Kenapa Kita Harus Shalat

57
BAB I 1. Shalat adalah Rukun Islam yang Paling Mulia setelah Dua Kalimat Syahadat Allah SWT. berfirman mengenai orang-orang Musyrik: “Apabila mereka (orang-orang musyrik) bertaubat 1 , mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara seagama kalian” (At- Tawbah [9]: 11). Rasulullah saw. juga bersabda: “Islam dibangun atas lima dasar; bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” Rasulullah juga berkata kepada Mu’az ketika beliau mengutusnya ke Yaman: “Sesungguhnya kamu akan menghadapi kaum ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali kamu mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT., ketika mereka telah mengenal Allah 2 , sampaikanlah bahwa Allah memerintahkan shalat lima waktu siang dan malam.” (Muttafaq alaih). Rasulullah saw. bersabda: “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain 1 Maksudnya: mereka bertaubat dari syirik, dan konsisten dengan hukum Islam 2 Dalam satu riwayat: “Hendaklah yang pertama kali kalian serukan agar mereka mengesakan Allah SWT.” (Hadits). Dan hikmah di balik pendahuluan ini, sebagaimana disebutkan oleh Syekh Abu al-Hasan an- Nadawy, bahwa: (Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dan pencipta, hubungan yang tiada bandingannya, tidak dijangkau kecuali orang yang mengetahui sifat hamba dan penciptanya, dan hubungan itu berasal dari sifat dan bersumber dari sifat; oleh karena itu Kitab Suci terlebih dahulu menyebutkan sifat-sifat sebelum menentukan hubungan-hubungan, mengajak untuk melaksanakan ibadah- ibadah, menetapkan kewajiban-kewajiban, mengarahkan untuk Ta’at. Maka dengan itu Aqidah mendahului Ibadah dan muamalah, Rasul mengajak untuk mengesakan Allah SWT. dalam nama-nama-Nya, sifat, dan perbuatan-Nya. Serta mensucikan, memuliakan, dan mengenal-Nya dengan benar sebelum menyeru kepada hal-hal yang lain. Al-Qur’an adalah bukti yang paling nyata akan hal itu).

Transcript of Kenapa Kita Harus Shalat

Page 1: Kenapa Kita Harus Shalat

BAB I

1. Shalat adalah Rukun Islam yang Paling Mulia

setelah Dua Kalimat Syahadat

Allah SWT. berfirman mengenai orang-orang Musyrik: “Apabila

mereka (orang-orang musyrik) bertaubat1, mendirikan shalat, dan

menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara seagama kalian”

(At-Tawbah [9]: 11). Rasulullah saw. juga bersabda: “Islam

dibangun atas lima dasar; bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan

zakat, melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa pada bulan

Ramadhan.”

Rasulullah juga berkata kepada Mu’az ketika beliau

mengutusnya ke Yaman: “Sesungguhnya kamu akan menghadapi

kaum ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali kamu mengajak

mereka untuk menyembah Allah SWT., ketika mereka telah

mengenal Allah2, sampaikanlah bahwa Allah memerintahkan shalat

lima waktu siang dan malam.” (Muttafaq alaih).

Rasulullah saw. bersabda: “Saya diperintahkan untuk

memerangi manusia, sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan

selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat,

dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melaksanakannya

maka darah dan harta mereka terlarang bagi saya kecuali untuk hak

agama Islam, dan balasan mereka ada di tangan Allah.” (Muttafaq

alaih).

1 Maksudnya: mereka bertaubat dari syirik, dan konsisten dengan hukum Islam2 Dalam satu riwayat: “Hendaklah yang pertama kali kalian serukan agar mereka mengesakan Allah SWT.” (Hadits). Dan hikmah di balik pendahuluan ini, sebagaimana disebutkan oleh Syekh Abu al-Hasan an-Nadawy, bahwa: (Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dan pencipta, hubungan yang tiada bandingannya, tidak dijangkau kecuali orang yang mengetahui sifat hamba dan penciptanya, dan hubungan itu berasal dari sifat dan bersumber dari sifat; oleh karena itu Kitab Suci terlebih dahulu menyebutkan sifat-sifat sebelum menentukan hubungan-hubungan, mengajak untuk melaksanakan ibadah-ibadah, menetapkan kewajiban-kewajiban, mengarahkan untuk Ta’at. Maka dengan itu Aqidah mendahului Ibadah dan muamalah, Rasul mengajak untuk mengesakan Allah SWT. dalam nama-nama-Nya, sifat, dan perbuatan-Nya. Serta mensucikan, memuliakan, dan mengenal-Nya dengan benar sebelum menyeru kepada hal-hal yang lain. Al-Qur’an adalah bukti yang paling nyata akan hal itu).

Page 2: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan diriwayatkan dari Abu Sa’id ra. bahwasanya seorang laki-

laki berkata kepada Nabi saw. ketika beliau sedang membagi harta

rampasan perang: "Wahai Rasulullah, bertakwalah kepada Allah!",

Rasulullah saw. bersabda: “Celakalah kamu! Bukankah saya

penduduk bumi yang paling berhak untuk bertakwa kepada Allah?!”,

maka Khalid bin Walid ra. berkata: “bolehkah saya memukul

lehernya wahai Rasulullah!?”, Rasulullah berkata: “Tidak boleh,

semoga kelak dia menunaikan shalat” (Muttafaq alaih).

2. Shalat; Hal Terpenting dalam Agama

Shalat merupakan bagian tertinggi dalam agama setelah

tauhid. Ibarat kepala dalam susunan organ tubuh manusia, manusia

tidak bisa hidup tanpanya, begitu pula halnya dengan agama, ia

tidak bisa hidup tanpa shalat. Khalifah Umar bin Khattab ra. suatu

ketika menulis surat ke setiap penjuru dunia: “Urusan terpenting

bagi saya adalah shalat, barang siapa memelihara shalat maka dia

memelihara agamanya. Apabila dia kehilangan shalatnya maka dia

lebih kehilangan akan hal-hal lainnya. Tidak ada keberuntungan

bagi orang yang meninggalkan shalat dalam Islam”.

Shalat adalah penopang rukun Islam yang lain, shalat

mengingatkan hamba akan kemuliaan Tuhan dan kehinaan hamba,

tentang ganjaran dan hukuman. Dengan shalat, seorang hamba

semakin mudah untuk senantiasa taat kepada Allah, oleh karena itu

Allah berfirman: "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan

sabar dan (mengerjakan) shalat" (Al-Baqarah [2]: 45).

Rasulullah juga bersabda: "Inti segala urusan adalah Islam,

dan tiangnya adalah Shalat, dan puncak kejayaannya adalah jihad

di jalan Allah." Shalat adalah tiang penopang agama layaknya tenda

yang berdiri di atas tiang-tiangnya, dan mampukah sebuah kemah

berdiri kokoh tanpa tiang penopang?.

Diriwayatkan dari Musawwar bin Mukhrimah ra. berkata: Saya

masuk hendak menemui Umar ra. dan beliau sementara tidur

Page 3: Kenapa Kita Harus Shalat

terlentang, saya berkata kepada orang-orang yang ada di tempat

itu: "Bagaimana pendapat kalian?", Mereka menjawab:

"sebagaimana pendapatmu". Saya berkata: "Bangunkan beliau

untuk mendirikan shalat! Sekali-kali kalian tidak akan

membangunkan beliau kepada hal yang lebih menakutkan daripada

shalat", mereka berkata: "Shalat wahai Amirul Mukminin!", maka

beliau berkata: "Inilah perintah Allah, dan tidak ada hak dalam Islam

bagi siapa saja yang meninggalkan shalat." Kemudian beliau

melaksanakan shalat, sementara luka beliau terus mengucurkan3

darah.

3. Shalat Menyerupai Kewajiban dan Rukun-rukun yang Lain

Shalat merupakan ibadah yang paling sering disebutkan

dalam Al-Qur'an. Kadang-kadang dikhususkan seperti dalam firman

Allah: "Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan

petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam" (Hûd [11]:

114), dan kadang-kadang juga dibarengkan dengan kata "sabar",

seperti: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat" (Al-Baqarah

[2]: 153), terkadang juga dengan kata "zakat" seperti: "Dan

dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat" (Al-Baqarah [2]: 110).

Bahkan terkadang dibarengkan dengan kata "jihad", seperti:

"Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu,

sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu

mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah

dengan jihad yang sebenar-benarnya" (Al-Hajj [22]: 77).

Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw.

bersabda: "Aku bersumpah atas tiga hal; Allah tidak memberikan

kepada mereka yang memiliki saham dalam Islam tapi seolah-oleh

mereka tidak memilikinya. Dan saham dalam Islam; Shalat, Puasa

dan Zakat" (Hadits Shahih).

3 Mengalir seperti air dan selainnya : mengucurkan darah, kemudian mengalir.

Page 4: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan kata "shalat" yang dibarengi dengan kewajiban-kewajiban

yang lain senantiasa didahulukan penyebutannya. Bahkan shalat

dijadikan sebagai pembuka dan penutup setiap amal kebajikan,

sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mu’minûn dan Al-Ma'ârij.

4. Shalat Sumber Segala Ibadah

Seorang hamba harus menjadikan shalat sebagai pedoman

hidupnya, baik lahir maupun bathin. Dimana hati, lisan serta

perbuatannya menyatu dalam shalatnya. Allah SWT. berfirman:

"Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk" (Al-

Baqarah [2]: 238), dan Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya di

dalam shalat terdapat kesibukan-kesibukan" (Muttafaq alaih).

Bagi orang yang sedang melaksanakan shalat dilarang makan,

minum, menoleh dan bergerak-gerak. Berbeda dengan ibadah-

ibadah yang lain yang kadang-kadang mewajibkan melakukan

perbuatan-perbuatan tertentu tanpa melarang perbuatan yang lain.

Orang yang berpuasa misalnya, mereka masih dapat berbicara dan

bergerak, atau orang yang berjihad, mereka masih dapat bergerak-

gerak dan berbicara, dan begitu pula orang yang melaksanakan

haji, mereka masih dapat makan dan minum. Sementara di dalam

shalat terdapat semua warna dan corak ibadah yang mencakup

hati, akal, tubuh, dan lisan.

Adapun yang mencakup lisan seperti; dua kalimat syahadat,

takbir, ta'auz, basmalah, bacaan Al-Qur'an, tasbih, tahmid, istighfar

serta permohonan (doa). Adapun yang berkaitan dengan perbuatan

diantaranya; berdiri, rukuk, sujud, i'tidal, turun, naik, dan duduk.

Adapun yang berkaitan dengan akal diantaranya; tafakkur,

tadabbur, tafahhum serta tafaqquh, dan yang berkaitan dengan hati

diantaranya; khusyuk, riqqah (tenang), khauf (takut), tham'u

(tamak), iltizaz (kenikmatan), dhara'ah (rendah diri), dan buka'u

(tangis).

Page 5: Kenapa Kita Harus Shalat

Ibnu Qayyim Al-Jauziah - semoga Allah merahmati beliau -,

berkata, "Dan ketika shalat itu mencakup setiap bacaan, dzikir dan

do'a, yaitu menghimpun seluruh bagian-bagian ibadah dalam

bentuk yang paling sempurna, sungguh ia lebih baik dibanding

semua bentuk bacaan, dzikir dan doa yang dilakukan secara

perorangan, karena shalat mencakup semua bentuk ibadah yang

diaplikasikan oleh semua anggota tubuh".

5. Shalat Merupakan Perintah Allah

Perintah Allah SWT. harus senantiasa dipatuhi dan segera

dikerjakan. Allah SWT berfirman: "Padahal mereka tidak

diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan

ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan

supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang

demikian itulah agama yang lurus" (Al-Bayyinah [98]: 5).

Dan Allah yang Maha Tinggi berfirman: "Katakanlah kepada

hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka

mendirikan shalat," (Ibrâhîm [14]: 37), dan firman-Nya: "Dan

dirikanlah shalat" (Al-Baqarah [2]: 43), dan firman-Nya: "Peliharalah

semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (shalat yang di

tengah-tengah dan yang paling utama). Berdirilah untuk Allah

(dalam shalatmu) dengan khusyuk." (Al-Baqarah [2]: 238).

Diriwatkan dari Harits Al-Asy'ary ra. dari Rasulullah saw.

bahwasanya Yahya as. mengumpulkan Bani Israil dan berkata

kepada mereka: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku

lima kata agar aku menunaikannya, dan aku perintahkan pada

kalian agar supaya mengerjakannya" (Hadits) yaitu; "bahwasanya

Allah SWT. memerintahkan pada kalian untuk mendirikan shalat,

dan jika kalian shalat maka janganlah kalian berpaling (bergerak

gerak), karena sesungguhnya Allah SWT. menghadapkan wajah-Nya

pada wajah hamba-Nya yang sedang melaksanakan shalat dan tidak

berpaling (bergerak gerak)" (Hadits Shahih).

