Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

16
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI DAN BISNIS KEPAILITAN DAN PENYUSUN KEWAJIBAN Kelompok 5 Disusun Oleh : Nama Nim Tugas 1. Pipit Indriani 22 2013 195 Ketua 2. Rini Rizayanti 22 2013 097 Penyaji 3. Susanti 22 2013 174 Penyaji 4. Feni Triani 22 2013 190 Notulen 5. Riski Amaliya 22 2013 098 Moderator Dosen Pembimbing : Mona Wulandari, SH., MH

description

Aspek Hukum

Transcript of Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Page 1: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI DAN BISNIS

KEPAILITAN DAN PENYUSUN KEWAJIBAN

Kelompok 5

Disusun Oleh :

Nama Nim Tugas

1. Pipit Indriani 22 2013 195 Ketua

2. Rini Rizayanti 22 2013 097 Penyaji

3. Susanti 22 2013 174 Penyaji

4. Feni Triani 22 2013 190 Notulen

5. Riski Amaliya 22 2013 098 Moderator

Dosen Pembimbing : Mona Wulandari, SH., MH

Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Palembang

Tahun Ajaran 2014/2015

Page 2: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang

(PKPU)

A. Kepailitan

Dasar Hukum dan Pengertian

Dasar hukum yang berlaku di Indonesia tercantum di dalam Undang-

undang No. 37 Tahun 2004 mengenai hukum kepailitan. Yaitu undang-undang

kepailitan dan PKPU. Kepailitan adalah kreditor yaitu, orang yang mempunyai

utang karena perjanjian. Yang dapat ditagih di pengadilan sedangkan debitur

adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian. Atau Undang-undang

yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan.

Tujuan Hukum Kepailitan

1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor diantara

parta kreditornya.

2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan yang merugikan

kreditor.

3. Memberi perlindungan kepada debitor dengan cara memperoleh

pembebasan hutang.

Selain itu ada beberapa faktor pembayaran hutang :

1. Untuk menghindari perebutan harta debitur. Apabila dalam waktu yang

sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor.

2. Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak dan jaminan kebendaan

yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa

memperhatikan kepentingan debitor atau para kreditor lainnya.

3. Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh

salah seorang kreditor dan debitor sendiri.

Page 3: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Asas Asas Kepailitan

1. Asas Keseimbangan

Yang mengatur ketentuan yang mengenai perwujudan dari asas

keseimbangan yaitu disatu pihak terdapat ketentuan yang mencegah

terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor

yang tidak jujur dipihak lain.

2. Asas Keadilan

Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak

penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing

terhadap debitor, dengan tidak memperdulikan kreditor lainnya.

3. Asas Kelangsungan Usaha

Mengenai ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitor yang

prospektif tetap dilangsungkan.

4. Asas Integrasi

Mengatur sistem hukum formil dan hukum materiilnya merupakan satu

kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata

Nasional.

Syarat Syarat Kepailitan

a. Debitor yang ingin dipailitkan mempunyai sedikitnya dua hutang artinya

dua atau lebih kreditor. Oleh karena itu syarat ini disebut concursus

creditorium.

b. Debitor tidak melunasi sedikitnya satu hutang kepada salah satu

kreditornya.

c. Hutang yang tidak dibayar lunas itu haruslah hutang telah jatuh waktu dan

dapat ditagih.

Page 4: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah

1. Kreditor atau beberapa kreditor

2. Debitor sendiri

Yaitu pengajuan permohonan pailit terhadap dirinya sendiri apabila

memenuhi syarat :

a. Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor.

b. Debitor sedikitnya tidak membayar satu hutang yang telah jatuh

waktu dan dapat ditagih.

3. Kejaksaan untuk kepentingan umum

Mengajukan permohonan pailitan untuk kepentingan umum misalnya:

a. Debitor melarikan diri.

b. Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan.

c. Debitor mempunyai BUMN atau badan usaha lain yang

menghimpun dana masyarakat.

d. Debitor mempunyai hutang yang berasal penghimpunan dana dari

masyarakat luas.

e. Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam

menyelesaikan hutang piutang yang telah jatuh waktu.

4. Bank Indonesia

Dalam hal ini debitor adalah bank pengajuan permohonan pernyataan

pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia

dan semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi keuangan dan kondisi

perbankkan secara keseluruhan.

