KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG...
Transcript of KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … Pedoman... · Nomor : xxx /yyy/zzz/2018 TENTANG...
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor : xxx /yyy/zzz/2018
TENTANG
PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN
BIDANG KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa agar Perencanaa,
Penganggaran dan pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dapat berjalan efektif, efisien dan tepat
waktu serta sesuai dengan rencana yang disusun, dipandang perlu
untuk menyempurnakan dan menetapkan kembali ketentuan-ketentuan tentang monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program Pembangunan Kesehatan.
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menindaklanjuti Peraturan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional nomor 1 tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional
maka Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 656 tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan dan
Peraturan Menteri Keuangan nomor
214/PMK.02/2017 tentang
Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nom or 4 7, Tam bahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistern Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembar Negara Nom or 4421 );
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014, Nomor 126 tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
7. Undang Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4406);
11. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Rcpublik lndoensia Tahun 2006 Nomor 96);
12. Peraturan Presiden RI Nomor 7 tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara;
13. Peraturan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan
dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran;
14. Peraturan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 tahun 2017
tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana
dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.O2/2Ol5 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan dan
Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/ Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2056);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
48 Tahun 2017 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
19. Peraturan Direktur Jenderal
Anggaran No PER-01/AG/2018 Tahun 2018 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Evaluasi Kinerja
Anggaran.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERTAMA : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN
EVALUASI KINERJAN RENCANA DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN
KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum Pertama tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum
Kedua agar digunakan sebagai pedoman oleh Unit Kerja Eselon I dan Eselon II, Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dan Satuan Kerja Kantor Daerah serta Satuan Kerja Dekonsentrasi yang
melaksanakan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) Bidang Kesehatan Pelaksana Dana Kantor Pusat, Dana
Vertikal/Kantor Daerah, Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan) dalam monitoring dan
evaluasi.
KEEMPAT : Segala biaya yang timbul sebagai
pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan Pedoman ini dibebankan pada APBN, APBD
atau Sumber biaya lain yang tidak mengikat.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
MEMUTUSKAN
Menetapka
n
: PERATURAN MENTERI KESEHATAN
TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA RENCANA DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG
KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Menteri adalah Menteri Kesehatan sebagai pimpinan
tertinggi di Kementerian Kesehatan.
2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang
selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian
Kesehatan, yang selanjutnya disebut Renstra, adalah
dokumen perencanaan Kementerian Kesehatan untuk
periode 5 (lima) tahun.
5. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1
(satu) tahun.
6. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian
Kesehatan atau Renja, adalah dokumen perencanaan
Kementerian Kesehatan untuk periode 1 (satu) tahun.
7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Kesehatan
yang selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah dokumen
rencana keuangan tahunan Kementerian Kesehatan yang
disusun menurut Bagian Anggaran
Kementerian/Lembaga dan Rencana Pembangunan
Tahunan Kementerian Kesehatan atau Renja untuk
periode pelaksanaaan 1(satu) tahun anggaran.
8. Rencana Aksi Nasional merupakan serangkaian kegiatan
dan anggaran yang ditentukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang penetapannya dilakukan oleh Kementerian
Koordinator atau Kementerian Lainnya yang melibatkan
lintas sektor.
9. Rencana Aksi Program adalah serangkaian kegiatan dan
anggaran yang ditentukan oleh setiap Eselon I untuk
mencapai sasaran indikator Program baik yang
merupakan prioritas nasional maupun prioritas bidang.
10. Rencana Aksi Kegiatan adalah serangkaian output dang
anggarannya yang disusun untuk mencapai indikator
kegiatan yang telah ditetapkan.
11. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker
Pusat/Kantor Pusat adalah dokumen pelaksanaan
anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Pusat Kementerian Nagara/Lembaga. Termasuk
didalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU)
12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker
Vertikal/Kantor Daerah adalah dokumen pelaksanaan
anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Kantor/Instansi Vertikal Kementerian/Lembaga di
Daerah
13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dekonsentrasi
adalah dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka
kegiatan dekonsentrasi yang pelaksanaannya dilakukan
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan
oleh Gubernur
14. Monitoring/Pemantauan adalah kegiatan mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan,
mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan
yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil
tindakan sedini mungkin.
15. Evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan objektif
atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang
sedang berlangsung atau yang telah selesai.
16. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen
yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu
program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan anggaran yang ditetapkan.
17. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit,
reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
18. Arah Kebijakan adalah penjabaran misi dan memuat
strategi yang merupakan kerangka pikir atau kerangka
kerja untuk menyelesaikan masalah dalam rangka
mencapai sasaran yaitu perubahan kondisi masyarakat
yang ingin dicapai.
19. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-
program untuk mewujudkan visi dan misi.
20. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis pelaksanaan suatu program.
21. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari
kegiatan yang dilaksanakan level Unit Eselon II, keluaran
dan hasil dari program yang dilaksankan level Unit
Eselon I serta sasaran strategis Kementerian Kesehatan
dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
22. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu
atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan
tujuan yang disertai penyediaan alokasi anggaran, atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah.
23. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan
oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian
untuk pencapaian sasaran yang terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.
24. Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan yang diperlukan dalam rangka
untuk menghasilkan keluaran (output).
25. Impact adalah perubahan jangka panjang pada
masyarakat yang ingin dituju sebagai akibat dari
pelaksanaan pembangunan.
26. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah kondisi
yang akan dicapai oleh Kementerian Kesehatan, baik
berupa hasil atau dampak (impact), dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan nasional.
27. Outcome atau Sasaran Program adalah segala sesuatu
yang dihasilkan dari suatu program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam
rangka pencapaian Sasaran Strategis Kementerian
Kesehatan.
28. Output atau Sasaran Kegiatan adalah barang atau jasa
yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
kebijakan/program.
Pasal 2
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Kinerja Rencana
Pembangunan Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disebut
Pedoman, disusun bertujuan untuk memberikan panduan
bagi Unit Utama Eselon 1, Unit Teknis Eselon 2, Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan dan
pihak lain dalam melakukan evaluasi atas
kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang ada dalam
Rencana Kerja, Rencana Kerja Anggaran, Rencana Kerja
Pemerintah, dan Rencana Strategis, serta RPJMN terutama
yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Kementerian Kesehatan.
Pasal 3
1) Menteri melakukan monitoring/pemantauan dan evaluasi
kinerja rencana pembangunan bidang kesehatan dalam
konteks pelaksanaan sasaran strategis, program dan
kegiatan serta anggarannya bersumber dari APBN yang
hasilnya disampaikan kepada Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan, serta pihak
lain yang berkepentingan.
2) Monitoring/Pemantauan dan evaluasi kinerja rencana
pembangunan bidang kesehatan bersumber APBN
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
berjenjang oleh seluruh Unit Kerja berdasarkan level
eselon-nya terhadap pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran
(RKA-KL), Rencana Kerja (Renja-KL), Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), dan Rencana Strategis (Renstra).
3) Unit Kerja Eselon I melaksanakan
Monitoring/Pemantauan kinerja rencana pembangunan
bidang kesehatan bersumber APBN sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) paling tidak dilakukan secara
triwulanan dan disampaikan kepada Menteri melalui
Sekretaris Jenderal, dalam hal ini Biro Perencanaan dan
Anggaran sebagai koordinator pelaksanaan monitoring dan
evaluasi di Kementerian Kesehatan.
4) Unit Kerja Eselon I melaksanakan evaluasi kinerja rencana
pembangunan bidang kesehatan bersumber APBN
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) paling tidak
dilakukan paling tidak sekali dalam satu tahun dan
disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal,
dalam hal ini Biro Perencanaan dan Anggaran sebagai
koordinator pelaksanaan monitoring dan evaluasi di
Kementerian Kesehatan.
5) Masing-masing Pimpinan Unit Eselon I dapat
mendelegasikan koordinasi kompilasi hasil pelaksanaan
monitoring/pemantauan dan evaluasi kinerja rencana
pembangunan kesehatan pada level sasaran strategis,
program, dan kegiatan serta anggarannya dalam ayat (3)
dan (4) oleh Seluruh Unit Eselon II dan/ atau Satuan Kerja
ampuannya kepada Unit Eselon II Seperti Sekretariat
Itjen/Ditjen/Badan atau Biro Perencanaan dan Anggaran
yang memiliki fungsi sebagai koordinator pelaksanaan
monitoring/pemantauan dan evaluasi dan melaporkannya
kepada Pimpinan Eselon I-nya masing-masing minimal
empat kali untuk hasil monitoring/pemantauan dan
minimal satu kali dalam setahun untuk hasil evaluasi.
6) Unit Kerja Eselon I melaksanakan evaluasi program dan
kegiatan Kementerian Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dapat menggunakan data dukung seperti
hasil pemantauan dan evaluasi program rutin, hasil
evaluasi tematik, hasil riset, hasil survei yang
dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
kesehatan, Badan Pusat Statistik, lembaga independen
dalam negeri maupun luar negeri maupun lembaga
pendidikan perguruan tinggi atau sumber-sumber lainnya.
7) Pelaksanaan monitoring/pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) dapat
mengoptimalisasikan penggunaan perangkat (tools)
manual dan/atau perangkat (tools)/aplikasi berbasis
teknologi informasi (IT) seperti e-monev dan lain-lain
disesuaikan dengan tujuannya.
8) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat menggunakan jenis dan metode evaluasi yang
berbeda-beda sesuai dengan tujuan evaluasi.
9) Pelaksanaan evaluasi didahului dengan melakukan
rekonstruksi terhadap kerangka kerja logis
kebijakan/program/kegiatan dan disertai dengan
pemilihan indikator yang tepat untuk dievaluasi.
BAB II JENIS DAN METODE EVALUASI
Bagian Pertama
Evaluasi Ex-Ante
Pasal 4
1) Evaluasi Ex-ante dilakukan sebelum dokumen
perencanaan ditetapkan.
2) Tujuan Evaluasi Ex-ante:
a. memilih alternatif kebijakan terbaik dari berbagai
alternatif yang ada;
b. memastikan dokumen perencanaan disusun secara
terstruktur, koheren dan sistematis, antara lain dengan
cara menelaah konsistensi antar dokumen perencanaan
dan menelaah penyusunan
kebijakan/program/kegiatan dengan mereviu
permasalahan, formulasi sasaran, konsistensi arah
kebijakan dan strategi pembangunan dengan sasaran,
dan ketepatan indikator kinerja yang digunakan; dan
c. memperhatikan hubungan dan konsistensi sinkronnya
dokumen perencanaan satu dengan yang lainnya
misalnya antara indikator kinerja pada rencana renja
memiliki keterkaitan dengan rencana strategis
Kementerian Kesehatan dan seterusnya sesuai dengan
tingkatan atau cascading-nya.
3) Unit Kerja Eselon I melakukan penelaahan konsistensi
atas dokumen perencanaan untuk menjamin tujuan
nasional jangka panjang/menengah bidang kesehatan
sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
4) Unit Kerja Eselon I dalam melaksanakan sebagaimana
dalam ayat (3) memastikan agar tema dan arah kebijakan
yang masuk dalam dokumen perencanaan Kementerian
Kesehatan mengacu dan sejalan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang
Kesehatan dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) bidang
kesehatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
5) Biro Perencanaan dan Anggaran melakukan koordinasi
evaluasi ex-ante yang dilakukan Unit Kerja Eselon I dalam
ayat (3) dan (4) sehingga menghasikan dokumen
perencanaan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya
evaluasi ex-ante pada ayat (2)
Bagian Kedua
Evaluasi Pengukuran Kinerja
Pasal 5
1) Evaluasi pengukuran kinerja rencana dan anggaran
pembangunan kesehatan dilakukan untuk melihat
capaian kinerja kebijakan/program/kegiatan dengan
membandingkan antara target dengan capaian keluaran
(output) program/kegiatan serta besaran pagu anggaran
dan realisasi anggarannya.
2) Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan dengan
menggunakan metode Gap Analysis.
3) Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap
keseluruhan dokumen perencanaan.
4) Masing-masing unit Kerja Eselon I beserta jajarannya
dalam melaksanakan sebagaimana dalam ayat (1) secara
berjenjang yang dikoordinasikan oleh Unit Eselon II
Seperti Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan atau Biro
Perencanaan dan Anggaran dapat menggunakan aplikasi
e-monev ataupun aplikasi evaluasi yang terkait yang
memantau pelaksanaan rencana pembangunan dan
pelaksanaan kegiatan serta kinerja anggaran Kementerian
Kesehatan secara triwulanan.
5) Biro Perencanaan dan Anggaran melaksanakan reviu dan/
atau analisis untuk memantau pelaksanaan rencana
pembangunan secara triwulanan yang telah dilaksanakan
oleh seluruh Unit Kerja Eselon I sebagaimana dalam ayat
(4).
Bagian Ketiga
Evaluasi Proses Pelaksanaan
Pasal 6
1) Evaluasi proses pelaksanaan rencana dan anggaran
pembangunan dilakukan untuk mendeskripsikan proses
pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan
anggarannya secara mendalam.
2) Deskripsi proses pelaksanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi deskripsi pelaksanaan (siapa, apa,
kapan, dimana, bagaimana), deskripsi latar belakang,
deskripsi organisasi, deskripsi input, output dan aktivitas
pelaksanaan, besaran anggaran dan realisasinya serta hal
lain yang diperlukan.
