KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG...

105
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa agar Perencanaa, Penganggaran dan pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dapat berjalan efektif, efisien dan tepat waktu serta sesuai dengan rencana yang disusun, dipandang perlu untuk menyempurnakan dan menetapkan kembali ketentuan- ketentuan tentang monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Pembangunan Kesehatan. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menindaklanjuti Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional nomor 1 tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional maka Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 656 tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan dan Peraturan Menteri Keuangan nomor

Transcript of KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG...

Page 1: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : xxx /yyy/zzz/2018

TENTANG

PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN

BIDANG KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa agar Perencanaa,

Penganggaran dan pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dapat berjalan efektif, efisien dan tepat

waktu serta sesuai dengan rencana yang disusun, dipandang perlu

untuk menyempurnakan dan menetapkan kembali ketentuan-ketentuan tentang monitoring dan

evaluasi pelaksanaan program Pembangunan Kesehatan.

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menindaklanjuti Peraturan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional nomor 1 tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

maka Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 656 tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan dan

Peraturan Menteri Keuangan nomor

Page 2: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

214/PMK.02/2017 tentang

Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nom or 4 7, Tam bahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistern Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembar Negara Nom or 4421 );

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014, Nomor 126 tambahan lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan;

7. Undang Undang Nomor 23 Tahun

Page 3: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2014 tentang Pemerintah Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja

Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4406);

11. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan (Lembaran Negara Rcpublik lndoensia Tahun 2006 Nomor 96);

12. Peraturan Presiden RI Nomor 7 tahun 2015 tentang Organisasi

Kementerian Negara;

13. Peraturan Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2016

tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan

dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran;

14. Peraturan Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 tahun 2017

tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional;

Page 4: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana

dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga;

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.O2/2Ol5 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan dan

Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian

Negara/ Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2056);

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

48 Tahun 2017 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi

Tata Kerja Kementerian Kesehatan;

19. Peraturan Direktur Jenderal

Anggaran No PER-01/AG/2018 Tahun 2018 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Evaluasi Kinerja

Anggaran.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERTAMA : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN

EVALUASI KINERJAN RENCANA DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN

KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum Pertama tercantum dalam Lampiran

Keputusan ini.

Page 5: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KETIGA : Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum

Kedua agar digunakan sebagai pedoman oleh Unit Kerja Eselon I dan Eselon II, Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)

dan Satuan Kerja Kantor Daerah serta Satuan Kerja Dekonsentrasi yang

melaksanakan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) Bidang Kesehatan Pelaksana Dana Kantor Pusat, Dana

Vertikal/Kantor Daerah, Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan) dalam monitoring dan

evaluasi.

KEEMPAT : Segala biaya yang timbul sebagai

pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan Pedoman ini dibebankan pada APBN, APBD

atau Sumber biaya lain yang tidak mengikat.

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

MEMUTUSKAN

Menetapka

n

: PERATURAN MENTERI KESEHATAN

TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA RENCANA DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG

KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Page 6: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 1

Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Menteri adalah Menteri Kesehatan sebagai pimpinan

tertinggi di Kementerian Kesehatan.

2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan

tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,

dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang

selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen

perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian

Kesehatan, yang selanjutnya disebut Renstra, adalah

dokumen perencanaan Kementerian Kesehatan untuk

periode 5 (lima) tahun.

5. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang

selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP),

adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1

(satu) tahun.

6. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian

Kesehatan atau Renja, adalah dokumen perencanaan

Kementerian Kesehatan untuk periode 1 (satu) tahun.

7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Kesehatan

yang selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah dokumen

rencana keuangan tahunan Kementerian Kesehatan yang

disusun menurut Bagian Anggaran

Kementerian/Lembaga dan Rencana Pembangunan

Tahunan Kementerian Kesehatan atau Renja untuk

periode pelaksanaaan 1(satu) tahun anggaran.

Page 7: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

8. Rencana Aksi Nasional merupakan serangkaian kegiatan

dan anggaran yang ditentukan untuk mencapai tujuan

tertentu yang penetapannya dilakukan oleh Kementerian

Koordinator atau Kementerian Lainnya yang melibatkan

lintas sektor.

9. Rencana Aksi Program adalah serangkaian kegiatan dan

anggaran yang ditentukan oleh setiap Eselon I untuk

mencapai sasaran indikator Program baik yang

merupakan prioritas nasional maupun prioritas bidang.

10. Rencana Aksi Kegiatan adalah serangkaian output dang

anggarannya yang disusun untuk mencapai indikator

kegiatan yang telah ditetapkan.

11. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker

Pusat/Kantor Pusat adalah dokumen pelaksanaan

anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor

Pusat Kementerian Nagara/Lembaga. Termasuk

didalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU)

12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker

Vertikal/Kantor Daerah adalah dokumen pelaksanaan

anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh

Kantor/Instansi Vertikal Kementerian/Lembaga di

Daerah

13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dekonsentrasi

adalah dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka

kegiatan dekonsentrasi yang pelaksanaannya dilakukan

oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan

oleh Gubernur

Page 8: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

14. Monitoring/Pemantauan adalah kegiatan mengamati

perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan,

mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan

yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil

tindakan sedini mungkin.

15. Evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan objektif

atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang

sedang berlangsung atau yang telah selesai.

16. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen

yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu

program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan

rencana dan anggaran yang ditetapkan.

17. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit,

reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan

lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi

terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai

bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak

ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien

untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik.

18. Arah Kebijakan adalah penjabaran misi dan memuat

strategi yang merupakan kerangka pikir atau kerangka

kerja untuk menyelesaikan masalah dalam rangka

mencapai sasaran yaitu perubahan kondisi masyarakat

yang ingin dicapai.

19. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-

program untuk mewujudkan visi dan misi.

Page 9: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

20. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis pelaksanaan suatu program.

21. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari

kegiatan yang dilaksanakan level Unit Eselon II, keluaran

dan hasil dari program yang dilaksankan level Unit

Eselon I serta sasaran strategis Kementerian Kesehatan

dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

22. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu

atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan

tujuan yang disertai penyediaan alokasi anggaran, atau

kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi

pemerintah.

23. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan

oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian

untuk pencapaian sasaran yang terukur pada suatu

program dan terdiri dari sekumpulan tindakan

pengerahan sumber daya untuk menghasilkan keluaran

(output) dalam bentuk barang/jasa.

24. Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk

melakukan kegiatan yang diperlukan dalam rangka

untuk menghasilkan keluaran (output).

25. Impact adalah perubahan jangka panjang pada

masyarakat yang ingin dituju sebagai akibat dari

pelaksanaan pembangunan.

26. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah kondisi

yang akan dicapai oleh Kementerian Kesehatan, baik

Page 10: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

berupa hasil atau dampak (impact), dalam rangka

pencapaian sasaran pembangunan nasional.

27. Outcome atau Sasaran Program adalah segala sesuatu

yang dihasilkan dari suatu program yang mencerminkan

berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam

rangka pencapaian Sasaran Strategis Kementerian

Kesehatan.

28. Output atau Sasaran Kegiatan adalah barang atau jasa

yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan

untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan

kebijakan/program.

Pasal 2

Pedoman Monitoring dan Evaluasi Kinerja Rencana

Pembangunan Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disebut

Pedoman, disusun bertujuan untuk memberikan panduan

bagi Unit Utama Eselon 1, Unit Teknis Eselon 2, Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan dan

pihak lain dalam melakukan evaluasi atas

kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang ada dalam

Rencana Kerja, Rencana Kerja Anggaran, Rencana Kerja

Pemerintah, dan Rencana Strategis, serta RPJMN terutama

yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) Kementerian Kesehatan.

Pasal 3

1) Menteri melakukan monitoring/pemantauan dan evaluasi

kinerja rencana pembangunan bidang kesehatan dalam

konteks pelaksanaan sasaran strategis, program dan

Page 11: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

kegiatan serta anggarannya bersumber dari APBN yang

hasilnya disampaikan kepada Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan, serta pihak

lain yang berkepentingan.

2) Monitoring/Pemantauan dan evaluasi kinerja rencana

pembangunan bidang kesehatan bersumber APBN

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

berjenjang oleh seluruh Unit Kerja berdasarkan level

eselon-nya terhadap pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran

(RKA-KL), Rencana Kerja (Renja-KL), Rencana Kerja

Pemerintah (RKP), dan Rencana Strategis (Renstra).

3) Unit Kerja Eselon I melaksanakan

Monitoring/Pemantauan kinerja rencana pembangunan

bidang kesehatan bersumber APBN sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) paling tidak dilakukan secara

triwulanan dan disampaikan kepada Menteri melalui

Sekretaris Jenderal, dalam hal ini Biro Perencanaan dan

Anggaran sebagai koordinator pelaksanaan monitoring dan

evaluasi di Kementerian Kesehatan.

4) Unit Kerja Eselon I melaksanakan evaluasi kinerja rencana

pembangunan bidang kesehatan bersumber APBN

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) paling tidak

dilakukan paling tidak sekali dalam satu tahun dan

disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal,

dalam hal ini Biro Perencanaan dan Anggaran sebagai

koordinator pelaksanaan monitoring dan evaluasi di

Kementerian Kesehatan.

Page 12: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

5) Masing-masing Pimpinan Unit Eselon I dapat

mendelegasikan koordinasi kompilasi hasil pelaksanaan

monitoring/pemantauan dan evaluasi kinerja rencana

pembangunan kesehatan pada level sasaran strategis,

program, dan kegiatan serta anggarannya dalam ayat (3)

dan (4) oleh Seluruh Unit Eselon II dan/ atau Satuan Kerja

ampuannya kepada Unit Eselon II Seperti Sekretariat

Itjen/Ditjen/Badan atau Biro Perencanaan dan Anggaran

yang memiliki fungsi sebagai koordinator pelaksanaan

monitoring/pemantauan dan evaluasi dan melaporkannya

kepada Pimpinan Eselon I-nya masing-masing minimal

empat kali untuk hasil monitoring/pemantauan dan

minimal satu kali dalam setahun untuk hasil evaluasi.

6) Unit Kerja Eselon I melaksanakan evaluasi program dan

kegiatan Kementerian Kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) dapat menggunakan data dukung seperti

hasil pemantauan dan evaluasi program rutin, hasil

evaluasi tematik, hasil riset, hasil survei yang

dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

kesehatan, Badan Pusat Statistik, lembaga independen

dalam negeri maupun luar negeri maupun lembaga

pendidikan perguruan tinggi atau sumber-sumber lainnya.

7) Pelaksanaan monitoring/pemantauan dan evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) dapat

mengoptimalisasikan penggunaan perangkat (tools)

manual dan/atau perangkat (tools)/aplikasi berbasis

teknologi informasi (IT) seperti e-monev dan lain-lain

disesuaikan dengan tujuannya.

Page 13: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

8) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dapat menggunakan jenis dan metode evaluasi yang

berbeda-beda sesuai dengan tujuan evaluasi.

9) Pelaksanaan evaluasi didahului dengan melakukan

rekonstruksi terhadap kerangka kerja logis

kebijakan/program/kegiatan dan disertai dengan

pemilihan indikator yang tepat untuk dievaluasi.

BAB II JENIS DAN METODE EVALUASI

Bagian Pertama

Evaluasi Ex-Ante

Pasal 4

1) Evaluasi Ex-ante dilakukan sebelum dokumen

perencanaan ditetapkan.

2) Tujuan Evaluasi Ex-ante:

a. memilih alternatif kebijakan terbaik dari berbagai

alternatif yang ada;

b. memastikan dokumen perencanaan disusun secara

terstruktur, koheren dan sistematis, antara lain dengan

cara menelaah konsistensi antar dokumen perencanaan

dan menelaah penyusunan

kebijakan/program/kegiatan dengan mereviu

permasalahan, formulasi sasaran, konsistensi arah

kebijakan dan strategi pembangunan dengan sasaran,

dan ketepatan indikator kinerja yang digunakan; dan

Page 14: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

c. memperhatikan hubungan dan konsistensi sinkronnya

dokumen perencanaan satu dengan yang lainnya

misalnya antara indikator kinerja pada rencana renja

memiliki keterkaitan dengan rencana strategis

Kementerian Kesehatan dan seterusnya sesuai dengan

tingkatan atau cascading-nya.

3) Unit Kerja Eselon I melakukan penelaahan konsistensi

atas dokumen perencanaan untuk menjamin tujuan

nasional jangka panjang/menengah bidang kesehatan

sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

4) Unit Kerja Eselon I dalam melaksanakan sebagaimana

dalam ayat (3) memastikan agar tema dan arah kebijakan

yang masuk dalam dokumen perencanaan Kementerian

Kesehatan mengacu dan sejalan dengan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang

Kesehatan dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) bidang

kesehatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

5) Biro Perencanaan dan Anggaran melakukan koordinasi

evaluasi ex-ante yang dilakukan Unit Kerja Eselon I dalam

ayat (3) dan (4) sehingga menghasikan dokumen

perencanaan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya

evaluasi ex-ante pada ayat (2)

Bagian Kedua

Evaluasi Pengukuran Kinerja

Pasal 5

Page 15: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

1) Evaluasi pengukuran kinerja rencana dan anggaran

pembangunan kesehatan dilakukan untuk melihat

capaian kinerja kebijakan/program/kegiatan dengan

membandingkan antara target dengan capaian keluaran

(output) program/kegiatan serta besaran pagu anggaran

dan realisasi anggarannya.

2) Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan dengan

menggunakan metode Gap Analysis.

3) Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap

keseluruhan dokumen perencanaan.

4) Masing-masing unit Kerja Eselon I beserta jajarannya

dalam melaksanakan sebagaimana dalam ayat (1) secara

berjenjang yang dikoordinasikan oleh Unit Eselon II

Seperti Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan atau Biro

Perencanaan dan Anggaran dapat menggunakan aplikasi

e-monev ataupun aplikasi evaluasi yang terkait yang

memantau pelaksanaan rencana pembangunan dan

pelaksanaan kegiatan serta kinerja anggaran Kementerian

Kesehatan secara triwulanan.

