Keputusan Komisi Pemilihan Umum

download Keputusan Komisi Pemilihan Umum

of 26

Transcript of Keputusan Komisi Pemilihan Umum

PENDAFTARAN PARTAI POLITIK

Pengertian:

Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, dan negara melalui pemilihan umum.

Dasar Hukum:

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. b. Keputusan Menteri Hukum Republik Indonesia Nomor M.02-PR.09.03 Tahun 1999 tentang Panitia Pendaftaran Partai Politik

c. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M01.HL.01.10 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran Ulang, Pendaftaran Pendirian, Pendaftaran Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Nama, Lambang, Tanda Gambar, Pengurus Tingkat Nasional, serta Pembubaran dan Penggabungan Partai Politik.

Persyaratan:

Pembentukan/pendirian Partai Politik :

Pembentukan/pendirian Partai Politik dilakukan dengan cara mengajukan permohonan pendaftaran dengan mengisi formulir yang telah disediakan serta harus memenuhi syarat substansional dan syarat formal.

Didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun.

:

Syarat Substansional yang harus dipenuhi untuk membentuk Partai Politik

1. 2. 3. 4.

Mencantumkan Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas atau ciri, aspirasi dan program Partai Politik tidak bertentangan dengan Pancasila. Keanggotaan Partai Politik bersifat terbuka untuk setiap warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih. Partai Politik tidak boleh menggunakan nama atau lambang yang sama dengan lambang negara Republik Indonesia, lambang negara asing, bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia Sang Saka Merah Putih, bendera kebangsaan negara asing, gambar perorangan dan nama serta lambang partai lain yang telah ada. Pembentukan Partai Politik tidak boleh membahayakan persatuan dan kesatuan.

5.

Syarat Formal Pembentukan Partai Politik:

a. b.

Didirikan dengan akte Notaris. Kepengurusan Partai Politik tingkat nasional berkedudukan di ibukota negara. Yang dimaksud dengan berkedudukan di ibukota negara adalah dapat berkantor pusat di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang dan Kota Bekasi.

c.

Didaftarkan pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Masnusia Republik Indonesia dengan melampirkan: 1. Akta notaris pendirian Partai Politik di dalamnya telah tercantum Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Politik yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Kepengurusan pada tingkat Propinsi sekurang-kurangnya 50% dari jumlah provinsi, pada tingkat Kabupaten/Kota sejumlah 50% dari jumlah

2.

Kabupaten/Kota pada tiap Propinsi dan pada tingkat Kecamatan sejumlah 25% dari jumlah Kecamatan pada tiap Kabupaten/Kota. 3. Nama, lambang dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang dan tanda gambar Partai Politik lainnya. Alamat kantor tetap yang dibuktikan dengan surat keterangan domisili dan Camat/Lurah/Kepala Desa setempat, bukti sah dari kantor tersebut di peruntukan bagi kepengurusan tingkat nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Surat keterangan yang menyatakan status kantor sekretariat Partai Politik (Hak Milik, sewa, kontrak, pinjam dsb).

4.

5.

d.

Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Prosedur:

Pendaftaran dan Pengesahan Partai Politik:

1.

Pimpinan Partai Politik yang telah didirikan dengan akte Notaris dan atau kuasanya yang sah, mengajukan surat permohonan untuk di daftar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Direktur Jenderal Adminstrasi Hukum Umum, Jl. HR. Rasuna Said Kav 6-7, Jakarta 12700.

2. a. b. c. d. e.

Permohonan pendaftaran dilengkapi dengan lampiran sebagai berikut : Salinan akte Notaris pendirian partai dan akte perubahannya (apabila ada) yang bermaterai. Daftar nama pendiri. Salinan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Program Partai Politik yang bersangkutan dibuat di atas kertas bermaterai. Nama dan lambang partai. Susunan dan nama pengurus/pimpinan pusat partai.

3.

Surat permohonan pendaftaran beserta lampirannya dicatat oleh petugas pendaftar dalam buku agenda yang memuat antara lain : a. b. c. d. e. Nama pemohon/kuasanya. Waktu dan tanggal penerimaan surat permohonan. Nama dan lambang partai. Nama pimpinan pusat Partai Politik yang bersangkutan. Susunan dan nama pengurus/pimpinan pusat partai.

4.

Setelah diagendakan, berkas permohonan pendaftaran diteliti oleh Panitia Pendaftaran Partai Politik untuk meneliti kelengkapan administrasif dan terpenuhinya persyaratan yang ditentukan pasal 2, pasal 3, pasal 4 ayat (1), pasal 5 dan pasal 11.

5.

Selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah penerimaan surat permohonan pendaftaran, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum, menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Pimpinan Partai Politik yang bersangkutan atau Kuasanya yang berisi : a. b. Penerimaan permohonan pendaftaran bagi Partai Politik yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan undang-undang. Penolakan permohonan pendaftaran bagi Partai Politik yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang.

6.

