KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR:...

29
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: 853/Kpts/KH.020/L/5/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP LALU LINTAS SAPI (IMPOR DAN ANTAR AREA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN, Menimbang : 1. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat Indonesia dilakukan kegiatan pemasukan sapi dari luar negeri ke wilayah negara Republik Indonesia; 2. bahwa dalam upaya peningkatan produktivitas dalam negeri dilakukan kegiatan lalu lintas antar area sapi; 3. bahwa sapi termasuk media pembawa yang memiliki risiko tinggi menyebarkan hama penyakit hewan karantina (HPHK) sehingga perlu dilakukan tindakan karantina terhadap pemasukan sapi ke dalam wilayah Indonesia untuk mencegah masuk dan tersebarnya HPHK yang ditularkan oleh sapi; 4. bahwa sapi yang dilalulintaskan harus dijamin kesehatannya; 5. bahwa berkenaan dengan tindakan karantina sebagaimana tersebut di atas, maka dipandang perlu Penetapan Petunjuk Teknis Tindakan Karantina terhadap Lalu Lintas Sapi (Impor dan Antar Area). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;

Transcript of KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR:...

Page 1: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

NOMOR: 853/Kpts/KH.020/L/5/2011

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN

TERHADAP LALU LINTAS SAPI (IMPOR DAN ANTAR AREA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,

Menimbang : 1. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan daging bagi

masyarakat Indonesia dilakukan kegiatan pemasukan sapi dari

luar negeri ke wilayah negara Republik Indonesia;

2. bahwa dalam upaya peningkatan produktivitas dalam negeri

dilakukan kegiatan lalu lintas antar area sapi;

3. bahwa sapi termasuk media pembawa yang memiliki risiko

tinggi menyebarkan hama penyakit hewan karantina (HPHK)

sehingga perlu dilakukan tindakan karantina terhadap

pemasukan sapi ke dalam wilayah Indonesia untuk mencegah

masuk dan tersebarnya HPHK yang ditularkan oleh sapi;

4. bahwa sapi yang dilalulintaskan harus dijamin kesehatannya;

5. bahwa berkenaan dengan tindakan karantina sebagaimana

tersebut di atas, maka dipandang perlu Penetapan Petunjuk

Teknis Tindakan Karantina terhadap Lalu Lintas Sapi (Impor

dan Antar Area).

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992

Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan

dan Kesehatan Hewan;

Page 2: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

3. Peraturan Pemerintah Nomot 22 Tahun 1983 tentang

Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3253);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina

Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3482);

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 34/Permentan/OT.140/7/

2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Instalasi

Karantina Hewan;

8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/1/

2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan dan

Pengeluaran Benih, Bibit Ternak dan Ternak Potong;

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/HK.340/8/

2010 tentang Tempat-Tempat Pemasukan dan Pengeluaran

Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina dan

Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina;

10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/

9/2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit

Hewan Karantina, Penggolongan Dan Klasifikasi Media

Pembawa;

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

KESATU : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

TENTANG PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN

TERHADAP LALU LINTAS SAPI (IMPOR DAN ANTAR AREA).

Page 3: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU;

tercantum pada lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dari Keputusan;

KETIGA : Pedoman ini merupakan pedoman bagi petugas karantina hewan

dalam melakukan tindakan karantina terhadap sapi;

KEEMPAT : Dengan ditetapkannya Keputusan ini, Keputusan Kepala Badan

Karantina Pertanian Nomor: 184.b/Kpts/PD.670.320/L/12/04

tentang Petunjuk Teknis Operasional Tindakan Karantina

terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

KELIMA : Keputusan ini agar dilaksanakan sebaik-baiknya dengan penuh

tanggung jawab.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 4 Mei 2011

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

Ir. Banun Harpini, M.Sc

NIP. 19601019 198503 2 001

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:

1. Menteri Pertanian;

2. Para Pejabat Eselon I Kementerian Pertanian;

3. Para Pejabat Eselon II Badan Karantina Pertanian;

4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian di Seluruh Indonesia.

Page 4: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

NOMOR : 853/Kpts/KH.202/L/5/2011

TANGGAL : 4 Mei 2011

PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA HEWAN

TERHADAP LALU LINTAS SAPI (IMPOR DAN ANTAR AREA)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Protein hewani sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan, kesehatan, dan

kecerdasan manusia. Ternak sebagai sumber pangan (daging, telur, dan susu)

bagi manusia memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan

kebutuhan protein hewani. Kebutuhan akan protein hewani ini terus

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan

pendapatan, peningkatan pendidikan dan peningkatan pemahaman

masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi daging, telur dan susu.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat Indonesia yang

terus meningkat, diperkirakan belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam

negeri. Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi tersebut, maka dilakukan

melalui kegiatan pemasukan dan pengeluaran sapi dari dan ke luar wilayah

negara Republik Indonesia, di samping upaya peningkatan produktivitas

dalam negeri.

Untuk memenuhi kebutuhan daging tersebut, Kementerian Pertanian

mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-2014)

untuk mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumber

daya domestik khususnya ternak potong. Untuk menunjang Program

Swasembada Daging tersebut, maka Badan Karantina Pertanian melalui Unit

Pelaksana Teknisnya di seluruh Indonesia berperan aktif dalam program

tersebut dengan melaksanakan tindakan karantina sesuai prosedur dan

peraturan yang ada, untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit

Page 5: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

hewan karantina (HPHK) dan mempertahankan wilayah Republik Indonesia

dari status bebas HPHK.

Dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina untuk pemasukan dan

pengeluaran sapi dari dan ke luar wilayah negara Republik Indonesia, harus

dilakukan pengamanan dan pemeriksaan yang ketat terhadap sapi tersebut.

Hal ini untuk menjamin tersedianya sapi yang memenuhi syarat kesehatan,

syarat keamanan hayati dan menjamin terselenggaranya usaha budidaya

peternakan.

Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan pedoman dalam penanganan dan

pemeriksaan sapi dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina sebagai

acuan bagi petugas di lapangan maupun pengguna jasa karantina/instansi

terkait dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina yang profesional

berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan sapi di dalam negeri, maka dilakukan

kegiatan pemasukan dan pengeluaran sapi dari dan ke luar wilayah negara

Republik Indonesia. Pemasukan sapi dapat dilakukan oleh perorangan, badan

hukum atau instansi pemerintah.

Untuk mencegah kemungkinan timbul dan menyebarknya HPHK dan/atau

penyakit hewan eksotik yang dapat ditularkan melalui sapi tersebut serta

untuk perlindungan sumber daya genetik ternak, dan menjaga kelangsungan

pengembangan populasi sapi dalam negeri, maka dalam pemasukan dan

pengeluaran sapi harus memenuhi persyaratan pemasukan dan pengeluaran

yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Untuk persyaratan pemasukan dan pengeluaran sapi mengacu pada

peraturan perundangan yang ada, tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan

dan Pengeluaran Benih, Bibit Ternak, dan Ternak Potong.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam:

a. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap sapi dalam rangka untuk

mencegah masuk dan tersebarnya HPHK yang ditularkan oleh sapi.

Page 6: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

b. Persamaan persepsi dalam melaksanakan tindakan karantina

terhadap sapi.

1.2.2. Tujuan

Tujuan penyusunan pedoman ini adalah:

a. Mengefektifkan pelaksanaan tindakan karantina terhadap sapi

dalam mencegah masuk dan tersebarnya HPHK melalui sapi.

b. Mengefektifkan pengawasan dan pemeriksaan sapi yang

dilalulintaskan.

c. Melindungi konsumen dari benih, bibit ternak, dan ternak potong

yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang diatur dalam pedoman ini meliputi:

a. Penanganan dan pemeriksaan sapi;

b. Pemeriksaan dan pengujian laboratorium;

c. HPHK yang dapat disebarkan melalui sapi;

d. Jenis sapi dan restrain/handling sapi;

e. Persyaratan pemasukan dan pengeluaran sapi.

1.4. Batasan (Pengertian)

Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau, atau kelompok pulau di

dalam negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan

penyebaran hama penyakit hewan karantina.

2. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian adalah UPT di

lingkungan Badan Karantina Pertanian yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Badan Karantina Pertanian.

3. Pengambilan sampel atau spesimen adalah tindakan perlakuan pada

media pembawa dengan cara mengambil sejumlah sampel dan atau

spesimen untuk kepentingan pengujian, identifikasi, dan peneguhan

diagnosis hama dan penyakit hewan karantina sesuai ketentuan dan tata

cara pengambilan sampel dan atau spesimen yang benar.

Page 7: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

4. Petugas teknis karantina hewan adalah petugas Medik Veteriner dan

Paramedik Veteriner yang diberi tugas melakukan tindakan karantina.

5. Spesimen adalah contoh bahan pemeriksaan penyakit yang berasal dari

hewan, bahan asal hewan, dan hasil bahan asal hewan yang dicurigai.

6. Laboratorium veteriner adalah laboratorium kesehatan hewan,

laboratorium kesehatan veteriner, laboratorium karantina hewan, dan

laboratorium lainnya yang ditunjuk untuk melakukan tugas pengujian,

penyidikan dan upaya penanggulangan terhadap media pembawa hama

dan penyakit hewan karantina dengan menggunakan metode uji yang

standar.

7. Pemasukan sapi adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan sapi

dari luar negeri ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia baik untuk

pemenuhan kebutuhan benih, bibit ternak, dan ternak potong dalam

negeri.

8. Pengeluaran sapi adalah serangkaian kegiatan untuk mengeluarkan sapi

dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri.

9. Sapi adalah semua hasil pemuliaan sapi yang memenuhi persyaratan

tertentu untuk dikembangbiakkan.

10. Negara asal pemasukan yang selanjutnya disebut negara asal adalah

suatu negara yang mengeluarkan benih, bibit ternak, dan ternak potong

ke suatu tempat pemasukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

11. Negara tujuan adalah suatu negara yang menerima benih, bibit ternak,

dan ternak potong dari wilayah negara Republik Indonesia.

12. Tindakan Karantina Hewan yang selanjutnya disebut Tindakan Karantina

adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan

karantina masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara

Republik Indonesia.

13. Surat Persetujuan Pemasukan yang selanjutnya disebut SPP adalah

keterangan tertulis yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang

ditunjuknya kepada perorangan atau badan hukum atau instansi

pemerintah untuk dapat melakukan pemasukan benih, bibit ternak, atau

ternak potong dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik

Indonesia.

Page 8: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

14. Surat Persetujuan Pengeluaran yang selanjutnya disingkat SPP-I adalah

keterangan tertulis yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang

ditunjuknya kepada perorangan atau badan hukum atau instansi

pemerintah untuk dapat melakukan pengeluaran benih, bibit ternak, atau

ternak potong dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik

Indonesia.

