KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43...

75
BATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 135/KA/VIII/2009 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN KAWASAN NUKLIR SERPONG KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan dan pemantauan Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong perlu menetapkan Keputusan Kepala BATAN tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan di Kawasan Nuklir Serpong; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Bakar Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Transcript of KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43...

Page 1: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 135/KA/VIII/2009

TENTANG

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

KAWASAN NUKLIR SERPONG

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan dan pemantauan

Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong perlu menetapkan Keputusan

Kepala BATAN tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana

Pemantauan Lingkungan di Kawasan Nuklir Serpong;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3838);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor

Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 106,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan

Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4730);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan

Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Bakar Nuklir (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Page 2: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 2 -

Negara Republik Indonesia Nomor 4839);

7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

8. Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;

9. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan

Tata Kerja BATAN;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA :

KEDUA :

KETIGA :

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan

Kawasan Nuklir Serpong sebagaimana tersebut dalam Lampiran I dan II

Keputusan ini.

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal BATAN

Nomor 338/DJ/VIII/1995 tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan Pusat

Penelitian Tenaga Atom Serpong dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Agustus 2009

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat

Ferhat Aziz

Page 3: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 1 -

LAMPIRAN I KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 135/KA/VIII/2009

TANGGAL : 19 Agustus 2009

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

KAWASAN NUKLIR SERPONG

I. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1.1. Latar Belakang Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

RKL adalah dokumen yang memuat upaya untuk mencegah, mengendalikan dan

menanggulangi dampak besar dan penting yang bersifat negatif serta meningkatkan

dampak positif yang timbul sebagai akibat dari pengoperasian Reaktor Serba Guna dan

Laboratorium Penunjang (RSG-LP) di Kawasan Nuklir Serpong (KNS, dahulu disebut Pusat

Penelitian Tenaga Nuklir Serpong), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Berdasarkan

Peraturan Pemerintah RI tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), RKL dan Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL) merupakan satu paket dokumen yang diajukan oleh pemrakarsa

(sebagai pengelola KNS) dalam pembangunan RSG-LP [1].

RKL disusun berdasarkan arahan pengelolaan lingkungan hidup yang termuat

dalam dokumen ANDAL RSG-LP. Arahan pengelolaan lingkungan hidup memuat informasi

mengenai dampak penting, sumber dampak penting, tolok ukur dampak, upaya

pengelolaan lingkungan, pelaksana dan pengawas pengelolaan lingkungan, sehingga tiap

jenis kegiatan operasi RSG-LP yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting

dapat dicegah dan dihindari sesuai kriteria keselamatan yang ditetapkan. Dengan

demikian masing-masing penguasa instalasi nuklir (PIN) di KNS dapat melakukan upaya

pengaturan dan pengendalian seluruh kegiatan selama pengoperasian RSG-LP termasuk

pada tahap pasca operasi agar mitigasi dampak negatif yang ditimbulkan terhadap

masyarakat dan ekosistem dapat ditekan serendah-rendahnya di bawah batas keamanan

dan keselamatan dengan memperhatikan faktor teknologi dan ekonomi. Upaya

Page 4: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 2 -

pengelolaan yang dilakukan oleh PIN ini selanjutnya dipantau dengan menggunakan tolok

ukur yang sesuai, sehingga hasil pengelolaan yang telah dilakukan dapat dievaluasi. Hasil

evaluasi yang diperoleh selain akan menggambarkan tingkat unjuk kerja pengelolaan

yang telah dan/atau sedang dilakukan, juga merupakan masukan untuk penyempurnaan

upaya pengelolaan lingkungan yang sedang berjalan. Kegiatan ini berlangsung selama

pengoperasian RSG-LP, sehingga upaya pengendalian dampak besar dan penting

terhadap lingkungan hidup dapat diwujudkan secara nyata [2].

Dokumen ini merupakan revisi dari dokumen sebelumnya, yaitu RKL Pusat

Penelitian Tenaga Atom Serpong Tahun 1995 [3]. Revisi dilakukan berdasarkan umpan

balik hasil kaji ulang pengalaman pelaksanaan RKL dan RPL.

Berbeda dengan RKL terdahulu yang mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan

AMDAL untuk Rencana Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (1993) [4], format RKL

ini mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) terkini

(1999) tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan untuk

Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor Nuklir [5], serta Pedoman Teknis Rencana

Pengelolaan Lingkungan untuk Pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non

Reaktor [6].

1.2. Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah, mengatur,

menanggulangi dan mengendalikan seluruh kegiatan, dalam hal ini pengoperasian RSG-

LP, di KNS agar berlangsung sesuai prosedur dan petunjuk teknis yang telah disusun,

sehingga dampak penting dan sumber dampak penting yang ditimbulkan dapat

diupayakan jauh di bawah batas keselamatan yang ditetapkan.

1.3. Kegunaan Pengelolaan Lingkungan

Rencana pengelolaan lingkungan berguna sebagai pedoman untuk suatu organisasi,

dalam hal ini tiap satuan kerja dan PT. BATAN Teknologi di KNS, dalam melaksanakan

pengelolaan lingkungan sesuai tugas dan fungsinya. Kegiatan tersebut di bawah

koordinasi pengelola KNS (pemrakarsa). Dokumen ini juga dapat digunakan oleh pihak

lain sebagai acuan untuk kegunaan yang lebih luas dalam rangka menunjang program

pemerintah di bidang pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Page 5: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 3 -

1.4. Gambaran Umum Rona Lingkungan di Sekitar KNS

Gambaran umum rona lingkungan di sekitar KNS ini dikutip dari Pemutakhiran Rona

Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong, BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2007 [7].

Lokasi KNS menempati daerah seluas 30 hektar dalam kawasan PUSPIPTEK yang

luasnya 150 hektar. Kedudukan tapak reaktor dalam lokasi RSG-LP terletak pada

koordinat 106o 36’57” BT dan 6o 20’40” LS. Secara administratif, lokasi KNS ini terletak di

kelurahan Muncul, kecamatan Setu, kabupaten Tangerang, propinsi Banten. Jarak garis

lurus dengan Jakarta sekitar 27 km arah Selatan-Barat Jakarta, 36 km sebelah Utara

kotamadya Bogor, 22 km sebelah Selatan kotamadya Tangerang dan 30 km dari garis

pantai Utara propinsi Banten, kedudukan tapak reaktor dapat dilihat pada Lampiran.

Wilayah dalam radius 5 km dari tapak RSG-GAS, jumlah penduduk pada tahun 2005

di kawasan ini mencapai sekitar 177,833 jiwa, penduduk yang tersebar dalam 18

desa/kelurahan yang merupakan bagian dari empat kecamatan dan dua kabupaten, yaitu

kabupaten Tangerang dan Bogor. Di kabupaten Tangerang terdapat 14 desa, yaitu

Muncul, Setu, Babakan, Buaran, Kademangan, Keranggan, Suradita, Dangdang, Cibogo,

Cisauk, Ciater, Sampora, Rawabuntu dan Serpong. Sedangkan di kabupaten Bogor

terdapat 4 desa, yaitu Pabuaran, Pengasinan, Sukamulya dan Gunung Sindur. Rata-rata

pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 2,22%, sehingga secara keseluruhan

pertumbuhan penduduk wilayah ini pada tahun 2008 mencapai 188,718 jiwa dan pada

tahun 2013 diperkirakan jumlah penduduk menjadi 208,360 jiwa dengan asumsi laju

pertumbuhan tetap (2,22%). Desa Sampora paling sedikit penduduknya dengan

kepadatan 973 jiwa/km2, daerah yang paling jarang penduduknya adalah kelurahan

Dangdang, yaitu 916 orang setiap km2. Kepadatan desa Sampora sedikit lebih padat

dibanding dengan desa Dangdang. Daerah paling padat penduduknya adalah kelurahan

Serpong, yaitu 6,342 jiwa/km2 diikuti desa Kademangan dengan tingkat kepadatan sekitar

5,843 jiwa/km2, sedangkan Rawabuntu kepadatannya mencapai 4,631 jiwa/km2 sehingga

menjadi kelurahan ketiga terpadat di kawasan radius 5 km dari KNS. Jumlah dan

kepadatan penduduk dalam radius 5 km dari tapak RSG-GAS ditunjukkan pada Tabel 1.1

dan Gambar 1.1.

Tahun 2007 data daerah lahan pertanian di KNS dalam radius 5 km dari tapak RSG-

GAS seluas 3.098,7 hektar. Desa Sukamulya memiliki daerah lahan pertanian yang paling

luas dibanding desa/kelurahan lainnya yaitu mencapai 670 hektar. Sedangkan Serpong

adalah kawasan yang lahan pertaniannya paling sempit, yaitu hanya seluas 1,5 hektar.

Page 6: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 4 -

Rawabuntu memiliki lahan pertanian yang agak luas dibandingkan Serpong, yaitu seluas

8,9 hektar namun itu pun sudah tidak diusahakan lagi atau lahan tidur. Kademangan juga

merupakan kelurahan yang daerah lahan pertaniannya tergolong sempit, yaitu hanya 10

hektar. Dari gambaran luas lahan tersebut terlihat bahwa desa/kelurahan sebelah Barat,

Selatan, dan Timur KNS lebih luas daerah pertaniannya dibandingkan daerah sebelah

Utara. Sebagian besar desa/kelurahan yang berada di sekitar KNS memiliki luas lahan

pertanian kurang dari 100 hektar. Dari 18 desa/kelurahan hanya 7 desa yang masih

memiliki lahan pertanian lebih dari 100 hektar.

Tabel 1.1 Kepadatan penduduk daerah KNS dalam radius 5 km

Desa/ Kelurahan

Luas (km2) Kepadatan (jiwa/km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Catatan Hitungan 2001 2005 2001 2005 2008 2013

Buaran 3,43 3,47 3.117 3.403 10.816 11.808 12.531 13.835

Ciater 4,26 4,22 3.068 3.397 12.948 14.337 15.215 16.798

Rawabuntu 3,72 3,74 4.283 4.631 16.019 17.321 18.381 20.294

Serpong 1,79 2,23 5.749 6.342 12.821 14.143 15.009 16.571

Dangdang 5,12 5,53 828 916 4.578 5.066 5.376 5.936

Suradita 6,99 5,97 2.065 2.268 12.326 13.541 14.370 15.865

Kranggan 2,17 2,03 2.300 2.493 4.670 5.061 5.371 5.930

Muncul 3,72 3,76 1.296 1.397 4.873 5.251 5.572 6.152

Setu 3,35 4,47 1.689 1.825 7.552 8.158 8.657 9.558

Babakan 1,87 4,69 1.070 1.178 5.016 5.523 5.861 6.471

Kademangan 3,20 2,31 5.294 5.843 12.230 13.498 14.324 15.815

Cibogo 4,11 3,42 2.668 2.893 9.123 9.893 10.499 11.591

Cisauk 4,85 5,34 1.875 2.042 10.011 10.906 11.574 12.778

Sampora 3,25 4,51 895 973 4.038 4.390 4.659 5.144

Pengasinan 5,18 5,50 1.627 1.784 8.946 9.810 10.410 11.494

Gunungsindur 5,73 5,72 1.425 1.537 8.153 8.791 9.329 10.300

Pabuaran 5,56 5,88 1.235 1.335 7.259 7.847 8.327 9.194

Sukamulya 10,70 11,33 1.014 1.102 11.494 12.489 13.253 14.633

Jumlah 79,00 84,12 1.936 2.114 162.873 177.833 188.718 208.360

Sumber : BPS [7]

Page 7: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 5 -

Gambar 1.1 Distribusi penduduk dalam radius 5 km dari tapak reaktor

enis hasil pertanian yang dibudidayakan digolongkan ke dalam empat kelompok besar

yaitu tanaman bahan pangan (padi dan palawija), buah-buahan, sayuran (hortikultura),

tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan. Jenis palawija yang dihasilkan oleh petani

diantaranya adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Sedikitnya ada 16 macam ternak besar, kecil, dan unggas yang ditemukan di KNS

dalam radius 5 km. Dari sisi jumlah, ayam buras menempati urutan terbanyak. Kelurahan

Ciater memiliki ayam buras terbanyak yaitu sekitar 12.000 ekor kemudian diikuti desa

Dangdang yang memiliki sekitar 11.000 ekor ayam buras. Semua desa/kelurahan di

kawasan ini memiliki ayam buras. Populasi ternak terbanyak kedua adalah ayam

pedaging. Suradita merupakan tempat terbanyak populasi jenis ternak unggas, yaitu

mencapai 10.000 ekor lebih, kemudian diikuti desa Keranggan dengan 6.000 ekor ayam

pedaging. Desa Dangdang merupakan desa paling lengkap ragam dan jenis ternaknya.

Page 8: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 6 -

Kelinci, angsa, burung puyuh dan sapi perah merupakan hewan yang tidak terdapat di

desa ini. Bahkan di desa ini juga terdapat ternak babi hingga desa ini merupakan satu-

satunya desa yang memiliki ternak babi pada tahun 2003. Desa Babakan memiliki kolam

ikan air tawar seluas 2 hektar sehingga desa ini merupakan desa yang memiliki kolam

ikan air tawar terluas di seluruh kawasan ini. Produktivitas perikanan air tawar pada tahun

2003 mencapai 5,8 ton/hektar sehingga bisa diperkirakan produksi ikan air tawar dari

desa Babakan mencapai sekitar 12,5 ton tiap sekali panen. Di Suradita selain kolam air

tawar, sekitar 0,2 hektar sawah digunakan juga sebagai tempat peternakan ikan.

Topografi daerah tapak RSG-LP merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-

rata ± 60 m di atas permukaan air laut. Sekitar 800 m sebelah Barat di luar kawasan

PUSPIPTEK terdapat sungai Cisadane yang tinggi permukaan air sekitar 20 m di bawah

garis tapak. Debit air sungai rata-rata adalah 86,3 m3/detik. Daerah tapak RSG-LP diapit

dua sungai kecil yang bermuara ke sungai Cisadane, yaitu kali Cipelang dan kali Cisalak.

Kali Cipelang terletak pada jarak 150 m sebelah Timur tapak yang tinggi permukaan air

10 m di bawah garis tapak. Sekitar 50 m arah Selatan terdapat kali Cisalak dan tinggi

permukaan airnya 2 m di bawah garis tapak. Lokasi RSG-LP secara topografi dekat

dengan kali Cisalak yang bermuara ke sungai Cisadane, dapat dilihat pada

Lampiran.

Jaringan jalan di sekitar daerah PUSPIPTEK ditunjukkan pada Lampiran. Daerah

PUSPIPTEK dilewati jalan propinsi yang menghubungkan Kabupaten Tangerang dengan

Kabupaten Bogor atau yang menghubungkan desa Setu dan Gunung Sindur. Desa Setu

memiliki jalan terpanjang, yaitu mencapai 52,5 km yang terdiri dari 32 km jalan propinsi,

14 km jalan kabupaten, 1 km jalan kecamatan dan 5,5 km jalan desa. Gunung Sindur

memiliki jalan terlengkap yang terdiri dari 40 km jalan negara; 2 km jalan propinsi; 4 km

jalan kabupaten; 0,2 km jalan kecamatan dan 5,5 km jalan desa, sehingga total panjang

jalan di desa ini 51,52 km, hampir mendekati panjang jalan di desa Setu. Berdasarkan

kondisi jalan ini kawasan PUSPIPTEK mempunyai dua pintu untuk keluar dan masuk, yaitu

pintu Selatan dan pintu Utara. Untuk keperluan rutin, pintu Selatan yang difungsikan.

Dengan tersedianya jalan propinsi dan lingkungan di dalam dan sekitar kawasan

PUSPIPTEK akan memudahkan keluar-masuk personil, bahan dan peralatan yang

menunjang dalam kegiatan pengoperasian RSG-LP.

Page 9: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 7 -

II. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

KNS merupakan kesatuan dari instalasi nuklir dan laboratorium penunjangnya yang

diharapkan dapat menjadi tempat terlaksananya kegiatan penelitian, produksi dan pelayanan

yang terpadu, berdaya guna, dan berhasil guna dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) nuklir.

KNS terdiri dari beberapa satuan kerja (satker), yaitu Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG),

Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), Pusat Teknologi Bakar Bakar Nuklir (PTBN), Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR), Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN),

Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN), Pusat

Pengembangan Informatika Nuklir (PPIN), Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir

(PSJMN), Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN), dan PT. BATAN Teknologi. Tugas tiap

satker di lingkungan KNS terinci dalam Peraturan Kepala BATAN tentang Organisasi dan Tata

Kerja BATAN [8], dan Peraturan Pemerintah RI tentang Penyertaan Modal Negara RI untuk

Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam Bidang Nuklir [9].

