Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa...

58

Transcript of Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa...

Pelindung dan Pengarah :Dr. Liferdi, SP., M.Si.Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Redaktur Pelaksana:Ketua : Nana SutrisnaSekretaris : NadiminAnggota : - Oswald Marbun - Darodjat Prawiranegara - Anna Sinaga - Indra Heru Hendaru

Desain Cover dan Layout: NadiminSetiawan, S.Sos

Alamat Redaksi

BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung, 40391Telepon : (022) 2786238, 2787163Faximile : (022) 2789846E-mail : [email protected] : http//jabar.litbang.pertanian.go.id

Keterangan Cover Depan: TeknologiBudidaya Salibu Meningkatkan Indeks Tanam dan Panen Padi Sawah dan “Burung Hantu, mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Padi di Ujung Jaya, Sumedang”

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

iBuletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Salam Diseminora, Edisi Buletin Diseminora kali ini akan mengajak para pembaca untuk sejenak mengetahui beberapa rubrik

antara lain: Rubrik Fokus tentang TeknologiBudidaya Salibu Meningkatkan Indeks Tanam dan

Panen Padi Sawah, Pengendalian Blas pada Tanaman Padi serta Penerapan Varietas Unggul Baru Jagung Hibrida dalam

mendukung Upaya Khusus Swasembada Jagung di Jawa Barat, Rubrik Profi l diantaranya mengenai Tjasma, Perintis Penangkar

Benih Kedelai di Kabupaten Indramayu. Selain itu Edisi ke 13 ini juga mengangkat tema

Perkawinan Koloni Solusi Meningkatkan Efi siensi Reproduksi Ternak Domba dan “Burung Hantu”, mendukung Peningkatan

Indeks Pertanaman Padi di Ujung Jaya, Sumedang, Rubrik Peluang Usaha Penangkaran Benih Kedelai dengan

Sistem Jabalsim Berkelanjutan edaksi berharap Buletin Diseminora Edisi ke 13 ini dapat menambah wawasan

tentang informasi teknologi untuk dapat diwujudkan di lapangan.

Selamat Membaca

ii Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Fokus• Teknologi Budidaya Salibu Meningkatkan Indeks Tanam dan Panen Padi Sawah .................................................................................................................................... 1• Pengendalian Blas Pada Tanaman Padi .............................................................................10• Rumah Burung Hantu “RUBUHA” Efektif Mengendalikan Tikus ..............................14• Penerapan Varietas Unggul Baru Jagung Hibrida Dalam Mendukung Upaya

Khusus Swasembada Jagung Di Jawa Barat .................................................................. 20

Profi l• Tjasma, Perintis Penangkar Benih Kedelai Di Kabupaten Indramayu ................... 25

Perlu Anda Tahu• Perkawinan Koloni Solusi Meningkatkan Efi siensi Reproduksi Ternak Domba ..29• “Burung Hantu” mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Padi di Ujung

Jaya, Sumedang ...................................................................................................................... 31• Budidaya Tanaman Sayuran Secara Hidroponik .......................................................... 34• Sistem Juring Ganda, Cara Tanam Jajar Legowo Pada Tebu ................................... 37

Sekilas Info• Pengembangan Tanaman Pakan Indigofera di Kelompok Ternak Lembur

Sauyunan Garut ........................................................................................................................ 40

• SALIBU, Tanam Padi Satu Kali Panen Berkali-Kali ........................................................ 42

• Panen Air Di Waktu Hujan Dengan Rorak ....................................................................... 45

Peluang Usaha• Usaha Penangkaran Benih Kedelai dengan Sistem Jabalsim .................................. 48

1Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Teknologi Budidaya Salibu Meningkatkan Indeks Tanam dan Panen Padi SawahFyannita Perdhana, Nurnayetti dan Basuno

Budidaya padi Salibu merupakan salah satu sistem yang dikembangkan, untuk mendukung swasembada beras di Indonesia, salahsatunya di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salahsatu lumbung beras nasional. Rata-rata luas tanam setahun di Jawa Barat adalah 1.709.745 ha, dengan dengan Indeks Tanam (IP) yang bervariasi. Lahan yang IP 3x (tiga kali) adalah seluas 934.465 ha (27%); lahan yang IP 2x (dua kali) adalah 868.340 ha (25%); dan lahan yang IP 1x (satu kali) adalah 1.629.243 ha (47%). Dengan teknologi Salibu dapat ditingkatkan Indeks Tanam menjadi 4x (empat kali) dan Indeks Panen 3x (tiga kali) dalam satu tahun.

Penggunaan benih dalam setahun di Jawa Barat adalah sekitar 42.743 ton, dengan menggunakan teknologi Salibu pada sawah irigasi untuk 2x pertanaman per tahunnya (pola tanam Tapin-Salibu1-Salibu2), maka akan dapat menghemat penggunaan benih sebanyak 37.451 ton per tahun.

Teknologi Budidaya Padi Salibu

Teknologi Salibu merupakan teknologi budidaya padi dengan memanfaatkan batang bawah padi setelah panen sebagai penghasil tunas atau anakan yang akan dipelihara (ratun/turiang yang dimodifi kasi). Tunas ini berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem tanam pindah. Teknologi budidaya padi salibu mulai berkembang di Sumatera Barat dan dicoba di beberapa daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sumatra

2 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Selatan, Riau, Aceh, Sumut, Babel, NTB dan lain-lain. Budidaya padi salibu merupakan varian teknologi budidaya ratun/turiang, yaitu tunggul setelah panen tanaman utama dengan tinggi sekitar 25 cm, dipelihara selama 7-10 hari atau dibiarkan hingga keluar tunas baru. Apabila tunas yang keluar kurang dari 70% maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu. Jika tunas yang tumbuh >70% maka potong kembali secara seragam hingga ketinggian 3-5 cm, kemudian dipelihara dengan baik hingga panen.

Jika dibandingkan dengan teknologi ratun konvensional, salibu mampu menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dan seragam, dan produktivitas bisa sama bahkan lebih tinggi dari tanaman utamanya. Penerapan budidaya padi salibu dengan memanfaatkan varietas berdaya hasil tinggi tentu akan lebih menggairahkan aktivitas usahatani, karena dapat di peroleh tambahan hasil yang sangat nyata (Erdiman, 2015). Beberapa verietas padi yang telah dikaji dan ditanam dengan sistem salibu dibeberapa lokasi mampu berproduksi dengan baik, seperti varietas Batang Piaman, Cisokan, Inpari 19, Inpari 21, Logawa dan lain-lain. Beberapa varietas padi hibrida dan padi tipe baru seperti Hipa 3, Hipa 4, Hipa 5, Rokan, dan Cimelati terbukti mampu menghasilkan ratun dengan baik, yang diyakini juga mampu menghasilkan tanaman salibu dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan I Erdiman, (2014), budidaya padi salibu mampu berproduksi sama atau lebih tinggi dibandingkan tanaman utamanya, rata-rata umur padi salibu bisa sama atau lebih pendek dari tanaman utamanya.Tabel 1. Keragaan Teknologi Salibu dan Tanam Pindah

Parameter Teknologi Salibu Tanam Pindah

Panen MT 1 Lebih awal 7-10 hari BiasaPersiapan lahan Penyemprotan gulma

(herbisida kontak) penggenangan 1-2 hari

Pembersihan jerami sisa panen

Pemotongan ulang

Tinggi pemotongan 3-5 cm pada 7-10 hari setelah panen

Pembersihan jerami sisa panen

3Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Parameter Teknologi Salibu Tanam Pindah

Pengolahan tanah

Tidak ada Dibajak 2 x

Persemaian Tidak ada AdaTanam Tidak ada Tanam pindahPemupukan Awal sesuai rekomendasi

dan susulan ditingkatkan 20-25% dari rekomendasi

Sesuai rekomendasi setempat

Penjarangan Penjarangan dilakukan umur 15-20 hari

Ada, umur 25-30 hari

Penyulaman Penjarangan dilakukan umur 15-20 hari

Ada, umur 25-30 hari

Pengendalian gulma

Lebih awal dan membenam jerami bersamaan penyiangan

Standar PHT

Pemeliharaan Standar PHT Standar PHT

Keuntungan dan Kekurangan Budidaya Padi Salibu

Sistem usahatani padi yang diterapkan pasti ada keuntungan dan kekurangannya masing-masing pada sistem tersebut, begitu pula untuk budidaya padi menggunakan sistem salibu, diantaranya sebagai berikut :Nilai lebih Teknologi Salibu dibanding Tanam Pindah :a. Hemat biaya produksi (60%) setiap MT.b. Hemat Benih (tidak menggunakan benih)c. Hemat air (20-30%)d. Hemat tenaga kerja (60%)e. Ramah lingkungan (pengembalian bahan organik lebih banyak)f. Memacu produksi daerah kekurangan tenaga kerjag. Mendukung swasembada beras dan kemandirian pangan

Manfaat dan Dampak :

1. Meningkatkan produktivitas padi melalui peningkatan indeks

4 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

panen dan hasil setiap panen, mendukung swasembada pangan berkelanjutan.

2. Terjadinya penghematan biaya produksi, terutama untuk pengolahan lahan, tanam dan benih.

3. Menanggulangi masalah kelangkaan benih4. Meningkatkan pendapatan petani karena biaya produksi

berkurang dan produksi pertahun juga meningkat.5. Peluang pengembalian bahan organik (jerami) lebih besar,

terutama dari sisa potongan batang setelah panen.6. Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja sangat membantu

proses produksi.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan budidaya padi salibu adalah : hemat, tenaga kerja, waktu, dan biaya, karena tidak dilakukan pengolahan tanah dan penanaman ulang, selain itu menekan kebiasaan petani membakar jerami setelah panen (Erdiman, 2013). Budidaya padi salibu dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu, dan meningkatkan indeks panen dari sekali (1x) menjadi dua (2x) sampai tiga kali (3x) panen setahun.

Syarat Penerapan :

Secara umum budidaya padi salibu dapat dilakukan pada berbagai agroekosistem dan ketinggian tempat (dari rendah sampai 1.100 m dpl), seperti lahan irigasi desa atau sederhana yang sistem pengairannya diusahakan secara mandiri oleh kelompok tani, di lahan tadah hujan dan pasang surut.