5. Badan Pengawas Pasar Modal – LK (BAPEPAM-LK)

Dalam hal ini debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga

kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,

permohonan pailit, hanya dapat diajukan oleh badan pengawas pasar

modal.

Page 5: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

6. Menteri Keuangan

Dalam hal ini debitor adalah perusahaan Asuransi, Reasuransi dan dana

pensiun atau BUMN.

Permohonan Pernyataan Pailit

Putusan atas permohonan pernyataan pailit diterapkan oleh pengadilan

niaga. Permohonam ini diajukan kepada ketua pengadilan niaga yang berwenang.

Pada pasal 8 ayat 4 yang menegaskan bahwa “Permohonan pernyataan pailit harus

dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana

bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah dipenuhi”. Putusan pengadilan

sebagaimana yang dimaksud diatas wajib memuat pula :

a. Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yaitu dari sumber

hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

b. Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota atau

hakim ketua majelis.

Upaya Hukum

Permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung

pengajuan ini paling lambat delapan hari setelah tanggal keputusan yang

dimohonkan kasasi diucapkan.

Akibat Kepailitan

Keputusan pernyataan pailit mengakibatkan harta kekayaan debitor sejak

keputusan itu dikeluarkan oleh hakim, dimasukkan kedalam harta pailit.

Actio Pauliana

Yaitu hak yang diberikan oleh Undang-undang kepada seorang kreditor

mengajukan permohonan pembatalan segala perbuatan yang tidak diwajibkan

Page 6: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

untuk dilakukan oleh debitor terhadap harta kekayaannya yang diketahui oleh

debitor pembuatan tersebut merugikan kreditor.

Jenis-jenis kreditor

1. Kreditor Konkuren

Adalah kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor yang lain secara

proporsional, atau disebut juga secara pari pasu yaitu menurut

perbandingan besarnya masing-masing tagihan mereka, dari hasil

penjualan Harta Pailit yang tidak dibebani hak jaminan. Kreditor demikian

lebih dikenal dengan istilah hukum dalam sistem common law sebagai

insecured creditor.

2. Kreditor Preferen

Adalah kreditor yang didahulukan dari kreditor-kreditor lainnya untuk

memperoleh pelunasan tagihannya dari hasil penjualan harta pailit asalkan

benda tersebut telah dibebani dengan hak jaminan tertentu bagi

kepentingan kreditor tersebut. Kreditor demikian lebih dikenal dengan

istilah hukum dalam sistem common law sebagai secured creditor.

3. Kreditor Separatis

Adalah kreditor pemegang hak istimewa yang oleh undang-undang diberi

kedudukan lebih didahulukan dari para kreditor konkuren maupun kreditor

preferen.

Pegurusan Harta Pailit

Pemberesan Harta Pailit mengandung pengertian untuk menguangkan

aktiva dan pasiva harta pailit. Dalam menjalankan tugasnya Kurator diawasi oleh

Hakim Pengawas yang juga ditunjuk dalam Putusan Pernyataan Pailit.

Yang dimaksud Kurator sebagaimana disebutkan diatas adalah:

a. Balai Harta Peninggalan; atau

b. Kurator lainnya

Page 7: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Yang dapat menjadi Kurator sebagaimana dimaksud pada huruf b diatas,

adalah:

a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki

keahlian khusus, yaitu mereka yang mengikuti dan lulus pendidikan

Kurator dan Pengurus.

b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di

bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.

Kurator sejak diangkat sebagai pihak yang melakukan pengurusan dan

pemberasan Harta Pailit mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

1. Melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan

menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat

berharga lainnya dengan memberikan tanda terima.

2. Membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 hari setelah menerima

surat putusan pengangkatannya sebagai Kurator.

3. Membuat daftar yang menyatakan sifat, jumlah piutang dan utang harta

pailit, nama dan tempat tinggal Kreditor beserta jumlah piutang masing-

masing Kreditor.

4. Berdasarkan persetujuan panitia kreditor sementara, Kurator dapat

melanjutkan usaha Debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap

putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan

kembali.

5. Menyimpan sendiri uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya,

kecuali apabila oleh Hakim Pengawas ditentukan lain.

6. Melakukan rapat pencocokan perhitungan (verifikasi) piutang yang

diserahkan oleh Kreditor dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya dan

keterangan Debitor Pailit, maupun berunding dengan Kreditor jika

terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima.

