Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Documents
-
view
2.231 -
download
7
Transcript of Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
DOSEN : Ns. ASMALIA, S.Kep
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA
“ANTI PSIKOTIK”
KELOMPOK I
DIAN S.ANDRIANI DJIKI
ASMARIANA
ANDI SARMA
ANDRIADIN SURADI
EDDY SIHRUN
AKPER PEMKAB MUNA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2012/213
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul: Antipsikotik
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi penulisan maupun isinya,oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan,baik
kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimkasih kepada semua pihak yangs telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini,semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis,dan pembaca pada umumnya,kiranya Allah SWT meridhoi segala aktifitas kita untuk
keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Raha, Oktober - 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………….....
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….……
A. Latar Belakang……………………………………………………………….….
B. Tujuan ……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
A. Definisi Antipsikotik…………….……………………………………………….
B. Cara Kerja…………………………………………………………….…………....
C. Nama Obat…………………………………………………………………….…..
D. Efek Samping………………………………..…………………………………….
E. Dosi Obat……….………………………………………………………………….
F. Indikasi ……………………….……………………………………………………
G. Kontra Indikasi……………………………………………………………………
H. Peran Perawat………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP……………………………………..…………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Antipsikotik adalah antagonis dopamine dan menyekat reseptor dopamin dalam
berbagi jaras di otak. Otak antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek
samping yang perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisiensi dan sesuai dengan proporsi
dan tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat antipsikotik ini
terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga yang menyertainya. Antipsikotik
merupakn pengobatan yang terbaik untuk penyakit skizofrenia dan penyakit psikotik lainnya.
Antipsikotik digunakan secara klinis pada tahun 1950an, ketika Chlorpromazine (CPZ), turunan
dari phenotiazine, telah disintesis di Perancis.
Walaupun dikembangkan sebagai potensial antihistamin, chlorpromazine memiliki
antipsikotik pda pemakaian klinis. CPZ digunakan sebagai model dalam pengembangan
antipsikotik, tapi semua generasi pertama (kecuali clozapine) mempunyai efek yang
menyebabkan gejala ekstra pyramidal berdasarkan tas properti utama, antgonis kuat dari
reseptor dopamine D2.
Sebagai tmbahan antipsikotik, obat – obat ini memiliki fungsi lain, berdasarkan
kemampuan memblok reseptor dopamine D2 (seperti antiemetic dan mengurangi beberapa
kelainan gerak yang ditandai dengan adanya gerakan yang berlebihan). Antipsikotik antagonis
D2 disebut tipikal, (untuk memisahkan dengan clozapine dan obat – obat atipikal baru) yang
mengurangi gejala ekstra piramidal.
B. Tujuan.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
a. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.
b. Untuk mengetahui tentang Antipsikotik .
c. Sebagai bahan bacaan atau bahan perbandingan dalam pengembangan tentang
Keperawatan Jiwa I.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi antipsikotik.
Antipsikotik disebut juga neuroleptika atau major tranquillizers, adalah obat-obat yang
dapat menekan fungsi – fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi – fungsi umum,
seperti berpikr dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi, dan dapat
pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti : impian, halusinasi serta
menormalkan perilaku yang tidak normal
1. Penggolangan obat antipsikotik yaitu;
Golongan Antipsikotik Tipikal
Antipsikotik tipikal disebut juga antipsikotik generasi pertama, konvensional, dopamine
receptor ontagonist (DA)Terdiri dari:
Antipsikotik tipikal berpotensi rendah (afinitas terhadap reseptor dopamine rendah), contoh:
Klorpromazin
Tioridazin
Sulpirid
Antipsikotik tipikal berpotensi tinggi, contoh:
Haloperidol
Perfenazin
Flufenazin
Trifluperazin
Pimozid
2. Petunjuk umum cara pemberian obat antipsikotik tipikal:
Antipsikotik tipikal bila diberikan per orol rata-rata akan mencapai konsentrasi plasma
puncak dalam 1 – 4 jam; bila diberikan melaluisuntikan intra-muskular dalam 30 - 60 menit.
Kadar tetap (steady state) dicapai dalam 3 - 5 hari dan waktu paruh rata-rata adalah 24 jam.