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, BATAN dilengkapi dengan reaktor nuklir dan

berbagai laboratorium penunjang. Berikut ini diuraikan kegiatan singkat dari tiap instalasi nuklir

dan laboratorium penunjang yang akan menjadi sumber dampak penting sehingga diperlukan

suatu rencana pengelolaan lingkungan.

1. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG)

PRSG bertanggung jawab untuk mengelola dan mengoperasikan Reaktor Serba Guna

G.A. Siwabessy (RSG-GAS). RSG-GAS adalah reaktor penelitian yang digunakan untuk

penelitian, pelayanan iradiasi, pendidikan dan pelatihan. RSG-GAS merupakan reaktor jenis

kolam yang menggunakan bahan bakar Uranium diperkaya dengan pengkayaan rendah

jenis Uranium Oksida yang terdispersi secara merata dalam paduan kompak serbuk

Alumunium (U3Si2-Al). Reaktor ini berada dalam gedung nomor 30 (Gd.30), menggunakan

air ringan (H2O) sebagai moderator dan pendingin. Reaktor ini dapat dioperasikan sampai

dengan daya 30 MW termal dengan menghasilkan fluks neutron di teras tempat iradiasi

mencapai 2 x 1014 neutron.cm-2.detik-1.

Page 10: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 8 -

Sejak tahun 1999 dilakukan konversi teras reaktor dari bahan bakar Oksida menjadi

bahan bakar Silisida (U3Si2-Al) secara bertahap. Bulan Agustus 2002 tercapai teras

setimbang Silisida penuh dengan menghasilkan fluks neutron termal rerata

2,3 x 1014 neutron.cm-2.detik-1.

Kegiatan operasi reaktor adalah untuk melayani iradiasi termasuk perawatannya serta

melaksanakan penelitian dan pengembangan (litbang) teknologi reaktor. RSG-GAS dengan

seluruh fasilitas pendukungnya dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan berikut :

a. Analisis aktivasi neutron

Reaktor ini dilengkapi dengan sistem pendingin cuplikan kecepatan tinggi (rabbit

system) yang digunakan untuk analisis aktivasi neutron. Analisis aktivasi neutron

merupakan suatu teknik analisis dengan membuat bahan uji menjadi radioaktif dengan

iradiasi neutron. Dengan jenis dan tingkat radioaktivitas yang terbentuk dapat

ditentukan jenis unsur penyusunnya disertai unsur pengotor yang menyertai materi

tersebut. Dengan teknik analisis neutron dapat dideteksi unsur pengotor dengan

konsentrasi yang sangat kecil.

b. Pembuatan semi konduktor

Reaktor dilengkapi dengan fasilitas silicon doping (neutron transmulation doping

facility) yang digunakan untuk mengiradiasi kristal silikon dengan neutron, sehingga

sebagian silikon berubah menjadi atom fosfor (dopant). Sampel yang diiradiasi

berubah menjadi bahan semikonduktor.

c. Uji elemen bakar reaktor daya

Reaktor dilengkapi dengan fasilitas uji kenaikan daya ramp (power ramp test facility)

yang digunakan untuk menguji elemen bakar reaktor daya khususnya uji ketahanan

elemen bakar terhadap perubahan/kenaikan tingkat daya. Dengan fasilitas pengujian

ini litbang bahan bakar reaktor daya dapat terus dikembangkan.

d. Produksi Radioisotop

Reaktor dilengkapi dengan fasilitas iradiasi untuk produksi radioisotop dari proses fisi

maupun aktivasi yang menghasilkan radioisotop baik untuk keperluan medis (seperti :

99mTc, 125I, 131I), industri (seperti : 347I, 92Br) maupun penelitian (seperti : 32P)

e. Radiografi Neutron (RN)

Reaktor dilengkapi dengan fasilitas radiografi neutron dengan menggunakan berkas

neutron termal, sehingga pemotretan berbagai bahan yang berbentuk pelet atau pin

untuk mengetahui adanya lubang ataupun keretakan dapat diketahui.

Page 11: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 9 -

f. Iradiasi Batu Topaz

Reaktor dilengkapi dengan fasilitas iradiasi batu topaz di luar (Out Core) dan di dalam

(In Core) teras yang digunakan untuk mengubah warna batu topaz yang akan

digunakan sebagai perhiasan.

g. Penelitian IPTEK bahan

Reaktor dilengkapi dengan tabung berkas neutron, di antaranya untuk spektrometer

neutron dan difraktometer neutron yang digunakan untuk penelitian IPTEK

bahan/material sains.

2. Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR)

PRR dewasa ini hanya memiliki 1 (satu) gedung, yaitu gedung nomor 11, di mana

kegiatan pendayagunaan dan pengembangan radioisotop dan radiofarmaka dilaksanakan.

Bidang Radioisotop melaksanakan fungsi pengembangan teknologi produksi

radioisotop baik menggunakan reaktor maupun dengan siklotron, teknologi produksi

sumber radiasi tertutup untuk medik dan non medik dan pengembangan teknologi

pemungutan ulang bahan sasaran diperkaya serta pengembangan moleculer radiotracer

untuk keperluan penelitian dan industri.

Bidang Radiofarmaka melaksanakan pengembangan teknologi senyawa bertanda,

pengembangan sintesis ligand-ligand unggulan untuk produksi radiofarmaka melalui

modifikasi dan adaptasi teknologi, inovasi proses dan inovasi produk untuk produksi

senyawa bertanda untuk tujuan diagnosa dan terapi, pengembangan teknologi radioligand

binding assay dan radioimmunofarmaka yang meliputi produksi Kit Radioimmunoassay

(RIA), Immunoradiometric Assay (IRMA), dan telaah farmakodinamik radiofarmaka hasil

pengembangan.

Gedung nomor 11 terdiri dari dua lantai. Lantai pertama diperuntukkan mesin

siklotron tipe CS-30 dan laboratorium produksi yang dilengkapi dengan dua hot-cell.

Siklotron adalah alat pemercepat partikel bermuatan listrik untuk menembak inti sasaran.

Partikel bermuatan yang digunakan saat ini terutama adalah proton dengan energi yang

dapat divariasikan. Radioisotop yang diproduksi adalah radioisotop dengan waktu paruh

pendek yang tidak dapat diproduksi di reaktor.

Page 12: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 10 -

3. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)

PTBN memiliki dua instalasi nuklir yaitu Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE)

dan Instalasi Radiometalurgi (IRM).

IEBE menempati gedung nomor 65 merupakan instalasi nuklir untuk penelitian dan

pengembangan teknologi produksi bahan bakar nuklir. IEBE dirancang mampu mengolah

bahan baku yellow cake menjadi UO2 derajat nuklir dan membuatnya hingga menjadi

berkas (bundle) bahan bakar nuklir HWR (CIRENE). Instalasi ini juga dirancang mampu

menangani Uranium pengkayaan sampai 5%. Bahan pendukung utama adalah HNO3, N2,

H2, dan Be. Instalasi ini terdiri dari dua fasilitas, yaitu fasilitas konversi (pilot conversion

plant) dan fasilitas fabrikasi (fuel fabrication laboratory). Pada fasilitas konversi dihasilkan

serbuk UO2 dari konsentrat Uranium (yellow cake). Pada fasilitas fabrikasi diproduksi

elemen bakar tipe HWR. Fasilitas ini dirancang untuk memproduksi 3 bundel elemen bakar

tipe HWR per hari.

IRM menempati gedung nomor 20 merupakan instalasi nuklir untuk pengembangan

radiometalurgi, analisis fisika kimia dan teknik uji pasca iradiasi. Pengujian dan

pengembangan dilakukan terhadap elemen bakar nuklir (bundel, pin, pelet, inti dan bahan

struktur) dari reaktor jenis MTR, HWR dan LWR. Data yang dihasilkan merupakan umpan

balik untuk produksi elemen bahan nuklir. Program pemeriksaan pasca iradiasi yang

dilakukan terhadap elemen bahan bakar bekas beserta komponennya dilakukan di dalam

hot-cell meliputi uji merusak dan uji tak merusak. Pemeriksaan dan pengujian yang

menyangkut analisis kimia, radiokimia dan fisika dilakukan di luar hot-cell. Kapasitas

IRM dirancang untuk dapat menerima 6 (enam) bundel elemen bakar bekas tipe MTR atau

1 (satu) BATANg (pin) elemen bakar tipe LWR (PWR) atau satu bundel elemen bakar tipe

HWR/CANDU setelah didinginkan selama 100 hari atau setara dengan aktivitas total sekitar

8,1 x 1016 Bq.

4. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR)

PTLR mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif baik yang

ditimbulkan oleh instalasi nuklir BATAN maupun yang berasal dari pemanfaatan ilmu dan

teknologi nuklir oleh instalasi lain di luar BATAN seperti industri dan rumah sakit. Instalasi

ini berada di bawah tanggung jawab PTLR (Gd.50).

Dalam melaksanakan tugasnya PTLR dilengkapi dengan gedung catu media dan listrik

(MES), gedung proses pengolahan limbah, gedung dekontaminasi, gedung penyimpanan

Page 13: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 11 -

limbah, alat transportasi limbah dan laboratorium penelitian pengelolaan limbah beserta

fasilitas keselamatan kerja personil dan lingkungan.

Gedung MES adalah gedung tempat pembangkit dan catu energi untuk menunjang

proses pengolahan limbah radioaktif. Gedung ini dilengkapi generator listrik daya 600 kVA,

ketel uap kapasitas 2280 kg/jam dengan tekanan 8,3 bar, tangki penyimpanan bahan bakar

solar kapasitas 25000 liter dan instalasi air dingin (chiller).

Di dalam gedung proses pengolahan limbah terdapat :

a. Unit evaporasi dengan sistem pendukungnya

b. Unit sementasi dengan sistem pendukungnya

c. Unit kompaksi dengan sistem pendukungnya

d. Unit insenerator dengan sistem pendukungnya

Unit evaporasi terdiri dari tangki evaporasi, tangki pemisah, tangki pendingin, sistem

pemipaan dan panel kontrol. Unit mampu mengolah limbah radioaktif aktivitas rendah dan

sedang yang mengandung kepadatan garam kering 5 gram/liter dengan faktor pemekatan

antara 50-60 kali dan laju pengumpanan 750 liter/jam. Ruang kontrol evaporator berada

jauh dari ruang evaporator yang dipisahkan oleh beberapa dinding pemisah. Unit ini juga

dilengkapi tangki penampung limbah cair dan sistem pendukungnya terdiri dari empat buah

tangki penampung masing-masing bervolume 50 m3. Tangki penampung terletak di dalam

ruangan yang dihubungkan dengan sistem ventilasi dan gas buang. Ruangan tempat tangki

berfungsi pula sebagai penampung apabila terjadi kebocoran.

Unit sementasi adalah fasilitas untuk pemadatan limbah konsentrat evaporator,

limbah semi padat (resin bekas), limbah padat yang tidak terkompaksi dan tidak dapat

dibakar. Sementasi dilakukan dalam sel beton 950 liter dengan menggunakan bahan semen

portland sebagai bahan matrik.

Unit kompaksi adalah fasilitas untuk memadatkan limbah padat aktivitas rendah,

pemadatan dilakukan dalam drum 100 liter dengan alat tekan hidrolik yang mempunyai

kekuatan 60 kN.

Unit binatu nuklir adalah fasilitas untuk dekontaminasi pakaian kerja lapangan baik

berupa jas-lab, wearpack, sepatu dan sarung tangan yang terkontaminasi. Juga disediakan

dua buah glove box untuk pre-treatment ataupun dekontaminasi barang-barang kecil.

Unit insenerasi adalah fasilitas untuk membakar limbah padat dilakukan pada suhu

800oC dengan laju pembakaran 50 kg/jam. Pembakaran limbah cair organik dilakukan pada

Page 14: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 12 -

suhu 1100oC dengan laju pembakaran 20 kg/jam. Laju penggunaan bahan bakar solar

adalah 15-30 liter per jam dengan tekanan udara sebesar 8,7 bar.

Unit dekontaminasi adalah fasilitas untuk mendekontaminasi peralatan nuklir. Unit ini

dilengkapi dengan bak perendaman dan bak pembilasan, alat ultrasonik yang mempunyai

daya 250 – 500 Watt untuk frekuensi 20 – 40 kHz dan alat sand blasting yang mempunyai

daya 7,5 dan 15 HP (1760 dan 3520 rpm).

Gedung fasilitas penyimpanan sementara limbah radioaktif hasil olahan

tahap I (Interim Storage-1 atau IS-1) selesai dibangun pada tahun 1988 sedangkan

fasilitas penyimpanan sementara tahap II (IS-2) selesai dibangun pada tahun 2004 dengan

dimensi maupun kapasitas sama dengan IS-1. Ruang penyimpanan limbah olahan seluas

1536 m2 yang dapat menampung 1716 drum volume 200 liter dan 526 sel beton volume

950 liter. Gedung ini dirancang agar dapat menahan radiasi yang dipancarkan oleh limbah

radioaktif yang disimpan, sehingga dosis rata-rata di luar gedung 7,5 µSv/jam, dalam

gedung 75 µSv/jam dan di tempat penyimpanan dosis rata-rata maksimum adalah 100

µSv/jam.

Gedung Penyimpanan Sementara Limbah Aktivitas Tinggi (PSLAT) merupakan gedung

tempat penyimpanan limbah radioaktif yang mempunyai aktivitas tinggi dan belum

memenuhi persyaratan untuk diolah. Fasilitas ini memiliki 20 buah sumuran, dan masing-

masing sumur mampu menampung 6 buah drum 60/100 liter. Total kapasitas bentuk

sumuran adalah 120 drum. Limbah aktivitas tinggi diangkut dengan magnetic transfer cask

dan dikondisioning dalam drum stainless steel 60/100 liter. Drum 60/100 liter disimpan

dalam lokasi berbentuk sumuran. Aktivitas maksimum tiap drum sebesar 2600 Ci. PSLAT

dilengkapi ruang kontrol suhu, kelembaban dan tekanan dalam ruang penyimpanan.

Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (IPSB3) dibangun pada tahun

1993. Fasilitas ini dilengkapi dengan kanal hubung (transfer channnel, KH) yang

menghubungkan dengan tiga instalasi, yaitu Instalasi Radiometalurgi (IRM), Instalasi

Produksi Radioisotop (IPR) dan RSG-GAS. KH-IPSB3 berfungsi sebagai jalur untuk

memindahkan elemen bakar bekas dari RSG-GAS dan bahan teriradiasi lain yang berasal

dari IPR dan IRM. Berdasarkan peraturan Kepala BATAN nomor 392/KA/XI/2005,

pengelolaan KH-IPSB3 yang sebelumnya menjadi tanggung jawab PRSG beralih kepada

PTLR. Paparan radiasi di dalam KH-IPSB3 tidak melebihi 5 µSv /jam. Fasilitas KH-IPSB3

terdiri dari kolam penyimpanan, sistem pendingin dan pemurnian air, sistem VAC dan

sistem monitor radiasi.

Page 15: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 13 -

Pengendalian Buangan Terpadu (PBT) bertujuan untuk mengawasi pembuangan

tahap akhir efluen limbah radioaktif cair oleh setiap instalasi nuklir yang berada di KNS

sebelum dialirkan ke badan air kali Cisalak di lingkungan. Hal ini dilakukan sesuai dengan

peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh BATAN, BAPETEN dan Kementerian

Lingkungan Hidup. Fasilitas PBT adalah bak tempat penampungan efluen radioaktif cair

sebelum dialirkan/dibuang ke lingkungan. Fasilitas PBT ini yang terdiri dari bak PBT-1, PBT-

2 dan PBT yang terletak di areal KNS. Bak PBT-1 adalah tempat penampungan sementara

efluen cair yang berasal dari instalasi pabrikasi bahan bakar dan instalasi eksperimen bahan

bakar yang terletak di areal PTBN, sedangkan bak PBT-2 adalah tempat penampungan

sementara efluen cair yang berasal dari instalasi RSG-GAS dan Instalasi Radiometalurgi

yang terletak di areal PRSG. Kapasitas daya tampung bak PBT-2 adalah sekitar 3 m3.

Proses pemindahan efluen dari tiap instalasi (PBT-1 dan PBT-2) menggunakan pompa isap

tekan yang terdapat di masing-masing instalasi kemudian melalui pipa saluran dialirkan

secara gravitasi ke bak penampungan PBT. Pengawasan kegiatan ini dilakukan oleh Sub

Bidang Analisis Dampak Lingkungan, Bidang Keselamatan dan Lingkungan, PTLR.

