KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE TALKS DI …

135
KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE TALKS DI SURIAH PERIODE 2017-2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Adila Febianto Soewarno 11161130000110 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE TALKS DI …

KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE

TALKS DI SURIAH PERIODE 2017-2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Adila Febianto Soewarno

11161130000110

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE TALKS DI SURIAH

PERIODE 2017-2019

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam tulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 November 2020

Adila Febianto Soewarno

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Adila Febianto Soewarno

NIM : 11161130000110

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE TALKS DI SURIAH

PERIODE 2017-2019

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 27 November 2020

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

M. Adian Firnas, S.IP, M.Si Ahmad Alfajri, MA.

NIP. NIP. 198507022019031005

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis kepentingan nasional Rusia melalui Astana Peace

Talks periode 2017 – 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan orientasi

kepentingan nasional Rusia sehubungan dengan kerja sama politik yang dibangun

Rusia dengan aktor-aktor kunci di Suriah. Pada dasarnya Astana Peace Talks adalah

katalisator bagi terlaksananya Intra-Syrian Talks yang dilaksanakan oleh PBB, yang

sempat berhenti berjalan karena kebuntuan politik antara pihak oposisi dan pihak pemerintah

Suriah. Astana Peace Talks mengundang pihak eksternal Syria untuk terlibat dan

mengurai kebuntuan tersebut.

Keterlibatan Rusia sebagai peace broker pada proses perdamaian Astana

sebenarnya memiliki sejumlah tantangan, antara lain: pertumbuhan ekonomi Rusia

yang tidak stabil; hubungan sesama rekan sponsor Astana yang penuh ambivalensi; dan

partisipasi pihak oposisi yang tidak menentu. Meskipun demikian, Rusia tetap bertekad

untuk menjadi negara penjamin pada proses perdamaian Astana dan berpartisipasi aktif

selama tiga tahun pembicaraan ini berlangsung.

Adanya kesediaan Rusia mengambil peran peace broker di tengah kesulitan-

kesulitan yang dihadapinnya menjadi suatu fenomena ingin skripsi ini pahami.

Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori Realisme Klasik oleh Hans J.

Morgenthau dan konsep turunannya yaitu kepentingan nasional yang juga

dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau dan dilengkapi oleh literatur karya Michael G.

Roskin dan P. H. Liotta. Sedangkan metode yang penulis gunakan adalah metode

kualitatif yang berjenis deskriptif analitik. Analisis menggunakan teori dan konsep

tersebut menghasilkan temuan bahwa sejak awal keterlibatan Rusia di Suriah, Rusia

selalu memiliki kepentingan nasional yang lebih besar daripada sekedar dominasi di

Suriah. Orientasi utama Rusia adalah dominasi Kawasan. Rusia memainkan peran

peace broker pada tahun 2017 – 2019 untuk mencapai kepentingan nasionalnya yang

bersifat vital dan secondary.

Kata kunci: Kepentingan nasional, Realisme, peace broker, Astana Peace Talks, Rusia,

Suriah.

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian untuk skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad Sallalahu ‘Alaihi Wassalam yang telah membawa

ummatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Rasa Syukur penulis ucapkan karena akhirnya penulis telah menyelesaikan

skripsi dengan judul “Kepentingan Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriah Periode

2017 – 2019”. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama bagi peneliti yang

literaturnya penulis jadikan sumber dalam pembuatan skripsi ini. Pada kesempatan kali

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang sudah

memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan

kepada:

1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan selama penulisan skripsi. Untuk

mama, Marini, dan papa, Febianto Soewarno, yang selalu mengirimkan do’a

serta memenuhi kebutuhan penulis baik secara moril ataupun materil.

2. Bapak Ahmad Alfajri, MA. selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas

waktu, ilmu, dan bimbingan yang telah bapak berikan dalam penyusunan

vii

skripsi ini hingga selesai. Semoga bapak dan keluarga senantiasa diberi

kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan oleh Allah SWT.

3. Seluruh dosen-dosen Ilmu Hubungan Internasional UIN Jakarta atas segala

ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga bapak dan ibu senantiasa

diberi kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan oleh Allah SWT.

4. Kepada kakak-kakak yang penulis sayangi, Mba Ica dan Mas Andri. Terima

kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis baik secara morill maupun

materil. Kepada kakak-kakak ipar yang juga penulis sayangi, Mas Angga dan

Kak Aza, terima kasih atas segala dukungan dan logistik yang mengenyangkan

di akhir pekan. Tak lupa, keponakan yang selalu datang setiap minggu lengkap

dengan tangis dan tawanya, Ameira.

5. Kepada Muhammad Fajrin Mubarok, yang selalu baik hati dan tidak pernah

lelah menghadapi pesimisme penulis. Man, you’re my rock.

6. Sahabat-sahabat penulis selama perkuliahan, Muhammad Alifurrohman,

Argista Wahyu Febriani, Hayasha Zuriati Robbani, Gaby Tiara, Farhatul

Kamilah, Nida Fajriyatul Huda. It’s been such a roller coaster ride, isn’t it? All

of you are my steady flames and bright burning stars, terima kasih ya, sudah

selalu menjadi sahabat yang sangat baik.

7. Alya Nur Zurayya, for sticking up with me since high school… and counting!

8. Teman-teman AIESEC in UIN Jakarta, tim Organizing Committee Global

Youthpreneur 2018, Faisal, Maya, Ghina, dan Vivi. Querencia 2019/2020,

viii

Kemal, Rizka, Velia. Terkhusus tim Endorphine Talent Management

2019/2020, Kak Evi, Hanafi, Monik. See you guys on top!

9. Teman-teman International Studies Club (ISC). Untuk BPH ISC 2019/2020,

Alif, Farha, Rima, Ara, Alfi, Rizka, Ferin, I kind of miss our endless night of

meeting.

10. Teman-teman HI. Terkhusus teman-teman HI C yang penulis sayangi dan tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua amal baik, dukungan,

do’a, serta bantuan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis. Penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab

itu, penulis menerima saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Masukan

tersebut dapat disampaikan melalui [email protected]. Terima kasih.

Jakarta, 18 November 2020

Adila Febianto Soewarno

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A.Pernyataan Masalah ......................................................................................... 1

B.Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 8

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

D.Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 9

E.Kerangka Teoretis .......................................................................................... 16

1.Realisme Klasik ........................................................................................... 16

2.Konsep Kepentingan Nasional .................................................................... 18

F.Metode Penelitian ........................................................................................... 24

G.Sistematika Penulisan .................................................................................... 25

BAB II KONFLIK SURIAH DAN PERJALANAN PROSES PERDAMAIAN

SURIAH ............................................................................................................ 28

A.Profil Negara Suriah ...................................................................................... 28

B.Aktor Domestik dalam Konflik Suriah .......................................................... 30

C.Aktor Internasional dalam Konflik Suriah ..................................................... 33

D.Dinamika Konflik Suriah ............................................................................... 36

1.Pecahnya Demonstrasi Damai pada Tahun 2011 dan Keterlibatan Aktor

Regional sebagai Awal Konflik Suriah ..................................................... 36

2.Dominasi Islamic State dan Keterlibatan Negara-negara Adidaya yang

Menimbulkan Eskalasi dalam Konflik Suriah ........................................... 41

E.Proses Perdamaian untuk Suriah .................................................................... 48

1.Upaya Perdamaian Suriah: Rencana Perdamaian oleh Liga Arab dan Geneva

I - II (2011 – 2012) .................................................................................... 49

x

2.Upaya Perdamaian Suriah: Proses Perdamaian Vienna dan Konferensi

Kelompok-kelompok Oposisi Suriah di Riyadh Tahun 2015 .................... 51

3.Upaya Perdamaian Suriah: Geneva Tahun 2016 dan 2017 ......................... 54

BAB III ASTANA PEACE TALKS DAN POSISI RUSIA DALAM KONFLIK

SURIAH ............................................................................................................ 56

A. Astana Peace Talks Tahun 2017 -2019 ........................................................ 56

B.Hasil Pembicaraan Damai Astana .................................................................. 66

C.Tantangan dan Posisi Rusia selama Pembicaraan Damai Astana tahun 2017 -

2019 ................................................................................................................ 69

1.Pertumbuhan Ekonomi Rusia yang Tidak Stabil ......................................... 70

2.Hubungan Sesama Rekan Sponsor Astana yang Penuh Ambivalensi ......... 73

3.Partisipasi Pihak Oposisi yang Tidak Menentu ........................................... 77

4.Posisi Rusia Sebagai Peace Broker di Suriah ............................................. 80

BAB IV ANALISIS KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE TALKS

DI SURIAH TAHUN 2017-2019 ..................................................................... 84

A.Kepentingan Nasional Rusia Melalui Astana Peace Talks ............................ 87

1.Kepentingan Vital: Proteksi terhadap Wilayah Ukraina dan Krimea .......... 88

2.Kepentingan Vital: Mencegah Timbulnya Militan Islam di dalam Rusia ... 91

3.Kepentingan Vital: Peningkatan Kekuatan Angkatan Laut di Pelabuhan

Tartus ......................................................................................................... 95

4.Kepentingan Sekunder: Mengamankan Akses Sumber Daya untuk

Reformasi Ekonomi Rusia ......................................................................... 99

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 105

A.Kesimpulan .................................................................................................. 105

B.Saran ............................................................................................................ 109

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 111

xi

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel I.E.1. Konsep Kepentingan Nasional……………………………………….22

Tabel I.E.2. Kerangka Tabel Kepentingan Nasional Rusia melalui Astana Peace

Talks di Suriah Periode 2017 – 2019………………………………...23

Grafik III.C.1 GDP Riil Rusia [Presentase Pertahun]……………………………....71

Tabel IV.B.3 Kepentingan Nasional Rusia Melalui Astana Peace Talks di Suriah

Periode 2017 – 2019…………………………………………………87

Tebel IV.B3.4 Skor Global Terrorism Index Rusia dan Eurasia Pada Tahun 2002-

2018………………………………………………………………….95

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Jaringan Kompleks Konflik di Suriah……………………………….38

Gambar III.2. Peta Zona De-eskalasi Astana Peace Talks………………………….63

Gambar III.3. Peta Safe Zone Turki di Suriah………………………………………76

Gambar IV.4. Koridor Transportasi Utara – Selatan………………………………101

Gambar IV.5. Jalur Gas Turkstream…….…………………………………………103

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AS Amerika Serikat

CIS Commonwealth of Independent States

DK-PBB Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

EEU Eurasian Economic Union

FSA Free Syrian Army

GDP Gross Domestic Product

HNC High Negotiations Committee

IRGC Iranian Islamic Revolutionary Guard Corps

IS Islamic States

ISIL Islamic State of Iraq and the Levant

ISIS Islamic State in Iraq and Syria

ISSG International Syria Support Group

MENA Middle East and North Africa

MOU Memorandum of Understanding

NATO North Atlantic Treaty Organization

NCC National Coordination Committee

OPCW Organization for the Prohibition of Chemical Weapons

PBB Perserikatan Bangsa-bangsa

RUR Russian Ruble

SNC Syrian National Council

UAE Uni Émirat Arab

UCDP Uppsala Conflict Data Program

YPG Yekîneyên Parastina Gel

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Bashar al-Assad mengambil alih kekuasaan di Suriah setelah meninggalnya

Hafez al-Assad pada tahun 2000. Kekuasaan yang dipimpin oleh dua generasi Assad

telah mengembangkan rasa tidak puas di Suriah terutama pada kalangan mayoritas

Islam Sunni. Protes anti-pemerintah meletus di Suriah pada tanggal 15 Maret 2011,

Protes ini terinspirasi dari protes serupa di Timur Tengah yang dikenal dengan

peristiwa Arab Spring. Pada akhir tahun 2011, perang senjata mulai terjadi antara

pemerintah – yang merupakan kaum elit Alawite – dan pihak anti-pemerintah. 1

Kompleksitas perang meningkat karena adanya campur tangan aktor-aktor

domestik dan internasional. Pemerintah Suriah, pihak oposisi, kekuatan asing, dan

kelompok Jihadis Islam adalah aktor-aktor yang mendesain konflik Suriah. Perang

telah menimbulkan banyak bencana, ratusan ribu orang telah menjadi korban dan kota-

kota telah menjadi puing. Sepertiga populasi telah meninggalkan Suriah atau menjadi

internally displaced person. Masyarakat dunia terus mendorong proses perdamaian

Suriah yang sudah menginjak tahun kesembilan. Upaya-upaya perdamaian Suriah yang

telah dilaksanakan sejak tahun 2011 meliputi, Pembicaraan Arab League I dan II (2011

– 2012), Inter-Syrian Geneva Talks oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (2012 – saat ini),

1 Hafeez Ullah Khan dan Waseem Khan, Syria: History, The Civil War, and Peace Prospect

(Journal of Political Studies, Vol. 24, Issue 2, 2017), hlm. 591

2

Moscow Platform I dan II (2015), Astana Opposition Conference I dan II (2015),

Vienna I dan II (2015), Riyadh Conference (2015), dan Astana Peace Talks (2017 –

saat ini). 2

Pada tahun 2015, di bawah pemerintahan Vladimir Putin, Rusia memutuskan

untuk terlibat dalam konflik perang saudara di Suriah dan mendukung rezim Bashar al-

Assad. Kala itu, bentuk dukungan yang disediakan oleh Rusia adalah bantuan strategi

dan pasukan militer yang berfokus pada misi penyelamatan Rezim Assad dari

kehancuran total akibat terjadinya perang saudara. Intervensi militer yang dilakukan

Rusia ini menggeser dominasi pihak oposisi dan kelompok jihadis Islam pada sebagian

besar wilayah Suriah. 3 Keterlibatan Rusia yang semakin ekstensif di Suriah

memengaruhi perilaku negara-negara lain di Timur Tengah dan negara-negara Barat.

Rusia telah menimbulkan dampak yang cukup besar pada kepentingan nasional setiap

aktor yang terlibat dalam konflik Suriah. Sehingga, semakin banyak aktor internasional

yang mendorong agar konflik Suriah diselesaikan melalui proses negosiasi.

Rusia melihat kondisi tersebut sebagai sebuah peluang. Pada 20 Desember

2016, Menteri Luar Negeri Rusia, Iran, dan Turki melakukan joint statement untuk

merevitalisasi proses politik dan mengakhiri konflik Suriah. 4 Pernyataan bersama

2 Hafeez Ullah Khan dan Waseem Khan, Syria: History, The Civil War, and Peace Prospect

(Journal of Political Studies, Vol. 24, Issue 2, 2017), hlm. 599. 3 Hafeez Ullah Khan dan Waseem Khan, Syria: History, The Civil War, and Peace Prospect

(Journal of Political Studies, Vol. 24, Issue 2, 2017), hlm. 595. 4 Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs, Joint Statement by Iran, Russia and Turkey

on agreed steps to revitalize the political process to end the Syrian conflict [Database online] (Turkey,

December 2016). Diakses melalui https://bit.ly/TurkeyRussiaIran dilihat pada 30 Agustus 2020.

3

tersebut adalah dampak dari Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(DK-PBB) 2254 5 , yang berisikan roadmap untuk proses perdamaian di Suriah.

Resolusi tersebut membuat Rusia dan Turki mengajukan proposal lain dan menjadikan

Resolusi DK-PBB 2254 itu sebagai dasar hukum untuk membentuk proses politik yang

diperlukan dalam menyelesaikan konflik Suriah.

Pada 23 Desember 2016, delegasi oposisi Suriah yang mencakup dua belas

faksi pemberontak, dan delegasi pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Bashar Jaafari

bertemu di Astana untuk mengadakan pembicaraan dengan tema pembahasan The

International Meeting on Syrian Settlement. Setelah pertemuan tersebut, Resolusi DK-

PBB 23366 pun diadopsi pada tanggal 31 Desember 2016. Resolusi ini membuka jalan

bagi proses perdamaian Astana Peace Talks dan dimulainya kembali pembicaraan

intra-Suriah di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Astana Peace Talks merupakan salah satu dari serangkaian proses perdamaian

Suriah pertama yang mengundang pihak-pihak pemerintah dan oposisi untuk

menegosiasikan masa depan Suriah. Forum ini dilaksanakan di ibu kota Kazakhstan,

yaitu Astana. Astana dipilih menjadi lokasi pembicaraan karena dianggap sebagai

wilayah yang netral bagi semua pihak yang terlibat. Dengan demikian, putaran pertama

Pembicaraan Damai Astana pun dilaksanakan pada tanggal 23 – 24 Januari 2017.

5 United Nations Security Council, Resolution 2254 [Database Online] (S/RES/2254, 2015).

Diakses melalui http://unscr.com/en/resolutions/doc/2254 dilihat pada 15 Maret 2020. 6 United Nations Security Council, Resolution 2336 [Database Online] (S/RES/2336, 2016).

Diakses melalui http://unscr.com/en/resolutions/doc/2336 dilihat pada 15 Maret 2020.

4

Pembicaraan Astana disponsori oleh Rusia, Turki, dan Iran. Delegasi Khusus

PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, turut berpartisipasi dalam Astana Peace Talks.

Sementara, The Syrian Democratic Council – yang mewakili Syrian Democratic

Forces, aliansi milisi Kurdi, Arab, dan Suriah yang sebagian besar dipimpin oleh

Yekîneyên Parastina Gel (YPG) atau People’s Protection Units – tidak diundang ke

pembicaraan Astana. Kelompok-kelompok seperti Islamic State (IS) dan Jabhat al-

Nusra juga tidak dilibatkan dalam pembicaraan Astana. Mohammed Alloush akan

mewakili pihak oposisi lainnya yang hadir dalam pembicaraan Astana yaitu, Ahrar

Ash-Sham, Jaysh al-Islam, Ansar al-Sham, juga Free Idlib Army.

Rusia menghadapi serangkaian tantangan baru saat berusaha untuk beralih dari

peserta dalam konflik di Suriah ke peace-broker. Pada beberapa putaran awal

pelaksanaan Astana Peace Talks, terdapat sejumlah permasalahan yang membuat pihak

oposisi dan pemerintah Suriah enggan untuk menyetujui memorandum of

understanding (MoU) dari pembicaraan damai Astana. Pihak oposisi merasa bahwa

MoU tersebut mengandung loopholes yang tetap melegitimasi aksi pemerintah Suriah

dan aliansinya untuk terus membombardir daerah sipil dengan alasan perang terhadap

kelompok jihadis Islam atau kelompok teroris di Suriah. Bagi pihak pemerintah Suriah,

MoU Zona de-eskalasi akan membatasi ruang geraknya untuk merebut wilayah yang

masih diduduki pihak oposisi, pemerintah Suriah tidak ingin pihak oposisi memiliki

5

kesempatan untuk menduduki wilayah manapun di Suriah walaupun hanya bersifat

sementara.7

Selain itu, Astana Peace Talks juga memiliki agenda yang pelaksanaannya

cukup bertentangan dengan rezim Bashar al-Assad di Suriah. Alexander Lavrentyev,

selaku delegasi Rusia untuk Suriah, menyatakan bahwa Astana Peace Talks memiliki

agenda untuk menciptakan Constitutional Committee atau Komite Konstitusional di

Suriah. Tujuan dari pembentukkan Komite Konstitusional adalah untuk

mengembangkan konstitusi Suriah yang lebih melibatkan partisipasi masyarakat luas

dan memberikan dorongan untuk pertimbangan seluruh jajaran penyelesaian politik di

Suriah di bawah naungan PBB di Jenewa.8 Kemudian, hubungan antara Rusia dan

Suriah menjadi semakin kompleks saat memasuki fase pasca-konflik.9 Belakangan ini,

Rusia sangat aktif melakukan upaya rekonstruksi yang didukung oleh kekuatan

internasional dan regional. Namun, pemerintah Suriah tidak sepakat dengan hal-hal

7 Anne Barnard dan Rick Gladstone, Russia Reaches Deal for Syria Safe Zones, but Some

Rebels Scoff [Artikel Online] (The New York Times, 4 Mei 2017) Diakses melalui

https://www.nytimes.com/2017/05/04/world/middleeast/russia-iran-turkey-syria-de-escalation-

zones.html?smpr&_r=0 dilihat pada 5 April 2020. 8 Nikolay Kozhanov, Why is Syria so Important? Moscow’s Vision of its Tasks in Syria Prior

to the Beginning of Russian Military Deployment [Jurnal Online] (Russia and the Syrian Conflict,

Gerlach Press, 2016) Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/j.ctt1hj9wjf.1 dilihat pada 5 April

2020. 9 Indikator pasca-konflik yang digunakan pada penelitian ini adalah agenda-agenda Astana

Peace Talks yang sudah memasuki agenda rekonstruksi pada tahun 2019.

6

yang berkaitan dengan rekonstruksi jika targetnya di kemudian hari adalah menerima

kembali para pengungsi ke tanah air Suriah.10

Perlu diketahui bahwa sejak awal keterlibatan Rusia di Suriah, Gross Domestic

Product Rusia tidak dalam kondisi stabil. Di mana Rusia mendapatkan sanksi ekonomi

dan sanksi diplomatik terkait aneksasi Krimea dan Krisis Ukraina pada tahun 2014. Di

bawah tekanan sanksi ekonomi dan diplomatik yang diberikan oleh Amerika Serikat

dan Uni Eropa, Rusia memilih untuk melibatkan diri pada konflik Suriah untuk

memutus isolasi diplomatik yang Rusia alami.11

Selain itu, hubungan Rusia dengan dengan Turki yang merupakan salah satu

negara penjamin dalam pembicaraan damai Astana juga menjadi sorotan. Di mana

interaksi antara Rusia dan Turki sepanjang tahun 2000an dapat dikatakan cukup

ambivalen. Dalam konflik Suriah, Rusia dan Turki berada di pihak yang berbeda, di

mana Rusia mendukung rezim Bashar al-Assad, dan Turki mendukung pihak oposisi.

Rusia membuka fase baru dalam kebijakan luar negerinya terhadap Suriah

melalui dukungan militer yang secara spesifik dilakukan dengan serangan udara

langsung pada tanggal 30 September 2015 di kota Homs dan Hama. Target dari

serangan udara Rusia adalah kelompok-kelompok pemberontak yang didukung oleh

10 Julien Barnes-Dacey, Chapter 3: Geo-Politics of Reconstruction: Who Will Rebuild Syria

and Pay for It? (Italy: Rebuilding Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September 2019)

hlm. 62

11 Scott B. Lasensky dan Vera Michlin-Shapir, Chapter 9: Avoiding Zero-Sum: Israel and

Russia in an Evolving Middle East (Italy: The Mena Region: A Great Power Competition, ISPI and

Atlantic Council, Oktober 2019), hlm. 154.

7

Turki, seperti Syrian National Army. Sehingga, dalam hitungan minggu, hubungan

Rusia dan Turki pun memburuk dengan cepat karena kehadiran militer Rusia yang

semakin kuat di Suriah.

Perbedaan antara Rusia – Turki mengenai Suriah menyeret keduanya kepada

krisis serius pada tanggal 24 November 2015. Saat itu, jet tempur F-16 Turki

menembak jatuh sebuah jet tempur SU-24 Rusia yang melanggar wilayah udara Turki

di dekat perbatasan Suriah. Tujuh bulan berikutnya, hubungan politik, ekonomi dan

budaya antara kedua negara hampir sepenuhnya beku. 12 Pada tahun 2015, Rusia

memberikan sanksi ekonomi kepada Turki. Sanksi yang diberikan berupa pembatasan

impor beberapa barang Turki, pembatasan staf Turki yang bekerja di Rusia, larangan

operasi tur yang berangkat ke Turki, dan larangan penerbangan ke Turki atau Turki ke

Rusia.13 Akibat sanksi tersebut, Turki kehilangan lebih dari $ 10 miliar – lebih dari 1%

– dari Produk Domestik Bruto negaranya. Namun, pada bulan Agustus 2016, keduanya

melakukan pemulihan hubungan dan Rusia secara bertahap mengangkat sanksi yang

sebelumnya ia berikan kepada Turki.

Keterlibatan Rusia di Suriah melalui Astana Peace Talks menarik untuk

dibahas karena Rusia menghadapi sejumlah tantangan dalam pelaksanaan Astana

12 Emre Erşen, Evaluating the Fighter Jet Crisis in Turkish – Russian Relations (Insight

Turkey Vol. 9 No.4, September 2017) hlm. 87.

13 Lin Jenkins, Vladimir Putin announces Russian sanctions against Turkey [Artikel online]

(The Guardian: 28 November 2015) diakses melalui

https://www.theguardian.com/world/2015/nov/28/vladimir-putin-calls-for-greater-sanctions-against-

turkey dilihat pada 4 Januari 2021.

8

Peace Talks. Namun, Rusia tetap berkeinginan untuk melanjutkan proses perdamaian

Astana dan memainkan perannya sebagai peace broker di Suriah. Hal tersebut adalah

alasan mengapa penelitian berjudul Kepentingan Rusia melalui Astana Peace Talks di

Suriah periode 2017 – 2019 ini dilakukan.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas maka pertanyaan penelitian yang akan

diajukan adalah:

Kepentingan jangka panjang apa yang ingin dicapai oleh Rusia melalui peran peace

broker dalam Astana Peace Talks di Suriah tahun 2017 – 2019?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan berjudul Kepentingan Rusia Melalui Astana Peace

Talks di Suriah Periode 2017-2019 adalah:

1. Menganalisis keterlibatan Rusia pada Astana Peace Talks di Suriah pada

periode 2017 - 2019;

2. Menjelaskan orientasi kepentingan Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriah

sehubungan dengan kerja sama politik yang dibangun Rusia dengan aktor-aktor

kunci yang terlibat dalam pembicaraan Astana;

3. Mengaplikasikan konsep dalam studi Hubungan Internasional yang relevan dan

dapat digunakan sebagai alat analisa tentang kepentingan Rusia dalam Astana

Peace Talks.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, di antaranya:

9

1. Diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu

Hubungan Internasional baik di dalam lingkup universitas, lingkup nasional

dan internasional;

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan bagi penelitian

berikutnya yang akan membahas mengenai kepentingan Rusia di Suriah atau

kawasan Timur Tengah secara umum.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pertama yang peneliti gunakan adalah sebuah tulisan oleh

Raymond Hinnebusch dengan judul “The Battle over Syria’s Reconstruction”. 14

Tulisan ini dipublikasikan melalui Global Policy Volume 11, Issue 1, Februari 2020.

Hinnebusch memaparkan persaingan para aktor dalam proses rekonstruksi Suriah dan

bergulat dengan pertanyaan: apakah rezim pemerintah dapat mengkonsolidasikan

kembali kontrolnya atas Suriah dan membentuk keseimbangan internal; apakah aktor

internasional mampu mempertahankan pengaruh dalam situasi rekonstruksi yang

terfragmentasi; dan apakah pendanaan untuk program rekonstruksi tersedia.

Analisis penulis mengenai pertempuran rekonstruksi di Suriah dapat dilihat melalui

perebutan kekuatan, wilayah, dan sumber daya yang disalurkan melalui aset-aset hard

power (persenjataan, uang, dan sumber daya manusia) dan power balancing. Interaksi

dari dalam ataupun luar perlu dilacak, dalam tulisan tersebut penulis menggunakan

14 Raymond Hinnebusch, The Battle over Syria’s Reconstruction (Global Policy Vol. 11 Issue

1, 2020) hlm. 113.

10

teori Neo-Classical Realism. Hinnebusch menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut

dengan mengulas perjuangan domestik menghadapi kekuasaan dan persoalan

rekonstruksi, perjuangan geopolitik Suriah selama fase pemberontakan yang sebagian

besar melibatkan pasukan militer, dan perjuangan geo-ekonomi internasional atas

rekonstruksi Suriah.

Hinnebusch melihat Domestic Struggle Suriah dari segi ekonomi, rezim Bashar

al-Assad tidak memiliki kondisi perekonomian yang baik sejak konflik di Suriah ini

pecah. Terutama, fragmentasi ekonomi di Suriah menyebabkan proses perdagangan

internal kacau. Terjadi penyelundupan senjata besar-besaran ke dalam Suriah dan

penyelundupan minyak mentah ke luar Suriah.15 Keadaan perekonomian domestik di

Suriah telah mengahasilkan ketidaksetaraan baru antara orang biasa dan masyarakat

yang sudah berada di puncak kejayaan perekonomian, kekayaan besar akan didapatkan

bagi mereka yang berhasil mencari keuntungan perang, dan sisanya akan jatuh miskin

karena memilih terlibat dalam gerakan menuju neo-liberalisasi. Suriah merupakan

negara yang berisiko memiliki kecenderungan rekonstruksi pasca perang dengan

masalah sosial yang buruk dan memicu terjadinya kekerasan lebih lanjut dengan

adanya tindak korupsi.