5) Biro Perencanaan dan Anggaran melaksanakan reviu dan/

atau analisis untuk memantau pelaksanaan rencana

pembangunan secara triwulanan yang telah dilaksanakan

oleh seluruh Unit Kerja Eselon I sebagaimana dalam ayat

(4).

Bagian Ketiga

Evaluasi Proses Pelaksanaan

Page 16: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 6

1) Evaluasi proses pelaksanaan rencana dan anggaran

pembangunan dilakukan untuk mendeskripsikan proses

pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan

anggarannya secara mendalam.

2) Deskripsi proses pelaksanaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi deskripsi pelaksanaan (siapa, apa,

kapan, dimana, bagaimana), deskripsi latar belakang,

deskripsi organisasi, deskripsi input, output dan aktivitas

pelaksanaan, besaran anggaran dan realisasinya serta hal

lain yang diperlukan.

3) Evaluasi proses pelaksanaan rencana dan anggaran

pembangunan dilakukan terhadap

kebijakan/program/kegiatan terpilih, antara lain untuk

memahami fungsi-fungsi pelaksanaan agar diketahui

fungsi mana yang berjalan dengan baik dan mana yang

tidak, serta mengidentifikasi permasalahan dalam

pelaksanaan untuk mencegah kegagalan pelaksanaan

maupun perbaikan pelaksanaan di masa yang akan

datang.

4) Masing-masing unit Kerja Eselon I beserta jajarannya

dalam melaksanakan sebagaimana dalam ayat (1) secara

berjenjang yang dikoordinasikan oleh Unit Eselon II

Seperti Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan atau Biro

Perencanaan dan Anggaran dapat menggunakan aplikasi

e-Monev untuk mengevaluasi pelaksanaan program dan

kegiatan, termasuk realisasi penyerapan anggaran, di

lingkungan unit kerjanya.

Page 17: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

5) Biro Perencanaan dan Anggaran melaksanakan reviu

untuk memantau pelaksanaan program dan kegiatan,

termasuk realisasi penyerapan anggaran secara

triwulanan yang telah dilaksanakan oleh seluruh Unit

Kerja Eselon I sebagaimana dalam ayat (4) serta

mengidentifikasi permasalah dalam proses pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan secara mendalam

sebagaimana dalam ayat (2).

Bagian Keempat

Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar/

Program Prioritas

Pasal 7

1) Evaluasi kebijakan strategis/program besar merupakan

penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif

terkait aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan

keberlanjutan dari pelaksanaan kebijakan/program

dengan menunjukkan hubungan sebab akibat akan

kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan kebijakan/

program.

2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan terhadap

kebijakan/program terpilih dengan kriteria tertentu

karena membutuhkan waktu, sumber daya dan sumber

dana yang besar.

3) Kriteria kebijakan strategis/program besar sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) meliputi:

Page 18: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

a. memiliki dampak langsung dan besar kepada

masyarakat;

b. memiliki anggaran besar;

c. mendukung secara langsung pencapaian agenda

pembangunan nasional;

d. mendukung pencapaian prioritas nasional; dan

e. merupakan arahan direktif presiden dan pertimbangan

lain.

4) unit Kerja Eselon I bertanggungjawab untuk

melaksanakan dan mengevaluasi atas pelaksanaan

percepatan program yang telah ditetapkan sebagai

Kebijakan Strategis/Program Besar/Program Prioritas

serta dapat mendelegasikannya pada Unit Eselon II Seperti

Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan atau Biro Perencanaan dan

Anggaran untuk melakukan koordinasi terhadap satuan

kerja ampuan unit Eselon I-nya masing-masing dalam

membuat laporannya.

5) Inspektorat Jenderal, sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya, melaksanakan pengawasan intern terhadap

kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,

pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya pada

percepatan program di seluruh Unit Kerja Eselon I di

Lingkungan Kementerian Kesehatan.

6) Hasil pemantauan, reviu dan evaluasi yang dilaksanakan

oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Inspektorat Jenderal

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)

dilaporkan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal cq.

Biro Perencanaan dan Anggaran.

Page 19: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

7) Sekretaris Jenderal dalam melaporkan hasil

perkembangan dan evaluasi pelaksanaan program

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat

mendelegasikan kepada Biro Perencanaan dan Anggaran

sebagai koordinator Evaluasi dan Pelaporan Kementerian

Kesehatan. Biro Perencanaan dan Anggaran melakukan

koordinasi pemantauan pelaksanaan program dan

menyusun laporan serta evaluasi di seluruh Unit Kerja

Eselon I dan Unit Kerja Eselon II sebagai penanggung

jawab program dan kegiatan serta melakukan verfikasi

terkait pemantauan dan pelaporan pelaksanaan program

dan kegiatan berdasarkan hasil reviu, pantauan dan

evaluasi dari Inspektorat Jenderal.

8) Hasil perkembangan dan evaluasi pelaksanaan percepatan

program sebagaimana dimaksud pada ayat (7) selanjutnya

dapat ditindaklanjuti melalui penelitian yang dilakukan

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang

memiliki tugas pokok dan fungsi untuk melakukan

pemantauan, evaluasi dan pelaporan penelitian dan

pengembangan di bidang biomedik dan epidemiologi klinik,

upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan,

kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia

dan humaniora kesehatan dengan berkoordinasi dengan

Biro Perencanaan dan Anggaran.

9) Hasil evaluasi dan penelitian sebagaimana dimaksud

dalam ayat (6) dan ayat (9) disampaikan kepada Menteri

Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal cq. Biro

Perencanaan dan Anggaran.

Page 20: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

10) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

disampaikan oleh Menteri minimal satu kali dalam 6

(enam) bulan atau sewaktu-waktu dibutuhkan kepada:

a. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;

b. Menteri Keuangan; dan

c. Pihak lain yang membutuhkan.

BAB III

MEKANISME MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Bagian Pertama

Mekanisme Secara Umum

Pasal 8

1) Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Anggaran

secara berjenjang ke Unit Eselon I beserta jajaran masing-

masing satuan kerjanya baik Kantor Pusat, Kantor Daerah

dan Dekonsentrasi melakukan koordinasi monitoring,

evaluasi dan pelaporan rencana dan anggaran

pembangunan kesehatan level Kementerian kesehatan dan

melaporkan hasilnya kepada Menteri Kesehatan dan

Menteri lainnya.

2) Unit Kerja Eselon I kecuali Sekretariat Jenderal cq.

Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan masing-masing secara

berjenjang melakukan koordinasi monitoring, evaluasi

dan pelaporan rencana dan anggaran pembangunan

kesehatan level Program/ Eselon I dan melaporkan

Page 21: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

hasilnya kepada Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan

dan Anggaran.

3) Biro Perencanaan dan Anggaran yang memiliki tugas dan

fungsi evaluasi Program yang terkait Sekretariat Jenderal

secara berjenjang melakukan koordinasi monitoring,

evaluasi dan pelaporan rencana dan anggaran

pembangunan kesehatan level Program/ Eselon I dan

melaporkan hasilnya kepada Sekretariat Jenderal cq. Biro

Perencanaan dan Anggaran.

4) Satuan Kerja yang terdiri Eselon II Kantor Pusat, UPT

Vertikal (Kantor Daerah), Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan melakukan monitoring, evaluasi dan

pelaporan rencana dan anggaran pembangunan kesehatan

level Satuan Kerjanya masing-masing sesuai dengan tugas

dan wewenangnya dan melaporkan hasilnya kepada Unit

Kerja Eselon I cq. Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan/Biro

Perencanaan dan Anggaran.

5) Dalam Pelaksanaan Tugas Monitoring, Evaluasi dan

Pelaporan Program dalam konteks pembinaan kewilayahan

(Binwil) di Indonesia mengacu pada mekanisme yang

disebutkan pada ayat (1), (2), (3) dan (4).

6) Inspektorat Jenderal, sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya, melaksanakan pengawasan intern terhadap

kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,

pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya pada

pelaksanaan Rencana Kerja di seluruh Unit Kerja Eselon I

di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Page 22: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

7) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya, melaksanakan kajian,

survey dan/atau penelitian yang mendukung proses

monitoring, evaluasi, reviu, audit atau kegiatan

pengawasan lainnya terkait pelaksanaan Rencana Kerja di

seluruh Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian

Kesehatan.

8) Sekretariat Jenderal cq. Pusat Analisis Determinan

Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,

melaksanakan analisis faktor dan determinan yang

menentukan kebijakan pembangunan kesehatan dengan

mengutamakan penggunaan bahan hasil proses

monitoring, evaluasi, reviu, audit atau kegiatan

pengawasan lainnya terkait pelaksanaan Rencana Kerja di

seluruh Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian

Kesehatan oleh Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan

dan Anggaran dan Inspektorat Jenderal.

9) Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi setiap unit-

unit yang disebutkan ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

memastikan validitas dan keakuratan data capaian yang

dilaporkan berdasarkan mekanisme verifikasi data yang

diatur pada lampiran peraturan ini.

Bagian Kedua

Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Anggaran (RKA)

Pasal 9

1) Sekretariat Jenderal Cq. Biro Perencanaan dan Anggaran,

unit Kerja Eselon I dan Jajarannya masing-masing secara

Page 23: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

berjenjang melakukan monitoring dan evaluasi kinerja

anggaran (RKA) Kementerian Kesehatan sesuai dengan

lingkup kewenangannya

2) Evaluasi Kinerja Anggaran sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan menggunakan aplikasi monitoring dan

evaluasi (e-monev) yang dikembangkan oleh Kementerian

Keuangan.

3) Sekretariat Jenderal Cq. Biro Perencanaan dan Anggaran

melakukan koordinasi pelaksanaan monitoring dan

evaluasi Kinerja Anggaran (RKA) Kementerian Kesehatan

dengan Eselon I dan jajarannya serta Kementerian

Keuangan dan Jajarannya sesuai dengan pedoman teknis

yang sudah berlaku.

Bagian Ketiga

Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Renja K/L dan/atau RKP

Pasal 10

1) Unit-unit sesuai dengan Pasal 8 secara berjenjang

melakukan evaluasi Rencana Kerja dan/atau Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Kesehatan sesuai

dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

2) Hasil pemantauan, reviu dan evaluasi yang dilaksanakan

oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Inspektorat Jenderal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Sekretaris Jenderal untuk dikoordinasikan dan

dikonsolidasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran.

Page 24: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

3) Laporan Evaluasi Renja dan/ atau RKP sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dapat ditindaklanjuti

melalui penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan yang memiliki tugas pokok

dan fungsi untuk melakukan pemantauan, evaluasi dan

pelaporan penelitian dan pengembangan di bidang

biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan

masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat

kesehatan, sumber daya manusia dan humaniora

kesehatan dengan berkoordinasi dengan Biro

Perencanaan dan Anggaran.

4) Evaluasi Renja Kementerian Kesehatan sebagaimana

dimaksud ayat (3) juga memerhatikan hasil evaluasi Renja

periode Renstra Kementerian Kesehatan berjalan sebagai

bahan masukan.

5) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

disampaikan kepada Menteri Kesehatan melalui

Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Anggaran.

Biro Perencanaan dan Anggaran mengkonsolidasikan dan

mengkoordinasikan hasil tersebut untuk keberlanjutan

kegiatan tersebut di lingkungan Kementerian Kesehatan.

6) Biro Perencanaan dan Anggaran menyampaikan Laporan

Evaluasi Renja berdasarkan Hasil evaluasi dan Hasil

Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat

(5) kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal

Bagian Keempat

Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Renstra K/L

Page 25: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 11

1) Evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan dilakukan oleh

Unit-unit sesuai dengan Pasal 8 secara berjenjang

melakukan evaluasi Rencana Kerja Kementerian

Kesehatan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-

masing.

2) Evaluasi Renstra sebagaimana dimaksud ayat (1) juga

memperhatikan hasil evaluasi Renja periode Renstra

berjalan sebagai bahan masukan.

3) Hasil pemantauan, reviu dan evaluasi yang dilaksanakan

oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Inspektorat Jenderal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal untuk

dikoordinasikan dan dikonsolidasikan oleh Biro

Perencanaan dan Anggaran.

4) Laporan Evaluasi Renstra sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) selanjutnya dapat ditindaklanjuti melalui

penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan yang memiliki tugas pokok dan

fungsi untuk melakukan pemantauan, evaluasi dan

pelaporan penelitian dan pengembangan di bidang

biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan

masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat

kesehatan, sumber daya manusia dan humaniora

kesehatan dengan berkoordinasi dengan Biro

Perencanaan dan Anggaran.

Page 26: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

5) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

disampaikan kepada Menteri Kesehatan melalui

Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Anggaran.

Biro Perencanaan dan Anggaran mengkonsolidasikan dan

mengkoordinasikan hasil tersebut untuk keberlanjutan

dan percepatan pelaksanaan program dan kegiatan dalam

Renstra.

6) Biro Perencanaan dan Anggaran menyampaikan Laporan

Evaluasi Renstra berdasarkan Hasil evaluasi dan Hasil

Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat

(5) kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal

Bagian Kelima

Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Nasional, Rencana

Aksi Program/ Kegiatan dan/atau Tematik Lainnya

Pasal 12

1) Monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Nasional dan/atau

tematik lainnya terkait perencanaan dan anggaran

dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal c.q Biro

Perencanaan dan Anggaran berdasarkan hasil

pelaksanaan unit eselon II yang terkait rencana aksi

nasional yang ditetapkan.

2) Monitoring dan evaluasi yang dikoordinasikan oleh

Sekretariat Jenderal c.q Biro Perencanaan dan Anggaran

pada ayat (1) minimal melibatkan tiga eselon II terkait dari

program-program yang berbeda, jika kurang dari itu dan/

atau berasal pada program yang sama maka harus

Page 27: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

dikoordinasikan oleh Unit Eselon I c.q Sekretariat Eselon I

yang bersangkutan.

3) Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Program dilakukan

masing-masing Eselon I oleh Sekretariat yang

bersangkutan dengan berkoordinasi dengan masing-

masing satuan kerja yang berhubungan dengan program

tersebut.

4) Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Kegiatan

dilakukan oleh masing-masing satuan kerja yang

menetapkan rencana aksinya serta melaporkan hasilnya

kepada Unit Eselon II yang memiliki wewenang koordinasi

dalam monitoring dan evaluasi.

Bagian Keenam

Pelaporan Hasil Evaluasi

Pasal 13

1) Hasil evaluasi kinerja anggaran (RKA) melalui aplikasi e-

monev Kementerian Keuangan disampaikan kepada

Sekretariat Jenderal cq Biro Perencanaan dan Anggaran

Paling lambat 2 minggu setelah triwulan berakhir

2) Hasil evaluasi Renja disampaikan kepada Menteri paling

lambat 6 (enam) minggu setelah tahun anggaran berakhir.

3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

(2) digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun

Renja Kementerian Kesehatan periode 2 (dua) tahun

berikutnya.

Page 28: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

4) Hasil evaluasi paruh waktu Renstra Kementerian

Kesehatan disampaikan kepada Menteri paling lambat

pada akhir Juni tahun ke-3 (tiga) RPJMN untuk Evaluasi

Paruh Waktu, sedangkan ntuk evaluasi akhir, hasil

evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan disampaikan

paling lambat akhir minggu pertama bulan Januari tahun

ke-5 (lima) RPJMN.

BAB V

PENGHARGAAN DAN SANGSI DALAM PELAPORAN

Pasal 14

1) Untuk memastikan sistem monitoring, evaluasi dan

pelaporan berjalan efektif, Menteri melalui Sekretaris

Jenderal memberikan penghargaan dan sangsi kepada

Unit Eselon I sebagai pembina program dan Satuan

Kerja sebagai pelaksana kegiatan.

2) Penghargaan yang disebut pada ayat (1) diberikan

berupa:

a. Penghargaan e-monev award sebagai apresiasi

kepada Unit Eselon I sebagai pembina program

dan Satuan Kerja (Kantor Pusat, Daerah dan

Dekonsentrasi) yang memenuhi kriteria

pemenuhan kepatuhan pelaporan, capaian

kinerja dan ketepatan waktu pelaporan sesuai

dengan penentuan perhitungan penilaian sesuai

dengan pedoman teknis terlampir.

b. Penambahan formasi Jabatan Fungsional

Perencana untuk Unit Eselon I dan/atau Satuan

Page 29: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Kerja yang secara konsisten mendapat

penghargaan e-monev award secara tiga tahun

berturut-turut namun tetap mempertimbangkan

analisis jabatan yang ada.

c. Penambahan alokasi anggaran secara

proporsional untuk Unit Eselon I dan/atau

Satuan Kerja yang secara konsisten mendapat

penghargaan e-monev award secara lima tahun

berturut-turut namun tetap mempertimbangkan

capaian kinerja rencana dan anggaran.

3) Sangsi disebut pada ayat (1) diberikan berupa:

a. Pemberian Masukan/ Feedback Peringatan dan

Permintaan Perbaikan dari Pimpinan terhadap

satuan kerja yang bersangkutan yang belum

melaporkan secara berkala dan tepat waktu.

b. Larangan kepada Satuan Kerja yang belum

melaporkan hasil monitoring dan evaluasi

pelaksanaan kegiatannya melalui emonev

Kementerian Keuangan dan Bappenas secara

berkala untuk melakukan pembahasan RKA-KL

tahun berikutnya.

c. Pengurangan alokasi anggaran secara

proporsional untuk Unit Eselon I dan/atau

Satuan Kerja yang secara konsisten mendapat

masukan/feedback negatif dari pimpinan setiap

triwulan dari pimpinan.

Page 30: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V

KETENTUAN LAINNYA

Pasal 15

1) Pimpinan unit Eselon I dan Satuan Kerja bertanggung

atas kebenaran data yang dilaporkan melalui sistem

informasi evaluasi rencana dan anggaran (e-monev)

atau laporan-laporan lainnya.

2) Dalam meningkatkan validitas data evaluasi rencana

dan anggaran Kementerian Kesehatan, Sekretariat

Jenderal melalui Biro Perencanaan dan Anggaran dapat

melakukan konfirmasi, rekonsiliasi dan verifikasi atas

data yang dilaporkan ke dalam sistem informasi

evaluasi rencana dan anggaran (e-monev) atau

pelaporan lainnya dilakukan secara triwulanan.

3) Menteri dapat meminta aparat pengawasan intern

Pemerintah di Kementerian Kesehatan atau Inspektorat

Jenderal dengan aparat pemeriksa

keuangan/pembangunan lainnya untuk melakukan

pemeriksaan terhadap tindak lanjut hasil monitoring

dan evaluasi pembangunan kesehatan.

Page 31: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB VI

PENUTUP

Pasal 16

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum

dalam Lampiran ini yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 17

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2018

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA

Ttd

NILA F. MOELOEK

Salinan ini sesuai dengan aslinya

Page 32: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

SUNDOYO, SH, MKM, M.HUM

SALINAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR …………..

TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA RENCANA DAN

ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak bergulirnya reformasi, tuntutan masyarakat

terhadap pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang

lebih baik semakin meningkat, termasuk pelayanan di

bidang masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk

melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan yang

dilaksanakan dan melakukan perbaikan dalam pengambilan

kebijakan tersebut sehingga kebijakan yang diambil tepat

sasaran. Dalam rangka mendukung hal tersebut, sejak

tahun 2003 pemerintah melakukan reformasi perencanaan

dan penganggaran. Reformasi perencanaan dan

penganggaran dilakukan dengan menerapkan budaya kerja

birokrasi yang berorientasi pada pengelolaan hasil kerja

Page 33: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

(result management) dan pengukuran kinerja (performance

measurement), sehingga diharapkan dapat meningkatkan

kinerja pemerintah.

Pendekatan utama dalam reformasi perencanaan dan

penganggaran ini adalah perencanaan dan penganggaran

berbasis kinerja, sehingga dalam proses perencanaan dan

penganggaran harus memperhatikan kinerja pada periode

sebelumnya dan memperhatikan sasaran yang ingin dicapai.

Oleh karena itu, evaluasi kinerja merupakan bagian yang

sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka

memberikan informasi capaian kinerja yang dapat

diandalkan sebagai masukan dalam proses penyusunan

perencanaan dan penganggaran dan akuntabilitas yang

menyediakan informasi dasar bagi publik. Sebagai masukan

perbaikan, evaluasi dilakukan untuk memperbaiki

kebijakan/program/kegiatan dan memberikan intervensi di

masa yang akan datang melalui umpan balik dan lesson-

learned.

Pelaksanaan evaluasi telah diamanatkan dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang

menyebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L)

harus melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana

pembangunan masing-masing pada periode sebelumnya.

Lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006

tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan menyebutkan pentingnya evaluasi

pelaksanaan Renja K/L dan RKP untuk menilai keberhasilan

Page 34: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

pelaksanaan program/kegiatan berdasarkan indikator dan

sasaran kinerja yang tercantum dalam Renstra K/L dan

RPJMN, serta pentingnya evaluasi terhadap Renstra K/L dan

RPJMN untuk menilai efisiensi, efektivitas, relevansi,

dampak dan keberlanjutan program/kegiatan.

Evaluasi dapat dilakukan pada saat penyusunan

rencana, pelaksanaan rencana maupun setelah

kebijakan/program/kegiatan selesai dilaksanakan. Pada

saat penyusunan rencana, evaluasi dilakukan untuk

memilih alternatif kebijakan yang tepat dari berbagai

alternatif yang ada, selain itu juga digunakan untuk melihat

struktur dan sistematika penyusunan sasaran, arah

kebijakan dan strategi pembangunan. Pada saat

pelaksanaan, evaluasi dilakukan untuk menilai proses

pelaksanaan rencana, sedangkan setelah berakhirnya

rencana, evaluasi dilakukan dalam rangka menilai capaian

kinerja atas pelaksanaan rencana dan mengidentifikasi

permasalahan yang ada. Hasil evaluasi dituntut agar dapat

memberikan data dan informasi mengenai berhasil tidaknya

pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan serta menilai

efisiensi, efektivitas, relevansi, dampak dan keberlanjutan

kebijakan/program/kegiatan terhadap masyarakat.

Informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan kebijakan atas kondisi yang ada, seperti

pengembangan kebijakan atau penghentian kebijakan serta

sebagai bahan masukan untuk proses perencanaan dan

penganggaran periode selanjutnya.

Page 35: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Namun demikian, sampai saat ini kegiatan evaluasi

belum berjalan dengan semestinya dan hasilnya belum

dimanfaatkan secara maksimal. Kegiatan evaluasi masih

sampai tahap menyajikan data dan informasi, namun belum

melakukan identifikasi dan menganalisis data dan informasi

secara mendalam sehingga hasil evaluasi tidak

mencerminkan permasalahan dan penyebab permasalahan

utama, faktor-faktor keberhasilan, dan rekomendasi serta

tindak lanjut yang diperlukan sebagai masukan. Untuk itu

diperlukan panduan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja

pembangunan sesuai dengan amanat peraturan

perundangan dan kebutuhan laporan evaluasi yang hasilnya

dapat dijadikan masukan bagi penyusunan perencanaan

dan penganggaran.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Monitoring dan Evaluasi

Kinerja Rencana dan Anggaran Pembangunan Bidang

Kesehatan adalah untuk memberikan panduan bagi para

pengelola evaluasi dan pelaporan di lingkungan Kementerian

Kesehatan dalam melakukan evaluasi atas

kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang ada dalam

Renja, RKA, Renstra Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi

Nasional, Rencana Aksi Program, Rencana Aksi Kegiatan dan

Evaluasi Tematik lainnta. Melalui pedoman ini diharapkan

evaluasi dapat memberikan gambaran capaian tujuan

pembangunan bidang kesehatan dan menganalisis

permasalahan serta faktor keberhasilan yang terjadi

Page 36: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

sehingga hasilnya dapat menjadi umpan balik bagi

perbaikan kebijakan pembangunan bidang kesehatan.

Evaluasi juga sebagai bentuk akuntabilitas untuk

meyakinkan bahwa tujuan pembangunan bidang kesehatan

tercapai.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Monitoring dan Evaluasi

Pembangunan Bidang Kesehatan meliputi:

1. Kerangka Evaluasi Kinerja:

a. Evaluasi pembangunan;

b. Penggunaan Kerangka Kerja Logis untuk evaluasi; dan

c. Pemilihan indikator untuk evaluasi.

2. Jenis dan Metode Evaluasi:

a. Evaluasi Ex-ante;

b. Evaluasi Pengukuran Kinerja;

c. Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana Pembangunan

bidang Kesehatan;

d. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar.

3. Mekanisme Pelaksanaan dan Pelaporan Evaluasi

Pembangunan Nasional secara terpadu.

4. Penghargaan dan Sangsi dalam Pelaporan Hasil Monitoring

dan Evaluasi Bidang Kesehatan.

Page 37: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 2

KERANGKA EVALUASI PEMBANGUNAN NASIONAL

Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian

tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan dan

menganalisis permasalahan dan faktor keberhasilan dalam

proses pelaksanaan pembangunan sehingga dapat menjadi

umpan balik bagi perbaikan kebijakan pembangunan

kesehatan pada tahap berikutnya. Oleh sebab itu

diperlukan penjabaran dari kerangka evaluasi yang ada di

RPJMN 2015-2019 sebagai acuan dalam pelaksanaan

evaluasi. Kerangka evaluasi antara lain meliputi tujuan

evaluasi, waktu pelaksanaan evaluasi, sumber data

evaluasi, pelaksana dan penerima hasil evaluasi, jenis

evaluasi yang digunakan dan mekanisme evaluasi.

Kerangka evaluasi pembangunan nasional dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Evaluasi Kinerja Rencana dan

Anggaran Pembangunan Bidang Kesehatan

Page 38: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pembahasan terkait jenis evaluasi dan metode evaluasi

akan dibahas di Bab 3 ini, sedangkan terkait mekasnime

evaluasi dan pelaporan terpadu akan dibahas di Bab 4.

2.1. Evaluasi Pembangunan bidang Kesehatan

Evaluasi adalah penilaian secara sistematis dan objektif

atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang

sedang berlangsung atau yang telah selesai. Dalam rangka

menjamin pelaksanaan evaluasi dilakukan secara tepat dan

lebih terukur, maka proses penyusunan

kebijakan/program/kegiatan harus memenuhi kaidah-

kaidah logical framework atau Kerangka Kerja Logis (KKL).

Pengukuran pencapaian kinerja suatu

kebijakan/program/kegiatan dapat dilakukan melalui

beberapa jenis evaluasi. Jenis evaluasi yang pertama adalah

Evaluasi Pengukuran Kinerja, yang dilakukan dengan

Page 39: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

membandingkan realisasi dengan target yang telah

ditetapkan (gap analysis). Jenis evaluasi yang kedua adalah

Evaluasi Proses yaitu melihat gambaran proses pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan. Sedangkan jenis evaluasi yang

ketiga adalah Evaluasi Komprehensif yaitu evaluasi yang

dilakukan dengan mengukur relevansi, efisiensi, efektivitas,

dampak dan keberlanjutan

kebijakan/program/kegiatan. Selain itu ada evaluasi Ex-ante

yang dilaksanakan pada tahap perencanaan untuk memilih

alternatif kebijakan dan melihat struktur dan sistematika

penyusunan dokumen perencanaan.

Evaluasi Pengukuran Kinerja (gap analysis) wajib

dilakukan pada semua kebijakan/program/kegiatan yang

ada dalam dokumen perencanaan pembangunan kesehatan

(Renstra, Renja dan RKA). Untuk program/kegiatan tertentu

yang ingin fokus pada perbaikan pelaksanaan bisa

ditambahkan dengan Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Kesehatan. Evaluasi yang menyeluruh

mencakup aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan

keberlanjutan dipilih bagi kebijakan strategis/program besar

karena membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Detail dari ketiga jenis evaluasi ini akan diuraikan secara

lengkap pada Bab 3 Jenis dan Metode Evaluasi.