3) Evaluasi proses pelaksanaan rencana dan anggaran
pembangunan dilakukan terhadap
kebijakan/program/kegiatan terpilih, antara lain untuk
memahami fungsi-fungsi pelaksanaan agar diketahui
fungsi mana yang berjalan dengan baik dan mana yang
tidak, serta mengidentifikasi permasalahan dalam
pelaksanaan untuk mencegah kegagalan pelaksanaan
maupun perbaikan pelaksanaan di masa yang akan
datang.
4) Masing-masing unit Kerja Eselon I beserta jajarannya
dalam melaksanakan sebagaimana dalam ayat (1) secara
berjenjang yang dikoordinasikan oleh Unit Eselon II
Seperti Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan atau Biro
Perencanaan dan Anggaran dapat menggunakan aplikasi
e-Monev untuk mengevaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan, termasuk realisasi penyerapan anggaran, di
lingkungan unit kerjanya.
5) Biro Perencanaan dan Anggaran melaksanakan reviu
untuk memantau pelaksanaan program dan kegiatan,
termasuk realisasi penyerapan anggaran secara
triwulanan yang telah dilaksanakan oleh seluruh Unit
Kerja Eselon I sebagaimana dalam ayat (4) serta
mengidentifikasi permasalah dalam proses pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan secara mendalam
sebagaimana dalam ayat (2).
Bagian Keempat
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar/
Program Prioritas
Pasal 7
1) Evaluasi kebijakan strategis/program besar merupakan
penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif
terkait aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan
keberlanjutan dari pelaksanaan kebijakan/program
dengan menunjukkan hubungan sebab akibat akan
kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan kebijakan/
program.
2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan terhadap
kebijakan/program terpilih dengan kriteria tertentu
karena membutuhkan waktu, sumber daya dan sumber
dana yang besar.
3) Kriteria kebijakan strategis/program besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki dampak langsung dan besar kepada
masyarakat;
b. memiliki anggaran besar;
c. mendukung secara langsung pencapaian agenda
pembangunan nasional;
d. mendukung pencapaian prioritas nasional; dan
e. merupakan arahan direktif presiden dan pertimbangan
lain.
4) unit Kerja Eselon I bertanggungjawab untuk
melaksanakan dan mengevaluasi atas pelaksanaan
percepatan program yang telah ditetapkan sebagai
Kebijakan Strategis/Program Besar/Program Prioritas
serta dapat mendelegasikannya pada Unit Eselon II Seperti
Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan atau Biro Perencanaan dan
Anggaran untuk melakukan koordinasi terhadap satuan
kerja ampuan unit Eselon I-nya masing-masing dalam
membuat laporannya.
5) Inspektorat Jenderal, sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, melaksanakan pengawasan intern terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya pada
percepatan program di seluruh Unit Kerja Eselon I di
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
6) Hasil pemantauan, reviu dan evaluasi yang dilaksanakan
oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Inspektorat Jenderal
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
dilaporkan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal cq.
Biro Perencanaan dan Anggaran.
7) Sekretaris Jenderal dalam melaporkan hasil
perkembangan dan evaluasi pelaksanaan program
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
mendelegasikan kepada Biro Perencanaan dan Anggaran
sebagai koordinator Evaluasi dan Pelaporan Kementerian
Kesehatan. Biro Perencanaan dan Anggaran melakukan
koordinasi pemantauan pelaksanaan program dan
menyusun laporan serta evaluasi di seluruh Unit Kerja
Eselon I dan Unit Kerja Eselon II sebagai penanggung
jawab program dan kegiatan serta melakukan verfikasi
terkait pemantauan dan pelaporan pelaksanaan program
dan kegiatan berdasarkan hasil reviu, pantauan dan
evaluasi dari Inspektorat Jenderal.
8) Hasil perkembangan dan evaluasi pelaksanaan percepatan
program sebagaimana dimaksud pada ayat (7) selanjutnya
dapat ditindaklanjuti melalui penelitian yang dilakukan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang
memiliki tugas pokok dan fungsi untuk melakukan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan penelitian dan
pengembangan di bidang biomedik dan epidemiologi klinik,
upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan,
kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia
dan humaniora kesehatan dengan berkoordinasi dengan
Biro Perencanaan dan Anggaran.
9) Hasil evaluasi dan penelitian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (6) dan ayat (9) disampaikan kepada Menteri
Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal cq. Biro
Perencanaan dan Anggaran.
10) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
disampaikan oleh Menteri minimal satu kali dalam 6
(enam) bulan atau sewaktu-waktu dibutuhkan kepada:
a. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
b. Menteri Keuangan; dan
c. Pihak lain yang membutuhkan.
BAB III
MEKANISME MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Bagian Pertama
Mekanisme Secara Umum
Pasal 8
1) Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Anggaran
secara berjenjang ke Unit Eselon I beserta jajaran masing-
masing satuan kerjanya baik Kantor Pusat, Kantor Daerah
dan Dekonsentrasi melakukan koordinasi monitoring,
evaluasi dan pelaporan rencana dan anggaran
pembangunan kesehatan level Kementerian kesehatan dan
melaporkan hasilnya kepada Menteri Kesehatan dan
Menteri lainnya.
2) Unit Kerja Eselon I kecuali Sekretariat Jenderal cq.
Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan masing-masing secara
berjenjang melakukan koordinasi monitoring, evaluasi
dan pelaporan rencana dan anggaran pembangunan
kesehatan level Program/ Eselon I dan melaporkan
hasilnya kepada Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan
dan Anggaran.
3) Biro Perencanaan dan Anggaran yang memiliki tugas dan
fungsi evaluasi Program yang terkait Sekretariat Jenderal
secara berjenjang melakukan koordinasi monitoring,
evaluasi dan pelaporan rencana dan anggaran
pembangunan kesehatan level Program/ Eselon I dan
melaporkan hasilnya kepada Sekretariat Jenderal cq. Biro
Perencanaan dan Anggaran.
4) Satuan Kerja yang terdiri Eselon II Kantor Pusat, UPT
Vertikal (Kantor Daerah), Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan melakukan monitoring, evaluasi dan
pelaporan rencana dan anggaran pembangunan kesehatan
level Satuan Kerjanya masing-masing sesuai dengan tugas
dan wewenangnya dan melaporkan hasilnya kepada Unit
Kerja Eselon I cq. Sekretariat Itjen/Ditjen/Badan/Biro
Perencanaan dan Anggaran.
5) Dalam Pelaksanaan Tugas Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan Program dalam konteks pembinaan kewilayahan
(Binwil) di Indonesia mengacu pada mekanisme yang
disebutkan pada ayat (1), (2), (3) dan (4).
6) Inspektorat Jenderal, sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, melaksanakan pengawasan intern terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya pada
pelaksanaan Rencana Kerja di seluruh Unit Kerja Eselon I
di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
7) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya, melaksanakan kajian,
survey dan/atau penelitian yang mendukung proses
monitoring, evaluasi, reviu, audit atau kegiatan
pengawasan lainnya terkait pelaksanaan Rencana Kerja di
seluruh Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian
Kesehatan.
8) Sekretariat Jenderal cq. Pusat Analisis Determinan
Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,
melaksanakan analisis faktor dan determinan yang
menentukan kebijakan pembangunan kesehatan dengan
mengutamakan penggunaan bahan hasil proses
monitoring, evaluasi, reviu, audit atau kegiatan
pengawasan lainnya terkait pelaksanaan Rencana Kerja di
seluruh Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian
Kesehatan oleh Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan
dan Anggaran dan Inspektorat Jenderal.
9) Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi setiap unit-
unit yang disebutkan ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
memastikan validitas dan keakuratan data capaian yang
dilaporkan berdasarkan mekanisme verifikasi data yang
diatur pada lampiran peraturan ini.
Bagian Kedua
Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Anggaran (RKA)
Pasal 9
1) Sekretariat Jenderal Cq. Biro Perencanaan dan Anggaran,
unit Kerja Eselon I dan Jajarannya masing-masing secara
berjenjang melakukan monitoring dan evaluasi kinerja
anggaran (RKA) Kementerian Kesehatan sesuai dengan
lingkup kewenangannya
2) Evaluasi Kinerja Anggaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan menggunakan aplikasi monitoring dan
evaluasi (e-monev) yang dikembangkan oleh Kementerian
Keuangan.
3) Sekretariat Jenderal Cq. Biro Perencanaan dan Anggaran
melakukan koordinasi pelaksanaan monitoring dan
evaluasi Kinerja Anggaran (RKA) Kementerian Kesehatan
dengan Eselon I dan jajarannya serta Kementerian
Keuangan dan Jajarannya sesuai dengan pedoman teknis
yang sudah berlaku.
Bagian Ketiga
Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Renja K/L dan/atau RKP
Pasal 10
1) Unit-unit sesuai dengan Pasal 8 secara berjenjang
melakukan evaluasi Rencana Kerja dan/atau Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Kesehatan sesuai
dengan tugas dan kewenangan masing-masing.
2) Hasil pemantauan, reviu dan evaluasi yang dilaksanakan
oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Inspektorat Jenderal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Sekretaris Jenderal untuk dikoordinasikan dan
dikonsolidasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran.
3) Laporan Evaluasi Renja dan/ atau RKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dapat ditindaklanjuti
melalui penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan yang memiliki tugas pokok
dan fungsi untuk melakukan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan penelitian dan pengembangan di bidang
biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan
masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat
kesehatan, sumber daya manusia dan humaniora
kesehatan dengan berkoordinasi dengan Biro
Perencanaan dan Anggaran.
4) Evaluasi Renja Kementerian Kesehatan sebagaimana
dimaksud ayat (3) juga memerhatikan hasil evaluasi Renja
periode Renstra Kementerian Kesehatan berjalan sebagai
bahan masukan.
5) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
disampaikan kepada Menteri Kesehatan melalui
Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Anggaran.
Biro Perencanaan dan Anggaran mengkonsolidasikan dan
mengkoordinasikan hasil tersebut untuk keberlanjutan
kegiatan tersebut di lingkungan Kementerian Kesehatan.
6) Biro Perencanaan dan Anggaran menyampaikan Laporan
Evaluasi Renja berdasarkan Hasil evaluasi dan Hasil
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat
(5) kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal
Bagian Keempat
Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Renstra K/L
Pasal 11
1) Evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan dilakukan oleh
Unit-unit sesuai dengan Pasal 8 secara berjenjang
melakukan evaluasi Rencana Kerja Kementerian
Kesehatan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-
masing.
2) Evaluasi Renstra sebagaimana dimaksud ayat (1) juga
memperhatikan hasil evaluasi Renja periode Renstra
berjalan sebagai bahan masukan.
3) Hasil pemantauan, reviu dan evaluasi yang dilaksanakan
oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Inspektorat Jenderal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal untuk
dikoordinasikan dan dikonsolidasikan oleh Biro
Perencanaan dan Anggaran.
4) Laporan Evaluasi Renstra sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) selanjutnya dapat ditindaklanjuti melalui
penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan yang memiliki tugas pokok dan
fungsi untuk melakukan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan penelitian dan pengembangan di bidang
biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan
masyarakat, pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat
kesehatan, sumber daya manusia dan humaniora
kesehatan dengan berkoordinasi dengan Biro
Perencanaan dan Anggaran.
5) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
disampaikan kepada Menteri Kesehatan melalui
Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Anggaran.
Biro Perencanaan dan Anggaran mengkonsolidasikan dan
mengkoordinasikan hasil tersebut untuk keberlanjutan
dan percepatan pelaksanaan program dan kegiatan dalam
Renstra.
6) Biro Perencanaan dan Anggaran menyampaikan Laporan
Evaluasi Renstra berdasarkan Hasil evaluasi dan Hasil
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat
(5) kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal
Bagian Kelima
Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Nasional, Rencana
Aksi Program/ Kegiatan dan/atau Tematik Lainnya
Pasal 12
1) Monitoring dan evaluasi Rencana Aksi Nasional dan/atau
tematik lainnya terkait perencanaan dan anggaran
dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal c.q Biro
Perencanaan dan Anggaran berdasarkan hasil
pelaksanaan unit eselon II yang terkait rencana aksi
nasional yang ditetapkan.
2) Monitoring dan evaluasi yang dikoordinasikan oleh
Sekretariat Jenderal c.q Biro Perencanaan dan Anggaran
pada ayat (1) minimal melibatkan tiga eselon II terkait dari
program-program yang berbeda, jika kurang dari itu dan/
atau berasal pada program yang sama maka harus
dikoordinasikan oleh Unit Eselon I c.q Sekretariat Eselon I
yang bersangkutan.
3) Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Program dilakukan
masing-masing Eselon I oleh Sekretariat yang
bersangkutan dengan berkoordinasi dengan masing-
masing satuan kerja yang berhubungan dengan program
tersebut.
4) Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Kegiatan
dilakukan oleh masing-masing satuan kerja yang
menetapkan rencana aksinya serta melaporkan hasilnya
kepada Unit Eselon II yang memiliki wewenang koordinasi
dalam monitoring dan evaluasi.
Bagian Keenam
Pelaporan Hasil Evaluasi
Pasal 13
1) Hasil evaluasi kinerja anggaran (RKA) melalui aplikasi e-
monev Kementerian Keuangan disampaikan kepada
Sekretariat Jenderal cq Biro Perencanaan dan Anggaran
Paling lambat 2 minggu setelah triwulan berakhir
2) Hasil evaluasi Renja disampaikan kepada Menteri paling
lambat 6 (enam) minggu setelah tahun anggaran berakhir.
3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun
Renja Kementerian Kesehatan periode 2 (dua) tahun
berikutnya.