Rokok, kopi, obat antasida umumnya dapat mengganggu absorbsi obat antipsikotik tipikal.
Berikan dosis awal antipsikotik dengan dosis minimal yang ditingkatkan secara
bertahap (stort low go slow). Penggunaan sediaan antipsikotik tipikal suntikan intra-muskular
diindikasikan terutama untuk mengatasi gejala agitasi (gaduh gelisah) pada gangguan psikotik
akut, skizofrenia dengan eksaserbasi akut, gangguan putus zat dengan gejala psikotik akut dan
delirium.
Suntikan intra-muskular antipsikotik tipikal sediaan de.po (suntikan jangka panjang)
seperti flufenazin dekanoat atau haloperidol dekanoat diberikan secara berkala tiap 2 - 4 minggu.
Efek samping antipsikotik, khususnya pada golongan tipikal meliputi efek samping
jangka pendek: gejala-gejala gangguan ekstra-piramidal seperti drug-induced parkinsonion
symptoms, akhatisia, distonia akut. Efek samping jangka panjang adalah tardif diskinesia.
Efek samping ekstra-piramidal pada pemberian antipsikotik dapat diatasi dengan mengurangi
dosis antipsikotik, atau dengan mengganti antipsikotik tipikal dengan antipsikotik golongan
atipikal. Dapat juga diberikan obat anti-parkinsonian, obat anti-kolinergik:
Trihexvphenidyl 2 mg tablet, diberikan 2 - 3 kali PO per hari
Diphenhydramine 50 mg PO atau suntikan lM
Golongan Antipsikotik Atiprikal
Antipsikotik atipikal disebut juga antipsikotik generasi kedua, novel antipsychotics,
serotonine-dopamine receptor ontagonist (SDA). antara lain:
Clozapine
Risperidone
Olanzapine
Quetiapine
Aripiprazole
B. Cara kerja.
Mekanisme kerja dari obat anti - psikosis yaitu Memblokade Dopamine pada reseptor
pasca sinaps neuron di otak, dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergic dan
histamine. Untuk obat generasi pertama ( fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalau
selektif benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis
golongan atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2.
C. Nama obat
Berikut ini adalah jenis obat anti psikotik yang akan dibahas
Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ)
Halloperidol disingkat Haldol
Serenase
Aripripazole
Risperidone
D. Efek samping.
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor –> rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
2. Gangguan otonomik –> hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.
3. Gangguan ekstrapiramidal (EPS) –> distonia akut, akathisia, sindrom parkinson
(tremor, bradikardi, rigiditas).
4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynecomastia), gangguan metabolik (jaundice),
gangguan hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka lama.
Efek samping yang irreversible adalah tardive dyskinesia, yaitu gerakan berulang
involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur
gejala ini menghilang. Biasanya gejala ini timbul pada pemakaian jangka panjang dan
pada usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikotik (non
dose related).
Bila terjadi gejala-gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan, bisa
dicoba pemberian obat Reserpine 2,5mg/h. Obat pengganti anti-psikosis yang paling baik adalah
Clozapine 50-100mg/h.
Penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal. Ini dilakukan untuk
mendeteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat anti-psikosis hampir tidak pernah
menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri.
Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia,
sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan
paranoid.
Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE)
1. Parkinsonisme.
Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala
parkonsonisme:
Tremor: paling jelas pada saat istirahat
Bradikinesia: muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat
berjalan
Rigiditas: gangguan tonus otot (kaku).
2. Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama.
Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol
3. Akathisia.
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya
perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak – balik dan gerakan
mengguncang pada saat duduk.. Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat
reversible (bisa ilang/kembali normal).
4. Tardive dyskinesia
5. Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk
memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam
mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania,
perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia.
6. Pada semua jenis psikosa, kadang untuk gangguan maniak dan paranoid. Obat
antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi
gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara
intramuscular. Sedngkan jik klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup
dalam waktu 6 minggu, antipsikotik dari kelas lain harus diberikan.
7. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien
minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh doter dan perawat.
8. Sedangkan terapi yang berhasil dapat di tandai adanya suatu penyesuian sosial, dan
bukan hilagnya waham pada klien. Obat antipsikotik sangat efektif untuk
menghilangkan halusinasi dan konfusi dari satu episode schizophrenia akut serta
membantu pemulihan proses berpikir yang rasional.