2.2. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis untuk Evaluasi

Sebelum melakukan evaluasi maka perlu dilakukan

rekonstruksi kerangka kerja logis, pemilihan indikator yang

akan dievaluasi dan penentuan metode evaluasi. Kerangka

Page 40: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Kerja Logis (KKL) memiliki peran yang cukup penting dalam

menstrukturkan kebijakan/program/kegiatan. KKL

diperlukan untuk mendapatkan outlines bagaimana

kebijakan/program/kegiatan saling terkait dan bekerja

dengan baik untuk mencapai sasaran pembangunan. KKL

berbentuk diagram/bagan yang menggambarkan hubungan

antara input-proses-output-outcome-impact dalam

pelaksanaan suatu kebijakan/program/kegiatan. Oleh

karena itu KKL sangat penting dalam proses perencanaan,

pelaksanaan maupun evaluasi. Fungsi KKL pada masing-

masing tahap pembangunan adalah sebagai berikut:

d. Tahap Perencanaan dan Penyusunan

Kebijakan/Program/Kegiatan

KKL membantu menyusun struktur dan organisasi suatu

desain program berdasarkan pemahaman yang sama.

Pada tahap perencanaan, membangun KKL memerlukan

banyak riset, pengalaman dan studi terkait strategi yang

akan digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Struktur KKL membantu untuk menyamakan

pemahaman akan parameter dan ekspektasi yang

diharapkan, serta melihat perubahan yang diharapkan

dapat terwujud dari pencapaian

kebijakan/program/kegiatan.

e. Tahap Pelaksanaan Kebijakan/Program/Kegiatan

KKL membantu pelaksana untuk fokus terhadap rencana

yang telah disusun dan mengidentifikasi serta

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk memantau

Page 41: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

perkembangan pelaksanaan untuk menjamin tercapainya

sasaran yang diinginkan. Menggunakan KKL selama

pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan mengharuskan

para pengambil kebijakan untuk fokus dalam mencapai

hasil. Lebih lanjut, KKL membantu pengambil kebijakan

untuk memprioritaskan aspek-aspek dalam program yang

penting dalam rangka melihat, melaporkan dan

melakukan penyesuaian yang diperlukan.

f. Tahap Evaluasi Kebijakan/Program/Kegiatan

Tujuan utama penggunaan KKL pada tahap evaluasi

adalah untuk meningkatkan pemahaman bagaimana

proses suatu kebijakan/program/kegiatan dirumuskan

dan dilaksanakan. Pada tahap evaluasi dilakukan

rekonstruksi terhadap KKL yang telah disusun di tahap

perencanaan. Jika KKL sudah disusun dengan baik dan

keterkaitan antara input-proses-output-outcome-impact

terlihat maka KKL tersebut dapat langsung digunakan

untuk melakukan evaluasi. Namun jika KKL belum ada

atau belum disusun dengan baik, maka perlu dilakukan

perbaikan atau rekonstruksi KKL untuk menstrukturkan

kembali kebijakan/program/kegiatan sehingga

keterkaitan antara input-proses-output-outcome-impact

menjadi jelas. Perbaikan ini perlu dilakukan untuk

memudahkan proses evaluasi antara lain dengan KKL

sehingga pemilihan pertanyaan evaluasi dapat dilakukan

dengan tepat, target kinerja dan indikator yang

Page 42: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

komprehensif dan relevan teridentifikasi dengan lebih

baik dan jelas sehingga lebih mudah di evaluasi.

Dengan kata lain, setelah KKL tersusun kembali atau

diperbaiki, dapat membantu di dalam penyusunan desain

evaluasi. Desain evaluasi meliputi tipe pertanyaan dan

pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, indikator

pengukuran, identifikasi target, baseline data, sumber data

yang diperlukan, instrumen pengumpulan data dan analisis

data.

Langkah – Langkah Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis

untuk Evaluasi :

Langkah pertama yang dilakukan adalah konstruksi

ulang dari input-proses-output-outcome-impact. Untuk level

Agenda Pembangunan Nasional bidang Kesehatan dilakukan

rekonstruksi terhadap sasaran, arah kebijakan, strategi,

target dan indikator. Hasil rekonstruksi dari KKL dapat

sama dengan KKL pada tahap perencanaan, namun dapat

juga berbeda karena adanya penyesuaian, baik ditahap

pelaksanaan atau memperbaiki desain KKL yang kurang

tepat. Contoh rekonstruksi KKL pada level Misi dapat dilihat

pada gambar 2.2 dibawah ini (Contoh KKL Misi 1).

Untuk mencapai Visi Pembangunan Nasional

diwujudkan melalui 7 Misi, Misi 1 dilaksanakan melalui

Agenda 1, Agenda 1 terdiri dari 3 Sub Agenda dimana

masing-masing Sub Agenda memiliki Sasaran. Untuk

mencapai Sasaran tersebut dilaksanakan melalui Arah

Page 43: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan yang akan dicapai melalui Strategi Pembangunan

tertentu.

Gambar 2.2 Contoh Kerangka Kerja Logis pada Level

Kebijakan Nasional

Langkah penerapan KKL yang menggambarkan

hubungan antara input-proses-output-outcome-impact dalam

pelaksanaan suatu kebijakan/ program/kegiatan untuk

mencapai sasaran yang diinginkan dapat dilihat pada matrik

dibawah ini:

Page 44: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Gambar 2.3 Langkah Penerapan Kerangka Kerja Logis

Langkah-langkah Rekonstruksi KKL untuk Evaluasi

1) Pengecekan Identifikasi Permasalahan dan Pernyataan

Dampak yang Diinginkan.

a. Pengecekan Identifikasi Permasalahan yang dihadapi

Target Group/Masyarakat dan penyebab permasalahan

yang mendorong perlunya program, antara lain:

a.1. Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan

program dibutuhkan;

a.2.Penyebab utama terjadinya permasalahan

tersebut;

a.3. Kemudian dilakukan reviu apakah pemilihan

penyebab utama memang sudah

memperhitungkan akan mampu ditangani

melalui program tersebut. Data ini bisa diambil

dari hasil evaluasi sebelumnya.

Page 45: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

b. Pengecekan Pernyataan Dampak yang Ingin dicapai

b.1. cek kembali pernyataan dampak dari pelaksanaan

program yang sudah ada dalam KKL

b.2. Pernyataan dampak harus merefleksikan situasi

yang ingin dicapai terkait dengan permasalahan

yang dihadapi

b.3. Jika pernyataan dampak dalam KKL sudah sesuai,

maka dapat langsung digunakan dalam KKL untuk

evaluasi. Namun jika pernyataan dampak kurang

sesuai maka dapat dilakukan perbaikan pada KKL.

2) Pengecekan terhadap Rantai Sebab-Akibat dari Outcome

yang menghasilkan dampak yang diperlukan untuk

mengatasi permasalahan:

a. Cek kembali rangkaian sebab-akibat dari outcome

langsung dan outcome antara yang dibutuhkan untuk

menangani kondisi/masalah dan mencapai dampak

yang diinginkan.

b. Outcome Antara (Intermediate Outcome) merupakan

rangkaian manfaat yang menuju pada dampak.

c. Outcome Langsung (Immediate Outcome) adalah

manfaat yang merupakan efek langsung dari hasil

program.

3) Pengecekan terhadap Apa yang Dilakukan Program

untuk Mencapai Setiap Manfaat.

a. Cek kembali output, kegiatan dan input.

b. Jika output, kegiatan dan input dalam KKL sudah

benar maka tidak perlu dilakukan perubahan, namun

Page 46: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

jika belum sesuai maka perlu dilakukan perbaikan

dalam KKL.

4) Pengecekan Kriteria Keberhasilan dalam KKL dari Setiap

Tingkat, yaitu Dampak, Outcome, Output dan Input.

a. Berdasarkan dampak, outcome, output, dan input yang

telah ada maka dilakukan pengecekan terhadap

kriteria keberhasilan pada masing-masing tingkat.

b. Jika kriteria keberhasilan pada masing-masing tingkat

(dampak, outcome, output dan input) sudah disusun

dengan tepat maka tidak perlu diperbaiki namun jika

belum tepat maka KKL perlu diperbaiki.

5). Reviu terhadap Indikator-Indikator Kinerja yang

Relevan untuk Setiap Kriteria Sukses.

a. Setelah melakukan pengecekan terhadap kriteria

keberhasilan pada masing-masing tahap, selanjutnya

dilakukan reviu terhadap indikator kinerja yang tepat,

yang relevan dengan kriteria sukses tersebut, baik

untuk level dampak, outcome, output maupun input.

b. Indikator yang tepat harus memenuhi kriteria Specific,

Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound

(SMART).

c. Jika indikator sudah tepat dan memenuhi kriteria

indikator yang baik maka indikator dalam KKL tidak

perlu diperbaiki namun jika ada beberapa indikator

yang belum tepat maka perlu dilakukan perbaikan.

Page 47: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2.3. Pemilihan dan Penetapan Indikator untuk Evaluasi

Indikator kinerja merupakan bagian penting dalam

evaluasi karena indikator merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur berhasil atau tidaknya capaian

pembangunan. Dalam dokumen perencanaan yang

akuntabel telah tersedia sasaran dan indikator kinerja yang

relevan dan tepat, konsisten dan koheren serta sesuai

dengan hierarkinya, mulai dari dampak, outcome, output, dan

input yang berguna untuk mempermudah evaluasi.

Berdasarkan fungsinya, indikator kinerja

dikelompokkan ke dalam beberapa jenis antara lain

indikator input, indikator output, indikator outcome dan

indikator dampak. Berdasarkan sifatnya, indikator kinerja

dibagi menjadi indikator kuantitatif dan indikator kualitatif.

Indikator kuantitatif berupa data numerik, diukur dengan

satuan angka/unit melalui perhitungan, kejadian atau

jumlah orang yang menyatakan pandangan. Indikator ini

dapat berupa angka, persentase, rasio dan indeks. Indikator

kualitatif menggambarkan kondisi atau keadaan tertentu

yang ingin dicapai, melalui penambahan informasi tentang

skala atau tingkat pelayanan yang dihasilkan. Indikator

kualitatif menjadi pelengkap informasi yang tidak dapat

diberikan secara kuantitatif, misalnya situasi/sikap/tingkah

laku (penguasaan terhadap suatu pelatihan), persepsi

(kualitas pelayanan publik) atau proses (bagaimana sesuatu

dilakukan). Pengumpulan informasi untuk indikator ini

umumnya dilakukan melalui wawancara, observasi, atau

interpretasi.

Page 48: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Indikator kinerja yang baik adalah indikator yang

memenuhi kriteria SMART yaitu:

a. Specific/Spesifik (S), indikator harus jelas dan fokus

sehingga tidak menimbulkan multitafsir.

b. Measurable/Terukur (M), artinya dapat diukur dengan

skala penilaian tertentu (kuantitas atau kualitas). Untuk

jenis data dalam bentuk kualitas dapat dikuantitatifkan

dengan persentase atau nominal. Terukur juga berarti

dapat dibandingkan dengan data lain dan jelas

mendefinisikan pengukuran.

c. Achievable (A), artinya dapat dicapai dengan biaya yang

masuk akal dan dengan metode yang sesuai, serta berada

di dalam rentang kendali dan kemampuan unit kerja

dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan.

d. Result-Oriented/Relevant (R), artinya terkait secara logis

dengan kebijakan/program/kegiatan yang diukur,

tupoksi serta realisasi tujuan dan sasaran strategis

organisasi.

e. Time-Bound (T), artinya memperhitungkan rentang waktu

pencapaian, untuk analisis perbandingan kinerja dengan

masa-masa sebelumnya. Dapat dilakukan dalam jangka

waktu tertentu.

2.3.1. Tahapan Pemilihan Indikator untuk Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator

yang ada di dokumen perencanaan dievaluasi. Perlu dipilih

indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang

terpenting untuk dievaluasi. Berikut tahapan pemilihan

Page 49: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan pembangunan

untuk evaluasi:

a. Membuat Daftar Alternatif Indikator Kinerja untuk Setiap

Kebijakan/Program/Kegiatan

Berdasarkan indikator yang ada dalam dokumen

perencanaan dan telah direkonstruksi sebagaimana

disampaikan diatas, maka disusun daftar indikator

kinerja kebijakan/program/kegiatan yang akan dipilih

untuk dievaluasi. Evaluasi tidak perlu dilakukan terhadap

keseluruhan indikator karena keterbatasan waktu, tenaga

dan biaya. Untuk itu cukup dipilih indikator yang paling

mewakili atau paling menunjukkan kinerja suatu

kebijakan/program/kegiatan. Pemilihan indikator ini

dilakukan melalui workshop antara K/L dan Bappenas

atau dapat juga menggunakan metode lainnya dalam

rangka mencapai kesepakatan bersama sebagaimana

dapat dilihat pada Gambar 2.4. Mekanisme Pemilihan

Indikator.

Dalam rangka menyusun daftar indikator kinerja untuk

kegiatan evaluasi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Apakah indikator mengukur langsung target yang

diharapkan?

2. Apakah indikator ada pada tingkat yang sesuai (tidak

lebih tinggi atau lebih rendah sesuai dengan tingkatan

KKL)?

3. Secara objektif dapat diukur.

4. Dapat mengukur secara memadai pertanyaan capaian.

Page 50: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

5. Sedapat mungkin bersifat kuantitatif, namun demikian

indikator kualitatif juga dapat digunakan sebagai

pelengkap informasi.

b. Memilih Indikator Kinerja yang Memenuhi Kriteria

Pemilihan

Tahapan berikutnya adalah melakukan pengujian apakah

indikator memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut:

1. Indikator memiliki pengertian yang jelas.

2. Data tersedia dengan mudah.

3. Upaya pengumpulan data dalam jangkauan.

4. Representatif untuk keseluruhan hasil yang

diharapkan.