4) Hasil evaluasi paruh waktu Renstra Kementerian
Kesehatan disampaikan kepada Menteri paling lambat
pada akhir Juni tahun ke-3 (tiga) RPJMN untuk Evaluasi
Paruh Waktu, sedangkan ntuk evaluasi akhir, hasil
evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan disampaikan
paling lambat akhir minggu pertama bulan Januari tahun
ke-5 (lima) RPJMN.
BAB V
PENGHARGAAN DAN SANGSI DALAM PELAPORAN
Pasal 14
1) Untuk memastikan sistem monitoring, evaluasi dan
pelaporan berjalan efektif, Menteri melalui Sekretaris
Jenderal memberikan penghargaan dan sangsi kepada
Unit Eselon I sebagai pembina program dan Satuan
Kerja sebagai pelaksana kegiatan.
2) Penghargaan yang disebut pada ayat (1) diberikan
berupa:
a. Penghargaan e-monev award sebagai apresiasi
kepada Unit Eselon I sebagai pembina program
dan Satuan Kerja (Kantor Pusat, Daerah dan
Dekonsentrasi) yang memenuhi kriteria
pemenuhan kepatuhan pelaporan, capaian
kinerja dan ketepatan waktu pelaporan sesuai
dengan penentuan perhitungan penilaian sesuai
dengan pedoman teknis terlampir.
b. Penambahan formasi Jabatan Fungsional
Perencana untuk Unit Eselon I dan/atau Satuan
Kerja yang secara konsisten mendapat
penghargaan e-monev award secara tiga tahun
berturut-turut namun tetap mempertimbangkan
analisis jabatan yang ada.
c. Penambahan alokasi anggaran secara
proporsional untuk Unit Eselon I dan/atau
Satuan Kerja yang secara konsisten mendapat
penghargaan e-monev award secara lima tahun
berturut-turut namun tetap mempertimbangkan
capaian kinerja rencana dan anggaran.
3) Sangsi disebut pada ayat (1) diberikan berupa:
a. Pemberian Masukan/ Feedback Peringatan dan
Permintaan Perbaikan dari Pimpinan terhadap
satuan kerja yang bersangkutan yang belum
melaporkan secara berkala dan tepat waktu.
b. Larangan kepada Satuan Kerja yang belum
melaporkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kegiatannya melalui emonev
Kementerian Keuangan dan Bappenas secara
berkala untuk melakukan pembahasan RKA-KL
tahun berikutnya.
c. Pengurangan alokasi anggaran secara
proporsional untuk Unit Eselon I dan/atau
Satuan Kerja yang secara konsisten mendapat
masukan/feedback negatif dari pimpinan setiap
triwulan dari pimpinan.
BAB V
KETENTUAN LAINNYA
Pasal 15
1) Pimpinan unit Eselon I dan Satuan Kerja bertanggung
atas kebenaran data yang dilaporkan melalui sistem
informasi evaluasi rencana dan anggaran (e-monev)
atau laporan-laporan lainnya.
2) Dalam meningkatkan validitas data evaluasi rencana
dan anggaran Kementerian Kesehatan, Sekretariat
Jenderal melalui Biro Perencanaan dan Anggaran dapat
melakukan konfirmasi, rekonsiliasi dan verifikasi atas
data yang dilaporkan ke dalam sistem informasi
evaluasi rencana dan anggaran (e-monev) atau
pelaporan lainnya dilakukan secara triwulanan.
3) Menteri dapat meminta aparat pengawasan intern
Pemerintah di Kementerian Kesehatan atau Inspektorat
Jenderal dengan aparat pemeriksa
keuangan/pembangunan lainnya untuk melakukan
pemeriksaan terhadap tindak lanjut hasil monitoring
dan evaluasi pembangunan kesehatan.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 16
Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum
dalam Lampiran ini yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 17
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2018
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
Ttd
NILA F. MOELOEK
Salinan ini sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
SUNDOYO, SH, MKM, M.HUM
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR …………..
TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA RENCANA DAN
ANGGARAN PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak bergulirnya reformasi, tuntutan masyarakat
terhadap pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang
lebih baik semakin meningkat, termasuk pelayanan di
bidang masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk
melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan yang
dilaksanakan dan melakukan perbaikan dalam pengambilan
kebijakan tersebut sehingga kebijakan yang diambil tepat
sasaran. Dalam rangka mendukung hal tersebut, sejak
tahun 2003 pemerintah melakukan reformasi perencanaan
dan penganggaran. Reformasi perencanaan dan
penganggaran dilakukan dengan menerapkan budaya kerja
birokrasi yang berorientasi pada pengelolaan hasil kerja
(result management) dan pengukuran kinerja (performance
measurement), sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pemerintah.
Pendekatan utama dalam reformasi perencanaan dan
penganggaran ini adalah perencanaan dan penganggaran
berbasis kinerja, sehingga dalam proses perencanaan dan
penganggaran harus memperhatikan kinerja pada periode
sebelumnya dan memperhatikan sasaran yang ingin dicapai.
Oleh karena itu, evaluasi kinerja merupakan bagian yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka
memberikan informasi capaian kinerja yang dapat
diandalkan sebagai masukan dalam proses penyusunan
perencanaan dan penganggaran dan akuntabilitas yang
menyediakan informasi dasar bagi publik. Sebagai masukan
perbaikan, evaluasi dilakukan untuk memperbaiki
kebijakan/program/kegiatan dan memberikan intervensi di
masa yang akan datang melalui umpan balik dan lesson-
learned.
Pelaksanaan evaluasi telah diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang
menyebutkan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L)
harus melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan masing-masing pada periode sebelumnya.
Lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan menyebutkan pentingnya evaluasi
pelaksanaan Renja K/L dan RKP untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan berdasarkan indikator dan
sasaran kinerja yang tercantum dalam Renstra K/L dan
RPJMN, serta pentingnya evaluasi terhadap Renstra K/L dan
RPJMN untuk menilai efisiensi, efektivitas, relevansi,
dampak dan keberlanjutan program/kegiatan.
Evaluasi dapat dilakukan pada saat penyusunan
rencana, pelaksanaan rencana maupun setelah
kebijakan/program/kegiatan selesai dilaksanakan. Pada
saat penyusunan rencana, evaluasi dilakukan untuk
memilih alternatif kebijakan yang tepat dari berbagai
alternatif yang ada, selain itu juga digunakan untuk melihat
struktur dan sistematika penyusunan sasaran, arah
kebijakan dan strategi pembangunan. Pada saat
pelaksanaan, evaluasi dilakukan untuk menilai proses
pelaksanaan rencana, sedangkan setelah berakhirnya
rencana, evaluasi dilakukan dalam rangka menilai capaian
kinerja atas pelaksanaan rencana dan mengidentifikasi
permasalahan yang ada. Hasil evaluasi dituntut agar dapat
memberikan data dan informasi mengenai berhasil tidaknya
pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan serta menilai
efisiensi, efektivitas, relevansi, dampak dan keberlanjutan
kebijakan/program/kegiatan terhadap masyarakat.
Informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan kebijakan atas kondisi yang ada, seperti
pengembangan kebijakan atau penghentian kebijakan serta
sebagai bahan masukan untuk proses perencanaan dan
penganggaran periode selanjutnya.
Namun demikian, sampai saat ini kegiatan evaluasi
belum berjalan dengan semestinya dan hasilnya belum
dimanfaatkan secara maksimal. Kegiatan evaluasi masih
sampai tahap menyajikan data dan informasi, namun belum
melakukan identifikasi dan menganalisis data dan informasi
secara mendalam sehingga hasil evaluasi tidak
mencerminkan permasalahan dan penyebab permasalahan
utama, faktor-faktor keberhasilan, dan rekomendasi serta
tindak lanjut yang diperlukan sebagai masukan. Untuk itu
diperlukan panduan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja
pembangunan sesuai dengan amanat peraturan
perundangan dan kebutuhan laporan evaluasi yang hasilnya
dapat dijadikan masukan bagi penyusunan perencanaan
dan penganggaran.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Monitoring dan Evaluasi
Kinerja Rencana dan Anggaran Pembangunan Bidang
Kesehatan adalah untuk memberikan panduan bagi para
pengelola evaluasi dan pelaporan di lingkungan Kementerian
Kesehatan dalam melakukan evaluasi atas
kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang ada dalam
Renja, RKA, Renstra Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi
Nasional, Rencana Aksi Program, Rencana Aksi Kegiatan dan
Evaluasi Tematik lainnta. Melalui pedoman ini diharapkan
evaluasi dapat memberikan gambaran capaian tujuan
pembangunan bidang kesehatan dan menganalisis
permasalahan serta faktor keberhasilan yang terjadi
sehingga hasilnya dapat menjadi umpan balik bagi
perbaikan kebijakan pembangunan bidang kesehatan.
Evaluasi juga sebagai bentuk akuntabilitas untuk
meyakinkan bahwa tujuan pembangunan bidang kesehatan
tercapai.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Monitoring dan Evaluasi
Pembangunan Bidang Kesehatan meliputi:
1. Kerangka Evaluasi Kinerja:
a. Evaluasi pembangunan;
b. Penggunaan Kerangka Kerja Logis untuk evaluasi; dan
c. Pemilihan indikator untuk evaluasi.
2. Jenis dan Metode Evaluasi:
a. Evaluasi Ex-ante;
b. Evaluasi Pengukuran Kinerja;
c. Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana Pembangunan
bidang Kesehatan;
d. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar.
3. Mekanisme Pelaksanaan dan Pelaporan Evaluasi
Pembangunan Nasional secara terpadu.
4. Penghargaan dan Sangsi dalam Pelaporan Hasil Monitoring
dan Evaluasi Bidang Kesehatan.
BAB 2
KERANGKA EVALUASI PEMBANGUNAN NASIONAL
Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian
tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan dan
menganalisis permasalahan dan faktor keberhasilan dalam
proses pelaksanaan pembangunan sehingga dapat menjadi
umpan balik bagi perbaikan kebijakan pembangunan
kesehatan pada tahap berikutnya. Oleh sebab itu
diperlukan penjabaran dari kerangka evaluasi yang ada di
RPJMN 2015-2019 sebagai acuan dalam pelaksanaan
evaluasi. Kerangka evaluasi antara lain meliputi tujuan
evaluasi, waktu pelaksanaan evaluasi, sumber data
evaluasi, pelaksana dan penerima hasil evaluasi, jenis
evaluasi yang digunakan dan mekanisme evaluasi.
Kerangka evaluasi pembangunan nasional dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Evaluasi Kinerja Rencana dan
Anggaran Pembangunan Bidang Kesehatan
Pembahasan terkait jenis evaluasi dan metode evaluasi
akan dibahas di Bab 3 ini, sedangkan terkait mekasnime
evaluasi dan pelaporan terpadu akan dibahas di Bab 4.
2.1. Evaluasi Pembangunan bidang Kesehatan
Evaluasi adalah penilaian secara sistematis dan objektif
atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang
sedang berlangsung atau yang telah selesai. Dalam rangka
menjamin pelaksanaan evaluasi dilakukan secara tepat dan
lebih terukur, maka proses penyusunan
kebijakan/program/kegiatan harus memenuhi kaidah-
kaidah logical framework atau Kerangka Kerja Logis (KKL).
Pengukuran pencapaian kinerja suatu
kebijakan/program/kegiatan dapat dilakukan melalui
beberapa jenis evaluasi. Jenis evaluasi yang pertama adalah
Evaluasi Pengukuran Kinerja, yang dilakukan dengan
membandingkan realisasi dengan target yang telah
ditetapkan (gap analysis). Jenis evaluasi yang kedua adalah
Evaluasi Proses yaitu melihat gambaran proses pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan. Sedangkan jenis evaluasi yang
ketiga adalah Evaluasi Komprehensif yaitu evaluasi yang
dilakukan dengan mengukur relevansi, efisiensi, efektivitas,
dampak dan keberlanjutan
kebijakan/program/kegiatan. Selain itu ada evaluasi Ex-ante
yang dilaksanakan pada tahap perencanaan untuk memilih
alternatif kebijakan dan melihat struktur dan sistematika
penyusunan dokumen perencanaan.
Evaluasi Pengukuran Kinerja (gap analysis) wajib
dilakukan pada semua kebijakan/program/kegiatan yang
ada dalam dokumen perencanaan pembangunan kesehatan
(Renstra, Renja dan RKA). Untuk program/kegiatan tertentu
yang ingin fokus pada perbaikan pelaksanaan bisa
ditambahkan dengan Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Kesehatan. Evaluasi yang menyeluruh
mencakup aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan
keberlanjutan dipilih bagi kebijakan strategis/program besar
karena membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Detail dari ketiga jenis evaluasi ini akan diuraikan secara
lengkap pada Bab 3 Jenis dan Metode Evaluasi.
2.2. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis untuk Evaluasi
Sebelum melakukan evaluasi maka perlu dilakukan
rekonstruksi kerangka kerja logis, pemilihan indikator yang
akan dievaluasi dan penentuan metode evaluasi. Kerangka
Kerja Logis (KKL) memiliki peran yang cukup penting dalam
menstrukturkan kebijakan/program/kegiatan. KKL
diperlukan untuk mendapatkan outlines bagaimana
kebijakan/program/kegiatan saling terkait dan bekerja
dengan baik untuk mencapai sasaran pembangunan. KKL
berbentuk diagram/bagan yang menggambarkan hubungan
antara input-proses-output-outcome-impact dalam
pelaksanaan suatu kebijakan/program/kegiatan. Oleh
karena itu KKL sangat penting dalam proses perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi. Fungsi KKL pada masing-
masing tahap pembangunan adalah sebagai berikut:
d. Tahap Perencanaan dan Penyusunan
Kebijakan/Program/Kegiatan
KKL membantu menyusun struktur dan organisasi suatu
desain program berdasarkan pemahaman yang sama.
