Keppres No 55 Tahun 1993 Ttg Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

download Keppres No 55 Tahun 1993 Ttg Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

of 15

description

The Source from --> http://sipuu.setkab.go.id/[SALINAN]

Transcript of Keppres No 55 Tahun 1993 Ttg Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 55 TAHUN 1993

    TENTANG

    PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

    UNTUK KEPENTINGAN UMUM

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional, khususnya pembangunan berbagai

    fasilitas untuk kepentingan umum, memerlukan bidang tanah yang

    cukup dan untuk itu pengadaannya perlu dilakukan dengan

    sebaik-baiknya;

    b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut, pengadaan tanah untuk

    kepentingan umum diusahakan dengan cara yang seimbang dan untuk

    tingkat pertama ditempuh dengan cara musyawarah langsung dengan

    para pemegang hak atas tanah.

    Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

    2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

    Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

    3. Undang-undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan

    Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya (Lembaran

    Negara Tahun 1960 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor

    2106);

    4. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak

    Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya (Lembaran

    Negara Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Nomor

    2324);

    5. Undang-

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 2 -

    5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

    Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

    6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

    (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran

    Negara Nomor 3501);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan

    Tanah-tanah Negara (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 14,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 362);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran

    Tanah (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 28, Tambahan

    Lembaran Negara Nomor 2171);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi

    Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988

    Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

    PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

    UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

    BAB I

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 3 -

    BAB I

    Pasal 1

    Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan:

    1. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah

    dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas

    tanah tersebut.

    2. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan

    melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah

    dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian

    atas dasar musyawarah.

    3. Kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat.

    4. Panitia Pengadaan Tanah adalah panitia yang dibentuk untuk

    membantu pengawasaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan

    untuk kepentingan umum.

    5. Musyawarah adalah proses atau kegiatan saling mendengar dengan

    sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas

    kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan pihak yang

    memerlukan tanah, untuk memperoleh kesepakatan mengenai

    bentuk dan besarnya ganti kerugian.

    6. Hak atas tanah adalah hak atas sebidang tanah sebagaimana diatur

    dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pengaturan

    Dasar Pokok-pokok Agraria.

    7. Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut

    bangunan, tanaman dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan

    tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

    BAB II

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 4 -

    BAB II

    POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENGADAAN TANAH

    Pasal 2

    (1) Ketentuan tentang pengadaan tanah dalam Keputusan Presiden ini

    semata-mata hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tanah

    bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

    (2) Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

    kepentingan umum oleh Pemerintah dilaksanakan dengan cara

    pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

    (3) Pengadaan tanah selain untuk pelaksanaan pembangunan untuk

    kepentingan umum oleh Pemerintah dilaksanakan dengan cara

    jual-beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara

    sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

    Pasal 3

    Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah bagi pelaksanaan

    pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan berdasarkan prinsip

    penghormatan terhadap hak atas tanah.

    Pasal 4

    (1) Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang

    diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

    umum hanya dapat dilakukan apabila penetapan rencana

    pembangunan untuk kepentingan umum tersebut sesuai dengan dan

    berdasar pada Rencana Umum Tata Ruang yang telah ditetapkan

    terlebih dahulu.

    (2) Bagi...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 5 -

    (2) Bagi Daerah yang belum menetapkan Rencana Umum Tata Ruang,

    pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

    berdasarkan perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada.

    Pasal 5

    Pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan Keputusan Presiden

    ini dibatasi untuk :

    1. Kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki

    Pemerintah serta tidak digunakan untuk mencari keuntungan, dalam

    bidang-bidang antara lain sebagai berikut :

    a. Jalan umum, saluran pembangunan air;

    b. Waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya termasuk

    saluran irigasi;

    c. Rumah Sakit Umum dan Pusat-pusat kesehatan Masyarakat;

    d. Pelabuhan atau bandar udara atau terminal;

    e. Peribadatan;

    f. Pendidikan atau sekolahan;

    g. Pasar Umum atau Pasar INPRES;

    h. Fasilitas pemakaman umum;

    i. Fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul

    penanggulangan bahaya banjir, lahar dan lain-lain bencana.

    j. Pos dan telekomunikasi;

    k. Sarana olah raga;

    l. Stasiun penyiaran radio, televisi beserta sarana pendukungnya;

    m.Kantor Pemerintah;

    n. Fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

    2. Kegiatan

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 6 -

    2. Kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum selain yang

    dimaksud dalam rangka 1 yang ditetapkan dengan Keputusan

    Presiden.