Persyaratan utama yang harus dipenuhi pada budidaya padi salibu antara lain : (a) bukan daerah endemik Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

khususnya penyakit tungro, busuk batang, hawar daun bakteri, keong mas, dan lain-lain,

(b) ketersediaan air mudah dikondisikan dan cukup,

5Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

(c) tidak terjadi genangan dan kekeringan yang lama, (d) kondisi lahan dengan drainase baik, dan(e) kondisi air tanah pada saat dua minggu sebelum dan setelah

panen sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (lembab). Dalam hal ini tunas padi salibu lebih baik tumbuhnya jika kondisi tanah lembab dibanding kondisi tergenang.

(f ) wilayah dengan sistem tanam serempak, pengembangan salibu disarankan pada suatu hamparan dengan luas minimal 10 ha, untuk mengurangi serangan OPT.

Budidaya padi teknologi salibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :a. Varietas yang ditanam sebagai tanaman indukb. Kondisi air tanah sebelum dan setelah panenc. Tinggi dan waktu pemotongan batang sisa panend. Penjarangan dan penyulamane. Pemupukanf. Penyiangan

Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan budidaya padi salibu dapat dilaksanakan dengan tahapan sbb :

a. Tanaman Induk

Tanaman induk pada MT1/tapin sangat menentukan, terutama sekali pemilihan varietas harus yang berdaya hasil tinggi, mempunyai anakan banyak serta tahan terhadap hama dan penyakit. Dianjurkan menggunakan benih berlabel dan sehat. Penanaman sebaiknya menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1

b. Pengairan/irigasi

Pengaturan air sebaiknya dari awal, yaitu saat 3 minggu sebelum

6 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

panen sampai 2 minggu setelah panen tanah dalam kondisi kapasitas lapang (lembab). Dua hari setelah panen lahan diairi selama 2 hari, kemudian air dikeluarkan. Satu minggu setelah pemotongan (tinggi tunas ± 5-7 cm) lahan kembali diairi, boleh dengan system pengairan berselang (intermitten), maupun diairi terus menerus sampai fase pertumbuhan berikutnya.

Gambar 1. Pengairan ratun/turiang padi

c. Panen

Panen dilakukan lebih awal (7-10 hari), untuk menjaga kesegaran batang bawah supaya tunas/anakan tumbuh baik. Kalau tanaman bawah kering maka tunas/anakan baru tidak akan tumbuh, atau sedikit tumbuh tunas/anakan dan tidak sempurna.

d. Pengendalian Gulma

Setelah panen dilakukan pembersihan gulma, sebaiknya dengan cara disemprot dengan herbisida kontak secara spot, ini bertujuan untuk menahan pertumbuhan gulma diawal pertumbuhan tunas/anakan.

7Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

e. Pemotongan/pemangkasan Batang Bawah

Setelah 7-10 hari setelah panen, dilakukan pemotongan ulang batang sisa panen, dengan tinggi pemotongan 3-5 cm dari permukaan tanah. Apabila tinggi pemotongan melebihi 5 cm maka akan menghasilkan jumlah anakan lebih sedikit serta ukuran malai yang pendek, sehingga produksi tidak maksimal.

Gambar 2. Pemotongan batang sisa panen

f. Penjarangan dan Penyulamanan

Pada umur 15-20 hari setelah pemotongan, dilakukan penjarangan/pembelahan rumpun yang mempunyai anakan lebih banyak, kemudian disulamkan pada rumpun yang tidak tumbuh atau sedikit. Caranya adalah dengan mencabut rumpun yang rimbun, kemudian dibagi/belah dan disisipkan pada rumpun yang jarang.

8 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Gambar 3. Penyulaman dengan ratun dengan pembelahan anakan yang banyak

g. Pemupukan

Pertama dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang (organik) sebelum pemotongan dengan dosis 0,5-1 ton/ha. Pemupukan I (kimia) dilakukan pada umur 15-20 hari setelah pemotongan, dengan Urea dosis 150 kg/ha, kemudian diikuti dengan penyiangan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 40 hari, pupuk yang diberikan adalah SP36 125 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis dari dosis anjuran, karena adanya p e n g e m b a l i a n jerami kelahan, yaitu batang padi bekas pemotongan yang

9Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

dibenamkan disamping rumpun.Gambar 4. Pemberian pupuk kandang

(Dok. Ir. Erdiman)

Analisa Usahatani

Hasil pengkajian Ir. Erdiman (peneliti BPTP Sumatera Barat) memperlihatkan bahwa sampai Salibu 3 produksi masih meningkat disbanding tanam awal (tapin). Sementara dengan budidaya teknologi Salibu ini biaya produksi bias ditekan sampai 45%, karena tanpa penggunaan benih, olah tanah, semai dan tanam.

Perbandingan hasil analisa usahatani setahun dengan pola tanam (tapin-salibu1-salibu2) dan (tapin1-tapin2) (Tabel 2), memperlihatkan bahwa pola tanam (Tapin-Salibu1-Salibu2) memberikan keuntungan bersih lebih besar (Rp. 63.240.000) dari pada pola tanam (Tapin1-Tapin2) (Rp. 34.720.000) dalam jangka waktu satu tahun.

Tabel 2. Analisa usahatani padi (tapin-salibu-salibu) di banding (tapin-tapin) /tahun

No. UraianJumlah (Rp)

Tapin-Salibu1-Salibu2

Tapin1-Tapin2

A Biaya Upah 7.050.000 6.900.000B Biaya Saprodi 3.210.000 2.380.000C Biaya Panen (20% hasil) 18.000.000 11.000.000I Total pengeluaran (A+B+C) 28.260.000 20.280.000II Penerimaan

Hasil Tapin (11 t/ha GKP)xRp.5.000) 55.000.000Hasil Salibu (18,3 t/ha GKP)xRp.5.000) 91.500.000

III Keuntungan bersih 63.240.000 34.720.000

Sumber: BB Padi Sukamandi

DAFTAR PUSTAKA

Erdiman. 2015. Prospek Pengembangan dan Penerapan Teknologi Salibu Mendukung Peningkatan Produksi Padi dan Ketahanan Pangan di Indonesia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

10 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Pengendalian Blas Pada Tanaman Padi

Atang Muhammad Safei dan Basuno

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung beras nasional. Pada tahun 2016, Provinsi Jawa Barat

mampu memasok 43 % produksi beras nasional. Walaupun demikian, produksi padi harus selalu ditingkatkan untuk memenuhi kenaikan kebutuhan pangan yang sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Keterbatasan sumberdaya alam, perubahan iklim, kualitas dan kuantitas tenaga kerja bidang pertanian, alih fungsi lahan dan kendala lain menjadi faktor penghambat dalam pemenuhan kebutuhan pangan khususnya beras.

Untuk mencapai target produksi nasional di tengah aneka macam kendala, upaya yang bisa dilakukan adalah melalui penerapan teknologi spesifi k lokasi yaitu sesuai kondisi lingkungan dan sosial ekonomi petani, pembangunan infrastruktur pertanian termasuk embung dan jaringan irigasi, pengembangan perbenihan, program pendampingan usaha tani serta pencapaian Luas Tambah Tanam (LTT) padi secara kontinyu. Petani harus memanfaatkan sumber daya alam dan masa tanam padi seefi sien mungkin. Percepatan tanam harus dilakukan untuk mengoptimalkan ketersediaan air.

Pada musim kemarau, kendala usaha tani yang dapat menyebabkan produksi padi tidak optimal antara lain kurangnya ketersediaan air dan adanya serangan hama seperti wereng dan tikus. Pada musim kemarau, serangan hama lebih tinggi dari pada musim penghujan. Di sisi lain, pada musim penghujan beberapa faktor penyebab rendahnya produksi padi adalah serangan penyakit, seperti blas, kresek, Hawar Daun Bakteri dan tanaman padi bisa terendam apabila jaringan irigasi tidak sempurna.

Penyakit blas merupakan penyakit yang bisa menyebabkan kerugian yang cukup besar dalam usaha tani padi. Hasil penelitian

11Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Amir (2001) menyatakan bahwa penyakit blas dapat mengakibatkan kehilangan hasil antara 50-90% pada kultivar rentan atau dapat menyebabkan puso. Penyakit blas ini disebabkan oleh infeksi jamur Pyricularia grisea. Penyakit ini banyak menyerang di beberapa wilayah sentra padi di Jawa Barat seperti di Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu dan Sukabumi.

Gejala serangan infeksi Pyricularia grisea pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat dengan bagian ujung runcing, pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala seperti ini biasa disebut blas daun (leaf blast). Pada fase pertumbuhan generatif, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher (neck blast). Blas leher bisa mengakibatkan kehampaan biji. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat. Penyakit blas leher dapat berkembang dan mencapai bagian gabah sehingga mampu menjadi patogen tular benih (seed borne).

Salah satu faktor yang dapat memperparah serangan penyakit blas adalah kelebihan pupuk Nitrogen (penggunaan urea terlalu banyak/melebihi dosis), tanah dalam kondisi aerobik dan stress kekeringan. Pupuk Nitrogen berhubungan erat dengan tingkat serangan penyakit blas. Oleh karena itu, dosis pemupukan harus memperhatikan kebutuhan tanaman. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-280C. Untuk mengurangi resiko kerugian yang besar akibat serangan blas, pengendalian blas harus dilakukan sedini mungkin.

Pengendalian blas dapat dilakukan melalui pencegahan, pengendalian melalui teknis budidaya dan melalui pendekatan kimiawi. Pencegahan perlu dilakukan terlebih dahulu karena lebih hemat, ramah lingkungan dan sederhana (mudah dilakukan). Pembersihan sumber inokulum blas dapat dilakukan dengan membersihkan lingkungan sawah dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi serta jerami sisa tanaman. Pembersihan dapat dilakukan dengan pengomposan. Pengomposan jerami, gulma dan

12 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

sisa tanaman dapat mematikan miselia dan spora jamur karena suhu naik selama dekomposisi. Penanaman serempak dalam hamparan padi juga bisa menurunkan resiko serangan blas pada tanaman padi.

Teknis budidaya padi yang tepat dapat menurunkan resiko serangan blas. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :

1. Menggunakan benih sehat dan varietas tahan blas

Benih yang sehat mampu bertahan dari serangan pathogen. Untuk mendapatkan benih yang sehat bisa dilakukan melalui perlakuan benih dengan fungsida trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 gr/kg benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih dengan fungisida.