Page 6: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan Allah SWT. berfirman: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki

mukmin dan tidak (pula) bagi wanita mukmin, apabila Allah dan

Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi

mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa

mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,

sesat yang nyata." (Al-Ahzâb [33]: 36).

Dengan demikian, shalat merupakan perintah Allah dan Rasul-

Nya. Rasulullah saw. bersabda: "Dan sungguh kehinaan dan

kerendahan itu dijadikan bagi siapa saja yang menyalahi

perintahku" (Hadits Shahih).

6. Shalat; Wasiat Terakhir Rasulullah

Saat-saat menjelang meninggalnya Rasullah saw. beliau tidak

memiliki banyak waktu untuk menyampaikan banyak wasiat, namun

ketika beliau merasa semakin dekat dengan sakaratul maut, dengan

sangat lembut beliau menyampaikan wasiatnya; diriwayatkan dari

Imam Ali ra., beliau berkata: "Bahwasanya perkataan terakhir

rasululllah saw. adalah; "shalat, shalat, dan bertaqwalah kepada

Allah atas apa yang engkau miliki" (Hadits Shahih).

Dan diriwayatkan dari Anas bin Malik ra., beliau berkata:

"Sesungguhnya wasiat terakhir Rasulullah saw. dimana beliau

berusaha menggerakkan lidahnya adalah "shalat, shalat, dan

bertaqwalah pada Allah atas apa yang engkau miliki" (Hadits

Shahih).

7. Shalat adalah Cermin Perbuatan dan

Keagungan Agama dalam Hati Seorang Mukmin

Shalat merupakan tolak ukur amal perbuatan seseorang,

dengannya, manusia dapat mengetahui kadar imannya, seperti

halnya seorang dokter yang dapat mengukur panas badan orang

sakit dengan alat pengukur panas.

Page 7: Kenapa Kita Harus Shalat

Diriwayatkan dari Anas ra., bahwasanya Rasulullah saw.

bersabda: "Hal pertama yang akan dihisab pada diri seorang hamba

pada hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya bagus maka baguslah

semua amalannya, dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh

amalannya" (Hadits shahih).

(Dan manusia memperoleh kemuliaan lewat shalat sebelum

mereka memperoleh kemuliaan pada hal lain, –lewat ilmu atau

kecerdasan- dan itulah ukuran yang benar. Dengan ukuran tersebut,

agama dan kedudukan seseorang ditentukan dalam Islam. Dan

mereka yang telah diabadikan oleh sejarah, yang senantiasa

diagung-agungkan sepanjang masa, dan menjadi buah bibir setiap

orang bukan karena kecerdasaan mereka, tapi penghargaan

tersebut mereka peroleh karena keberhasilan mereka dalam shalat

hingga mampu mengungguli orang-orang sezamannya serta

mampu mencapai derajat "ihsan" dan memperoleh kedudukan yang

mulia).

Di sisi lain, karena setiap mereka yang menganggap remeh

shalat, maka berarti mereka juga meremehkan Islam. Karena pada

dasarnya, kredibiltas seseorang dalam Islam tergantung pada

sejauh mana nilai shalatnya.

Jika engkau ingin mengetahui sejauh mana ukuran cintamu

terhadap Islam, maka periksalah kecintaanmu pada shalat, karena

sesungguhnya nilai Islam di hatimu terngatung pada nilai shalatmu,

dan jika engkau ingin mengukur iman seorang hamba, maka

perhatikanlah sejauh mana ia memuliakan shalat.

Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang ingin

mengetahui apa yang ia miliki disisi Allah, maka lihatlah milik Allah

yang ada padanya" (Hadits Hasan). Dan dari Hasan, beliau berkata:

"Wahai anak cucu Adam, kemuliaan apa yang kamu miliki dalam

agamamu jika shalatmu menghinakanmu!?".

8. Shalat; Penopang Seluruh Syariat Samawi

Page 8: Kenapa Kita Harus Shalat

Shalat merupakan ibadah paling pertama. Karena ia

merupakan kebutuhan pokok iman yang tidak pernah hilang dan

dihapus dari setiap syariat. Maka, setiap agama yang tidak terdapat

shalat di dalamnya, tidak akan pernah menemukan kebaikan. Atas

dasar itulah, shalat dianjurkan bagi setiap Rasul dan Nabi utusan

Allah dan atas nabi kita Muhammad saw.

Allah SWT. telah menceritakan tentang doa nabi Ibrahim as.:

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang

tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku."

(Ibrâhîm [14]: 40).

Dan Allah SWT. memuji nabi Ismail as. dalam firman-Nya:

"Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat,

dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya" (Maryam [19]:

55).

Allah SWT. juga berdialog langsung dengan nabi Musa as.:

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk

mengingat Aku" ( Thâhâ [20]: 14).

Dan Malaikat menyeru kepada Maryam, ibu nabi Isa as.: "Hai

Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama

orang-orang yang rukuk." (Âli-Imrân [3]: 43)

Dan nabi Isa as. mengisahkan tentang nikmat Tuhannya yang

Suci: "dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja

aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat

dan (menunaikan) zakat selama aku hidup" (Maryam [19]: 31).

Dan Allah telah mengambil janji Bani Israil, dan menetapkan

shalat sebagai bagian terpenting di dalamnya, "Dan (ingatlah),

ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu

menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak,

kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta

ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat

dan tunaikanlah zakat." (Al-Baqarah [2]: 83).

Page 9: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan Allah SWT. befirman kepada nabi Muhammad saw.: "Dan

perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta

rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan

akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (Thâhâ

[20]: 132).

Dan Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya kami para Nabi

diperintahkan... untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri

kami dalam shalat" (Hadits Shahih).

9. Shalat adalah Inti Syiar Islam

Seseorang terbebas dari hukum kafir ketika ia telah berhasil

menunaikan shalatnya berdasarkan sabda Rasulullah saw.:

"Barangsiapa yang shalat dengan shalat kita, dan menghadap kiblat

kita4, serta makan hasil sembelihan kita, maka merekalah orang-

orang muslim yang memperoleh perlindumgan Allah dan Rasul-Nya,

maka sekali-kali janganlah kalian menghalang-halangi perlindungan

Allah (kepada kalian)" (HR. Al-Bukhari). Demikian halnya dengan

sebuah negara, ia juga terlepas dari hukum kafir ketika syiar dan

hukum Islam disebarkan di negara tersebut yang ditandai dengan

rutinitas shalat dan nuansa keislaman. Maka jika sebuah negeri

tidak terdapat di dalamnya mesjid berdiri dan suara adzan tidak

pernah terdengar, maka negeri tersebut adalah negeri kaum kafir.

Namun, apabila suara adzan senantiasa diperdengungkan, dan

mesjid-mesjid berdiri tegak hingga terasa nuansa keislaman

mengalir di negeri tersebut, maka itulah negara Islam.

Dan dari Anas bin Malik ra. berkata: "bahwasanya Rasulullah

saw. apabila menyerang suatu kaum bersama kami, beliau tidak

menyerbu hingga beliau mengamati dan memperhatikan, apabila ia

mendengar suara adzan, beliau menghentikan penyerangan, jika

tidak, beliau terus menyerbu mereka." (HR. Al-Bukhari).4 Dipahami dari hadits tersebut bahwa jika seseorang shalat menghadap ke arah timur, maka ia belum menjadi seorang muslim seutuhnya hingga ia shalat menghadap kiblat kaum Muslimin, dan bagaimana jika mereka meninggalkan shalat secara total!?.

Page 10: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan dari Isham Al-Muzniy ra., beliau berkata: "Bahwasanya

Rasulullah saw. apabila mengutus seorang mata-mata, beliau

mengatakan: "apabila kalian melihat mesjid, atau mendengar

seruan adzan, maka janganlah kalian membunuh seseorang".

10. Shalat adalah Iman

Allah SWT. telah menamakan shalat dengan iman. Allah

berfirman: "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu" (Al-

Baqarah [2]: 143) yaitu; shalat kalian di rumah, sebagaimana yang

dilakukan oleh Rasululah saw. yang terungkap lewat sabdanya:

"Patuhilah empat perkara dan jauhilah empat perkara; yaitu

perintah untuk beriman kepada Allah yang Satu, apakah kamu tahu

apa itu iman kepada Allah yang Satu??? Yaitu bersaksi bahwa tiada

Tuhan selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan

Allah, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada

bulan ramadhan, dan jika kalian menunaikan yang lima ini,

alangkah beruntungnya kalian” (Muttafaq alaih), maka shalat

merupakan bentuk aplikasi iman kepada Allah yang Satu.

Imam Al-Baihaqi berkata: "Dan tidak ada ibadah yang

dinamakan oleh Allah SWT. iman, dan dijuluki oleh Rasulullah saw.

bagi yang meninggalkannya sebagai orang kafir selain shalat".

Beliau juga berkata: "Dan Allah telah menyebut iman dan

shalat secara bersamaan, dan tidak menyebutkan selainya. Hal itu

menunjukan pengistimewaan shalat dengan iman, Allah berfirman:

"Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Quran) dan tidak

mau mengerjakan shalat", (Al-Qiyâmah [75]: 31), artinya dan ia

tidak mau membenarkan Rasululah saw. dengan beriman

kepadanya, dan tidak mau mengerjakan shalat, dan Allah berfirman:

Dan apabila dikatakan kepada mereka; "Rukuklah, niscaya mereka

tidak mau rukuk" (Al-Mursalât [77]: 48), "Maka kepada perkataan

apakah sesudah Al-Quran ini mereka akan beriman?" (Al-Mursalât

[77]: 50). Dan Allah mencela mereka yang meninggalkan shalat

Page 11: Kenapa Kita Harus Shalat

sebagaimana mereka dicela karena meninggalkan iman. Allah SWT.

juga telah menyebut kata shalat tanpa dibarengi kata yang lain. Ini

menunjukan bahwa shalat merupakan tiang segala amal perbuatan

dalam agama, hal itu ternukil dalam firman Allah: "Orang-orang

yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman

kepadanya (Al-Quran) dan mereka selalu memelihara shalatnya."

(Al-An’âm [6]: 92).

11. Shalat Membebaskan Diri dari Sifat Nifak

Rasululah saw. bersabda: "Barangsiapa yang melaksanakan

shalat karena Allah selama 40 hari dalam keadaan berjamaah dan

senantiasa mendapati takbir pertama, ditetapkan atasnya dua

kebebasan; bebas dari api neraka dan bebas dari nifak" (Hadits

Hasan).

Dan dari Abi Said ra. berkata: "Saya mendengar Rasululah

saw bersabda: Tuhan kami menyingkapkan betisnya, lalu

bersujudlah padanya orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan,

dan tinggallah mereka yang bersujud di dunia karena riya' dan

hanya mencari nama baik, maka setiap mereka pergi untuk sujud,

nampak ia kembali lagi ke tingkat pertama" (HR. Al-Bukhari).

Allah SWT. membedakan orang-orang mukmin dari orang-

orang munafik lewat sujud. Tentang hal itu Allah SWT. berfirman:

"Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud;

maka mereka tidak kuasa (dalam keadaan) pandangan mereka

tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan", (Al-Qalam [68]: 42-

43). Saat itu, ketika orang-orang mukmin bertemu Tuhannya,

mereka segera bersujud. Sementara orang-orang munafik ketika

dipanggil untuk bersujud, mereka sangat ingin namun tidak mampu

melakukannya. Itulah hukuman bagi mereka yang enggan bersujud

kepada Allah di dunia, "Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia)

diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera" (Al-

Qalam [68]: 43).

Page 12: Kenapa Kita Harus Shalat

12. Shalat adalah Jalan Orang-orang Mukmin, dan Simbol

Aliran Allah yang Beruntung , dan Pengikut-Nya yang

Dirahmati

Barang siapa yang tidak melaksanakan shalat maka dia

termasuk dalam aliran setan yang merugi. Mereka adalah musuh-

musuh Allah dan Rasul-Nya serta musuh orang-orang Mukmin.

Karena orang-orang yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya

senantiasa mendirikan shalat. Allah berfirman: "Dan orang-orang

yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar,

mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada

Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Tawbah

[9]: 71).

Dan terhadap firman Allah, "Dan bersabarlah kamu bersama

orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari" (Al-

Kahfi [18]: 28) Ibrahim dan Mujahid menafsirkannya dengan "shalat

lima waktu".

Dan dari Amr bin Murath Al-Juhny ra., beliau berkata:

"Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. lalu berkata: "Wahai

Rasululah! Jika Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan

engkau adalah utusan Allah, dan Aku menjalankan shalat lima

waktu, menunaikan zakat serta berpuasa pada bulan Ramadhan,

maka aku termasuk golongan mana?", Rasulullah menjawab:

"engkau termasuk golongan para Shiddîqîn dan orang-orang yang

mati syahid" (Hadits Shahih).