Pada tahap perencanaan, membangun KKL memerlukan
banyak riset, pengalaman dan studi terkait strategi yang
akan digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Struktur KKL membantu untuk menyamakan
pemahaman akan parameter dan ekspektasi yang
diharapkan, serta melihat perubahan yang diharapkan
dapat terwujud dari pencapaian
kebijakan/program/kegiatan.
e. Tahap Pelaksanaan Kebijakan/Program/Kegiatan
KKL membantu pelaksana untuk fokus terhadap rencana
yang telah disusun dan mengidentifikasi serta
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk memantau
perkembangan pelaksanaan untuk menjamin tercapainya
sasaran yang diinginkan. Menggunakan KKL selama
pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan mengharuskan
para pengambil kebijakan untuk fokus dalam mencapai
hasil. Lebih lanjut, KKL membantu pengambil kebijakan
untuk memprioritaskan aspek-aspek dalam program yang
penting dalam rangka melihat, melaporkan dan
melakukan penyesuaian yang diperlukan.
f. Tahap Evaluasi Kebijakan/Program/Kegiatan
Tujuan utama penggunaan KKL pada tahap evaluasi
adalah untuk meningkatkan pemahaman bagaimana
proses suatu kebijakan/program/kegiatan dirumuskan
dan dilaksanakan. Pada tahap evaluasi dilakukan
rekonstruksi terhadap KKL yang telah disusun di tahap
perencanaan. Jika KKL sudah disusun dengan baik dan
keterkaitan antara input-proses-output-outcome-impact
terlihat maka KKL tersebut dapat langsung digunakan
untuk melakukan evaluasi. Namun jika KKL belum ada
atau belum disusun dengan baik, maka perlu dilakukan
perbaikan atau rekonstruksi KKL untuk menstrukturkan
kembali kebijakan/program/kegiatan sehingga
keterkaitan antara input-proses-output-outcome-impact
menjadi jelas. Perbaikan ini perlu dilakukan untuk
memudahkan proses evaluasi antara lain dengan KKL
sehingga pemilihan pertanyaan evaluasi dapat dilakukan
dengan tepat, target kinerja dan indikator yang
komprehensif dan relevan teridentifikasi dengan lebih
baik dan jelas sehingga lebih mudah di evaluasi.
Dengan kata lain, setelah KKL tersusun kembali atau
diperbaiki, dapat membantu di dalam penyusunan desain
evaluasi. Desain evaluasi meliputi tipe pertanyaan dan
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan, indikator
pengukuran, identifikasi target, baseline data, sumber data
yang diperlukan, instrumen pengumpulan data dan analisis
data.
Langkah – Langkah Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis
untuk Evaluasi :
Langkah pertama yang dilakukan adalah konstruksi
ulang dari input-proses-output-outcome-impact. Untuk level
Agenda Pembangunan Nasional bidang Kesehatan dilakukan
rekonstruksi terhadap sasaran, arah kebijakan, strategi,
target dan indikator. Hasil rekonstruksi dari KKL dapat
sama dengan KKL pada tahap perencanaan, namun dapat
juga berbeda karena adanya penyesuaian, baik ditahap
pelaksanaan atau memperbaiki desain KKL yang kurang
tepat. Contoh rekonstruksi KKL pada level Misi dapat dilihat
pada gambar 2.2 dibawah ini (Contoh KKL Misi 1).
Untuk mencapai Visi Pembangunan Nasional
diwujudkan melalui 7 Misi, Misi 1 dilaksanakan melalui
Agenda 1, Agenda 1 terdiri dari 3 Sub Agenda dimana
masing-masing Sub Agenda memiliki Sasaran. Untuk
mencapai Sasaran tersebut dilaksanakan melalui Arah
Kebijakan yang akan dicapai melalui Strategi Pembangunan
tertentu.
Gambar 2.2 Contoh Kerangka Kerja Logis pada Level
Kebijakan Nasional
Langkah penerapan KKL yang menggambarkan
hubungan antara input-proses-output-outcome-impact dalam
pelaksanaan suatu kebijakan/ program/kegiatan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan dapat dilihat pada matrik
dibawah ini:
Gambar 2.3 Langkah Penerapan Kerangka Kerja Logis
Langkah-langkah Rekonstruksi KKL untuk Evaluasi
1) Pengecekan Identifikasi Permasalahan dan Pernyataan
Dampak yang Diinginkan.
a. Pengecekan Identifikasi Permasalahan yang dihadapi
Target Group/Masyarakat dan penyebab permasalahan
yang mendorong perlunya program, antara lain:
a.1. Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan
program dibutuhkan;
a.2.Penyebab utama terjadinya permasalahan
tersebut;
a.3. Kemudian dilakukan reviu apakah pemilihan
penyebab utama memang sudah
memperhitungkan akan mampu ditangani
melalui program tersebut. Data ini bisa diambil
dari hasil evaluasi sebelumnya.
b. Pengecekan Pernyataan Dampak yang Ingin dicapai
b.1. cek kembali pernyataan dampak dari pelaksanaan
program yang sudah ada dalam KKL
b.2. Pernyataan dampak harus merefleksikan situasi
yang ingin dicapai terkait dengan permasalahan
yang dihadapi
b.3. Jika pernyataan dampak dalam KKL sudah sesuai,
maka dapat langsung digunakan dalam KKL untuk
evaluasi. Namun jika pernyataan dampak kurang
sesuai maka dapat dilakukan perbaikan pada KKL.
2) Pengecekan terhadap Rantai Sebab-Akibat dari Outcome
yang menghasilkan dampak yang diperlukan untuk
mengatasi permasalahan:
a. Cek kembali rangkaian sebab-akibat dari outcome
langsung dan outcome antara yang dibutuhkan untuk
menangani kondisi/masalah dan mencapai dampak
yang diinginkan.
b. Outcome Antara (Intermediate Outcome) merupakan
rangkaian manfaat yang menuju pada dampak.
c. Outcome Langsung (Immediate Outcome) adalah
manfaat yang merupakan efek langsung dari hasil
program.
3) Pengecekan terhadap Apa yang Dilakukan Program
untuk Mencapai Setiap Manfaat.
a. Cek kembali output, kegiatan dan input.
b. Jika output, kegiatan dan input dalam KKL sudah
benar maka tidak perlu dilakukan perubahan, namun
jika belum sesuai maka perlu dilakukan perbaikan
dalam KKL.
4) Pengecekan Kriteria Keberhasilan dalam KKL dari Setiap
Tingkat, yaitu Dampak, Outcome, Output dan Input.
a. Berdasarkan dampak, outcome, output, dan input yang
telah ada maka dilakukan pengecekan terhadap
kriteria keberhasilan pada masing-masing tingkat.
b. Jika kriteria keberhasilan pada masing-masing tingkat
(dampak, outcome, output dan input) sudah disusun
dengan tepat maka tidak perlu diperbaiki namun jika
belum tepat maka KKL perlu diperbaiki.
5). Reviu terhadap Indikator-Indikator Kinerja yang
Relevan untuk Setiap Kriteria Sukses.
a. Setelah melakukan pengecekan terhadap kriteria
keberhasilan pada masing-masing tahap, selanjutnya
dilakukan reviu terhadap indikator kinerja yang tepat,
yang relevan dengan kriteria sukses tersebut, baik
untuk level dampak, outcome, output maupun input.
b. Indikator yang tepat harus memenuhi kriteria Specific,
Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound
(SMART).
c. Jika indikator sudah tepat dan memenuhi kriteria
indikator yang baik maka indikator dalam KKL tidak
perlu diperbaiki namun jika ada beberapa indikator
yang belum tepat maka perlu dilakukan perbaikan.
2.3. Pemilihan dan Penetapan Indikator untuk Evaluasi
Indikator kinerja merupakan bagian penting dalam
evaluasi karena indikator merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur berhasil atau tidaknya capaian
pembangunan. Dalam dokumen perencanaan yang
akuntabel telah tersedia sasaran dan indikator kinerja yang
relevan dan tepat, konsisten dan koheren serta sesuai
dengan hierarkinya, mulai dari dampak, outcome, output, dan
input yang berguna untuk mempermudah evaluasi.
Berdasarkan fungsinya, indikator kinerja
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis antara lain
indikator input, indikator output, indikator outcome dan
indikator dampak. Berdasarkan sifatnya, indikator kinerja
dibagi menjadi indikator kuantitatif dan indikator kualitatif.
Indikator kuantitatif berupa data numerik, diukur dengan
satuan angka/unit melalui perhitungan, kejadian atau
jumlah orang yang menyatakan pandangan. Indikator ini
dapat berupa angka, persentase, rasio dan indeks. Indikator
kualitatif menggambarkan kondisi atau keadaan tertentu
yang ingin dicapai, melalui penambahan informasi tentang
skala atau tingkat pelayanan yang dihasilkan. Indikator
kualitatif menjadi pelengkap informasi yang tidak dapat
diberikan secara kuantitatif, misalnya situasi/sikap/tingkah
laku (penguasaan terhadap suatu pelatihan), persepsi
(kualitas pelayanan publik) atau proses (bagaimana sesuatu
dilakukan). Pengumpulan informasi untuk indikator ini
umumnya dilakukan melalui wawancara, observasi, atau
interpretasi.
Indikator kinerja yang baik adalah indikator yang
memenuhi kriteria SMART yaitu:
a. Specific/Spesifik (S), indikator harus jelas dan fokus
sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
b. Measurable/Terukur (M), artinya dapat diukur dengan
skala penilaian tertentu (kuantitas atau kualitas). Untuk
jenis data dalam bentuk kualitas dapat dikuantitatifkan
dengan persentase atau nominal. Terukur juga berarti
dapat dibandingkan dengan data lain dan jelas
mendefinisikan pengukuran.
c. Achievable (A), artinya dapat dicapai dengan biaya yang
masuk akal dan dengan metode yang sesuai, serta berada
di dalam rentang kendali dan kemampuan unit kerja
dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan.
d. Result-Oriented/Relevant (R), artinya terkait secara logis
dengan kebijakan/program/kegiatan yang diukur,
tupoksi serta realisasi tujuan dan sasaran strategis
organisasi.
e. Time-Bound (T), artinya memperhitungkan rentang waktu
pencapaian, untuk analisis perbandingan kinerja dengan
masa-masa sebelumnya. Dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu.
2.3.1. Tahapan Pemilihan Indikator untuk Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator
yang ada di dokumen perencanaan dievaluasi. Perlu dipilih
indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk dievaluasi. Berikut tahapan pemilihan
indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan pembangunan
untuk evaluasi:
a. Membuat Daftar Alternatif Indikator Kinerja untuk Setiap
Kebijakan/Program/Kegiatan
Berdasarkan indikator yang ada dalam dokumen
perencanaan dan telah direkonstruksi sebagaimana
disampaikan diatas, maka disusun daftar indikator
kinerja kebijakan/program/kegiatan yang akan dipilih
untuk dievaluasi. Evaluasi tidak perlu dilakukan terhadap
keseluruhan indikator karena keterbatasan waktu, tenaga
dan biaya. Untuk itu cukup dipilih indikator yang paling
mewakili atau paling menunjukkan kinerja suatu
kebijakan/program/kegiatan. Pemilihan indikator ini
dilakukan melalui workshop antara K/L dan Bappenas
atau dapat juga menggunakan metode lainnya dalam
rangka mencapai kesepakatan bersama sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 2.4. Mekanisme Pemilihan
Indikator.
Dalam rangka menyusun daftar indikator kinerja untuk
kegiatan evaluasi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Apakah indikator mengukur langsung target yang
diharapkan?
2. Apakah indikator ada pada tingkat yang sesuai (tidak
lebih tinggi atau lebih rendah sesuai dengan tingkatan
KKL)?
3. Secara objektif dapat diukur.
4. Dapat mengukur secara memadai pertanyaan capaian.
5. Sedapat mungkin bersifat kuantitatif, namun demikian
indikator kualitatif juga dapat digunakan sebagai
pelengkap informasi.
b. Memilih Indikator Kinerja yang Memenuhi Kriteria
Pemilihan
Tahapan berikutnya adalah melakukan pengujian apakah
indikator memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut:
1. Indikator memiliki pengertian yang jelas.
2. Data tersedia dengan mudah.
3. Upaya pengumpulan data dalam jangkauan.
4. Representatif untuk keseluruhan hasil yang
diharapkan.
5. Indikator terlihat dan dapat diamati.
6. Indikator sulit didapat tetapi penting, sehingga harus
dipertimbangkan (Indikator Proxy).
Berdasarkan penilaian tersebut, maka dipilih indikator
yang memiliki nilai tertinggi. Banyaknya indikator kinerja
kebijakan/program/kegiatan yang ditetapkan tergantung
dari kompleksitas kebijakan/program/kegiatan dan sasaran
yang ditetapkan. Namun jumlah indikator perlu dibatasi
pada indikator yang mewakili dimensi paling mendasar,
paling sensitif dan penting dari tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam berbagai best practices dan referensi, jumlah indikator
kinerja pada tingkat kebijakan/program sebanyak 1-2
indikator dan pada tingkat kegiatan sebanyak 1-3 indikator.