Kementerian Pertanian telah melepas varietas yang tahan terhadap blas, yaitu inpari 21, inpari 22, inpari 26, inpari 27, inpago 4, inpago 5, inpago 6, inpago 7, dan inpago 8. Penanaman varietas yang tahan sebaiknya juga diikuti dengan pergiliran varietas. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus jamur, memperlambat munculnya ras baru pathogen dan hilangnya ketahanan suatu varietas.

2. Perendaman atau pelapisan benih

Benih direndam menggunakan larutan fungisida selama 24 jam dan diaduk merata setiap 6 jam. Setiap 1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida. Perendaman benih ini dilakukan sebelum pemeraman. Benih yang telah direndam selama 24 jam dikeringanginkan pada suhu kamar.

Untuk pelapisan benih, benih direndam selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai airnya habis. Fungisida dicampur dengan benih basah dan dikocok sampai rata. Setelah itu, gabah dikeringanginkan pada suhu kamar.

3. Pengaturan Sistem Tanam

Pathogen penyakit blas tidak cocok pada tempat yang tidak terlalu rapat. Jarak tanam yang rapat dapat membuat lingkungan lebih

13Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

menguntungkan bagi perkembangan penyakit dan mempermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain. Jajar legowo dapat menciptakan kondisi lingkungan yang terjaga kelembaban di sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutas serta menghindarkan terjadinya gesekan antar daun.

4. Dosis Pemupukan

Pemberikan pupuk Nitrogen yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan blas. Oleh karena itu, pemberian dosis pemupukan harus berdasarkan kebutuhan tanaman. Petani bisa menentukan dosis pemupukan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah, Kalender Tanam, dan Bagan Warna Daun (BWD).

Pendekatan pengendalian kimiawi harus menjadi jalan terakhir apabila pencegahan dan pengendalian secara teknis budidaya belum mampu menahan timbulnya penyakit blas. Beberapa fungisida yang mampu menekan pertumbuhan Pyricularia grisea adalah Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40% dan trisikazole 20%. Penyemprotan dilakukan 2 kali, yaitu pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.

Bahan Bacaan :

http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/240-penyakit-blas-pada-tanaman-padi-dan-cara-pengendaliannya

http://babel.litbang.pertanian.go.id/index.php/sdm-2/15-info-teknologi/379-strategi-pengendalian-penyakit-blas-pada-tanaman-padi

Artikel : Pengendalian Penyakit Blas dan Penyakit Cendawan Lainnya. Santoso dan Anggiani Nasution. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

14 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Rumah Burung Hantu “RUBUHA”Efektif Mengendalikan TikusRatima Sianipar

Tikus sawah (Rattus argentifenter) merupakan hama utama tanaman padi yang mengakibatkan kerusakan mulai pesemaian , masa p e r t u m b u h a n pertumbuhan , vase generatif bahkan sampai pada saat penyimpanan pun tidak luput dari gangguan tikus sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang sangat berarti. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan oleh para petani baik dengan cara pengumpanan, fumigasi sampai dengan menggunakan strum listrik yang membahayakan namun hasilnya masih kurang berhasil dengan baik sehingga populasi tikus sulit diatasinya bahkan di beberapa daerah para petani enggan dalam pelaksanaan gerakan pengendalian dikarenakan sudah putus asa dan tabu untuk mengendalikan hama tersebut .

Pengendalian hama tikus perlu dilakukan secara terpadu, sehingga harapan untuk menekan populasi tikus pada tingkat yang tidak merugikan dapat tercapai. Hal tersebut jika petani memahami dan menguasai berbagai cara pengendalian sesuai dengan jenis organisme pengganggu dan ekosistem pertaniannya. Salah satu cara pengendalian tikus yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu merupakan musuh alami yang dapat memberikan prospek yang baik dalam mengendalikan tikus. Contoh study kasus pada lahan sawah seluas 410 ha di Desa Kudangwangi Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang sebagai sumber serangan hama tikus pada

15Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

saat pra konservasi burung Tyto alba dan pasca konservasi dengan pemasangan sebanyak 50 unit Rubuha dari MT 2012/2013 sampai MT 2016/2017.

Keuntungan memelihara burung hantu:

• Mampu menekan populasi tikus secara efektif.• Tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.• Tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar serta;• Meningkatkan efi siensi waktu petani dan dapat dimanfaatkan

oleh beberapa petani.

Dengan melihat beberapa keuntungan tersebut, burung hantu dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan tikus di Jawa Barat. Peran pemerintah atau Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan sangat penting dalam mendukung pengendalian tikus dengan memanfaatkan burung hantu. Diharapkan instansi-instansi tersebut dapat membantu anggaran bagi pembudidayaan burung hantu bagi petani. Berhasilnya petani membudidayakan burung hantu maka akan menghemat biaya pengeluaran untuk membeli burung hantu.

Burung Hantu sebagai Predator Tikus

Burung hantu di Jawa Barat disebut “Manuk Koreak” merupakan salah satu jenis burung yang hidupnya aktif pada malam hari . Tikus menjadi salah satu makanan spesifi k burung hantu. Burung hantu dewasa bisa memangsa tikus 2 – 5 ekor tikus setiap harinya, jika tikus sulit didapat, tak jarang burung ini menjelajah kawasan berburunya hingga 12 km dari sarangnya dan mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter. Penglihatannya sangat tajam mampu terbang cepat, mempunyai kemampuan untuk menyergap dengan cepat tanpa suara sehingga tikus tak menyadari kehadirannya. Sifatnya yang nocturnal (mencari makan di malam hari) membuatnya menjadi predator ideal untuk hama tikus. Ketika populasi tikus di sekitarnya banyak, burung hantu akan banyak membunuh tikus walaupun tidak akan dimakan semuanya, hanya mematikan tikus saja.

16 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Burung hantu hidup berkelompok dan cepat berkembang biak. Induk burung hantu mampu bertelur 2 -3 kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan Oktober dengan jumlah telur bervariasi antara 5 sampai 9 butir telur setiap periode. Sekali bertelur bisa mencapai 6 – 12 butir dengan masa mengerami selama 27 – 30 hari. Burung

hantu yang telah dewasa/disapih akan diusir induknya untuk mencari sarang dan wilayah sendiri.

Salah satu kelemahan yang dapat kita manfaatkan dari burung ini adalah tidak dapat membuat rumah atau sarang sendiri seperti burung lainnya, sehingga perlu dibuatkan rumah berupa pagupon disebut “RUBUHA” merupakan kepanjangan dari Rumah Burung Hantu. Pemasangan rubuha dikatakan berhasil jika telah ditempati secara menetap dan dijadikan tempat berkembang biak serta terlihat peranannya sebagai pengendali populasi tikus secara alami pada suatu kawasan dan umumnya sebagai binatang penetap 1,6 – 5,6 km sekitar sarang.

Kehidupan Burung hantu saat siang hari menghabiskan aktifi tasnya untuk tidur dan bersifat cuek, menyendiri tidak terkecuali pada Burung hantu betina yang sedang mengasuh anaknya.. Pada musim kawin burung ini sering bercengkrama bergerombol dan menjerit-jerit Keaaak, keaaak, dari tengah malam sampai waktu subuh. Keyakinan masyarakat di beberapa daerah jika burung ini terbang melintas dan menjerit pertanda besoknya akan ada orang yang meninggal dunia “Mitos”.

Cara Membuat Rumah Burung Hantu ( RUBUHA )

• Ukuran rumah burung hantu di buat dengan panjang 60 cm lebar 40 cm dan tinggi 50 cm . Pada sisi luar diberikan teras/tempat bertengger selebar 20 cm.

• Pintu dibuat di sisi kiri dengan ukuran panjang 12 cm dan lebar 10 cm, dan pintu dibuat tidak sejajar dengan dasar kandang dan diberi tinggi 5-10 cm dari dasar kandang.

• Pada rubuha diberi sekat pada bagian tengahnya sejajar dengan

17Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

lebar kandang, untuk menjaga telur untuk berkumpul pada satu tempat.

• Pada Kedua sisi kiri dan kanan pentilasi berdiameter 2 cm agar cahaya tidak masuk pentilasi tersebut di tutup dengan peralon yang berbentuk “L”

• Tiang Rubuha dibuat dengan cor beton atau kayu. • Pembuatan dengan cor beton mempunyai keuntungan lebih awet

dan lebih kuat terhadap terpaan angin.• Penempatan rubuha di pematang sawah dengan tinggi 3,5 sampai

4 meter dari permukaan tanah.

Gbr. Pembuatan Rumah Burung Hantu ( RUBUHA )

Pemasangan Rubuha

Penempatan sarang buatan mengikuti kaidah sarang alami. Tempat-tempat seperti pohon, di bawah atap rumah, atau bagian lain yang cukup gelap dan tenang adalah tempat yang ideal.

1. Lebih baik rubuha sudah siap digunakan sebelum bulan Pebruari

18 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

2. Rubuha diletakkan di areal lahan yang jarang dilewati petani, menghadap utara-selatan

3. Berdekatan dengan areal yang terserang tikus

Perawatan Rubuha

1. Karpet atau alas dibersihkan atau diganti setelah anak burung telah mampu terbang.

2. Untuk mencegah virus dan penyakit, sarang bersihkan minimal satu tahun sekali.

3. Lakukan perbaikan dengan segera apabila ada kerusakan pada rubuha

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Tyto alba1. Apabila ada bangunan yang dihuni oleh Tyto alba, segera pasang

sarang buatan sebanyak 4 – 5 buah dengan jarak ± 500 m dari bangunan dan demikian juga jarak satu dengan lainnya.

2. Pada umumnya, anakan yang dihasilkan di dalam sarang buatan akan mencari tempat bersarang di sarang buatan juga.

3. Apabila ada suatu sarang telah ditempati dan telah ada anakan, harus segera disediakan tambahan sarang 2 – 3 buah dengan jarak ± 500 m dari sarang pertama.

4. Perlu pemasangan rubuha yang banyak, untuk mempercepat Tyto alba sebagai pengendali hama tikus

Tips Memelihara Burung Hantu

• Beri makan secukupnya• Jangan simpan di tempat udara yang panas• Jangan simpan di tempat yang dingin• Simpan burung hantu di tempat atau ruang yang gelap• Selalu ajak berbicara atau sekedar menyapa• Lakukan kontak dan berkenalan lebih dekat (cukup dengan

memandanginya )

19Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

• Bersikaplah tenang jangan tunjukan rasa panik dan keget anda di buruh hantu

Pengamanan populasi dan habitat Tyto alba perlu didukung payung hukum melalui penyusunan PERDES disusun berdasarkan rumusan yangmelibatkan masyarakat dan lintas. adapun isi PERDES diantaranya mengenai upaya konsevasi, sangsi bagi yang mengganggu habitat atau menembak Tyto alba dengan sengaja.