Geopolitical Struggle, krisis Suriah telah menarik kekuatan-kekuatan global dan

menjadi arena pertahanan hegemoni internasional. Misalnya, Amerika Serikat ingin

15 Raymond Hinnebusch, The Battle over Syria’s Reconstruction (Global Policy Vol. 11 Issue

1, 2020) hlm. 115.

11

mempertahankan hegemoninya atas nama tatanan dunia liberal dan upaya Rusia untuk

mempromosikan dunia multipolar melalui keterlibatannya di Suriah. Geo-economics

Struggle, restrukturisasi Suriah tentunya sangat terdampak dari aktor-aktor yang

terlibat dalam perjuangan geopolitik. Rusia merupakan kekuatan utama yang

mempromosikan rekonstruksi Suriah, Rusia memberikan dukungan militer dan

ekonomi besar-besaran kepada rezim Suriah dalam waktu lama dan beberapa kali juga

hutang rezim Assad dianggap lunas olehnya.

Tulisan Hinnebusch berbeda dengan penelitian ini karena Hinnebusch

menggunakan teori neo-classical realism untuk menjelaskan faktor-faktor internal dan

eksternal yang memengaruhi terciptanya kebijakan dari pemerintah Suriah. Terutama

dalam hal penyusunan ulang kebijakan Suriah dan penyesuaiannya terhadap kekuatan

global dan regional, serta penekanan bahwa tanpa bantuan dari negara lain dalam hal

rekonstruksi, Suriah akan menjadi negara gagal yang tidak dapat menopang stabilitas

negaranya sendiri.

Sedangkan, penulis menggunakan konsep kepentingan nasional yang merupakan

turunan dari teori Realisme Klasik untuk menganalisis kepentingan jangka panjang

Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriah. Peneliti memiliki subjek penelitian yang

berbeda dengan tulisan Hinnebusch karena peneliti akan lebih memperdalam

keterlibatan Rusia di Suriah melalui pembicaraan damai Astana. Namun, tulisan

Hinnebusch adalah tulisan yang menarik untuk melengkapi sudut pandang penulis

12

dalam melihat situasi pada fase rekonstruksi di Suriah, adaptasi Suriah pada konflik di

negaranya, serta penyusunan kebijakan luar negeri pemerintah Suriah.

Tinjauan pustaka kedua yang peneliti gunakan adalah sebuah tulisan oleh Zeinab

A. Ahmed dengan judul “Russian Role in Syrian in the Light of its Strategy Towards

the Middle East (2015 – 2018)”. Tulisan dipublikasikan melalui Eurasian Journal of

Social Sciences Volume 6 Nomor 3 tahun 2018. Tulisan ini mengemukakan argumen

deskriptif mengenai Strategi Rusia di Timur Tengah hingga tahun 2018 dan campur

tangan Rusia dalam krisis Suriah dengan tujuan untuk mengubah kecenderungan hasil

perang di Suriah dan merestrukturisasi hubungan Rusia dengan berbagai pihak yang

terlibat dalam konflik Suriah.

Penulis menganalisis motif keberadaan Rusia di Suriah melalui pendekatan yang

dilakukan Rusia terhadap aktor-aktor kunci di Timur Tengah. Rusia memiliki

kebijakan yang berbeda dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa terhadap

Timur Tengah. Rusia memiliki kebijakan yang sepenuhnya non-ideologis dan

independen dari perjuangan Sunni dan Syiah.16 Karakteristik ini membuat strategi

Rusia dapat dibedakan dari kebijakan Barat yang selama ini menjamin dan

memanfaatkan perpecahan Sunni dan Syiah untuk mencapai kepentingan mereka dan

mendapatkan lebih banyak keuntungan dari kondisi tersebut. Analisis ini didukung

oleh data-data yang menunjukkan beberapa peristiwa kesepakatan militer antara Rusia

16 Zeinab Ahmed, Russian Role in Syria in the Light of its Strategy Towards the Middle East

(Eurasian Journal of Social Sciences Vol. 6 No. 3, 2018) hlm. 40.

13

dengan dengan aktor-aktor penting di Timur Tengah seperti Iran, Turki, Arab Saudi,

Israel, dan Yordania.

Berkurangnya peran AS di wilayah Timur Tengah menjadi faktor

meningkatnya interaksi Rusia dengan aktor-aktor kunci di Timur Tengah. Penulis

menyatakan bahwa kerja sama dengan aktor regional di Timur Tengah dilakukan untuk

memperluas dan meningkatkan pengaruhnya di kawasan yang dinamis ini dalam

jangka pendek, meskipun kepentingan Rusia mungkin tidak sejalan dengan

kepentingan negara-negara regional Timur Tengah dalam jangka panjang.17

Jurnal ini tidak menjadikan proses perdamaian Suriah sebagai objek kajian utama

untuk membahas strategi yang dilakukan Rusia di Suriah karena cakupan dari jurnal

ini adalah kawasan Timur Tengah secara umum. Sedangkan, pada penelitian kali ini

pembahasan dititikberatkan pada objek kajian pada salah satu proses perdamaian

Suriah. Zeinab Ahmed membahas mengenai hubungan yang dibangun Rusia dengan

aktor-aktor kunci di Timur Tengah, tidak hanya Suriah. Sehingga, peneliti dapat

menggunakan data-data temuan penulis untuk lebih memperdalam aspek dan bobot

kepentingan Rusia di Suriah.

Tinjauan pustaka ketiga yang peneliti gunakan adalah sebuah buku yang

diterbitkan oleh ISPI dan Atlantic Council pada bulan Oktober 2019. Judul tulisan ini

adalah The MENA Region: A Great Power Competition. Buku ini memiliki beberapa

17 Zeinab Ahmed, Russian Role in Syria in the Light of its Strategy Towards the Middle East

(Eurasian Journal of Social Sciences Vol. 6 No. 3, 2018) hlm. 40.

14

bab yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dikerjakan, beberapa diantaranya

adalah Bagian Kedua: Same Ends but Different Means: Change, Continuity and

Moscow’s Middle East Policy oleh Mark N. Katz.18 Mark berargumen bahwa semua

aktor di Timur Tengah dapat mereduksi pengaruh eksternal kekuatan-kekuatan besar

dunia seperti Rusia hanya jika seluruh wilayah regional ingin bersatu untuk mengadili

atau menindak lanjuti external hegemon power. Namun, pada kenyataannya, banyak

pihak di wilayah Timur Tengah yang enggan untuk bekerja sama dan mengatasi

percampuran tangan negara lain di luar Timur Tengah atau MENA (Middle East and

North Africa).

Kemudian pada Bagian Ketiga: The Astana Model: Methods and Ambition of

Russian Political Action oleh Andrey Kortunov. Ia menyatakan bahwa kebijakan luar

negeri Rusia di Timur Tengah dan Afrika Timur adalah salah satu kebijakan Putin yang

cukup sukses karena Rusia tidak dibatasi oleh aliansi kaku yang bisa membatasi

fleksibilitasnya dalam menjalin hubungan antar negara. Andrey juga berargumen

bahwa Rusia tidak bisa diam pada preferential position selamanya, akan ada saat di

mana Rusia harus memilih pihak mana yang akan ia dukung lebih banyak. Andrey

melihat keterlibatan Rusia di Astana Peace Talks pada tahun 2017 dapat diamati dalam

jangka pendek. Menurut Andrey, peningkatan keterlibatan Rusia di Timur Tengah

dalam hal peace settlement itu dapat mempertaruhkan beberapa keunggulan komparatif

18 Karim Mezran dan Arturo Varvelli, ed., The Mena Region: A Great Power Competition

(ISPI and Atlantic Council, Oktober 2019)

15

Rusia sebagai perantara yang jujur dalam konflik Suriah. Seiring berjalannya waktu,

sebagian posisi istimewa Rusia di Suriah yang dekat dengan hampir semua pihak ini

akan menjadi rapuh dan tidak berkelanjutan. 19

Andrey mengemukakan kemungkinan penciptaan sistem keamanan kolektif di

wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara untuk mengatasi pengurangan pengaruh Rusia

yang mengancam posisinya di Suriah. Namun sistem tersebut terhalang oleh beberapa

kendala, seperti: 20

1. Sistem keamanan kolektif inklusif yang membutuhkan partisipasi yang

tidak hanya datang dari negara-negara Arab, tetapi juga negara-negara non-

Arab di wilayah tersebut seperti Turki, Israel, dan Iran.

2. Kedua, dunia Arab sendiri masih sangat terfragmentasi dan sulit untuk

didamaikan, ilustrasi krisis paling baru dalam tulisan Andrey adalah krisis

di Qatar.

3. Tidak ada kebijakan one size fits all yang bisa benar-benar berhasil untuk

diaplikasikan di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Andrey menejelaskan bahwa secara teori penciptaan sistem keamanan kolektif ini

memang hebat. Namun, sistem tersebut hampir tidak dapat dicapai dalam praktiknya.

19 Andrey Kortunov, The Astana Model: Methods and Ambition of Russian Political Action

(ISPI and Atlantic Council, Oktober 2019) hlm. 56 20 Andrey Kortunov, The Astana Model: Methods and Ambition of Russian Political Action

(ISPI and Atlantic Council, Oktober 2019) hlm. 59

16

Meskipun memiliki objek kajian yang sama yaitu Astana Peace Talks – terutama

pada bab 3 yang ditulis oleh Andrey Kortunov – terdapat perbedaan ide antara

kepentingan nasional yang disampaikan Andrey dan kepentingan nasional yang

disampaikan peneliti. Kepentingan nasional yang disampaikan Andrey berkaitan

dengan kemungkinan penciptaan sistem keamanan kolektif yang dikaji melalui

strategic shifting dan posisi istimewa Rusia di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Namun, bab yang ditulis oleh Andrey ini membahas strategi Rusia untuk mendekati

semua pihak di Timur Tengah pasca berkurangnya peran AS di kawasan. Yang mana,

hal tersebut akan memerkaya cakrawala berpikir penulis dalam memahami strategi

Rusia di Timur Tengah.

E. Kerangka Teoretis

1. Realisme Klasik

Realisme Klasik merupakan teori yang dikembangkan oleh salah satu

tokoh yaitu Hans Morgenthau. Morgenthau menekankan batasan-batasan

politik yang dipengaruhi oleh sifat manusia yang dianggap egois. Faktor

tersebut berkontribusi pada paradigma hubungan internasional yang

konfliktual. Menurut Morgenthau, sebuah teori harus bersifat empiris dan

logis.21 Caranya adalah dengan mempelajari apa yang terjadi di dunia untuk

21 Hans Morgenthau, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York,

Knopf, 1954) hlm.3

17

memahami apa yang terjadi di dunia, sehingga teori yang ada diciptakan atas

dasar pengalaman-pengalaman yang benar-benar terjadi di dunia.22

Morgenthau menyatakan bahwa dunia yang kita pijak adalah dunia yang

dipenuhi dengan aktivitas struggle for power. Sebagai sebuah teori yang

mengutamakan aktor negara, Realisme meyakini bahwa manusia memiliki sifat

rakus dan kompetitif. Hal-hal tersebut merefleksikan sifat suatu negara, kaum

Realis berpendapat bahwa negara selalu terlibat dalam perebutan kekuasaan

sebagai hasil dari keinginan untuk bertahan hidup dan mendominasi negara

lain.

Satu hal terpenting bagi suatu negara dalam pandangan Realisme adalah

kekuasaan atau power.23 Realisme menekankan sifat manusia dalam politik

internasional, yang berarti bahwa sifat manusia menyebabkan sebuah negara

untuk bertindak dengan cara tertentu dan secara inheren mementingkan diri

sendiri. Untuk memahami Realisme, kita harus memahami asumsi filosofis di

balik banyak pemikiran Realis.24 Realisme memiliki klaim dan generalisasi

tertentu mengenai sifat hubungan internasional dan motivasi para aktor. Kaum

Realis setuju dengan gagasan Thomas Hobbes tentang ‘the international state

of nature as a state of war’. Sehingga, dalam situasi berperang sebuah negara

22 Hans Morgenthau, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York,

Knopf, 1954) hlm.5 23 Hans Morgenthau, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York,

Knopf, 1954) hlm.5

24 Luke Glanville, How Are We to Think about the 'National Interest'? (AQ: Australian

Quarterly Vol. 77, No. 4,2005) hlm. 33

18

harus mencari ‘power after power’. Morgenthau menyatakan bahwa ‘the main

signpost that helps political realism to find its way through the landscape of

international politics is the concept of interest defined in terms of power'. 25

Bagi Morgenthau, kepentingan nasional itu ‘taken in isolation, the

determination of its content in a concrete situation is relatively simple; for it

encompasses the integrity of the nation's territory, of its political institutions,

and of its culture’. Morgenthau juga membenarkan pengejaran bahwa individu

mungkin berkata pada dirinya sendiri “‘let justice be done, even if the world

perish’, but the state has no right to say so in the name of those who are in its

care”. Sehingga, mengejar kepentingan nasional bukan hanya kebutuhan

politik tetapi juga kewajiban moral bagi suatu bangsa untuk menjaga

hubungannya dengan bangsa lain, tetapi sebagai penuntun (one guiding star),

standar pemikiran (one standard of thought), dan aturan atas suatu tindakan

(one rule of action).

2. Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional merupakan sebuah konsep turunan dari teori

Realisme Klasik. Hans J. Morgenthau melihat kepentingan nasional dalam dua

tingkatan: the vital (primary) dan the secondary. Untuk memahami kategori

vital yang berkonsentrasi pada fundamental physical existance atau kehidupan

25 Luke Glanville, How Are We to Think about the 'National Interest'? (AQ: Australian

Quarterly Vol. 77, No. 4,2005) hlm. 34

19

suatu negara, maka tidak boleh ada kompromi atau keraguan untuk berperang.

Dengan kata lain, semua negara harus mempertahankan kepentingan vital ini

dengan harga berapapun. Kepentingan vital relatif mudah didefinisikan,

misalnya persoalan keamanan negara – terutama bagi negara yang bebas dan

mandiri – dan persoalan perlindungan terhadap lembaga, masyarakat, dan nilai-

nilai fundamental suatu negara. 26 Sedangkan kepentingan sekunder adalah

kepentingan yang dapat dikompromi dan bukan merupakan kepentingan yang

mengancam kedaulatan suatu negara. Hal ini membuat kepentingan sekunder

cenderung lebih sulit untuk didefinisikan walaupun sudah melihat tujuan

negosiasi dari suatu kompromi. 27

Kepentingan sekunder tidak boleh diabaikan walaupun tidak

mengancam kedaulatan suatu negara. Morgenthau percaya bahwa Kepentingan

Sekunder dalam waktu dekat dapat berubah menjadi Kepentingan Vital dan

dapat menjadi ancaman keamanan bagi suatu negara. Kepentingan vital

kadang-kadang dapat meluas ke luar negeri jika seseorang mendeteksi negara

ekspansionis yang jauh saat ini, tetapi mengumpulkan kekuatan dan penaklukan

yang nantinya akan mempengaruhi negara sendiri. Kekuatan imperialis yang

mengancam kepentingan suatu negara lebih baik ditangani sejak dini dan selalu

26 Alfred Marleku, National Interest and Foreign Policy: The Case of Kosovo (Italia: MCSER

Publishing, Mediterranean Journal of Social Sciences Volume 4 No. 3, September 2013) hlm. 416 27 Michael G. Roskin, National Interest: From Abstraction to Strategy [Jurnal online]

(Amerika Serikat, Strategic Studies Institute, 20 Mei 1994) Diakses melalui

https://publications.armywarcollege.edu/pubs/1656.pdf dilihat pada 10 Agustus 2020. Hlm.5

20

ditangani dengan tenaga yang memadai. Jika suatu kepentingan bersifat

sekunder, reposisi prioritas dapat dinegosiasikan, asalkan pihak lain tidak

terlibat dalam kebijakan ekspansionisme. Contohnya, saat Rusia memiliki

kebijakan ekspansionisme untuk mengklaim wilayah Krimea pada tahun 2014,

maka Krimea tidak ragu untuk melibatkan diri dalam peperangan, karena

kedaulatan negaranya sedang terancam.

Bobot atau weight of impact dari level Kepentingan Vital dan

Kepentingan sekunder ini menyerupai hierarki intensitas dan penerapan

(intensity and applicability) yang dikemukakan oleh Donald Neuchterlein. Di

mana terdapat core strategic interests (kepentingan inti strategis) akan lebih

mudah masuk ke dalam kelompok kepentingan vital karena berkaitan dengan

isu-isu seperti kedaulatan negara dan pencegahan konflik interstate. Kondisi di

mana pembuat kebijakan tidak mau berkompromi maka akan langsung menjadi

core strategic interests. Apabila pembuat kebijakan dapat berkompromi, maka

masalah tersebut akan tetap menjadi kelompok kepentingan sekunder.28 Dalam

kepentingan sekunder, kompromi bisa bermacam-macam bentuknya dan

tergantung pada jenis kepentingan yang sedang dibahas (misalnya kepentingan

ekonomi atau budaya). Contohnya, Rusia memiliki kepentingan untuk

membangun kembali Gross Domestic Product di negaranya, sehingga bentuk

28 Dr. P. H. Liotta, Still Worth Dying for National Interests and The Nature of Strategy [Jurnal

Online] (Naval War College Review, Vol. 56 No. 2, Article 10, Musim Semi 2003) hlm. 123 – 138.

Diakses melalui https://digital-commons.usnwc.edu/nwc-review/vol56/iss2/10/ dilihat pada 15

Agustus 2020. Hlm. 130

21

komprominya adalah saat Rusia melakukan kerja sama dengan Iran untuk

menghindari future economic damage Rusia.

Kemudian, Michael G. Roskin melengkapi dua tingkatan kepentingan

nasional Morgenthau dan P. H. Liotta dengan mengkategorikan keduanya

berdasarkan Weight of Impact atau bobot dari kepentingan nasional. Tambahan

lain dibedakan menjadi permanent dan temporary, specific dan general. 29

Permanent Interest atau Kepentingan permanen biasanya relatif konstan dari

waktu ke waktu sehingga kepentingan ini dapat bertahan dalam periode waktu

yang lama. Temporary Interest atau Kepentingan sementara adalah apa yang

suatu negara anggap sebangai kepentingan nasionalnya pada waktu tertentu.

General Interest atau Kepentingan umum adalah kepentingan yang

diterapkan oleh suatu negara secara positif terhadap: (1) wilayah geografis yang

luas; (2) terhadap negara-negara dalam jumlah yang besar; atau (3)kepentingan

dalam beberapa bidang tertentu. Contoh dari kepentingan umum ini adalah

perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) di negara lain. Kemudian keinginan

untuk mempertahankan HAM ini direalisasikan dalam bentuk ratifikasi

terhadap perjanjian mengenai HAM yang melibatkan banyak negara lainnya

dalam cakupan geografis yang luas. Specific Interest atau Kepentingan Spesifik

sangat ditentukan oleh ruang dan waktu dan seringnya merupakan logic

29 Michael G. Roskin, National Interest: From Abstraction to Strategy [Jurnal online]

(Amerika Serikat, Strategic Studies Institute, 20 Mei 1994) Diakses melalui

https://publications.armywarcollege.edu/pubs/1656.pdf dilihat pada 10 Agustus 2020. Hlm. 5

22

outgrowth dari Kepentingan Umum. 30 Berikut ini adalah tabel taksonomi

kepentingan nasional yang melibatkan bobot dari kepentingan vital dan

kepentingan sekunder. Tabel ini diadopsi dari tulisan P.H. Liotta dan Michael

G. Roskin:

Tabel I.E.1. Konsep Kepentingan Nasional

Russian National Interest through Astana Peace Talks in Syria 2017 -2019

Aspects of Interest Level of Interest Weight of Impact Interest(s)

Importance

Vital Core Strategic

Secondary Significant Value

Duration

Vital Temporary

Secondary Permanent

Specificity

Vital Specific

Secondary General

Kemudian, perlu diketahui bahwa setiap level Kepentingan dapat

mencakup tiga bobot kepentingan. Contohnya, kepentingan suatu negara untuk

mendukung perjanjian hak asasi manusia, dapat dikategorikan dalam level

sekunder (significant value, permanent, dan General). Dalam bab analisis,

peneliti akan menggunakan tabel di atas yang disertai dengan beberapa

perubahan yang disesuaikan dengan Kepentingan Nasional Rusia melalui

30 Alfred Marleku, National Interest and Foreign Policy: The Case of Kosovo (Italia: MCSER

Publishing, Mediterranean Journal of Social Sciences Volume 4 No. 3, September 2013) hlm. 416

23

Astana Peace Talks di Suriah Periode 2017-2019. Berikut adalah contoh tabel

yang akan peneliti gunakan:

Tabel I.E.2. Kerangka Table Kepentingan Nasional Rusia melalui Astana

Peace Talks di Suriah Periode 2017-2019

Russian National Interest through Astana Peace Talks in Syria 2017 -2019

Aspects of

Interest

Level of

Interest

Weight of

Impact

Interest(s)

Importance

Vital (Tiga bobot

kepentingan)

Secondary (Tiga bobot

kepentingan)

Dinamika yang terjadi dalam hubungan Rusia dengan aktor-aktor lain

yang terlibat dalam konflik Suriah berlandaskan pada kepentingan nasional.

Seiring berjalannya waktu, tentunya Kepentingan setiap aktor yang terlibat

dalam konflik akan mengalami perubahan, tidak terkecuali Rusia. Penggunaan

tabel taksonomi kepentingan nasional di atas akan membantu peneliti dalam

menelusuri Hierarchy of intensity and applicability dari satu kepentingan

24

nasional. 31 Level of interest yang dilengkapi dengan weight of impact

diharapkan dapat membantu penulis dalam menganalisis pertanyaan penelitian

serta menjelaskan urgensi kepentingan nasional Rusia yang ingin dicapai

melalui permainan strategi penuh tantangan dan ambiguitas di Suriah.

F. Metode Penelitian

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Peneliti memilih metode kualitatif karena penelitian ini

memiliki analisis data berjenis deskriptif analitik. Analisa yang bersifat

deskriptif dikomunikasikan melalui data, kemudian data tersebut dapat

mengkomunikasikan studi teoritis melalui konsep yang telah diilustrasikan

oleh data. Sehingga analisisa deskriptif ini mampu membuat gambaran analisis

mengenai gejala dan situasi yang menjadi bagian dari pokok permasalahan

yang sedang diteliti.32

Peneliti melihat bahwa metode kualitatif akan membantu peneliti

menjelaskan kepentingan Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriahpada

tahun 2017-2019. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah

analisis induktif, di mana pola, kategori, dan tema akan dibangun dari bawah

ke atas. Proses ini akan mengilustrasikan upaya peneliti dalam mengolah

31 Dr. P. H. Liotta, Still Worth Dying for National Interests and The Nature of Strategy [Jurnal

Online] (Naval War College Review, Vol. 56 No. 2, Article 10, Musim Semi 2003) hlm. 131. Diakses

melalui https://digital-commons.usnwc.edu/nwc-review/vol56/iss2/10/ dilihat pada 15 Agustus 2020.

Hlm. 131 32 Steven J. Taylor, Robert Bogdan dan Marjorie L. DeVault, Introduction to Qualitative

Research Methods 4th Edition (Kanada: John Wiley & Sons, Inc., 2016) hlm.4

25

serangkaian data menjadi tema yang utuh.33 Selain itu, proses penelitian juga

akan dilakukan melalui studi literatur. Studi literatur merupakan proses

pencarian data yang bersumber dari berbagai informasi, hasil penelitian para

ahli, serta berita analisis yang dimuat dalam berbagai sumber pustaka seperti

buku, jurnal, karya tulis ilmiah, artikel web atau internet yang dapat

dipertanggungjawabkan, media cetak, serta skripsi yang sesuai dengan tema

yang diangkat oleh peneliti. Dalam skripsi ini, peneliti juga menggunakan data

primer yang didapat dari dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh

pemerintah Rusia.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal dari penulisan skripsi yang memuat pernyataan

masalah yang akan diangkat oleh peneliti dan pertanyaan penelitian. Selain itu,

bab ini akan dilengkapi dengan tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,

tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika tulisan. Bab

Pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui maksud dan tujuan dari

penelitian yang dilakukan.

BAB II KONFLIK SURIAH DAN PERJALANAN PROSES

PERDAMAIAN

33 John W. Cresswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches (Amerika Serikat: SAGE Publications Ltd., 2014) hlm.62

26

Pada bab kedua, peneliti akan menjabarkan latar belakang dari konflik

Suriah dan aktor-aktor yang terlibat dalam konflik Suriah seperti Rezim Bashar

al-Assad, pihak oposisi, kekuatan asing, dan jihadis Islam. Kemudian, bab ini

juga akan membahas mengenai upaya proses perdamaian Suriah sebelum

terciptanya Astana Peace Talks pada tahun 2017.

BAB III ASTANA PEACE TALKS DAN POSISI RUSIA DALAM

KONFLIK SURIAH

Pada bab ketiga, peneliti akan memberikan deskripsi mengenai forum

perdamaian Astana Peace Talks. Peneliti akan memberikan gambaran umum

mengenai awal terciptanya forum Astana Peace Talks sebagai salah satu

strategi kepentingan Rusia di Timur Tengah. Bab ini juga akan menjelaskan

apa yang berhasil dicapai, dan apa yang belum dapat dicapai selama tiga tahun

pembicaraan ini berlangsung.

BAB IV ANALISIS KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA

PEACE TALKS DI SURIAH TAHUN 2017

Pada bab keempat, peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian

mengenai apa kepentingan jangka panjang di Suriah melalui Astana Peace

Talks 2017 – 2019. Analisis akan dilakukan dengan membedah data-data

strategis yang peneliti dapatkan dan analisis akan dipaparkan dengan

menggunakan konsep kepentingan nasional.

BAB V KESIMPULAN

27

Pada bab kelima, peneliti akan mengemukakan hasil dari keseluruhan

penelitian dan memuat jawaban atas pertanyaan penelitian.

28

BAB II

KONFLIK SURIAH DAN PERJALANAN PROSES

PERDAMAIAN SURIAH

Tulisan pada bab ini akan memberikan penjelasan terkait konflik Suriah dan

perjalanan proses perdamaian Suriah dari tahun 2011 hingga 2019. Dimulai dari sekilas

mengenai negara Suriah, awal mula meletusnya konflik Suriah untuk menggulingkan

rezim Bashar al-Assad, eskalasi konflik yang terjadi karena keterlibatan kelompok-

kelompok jihadis Islam seperti IS, dan keadaan konflik Suriah pada tahun 2019. Pada

bagian selanjutnya, peneliti akan menjelaskan upaya-upaya perdamaian yang telah

dilakukan untuk mengatasi konflik Suriah pada tahun 2011 – 2019. Melalui penjelasan

yang peneliti urutkan secara sistematis, maka tujuan dari penulisan bab ini adalah untuk

memberikan gambaran menyeluruh kepada pembaca terkait konflik Suriah dan upaya

proses perdamaian Suriah.

B. Profil Negara Suriah

Republik Arab Suriah adalah negara berbentuk republik yang populasinya

sebagian besar tinggal di sepanjang poros utara-selatan bagian barat negara tersebut,

tepatnya adalah di kota-kota seperti Damaskus dan Aleppo. Hal ini dikarenakan bagian

tengah negara Suriah merupakan daerah gurun yang jarang ditinggali penduduk.

Lembah Eufrat dan sudut timur laut Suriah adalah rumah bagi beberapa tanah pertanian

29

paling subur. 34 Populasi Alawite atau Muslim Syiah dan Druze di Suriah hanya

berkisar 16%, Alawite beraliran Muslim Syiah dan dianut oleh Bashar al-Assad dan

orang-orang dalam pemerintahannya. Sebanyak 74% dari populasi Suriah adalah

Muslim Sunni Arab, kelompok etno-sektarian terbesar di Suriah, sebagian besar dari

populasi ini mendukung pihak oposisi. Terdapat kelompok-kelompok keagamaan non-

Sunni Arab seperti Kristen dan lainnya sebanyak 10%.35

Kekuasaan negara Suriah dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad, putra dari

Hafez al-Assad yang pernah memimpin Suriah dari tahun 1970 hingga 2000. Setelah

tiga puluh tahun di bawah pimpinan Hafez al-Assad, Hafez meninggal dunia pada

tahun 2000. Amandemen konstitusional pun dilakukan pada pemilihan presiden

berikutnya, putra Hafez – Bashar al-Assad – terpilih melalui referendum.36 Di Suriah,

presiden memerintah untuk masa jabatan tujuh tahun dalam pemilihan umum yang

dikontrol secara ketat tanpa adanya calon presiden dari pihak lawan.