Orang-orang yang mendirikan shalat adalah orang-orang yang

menjadikan Allah sebagai pelindungnya yang tidak pernah merasa

gentar dan bersedih hati, mereka adalah orang-orang yang

menangis di langit dan di bumi ketika terlupa dari Tuhannya, dan

Page 13: Kenapa Kita Harus Shalat

mereka itulah orang-orang yang "dianugerahi nikmat oleh Allah,

yaitu; para Nabi, para Shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid dan

orang-orang saleh" (An-Nisâ’ [4]: 69) yaitu mereka yang Allah

mewajibkan kepada kita agar senantiasa memohon 17 kali siang

dan malam agar diberi petunjuk menuju jalan mereka, yaitu; "

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang

telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan)

mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"5 (

Al-Fâtihah [1]: 6-7).

13. Shalat; Ibadah Seluruh Mahluk

Allah SWT berfirman : “Tidakkah engkau (Muhammad) tahu

bahwa kepada Allah–lah bertasbih apa yang ada di langit dan di

bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-

masing telah mengetahui apa yang mereka kerjakan”. Ayat tersebut

menjelaskan bahwa semua mahluk melaksanakan shalat dan

bertasbih, dan telah mengetahui tata cara shalat dan bertasbih

yang diperintahkan kepada mereka.

Imam Azzumakhsyari berkata: “Bukanlah suatu hal yang

mustahil ketika Allah SWT. mengilhamkan kepada burung tata cara

berdo’a dan bertasbih sebagaimana Allah mengilhamkan semua

jenis ilmu yang telah ditemukan oleh para ilmuwan”. Ayat tersebut

5 Karena sesungguhnya syariat yang mulia menganjurkan kita untuk senantiasa memandang siapa yang berada di atas kita dalam hal ibadah, sebagaimana yang diriwayatkan dari Rasulullah dalam sabdanya: “Lihatlah orang yang berada di bawah kamu dalam hal keduniaan, dan lihatlah orang di atas kamu dalam hal keagamaan” (Hadits). Dan Allah SWT. berfirman: "Dan Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang yang lengah". Kemudian Allah SWT. menegaskan tentang anjuran berdzikir serta memberi motivasi untuk senantiasa berdzikir, yaitu lewat apresiasi yang diberikan kepada Malaikat yang senantiasa bertasbih siang dan malam, tanpa rasa lelah. Kemudian Allah SWT. berfirman: ”Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud". Maksud dari ayat tersebut adalah sudah sepatutnya bagi kita untuk meneladani mereka (malaikat) dalam hal pengabdian kepada Allah dimana mereka memperoleh derajat yang tinggi dalam urusan ibadah.

Page 14: Kenapa Kita Harus Shalat

menjelaskan bahwa burung juga melaksanakan shalat dan bertasbih

sesuai dengan cara shalat dan bertasbih yang diajarkan oleh Allah

SWT., namun kita tidak mengetahui bagaimana shalat dan tasbih

mereka sebagaimana ternukil dalam firman-Nya: "Dan tak ada

suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu

sekalian tidak mengerti tasbih mereka (Al-Isra’ [17]: 44).

Shalat juga diwajibkan atas Jin sebagaimana diwajibkan atas

manusia. Allah SWT. berfirman: “Tiadalah aku menciptakan manusia

dan jin kecuali hanya untuk menyembah kepada-Ku” (Adz-Dzâriyât

[51]: 56). Syekh Islam, Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah-

ibadah ushul (pokok) dan furu' (cabang) juga diwajibkan atas Jin

sesuai dengan keadaan mereka, akan tetapi mereka berbeda

dengan manusia dari segi batasan-batasan dan hakikat, jadi apa

yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT. atas jin berbeda

dengan apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT. atas

manusia, meskipun mereka memiliki kesamaan dari segi jenis

kewajiban perintah dan larangan, halal dan haram.6

Malaikat juga melaksanakan shalat sebagaimana yang

dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an: "Jika mereka

menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi

Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang

mereka tidak jemu-jemu." (Fushshilat [41]: 38). Kemudian Allah juga

menceritakan ungkapan-ungkapan mereka di dalam Alqur’an: "dan

sesungguhnya Kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan

perintah Allah)" (Ash-Shâffât [37]: 165).

Dan kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya:

"Tidakkah kalian ingin memiliki sifat seperti sifat malaikat pada

Tuhannya?", kemudian Rasulullah menceritakan bagaimana Allah

SWT. mensucikan para malaikat, Beliau berkata: “Mereka

menyempurnakan shaf pertama dan shaf-shaf berikutnya, dan

mereka merapatkan barisan” (HR. Al-Bukhari).

6 Majmu'ul Fatâwa, Jld. I h. 133

Page 15: Kenapa Kita Harus Shalat

Allah SWT. telah memuliakan umat manusia atas umat-umat

yang lain dengan "menjadikan shaf mereka seperti shaf para

malaikat", sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Shahih Muslim.

Diriwayatkan oleh Hakim Bin Hizam ra. beliau berkata: “Ketika

Rasulullah SAW berada di tengah-tengah para sahabatnya, beliau

berkata: “Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?", Mereka

menjawab: "Kami tidak mendengar apa-apa", lalu Rasulullah

berkata: “Aku mendengar langit bergemuruh dan sudah

sepantasnya bergemuruh dan tidak ada tempat sejengkal (tangan)

pun, melainkan ada malaikat yang senantiasa sujud atau berdiri

(Hadits Shahih).

Rasulullah saw. juga berkata: “Sungguh aku melihat apa yang

tidak kalian lihat, dan aku mendengar apa yang tidak kalian dengar,

langit berbunyi dan sudah sepantasnya berbunyi, tidak ada tempat

kosong melebihi 4 jari-jari melainkan para malaikat meletakan dahi

mereka sujud karena Allah semata ” (Hadits Shahih).

Dan tentang peristiwa Isra', Rasulullah saw. berkata: “...Maka

aku dibawa menuju Baitul Ma’mur, dan aku bertanya pada Jibril,

Jibril berkata: "ini adalah Baitul Ma’mur dimana setiap hari 70.000

malaikat shalat di dalamnya, dan jika mereka keluar mereka tidak

akan kembali lagi ke dalamnya” (HR. Al-Bukhari).

Dan Rasulullah SAW berkata: “Jibril turun kepadaku, dan dia

mengimamiku, lalu aku shalat bersamanya, kemudian aku shalat

bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya, kemudian aku

shalat bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya", beliau

(Rasulullah) menghitung dengan jari-jarinya sampai lima kali

shalat”. (HR. Al-Bukhari).

Dan mereka (malaikat) juga shalat bersama orang-orang

mukmin, Rasulullah saw. bersabda: “Ketika Imam mengucapkan

'amiin', mereka (malaikat) juga mengucapkan 'amiin', karena

barangsiapa yang 'amiinnya' sesuai dengan 'amiinnya' para

malaikat, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Al-

Bukhari).

Page 16: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan mereka (malaikat) juga hadir pada shalat jum’at bersama

orang-orang mukmin, Rasululllah SAW bersabda: “Jika hari Jum’at

tiba, di setiap pintu-pintu mesjid terdapat malaikat, mereka menulis

nama-nama orang yang pertama datang dan yang berikutnya, dan

jika Imam telah duduk mereka mengelilingi shaf dan ikut

mendengarkan dzikir” (HR. Al-Bukhari).

14. Shalat Merupakan Ketetapan Terbaik Tuhan

Rasulullah saw. bersabda: “Shalat merupakan ketetapan

terbaik (Tuhan), barangsiapa yang mampu memperbanyak shalat,

hendaklah dia memperbanyaknya” (Hadits Hasan). Artinya shalat

adalah syariat terbaik yang ditetapkan oleh Allah SWT. di antara

semua bentuk ibadah yang lain, fardhunya shalat adalah sebaik-

baik fardhu, dan sunnatnya adalah sebaik-baik amalan sunnat.

Dan Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik pekerjaan adalah

mendirikan shalat pada waktunya” (HR. Muslim).

Beliau juga bersabda: "berdirilah dan jangan pernah kalian

menghitung-hitung (amalan) dan ketahuilah bahwa sebaik-baik

amal perbuatan kalian adalah shalat, dan tidak ada yang senantiasa

menjaga wudhu selain orang mukmin" (Hadits Shahih).

Diriwayatkan dari Ma'dan bin Abi Thalhah Al-Ya'mary, beliau

berkata: "Aku menemui Rasulullah saw. dan bertanya padanya:

"sampaikan padaku tentang amal perbuatan yang harus kukerjakan

agar Allah memasukanku ke dalam surga, atau amal perbuatan

yang paling dicintai Allah, lalu Rasulullah terdiam kemudian aku

bertanya lagi dan beliau tetap diam, kemudia aku bertanya lagi

untuk ketiga kalinya (tentang hal tersebut) dan beliau menjawab:

"perbanyaklah sujud kepada Allah, karena setiap engkau sujud,

Allah mengangkat bagimu satu derajat dan menghapus darimu satu

kesalahan" (HR. Muslim).

Dan dari Abi Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw.

melewati sebuah kuburan dan berkata: "siapa penghuni kubur ini?"

Page 17: Kenapa Kita Harus Shalat

mereka menjawab: "si Fulan", lalu Rasul berkata: "dua raka'at shalat

orang ini lebih baik dari sisa hidup kalian di dunia", dan dalam

riwayat lain: "dua raka'at ringan yang kalian anggap remeh

menambah amal perbuatan orang ini dan itu lebih baik dari seluruh

sisa hidup kalian" (Hadits Shahih).

Tsabit bin Aslam mengatakan: "Shalat merupakan bentuk

pengabdian kepada Allah di dunia, seandainya ada yang lebih baik

dari shalat, Allah tidak akan mengatakan: "Kemudian Malaikat (Jibril)

memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di

mihrab" (Âli-Imrân [3]: 39).

15. Shalat Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT.

Shalat merupakan wasilah penghubung orang-orang Mukmin,

dan tempat bermunajat dengan Tuhan sang Pencipta alam semesta

secara langsung. Tidak ada penghalang antara hamba yang shalat

dengan Tuhannya, dengannya, pengaruh cinta nampak jelas, karena

tidak ada yang lebih nikmat bagi orang yang mencinta melebihi

nikmatnya berkhalwat bersama orang yang dicintai agar bisa

mendapatkan hasrat yang didambakannya.

Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits Qudsi: "dan

tiadalah hambaku mendekatiku dengan sesuatu yang lebih aku

cintai selain apa yang aku wajibkan atasnya, dan hambaku

senantiasa mendekatiku dengan amalan-amalan sunnah hingga aku

mencintainya, dan jika aku mencintainya, maka akulah

pendengaran yang selalu ia pakai untuk mendengar, penglihatan

yang selalu ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan

untuk menggerakan segala sesuatu, kaki yang dia pakai berjalan,

dan apabila ia memohon kepadaku, aku berikan. Dan apabila ia

memohon perlindungan kepadaku, aku melindunginya" (HR. Al-

Bukhari).

Dan Rasulullah saw. berkata kepada Ka'ab bin Ujzah: "dan

Shalat itu mendekatkan diri (kepada Allah)" (Hadits Hasan). Beliau

juga bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu melaksanakan

Page 18: Kenapa Kita Harus Shalat

shalat, jangalah kalian meludah di depannya selama ia masih

shalat, karena sesungguhnya ia sedang berdialog dengan Allah

SWT." (HR. Al-Bukhari). Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud

ra., beliau berkata: "Barangsiapa yang mendirikan shalat maka ia

mengetuk pintu sang Raja, dan siapa yang mengetuk pintu sang

Raja, niscaya akan dibukakan untuknya".

Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits Qudsi: "Aku

bersama hambaku yang senantiasa mengingatku dan menggerakan

kedua bibirnya (berdzikir) untukku" (Hadits Shahih).

Inilah keistimewaan khusus yang dimiliki wali Allah yang

shaleh, dan hambanya yang senantiasa dekat kepadanya dengan

kemenangan, dukungan, penjagaan, cinta dan taufik hingga Allah

berkata: "Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang

seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat," (Al-‘Alaq [96]: 9-10)

"sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya" yakni; apa

yang membuatmu meninggalkan shalat. "dan sujudlah", yakni;

shalatlah karena Allah, "dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)"

(Al-‘Alaq [96]: 19), yakni; dekatkanlah dirimu kepada Allah lewat

kepatuhan, ibadah dan doa. Karena sujud merupakan tempat yang

paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya dan

merupakan hal yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah saw.

bersabda: "hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah

ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa" (HR. Muslim).

Maka, semakin banyak hamba bersujud semakin dekatlah ia

dengan Tuhannya, karena sujud merupakan puncak penyembahan

dan kerendahan, karena Allahlah pemilik segala kemuliaan,

kemuliaannya tidak terukur. Dan setiap kali ia menjauh dari sifat-

Nya, semakin dekat ia dengan surga-Nya dan dekat di samping-Nya.