Hal ini memungkinkan penanggung jawab indikator dapat
mengelolanya dengan baik. Penilaian terhadap indikator
yang akan dipilih dapat menggunakan tabel berikut:
Tabel 2.4 Pemilihan Indikator
Berdasarkan indikator yang sudah ada dalam daftar
alternatif indikator, masing-masing diberi nilai
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebagaimana
diatas. Jika memenuhi kriteria maka diberi nilai 1 dan
jika tidak memenuhi kriteria maka diberi nilai 0. Nilai
pada masing-masing indikator kemudian dijumlahkan
dan menjadi nilai total. Indikator yang memiliki nilai total
tertinggi maka akan dipilih sebagai indikator yang
memenuhi kriteria penilaian.
2.3.2. Mekanisme Penetapan Indikator untuk Evaluasi
Dalam rangka menjamin ketepatan pemilihan indikator
yang digunakan untuk evaluasi, maka perlu disusun
mekanisme pemilihan indikator yang melibatkan para
stakeholder di Kementerian/Lembaga dan Bappenas.
Langkah-langkah pemilihan indikator adalah sebagai
berikut:
a. Perumusan Metode, Koridor dan Panduan Pemilihan
Indikator
Mekanisme pemilihan indikator kinerja dimulai dengan
pengumpulan data dan informasi terkait perencanaan
dan penganggaran berbasis kinerja. Kemudian Unit Kerja
Eselon I merumuskan koridor dan metode pemilihan
indikator.
b. Pemilihan Indikator untuk Evaluasi
Unit Kerja Eselon I melakukan pemilihan indikator
berdasarkan koridor dan metode pemilihan indikator yang
mengacu pada poin a dan b pada Tahapan Pemilihan
Indikator di atas dan berkoordinasi dengan Biro
Perencanaan dan Anggaran.
c. Workshop Pemilihan Indikator
Daftar indikator yang sudah dipilih kemudian dibahas
dalam workshop yang lintas program seluruh Unit Kerja
Eselon I dan Unit Kerja Eselon II, yang dalam hal ini
diwakili oleh Sekretaris Ditjen., Sekretaris Badan, Kepala
Biro dan Kepala Pusat, untuk membuat kesepakatan
dalam menetapkan indikator-indikator yang akan
dievaluasi yang dikoordinir oleh Biro Perencanaan dan
Anggaran.
d. Penetapan Indikator Terpilih
Indikator yang sudah ditetapkan disampaikan ke
Bappenas dan ke semua stakeholder (pihak yang
berkepentingan).
Gambar 2.4 Mekanisme Penetapan Indikator untuk
Evaluasi di Kementerian Kesehatan
BAB 3 JENIS DAN METODE EVALUASI
Jenis evaluasi yang digunakan dalam pedoman ini
terdiri dari 4 (empat) jenis evaluasi yaitu Evaluasi Ex-ante,
Pengukuran Kinerja, Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana
Pembangunan dan Evaluasi Kebijakan Strategis/Program
Besar. Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan
evaluasi. Evaluasi Ex-ante digunakan khusus pada tahap
perencanaan untuk memilih alternatif terbaik dari berbagai
alternatif yang ada. Pada tahap pelaksanaan rencana
pembangunan, evaluasi bisa menggunakan satu jenis atau
kombinasi ketiganya secara bersamaan. Secara detail,
evaluasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1. Evaluasi Ex-ante
Evaluasi Ex-ante merupakan evaluasi yang
dilaksanakan pada tahap perencanaan. Evaluasi ini
digunakan untuk:
1. Memilih Alternatif Terbaik dari Berbagai Alternatif yang
Ada
Evaluasi Ex-ante dilakukan dengan menggunakan metode
cost benefit analysis, yaitu menghitung biaya dan
manfaatnya. Jika menggunakan cara A, maka berapa
biaya yang dibutuhkan dan berapa keuntungannya serta
apa kerugiannya. Jika menggunakan cara B, maka berapa
biaya yang dibutuhkan dan berapa keuntungannya serta
apa kerugiannya. Selanjutnya dipilih alternatif dengan
biaya terendah namun memiliki manfaat yang terbesar.
Evaluasi ini sebaiknya digunakan untuk
program/kegiatan strategis terutama untuk kegiatan
infrastruktur.
2. Memastikan Dokumen Perencanaan Disusun Secara
Terstruktur, Koheren dan Sistematis
Evaluasi Ex-ante digunakan untuk memastikan relevansi
antara kondisi saat ini, kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi dengan sasaran yang ingin dicapai. Juga
melihat konsistensi arah kebijakan dan strategi
pembangunan yang akan digunakan untuk mencapai
sasaran tersebut. Hal ini untuk menjamin
kebijakan/program/kegiatan yang diambil pemerintah
tepat sasaran.
Evaluasi Ex-ante juga digunakan untuk memastikan
bahwa perencanaan telah berpedoman dan sejalan dengan
dokumen perencanaan yang levelnya lebih tinggi. Selain itu
juga melihat target yang ingin dicapai dan indikator yang
digunakan, apakah sudah sesuai dengan kriteria yang ada
dan realistis. Melalui evaluasi Ex-ante diharapkan dokumen
perencanaan tersusun secara terstruktur, koheren dan
sistematis.
Untuk melihat struktur dan sistematika dokumen
perencanaan maka metode yang paling tepat digunakan
adalah penilaian cepat (rapid assessment). Metode penilaian
cepat dilakukan melalui penelaahan dokumen (document
review), wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).
Mekanisme Evaluasi Ex-ante Proses Penyusunan
Dokumen Perencanaan:
a. Penelaahan Konsistensi Antar Dokumen
Perencanaan
Konsistensi antar dokumen perencanaan ini perlu
dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan nasional
jangka panjang/menengah. Untuk itu, tema dan arah
kebijakan pada dokumen RPJMN harus mengacu dan
sejalan dengan RPJPN, sasaran, dan arah kebijakan pada
dokumen RKP dan Renstra K/L harus mengacu pada
dokumen RPJMN dan seterusnya.
Gambar 3.1 Konsistensi Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan
Konsistensi keterkaitan antar dokumen perencanaan juga
dapat terlihat dari konsistensi
kebijakan/program/kegiatan, sasaran, indikator, dan
target yang terdapat pada RPJMN, Renstra, RKP dan
Renja.
b. Penelaahan Penyusunan Kebijakan/Program/Kegiatan
Dalam melakukan reviu ini, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah menelaah KKL yang telah tersedia
dalam dokumen. Penelaahan ini diperlukan untuk
memahami struktur KKL dalam rangka memahami
outlines bagaimana kegiatan dilaksanakan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan. Kerangka ini
menggambarkan hubungan antara input-proses-output-
outcome-impact dalam pelaksanaan suatu
kebijakan/ program/kegiatan. Penelaahan proses
penyusunan kebijakan/program/kegiatan antara lain
dilakukan dengan:
i. Mereviu Permasalahan
Logika dasar dalam kebijakan/program/kegiatan
adalah untuk menyelesaikan permasalahan dan
memenuhi kebutuhan. Untuk itu perlu dilakukan reviu
permasalahan dan kebutuhan yang menjadi dasar
perumusan tujuan/sasaran yang konkrit, realistis dan
relevan.
ii. Mereviu Formulasi Sasaran
Setelah melihat permasalahan dan kebutuhan maka
dilakukan reviu terhadap sasaran yang telah disusun.
Sasaran harus terkait dengan permasalahan,
kebutuhan, dan kondisi saat ini. Untuk Sasaran Pokok
Nasional dalam RPJMN, selain memperhatikan hal
tersebut perlu juga memperhatikan visi dan misi
Presiden dan sasaran pembangunan pada level yang
lebih tinggi yaitu RPJPN. Menentukan sasaran yang
terukur secara konkrit, realistis, dan relevan
merupakan hal yang penting dalam mengukur
keberhasilan kebijakan/program/kegiatan. Sasaran
berguna untuk:
a) Mengklarifikasi hubungan antara sasaran
kebijakan/ program/kegiatan dengan sasaran pada
level yang lebih tinggi dan juga mengklarifikasi
hubungan dengan permasalahan dan kebutuhan.
b) Memberikan pemahaman yang sama mengenai hal
apa yang penting untuk dicapai.
c) Sebagai dasar dalam mendefinisikan kriteria sukses
dari kebijakan/program/kegiatan dan untuk
menentukan indikator yang spesifik untuk
pengukuran kinerjanya.
d) Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi atas hal
yang sudah dicapai.
Jika sasaran samar dan terlalu umum maka akan
sulit untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan
pemerintah berhasil atau tidak.
iii. Mereviu Konsistensi Arah Kebijakan dan Strategi
Pembangunan dengan Sasaran
Arah kebijakan merupakan kebijakan utama yang
diambil dalam rangka mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Arah kebijakan memuat strategi yang berisi
program-program pembangunan. Untuk menjamin
tercapainya sasaran maka perlu dilakukan reviu
terhadap konsistensi arah kebijakan dan strategi
pembangunan dengan sasaran yang telah ditetapkan.
iv. Mereviu Ketepatan Indikator Kinerja
Dilakukan reviu terhadap ketepatan indikator yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan
atau kegagalan atas pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan. Indikator yang
digunakan harus memenuhi kriteria SMART (Specific,
Measurable, Achieveble, Result Oriented, dan Time-
Bound).
c. Penyampaian Rekomendasi Perbaikan
Hasil reviu dan rekomendasi perbaikan terhadap
dokumen perencanaan disampaikan kepada unit kerja
yang bertanggungjawab terhadap penulisan dokumen.
Hasil rekomendasi digunakan sebagai bahan perbaikan
draft dokumen perencanaan agar tersusun dokumen
perencanaan yang koheren, terstruktur dan sistematis.
Proses evaluasi Ex-Ante dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.2 Proses Evaluasi Ex-Ante
3.2. Evaluasi Pengukuran Kinerja
Evaluasi pengukuran kinerja adalah evaluasi yang
digunakan untuk mengukur kinerja
kebijakan/program/kegiatan dengan membandingkan antara
capaian dengan targetnya. Salah satu informasi yang
digunakan dalam melakukan evaluasi pengukuran kinerja
adalah menggunakan hasil pemantauan, antara lain
menggunakan aplikasi e-monev yang memantau
pelaksanaan rencana pembangunan secara triwulanan. Hasil
pemantauan dapat dijadikan sebagai parameter dalam early
warning system.
Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan menggunakan
metode Gap Analysis. Metode ini membandingkan antara
capaian kinerja (apa yang sudah dicapai) dengan target
kinerja (apa yang harus dicapai). Gap dapat terjadi apabila
capaian kinerja berbeda dengan target kinerja, atau hasil
yang dicapai selama pelaksanaan berbeda dengan hasil yang
diharapkan dalam perencanaan. Dengan kata lain Gap
Analysis merupakan langkah untuk membandingkan kondisi
saat ini dengan yang seharusnya, sebagaimana tergambar
berikut ini:
Gambar 3.3 Gap Analysis antara Capaian Kinerja Dengan
Target Kinerja
Gap antara capaian kinerja dengan target kinerja dapat
bernilai posistif (+) maupun negatif (-). Gap bernilai (+) jika
capaian kinerja lebih besar dari target kinerja, sebaliknya
gap akan bernilai (-) jika capaian kinerja lebih kecil dari
target kinerja.
Metode Gap analysis atau “analisis kesenjangan” bermanfaat
untuk :
1. Menilai tingkat kesenjangan antara capaian kinerja
dengan target yang ditetapkan.
2. Mengetahui tingkat peningkatan kinerja yang diperlukan
untuk menutup kesenjangan tersebut.
3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait
prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan.
Langkah-langkah Utama yang Perlu Dilakukan Dalam Gap
Analysis :
1. Identifikasi kondisi aktual dan capaian kinerja.
2. Melakukan analisis kesenjangan (gap analysis) dengan
membandingkan capaian kinerja dengan target kinerja.
3. Reviu permasalahan/faktor keberhasilan dengan
menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan
melakukan analisis permasalahan/faktor keberhasilan
berdasarkan besar atau kecilnya gap.
4. Menyusun desain pemecahan masalah apabila gap
negatif.
5. Menentukan tindak lanjut yang diperlukan.
Gambar 3.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan Gap Analysis
Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap
keseluruhan dokumen perencanaan, karena sifatnya yang
lebih sederhana yaitu hanya dengan membandingkan
capaian dengan target sehingga tidak membutuhkan analisis
yang rumit. Fokus evaluasi ditujukan untuk mengetahui
hasil capaian kinerja pembangunan, identifikasi
permasalahan, dan tindak lanjut yang direkomendasikan.
Dalam rangka memberikan informasi yang kredibel dan
bermanfaat maka evaluasi harus didukung oleh data dan
informasi yang akurat dan up to date. Mekanisme
pengumpulan data biasanya menggunakan penelaahan
dokumen (document review), data survei yang dilakukan
sendiri maupun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga
lain seperti BPS, World Bank, UNDP dan sebagainya.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, evaluasi
pengukuran kinerja tidak hanya membandingkan capaian dan
target namun juga perlu menjelaskan hal-hal yang menjadi
faktor keberhasilan suatu kebijakan/program/kegiatan
maupun menjelaskan permasalahan yang menyebabkan
kebijakan/ program/ kegiatan tidak berhasil mencapai target
yang telah ditetapkan. Analisis ini sangat penting sebagai
masukan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran
pada periode selanjutnya serta pengambilan kebijakan atas
pelaksanaan program/kegiatan, apakah program/kegiatan
tersebut akan dilanjutkan, dihentikan atau dikembangkan.