Alat transportasi limbah padat adalah truk yang dilengkapi dengan bak SS-304,

ukuran 4,0 m x 2,5 m x 2,8 m dengan berat maksimal 30 ton. Alat transportasi limbah cair

berupa tangki yang terbuat dari bahan baja karbon dengan kapasitas 2,8 m3 dan tanker

trailler yang dilengkapi dengan tangki volume 6 m3. Masing-masing truk dilengkapi dengan

sistem pemompaan.

Laboratorium penelitian pengelolaan limbah dilengkapi fasilitas proses pengolahan,

penyimpanan limbah serta dekontaminasi dan dekomisioning. Laboratorium keselamatan

kerja personil dilengkapi dengan sistem pemantauan dosis personil untuk pemantauan

dosis eksterna dan interna. Pemantauan dosis eksterna dilakukan dengan berbagai jenis

dosimeter dan alat baca dosis (TLD reader). Pemantauan dosis interna dilakukan secara in-

vivo dan in-vitro. Pemantauan secara in-vivo dilengkapi dengan sistem alat cacah seluruh

tubuh (whole body counter atau WBC), sedangkan secara in-vitro dilengkapi dengan

laboratorium radiokimia. Laboratorium keselamatan lingkungan dalam melaksanakan

pemantauan radioaktivitas lingkungan dan analisis dampak radiologi dilengkapi dengan

mobil pemantauan lingkungan, peralatan survei lingkungan dan peralatan ukur radiasi.

Page 16: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 14 -

5. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN)

PTBIN mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang

bahan industri nuklir. Dalam melaksanakan tugas tersebut PTBIN memiliki fasilitas

pendukung sebagai berikut :

1) Fasilitas Spektrometri Neutron yang berada di gedung nomor 40. dan di Balai Percobaan

RSG-GAS. Fasilitas ini dilenghkapi dengan dua buah tabung pemandu neutron.

Difraktometer neutron untuk mengukur tegangan sisa (PD/RSM), Difraktometer empat

lingkaran/Difraktometer tekstur (FCD/TD), Difraktometer neutron serbuk resolusi tinggi

(HRPD), Spektrometer neutron tiga sumbu (TAS), Spektrometer hamburan neutron

sudut kecil (SANS/SMARTer), Spektrometer hamburan neutron sudut kecil resolusi tinggi

(HRSANS) dan Fasilitas radiografi neutron serta dilengkapi pula dengan fasilitas

preparasi sampel dan sebuah bengkel mekanik.

2) Laboratorium Bidang Karakteristisasi dan Analisis Nuklir dilengkapi dengan X-ray

Diffractometer (XRD), Tri Arc Melting Furnace, Vibrating Sample Magnetometer (VSM),

Differential Scanning Calorimeter (DSC), LCR-meter, Pulse Magnetizer, High Energy Ball

Milling, Jc-Tc Meter dan GMR. Di samping itu, dilengkapi pula dengan fasilitas Neutron

Activation Analysis (NAA) yang ada di gedung RSG-GAS.

3) Laboratorium Bidang Bahan Industri Nuklir dilengkapi dengan Scanning Electron

Microscope (SEM) – Energy Dispersive X-ray (EDR), Transmission Electron Microscope

(TEM), Optical Microscope, Magnetic Suspension Balance (MSB), X-ray Diffractometer

(XRD), Differential Thermal Analysis/Simultance Thermal Analysis (DTA/STA), ICP-MS,

Uji korosi, Sonochemistry, Plasma Surface Treatment, Polarography/Voltametry serta

Auger Electron Spectroscopy (AES).

4) Fasilitas Keselamatan Kerja dan Instrumentasi dilengkapi dengan peralatan/sarana

pelayanan mesin pencair nitrogen, mesin pelapis vakum, alat uji kekerasan, mikroskop

metalurgi, polishing machine, HF Centrifuge Casting, Water Still, Surveymeter/Detector

Radiation, Cutting Device, Mesin bubut, Mesin Scarp, Las TIG dan Mesin Lipat.

6. Pusat Rekayasa dan Perangkat Nuklir (PRPN)

Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir mempunyai tugas melaksanakan perekayasaan di

bidang perangkat nuklir, serta perawatan elektronik, pengoperasian sarana penunjang,

konstruksi dan perbengkelan.

Page 17: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 15 -

Dalam melaksanakan tugasnya PRPN menyelenggarakan fungsi :

1) Pelaksanaan perekayasaan elektromekanik nuklir dan struktur serta kegiatan rancang

bangun sipil.

2) Pelaksanaan perekayasaan instrumentasi reaktor dan industri.

3) Pelaksanaan perekayasaan instrumentasi kesehatan, keselamatan nuklir dan

lingkungan.

4) Pelaksanaan perawatan elektronik, operasi sarana penunjang serta pabrikasi dan

perbengkelan.

Kegiatan yang dilaksanakan PRPN yaitu melakukan pengembangan dan perekayasaan

perangkat nuklir pada bidang industri, kesehatan, keselamatan nuklir dan lingkungan, serta

kendali reaktor.

Selain kegiatan pengembangan dan perekayasaan PRPN juga melakukan kegiatan

perawatan elektronik, operasi sarana penunjang, konstruksi dan perbengkelan.

Kegiatan pengembangan dan perekayasaan telah menghasilkan prototipe antara lain

renograf, thyroid uptake, pesawat sinar-X, survey meter, kalibrator dosis radiasi,

instrumentasi pertambangan, instrumentasi kendali ketebalan kertas, instrumentasi kendali

kualitas batubara dan simulator instrumentasi kendali reaktor.

7. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN)

Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir mempunyai tugas melaksanakan

pengembangan di bidang teknologi reaktor dan keselamatan nuklir.

Dalam melaksanakan tugas, PTRKN menyelenggarakan fungsi :

1) pelaksanaan pengembangan fisika dan teknologi reaktor

2) pelaksanaan pengkajian dan analisis keselamatan reaktor

3) pelaksanaan pengembangan penggunaan reaktor

4) pelaksanaan pengembangan teknologi keselamatan nuklir

5) pelaksanaan operasi fasilitas

6) pelaksanaan urusan tata usaha

PTRKN terdiri dari :

a. Bidang Fisika dan Teknologi Reaktor (BFTR) mempunyai tugas melaksanakan

pengembangan di bidang fisika dan teknologi reaktor, dengan rincian tugas

melaksanakan pengembangan fisika teras reaktor, melaksanakan pengembangan

termohidrolika dan sistem reaktor, melaksanakan pengembangan teknologi perisai

radiasi dan dosimetri reaktor.

Page 18: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 16 -

b. Bidang Pengkajian Analisis Keselamatan Reaktor (BPAKR) mempunyai tugas

melaksanakan pengkajian dan analisis keselamatan reaktor, dengan rincian tugas

melaksanakan pengkajian manajemen kecelakaan reaktor, melaksanakan analisis

keselamatan reaktor dan melaksanakan analisis dan simulasi eksperimental kecelakaan

reaktor.

c. Bidang Pengembangan Reaktor (BPR) mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan

pengembangan sistem reaktor serta penggunaannya, dengan rincian tugas

melaksanakan pengkajian dan pengembangan desain teras reaktor generasi lanjut,

melaksanakan pengkajian dan pengembangan desain sistem reaktor generasi lanjut,

melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pemanfaatan reaktor generasi

lanjut dan melaksanakan pengembangan data nuklir.

d. Bidang Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir (BPTKN) mempunyai tugas

melaksanakan pengembangan teknologi keselamatan nuklir, dengan rincian tugas

melaksanakan pengembangan sistem keselamatan instalasi nuklir, melaksanakan

pengembangan budaya keselamatan nuklir dan ergonomika, melaksanakan

pengembangan teknik keandalan instalasi nuklir.

e. Bidang Operasi Fasilitas (BOFa) mempunyai tugas melaksanakan operasi fasilitas dan

perawatan fasilitas.dengan fungsi melaksanakan operasi dan perawatan sistem untai

termohidrolika dan kimia air, melaksanakan perawatan dan perbaikan instrumentasi,

pelaksanaan operasi, melaksanakan perawatan dan perbaikan peralatan elektromekanik

Bidang Operasi Fasilitas terdiri dari :

1) Subbidang Termohidrolika mempunyai tugas melakukan operasi dan perawatan

sistem untai termohidrolika dan kimia air, dengan rincian tugas melakukan operasi

sistem untai termohidrolika dan kimia air, melakukan perawatan, perbaikan dan

pengembangan sistem untai termohidrolika, kimia air dan fasilitas eksperimen

lainnya.

2) Subbidang Instrumentasi mempunyai tugas melakukan perawatan dan perbaikan

instrumentasi, dengan rincian tugas melakukan perawatan dan perbaikan sistem

instrumentasi, melakukan pengoperasian, perawatan, perbaikan dan

pengembangan alat kalibrasi.

3) Subbidang elektromekanik mempunyai tugas melakukan operasi, perawatan dan

perbaikan peralatan elektromekanik, dengan rincian tugas melakukan operasi

peralatan elektromekanik, melakukan perawatan, perbaikan dan pengembangan

Page 19: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 17 -

peralatan elektromekanik.

PTRKN dilengkapi dengan fasilitas laboratorium uji merusak dan tidak merusak (DT/NDT)

yang didukung peralatan :

a. Laboratorium uji merusak; Uji creep testing machine, Rotation bending fatique

machine, Impact test machine, Micro hardness test (equatip) dan Metalography test.

b. Laboratorium uji tidak merusak; Ultrasonic flow detector, Ultrasonic multi layer

thickness gauge, Ultrasonic pulse receiver, Eddy current testing, Magnetic particle

testing, Gamma camera, Infra red thermography camera, Alloy analyzer dan

Corrosometer.

c. Bidang Operasi Fasilitas mengelola: Untai uji termohidrolika, Untai uji betha, Sarana

eksperimen kondensasi, Untai uji korosi dan Test component Rigg.

d. Bengkel Mekanik didukung peralatan: Mesin frais, Mesin bubut, Mesin gerinda, Mesin

las, Mesin tekuk, dll.

8. Pusat Pengembangan Informatika Nuklir (PPIN)

Pusat Pengembangan informatika Nuklir mempunyai tugas melaksanakan

pengembangan informatika nuklir. PPIN dalam melaksanakan tugas dilengkapi dengan

ruang perpustakaan dan ruang pusat sistem komputer yang berlokasi di Gd. 71 lantai

dasar. Ruang perpustakaan terdapat buku, majalah, mikrofis dan dokumen lainnya. Tiap

hari kerja perpustakaan terbuka untuk pekerja KNS dan umum.

9. Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN)

PKTN adalah salah satu pusat yang ada di KNS, mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan kawasan instalasi nuklir dan memberikan pelayanan umum kepada tiap pusat

dan pekerja di KNS dalam masalah transportasi, kesehatan personil dan pengamanan

personil secara fisik. Pusat ini menempati Gd. 90.

Untuk melaksanakan tugas pelayanan umum, PKTN dilengkapi dengan klinik

kesehatan untuk personil. Pemantauan kesehatan personil secara berkala dilaksanakan

sekali dalam setahun.

Untuk melaksanakan pemantauan keselamatan dan keamanan personil maupun

instalasi nuklir di KNS, PKTN dilengkapi dengan unit satuan pengaman dan sistem

keselamatan terpadu (BATAN Safety & Security System atau BSS). Melalui sistem BSS

parameter dari tiap instalasi dapat dipantau secara lokal dan terpusat sehingga bila terjadi

kelainan operasi atau gangguan keamanan dapat secara dini diketahui. Hal ini

Page 20: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 18 -

memungkinkan untuk upaya penanggulangan bila terjadi kelainan operasi di RSG-LP yang

menjurus abnormal/kedaruratan.

10. Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN)

Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir mempunyai tugas melaksanakan

standardisasi, akreditasi dan sertifikasi serta jaminan mutu nuklir. Dalam melaksanakan

tugasnya, PSJMN menyelenggarakan fungsi pelaksanaan standardisasi radiasi dan nuklir,

pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi, pelaksanaan dan pembinaan program jaminan mutu

dan pelaksanaan kegiatan tata usaha.

PSJMN terdiri dari :

a. Subbagian Tata Usaha

b. Bidang Standardisasi Radiasi dan Nuklir

c. Bidang Akreditasi dan Sertifikasi

d. Bidang Jaminan Mutu

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas urusan persuratan, kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, rumah tangga, administrasi kegiatan ilmiah, dokumentasi dan publikasi di

lingkungan PSJMN.

Bidang Standardisasi Radiasi dan Nuklir (BSRN) mempunyai tugas melaksanakan

perumusan, penetapan dan revisi standar radiasi dan nuklir. Dalam melaksanakan

tugasnya, BSRN menyelenggarakan fungsi penyiapan rumusan, penetapan dan revisi

standar keselamatan radiasi dan nuklir serta lingkungan, penyiapan rumusan, penetapan

dan revisi standar mutu bahan dan peralatan nuklir.

Bidang Akreditasi dan Sertifikasi (BAS) mempunyai tugas melaksanakan akreditasi

dan sertifikasi fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya. Dalam melaksanakan tugasnya,

BAS menyelenggarakan fungsi pelaksanaan akreditasi fasilitas nuklir dan sistem

pendukungnya, pelaksanaan sertifikasi fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya.

Bidang Jaminan Mutu (BJM) mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan

program jaminan mutu nuklir. Dalam melaksanakan tugasnya, BJM menyelenggarakan

fungsi pelaksanaan penyusunan, pengembangan dan pembinaan progran jaminan mutu

nuklir, pelaksanaan audit, pemantauan dan inspeksi sistem mutu nuklir. Pelaksanaan

standardisasi di lingkungan BATAN diatur oleh keputusan Kepala BATAN dengan

menetapkan Sistem Standardisasi BATAN. Sistem Standardisasi BATAN merupakan tatanan

dan jaringan kegiatan standardisasi yang harus diacu oleh seluruh unit kerja BATAN dalam

Page 21: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 19 -

melaksanakan standardisasi. Tujuan penetapan standardisasi adalah untuk mewujudkan

budaya mutu dan jaminan mutu pada seluruh kegiatan BATAN.

Kegiatan standardisasi BATAN dilaksanakan oleh semua unit kerja di lingkungan

BATAN dan dikoordinasikan oleh PSJMN. Dalam melaksanakan tugas koordinasi

standardisasi, PSJMN dibantu oleh simpul kerja fungsional, yaitu Komisi Standardisasi

BATAN, Tim Perumus Standar BATAN, Panitia Teknis Perumus SNI Bidang Nuklir, Tim

Penilai Kesesuaian Akreditasi BATAN, Tim Penilai Kesesuaian Sertifikasi BATAN, dan Tim

Pembina dan Pengawas Standardisasi.

11. PT. BATAN Teknologi (Persero)

PT. BATAN Teknologi adalah badan usaha milik negara yang mempunyai tugas melakukan

produksi radioisotop, elemen bakar reaktor dan jasa teknologi lainnya, baik untuk kebutuhan

dalam dan luar BATAN/luar negeri.

a. Divisi Produksi

1) Radioisotop

Gedung utama (Gd.10) terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama dipergunakan untuk

kegiatan produksi radioisotop dan radiofarmasi. Fasilitas dilengkapi dengan 9 buah

hot-cell, 7 buah hot-cell untuk produksi radioisotop dan sisanya untuk produksi

radiofarmasi.terdiri dari beberapa hot-cells yang dilengkapi dengan master-slave

manipulator, fasilitas auto-controlled yang mencatu gas untuk produksi I-125, dan

laboratorium pendukung. Radioisotop yang dihasilkan adalah 99Mo dan 131I yang

berasal dari bahan target 235U (93%) dari hasil aktivasi neutron dihasilkan 20 jenis

radioisotop, mencakup 125I, 32P, 153Sm dan 192Ir sumber tertutup untuk radiografi.

Fasilitas ini juga menghasilkan radioisotop seperti 99mTc generator, Kits

radiofarmaka dan 131I label compound. Cakupan aktivitas 99mTc adalah 208 mCi

sampai dengan 4140 mCi 99Mo. Kit Radiofarmaka diproduksi dengan teknik suci

hama. Proses produksi (formulasi; pembagian, pembekuan kering) dikerjakan di

suatu ruang bersih kelas 10000 dan kelas 100 untuk mencegah produk dari

pencemaran microbial.

Dalam rangka menjamin mutu dan spesifikasi produk, Program Jaminan Mutu ISO

9000 dan GMP (Good Manufacturing Practice)/CPOB (Cara Pembuatan Obat yang

Baik) diterapkan. Peraturan ketat ini diperlukan dalam melakukan seluruh langkah-

langkah proses yang mencakup bahan baku, pengujian, kecakapan personil,

peralatan, kebersihan, mutu produk dan sistem dokumentasi. Dalam

Page 22: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 20 -

mengendalikan mutu barang, digunakan peralatan canggih untuk mengukur

radiochemical dan kemurnian radionuklida, kesterilan, pirogenitas, toksisitas dan

biodistribution.

