KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN …eprints.ums.ac.id/44109/15/11. NASKAH...

19
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB DI SD NEGERI 1 KEDUNGJATI Oleh : DJOKO PURWANTORO Q 100 140 054 PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Transcript of KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN …eprints.ums.ac.id/44109/15/11. NASKAH...

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB

DI SD NEGERI 1 KEDUNGJATI

Oleh :

DJOKO PURWANTORO

Q 100 140 054

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

i

ii

iii

1

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG PELANGGARAN TATA TERTIB

DI SD NEGERI 1 KEDUNGJATI

Oleh Djoko Purwantoro1, Sutama2, dan Suyatmini3

1) Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana,email: [email protected]

2), 3) Dosen Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana UMS

Abstract This study aims to: 1) describes steps of the principal decision making in

terms of aspects identification of problems regarding discipline violations by students and teachers, 2) explain the steps of principals decision making in terms of aspects the study of the situation and the causes of violations of discipline by students and teachers, 3) knowing the steps of the principal's decision making in terms of aspects positive and negative impacts for students or teachers. This research is qualitative research with case study design. Data was collected by observation, interview, and documentation. Data analysis use interactive model of analysis. Results of this study shows: 1) Steps of decision making principals in terms of aspects identifying problems, find out what types of disciplinary violations, find and determine the type of sanction and the solution to this type of violation of discipline, implement the decisions of the types of violations that are mild, moderate and severe. 2) steps of principals decision making in terms of aspects the study of the situation, includes principals know more closely students and teachers; observing offenses committed students and teachers and look for the cause of the infringement; search and find factors that cause students and teachers in disciplines violation; clarify the causes of violations committed and finding the cause. 3) steps of the principal's decision making in terms of aspects positive and negative impacts are principals recognize the type of violation and its impact; supervising teachers and students, establish communication and socialization to students to keep clean; encourage the active participation of teachers to build the character and behavior of students by role model; and tell the teacher not to show smoke in front of students.

Keywords: principals leadership, decision making, violation, discipline

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menjabarkan langkah-langkah

pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, 2) memaparkan langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, 3) mengetahui langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan

2

dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah adalah mengidentifikasi, mengetahui klasifikasi jenis pelanggaran tata tertib, menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib, melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran ringan, sedang dan berat. 2) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi, meliputi kepala sekolah mengenal lebih dekat siswa dan guru; mengamati jenis pelanggaran dan mencari penyebabnya; mencari dan menemukan faktor-faktor melakukan pelanggaran tata tertib; mengklasifikasi penyebab pelanggaran dan menemukan penyebabnya. 3) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru, adalah kepala sekolah mengenali jenis pelanggaran dan dampaknya; melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa, kepedulian guru terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa; menjalin komunikasi dan melakukan sosialisasi kepada siswa untuk menjaga kebersihan; mengajak partisipasi aktif guru membina karakter dan perilaku siswa melalui keteladanan; serta memberitahukan kepada guru untuk tidak menunjukkan merokok di hadapan siswa.

Kata Kunci: kepemimpinan kepala sekolah, pengambilan keputusan, pelanggaran,

tata tertib Pendahuluan

Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin oleh

seorang kepala sekolah. Kepala sekolah memegang manajemen penyelenggaraan,

sehingga kepala sekolah memegang administrator. Sebagai administrator

bertanggung jawab mengatur bawahan, termasuk guru-guru dan karyawan. Kepala

sekolah selain sebagai administrator juga sebagai supervisor yaitu membimbing

secara lengkap bagi para guru bawahanya dalam bekerja. Dengan demikian kepala

sekolah harus mampu menciptakan suasana yang harmonis serta komunikasi yang

fleksibel antara kepala sekolah dengan guru dan karyawan.

Kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Kedungjati

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, telah mengalami pergantian

berulang kali. Masing-masing karakter memiliki gaya-gaya kepemimpinan yang

berbeda. Guru sebagai bawahan mempunyai harapan agar kepemimpinan kepala

sekolah mampu membawa perubahan menuju yang lebih baik. Harapan guru

ataupun siswa lainnya adalah, setiap prestasi yang berhasil dicapai memperoleh

perhatian dan penghargaan yang pantas atau paling tidak ada pengakuan dari

kepala sekolah, sehingga dapat menambah motivasi untuk berprestasi lebih baik.