3.2.1. Pertanyaan Evaluasi Pengukuran Kinerja
Pertanyaan evaluasi yang diajukan dalam pelaksanaan
evaluasi pengukuran kinerja antara lain:
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan terkait Pengukuran Evaluasi
Kinerja
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam evaluasi ini menggunakan
data sekunder seperti reviu dokumen, pemanfaatan data
hasil survei dan hasil penelitian dan metode pengumpulan
data lainnya yang diperlukan.
Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data pada Evaluasi
Pengukuran Kinerja
3.3. Evaluasi Proses Pelaksanaan
Evaluasi proses pelaksanaan rencana pembangunan
umumnya dilaksanakan selama fase implementasi untuk
mendeskripsikan proses pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan. Mengidentifikasi fungsi-fungsi
mana yang telah berjalan dengan baik dan mana yang tidak,
menilai apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan
rencana, dan melihat permasalahan dalam pelaksanaan
untuk mencegah kegagalan pelaksanaan. Evaluasi proses
akan selesai dilakukan di akhir pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan dengan melihat pelaksanaan
dari awal hingga akhir.
Dalam pelaksanaan evaluasi proses, data output
dikumpulkan dalam waktu reguler untuk mengawasi dan
mendeskripsikan bagaimana aktivitas dari pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan. Hasil evaluasi proses
digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan sehingga lebih efektif.
Evaluasi proses memiliki cakupan yang lebih detail
terkait pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan, sehingga
menghasilkan beberapa manfaat tambahan. Manfaat
tersebut antara lain memungkinkan evaluator mengevaluasi
secara kritis jumlah dan jenis sumber dana dan sumber daya
yang dialokasikan seperti staf, perjalanan, pelatihan, dan
pengeluaran lainnya. Evaluasi alokasi sumber dana dan
sumber daya pada evaluasi proses juga dapat memberikan
umpan-balik yang lebih mendetail terkait berbagai macam
aspek pelaksanaan dimana hal tersebut menjadi bagian yang
sangat penting di dalam perbaikan pelaksanaan. Dengan
evaluasi proses pelaksanaan, evaluator dapat memahami
secara lebih baik hubungan antara intervensi, sumber dana
dan sumber daya dengan outcome yang dicapai.
Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah metode
kualitatif dan kuantitatif atau kombinasi dari keduanya.
Metode kualitatif dilakukan apabila evaluator hanya
memiliki sedikit informasi tentang aktivitas
kebijakan/program/kegiatan, kebijakan/program/kegiatan
menggunakan metode yang tidak biasa, dan dasar
pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan meragukan.
Metode kualitatif mampu memberikan informasi yang kaya,
detail, mendalam dan memberikan informasi hubungan
antar ide. Namun, apabila evaluator sudah memahami
kebijakan/program/kegiatan dengan baik dan ingin
mendapatkan data mengenai frekuensi dan intensitas
pelayanan yang konsisten dan dapat dipercaya, maka dapat
menggunakan metode kuantitatif.
Mekanisme evaluasi proses pelaksanaan adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan Kebijakan/Program/Kegiatan:
Mendefinisikan dasar penyusunan, tujuan, sasaran, arah
kebijakan, strategi, dan outcome yang diharapkan dalam
bentuk KKL (lihat Sub Bab 2.2). Selanjutnya deskripsi
kebijakan/program/kegiatan harus lengkap dan
mendetail antara lain mencakup komponen, elemen
rekomendasi, konsistensi, tingkatan serta jangkauan
kebijakan/program/kegiatan. Konsistensi mengacu pada
kualitas implementasi dan sejauh mana target group
menerima dan menggunakan sumber daya dan sumber
dana dan jangkauan mengacu pada sejauh mana target
group utama yang diinginkan ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan kebijakan/program/ kegiatan.
2. Membangunan Daftar Pertanyaan:
Langkah ini mengikutsertakan identifikasi dari
informasi yang dibutuhkan untuk menjawab setiap
pertanyaan evaluasi proses.
3. Menentukan Metode:
Isu-isu utama yang dipertimbangkan dalam
merencanakan metode evaluasi proses yaitu desain
(kapan waktu pengumpulan data), sumber data
(darimana informasi diperoleh), alat atau pengukuran
yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data, prosedur
pengumpulan data, strategi manajemen data, dan
analisis data atau rencana sintesis data.
4. Mempertimbangkan Faktor Internal dan Eksternal:
Mempertimbangkan faktor internal seperti sumberdaya,
konteks, struktur, sistem organisasi dan karakterisik
kebijakan/program/ kegiatan dan faktor eksternal
seperti, politik, ukuran dan kompleksitas
kebijakan/program/kegiatan.
5. Melakukan Finalisasi Rencana Evaluasi Proses
Tahapan ini merupakan tahap finalisasi untuk
memastikan bahwa rencana evaluasi proses telah sesuai
dengan yang diharapkan, dengan cara meninjau kembali
rencana evaluasi proses yang melibatkan berbagai
stakeholder. Stakeholder diharapkan terlibat dalam
proses penilaian dalam pelaksanaan, apakah tujuan
kebijakan/program/ kegiatan sesuai ekspektasi
stakeholder, dan sesuai dengan standar utilitas,
kelayakan, kepatutan dan akurasi evaluasi.
6. Melaksanakan Evaluasi Proses
Rencana evaluasi proses yang telah disusun kemudian
dilaksanakan untuk mengevaluasi kegiatan/program/
kebijakan yang dikehendaki.
Mekanisme Evaluasi Proses dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 0.10 Mekanisme Evalusi Proses Pelaksanaan
3.3.1. Pertanyaan Evaluasi Proses Pelaksanaan
Pertanyaan evaluasi menjelaskan isu kunci yang akan
dieksplorasi oleh evaluator. Pertanyaan evaluasi dibangun
oleh pelaksana kebijakan/program/ kegiatan dan evaluator.
Pertanyaan evaluasi proses berbentuk pertanyaan-
pertanyaan deskriptif untuk menjelaskan pelaksanaan
kebijakan/program/ kegiatan yang meliputi aspek proses,
kondisi, pandangan, hubungan organisasi atau network.
Jawaban dari masing-masing pertanyaan memberikan
informasi penting untuk meningkatkan pemahaman
terhadap proses pelaksanaan. Pertanyaan deskriptif dapat
menjadi dasar dari analisis deskriptif dalam evaluasi proses.
Pertanyaan deskriptif yang digunakan antara lain
pertanyaan yang mampu mendeksripsikan hal berikut :
a. Mendeskripsikan proses pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan kebijakan/program/
kegiatan berdasarkan pertanyaan siapa, apa, kapan,
dimana, bagaimana, dan melalui pertanyaan langsung
(straight-forward).
c. Mendeskripsikan latar belakang dari kegiatan atau
proyek, termasuk aspek dari: kepemilikan, harmonisasi,
kesesuaian, hasil, dan akuntabilitas bersama.
d. Mendeskripsikan organisasi: struktur, peraturan dan
aturan, budaya, dan lain sebagainya.
e. Mendeskripsikan input, output, dan aktivitas dalam
pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.
f. Mengkonfirmasi apakah pelaksanaan kebijakan/
program/ kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana.
g. Memberikan informasi untuk memperbaiki pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan.
Pertanyaan evaluasi yang diajukan dalam
pelaksanaan Evaluasi Proses Pelaksanaan antara lain:
Tabel 3.2 Pertanyaan Terkait Evaluasi Proses
Pelaksanaan
4.3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang penting di
dalam kegiatan evaluasi termasuk dalam evaluasi proses.
Metode pengumpulan data di dalam evaluasi proses terdiri
dari beberapa metode antara lain interview, observasi, focus
group, reviu dokumen dan laporan-laporan pelaksanaan yang
terkait kebijakan/program/kegiatan untuk dilakukan
penilaian. Selain metode pengumpulan data tersebut,
pengumpulan data dalam evaluasi proses dapat dilakukan
dengan metode lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Tujuan dari tiap-tiap metode pengumpulan data
berbeda-beda seperti dijabarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.4 Metode Pengumpulan Data pada Evaluasi Proses
Pelaksanaan
4.4. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar
Evaluasi kebijakan strategis/program besar merupakan
penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif terkait
aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan
keberlanjutan dari pelaksanaan kebijakan/program dengan
menunjukkan hubungan sebab-akibat akan kegagalan atau
keberhasilan pelaksanaan kebijakan/program. Evaluasi
kebijakan strategis/program besar dilakukan untuk
memberikan informasi yang dapat dipercaya/kredibel,
bermanfaat dan mampu untuk memberikan pembelajaran
(lesson learned) ke dalam proses pengambilan keputusan
terkait perencanaan dan penganggaran.
Kriteria kebijakan strategis/program besar antara lain:
a. memiliki dampak langsung dan besar kepada masyarakat;
b. memiliki anggaran besar;
c. mendukung secara langsung pencapaian agenda
pembangunan nasional;
d. mendukung pencapaian prioritas nasional;
e. merupakan arahan direktif presiden; dan
f. pertimbangan lainnya.
Evaluasi dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas untuk
meyakinkan bahwa tujuan kebijakan/program dapat dicapai.
Akuntabilitas dapat dinilai dari hasil yang dinikmati oleh
masyarakat yang menjadi target group, ini berarti inti dari
akuntabilitas kebijakan/program adalah akuntabilitas
terhadap outcomes yang dapat diwujudkan oleh
kebijakan/program tersebut.
3.4.1. Pertanyaan Evaluasi Kebijakan Strategis/Program
Besar
1. RELEVANSI
Relevansi melihat sejauh mana tingkat kesesuaian antara
tujuan kebijakan/program dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat.
Tabel 3.5 Peryamyaan Evaluasi Kebijakan Strategis/
Program Besar
PERTANYAAN EVALUASI RELEVANSI:
Apakah ada relevansi antara capaian yang dihasilkan
kebijakan/program dengan kebutuhan masyarakat, baik di
tingkat local, regional maupun internasional?
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang diperlukan
2. EFISIENSI
Efisiensi fokus kepada hubungan antara kegiatan, output
(produk dan layanan), dan hasil yang diinginkan dengan
sarana yang digunakan. Dinilai dengan menggunakan
pertanyaan apakah untuk mencapai hasil yang diinginkan
telah menggunakan input berupa sumber daya dan dana
(keuangan, SDM, waktu dll) serendah mungkin dan proses
yang paling efisien. Efisiensi dapat dilakukan melalui
pengukuran efisiensi biaya dan efisiensi kinerja.
a. Efisiensi Biaya
Efisiensi biaya menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan biaya aktual yang terjadi.
Tabel 3.6 Daftar Pertanyaan Evaluasi Efisiensi Biaya
PERTANYAAN EVALUASI EFISIENSI BIAYA:
Kuantitas Bagaimana perbandingan output yang
dihasilkan dengan biaya per unit output
(unit cost)
Kualitas Apakah program menunjukkan peraikan
efisiensi dalam pelaksanaanya?
Apakah rencana perbaikan sudah
direncanakan dan dilaksanakan untuk
meningkatkan efisiensi?
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang
diperlukan
b. Efisiensi Kinerja
Efisiensi kinerja menggambarkan hubungan antara
barang/jasa yang dihasilkan dengan sumberdaya yang
diperlukan yang diukur dengan biaya per unit keluaran
(output).
Tabel 3.7 Daftar Pertanyaan Evaluasi Kinerja
PERTANYAAN EVALUASI EFISIENSI KINERJA:
Kuantitas Bagaimana perbandingan output yang
dihasilkan dengan biaya per unit output
(unit cost)
Kualitas Apakah program menunjukkan peraikan
efisiensi dalam pelaksanaanya?
Apakah rencana perbaikan sudah
direncanakan dan dilaksanakan untuk
meningkatkan efisiensi?
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang
diperlukan
Dalam banyak aspek, ukuran efisiensi diukur
menggunakan ukuran Economic Internal Rate of Return
(EIRR) dan Financial Internal Rate of Return (FIRR). Output
atau outcome yang dihasilkan dengan menggunakan input
yang lebih sedikit dan dengan biaya yang lebih rendah.
3. EFEKTIVITAS
Efektifitas menggambarkan ketepatan hasil yang telah
dicapai sesuai dengan target dan manfaat yang diharapkan
dan seberapa jauh hasil pencapaian tersebut telah
ditindaklanjuti.
Pertanyaan yang digunakan untuk menilai efektivitas
kebijakan/program antara lain:
Tabel 3.8 Daftar Pertanyaan tentang Efektifitas
PERTANYAAN EFEKTIVITAS:
Kuantitas Apakah program mencapai target-target yang
telah ditetapkan?
Apakah realisasi output/outcome yang
dihasilkan lebih besar sama dengan dari target
output/outcome?
Kualitas Apakah kinerja berdasarkan target dan
indikator menjunjukkan adanya kemajuan dari
tahun ke tahun?
Apakah target suatu kelompok program tidak
tercapai bagaimana efeknya pada kinerja
program lainnya?
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi lainnya yang diperlukan
4. IMPACT (DAMPAK)
Dampak merupakan kondisi perubahan pada
masyarakat sebagai hasil dari pencapaian pelaksanaan
kebijakan/program dan akibat-akibat lain yang terjadi baik
positif maupun negatif sebagai konsekuensi dari keberadaan
kebijakan/program. Evaluasi Dampak biasanya dilakukan
terhadap kebijakan strategis/program besar.