9. Obat ini tidak menyembuhkan schizophrenia, akan tetapi membantu pasien agar
dapat berfungsi diluar rumah sakit. Antipsikotik dapat mempersingkat masa
perawatan pasien dan mencegah kekambuhan. Walaupun demikian obat ini memiliki
efek samping terhadap mulut menjadi kering, pandangan kabur, konsentrasi
berkurang hingga gejala neurologis.
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka
panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang
berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan
gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect
Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti
kolinergik adalah:
Mulut kering
Konstipasi.
Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris)
menyebabkan presbiopia.
Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik.
Kongesti/sumbatan nasal
E. Indikasi
E. Skizofrenia
F. Gangguan psikotik akut
G. Gangguanskizoafektif
H. Gangguan waham
I. Gangguan afektif bipolar dengan gejala psikotik
J. Gangguan depresi berat dengan gejala psikotik
K. Gangguan psikotik akibat kondisi medis umum (Psikotik organik)
L. Gangguan psikotik akibat penggunaan zat psikoaktif (Napza)
M. Sindroma tourette
N. Agresi atau perilaku kekerasan
O. Delirium
Beberapa jenis antipsikotik menurut potensi, efek ekstrapiramidal, efek sedatif dan
efek menimbulkan hipotensi
F. Kontra indikasi
Obat-obat anti-psikosis berkontradiksi dengan : penyakit hati, penyakt darah, kelainan
jantung, epilepsy, febris yang tinggi, penyakit SSP, ketergantungan alcohol, dan gangguan
kesadaran
G. Peran perawat
Kesulitan utama penanganan semua gangguan jiwa adalah tidak adanya keinsyafan sakit
pada kebanyakan pasien. Mereka menganggap halusinasi dan pikiran khayalan sebagai suatu
yang sejati/riil, dan selalu berfikir dirinya tidak sakit, sehingga sering sekali menolak minum
obat.
Psikoterapi
Penanganan skizofrenia paling efektif terdiri atas kombinasi dari farmakoterapi bersama
psikoterapi, termasuk terapi kelakuan kognitif, yang juga disebut “terapi bicara”. Psikiater
berusaha membangun hubungan baik dengan pasien dan memperoleh kepercayaan mereka,
juga mencoba membantu mengatasi problema psikis mereka, serta memberi petunjuk
bagaimana menghadapi masalah.
Obat-obat Klasik
Umumnya dimulai dengan suatu obat klasik, terutama klorpromazin bila diperlukan obat
sedatif, trifluoperazin bila sedasi tidak dikehendaki, atau pimozida jika pasien perlu
diaktifkan. Efek antipsikotika menjadi nyata setelah 2-3 minggu. Bila sesudah masa latensi,
obat-obat tersebut kurang efektif, perlu dicoba obat-obat lain dari kelompok kimiawi lain.
Flufenazin dekanoat digunakan sebagai profilakse untuk mencegah kambuhnya penyakit.
Thioridazin berguna pada lansia untuk mengurangi GEP dan gejala antikolinergis. Obat-obat
klasik terutama edektif untuk meniadakan simptom positif dan efeknya baru nampak setelah
beberapa bulan. Pengobatan perlu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan lebih rendah
untuk mencegah residif, selama minimal 2 tahun dan tak jarang seumur hidup.
Obat-obat atypis
Obat-obat atypis lebih ampuh untuk simpom negatif kronis, mungkin karena pengikatannya
pada reseptor-D1 dan –D2 lebih kuat. Sulpirida, risperidon, dan olanzapin dianjurkan bila
obat-obat klasik tidak efektif lagi atau bila terjadi terlalu banyak efek samping. Karena
klozapin dapat menyebabkan agranulositosis hebat (1-2% dari kasus), selama terapi perlu
dilakukan penghitungan leukosit setiap minggu
Obat-obat tambahan
Antikolinergika (triheksifenidil, orfenadrin) dan beta-blokers (propanolol). Obat-obat ini
sering ditambahkan untuk menanggulangi efek samping antipsikotika, terutama GEP.
Benzodiazepin diberikan guna mengatasi kegelisahan dan kecemasan.