2) Produksi Elemen Bakar Nuklir

Fasilitas ini dirancang untuk menghasilkan elemen bakar tipe pelat U3O8-Al, atau

U3Si2-Al dan elemen kendali dengan bahan dasar 235U yang diperkaya <20%.

Fasilitas EBN ini dilengkapi dengan unit konversi, fabrikasi, dan unit olah ulang

gagalan yang memiliki perangkat permesinan presisi tinggi, menempati gedung

nomor 60. Didukung oleh sumber daya yang berkualitas dan dengan mengadopsi

program jaminan kualitas dan kendali kualitas yang ketat, fasilitas produksi elemen

bahan nuklir telah memproduksi lebih dari 5076 pelat U3O8-Al, 3152 pelat U3Si2-Al,

dan 210 elemen bakar U3O8-Al dan sekitar 117 elemen tipe U3Si2-Al untuk bahan

bakar reaktor riset serba guna GA. Siwabessy. Reaktor RSG-GAS yang dilengkapi

dengan alat FFD (Fuel Failure Detection). Elemen bakar yang diproduksi baik yang

berbentuk paduan U3O8 atau U3Si2, dibuat melalui proses konversi bahan umpan

yang dapat berupa UF6, UN, AUC, U3O8 atau U3Si2 ataupun, logam uranium menjadi

serbuk inti bahan bakar. Serbuk ini kemudian dicampur dengan matriks alumunium

untuk selanjutnya diproses billet inti bahan bakar nuklir menggunakan teknik

bingkai pelat inti pelat U dalam bingkai Al diijepit dengan bahan Cladding berupa Al-

alloy yang berfindak sebagai penutup atas bawah membentuk paket untuk

digulung. Penggulungan dilakukan dalam dua tahap panas dan dingin agar

terbentuk ikatan antar lapisan yang baik secara mekanikal maupun metalurgikal

dengan ketebalan tertentu. Setelah melalui serangkaian uji kualitas, pelat bahan

bakar dirangkai membentuk elemen bakar dan elemen kendali. Dalam bentuk

terangkai, elemen bakar dan elemen kendali akan melalui uji kualitas akhir yang

dilakukan sebelum diserahkan ke pembeli.

Fasilitas produksi elemen bakar nuklir saat ini mempunyai kapasitas produksi

sebesar 70 elemen per tahun dengan kemungkinan peningkatan sampai 200 elemen

bakar dan elemen kendali per tahun. Dengan kemampuan seperti ini, fasilitas EBN

juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi perangkat lain pendukung operasi

reaktor seperti Reflector Beryllium, Isotope Stringer, Absorber, Dummy element,

elemen kendali dan elemen pengaman. Fasilitas telah juga berpengalaman

memproduksi elemen bakar U3Si2 dengan kerapatan inti 235U sampai 5,20 g/cc.

Page 23: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 21 -

b. Divisi Jasa Teknologi Nuklir

Selain melakukan bisnis di bidang yang menjadi kompetensi utama yaitu di bidang

industri nuklir, perusahaan juga berusaha di bidang jasa untuk industri pada umumnya,

dan industri minyak dan gas (migas) pada khususnya. Kegiatan usaha ini dikelola pada

Divisi Pemasaran dan Jasa.

Divisi ini dilengkapi dengan bengkel elektro-mekanikal seluas 4500 m2 yang mampu

menghasilkan bermacam komponen mesin industri (turbin, pesawat penukar kalor,

pompa, bejana proses, dll), dan jasa sistem kontrol otomatis (thickness/level gauging,

density and moisture probe measurement). Beberapa proyek yang telah dikerjakan di

fasilitas divisi ini seperti penggantian blade turbin milik Unit PLN Suralaya, Turning

komponen turbin PT. Siemens Indonesia, rekondisi HP-Feeder PT. Andritz, dan rekondisi

Bucket Reclaimer PT. Krakatau Steel menunjukkan bahwa usaha terus menerus

perusahaan memasuki bidang non nuklir mulai menunjukkan hasil.

Divisi ini juga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan jasa inspeksi Uji Tak

Merusak (NDT) menggunakan pesawat X-ray, Kamera 192Ir, 60Co, Ultrasound UT Pundit

Concrete tester, Magnetic Particle tester (MPI), Radiotracer untuk kebocoran pipa/dam,

dan Gamma Scanning dan Neutron Backscattering untuk pemeriksaan kolom proses kilang

migas.

2.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Pengoperasian RSG-LP di KNS akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan

hidup. Berikut akan diuraikan jenis dan sumber dampak penting tersebut.

2.1.1. Dampak Penting

Berdasarkan hasil studi ANDAL, dampak penting dari pengoperasian RSG-

LP adalah dampak radiologi yang ditimbulkan pada operasi normal dan bila

terjadi kecelakaan/kedaruratan nuklir.

Komponen lingkungan yang terkena dampak radiologi berdasarkan model

fisik penyebaran zat radioaktif ke lingkungan di daerah KNS adalah udara dan air

kali Cisalak sebagai medium penerima utama. Sedangkan medium penerima

berikutnya dari penyebaran di udara adalah air permukaan, tanah permukaan,

tanaman pertanian ataupun tanaman lainnya yang ada di permukaan tanah.

Medium penerima berikutnya dari penyebaran di kali Cisalak yang bermuara di

sungai Cisadane adalah hasil pertanian, perikanan dan kegiatan di sungai.

Page 24: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 22 -

a. Operasi Normal

Pada operasi normal, pelepasan efluen gas/aerosol dari sistem ventilasi yang

mengandung sejumlah kecil gas/partikel radioaktif ke udara dan efluen cair

ke kali Cisalak tidak dapat dihindarkan. Gas/partikel radioaktif yang terlepas

ke lingkungan, melalui berbagai jalur perantara akhirnya akan sampai pada

manusia dan berpotensi meningkatkan penerimaan dosis terhadap penduduk

yang bermukim di sekitar KNS.

1) Pelepasan zat radioaktif ke atmosfer

Empat sumber dampak penting yang dikaji adalah RSG-GAS (PRSG),

Instalasi Radiometalurgi (PTBN), Instalasi Produksi Radioisotop dan

Radiofarmaka (PT.BATAN Teknologi) dan Instalasi Produksi Radioisotop

dan Radiofarmaka (PRR). Kajian memperhitungkan lepasan operasi

normal yang kontinu sejak instalasi berdiri tahun 1987 (disesuaikan

dengan usia reaktor) hingga dampaknya pada tahun 2007, hasil kajian

dapat dilihat dalam Gambar 2.1. Prakiraan penerimaan dosis efektif

akibat lepasan atmosferik keempat instalasi nuklir tersebut dibedakan

atas lepasan kronik pada operasi normal dan bila terjadi kecelakaan.

Pada operasi normal, penerimaan dosis dibagi atas dosis efektif

perorangan (DEP) dan dosis efektif kolektif (DEK).

Page 25: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 23 -

Gambar 2.1 Estimasi distribusi DEP dari lepasan atmosferik instalasi nuklir

Berdasarkan hasil kajian dampak radiologi lepasan atmosferik instalasi

nuklir Serpong yang termuat dalam dokumen Pemutakhiran Data

Meteorologi KNS Bagian B [10], kecenderungan penerimaan dosis yang

tinggi untuk pelepasan atmosferik terjadi pada arah 157.5°-225°

(Selatan hingga Barat Daya) dengan jarak 300-400 m dari tapak. DEP

maksimum adalah 98 µSv per tahun terjadi pada arah Selatan pada

jarak 300 m. Penerimaan DEP relatif kecil hanya sebesar 1,96% dari

nilai batas dosis (NBD) untuk anggota masyarakat sesuai Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 Tahun 2007 tentang

Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif [11].

Bila dibandingkan dengan besarnya dosis dari alam (paparan

latar/background) hanya sebesar 9,32%. Peningkatan penerimaan dosis

efektif oleh penduduk dari kegiatan pengoperasian instalasi nuklir di KNS

ini rendah dan peningkatan laju paparan di udara di sekitar KNS ini

tidaklah nyata dan kualitas udara relatif tidak mengalami perubahan,

tetap dengan kualitas yang sangat baik dari sudut dampak radiologi.

Penerimaan DEP ini berasal dari 10 jenis radionuklida, andil terbesar

0

20

40

60

80

100 45

67.5

90

113

135

158

180

203

225

248

270

293

315

338

360

100

200

300

400

500

1000

2000

3000

4000

5000

Dosis, µSv

Page 26: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 24 -

datang dari 131I diikuti 133I dan seterusnya terdiri atas gas mulia dan

90Sr. Pada gambar juga ditunjukkan dominasi lepasan atmoferik dari

Instalasi Produksi Radioisotop di bawah PT. BATAN Teknologi (99,5%),

diikuti RSG-GAS (0,4%), dibandingkan dua instalasi lainnya.

Sedangkan Tabel 2.1 memperlihatkan distribusi dosis individu dari jalur

paparan. Ketiga rute eksternal, inhalasi dan injesi kontribusinya

berimbang. Dari rute eksternal, jalur yang dominan adalah paparan

eksternal dari permukaan tanah. Rute inhalasi terbagi di antara outdoor

(69%) dan indoor (31%). Pada perhitungan diasumsikan kegiatan

individu outdoor selama 8 jam per hari dan tidak ada pelindung indoor

(konservatif). Sedangkan pada rute injesi sayuran dedaunan seperti

bayam andilnya terhadap dosis injesi adalah 70% diikuti sebagai

makanan utama (17%). Pada sayuran secara konservatif diasumsikan

fraksi kontaminasi yang dipetik terhadap yang dikonsumsi adalah satu.

Tabel 2.1 Persentase penerimaan DEP berdasarkan jalur paparannya

PAPARAN JALUR PERPINDAHAN

Eksternal (33%)

Tanah (79%), Udara (21%)

Inhalasi

(33%)

Indoor (69%) Outdoor (31%) Tanah (0%)

Injesi (33%)

Sayuran dedaunan (77%)

padi (17%) sayuran rambat (3%) daging (2%)

buah (1%) Telur kampung (0%) Ayam kampung (0%)

2) Pelepasan efluen radioaktif cair ke kali Cisalak

Dalam pengoperasian instalasi nuklir di KNS, penimbul tidak membuang

limbah radioaktif cair secara langsung ke lingkungan. Limbah radioaktif

cair yang ditimbulkan dari tiap instalasi nuklir dikirim dan dikelola di

PTLR. Efluen cair yang ditimbulkan di tiap instalasi nuklir dan yang

berasal dari pengolahan limbah cair radioaktif di PTLR dialirkan ke

fasilitas Pengendalian Buangan Terpadu (PBT) yang ada di lingkungan

Page 27: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 25 -

PTLR. Efluen cair ini dianalisis jenis dan jumlah radionuklida yang

terkandung di dalamnya, hasil yang diperoleh selanjutnya dibandingkan

dengan baku mutu lingkungan dan baku tingkat radioaktivitas. Bila

konsentrasi radionuklida yang terkandung masih di atas nilai baku mutu,

efluen cair yang ditampung di PBT ini diolah oleh PTLR. Bila konsentrasi

radionuklida yang terkandung lebih kecil dari nilai baku mutu, bidang

keselamatan kerja dan lingkungan (BKL) mengalirkan efluen cair

tersebut ke kali Cisalak. Berdasarkan data buangan efluen cair dari PRSG

yang direkomendasikan dialirkan ke kali Cisalak tiap tahun, hasil kajian

menunjukkan kandungan radionuklida 51Cr, 59Fe, 60Co, 65Zn, 228Ac, 228Th,

226Ra dan 235U dengan total DEP terhadap penduduk sebesar 0,84 Sv

per tahun. Penerimaan DEP ini hanya sebesar 0,016 % dari NBD untuk

anggota masyarakat. Pembuangan efluen cair ke kali Cisalak ini relatif

tidak mengubah kualitas air permukaan dari sudut radiologi, kualitas air

kali Cisalak tetap sangat baik.

3) Dosis efektif kolektif (DEK)

Total penerimaan DEP pada operasi normal oleh penduduk di sekitar

KNS dari pembuangan efluen gas/partikulat ke atmosfer (98 Sv per

tahun) dan cair ke kali Cisalak (0,84 Sv per tahun) adalah 98,84 Sv

per tahun. Batasan dosis untuk penduduk adalah 1 mSv per tahun,

angka ini menyatakan probalitas untuk terjadinya kanker karena radiasi

adalah 1 x 10-5. Bila penduduk menerima dosis 98,84 Sv per tahun

atau 0,098 mSv per tahun, maka probalitas untuk terjadinya kanker

adalah 9,8 x 10-7 untuk setiap anggota masyarakat yang bermukim di

sekitar KNS. Berdasarkan perkiraan distribusi penduduk hingga tahun

2013 di sekitar KNS dalam radius 5 km, jumlah penduduk terbesar

terdapat di Desa/Kelurahan Rawabuntu yaitu sebesar 20,294 jiwa.

Berdasarkan kajian buangan efluen ke atmosfer, DEK terbesar terjadi di

daerah Serpong pada sektor 22, 5o (arah Utara) dalam radius 4 km dari

tapak, yaitu sebesar 22,54 orang-mSv (0,023 orang-Sv), seperti

ditunjukkan dalam Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Page 28: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 26 -

Gambar 2.2 Estimasi distribusi DEK (orang-mSv) dalam radius 5 km dari RSG-GAS

man-mSv5.13

10.29

12.35

11.32

2.88

4.54

4.84

2.99

2.57

3.49

0.34

2.99

3.10

2.68

4.55

3.21

7.39

10.28

13.37

11.31

9.05

14.39

12.30

4.10

7.455.42

4.50

5.855.34

9.75

9.65

5.86

7.40

19.42

3.07

9.32

9.73

8.19

7.47

6.65

6.14

7.06

12.27

3.78

2.85 8.29

9.69 19.3321.37

18.32

8.76

14.26

6.41

4.78

2.85

6.11

2.04

3.36

0.81

1.83 5.60 8.05

0.850.64

4.24

1.22

1.03

0.78

1.433.21

1.551.74

0.97

1.83

10.37

1.52

8.443.52

22.5413.33

orang-mSv mmmm

Page 29: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 27 -

Gambar 2.3 Chart radar distribusi estimasi DEK lepas KNS

b. Kedaruratan nuklir

Rancang bangun dan pengoperasian RSG-LP telah memenuhi

persyaratan keselamatan dan keamanan yang direkomendasikan secara

internasional. Aspek keselamatan instalasi nuklir mempunyai perlindungan

berlapis, walaupun demikian bila terjadi kecelakaan/kedaruratan nuklir

potensi jumlah radionuklida yang terlepaskan ke lingkungan relatif akan jauh

lebih besar dibandingkan pada operasi normal, umumnya berlangsung dalam

waktu yang singkat (orde jam).

Berdasarkan dokumen RKL Tahun 1995, dampak radiologi dari kasus

kedaruratan nuklir di KNS untuk kasus terparah diasumsikan empat instalasi

(RSG-GAS, Instalasi Produksi Radioisotop PT. BATAN Teknologi, Instalasi

Radioisotop dan Radiofarmaka dan Instalasi Radiometalurgi) mengalami

kedaruratan dalam waktu yang bersamaan, akan memberikan dosis kepada

0.00E+00

5.00E-03

1.00E-02

1.50E-02

2.00E-02

2.50E-0222.5

45

67.5

90

113

135

158

180

203

225

248

270

293

315

338

360

1000 m2000 m3000 m4000 m5000 m

Page 30: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 28 -

penduduk sebesar 2,3 mSv atau 46% dari NBD untuk anggota masyarakat.

Pedoman internasional untuk perlindungan segera, tindakan

penanggulangan pada fase awal yang segera harus dilakukan adalah

berdiam dalam gedung (sheltering). Tindakan penanggulangan selanjutnya

disesuaikan dengan hasil pemantauan kedaruratan yang diperoleh sesuai

dengan Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat PPTN Serpong di

Kawasan PUSPIPTEK Serpong [12].

Sejak awal pengoperasian KNS telah ada buku pedoman kesiapsiagaan

dan penanggulangan kedaruratan nuklir untuk tingkat fasilitas dan kawasan,

organisasi dan infrastruktur (peralatan, alat komunikasi, transportasi,

prosedur) penanggulangan, serta latihan penanggulangan dilakukan secara

rutin minimal sekali dalam setahun.

Perkiraan jenis kecelakaan yang dapat terjadi dari kegiatan nuklir di

KNS dapat dilihat pada Tabel 2.2. Sedangkan perkiraan penerimaan dosis

radiasi dan atau dampak radiologi akibat kecelakaan dari kegiatan nuklir di

KNS berdasarkan laporan analisis kecelakaan (LAK) dan perhitungan

berdasarkan kondisi meteorologi setempat ditampilkan pada Tabel 2.3 dan

Tabel 2.4.