20 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Penerapan Varietas Unggul Baru Jagung Hibrida dalam mendukung Upaya Khusus Swasembada Jagung di jawa baratRatima Sianipar dan Yati Haryati

Di Indonesia, jagung merupakan tanaman terpenting kedua setelah padi. Oleh karena itu, jagung menjadi penarik untuk pertumbuhan industri hulu dan pendorong industri hilir di dalam sistem dan usaha agribisnis. Upaya penyediaan jagung baik untuk industri hulu maupun hilir memerlukan produktivitas jagung yang tinggi. Hal tersebut dapat ditempuh melalui perbaikan tanaman jagung itu sendiri dan perbaikan lingkungan tumbuh. Untuk perbaikan produksi tanaman dapat mengembangkan jagung komposit (bersari bebas) dan jagung hibrida. Sedangkan perbaikan lingkungan tumbuh dengan budidaya jagung melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT).

Melalui penerapan PTT jagung diharapkan petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air, dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya. Desa Jembarwangi Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang propinsi Jawa Barat merupakan salah satu lokasi yang tepat untuk penerapan PTT jagung yang juga merupakan Kabupaten binaan UPSUS BPTP Jawa Barat. Desa Jembarwangi Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah total

sebesar 522,82 hektar. Luas lahan tersebut terbagi ke dalam beberapa penggunaan seperti sebagai lahan pesawahan, lahan ladang, huma, pekarangan dan penggunaan lainnya. Luas lahan pertanian yang

21Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

berupa pesawahan dan ladang serta huma mendominasi dengan luasan mencapai 290,21 hektar. Dengan penggunaan lahan sebagian besar sebagai lahan pertanian, tidak mengheran jika sebagian besar penduduk Desa Jembarwangi bekerja di sektor pertanian, terutama pertanian lahan kering (perkebunan dan ladang serta huma). Sebagian besar perkebunan atau ladang di Desa Jembarwangi ditanami buah-buahan dari jenis mangga Gedong Gincu. Selain menghasilkan padi, lahan pertaniannya juga menghasilkan produk berupa jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, dan sayur-sayuran berupa mentimun, kacang panjang, cabai besar dan terung.

Tujuan

Tujuan dari kajian :1). Menyusun rekomendasi paket teknologi spesifik lokasi untuk

mendukung program UPSUS dalam peningkatan produktivitas jagung,

2). Meningkatkan penggunaan varietas unggul baru jagung spesifik lokasi.Varietas yang dikaji Bima 19 dan Bima 20. Teknologi yang diterapkan 1) Varietas Unggul Baru (VUB) Jagung Hibrida Prolifik (Bima 19 dan Bima 20), 2) Pupuk organik 1 ton/ha,

3). Pemupukan an organik berdasarkan rekomendasi (NPK Phonska 400 kg/ha, Urea 400 kg/ha

dan ZA 100 kg/ha), 4). Jarak tanam legowo (100 x 50 x 25) cm populasi tanaman 66.000

tanaman, dan jarak tanam 75 x 20 cm, populasi tanaman 53.333 5). Pengendalian berdasarkan konsep PHT,6). Panen dan pasca panen.

Pendampingan Penerapan Inovasi Teknologi Jagung

Pemilihan varietas jagung unggul baru yang sesuai kondisi lingkungan setempat, penggunaan benih bermutu, dan memiliki kelas benih merupakan keberhasilan dalam usahatani jagung. Penggunaan benih bersertifi kat dengan vigor tinggi sangat dianjurkan. Perlakuan

22 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

benih (seed treatment) sebelum tanam penting dilakukan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit utama pada jagung.

Gbr. 1 Pendampingan teknis budidaya jagung hibrida

Pada kegiatan Demplot penerapan varietas unggul baru jagung hibrida seluas 2

ha di Kabupaten Sumedang d i l a k s a n a k a n di Kelompok Tani Jembar Makmur, Desa Jembarwangi Kecamatan Tomo yang diketuai oleh Pak Inta, dengan m e l i b a t k a n 6 orang petani kooperator. D i l a k s a n a k a n pendampingan bimbingan t e k n o l o g i dan pelaksanaan tanam. Pendampingan teknis budidaya jagung hibrida m e l i b a t k a n penyuluh lapang, kepala UPTD, dan POPT, dan petani pelaksana kegiatan.

Bimbingan teknologi budidaya jagung hibrida dilaksanakan pada saat akan melakukan tanam yaitu meliputi: 1) Teknik perlakuan benih (seed treatment) menggunakan fungisida marshal (bahan aktif metalaksil) dengan dosis 2 g per 1 kg benih. Perlakuan benih dilakukan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur. Setiap 2 g metalaksil (produk) dicampur dengan 10 ml air dalam wadah dan diaduk merata, kemudian dimasukkan benih sebanyak 1 kg ke dalam wadah tersebut dan dicampur secara merata, kering anginkan sebentar. Benih siap ditanam, 2) Menggunakan jarak tanam legowo yaitu 100 x 50 x 25 cm dan jarak tanam 75 x 20 cm dengan satu biji per lubang tanam. Selanjutnya membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal, agar pertanaman lurus digunakan bantuan tali

23Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

dengan jarak tanam yang sudah diberi tanda. Pembuatan lubang tanam jangan terlalu dalam ± 5 cm, setiap lubang tanam diisi dengan 1 biji dan lubang ditutup dengan 1 genggam pupuk organik (dosisi pupuk organik ±1 t/ha), 3) Jumlah benih yang digunakan 20 kg per ha. Sisa benih ditanam di sekitar lokasi pertanaman sebagai cadangan untuk penyulaman benih yang tidak tumbuh, sehingga penyulaman menggunakan bibit dengan umur yang sama. Penyulaman dilakukan pada saat pemupukan dasar 7-10 hst. 4) Varietas jagung hibrida yang ditanam terdiri dari 2 varietas, yaitu Bima 19 dan Bima 20.

Tanam dilakukan dengan cara ditugal dan menggunakan tali untuk mendapatkan jarak tanam yang lurus dan apabila 2 hari setelah penanaman tidak turun hujan, maka perlu dilakukan pemberian air/penyiraman untuk membantu perkecambahan benih.

Penerapan Jarak Tanam Legowo Diarahkan Untuk :

1. Pengoptimalan penerimaan intensitas sinar matahari pada daun, sehingga diharapkan hasil asimilat meningkat sehingga pengisian biji optimal

2. Mempermudah pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma

3. Memudahkan penanaman dan pada barisan kosong dapat dimanfaatkan untuk tanaman kacang-kacangan.

Hasil Pendampingan

• Rata - rata produktivitas dengan jarak tanam legowo 100 x 50 x 25 cm :1. Bima 19 = 9,01 t/ha biji pipilan kering2. Bima 20 = 7,59 t/ha biji pipilan kering

• Rata - rata produktivitas dengan jarak tanam 75 x 20 cm

1. Bima 19 = 7,32 t/ha biji pipilan kering2. Bima 20 = 6,70 t/ha biji pipilan kering

• Peningkatan produktivitas Jarak tanam Legowo (100 x 50 x 25 cm)

24 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

>< jarak tanam biasa (75 x 20 cm ) : - Bima 19 = 1,69 t/ha biji pipilan kering = 23,08%- Bima 20 = 0,89 t/ha biji pipilan kering = 13,28%

• Peningkatan populasi jarak tanam legowo >< jarak tanam biasa (75 x 20 cm) =

66.000 – 53.333 = 12.667 tanaman = peningkatan populasi sebesar 23,75%

• Rendemen tongkol kering panen ke biji pipilan kering 34 - 36%

• Rata - rata produktivitas eksisting (petani) :- P - 21 = 6 t/ha biji pipilan kering- BISI = 5,25 t/ha biji pipilan kering

• Peningkatan Produktivitas antara jagung hibrida balitbangtan >< eksisting (petani)- 16,70 - 9,01 >< 5,25 - 6,00

1,45 – 3,01 t/ha biji pipilan kering- Peningkatan sebesar 27,62% - 50,16%

Gbr 2. Temu lapang Hasil Demplot Jagung

25Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

TJASMA, PERINTIS PENANGKAR BENIH KEDELAI DI KABUPATEN INDRAMAYUAtang Muhammad Safei dan Basuno

Tjasma, sosok pemberani melekat di wajah kakek dari 9 cucu ini. Pria berkumis tebal ini merupakan petani kedelai dari Dusun

Karangsari, Desa Sanca, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu. Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 17 Juli 1951. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Resort Polisi Hutan di Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2008, beliau ditunjuk sebagai ketua Kelompok Tani Bantar Jaya.

Tahun 2012 merupakan awal dimulainya petualangan beliau di bidang penangkaran benih kedelai. Petani kedelai di Kecamatan Gantar menerapkan sistem budidaya kedelai secara sederhana. Mereka tidak menerapkan sistem jarak tanam dan tidak mempraktekkan agribisnis dengan benar. Hal ini membuat beliau berpikir bagaimana merubah pemikiran petani kedelai di wilayahnya untuk dapat berusaha agribisnis dengan baik sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani bisa meningkat.

Keinginan dan cita-cita beliau bak gayung bersambut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat sebagai lembaga penelitian dan pengkajian teknologi pertanian yang mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraan petani melalui penerapan teknologi spesifi k lokasi, mempunyai program pengembangan kedelai di Kabupaten Indramayu. Ketelatenan, ketekunan dan keteladanan Bpk Tjasma mampu mendorong petani di desa Sanca,

26 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Kec. Gantar menerapkan budidaya kedelai sesuai konsep PTT kedelai yang mampu meningkatkan produksi kedelai. Hal tersebut membuat sebagian besar lahan kering di Kecamatan Gantar ditanami dengan komoditas kedelai pada musim tanam kedua.

Bpk Tjasma telah bekerjasama dengan berbagai instansi untuk mengembangkan kedelai. Instansi tersebut di antaranya Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, BPTP Jawa Barat, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang dan PT Bogor Life Science and Technology (BLST) Bogor. Kegiatan yang telah dilakukan meliputi pengenalan varietas unggul baru kedelai, pengembangan teknologi budidaya kedelai, pengembangan kedelai hitam, usaha agribisnis penangkaran benih kedelai serta kemitraan produksi benih kedelai. Hal tersebut membuat Kecamatan Gantar merupakan sentra produksi kedelai di wilayah Kabupaten Indramayu.