Penanganan Alternatif
Sejumlah psikiater telah berhasil baik dengan mengkombinasi vitamin dan mineral tertentu
dalam megadose. Penanganan ortomolekuler ini berdasarkan penemuan bahwa pasien
skizofrenia mengalami defisiensi nutrien-nutrien bersangkutan. Cara ini terdiri dari
pemberian nutrien tepat dengan antar-perbandingan yang tepat ke sel-sel tubuh. Yang
diberikan adalah vitamin C, niasinamid, piridoksin, dan vitamin E. Pilihan ini didasarkan
pada sering ditemukannya kekurangan vitamin-vitamin tersebut di otak penderita
skizofrenia.
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis
yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistic
pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. Pengkajian pasien.
Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang masing – masing pasien.
2. Koordinasi modalitas terapi.
Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali
membingungkan bagi pasien.
3. Pemberian agens psikofarmakologis.
Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual.
4. Pemantauan efek obat.
Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien.
5. Penyuluhan pasien
Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.
6. Program Rumatan obatDirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan
perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
7. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat.
Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan
untuk mengobati pasien gangguan jiwa.
8. Kewenangan untuk memberi resep.
Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman
sesuai dengan undang – undang praktik negaranya boleh meresepkan agens
farmakologis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang
mengalami gangguan jiwa.
CONTOH OBAT
HELOPERIDOL
Haloperidol digunakan untuk mengobati kondisi gugup, gangguan emosional, dan mental
(misalnya, skizofrenia). Hal ini juga digunakan untuk mengontrol gejala Tourette's disorder. Obat
ini tidak boleh digunakan untuk mengobati masalah perilaku pada pasien lansia yang memiliki
demensia.
Haloperidol juga digunakan untuk mengobati masalah perilaku yang parah, misalnya
perilaku agresif, impulsif atau hiperaktif pada anak-anak yang telah diobati dengan psikoterapi
atau obat lain yang tidak bekerja dengan baik.
Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter.
Indikasi
Skizoprenia
Psychoses
Tourette's syndrome
Kecemasan yang parah
Gangguan tingkah laku yang parah
Kegugupan
Gangguan emosional dan mental
Mual dan muntah
Kontraindikasi
Keracunan berat dengan depresi sistem saraf pusat (SSP)
Parkinson's disease
Ibu menyusui
Dosis
Dosis obat ini berbeda pada setiap pasien tergantung berat dan ringannya kasus. Ikutilah
petunjuk yang diberikan dokter
Efek samping
Segera hubungi dokter jika terjadi salah satu gejala, antara lain:
Kesulitan berbicara atau menelan
Kehilangan kontrol keseimbangan
Wajah terasa tebal seperti memakai masker
Kejang otot, terutama leher dan punggung
Gelisah
Kekakuan pada lengan dan kaki
Gemetar pada jari dan tangan
Kelemahan pada lengan dan kaki
RISPERIDONE
Cara kerja obat
Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan antagonis
monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan
dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor α1-adrenergik. Risperione tidak
memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.
Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala
positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan
induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang
seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal, dia
memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari skizofrenia.
Farmakokinetik
Risperidone diabsorpsi sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi plasma puncak
dicapai setelah 1-2 jam. Absorpsi risperidone tidak dipengaruhi oleh makanan. Hidroksilasi
merupakan jalur metabolisme terpenting yang mengubah risperidone menjadi 9-hidroxyl-
risperidone yang aktif.
Waktu paruh eliminasi dari fraksi antipsikotik yang aktif adalah 24 jam. Studi risperidone
dosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma yang lebih tinggi dan eliminasi
yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada pasien dengan gangguan ginjal. Konsentrasi plasma
tetap normal pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
Indikasi
Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan
gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa
permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect,
menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala
afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.
KontraIndikasi
Hipersensitif terhadap risperidone.
Dosis umum
Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa pasien)
Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari
Dosis umum 4-8 mg per hari
Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah dan bahkan
mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan
hanya pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding dengan
risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya sehingga tidak boleh
digunakan.
Penggunaan pada penderita geriatrik, juga penderita gangguan fungsi ginjal dan hati:
Dosis awal: 0,5 mg, 2 x sehari
Dosis dapat disesuaikan secara individual dengan penambahan 0,5 mg, 2 x sehari (hingga
mencapai 1-2 mg, 2 x sehari)
Penggunaan pada anak:
Pengalaman penggunaan pada anak-anak usia di bawah 15 tahun belum cukup.