Page 31: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 29 -

Tabel 2.2 Jenis kecelakaan nuklir dan radiologi yang dapat terjadi dari kegiatan nuklir di KNS

No. Uraian Jenis kecelakaan Potensi dampak radiologi dan

cakupan dampaknya

A. Kecelakaan pengoperasian instalasi nuklir :

1. Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy

LOCA

Radiasi eksternal langsung dan tidak langsung (submersi &

immersi). Daerah KNS.

2. Instalasi Produksi Radioisotop

Kegagalan operasi pengolahan 235U yang

telah diiradiasi

Radiasi eksternal langsung dan tidak langsung (submersi &

immersi). Di daerah Instalasi.

3. Instalasi Produksi Elemen

Bakar Reaktor Riset dan Instalasi Elemen Bakar Eksperimental

1. Kegagalan sistem

ventilasi 2. Kekritisan

Radiasi interna melalui inhalasi.

Daerah KNS Radiasi eksterna langsung dan tak langsung (immersi), radiasi

interna melalui inhalasi. Daerah Instalasi.

4. Instalasi Pengolahan

Limbah Radioaktif

Kegagalan evaporasi,

sementasi, Insenerasi

Radiasi eksterna tidak langsung &

radiasi interna melalui inhalasi. Daerah Instalasi.

B. Kecelakaan pengangkutan bahan/zat radioaktif dalam KNS:

1. Pengangkutan limbah

Tumpahan limbah cair

Radiasi eksterna langsung & radiasi interna melalui inhalasi.

2. Pengangkutan radioisotop

hasil produksi

Tumpah/jatuh

Radiasi eksterna langsung dan

tidak langsung di daerah lokasi.

3. Pengangkutan bahan baku (fresh fuel)

Tumpahan Radiasi eksterna sangat kecil

4. Pemindahan bahan bakar

bekas (spent fuel) Tumpahan Radiasi eksterna langsung

Sumber: ANDAL RSG-LP [2]

Page 32: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 30 -

Tabel 2.3 Perkiraan penerimaan dosis radiasi pada kasus kecelakaan di instalasi nuklir KNS berdasarkan LAK

No. Instalasi nuklir Lepasan ke atmosferik

(MBq/tahun)

Penerimaan dosis berbagai organ (mSv per tahun)

Organ tubuh Lokasi* Lepas Lokasi**

1. Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy

Halogen (131I):

7,77 x 103

Gas mulia hasil belahan :

1,74 x 109

Hasil belahan lain:

8,14 x 102

- seluruh tubuh - kulit - thyroid

- radiasi - langsung

1,9 1,2 1,9

1,6

1,9 1,2 1,9

-

DET : 18,32 2,32

2. Instalasi

Produksi Radioisotop

- seluruh tubuh

- thyroid - tulang

3,0 x 10-1

4,5 48,80

2,6 x 10-3

0,5 4,04

DET : 1,90 0.16

3. Instalasi Produksi Elemen Bakar

Reaktor Riset/ Instalasi Elemen Bakar Eksperimental

Kekritisan - - -

4. Instalasi Pengolahan

Limbah Radioaktif

- - - -

DET : 20,22 2,48

Sumber: ANDAL RSG-LP [2] Keterangan : * : pada jarak sekitar 50 m dari RSG-GAS. ** : pada jarak sekitar 1000 m dari RSG-GAS. DET : Dosis Efektif Total

Page 33: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 31 -

Tabel 2.4 Perkiraan penerimaan dosis radiasi pada kecelakaan berdasarkan perhitungan dari inventarisasi buangan dan kondisi meteorologi setempat

No. Instalasi Nuklir

Penerimaan dosis berbagai organ (mSv per tahun)

Organ Tubuh Lokasi* Lepas Lokasi**

1. Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy

- seluruh tubuh - kulit - thyroid - tulang

17,90 1,20 1,90

1,2 x 10-5

- 7,2 x 101

11,4 x 101

7,2 x 10-4

DET 18,32 25,02

2. Instalasi Produksi

Radioisotop

- seluruh tubuh

- thyroid - tulang - kulit

4,4 x 10-5

1,7 x 10-2

5,3 x 10-5

5,2 x 10-1

0,418 x 10-5

0,162 x 10-2

0,504 x 10-5

0,494 x 101

DET 0,16 1,5 x 10-1

3. Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor

Riset/Instalasi Elemen Bakar Eksperimental

Radiasi langsung - tulang

- paru-paru - organ lain

5,5 x 10-4

1,3 x 10-3

2,9 x 10-5

3,3

7,8 1,06 x 10-4

DET 6,8 1,04

4. Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif

*** *** ***

DET 27,43 26,17

Sumber: ANDAL RSG-LP [2]

Keterangan: * : pada jarak 50 m

** : pada jarak 1000 m *** : tidak ada data (kecil) DET : Dosis Efektif Total

Page 34: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 32 -

c. Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak

Komponen utama lingkungan yang menerima beban dampak secara

langsung adalah udara. Kontaminan ini berasal dari pelepasan zat radioaktif

melalui cerobong, sehingga diperlukan sistem pemantauan yang berlangsung

secara terus menerus.

1) Kualitas Udara

Selama kegiatan di KNS berlangsung, tidak akan menimbulkan perubahan

kualitas udara, baik tingkat radiasi ambien maupun radioaktivitas udara.

Perubahan ini di dalam kawasan (on-site) dan di lepas kawasan (off-site)

tidak nyata terhadap medan radiasi ataupun radioaktivitas latar.

Walaupun demikian dampak penting pada kualitas udara akan timbul bila

tidak dilaksanakan pengelolaan yang baik di tiap fasilitas nuklir. Hasil

kajian menunjukkan bahwa penerimaan dosis kepada penduduk untuk

pelepasan ke udara tertinggi terjadi pada arah Selatan hingga Barat Daya

dengan jarak 300 hingga 400 m dari tapak. DEP maksimum ini adalah 98

µSv per tahun terjadi pada arah Selatan pada jarak 300 m atau sebesar

1,96% dari NBD untuk anggota masyarakat. Bila dibandingkan dengan

besarnya dosis dari alam (paparan latar/background) hanya sebesar

9,32%.

2) Kualitas Tanah

Kecepatan deposisi partikulat dan iodin yang terdapat di dalam beluk

(plume) ke permukaan tanah adalah 0,003 m/detik, sehingga fraksi zat

radioaktif yang terlepas ke atmosfer dan sampai ke permukaan tanah

dengan faktor sebesar 3 x 10-10 sampai dengan 3 x 10-9. Tingkat

kontaminasi di daerah KNS sangatlah kecil dan tidak nyata bila

dibandingkan dengan keadaan radiasi latar. Karena bersifat kumulatif

dampak ini dapat dikatakan cukup penting. Perlu diketahui bahwa

akumulasi ini pun mengalami pengenceran oleh faktor peluruhan dan

kondisi meteorologis, hidrologis dan geologis setempat. Kualitas tanah

dapat menurun secara berarti dalam hal terjadi kecelakaan nuklir.

3) Kualitas Air

Sejumlah kecil zat radioaktif yang terlepas ke atmosfer sebagian

terdeposisi dan meresap ke dalam tanah. Hal ini diikuti migrasi

Page 35: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 33 -

radionuklida tersebut ke air tanah yang pada akhirnya dapat mencapai air

sumur penduduk dan air permukaan. Jalur ini telah dianalisis tidak

memberikan potensi dampak penting. Dari hasil pengkajian keselamatan

awal mengenai migrasi ini menunjukkan dampak yang tidak berarti.

Selain itu sebagian efluen cair hasil proses kegiatan nuklir yang

dinyatakan aman (safe) dapat dibuang ke kali Cisalak. Berdasarkan data

buangan efluen cair dari PRSG yang dialirkan ke kali Cisalak tiap tahun,

menunjukkan kandungan radionuklida 51Cr, 59Fe, 60Co, 65Zn, 228Ac, 228Th,

226Ra dan 235U dengan total DEP terhadap penduduk sebesar 0,84 Sv

per tahun atau sebesar 0,016 % dari NBD untuk anggota masyarakat.

d. Sosial Ekonomi dan Budaya

Kebutuhan tenaga kerja dalam bidang-bidang tertentu diisi oleh sebagian

besar pekerja yang berasal dari penduduk sekitar KNS. Hal ini akan

meningkatkan pendapatan sebagian penduduk, sehingga meningkatkan daya

beli dan selanjutnya meningkatkan pula kegiatan ekonomi. Dibangunnya

Puskesmas dan sarana medis lainnya yang terbuka untuk umum dapat

meningkatkan kesehatan penduduk. Di KNS juga terdapat fasilitas poliklinik

yang memberikan layanan secara rutin kepada pekerja baik untuk kondisi

normal ataupun terhadap korban kecelakaan bila terjadi kedaruratan.

Penyediaan sarana pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

dengan sekolah menengah umum yang terbuka untuk umum diharapkan

dapat meningkatkan mutu pendidikan penduduk di sekitar KNS.

Dibangunnya rumah peribadatan/masjid diharapkan dapat meningkatkan

keimanan bagi tiap pemeluk agama.

Dampak kegiatan KNS yang sudah maupun yang mungkin akan timbul

terhadap komponen kependudukan, perekonomian dan sosial budaya adalah

positif. Hal ini teramati dengan adanya kegiatan KNS sebagian karyawan

tinggal di perumahan BATAN Indah dan PUSPIPTEK, sehingga kebutuhan

sehari-hari dapat dipenuhi oleh produksi lokal dan dibeli di pasaran terdekat.

Peningkatan kegiatan ekonomi ini dapat meningkatkan taraf pendapatan

penduduk setempat.

Page 36: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 34 -

Hasil ini memberikan informasi bahwa dampak ekonomi dari kegiatan BATAN

di KNS untuk lingkup nasional adalah positif dengan nilai sedang. Dampak

negatif terlihat hanya bersifat lokal KNS dan nilainya adalah kecil.

Berdasarkan uraian dampak penting di atas, komponen lingkungan yang terkena

dampak radiologi berdasarkan model fisik penyebaran zat radioaktif ke lingkungan di

daerah KNS adalah udara dan air kali Cisalak sebagai medium penerima utama.

Sedangkan medium penerima berikutnya dari pelepasan ke udara adalah air permukaan,

tanah permukaan, tanaman pertanian ataupun tanaman lainnya yang ada di permukaan

tanah. Medium penerima berikutnya dari pelepasan ke kali Cisalak adalah hasil

pertanian dan perikanan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Page 37: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 35 -

Gambar 2.4 Model fisik penyebaran zat radioaktif yang terlepas ke lingkungan di daerah KNS

Page 38: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 36 -

2.1.2. Sumber Dampak Penting

Berdasarkan uraian pada butir 2.1.1, sumber dampak penting dari

pengoperasian RSG-LP di KNS adalah RSG-GAS, Instalasi Produksi Radioisotop PT.

BATAN Teknologi, Instalasi Radiometalurgi (PTBN), dan Instalasi Produksi

Radiofarmaka (PRR). Sumber dampak penting dari kegiatan pengoperasian keempat

instalasi tersebut yaitu terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan melalui cerobong,

sehingga pengelolaan sistem tata udara di tiap satker dan PT. BATAN Teknologi

merupakan hal penting dalam kegiatan operasional instalasi. Sumber dampak

penting dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Sumber dampak penting dari kegiatan instalasi nuklir di KNS

No. Instalasi Nuklir Sumber Dampak Penting

1.

Reaktor Serba Guna, G.A.Siwabessy

Pengoperasian RSG-GAS dalam kegiatan, - Iradiasi bahan U-235 untuk produksi isotop, analisis

kimia, elemen bakar, komponen reaktor, uji bahan reaktor dan penelitian.

- Pengujian elemen bakar reaktor daya (power ramp test)

- Radiografi neutron - Penggantian dan penyimpanan bahan bakar bekas

2. Instalasi Produksi Radioisotop

Kegiatan produksi radioisotop, - Penyiapan bahan untuk iradiasi - Pengolahan bahan hasil iradiasi dan pemisahan isotop - Pengemasan dan distribusi isotop siap pakai - Pengelolaan limbah proses pengolahan

3. Instalasi Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka

Kegiatan produksi radioisotop lainnya dan radiofarmaka, - Produksi radioisotop I-125 - Produksi Kit Radioimmunoassay (RIA) dan

Immunoradiometric Assay (IRMA) - Pengujian kualitas sediaan radioisotop/radiofarmaka

4. Instalasi RadioMetalurgi

Kegiatan uji elemen bahan bakar,

- Pengujian paska iradiasi elemen bakar dari jenis MTR, HWR, dan LWR.

- Pengujian bahan bakar dalam Hot Cell

5. Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif

Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif, - Pengangkutan limbah radioaktif (cair dan padat) - Proses pengolahan limbah (Sementasi, Kompaksi,

Insenerasi, Evaporasi) - Penyimpanan limbah hasil olahan (aktivitas rendah,

sedang dan tinggi.

Page 39: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 37 -

2.2. Tolok Ukur Dampak

Berdasarkan hasil penilaian/evaluasi yang dilakukan terhadap dampak penting

adalah tingkat kontaminasi (udara dan permukaan), tingkat paparan radiasi di daerah

kerja dan lingkungan, jumlah radionuklida yang terdapat dalam komponen lingkungan,

kualitas air, kualitas tanah dan kualitas flora dan fauna darat serta biota air tawar

mengacu pada :

a. Peraturan Pemerintah RI. No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara, Baku mutu udara ambien Nasional dan No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

b. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi dan No. 02/Ka-BAPETEN/ V-99 tentang

Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan.

c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02/MNKLH/I/1988 tentang Baku

Mutu Lingkungan.

d. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat Kawasan Nuklir Serpong di Kawasan

PUSPIPTEK Serpong, Revisi-2, 2003.

e. IAEA Safety Standards dan ICRP Recommendations terkini.

2.3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan RSG-LP adalah mencegah dan

mengendalikan dampak radiologi serta meningkatkan dampak positif yang berupa

kesempatan kerja dan kesehatan masyarakat dalam kegiatan pengoperasian RSG-LP

sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan,

sementara manfaat dari kegiatan tersebut dioptimalkan. RKL ini juga ditujukan untuk

terciptanya keterpaduan kebijaksanaan dan program upaya penanganan dampak

lingkungan di sekitar KNS.

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup KNS antara lain :

a. Sebagai upaya terpadu oleh pemrakarsa KNS dalam menghindari dan mencegah

dampak negatif lingkungan hidup dari ancaman pencemaran yang bersumber dari

kegiatan operasional RSG-LP di KNS dan meningkatkan dampak positif lingkungan

hidup sehingga memberikan manfaat yang lebih besar kepada pemrakarsa KNS

maupun masyarakat sekitar.

b. Terlaksananya kegiatan operasional RSG-LP di KNS yang aman dan terkendali sesuai

dengan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diberlakukan baik secara

Page 40: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 38 -

nasional maupun internasional.

c. Terpenuhinya peraturan dan ketentuan tentang pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia.

2.4. Pengelolaan Lingkungan

Upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan adalah :

2.4.1. Pendekatan Teknologi

Pendekatan teknologi dalam pengelolaan lingkungan merupakan metoda teknis

atau standar prosedur operasi yang digunakan agar dampak maupun sumber

dampak penting dari kegiatan pengoperasian RSG-LP dapat dikelola.

Pengelolaan di dalam dan di luar instalasi nuklir harus sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan

Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir [13], Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor

Nuklir [14], serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 Tahun

2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif

[11].

a. Pengelolaan Limbah

Daerah kerja di instalasi nuklir harus dilengkapi dengan sistem ventilasi

(sistem tata udara). Udara mengalir dari daerah kontaminasi rendah ke

daerah kontaminasi tinggi, kemudian dilewatkan ke sistem

penyaring/pembersih udara sebelum dilepaskan ke atmosfer melalui cerobong

dan dilengkapi sistem pemantauan cerobong (stack monitor) yang secara

kontinu mengukur konsentrasi pemancar alfa, beta dan gamma aerosol.

Sistem pembersih udara terdiri dari filter HEPA (High Efficiency Particulate Air)

yang akan menangkap partikulat yang terdapat di udara dengan efisiensi lebih

besar dari 99,9% untuk diameter di atas 0,3 µm dan karbon aktif (activated

charcoal) yang akan menyerap iodin dalam bentuk gas dengan demikian

efluen gas dan partikulat radioaktif yang ditimbulkan untuk dilepas ke

atmosfer sangat rendah dan jauh di bawah batas buang tahunan yang

disyaratkan.

