Kementerian Pariwisata dan Ekonomi...

199

Transcript of Kementerian Pariwisata dan Ekonomi...

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

KATA PENGANTAR

LAK — KEMENPAREKRAF 2012

i

i

Kata Pengantar

engan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penjelasan mengenai keberhasilan dan/atau kegagalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pencapaian tujuan dan sasaran selama

Tahun Anggaran 2012, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 – 2014.

Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor pembangunan yang saling terkait dan merupakan kombinasi sektor yang saling menguatkan satu sama lain. Pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan inisiatif baru pada bidang pembangunan ekonomi.

Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain, ditunjukkan oleh kontribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan memperkenalkan produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional.

Pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan peningkatan jumlah wisman dan peningkatan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2012 sebanyak 8,04 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2011 sebanyak 7,64 juta kunjungan wisman. Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81 atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,39% apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2011 sebesar US$ 1.118,26. Peningkatan jumlah wisman dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan akan meningkatkan devisa yang akan diperoleh oleh negara, yaitu total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2012 sebesar US$ 9.120,85 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,62% apabila dibandingkan dengan total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2011 sebesar US$ 8.554,39 juta. Pada tahun

D

LAK — KEMENPAREKRAF 2012

ii

ii

2012 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3,48% dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700 ribu rupiah.

Pembangunan ekonomi kreatif difokuskan pada beberapa subsektor yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1) ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah seni dan budaya; dan (2) ekonomi kreatif berbasis desain, media, dan iptek., yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah desain, media, dan iptek . Selain itu sektor kuliner juga menjadi sektor utama untuk dikembangkan yang saat ini dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event.

Keberhasilan yang telah dicapai ini bukan hanya milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tetapi keberhasilan kita semua. Pada kesempatan ini, ijinkan kami menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membangun dan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif.

Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja.

Jakarta, Maret 2013

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

Sekretaris Jenderal

Drs. Ukus Kuswara, M.M.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

DAFTAR ISI

LAK — KEMENPAREKRAF 2012

iii

iii

Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 12

A. LATAR BELAKANG ………………………………………….. 12

B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ....………………………………………. 15

C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR …………………………………………….. 15

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA …………… 17

A. RENCANA STRATEGIS ……………………………………... 17

B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA …………………….. 25

C. ANGGARAN 2012.............…………………………………… 31

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………. 34

A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA 2012……………………….. 34

B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA 2012 ..………………. 41

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 179 LAMPIRAN

DAFTAR ISI

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

IKHTISAR EKSEKUTIF

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 1

Ikhtisar Eksekutif

Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis 2010 – 2014, maka Laporan

Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 ini

merupakan Laporan Akuntabilitas Kinerja yang pertama yang menyajikan

perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja

(Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun 2012.

Bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas

Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk

menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku

kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/industri

kebudayaan dan pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan

dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini

memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja

Tahun 2012 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi

mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang akan dicapai selama 2 tahun

dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Rencana Kinerja (Performance Plan) 2012

dan Penetapan Kinerja 2012 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun

2012 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis 2012 – 2014 Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sementara itu, capaian kinerja (Performance

Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2012 yang

memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja

2012.

Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2012 menunjukkan bahwa

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memenuhi Sasaran Strategis yang

ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah

ditetapkan adalah sebagai berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 2

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB)

nasional

Kontribusi sektor

pariwisata terhadap

Produk Domestik Bruto

(PDB) nasional

(persentase)

4,15 3,90 93,98

2. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap kualitas dan

kuantitas tenaga kerja

nasional

1. Jumlah tenaga kerja

langsung, tidak

langsung, dan ikutan

sektor pariwisata (juta

orang)

8,03 9,77 122

2. Kontribusi sektor

pariwisata terhadap

penyerapan tenaga

kerja nasional

(persentase)

7,00 8,81 126

3. Produktivitas tenaga

kerja langsung, tidak

langsung, dan ikutan

sektor pariwisata (Rp

juta/TK/tahun)

12,66 34,60 273,3

3. Meningkatnya

investasi di sektor

pariwisata

Kontribusi investasi sektor

pariwisata terhadap total

investasi nasional

(Persentase)

4,43 3,97 89,6

4. Meningkatnya devisa

dan pengeluaran

wisatawan di

Indonesia

1. Jumlah penerimaan

devisa wisatawan

mancanegara (US$

miliar)

8,96 9,12 101,7

2. Jumlah pengeluaran

wisatawan nusantara

(Rp triliun)

171,50 171,50 100

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 3

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

3. Jumlah pengeluaran

per wisatawan

mancanegara per

kunjungan (US$)

1.101 1.133,81 103,07

4. Jumlah pengeluaran

per wisatawan

nusantara per

kunjungan (Rp ribu)

700 700 100

5. Meningkatnya

kuantitas wisatawan

mancanegara ke

Indonesia dan

wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8 8,04 101,5

2. Jumlah perjalanan

wisatawan nusantara

(Juta perjalanan)

245 245 100

6. Meningkatnya citra

kepariwisataan

Indonesia

1. Daya saing

kepariwisataan

Indonesia (Nilai)

4,04 4,03 99,7

2. Jumlah lokasi Kawasan

Strategis Nasional

(KSPN) yang difasilitasi

untuk meningkatkan

kualitas tata kelola

destinasi (Destination

Management

Organization (DMO))

(Lokasi)

15 15 100

7. Terciptanya

diversifikasi destinasi

pariwisata

1. Jumlah lokasi daya

tarik di Destinasi

Pariwisata Nasional

(DPN) yang

dikembangkan

menjadi destinasi

pariwisata (Daerah)

29 29 100

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 4

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah desa yang

difasilitasi untuk

dikembangkan

sebagai desa wisata

(Desa)

978 978 100

3. Jumlah pola

perjalanan yang

dikembangkan (Pola)

13 17 130

8. Terciptanya

pemasaran pariwisata

yang efektif dan

efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))

63,5 53,35 115,98

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

13 13 100

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

474 496,29 104,70

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.848 2.390 129

5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)

Base Line

(x)

n/a n/a

9. Meningkatnya Produk

Domestik Bruto (PDB)

ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif

terhadap PDB nasional

(Persentase)

7,29

4,68

(EKMDI)

2,5

(EKSB)

6,908

3,468

(EKMDI)

3,44

(EKSB)

94,76

74,10

(EKMDI)

137,6

(EKSB)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 5

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

10. Meningkatnya

kualitas dan kuantitas

tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi

tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif

(Persentase)

8,25

5,41

(EKMDI)

2,81

(EKSB)

6,34

-

(EKMDI)

6,34

(EKSB)

76,85

-

(EKMDI)

225,62

(EKSB)

2. Pertumbuhan

produktivitas tenaga

kerja sektor ekonomi

kreatif (Persentase)

3,08

2

(EKMDI)

2,97

(EKSB)

2,6

1,18

(EKMDI)

1,42

(EKSB)

84,42

59

(EKMDI)

47,81

(EKSB)

11. Meningkatnya unit

usaha sektor ekonomi

kreatif

Kontribusi unit usaha di

sektor ekonomi kreatif

terhadap unit usaha

nasional (Persentase)

7,28

4,53

(EKMDI)

2,65

(EKSB)

9,81

2,29

(EKMDI)

7,52

(EKSB)

134,75

48,56

(EKMDI)

283,77

(EKSB)

12. Meningkatnya

konsumsi produk dan

jasa kreatif lokal oleh

masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

peningkatan akses

pasar (Orang)

1.193

77

(EKMDI)

1.116

(EKSB)

2.13

51

(EKMDI)

1.962

(EKSB)

168,73

66,23

(EKMDI)

175,81

(EKSB)

2. Pertumbuhan

konsumsi karya kreatif

lokal di dalam negeri

(Persentase)

9,26

9

(EKMDI)

7,65

(EKSB)

7,65

.......

(EKMDI)

7,65

(EKSB)

82,61

......

(EKMDI)

100

(EKSB)

13. Meningkatnya

pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

Tingkat pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

(Persentase)

Base Line

(x)

- -

14. Terciptanya ruang

publik bagi

masyarakat

Jumlah pengembangan

zona kreatif di Indonesia

(Zona)

3 4 133,33

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 6

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

15. Meningkatnya

kualitas dan kuantitas

lulusan pendidikan

tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan

tinggi kepariwisataan yang

terserap di pasar kerja

(Orang)

1.383 1.216 87,9

16. Meningkatnya

profesionalisme

pelaku sektor

pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah standar

kompetensi sektor

pariwisata dan

ekonomi kreatif

(Naskah SKKNI)

10 6

60

2. Jumlah tenaga kerja

pariwisata dan

ekonomi kreatif yang

disertifikasi (Orang)

15.000 21.500 143,3

17. Meningkatnya

kualitas penelitian

dan kajian bidang

pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan

pengembangan yang

dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan

di sektor pariwisata

(Kajian)

10 9 90

2. Jumlah penelitian dan

pengembangan yang

dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan

di sektor ekonomi

kreatif (Kajian)

10 5 50

18. Meningkatnya

kualitas konten dan

jejaring pelaku di

sektor ekonomi

kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

peningkatan

kemampuan kreasi

dan produksi (orang)

3.918

2.934

(EKSB)

984

(EKMDI)

2.703

2.230

(EKSB)

473

(EKMDI)

68,99

76,01

(EKSB)

48,07

(EKMDI)

2. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

penguatan jejaring

(orang)

2.594

2.278

(EKSB)

316

(EKMDI)

3.634

2.398

(EKSB)

1.236

(EKMDI)

140,09

105,27

(EKSB)

391,14

(EKMDI)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 7

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

19. Meningkatnya

kualitas pengelolaan

keuangan

Opini keuangan

Kemenparekraf

(Peringkat)

WTP Masih

dalam

proses

pemeriksa

an BPK

-

20. Meningkatnya

kualitas pelaksanaan

Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP

Kemenparekraf (Predikat)

B B 100

21. Terselenggaranya

Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance

(QA) Reformasi Birokrasi

(Nilai)

40 48 120

22. Meningkatnya

kualitas Sumber Daya

Manusia

Kemenparekraf

1. Jumlah SDM

Kemenparekraf yang

difasilitasi untuk

meneruskan

pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi

(Orang)

9 9 100

2. Jumlah SDM

Kemenparekraf yang

difasililtasi untuk

mengikuti diklat

manajemen dan

teknis (Orang)

636 604 94,96

23. Meningkatnya

kuantitas Sumber

Daya Manusia

Kemenparekraf

Jumlah penambahan SDM

Kemenparekraf yang akan

mengembangkan

pariwisata dan ekonomi

kreatif (orang)

134 130 97,01

Jumlah Anggaran Tahun 2012 ....................... Rp. 2.729.524.002.000,-

Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2012 ....... Rp. 2.228.428.536.652,-

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 8

Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran

Strategis. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (Lima)

program dengan anggaran biaya Rp 2.729.524.002.000,00,-. Secara keseluruhan

dapat diinformasikan bahwa, hasil capaian kinerja Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata selama tahun 2012 telah memenuhi 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran

Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan

tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu

Mengembangkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat diwujudkan.

Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber

daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang

ditetapkan dalam Renstra 2012 – 2014 dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012,

serta pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata dan

ekonomi kreatif menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.

Sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2012 kami

merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang

akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan

Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada

dalam lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, instansi

pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan

dibidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi

dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan

tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini

secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian

kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan.

Melakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari

indikator kinerja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan Tujuan yang telah

ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 –

2014. Perencanaan kinerja tahun 2012 merupakan perencanaan tahunan yang

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 9

pertama dari rentang waktu periode Renstra 2012 - 2014, yang nantinya dalam

laporan akuntabilitas kinerja tahun 2012 akan diinformasikan persentase pencapaian

Tujuan organisasi tersebut.

A. Capaian RPJMN 2012 – 2014

Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012

merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014

merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN 2010 –

2014 memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas

Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L.

Seperti diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Kementerian

Pariwisata perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN 2010 –

2014 sampai dengan Tahun 2012.

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya

jumlah desa wisata

melalui PNMPN

bidang pariwista

Jumlah desa wisata 978 978 100

2. Meningkatnya

jumlah wisatawan

mancanegara dan

wisatawan

nusantara sebesar

20% secara

bertahap dalam 5

tahun

1. Jumlah

wisatawan

mancanegara

8 juta orang 8,04 juta

orang

100,5

2. Jumlah

pergerakan

wisatawan

nusantara

245.000.000 245.000.000 100

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 10

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

3. Terlaksananya

promosi 10 tujuan

pariwisata

Indonesia melalui

saluran pemasaran

dan pengiklanan

yang kreatif dan

efektif

1. Partisipasi pada

bursa pariwisata

internasional,

pelaksanaan misi

penjualan (sales

mission), dan

pendukungan

penyelenggaraan

festival

76 event 126 event 165,79

2. Penyelenggaraan

perwakilan

promosi

pariwisata

Indonensia

(Indonesia

Tourism

Promotion

Representative

Officers) di luar

negeri

13 kota 13 kota 100

3. Penyelenggaraan

promosi langsung

(direct

promotion), dan

penyelenggaraan

event pariwisata

berskala nasional

dan internasional

67 event 67 event 100

4. Meningkatnya

kualitas jaringan

prasarana dan

sarana pendukung

pariwisata

Jumlah dukungan

fasilitas pariwisata

29 lokasi 29 lokasi 100

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 11

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

5. Meningkatnya

kapasistas

pemerintah dan

pemangku

kepentingan

pariwista lokal

untuk mencapai

tingkat mutu

pelayanan dan

hospitality

management yang

kompetitif di

kawasan Asia

1. Jumlah tenaga

kerja yang

memiliki

sertifikasi tenaga

kerja bidang

pariwisata

15.000

Orang

21.500

Orang

143,3

2. Jumlah sumber

daya yang dilatih

di bidang

kebudayaan dan

kepariwisataan

1.175

Orang

1.045

Orang

88,9

3. Jumlah lulusan

pendidikan

pariwisata di 4

UPT pendidikan

tinggi pariwisata

1.383

Orang

1.216

Orang

87,9

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB I PENDAHULUAN

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 12

A. Latar Belakang

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk

pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92

Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24

Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta

Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai

arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif,

serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, dan Instruksi

Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk mewujudkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan

kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus,

yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata

olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan

mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner

dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi,

insentif, pameran dan even.

Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektor

baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian.

Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di

tingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait.

Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian oleh

pemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilai

strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan

iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 13

sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan

dampak sosial yang positif.

Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehingga

koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus

didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan

berkeadilan.

Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar

domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus

pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1)

pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif;

(3) peningkatan peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4)

peningkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang

terkait dengan ekonomi kreatif.

Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari

peran serta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi

kreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepat

pengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama

dengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematangan

atau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akan

dikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah.

Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif,

Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator,

advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan

sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan

aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan.

Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi

perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di

tahun 2011 sebesar Rp. 296,97 triliun, 4,00% dari PDB nasional. Penciptaan

PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara,

anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan

investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 14

Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan

wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaan akomodasi; (7)

Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensidan pameran; (9) Jasa informasi

pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata

tirta; dan (13) Spa. Di tahun yang sama ekonomi kreatif menciptakan nilai

tambah sebesar Rp. 524,91 triliun, 7,06% dari PDB nasional, melalui 14

subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan

Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang

Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan

Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi

kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi

tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam

menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2011, dampak kepariwisataan terhadap

penyerapan tenaga kerja sebesar 8,53 juta orang, 7,75% dari tenaga kerja

nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 11,66 juta tenaga kerja,

10,63% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada

kedua sektor.

Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta

devisa yang tinggi. Tahun 2012 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar

US$ 9,12 miliar, meningkat dari US$ 8,55 miliar di tahun 2011. Peningkatan

penerimaan devisa di tahun 2012 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah

wisatawan mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta di

tahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari

US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di tahun 2012. Dengan kata

lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan

kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi menyumbang ekspor yang jauh lebih

tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi

net trade, mencapai 6,91% dari total nasional, atau senilai Rp 115 triliun di tahun

2012 (Sumber BPS: angka sangat-sangat sementara).

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 15

B. Gambaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kelembagaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

PM.07/HK.001/ MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang

barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai

tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan

pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif memiliki tugas sebagai berikut:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan

ekonomi kreatif;

2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif;

4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah;

5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 12 orang Eselon 1

yang terdiri atas Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, 4 orang

Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, serta 4 orang Staf Ahli Menteri.

C. Peran dan Fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Dalam Pembangunan Lintas Sektor

Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya,

meliputi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah,

swasta, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada kelembagaan

kepariwisataan adalah koordinasi yang lemah antara antar pemerintah pusat

mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan kebijakan yang tidak sinkron

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 16

dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatan kedatangan wisman pasar Eropa

tidak diikuti dengan kebijakan imigrasi untuk memudahkan perolehan visa

Indonesia oleh warga negara Eropa.

Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangka

mengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkan

investasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral,

pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalam

pembangunan infrastruktur kepariwisataan.

Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan

kegiatan kepariwisataan, berupa pendukungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif kepada instansi terkait terutama di bidang (a) pelayanan

kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c)

prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan

kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang

promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan

pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.

Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan

oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh instansi

terkait diantaranya untuk rencana aksi: 1) Peningkatan Integrasi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan

Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara

Koperasi dan UKM, Pemda; 2) Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar

negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian,

Kemenlu, Kemendag, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian

Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat

Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda).

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB II PERENCANAAN DANPERJANJIAN KINERJA

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 17

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIN KINERJA

A. Rencana Strategis

Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di atur

melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.

Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012 – 2014 di

dalamnya termuat 11 (sebelas) arah kebijakan yaitu:

1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah;

2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat;

3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata;

4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata;

5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif;

6. Penguatan industri kreatif;

7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif;

8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagi industri kreatif;

9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif;

10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

11. Penguatan Reformasi Birokrasi.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012

merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014 sebagai berikut:

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN

KINERJA

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 18

Visi

Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan

Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.

Misi

1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan

berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah;

2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah,

mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong

pembangunan daerah;

3. Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara

berkualitas;

4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.

Tujuan

1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia;

2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia;

3. Peningkatan kontribusi ekonomi dari industri kreatif;

4. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif;

5. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi

kreatif;

6. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;

7. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf;

8. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf.

Sasaran

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

nasional;

2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga

kerja nasional;

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata;

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia;

5. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus;

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia;

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 19

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata;

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien;

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif;

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif;

11. Meningkatnya unit usaha di sektor ekonomi kreatif;

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat

Indonesia;

13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif;

14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat;

15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata;

16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;

17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan kebijakan di

sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;

18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku ekonomi kreatif;

19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;

20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP);

21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi;

22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf;

23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf.

Penetapan tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada

umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi

yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan

perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.

Sasaran strategis adalah penjabaran dari Tujuan secara terukur, yaitu

sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan Sasaran dirumuskan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 20

lebih spresifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun

waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran,

yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk

diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing.

Sasaran strategis, indikator, dan program Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu tahun 2012 – 2014 dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini:

No. Sasaran Indikator Program

1. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB)

nasional

Kontribusi sektor pariwisata

terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) nasional

(persentase)

Program Pengembangan

Pemasaran Pariwisata

2. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap kualitas dan

kuantitas tenaga kerja

nasional

1. Jumlah tenaga kerja

langsung, tidak langsung,

dan ikutan sektor pariwisata

(juta orang)

Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata

2. Kontribusi sektor pariwisata

terhadap penyerapan

tenaga kerja nasional

(persentase)

3. Produktivitas tenaga kerja

langsung, tidak langsung,

dan ikutan sektor pariwisata

(Rp juta/TK/tahun)

3. Meningkatnya investasi

di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor

pariwisata terhadap total

investasi nasional (Persentase)

4. Meningkatnya devisa

dan pengeluaran

wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa

wisatawan mancanegara

(US$ miliar)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 21

No. Sasaran Indikator Program

2. Jumlah pengeluaran

wisatawan nusantara (Rp

triliun)

Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata

3. Jumlah pengeluaran per

wisatawan mancanegara

per kunjungan (US$)

4. Jumlah pengeluaran per

wisatawan nusantara per

kunjungan (Rp ribu)

5. Meningkatnya kuantitas

wisatawan

mancanegara ke

Indonesia dan

wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

Program Pengembangan

Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah perjalanan

wisatawan nusantara (Juta

perjalanan)

6. Meningkatnya citra

kepariwisataan

Indonesia

1. Daya saing kepariwisataan

Indonesia (Nilai)

Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata

2. Jumlah lokasi Kawasan

Strategis Nasional (KSPN)

yang difasilitasi untuk

meningkatkan kualitas tata

kelola destinasi (Destinasi

Management Organization

(DMO)) (Lokasi)

7. Terciptanya diversifikasi

destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di

Destinasi Pariwisata

Nasional (DPN) yang

dikembangkan menjadi

destinasi pariwisata

(Daerah)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 22

No. Sasaran Indikator Program

2. Jumlah desa yang

difasilitasi untuk

dikembangkan sebagai desa

wisata (Desa)

Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata

3. Jumlah pola perjalanan

yang dikembangkan (Pola)

8. Terciptanya pemasaran

pariwisata yang efektif

dan efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)

Program Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)

9. Meningkatnya Produk

Domestik Bruto (PDB)

ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif

terhadap PDB nasional

(Persentase)

Program Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

10. Meningkatnya kualitas

dan kuantitas tenaga

kerja sektor ekonomi

kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga

kerja sektor ekonomi kreatif

(Persentase)

2. Pertumbuhan produktivitas

tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif

(Persentase)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 23

No. Sasaran Indikator Program

11. Meningkatnya unit

usaha sektor ekonomi

kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor

ekonomi kreatif terhadap unit

usaha nasional (Persentase)

Program Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

12. Meningkatnya konsumsi

produk dan jasa kreatif

lokal oleh masyarakat

Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang

mengalami peningkatan

akses pasar (Orang)

Program Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

2. Pertumbuhan konsumsi

karya kreatif lokal di dalam

negeri (Persentase)

