KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

39
386 KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM (Studi Atas Perilaku Kepemimpinan Kiai dalam Mengelola Pondok Pesantren di Situbondo) Sulaiman. 1 STAI Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember Abstract Teacher of Islam represent religious leader taken as peer by society around. Peer in many matter it is of course, like spiritual tuition, including also as place to consult, to asking for message, asking for religion discourse and others. But in many matter, frequent teacher of Islam of times; rill made by focus, included in solution about Muslim boarding school, education of Islam. This Condition later; then express that Muslim boarding school as subculture in society not merely rendering intellectual human being, more than anything else teacher of Islam as founder, custodian and preserver of Muslim boarding school also represent one who at the same time grad (output) of world education of Muslim boarding school. Kata Kunci: Perilaku Kepemimpinan Kiai, Transformasi Pendidikan Islam, Mengelola Pondok Pesantren PENDAHULUAN Kepemimpinan Kiai merupakan tokoh sentral yang berada di pondok pesantren dan mempunyai ciri khas yang tersendiri dibandingkan dengan tokoh pendidikan yang lainnya. Dalam mengembangka podok pesantren, tentunya kiai mempunyai strategi yang disesuaikan dengan kapasitas dirinya. Seperti halnya pengembangan, strategi pengkatan SDM dan strategi kemandirian santri. Kiai sebagai tokoh sentral dalam tatah kehidupan pesantren, sekaligus sebagai pemimpin. Kepemimpinan pesantren biasanya berpusat pada seorang Kiai, hal ini biasanya kiai dalah pemilik, pengelola dan sekagus 1 Dosen Tetap STAI Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember

Transcript of KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

Page 1: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

386

KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM

(Studi Atas Perilaku Kepemimpinan Kiai dalam Mengelola Pondok Pesantren di Situbondo)

Sulaiman.1

STAI Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember

Abstract

Teacher of Islam represent religious leader taken as peer by society around. Peer in many matter it is of course, like spiritual tuition, including also as place to consult, to asking for message, asking for religion discourse and others. But in many matter, frequent teacher of Islam of times; rill made by focus, included in solution about Muslim boarding school, education of Islam. This Condition later; then express that Muslim boarding school as subculture in society not merely rendering intellectual human being, more than anything else teacher of Islam as founder, custodian and preserver of Muslim boarding school also represent one who at the same time grad (output) of world education of Muslim boarding school.

Kata Kunci: Perilaku Kepemimpinan Kiai, Transformasi Pendidikan Islam, Mengelola Pondok Pesantren

PENDAHULUAN

Kepemimpinan Kiai merupakan tokoh sentral yang berada di

pondok pesantren dan mempunyai ciri khas yang tersendiri dibandingkan

dengan tokoh pendidikan yang lainnya. Dalam mengembangka podok

pesantren, tentunya kiai mempunyai strategi yang disesuaikan dengan

kapasitas dirinya. Seperti halnya pengembangan, strategi pengkatan SDM

dan strategi kemandirian santri.

Kiai sebagai tokoh sentral dalam tatah kehidupan pesantren,

sekaligus sebagai pemimpin. Kepemimpinan pesantren biasanya berpusat

pada seorang Kiai, hal ini biasanya kiai dalah pemilik, pengelola dan sekagus

1 Dosen Tetap STAI Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember

Page 2: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

387

pengajar di pesantren yang dia pimpin. Namun begitu dalam hal

kepemimpinan ini, setidaknya ada tiga model tipe kepemimpinanpesantren.

Sebagai berikut adalah pertama kemimipinan Kiai kharismatik ke rasional,

kedua otoriter-paternalistik ke diplomatik, dan ketiga dari laissez fairIe

kebirokratik.2

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia

yang memiliki ciri khas tidak ditemukan di lembaga-lembaga yang alain,

telah melahirkan banyak pemimpin, bukan hanya pemimpin agama, tetapi

juga pemimpin-pemimpin masyarakat baik dalam skala lokal samapai skala

nasional. Bahkan pemimpin-pemimpin di negeri ini yang dulunya pernah

mengenyam pendidikan di pesantren. Sehingga tidak benar jika ada

anggapan bahwa pesantren hanya melahirkan seorang kiai atau seorang

ulama.

Berbicara pendidikan tidak akan lepas dari lembaga pendidikan asli

Indonesia memiliki akar tradisi sangat kuat dilingkungan masyarakat

Indonesia yaitu pesantren. Pesantren merupakan produk budaya Indonesia

yang indigenous yang berkembang sejalan dengan proses Islamisasi di

Nusantara. Sebagai lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu tingkat

pendidikan dalam pesantren menjadi salah satu indikator untuk mengukur

kemajuan dan derajat kemakmuran suatu negara serta mengukur besarnya

peranan setiap warganegara dalam kegiatan-kegiatan yang membangun.3

Eksistensi pesantren mempunyai arti dan peran penting dalam

pembagunan bangsa Indonesia. Secara historis, tidak hanya menampilkan

makna keislaman Indonesia. Pesantren di Indonesia dipandang sebagai

lembaga pendidikan Islam yang memiliki watak indigenous (pribumi) lembaga

seperti ini sudah terdapat di Indonesia sebelum datangnya penjajah Belanda,

di samping pusat penyiaran Islam, sejumlah pondok pesantren juga menjadi

2 Zuly Qodir, Ada Apa dengan Pesantren Ngeruki, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), 16.

3 Mastuki HS, Pendidikan Pesantren Antara Normativitas dan Objektivitas, Majalah

Pesantren, Lakpesdam NU. Edisi I/ Th. 1/ 2002, 20.

Page 3: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

388

pusat pergerakan nasional untuk melawan penjajah. Sampai sekarang

pondok pesantren merupakan bagian dari sub sistem pendidikan nasional.4

Pondok pesantren adalah yang merupakan bagian dari proses sistem

pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan

makna ke-islam-an, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia.

Lembaga pendidikan Islam, misalnya pondok pesantren merupakan institusi

pendidikan Islam yang mengajarkan dan memperdalam ilmu-ilmu

pendidikan agama Islam.

Sedangankan menurut Abd. Halim Soebahar, pendidikan Islam

merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang wajib dipelihara dan

dipertahannkan keberadaannya karena lembaga ini telah terbukti mampu

mencetak para toko, kiai/ulama, dan sebagainya. Diundangkannya UU No.

20 tahun 2003, PP No. 19 tahun 2005, dan secara khusus adalah

diundangkannya PP No. 55 tahun 2007 tentang pendidikan keagamaan

diniyah jelas merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang, karena

PP No. 55 tahun 2007 khususnya telah mengakomurdir keberadaan

pendidikan diniyah, madrasah diniyah, pendidikan pesantren dan selainnya,

sedangkan tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana para pengelola

pesantren, pendidikan diniyah dan madrasah diniyah merespon secara

kreatif pemberlakuan PP 55 tahun 2007 tersebut.5

Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut

serta mencerdakan kehidupan bangsa. Terutama di zaman kolonia,

pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berjasa bagi umat

Islam. Tidak sedikit pemimpin bangsa terutama dari angkatan 1945 adalah

alumni atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesaantren.6

4 Mu’awanah, Manajemen Pesantren Mahasiswa Studi Ma’had UIN Malang, (Yogyakarta:

STAIN Kediri Press, 2009), 2 5 Abd. Halim Soebahar, Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009),

164-165. Dah lihat pula UU No. 20 tahun 2003, PP No. 19 tahun 2005, dan PP No. 55 tahun

2007menjelaskan tentang peluang pendidikan agama dan keagamaan/pendidikaan diniyah. 6 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren; Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), 3

Page 4: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

389

Eksistensi pesantren tidak terlepas dari peran kiai sebagai pengasuh.

Tingginya status dan besarnya peran kiai dalam pembinaan dan

pengembangan pesantren sebagai pusat pendidikan dan dakwah Isalam,

menjadikan sebagai sosok kiai yang sangat berpengaruh dan disegani di

komonitas pesantren, bahkan terhadap masyarat di luar pesantren. Lebih

dari itu, galibnya kiai dari keturunan ulama besar dan berilmu pengetahuan

yang luas khususnya agama, menjadikan kiai sebagai sosok publik figur dan

tokoh agama yang kharismatik.7

Sentralitas kiai dalam pesantren tidak terbentuk dengan sendirinya.

Tradisi pesantren yang meletakkan kiai sebagai sentral dikarenakan sejak

awal masyarakat, utamanya santri sudah terbangun kesepakatan atau

pertujuan informal bahwa Kiai dianggap representasi keilmuan dan

ketokohan dalam hal moralitas.8

Kiai merupakan pemimpin keagamaan yang dijadikan panutan oleh

masyarakat sekitar. Panutan dalam banyak hal tentunya, seperti bimbingan

rohani, termasuk juga sebagai tempat untuk berkonsultasi, meminta petuah,

meminta siraman rohani dan lain sebagainya. Tapi dalam banyak hal, Kiai

kerapkali dijadikan sorotan, termasuk dalam pembahasan tentang pesantren,

pendidikan Islam. Kondisi ini kemudian mencerminkan bahwa pesantren

sebagai subkultur dalam masyarakat bukan hanya menyumbangkan manusia

intelektual, apalagi Kiai sebagai pendiri, penjaga dan pemelihara pesantren

juga merupakan orang yang sekaligus lulusan (out put) dari dunia pendidikan

pesantren.

Dengan demikian kemampuan kiai di dalam memimpin sebuah

pondok pesantren, mempengaruhi santri dan juga masyarakat sekitar

seringkali diidentikan karena kemampuan pola kepemimpinan kiai yang

7 In’am Sulaiman, Masa Depan Pesantren; Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang

Modernisasi, (Malang: Madani, 2010), 101 8 H. M. Sholehuddin S, Kiai dan Politik Kekuasaan, (Surabaya: FKPI Jawa Timur, 2007),

52-53.