Secara formal, pemerintahan Suriah mempromosikan sekularisme, dan diskusi

mengenai permasalahan sektarian telah dilarang. Bertahun-tahun di bawah

kepemimpinan seorang diktator, minoritas Syiah Alawite adalah kaum elit yang lebih

34 European Asylum Support Office Report, Syria: Security Situation [Laporan Online]

(Denmark: EASO Europa, November 2019) Diakses melalui

https://www.easo.europa.eu/sites/default/files/publications/EASO-COI-Report-Syria-Security-

situation.pdf dilihat pada 16 Agustus 2020. 35 Kedutaan Besar Republik Indonesia, Profil Suriah. [Database online] Diakses melalui

https://kemlu.go.id/damascus/id/pages/sekilas_suriah_/108/etc-menu dilihat pada 6 Oktober 2020. 36 Geneva International Centre for Justice, Syrian Civil War: Six Years into the Worst

Humanitarian Tragedy Since WWII [Laporan Online] (Switzerland: Juni 2017) Hlm 2. Diakses melalui

https://www.gicj.org/images/2016/pdfs/Final-Report-Syria_June-2017.pdf dilihat pada 20 Maret 2020.

30

diutamakan di Suriah. Pada akhirnya bentuk-bentuk prasangka dan diskriminasi

sektarian pun bermunculan di Suriah. Pada tahun 2011, aktivis agama di Suriah mulai

turun ke jalan untuk menyerukan reformasi dan kebebasan, Bashar al-Assad

menunjukkan bahwa protes yang dilakukan aktivis ini adalah bentuk provokasi agar

terjadi perang sektarian. Beberapa demonstran bahkan meneriakkan slogan seperti

“Alawites into the coffin, Christians to Beirut.37 Selain itu, ruang sosial di Suriah sama

sekali tidak dihargai. Sebagai dampak dari peristiwa Arab Spring, pihak pemerintah

Suriah merasa bahwa gerakan-gerakan rakyat perlu digagalkan. Seruan untuk

kebebasan, martabat, dan keadilan sosial telah menjadi ancaman bagi rezim Suriah. Hal

itu menyebabkan ruang sosial di Suriah menjadi tidak dihargai, karena adanya upaya

untuk membungkam aspirasi rakyat.38

C. Aktor Domestik dalam Konflik Suriah

Konflik Suriah melibatkan banyak aktor, baik aktor domestik maupun aktor

internasional. Aktor domestik yang terlibat ada dua, yaitu pemerintah Suriah dan pihak

oposisi. Rezim Bashar al-Assad merupakan pihak yang memegang semua kontrol

keamanan selama konflik berlangsung. Polisi bertanggung jawab atas penegakkan

hukum bersama dengan pengadilan-pengadilan di Suriah. Angkatan Darat Suriah

terdiri dari perwira profesional dan warga sipil wajib militer.

37 Ignacio Alvarez-Ossorio, The Sectarian Dynamics of The Syrian Conflict (The Review of

Faith & International Affairs, 17:2, 47-58, 2019) hlm.47

38 Ignacio Alvarez-Ossorio, The Sectarian Dynamics of The Syrian Conflict (The Review of

Faith & International Affairs, 17:2, 47-58, 2019) hlm.48

31

Rezim al-Assad juga menggunakan badan intelijen yang berkonsentrasi pada

pemantauan pihak-pihak oposisi pemerintah. Aparat intelijen di Suriah terdiri dari tiga

organisasi intelijen utama, yaitu General Intelligence Directorate, Military

Intelligence, dan Air Force Intelligence. Badan intelijen ini melapor ke Dewan

Keamanan Presiden. Kemudian, Dewan akan memberikan laporan langsung ke

Presiden Assad.39

Aktor domestik selanjutnya adalah pihak oposisi. Perang saudara memiliki

perbedaan dalam jumlah aktor bersenjata yang terlibat, baik dari pihak pertahanan

maupun pihak oposisi, yaitu perang saudara two-party dan perang saudara multi-party.

Namun, karakterisasi konflik ini sebagai perang saudara kerap kali gagal

menggambarkan dinamika konflik Suriah yang memiliki elemen militer yang rumit

sehingga tidak ada data yang pasti mengenai jumlah kelompok oposisi di Suriah.

Uppsala Conflict Data Program (UCDP) telah berhenti menghitung, data terakhir

menunjukkan bahwa pihak oposisi di Suriah mencapai angka 1,350. Namun jumlah

kelompok yang efektif jauh lebih rendah dan diperkirakan hanya terdapat 35 kelompok

oposisi efektif pada akhir tahun 2017.40

Pihak oposisi Suriah dicirikan oleh fragmentasi politik dan militer yang

memengaruhi upaya untuk membentuk sebuah pemerintahan alternatif. Dua blok

39 Andrew Rathmell, Syria's Intelligence Services: Origins and Development (London:

Journal of Conflict Studies, Volume 16 No. 2 tahun 1996) Diakses Melalui

https://journals.lib.unb.ca/index.php/JCS/article/view/11815 dilihat pada 18 April 2020. 40 Regine Schwab, Insurgent courts in civil wars: the three pathways of (trans)formation in

today’s Syria (2012-2017) (Small Wars & Insurgencies Volume 29 No. 4, 2018) Hlm. 804

32

politik oposisi utama adalah the Syrian National Council (SNC) dan the National

Coordination Committee (NCC kemudian membentuk Free Democratic Syria). Pihak

oposisi lain yang cukup terkenal dalam konflik Suriah adalah The Free Syrian Army

(FSA). 41

Pada akhir tahun 2013, pihak oposisi Suriah dan pasukan pemberontak terpisah

menjadi dua, FSA dan front-front Islam yang baru dibentuk. Alasan utama yang

mendesak bagi terbentuknya front Islam baru adalah kekhawatiran mengenai potensi

partisipasi FSA dalam pembicaraan damai di Jenewa dan kurangnya perwakilan

pasukan di lapangan. Front-front Islam baru pada tahun 2013 antara lain, Ahrar Ash-

Sham (Islamic Movement of Free Men of the Levant), Jaysh al-Islam (Army of Islam),

dan Ansar al-Sham (Supporters of the Levant).42

Rezim Assad ikut bertanggung jawab atas kebangkitan kelompok-kelompok

oposisi di negaranya. Sebelum tahun 2011, pemerintahan menutup semua ruang politik,

terkecuali bidang keagamaan, di mana pada kesempatan ini kaum Salafi secara aktif

berorganisasi dan memperluas jaringan Jihad. Selain itu, terdapat beberapa laporan

bahwa rezim Suriah melepaskan kelompok radikal Salafi dalam jumlah besar dari

Penjara Sednaya pada tahun 2011. Banyak dari kelompok ini yang kemudian menjadi

41 Faith Olanrewaju dan Segun Joshua, The Diplomatic Dimensions of the Syrian Conflict

(Nigeria: Jadavpur Journal of International Relations, Volume 19 No. 1, SAGE Publications, 2015)

Hlm. 48. 42 Jack Holland, The Syrian Civil War, Chapter: In Selling War and Peace: Syria and the

Anglosphere (United Kingdom: Cambridge University Press, 2020) Hlm. 22

33

pemimpin Jabhat al-Nusra, the Islamic Front, dan the Islamic State of Iraq and Syria

(ISIS).

D. Aktor Internasional dalam Konflik Suriah

Aktor internasional yang terlibat dalam konflik Suriah ada dua, yaitu kekuatan

asing dan kelompok jihadis Islam. Kekuatan asing yang terlibat di Suriah ini termasuk

kekuatan regional besar dan menengah, aktor non-state, serta kekuatan negara-negara

adidaya. Kekuatan regional yang dimaksud adalah Turki, Iran, Israel, Qatar, Uni

Emirat Arab (UAE), dan Arab Saudi. Sedangkan negara-negara adidaya yang terlibat

dalam konflik Suriah adalah Rusia, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. 43

Amerika Serikat dikenal sebagai blok Barat, di Suriah AS bergerak bersama

dengan negara-negara Uni Eropa, Arab Saudi, dan Qatar. Blok Timur seperti Rusia,

China, dan juga Iran bergerak bersama-sama. Keberadaan Rusia di Suriah, tidak lain

adalah untuk menentang dominasi Amerika Serikat di Timur Tengah. Rusia ingin

menghindari replikasi dari apa yang dilakukan oleh kekuatan Barat di Libya dengan

kedok responsibility to protect. 44

Arab Saudi dan Qatar memberikan dana untuk kelompok-kelompok

pemberontak dengan alasan sektarian yang sangat jelas. Keduanya terlihat ingin

43 Rami G. Khouri, The Implications of The Syrian War for New Regional Orders in the

Middle East [Laporan Online] (Menara Working Papers No. 12, European Union’s Horizons 2020

Research and Innovation, September 2018) Diakses melalui

https://www.iai.it/sites/default/files/menara_wp_12.pdf dilihat pada 12 September 2020. Hlm. 4. 44 Mediel Hove dan Darlington Mutanda, The Syrian Conflict 2011 to the Present:

Challenges and Prospects (Harare: Journal of Asian and African Studies, SAGE Publishing, 2014)

Hlm. 3

34

membentuk pemerintahan Suriah yang beraliran Sunni. Sebaliknya, Iran yang memiliki

aliran Syiah berusaha melindungi rezim Assad dengan memberikan dukungan

keuangan dan juga militer.45 Sedangkan Turki merupakan satu kekuatan eksternal yang

bersifat kompleks dan paradoksal, posisi dan sikapnya di Suriah selalu berganti

mengikuti kepentingan nasionalnya.

Aktor Internasional selanjutnya adalah kelompok jihadis Islam. Islamic State in

Iraq and Syria (ISIS) atau dikenal juga dengan Islamic State of Iraq and the Levant

(ISIL) merupakan kelompok jihadis Islam yang terlibat dalam konflik Suriah untuk

melawan tidak hanya rezim al-Assad tetapi juga pihak oposisi yang menganut aliran

Islam moderat. ISIS berada di bawah panji Jihad Transnasional dan berhasil

menyerukan kepada semua Muslim Sunni untuk bergabung dengan Kekhalifahan yang

baru pada tahun 2014. Pada bulan Mei 2013, ISIS mengikuti langkah merger dengan

kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Suriah, yaitu al-Nusra Front.

Diketahui sebanyak 27,000 Muslim asing melakukan perjalanan ke Irak dan

Suriah untuk memperjuangkan ISIS.46 ISIS yang berevolusi menjadi Negara Islam atau

Islamic State (IS) tumbuh dari sekelompok jihadis pemberontak menjadi gerakan

pemberontak global. IS adalah kelompok ekstrimis Muslim Sunni yang dulunya

45 Muriel Asseburg dan Heiko Wimmen, Civil War in Syria External Factors and Interests as

Drivers of Conflict [Laporan Online] (Jerman: SWP Comments 43, German Institute for International

and Security Affairs, Desember 2012) Di akses melalui https://www.swp-

berlin.org/fileadmin/contents/products/comments/2012C43_ass_wmm.pdf dilihat pada 12 September

2020. Hlm. 15 46 Christopher Phillips & Morten Valbjørn, ‘What is in a Name?’: The Role of (Different)

Identities in the Multiple Proxy Wars in Syria (London: Small Wars & Insurgencies Volume 29 No.3,

Routledge Journal,2018) Hlm 425.

35

merupakan bagian dari al-Qaeda di Irak. Ideologi ISIS adalah untuk mengembalikan

kepercayaan dan praktik asli Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang sejati. Pada

Juni 2014, ISIS memproklamasikan dirinya sebagai worldwide caliphate dan mulai

menyebut dirinya sebagai Islamic State atau ad-Dawlah al-Islāmiyah.47 Rebranding

ISIS menjadi IS berkonotasi kemajuan menuju pencapaian tujuannya serta deklarasi

pembentukan kekhalifahan Islam di Irak dan juga di Suriah.

Pada tahun 2014 sampai 2016, Islamic State berhasil mengambil alih kota-kota

besar di Suriah seperti Raqqa, Homs, dan Palmyra. Namun, pada bulan Oktober 2017,

Islamic State mulai kehilangan kendali atas beberapa kota yang sempat berhasil mereka

duduki di Suriah, seperti Raqqa. Pada tahun 2018, IS merilis pesan audio dari

Baghdadi. Dalam rekaman berdurasi 55 menit itu, Abu Bakr al-Baghdadi selaku

pemimpin IS menyatakan

"For the believer Mujahideen, the scale of victory or defeat is not counting on a

city or town being stolen or subject to those who have aerial superiority, or

intercontinental missiles or smart bombs, and not how many followers they

have,".48

47 Bill Roggio, ISIS announces formation of Caliphate, rebrands as ‘Islamic State’ [Artikel

Online] (Long War Journal, 29 Juni 2014) diakses melalui

https://www.longwarjournal.org/archives/2014/06/isis_announces_formation_of_ca.php dilihat pada 5

Januari 2021.

48 Mohammed Tawfeeq dan Steve Almasy, Abu Bakr al-Baghdadi admits ISIS is losing in

apparent audio message [Artikel Online] (CNN World, 23 Agustus 2018) diakses melalui

https://edition.cnn.com/2018/08/22/middleeast/isis-leader-abu-bakr-al-baghdadi-recording/index.html

dilihat pada 6 Januari 2021.

36

Ia juga mengaku bahwa kelompok IS telah kalah dan mendesak para pengikutnya untuk

melanjutkan perjuangan. Dalam rekaman tersebut Baghdadi juga menyampaikan

bahwa kelompok Islamic State akan diserbu oleh anggota militer Rusia dan Suriah

dengan bantuan dari “traitors” yang dalam hal ini merujuk pada pihak oposisi Suriah.

Pada tanggal 23 Maret 2019, Pasukan Demokrat Suriah mengumumkan bahwa Islamic

State telah kehilangan benteng terakhirnya di Suriah.49

E. Dinamika Konflik Suriah

1. Pecahnya Demonstrasi Damai pada Tahun 2011 dan Keterlibatan

Aktor Regional sebagai Awal Konflik Suriah

Pada pertengahan bulan Maret 2011, terjadi protes anti-pemerintah di Suriah.

Protes ini terjadi atas dampak dari protes serupa di Timur Tengah yaitu Arab Spring

pada akhir tahun 2010. Gelombang Arab Spring dimulai dengan revolusi Tunisia pada

Desember 2010 dan mencapai Suriah pada bulan Maret 2011. Protes dilakukan di

Tunisia untuk menjatuhkan rezim diktatorial yang menindas di Afrika Utara, namun

peristiwa ini menghasilkan dampak yang lebih keras terhadap negara-negara lain

seperti Libya dan Suriah.50

49 CNN Editorial Research, ISIS Fast Facts [Artikel Online] (CNN, 6 September 2020)

diakses melalui https://edition.cnn.com/2014/08/08/world/isis-fast-facts/index.html dilihat pada 6

Januari 2021. 50 Faith Olanrewaju dan Segun Joshua, The Diplomatic Dimensions of the Syrian Conflict

(Nigeria: Jadavpur Journal of International Relations, Volume 19 No. 1, SAGE Publications, 2015)

Hlm. 44.

37

Demonstrasi Suriah dilakukan di ibu kota Suriah yaitu Damaskus, Hama dan

juga Aleppo. Lebih dari 500.000 warga Suriah membanjiri kota Hama untuk

melakukan demonstrasi, menurut para aktivis, ini adalah satu-satunya protes terbesar

terhadap pemerintah Presiden Bashar al-Assad. 51 Demonstrasi dilakukan untuk

menuntut transformasi demokrasi dan pembebasan tahanan politik yang dipicu oleh

meninggalnya seorang remaja laki-laki di kota Daraa bernama Hamza al-Khateeb.

Sebelum meninggal, Ia ditahan dan disiksa oleh aparat pemerintah Suriah selama tiga

bulan karena menulis slogan terkenal dari pemberontakan massal di Tunisia dan Mesir,

“The people want the downfall of the regime”.

Saat demonstrasi terjadi di Damaskus dan Aleppo atas kematian remaja

tersebut, Rezim Assad merespons protes ini dengan agresif. Assad menurunkan

pasukan keamanan pemerintah dan jasa intelijen untuk membalas protes tersebut dan

menembak para pengunjuk rasa. Menurut PBB, selama tujuh bulan protes dilakukan

terdapat 3.000 orang tewas di Suriah. United Nations High Commissioner for Human

Rights, Navi Pillay, mengatakan bahwa setidaknya terdapat 187 anak termasuk dalam

daftar korban. PBB juga mengatakan ratusan orang telah ditangkap oleh pemerintah

Suriah sejak protes ini dimulai, beberapa aktivis mengatakan bahwa setidaknya

terdapat 11 pengunjuk rasa yang ditembak mati oleh pasukan keamanan Suriah.

51 Al Jazeera News Agency, ‘Half a million’ protest on streets of Hama [Artikel Online] (8

Juli 2011) diakses melalui https://www.aljazeera.com/news/2011/7/8/half-a-million-protest-on-streets-

of-hama dilihat pada 6 Januari 2021.

38

Peristiwa demonstrasi ini menjadi penyebab terjadinya perang senjata antara

pemerintah Suriah dan pemberontak.52

Gambar II.1. Jaringan Kompleks Konflik di Suriah

Sumber: Hafeez Ullah Khan dan Waseem Khan, Syria: History, The Civil War, and

Peace Prospect (Journal of Political Studies, Vol. 24, Issue 2, 2017)53

52 Hafeez Ullah Khan dan Waseem Khan, Syria: History, The Civil War, and Peace Prospect

(Journal of Political Studies, Vol. 24, Issue 2, 2017), hlm. 591. 53 Hafeez Ullah Khan dan Waseem Khan, Syria: History, The Civil War, and Peace Prospect

(Journal of Political Studies, Vol. 24, Issue 2, 2017), hlm. 592.

39

Melalui gambar di atas, para pemangku kepentingan dalam konflik Suriah

secara luas dapat dikategorikan mejadi empat kelompok: Rezim, pihak oposisi atau

pemberontak, kekuatan asing, dan kelompok jihadis Islam. Empat kelompok ini

memiliki kepentingan yang berbeda dalam konflik Suriah. Namun, seiring berjalannya

waktu keempat kelompok ini mulai membangun jaringan yang kompleks dalam konflik

Suriah.

Komunitas internasional sempat memberikan tekanan pada rezim al-Assad

melalui sanksi, embargo, penarikan duta besar dan penutupan kedutaan. Pada Agustus

2011, Presiden Obama menandatangani Executive Order 13582 yang membekukan

semua aset pemerintah Suriah, melarang warga AS melakukan bisnis dengan rezim al-

Assad, melarang impor produk minyak bumi dari Suriah, dan AS menutup kedutaannya

di Damaskus.54 Sedangkan Liga Arab menangguhkan Suriah dari keanggotaannya dan

memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Damaskus pada November 2011.

Konflik yang pada awalnya dipahami sebagai perang saudara antara rezim

presiden Assad dan pasukan oposisi – di mana pihak oposisi berusaha untuk

menciptakan Suriah yang lebih demokratis – menjadi jauh lebih kompleks dan suram

seiring berjalannya waktu.55 Saat ini, krisis Suriah merupakan perang saudara antara

54 The White House, Executive Order 13582-- Blocking Property of the Government of Syria

and Prohibiting Certain Transactions with Respect to Syria [Database Online] (Office of the Press

Secretary, 18 Agustus 2011) diakses melalui https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-

office/2011/08/18/executive-order-13582-blocking-property-government-syria-and-prohibiting dilihat

pada 6 Januari 2021 55 Sajid Karim, Syrian Crisis: Geopolitics and implications (Bangladesh: Biiss Journal

Volume 37, No.2, April 2016) Hlm. 108.

40

pemerintah dan pasukan pemberontak oposisi; sebuah perang agama yang mengadu

domba kaum minoritas Alawite Presiden Assad yang sejalan dengan pejuang Syiah

dari Iran dan Hizbulloh di Lebanon melawan kelompok pemberontak Sunni; dan

semakin meningkatnya perang proksi yang menampilkan Rusia dan Iran melawan AS

dan sekutunya.

Rezim Assad terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia termasuk

penculikan, eksekusi secara paksa, penghilangan paksa, penggunaan kekerasan

terhadap demonstran, penyebaran senjata pemusnah massal, serta penolakan keras

untuk meninggalkan pemerintahan secara sukarela. Berkaitan dengan hal itu, Amerika

Serikat, Prancis, dan Inggris telah menuding pemerintah Suriah dalam penggunaan

inventaris rudal balistik surface-to-surface pada bulan Juni dan Agustus tahun 2013.

Pemerintah Suriah mereka anggap menggunakan rudal balistik tersebut terhadap warga

Suriah dan menewaskan sekitar 1.429 orang termasuk wanita dan anak-anak. Sejak

bulan Januari 2012, AS sudah menduga akan adanya penggunaan senjata kimia di

Suriah. Pada Maret 2013, serangan di Ghouta Timur yang menewaskan setidaknya

1.300 warga sipil, dianggap AS sebagai ulah sejata kimia Assad. Serangan tersebut

memicu perdebatan sengit di AS tentang perlunya tindakan militer untuk menghukum

rezim Assad. Namun, perdebatan itu mereda ketika Suriah menyetujui Chemical

Weapons Convention di Jenewa pada tanggal 14 September 2013. 56

56 Hanna Notte, The United States, Russia, and Syria’s chemical weapons: a tale of

cooperation and its unraveling (Monterey: The Nonproliferation Review, Routledge Journal, 2020)

Hlm. 4

41

2. Dominasi Islamic State dan Keterlibatan Negara-negara Adidaya

yang Menimbulkan Eskalasi dalam Konflik Suriah

Agama merupakan salah satu mata rantai yang mengikat hubungan banyak

aktor di Suriah. Pada akhir tahun 2013 dan awal tahun 2014, istilah Islamic State (IS)

tidak umum di pers internasional. Lebih sering IS disebut sebagai ‘kelompok yang

berafiliasi dengan al-Qaeda’. Tahun 2014 telah menjadi tahun yang sangat berbeda

untuk Suriah dan dunia internasional. Selama tahun 2014, IS berhasil mendapatkan

kendali penuh atas sebagian besar wilayah di bagian Suriah Timur, tepatnya di

sepanjang lembah Eufrat dan lebih jauh lagi hingga mendekati Irak.57

Pada tahun 2014, Raqqa – sebuah kota di Suriah – dijuluki sebagai ‘bride of

revolution’ karena Raqqa merupakan kota pertama yang jatuh ke tangan IS. 58

Kebangkitan IS pada tahun 2014 merupakan game changer bagi AS. AS memulai

serangan udara pada September 2014, setelah sebelumnya membatasi keterlibatan AS

di sisi perbatasan Suriah dengan hanya memasok senjata dan melatih kelompok-

kelompok pemberontak dan oposisi. Operasi Inherent Resolve yang dilakukan oleh AS

juga dilakukan oleh Kanada (Operation Impact), Prancis (Operation Chammal),

Australia (Operation Okra), Inggris (Operation Shader), dan Jordan.59 Inilah yang

57 Jack Holland, The Syrian Civil War, Chapter: In Selling War and Peace: Syria and the

Anglosphere (United Kingdom: Cambridge University Press, 2020) Hlm 33. 58 Mariam Karouny, In northeast Syria, Islamic State builds a government (Reuters, 4

September 2014) diakses melalui https://www.reuters.com/article/us-syria-crisis-raqqa-insight/in-

northeast-syria-islamic-state-builds-a-government-idUSKBN0GZ0D120140904 dilihat pada 6 Januari

2021.

59 Jack Holland, The Syrian Civil War, Chapter: In Selling War and Peace: Syria and the

Anglosphere (United Kingdom: Cambridge University Press, 2020) Hlm 45.

42

menyebabkan pada tahun 2015, Suriah bertransisi menjadi perang proksi dengan

intervensi militer dari luar negeri.

Pada tahun 2015, intervensi militer paling konsekuensial di Suriah dilakukan

oleh Rusia. Pasukan Assad sebelumnya telah mengalami beberapa kemunduran akibat

perang di Suriah. Dengan banyaknya wilayah yang berhasil di klaim oleh pihak oposisi

dan keterlibatan Islamic State di Suriah, Rusia melihat hal ini sebagai sebuah pertanda

kekalahan. Kepemimpinan Rusia percaya bahwa rezim akan jatuh atau hanya bertahan

dengan menguasai sebagian kecil wilayah Suriah. Intervensi militer Rusia adalah

intervensi yang paling konsekuensial karena dalam beberapa bulan, atau bahkan dalam

beberapa minggu, maka kekalahan Assad akan benar-benar terjadi jika tidak ada

intervensi dari Rusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Valery Gerasimov, kepala Staf

Umum Rusia,

“If we had not intervened in Syria, what would have happened? Look, in 2015 just over

10 percent of the territory remained under government control. A month or two more,

by the end of 2015, and Syria would have been completely under ISIS”.60

Sehingga, kehadiran Rusia di Suriah telah menggeser hasil akhir dari konflik Suriah.

Keputusan politik atas intervensi militer Rusia di Suriah dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Salah satu penyebab paling umum yang mendasari intervensi Rusia di

Suriah adalah kesadaran akan penyebaran kekuatan global yang terus berkembang.

60 Samuel Charap, Elina Treyger, dan Edward Geist, Understanding Russia’s Intervention in

Syria (RAND Corporation, 2019) hlm. 4 diakses melalui

https://www.rand.org/pubs/research_reports/RR3180.html dilihat pada 6 Januari 2021.

43

Seperti yang ditekankan oleh Jacek Bartosiak dalam Pacyfik i Euroazja: O wojnie

[Pacific and Eurasia: About the war], setelah periode absolut AS pada tahun 1992-

2008, dunia sedang mengalami sistem milti-polaritas dan polisentrisme, terutama

dalam hal ekonomi dan keuangan, dan terkadang, militer. Dalam konteks distribusi

kekuatan global yang terus berubah, Rusia berupaya membentuk divisi baru world

impact zone. Operasi militer melawan Islamic State dimaksudkan untuk melahirkan

pembentukan koalisi yang luas di Timur Tengah dan beroperasi di bawah kewenangan

DK-PBB. Kerja sama antara Rusia dan Suriah juga merupakan upaya dalam hal

penghapusan sanksi ekonomi dan pengurangan dukungan barat ke Ukraina.61

Rusia terlibat pada krisis Ukraina pada tahun 2014 karena Rusia khawatir

bahwa pemberontakan demokratis yang terjadi di Ukraina akan berdampak pada sistem

politik Rusia. Tahun 2014 juga merupakan tahun di mana Rusia mendapatkan sanksi

ekonomi dan sanksi diplomatik oleh AS dan negara-negara Uni Eropa terkait krisis

Ukraina dan aneksasi Krimea yang membuat Rusia krisis mata uang dan terisolasi dari

dunia internasional. Beberapa pengamat melihat bahwa daftar sekutu Rusia menipis

yang semakin menipis ini akan mempersulit pelestarian sistem otoriter karena

hubungan luar negeri Rusia seringnya hanya mencakup negara-negara seperti China

61 Tomasz Wójtowicz, Izabela Barsznica, dan Kamil Drąg, The Influence of Russian Military

Involvement in The War in Syria (War Studies University Scientific Quarterly no. 2(111), 2018) Hlm.

86

44

dan Iran saja. 62 Dengan posisi Suriah yang terancam, maka Rusia merasa perlu

membantu satu-satunya negara yang masih ia anggap sekutu di dunia Arab ini.

Keterlibatan militer Rusia dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu dukungan

logistk sebelum intervensi bersenjata langsung seperti pengadaan peralatan dan

amunisi, intervensi bersenjata langsung pada September 2015, dan keterlibatan tentara

militer swasta dari Rusia. Menurut Jenderal Yaakov Amidror, Mantan Penasihat

Keamanan Nasional untuk Perdana Menteri Israel, tahap pertama dihasilkan dari

ketergantungan Suriah pada persenjataan Rusia. Pasokan dari Rusia pada awalnya

termasuk amunisi, yang stoknya akan menyusut dengan cepat, kemudian diikuti oleh

sistem persenjataan yang lebih canggih. Tahap kedua, Rusia memberikan bantuan

dalam operasi intelijen dan militer. Pada tahap ketiga, Rusia mulai mengerahkan

pesawat tempur di pangkalan udara tertentu dengan maksud menyerang target

tertentu.63

Serangan langsung dimulai pada 30 September 2015 dengan serangan udara

pertama terhadap posisi pemberontak. Sehari sebelum serangan, Rusia mengirim dua

belas pesawat udara SU-24M4 dan dua belas pesawat udara SU-25, dan empat pesawat

tempur SU-30SM ke Suriah. Semua pesawat itu dikirim bersamaan dengan sekitar dua

puluh helikopter tempur MI-17, MI-24 dan MI-25 dan 1.500-3.000 tentara dikerahkan

62 Eduardo Wassin Aboultaif, Regional and International Factors that Prolong the Syrian

Crisis, Syrian Mutations the Random & The Purposeful (Syria Studies Volume 8 No. 2, 2016) Hlm. 5.