13 Meningkatnya

pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

Tingkat pemahaman

masyarakat terhadap ekonomi

kreatif (Persentase)

Program Pengembangan

Ekonomi Kreatif Berbasis

Seni dan Budaya

14. Terciptanya ruang

publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona

kreatif di Indonesia (Zona)

15. Meningkatnya kualitas

dan kuantitas lulusan

pendidikan tinggi

pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan

tinggi kepariwisataan yang

terserap di pasar kerja (Orang)

Program Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

16. Meningkatnya

profesionalisme pelaku

sektor pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi

sektor pariwisata dan

ekonomi kreatif (Naskah

SKKNI)

2. Jumlah tenaga kerja

pariwisata dan ekonomi

kreatif yang disertifikasi

(Orang)

17. Meningkatnya kualitas

penelitian dan kajian

bidang pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan

pengembangan yang

dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan di

sektor pariwisata (Kajian)

Program Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 24

No. Sasaran Indikator Program

2. Jumlah penelitian dan

pengembangan yang

dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan di

sektor ekonomi kreatif

(Kajian)

Program Pengembangan

Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

18. Meningkatnya kualitas

konten dan jejaring

pelaku di sektor

ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang

mengalami peningkatan

kemampuan kreasi dan

produksi (orang)

Program Pengembangan

Ekonomi Kreatif Berbasis

Seni dan Budaya, dan

Program Pengembangan

Ekonomi Kreatif Berbasis

Media, Desain dan IptekI 2. Jumlah pelaku kreatif yang

mengalami penguatan

jejaring (orang)

19. Meningkatnya kualitas

pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf

(Peringkat)

Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Lainnya

Kemenparekraf 20. Meningkatnya kualitas

pelaksanaan Sistem

Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

(SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf

(Predikat)

21. Terselenggaranya

Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA)

Reformasi Birokrasi (Nilai)

22. Meningkatnya kualitas

Sumber Daya Manusia

Kemenparekraf

1. Jumlah SDM Kemenparekraf

yang difasilitasi untuk

meneruskan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi

(Orang)

Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Lainnya

Kemenparekraf

2. Jumlah SDM Kemenparekraf

yang difasililtasi untuk

mengikuti diklat

manajemen dan teknis

(Orang)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 25

No. Sasaran Indikator Program

23. Meningkatnya kuantitas

Sumber Daya Manusia

Kemenparekraf

Jumlah penambahan SDM

Kemenparekraf yang akan

mengembangkan pariwisata

dan ekonomi kreatif (orang)

Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Lainnya

Kemenparekraf

B. Penetapan/Perjanjian Kinerja

Tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara terencana dan berkesinambungan

melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya

adalah Perencanaan Kinerja 2012 yang merupakan proses perencanaan kinerja

yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance

Plan).

Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda

penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2012 ditetapkan maka

disusunlah Penetapan Kinerja 2012 yang merupakan tekad dan janji rencana

kinerja tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima

amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan

sumber daya yang ada.

Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2012, antara lain:

1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang

diterima dan terus meningkatkan kinerjanya.

3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah.

4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di

lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 26

5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan

sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian

penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment).

Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan

dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus

perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Dengan telah

ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai indikator keberhasilan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka IKU harus terdapat dalam

perencanaan kinerja.

Sasaran strategis tahun 2012, indikator kinerja dan target kinerja disajikan

pada tabel berikut:

No. Sasaran Indikator Target Program

1. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB)

nasional

Kontribusi sektor pariwisata

terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) nasional

(persentase)

4,15 Program

Pengembangan

Pemasaran

Pariwisata

2. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap kualitas dan

kuantitas tenaga kerja

nasional

1. Jumlah tenaga kerja

langsung, tidak langsung,

dan ikutan sektor

pariwisata (juta orang)

8,03 Program

Pengembangan

Destinasi

Pariwisata

2. Kontribusi sektor

pariwisata terhadap

penyerapan tenaga kerja

nasional (persentase)

7,00

3. Produktivitas tenaga

kerja langsung, tidak

langsung, dan ikutan

sektor pariwisata (Rp

juta/TK/tahun)

12,66

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 27

No. Sasaran Indikator Target Program

3. Meningkatnya investasi

di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor

pariwisata terhadap total

investasi nasional

(Persentase)

4,43 Program

Pengembangan

Destinasi

Pariwisata

4. Meningkatnya devisa

dan pengeluaran

wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan

devisa wisatawan

mancanegara (US$

miliar)

8,96

2. Jumlah pengeluaran

wisatawan nusantara (Rp

triliun)

171,5

3. Jumlah pengeluaran per

wisatawan mancanegara

per kunjungan (US$)

1.100

4. Jumlah pengeluaran per

wisatawan nusantara per

kunjungan (Rp ribu)

700

5. Meningkatnya kuantitas

wisatawan

mancanegara ke

Indonesia dan

wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah perjalanan

wisnus (Juta perjalanan)

245

6. Meningkatnya citra

kepariwisataan

Indonesia

1. Daya saing

kepariwisataan

Indonesia (Nilai)

4,04 Program

Pengembangan

Destinasi

Pariwisata

2. Jumlah lokasi Kawasan

Strategis Nasional (KSPN)

yang difasilitasi untuk

meningkatkan kualitas

tata kelola destinasi

(Destinasi Management

Organization (DMO))

(Lokasi)

15

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 28

No. Sasaran Indikator Target Program

7. Terciptanya diversifikasi

destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik

di Destinasi Pariwisata

Nasional (DPN) yang

dikembangkan menjadi

destinasi pariwisata

(Daerah)

29 Program

Pengembangan

Destinasi

Pariwisata

2. Jumlah desa yang

difasilitasi untuk

dikembangkan sebagai

desa wisata (Desa)

978

3. Jumlah pola perjalanan

yang dikembangkan

(Pola)

13

8. Terciptanya pemasaran

pariwisata yang efektif

dan efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasara utama asal wisatawam mancanegara ke Indonesia (persentase)

63,5 Program Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

13

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

474

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.848

5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)

Base Line

(x)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 29

No. Sasaran Indikator Target Program

9. Meningkatnya Produk

Domestik Bruto (PDB)

ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif

terhadap PDB nasional

(Persentase)

7,29 Program

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan

Budaya; dan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Media,

Desain dan Iptek

10. Meningkatnya kualitas

dan kuantitas tenaga

kerja sektor ekonomi

kreatif

1. Tingkat partisipasi

tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif

(Persentase)

8,25

2. Pertumbuhan

produktivitas tenaga

kerja sektor ekonomi

kreatif (Persentase)

3,08

11. Meningkatnya unit

usaha sektor ekonomi

kreatif

Kontribusi unit usaha di

sektor ekonomi kreatif

terhadap unit usaha nasional

(Persentase)

7,28

12. Meningkatnya konsumsi

produk dan jasa kreatif

lokal oleh masyarakat

Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

peningkatan akses pasar

(Orang)

1.193 Program

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan

Budaya; dan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Media,

Desain dan Iptek

2. Pertumbuhan konsumsi

karya kreatif lokal di

dalam negeri

(Persentase)

9,26

13 Meningkatnya

pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

Tingkat pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif (Persentase)

Base Line

(x)

Program

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan

Budaya

14. Terciptanya ruang

publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona

kreatif di Indonesia (Zona)

3

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 30

No. Sasaran Indikator Target Program

15. Meningkatnya kualitas

dan kuantitas lulusan

pendidikan tinggi

pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan

tinggi kepariwisataan yang

terserap di pasar kerja

(Orang)

1.383 Program

Pengembangan

Sumber Daya

Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

16. Meningkatnya

profesionalisme pelaku

sektor pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah standar

kompetensi sektor

pariwisata dan ekonomi

kreatif (Naskah SKKNI)

10

2. Jumlah tenaga kerja

pariwisata dan ekonomi

kreatif yang disertifikasi

(Orang)

15.000

17. Meningkatnya kualitas

penelitian dan kajian

bidang pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan

pengembangan yang

dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan di

sektor pariwisata

(Kajian)

10 Program

Pengembangan

Sumber Daya

Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

2. Jumlah penelitian dan

pengembangan yang

dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan di

sektor ekonomi kreatif

(Kajian)

10

18. Meningkatnya kualitas

konten dan jejaring

pelaku di sektor

ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

peningkatan

kemampuan kreasi dan

produksi (orang)

3.918 Program

Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Seni dan

Budaya; dan

Ekonomi Kreatif

Berbasis Media,

Desain dan Iptek

2. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

penguatan jejaring

(orang)

2.594

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 31

No. Sasaran Indikator Target Program

19. Meningkatnya kualitas

pengelolaan keuangan

Opini keuangan

Kemenparekraf (Peringkat)

WTP Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas

Lainnya

Kemenparekraf

20. Meningkatnya kualitas

pelaksanaan Sistem

Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

(SAKIP)

Predikat SAKIP

Kemenparekraf (Predikat)

B

21. Terselenggaranya

Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA)

Reformasi Birokrasi (Nilai)

40

22. Meningkatnya kualitas

Sumber Daya Manusia

Kemenparekraf

1. Jumlah SDM

Kemenparekraf yang

difasilitasi untuk

meneruskan pendidikan

ke jenjang yang lebih

tinggi (Orang)

9 Program Dukungan

Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas

Lainnya

Kemenparekraf

2. Jumlah SDM

Kemenparekraf yang

difasililtasi untuk

mengikuti diklat

manajemen dan teknis

(Orang)

636

23. Meningkatnya kuantitas

Sumber Daya Manusia

Kemenparekraf

Jumlah penambahan SDM

Kemenparekraf yang akan

mengembangkan pariwisata

dan ekonomi kreatif (orang)

134

C. Anggaran 2012

Proses alokasi anggaran Tahun 2012 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif dari awal sampai dengan akhir, adalah sebagai berikut :

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 32

NO. URAIAN PAGU (Rp.)