Page 5: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

390

bergaya karismatik. Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa pola

kepemimpinan karismatik kiai ini adalah merupakan bawaan atau bakat dari

kiai tersebut, namun ada juga yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan

karismatik tersebut adalah hasil didikan dari kiai-kiai sebelumnya.

Kepemimpinan, terdapat tolak ukur tertentu dalam kepemimpinan

pesantren, yaitu kharisma, personaal, relegio-feodalisme, dan kurang

mementingakan kecakapan teknis. Beberapa pesantren besar, sebagaimana

ditunjukkan oleh hasil penelitian Mastuhu, masih cenderung menganut pola

kepemimpinan kharismatik dengan gaya “otoriter-paternalistik”.9

Walaupun gaya kepemimpinan karismatik cenderung otoriter, namun

masih banyak digunakan terutama pada pesantren salaf. Sifat karismatik dan

otoritas yang dimiliki kiai terhadap pengikutnya terutama para santri sering

dipandang negative oleh masyarakat. pengaruh kepemimpinan karismatik

yang dimiliki oleh kiai juga karena adanya karomah yang melekat pada

pribadi kiai. Dimana karomah tersebut bisa berupa ke‟aliman ilmunya,

ketinggian akhlaknya dan juga tentunya keimanannya.10

Bagi umat Islam, kiai tidak saja dinilai sebagai pemimpin informal

yang mempunyai otoritas sentral, tetapi juga sebagai personifikasi penerus

Nabi Muhammad SAW. Predikat kekiaian diberikan oleh masyarakat atas

dasar keunggulan yang dimilikinya, misalnya kedalaman ilmu, keturunan,

dan kekayaan ekonomi. Keunggulan tersebut dipergunakan mereka untuk

untuk mengabdi kepada masyarakat luas.11

Pimpinan pesantren yang memiliki kepemimpinan yang merelakan

dengan kebutuhan sekarang dan masa depan harus pula mampu memahami

kebutuhan akan integrasi pesantren kedalam pendidikan nasional.

Bagaimanapun juga harus diakui bahwa saat ini pesantren sebagai suatu

9 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008), 170

10 http://creativecommos.org/liseeses/by, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, diakses

2012 11

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai Kontruksi Sosial Berbasis Agama, (Yogyakarta:

LKiS Pelagi Aksara, 2007,) 2

Page 6: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

391

sistem masih berada diluar pendidikan nasional yang ada. Ia diakui sebagai

satu pendidikan yang hidup di tengah-tengah dan menjadi bagian dari

masyarakat bangsa. Secara potensial, ia merupakan salah satu dari lembaga

pendidikan yang ideal dari bangsa kita, karena kemampuannya

mengembangkan watak mandiri dalam diri para lulusannya selama ini.12

Dari pernyataan diatas jelas bahwa pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan yang mempunyai kontribusi besar terhadap bangsa dan

negara ini. Karena tidak hanya mengkader syari‟ah Islam, akan tetapi juga

mandiri dalam pola hidup berpikir lebih sederhana. Dan memberikan

kontribus dalam upaya transformasi pendidikan Islam untuk mencapai

sebuh pendidikan yang sempurnah dan mampu memberikan hal yang

sangat signifikan dalam transformasi perubahan.

Kiai memiliki peranan penting dalam perkembangan pesantren.

Peranan (role) adalah tingkah laku individu yang mementaskan suatu

kedudukan tertentu dalam hubungannya dengan individu-individu dalam

kedudukan lain. Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status)

Peranan kiai diartikan sebagai peranan yang dimiliki oleh kiai atas

pesantrennya. Kecuali sebagai pemilik, kiai juga sebagai pemimpin dan

penentu dalam pesantren. Ada beberapa persyaratan yang menjadikan

seorang kiai memiliki pengaruh. Kemudian dengan pengaruh dan

kekuasannya, kiai dapat menentukan setiap langkah dan kebijaksanaan.

A. Kajian Teori Tentang Kepemimpinan Kiai

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang memiliki arti

mengetuai atau mengepalai rapat, perserikatan, pengarahan. Kata

pemimpin memiliki arti yang sama dengan kata bimbing dan tuntun yang

sama-sama memiliki arti mengarahkan atau memberi petunjuk.

Kepemimpinan erat kaitannya dengan keterampilan atau seni

12 Abdurrahaman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LkiS,

2010,) 191

Page 7: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

392

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu atau seni

mempengaruhi dan menggerakkan orang untuk bekerja secara

terkoordinasi, dimana setiap orang tergerak mengerjakan pekerjaannya

serta menyelesaikan tugasnya dengan baik berdasarkan program yang

telah dicanangkan dalam kinerja keorganisasian secara menyeluruh.13

Menurut R. Kreitner dalam Zaini Muctarom, memberikan

devinisi kepemimpinan (leadership) ialah proses mempengaruhi orang,

dimana pemimpin pengusahakan keikutsertaan bawahan yang dengan

hastrat dan kemauan sendiri berusaha untuk mencapai tujuan

organisasi.14

Keberadaan seorang merupakan hal subtansial dalam suatu

organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Sukses suatu

organisasi ataupun lembaga akan sangat ditentukan pada peranan

pemimpin dalam mengelola sumberdaya organisasi dan menjalankan

segala aktivitas organisasi secara optimal.15

Senada dengan Nur Syam pemimpin adalah “seseorang atau

induvidu yang diberi status bersandarkan pemilihan, keturunan atau cara-

cara lain, sehingga memiliki otoritas kewenangan untuk melakukan

serangkaian tindakan dalam mengatur, mengelola, dan mengarahkan

sekumpulan orang melalui institusi atau organisasi untuk mencapai

tujuan tertentu”. Dalam konteks ini, berarti bahwa pemimpin itu

dilahirkan karena kebutuhan dalam suatu institusi atau organisasi

tertentu. Sedangkan kepemimpinan merupakan aspek dinamis dari

pemimpin, yaitu mengacu pada tindakan-tindakan atau prilaku yang

13

M. Walid, Napak Tilas Kepemimpinan KH.Ach. Muzakky Syah, (Yogyakarta: Absolute

Media, 2010), 11. 14

Zaini Muchtarom, Dasar Dasar Manajemen Dakwa,.. 74. 15

Babun Suharto, Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan Studi Pengaruh

Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Terhadap Kepuasan Kinerja Bawahan,

(Surabaya: Aprinta Offset, 2006), 33

Page 8: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

393

ditampilkan dalam melakukan serangkaian pengelolaan, dan pengarahan

untuk mencapai tujuan.16

Bahwa pemimpin adalah kemampuan memperoleh konsensus

kaitan pada sasaran bersama, melalui syarat-syarat organisasi, yang

dicapai dengan pengalaman, sumbangan, dan keputusan dipihak

kelompok kerja. Istilah dalam memperoleh dalam definisi tersebut

dimaksudkan Cribin sebagai proses pengaruh yang memungkinkan

pemimpin membuat orang-orang (bawahannya) bersedia mengerjakan

apa yang harus dikerjakan, serta mengerjakannya dengan baik. Namun

demikian proses mempengaruhi tersebut jarang berlangsung sepihak.

Sesungguhnya dalam prosesnya akan terjadi saling pengaruh

mempengaruhi dalam rangka berubahan perilaku antara pemimpin dan

yang dipimpinnya.

2. Syarat-Syarat Pemimpin

Syarat-syarat seorang pemimpin dari beberapa sifat yang harus

dimiliki kemampuan sifat, dari sisi lain Sheil Murray Bthel dalam Kustadi

melihat adanya beberapa karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin,

yaitu:

Pertama, Mempunyai misi penting. Seperti halnya Nabi

Muhammad SAW memiliki misi besar dan penting, yaitu menyebarkan

agama Islam agar menjadi Rahmatan lil alamin (rahamat bagi bagi semua

umat semesta alam ini). Kedua, Pemikir besar. Pemimpin adalah publik

pemikiran. Dari dialah muncul ide-ide untuk mewujudkan tujuan yang

besar pula. Ketiga, Mempunyai etika tinggi. Di dalamnya termasuk moral,

intgritas, kejujuran, nilai-nilai, kepercayaan, tugas, kebijaksanaan, loyalitas,

kehormatan, kebaikan, kesetiaan, dan hati nurani.

Keempat, Menguasai perubahan. Pemimpin menciptakan keadaan

yang lebih baik. Kelima, Peka terhadap situasi di sekitarnya. Pengambilan

16 H. Nur Syam sebagaimana dikutip oleh A. Halim, Rr. Suhartini, dkk, edt, Manajemen

Pesantren, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2005), 77.

Page 9: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

394

keputusan selalu dilandaskan pada keadaan disekitar wilayah kerjanya.

Keenam, Berani mengambil risiko. Dalam setiap pengambilan keputusan

selalu ada risiko yang harus dihadapi. Seorang pemimpin harus mampu

dan mengambil dan menerima risiko yang akan timbul atas setiap

pengambilan keputusan. Ketuju, Tegas dalam mengambil keputusan.

Seorang pemimpin mampu mengambil keputusan yang tegas atas

pertimbangannya yang matang. Kedelapan, Menggunakan kekuasaan

secara bijaksana. Kekuasaan seorang pemimpin bukan digunakan hanya

untuk kepuasan kebutuhan pribadi.

Kesembilan, Berkomonikasi secara efektif. Komonikasi adalah

kunci terjalinnya kerja sama yang baik. Kesepulah, Pembangun suatu tim.