63 Tomasz Wójtowicz, Izabela Barsznica, dan Kamil Drąg, The Influence of Russian Military

Involvement in The War in Syria (War Studies University Scientific Quarterly no. 2(111), 2018) Hlm.

90

45

untuk mengoperasikan kendaraan ini. Saat operasi Rusia di Suriah berlangsung, jumlah

tentara meningkat menjadi lebih dari 4.000. Menurut laporan Polish Institute of

International Affairs, dalam tiga bulan pertama Rusia telah menggunakan 69 pesawat,

menjatuhkan lebih dari 1.400 ton bom selama 5.400 penerbangan tempur (rata-rata,

sekitar 60 penerbangan sehari), 145 di antaranya adalah penerbangan pembom

strategis. 64

Dengan bantuan militer seperti itu, secara bertahap pasukan pemerintahan

Suriah berhasil merebut kembali daerah-daerah yang sebelumnya telah direbut oleh

kelompok pemberontak, termasuk Aleppo Timur pada bulan Desember tahun 2016.

Iran dan Hizbulloh bergabung dengan Rusia dalam mendukung pemerintahan Suriah.

Iran memiliki hubungan baik dengan Hafez Assad, sehingga hal itu memacu Iran untuk

melakukan upaya yang meluas dan terintegrasi untuk menjaga Presiden Bashar al-

Assad berkuasa selama mungkin.

Kemudian, konflik Suriah juga menarik perhatian negara lain seperti Turki.

Pada awal konflik Suriah, Turki terlihat sangat vokal untuk menurunkan Assad dari

posisi kepresidenannya.65 Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Şimşek, berpendapat

bahwa Turki tidak bisa lagi bersikeras pada resolusi konflik yang menargetkan

pengunduran diri Assad. Sehingga, pada tahun 2016 Turki telah mengubah prioritasnya

64 Tomasz Wójtowicz, Izabela Barsznica, dan Kamil Drąg, The Influence of Russian Military

Involvement in The War in Syria (War Studies University Scientific Quarterly no. 2(111), 2018) Hlm.

91 65 Jack Holland, The Syrian Civil War, Chapter: In Selling War and Peace: Syria and the

Anglosphere (United Kingdom: Cambridge University Press, 2020) Hlm 33.

46

dan bertujuan untuk menahan kemajuan teritorial orang-orang Kurdi di Suriah. Turki

menganggap bahwa sepanjang perbatasan selatannya sudah dikendalikan oleh Partai

Persatuan Demokrat Kurdi Suriah atau Syrian Kurdish Democratic Union Party (PYD)

dan sayap bersenjata Unit Perlindungan Rakyat atau People’s Protection Units (YPG).

Keduanya merupakan ancaman yang lebih besar terhadap keamanan nasional dan

integritas teritorial Turki.66

Pada Maret 2016, Rusia menyatakan bahwa tujuan militer Rusia di Suriah telah

tercapai secara keseluruhan karena tentara Suriah yang didukung oleh Rusia secara

bertahap berhasil mengalahkan IS. Oleh karena itu, ia memerintahkan pasukan Rusia

yang dikerahkan ke Suriah untuk mundur.67 Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pada

pernyataan tersebut tidak ada tanggal penyelesaian atau tenggat waktu yang ditentukan.

Bahkan, Rusia menyatakan kalau dua lokasi pangkalan Angkatan laut di Suriah

tepatnya di Tartus dan pangkalan udara di Khmeimim akan terus beroperasi untuk

memfasilitasi pasukan Rusia dalam memantau gencatan senjata. 68 Pada pertengahan

bulan Maret 2016, pasukan Rusia melanjutkan operasi intensif yang mendukung

pemerintah Suriah untuk merebut kembali kota kuno Palmyra karena IS dengan sengaja

menghancurkan situs warisan dunia tersebut. Meskipun Rusia telah mengumumkan

66 Valeria Talbot, Chapter 4: Turkey in Syria: Role, Interests and Challenges (Italy: Rebuilding

Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September 2019) hlm.76 67 Ekaterina Stepanova, Russia’s Syria Policy: The Hard Path of Military Disengagement

(Moscow: PONARS Eurasia Policy Memo No.511, Februari 2018) hlm 1. 68 Sanu Kainikara, Chapter 6: The Russian Military Campaign (Australia: In the Bear’s

Shadow: Russian Intervention in Syria, Air Power Development Centre, Commonwealth of Australia,

2018) hlm 88.

47

penarikan pasukan secara sepihak, pasukan militer malah terlihat sedang melaksanakan

penempatan pangkalan jangka panjang di dekat situs Palmyra.69

Kemudian, pada bulan Agustus 2019, pemerintah Suriah sudah berhasil

mengendalikan sebagian besar negara, termasuk kota Damaskus, Aleppo, Homs dan

Hama, serta ibu kota provinsi lainnya. Diketahui sejak bulan Maret 2016, pemerintah

Rusia telah berulang kali mengumumkan rencana untuk menarik pasukannya di

Suriah.70 Namun, hal tersebut tidak juga terwujud karena Rusia memiliki alasan untuk

memerngi Islamic State di Suriah. Selain itu, pada tahun 2019, Rusia mengirim sekitar

300 polisi militer tambahan ke Suriah untuk membantu patroli di perbatasan Turki –

Suriah. Rusia juga mengirim tambahan pesawat kargo militer yang mengangkut 20

kendaraan lapis baja untuk patroli tersebut.71

Pada akhir tahun 2019, Rusia mengirim ratusan kendaraan bersenjata dan truk

logistik dari Pangkalan Udara Hmeimim di Latakia ke kota Qamishli di Utara Suriah.

Rusia juga mengirimkan dua pesawat tempur dan enam helikopter ke Qamishli yang

dikendalikan oleh rezim Assad.72 Melalui data di atas, dapat dikatakan bahwa hingga

69 Sanu Kainikara, Chapter 6: The Russian Military Campaign (Australia: In the Bear’s

Shadow: Russian Intervention in Syria, Air Power Development Centre, Commonwealth of Australia,

2018) hlm.88. 70 Human Rights Watch, “Targeting Life in Idlib: Syrian and Russian Strikes on Civilian

Infrastructure [Laporan Online] (15 Oktober 2020) diakses melalui

https://www.hrw.org/report/2020/10/15/targeting-life-idlib/syrian-and-russian-strikes-civilian-

infrastructure dilihat pada 7 Januari 2021.

71 Vladimir Isachenkov, Russia says it sent hundreds of additional troops to Syria [Artikel

Online] (Military Times, 25 Oktober 2019) diakses melalui https://www.militarytimes.com/news/your-

military/2019/10/25/russia-says-it-sent-hundreds-of-additional-troops-to-syria/ dilihat pada 7 Januari

2021.

72 Daily Sabah, Russia consolidates military power in northeast Syria [Artikel Online]

(Desember 2020) diakses melalui https://www.dailysabah.com/world/syrian-crisis/russia-consolidates-

military-power-in-northeast-syria?gallery_image=undefined#big dilihat pada 7 Januari 2021.

48

tahun 2019, Rusia tidak pernah benar-benar menarik mundur pasukannya dari Suriah

walaupun rezim Assad sudah berhasil menduduki kembali sebagain besar wilayah

Suriah.

Dampak dari perang Suriah ini tidak hanya dirasakan oleh Suriah, tetapi juga

dirasakan oleh Rusia sebagai salah satu negara yang mendukung pasukan militer rezim

Assad secara intensif sejak tahun 2015. The Syrian Observatory for Human Rights

melaporkan death toll konflik Suriah sejak 15 Maret 2011 hingga 1 Januari 2020,

hasilnya terdapat 264 tentara Rusia yang terbunuh. Sedangkan secara keseluruhan,

konflik Suriah telah menewaskan 384,000 orang. 73.

F. Proses Perdamaian untuk Suriah

Sejak awal, konflik di Suriah ditandai oleh interaksi yang kompleks antara

faktor-faktor domestik dan regional, di mana aktor internasional dan regional menjadi

suporter perang proksi. Sejauh ini, tidak ada pihak yang berada dalam posisi

kemenangan seutuhnya. Konflik bisa saja berakhir dengan keadaan membeku atau

bahkan terjadi tabrakan yang tidak sengaja terjadi di antara kekuatan-kekuatan yang

bersaing. Pada akhirnya hanya kompromi yang dapat memecahkan kebuntuan

tersebut.74 Di antara organisasi penyelesaian konflik lainnya, PBB memiliki tanggung

jawab untuk menangani perang saudara di Suriah. PBB harus mampu mendorong

73 Syrian Observatory for Human Rights, Syrian Revolution NINE years on: 586,100 persons

killed and millions of Syrians displaced and injured [Database Online] (Suriah: SOHR, 14 Maret 2020)

Diakses melalui https://www.syriahr.com/en/157193/ dilihat pada 18 April 2020. 74 Raymond Hinnebusch, The Battle over Syria’s Reconstruction (Global Policy Vol. 11 Issue

1, 2020) hlm. 113

49

pemangku kepentingan di Suriah untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Suriah

dan juga Suriah dengan tetangga-tetangganya.75

1. Upaya Perdamaian Suriah: Rencana Perdamaian oleh Liga Arab dan

Geneva I - II (2011 – 2012)

Upaya perdamaian serius pertama di Suriah dilakukan oleh Liga Arab. Liga

Arab mengutus Sekretaris Jenderal, Nabil al-Arabi, untuk mengajukan kesepakatan de-

eskalasi untuk Suriah. Meningkatnya kekerasan dan tekanan internasional selama

musim gugur membuat rezim Assad menyetujui rencana perdamaian Liga Arab pada

akhir tahun 2011. Pemantau militer yang bersumber dari negara-negara Arab

dikerahkan ke Suriah, tetapi gencatan senjata gagal terwujud. Namun, dalam beberapa

minggu misi pemantauan militer tersebut terperosok ke dalam kontroversi dan politik

di antara negara-negara anggota Liga, sehingga upaya perdamaian oleh Liga Arab pun

gagal.76

PBB meneruskan upaya perdamaian setelah kegagalan Liga Arab. PBB

menunjuk mantan Sekretaris Jenderal Kofi Annan sebagai utusan PBB di Suriah.

Konferensi Jenewa I atau putaran pertama Intra-Syrian Talks oleh PBB dilakukan pada

musim panas tahun 2012 dan menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikemas dalam

75 Mediel Hove dan Darlington Mutanda, The Syrian Conflict 2011 to the Present: Challenges

and Prospects (Harare: Journal of Asian and African Studies, SAGE Publishing, 2014) Hlm. 2 76 Magnus Lundgren, Mediation in Syria: Initiatives, strategies, and obstacles, 2011-2016

[Artikel Online] (Forthcoming in Contemporary Security Policy, 3 Mei 2016) hlm. 3. Diakses melalui

https://zenodo.org/record/895893#.X_YM99gzZPY dilihat pada 7 Januari 2021.

50

Geneva Communique. 77 Konferensi ini dihadiri oleh Sekretaris Negara Amerika

Serikat, Menteri Luar Negeri Rusia, perwakilan dari China, Sekretaris Luar Negeri

Inggris, dan Kofi Annan. Geneva Communique berisi mengenai perlunya badan

pemerintahan transisi dengan kekuatan eksekutif penuh yang dapat mencakup anggota

pemerintah Suriah dan oposisi.78

Konferensi Perdamaian Jenewa II bertujuan untuk menyatukan pemerintah

Suriah dan pihak oposisi dan menciptakan rencana pemerintahan transisi yang lebih

stabil. Lakhdar Brahimi selaku utusan khusus PBB untuk Suriah menggantikan posisi

Kofi Annan yang mundur sejak Agustus 2012. Ia mencoba untuk membangun

konferensi dengan adanya keterlibatan AS dan Rusia. Konferensi dimulai pada 22

Januari hingga dan akhir bulan Januari 2014. Upaya PBB untuk kembali melaksanakan

perundingan damai ini berakhir dengan kegagalan dan tidak ada kesepakatan yang

berhasil dicapai. Kegagalan ini disebabkan oleh perbedaan yang dimiliki oleh pihak

oposisi yang bersikeras agar Assad turun dari jabatannya sebagai presiden Suriah dan

tidak terlibat dalam pemerintahan transisi Suriah di masa depan. 79

77 United Nations General Assembly, Resolution adopted by the General Assembly on 27 July

2012, sixty-sixth session [Dokumen Online] (A/RES/66/288, 2012) Diakses melalui

https://www.un.org/en/development/desa/population/migration/generalassembly/docs/globalcompact/

A_RES_66_288.pdf dilihat pada 5 Juli 2020.

78 Magnus Lundgren, Mediation in Syria: Initiatives, strategies, and obstacles, 2011-2016

[Artikel Online] (Forthcoming in Contemporary Security Policy, 3 Mei 2016) hlm. 4. Diakses melalui

https://zenodo.org/record/895893#.X_YM99gzZPY dilihat pada 7 Januari 2021. 79 Magnus Lundgren, Mediation in Syria: Initiatives, strategies, and obstacles, 2011-2016

[Artikel Online] (Forthcoming in Contemporary Security Policy, 3 Mei 2016) hlm. 4. Diakses melalui

https://zenodo.org/record/895893#.X_YM99gzZPY dilihat pada 7 Januari 2021.

51

2. Upaya Perdamaian Suriah: Proses Perdamaian Vienna dan Konferensi

Kelompok-Kelompok Oposisi Suriah di Riyadh Tahun 2015

Pada 25 Oktober 2015, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rusia, Arab

Saudi dan Turki merencanakan pertemuan di Wina, Austria, untuk mencari jalan keluar

bagi konflik Suriah. Pada 30 Oktober 2015, putaran pertama perundingan Wina

diadakan dengan mengundang 20 menteri luar negeri, negara yang berpartisipasi antara

lain: AS, Turki, Arab Saudi, Iran, Rusia, China, Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan

lain-lain. Menteri-menteri sepakat mengenai kebutuhan Suriah untuk memulai

pembicaraan politik. Dalam konteks proses perdamaian Suriah di Wina, negara-negara

Uni Eropa menjadi bagian dari International Syria Support Group (ISSG) yang

merupakan katalisator dari proses Wina di tahun 2015.80

Proses perdamaian Wina menghasilkan pernyataan bersama yang disampaikan

kepada ISSG dan utusan khusus PBB untuk Suriah, organisasi Suriah yang menangani

hak asasi manusia, akuntabilitas, dan keadilan transisional menekankan dengan sangat

jelas dan meminta tidak hanya keadilan transisional, tetapi juga meminta restitusi

properti dan program reparasi nasional untuk reparasi individu dan kolektif bagi semua

warga sipil yang terkena dampak konflik.81

80 Rim Turkmani and Mustafa Haid, The Role of the EU in the Syrian Conflict [Dokumen

Online] (Security in Transition: An Interdisciplinary Investigation into the Security Gap, Mei 2016)

Hlm 13. Diakses melalui http://www.securityintransition.org/wp-

content/uploads/2016/02/WP05_Syria_FinalEditedVersion.pdf dilihat pada 5 Juli 2020.

81 Rim Turkmani and Mustafa Haid, The Role of the EU in the Syrian Conflict [Dokumen

Online] (Security in Transition: An Interdisciplinary Investigation into the Security Gap, Mei 2016)

Hlm 14. Diakses melalui http://www.securityintransition.org/wp-

content/uploads/2016/02/WP05_Syria_FinalEditedVersion.pdf dilihat pada 5 Juli 2020.

52

Kemudian, pada 10 Desember 2015 dilaksanakan pertemuan pihak oposisi

revolusioner di Riyadh. Pertemuan di Riyadh dilaksanakan selama dua hari dan

bertujuan untuk menyatukan kelompok-kelompok oposisi Suriah dan membentuk

delegasi oposisi untuk negosiasi yang direncanakan dengan pemerintah Suriah.

Kelompok-kelompok yang hadir dalam pertemuan ini adalah Jaysh al-Islam, Ajnad al-

Sham Islamic Union, Free Syrian Army, Southern Front, 2nd Coastal Division, Mount

Turkmen Battalion, Mountain Hawks Brigade.82

Sebuah kesepakatan terbentuk pada 12 Desember 2015, di mana kelompok

oposisi dan individu bersatu menjadi High Negotiations Committee (HNC). Negara-

negara seperti Prancis, Arab Saudi, Turki dan Qatar sangat mendukung pembentukan

HNC. Namun, Kementerian Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan bahwa

tidak semua yang berkumpul di Riyadh mewakili semua kelompok oposisi untuk

berbicara atas nama seluruh oposisi Suriah:

“We cannot accept the attempt by the group which met in Riyadh to assign itself

the right to speak on behalf of the entire Syrian opposition,”.83

Sedangkan pihak oposisi yang tidak menjadi bagian dari HNC adalah

Mohammed Talal Bazerbashe selaku komandan dari Jaish al-Sham yang tidak

82 Al Jazeera, Syria’s war: HNC unveils road map for transition [Artikel Online] (8 September

2016) Diakses melalui https://www.aljazeera.com/news/2016/9/8/syrias-war-hnc-unveils-road-map-

for-transition dilihat pada 7 Januari 2021.

83 Reuters, Russia says Riyadh talks do not speak for entire Syrian opposition [Artikel Online]

(12 Desember 2015) diakses melalui https://www.reuters.com/article/mideast-crisis-syria-russia/russia-

says-riyadh-talks-do-not-speak-for-entire-syrian-opposition-idINKBN0TV0FG20151212 diakses pada

7 Januari 2021.

53

mendukung didirikannya HNC, kelompok oposisi Ahrar al-Sham yang juga merupakan

kelompok Islam paling kuat di Suriah, dan kelompok Assyrian. Akan tetapi, bahkan

dengan beberapa kelompok yang absen, delegasi Riyadh masih merupakan kelompok

oposisi dengan basis yang luas. Sehingga, pada akhir pembicaraan itu, mereka memilih

delegasi HNC yang akan ditugaskan untuk menunjuk dan mengawasi tim diplomat

untuk pembicaraan Jenewa III.84

Sedangkan, kelompok-kelompok seperti Jabhat al-Nusra tidak diundang ke

pertemuan ini karena Jabhat al-Nusra diasumsikan memiliki ikatan dengan kelompok-

kelompok teroris dan tidak ada yang mempresentasikan orang-orang Kurdi dalam

pertemuan ini.85 Secara historis, orang-orang Kurdi di Suriah sudah lama ditindas dan

ditolak hak-hak dasarnya. Pada awal perang saudaraa Suriah, partai-partai utama Kurdi

secara terbuka menghindari keberpihakan kepada rezim Assad ataupun pihak oposisi.

Namun, memang orang-orang Kurdi di Suriah ini menginginkan jaminan hukum agar

mereka juga diikutsertakan dalam keputusan apapun yang berkaitan dengan masa

depan Suriah. Sayangnya, Rusia sebagai salah satu negara penjamin Astana Peace

84 Aron Lund, The Road to Geneva: the Who, When, and How of Syria’s Peace Talks [Artikel

Online] (Carnegie Middle East Centre, 29 Januari 2016) diakses melalui https://carnegie-

mec.org/diwan/62631 dilihat pada 7 Januari 2021. 85 Alessandria Masi, Syria Talks: Rebel Negotiations In Saudi Arabia Exclude Key Players In

Syrian Opposition [Artikel Online] (International Business Times, 12 Desember 2015) Diakses melalui

https://www.ibtimes.com/syria-talks-rebel-negotiations-saudi-arabia-exclude-key-players-syrian-

opposition-2223287 dilihat pada 5 Juli 2020.

54

Talks tidak menyertakan orang-orang Kurdi Suriah ke dalam pembicaraam damai.86

Sehingga, hak-hak yang orang-orang Kurdi inginkan belum tentu dapat tercapai.

3. Upaya Perdamaian Suriah: Geneva Tahun 2016 dan 2017

Putaran baru diplomasi politik Jenewa III kembali dilaksanakan pada tanggal

25 Februari 2016. Akan tetapi, proses Jenewa III tidak menghasilkan kesepakatan yang

jauh lebih baik daripada putaran negosiasi sebelumnya. 87 Bersamaan dengan

perundingan Jenewa III, PBB mendesak aktor-aktor adidaya di Suriah untuk

melakukan gencatan senjata. Pada tanggal 26 Februari 2016, DK-PBB menyetujui

resolusi 2268 dengan suara bulat. Isi dari resolusi tersebut adalah menuntut agar semua

pihak mematuhi ketentuan-ketentuan kesepakatan AS-Rusia mengenai penghentian

permusuhan atau ‘cessation of hostilities’.88 Penghentian permusuhan ini bukanlah

sebuah gencatan senjata yang memerlukan pemantauan dan harus bertujuan untuk

menghindari konflik yang membeku. Sayangnya, cessation of hostilities ini tidak

didasarkan kepada kesepakatan mendasar untuk menuju perdamaian, tetapi lebih

kepada kesepakatan antara dua kekuatan eksternal yaitu Rusia dan Amerika Serikat,

dan karenanya kesepakatan ini tidak bisa dipertahankan. Kesepakatan ini cukup

penting bagi Rusia, karena bagi Rusia cessation of hostilities dapat meastikan posisi

86 BBC News, Who are the Kurds? [Artikel Online] (15 Oktober 2019) diakses melalui https://www.bbc.com/news/world-middle-east-29702440 dilihat pada 8 Januari 2021.

87Arab Center for Research and Policy Studies, Geneva Round III: a Peace Process Strangled

at Birth (Doha: Assessment Report Policy Analysis Unit – ACRPS, Februari 2016) hlm. 1

88 Andrew S. Weiss and Nicole Ng, Collision Avoidance: Lessons from U.S. and Russian

Operations in Syria [Dokumen Online] (Carnegie Endowment for International Peace, Maret 2019)

hlm. 8. Diakses melalui https://carnegieendowment.org/files/Weiss_Ng_U.S.-Russia_Syria-final1.pdf

dilihat pada 7 Januari 2021.

55

yang kuat bagi Rusia di Suriah dan untuk mengamankan tempat untuk Assad di meja

perundingan.89

Diketahui bahwa sejak tahun 2016 Rusia telah memiliki agenda untuk menarik

mundur pasukannya dari Suriah, dan pada saat itu memang Rusia menarik mundur

beberapa pasukannya. Namun, jika cessation of hostilities ini tidak berjalan dengan

baik, Rusia harus mengirimkan kembali pasukannya ke Suriah, yang mana hal ini

memang benar-benar terjadi karena Rusia tidak pernah benar-benar menarik mundur

pasukannya dari Suriah secara permanen. 90

Setelah pembicaraan Intra-Suriah oleh PBB yang ke 3 atau Jenewa III

dilaksanakan, pembicaraan ini sempat terhenti selama satu tahun dari Februari 2016

hingga Februari 2017. Pada tahun 2017, pembicaraan Jenewa kembali dilaksanakan

sebanyak empat putaran. Sayangnya, proses Jenewa tidak pernah membuahkan hasil

yang memuaskan karena delegasi pemerintah Suriah gigih pada pendiriannya untuk

tidak membicarakan transisi politik. PBB sempat mengupayakan consultative

mechanism untuk menstimulasi diskusi antar-delegasi, namun proses Jenewa tetap

tidak menghasilkan terobosan apapun.

89 Ingrid Habets, Obstacles to a Syrian Peace: The Interference of interests (Brussels:

European View, 1 Juni 2016) hlm. 80. 90 Ingrid Habets, Obstacles to a Syrian Peace: The Interference of interests (Brussels:

European View, 1 Juni 2016) hlm. 80.

56

BAB III

ASTANA PEACE TALKS DAN POSISI RUSIA DALAM PEMBICARAAN

DAMAI SURIAH

Tulisan pada bab ini akan memberikan penjelasan terkait salah satu proses

perdamaian Suriah yang disebut dengan Astana Peace Talks dan posisi Rusia dalam

pembicaraan damai Suriah. Pembahasan akan dimulai dari pembentukkan Astana

Peace Talks oleh Rusia, Iran, dan Turki. Pada bagian selanjutnya peneliti akan

mengulas tantangan-tantangan yang menyebabkan Rusia berani mengambil risiko dan

tetap melanjutkan peran sebagai peace broker. Pada bagian akhir, peneliti akan

membahas posisi Rusia dalam pembicaraan damai Suriah secara keseluruhan.

Dengan penjelasan yang diurutkan secara sistematis, maka tujuan dari

penulisan bab ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh terkait Astana

Peace Talks dan kaitannya dengan strategi-strategi Rusia yang membawa dampak pada

posisinya di Suriah. Penjabaran ini dimaksudkan sebagai argumentasi awal untuk

menguatkan analisis kepentingan nasional Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriah

pada bab selanjutnya.

A. Astana Peace Talks Tahun 2017 - 2019

Astana Peace Talks merupakan salah satu dari serangkaian proses perdamaian

Suriah yang mengundang pihak-pihak pemerintah dan oposisi untuk menegosiasikan

57

masa depan Suriah. Forum ini dilaksanakan di ibu kota Kazakhstan, yaitu Astana91.

Pada 20 Desember 2016, Menteri Luar Negeri Iran, Turki, dan Rusia membuat

pernyataan bersama dalam rangka merevitalisasi proses politik dan mengakhiri konflik

Suriah.92 Pernyataan bersama tersebut adalah dampak dari Resolusi Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) 2254 93 yang menjadi instrumen hukum

internasional pertama yang mengusulkan dilakukannya resolusi langsung pada konflik

Suriah. Resolusi tersebut dijadikan dasar hukum bagi Rusia dan Turki untuk

mengajukan proposal lain mengenai upaya pembentukan proses politik yang

diperlukan dalam menyelesaikan konflik Suriah.

Setelah Rusia dan Turki mengajukan proposal pembicaraan damai Suriah

kepada PBB, Resolusi DK-PBB 233694 pun diadopsi pada tanggal 31 Desember 2016.

Resolusi ini membuka jalan bagi proses Astana Peace Talks dan dimulainya kembali

pembicaraan intra-Suriah di bawah naungan PBB yang sempat terhenti selama satu

tahun dari Februari 2016 hingga Februari 2017. Ibukota Astana dipilih sebagai lokasi

91 Pada bulan Maret tahun 2019, Pemerintah Kazakhstan memutuskan untuk mengganti nama

Ibukota Kazakhstan dari Astana menjadi Nur-sultan. Diakses melalui https://www.bbc.com/news/ 92 Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs, Joint Statement by Iran, Russia and Turkey

on agreed steps to revitalize the political process to end the Syrian conflict [Database online] (Turkey,

December 2016). Diakses melalui https://bit.ly/TurkeyRussiaIran dilihat pada 10 Juli 2020 93 United Nations Security Council, Resolution 2254 [Dokumen Online] (S/RES/2254, 2015).

Diakses melalui http://unscr.com/en/resolutions/doc/2254 dilihat pada 15 Maret 2020. 94 United Nations Security Council, Resolution 2336 [Dokumen Online] (S/RES/2336, 2016).

Diakses melalui http://unscr.com/en/resolutions/doc/2336 Dilihat pada 15 Maret 2020.

58

dilaksakannya pembicaraan damai karena dianggap sebagai wilayah yang netral bagi

semua pihak yang terlibat.95

Tujuan dari pembentukan Astana Peace Talks adalah sebagai katalisator

pembicaraan damai yang dilakukan PBB atau Geneva Intra-Syrian Meeting. Selama

beberapa tahun dilaksanakan, pembicaraan Jenewa Intra-Suriah ini tidak dapat

mencapai solusi politik yang diinginkan oleh pihak oposisi maupun pihak

pemerintah.96 Di sisi lain, awal pembicaraan Astana melambangkan pergeseran geo-

politik. Sementara, pembicaraan Jenewa dipelopori oleh Amerika Serikat dan kekuatan

Barat, pembicaraan Astana dipimpin oleh Rusia.97

Aktor-aktor yang terlibat dalam pembicaraan damai Astana adalah pihak

pemerintah, pihak oposisi, tiga negara penjamin yaitu Rusia, Iran, dan Turki, PBB yang

diwakili oleh utusan khusus, serta negara pengamat seperti Yordania dan AS. Terdapat

aktor dalam konflik Suriah yang tidak dilibatkan dalam pembicaraan ini, aktor tersebut

adalah kelompok-kelompok jihadis Islam yang disebut sebagai bagian dari organisasi

teroris oleh PBB. Kelompok-kelompok tersebut antara lain, Jabhat al-Nusra, dan

95 Sinem Cengiz, Assessing the Astana Peace Process for Syria: Actors, Approaches, and

Differences (Contemporary Review of the Middle East, SAGE Journals, 2020) hlm 8. 96 Douglas de Quadros Rocha, Isabela Souza Julio, dan Patrícia Graeff Machry, The Peace

Talks on The Syrian Conflict: Main Developments and Differences Between The Vienna (2015) And

Geneva iii (2016) Meetings (Boletim de Conjuntura Nerint, Porto Alegre Vol. 1 No. 1, July 2016) hlm.