DASAR

1. Pagu Indikatif Rp 2.158.224.200.000,- Keputusan Menteri Keuangan No. 215/KMK.02/2011 Tgl. 30 Juni 2011

2. Pagu Definitif Rp 2.189.797.179.000,- Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-01/MK.02/2011 Tgl. 1 November 2011

3. Pemotongan Anggaran (-) Rp 83.120.796.000,-

Rp 2.106.676.383.000,- Surat Menteri Keuangan No. S-163/MK.02/2012 Tgl. 7 Maret 2012

4. Reward (+) Rp 2.847.619.000,-

Rp 2.109.524.002.000,- Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK.02/2012 Tgl. 30 Maret 2012

6. APBN-P (+) Rp 620.000.000.000,-

Rp 2.729.524.002.000,- Surat Menteri Keuangan No. S-381/MK.02/2012 Tgl. 28 Mei 2012

Dan alokasi anggaran sebesar Rp 2.729.524.002.000,- tersebut terbagi dalam

4 (empat) jenis belanja, sebagai berikut :

1. Belanja Pegawai : Rp 330.512.691.000,-

2. Belanja Barang : Rp 2.109.659.648.000,-

3. Belanja Modal : Rp 203.511.135.000,-

4. Belanja Bansos : Rp 85.020.000.000,-

Permasalahan

Penyebab utama rendahnya penyerapan anggaran tahun 2012:

1. Tahun Anggaran baru dimulai sudah dilakukan kebijakan nasional untuk

penghematan 10% atas pagu anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

2. Penyesuaian terhadap perubahan organisasi dari Kemenbudpar menjadi

Kemenparekraf, yang membutuhkan penyesuaian/revisi program kegiatan

dan alokasi anggaran;

3. Adanya blokir/tanda bintang pada sejumlah alokasi anggaran/kegiatan pusat

maupun SKPD (daerah) yang membutuhkan waktu untuk proses pencairan

dan penyesuaiannya;

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 33

4. Lemahnya koordinasi dalam penetapan perangkat pengelola keuangan

khususnya SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kegiatan

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;

Faktor Teknis Internal:

1. Masalah revisi POK yang berulang hampir diseluruh unit kerja, sehingga

mempengaruhi jadwal kegiatan;

2. Adanya penyesuaian penetapan perangkat pengelola keuangan daerah;

3. Penerapan sistem perencanaan kas yang belum konsisten;

4. Terjadinya penumpukan SPM pada menjelang akhir tahun anggaran.

Faktor Teknis Eksternal:

1. Proses pencaian tanda bintang yang memakan waktu cukup lama;

2. Penggantian pejabat teknis KPPN dapat mempengaruhi proses pencairan

anggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga;

3. Revisi DIPA yang bisa memakan waktu 3-4 bulan penyelesaiannya;

4. Kekeliruan penulisan dalam DIPA masih terjadi;

5. Pagu APBNP untuk struktur organisasi baru di Ekonomi Kreatif, baru diterima

pada bulan Agustus dan September 2012.

Solusi Rekomendasi:

1. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing-masing otoritas KPA terhadap

jadwal pelaksanaan kegiatan yang ketat;

2. Masing-masing otoritas KPA menyusun jadwal kegiatan setiap bulan,

triwulan disesuaikan dengan rencana penarikan pendanaan;

3. Menghindari pembayaran untuk konsultan (Pihak Ketiga) yang

pembayarannya sekaligus pada menjelang akhir tahun anggaran (tidak

sesuai amanat Perpres No. 70 Tahun 2012).

4. Masing-masing otoritas KPA dan pengelola dibawahnya secepatnya

melakukan/menjaga cash flow melalui pencairan UP, TUP, sesuai

perencanaan kas pada bendahara.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 34

ab III Akuntabilitas Kinerja

A. Ikhtisar Capaian Kinerja 2012

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

PM.55/HK.001/MPEK/2012, tanggal 16 Juli 2012, tentang Indikator Kinerja Utama di

Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai acuan ukuran

kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun perencanaan dan penganggaran

kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja.

Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012, yang diukur dengan menggunakan

Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB)

nasional

Kontribusi sektor

pariwisata terhadap

Produk Doemestik Bruto

(PDB) nasional

(persentase)

4,15 3,90 93,98

2. Meningkatnya

kontribusi

kepariwisataan

terhadap kualitas dan

kuantitas tenaga kerja

nasional

1. Jumlah tenaga kerja

langsung, tidak

langsung, dan ikutan

sektor pariwisata

(juta orang)

8,03 9,77 122

2. Kontribusi sektor

pariwisata terhadap

penyerapan tenaga

kerja nasional

(persentase)

7,00 8,81 126

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 35

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

3. Produktivitas tenaga

kerja langsung, tidak

langsung, dan ikutan

sektor pariwisata

(Rp juta/TK/tahun)

12,66 34,60 273,3

3. Meningkatnya

investasi di sektor

pariwisata

Kontribusi investasi

sektor pariwisata

terhadap total investasi

nasional (Persentase)

4,43 3,97 89,6

4. Meningkatnya devisa

dan pengeluaran

wisatawan di

Indonesia

1. Jumlah penerimaan

devisa wisatawan

mancanegara (US$

miliar)

8,96 9,12 101,7

2. Jumlah pengeluaran

wisatawan

nusantara (Rp

triliun)

171,50 171,50 100

3. Jumlah pengeluaran

per wisatawan

mancanegara per

kunjungan (US$)

1.101 1.133,81 103,07

4. Jumlah pengeluaran

per wisatawan

nusantara per

kunjungan (Rp ribu)

700 700 100

5. Meningkatnya

kuantitas wisatawan

mancanegara ke

Indonesia dan

wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8 8,04 100,5

2. Jumlah perjalanan

wisatawan

nusantara (Juta

perjalanan)

245 245 100

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 36

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

6. Meningkatnya citra

kepariwisataan

Indonesia

1. Daya saing

kepariwisataan

Indonesia (Nilai)

4,04 4,03 99,7

2. Jumlah lokasi

Kawasan Strategis

Nasional (KSPN)

yang difasilitasi

untuk meningkatkan

kualitas tata kelola

destinasi(Destinati-

on Management

Organization

(DMO))(Lokasi)

15 15 100

7. Terciptanya

diversifikasi destinasi

pariwisata

1. Jumlah lokasi daya

tarik di Destinasi

Pariwisata Nasional

(DPN) yang

dikembangkan

menjadi destinasi

pariwisata (Daerah)

29 29 100

2. Jumlah desa yang

difasilitasi untuk

dikembangkan

sebagai desa wisata

(Desa)

978 978 100

3. Jumlah pola

perjalanan yang

dikembangkan

(Pola)

13

17 130

8. Terciptanya

pemasaran pariwisata

yang efektif dan

efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))

63,5 53,35 115,98

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 37

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

13 13 100

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

474 496,29 104,70

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.848 2.390 129

5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)

Base Line

(x)

n/a n/a

9. Meningkatnya Produk

Domestik Bruto (PDB)

ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi

kreatif terhadap PDB

nasional (Persentase)

7,29

4,68

(EKMDI)

2,5

(EKSB)

6,908

3,468

(EKMDI)

3,44

(EKSB)

94,76

74,10

(EKMDI)

137,6

(EKSB)

10. Meningkatnya

kualitas dan kuantitas

tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi

tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif

(Persentase)

8,25

5,41

(EKMDI)

2,81

(EKSB)

6,34

- *)

(EKMDI)

6,34

(EKSB)

76,85

- *)

(EKMDI)

225,62

(EKSB)

2. Pertumbuhan

produktivitas tenaga

kerja sektor

ekonomi kreatif

(Persentase)

3,08

2

(EKMDI)

2,97

(EKSB)

2,6

1,18

(EKMDI)

1,42

(EKSB)

84,42

59

(EKMDI)

47,81

(EKSB)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 38

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

11. Meningkatnya unit

usaha sektor ekonomi

kreatif

Kontribusi unit usaha di

sektor ekonomi kreatif

terhadap unit usaha

nasional (Persentase)

7,28

4,53

(EKMDI)

2,65

(EKSB)

9,81

2,29

(EKMDI)

7,52

(EKSB)

134,75

48,56

(EKMDI)

283,77

(EKSB)

12. Meningkatnya

konsumsi produk dan

jasa kreatif lokal oleh

masyarakat

Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami

peningkatan akses

pasar (Orang)

1.193

77

(EKMDI)

1.116

(EKSB)

2.13

51

(EKMDI)

1.962

(EKSB)

168,73

66,23

(EKMDI)

175,81

(EKSB)

2. Pertumbuhan

konsumsi karya

kreatif lokal di dalam

negeri (Persentase)

9,26

9

(EKMDI)

7,65

(EKSB)

7,65

.......

(EKMDI)

7,65

(EKSB)

82,61

......

(EKMDI)

100

(EKSB)

13 Meningkatnya

pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

Tingkat pemahaman

masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

(Persentase)

Base Line

(x)

- -

14. Terciptanya ruang

publik bagi

masyarakat

Jumlah pengembangan

zona kreatif di Indonesia

(Zona)

3 4 133,33

15. Meningkatnya

kualitas dan kuantitas

lulusan pendidikan

tinggi pariwisata

Jumlah lulusan

pendidikan tinggi

kepariwisataan yang

terserap di pasar kerja

(Orang)

1.383 1.216 87,9

16. Meningkatnya

profesionalisme

pelaku sektor

pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah standar

kompetensi sektor

pariwisata dan

ekonomi kreatif

(Naskah SKKNI)

10

6

60

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 39

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah tenaga kerja

pariwisata dan

ekonomi kreatif

yang disertifikasi

(Orang)

15.000 21.500 143,3

17. Meningkatnya

kualitas penelitian

dan kajian bidang

pariwisata dan

ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian

dan pengembangan

yang dimanfaatkan

dalam mendukung

kebijakan di sektor

pariwisata (Kajian)

10 9 90

2. Jumlah penelitian

dan pengembangan

yang dimanfaatkan

dalam mendukung

kebijakan di sektor

ekonomi kreatif

(Kajian)

10 5 50

18.

Meningkatnya

kualitas konten dan

jejaring pelaku di

sektor ekonomi

kreatif

1. Jumlah pelaku

kreatif yang

mengalami

peningkatan

kemampuan kreasi

dan produksi

(orang)

3.918

2.934

(EKSB)

984

(EKMDI)

2.703

2.230

(EKSB)

473

(EKMDI)

68,99

76,01

(EKSB)

48,07

(EKMDI)

2. Jumlah pelaku

kreatif yang

mengalami

penguatan jejaring

(orang)

2.594

2.278

(EKSB)

316

(EKMDI)

3.634

2.398

(EKSB)

1.236

(EKMDI)

140,09

105,27

(EKSB)

391,14

(EKMDI)

19. Meningkatnya

kualitas pengelolaan

keuangan

Opini keuangan

Kemenparekraf

(Peringkat)

WTP Masih dalam

proses

pemeriksaan

BPK

-

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 40

No. Sasaran Indikator

2012

Target Realisasi Capaian

(%)

20. Meningkatnya

kualitas pelaksanaan

Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP

Kemenparekraf

(Predikat)

B B 100

21. Terselenggaranya

Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance

(QA) Reformasi Birokrasi

(Nilai)

40 48 120

22. Meningkatnya

kualitas Sumber Daya

Manusia

Kemenparekraf

1. Jumlah SDM

Kemenparekraf

yang difasilitasi

untuk meneruskan

pendidikan ke

jenjang yang lebih

tinggi (Orang)

9 9 100

2. Jumlah SDM

Kemenparekraf

yang difasililtasi

untuk mengikuti

diklat manajemen

dan teknis (Orang)

636 604 94,96

23. Meningkatnya

kuantitas Sumber

Daya Manusia

Kemenparekraf

Jumlah penambahan

SDM Kemenparekraf

yang akan

mengembangkan

pariwisata dan ekonomi

kreatif (orang)

134 130 97,01

*) “Tingkat partisipasi tenaga kerja” tidak ada, yang ada “Tingkat partisipasi angkatan kerja”

Catatan: n/a not applicable (tidak dapat dibandingkan)

Jumlah Anggaran Tahun 2012 ..................... Rp. 2.729.524.002.000,-

Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2012 ...... Rp. 2.228.428.536.652,-

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 41

B. Capaian dan Analisis Kinerja 2012

Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2012,

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas

utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja

dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing

sasaran strategis yang telah ditetapkan.