    BAB III

    PANITIA, MUSYAWARAH, DAN GANTI KERUGIAN

    Bagian Pertama

    Panitia Pengadaan Tanah

    Pasal 6

    (1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan

    bantuan Panitia Pengadaan Tanah yang dibentuk oleh Gubernur

    Kepala Daerah Tingkat I.

    (2) Panitia Pengadaan Tanah dibentuk di setiap Kabupaten atau

    Kotamadya Daerah Tingkat II.

    (3) Pengadaan tanah berkenaan dengan tanah yang terletak di dua

    wilayah Kabupaten/Kotamadya atau lebih, dilakukan dengan

    bantuan Panitia Pengadaan Tanah tingkat Propinsi yang diketuai

    atau dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang

    bersangkutan, yang susunan keanggotaannya sejauh mungkin

    mewakili Instansi-instansi yang terkait di Tingkat Propinsi dan

    Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

    Pasal 7

    Susunan Panitia Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat

    (2) terdiri dari :

    1. Bupati/

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 7 -

    1. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II sebagai Ketua

    merangkap anggota;

    2. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai Wakil

    Ketua merangkap anggota;

    3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, sebagai

    anggota;

    4. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di

    bidang bangunan, sebagai anggota;

    5. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di

    bidang pertanian, sebagai anggota;

    6. Camat yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan

    pelaksanaan pembangunan akan berlangsung, sebagai anggota;

    7. Lurah/Kepala Desa yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana

    rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung, sebagai

    anggota;

    8. Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Bidang Pemerintahan atau

    Kepala Bagian Pemerintahan pada Kantor Bupati/Walikotamadya

    sebagai Sekretaris I bukan anggota;

    9. Kepala Seksi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya

    sebagai Sekretaris II bukan anggota.

    Pasal 8

    Panitia Pengadaan Tanah bertugas :

    1. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan,

    tanaman, dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah

    yang hak atasnya akan dilepaskan atau diserahkan;

    2. mengadakan

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 8 -

    2. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang hak

    atasnya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang

    mendukungnya;

    3. menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian atas tanah yang

    hak atasnya akan dilepaskan atau diserahkan;

    4. memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada pemegang hak atas

    tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut;

    5. mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah

    dan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka

    menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian;

    6. menyaksikan pelaksanaan penyerahan uang ganti kerugian kepada

    para pemegang hak atas tanah, bantuan, tanaman, dan benda-benda

    lain yang ada di atas tanah;

    7. membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

    Bagian Kedua

    Musyawarah

    Pasal 9

    Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

    umum dilakukan melalui musyawarah.

    Pasal 10

    (1) Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas

    tanah yang bersangkutan dan instansi Pemerintah yang memerlukan

    tanah.

    (2) Dalam...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 9 -

    (2) Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan

    terselenggaranya musyawarah secara efektif, maka musyawarah

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan Panitia

    Pengadaan Tanah dan instansi Pemerintah yang memerlukan tanah

    dengan wakil-wakil yang ditunjuk diantara dan oleh para pemegang

    hak atas tanah, yang sekaligus bertindak selaku kuasa mereka.

    (3) Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh

    Ketua Panitia Pengadaan Tanah.

    Pasal 11

    Musyawarah dilakukan di tempat yang ditentukan dalam surat undangan.

    Pasal 12

    Ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk :

    a. hak atas tanah;

    b. bangunan;

    c. tanaman;

    d. benda-benda lain, yang berkaitan dengan tanah.

    Pasal 13

    Bentuk ganti kerugian dapat berupa :

    a. uang;

    b. tanah pengganti;

    c. pemukiman

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 10 -

    c. pemukiman kembali;

    d. gabungan dari dua atau lebih untuk ganti kerugian sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, dan

    e. bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

    Pasal 14

    Penggantian terhadap bidang tanah yang dikuasai dengan hak ulayat

    diberikan dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain

    yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.

    Bagian Ketiga

    Ganti Kerugian

    Pasal 15

    Dasar dan cara perhitungan ganti kerugian ditetapkan atas dasar :

    a. harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya,

    dengan memperhatikan nilai jual obyek Pajak Bumi dan Bangunan

    yang terakhir untuk tanah yang bersangkutan;

    b. nilai jual bangunan yang ditaksir oleh instansi Pemerintah Daerah

    yang bertanggung jawab di bidang bangunan;

    c. nilai jual tanaman yang ditaksir oleh instansi Pemerintah Daerah

    yang bertanggung jawab di bidang pertanian.