Pemimpin yang baik mampu membangun tim yang solid. Di dalam tim

terdapat beragam pemikiran dan karakter, maka pemimpin dituntut

untuk mampu memadukan dan menyatukan pemikiran-pemikiran serta

karakter-karakter tersebut. Kesebelas, Pemberani, pemimpin yang baik

adalah berani menghadapi segala tantangan. Keduabelas, Memiliki

kometmen, bebagai rencana dan keputusan tidak akan berarti jika

pemegang kekuasaan (pemimpin) tidak memiliki kometmen (tanggung

jawab).17

3. Pengertian Kiai

Kata kiai merupakan kata yang sudah cukup akrab di dalam

masyarakat Indonesia. Kiai adalah sebutan bagi alim ulama‘ Islam. Kata

ini merujuk kepada figur tertentu yang memiliki kapasitas dan kapabilitas

yang memadai dalam ilmu-ilmu agama Islam karena kemampuannya yang

tidak diragukan lagi, dalam struktur masyarakat Indonesia, khususnya di

Jawa, figur kiai memperoleh pengakuan akan posisi pentingnya di

masyarakat.

17

Kustadi, Manajemen Pers, 82-83.

Page 10: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

395

Sedangkan menurut Hasbullah, dalam bukunya yang berjudul

kapita selekta selekta pendidikan Islam, yang dikutip Jupri Dolong,

“Kiai” adanya kiai dalam pondok pesantren merupakan hal mutlak bagi

sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral (top leader) yang

memberikan pengajaran, karena kiai menjadi salah satu unsur yang paling

dominan dalam kehidupan suatu pesantren, disebabkan karena

kemasyhuran, keahlian dan kedalaman ilmu yang dimilikinya.18

Menurut Dhofier Perkataan „kiai” dalam bahasa jawa dipakai

untuk tiga gelar yang berbeda, diantaranya:

a) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, umpapamanya, “kiai garuda kencana‟‟ dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di Yogyakarta;

b) Gelar kehormatan bagi orang-oarang tua pada umumnya. c) Gelar yang di berikan oleh masyarakat kepada seorang ahli

agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab islam klasik pada santrinya.19

Gelar kiai juga diberikan oleh masyarakat kepada orang-orang

yang mempunyai ilmu pengetahuan dibidang agama serta memimpin

pondok pesantren yang mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada

santrinya. Namun dalam perkembangannya sebutan kiai juga diberikan

kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan atau keahlian dibidang

ilmu Agama Islam, ataupun tokoh masyarakat walaupun tidak meminpin

atau memiliki serta memberikan pelajaran di pondok pesantren.

Menurut Mastuhu yang dimaksud dengan kiai adalah kiai

pengasuh pondok pesantren yang menjaga nilai-nilai agama sebagaimana

unsur-unsur sebelumnya (pondok pesantren). Sedangkan Ustadz adalah

18

M. Jufri Dolong, Manajemen Pesantren dan Peningkatan Kualitas Luaran, (Uneversum

Jurnal Ke-Islaman dan Kebudayaan, LP3M STAIN Kediri: Volume 5 No. 1 Januari, 2011 ), 54 19

. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES,

1994), 55

Page 11: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

396

santri kiai yang dipercaya untuk mengajar agama kepada para santri dan

disupervisi oleh kiai.20

Bahwa kiai merupakan sebagai pewaris penerus ulama dan

penerus Nabi untuk menjalankan ajaran Islam dan mengajarkan ilmu-

ilmu agama dan syariat Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw.

Menurut Endang Turmudi karena kiai adalah yang

berpengetahuan luas yang kepadanya penduduk Desa belajar

pengetahuan, kepandaian dan pengetahuannya yang luas tentang Islam

menyebanbkan kiai selalu mempunyai pengikut bai para pendengar

informal yang senantiasa menghadiri pengajian atau ceramahnya maupun

santri yang tinggal di pondok sekitar rumahnya.21

Juga disebutkan keberhasilan kiai pesantren dalam melakukan

trnsformasi pendidikan dan sosial masyarakat secara total menjadikan

kedudukan kultural pesantren cendrung lebih kuat dari pada

masyarakatnya, Nama besar sebuah pesantren seperti Tebuireng,

Situbondo dan Tegalrejo, Ploso, Jampes, Lirboyo, untuk menyebut

beberapa nama, bukan sekedar menunjukkan kebesaran dan karisma kiai-

kiai pendiri pesantren itu, tetapi juga menujukkan keberhasilan kiai

pesantren bersangkutan dalam melakukan transaformasi masyarakat di

sekitarnya.22

Sedangkan menurut Abdurrahman Wahid dalam Hamdan

Farchan berpendapat, peran kiai sebagai agen budaya (cultur broker) bukan

berarti kiai sebagai makelar budaya. Peranan kiai sebagai agen budaya

karena kiai memiliki peran ganda, satu sisi sebagai pengasuh, pemilik

20

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesatren; Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Seri Inis xx, 1994), 126. 21

Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dalam Kekuasaan, (Yogyakarta: LKIS, 2004), 95 22

Muhaimin Iskandar, Kiprah Kiai Pondok Pesantren dalam Transformasi Sosial,

(Yogyakarta: LKIS, 2008), 35

Page 12: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

397

pesantren, pembimbing santri, pengayom umat dan peliti, di sisi lain kiai

sebagai asimilator kebudayaan luar yang masuk ke pesantren.23

4. Teori Pendekatan Perilaku Kepemimpinan Kiai

Perilaku adalah sama dengan tingkah laku, tindak tanduk, atau

aktivitas personal manusia. Perilaku kepemimpinan adalah perilaku

khusus/pribadi para pemimpin terkait dengan tugas dan perannya

sebagai seorang pemimpin. Perilaku kepemimpinan dipahami sebagai

suatu kepribadian (personality) seorang pemimpin yang diwujudkan dalam

aktivitas kepemimpinannya dalam kaitannya dengan pengelolaan tugas

dan hubungan dengan bawahan/pengawai untuk mencapai tujuan

organisasi.24

Pada hal tertentu perilaku yang dimaksud dengan teori

kepemimpinan. Dua uneversitas terkemuka, yaitu Uneversitas Ohio dan

Michigan telah melakukan penelitian pada tahun 40 dan 50-an dan

berhasil menyimpulkan dua kelompok perilaku kepemimpinan yang

disaring dari 1.800 tingkah laku kepemimpinan.

Pertama, memberikan perhatian pada manusia. Dalam kelolmpok

perilaku ini, seorang pemimpin memfokuskan pada perhatiannya kepada

hubungan-hubungan sosial yang terwujud dalam beberapa sifat yang

mendasar. (1) benar-benar memberikan perhatian pada kebutuhan–

kebtuhan pengikut. (2) kemauan yang keras untuk memperbaiki keadaan

mereka. (3) mendengar usulan dan koreksi-koreksi mereka. (4) memberi

bantuan pribaddi kepada mereka. (5) memberikan kedukungan terhadap

cita-cita dan ambisi mereka. (6) menjadikan dirinya sebagai baigian dari

mereka. (7) berinteraksi dengan baik dan adil. (8) memperhatikan kondisi

keluarga mereka. (9) memberikan ketenangan dan menjelaskan ketika

23

Hamdan Farchan & Syaifuddin, Titik Tengkar Pesantren; Resolusi Konflik Masyarakat

Pesantren, (Yogyakarta: Pilar Relegia, 2005), 7. 24

Mohammad Karim, Pemimpin Transformasional di Lembanga Pendidikan Islam,

(Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 28.

Page 13: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

398

terjadi problem dan musibah.(10) mengikut sertakan mereka

dalammengambil keputusan.

Kedua, Memberikan perhatian kepada pekerjaan. Di sini pemimpin

lebih memfokuskan kepada hasil dan pelaksanaan kerja dengan teliti dan

sempurna dalam batas waktu yang telah ditentukan. Hal itu terwujud

dalam beberapa sifat. (1) menentukan tugas dengan cermat. (2)

membagikan peran kepada orang yang melaksanakannya dengan jelas. (3)

menentukan hal-hal yang diwajibkan, dibolehkan dan yang dilarang

(prosedur dan kebijakan-kebijakan). (4) tugas dalam penetapan perintaah.

(5) mengoptimalkan kerja pegawai.25

Sebagian orang menggunakan perilaku ini secara terus-menerus,

sementaara sebagaian yang lain menggunakannya pada waktu-waktu

tertentu seperti ketikaa terjadi ksrisis.

Perilaku kepemimpinan sering disebut gaya kepemimpinan

(leadership style). penulis ingin lebih spesifik menyinggung perilaku atau

gaya kepemimpinan yang dipergunakan oleh para pimpinan (kiai) di

pesantren antara lain:

Pertama, Kepemimpinan kiai di pondok pesantren menganut

sistem kepemimpinan yang variatif, namun yang seringkali digunakan kiai

didalam pondok pesantren dan memberikan aufklarung (pencerahan) adalah

kepemimpinan strategik.

Kedua, Kepemimpinan strategik adalah strategi-strategi tindakan

pengasuh (kiai) pesantren yang berkaitan erat dengan kurukulum pondok

pesantren, pendekatan belajan dan mengajar, struktur dan proses

perencanaan, pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan evaluasi

serta pendayagunaan berbagai layanan baik secara individual maupun

institusional. Kepemimpinan strategik kiai (pengasuh pesantren) juga

ditunjukan oleh kemampuannya menetapkan perioritas isu-isu strategis.

25 Thariq M. As-Suwaidan dan Faisal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa

Depan, (Jakarta: Gema Insani, 2005), 105-106

Page 14: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

399

Pengasuh pesantren diharapkan aktif menyimak perkembangan global

sehingga mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang mungkin muncul setiap saat.26

Selanjutnya, di dalam pesantren. Santri, ustadz dan masyarakat

sekitar merupakan individu-individu yang langsung ataupun tidak

langsung dipengaruhi oleh perilaku pemimpin (kiai) tersebut.