1 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”, merupakan sasaran utama untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi kepariwisataan terhadap pemasukan yang

didapat oleh suatu negara khususnya Indonesia. Kegiatan pariwisata memiliki

dampak pada kenaikan PDB di berbagai sektor ekonomi baik yang terkait langsung

dengan pariwisata, seperti sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa

lainnya khususnya industri hiburan, maupun yang tidak terkait langsung seperti:

pertanian; listrik, gas dan air, konstruksi; perdagangan; industri; dan komunikasi.

a. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari

dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun

tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh

Puslitbang Kemenparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan

pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan

di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor

pariwisata.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusi

kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara total dampak

PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitas kepariwisataan

dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. PDB nasional merupakan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 42

nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi oleh Indonesia selama satu tahun,

sedangkan dampak PDB dari sektor kepariwisataan adalah persentase dari total

PDB dari seluruh aktivitas ekonomi yang terkait kepariwisataan secara langsung

dan tak langsung yang dihitung melalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi

sektor pariwisata dihitung sebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari

PDB nasional. Aktivitas kepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran

wisnus, investasi pariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi

pariwisata.

Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan

dukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi

PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan

seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan

rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

(persentase)

4,15 3,90 93,98

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”

mencapai 3,90%. Tidak tercapainya target dari sasaran “Kontribusi sektor pariwisata

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional” ini dikarenakan adanya isu-isu

keamanan di Indonesia serta kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan

stakeholders yang terkait dengan kepariwisataan. Selain itu pula dikarenakan oleh

adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di dunia.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 43

Rata-rata kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional pada periode

2010 – 2012 adalah sebesar 3,98%, dimana tahun 2012 diperkirakan total nilainya

sebesar 321,57 triliun rupiah atau tumbuh dari tahun 2011 sebesar 3,90% dengan

total nilai sebesar 296,97 triliun rupiah, sedangkan kontribusi kepariwisataan

terhadap PDB Nasional tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,10 poin dari

tahun 2011 sebesar 4%, yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan sektor lain

seperti telekomunikasi.

TABEL III.1

Perbandingan Pendapatan PDB 2010 - 2012

No Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) Pertumbuhan

(%)* 2010 2011 2012*

1 Pertanian 26.245,30 30.467,30 32.905,01 8,00

2 Pertambangan &

Penggalian 12.737,10 14.938,50 16.020,91 7,25

3 Industri 68.071,80 75.562,40 82.519,05 9,21

4 Listrik, gas dan air 1.599,70 1.757,20 1.903,83 8,34

5 Konstruksi 24.587,10 32.990,80 34.415,77 4,32

6 Perdagangan 15.647,70 18.192,00 19.646,69 8,00

7 Restoran 21.646,50 26.409,00 28.455,59 7,75

8 Hotel 22.776,70 24.320,40 26.160,20 7,56

9 Angkutan Darat 14.577,20 17.576,10 20.457,01 16,39

10 Angkutan Air 2.683,60 3.050,00 3.295,16 8,04

11 Angkutan Udara 12.493,70 14.771,90 15.529,54 5,13

12 Jasa Penunjang

Angkutan 5.544,00 5.696,20 6.137,86 7,75

13 Komunikasi 5.907,40 6.144,40 6.677,37 8,67

14 Jasa Lainnya 26.535,10 25.092,30 27.445,50 9,38

Total 261.052,80 296.968,50 321.569,49 8,28

PDB Nasional Harga

Berlaku 6.436.270,80 7.427.086,10 8.254.481,21 11,14

Persentase kontribusi 4,06% 4,00% 3,90%

Sumber: Neraca Satelit Pariwisata Nasional Ket:* Angka Estimasi

Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan

tenaga kerja sebanyak 8,37% terhadap kesempatan kerja nasional di tahun 2012

atau sekitar 9,28 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan.

Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 44

tidak langsung berada pada kisaran 3-4%. Berikut tabel dampak kepariwisataan

terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan:

GRAFIK III.1

Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat.

2. Kurangnya air seat capacity dan penerbangan langsung (direct flight) baik dari

penerbangan Internasional ke Indonesia maupun ke destinasi wisata yang ada di

daerah, serta kurang siapnya destinasi dalam hal aksesibilitas untuk lebih

meningkatkan tingkat kunjungannya.

3. Belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta

termasuk masyarakat (public and private partnership) .

4. Masih adanya isu – isu negatif mengenai kondisi kemananan dan lingkungan

yang terjadi di Indonesia.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Upaya – upaya kerjasama pemasaran atau co-marketing dengan pihak-pihak

berikut ini :

3.80

3.85

3.90

3.95

4.00

4.05

4.10

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

2010 2011 2012

Triliu

n rup

iah

Tahun

Wisman

Wisnus

Wisnas

Investasi

Promosi dan Pembinaan

Persentase

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 45

a. Maskapai penerbangan (airlines).

b. Bank/Lembaga Keuangan.

2. Upaya-upaya pemasaran yang terintegrasi dilakukan bersama-sama dengan

pihak swasta.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM terutama di bidang pariwisata.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 810.717.994.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 733.706.614.670,- atau

hanya sebesar 90,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar

93,49%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan

anggaran.

2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan

terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja

nasional

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap

kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional”, ditandai oleh banyaknya jumlah

tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan semakin banyaknya

usaha-usaha di bidang pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan tenaga

kerja di bidang tersebut.

a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata

Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata,

yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya

aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Sektor

pariwisata memberi dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan

pekerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan

berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenaga

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 46

kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu

wisata dan penginapan).

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak

langsung, dan ikutan sektor pariwisata

(juta orang)

8,03 9,77 122

Target jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor

pariwisata adalah 8,03 juta orang. Dari target tersebut, didapatkan angka realisasi

sebesar 9,77 juta orang atau tercapai 122%.

Pariwisata terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga

kerja baik tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan pariwisata. Dengan

semakin tingginya jumlah usaha pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan

sektor pariwisata terhadap jumlah tenaga kerja.

b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional

merupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapan

tenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlah pekerja

nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikator ini merupakan

cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaan lapangan kerja (penurunan

tingkat pengangguran) dan pengurangan kemiskinan nasional, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui sektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi

nilai kontribusi, maka semakin tinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam

penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 47

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap

penyerapan tenaga kerja nasional

(persentase)

7,00 8,81 126

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional” mencapai

8,81%. Indikator ini merupakan perbandingan jumlah tenaga kerja di bidang

pariwisata terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan. Data tenaga kerja di

bidang pariwisata pada tahun 2012 adalah sebesar 9.27 juta orang. Data dari

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa tenaga kerja

sektor pariwisata menyumbang sebesar 8.81% terhadap total tenaga kerja nasional.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan

fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata, antara lain Fasilitasi Bimbingan Teknis

Usaha Pariwisata, advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan penyusunan

rancangan Permen standar usaha pariwisata.

c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata

Kualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat

diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung, tidak

langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Produktivitas yang

dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentuk melalui

mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yang terkait pariwisata

sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja

langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

3. Produktivitas tenaga kerja langsung,

tidak langsung, dan ikutan sektor

pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

12,66 34,60 273,3

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 48

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata”

mencapai Rp 34,60 juta/TK/tahun. Penghitungan produktivitas tenaga kerja adalah

besaran realisasi nominal PDB sektor pariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor

pariwisata per tahun. Data PDB sektor pariwisata tahun 2012 adalah sebesar 321.57

trilliun rupiah. Jika data PDB tersebut dibagi jumlah tenaga kerja di bidang

pariwisata, maka nilai produktivitas yang didapat adalah sebesar 34.60 juta/tenaga

kerja.

Angka tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja Ditjen PDP tercapai

273.3%. Tingginya nilai produktivitas tenaga kerja mengindikasikan bahwa

pariwisata memiliki peran nyata dalam penyerapan tenaga kerja nasional dan

memberikan sumbangsih langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan:

1. Bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat.

2. Kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata.

3 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salah

satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi di

sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total

investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendorong

investasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancangan profil

investasi destinasi pariwisata, koordinasi dengan instansi pemerintah terkait baik di

tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasi pariwisata

Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 49

investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasi pariwisata yang

memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di

destinasi tersebut.

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional, yaitu

persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadap total nilai investasi nasional.

Investasi oleh pemerintah dialokasikan untuk barang modal yang berada pada

perwilayahan pembangunan kepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1)

aksesibilitas pariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatan

dan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan, dan barang

modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunan olah raga, rekreasi,

hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukan tempat tinggal. Sedangkan investasi

oleh swasta biasanya dialokasikan untuk barang modal: bangunan hotel dan

akomodasi, restoran, serta bangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi

pariwisata terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisata

dan iklim usaha yang semakin baik.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Kontribusi investasi sektor pariwisata

terhadap total investasi nasional

(Persentase)

4,43 3,97 89,6

Investasi di bidang pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi nasional. Selain dapat membuka lapangan kerja yang berimbas pada

pengurangan pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam

skala nasional, investasi di bidang pariwisata sangat menguntungkan dalam

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.

Salah satu cara paling efektif untuk memaksimalkan pengembangan potensi

pariwisata daerah adalah dengan menarik investor, baik dari dalam dan luar negeri

untuk berinvestasi dalam bidang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik daya

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 50

tarik dan kondisi pada masing-masing daerah. Pada tahun 2012, total investasi

pariwisata dari sektor hotel dan restoran serta sektor jasa lainnya hingga Bulan

September adalah sebesar 986.55 juta USD. Nilai investasi pariwisata tersebut

menyumbang 3.97% dari total investasi nasional (24,820.26 juta USD).

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Promosi investasi bidang pariwisata melalui:

a. Partisipasi dan pelaksanaan ASEAN Tourism Investment Forum

Pada tanggal pada tanggal 7-8 November 2012, dilaksanakan ATIF di

Mataram, Nusa Tenggara Barat. Delegasi yang hadir pada ATIF 2012

berasal dari 6 negara, yaitu: Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar,

Thailand dan Vietnam, serta perwakilan dari ASEAN China Centre (ACC).

Sementara Singapura, Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam berhalangan

hadir.

Pada ATIF 2012, masing-masing delegasi memaparkan potensi investasi

pariwisata di negaranya, serta dilakukan business meeting dengan investor.