Partai Politik yang permohonannya ditolak diberi kesempatan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari untuk melakukan perbaikan-perbaikan atau melengkapi persyaratan-persyaratan yang diperlukan, dianggap menarik permohonannya untuk mendaftar.

7.

Apabila persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang telah dipenuhi oleh Partai Politik, maka permohonan pendaftarannya diproses untuk diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

8.

Selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah pengumuman pendirian Partai Politik di dalam Berita Negara Republik Indonesia, Partai politik yang bersangkutan memperoleh 1 (satu) copy Berita Negara Republik Indonesia yang bersangkutan.

Pendaftaran Ulang :

1.

Mengajukan surat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia perihal permohonan pendaftaran ulang Partai Politik dibuat di atas kop partai ditandatangani oleh Ketua Umum/Sekjen partai, dan diberi cap/stempel partai dalam map tersendiri.

2. a.

Menyerahkan berkas kelengkapan pendaftaran ulang yang terdiri dari : Foto copy Surat Keputusan Menteri Hukum dan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tentang Pengesahan Pendirian Partai yang telah dilegalisir oleh Notaris/Departemen Hukum dan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dengan menunjukan Surat Keputusan aslinya); Akta Notaris yang telah memuat Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga, disertai susunan kepengurusan tingkat nasional; Surat Keputusan susunan kepengurusan tingkat nasional yang telah dilegalisir oleh Notaris, jika tidak dimasukkan dalam akta Notaris partai; Lembar Berita Negara Republik Indonesia tentang Pengumuman Partai Politik (asli); 2 (dua) lembar lambang partai berwarna (asli) ukuran kwarto.

b. c. d. e.

3.

Menyerahkan Surat Keputusan Kepengurusan Partai untuk masingmasing tingkatan yang telah dilegalisir oleh DPP Partai, terdiri dari : a. b. c. Kepengurusan tingkat Provinsi minimal 50 % dari jumlah Provinsi; Kepengurusan tingkat Kabupaten/Kota minimal 50 % dalam setiap Provinsi; Kepengurusan tingkat Kecamatan minimal 25 % dalam setiap Kabupaten/Kota di Provinsi yang bersangkutan;

d.

Surat keterangan domisili sekretariat Partai Politik yang telah ditandatangi/diketahui oleh Camat tempat keberadaan sekretariat Partai Politik, dari tingkat nasional, Provinsi sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota; Surat Bukti Kepemilikan/status sekretariat Partai Politik yang sah, dapat berupa kontrak, sewa, pinjam pakai ataupun milik sendiri yang diperuntukan untuk kegiatan kesekretariatan Partai politik, dari tingkat nasional, Provinsi sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota; Khusus untuk kepengurusan tingkat Kecamatan, Surat Keputusan kepengurusan yang diserahkan cukup menuliskan alamat yang jelas dalam Surat Keputusan kepengurusannya, tanpa disertai bukti domisili maupun status kesekretariatan partai.

e.

f.

4.

Berkas yang diserahkan masing-masing disusun dalam map/ordner berdasarkan tingkat kepengurusan yang dimiliki (misalnya Provinsi Bali disusun sampai dengan tingkat Kecamatan).

5.

Informasi berkaitan dengan pelaksanaan pendaftaran ulang Partai Politik dan Verifikasi Partai Politik, dapat ditanyakan pada :

Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Direktorat Tatanegara Sub Direktorat Hukum Tatanegara (Lantai 6) Jl. HR. Rasuna Said Kav. 6-7 Jakarta Selatan Telp. (012) 5202387 pes. 611 atau pes. 600

Perubahan Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Nama, Lambang dan Tanda Gambar Partai Politik:

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, nama, lambang dan tanda gambar Partai Politik didaftarkan di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

2. Pendaftaran perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tersebut diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan melampirkan: Akta notaris tentang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. nama, lambang dan tanda gambar Partai Politik yang diubah.

3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mengeluarkan keputusan tentang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, nama, lambang dan tanda gambar Partai Politik untuk selanjutnya diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia oleh Partai Politik yang bersangkutan.

Perubahan Pengurus Tingkat Nasional:

a. Perubahan kepengurusan Partai Politik tingkat nasional didaftarkan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia paling cepat 7 hari dan paling lambat 30 hari terhitung sejak terjadinya perubahan pengurus tersebut.

b.

Pendaftaran perubahan pengurus tersebut diajukan secara tertulis dengan melampirkan hasil musyawarah nasional atau kongres atau forum-forum permusyawaratan Partai Politik yang berwenang untuk itu sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Politik yang bersangkutan dan Surat Keputusan mengenai perubahan pengurus tersebut.

c. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan terdaftar kepengurusan baru paling lambat 7 hari setelah syarat-syarat pendaftaran secara lengkap diterima.

