KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam...

147
KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KAWASAN PERBATASAN INDONESIA - MALAYSIA (Kasus Pembangunan Kesehatan di Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat) GUSTI MUHAMMAD FADLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam...

Page 1: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KAWASAN

PERBATASAN INDONESIA - MALAYSIA

(Kasus Pembangunan Kesehatan di Desa Nanga Bayan,

Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat)

GUSTI MUHAMMAD FADLI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kepemimpinan dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan Indonesia dengan

Malaysia (Kasus Pembangunan Kesehatan di Desa Nanga Bayan, Kecamatan

Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat) adalah karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2010

Gusti Muhammad Fadli

NIM I353070121

Page 3: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

ABSTRACT

Gusti Muhammad Fadli. Community Leadership And Participation Of Village

Development In Boundary Area Of Indonesia – Malaysia. Under the

Supervision of Titik Sumarti and Djuara P Lubis

Village government leadership has a role as the agency that responsible for

the development whether physical and non physical. In terms of community

service, village government leadership acts as a community facilitator. The

purpose of this study was to 1) Describing the mayor's leadership in formulating

and implementing development policies, 2) Describing community participation

in development. This study employed a qualitative descriptive method because it

is based on a particular object. The only research site is the village of Nanga

Bayan. The research result indicates that health development program was not

able to motivate community participation in village health center development

program. Begin with planning process, implementation and control. The

community participation is not optimal yet, especially in ideas and suggestions

and in decision making. The problems in village health center development,

mostly because of facilitator failure in socialization and facilitating the phase of

activities. Pattern and approach conducted were less providing space availability

for public to determine the program agenda. The form of community participation

observed in this program is only physic, i.e., cooperation that already becomes a

tradition in the village. Community participation in the village health center

development implementation majority empowered by motives that they require

village health center development. Thus, the program were not become an

empowerment process to improve the ability of village government in the

development activity.

Keyword: Leadership, Participation, Development.

Page 4: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

RINGKASAN

Gusti Muhammad Fadli. Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan Indonesia - Malaysia. Dibimbing

oleh Titik Sumarti dan Djuara P Lubis

Penelitian secara umum bertujuan untuk : (1) mendiskripsikan peran

kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan

mengimplementasikan pembangunan, (2) mendiskripsikan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan di Desa Nanga Bayan (3) menganalisis interaksi antara

kepemimpinan pemerintahan desa dengan partisipasi masyarakat dalam program

pembangunan di Desa Nanga Bayan. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif karena berdasarkan fenomena tertentu, yaitu kasus program

pembangunan kesehatan di desa kawasan perbatasan.

Penelitian ini dilakukan di Desa Nanga Bayan. Pengumpulan data dengan

menggunakan tekhnik bola salju (snowball). Penggalian informasi secara umum

dengan mengadakan diskusi kelompok. Diskusi ini ditujukan untuk melihat

gambaran umum mengenai pemerintahan desa dan permasalahannya dari sudut

pandang subjek kasus yang terdiri dari: kepala adat, kepala dusun, ketua adat,

tokoh masyarakat, ketua RT, dan mantan kepala desa. Penggalian lebih dalam

mengenai informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan wawancara mendalam.

Hasil penelitian di analisis dengan menggunakan model analisis interaktif.

Dalam penelitian ini di analisis bahwa pembangunan merupakan proses

yang membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi. Kepemimpinan dan partisipasi

sulit dipisahkan, keduanya seperti dua sisi mata uang. Kepemimpinan yang bagus

tetapi dilandasi dengan partisipasi yang jelek tidak akan membawa proses

pembangunan mencapai hasil secara maksimal. Demikian juga sebaliknya,

partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung juga membuat

tujuan pembangunan sulit dicapai sesuai harapan.

Di Desa Nanga Bayan terdapat kepemimpinan yang bersifat dualistik yang

masing-masing memiliki legitimasi dan pengaruh yang kuat terhadap masyarakat

dengan karakteristik yang berbeda yaitu kepemimpinan formal (kepala desa) dan

kepemimpinan informal (temenggung). Pemerintah desa memperoleh legitimasi

secara formal melalui surat pengangkatan dari Bupati sedangkan lembaga adat

memperoleh legitimasi secara informal dari masyarakat. Meskipun pemerintah

desa juga memperoleh legitimasi dari masyarakat melalui pemilihan langsung,

namun kedua komponen ini tidak saling berebut pengaruh melainkan yang terjadi

adalah pembagian fungsi pelayanan terhadap masyarakat. Dalam hal ini,

pemerintah desa lebih berfungsi untuk hal-hal yang berkenaan dengan

masalah/urusan administrasi sedangkan lembaga adat lebih cenderung difungsikan

untuk masalah/urusan yang berkenaan dengan kehidupan sosial di desa seperti

penyelesaian perkara, ritual, perkawinan, termasuk aktivitas pertanian.

Pelaksanaan fungsi kedua tipe kepemimpinan ini memiliki landasan yang berbeda

dimana pemerintah desa lebih dominan berlandaskan pada aturan-aturan formal

sedangkan lembaga adat lebih dominan merujuk pada hukum-hukum adat.

Dugaan sementara bahwa tipe kepemimpinan di desa Nanga Bayan baik

formal maupun informal cenderung lebih menunjukkan tipe kepemimpinan

demokratis dimana aspek pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama

Page 5: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

dengan konstituen (masyarakat). Namun hasil analisis menunjukkan bahwa type

kepemimpinan yang ada di desa Nanga Bayan cenderung otoriter. Hal ini

tercermin lewat pembangunan pos kesehatan desa lebih didominasi oleh

pemerintahan desa dan mekanisme pelaksanaan pembangunannya secara umum

masih bersifat top down, mulai dari aspek perencanaan hingga pengawasan. Oleh

sebab itu partisipasi warga masih terbatas pada mobilisasi dalam kegiatan

pembangunan desa. Artinya warga berpartisipasi hanya pada saat ada kegiatan

pembangunan saja.

Dualisme kepemimpinan yang dijumpai di Desa Nanga Bayan tidak

dipandang sebagai masalah oleh masyarakat karena adanya aspek pembagian

fungsi sebagaimana diutarakan di atas. Dengan kata lain, meskipun pemerintah

desa dan lembaga adat memiliki konstituen yang sama namun hal ini tidak

menimbulkan benturan baik secara fungsi maupun pengaruh.

Adanya hubungan antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat desa

dalam pembangunan pos kesehatan desa dilandasi oleh aspek sosial budaya yaitu:

Pertama, terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala desa dengan

warga desa. Dalam hal ini, intensitas dalam memotivasi masyarakat, membimbing

dan interaksi komunikasi yang dilakukan kepala desa, serta pemberian

kesempatan kepada warga desa untuk berpartisipasi dalam sosialisasi perencanaan

kegiatan telah dan meningkatkan partisipasi warga desa dalam pembangunan

desa.

Kedua, nilai-nilai budaya tradisional tentang pola perilaku interaksi dalam

hubungan kekerabatan mempengaruhi hubungan antara kepemimpinan kepala

desa dengan partisipasi warga desa. Dalam hal ini, posisi otoritas kepala desa

dilegitimasi nilai-nilai tradisional telah menempatkan kepemimpinan kepala desa

dalam posisi ideal untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa.

Page 6: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB

Page 7: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KAWASAN

PERBATASAN INDONESIA – MALAYSIA

(Kasus Pembangunan Kesehatan di Desa Nanga Bayan,

Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat)

GUSTI MUHAMMAD FADLI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Mayor Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 8: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

Judul Tesis : Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan Indonesia –

Malaysia ( Kasua Pembangunan Kesehatan di Desa

Nanga Bayan, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan

Barat)

Nama : Gusti Muhammad Fadli

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, M.S

Ketua

Dr. Ir. Djuara P Lubis, M.S

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi/Mayor

Sosiologi Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian: 3 Februari 2010 Tanggal Lulus:

Page 9: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

PRAKATA

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Kepemimpinan dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan Indonesia –

Malaysia (Kasus Pembangunan Kesehatan di Desa Nanga Bayan, Kecamatan

Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat).

Penghargaa dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, M.S dan Dr. Ir. Djuara P Lubis, M.S selaku komisi

pembimbing atas arahan dan wawasan yang telah diberikan selama penulisan

berlangsung.

2. Ir. Said Rusli, MA selaku penguji luar komisi

3. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc selaku Ketua Program Studi Mayor

Sosiologi Pedesaan.

4. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan

koordinator Mayor Sosiologi Pedesaan yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis mengikuti pendidikan Strata 2 di IPB.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis mengikuti pendidikan Strata 2 di IPB.

6. Teman-teman seperjuangan di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten

Sintang atas dukungan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

7. Bapak Andreas kepala desa Nanga Bayan, masyarakat desa Nanga Bayan

Kecamatan Ketungau Hulu yang telah menerima penulis untuk melakukan

penelitian di daerahnya dan kepada seluruh informan yang telah bersedia

memberikan informasi untuk kepentingan penelitian ini.

8. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman

angkatan 2007 Program Studi Mayor Sosiologi Pedesaan yang tidak pernah

habis-habisnya memberikan dukungan dan semangat kepada penulis hingga

penulisan ini selesai.

9. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua Adi

Nurman Iskam (alm) dan Mas Rusmini (alm) serta ananda Mas Ashifa Vera

Fadila (alm) semoga mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT. Terima

kasih juga penulis sampaikan kepada isteri Lisnawati dan anak Mas Sufefty

Febby Chairani, Gusti Alvi Ridho Fadhel dan Gusti Fatih Nurfadhel atas

segala pengertiannya dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas belajar pada Program Pascasarjana IPB.

Bogor, Februari 2010

Gusti Muhammad Fadli

Page 10: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sintang tanggal 19 April 1967 dari pasangan Bapak

Adi Nurman Iskam (alm) dan Ibu Mas Rusmini (alm) sebagai putra pertama dari

empat bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri X Sintang, pendidikan

SLTP di SMP Purnama Sintang dan pendidikan SLTA di SMAN I Sintang. Pada

Tahun 2001 penulis lulus dari Universitas Kapuas Sintang pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan pada tahun 2007

diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke Program Magister pada Sekolah

Pascasarjana IPB melalui tugas belajar dari Pemerintah Daerah Kabupaten

Sintang.

Pada saat ini penulis bekerja di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sintang

pada instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS).

Page 11: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………………………………………………………… iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… iv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… v

I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8

2.1. Tinjauan Pustaka 8

2.1.1. Konsep Pembangunan ..................................................... 8

2.1.2. Pemerintahan Desa .......................................................... 11

2.1.3. Kekuasaan dan wewenang .............................................. 13

2.1.4. Kepemimpinan (leadership) ............................................ 15

2.1.5. Type Kepemimpinan ....................................................... 18

2.1.6. Kepemimpinan formal dalam membangun

perekonomian desa ..........................................................

24

2.1.7. Kepemimpinan Informal Dalam Pembangunan Desa ..... 26

2.1.8. Beberapa Studi tentang Kepemimpinan .......................... 27

2.1.9. Partisipasi ……………………………….……………... 28

2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................. 31

III METODE PENELITIAN …………………………………………. 36

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 36

3.2.Pendekatan dan Strategi Penelitian ............................................ 37

3.3.Metode Pengumpulan Data ......................................................... 37

3.4.Metode Analisis Data ................................................................. 40

3.5.Definisi Konseptual ...................................................................... 43

IV GAMBARAN UMUM DESA …………………………………….. 44

4.1. Kondisi Geografis ............................................................................. 44

4.2. Kondisi Demografis ……..……………………................................ 47

4.3. Kondisi Perekonomian ………….………………………................ 48

4.4. Tradisi Masyarakat …………………………………………........... 52

4.5. Kelembagaan Desa ………………………………........................... 56

4.6. Kondisi Sarana dan Prasarana ………………..…………………… 60

V PROGRAM PEMBANGUNAN DI DESA NANGA BAYAN

DAN MEKANISMENYA ………………………………………….

63

5.1. Peningkatan Kualitas Pendidikan ................................................ 65

5.2. Peningkatan Sistem Pelayanan Kesehatan ................................... 68

5.3. Peningkatan dan Pemberdayaan Masyarakat ............................... 73

Page 12: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

5.4. Pembangunan Infrastruktur .......................................................... 76

5.5. Mekanisme Perencanaan Program di Desa Nanga Bayan .......... 79

5.6. Pembangunan Pos Kesehatan Desa Sebagai Prioritas ............... 84

VI KEPEMIMPINAN DALAM PEMBANGUNAN POSKESDES 89

6.1. Situasi Kepemimpinan di Desa Nanga Bayan .................…...… 89

6.2. Kepemimpinan Formal (Pemerintahan Desa) .................…... 90

6.3. Kepemimpinan Informal (Pemerintahan Adat) ….................. 97

6.4. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Poskesdes ............. 101

6.5. Analisis Interaksi Kepemimpinan dengan Partisipasi

Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa

108

6.6. Manfaat Program Pembangunan Desa …..……........................... 118

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ................................................................................. 122

7.2. Saran ........................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124

LAMPIRAN ................................................................................................. 129

Page 13: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah informan dan subjek kasus................................................................ 38

2. Matriks Data Penelitian ................................................................................ 40

3. Jumlah Penduduk Desa Nanga Bayan berdasarkan jenis kelamin dan

dusun Tahun 2009 ..................................... 47

4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal tahun 2009 ........ 48

Page 14: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian................................................... 34

2. Lokasi Penelitian ....................................................................... 36

3. Model analisis interaktif ............................................................ 41

4. Hubungan antara lembaga desa dalam bekerja .......................... 79

5. Mekanisme Perencanaan Program di Desa Nanga Bayan ......... 83

6. Pola interaksi kepemimpinan dan partisipasi masyarakat .......... 111

Page 15: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pedoman wawancara .................................................................. 129

2. Form catatan harian .................................................................... 132

Page 16: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang

berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu Malaysia khususnya Negara

Bagian Sarawak. Kondisi ini membawa konsekwensi, baik dari segi ekonomi,

sosial dan politik terhadap Kabupaten Sintang pada khususnya dan kehidupan

nasional pada umumnya. Dari segi ekonomi, kawasan perbatasan akan memicu

pola hubungan yang diwarnai persaingan atau perbedaan ekonomi yang cukup

tajam. Dari segi sosial, kawasan perbatasan berpotensi melahirkan pola

interaksi berbagai dampak baik positif maupun negatif. Sedangkan dari segi

politik, kawasan perbatasan akan berimplikasi pada kadaulatan negara serta

harga diri bangsa di mata negara lain.

Keberadaan dan peranan pemerintahan desa sangat diperlukan untuk

memberikan kontribusi dalam pembangunan dan pengembangan kawasan

perbatasan tersebut sebagai kawasan prioritas, wilayah maju dan berkembang

sehingga menjadi “halaman depan” yang menentukan citra dan kedaulatan negara

dengan melaksanakan fungsi pemerintahan seperti yang termuat dalam UU No.

32/2004 bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari

sistem penyelenggaraan pemerintahan Nasional sehingga desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

Secara teoritis, menurut Davey (1988). ada tiga fungsi utama yang harus

dilaksanakan oleh pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu public

service funtion (fungsi pelayanan masyarakat), development function (fungsi

pembangunan) dan protection function (fungsi perlindungan). Fungsi pelayanan

masyarakat lebih berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah,

kegiatan pemberian berbagai pelayanan umum maupun fasilitas – fasilitas sosial

kepada masyarakat seperti penyediaan pendidikan, kesehatan, pengurusan

sampah, air minum, dan sebagainya. Fungsi pembangunan mendudukkan

pemerintah sebagai agen pembangunan, terutama dalam merangsang dan

mendorong pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup warganya. Pemerintah

Page 17: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

2

mengeluarkan berbagai kebijakan ekonomi, mendirikan pasar-pasar,

mengeluarkan surat ijin berusaha, menyiapkan jaringan jalan dan jembatan serta

fasilitas-fasilitas lainnya yang menunjang pembangunan. Fungsi perlindungan

memberikan peran kepada pemerintah untuk melindungi warganya baik dari

gangguan alam maupun gangguan yang disebabkan oleh manusia.

Reformasi dan otonomi desa telah menjadi harapan baru bagi pemerintah

dan masyarakat di desa untuk membangun desanya sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintahan desa, otonomi

adalah satu peluang baru yang dapat membuka ruang kreativitas bagi aparatur

desa dalam mengelola desa (Setiawan, 2008). Hal itu jelas membuat pemerintah

desa menjadi semakin leluasa dalam menentukan program pembangunan yang

akan dilaksanakan, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa

tanpa harus didikte oleh kepentingan pemerintah daerah dan pusat. Sayangnya

kondisi ini ternyata belum berjalan cukup mulus. Sebagai contoh, aspirasi desa

yang disampaikan dalam proses musrenbang senantiasa kalah dengan kepentingan

pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) dengan alasan bukan prioritas,

pemerataan dan keterbatasan anggaran.

Dalam pembangunan desa, hal yang perlu diketahui, dipahami dan

diperhatikan adalah berbagai kekhususan yang ada dalam masyarakat pedesaan.

Tanpa memperhatikan adanya kekhususan tersebut mungkin program

pembangunan yang dilaksanakan tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.

Kekhususan pedesaan yang dimaksud antara lain adalah bahwa masyarakat desa

relatif sangat kuat keterikatannya pada nilai-nilai lama seperti adat istiadat

maupun agama.

Dalam pelaksanaan program pembangunan pedesaan, keberadaan pemimpin

informal bagi masyarakat desa di daerah perbatasan ini memiliki posisi strategis,

karena melalui mereka-lah berbagai informasi dan komunikasi dapat dialirkan

bagi kepentingan masyarakat. Segala bentuk perilaku dan sikap seringkali

bersumber dari seseorang yang dianggap sebagai panutan dan sumber

pengetahuan. Sosok sebagai figur panutan biasanya diperoleh seseorang melalui

berbagai cara yang secara otomatis dilekatkan oleh masyarakat setempat, seperti

karena pengaruh kewibawaannya, kepandaiannya, kekayaannya, keberaniannya

Page 18: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

3

atau karena kekuasaannya. Jika seseorang telah mendapatkan predikat sebagai

panutan maka biasanya menjadi sumber segala perhatian masyarakat, yang secara

emosional menjadi acuan sikap dan perilakunya.

Melalui figur kepemimpinan informal tersebut, berbagai program

pemerintah dan missi pembangunan dapat diselenggarakan secara efektif dan

efisien. Oleh karena itu dalam berbagai kegiatan pembangunan masyarakat

tradisional, sosok pemimpin informal tidak bisa diabaikan peranannya. Meskipun

demikian, penggunaan saluran formal tetap berdaya guna, karena dengan cara

formal biasanya disertakan pula alat pemaksa berupa sanksi hukum formal.

Dengan demikian akan menjadi lebih baik jika digunakan kedua-duanya

sekaligus, sebab di satu sisi pemberdayaan masyarakat harus tetap berjalan, di sisi

yang lain penegakan hukum formal juga perlu terus ditegakkan.

Pembahasan mengenai pembangunan dalam kaitannya dengan aspek

kepemimpinan dan partisipasi menjadi sangat penting ketika dikaitkan dengan

kasus desa di daerah perbatasan. Hal ini mengingat desa-desa di perbatasan sangat

rentan dipengaruhi oleh negara lain melalui sentuhan pembangunan dan ketika

nilai manfaat pembangunan tersebut dirasakan oleh masyarakat bisa saja

mendorong mereka untuk cenderung menerima pengaruh yang lebih besar lagi.

Isu strategis konsultasi publik nasional di Jakarta, pada tanggal 18

Nopember 2007 (sumber Bappeda Kab. Sintang, 2007), mengemukakan bahwa

kondisi ketidakberdayaan masyarakat desa di kawasan perbatasan tersebut dapat

dilihat dari hal-hal sebagai berikut; pertama, aspek ekonomi ditandai dengan

suasana kehidupan masyarakat yang diliputi rendahnya taraf kesejahteraan

masyarakat terutama jika dibandingkan dengan kesejahteraan masyarakat negara

tetangga. Ada beberapa alasan mengapa penduduk pedesaan atau dari daerah

perbatasan Indonesia dan Malaysia lainnya seperti di kabupaten Sintang lebih

memilih berinteraksi ke seberang (baca Malaysia). Alasannya antara lain adalah,

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mendapatkan penghasilan yang lebih

tinggi, dan sebagainya. Orientasi ekonomi masyarakat pada kawasan tapal batas

cenderung dominan pada negara tetangga Malaysia, hal ini disebabkan wilayah

negara tetangga tersebut lebih mampu memberikan kontribusi perkembangan

sektor perekonomian karena kelancaran proses perdagangan dan fasilitas lainnya

Page 19: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

4

yang dapat mengakomodasikan masyarakat perbatasan. Berkaitan dengan bidang

ekonomi, kegiatan masyarakat di bidang koperasi, usaha kecil dan menengah serta

perdagangan belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Dalam hal ini

masih terdapat Koperasi yang sudah dibentuk, akan tetapi tidak aktif, dan belum

semua jenis usaha termasuk perdagangan memiliki perizinan.

Kedua, aspek sosial yang disebabkan masih sangat minimnya sarana dan

prasarana transportasi seperti angkutan umum baik melalui jalan darat maupun

maupun melalui sungai. Selain itu minimnya sarana dan prasarana pendidikan di

daerah tersebut yang menyebabkan banyak anak-anak hanya lulusan sekolah dasar

serta relatif mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan dikarenakan jarak

antara sekolah dengan rumah penduduk sangat jauh. Disisi lain juga, untuk

melanjutkan ke tingkat lebih tinggi mereka harus ke ibukota kecamatan yang

merupakan satu-satunya SMP yang ada di kecamatan tersebut. Masyarakat di

Kawasan Perbatasan masih mengalami tingkat/derajat kesehatan yang rendah.

Kondisi kehidupan masyarakat khususnya anak-anak yang mengalami kekurangan

gizi dan lingkungan pemukiman yang kurang sehat. Selain itu sarana dan

prasarana atau fasilitas penunjang kesehatan masyarakat kurang memadai dan

terbatasnya tenaga kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya. Sampai akhir

tahun 2007 tercatat satu buah pondok kesehatan desa dengan satu orang tenaga

perawat/bidan. Sedangkan untuk sarana dan prasarana lainnya seperti pusling air

dan kendaraan operasional lainnya belum tersedia. (Bappeda Kabupaten Sintang,

2007).

Ketiga, aspek politik, akibat dari adanya permasalahan di bidang ekonomi

seperti tersebut di atas, secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada

kehidupan di bidang politik. Misalnya masyarakat di Kawasan Perbatasan lebih

mengetahui dan mengenal pemimpin atau pejabat di negara tetangga Malaysia

dibandingkan dengan di negara sendiri, ataupun cenderung lebih sering

menggunakan mata uang negara tetangga dari pada mata uang sendiri. Selain itu

stabilitas dan keamanan di Kawasan Perbatasan sangat rawan. Hal ini mengingat

belum jelasnya batas negara, sehingga rawan pencurian sumber daya alam,

penyelundupan barang-barang maupun keluar masuknya tenaga kerja ilegal,

masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan nilai dan adat istiadat maupun

Page 20: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

5

agama, sehingga berpengaruh dan mengganggu ketertiban dan keamanan

masyarakat baik lahir maupun bathin.

Semua program pembangunan yang dilaksanakan pemerintahan desa di

kawasan perbatasan seakan tidak pernah ada hasilnya dalam mengatasi masalah

sosial, ekonomi dan politik. Hal ini tercermin dalam aktivitas perekonomian lebih

berorientasi bahkan terserap ke pusat-pusat perekonomian/perdagangan di negara

tetangga. Kurangnya nilai manfaat dari pembangunan yang bisa dirasakan oleh

masyarakat mengindikasikan adanya kesenjangan antara kebutuhan masyarakat

dan program-program pembangunan yang mereka terima. Salah satu sarana

penghubung kedua elemen tersebut adalah partsipasi masyarakat yang tidak lepas

dari peran-peran pemimpin lokal, baik pemimpin formal maupun informal dalam

menggerakkan partisipasi dimaksud.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang penting dilakukan

penelitian yang fokus mengkaji keterkaitan antara kepemimpinan, partisipasi, dan

pembangunan sehingga fenomena kecenderungan masyarakat di desa perbatasan

menerima pengaruh dari negara lain bisa dijelaskan.

1.2. Rumusan Masalah

Pelaksanaan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 di seluruh wilayah

Republik Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan perangkat pemerintahan

desa yang mampu melayani dan mengayomi masyarakat, menggerakkan

partisipasi aktif masyarakat serta mampu melaksanakan fungsi pemerintahan

secara lebih efektif dan efisien.

Dalam konteks desa di perbatasan, keberadaan pembangunan yang

manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak

langsung sangat penting karena hal ini ada kaitannya dengan aspek

pengintegrasian, apakah masyarakat tersebut cenderung menerima pengaruh dari

Malaysia atau Indonesia. Dengan demikian konsep pembangunan yang diperlukan

adalah pembangunan yang berorientasi kebutuhan. Konsep semacam ini diyakini

bisa diwujudkan jika dalam proses pembangunan tersebut terdapat unsur

partisipasi masyarakat teruma dalam perencanaan, dengan tidak mengabaikan

partisipasi dalam pelaksanaan, monitoring, dan evalusasi. Jika pemimpin

Page 21: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

6

didefinisikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain, maka

untuk mengggerakkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

sangat diperlukan peran-peran pemimpin lokal. Oleh karenanya penting untuk

dilihat lebih dalam mengenai peran-peran kepemimpinan lokal dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan sehingga masalah

kurangnya nilai manfaat pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat di daerah

perbatasan dapat dijelaskan.

Atas dasar uraian di atas, beberapa pertanyaan sebagai masalah penelitian

yang akan dijawab dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peran kepemimpinan pemerintah desa dalam merumuskan

kebijakan dan mengimplementasikan pembangunan?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pembangunan di Desa Nanga

Bayan?

3. Bagaimana interaksi antara kepemimpinan pemerintahan desa dengan

partisipasi masyarakat dalam program pembangunan Desa Nanga Bayan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, penelitian ini bertujuan :

1. Mendiskripsikan peran kepemimpinan pemerintah desa dalam merumuskan

kebijakan dan mengimplementasikan pembangunan.

2. Mendiskripsikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Nanga

Bayan.

3. Menganalisis interaksi antara kepemimpinan pemerintahan desa dengan

partisipasi masyarakat dalam program pembangunan di Desa Nanga Bayan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi secara

ilmiah serta dapat memperkuat teori mengenai sosiologi pedesaan khususnya

dalam hal kepemimpinan pemerintahan desa dalam melaksanakan

pembangunan di kawasan perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

Page 22: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

7

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pelaksanaan

pembangunan desa di kawasan perbatasan baik kepada Pemerintah Pusat,

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, maupun Pemerintah Kecamatan.

Page 23: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Pembangunan

Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas, tetapi

hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta masyarakat

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Rencana pembangunan desa

harus disusun berdasarkan pada potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada

sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

sumberdaya modal, prasarana dan sarana pembangunan, kelembagaan, aspirasi

masyarakat setempat, dan lainnya. Karena dana anggaran pembangunan yang

tersedia terbatas, sedangkan program pembangunan yang dibutuhkan relatif

banyak, maka perlu dilakukan: (1) penentuan prioritas program pembangunan

yang diusulkan, penentuan prioritas program pembangunan harus dilakukan

berdasarkan kriteria yang terukur, dan (2) didukung oleh partisipasi masyarakat

untuk menunjang implementasi program pembangunan tersebut. Penentuan

program pembangunan oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan bentuk

perencanaan dari bawah, dan akar rumput bawah atau sering disebut sebagai

bottom-up planning. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu

bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowering) secara nyata dan terarah.

Menurut pandangan Haq, (1985) tujuan pokok pembangunan adalah

memperluas pilihan-pilihan manusia. Pengertian ini mempunyai dua sisi.

Pertama, pembentukan kemampuan manusia seperti tercermin dalam kesehatan,

pengetahuan dan keahlian yang meningkat. Kedua, penggunaan kemampuan yang

telah dipunyai untuk bekerja, untuk menikmati kehidupan atau untuk aktif dalam

kegiatan kebudayaan, sosial, dan politik. Paradigma pembangunan manusia yang

disebut sebagai sebuah konsep yang holistik mempunyai 4 unsur penting, yakni:

(1) peningkatan produktivitas; (2) pemerataan kesempatan; (3) kesinambungan

pembangunan; serta (4) pemberdayaan manusia.

Pandangan bahwa pembangunan tidak seyogyanya hanya memperhatikan

tujuan-tujuan sosial ekonomi, berkembang luas. Masalah-masalah demokrasi dan

hak-hak asasi manusia menjadi pembicaraan seperti yang dikemukakan oleh

Goulet (1977) yang mengkaji falsafah dan etika pembangunan, misalnya,

Page 24: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

9

mengetengahkan bahwa proses pembangunan harus menghasilkan (1) terciptanya

"solidaritas baru" yang mendorong pembangunan yang berakar dari bawah

(grassroots oriented), (2) memelihara keberagaman budaya dan lingkungan, dan

(3) menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi manusia dan masyarakat.

Nilai-nilai lama atau biasa disebut dengan budaya tradisional itu sendiri

menurut Dove (1985) sangat dan selalu terkait dengan proses perubahan ekonomi,

sosial dan politik dari masyarakat pada tempat di mana budaya tradisional tersebut

melekat. Dalam penelitian Dove (dikutip oleh Suwarsono, 1994) yang melakukan

penelitian tentang budaya lokal dan pembangunan di Indonesia, antara lain suku

Punan di pedalaman Kalimantan, suku Samin di pedalaman Jawa Tengah, suku

Wana di Sulawesi Tengah, penduduk Bima dan masyarakat Ngada di Flores. Hasil

penelitian Dove ini menyatakan bahwa budaya lokal dan agama di beberapa suku

tersebut ternyata sangat berperan dalam proses pembangunan dan dinamika sosial

perkembangan masyarakat. Karena bagaimanapun juga dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat tidak bisa dilepaskan dari agama dan budaya, bahkan nilai-nilai

budaya tersebut adalah merupakan faktor mental yang menentukan perbuatan

ataupun aktifitas seseorang maupun kelompok masyarakat (Koentjaraningrat,

1971).

Dalam era reformasi dilakukan perombakan dari sistem sentralistik menjadi

sistem desentralistik Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan baik

(clean and good governance) diterapkan tiga prinsip yang mendasar, yaitu :

transparansi (keterbukaan), akuntabilitas (bertanggung jawab), dan resfonsivitas

(daya tanggap). Dalam perencanaan pembangunan, penerapan pendekatan yang

tadinya adalah bersifat top down digantikan oleh pendekatan bottom up. Dalam

pendekatan bottom up masih dirasakan pengaruh top down meskipun relatif kecil.

Demikian sebaliknya dalam perencanaan top down, harus tetap memperhatikan

aspirasi masyarakat bawah.

Memperhatikan kekurangan perencanaan pembangunan pedesaan pada masa

yang lalu, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pendekatan

pembangunan pedesaan yang sesuai dengan dinamika perkembangan dan

kompleksitas pembangunan serta aspirasi masyarakat. Konsep pendekatan

pembangunan yang lalu yang bersifat sentralistik harus direformasi menjadi

Page 25: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

10

desentralistik, disesuaikan dengan masalah, potensi, kondisi, dan kebutuhan

masyarakat setempat, secara spasial dan terpadu, tetapi harus pula berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan. Setelah memperhatikan berbagai pendekatan

pembangunan pedesaan yang cukup banyak seperti dikemukakan di atas, maka

pendekatan perencanaan pembangunan pedesaan sekurang-kurangnya

menggunakan pendekatan bottom up, partisipatif dan berkelanjutan; dan

diantaranya adalah pendekatan partisipasi yang perlu mendapat penekanan.

Pembangunan pedesaan yang partisipatif merupakan suatu konsep

fundamental yang berlaku dan diterapkan sejak dahulu hingga sekarang dan tetap

relevan untuk masa depan. Partisipasi masyarakat itu mengikuti perkembangan

zaman dari sistem pemerintahan yang berlangsung dalam suatu kurun waktu.

Dalam sistem pemerintahan yang sentralistik, mekanisme perencanaan

pembangunannya adalah top down, dan partisipasi masyarakatnya adalah bersifat

mobilisasi atau pengerahan massa. Sedangkan dalam sistem pemerintahan yang

desentralistik (otonomi daerah), mekanisme perencanaan pembangunannya adalah

bottom up dan partisipasi rnasyarakatnya dilakukan dengan kesadaran dan

kebersamaan yang tinggi. Oleh sebab itu partisipasi masyarakat sangat diperlukan

sebagai kekuatan dinamis dan merupakan perekat masyarakat akar bawah

(pedesaan) untuk menunjang pembangunan pedesaan.

Dari sisi masyarakat, menurut (Setiawan, 2008) poin penting yang dirasakan

di dalam era otonomi adalah semakin transparannya pengelolaan pemerintahan

desa dan semakin pendeknya rantai birokrasi yang secara langsung maupun tidak

langsung berpengaruh positif terhadap jalannya pembangunan desa. Ditambah lagi

oleh setiawan, dalam proses musrenbang keberadaan delegasi masyarakat desa

dalam kegiatan musrenbang di tingkat kabupaten/kota gagasannya adalah

membuka kran partisipasi masyarakat desa untuk ikut menentukan dan mengawasi

penentuan kebijakan pembangunan daerah. Namun demikian, lagi-lagi muncul

persoalan bahwa keberadaan delegasi masyarakat ini hanya menjadi kosmetik

untuk sekedar memenuhi qouta adanya partisipasi masyarakat dalam proses

musrenbang.

Menurut Kartasasmita (1997), menyebutkan bahwa kegagalan pembangunan

atau pembangunan tidak memenuhi sasaran karena kurangnya partisipasi

Page 26: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

11

masyarakat, bahkan banyak kasus menunjukkan rakyat menentang upaya

pembangunan. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa hal: 1). pembangunan

hanya menguntungkan segolongan kecil orang dan tidak menguntungkan rakyat

banyak bahkan pada sisi estrem dirasakan merugikan. 2). pembangunan meskipun

dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat kurang memahami

maksud tersebut. 3). pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat

dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai dengan

pemahaman tersebut. 4). pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat

tetapi rakyat tidak diikutsertakan.

2.1.2. Pemerintahan Desa

Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat

Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pada dasarnya susunan organisasi

pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa

terdiri dari unsur staf, unsur pelaksana dan unsur wilayah. Unsur staf terdiri dari

Sekretaris Desa dan Kepala-kepala Urusan, sedangkan unsur pelaksana terdiri dari

Kepala-kepala Seksi dan unsur wilayah terdiri dari Kepala-kepala Dusun.

BPD dalam pemerintahan desa berkedudukan sebagai lembaga legislatif,

yaitu sebagai badan untuk tempat berdiskusi bagi para wakil masyarakat desa.

Dalam proses berdiskusinya itu, para anggota BPD berkedudukan sebagai wakil

dari kelompok masyarakat yang memilihnya. Dengan demikian, BPD berada

dalam posisi/kedudukan di pihak masyarakat, bukan di pihak lembaga eksekutif

desa, yaitu bukan sebagai pelaksana pemerintahan desa sebagaimana kedudukan

kepala desa beserta perangkatnya.

Pada masa berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 yang lalu,

Kepala Desa dan perangkatnya merupakan satu-satunya aktor penyelenggara

pemerintahan desa. Pada saat itu banyak mengandung kelemahan karena program-

program pembangunan seringkali berasal dari atas dan pengawasan terhadap

kepemimpinannya sangatlah lemah. Dalam kaitannya dengan desa Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999, ingin menutupi kelemahan-kelemahan yang ada

dalam UU. No.5 tahun 1979.