Beberapa perkembangan positif yang terjadi pada ATIF 2012 ini antara lain:

1) Pengusaha dari Vietnam tertarik untuk melakukan investasi marina di

kawasan Lombok Tengah;

2) Delegasi Kamboja telah bertemu dengan pihak PT. BWJ untuk

menawarkan kawasan Tanjung Lesung kepada investor Kamboja;

3) Delegasi dari Malaysia (Malaysia Investment Authority) membuka

kesempatan untuk pertemuan lebih lanjut dalam rangka melakukan

kerjasama promosi investasi pariwisata antara Malaysia dan Indonesia;

4) Untuk delegasi ASEAN China Centre telah menyatakan untuk membantu

mempertemukan investor China dan pengembang kawasan pariwisata di

Indonesia maupun negara ASEAN lainnya;

5) PT. ESL segera melakukan investasi pada lahan seluas 400 Ha, yang

berada di dalam kawasan pemanfaatan hutan seluas 3000 Ha di

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 51

Kawasan Tanjung Ringgit, Lombok Timur. PT. ESL tertarik untuk konsep

Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di kawasan dimaksud;

6) PT. BWJ menyatakan ketertarikannya terhadap kawasan Lombok Utara,

Sumbawa dan kawasan sekitar Senggigi;

7) PT. Indo Sight akan melakukan penawaran proyek investasi pariwisata

kepada jaringan investor mereka.

b. Partisipasi Pada Event Investasi Pariwisata (TTI)

Kegiatan partisipasi dalam even investasi pariwisata di luar negeri pada

tahun 2012 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan promosi antara lain:

1) Even Annual Investment Meeting, di bulan April 2012 di Dubai – Uni

Emirat Arab

2) Even Tourism Trade Investment di 3 kota Madrid, Sevilla dan Barcelona –

Spanyol pada akhir bulan Mei 2012, yang bekerja sama dengan

Kementerian Luar Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

3) Business Meeting dengan potensial investor di luar negeri

diselenggarakan di Tokyo – Jepang berupa pertemuan dengan

prospektus Usaha Kawasan Pariwisata, serta Keidanren (organisasi

KADIN di Jepang) Jepang, dan membahas tentang prospektus investasi

pariwisata di Indonesia dan mengundang investor Jepang.

4) Business meeting di Seoul – Korea Selatan, berupa pertemuan dengan

pihak Samsung C&T yang membahas prospektus investasi pariwisata

khususnya Bandara di Panimbang – Banten dan Majalengka – Jawa

Barat dan Jalan Tol menuju Tanjung Lesung.

5) Business meeting di Indonesia dengan DAMAC HOLDING Co. – Dubai.

Kunjungan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, pada bulan Juli dan

November 2012. Daerah potensial investasi pariwisata yang dikunjungi

adalah Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung – Banten, Mandalika – Nusa

Tenggara Barat, dan Lagoi Bay – Pulau Bintan.

c. Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media

Pada tahun 2012, salah satu upaya peningkatan promosi investasi di bidang

pariwisata adalah melalui kegiatan “Promosi Investasi Melalui Media”, yang

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 52

dilakukan secara bertahap selama 5 edisi di Majalah Travel Club dan

Indonesia Tourism Review. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan

awareness masyarakat dan potensial investor terhadap peluang investasi

pada beberapa kawasan/daerah di Indonesia yang potensial.

d. Promosi Investasi Melalui Event (ITID/Indonesia Tourism Investment Day)

Pada tanggal 22 Oktober 2012 di Hotel J.W Marriott Jakarta diselenggarakan

even Indonesia Tourism Investment Day (ITID) 2012 yang bertujuan untuk

menginformasikan peluang investasi pariwisata di Indonesia kepada investor

potensial yang berasal dari dalam dan luar negeri. Pada kegiatan ITID 2012,

ditandatangani nota kesepahaman antara:

1) PT. Banten West Java dengan Long Life International Business

Investment, Co. tentang Providing & Managing Senior Housing in Tanjung

Lesung.

2) PT. Banten West Java dengan Damac Holding Company tentang Tanjung

Lesung Development.

3) PT. Bali Tourism Development Corporationd dengan PDAM tentang

Penyediaan Sarana Air Bersih di Kawasan Mandalika

4) Nilai investasi yang terjadi pada kegiatan ITID 2012 ini diperkirakan Rp 2

triliun.

ITID 2012 diselengggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),

Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Kehutanan,

dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Forum ini dihadiri oleh calon

investor yang terdiri dari CEO, pengembang properti pariwisata di Indonesia,

KADIN, Chambers of Commerce dari negara-negara ASEAN, Tiongkok,

Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, dan

Amerika Serikat. Sementara dari Indonesia hadir perwakilan dari 7 Pengelola

Kawasan Pariwisata (Anggota Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia/AKPI),

6 Kabupaten/Kota, serta 2 potensi investasi yaitu di kawasan pulau kecil dan

di kawasan kehutanan.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 53

4 Meningkatnya devisa dan pengeluaran

wisatawan di Indonesia

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di

Indonesia”, ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan.

Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun

nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai

devisa dari bidang pariwisata. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara

yang melakukan kunjungan ke Indonesia adalah 8.044.462.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa dan

pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah: Jumlah penerimaan devisa wisatawan

mancanegara, Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, jumlah pengeluaran per

wisatawan mancanegara per kunjungan, dan jumlah pengeluaran per wisatawan

nusantara per kunjungan.

a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara

Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaan devisa

dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelum berwisata (pre-trip

expenditure), selama berwisata (trip-expenditure), dan sesudah berwisata (post-trip

expenditure). Pengeluaran pre-trip dan post-trip meliputi hotel dan akomodasi,

restoran dan sejenis, angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk non

makanan. Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip,

ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata di Indonesia, seperti jasa

seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani. Dalam

konteks wisman, pengeluaran pre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum

perjalanan wisata ke Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di

negara asal wisman setelah kembali dari Indonesia.

Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran

wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 54

nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan

sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di

Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun

meningkat.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan

mancanegara (US$ miliar)

8,96 9,12 101,7

Pada tahun 2012, penerimaan devisa dari segi pariwisata sebesar 9.12 US$

Milliar atau tercapai sebesar 101,7% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Meningkatnya devisa wisatawan disebabkan oleh semakin beragamnya daya

tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik

mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia

semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata meningkat.

b. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara

Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata

pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah

di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk mampu menarik

wisman yang berkualitas, namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai

dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang)

per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011, terjadi peningkatan

rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat

Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor

pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas

(berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk

kepariwisataan lokal.

Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta

pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 55

nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakin meningkat

dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah pengeluaran wisatawan

nusantara (Rp triliun)

171,50 171,50 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pengeluaran wisatawan nusantara” mencapai Rp 171,50 triliun. Pengeluaran

wisatawan merupakan faktor penting dalam pembangunan kepariwisataan. Semakin

tinggi jumlah yang dikeluarkan oleh wisatawan, maka semakin besar pula

pemasukan untuk negara dari segi pariwisata. Sejalan dengan hal itu, maka

kesejahteraan masyarakat pun akan semakin meningkat.

Indikator “Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara” berupa Nilai total

penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara pada tahun 2012 sebesar

Rp. 171.5 trilliun atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,

pengeluaran wisatawan nusantara tercapai 100%. Tercapainya nilai total

penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh semakin

banyaknya jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan wisata ke

berbagai daya tarik wisata yang ditawarkan.

c. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan

Jumlah pengeluaran per wisman per kunjungan merupakan rata-rata

pengeluaran wisman di Indonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang

dimaksudkan sebagai kunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan

sejak tiba di Indonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehingga

walaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah di Indonesia selama

selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawan tersebut akan terhitung

sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisman di

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 56

Indonesia per kunjungan, maka semakin besar pula potensi devisa yang akan

diperoleh negara.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan

mancanegara per kunjungan (US$)

1.101 1.133,81 103,07

d. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan

Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan merupakan rata-

rata pengeluaran wisatawan nusantara dalam setiap perjalanan wisata yang

dilakukannya. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisatawan

nusantara per kunjungan, maka semakin besar pula potensi pendapatan negara

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat di lokasi destinasi pariwisata.

Data rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah

Tangga (modul perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan Susenas.

Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian

diolah kembali oleh Kemenparekraf.

Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan

nusantara per kunjungan (Rp ribu)

700 700 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan” mencapai Rp 700 ribu atau

tercapai 100%.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 57

73 pintu masuk Indonesia berada diseluruh

area negara, terdiri dari 47 pelabuhan laut;

19 bandar udara; 3 jalur darat; serta 4 pintu

masuk utama: Soekarno-Hatta (Jakarta),

Ngurah Rai (Bali), Polonia (Medan) dan

Sekupang (Batam).

5 Meningkatnya kuantitas wisatawan

mancanegara ke Indonesia dan wisatawan

nusantara

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke

Indonesia dan wisatawan nusantara”, merupakan salah satu tolok ukur dari

keberhasilan kepariwisataan Indonesia. Kedatangan wisatawan mancanegara

(wisman) pada tahun 2012 mencapai 8,04 juta sedangkan angka realisasi

kedatangan wisman selama periode Januari – November 2012 tercatat sudah

mencapai 7,3 juta orang atau sekitar 91,25 % dari target kedatangan wisman tahun

2012.

a. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia

Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang

akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal

dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau

beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang

dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan,

dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman

dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan

kesehatan, belajar, dan keagamaan. Jumlah wisman

dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/

Disembarkasi yang dilakukan di 73 pintu masuk

Indonesia18 berdasarkan negara tempat tinggal

wisatawan tersebut. Pengumpulan kartu E/D

dilakukan oleh Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah

dan dipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivals to

Indonesia setiap tahunnya.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya

kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara adalah

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 58

Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dan Jumlah perjalanan wisatawan

nusantara.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke

Indonesia (Juta orang)

8 8,04 100.5

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 8,04 juta orang, seluruhnya telah

tercapai.

Indikator “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” terlihat jelas bahwa

pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2012 meningkat di bandingkan dari

tahun sebelumnya. Pencapaian ini juga melebihi dari target yang telah ditentukan

yaitu sebesar 8 juta wisatawan dengan total jumlah kunjungan sebesar 8.044.462

wisatawan mancanegara.

Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, wisatawan

mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk bulan Januari s.d.

Desember 2012 berjumlah 8.044.462 wisatawan mancanegara atau mengalami

pertumbuhan sebesar 5,16% dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011

berjumlah 7.649.731 wisatawan mancanegara.

Berdasarkan kebangsaan secara kumulatif, wisatawan mancanegara bulan

Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011

tercatat yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu: Mesir sebesar 31,21%, China

sebesar 25,40%, Uni Emirat Arab sebesar 21,16%, Thailand sebesar 12,76% dan

Philipina sebesar 10,11%.

Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, pada tiga pintu masuk

utama bulan Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d.