Kepemimpinan di Pesantren lebih menekankan kapada proses

bimbingan, pengarahan dan kasih sayang. Gaya kepemimpinan (leadership

style) yang ditampilkan oleh kiai (pengasuh pesantren) bersifat kolektif

atau kepemimpinan institusional.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kiai sebagai pimpinan

pesantren dalam membimbing para santri atau masyarakat sekitarnya

memakai pendekatan situasional. Hal ini nampak dalam interaksi antara

kiai dan santrinya dalam mendidik, mengajarkan kitab, dan memberikan

nasihat, juga sebagai tempat konsultasi masalah, sehingga seorang kiai

kadang berfungsi pula sebagai orang tua sekaligus guru yang bisa ditemui

tanpa batas waktu.

Secara pokok, kiai sekurang-kurangnya memiliki tiga jenis

kemampuan kepemimpinan sekaligus, yaitu pertama kemampuan tekhnis,

kedua kemampuan konseptuan, dan ketiga kemampuna manajerial.27

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kiai

penuh tanggung jawab, penuh perhatian, penuh daya tarik dan sangat

berpengaruh. Perilaku kiai dapat diamati, dicontoh, dan dimaknai oleh

para pengikutnya (secara langsung) dalam interaksi keseharian. Dengan

kata lain, kiai (pengasuh pondok pesantren) selalu berada dalam

kesadaran yang tinggi bahwa segala perilakunya akan menjadi model

tauladan bagi warga pesantren.

26

Sulthon, Manajemen Pesanren,.. 49 27

Imam Tolkhah Imam dan Ahmad Baziri, Membuka Jendela Pendidikan;Mengurai Akar

Tradisi Dan Integrasi Keilmuan Pendidikan. (Yogjakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 71

Page 15: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

400

Berkenaan dengan hal ini Allah SWT Mengajarkan kepada

Rasulullah SAW. Agar menjalankan kepemimpinan dengan hikmah

(perkataan yang tegas dan benar) dan memberikan pelajaran yang baik

serta memberikan pengarahan dengan argumentasi yang dapat diterima,

sebagaimana firman-Nya dalam al-Quran surah an-Nahl ayat 125 artinya

sebagai berikut:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan batil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik"28

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin

dalam berperilaku dipengaruhi paling tidak oleh empat faktor yang

melatarbelakanginya. Pertama, faktor keluarga yang langsung maupun

tidak langsung telah melekat pada dirinya. Kedua, latar belakang

pendidikannya yang sangat berpengaruh dalam pola pikir, pola sikap, dan

tingkah lakunya. Ketiga, pengalaman yang mempengaruhi kebijaksanaan

dan tindakannya. Keempat lingkungan masyarakat sekitar yang akan

menentukan arah yang harus diperankannya.

5. Sifat Kepemimpinan Kiai

Dalam kaitannya dengan perilaku yang tampak pada diri

pemimpin, maka tidak terlepas dari sifat-sifat yang dimiliki oleh

pemimpin tersebut. Sebab antara perilaku dan sifat yang melekat pada

seorang pemimpin tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian mempelajari

perilaku pemimpin sama artinya dengan mempelajari sifat-sifat yang

harus dimiliki oleh para psikologi dan pakar organisasi dalam mengkaji

kepemimpinan dengan cara mengenali karakteristik sifat atau ciri-ciri

pemimpin yang berhasil.

Seorang pemimpin dalam proses kepemimpinannya tidak terlepas

dari pandangan Allah dan Umat (yang dipimpinnya). Pemimpin harus

28 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Gema Risalah, 1993), (QS An Nahl ayat

125).

Page 16: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

401

memiliki tanggungjawab yang tinggi, baik dihadapan Allah maupun

dihadapan manusia. Agar tanggungjawab kepemimpinannya dapat

berjalan dengan baik, maka ia harus memiliki sifat-sifat yang terpuji.

Sifat kepemimpinan yang terpuji. Tentunya mengacu pada sifat-

sifat Rasulullah yang sangat terkenal. Adapun sifat-sifat kepemimpinan

Rasulullah SAW adalah (1) Shidiq (benar), (2) Tabligh (menyampaikan), (3)

Amanah (dapat dipercaya atau jujur), (4) Fathonah (cerdas). Lebih dari itu

keberhasilan kepemimpinan Rasulullah adalah karena ia memiliki akhlaq

yang terpuji (akhlaqul karimah). Empat sifat kepemimpinan Rasulullah

dapat dipahami dengan konteks pemahaman yang lebih luas. Maka secara

umum keempat sifat tersebut akan mengantarkan siapa saja kepada

keberhasilan dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

Kaitannya dengan kemajuan dan perubahan yang terjadi dalam

masyarakat sekarang ini, maka sifat-sifat kepemimpinan kiai di persantren

atau pimpinan formil lainnya memiliki beban yang berat. Dengan

demikian seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam ilmu

pengetahuan (intelektualitas) karena kecerdasan ini dapat mengangkat

fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan

kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan29 daya tahan

mental dan daya tahan fisik.

Sifat-sifat yang disebutkan di atas, memang tidaklah mungkin

dimiliki secara sempurna oleh setiap pemimpin, kecuali pemimpin yang

diangkat dan ditetapkan secara langsung oleh Allah SWT. Seperti para

Rasul dan para Nabi. Kenyataannya tidak sedikit pemimpin yang

memiliki kelemahan dan kekurangan. Namun demikian, semakin kita

mengerti dan memahami siafat-sifat kepemimpinan yang terpuji, maka

dapatlah pemimpin mawas diri dengan berusaha keras meningkatkan

29

Rofiq A, dkk, Pemberdayaan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 60

Page 17: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

402

kemampuan dan mengikis habis kekurangan dan kelemahan yang ada

pada dirinya.

Keinginan yang jujur untuk memperbaiki diri sendiri bagi seorang

pemimpin sangatlah penting agar tidak lalai dalam menjalankan amanat

yang dipikuilnya. Sebagai pemimpin ia hidup di bawah Pengawasan Allah

dan Manusia. Segala yang dikatakan atau dilakukan pemimpin tidak

terlepas dari pengamatan yang diteliti cermat Allah dan manusia di

sekelilingnya. Tindakan dan perilaku serta ucapannya mengandung pesan,

mengungkapkan makna, atau mengajarkan dan mewariskan sifat-sifat

untuk melakukan sesuatu.

6. Ragam Model Kepemimipinan Kiai

Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang atau sekelompok

orang (tim) memainkan pengaruh atas orang lain (tim) lain,

menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan akativitas mereka untuk

mencapai sasaran.30

Ragam dan model Kepemimpinan kiai dapat di artikan sebagai

arah kebutuhan individu yang mendorong beberapa prilaku dalam situasi

kepemimpinan. Ada beberapa tipe atau gaya kepemimpinan yang dikenal

luas dewasa ini,31 antara lain:

a) Kepemimpinan Otoriter

Pemimpin otoriter tidak jarang memberi ruang lingkup sempit

terhadapa kebebasan, kreativitas dan inisiatif bawahan. Bawahan rata-rata

menerima kebijakan fatwa dari kiai dalam melaksakan tanggung jawabnya

sebagai seorang pengabdi. Pengaruh kiai sangat kuat sehingga usul-usul

dan inisiatif pihak bawah hampir tidak ada dan kalau ada hanya sekedar

merupakan suatu usul yang akhirnya masih menunggu kearifan

30

Vincen Gaspersz, Organizational Excelence, (Jakarta: Gramedia, 2007), hal. 35-36 31

M. Walid, Napak Tilas Kepemimpinan KH.Ach. Muzakky Syah, (Yogyakarta: Absolute

Media, 2010), 18.

Page 18: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

403

kiai.dengan kata lain, apa yang dilakukan pihak bawahan tidak berani

melampaui kewenangan kiai apa lagi melanggarnya.32

Menurut Walid, kepemimpinan otokratik dalam praktiknya

menggunagakan kepemimpinan yang menuntut ketaatan patuh dari

bawahannya. Dalam menegakkan disiplin, kepemimpinan otokratik

terlihat kaku, bernada keras dalam pemberianperintah atau intruktif dan

menggunakan posotivistik jika terjadi penyimpangan oleh bawahan.33

Sedangkan menurut Sukamto, tipe otoriter yang berlaku dalam

organisasi menimbulkan ketergantungan serius terhadap pemimpin,

suasana lingkungan menjadi kaku, keberhasilan organisasi hanya

ditentukan oleh satu orang saja.34 Gaya kepemimpinan otoriter ini dapat

diterapkan dengan tepat pada organisasi-organisasi yang membutuhkan

disiplin anggotanya secara ketat. Kelebihan tipe ini adalah keputusan

penting dapat dengan cepat dilakukan, sehingga dapat segera

dilaksanakan oleh anggota organisasinya.

b) Kepemimpinan Paternalistik

Pemimpimpin paternalistik yaitu gaya kepemimpinan yang bersifat

kebapakan. Tipe kepemimpinan paternalistik menurut Kartini Kartono

dalam M. walid, memiliki sifat-sifat sebagai berikut. Pertama, menganggap

.bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa. Kedua,

bersikap terlalu melindungi. Ketiga, jarang memberikan pada bawahannya

untuk mengambil keputusannya sendiri. Keempat, hampir-hampir tidak

pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif.

Kelima, tidak pernah memberikan pada pengikutnya untuk

mengembangkan fantasi dan daya kreatifitas. Keenam, selalu bersikap

lebih tau dari bawahannya. Gaya kepemimpinan seorang yang

paternalistik lebih bercorak pelindung, bapak dan guru. Artinya

32

Sukamto, Kepemimpina Kiai dalam Pesantren, (Jakarta: Pustaka, LP3ES, 1999), 207. 33

Walid, Napak tilas..., 18. 34

Sukamto, Kepemimpinan Kiai.., 34.