91. 97 Gareth Porter, Obama’s Syria Policy and the Illusion of US Power in the Middle East [Artikel

Online] (Common Dreams, 9 Oktober 2016) Diakses melalui

https://www.commondreams.org/views/2016/10/09/obamas-syria-policy-and-illusion-us-power-

middle-east dilihat pada 10 Agustus 2020.

59

Islamic State. Kemudian, aktor lain yang tidak dilibatkan adalah perwakilan dari orang-

orang Kurdi atau Kurdistan Workers Party. 98

Putaran pertama pembicaraan damai Astana dilakukan pada tanggal 23 – 24

Januari 2017. Pihak Suriah yang datang mencakup dua belas faksi oposisi yang

dipimpin oleh Mohammed Alloush selaku pemimpin politik Jaysh al-Islam dan

delegasi pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Bashar Jaafari. Sedangkan, Delegasi

yang datang dari Rusia adalah Presiden Federasi Rusia untuk Suriah Alexander

Lavrentyev, direktur Departemen Timur Tengah dan Afrika Utara dari Kementerian

Luar Negeri Sergey Vershinin dan wakil kepala Operasi Utama Direktorat Stanislav

Gadzhimagomedov. Delegasi Turki dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Senad

Onal. Iran diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Hussein Jaberi Ansari. Atas nama

PBB, Utusan Khusus untuk Suriah, Staffan de Mistura, berpartisipasi dalam negosiasi.

Duta Besar AS untuk Kazakhstan George Krol juga menghadiri pembicaraan sebagai

pengamat. 99

Astana-1 memiliki tema International Meeting on Syrian Settlement dengan

agenda pembahasan mengenai rencana implementasi gencatan senjata di Suriah,

mekanisme pemantauan gencatan senjata, dan langkah-langkah untuk membangun

98 Tom Perry, Syrian Kurds, allies set to approve new government blueprint [Artikel Online]

(Reuters, 28 Desember 2016) Diakses melalui https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-

constitution-idUSKBN14H0X3?il=0 dilihat pada 10 Agustus 2020. 99 Ria Novosti, Talks in Astana to resolve the conflict in Syria [Artikel Online] (Ria.ru, Maret

2017) Diakses melalui https://ria.ru/20170503/1493513888.html dilihat pada 20 September 2020.

60

kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam pembicaraan damai Astana.100

Selama dua hari pembicaraan Astana berlangsung, Astana-1 sempat membuka diskusi

mengenai hukum dasar terkait proposal oposisi Suriah untuk rancangan konstitusi pada

perundingan Astana. Hasil dari Astana-1 adalah kesepakatan mengenai gencatan

senjata di Suriah. 101 Namun, pihak oposisi tidak menyetujui kesepakatan tersebut

karena tidak mau Iran menjadi bagian dari negara penjamin untuk mengawasi gencatan

senjata. Konflik Suriah yang juga erat kaitannya dengan konflik sektarian Sunni dan

Syiah ini membuat pihak oposisi sulit menerima peran Iran dalam proses

perdamaian.102 Sehingga, banyak pihak oposisi yang masih belum bisa menerima Iran

sebagai salah satu negara pengawas gencatan senjata.

Putaran kedua pembicaraan Astana atau Astana-2 dilaksanakan pada 15 – 16

Februari 2017. Namun, perwakilan pihak oposisi yang dipimpin oleh Mohammed

Alloush hanya datang pada hari kedua. Agenda pembahasan Astana-2 adalah mengenai

mekanisme pertukaran tahanan serta pertukaran tubuh orang-orang yang meninggal

saat perang. Hasil utama negosiasi putaran kedua adalah kesepakatan akhir tentang

pembentukan kelompok pemantau gencatan senjata di Suriah dengan partisipasi Iran,

100 Sinem Cengiz, Assessing the Astana Peace Process for Syria: Actors, Approaches, and

Differences (Contemporary Review of the Middle East, SAGE Journals, 2020) hlm 1-15. 101 Peace Agreement Access Tool, Joint Statement by Iran, Russia, Turkey on The

International Meeting on Syria in Astana, January 23-24, 2017. [Dokumen Online] Diakses melalui

https://www.peaceagreements.org/viewmasterdocument/2092 dilihat pada 20 September 2020.

102 Sinem Cengiz, Assessing the Astana Peace Process for Syria: Actors, Approaches, and

Differences (Contemporary Review of the Middle East, SAGE Journals, 2020) hlm 10.

61

Rusia, dan Turki.103 Meskipun ada keberatan dari delegasi oposisi Suriah mengenai

partisipasi Iran sebagai pemantau gencatan senjata, kepala delegasi, Mohammed

Alloush, menyuarakan keputusan agar kelompok gabungan Rusia, Iran, dan Turki

untuk memantau gencatan senjata dapat diadopsi dan diamankan dengan dokumen

yang sesuai.104

Putaran ketiga pembicaraan damai Astana dimulai pada 14 – 15 Maret 2017.

Pada awal Astana-3, pihak oposisi bersenjata Suriah telah memutuskan untuk tidak

mengirim perwakilan ke negosiasi. Alasan ketidakhadiran pihak oposisi adalah karena

mereka menganggap Rusia tidak ingin mengakhiri serangan udara terhadap warga sipil

di wilayah yang dikuasai pemberontak dan melanggar kesepakatan terkait dengan

cessation of hostilities yang di bentuk pada perundingan Jenewa III tahun 2016 lalu.105

Ketidakhadiran pihak oposisi menimbulkan hambatan bagi pembicaraan damai

Astana, bahkan gencatan senjata dapat berhenti total karena ketidakhadiran tersebut.

Pihak lain yang hadir pada Astana-3 berfokus pembahasan yang cukup sulit.

Pembahasan yang diangkat adalah mengenai penciptaan Komite Konstitusional dan

pengusungan topik baru yang tidak kalah penting, yaitu kemungkinan upaya

103 Lakshmi Priya, Astana Talks: A Prelude to Peace in Syria, IDSA Backgrounder, (November 2017) hlm. 4. Diakses melalui https://idsa.in/system/files/backgrounder/b_astana-talks-a-prelude-to-peace-in-syria_lpriya.pdf dilihat pada 30 Juni 2020. 104 Lakshmi Priya, Astana Talks: A Prelude to Peace in Syria, IDSA Backgrounder, (November

2017) hlm. 5. Diakses melalui https://idsa.in/system/files/backgrounder/b_astana-talks-a-prelude-to-

peace-in-syria_lpriya.pdf dilihat pada 30 Juni 2020. 105 Sam Heller, Geneva Peace Talks Won’t Solve Syria—So Why Have Them? [Artikel online]

(The Century Foundation, 30 Juni 2017) Diakses melalui https://tcf.org/content/report/geneva-peace-

talks-wont-solve-syria/?session=1 dilihat pada 20 September 2020.

62

konsolidasi oleh berbagai negara demi memulihkan monumen kuno Suriah yang

hancur yaitu situs Palmyra.106

Dari semua hasil pembicaraan damai Astana di tahun 2017, hasil perundingan

paling penting dan signifikan dihasilkan pada Astana-4 yang dilaksanakan pada 3 – 4

Mei 2017. Pada tanggal 4 Mei, Memorandum of Understanding107 untuk menetapkan

empat zona de-eskalasi di Suriah berhasil ditandatangani oleh representatif dari negara-

negara penjamin pembicaraan damai Astana: Dari Rusia, Perwakilan Khusus Presiden

untuk Penyelesaian Konflik Suriah, Alexander Lavrentiev. Dari Turki, Wakil Menteri

Luar Negeri untuk Timur Tengah dan Afrika, Sedat Onal. Dari Iran, Wakil Menteri

Luar Negeri untuk Urusan Arab dan Afrika, Hossein Jabery Ansari. Di dalam

memorandum tersebut juga tercantum mengenai security zone di sepanjang garis zona

de-eskalasi di Suriah. Security zone akan ditetapkan dengan pos pemeriksaan dan pos

pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya insiden yang tidak

diinginkan serta bentrokan militer antara pihak-pihak yang bertikai.

Gambar III.2. Peta Zona De-eskalasi Astana Peace Talks

106 RIA Novosti, Negotiations in Astana to resolve the conflict in Syria [Artikel Online] (3

Mei 2017) diakses melalui https://ria.ru/20170503/1493513888.html dilihat pada 20 September 2020. 107 The Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation, Memorandum on the creation

of de-escalation areas in the Syrian Arab Republic [Database Online] (6 Mei 2017) diakses melalui

https://www.mid.ru/en/web/guest/maps/sy/-/asset_publisher/9fcjSOwMERcf/content/id/2746041 dilihat pada 30 Agustus 2020.

63

Sumber: Al Jazeera 108

Di atas adalah pembagian zona dalam MoU zona de-eskalasi yang berlaku

efektif pada tanggal 5 Mei 2017. Daerah-daerah yang termasuk dalam zona de-ekalasi

adalah:

1. Zona 1: Provinsi Idlib, serta wilayah timur laut provinsi Latakia, wilayah barat

provinsi Aleppo, dan wilayah utara provinsi Hama. Ada lebih dari satu juta

warga sipil di zona ini dan faksi pemberontaknya didominasi oleh aliansi yang

terkait al-Qaeda.

108 Aljazeera, Syria’s ‘De-escalation Zones’ Explained [Artikel Online] (4 Juli 2017) Diakses

melalui https://www.aljazeera.com/news/2017/05/syria-de-escalation-zones-explained-

170506050208636.html dilihat pada 26 September 2020.

64

2. Zona 2: Wilayah Rastan dan Talbiseh di provinsi Homs utara. Ada sekitar

180.000 warga sipil di zona ini dan jaringan kelompok pemberontaknya

termasuk pejuang yang terkait dengan al-Qaeda.

3. Zona 3: Ghouta Timur di pedesaan Damaskus utara. Dikendalikan oleh Jaysh

al-Islam, sebuah faksi pemberontak yang kuat yang berpartisipasi dalam

perundingan Astana, itu adalah rumah bagi sekitar 690.000 warga sipil. Zona

ini tidak termasuk daerah Qaboun yang dikepung pemerintah yang berdekatan.

4. Zona 4: Bagian selatan yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan

dengan Yordania yang mencakup sebagian provinsi Deraa dan Quneitra.

Hingga 800.000 warga sipil tinggal di sana.109

Kesepakatan ini mengatur area di mana pemberontak dan pasukan pemerintah

harus menghentikan permusuhan, termasuk serangan udara, selama enam bulan

lamanya. Meskipun pada MoU hanya tercantum enam bulan, kesepakatan ini dapat

diperpanjang secara otomatis. Pada titik ini diyakini bahwa lebih dari 2,5 juta orang

tinggal di zona-zona tersebut. Selama diberlakukannya kesepakatan ini Rusia akan

terus terbang di atas wilayah-wilayah yang disepakati untuk memantau jalannya

kesepakatan zona de-eskalasi.

Pemerintah Suriah diharuskan untuk memberi izin bantuan kemanusiaan masuk

ke daerah-daerah yang dikuasai oleh pihak oposisi, dan layanan publik seperti listrik

109 Ramnath Reghunadhan, The Impact of “De-escalation” Zones in Syria [Artikel Online]

(Centre for Air Power Studies (CAPS), 29 Mei 2017) Diakses melalui www.capsindia.org dilihat pada

23 September 2020.

65

dan air juga harus kembali dipulihkan, termasuk pada titik di mana sebelumnya sumber

air dan listrik sempat terputus. Di dalam kesepakatan tersebut juga disebutkan bahwa

pihak oposisi akan diminta untuk memerangi Islamic State dan Jabhat al-Nusra yang

bukan bagian dari proses perdamaian.110

MoU Zona De-eskalasi menghadapi sejumlah tantangan, terutama mengenai

penerimaan oleh pemerintah Suriah dan pihak oposisi yang menghadiri pembicaraan

Astana-4. Kelompok oposisi memilih untuk meninggalkan pembicaraan pada saat

MoU dibicarakan pada tanggal 3 Mei 2017, hal ini dilakukan untuk memprotes apa

yang mereka sebut sebagai heavy bombing yang terjadi sehari sebelum Astana-4

dilaksanakan. Pihak oposisi Suriah yakin bahwa ada pihak dalam pembicaraan Astana

yang menjadi dalang dari penjatuhan sejumlah bom barel melalui helikopter-helikopter

di sekitar kota al Latamena, pinggiran barat laut Hama, yang mengakibatkan tewasnya

warga sipil. Kota itu berada di bawah kendali faksi oposisi senjata pada saat serangan

terjadi. 111 Kesepakatan zona de-eskalasi tidak ditandatangani oleh pihak oposisi

ataupun pemerintah Suriah, karena keduanya merasa terlalu banyak loopholes bagi

pemerintah Suriah untuk terus membombardir daerah sipil, dan Pemerintah tidak ingin

110 Aljazeera, Syria’s ‘De-escalation Zones’ Explained [Artikel Online] (4 Juli 2017) Diakses

melalui https://www.aljazeera.com/news/2017/05/syria-de-escalation-zones-explained-

170506050208636.html dilihat pada 26 September 2020. 111 Syrian Network for Human Rights, The Syrian Regime Has Dropped Nearly 70,000 Barrel

Bombs on Syria (Assessment Report, 25 Desember 2017) hlm. 19.

66

pihak oposisi memiliki kesempatan untuk menduduki wilayah manapun walaupun

hanya bersifat sementara.112

B. Hasil Pembicaraan Damai Astana

1. Dua Belas Prinsip Dasar Pembentukan Komite Konstitusional

Pada akhir Januari 2018, Konferensi Sochi yang dilangsungkan pada akhir

Januari 2018 menghasilkan 12 prinsip yang mendasari pembentukan Komite

Konstitusional113 di Jenewa pada Oktober 2019. Dua belas prinsip yang dihasilkan juga

termasuk komitmen bahwa dinas keamanan Suriah akan bertanggung jawab secara

demokratis, dan bahwa masyarakat Suriah memiliki hak untuk menentukan masa depan

negaranya sendiri. Semua upaya perdamaian akan terus didukung oleh Kementerian

Kazakhstan. 114

2. Dokumen Pembebasan Tahanan, Penyerahan Mayat, dan Identifikasi

Orang Hilang

Pada Astana-8 tahun 2017, dihasilkan dokumen mengenai ‘Peraturan tentang

Kelompok Kerja, tentang Pembebasan Tahanan atau Penculikan dan tentang

112 Anne Barnard dan Rick Gladstone, Russia Reaches Deal for Syria Safe Zones, but Some

Rebels Scoff [Artikel Online] (The New York Times, 4 Mei 2017) Diakses melalui

https://www.nytimes.com/2017/05/04/world/middleeast/russia-iran-turkey-syria-de-escalation-

zones.html?smpr&_r=0 dilihat pada 5 April 2020. 113 The Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation, Final statement of the Congress

of the Syrian national dialogue [Database Online] (Sochi: 30 Januari 2018) diakses melalui

https://www.mid.ru/en/web/guest/maps/sy/-/asset_publisher/9fcjSOwMERcf/content/id/3046246

dilihat pada 30 Agustus 2020. 114 Jennifer Cafarella with Jason Zhou, Russia’s Dead-end Diplomacy in Syria [Laporan

Online] (ISW Reports, November 2019) diakses melalui

http://www.understandingwar.org/sites/default/files/ISW%20Report%20-

%20Russia%E2%80%99s%20Dead-End%20Diplomacy%20in%20Syria%20-

%20November%202019.pdf dilihat pada 30 Agustus 2020.

67

penyerahan orang-orang yang meninggal, serta tentang identifikasi orang hilang’.115

Keberlanjutan dari dokumen tersebut adalah kegiatan di mana Astana menjadi tuan

rumah pertemuan pertama Kelompok Kerja Pertukaran Tahanan, Pemindahan Jenazah

dan Pencarian Orang Hilang pada Maret 2018. Astana juga berhasil melaksanakan

pertukaran tahanan pada bulan Februari, April dan pada kesempatan lain di tahun 2018.

Pertukaran ini dilakukan oleh Kelompok Kerja yang terdiri dari Rusia, Iran, Turki,

PBB, dan Komite Palang Merah atau ICRC. Dihitung dari 31 Juli 2019, jumlah tahanan

yang berhasil dibebaskan adalah 110 orang.116

3. Deklarasi untuk Melarang Penggunaan Senjata Kimia pada Astana-11

Pada bulan November 2018 di Astana-11, para pihak yang hadir mengadakan

pertemuan bilateral dan trilateral untuk menyepakati deklarasi final Astana-11 yang

berisi pelarangan penggunaan senjata kimia dan mendesak penyelidikan oleh

Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) atas dugaan

penggunaannya dalam perang saudara Suriah. 117 Sebagai pihak dalam Chemical

Weapons Convention, Suriah mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan semua

senjata kimia dan menyangkal segala tuduhan yang mengenai penggunaan senjata

115 Republic of Turkey: Ministry of Foreign Affairs, , Press Release regarding the Conclusions

of the 8th High Level Astana Meeting No: 396 [Database Online] (22 December 2017) Diakses melalui

http://www.mfa.gov.tr/no_-396_-sekizinci-yuksek-duzeyli-astana-toplantisinin-sonuclari-hk_en.en.mfa dilihat pada 30 Agustus 2020.

116 United Nations Meetings Coverage and Press Releases, Security Council Failing Thousands

of People Detained [Database Online] (United Nations: Agustus 2019) Diakses melalui

https://www.un.org/press/en/2019/sc13913.doc.htm dilihat pada 20 Agustus 2020. 117 Selen Temizer, 11th round of Syria peace talks ends in Astana [Artikel Online] (29

November 2018) Diakses di https://www.aa.com.tr/en/middle-east/11th-round-of-syria-peace-talks-

ends-in-astana-/1325005 dilihat pada 30 Agustus 2020.

68

kimia di Suriah. Pemerintah Suriah juga memperingatkan akan keterlibatan organisasi

teroris dalam konflik di negaranya sehingga senjata pemusnah massal tersebut sangat

mungkin dipakai oleh kelompok teroris.118

Perjalanan pembicaraan damai Astana pada tahun 2019 pun berlanjut, akan

tetapi tahun 2019 merupakan tahun dimana pembicaraan ini menjadi hening. Hal ini

terjadi karena beberapa agenda dalam Astana Peace Talks telah tercapai, seperti

pembentukan Komite Konstitusional Suriah oleh PBB yang telah behasil disepakati

pada 30 Oktober 2019 di Jenewa, pemulangan tahanan dan orang-orang hilang yang

beberapa kali dilakukan oleh pihak oposisi dan pemerintah, dan kesepakatan zona de-

eskalasi yang masih berlanjut hingga saat ini.

Pada Astana-14 yang dilaksanakan pada 10 – 11 Desember 2019, delegasi yang

hadir menyatakan kepuasannya atas pembentukan Komite Konstitusi Suriah yang

terdiri dari pihak oposisi, masyarakat sipil, dan anggota rezim.119 Komite Konstitusi

Suriah ini mulai bekerja pada 20 November di Jenewa dan di fasilitasi oleh PBB.

Sedangkan, Astana Peace Talks di tahun 2019 memiliki agenda yang menyoroti

rekonstruksi120 untuk Suriah dan penegasan kembali komitmen yang dimiliki oleh

118 United Nations Meetings Coverage and Press Releases, Raising Alarm over Possible Space

Wars [Database Online] (United Nations: 24 Oktober 2018) Diakses melalui

https://www.un.org/press/en/2018/gadis3609.doc.htm dilihat pada 30 Agustus 2020. 119 Sena Güler, 14th round of Syria talks discusses latest developments [Artikel Online] (11

Desember 2019) Diakses melalui https://www.aa.com.tr/en/middle-east/14th-round-of-syria-talks-

discusses-latest-developments/1670867 dilihat pada Juni 2020. 120 Simon Speakman Cordall, Astana talks achieve mixed results although crucial issues

broached [Artikel Online] (The Arab Weekly, 3 Agustus 2019) Diakses melalui

https://thearabweekly.com/astana-talks-achieve-mixed-results-although-crucial-issues-broached dilihat

pada 30 Agustus 2020.

69

delegasi-delegasi yang terlibat dalam Astana Peace Talks. Pembahasan mengenai

rekonstruksi menjadi cukup intens pada tahun 2019 untuk menindaklanjuti dampak

dari setiap peperangan yang terjadi di seluruh penjuru Suriah. Kemudian, tidak ada

pernyataan press atau pernyataan dari negara penjamin bahwa Astana Peace Talks

sudah sampai pada titik akhir dan telah ditutup. Setelah tahun 2019, tidak ada

pembicaraan damai mengenai Suriah yang terjadi baik di forum Astana Peace Talks

maupun di forum Intra-Suriah PBB.

C. Tantangan dan Posisi Rusia selama Pembicaraan Damai Astana Tahun

2017 - 2019

Sejak awal konflik Suriah, Rusia telah memiliki kecenderungan untuk

mendukung rezim Assad dan menjalin kerja sama dengan aktor-aktor regional untuk

memastikan Assad tetap menjabat sebagai presiden Suriah. Tingkat komitmen paling

tinggi Rusia untuk melindungi kepentingannya di Suriah adalah pada intervensi militer

yang ia lakukan pada Oktober 2015. Setelah intervensi militer yang dilakukannya,

proses perdamaian Suriah mulai didominasi oleh strategi Rusia, di mana Rusia berhasil

menginisiasi Astana Peace Talks yang menghasilkan kesepakatan zona de-eskalasi

pada tahun 2017 dan menekan konflik di Suriah. Dalam jangka pendek, kesepakatan

ini membuat pihak oposisi menerima zona de-eskalasi dan perlahan menerima rezim

Assad, sehingga kemarahan pihak oposisi akan teralihkan hanya kepada kelompok

jihadis Islam. Kesepakatan zona de-eskalasi tidak akan berlaku bagi kelompok Jihadis

Islam sehingga pemerintah dapat menyerang wilayah tertentu dengan alasan melawan

70

terorisme.121 Akan tetapi, kehadiran Rusia di Suriah juga disertai dengan berbagai

tantangan. Sehingga, kejelasan posisi Rusia di awal konflik mulai diwarnai dengan

ambiguitas yang menantang kredibilitas Rusia sebagai peace broker di Suriah.

1. Pertumbuhan Ekonomi Rusia yang Tidak Stabil pada Awal Pelaksanaan

Astana Peace Talks

Prioritas kebijakan luar negeri Rusia terhadap Suriah terdiri dari

peningkatan pengaruhnya dengan membangun kemitraan, meningkatkan citra

internasional, dan integrasi Rusia yang lebih besar ke dalam dunia dan

ekonomi global untuk kemajuan modernisasi, terutama setelah menurunnya

pengaruh internasional Rusia dalam beberapa dekade terakhir.122 Pada tahun

2014 – 2015, perekonomian Rusia dilanda krisis mata uang, yang

menyebabkan depresiasi mata uang Rusia – Russian Ruble (RUR) – lebih dari

setengah. Krisis ini disebabkan oleh kombinasi faktor ekonomi dan geopolitik

yaitu penurunan harga minyak yang tajam di dunia Internasional. Minyak

adalah barang ekspor utama Rusia dan saat itu konflik dengan Ukraina

(aneksasi Krimea) mengakibatkan AS dan Uni Eropa memberikan sanksi

ekonomi terhadap Rusia.123

121 Raymond Hinnebusch, The Battle over Syria’s Reconstruction (Global Policy Vol. 11

Issue 1, 2020) hlm. 115. 122 Faith Olanrewaju dan Segun Joshua, The Diplomatic Dimensions of the Syrian Conflict

(Nigeria: Jadavpur Journal of International Relations, Volume 19 No. 1, SAGE Publications, 2015)

Hlm. 50. 123 Marek Dabrowski and Antoine Mathieu Collin, Russia’s Growth Problem [Jurnal Online]

(Policy Contribution Issue No.4, Februari 2019) hlm.2 Diakses melalui https://www.bruegel.org/wp-

content/uploads/2019/02/PC-04_2019.pdf dilihat pada 4 Oktober 2020.

71

Pada tahun 2015 ketika Rusia memutuskan untuk melakukan intervensi

militer, perekonomian Rusia sedang mengalami resesi. Angka GDP riil (Gross

Domestic Product) Rusia turun hingga 2.5 persen di tahun 2015 dan tambahan

0.2 persen ditahun 2016.

Diagram III.C.1 GDP Riil Rusia [Presentase Pertahun]124

Memasuki tahun 2017, GDP Rusia mulai pulih. Pada tahun 2017,

pertumbuhan PDB rill mencapai 1,6%, 2018 menjadi 2,3%. Menurut World

Economic Outlook (WEO) dari Dana Moneter Internasional (IMF),

pertumbuhan GDP Rusia tidak akan melebihi 2% setiap tahunnya hingga

2024, berbeda dengan perkembangan GDP yang sempat dinikmati Rusia pada

tahun 1999 hingga 2008. Tentunya hal ini tampak mengecewakan bagi negara

124 Marek Dabrowski and Antoine Mathieu Collin, Russia’s Growth Problem [Jurnal Online]

(Policy Contribution Issue No.4, Februari 2019) hlm.3 Diakses melalui https://www.bruegel.org/wp-

content/uploads/2019/02/PC-04_2019.pdf dilihat pada 4 Oktober 2020.

72

berpenghasilan menengah yang masih harus menempuh jalan panjang untuk

mengejar penghasilan yang jauh lebih tinggi lagi.125

Melalui grafik di atas, kita dapat melihat bahwa pada tahun 2016

keadaan GDP Rusia masih tidak stabil jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Memasuki tahun 2017, Rusia masih dalam tahap recovery dari

sanksi ekonomi yang diberikan AS dan negara-negara Barat atas krisis Ukraina

dan aneksasi Krimea. Sehingga, hal tersebut menjadi salah satu tantangan bagi

Rusia jika ia tetap ingin terlibat dalam konflik Suriah sebagai peace broker.

Karena di masa depan, Rusia harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa

pada akhirnya konflik Suriah akan sampai pada titik pembahasan rekonstruksi.

Ketika saat itu tiba, rezim Assad tentu akan meminta bantuan Rusia untuk

membantunya dalam program rekonstruksi. Biaya rekonstruksi tentunya tidak

sedikit, bahkan PBB pernah menyatakan bahwa biaya rekonstruksi Suriah

akan mencapai $260 milyar hingga $400 milyar. 126 Dalam penelitian

mengenai data perekonomian Rusia, terutama data investasi Rusia di

pembicaraan damai, peneliti menjumpai keterbatasan data. Namun, peneliti

memiliki pendapat bahwa ada biaya yang diinvestasikan dalam forum

125 Marek Dabrowski, Factors determining Russia’s long-term growth rate [Artikel Online]

(Moscow: Russian Journal of Economics Vol. 5, Voprosy Ekonomiki N.P., 20 Desember 2019) diakses

melalui https://rujec.org/article/49417/ dilihat pada 4 Oktober 2020.

126 Julien Barnes-Dacey, Chapter 3: Geo-Politics of Reconstruction: Who Will Rebuild Syria

and Pay for It? (Italy: Rebuilding Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September 2019)

hlm. 61

73

pembicaraan damai Astana yang menjadi beban baru bagi perekonomian Rusia

yang saat ini tidak stabil.