Desember 2011, yaitu: Ngurah Rai meningkat 4,07%, Soekarno-Hatta meningkat

6,25% dan Batam meningkat 5,00%.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 59

Grafik III.2

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA

Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin, Kemenparekraf 2012)

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut,berbagai upaya telah dilakukan

untuk menarik wisatawan mancanegara, antara lain menyelenggarakan event-event

internasional, mempromosikan dan menjual paket-paket insentif pariwisata minat

khusus. Promosi terutama dilakukan kepada pasar utama Indonesia yang

menyumbang wisatawan paling banyak dan letaknya paling berdekatan dengan

Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Event-event yang mendukung

peningkatan kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, antara lain :

1. TOURNAMENT OF ROSES, 2-3 Januari 2012, Pasadena - Amerika Serikat

Tournament of Roses 2012 dengan tema

“Just Imagine”, merupakan penyelenggaraan

yang ke 123 kalinya sejak pertama kali di

selenggarakan pada tahun 1890 setiap awal

Tahun Baru dan selalu dinantikan oleh publik

penonton. Lokasi pelaksanaan yang telah

dikenal luas, yakni Pasadena, merupakan

salah satu lokasi terbaik untuk berpromosi dan

menyebarkan berbagai informasi secara luas. Potensi penonton di dunia

diperkirakan + 300 juta penonton, penonton di Amerika Serikat + 38 juta penonton

dan penonton yang datang langsung menyaksikan + 2 juta penonton. Float atau

kendaraan pawai Indonesia merupakan satu-satunya float yang mengatasnamakan

negara melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemkot

652,692 592,502

658,602626,100

650,883695,531

701,200634,194

683,584 688,341693,867

766,966

548,821 568,057598,068 608,093 600,191

674,402

745,451

621,084650,071 656,006 654,948

724,539

0,000

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

2012

2011

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 60

Pagaralam, Sumatera Selatan. Sementara untuk float peserta lainnya mayoritas

digawangi oleh perusahaan antara lain seperti Taiwan oleh China Airlines dan

Thailand oleh perusahaan Dole. Dengan tema “Wonderful Indonesia”, Indonesia

menampilkan dua float, yakni main float berwujud Garuda Wisnu Kencana, yang

memiliki tinggi 30 kaki, lebar 18 kaki dan panjang 45 kaki. Sementara untuk satellite

float berwujud penari dari Pagaralam memiliki tinggi 16 kaki, lebar 14 kaki dan

panjang 14 kaki. Indonesia meraih penghargaan tertinggi ke-empat, yakni

President’s Trophy yang merupakan penghargaan untuk kategori peserta dengan

penggunaan bunga yang paling efektif dengan presentasi yang baik.

2. ASEAN TOURISM FORUM (ATF), 8 – 15 Januari 2012, Manado, Sulawesi Utara

ASEAN Tourism Forum merupakan event regional di kawasan ASEAN yang

bersifat internasional, dilaksanakan setiap tahun secara bergiliran menurut alphabet.

Pada tahun 2012 ini, ATF ke-31 berlangsung pada tanggal 8-15 Januari

2012,dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil tempat Manado, Sulawesi Utara.

ASEAN Tourism Forum 2012 dihadiri oleh

1.779 delegasi dari berbagai Negara meliputi;

443 buyers dari 51 negara (336 buyers dan

103 delegasi dagang), 174 media dari 37

negara (internasional & nasional), 896 sellers

dari 10 negara ASEAN dan 270 delegasi

VIP/NTO dari 15 negara. ATF 2012 meliputi 2

kegiatan yaitu: NTOs meeting yang

dilaksanakan pada tanggal 8-12 Januari 2012 dan Travel Exchange (Travex)

dilaksanakan pada tanggal 13-15 Januari 2012. Opening Ceremony dilaksanakan

pada tanggal 12 Januari 2012 bertempat di Convention Center, Grand Kawanua.

Dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. Budiono, dihadiri oleh

lebih kurang 1.600 undangan terdiri dari Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri

dari 10 negara ASEAN dan Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri dari Jepang,

Korea, dan India, NTOs delegasi, buyers, sellers, media dan tuan rumah.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 61

3. VAKANTIEBEURS, 10 - 15 Januari 2012, Jaarbeurs, Utrecht - Belanda

Vakantiebeurs merupakan salah satu

bursa pariwisata internasional terbesar di

Belanda. Event tersebut merupakan suatu

wadah yang memberikan kesempatan bagi

kalangan industri pariwisata (travel agent,

hotelier, penerbangan) seluruh dunia untuk

mengembangkan hubungan bisnis baru di

bidang pariwisata sekaligus memelihara dan meningkatkan hubungan bisnis yang

sudah ada secara efektif dan efisien. Paviliun Indonesia terletak di Hall 1. Musisi

sasando dan penyanyi serta coffee corner

selalu ramai mendapat perhatian

pengunjung selama Vakantiebeurs

berlangsung. Keikutsertaan Indonesia

pada Vakantiebeurs diwakilkan oleh 19

perusahaan, termasuk 5 tour operator

dan 1 majalah wisata dari Belanda.

Pavilion Indonesia memiliki 2 counter

Informasi didepan dan di belakang dan satu counter untuk coffee corner. Pelayanan

informasi adalah dari Kemparekraf, Putri Pariwisata dan dibantu oleh beberapa

mahasiswa yang belajar di Belanda. Pengunjung Vakantiebeurs yang mendatangi

Paviliun Indonesia banyak yang menanyakan informasi spesifik mengenai Jawa dan

Bali serta Maluku dan Papua.

4. ITB BERLIN, 7-11 Maret 2012, Berlin, Jerman

Kegiatan ITB Berlin 2012 merupakan travel expo terbesar di dunia diikuti oleh

10.644 exhibitor dari 187 negara di dunia dengan area seluas 160.000 m2 dan

jumlah 172.132 pengunjung Exhibitor. Kegiatan rutin yang dilaksanakan di Paviliun

Indonesia dari tanggal 7-11 Maret 2012, meliputi Business meeting di 62 meja

exhibitor; Demo membatik oleh 1st Runner Up Putri Batik Nusantara; Coffee Corner

oleh BANDAR KOPI; Cultural Performance: permainan biola sambil menyanyikan

lagu-lagu daerah Indonesia dan lagu-lagu populer mancanegara oleh 1st Runner Up

Putri Batik Nusantara; persembahan tari jaipong kontemporer oleh Putri Pariwisata

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 62

Indonesia 2011; persembahan tarian

daerah Papua, Bali, dll oleh tim kesenian

persembahan KBRI Berlin dan Pemerintah

Daerah Papua & Bali; dan Information

desk dengan Putri Pariwisata, Putri Batik

Nusantara, Abang & None Jakarta sebagai

pemberi informasi;

Setiap perusahaan rata-rata mendapatkan 28 prospective agreement dengan

jumlah perolehan rata-rata 7.313 wisman. Sehingga perkirakan total devisa yang

dapat diperoleh dari keikutsertaan Indonesia pada event tersebut, sebagai berikut:

Total wisman yang dihasilkan = 28 x 7.313 = 208.061 wisman. Apabila dengan

asumsi pengeluaran per kunjungan US$ 1.118 maka total devisa yang diharapkan

adalah US$ 232.612.198 atau Rp. 2.140.000.000.000 atau 2,14 triliyun. Jadi

ekspektasi devisa yang dihasilkan dari keikutsertaan Indonesia pada ITB Berlin 2012

sebesar Rp. 2,14 triliyun.

Selain press conference, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga

diwawancarai secara eksklusif oleh beberapa media cetak dan elektronik. Sama

seperti tahun 2011, Indonesia mendapatkan penghargaan Go Asia Award 2012,

yaitu “Cerftificate of Achievement” sebagai Ranking ke-3 “Most Popular

Destination in Asia”.

5. CRUISE SHIPPING MIAMI (CSM) 2012, 12 – 16 Maret 2012, Miami, Florida, USA

Cruise Shipping Miami (CSM) 2012

merupakan Pameran Internasional Industri

Kapal Pesiar dan Destinasi Wisata Bahari

terbesar di dunia yang berlangsung di

Miami Beach Convention Center, Miami,

Florida, USA. Program kegiatan yang

dilaksanakan oleh Indonesia pada

Pameran Internasional Cruise Shipping Miami (CSM) 2011 terdiri dari:

Pameran/Exhibition meliputi pelayanan informasi dan pendistribusian bahan promosi

pariwisata Indonesia, souvenir, goodie bag dan informasi; Travex/Travel Exchange;

Awareness Campaign (Indonesia memasang iklan pada hari kedua dan ke-3 dalam

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 63

CSM Daily News); Indonesia Gathering dilaksanakan pada hari Rabu,14 Maret 2012

di Pavilion Indonesia yang dihadiri sekitar lebih 300 orang undangan terdiri dari

cruise lines, travel agent dan lain-lain. Kehadiran Menparekraf pada event ini

membawa dampak positif bagi para Cruise Liners untuk memprogramkan Indonesia

sebagai destinasi dari kapal pesiar dunia.

6. FLORIADE 2012, 5 April – 7 Oktober 2012, Venlo, Belanda

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berpartisipasi pada kegiatan

Floriade 2012 yang diselenggarakan pada tanggal 5 April – 7 Oktober 2012 di Kota

Venlo, Belanda. Venlo 2012 Holland World Expo-Floriade 2012 merupakan expo

berskala besar kelas dunia yang berlangsung selama 6 bulan. Event tersebut dibuka

secara resmi oleh Ratu Beatrix. Floriade 2012

merupakan event 10 tahunan dan tahun ini

merupakan keikutsertaan Indonesia yang

ketiga kalinya setelah tahun 1992 dan 2002.

Pada Floriade 2012, Indonesia akan

menampilkan berbagai peluang pariwisata,

perdagangan, dan investasi sebagai upaya

memperkenalkan budaya dan pariwisata, meningkatkan ekspor serta menarik

investasi ke Indonesia. Serangkaian acara pagelaran seni Arumba pimpinan Saung

Udjo dipentaskan sepanjang hari. Tari-tarian tradisional nusantara juga dipentaskan

di panggung paviliun Indonesia. Serangkaian dengan itu juga dilaksanakan

perlombaan membatik yang diikuti oleh peserta asing.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 204.023.971.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 191.991.935.873,- atau

hanya sebesar 94,10%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar

101%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan

anggaran.

b. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara

Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan

penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat di mana destinasi berada.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 64

Wisnus adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah

geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk

tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya

bukan rutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyek

wisata komersial tidak memandangapakah menginap atau tidak menginap di

hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari 100 km (PP);

(2) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial tetapi

menginap dihotel/penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari

100 km (PP); dan (3) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata

komersial dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak

perjalanannya lebih dari 100 km (PP). Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil

Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan

pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan

oleh BPS setiap 3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan

sejak bulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah perjalanan wisatawan

nusantara (Juta perjalanan)

245 245 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

perjalanan wisatawan nusantara” mencapai 245 juta perjalanan.