5. Indikator terlihat dan dapat diamati.

6. Indikator sulit didapat tetapi penting, sehingga harus

dipertimbangkan (Indikator Proxy).

Berdasarkan penilaian tersebut, maka dipilih indikator

yang memiliki nilai tertinggi. Banyaknya indikator kinerja

kebijakan/program/kegiatan yang ditetapkan tergantung

dari kompleksitas kebijakan/program/kegiatan dan sasaran

yang ditetapkan. Namun jumlah indikator perlu dibatasi

pada indikator yang mewakili dimensi paling mendasar,

paling sensitif dan penting dari tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam berbagai best practices dan referensi, jumlah indikator

kinerja pada tingkat kebijakan/program sebanyak 1-2

indikator dan pada tingkat kegiatan sebanyak 1-3 indikator.

Hal ini memungkinkan penanggung jawab indikator dapat

Page 51: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

mengelolanya dengan baik. Penilaian terhadap indikator

yang akan dipilih dapat menggunakan tabel berikut:

Tabel 2.4 Pemilihan Indikator

Berdasarkan indikator yang sudah ada dalam daftar

alternatif indikator, masing-masing diberi nilai

berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebagaimana

diatas. Jika memenuhi kriteria maka diberi nilai 1 dan

jika tidak memenuhi kriteria maka diberi nilai 0. Nilai

pada masing-masing indikator kemudian dijumlahkan

dan menjadi nilai total. Indikator yang memiliki nilai total

tertinggi maka akan dipilih sebagai indikator yang

memenuhi kriteria penilaian.

2.3.2. Mekanisme Penetapan Indikator untuk Evaluasi

Dalam rangka menjamin ketepatan pemilihan indikator

yang digunakan untuk evaluasi, maka perlu disusun

mekanisme pemilihan indikator yang melibatkan para

stakeholder di Kementerian/Lembaga dan Bappenas.

Langkah-langkah pemilihan indikator adalah sebagai

berikut:

Page 52: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

a. Perumusan Metode, Koridor dan Panduan Pemilihan

Indikator

Mekanisme pemilihan indikator kinerja dimulai dengan

pengumpulan data dan informasi terkait perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja. Kemudian Unit Kerja

Eselon I merumuskan koridor dan metode pemilihan

indikator.

b. Pemilihan Indikator untuk Evaluasi

Unit Kerja Eselon I melakukan pemilihan indikator

berdasarkan koridor dan metode pemilihan indikator yang

mengacu pada poin a dan b pada Tahapan Pemilihan

Indikator di atas dan berkoordinasi dengan Biro

Perencanaan dan Anggaran.

c. Workshop Pemilihan Indikator

Daftar indikator yang sudah dipilih kemudian dibahas

dalam workshop yang lintas program seluruh Unit Kerja

Eselon I dan Unit Kerja Eselon II, yang dalam hal ini

diwakili oleh Sekretaris Ditjen., Sekretaris Badan, Kepala

Biro dan Kepala Pusat, untuk membuat kesepakatan

dalam menetapkan indikator-indikator yang akan

dievaluasi yang dikoordinir oleh Biro Perencanaan dan

Anggaran.

d. Penetapan Indikator Terpilih

Indikator yang sudah ditetapkan disampaikan ke

Bappenas dan ke semua stakeholder (pihak yang

berkepentingan).

Page 53: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Gambar 2.4 Mekanisme Penetapan Indikator untuk

Evaluasi di Kementerian Kesehatan

Page 54: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 JENIS DAN METODE EVALUASI

Jenis evaluasi yang digunakan dalam pedoman ini

terdiri dari 4 (empat) jenis evaluasi yaitu Evaluasi Ex-ante,

Pengukuran Kinerja, Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana

Pembangunan dan Evaluasi Kebijakan Strategis/Program

Besar. Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan

evaluasi. Evaluasi Ex-ante digunakan khusus pada tahap

perencanaan untuk memilih alternatif terbaik dari berbagai

alternatif yang ada. Pada tahap pelaksanaan rencana

pembangunan, evaluasi bisa menggunakan satu jenis atau

kombinasi ketiganya secara bersamaan. Secara detail,

evaluasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1. Evaluasi Ex-ante

Evaluasi Ex-ante merupakan evaluasi yang

dilaksanakan pada tahap perencanaan. Evaluasi ini

digunakan untuk:

1. Memilih Alternatif Terbaik dari Berbagai Alternatif yang

Ada

Evaluasi Ex-ante dilakukan dengan menggunakan metode

cost benefit analysis, yaitu menghitung biaya dan

manfaatnya. Jika menggunakan cara A, maka berapa

biaya yang dibutuhkan dan berapa keuntungannya serta

apa kerugiannya. Jika menggunakan cara B, maka berapa

biaya yang dibutuhkan dan berapa keuntungannya serta

apa kerugiannya. Selanjutnya dipilih alternatif dengan

biaya terendah namun memiliki manfaat yang terbesar.

Evaluasi ini sebaiknya digunakan untuk

Page 55: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

program/kegiatan strategis terutama untuk kegiatan

infrastruktur.

2. Memastikan Dokumen Perencanaan Disusun Secara

Terstruktur, Koheren dan Sistematis

Evaluasi Ex-ante digunakan untuk memastikan relevansi

antara kondisi saat ini, kebutuhan dan permasalahan

yang dihadapi dengan sasaran yang ingin dicapai. Juga

melihat konsistensi arah kebijakan dan strategi

pembangunan yang akan digunakan untuk mencapai

sasaran tersebut. Hal ini untuk menjamin

kebijakan/program/kegiatan yang diambil pemerintah

tepat sasaran.

Evaluasi Ex-ante juga digunakan untuk memastikan

bahwa perencanaan telah berpedoman dan sejalan dengan

dokumen perencanaan yang levelnya lebih tinggi. Selain itu

juga melihat target yang ingin dicapai dan indikator yang

digunakan, apakah sudah sesuai dengan kriteria yang ada

dan realistis. Melalui evaluasi Ex-ante diharapkan dokumen

perencanaan tersusun secara terstruktur, koheren dan

sistematis.

Untuk melihat struktur dan sistematika dokumen

perencanaan maka metode yang paling tepat digunakan

adalah penilaian cepat (rapid assessment). Metode penilaian

cepat dilakukan melalui penelaahan dokumen (document

review), wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).

Mekanisme Evaluasi Ex-ante Proses Penyusunan

Dokumen Perencanaan:

Page 56: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

a. Penelaahan Konsistensi Antar Dokumen

Perencanaan

Konsistensi antar dokumen perencanaan ini perlu

dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan nasional

jangka panjang/menengah. Untuk itu, tema dan arah

kebijakan pada dokumen RPJMN harus mengacu dan

sejalan dengan RPJPN, sasaran, dan arah kebijakan pada

dokumen RKP dan Renstra K/L harus mengacu pada

dokumen RPJMN dan seterusnya.

Gambar 3.1 Konsistensi Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan

Konsistensi keterkaitan antar dokumen perencanaan juga

dapat terlihat dari konsistensi

kebijakan/program/kegiatan, sasaran, indikator, dan

target yang terdapat pada RPJMN, Renstra, RKP dan

Renja.

Page 57: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

b. Penelaahan Penyusunan Kebijakan/Program/Kegiatan

Dalam melakukan reviu ini, hal pertama yang perlu

dilakukan adalah menelaah KKL yang telah tersedia

dalam dokumen. Penelaahan ini diperlukan untuk

memahami struktur KKL dalam rangka memahami

outlines bagaimana kegiatan dilaksanakan untuk

mencapai sasaran yang diinginkan. Kerangka ini

menggambarkan hubungan antara input-proses-output-

outcome-impact dalam pelaksanaan suatu

kebijakan/ program/kegiatan. Penelaahan proses

penyusunan kebijakan/program/kegiatan antara lain

dilakukan dengan:

i. Mereviu Permasalahan

Logika dasar dalam kebijakan/program/kegiatan

adalah untuk menyelesaikan permasalahan dan

memenuhi kebutuhan. Untuk itu perlu dilakukan reviu

permasalahan dan kebutuhan yang menjadi dasar

perumusan tujuan/sasaran yang konkrit, realistis dan

relevan.

ii. Mereviu Formulasi Sasaran

Setelah melihat permasalahan dan kebutuhan maka

dilakukan reviu terhadap sasaran yang telah disusun.

Sasaran harus terkait dengan permasalahan,

kebutuhan, dan kondisi saat ini. Untuk Sasaran Pokok

Nasional dalam RPJMN, selain memperhatikan hal

tersebut perlu juga memperhatikan visi dan misi

Presiden dan sasaran pembangunan pada level yang

Page 58: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

lebih tinggi yaitu RPJPN. Menentukan sasaran yang

terukur secara konkrit, realistis, dan relevan

merupakan hal yang penting dalam mengukur

keberhasilan kebijakan/program/kegiatan. Sasaran

berguna untuk:

a) Mengklarifikasi hubungan antara sasaran

kebijakan/ program/kegiatan dengan sasaran pada

level yang lebih tinggi dan juga mengklarifikasi

hubungan dengan permasalahan dan kebutuhan.

b) Memberikan pemahaman yang sama mengenai hal

apa yang penting untuk dicapai.

c) Sebagai dasar dalam mendefinisikan kriteria sukses

dari kebijakan/program/kegiatan dan untuk

menentukan indikator yang spesifik untuk

pengukuran kinerjanya.

d) Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi atas hal

yang sudah dicapai.

Jika sasaran samar dan terlalu umum maka akan

sulit untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan

pemerintah berhasil atau tidak.

iii. Mereviu Konsistensi Arah Kebijakan dan Strategi

Pembangunan dengan Sasaran

Arah kebijakan merupakan kebijakan utama yang

diambil dalam rangka mencapai sasaran yang telah

ditetapkan. Arah kebijakan memuat strategi yang berisi

program-program pembangunan. Untuk menjamin

tercapainya sasaran maka perlu dilakukan reviu

Page 59: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

terhadap konsistensi arah kebijakan dan strategi

pembangunan dengan sasaran yang telah ditetapkan.

iv. Mereviu Ketepatan Indikator Kinerja

Dilakukan reviu terhadap ketepatan indikator yang

digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan

atau kegagalan atas pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan. Indikator yang

digunakan harus memenuhi kriteria SMART (Specific,

Measurable, Achieveble, Result Oriented, dan Time-

Bound).

c. Penyampaian Rekomendasi Perbaikan

Hasil reviu dan rekomendasi perbaikan terhadap

dokumen perencanaan disampaikan kepada unit kerja

yang bertanggungjawab terhadap penulisan dokumen.

Hasil rekomendasi digunakan sebagai bahan perbaikan

draft dokumen perencanaan agar tersusun dokumen

perencanaan yang koheren, terstruktur dan sistematis.

Proses evaluasi Ex-Ante dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.2 Proses Evaluasi Ex-Ante

Page 60: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

3.2. Evaluasi Pengukuran Kinerja

Evaluasi pengukuran kinerja adalah evaluasi yang

digunakan untuk mengukur kinerja

kebijakan/program/kegiatan dengan membandingkan antara

capaian dengan targetnya. Salah satu informasi yang

digunakan dalam melakukan evaluasi pengukuran kinerja

adalah menggunakan hasil pemantauan, antara lain

menggunakan aplikasi e-monev yang memantau

pelaksanaan rencana pembangunan secara triwulanan. Hasil

pemantauan dapat dijadikan sebagai parameter dalam early

warning system.

Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan menggunakan

metode Gap Analysis. Metode ini membandingkan antara

capaian kinerja (apa yang sudah dicapai) dengan target

kinerja (apa yang harus dicapai). Gap dapat terjadi apabila

capaian kinerja berbeda dengan target kinerja, atau hasil

yang dicapai selama pelaksanaan berbeda dengan hasil yang

diharapkan dalam perencanaan. Dengan kata lain Gap

Analysis merupakan langkah untuk membandingkan kondisi

saat ini dengan yang seharusnya, sebagaimana tergambar

berikut ini:

Page 61: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Gambar 3.3 Gap Analysis antara Capaian Kinerja Dengan

Target Kinerja

Gap antara capaian kinerja dengan target kinerja dapat

bernilai posistif (+) maupun negatif (-). Gap bernilai (+) jika

capaian kinerja lebih besar dari target kinerja, sebaliknya

gap akan bernilai (-) jika capaian kinerja lebih kecil dari

target kinerja.

Metode Gap analysis atau “analisis kesenjangan” bermanfaat

untuk :

1. Menilai tingkat kesenjangan antara capaian kinerja

dengan target yang ditetapkan.

2. Mengetahui tingkat peningkatan kinerja yang diperlukan

untuk menutup kesenjangan tersebut.

3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait

prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan.

Page 62: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Langkah-langkah Utama yang Perlu Dilakukan Dalam Gap

Analysis :

1. Identifikasi kondisi aktual dan capaian kinerja.

2. Melakukan analisis kesenjangan (gap analysis) dengan

membandingkan capaian kinerja dengan target kinerja.

3. Reviu permasalahan/faktor keberhasilan dengan

menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan

melakukan analisis permasalahan/faktor keberhasilan

berdasarkan besar atau kecilnya gap.

4. Menyusun desain pemecahan masalah apabila gap

negatif.

5. Menentukan tindak lanjut yang diperlukan.

Gambar 3.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan Gap Analysis

Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap

keseluruhan dokumen perencanaan, karena sifatnya yang

lebih sederhana yaitu hanya dengan membandingkan

capaian dengan target sehingga tidak membutuhkan analisis

Page 63: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

yang rumit. Fokus evaluasi ditujukan untuk mengetahui

hasil capaian kinerja pembangunan, identifikasi

permasalahan, dan tindak lanjut yang direkomendasikan.