Page 27: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

12

Kehadiran BPD dianggap sebagai penyeimbang dan mitra kerja.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka BPD diganti dengan

Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan

yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Badan Permusyawaratan

Desa ini diharapkan bisa mengurangi kelemahan penyelenggaraan pemerintahan

desa.

Pemerintah desa adalah bagian dari birokrasi negara modern yang bertugas

mengelola barang-barang publik, termasuk melakukan pungutan pajak pada warga

masyarakat. Sebagai institusi modern, pemerintah desa tidak cukup hanya

memainkan legitimasi simbolik dan sosial, tetapi harus membangun legitimasi

yang dibangun dari dimensi kinerja politik dan kinerja ekonomi. Legitimasi ini

harus melewati batas-batas pengelolaan kekuasaan dan kekayaan secara personal

di tangan kepala desa, seraya dilembagakan dalam sistem yang impersonal.

Legitimasi pemerintah desa mau tidak mau harus disandarkan pada prinsip

akuntabilitas, transparansi dan responsivitas. Pertama, akuntabilitas menunjuk

pada institusi dam proses checks and balances dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Akuntabilitas juga berarti menyelenggarakan penghitungan

(account) terhadap sumber daya atau kewenangan yang digunakan. Pemerintah

desa disebut akuntabel bila mengemban amanat, mandat dan kepercayaan yang

diberikan oleh warga. Secara gampang, pemerintah desa disebut akuntabel bila

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, tidak melakukan penyimpangan, tidak

berbuat korupsi, tidak menjual tanah kas desa untuk kepentingan pribadi, dan

seterusnya.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan

berada di daerah Kabupaten (Wijaya, 2002). Rumusan defenisi Desa secara

lengkap terdapat dalam UU No.22/1999 adalah sebagai berikut:

“Desa atau yang disebut dengan nama lain sebagai satu kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asalusul

yang bersifat istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan pasal

18 UUD 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan Pemerintahan Desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat”.

Page 28: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

13

Dengan adanya pengaturan desa diharapkan Pemerintah Desa bersama

masyarakat secara bersama-sama menciptakan kemandirian desa. Kemandirian

tersebut dapat dilihat dari kewenangan yang diberikan yang tertuang dalam pasal

206, yang menyebutkan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat.

2.1.3. Kekuasaan dan wewenang

Kekuasaan dengan wewenang (authority/legalized power) memiliki

pengertian yang berbeda, yaitu bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi

pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan

yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai dukungan atau

mendapat pengakuan dari masyarakat. Suatu masyarakat yang kompleks

susunannya dan sudah mengenal pembagian kerja yang terperinci, maka

wewenang itu biasanya terbatas mengenai hal-hal yang diliputinya, waktunya dan

cara menggunakan kekuasaan itu (Soekanto, 1973).

Menurut Max Weber (1947) kekuasaan itu dapat diartikan sebagai suatu

kemungkinan yang membuat seorang actor didalam suatu hubungan sosial berada

dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang

menghilangkan halangan. Walter Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu

kemampuan untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan

lainnya.

Secara sederhana, kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi,

sedang kekuasaan diartikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seseorang

pemimpin tersebut. Adapun otoritas (Authority) dirumuskan sebagai suatu tipe

khusus dari kekuasaan yang secara asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh

pemimpin. Dengan demikian otoritas adalah kekuasaan yang disahkan

(legitimatized) oleh suatu peranan formal seseorang dalam suatu organisasi.

Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk

mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Karena kekuasaan merupakan

kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan

hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara

Page 29: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

14

pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan

penggunaan kekuasaan. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar

beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau

kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus

dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain atau

kelompok lain.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga

dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian disini harus meliputi

kemampuan untuk membuat keputusan mempngaruhi orang lain dan mengatasi

pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti

dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan

orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah

orang lain.

Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau

memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar

tercapai tujuan tertentu. Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan

faktor kritis bagi efektevitas organisasi. Peranan pokok wewenang dalam fungsi

pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana

pemimpin menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.

Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan

dan pengaruh informal. Pemimpin perlu menggunakan lebih dari wewenang

resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga

tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan

mereka.

Pengertian tentang wewenang dapat dipandang secara klasik dan juga secara

pengakuan. Secara klasik, wewenang dimiliki oleh atasan dan bawahan

berkewajiban mematuhinya. Kondisi ini dapat menimbulkan kekuasaan yang

sewenang-wenang. Pandangan pengakuan berdasarkan adanya pengakuan dari

seseorang yang dipengaruhi terhadap orang lain yang mempengaruhi mereka.

Dengan demikian, dalam lingkup sempit, wewenang yang sah belum tentu

memperoleh pengakuan orang lain. Weber menyebut wewenang sebagai

Page 30: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

15

wewenang yang legal dan sah. Weber juga membagi wewenang menjadi

wewenang kharismatik, rasional, dan tradisional.

Indonesia kini menuju kepada pembagian kewenangan antara pusat dan

daerah, sehingga azas desentralisasi lebih tampak. Pembagian ini menuju kepada

pemberian wewenang kepada daerah lebih besar dengan hak mengelola sendiri

daerahnya untuk kegiatan-kegiatan tertentu, dan ada keseimbangan penerimaan

antara daerah dan pusat. Hal ini dilakukan untuk mencegah usaha pemisahan diri

oleh daerah-daerah.

2.1.4. Kepemimpinan (leadership)

Sekarang hampir setiap pemimpin dengan daya tarik yang sangat populer

disebut pemimpin kharismatik, seperti misalnya tokoh agama. Max Weber (1947),

seorang sosiolog besar menganalisis suatu kharisma melalui hubungan darah,

keturunan dan institusi. Selanjutnya ia mengatakan bahwa kharisma adalah

kualitas tertentu dari seorang individu yang karenanya ia berbeda jauh dari orang-

orang biasa dan dianggap memiliki kekuatan atau sifat supranatural. Kualitas ini

dianggap tidak bisa dimiliki oleh orang biasa dan atas dasar itu individu yang

bersangkutan diperlakukan sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan. Dalam

proses selanjutnya pemimpin ini menjadi seorang panutan, sehingga kecil

kemungkinan dia akan melakukan kesalahan.

Dalam demokrasi, seorang pemimpin yang tidak menyelewengkan

kekuasaan karena takut pada pengawasan, adalah pemimpin yang baik dan dia

tidak perlu berusaha menjual tampang bahwa dia tidak tertarik untuk

menyalahkan kekuasaannya. Kalau demokrasi sebagai sistem politik

mengandaikan bahwa pemerintahan harus berasal dari rakyat, dijalankan oleh

rakyat untuk kepentingan rakyat, maka pemimpin yang demokratis adalah

seseorang yang berasal dari rakyat, bukan karena faktor darah atau keturunan.

Akhirnya kita tidak hanya berharap pemimpin yang kharismatik tetapi lebih

daripada itu kita mengharapkan pemimpin yang demokratis. Atau pemimpin yang

kharismatik sekaligus demokratis

Harapan masyarakat terhadap seorang pemimpin tidak pernah

memperkirakan dan mempertimbangkan kesulitannya, namun hanya

Page 31: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

16

permasalahannya tuntas. Pemimpin diharapkan menjadi tokoh yang selalu

menyediakan solusi. Dalam keadaan yang terjepit secara financial dan

kelembagaan dituntut untuk menjalankan program, kata-kata “tidak ada budget”

bisa diungkapkan oleh departemen keuangan, tetapi pemimpin tetap tidak bisa

mengelakkan kalau program harus dijalankan. Pemimpinlah yang harus putar otak

dan mengarahkan semua sumber daya untuk mencari solusi (Simbolon, 1994).

Hill dan Caroll (1997) berpendapat bahwa, kepemimpinan dapat diartikan

sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar

bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan

bersama. Struktur organisasi adalah kerangka atau susunan unit atau satuan kerja

atau fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau kegiatan pokok suatu

organisasi, dalam usaha mencapai tujuannya. Setiap unit mempunyai posisi

masing-masing, sehingga ada unit yang berbeda jenjang atau tingkatannya dan ada

pula yang sama jenjang atau tingkatannya antara yang satu dengan yang lain.

Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi

fungsinya, meskipun dalam kenyataannya tidak semua tipe kepemimpinan

memberikan peluang yang sama untuk mewujudkannya. Dalam hubungan itu sulit

untuk dibantah bahwa setiap proses kepemimpinan juga akan menghasilkan

situasi sosial yang berlangsung di dalam kelompok atau organisasi masing-

masing. Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi sosial

kelompok atau organisasinya yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi

kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya.

Fungsi kepemimpinan menurut Hill dan Caroll (1997) memiliki dua dimensi

sebagai berikut: a). dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan

mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat

pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya; b). dimensi yang berkenaan

dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin

dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang

dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-

kebijaksanaan pemimpin.

Ada tiga peran utama pemimpin menurut Mitzberg, (dikutip oleh Handoko

(2003) yaitu: (1) interpersonal role, yaitu sebagai tokoh, (2) informational role,

Page 32: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

17

yaitu sebagai pemicara, dan (3) decisional role, yaitu sebagai pemecah masalah

dan pengambil keputusan. Dengan adanya keputusan berarti ada masalah yang

dapat dipecahkan sehingga organisasi selalu dinamis dan berkembang.

Menurut P. Hersey dan Blancard, (dikutip oleh Tohardi, 2002)

Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruh kegiatan individu dan

kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan. Siagian (2002) mengatakan

kepemimpinan dari seseorang atau sekelompok orang adalah antara lain untuk

memperoleh kepercayaan dari orang–orang yang dipimpin dan keterampilan

untuk menggerakkan orang–orang yang dipimpin, sehingga pencapaian tujuan

yang telah ditentukan dapat terlaksana dengan efisien, efektif dan ekonomis.

Mengacu kepada Weihrich and Koontz (1994:490) “Leadership is definied

as influence, that is, the art or process of influencing people so that they will

strive willingly and enthusiastically toward the achievement of group goals”

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dengan cara apapun, agar mampu

mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan

kehendaknya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Kepemimpinan memainkan peran penting dalam perkuatan dan peningkatan

disiplin individu serta produktivitas tenaga kerja. Dalam sosiologi, bicara tentang

kepemimpinan berarti bicara tentang ”status” dan ”otoritas” menurut Marx

Weber, (dikutip oleh Syahyuti, 2006), ada 3 jenis kekuasaan atau otoritas

kepemimpinan, yaitu kekuasaan tradisional berdasarkan kepercayaan yang telah

ada, kekuasaan rasional berdasarkan hukum legal, dan kekuasaan kharismatis

berdasarkan individual.

Kepemimpinan ada dalam setiap sistem sosial, karena akan selalu ada inter-

relasi antara pihak yang mempengaruhi dan yang di pengaruhi, pada hakikatnya,

seseorang dapat disebut pemimpin jika ia dapat mempengaruhi orang lain dalam

mencapai suatu tujuan tertentu, meskipun tidak dalam ikatan formal sebuah

kelembagaan. Pencapaian yang tertinggi dari seseorang pemimpin adalah

memperoleh respek dan kepercayaan. Dalam kontek respek dan kepercayaan,

suatu ungkapan yang populer dari Dwight D. Eisenhower, (dikutip oleh Syahyuti,

2006) ”Kepemimpinan adalah seni mendapatkan orang lain untuk melakukan hal

lain yang ia ingingkan karena orang itu menginginkannya.

Page 33: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

18

2.1.5. Type Kepemimpinan

Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang

dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis

awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an,

memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders)

dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode

tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau

kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang

kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah

pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.

Dalam perkembangannya, type yang relatif baru dalam studi kepemimpinan

disebut sebagai type kepemimpinan transformasional. Type ini dianggap sebagai

type yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep

kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan

dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.

(a). Watak Kepemimpinan ( Traits Model of Leadership)

Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba

meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti

misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara,

status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill, 1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi

yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi,

tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Disamping itu, watak pribadi

bukanlah faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial

para pemimpin. Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka

pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang

tidak signifikan.

(b). Kepemimpinan Situasional ( Model of Situasional Leadership)

Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak

kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu

kemampuan kepemimpinan. Studi-studi tentang kepemimpinan situasional

Page 34: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

19

mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor

penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-

tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek

kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak

kepribadian pemimpin.

Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan

keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut

pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai

pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi.

Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus

yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel

(1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi

kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the

organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate),

karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan

(subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih

menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu.

Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini

tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang

mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.

(c). Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)

Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe

tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para

pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan

(initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur

kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin

mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan

kegiatan-kegiatan kelompok mereka.

Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan

kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin

memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya

Page 35: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

20

kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi

kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan

adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah,

partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations).

Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku

pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua

aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah

pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan

mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling

menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model

kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif

adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia

sekaligus dalam organisasinya.

(d). Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan

antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-

variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa

situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka

model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni

pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan

watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel, 1987).

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi

karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap

efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan

(leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang

dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi

kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan

pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan

(leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi

(position power).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana

pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk

Page 36: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

21

mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana

tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana

definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur

yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau

kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam

organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-

tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh

mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan

hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa

efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin

dengan karakteristik situasi (House, 1971). Menurut House, tingkah laku

pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership

(menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim

kerja yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja

sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative

leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan

achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang

dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan). Menurut Path-Goal Theory,

dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah

karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi

seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model

kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model

sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun

demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang

kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin

dan variabel situasional.

(e). Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational

Leadership)

Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru

dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas

yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional.

Page 37: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

22

Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model

kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model

kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada

otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada

hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang

perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping

itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian

tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan

tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada

sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.

Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan

transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu

memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari

yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan,

mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus

menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.

Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational

leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a

shared vision of the future, or going beyond the self-interest exchange of rewards

for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan

pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam

membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus

mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan

bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih

tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass

(1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya

melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi

kepentingan organisasi yang lebih besar.

Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan

transformasional mempunyai empat dimensi, idealized influence (pengaruh ideal),

inspirational motivation (motivasi inspirasi), intellectual stimulation (stimulasi

intelektual), dan individualized consideration (konsiderasi individu).

Page 38: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

23

Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif

baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang

dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen

yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep

kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros

dan Butchatsky, 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini

mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan

watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan

transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu

yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (misalnya Weber, 1947) dan ahli-ahli

politik (seperti misalnya Burns, 1978)

Beberapa ahli menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan

kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik,

inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Bryman (1992) menyebut

kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new

leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai

pemimpin penerobos (breakthrough leadership).

Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai

kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap

individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali

(reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan

organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses

dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang

menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk

merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin

dilaksanakan.

Dari pendekatan type yang berbeda, yang berdasarkan kebutuhan terdapat

tiga type kepemimpinan yaitu : otokratik, demokratik, dan bebas terkendali. Type

kepemimpinan otokratik adalah memusatkan kuasa dan pengambilan keputusan

bagi dirinya sendiri. Mereka menata situasi kerja yang rumit bagi para bawahan

dan melakukan apa saja yang diperintahkannya. Kepemimpinan otokratik

umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman (Kreitner, 1999).

Page 39: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

24

Beberapa manfaat kepemimpinan otokratik adalah bahwa type ini sering

memuaskan pemimpin, memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat,

memungkinkan pendayagunaan bawahan yang kurang kompeten, dan

menyediakan rasa aman dan ketentuan bagi para bawahan. Kelemahan gaya ini

yang utama adalah bahwa orang-orang tidak menyukainya, terutama apabila

mencapai suatu titik yang menimbulkan rasa takut dan keputusasaan.

Kepemimpinan demokratik adalah mendesentralisasikan wewenang.

Keputusan partisipatif tidak bersifat sepihak, seperti pemimpin otokratik, karena

keputusan ini timbul dari upaya konsultasi dengan para pengikut dan

keikutsertaan yang dipimpin. Pemimpin dan kelompok bertindak sebagai suatu

sosial. Para pengikut memperoleh informasi dan pemimpin tentang kondisi yang

mempengaruhi pekerjaan mereka dan didorong untuk mengungkapkan gagasan

dan mengajukan saran. Kecenderungan yang umum adalah kearah penerapan

praktek partisipasi lebih luas karena konsisten dengan perilaku organisasi.

Pemimpin bebas kendali cenderung menghindari kuasa dan tanggung jawab.

Mereka sebagian besar bergantung pada kelompok untuk menetapkan tujuan dan

menanggulangi masalah sendiri. Pemimpin hanya memainkan peran kecil.

Kepemimpinan bebas kendali mengabaikan kontribusi pemimpin dengan cara

yang kurang lebih sama seperti kepemimpinan otokratik mengabaikan kelompok.

Kepemimpinan ini cenderung memungkinkan berbagai unit organisasi yang

berbeda untuk bergerak maju dengan tujuan yang bertentangan satu sama lain, dan

ini dapat menimbulkan kekacauan. Karena alasan inilah type bebas kendali tidak

digunakan sebagai type yang dominan, tetapi bermanfaat dalam situasi dimana

pemimpin dapat memberi peluang sepenuhnya kepada kelompok untuk

melakukan pilihan mereka sendiri.

2.1.6. Kepemimpinan formal dalam membangun perekonomian desa

Peran kepemimpinan sangat besar bagi kemajuan maupun kemunduran

perekonomian suatu masyarakat, terlebih pada masyarakat yang kandungan

semangat patronasenya kuat. Keberadaan seorang pemimpin yang kuat dalam

masyarakat pedesaan sangat menentukan peluang dan tingkat kemajuan ekonomi

masyarakat pedesaan.

Page 40: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

25

Aspek kepercayaan (trust) dalam kepemimpinan untuk menggerakkan

masyarakat ke arah kemajuan merupakan sesuatu yang sangat penting, dan akan

dihargai serta dihormati jika pemimpin tersebut memiliki keunggulan karena

mampu memecahkan dan mengatasi masalah masyarakat termasuk masalah

produksi dan ekonomi pertanian mereka. Hal ini penting untuk menghindarkan

munculnya sifat ‘manja’ dan ‘ketergantungan’ petani terhadap bantuan

pemerintah, yang akan menyebabkan kemerosotan daya kreatif petani dalam

mengelola sumberdaya pertanian di daerahnya.

Seorang pemimpin juga harus mampu merepresentasikan kepentingan

masyarakat dan menghilangkan sifat mementingkan diri dan golongannya semata.

Petani juga mengharapkan semangat “altruistik” (mau berkorban lebih dulu) dari

seorang pemimpin, agar memperoleh simpati dan kepercayaan masyarakat yang

otomatis tentu akan menjadi pendukungnya (misalnya, merintis jalur pemasaran

lintas desa/daerah, memperhatikan sarana dan prasarana pertanian, irigasi dan

mengembangkan usahatani). Seorang pemimpin diharapkan memiliki visi dan

misi yang jelas dan ditranparansikan ke petani, memiliki pemahaman local

knowledge yang baik, mampu menggerakkan inspirasi kekolektifitasan antar

petani dan terorganisir dengan baik, serta mentransmisi dan mendinamisasi

persaingan sehingga menjadi energi kolektif kemajuan masyarakat setempat.

Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan tradisional merupakan

salah satu usaha dalam program pembangunan pedesaan (yang salah satunya

dengan partisipasi masyarakat lokal) untuk memperkuat jaringan perekonomian

masyarakat petani (agar tidak hanya sekedar subsisten dan agar mampu

berkelanjutan), agar dapat mendorong usaha pertanian petani untuk

berproduktivitas tinggi, meninggalkan konsep pertanian primitif subsistensi dan

menuju pertanian yang modern serta mampu memenuhi pasar komersial.

2.1.7. Kepemimpinan Informal Dalam Pembangunan Desa (Sosial Budaya)

Pemimpin informal tidak menjadi pemimpin karena faktor legalitas, tapi

terutama karena faktor ”legitimasi”. Artinya, walaupun tak ada kongres atau

muktamar yang menetapkan demikian, tapi rakyat dan umat dengan spontan

menerima dan memperlakukan yang bersangkutan sebagai pemimpin mereka.

Page 41: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

26

Seorang menjadi, misalnya ”Temenggung”, bukan karena ketetapan sidang

atau melalui pemilu. Tapi masyarakat mencium tangannya dengan hormat yang

tulus. Padahal seorang temenggung ini tidak mengendarai kendaraan dinas dengan

bunyi sirene yang melengking-lengking. Tidak pula diiringi ajudan, yang siap

membawakan semua benda, dari tas sampai kaca mata atau korek api.

Orang dapat berencana dan kemudian berusaha untuk menjadi seorang

”pemimpin formal”. Tapi tidak untuk menjadi seorang ”pemimpin informal”.

Sebab seorang ”pemimpin informal” itu ditetapkan oleh masyarakat bukan dengan

surat suara, tapi dengan kata hati. Ikatan antar mereka tidak diatur secara resmi,

tapi lahir secara spontan karena ada rasa hormat dan cinta yang tidak dipaksa-

paksa.

Sebagian besar rakyat dan umat adalah orang-orang yang sangat sederhana.

Rendah tingkat pendidikan mereka. Polos penampilan mereka. Lurus ucapan bibir

dan cara berfikir mereka. Tapi mereka punya kepekaan tersendiri, untuk

mengenali siapa yang layak menjadi pemimpin mereka, dan siapa yang tidak.

Sebagaimana dikemukakan Thoha (2001) bahwa seorang pemimpin apapun

wujudnya, dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk

mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Pemimpin lebih banyak bekerja

dibandingkan berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh yang baik

dalam kehidupannya, dibandingkan berbicara besar tanpa bukti dan lebih banyak

berorientasi pada bawahan dan kepentingan umum dibandingkan kepentingan

pribadi.

Namun demikian dalam Kartono (2001) bahwa pemimpin informal atau

tradisional dapat berpengaruh positif atau negatif dalam peranan sosialnya di

tengah masyarakat. Status sosial itu pada umumnya dicapai karena faktor

keturunan, kekayaan, taraf pendidikan, pengalaman hidup, kharismatik, maupun

jasa-jasanya kepada masyarakat. Sehingga pemimpin informal atau tradisional

cirinya adalah tidak memiliki penunjukan formal legitimitas sebagai pemimpin,

masyarakat menunjuk dan mengakuinya sebagai pemimpinya, tidak mendapat

dukungan dari organisasi formal, tidak dapat di mutasikan atau promosi atau tidak

mempunyai atasan dan apabila melakukan kesalahan tidak dapat dihukum (hanya

saja akan ditinggalkan kelompoknya).

Page 42: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

27

Keberadaan kepemimpinan informal di tengah-tengah kehidupan masyarakat

desa tidak saja memberikan manfaat di bidang keagamaan dan tradisi belaka.

Lebih dari itu, kehadiran kepemimpinan informal sebagai institusi yang bersifat

terbuka sangat efektif pula sebagai pelaksana pembangunan desa. Lewat lembaga

inipula berbagai komunikasi seputar pembangunan diterima masyarakat.

Selama ini, Lembaga tradisional adalah merupakan pusat komunikasi dan

informasi bagi masyarakat desa setempat dalam segala hal. Lewat Lembaga

tradisional ini mereka dapat memperoleh berbagai informasi dan pula dapat

menyampaikan informasi. Dalam forum seperti inilah masyarakat mendapatkan

berbagai informasi yang mengalir deras, baik yang disampaikan oleh para tokoh

mereka ataupun dari individu-individu yang saat itu berkumpul yang merupakan

informasi yang didapat diluar komunitas, dan merekapun bisa mengutarakan

segala uneg-uneg kepada pemimpinnya untuk disampaikan kepada pemerintah.

2.1.8. Beberapa Studi tentang Kepemimpinan

Penelitian mengenai kepemimpinan pemerintahan desa bukanlah hal yang

baru. Sebelumnya telah ada beberapa kajian/penelitian mengenai kepemimpinan

pemerintahan desa. Pencantuman penelitian terdahulu ini bertujuan untuk

memperlihatkan pada posisi penelitian yang akan dilakukan. Penelitian

kepemimpinan disebut bidang retak tangan yang menentukan di masyarakat Jawa

yakni negara-desa yang terpisah secara tradisional (Fagg dalam Nordholt, 1987).

Ditambahkan oleh Fagg, dalam hubungan ini negara, keraton, merupakan pusat

kekuasaan yang memancarkan pengaruhnya dalam ukuran yang semakin

berkurang ke lingkaran paling jauh dari kerajaan sampai ke mancanegara.

Menurut garis hirarki, dari “raja” sampai petani, pengaruh melalui banyak pejabat

dalam rangkaian pemerintahan tersebut semakin menipis.

Tetapi semua yang menganggap dirinya termasuk lingkungan negara, semua

pejabat menganggap dirinya pemimpin. Dan setiap orang yang termasuk

lingkungan desa dipandang sebagai pengikut.

Beberapa penelitian lain yang bertitik tolak dari pemikiran Fagg adalah

Nordholt (1987) yang mengaitkan antara pemimpin dan pengikut yang dapat

memberi pandangan lebih luas tentang perkembangan yang terjadi di pedesaan

Page 43: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

28

Jawa. Dalam kajiannya antara pemimpin dan pengikut apabila yang berkedudukan

sosial lebih tinggi dalam sikap dan perkataannya dengan lebih jelas

memperlihatkan bahwa dia adalah atasan, maka yang berkedudukan sosial lebih

rendah itu akan merasa begitu tertekan dan terdesak, sehingga tak ada cara apapun

yang dapat digunakan untuk menyatakan pendapatnya yang mungkin bersifat

bertentangan. Karena atasan yang demikian itu sesungguhnya memang tidak mau

tahu pendapat yang lebih baik. Tindakan semacam itu membuat setiap informasi

dari bawah tertutup sama sekali.

Dapat dibayangkan, apabila pemimpin itu sendiri berada dibawah tekanan

untuk melaksanakan program-program dan proyek-proyek tertentu, maka ia akan

memaksakan secara kasar pelaksanaan tersebut dengan menggunakan kata-kata

yang bersifat intimidasi. Dengan cara demikian, ia yakin tidak akan di bantah.

Sikap pemimpin semacam itu lebih mirip dengan menipu dirinya sendiri dan tidak

ada hubungannya dengan each.....recognizes the other as valid, and legitimate

within its own spere (Nordholt, 1987).

2.1.9. Partisipasi

Dalam proses pembangunan, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai

masukan dan keluaran, artinya mulai dari penerimaan informasi, pemberian

tanggapan terhadap informasi, perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan akhirmya

penerimaan kembali hasil pembangunan. Sebagai masukan (input) pembangunan,

partisipasi berfungsi untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk

berkembang secara mandiri. Sedangkan sebagai keluaran (output), partisipasi

merupakan keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya,

seperti lomba desa, subsidi desa, dan sebagainya. Apabila partisipasi yang

dilakukan itu meliputi semua tahap dalam proses pembangunan, maka disebut

partisipasi prosesional. Sebaliknya bila dilakukan hanya pada tahap-tahap tertentu

saja maka disebut sebagai partisipasi parsial (Ndraha, 1987).

Partisipasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar

masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap

perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Partisipasi harus

Page 44: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

29

diartikan bahwa setiap masyarakat harus ikutserta dalam setiap tahap

pembangunan desa seperti perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

pembangunan. Dengan demikian masyarakat akan lebih terpanggil untuk ikut

serta dan merasa bertanggung jawab dalam pembangunan desa untuk kepentingan

bersama.

Merujuk kepada tulisan Cohen dan Uphoff (dalam Nordholt, 1987) bahwa

dalam pengertian partisipasi itu haruslah dibedakan antara dimensi ikutserta dalam

pengambilan keputusan, dan dimensi ikutserta dalam tahap pelaksanaan. Untuk

keadaan di Jawa dapat ditentukan bahwa dalam kedua dimensi tersebut

terkandung pengertian tradisional. Dengan demikian pengertian musyawarah

dapat dilihat sebagai suatu bentuk dimensi, pengambilan keputusan dan gotong

royong, sebagai suatu bentuk dimensi tahap pelaksanaan.

Dengan adanya partisipasi masyarakat maka keberhasilan pembangunan

akan tercapai. Jika dicermati maka manfaat partisipasi bagi pemerintah

diantaranya: (a) meningkatkan efesiensi pengadaan fasilitas, (b) mengurangi

beban kelembagaan dan pembiayaan pemerintah; (c) masyarakat dapat berperan

sebagai pelaksana pembangunan, (d) meningkatkan kepercayaan diri masyarakat.

Sedangkan bagi masyarakat adalah: (a) dapat menikmati pembangunan yang

sesuai dengan aspirasi dan kebutuhannya, (b) secara moral masyarakat merasa

memiliki dan merupakan bagian dari pembangunan yang selanjutnya akan

memelihara dengan suka rela.

Menurut Cohen dan Uphoff (dalam Nordholt, 1987), partisipasi dalam

pembangunan masyarakat pedesaan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses

pengambilan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana caranya,

keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program dan keputusan dengan

menyumbangkan beberapa sumber daya atau bekerjasama dalam organisasi

kegiatan tertentu, bagian manfaat dari program pembangunan, dan/atau

keterlibatan masyarakat dalam upaya evaluasi program. Oleh karena itu,

partisipasi dilakukan dengan melihat keterlibatan para pihak dalam proses

perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pemeliharaan serta

pemanfaatan hasil kegiatan.

Page 45: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

30

Namun demikian dalam implementasinya, kegiatan yang partisipatif

terkadang harus melalui proses yang panjang karena beberapa persoalan yang

harus diselesaikan terlebih dahulu. Conyers dalam Slamet (1993) menyatakan

bahwa seringkali kegiatan partisipatif terkendala oleh tidak adanya keinginan

masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan tersebut.

Menurut Ndraha (1982) partisipasi meliputi tiga hal, yaitu: 1) adanya

keterlibatan mental dan emosional, 2) adanya kesediaan untuk memberikan

sumbangan dalam pembangunan, 3) adanya kesediaan untuk bertanggung jawab.

Partisipasi masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

pembangunan dan mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembangunan. Dalam

hal ini Mubyarto (1988) menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan sampai pemanfaatan hasil-hasil pembangunan mutlak

diperlukan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat

setiap proyek pembangunan harus dinilai tidak berhasil.

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi mencerminkan

upaya mewujudkan kemandirian daerah yang transparan dan akuntabel antara

komponen pemerintah, masyarakat, yang dilandasi aturan kebijakan untuk

berpartisipasi sesuai proporsi dan kompetensi yang dimiliki secara terukur dan

berkelanjutan. Kondisi ini dapat berlangsung dengan mengedepankan prinsip-

prinsip dasar pemerintahan yang baik (good governance), yaitu: 1) partisipatif; 2)

tranparansi; 3) akuntabilitas. Partisipatif dalam proses pembangunan diantaranya

melalui berbagai program kebijakan pembangunan dimaksudkan agar dapat

menjembatani antara aspirasi dan kebutuhan masyarakat di pedesaan. Selain itu,

makna partisipatif juga diharapkan dapat menggugah kesadaran publik bahwa

terjadinya keberhasilan maupun kegagalan proses pembangunan di pedesaan

bukan tanggung jawab pemerintah semata, melainkan sangat bergantung pada

keberhasilan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

tersebut, dari awal hingga akhir, yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa unsur penting dalam partisipasi yaitu:

Page 46: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

31

1. Dalam partisipasi terdapat unsur keterlibatan mental dan emosional dari

individu yang berpartisipasi.

2. Dalam partisipasi terdapat unsur kesediaan secara sukarela untuk memberikan

kontribusi atau sumbangan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Partisipasi diikuti adanya rasa tanggung jawab terhadap kegiatan yang

dilakukan dalam usaha mencapai tujuan bersama.

4. Partisipasi ditentukan oleh keterlibatan masyarakat untuk menentukan segala

sesuatunya sendiri, bukan ditentukan oleh pihak lain.

2.2. Kerangka Pemikiran

Prinsip penyelenggaraan pemerintah adalah efisiensi, transparasi dan

demokrasi. Sebuah mekanisme kontrol diperlukan agar mandat yang diberikan

kepada pejabat pemerintah, yang berasal dari rakyat, dapat diselenggarakan

dengan sesungguhnya.

Sejalan dengan RPJM Nasional 2005 – 2009, sasaran pokok pembangunan

daerah perbatasan dan daerah tertinggal sebagai fokus dan prioritas pembangunan

adalah untuk menciptakan kondisi ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh,

tercapainya keterkaitan perekonomian di pedesaan dan terwujudnya masyarakat

perdesaan yang sejahtera. Sedangkan dalam perspektif kelembagaan,

pembangunan desa ditujukan untuk semakin berfungsinya lembaga pemerintahan

desa dan lembaga kemasyarakatan desa untuk meningkatkan efektivitas

pelaksanaan pembangunan pedesaan, terjaminnya kepastian hukum bagi

masyarakat pedesaan yang sesuai dengan tradisi dan adat istiadat setempat.

Kebijakan program pembangunan desa, menitikberatkan pada aspek

partisipasi masyarakat, respon terhadap program pembangunan dan aspek

keberlanjutan program bagi masyarakat desa ditengah keberagaman kemampuan

dan kepentingan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sangat terbatas

akan mewujudkan pengembangan program pembangunan yang tidak melahirkan

kelompok terpinggirkan baru, maka dalam upaya menyukseskan pelaksanaan

pembangunan diperlukan adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Selain itu

dalam pelaksanaan pembangunan desa diharapkan partisipasi aktif masyarakat

Page 47: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

32

untuk mengidentifikasi berbagai masalah pembangunan desa yang dihadapi

dengan alternatif pemecahannya yang secara utuh dilaksanakan oleh masyarakat.

Pemerintahan desa dalam menjalankan fungsi pembangunan tidak terlepas

dari ikatan-ikatan norma atau aturan yang berlaku, tata kelakuan atau pola

hubungan antara pemerintahan desa dengan masyarakat dalam membangun

kerjasama merupakan bagian dari kelembagaan dengan ciri diketahui, dipahami,

ditaati dan dihargai. Norma atau aturan tersebut ditaati sejalan dengan perilaku

yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta telah mendarah daging. Sehingga

kepemimpinan memiliki peranan sebagai pedoman dalam berinteraksi.

Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk

mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya

ke dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu

kelembagaan tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan kelembagaan tercapai,

maka orang tersebut perlu memikirkan type kepemimpinannya. Type

kepemimpinan dapat dianggap sebagai “modalitas” dalam kepemimpinan, dalam

arti sebagai cara-cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai

wahana untuk menjalankan kepemimpinannya.

Berdasarkan dari beberapa type kepemimpinan yang ada, penelitian ini akan

mengevaluasi type kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan demokratis dimana

aspek pengambilan dilakukan secara bersama-sama dengan konstituen

(masyarakat). Tipe kepimpinan demokratis memiliki kelebihan dalam hal

pengambilan keputusan yang lebih cermat/teliti namun lamban dalam mengambil

keputusan karena harus melibatkan dan mempertimbangkan pendapat orang

banyak.

Seorang pemimpin berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan

kewajiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Fungsi kepemimpinan adalah

: 1) pemimpin sebagai penentu arah, 2) pemimpin sebagai wakil dan juru bicara

organisasi, 3) pemimpin sebagai komunikator yang aktif, 4) pemimpin sebagai

mediator, 5) pemimpin sebagai integrator (Sondang dalam Nawawi, 2003).