15. Persyaratan Kesehatan Hewan (Health Requirements) adalah persyaratan

di bidang kesehatan hewan yang ditetapkan negara tujuan yang memuat

status kesehatan hewan di negara asal, status kesehatan hewan di

peternakan asal, dan perlakuan kesehatan hewan, serta tindakan

karantina yang harus dipenuhi oleh negara asal.

16. Dokumen Persyaratan Karantina Hewan adalah sertifikat kesehatan dari

negara/area asal (health certificate), surat keterangan asal (certificate of

origin), passport hewan, dan surat keterangan mutasi/transit, surat

persetujuan pemasukan/surat rekomendasi pemasukan.

17. Dokumen Kesehatan Hewan adalah surat keterangan yang menyatakan

pemenuhan persyaratan kesehatan hewan sebagaimana ditentukan dalam

Health Requirements yang ditetapkan oleh negara tujuan dan dikeluarkan

secara sah oleh pejabat kesehatan hewan yang berwenang di negara asal

atau surat keterangan asal yang menyatakan pemenuhan persyaratan

kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh dokter hewan yang berwenang di

Kabupaten/Kota setempat.

18. Surat Rekomendasi Pemasukan adalah surat rekomendasi pemasukan

dari Dinas Peternakan Propinsi/Kabupaten/Kota atau Dinas yang

membidangi Peternakan atau Kesehatan Hewan/Kesehatan Masyarakat

Veteriner di daerah tujuan.

19. Silsilah (pedigree) adalah catatan mengenai asal-usul keturunan ternak

yang meliputi nama, nomor, dan performa dari ternak dan tetua

penurunnya.

20. Bibit dasar atau foundation stock (FS) adalah bibit hasil dari suatu proses

pemuliaan dengan spesifikasi bibit yang memiliki silsilah dan telah

melalui uji performans dan atau uji zuriat.

21. Bibit induk atau breeding stock (BS) adalah bibit dengan spesifikasi

tertentu yang mempunyai silsilah untuk menghasilkan bibit sebar.

Page 9: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

22. Bibit sebar atau commercial stock (CS) adalah bibit dengan spesifikasi

tertentu untuk digunakan dalam proses produksi.

23. Penyakit Hewan Eksotik adalah penyakit yang belum pernah terjadi atau

muncul di suatu negara atau wilayah, baik secara klinis, epidemiologis,

maupun laboratoris (catatan: termasuk HPHK).

24. Dinas adalah instansi pemerintah daerah yang menangani fungsi

Peternakan dan/atau Kesehatan Hewan.

Page 10: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

BAB II

DOKUMEN PERSYARATAN KARANTINA TERHADAP LALU LINTAS SAPI

2.1 Impor

Dokumen persyaratan untuk lalu lintas sapi impor adalah sebagai berikut:

a. Sertifikat Kesehatan Hewan (Certificate of Animal Health) yang diterbitkan

oleh pejabat berwenang di negara asal dan negara transit;

b. Surat Persetujuan Pemasukan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian;

c. Surat Keterangan Transit apabila alat angkut melakukan transit;

d. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin);

e. Untuk sapi bibit, dilengkapi dengan Sertifikat Asal-Usul/Silsilah (pedigree)

yang dikeluarkan oleh Asosiasi Breeder sejenis atau badan-badan

pemerintah/semi pemerintah/swasta yang berwenang.

2.2 Antar Area

Dokumen persyaratan untuk lalu lintas sapi antar area adalah sebagai

berikut:

a. Sertifikat Kesehatan Hewan (Certificate of Animal Health) yang diterbitkan

oleh pejabat berwenang (karantina pertanian);

b. Sertifikat Keterangan Kesehatan Hewan yang diterbitkan oleh pejabat

berwenang dari daerah asal;

c. Surat Rekomendasi dari pejabat yang berwenang dari daerah tujuan.

2.3 Ekspor

Dokumen persyaratan untuk lalu lintas sapi ekspor adalah sebagai berikut:

a. Surat Persetujuan Pengeluaran dari Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian;

b. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari pejabat berwenang dari daerah

asal;

c. Surat Rekomendasi dari pejabat yang berwenang dari daerah asal;

d. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin);

Page 11: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

BAB III

TINDAKAN KARANTINA HEWAN

3.1. Tindakan Karantina Hewan terhadap Lalu Lintas Sapi Impor

Tindakan karantina bertujuan untuk mencegah masuk, keluar, dan

tersebarnya HPHK, untuk menjamin terhindarnya pencemaran lingkungan

oleh limbah dan menghindari kemungkinan penyebaran hama penyakit

hewan karantina. Tindakan yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:

3.1.1. Pemeriksaan

(i) Pemeriksaan Dokumen Persyaratan Karantina

Diperlukan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi, dan

keabsahan dokumen.

(ii) Pemeriksaan Mutu/Kualitas Sapi Bibit

Untuk memperoleh sapi yang sehat, memenuhi standar keamanan

hayati, kesehatan hewan, maka dilakukan pemeriksaan fisik dan

pembuktian (control inspection and approval – CIA) oleh petugas

karantina hewan.

(iii) Pemeriksaan klinis hewan, meliputi pemeriksaan:

Mukosa/selaput lendir;

Parasit kulit;

Permukaan kulit;

Luka;

Feses;

Nafsu makan/minum;

Pergerakan rumen;

Alat pergerakan;

Alat pernafasan;

Alat kardiovaskuler

(iv) Waktu

Pemeriksaan dilakukan pada siang hari, kecuali atas

pertimbangan dokter hewan karantina.