Barangsiapa yang rendah diri kepada Allah, akan diangkat

derajatnya. Dan setelah sujud tidak adal lagi rendah diri. Dan

sungguh indah orang yang berkata:

"Dan apabila seorang hamba dihinakan ia merendahkan diri demi

Allah

Page 19: Kenapa Kita Harus Shalat

Karena kemuliaannya ada pada kehinaannya"

16. Shalat sebagai Wadah Pembinaan Akhlak

Page 20: Kenapa Kita Harus Shalat

Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya manusia diciptakan

bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia

berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu

tetap mengerjakan shalatnya" (Al-Ma’ârij [70]: 19-23). Orang-orang

yang senantiasa menjaga shalat berbeda dengan orang-orang yang

memiliki akhlak tercela. Syekh Abu Hasan An-Nadawi menjelaskan

tentang pengaruh shalat terhadap akhlak dan kecenderungan

seseorang: "Shalat mempengaruhi jiwa seseorang agar senantiasa

menghindari akhlak tercela, kejahatan dan kemungkaran dan

kesenangan hawa nafsu, karena tidak ada lagi yang lebih berharga

setelah kalimat tauhid. Oleh karena itu Allah SWT. berfirman:

"Bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al-

Qur'an) dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah

dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaan dari

ibadah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan" (Al-Ankabût [29]: 45), hal itu karena hamba yang

senantiasa mendirikan shalat akan mengalami perubahan dari suatu

sisi ke sisi yang lain, dari suatu rasa menuju rasa yang lain, dari

suatu keinginan menuju keinginan yang lain, dari satu pola pikir

menuju pola pikir yang lain, dan dari hal-hal buruk (hina) menuju

sesuatu yang tinggi dan mulia.7 Shalat juga menumbuhkan

7 Itu karena adanya kesiapan dan keinginan yang kuat sebelumnya untuk

senantiasa mendirikan shalat, kemudian dilanjutkan dengan menyibukkan diri

dengan dzikir dan berbagai amalan sunnah, dan berhasil memanfaatkan hampir

seluruh waktunya demi mencapai satu tujuan yang mulia yaitu mengingat

(berdzikir) kepada Allah yang Maha Mulia, seperti halnya jika seseorang tidur dan

sebelumnya ia meniatkan untuk bangun melaksanakan shalat malam, maka

hatinya selalu berusaha menjaga diri untuk senantiasa berdzikir kepada Allah

meskipun akhirnya ia terlelap dalam tidurnya. Dalam hal ini Rasulullah saw.

bersabda: "Barang siapa yang bangun dari tidur malamnya, dan ketika ia bangun

mengucapkan: (la ilaha illa allah wahdahu la syarikalah lahu al mulku wa lahu

alhamdu, yuhi wa yumit, wahua ala kulli syai'in qadir; Subhanallah walhamdulillah

wa la ilaha illa allah wa allahu akbar, wa la haula wa la quwata illa billah,

Page 21: Kenapa Kita Harus Shalat

keimanan dalam jiwa dan menghiasai hati serta menjauhkan diri

dari kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan, itu apabila shalat benar-

benar terpancar dalam kehidupan seorang hamba yang

mengalirkan semangat dan kekuatan. Oleh karena itu, ketika Syuaib

menyeru kaumnya untuk berpaling menuju akidah tauhid,

keutamaan dan ketakwaan serta meninggalkan kedzaliman dan

kehinaan yang senantiasa mereka puja dahulu, mereka mau

menerima cara hidup Syuaib dan bersedia menjalani segala

perubahan tersebut, bahkan Syuaib lahir dan tumbuh di antara

mereka layaknya anak kepala suku atau anak pemilik negeri.

Sementara mereka yang menolak dakwahnya tidak menemukan

sesuatu yang lebih jelas dalam diri Syuaib selain shalat yang

senantiasa mereka saksikan dan mereka kagumi keindahan dan

lamanya, mereka berkata: "Wahaib Syuaib! apakah shalatmu yang

meyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh

bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami

kehendaki tentang harta kami, sesungguhnya engkau adalah orang

yang sangat penyantun lagi berakal"8 (Hûd [11]: 87).

Shalat merupakan wadah pembentukan akhlak yang murni,

yang menumbuhkan kedisiplinan dalam jiwa serta melatih diri untuk

selalu cinta pada aturan dan konsisten terhadap berbagai urusan

hidup. Shalat juga mengajarkan seseorang bagaimana meraih

impian, kesabaran, lemah lembut, ketabahan serta mendidik pikiran

kemudian ia berkata: "Allahummagfirli" atau ia berdoa, maka akan dikabulkan

doanya, dan jika sekiranya ia berdiri kemudian berwudhu lalu shalat, maka akan

diterima shalatnya" (HR. Al-Bukhari). Bahkan meskipun seseorang membagi

kepentingannya antara tujuan dunia dan tetap berusaha menjaga waktu-waktu

shalat atau terus mencari keinginan yang belum ia peroleh, hal tersebut tidak

berarti ia telah dijerumuskan oleh kepentingan duniawi atau terbebani oleh

urusan dunia, namun ia tetap berada dalam naungan Allah SWT., dan inilah

rahasia firman Allah: "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak

(pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat" (An-Nûr

[24]: 37)

8 Al-Arkan Al-Arba'ah h. 49

Page 22: Kenapa Kita Harus Shalat

untuk selalu terfokus pada hal-hal yang bermanfaat saja, terutama

terfokus pada waktu-waktu shalat, syarat-syaratnya, tata cara

bersuci, dan menghindari hal-hal yang membatalkannya dan

memusatkan perhatian pada makna ayat-ayat Al-Qur'an dan

keagungan Allah SWT. serta makna-makna yang terkandung dalam

shalat.

17. Shalat; Ketenangan, Kebahagian dan Penyejuk Hati

Shalat memberikan ketenangan jiwa dan menyelamatkan

manusia dari pelbagai kelalaian terhadap risalah Tuhan dalam hidup

ini. Dan seandainya para dokter kesehatan jiwa memahami dengan

benar hal tersebut, niscaya mereka akan menawarkan shalat

sebagai resep terbaiknya9, karena di dalam shalat terdapat jamuan

ruhani.

Persoalan kesehatan manusia telah digariskan oleh Tuhan

Sang Pencipta, dimana hanya Ia yang mengetahui rahasianya. Dan

shalat mampu menghilangkan dahaga jiwa dan mengobati

kerinduan akan ketenangan dan kedamaian yang tidak bisa

disembuhkan dengan obat. Namun, setiap generasi manusia, serta

9 Di dalam shalat terdapat obat atas berbagai macam penyakit jiwa, seperti 'perasaan resah dan cemas'. Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya," (Al-Ma'ârij [70]: 19-23). Dan seperti 'perasaan bersalah'; Islam telah menawarkan obat yang mampu menghilangkan penyakit kronis tersebut. Allah SWT. berfirman: "Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang senantiasa mengingat." (Hûd [11]: 114). Shalat merupakan penebus kesalahan yang mensucikan dari berbagai dosa. Shalat juga menutupi segala bentuk kekurangan, dimana orang-orang yang mendirikan shalat memiliki derajat yang sama di sisi Tuhan, dan hanya taqwa yang membedakan mereka. Mereka senantiasa mengikuti ajaran Allah yang penuh kemenangan di setiap tempat dan waktu. Mereka yang mengatakan: "keselamatan bagi kami dan bagi hamba-hamba-Nya yang shaleh", yang menumbuhkan dalam jiwa mereka cita-cita dan keyakinan dan senantiasa bersama para hamba-hamba Allah yang shaleh dan para pelindung-Nya yang bertaqwa.

Page 23: Kenapa Kita Harus Shalat

para pemilik akal sehat masih saja terus tunduk dengan anjuran dan

nasehat dokter manusia yang hanya melakukan percobaan-

percobaan terbatas dan berbagai terkaan yang kurang meyakinkan,

"Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?" (Ash-

Shâffât [37]: 87), "(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap

sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk"

(Thâhâ [20]: 50), "Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak

mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha

Halus lagi Maha Mengetahui?" (Al-Mulk [67]: 14) di mana Allah

menyatakan dalam kitab sucinya, "Katakanlah: "Sesungguhnya

Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-

orang yang bertaubat kepada-Nya. (Yaitu) orang-orang yang

beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat

Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi

tenteram." (Ar-Ra’d [13]: 27-28). Shalat dipenuhi dengan dzikir dan

penyembahan kepada Allah. Dengannya, jiwa akan menjadi lapang

dan segala kesulitan akan hilang. Maka, bagi siapa yang

merenungkan firman Allah, "Dan Kami sungguh-sungguh

mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang

mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan

jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)" (Al-Hijr

[15]: 97-98), ia akan memperoleh nikmat tersebut.

Sungguh, bagi siapa yang menunaikan shalat dengan benar,

ia akan senantiasa merasa kehilangan ketika dia terlupa darinya,

dan merasa ada beban berat dititipkan padanya. Maka, saat itu dia

akan berusaha menjadi orang yang tekun, tenang dan senantiasa

berharap tidak akan pernah melalaikannya lagi. Bahkan, shalat akan

menjadi penyejuk, penikmat jiwa dan surga hatinya dan hidup

damai di dunia. Tanpa shalat, ia akan merasa sempit bagai dalam

penjara dan akan merasa lapang ketika dia telah berhasil

menunaikannya. Ia akan merasakan kedamaian jiwa hingga enggan

berpaling darinya.

Page 24: Kenapa Kita Harus Shalat

Para pecinta shalat mengatakan: "Kita shalat, dan merasakan

ketenangan dengan shalat", sebagaimana yang dikatakan oleh

imam, suri teladan dan nabi kita Muhammad saw. kepada

muadzzin-nya Bilal ra.: "Ya Bilal! dirikanlah shalat, damaikan kami

dengannya" (Hadits Shahih).

Dan Nabi saw. bersabda, "Dan aku menjadikan shalat sebagai

penyejuk jiwaku" (Hadits Shahih). Dan tiada yang lebih indah di

dalam jiwa orang yang mencinta melebihi indahnya (kurratu ain)

ketenangan jiwa".10

Oleh karena itu, shalat merupakan hal yang paling dirindukan

oleh setiap insan. Dia mempengaruhi segala bentuk cinta dalam diri

manusia. Bahkan, orang-orang Musyrik pun mengakui bagaimana

pengorbanan jiwa dan hidup mereka di jalannya. Dalam sebuah

hadits dikatakan: Dari Jabir ra., beliau berkata:"Kami memerangi

salah satu kaum Juhainah bersama Rasulullah saw., dan mereka

berperang dengan sangat dahsyat".

Dan dalam hadits, mereka – orang-orang Musyrik – berkata:

"Sungguh, mereka akan mencintai shalat mereka melebihi cinta

mereka terhadap anak-anak mereka".

Dan ketika shalat menjadi penyejuk jiwa Rasulullah saw.,

beliau senantiasa memperpanjang shalatnya dan bertahajjud,

bahkan beliau tidak sanggup memisahkan diri darinya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, dari Hudzaifah ra. berkata:

"Suatu malam, saya shalat bersama Rasulullah saw., Beliau

memulai dengan surah Al-Baqarah dan rukuk pada ayat ke 100

hingga selesai, dan beliau membacanya dalam satu raka'at hingga

selesai kemudian rukuk, kemudian memulai lagi dengan surah An-

Nisa dan memulai lagi dengan Al-Imran, beliau membacanya pelan-

pelan. Apabila sampai pada ayat-ayat tasbih, beliau bertasbih,

10 Bisa anda bayangkan bagaimana nikmatnya hati para pendiri shalat dan bahagianya ketika mengetahui bahwa Allah mencintainya setiap kali ia membaca bagian ayat dari surah al-Fatihah : "hamdanî abdî" (hambaku memujaku), "majjadanî abdî" (hambaku mengagungkanku), hingga ketika ia memohon petunjuk menuju jalan yang lurus Allah menjawab: "hâdzâ li abdî, wa liabdî mâ sa'alah" (ini untuk hambaku, dan bagi hambaku atas apa yang mereka minta).

Page 25: Kenapa Kita Harus Shalat

apabila sampai pada ayat-ayat doa, beliau berdoa, dan apabila

sampai pada ayat-ayat perlindungan, beliau memohon perlindungan

kemudian rukuk dan berkata (Maha suci Rab-ku yang Maha Agung),

setelah rukuk beliau berdiri dan berkata (Allah Maha Mendengar

setiap yang memujinya, wahai Tuhan kami, hanya bagimu puji-

pujian) kemudian berdiri cukup lama hampir seperti rukuknya lalu

kemudian sujud dan berkata (Maha Suci Rab-ku yang Maha Tinggi)

dan sujudnya hampir sama dengan berdirinya" (HR. Muslim). Dan

dalam riwayat an-Nisai: "Tiadalah beliau melewatkan satu ayat

ancaman atau pengagungan Allah kecuali berdzikir atasnya". Inilah

yang kemudian diteladani oleh para ulama salaf. Dengan shalat,

jiwa mereka hanyut dalam cinta ilahi, mengalir memenuhi jiwa

hingga terlelap dari segala yang ada di sekelilingnya.