Seseorang yang secara resmi diangkat menjadi pemimpin dalam suatu

kelembagaan/organisasi bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak berfungsi

sebagai pemimpin. Tidak semua pemimpin dapat mencapai tujuan

Page 48: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

33

kelembagaan/organisasi. Sebagai pemimpin malah membawa kemunduran untuk

sebuah kelembagaan/organisasi yang dipimpinnya. Artinya seorang pemimpin itu

seseorang yang unik dan tidak diwariskan secara otomatis tetapi seorang

pemimpin haruslah memiliki karekteristik tertentu yang timbul pada situasi-situasi

yang berbeda. Keberadaan fungsi-fungsi kepemimpinan sebagaimana

dikemukakan di atas merupakan kekuatan dalam menumbuhkan partisipasi

masyarakat, khususnya partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan merupakan proses yang membutuhkan peran kepemimpinan

dan partisipasi masyarakat. Kepemimpinan dan partisipasi merupakan dua elemen

yang memiliki keterkaitan yang erat. Kepemimpinan yang tidak mampu

menumbuhkan partisipasi masyarakat tidak akan membawa proses pembangunan

mencapai hasil secara maksimal. Demikian juga sebaliknya, partisipasi

masyarakat akan minim dalam proses pelaksanaan pembangunan tanpa adanya

peran kepemimpinan.

Kepemimpinan didominasi oleh unsur-unsur aturan, tingkah laku atau kode

etik, norma, hukum dan faktor pengikat lainnya antar anggota masyarakat yang

membuat orang saling mendukung dan bisa menghasilkan sesuatu karena ada

keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumber daya yang didukung oleh

peraturan dan penegakan hukum serta kemauan yang kuat untuk mentaati aturan.

Tidak ada manusia atau institusi yang bisa hidup tanpa interaksi dengan

masyarakat atau institusi lain yang saling mengikat.

Menurut Kartasasmita (1997), kegagalan pembangunan atau pembangunan

tidak memenuhi sasaran karena kurangnya partisipasi masyarakat, bahkan banyak

kasus menunjukkan rakyat menentang upaya pembangunan. Keadaan ini dapat

terjadi karena beberapa hal: 1). pembangunan hanya menguntungkan segolongan

kecil orang dan tidak menguntungkan rakyat banyak bahkan pada sisi estrem

dirasakan merugikan. 2). pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan

rakyat banyak, tetapi rakyat kurang memahami maksud tersebut. 3). pembangunan

dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara

pelaksanaannya tidak sesuai dengan pemahaman tersebut. 4). pembangunan

dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi rakyat tidak diikutsertakan. Hal-hal

yang digambarkan di atas diduga ada empat kemungkinan interaksi antara

Page 49: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

34

kepemimpinan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa secara

skematis dapat dilihat pada (gambar 1)

Gambar 1.

Alur Pikir Kepemimpinan dan Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan desa

Dari gambar diatas dapat diuraikan bahwa pada garis vertikal terdapat

sumbu Y yang menjelaskan arah partisipasi yang semakin tinggi, sementara garis

vertikal pada sumbu Y yang mengarah ke bawah menjelaskan partisipasi masih

lemah. Pada garis horizontal terdapat sumbu X yang menjelaskan tipe

kepemimpinan pemerintahan desa yang semakin mengarah pada type demokratis,

sedangkan sumbu X arah ke kiri menjelaskan kepemimpinan pemerintahan desa

pada type masih otoriter sementara partisipasi baru tumbuh sampai pada

pelaksanaan maka interaksi antara kepemimpinan pemerintahan desa belum

mampu mendorong pembangunan.

Untuk menyamakan persepsi dalam memahami alur pemikiran kiranya perlu

dijelaskan beberapa hal :

Kemumgkinan I menggambarkan kondisi “ideal”. Kepemimpinan

pemerintah desa bekerja dengan baik karena adanya partisipasi masyarakat dalam

bekerjasama secara sinergis melaksanakan pembangunan. Baik kepemimpinan

maupun masyarakat desa telah melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing

sesuai porsi. Dengan demikian kepemimpinan pemerintahan desa secara efektif

dapat melaksanakan pembangunan bersama seluruh masyarakat.

Partisipasi

Kepemimpinan

I

Ideal

(kerjasama)

II

Kurang baik

(lemah)

IV

Kepemimpinan

Sangat dominan

III

Kegagalan

kepemimpinan

Y

X

Page 50: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

35

Kemungkinan II menggambarkan kondisi kepemimpinan dan partisipasi

masyarakat yang “kurang baik” dalam melaksanakan pembangunan. Hal ini

karena kepemimpinan yang ada kurang dapat mendorong partisipasi atau

bekerjasama dengan masyarakat desa dalam pembangunan. Secara umum, baik

kepemimpinan desa maupun masyarakat desa sudah mempunyai tugas dan

kewajiban masing-masing. Akan tetapi masyarakat desa dalam bekerja seringkali

melampaui kewenangan kepemimpinan pemerintahan desa. Masyarakat desa turut

melibatkan diri dalam urusan administrasi pemerintahan yang telah menjadi tugas

wewenang aparat desa. Pada satu sisi campur tangan masyarakat desa dalam

urusan administrasi pemerintahan cukup mengganggu kinerja pemerintah desa.

Namun disisi lain kepemimpinan pemerintahan desa berhasil mengelola fungsi-

fungsi pemerintahan sehingga kelembagaan pemerintahan desa dapat efektif

dalam melaksanakan pembangunan di desa.

Kemungkinan III menggambarkan kondisi “kegagalan kepemimpinan”

pemerintahan desa dalam menyelenggarakan roda pemerintahan. Baik

kepemimpinan desa maupun masyarakat desa telah gagal melaksanakan fungsi,

tugas, dan kewajiban masing-masing. Kegagalan kelembagaan pemerintahan desa

ini memiliki tiga karakter dalam proses sosialnya: 1) Pemerintahan desa dalam

pelaksanaan pembangunan desa sudah keluar dari aturan yang seharusnya,

sehingga ketegangan kerap kali muncul dalam tubuh pemerintahan desa karena

masing-masing pihak mengedepankan egoisme dan kepentingan pribadi atau

kelompoknya; 2) Pemerintahan desa dominan dalam pelaksanaan pembangunan

desa, sehingga ketegangan muncul manakala salah satu pihak menyalahkan dan

menuntut kepada pihak lain agar melaksanakan fungsi, tugas, dan kewajibannya

secara transfaran, meskipun secara riil pihak yang menuntut juga tidak mampu

melaksanakan fungsi, tugas, dan kewajibannya secara transfaran.

Kemungkinan IV menggambarkan meskipun kepemimpinan pemerintahan

desa bekerjasama dengan masyarakat hampir dalam banyak urusan pemerintahan

namun partisipasi masyarakat lemah sehingga kepemimpinan pemerintahan desa

sangat dominan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan kewajiban. Dengan

demikian pelaksanaan pemerintahan desa tidak dapat menghasilkan pelayanan

yang ekonomis, efektif, dan akuntabel kepada masyarakat.

Page 51: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

36

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Nanga Bayan Kecamatan Ketungau Hulu

Kabupaten Sintang. Lokasi penelitian secara geografis disajikan pada (gambar 2).

(sumber: Bappeda Kabupaten Sintang, 2009).

Gambar 2. Lokasi penelitian yang berbatasan langsung dengan Malaysia

Desa Naga Bayan dipilih sebagai lokasi penelitian atas pertimbangan bahwa

desa Naga Bayan merupakan salah satu desa yang terletak pada daerah perbatasan

Indonesia – Malaysia. Di samping itu, Desa Naga Bayan merupakan desa asli

yang sudah berinteraksi dengan para pendatang dan akses masyarakatnya sangat

tinggi ke wilayah Malaysia. Atas dasar pertimbangan ini, Desa Naga Bayan dinilai

relevan untuk dijadikan lokasi penelitian ini.

Penelitian lapangan dilaksanakan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan yaitu

pada tanggal 28 Juni – 25 Agustus 2009.

Lokasi Penelitian

Page 52: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

37

3.2. Pendekatan dan Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi

kasus, dengan pertimbangan bahwa : (1) pertanyaan penelitian berkenaan dengan

“bagaimana” dan “mengapa”, (2) penelitian ini memberikan peluang yang sangat

kecil bagi peneliti untuk mengontrol gejala atau peristiwa sosial yang diteliti, dan

(3) menyangkut peristiwa atau gejala kontemporer dalam kehidupan yang riil

(Yin, 1996).

Pendekatan kualitatif dipilih karena lebih menekankan pada proses-proses

dan makna-makna yang tidak diuji/diukur secara ketat dari segi kuantitatif, serta

mencari jawaban atas pertanyaan yang menekankan pada pengalaman yang

dibentuk dan diberi makna oleh tineli. Sementara, strategi studi kasus digunakan

karene sesuai dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan strategi ini

akan memungkinkan untuk memahami permasalahan penelitian secara lebih

mendalam, karena yang dipelajari adalah aspek-aspek yang spesifik. Strategi studi

kasus mensyaratkan adanya interaksi antara peneliti dengan tineliti dalam posisi

subjek to subjek sehingga kesepahaman bersama diantara mereka dapat

terbangun. Dengan kata lain pencarian jawaban atas pertanyaan penelitian akan

melibatkan interaksi antara peneliti dan tineliti dalam posisi yang sejajar.

Sesuai dengan pendapat Sitorus (1998) yang menyatakan bahwa studi

kasus (case study) adalah studi tentang kekhasan dan sekaligus kompleksitas dari

satu atau sejumlah kasus, guna memahami kegiatan subjek tineliti dalam kondisi

tertentu, dengan menerapkan sejumlah metode pengumpulan data yang saling

melengkapi. Pemilihan studi kasus sebagai strategi penelitian didasari atas

keutamaan yang dimiliki oleh strategi ini yaitu kemampuannya mengungkap

kedua tujuan utama penelitian kualitatif yaitu “kekhasan” dalam arti “mendalam”

dan “kompleksitas” dari suatu kejadian atau gejala sosial.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data

primer dikumpulkan dengan metode pengamatan langsung di lapangan serta

wawancara mendalam (in-depth interview) dengan subyek kasusu (tineliti) dan

informan. Data sekunder berasal berasal dari kajian literatur dan dokumen terkait,

Page 53: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

38

berfungsi sebagai pendukung terhadap data primer. Data sekunder ini berupa

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan kewenangan

pemerintahan desa, monografi desa, skripsi, tesis, jurnal, disertasi, dan media

massa. Berikut adalah rincian informan dan subjek kasus yang akan dimintai

keterangan:

Tabel 1. Jumlah informan dan subjek kasus

No Informan Jumlah

1 Kepala Desa

seorang kepala wilayah yang berpengaruh

dalam pelaksanaan pembangunan dan

pemerintahan Desa

1 orang

2 Kepala Adat

merupakan seorang yang memiliki pengaruh

dalam urusan adat dan dihormati oleh warga

1 orang

Subyek kasus/tineliti

3 Ketua BPD

merupakan orang yang mengawasi dan

memberi pertimbangan kepada Kepala Desa

tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan

dalam pelaksanaan pembangunan.

1 orang

4 Sekretaris Desa Nanga Bayan

orang yang mengurus kegiatan administrasi.

1 orang

5 Kepala Urusan Pemerintahan Desa

merupakan orang yang membantu Kepala

Desa dalam pelaksanaan urusan pemerintahan

di desa.

1 orang

6 Kepala Urusan Pembangunan

merupakan orang yang membantu Kepala

Desa dalam pelaksanaan urusan pembangunan

desa

1 orang

7 Ketua adat 6 orang

8 Kepala dusun 5 orang

9 Ketua RT 12 orang

10 Tokoh masyarakat

- tokoh agama (Islam & Kristen)

- tokoh pemuda,

- tokoh perempuan,

- Bidan Desa

- pengusaha,

- petani,

- pedagang,

- tokoh masyarakat kecil

2 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

Jumlah 38 orang

Page 54: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

39

Untuk pengumpulan data dan informasi yang diperlukan, pertama-tama

dilakukan penggalian informasi secara umum dengan mengadakan diskusi

kelompok. Diskusi ini ditujukan untuk melihat gambaran umum mengenai

pemerintahan desa dan permasalahannya dari sudut pandang subjek kasus yang

terdiri dari: ketua adat, tokoh masyarakat, sekretaris desa, kepala urusan

pemerintahan desa, dan mantan kepala desa.

Setelah pendapat para subyek kasus dapat dikelompokan, maka penggalian

lebih dalam mengenai informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan wawancara

mendalam. Wawancara mendalam juga dilakukan dengan pejabat pemerintah

Kecamatan Ketungau Hulu dan Kepala Desa Nanga Bayan, yang bertujuan ntuk

mendapatkan informasi umum mengenai pemerintahan desa di Kecamatan

Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang.

Pemilihan subyek kasus dilakukan dengan menggunakan tekhnik bola salju

(snowball). Sesuai dengan yang dikatakan oleh Creshwell (2002) bahwa ide

penelitian kualitatif adalah dengan sengaja memilih informan yang dapat

memberikan jawaban terbaik pertanyaan penelitian. Subyek kasus merupakan

orang-orang yang dipilih dan diyakini mampu memberikan pemahaman atas

permasalahan yang sedang diteliti. Sementara informan adalah pihak yang

memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya.

Jumlah informan dan tineliti diatas, sesuai dengan teknik bola salju yang

digunakan, maka dari tokoh-tokoh yang ditetapkan di atas selanjutnya ditelusuri

tokoh-tokoh lain yang dianggap mampu memberikan informasi yang diperlukan

dalam penelitian ini.

Selanjutnya pengamatan berperanserta dilakukan agar penulis dapat

melihat, merasakan dan memaknai ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya

sebagaimana subjek penelitian melihat, merasakan dan memaknainya sehingga

memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama. Pengamatan

berperanserta ini dilakukan terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti

pengamatan atas kegiatan di kantor desa. Berikut adalah matriks data penelitian

(lihat tabel 2).

Page 55: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

40

Tabel 2. Matriks Data Penelitian

No Subtopik Data Sumber data

1 Gambaran umum

desa

- Sejarah desa

- Batas desa

- Jumlah penduduk

- Mata pencaharian

masyarakat

- dan lain-lain

Data primer

• Wawancara

mendalam kepada

aparat desa

Data sekunder

• Monografi desa

2 Kepemimpinan desa

dalam melaksanakan

pembangunan desa

- Kepemimpinan Desa

- Program-program

pembangunan desa

- Perencanaan program

pembangunan desa

- Pelaksanaan program

pembangunan desa

Data primer & sekunder

• Kajian literatur

• Wawancara mendalam

Dengan aparat desa,

BPD, kepala distrik

• Pengamatan

berperanserta

• FGD

3 Menggambarkan

peran kepemimpinan

dalam pelaksanaan

pembangunan desa

- Gambaran perilaku

pemimpin

- Gambaran peran

kepemimpinan

- Gambaran hubungan

pemimpin dengan

masyarakat

Data primer & sekunder

• Kajian literatur

• Wawancara mendalam

dengan kepala desa,

kepala adat,

• Pengamatan

berperanserta

4. Partisipasi

masyarakat terhadap

pemerintahan desa

dalam pembangunan

desa

- Ikutserta dalam Perenc.

Pemb. desa

- Ikutserta dalam Pelaks

pembangunan desa

- Ikutserta dalam Evaluasi

pembangunan desa

Data primer & sekunder

• Kajian literatur

• Wawancara mendalam

• Tokoh masyarakat

• Pengamatan

berperanserta

Pengumpulan data dan informasi juga dilakukan melalui penelusuran

dokumen yang dilakukan pada institusi-institusi pemerintahan yang memuat data

tentang peraturan pemerintahan desa. Monografi desa menjadi salah satu sumber

yang dibutuhkan karena memuat informasi mengenai daerah penelitian seperti

data jumlah penduduk, keadaan lokasi penelitian, dan lain-lain.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis

untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam

penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari

berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

Page 56: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

41

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, photo dan

sebagainya. Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang

reflektif (Muhadjir, 2000). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada

ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan

perhatian dari peneliti. Lebih menampilkan komentar peneliti terhadap fenomena

yang dihadapi.

Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu dilakukan klasifikasi,

verifikasi, interpretasi data, dianalisis sampai pada pembahasan hingga diperoleh

kesimpulan sementara atas jawaban-jawaban dari informan sebagai pedoman.

Analisis mencakupi penafsiran semua data yang dikumpulkan sehingga menjadi

informasi yang jelas tentang kepemimpinan dan partisipasi masyarakat. Dalam

menganalisis data peneliti menggunakan Model Interaktif. Pada Model Analisis

Interaktif ini, mempunyai tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data,

dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Peneliti mengumpulkan

berbagai data yang dikumpul pada lokasi penelitian, kemudian direduksi dan

selanjutnya di sajikan, bila terdapat kekurangan data dalam mereduksi dan

penyajian data, maka dilengkapi lagi dengan pengumpulan data yang menunjang

kemudian selanjutnya dibuat kesimpulan-kesimpulan. (lihat gambar 3).

Gambar 3. Model analisis interaktif

Sumber : Miles & Huberman (1992) Model Analisis Interaktif

PPPeeennnggguuummmpppuuulllaaannn

DDDaaatttaaa

PPPeeennnyyyaaajjjiiiaaannn

DDDaaatttaaa

RRReeeddduuukkksssiii

DDDaaatttaaa

KKKeeesssiiimmmpppuuulllaaannn---

KKKeeesssiiimmmpppuuulllaaannn

Page 57: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

42

Setelah data terkumpul dilakukan reduksi dengan tujuan untuk penajaman,

menggolongkan mengarahkan dan membuang yang tidak perlu. Proses reduksi ini

dilakukan selama penelitian berlangsung. Selanjutnya data dikelompokkan sesuai

dengan subtopik dalam penelitian. Sebelum data diolah maka kembali diadakan

diskusi kelompok untuk tujuan pengecekan data. Setelah proses pengecekan ulang

kepada tineliti, maka proses selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk

teks naratif yang menggambarkan lokasi penelitian dan bentuk pemerintahan desa

di kawasan perbatasan.

Kegiatan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Pada

tahap pertama kegiatan penelitian pada pengumpulan data sekunder tentang profil

desa, serta berbagai data dan informasi perkembangan kelembagaan formal

maupun kelembagaan informal. Wawancara langsung pada pelaku di pedesaan

pada tahap ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang bersifat garis besar

dan dilakukan secara relative cepat dan tidak begitu mendalam.

Pada tahap kedua dilakukan penggalian data dengan cara wawancara secara

mendalam. Wawancara dilakukan dengan panduan daftar pertanyaan ringkas yang

sudah dipersiapkan sebelum peneliti melakukan kegiatan pengamatan lapangan.

Hasil wawancara dan pengamatan lapangan direkam dalam daftar pertanyan dan

catatan harian lapangan. Pengumpulan data dan informasi yang digali melalui

wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, baik secara individu maupun

kelompok, ditujukan untuk dapat menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini.

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama, maka data disajikan dalam

bentuk periodesasi. Periodesasi didasarkan atas faktor yang mendorong timbulnya

perubahan dalam pemerintahan desa yaitu bentuk kelembagaan yang ada di desa.

Periode pertama adalah gambaran mengenai kepemimpinan pemerintahan desa

sebelum adanya program pembangunan desa. Periode kedua memuat informasi

mengenai kepemimpinan pemerintahan desa dengan melihat rumusan kebijakan

dan program pembangunan desa. Terakhir periode ketiga menyajikan data atau

informasi mengenai interaksi kepemimpinan pemerintahan desa dengan partisipasi

masyarakat.

Page 58: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

43

3.5. Definisi Konseptual

1. Pembangunan adalah perubahan untuk kemajuan, artinya pembangunan

pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus, yang

merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah tujuan yang ingin

dicapai (Nordholt, 1987).

2. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mendorong sejumlah orang (dua

orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang terarah pada tujuan bersama (Hill dan Caroll, 1997).

3. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana caranya

(Cohen dan Uphoff dalam Nordholt, 1987).

4. Yang dimaksud kekuasaan (power) dalam penelitian adalah kemampuan

untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain

bertindak, pengertian disini harus meliputi kemampuan untuk membuat

keputusan mempengaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan

itu. kekuasaan itu dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang

membuat seorang aktor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu

jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang

menghilangkan halangan (Weber, 1947).

5. Yang dimaksud kewenangan (authority) dalam penelitian ini adalah

kekuasaan yang di legitimasi oleh hukum. Wewenang (authority) adalah

hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu

(Weber, 1947).

6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat (UU

No.22/1999).

Page 59: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

44

IV. GAMBARAN UMUM DESA

4.1. Kondisi Geografis

Masyarakat yang hidup di kawasan perbatasan Kabupaten Sintang –

Serawak sebagian besar adalah keturunan Suku Dayak. Pada bagian wilayah yang

termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sintang suku Dayak tersebut dapat

dikelompokan menjadi: Dayak Iban, Dayak Desa, Dayak Sebaruk, Dayak Bugau,

dan Dayak Kumpang.

Desa Nanga Bayan adalah desa sekitar hutan, memiliki luas wilayah 2138,2

kilometer persegi yang terletak di wilayah Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten

Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Desa Nanga Bayan merupakan salah satu dari

tujuh desa yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia. Desa lain

adalah Desa Wana Bakti dan Desa Gut Jaya Bakti di wilayah Ketungau Tengah,

Desa Nanga Bayan, Desa Jasa, Desa Rasau, Desa Senaning dan Desa Sungai Seria

di wilayah Kecamatan Ketungau Hulu. Jarak desa Nanga Bayan dengan ibukota

Kecamatan sekitar 59 kilometer atau lebih kurang sepuluh jam bila ditempuh

dengan jalan kaki, sedangkan jarak antara Desa Nanga Bayan dengan Desa Gua

Dungat, Seriaman-Malaysia sekitar 10 kilometer atau memakan waktu lebih

kurang dua jam bila ditempuh dengan jalan kaki, serta jarak dari Ibukota

Kabupaten Sintang 189 kilometer.

Desa Nanga Bayan yang ada di wilayah perbatasan dengan Malaysia

menjadi lokasi penelitian, dengan posisi wilayah perbatasan di lindungi oleh Bukit

yang agung "Bukit Kelingkang" yang membatasi kedua negara. Masyarakat suku

Dayak Kumpang adalah yang mendiami desa tersebut sangat memegang teguh

aturan-aturan dan norma-norma adat-istiadat dan budaya nenek moyang mereka

yang telah dilakukan secara turun-temurun mulai dari upacara kelahiran,

mengelola sumber daya alam sampai pada masa kematian yang mereka lakukan

sesuai dengan tradisi adat istiadat di dalam masyarakat Suku Dayak Kumpang.

Sumber daya alam hutan yang luas dan kaya telah menjadikan alamnya

sebagai tempat tinggal dan bertahan hidup (survival) dari alam yang bersahabat

dengan mereka, misalnya dalam mengelola hutan dan alam, pengobatan, upacara,

maupun dalam berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Dengan berpenghasilan

dari berladang (padi dan karet) sebagai mata pencaharian utama, mereka sangat

Page 60: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

45

tergantung dengan alam dan hutan, yang mana menurut masyarakat Kumpang,

berladang itu bukanlah sekedar pekerjaan rutinitas melainkan suatu pekerjaan

yang sudah sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Artinya

dalam kehidupan suku dayak, Berladang (uma) bukan sekedar untuk hidup tapi

ladang turut membentuk peradaban orang Dayak. Karena dari membuka lahan

hingga akhir panen ada aturan yang hatus ditaati, ini terbukti dari mata

pencaharian mereka bersumber dari hutan (berladang), semua unsur kehidupannya

juga bersumber dari hutan seperti bahan-bahan untuk membuat rumah panjang

(betang), semua didapat dari hutan. Maka tidaklah mengherankan jika ada

ungkapan oleh Kepala Adat yang mengatakan bahwa hancurnya hutan akan

menghancurkan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Dayak.

Dalam perkembangannya mereka juga berinteraksi dengan warga negara

Malaysia yang lebih dekat jaraknya dibandingkan dengan pusat pemerintahan

kecamatan. Hubungan itu lambat laun berjalan timpang sehingga menimbulkan

ketergantungan. Pasalnya, kini sebagian besar kebutuhan pokok warga seperti

pupuk untuk pertanian, makanan dan minuman dalam kemasan, gula, susu, terigu,

pakaian, hingga peralatan elektronik misalnya tape, televisi, radio, mesin speed

boat, termasuk juga pasokan bahan bakar minyak dipasok dari Malaysia melalui

pos pelintas batas tradisional. Jauhnya jarak dari pusat perdagangan di kawasan

Indonesia dan minimnya infrastruktur dasar yang memadai menyebabkan

tersendatnya distribusi kebutuhan pokok ke kawasan itu. Kalaupun tersedia,

harganya sangat mahal sehingga tidak ada pilihan kecuali mendatangkannya dari

Malaysia.

Pada kenyataannya di kawasan perbatasan, banyak sekali ditemukan fakta

yang menyedihkan bahkan ironis. Setidaknya itulah yang terjadi di kawasan

perbatasan darat yang memisahkan antara negara Indonesia dengan negara

Malaysia di pulau Kalimantan. Bayangkan, untuk mencapai Kecamatan Ketungau

Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, membutuhkan waktu hampir 14 jam

perjalanan darat dari Pontianak (Ibu Kota Kalbar). Sulitnya akses ke daerah

perbatasan membuat kawasan ini sering luput dari pengawasan aparat, sehingga

banyak ditemukan kasus pelanggaran keimigrasian, dan pencurian sumber daya

alam.

Page 61: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

46

Secara geografis batas wilayah desa Nanga Bayan sebagai berikut :

a. Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Gut Jaya Bakti Kec. Ket. Tengah

b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Sebetung Palu Kec. Ket. Hulu

c. Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Jasa Kec. Ket. Hulu

d. Sebelah Utara, berbatasan dengan Malaysia Timur (Sarawak)

Kawasan perbatasan, seperti di Desa Nanga Bayan dan Desa Gut Dungat

Seriaman-Malaysia, kesenjangan sarana dan pra-sarana wilayah antara kedua

wilayah Negara, telah menjadi pemicu orientasi perekonomian masyarakat

perbatasan ke Negara tetangga. Jalan menuju ke Malaysia ternyata jauh lebih

mudah bilamana dibandingkan dengan Ibukota Kecamatan/Kabupaten di wilayah

tersebut. Sedangkan jalan yang menghubungkan Desa Nanga Bayan dengan

Ibukota Kecamatan Ketungau Hulu merupakan jalan tanah dengan lebar enam

meter, dan tidak setiap harinya angkutan umum (angkutan pedesaan) melintasi

jalan tersebut. Kondisi demikian mempersulit kegiatan administrasi, arus

informasi dan komunikasi pemerintahan desa dengan pemerintahan kecamatan.

Komunikasi antara pihak pemerintahan desa dengan pihak kecamatan tidak dapat

dilakukan secara langsung, apabila ada hal penting yang menyangkut

penyelenggaraan tugas pemerintahan, maka baik pihak desa mendatangi pihak

kecamatan maupun pihak pemerintahan kecamatan mendatangi pihak desa.

Dengan jarak tempuh yang dekat merupakan suatu resiko sekaligus

keunikan bagi Desa Nanga Bayan sebagai salahsatu daerah di Kalimantan Barat

yang berbatasan langsung dengan negara lain. Desa Nanga Bayan - Desa Gut

Dungat memiliki kedekatan dari sisi letak geografis. Kehidupan warga di

perbatasan bahkan seolah sudah tanpa batas identitas negara, seperti yang dialami

warga di Desa Nanga Bayan yang kerap saling kunjung mengunjungi ke Desa Gut

Dungat, Seriaman-Malaysia. Sisi keunikan letak geografis dan sosial itu bukan

berarti tidak mengandung resiko, sebab ancaman besar tetap ada menyangkut

keutuhan negara dalam hal batas wilayah. Juga akses keluar masuknya manusia

dan barang di kedua negara tersebut, perambahan hutan serta kejahatan trans

internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir di Nanga Bayan sering di jumpai mobil-

mobil asing Malaysia dalam berbagai jenis dan merk produksi. Mobil tersebut

Page 62: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

47

memang gampang masuk tetapi lebih banyak yang tak kembali ke negara asalnya.

Ada yang masih asli berplat Malaysia dan ada pula yang diragukan plat

kendaraannya setelah dimodifikasi. Belakangan ini, mobil-mobil asing tersebut

tidak kelihatan lagi seiring gencarnya razia mobil asing.

Lebih dari 70 persen wilayahnya merupakan tanah perhutanan, sekitar 20

persen berupa tanah pertanian, dan selebihnya adalah daerah pemukiman dan

bangunan umum. Di samping itu Desa Nanga Bayan terdapat Bukit Keburau

sebagai sumber sarana air bersih desa. Dari bukit itulah warga desa memperoleh

air bersih dengan membangun jaringan dari bukit untuk disalurkan kepada rumah-

rumah warga. Jumlah rumah tangga yang memanfaatkan sebagai sumber air

bersih sebanyak 114 Rumah Tangga. Sarana dan prasarana lain seperti listrik dari

pemerintah belum ada sama sekali, adapun keluarga yang telah memanfaatkan

energi listrik (menggunakan genset) sebanyak 59 rumah tangga, sedangkan

sisanya menggunakan lampu minyak (petromak), serta lampu lentera dan pelita.

4.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Desa Nanga Bayan berdasarkan kepala keluarga dan jenis

kelamin yang terbagi dalam lima dusun pada tahun 2009.

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Desa Nanga Bayan berdasar jenis kelamin dan dusun.

Jumlah Jumlah Jiwa

No

Nama Dusun KK L (%) P (%)

Total

Jumlah

Penduduk

1 Keburau 102 204 26,22 224 29,99 428

2 Lubuk Ara 104 214 27,51 189 25,30 403

3 Belubu 61 99 12,72 105 14,06 204

4 Idai 77 149 19,15 130 17,40 279

5 Semujan 63 112 14,40 99 13,25 211

Jumlah 407 778 100 % 747 100 % 1.525

Sumber : Monografi Desa Nanga Bayan

Jumlah penduduk Desa Nanga Bayan berdasarkan tingkat pendidikan formal

sebanyak 904 Orang. Sebagian besar penduduk berpendidikan tamat Sekolah

Dasar (SD) Sedangkan jumlah penduduk yang berlatar belakang tamat pendidikan

Page 63: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

48

perguruan tinggi (S1) relatif masih sedikit (hanya 6 orang), di antaranya penduduk

yang tamat perguruan tinggi adalah kepala desa, mantan kepala desa, mantan

ketua BPD, kepala sekolah menengah pertama, satu orang tenaga pengajar (guru)

di sekolah menengah pertama Desa Nanga Bayan dan kepala dusun Keburau,

sehingga akan mempengaruhi proses pengembangan masyarakat di desa Nanga

Bayan. Kondisi demikian secara umum mempengaruhi pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan yang bisa

dikerjakan serta mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap informasi

mengenai pembangunan (lihat Tabel 4).

Tabel 4 : Jumlah penduduk Desa Nanga Bayan berdasarkan tingkat pendidikan

formal dan dusun tahun 2009.

Pendidikan

No

Nama

Dusun Tamat

SD

(%)

Tamat

SMP

(%)

Tamat

SMA

(%)

Tamat

PT

(%)

1 Keburau 191 28,85 56 40,87 49 49,49 2 33,33

2 Lubuk Ara 189 28,55 54 39,42 41 41,41 3 50,00

3 Belubu 87 13,14 7 5,11 4 4,04 1 16,67

4 Idai 104 15,71 11 8,03 3 3,03 - -

5 Semujan 91 13,75 9 6,57 2 2,02 - -

Jumlah 662 100% 137 100% 99 100% 6 100%

Sumber : Data Monografi Desa Nanga Bayan tahun 2009

4.3. Kondisi Perekonomian

Beban dirasakan masyarakat justru berbuah menjadi pola hubungan ekonomi

masyarakat kedua wilayah menjadi lebih membebani masyarakat dan sekaligus

juga, secara nilai ekonomis, antara pemasukan dan pengeluaran menjadi tidak

berimbang. Misalnya, sebelum ada Pos Lintas Batas semua transaksi hasil

pertanian dan perkebunan dapat dilakukan di wilayah perbatasan Tengkulak dari

Malaysia atau dapat pergi ke wilayah Desa Gut Dungat. Kelancaran komunikasi

bisnis seperti itu memang saling menguntungkan kedua pihak oleh karena dengan

transaksi langsung harga dan penggunaan nilai tukar dapat dilakukan dengan

kesepakatan atau cara-cara yang sudah lazim. Penggunaan uang rupiah atau

ringgit Malaysia tidak menjadi hambatan.

Page 64: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

49

Kegiatan perdagangan lintas batas yang terjadi sebagian besar adalah

perdagangan kebutuhan alat-alat pertanian (pupuk), rumah tangga dan bahan

makanan lainnya yang tersedia di kawasan perdagangan atau di Desa Gut Dungat

Seriaman-Malaysia. Kegiatan lintas batas lainnya adalah kunjungan kekerabatan

antar keluarga karena perkawinan dan menjadi warga Negara Malaysia sedangkan

warga lainnya yang berkunjung ke Serawak-Malaysia adalah dalam rangka

melakukan kegiatan perdagangan bahan makanan dan komoditi lainnya.

Dari Desa Nanga Bayan masyarakat biasa menjual hasil bumi seperti lada,

pisang, ketimun, sayur-sayuran, buah-buahan, anyam-anyaman serta hasil bumi

lainnya, sebaliknya dari Sarawak mereka menjual berbagai kebutuhan hidup

seperti gula, susu, terigu, makanan dan minuman dalam kemasan, pakaian, juga

barang elektronik berupa tape, radio, televise serta barang lainnya.

Dari hasil pengamatan peneliti, produk dominan yang terdapat pada toko di

Desa Nanga Bayan hanya obat-obatan, pakaian dan rokok, sedangkan bahan

pokok lainnya lebih banyak dari Malaysia termasuk juga kartu telepon seluler.

Sebagai gambaran gula asal Malaysia di Desa Nanga Bayan harganya Rp. 7.000,-

(tujuh ribu rupiah) sementara gula dari Indonesia harganya Rp. 10.000,- (sepuluh

ribu rupiah) dengan demikian masyarakat di Desa Nanga Bayan lebih memilih

produk dari luar dengan harga yang murah serta mudah didapat daripada memilih

produk dari dalam tetapi harus menempuh jarak yang jauh serta harga yang tinggi.

a. Ekonomi Rumah Tangga dan Mata Pencaharian

Sejak dari dahulu sebagian besar mata pencaharian penduduk desa Nanga

Bayan adalah sebagai petani ladang berpindah. Mereka dapat berkomunikasi

untuk menukarkan hasil produksi pertanian dan perkebunan dengan kebutuhan

sehari-harinya, sehingga bernilai ekonomi tinggi mengindikasikan kemampuan

atau kesejahteraan rumahtangga yang bersangkutan. Lahan, terutama lahan

pertanian sebagai asset produktif untuk menghasilkan produksi pertanian, contoh

adalah lahan kering yang berbasis komoditas palawija dan perkebunan, maka

lahan dominan yang diusahakan adalah ladang dan kebun. Di lokasi penelitian

rata-rata petani memiliki perkebunan karet dan lada, tujuan dari perkebunan karet

dan lada ini dominan untuk investasi jangka panjang.

Page 65: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

50

Pada dasarnya kebutuhan bahan pokok dipenuhi oleh lingkungannya. Seperti

yang dikatakan sebelumnya bahwa Orang Dayak berburu dan berladang. Tanaman

padi adalah suatu yang paling penting dalam kehidupan masyarakat Dayak.