Pada tahun 2014, preferensi petani pada varietas kedelai di Desa Sanca berubah dari varietas Wiliis menjadi varietas Anjasmoro dan Grobogan. Wilis merupakan kedelai berbiji kecil dengan bobot 100 biji sebesar 10 gram. Berbeda dengan grobogan dan anjasmoro, yang berbiji besar dengan bobot 100 biji bisa mencapai 14-15 gram. Pada tahun 2017 ini, melalui tangan dingin Bpk Tjasma, petani kedelai di wilayah desa Sanca telah mengenal berbagai varietas unggul baru kedelai seperti Dega, Dena, Detam dan Devon. Dega merupakan varietas genjah. Pada umur 71 hari sudah siap panen. Potensi panen mencapai 3 ton/ha. Dena merupakan kedelai yang tahan terhadap naungan. Detam merupakan kedelai hitam yang mempunyai produktivitas mencapai 2,9 ton/ha. Devon mempunyai potensi hasil mencapai 3,09 ton/ha. Salah satu kelebihan devon adalah mengandung isolavon yang tinggi dan biji besar (15,3 gram/100 biji).

Selain mengenalkan varietas unggul baru, beliau juga berhasil meningkatkan produktivitas petani kedelai. Rata-rata produktivitas kedelai di desa Sanca mencapai 2,2 ton/ha. Bahkan berdasarkan pengalaman, beliau pernah menghasilkan 2,8 ton dalam 1 hektar tanaman kedelai.

27Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Saat ini, Bpk Tjasma bersama kelompok tani Bantar Jaya menggeluti usaha penangkaran benih kedelai. Hal ini didorong keinginan bpk Tjasma turut menyukseskan pencapaian target swadaya kedelai oleh pemerintah pada tahun 2018. Menurut Bpk Tjasma, kualitas benih kedelai yang baik akan menentukan produktivitas dan keberhasilan dalam budidaya kedelai. Petani saat ini mengalami kesulitan mendapatkan benih bermutu dan berlabel. Sumber benih petani adalah hasil panen pada musim sebelumnya. Penyimpanan yang kurang baik akan menurunkan kualitas benih padi.

Dalam usaha penangkaran benih, Bpk Tjasma beserta pengurus kelompok melakukan bimbingan teknologi kepada anggota kelompok mengenai budidaya kedelai dan teknis penangkaran benih (terutama teknis rouging). Dalam hal teknis budidaya di lapangan, kelompok Bantar Jaya mendapatkan pendampingan dari BPTP Jawa Barat. Selain itu, Bpk Tjasma memberdayakan ibu-ibu di sekitarnya. Dalam proses penyortiran, seleksi benih dan pengemasan, Bpk Tjasma melibatkan ibu-ibu. Hal ini bisa membuka lapangan kerja baru bagi ibu-ibu di sekitar Desa Sanca.

Pada tahun 2015, kelompok Bantar Jaya memproduksi benih kedelai sebebanyak 140 ton. Penyebaran benih kedelai selain untuk mencukup kebutuhan benih di wilayah desa Sanca dan Kabupaten Indramayu, kelompok tani Bantar Jaya juga sudah memenuhi permintaan benih dari petani di wilayah Jambi, Papua, Jawa Tengah (Tegal), Jawa Timur (Nganjuk, Banyuwangi), Jawa Barat (Subang, Bandung, Purwakarta).

Selain mengopkup calon benih dari petani di wilayah Kecamatan Gantar, Kelompok tani Bantar Jaya juga menstimulan dan mendorong petani untuk melakukan penangkaran benih secara mandiri. Kelompok tani Bantar Jaya bersiap melakukan pendampingan terutama dalam hal pendaftaran benih ke BPSB, teknis budidaya, rouging, penanganan panen dan pasca panen, pengemasan dan pemasaran. Dengan berkembangnya kelompok penangkar benih kedelai di Kecamatan Gantar diharapkan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas benih

28 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

kedelai, sehingga produksi petani meningkat yang pada akhirnya target swa sembada kedelai dapat tercapai.

Gambar 1. Bpk Tjasma memberikam motivasi dan bimbingan mengenai teknis penangkaran benih kedelai kepada petani

Gambar 2. Bpk Tjasma bersama tim BPTP Jawa Barat di Gudang benih kedelai kelompok tani Bantar Jaya

29Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Perkawinan Koloni Solusi Meningkatkan Efi siensi Reproduksi Ternak DombaSumarno Tedy dan Siti Lia M.

Salah satu indikator performans reproduksi ternak betina adalah keberhasilan kebuntingan, yang erat

kaitannya dengan metode perkawinan. Perkawinan secara alam diduga menghasilkan tingkat kebuntingan yang rendah karena berbagai alasan antara

lain kurangnya kontrol terhadap manajemen estrus, ratio ternak jantan dan betina yang tidak seimbang, adanya beberapa ekor ternak betina yang tidak mampu untuk bunting dan lain-lain. Penyebab rendahnya efi siensi reproduksi ternak domba ditingkat petani di pedesaan diantaranya adalah kawin tidak tepat waktu, ketika mengawinkan ternak domba yang dipeliharanya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: a). Rendahnya pemilikan pejantan. Petani beranggapan bahwa bila memelihara pejantan tidak menguntungkan karena tidak menghasilkan anak. Dengan tidak dimilikinya pajantan oleh sebagian besar petani, maka jika domba induk berahi tidak dapat segera dikawinkan. Petani terlebih dahulu harus mencari pejantan ketempat lain, biasanya dengan jalan menyewa. Akhirnya perkawinanpun terlambat untuk dilakukan. b). Petani belum memahami, atau tidak peduli terhadap tanda–tanda berahi sehingga perkawinan tidak tepat waktu. c). Pada umumnya para petani belum memiliki catatan mengenai reproduksi ternaknya, sehingga tidak dapat menentukan kapan mulai mengamati untuk

30 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

mengetahui apakah domba induk atau dara yang dipeliharanya berahi kembali setelah dikawinkan. Bahkan tidak dapat menentukan kapan domba induk yang sudah beranak dikawinkan kembali.

Salah satu cara yang dilakukan petenai untuk mengatasi rendahnya efi siensi reproduksi yaitu dengan menerapkan sistem perkawinan kelompok inilah kiranya yang cocok untuk diterapkan ditingkat petani, karena mudah dan murah. Untuk menghemat waktu dan tenaga sebaiknya perkawinan dilakukan secara alam

dengan sistem kelompok/koloni. Program Perkawinan yang dijalankan adalah dengan Metode Perkawinan Koloni. Induk Jantan ditempatkan Koloni dengan 10 – 15 Induk Betina

selama 40 hari. Selepas 40 hari,

Induk Jantan ditempatkan dalam Kandang Baterai sedangkan Induk Betina masih ditempatkan dalam K a n d a n g Koloni. Siklus Birahi Domba Garut Betina adalah berlangsung 1 hari setiap periode 14 - 17 hari. Metode Perkawinan Koloni menjadikan Jantan akan kawin dengan Betina dalam Kondisi Birahi. Pejantan dalam kandang kelompok biasanya dapat mengetahui betina yang sedang berahi.

Sistem perkawinan kelompok/koloni telah diterapkan di lokasi pendampingan kawasan ternak domba yaitu di kelompok ternak Lembur Sauyunan Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Hasil pengamatan yang dilakukan bersama-sama dengan peternak ternyata penerapan sistem kawin tersebut dapat menigkatkan angka kebuntingan yaitu sebanyak 90% dibandingkan dengan sistem kawin alami (hand mating) yang umum diterapkan peternak di lokasi tersebut. Dengan meningkatnya populasi akan berakibat meningkatnya jumlah ternak dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah populasi ternak akan sangat berdampak pada meningkatnya pendapatan yang diperoleh peternak.

31Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

“Burung Hantu” mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Padi

di Ujung Jaya, Sumedang Bambang Sunandar, Yanto Surdianto dan Basuno

Burung hantu (Tyto Alba) atau yang lebih dikenal dengan burung koreak, ternyata tidak menakutkan seperti namanya.

Jenis burung ini justru menjadi burung yang sangat berguna bagi petani. Mengapa bisa begitu? Karena burung ini merupakan musuh alami tikus. Burung hantu adalah

predator yang cukup ganas yang dapat mengejutkan mangsanya. Burung hantu mampu mendeteksi mangsa dari jarak jauh, mampu terbang cepat, mempunyai kemampuan untuk menyergap dengan cepat tanpa suara, memiliki pendengaran sangat tajam dan mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter.

Tikus salah adalah satu makanan spesifi k burung hantu. Sifatnya yang nocturnal (mencari makan di malam hari) membuatnya menjadi predator ideal untuk hama tikus. Burung hantu dewasa dapat memangsa tikus sebanyak 2-5 ekor tikus setiap harinya. Jika tikus sulit didapat, tak jarang burung ini menjelajah kawasan berburunya hingga 12 km dari sarangnya.

Adalah Hikmat Sumantri, SP (POPT/Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat) bersama Gapoktan Mekarwangi Desa Kudawangi, Kecamatan Ujungjaya pada tahun 2014 yang mempelopori pengendalian hama tikus di wilayah Kecamatan Ujung Jaya dengan menggunakan musuh alami yaitu “burung hantu”. Pada Tahun 2017 untuk mendukung kegiatan “Dukungan inovasi pertanian untuk peningkatan indeks pertanaman padi pada lahan sawah tadah hujan di Jawa Barat” BPTP Jawa Barat bersama dengan kelompok tani “Sri Sekar Jaya” mencoba untuk memanfaatkan predator tersebut. Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami

32 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

tikus dicoba untuk diitroduksikan sebagai upaya dalam menekan populasi tikus yang kerap kali menyerang pertanaman padi di wilayah Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Berdasarkan pengalaman pada musim tanam sebelumnya. Serangan tikus di Desa Keboncau memang tidak menyebabkan petani mengalami puso, tetapi serangan tikus cukup signifi kan mengurangi produktifi tas tanaman mereka.