Page 19: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

404

kebersamaan hanya bagi para anggota organisasi dibawah, sedangkan

pemimpin berada di atas para anggotanya tersebut.35

c) Kepemimpinan Kharismatik

Kepemimpinan kharismatik ialah diartikan sebagai kemampuan

menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau

kelebihan dalam sifat atau aspek kepribadian yang dimiliki pemimpin,

sehingga menimbulkan rasa menghormati, segan dan kepatuhan.36

Oleh sebab itu kepemimpinan kharismatik yang dimiliki sorang

kiai merupakan bawaan dari perilaku yang dimiliki individu kiai.

Kepemimipinan kharismatik ini diwarnai oleh indikator sangat besarnya

pengaruh sang pemimpin terhadap para pengikutnya. Kepemimimpinan

seperti ini lahir karena pemimpin tersebut mempunyai kelebihan yang

bersifat psikis dan mental serta kemampuan tertentu, sehingga apa yang

diperintahkannya akan dituruti oleh pengikutnya, dan kadangkala tanpa

memerhatikan rasiionalitas dari perintah tersebut. jika dilihat lebih jauh

seakan-akan antara pemimipin dengan pengikutnya seperti ada daya tarik

yang bersifat kebatinan.

Bahkan Khatib Pahlawan Kayo mengatakan, kepemimpinan

kharismatik biasanya menggunakan gaya persuasif dan edukatif. Apabila

dilihat dari kacamata administrasi dan manajemen, sebenarnya

kepemimpinan seperti ini akan jauh lebih behasil apabilah kebetulan

pemimpinnya mendapat kepercayaan pula sebagai pemimpin formal, baik

dalam pemerintahan maupun dalam persatuan dan organisasi

kemasyarakatan.37

d) Kepemimpinan Laissez Faire

35

Sukamto, Kepemimpinan Kiai..., 19. 36

Sukamto, Kepemimpinan Kiai.., 20. 37

RB. Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam & Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2005),

58.

Page 20: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

405

Kepemimpinan laissez faire lebih besifat praktis. Pemimpin

membiarkan kelompoknya berbuat semua sendiri untuk memajukan dan

mengembangkan organisasi, pemimpin tidak berpartisipasi banyak dalam

kegiatan organisasi. Pengikut atau bawahannya diberikebebasan memiliki

inesiatif sendiri. Pemimpin seperti ini beranggapan, para anggota sudah

mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan yang berlaku.

Seorang pemimpin seperti ini cendenderung memilih peranan yang pasif

dan membiarkan organisasinya berjalan sendiri dan tanpa banyak

mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakka.38

e) Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis yaitu menempatkan manusia sebagai

faktor utama dan yang terpenting dalam setiap kelompok. Tipe ini

diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan

manusiawi yang efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan

menghargai satu sama yang lainnya.

Menurut Ralph White dan Ronald Lippi yang dikutip M. Walid

mengatakan, tipe kepemimipinan demokratis ini mempunyai karakter

sebagai berikut. Pertama, semua kebijakan menjadi pembahasan

kelompok dan keputusan kelompok dirangsang dan dibantu oleh

pemimpin. Kedua, perspektif aktifitas dicapai selama diskusi berlangsung.

Dilukiskan langkah-langkah umum kearah tujuan kelompok dan apa bila

diperlukan nasehat teknis, maka pemimpin menyarankan dua atau lebih

prosedur-prosedur alternatif yang dapat dipilih. Ketiga, para anggota

bebas bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas

terserah kepada kelompok. Keempat, pemimpin bersifat obyektif. Seorang

pemimpin hanya bertidak sebagai mediator atau anggota kelompok tanpa

terlampau banyak melakukan intervensi.39

38

M. Walid, Napak Tilas..., 20. 39

Walid, Napak Tilas, 21-22.

Page 21: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

406

Kepemimpinan demokratis pada hakikatnya menjurus pada nilai

kepemimpinan positif yang menggiatkan orang-orang dengan

meningkatkan kepuasan hatinya. Hal yang diperhatikan tidak hanya

semata-mata memberikan perintah, tetapi perintah yang diberikan itu

dijelaskan sesuai dengan kecakapan yang ada pada orang-orang yang akan

mengerjakannya.40

f) Kepemimpinan Responsif

Kepemimpinan responsif sebelumnya, dapat di idealisasikan

sosok pemimpin pesantren resposif sebagai berikut:41

Pertama, pemimpin pesantern yang responsif akan selalu

berpegang kepada prinsip bahwa pesantren merupakan lembaga untuk

memberikan pelayanan kepada komonitas pesantren (satri, wali santri,

dan ustadz) dan masyarakat luas. Kedua, Pemimpin yang responsif akan

senantiasa terbuka dan ikhlas untuk menampung aspirasi dan harapan

masyarakat untuk kemajuan lembaganya. Ketiga, Sebagai pemimpin

kultur, pemimpin pesatren responsif mampu bekerja sama dengan pihak

lain dalam rangka memelihara dan mengayomi budaya pesantren yang

berbasis pada nilai-nilai moral, etika dan spiritual yang Islami. Keempat,

Seperti pemimpin edukatif, pemimpin pesantren yang responsif akan

proaktif dalam menggali informasi tentang teknologi pendidikan

pesantren yang inovatif dan berusaha keras melengkapi sarana dan

prasarana yang diperlukan. Kelima, Pemimpin pesatren responsif juga

kreatif optimal dalam mendayagunakan sarana pendidikan dan

pengajaran pesantren yang terbatas. Keenam, Dengan mengilhami sifat-

sifat kepemimpinan stategik, pemimpin yang responsif berusaha manpu

mengalisis informasi yang sumber dari hasil evaluasi para ustadz atau staf

lain dan selanjutnya meningkatkan kerjasama dengan pihak lain untuk

40

Kayo, Kepemimpinan Islam, 64. 41

M. Sulthon, dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalm Perspektif

Global,(Yogyakarta: Laks Bang, PRESSindo, 2006), 59-60.

Page 22: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

407

memperbaiki strategi manajemen dengan melakukan proses pembuatan

keputusan yang demokratis. Ketujuh, Pemimpin yang responsif berusaha

waspada terhadap informasi baru yang potensial menimbulkan keresahan

di pesantren setelah mendapatkan pertimbangan dari pihak-pihak terkait

yang kompeten. Kedelapan, Akhirnya, pemimpin yang responsif harus

terbuka terhadap gagasan-gagasan inovatif dan reformatif.

g) Kepemimpinan Kolektif

Tipelogi kepemimpinan yang kolektif bermakna bahwa

kepemimpinan tidak dijalankan oleh orang seorang dalam kapasitas

jabatan apa saja. Tetapi yang adalah kebersamaan, baik dalam

merencanakan program, melaksanakan, melaksanakan kegiatan, maupun

dalam memberikan penilaian terhadap hasil usaha dan pengawasan.42

Kepemimpinan kolektif lebih diwarnai oleh nilai-nilai kolektivitas

yang berbasis keikhlasan dalam bertanggungjawab untuk melaksanakan

amanah. Disini sifat musyawarahsangant mendapat tempat dan dihargai.

Masing-masing yang telah ditunjuk sebagai pelaksana jabatan dalam

organisasi atau persatuan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan

tugas sesuai dengan fungsinya.

Dengan demikian, kepemimpinan kolektif yang biasa juga disebut

dengan istilah kolegial. Tidak hanya tercermin dalam tatanan organisasi

secara formal, tetapi juga tampak dalam dinamika dan interaksi pergaulan

yang penuh dengan nilai ukhuwah islamiyah, sehingga dalam mengambil

kebijakan senantiasa terpadu antara syarah dan ukhuwah yang bermuatan

etika dan moral.

Demikian idealnya kepemimpinan kolektif namun kita berharap

tentu tidak hanya sebtas konsep melainkan benar-benar dapat

diwujudkan dlam operasionalnya. Kita yakin apabila kepemimpinan

kolektif da[at diterapkan dengan baik memang sangat terbuka

42

Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam,.. 67

Page 23: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

408

kemungkinan program-progam besar akan dapat diangkat melalui

berbagai kegiatan dan terobosan, karena apabila kebersamaan telah ada

yang berat mejadi ringan yang jauh menjadi dekat yang berat sama

dipikul yang ringan sama dijinjing.43

h) Kepemimpinan Spiritual

Kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang fokus pada

potensi yang terberi (potensi Ilahiyah dan Insaniyah) dalam setiap anggota

organisasi sebagai manusia, senmua itu dilakukan untuk mewujudkan

kesejahteraan kehidupan bersama yang lebih luas tidak terbatas pada

sekat-sekat organisasi yang prosedural.44

Kepemimpinan spritual fungsinya untuk memberdayakan dan

mencerahkan iman dan hati nurani anggota organisasi misalnya melalui

jihad dan hijrah, etos kerjanya untuk mendedikasikan ushanya kepada

Allah dan sesama mausia (ibada), pendekatannya dengan hati norani,

keteladanan, serta mengilhami, membangkitkan, memberdayakan,

memanusiakan, cara memengaruhinya adalah dengan memenangkan jiwa

dan membangkitkan iman, targetnya adalah membangun kasih, menebar

kebijakan dan menyalur rahmat Tuhan, sasarannya adalah spiritualitas

dan hati nurani.