Diriwayatkan bahwa ketika Abdillah ibn Zubair ra. sedang

shalat di sekitar ka'bah, beliau sedang dikepung oleh pasukan Abdul

Malik bin Marwan yang menyerang dengan menggunakan manjanik

(alat pelontar batu zaman dulu) dari atas bukit Abi Kubais. Mereka

ingin menundukan Abdillah bin Zubair dan para pengikutnya. Dan

ketika sebuah batu besar melesat di antara jenggot dan lehernya,

beliau tak bergeming dari tempatnya, tidak juga nampak

kecemasan atau merasa terusik, tidak juga menghentikan

bacaannya, dan tidak ada raka'at yang dia dilewatkan kecuali rukuk

hingga selesai dari shalatnya.

Bahkan beliau tetap melanjutkan shalat ketika serangan

menghujaninya, hingga burung-burung gereja kadang-kadang jatuh

di atas pundaknya dari puncak Haram. Naik turun dengan

tenangnya dan beliau mengira

itu .......................................................???????

Suatu ketika, beliau rukuk, dan salah seorang dari sahabatnya

membaca ayat al-Quran, beliau tidak berdiri dari rukuknya hingga

laki-laki tersebut selesai membaca surah Al-Baqarah, Al-Imran, An-

Nisa dan Al-Maidah.

Page 26: Kenapa Kita Harus Shalat

Dan diriwayatkan, suatu ketika beliau shalat di rumahnya,

tiba-tiba seekor ular besar jatuh dari atap dan melilit di perut

anaknya, Hasyim. Para wanita berteriak dan seluruh penghuni

rumah kaget. Akhirnya, mereka berkumpul dan berhasil membunuh

ular tersebut dan anaknya selamat. Sementara ibn Zubair tetap

sibuk dengan shalatnya, tidak berpaling dari shalatnya dan tidak

mengetahui apa yang terjadi hingga selesai dari shalatnya.

Dan Abu Muslim al-Khaulani –rahimahullah- adalah orang yang

bersungguh-sungguh dalam beribadah, beliau berkata: "apakah

sahabat-sahabat Muhammad saw. mengira bahwa mereka dapat

berkuasa tanpa kita!?, demi Allah, sekali-kali tidak. Kita akan

mengerumuninya hingga mereka tahu bahwa mereka telah

digantikan oleh seorang laki-laki yang berada di belakang mereka".

Dan Uday bin Hatim ra. berkata: "Tiadalah masuk waktu

shalat, kecuali aku senantiasa merindukannya". Bagaimana tidak,

sementara Rasulullah saw. mengatakan: "Ada 7 golongan yang

berada dalam naungan Allah di hari dimana tidak ada naungan

kecuali naungan-Nya", dan dalam hadits tersebut dikatakan: "dan

laki-laki yang hatinya selalu terikat dengan mesjid ketika ia keluar

darinya hingga kembali ke dalamnya" (Muttafaq alaih).

Maksud dari hadits tersebut adalah seseorang yang

senantiasa istiqamah dengan mesjid di setiap waktu shalat. Ia tidak

shalat kecuali di mesjid dan tidak meninggalkan mesjid hingga

orang-orang datang kembali untuk shalat di dalamnya. Yaitu orang

yang hatinya senantiasa berada di mesjid meskipun tubuhnya

berada di luar mesjid. Ibarat ikan yang tidak bisa hidup kecuali di

dalam air. Apabila keluar dari air, ia tetap membutuhkan air, baik

dalam keadaan senang ataupun susah. Dan itulah makna "kurratu

ain" (penyejuk jiwa) dan "ketenangan" yang sebenarnya.

Oleh karena itu, seseorang tidak akan merasa rugi kehilangan

sesuatu setelah mati melebihi ruginya terputus dengan shalat. Abi

Darda ra. berkata: "Seandainya bukan karena tiga hal, Aku tidak

akan rela hidup walau sehari; menahan dahaga di terik panas

Page 27: Kenapa Kita Harus Shalat

karena Allah, sujud di pertengahan malam, dan majlis orang-orang

yang mensucikan diri dengan kata-kata yang baik sebagaimana

lezatnya buah kurma". Dan ketika Amir bin Abdu Qais ra.

dihadirkan, beliau menangis, kemudian beliau ditanya: "Apa yang

membuatmu menangis?", beliau menjawab: "Saya tidak menangis

karena takut akan mati, bukan juga karena saya menginginkan

dunia, tapi saya menangis karena merindukan dahaga di terik panas

karena Allah dan mendirikan shalat di malam yang dingin".

Dan dari Abi Raja', beliau berkata: "Saya tidak mendapati

diriku besedih atas suatu urusan duniawi melainkan saya bersujud

di atas tanah 5 kali sehari karena Allah semata".

Bahkan Tsabit ra. berkata: "Demi Allah, jika engkau adzan

untuk seseorang agar ia shalat di dalam kuburnya, maka adzanlah

untuku".

Dan yang lain mengungkap tentang nikmat dan sejuknya jiwa

ini dengan mengingat Allah dan shalat, "Seandainya para raja dan

anak-anaknya tahu apa yang ada dalam diri kami, niscaya mereka

akan menguliti kami dengan pedang", dan yang lain mengatakan,

"Setiap waktu berlalu, saya selalu berkata, seandainya penghuni

surga seperti ini, sungguh mereka berada dalam kehidupan yang

baik", dan yang lain mengatakan, "Sungguh kasihan penduduk

dunia, mereka meninggalkannya tanpa pernah merasakan

nikmatnya hidup di dalamnya, dan merasakan keindahannya", yang

lain berkata, "Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang

belum pernah memasukinya, dia tidak akan memasuki surga

akhirat".

Hal itu tiada lain karena Allah memberikan jaminan kehidupan

yang baik hanya bagi orang-orang yang beriman kepadanya dan

melakukan amal shaleh, karena shalat merupakan penghulu semua

amal shaleh, Allah SWT. berfirman: "Barang siapa yang

mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri

Page 28: Kenapa Kita Harus Shalat

balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan" (An-Nahl [16]: 97).

Maka, bagi ahli Iman yang senantiasa melaksanakan amal

shaleh, mereka telah mendapatkan jaminan kehidupan yang baik di

dunia serta kenikmatan di akhirat kelak. Mereka adalah orang-orang

yang memperoleh kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.

18. Shalat, Cahaya, Petunjuk dan Penerang Jiwa

Shalat adalah cahaya yang menyingkap gelapnya kesesatan

dan kebathilan, dia menerangi wajah orang-orang yang senantiasa

menjaganya di dunia. Shalat menghiasi jiwa dengan keindahan dan

kecantikan, menerangi hatinya. Karena shalat memancarkan sinar

pengetahuan yang akan menyinari gelapnya kubur sebagaimana

yang dikatakan oleh Abu Darda' ra., "shalatlah dua raka'at di

kegelapan malam untuk menerangi gelapnya kubur", dimana bekas

sujud orang-orang yang shalat akan berkilauan di hari kiamat.

Rasulullah saw. bersabda, "dan shalat adalah cahaya" (HR. Muslim).

Dan beliau juga berkata, "dan shalat adalah petunjuk", (Hadits

Shahih); yaitu petunjuk dan tanda atas keimanan seseorang.

Dan shalat juga membuat wajah seseorang bersinar dan

berseri-seri. Allah berfirman: "Muhammad itu adalah utusan Allah

dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap

orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu

lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridha'an-

Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas

sujud" (Al-Fath [48]: 29).

Dan firman Allah SWT. "Tanda-tanda mereka tampak pada

wajah mereka dari bekas sujud" memiliki banyak penafsiran.

Dikatakan; "dengan shalat, wajah mereka menjadi baik". Sedangkan

Ibn Abbas menafsirkan dengan "jalan yang baik", sementara Mansur

bin Mujahid menafsirkannya dengan khusyuk, lalu aku berkata:

"Saya tidak melihat sesuatu kecuali bekas di wajah ini", dan dia

Page 29: Kenapa Kita Harus Shalat

berkata: "Barangkali di antara kedua mataku ada yang lebih keras

hatinya daripada Fir'aun".

Tanda-tanda tersebut nampak jelas di wajah orang-orang

yang senantiasa menjaga shalat. Wajah mereka bersinar, berseri-

seri, bersih dan jernih. Hal itu adalah hasil dari khusyuknya hati dan

tenangnya jiwa yang memancarkan cahaya di wajah. Dengannya,

kesombongan dan keangkuhan tertutupi dengan kerendahan hati,

jiwa yang jernih dan cahaya yang tenang. Dengan kerendahan hati

akan menambah sinar wajah, keteduhan dan kesahajaan orang-

orang Mukmin.

Maka, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat

nampak seperti sosok manusia yang datang dari akhirat untuk

menceritakan kepada manusia atas apa yang dia saksikan di sana,

atau seperti sosok manusia yang melarikan diri dari generasi

pertama ke zaman kita untuk hidup di tengah-tengah kita.

Dari Buraidah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,

"Sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di

kegelapan menuju mesjid, dengan cahaya yang sempurna pada hari

kiamat".

Dan dari Abi Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw.

bersabda, "Sesungguhnya Allah akan menerangi orang-orang yang

bersusah-payah menuju mesjid di kegelapan malam dengan cahaya

terang-benderang di hari kiamat" (Hadits Hasan).

Dan dari Abdillah bin Amr ra., dari Nabi saw. bahwa suatu hari

beliau berbicara tentang shalat dan berkata: "Barangsiapa yang

menjaganya, maka dia akan memperoleh cahaya, petunjuk dan

keselamatan di hari akhirat, dan barangsiapa yang melalaikannya,

dia tidak akan memperoleh cahaya, tidak juga petunjuk ataupun

keselamatan, dan di hari kiamat mereka bersama Qarun, Haman,

Fir'aun dan Ubay bin Khalaf" (Hadits Shahih).

Dan Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada satupun umatku di

hari kiamat yang tidak Aku kenali", mereka berkata: "dan

bagaimana engkau mengenalinya ya Rasulullah di antara

Page 30: Kenapa Kita Harus Shalat

banyaknya makhluk?", beliau menjawab: "ketika engkau memasuki

sebuah kandang hewan, di dalamnya ada kuda hitam pekat dan

kuda putih bersih, bisakah engkau mengenalinya?", mereka

berkata: "tentu saja". Rasul berkata: "sesungguhnya umatku saat

itu wajahnya bersinar karena sujud, putih bersih karena air wudhu'"

(Hadits Shahih).

19. Shalat, Salah Satu Sunanul Huda

Ibn Mas'ud ra. berkata, "Bahwasanya Rasulullah saw.

mengajarkan kita sunanul huda, dan di antara sunanul huda-nya

adalah shalat di mesjid yang dikumandangkan suara adzan di

dalamnya" (HR. Muslim).

Dan beliau juga mengatakan, "Barangsiapa yang merindukan

berjumpa dengan Allah besok dalam keadaan musilim, maka,

hendaklah ia senantiasa menjaga shalat lima waktu ketika ia diseru

dengannya, karena sesungguhnya, hal tersebut merupakan sunanul

huda11, dan sesungguhnya Allah telah mensyariatkan atas nabi-nabi

kamu sunanul huda. Demi umurku, seandainya kalian semua shalat

di rumah kalian, sungguh kalian telah meninggalkan sunnah nabi

kalian, dan apabila kalian meninggalkan sunnah nabi kalian berarti

kalian telah sesat. Dan kita semua tahu bahwa hanya orang-orang

munafiklah yang menyalahi sunnah. Dan sungguh saya telah

melihat seorang laki-laki berusaha menerobos di antara dua orang

laki-laki hingga ia masuk dalam (shaf) barisan" (Hadits Shahih).

20. Shalat Merupakan Anugerah Ilahi

11 Yang dimaksud dengan sunanul huda adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw. serta syariat yang ditetapkan atas umatnya. Sunnah yang dimaksud di sini bukan sunnah dalam arti sesuatu yang boleh dilaksanakan, boleh juga ditinggalkan. Jadi, apabila ditinggalkan dia tidak berarti sesat, bukan juga merupakan tanda-tanda nifaq. Misalnya, shalat dhuha dan puasa sunnat. Wallahu a'lam.

