KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

14
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017 355 KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK BERKELANJUTAN (STUDI PADA LEMBAGA LAYANAN PUBLIK DI KALIMANTAN TIMUR) Muchlis Syahrani Universitas Mulawarman Samarinda Email : [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis Kepemimpinan etik dalam layanan publik berkelanjutan. Analisis yang digunakan berupa pendekatan konstruksistik untuk mengurai realitas dengan horizon yang lebih luas dan mendalam. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumen dan FGD beberapa pimpinan di setiap level di pemerintah daerah Kalimantan Timur. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis konstruktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran-peran strategik pemimpin lebih fokus pada persoalan administratif. Fungsi strategik pemimpin terabaikan terutama menghadirkan etika sebagai orientasi dalam memberikan layanan kepada publik. Peran tersebut masih terbatas dan belum menyentuh substansi persoalan dari layanan publik yaitu memberikan kebajikan utama berupa keadilan. Kata kunci : Kepemimpinan, Etika, dan Layanan berkelanjutan ABSTRACT The purpose of this research was to give a the image and analyze leadership of conduct for public services sustainable.Analysis used in the form of approach konstruksistik to unravel from the horizon more sky and deep.Technique data collection use observation, documents and fgds several leaders in every level in local government east kalimantan.Data analysis used using analysis constructive.The results of the study showed that strategic lead roles leader more focus on administrative problems.Function strategic leader neglected especially call ethics as orientation to provide services to the public.This role is still limited and have not touched substance the problem from public services namely providing good main of justice. Key words : Leadership, Ethics, and Sustainability Service

Transcript of KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Page 1: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

355

KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN

PUBLIK BERKELANJUTAN (STUDI PADA LEMBAGA

LAYANAN PUBLIK DI KALIMANTAN TIMUR)

Muchlis Syahrani

Universitas Mulawarman Samarinda

Email : [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis

Kepemimpinan etik dalam layanan publik berkelanjutan. Analisis yang digunakan

berupa pendekatan konstruksistik untuk mengurai realitas dengan horizon yang

lebih luas dan mendalam. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,

dokumen dan FGD beberapa pimpinan di setiap level di pemerintah daerah

Kalimantan Timur. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis

konstruktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran-peran strategik pemimpin

lebih fokus pada persoalan administratif. Fungsi strategik pemimpin terabaikan

terutama menghadirkan etika sebagai orientasi dalam memberikan layanan kepada

publik. Peran tersebut masih terbatas dan belum menyentuh substansi persoalan

dari layanan publik yaitu memberikan kebajikan utama berupa keadilan.

Kata kunci : Kepemimpinan, Etika, dan Layanan berkelanjutan

ABSTRACT

The purpose of this research was to give a the image and analyze leadership of

conduct for public services sustainable.Analysis used in the form of approach

konstruksistik to unravel from the horizon more sky and deep.Technique data

collection use observation, documents and fgds several leaders in every level in

local government east kalimantan.Data analysis used using analysis

constructive.The results of the study showed that strategic lead roles leader more

focus on administrative problems.Function strategic leader neglected especially

call ethics as orientation to provide services to the public.This role is still limited

and have not touched substance the problem from public services namely

providing good main of justice.

Key words : Leadership, Ethics, and Sustainability Service

Page 2: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

356

PENDAHULUAN

Persoalan etika kepemimpinan dan layanan publik menjadi salah satu pokok

bahasan yang cukup banyak diperdebatkan. Etika itu sendiri dipahami beragam

dengan perbedaan yang cukup mendalam. Etika adalah pemikiran kritis tentang

moralitas (Suseno, 2005) sedangkan kepemimpinan adalah bagaimana

mempengaruhi, menginspirasi, sedangkan layanan public berkaitan dengan

keadilan di masyarakat sebagai kebajikan utama. Nollet dan Farmer (1991)

menekankan pada kurangnya produktivitas dan penekanan pada prosedur layanan

publik. Bulmer (2008) menjelaskan bahwa layanan publik belum memiliki standar

dan masih rendah.

