Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang...
-
Upload
leksco-lawyers -
Category
Real Estate
-
view
599 -
download
1
Transcript of Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang...
Perspektif Pengembang Rumah Susun Komersial
KEPATUHAN TERHADAP UNDANG-UNDANG TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PADA PERUSAHAAN
PROPERTI
Oleh: Eddy Marek Leks, S.H., M.H., ACIArb
www.lekslawyer.com
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Materi ini terdiri atas:
A. Dasar Hukum;
B. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang
C. Pihak Pelapor;
D. Kebijakan;
E. Kewajiban Pelaporan.
A. DASAR HUKUM1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
(“UU TPPU”);
2. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor PER-
10/1.02.1/PPATK/09/2011 Tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip Mengenali
Pengguna Jasa Bagi Penyedia Barang dan/ atau Jasa Lainnya (“Perka PPATK
No. 10/2011”)
3. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor PER-
12/1.02.1/PPATK/09/11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Bagi
Penyedia Barang dan/ atau Jasa Lainnya (“Perka PPATK No. 12/2011”)
A. PENGERTIAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Pasal 1 angka 1 UU TPPU, Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam UU TPPU.
Yang mana unsur-unsur yang dimaksud terdapat dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
Pasal 3 UU TPPU:“Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan…”
Pasal 5 UU TPPU:“Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan…”
Pasal 4 UU TPPU:“Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)…”
(Cont’d)
Hasil tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU TPPU adalah berupa Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana sebagai berikut:a. korupsi; o. penculikan;b. penyuapan; p. pencurian;c. narkotika; q. penggelapan;d. psikotropika; r. penipuan;e. penyelundupan tenaga kerja; s. pemalsuan uang; f. penyelundupan migran; t. perjudian;g. di bidang perbankan; u. prostitusih. di bidang pasar modal; v. di bidang perpajakan;i. di bidang perasuransian; w. di bidang kehutanan;j. kepabeanan; x. di bidang lingkungan;k. cukai; y. di bidang perikanan;l. perdagangan orang; z. tindak pidana yangm. perdagangan senjata gelap; ancaman pidananya 4n. terorisme; (empat) tahun/lebih
(Cont’d)
B. PIHAK PELAPOR Pihak Pelapor terdiri atas:
Penyedia jasa keuangan (bank, perusahaan pembiayaan, perusahaan
asuransi dan perusahaan pialang asuransi, dana pensiun lembaga keuangan,
perusahaan efek,);
Penyedia barang dan/ atau jasa lain (perusahaan properti/ agen properti,
pedagang kendaraan bermotor, pedagang permata dan perhiasan/ logam
mulia, pedagang barang seni dan antik atau balai lelang).
Pihak Pelapor wajib menyampaikan laporan transaksi terhadap transaksi yang
dilakukan oleh pengguna jasa kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (“PPATK”).
Pihak Pelapor dilarang memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara apapun mengenai
wajib menyampaikan laporan transaksi terhadap laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan (“TKM”) yang sedang disusun atau telah disiapkan kepada
PPATK;
(Cont’d)
C. KEBIJAKAN
Prinsip Mengenali Pengguna Jasa oleh Perusahaan
Properti Kewajiban menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa dilakukan pada saat:
a. Melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa;
b. Terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah dan/atau mata
uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp
100.000.000;
c. Terdapat transaksi keuangan mencurigakan yang terkait tindak pidana
pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme; atau
d. Perusahaan properti meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan
pengguna jasa.
Perusahaan properti wajib untuk menyusun ketentuan internal tentang
pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa paling lambat 1 tahun sejak
diberlakukannya Perka PPATK No. 10/2011 (20 Maret 2012).
Apabila terdapat perubahan ketentuan internal terkait pelaksanaan prinsip
mengenali pengguna jasa maka perusahaan properti wajib untuk menyampaikan
setiap perubahan kepada PPATK dalam jangka waktu 14 hari kerja sejak
perubahan ditetapkan.
Prinsip mengenali pengguna jasa meliputi:
A. Identifikasi pengguna jasa;
B. Verifikasi pengguna jasa;
C. pemantauan transaksi pengguna jasa.
(Cont’d)
Transaksi Keuangan Mencurigakan TKM berdasarkan Pasal 1 angka 5 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d UU
TPPU adalah:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan
yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan
Undang-undang ini;
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil pidana;
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
Pihak Pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari
hasil tindak pidana.
(Cont’d)
1. IDENTIFIKASI PENGGUNA JASA Perusahaan properti perlu untuk mengetahui apakah pengguna jasa melakukan
transaksi untuk kepentingannya sendiri atau mewakili orang lain.
Jika untuk orang lain maka perusahaan properti wajib untuk meminta informasi
mengenai identitas dan dokumen pendukung dari pengguna jasa dan orang lain
yang diwakilinya (identitas diri, sumber dana dan tujuan transaksi).