2. Hubungan Rusia dan Turki yang Penuh Ambivalensi Selama Periode

Astana Peace Talks

Sepanjang tahun 2000-an, Rusia dan Turki tidak pernah

mengembangkan hubungan yang dekat dan stabil. Rusia dan Turki awalnya

berada di pihak yang berbeda dalam konflik Timur Tengah, di mana Rusia

mendukung rezim dan Turki mendukung pihak-pihak oposisi. Perbedaan

tersebut menyeret keduanya pada krisis serius pada tanggal 24 November

2015, ketika jet tempur F-16 Turki menembak jatuh sebuah jet tempur SU-24

Rusia yang melanggar wilayah udara Turki di dekat perbatasan Suriah. Hingga

tujuh bulan berikutnya, hubungan politik, ekonomi, dan budaya antara kedua

negara hampir sepenuhnya beku.127

Pada akhir tahun 2016, Turki yang sudah meminta dan mendapatkan

dukungan dari NATO, tetap menawarkan “permintaan maaf” – yang dinilai

ambivalen – kepada pihak Rusia. Sehingga Rusia dan Turki pun melakukan

sejumlah normalisasi dalam hubungan bilateral. Keduanya berada di pihak

yang sama pada Astana Peace Talks. Melalui Astana Peace Talks, Turki

127 Zeinab Ahmed, Russian Role in Syria in the Light of its Strategy Towards the Middle East

(Eurasian Journal of Social Sciences Vol. 6 No. 3, 2018) hlm. 45.

74

merubah prioritasnya secara bertahap sampai pada titik di mana Turki tampak

tidak lagi menginginkan Assad untuk mundur dari jabatannya.128

Hubungan yang sempat terevitalisasi antara keduanya pada tahun 2016

mulai dilanda goncangan lagi pada tahun 2018. Rusia dan Turki terlibat dalam

kesepakatan Idlib atau Idlib Memorandum pada bulan September 2018129

untuk mencegah serangan darat dengan membentuk zona demiliterisasi di

daerah yang dikuasai pihak oposisi. Selama beberapa bulan terakhir tahun

2018, ketentuan-ketentuan dalam memorandum telah berulang kali dilanggar,

Menurut Syrian Observatory for Human Rights pemboman dan bentrokan

sporadis menewaskan hampir 500 warga Sipil. Pasukan Turki juga menjadi

sasaran dalam dua insiden terpisah pada awal Mei 2019.

Pada Astana-12 tanggal 25 – 26 April 2019, Rusia meminta Turki untuk

mendorong pembentukan Komite Konstitusional bersama dengan rezim Assad

dan pihak oposisi untuk memajukan pembicaraan damai Suriah, tetapi

kesepakatan tidak pernah tercapai karena keengganan salah satu pihak. Dari

data tersebut terlihat bahwa Turki tidak lagi melihat kedekatannya dengan

128 Dimitar Bechev, Russia and Turkey: the promise and the limits of partnership, Russia’s

Return to the Middle East Building Sandcastles? (Chaillot Paper no.146, Juli 2018) hlm. 95. 129 Tulay Karadeniz dan Suleiman Al-Khalidi, Syria's Idlib spared attack, Turkey to send in

more troops [Artikel Online] (Reuters: 18 September 2018) Diakses melalui

https://web.archive.org/web/20181203052807/https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-

rebels/syrias-idlib-spared-attack-turkey-to-send-in-more-troops-idUSKCN1LY0T9 dilihat pada 4

September 2020.

75

Rusia menghasilkan banyak keuntungan, Turki tidak banyak membantu

pembicaraan Astana selama tahun 2019.130

Faktor-faktor dan ambiguitas yang terus hadir dalam hubungan Turki

dan Rusia hanya menjanjikan eskalasi konflik dan ketidakpastian lebih lanjut

di wilayah Suriah. Aktor-aktor internasional mengetahui bahwa Turki

memiliki kepentingan untuk membangun zona aman di Suriah bagian Utara

untuk kembali menempatkan pengungsi Suriah yang sebelumnya banyak

melintasi perbatasan dan mengungsi di Turki. Rusia melihat kepentingan

Turki yang tidak didukung oleh AS karena AS tetap menyediakan dana bagi

PYD (Democratic Union Party) dan YPG (Yekîneyên Parastina Gel) dan

mengesampingkan kepentingan Turki.131

130 Joe Macaron, Are Russia and Turkey making deals or parting ways in Syria?[Artikel

Online] (Al-Jazeera: 16 Mei 2019) diakses melalui https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/russia-

turkey-making-deals-parting-ways-syria-190515163715038.html dilihat pada 4 September 2020. 131 Valeria Talbot, Chapter 4: Turkey in Syria: Role, Interests and Challenges (Italy:

Rebuilding Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September 2019) hlm. 90

76

Gambar III.3. Peta Safe Zone Turki di Suriah

Sumber: Foreign Policy132

Melalui gambar di atas, dapat dilihat perbatasan antara Suriah dan

Turki, di mana pada perbatasan tersebut Turki berencana membangun safe

zone untuk masyarakat Suriah yang mencari suaka. Sehingga, tidak ada lagi

pencari suaka yang melintasi perbatasan dan mencari suaka di Turki.

Kemudian, pada tahun 2016 Rusia menerima permintaan maaf yang

ditawarkan oleh Turki atas tertembaknya pesawat tempur SU-24 milik Rusia

dan melakukan normalisasi hubungan bilateral dengan Turki dengan memberi

Turki kebebasan untuk melakukan operasi militer di wilayah yang

132 BBC News, Turkey's Syria offensive explained in four maps [Artikel Online] (14 Oktober

2019) diakses di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-49973218 dilihat pada 4 Oktober

2020.

77

mayoritasnya ditinggali oleh orang-orang Kurdi, operasi tersebut adalah

Euphrates Shield di Aleppo Utara dan operasi militer Olive Branch di Afrin.

Hal ini dilakukan agar Rusia dapat mengambil kembali wilayah yang

sebelumnya telah di tempati oleh orang-orang Kurdi dan mengendalikan

wilayah tersebut. 133 Sehingga dapat dikatakan, meskipun Turki – Rusia

memiliki hubungan yang tidak baik, Rusia masih dapat melihat peluang dalam

kepentingan Turki di Suriah yang dapat menstimulasi strategi Rusia di Suriah.

Inilah yang menyebabkan Rusia berani mengambil risiko dan menjadi partner

Turki dalam Astana Peace Talks pada tahun 2017.

3. Partisipasi Pihak Oposisi yang Tidak Menentu di Dalam Astana Peace

Talks

Pada beberapa putaran awal Astana Peace Talks, diketahui bahwa

sering kali pihak oposisi tidak hadir dalam pembicaraan damai.134 Beberapa

faktor yang menyebabkan ketidakhadiran ini adalah partisipasi Iran sebagai

negara penjamin, tidak adanya agenda untuk melakukan transisi politik yang

menargetkan turunnya Assad dari pemerintahan Suriah, dan adanya pihak di

133 Pada tahun 2019, orang-orang Kurdi menyatakan bahwa mereka siap untuk bekerja sama

dengan rezim Assad dan Rusia, sehingga strategi Rusia untuk mengendalikan populasi orang-orang

Kurdi mulai menemui titik terang. Mazloum Abdi, If We Have to Choose Between Compromise and

Genocide, We Will Choose Our People, [Artikel Online] (Foreign Policy, 13 Oktober 2019) Diakses

melalui https://foreignpolicy.com/2019/10/13/kurds-assad-syria-russia-putin-turkey-genocide/ dilihat

pada 16 Oktober 2020. 134 RIA Novosti, The second day of talks on Syria: the opposition did not come dispensed with

it [Artikel Online] (13 Maret 2017) diakses melalui https://ria.ru/20170315/1490118708.html dilihat

pada 16 October 2020.

78

dalam pembicaraan damai Astana yang melakukan serangan terhadap wilayah

yang diduduki oleh pihak oposisi tepat sebelum pembicaraan damai dimulai.

Dengan adanya pertentangan dan tekanan yang Rusia dapatkan, akhirnya

Rusia memutuskan untuk meminta pertolongan pada Commonwealth of

Independent States (CIS) untuk menyediakan pengamat militer untuk

memantau zona de-eskalasi yang telah disepakati oleh negara-negara penjamin

pada Astana-4 tahun 2017.

Dalam sebuah wawancara pada 7 Desember 2016, Bashar al-Assad

pernah mengatakan bahwa ia berencana untuk membebaskan seluruh Suriah

dan mengabaikan Komunike Jenewa yang dibuat pada tahun 2012, yang mana

Komunike ini masih didukung oleh Rusia. Bahkan setelah kekalahan pihak

oposisi di wilayah-wilayah Suriah, Assad terus mencap semua oposisi sebagai

teroris dan menyerukan penghapusan penuh terorisme di seluruh wilayah

Suriah. Kepala delegasi Pemerintah Suriah, Bashar al-Jaafari, yang

berkontribusi dalam pembicaraan intra-Suriah dan disponsori oleh Rusia di

Moskow pada bulan Januari dan April 2015, selalu menyebut perwakilan

oposisi sebagai "teroris,". Jafaari juga melakukan hal yang sama di Astana,

menyambut pihak oposisi sebagai "kelompok teroris bersenjata" dalam sesi

pembukaan. Sebaliknya, Rusia secara konsisten menekankan perlunya

memperluas dan memperkuat gencatan senjata nasional dan keterlibatan

kembali dalam pembicaraan damai. Rusia selalu memandang pihak oposisi

sebagai pihak oposisi moderat, dan menyebut pihak oposisi hanya sebagai

79

pihak oposisi bersenjata, bukan kelompok teroris bersenjata seperti yang

dikatakan oleh pemerintah Suriah.

Itulah upaya-upaya kecil Rusia untuk menunjukan kepada pihak oposisi

bahwa Rusia merupakan pihak yang dapat dipercaya, terutama di meja

perundingan. Sebagai negara penjamin dalam proses perdamaian, suatu negara

memang harus berada di posisi paling netral. Tidak ada ketentuan tertulis

mengenai netralitas suatu negara penjamin di dalam pembicaraan Astana. Hal

yang paling mendasar dalam pelaksanaan Astana Peace Talks adalah

pemilihan lokasi yang netral bagi semua pihak. Sehingga, yang terpilih sebagai

lokasi netral adalah kota Astana di Kazakhstan.135 Karena tidak ada syarat

khusus bagi Rusia untuk terlibat dalam Astana Peace Talks, Rusia harus

melakukan upaya-upaya pendekatan pada pihak oposisi.

Apabila Rusia tidak melakukan pendekatan dengan pihak oposisi di

Suriah, maka keberhasilan Astana Peace Talks dalam mencapai kesepakatan

akan menipis. Selain itu, kesempatan Rusia untuk mencegah pertambahan

foreigh fighters dari Chechnya – salah satu wilayah federasi Rusia yang

mayoritas adalah Muslim – juga akan semakin berkurang.136 Karena melalui

135 France24, Syria: the Astana peace process [Artikel Online] (2018) diakses melalui

https://www.france24.com/en/20180905-syria-astana-peace-process dilihat pada 8 Januari 2021.

136 John W. Parker, Putin’s Syrian Gambit: Sharper Elbows, Bigger Footprint, Stickier Wicket

[Laporan Online] (Washington: Institute for National Strategic Studies Strategic Perspectives, No. 25,

National Defense University Press, Juli 2017) hlm. 5 Diakses melalui

https://inss.ndu.edu/Portals/68/Documents/stratperspective/inss/Strategic-Perspectives-25.pdf dilihat

pada 3 Oktober 2020.

80

Astana Peace Talks, Rusia memiliki kesempatan untuk bernegosiasi atau

berbicara dengan kelompok-kelompok oposisi.

4. Posisi Rusia Sebagai Peace Broker yang Berpotensi Merugikan Hubungan

antara Rusia dan Suriah

Tantangan-tantangan yang telah disebutkan sebelum ini, menjadikan posisi

Rusia di Suriah tidak terlihat jelas seperti awal keterlibatan Rusia di Suriah pada

tahun 2015, di mana Rusia mendukung rezim Assad dengan gencar. Astana Peace

Talks sebagai katalisator pembicaraan damai PBB juga tidak bisa dibilang selalu

berjalan dengan mulus, melihat begitu banyak hambatan dari pihak oposisi dan juga

rekan-rekan negara penjamin didalamnya. Sulit bagi Rusia untuk selalu bisa

merangkul semua pihak secara adil. Meskipun begitu, Rusia tetap bersikeras untuk

menjadi negara penjamin pada proses perdamaian Astana dan berpartisipasi aktif

selama tiga tahun pembicaraan ini berlangsung (2017 – 2019).

Kemungkinannya sangat kecil bagi Astana Peace Talks untuk benar-benar

dapat menciptakan kondisi damai di Suriah. Justru sebaliknya, kehadiran banyak

aktor yang mencoba untuk memonopoli program perdamaian di Suriah hanya akan

menghasilkan pertentangan-pertentangan. Hal ini pun akan semakin memengaruhi

hubungan Rusia dengan Suriah, di mana perubahan sikap Rusia semakin terlihat

seiring berjalannya waktu.

Sebelum memasuki tahun 2019, Rusia dan Suriah sudah pernah memiliki

pandangan yang berbeda mengenai pembentukkan Komite Konstitusional Suriah

81

dalam forum Astana Peace Talks. Alexander Lavrentyev selaku delegasi Rusia

untuk Suriah menyatakan bahwa Astana Peace Talks memiliki agenda untuk

menciptakan Komite Konstitusional di Suriah. Tujuan dari pembentukan Komite

Konstitusional ini adalah untuk mengembangkan konstitusi Suriah yang lebih

melibatkan partisipasi masyarakat luas dan memberikan dorongan untuk

pertimbangan seluruh jajaran penyelesaian politik di Suriah di bawah naungan PBB

di Jenewa.137 Dalam hal ini, awalnya Suriah tidak menyetujui pembentukan

Komite Konstitusional, namun pada akhirnya Komite Konstitusional tetap terbentuk

pada tanggal 30 Oktober 2019 di Jenewa karena agenda tersebut merupakan agenda

Astana Peace Talks sejak awal tahun 2017.

Hubungan antara Rusia dan Suriah menjadi semakin kompleks saat memasuki

fase pasca-konflik. 138 Belakangan ini, Rusia sangat aktif melakukan upaya

rekonstruksi yang didukung oleh kekuatan internasional dan regional. Pada Astana

putaran ke-13 tanggal 1 – 2 Agustus 2019, Utusan Khusus Rusia untuk Suriah,

Alexander Lavrentiev, menjelaskan bahwa rekonstruksi awal Suriah, termasuk

infrastruktur dasar seperti fasilitas energi dan air, sekolah, rumah sakit, dan gedung

administrasi sedang dalam perencanaan. Lavrentiev juga menyatakan bahwa

program rekonstruksi membutuhkan dana sehingga Rusia berharap dapat

137 Nikolay Kozhanov, Why is Syria so Important? Moscow’s Vision of its Tasks in Syria Prior

to the Beginning of Russian Military Deployment [Jurnal Online] (Russia and the Syrian Conflict,

Gerlach Press, 2016) Diakses melalui http://www.jstor.org/stable/j.ctt1hj9wjf.1 dilihat pada 5 April

2020. 138 Indikator pasca-konflik yang digunakan pada penelitian ini adalah agenda-agenda Astana

Peace Talks yang sudah memasuki agenda rekonstruksi pada tahun 2019.

82

melibatkan kekuatan dunia dan organisasi internasional terkemuka, termasuk

Lembaga swadaya masyaraka. Sehingga, Rusia jelas-jelas ingin mendapatkan

bantuan dana dari negara-negara Barat dan kekuatan besar Timur Tengah dalam hal

rekonstruksi. Akan tetapi, hal ini sangat bertentangan dengan rezim Assad.

Pemerintah Suriah tidak sepenuhnya sepakat dengan elemen-elemen

rekonstruksi. Misalnya saja, Pemerintah keberatan jika targetnya di kemudian hari

adalah menerima kembali para pengungsi ke tanah air Suriah. Assad nampaknya

khawatir dengan pengungsi yang kembali untuk membangun kembali negara.

Menurutnya, pengungsi hanya akan menjadi beban bagi keuangan publik dan para

pengungsi dapat menjadi sumber oposisi baru. Bashar al-Assad telah menyatakan

bahwa ia ingin Suriah setelah konflik memiliki masyarakat yang bersifat “healthier

and more homogeneous society” atau masyarakat yang homogen. Dengan kata lain,

rezim melihat upaya rekonstruksi yang adil hanya akan menimbulkan ancaman

baru.139

Memasuki tahun 2019, Rusia mulai mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

bertentangan dengan rezim Assad. Setelah disahkannya Komite Konstitusional

Suriah oleh PBB pada akhir tahun 2019, kita memasuki fase di mana kebijakan

Rusia banyak mendapat tentangan dari pemerintah Assad terutama dalam hal

rekonstruksi Suriah. Melalui pertentangan ini, perbedaan mendasar di antara

139 Julien Barnes-Dacey, Chapter 3: Geo-Politics of Reconstruction: Who Will Rebuild Syria

and Pay for It? (Italy: Rebuilding Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September 2019)

hlm. 62

83

keduanya pun terlihat, di mana prioritas rezim adalah untuk menjaga kendali di

lapangan dan menyalurkan pembangunan hanya melalui negara-negara aliansi

selama ini seperti Rusia dan Iran. Sedangkan, Rusia ingin menggunakan prospek

rekonstruksi untuk mengamankan pengakuan Barat atas beberapa keberhasilan dan

status Rusia sebagai pemegang pengaruh terbesar di Suriah. Alasan itu yang menjadi

pendorong utama kebijakan Rusia di Suriah walaupun banyak tantangan yang

dihadapi.140

Pertentangan mengenai pembentukkan Komite Konstitusional dan program

rekonstruksi Suriah juga menunjukan bahwa pengaruh Rusia atas pemerintah Assad

sesungguhnya lebih terbatas daripada yang diperkirakan secara umum. Rusia juga

masih harus meyakinkan Assad mengenai bantuan dari aktor internasional lain

untuk merekonstruksi Suriah pasca-konflik.141 Melalui beberapa data di atas, terlihat

bahwa dalam jangka panjang strategi Rusia di Suriah tidak akan baik hasilnya.

Pertentangan di antara keduanya memunculkan sikap dualitas dari Rusia yang

perlahan akan mengorbankan beberapa keuntungan yang sebelumnya sudah

didapatkan,142 dan salah satu keuntungan yang hilang adalah kepercayaan rezim

Suriah tehadap penanganan pasca konflik oleh Rusia.

140 Julien Barnes-Dacey, Chapter 3: Geo-Politics of Reconstruction: Who Will Rebuild Syria

and Pay for It? (Italy: Rebuilding Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September

2019) hlm. 63 141 Andrey Kortunov, Chapter 3: The Astana Model: Methods and Ambitions of Russian

Political Action (The Mena Region: A Great Power Competition, ISPI and Atlantic Council, Oktober

2019) Hlm 57. 142 Andrey Kortunov, The Astana Model: Methods and Ambition of Russian Political Action

(ISPI and Atlantic Council, Oktober 2019) hlm. 56

84

85

BAB IV

ANALISIS KEPENTINGAN RUSIA MELALUI ASTANA PEACE

TALKS DI SURIAH PERIODE 2017 – 2019

Tulisan pada bab ini akan membahas analisis kepentingan nasional Rusia

melalui Astana Peace Talks di Suriah periode 2017 – 2019. Bab ini juga merupakan

deskripsi dari bab sebelumnya mengenai tantangan yang memengaruhi posisi Rusia

pada pembicaraan damai Suriah. Peneliti akan membahas dengan menggunakan teori

dan konsep yang saling melengkapi satu sama lain, yakni Realisme Klasik dan

kepentingan nasional. Dengan demikian, tujuan dari penulisan bab ini adalah untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan memberikan penjelasan secara deskriptif analitik

terkait kepentingan nasional Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriah periode 2017

– 2019.

Pada bab sebelum ini telah dijelaskan mengenai kegigihan Rusia untuk tetap

terlibat dalam konflik Suriah dan mengambil peran sebagai peace broker walaupun

Rusia menemui begitu banyak tantangan. Hal itu menimbulkan pertanyaan yang

jawabannya tidak hanya mengenai Suriah, tapi lebih dari itu. Dapat dikatakan bahwa

keterlibatan Rusia di Suriah selalu menjadi batu lompatan untuk memperkuat dominasi

di kawasan Timur Tengah.

86

Dilihat dari kacamata Realisme Klasik, terdapat satu hal penting bagi suatu

negara, yaitu kekuasaan atau power.143 Realisme menekankan sifat manusia dalam

politik internasional, yang berarti bahwa sifat manusia menyebabkan sebuah negara

untuk bertindak dengan cara tertentu dan secara inheren mementingkan diri sendiri.

Dalam situasi berperang sebuah negara harus mencari ‘power after power’. 144

Morgenthau menyatakan bahwa ‘the main signpost that helps political realism to find

its way through the landscape of international politics is the concept of interest defined

in terms of power'.

Dalam kasus Rusia pada penelitian ini, sejak eskalasi konflik Suriah pada tahun

2014, di mana konflik Suriah didominasi oleh kelompok-kelompok jihadis Islam.

Rusia melihat kekalahan IS sebagai bagian penting dari penyelesaian politik di Suriah,

kekalahan IS akan membuka jalan bagi Rusia untuk mendapatkan kembali statusnya

sebagai kekuatan global. Selain itu, Rusia telah meningkatkan modal politiknya di

Suriah jauh sebelum AS menyatakan bahwa mereka akan menarik mundur pasukannya

di Suriah pada tahun 2019.

Modal politik itu cukup bagi Rusia untuk mengadopsi peran peace broker dan

menunjukkan bahwa kerja sama atau kemitraan dengan Rusia dapat menjadi alternatif

baru dari pada Amerika Serikat. Peran peace broker ini memberikan manfaat bagi

143 Hans Morgenthau, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York,

Knopf, 1954) hlm.5

144 Luke Glanville, How Are We to Think about the 'National Interest'? (AQ: Australian

Quarterly Vol. 77, No. 4,2005) hlm. 34

87

Rusia dan membuktikan bahwa Rusia selalu memiliki niat yang lebih besar.145 Lebih

lanjut mengenai kepentingan-kepentingan Rusia melalui perannya sebagai peace

broker di Astana Peace Talks, akan dijelaskan melalui konsep kepentingan nasional.

A. Kepentingan Nasional Rusia Melalui Astana Peace Talks

Kepentingan nasional Rusia di Suriah melalui Astana Peace Talks dijelaskan

ke dalam tabel taksonomi kepentingan nasional yang melibatkan bobot dari

kepentingan vital dan kepentingan sekunder dari tulisan P. H. Liotta146 dan Michael G.

Roskin147:

145 Dmitriy Frolovskiy, What Putin Really Wants in Syria [Database online] (Foreign Policy,

1 Februari 2019) diakses melalui https://foreignpolicy.com/2019/02/01/what-putin-really-wants-in-

syria-russia-assad-strategy-kremlin dilihat pada 15 Oktober 2020. 146 Dr. P. H. Liotta, Still Worth Dying for National Interests and The Nature of Strategy

[Jurnal Online] (Naval War College Review, Vol. 56 No. 2, Article 10, Musim Semi 2003) hlm. 133.

Diakses melalui https://digital-commons.usnwc.edu/nwc-review/vol56/iss2/10/ dilihat pada 15

Oktober 2020. 147 Michael G. Roskin, National Interest: From Abstraction to Strategy [Jurnal online]

(Amerika Serikat, Strategic Studies Institute, 20 Mei 1994) Diakses melalui

https://publications.armywarcollege.edu/pubs/1656.pdf dilihat pada 10 Agustus 2020.

88

Tabel IV.B.3 Kepentingan Nasional Rusia melalui Astana Peace Talks di Suriah

Periode 2017 – 2019

Russian National Interest through Astana Peace Talks in Syria 2017 -2019

Aspects of

Interest

Level of

Interest

Weight of

Impact

Interest(s)

Importance

Vital

Core Strategic,

Permanent,

Specific

Proteksi Terhadap wilayah

Ukraina dan Krimea

Mencegah Timbulnya Militan

Islam di Rusia

Peningkatan Kekuatan

Angkatan Laut di Pelabuhan

Tartus

Secondary

Significant

Value,

Temporary,

Specific

Mengamankan Akses Sumber

Daya untuk Reformasi

Ekonomi Rusia

1. Kepentingan Vital: Proteksi terhadap Wilayah Ukraina dan Krimea

Pada tingkat Geopolitik, Rusia menggunakan konflik Suriah sebagai

alat tawar-menawar untuk melindungi kepentingannya dalam lingkup internal.

Krisis Ukraina telah menempatkan Rusia dalam kondisi waspada yang sangat

tinggi dalam posisi defensif. Dengan keadaan perekonomian yang melemah,

dan pengaruh yang berkurang di Eropa, Rusia harus membuktikan kepada dunia

bahwa Rusia bukanlah sebuah kekuatan besar yang terisolasi.

89

Strategi Rusia untuk melakukan intervensi di Suriah dan

keterlibatannya dalam pembicaraan damai untuk Suriah bermula dari putusnya

hubungan Rusia dengan Barat – termasuk negara-negara Uni Eropa – terkait

intervensi Rusia di bagian Timur Ukraina dan aneksasi Krimea pada tahun

2014. Dalam hal ini, sanksi dan tekanan diplomatik AS dan Eropa mendorong

Rusia mengambil keputusan untuk melibatkan diri pada konflik Suriah.

Daripada tunduk pada tekanan Barat atas sanksi ekonomi yang mereka berikan,

Rusia memilih untuk beralih ke Suriah dan memperluas konfrontasi sehingga

Rusia dapat memperoleh manfaat. 148

Keterlibatan Rusia di Suriah membuat Rusia dapat memberikan konsesi

di Suriah sebagai imbalan atas konsesi yang harusnya bisa Rusia dapatkan di

Ukraina dan Krimea.149 Rusia mengetahui bahwa kartu ini dapat dimainkan

untuk meringankan isolasi internasional yang menimpa Rusia setelah krisis

Ukraina dan Krimea. Walaupun sulit bagi negara-negara Uni Eropa untuk

memberikan konsesi atas sanksi yang mereka berikan kepada Rusia atas

aneksasi yang Rusia lakukan pada tahun 2014, Rusia terus menjadikan Suriah

sebagai motivasi atas kepentingannya. Karena sedikit banyak, konflik Suriah

yang berkepanjangan juga akan membawa dampak buruk bagi negara-negara

148 Scott B. Lasensky dan Vera Michlin-Shapir, Chapter 9: Avoiding Zero-Sum: Israel and

Russia in an Evolving Middle East (Italy: The Mena Region: A Great Power Competition, ISPI and

Atlantic Council, Oktober 2019) hlm 142 149 Eduardo Wassin Aboultaif, Regional and International Factors that Prolong the Syrian

Crisis, Syrian Mutations the Random & The Purposeful (Syria Studies Volume 8 No. 2, 2016) Hlm. 6.

90

Eropa lainnya, di mana mereka menderita karena pengungsi dari perang

Saudara Suriah semakin banyak yang mencari suaka.150

Rusia membuka jendela diplomatik dan membangun kembali hubungan

dengan komunitas internasional dengan memutus isolasi internasional Rusia

yang terjadi setelah krisis Ukraina. Dengan demikian, Rusia memiliki strategi

untuk mewujudkan kesepakatan pembicaraan damai mengenai Suriah atau saat

ini dikenal dengan Astana Peace Talks. 151 Bagi Rusia, konflik di Suriah

merupakan kesempatan untuk bernegosiasi dengan komunitas internasional,

menandai batas-batas pengaruh negara-negara Barat di Timur Tengah, dan

yang terpenting, mengeksploitasi konflik guna melunakkan situasi dengan

komunitas internasional mengenai Ukraina dan Krimea dan sanksi yang

dijatuhkan kepada Rusia.

Rusia melihat bahwa posisinya di Suriah dapat mewakili variabel yang

lebih tidak kaku dan memiliki potensi negosiasi yang lebih tinggi dengan AS

dan Eropa terkait dengan sanksi Rusia pada tahun 2014. Rusia juga berusaha

mencari jalan untuk mendapatkan konsesi dengan mengubah diri menjadi suatu

kekuatan positif dan berperang melawan terorisme – yang mana war on

terrorism adalah kepentingan dan ide yang berasal dari AS dan negara-negara

150 Eduardo Wassin Aboultaif, Regional and International Factors that Prolong the Syrian

Crisis, Syrian Mutations the Random & The Purposeful (Syria Studies Volume 8 No. 2, 2016) Hlm. 6. 151 Zeinab Ahmed, Russian Role in Syria in the Light of its Strategy Towards the Middle East

(Eurasian Journal of Social Sciences Vol. 6 No. 3, 2018) hlm. 45.