Masyarakat Dayak terdiri dari petani ladang berpindah. Ladang baru dipilih

dengan izin kepala adat. Pada umumnya hanya ladang yang ditanam setidaknya

tujuh atau sepuluh tahun sebelumnya digunakan lagi. Tanah hutan yang semakin

lama tidak digunakan untuk ladang semakin subur. Keuntungan lain dari ladang

berpindah bagi masyarakat dayak adalah karena setelah tanah bekas ladang

(bawas) cukup lama tidak digunakan menjadi hutan lagi sehingga tidak banyak

rumput yang tetap hidup. Itu berarti ladang tidak perlu digarap secara intensif

setelah padi muncul dan tumbuh.

Biasanya padi ladang di tanam pada bulan Agustus dan September setelah

ladang di bakar dan dibersihkan. Masyarakat tidak menggunakan alat-alat canggih

dan juga tidak menggunakan tenaga hewan seperti kerbau atau sapi. Mereka

hanya menggunakan parang, kampak, cangkul dan tenaga manusia untuk

mempersiapkan ladang. Petani-petani menggunakan abu dari kayu yang dibakar

sebagai pupuk yang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan padi di ladang.

Seandainya ladang sudah siap untuk disebarkan bibit padi, petani membuat lubang

dengan tongkat, beberapa bibit padi dimasukkan dan lubang ditutupi.

Ada upacara pada saat bibit padi ditanam dengan gaya melingkar dan

memberi korban ayam sebagai sesajen. Selama masa tumbuh padi ada ritual

dengan memberi korban sesajen supaya roh jahat dan baik merasa puas dan panen

tidak gagal tetapi berlimpah. Pada waktu ritual sesajen ada pantangan makanan

pada keluarga sesuai dengan yang disuruh oleh kepala adat, misalnya tidak boleh

makan rusa atau rebung selama beberapa minggu. Sedangkan pesta besar bernama

Gawai yang dilaksanakan pada waktu panen. Pesta gawai yang dilaksanakan pada

saat panen raya bukan hanya dilakukan oleh suku dayak yang ada di Desa Nanga

Bayan, tetapi pada umumnya merupakan pesta adat suku dayak yang ada di

Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan setiap tahun pada musim panen tiba, yang

jadwal pelaksanaannya disesuaikan oleh masing-masing suku. Bagi suku dayak

kegiatan ini merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan untuk mengucapkan

rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh sang dewata.

Page 66: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

51

b. Ekonomi Desa

Potensi desa yang dihitung berdasarkan keseluruhan sumber daya yang

dimiliki atau yang digunakan oleh desa baik sumber daya alam, penduduk,

kelembagaan, dan sarana/prasarana, maka desa ini termasuk dalam kategori

sedang, sedangkan apabila ditinjau dari segi potensi pengembangan, maka desa ini

mempunyai prospek dalam potensi pengembangan pekerbunan khususnya

perkebunan karet dan lada.

Ditinjau dari faktor pendukung wilayahnya, pada prasarana jalan, Desa

Nanga Bayan mempunyai jalan sepanjang 59 kilometer yang menghubungan desa

dengan ibukota kecamatan dalam kondisi rusak dan rusak berat, sedangkan jalan

desa yang melintasi desa ini yang menghubungkan dengan Desa Gut Dungat

Malaysia sepanjang kurang lebih 10 km kondisinya relative baik, namun untuk

jalan yang menghubungkan antar dusun masih jalan tanah dan batu. Sedangkan

jalan-jalan yang menghubungkan rumah mereka dengan kebunnya kondisinya

masih jalan setapak dan jalan tersebut hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki.

Kehidupan masyarakat di Desa Nanga Bayan tergantung pada musim dan

lokasinya. Pada musim kemarau bulan April sampai bulan Agustus masyarakat

sibuk di perkebunan karet atau di ladang. Pada waktu hujan warga desa jarang di

perkebunan karet. Seandainya tidak hujan, sebelum matahari terbit tukang sadap

masuk perkebunan karet menggunakan lampu minyak tanah yang diikat di dahi

supaya mereka bisa melihat dan tetap bisa menggunakan dua tangan untuk

menyadap karet. Proses penyadapan itu dimulai dengan mendekati tiap pohon

untuk memotong kulit pohon supaya getah mengalir ke tempat yang terletak di

samping pohon. Tukang sadap sanggup memotong beberapa ratus pohon pada

waktu pagi, tergantung kemampuannya dan lokasi pohon. Setelah memotong

kulit, tukang sadap kembali ke pohon pertama dan mengambil air getah yang tadi

mengalir ke tempat yang sudah disediakan di bawah. Setelah semua getah

terkumpul, tukang sadap kemudian memasukkan ke dalam ember dan kemudian

ember yang sudah berisi penuh dengan getah dibawa ke tempat khusus. Dalam

beberapa jam getah tidak cair lagi dan setelah dibekukan kemudian direndam di

sungai. Getah itu hanya bisa dipanen pada waktu tidak hujan, artinya bisa panen

getah selama sekitar delapan bulan.

Page 67: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

52

Pada musim hujan dari bulan September sampai Januari getah jarang bisa

didapatkan, dan petani sibuk di ladang memotong rumput dan memelihara kebun.

Pada waktu itu warga dusun menebang pohon untuk dibuat papan atau mencari

sejenis rotan supaya bisa dibuat keranjang, dan sejenis tikar (bidai). Aktivitas

tersebut dilaksanakan oleh perempuan maupun laki-laki, mereka bersama-sama

membuat kerajinan tangan. Pada bulan Juni sampai Oktober, musim mencari ikan

arwana (Siluk) di sungai, khususnya di sungai Ketungau yang mengalir lewat

dusun Keburau. Ikan Siluk memang unik, pada waktu anaknya masih kecil

mereka dipelihara di mulut induknya. Di Desa Nanga Bayan perantara membeli

ikan Siluk untuk dijual di pasar lokal atau diekspor. Ikan Siluk bisa dijual oleh

masyarakat Dayak sampai seratus lima puluh ribu rupiah per ekor.

Pada bulan Pebruari sampai Mei petani sibuk memanen padi dan setelah

panen ada pesta besar-besaran yang dinamakan Gawai. Pada bulan itu memang

musim pesta seperti pernikahan, sunatan dan niat atau dalam bahasa Indonesia

syukuran. Pada bulan Juni dan Juli masyarakat sibuk di kebun memanen kacang

tanah, ketimun dan mempersiapkan ladang kembali. Khususnya bulan Juli dan

Agustus masyarakat memilih lokasi ladang yang baru, menebang pohon dan

membakar hutan untuk dijadikan ladang. Pada umumnya di Desa Nanga Bayan

petani membakar ladangnya sebelum bulan Agustus, sebelum musim hujan mulai

lagi. Kemudian setelah itu ladang ditanami supaya abu dari pembakaran dapat

menyuburkan tanah dan ini bersamaan dengan datangnya musim hujan, saat yang

baik untuk menanam bibit.

4.4. Tradisi Masyarakat

Dari aspek kehidupan beragama, kesadaran melakukan ibadah keagamaan

telah berkembang dengan baik. Hal ini antara lain didukung oleh menguatnya

kesadaran di kalangan pemuka agama untuk membangun harmonisasi sosial dan

hubungan intern dan antar umat beragama guna menciptakan rasa aman, damai

dan saling menghargai di antara umat beragama melalui wadah seperti Lembaga

Adat yang telah memberikan kontribusi cukup besar dalam menjamin kerukunan

hidup umat beragama. Selain pertumbuhan secara spiritual, pertumbuhan fisik

berupa sarana dan prasarana peribadatan yang dibangun atas swadaya masyarakat

maupun melalui dukungan dari pemerintah desa juga tercatat meningkat seiring

Page 68: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

53

dengan pertumbuhan jumlah umat beragama. Dari 1 buah gedung gereja dan 741

pemeluk agama Kristen Protestan pada tahun 2008. Pertumbuhan serupa dalam 1

dekade terakhir juga terjadi pada agama Kristen Katolik dan Islam. Pada tahun

2009, tercatat sebanyak 2 buah gedung gereja dan 669 orang pemeluk agama

Kristen Katolik. Sementara untuk agama Islam, pada periode yang sama jumlah

masjid sebanyak 1 buah dan surau 1 buah dengan 109 orang pemeluk agama

Islam.

Dari aspek adat, Desa Nanga Bayan memiliki aneka ragam adat dan nilai-

nilai tradisi yang potensial dikembangkan. Aneka adat dan tradisi itu masih

terpelihara di tengah kehidupan masyarakat. Sejumlah upacara tradisional antara

lain Upacara Adat Sengkelan Batu, upacara adat pengobatan dan kesenian daerah

lainnya sangat menunjang tumbuhnya rasa nasionalisme dan pembangunan

ekonomi daerah (misalnya, melalui sektor pariwisata).

a. Upacara Adat

Upacara Adat Sengkelan Batu merupakan salah satu khazanah kebudayaan

lokal ataupun tradisi turun-temurun masyarakat suku Dayak Kumpang di Desa

Nanga Bayan. Adat Sengkelan Batu adalah istilah yang digunakan masyarakat

Dayak di Desa Nanga Bayan untuk menyebut ritual upacara ataupun pesta setelah

panen raya. Upacara ini dilakukan masyarakat Dayak Kumpang sebagai wujud

ungkapan syukur atas hasil panen. Disebut Adat Sengkelan Batu karena upacara

ini dilakukan selama lima sampai tujuh hari dengan melibatkan warga desa, baik

dari desa dalam maupun desa luar seperti Desa Gut Dungat Seriaman-Malaysia.

Upacara ini juga melibatkan aparat pemerintahan sebagai tamu undangan mulai

dari pejabat pemerintahan setempat juga melibatkan pejabat pemerintahan dari

desa lain dan kecamatan.

Dalam sejarahnya, tidak diketahui secara pasti kapan tradisi Adat Sengkelan

Batu ada dan resmi sebagai ritual yang terlembagakan di masyarakat Dayak di

Desa Nanga Bayan. Namun, apabila melihat latar belakang dan substansi upacara

Adat Sengkelan Batu, upacara ini diduga lahir bersamaan dengan dikenalnya

tradisi berladang ataupun bercocok tanam masyarakat Dayak di Desa Nanga

Bayan. Jadi ini merupakan tradisi yang usianya sama tuanya dengan aktivitas

(berladang) di Desa Nanga Bayan.

Page 69: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

54

Pelaksanaan prosesi upacara Adat Sengkelan Batu biasanya dilakukan

setahun sekali yakni sesudah musim panen berakhir, antara Juli dan Agustus.

Upacara ini dilaksanakan di Balai Adat, tempat utama seluruh pelaksanaan acara

adat suku Dayak Kumpang. Upacara Adat Sengkelan Batu dipimpin seorang

dukun, tokoh spiritual dan ritual yang dikenal memiliki pengetahuan luas akan

seluk beluk adat dan tradisi.

Sebelumnya, prosesi tradisi masyarakat ini diawali dengan musyawarah

warga desa yang dipimpin ketua adat (temenggung). Dalam musyawarah adapt itu

mereka warga desa dan ketua adat, membicarakan hasil panen dan kemungkinan

diadakannya Adat Sengkelan Batu. Karena itu, jadi dan tidak dilangsungkannya

upacara Adat Sengkelan Batu terkait dengan hasil panen yang diperoleh warga

suku Dayak Kumpang. Apabila hasil panennya dalam jumlah besar dan dianggap

cukup memuaskan, musyawarah membahas penentuan hari pelaksanaan upacara,

tamu-tamu undangan, dan persiapan peralatan upacara. Sebaliknya, jika hasil

panennya mengecewakan, upacara Adat Sengkelan Batu secara otomatis

dibatalkan.

Peralatan yang digunakan dalam ritual Adat Sengkelan Batu adalah alat-alat

khusus yang wajib dipersiapkan seluruh warga atas petunjuk seorang dukun. Alat-

alat seperti ancak, tali rotan, dan kelungkong merupakan peralatan upacara yang

tidak pernah ketinggalan ketika upacara itu dilaksanakan. Langatan merupakan

induk ancak dan sajian yang disusun lima tingkat berdasarkan besar dan kecilnya

ukuran sesajian. Biasanya, sajian dalam ukuran terkecil yang berada di tingkat

teratas. Sajian ini memiliki nama-nama tertentu, seperti Ancak ka Gunung (tidak

bertingkat) dan Ancak Balai Perau (berbentuk perahu). Nama-nama ancak

tersebut merupakan simbol yang disesuaikan dengan isi dan tujuan upacara.

lungkong adalah alat-alat berjumlah tiga buah dibuat sebagai simbol dari nama-

nama dewa ataupun nenek moyang suku Dayak Kumpang. Sementara itu, tali

rotannya berfungsi untuk mengikat sajian yang digantungkan di tengah balai adat.

Setelah peralatan upacara lengkap, sempurna, dan siap digunakan, seorang

dukun kemudian memimpin jalannya ritual upacara Adat Sengkelan Batu.

Rangkaian acara itu meliputi bersemanang (berdoa dengan membaca mantra-

mantra), bakanjat (tarian menyerupai burung elang oleh para pemuda).

Page 70: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

55

Hal yang menarik sekaligus menjadi puncak dari rentetan rangkaian upacara

tersebut adalah diselenggarakannya tarian-tarian khas suku Dayak Kumpang yang

mereka sebut dengan Bekondan. Tarian ini dibawakan seluruh warga desa, baik

laki-laki maupun perempuan, muda ataupun tua. Mereka membaur jadi satu,

tenggelam dalam gerakan tarian khas dengan membentangkan tangan seperti

burung terbang.

b. Nilai Relegius

Bagi masyarakat Dayak Kumpang, upacara Adat Sengkelan Batu merupakan

puncak ritual religius yang dilakukan secara kolektif. Lebih dari itu, ritual ini

diyakini sebagai salah satu medium paling utama untuk memperkuat tali

persaudaraan. Dengan kata lain, ritual Adat Sengkelan Batu merupakan tradisi

yang menyimpan nilai-nilai religius dan sosial.

Nilai religius dan sosial dalam upacara Adat Sengkelan Batu ini bermula

dari pemahaman filosofis yang dianut masyarakat Dayak Kumpang. Dalam

masyarakat Dayak, pemahaman filosofis berkenaan dengan pemaknaan akan

seluruh aktivitas keseharian mereka. Misalnya, dalam aktivitas ekonomi yang

meliputi aktivitas berladang ataupun bercocok tanam. Menurut filosofis orang

Dayak Kumpang, berladang tidak semata-mata sebagai sebuah aktivitas ekonomi

yang terlepas dari pemaknaan nilai-nilai ketuhanan.

Selain itu, Adat Sengkelan Batu juga menyimpan nilai sosial. Nilai ini

terletak pada fungsi dan tujuan sosial dari upacara itu. Bagi masyarakat Dayak

Kumpang, upacara Adat Sengkelan Batu seolah menjadi ajang paling efektif

untuk menumbuhkan rasa solidaritas, saling mengenal pribadi atau individu lain.

Hal itu tecermin dari aktivitas mereka dalam mempersiapkan peralatan upacara

dan pemberian hasil panen kepada warga lain yang kurang mampu. Dengan

senang hati dan penuh kesadaran mereka mempersiapkan peralatan agar upacara

dapat berlangsung dengan baik. Tanpa kerja sama yang sehat, upacara Adat

Sengkelan Batu mustahil dapat diselenggarakan. Oleh karena itu, dalam upacara

tersebut sangat dibutuhkan tenaga manusia dalam jumlah yang besar.

Selain nilai-nilai di atas, upacara Adat Sengkelan Batu juga menyimpan nilai

politik. Nilai itu tecermin pada tradisi mengundang tamu dari desa lain dan dari

aparat pemerintah. Tradisi undangan pada dasarnya bertujuan agar eksistensi

Page 71: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

56

tradisi komunitas suku Dayak Kumpang tetap diakui di kalangan lain. Artinya,

dengan upacara Adat Sengkelan Batu, masyarakat Dayak Kumpang ingin

memperlihatkan kepada komunitas lain bahwa eksistensi mereka sebagai manusia

yang berada dalam ruang lingkup komunitas terbatas juga dianggap dan tidak

dimarginalkan. Meskipun masyarakat Dayak Kumpang mayoritas berdomisili di

pedalaman yang terpisah dari komunitas luar, mereka tidak seharusnya dikucilkan.

Sebab, bagaimanapun mereka tetaplah warga negara Indonesia yang berhak atas

hak-hak mereka sebagai warga negara, seperti hak mendapatkan pengakuan,

pendidikan, dan kesejahteraan. Setidaknya, lewat tradisi upacara Adat Sengkelan

Batu, masyarakat Dayak Kumpang di Desa Nanga Bayan berusaha menjalin

interaksi dengan masyarakat luar. Sudah sewajarnya, semua pihak merespons

positif usaha yang mereka lakukan.

4.5. Kelembagaan Desa

Kelembagaan yang tumbuh dan berkembang di Desa Nanga Bayan, baik

berasal dari inisiatif warga maupun kelembagaan bentukan pemerintah merupakan

wahana dalam menampung aspirasi warga dan pemenuhan kebutuhan hidup

masyarakat. Kelembagaan yang mempunyai kegiatan rutin mengadakan

pertemuan warga masyarakat seperti lembaga adat, Posyandu, Kelompok Remaja

Masjid, Remaja Gereja dan Karang Taruna merupakan potensi kelembagan untuk

dijadikan media pembelajaran masyarakat dalam pengembangan masyarakat.

Kelembagaan yang muncul atas prakarsa pemerintah dengan penggalian

potensi kelembagaan lokal dapat dijumpai pada Koperasi Simpan Pinjam, BPD,

PKK/ Posyandu. Kelembagaan ini diharapkan berkembang menjadi wadah

perjuangan masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui

program-program pengembangan masyarakat yang telah berjalan di Desa Nanga

Bayan, seperti JPS, RASKIN, BLT, dan PNPM. Dalam perkembangannya

kelembagaan ini belum secara optimal memberikan kontribusi yang besar bagi

pembangunan desa berkaitan dengan sumberdaya manusia yang ada di Desa

Nanga Bayan masih perlu untuk ditingkatkan, terutama untuk mengolah sumber

daya alam yang ada di Desa Nanga Bayan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan

penting yang ada pada komunitas desa di Desa Nanga Bayan sebagai berikut.

Page 72: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

57

4.5.1. Lembaga Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa merupakan lembaga pelayanan publik tingkat pedesaan

yang meliputi pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Lembaga pemerintahan ini sangat berperan atas proses perencanaan pembangunan

desa. Berdasarkan peranan tersebut, pemerintah dalam memberikan pelayan

publik sangat dirasakan oleh masyarakat.

Pemerintah Desa terdiri dari kepala desa, sekretaris desa, beberapa kepala

urusan (Kaur), beberapa Kepala Dusun. Pada proses pelayanan ini pemerintahan

desa memiliki perpanjangan tangan disetiap wilayahnya yang terbagi dalam lima

dusun yaitu : Dusun Keburau, Dusun Lubuk Ara, Dusun Idai, Dusun Semujan,

dan Dusun Belubu yang dipimpin oleh Kepala Dusun dalam menjalankan roda

pemerintahan desa. Pada pelaksanaan pemerintahan desa di Desa Nanga Bayan

memiliki pengawas yaitu, Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Secara umum tugas dan fungi BPD

adalah mengawasi jalannya pemerintahan desa. Selain itu tugas BPD adalah

menampung aspirasi warga masyarakat baik berupa kritik yang membangun,

usulan/ masukan maupun keluhan atas ketidak puasan pelayanan ataupun jalannya

pemerintahan desa yang tidak baik, seperti masalah pelayanan kepada masyarakat,

dan kebijakan yang tidak memihak pada kepentingan masyarakat desa, serta

masalah-masalah sosial yang ada.

BPD dan masyarakat adalah aktor yang melakukan kontrol untuk

mewujudkan akuntabilitas pemerintah desa. Dalam melakukan kontrol, BPD

mempunyai kewenangan dan hak untuk menyatakan pendapat, dengar pendapat,

bertanya, dan memanggil pamong desa. Ketika ruang BPD ini dimainkan dengan

baik secara impersonal, maka akan memberikan kontribusi yang luar biasa

terhadap akuntabilitas pemerintah desa. Meskipun tidak ditegaskan dalam

peraturan, masyarakat juga mempunyai ruang untuk melakukan kontrol dan

meminta pertanggungjawaban pemerintah desa. Pemerintah desa, wajib

menyampaikan pertanggungjawaban tidak hanya kepada BPD, melainkan juga

kepada masyarakat. Ketika kepala desa keliling beranjangsana tidak hanya

digunakan untuk membangun legitimasi simbolik, tetapi juga sebagai arena untuk

menyampaikan pertanggungjawaban.

Page 73: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

58

4.5.2. Lembaga Kemasyarakatan

Sebelum di bentuk berbagai institusi lokal atau lembaga kemasyarakatan

oleh Pemerintah semisal LKMD, PKK, Kelompok Tani dan lembaga

kemasyarakatan lainnya, sebagai akibat dari masuknya program pembangunan ke

pedesaan demi percepatan pelaksanaan pembangunan pedesaan, serta di

berlakukannya sistem birokrasi modern secara nasional (Suyanto:1996). Selama

ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari

inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus

dipenuhinya. Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat

tradisional dengan berbagai kekurangan-kekurangan yang ada dari segi

organisasi/kelembagaan modern.

Namun walaupun demikian adanya, ternyata lembaga tradisional khususnya

lembaga adat yang ada di desa Nanga Bayan mampu berkiprah dalam kehidupan

masyarakat desa, khususnya dalam pembangunan masyarakat desa itu sendiri bila

dibandingkan dengan lembaga-lembaga buatan pemerintah. Hal ini merupakan

sebuah fenomena yang unik dimana keberadaan lembaga adat yang masih begitu

tradisional dengan berbagai keterbatasan yang ada bila dibandingkan dengan

lembaga modern ternyata masih bisa bertahan di tengah proses modernisasi

pedesaan dan bahkan mampu untuk berkiprah.

Dalam praktek masyarakat Dayak di Desa Nanga Bayan memang tingkat

sanksi adat didasarkan pada tingkat pelanggarannya. Pelanggaran adat besar

seperti menghilangkan nyawa seseorang, pelanggaran kesusilaan (menghamili

tanpa nikah) (ngampang) biasanya dikenai sanksi dengan keharusan menyembelih

babi dan denda-dendanya. Misalnya, seorang yang melakukan perbuatan salah,

tetapi tidak mau minta maaf atau malah sombong dan menyepelekan tuntutan

adat, maka ketua adat dapat menjatuhkan sanksi yang mewajibkan membeli

seekor babi yang mahal. Terkadang penjatuhan sanksi menjadi berat karena harga

tempayan, guci sangat antik dan langka karena itu harganya menjadi mahal.

4.5.3. Lembaga Ekonomi

Pada bidang ekonomi ini ditandai dengan suasana kehidupan masyarakat

yang diliputi rendahnya taraf kesejahteraan masyarakat terutama jika

dibandingkan dengan kesejahteraan masyarakat negara tetangga. Orientasi

Page 74: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

59

ekonomi masyarakat pada kawasan tapal batas cenderung dominan pada negara

tetangga Malaysia, hal ini disebabkan wilayah negara tetangga tersebut lebih

mampu memberikan kontribusi perkembangan sektor perekonomian karena

kelancaran proses perdagangan dan fasilitas lainnya yang dapat

mengakomodasikan masyarakat perbatasan. Berkaitan dengan bidang ekonomi,

kegiatan masyarakat di bidang koperasi, usaha kecil dan menengah serta

perdagangan belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Dalam hal ini

masih belum semua jenis usaha termasuk perdagangan memiliki perizinan.

Demikian juga kegiatan lain yang menunjang perkembangan sektor perekonomian

masyarakat di kawasan perbatasan seperti pertanian dan perkebunan belum

berkembang sebagaimana yang diharapkan.

Tidak seperti daerah lainnya, di desa ini tidak dijumpai pasar untuk

memasarkan produk pertanian mereka. Padahal lokasi ini merupakan salah satu

desa penghasil lada bagi Kecamatan Ketungau Hulu dan Kabupaten Sintang.

Lembaga perekonomian yang dijumpai di lokasi studi ini hanya koperasi,

sedangkan bank atau lembaga keuangan lainnya serta pasar sebagai sarana

perekonomian terpenting tidak ditemukan di kawasan ini.

Walaupun demikian aktivitas perekonomian tetap berjalan dengan pelaku

utamanya para tauke atau pedagang pengusaha. Tauke yang merupakan

kelembagaan ekonomi informal sangat berperan di dalam menentukan roda

perekonomian di kawasan ini. Peran tauke sangat dominan mulai dari menampung

hasil pertanian, mensuplay pupuk dan kebutuhan sehari-hari sampai pemberian

pinjaman modal kepada para petani dengan imbalan semua produksi pertanian

lada dijual kepada tauke dengan harga yang telah ditentukan.

4.5.4. Lembaga Kesejahteraan dan Pemuda

a. PKK atau Posyandu. Tugas dan fungsi PKK atau Poyandu secara umum, yaitu

mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya program keluarga berencana,

kesehatan ibu dan anak, pendataan akseptor KB, Penimbangan Balita, dan

lain-lain. PKK atau Posyandu inipun kegiatannya tidak hanya terfokus pada

masalah kesehatan ibu dan anak, tetapi juga mengenai pentingnya bagaimana

Page 75: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

60

cara mendidik anak yang baik pada usia balita. Program ini sudah berjalan

dengan baik secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan anggota 21 orang.

b. Karang Taruna. Karang Taruna adalah wadah pengembangan generasi muda

non partisipan yang tumbuh atas dasar dan rasa tanggung jawab sosial dari,

oleh, dan untuk masyarakat, khusunya generasi muda, di wilayah desa atau

komunitas sosial yang sederajat, bergerak dibidang kesejahteraan sosial.

Fungsi Karang Taruna di desa Nanga Bayan adalah memelihara dan memupuk

kesadaran dan tanggung jawab sosial, semangat kebersamaan, jiwa

kekeluargaan, dan rasa kesetiakawanan sosial, memupuk kreativitas generasi

muda untuk dapat mengemban tanggung jawab sosial kemasyarakatan,

melaksanakan usaha-usaha pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan

obat-obat terlarang, dan menangani masalah-masalah sosial lainnya

sepertimengadakan kegiatan olah raga.

4.6. Kondisi sarana dan prasarana

Pembangunan prasarana fisik merupakan upaya dalam mendukung dan

memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menumbuhkembangkan

kegiatan ekonomi produktif dan pelayanan sosial, serta interaksi antara pelaku

ekonomi diberbagai daerah. Dengan adanya pembangunan prasarana fisik yang

memadai dapat menjadi faktor pendorong terciptanya pertumbuhan perekonomian

yang dinamis.

Sampai dengan akhir tahun 2009 ini, prasarana jalan yang menghubungkan

Desa Nanga Bayan dengan ibukota kecamatan yakni Senaning dengan jarak lebih

kurang 59 km masih merupakan jalan tanah berbatu. Sarana transportasi yang

demikian sangat mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat Desa

Nanga Bayan terutama dari segi sosial ekonomi. Hal yang demikian karena

kurang lancarnya hubungan dengan ibukota kecamatan yang merupakan pusat

pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sektor kehidupan lainnya. Musim hujan

merupakan saat yang sulit bagi masyarakat untuk berhubungan dengan desa lain

maupun ibukota kecamatan, hal ini mengakibatkan terganggunya aktivitas

sebagian masyarakat untuk pergi ke sekolah maupun melaksanakan aktivitas

sosial ekonomi antar desa maupun ke ibukota kecamatan.

Page 76: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

61

4.6.1. Perumahan

Layaknya typologi pemukiman masyarakat desa lainnya, perumahan

penduduk yang ada di Desa Nanga Bayan mengelompok dan terpusat terletak di

kaki bukit yang mengeliling perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Dari hasil

pengamatan diketahui bahwa kepemilikan rumah responden terdiri dari milik

sendiri. Rumah dibangun di sepanjang kaki bukit dengan type rumah panggung.

Bahan dasar rumah sebagian besar berasal dari bahan kayu dengan atap sirap,

seng atau rumbia.

Jika dilihat dari kondisi rumah yang ada dapat digolongkan ke dalam

kategori rumah sangat sederhana terutama dilihat dari jenis bahan bangunan

perumahan tersebut. Sangat sedikit perumahan masyarakat yang menggunakan

atap sirap dikawasan ini walaupun harganya sedikit lebih murah daripada atap

seng dikarenakan jenis atap sirap apabila ada kerusakan lebih sulit untuk

menggantikannya. Sedangkan yang paling nyaman dan murah adalah atap daun

tetapi lebih cepat rusak.

Penerangan atau listrik merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan

manusia yang sangat vital bagi aktivitas sehari-hari. Hal ini bergantung kepada

kemampuan ekonomi masyarakat dan kebutuhan masyarakat terhadap sumber

energi tersebut. Sumber penerangan yang umum digunakan masyarakat Desa

Nanga Bayan adalah mesin listrik diesel (genset). Pada umumnya genset

digunakan oleh masyarakat yang memiliki fasilitas rumah tangga untuk hiburan

(sekunder) seperti televisi, radio tape, kulkas serta sarana hiburan lainnya. Selain

itu masyarakat juga ada yang menggunakan sumber penerangan lampu petromax

dan pelita.

4.6.2. Kesehatan

Bidang kesehatan masyarakat di Kawasan Perbatasan masih mengalami

tingkat/derajat kesehatan yang rendah. Kondisi kehidupan masyarakat khususnya

anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dan lingkungan pemukiman yang

kurang sehat. Selain itu sarana dan prasarana atau fasilitas penunjang kesehatan

masyarakat kurang memadai dan terbatasnya tenaga kesehatan baik kualitas

maupun kuantitasnya. Sarana kesehatan utama yang terdapat di lokasi penelitian

Page 77: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

62

adalah Poliklinik Desa (Polindes) dan Posyandu. Tenaga kesehatan yang ada

adalah satu orang bidan desa. Sedangkan dalam melayani masalah yang

berhubungan dengan kelahiran bayi selain dilakukan oleh bidan desa, dapat juga

menggunakan dua orang bidan kampung yang terlatih serta empat orang dukun

kampung yang belum terlatih. Dukun-dukun bayi yang ada di desa tersebut dilatih

untuk membantu bidan dalam persalinan.

Dukun merupakan orang-orang yang memegang peranan penting dalam

pelayanan kesehatan di daerah terpencil, terutama dukun terlatih setelah adanya

kerjasama dengan pihak puskesmas. Hal ini sejalan dengan penelitian Rygh dan

Hjortdahl (2007) yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan di daerah

terpencil yang berkesinambungan berjalan dengan baik jika adanya kerjasama

antara petugas kesehatan dengan komunitas lokal untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat sekitar. Pendapat lain yang mendukung penggunaan pengobatan

tradisional adalah sebagai berikut, bahwa mengerti perbedaan latar belakang

kebudayaan dan pengobatan tradisional akan membantu bidan dalam memberikan

pelayanan yang lebih baik kepada pasien.

4.6.3. Pendidikan

Bidang Pendidikan Masyarakat di Kawasan Perbatasan pada umumnya

memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Selain itu minimnya sarana dan

prasarana pendidikan, terbatasnya tenaga pengajar baik kualitas maupun

kuantitasnya dan relatif mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan. Sarana

pendidikan yang ada di Desa Nanga Bayan hanya sarana pendidikan Sekolah

Dasar (SD) serta Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dengan jumlah guru,

prasarana belajar, dan kondisi gedung yang sangat terbatas. Bagi mereka yang

ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terpaksa harus ke

daerah lain seperti ke Ibukota Kecamatan ataupun ke Ibukota Kabupaten.

Page 78: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

63

V. PROGRAM PEMBANGUNAN DI DESA NANGA BAYAN

DAN MEKANISMENYA

Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan, tingkat

kesejahteraannya relatif rendah yang disebabkan oleh kendala eksternal yaitu

karena ketidakberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan potensi sumberdaya

alam karena kurang atau tidak adanya sarana transportasi untuk pemasaran di

wilayah Indonesia. Hal ini dapat menimbulkan maraknya pencurian kayu di

kawasan perbatasan yang dilakukan masyarakat setempat tertentu yang hasilnya

dijual ke Malaysia, mengingat transportasi ke Malaysia lebih mudah. Kendala

internal berupa rendahnya kualitas sumberdaya manusia di kawasan karena

minimnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang tersedia, akan mengakibatkan

kreativitas masyarakat menggali potensi-potensi ekonomi sangat terbatas

selanjutnya pertumbuhan ekonomi, tingkat kesejahteraan, kondisi keseharian dan

produktivitas masyarakat menjadi rendah.

Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku ekonomi

yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal akan lebih baik dalam

konteks mengatasi masalah di perbatasan. Sedangkan fokus pembangunan sumber

daya manusia (SDM) dilaksanakan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan

kesehatan guna memperbaiki indeks pembangunan manusia di wilayah

perbatasan. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan

efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat termasuk meningkatkan

derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat

dijangkau seluruh masyarakat merupakan pilihan tepat bagi warga di perbatasan.

Sementara pembangunan prasarana wilayah terutama berkaitan dengan

aksesibilitas wilayah dan prasarana pendukung ekonomi, kesehatan dan

pendidikan warga perbatasan. Infrastruktur yang memadai dimaksudkan agar

masyarakat dapat memiliki aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang

layak. Dengan demikian masyarakat yang berada di kawasan perbatasan

khususnya di Desa Nanga Bayan merasa berkecukupan.

Seperti yang dikemukakan pada Bab IV, maka permasalah utama

masyarakat desa di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia memerlukan

penanganan dalam hal :

Page 79: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

64

1. Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan untuk membuka

keterisolasian masyarakat di perbatasan Desa Nanga Bayan.

2. Pembangunan prasarana dan sarana pelayanan dasar bagi masyarakat

perbatasan (pendidikan, kesehatan, air bersih, pemukiman, dan

kelistrikan).

3. Pemberdayaan masyarakat perbatasan dengan pendekatan peningkatan

sumberdaya manusia melalui pelatihan tenaga kerja.

Legitimasi pemerintah desa dalam menentukan kebijakan harus disandarkan

pada prinsip akuntabilitas, transparansi dan responsivitas.

Pertama, akuntabilitas menunjuk pada institusi dan proses checks and

balances dalam penyelenggaraan pemerintahan. Akuntabilitas juga berarti

menyelenggarakan penghitungan (account) terhadap sumber daya atau

kewenangan yang digunakan. Pemerintah desa disebut akuntabel bila mengemban

amanat, mandat dan kepercayaan yang diberikan oleh warga. Secara gampang,

pemerintah desa disebut akuntabel bila menjalankan tugas-tugasnya dengan baik,

tidak melakukan penyimpangan, tidak berbuat korupsi, tidak menjual tanah kas

desa untuk kepentingan pribadi, dan seterusnya.

Kedua, transparansi (keterbukaan) dalam pengelolaan kebijakan, keuangan

dan pelayanan publik. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak

yang berkepentingan terhadap setiap informasi mengenai kebijakan, keuangan dan

pelayanan. Artinya, transparansi dibangun atas pijakan kebebasan arus informasi

yang memadai disediakan untuk dipahami dan dapat dipantau atau menerima

umpan balik dari masyarakat. Transparansi tentu mengurangi tingkat

ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan

desa. Sebagai sebuah media akuntabilitas, transparansi dapat membantu

mempersempit peluang korupsi di kalangan pamong desa karena terbukanya

segala proses pengambilan keputusan oleh masyarakat luas.