Perusahaan properti dapat menerapkan permintaan informasi dan dokumen yang
lebih sederhana yaitu nama, tanggal lahir, alamat dan nomor identitas pengguna
jasa jika transaksi bernilai di bawah Rp 500.000.000,-.
Perusahaan properti wajib menolak transaksi dengan pengguna jasa apabila
identitas dan/ atau dokumen pengguna jasa yang diberikan tidak lengkap.
Informasi yang disampaikan oleh pengguna jasa
a. Perorangan
Identitas pengguna jasa
- Nomor identitas kependudukan atau paspor;
- Nama lengkap;
- Kewarganegaraan;
- Alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas;
- Alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon (bila ada);
- Alamat di negara asal dalam hal warga negara asing; dan
- Tempat dan tanggal lahir.
Pekerjaan
Sumber Dana
Tujuan Transaksi
(Cont’d)
b. Korporasi
Identitas pengguna jasa
- Nomor surat keputusan pengesahan korporasi dalam hal telah
berbadan hukum;
- Nama korporasi;
- Bentuk korporasi;
- Bidang usaha; dan
- Alamat korporasi dan nomor telepon.
Sumber dana;
Tujuan transaksi;
Informasi pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak
untuk dan atas nama korporasi.
(Cont’d)
2. VERIFIKASI PENGGUNA JASA Penelitian dokumen dilakukan dengan cara:
a. Mencocokkan informasi yang disampaikan pengguna jasa dengan dokumen
identitas asli yang memuat informasi pengguna jasa;
b. Mencocokkan kesesuaian antara pengguna jasa dengan foto diri yang
tercantum di dalam dokumen identitas pengguna jasa;
c. Mencocokkan kesamaan tanda tangan dalam formulir transaksi dengan
dokumen identitas pengguna jasa;
d. Pada waktu melihat dokumen aslinya agar dilihat dan diyakini bahwa
dokumen asli tersebut bentuknya tidak meragukan;
e. memperhatikan adanya kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau
mencurigakan (cont: masa berlaku KTP);
f. Dapat dilakukan wawancara dengan calon pengguna jasa (bila diperlukan).
Perusahaan properti dapat meminta keterangan kepada pengguna jasa untuk
mengetahui kebenaran formil dokumen dan dapat meminta dokumen pendukung
apabila terdapat keraguan.
(Cont’d)
3. PEMANTAUAN TRANSAKSI PENGGUNA JASA Perusahaan properti harus memperhatikan :
Tata cara pembayaran transaksi baik tunai atau non tunai;
Pelaku transaksi;
Nominal transaksi dan/atau tanggal transaksi;
Pelunasan transaksi (apakah dilakukan oleh pengguna jasa yang
bersangkutan atau pihak lain).
IV. KEWAJIBAN PELAPORAN Perusahaan properti wajib menyampaikan:
- Laporan transaksi yang dilakukan oleh pengguna jasa dengan mata uang rupiah dan/
atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit Rp. 500.000.000,- kepada PPATK
dalam jangka waktu 14 hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan.
Laporan transaksi meliputi transaksi pembelian secara langsung dengan uang tunai,
cek atau giro maupun pemindahbukuan dan laporan transaksi pembelian tunai
bertahap yang total nilai transaksinya paling sedikit Rp. 500.000.000,-
- Laporan transaksi keuangan yang mencurigakan berdasarkan permintaan PPATK.
Laporan ini dilakukan secara manual dan dilakukan paling lambat 3 hari sejak
diterimanya surat permintaan dari PPATK dengan menggunakan format Lampiran 5
dari Perka PPATK No. 12/2011.
- Dalam hal Pengguna Jasa melakukan Transaksi di bawah Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah), penyedia barang dan/atau jasa lainnya dapat menerapkan
permintaan informasi dan Dokumen secara lebih sederhana.
- Informasi dan Dokmen untuk transaksi di bawah Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) mencakup identitas Pengguna Jasa yang paling sedikit memuat nama,
tanggal lahir, nomor Dokumen identitas dan alamat.
