KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

12
KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 PEMBAHASAN 1.1 Karakteristik Remaja Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dalam segi cipta, rasa, karsa, estetika, social dan susila serta hal yang lain. Dalam kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan pertumbuhan. Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perkembangan yaitu perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi phisikhis dan fisis dari anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan 2 . Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan yaitu perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak-anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu. 3 Menurut Abin Syamsudin menuliskan batasan remaja awal berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Dari batasan usia remaja awal tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP. 4 Abin Syamsudin memberikan penafsiran sebagai ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan tipe of time and the worst of time. Apabila individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang berkepanjangan. 5 1 Dosen Ilmu Jiwa Belajar. Prodi. PAI STAI Al-Musaddadiyah Garut 2 Kartini Kartono, Psikologi Sosial 2 dan Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1988, hlm.29. 3 Ibid., hlm. 33. 4 Abidin Syamsudin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 130. 5 Ibid., hlm.132.

Transcript of KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

Page 1: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

Oleh :

Jumari Ismanto, M.Ag1

PEMBAHASAN

1.1 Karakteristik Remaja

Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan dengan

mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dalam segi

cipta, rasa, karsa, estetika, social dan susila serta hal yang lain. Dalam

kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan pertumbuhan.

Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perkembangan yaitu

perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari

proses pematangan fungsi-fungsi phisikhis dan fisis dari anak, yang ditunjang

oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu menuju

kedewasaan2. Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan yaitu perubahan

secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang

berlangsung secara normal pada diri anak-anak yang sehat, dalam peredaran

waktu tertentu.3

Menurut Abin Syamsudin menuliskan batasan remaja awal berkisar

antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Dari batasan usia remaja awal tersebut,

usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP.4 Abin Syamsudin

memberikan penafsiran sebagai ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat

kritis yang mungkin dapat merupakan tipe of time and the worst of time. Apabila

individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif,

ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya.

Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang

berkepanjangan.5

1 Dosen Ilmu Jiwa Belajar. Prodi. PAI STAI Al-Musaddadiyah Garut

2 Kartini Kartono, Psikologi Sosial 2 dan Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1988, hlm.29.

3 Ibid., hlm. 33.

4 Abidin Syamsudin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 130.

5 Ibid., hlm.132.

Page 2: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

Menurut Zakiah Daradjat (1992:28) yang dimaksud dengan masa remaja

yaitu: Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi

belum bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat

menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana

seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari

identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan dari

masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari

masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Karenanya pada masa ini

seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa

anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang

masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering

menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab

pribadinya belum stabil dan matang.

Ciri-ciri umum remaja awal dilihat dari beberapa aspek, meliputi :

1. Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :

a. diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan

keinginan

bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer;

b. adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai

semangat konformitas yang tinggi;

c. adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasipengaruh

orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua;

d. dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-

kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku

sehari0hari oleh para pendukungnya (orang dewasa);

e. mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang

dipandang tepat dengan tipe idolanya;

f. mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai

dipertanyakan secara kritis dan spektis;

Page 3: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

g. penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin

didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa

dari luar dirinya;

h. Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

2. Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi :

- lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,

perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-

kecenderungan;

- reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali

seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin

masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat;

- kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis,

ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam

taraf eksplorasi dan coba-coba; dan

d) merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis

identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang

akan membentuk kepribadiannya.6

Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja apabila

tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada perbuatan

yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan remaja (siswa).

Secara umum jika siswa tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan

kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang yang kita kenal dengan

kenakalan remaja.

1.2. Kenakalan Remaja

Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami

perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia.

Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan

6 Ibid., hlm. 133.

Page 4: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai,

tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok.7

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku

remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam

masyarakatnya. Kartini Kartono secara tegas dan jelas memberikan batasan

kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang. Perilaku anak-anak ini

menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma

social.8

Fuad Hasan dalam Sudarsono (1999) merumuskan definisi Delinquency

sebagai perilaku anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana

dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.

Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak

nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral

dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan

ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau

masyarakat.

Singgih D. Gunarso (1988 : 19) mengatakan dari segi hukum kenakalan

remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma

hukum yaitu :

1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai

pelanggaran hukum;

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian

sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan

perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah

dijelaskan dalam pemikiran Emine Durkheim (dalam Soerjono Soekanto,

7 Tjipto Subadi, Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan, Fairuz Media, Surakarta, 2009, hlm. 21.

8 Kartini Kartono, Patalogi Sosial dan Kenakalan Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

hlm.6-7.

Page 5: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

1985:73) Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas

tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam bukunya ” Ruler of

Sociological Method ” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal

karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku

dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam

masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat

pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang

dianggap normal yaitu perilaku yang nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja

meninggalkan keresahan pada masyarakat.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan yang dimaksud

dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-

norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila

dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana

perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

1.3. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja

kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka

keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang

menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor

tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin (3) kenakalan khusus seperti

penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.

Sedangkan menurut Sudarsono yang termasuk kenakalan siswa atau remaja

meliputi:

a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak

jujur;

b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;

c) mengganggu teman;

d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan

tidak hormat pada orang tua dan saudara;

Page 6: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu

merokok;

f) menonton pornografi; dan

g) corat-coret tembok sekolah9

1.4. Penyebab Kenakalan Remaja

Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan

masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri (Sudarsono:125-131).

Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain :

a. Keadaan Keluarga

Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan

remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah

anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home terutama

perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan

anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga

keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal.

Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba kenakalan remaja

juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan

oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 ) sebagai berikut, ”Parent cronic

deliquent often failed to reinforce good behavior in early childhood and were

harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior.” Pendapat senada

dikemukakan Mustafit Amna (2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga

penyebab kenakalan anak adalah perhatian dan penghayatan dan pengamalan

orang tua atau keluarga terhadap agama. Nelson, Rutter, dan Giller dalam Easler

dan Medway (2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from

socialization processes at home or in peer group.”

9 Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 13.

Page 7: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

b. Keberadaan Pendidikan Formal

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang

kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan

disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya

kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi

perkembangan jiwa anak kerapkali memberikan pengaruh kepada siswa untuk

berbuat nakal, sering disebut kenakalan remaja.

Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja (siswa) dengan

sesamanya, juga interaksi antara siswa dengan pendidik, interaksi yang mereka

lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif. Seperti

pendapat Sri Jayantini (2004:3) yang mengatakan sifat anak yang selalu ingin

mengungguli temannya dengan cara menekan atau mengancam bila dibiarkan

saja, memberikan peluang bagi anak untuk menyelesaikan setiap masalah

dengan cara kekerasan.

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik, baik

dari kebiasaan anak yang negatif maupun dari faktor keluarga anak (siswa).

Dengan keadaan ini akan mudah menimbulkan konflik-konflik psikologis yang

dapat menyebabakan anak menjadi nakal. Pengaruh negatif sekolah juga dapat

datang dari yang langsung menangani proses pendidikan antara lain : kesulitan

ekonomi yang dialami pendidik, pendidik sering tidak masuk, pribadi pendidik

yang tidak sesuai dengan jiwa pendidik.

c. Keadaan Masyarakat

Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu mendapat

pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa

perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang sering

menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran,

masmedia, dan fasilitas rekreasi.

Pada dasarnya kondisi ekonomi memiliki hubungan erat dengan

timbulnya kejahatan. Adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya

besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi jiwa manusia

dalam hidupnya termasuk anak-anak remaja. Anak dari keluarga miskin ada yang

Page 8: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

memiliki perasaan rendah diri sehingga anak tersebut dapat melakukan

perbuatan melawan hukum terhadap orang lain. Seperti pencurian, penupian

dan penggelapan. Biasanya hasil yang diperoleh hanya untuk berfoya-foya.

Timbulnya pengangguran yang semakin meningkat di dalam masyarakat

terutama anak-anak remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan

timbilnya niat di kalangan remaja untuk berbuat kejahatan. Keadaan ini tentunya

dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga kadang jadi tidak

bersemangat untuk belajar.

Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti

pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan

pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena

bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik

(misal novel seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan film

yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif.

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Barak yang ditulis Grochowski (2002:340)

yang mengatakan, ”The perception of crime is the product of the Media

”Multiplied” by the ”Additive” effects of the political economy and cultur over

time.”

1.5. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain

mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua

hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung

jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya

tidak dengan paksaan maupun mengada-ada. Si remaja di beri pengertian yang

jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab

dalam rumah akan dapat mengurangi waktu ’ kluyuran ” tidak karuan dan

sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung

jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu

memecahkan masalah sehari-hari, mereka dididik mandiri.

Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si

remaja, mereka diarahkan agar dapat memilih sekolah yang diharapkan serta

mengembangkan bakat yang ada, untuk pemilihan study lanjut tidak semata-

mata karena keinginan orang tua dan pilihan orang tua. Pemaksaan ini justru

Page 9: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

akan berakhir dengan kekecewaan, sebab meski ada sebagian anak yang berhasil

mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi tidak sedikit yang frustasi dan akhirnya

tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama kawan-

kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian

menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan iseng

sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga untuk

menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari

orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering

menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang

sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri,

merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.

Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang

berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan

dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan

pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan

terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja

adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas

sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada

satu kelompok kegiatan bela diri.

Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang

sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara

pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat

pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar

meraka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka

berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang

tua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap

dijaga agar mereka tidak salah jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan

sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang

tua dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan

bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian

sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya.

Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan

Page 10: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak Orang tua hendaknya selalu

menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga

anak tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.

Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak berlaku

otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah komunikasi

terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta penanaman nilai agama

diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku mencari perhatian dan

kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan terjerumus pada kenakalan

remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah masuk dalam penggunaan obat-

obat terlarang serta narkoba.

Page 11: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

KESIMPULAN

1. Kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-

norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu

bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana

perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Bentuk-bentuk kenakalan remaja diantaranya suka berkelahi, suka

keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, mengendarai

sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin,

penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan.

3. Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain

keadaan keluarga yang tidak normal, keberadaan pendidikan formal seperti

perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang

tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu

ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, dan pengaruh dari lingkungan

masyarakat.

4. Cara mengatasi kenakalan remaja diantaranya yaitu mengarahkan untuk

mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga

memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab

rumah tangga kepada si remaja, Orang tua hendaknya membantu

memberikan pengarahan masa depan si remaja, orang tua hendaknya

memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng

negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun

lingkungannya.

Page 12: KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Gunarso Singgih D. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulya.

Kartini Kartono. 1988. Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali.

Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Papalia, D.E., Olda, S.W., & Feldman, R.D. 2001. Human Development. New York :

McGraw – Hill Companies.

Soerjono Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta : Rajawali.

Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja : Jakarta : Rineka Cipta.

Tjipto Subadi. 2009. Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan. Surakarta : Fairuz Media.

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/cara-guru-mengajar.html

Y.M. Uttamo Thera. 2007. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja. 10 Nov

2010, http://www.123people.Com/s/kenakalan+remaja.