Metode Evaluasi Dampak tergolong sulit dilakukan
karena membutuhkan biaya yang mahal, data yang banyak
dan komplek, membutuhkan alokasi waktu yang banyak
dan sumber daya manusia yang kompeten. Demikian juga
hambatan lainnya dalam melakukan evaluasi ini adalah
sulitnya menjaga validitas data dan informasi, karena
evaluasi dilakukan setelah akhir intervensi pembangunan
dalam rentang waktu yang lebar. Hal ini juga
memungkinkan munculnya faktor-faktor lain mengganggu
baik secara positif atau negatif untuk mengubah hasil yang
diinginkan. Selanjutnya ada kemungkinan perubahan aspek
sosial dan ekonomi yang akan mempengaruhi dampak dari
kebijakan/program tersebut.
Metode Evaluasi Dampak yang bisa digunakan adalah:
1. Melakukan pengamatan terhadap kelompok, dua
kelompok yaitu kelompok yang ”menerima intervensi
kebijakan/program” (treatment group) dengan kelompok
yang ”tidak menerima intervensi kebijakan/program”
(control group), kemudian membandingkan kedua
kelompok tersebut setelah program selesai.
2. Membandingkan ”kondisi kelompok sebelum
mendapatkan intervensi program” dengan ”kondisi
kelompok tersebut setelah mendapatkan intervensi
program”.
Pertanyaan yang digunakan untuk menilai dampak
kebijakan/program antara lain:
Tabel 3.9 Daftar Pertanyaan Dampak
PERTANYAAN DAMPAK
Kuantitas Apakah kebijakan/program memiliki
dampak yang diinginkan oleh masyarakat
(individu, rumah tangga, lembaga, dll)?
Apakah terdapat akibat-akibat yang tidak
diperkirakan, baik positif maupun negative
bagi penerima kebijakan/program?
Kualitas Apakah dampak yang ditimbulkan
merupakan hasil intervensi dari
kebijakan/program atau disebabkan
karena adanya kebijakan/program lainnya?
Apakah kesejahteraan penerima manfaat
berubah sebagai hasil dari
kebijakan/program?
Bagaimana perbedaan kondisi penerima
kebijakan/program sebelum dan sesudah
mendapatkan intervensi?
Pertanyaan-pertanyaan Evaluasi lainnya yang
diperlukan
5. KEBERLANJUTAN
Keberlanjutan melihat sejauh mana manfaat yang
dihasilkan oleh kebijakan/program berlanjut setelah
intervensi kebijakan/program berakhir, dan apa yang terjadi
atau mungkin terjadi sebagai efek positif dari
kebijakan/program.
Tabel 3.10 Daftar Pertanyaan Keberlanjutan
Pertanyaan Keberlanjutan:
Apakah ada pengaruh positif yang dihasilkan setelah
kebijakan/program selesai atau berakhir?
Pertanyaan-pertanyaan Evaluasi lainnya yang
diperlukan
4.4.2. Metode Pengumpulan Data Evaluasi Kebijakan
Strategis/Program Besar
Tabel 3.11
Metode Pengumpulan Data Evaluasi Kebijakan Strategis atau
Program Besar
Jenis Evaluasi
Metode
Pengumpulan Data
Tujuan
Evaluasi
Kebijaka
n
Kuesioner,
survey,
checklist
Mengumpulkan informasi
secara cepat dan banyak
dari responden dengan cara
yang aman
Reviu
Dokumen
Mengumpulkan data untuk
mendapatkan kesan tentang
bagaimana suatu program
dijalankan (dokumen,
notulen, dsb).
Interview Mengumpulkan data terkait
Strategis
/Program
Besar
pengalaman atau kesan
responden, atau lebih jauh
lagi tentang pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.
Observasi Untuk mendapat informasi
yang akurat tentang
bagaimana suatu program
berjalan (proses).
Focus Group Mengeksplorasi lebih jauh
tentang suatu program
Studi Kasus Untuk memahami atau
mendapatkan pemahaman
yang mendalam melalui
pembandingan dengan
beberapa kasus.
Metode pengumpulan data lainnya yang diperlukan
BAB 4
MEKANISME MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis dan metode
yang ada, mekanisme monitoring dilakukan terhadap
rencana tahunan seperti RKA, Renja, RKP, Rencana Aksi
Nasional, Rencana Aksi Program dan Kegiatan secara
triwulanan menggunakan sistem aplikasi e-monev
(Kemenkeu dan Bappenas) dan sistem lain seperti SISPAN
(Sistem Pemantauan) Kantor Staf Kepresidenan serta sistem
pelaporan manual lainnya. Sedangkan Evaluasi
dikelompokkan dalam evaluasi rencana pembangunan
tahunan dan jangka menengah. Evaluasi rencana
pembangunan tahunan, seperti RKP dan Renja Kementerian
Kesehatan dilakukan setiap tahun sekali, sedangkan
evaluasi rencana pembangunan jangka menengah, seperti
Renstra Kementerian Kesehatan dilakukan setidaknya 2x
(dua kali) dalam satu periode yaitu Evaluasi Paruh Waktu
dan Evaluasi Akhir.
Dalam bab 4 ini akan dibahas mekanisme monitoring
dan evaluasi Renja, RKP, RKA, Renstra Kementerian
Kesehatan serta pelaporan hasil evaluasi termasuk
mekanisme verifikasi capaian atas indikator-indikator diatas
sesuai dengan tuntutan validitas data capaian dalam aplikasi
sistem berbasi online (e-monev) dan pelaporan manual
lainnya. Secara Umum Mekanisme monitoring dan pelaporan
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan diagram berikut:
Diagram 4.1 Mekanisme Monitoring dan Pelaporan
Kemenkes Secara Umum
4.1. Mekanisme Evaluasi RKP, Renja dan Renstra
Kementerian Kesehatan
Dalam melakukan evaluasi RKP, Renja dan Renstra
Kementerian Kesehatan dapat menggunakan jenis evaluasi
yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan evaluasi, yaitu
dapat menggunakan evaluasi pengukuran kinerja, evaluasi
proses pelaksanaan rencana pembangunan dan evaluasi
kebijakan strategis/program besar.
Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada dan
waktu maka jenis evaluasi yang wajib dilaksanakan untuk
mengevaluasi RKP, Renja dan Renstra adalah jenis Evaluasi
Pengukuran Kinerja untuk pengukuran seluruh
kebijakan/program/kegiatan yang ada dalam dokumen
perencanaan. Sedangkan evaluasi proses pelaksanaan dan
evaluasi kebijakan strategis atau program besar
dilaksanakan sesuai kebutuhan (lihat Bab 3 Jenis dan
Metode Evaluasi). Mekanisme Evaluasi RKP, Renja dan
Renstra dapat dilihat pada gambar berikut:
Diagram 4.2 Mekanisme Evaluasi RKP, Renja dan Renstra
Kementerian Kesehatan
4.1.1.Penyusunan evaluasi RKA Kementerian Kesehatan
Penyusunan evaluasi RKA Kementerian Kesehatan
dilakukan secara berjenjang dari Satuan Kerja dan diverifikasi
masing-masing Unit Eselon II yang memiliki koordinasi
Monitoring dan Evaluasi Program (Sekretariat Eselon I atau
Biro Perencanaan dan Anggaran di Unit Sekretariat Jenderal)
melalui aplikasi e-monev Kementerian Keuangan.
Sekretariat Jenderl c.q Biro Perencanaan dan
Anggaran melakukan evaluasi RKA pada e-monev
Kementerian Keuangan dengan melakukan Evaluasi Kinerja
atas Aspek Konteks yang mencantumkan informasi kinerja
yang tertuang dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga dan mengisikan capaian indikator
sasaran strategis Kementerian. Berdasarkan masukan dari
setiap Eselon I secara berjenjang Biro Perencanaan juga
menyusun laporan RKA melalui aplikasi e-monev tersebut
pula.
Diagram 4.3 Mekanisme Evaluasi RKA/ Kinerja Anggaran
4.1.2.Penyusunan evaluasi RKP dan Renja Kementerian
Kesehatan
Penyusunan Evaluasi RKP dan Renja dimulai dengan
evaluasi Unit Kerja yang dilakukan oleh masing-masing
Eselon I penanggung jawab Unit Kerja sesuai dengan tugas
dan kewenangan masing-masing. Hasil evaluasi tersebut
kemudian disampaikan kepada Sekretaris Jenderal cq. Biro
Perencanaan dan Anggaran untuk dikoordinasikan dan
dikonsolidasikan menjadi Laporan Evaluasi Renja
Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disampaikan kepada
Menteri. Menteri selanjutnya akan menyampaikan hasil
evaluasi Renja tersebut kepada Bappenas sebagai bahan
untuk evaluasi RKP selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah
tahun anggaran berakhir.
Evaluasi Renja dilakukan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasarkan
indikator dan sasaran kinterja yang tercantum dalam Renstra.
Masing-masing Eselon I melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan Renja periode sebelumnya di lingkungan
Kerjanya dengan melakukan pengukuran terhadap indikator
dan sasaran kinerja yang telah ditetapkan.
Sumber data utama evaluasi RKP dan Renja adalah
data/informasi pemantauan kinerja pada triwulan keempat.
Laporan evaluasi RKP dan Renja merupakan Laporan
Tahunan atas Kinerja Kementerian Kesehatan berdasarkan
pada Rencana Strategis dan visi/misi Kementerian Kesehatan.
Laporan hasil evaluasi RKP dan Renja mencakup hasil
evaluasi yang sudah dilakukan antara lain evaluasi
pengukuran kinerja, evaluasi proses pelaksanaan maupun
evaluasi kebijakan strategis/program besar/program prioritas.
4.1.3.Penyusunan Evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan
Mekanisme evaluasi Renstra secara umum sama dengan
evaluasi Renja, hanya waktunya saja yang berbeda. Jika
evaluasi Renja dilakukan setiap tahun, evaluasi Renstra
dilakukan 2x (dua kali) dalam satu periode yaitu Evaluasi
Paruh Waktu Renstra dan Evaluasi Akhir Renstra.
Penyusunan evaluasi Renstra dimulai dengan evaluasi Unit
Kerja yang dilakukan oleh masing-masing Eselon I
penanggung jawab Unit Kerja dengan tugas dan kewenangan
masing-masing. Evaluasi Renstra juga memperhatikan hasil
evaluasi Renja periode Renstra berjalan sebagai bahan
masukan. Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan
Anggaran untuk dikoordinasikan dan dikonsolidasikan
menjadi Laporan Evaluasi Renstra Kementerian Kesehatan
yang selanjutnya disampaikan kepada Menteri. Menteri
selanjutnya akan menyampaikan hasil evaluasi Renstra
tersebut kepada Bappenas sebagai bahan untuk melakukan
evaluasi RPJMN.
Evaluasi Renstra dilakukan untuk melihat kesesuaian
kebijakan/program/kegiatan terhadap pencapaian visi dan
misi Kementerian Kesehatan serta menilai manfaat/dampak
dan keberlanjutan suatu program. Evaluasi Renstra juga
melihat kontribusi capaian kinerja Unit Eselon I
terhadap capaian target nasional. Evaluasi Renstra harus
dilengkapi dengan hasil analisis yang menjelaskan
permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya target
pada suatu program atau menjelaskan faktor-faktor
pendorong keberhasilan program. Oleh karena Renstra
merupakan dokumen jangka menengah maka evaluasi harus
mampu menggambarkan pencapaian outcome dan impact
dari pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.
4.2. Jadwal dan Pelaporan Hasil Evaluasi
Pada bulan Januari–Februari seluruh Eselon I
melakukan penyusunan evaluasi Renja di masing-masing Unit
Kerjanya. Hasil evaluasi Renja unit Eselon I disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal yang dikoordinir dan
dikonsolidasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran, yang
kemudian diteruskan kepada Menteri. Hasil evaluasi Renja
tersebut selanjutnya disampaikan kepada Bappenas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
nomor 1 tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi
Pembangunan Nasional, disampaikan bahwa pada bulan
Januari-Februari bersamaan dengan penyusunan evaluasi
Renja K/L, Bappenas juga menyusun draft awal evaluasi RKP.
Pada bulan Maret Bappenas melakukan evaluasi Agenda
Pembangunan Nasional dan Evaluasi Bidang/Lintas
Bidang/Regional. Selanjutnya Bappenas juga melakukan
konsolidasi dan koordinasi terhadap hasil evaluasi Renja dari
seluruh Kementerian dan Lembaga untuk disusun menjadi
draf akhir laporan evaluasi RKP. Finalisasi laporan evaluasi
RKP dilaporkan oleh Bappenas kepada Presiden pada bulan
April.
Pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
tersebut disampaikan pula bahwa Bappenas melakukan
Evaluasi Paruh Waktu RPJMN yang dimulai sejak bulan Mei
tahun ke-3 RPJMN. Untuk itu pada bulan Juni-Juli, seluruh
Unit Eselon I Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan
laporan Evaluasi Paruh Waktu Renstra. Hasil evaluasi Paruh
Waktu Renstra disampaikan ke Bappenas sebagai bahan
untuk melakukan penyempurnaan draft awal evaluasi Paruh
Waktu RPJMN.
Pada bulan Desember tahun ke-4 Renstra, Unit Eselon I
melakukan dan menyusun laporan Renstra di masing-masing
Unit Kerjanya. Hasil evaluasi Renja unit Eselon I
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal yang dikoordinir dan
dikonsolidasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran, yang
kemudian diteruskan kepada Menteri. Hasil evaluasi Renja
tersebut selanjutnya disampaikan kepada Bappenas sebagai
bahan untuk penyempurnaan draf awal evaluasi RPJMN yang
disusun oleh Bappenas.