Page 41: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 39 -

Air kolam reaktor ataupun sistem pendingin primer dimurnikan secara terus

menerus dengan resin penukar kation-anion sehingga kandungan zat

radioaktif hasil fisi dan aktivasi menjadi sangat rendah dalam air kolam.

Limbah yang dihasilkan ditampung atau diisolasi dalam wadah khusus sesuai

dengan wujud fisik dan kimia dari limbah tersebut.

Pengelompokan jenis limbah ini untuk memudahkan dalam pengelolaan.

Teknik reduksi volume diterapkan di IPLR dalam pengelolaan limbah berikut :

1) Limbah cair anorganik

Limbah cair anorganik direduksi volumenya melalui teknik evaporasi. Unit

evaporasi mempunyai kapasitas 750 liter per jam dengan faktor pemekatan

50 kali. Baik efluen cair hasil pengolahan ini maupun efluen cair dari

kegiatan instalasi nuklir dan laboratorium lainnya dengan kadungan

radioktivitas di bawah batas buangan dialirkan ke ke sistem Pengendalian

Buangan Terpadu (PBT). Di sistem PBT, efluen cair ini dicuplik dan

dianalisis lagi sifat fisika-kimia maupun radioaktivitasnya untuk memastikan

bahwa kandungannya di bawah baku mutu lingkungan dan baku tingkat

radioaktivitas lingkungan. Selanjutnya efluen cair tersebut dialirkan ke

badan air Kali Cisalak di lingkungan.

2) Limbah cair organik dan padat tak terkompaksi

Limbah cair organik dan limbah padat tak terkompaksi direduksi volumenya

melalui teknik insenerasi. Unit insenerator mempunyai kapasitas

pembakaran 50 kg limbah per jam.

3) Limbah padat tak terbakar

Limbah padat tak terbakar direduksi volumenya melalui teknik kompaksi.

Unit kompaksi mempunyai kapasitas penekanan sebesar 60 kN.

4) Imobilisasi

Limbah yang telah direduksi volumenya selanjutnya diimobilisasi dalam sel

drum 200 liter atau sel beton 950 liter dengan matrik semen. Penggunaan

matrik semen dalam proses imobilisasi tidak menimbulkan limbah baru

karena sebagai bahan pencampur digunakan pasir dan kerikil.

b. Penyimpanan Limbah

Limbah yang telah diimobilisasi disimpan di tempat penyimpanan limbah

sementara. Tempat penyimpanan sementara didesain dengan menggunakan

Page 42: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 40 -

konstruksi beton berat yang berfungsi sebagai perisai radiasi dan dibangun

jauh dari tempat pemukiman penduduk sehingga bahaya radiasi yang

dihasilkan jauh dari batasan yang ditetapkan.

Limbah aktivitas tinggi yang berasal dari pengoperasian reaktor dan litbang

bahan bakar nuklir disimpan di wadah khusus dan ditempatkan di Instalasi

Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (IPSB3). Kolam penyimpanan

ada di bawah permukaan tanah dan didesain dengan konstruksi beton kedap

air agar memenuhi persyaratan keselamatan nuklir yang ditetapkan.

Limbah aktivitas tinggi hasil samping proses produksi isotop dan sumber

terbungkus bekas disimpan di tempat Penyimpanan Sementara Limbah

Aktivitas Tinggi (PSLAT). Sebagian limbah ini ada yang ditampung di tempat

penyimpanan sementara.

Limbah hasil imobilisasi (embedded waste) yang disimpan sementara setelah

kurun waktu tertentu (sesuai tingkat radiasinya), dipindahkan untuk

penyimpanan akhir. Sementara itu penyimpanan akhir limbah aktivitas tinggi

masih dalam penelitian dan pengembangan.

2.4.2. Pendekatan Sosial Ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam upaya penanggulangan dampak yang akan dihasilkan

meliputi:

a. Partisipasi aktif masyarakat di dalam ikut memelihara fasilitas pemantauan

lingkungan di lepas KNS.

b. Kegiatan open-house yang dilaksanakan oleh PKTN secara berkala pada saat

peringatan hari jadi BATAN dan hari besar lainnya memberikan nilai tambah dari

dampak positif sosial ekonomi penduduk sekitar kawasan PUSPIPTEK.

c. Peralatan untuk pengukuran dan analisis radioaktivitas komponen lingkungan

adalah peralatan yang khusus. Pengadaan alat ini dilakukan melalui rekanan atau

pihak ketiga. Kerjasama lintas Kawasan Nuklir di BATAN dalam penggunaan alat

analisis.

d. Peningkatan dampak positif sosial ekonomi dan sosial budaya dengan melakukan

hal-hal berikut:

1) Kebutuhan tenaga kerja sedapat mungkin dapat diperoleh dari penduduk yang

ada di sekitar lokasi dan lepas lokasi.

2) Pembangunan pemukiman karyawan di sekitar KNS akan menjadi

Page 43: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 41 -

percontohan untuk penduduk setempat dan meningkatkan kegiatan pasar dan

layanan jasa.

3) Pembangunan sarana ibadah, olahraga, pendidikan, dan kesehatan di daerah

pemukiman karyawan akan meningkatkan hubungan sosial ekonomi dan

budaya baik bagi karyawan itu sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya.

2.4.3. Pendekatan Institusi

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan secara terpadu dan konsisten oleh

masing-masing satuan kerja di dalam KNS.

Pendekatan institusional dilakukan melalui:

a. Peningkatan koordinasi dan kerjasama pemrakarsa dengan instansi yang ada di

kawasan PUSPIPTEK dan Lepas Kawasan seperti; pemerintah daerah kabupaten

Tangerang dan Bogor, Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah II, Badan Pusat

Statistik kabupaten Tangerang, Kementerian Negara Lingkungan Hidup,

BAPEDAL, SARPEDAL dan instansi terkait lainnya dalam menangani pengelolaan

lingkungan hidup.

b. Pengendalian proteksi radiasi dan keselamatan lingkungan secara terpusat yang

dikoordinasikan oleh pemrakarsa.

c. Peningkatan pertemuan forum Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta

Keselamatan dan Keamanan (K2) dalam rangka tukar menukar informasi tentang

keselamatan dari masing-masing satuan kerja BATAN dan PT. BATAN Teknologi.

d. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan dari satker dan PT. BATAN Teknologi

dikoordinasikan oleh pemrakarsa, untuk selanjutnya dilaporkan ke BAPETEN dan

instansi lain yang berwenang.

2.5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan adalah pengendalian berbagai kegiatan yang di

setiap instalasi nuklir. Berdasarkan hasil kajian sumber dampak penting, lokasi

pengelolaan lingkungan meliputi daerah KNS dalam keadaan normal dan dalam radius 5

km bila terjadi kecelakaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5, Gambar 2.6 dan

Gambar 2.7.

Page 44: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 42 -

2.6. Periode Pengelolaan Lingkungan

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar instalasi (lingkungan) di

KNS dilakukan secara terus menerus sejalan dengan kegiatan pengoperasian RSG-LP.

Periode pelaporan rencana pengelolaan lingkungan dilaksanakan setiap tahun.

2.7. Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan

Pembiayaan pengelolaan lingkungan dibebankan kepada anggaran BATAN dan PT.

BATAN Teknologi, meliputi :

a. Biaya bahan dan peralatan pengelolaan lingkungan

b. Biaya operasional

c. Biaya personil

d. Biaya pemeliharaan

2.8. Institusi Pengelolaan Lingkungan

2.8.1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan dari pengoperasian RSG-LP di KNS adalah

tanggung jawab Kepala Satker BATAN terkait dan Dirut PT. BATAN Teknologi di

bawah koordinasi pemrakarsa (PKTN).

Kepala satuan kerja dalam melaksanakan pengelolaan instalasi nuklir

dibantu oleh Kepala Bidang yang menangani keselamatan dan/atau lingkungan,

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala BATAN tentang Organisasi dan

Tata Kerja BATAN dan bertanggung jawab kepada Kepala BATAN [8]. Sedangkan

Dirut PT. BATAN Teknologi (persero) melaksanakan pengelolaan instalasi

berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 4 Tahun 1996 tentang Penyertaan

Modal Negara RI untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam Bidang

Nuklir [9].

Page 45: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 43 -

Gambar 2.5 Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan KNS

Page 46: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 44 -

Gambar 2.6 Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Kawasan PUSPIPTEK

Page 47: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 45 -

Gambar 2.7 Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Lepas Kawasan

Page 48: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 46 -

2.8.2. Pengawasan Pengelolaan Lingkungan

Sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

[15], bahwa institusi yang melakukan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di

Indonesia adalah BAPETEN.

2.8.3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan

Di bawah koordinasi pemrakarsa, tiap satker RSG-LP terkait dan PT. BATAN

Teknologi melaksanakan RKL dan membuat laporan hasil kegiatannya. Kepala PTLR

merangkum keseluruhan hasil pengelolaan ini untuk dilaporkan ke BAPETEN dan

pihak lain yang berkepentingan.

Page 49: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 47 -

III. DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah RI nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), Jakarta, 1999.

2. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Analisis Dampak Lingkungan Reaktor Serba Guna dan

Laboratorium Penunjang, UPT-MPIN, Jakarta, 1986.

3. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Keputusan Direktur Jenderal nomor 338/DJ/VIII/1995

tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan Pusat Penelitian Tenaga Atom Serpong,

Jakarta, 1995.

4. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL untuk Rencana

Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir, Jakarta, 1993

5. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Keputusan Kepala nomor 03-P/ Ka-BAPETEN/VI-99

Lampiran III tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan

untuk Pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non Reaktor, Jakarta, 1999.

6. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Keputusan Kepala nomor 04-P/ Ka-BAPETEN/VI-99

Lampiran III tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan

untuk Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor Nuklir, Jakarta, 1999.

7. Badan Pusat Statistik, Pemutakhiran Rona Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong, BPS

Kabupaten Tangerang, 2007.

8. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Peraturan Kepala No. 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja BATAN, Jakarta, 2005.

9. Peraturan Pemerintah RI nomor 4 Tahun 1996 tentang Penyertaan Modal Negara RI.

untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam Bidang Nuklir, Jakarta, 1996.

10. Badan Meteorologi dan Geofisika, Pemutakhiran Data Meteorologi Kawasan Nuklir

Serpong, BMG Wilayah II Ciputat, 2007.

11. Peraturan Pemerintah RI nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan

Keamanan Sumber Radioaktif, Jakarta, 2007.

12. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat PPTN

Serpong di Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Revisi 2, Serpong, 2003.

13. Peraturan Pemerintah RI nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber

Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir, Jakarta, 2008.

Page 50: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 48 -

14. Peraturan Pemerintah RI nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir, Jakarta,

2006.

15. Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Jakarta, 1997.

Page 51: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 49 -

IV. RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN KNS

Jenis dampak lingkungan

Sumber Dampak

Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Lokasi Periode

Institusi

Pelaksana Pengawas

Fisika-Kimia : Kualitas udara

� pengoperasian reaktor (RSG-

GAS) � proses produksi radioisotop

(PRR dan

PT.BanTek) � proses radiometalurgi (IRM-PTBN)

� pengolahan dan fabrikasi perangkat

elemen bakar (PT.BanTek)

� pengangkutan, pengolahan dan

penyimpanan limbah

radioaktif (IPLR-PTLR)

� mencegah dan mengurangi

lepasan zat radioaktif ke

udara

� mencegah dan

mengurangi

kontaminasi di udara (daerah

kerja) � mencegah dan

mengurangi penerimaan paparan radiasi

(ekternal/ internal) pada

pekerja dan

penduduk � mencegah dan

kontaminasi permukaan

(daerah kerja)

1. Perawatan sistem tata udara dan pemantauan laju dosis, tingkat kontaminasi

(udara/ permukaan) termasuk lepasan

efluen radioaktif dari cerobong

2. Pengendalian daerah kerja

3. Pengembangan budaya keselamatan

4. Dalam hal kedaruratan radiologi/nuklir, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Deteksi dini b. Pengendalian sumber kecelakaan melalui

sistem operasi

c. Pemantauan kedaruratan lepasan cerobong dan sejauh memadai pemantauan tingkat kontaminasi udara

di dalam dan di luar instalasi nuklir KNS

Catatan : Dalam hal kedaruratan tingkat lepas kawasan

maka kegiatan butir 4 berada di bawah

koordinasi PKTN mengikuti Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat PPTN Serpong di

Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Revisi 2, Serpong, 2003

� PRSG � PRR � PTBN � PTLR � PT. BATAN Teknologi

Selama masa operasi

Kepala satker dan

Dirut PT. BATAN

Teknologi

BAPETEN

Page 52: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 50 -

Jenis dampak lingkungan

Sumber dampak

Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Lokasi Periode

Instansi

Pelaksana Pengawas

Kualitas tanah � pengoperasian reaktor (RSG-GAS)

� proses produksi radioisotop (PRR

dan PT.BanTek) � proses radiometalurgi (IRM-PTBN)

� pengolahan dan fabrikasi perangkat elemen bakar

(PT.BanTek) � pengangkutan, pengolahan dan

penyimpanan limbah radioaktif

(IPLR-PTLR)

� mencegah

dan

mengurangi lepasan zat

radioaktif ke udara

1. Perawatan sistem tata udara dan

pemantauan laju dosis, tingkat kontaminasi (udara/permukaan)

2. Pemantauan kontaminasi tanah di luar

instalasi termasuk pemantauan dalam kedaruratan

� PRSG � PRR � PTBN � PTLR � PT. BATAN Teknologi

Selama masa

operasi

Kepala

satker dan

Dirut PT. BATAN

Teknologi

BAPETEN

Kualitas air Penimbul efluen radioaktif cair di RSG-

LP dan instalasi PBT (PTLR)

mengelola pelepasan

efluen radioaktif cair

ke kali Cisalak

1. Pemenuhan prosedur pengelolaan efluen cair yang akan dikirim ke instalasi PBT

2. Pengukuran dan analisis radioaktivitas dan kualitas efluen cair dalam kolam PBT

3. Perawatan instalasi PBT

4. Pemantauan radiasi dan radioaktivitas

saluran luar (outlet) instalasi PBT

PTLR Selama masa operasi

Kepala PTLR

BAPETEN

Page 53: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 51 -

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat

Ferhat Aziz

Page 54: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 1 -

LAMPIRAN II KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR :

TANGGAL :

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

KAWASAN NUKLIR SERPONG

I. LATAR BELAKANG PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Program pemantauan radioaktivitas meliputi pengukuran medan radiasi sumber dan

ambien, serta analisis kandungan berbagai jenis radionuklida dalam media lepasan, sampel

lingkungan dan pada tubuh manusia (kasus yang sangat jarang). Selain itu terdapat program

pemantauan penunjang yang berguna untuk menentukan karakteristik lingkungan (meteorologi,

hidrologi, jenis tanah, dll), karakteristik penduduk (distribusi umur, pola makan, okupasi, dll)

dan karakteristik ekonomi (tata guna tanah dan air, teknologi pertanian, dll). Program

pemantauan merupakan hasil proses optimisasi yang mempertimbangkan tersedianya sumber

daya pengukuran, jalur paparan, tingkat aktivitas dan dosis lingkungan. Kegiatan program

pemantauan lingkungan ditinjau secara berkelanjutan untuk meningkatkan pencapaian tujuan

dan kinerja.

Pada tahap awal operasi suatu fasilitas radiasi atau instalasi nuklir, pemantauan

lingkungan kawasan secara rinci diperlukan untuk memprediksi perilaku dan perpindahan

radionuklida di lingkungan. Seiring dengan diperolehnya data radioaktivitas secara

berkesinambungan dan bertambahnya pengalaman dan pengenalan karakteristik medium

diperoleh umpan balik yang berguna untuk meningkatkan efisiensi program pemantauan. Pada

operasi normal umumnya lepasan zat radioaktif di lingkungan tidak terdeteksi, bahkan mungkin

setelah pengoperasian bertahun-tahun. Walaupun demikian, segala keputusan untuk mereduksi

lingkup program pemantauan lingkungan harus ditinjau secara cermat dan harus

memperhatikan potensi perubahan pola lepasan, lepasan tak terduga, atau tuntutan yang

diajukan oleh masyarakat.

Page 55: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 2 -

Reaktor Serba Guna dan Laboratorium Penunjang (RSG-LP) di Kawasan Nuklir Serpong

(KNS) telah dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan memperhatikan faktor keamanan

dan keselamatan baik untuk pekerja, masyarakat dan lingkungan, namun tidak dapat

dihindarkan sejumlah kecil gas dan partikulat radioaktif terlepas ke udara melalui sistem

ventilasi dan cerobong instalasi nuklir yang dilengkapi dengan sistem penyaring gas/partikel

dengan efisiensi tinggi. Dengan demikian dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini

merupakan dokumen yang sangat perlu dan harus ada pada setiap rencana kegiatan yang akan

dilakukan dengan merinci secara teknis, ekonomis dan institusional dari pemantauan

lingkungan hidup. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), bahwa Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL),

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan RPL merupakan satu paket dokumen untuk

diajukan oleh pengelola KNS (pemrakarsa) kepada komisi penilai AMDAL untuk menerbitkan

keputusan kelayakan lingkungan hidup.