Fakta menunjukan Beragam persoalan layanan publik terutama di negara-

negara berkembang dan di daerah antara lain persoalan skandal dalam

kepemimpinan publik. Etika , kepemimpinan dan layanan publik memiliki

hubungan yang cukup kompleks. Langvardt (2012) mengemukakan bahwa

terdapat beragam hal dalam skandal sebagai pembelajaran dalam kepemimpinan

etika.

Munculnya beragam kasus tentang etika kepemimpinan dalam lembaga

publik memunculkan pertanyaan tentang bagaimana pemikiran kritis para

pemimpin tentang pandangan-pandangan moral, bagaimana fungsi etika sebagai

sarana orientasi bagi pemimpin untuk mengoptimalkan fungsinya secara efektif di

lembaga publik, bagaimana tentang kinerja layanan publik pasca persoalan etika

mengemuka dan menjadi perdebatan publik atau apakah terjadi degradasi fungsi

kepemimpinan sehingga tanpa kepemimpinan sebenarnya layanan publik dapat

berjalan seperti biasa. Pokok persoalan lain yang menjadi fokus dalam layanan

publik adalah tentang sustainability yang dinilai belum menjadi praktek utama.

Kinerja layanan lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek.

Kajian tentang Sustainabilitas dalam layanan publik masih terbatas

terutama dalam layanan publik di Kalimantan. Sustainabilitas merupakan aspek

penting yang perlu dipahami dan menjadi praktek yang didasarkan pada

pemahaman dengan horizon yang luas. Sustainabilitas itu sendiri dinyatakan

sebagai moral action (Dun et al., 2012). Meijboom dan Bromm (2012)

Page 3: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

357

sustainabilitas sebagai moral ideal. Salah satu aspek penting yang menjadi fokus

perhatian dalam sustainabilitas adalah pemimpin termasuk dalam layanan publik.

Birney et al (2010) mengemukakan bagaimana kepemimpinan untuk

sustainabilitas. Sebelumnya Toor dan ofori (2009) menyatakan kajian tentang

kepemimpinan etika masih lemah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh

gambaran mengenai peran kepemimpinan etik dalam layanan publik

berkelanjutan. Uraian dengan horizon yang lebih luas dengan dukungan literatur,

fakta empiris guna memperoleh pemahaman mendalam tentang realitas untuk

menghasilkan solusi diperlukan dalam kontek layanan publik.

LANDASAN TEORI

Kepemimpinan Etika

Pemimpin berbeda dengan manajer. Kemimpinan ada pada setiap level

organisasi bahkan pada tingkat operasional. Kepemimpinan secara umum menurut

Robbins dan Judge (2013) adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok

menuju pencapaian sasaran. Reynolds dan Warfield (2010) menyatakan

pemimpin berinovasi, bertanya apa dan mengapa, fokus pada orang,

mengembangkan, menginspirasi kepercayaan, memiliki perspektif, jangka

panjang menantang status quo, dan menunjukkan orisinalitas. Pemimpin,

menangani perubahan, menetapkan arah dan menyusun visi,

mengartikulasikannya secara realistis, mengkomunikasikan dan mengungkapkan

visi melalui pemimpin yang memiliki pemikiran kritis dan sistematis tentang

ajaran moral dalam kinerja layanan. Robin dan Judge (2013) menegaskan

bagaimana seorang pemimpin yaitu : “ We need leaders today to challenge the

status quo, create visionsof the future, and inspire organizational members to

want to achieve thevisions.

Mengenai kepemimpinan etika Caldwell et al. (2002) menjelaskan peran

pemimpin yaitu “.. Facilitating Idealist”. Trevina et al (2003) menyatakan

kepemimpinan etika antara lain integriats dan lebih dari sekedar menginspirasi

nilai. Kuntia dan Suar (2005) menyatakan kepemimpinan etika adalah a)

empowerment, and (b) motive and character. Resicks et al (2006) menjelaskan

Page 4: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

358

indikator kepemimpinan etika berkarakter dan integritas, kesadaran etika,

berorientasi pada masyarakat atau orang, memotivasi, mendorong,

memberdayakan, dan mengelola akuntabilitas etis. Brown dan Trevino (2006)

mengambarkan proposisi tentang kepemimpinan etika dalam skema sebagai

berikut:

Gambar 1. Skema Proposisi tentang Kepemimpinan Etika

Sumber : Modifikasi Brown dan Trevino, 2006

Pada dasarnya kepemimpinan etika adalah bagaimana mempengaruhi

pemikiran kritis, sistematis tentang moralitas. Shama dan Soaf (2007)

menyatakan kepemimpinan etis berasal dari model kepemimpinan

transformasional. Visi kepemimpinan etis adalah kebaikan moral, dan nilai-nilai

inti menunjukan integritas, kepercayaan, dan kejujuran moral. Pemimpin etik

menginspirasi orang lain berperilaku berdasarkan pemikiran kritis tentang ajaran

moral. Pemimpin etika bersikap persuasif untuk mendorong perubahan moral

positif berdasarkan pemikiran kritis tentang moral. Kalshoven et al. (2011)

menekankan adanya indikator sustainabilitas pada kepemimpinan etika.

Kepemimpinan etika berdampak pada performance lembaga. Mayer et al.

(2009) menyatakan kepemimpinan etika menjadi mediasi antara top manajemen,

penyimpangan dan OCB. Toor dan ofori (2009) kepemimpinan etika berkaitan

dengan outcome pegawai dan budaya organsiasi. MCcan (2010) mengemukakan

Page 5: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

359

lebih menguntungkan dan disukai organisasi. Kalshoven et al (2011) menjelaskan

kepemimpinan etika yang diperkuat oleh adanya kesadaran moral dan empati

memiliki hubungan positif dengan sikap sopan dan membantu bawahannya.

Aarons (2011) menegaskan bahwa dalam layanan publik adalah sistem yang

melibatkan beragam aktor. Kepemimpinan menjadi kunci untuk layanan publik

berkelanjutan. Kepemimpinan dalam layanan publik mendorong budaya dan iklim

yang kondusif dalam inovasi layanan dan praktek yang inovatif. Langvardt

(2012) menyatakan kepemimpinan etika yang efektif pemimpin yang menyadari

dan belajar dari kegagalan. Rendahnya pertimbangan etis dalam pengambilan

keputusan dapat menyebabkan organisasi berakhir dengan ratapan daripada

dengan kemenangan. Shin et al. (2015) mengemukakan kepemimpinan etis secara

signifikan dapat memprediksi iklim etika, yang menghasilkan iklim keadilan

secara prosedural dan berdampak pada kinerja keuangan.

Proposisi tentang kepemimpinan etika dalam konteks kehidupan berorgansiasi

menunjukan bahwa kepemimpinan etika memiliki peran strategis yang

mengarahkan organsiasi pada pencapaiannya melalui pemikiran sistematis tentang

moralitas. Nilai-nilai yang menunjukan kepemimpinan etika akan memperkuat

aspek-aspek positif bagi pencapaian organsiasi.

Kinerja Layanan publik berkelanjutan

Model-model layanan public yang dikemukakan pada dasarknya diifungsikan

untuk menjelaskan bagaimana mengoptimalkan keadilan sebagai kebajikan utama.

Kinerja efektif dengan tingkat kepuasan masyarakat menjadi indicator

keberhasilan kinerja layanan. Salah satu pendekatan kualitas layanan jasa adalah

model SERVQUAl (service quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman et al.

(1990). Brown et al. (2006) menyatakan tentang nilai, institusi dan pasar layanan

dalam layanan publik. Hal ini menunjukan bahwa fokus perhatian dalam layanan

publik mengalamai perkembangan dan peningkatan terutama dalam hal

pemenuhan kebutuhan layanan berdasarkan orientasi pada pelanggan. Ancarani

(2009) mengemukakan model berbasis agency untuk mensimulasikan interaksi

antara aktor dalam layanan publik. Hal ini mengaskan bahwa orientasi para

Page 6: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

360

pengambil kebijakan termasuk pelaksana operasional adalah kepentingan publik.

Carvalho (2010) menjelaskan pentingnya mengelola emosi dalam layanan publik

guna mewujudkan layanan berkualitas.