Petani tidak perlu melepaskan burung hantu ke sawah mereka, tetapi hanya menyediakan rumahnya. Burung hantu masih ada yang bebas hidup di alam liar, hal ini yang dimanfaatkan petani dengan menyediakan rumah bagi burung hantu sehingga bisa menetap di areal persawahan mereka. Langkah awal dari pemanfaatan burung hantu tersebut adalah dengan pembuatan rumah burung hantu (rubuha) yang merupakan jawaban dari kelemahan burung tersebut yang tidak dapat membuat sarang/rumah sendiri, sehingga perlu adanya campur

tangan manusia untuk dibuatkan rubuha yang disesuaikan dengan kebiasaan hidup dan keinginan burung Tyto alba supaya kerasan hidup pada tempat yang baru. Desain dari rubuha yaitu kotak terbuat dari

kayu papan dengan ukuran panjang 60 cm lebar 40 cm dan tinggi 50 cm, pada bagian dinding dibuat lubang puntu berbentuk persegi ukuran 12 cm x 10 cm, untuk memudahkan burung tersebut hinggap di bagian depan pintu masuk dibuatkan teras menjujur ke luar dengan lebar 15-20 cm, dan untu melindungi dari cahaya matahari dan hujan maka dibuatkan atap dengan bahan yang disesuaikan dengan kekuatan diantaranya papan kayu atau bahan lain yang kuat tetapi

33Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

tidak mengganggu kehidupan Tyto alba. Penempatan RUBUHA pada lahan usaha tani yaitu di lahan sawah yang aman dan merupakan jalur lintasan burung, sehingga sebelum penempatan rubuha harus ada pengamatan terlebih dahulu, posisi rubuha ditempatkan pada tiang kayu atau bambu dengan ketinggian 4 meter atau jika pada lahan tersebut terdapat pohon penempatan rubuha bisa ditempatkan pada dahan pohon pada prinsipnya lokasi tersebut menarik minat Tyto alba mau menempati sebagai tempat hidupnya yang baru, mengingat kebiasaan hidupnya Tyto alba sebagai burung yang aktif malam hari, dia tidak menghendaki cahaya pada siang hari sehingga pembuatan kandang harus gelap , serta penempatan posisi lubang pintu harus berada di sebelah utara atau selatan, bagian tambahan yang cukup penting pada rubuha disarankan bagian atap dilengkapi angkringan tempat bertengger pada waktu pengintaian dan sekaligus berfungsi wuwung yang terbuat dari bambu atau kayu, penempatan lokasi rubuha selain berada pada daerah lintasan penerbangan pada waktu aktifi tas juga jarak dari hunian alam tidak terlalu jauh, jaraknya berkisar kurang dari 1 km.

Setidaknya separuh dari rumah burung hantu yang dipasang petani saat ini sudah didiami burung hantu. Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya seperti banyak kotoran burung di sekitar sarang, sering terdengar suara burung di malam hari dan lainnya. Untuk menjaga agar burung betah di rumah mereka, petani membuat peraturan agar tiang penyangga kandang dilarang diganggu terutama pada siang hari. Warga juga dilarang menembak burung hantu sehingga populasi burung hantu terjaga.

Pemasangan rumah burung hantu memang berbuah manis. Petani sudah tidak takut lagi tanaman padi mereka diserang tikus. Memang tikus di sawah tidak habis, tetapi juga tidak menyebabkan petani merugi karena padinya terselamatkan dari pengrusakan parah hama tikus. Dari sisi ini sesungguhnya kita bisa berefl eksi bahwa alam yang sudah tidak seimbang akan merugikan manusia itu sendiri. Kalau burung hantu dan ular sawah tidak habis diburu manusia, pasti petani tidak perlu takut padi mereka diserang tikus.

34 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Budidaya Tanaman Sayuran Secara HidroponikRestu Desi Djarwowati

Saat ini sudah banyak sekali bermunculan teknik-teknik penanaman yang inovatif dan

modern dengan memanfaatkan teknologi. Salah satunya adalah dalam penanaman sayuran. Sudah banyak dikembangkan cara menanam sayuran hidroponik, yang ternyata juga bisa dilakukan di rumah-rumah. Apa itu hidroponik? Secara sederhananya, hidroponik dijelaskan sebagai cara menanam tanaman dengan air tanpa media tanah. Lalu bagaimana cara menanam sayur kalau tidak ada tanahnya? Sangat bisa dinalar, karena selama ini tanah berfungsi sebagai penyangga tanaman dan sebagai pelarut unsur hara atau nutrisi dari air yang ada di dalam tanah dan nantinya akan diserap oleh tanaman. Dengan demikian, fungsi tanah bisa diganti dengan benda lain. Penemuan tersebut dinamakan sebagai hidroponik dan pertama kali ditemukan oleh W.A. Setchell dan W.F. Gericke dari University of California.

Cara Menanam Sayuran Secara Hidroponik

Jika tidak ditanam di tanah, lalu sayurannya ditanam dimana? Jika dikategorikan berdasarkan dimana media tumbuh atau dimana sayurannya akan tumbuh, teknik hidroponik dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Kultur Air

Teknik kultur air ini justru sudah ratusan tahun digunakan, yaitu dimulai pada abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Mereka menggunakan

35Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

sebuah metode dimana tanaman ditanam pada media tertentu selain tanah.

Akan tetapi media tempat mereka menanam tanah tersebut juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga tanaman juga bisa menyerap unsur hara tersebut meskipun tanpa media tanah.

2. Kultur Agregat

Media tanam yang satu ini berupa batu kerikil, pasir, dan sebagainya. Akan tetapi media tanam tersebut haruslah disterilkan dahulu sebelum digunakan sebagai media tanam.Cara memberikan nutrisi kepada tanamannya adalah dengan mengalirinya menggunakan air yang mengandung nutrisi yang sudah ditempatkan dalam wadah.

3. NFT (Nutrient Film Technique)

Media cara menanam sayuran hidroponik yang digunakan dalam teknik NFT ini adalah sebuah “selokan” yang terbuat dari logam tipis yang tahan karat. Kemudian pada selokan tersebut akan dialiri air yang sudah mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.

Apakah unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tercukupi jika menggunakan sistem hidroponik?

Ada beberapa faktor penting yang akan mempengaruhi tercukupi atau tidaknya nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang ditanam dengan sistem hidroponik, diantaranya:

Unsur Hara atau Nutrisi

Cara menanam sayuran hidroponik agar hasilnya maksimal jelas harus memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Nutrisi jelas sangat penting bagi tanaman yang ditanam secara hidroponik agar tanaman bisa tetap hidup dan tumbuh.

36 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Untuk membuat larutan unsur hara atau nutrisi ini, bisa membuatnya dengan cara melarutkan garam pupuk ke dalam air.

Media Tanam

Pilih media yang bisa membuat jumlah unsur hara atau nutrisi tetap cukup untuk tanaman dan tentu tidak berbahaya untuk tanaman.

Selain dua hal tersebut, yang juga harus diperhatikan adalah pasokan air dan oksigen dalam sistem hidroponik agar tanamannya bisa tumbuh secara maksimal. Demikian penjelasan tentang cara menanam sayuran hidroponik.

Sumber : Diolah dari berbagai Sumber Geogle, BPTP Jabar

37Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

SISTEM JURING GANDA, CARA TANAM JAJAR LEGOWO PADA TEBUKurnia dan Yanto Surdianto

Kementerian Pertanian menargetkan swasembada pangan pada empat komoditas yaitu beras, daging, kedelai dan gula. Berbagai upaya dilakukan baik melalui intensifi kasi maupun ekstensifi kasi untuk mencapai target 3,1 juta ton gula krital putih (GKP). Namun tampaknya usaha ekstensifi kasi sulit untuk dilakukan karena penyusutan lahan pertanian terus bertambah setiap tahunnya, tidak terkecuali luas tanam tebu.

Salah satu teknologi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah sistem tanam juring ganda. Jika pada tanaman padi dikenal dengan sistem tanam jajar legowo, pada tanaman tebu ada teknologi juring ganda. Teknologi budidaya tebu sistem juring ganda ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman tebu hingga 30-60 persen. Prinsip teknologi juring ganda adalah meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam tebu dengan pola beberapa barisan.

Beberapa Keunggulan Sistem Tanam Juring Ganda

1. Mampu meningkatkan populasi tanaman tebu dengan cara mengatur jarak tanam tebu dengan pola beberapa barisan.

2. Mampu meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 83,8% dibanding juring tunggal sebagai efek dari peningkatan faktor juring pada juring ganda pucuk tebu ke pucuk (PKP) rapat.

3. Sirkulasi udara dan distribusi cahaya dalam tajuk pada tanaman tebu lebih optimal. Peningkatan distribusi cahaya dalam tajuk tersebut berpengaruh terhadap peningkatan laju fotosintesis kanopi tanaman sehingga akumulasi bahan kering semakin tinggi. Kondisi itu menyebabkan bobot batang per tanaman juring ganda lebih besar dibandingkan juring tunggal, yang disebabkan oleh

38 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

peningkatan panjang batang sebesar 2,7% dan bobot per meter batang sebesar 4,9%.

4. Penyiangan dan pengendalian gulma lebih mudah dilakukan, selain itu jika ada hama penyakit dapat dengan mudah ditanggulangi.

5. Bisa ditumpangsarikan dengan tanaman pangan semusim seperti: kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai. Namun demikian dalam memilih tanaman sela harus mempertimbangkan berbagai hal, antara lain tanaman umur muda, struktur kanopi lebih rendah dibanding tanaman tebu, diusahakan bukan tanaman yang rakus hara tetapi tanaman yang dapat mensuplai hara (tanaman legum), dan bukan tanaman inang bagi hama dan penyakit tanaman tebu (misal : jagung merupakan inang penyakit pokkahbung).

6. Hasil penelitian di Kebun Percobaan Muktiharjo Pati, Jawa Tengah membuktikan, sistem juring ganda mampu meningkatkan produktivitas tebu antara 30-60 persen. Jika produktivitas tebu sebelumnya hanya mampu menghasilkan 70-90 ton/ha, kini setelah menerapkan teknologi juring ganda produksinya bisa mencapai 135-150 ton/ha. Sedangkan peningkatan populasinya mencapai sekitar 40-45 persen.

Cara pembuatan juring ganda

Jarak tanam ideal tebu juring ganda adalah 50 cm x 135 cm dengan jarak dari pucuk tebu ke pucuk (pkp) tebu 185 cm.