Pembubaran dan penggabungan Partai Politk:

v

Pembubaran dan penggabungan Partai Politik diberitahukan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk selanjutnya diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Pemberitahuan pembubaran Partai Politik dilampirkan:

v

v v

Keputusan pembubaran apabila Partai Politik tersebut membubarkan sendiri secara sukarela. Keputusan/bukti penggabungan dengan Partai Politik lain apabila Partai Politik tersebut menggabungkan diri dengan Partai Politik lain. Putusan Mahkamah Konstitusi apabila partai tersebut dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Bagi penggabungan Partai Politik dengan nama, lambang dan tanda gambar baru berlaku ketentuan mengenai pendirian/pembentukan Partai Politik (baru). Bagi Partai Politik yang bergabung dengan menggunakan nama, lambang dan tanda gambar salah satu Partai Politik yang sudah ada cukup memberitahukan ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk selanjutnya diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Verifikasi Pendaftaran Ulang Partai Politik meliputi pemeriksaan kebenaran dari:

a. Akta notaris. b. Pengumuman Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tentang pengesahan pendirian Partai Politik.

c. Berita Negara Republik Indonesia yang memuat pengumuman Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tentang pengesahan pendirian Partai Politik. d. Dokumen sah yang terkait dengan kantor tetap Partai Politik.

Verifikasi Pendaftaran Partai Politik (baru) meliputi:

a. Kepengurusan Partai Politik. b. Alamat kantor tetap dan domisili Partai Politik.

c. Dokumen sah yang terkait dengan kantor tetap Partai Politik.

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM Nomor 105 Tahun 2003 Tentang TATA CARA PENELITIAN DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK MENJADI PESERTA PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perlu ditetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum tentang tata cara penelitian dan penetapan Partai Politik menjadi Peserta Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4251); 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277); Memperhatikan : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 19 Maret 2003.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG TATA CARA PENELITIAN DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK MENJADI PESERTA PEMILIHAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Partai Politik adalah Partai Politik yang telah memperoleh pengesahan sebagai Badan Hukum oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002; 2. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut KPU adalah penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri; 3. Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah pelaksana Pemilihan Umum di Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang merupakan bagian dari KPU; 4. Pimpinan Partai Politik sesuai dengan tingkatannya adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Politik untuk Tingkat Pusat, Ketua dan Sekretaris untuk tingkat Provinsi, dan Kabupaten/Kota atau sebutan pimpinan lainnya sesuai dengan kewenangan berdasarkan AD/ART partai politik yang bersangkutan; 5. Penelitian administratif adalah pemeriksaan terhadap bukti-bukti tertulis berkenaan dengan pemenuhan syarat-syarat Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum yang bersifat formal; 6. Penelitian faktual adalah pemeriksaan dan pencocokan terhadap kebenaran bukti-bukti tertulis berkenaan dengan pemenuhan syarat-syarat Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum yang bersifat material;

Pasal 2 Penelitian Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum dilaksanakan dengan memperlakukan Partai Politik secara adil dan setara sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 3 Penetapan keabsahan Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum oleh KPU bersifat final.

BAB II PERSYARATAN PARTAI POLITIK MENJADI PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Pasal 4 Partai Politik dapat menjadi peserta Pemilihan Umum apabila memenuhi syarat :

a. diakui keberadaannya sesuai dengan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002; b. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah Provinsi; c. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi sebagaimana dimaksud pada huruf b; d. memiliki Anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau sekurang-kurangnya 1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota Partai Politik; e. pengurus sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c harus mempunyai kantor tetap; f. mengajukan nama dan tanda gambar Partai Politik kepada KPU.

Pasal 5 Partai Politik dalam mengajukan nama dan tanda gambar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f, dilarang menggunakan nama dan tanda gambar yang sama dengan : a. bendera atau lambang negara Republik Indonesia; b. lambang negara atau lembaga pemerintah; c. nama, bendera, atau lambang negara lain dan nama bendera atau lambang lembaga/badan internasional; d. nama dan gambar seseorang; atau e. nama dan tanda gambar yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama dan tanda gambar Partai Politik lain.

Pasal 6 Untuk pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum, pemenuhan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dibuktikan dengan : a. surat Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia tentang pengesahan Partai Politik sebagai badan hukum; b. surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat berkenaan dengan jumlah kepengurusan Partai Politik di tingkat Provinsi dan dilampiri dengan surat keputusan Pimpinan Tingkat Pusat Partai Politik mengenai pengesahan susunan pengurus Tingkat Provinsi Partai Politik sekurang-kurangnya di 2/3 jumlah seluruh Provinsi; c. surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat berkenaan dengan jumlah kepengurusan Partai Politik di tingkat Kabupaten/Kota dan dilampiri dengan

surat keputusan Pimpinan Tingkat Pusat Partai Politik mengenai pengesahan susunan pengurus Tingkat Kabupaten/Kota Partai Politik sekurang-kurangnya di 2/3 jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi sebagaimana dimaksud pada huruf b; d. surat pernyataan memiliki Anggota Partai Politik sekurang-kurangnya 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan Partai Politik di Kabupaten/Kota yang ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik di tingkat Kabupaten/Kota yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota Partai Politik yang masih berlaku dan dilampiri dengan surat pernyataan sebagai anggota Partai Politik; e. surat keterangan domisili kantor tetap dari Kepala Kecamatan (Camat) yang dilampiri dengan dokumen yang sah; f. nama dan tanda gambar Partai Politik sebagai peserta Pemilihan Umum dengan ukuran 10 x 10 cm berwarna.