Ketiga, responsivitas atau daya tanggap pemerintah desa. Pemerintah desa

dan BPD harus mampu dan tanggap terhadap aspirasi maupun kebutuhan

masyarakat, yang kemudian dijadikan sebagai preferensi utama pengambilan

keputusan di desa. Responsif bukan hanya berarti pamong desa selalu siap sedia

memberikan uluran tangan ketika warga masyarakat membutuhkan bantuan dan

Page 80: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

65

pelayanan. Responsif berarti melakukan artikulasi terhadap aspirasi dan

kebutuhan masyarakat, yang kemudian mengolahnya menjadi prioritas kebutuhan

dan memformulasikannya menjadi kebijakan desa. Pemerintah desa yang

mengambil kebijakan berdasarkan preferensi segelintir elite atau hanya bersandar

pada keinginan kepala desa sendiri, berarti pemerintah desa itu tidak responsif.

Pemerintah desa bisa disebut responsif jika membuat kebijakan dan

mengalokasikan anggaran desa secara memadai untuk mengangkat hidup rumah

tangga miskin ataupun mendukung peningkatan ekonomi produktif rumah tangga.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintahan desa menyusun

suatu kebijakan pembangunan desa dengan empat prioritas yaitu : a) peningkatan

kualitas pendidikan, b) peningkatan sistem pelayanan kesehatan, c) peningkatan

dan pemberdayaan masyarakat, dan d) pembangunan infrastruktur.

5.1. Peningkatan Kualitas Pendidikan

5.1.1. Kebijakan

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

yang siap pakai. Melalui kebijakan penyediaan sarana dan prasarana yang

memadai, penyediaan tenaga pendidik yang memadai baik secara kuantitas

maupun kualitas, peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik. Pembangunan

Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat, martabat dan kualitas

pelayanan pendidikan dengan penyediaan sarana pendukung pembelajaran yang

memadai serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu dan terjangkau untuk semua jenis, jalur, jenjang

pendidikan maupun pembebasan biaya pendidikan bagi peserta didik yang berasal

dari keluarga miskin.

5.1.2. Jenis program yang dilaksanakan

Kegiatan pokok dari Program Peningkatan Kualitas pendidikan, meliputi :

a. Penambahan ruang kelas

Kebijakan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dengan

program penambahan ruang kelas untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sebanyak 3 (tiga) lokal merupakan hal yang penting karena setiap tahun ajaran

Page 81: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

66

peserta didik semakin bertambah. Hal ini dikarenakan di Desa Nanga Bayan

hanya memiliki satu-satunya sekolah lanjutan pertama, sedangkan sarana dan

prasarana yang ada tidak mampu untuk menampung siswa yang akan melanjutkan

pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seperti yang dituturkan

oleh Mrt (kepala SMP Nanga Bayan berusia 43 tahun) bahwa:

“Sejak dua tahun ini jumlah siswa tamat Sekolah Dasar semakin meningkat

sehingga ruang kelas pada SMP Nanga Bayan yang hanya tiga lokal

termasuk ruang guru tidak cukup untuk menampung siswa yang melanjutkan

pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)”

b. Rehabilitasi rumah guru.

Program rehabilitasi rumah dinas guru sangat didambakan oleh tenaga

pendidik dalam menjalankan tugasnya. Keberadaan sekolah yang begitu jauh dari

tempat tinggal, menyebabkan terjadinya hambatan akan proses pembelajaran dan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut. Dimana rumah dinas guru yang

ada saat ini tidak layak dihuni lagi karena rumah tersebut merupakan exs-rumah

dinas guru Sekolah Dasar (SD) yang dibangun pada masa orde baru. Banyaknya

pihak pendidik karena alasan tempat tinggal yang tidak nyaman dan jauh dari

sekolah ataupun kendala transportasi, tidak menjalankan tugas sebagaimana yang

telah ditentukan. Akibat dari keadaan tersebut, maka pendidikan yang telah

dicanangkan untuk kemajuan anak bangsa menjadi terhambat atau dapat dikatakan

bahwa kualitas pendidikan bermutu rendah di suatu daerah, karena hambatan

kondisi geografis. Keadaan geografis secara nyata telah menjadi salah satu faktor

yang menghambat pembangunan manusia melalui jalur pendidikan.

5.1.3. Pelaksanaan Program

Program-program dibidang pendidikan ini dilaksanakan oleh instansi terkait

yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten selaku pengguna anggaran dan pihak swasta

(kontraktor) sebagai pelaksana kegiatan terutama yang berkaitan dengan

pembangunan prasarana dan sarana yang berbentuk fisik seperti rehabilitasi rumah

guru dan penambahan ruang kelas untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Namun demikian dalam pelaksanaan tersebut, kepemimpinan pemerintahan desa

mengambil langkah-langkah agar masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan

dengan cara semua tenaga kerja untuk pembangunan tersebut berasal dari desa

Page 82: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

67

dan juga bahan material yang digunakan berasal dari desa kecuali bahan-bahan

yang tidak ada di desa disiapkan oleh pihak kontraktor seperti semen, atap seng

dan lainnya. Seperti yang dituturkan oleh Mhd (warga dusun Semujan berusia 46

tahun) bahwa :

“Dalam pelaksanaan pembangunan penambahan ruang kelas untuk SMP di

Nanga Bayan, masyarakat ikut berpartisipasi dengan menjadi buruh (tenaga

tukang) serta penyiapan bahan material yang dibutuhkan oleh pihak

kontraktor untuk keperluan pembangunan tersebut”.

Namun demikian, dari program bidang pendidikan yang telah diuraikan

diatas, yang telah dilaksanakan adalah penambahan ruang kelas untuk Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut disebabkan seperti yang dituturkan

oleh kepala desa setelah mengadakan koordinasi dan negosiasi dengan Instansi

terkait bahwa :

“Program-program lain di bidang pendidikan belum dapat terlaksana karena

menyangkut pembiayaan yang ada di dalam anggaran Dinas Pendidikan

Nasional Kabupaten, oleh sebab itu pemerintahan desa mengambil kebijakan

untuk melaksanakan program penambahan ruang kelas untuk SMP karena

ruang kelas yang ada sekarang tidak dapat untuk menampung siswa”.

5.1.4. Penerima Manfaat Program

Manfaat dari pelaksanaan program ini diharapkan akan diperoleh oleh

Pemerintahan Desa dan Masyrakat. Manfaat yang dimaksud dalam hal ini adalah

suatu hasil yang dapat dirasakan setelah program ini selesai dilaksanakan, hal

tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, manfaat bagi pemerintahan desa antara lain adalah: a) adanya

peningkatan pembangunan dalam aspek pengelolaan pemerintahan desa maupun

dalam hubungannya dengan masyarakat desa, dengan adanya pembagunan

penambahan ruang kelas sebayak 3 (tiga) lokal untuk Sekolah Menengah Pertama

(SMP), berarti pemerintahan desa sudah memberikan pelayanan kepada

masyarakat terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas sosial kepada masyarakat seperti penyediaan pendidikan dengan

pembangunan penambahan ruang kelas untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).

b) memberikan stimulasi bagi pemerintahan desa untuk meningkatkan aktivitas-

aktivitas di dalam melaksanakan program-program pembangunan desa di bidang

Page 83: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

68

pendidikan. Dalam bidang pendidikan, aktivitas-aktivitas pemerintahan desa

dalam melaksanakan program-program pembangunan di bidang pendidikan dapat

diupayakan seperti menyelenggarakan pendidikan kesetaraan meliputi program

Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Program ini

ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung,

tidak sekolah dan putus sekolah, serta usia produktif yang ingin meningkatkan

pengetahuan dan kecakapan.

Kedua, manfaat bagi masyarakat antara lain adalah: a) Akses untuk

menjangkau sarana pendidikan sudah lebih mudah terutama bagi kaum miskin, hal

ini sangat dirasakan sekali manfaatnya bagi masyarakat karena sebelum

dibangunnya fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Desa

Nanga Bayan, masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke

jenjang yang lebih tinggi harus keluar dari desa tersebut karena harus melanjutkan

ke kecamatan atau ke kabupaten, dan itupun dilakukan oleh masyarakat yang

mampu, sedangkan untuk masyarakat miskin, dengan terpaksa anak-anaknya tidak

dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena mahalnya biaya

untuk mendapatkan pendidikan. b) masyarakat akan dapat menerima program-

program pendidikan. Upaya pemerintahan desa dalam meningkatkan program-

program pendidikan kesetaraan seperti yang telah diuraikan diatas, dapat diikuti

oleh semua lapisan masyarakat karena akan menjamin penyelesaian pendidikan

dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung (putus sekolah, tidak pernah

sekolah), khususnya perempuan, dan anak yang bermukim di desa terbelakang,

miskin, terpencil, atau sulit dicapai karena letak geografis, dan atau keterbatasan

transportasi.

5.2. Peningkatan Sistem Pelayanan Kesehatan

5.2.1. Kebijakan

Kebijakan sistem pelayanan kesehatan desa berupaya untuk melakukan

proses memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan

kemampuan, serta pengembangan lingkungan yang sehat melalui penyuluhan

kesehatan.

Page 84: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

69

Upaya meningkatkan kualitas masyarakat Desa Nanga Bayan juga

diselenggarakan melalui kebijakan setiap bayi yang lahir harus dalam keadaan

sehat dan cerdas secara alami. Implikasinya pelayanan kesehatan harus diberikan

sejak bayi dalam kandungan. Kebijakan tersebut mampu meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat Desa Nanga Bayan.

Meningkatkan standarisasi pelayanan kesehatan diiringi pula dengan

pengadaan, serta perbaikan sarana dan prasarana kesehatan desa, dan sarana

penunjang lainnya seperti puskesmas keliling (pusling), maka kebutuhan

kesehatan masyarakat di Desa Nanga Bayan dapat terwujud.

5.2.2. Jenis program yang dilaksanakan

1. Program Peningkatan sarana dan prasaran Kesehatan

a. Pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes)

Program pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) merupakan salah

satu program yang sejak lama telah direncanakan oleh masyarakat di Desa Nanga

Bayan. Hal ini mengingat kondisi daerah tersebut terlalu mahal untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya kaum perempuan, dan anak yang

bermukim di desa terbelakang, miskin, terpencil, sulit dicapai karena letak

geografis, dan keterbatasan transportasi. Sehingga bagi masyarakat yang mampu

mereka lebih memilih mendapatkan pelayanan kesehatan di negara tetangga

Malaysia. Kondisi kesehatan masyarakat seperti yang diutarakan oleh Lyn (bidan

desa berusia 22 tahun) bahwa :

“Demam merupakan kasus yang paling tinggi di derita oleh masyarakat

setempat. Kemudian diikuti oleh batuk-batuk, flu, malaria, typus, diare.

Untuk menyembuhkan penyakit, kebanyakan masyarakat berobat ke polindes

setempat, atau bahkan membeli obat-obatan yang bebas terjual di toko-toko

atau warung terdekat.”

b. Pengadaan poskesdes KIT

Dengan di bangunnya Pos Kesehatan Desa (poskesdes) maka untuk

kelancaran pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan program

pengadaan peralatan kesehatan seperti peralatan medis, instrumen medis dan

peralatan non-medis. Program pengadaan peralatan pos kesehatan desa ini

merupakan satu paket dengan pembangunan pos kesehatan desa. Peralatan ini

merupakan peralatan penunjang untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Page 85: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

70

5.2.3. Program peningkatan sistem pelayanan kesehatan

Kegiatan pokok Program peningkatan sistem pelayanan kesehatan, meliputi:

a. Program Perbaikan gizi keluarga

Walaupun masyarakat di daerah pedesaan atau pedalaman bisa menikmati

makan tiga kali setiap hari tapi menjadi pertanyaan dari aspek mutu makanannya.

Pada umumnya makanan terdiri dari nasi, sayuran dan lauk pauk tersedia. Untuk

meningkatkan mutu makanan program ini diarahkan untuk mempromosikan

masyarakat untuk memelihara ternak seperti ayam dan menanam sayuran dengan

cara yang lebih intensif untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan

memungkinkan peningkatan pendapatan keluarga dengan menjualnya ke pasar.

b. Program Peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita

Program ini bertujuan untuk upaya pemeliharaan kesehatan bagi keluarga

miskin dengan melaksanakan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi anak

balita, dan ibu hamil dan menyusui, dan pelayanan kesehatan bagi keluarga

miskin.

c. Program Peningkatan kesehatan masyarakat

Dalam program peningkatan sistem pelayanan kesehatan, telah diupayakan

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui sekolah dan

masyarakat, pelaksanaan imunisasi dasar lengkap terhadap ibu hamil, dan siswa

SD. Pemberantasan penyakit demam berdarah melibatkan peran serta masyarakat

dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Di samping itu dilakukan

kerjasama dengan desa-desa lainnya agar setiap informasi kasus demam berdarah

yang diderita warga desa dapat diketahui dan direspon dengan cepat, sehingga

kasus demam berdarah dapat ditangani maksimal selama tiga hari, serta

melaksanakan fogging focus pada kawasan yang terjadi kasus demam berdarah.

5.2.4. Pelaksanaan Program

Kebijakan Peningkatan sarana dan prasaran Kesehatan diarahkan melalui

program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan

dengan kegiatan pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) dan pengadaan

sarana dan prasarana puskesmas keliling (pusling) serta pengadaan poskesdes.

Page 86: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

71

Program pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) dan pengadaan

poskesdes KIT dilaksanakan oleh instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan

Kabupaten selaku pengguna anggaran dan pihak swasta (kontraktor) sebagai

pelaksana kegiatan pembangunan tersebut dengan mengacu kepada petunjuk

teknis pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan.

Namun demikian dalam pelaksanaan tersebut, kepemimpinan pemerintahan

desa memberi ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan

pembangunan poskesdes dengan menggunakan tenaga kerja dari desa dan

menggunakan bahan material dari desa. Seperti yang dituturkan oleh Kdg (kepala

dusun Lubuk Ara berusia 45 tahun) bahwa :

“sebagai penanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan poskesdes,

pemerintahan desa telah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan dengan pembagian pekerjaan kepada warga

untuk menyiapkan bahan-bahan material yang diperlukan dalam

pembangunan poskesdes”

Hal serupa dituturkan juga oleh Kdr (Ketua BPD berusia 36 tahun) bahwa:

“apabila ada pembangunan yang masuk ke desa kami, kepemimpinan

pemerintahan desa selalu melibatkan masyarakat untuk menyiapkan bahan

material yang diperlukan, dengan cara seperti itu kepemimpinan

pemerintahan desa bisa mensejahteraan masyarakat dan memberdayakan

sumberdaya manusia yang ada di desa”

Sedangkan untuk program pengadaan peralatan poskesdes KIT

pemerintahan desa tidak bisa mengambil alih karena untuk pekerjaan pengadaan

tersebut sifatnya teknis yang tidak bisa di sub kan kepada kontraktor manapun

kecuali kontraktor yang memiliki kualifikasi badan usaha pengadaan alat-alat

kesehatan. Dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan sistem pelayanan kepada

masyarakat, pemerintahan desa bekerjasama dengan instansi terkait mulai dari

lembaga-lembaga yang ada didesa seperti polindes dan posyandu serta puskesmas

dan tim dari kabupaten dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten selaku

pengguna anggaran. Dari uraian diatas pemerintahan desa sudah

mengimplentasikan kegiatan tersebut melalui kerjasama dan koordinasi dengan

instansi teknis mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten. Dengan

demikian pelaksanaan program bidang kesehatan dapat terlaksana dengan baik

dan sesuai dengan perencanaan yang telah di rencanakan dalam musyawarah

desa.

Page 87: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

72

5.2.5. Penerima Manfaat Program

Manfaat dari pelaksanaan program ini diharapkan akan diperoleh oleh

Pemerintahan Desa dan Masyrakat. Manfaat yang dimaksud dalam hal ini adalah

suatu hasil yang dapat dirasakan setelah program ini selesai dilaksanakan :

Pertama, manfaat bagi desa antara lain adalah: a) adanya peningkatan

pembangunan dalam aspek pengelolaan Pemerintahan Desa maupun dalam

hubungannya dengan masyarakat desa, dengan adanya pembagunan pos kesehatan

desa (poskesdes), berarti pemerintahan desa sudah memberikan pelayanan kepada

masyarakat terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas sosial kepada masyarakat seperti penyediaan fasilitas kesehatan

dengan pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes). Dengan demikian

kesehatan masyarakat akan lebih terjaga dan tidak merasa cemas apabila ada

keluhan sakit. b) Program-program kesehatan akan dapat terlaksana dengan baik

oleh pemerintah desa dengan terus menggalang kerjasama dengan pihak terkait

mulai dari desa, kecamatan dan kabupaten. Sehingga program-program akan

terlaksana dengan baik dan diterima dengan baik juga oleh masyarakat. c)

memberikan stimulasi bagi Pemerintahan Desa untuk meningkatkan aktivitas-

aktivitas di dalam melaksanakan program-program pembangunan desa. Dalam

bidang kesehatan, aktivitas-aktivitas pemerintahan desa dalam melaksanakan

program-program pembangunan di bidang kesehatan tidak akan berjalan dengan

baik dan lancar apabila tidak didukung oleh partisipasi masyarakat. Berbagai

pihak perlu terlibat secara terpadu seperti posyandu dan polindes. Oleh sebab itu

perlu menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat dengan melibatkan

masyarakat secara aktif pada berbagai tahapan pelaksanaan program kesehatan.

Kedua, manfaat bagi masyarakat antara lain adalah: a) Akses bagi

masyarakat miskin dan kaum perempuan lebih terjangkau, mengingat petugas

kesehatan yang ada di pos kesehatan desa (poskesdes) sudah semakin komplit

karena selain tenaga bidan, ada tenaga perawat, tenaga analis dan tenaga higiene

sanitasi (HS) atau kesehatan lingkungan. sehingga kesehatan masyarakat akan

lebih terjaga dan tidak merasa cemas apabila ada keluhan sakit. b) masyarakat

akan semakin mengerti dengan kesehatan terutama dengan pola hidup bersih dan

sehat, seperti untuk menghindari serangan aneka penyakit, terapkanlah pola hidup

Page 88: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

73

bersih dalam kehidupan sehari-hari. Kunci utamanya adalah kebersihan, terutama

sanitasi lingkungan. Hal ini bisa dimulai dengan: Menghilangkan kebiasaan

menyiram tanaman dan jalanan dengan air comberan karena hal ini justru

membuat kuman gampang menyebar, sediakan selalu dalam kotak obat di rumah:

obat penurun panas, antiseptik, oralit, minyak kayu putih dan obat-obatan lainnya

yang biasa dikonsumsi sebagai pertolongan pertama. d) masyarakat akan dapat

menerima program-program kesehatan, seperti yang telah diuraikan diatas

sehingga antara pemerintahan desa dengan masyarakat terjalin kerjasama yang

sinergis dalam menjalankan program peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

5.3. Peningkatan dan Pemberdayaan Masyarakat

5.3.1. Kebijakan

Kebijakan ini diarahkan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia

yang dilakukan dengan upaya penambahan tenaga guru, penambahan dan

peningkatan fasilitas pendidikan, serta pelatihan keterampilan bagi penduduk

setempat untuk dapat mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. Upaya

peningkatan sumberdaya manusia harus didukung dengan peningkatan kesehatan

masyarakat. Kondisi yang ada saat ini memperiihatkan bahwa sarana dan

prasarana kesehatan dan tenaga medis sangat minim, bahkan sebagian masyarakat

yang mampu akan mencari kota-kota terdekat di Malaysia (Sarawak) untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan sumberdaya manusia yang handal dan

didukung dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang memadai, pengembangan

kawasan pusat pertumbuhan di sepanjang perbatasan akan berjalan lancar karena

produktivitas masyarakat dan koordinasi antar pelaku pembangunan.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan mengarah kepada

peningkatan kemampuan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumberdaya

alam yang ada, sehingga bila tidak tercipta koordinasi antar pelaku pembangunan

dalam pengelolaan sumberdaya alam, maka akan terjadi eksploitasi sumberdaya

alam yang tidak sinkron antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh sebab

itu program dilakukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dengan

menggelar kursus-kursus agar masyarakat dapat memanfaatkan sumberdaya alam

yang ada.

Page 89: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

74

5.3.2. Jenis program yang dilaksanakan

1. Program Pemberdayaan Masyarakat. Kegiatan pokok dari Program

Pemberdayaan Masyarakat, meliputi :

a. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan produktif yang dapat

didayagunakan untuk mengelola potensi sumberdaya lokal, sehingga memiliki

nilai manfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Melalui kursus-kursus seperti

kursus meubel, mekanik, menjahit, perkebunan, pertanian, peternakan dan lain

sebagainya yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa merupakan wujud

implementasi program Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di lingkungan

pedesaan dengan maksud untuk mengembangkan sumberdaya manusia dan

lingkungan yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan pemanfaatan potensi lokal.

Melalui kursus-kursus yang disediakan oleh pemerintahan desa kepada

masyarakat diharapkan warga masyarakat dapat belajar dan berlatih menguasai

keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau menciptakan lapangan

kerja sesuai dengan sumberdaya yang ada di wilayahnya, sehingga taraf hidup

masyarakat semakin meningkat.

b. Pemberdayaan lembaga-lembaga di desa.

Program pemberdayaan masyarakat di Desa Nanga Bayan dilaksanakan

pemerintahan desa melalui lembaga-lembaga yang ada di desa. Dari lembaga-

lembaga tersebut di prioritaskan untuk ikut dalam program peningkatan kualitas

sumberdaya manusia melalui kursus-kursus dan keterampilan yang di fasilitasi

oleh pemerintahan desa. Jenis keterampilan yang dikembangkan merupakan

keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola dan meningkatkan produksi serta

nilai tambah potensi atau unggulan lokal pedesaan, sehingga berdampak langsung

terhadap peningkatan produktivitas dan penghasilan masyarakat desa. Selain

mengikuti kursus dan keterampilan, ada beberapa lembaga yang pada saat ini

mendapat bantuan untuk menindaklanjuti hasil dari keikutsertaan wakil-wakil dari

lembaga dalam kursus tersebut adalah : karang taruna dan PKK masing-masing

mendapat bantuan dari pemerintahan desa sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta

rupiah). Bantuan itu berupa uang tunai untuk kepentingan pengembangan

organisasi.

Page 90: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

75

2. Program Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup. Kegiatan pokok dari

Program Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup, meliputi :

a. Pelestarian hutan

Tanggung jawab pelestarian hutan tidak pernah terlepas dari peran

pemerintah dan masyarakat, terutama masyarakat desa yang tinggal di sekitar

hutan. Peran pemerintah sebagai regulator tidak dapat dikesampingkan karena

pemerintah memiliki kewenangan yang memungkinkannya untuk merumuskan

dan menetapkan kebijakan pengelolaan hutan secara tepat, sementara masyarakat

desa sebagai struktur sosial terdekat dengan hutan tidak bisa dilepaskan dari

interaksinya dengan hutan yang sedemikian intensif.

Pemerintah desa dapat mewujudkan komitmennya terhadap pelestarian

hutan dengan menciptakan suatu regulasi yang mencegah pemanfaatan hutan

secara tidak bertanggung jawab. Di sisi lain, pemerintah desa juga harus

memberikan ruang yang cukup untuk mengakomodasi partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan hutan. Hal ini dikarenakan hutan adalah merupakan bagian

integral dari kebudayaan masyarakat lokal sehingga tidaklah mungkin bagi

masyarakat untuk merusak hutan.

b. Pembinaan dan penyuluhan terhadap bahaya pencemaran dan

kerusakan lingkungan.

Menjadi suatu kenyataan bahwa terdapat kegiatan penambangan rakyat skala

kecil di Desa Nanga Bayan. Pada umumnya kegiatan-kegiatan tersebut

dikelompokan sebagai pertambangan tanpa ijin atau PETI dan sering diartikan

dengan pertambangan liar. Banyak kasus kegiatan-kegiatan semacam itu tidak

mengikuti prosedur keselamatan yang standar apalagi analisis dampak

lingkungan. Akibatnya adalah terjadi pencemaran dan merusaknya sumberdaya

alam. Pada sisi lain kegiatan-kegiatan tersebut juga sangat mengandung resiko

atau bahkan tidak memberikan sumbangsih terhadap peningkatan pendapatan

keluarga juga terhadap tidak sehatnya lingkungan. Pembinaan dan penyuluhan

perlu dilakukan oleh pemerintahan desa untuk mengatasi permasalahan tersebut

agar tanah dan air perlu dikelola secara baik dan ramah lingkungan sehingga

lingkungan yang bersih selalu tersedia untuk semua orang. Program-program lain

yang berkaitan dengan lingkungan perlu dipromosikan.

Page 91: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

76

5.3.3. Pelaksanaan Program

Dalam upaya melaksanakan program peningkatan pemberdayaan

masyarakat, telah diupayakan kegiatan-kegiatan berupa pembinaan dan pelatihan

untuk meningkatkan keterampilan masyarakat desa. Di samping itu juga guna

meningkatkan keterampilan tenaga kerja dilaksanakan pelatihan tenaga kerja

melalui pelatihan institusional di BLK berupa pelatihan pembibitan tanaman

karet, jahit, bordir dan tata rias, serta pelatihan mekanik mobil, bangunan kayu, las

karbit, reparasi TV dan lainnya.

Program peningkatan pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan oleh

pemerintahan desa selaku pengguna anggaran dengan mengirimkan anak-anak

remaja yang memiliki minat untuk pelatihan keterampilan pada Balai Latihan

Kerja (BLK) di Kabupaten selama tiga bulan.

5.3.4. Penerima Manfaat Program

Manfaat dari pelaksanaan program ini diharapkan akan diperoleh oleh

Pemerintahan Desa dan Masyrakat. Manfaat yang dimaksud dalam hal ini adalah

suatu hasil yang dapat dirasakan setelah program ini selesai dilaksanakan :

Pertama, manfaat bagi desa antara lain adalah: a) adanya peningkatan

kualitas sumberdaya manusia dalam hubungannya dengan pengelolaan

sumberdaya alam di desa, b) Program-program peningkatan pemberdayaan

masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik oleh pemerintah desa. c) memberikan

stimulasi bagi Pemerintahan Desa untuk meningkatkan aktivitas-aktivitas di

dalam melaksanakan program-program peningkatan sumberdaya manusia.

Kedua, manfaat bagi masyarakat antara lain adalah: a) Akses untuk mengelola

sumberdaya alam yang ada akan semakin mudah, b) keterampilan masyarakat

akan lebih bermanfaat apabila dikembangkan di desa, c) masyarakat akan semakin

mengerti dengan keterampilan yang dimiliki, d) masyarakat akan dapat menerima

program-program untuk peningkatan sumberdaya manusia.

5.4. Pembangunan Infrastruktur

5.4.1. Kebijakan

Kebijakan ini diarahkan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang

memadai, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rendahnya pelayanan

Page 92: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

77

infrastruktur wilayah yang meliputi aspek transportasi, aspek sumber daya air,

listrik perdesaan harus segera diatasi. Pada aspek transportasi ditunjukkan belum

optimalnya tingkat pelayanan jaringan jalan. Sedangkan aspek listrik pedesaan

yang belum ada di desa tersebut harus segera diatasi, karena akses listrik

masyarakat di daerah pedesaan masih menggunakan mesin genset secara

individual.

5.4.2. Jenis program yang dilaksanakan

2. Program Peningkatan infrastruktur. Kegiatan pokok dari Program Peningkatan

infrastruktur ini, meliputi : (a) Peningkatan jalan poros desa; (b) Penggantian

jembatan jalan poros desa; (c) Rehabilitasi jalan dan jembatan, (d)

Pembangunan Balai Dusun, (e) Rehabilitasi pagar kantor desa.

3. Program Pengembangan Listrik Pedesaan. Kegiatan pokok dari Program

Pengembangan Listrik Pedesaan, meliputi : (a) Pemasangan jaringan; (b)

Pemasangan sambungan rumah.

5.4.3. Pelaksanaan Program

Kebijakan pembangunan infrastruktur ditempuh melalui program

peningkatan infrastruktur dengan kegiatan peningkatan/rehabilitasi jalan dan

jembatan, pembangunan balai dusun dan pembangunan pagar kantor balai desa.

Program peningkatan infrastruktur untuk peningkatan/rehabilitasi jalan dan

jembatan tidak dapat dilaksanakan karena tidak di anggarkan oleh instansi terkait

yaitu Dinas Kimpraswil Kabupaten selaku pengguna anggaran, sedangkan untuk

pembangunan balai dusun dan pembangunan pagar kantor desa dilaksanakan oleh

pemerintahan desa selaku pengguna anggaran dengan melibatkan masyarakat desa

sebagai tenaga kerja.

Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut masalah tenaga kerja bukanlah

masalah yang rumit karena masyarakat sendirilah yang melakukan kegiatan

tersebut mulai dari tenaga tukang sampai tenaga kasar. Masyarakat dalam hal ini

menerapkan sistem gotong royong, jadi warga desa yang ada kesemuanya akan

secara suka rela untuk membantu sesuai dengan waktu yang mereka bisa. Dengan

demikian penjadwalan perlu dilakukan agar setiap warga secara merata dapat

menyumbangkan tenaganya.

Page 93: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

78

Dalam melaksanakan program pembangunan desa, pemerintahan desa selalu

bersama-sama dengan masyarakat. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Kns

(warga desa berusia 48 tahun) sebagai berikut :

”Pemerintahan desa selama ini dalam hal pelaksanaan pembangunan desa

selalu mengkoordinasikan kegiatan dari atas desa dilakukan atau

dijalankannya dengan baik, tujuannya agar kegiatan dapat berjalan dengan

lancar. Dan juga pemerintahan desa mengajak masyarakat agar terlibat

langsung pada kegiatan tersebut yang dilakukan dengan kerjasama dan

gotong royong”.

Hal yang sama juga yang dituturkan oleh Mly (warga desa berusia 42 tahun)

bahwa :

”Selama ini pemerintahan desa dalam melaksanakan program pembangunan

desa, yang dibantu oleh kepala dusun dan ketua RT selalu terlibat dan

langsung turun tangan sendiri dalam pelaksanaan kegiatan tersebut bersama

dengan warga desa”.

Sedangkan untuk pembangunan balai dusun dilaksanakan secara bergulir

oleh pemerintahan desa dengan tenaga kerja berasal dari dusun yang mendapat

giliran. Untuk tahun ini dusun yang mendapat giliran pembangunan balai dusun

adalah Dusun Idai dan Dusun Semujan.

5.4.4. Penerima Manfaat Program

Manfaat dari pelaksanaan program ini diharapkan akan diperoleh oleh

Pemerintahan Desa dan Masyrakat. Manfaat yang dimaksud dalam hal ini adalah

suatu hasil yang dapat dirasakan setelah program ini selesai dilaksanakan :

Pertama, manfaat bagi desa antara lain adalah: a) adanya peningkatan

pembangunan dalam aspek pengelolaan Pemerintahan Desa maupun dalam

hubungannya dengan masyarakat desa, b) Program-program pembangunan

infrastruktur ini dapat terlaksana dengan baik oleh pemerintah desa. c)

memberikan stimulasi bagi Pemerintahan Desa untuk meningkatkan aktivitas-

aktivitas di dalam melaksanakan program pembangunan desa.

Kedua, manfaat bagi masyarakat antara lain adalah: a) balai dusun sebagai

tempat kegiatan masyarakat di dusun, b) Balai dusun sebagai perekat hubungan

kekerabatan di dusun, c) masyarakat akan dapat menerima program-program

pembangunan desa.

Page 94: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

79

Keberlanjutan dan keberhasilan program pembangunan di desa secara umum

tentu saja sangat bergantung pada dukungan Pemerintahan desa dan masyarakat.

Namun demikian bahwa keberhasilan program pembangunan senantiasa tidak

akan pula cukup efektif manakala dalam implementasinya tanpa dukungan dan

keterlibatan kelompok warga miskin sebagai penerima manfaat (beneficieries)

langsung. Oleh karena pemerintahan desa sebagai lembaga yang dikhususkan

untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan mekanisme monitoring dan

evaluasi terkait dengan program pembangunan maka perlu terus didorong untuk

menjadi “penggerak” dalam memperluas dukungan stakeholders lainnya.

5.5. Mekanisme Perencanaan Program di Desa Nanga Bayan

Dalam desa tidak hanya kelembagaan pemerintah desa dan Badan

Perwakilan Desa saja yang ada, tapi ada satu lembaga lagi yaitu Lembaga

Kemasyarakatan (lembaga ekonomi dan lembaga sosial).

Kelembagaan ekonomi terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat yang

berorientasi profit (keuntungan) dan dibentuk di desa berbasiskan pada

pengelolaan sektor produksi dan distribusi. Contoh dari kelembagaan ekonomi

adalah koperasi, kelompok tani, kelompok pengrajin, dan sebagainya yang ada di

desa. Kelembagaan sosial meliputi pengelompokan sosial yang dibentuk oleh

warga dan bersifat sukarela. Contoh dari kelembagan sosial adalah karang taruna,

arisan, lembaga adat, forum Rt/Rw, organisasi masyarakat, (gambar 4)

Gambar : 4

Hubungan antara lembaga desa dalam bekerja

Pemerintahan

Desa

Kelembagaan

Politik (BPD)

Kelembagaan

Sosial

Kelembagaan

Ekonomi

Pembagian

Kekuasaan

Page 95: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

80

Dalam hubungan kerja, keempat lembaga tersebut berinteraksi secara

dinamis (bisa merenggang maupun merapat) sesuai dengan kekuatan dan posisi

yang dimiliki masing-masing lembaga pada waktu tertentu, dimungkinkan adanya

satu lembaga yang lebih dominan dibandingkan dengan ketiga lembaga lainnya

dalam interaksi sosial. Sebagai contoh dimana pada masa Orde Baru, Pemerintah

Desa lebih dominan dibandingkan dengan lembaga politik masyarakat, ekonomi,

dan masyarakat sipil.

Oleh karena itu, mekanisme kerja kelembagaan pemerintahan desa yang

ideal dalam kehidupan ditingkat desa adalah keempat lembaga tersebut dilibatkan

dalam proses pembangunan desa. Dengan kalimat lain perlu dibangun adanya

partisipasi yang menyeluruh dan saling menguatkan antar lembaga-lembaga yang

ada di desa. Dalam bahasa akademis hubungan yang saling menguatkan tersebut

dikenal dengan istilah Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance).

Untuk memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat dalam

kegiatan pembangunan sarana kesehatan di desa Nanga Bayan serta adanya tekad

yang kuat dan sungguh-sungguh untuk mencerdaskan masyarakat, Pemerintah

Desa membuat program prioritas untuk mengusulkan pelaksanaan kegiatan

pembangunan desa. Dengan pola (bottom up planning) ini masyarakat dilibatkan

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di mana khusus untuk

tahap perencanaan masyarakat sudah mulai terlibat dalam penetapan skala

prioritas kegiatan yang diusulkan oleh pemerintahan desa dan kemudian

dirumuskan bersama masyarakat.

Dalam pelaksanaan musrenbang, semua elemen masyarakat terlibat

didalamnya mulai dari perangkat desa, anggota BPD, ketua RT/RW, kepala

dusun, kelompok perempuan (PKK), kelompok pemuda, organisasi sosial

kemasyarakatan, tokoh adat/agama, pengusaha serta perwakilan dari kelompok

buruh dan kelompok masyarakat miskin/masyarakat kurang mampu.

Mekanisme perencanaan dari bawah (bottom up planning) yang selama ini

dilaksanakan perlu dimodifikasi dan diadakan penyesuaian seperlunya. Modifikasi

dan penyesuaian dimaksud hanya bersifat instrumental yang disesuaikan dengan

kondisi daerah dan masyarakat. Pada prinsipnya mekanisme perencanaan

pembangunan pedesaan ini lebih menekankan pada peran aktif masyarakat dalam

Page 96: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

81

penentuan skala prioritas berdasarkan kebutuhan masyarakat, kemampuan teknis

manajerial masyarakat serta kemampuan pendanaannya.