Diagram 4.3 Matriks Jadwal Evaluasi Renja dan Renstra Kementerian
Kesehatan
Diagram 4.4 Skema Pelaporan Hasil Evaluasi di Kementerian Kesehatan
4.2 Mekanisme Verifikasi/Konfirmasi/Validasi
Validasi Data Capaian
Proses verifikasi/konfirmasi/validasi
data capaian yang telah diinput ke dalam
aplikasi online atau laporan manual sangat
penting dilakukan untuk memastikan valid
tidaknya data yang telah dilaporkan. Upaya
verifikasi/konfirmasi/validasi data capaian
tersebut dapat dilakukan dengan
membandingkan data capaian dengan sumber
data yang menjadi dasar data capaian
tersebut atau dengan membandingkan
keterangan pelaksana kegiatan, dokumen,
laporan atau output yang dihasilkam di
lapangan.
Proses verifikasi/konfirmasi/validasi
data capaian dapat dilakukan untuk semua
data capaian (seluruh populasi) jika sumber
daya yang memungkinkan atau memilih
sampel berdasarkan asumsi jumlah eror yang
akan diterima. Adapun alur pikir yang dapat
digunakan dalam melakukan proses tersebut
dapat berdasarkan berikut :
Diagram 4.5 Alur Fikir Mekanisme Verifikasi
Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah:
1) Menentukan jumlah populasi dari data
capaian yang akan dilakukan
verifikasi/konfirmasi/validasi. Misalnya
akan dilakukan validasi capaian
komponen apada e-monev di suatu
satuan kerja maka dihitung
berdasarkan perkalian jumlah
komponen yang ada dan output yang
ada.
2) Dilakukan pemilihan metode verifikasi
berdasarkan berdasarkan jumlah
populasi yang ada, jika kurang dari 100
item maka dapat dilakukan verifikasi
secara total dengan pertimbangan
sumber daya memadai. Sebaliknya jika
populasi lebih dari 100 item maka
dapat dilakukan proses
verifikasi/konfirmasi/validasi data
dengan mengambil sampel dari
populasi yang ada dengan asumsi
tingkat keyakinan tertentu.
3) Pengambilan sampel dapat
menggunakan metode sampling
berdasarkan statistik (metode sampling
statistik) dan diluar metode statistika
(metode non statistik). Perbandingan
antara metode sampling tersebut dapat
dilihat melalui tabel berikut :
Metode
Sampling
Sampling
Statistik
Sampling Non
Statistik
Analisis Menggunakan
rumus
/formula
Tidak
menggunakan
rumus/formula
statistik,
sehingga
judgement
yang akan
digunakan
harus
dikuantifikasi
lebih dahulu
sesuai
kebutuhan
formula
statistik,
sehingga
judgement yang
akan
digunakan
tidak perlu
dikuantifikasi
Pemilihan
Sampel
Harus acak
(random)
Boleh acak,
boleh pula
tidak
Sebagai Dasar Pemilihan Sampel secara
statistik maka menggunakan Tabel Berikut
ini :
Tabel 4.6 Pemilihan Sample dengan Asumsi Resiko Verifikasi dengan Tk. Pengendalian Rendah
Tolerable Rate (Selisih Hasil yang Dapat Ditoleransi)
E P D R 2 % 3 % 4 % 5 % 6 % 7 % 8 % 9 % 1 0 % 1 5 % 2 0 %
0,00%
149(0)
99(0) 74(0) 59(0) 49(0) 42(0) 36(0) 32(0) 29(0) 19(0) 14(0)
.25 236(1)
157(1)
117(1)
93(1) 78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 30(1) 22(1)
.50 * 157(1)
117(1)
93(1) 78(10
66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 30(1)
30(1)
30(1)
22 (1)
.75 * 208(2)
117(1)
93(1) 78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 22(1)
1.00 * * 156(2)
93(1) 78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1) 22 (1)
1.25 * * 156(12)
124(2)
78(1) 66(1) 58(1) 51(1) 46(1)
46(1)
30(1) 22 (1)
1.50 * * 192(3)
124(2)
103(2)
66(1) 58(1) 51(1) 30(1) 22 (1)
1.75 * * 227(4)
153(3)
103(2)
88(2) 77(2) 51(1) 46(1) 30(1) 22 (1)
2.00 * * * 181(4)
127(3)
88(2) 77(2) 68(2) 46(1) 30(1) 22 (1)
2.25 * * * 208(5)
127(3)
88(2) 77(2) 68(2) 61(2) 30(1) 22 (1)
2.50 * * * * 150(4)
109(3)
77(2) 68(2)
68(2)
61(2) 30(1) 22 (1)
2.75 * * * * 173(5)
109(3)
95(3) 61(2) 30(1) 22 (1)
3.00 * * * * 195(6)
129(4)
95(3) 84(3) 61(2) 30(1) 22 (1)
3.25 * * * * * 148(5)
112)4) 84(3) 61(2) 30(1) 22 (1)
3.50 * * * * * 167(6)
112(4) 84(3) 76(3) 40(2) 22 (1)
3.75 * * * * * 185(7)
129(5) 100(4) 76(3) 40(2) 22 (1)
EPDR (Estimated Population Deviation Rate) merupakan potensial proporsi deviasi
dari populasi aslinya. Kombinasi antara pemilihan EPDR dan Tolarable Rate akan
mempengaruhi jumlah sampel yang akan diambil. Setelah dilakukan pemilihan EPDR
dan tolerable rate dari populasi yang ada maka dilakukan penyesuaian jumlah sampel
mengingat tabel 4.6 untuk jumlah populasi diatas 5.000 item. Adapun
perhitungannya sebagaimana berikut :
n definitif = n x {1 – (n / N)} ; n=jlh sampel dari tabel; N total populasi
4.00 * * * * * *
*
146(6) 100(4) 89(4) 40(2) 22 (1)
5.00 * * * * * * 158(8) 116(6) 40(2) 30 (2)
6.00 * * * * *
*
* * * 179(11) 50(3) 30 (2)
7.00 * * * * * * * * 68(5) 37 (3)
Contoh : Total Populasi (N) : 525, tolerable rate : 10% dan EPDR : 1%; maka
dari tabel tersebut diperoleh jumlah sampel estimasi sebanyak 46 Item
Jumlah Sampel Definitifnya menjadi = 46 x {1- (46/525)} = 42 item
Jadi diambil 42 Sampel Item dari Populasi yang ada untuk dilakukan
verifikasi lebih anjut
Untuk dapat melakukan langkah-langkah tersebut dengan baik dapat
menggunakan tools verifikasi menggunakan cara sampling statistik sesuai
dengan format berikut ini :
Form 4.7 Form Verifikasi Data Capaian Secara Metode
Statistik
FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA STATISTIK
Uraian Pelaksana Verifikator:
Nama Verifikator
Unit
Jabatan
Jenis Verifikasi Data
Nama Program/Kegiatan
A. Langkah Pelaksanaan Verifikasi
1. Penentuan Jumlah Populasi Ya Tidak
Jumlah Satker (A.1)
Jumlah Output (A.2)
Jumlah Indikator Outtput
(A.3)
Jumlah Komponen (A.4)
Grand Total (N)
2. Pemilihan Jumlah Sampel
(Lihat Tabel 4.6)- n
Ya Tidak
Tolerable Rate
EPDR
{1-(n/N) }
Jumlah Sampel Definitif
{1-(n/N) } x n
3. Pengambilan Sample Sesuai jumlah Sampel Definitif Ya Tidak
FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA STATISTIK
Secara Random
B. Pelaksanaan Verifikasi Ya Tidak
1. Semua Sampel yang diverifikasi sudah dikroscheck
dengan data dukung dan sumber capaian?
Ya Tidak
2. Semua sampel yang diverifikasi sudah sama dengan
data dukung dan sumber capaian?
Ya Tidak
3. Jika Jawaban poin 2 tidak, maka dilakukan pencatatan data capaian
yang merupakan temuan
3.1 Jumlah Temuan Sampel yang tidak didukung
dengan sumber data/ data dukung
3.2 Temuan Sampel sudah diperbaiki jumlah capaian
dan data dukungnya
Ya Tidak
C. Membuat Kesimpulan Hasil Verifikasi Data Capaian Ya Tidak
Kesimpulan :
Berdasarkan Tolerabel Rate : ....... maka diperoleh kesimpulan bahwa data
capaian E-Monev Bappenas/ DJA/ Laporan Lainnya sudah sesuai dengan
sumber data/ data dukung yang ada
Tanda Tangan Pelaksana Verifikator
Disahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Mengetahui Atasan Langsung PPK
Form 4.7 Form Verifikasi Data Capaian Secara Metode
Non Statistik (Penilaian Profesional Verifikator)
FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA NON-STATISTIK
Uraian Pelaksana Verifikator:
Nama Verifikator
Unit
Jabatan
Lama Pengalaman Sebagai
Verifikator/ Evaluator
Jenis Verifikasi Data
Nama Program/Kegiatan
D. Langkah Pelaksanaan Verifikasi
4. Penentuan Jumlah Populasi Ya Tidak
Jumlah Satker (A.1)
Jumlah Output (A.2)
Jumlah Indikator Outtput
(A.3)
Jumlah Komponen (A.4)
Grand Total (N)
5. Pemilihan Jumlah Sampel melalui Penilaian
Verifikator
Ya Tidak
Dasar Formula yang diambil
FORM VERIFIKASI DATA CAPAIAN SECARA NON-STATISTIK
Justifikasi Pengambilan Formula :
6. Pengambilan Sample Secara Random Ya Tidak
E. Pelaksanaan Verifikasi Ya Tidak
4. Semua Sampel yang diverifikasi sudah dikroscheck
dengan data dukung dan sumber capaian?
Ya Tidak
5. Semua sampel yang diverifikasi sudah sama dengan
data dukung dan sumber capaian?
Ya Tidak
6. Jika Jawaban poin 2 tidak, maka dilakukan pencatatan data capaian
yang merupakan temuan
3.1 Jumlah Temuan Sampel yang tidak didukung
dengan sumber data/ data dukung
3.2 Temuan Sampel sudah diperbaiki jumlah capaian
dan data dukungnya
Ya Tidak
F. Membuat Kesimpulan Hasil Verifikasi Data Capaian Ya Tidak
Kesimpulan :
Berdasarkan Penilaian Verifikator, menggunakan mekanisme formula
................................... maka diperoleh kesimpulan bahwa data capaian E-
Monev Bappenas/ DJA/ Laporan Lainnya sudah sesuai dengan sumber data/
data dukung yang ada
Tanda Tangan Pelaksana Verifikator
Disahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Mengetahui Atasan Langsung PPK
BAB 5
MEKANISME PEMBERIAN PENGHARGAAN
DAN SANKSI
5.1 Ketentuan mengenai Penghargaan
Kriteria yang digunakan dalam penilaian
anugerah E-Monev Award yaitu dengan 3
kategori yaitu:
a. kategori kepatuhan;
b. kategori pencapaian; dan
c. kategori inovasi.
Kategori Kepatuhan dinilai dengan kriteria,
menilai jumlah pelaporan/Kelengkapan Data
pada periode tahun sebelumnya.
Kategori Pencapaian dinilai dengan kriteria,
penilaian rata-rata pencapaian Kinerja setiap
Triwulan pada tahun sebelumnya.
Kategori Inovasi dinilai dengan Kriteria, Kerja
sama Unit Kerja Eselon I Kementerian
Kesehatan untuk bersinergi dalam pelaksanaan
pelaporan Peraturan Pemerintah Nomor 39
tahun 2006 dan kerja sama dalam
pengembangan penerapan aplikasi E-Monev
dalam mendukung pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006.
Pemberian Penghargaan diberikan dengan
ketentuan capaian kinerja penganggaran tahun
anggaran sebelumnya:
a. Persen (%) penyerapan anggaran paling
sedikit 95%;
b. Persen (%) realisasi capaian output paling
sedikit 95%; dan
c. Laporan keuangan unit kerja berpredikat
wajar tanpa pengecualian (WTP).
5.2 Bentuk Penghargaan
Penghargaan yang diberikan kepada unit
kerja dapat berupa:
a. Penghargaan e-monev award sebagai
apresiasi kepada Unit Eselon I
sebagai pembina program dan
Satuan Kerja (Kantor Pusat, Daerah
dan Dekonsentrasi) yang memenuhi
kriteria pemenuhan kepatuhan
pelaporan, capaian kinerja dan
ketepatan waktu pelaporan sesuai
dengan.
b. Penambahan formasi Jabatan
Fungsional Perencana untuk Unit
Eselon I dan/atau Satuan Kerja
yang secara konsisten mendapat
penghargaan e-monev award secara
tiga tahun berturut-turut namun
tetap mempertimbangkan keuangan
negara dan analisis jabatan yang
ada.
c. Penambahan alokasi anggaran
secara proporsional untuk Unit
Eselon I dan/atau Satuan Kerja
yang secara konsisten mendapat
penghargaan e-monev award secara
lima tahun berturut-turut namun
tetap mempertimbangkan capaian
kinerja rencana dan anggaran dan
keuangan negara.
2. Ketentuan mengenai Sanksi:
Sanksi dikenakan paling banyak sebesar
sisa anggaran yang dapat
dipertanggungjawabkan (SAYTD) kepada
unit kerja dengan ketentuan:
a. Tidak boleh menghambat pencapaian
target pembangunan;
b. Tidak boleh menurunkan pelayanan
kepada publik; dan
c. Memperhatikan arah kebijakan
penganggaran pada tahun anggaran
berjalan