BAB III Pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Pasal 7 Pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum dilaksanakan setelah disahkan sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Pasal 8 (1) Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat mendaftarkan partai politiknya ke KPU untuk menjadi peserta Pemilihan Umum dengan menggunakan formulir yang disediakan. (2) Surat pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat dan dibubuhi cap/stempel. Pasal 9 Surat pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum dilampiri bukti pemenuhan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan dibuat rangkap 3 (tiga). Pasal 10 KPU dalam melaksanakan pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum, bertugas : a. menerima berkas pendaftaran;

b. mencatat dalam register pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum, meliputi : 1) nama yang menyampaikan pendaftaran; 2) nama partai politik; 3) hari, tanggal dan waktu penerimaan; 4) alamat dan nomor telpon kantor Pengurus Tingkat Pusat Partai Politik. c. memeriksa surat pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan berkas kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. d. memberikan tanda bukti penerimaan pendaftaran.

Pasal 11 Tanda bukti penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d tidak merupakan bukti Partai Politik sebagai peserta Pemilihan Umum.

Pasal 12 (1) Berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 yang belum lengkap, dikembalikan kepada Partai Politik yang bersangkutan. (2) Partai Politik diberi kesempatan untuk mendaftar kembali dalam jangka waktu pendaftaran.

BAB IV Penelitian dan penetapan Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota

Bagian Pertama Penelitian Partai Politik Menjadi Peserta Pemilihan Umum Pasal 13 Penelitian syarat Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum meliputi penelitian administratif dan faktual. Pasal 14 Penelitian administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, meliputi penelitian keabsahan : a. surat pendaftaran Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat dan dibubuhi cap/stempel.

b. salinan surat Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia tentang pengesahan Partai Politik; c. surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat berkenaan dengan jumlah kepengurusan Partai Politik di tingkat Provinsi dan dilampiri dengan surat keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat mengenai pengesahan susunan pengurus partai politik Tingkat Provinsi Partai Politik sekurang-kurangnya di 2/3 jumlah seluruh Provinsi; d. surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat berkenaan dengan jumlah kepengurusan Partai Politik di tingkat Kabupaten/Kota dan dilampiri dengan surat keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat mengenai pengesahan susunan pengurus Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya di 2/3 jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi sebagaimana dimaksud pada huruf c; e. surat pernyataan memiliki nama Anggota Partai Politik sekurang-kurangnya 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan Partai Politik di Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud huruf d, dilampiri daftar nama anggota dan kartu tanda anggota Partai Politik yang masih berlaku dan surat pernyataan sebagai anggota Partai Politik; f. surat keterangan domisili kantor tetap dan dokumen yang sah; g. nama dan tanda gambar Partai Politik.

Pasal 15 Dalam melaksanakan penelitian administratif terhadap syarat Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 6 dan Pasal 14, dibuat Berita Acara Penelitian yang ditandatangani oleh KPU.

Pasal 16 Penelitian faktual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, meliputi penelitian dan pengecekan kebenaran data mengenai : a. jumlah dan susunan kepengurusan Partai Politik di Tingkat Provinsi berdasarkan surat keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat mengenai pengesahan susunan pengurus Partai Politik Tingkat Provinsi sekurang-kurangnya di 2/3 jumlah seluruh Provinsi; b. jumlah dan susunan kepengurusan Partai Politik di Tingkat Kabupaten/Kota berdasarkan surat keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat mengenai pengesahan susunan pengurus Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya di 2/3 jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi yang bersangkutan; c. jumlah Anggota Partai Politik sekurang-kurangnya 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan Partai Politik di Kabupaten/Kota, berdasarkan lampiran

daftar nama anggota dan kartu tanda anggota Partai Politik yang masih berlaku dan surat pernyataan sebagai anggota Partai Politik; d. domisili kantor tetap dan dokumen yang sah.

Pasal 17 Penelitian faktual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c dengan cara sebagai berikut : a. KPU mengambil dan meneliti secara acak 10% (sepuluh persen) dari seluruh nama Anggota Partai Politik pada kepengurusan di Kabupaten/Kota yang berjumlah diatas 100 (seratus) orang anggota; b. dalam hal jumlah anggota dibawah 100 (seratus) orang penelitian faktual dilakukan tidak secara acak; c. jika terdapat kesalahan penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka diberikan kesempatan pada Partai Politik yang bersangkutan untuk memperbaiki daftar nama anggotanya, selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak pemberitahuan oleh KPU; d. KPU akan melakukan penelitian kembali terhadap daftar nama anggota yang sudah diperbaiki sebagaimana dimaksud pada huruf c dengan cara sebagaimana dimaksud pada ketentuan huruf a dan huruf b; e. jika setelah dilakukan penelitian kembali masih terdapat kesalahan, maka Partai Politik tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Pasal 18 (1) Pelaksanaan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a dan huruf d, dilakukan oleh KPU Provinsi yang bersangkutan. (2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya dokumen dari KPU. (3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Berita Acara.