Dalam proses penyusunan dan pengusulan rencana program atau proyek

dilakukan dengan dua tahapan yaitu, tahap sosialisasi dan tahap perencanaan

sebagai berikut :

5.5.1. Tahap Sosialisasi

a. Forum Antar Desa I

Forum ini merupakan forum sosialisasi pada tingkat kecamatan yang

bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai program yang dapat

dikembangkan di tingkat desa pada kecamatan yang bersangkutan. Pertemuan ini

difasilitasi oleh Kepala Seksi Pelaksana Program (KPP) selaku penanggungjawab

operasional kegiatan dipimpin oleh camat dan dihadiri oleh seluruh Kepala

Cabang Dinas Tingkat Kecamatan atau Unit Pelaksana Teknis, para kepala desa

atau Lurah, seluruh Ketua Badan Perwakilan Desa, tokoh masyarakat, tokoh

agama, cendekiawan di tingkat kecamatan. Salah satu hasil dari forum ini

diantaranya adalah ditetapkannya jadwal pelaksanaan musayawarah pembangunan

desa I.

b. Musyawarah Pembangunan Desa I

Forum ini merupakan forum tahap sosialisasi lanjutan di tingkat desa. Forum

ini dipimpin oleh kepala desa dan dihadiri oleh seluruh kepala dusun, tokoh

masyarakat, anggota BPD, tokoh agama, tokoh pemuda, cendekiawan di tingkat

desa, kepala seksi pelaksana program kecamatan yang bersangkutan.

Dalam forum ini kepala desa menyampaikan seluruh informasi hasil

sosialisasi tingkat kecamatan yang berupa program-program pembangunan desa

yang dapat diusulkan dalam forum antar desa I. Dari musyawarah ini

tersosialisasinya program–program pembangunan desa kepada masyarakat, fungsi

dan peranan kepala dusun selanjutnya adalah menginfomasikan kepada

masyarakat dan mengkoordinasi usulan kebutuhan prioritas masyarakat pada

tingkat dusun, serta penetapan jadwal pelaksanaan musyawarah pembangunan

dusun.

Page 97: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

82

c. Musyawarah Pembangunan Dusun

Merupakan forum sosialisasi program kepada masyarakat oleh kepala

Dusun, pemilihan kegiatan yang cocok di tingkat dusun serta penggalian gagasan

atau usulan dari masyarakat yang akan diperjuangkan pada musayawarah

pembangunan desa II. Pesertanya adalah warga dusun, dihadiri oleh kepala desa

sebagai nara sumber. Dari musyawarah ini menghasilkan daftar usulan kebutuhan

masyarakat, serta disepakatinya wakil-wakil dusun dan kelompok masyarakat

(Pokmas) untuk menghadiri musayawarah pembangunan Desa II.

5.5.2. Tahap Perencanaan

a. Musyawarah Pembangunan Desa II

Merupakan forum musyawarah tingkat desa tahap dua untuk menyeleksi

gagasan atau usulan program atau kegiatan hasil musayawarah pembangunan

dusun dari tiap-tiap dusun secara demokratis. Forum dipimpin oleh kepala desa

dengan bimbingan camat dan dibantu oleh kepala seksi pelaksana program

kecamatan. Peserta forum adalah para kepala dusun atau wakil dusun, wakil

pokmas, tokoh masyarakat, fasilitator desa. Kesepakatan yang dihasilkan dalam

musyawarah ini adalah: a). Daftar usulan rencana program atau proyek baik yang

dibiayai oleh dana swadaya masyarakat, maupun yang diusulkan untuk dibiayai

oleh DAU, DAK dan APBN/BLN dan b). Daftar usulan hasil ketetapan

musyawarah diteruskan oleh kepala desa atau lurah kepada camat untuk dibahas

dalam forum antar desa II.

b. Forum Antar Desa II

Forum ini dipimpin oleh Camat dengan bimbingan kepala Bappeda untuk

membahas kembali usulan hasil musayawarah pembangunan desa dari masing-

masing desa untuk menghasilkan usulan program atau kegiatan yang benar-benar

relevan untuk dilaksanakan. Peserta forum adalah seluruh kepala desa, ketua

badan permusyawaratan desa, lima orang wakil yang ditunjuk melalui

musyawarah desa, penanggung jawab operasional kegiatan atau kasi pelaksana

program, cabang dinas atau pelaksana teknis operasional. Forum antar desa ini

menghasilkan beberapa usulan seperti: a) usulan yang dibiayai oleh dana swadaya

dikembalikan ke desa atau kelurahan yang bersangkutan dan b) usulan hasil

Page 98: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

83

seleksi yang dibiayai oleh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan APBN diteruskan ke Bupati untuk selanjutnya dibahas dalam Forum

Antar Kecamatan.

Dalam proses mekanisme perencanaan Program yang dilakukan dengan dua

tahapan sebagai berikut (lihat gambar 5).

Gambar : 5. Mekanisme Perencanaan Program di Desa Nanga Bayan

Proses perencanaan pada program pembangunan desa Nanga Bayan diawali

dengan penggalian gagasan di tiap Dusun. Pada proses tersebut, masyarakat

memperoleh pengalaman mengenai tahapan perumusan usulan kegiatan. Bahwa

kegiatan yang diusulkan semestinya mendasarkankan pada permasalahan yang

dihadapi masyarakat khususnya permasalahan sarana kesehatan. Mendasarkan

pada tahapan tersebut, usulan kegiatan tiap-tiap dusun merupakan upaya

pemecahan masalah mereka yang diperoleh dari penggalian gagasan secara

partisipatif dan dilakukan bersama. Selanjutnya, usulan kegiatan tersebut

dimusyawarahkan di tingkat desa melalui forum Musyawarah Desa (MD) yang

akan menghasilkan usulan kegiatan program pembangunan Desa Nanga Bayan.

Proses musyawarah pembangunan desa merupakan penggalian gagasan pada

kegiatan Musrenbang Desa di lokasi penelitian, sesuai dengan penjelasan para

TAHAP

SOSIALISASI

PROGRAM

TAHAP

PERENCANAAN

TINGKAT

KECAMATAN

TINGKAT

DESA

TINGKAT

DUSUN

FORUM ANTAR

DESA I

MUSRENBANG

DESA I

MUSYAWARAH PEMBANGUNAN DUSUN

MUSRENBANG

DESA II

FORUM ANTAR

DESA II

Page 99: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

84

informan yang telah beberapa kali mewakili dusun-nya, pada forum Musrenbang

Desa, pemerintah desa telah menyiapkan rancangan program pembangunan yang

akan dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Rancangan program tersebut kemudian ditawarkan kepada para peserta. Para

peserta musyawarah, yang terdiri dari aparat desa, BPD, tokoh masyarakat,dusun,

perwakilan RT dan RW, akan memberikan tanggapan serta persetujuan mereka

atas usulan program pemerintah desa, dengan kriteria kemanfaatannya bagi

masyarakat serta kemampuan desa untuk membiayai usulan tersebut. Kriteria itu

pula yang digunakan untuk menentukan prioritas usulan forum Musrenbang Desa.

Selain proses di atas, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah usulan desa

melalui forum Musrenbang Desa masih harus melalui forum Musrenbang

Kecamatan dan Rakorbang Kabupaten. Dengan demikian, tidak semua usulan

Musrenbang Desa disetujui dan memperoleh pembiayaan melalui APBDes.

5.6. Pembangunan Pos Kesehatan Desa Sebagai Prioritas

Hasil Musrenbang tingkat desa yang menetapkan pembangun Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) di Desa Nanga Bayan sebagai prioritas utama dinilai

sudah sangat tepat oleh masyarakat mengingat jumlah penduduk yang cukup

banyak dan letak desa yang berdekatan dengan negara tetangga (Malaysia).

Besarnya jumlah penduduk maka kecenderungan penduduk yang sakit juga lebih

besar. Namun demikian pemanfaatan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) akan lebih

optimal lagi jika pelayanan yang disediakan lebih lengkap dan tidak ada batasan

waktu untuk mengaksesnya.

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sudah semakin bertambah

seiring dengan masalah kesehatan yang dihadapinya. Penelitian menggambarkan

masih terbatasnya pelayanan yang disediakan oleh Pondok Bersalin Desa

(polindes) saat ini yang hanya ditempati oleh seorang paramedis (bidan desa),

sehingga masyarakat hanya dapat memanfaatkan pelayanan yang ada terutama

pelayanan pengobatan. Sedangkan kebutuhan masyarakat tidak saja pada upaya

kuratif tetapi juga upaya promotif dan preventif.

Bertambahnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan dikarenakan

masyarakat semakin mengetahui akan kebutuhan kesehatannya. Hasil wawancara

Page 100: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

85

dengan bidan Lay di polindes Nanga Bayan diketahui sebagian besar pasien yang

memanfaatkan pelayanan polindes adalah kelompok dewasa. Hal ini dapat

diasumsikan bahwa pada kelompok dewasa proporsinya lebih besar diantara

kelompok yang lain dan mempunyai risiko lebih besar terjadinya gangguan

kesehatan.

Beberapa kebijakan pemerintah telah memperhitungkan perbedaan antara

daerah pedesaan dan perkotaan dan bagaimana perbedaan tersebut dapat

berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan. Hal itu dapat mendorong terjadinya

perbedaan pada hasil kebijakan antara desa dan kota sebab satu kebijakan tidak

bisa untuk semua daerah (one size does not fit all). Kebijakan kesehatan lebih

menguntungkan bagi daerah pedesaan jika pembuat kebijakan memperhatikan isu-

isu tertentu yang timbul pada masyarakat, seperti program dan kebijakan

kesehatan.

Dengan menggunakan sudut pandang masyarakat pedesaan untuk

mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan serta program diperlukan

fleksibilitas rancangan kebijakan sehingga masyarakat dapat meningkatkan

aksesnya ke sumber-sumber pelayanan kesehatan. Kebijakan pembangunan Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) menjadi salah satu pilihan atau solusi yang tepat

untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat di Desa Nanga Bayan. Kebijakan

tersebut yang efektif mampu memenuhi tujuan kebijakan dalam ukuran waktu dan

hasil yang diharapkan. Walaupun saat ini baru Pos Kesehatan Desa (Poskesdes))

yang di bangun, namun mempunyai potensi yang besar dapat dimanfaatkan secara

optimal dan ditingkatkan menjadi puskesmas yang ideal bagi masyarakat.

Pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) di Desa Nanga Bayan sebagai

prioritas untuk mengatasi berbagai permasalahan di bidang kesehatan seperti: (1)

peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sekitar kawasan perbatasan; (2)

meningkatkan akses kesehatan terutama bagi penduduk miskin dan kaum

perempuan.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) untuk

memprioritaskan upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang

dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Langkah-langkah yang ditempuh untuk

mengatasi berbagai masalah adalah :

Page 101: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

86

a. Peningkatan akses masyarakat kurang mampu terhadap pelayanan

kesehatan

Pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) di desa Nanga Bayan

dilakukan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Rendahnya status

kesehatan penduduk miskin dan kaum perempuan terutama disebabkan oleh

terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala biaya. Sedangkan

bagi warga desa Nanga Bayan yang mampu mereka lebih memilih mendapatkan

pelayanan ke negeri seberang (Malaysia) apabila penyakit yang di derita tidak

kunjung sembuh ketika mendapat pelayanan di polindes. Diantara penyakit-

penyakit yang di derita diantaranya penyakit tidak menular seperti penyakit

jantung, diabetes mellitus, dan kanker. Hal ini terjadi karena akses untuk menuju

kesana lebih lancar ketimbang harus mendapat rujukan dari polindes untuk

mendapat pelayan yang lebih intensif di puskesmas ataupun di rumah sakit.

Seperti yang dituturkan oleh Jel (warga Dusun Semujan berusia 42 tahun) bahwa:

”untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Serawak-Malaysia warga desa

Nanga bayan hanya cukup mengantongi surat keterangan berobat ke

Malaysia dari kepala desa untuk melewati pos lintas batas dengan jangka

waktu yang tidak di tentukan (sampai sembuh)”

Meskipun pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dan kaum perempuan

telah tersedia, belum semua penduduk miskin dan kaum perempuan

memanfaatkan pelayanan ini karena mereka tidak mampu menjangkau fasilitas

pelayanan kesehatan akibat kendala biaya, jarak dan kondisi geografis. Oleh

karena itu kebanyakan penduduk lebih memilih cara pengobatan tradisional

ketimbang harus menempuh jarak yang jauh.

Dengan dibangunnya prasana dan sarana pos kesehatan desa secara kualitas

dan kuantitas pelayanan kesehatan akan semakin lancar dengan tenaga paramedis

yang terampil. Akses terhadap pos kesehatan desa sebagai upaya kesehatan

berbasis masyarakat (UKBM) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

sekitar kawasan perbatasan umumnya dan desa Nanga Bayan khususnya. Dengan

demikian masyarakat dapat menjangkau sarana kesehatan dalam jarak dan waktu

tempuh yang pendek sehingga secara tidak langsung membangun masyarakat

yang sehat jasmani dan rohani.

Page 102: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

87

b. Penanggulangan penyakit

Dalam pelaksanaan program pembangunan poskesdes akan membuat

masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain

sarana dan prasarana, secara kualitas dan kuantitas ditempatkan tenaga kesehatan

seperti tenaga paramedis (perawat dan bidan), tenaga gizi dan tenaga analis.

Permasalahan penting yang masih dihadapi oleh masyarakat Desa Nanga

Bayan dalam program pembangunan pos kesehatan desa saat ini adalah

terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas terutama

pada kelompok penduduk miskin, mengingat Desa Nanga Bayan merupakan

daerah tertinggal, terpencil dan yang berada di kawasan perbatasan Indonesia-

Malaysia. Hal ini, antara lain, disebabkan kendala jarak, biaya dan kondisi

fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan jaringannya yang belum

sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Sedangkan fasilitas yang ada di

Desa Nanga Bayan saat ini hanya polindes dengan satu orang petugas yaitu bidan

desa. Selain itu, beberapa permasalahan lainnya seperti yang dituturkan oleh Lyn

(bidan desa berusia 22 tahun) bahwa :

” terjadinya beban ganda penyakit (double burden of diseases), yaitu suatu

keadaan ketika penyakit menular masih merupakan masalah, di lain pihak

penyakit tidak menular menunjukkan kecenderungan meningkat, masih

rendahnya akses masyarakat kurang mampu terhadap pelayanan kesehatan,

dan terbatasnya sarana/prasarana”

Ditambahkan lagi oleh Lyn, bahwa :

”berdasarkan keparahan penyakit, demam merupakan kasus yang paling

tinggi diderita oleh masyarakat stempat. Kemudian di ikuti oleh batuk-batuk,

flu, malaria, thypus dan diare”

Untuk menyembuhkan penyakit, kebanyakan masyarakat berobat ke

polindes setempat atau bahkan membeli obat-obatan yang bebas terjual di toko

atau warung terdekat. Beberapa dari mereka mengungkapkan bahwa mereka takut

terserang oleh beberapa penyakit seperti cholera, malaria, dan demam berdarah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penyakit-penyakit tersebut diatas juga

dipengaruhi lingkungan yang kotor dan tercemar. Pada tingkat rumah tangga,

studi ini menemukan tidak cukupnya ketersediaan obat-obatan dasar pada saat

dibutuhkan. Begitupun dengan obat-obatan tradisional juga tidak tersedia dan

biasanya baru mencari pada saat dibutuhkan.

Page 103: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

88

Sejalan dengan dibangunnya fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Nanga

Bayan, keadaan kesakitan beberapa penyakit menular akan dapat diatasi.

Demikian pula, dengan kematian dan kecacatan akibat penyakit menular akan

dapat ditekan. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah dan

prioritas dalam penanggulangannya adalah Tuberculosis (TB), Malaria, Demam

Berdarah.

Page 104: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

89

VI. KEPEMIMPINAN DALAM PEMBANGUNAN

POS KESEHATAN DESA

6.1. Situasi Kepemimpinan Di Desa Naga Bayan

Di Desa Naga Bayan terdapat kepemimpinan yang bersifat dualistik yang

masing-masing memiliki legitimasi dan pengaruh yang kuat terhadap masyarakat

dengan karakteristik yang berbeda yaitu kepemimpinan formal (pemerintah desa)

dan kepemimpinan informal (lembaga adat). Pemerintah desa memperoleh

legitimasi secara formal melalui surat pengangkatan dari Bupati sedangkan

lembaga adat memperoleh legitimasi secara informal dari masyarakat. Meskipun

pemerintah desa juga memperoleh legitimasi dari masyarakat melalui pemilihan

langsung, namun kedua komponen ini tidak saling berebut pengaruh melainkan

yang terjadi adalah pembagian fungsi pelayanan terhadap masyarakat. Dalam hal

ini, pemerintah desa lebih berfungsi untuk hal-hal yang berkenaan dengan

masalah/urusan administrasi sedangkan lembaga adat lebih cenderung difungsikan

untuk masalah/urusan yang berkenaan dengan kehidupan sosial di desa seperti

penyelesaian perkara, ritual, perkawinan, termasuk aktivitas pertanian.

Pelaksanaan fungsi kedua tipe kepemimpinan ini memiliki landasan yang berbeda

dimana pemerintah desa lebih dominan berlandaskan pada aturan-aturan formal

sedangkan lembaga adat lebih dominan merujuk pada hukum-hukum adat. Hal

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Soekanto (1982) yang menyebutkan

bahwa kepemimpinan resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada diatas

landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi sehingga daya cakupnya agak

terbatas. Kepemimpinan informal, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas

resmi karena didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.

Dualisme kepemimpinan yang dijumpai di Desa Naga Bayan tidak

dipandang sebagai masalah oleh masyarakat karena adanya aspek pembagian

fungsi sebagaimana diutarakan di atas. Dengan kata lain, meskipun pemerintah

desa dan lembaga adat memiliki konstituen yang sama namun hal ini tidak

menimbulkan benturan baik secara fungsi maupun pengaruh. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Desa Naga Bayan memiliki mekanisme adaptasi

terhadap munculnya sistem kepemimpinan baru paska diberlakukannya UU No.

5/19979 tentang Pemerintahan Desa.

Page 105: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

90

Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan di

desa Nanga Bayan baik formal maupun informal lebih cenderung menunjukkan

tipe kepemimpinan demokratis dimana aspek pengambilan dilakukan secara

bersama-sama dengan konstituen (masyarakat). Tipe kepimpinan demokratis

memiliki kelebihan dalam hal pengambilan keputusan yang lebih cermat/teliti

namun lamban dalam mengambil keputusan karena harus melibatkan dan

mempertimbangkan pendapat orang banyak.

6.2. Kepemimpinan Formal

Pembangunan Desa sebagai upaya dalam proses modernisasi dan memacu

laju pembangunan secara menyeluruh dan berencana, menjadi pusat perhatian

negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia pada tahun-tahun terakhir

ini. Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa

yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat, melibatkan tiga pihak, yaitu

pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa

pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk

meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan

desa.

Kasus pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) di latar belakangi oleh

rendahnya status kesehatan penduduk miskin dan kaum perempuan terutama

disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala

geografis dan kendala biaya dan juga terbatasnya tenaga kesehatan yang ada di

desa Nanga Bayan. Sedangkan bagi warga Desa Nanga Bayan yang mampu

mereka lebih memilih mendapatkan pelayanan ke negeri seberang (Malaysia)

apabila penyakit yang di derita tidak kunjung sembuh ketika mendapat pelayanan

di polindes. Hal ini terjadi karena akses untuk menuju kesana lebih lancar

ketimbang harus mendapat rujukan dari polindes untuk mendapat pelayan yang

lebih intensif di puskesmas ataupun di rumah sakit kabupaten, karena kendala

jarak dan waktu tempuh yang jauh.

Keberadaan kepemimpinan desa sebagai ujung tombak pembangnan

mendudukkan pemerintah sebagai agen pembangunan, terutama dalam

Page 106: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

91

merangsang dan mendorong pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup

warganya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pembangunan

desa meliputi seluruh aspek kehidupan terkait pengembangan wilayah perbatasan

seperti bidang kesehatan, masyarakat di kawasan perbatasan di desa Nanga Bayan

masih mengalami derajat kesehatan yang rendah. Kondisi kehidupan masyarakat

khususnya anak-anak yang mengalami kekurangan gizi dan lingkungan

pemukiman yang kurang sehat. Selain itu sarana dan prasarana atau fasilitas

penunjang kesehatan masyarakat kurang memadai dan terbatasnya tenaga

kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Lemahnya berbagai perhatian dan pengawasan pemerintah tersebut

berdampak pula dengan lemahnya berbagai peraturan dan norma yang berlaku di

desa. Sementara pada sisi yang lain, di Malaysia mampu memberikan jaminan

pelayanan kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Hal ini ditunjang dengan

semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan ijin surat keterangan sakit dari

Kepala Desa. Sedangkan aturan pemerintahan dan norma-norma adat setempat

tidak pernah bisa mengatur permasalahan ini. Akibatnya banyak dari masyarakat

yang mampu mendapat pelayanan kesehatan ke Malaysia. Sebagian yang lain

(masyarakat yang tidak mampu) hanya pasrah dengan pelayanan kesehatan yang

ada di desa.

Dalam pembangunan pos kesehatan desa kepala desa berperan dalam hal: a)

perencanaan b) pelaksanaan dan c) pengawasan terhadap pembangunan pos

kesehatan desa, dan dibantu oleh aparat desa, kepala dusun dan ketua RT. Peran

kepala desa sangat menentukan arah untuk kemajuan desa, karena maju

mundurnya desa ada ditangan kepala desa.

6.2.1. Kepemimpinan Formal dalam Perencanaan Pembangunan Poskesdes

Hasil musrenbang telah menetapkan pembangunan poskesdes sebagai

prioritas utama. Peran kepala desa selanjutnya adalah penentuan lokasi

pembangunan poskesdes yang diputuskan bersama dengan masyarakat. Pada saat

proses perencanaan lokasi pembangunan pos kesehatan desa Nanga Bayan diawali

dengan penggalian gagasan di tiap dusun. Bahwa lokasi yang diusulkan

semestinya mendasarkan pada permasalahan yang dihadapi masyarakat,

Page 107: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

92

khususnya permasalahan di bidang kesehatan yang lokasinya mudah dijangkau

oleh masyarakat. Mendasarkan pada tahapan tersebut, usulan kegiatan tiap-tiap

dusun merupakan upaya pemecahan masalah mereka yang diperoleh dari gagasan

secara partisipatif dan dilakukan bersama. Selanjutnya, usulan kegiatan tersebut

dimusyawarahkan di tingkat desa melalui forum musyawarah desa yang akan

menghasilkan usulan lokasi perencanaan pembangunan pos kesehatan desa.

Proses musyawarah melalui forum musyawarah desa pada akhirnya gagal

mencapai mufakat. Hal tersebut disebabkan masing-masing dusun berusaha

mempertahankan dan menganggap bahwa usulannya yang perlu diprioritaskan

karena menyangkut kepentingan warga dusun. Pada akhirnya, pemilihan usulan

lokasi kegiatan perencanaan pembangunan pos kesehatan desa ditentukan melalui

voting. Perwakilan dusun yang hadir dalam musyawarah desa dipersilahkan

memilih usulan lokasi yang memenuhi kriteria yang mudah dijangkau oleh

masyarakat. Berdasarkan proses tersebut, pada akhirnya usulan lokasi

dibangunnya pos kesehatan desa berada di kompleks kantor desa Nanga Bayan.

6.2.2. Kepemimpinan Formal dalam Pelaksanaan Pembangunan Poskesdes

Pada kasus pelaksanaan pembangunan poskesdes ini, masyarakat

berpartisipasi hanya pada saat membersihkan lokasi tempat dibangunnya pos

kesehatan desa (poskesdes). Sedangkan untuk fisik bangunannya dilaksanakan

oleh instansi terkait, dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten selaku

pengguna anggaran dan selaku pelaksana administrasi terhadap pembangunan

poskesdes.

Dalam pelaksanaannya pemerintah desa hanya menyiapkan lokasi tempat

dibangunnya pos kesehatan desa. Seharusnya, Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat

dilaksanakan oleh masyarakat yang bertindak sebagai pengguna utama.

Pendanaan dan bantuan teknis dapat diberikan oleh proyek maupun pemerintah

kabupaten/propinsi jika diperlukan. Apabila ada kegiatan tertentu yang tidak

dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat misalnya pembangunan fisik yang

nilainya diatas seratus juta rupiah. Sedangkan kegiatan yang berbentuk fisik

seperti pembangunan poskesdes saat ini yang nilainya tidak mencapai seratus juta

rupiah dapat dilaksanakan dengan pemilihan langsung atau penunjukan langsung

Page 108: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

93

mengingat kondisi desa yang terisolir. Hal ini sangat erat sekali kaitan dengan

proses dan mekanisme serta prosedur yang berlaku dalam Kepres No 80 tahun

2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah serta

perubahannya bahwa, untuk kegiatan proyek harus ada legalitas hukum

(perusahaan) baik kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari Dana

Alokasi Khusus (DAK) maupun Dana Alokasi Umum (DAU), serta yang

dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Kegiatan

dalam rencana pengelolaan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dan perubahan

yang terjadi di desa. Penyesuaian ini harus dilakukan secara terbuka dan atas

persetujuan masyarakat dan kelompok pengelola bersama-sama dengan

pemerintah desa.

6.2.3. Kepemimpinan Formal dalam Pengawasan Pembangunan Poskesdes

Sebagai kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan desa tidak

berjalan oleh masyarakat untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari setiap

kegiatan. Oleh sebab itu kelambagaan informal selaku jalur masyarakat untuk

berpartisipasi terhadap setiap kegiatan pembangunan di desa baik dalam

perencanaa, pelaksanaan maupun pengawasan. Dalam hal ini, pemerintah desa

lebih berfungsi untuk hal-hal yang berkenaan dengan masalah/urusan administrasi

sedangkan lembaga adat lebih cenderung difungsikan untuk masalah/urusan yang

berkenaan dengan kehidupan sosial di desa seperti penyelesaian perkara, ritual,

perkawinan, termasuk aktivitas pertanian. Pelaksanaan fungsi kedua

kepemimpinan ini memiliki landasan yang berbeda dimana pemerintah desa lebih

dominan berlandaskan pada aturan-aturan formal sedangkan lembaga adat lebih

dominan merujuk pada hukum-hukum adat. Berkaitan dengan fungsi tersebut

kelembagaan informal selaku jalur masyarakat untuk berpartisipasi tidak mau

terlibat terlalu jauh dalam urusan formal mengingat pemerintah desa merupakan

perpanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk melaksanakan pembangunan di

desa.

Tidaklah mengherankan bila kepemimpinan pemerintahan desa Nanga

Bayan mempunyai peranan yang begitu dominan di dalam pelaksanaan

pembangunan desa yang secara geografis letak desa Nanga Bayan berada di

Page 109: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

94

perbatasan Indonesia dan Malaysia, terutama proses pengambilan keputusan

dalam pembangunan seperti mengeluarkan kebijakan pembangunan prasarana dan

sarana kesehatan dengan program pembangunan pos kesehatan desa yang

dilakukan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Selain itu juga

kepemimpinan pemerintahan desa Nanga Bayan mempunyai peran sebagai

penanggung jawab terhadap pembangunan yang bersifat fisik seperti

pembangunan kesehatan, sedangkan yang bersifat non fisik kepemimpinan

pemerintahan desa berperan untuk membangun mental warganya yang dilakukan

dengan usaha-usaha yang betujuan untuk membuat agar warganya memiliki

mental yang baik.

Hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukan bahwa peranan

pemimpin informal tidak sebesar pemimpin formal. Namun ia tetap dipandang

penting peranannya didalam menggerakan masyarakat, karena ia adalah patner

kepala desa. Hubungan antara pemimpin informal dengan kepala desa adalah

baik, hingga tidak ada pemimpin formal yang menarik diri dari perannya dalam

proses pengambilan keputusan terhadap perencanaan pembangunan desa,

terutama dalam pembangunan pos kesehatan desa.

Dalam pembangunan pos kesehatan desa kepala desa berperan dalam hal: a)

mengkomunikasikan; b) memotivasi; c) mengkoordinasi; dan d) pengambilan

keputusan terhadap pembangunan pos kesehatan desa, dan dibantu oleh aparat

desa, kepala dusun dan ketua RT. Peran kepala desa sangat menentukan arah

untuk kemajuan desa, karena maju mundurnya desa ada ditangan kepala desa.

Oleh sebab itu dalam pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes) kepala desa

berperan dalam :

a. Mengkomunikasikan

Di Desa Nanga Bayan, dimana kepala desanya selalu menyampaikan

informasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa kepada warga desa, terutama

lewat musyawarah desa, pertemuan dusun dan pertemuan RT masing-masing.

Peran kepala desa tersebut seperti dalam kasus pembangunan pos kesehatan desa

yang merupakan bagian dari kegiatan pembangunan di desa yang ditujukan untuk

kesejahteraan masyarakat dalam hal kesehatan.

Page 110: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

95

Kenyataan ini menunjukan bahwa peran kepala desa mengkomunikasikan

untuk memberikan informasi kepada masyarakat cukup berperan karena : 1)

kepala desa lebih mengutamakan kepentingan orang banyak, 2) kepala desa

dihormati oleh masyarakat desa. Hal ini seperti yang dituturkan oleh salah seorang

warga Desa Nanga Bayan Rd (masyarakat Desa Nanga Bayan, berusia 51 tahun).

”Seperti kita lihat selama ini dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang masuk

ke desa, kepala desa sangat bertanggung jawab sekali dalam ikut serta sampai

pelaksanaan kegiatan tersebut selesai. Dan dia yang turun tangan sendiri

untuk memberitahukan/menginformasikan kepada warga desa tentang

pelaksanaan kegiatan, agar masyarakat mau ikut terlibat membantu dengan

sukarela tanpa adanya paksaan”.

Peran kepala desa terlihat juga pada saat hadir dalam pertemuan-

pertemuan baik di tingkat dusun maupun tingkat RT. Kepala desa

menyempatkan hadir untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan

yang akan dilaksanakan dalam pemerintahan desa. Penyampaian informasi

kegiatan-kegiatan yang akan dilakkan di desanya dilakukan pada saat

pertemuan desa, dusun dan pertemuan RT. Keaktifan kepala desa tersebut,

tidak hanya dilihat dari satu sisi, yaitu anggota masyarakat tetapi beberapa

pemimpin informal seperti lembaga adat, dan lembaga lainnya memberikan

informasi yang sama dengan mayoritas pendapat tersebut.

b. Memotivasi

Hasil penelitian di Desa Nanga Bayan bahwa kepala desa menggerakan atau

mendorong warganya untuk ikut dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan pos

kesehatan desa. Kerjasama terjalin dengan baik antara warga desa dengan kepala

desa, tujuannya supaya pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik seperti yang

diharapkan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mrt (tokoh masyarakat kecil

berusia 40 tahun) bahwa :

”Di desa kami kepala desa selalu aktif di setiap kegiatan dan selalu mengajak

masyarakat desa supaya ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan poskesdes

dan dia juga banyak menyumbangkan baik sumbangan berupa materi maupun

tenaga yang ia berikan untuk kemajuan desa”.

Selanjutnya penuturan Jpg (tokoh pemuda berusia 36 tahun) bahwa: ”Kepala desa kami sangat aktif di dalam setiap kegiatan apapun, seperti kasus

pembagunan poskesdes saat ini, dan kepala desa sendiri yang turun tangan

untuk mengajak warga desa agar bersama-sama ikut dalam kegiatan

pembangunan poskesdes”.

Page 111: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

96

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran kepala desa

memotivasi masyarakat desa di dalam pembangunan pos kesehatan desa, dengan

jalan terlebih dahulu melakukan musyawarah untuk mencari kesepakatan supaya

pelaksanaan pembangunan pos kesehatan desa berjalan lancar. Warga desa diajak

oleh kepala desa agar ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan pos kesehatan

desa melalui lembaga-lembaga yang ada di desa, yang dibantu oleh kepala dusun

dan ketua RT selaku perpanjangan tangan dari kepala desa.

c. Mengkoordinasi

Peran kepala desa dalam mengkoordinasi pada desa penelitian tidak berbeda

juga dimana pada kasus pembangunan pos kesehatan desa, kepala desa sangat

berperan mengkoordinasikan dalam kegiatan pembangunan poskesdes. Ini terlihat

pada pembangunan pos kesehatan desa yang secara aklamasi masyarakat

menyatakan bahwa masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Kns (warga desa berusia 48 tahun) sebagai

berikut :

”Peran kepala desa selama ini dalam mengkoordinasikan kegiatan

pembangnan desa dilakukan atau dijalankannya dengan baik, tujuannya agar

kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Dan juga kepala desa mengajak

masyarakat agar terlibat langsung pada kegiatan tersebut yang dilakukan

dengan kerjasama dan gotong royong”.

Kepala desa yang dibantu oleh aparat desa, kepala dusun dan ketua RT

untuk mengkoordinasi dalam pembangunan pos kesehatan desa untuk memenuhi

kebutuhan di desa dan pembangunan desa. Kepala desa selalu terlibat dan

langsung turun tangan sendiri dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

d. Pengambilan Keputusan

Bila peranan pemimpin formal dan pemimpin informal sebagai pemimpin di

dalam proses pengambilan keputusan. Peranan kepemimpinan desa lebih

ditujukan kepada partisipasi masyarakat di dalam pengambilan keputusan, yaitu

kepada dukungannya terhadap kepemimpinan kepala desa, kesediaannya untuk

hadir dan mengeluarkan pendapat di dalam rapat-rapat desa. Ternyata bahwa

partisipasi masyarakat secara tidak langsung, yaitu kesediaannya untuk

mendukung keputusan desa cukup besar, tetapi partisipasi masyarakat secara

Page 112: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

97

langsung, yaitu hadir dalam rapat-rapat desa dan mengeluarkan pendapat di dalam

rapat-rapat desa sangat kecil.

Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi seorang

pemimpin . Dalam perencanaan kegiatan untuk menerjemahkan berbagi keputusan

berbagai alternatif dapat dilakukan dan untuk itu pemilihan harus dilakukan.

Pengambilan keputusan merupakan persoalan yang berat karena sering

menyangkut kepentingan banyak orang. Tidak ada sesuatu yang pasti dalam

pengambilan keputusan. Pemimpin harus memilih diantara alternatif yang ada dan

kemungkianan implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.

6.3. Kepemimpinan Informal

Peran tokoh adat sangat kuat dan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap masyarakat yang ia pimpin bahkan dalam hal-hal tertentu kedudukan

seorang tokoh adat “Temenggung” lebih kuat dari seorang kepala desa atau camat

sekalipun. Hal ini terlihat di saat perencanaan pembangunan di desa, masyarakat

lebih menghormati dan mempercayai kepemimpinan adat dalam setiap urusan

sosial kemasyarakatan. Apabila pemimpin adat setuju dengan perencanaan

kegiatan pembangunan di desa, maka masyarakat ikut setuju. Oleh sebab itu

dalam menggerakan partisipasi masyarakat peran pemimpin adat lebih dominan.

Dengan demikian seorang temenggung mempunyai peranan yang sangat

menentukan baik dalam urusan upacara keagamaan, adat istiadat ataupun proses

pengambilan keputusan apabila ada perselisihan antara warga serta keputusan

menyangkut hal-hal baru kedalam sistem sosial yang dipimpinnya. Suatu cara

baru yang tidak pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka, tidak mau mereka

lakukan dan apabila ia terima, dianggap itu suatu hal yang tabu (mali) yang

menurut kepercayaan mereka akan mendapat kutukan dari leluhurnya. Oleh sebab

itu masyarakat sangat mematuhi aturan dan keputusan yang di ambil oleh adat.