Proposisi tentang layanan public termasuk dimensi-dimensinya teris

dibuktikan dan dikembangkan. Pembuktian empiris menghasilkan pemahaman

tentang kebenaran di dalam layanan publik sesuai konteks dan pengakuan adanya

distraksi makna sebelumnya. Kinerja layanan publik berkelanjutan adalah hasil

dari sebuah proses memahami pemahaman tentang kinerja publik dihubungkan

dengan keberadaan manusia sebagai bagian dari keseluruhan termasuk

lingkungannya. Aarons (2011) mengemukakan model layanan publik yang

berbasis bukti yang berorientasi pada keberlanjutan. Konsep tersebut digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2. Model layanan publik yang berbasis bukti yang berorientasi pada

keberlanjutan

Sumber : Aarons, 2011

Kinerja layanan publik pada setiap fungsi tata kelola tidak dapat dilepaskan

dari beragam pandangan. Organsiasi, kepemimpinan dan sistem sebagai aspek

penting guna mewujudkan layanan publik bermutu. Osborne et al. (2013)

merumuskan model layanan publik berkelanjutan. Dimensi sustainabilitas adalah

Page 7: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

361

organisasi layanan publik secara individu, keberlanjutan mekanisme sistem

pelayanan publik dan tata kelola, masyarakat lokal, dan kelestarian lingkungan.

Grubnic et al. (2015) menegaskan bahwa keadilan sosial dan lingkungan di

seluruh generasi adalah atribut fundamental pembangunan berkelanjutan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian didasarkan pada pendekatan dengan asumsi bahwa

desain berkembang, kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian,

Terikat pada konteks pola (kerangka), teori-teori dikembangkan untuk memahami

kepemimpinan etika dan kinerja layanan publik berkelanjutan berdasarkan

prasangka yang memiliki otoritas dan tradisi yang mendorong penemuan

kebenaran. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumen dan

Focus Group Discussion (FGD) beberapa pimpinan di setiap level di pemerintah

daerah Kalimantan. Analisis data menggunakan analisis konstruktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Etika kepemimpinan di sektor publik merupakan wujud dari kesadaran

terhadap peran dan fungsi pemimpin terhadap pemikiran mengenai moralitas.

Etika kepemimpinan menjadi sarana atau orientasi untuk mengoptimalkan fungsi

pemimpin dalam mendorong sustainabilitas pada layanan publik. Etika

kepemimpinan menjadi sarana orientasi bagi pemimpin untuk mengoptimalkan

fungsinya bagi lembaga (menghasilkan keadilan layanan publik sebagai kebajikan

utama). Sejalan dengan Meijboom dan Broom (2012) bahwa etika tidak

diposisikan sebagai tamu dalam diskusi tentang sustainabilitas. Sustainabilitas

adalah moral ideal. Kepemimpinan etika tidak hanya menunjukan indikasi nilai,

sikap dan perilaku yang menunjukan adanya perilaku etik. Kepemimpinan etika

terkait dengan pengetahuan, pemikiran kritis dan praksis tentang ajaran moralitas

Page 8: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

362

seperti keadilan, integritas, bimbingan etis, orang orientasi, pembagian

kekuasaan, kejelasan peran, dan kepedulian terhadap keberlanjutan. Seorang

pemimpin etika mentradisikan pemikiran sistematis tentang ajaran moral.

Keberlanjutan sebagai moral ideal yang membantu atau berfungsi sebagai

sarana untuk refleksi kritis mendasar tentang layanan public dan kepemimpinan.

Artinya sustainability dalam layanan menjadi sarana orientasi bagi pemimpin

untuk merefleksikan moralitas perannya berdasarkan pemikiran kritis dalam

layanan publik. Kepemimpinan ada di setiap level organisasi baik struktur

maupun kultural. Adapun hubungan kepemimpinan etika dan kinerja

berkelanjutan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Hubungan kepemimpinan etika dan kinerja berkelanjutan

Pada saat yang sama pemimpin berfungsi membentuk struktur dan budaya

untuk mengembangkan nilai-nilai yang berorientasi pada kinerja yang

berkelanjutan. Pemimpin mendorong perubahan, menantang status quo, inovasi

dan kreativitas dalam menciptakan nilai untuk layanan publik, menetapkan arah

dan menyusun visi serta mengartikulasikannya secara realistis, mempersatukan

anggota organisasi melaksanakan visi, mengilhami berdasarkan pemikiran kritis

tentang moralitas. Pemimpin meninstitusionlisasikan sustainability sejalan dengan

Ott (2014) : ”Institutionalizing Strong Sustainability” berdasarkan konsep

keadilan Ralws. Sejalan dengan Aarons (2011) yang mengaskan bagaimana peran

Kepemimpinan

Etika

Kinerja berkelanjutan

sebagai moral ideal

Struktur

Budaya

Page 9: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

363

kepemimpinan dalam fungsi-fungsi tata kelola layanan publik untuk

sustainabilitas.