Pasal 19 (1) Pelaksanaan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, huruf c, dan huruf d, dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan. (2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari terhitung sejak diterimanya dokumen dari KPU. (3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Berita Acara.

Pasal 20 Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (3), disampaikan kepada KPU.

Pasal 21 (1) KPU membuat berita acara rekapitulasi berdasarkan berita acara hasil penelitian administratif dan faktual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 20. (2) Berita acara rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh KPU sebagai dasar untuk menetapkan Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum.

Pasal 22 Untuk melaksanakan penelitian syarat Partai Politik menjadi peserta Pemilihan Umum; KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota membentuk kelompok kerja.

Bagian Kedua Penetapan Partai Politik Menjadi Peserta Pemilihan Umum Pasal 23 (1) Partai Politik yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan menjadi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum dengan Keputusan KPU. (2) Partai Politik yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 tidak ditetapkan menjadi Partai Politik peserta Pemilihan Umum, dan kepada Partai Politik yang bersangkutan disampaikan pemberitahuan disertai alasannya.

Pasal 24 (1) Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang memperoleh 2% (dua persen) atau lebih dari jumlah kursi DPR atau memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga persen) jumlah kursi DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar sekurang-kurangnya di 1/2 (setengah) jumlah Provinsi dan di 1/2 (setengah) Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilihan Umum; (2) Partai Politik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tetap mendaftarkan diri sesuai dengan ketentuan Pasal 7 dan Pasal 8. Pasal 25

KPU mengumumkan secara luas hasil penelitian dan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24.

BAB V Ketentuan Lain dan penutup

Pasal 26 Formulir pendaftaran, penelitian dan penetapan Partai Politik menjadi Peserta Pemilihan Umum terlampir dalam Keputusan ini.

Pasal 27 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 April 2003

KOMISI PEMILIHAN UMUM

Ketua,

Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin

Wakil Ketua,

Prof. Dr. Ramlan Surbakti, MA

Setelah melakukan verifikasi faktual, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan 34 parpol nasional dan 6 parpol lokal Aceh untuk ikut Pemilu 2009. 34 Parpol nasional yang lolos terdiri 16 parpol lama dan 18 parpol baru. Pengumuman parpol yang lolos verifikasi faktual ini disampaikan oleh Ketua KPU Abdul Hafiz Anshari di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Senin (7/7/2008) pukul

22.30 WIB. Para anggota KPU juga ikut mendampingi. Berikut daftar lengkap 34 parpol nasional yang lolos menjadi peserta Pemilu 2009. A. Parpol Lama: 1. Partai Amanat Nasional (PAN) 2. Partai Bintang Reformasi (PBR) 3. Partai Bulan Bintang (PBB) 4. Partai Damai Sejahtera (PDS) 5. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 6. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) 7. Partai Demokrat (PD) 8. Partai Golkar 9. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 10. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 11. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 12. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 13. PNI Marhaenisme 14. Partai Pelopor 15. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) 16. Partai Persatuan Pembangunan (PPP). B. Parpol Baru: 1. Partai Barisan Nasional (Partai Barnas), 24 provinsi 2. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), 27 provinsi 3. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), 31 provinsi 4. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), 33 provinsi 5. Partai Indonesia Sejahtera (PIS), 33 provinsi 6. Partai Karya Perjuangan (PKP), 22 provinsi 7. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), 25 provinsi 8. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), 25 provinsi 9. Partai Kedaulatan, 23 provinsi 10. Partai Matahari Bangsa (PMB), 25 provinsi 11. Partai Nasional Banteng Kerakyatan Indonesia (PNBK Indonesia), 25 provinsi 12. Partai Patriot, 23 provinsi 13. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), 23 provinsi 14. Partai Pemuda Indonesia (PPI), 23 provinsi 15. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI), 23 provinsi 16. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB), 22 provinsi 17. Partai Persatuan Daerah (PPD), 22 provinsi 18. Partai Republik Nusantara (PRN), 22 provinsi JAKARTA -- Ketua Panwaslu DKI Jakarta, Ramdanyah, mengatakan, parpol dan caleg peserta pemilu harus patuh dan tunduk terhadap peraturan yang dibuat oleh penyelenggara pemilu dan wakil rakyat.