Page 31: Kenapa Kita Harus Shalat

Shalat memiliki keistimewaan yang tak terhingga di antara

kewajiban-kewajiban yang lain. Bahkan, Allah SWT. sendiri yang

menjaganya sebagai bentuk pengagungan atasnya, serta

penghargaan atas nilainya. Dan nabi Muhammad saw. sendiri

menerima langsung amanah shalat dari Allah pada malam Isra'

tanpa melalui perantara. Shalat merupakan anugerah ilahi yang

dianugerahkan Allah kepada nabi dan kekasih-Nya Muhammad pada

malam yang agung sebagai bentuk penghargaan atas pelaksanaan

ubudiyah-nya yang tulus untuk Rabnya yang kekal abadi.

21. Shalat sebagai Bentuk Ungkapan Syukur Atas Nikmat

Allah

Orang-orang berakal sepakat bahwa segala bentuk ungkapan

syukur atas setiap nikmat adalah baik. Dan Allah telah menjadikan

ungkapan syukur sebagai jalan untuk memperoleh keutamaan-Nya,

serta menjaga keutuhan nikmat-Nya. Ungkapan syukur merupakan

perekat nikmat yang telah ada, dan mengejar nikmat yang hilang.

Dan setiap jiwa, sejatinya cenderung untuk mengakui keagungan

sang Pemilik keutamaan serta mengungkapkan rasa syukur pada-

Nya. Dan setiap kali nikmat bertambah, rasa syukur pun semakin

melimpah hingga keagungan sang Pemilik nikmat semakin terasa.

Dan tidak ada pemberi nikmat yang lebih mulia dari Allah SWT.

yang telah menganugerahi kita nikmat lahir maupun bathin, dan

kita diadakan dari ketiadaan. Allah SWT. berfirman: "Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur" (An-Nahl [16]: 78).

Dan Allah telah memuliakan kita dengan akal dan fitrah yang

sama serta menguatkan kita dengan Islam dan menuntun kita

menuju iman. Allah juga melimpahkan kepada kita pemberian,

anugerah dan kebaikan yang tak terhingga. "Dan jika kamu

Page 32: Kenapa Kita Harus Shalat

menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat

menentukan jumlahnya" (An-Nahl [16]: 18).

Dan ketika nikmat Allah kepada kita tak terhingga jumlahnya,

karunia-Nya tak pernah terputus, dan anugerah-Nya mengalir deras

bagai hujan yang melimpah tanpa henti, maka, seharusnya kita

beribadah kepadanya terus-menerus, mengabdi kepadanya tanpa

henti dan menjadi seperti malaikat yang "Mereka selalu bertasbih

malam dan siang tiada henti-hentinya" (Al-Anbiyâ’ [21]: 20).

Namun, tugas khalifah di muka bumi kadang-kadang membuat kita

enggan untuk senantiasa rukuk dan sujud, bertasbih dan berdzikir.

Maka, shalat kemudian datang sejalan dengan keadaan kita, serta

posisi kita yang strategis di alam ini untuk membentuk bagian dari

ungkapan syukur yang sebenarnya atas segala nikmat yang

diberikan Allah.

Allah SWT. berfirman: "Dan sembahlah Dia dan bersyukurlah

kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan" (Al-

Ankabût [29]: 17). Dan firman Allah: "Dan syukurilah nikmat Allah

jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah" (An-Nahl [16]: 114).

Dan Allah berfirman: "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur

(kepada Allah)." (Saba’ [34]: 13).

Shalat merupakan amalan yang paling mulia, yaitu sebagai

ungkapan syukur terbesar atas segala nikmat Allah. Dan ketika

Allah menyampaikan kabar gembira kepada kekasih-Nya

Muhammad saw. dan menetapkan padanya lewat firmannya,

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang

banyak" (Al-Kautsar [108]: 1), yaitu -nikmat yang melimpah-, Allah

SWT. melanjutkan dengan petunjuk tentang bagaimana cara

mensyukuri nikmat tersebut dengan firmannya, "Maka dirikanlah

shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah" (Al-Kautsar [108]: 2), dan

ketika Allah menganugerahkan kepadanya (Muhammad)

kemenangan yang besar yaitu fathuh Mekah, beliau bergegas

mengungkapkan syukur atas nikmat yang luar biasa ini. Beliau

kemudian masuk di rumah Ummu Hani' binti Abi Thalib dan mandi,

Page 33: Kenapa Kita Harus Shalat

kemudian shalat 8 raka'at (shalat fath) sebagai ungkapan syukur

kepada Allah (Muttafaq alaih).

Dari Mughirah bin Syu'bah ra., beliau berkata: Nabi saw.

melaksanakan shalat hingga kedua kakinya bengkak, dan dikatakan

kepadanya: "Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu

dan yang akan datang?", beliau berkata: "Apakah saya tidak boleh

menjadi hamba yang bersyukur".

Dan dari Atha' ra. berkata: Saya dan Ubaid bin Umair datang

kepada Aisyah ra., dan Ubaid bin Umair berkata kepadanya:

"Beritahukan kepada kami hal yang paling membuatmu takjub yang

engkau lihat dari Rasulullah saw.", Aisyah kemudian menangis dan

berkata: "Beliau senantiasa bangun shalat malam dan berkata:

(.........? apakah engkau menyembah tuhanku), Aisyah melanjutkan,

saya berkata: "demi Allah, sungguh saya lebih senang berada di

dekatmu, dan lebih senang terhadap apa yang menyenangkanmu",

Aisyah kemudian berkata: "beliau berdiri lalu bersuci, kemudian

shalat, dan masih menangis hingga kamarnya basah, dan terus

menangis hingga tanah menjadi basah, dan Bilal kemudian

mengumandangkan adzan untuk shalat, dan ketika ia melihat

Rasulullah saw. menangis, Bilal berkata kepadanya: "Wahai

Rasulullah, engkau menangis sementara Allah telah mengampuni

dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?, Rasul

menjawab: "Apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang

bersyukur? Malam ini, telah turun kepadaku beberapa ayat,

sungguh celaka orang-orang yang membacanya tapi tidak

merenungkannya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan

bumi..." (Âli-Imrân [3]: 190).

Dari Abi Dzar ra., dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda:

"Setiap persendian jari kalian adalah sedekah, setiap tasbih adalah

sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah

sedekah dan setiap takbir adalah sedekah, menyeru kepada

kebaikan adalah sedekah dan mencegah kemungkaran adalah

Page 34: Kenapa Kita Harus Shalat

sedekah, dan semua itu terpenuhi dengan shalat dua raka'at pada

waktu dhuha". (HR. Muslim dan selainnya).

Dan dari Abi Buraidah ra. berkata: Saya mendengar Rasulullah

saw. berkata: "Dalam diri manusia terdapat 360 persendian, dan

bagi setiap persendian satu sedekah", mereka berkata:"siapa yang

sanggup melakukan itu ya Rasulullah?", beliau berkata:

"...............................................................?, jika engkau tidak

sanggup, maka dua raka'at dhuha cukup bagimu" (Hadits Shahih).

Maka, wahai orang-orang yang melalaikan shalat karena sibuk

dengan urusan dunia, janganlah engkau terlelap atas segala nikmat

Allah kepadamu, baik itu nikmat kesehatan, rezki ataupun harta,

kenalilah kadar nikmat Allah kepadamu, dan bersyukurlah kepada-

Nya dengan syukur yang sebenar-benarnya: "Dan barang siapa

yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk

(kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka

sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia" (An-Naml [27]:

40), dan pergunakanlah nikmat Allah untuk menta'ati-Nya dan

mencari keridha'an-Nya, "dan bersyukurlah kepada-Ku, dan

janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (Al-Baqarah [2]: 152).

Sebagian ulama Salaf mengatakan: "Barangsiapa yang memikirkan

tentang penciptaan dirinya, dia akan tahu bahwa tulang

persendiaannya dilenturkan untuk beribadah", dan ia tidak akan

sanggup mendustai dan berpaling dari-Nya:

.......................................... ...............................................???

.......................................... ................................................???

22. Shalat, Membangkitkan Amarah Orang Kafir dan

Menghindari Musuh-Musuh Allah

Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah melebihi hijrahnya

para wali Allah dari musuh-musuhnya, dan membuat jengkel hati

mereka. Oleh karena itu, Allah SWT. berfirman: "Barangsiapa

berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini

Page 35: Kenapa Kita Harus Shalat

tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak" (An-Nisâ’ [4]: 100).

Dan Allah juga berfirman: "dan tidak (pula) menginjak suatu tempat

yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak

menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan

dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal

saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-

orang yang berbuat baik" (At-Tawbah [9]: 120). Dan Allah

menggambarkan kekasih-Nya Muhammad saw. dan sahabat-

sahabatnya seperti sebuah tanaman, "...tanaman itu

menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-

orang mukmin)." (Al-Fath [48]: 29). Maka, membuat marah orang-

orang kafir adalah tujuan yang dituntut dan diinginkan oleh Allah

SWT. dan legitimasi Allah terhadap hal tersebut merupakan salah

satu bentuk kesempurnan ibadah.

Dan Nabi saw. mewajibkan bagi orang yang lupa dalam

shalatnya untuk sujud dua kali, beliau berkata: "Apabila shalatnya

sempurna, maka kedua sujudnya telah menghindari keangkuhan

para setan." (HR. Muslim dan selainnya), dan keduanya dinamakan

al-murgamatain. Maka, bagi siapa yang menyembah Allah untuk

untuk menghindari para musuh-Nya, ia telah memperoleh bagian

yang sempurna. Dan ukuran cinta seorang hamba kepada Rab-Nya

dalam menentang musuh-musuh-Nya adalah dengan menghindari

musuh-musuh-Nya. Dan demi menghindari orang kafir, maka

berlagak sombong di antara mereka adalah sesuatu yang terpuji, di

mana kesombongan tersebut merupakan kebenaran sebuah rahasia

yang hanya diketahui oleh Allah, yaitu menghindari musuh-musuh-

Nya dan mencurahkan segala cinta dalam dirinya demi Allah

semata.

Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian -kepada Allah-

yang hanya diketahui oleh segelintir orang saja, dan barang siapa

Page 36: Kenapa Kita Harus Shalat

yang telah merasakan nikmatnya, ia akan menangis pada hari-hari

pertamanya.12

Dan orang-orang yang mendirikan shalat, sungguh akan

membuat para setan marah karena senantiasa menjaga dan

menjalankan batasan-batasannya, maka menghindarinya

merupakan bentuk pengabdian yang lain.

Sesungguhnya setan itu sangat ingin memalingkan manusia

dari shalat13, Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya setan itu

bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di

antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan

menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka

berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (Al-Ma’idah [5]:

91). Dan alangkah marahnya setan ketika melihat seorang hamba

bersujud di hadapan Allah, ia iri padanya dan mengumumkan

permusuhan atasnya.

Dari Abi Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:

Apabila anak cucu Adam membaca ayat Sajadah, maka mereka

sujud, dan setan pun mengasingkan diri dan menangis sambil

berkata: "celakanya aku, anak cucu Adam diperintahkan untuk

sujud dan mereka sujud, maka baginya surga. Dan aku

diperintahkan untuk sujud tapi aku enggan, maka bagiku neraka."

(HR. Muslim).

Dan apabila setan tidak mampu memalingkan manusia dari

shalatnya, maka ia berusaha merusak atau mengurangi pahalanya.

Suatu ketika, seorang sahabat datang kepada Nabi dan berkata:

"Sesungguhnya setan telah memisahkan antara aku dan shalatku

dan bacaanku menjadi kabur", lalu Rasulullah mengatakan:

"katakan pada setan itu; 'khinzib', apabila engkau merasakannya,

maka berlindunglah kepada Allah darinya dan menolehlah ke

sebelah kiri tiga kali", dan ia berkata: "dan aku melakukan hal

tersebut, maka Allah menjauhkannya dariku." (HR. Muslim).

12 Dari kitab Midrâj al-Sâlikin jilid I h. 226-227.13 ................................................................................................................................................???

Page 37: Kenapa Kita Harus Shalat

Apabila seorang hamba mulai melaksanakan shalat, setan pun

mulai membisikan (kejahatan) padanya, dan mengalihkan

perhatiannya dari Allah dengan urusan-urusan dunia. Rasulullah

saw. bersabda: "Sesungguhnya, apabila setan mendengar seruan

shalat (adzan), ia menutupinya dengan kentutnya hingga ia tidak

mendengar suara tersebut, dan apabila seruan itu selesai, setan

pun kembali membisikan (kejahatan), dan apabila ia mendengar

suara iqamat, setan pergi menjauh hingga ia tidak mendengar

suaranya, dan bila seruan itu selesai, setan pun kembali

membisikan (kejahatan)." (HR. Muslim). Dan dalam sebuah riwayat,

"Apabila seseorang mengerjakan sesuatu yang berpahala,

mendekatlah! hingga ia lalai, setan kemudian berkata padanya,

"ingat ini, ingat ini", dan membuat orang tersebut lupa atas apa

yang terjadi sebelumnya hingga ia nampak seperti tidak tahu bahwa

ia telah shalat".