91

Barat – dan menekan AS ke dalam kerja sama militer melawan IS dan pasukan

Jabhat al-Nusra.152

Tidak ada kemenangan politik apapun yang lebih hebat – meskipun

berkaitan dengan Timur Tengah – daripada kemenangan politik Rusia atas

wilayah Ukraina dan Krimea. Menjadi negara penjamin di Astana Peace Talks

merupakan salah satu bentuk working strategy Rusia untuk melindungi

kepentingan Rusia atas Ukraina dan Krimea. Posisi di mana Rusia bersedia

mewadahi sebuah acara yang dapat menstimulasi pembicaraan intra-Suriah

Jenewa yang dilaksanakan PBB akan memperbesar peluang yang Rusia miliki

untuk mendapatkan kepercayaan AS dan negara-negara Eropa. Harapan

terbesarnya adalah agar AS dan negara-negara Eropa bersedia untuk mencabut

sanksi terhadap Rusia atas pendudukan yang ia lakukan di Ukraina dan Krimea.

2. Kepentingan Vital: Mencegah Timbulnya Militan Islam di dalam Rusia

Pasca Uni Soviet, Federasi Rusia terdiri dari 89 entitas regional. Saat

ini, negara federasi Rusia terdiri dari 85 subjek federal (termasuk Krimea yang

dianeksasi pada tahun 2014). Pada 1990-an, Chechnya menjadi lambang

separatisme di Rusia pasca-Soviet. Respon Rusia terhadap perlawanan ini

dilakukan melalui operasi militer besar-besaran. Terdapat dua perang yang

terjadi antara Rusia dan Chechnya, yang pertama terjadi pada tahun 1994 –

152 Michael Kofman dan Matthew Rojansky, JD, What Kind of Victory for Russia in Syria

(Military Review, Maret-April 2018) Hlm 13.

92

1996, di mana pasukan Rusia di Chechnya memerangi separatisme etno-

teritorial. Sedangkan perang yang kedua dimulai pada tahun 1999 dan berakhir

pada tahun 2009 di mana pasukan Rusia memerangi terorisme Islam

Internasional.

Keterlibatan awal pejuang Chechnya dalam melawan rezim Assad

sangat membebani Rusia. Kala itu, Rustam Gelayev – Putra komandan

Chechnya, Ruslan Gelayev – tewas dalam aksi di Aleppo pada Agustus 2012.

Karena peran yang Galayev mainkan dalam konflik Suriah, Rusia menyambut

kematian putra komandan ini. Berbeda dengan respon Kaukasus Utara,

kematian putra komandan tersebut malah memicu semakin banyak pejuang dari

Chechnya yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk membantu pihak oposisi

dalam perang melawan Assad. Kepentingan ini menjadi vital karena Rusia telah

menyatakan pertahanan terhadap separatisme sebagai salah satu tantangan

terbesar bagi kebijakan keamanan nasional Rusia. Pada tahun 2014, sudah ada

undang-undang yang diberlakukan untuk mendorong persamaan presepsi dan

melarang ‘segala seruan untuk merusak integritas teritorial Federasi Rusia’, jika

dilanggar akan memasuki proses pidana.153

Banyak orang Rusia yang memandang Timur Tengah sebagai sumber

ancaman keamanan bagi pertumbuhan kelompok muslim ekstremis. Ancaman

153 Uwe Halbach, Chechnya’s Status within the Russian Federation [Laporan Online] (Berlin:

SWP Research Paper, 2 May 2018) Diakses melalui https://www.swp-

berlin.org/en/publication/chechnyas-status-within-the-russian-federation/ dilihat pada 3 Oktober 2020.

93

ini tidak hanya untuk Rusia tetapi juga untuk negara-negara bekas wilayah

Soviet, di Asia Tengah, dan di Kaukasus. Keterlibatan Presiden Rusia di Suriah

adalah untuk memastikan rezim Assad terus menjabat sebagai presiden Suriah,

hal ini penting untuk dilakukan agar Rusia dapat menahan ancaman keamanan

yang ditimbulkan dari pertumbuhan aliran Muslim ekstremis dan ancaman pada

bagian Selatan perbatasan Rusia.

Rusia menggarisbawahi perlunya menjaga Suriah tetap utuh karena jika

Suriah runtuh maka hanya akan membawa dampak buruk bagi Rusia. Faktanya,

mayoritas warga Rusia, hanya 3 juta orang yang tidak beraliran Muslim Sunni,

sisa dari masyarakat muslim di Rusia rata-rata beraliran Muslim Sunni. Saat

melaksanakan pembicaraan damai yang melibatkan Iran pada tahun 2017, maka

komitmen dengan koalisi pro-Syiah ini akan melawan kepentingan berbagai

kekuatan Sunni di Timur Tengah, sehingga akan berisiko memicu

ketidakpuasan sektarian Sunni di dalam negeri. Keputusan Rusia untuk bekerja

sama dengan Iran akan merangsang simpati di antara kaum Muslim Sunni di

Rusia untuk pasukan oposisi Sunni di Suriah, bahkan mungkin aliran Islam

ekstremis seperti IS.

Aktivis hak asasi manusia Rusia dan pakar regional, seperti Ekaterina

Sokiryanskaya, Svetlana Gannushkina dan Aleksei Malashenko, percaya

bahwa elemen pemuda Chechnya menerima propaganda Negara Islam (IS).

Menurut pernyataan Menteri Dalam Negeri Chechnya, pada 2017 ada delapan

94

"sel tidur" ISIS yang ditemukan dan 18 pejuang dinyatakan tewas.154 Pada

musim gugur 1991, Dzhokhar Dudayev, pemimpin Chechnya, mengatakan

bahwa fundamentalisme Islam di Chechnya tidak merepresentasikan bahaya,

tetapi menyatakan bahwa tindakan bermusuhan oleh Rusia dapat mendorong

nasionalisme Chechnya ke jalur Islam yang lebih ekstremis. Selama serangan

kedua Rusia di Chechnya, pada tahun 1999, kelompok Islam garis keras, yang

berupaya menciptakan 'kekhalifahan' di Kaukasus semakin luas, dipercaya

kelompok ini berkaitan dengan jaringan Islamis Timur Tengah seperti Al-

Qaeda. 155

Jika ditengok kebelakang, maka kita akan memahami mengapa penting

bagi Rusia untuk melindungi negaranya dari pertumbuhan kelompok-kelompok

militan Islam dan mendukung rezim Assad di Suriah. Dengan banyaknya

foreign fighters yang datang dari Chechnya, maka Rusia tidak dapat

membiarkan orang-orang ini pulang ke negara mereka sendiri di Rusia dan

menimbulkan potensi disintegrasi negara dengan penyebaran paham-paham

Islam radikal. Keterlibatan Rusia di Suriah pada tahun 2015 dapat menjadi

kesempatan emas bagi Rusia untuk memusnahkan militan-militan Islam dari

bekas Uni Soviet.

154 Uwe Halbach, Chechnya’s Status within the Russian Federation [Laporan Online] (Berlin:

SWP Research Paper, 2 May 2018) Diakses melalui https://www.swp-

berlin.org/en/publication/chechnyas-status-within-the-russian-federation/ dilihat pada 3 Oktober 2020. 155 Chaim Shinar, Chechens: Freedom Fighters or Terrorists? (European Review, Vol. 27,

No. 1, 2018) Hlm. 138.

95

Tahun-tahun selanjutnya, Rusia membutuhkan strategi baru untuk

melestarikan kepentingannya dalam hal mencegah disintegrasi negara.

Sehingga Rusia memutuskan untuk menjadi negara penjamin di pembicaraan

damai Astana pada tahun 2017 dan berupaya membangun hubungan yang

cukup baik dengan pihak oposisi. Sebagai negara penjamin dalam proses

perdamaian, suatu negara memang harus berada di posisi paling netral. Tidak

ada ketentuan tertulis mengenai netralitas suatu negara penjamin di

pembicaraan Astana. Peran ini mengharuskan Rusia untuk melakukan upaya-

upaya pendekatan pada pihak oposisi, sekalipun pada kenyataannya Rusia

memiliki kecenderungan untuk berpihak pada Assad. Pendekatan terhadap

pihak oposisi juga akan membawa keuntungan yang dapat memenuhi

kepentingan Rusia di Suriah berkaitan dengan Chechnya yang warganya

banyak melakukan perjalanan ke Suriah untuk menjadi foreign fighters dan

membantu pihak oposisi untuk menggulingkan Assad.156

3. Kepentingan Vital: Peningkatan Kekuatan Angkatan Laut di Pelabuhan

Tartus

Kehadiran Rusia di Suriah terjadi pada saat harga minyak dunia sedang

turun secara drastis, terutama setelah intervensi NATO 2011 di Libya, dan

156 John W. Parker, Putin’s Syrian Gambit: Sharper Elbows, Bigger Footprint, Stickier Wicket

[Laporan Online] (Washington: Institute for National Strategic Studies Strategic Perspectives, No. 25,

National Defense University Press, Juli 2017) hlm. 5. Diakses melalui

https://inss.ndu.edu/Portals/68/Documents/stratperspective/inss/Strategic-Perspectives-25.pdf dilihat

pada 3 Oktober 2020.

96

serangkaian sanksi yang diberikan terhadap Rusia selama krisis Ukraina dan

aneksasi Krimea pada tahun 2014. Suriah terus memberikan Rusia keuntungan

atas pembangunan pangkalan laut di Tartus yang sampai hari ini berfungsi

untuk melengkapi Armada Laut Hitam Rusia (Russia’s Black Sea Fleet) yang

terletak di Sevastopol, Krimea. Pelabuhan di Sevastopol akan memberikan

Rusia akses ke Laut Mediterania, di mana Laut Mediterania yang mengalir ke

Arab akan mewujudkan kebijakan keamanan maritim yang ekspansif.

Tabel IV.B3.4 Skor Global Terrorism Index Rusia dan Eurasia pada

tahun 2002 – 2018157

157 Institute for Economic and Peace, Global Terrorism Index 2019: Measuring the Impact of

the Terrorism [Laporan Online] hlm 42.Diakses melalui https://www.visionofhumanity.org/wp-

content/uploads/2020/11/GTI-2019-web.pdf dilihat pada 3 Oktober 2020.

97

Sumber: Institute for Economic and Peace, Global Terrorism Index 2019:

Measuring the Impact of the Terrorism.

Menurut Rusia, pelabuhan Tartus adalah kunci untuk menangani

terorisme yang mengglobal, karena pelabuhan ini akan membantu mencegah

efek tumpahan terorisme ke lingkungan Eurasia. Jika dilihat pada tabel di atas,

maka sampai tahun 2018, hanya indeks terorisme Tajikistan yang memburuk.

Negara Eurasia lainnya memiliki indeks terorisme yang tidak seburuk

Tajikistan, tetapi pertumbuhan terorisme tetap ada meskipun hanya sedikit.

Sehingga, pelabuhan Tartus akan memungkinkan Rusia untuk mengontrol

perairan Mediterania di sekitar pesisir Suriah untuk mewujudkan kepentingan

ekonomi dan militer.

Namun, selama empat tahun terakhir, serangan-serangan oleh

kelompok terorisme yang berafiliasi dengan IS telah meningkat. Dari hampir

2.500 serangan antara tahun 2002 dan 2018, sekitar 700 pelaku telah diketahui.

Dalam 64% dari kasus tersebut, atau lebih dari 450 insiden, serangan tersebut

dikaitkan dengan salah satu dari tiga kelompok separatis di Rusia atau Ukraina,

dan juga 'pemberontak Chechnya'. Jika dinyatakan bahwa pelabuhan Tartus

hanya merupakan kepentingan Rusia semata, maka jangan melupakan fakta

bahwa Rusia juga telah kehilangan ribuan warganya akibat serangan teroris dan

memiliki lebih dari 5.000 warga negara yang bertempur di Suriah.158

158 Michael Kofman dan Matthew Rojansky, JD, What Kind of Victory for Russia in Syria

(Military Review, Maret-April 2018) Hlm 14.

98

Pada Desember tahun 2017, Rusia menandatangani kontrak 49 tahun di

Pelabuhan Tartus yang sampai saat ini masih dalam tahap peningkatan sampai

menjadi sebuah pangkalan yang dapat sepenuhnya digunakan. Kesepakatan ini

dapat diperpanjang secara otomatis untuk 25 tahun selanjutnya jika kontrak 49

tahun pertama sudah habis. Suriah menyetujui hal ini dengan harapan agar

Rusia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam forum ekonomi yang dikelola

Rusia, yaitu Uni Ekonomi Eurasia (EEU). Sehingga Suriah dapat mengakses

pasar bebas dan memperbaiki perekonomian negaranya. Kepentingan ini bukan

hanya kepentingan satu pihak dari Suriah, Rusia pun turut mengusahakan

tercapainya kepentingan tersebut untuk memulihkan perekonomian Suriah 159

Berkaitan dengan negara-negara Eropa, Pelabuhan Tartus sangat

membantu keamanan Rusia karena pelabuhan tersebut dapat memberikan Rusia

pengaruh untuk membuat keputusan yang bijaksana dengan

mempertimbangkan NATO, di mana dalam hal ini NATO menggunakan laut

yang sama untuk mengatasi ancaman terorisme. Rusia mengetahui bahwa

pembangunan pangkalan Tartus akan memungkinkan Rusia untuk lebih

proaktif tentang komitmennya di sekitar laut Mediterania. Komitmen ini Rusia

tunjukkan melalui keterlibatannya dalam proses perdamaian Astana untuk

Suriah. Dapat dikatakan, Rusia telah menggunakan kehadirannya di

159 Jay Mens, Footing the Bill: Russian and Iranian Investment and American Withdrawal in

Syria [Jurnal Online] (European, Middle Eastern, & African Affairs, Musim Dingin 2019) hlm.80

Diakses melalui https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/JEMEAA/Journals/Volume-01_Issue-

2/JEMEAA_01_2_Mens.pdf dilihat pada 4 Oktober 2020

99

pembicaraan damai Astana untuk menangani kepentingan nasional Rusia

daripada sekedar melindungi rezim Assad.

Sebuah artikel yang ditulis oleh Tanvi Chauhan menyatakan bahwa,

Rusia sangat menghargai aset-asetnya di Timur Tengah untuk mendorong

kesepakatan konsensual dengan pemain regional utama yang memiliki dampak

abadi pada keamanan Rusia di wilayah lain. Oleh karena itu, pelabuhan Tartus

lebih dari sekedar penempatan fisik Angkatan Laut Suriah. Pelabuhan ini

adalah gerbang bagi masuknya Rusia ke dalam konsensus kekuasaan dan sistem

keamanan di Timur Tengah.160

4. Kepentingan Sekunder: Mengamankan Akses Sumber Daya untuk

Reformasi Ekonomi Rusia

Kepentingan Sekunder Rusia di Suriah masih berkaitan dengan serangkaian

sanksi ekonomi yang diberikan kepada Rusia atas krisis Ukraina dan aneksasi Krimea

pada tahun 2014. Tanpa reformasi ekonomi, kemungkinan perekonomian Rusia akan

terus stagnan dan Rusia mungkin tidak dapat memperluas atau bahkan

mempertahankan tingkat keterlibatan politik dan militernya saat ini di Suriah. Jika

Rusia tidak menyelesaikan persoalan ekonomi di negaranya, maka Kepentingan

sSekunder ini akan menjadi kepentingan vital di masa depan.

160 Tanvi Chauhan, Why Are Warm-Water Ports Important to Russia Security: The Cases of

Sevastopol and Tartus Compared [Jurnal online] hlm. (European, Middle Eastern, & African Affairs,

Musim Semi 2020) Hlm. 71. Diakses melalui

https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/JEMEAA/Journals/Volume-02_Issue-1/Chauhan.pdf dilihat pada 4 Oktober 2020

100

Dengan melakukan intervensi militer untuk menyelamatkan Bashar al-Assad di

Suriah, Rusia menunjukkan tekad politik dan kekuatan militer yang berkontribusi

untuk meningkatkan posisinya di Timur Tengah. Sehingga citra Rusia di wilayah

tersebut semakin kuat karena telah dipandang sebagai aktor kunci dengan kapasitas

untuk menengahi konflik. Peranan dominan Rusia dalam negosiasi perdamaian Astana

telah memenangkan kembali sebagian besar teritori Suriah bagi Assad dan mengasah

peran mediator dalam dirinya sendiri. Semua ini memberikan Rusia pintu masuk untuk

memperkuat kehadiran militer di wilayah ini secara lebih permanen.

Untuk memajukan kepentingan geopolitik dan ekonominya, Rusia

memanfaatkan kerja sama energi dengan negara lain di Timur Tengah dengan harapan

dapat meraup keuntungan dari dukungannya terhadap rezim Assad karena Rusia

memenangkan hak eksklusif untuk membangun sektor minyak dan gas Suriah yang

membawa keuntungan besar bagi perusahaan energi Rusia. Dengan mempertahankan

Tartus sebagai pangkalan angkatan laut, kapal Rusia dapat tinggal di Mediterania tanpa

perlu kembali ke pelabuhan Laut Hitam di Sevastopol untuk melakukan servis.161

Kesepakatan fasilitas pelabuhan Tartus oleh Rusia dan Suriah pada tahun 2017

dimanfaatkan Rusia untuk mengembangkan tambang fosfat di dekat situs Palmyra.162

161 Zaki Shaikh, Moscow's Maneuvres for Mediterranean Bases & ME Markets [Laporan

Online] (Al Jazeera Centre for Studies Report, 2 April 2020) Diakses melalui

https://studies.aljazeera.net/sites/default/files/articles/documents/2020-

04/Moscow%27s%20Maneuvres%20for%20Mediterranean%20Bases%20%26%20ME%20Markets_2

.pdf dilihat pada 5 Oktober 2020. 162 Julien Barnes-Dacey, Chapter 3: Geo-Politics of Reconstruction: Who Will Rebuild Syria

and Pay for It? (Italy: Rebuilding Syria: The Middle East’s Next Power Game?, ISPI, September 2019)

hlm.65.

101

Pada tahun yang sama perusahaan energi Rusia, Stroytransgaz, telah menyelesaikan

pembangunan pabrik gas dan memulai penggalian tambang fosfat. Pelabuhan Tartus

merupakan pelabuhan yang melayani kapal dagang dan kapal militer, pelabuhan ini

dikenal sebagai full-service port karena hal itu.

Selain itu, Rusia telah menumbuhkan sekutu ekonomi dan politiknya dengan

rekan pembicaraan damai Astana yaitu, Iran dan Turki. Sehingga, mereka dapat disebut

sebagai mitra regional. Dari aspek ekonomi Rusia melakukan intervensi ke Suriah

karena mengetahui Suriah berada di kawasan yang merupakan produsen utama energi-

energi dunia, negara-negara ini memiliki potensi untuk menjadi pesaing atau mitra

perekonomian Rusia. Shared common interest akan membantu Rusia menjaga harga

minyak dan mengatur persaingan di pasar gas alam.163

Baik Rusia dan Iran, keduanya sama-sama bermusuhan dengan AS dan selama

bertahun-tahun perekonomian kedua negara tersebut telah mengalami sanksi yang

dijatuhkan oleh AS. Iran mencari dukungan Rusia untuk melawan efek dari sanksi AS

sedangkan Rusia berupaya untuk meningkatkan pengaruhnya melalui perdagangan,

transfer teknologi, dan mengamankan akses ke rute udara, laut, dan darat.

163 Dr. Abdulrahman Al-Fawwaz, Russian intervention in the Middle East: Political and

Economic Dimensions (Journal of Studies in Social Sciences, Vol. 17 No.2, 2018) Hlm 123

102

Gambar IV.3 Koridor Transportasi Utara – Selatan164

Sumber: M. Fayez Farhat, North-South Corridor: The Limits of Iranian Power,

Journal for Iranian Studies, 2018

Melalui gambar di atas, garis berwarna biru adalah jalur lama Koridor

Transportasi Utara-Selatan. Garis merah adalah jalur baru Koridor Transportasi Utara-

Selatan. Rusia dan Iran mengembangkan jalur baru Koridor Transportasi Utara-Selatan

agar memungkinkan ekspor Rusia melalui akses kereta api ke Teluk Persia melalui

Iran, sehingga mengurangi waktu ekspor dan dapat mencapai pasar India dan Teluk.

164 Mohammad Fayez Farhat, North-South Corridor: The Limits of Iranian Power [Jurnal

online] (Journal for Iranian Studies, tahun 2, Issue 7, Juni 2018) hlm. 26. Diakses melalui

https://rasanah-iiis.org/english/wp-content/uploads/sites/2/2018/12/North-South-Corridor-The-Limits-

of-Iranian-Power.pdf dilihat pada 10 Oktober 2020.

103

Sedangkan Rusia dan Turki, keduanya ingin diakui sebagai penjamin

perdamaian di Suriah agar dapat mengambil posisi tawar menawar yang lebih baik

dalam menghadapi pemain regional dan kekuatan global. Di atas semua itu, bidang

energi telah memberi pelumas bagi tuas interaksi kedua negara dengan peresmian pipa

gas Turkstream pada 9 Januari 2020 dari Rusia ke Turki. Turki menjadi pelanggan

penting bagi Gazprom – nama sebuah perusahaan industri di Rusia – Turki bercita-cita

untuk mendapatkan posisi sebagai pusat energi ke Eropa dan memandang Rusia

sebagai salah satu mitra utamanya.

Gambar IV.4 Jalur Gas Turkstream165

165 Simon Pirani, Jack Sharples, et al.,, Oxford Institute for Energy Studies, Implications of the

Russia-Ukraine gas transit deal for alternative pipeline routes and the Ukrainian and European

markets [Jurnal online] (Energy Insight: 65, 2020) hlm. 7 Diakses melalui

https://www.oxfordenergy.org/wpcms/wp-content/uploads/2020/03/Insight-65-Implications-of-the-

Russia-Ukraine-gas-transit-deal-for-alternative-pipeline-routes-and-the-Ukrainian-and-European-

markets.pdf dilihat pada 6 Oktober 2020.

104

Sumber: Simon Pirani et.al, Implications of the Russia-Ukraine gas transit deal for

alternative pipeline routes and the Ukrainian and European markets, Energy Insight:

65, 2020.

Melalui gambar di atas, garis ungu adalah garis yang menghubungkan stasiun

kompresor Beregovaya dekat Anapa di pantai Rusia dengan terminal penerima di

Kiyikoy di pantai Laut Hitam Turki serta dua jaringan pipa darat. Turkstream sesuai

dengan kepentingan geopolitik dan ekonomi Rusia serta memungkinkan pasokan gas

Rusia mencapai Eropa melewati Ukraina. Keuntungan tersebut memungkinkan

produsen gas utama Rusia, Gazprom untuk mempertahankan posisi yang mendominasi

di pasar gas Eropa.166

166 Simon Pirani, Jack Sharples, et al.,, Oxford Institute for Energy Studies, Implications of the Russia-Ukraine gas transit deal for alternative pipeline routes and the Ukrainian and European markets [Jurnal online] (Energy Insight: 65, 2020) hlm. 7 Diakses melalui https://www.oxfordenergy.org/wpcms/wp-content/uploads/2020/03/Insight-65-Implications-of-the-Russia-Ukraine-gas-transit-deal-for-alternative-pipeline-routes-and-the-Ukrainian-and-European-markets.pdf dilihat pada 6 Oktober 2020.

105

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komitmen paling tinggi yang pernah Rusia lakukan untuk melindungi

kepentingan nasionalnya di Suriah adalah intervensi militer pada tahun 2015.

Beberapa tahun setelahnya Rusia mulai mendominasi proses perdamaian

Suriah untuk mempertahankan komitmennya di wilayah tersebut. Astana Peace

Talks telah menjadi bagian terpenting dalam pembentukan strategi keamanan

nasional Rusia pada tahun 2017 – 2019.

Pembicaraan damai yang juga melibatkan Turki dan Iran ini telah

mendapat dukungan dari PBB melalui Resolusi DK-PBB 2336 yang diadopsi

pada tanggal 31 Desember 2016. Pada dasarnya, Astana Peace Talks

merupakan salah satu strategi yang bertujuan untuk mendorong kemunculan

berbagai kelompok oposisi yang akan menyetujui kompromi dari pemerintah

Suriah di kemudian hari. Akan tetapi, keterlibatan Rusia pada proses

perdamaian Astana di Suriah menjumpai sejumlah tantangan yang

memengaruhi kredibilitasnya sebagai satu-satunya pemeran peace broker di

Suriah. Tantangan tersebut antara lain: Pertumbuhan ekonomi Rusia yang

tidaks stabil pada awal pelaksanaan Astana Peace Talks; Hubungan Rusia dan

Turki yang penuh ambivalensi selama periode Astana Peace Talks; dan

partisipasi pihak oposisi yang tidak menentu dalam Astana Peace Talks.

107

Hadirnya tantangan-tantangan tersebut membuat Astana Peace Talks

tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah wadah pembicaraan damai yang

berjalan dengan mulus. Karena sulit bagi Rusia untuk selalu merangkul semua

pihak yang terlibat dalam konflik Suriah secara adil tanpa mengorbankan

kepentingan nasionalnya sendiri. Meskipun begitu, Rusia tetap bersikeras untuk

menjadi negara penjamin pada proses perdamaian Astana dan berpartisipasi

aktif selama tiga tahun pembicaraan ini berlangsung (2017 – 2019).

Jika dilihat melalui kacamata Realisme, jelas bahwa Rusia memiliki

kepentingan untuk mencapai kekuasaan yang tinggi di kawasan Timur Tengah

melalui Suriah. Rusia menggunakan modal politik yang ia kumpulkan sejak

intervensi pada tahun 2015 untuk mengadopsi peran peace broker dan

menujukkan bahwa Rusia dapat menjadi alternatif aliansi baru yang dapat

diandalkan selain Amerika Serikat. Dengan demikian, Rusia dapat

menghasilkan strategi-strategi yang lebih efektif untuk mengejar kepentingan

nasionalnya.

Kepentingan nasional Rusia yang pertama adalah kepentingan vital

yaitu proteksi terhadap wilayah Ukraina dan Krimea. Kepentingan ini secara

spesifik menargetkan pemberian konsesi oleh Rusia ke Suriah sebagai imbalan

atas konsesi yang seharusnya bisa Rusia dapatkan pada isu Ukraina dan

Krimea. Dunia internasional mempercayai bahwa keterlibatan Rusia di Astana

Peace Talks adalah untuk menjadikan Suriah sebagai alat tawar menawar

dengan negara-negara Barat yang memberikannya sanksi ekonomi dan isolasi

108

diplomatik pada tahun 2014. Dengan demikian, peran peace broker juga akan

membantu Rusia melindungi kepentingannya di wilayah Ukraina dan Krimea.

Kepentingan vital yang kedua adalah mencegah timbulnya militan

Islam di dalam Rusia. Sebagai salah satu subjek federal Rusia, Chechnya tidak

memiliki reputasi yang baik di mata pemerintah Rusia. Chechnya memiliki

hubungan dekat dengan jaringan-jaringan Islamis Timur Tengah seperti al-

Qaeda atau bahkan ISIS sejak peristiwa separatisme antara Rusia dan

Chechnya. Kepentingan ini menjadi vital karena mengancam terjadinya

integrasi negara apabila pejuang-pejuang tersebut kembali ke Chechnya dan

menyebarkan paham-paham Islam radikal. Rusia menggunakan pengaruhnya

di Astana peace talks untuk menjangkau dan bernegosiasi dengan pihak oposisi

yang memiliki dukungan orang-orang Chechnya. Dengan demikian, Rusia

memiliki kesempatan untuk melakukan kompromi dengan pihak oposisi dan

meyakinkan bahwa hanya ada satu musuh di Suriah, yaitu kelompok-kelompok

jihadis Islam, bukan pemerintahan Assad.

Kepentingan yang ketiga adalah peningkatan kekuatan angkatan laut di

pelabuhan Tartus. Pelabuhan Tartus memungkinkan Rusia untuk mengontrol

kekuatan di perairan Mediterania, tepatnya di sekitar pesisir Suriah untuk

mewujudkan kepentingan ekonomi dan militer. Peningkatan angkatan laut di

Tartus juga menjadi kunci untuk menangani terorisme yang meng-global sebab

pelabuhan ini akan membantu mencegah efek tumpahan terorisme ke

lingkungan Eurasia.

109

Peningkatan angkatan laut di pelabuhan Tartus juga dianggap sebagai

salah satu asset penting bagi Rusia untuk mendorong kesepakatan konsensual

dengan pemain regional utama yang memiliki dampak permanen bagi kemanan

Rusia di wilayah lain, yaitu di Krimea dan juga Ukraina. Tidak hanya itu,

perannya sebagai peace broker juga dapat menjadi alat tawar menawar yang

kuat dengan negara-negara NATO, karena NATO juga menggunakan laut

Mediterania untuk mengatasi ancaman terorisme. Sehingga kesepakatan antara

Rusia dan Suriah yang berkaitan dengan pelabuhan Tartus akan memberikan

keuntungan jangka panjang bagi Rusia.