Dalam rangka memberikan informasi yang kredibel dan

bermanfaat maka evaluasi harus didukung oleh data dan

informasi yang akurat dan up to date. Mekanisme

pengumpulan data biasanya menggunakan penelaahan

dokumen (document review), data survei yang dilakukan

sendiri maupun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga

lain seperti BPS, World Bank, UNDP dan sebagainya.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, evaluasi

pengukuran kinerja tidak hanya membandingkan capaian dan

target namun juga perlu menjelaskan hal-hal yang menjadi

faktor keberhasilan suatu kebijakan/program/kegiatan

maupun menjelaskan permasalahan yang menyebabkan

kebijakan/ program/ kegiatan tidak berhasil mencapai target

yang telah ditetapkan. Analisis ini sangat penting sebagai

masukan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran

pada periode selanjutnya serta pengambilan kebijakan atas

pelaksanaan program/kegiatan, apakah program/kegiatan

tersebut akan dilanjutkan, dihentikan atau dikembangkan.

3.2.1. Pertanyaan Evaluasi Pengukuran Kinerja

Pertanyaan evaluasi yang diajukan dalam pelaksanaan

evaluasi pengukuran kinerja antara lain:

Page 64: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan terkait Pengukuran Evaluasi

Kinerja

3.2.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam evaluasi ini menggunakan

data sekunder seperti reviu dokumen, pemanfaatan data

hasil survei dan hasil penelitian dan metode pengumpulan

data lainnya yang diperlukan.

Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data pada Evaluasi

Pengukuran Kinerja

3.3. Evaluasi Proses Pelaksanaan

Evaluasi proses pelaksanaan rencana pembangunan

umumnya dilaksanakan selama fase implementasi untuk

mendeskripsikan proses pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan. Mengidentifikasi fungsi-fungsi

mana yang telah berjalan dengan baik dan mana yang tidak,

menilai apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan

rencana, dan melihat permasalahan dalam pelaksanaan

untuk mencegah kegagalan pelaksanaan. Evaluasi proses

Page 65: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

akan selesai dilakukan di akhir pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan dengan melihat pelaksanaan

dari awal hingga akhir.

Dalam pelaksanaan evaluasi proses, data output

dikumpulkan dalam waktu reguler untuk mengawasi dan

mendeskripsikan bagaimana aktivitas dari pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan. Hasil evaluasi proses

digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan sehingga lebih efektif.

Evaluasi proses memiliki cakupan yang lebih detail

terkait pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan, sehingga

menghasilkan beberapa manfaat tambahan. Manfaat

tersebut antara lain memungkinkan evaluator mengevaluasi

secara kritis jumlah dan jenis sumber dana dan sumber daya

yang dialokasikan seperti staf, perjalanan, pelatihan, dan

pengeluaran lainnya. Evaluasi alokasi sumber dana dan

sumber daya pada evaluasi proses juga dapat memberikan

umpan-balik yang lebih mendetail terkait berbagai macam

aspek pelaksanaan dimana hal tersebut menjadi bagian yang

sangat penting di dalam perbaikan pelaksanaan. Dengan

evaluasi proses pelaksanaan, evaluator dapat memahami

secara lebih baik hubungan antara intervensi, sumber dana

dan sumber daya dengan outcome yang dicapai.

Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah metode

kualitatif dan kuantitatif atau kombinasi dari keduanya.

Metode kualitatif dilakukan apabila evaluator hanya

memiliki sedikit informasi tentang aktivitas

kebijakan/program/kegiatan, kebijakan/program/kegiatan

Page 66: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

menggunakan metode yang tidak biasa, dan dasar

pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan meragukan.

Metode kualitatif mampu memberikan informasi yang kaya,

detail, mendalam dan memberikan informasi hubungan

antar ide. Namun, apabila evaluator sudah memahami

kebijakan/program/kegiatan dengan baik dan ingin

mendapatkan data mengenai frekuensi dan intensitas

pelayanan yang konsisten dan dapat dipercaya, maka dapat

menggunakan metode kuantitatif.

Mekanisme evaluasi proses pelaksanaan adalah sebagai

berikut :

1. Mendeskripsikan Kebijakan/Program/Kegiatan:

Mendefinisikan dasar penyusunan, tujuan, sasaran, arah

kebijakan, strategi, dan outcome yang diharapkan dalam

bentuk KKL (lihat Sub Bab 2.2). Selanjutnya deskripsi

kebijakan/program/kegiatan harus lengkap dan

mendetail antara lain mencakup komponen, elemen

rekomendasi, konsistensi, tingkatan serta jangkauan

kebijakan/program/kegiatan. Konsistensi mengacu pada

kualitas implementasi dan sejauh mana target group

menerima dan menggunakan sumber daya dan sumber

dana dan jangkauan mengacu pada sejauh mana target

group utama yang diinginkan ikut berpartisipasi dalam

pelaksanaan kebijakan/program/ kegiatan.

2. Membangunan Daftar Pertanyaan:

Page 67: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Langkah ini mengikutsertakan identifikasi dari

informasi yang dibutuhkan untuk menjawab setiap

pertanyaan evaluasi proses.

3. Menentukan Metode:

Isu-isu utama yang dipertimbangkan dalam

merencanakan metode evaluasi proses yaitu desain

(kapan waktu pengumpulan data), sumber data

(darimana informasi diperoleh), alat atau pengukuran

yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data, prosedur

pengumpulan data, strategi manajemen data, dan

analisis data atau rencana sintesis data.

4. Mempertimbangkan Faktor Internal dan Eksternal:

Mempertimbangkan faktor internal seperti sumberdaya,

konteks, struktur, sistem organisasi dan karakterisik

kebijakan/program/ kegiatan dan faktor eksternal

seperti, politik, ukuran dan kompleksitas

kebijakan/program/kegiatan.

5. Melakukan Finalisasi Rencana Evaluasi Proses

Tahapan ini merupakan tahap finalisasi untuk

memastikan bahwa rencana evaluasi proses telah sesuai

dengan yang diharapkan, dengan cara meninjau kembali

rencana evaluasi proses yang melibatkan berbagai

stakeholder. Stakeholder diharapkan terlibat dalam

proses penilaian dalam pelaksanaan, apakah tujuan

kebijakan/program/ kegiatan sesuai ekspektasi

stakeholder, dan sesuai dengan standar utilitas,

kelayakan, kepatutan dan akurasi evaluasi.

6. Melaksanakan Evaluasi Proses

Page 68: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Rencana evaluasi proses yang telah disusun kemudian

dilaksanakan untuk mengevaluasi kegiatan/program/

kebijakan yang dikehendaki.

Mekanisme Evaluasi Proses dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 0.10 Mekanisme Evalusi Proses Pelaksanaan

3.3.1. Pertanyaan Evaluasi Proses Pelaksanaan

Pertanyaan evaluasi menjelaskan isu kunci yang akan

dieksplorasi oleh evaluator. Pertanyaan evaluasi dibangun

oleh pelaksana kebijakan/program/ kegiatan dan evaluator.

Pertanyaan evaluasi proses berbentuk pertanyaan-

pertanyaan deskriptif untuk menjelaskan pelaksanaan

kebijakan/program/ kegiatan yang meliputi aspek proses,

kondisi, pandangan, hubungan organisasi atau network.

Page 69: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Jawaban dari masing-masing pertanyaan memberikan

informasi penting untuk meningkatkan pemahaman

terhadap proses pelaksanaan. Pertanyaan deskriptif dapat

menjadi dasar dari analisis deskriptif dalam evaluasi proses.

Pertanyaan deskriptif yang digunakan antara lain

pertanyaan yang mampu mendeksripsikan hal berikut :

a. Mendeskripsikan proses pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan kebijakan/program/

kegiatan berdasarkan pertanyaan siapa, apa, kapan,

dimana, bagaimana, dan melalui pertanyaan langsung

(straight-forward).

c. Mendeskripsikan latar belakang dari kegiatan atau

proyek, termasuk aspek dari: kepemilikan, harmonisasi,

kesesuaian, hasil, dan akuntabilitas bersama.

d. Mendeskripsikan organisasi: struktur, peraturan dan

aturan, budaya, dan lain sebagainya.

e. Mendeskripsikan input, output, dan aktivitas dalam

pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.

f. Mengkonfirmasi apakah pelaksanaan kebijakan/

program/ kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana.

g. Memberikan informasi untuk memperbaiki pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan.

Pertanyaan evaluasi yang diajukan dalam

pelaksanaan Evaluasi Proses Pelaksanaan antara lain:

Page 70: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.2 Pertanyaan Terkait Evaluasi Proses

Pelaksanaan

4.3.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian yang penting di

dalam kegiatan evaluasi termasuk dalam evaluasi proses.

Metode pengumpulan data di dalam evaluasi proses terdiri

dari beberapa metode antara lain interview, observasi, focus

group, reviu dokumen dan laporan-laporan pelaksanaan yang

terkait kebijakan/program/kegiatan untuk dilakukan

penilaian. Selain metode pengumpulan data tersebut,

pengumpulan data dalam evaluasi proses dapat dilakukan

dengan metode lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Tujuan dari tiap-tiap metode pengumpulan data

berbeda-beda seperti dijabarkan dalam tabel dibawah ini:

Page 71: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.4 Metode Pengumpulan Data pada Evaluasi Proses

Pelaksanaan

4.4. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

Evaluasi kebijakan strategis/program besar merupakan

penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif terkait

aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan

keberlanjutan dari pelaksanaan kebijakan/program dengan

menunjukkan hubungan sebab-akibat akan kegagalan atau

keberhasilan pelaksanaan kebijakan/program. Evaluasi

kebijakan strategis/program besar dilakukan untuk

memberikan informasi yang dapat dipercaya/kredibel,

bermanfaat dan mampu untuk memberikan pembelajaran

(lesson learned) ke dalam proses pengambilan keputusan

terkait perencanaan dan penganggaran.

Kriteria kebijakan strategis/program besar antara lain:

a. memiliki dampak langsung dan besar kepada masyarakat;

b. memiliki anggaran besar;

c. mendukung secara langsung pencapaian agenda

pembangunan nasional;

Page 72: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

d. mendukung pencapaian prioritas nasional;

e. merupakan arahan direktif presiden; dan

f. pertimbangan lainnya.

Evaluasi dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas untuk

meyakinkan bahwa tujuan kebijakan/program dapat dicapai.

Akuntabilitas dapat dinilai dari hasil yang dinikmati oleh

masyarakat yang menjadi target group, ini berarti inti dari

akuntabilitas kebijakan/program adalah akuntabilitas

terhadap outcomes yang dapat diwujudkan oleh

kebijakan/program tersebut.

3.4.1. Pertanyaan Evaluasi Kebijakan Strategis/Program

Besar

1. RELEVANSI

Relevansi melihat sejauh mana tingkat kesesuaian antara

tujuan kebijakan/program dengan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat.

Tabel 3.5 Peryamyaan Evaluasi Kebijakan Strategis/

Program Besar

PERTANYAAN EVALUASI RELEVANSI:

Apakah ada relevansi antara capaian yang dihasilkan

kebijakan/program dengan kebutuhan masyarakat, baik di

tingkat local, regional maupun internasional?

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang diperlukan

2. EFISIENSI

Efisiensi fokus kepada hubungan antara kegiatan, output

(produk dan layanan), dan hasil yang diinginkan dengan

Page 73: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

sarana yang digunakan. Dinilai dengan menggunakan

pertanyaan apakah untuk mencapai hasil yang diinginkan

telah menggunakan input berupa sumber daya dan dana

(keuangan, SDM, waktu dll) serendah mungkin dan proses

yang paling efisien. Efisiensi dapat dilakukan melalui

pengukuran efisiensi biaya dan efisiensi kinerja.

a. Efisiensi Biaya

Efisiensi biaya menggambarkan perbandingan antara

anggaran dengan biaya aktual yang terjadi.

Tabel 3.6 Daftar Pertanyaan Evaluasi Efisiensi Biaya

PERTANYAAN EVALUASI EFISIENSI BIAYA:

Kuantitas Bagaimana perbandingan output yang

dihasilkan dengan biaya per unit output

(unit cost)

Kualitas Apakah program menunjukkan peraikan

efisiensi dalam pelaksanaanya?

Apakah rencana perbaikan sudah

direncanakan dan dilaksanakan untuk

meningkatkan efisiensi?

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang

diperlukan

b. Efisiensi Kinerja

Efisiensi kinerja menggambarkan hubungan antara

barang/jasa yang dihasilkan dengan sumberdaya yang

diperlukan yang diukur dengan biaya per unit keluaran

(output).

Page 74: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.7 Daftar Pertanyaan Evaluasi Kinerja

PERTANYAAN EVALUASI EFISIENSI KINERJA:

Kuantitas Bagaimana perbandingan output yang

dihasilkan dengan biaya per unit output

(unit cost)

Kualitas Apakah program menunjukkan peraikan

efisiensi dalam pelaksanaanya?

Apakah rencana perbaikan sudah

direncanakan dan dilaksanakan untuk

meningkatkan efisiensi?

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang

diperlukan

Dalam banyak aspek, ukuran efisiensi diukur

menggunakan ukuran Economic Internal Rate of Return

(EIRR) dan Financial Internal Rate of Return (FIRR). Output

atau outcome yang dihasilkan dengan menggunakan input

yang lebih sedikit dan dengan biaya yang lebih rendah.

3. EFEKTIVITAS

Efektifitas menggambarkan ketepatan hasil yang telah

dicapai sesuai dengan target dan manfaat yang diharapkan

dan seberapa jauh hasil pencapaian tersebut telah

ditindaklanjuti.

Page 75: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pertanyaan yang digunakan untuk menilai efektivitas

kebijakan/program antara lain:

Tabel 3.8 Daftar Pertanyaan tentang Efektifitas

PERTANYAAN EFEKTIVITAS:

Kuantitas Apakah program mencapai target-target yang

telah ditetapkan?

Apakah realisasi output/outcome yang

dihasilkan lebih besar sama dengan dari target

output/outcome?

Kualitas Apakah kinerja berdasarkan target dan

indikator menjunjukkan adanya kemajuan dari

tahun ke tahun?

Apakah target suatu kelompok program tidak

tercapai bagaimana efeknya pada kinerja

program lainnya?