Kepemimpinan etika adalah bagaimana mempengaruhi adanya pemikiran

kritis, sistematis mengenai moralitas secara produktif. Pemahaman tentang etika

bukan merupakan reproduksi atas nilai. Pemikiran sistematis dan kritis tersebut

merupakan perilaku produktif yang didasarkan pada pemahaman mengenai teks

kehidupan sosial dalam layanan public.Pra struktur mengenai pemahaman tentang

moralitas dalam layanan publik didasarkan pada hasil konfirmasi akan adanya

suatu makna yang telah ada. Pemimpin berpikir secara sistematis dan

mempengaruhi tersituasi di dalam tradisi-tradisi tentang sebuah layanan publik

yang memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Mengacu pada Gadamer

(Hardiman, 2016) bahwa tradisi selalu menjadi bagian kita, sebuah model atau

eksemplar, suatu pengakuan diri kita sendiri yang penilaian historis kita nanti

akan hampir tidak dapat melihatnya sebagai semacam pengetahuan, melainkan

sebagai sebuah ikatan yang paling tulus dengan tradisi.

Pemimpin membentuk budaya yang berorientasi pada kinerja layanan

publik yang berkelanjutan berdasarkan pemikiran kritis tentang moralitas.

Pemimpin menciptakan artifak, basic assumption tentang keyakinan kepercayaan,

ide dan basic lying assumption berdasarkan pemikiran kritis mengenai prinsip-

prinsip moral dasar seperti yang dikemukakan oleh Suseno (2005). Kesamaam

ide, keyakinan, kepercayaan terhadap pemecahan masalah-masalah yang belum

pernah ditemui dalam membangun kinerja yang berkelanjutan dibangun melalui

proses sosialisai dan doktrinisasi berdasarkan etika. Tiga prinsip moral dasar yaitu

sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri.

Pemimpin membudayakan kinerja layanan berkelanjutan sampai dengan

tingkat basic lying assumption. Pemimpin mentransformasikan nilai-nilai

sustainabilitas sebagai moral ideal ke dalam kehidupan organisasi, menyebarkan

cerita, ritual, menciptakan artifak, membangun asumsi dasar tentang keyakinan

kepercayaan dan ide, basic lying assumption tentang kinerja berkelanjutan

kepada seluruh organisasi dalam rangka menginternalisasikan sustainabilitas

sebagai moral idea. Pemimpin memperluas kesepakatan nilai yang disebarkan

Page 10: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

364

kepada anggotanya guna terbentuk asumsi dasar dalam diri anggota organisasi.

Tujuannya adalah agar anggota organisasi mampu menghadapi masalah-masalah

kinerja mutu berkelanjutan berdasarkan pemikiran kritis tentang moralitas. Pada

tingkatan expoused belief dan value, pemimpin menciptakan nilai dan

kepercayaan bersama yang dijadikan sebagai landasan untuk menghadapi

masalah-masalah kinerja layanan berkelanjutan berdasarkan pemikiran kritis

tentang moralitas. Meijboom dan Broom (2014) menyatakan sustainability as a

compass that give directions to human action. Nel dan ward (2014)

mengemukakan rasionalitas dalam kerangka kerja berkelanjutan. Waas et al.

(2014) menyatakan bahwa pada era pergantian milenium, kepemimpinan politik

di dunia mengadopsi pembangunan berkelanjutan sebagai model terkemuka untuk

pembangunan masyarakat. Pemimpin tetap memperhatikan bagaimana system

yang berkaitan dengan perikehidupan anggotanya dalam organisasi. Hal ini

sejalan dengan Kuntia dan Suar (2005) bahwa pemimpin meningkatkan

komitmen, prestasi kerja, kepuasan dan perilaku etis. Fungsi dan peran pemimpin

menyebarkan nilai, kepercayaan dan visi organisasi berdasarkan pemikiran

sistematis berkaitan dengan kinerja layanan berkelanjutan sebagai moral ideal.