Dan apabila setan tidak mampu memalingkan seorang hamba

dari shalatnya, ia mendatangkan pasukan dan anak buahnya dan

mengerahkan golongan dan keluarganya dengan segenap

kekuatannya, dan setiap kali hamba tersebut semakin tekun dalam

mendirikan shalat, setan pun semakin sengit menggoda –agar

tersesat- orang-orang bodoh di antara mereka, "Dan apabila kamu

menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka

menjadikannya buah ejekan dan permainan." (Al-Ma’idah [5]: 58),

sekali-kali mereka memandang rendah –orang-orang mukmin-, dan

terkadang mengolok-olok dan saling menebar fitnah di antara

mereka. "…Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah

golongan yang merugi." (Al-Mujâdilah [58]: 19).

Ketahuilah, bahwa mendirikan shalat serta

menyebarluaskannya merupakan usaha untuk menuntun

masyarakat dengan tuntunan Ilahi sekaligus menyebarkan syiar

Islam. Dengan begitu, umat Islam akan bangga dengan

keislamannya, dan membuat para musuh Islam marah dan cemas

Page 38: Kenapa Kita Harus Shalat

dengan kembalinya manusia kepada Tuhannya lewat deklarasi syiar

Islam.

Dari Aisyah ra., berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Tiadalah

orang-orang Yahudi iri kepadamu melainkan mereka iri terhadap

kedamaian dan ketentraman kalian." (Hadits Shahih).

Bagaimana tidak, sementara mereka mengumandangkan

adzan, membangun mesjid dan mereka shalat dengan tertib. Rukuk,

sujud dalam keadaan khusyuk!?.

Filosof Prancis, Renan mengatakan: "Tak ada satu mesjid pun

yang aku singgahi melainkan aku selalu diguncang oleh suatu

perasaan hangat". Atau dengan kata lain, "namun sayang, aku

bukan seorang Muslim".

23. Shalat, Pembebasan Manusia

Saat ini, perbincangan tentang "kebebasan" semakin marak.

Kata tersebut selalu bergema dengan penuh antusias. Banyak

organisasi atau kelompok yang berusaha mewujudkan makna

"kebebasan" sesuai dengan pemahaman mereka tentang landasan

kebebasan. Dan pada dasarnya, manusia adalah mahluk yang fakir,

fitrahnya senantiasa menuntut kepatuhan dan kerendahan hati

serta pengabdian kepada sang Pencipta yang Maha Kaya dengan

dzat-Nya:

"......................................................................????

....................................................................????

Oleh karena itu, seseorang tidak akan menemukan jalan lurus,

serta ketenangan hati hingga ia kembali ke jalan Tuhannya,

menyerahkan segenap jiwanya dan mengabdi dengan tulus kepada-

Nya. Dan bentuk pengabdian seperti ini merupakan tingkat

kebebasan yang paling tinggi, karena seorang hamba, jika ia

menyerahkan segalanya kepada Rabnya semata, maka ia telah

terbebas dari segala bentuk kekuasaan. Hatinya tidak akan

Page 39: Kenapa Kita Harus Shalat

berpaling, dan kepalanya tidak akan tunduk kecuali kepada sang

Pencipta langit dan bumi.

Pada dasarnya, manusia tidak bisa hidup tanpa "pengabdian",

dan ia harus meletakan pengabdian tersebut pada tempatnya. Jika

tidak, maka ia akan diperbudak oleh kekuasaan para setan. Dan

dengan Islam, seorang muslim akan terbebas dari kekuasaan hawa

nafsu, dan ia senantiasa berada dalam naungan kekuasaan agama

yang lurus. Allah SWT. berfirman: "Dan adapun orang-orang yang

takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan

hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya."

(An-Nâzi’ât [79] : 40-41). Jadi, kebebasan yang sebenarnya adalah

bentuk pengabdian kepada Allah semata. Dan manusia tidak akan

bisa "bebas" secarah utuh kecuali dengan merealisasikan makna

pengabdian tersebut.

Sesungguhnya, kebebasan di luar Islam adalah hampa tak

bermakna, ia merupakan bentuk perbudakan yang rendah dan hina.

Meskipun ia nampak dalam bentuk kebebasan, namun pada

dasarnya, ia adalah kebebasan yang dipoles dalam bentuk

perbudakan para penyembah berhala (thaghut), sistem serta

undang-undang yang dibangun atas dasar hawa nafsu, jauh dari

syariat sang Pencipta yang Maha Agung, yaitu, pengabdian kepada

selain Allah, dan bentuk pengabdian sepeti apa ini!?.

"Mereka lari dari bentuk penghambaan yang diciptakan untuknya,

Lalu kemudian hanyut dalam perbudakan setan."

Syekh DR. Sulaiman Umar al-Asyqar mengatakan:

"Pengabdian (penghambaan) kepada Allah dalam Islam berarti

kebebasan dalam bentuk yang paling tinggi dan sempurna. Dengan

pengabdian yang tulus kepada-Nya, kita akan terbebas dari segala

bentuk perbudakan dan kekuasaan mahluk. Seorang muslim akan

memandang segala sesuatunya lewat pandangan sang Pemilik

Kekuasaan. Dan Allah telah menciptakan segala sesuatunya untuk

hambanya, "Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di

Page 40: Kenapa Kita Harus Shalat

langit dan di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya" (Al-

Jâtsiyah [45]: 13).

Dengan pemahaman seperti ini, seorang muslim tidak akan

tunduk kepada mahluk dan tidak akan menjadikannya prioritas

utama. Dan seorang muslim tidak akan memperbudak sesamanya,

karena pada dasarnya, semua manusia adalah hamba Allah dan

sama di hadapan-Nya. Oleh karena itu, apabila ada orang yang

berusaha mendzalimi dan meyesatkan sesamanya, maka

seharusnya, seorang muslim menentang dan menyampaikan

kepadanya kalimatul haq. Berusaha mengingatkan mereka tentang

asal penciptaan mereka, serta takdir yang harus mereka jalani dan

mengingatkan kelemahan dan kekurangan mereka, yang barangkali

bisa membuat mereka sadar dan kembali ke jalan Allah.

Jadi, dengan pengabdian kepada Allah semata, manusia akan

terbebas dari kungkungan hawa nafsu, dimana hawa nafsu adalah

sejelek-jelek berhala yang disembah. "Terangkanlah kepadaku

tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya."

(Al-Furqân [25]: 43). Dan manusia kadang-kadang menjadikan hawa

nafss sebagai tuhan yang menguasai jiwanya, segala perbuatannya

bersumber dari hawa nafsunya dan hanya berusaha mewujudkan

apa yang sejalan dengan keinginannya. Dan Islam menganggap

tunduk pada hawa nafsu yang membawa kepada hal-hal yang

terlarang sebagai bentuk perbudakan. Adapun kebanggaan (at-

tasami) terhadap hal-hal yang terlarang – meskipun ia sesuai

dengan keinginan hawa nafsu – dalam Islam dianggap seperti

kebebasan yang ternoda, karena di satu sisi, meskipun ia diikat oleh

kebebasaanya – karena mampu meninggalkan hal-hal yang

diinginkannya – namun di sisi lain, ia terbebas dari kekuasaan hawa

nafsunya.

Dan orang-orang yang mengklaim bahwa mereka mampu

mewujudkan kebebasan tanpa menggunakan manhaj Allah adalah

keliru. Karena manusia, bahkan semua mahluk akan tetap menjadi

hamba Allah, suka ataupun tidak. Namun, apabila ia memilih tunduk

Page 41: Kenapa Kita Harus Shalat

kepada selain Allah, maka ia akan menjadi budak mahluk

sesamanya yang tidak bisa memberi manfaat ataupun mudharat.

Bahkan, mungkin ia akan diperbudak oleh orang yang lebih rendah

darinya. Dan akhirnya, pengabdian diganti dengan perbudakan

yang tidak menuntunnya menuju kebebasan. Tapi, keluar dari

pengabdian kepada Allah menuju perbudakan thaghut, baik itu

berhala, patung, manusia, matahari ataupun bulan..., dan Allah

mencela orang-orang yang memiliki sifat seperti itu, "...di antara

mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)

menyembah thaghut?..." (Al-Ma’idah [5]: 60), akibatnya, mereka

dijadikan hamba para thaghut sebagai balasan atas pengingkaran

mereka terhadap Allah sebelumnya.

Saat ini, kata "kebebasan" semakin sering didengungkan.

Bahkan mereka mengklaim bahwa revolusi Prancis adalah pencetus

prinsip kebebasan ini, dan PBB kemudian menetapkan "kebebasan"

sebagai ideologi. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Apa yang

mereka lakukan, sesungguhnya mengeluarkan manusia dari

perbudakan aturan, undang-undang dan kelompok menuju aturan,

undang-undang dan kelompok yang lain. Namun, mereka tetap

menjadi budak meskipun mereka mengira bahwa mereka bebas.

Mereka tidak akan pernah terbebas dari kekuasaan dan perbudakan

manusia hingga mereka menjadi hamba Allah seutuhnya, dan hanya

Allah tujuannya. Saat itu, ia akan terbebas dari kekuasaan yang lain

bahkan dari hawa nafsu yang mengkungkung dalam tubuhnya.

Kemudian DR. Sulaiman Umar al-Asyqar mengungkap tentang

kebobrokan sistem Timur yang berantakan, dan sistem Barat yang

gagal membebaskan manusia seutuhnya. Beliau mengatakan,

"Mereka telah mengeluarkan manusia dari berbagai kedzaliman

menuju kedzaliman yang lebih dahsyat, dan membawa mereka dari

perbudakan menuju perbudakan yang lain, dan mereka tidak akan

tulus mengabdi kecuali dengan Islam. Dan benarlah utusan kaum

Muslimin ketika menghadapi pemimpin Persia, ketika ia

mengatakan, "Allah mengutus kami untuk mengeluarkan hamba-

Page 42: Kenapa Kita Harus Shalat

hamba-Nya dari perbudakan hamba menuju pengabdian kepada

Allah, dari kedzaliman agama-agama menuju keadilan Islam, dari

sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat", dan

barangsiapa yang tidak rela menjadikan Islam sebagai agamanya,

dan menjadikan hukumnya sebagai landasannya, maka mereka

akan tenggelam bersama kebusukan orang-orang Jahiliah: "Apakah

hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang

lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"

(Al-Ma’idah [5]: 50). Dan bagi siapa yang menolak Allah sebagai

Tuhannya, maka mereka telah menempatkan diri mereka dalam

perbudakan para mahluk yang lebih rendah dan hina, dan mereka

dikungkung oleh hawa nafsunya. Dan Islam menganggap orang

yang menjadikan dinar, dirham, makanan dan muniman sebagai

kepentingan dan tujuannya sebagai budak yang menguasai jiwanya.

Dari Abi Hurairah ra., berkata, Rasulullah saw. bersabda: "Binasalah

para budak dinar, binasalah para budak dirham, binasalah para

budak ....................?, binasa dan hancurlah, dan apabila ..........?,

maka ia tidak ..............?" (HR. Al-Bukhari).

Adapun gambaran "kebebasan" yang sebenarnya lewat

perbuatan dan perkataan dalam shalat, Syekh Abu Hasan An-Nadwi

menjelaskan dengan sangat meyakinkan dalam salah satu

pembahasannya "al-Arkan al-Arba'ah". Salah satu ringkasannya

adalah sebagi berikut;

...Telah disyariatkan untuk memulai shalat dengan takbir,

dengan kata yang diriwayatkan secara mutawatir, yaitu أكبر" ,"الله

satu kata yang sangat jelas, dipahami di setiap tempat dan waktu

oleh setiap orang, masyarakat dan lingkungan, yang senantiasa

bergema dengan sangat keras. Satu kata yang mampu

menundukkan orang-orang yang keras kepala, menaklukan setiap

penyembah berhala, serta mampu menggoyah para thaghut, - jika

orang yang shalat mengucapkannya dengan penuh kesadaran dan

pemahaman, iman serta keyakinan, meskipun para penyimpang

mengklaim bahwa mereka memahami hakikatnya -. Sesungguhnya

Page 43: Kenapa Kita Harus Shalat

nilai yang tergabung antara berhala yang disembah, sesorang yang

dipertuhankan, sesuatu yang disakralkan, tunduk pada satu

kekuatan, pemimpin dan penguasa yang ditaati secara buta, adalah

bentuk keangkuhan dan kesombongan. Oleh karena itu, kata yang

singkat dan penuh mukjizat ini datang lewat perintah Allah dalam

firmannya, "dan Tuhanmmu agungkanlah" (Al-Muddatstsir [74]: 3)

untuk membantah segala bentuk tuduhan dan sangkaan, khayalan

dan khurafat, serta berbagai bentuk kebodohan. Orang yang shalat

akan merasakan sebuah pergolakan yang nyata dan luar biasa,

univeral dan sempurna, dengan begitu, ia "tidak meninggalkan yang

kecil maupun yang besar melainkan diperhitungkannya", dan tidak

juga segala bentuk kerusakan dan kezaliman melainkan datang

kepadanya. Satu kata yang sangat jelas yang senantiasa diucapkan

oleh setiap muslim ketika memulai shalat.