Peringatan dan perhatian
Anak-anak usia < 15 tahun tidak dianjurkan
.Dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, terutama pada pemberian awal. Risperidone
diberikan secara hati-hati pada penderita kardiovaskular. Pengurangan dosis harus
dipertimbangkan bila terjadi hipotensi.
Penggunaan dosis di atas 5 mg, 2x sehari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah
dan bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Jangan melebihi dosis
yang dianjurkan. Bila diperlukan efek sedasi yang lebih, pemberian obat seperti
benzodiazepin lebih baik dibanding menaikkan dosis risperidone.
Obat antagonis reseptor dopamin berhubungan dengan induksi tardive dyskinesia,
ditandai dengan pergerakan berulang yang tidak terkendali, terutama pada lidah
dan/atau wajah. Dilaporkan bahwa munculnya gejala ekstrapiramidal merupakan faktor
risiko terjadinya tardive dyskinesia. Jika tanda dan gejala tardive dyskinesia muncul,
pertimbangkan untuk menghentikan penggunaan semua obat antipsikotik.
Pemberian risperidone pada pasien Parkinson secara teori dapat menyebabkan penyakit
memburuk.
Hati-hati penggunaan pada pasien epilepsi.
Pasien diberitahu bahwa berat badannya dapat meningkat.
Risperidone dapat mengganggu aktivitas yang memerlukan konsentrasi mental, pasien
disarankan tidak menyetir atau menjalankan mesin hingga diketahui kerentanan
individualnya.
Pemberian pada wanita hamil dan menyusui jika keuntungannya lebih besar dari risiko.
Penggunaan risperidone dapat menimbulkan Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS) yang
manifestasi klinisnya adalah:
Hiperpireksia, rigiditas otot, perubahan status mental dan gangguan denyut nadi, tekanan
darah, aritmia, takikardia dan diaforesis. Manifestasi lainnya dapat berupa: peningkatan
kreatinin fosfatase, mioglobinemia, serta gagal ginjal akut. Bila timbul gejala NMS,
hentikan segera penggunaan.
Penggunaan risperidone juga dapat menimbulkan hiperprolaktinemia (karena risperidone
dapat meningkatkan kadar prolaktin sehingga kemungkinan efek karsinogenitasnya
meningkat).
Penggunaan risperidone pada penderita geriatrik serta penderita gangguan fungsi hati dan
ginjal: Dosis awal dan dosis tambahan perlu dikurangi sampai separuh dosis normal.
Efek Samping
Yang umum terjadi: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.
Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu, konstipasi,
dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan penglihatan, priapismus, disfungsi
ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi
alergi lain.
Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun insiden dan
keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan haloperidol), seperti: tremor,
rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia, akathisia, distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini
biasanya ringan dan akan hilang dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian
obat antiparkinson bila diperlukan.
Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic malignant syndrome (namun jarang),
ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot, ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah
dan kenaikan kadar CPK, dilaporkan pernah terjadi. Bila hal ini terjadi, penggunaan obat
antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.
Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk ortostatik, takikardia
termasuk takikardia reflek dan hipertensi.
Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma yang bersifat
dose-dependent, dapat berupa galactorrhoea, gynaecomastia, gangguan siklus menstruasi
dan amenorrhoea.
Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati kadang-kadang terjadi.
Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah terjadi.
Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik: intoksikasi air dengan
hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau sindrom gangguan sekresi hormon
antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan terjadinya
serangan.
Interaksi Obat
Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan
alkohol.
Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin lainnya.
Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone.
Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone
.Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik (risperidone
dan 9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasi risperidone.
ARIPIPRAZOLE
Aripiprazole adalah obat antipsikotik. Obat ini bekerja dengan mengubah kerja zat kimia di
dalam otak.Aripiprazole digunakan untuk merawat gejala kondisi psikotik seperti skizofrenia
dan bipolar disorder (manic depression). Obat ini juga dapat digunakan bersama dengan obat
lain untuk merawat sebagian besar depresi pada orang dewasa.Aripiprazole juga digunakan
untuk mengatasi sifat lekas marah dan gejala yang agresif, perubahan suasana hati, ketidak
sabaran dan kepercayaan diri terkait dengan autis pada anak berusia 6 tahun ke atas.