Seorang pemimpin mempengaruhi ide berkaitan dengan kinerja

berkelanjutan berdasarkan pemikiran sistmatis. Pemikiran sistematis tentang

moralitas pada diri, sasaran serta pengarahan diri pada tujuan untuk memberikan

layanan publik berkelanjutan. Pemimpin mendorong anggota organsiasi

menciptakan sasaran yang diciptakan sendiri, memperkuat perilaku, menciptakan

pola pikir yang positif, menciptakan iklim kepemimpinan (merancang ulang

pekerjaan, fokus, imbalan alamiah kerja untuk meningkatkan motivasi, serta

mendorong kritik secara kritis terhadap kinerja berkelanjutan berdasarkan hasil

pemikiran sistematis tentang moralitas.

Pemimpin mengarahkan perilaku etis, kebajikan moral berdasarkan

pemikiran sistematis tentang prinsip moral dasar (bersikap baik,adil dan

menghormati diri sendiri). Pemimpin menginspirasi tumbuhnya pelayanan publik

sebagai wujud dari kesadaran terhadap konstruksi sosial. Para pemimpin etika

mempertanyakan asumsi, memecahkan masalah secara hati-hati, mendorong

Page 11: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

365

efektivitas dan rasionalitas dalam memecahkan masalah berdasarkan

pertimbangan sistematis tentang moralitas. Pemimpin membangun kegiatan

bermakna yang mengarahkan adanya pemikiran sistematis tentang moralitas

dalam kinerja layanan. Pemimpin mendorong adanya swakelola, sifat layak

dipercaya dan memiliki integritas, nyaman menghadapi ambiguitas dan terbuka

terhadap perubahan berdasarkan pemikiran sistematis dan kritis tentang

moralutas. Tujuan berpikir sistematis tentang peran dirinya sebagai pemimpin dan

kinerja berkelanjutan adalah memperoleh pengertian mendasar yang lebih kritis

dengan horizon yang lebih luas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari penelitin ini antara lain :

a. Kepemimpinan etika memiliki hubungan signifikan dengan kinerja layanan

public berkelanjutan. Pemikiran mendasar dan kritis seorang pemimpin tentang

moral ideal (sustainability dalam layanan public) disebarkan ke seluruh

organisasi berdasarkan tradisi sebagai ikatan.

b. Pemikiran kritis dan sistematis menjadi sarana orientasi untuk mewujudkan

keadilan sebagai kebajikan utama lembaga.

c. Pemimpin melalui struktur dan budaya mengarahkan agar setiap kinerja

memiliki landasan pemikiran kritis dan sitematis bahkan radikal tentang

moralitas.

DAFTAR PUSTAKA

Aarons, G. A., Hurlburt, M., & Horwitz, S. M. 2011. Advancing a Conceptual

Model of Evidence-Based Practice Implementation in Public Service

Sectors. Administration and Policy in Mental Health and Mental Health

Services Research, 38(1), 4–23.

Page 12: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

366

Basuki, H. 2006. Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan Dan

Budaya. Jakarta.

Birney, A., Clarkson, H., Madden, P., Porritt, J., & Tuxworth, B. 2010. Stepping

up a framework for public sector leadership on sustainability. Forum for

the Future Action for a Sustainable World, 18(4),

Bulmer, F. 2008. A New Model For Public Services. Blackwell Publishing Ltd. iea

economic affairs march 47-51

Brown, M. E. 2007. Misconceptions of Ethical Leadership:. How to Avoid

Potential Pitfalls. Organizational Dynamics, 36(2), 140–155.

Brown, M. E., & Trevi??o, L. K. 2006. Ethical leadership: A review and future

directions. Leadership Quarterly, 17(6), 595–616

Caldwell, C., Bischoff, S. J., & Karri, R. 2002. The four empires: A paradigm for

ethical leadership. Journal of Business Ethics, 36, 153–163

Carvalho, C., Brito, C., & Cabral, J. S. 2010. Towards a conceptual model for

assessing the quality of public services. International Review on Public and

Nonprofit Marketing, 7(1), 69–86.