Dan apabila seseorang meyakini kata tersebut, percaya dan

bersaksi atas kebesaran dan keagungan Allah, serta mengucapkan

dengan sungguh-sungguh kalimat "الله أكبر", dan senantiasa berada

dalam naungan akidah dan kesaksian ini hingga menembus ke

usus-ususnya, maka segala bentuk keangkuhan dan kesombongan

akan berkurang, layaknya para raja dan penguasa – seperti kata

orang -, dan kewibawaannya akan hilang dari hatinya hingga ia

nampak sepeti hewan yang hina, atau gambar dan boneka yang

kecil, dan ia akan berpaling dari keindahan dan kekuasaan

negerinya layaknya orang bodoh yang kerdil atau orang tua jompo

yang hanyut dalam ejekan para anak kecil.

Para sahabat Nabi ra. adalah contoh terbaik dalam hal

tersebut. Para ahli sejarah telah menceritakan banyak hal yang

menunjukan tentang kerendahan hati mereka terhadap kekuasaan

dan berbagai bentuk keindahan dunia. Di antaranya, kisah yang

diriwayatkan oleh Ibn Katsir dari Ruba'i bin Amir, beliau berkata:

"Sa'ad mengutus Ruba'i bin Amir kepada panglima sekaligus

pemimpin pasukan Persia, Rostem. Ketika ia masuk, istananya telah

dihiasi dengan bantal emas dan karpet sutra. Dan nampak berbagai

Page 44: Kenapa Kita Harus Shalat

kenikmatan yang sangat berharga, perhiasan yang memukau serta

mahkota dan berbagai keindahan yang lain. Ia sedang duduk di atas

ranjang emas ketika Ruba'i masuk dengan pakaian tebal, pedang

dan perisai serta menunggangi seekor kuda pendek. Ia masih

menungganginya hingga menggilas ujung permadani, kemudian

turun dan mengikatkannya pada beberapa bantal. Ia masih

mengenakan senjata, baju baja serta topi di kepalanya ketika

bertemu dengan Rostem, mereka mengatakan kepadanya:

"letakkan senjatamu!", ia menjawab: "aku tidak seperti kalian, aku

datang jika kalian mengundangku dan membiarkan aku seperti ini,

jika tidak, maka aku akan kembali", maka Rostem berkata: "izinkan

dia, biarkan ia sandar dengan tombaknya di atas bantal itu dan

merobek semuanya".14

Keyakinan yang kuat seperti ini selalu menjadi keajaiban

sepanjang sejarah Islam. Mereka memilik kekuatan yang luar biasa

dalam menghadapi para raja dan penguasa yang tidak bisa dihadapi

oleh orang-orang lemah, mereka diagungkan di hadapan kebesaran

para raja, seolah-olah mereka tidak memiliki makna apa-apa. Di

antara kisah indah para pemilik iman yang kokoh serta keberanian

natural itu adalah apa yang diriwayakan oleh Al-Baji, salah seorang

sahabat Syekh Islam Izzuddin bin Abdul Salam, beliau berkata:

"Pada suatu hari Ied, Syekh Islam Izzuddin bin Abdul Salam

mendatangi Sultan di Benteng, beliau menyaksikan para tentara

berbaris rapi di hadapannya bersama Dewan Istana. Hari itu, Sultan

berpenampilan sangat megah, beliau keluar menemui rakyatnya

dengan megenakan pakaian kebesarannya layaknya tradisi para

Sultan kerajaan Mesir, dan para pemimpin menyambut

14 Contoh lain adalah apa yang terjadi pada syekh "Hasan at-Thawil", cendekiawan Azhar yang terkenal dengan ketawadhuan, penampilan dan cara berpakaiannya hingga ia nampak layaknya orang biasa yang lain. Suatu ketika, beliau dipanggil untuk menghadap Khudiyo di istana Abidin. Beliau datang menghadap dengan penampilan khasnya tanpa mempedulikan pakaiannya yang nampak biasa, seolah-olah beliau akan bertemu dengan orang biasa. Ketika beliau bertemu dengan pembesar istana, ia diminta untuk mengganti pakaiannya. Beliau berteriak dengan penuh harga diri dan berkata: "demi Allah, aku tidak akan menggantinya!! setiap hari aku memakainya untuk bertemu dengan Tuhanku, apakah dengan Khudiyo tidak bisa!?.

Page 45: Kenapa Kita Harus Shalat

kedatangannya, tiba-tiba Syekh berpaling ke arah Sultan dan

memanggilnya, "ya Ayyub! Apa jawabanmu di hadapan Allah

apabila engkau ditanya, bukankah aku telah menganugerahkan

kepadamu kerajaan Mesir, namun engkau tetap membolehkan

khamar?", Sultan berkata: "apakah hal itu terjadi?", ia menjawab:

"ya! Kedai si Fulan menjual khamar dan berbagai barang terlarang,

sementara engkau bergelimang dalam kenikmatan kerajaan ini". Ia

berkata dengan nada tinggi sementara para tentara berdiri di

hadapannya. Sultan kemudian berkata: "wahai Tuanku! Ini aku yang

akan membereskannya, ini sejak zaman bapakku." Beliau berkata:

"engkau termasuk orang-orang yang mengatakan; sesungguhnya

kami mendapati leluhur kami berada di antara umat ini!". Kemudian

Sultan mengisyaratkan untuk menghancurkan kedai tersebut. Dan

aku kemudian bertanya kepada Syekh ketika beliau pulang, dan

berita tersebut telah tersebar, "wahai Tuanku, apa yang terjadi?"

Beliau menjawab: "wahai anakku, aku melihatnya dalam kebesaran

itu, dan aku ingin mengingatkannya agar supaya tidak sombong dan

meyakiti dirinya sendiri", lalu aku berkata: "wahai Tuanku! Apa

kelemahannya? Beliau menjawab: "wahai anakku, demi Allah aku

menghadirkan keagungan Allah dan sultan berlutut di hadapanku

seperti seekor kucing".

Sejarah dakwah dan keteguhan hati, iman dan akidah

senantiasa hidup, terlahir kembali di setiap masa dan liku-liku

perjalanan. Syekh Muhammad bin Mubarak al-Karmany, seorang

pengarang India menceritakan sebuah kisah teladan;

"Sultan Muhammad Tugluk meminta Syekh Qatbuddin al-

Munawwar datang ke Delhi untuk dimintai keterangan atas tidak

hadirnya beliau untuk memberi penghormatan kepada Raja. Dan

ketika ia datang ke (Balath) dan masuk ke dalam kantor, ia melihat

para pemimpin, menteri dan hakim serta para pengawal (Balath)

berdiri terpaku, lengkap dengan senjata di tempat yang membuat

hati terhenyak. Beliau datang bersama anaknya, Nuruddin. Ia masih

muda dan belum pernah berkunjung ke (Balath) Raja seumur

Page 46: Kenapa Kita Harus Shalat

hidupnya, ia ketakutan melihat pemandangan tersebut. Syekh

Qatbuddin kemudian memanggil anaknya dengan suara tinggi:

"wahai anakku, kebesaran hanya milik Allah!, Nuruddin berkata:

"Aku merasakan kekuatan aneh dalam diriku setelah mendengar

panggilan ini, rasa takutku pun hilang dan mereka nampak seperti

sepotong domba atau kambing".

Dalam melaksanakan shalat, seseorang harus menunaikannya

dengan perlahan-lahan, dimulai dengan berdiri lalu rukuk kemudian

sujud, yaitu dalam keadaan tenang. Tidak langsung sujud setelah

rukuk, tapi berhenti sejenak lalu sujud dengan tenang agar ia benar-

benar merasakan khusyuk dalam jiwa, serta kerendahan dalam hati.

Begitu pula, ungkapan pengagungan diucapkan dengan

perlahan-lahan. Dalam rukuknya ia mengucapkan: "subhana rabbial

adzim", dan dalam sujud, ia mengucapkan: "subhana rabbial a'la"

dan ketika ia telah mencapai ketenangan dan kerendahan hati,

serta meletakkan anggota tubuh paling mulia – wajah - di atas

sesuatu yang paling rendah, - yaitu tanah tempat berpijaknya

telapak kaki yang merupakan perumpamaan paling rendah dan hina

-, ia mengucapkan kata paling mulia yang mengungkap keagungan

dan kekuasaan Allah; "subhana rabbial a'la". Saat itu, keindahan

lingkungan dan tempat menyatu dengan keindahan penjelasan dan

pernyataan. Dan di antara dua sujud diselingi dengan duduk sejenak

untuk kemudian memulai sujud kembali agar supaya kita tersadar

dari kelalaian dan kembali merasakan kenikmatan baru.

"Sujud yang khusyuk dan tenang, yang menggoncang seluruh alam"

Dan ketika sujud, ia telah memutus segala bentuk tradisi.

Yaitu, tradisi yang ditetapkan oleh masyarakat, adat istiadat dan

adab. Ia sujud karena Allah, perasaan bangga membasahi

wajahnya, melumuri dahinya dan menguatkan hatinya, menuntun

jiwanya menuju hakikatnya. Tidak ada penghalang untuk khusyuk,

dan tak ada teguran atas segala tetes air mata. Ruang jiwa begitu

berharga membanjiri seluruh hati. Oleh karena itu, para sahabat ra.

berkata: "dalam diri mereka ada suara seperti suara dengungan

Page 47: Kenapa Kita Harus Shalat

periuk dalam tangis". Dan Amr bin Ash menceritakan bahwa

Rasulullah saw. melaksanakan shalat kusuf, ia berkata: "dan

kemudian Rasulullah meniup-niup di akhir sujudnya dan berkata,

uff.. uff.., lalu berkata :" wahai Tuhanku, bukan engkau berjanji

kepadaku tidak akan menyiksa mereka dan aku ada di antara

mereka, bukankah engkau berjanji tidak akan menyiksa mereka dan

mereka memohon ampun", dalam riwayat lain: "ketika beliau

meniup-niup, beliau menangis".

Hamba yang bersujud adalah orang yang paling dekat dan

paling dicintai oleh Allah. Dalam sebuah hadits shahih dikatakan,

"hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud,

maka perbanyaklah doa". Maka seorang hamba harus

memanfaatkan kesempatan berharga tersebut dengan menabur

keteduhan hati lewat aliran doa dan penghambaan dan berkata,

"aku memohon kepadamu dengan permohonan orang yang tak

berpunya, dan dengan permohonan orang yang penuh dosa lagi

hina, yang memohon dengan penuh ketakutan dan keresahan,

yaitu doa orang yang tunduk patuh padamu, yang air matanya

mengalir deras dan tubuhnya penuh hina".

Inilah sujud yang mampu menggetarkan gunung dan bumi,

yang mampu mengguncang hati para pembangkang yang keras

kepala. Dan dalam sejarah, liku-liku serta perjuangan umat,

tersimpan banyak hal serta cerita-cerita aneh.

Shalat yang sebenarnya menentang segala bentuk

penyembahan kepada selain Allah, perbudakan manusia serta

kehidupan Jahiliah.

Dan salah satu bentuk shalat yang khusyuk dan ikhlas adalah

seorang muslim yang senantiasa menjaga ruh, hakikat, tata cara

dan waktu-waktu shalat, ia tidak sejalan dengan ibadah yang

mempersekutukan Allah - seperti; syirik, penyembah berhala dan

khurafat – dan pengabdian kepada selain Allah, - seperti;

pengagungan para pemimpin dan penguasa, atau para pemilik

kekuatan atau kekayaan – dan tidak meyakini bahwa mereka

Page 48: Kenapa Kita Harus Shalat

mampu memberi manfaat dan mudharat, atau selalu merayu dan

mencari perhatian dengan pelbagai cara serta setia bersama

mereka dalam kedzaliman dan kejahatan. Atau bahkan mengajak

untuk mengikuti keyakinan dan suara hati seperti pada zaman

sistem kerajaan pertama dahulu dan zaman "kebebasan" dan

demokrasi saat ini.

Dengan seluruh rukun shalat, serta ucapan-ucapan seorang

hamba dalam shalat yang kemudian diyakini dan diikrarkan dalam

jiwa, sungguh telah menafikan dan menentang semua pernyataan

tersebut. Dengan kata pembuka dalam shalat, yaitu "Allahu Akbar",

semuanya terbantahkan. dan firman Allah "alhamdulillahi rabbil

alamin" menyatakan bahwa tidak Tuhan selainnya, dan hanya bagi-

Nya segala pujian.