Kepentingan yang keempat adalah kepentingan sekunder yang

berkaitan dengan pengamanan engamankan akses sumber daya untuk reformasi

ekonomi rusia. Serangkaian sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik yang

diberikan kepada Rusia pada tahun 2014 menyebabkan perekonomiannya

terpuruk. Dengan memanfaatkan hubungan bilateral yang membaik sejak

bergabung dalam Astana Peace Talks, Rusia berhasil membuat keepakatan

dengan Iran dan Turki. Dengan Iran, Rusia berhasil membuat kesepakatan

untuk mengembangkan Koridor Transportasi Utara-Selatan yang akan

memungkinkan ekspor Rusia melalui akses kereta api ke Teluk Persia melalui

Iran, sehingga mengurangi waktu ekspor dan dapat mencapai pasar India dan

Teluk. Dengan Turki, kedua negara berhasil membuat kesepakatan di bidang

energi antara Turkstream dan Gazprom. Kesepakatan ini memungkinkan

110

produsen gas Rusia dapat mempertahankan posisi yang mendominasi di pasar

gas Eropa.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Salah satu kekurangan dari penelitian ini adalah kurangnya

sumber data primer yang didapatkan langsung dari pejabat pemerintahan Rusia

yang mengikuti Astana Peace Talks ataupun data mendetail yang seharusnya

bisa didapatkan dari Kedutaan Besar Rusia di Indonesia. Meskipun demikian,

penelitian dengan sumber data sekunder melalui studi pustaka ini diharapkan

dapat menjadi awal yang cukup baik bagi penelitian selanjutnya. Penulis juga

berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian lain yang

ingin membahas mengenai kepentingan nasional Rusia melalui Astana Peace

Talks di Suriah.

111

DAFTAR PUSTAKA Buku

Burchill, Scott. 2005. The National Interest in International Relations Theory. New

York: Palgrave Macmillan.

Cresswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. Amerika Serikat: SAGE Publications Ltd.

Morgenthau, Hans J. 1952. "Great Debate: The National Interest of the United States."

American Political Science Review Volume 46 No.4.

—. 1962. The Impasse of American Foreign Policy. Chicago and London: University

of Chicago Press.

—. 1964. The Restoration of American Politics. Chicago: University of Chicago Press.

Morgenthau, Hans. 1954. Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace.

New York: Knopf.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Artikel Jurnal

Aboultaif, Eduardo Wassin. 2016. "Regional and International Factors that Prolong the

Syrian Crisis, Syrian Mutations the Random & The Purposeful." Syria Studies

Volume 8 No. 2 1 - 11.

Ahmed, Zeinab. 2018. "Russian Role in Syria in the Light of its Strategy Towards the

Middle East." Eurasian Journal of Social Sciences Vol. 6 No. 3 38 - 48.

Al-Fawwaz, Dr. Abdulrahman. 2018. "Russian intervention in the Middle East:

Political and Economic Dimensions." Journal of Studies in Social Sciences

Volume 17, Number 2 112-136 .

Cengiz, Sinem. 2020. "Assessing the Astana Peace Process for Syria: Actors,

Approaches, and Differences ." Contemporary Review of the Middle East 1 -

15.

Christopher Phillips & Morten Valbjørn. 2018. “What is in a Name?’: The Role of

(Different) Identities in the Multiple Proxy Wars in Syria” Small Wars &

Insurgencies Volume 29 No.3, Routledge Journal 414 – 433.

Dabrowski, Marek. 2019. "Factors determining Russia’s long-term growth rate."

Russian Journal of Economics Vol. 5 328 - 253.

112

Ersen, Emre. 2017. "Evaluating the Fighter Jet Crisis in Turkish - Russian Relations."

Insight Turkey Vol.9 No.4 85 - 103.

Habets, Ingrid. 2016. "Obstacles to a Syrian Peace: The Interference of interests."

European View 77 - 85.

Hinnebusch, Raymond. 2020. "The Battle over Syria’s Reconstruction." Global Policy

Vol. 11 Issue 1 113 - 123.

Holland, Jack. 2020. "The Syrian Civil War." In Selling War and Peace: Syria and the

Anglosphere, by Jack Holland, 17 - 50. Inggris: Cambridge University Press.

Hove, Mediel dan Darlington Mutanda. 2014. "The Syrian Conflict 2011 to the Present:

Challenges and Prospects." Journal of Asian and African Studies 1 - 12.

Ignacio Alvarez-Ossorio, The Sectarian Dynamics of The Syrian Conflict (The Review

of Faith & International Affairs, 17:2, 47-58, 2019) 47 – 58.

Kainikara, Sanu. 2018. "Chapter 6: The Russian Military Campaign." In In the Bear’s

Shadow: Russian Intervention in Syria, by Sanu Kainikara, 81 - 96. Australia:

Air Power Development Centre.

Karim, Sajid. 2016. "Syrian Crisis: Geopolitics and implications." Biiss Journal

Volume 37, No.2 107-132.

Khan, Hafeez Ullah dan Waseem Khan. 2017. "Syria: History, the Civil War, and

Peace Prospect." Journal of Political Studies Vol.24, Issue 2 587 - 601.

Kofman, Michael dan Matthew Rojansky. 2018. "What Kind of Victory for Russia in

Syria." Military Review 6 - 23.

Kozhanov, Nikolay. 2016. "Why is Syria so Important? Moscow’s Vision of its Tasks

in Syria Prior to the Beginning of Russian Military Deployment." Russia and

the Syrian Conflict 43 - 58.

Kurowska, Xymena dan Anatoly Reshetnikov. 2018. "Xymena Kurowska dan Anatoly

Reshetnikov, Neutrollization: Neutrollization: Industrialized trolling as a pro-

Kremlin strategy of desecuritization." Security Dialogue Vol.49 Issue 5 1 - 19.

Luke Glanville, How Are We to Think about the 'National Interest'? (AQ: Australian

Quarterly Vol. 77, No. 4,2005) hlm. 33 – 37

Marleku, MSc. Alfred. 2013. "National Interest and Foreign Policy: The Case of

Kosovo ." Mediterranean Journal of Social Sciences Vol. 4 No.3 405 - 420.

Notte, Hanna. 2020. "The United States, Russia, and Syria’s Chemical Weapons: a Tale

of Cooperation and Its Unraveling." The Nonproliferation Review 1 - 24.

113

Olanrewaju, Faith dan Segun Joshua. 2015. "The Diplomatic Dimensions of the Syrian

Conflict." Jadavpur Journal of International Relations, Volume 19 No. 1 43 -

63.

Phillips, Christopher & Morten Valbjørn. 2018. "‘What is in a Name?’: The Role of

(Different) Identities in the Multiple Proxy Wars in Syria." Small Wars &

Insurgencies Volume 29 No.3 414 - 433.

Rocha, Douglas de Quadros dan Isabela Souza Julio. 2016. "The Peace Talks On The

Syrian Conflict: Main Developments And Differences Between The Vienna

(2015) And Geneva iii (2016) Meetings." Boletim de Conjuntura Nerint, Porto

Alegre Vol. 1 No. 1 1 - 95.

Schwab, Regine. 2018. "Insurgent courts in civil wars: the three pathways of

(trans)formation in today’s Syria (2012-2017) ." Small Wars & Insurgencies

Volume 29 No. 4 801 - 826.

Shinar, Chaim. 2018. "Chechens: Freedom Fighters or Terrorists?" European Review,

Vol. 27, No. 1 131 - 142.

Stepanova, Ekaterina. 2018. "Russia’s Syria Policy: The Hard Path of Military

Disengagement." PONARS Eurasia Policy Memo No.511 1-17.

Steven J. Taylor, Robert Bogdan dan Marjorie L. DeVault. 2016. Introduction to

Qualitative Research Methods. Kanada: John Wiley & Sons.

Tomasz Wójtowicz, Izabela Barsznica, dan Kamil Drąg. 2018. “The Influence of

Russian Military Involvement in The War in Syria” War Studies University

Scientific Quarterly no. 2(111) 85 - 99

Manan, Munafrizal. 2015. "Foreign Policy and National Interest: Realism and Its

Critiques." Global & Strategis, Th. 9, No. 2 175 - 189.

Database dan Jurnal Online

Cafarella, Jennifer dan Jason Zhou. 2019. Russia’s Dead-end Diplomacy in Syria.

November. Accessed August 30, 2020.

http://www.understandingwar.org/sites/default/files/ISW%20Report%20-

%20Russia%E2%80%99s%20Dead-End%20Diplomacy%20in%20Syria%20-

%20November%202019.pdf.

Chauhan, Tanvi. 2020. "Why Are Warm-Water Ports Important to Russia Security:

The Cases of Sevastopol and Tartus Compared." airuniversity.af.edu. Accessed

October 4, 2020.

114

https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/JEMEAA/Journals/Volume-

02_Issue-1/Chauhan.pdf

Dabrowski, Marek dan Antoine Mathieu Collin. 2019. Russia’s Growth Problem .

Februari. Accessed September 4, 2020. https://www.bruegel.org/wp-

content/uploads/2019/02/PC-04_2019.pdf

Kedutaan Besar Republik Indonesia. n.d. Profil Suriah. Accessed Oktober 6, 2020.

https://kemlu.go.id/damascus/id/pages/sekilas_suriah_/108/etc-menu

Liotta, Dr. P. H. 2003. "Research & Debate—Still Worth Dying For: National Interests

and the Nature of Strategy." digital-commons.usnwc.edu. Accessed August 15,

2020. https://digital-commons.usnwc.edu/nwc-review/vol56/iss2/10/.

Lund, Aron. 2016. “The Road to Geneva: the Who, When, and How of Syria’s Peace

Talks” Accessed January 7 2021 https://carnegie-mec.org/diwan/62631 dilihat

pada 7 Januari 2021.

Lundgren, Magnus. 2015. "Peacemaking in Syria: Barriers and Opportunities."

researchgate.net. Accessed July 5, 2020.

https://www.researchgate.net/publication/283892529_Peacemaking_in_Syria_

Barriers_and_Opportunities.

Lundgren, Magnus. 2016. “Mediation in Syria: Initiatives, strategies, and obstacles,

2011-2016” Accessed January 7 2021

https://zenodo.org/record/895893#.X_YM99gzZPY

Mens, Jay. 2019. "Footing the Bill: Russian and Iranian Investment and American

Withdrawal in Syria." airuniversity.af.edu. Accessed October 4, 2020.

https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/JEMEAA/Journals/Volume-

01_Issue-2/JEMEAA_01_2_Mens.pdf

Official Internet Resources of The President of Russia. 2015. 70th session of the UN

General Assembly. September 25. Accessed March 20, 2020.

http://en.kremlin.ru/events/president/news/50385.

Peace Agreement Access. 2017. Joint Statement by Iran, Russia, Turkey on The

International Meeting on Syria in Astana. January 24. Accessed September 20,

2020. https://www.peaceagreements.org/viewmasterdocument/2092

Pirani, Simon dan Jack Sharples. 2020. "Oxford Institute for Energy Studies,

Implications of the Russia-Ukraine gas transit deal for alternative pipeline

routes and the Ukrainian and European markets." Oxford Institute for Energy

Studies. Accessed October 6, 2020. https://www.oxfordenergy.org/wpcms/wp-

content/uploads/2020/03/Insight-65-Implications-of-the-Russia-Ukraine-gas-

115

transit-deal-for-alternative-pipeline-routes-and-the-Ukrainian-and-European-

markets.pdf.

Rathmell, Andrew. 1996. "Syria's Intelligence Services: Origins and Development."

Journal.lib.unb.ca. Accessed April 18, 2020.

https://journals.lib.unb.ca/index.php/JCS/article/view/11815

Reghunadhan, Ramnath. 2017. The Impact of “De-escalation” Zones in Syria. May

29. Accessed September 23, 2020. www.capsindia.org

Republic of Turkey Ministry of Foreign Affairs. 2016. Joint Statement by Iran, Russia,

Turkey on Agreed Steps to Revitalize the Political Process to End the Syrian

Conflict. December 20. Accessed July 10, 2020. http://www.mfa.gov.tr/joint-

statement-by-the-foreign-ministers-of-the-islamic-republic-of-iran_-the-

russian-federation-and-the-republic-of-turkey-on-agreed-steps-to-revitalize-

the-political-process-to-end-the-syrian-conflict_-20-december-2016_-

moscow.en.m.

Republic of Turkey: Ministry of Foreign Affairs. 2017. Press Release regarding the

Conclusions of the 8th High Level Astana Meeting No: 396 . December 22.

Accessed August 30, 2020. http://www.mfa.gov.tr/no_-396_-sekizinci-yuksek-

duzeyli-astana-toplantisinin-sonuclari-hk_en.en.mfa.

Roskin, Michael G. 1994. "National Interest: From Abstraction to Strategy."

armywarcollege.edu. May 20. Accessed August 10, 2020.

https://publications.armywarcollege.edu/pubs/1656.pdf.

Samuel Charap, Elina Treyger, dan Edward Geist. 2019. Understanding Russia’s

Intervention in Syria. Accessed January 6 2021

https://www.rand.org/pubs/research_reports/RR3180.html

The Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation. 2018. Final statement of

the Congress of the Syrian national dialogue . January 30. Accessed Agustus

30, 2020. https://www.mid.ru/en/web/guest/maps/sy/-

/asset_publisher/9fcjSOwMERcf/content/id/3046246

The White House. 2011. “Executive Order 13582-- Blocking Property of the

Government of Syria and Prohibiting Certain Transactions with Respect to

Syria”. Acessed January 6 2021 https://obamawhitehouse.archives.gov/the-

press-office/2011/08/18/executive-order-13582-blocking-property-

government-syria-and-prohibiting

United Nations General Assembly. 2012. "Resolution adopted by the General

Assembly on 27 July 2012 ." un.org. September 11. Accessed Juli 5, 2020.

https://www.un.org/en/development/desa/population/migration/generalassemb

ly/docs/globalcompact/A_RES_66_288.pdf.

116

United Nations Meetings Coverage and Press Releases. 2018. Raising Alarm over

Possible Space Wars. October 24. Accessed August 30, 2020.

https://www.un.org/press/en/2018/gadis3609.doc.htm

—. 2019. Security Council Failing Thousands of People Detained. August. Accessed

August 20, 2020. https://www.un.org/press/en/2019/sc13913.doc.htm

United Nations Security Council. 2015. "Resolution 2254 Middle East (Syria)." United

Nations Security Council Web Site. December 18. Accessed March 15, 2020.

http://unscr.com/en/resolutions/doc/2254.

—. 2016. "Resolution 2336 The Situation in the Middle East (Syria)." United Nations

Security Council. December 31. Accessed March 15, 2020.

http://unscr.com/en/resolutions/doc/2336.

Weiss, Andrew et. al. 2019. “Lessons from U.S. and Russian Operations in Syria”

Accessed January 7 2021

https://carnegieendowment.org/files/Weiss_Ng_U.S.-Russia_Syria-final1.pdf

Laporan Online Resmi

Arab Center for Research and Policy Studies. 2016. Geneva Round III: a Peace

Process Strangled at Birth. Assessment Report, Doha: Assessment Report

Policy Analysis Unit – ACRPS.

https://www.dohainstitute.org/en/lists/ACRPS-

PDFDocumentLibrary/Assessment_Report_on_the_Geneva_III_Talks_Syria.

pdf

Asseburg, Muriel dan Heiko Wimmen. 2012. Civil War in Syria External Factors and

Interests as Drivers of Conflict. Working Paper, Jerman: SWP Comments 43. https://www.iemed.org/observatori-es/arees-danalisi/arxius-

adjunts/anuari/iemed-

2013/Asseburg%20Syria%20Geopolitical%20Implications%20EN.pdf

Barnes-Dacey, Julien. 2019. Chapter 3: Geo-Politics of Reconstruction: Who Will

Rebuild Syria and Pay for It? . Report, Italy: ISPI.

https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/ispi_report_rebuilding_s

yria_2019_0.pdf

Bechev, Dimitar. 2018. "Issue Chaillot Paper no.146." iss.europa.eu. July. Accessed

April 5, 2020.

https://www.iss.europa.eu/sites/default/files/EUISSFiles/CP_146.pdf.

Daher, Joseph. 2019. "Chapter 2: Beyond Physical Reconstruction: Planning a Stable

and Prosperous Post-War Syria." In Rebuilding Syria: The Middle East’s Next

117

Power Game?, by Eugenio Dacrema and Valeria Talbot eds., 35 - 58. Milan:

ISPI dan Atlantic Council.

https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/ispi_report_rebuilding_s

yria_2019_0.pdf

Daher, Joseph. 2018. The Political Context of Syria’s Reconstruction: A Prospective in

Light of a Legacy of Unequal Development. Working Paper, Milan: European

University Institute.

https://cadmus.eui.eu/bitstream/handle/1814/60112/MED_2018_05.pdf?seque

nce=4

European Asylum Support Office. 2019. Syria: Security Situation. Country of Origin

Information Report, Denmark: European Asylum Support Office Report.

https://www.easo.europa.eu/news-events/easo-publishes-coi-report-syria-

security-situation-2020

Farhat, Mohammad Fayez. 2018. "North-South Corridor: The Limits of Iranian

Power." rasanah-iiis.org. June. Accessed October 10, 2020. https://rasanah-

iiis.org/english/wp-content/uploads/sites/2/2018/12/North-South-Corridor-

The-Limits-of-Iranian-Power.pdf.

Geneva International Centre for Justice. 2017. "Syrian Civil War: Six Years into the

Worst Humanitarian Tragedy Since WWII." gicj.org. June. Accessed March

20, 2020. https://www.gicj.org/images/2016/pdfs/Final-Report-Syria_June-

2017.pdf.

Halbach, Uwe. 2018. Chechnya’s Status within the Russian Federation. Research

paper, Berlin: SWP. https://www.swp-

berlin.org/fileadmin/contents/products/research_papers/2018RP02_hlb.pdf

Human Rights Watch. 2020. Targeting Life in Idlib: Syrian and Russian Strikes on

Civilian Infrastructure accessed

https://www.hrw.org/report/2020/10/15/targeting-life-idlib/syrian-and-

russian-strikes-civilian-infrastructure

Institute for Economic and Peace. 2019. Global Terrorism Index 2019: Measuring the

Impact of the Terrorism. Index Report, Sydney: Institute for Economic and

Peace. https://www.visionofhumanity.org/wp-content/uploads/2020/11/GTI-

2019-web.pdf

Khouri, Rami G. 2020. The Implications of The Syrian War for New Regional Orders

in the Middle East. Working Papers, Menara Working Papers No. 12, European

Union’s Horizons 2020 Research and Innovation.

https://www.iai.it/sites/default/files/menara_wp_12.pdf

118

Kortunov, Andrey. 2019. "Chapter 3: The Astana Model: Methods and Ambitions of

Russian Political Action." In The Mena Region: A Great Power Competition,

by Karim Mezran and Arturo Varvelli, 53 - 63. Italy: ISPI and Atlantic Council.

https://www.atlanticcouncil.org/in-depth-research-reports/report/the-mena-

region-a-great-power-competition/

Lasensky, Scott B. dan Vera Michlin-Shapir. 2019. "Chapter 9: Avoiding Zero-Sum:

Israel and Russia in an Evolving Middle East ." In The Mena Region: A Great

Power Competition, by Karim Mezran dan Arturo Varvelli eds., 141 - 158.

Italy: ISPI dan Atlantic Council. https://www.swp-

berlin.org/fileadmin/contents/products/fachpublikationen/Friedensgutachten_e

ngBeitragAsseburg.pdf

Lovotti, Chiara. 2019. "Chapter 4: Redistribution of Power in the Middle East:

Moscow’s Return in Syria." In The Mena Region: A Great Power Competition,

by Karim Mezran dan Arturo Varvelli, 65 – 78. Milan: ISPI and Atlantic

Council. https://www.atlanticcouncil.org/in-depth-research-reports/report/the-

mena-region-a-great-power-competition/

Mezran, Karim dan Arturo Varvelli. 2019. The MENA Region: A Great Power

Competition. Report, Milan: ISPI and Atlantic Council.

https://www.atlanticcouncil.org/in-depth-research-reports/report/the-mena-

region-a-great-power-competition/

Parker, John W. 2017. Putin’s Syrian Gambit: Sharper Elbows, Bigger Footprint,

Stickier Wicket. Strategic Report, Washington: National Defense University

Press.

https://inss.ndu.edu/Portals/68/Documents/stratperspective/inss/Strategic-

Perspectives-25.pdf

Syrian Network For Human Rights. 2017. The Syrian Regime Has Dropped Nearly

70,000 Barrel Bombs on Syria. Assessment Report, Syria: Syrian Network for

Human Rights.

https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/The_Syrian_Regime_H

as_Dropped_Nearly_70%2C000_Barrel_Bombs_en.pdf

Syrian Observatory for Human Rights. 2020. Syrian Revolution NINE years on:

586,100 persons killed and millions of Syrians displaced and injured. March

14. Accessed April 18, 2020. https://www.syriahr.com/en/157193/

Talbot, Valeria. 2019. Chapter 4: Turkey in Syria: Role, Interests and Challenges .

ISPI report, Italy: ISPI. https://www.atlanticcouncil.org/in-depth-research-

reports/report/the-mena-region-a-great-power-competition/

Turkmani, Rim and Mustafa Haid. 2016. "The Role of the EU in the Syrian Conflict."

securityintransition.org. May. Accessed 5 July, 2020.

119

http://www.securityintransition.org/wp-

content/uploads/2016/02/WP05_Syria_FinalEditedVersion.pdf.

Berita Online

Abdi, Mazloum. 2019. If We Have to Choose Between Compromise and Genocide, We

Will Choose Our People. Oktober 13. Accessed 16 Oktober, 2020.

https://foreignpolicy.com/2019/10/13/kurds-assad-syria-russia-putin-turkey-

genocide/

Al Jazeera News Agency. 2011. ‘Half a million’ protest on streets of Hama. Accessed

January 6 2021 https://www.aljazeera.com/news/2011/7/8/half-a-million-

protest-on-streets-of-hama

Al Jazeera. 2016. Syria’s war: HNC unveils road map for transition. Accessed January

7 2021 https://www.aljazeera.com/news/2016/9/8/syrias-war-hnc-unveils-

road-map-for-transition

Al Jazeera. 2017. Syria’s ‘De-escalation Zones’ Explained. July 4. Accessed

September 26, 2020. https://www.aljazeera.com/news/2017/05/syria-de-

escalation-zones-explained-170506050208636.html

Barnard, Anne dan Rick Gladstone. 2017. Russia Reaches Deal for Syria Safe Zones,

But Some Rebels Scoff. May 4. Accessed April 5, 2020.

https://www.nytimes.com/2017/05/04/world/middleeast/russia-iran-turkey-

syria-de-escalation-zones.html?smpr&_r=0

BBC News. 2019. Turkey's Syria offensive explained in four maps. October 14.

Accessed Oktober 4, 2020. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-

49973218.

BBC News. 2019. Who are the Kurds?. Accessed January 8 2021 diakses melalui

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-29702440

Belenkaya, Marianna. 2019. Astana talks show Russia eager to keep plugging away at

Idlib. August 5. Accessed October 20, 2020. https://www.al-

monitor.com/pulse/originals/2019/08/russia-syria-turkey-astana-

talks.html#ixzz6WuDcJtVZ

Bill Roggio. 2014. ISIS announces formation of Caliphate, rebrands as ‘Islamic State’

accessed January 5 2021

https://www.longwarjournal.org/archives/2014/06/isis_announces_formation_

of_ca.php

120

Daily Sabah. 2020. Russia consolidates military power in northeast Syria. Accessed

January 2021 https://www.dailysabah.com/world/syrian-crisis/russia-

consolidates-military-power-in-northeast-syria?gallery_image=undefined#big

CNN Editorial Research. 2020. ISIS Fast Facts. Accessed January 6th 2021

https://edition.cnn.com/2014/08/08/world/isis-fast-facts/index.html

Cordall, Simon Speakman. 2019. Astana talks achieve mixed results although crucial

issues broached. August 3. Accessed August 30, 2020.

https://thearabweekly.com/astana-talks-achieve-mixed-results-although-

crucial-issues-broached

France24. 2018. Syria: the Astana peace process. Accessed January 8 2021

https://www.france24.com/en/20180905-syria-astana-peace-process

Frolovskiy, Dmitriy. 2019. What Putin Really Wants in Syria. Februari 1. Accessed

October 15, 2020. https://foreignpolicy.com/2019/02/01/what-putin-really-

wants-in-syria-russia-assad-strategy-kremlin

Heller, Sam. 2017. Geneva Peace Talks Won’t Solve Syria—So Why Have Them? Juni

30. Accessed September 20, 2020. https://tcf.org/content/report/geneva-peace-

talks-wont-solve-syria/?session=1.

Karadeniz, Tulay dan Suleiman Al-Khalidi. 2018. Syria's Idlib spared attack, Turkey

to send in more troops. September 18. Accessed September 4, 2020.

https://web.archive.org/web/20181203052807/https://www.reuters.com/article

/us-mideast-crisis-syria-rebels/syrias-idlib-spared-attack-turkey-to-send-in-

more-troops-idUSKCN1LY0T9 .

Lin Jenkins, Vladimir Putin announces Russian sanctions against Turkey [Artikel

online] (The Guardian: 28 November 2015) Accessed January 4, 2021.

https://www.theguardian.com/world/2015/nov/28/vladimir-putin-calls-for-

greater-sanctions-against-turkey

Macaron, Joe. 2019. Are Russia and Turkey making deals or parting ways in Syria?

September. Accessed September 4, 2020.

https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/russia-turkey-making-deals-

parting-ways-syria-190515163715038.html

Mariam Karouny. 2014. In northeast Syria, Islamic State builds a government.

Accessed January 6 2021 https://www.reuters.com/article/us-syria-crisis-

raqqa-insight/in-northeast-syria-islamic-state-builds-a-government-

idUSKBN0GZ0D120140904

Masi, Alessandria. 2015. Syria Talks: Rebel Negotiations In Saudi Arabia Exclude Key

Players In Syrian Opposition. December 12. Accessed July 5, 2020.

121

https://www.ibtimes.com/syria-talks-rebel-negotiations-saudi-arabia-exclude-

key-players-syrian-opposition-2223287.

Mohammed Tawfeeq dan Steve Almasy. 2018. Abu Bakr al-Baghdadi admits ISIS is

losing in apparent audio message. Accessed January 6 2021

https://edition.cnn.com/2018/08/22/middleeast/isis-leader-abu-bakr-al-

baghdadi-recording/index.html

Perry, Tom. 2016. Syrian Kurds, allies set to approve new government blueprint.

December 28. Accessed August 10, 2020. Tom Perry, Syrian Kurds, allies set

to approve new government https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-

syria-constitution-idUSKBN14H0X3?il=0

Porter, Gareth. 2016. Obama’s Syria Policy and the Illusion of US Power in the Middle

East. October 9. Accessed August 10, 2020.

https://www.commondreams.org/views/2016/10/09/obamas-syria-policy-and-

illusion-us-power-middle-east

Reuters. 2015. Russia says Riyadh talks do not speak for entire Syrian opposition.

Accessed January 7 2021 https://www.reuters.com/article/mideast-crisis-syria-

russia/russia-says-riyadh-talks-do-not-speak-for-entire-syrian-opposition-

idINKBN0TV0FG20151212

RIA Novosti. 2017. Negotiations in Astana to Resolve the Conflict in Syria. May 3.

Accessed September 23, 2020. https://ria.ru/20170503/1493513888.html

—. 2017. Talks in Astana to resolve the conflict in Syria. March. Accessed September

20, 2020. https://ria.ru/20170503/1493513888.html

—. 2017. The second day of talks on Syria: the opposition did not come dispensed with

it. March 13. Accessed October 16, 2020.

https://ria.ru/20170315/1490118708.html

Shaikh, Zaki. 2020. Moscow's Maneuvres for Mediterranean Bases & ME Markets.

April 2. Accessed October 5, 2020.

https://studies.aljazeera.net/sites/default/files/articles/documents/2020-

04/Moscow%27s%20Maneuvres%20for%20Mediterranean%20Bases%20%2

6%20ME%20Markets_2.pdf

Temizer, Selen. 2018. 11th round of Syria peace talks ends in Astana. November 29.

Accessed August 30, 2020. https://www.aa.com.tr/en/middle-east/11th-round-

of-syria-peace-talks-ends-in-astana-/1325005

Vladimir Isachenkov. 2019. Russia says it sent hundreds of additional troops to Syria.

Accessed January 7 2021 https://www.militarytimes.com/news/your-