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang diperlukan

4. IMPACT (DAMPAK)

Dampak merupakan kondisi perubahan pada

masyarakat sebagai hasil dari pencapaian pelaksanaan

kebijakan/program dan akibat-akibat lain yang terjadi baik

positif maupun negatif sebagai konsekuensi dari keberadaan

kebijakan/program. Evaluasi Dampak biasanya dilakukan

terhadap kebijakan strategis/program besar.

Metode Evaluasi Dampak tergolong sulit dilakukan

karena membutuhkan biaya yang mahal, data yang banyak

Page 76: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

dan komplek, membutuhkan alokasi waktu yang banyak

dan sumber daya manusia yang kompeten. Demikian juga

hambatan lainnya dalam melakukan evaluasi ini adalah

sulitnya menjaga validitas data dan informasi, karena

evaluasi dilakukan setelah akhir intervensi pembangunan

dalam rentang waktu yang lebar. Hal ini juga

memungkinkan munculnya faktor-faktor lain mengganggu

baik secara positif atau negatif untuk mengubah hasil yang

diinginkan. Selanjutnya ada kemungkinan perubahan aspek

sosial dan ekonomi yang akan mempengaruhi dampak dari

kebijakan/program tersebut.

Metode Evaluasi Dampak yang bisa digunakan adalah:

1. Melakukan pengamatan terhadap kelompok, dua

kelompok yaitu kelompok yang ”menerima intervensi

kebijakan/program” (treatment group) dengan kelompok

yang ”tidak menerima intervensi kebijakan/program”

(control group), kemudian membandingkan kedua

kelompok tersebut setelah program selesai.

2. Membandingkan ”kondisi kelompok sebelum

mendapatkan intervensi program” dengan ”kondisi

kelompok tersebut setelah mendapatkan intervensi

program”.

Pertanyaan yang digunakan untuk menilai dampak

kebijakan/program antara lain:

Page 77: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 3.9 Daftar Pertanyaan Dampak

PERTANYAAN DAMPAK

Kuantitas Apakah kebijakan/program memiliki

dampak yang diinginkan oleh masyarakat

(individu, rumah tangga, lembaga, dll)?

Apakah terdapat akibat-akibat yang tidak

diperkirakan, baik positif maupun negative

bagi penerima kebijakan/program?

Kualitas Apakah dampak yang ditimbulkan

merupakan hasil intervensi dari

kebijakan/program atau disebabkan

karena adanya kebijakan/program lainnya?

Apakah kesejahteraan penerima manfaat

berubah sebagai hasil dari

kebijakan/program?

Bagaimana perbedaan kondisi penerima

kebijakan/program sebelum dan sesudah

mendapatkan intervensi?

Pertanyaan-pertanyaan Evaluasi lainnya yang

diperlukan

5. KEBERLANJUTAN

Keberlanjutan melihat sejauh mana manfaat yang

dihasilkan oleh kebijakan/program berlanjut setelah

Page 78: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

intervensi kebijakan/program berakhir, dan apa yang terjadi

atau mungkin terjadi sebagai efek positif dari

kebijakan/program.

Tabel 3.10 Daftar Pertanyaan Keberlanjutan

Pertanyaan Keberlanjutan:

Apakah ada pengaruh positif yang dihasilkan setelah

kebijakan/program selesai atau berakhir?

Pertanyaan-pertanyaan Evaluasi lainnya yang

diperlukan

4.4.2. Metode Pengumpulan Data Evaluasi Kebijakan

Strategis/Program Besar

Tabel 3.11

Metode Pengumpulan Data Evaluasi Kebijakan Strategis atau

Program Besar

Jenis Evaluasi

Metode

Pengumpulan Data

Tujuan

Evaluasi

Kebijaka

n

Kuesioner,

survey,

checklist

Mengumpulkan informasi

secara cepat dan banyak

dari responden dengan cara

yang aman

Reviu

Dokumen

Mengumpulkan data untuk

mendapatkan kesan tentang

bagaimana suatu program

dijalankan (dokumen,

notulen, dsb).

Interview Mengumpulkan data terkait

Page 79: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Strategis

/Program

Besar

pengalaman atau kesan

responden, atau lebih jauh

lagi tentang pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan.

Observasi Untuk mendapat informasi

yang akurat tentang

bagaimana suatu program

berjalan (proses).

Focus Group Mengeksplorasi lebih jauh

tentang suatu program

Studi Kasus Untuk memahami atau

mendapatkan pemahaman

yang mendalam melalui

pembandingan dengan

beberapa kasus.

Metode pengumpulan data lainnya yang diperlukan

Page 80: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 4

MEKANISME MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis dan metode

yang ada, mekanisme monitoring dilakukan terhadap

rencana tahunan seperti RKA, Renja, RKP, Rencana Aksi

Nasional, Rencana Aksi Program dan Kegiatan secara

triwulanan menggunakan sistem aplikasi e-monev

(Kemenkeu dan Bappenas) dan sistem lain seperti SISPAN

(Sistem Pemantauan) Kantor Staf Kepresidenan serta sistem

pelaporan manual lainnya. Sedangkan Evaluasi

dikelompokkan dalam evaluasi rencana pembangunan

tahunan dan jangka menengah. Evaluasi rencana

pembangunan tahunan, seperti RKP dan Renja Kementerian

Kesehatan dilakukan setiap tahun sekali, sedangkan

evaluasi rencana pembangunan jangka menengah, seperti

Renstra Kementerian Kesehatan dilakukan setidaknya 2x

(dua kali) dalam satu periode yaitu Evaluasi Paruh Waktu

dan Evaluasi Akhir.

Dalam bab 4 ini akan dibahas mekanisme monitoring

dan evaluasi Renja, RKP, RKA, Renstra Kementerian

Kesehatan serta pelaporan hasil evaluasi termasuk

mekanisme verifikasi capaian atas indikator-indikator diatas

Page 81: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

sesuai dengan tuntutan validitas data capaian dalam aplikasi

sistem berbasi online (e-monev) dan pelaporan manual

lainnya. Secara Umum Mekanisme monitoring dan pelaporan

dilakukan secara berjenjang sesuai dengan diagram berikut:

Diagram 4.1 Mekanisme Monitoring dan Pelaporan

Kemenkes Secara Umum

Page 82: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

4.1. Mekanisme Evaluasi RKP, Renja dan Renstra

Kementerian Kesehatan

Dalam melakukan evaluasi RKP, Renja dan Renstra

Kementerian Kesehatan dapat menggunakan jenis evaluasi

yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan evaluasi, yaitu

dapat menggunakan evaluasi pengukuran kinerja, evaluasi

proses pelaksanaan rencana pembangunan dan evaluasi

kebijakan strategis/program besar.

Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada dan

waktu maka jenis evaluasi yang wajib dilaksanakan untuk

mengevaluasi RKP, Renja dan Renstra adalah jenis Evaluasi

Pengukuran Kinerja untuk pengukuran seluruh

kebijakan/program/kegiatan yang ada dalam dokumen

perencanaan. Sedangkan evaluasi proses pelaksanaan dan

evaluasi kebijakan strategis atau program besar

dilaksanakan sesuai kebutuhan (lihat Bab 3 Jenis dan

Metode Evaluasi). Mekanisme Evaluasi RKP, Renja dan

Renstra dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 83: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Diagram 4.2 Mekanisme Evaluasi RKP, Renja dan Renstra

Kementerian Kesehatan

4.1.1.Penyusunan evaluasi RKA Kementerian Kesehatan

Penyusunan evaluasi RKA Kementerian Kesehatan

dilakukan secara berjenjang dari Satuan Kerja dan diverifikasi

masing-masing Unit Eselon II yang memiliki koordinasi

Monitoring dan Evaluasi Program (Sekretariat Eselon I atau

Biro Perencanaan dan Anggaran di Unit Sekretariat Jenderal)

melalui aplikasi e-monev Kementerian Keuangan.

Sekretariat Jenderl c.q Biro Perencanaan dan

Anggaran melakukan evaluasi RKA pada e-monev

Kementerian Keuangan dengan melakukan Evaluasi Kinerja

atas Aspek Konteks yang mencantumkan informasi kinerja

yang tertuang dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran

Page 84: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Kementerian/Lembaga dan mengisikan capaian indikator

sasaran strategis Kementerian. Berdasarkan masukan dari

setiap Eselon I secara berjenjang Biro Perencanaan juga

menyusun laporan RKA melalui aplikasi e-monev tersebut

pula.

Diagram 4.3 Mekanisme Evaluasi RKA/ Kinerja Anggaran

4.1.2.Penyusunan evaluasi RKP dan Renja Kementerian

Kesehatan

Penyusunan Evaluasi RKP dan Renja dimulai dengan

evaluasi Unit Kerja yang dilakukan oleh masing-masing

Eselon I penanggung jawab Unit Kerja sesuai dengan tugas

Page 85: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

dan kewenangan masing-masing. Hasil evaluasi tersebut

kemudian disampaikan kepada Sekretaris Jenderal cq. Biro

Perencanaan dan Anggaran untuk dikoordinasikan dan

dikonsolidasikan menjadi Laporan Evaluasi Renja

Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disampaikan kepada

Menteri. Menteri selanjutnya akan menyampaikan hasil

evaluasi Renja tersebut kepada Bappenas sebagai bahan

untuk evaluasi RKP selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah

tahun anggaran berakhir.

Evaluasi Renja dilakukan untuk menilai keberhasilan

pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasarkan

indikator dan sasaran kinterja yang tercantum dalam Renstra.

Masing-masing Eselon I melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan Renja periode sebelumnya di lingkungan

Kerjanya dengan melakukan pengukuran terhadap indikator

dan sasaran kinerja yang telah ditetapkan.

Sumber data utama evaluasi RKP dan Renja adalah

data/informasi pemantauan kinerja pada triwulan keempat.

Laporan evaluasi RKP dan Renja merupakan Laporan

Tahunan atas Kinerja Kementerian Kesehatan berdasarkan

pada Rencana Strategis dan visi/misi Kementerian Kesehatan.

Laporan hasil evaluasi RKP dan Renja mencakup hasil

evaluasi yang sudah dilakukan antara lain evaluasi

pengukuran kinerja, evaluasi proses pelaksanaan maupun

evaluasi kebijakan strategis/program besar/program prioritas.

4.1.3.Penyusunan Evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan

Page 86: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Mekanisme evaluasi Renstra secara umum sama dengan

evaluasi Renja, hanya waktunya saja yang berbeda. Jika

evaluasi Renja dilakukan setiap tahun, evaluasi Renstra

dilakukan 2x (dua kali) dalam satu periode yaitu Evaluasi

Paruh Waktu Renstra dan Evaluasi Akhir Renstra.

Penyusunan evaluasi Renstra dimulai dengan evaluasi Unit

Kerja yang dilakukan oleh masing-masing Eselon I

penanggung jawab Unit Kerja dengan tugas dan kewenangan

masing-masing. Evaluasi Renstra juga memperhatikan hasil

evaluasi Renja periode Renstra berjalan sebagai bahan

masukan. Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan

kepada Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan

Anggaran untuk dikoordinasikan dan dikonsolidasikan

menjadi Laporan Evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan

yang selanjutnya disampaikan kepada Menteri. Menteri

selanjutnya akan menyampaikan hasil evaluasi Renstra

tersebut kepada Bappenas sebagai bahan untuk melakukan

evaluasi RPJMN.

Evaluasi Renstra dilakukan untuk melihat kesesuaian

kebijakan/program/kegiatan terhadap pencapaian visi dan

misi Kementerian Kesehatan serta menilai manfaat/dampak

dan keberlanjutan suatu program. Evaluasi Renstra juga

melihat kontribusi capaian kinerja Unit Eselon I

terhadap capaian target nasional. Evaluasi Renstra harus

dilengkapi dengan hasil analisis yang menjelaskan

permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya target

pada suatu program atau menjelaskan faktor-faktor

pendorong keberhasilan program. Oleh karena Renstra

Page 87: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

merupakan dokumen jangka menengah maka evaluasi harus

mampu menggambarkan pencapaian outcome dan impact

dari pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.

4.2. Jadwal dan Pelaporan Hasil Evaluasi

Pada bulan Januari–Februari seluruh Eselon I

melakukan penyusunan evaluasi Renja di masing-masing Unit

Kerjanya. Hasil evaluasi Renja unit Eselon I disampaikan

kepada Sekretaris Jenderal yang dikoordinir dan

dikonsolidasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran, yang

kemudian diteruskan kepada Menteri. Hasil evaluasi Renja

tersebut selanjutnya disampaikan kepada Bappenas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

nomor 1 tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi

Pembangunan Nasional, disampaikan bahwa pada bulan

Januari-Februari bersamaan dengan penyusunan evaluasi

Renja K/L, Bappenas juga menyusun draft awal evaluasi RKP.

Pada bulan Maret Bappenas melakukan evaluasi Agenda

Pembangunan Nasional dan Evaluasi Bidang/Lintas

Bidang/Regional. Selanjutnya Bappenas juga melakukan

konsolidasi dan koordinasi terhadap hasil evaluasi Renja dari

seluruh Kementerian dan Lembaga untuk disusun menjadi

draf akhir laporan evaluasi RKP. Finalisasi laporan evaluasi

RKP dilaporkan oleh Bappenas kepada Presiden pada bulan

April.

Pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Page 88: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

tersebut disampaikan pula bahwa Bappenas melakukan

Evaluasi Paruh Waktu RPJMN yang dimulai sejak bulan Mei

tahun ke-3 RPJMN. Untuk itu pada bulan Juni-Juli, seluruh

Unit Eselon I Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan

laporan Evaluasi Paruh Waktu Renstra. Hasil evaluasi Paruh

Waktu Renstra disampaikan ke Bappenas sebagai bahan

untuk melakukan penyempurnaan draft awal evaluasi Paruh

Waktu RPJMN.