Gambar 1. Sistem juring ganda pada tebuKeterangan:

Alur juring ganda dengan PKP 135 cm untuk baris pertama dan 185 cm untuk • baris keduaJumah juringan = (100/1,85) x 2 = 108 juringan/ha panjang juringan = 100 m/ha• Faktor juringan =108 x 100 = 10.800 m/ha•

39Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Penanaman

Pengaturan bibit di lubang juring menggunakan sistem tumpang tindih 50% atau untuk lawang. Pada sistem juring ganda penyulaman jauh lebih sedikit dibandingkan dengan juring tunggal karena jumlah populasinya menjadi lebih banyak.

Gambar 2. Ilustasi sistem pengaturan bibit dengan sistem tumpang tindih

Gambar 3. Sistem pengaturan bibit juring ganda dengan sistem tumpang tindih

Pada kondisi tanah kering, bibit ditanam dengan cara memasukkan ke dalam lubang tanam sehingga seluruh bagian tertutup tanah, sedangkan pada kondisi tanah basah, maka bibit diletakkan di atas tanah sehingga bibit masih terlihat.

Gambar 4. Penanaman bibit pada keadaan tanah kering (atas) dan basah (bawah)

Perbandingan sistem juring ganda dan juring tunggal

Gambar 6. Sistem Juring ganda Gambar 7. Sistem Juring tunggal

40 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Pengembangan Tanaman Pakan Indigofera di Kelompok Ternak

Lembur Sauyunan GarutSumarno Tedy , Taemi Fahmi dan Basuno

Upaya menyediakan hijauan pakan ternak berkualitas dan berkesinambungan merupakan salah satu masalah peternak domba di Kabupaten Garut. Membudidayakan hijauan

yang berkadar protein tinggi, mudah dibudidayakan, dan berdaya adaptasi tinggi merupakan salah satu jalan keluar agar tercukupinya hijauan pakan ternak berkualitas. Kelompok ternak Lembur Sauyunan merupakan salah satu kelompok ternak yang berada di Desa Dano Kecamatan Leles telah membudidayakan Legum Indigofera sebagai sumber hijauan ternak. Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki kualitas nutrisi yang tinggi. Tanaman Indigofera Sp tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Tanaman Indigofera adalah jenis leguminosa pohon yang selama ini belum dieksplorasi potensinya sebagai hijauan pakan ternak.

Pengembangan Tanaman Indogofera di kelompok ternak Lembur Sauyunan Garut

41Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Tanaman ini memiliki kandungan protein yang tinggi setara dengan alfalfa, kandungan mineral yang tinggi ideal bagi ternak perah, struktur serat yang baik dan nilai kecernaan yang tinggi bagi ternak ruminansia. Produktivitas tanaman ini tergolong tinggi yaitu mencapai 30 ton bahan kering per ha per tahun dengan interval pemotongan 60 hari dan intensitas pemotongan 1,5 m di atas permukaan tanah. Dengan kandungan protein yang tinggi (21-24 %) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (77%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak).

Untuk membudidayakan dan mengembangkan tanaman indigofera ini, peternak yang tergabung di kelompok ternak Lembur Sauyunan ini memanfaatkan lahan desa, lahan tersebut sebagian sudah dimanfaatkan dengan tanaman sayuran namun adapula yang belum dimanfaatkan yaitu lahan yang berada dikemiringan diatas 30%. Dengan membudidayakan tanaman pada lahan berlereng yang umumnya rawan erosi, penanaman hijauan bukan semata-mata untuk menghasilkan hijauan, tetapi juga dimaksudkan juga untuk mencegah erosi, sehingga dapat menjaga kelestarian sumber daya alam agar dapat memberi manfaat yang sebesar – besarnya bagi masyarakat di wilayah tersebut. Pemanfaatan lahan desa dengan budidaya hijauan makanan ternak dilihat dari segi sosial ekonomi meliputi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan karena dengan hijauan makanan ternak kebutuhan ternak akan pakan dapat tercukupi secara terus menerus sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan akan hijauan pakan produktivitas ternak bisa optimal.

42 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

SALIBU, Tanam Padi Satu Kali, Panen Berkali-KaliKurnia

Budidaya padi umumnya dlakukan dengan cara menanam benih padi di persemaian, kemudian dipindahkan ke lahan sawah. Proses ini dilakukan setiap musim kurang lebih 4 bulan

sekali, sehingga dalam satu tahun bisa diakukan ebanyak 3 kali tanam dan 3 kali panen selama setahun. Proses itupun bisa dilakukan bila kondisi lahan dan pengairannya mendukung untuk menanam padi tiga kali dalam setahun atau IP-300.

Namun hal itu sekarang bisa dilakukan dengan cara membuat persemaian dan menanam satu kali, namun panennya bisa dilakukan dua kali atau lebih. Cara ini sekarang kita kenal dengan istilah salibu. Salibu dikembangkan di Sumatera Barat, dan istilah salibu ini merupakan bahasa lokal dari Sumatera Barat yang kalau dalam bahasa sunda kita kenal turiang.

Teknologi budidaya padi salibu ditemukan secara tidak sengaja oleh petani yang lahan sawahnya terserang hama tikus. Karena untuk menanam lagi diperlukan waktu dan biaya, makan padi yang terserang hama tikus itu dipotong rata jeraminya dan dibiarkan tumbuh kembali. Ternyata percobaan ini dapat menghasilkan padi tanpa perlu mengolah tanah kembali dan membuat persemaian.

Di wilayah priangan juga dikenal istilah yang mirip dengan salibu di Sumatera Barat yaitu turiang. Perbedaannya salibu dengan turiang adalah pada budidaya turiang tidak dilakukan pemotongan jerami lagi untuk meratakan permukaan jerami, tetapi meneruskan pertumbuhan jerami sesuai sisa panen sebelumnya. Tidak

43Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

dilakukannya pemotongan jerami dengan ketinggian 1-3 cm adalah pertumbuhan malai padinya pendek dan bulir padi jumlahnya sedikit.

Pak Enceng, Seorang petani di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang pernah melakukan kegiatan turiang ketika lahan sawahnya terserang hama tikus. Dia tidak dilakukan pemotongan jerami kembali tetapi hanya meneruskan pertumbuhan jerami sisa serangan tikus dengan melakukan pemupukan saja, dan perlakuan tersebut ternyata dapat menghasilkan padi namun tidak sebaik bila dengan persemaian. Pengalaman seperti ini menjadi modal bagi petani bahwa budidaya salibu dapat diakukan.

Namun teknologi budidaya salibu ini hanya direkomendasikan di lokasi-lokasi yang mudah untuk mengatur airnya, dan air dapat tersedia selama 1-2 bulan awal pertanaman, selain itu dapat dilakukan pada hamparan yang luas. Teknologi budidaya salibu lebih rentan terserang hama dan penyakit tumbuhan karena tidak adanya jeda pertanaman. Kondisi pertanaman yang terus-menerus lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit tumbuhan, sehingga dibutuhkan varietas padi yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang paling berpotensi mengganggu budidaya salibu adalah hama burung pemakan biji, terutama bila dilakukan pada hamparan yang kecil. Kondisi pertanaman yang lebih cepat dibanding yang lain akan mengundang burung pemakan biji.

Keuntungan menanam padi dengan cara salibu adalah tidak diperlukannya pengolahan tanah karena salibu meneruskan dari pertanaman sebelumnya. 2 minggu sebelum dan sesudah panen petani hanya perlu memelihara jerami sisa panen agar tidak mati karena kekeringan sampai dengan tumbuhnya tunas baru. Tunas baru ini pengganti benih yang biasanya disemai pada cara tanam padi dengan sistem tanam pindah (pindah). Petani dapat menghemat biaya pengolahan lahan dan benih padi. Pada sistem tanam salibu juga umur tanaman menjadi pendek karena menghilangkan persemaian..

Teknologi budidaya padi salibu ini dapat menjadi merupakan solusi di tengah sulitnya mendapatkan buruh tani untuk pengolahan

44 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

lahan. Beberapa lokasi sentra produksi padi terutama yang daerahnya sudah berkembang maju atau dekat dengan perkotaan sulit untuk mendapatkan buruh tani. Di Kota Sukabumi yang lahan sawahnya masih cukup luas bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Barat, untuk mendapatkan buruh taninya mendatangkan dari wiayah lain dari Kabuaten Sukabumi. Hal ini mereka lakukan karena kesulitan untuk mencari buruh tani, selain itu ongkos buruh yang berasal dari Kota Sukabumi mereka anggap mahal.

Gambar 1. pemotongan jerami padi dengan mesin potong rumput

Gambar 2. Jerami yang dipotong setelah panen

Gambar 3. Pertumbuhan tunas salibu

45Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Panen Air Di Waktu Hujan Dengan Rorak

Kurnia dan Yanto Surdianto

Saat ini mungkin kita lebih familiar dengan istilah biopori. Biopori dijadikan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir di perkotaan. Biopori merupakan sebuah lubang buatan di tanah, berbentuk lingkaran dengan diameter 10-15 cm dan kedalam 20-30 cm. Lubang tersebut kemudian diisi dengan seresah daun, makanan sisa atau material organik dan dibiarkan membusuk. Efek positif pada ‘’biopori’’ adalah menambah hara tanah, proses dekomposisi alami, menyimpan air, memberi napas pada perakaran, dan menjadi habitat hewan dan jasad renik. Sekarang menjadi trend dimana-mana, dimana ada tanah kosong maka dibuatlah lubang langsung di isi dedaunan. Salah satu cara yang baik terhadap lingkungan.

Satu lagi sistem yang berkaitan dengan konservasi lahan yang tidak disadari sangat besar manfaatnya. Teknologi yang mirip biopori namun dengan dimensi yang lebih besar yang dinamakan rorak. Teknologi yang tidak asing bagi mereka yang bergerak dalam bidang konservasi tanah dan air. Rorak sudah dipakai sejak jaman penjajahan Belanda, terutama di perkebunan kopi, cokelat dan teh. Sepintas tidak ada yang istimewa dari rorak namun bisa menjadi solusi bagi konservasi tanah dan air. Rorak dapat dimanfaatkan di perkebunan atau pertanian lahan kering.

Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah (1) untuk menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari bidang olah. Pada lahan tanpa rorak, air hujan tidak akan terserap maksimal ke dalam tanah. untuk tanah yang berkontur sebagian besar air hujan akan hilang menjadi air aliran permukaan (run off ), dan dapat mengakibatkan banjir dan

46 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

longsor bila melebihi daya dukung lingkungan (2) untuk mencegah disposisi/transportasi partikel tanah oleh erosi dan aliran permukaan (run off ), (3) Untuk mengembalikan produktivitas lahan, produksi usahatani dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Pada saat musim kemarau rorak dapat digunakan untuk menimbun bahan-bahan organik seperti dedaunan dan sisa tanaman lainnya, dan dapat dimanfaatkan tempat bahan pembuatan kompos.