7. Membuat daftar piutang yang sementara diakui.

Page 8: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Hasil penjualan harta pailit dibayarkan kepada para kreditor menurut

bagiannya dengan urutannya sebagai berikut:

1. Kreditor Separatis

2. Kreditor Preferen

3. Kreditor Konkuren

Berakhirnya Kepailitan

Segera setelah kepada Kreditor yang telah dicocokan piutangnya,

dibayarkan dalam jumlah penuh piutang mereka, atau segera setelah daftar

pembagian penutup menjadi mengikat maka berakhirlah kepailitan. Kurator

selanjutnya wajib untuk:

a. Membuat pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita

Negara Republik Indonesia dan surat kabar.

b. Memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan dan pemberesan

yang telah dilakukannya kepada Hakim Pengawas paling lama 30 hari

setelah berakhirnya kepailitan.

c. Menyerahkan semua buku dan dokumen mengenai harta pailit yang ada

pada Kurator kepada Debitor dengan tanda bukti penerimaan yang sah.

B. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Menurut Sutan Remy Syahdeini (2009:327) ada dua cara yang disediakan

oleh Undang-undang Kepailitan dan PKPU agar Debitor dapat terhindar dari

ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika Debitor telah atau akan berada

dalam keadaan insolven.

Cara yang pertama adalah dengan mengajukan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang disingkat PKPU (Suspension of Payment atau Surseance van

Betalingen).

Page 9: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Tujuan PKPU adalah untuk mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor

Konkuren maupun Kreditor yang didahulukan (sepatatis).

Cara yang kedua yang dapat ditempuh oleh Debitor agar harta

kekayaannya terhindar dari likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara

Debitor dengan para Kreditornya setelah Debitor dinyatakan Pailit oleh

Pengadilan.

Pihak-Pihak Yang Berhak Mengajukan PKPU

1. Debitor

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor yang

mempunyai lebih dari satu Kreditor atau oleh Kreditor. Tegasnya, seorang

Debitor dapat mengajukan PKPU apabila:

a. Mempunyai lebih dari satu Kreditor

b. Sudah dalam keadaan tidak dapat melanjutkan membayar utang-

utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih.

c. Memperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar utang-

utangnya yang sudah jatuh aktu dan dapat ditagih.

2. Kreditor

Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan

membayar uatangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon agar Debitor diberi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,

untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada

Kreditornya.

Jika permohonan diajukan oleh Kreditor, Pengadilan dalam waktu paling

lambat 20 hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonannya, harus

mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sementara

dan harus menunjuk Hakim Pengawas dari hakim pengadilan serta mengangkat

satu atau lebih pengurus yang bersama Debitor pengurus harta Debitor.

Page 10: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Jangka Waktu Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Apabila Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tetap disetujui,

penundaan tersebut berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi 270 hari setelah

putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sementara diucapkan. Selama

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berlangsung, terhadap Debitor tidak

dapat diajukan permohonan pailit.

Pemberian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tetap berikut

perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan Niaga berdasarkan:

a. Persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor Konkuren yang haknya diakui

atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian

dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari Kreditor

Konkuren atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.

b. Persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor yang piutangnya dijamin dengan

gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas

kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari

seluruh tagihan Kreditor atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.

Ketentuan jangka waktu PKPU beserta perpanjangannya selama 270 hari

tidak berlaku mutlak atau mempunyai pengecualian. Sebelum jangka waktu

tersebut terlampaui, PKPU dapat diakhiri atas permintaan Hakim Pengawas, satu

atau lebih Kreditor, atau atas prakarsa Pengadilan dalam hal:

a. Debitor, selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang,

bertindak dengan ikhtikad buruk dalam melakukan pengurusan

terhadap hartanya.

b. Debitor telah merugikan atau telah mencoba merugikan

Kreditornya.

c. Debitor melakukan pelanggaran ketentuan pasal 240 ayat 1.

d. Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan

kepadanya oleh Pengadilan pada saat atau setelah Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang diberikan, atau lalai melaksanakan

Page 11: Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

tindakan-tindakan yang disyaratkan oleh pengurus demi

kepentingan harta Debitor.

e. Selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang, keadaan

harta Debitor ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

f. Keadaan Debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi

kewajibannya terhadap Kreditor pada waktunya.

Sebagai konsekuensinya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

diakhiri karena terpenuhi salah satu syarat tersebut diatas, Debitor harus

dinyatakan pailit dalam putusan yang sama.