Dibandingkan dengan sistem pemerintahan desa yang berlaku sekarang ini,

sistem kepala adat lebih demokratis dari segi proses pengambilan keputusan untuk

kepentingan bersama. Namun, dari segi proses pengangkatan pemimpin di desa

dapat dikatakan pemilihan kepala desa yang berdasarkan pada pemilihan langsung

lebih demokratis, karena dari jabatan kepala adat (Temenggung) sifatnya turun

Page 113: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

98

temurun. Dalam pembangunan pos kesehatan desa, temenggung selaku

kepemimpinan kelembagaan informal juga mempunyai peran dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan.

6.3.1. Kepemimpinan Informal dalam Perencanaan Pembangunan Poskesdes

Dalam perencanaan pembangunan pos kesehatan desa, keberadaan

kepemimpinan informal yang terdiri dari elemen masyarakat sebagai peserta

musyawarah dalam merencanakan penentuan lokasi tempat dibangunya pos

kesehatan desa. Keberadaan kepemimpinan informal di tengah-tengah kehidupan

masyarakat desa Nanga Bayan tidak saja memberikan manfaat di bidang

keagamaan dan tradisi belaka. Tetapi lebih dari itu dalam perencanaan penentuan

lokasi pembangunan pos kesehatan desa, kepemimpinan dalam hal ini yang lebih

kepemimpinan adat berperan sebagai penengah terhadap apabila ada ketegangan

masing-masing dusun yang berusaha mempertahankan dan menganggap bahwa

usulannya tentang lokasi pembangunan pos kesehatan desa yang perlu

diprioritaskan karena menyangkut kepentingan warga dusun. Namun keputusan

akhir tetap ada pada pemerintahan desa karena menyangkut tanggung jawab

terhadap laporan keberhasilan pembangunan yang ada di desa tersebut.

6.3.2. Kepemimpinan Informal dalam Pelaksanaan Pembangunan Poskesdes

Dalam pelaksanaan pembangunan pos kesehatan desa, kepemimpinan

formal menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi melalui kelembagaan

informal pada lokasi yang telah disepakati untuk pembangunan pos kesehatan

desa. Karena kelembagaan informal adalah mitra kerja pemerintah desa yang

merupakan pusat komunikasi dan informasi bagi masyarakat desa setempat dalam

segala hal. Lewat lembaga ini mereka dapat memperoleh berbagai informasi dan

pula dapat menyampaikan informasi.

Dalam pelaksanaan pembangunan pos kesehatan desa ini, kepemimpinan

informal mendukung setiap langkah yang diambil oleh pemerintahan desa

mengingat pembangunan adalah untuk kepentingan masyarakat, walaupun

pelaksanaan pembangunannya dilakukan oleh instansi terkait selaku pengguna

anggaran yaitu Dinas Kesehatan, yang didalam pelaksanaannya harus melalui

Page 114: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

99

proses administrasi dan sesuai dengan aturan tentang pengadaan barang/jasa milik

pemerintah yaitu kepres 80 tahun 2003 tentang tata cara pelaksanaan pengadaan

barang/jasa milik pemerintah.

6.3.3. Kepemimpinan Informal dalam Pengawasan Pembangunan Poskesdes

Kelambagaan informal selaku jalur masyarakat untuk berpartisipasi terhadap

setiap kegiatan pembangunan di desa baik dalam perencanaa, pelaksanaan

maupun pengawasan. Dalam hal ini, pemerintah desa lebih berfungsi dalam hal-

hal yang berkenaan dengan masalah/urusan administrasi sedangkan lembaga adat

lebih cenderung difungsikan untuk masalah/urusan yang berkenaan dengan

kehidupan sosial di desa seperti penyelesaian perkara, ritual, perkawinan,

termasuk aktivitas pertanian. Pelaksanaan fungsi kedua kepemimpinan ini

memiliki landasan yang berbeda dimana pemerintah desa lebih dominan

berlandaskan pada aturan-aturan formal sedangkan lembaga adat lebih dominan

merujuk pada hukum-hukum adat. Berkaitan dengan fungsi tersebut kelembagaan

informal selaku jalur masyarakat untuk berpartisipasi sangat mendukung karena

pemerintah desa merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk

melaksanakan pembangunan di desa.

Namun demikian, bukan berarti kepemimpinan informal lepas tangan

terhadap pembangunan di desa, lebih dari itu kepemimpinan informal sangat

mendukung karena menyangkut kesejahteraan masyarakat. Karena apabila

masyarakat merasa terpenuhi segala kebutuhannya di desa tersebut, maka

masyarakat tidak akan meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan guna

mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi ketaatan masyarakat terhadap

legitimasi kekuasaan lembaga adat antara lain :

a. Aspek politik

Secara perlahan-lahan kebiasaan sistem adat diakui kembali seperti semula.

Beberapa Temenggung mulai dipilih secara demokratis namun kebanyakan posisi

Temenggung yang berlaku secara turun-temurun nampaknya lebih disukai.

Dengan perkataan lain, posisi Raja yang turun-temurun lebih memberikan

legitimasi dari pada pemilihan Raja secara demokratis.

Page 115: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

100

Posisi Temenggung benar-benar ditakuti dan dihormati. Karena masyarakat

meyakini bahwa kekuasaan Temenggung mewakili seluruh kekuasaan para

leluhur, dengan demikian dalam kasus tertentu bila ada indivudu dalam

masyarakat yang ingin merebut kekuasaan Temenggung yang bukan berasal dari

keturunan Temenggung, maka diyakini akan mendatangkan kemalangan keluarga

tersebut dan akan menimpa masyarakat.

Namun demikian bukan berarti posisi kekuasaan Temenggung berlaku

otoriter dan sewenang-wenang. Temenggung adalah gelar adat yang diberi

legitimasi oleh masyarakat untuk memelihara dan menyelenggarakan keamanan

dan kesejahteraan masyarakat adat, ini berarti lembaga adat bertugas mengawasi

dan menjamin pelaksanaan adat, karena hanya dengan cara demikian – menurut

keyakinan, kemurahan dan bantuan arwah para leluhur dapat dipikat dan

kesejahteraan masyarakat dapat terjamin. Temenggung dianggap sebagai wakil

hidup dari para leluhur, karenanya pemenuhan adat harus diawasi.

b. Aspek Hukum

Dalam konteks penyelesaian sengketa menurut mekanisme informal,

keberadaan institusi lokal dapat menjadi salah satu pintu yang dapat membantu

masyarakat untuk mengakses keadilan. Secara umum, penyelesaian sengketa di

tingkat komunitas di Sintang, kuhususnya di Desa Nanga Bayan terkonsentrasi

pada posisi Temenggung. Lazimnya, Temenggung yang menjadi penyelesai

utama sengketa di tingkat komunitas. Memang benar, selain Temenggung,

terdapat pula Panglima Adat, Imam dan Pendeta sebagai pemimpin agama serta

Ketua Adat yang dalam kesehariannya ikut membantu menyelesaikan persoalan

yang terjadi di komunitas. Namun apabila kasus tak dapat diselesaikan maka

Temenggung-lah yang akan mengambil keputusan.

Penerimaan keputusan Temenggung dan hukum adat didasarkan pada

penghormatan masyarakat terhadap mereka, keberadaan Temenggung bahkan

dihubungkan dengan sesuatu yang mistik atau kekuatan supranatural. Pada saat

yang bersamaan, Temenggung berperan menjadi pendamai pihak yang

bersengketa. Dasar pengambilan keputusan terhadap kasus yang ditangani

Temenggung dan perangkatnya tidak mengacu kepada suatu sumber tertulis.

Temenggung hanya mengklaim bahwa dirinya menerapkan hukum adat. Denda

Page 116: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

101

adalah sanksi yang sangat banyak dijatuhkan dalam keputusan akhir penyelesaian

sengketa. Denda biasanya cukup beragam, dimana adatnya masih kuat dianut,

denda dapat berupa Tempayan besar dan peralatan serta benda-benda yang

berhubungan dengan adat misalnya kain tenun, binatang piaraan (babi), mandau

(parang) dan tawa’ (gong).

Masyarakat pada umumnya mempercayai dan mematuhi hasil putusan

penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh perangkat adat/Suku. Sehingga apabila

kepala suku, perangkat Adat/Desa dan pemimpin agama memberikan putusan atas

kasus yang dialami, masyarakat pada umumnya mematuhi putusan tersebut.

Mekanisme adat sampai saat ini merupakan pilihan utama dalam penyelesaian

kasus yang terjadi di tingkat masyarakat.

c. Aspek sosial

Aspek sosial yang sangat kuat di Desa Nanga Bayan adalah Suku. Suku ini

merupakan lembaga tradisional yang mengharuskan adanya kontak sosial secara

teratur antara dua kelompok masyarakat. Misalnya ketika kelompok muslim

membantu kelompok kristen anggota suku, atau sebaliknnya. Bantuan ini

merupakan pernyataan komitmen tidak hanya kepada sekutu utama seseorang

tetapi juga untuk kepentingan persaudaraan masyarakat secara keseluruhan.

6.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Nanga Bayan

Kebijakan program pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes),

menitikberatkan pada aspek partisipasi masyarakat, respon terhadap program

pembangunan dan aspek keberlanjutan program bagi masyarakat desa ditengah

keberagaman kemampuan dan kepentingan masyarakat yang hidup dalam

lingkungan yang sangat terbatas akan mewujudkan pengembangan program

pembangunan yang tidak melahirkan kelompok terpinggirkan baru, maka dalam

upaya menyukseskan pelaksanaan pembangunan diperlukan adanya partisipasi

aktif dari masyarakat. Selain itu dalam pelaksanaan pembangunan pos kesehatan

desa (poskesdes) diharapkan partisipasi aktif masyarakat untuk mengidentifikasi

berbagai masalah pembangunan desa yang dihadapi dengan alternatif

pemecahannya yang secara utuh dilaksanakan oleh masyarakat.

Page 117: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

102

Salah satu partisipasi masyarakat dalam pembangunan Pos kesehatan desa

Nanga Bayan di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia adalah keberadaan

kelembagaan Kemasyarakatan, salah satu contoh adalah lembaga adat.

Keberadaan Lembaga Adat di tengah-tengah kehidupan masyarakat desa Nanga

Bayan tidak saja memberikan manfaat di bidang adat dan tradisi belaka. Lebih

dari itu, kehadiran Lembaga Adat sebagai institusi yang bersifat grassroot (akar

rumput) sangat efektif juga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan desa. Seperti yang

dituturkan oleh Jg (tokoh pemuda berusia 41 tahun) bahwa:

”Lembaga Adat adalah merupakan pusat komunikasi dan informasi bagi

masyarakat desa setempat dalam segala hal. Lewat Lembaga ini kami dapat

memperoleh berbagai informasi dan pula dapat menyampaikan informasi.

Keunggulan yang bisa menjadikan Lembaga Adat sebagai pusat komunikasi

dan informasi adalah tersedianya forum komunikasi bagi warga yang

dilaksanakan setiap hari sabtu malam minggu”.

Didalam sebuah kelembagaan atau organisasi para individu juga

dimungkinkan untuk bekerjasama satu dengan yang lain dalam rangka pemenuhan

kebutuhan, kerjasama itu sendiri juga didasarkan atas faktor saling suka satu sama

lain serta bersedia untuk bekerjasama. Alasan lain individu berpartisipasi dalam

lembaga-lembaga lokal adalah adanya kebanggaan dari seseorang untuk menjadi

bagian dari suatu lembaga serta juga harapan bahwa keterlibatannnya melalui

lembaga akan memberikan kemudahan baginya untuk mencapai tujuan

pribadinya.

Dalam hal ini kedudukan kepala desa dalam pemerintahan desa adalah

sebagai opinion leaders yang merupakan unsur pokok yang berperan sebagai

saluran komunikasi dalam pembangunan desa. Lewat opinion leaders inilah pesan

dari tingkat atas diterjemahkan untuk selanjutnya disampaikan kepada masyarakat

bawah, apakah itu berupa inovasi-inovasi ataupun pesan-pesan pembangunan.

Sebaliknya, masyarakat bawah pun akan menyampaikan informasi mengenai

masalah-masalah yang berhubungan dengan kebutuhan hidup masyarakat lewat

komunikasi antar pribadi yang biasa terjalin antar sesama warga. Dalam hal

pemerintah desa merupakan titik sentral dalam mengembangkan komunikasi dua

arah, dengan kata lain pemerintah desa adalah sebagai lembaga yang diandalkan

untuk proses penyampaian informasi atau sebagai penerima informasi.

Page 118: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

103

Lebih lanjut Hubungan antara lembaga tradisional, partisipasi, dan

pembangunan desa dengan jelas dapat kita lihat dari catatan Darling (1977) bahwa

Faktor penduduk asli adalah penentu utama pembangunan. Apa yang

dikemukakan Steive (1977) dalam pelaksanaan program Minimum Package

Project (MPP) oleh Bank Dunia, USAID dan SIDA di Ethiopia yang lebih

memilih menciptakan organisasi baru dari pada memanfaatkan organisasi

tradisional yang ada yang akhirnya mengalami kegagalan adalah merupakan

contoh betapa sangat pentingnya kedudukan organisasi asli dalam keberhasilan

pembangunan itu sendiri.

Dari penemuan di lokasi penelitian, bahwa partisipasi masyarakat adalah

dilakukan lewat jalur kelembagaan bukan secara pribadi. Lembaga

kemasyarakatan, adalah sarana bagi mereka untuk melakukan partisipasi dalam

setiap pembangunan. Walaupun didapati bahwa lembaga kemasyarakatan ini

merupakan lembaga tradisional dan non formal tapi tidak menutup kemungkinan

masyarakat untuk berpartisipasi. Karena pada dasarnya partisipasi masyarakat

juga dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang ada.

Pada umumnya warga masyarakat setempat berpartisipasi dalam

pembangunan sangat variatif. Dari data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti

dilapangan menunjukkan, bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa di wujudkan melalui berbagai bentuk yang meliputi:

sumbangan tenaga, sumbangan material yang meliputi bahan bangunan dan uang

serta sumbangan ide.

Partisipasi dalam bentuk tenaga dalam hal ini diwujudkan lewat keikut

sertaan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan. Mereka menyumbangkan tenaga untuk pembangunan seperti ikut

serta membuat jalan, membuat jembatan, membangun rumah dan yang lainnya

secara ikhlas tanpa upah. Bahkan tak jarang demi keikut sertaannya mereka rela

untuk tidak pergi kesawah. Bentuk partisipasi semacam ini adalah merupakan

bentuk partisipasi yang paling tinggi. Kontribusi mereka lewat sumbangan tenaga

dalam hal ini juga bisa dikatakan sebagai aspek dominan dalam keberhasilan

pembangunan. Umumnya mereka semuanya ikut terlibat dalam pelaksanaan

pembangunan tanpa kecuali. Secara teknis sumbangan tenaga demikian ini

Page 119: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

104

biasanya dilakukan secara gradual ataupun terjadwal sehingga tidak ada satupun

anggota masyarakat yang tertinggal dalam menyumbangkan tenaganya. Andaikata

ada udzur ataupun tidak bisa menyumbangkan tenaganya, biasanya masyarakat

memberikan ganti rugi yang berwujud pemberian makan ataupun uang sesuai

dengan kesepakatan yang ada.

Dari sisi partisipasi yang lain, adalah partisipasi masyarakat dalam

pembangunan dengan bentuk uang ataupun material (bahan bangunan).

Sedangkan untuk partisipasi dalam wujud bahan material, adalah dilakukan oleh

orang-orang yang notabene-nya adalah yang berkemampuan cukup dalam segi

finansial. Seperti perangkat desa ataupun orang-orang yang dipandang kaya dalam

masyarakat desa setempat. Mereka umumnya dimintai atau dengan suka rela

menyumbangkan material bahan bangunan.

Bentuk partisipasi yang terakhir adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk

ide. Yang dimaksud dengan partisipasi dalam bentuk ide ini adalah sumbangan-

sumbangan masyarakat dalam pembangunan yang berupa usul-usul, ide-ide

ataupun pemikiran yang disampaikan. Model dari pembangunan yang dilakukan

oleh lembaga adat adalah didasarkan pada usulan-usulan anggota. Apa yang

menjadi keinginan dan kebutuhan yang dirasa para anggota ataupun masyarakat

itulah yang kemudian dimusyawarahkan dalam pertemuan desa.

Dengan demikian dapat disimpulkan mengenai bentuk dan jenis partisipasi

tersebut, maka secara umum partisipasi dapat di kategorikan dua bentuk yaitu: 1)

partisipasi dalam bentuk fisik seperti tenaga, barang dan uang, 2) partisipasi dalam

bentuk non-fisik seperti sumbangan pemikiran atau ide dan dukungan.

Terdapat dua alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat

yang sangat penting; pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna

memperoleh suatu informasi mengenai kondisi kebutuhan dan sifat masyarakat

yang tanpa kehadirannya, program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

Kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,

karena akan lebih mengetahui seluk beluk kegiatan tersebut.

Dilihat dari kualitas perencanaan yang dibuat oleh Pemerintahan Desa

Nanga Bayan dimana rencana kegiatan yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan

Page 120: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

105

yang direncanakan semula yaitu kegiatan pembangunan Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes) yang tujuannya untuk mensejahteraan masyarakat itu sendiri. Namun,

bila dilihat dari sumbangan yang diberikan ternyata masyarakat desa Nanga

Bayan bersedia menyediakan tenaga (tanpa upah) untuk pelaksanaan kegiatan

pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes. Hal ini menunjukkan bahwa

partisipasi masyarakat desa Nanga Bayan sudah tinggi dalam membangun

desanya dari perencanaan dan pelaksanaan.

6.4.1. Tahap Perencanaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi masyarakat Desa Nanga

Bayan sangat baik. Hal tersebut terlihat dari kegiatan dalam pertemuan yang

diadakan oleh kelembagaan pemerintahan desa terlihat bahwa kehadiran

masyarakat desa Nanga Bayan lebih banyak. Hal ini menunjukan bahwa

masyarakat memang berkeinginan untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang akan dilaksanakan dan ini dapat dijadikan

bukti bahwa partisipasi masyarakat desa Nanga Bayan menunjukan bahwa

masyarakat menginginkan pembangunan. Kegiatan yang dilaksanakan ini adalah

sosialisasi program-program pembangunan desa. Dalam hal ini masyarakat

terlibat dalam forum musyawarah mulai dari musyawarah tingkat dusun sampai

kepada musyawarah tingkat desa. Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan

ini dilakukan dengan menyampaikan usulan-usulan tentang berbagai jenis

program pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah desa pada saat

sosialisasi di tingkat kecamatan.

Keadaan ini juga didukung oleh respon-respon atau keaktifan masyarakat

untuk mengemukakan pendapat dalam pertemuan yang ada. Dari respon-respon

yang diberikan terhadap permasalahan yang dikemukakan terlihat bahwa pada

tahap merumuskan perencanaan program, respon yang diberikan oleh masyarakat

desa sangat baik dan bersemangat, yaitu masyarakat desa sangat antusias untuk

memberikan masukan. Dilihat dari ide-ide yang dikemukan oleh masyarakat,

nampak bahwa masyarakat betul-betul menginginkan pembangunan.

Untuk memulai rencana program pembangunan desa diperlukan kelompok

inti yang merupakan perwakilan masyarakat yang akan merumuskan rencana

Page 121: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

106

pembangunan tersebut. Sebelum kelompok inti ini bekerja mereka dibekali

terlebih dahulu dengan pelatihan penyusunan rencana pengelolaan dan mencoba

membuat draft rencana program pembangunan yang akan menjadi pemicu dan

dasar diskusi konsultasi dengan masyarakat dan pemerintah desa. Hasil dari draft

rencana program ini kemudian disosialisasikan kepada masyarakat lewat

pertemuan dan konsultasi baik secara formal dan informal untuk mendapatkan

masukan, tambahan dan koreksi dari masyarakat, pemerintah desa dan stakeholder

yang ada di desa.

6.4.2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, partisipasi masyarakat dalam tahap ini dapat kita

lihat dari swadaya yang di sumbangkan oleh masyarakat dalam pelaksanaan

program ini. Dengan demikian masyarakat Desa Nanga Bayan dapat

memanfaatkan hasil program dengan sebaik-baiknya agar dapat keluar dari

lingkaran kesehatan (maksudnya pelayanan tenaga kesehatan yang tidak maksimal

yang hanya dilakukan oleh seorang bidan dengan jumlah warga mencapai 1.525

orang dan dengan kondisi geografis yang sulit ditempuh) sehingga program

tersebut benar-benar sesuai dari tujuan awal yaitu menjadikan masyarakat yang

sehat.

Dalam tahap pelaksanaan, ternyata masyarakat desa Nanga Bayan masih

tetap antusias mengemukakan pendapat dan pertanyaan sebagai respon terhadap

permasalahan yang disampaikan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat desa

Nanga Bayan masih ingin tetap terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang

direncanakan karena masyarakat sangat membutuhkan pembangunan pos

kesehatan desa.

Umumnya para masyarakat setempat berpartisipasi dalam pembangunan

sangat variatif. Dari data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti dilapangan

menunjukkan, bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan pos kesehatan

desa di wujudkan melalui berbagai bentuk yang meliputi: sumbangan tenaga,

sumbangan material yang meliputi bahan bangunan, uang serta sumbangan ide.

Partisipasi dalam bentuk tenaga dalam hal ini diwujudkan lewat keikut

sertaan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan seperti

Page 122: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

107

pembangunan Pos kesehatan desa (poskesdes) yang sedang dilaksanakan saat ini.

Dalam hal kegiatan pembangunan lainnya, mereka menyumbangkan tenaga untuk

pembangunan seperti ikut serta membuat jalan, membuat jembatan, membangun

rumah dan yang lainnya secara ikhlas tanpa upah. Dalam pelaksanaan kegiatan

masyarakat lebih cenderung gotong royong tetapi sebatas apabila ada kegiatan

saja. Artinya, pemerintah desa baru menggerakan warga untuk berpartisipasi

apabila setiap ada kegiatan kepemimpinan desa baru memberi pengumuman

kepada warga bahwa besok misalnya ada kegiatan gotong royong di balai desa.

Oleh karena itu partisipasi masyarakat desa Nanga Bayan dalam pembangunan

pos kesehatan desa hanyalah partisipasi dalam bentuk fisik yakni gotong royong

yang memang sudah menjadi tradisi di desa.

6.4.3. Tahap Pengawasan

Monitoring dari pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilakukan oleh

masyarakat dan pemerintah desa untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari

kegiatan pembangunan pos kesehatan desa. Proses dan pelaksanaan monitoring ini

telah diintegrasikan dalam rencana pembangunan desa.

Ada dua hal penting dalam akses keterlibatan secara terbuka (inclusion) dan

keikutsertaan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda titik

tekannya. Inclusion menyangkut siapa yang terlibat, sedangkan involvement

berbicara tentang bagaimana masyarakat terlibat.

Dari data yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan menunjukkan, bahwa :

a. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan kegiatan pembangunan pos

kesehatan desa berjalan dengan baik. Terutama dari kegiatan dalam pertemuan

yang diadakan oleh pemerintahan desa terlihat bahwa kehadiran masyarakat

desa Nanga Bayan lebih banyak. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat

memang berkeinginan untuk terlibat dalam kegiatan perencanaan

pembangunan pos kesehatan desa karena masyarakat sangat membutuhkan

pembangunan di desa. Keterlibatan masyarakat melalui kelembagaan informal

di dalam tahap perencanaan ini dilakukan dengan menyampaikan usulan-

usulan tentang sosialisasi program pembangunan desa yang telah

disosialisasikan kepala desa pada forum antar desa I.

Page 123: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

108

b. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan pos kesehatan desa, partisipasi

masyarakat hanyalah partisipasi dalam bentuk fisik yakni gotong royong yang

memang sudah menjadi tradisi di desa. Apalagi dengan kasus pembangunan

pos kesehatan desa ini yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Oleh karena itu

keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan pos

kesehatan desa lebih banyak di dorong oleh motif bahwa masyarakat

membutuhkan pembangunan karena hal ini menyangkut kesejahteraan

masyarakat. Dengan demikian program ini belum menjadi sebuah proses

untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan pemerintah desa dan

partisipasi masyarakat dalam mensejahteraan masyarakat. Artinya program

pembangunan ini hanya bersifat fisik dan belum ada sumberdaya manusia

yang menempatinya karena masih menunggu keputusan pemerintah diatasnya.

c. Partisipasi masyarakat dalam tahap pengawasan program pembangunan pos

kesehatan desa ini dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah desa untuk

menilai kegiatan dan hasil capaian dari kegiatan pembangunan pos kesehatan

desa. Proses dan pelaksanaan monitoring ini telah diintegrasikan dalam

rencana pembangunan desa sehingga apabila pemerintah desa maupun

masyarakat tidak puas dengan hasilnya, maka masyarakat dapat menghentikan

pembangunan saat itu juga karena masyarakat merupakan alat kontorl untuk

setiap pembangunan. Namun hal ini hanya dilakukan oleh kepala desa sampai

kegiatan selesai, dan kemudian dengan kekuasaan yang dimilikinya setelah

kegiatan selesai, kepala desa mengeluarkan surat keterangan menyatakan

bahwa pekerjaan sudah selesai dilaksanakan.

6.5. Analisis interaksi Kepemimpinan dengan Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Pos Kesehatan Desa

Jika dilihat dari interaksi kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat di

desa Nanga Bayan yang ada, menggambarkan kondisi yang menganut nilai-nilai

kekerabatan yang sangat kuat. Nilai-nilai kekerabatan tersebut dapat dilihat dari

aktivitas budaya seperti pernikahan dan acara adat di desa Nanga Bayan yang

mana partisipasi masyarakat cukup baik dalam membantu proses kegiatan

tersebut. Perbedaan suku yang ada di desa Nanga Bayan tidak serta merta menjadi

masalah antar masyarakat yang tergambar dari interaksi sosial di lingkungan

Page 124: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

109

masyarakat, penguatan nilai-nilai kekerabatan tersebut terbentuk melalui

hubungaan antar kelompok sosial di masyarakat yang bertujuan dalam hal

pembangunan desa. Kelompok sosial tersebut merupakan lembaga informal yang

dapat mempererat kekerabatan dan solidaritas antar masayarakat.

Dalam pelaksanaan program pembangunan desa yang dimaksudkan untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa

yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan

pemerintah dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa pemerintah

masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk meningkatkan

kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan pos kesehatan

desa.

Dalam perkembangannya mereka juga berinteraksi dengan warga negara

Malaysia yang secara geografis lebih dekat jaraknya dibandingkan dengan pusat

pemerintahan kecamatan. Hubungan itu lambat laun berjalan timpang sehingga

menimbulkan ketergantungan. Pasalnya, kini sebagian besar masyarakat di desa

Nanga Bayan yang mampu lebih memilih mendapatkan pelayanan di negara

tetangga itu melalui pos pelintas batas tradisional. Jauhnya jarak dari pusat

kesehatan yang memadai untuk mendapatkan rujukan seperti ke puskesmas dan

rumah sakit di kawasan Indonesia dan minimnya fasilitas yang ada di desa

tersebut menyebabkan tersendatnya pelayanan kesehatan di desa Nanga Bayan.

Kalaupun tersedia, harganya sangat mahal sehingga tidak ada pilihan kecuali

menyeberang ke Malaysia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Berbagai persoalan dalam pembangunan fisik pos kesehatan desa

(poskesdes) persepsi masyarakat tersebut di atas, seperti derajat kesehatan yang

rendah, kondisi kehidupan masyarakat khususnya anak-anak yang mengalami

kekurangan gizi dan lingkungan pemukiman yang kurang sehat, serta

keterisolasian telah menyebabkan orientasi kesehatan yang cenderung ke negara

tetangga terjadi di Kawasan Perbatasan Kabupaten Sintang dan Serawak. Secara

langsung maupun tidak langsung masyarakat di desa Nanga Bayan tersebut

terpengaruh pada kehidupan di Negara Malaysia. Misalnya masyarakat lebih

sering menggunakan obat-obatan dari Malaysia, mereka umumnya lebih

mengetahui dan mengenal obat-obatan di negara tetangga Malaysia dibandingkan

Page 125: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

110

negara sendiri, ataupun cenderung lebih sering menggunakan pelayanan

kesehatan di negara tetangga dari pada di negara sendiri.

Kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci keberhasilan

pembangunan pos kesehatan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran

warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana untuk

memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa

dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan kepemimpinan desa

khususnya kepemimpinan pemerintah desa. Sebab pada tingkat pemerintahan

yang paling bawah, Kepala Desa sebagai pimpinan pemerintah desa atau aktor

dalam menjalankan kepemimpinan pemerintah desa, menjadi ujung tombak

pelaksanaan dan terlaksananya pembangunan desa maupun dalam menumbuhkan

kesadaran warga desa untuk berperan serta dalam pembangunan desa.

Untuk mencapai kepemimpinan pemerintah desa yang ideal dalam

menggerakkan dan meningkatkan partisipasi warga desa dalam melaksanakan

pembangunan, paling sedikit ada tiga aspek pokok yang penting diperhatikan.

Pertama, intensitas dan kualitas aspek fungsional kepemimpinan, yaitu

memberi dorongan, pengarahan, bimbingan, interaksi komunikasi dan pelibatan

warga dalam pembuatan keputusan. Kedua, perilaku kepemimpinan yang

digunakan dalam menjalankan aktivitas dan peranan kepemimpinan. Ketiga, agar

dalam menjalankan aktivitas fungsi dan peranan kepemimpinan yang ideal untuk

mempengaruhi atau meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan desa, maka perlu diperhatikan aspek nilai sosial dan budaya,

khususnya tuntutan nilai-nilai budaya tradisional tentang pola perilaku interaksi

hubungan kemasyarakatan dalam sistem hubungan kekerabatan di mana

kepemimpinan itu berlangsung yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi perilaku interaksi kepemimpinan desa dan warga desa.

Diduga adanya hubungan antara kepemimpinan dengan partisipasi

masyarakat desa dalam pembangunan pos kesehatan desa yang dilandasi oleh

aspek sosial budaya/nilai budaya, yaitu:

Pertama, terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan partisipasi warga

desa. Interaksi yang dilakukan kepala desa dengan memberi kesempatan yang luas

kepada warga desa untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dalam

Page 126: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

111

pembangunan pos kesehatan desa. Dengan kata lain, kepemimpinan yang bagus

dilandasi juga dengan partisipasi yang baik.

Kedua, nilai-nilai budaya tradisional tentang perilaku interaksi dalam

hubungan kekerabatan mempengaruhi hubungan antara kepemimpinan

pemerintah desa dengan partisipasi warga desa. Di sini, jika posisi

kedudukan/otoritas kepemimpinan pemerintah desa dilegitimasi nilai-nilai

tradisional dan kepemimpinan menempatkan posisi perilakunya dalam hubungan

sistem kekerabatan dalam berinteraksi dengan masyarakat desa, maka

kepemimpinan relatif ideal dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam

pembangunan pos kesehatan desa (lihat gambar : 6).

Gambar : 6

Pola interaksi kepemimpinan dan partisipasi masyarakat

Uraian di atas dapat menjadi sebuah gambaran bahwa kondisi interaksi

antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pos

kesehatan desa. Lemabaga formal dan informal merupakan kondisi yang saling

bekerjasama dalam pembangunan pos kesehatan desa, dimana melalui pendekatan

partisipasi masyarakat yang dikembangkan, agar dapat menyusun program

pembangunan desa yang sesuai dengan kondisi masyarakat dalam mewujudkan

pembangunan kesejahteraan melalui program pembanguan pos kesehatan desa.

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa hubungan antara kepemimpinan

formal dan informal berjalan dengan baik dalam melaksanakan pembangunan

desa dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Dalam konteks pembangunan,

Masyarakat Lembaga

Formal

Lembaga

Informal

Poskesdes

Page 127: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

112

kepemimpinan formal lebih mendominasi dalam menggerakan masyarakat.

Dalam hal ini, pemerintah desa lebih berfungsi untuk hal-hal yang berkenaan

dengan masalah/urusan administrasi sedangkan lembaga adat lebih cenderung

difungsikan untuk masalah/urusan yang berkenaan dengan kehidupan sosial di

desa seperti penyelesaian perkara, ritual, perkawinan, termasuk aktivitas

pertanian. Pelaksanaan fungsi kedua kepemimpinan ini memiliki landasan yang

berbeda dimana pemerintah desa lebih dominan berlandaskan pada aturan-aturan

formal sedangkan lembaga adat lebih dominan merujuk pada hukum-hukum adat.

6.5.1. Analisis Perencanaan Pembangunan Poskesdes

Kepemimpinan pemerintah desa dengan partisipasi masyarakat desa dalam

perencanaan pembangunan pos kesehatan desa memiliki keterkaitan yang erat.

Partisipasi warga desa dalam perencanaan pembangunan pos kesehatan desa

ternyata disebabkan oleh intensifnya kepala desa memberikan dorongan,

pengarahan, dan diberikannya kesempatan kepada warga desa untuk ikutserta

dalam pembuatan keputusan desa yang berhubungan dengan perencanaan

pembangunan pos kesehatan desa.

Keberhasilan kepala desa menggerakkan partisipasi warga desa dalam

perencanaan pembangunan desa tidak terlepas dari dukungan atau legalitas dan

ligitimasi dari pernimpin informal desa khususnya pemimpin informal tradisional.

Pemerintah desa memperoleh legitimasi secara formal melalui surat pengangkatan

dari Bupati sedangkan lembaga adat memperoleh legitimasi secara informal dari

masyarakat. Meskipun pemerintah desa juga memperoleh legitimasi dari

masyarakat melalui pemilihan langsung, namun kedua komponen ini tidak saling

berebut pengaruh melainkan yang terjadi adalah pembagian fungsi pelayanan

terhadap masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah desa lebih berfungsi untuk hal-hal

yang berkenaan dengan masalah/urusan administrasi sedangkan lembaga adat

lebih cenderung difungsikan untuk masalah/urusan yang berkenaan dengan

kehidupan sosial di desa seperti penyelesaian perkara, ritual, perkawinan,

termasuk aktivitas pertanian.

Dalam perencanaan program pembangunan pos kesehatan desa, pemahaman

pemerintah sebagai pelayan masyarakat merupakan fundamen pengembangan

Page 128: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

113

partisipasi masyarakat sebagai alat komunikasi. Karena menempatkan pemerintah

sebagai pelayan masyarakat maka masukan, pandangan dan pendapat masyarakat

haruslah diposisikan sebagai masukan yang bernilai untuk mewujudkan keputusan

yang responsif. Dengan konsep kemitraan, partisipasi masyarakat didayagunakan

sebagai instrumen penting untuk mendapatkan masukan berupa informasi dari

kelompok masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Sebenarnya proses pembuatan kebijakan perencanaan program

pembangunan bersifat elitis, artinya pemerintahlah yang menjadi penentu

kebijakan pembangunan, sedangkan masyarakat berperan memberikan masukan

kepada pemerintah tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila hal ini

diterapkan dalam upaya implementasi partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan, maka yang diperlukan adalah keterbukaan pemerintah untuk

menjadikan masukan masyarakat sebagai dasar dalam menyusun perencanaan

pembangunan desa.

Selama ini permasalahan yang ditemukan adalah bukan karena kualitas dan

kuantitas partisipasi masyarakat rendah tetapi justru terletak pada praktek-praktek

pemerintah yang mengabaikan usulan masyarakat. Padahal partisipasi masyarakat

merupakan syarat mutlak dan sangat penting untuk mencapai keberhasilan

program. Masyarakat harus ikut serta didalam proses penyusunan perencanaan

program hingga mengevaluasi keberhasilannya sehingga masyarakat tidak hanya

dijadikan objek tetapi diikut sertakan sebagai subjek (pelaku).