"Demi kelancaran berdemokrasi, parpol dan caleg harus mentaati peraturan yang berlaku," tegas Ramdanyah. Menurut dia, penegakkan demokrasi di Indonesia tidak hanya didasari oleh pondasi substansi idiologi pancasila, UUD 45 ataupun misi dan misi dan program parpol saja. "Prosedur dalam berdemokrasi seperti jadwal kampanye, jumlah massa, pemasangan alat peraga, dan hal teknis lainnya yang telah diatur dalam undang-undang dan ketentuan hukum harus dipatuhi," ujar Ramdanyah. Dia memaparkan, jumlah calon anggota legislatif (caleg) yang bertarung di Ibukota mencapai 2915 orang. Dengan rincian calon DPD DKI sebanyak 41 orang, calleg DPRD dari 38 parpol mencapai 2.268 orang, dan caleg DPR-RI sebanyak 606. "Jumlah yang besar ini rawan terjadinya pelanggaran dan gesekan,' katanya. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) per 20 Februari 2009, jumlah pelanggaran yang telah terjadi diseluruh Indonesia mencapai 1.359 kasus, di antaranya 1.226 kasus merupakan pelanggaran administrasi dan kemudian di lanjutkan ke KPU serta 173 kasus merupakan pelanggaran yang dilanjutkan ke pihak kepolisian.

Pada bulan Juli tahun lalu para pimpinan 34 partai politik kontestan Pemilu 2009 secara bersama mendeklarasikan (berjanji): akan melakukan kampanye damai, tertib, aman dan lancar; dan akan melakukan kampanye secara penuh edukatif dan bertanggungjawab demi kepentingan bangsa dan negara. Sebelumnya, KPU juga telah menetapkan 34 Parpol peserta Pemilu 2009. Juga telah menetapkan masa Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 dimulai tanggal 12 Juli 2008 sampai 5 April 2009. Pada tahap awal, dilakukan kampanye tertutup dan promosi parpol di media. Sementara kampanye yang melibatkan massa baru akan dimulai Maret 2009. Mengingat banyak terjadi gesekan-gesekan antar Parpol peserta Pemilu pada pelaksanaan Pemilu 2004 yang telah lalu, kami berusaha mengingatkan kembali deklarasi kampanye damai yang telah lalu. Semoga ke depan tak lagi kita temui gesekan-gesekan pada saat kampanye antara partai-partai politik peserta PEMILU 2009, maupun black campaign antar calon anggota legislatif di segala level. Sudah tiba saatnya kita membangun Indonesia yang lebih bermartabat di mata dunia, juga berwibawa di mata bangsanya. Pemilu Indonesia tahun 2009 berbeda dengan pemilu sebelumnya. Jika pada masa kampanye pemilu yang lalu kita hanya melihat atribut parpol berupa bendera partai, maka pada kampanye pemilu tahun 2009 ini diwarnai dengan banyaknya foto para calon legislatif yang dipajang di tempat-tempat umum layaknya kampanye pilkades. Ukuran foto yang menjejali sudut-sudut jalan tersebut sangat bervariasi, dari yang seukuran kertas A4 hingga reklame yang sangat besar di atas jalan-jalan protokol. Berapa besar biaya yang dikeluarkan para calon wakil rakyat itu untuk biaya kampanye ya? begitu pertanyaan yang muncul di benak saya. Apakah dana itu dari kantong sendiri, dana partai atau dari donatur? siapa ya donaturnya? dapat keuntungan apa ya? Jika uang pribadi apakah nantinya cucok dengan gaji yang didapatkan selama 5 tahun menjadi anggota DPR? ahhh makin pusing saja. Fenomena ini memang menjadi konsekuensi diberlakukannya sistem proposional terbuka dalam pemilu legislatif 2009 dimana nomor urut caleg tidak lagi menjadi acuan. Mau tidak mau masa kampanye pemilu harus digunakan untuk memperkenalkan figur masing-masing caleg dan mensosialisasikan program-program kerjanya. 4 .jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan daftar calon legislatif tetap (DCT) untuk Pemilu 2009. Total calon legislatif (caleg) dalam DCT mencapai 11.301 orang. Dari jumlah itu, 7.391 di antaranya laki-laki, sedangkan 3.910 perempuan. Prosentase caleg perempuan 34,60 persen. Pengumuman ini dibacakan Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary di Kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta, Rabu (29/10/2008) malam. Berikut perincian untuk tiap parpol: 1. Partai Hanura 605 orang (laki-laki 419 dan perempuan 186. Kuota caleg perempuan 30,74 persen).