B. Kajian Teori Tentang Transformasi Pendidikan Islam

1. Konsep Transformasi Pendidikan

Transformasi pendidikan Islam memasuki Mellemium ketiga,

banyak masyarakata pada umumnya maupun masyarakat disemua negara

berubah dengan sangat pesat mungkin sekali berubah lebih pesat lagi.ciri

utama perubahan yang sedng terjadi ialah pesatnya perubahan budaya,

sehingga perguruan tinggi atau Universitas-universitas mulai diragukan

kegunaannya.

43

Kayo, Kepemimpinan Islam, 69 44

Karim, Kepemimpinan Transformasional, 21.

Page 24: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

409

Perubahan yang sangat pesat ini didorong oleh tiga faktor utama,

yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor

kependudukan, dan faktor ekologi atau lingkungan hidup. Akibat

perubahan yang sanngat pesat yang disebabkan terutama oleh tiga faktorr

tersebut, adanya yang beranggapan bahwa lulusan universitas terlalu

sempit dalam spealisasinya, atau sebaliknya terlalu luas pengetahuannya

tanpa fokus, sehingga dua-duanya tidak siap masuk kedalam bidang-

bidang baru yang menentukan kemampuan nasional untuk bersaing.45

Perubahan yang sangat mendalam dan pesat, mengharuskan

manusia belajar dengan perubahan terus-menerus, dengan ketidaak

pastian, dan dengan unpredictability (kemampuan untuk memperhitungkan

apa yang akan terjadi). Personal yang dihadapi oleh manusia dan kemanusia

tersebut tak pelak juga meliibatkan persoalan pendidikan didalamnya, aitu

sejauh mana pendidikan mampu beperan mengantisipasi dan mengatasii

persoalan itu. Persoalan-persoalan yang dihadapi dunia pendiidikan

tersebut diganmbarkan oleh John Vaizey dengan menyatakan bahwa

setiap orang yang pernah menghadiri konfrensi Internasional di tahun-

tahun terkir ini pasti akan terkejut akan maraknya persoalan pendidikan

yang memenuhi agenda. Makin lama makin jelas bahwa organisasi-

organisasi internasional itu mencerminkan apa yangg terjadi di semua

negara dunia.

Diantara tanggung jawab lembaga pendidikan tinggi membina

mahasiswa supaya berani berdiri sendiri dan berusaha sendiri. Maka

kemampuan berfikir secara mandiri dan kritis (independen critical thingking)

yang menjadi landasan mutlakuntuk semuanya ini tidak hanya

memerlukan kebebasan akademis, tapi juga suatu kebudayaan akademis

yang merangsang berpikir mandiri dan kritis.46

45

Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif, (Yoyakarta: Safiria Insania Press, 2004,) 1 46

Sad Iman, Pendidikan Partisipatif,... 2.

Page 25: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

410

Tarnsfomasi pendidikan Islam dalam gambaran bagaimana

prospek pendidikan Islam khususnya, lembaga pendidikan Islam di

Indonesia, maka hal pertama yang harus dipahami bahwa, sebagaimana

ditegaskan oleh Ibnu Khaldum, pendidikan adalah fenomena sosial dan

pelaksanaannya sangat ditentukan oleh kekuatan spitual, intelektual dan

material peradaban masyarakat dimana sisem pendiddikan itu berjaalan.

Oleh sebab itu lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepas dari proses

sosial yang berkembang di negeri ini.47

Transfomasi pendidikan yang perlu disampaikan terhadap

masyarakat luas, karena adanya gejala-gejala sosial yang terjadi di

masyarakat kita. untuk itu maka perlu adanya ketegasan pemerintah

bekerja sama dengan pemerhati pendidikan dan melibatkan langsung

terhadap masyarakat untuk berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk

mencerdaskan bangsa.

Menurut kiai Moh. Kholil As‟ad dalam majalah Sidogiri, Bangsa

Indonesia saat ini tengah mengalami penurunan kualitas moral, mulai

dari pelajar yang tidak punya sopan santun, suka tawuran, hobi begadang

kebut-kebutan dijalan. Jenis knakalan remaja yang lain adalah senang

berbohong, bolos sekolah, mencuri, berjudi, pergaulan bebas bahkan

aborsi. Masalah pun semakin banyak. Mulai dari mmasalah kurangnya

kerja sama, lebih suka mementingkan diri sendiri, golongan atau partai,

sampai pada bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Hal ini tejadi karena pendidikan di Indonesia mengabaikan ahlak dan

belum menyentuh jiwa dan norani pesrta didik. Pendidikan di indonesia

dianggap gagal dalam mencetak generasi yang berkualitas. pada hal Nabi

sudah memberikan contoh bagaiman mendidik yang benar . yang ditata

47

Soebahar, Pendidikan Islam,.... 215

Page 26: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

411

pertama kali oleh beliau adalah iman, tauhid dan ibadah. Yang ditata

lebih dahulu adalah rohani48

Tugas transformasi ini memang berat, ibarat kita berenang

melawan arus. Namun pemikiran alternatif akan menjadi kenyataan

apabila kita menjadikannya sebagai ideologi besar yang kemudian mampu

melawan edeologi dominan yang selama ini mendominasi dunia

pendidikn kita. Pendidikan transformatif yang meniscayakan emansipasi

tentu akan menggeser kekuatan ideologi pendidikan yang hanya sekadar

mengalihkan ilmu pengetahuan saja. Transformasi pendidikan disini

menjadi penting karena melihat adanya tantangan yang kuat dalam era

globalisasi saat ini.49

Menurut Abd. Halim Soebahar dalam perspektif sistem

pendidikan nasional (Sisdiknas), wacana pendidikan Islam selalu aktual

dalam mengalami proses transformasi dalam waktu kewaktu. Bayak

argumen yang dapat dikemukakan, salah satunya adalah, karena wacana

pendidikan Islam selalu bersentuhan dengan persoalan umat beragama

yang jumlahnya lebih dua ratus juta, sementara umat Islam bagian

terbesar dari jumlah sebanyak itu. Berbagai pemikiran menyangkut

upaya-upaya pengembangan dalam proses transformasi itu telah

dikembangkan oleh para ahli, yang sudah barang pasti bahwa warna-

warni pemikirannya akan dipengaruhi oleh pandangan hidup dan nilai-

nilai yang mereka anut.50

2. Pengertian Pendidikan

Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara

dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang

48

KHR. Moh. Kholil As’ad, Tim Buletin Sidogiri, Kegagalan Sistem Pendidikan,

(Pasuruan: Sidogiri, Edisi 57-1432 h), 23. 49

Musthofa Rembagy, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan

Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2008), 99. 50

Abd. Halim Soebahar, Transformasi Pendidikan Islam dalam Perspektif Sistem

Pendidikan Nasional; (Jurnal al-Adalah Kajian Keisalman dan Kemasyarakatan, Vol.6. No.3

Desember 2003), 1

Page 27: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

412

mendidik, atau pemeliharaan (latihan – latihan dan sebagainya) badan,

batin dan sebagainya.51

Sedangkan dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan pada

umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Seperti

Ahmad Fuad al-Ahwani dan Muhamamd Munir Mursyi misalnya

menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan.52

Penggunaan kata tarbiyah untuk arti pendidikan secara panjang

lebar ditentang oleh Muhamad al-Naquib al-Attas dalam bukunya

berjudul Konsep Pendidikan dalam Islam. Dalam hubungan ini, ia

mengatakan bahwa tarbiyah dalam konotasinya yang sekarang, merupakan

istilah yang relatif baru, yang bisa dikatakan telah dibuat oleh orang-

orang yang mengaitkan dirinya dengan pemikiran modernis. Istilah

tersebut untuk mengungkapkan makna penddikan tanpa memperhatikan

sifatnya yang sebenarnya.

Adapaun pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat

merujuk kepada berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan.

Dalam Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI

No. 2 Th.1989) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.53

Selanjutnya bapak pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara

dalam Abuddin Nata, Mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya

untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (keutamaan batin, karakter)

pikiran (intelect) tubuh anak antara satu dengan yang lainnya saling

berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni

51

W. J. S. Pusrwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1991), 250. 52

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Grapindo Persada, 2000), 286. 53

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan pelaksanaannya (UU

RI No. 2 Th. 1989)

Page 28: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

413

kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didikselaras dengaan

dunianya.54

Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa pendidikan

adalah merupakan usaha atau proses yang bertujuan untuk membina

kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan

perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan

demikian pendidikan pada intinya menolong manusia agar dapat

menunjukkan eksistensinya secara fungsional ditengah-tengah kehidupan

manusia. Pendidikan demikian akan dapat dirasakan manfaatnya bagi

manusia.

Sedangkan menurut Musthofa Alghuyani dalam Uhbiyati

menyatakan bahwa pendidikan Islam menanamkan ahlak yang mulia di

dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan

air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu

kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berujud

keutamaan, kebaikan dan cinta bekrja untuk kemanfaatan tanah air.55

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu

(secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi

pendidikan secara makro (luas) ilah sebagai alat: pertama,

pengembangan pribadi. Kedua, pengembangan warga negara. Ketiga,

pengembangan kebudayaan. Keempat, pengembangan bangsa.56

Pada prinsipnya mendidik ialah memberi tuntunan, bantuan,

pertolongan kepada peserta didik. Di dalam pengertian memberi

tuntunan telah tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang

diberi tuntunan) memiliki daya-daya (potensi) untuk berkembang.

54

Nata, Metodologi Studi Islam, 90. 55

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005,) 10 56

H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), 11.

Page 29: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

414

Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan berkembang dari dalam

diri anak. Untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi agar menjadi

lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar.

Bahkan menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh Uhbiyati

ialah pendidikan yang memiliki 3 macam fungsi, yaitu:

1) Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan

tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini

terkait erat dengan kelanjutan hidup (suvival) masyarakat sendiri.

2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-

peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.

3) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan

kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup

(survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa

nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integration) suatu

masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat

terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan

kehancuran masyarakat itu sendiri.57

4. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan

hidup masing-masing pendidk atau lembanga pendidikan. Oleh

karenanya perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan

tujuan dan sasaran pendidikan Islam.

Untuk itulah, manusia harus didik melalui proses pendidikan

Islam. Berdasarkan pandangan diatas, pendidikan Islam berarti sistem

pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk

memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang

telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiaannya.58

57

Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,... 10-11 58

HM. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 7.

Page 30: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

415

Tujuan insidental merupakan peristiwa tertentu yang tidak

direncanakan, akan tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan

pada tingkat tertentu. Misalnya, peristiwa meletusnya gunung berapi

dapat di jadikan sasaran pendidikan yang mengandung tujuan tertentu,

yaitu memotivasi kemampuan anak didik untuk memahami arti

kekuasaan Tuhan yang harus di yakini kebenarannya. Tahap kemampuan

ini menjadi bagian dari tujuan antara untuk mencapai tujuan akhir

pendidikan.59

Senada dengan Uhbiyati, tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai

oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan. Karena

itu tujuan pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan

Islam.60

Pengertian tujuan pendidikan sebenarnya terlingkup dalam

pengertian pendidikan sebagai secara sadar. Ada usaha yang terhenti

karena mengalami kegalan sebelum mencapai tujuan, namun usaha itu

belum disebut berakhir. Pada umumnya suatu usaha-usaha baru berakhir

kalau tujuan akhir tercapai.61

Namun pendidikan adalah merupakan usaha yang tak henti-

hentinya untuk di dikaji dan di capai sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki. Oleh sebab itu pendidikan Islam merupakan usaha murni dan

ketulusan hati untuk ditekuni dan diniati secara mendalam demi

mewujudkan cita-cita masa depan bangsa. Tujuan pendidikan Islam

membentuk pribadi muslim yang beriman dan bertakwa, beramal dan

berbudi luhur berilmu cakap mempunyai tujuan yang mulia.

Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek

didik setelah mengalami proses pendidikan baik tingkah laku individu

59

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, 27. 60

Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, 29 61

Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan,( Bandung: Pustaka Setia, 2007), 61

Page 31: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

416

dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dari alam

sekitarnya dimana individu itu hidup. Adapun tujuan atau cita-cita

pendidikan antara satu negara dengan negara lain itu tentu berbeda. Hak

ini disebabkan karena sumber-sumber yang dianut sebagai dasar

penentuan cita-cita itu berbeda.62

Sedangkan menurut Muhammad Athyah al-Abrasyi, dalam Dr.

Ahmad Arifi bahwa mencapai suatu akhlak yang sempurna tujuan

sebenarnya dari tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang

dimaksudkan untuk membenntuk kepribadian-kepribadian muslim yang

memiliki karakter islami (berahlak mulia atau berahlak al-karimah),

bermanfaat untuk dirinya dan masyarakat yang diwujudkan dalam prilaku

kesehariannya. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad

SAW, yaitu untuk menyempurnakan ahlak yang mulia (li utammima

makarima al-ahlaq).63

Menurut Abd. Halim Soebahar, bahwa tujuan pendidikan Islam

tersebut diterjemahkan kedalam bahasa pendidikan mutakhir, maka

tujuan-tujuan tersebut maka dapat disebut sebagai tujuan akhir atau “al-

ahdaaf al-ulyaa” yang dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih

spesifik. Dengan kata lain untuk mencapai “kepribadian muslim”.64

Dari beberapa rumusan yang dikemukakan oleh penulis tersebut

diatas, dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri

sebagai berikut:

1) Mengarahkan manusia agar menjadi kholifah Tuhan di muka bumi

dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan

mengola bumi sesuai dengan aturan-aturan dan kehendak Tuhan.

62

Binti Mauanah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakatra: Teras, 2009,) 29 63

Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam; Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan

Islam di Tengah Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2009,) 35 64

Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),

19. Dan lihat juda dalam beberapa bukunya yang berjudul matriks pendidikan Islam, Pendidikan

Islam dan Trand Masa Depan Pemetaan Wacana dan Reorientasi, Jember: Pena Salsabila.

Page 32: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

417

2) Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksaan tugas kekhalifahannya

di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Tuhan

Allah SWT., sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga iatidak

menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya,

sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan yang semua ini

dapat digunakan untuk mendukung tus kepribadian dan

kekhalifahannya.

5) Mengarahkan manusia agar dapat kebahagian hidup dunia dan akhirat.

Tujuan tersebut diatas oleh para ahli dijadikan sebagai tujuan

umum pendidikan Islam. Namun sungguh pun sifatnya umum ia tetap

penting dan menjadi arah pendidikan Isalam. Tujuan umum ini akan

tampak sulit dilaksanakan jika tidak dirinci secara jauh kepada tujuan

yang lebih khusus.65

5. Lembaga Pendidikan Islam

Secara global pendidikan Islam di Indonesia adalah pondok

pesantren dan madrarsah, walaupun seebenarnya selain kedua lembaga

tersebut masih ada lagi yaitu pendidikan tinggi Islam/PTAIN dan

sebagainya. Namun dalam pembahasan ini dibicarakan tentang lembagan

pendidikan Islam yang bernama pondok pesantren sebagai upaya

transformasi pendikan islam pada periode modenr saja, penulis tidak lagi

membahas periode sebelumnya.

Pengertian pondok pesantren terdapat berbagai variatif. Pondok

pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan

pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.66

Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah

65

Arifi, Polotik Pendidikan Islam,.. 37 66

M. Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal; Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 80

Page 33: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

418

pondok mungkin berasal dari kata funduk, bahasa arabnya berarti rumah

penginapan atau hotel. Akan tetapi dal pesantren di Indonesia, khususnya

di pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan

pedepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipeta-petakan bentuk

kamarnya yang berupa asrama bagi santri. Sedangkan istilah pesantren

secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri

atau murid yang mempelajari ilmu agama dari seorang kiai atau Syaikh di

pondok pesantren. Pondok adalah lembaga keagamaan, yang

memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan

menyebarkan ilmu agama dan Islam.67

Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan

dan keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriyah, pesantren pada

umumnya merupakan suatu komprlek bangunan yang terdiri rumah Kiai,

Masjid, pondok tempat tinggalpara santri dan ruangan belajar. disinilah

para santrin selama beberapa tahun belajar langsung dari Kiai dalam hal

ilmu agama. Meskipun dewasa ini pondok pesantren telah tumbuh dan

berkembang secara bervariasi.

Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan

pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran

tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem

bandongan dan sorogan. Di mana seorang Kiai mengajar santri-santrinya

berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa arab oleh ulama-

ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal

dalam pondok atau asrama pesantren.68

67

Lihat sujoko Prakoso dkk h.11 dan Timur Djalaini HA peningkatan Mutu Pendidikan

Pembangunan Perguruan Agama (Jakarta: Dermaga, 1982), 51, dan Manfred Ziemiek, h.16, dan

Zamakhsyari Dhofier, Treadisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES,

1982), 82. Dan Mulyono Sumardi, Sejarah singkat pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:

Dharma Bhakti, 1977), 38 68

Ridwan Nasir, Mencari Format Tipologi Pendidikan Ideal,... 81

Page 34: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

419

Dunia pesantren ternya tidak seragam. Masing-masing pesantren

memiliki kunikan tersendiri, sehingga sulit dibuat satu perumusan yang

dapat menampung semua pesantren. Akan tetapi pesantren adalah

merupakan lembaga institusi pendidikan Islam yang mempunyai

keanikaragaman tersendiri.

Lebih jelasnya pondok pesantren di Indonesia sangat bervariatif.

Baik dalam sistem pendidikan yang ada dilamnya, sehingga pesantren

mempunyai banyak tepologi dalam sistem pengajaran dan

pembelajarannya. Sehingga menjadi kebanggaan tersendiri bagi pondok

pesantren yang ada di Indonesia, karena pondok pesantren memiliki

kekayaan khas budanya ke-Indonesiaan.

PENUTUP

Ada beberapa perilaku kepemimpinan Kiai dalam mengelola pondok

pesantren sengai upaya trsansformsi pendidikan Islam di Situbondo. Di

atranya ketiga kiai tersebut merupakan adanya perilaku yang bervaiatif.

Selanjutnya, di dalam pesantren. Santri, ustadz dan masyarakat

sekitar merupakan individu-individu yang langsung ataupun tidak langsung

dipengaruhi oleh perilaku pemimpin (kiai) tersebut. Kepemimpinan di

Pesantren lebih menekankan kapada proses bimbingan, pengarahan dan

kasih sayang. Gaya kepemimpinan (leadership style) yang ditampilkan oleh kiai

(pengasuh pesantren) bersifat kolektif atau kepemimpinan institusional.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Kiai sebagai pimpinan

pesantren dalam membimbing para santri atau masyarakat sekitarnya

memakai pendekatan situasional. Hal ini nampak dalam interaksi antara kiai

dan santrinya dalam mendidik, mengajarkan kitab, dan memberikan nasihat,

juga sebagai tempat konsultasi masalah, sehingga seorang kiai kadang

berfungsi pula sebagai orang tua sekaligus guru yang bisa ditemui tanpa

batas waktu.