RPL adalah dokumen yang memuat upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang

terkena dampak besar dan penting yang timbul sebagai akibat dari pengoperasian RSG-LP di

KNS. Pemantauan lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data sedini

mungkin dari pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan pencegahan

dan penanggulangan yang diperlukan.

Hasil pemantauan lingkungan ini selain berguna untuk membuktikan bahwa pelaksanaan

RPL berjalan sesuai dengan yang direncanakan juga merupakan umpan balik dalam

penyempurnaan kinerja keselamatan lingkungan yang sedang dilakukan dan dapat

menunjukkan apakah pengoperasian RSG-LP telah memenuhi peraturan dan ketentuan dalam

pengelolaan lingkungan hidup.

Pemantauan lingkungan yang dilaksanakan berkelanjutan akan digunakan :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemrakarsa untuk melakukan evaluasi dan pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan rencana pemantauan dampak lingkungan yang akan

timbul.

2. Sebagai alat evaluasi efektivitas berbagai peraturan dan ketentuan yang berhubungan

dengan keselamatan dan keamanan pengoperasian RSG-LP bagi pemrakarsa dan

pengawas, dalam hal ini Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) dan Badan Pengawas

Tenaga Nuklir (BAPETEN).

Page 56: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 3 -

3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam mempelajari pola

penyebaran dan dampak radiologi yang diakibatkan terlepasnya zat radioaktif ke

lingkungan.

Laporan hasil pemantauan lingkungan bersifat terbuka untuk umum sebagai

pertanggungjawaban kepada publik atas dampak radiologi lingkungan dari pengoperasian RSG-

LP di KNS.

Page 57: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 4 -

II. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Berdasarkan dokumen hasil studi ANDAL RSG-LP, dampak penting yang ditimbulkan

akibat pengoperasian RSG-LP di KNS adalah dampak radiologi atau pengaruh radiasi yang

timbul akibat adanya zat radioaktif yang terlepas ke ekosistem pada operasi normal dan bila

terjadi kecelakaan (kedaruratan) nuklir.

Pemantauan lingkungan mencakup pengukuran paparan radiasi dan tingkat radioaktivitas

terhadap komponen lingkungan seperti udara, air, tanah, sedimen, tumbuhan, hewan dan

bahan makanan. Rencana pemantauan lingkungan meliputi pengumpulan data lepasan efluen

radioaktif, pengukuran paparan radiasi ambien radiasi lingkungan, penentuan jalur penyebaran

dan perkiraan penerimaan dosis perorangan terhadap kelompok kritis yang potensial.

Rencana Pemantauan Lingkungan telah dilaksanakan sejak tahun 1986 melalui program

pemantauan radioaktivitas lingkungan dalam radius 5 km dari reaktor. Saat ini program ini

dilaksanakan oleh Bidang Keselamatan dan Lingkungan (BKL) dari Pusat Teknologi Limbah

Radioaktif (PTLR). Hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan setiap tahunnya dievaluasi dan

dilaporkan kepada BAPETEN dan satuan kerja terkait di lingkungan BATAN maupun PT. Batan

Teknologi (persero).

2.1. Dampak Penting yang Dipantau

Telah diuraikan dalam dokumen RKL bahwa lepasan efluen zat radioaktif ke

lingkungan dapat berupa gas/aerosol dan cairan. Jenis komponen dan parameter

lingkungan yang dapat terkena dampaknya adalah udara, badan air dan air tanah.

Pemantauan dampak penting pada udara dilakukan dengan cara melakukan

pengukuran paparan radiasi dan tingkat radioaktivitas outdoor, sedangkan medium

penerima berikutnya dari pelepasan ke udara adalah air permukaan, tanah permukaan,

tanaman pertanian ataupun tanaman lainnya yang ada di permukaan tanah. Aktivitas

lepasan dapat meningkat secara signifikan dalam hal kecelakaan radiologi atau nuklir.

Pemantauan dampak penting lepasan radioaktif lainnya berbentuk efluen cair.

Limbah radioaktif cair yang ditimbulkan dari setiap kegiatan RSG-LP di KNS tidak dibuang

secara langsung ke lingkungan, tetapi terlebih dahulu dikirim, dianalisis dan diolah di PTLR.

Limbah radioaktif cair yang berupa efluen dari fasilitas/instalasi dialirkan ke sistem

Pengendalian Buangan Terpadu (PBT) setelah disetujui PTLR. Di sistem PBT ini, limbah cair

Page 58: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 5 -

dicuplik dan dianalisis sifat fisika-kimia maupun radioaktivitasnya. Bila hasil analisis

menunjukkan masih di bawah baku mutu lingkungan dan baku tingkat radioaktivitas

lingkungan, PTLR mengesahkan pelepasan efluen cair tersebut ke kali Cisalak untuk

selanjutnya menyambung ke sungai Cisadane yang lebih besar alirannya.

2.2. Sumber Dampak

Sumber dampak dari kegiatan utama RSG-LP di KNS telah dirinci dalam Bab II

dokumen RKL yang meliputi RSG-GAS di Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG), Instalasi

Radiometalurgi di Pusat Teknologi Bahan Nuklir (PTBN), Instalasi Radioisotop dan

Radiofarmaka di Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) dan Instalasi Pengolahan

Limbah Radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR), Instalasi Produksi

Radioisotop dan Radiofarmaka di PT. Batan Teknologi.

Dampak penting yang dapat timbul akibat kegiatan pengoperasian instalasi nuklir

tersebut di atas adalah dampak radiologi pada lingkungan hidup berupa lepasan masing-

masing efluen radioaktif aerosol/gas dan cair ke atmosfer dan badan air. Zat radioaktif

yang terlepas ke atmosfer akan dibawa dan disebarkan oleh angin, sebagian terdeposisi

pada permukaan tanah, tanaman dan air permukaan yang akhirnya dapat sampai pada

manusia, baik secara langsung maupun melalui berbagai jalur perantara sehingga

berpotensi meningkatkan penerimaan dosis pada penduduk. Demikian pula lepasan efluen

cair radioaktif ke badan air dapat sampai ke manusia melalui kegiatan di sungai maupun

irigasi dalam rantai makanan.

Bila terjadi kegagalan operasi instalasi, jumlah zat radioaktif yang terlepas ke

atmosfer akan melebihi tingkatan lepasan normal sehingga meningkatkan dampak

radiologinya. Umumnya pelepasan yang terjadi relatif singkat (orde jam) dan diperlukan

pemantauan lingkungan di luar pemantauan rutin.

2.3. Parameter Lingkungan yang Dipantau

Untuk mengetahui perubahan kualitas dan kecenderungan yang terjadi pada

lingkungan hidup dalam pengoperasian RSG-LP maka dilakukan pemantauan terhadap

berbagai komponen lingkungan yang meliputi fisika-kimia, biologi, sosial ekonomi dan

budaya dan kesehatan masyarakat. Komponen fisika-kimia yang dipantau adalah udara,

tanah permukaan, air permukaan dan air sumur dengan parameter yang dipantau meliputi

dosis/laju dosis ambien dan tingkat radioaktivitas berbagai komponen tersebut. Komponen

biologi yang dipantau meliputi tanaman liar, tanaman pertanian dan biota air tawar

Page 59: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 6 -

sedangkan parameter yang dipantau adalah tingkat radioaktivitas. Komponen sosial

ekonomi dan budaya yang dipantau adalah mata pencaharian penduduk, penghasilan

anggota keluarga, persepsi masyarakat, pendidikan dan keamanan maupun ketertiban.

Parameter komponen ini meliputi penghasilan, persepsi masyarakat terhadap kegiatan,

jumlah lulusan sekolah dasar, menengah pertama dan umum serta jumlah gangguan

keamanan. Komponen kesehatan masyarakat yang dipantau adalah pola penyakit yang

terdapat di masyarakat.

2.4. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan merupakan sarana pembuktian dari usaha pengelolaan

lingkungan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan yang terencana, apakah kegiatan yang

telah dilaksanakan memenuhi persyaratan keselamatan radiologi terhadap pekerja,

masyarakat dan lingkungan yang ditetapkan secara nasional maupun internasional.

Tujuan khusus pemantauan lingkungan pada operasi normal adalah :

(a) mengevaluasi hasil pemantauan lepasan efluen aerosol/gas maupun efluen cair

terhadap ketentuan batas buangan efluen ke lingkungan;

(b) memeriksa kondisi radiologi lingkungan untuk menjamin kepatuhan terhadap batasan

laju dosis ambien dan baku tingkat radioaktivitas yang diizinkan;

(c) menyediakan data untuk perkiraan penerimaan dosis para pekerja dan anggota

masyarakat akibat pengoperasian;

(d) mengamati perubahan konsentrasi aktivitas dan paparan radiasi lingkungan;

(e) pertanggungjawaban dampak radiologi kegiatan RSG-LP kepada masyarakat.

Tujuan utama pemantauan lingkungan dalam pengoperasian RSG-LP adalah untuk

mengamati dan mengevaluasi paparan radiasi dan tingkat kontaminasi yang terjadi dalam

berbagai komponen lingkungan dalam KNS. Berdasarkan evaluasi hasil pemantauan yang

diperoleh dapat diketahui sejauh mana pengelolaan lingkungan dalam pengoperasian RSG-

LP telah memenuhi standar dan kriteria keselamatan yang ditetapkan. Hasil evaluasi

digunakan untuk menentukan tindakan korektif mulai dari penyelidikan kegiatan instalasi

hingga pemberhentian operasi dengan maksud mengurangi atau mencegah pencemaran

lebih lanjut.

2.5. Metode Pemantauan Lingkungan

Metode yang digunakan dalam melaksanakan pemantauan indikator dampak penting

di KNS diuraikan berikut ini.

Page 60: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 7 -

2.5.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan dan

pengukuran berbagai jenis contoh komponen lingkungan di daerah pemantauan

yang telah ditentukan, kemudian dilakukan analisis data. Hanya bahan dan

peralatan pencuplik (sampler) serta alat ukur yang terkalibrasi yang digunakan

dalam pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan

hasil pemantauan dengan baku mutu lingkungan dan baku tingkat radioaktivitas di

lingkungan kemudian dilakukan pengujian statistik. Komponen lingkungan,

parameter dan indikator dampak yang dipantau ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Komponen lingkungan yang dipantau meliputi :

a. Udara

Parameter dalam udara yang diamati meliputi laju dosis, radioaktivitas dalam

udara dan jatuhan dalam air hujan.

• Laju Dosis

Pemantauan laju dosis ambien dilakukan dengan cara pengukuran langsung

secara berkala pada berbagai titik pengamatan dengan menggunakan alat

ukur radiasi/surveimeter. Dengan cara ini adanya perubahan laju dosis

terhadap hasil pengamatan sebelumnya dapat diketahui.

• Dosis Kumulatif (Integrated dose)

Dosis kumulatif dipantau dengan menggunakan Dosimeter Termoluminisensi

(TLD) lingkungan. TLD lingkungan ini diletakkan di berbagai stasiun di luar

KNS dan setiap 3 bulan diambil dan diganti dengan yang baru. TLD yang

diambil kemudian dievaluasi jumlah dosis radiasinya dengan menggunakan

alat pembaca TLD. Dengan demikian kecenderungan perubahan dosis radiasi

ambien dapat diidentifikasi untuk dievaluasi.

• Radioativitas gas / aerosol

Kandungan partikel dan gas radioaktif yang terdapat dalam udara dipantau

dengan alat pencuplik udara (air sampler) yang dilengkapi dengan kertas

saring sebagai penangkap partikel dan carbon catridge untuk maksud

menangkap gas iodin radioaktif dan gas lainnya. Cuplikan kertas saring dan

carbon catridge diukur melalui alat cacah α/β latar rendah dan spektrometer

gama untuk menentukan tingkat konsentrasi radioaktivitas udara.

Page 61: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 8 -

b. Air

• Air Sumur

Pemantauan kemungkinan adanya zat radioaktif yang terdapat pada air

tanah dangkal (shallow ground water), dilakukan melalui pencuplikan air

sumur penduduk dalam radius 5 km dari reaktor. Analisis konsentrasi

aktivitas dalam air dilakukan dengan menggunakan alat cacah α/β latar

rendah dan spektrometer gama. Lokasi stasiun pemantauan air sumur dalam

daerah KNS dan PUSPIPTEK terlihat pada Gambar 2.1 dan 2.2.

• Air Hujan

Pemantauan air hujan dilakukan dengan cara mengambil cuplikan air hujan

yang telah ditampung pada stasiun pengamatan di atas stasiun Meteorologi

gedung 94 dan gedung 71. Pemantauan dilakukan secara berkala tiap 3

bulan dan cuplikan air hujan diolah untuk diukur dan dianalisis kandungan

zat radioaktifnya.

• Air Permukaan dan sedimen Sungai Cisadane

Pemantauan air Sungai Cisadane dilakukan dengan pengambilan contoh air

dan sedimen pada berbagai stasiun pengamatan sepanjang Daerah Aliran

Sungai (DAS) Cisadane dalam radius 5 km. Pengambilan contoh lingkungan

dilakukan secara berkala dan diolah/dipreparasi untuk dilakukan pengukuran

dan analisis kandungan zat radioaktifnya. Lokasi stasiun pemantauan DAS

Cisadane ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Pengamatan yang sama juga dilakukan terhadap air permukaan lain seperti

air danau/telaga, air irigasi, air baku dan air olahan pada proses penjernihan

air minum untuk kebutuhan lokal yang terdapat dalam radius 5 km dari

tapak reaktor.

c. Tanah

Pemantauan kontaminsasi pada tanah permukaan dan tanah pertanian

dilakukan dengan mengambil cuplikan tanah secara berkala pada berbagai

lokasi pemantauan yang telah ditetapkan dalam radius 5 km dari reaktor.

Contoh tanah setelah diolah, dianalisis kandungan bahan radioaktifnya

menggunakan alat cacah α/β latar rendah dan spektrometer gama. Cara ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi tingkat kontaminasi radioaktif tanah.

Page 62: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 9 -

d. Tanaman

• Tanaman Pangan

Pemantauan terhadap tanaman pangan dilakukan terhadap sayur-sayuran

dan atau buah-buahan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian pada daerah

radius 5 km dari RSG-GAS. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya kontaminasi zat radioaktif dalam tanaman pangan.

Cuplikan tanaman pangan yang diperoleh, diolah dan selanjutnya dianalisis

menggunakan alat cacah α/βlatar rendah dan spektrometer gama untuk

mengidentifikasi tingkat kontaminasi radioaktif tanaman pangan.

• Tanaman Liar/Rumput

Pemantauan terhadap tanaman liar dilakukan melalui pada rerumputan yang

merupakan bahan makanan ternak besar. Pemantauan ini dilakukan dengan

mengambil tanaman liar di tempat penggembalaan ternak, contoh

lingkungan tersebut diolah menjadi abu kemudian diukur menggunakan alat

cacah α/β latar rendah untuk mengetahui tingkat kontaminasi zat

radioaktifnya.

Nilai besaran parameter dalam komponen lingkungan tersebut dievaluasi

dengan menggunakan acuan :

a. Peraturan Pemerintah RI nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara dan Baku Mutu Udara Ambien Nasional.

b. Peraturan Pemerintah RI nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

c. Peraturan Pemerintah RI nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan

Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.

d. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Prosedur Analisis Sampel Radioaktivitas

Lingkungan, Jakarta, 1998.

Dalam hal terjadi pemutakhiran terhadap acuan tersebut di atas, maka acuan

terkini yang dianut.

Page 63: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 10 -

2.5.2. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Dalam dokumen ANDAL RSG-LP tahun 1986 disebutkan bahwa lokasi

pemantauan adalah daerah RSG-LP dan daerah Lepas Kawasan, sedangkan di

dokumen RKL dan RPL tahun 1995 lokasi pemantauan disebutkan dalam dan luar

instalasi nuklir, kemudian di dalam dokumen Program pemantauan radioaktivitas

lingkungan dalam radius 5 km dari reaktor menyebutkan lokasi pemantauan adalah

daerah RSG-LP, PUSPIPTEK dan Lepas Kawasan. Dengan dilakukannya revisi RPL

tahun 2008 ini, maka lokasi pemantauan lingkungan ditetapkan sebagai berikut :

a. Kawasan Nuklir Serpong, yaitu daerah pemantauan dalam batas kewenangan

BATAN yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

b. Kawasan PUSPIPTEK, yaitu daerah pemantauan yang meliputi wilayah

kewenangan PUSPIPTEK yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

c. Lepas Kawasan, yaitu daerah pemantauan yang terletak di luar batas wilayah

kewenangan PUSPIPTEK yang mencakup daerah dalam radius 5 km dari RSG-

GAS yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.