Page 12: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

Pemeriksaan dilakukan sejak hewan diserahkan sampai dengan

tindakan karantina dinyatakan selesai/berakhir.

3.1.2. Pengasingan dan Pengamatan

a. Dilakukan pengasingan di Instalasi Karantina Hewan yang telah

ditetapkan selama minimal 14 hari.

b. Pengamatan kondisi hewan dilakukan setiap hari selama masa

karantina dengan mengamati perkembangan gejala klinis yang

timbul selama masa pengasingan.

3.1.3. Pelakuan

a. Memisahkan atau mengisolasi hewan yang sakit dan dilakukan

pengobatan.

b. Dilakukan pengobatan terhadap hewan yang sakit selama masa

karantina sepanjang dinilai tidak mengganggu proses pengamatan

dan pemeriksaan selanjutnya.

3.1.4. Jenis Sampel dan Pemeriksaan Laboratorium

a. Spesimen/sampel untuk pemeriksaan/pengujian laboratorium

pada sapi betina adalah sebagai berikut:

1) Darah, untuk pengujian:

Anthrax (dari pembuluh darah perifer), pengujian dilakukan

dengan metode ulas darah.

Theileriosis, pengujian dilakukan dengan metode ulas darah.

Babesiosis, pengujian dilakukan dengan metode ulas darah.

Anaplasmosis, pengujian dilakukan dengan metode ulas

darah.

Hemorrhagic Septicemia (dari pembuluh darah perifer),

pengujian dilakukan dengan metode ulas darah.

2) Serum, untuk pengujian:

Brucellosis, pengujian dilakukan dengan metode Rose Bengal

Test (RBT). Jika hasil positif dilanjutkan dengan metode

Complement Fixation Test (CFT) dan Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay (ELISA).

Page 13: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), pengujian dengan

metode ELISA, Serum Neutralization Test (SNT). Jika hasil

positif dilanjutkan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Enzootic Bovine Leucosis (EBL), pengujian dengan metode

ELISA, Agar Gel Immunodiffusion (AGID). Jika hasil positif

dilanjutkan dengan PCR.

Bovine Viral Diarrhea (BVD), pengujian dengan metode ELISA,

Viral Neutralization Test (VNT).

Paratuberculosis, pengujian dengan metode ELISA atau CFT.

Jika hasil positif dilanjutkan dengan PCR dan kultur dari

feses.

Q-Fever, pengujian dengan metode indirect immuno-

fluorescence (IFA), ELISA, dan CFT.

Trichomonosis, pengujian dengan metode ELISA, PCR.

3) Feses, untuk pengujian:

Paratuberculosis, pengujian metode pengujian kultur.

Dilakukan jika hasil ELISA dan PCR positif.

4) Fetus/abortusan, untuk pengujian:

Brucellosis (cairan uterus, plasenta, isi lambung fetus, paru-

paru fetus, kotiledon, atau limfoglandula), pengujian dengan

metode kultur.

5) Swab, untuk pengujian:

Trichomonosis (swab cervix), dengan metode mucous agglu-

tination test.

6) Susu

Brucellosis, dengan metode pengujian Milk Ring Test.

7) Kulit

Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi

(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).

Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.

8) Cairan udem

Hemorrhagic septicemia, dengan metode pengujian preparat

ulas.

Page 14: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

b. Spesimen/sampel untuk pemeriksaan/pengujian laboratorium

pada sapi jantan adalah sebagai berikut:

1) Serum, untuk pengujian:

Brucellosis, pengujian dilakukan dengan metode Rose Bengal

Test (RBT). Jika hasil positif dilanjutkan dengan metode

Complement Fixation Test (CFT) dan Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay (ELISA).

Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), pengujian dengan

metode ELISA, Serum Neutralization Test (SNT). Jika hasil

positif dilanjutkan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Enzootic Bovine Leucosis (EBL), pengujian dengan metode

ELISA, Agar Gel Immunodiffusion (AGID). Jika hasil positif

dilanjutkan dengan PCR.

Bovine Viral Diarrhea (BVD), pengujian dengan metode ELISA,

Viral Neutralization Test (VNT).

Paratuberculosis, pengujian dengan metode ELISA atau CFT.

Jika hasil positif dilanjutkan dengan PCR dan kultur dari

feses.

Trichomonosis, pengujian dengan metode ELISA, PCR.

2) Feses, untuk pengujian:

Paratuberculosis, pengujian metode pengujian kultur.

Dilakukan jika hasil ELISA dan PCR positif.

3) Kulit

Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi

(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).

Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.

c. Prosedur Pemeriksaan Brucellosis

1) Pengambilan sampel dan pengujian brucellosis dilakukan baik

terhadap sapi bibit maupun sapi potong.

2) Pengambilan sampel dan pengujian terhadap sapi bibit adalah

100%.

3) Pengambilan sampel dan pengujian dilakukan sebagai berikut:

(i) Uji brucellosis dilakukan dengan metode RBT sebanyak 2

(dua) kali;

Page 15: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

(ii) Sapi hanya dapat dikeluarkan dari negara asal/sumber

ternak minimal 30 (tiga puluh) hari setelah uji RBT pertama

dengan hasil negatif;

(iii) Uji yang dilaksanakan di negara asal dianggap pengujian

pertama, uji kedua dilakukan di karantina tempat

pemasukan;

(iv) Selang waktu antara uji pertama dan uji kedua sekurang-

kurangnya 30 (tiga puluh) hari dan paling lambat 60 (enam

puluh) hari;

(v) Apabila daerah pelepasan adalah daerah bebas brucellosis,

pengujian kedua dilakukan di IKH dalam selang waktu 30

hari setelah pengujian pertama.