Ukuran dan dimensi rorak sangat beragam. Direktorat Pengelolaan Lahan, Departemen Pertanian (2006), menerbitkan standar teknis pembangunan rorak/saluran buntu dalam upaya konservasi tanah dan air, yaitu:1. Lahan berupa lahan kering/upland dan terletak dalam satu

hamparan minimal seluas 8 hektar. Dalam satu hektar dibangun konstruksi rorak sebanyak 30 unit.

2. Panjang rorak/saluran buntu 5 meter, lebar 0,30 meter dan kedalaman 0,4 meter.

3. Kemiringan lahan 3% s/d 30%. Untuk menjamin keberhasilan sebaiknya dipilih lahan yang tidak terlalu curam sehingga tidak diperlukan adanya pembangunan teras bangku yang relatif mahal.

4. Ketinggian tempat lebih rendah dari 1.500 meter di atas permukaan laut dimana berbagai jenis tanaman masih memungkinkan untuk diusahakan.

5. Lahan peka terhadap erosi.6. Lahan masih diusahakan oleh petani, tetapi produktivitasnya telah

mengalami degradasi/menurun.

Dengan memanfaatkan rorak yang sederhana, berapa banyak air yang akan terserap dan tersimpan ke dalam tanah. Apabila diterapkan oleh setiap orang atau petani pada setiap lahan pertaniannya akan sangat bermanfaat sekali bagi lingkungan. Dan bila diterapkan pada lahan dengan hamparan yang luas akan sangat besar sekali dampaknya. Lahan yang tidak subur, lahan kritis, banjir dan erosi

47Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

dapat ditanggulangi dengan suatu teknik yang sederhana. Dimulai dari halaman, kebun, ladang baru ke lahan yang lebih luas. Langkah kecil dapat menjadi perubahan besar bagi lingkungan.

Sumber gambar: https://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/rorak-parit-buntu/

Sumber gambar: https://www.slideshare.net/zaidilfi rza/8-pelaksanaan-pdas

48 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Usaha Penangkaran Benih KedelaiDengan Sistem JabalsimYati Haryati dan Atang M. Safei

Penyediaan Benih Kedelai

Usaha penangkaran benih kedelai menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan pendapatan petani. Peranan penangkar atau kelompok penangkar benih sangat penting dalam penyediaan benih varietas unggul bersertifi kat. Dalam penyediaan benih tersebut diperlukan usaha penangkaran benih berbasis kelompok tani yang dapat memenuhi kebutuhan benih bermutu di wilayahnya.

Ketersediaan benih dan kualitas benih merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai. Keterlambatan penyediaan benih, kualitas benih yang kurang baik, dan varietas kedelai yang tidak sesuai dengan preferensi petani banyak dikeluhkan petani kedelai.

Kendala ketersediaan benih bermutu terjadi karena kurang optimalnya jalur distribusi benih dari produsen benih kepada petani pengguna. Di beberapa daerah, sistem penyediaan benih yang dikenal dengan nama JABALSIM (jalinan arus benih antar lapang dan antar musim) berjalan dengan baik. Pada daerah dengan sistem Jabalsim yang baik, umumnya petani memiliki akses yang mudah terhadap benih bermutu, termasuk penangkar memiliki pasar yang jelas. Diantara persyaratan berlangsungnya JABALSIM adalah adanya perbedaan musim tanam atau agroklimat antar daerah, sehingga produksi benih (kedelai) pada satu lokasi akan dapat digunakan oleh petani di lokasi lainnya yang musim tanamnya berbeda.

Untuk mempercepat pengembangan benih antar musim antar wilayah diperlukan adanya hubungan antara penangkar dari satu wilayah dengan wilayah lainnya, sehingga penangkar perlu dihubungkan

49Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

satu dengan yang lainnya agar terbangun hubungan antar penangkar dari berbagai wilayah di sentra - sentra produksi kedelai. Dengan terbangunnya hubungan penangkar dari berbagai daerah atau wilayah diharapkan sistem penangkaran perbenihan kedelai akan menjadi baik, dan akan mempercepat proses penyebaran benih unggul baru.

Usaha Penangkaran

Dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai bermutu perlu dibina usaha penangkaran benih, terutama di sentra produksi kedelai. Keberhasilan diseminasi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk memasok benih hingga sampai ke tangan petani. Oleh karena itu, keberadaan sistem perbenihan yang kokoh (produktif, efi sien, berdaya saing, berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian.

Dalam rangka usaha penangkaran benih kedelai yang bermutu Kelompok Tani Bantar Jaya, Gapoktan Sanca Jaya, Desa Sanca, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu memproduksi benih sesuai dengan preferensi konsumen di wilayah tersebut yang didistribusikan ke wilayah Desa Sanca dan wilayah desa lain di Kecamatan Gantar.

Produksi benih kedelai yang bermutu, kelompok bekerjasama dengan kelompok tani yang ada di Desa Sanca (21 kelompok tani) yang menjual calon benih kepada Kelompok Tani Bantar Jaya yang selanjutnya dilakukan prosesing dan mendapatkan label dari BPSB.

Tabel 1. Distribusi Benih Kelompok Tani Bantar Jaya, Gapoktan Sanca Jaya, Desa Sanca, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu. 2016.

No. Varietas Produksi (kg) Distribusi

1. Grobogan 1000 Desa Cupumanik, Cijambe, Desa Bantaran, Cijambe

3. Anjasmoro 43.600 Desa Cierih, Sanca4. Anjasmoro 3.400 Desa Cijolang, Sanca, dan Bantar Waru

50 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

No. Varietas Produksi (kg) Distribusi

5. Anjasmoro 2.500 Desa Cihoe, Sanca dan Gantar6. Anjasmoro 1.500 Dinas Pertanian Bandung Barat

Jumlah 52.000

Gambar 1. Benih Varietas Anjasmoro Kelas SS/BP 2

Penyediaan benih kedelai yang dihasilkan Kelompok Tani Bantar Jaya mengikuti alur distribusi yang sudah berlangsung di Kelompok Tani Bantar Jaya. Benih yang bersertifi kat dan sudah dikemas didistribusikan ke petani, kelompok tani, pihak swasta, kios/pengecer dan Dinas pemerintah.

Gambar 2. Alur Distribusi Benih Kedelai di Kelompok Tani Bantar Jaya, Gapoktan Sanca Jaya, Desa Sanca, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu. 2016.

51Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Sistem Penyediaan Benih Kedelai

Salah satu upaya untuk memperbaiki pengadaan dan penyaluran benih kedelai dapat dilakukan melalui pola Jabalsim. Jabalsim adalah salah satu pola pengadaan dan penyaluran benih kedelai antar wilayah yang berlangsung secara alami dan dipengaruhi oleh alam dan musim. Jabalsim Terkendali merupakan upaya penyebaran benih kedelai bersertifi kat dengan kualitas yang terjamin, dilaksanakan dalam satu tahun. Benih kedelai tidak mengalami proses penyimpanan karena segera didistribusikan setelah dipanen.

Keuntungan Jabalsim adalah kebutuhan benih dapat dipenuhi di sentra produksi sendiri, b) kualitas benih terjaga dengan tidak terlalu lama menyimpan benih, c) varietas sesuai dengan preferensi petani karena diproduksi di lingkungan sendiri, d) potensi penangkar lokal cukup memadai sebagai penyangga kebutuhan benih. Sistem Jabalsim berperan penting dalam penyediaan benih kedelai mengingat benih yang diproduksi tidak perlu disimpan lama, sehingga risiko menurunnya daya tumbuh benih dapat dihindari dan sumber benih dekat dengan lokasi pengembangan kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai yang tepat varietas, tepat jumlah, tepat mutu, tepat tempat, dan tepat waktu, sistem Jabalsim perlu dikembangkan melalui pembinaan bagi para penangkar benih atau dalam sistem produksi benih berbasis komunitas.

Dalam penyediaan benih kedelai mengikuti Jalinan arus Benih Antar Lapang dan Antar Musim (JABALSIM) (Gambar 2.). Pola Jabalsim di Wilayah Kecamatan Gantar yaitu untuk penyediaan benih MK I, diproduksi benih pada MH di lahan kering dan penyediaan benih untuk MK II diproduksi benih di lahan sawah tadah hujan pada periode Bulan April - Juni sehingga kebutuhan benih di wilayah tersebut dapat terpenuhi dari wilayah sendiri. Dari segi musim tanam kedelai di lahan kering atau di kawasan hutan yang ditanam jatuh pada Bulan Februari - April (akhir musim hujan), hasilnya sangat sesuai untuk produksi benih kedelai di lahan sawah

52 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

yang jatuh pada bulan Mei-Juli untuk Musim Kemarau I dan hasil dari kedelai MK I dapat dipakai sebagai benih sumber pada pertanaman kedelai Musim Kemarau II pada Agustus - Oktober.

Gambar 3. Alur benih kedelai mengikuti Jabalsim di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu dengan tiga musim tanam.

Analisa Usahatani Produksi Benih Kedelai

Keuntungan yang diperoleh produsen benih dari usaha penangkaran dapat dihitung analisa usahataninya. Dari perhitungan-perhitungan biaya, penerimaan, dan pendapatan maka dapat dihitung berapa keuntungan yang diperoleh petani dalam usaha penangkaran benih padi unggul ini.

Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6.600.000,- dengan nilai R/C 1,50; artinya usahatani penangkaran benih kedelai ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,50.

Tabel 2. Analisa Usahatani Produksi Benih Kedelai per ha.

No. Uraian Volume (kg) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1.Sarana Produksi 6.300.000

2. Tenaga Kerja 6.900.0003. Total Biaya 13.200.0004. Hasil Produksi 1.800 11.000 19.800.0005. Keuntungan 6.600.000

53Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017

Penutup

Usaha penangkaran benih kedelai layak untuk diusahakan dalam memenuhi kebutuhan benih yang berkualitas dan bersertifi kat yang berkelanjutan dengan penyaluran benih melalui pola Jalinan Arus Benih Antar Lapang dan Antar Musim (Jabalsim).

54 Buletin Diseminora Volume 13 Tahun 2017