3

Pengalaman yang dialami guru di Sekolah Dasar Negeri 1 Kedungjati

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, dari serangkaian pergantian kepala

sekolah, menyatakan tidak semua kepala sekolah mampu melaksanakan

kepemimpinannya sesuai dengan harapan guru dan siswa. Baik kepada guru yang

berprestasi dan siswa yang berprestasi, apalagi yang tidak berprestasi sama sekali.

Kepala sekolah dituntut dapat mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan dapat

diterima oleh semua pihak.

Permasalahan yang dihadapi Kepala Sekolah di SD Negeri 1 Kedungjati

sangat kompleks. Masalah terkait dengan siswa diantaranya pelanggaran tata

tertib sekolah, dukungan orang tua yang rendah, serta minimnya dukungan sarana

belajar yang dimiliki siswa. Permasalahan terkait dengan guru, diantaranya adalah

adanya salah satu guru yang suka terlambat datang ke sekolah, motivasi guru

untuk mengembangkan kompetensi kurang, serta kesulitan untuk menjalin

kerjasama tim. Sementara permasalahan lain yang harus dihadapi kepala sekolah

adalah permasalahan yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah diantaranya

suara bising, persaingan antar sekolah dan menjaga hubungan social dengan

masyarakat sekitar. Hal inilah yang harus dihadapi oleh Kepala Sekolah SD

Negeri 1 Kedungjati dan harus disikapi dengan pengambilan keputusan yang

dapat mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menjabarkan langkah-langkah

pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah

mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, 2) memaparkan langkah-

langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi

dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, 3)

Mengetahui langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari

aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

desain studi kasus. Lokasi yang digunakan sebagai penelitian berada di SD Negeri

I Kedungjati. Durasi penelitian ditempuh selama tiga bulan yaitu mulai bulan

Januari 2016 sampai pada bulan Maret 2016.

4

Nara sumber penelitian ini antara lain guru, kepala sekolah, dan siswa.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

metode triangulasi yang dipakai pada penelitian ini yaitu triangulasi sumber,

dimana triangulasi dilakukan dengan memperbandingkan dan melakukan

pengecekan balik derajat kepercayaan sebuah keterangan yang didapatkan lewat

perbedaan waktu dan perangkat pada metode penelitian kualitatif ini.

Peneliti menggunakan analisis model interaktif (Interactive Model of

Analysis) sebagai teknik analisis data sesuai dengan rumusan masalah yang telah

ditetapkan. Berdasarkan teori dari Miles dan Huberman (2008: 16) yang

menyatakan ada 3 komponen yang ada dalam model analisis interaktif, antara lain

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dimana dalam suatu siklus

dilakukan dengan cara interaktif guna melakukan pengumpulan data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari

aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa

maupun guru

Temuan penelitian menunjukkan langkah-langkah pengambilan keputusan

Kepala Sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran

tata tertib oleh siswa maupun guru yang pertama adalah mengetahui jenis-jenis

pelanggaran tata tertib siswa. Berdasarkan hasil penelitian, jenis-jenis pelanggaran

tata tertib yang dilakukan oleh siswa antara lain: siswa datang terlambat, tidak

memakai atribut sekolah, tidak mengerjakan PR, tidak menjaga kebersihan, dan

beberapa jenis pelanggaran kecil yang lain. Setelah mengetahui jenis-jenis

pelanggaran yang dilakukan oleh siswa maka dapat diklasifikasi jenis pelanggaran

tata tertib siswa dengan klasifikasi pelanggaran berat, sedang, dan ringan. Hal ini

dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pengambilan keputusan langkah

selanjutnya untuk mengklasifikasi jenis-jenis pelanggaran siswa. Sebagaimana

yang disampaikan oleh Mohajeran and Ghaleei (2008) bahwa kepala sekolah

adalah pusat pengambilan keputusan di sekolah. Senada dengan hasil penelitian

dari Ningsih dan Widiharto (2014) bahwa seorang peserta didik yang melakukan

hal yang menyimpang dari tata tertib sekolah harus diberi sanksi sesuai perbuatan

5

yang dilakukannya. Tetapi perlu ada klarifikasi atau pendataan awal yang harus

dilakukan oleh guru, karena sanksi yang diberikan harus sesuai denganperbuatan

yang dilakukan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, langkah awal untuk

mengetahui dan mengklasifikasi jenis-jenis pelanggaran ini sangat penting bagi

kepala sekolah untuk pengambilan keputusan selanjutnya.