Pada bulan Desember tahun ke-4 Renstra, Unit Eselon I

melakukan dan menyusun laporan Renstra di masing-masing

Unit Kerjanya. Hasil evaluasi Renja unit Eselon I

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal yang dikoordinir dan

dikonsolidasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran, yang

kemudian diteruskan kepada Menteri. Hasil evaluasi Renja

tersebut selanjutnya disampaikan kepada Bappenas sebagai

bahan untuk penyempurnaan draf awal evaluasi RPJMN yang

disusun oleh Bappenas.

Page 89: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Diagram 4.3 Matriks Jadwal Evaluasi Renja dan Renstra Kementerian

Kesehatan

Page 90: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Diagram 4.4 Skema Pelaporan Hasil Evaluasi di Kementerian Kesehatan

Page 91: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

4.2 Mekanisme Verifikasi/Konfirmasi/Validasi

Validasi Data Capaian

Proses verifikasi/konfirmasi/validasi

data capaian yang telah diinput ke dalam

aplikasi online atau laporan manual sangat

penting dilakukan untuk memastikan valid

tidaknya data yang telah dilaporkan. Upaya

verifikasi/konfirmasi/validasi data capaian

tersebut dapat dilakukan dengan

membandingkan data capaian dengan sumber

data yang menjadi dasar data capaian

tersebut atau dengan membandingkan

keterangan pelaksana kegiatan, dokumen,

laporan atau output yang dihasilkam di

lapangan.

Proses verifikasi/konfirmasi/validasi

data capaian dapat dilakukan untuk semua

data capaian (seluruh populasi) jika sumber

daya yang memungkinkan atau memilih

sampel berdasarkan asumsi jumlah eror yang

akan diterima. Adapun alur pikir yang dapat

Page 92: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

digunakan dalam melakukan proses tersebut

dapat berdasarkan berikut :

Diagram 4.5 Alur Fikir Mekanisme Verifikasi

Langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah:

1) Menentukan jumlah populasi dari data

capaian yang akan dilakukan

verifikasi/konfirmasi/validasi. Misalnya

akan dilakukan validasi capaian

komponen apada e-monev di suatu

satuan kerja maka dihitung

berdasarkan perkalian jumlah

komponen yang ada dan output yang

ada.

2) Dilakukan pemilihan metode verifikasi

berdasarkan berdasarkan jumlah

Page 93: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

populasi yang ada, jika kurang dari 100

item maka dapat dilakukan verifikasi

secara total dengan pertimbangan

sumber daya memadai. Sebaliknya jika

populasi lebih dari 100 item maka

dapat dilakukan proses

verifikasi/konfirmasi/validasi data

dengan mengambil sampel dari

populasi yang ada dengan asumsi

tingkat keyakinan tertentu.

3) Pengambilan sampel dapat

menggunakan metode sampling

berdasarkan statistik (metode sampling

statistik) dan diluar metode statistika

(metode non statistik). Perbandingan

antara metode sampling tersebut dapat

dilihat melalui tabel berikut :

Metode

Sampling

Sampling

Statistik

Sampling Non

Statistik

Analisis Menggunakan

rumus

/formula

Tidak

menggunakan

rumus/formula

Page 94: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

statistik,

sehingga

judgement

yang akan

digunakan

harus

dikuantifikasi

lebih dahulu

sesuai

kebutuhan

formula

statistik,

sehingga

judgement yang

akan

digunakan

tidak perlu

dikuantifikasi

Pemilihan

Sampel

Harus acak

(random)

Boleh acak,

boleh pula

tidak

Sebagai Dasar Pemilihan Sampel secara

statistik maka menggunakan Tabel Berikut

ini :

Page 95: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 4.6 Pemilihan Sample dengan Asumsi Resiko Verifikasi dengan Tk. Pengendalian Rendah

Tolerable Rate (Selisih Hasil yang Dapat Ditoleransi)

E P D R 2 % 3 % 4 % 5 % 6 % 7 % 8 % 9 % 1 0 % 1 5 % 2 0 %

0,00%

149(0)

99(0) 74(0) 59(0) 49(0) 42(0) 36(0) 32(0) 29(0) 19(0) 14(0)

.25 236(1)

157(1)

117(1)

93(1) 78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 30(1) 22(1)

.50 * 157(1)

117(1)

93(1) 78(10

66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 30(1)

30(1)

30(1)

22 (1)

.75 * 208(2)

117(1)

93(1) 78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 22(1)

1.00 * * 156(2)

93(1) 78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 22 (1)

1.25 * * 156(12)

124(2)

78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1)

46(1)

30(1) 22 (1)

1.50 * * 192(3)

124(2)

103(2)

66(1) 58(1) 51(1) 30(1) 22 (1)

1.75 * * 227(4)

153(3)

103(2)

88(2) 77(2) 51(1) 46(1) 30(1) 22 (1)

2.00 * * * 181(4)

127(3)

88(2) 77(2) 68(2) 46(1) 30(1) 22 (1)

2.25 * * * 208(5)

127(3)

88(2) 77(2) 68(2) 61(2) 30(1) 22 (1)

2.50 * * * * 150(4)

109(3)

77(2) 68(2)

68(2)

61(2) 30(1) 22 (1)

2.75 * * * * 173(5)

109(3)

95(3) 61(2) 30(1) 22 (1)

3.00 * * * * 195(6)

129(4)

95(3) 84(3) 61(2) 30(1) 22 (1)

3.25 * * * * * 148(5)

112)4) 84(3) 61(2) 30(1) 22 (1)

3.50 * * * * * 167(6)

112(4) 84(3) 76(3) 40(2) 22 (1)

3.75 * * * * * 185(7)

129(5) 100(4) 76(3) 40(2) 22 (1)

Page 96: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

EPDR (Estimated Population Deviation Rate) merupakan potensial proporsi deviasi

dari populasi aslinya. Kombinasi antara pemilihan EPDR dan Tolarable Rate akan

mempengaruhi jumlah sampel yang akan diambil. Setelah dilakukan pemilihan EPDR

dan tolerable rate dari populasi yang ada maka dilakukan penyesuaian jumlah sampel

mengingat tabel 4.6 untuk jumlah populasi diatas 5.000 item. Adapun

perhitungannya sebagaimana berikut :

n definitif = n x {1 – (n / N)} ; n=jlh sampel dari tabel; N total populasi

4.00 * * * * * *

*

146(6) 100(4) 89(4) 40(2) 22 (1)

5.00 * * * * * * 158(8) 116(6) 40(2) 30 (2)

6.00 * * * * *

*

* * * 179(11) 50(3) 30 (2)

7.00 * * * * * * * * 68(5) 37 (3)

Page 97: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Contoh : Total Populasi (N) : 525, tolerable rate : 10% dan EPDR : 1%; maka

dari tabel tersebut diperoleh jumlah sampel estimasi sebanyak 46 Item

Jumlah Sampel Definitifnya menjadi = 46 x {1- (46/525)} = 42 item

Jadi diambil 42 Sampel Item dari Populasi yang ada untuk dilakukan

verifikasi lebih anjut

Untuk dapat melakukan langkah-langkah tersebut dengan baik dapat

menggunakan tools verifikasi menggunakan cara sampling statistik sesuai

dengan format berikut ini :

Page 98: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Form 4.7 Form Verifikasi Data Capaian Secara Metode

Statistik

FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA STATISTIK

Uraian Pelaksana Verifikator:

Nama Verifikator

Unit

Jabatan

Jenis Verifikasi Data

Nama Program/Kegiatan

A. Langkah Pelaksanaan Verifikasi

1. Penentuan Jumlah Populasi Ya Tidak

Jumlah Satker (A.1)

Jumlah Output (A.2)

Jumlah Indikator Outtput

(A.3)

Jumlah Komponen (A.4)

Grand Total (N)

2. Pemilihan Jumlah Sampel

(Lihat Tabel 4.6)- n

Ya Tidak

Tolerable Rate

EPDR

{1-(n/N) }

Jumlah Sampel Definitif

{1-(n/N) } x n

3. Pengambilan Sample Sesuai jumlah Sampel Definitif Ya Tidak

Page 99: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA STATISTIK

Secara Random

B. Pelaksanaan Verifikasi Ya Tidak

1. Semua Sampel yang diverifikasi sudah dikroscheck

dengan data dukung dan sumber capaian?

Ya Tidak

2. Semua sampel yang diverifikasi sudah sama dengan

data dukung dan sumber capaian?

Ya Tidak

3. Jika Jawaban poin 2 tidak, maka dilakukan pencatatan data capaian

yang merupakan temuan

3.1 Jumlah Temuan Sampel yang tidak didukung

dengan sumber data/ data dukung

3.2 Temuan Sampel sudah diperbaiki jumlah capaian

dan data dukungnya

Ya Tidak

C. Membuat Kesimpulan Hasil Verifikasi Data Capaian Ya Tidak

Kesimpulan :

Berdasarkan Tolerabel Rate : ....... maka diperoleh kesimpulan bahwa data

capaian E-Monev Bappenas/ DJA/ Laporan Lainnya sudah sesuai dengan

sumber data/ data dukung yang ada

Tanda Tangan Pelaksana Verifikator

Disahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Mengetahui Atasan Langsung PPK

Page 100: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Form 4.7 Form Verifikasi Data Capaian Secara Metode

Non Statistik (Penilaian Profesional Verifikator)

FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA NON-STATISTIK

Uraian Pelaksana Verifikator:

Nama Verifikator

Unit

Jabatan

Lama Pengalaman Sebagai

Verifikator/ Evaluator

Jenis Verifikasi Data

Nama Program/Kegiatan

D. Langkah Pelaksanaan Verifikasi

4. Penentuan Jumlah Populasi Ya Tidak

Jumlah Satker (A.1)

Jumlah Output (A.2)

Jumlah Indikator Outtput

(A.3)

Jumlah Komponen (A.4)

Grand Total (N)

5. Pemilihan Jumlah Sampel melalui Penilaian

Verifikator

Ya Tidak

Dasar Formula yang diambil

Page 101: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA NON-STATISTIK

Justifikasi Pengambilan Formula :

6. Pengambilan Sample Secara Random Ya Tidak

E. Pelaksanaan Verifikasi Ya Tidak

4. Semua Sampel yang diverifikasi sudah dikroscheck

dengan data dukung dan sumber capaian?

Ya Tidak

5. Semua sampel yang diverifikasi sudah sama dengan

data dukung dan sumber capaian?

Ya Tidak

6. Jika Jawaban poin 2 tidak, maka dilakukan pencatatan data capaian

yang merupakan temuan

3.1 Jumlah Temuan Sampel yang tidak didukung

dengan sumber data/ data dukung

3.2 Temuan Sampel sudah diperbaiki jumlah capaian

dan data dukungnya

Ya Tidak

F. Membuat Kesimpulan Hasil Verifikasi Data Capaian Ya Tidak

Kesimpulan :

Berdasarkan Penilaian Verifikator, menggunakan mekanisme formula

................................... maka diperoleh kesimpulan bahwa data capaian E-

Monev Bappenas/ DJA/ Laporan Lainnya sudah sesuai dengan sumber data/

data dukung yang ada

Tanda Tangan Pelaksana Verifikator

Disahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Mengetahui Atasan Langsung PPK

Page 102: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 5

MEKANISME PEMBERIAN PENGHARGAAN

DAN SANKSI

5.1 Ketentuan mengenai Penghargaan

Kriteria yang digunakan dalam penilaian

anugerah E-Monev Award yaitu dengan 3

kategori yaitu:

a. kategori kepatuhan;

b. kategori pencapaian; dan

c. kategori inovasi.

Kategori Kepatuhan dinilai dengan kriteria,

menilai jumlah pelaporan/Kelengkapan Data

pada periode tahun sebelumnya.

Kategori Pencapaian dinilai dengan kriteria,

penilaian rata-rata pencapaian Kinerja setiap

Triwulan pada tahun sebelumnya.

Kategori Inovasi dinilai dengan Kriteria, Kerja

sama Unit Kerja Eselon I Kementerian

Kesehatan untuk bersinergi dalam pelaksanaan

pelaporan Peraturan Pemerintah Nomor 39

Page 103: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

tahun 2006 dan kerja sama dalam

pengembangan penerapan aplikasi E-Monev

dalam mendukung pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006.

Pemberian Penghargaan diberikan dengan

ketentuan capaian kinerja penganggaran tahun

anggaran sebelumnya:

a. Persen (%) penyerapan anggaran paling

sedikit 95%;

b. Persen (%) realisasi capaian output paling

sedikit 95%; dan

c. Laporan keuangan unit kerja berpredikat

wajar tanpa pengecualian (WTP).

5.2 Bentuk Penghargaan

Penghargaan yang diberikan kepada unit

kerja dapat berupa:

a. Penghargaan e-monev award sebagai

apresiasi kepada Unit Eselon I

sebagai pembina program dan

Satuan Kerja (Kantor Pusat, Daerah

dan Dekonsentrasi) yang memenuhi

kriteria pemenuhan kepatuhan

Page 104: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

pelaporan, capaian kinerja dan

ketepatan waktu pelaporan sesuai

dengan.

b. Penambahan formasi Jabatan

Fungsional Perencana untuk Unit

Eselon I dan/atau Satuan Kerja

yang secara konsisten mendapat

penghargaan e-monev award secara

tiga tahun berturut-turut namun

tetap mempertimbangkan keuangan

negara dan analisis jabatan yang

ada.

c. Penambahan alokasi anggaran

secara proporsional untuk Unit

Eselon I dan/atau Satuan Kerja

yang secara konsisten mendapat

penghargaan e-monev award secara

lima tahun berturut-turut namun

tetap mempertimbangkan capaian

kinerja rencana dan anggaran dan

keuangan negara.

Page 105: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2. Ketentuan mengenai Sanksi:

Sanksi dikenakan paling banyak sebesar

sisa anggaran yang dapat

dipertanggungjawabkan (SAYTD) kepada

unit kerja dengan ketentuan:

a. Tidak boleh menghambat pencapaian

target pembangunan;

b. Tidak boleh menurunkan pelayanan

kepada publik; dan

c. Memperhatikan arah kebijakan

penganggaran pada tahun anggaran

berjalan