Keterlibatan masyarakat desa dalam proses perencanaan itu selesai di tingkat

kecamatan, sehingga implementasi perencanaan tersebut dikritisi mengandung

banyak kelemahan. Misalnya, partisipasi masyarakat selaku penerima manfaat

sangat lemah, hasil berbagai forum koordinasi di tingkat lebih rendah tidak

digubris oleh pemerintah yang lebih tinggi, mekanisme perencanaan hanya

bersifat mencatat daftar kebutuhan masyarakat ketimbang sebagai proses

perencanaan yang partisipatif, Yang nampak di permukaan adalah perencanaan

dari bawah (bottom up), tetapi sebenarnya proses itu sentralistis (top down).

Akibatnya program yang turun tidak menjawab permasalahan di desa. Hal ini

mengindikasikan perencanaan pembangunan ternyata belum diterapkan, dan

hanya bersifat formalitas. Setelah program pembangunan pos kesehatan desa

Page 129: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

114

sebagai prioritas, maka hal lain yang menjadi kendala adalah lokasi tempat

dibangunnya pos kesehatan desa tersebut.

6.5.2. Analisis Pelaksanaan Pembangunan Poskesdes

Dalam pelaksanaan pembangunan pos kesehatan desa, peran kepala desa

sangat dominan. Hal ini disebabkan dalam pelaksanaan pembangunan pos

kesehatan desa tidak melalui anggaran dana desa dan swadaya masyarakat tetapi

proses pelaksanaannya melalui instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten

Sintang selaku pengguna anggaran. Dan selaku pengguna anggaran juga bukan

sebagai pelaksana dilapangan, tetapi sebagai fasilitator untuk mempersiapkan

administrasi yang berkaitan dengan pembangunan pos kesehatan desa. Oleh sebab

itu sebagai pelaksana dilapangan adalah pihak kedua/swasta (kontraktor).

Untuk membuka peluang bagi komponen masyarakat untuk terlibat dan

berperan serta dalam proses pembangunan pos kesehatan desa dengan

mengadakan musyawarah desa untuk menentukan lokasi tempat dibangunnya pos

kesehatan desa. Pemerintah desa melibatkan semua elemen masyarakat untuk

menentukan lokasi, dengan demikian keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pembangunan pos kesehatan desa tetap terlaksana walaupun hanya sebatas

penentuan lokasi dan pembersihan lokasinya tetapi nilai kebersamaan itu yang

harus dibangun terus menerus karena menyangkut kesejahteraan masyarakat. Hal

ini akan berakibat apabila masyarakat merasa tidak sejahtera, maka akan

membawa dampak negatif pada masyarakat desa itu sendiri, sehingga dalam

waktu lambat atau cepat masyarakat akan keluar dari desa untuk mencari

pekerjaan dan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Apalagi desa Nanga

Bayan berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, yang membawa

konsekwensi baik dari aspek ekonomi, sosial maupun politik. Oleh sebab itu

setiap kebijakan dan program pembangunan yang direncanakan betul-betul dapat

mensejahterakan masyarakat setempat.

6.5.3. Analisis Pengawasan Pembangunan Poskesdes

Kelambagaan informal selaku jalur masyarakat untuk berpartisipasi terhadap

setiap kegiatan pembangunan di desa baik dalam perencanaa, pelaksanaan

Page 130: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

115

maupun pengawasan. Dalam hal ini, pemerintah desa lebih berfungsi untuk hal-

hal yang berkenaan dengan masalah/urusan administrasi sedangkan lembaga adat

lebih cenderung difungsikan untuk masalah/urusan yang berkenaan dengan

kehidupan sosial di desa seperti penyelesaian perkara, ritual, perkawinan,

termasuk aktivitas pertanian. Pelaksanaan fungsi kedua kepemimpinan ini

memiliki landasan yang berbeda dimana pemerintah desa lebih dominan

berlandaskan pada aturan-aturan formal sedangkan lembaga adat lebih dominan

merujuk pada hukum-hukum adat. Berkaitan dengan fungsi tersebut kelembagaan

informal selaku jalur masyarakat untuk berpartisipasi tidak mau terlibat terlalu

jauh dalam urusan formal mengingat pemerintah desa merupakan perpanjangan

tangan dari pemerintah pusat untuk melaksanakan pembangunan di desa.

Namun demikian, bukan berarti kepemimpinan informal lepas tangan

terhadap pembangunan di desa, lebih dari itu kepemimpinan informal sangat

mendukung karena menyangkut kesejahteraan masyarakat. Karena apabila

masyarakat merasa terpenuhi segala kebutuhannya di desa tersebut, maka

masyarakat tidak akan meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan guna

mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

Kondisi ini menyebabkan baik kepemimpinan desa maupun masyarakat desa

telah gagal melaksanakan fungsi, tugas, dan kewajiban masing-masing. Karena

kepemimpinan pemerintahan desa dalam pelaksanaan pembangunan pos

kesehatan desa sudah keluar dari aturan yang seharusnya. Akibatnya, minim ruang

bagi masyarakat desa untuk berpartisipasi secara optimal dalam proses

pengawasan pembangunan pos kesehatan desa yang justru menyangkut hidup

mereka sendiri. Maka sudah dapat ditebak, pelaksanaan pembangunan pos

kesehatan desa yang dihasilkan tersebut akhirnya tidak berpihak pada desa atau

tidak menjawab permasalahan yang ada di desa. Hal ini menjadikan pemerintahan

desa selalu mendominasi, sehingga dengan demikian pelaksanaan pemerintahan

desa tidak dapat menghasilkan barang dan jasa (pelayanan) yang ekonomis,

efektif, dan akuntabel kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa makna bahwa interaksi

antara kepemimpinan pemerintahan desa dengan partisipasi masyarakat belum

optimal:

Page 131: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

116

a. Kepemimpinan pemerintahan desa dan masyarakat dalam perencanaan

pembangunan pos kesehatan desa lebih banyak mengacu kepada program-

program perencanaan yang diterima kepemimpinan pemerintahan desa pada

saat sosialisasi forum antar desa I. Oleh sebab itu keikutsertaan masyarakat

dalam perencanaan pembangunan pos kesehatan desa lebih dipengaruhi oleh

kepemimpinan formal yang lebih dominan dalam menggerakan masyarakat

untuk berpartisipasi. Sehingga dalam perencanaan pembangunan pos

kesehatan desa partisipasi masyarakat dilakukan melalui peran kelembagaan

formal. Oleh karena itu kepemimpinan pemerintahan desa lebih dominan

dalam perencanaan pembangunan pos kesehatan desa sehingga ruang yang

diberikan kepada masyarakat sangat kecil hanya memberi kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dalam sosialisasi program pembangunan dan

dalam pengambilan keputusan.

b. Dalam pelaksanaan pembangunan pos kesehatan desa, komponen masyarakat

untuk terlibat dan berperan serta dalam proses pembangunan pos kesehatan

desa tidak begitu menonjol sehingga partisipasi masyarakat tidak berjalan

dengan baik. Hal ini disebabkan kepemimpinan pemerintahan desa hanya

memberikan ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi sangat kecil,

karena partisipasi masyarakat dilakukan hanya bersifat momental. Artinya

masyarakat hanya berpartisipasi pada saat membersihkan lokasi tempat

dibangunnya poskesdes.

c. Kelambagaan informal selaku jalur masyarakat untuk berpartisipasi terhadap

setiap kegiatan pembangunan di desa baik dalam perencanaa, pelaksanaan

maupun pengawasan. Dalam hal ini, pemerintah desa lebih berfungsi untuk

hal-hal yang berkenaan dengan masalah/urusan administrasi sedangkan

lembaga adat lebih cenderung difungsikan untuk masalah/urusan yang

berkenaan dengan kehidupan sosial di desa seperti penyelesaian perkara,

ritual, perkawinan, termasuk aktivitas pertanian. Pelaksanaan fungsi kedua

kepemimpinan ini memiliki landasan yang berbeda dimana pemerintah desa

lebih dominan berlandaskan pada aturan-aturan formal sedangkan lembaga

adat lebih dominan merujuk pada hukum-hukum adat. Berkaitan dengan

fungsi tersebut kelembagaan informal selaku jalur masyarakat untuk

Page 132: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

117

berpartisipasi tidak mau terlibat terlalu jauh dalam urusan formal mengingat

pemerintah desa merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk

melaksanakan pembangunan di desa. Namun demikian, bukan berarti

kepemimpinan informal lepas tangan terhadap pembangunan di desa, lebih

dari itu kepemimpinan informal sangat mendukung karena menyangkut

kesejahteraan masyarakat. Karena apabila masyarakat merasa terpenuhi segala

kebutuhannya di desa tersebut, maka masyarakat tidak akan meninggalkan

desa untuk mencari pekerjaan guna mendapatkan penghasilan yang lebih

tinggi. Sedangkan untuk partisipasi masyarakat yang bersifat langsung, sangat

minim atau dapat dikatakan tidak ada, karena partisipasi masyarakat yang

paling dasar, yaitu sebagai kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan

pembangunan pos kesehatan desa tidak berjalan, dengan baik. Kekurangan

lain yang masih tampak pada tahapan dan bentuk partisipasi pada masyarakat

di lokasi penelitian adalah tidak berlanjut pada tahapan evaluasi dan

pemeliharaan. Sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang elit desa dan

dibenarkan oleh informan lainnya, bahwa seolah telah mencapai klimaksnya,

setelah selesai pelaksanaan pembangunan fisik, selesailah proyek tersebut.

Tahapan lebih lanjut masih sangat kurang.

Kondisi ini telah membawa baik kepemimpinan desa maupun masyarakat

telah melaksanakan fungsi, tugas, dan kewajiban masing-masing. Karena

kepemimpinan pemerintahan desa dalam pelaksanaan pembangunan pos

kesehatan desa sudah mengacu kepada aturan. Dengan demikian, ruang akses

sangat terbuka bagi masyarakat desa untuk berpartisipasi secara optimal dalam

proses pengawasan pembangunan pos kesehatan desa karena menyangkut hidup

mereka sendiri. Maka sudah dapat ditebak, pelaksanaan pembangunan pos

kesehatan desa yang dihasilkan tersebut berpihak pada masyarakat atau sudah

menjawab permasalahan yang ada di desa. Walaupun tidak sepenuhnya sudah

menjawab kebutuhan masyarakat karena belum adanya sumberdaya manusia yang

menempati pos kesehatan desa tersebut.

Dari uraian diatas bahwa interaksi kepemimpinan pemerintahan desa dengan

partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan pos kesehatan

desa belum optimal. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemimpinan

Page 133: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

118

pemerintahan desa dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan belum

mampu menggerakan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan pos

kesehatan desa. Mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Partisipasi masyarakat masih belum optimal, terutama dalam bentuk ide dan

gagasan dan dalam pengambilan keputusan. Belum optimalnya partisipasi

masyarakat dalam pembangunan poskesdes, sebagian besar disebabkan oleh

kegagalan fasilitator dalam mensosialisasi dan dalam memfasilitasi tahapan-

tahapan kegiatan tidak transparan. Pendekatan yang dilakukan kurang memberi

ruang bagi publik untuk menentukan agenda program karena masih di dominasi

oleh pemerintah sedangkan masyarakat hanya berpartisipasi dalam sosialisasi

kegiatan. Bentuk partisipasi masyarakat yang terlihat dalam program ini hanyalah

partisipasi dalam bentuk fisik yakni gotong royong yang memang sudah menjadi

tradisi masyarakat di desa. Keikutsertaan warga dalam pelaksanaan pembangunan

pos kesehatan desa lebih banyak didorong oleh motif bahwa masyarakat

membutuhkan pembangunan pos kesehatan desa. Dengan demikian program ini

belum menjadi sebuah proses untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan pos kesehatan desa karena pemerintah lebih dominan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Oleh sebab itu type kepemimpinan

pemerintahan desa masih otoriter dan partisipasi masyarakat masih lemah.

Sehingga interaksi antara kepemimpinan pemerintahan desa dengan partisipasi

masyarakat dapat disimpulkan ada di ruang tiga (III) yaitu kepemimpinan

pemerintah desa sangat dominan dalam melaksanakan pembangunan, maka type

kepemimpinannya adalah otoriter.

6.6. Manfaat Program Pembangunan Pos Kesehatan Desa

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat kurang

mampu, pemerintahah desa telah mengambil kebijakan dengan program

pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes). Program itu dapat meningkatkan

akses penduduk miskin untuk menikmati fasilitas kesehatan yang ada di desa.

Dari kebijakan tersebut nampak sudah menjawab kebutuhan masyarakat dalam

jangka panjang, karena yang diinginkan masyarakat sebagai prioritas utama

adalah program pembangunan pos kesehatan desa.

Page 134: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

119

Namun dalam jangka pendek, permasalahan yang masih dihadapi dalam

pembangunan pos kesehatan desa saat ini adalah belum optimalnya layanan

kesehatan karena petugas paramedis seperti tenaga gizi, tenaga analis

(laboratorium), paramedis (mantri), tenaga kesehatan lingkungan (higiene

sanitasi) belum menempati bangunan pos kesehatan Nanga Bayan tersebut. Oleh

sebab itu masyarakat belum dapat menerima manfaat pelayanan kesehatan pada

saat ini, selain pelayanan yang diberikan bidan desa di lokasi penelitin. Dengan

demikian sampai akhir tahun 2009 ini masyarakat masih melakukan pelayanan

kesehatan seperti biasa yaitu di polindes. Hal itu antara lain, untuk masyarakat

yang mampu, mereka tetap memilih pelayanan kesehatan di negara Malaysia,

karena sampai saat ini belum ada surat pelarangan resmi dari Malaysia, mengingat

masyarakat yang mendapat pelayanan disana (Malaysia) tidak memiliki pasport

tetapi hanya mengantongi surat keterangan berobat dari kepala desa dengan waktu

yang tidak ditentukan (sampai sembuh).

Kesejahteraan itu sendiri sifatnya relatif, artinya bahwa peningkatan

kesejahteraan dalam kurun waktu tertentu akan berbeda kualitas dan coraknya di

banding dengan peningkatan yang akan terjadi dikurun waktu yang lain. Dengan

demikian yang terpenting dalam pembangunan adalah keberhasilan yang dapat

memberikan perbedaan keadaan yang dinilai lebih baik, sempurna, lebih sehat,

lebih manusiawi dan bermanfaat.

Persepsi jauh dalam kemanfaatan pembangunan berarti bahwa orang

tersebut tidak melihat kemanfaatan yang segera atau yang dalam jangka pendek

dapat diperoleh. Dalam hal semacam ini biasanya orang-orang menjadi tidak atau

kurang responsive untuk ikut serta dalam pembangunan. Contohnya setelah pos

kesehatan desa sudah melayani masyarakat dengan rutin dan tenaga-tenaga

paramedis sudah siap ditempat, maka program-program kesehatan mulai

dilaksanakan seperti misalnya program penyuluhan gizi yang mengajak

masyarakat untuk memakan sayur-sayuran berdaun hijau guna memberantas atau

mencegah kekurangan vitamin A. Kemanfaatan proyek pembangunan pos

kesehatan desa (poskesdes) barangkali lebih “dekat” terlihat dan terasa. Karena itu

tidaklah mengherankan bila banyak warga desa yang menyambutnya dan ingin

agar dapat cepat merasakannya dan memanfaatkannya.

Page 135: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

120

Memang wajar bila orang yang menikmati hasil pembangunan seyogyanya

juga ikut menyumbang bagi pembangunan. Namun demikian dalam program-

program pembangunan tertentu tidak perlu yang memanfaatkan hasil

pembangunan harus ikut menyumbang secara langsung bagi pembangunan,

karena dengan ikut memanfaatkan berarti mereka sudah ikut mensukseskan

pembangunan. Masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan pada Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) dapat dikatakan sudah berpartisipasi, sebab bila

masyarakat tidak mau memanfaatkan maka pembangunan Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes) itu dapat dikatakan tidak berhasil karena yang menikmati hasil dari

pembangunan itu adalah masyarakat itu sendiri.

Manfaat dari pelaksanaan program ini diharapkan akan diperoleh oleh

Pemerintahan Desa dan Masyrakat. Manfaat yang dimaksud dalam hal ini adalah

suatu hasil yang dapat dirasakan setelah program ini selesai dilaksanakan, hal

tersebut dapat simpulkan sebagai berikut :

Pertama, manfaat bagi desa antara lain adalah: a) adanya peningkatan

pembangunan dalam aspek pengelolaan Pemerintahan Desa maupun dalam

hubungannya dengan masyarakat desa, dengan adanya pembagunan pos kesehatan

desa (poskesdes), berarti pemerintahan desa sudah memberikan pelayanan kepada

masyarakat terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas sosial kepada masyarakat seperti penyediaan fasilitas kesehatan

dengan pembangunan pos kesehatan desa (poskesdes). Dengan demikian

kesehatan masyarakat akan lebih terjaga dan tidak merasa cemas apabila ada

keluhan sakit. b) Program-program kesehatan akan dapat terlaksana dengan baik

oleh pemerintah desa dengan terus menggalang kerjasama dengan pihak terkait

mulai dari desa, kecamatan dan kabupaten. Sehingga program-program akan

terlaksana dengan baik dan diterima dengan baik juga oleh masyarakat. c)

memberikan stimulasi bagi Pemerintahan Desa untuk meningkatkan aktivitas-

aktivitas di dalam melaksanakan program-program pembangunan desa. Dalam

bidang kesehatan, aktivitas-aktivitas pemerintahan desa dalam melaksanakan

program-program pembangunan di bidang kesehatan tidak akan berjalan dengan

baik dan lancar apabila tidak didukung oleh partisipasi masyarakat. Berbagai

pihak perlu terlibat secara terpadu seperti posyandu dan polindes. Oleh sebab itu

Page 136: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

121

perlu menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat dengan melibatkan

masyarakat secara aktif pada berbagai tahapan pelaksanaan program kesehatan.

Kedua, manfaat bagi masyarakat antara lain adalah: a) Akses bagi

masyarakat miskin dan kaum perempuan lebih terjangkau, mengingat petugas

kesehatan yang ada di pos kesehatan desa (poskesdes) sudah semakin komplit

karena selain tenaga bidan, ada tenaga perawat, tenaga analis dan tenaga higiene

sanitasi (HS) atau kesehatan lingkungan. sehingga kesehatan masyarakat akan

lebih terjaga dan tidak merasa cemas apabila ada keluhan sakit. b) masyarakat

akan semakin mengerti dengan kesehatan terutama dengan pola hidup bersih dan

sehat, seperti untuk menghindari serangan aneka penyakit, dengan menerapkan

pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari. Kunci utamanya adalah

kebersihan, terutama sanitasi lingkungan. Hal ini bisa dimulai dengan contoh

menghilangkan kebiasaan menyiram tanaman dan jalanan dengan air comberan

karena hal ini justru membuat kuman gampang menyebar, sediakan selalu dalam

kotak obat di rumah obat penurun panas, antiseptik, oralit, minyak kayu putih dan

obat-obatan lainnya yang biasa dikonsumsi sebagai pertolongan pertama.

Page 137: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

122

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap fokus masalah

yang ada dalam penelitian ini, maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Terdapat dualistik kepemimpinan yang masing-masing memiliki legitimasi

dan pengaruh yang kuat terhadap masyarakat dengan karakteristik yang

berbeda yaitu kepemimpinan formal (kepala desa) dan kepemimpinan

informal (temenggung).

2. Kepemimpinan yang ada di desa Nanga Bayan cenderung otoriter. Hal ini

tercermin lewat pembangunan pos kesehatan desa lebih didominasi oleh

pemerintahan desa dan mekanisme pelaksanaan pembangunannya secara

umum masih bersifat top down, mulai dari aspek perencanaan hingga

pengawasan. Oleh sebab itu partisipasi warga masih terbatas pada mobilisasi

dalam kegiatan pembangunan desa. Artinya warga berpartisipasi hanya pada

saat ada kegiatan pembangunan saja.

3. Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan lebih dominan

bersumber dari peran-peran kepemimpinan formal dibandingkan peran-peran

kepemimpinan informal serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan

lebih terpusat pada aspek perencanaan.

4. Interaksi antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan pos kesehatan desa dilandasi oleh aspek sosial budaya.

7.2. S A R A N

1. Secara teoritis, pembangunan dalam aspek apapun sangat diperlukan oleh

masyarakat di kawasan perbatasan baik berupa pembangunan fisik maupun

non fisik dan keduanya memerlukan adanya keseimbangan. Oleh sebab itu,

disarankan agar di dalam menentukan kebijakan program pembangunan,

pemerintah harus melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga

masyarakat dapat merasakan pembangunan itu benar-benar memberi

manfaat dalam kehidupan masyarakat setempat.

Page 138: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

123

2. Secara praktis, kepemimpinan informal merupakan salah satu komponen

yang mendorong proses dinamika kehidupan sosial melalui peran-perannya.

Dalam hal ini, dipandang perlu untuk memberikan ruang bagi keterlibatan

kepemimpin informal di Desa Nanga Bayan dalam ikut menumbuhkan

partisipasi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, disarankan agar

pemerintah desa membangunan kerjasama dengan kepemimpinan informal

di Desa Nanga Bayan agar pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan

arahan dan tujuan yang ingin dicapai.

3. Dalam perencanaan program pembangunan desa diharapkan pemahaman

pemerintah sebagai pelayan masyarakat merupakan fundamen

pengembangan partisipasi masyarakat sebagai alat komunikasi. Karena

menempatkan pemerintah sebagai pelayan masyarakat maka masukan,

pandangan dan pendapat masyarakat haruslah diposisikan sebagai masukan

dalam pengembangan wilayah dan kesejahteraan masyarakat di kawasan

perbatasan Indonesia dengan Malaysia khususnya di Desa Nanga Bayan.

Page 139: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

124

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Antlov, H. 2002. Negara dalam Desa. Lappera Pustaka Utama. Yogyakarta.

Bass, B.M. and Avolio, B.J. 1994, Improving Organizational Effectiveness

through Transformational Leadership, Sage, Thousand Oaks.

Bass, B.M. 1990. Bass and Stogdill’s Hand Book of Leadership. New York:

FreePress.

Berkes, F. 2001. Managing Small-scale Fisheries: Alternative Directions and

Methods. Ottawa: International Development Research Centre.

Bilton, Tony, Kevin Bonnet, Philip Jones, Michelle Stanworth, Ken Sheard, dan

Andrew Webster. 1981. Introductory Sociology. Hong Kong: The

Macmillan Press.

Creshwell, John W. 2002. Reseach Design. Qualitative and Quantitative

Approaches. Chrishnanda DI dan Bambang Hastobroto (editor). KIK. Press.

Jakarta.

Conyers, Diana, 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Cohen, John M dan Uphoff, Norman T, 1977. Rural Development Participation:

Conceptsand Measures for Project Design, Implementation and Evaluation.

Cornell University, Ithaca. New York.

Davey, K.J. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-praktek Internasional

dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga. UI-Press. Jakarta.

Dove, Michael. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam

Modernisasi. Yayasan Obor Jakarta. Jarkarta.

Esman, Milton. J. 1972, dalam Eaton, Joseph. W., Institution Building and

Development From Concep to Aplication. Sage Publication. London .

Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness. McGraw-Hill. New

York.

Goulet, Denis. 1977. The Cruel Choice: A New Concept in the Theory of

Development. New York: Atheneum.

Handoko T. Hani. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke–2.

Yogyakarta: BPFE

Halpin, A.W. 1966. Theory and Research in Administration. Macmillan. New

York.

Hasibuan, Malayu SP. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Gunung

Agung, Jakarta.

Page 140: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

125

Hayami, Y. and W. Ruttan. 1984. Agricultural Development, an International

Perspevtive. The John Hopkins university Press. Baltimore and London.

Hencley, S.P. 1973. Situational behavioral approach to the study of educational

leadership', in L.C. Cunningham and W.J. Gephart (eds.). Leadership: The

Science and Art Today, Peacock Publishers. Itaska.

Hill, Tosi., Caroll, SJ. 1997. Organisational Theory and management. A Macro

Approach. John willey and Sons Inc. New York.

Hoy, W.K. and Miskel, C.G. 1987. Educational Administration. Theory, Research

and Practice. Third Edition, Random House. New York.

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Sixth Edition. McGraww-

Hill Book Company. Sidney. Tokyo.

Kartasasmita, Ginandjar. 1997. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan. Cidesindo. Jakarta.

Kartodirdjo, Sartono (Penyunting) 1984. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial.

Jakarta. LP3ES

Kartono, Kartini. 2001. Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah pemimpin

abnormal itu) (edisi baru). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1964. Pengantar Antropologi. Cetakan kedua. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Korten, David, dan Sjahrir. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta.

Maskun, Sumitro. 1993. Pembangunan Masyarakat Desa. Media Widya Mandala.

Yogyakarta.

Miles, Mattew B dan A. M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Moleong, L. J. 2001. Metologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosydakarya.

Bandung.

Nawawi. 2003. Kepemimpinan mengefektifkan organisasi, Penerbit Gajah Mada

University Yogyakarta. Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat

Tinggal Landas. Rineka Cipta. Jakarta

Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Rake Sarasin.

Yogyakarta.

Nordholt, Nico Schulte. 1987. Ojo Dumeh. Kepemimpinan Lokal Dalam

Pembangunan Pedesaan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Page 141: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

126

Rasyid, R. Dan Djohermansyah Djohan. 2004. Pengembangan Aparatur

Pemerintah Daerah dalam menyongsong Era Otonomi Daerah.

Rogers, Everett M & Soemaker, F.Floy, 1981, Memasyarakatkan Ide Baru.

Usaha Nasional. Surabaya.

Sa’id, G dan Intan, A.H. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.

Sarwono,Solita. 2004. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta

Aplikasinya. Gadjah Mada Press. Yogyakarta

Sirigne, M. Ndiaye. 1999. Promoting Rural Community Development in Africa:

States Versus Grassroots Organizations. Centres for Disease Control and

Prevention. Atlanta.

Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press.

Bogor

Siagian, Sondang. 1989. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Cetakan Ke–3,

Rineka Cipta, Jakarta.

Sitorus, MT, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Diterbitkan oleh

Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial IPB Bogor.

Suwarsono & Alvin Y So. 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. LP3ES.

Jakarta.

Suyanto, Bagong. 1996. Perangkap Kemiskinan: Problem dan Strategi

Pengentasannya Dalam Pembangunan Desa. Aditya Media. Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono. 1973. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grapindo Persada.

Jakarta.

Stogdill, R.M. 1974. Handbook of Leadership: A Survey of Theory and Research.

The Free Press. New York.

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.

PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta.

Thoha, Miftah. 2001. Kepemimpinan dalam Manajemen (Suatu pendekatan

perilaku). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tohardi Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia.

Edisi I. CV. Mandar Maju. Bandung.

Ul Haq, Mahbub. 1985. Human Development Report. New York. Oxford

University Press.

Uphoff, Norman. 1986. Local Institutional Development: An Analytical

Sourcebook With Cases. Kumarian Press.

Weber, M. 1947. The Theory of Social and Economic Organization (A.N.

Henderson and T Parsons, eds. and trans). The Free Press. Glencoe.

Page 142: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

127

Weihrich Heinz and Koontz Harold, 1994. Management A Global Perspective.

Tenth Edition. New York. McGraw Hill Inc.

Wijaya, HAW. 2002. Pemerintahan Desa/ Marga: Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Suatu Telaah

Administrasi Negara). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yadov, R.P. 1980. People’s Participation, Focus on Rural Poor Level Planning

and Rural Development. Concept Publishing. Co. New Delhi.

Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus (Desain dan Metode) PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Yukl, Gary. 1998. Kepemimpinan dalam organisasi, Edisi ke-3. PT. Prenhallindo.

Jakarta.

Jurnal dan Working Paper:

Bass, B.M. 1997. Does Transactional – Transformational Leadership Paradigm

Transcend Organizational and National Boundaries. Journal American

Psychologist.

Darling, Roger. 1977. A Return to Valid Development Priciples, International

Development Review.

Hater, J.J. and Bass, B. 1988. 'Supervisors' evaluations and and subordinates

perceptions of transformational and transactional leadership. Journal of

Applied Psychology.

Howell, J.M., and Hall-Merenda, K.E. 1999. The Ties That Bind: The Impact of

Leader-Member Exchange, Transformational and Transactional Leadership,

and Distance on Predicting Follower Performance. Journal of Applied

Psychology.

House, R.J. 1971. A path goal theory effectiveness. Administration Science

Quarterly.

Nasdian, Fredian Tonny. 2004. Pengembangan Masyarakat (Community

Development). Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Rygh & Hjortdahl. 2007. Continues and Integrated Health Services in Rural

Areas. A literature study. Rural and Remote Health Journal.

Seltzer, J., and Bass, B.M. 1990. Transformational Leadership: Beyond Initiation

and Consideration. Journal of Management.

Setiawan, D. 2008. Pelembagaan Partisipasi Masyarakat Desa melalui

Pembangunan BKM. Artikel Field Coordinator DMC Pangandaran.

Tichy, N.M. and Devanna, M.A. 1986. The Transformational Leader. John Wiley.

New York.

Page 143: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

128

Stieve, Benedict. 1977. Social Soundness Analysis of Ethopia’s Minimum People

Program II. Paper Prapares for USAID. Washington DC. Sarros, J.C. and Butchatsky, O. 1996. Leadership, Australia's Top CEOs: Finding

Out What Makes Them the Best. Harper Business. Sydney.

Yammarino, F.J. and Bass, B.M. 1990. Longterm forecasting of transformational

leadership and its effects among naval officers: some preliminary findings.

in K.E. Clark and M.B. Clark (eds). Measures of Leadeship. Leadership

Library of America. West Orange.

Skripsi, Tesis, dan Desertasi:

Hartati. 1999. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pemukiman Kumuh:

Studi Kasus Kelurahan Karang Anyar. Tesis, PPS UGM. Yogyakarta.

Intania, Ogi I. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Skripsi. Jurusan

Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB.

Simbolon, E.J.A. 1994. Peranan Kepala Desa dan Pemimpin lainnya untuk

mengembangkan Partisipasi Masyarakat dalam kegiatan pembangunan.

Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Romadon, M.HE. 2004. Kepemimpinan dan lapisan Tengger di Daerah Bromo

(Studi tentang kompetisi kepemimpinan Tradisional dan Pemerintahan Desa

Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo). Tesis. Program

Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Lainnya:

Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa, Ditjen

Bina Kesmas. tahun 2006.

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tetang Pemerintahan Daerah. Sinar Grafika.

Jakarta.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Restindo

Mediatama. Jakarta.

Page 144: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

129

Lampiran : 1

PEDOMAN WAWANCARA

c. Gambaran Umum Desa

1. Bagaimanakah sejarah desa Nanga Bayan ?

2. Bagaimanakah Gambaran sosial kemasyarakatan Kawasan Perbatasan

dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana,

keamanan serta kehidupan beragama di desa Nanga Bayan?

3. Bagaimanakah Gambaran geografi desa Nanga Bayan seperti Luas, dan

batas desa yang berbatasan langsung dengan negara bagian Serawak

(Malaysia Timur)?

4. Bagaimanakah Gambaran demografi desa Nanga Bayan dilihat dari

Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga?

5. Bagaimanakah efektifitas ekonomi Perusahaan/Usaha Industri Kecil dan

Menengah Di Kawasan Perbatasan seperti perindustrian, perdagangan, dan

perkoperasian di desa Nanga Bayan?

6. Bagaimanakah gambaran sumber daya alam di Kawasan Perbatasan

seperti pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, pariwisata,

pertambangan, dan kehutanan di desa Nanga Bayan?

d. Kelembagaan Pemerintahan Desa

1. Apakah peraturan desa dapat diterima oleh masyarakat secara luas?

2. Bagaimanakah peraturan desa itu di sosialisasikan kepada masyarakat?

3. Bagaimana jika ada masyarakat yang tidak menerima peraturan desa

tersebut?

4. Mengapa program pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

menjadi prioritas utama dalam menyusun RPJMD?

5. Sejauhmana pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) menjamin

kesejahteraan masyarakat?

6. Kelembagaan apa saja yang ada di desa ini yang terlibat dalam

menentukan program pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

Page 145: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

130

7. Bagaimanakah keterlibatan kelembagaan tersebut dalam menentukan

program pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

8. Mengapa dalam Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) tingkat

desa selalu mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah desa

(RPJMD)?

9. Apakah Kelembagaan Pemerintahan Desa membentuk panitia untuk

melaksanakan pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

10. Bagaimanakah panitia pelaksanaan pembangunan Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes) bekerja?

11. Siapakah yang mengangkat panitia pelaksanaan pembangunan Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes)?

12. Faktor-Faktor apa saja yang menghambat proses Kelembagaan

Pemerintahan Desa dalam menentukan pembangunan Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes)?

13. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor

penghambat tersebut?

e. Kepemimpinan

1. Mengapa pengambilan keputusan menerapkan prinsip transparansi dalam

bentuk kejelasan informasi dan argumentasi yang digunakan?

2. Bagaimana asas akuntabilitas, dalam bentuk bisa dipertanggungjawabkan,

diterapkan dalam setiap pengambilan keputusan?

3. Apakah keputusan yang diambil mengikuti asas rasionalitas yang jelas?

4. Mengapa keputusan yang diambil mengikuti asas rasionalitas yang jelas?

5. Apakah pengambilan keputusan merepresentasi kepentingan bersama dan

dilakukan secara demokratis?

6. Mengapa setiap pengambilan keputusan merepresentasi kepentingan

bersama dan dilakukan secara demokratis?

7. Apakah setiap keputusan yang diambil dapat dilakukan koreksi (diaudit

secara terbuka) disesuaikan dengan perkembangan lingkungan

masyarakat?

Page 146: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

131

8. Mengapa setiap keputusan yang diambil dapat dilakukan koreksi (diaudit

secara terbuka) disesuaikan dengan perkembangan lingkungan

masyarakat?

9. Bagaimana jika keputusan yang diambil tidak dapat dilakukan koreksi

(diaudit secara terbuka)?

10. Faktor-Faktor apa saja yang menghambat proses pengambilan keputusan

Kepemimpinan Desa?

11. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor

penghambat tersebut?

f. Partisipasi

1. Sejauhmana partisipasi masyarakat terlibat dalam menentukan program

pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

3. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

perekonomian desa?

4. Mengapa masyarakat di ikutsertakan dalam perencanaan pembangunan

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

5. Mengapa masyarakat di ikutsertakan dalam pelaksanaan pembangunan

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

6. Mengapa masyarakat di ikutsertakan dalam mengevaluasi hasil

pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

7. Mengapa masyarakat di ikutsertakan dalam Musyawarah rencana

pembangunan (Musrenbang) tingkat desa?

8. Faktor-Faktor apa saja yang menghambat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)?

9. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor

penghambat tersebut?

Page 147: KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM … · 2015-09-02 · kepemimpinan kepala desa dalam merumuskan kebijakan dan ... partisipasi yang bagus tetapi kepemimpinan tidak mendukung

132

Lampiran 2. Form Catatan Harian

No Kode

Nama Informan

Usia/Pendidikan

Status dalam Desa

Tanggal/Hari

Tempat Wawancara

Topik yang di bahas

1, ............................

2, ............................

:

: .......................................................

: .......................................................

: .......................................................

: .......................................................

: .......................................................

: .......................................................

Uraian tineliti terkait dengan topik yang dibahas

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Interpretasi tineliti

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Kesan terhadap tineliti

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Deskrifsi fisik bangunan dan lingkungannya

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Informasi yang perlu didalami lagi

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................