Informasi Penting
Aripiprazole tidak digunakan pada penderita kondisi psikotik yang berhubungan dengan
demensia. Aripiprazole dapat menyebabkan gagal jantung, kematian tiba-tiba, atau pneumonia
pada orang dewasa yang memiliki kondisi demensia
Hentikan penggunaan aripiprazole dan segera hubungi dokter anda jika:
Demam dengan otot kaku dan detak jantung menjadi cepat
Gerakan otot yang tidak terkontrol
Gejala yang datang secara tiba-tiba, seperti mati rasa atau lemah
Sakit kepala yang parah
Masalah pada penglihatan, cara berbicara atau bahkan keseimbangan
Aripiprazole dapat menyebabkan efek samping yang bisa mengganggu cara berpikir dan
bereaksi. Hati-hati jika anda sedang berkendara atau beraktivitas lainnya yang membutuhkan
kesadaran penuh. Hindari merokok karena dapat meningkatkan beberapa efek sampingnya.
Sebelum memakai aripiprazole, beritahukan dokter jika anda sedang menggunakan obat
yang rutin digunakan dan membuat anda mengantuk (seperti obat alergi dan pilek, obat tidur,
obat narkotik pereda sakit, pelemas otot, dan obat kejang, depresi atau kegelisahan).
Hindari diri dari kepanasan dan dehidrasi. Minum cukup air khususnya ketika cuaca panas
atau saat berolahraga. Mudah bagi anda menjadi kepanasan dan dehidrasi parah jika anda
memakai aripiprazole.
Efek Samping
Panggil pertolongan medis darurat jika anda memiliki tanda apapun dari reaksi alergi ini:
Hives atau gatal dengan kulit kemerahan
Sulit bernapas
Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah atau tenggorokan
Hentikan penggunaan aripiprazole dan hubungi dokter anda jika anda memiliki efek samping
serius berikut:
Demam, otot kaku, detak jantung menjadi cepat atau tidak beraturan
Hentakan otot yang tidak dapat di control
Kekakuan atau lemah yang datang secara tiba-tiba, sakit kepala, melayang-layang, atau
masalah dengan penglihatan, cara berbicara atau keseimbangan
Demam, menggigil, tidak enak badan, muncul gejala flu· Noda putih di dalam mulut atau
pada bibir
Sering haus atau buang air kecil, hilang nafsu makan, napas bau, mengantuk, kulit kering,
mual dan muntah
Kejang-kejang
Ingin menyakiti diri sendiri
Merasa anda akan pingsan
Kulit dan mata menguning
Urin lebih sedikit dari biasanya ketika buang air kecil
Efek samping lainnya:
Tersedak atau sulit menelan
Pusing, mengantuk atau lemah
Sakit kepala dan mual
Sulit tidur (insomnia)
Bertambahnya berat badan
Gejala efek samping di atas belum lengkap dan dapat muncul gejala lain.
Indikasi
Skizofrenia, sindrom Tourette, ansietas yang berhubungan dengan psikosa.
Kontraindikasi
Wanita hamil dan menyusui, sindrom QT congenital, aritmia, koma, depresi SSP.
Efek samping
Reaksi ekstrapiramidal, hiperpireksia, diskinesia tardif.
Interaksi Obat
Fenotiazin, antidepresan trisiklik, antiaritmia meningkatkan efek memperpanjang interval QT.
Dosis
Dosis awal: 1-2 mg/hari dinaikkan secara perlahan sampai dengan 20mg/hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Antipsikotik disebut juga neuroleptika atau major tranquillizers, adalah obat-obat yang
dapat menekan fungsi – fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi – fungsi umum,
seperti berpikr dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi, dan dapat
pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti : impian, halusinasi serta
menormalkan perilaku yang tidak normal
B. Saran.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan
maupun isi,olehnya itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Sumber Referensi:
http://marsh86.blogspot.com/2011/05/penggolongan Obat Antipsikotik.html Di Akses Tanggal
14 Oktober 2012
http://ridwanhipothalamus.blogspot.com/2010/12/obat-antipsikotik.html Di Akses Tanggal 14
Oktober 2012