Jika hasil negatif, maka sapi dinyatakan bebas dari

brucellosis.

Jika hasil positif, maka dilakukan pemotongan

bersyarat (pemusnahan).

(vi) Apabila daerah pelepasan adalah daerah endemis, maka

pengujian kedua dilakukan berkoordinasi dengan Dinas

yang membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan

setempat, setelah pelepasan dari karantina dalam selang

waktu 30 hari dari pengujian di IKH.

3.1.5. Penahanan

Penahanan dilakukan bila:

a. Dokumen persyaratan tidak dapat dilengkapi.

b. Hasil pengujian laboratorium didapatkan hasil positif terhadap

penyakit brucellosis, paratuberculosis, anthrax, didapatkan hasil

positif untuk dilakukan pemotongan bersyarat (pemusnahan).

3.1.6. Penolakan

Penahanan dilakukan bila:

a. Setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, tertular hama

penyakit hewan karantina;

b. Persyaratan karantina tidak seluruhnya dipenuhi;

Page 16: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

c. Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang

harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat

dipenuhi; atau

d. Setelah diberikan perlakuan di atas alat angkut, tidak dapat

disembuhkan dan atau disucihamakan dari hama penyakit hewan

karantina.

3.1.7. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan bila:

a. Setelah sapi tersebut diturunkan dari alat angkut dan dilakukan

pemeriksaan, tertular hama penyakit hewan karantina tertentu

yang ditetapkan oleh Menteri;

b. Sapi yang ditolak tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara

Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam

batas waktu yang ditetapkan;

c. Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tertular hama

penyakit hewan karantina tertentu yang ditetapkan oleh Menteri;

atau

d. Setelah sapi tersebut diturunkan dari alat angkut dan diberi

perlakuan, tidak dapat disembuhkan dan atau disucihamakan dari

hama penyakit hewan karantina.

3.1.8. Pembebasan

Pembebasan dilakukan bila:

a. Setelah dilakukan pemeriksaan, tidak tertular hama penyakit

hewan karantina;

b. Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tidak tertular

hama penyakit hewan karantina;

c. Setelah dilakukan perlakuan, dapat disembuhkan dari hama

penyakit hewan karantina; atau

d. Setelah dilakukan penahanan, seluruh persyaratan yang diwajibkan

dapat dipenuhi.

Page 17: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

3.2. Tindakan Karantina terhadap Lalu Lintas Sapi Antar Area

Pada prinsipnya tindakan karantina terhadap lalu lintas sapi antar area sama

dengan tindakan karantina sapi impor.

3.2.1. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Dokumen Persyaratan Karantina

Diperlukan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi, dan

keabsahan dokumen.

b. Pemeriksaan Mutu/Kualitas Sapi Bibit

Untuk memperoleh sapi yang sehat, memenuhi standar keamanan

hayati, kesehatan hewan, maka dilakukan pemeriksaan fisik dan

pembuktian (control inspection and approval – CIA) oleh petugas

karantina hewan.

c. Pemeriksaan klinis hewan, meliputi pemeriksaan:

Mukosa/selaput lendir;

Parasit kulit;

Permukaan kulit;

Luka;

Feses;

Nafsu makan/minum;

Pergerakan rumen;

Alat pergerakan;

Alat pernafasan;

Alat kardiovaskuler

d. Waktu

Pemeriksaan dilakukan pada siang hari, kecuali atas

pertimbangan dokter hewan karantina.

Pemeriksaan dilakukan sejak hewan diserahkan sampai dengan

tindakan karantina dinyatakan selesai/berakhir.

3.2.2. Pengasingan dan Pengamatan

a. Dilakukan pengasingan di Instalasi Karantina Hewan yang telah

ditetapkan.

Page 18: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

b. Pengamatan kondisi hewan dilakukan setiap hari selama masa

karantina dengan mengamati perkembangan gejala klinis yang

timbul selama masa pengasingan.

3.2.3. Pelakuan

a. Memisahkan atau mengisolasi hewan yang sakit dan dilakukan

pengobatan.

b. Dilakukan pengobatan terhadap hewan yang sakit selama masa

karantina sepanjang dinilai tidak mengganggu proses pengamatan

dan pemeriksaan selanjutnya.

3.2.4. Jenis Sampel dan Pemeriksaan Laboratorium

a. Spesimen/sampel untuk pemeriksaan/pengujian laboratorium

pada sapi betina adalah sebagai berikut:

1) Darah, untuk pengujian:

Anthrax (dari pembuluh darah perifer), pengujian dilakukan

dengan metode ulas darah.

Theileriosis, pengujian dilakukan dengan metode ulas darah.

Babesiosis, pengujian dilakukan dengan metode ulas darah.

Anaplasmosis, pengujian dilakukan dengan metode ulas

darah.

Hemorrhagic Septicemia (dari pembuluh darah perifer),

pengujian dilakukan dengan metode ulas darah.

2) Serum, untuk pengujian:

Brucellosis, pengujian dilakukan dengan metode Rose Bengal

Test (RBT). Jika hasil positif dilanjutkan dengan metode

Complement Fixation Test (CFT) dan Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay (ELISA).

Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), pengujian dengan

metode ELISA, Serum Neutralization Test (SNT). Jika hasil

positif dilanjutkan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Enzootic Bovine Leucosis (EBL), pengujian dengan metode

ELISA, Agar Gel Immunodiffusion (AGID). Jika hasil positif

dilanjutkan dengan PCR.

Page 19: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

Bovine Viral Diarrhea (BVD), pengujian dengan metode ELISA,

Viral Neutralization Test (VNT).

Paratuberculosis, pengujian dengan metode ELISA atau CFT.

Jika hasil positif dilanjutkan dengan PCR dan kultur dari

feses.

Q-Fever, pengujian dengan metode indirect immuno-

fluorescence (IFA), ELISA, dan CFT.

Trichomonosis, pengujian dengan metode ELISA, PCR.

3) Feses, untuk pengujian:

Paratuberculosis, pengujian metode pengujian kultur.

Dilakukan jika hasil ELISA dan PCR positif.

4) Fetus/abortusan, untuk pengujian:

Brucellosis (cairan uterus, plasenta, isi lambung fetus, paru-

paru fetus, kotiledon, atau limfoglandula), pengujian dengan

metode kultur.

5) Swab, untuk pengujian:

Trichomonosis (swab cervix), dengan metode mucous agglu-

tination test.

6) Susu

Brucellosis, dengan metode pengujian Milk Ring Test.

7) Kulit

Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi

(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).

Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.

8) Cairan udem

Hemorrhagic septicemia, dengan metode pengujian preparat

ulas.

b. Spesimen/sampel untuk pemeriksaan/pengujian laboratorium

pada sapi jantan adalah sebagai berikut:

1) Serum, untuk pengujian:

Brucellosis, pengujian dilakukan dengan metode Rose Bengal

Test (RBT). Jika hasil positif dilanjutkan dengan metode

Page 20: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

Complement Fixation Test (CFT) dan Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay (ELISA).

Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), pengujian dengan

metode ELISA, Serum Neutralization Test (SNT). Jika hasil

positif dilanjutkan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Enzootic Bovine Leucosis (EBL), pengujian dengan metode

ELISA, Agar Gel Immunodiffusion (AGID). Jika hasil positif

dilanjutkan dengan PCR.

Bovine Viral Diarrhea (BVD), pengujian dengan metode ELISA,

Viral Neutralization Test (VNT).

Paratuberculosis, pengujian dengan metode ELISA atau CFT.

Jika hasil positif dilanjutkan dengan PCR dan kultur dari

feses.

Trichomonosis, pengujian dengan metode ELISA, PCR.

2) Feses, untuk pengujian:

Paratuberculosis, pengujian metode pengujian kultur.

Dilakukan jika hasil ELISA dan PCR positif.

3) Kulit

Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi

(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).

Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.

c. Prosedur Pemeriksaan Brucellosis

1) Pengambilan sampel dan pengujian brucellosis dilakukan baik

terhadap sapi bibit maupun sapi potong.

2) Untuk sapi jantan yang sudah dikastrasi dan akan langsung

disembelih tidak dilakukan pengambilan sampel dan pengujian

terhadap brucellosis.

3) Pengambilan sampel dan pengujian terhadap sapi bibit adalah

100%.

4) Pengambilan sampel dan pengujian dilakukan sebagai berikut:

(i) Uji brucellosis dilakukan dengan metode RBT sebanyak 2

(dua) kali;

Page 21: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

(ii) Selang waktu antara uji pertama dan uji kedua sekurang-

kurangnya 30 (tiga puluh) hari dan paling lambat 60 (enam

puluh) hari;

(iii) Sapi hanya dapat dikeluarkan dari daerah asal/sumber

ternak minimal 30 (tiga puluh) hari setelah uji pertama

dengan hasil negatif (dibuktikan dengan menyertakan hasil

pengujian laboratorium). Uji pertama dilaksanakan di

lapangan oleh Dinas Peternakan setempat (daerah asal);

(iv) Di daerah pengeluaran:

Apabila di daerah asal baru dilakukan 1 (satu) kali uji

serologis, maka uji kedua dilakukan di karantina daerah

asal.

Apabila dari hasil uji RBT kedua ditemukan hasil yang

positif, maka dilakukan konfirmasi dengan uji CFT.

Apabila hasil uji CFT positif, terhadap sapi tersebut

ditolak pengeluarannya dan apabila hasil uji CFT

negatif, sapi dinyatakan bebas dari brucellosis dan dapat

diberangkatkan.

(v) Di daerah pemasukan:

Jika di daerah pengeluaran sudah dilakukan tes

serologis sebanyak 2 kali dan hasilnya negatif brucellosis

(dengan menyertakan hasil pengujian laboratorium),

maka di daerah pemasukan tidak perlu dilakukan

pengujian terhadap brucellosis.

Jika pada daerah pengeluaran baru dilakukan tes

serologis pertama, maka saat tindakan karantina

dilakukan pengujian kedua dengan ketentuan sebagai

berikut:

- Apabila daerah pelepasan adalah daerah bebas

brucellosis, pengujian kedua dilakukan di IKH dalam

selang waktu 30 hari setelah pengujian pertama.

1) Jika hasil negatif, maka sapi dinyatakan bebas

dari brucellosis.

2) Jika hasil positif, maka dilakukan pemotongan

bersyarat (pemusnahan).