2. Partai Karya Peduli Bangsa 141 orang (laki-laki 86 dan perempuan 55. Kuota caleg perempuan 39,01 persen). 3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia 279 orang (laki-laki 154 dan perempuan 125. Kuota caleg perempuan 44,80 persen). 4. Partai Peduli Rakyat Nasional 288 orang (laki-laki 213 dan perempuan 75. Kuota caleg perempuan 26,04 persen). 5. Partai Gerakan Indonesia Raya 396 orang (laki-laki 280 dan perempuan 116. Kuota caleg perempuan 29,29 persen). 6. Partai Barisan Nasional 276 (laki-laki 172 dan perempuan 104. Kuota caleg perempuan 37,68 persen). 7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 315 orang (laki-laki 173 dan perempuan 142. Kuota caleg perempuan 45,08 persen). 8. Partai Keadilan Sejahtera 579 orang (laki-laki 367 dan perempuan 212. Kuota caleg perempuan 36,61 persen). 9. Partai Amanat Nasional 596 orang (laki-laki 419 dan perempuan 177. Kuota caleg perempuan 29,70 persen). 10. Partai Perjuangan Indonesia Baru 55 orang (laki-laki 35 dan perempuan 20. Kuota caleg perempuan 36,36 persen). 11. Partai Kedaulatan 248 orang (laki-laki 157 dan perempuan 91. Kuota caleg perempuan 36,84 persen). 12. Partai Persatuan Daerah 159 orang (laki-laki 91, perempuan 68. Kuota caleg perempuan 42,77 persen). 13. Partai Kebangkitan Bangsa 398 orang (laki-laki 264 dan perempuan 134. Kuota caleg perempuan 33,67 persen). 14. Partai Pemuda Indonesia 278 orang (laki-laki 182 dan perempuan 96. Kuota caleg perempuan 34,53 persen). 15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 115 orang (laki-laki 76 dan perempuan 39. Kuota caleg perempuan 33,91 persen). 16. Partai Demokrasi Pembaruan 402 orang (laki-laki 238 dan perempuan 164. Kuota caleg perempuan 40,80 persen). 17. Partai Karya Perjuangan 199 orang (laki-laki 131 dan perempuan 68. Kuota caleg perempuan 34,17 persen).

18. Partai Matahari Bangsa 303 orang (laki-laki 180 dan perempuan 123. Kuota caleg perempuan 40,59 persen). 19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 50 orang (laki-laki 35 dan perempuan 15. Kuota caleg perempuan 30 persen). 20. Partai Demokrasi Kebangsaan 251 orang (laki-laki 148, perempuan 103. Kuota caleg perempuan 41,04 persen). 21. Partai Republika Nusantara 231 orang (laki-laki 162 dan perempuan 69. Kuota caleg perempuan 29,87 persen). 22. Partai Pelopor 109 orang (laki-laki 68 dan perempuan 41. Kuota caleg perempuan 37,61 persen). 23. Partai Golongan Karya 641 orang (laki-laki 447 dan perempuan 194. Kuota caleg perempuan 30,27 persen). 24. Partai Persatuan Pembangunan 472 orang (laki-laki 345, perempuan 127. Kuota caleg perempuan 26,91 persen). 25. Partai Damai Sejahtera 323 orang (laki-laki 207 dan perempuan 116. Kuota caleg perempuan 35,91 persen). 26. Partai Nasional Banteng Kerakyatan Indonesia 173 orang (laki-laki 115 dan perempuan 58. Kuota caleg perempuan 33,53 persen). 27. Partai Bulan Bintang 395 orang (laki-laki 262 dan perempuan 133. Kuota caleg perempuan 33,67 persen). 28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 627 orang (laki-laki 405 dan perempuan 222. Kuota caleg perempuan 35,41 persen). 29. Partai Bintang Reformasi 314 orang (laki-laki 187 dan perempuan 127. Kuota caleg perempuan 40,45 persen). 30. Partai Patriot 117 orang (laki-laki 94 dan perempuan 23. Kuota caleg perempuan 19,66 persen). 31. Partai Demokrat 671 orang (laki-laki 450 dan perempuan 221. Kuota caleg perempuan 32,94 persen). 32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia 146 orang (laki-laki 99 dan perempuan 47. Kuota caleg perempuan 32,19 persen). 33. Partai Indonesia Sejahtera 317 orang (laki-laki 194 dan perempuan 123. Kuota caleg perempuan 38,80 persen).

34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama 294 orang (laki-laki 195 dan perempuan 99. Kuota caleg perempuan 33,67 persen). 41. Partai Merdeka 89 orang (laki-laki 58 dan perempuan 31. Kuota caleg perempuan 34,83 persen). 42. Partai Nahdlatul Ummah Indonesia 101 orang (laki-laki 56 dan perempuan 45. Kuota caleg perempuan 44,55 persen). 43. Partai Sarikat Indonesia 127 orang (laki-laki 82 dan perempuan 45. Kuota caleg perempuan 35,43 persen). 44. Partai Buruh 221 orang (laki-laki 145 dan perempuan 76. Kuota caleg perempuan 34,39 persen). (sho/nwk) Tags: Caleg, DCT, KPU Posted in PEMILU 2009, POLITIK | 2 Comments

KPU Undang Parpol untuk Periksa Daftar Calon TetapRabu, Oktober 29th, 2008 Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengundang perwakilan partai politik (parpol) pada Selasa (28/10) malam, di gedung KPU, Jakarta, untuk memeriksa daftar calon tetap (DCT) anggota DPR. Anggota KPU Andi Nurpati mengatakan, perwakilan dan penghubung parpol diberikan kesempatan untuk memeriksa susunan, kebenaran nama, dan nomor urut calon anggota DPR. Kalau sudah benar, perwakilan parpol dapat memberikan paraf pada daftar tersebut, katanya saat ditemui di ruang kerjanya. Ia mengatakan, untuk calon anggota legislatif yang diduga bermasalah, jika KPU telah memiliki bukti kuat maka KPU akan mencoret caleg tersebut. Di antaranya adalah caleg yang diajukan dua partai atau berada di dua daerah pemilihan berbeda. Apabila kedua partai yang bersangkutan tidak mencabut, maka KPU dapat mencoret caleg yang bersangkutan, katanya. Demikian pula untuk caleg yang diduga menggunakan dokumen palsu untuk mendaftar. Jika KPU telah memiliki bukti kuat maka akan langsung mencoretnya. Kalau bukti kurang kuat, maka akan berkoordinasi dengan kepolisian, katanya. Seperti diberitakan sebelumnya, KPU akan melaporkan 13 caleg yang diduga menggunakan dokumen palsu untuk mendaftar sebagai caleg. Andi mengatakan, apabila setelah ditetapkan sebagai calon tetap anggota DPR, caleg yang bersangkutan terbukti memalsukan dokumen, maka dapat diganti seperti yang diatur dalam pasal 218 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

Sementara, bagi caleg yang mengundurkan diri namun tidak mendapat persetujuan dari partai, KPU akan tetap memasukkan nama caleg tersebut dalam DCT. Kecuali partai telah menyetujui pengunduran diri caleg tersebut sehingga KPU dapat langsung mencoretnya, katanya. Setelah pemeriksaan DCT oleh parpol, malam ini KPU akan menyelenggarakan rapat pleno terbuka untuk membahas daftar calon tetap anggota DPR. Pengumuman DCT dijadwalkan berlangsung pada 31 Oktober 2008. (Ant/OL-01)

7.. Jakarta, kpu.go.id Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009, terdapat perbedaan dengan Pemilu Legislatif sebelumnya dalam hal pemberian suara yang dilakukan oleh Pemilih yaitu dari sebelumnya mencoblos surat suara menjadi memberi tanda satu kali pada surat suara. Untuk memenuhi Pasal 153 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, KPU telah mengeluarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota Tahun 2009. Dalam Pasal 40 dalam peraturan KPU tersebut dinyatakan sebagai berikut: (1) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota, dinyatakan sah apabila : a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang () atau sebutan lainnya; c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom nama partai atau kolom nomor calon atau kolom nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. d. sudut tanda centang () atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom nama partai politik, walaupun ujung garis tanda centang () melewati garis kolom nama partai politik; atau e. sudut tanda centang () atau sebutan lainnya terdapat pada kolom nomor urut calon atau kolom nama calon, tetapi bagian akhir garis tanda centang () atau sebutan lainnya melampaui kolom nomor urut calon atau kolom nama calon. (2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila: a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang () atau sebutan lainnya; c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom foto salah satu calon anggota DPD; d. sudut tanda centang () atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom foto salah satu calon Anggota DPD, walaupun ujung garis tanda centang () atau sebutan lain melewati garis kolom foto salah satu Anggota DPD. . 6.. Penghitungan Suara Paralel secara mandiri oleh partai sebenarnya sangat memungkinkan diaplikasikan. Pada dasarnya setiap partai telah memiliki instrumen sumber daya manusia sampai tingkat TPS. Dengan sedikit sentuhan teknologi instrumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan penghitungan suara secara paralel. Kalau mekanisme penghitungan suara di TPS itu selesai jam 15:05, maka saat itu juga pusat sudah dapat mengetahui perolehan suara di TPS tersebut. Apa Fungsi Paralel Penghitungan Suara?

y

y y

Untuk mengetahui secara dini perolehan partai baik secara nasional maupun per tps. Informasi ini penting untuk partai sebagai acuan untuk melakukan koalisi bagi di pihak yang meminang atau dipinang. Sebagai alat kontrol terhadap proses penghitungan suara. Sebagai pembanding data resmi yang dikeluarkan KPU.

Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan proses ini?y

y y y y y

Aplikasi komputer yang dapat menerima input dari TPS, bisa menggunakan media SMS maupun aplikasi khusus. Saya pribadi merekomendasikan menggunakan aplikasi khusus, ini dimaksudkan untuk meminimalisir tertukarnya data antar partai akibat human error, dan lebih cepat data sampai ke pusat. Aplikasi gatewai khusus di server, apabila menggunakan SMS, perlu tambahan alat GSM Modem, minimal 1 provinsi menggunakan 1 GSM Modem. Aplikasi yang dipasang di handphone. Aplikasi backoffice. Aplikasi untuk monitoring hasil penghitungan cepat, harus dapat menampilkan hasil dalam bentuk grafik/chart dan tabel. Server dan Handphone.

Siapa yang memerlukan?y y

Partai. Calon legislatif.

Apa bedanya dengan Quick Count? Bedanya dengan Quick Count hanya di jumlah TPS yang melakukan pelaporan, kalau di Quick Count, tidak semua TPS diambil sample suaranya, dan penentuan TPS mana saja yang harus mengirimkan suara ditentukan dengan menggunakan beberapa parameter. Kalau di Paralel Penghitungan Suara, semua TPS diambil suaranya sehingga bersifat real.