- Identitas Pengguna Jasa dibuktikan dengan kartu tanda penduduk, paspor atau surat
izin mengemudi
(Cont’d)
Kewajiban Pelaporan
Ketentuan internal tentang pelaksanaan prinsip mengenali
pengguna jasa
Transaksi Keuangan Mencurigakan
Transaksi paling sedikit Rp 500.000.000,-
Paling lambat 3 hari sejak
diterimanya surat permintaan dari
PPATK
Paling lambat 14 hari sejak tanggal
transaksi dilakukan
Paling lama 14 (empat belas) hari
kerja sejak perubahan tersebut
ditetapkan
Secara manual dengan format
Lampiran 5 dari Perka PPATK No. 12/2011
Secara elektronik:
https://grips2.ppatk.go.id
secara manual: oleh jasa
pengiriman ekspedisi, cap
pos
REGISTRASI
Sebelum melaksanakan kewajiban pelaporan, perusahaan properti wajib untuk
melakukan registrasi sebagai pelapor. Registrasi sebagai pelapor dapat dilakukan
oleh perusahaan properti melalui 2 cara:
a. Web registrasi (dapat dilakukan melalui:
https://grips2.ppatk.go.id/faces/index.xhtml)
b. Manual registrasi (dapat dilakukan dengan menyampaikan surat permohonan
registrasi dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud di dalam
Lampiran 1 Perka PPATK No. 12/2011)
(Cont’d)
PENYAMPAIAN LAPORAN
Elektronis
- Perusahaan properti wajib untuk menetapkan petugas pelapor sebanyak 3
orang dengan mengisi formulir petugas pelapor sebagaimana dimaksud
di dalam Lampiran 3 Perka PPATK No. 12/2011.
- Pelaporan secara elektronis dapat dilakukan melalui
https://grips2.ppatk.go.id/faces/index.xhtml;jsessionid=E9A70D732FBC
BE6F9CDCA5F14387BD35
(Cont’d)
PENYAMPAIAN LAPORAN – CONT’D
Manual - Perusahaan properti wajib untuk menetapkan petugas pelapor dengan
menggunakan formulir sebagaimana dimaksud di dalam Lampiran 3
Perka PPATK No. 12/2011.
- Penyampaian laporan dilakukan dengan mengisi formulir sebagaimana
dimaksud di dalam Lampiran 4 Perka PPATK No. 12/2011.
Laporan Transaksi Keuangan Yang Mencurigakan
- Dilakukan secara manual dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud di dalam Lampiran 5 Perka No. 12/2011 dan dilakukan paling
lambat 3 hari sejak diterimanya surat permintaan dari PPATK.
PENYAMPAIAN LAPORAN – CONT’D
Jangka waktu penyampaian laporan transaksi keuangan yang
nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp. 500.000.000,-
- Penyampaian laporan dilakukan paling lambat 14 hari terhitung sejak:
a. Untuk pengiriman secara elektronis: tanggal transaksi dilakukan
sampai dengan tanggal penyampaian yang tercatat secara otomatis
di sistem pelaporan PPATK.
b. Untuk pengiriman secara manual: tanggal transaksi dilakukan
sampai dengan tanggal penerimaan oleh jasa pengiriman ekspedisi,
cap pos atau tanggal penerimaan di PPATK.
PENYAMPAIAN LAPORAN – CONT’D
Ketentuan Internal yang Telah Disusun oleh Penyedia Barang
dan/atau Jasa Lainnya
- Penyampaian laporan dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung
sejak:
a. Berlakunya: Perka PPATK No. 12/2011 pada 20 Maret 2012.
b. Perubahan terhadap ketentuan wajib disampaikan paling lama 14
(empat belas) hari kerja sejak perubahan tersebut ditetapkan
c. Untuk pengiriman secara manual: tanggal transaksi dilakukan
sampai dengan tanggal penerimaan oleh jasa pengiriman ekspedisi,
cap pos atau tanggal penerimaan di PPATK.
PENYIMPANAN DOKUMEN- Perusahaan properti wajib untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengguna jasa minimum selama 5 tahun sejak berakhirnya
hubungan usaha antara perusahaan properti dan pengguna jasa.
- Dokumen yang dimaksud di atas adalah paling sedikit meliputi identitas
Pengguna Jasa dan pihak lain yang terkait dan formulir hubungan usaha
termasuk Dokumen korespondensi dengan Pengguna Jasa.
(Cont’d)
Pelaksanaan Kewajiban Pelaporan Pihak Pelapor, pejabat dan pegawainya tidak dapat dituntut, baik secara perdata
maupun pidana, atas pelaksanaan kewajiban pelaporan, kecuali terdapat unsur
penyalahgunaan wewenang, .
SANKSI- Perusahaan properti yang tidak menyampaikan laporan dalam jangka waktu
pelaporan yang telah ditentukan di dalam Perka PPATK No. 12/2011 baik
untuk transaksi keuangan yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp.
500.000.000,- dan transaksi keuangan mencurigakan dikenai sanksi
administratif sebagai berikut:
a. Peringatan;
b. Teguran tertulis;
c. Pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau sanksi; dan/ atau
d. Denda administratif
Leks&Co Menara Palma 17 Floor, Suite17-02BJl. H. R. Rasuna Said Blok X2 Kav.6 Kuningan, Jakarta 12950, IndonesiaT. +62 21 5795 7550F. +62 21 5795 7551www.lekslawyer.com
www.lekslawyer.com