Page 35: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

420

Perilaku kepemimpinan kiai dalam mengelola pondok pesantren di

kabupaten situbondo Kharismatik, domukratis, sebagai berikut: (1) Waro‟

Sederhana (2) Tawadlu‟teringka Laku Santun (3) Menata Hati,

Bershalahwat, Burda, barzanji (3) Alim (4) Kepribadian Unggul (5)

Memegang Prinsip-Prinsip Agama (6) Bermasyarakat, Dekat Dengan Umat

(Masyarakat Bawa),

Pondok pesantren dalam upaya transformasi tiga jalur pendidikan

yang berjalan secara terpadu, ketiga jalur tersebut:

a) Pengembangan Pendidikan Nonformal, ialah melalui (1) Pengajian kitab

Kuning, (2) Majelis Ta‟lim, (3) Pelajaran al-Qur‟an

b) Pengembangan pendidikan Informal, ialah melalui (1) Pengembanga

diklat (pendidikan dan pelatihan), (2) Program khusus Tahfidul Qur‟an,

(3) Pertukangan, (4) Pertanian, (5) Peternakan, (6) Perekonomian, (7)

Komputer, (8) Dakwah dan kepemimpinan, dan (9) Tilawatil Qur‟an

c) Pengembangan Pendidikan Formal

Pendidikan formal yang ada di pondok pesantren Wali Songo,

pondok pesantren Mamba‟ul Hikam dan pondok pesanten Burhanul

Abrar dengan adanya Madrasyah Ibtidaiyah, Madrasyah Tsanawiyah,

Madrasyah dan Madrasyah Aliyah, dan akan direncakan didirikan lembaga

pendidikan perguruan tinggi Islam yang rencananya pada tahun 2012 ini.

Rencana transformasi pendidikan tersebut disesuaikan dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta tuntutan zaman. Hal ini

juga didorong oleh keinginan agar pondok pensantren tetap eksis ditengah-

tengah zaman yang selalu berubah. Sedangakan pendidikan keagamaan

seperti Madrasah Diniyah Ula, Madrasah Diniyah Ustho, dan Madrasah

Diniyah Ulya yang dimiliki oleh pondok pesantren.

Page 36: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

421

DAFTAR RUJUKAN A‟lah, abd, 2006, Pembaharuan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren Arifin HM, 2003, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara Arif, Mahmud, 2008, Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta: LkiS Arifi, Muhammad, Politik Pendidikan Islam; Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi

Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi, Yogyakarta: Teras Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

PT Rineka Cipta. _________________, 1987, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rosda Karya. As-Suwaidan, Thariq M.dkk, 2005, Melahirrkan Pemimpin Masa Depan, Jakarta:

Gema Insani, A. Halim, Rr. Suhartini, dkk, (edt), 2005, Manajemen Pesantren, Yogyakarta: PT.

LKIS Pelangi Aksara. Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif,

Yogyakarta: Danim, Sudarman, 2005, Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan

Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), Jakarta: Bumi Aksara

Depag, Alqur’an dan Terjemahan, 1993, Bandung: Gema Risalah Press. Dhofir, Zamakhsyari, 1994, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai,

Jakarta: LP3S. Djaelani, H. A. Timur, 1983, Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Pembangunan

Perguruan Agama Jakarta: Gramedia. Farchan, Hamdan & Syaifuddin, 2005, Titik Tengkar Pesantren; Resolusi Konflik

Masyarakat Pesantren, Yogyakarta: Pilar Relegia. Fatta, fattah, 2008, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Rosdakarya Gaspersz, Vincen, 2007, Organizational Excelence, Jakarta: Gramedia. Gary Yukl, 1994, Kepemimpinan Dalam Organisasi (Leadership in Organization),

Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Katolik Indonesia HB Mills dan Huberman, 1980, An Expanded Source Book: Qualitative Data

Analysis, Terjemahan, California: Sage Publication. HS, Mastuki, 2002, Pendidikan Pesantren Antara Normativitas dan Objektivitas,

Majalah Pesantren, Lakpesdam NU. Edisi I/ Th. 1 http://creativecommos.org/liseeses/by, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren,

diakses 2011 Iman, Muis Sad, 2004, Pendidikan Partisipatif, Yoyakarta: Safiria Insania Press. Iskandar, Muhaimin, 2008, Kiprah Kiai Pondok Pesantren Dalam Transformasi

Sosial, Yogyakarta: LKIS. Ihsan, H. Fuad, 1996, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. Ihsan, Hamdani, 2007, Filsafat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia. Iman, Muis Sad, 2004, Pendidikan Partisipatif, Yoyakarta: Safiria Insania Press

Page 37: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

422

J. Vredenbregt, 1978, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

Karim, Mohammad, 2010, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki Press.

Kasiram, M, 2004, Steps Of Scientific Research, Refressing Slides, disampaikan dalam Mata Kuliah Penelitian Pendidikan, Malang: Pascasarjana UIN Malang.

Kayo, RB. Khatib Pahlawan,2005, Kepemimpinan Islam & Dakwah, Jakarta: Amzah.

Khalil As‟ad, Moh. KHR. Buletin Sidogiri, Kegagalan Sistem Pendidikan, Pasuruan: Sidogiri, Edisi 57-1432 h

Kustadi, Suhandang, 2007, Manajemen Pers Dakwa Dari Perencanaan Hingga Pengawasan, Bandung: Pemerbit Marja

Locke, E.A., 1997, Esensi Kepemimpinan (Terjemahan), Jakarta: Mitra Utama. M. Sholehuddin S, 2007, Kiai dan Politik Kekasaan, Surabaya: FKPI Waja

Timur. Mastuhu, 1994, Dinamika Sistem Pendidikan Pesatren; Suatu Kajian Tentang Unsur

dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Seri Inis xx. Muchtarom, H. Zaini, 1996, Dasar Dasar Manajemen Dakwa, Yogyakarta: al-

Amin Press. Mu‟awanah, 2009, Manajemen Pesantren Mahasiswa Studi Ma’had UIN Malang,

Yogyakarta: STAIN Kediri Press Munif, Moh. Hasyim, 1992, Pondok Pesantren Berjuang dalam Kancah Kemerdekaan

dan Pembangunan Pedesaan, Surabaya: Sinar Wijaya. Moesa, Ali Maschan, 2007, Nasionalisme Kiai Kontruksi Sosial Berbasis Agama,

Yogyakarta: LKiS Pelagi Aksara Mulyana, Deddy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, cet. II, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Margono, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. Moleong, Lecsy J, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda

Karya. Nata, Abuddin, 2000, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Grapindo Persada Nasution, 1988, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito. Nasir, M. Ridwan, 2005, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal; Pondok

Pesantren di Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tim PPS STAIN, 2011, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jember: Program Pasca

Sarjana STAIN Jember Tim Penyusun Pondok Salafiyah Syafi‟iyah Sukorejo Situbondo, 1994, KHR.

As’ad Samsul Arifin Riwayat Hidup dan Perjuangan, Turmudi, Endang, 2004, Perselingkuhan Kiai dalam Kekuasaan, Yogyakarta:

LKIS.

Page 38: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

423

Tolkhah, Imam dan Ahmad Baziri, 2004, Membuka Jendela Pendidikan;Mengurai Akar Tradisi Dan Integrasi Keilmuan Pendidikan. Yogjakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Partanto, Puis A dkk, 2001, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola. Patoni, Achmat, 2007, Peran Kiai Pesantren Dalam Partai politik, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan pelaksanaannya

(UU RI No. 2 Th. 1989) Uhbiyati, Nur, 2005, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia Rofiq, A, dkk, 2005, Pemberdayaan Pesantren, Yogjakarta: Pustaka Pesantren. Rembagy, Musthofa, 2008, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan

Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta: Teras. Suharto, Babun, 2011, Dari Pesantren Untuk Umat; Reinventing Eksistensi Pesantren

di Era Globalisasi, Surabaya: Imtiaz. Suharto,Babun, 2006, Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan Studi

Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Terhadap Kepuasan Kinerja Bawahan, Surabaya: Aprinta Offset.

Suhandang, kusnadi, 2007, Manajemen Pers Dakwa Dari Perencanaan Hingga Pengawasan, Bandung: Pemerbit Marja.

Sulaiman, In‟am, 2010, Masa Depan Pesantren; Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang Modernisasi, Malang: Madani.

Soebahar, Abd. Halim, 2003, Transformasi Pendidikan Islam dalam Perspektif Sistem Pendidikan Nasional; (Jurnal al-Adalah Kajian Keisalman dan Kemasyarakatan, Vol.6. No.3 Desember.

Soebahar, Abd. Halim, 2009, Pendidikan Islam dan Trand Masa Depan Pemetaan Wacana dan Reorientasi, Jember: Pena Salsabila.

Soebahar, Abd. Halim, 2002, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Soebahar, Abd. Halim, 1993, Bagaimana Memahami Kurikulum SLTP dan SLTA, Surabaya, Bina Ilmu,

Sudarsono, 1992, Beberapa Pendekatan Dalam Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Sukamto, 1999, Kepemimpina Kiai dalam Pesantren, Jakarta: Pustaka, LP3ES. Sulthon, & Khusnuridlo, 2006, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif

Global,Yogyakarta: Laks Bang, PRESSindo. Sulaiman, Rusdi, dkk, 204, Pondok Pesantren Nurul Jadid Antara Idealisme dan

Pragmatisme, Jember: Madania Suryanto, Dwi, 2007, Transformational Leadership-Terobosan Baru Menjadi Pemimpin

Unggul, (Bandung:Total Data Steembrink, Karel A., 1994, Pesantren Madrasah Sekolah; Pendidikan Dalam Kurun

Moderen, Jakarta: LP3ES, Robert Bogdan dan J. Steven Taylor dalam Moleong, 2001, Metodologi Penelitian

Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Page 39: KEPEMIMPINAN KIAI DALAM TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM ...

424

Robert C. Bogdan dan Biklen, 1982, Qualitative Researc for Education: An Intriduction to Theory and Methods, Boston.

Walid, M, 2010, Napak Tilas Kepemimpinan KH.Ach. Muzakky Syah, Yogyakarta: Absolute Media.

Wahab, Abdul Aziz, 2008, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta.