2016
(https://www.hrw.org/news/2013/08/21/syria-witnesses-describe-alleged-
chemical-attacks)
______. 16 Mei 2013. ―The Mediterranean Migration Crisis‖. HRW International
News. Diakses pada 1 April 2016
(https://www.hrw.org/report/2015/06/19/mediterranean-migration-
crisis/why-people-flee-what-eu-should-do)
Hurriyet. 22 Juni 2013. ―Syrian refugees in Turkish camps live on 80 liras of
monthly aid‖. Hurriyet Daily News. Diakses pada 30 Maret 2016
107
(http://www.hurriyetdailynews.com/syrian-refugees-in-turkish-camps-live-
on-80-liras-of-monthly-
aid.aspx?pageID=238&nID=58693&NewsCatID=352)
______. 3 Agustus 2013. ―350,000 school-aged Syrian children in Turkey, just
half receiving education‖. Hurriyet Daily News. Diakses pada 30 Maret
2016 (http://www.hurriyetdailynews.com/350000-school-aged-syrian-
children-in-turkey-just-half-receiving-
education.aspx?PageID=238&NID=73456&NewsCatID=341)
______. 18 Agustus 2015. ―Turkey to Boost Border Security for Visa Deal with
EU‖. Hurriyet Daily News. Diakses pada 30 April 2016
(http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-to-boost-border-security-for-
visa-deal-with-eu.aspx?pageID=238&nID=59614&NewsCatID=338)
______. 2 September 2015. ―In Numbers: Turkey’s Syrian Border Security‖.
Hurriyet Daily News. Diakses pada 2 Mei 2016
(http://www.hurriyetdailynews.com/in-numbers-turkeys-syrian-border-
security-.aspx?pageID=238&nID=92233&NewsCatID=341)
Ibtimes. 24 November 2015. ―Turkey Closes Border After Paris Attacks, Syrians
Stuck Inside Unofficial Camps Without Doctors, Food‖. ISIS Impact For
Turkey. Diakses pada 5 Desember 2015 (http://www.ibtimes.com/turkey-
closes-border-after-paris-attacks-syrians-stuck-inside-unofficial-camps-
2199017)
______. 15 November 2015. ―After Paris Terror Attacks, EU Intelligence Sharing
Must Improve, Security Experts Say‖. Ibtimes International News. Diakses
pada 25 Mei 2016 (http://www.ibtimes.com/after-paris-terror-attacks-eu-
intelligence-sharing-must-improve-security-experts-say-2191709)
Independent. 3 Agustus 2015. ―Ankara explosions: President Erdogan vows
Turkey will stand in 'unity and solidarity' after terror attack‖. International
News. Diakses pada 27 Mei 2016
(http://www.independent.co.uk/news/world/europe/Turkey)
Jarosiewicz, Aleksandra. 19 Mei 2014. ―Turkey and the Syrian refugee problem‖.
SOW. Diakses pada 30 Maret 2016
(http://www.osw.waw.pl/en/publikacje/osw-commentary/2015-10-
01/turkey-and-syrian-refugee-problem)
Kabolat, Hasan. 24 Agustus 2014. ―Is Turkey abandoning its open door policy
towards Syrians?‖. Analyzing Turkey’s Poilicy. Diakses pada 13 November
2015 (http://www.todayszaman.com/columnist/hasan-kanbolat/is-turkey-
abandoning-its-open-door-policy-towards syrians_397388.html)
KBK. 31 Agustus 2015. ―Dilema Turki Menolong Pengungsi‖. Berita
Internasional. Diakses pada 8 November 2015
(http://kemanusiaan.id/2015/08/31/dilema-turki-menolong-pengungsi/)
______. 16 Oktober 2015. ―Uni Eropa-Turki Sepakati Rencana Aksi Penanganan
Pengungsi‖. Berita Internasional. Diakses pada 8 November 2015
(http://kemanusiaan.id/2015/10/16/uni-eropa-turki-sepakati-rencana-aksi-
penanganan-pengungsi/)
Kompas. 26 Januari 2015. ―Turki Buka Kamp Terbesar untuk Tampung
Pengungsi Suriah‖. Kompas Internasional. Diakses pada 8 November 2015
108
(http://internasional.kompas.com/read/2015/01/26/21005851/Turki.Buka.Ka
mp.Terbesar.untuk.Tampung.Pengungsi.Suriah)
______. 12 Maret 2015. ―Turki Perketat Perbatasan‖. Kompas Internasional.
Diakses pada 7 November 2015
(http://print.kompas.com/baca/2015/03/12/Turki-Perketat-Perbatasan)
Milanovic, Branko. 3 Januari 2015. ―Five Reasons Why Migration Into Europe Is
A Problem With No Solution‖. Social Europe. Diakses pada 1 April 2016
(https://www.socialeurope.eu/2015/06/five-reasons-why-migration-into-
europe-is-a-problem-with-no-solution/)
Nation, United. 27 Agustus 2013. ―UN official welcomes Turkish programme to
register Syrian refugees in cities‖. UN Official. Diakses pada 30 Maret 2016
(http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=44341#.Vw65dTE)
Parliamentary, European. 5 April 2013. ―Syrian Refugee Data‖, European
Parliamentary Official Database. Diakses pada 27 April 2016
(https://epthinktank.eu/2013/10/06/eu-assistance-to-syrian-refugees/)
Quora. 7 Januari 2015. ―Why is Germany ready to take so many refugees and
asylum seekers?‖. Quora Article. Diakses pada 1 April 2016
(https://www.quora.com/Why-is-Germany-ready-to-take-so-many-refugees-
and-asylum-seekers)
Republika. 19 September 2015. ―Turki Habiskan 7,6 Miliar Dolar AS untuk
Merawat 2,2 Juta Pengungsi Suriah‖. Berita Internasional. Diakses pada 8
November 2015 (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-
tengah/15/09/19/nuvwle354-turki-habiskan-76-miliar-dolar-as-untuk-
merawat-22-juta-pengungsi-suriah)
Reuters. 27 November 2014. ―Turkey plans to introduce work permits for Syrian
refugees, minister says‖. International News. Diakses pada 30 Maret 2016
(http://www.reuters.com/article/us-europe-migrants-turkey-
idUSKCN0UP0QP20160111)
______. 5 Desember 2014. ―Saddled with 2 million Syrian refugees, Turkey
shows signs of strain‖. International News. Diakses pada 21 Mei 2016
(http://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-migrants-turkey-analys-
idUSKCN0RF1PX20150915)
Spiegel. 23 Februari 2013. ―A Slow Death : How the War Is Destroying Syria's
Economy‖. International News. Diakses pada 28 Maret 2016
(http://www.spiegel.de/international/world/civil-war-in-syria-destroying-
economy-a-918815.html)
Stanford. 7 Maret 2015. ―Europe and the Global Economy‖. Stanford Analysis.
Diakses pada 1 April 2016 (http://tec.fsi.stanford.edu/content/europe-and-
global-economy)
StraitsTimes. 24 November 2015. ―German intelligence Concerned Islamic
Radicals Recruiting Refugees‖. International News. Diakses pada 25 Mei
2016 (http://www.straitstimes.com/world/europe/german-intelligence-
concerned-islamic-radicals-recruiting-refugees)
Syrian Refugees. 11 Agustus 2014. ―Sweden: Stories from Stockholm‖. Syrian
Refugees. Diakses pada 10 November 2015
(http://syrianrefugees.eu/?page_id=622;)
109
Telegraph. 7 Mei 2011. ―Syrian demonstrators vow week of protests to break
siege at Deera‖. Telegraph International News. Diakses pada 23 Maret 2016
(http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/syria/8486699/Syr
ian-demonstrators-vow-week-of-protests-to-break-siege-at-Deraa.html)
______. 5 Februari 2015. ―Refugee crisis: German and Austria will accept Syrians
as they embark on 150-mile trek to Vienna‖. Telegraph International News.
Diakses pada 2 April 2016
(http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/hungary/11845576/De
sperate-human-tide-of-refugees-starts-150-mile-trek-to-Vienna.html)
______. 19 September 2015. ―Turkey ridicules offer of EU membership in
exchange for halting refugee influx‖. Telegraph International News.
Diakses pada 29 April 2016
(http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/turkey/11937537/EU-
approves-Turkey-migrant-plan.html)
The National. 6 Juli 2011. ―Syrian troops round up thousands in Banias‖. National
International News. Diakses pada 23 Maret 2016
(http://www.thenational.ae/news/world/middle-east/syrian-troops-round-up-
thousands-in-banias;)
Time, Irish News. 5 Oktober 2015. ―EU to Accelerate Turkey Accession Talks in
Refugee Crisis Plan‖. Irish International News. Diakses pada 25 April 2016
(http://www.irishtimes.com/news/world/europe/eu-to-accelerate-turkey-
accession-talks-in-refugee-crisis-plan-1.2394382)
Trading, Economics. 9 September 2013. ―Turkey Economic Growth Slowly‖.
Trading Economic Data. Diakses pada 4 November 2015
(http://www.tradingeconomics.com/turkey/gdp-growth)
Tugal, Cihan. 25 Maret 2014. ―Syrian refugees in Turkey are pawns in a
geopolitical game‖. The Guardian, diakses pada 30 Maret 2016
(http://www.theguardian.com/commentisfree/2016/feb/15/refugees-turkey-
government-eu-crisis-europe)
UNHCR. 4 Mei 2004. Statistical Yearbook. UNHCR. Diakses pada 4 November
2015 (http://www.unhcr.org/414ad5b10.html)
______. 9 Desember 2014. ―UNHCR calls on international community to resettle
130,000 Syrian refugees‖. UNHCR. Diakses pada 5 November 2015
(http://www.unhcr.org.uk/news-and-views/news-list/news-
detail/article/unhcr-calls-on-international-community-to-resettle-130000-
syrian-refugees.html)
______. 2 Maret 2013. ―Stories From Syrian Refugees : Discovering the human
faces of a tragedy‖. UNHCR. Diakses pada 25 Maret 2016
(http://data.unhcr.org/syrianrefugees/syria.php)
______. 26 Juni 2015. ―UNHCR Global Report : Crossing Mediteranian Sea‖.
UNHCR Report Data. Diakses pada 28 April 2016
(http://www.unhcr.org/cgibin/texis/vtx/search?page=search&docid=55e06a
5b6&query=syrian%20refugee%20across%20mediterranean%20sea)
_____. 4 September 2015. ―Statement by UN High Commissioner for Refugees,
António Guterres on refugee crisis in Europe‖. UNHCR Official. Diakses
pada 23 April 2016
110
(http://www.unhcr.org/news/press/2015/9/55e9459f6/statement-un-high-
commissioner-refugees-antonio-guterres-refugee-crisis.html)
_____. 13 Agustus 2015. ―Total Number Syrian Refugee in Turkey‖. Statistical
Database. Diakses pada 30 April 2016
(http://data.unhcr.org/syrianrefugees/settlement.php?id=59&country=224&r
egion=38)
UNOCHA. 3 Desember 2015. ―United Nation Office for the Coordination of
Humanitarian Affair : Syrian Refugee in Five Neighbouring Country‖.
Syrian Refugee Data. Diakses pada 25 Maret 2016
(http://www.unocha.org/syria)
VOX. 27 September 2015. ―The Syrian refugee crisis, explained in one map‖.
Syrian Refugee Data. Diakses pada 6 November 2015
(http://www.vox.com/2015/9/27/9394959/syria-refugee-map)
VOA. 17 Oktober 2015. ―PBB & Amnesty Imbau Uni Eropa Prioritaskan Hak
Pengungsi‖. VOA Internasional. Diakses pada 6 November 2015
(http://www.voaindonesia.com/content/pbb-dan-amnesty-imbau-uni-eropa-
prioritaskan-hak-pengungsi/3012424.html)
______. 19 Agustus 2015. ―ISIS Ancam Turki, Sebut Erdogan Pengkhianat‖.
VOA Internasional. Diakses pada 10 November 2015
(http://www.voaindonesia.com/content/isis-ancam-turki-sebut-erdogan-
pengkhianat/2922734.html)
______. 25 Januari 2015. ―Turkey, West in Standoff Over Syrian Refugees‖. VOA
International. Diakses pada 1 April 2016
(http://www.voanews.com/content/turkey-syria-refugees/3181623.html)
______. 24 April 2014. ―EU, US Call for Turkish Restraint Against Kurds‖. VOA
International. Diakses pada 29 Mei 2016
(http://www.voanews.com/content/bombing-blamed-on-pkk-rebels-kills-3-
in-turkey/2899288.html)
Whitehouse. 5 Juni 2013. ―Government Assessment of the Syrian Government’s
Use of Chemical Weapons‖. Whitehouse Official. Diakses pada 27 Maret
2016(https://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/08/30/government-
assessment-syrian-government-s-use-chemical-weapons-august-21)
Winsor, Ben. 27 April 2014. ―Here’s Which Countries Are Helping Syria’s
Refugee Crisis — And Which Ones Are Refusing‖. Bussines Insider.
Diakses pada 3 April 2016 (http://www.businessinsider.co.id/the-countries-
taking-syrias-refugees-2014-9/?r=US&IR=T#.Vxfj_jEXVG8)
Worldatlas. 26 Desember 2009. Syrian Arab Republic Geography. World Map.
Diakses pada 14 Maret 2016
(http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/syria/syland.html)
WorldBank. 3 Mei 2012. ―Turkey Overview‖. World Bank Data. Diakses pada 30
Maret 2016 (http://www.worldbank.org/en/country/turkey/overview)
______. 4 April 2010. ―World Bank Group Report : EU-Turkey Customs Union
Boosts Trade, But Needs Strengthening‖. World Bank Analysis. Diakses
pada 2 Mei 2016 (http://www.worldbank.org/en/news/press-
release/2014/04/08/)
111
WorldEnergy. 2 April 2011. ―BP Statistical Review of World Energy 2011‖.
Statistical Database. Diakses pada 25 Mei 2016
(http://www.enerji.gov.tr/yayinlar_raporlar_EN/ETKB_2001-
2010_Stratejik_Plani_EN)
Yavcan, Basak. 28 Maret 2013. ―On Governing the Syrian Refugee Crisis
Collectively : The View from Turkey‖. Near Future Online. Diakses pada
29 Maret 2016 (http://nearfuturesonline.org/on-governing-the-syrian-
refugee-crisis-collectively-the-view-from-turkey/)
xiii
Lampiran I
Transkip Wawancara
Name : Fakhry Ghafur, Lc,. M.A.,
Occupation : Researcher of Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Middle East and Syrian Refugees
Studies.
Email : [email protected]
Date : 4 May 2016
List of Questions
1. What is the interest of Turkey to the Syrian refugees?
First, the Human Factor. Where Turkey coveted Addressing the
humanitarian crisis caused by conflict with menegeluarkan policy towards
Syrian refugees. Meanwhile, the Turkish policy towards Syria conflict is
with the Syrian regime wants to lose power, which Turkey helped the
opposition to be consummate it.
Second, Challenges Turkey's entry into the EU. For Turkey to be accepted
as a member of the European Union and a challenge for Turkey to manage
refugees. At the Brussels summit, the European Union pledged that
Turkey become a member if it is able to reduce the arrival of illegal
refugees who leave the problem for Europe.
xiv
Third, The security factor. Increase cooperation in the waters of Turkey
and Europe, and also to address the security threats of action teorisme ISIS
and Kurdish separatists to tighten the border with military deployment
around the region.
Fourth, The interests of the gas project Turkey and the EU. In 2017, the
project will be realized. And to secure Turkey should accept the offer of
the EU to deal with Syrian refugees. For the acceptance of the offer, will
be easier for Turkey to meet the interests. If rejected, it will make the
European Union to rethink on the realization of this project and allow the
gas to be canceled.
2. Why Turkey focused placement Syrian refugees on the border, but the
border was tightened?
Since the occurrence of terrorism, Turkey increasingly seek to cope with
acts of terrorism. Meanwhile, refugees in Europe would be deported to
Turkey and refugees in Turkey will be deported to their home country.
Counterterrorism on ISIS has done many radical events in the region of
Turkey, such as Istanbul.
3. How Syrian refugees political and economic influence in the recipient
country, and how the recipient country cope?
xv
Because the majority of Syrian refugees are victims of the conflict in his
country will certainly affect economic and political stability of the
recipient country. This is because the background factor owned Syrian
refugees. For those who lack economic refugees would be workers in the
destination country. As for the rich refugees would set up a business, such
as culinary, trade, and others. And this certainly affects the economy of the
recipient country.
4. Why does Turkey not ignore the existence of ISIS in the vicinity of the
Turkish border into Syria shelters?
Turkey to demonstrate its capacity as a country that has the capacity to
become a European Union member states. Meanwhile, the Turkish
military is also rated highly enough quality because Turkey is a NATO
member.
5. How much influence over the policy of the Turkish AKP party to the
Syrian refugees?
AKP is a reflection of Turkish politics as a majority party that controls the
current. And, AKP favors cooperation with the Islamic world, to stop the
conflict in Syria, Turkey's foreign policy commitment to eradicate ISIS.
xvi
Reconciling with Syria. Meanwhile, Turkey has a strategic region, where
Turkey is now holding the ball in refugee issues.