2.5.3. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Dalam dokumen ANDAL RSG-LP tahun 1986 disebutkan frekuensi pemantauan

untuk komponen lingkungan udara dan air adalah setiap 1 (satu) dan 2 (dua)

bulan. Dalam revisi RPL kali ini telah dilakukan perubahan frekuensi pemantauan.

Perubahan frekuensi pemantauan didasarkan pada data tingkat radioaktivitas

lingkungan sejak tahun 1986 hingga tahun 2006 yang masih jauh di bawah nilai

batas dosis, baku mutu lingkungan dan baku tingkat radioaktivitas di lingkungan.

Jangka waktu dan frekuensi pemantauan di KNS adalah sebagai berikut :

a. Pemantauan radioaktivitas lingkungan di KNS dilakukan secara rutin dan tidak

rutin (khusus).

b. Pemantauan rutin dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan setelah

dilakukan revisi RPL.

c. Pemantauan tidak rutin atau pemantauan khusus adalah pemantauan yang

dilakukan di luar jadwal pemantauan rutin.

d. Pemantauan khusus dilaksanakan hanya pada keadaan :

1) Adanya operasi non-rutin yang diperkirakan dapat mengakibatkan

peningkatan kontaminasi terhadap lingkungan,

Page 64: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 11 -

2) Adanya kecelakaan yang dapat mengakibatkan tingkat kontaminasi tinggi

terhadap lingkungan,

3) Ditemukannya tingkat kontaminasi yang cukup berarti dalam contoh

lingkungan selama pemantauan rutin.

2.6. Institusi Pemantauan Lingkungan

Institusi yang melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan di KNS, PUSPIPTEK

dan Lepas Kawasan adalah sebagai berikut :

2.6.1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan

Sesuai dengan Peraturan Kepala BATAN nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja BATAN, yang mempunyai tugas dan tanggungjawab melaksanakan

pemantauan lingkungan di KNS adalah Bidang Keselamatan dan Lingkungan (BKL),

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR), dana yang dibutuhkan dalam

melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan diperoleh dari Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) PTLR.

2.6.2. Pengawasan Pemantauan Lingkungan

Sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

bahwa institusi yang bertanggung jawab melakukan pengawasan pemanfaatan

tenaga nuklir di Indonesia adalah BAPETEN.

2.6.3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan di sekitar KNS dilaporkan secara berkala setiap 3

(tiga) bulan sekali kepada Kepala BATAN, BAPETEN dan satuan kerja/pusat yang

terkait di lingkungan BATAN.

Page 65: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 12 -

Tabel 2.1 Komponen lingkungan, parameter dan indikator dampak yang dipantau

Komponen lingkungan

Parameter yang dipantau

Indikator dampak Jumlah

pengukuran Analisis α,β

dan γ *

Udara � Laju dosis sesaat � Dosis kumulatif � radioaktivitas

� Tingkat paparan � Tingkat dosis � Aktivitas gross

19 5 4

19 5 4

Jatuhan basah

Radioaktivitas dalam air hujan

Aktivitas radionuklida dalam air hujan

2

2

Tanah Radioaktivitas dalam � tanah permukaan

Aktivitas radionuklida dalam tanah permukaan

15

45

Air Radioaktivitas dalam � air permukaan � air sumur

Aktivitas radionuklida dalam air permukaan dan sumur

4 7

12 21

Air PAM Radioaktivitas dalam � PDAM PUSPIPTEK � PDAM Serpong

Aktivitas radionuklida dalam air minum

2 2

6 6

Sungai Cisadane

Radioaktivitas dalam � air permukaan � sedimen

Aktivitas radionuklida dalam air permukaan dan sumur

4 4

12 12

Tanaman Radioaktivitas dalam � rumput

Aktivitas radionuklida dalam rumput

15

30

Keterangan :

* Analisis konsentrasi gross α/β dan konsentrasi kandungan radionuklida kecuali parameter

laju dosis dan dosis kumulatif.

Page 66: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 13 -

Tabel 2.2 Rencana Pemantauan Kawasan Nuklir Serpong

Komponen Lingkungan

Parameter yang diamati

Frekuensi pengamatan

Peralatan dan Metode Jumlah Lokasi pengamatan

Udara Laju dosis dan Dosis kumulatif (Integrated dose)

3 bulan

Surveimeter lingkungan dan Dosimeter Termoluminisensi (TLD), Alat baca TLD

4 stasiun

Air hujan Radioaktivitas total α/β dan γ

dalam air hujan

3 bulan

Penampungan air hujan, preparasi dan pengukuran dengan

alat cacah α/β dan spektrometer-γ.

2 stasiun

Tanah

Radioaktivitas

total α/β dan γ dalam tanah permukaan

3 bulan

Pengambilan contoh,

preparasi, pengukuran dengan alat cacah α/β, dan spektrometer-γ.

4 stasiun

Tanaman

Radioaktivitas total α/β dalam tanaman liar dan makanan ternak

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, dan pengukuran dengan alat cacah α/β.

4 stasiun

Page 67: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 14 -

Tabel 2.3 Rencana Pemantauan Kawasan PUSPIPTEK

Komponen Lingkungan

Parameter yang diamati

Frekuensi pengamatan

Peralatan dan Metode Jumlah stasiun

pengamatan

Udara

Laju dosis

Dosis kumulatif (Integrated dose)

3 bulan

3 bulan

Surveimeter lingkungan.

Dosimeter Termoluminisensi (TLD), Alat baca TLD

4 stasiun

1 stasiun

Air PAM Radioaktivitas (gross α/β dan

γ).

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, pengukuran dengan alat cacah α/β, dan spektrometer-γ.

Instalasi PDAM PUSPIPTEK

Air Permukaan

Radioaktivitas (gross α/β dan γ)

3 bulan

Penampung air hujan, preparasi, dan pengukuran dengan alat cacah α/β dan spektrometer-γ.

4 stasiun

Sedimen

Radioaktivitas dalam tanah permukaan

(gross α/β dan γ)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, pengukuran dengan alat cacah α/β,

dan spektrometer-γ.

4 stasiun

Tanah

Radioaktivitas dalam tanah

permukaan (gross α/β dan γ)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, pengukuran

dengan alat cacah α/β dan spektrometer-γ.

4 stasiun

Tanaman

Radioaktivitas tanaman liar dan makanan ternak (gross α/β)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, dan pengukuran dengan alat cacah α/β

4 stasiun

Page 68: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 15 -

Tabel 2.4 Rencana Pemantauan Lepas Kawasan

Komponen

Lingkungan

Parameter yang diamati

Frekuensi pengamatan

Peralatan dan Metode Jumlah stasiun

pengamatan

Udara Laju dosis 3 bulan Surveimeter lingkungan

7 stasiun

Air minum Radioaktivitas air (gross α/β dan γ)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi,

pengukuran dengan alat cacah α/β dan spektrometer-γ.

7 stasiun

Air PAM Radioaktivitas air hasil olahan

(gross α/β dan γ)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, pengukuran dengan

alat cacah α/β dan spektrometer-γ.

Instalasi PDAM Serpong.

Tanah

Radioaktivitas dalam tanah permukaan (gross

α/β dan γ)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi,

pengukuran dengan alat cacah α/β dan

spektrometer-γ.

7 stasiun

Tanaman

Radioaktivitas

tanaman liar (gross α/β)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi, pengukuran dengan

alat cacah α/β.

7 stasiun

S. Cisadane - air permk. - sedimen

Radioaktivitas air

dan sedimen (gross α/β dan γ)

3 bulan

Pengambilan contoh, preparasi,

pengukuran dengan alat cacah α/β dan spektrometer-γ.

4 stasiun

Page 69: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 16 -

Gambar 2.1. Lokasi Pemantauan Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong

Page 70: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 17 -

Gambar 2.2. Lokasi Pemantauan Lingkungan Kawasan PUSPIPTEK

Page 71: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 18 -

Gambar 2.3. Lokasi Pemantauan Lingkungan Lepas Kawasan dan DAS Cisadane

meter

Page 72: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 19 -

III. DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang RI. nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta,

1997.

2. Undang-Undang RI. nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Jakarta, 1997.

3. Peraturan Pemerintah RI nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), Jakarta, 1999.

4. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri nomor 8 Tahun 2006, Lampiran

IV tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), Jakarta,

2006.

5. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Keputusan Kepala nomor 03-P/Ka-BAPETEN/VI-99

Lampiran IV tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan untuk

Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor Nuklir, Jakarta, 1999.

6. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Keputusan Kepala nomor 04-P/Ka-BAPETEN/VI-99

Lampiran IV tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan untuk

Pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non Reaktor, Jakarta, 1999.

7. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Laporan Analisis Dampak Lingkungan Reaktor Serba Guna

dan Laboratorium Penunjang, UPT-MPIN, Jakarta, 1986.

8. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Keputusan Direktur Jenderal nomor 337/DJ/VIII/1995

tentang Rencana Pemantauan Lingkungan Pusat Penelitian Tenaga Atom Serpong, Jakarta,

1995.

9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir nomor 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.

10. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir nomor 02/Ka-BAPETEN/V-99 tentang

Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan.

11. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Program Pemantauan Keradioaktifan Lingkungan Kawasan

Nuklir Serpong dalam Radius 5 km, PTLR, Serpong, 1987.

12. International Atomic Energy Agency, ‘Environmental and Source Monitoring for Purposes of

Radiation Protection’, Safety Standards Series No. RS-G-1.8, IAEA, Vienna, 2005.

Page 73: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 20 -

IV. RINGKASAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN KNS

Dampak Penting yang

Dipantau

Sumber Dampak

Tujuan Pemantauan Lingkungan

Metode Pengumpulan Data

Lokasi Pemantauan Jangka Waktu dan

Frekuensi Pemantauan

Institusi Pemantau

Tingkat kontaminasi udara

1. RSG-GAS 2. IRM 3. IRR 4. Divisi Produksi

PT.BanTek

5. IPLR

1. Pengukuran laju dosis

2. Pengukuran radioaktivitas udara

1. Surveimeter 2. Pengukuran dengan

alat cacah α/β latar rendah dan

spektrometer-γ

3. Stack monitor 4. Beta aerosol

1. Daerah kerja 2. Cerobong

1. 3 (tiga) bulan sekali

2. Khusus

1. Bidang Keselamatan

2. Bidang Operasional terkait lainnya

Tingkat

kontaminasi permukaan

1. RSG-GAS

2. IRM 3. IRR

4. Divisi Produksi PT.BanTek

5. IPLR

Pengukuran

radioaktivitas permukaan

1. Uji usap

2. Pengukuran dengan alat cacah α/β latar

rendah dan spektrometer-γ.

3. Inspektor 1000

1. Permukaan lantai

2. Peralatan 3. Meja, dll.

1. Rutin 3 (tiga) bulan

sekali 2. Khusus

1. Bidang

Keselamatan 2. Bidang Operasional

terkait lainnya

Personel 1. RSG-GAS 2. IRM

3. IRR 4. Divisi Produksi

PT.BanTek

5. IPLR

1. Perkiraan penerimaan dosis

perorangan; • eksterna • interna

2. Pengukuran radio-

aktivitas permukaan

1. Pembacaan dosis eksterna (TLD)

2. Pencacahan seluruh tubuh (WBC)

3. Hand and Foots

monitor

Daerah kerja 1. Rutin 3 (tiga) bulan sekali

2. Khusus

1. Bidang Keselamatan

2. Bidang Operasional terkait lainnya

Keamanan Gangguan dan sabotase

1. Pengawasan fisik 2. Pengawasan orang

3. Pengawasan dan

pengamanan bahan nuklir/radiasi

1) Patroli 2) CCTV

3) PasRanmor

4) Portal monitor

1) Fasilitas nuklir 2) Kawasan Nuklir

Serpong

1. Kontinyu 2. Khusus

1. Unit Pengamanan KNS

2. Unit Pengamanan

PUSPIPTEK

Page 74: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 21 -

Dampak

Penting yang Dipantau

Sumber Dampak Tujuan Pemantauan

Lingkungan Metode Pengumpulan

Data

Lokasi

Pemantauan Lingkungan

Jangka Waktu dan

Frekuensi Pemantauan

Institusi Pemantau

Udara

(atmosfer) 1. RSG-GAS, PRSG

2. IRM, PTBN 3. IRR, PRR

4. Divisi Produksi

PT.BanTek 5. IPLR, PTLR

1. Mengukur paparan

radiasi 2. Dosis kumulatif

3. Mengevaluasi

kopnsentrasi radioaktivitas

1. Pengukuran langsung

dengan surveimeter 2. TLD lingkungan

3. Pengambilan sampel

udara 4. Pengukuran dengan

alat cacah α/β latar rendah dan spektrometer-γ.

1. KNS

2. Kawasan PUSPIPTEK

3. Lepas Kawasan

1. Berkala 3 (tiga)

bulan sekali (normal operasi)

2. Khusus/kedaruratan

a. BKL, PTLR

b. Tim penanggulangan keadaan kedaruratan

Tanah

permukaan

1. RSG-GAS, PRSG

2. IRM, PTBN 3. IRR, PRR 4. Divisi Produksi

PT.BanTek

5. IPLR, PTLR

a. Mengevaluasi

konsentrasi radioaktivitas

b. Mengetahui perpindahan

radionuklida di

lingkungan

1. Pengambilan sampel

2. Preparasi sampel 3. Pengukuran dengan

alat cacah α/β latar rendah dan spektrometer-γ.

1. KNS

2. Kawasan PUSPIPTEK

3. Lepas Kawasan

1. Berkala 3 (tiga)

bulan sekali (normal operasi)

2. Khusus/kedaruratan

1. BKL, PTLR

2. Tim penanggulangan keadaan kedaruratan

Air permukaan 1. RSG-GAS, PRSG

2. IRM, PTBN

3. IRR, PRR 4. Divisi Produksi

PT.BanTek 5. IPLR, PTLR

1. Mengevaluasi

konsentrasi

radioaktivitas 2. Mengetahui

perpindahan radionuklida di

lingkungan 3. Mengukur sifat

fisika-kimia

1. Pengambilan sampel

2. Preparasi sampel

3. Pengukuran dengan alat cacah α/β latar

rendah dan spektrometer-γ.

4. Water quality checker

1. KNS

2. Kawasan

PUSPIPTEK 3. Lepas Kawasan

1. Berkala 3 (tiga)

bulan sekali (normal

operasi) 2. Khusus/kedaruratan

1. BKL, PTLR

2. Tim penanggulangan

keadaan kedaruratan

Page 75: KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

BATAN

- 22 -

Dampak

Penting yang Dipantau

Sumber Dampak Tujuan Pemantauan

Lingkungan Metode Pengumpulan

Data Lokasi Pemantauan

Lingkungan

Jangka Waktu dan

Frekuensi Pemantauan

Institusi Pemantau

Tanaman 1. RSG-GAS, PRSG

2. IRM, PTBN 3. IRR, PRR

4. Divisi Produksi

PT.BanTek 5. IPLR, PTLR

1. Mengevaluasi

konsentrasi radioaktivitas

2. Mengetahui

perpindahan radionuklida di

lingkungan

a. Pengambilan sampel

b. Preparasi sampel c. Pengukuran dengan

alat cacah α/β latar

rendah

1. KNS

2. Kawasan PUSPIPTEK

3. Lepas Kawasan

1. Berkala 3 (tiga)

bulan sekali (normal operasi)

2. Khusus/kedaruratan

a. BKL, PTLR

b. Tim penanggulangan

keadaan

kedaruratan

Sedimen

1. RSG-GAS, PRSG

2. IRM, PTBN

3. IRR, PRR 4. Divisi Produksi

PT.BanTek 5. IPLR, PTLR

1. Mengevaluasi

konsentrasi

radioaktivitas 2. Mengetahui

perpindahan radionuklida di

lingkungan

1. Pengambilan sampel

2. Preparasi sampel

3. Pengukuran dengan alat cacah α/β latar

rendah dan spektrometer-γ.

1. KNS

2. Kawasan

PUSPIPTEK 3. Lepas Kawasan

1. Berkala 3 (tiga)

bulan sekali (normal

operasi) 2. Khusus/kedaruratan

1. BKL, PTLR

2. Tim

penanggulangan keadaan

kedaruratan

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

HUDI HASTOWO