    Pasal 16

    Bentuk dan besarnya ganti kerugian atas dasar cara perhitungan

    dimaksud dalam Pasal 15 ditetapkan dalam musyawarah.

    Pasal 17

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 11 -

    Pasal 17

    (1) Ganti kerugian diserahkan langsung kepada :

    a. pemegang hak atas tanah atau ahli warisnya yang sah;

    b. nadzir, bagi tanah wakaf.

    (2) Dalam hal tanah, bangunan, tanaman atau benda yang berkaitan

    dengan tanah dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang,

    sedangkan satu atau beberapa orang dari mereka tidak dapat

    ditemukan, maka ganti kerugian yang menjadi hak orang yang tidak

    dapat diketemukan tersebut, dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri

    setempat oleh instansi Pemerintah yang memerlukan tanah.

    Pasal 18

    Apabila dalam musyawarah tanah dicapai kesepakatan antara pemegang

    hak atas tanah dan instansi Pemerintah yang memerlukan tanah, Panitia

    Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan

    besarnya ganti kerugian sesuai dengan kesepakatan tersebut.

    Pasal 19

    Apabila musyawarah diupayakan berulangkali dan kesepakatan

    mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian tidak tercapai juga, Panitia

    Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan

    besarnya ganti kerugian, dengan sejumlah mungkin memperhatikan

    pendapat, keinginan, saran, dan pertimbangan yang berlangsung dalam

    musyawarah.

    Pasal 20

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 12 -

    Pasal 20

    (1) Pemegang hak atas tanah tidak menerima keputusan Panitia

    Pengadaan Tanah dapat mengajukan keberatan kepada Gubernur

    Kepala Daerah Tingkat I disertai dengan penjelasan mengenai

    sebab-sebab dan alasan keberatan tersebut.

    (2) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengupayakan penyelesaian

    mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian tersebut, dengan

    mempertimbangkan pendapat dan keinginan semua pihak.

    (3) Setelah mendengar dan mempelajari pendapat dan keingingan

    pemegang hak atas tanah serta pertimbangan Panitia Pengadaan

    Tanah, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengeluarkan keputusan

    yang dapat mengukuhkan atau mengubah keputusan panitia

    Pengadaan Tanah mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti

    kerugian yang akan diberikan.

    Pasal 21

    (1) Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh Gubernur Kepala

    Daerah Tingkat I tetap tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah

    dan lokasi pembangunan yang bersangkutan tidak dapat

    dipindahkan, maka Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang

    bersangkutan mengajukan usul penyelesaian dengan cara

    pencabutan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam

    Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pengcabutan

    Hak-hak Atas Tanah dan Benda-benda Yang Ada Di atasnya.

    (2) Usul...

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 13 -

    (2) Usul penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan

    oleh Gubernur Kepala Daerah kepada Menteri Agraria/Kepala

    Badan Pertanahan Nasional melalui Menteri Dalam Negeri, dengan

    tembusan kepada Menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan

    Menteri Kehakiman.

    (3) Setelah menerima usul penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1) dan (2), Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

    Nasional berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri dari

    instansi yang memerlukan tanah, dan Menteri Kehakiman.

    (4) Permintaan untuk melakukan pencabutan hak atas tanah

    disampaikan kepada Presiden oleh Menteri Agraria/Kepala Badan

    Pertanahan Nasional yang ditandatangani serta oleh Menteri Dalam

    Negeri, Menteri dari instansi yang memerlukan pengadaan tanah,

    dan Menteri Kehakiman.

    Pasal 22

    Terhadap tanah yang digarap tanpa ijin yang berhak atau kuasanya,

    penyelesaiannya dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Prp

    Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Ijin Yang Berhak

    Atau Kuasanya.

    BAB IV

    BAB IV

    Pengadaan Tanah Skala Kecil

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 14 -

    Pasal 21

    Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan

    tanah yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu) Ha, dapat dilakukan langsung

    oleh instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemegang

    hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain

    yang disepakati kedua belah pihak.

    BAB V

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 24

    Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka dinyatakan tidak

    berlaku lagi:

    1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang

    Ketentuan-ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah.

    2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976 tentang

    Penggunaan Acara Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan

    Pemerintah Bagi Pembebasan Tanah oleh pihak swasta.

    3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985 tentang Tata

    Cara Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Proyek Pembangunan di

    Wilayah Kecamatan.

    Pasal 25

    Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan

    Presiden ini, dilakukan oleh Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

    Nasional setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.

    Pasal 26

    Pasal 26

    Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    - 15 -

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 17 Juni 1993

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    ttd

    SOEHARTO