Page 22: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

- Apabila daerah pelepasan adalah daerah endemis,

maka pengujian kedua dilakukan berkoordinasi

dengan Dinas yang membidangi Peternakan dan

Kesehatan Hewan setempat, setelah pelepasan dari

karantina dalam selang waktu 30 hari dari pengujian

di IKH

3.2.5. Penahanan

Penahanan dilakukan bila:

a. Dokumen persyaratan tidak dapat dilengkapi.

b. Hasil pengujian laboratorium didapatkan hasil positif terhadap

penyakit brucellosis, paratuberculosis, anthrax, didapatkan hasil

positif untuk dilakukan pemotongan bersyarat (pemusnahan).

3.2.6. Penolakan

Penahanan dilakukan apabila ternyata:

a. Setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, tertular hama

penyakit hewan karantina;

b. Persyaratan karantina tidak seluruhnya dipenuhi;

c. Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang

harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat

dipenuhi; atau

d. Setelah diberikan perlakuan di atas alat angkut, tidak dapat

disembuhkan dan atau disucihamakan dari hama penyakit hewan

karantina.

3.2.7. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan bila:

a. Setelah sapi tersebut diturunkan dari alat angkut dan dilakukan

pemeriksaan, tertular hama penyakit hewan karantina tertentu

yang ditetapkan oleh Menteri;

b. Sapi yang ditolak tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara

Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam

batas waktu yang ditetapkan;

Page 23: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

c. Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tertular hama

penyakit hewan karantina tertentu yang ditetapkan oleh Menteri;

atau

d. Setelah sapi tersebut diturunkan dari alat angkut dan diberi

perlakuan, tidak dapat disembuhkan dan atau disucihamakan dari

hama penyakit hewan karantina.

3.2.8. Pembebasan

Pembebasan dilakukan bila:

a. Setelah dilakukan pemeriksaan, tidak tertular hama penyakit

hewan karantina;

b. Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tidak tertular

hama penyakit hewan karantina;

c. Setelah dilakukan perlakuan, dapat disembuhkan dari hama

penyakit hewan karantina; atau

d. Setelah dilakukan penahanan, seluruh persyaratan yang diwajibkan

dapat dipenuhi.

Page 24: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

BAB IV

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

4.1. Pengambilan Sampel

4.1.1. Pengambilan Sampel Darah

a) Darah tepi

Sampel darah tepi diambil dari pembuluh darah perifer daerah

telinga.

Pada daerah telinga dioleskan alkohol 70% lalu dengan

menggunakan jarum, pembuluh darah ditusuk dan tetesan darah

diusapkan pada gelas objek, dibuat preparat ulas darah.

b) Whole blood

Sampel diambil dari vena leher (vena jugularis) atau vena ekor

(vena coxae).

Rambut di sekitar vena leher dicukur bila perlu.

Pembuluh darah dibendung, setelah darah terbendung, daerah

tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi alkohol untuk

desinfeksi.

Jarum suntik steril ditusukkan, saat darah keluar ditampung

beberapa tetes dan diusapkan pada gelas objek untuk membuat

preparat ulas darah guna pemeriksaan parasit darah.

Setelah pembuatan preparat ulas darah selesai, darah ditampung

ke dalam tabung reaksi (+ 5 ml) untuk membuat serum atau

tabung antikoagulan untuk mendapatkan sampel whole blood.

c) Serum

Darah dalam tabung reaksi (+ 5 ml) dibiarkan pada suhu kamar

sampai terjadi pemisahan antara serum dan bekuan sel darah. Cairan

serum yang sudah terpisahkan dari bekuan darah ini kemudian

dipindahkan ke dalam tabung gelas/plastik (tabung venoject/ampul)

yang steril.

4.1.2. Pengambilan Sampel Feses

Sampel feses yang terbaik adalah yang diambil langsung dari rektum.

Page 25: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

Sampel feses diambil minimal 10 gram langsung dari rektum dan

dimasukkan ke botol tertutup/plastik steril. Swab rektum yang

penuh dengan tinja harus dimasukkan ke dalam transpor media yang

sesuai.

4.1.3. Pengambilan Sampel Fetus yang Keguguran dan Selaput Fetus

Jika fetus hewan berukuran besar dan tidak mungkin dibawa ke

laboratorium, maka diambil sampel secara aseptik dari berbagai organ

dalam botol steril. Preparat ulas dari membran fetus harus dibuat.

4.1.4. Pengambilan Sampel Air Susu

Cuci ambing sampai bersih dan keringkan dengan kertas (tisu).

Apabila ambing diduga masih mengandung kontaminasi, bersihkan

dengan alkohol 70%.

Keluarkan air susu dengan memerah putting susu. Hasil perahan

pertama dibuang. Perahan berikutnya sebanyak 10-20 ml ditampung

dalam botol McCartney steril ukuran 30 ml atau botol plastik yang

steril.

Pada waktu memerah susu, peganglah botol hampir mendatar

(horizontal) dan hindarkan agar putting susu tidak menempel pada

botol. Sampel harus dikirim ke laboratorium dalam keadaan dingin.

4.1.5. Pengambilan Sampel Lendir Vagina

Lendir vagina dapat dikumpulkan dari ventral vornix vagina dan os

externa cervix menggunakan pipet IB (inseminasi buatan) yang dituntun

oleh tangan per rektal, kemudian disedot secara perlahan-lahan ke

bagian ujungnya dan spesimen dikirim ke laboratorium dalam keadaan

dingin menggunakan dry ice.