Langkah-langkah untuk mengetahui dan mengklasifikasi jenis-jenis

pelanggaran siswa di atas dilakukan untuk menemukan dan menentukan jenis

sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa. Langkah-langkah

pengambilan keputusan kepala sekolah tersebut sesuai dengan karakteristik kepala

sekolah seperti yang disampaikan oleh Hauserman dan Stick (2013) bahwa salah

satu karakteristik kepala sekolah dalam kelompok yang sangat transformasional

adalah proaktif dalam memecahkan masalah, dan memberikan solusi kreatif. Jadi,

setelah kepala sekolah mengetahui dan mengklasifikasi jenis-jenis pelanggaran

siswa maka langkah selanjutnya adalah menemukan dan menentukan jenis sanksi

dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa.

Setelah menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata

tertib siswa, maka kepala sekolah dapat memberikan sanksi sesuai jenis kesalahan

yang dilakukan. Kepala sekolah melaksanakan keputusan terhadap jenis

pelanggaran ringan yang dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa

menimbulkan ketidaknyamanan siswa atas teguran tersebut. Sementara untuk

jenis pelanggaran sedang sanksi yang diberikan berupa teguran persuasif tanpa

menimbulkan ketidaknyamanan siswa atas teguran tersebut diikuti pemberitahuan

kepada orang tua siswa. Sedangkan jenis pelanggaran berat sanksi yang diberikan

berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan ketidaknyamanan siswa atas teguran

tersebut diikuti pemberitahuan dan surat peringatan keras kepada orang tua siswa.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Marliana (2015) strategi sekolah menangani

pelanggaran tata tertib pada siswa yaitu menasehati, memberikan hukuman bagi

pelanggar tata tertib, memberikan skor pelanggaran, kerjasama sekolah dengan

orang tua siswa. Semua strategi tersebut melibatkan peran kepala sekolah sebagai

pengambil keputusan. Sejalan dengan penelitian dari Julia (2013) yang

menunjukkan upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi pelanggaran tata

6

tertib sekolah pada siswa antara lain mengevaluasi pelanggaran oleh guru,

memberikan sanksi yang jelas dan mendidik, dan merazia siswa yang melanggar

tata tertib sekolah. Seperti pernyataan dari Lydiah and Nasongo (2009) dalam

penelitiannya bahwa peran kepala sekolah dalam keberhasilan sekolah adalah

pemantauan disiplin siswa. Dalam hal ini, pemantauan disiplin siswa dari kepala

sekolah dengan menentukan dan memberikan sanksi bagi siswa yang melakukan

pelanggaran tata tertib sekolah sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan.

Pelanggaran tata tertib tidak hanya dilakukan oleh siswa saja, kadangkala

guru juga melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Dalam masalah ini,

kepala sekolah melakukan tindakan awal sama seperti yang dilakukan terhadap

siswa yaitu kepala sekolah mengenali dan melakukan klasifikasi jenis-jenis

pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh guru. Setelah langkah awal tersebut

dilakukan, tindakan selanjutnya adalah menemukan dan menentukan jenis sanksi

dan solusi terhadap jenis pelanggaran tata tertib siswa. Temuan penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriwati, dkk. (2015) bahwa

langkah-langkah pengambilan keputusan pemberian hukuman terhadap

pelanggaran dilakukan melalui empat tahapan yaitu tahap pemberitahuan, teguran,

peringatan dan hukuman. Pada tahapan pemberitahuan dengan dilakukannya

pengarahan saat MOS (Masa Orientasi Siswa), penyebaran surat edaran,

penempelan tata tertib di kelas, adanya gambar-gambar mengenai tata tertib di

lingkungan sekolah. Pada tahapan teguran dilakukan dengan cara teguran

langsung dan teguran tak langsung kepada siswa yang melanggar aturan. Pada

tahap peringatan terdapat peringatan lisan dengan dilakukannya pembinaan dan

peringatan tulisan dengan pemberlakuan SP (Surat Peringatan). Dan pada tahap

hukuman dilakukan dengan cara memberikan skorsing, home visit serta

pengembalian kepada orang tua siswa. Dalam penelitian ini pemecahan masalah

pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib guru dilakukan sesuai dengan

jenis pelanggaran yang dilakukan oleh guru yaitu pelanggaran ringan, sedang, dan

berat.

Langkah selanjutnya yang dilakukan kepala sekolah setelah menentukan

jenis sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran adalah melaksanakan

7

sanksi sesuai dengan keputusan yang telah diambil sebelumnya sesuai jenis

pelanggaran yang sudah dilakukan. Kepala sekolah memberikan sanksi terhadap

jenis pelanggaran ringan yang dilakukan guru berupa pemanggilan ke ruang

tertutup, untuk jenis pelanggaran sedang sanksinya berupa diskusi internal guru

atas adanya pelanggaran yang dilakukan oleh guru, sedangkan untuk jenis

pelanggaran berat sanksi yang dilakukan berupa pemberitahuan kepada Pengawas

Sekolah dalam bentuk supervisi. Pelaksanaan pemberian sanksi ini sesuai dengan

keputusan yang telah diambil kepala sekolah dengan mempertimbangkan jenis

pelanggaran yang dilakukan. Omote, Thinguri, Moenga (2015) dalam

penelitiannya menyimpulkan masing-masing sekolah memiliki cara unik sendiri

untuk mempertahankan disiplin di sekolah. Ada metode umum disiplin yang

digunakan seperti sekolah pada umumnya, yaitu aturan sekolah, hukuman, dan

bimbingan dan konseling. Semua metode ini sampai batas tertentu membantu

sekolah untuk mengelola masalah kedisiplinan. Oleh karena itu, gaya

kepemimpinan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan pelaksanaan

pemberian sanksi menjadi sangat penting.

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari

aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh

siswa dan guru

Berdasarkan hasil penelitian mengenai langkah-langkah pengambilan

keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek kajian situasi dan penyebab

terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa dan guru, langkah pertama yang

dilakukan oleh kepala sekolah adalah mengenal lebih dekat siswa dan guru.

Kepala sekolah dapat melakukan pendekatan kepada siswa dan guru yang

melakukan pelanggaran dengan melakukan komunikasi langsung terhadap

masalah yang dialami. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Lee, dkk. (2011) dimana inti dari kepemimpinan kepala sekolah adalah selalu

mendengarkan siswa dan gurunya terhadap persoalan atau permasalahan yang

dialami. Sehingga siswa dan guru akan merasa diperhatikan ketika kepala sekolah

melakukan pendekatan dan komunikasi langsung.

8

Langkah selanjutnya dalam pengambilan keputusan kepala sekolah

ditinjau dari aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib

oleh siswa adalah mengamati jenis pelanggaran yang dilakukan siswa dan mencari

penyebab terjadinya pelanggaran. Kemudian mencari dan menemukan faktor-

faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib.

Mengklasifikasi penyebab pelanggaran yang dilakukan siswa, dan menemukan

penyebabnya yaitu ekonomi, minimnya pengawasan dan perhatian orang tua,

sikap otoriter orang tua, tidak ada pengawasan sosial di lingkungan tempat tinggal

(RT tidak peduli saat jam belajar anak, sehingga banyak anak tidak belajar dan

mengerjakan PR). Penelitian dari Ali, Dada, Isiaka dan Salmon (2014) bahwa

menyimpulkan bahwa beberapa faktor penyebab pelanggaran seperti sekolah,

siswa dan masyarakat pada umumnya memberikan kontribusi ke tindakan

ketidakdisiplinan di kalangan siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian dari

Simuforosa dan Rosemary (2014) bahwa salah satu penyebab ketidakdisiplinan

siswa adalah masalah yang berasal dari rumah (keluarga) siswa sehingga

menyebabkan gangguan perilaku siswa di sekolah. Diperkuat dengan hasil

penelitian dari Gutuza dan Mapolisa (2015) bahwa penyebab utama dari

ketidakdisiplinan di sekolah adalah tekanan teman sebaya, penghapusan hukuman

fisik, perilaku guru, penyalahgunaan obat, latar belakang keluarga, dan iklim

sekolah yang tertutup.

Penyebab pelanggaran menurut penelitian Freire dan Amado (2009)

adalah ada kemungkinan ada hubungan antara tindakan disiplin yang tidak

konsisten dan / atau tindakan disipliner berdasarkan hukuman dan kontrol dan

lebih sering terjadinya perilaku tidak disiplin di murid. Sesuai dengan penelitian

dari Perdana (2015) bahwa salah satu faktor penghambat pembentukan perilaku

santun siswa oleh guru adalah masih kurangnya kesadaran beberapa siswa itu

sendiri. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memperhatikan dan peduli terhadap

permasalahan yang terjadi pada siswa dan guru. Oleh karena itu, kepedulian

terhadap siswa merupakan hal yang penting bagi kepemimpinan kepala sekolah,

walaupun hal ini lebih sering dilakukan oleh guru di kelas. Dari bentuk kepedulian

kepala sekolah terhadap siswa maka kepala sekolah dapat mengetahui faktor-

9

faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah

dengan cara pendekatan dan komunikasi langsung dengan siswa seperti yang

dilakukan kepala sekolah di atas.

Kepala sekolah juga perlu mengamati jenis pelanggaran yang dilakukan

guru dan mencari penyebab terjadinya pelanggaran. Mencari dan menemukan

faktor-faktor yang menyebabkan guru melakukan pelanggaran tata tertib. Hasil

penelitian dari Muturi (2014) menyebutkan bahwa kebanyakan guru tidak hanya

termotivasi oleh uang tetapi kebanyakan oleh pengakuan dari kepala sekolah dan

nilai yang mereka dapatkan dalam pekerjaan mereka dan menciptakan lingkungan

yang kondusif bagi kinerja tinggi adalah yang terpenting. Sementara penelitian

dari Ngwokabuenui (2015) menunjukkan jenis ketidakdisiplinan sebagai

ketidaktaatan guru termasuk kesalahan dan kebiasaan yang tidak dapat diterima

Oleh karena itu kepala sekolah perlu mendengarkan dan mendiskusikan kepada

guru yang melakukan pelanggaran tata tertib terhadap faktor penyebab

pelanggaran yang dilakukan. Melalui diskusi ini, guru merasa dihargai dan

memperoleh pengakuan dari kepala sekolah, sehingga guru akan lebih terbuka

terhadap penyebab permasalahan pelanggaran tata tertib yang dihadapi.

Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek

dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru

Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah memiliki

dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru. Dari langkah-langkah

pengambilan keputusan, kepala sekolah dapat mengenali jenis pelanggaran dan

dampak atas pelanggaran tersebut, baik kepada siswa ataupun guru. Langkah ini

dapat dilakukan dengan cara mendengarkan pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa dan guru. Penelitian dari Nurhayati (2009) menunjukkan

jenis pelanggaran yang sering terjadi adalah masalah kehadiran siswa, masalah

keterlambatan, kelengkapan dan tata cara pemakaian seragam, misalnya atribut

sekolah yang tidak lengkap (badge, nama siswa, dasi dan sabuk) dan sering

ditemukannya siswa yang memakai sepatu selain warna selain hitam. Dengan cara

10

mendengarkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dan guru ini,

kepala sekolah dapat menentukan keputusan apa yang harus diambil selanjutnya.

Pelanggaran siswa yang meliputi siswa yang tidak mengerjakan PR dan

melanggar kedisplinan belajar, akan berdampak pada siswa akan kesulitan dapat

meningkatkan prestasinya. Maka langkah keputusan yang dapat diambil oleh

kepala sekolah adalah melakukan pengawasan terhadap guru dalam mengelola

siswa di kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Lydiah and Nasongo (2009)

kaitannya dengan pengelolaan siswa di kelas adalah bahwa para kepala sekolah

juga terlibat dalam kegiatan akademik dengan mengamati dan memeriksa

pekerjaan siswa dan guru, pemantauan disiplin siswa.

Pelanggaran tata tertib dari siswa yang tidak mengenakan pakaian seragam

yang seharusnya, memiliki dampak negatif yang mempengaruhi sikap siswa

mengikuti pelajaran. Kepala sekolah dapat mengambil keputusan dengan

melakukan pengawasan langsung kepada siswa dan kepedulian guru terhadap

pelanggaran yang dilakukan siswa. Sesuai dengan penelitian dari Hauserman dan

Stick (2013) dimana karakteristik kepala sekolah dalam kualitas kepemimpinan

transformasional adalah mendengarkan dan peduli dan membuat keputusan yang

terbaik untuk siswa. Kepala sekolah dapat melakukan pendekatan kepada siswa

dan guru melalui komunikasi langsung dengan cara mendengarkan dan berdiskusi

dengan pelaku pelanggaran.

Bentuk pelanggaran tata tertib siswa membuang sampah sembarangan

memiliki dampak negatif terhadap perilaku siswa di lingkungan masyarakat.

Dalam hal ini, langkah keputusan yang dapat diambil kepala sekolah adalah

menjalin komunikasi dan melakukan sosialisasi kepada siswa untuk menjaga

kebersihan. Seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Tokuan (2015)

dimana Kepala sekolah memberikan pengarahan guru BK, Waka Kesiswaan dan

guru membiasakan siswa berpakaian rapi baik itu dari segi pakaian maupun

kebersihan siswa. Oleh karena itu komunikasi kepala sekolah terhadap anggota

sekolah perlu dilakukan. Sehingga siswa akan merasa diperhatikan ketika kepala

sekolah melakukan pendekatan dan komunikasi langsung mengenai pentingnya

menjaga kebersihan.

11

Pelanggaran tata tertib yaitu siswa berkelahi dengan teman sekolah

memiliki dampak negatif pada perilaku pergaulan yang cenderung merusak, maka

kepala sekolah dapat mengambil keputusan dengan cara melakukan pengawasan

langsung kepada siswa dan mengajak partisipasi aktif guru membina karakter dan

perilaku siswa melalui keteladanan. Dipertegas hasil penelitian dari Lee, dkk.

(2011) bahwa guru senang bekerja dengan kepala sekolah, karena kepala sekolah

selalu menunjukkan pemahamannya. Bagi para guru, sebagian besar perhatian

dari kepala sekolah adalah kepercayaan penuh pada mereka. Kepala sekolah

memberi guru otonomi besar untuk melaksanakan tugas mereka masing-masing,

kepala sekolah bisa menjadi sangat kompromistis dan guru merasa rasa tanggung

jawab dan bermakna. Untuk guru, pekerjaan tidak hanya memberikan makna

khusus, tetapi juga memberikan kepuasan intrinsik. Bagi guru, hadiah terbesar

dari perhatian yang dapat diberikan kepada mereka adalah kepercayaan dan

dukungan. Ajakan dan perhatian dari kepala sekolah ini akan memotivasi guru

untuk membina karakter dan perilaku siswa melalui keteladanan.

Pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh guru terlambat hadir ke

sekolah dan melanggar kedisiplinan belajar memiliki dampak negatif hak belajar

siswa berkurang dan prestasi siswa sulit berkembang, maka dalam hal ini kepala

sekolah dalam mengambil langkah keputusan dengan melakukan pengawasan

terhadap guru dalam mengelola siswa di kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian

dari Irwansa (2016) bahwa upaya sekolah menjadi penting terhadap penyelesaian

persoalan perilaku siswa-siswi terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah misalnya

pemeriksaan secara tiba-tiba, pemberian sanksi yang tegas, pembinaan baik secara

konseling maupun spiritual, dan pemeriksaan kelas. Selain itu, kualitas pribadi

kepala sekolah dan gaya kepemimpinan berdampak pada perannya dalam

pengelolaan pengambilan keputusan di sekolah dan penciptaan iklim sekolah yang

positif serta menggembirakan.

Pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh guru melakukan perbuatan

atau berucap yang tidak pantas di hadapan peserta didik, maka langkah kepala

sekolah adalah memberitahukan kepada guru untuk tidak menunjukkan merokok

di hadapan siswa. Kepala sekolah dapat berdiskusi dengan guru diselingi dengan

12

candaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Omote, dkk. (2015) bahwa

kualitas kepala sekolah harus berada di garis depan, selalu ada untuk siswa dan

gurunya, mudah ditemui, dan membangun struktur dan iklim, dialog, kerja sama,

komunikasi terbuka dan public relations yang baik. Dengan diskusi dan humor ini

guru tidak akan merasa tersinggung atas ucapan kepala sekolah.

Kesimpulan

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari

aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa maupun

guru, mengidentifikasi jenis-jenis pelanggaran tata tertib siswa; mengetahui

klasifikasi jenis pelanggaran tata tertib siswa, mulai dari yang paling berat,

sedang, dan ringan; menemukan dan menentukan jenis sanksi dan solusi terhadap

jenis pelanggaran tata tertib siswa, mulai dari yang paling berat, sedang, dan

ringan; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran ringan yang

dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan ketidaknyamanan

siswa atas teguran tersebut; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran

sedang yang dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan

ketidaknyamanan siswa atas teguran tersebut diikuti pemberitahuan kepada orang

tua siswa; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran berat yang

dilakukan siswa berupa teguran persuasif tanpa menimbulkan ketidaknyamanan

siswa atas teguran tersebut diikuti pemberitahuan dan surat peringatan keras

kepada orang tua siswa; melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran

ringan yang dilakukan guru berupa pemanggilan ke ruang tertutup; melaksanakan

keputusan terhadap jenis pelanggaran sedang yang dilakukan guru berupa diskusi

internal guru atas adanya pelanggaran yang dilakukan oleh guru; serta

melaksanakan keputusan terhadap jenis pelanggaran berat yang dilakukan guru

berupa pemberitahuan kepada Pengawas Sekolah dalam bentuk supervisi.

Langkah-langkah pengambilan keputusan Kepala Sekolah ditinjau dari

aspek kajian situasi dan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib oleh siswa

dan guru, meliputi Kepala sekolah mengenal lebih dekat siswa dan guru;

mengamati jenis pelanggaran yang dilakukan siswa dan mencari penyebab

13

terjadinya pelanggaran; mencari dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan

siswa melakukan pelanggaran tata tertib; mengklasifikasi penyebab pelanggaran

yang dilakukan siswa, dan menemukan penyebabnya yaitu ekonomi, minimnya

pengawasan dan perhatian orang tua, sikap otoriter orang tua, tidak ada

pengawasan sosial di lingkungan tempat tinggal (RT tidak peduli saat jam belajar

anak, sehingga banyak anak tidak belajar dan mengerjakan PR); mengamati jenis

pelanggaran yang dilakukan guru dan mencari penyebab terjadinya pelanggaran;

mencari dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan guru melakukan

pelanggaran tata tertib.

Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari

aspek dampak positif dan negatif bagi siswa ataupun guru, adalah Kepala sekolah

mengenali jenis pelanggaran dan dampak atas pelanggaran tersebut, baik kepada

siswa ataupun guru; melakukan pengawasan terhadap guru dalam mengelola

siswa di kelas; pengawasan langsung kepada siswa dan kepedulian guru terhadap

pelanggaran yang dilakukan siswa; menjalin komunikasi dan melakukan

sosialisasi kepada siswa untuk menjaga kebersihan; melakukan pengawasan

langsung kepada siswa dan mengajak partisipasi aktif guru membina karakter dan

perilaku siswa melalui keteladanan; melakukan pengawasan terhadap guru dalam

mengelola siswa di kelas; serta memberitahukan kepada guru untuk tidak

menunjukkan merokok di hadapan siswa.

Daftar Pustaka

Agustina, Rahmi., dan Sulaiman. 2013. Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie. Sains Riset Volume 3 - No. 1, hlm. 1-10.

Fitriwati, C., Sulistyarini, dan Parijo. 2015. Penerapan Sistem Poin dalam Menanggulangi Siswa yang Melanggar Aturan di SMA N 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 6, hlm. 1-11.

Freire, Isabel dan Amado, Joao. 2009. Managing And Handling Indisicipline in Schools: A research Project. International Journal of Violence and School, Vol. 8, hlm. 85-97.

Gutuza, Regis F. dan Mapolisa, T. 2015. An Analysis Of The Causes Of Indiscipline Amongst Secondary School Pupils In Nyanga District. Global Journal of Advanced Research, Vol. 2, No. 7, hlm. 1164-1171.

14

Hauserman, Cal P. dan Stick, Sheldon L. 2013. “The Leadership Teachers Want from Principals: Transformational”. Canadian Journal of Education/ Revue canadienne de l’éducation, Vol. 36, No. 3, hlm. 184-203.

Irwansa, A. 2016. Analisis Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Pada Siswa di SMK Negeri 1 Makassar. Jurnal Tomalebbi, Vol. 2, No. 1, hlm. 1-13.

Julia, Emi. 2013. Analisis Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasi Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada SMA Wisuda Pontianak. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Lee, Cheah; Abdullah, Abdul Gani Kanesan; Ismail, Aziah; Alizydeen, Naser Jami. 2011. “How Democratic Leaders Empower Teachers Job Satisfaction? The Malaysian Case”. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No.10, hlm. 251-257.

Lydiah, L.M. and Nasongo, J.W. 2009. “Role of the Headteacher in Academic Achievement in Secondary Schools in Vihiga District, Kenya”. Current Research Journal of Social Sciences (Vol. 1 No. 3). Page: 84-92

Marliana, Ayu D. dan Tani, M. T. 2013. Strategi Sekolah Dalam Menangani Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada Siswa di SMP Negeri I Papar Kediri. Kajian Moral dan Kewarganegaraan, No 1 Vol 1 Tahun 2013, hlm. 232-246.

Miles, B Matthew & A. Michael Huberman. 2008. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Mohajeran, Behnaz and Ghaleei, Alireza. 2008. “Principal Role and School Structure”. International Journal of Human and Social Sciences (Vol. 3 No.1), Page: 52-61.

Muturi, Phyllis Muthoni. 2014. “Shared Leadership And Students’ Performance In Secondary Schools”. International Journal of Economics, Commerce and Management, Vol. II, Issue 5, hlm. 1-10.

Ngwokabuenui, Ponfua Y. 2015. Students’ Indiscipline: Types, Causes and Possible Solutions: The Case of Secondary Schools in Cameroon. Journal of Education and Practice, Vol.6, No.22, hlm. 64-72.

Ningsih, Bekti M. dan Widiharto, C.A. 2014. Peningkatan Disiplin Siswa dengan Layanan Informasi Media Film. Jurnal Empati, Volume 1, Nomor 1, hlm. 73-92.

Nurhayati, Siti. 2009. Pelaksanaan Tata Tertib Sistem Skoring dalam Peningkatan Disiplin Siswa di SMP Negeri 20 Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Omote, M.J., Thinguri, R.W., dan Moenga, M.E. 2015. A Critical Analysis of Acts of Student Indiscipline and Management Strategies Employed by

15

School Authorities in Public High Schools in Kenya. International Journal of Education and Research, Vol. 3, No. 12, hlm. 1-10.

Perdana, Aryo. 2015. Peran Guru dalam Pembentukan Perilaku Santun Berlalu Lintas Pada Siswa. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Simuforosa, M. dan Rosemary, N. 2014. Learner Indiscipline in Schools. Review of Arts and Humanities, Vol. 3, No. 2, hlm. 79-88.

Tokuan, Yuliana M. 2015. Peran Guru dalam Pembentukan Kepribadian Disiplin Siswa SMP Negeri 11 Kota Pontianak. Artikel. Pontianak: Universitas Tanjungpura.