Dunn, M. S., & Hart-Steffes, J. S. 2012. Sustainability as Moral Action. New

Directions for Student Services.

Grubnic, S., Thomson, I., & Georgakopoulos, G. 2015. New development:

Managing and accounting for sustainable development across generations in

public services—and call for papers. Public Money & Management, 35(3),

Hardiman.F.B 2016 Demokrasi Deliberatif. Menimbang negara hukum dan

Ruang Publik dalam Teori diskursus Jurgen Habermas.Yogyakarta.

Kanisisus

Hardiman.F.B 2016. Menuju Masyarakat Komunikatif .Yogyakarta. Kanisisus

Kalshoven, K., Den Hartog, D. N., & de Hoogh, A. H. B. 2011. Ethical Leader

Page 13: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

367

Behavior and Big Five Factors of Personality. Journal of Business Ethics,

100(2), 349–366.

Kuntia,R dan Suar,D. 2005. A Scale to Assess Ethical Leadership of Indian

Private and Public Sector Managers. Journal of Business Ethics 49 (1),13–

26

Langvardt, A. W. 2012. Ethical leadership and the dual roles of examples.

Business Horizons, 55(4), 373–384

Mayer, D. M., Kuenzi, M., Greenbaum, R., Bardes, M., & Salvador, R. (Bombie).

2009. How low does ethical leadership flow? Test of a trickle-down model.

Organizational Behavior and Human Decision Processes, 108(1), 1–13

McCann, J., & Holt, R. 2009. Ethical Leadership and Organizations: An Analysis

of Leadership in the Manufacturing Industry Based on the Perceived

Leadership Integrity Scale. Journal of Business Ethics, 87(2), 211–220

Meijboom, F. L. B., & Brom, F. W. a. 2012. Ethics and Sustainability: Guest or

Guide? On Sustainability as a Moral Ideal. Journal of Agricultural and

Environmental Ethics, 25(2), 117–121.

Nollet, J., & Haywood-farmer, J. 1977. A Model of Productivity in Public

Services. RSCA/CJAS 8(1) 9-17

Osborne, S. P., Radnor, Z., Vidal, I., & Kinder, T. 2014. A Sustainable Business

Model for Public Service Organizations ? Public Management Review,

16(2), 165–172.

Ott, K. 2014. Institutionalizing strong sustainability : A Rawlsian perspective.

Sustainability (Switzerland), 6(2), 894–912.

Parasuraman, A., Berry, L., & Zeithaml, V. A. 1991. Perceived service quality as

a customer-based performance measure: An empirical examination of

Page 14: KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN PUBLIK ...

Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017

368

organizational barriers using an extended service quality model. Human

Resource …, 30(3), 335–364.

Resick, C. J., Hanges, P. J., Dickson, M. W., & Mitchelson, J. K. 2006. A cross-

cultural examination of the endorsement of ethical leadership. Journal of

Business Ethics, 63(4), 345–359.

Reynolds, B. J. G., & Warfield, W. H. 2010. Discerning the Differences Between

Managers and Leaders. Differences, 77(March), 26–29.

Robbins, S dan Judge, T.,A 2013. Organizational Behavior. London : Pearson

Shamas, L. M., & Shoaf, V. 2008. Ethical leadership for the professions:

Fostering a moral community. Journal of Business Ethics, 78(1–2), 39–46.

Shin, Y., Sung, S. Y., Choi, J. N., & Kim, M. S. 2014. Top Management Ethical

Leadership and Firm Performance: Mediating Role of Ethical and

Procedural Justice Climate. Journal of Business Ethics, 129(1), 43–57

Suseno.2005. Etika Dasar. Yogyakarta. Kanisius

Toor, S. ur R., & Ofori, G. 2009. Ethical leadership: Examining the relationships

with full range leadership model, employee outcomes, and organizational

culture. Journal of Business Ethics, 90(4), 533–547.

Trevino, L. K., Brown, M., & Hartman, L. P. 2003. A Qualitative Investigation of

Perceived Executive Ethical Leadership: Perceptions from Inside and

Outside the Executive Suite. Human Relations, 56(1), 5–37.