4.1.6. Intradermal Test (Tuberkulinasi)

Ukur ketebalan kulit daerah yang akan disuntik (kulit bagian leher

atau caudal fold) dengan kutimeter.

Bersihkan dengan alkohol dan suntik secara intradermal pada bagian

tersebut dengan 0,1 ml PPD Johnin/PPD avium.

Setelah 72 jam ukur kembali bagian kulit yang disuntik dan apabila

ada peningkatan ketebalan 2 mm atau lebih (oedema sesaat),

menunjukkan ada reaksi DTH.

Page 26: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

4.2. Pengemasan/Pengepakan

Sampel/spesimen yang akan dikirimkan ke suatu laboratorium penguji

melalui transportasi (darat, laut, atau udara) menggunakan jasa transportasi

komersial harus dikemas dengan kualitas baik, cukup kuat terhadap

goncangan dan tidak mengakibatkan kehilangan isinya.

Pengepakan sampel/spesimen dimaksudkan agar spesimen dikemas

sedemikian rupa sehingga sampel/spesimen terlindung dari pengaruh luar

yang dapat merusak sampel/spesimen, tidak mengubah sampel/spesimen,

agen penyakit tidak mati, terlindung, dan tidak mengkontaminasi lingkungan.

Untuk itu, maka pengepakan sampel/spesimen dilakukan dengan hati-hati,

mengikuti petunjuk standar untuk keamanan dan mencegah kerusakan

sampel/spesimen dan menjaga agar agen penyakit tetap hidup selama

pengiriman.

Sampel/spesimen diletakkan pada tempat yang kokoh (tidak mudah lepas),

lalu disimpan dalam boks/kotak kedap dan dingin (berisi batu es atau es

kering/dry ice) dengan ukuran yang cukup dan diperkirakan jumlah batu es

atau es kering dapat membuat sampel/spesimen tetap dingin sampai di

tempat tujuan. Bila dikhawatirkan terjadi goncangan yang dapat membuat

pecahnya kemasan sampel/spesimen, maka dapat terlebih dahulu dibungkus

dengan kapas atau bahan lainnya (sebagai pelindung goncangan).

4.3. Pengiriman

Setelah dilakukan pengepakan, maka spesimen siap dikirim ke tempat

tujuan. Dalam pengiriman spesimen, perlu diperhatikan jalur pengiriman

serta perkiraan pengiriman. Jalur pengiriman spesimen lewat darat sangat

terkait dengan lama waktu pengiriman. Dengan demikian, perlu

dipertimbangkan kekuatan bahan pendingin yang digunakan. Bahan

pendingin untuk jarak dekat atau dalam waktu 24 jam dapat digunakan es

batu atau pak es (ice pack), untuk jarak jauh (lebih dari 24 jam) digunakan es

kering (dry ice).

Jika pengiriman dilakukan melalui jasa transportasi, maka pengepakan

spesimen dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh jasa

transportasi, termasuk jasa transportasi udara.

Spesimen yang dikirim harus bersifat komunikatif agar dapat dimengerti oleh

petugas penguji di laboratorium, maka spesimen perlu diberikan kelengkapan

Page 27: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

atau informasi yang relevan. Kelengkapan yang diperlukan untuk menyertai

spesimen sampai ke laboratorium penguji adalah surat pengiriman atau

formulir penyerahan spesimen, yang berisi:

Nama dan alamat pengirim, termasuk nomor telepon dari personal kontak.

Original atau asal-usul spesimen.

Riwayat hewan dan tanggal pengambilan.

Bahan pengawet atau pembawa spesimen.

Identifikasi hewan dan jenis spesimen.

Uji laboratorium yang diminta

Pengujian laboratorium lanjutan untuk sapi juga mengacu pada pedoman lain

yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 68/Kpts/HK.060/

L/1/2010 tentang Pedoman Pengujian Laboratorium untuk Penyakit Viral.

2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 152/Kpts/HK.030/

L/3/2010 tentang Pedoman Pengujian Laboratorium untuk Penyakit

Parasitik.

3. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 385/Kpts/KP.430/

L/5/2010 tentang Pedoman Pengujian Laboratorium untuk Penyakit

Bakterial.

4. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 2897.a/Kpts/HK.

060/L/10/2007 tentang Pedoman Pengambilan Sampel dalam Rangka

Monitoring Hama dan Penyakit Hewan Karantina pada Hewan dan Bahan

Asal Hewan, serta Hasil Bahan Asal Hewan di Daerah Pemasukan/

Pengeluaran dan Daerah Penyebaran Eks Pemasukan.

Page 28: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

BAB V

PENUTUP

Petunjuk Teknis ini disusun agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya sebagai

bahan pedoman atau acuan pelaksanaan kegiatan. Petunjuk teknis ini bersifat

dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan dan

perkembangan teknologi serta kebutuhan masyarakat.

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN

Ir. Banun Harpini, M.Sc

NIP. 19601019 198503 2 001

Page 29: KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: …bbkpsoetta.com/images/Karantina/perundangan/KEPBARANTAN/SK_… · terhadap Hewan Ruminansia Besar dicabut dan dinyatakan tidak

Lampiran 1. Spesifikasi Teknis/Sifat-Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Sapi

Lampiran 2. HPHK Golongan I dan II yang dapat disebarkan melalui Sapi

Lampiran 3. Koleksi dan Transport Spesimen untuk Pengujian Mikrobiologis