Indikator “Jumlah perjalanan wisatawan nusantara”, pada tahun 2012 perjalanan

wisnus diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3.48%

dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada

tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700

ribu rupiah.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, perkembangan

perjalanan wisatawan nusantara selalu meningkat tiap tahunnya. Dapat dilihat

dalam tabel dan grafik berikut ini :

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 65

Tabel III.3

PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA

TAHUN

JUMLAH

PERJALANAN

(ribuan)

PENGELUARAN

PER PERJALANAN

(ribu Rp)

TOTAL

PENGELUARAN

(triliun Rp)

2001 195.771 324,58 58,71

2002 200.590 343,09 68,82

2003 207.120 373,56 70,87

2004 202.763 383,85 71,70

2005 198.359 398,97 74,72

2006 204.553 431,24 88,21

2007 222.389 489,95 108,96

2008 225.041 547,33 123,17

2009 229.731 600,30 137,91

2010 234.377 641,76 150,41

2011 236.752 662,68 156,89

2012*) 245.000 700,00 171,50

Sumber : BPS

Ket : *) Angka estimasi Kemenparekraf

Grafik III.2

PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA

Pencapaian jumlah perjalanan wisnus yang diperoleh selama setahun ini

disebabkan banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/Sabtu, Minggu dan

Senin) selain adanya liburan nasional. Selain itu faktor lainnya adalah munculnya

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 66

orang kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi juga teknologi informasi

dan berkembangnya konektivitas antar pulau melalui angkutan udara.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. ASEAN JAZZ FESTIVAL, 22 - 23 JUNI 2012, Habour Bay, Batam, Kepulauan

Riau

ASEAN JAZZ FESTIVAL 2012 (AJF) merupakan event tahunan yang ke-4

diselenggarakan oleh Kemenparekraf di Batam, melibatkan 50 musisi dari Negara :

Amerika, Kanada, Republik Chech, Hungaria, Belanda, Venezuela, Spanyol, Italia,

Vietnam, Filipina. Sebagai Festival Director adalah maestro musik Indonesia Dwiki

Dharmawan dengan WPE (World Peace Ensemble). Konsep event ini diarahkan

untuk menggerakkan perjalanan wisnus sekaligus sebagai AJF 2012 yang digelar

selama 2 hari, dengan 3 panggung, dihadiri lebih kurang 28.000 orang diantaranya

ajang menarik wisman khususnya Singapura dan Malaysia ke Batam.wisman dari

Malaysia dan Singapura. Keunikan Asean Jazz keempat ini menampilkan

perpaduan antara musik jazz dan musik tradisional. Opening Ceremony dihadiri

oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Walikota Batam, Ketua Batam

Tourism Board, Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kepala Dinas Pariwisata

Propinsi Kepri, dan diliput oleh Media TVRI, SCTV, Trans TV, Trans 7, TV3

Malaysia, Kompas, Antara, Republika, Sindo, Sriwijaya Inflight Magazine, dan

media lokal.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 67

2. INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL, 15 - 16 September 2012, Musium Puri

Lukisan, Ubud - Bali

INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL yang

dilaksanakan di Daerah Ubud Propinsi Bali, Maharani

Production dan Panitia pelaksana dari Direktorat Promosi

Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Keatif sepakat menggunakan 4 tempat/lokasi yaitu

Museum Lukisan/Puri Lukisan, Puri Sarean, Royal Pita

Maha, dan perkebunan Kopi.

International Coffee Festival dibuka secara resmi oleh Bapak Putu Laksa Guna

selaku Irjen Kementrian Parekraf. ICF bertujuan mempromosikan kopi Indonesia

yang terkenal dengan keragamaan dan kekayaan varian dan cita rasa. “Kami juga

ingin mendorong kopi Indonesia supaya lebih dicintai di negerinya sendiri. Maka

bukan saja petani kopi yangakan terangkat

harkat martabatnya dan memiliki

kesejahteraan, daerah penghasilkopi di

Indonesia juga akan berpotensi sebagai

kawasan agrowisata, sehingga dapat

tercapainya eco tourism yang merupakan

Ekonomi Kreatif dan go green.”

Agrowisata merupakan kegiatan wisata yang berlokasi di kawasan pertanian

atau perkebunan. Di agrowisata, wisatawan akan diberi kesempatan untuk

mengunjungi perkebunan, melihat proses penanaman hingga panen. Biasanya

kebun-kebun yang dikunjungi khususnya perkebunan Kopi. Sehingga taraf

kesejahteraan petani kopi Indonesia akan meningkat. Maka, mulai saat ini

sebaiknya kita menjadi penikmat kopi dalam negeri. Penyelenggaraan International

Coffee Festival dilaksanakan di 4 tempat/lokasi yaitu Museum Lukisan/Puri Lukisan,

Puri Sarean, Royal Pita Maha, dan perkebunan Kopi Ubud – Propinsi Bali pada

tanggal 15-16 September 2012 yang dihadiri oleh 50 orang yang terdiri dari 38

orang peserta yang mengikuti Barista Workshop dan 12 orang peserta yang

mengikuti Bali Orign Tour (Kunjungan Ke Kebun Kopi), serta terdapat 11 peserta

booth dan 14 peserta dari berbagai media.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 68

Adapun beberapa kegiatan yang mendukung pencapaian target meningkatnya

jumlah wisman dan perjalanan wisnus, diantaranya adalah sebagai berikut :

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 69

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 77.381.435.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 73.896.144.095,- atau

hanya sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar

100%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan

anggaran.

6 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

World Economic Forum (WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Travel and

Tourism Competitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing

kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia,

yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatu negara berdasarkan 14

pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian. Semakin tinggi nilai daya saing

kepariwisataan Indonesia (skala maksimum 7), maka diharapkan dapat

meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia yang akhirnya dapat berdampak

kepada peningkatan kunjungan wisman ke Indonesia.

Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur dengan indikator:

daya saing kepariwisataan Indonesia, dan Jumlah lokasi Kawasan Strategis

V

i

s

i

t

I

n

d

o

n

e

s

i

a

T

o

u

r

i

s

m

O

f

f

i

c

e

r

s

(

V

I

T

O

)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 70

Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi

(Destination Management Organization(DMO)).

a. Daya saing kepariwisataan Indonesia

Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang

dilakukan oleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI).

Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negara di dunia

menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar, Kemenparekraf berperan

sebagai leading sektor, sementara di pilar lainnya, Kemenparekraf perlu

berkoordinasi dengan Kementerian untuk mendorong pembangunan di sektor yang

terkait kepariwisataan. Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin

baik pula citra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyak

wisatawan ke Indonesia.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia

(Nilai)

4,04 4,03 99,7

Daya saing atau competitiveness kepariwisataan Indonesia dinilai dari Tourism

and travel index competitiveness. Pada tahun 2012, data WEF menunjukkan

adanya peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia dari nilai 3.96 di peringkat

74 menjadi 4.03 di peringkat 70. Dapat disimpulkan target daya saing

kepariwisataan Indonesia tercapai sebesar 99,7%.

Indikator “Daya saing kepariwisataan Indonesia” berupa penilaian daya saing

kepariwisataan, kepariwisataan Indonesia dinilai dari sumber daya alam dan budaya

yang dimiliki. Selain itu, Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga,

baik hotel, tiket, airport tax maupun harga bahan bakar. Daya saing kepariwisataan

Indonesia pada tahun 2011 menempati posisi ke 74 dari 139 negara.

Pada tahun 2012 tidak dilakukan penilaian terkait daya saing kepariwisataan.

Asumsi pencapaian target tersebut diperoleh karena berbagai kegiatan dilakukan

untuk pencapaian indikator tersebut, antara lain:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 71

1. Rapat koordinasi pariwisata nasional,

2. Destination review,

3. Penataan fasilitas di daya tarik wisata,

4. Penyusunan standar usaha,

5. Advokasi tata cara pendaftaran usaha,

6. Penyusunan travel pattern,

7. Fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi,

8. Pengelolaan destinasi pariwisata (DMO),

9. Aktivasi zona kreatif,

10. Pemetaan wisata kuliner Indonesia,

11. Pengembangan 7 wisata minat khusus dan MICE,

12. Pengembangan desa wisata,

13. Bimtek sadar wisata.

b. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk

meningkatkan kualitas tatakelola destinasi (Destination Management

Organization(DMO))

Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk

meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui lokasi yang difasilitasi

dengan skema peningkatan gerakan kesadaran kolektif stakeholders,

pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan

organisasi pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola

destinasi (DMO) dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan

berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator

lokasi DPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untuk mewujudkan

peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku

kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konsep tata kelola destinasi yang

berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyak lokasi DPN yang difasilitasi maka

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 72

semakin besar masyarakat yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata

dengan tata kelola yang baik.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target

dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis

Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk

meningkatkan kualitas tata kelola

destinasi (Destination Management

Organization(DMO)) (Lokasi)

15 15 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan

kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO))”

mencapai 15 lokasi, atau dengan capaian sebesar 100%.

Indikator “Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi

untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management

Organization (DMO)” berupa lokasi/cluster. Kelima belas lokasi/cluster tersebut

antara lain Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-

Tengger-Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB),

Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja

(Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua).

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

Asistensi Pengelolaan Destinasi Pariwisata (DMO)

Program Destination Management Organization (DMO) sejak tahun 2010

dilaksanakan secara berkelanjutan berbasiskan proses (dimulai dari perencanaan

hingga operasional dan pemantauan) dalam perspektif Destination Management

System melalui pembentukan dan pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata

atau DMO.

Lokasi pilihan yang dikembangkan dengan menerapkan konsep DMO, yaitu:

Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 73

Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-

Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel),

Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua).

Fasilitasi tata kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO)

pada tahun 2012 dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Management Training DMO

Dalam rangka optimalisasi kualitas pengelolaan destinasi pariwisata melalui

pembentukan dan pengembangan DMO dinilai perlu untuk melaksanakan

Management Training DMO untuk memperkuat kompetensi personil yang

terlibat dalam kegiatan pembentukan dan pengembangan DMO. Management

Training DMO juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi/kecakapan

konsep, pengetahuan, skill, leadership yang luas tentang DMO.

Kegiatan Management Training DMO diselenggarakan 3 (tiga) kali di Jakarta

dengan target peserta antara lain :

Dinas Pariwisata di 15 lokus DMO

Pokja DMO (fasilitator destinasi, fasilitator lokal, pelaksana teknis)

LSM, akademisi, peneliti, asosiasi

Pola partisipasi DMO diharapkan terjadi dengan dukungan dan peran seluruh

stakeholder, pemerintah, pihak swasta maupun masyarakan di destinasi.

2. Konferensi Nasional DMO

Konferensi Nasional DMO 2012 diselenggarakan untuk ke-3 (tiga) kalinya di

Hotel Niagara Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara

dengan tema ”menuju pengelolaan destinasi pariwisata yang berkelanjutan

(Towards Sustainable Destination Management)”.

Konferensi ini ditujukan untuk mewujudkan sinergi tata kelola destinasi diantara

seluruh stakeholders pariwisata, membangun komunikasi lintas sektor dan

daerah, melakukan sharing best practices tata kelola destinasi, mengukur dan

menilai perkembangan/kemajuan setiap DMO, meningkatkan partisipasi dan

intervensi stakeholders dan masyarakat dalam pengelolaan destinasi pariwisata,

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemerintah daerah dalam tata

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 74

kelola destinasi pariwisata di Indonesia dan mendiseminasikan pengembangan

tata kelola destinasi pariwisata di Indonesia.

Acara yang dihadiri perwakilan pemerintah daerah di 15 lokasi DMO, pihak

industri pariwisata (swasta), masyarakat, kalangan akademisi serta 15 cluster

DMO Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, dilanjutkan pada hari

kedua dengan pilihan technical visit ke Geopark Samosir dan Tobasa (Museum

TB Silalahi dan Taman Eden).

3. Fokus Aktivitas (Bimbingan Teknis, Stakeholder Meeting, dll) yang sudah

Dilakukan pada Setiap Cluster DMO

Pencapaian fasilitasi tata kelola destinasi selanjutnya adalah pelaksanaan

aktivitas baik berupa bimbingan teknis, stakeholder meeting, atau lainnya untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman stakeholders dalam mengelola

destinasi yang berkualitas, menemukenali permasalahan dan menjawab

permasalahan serta mengidentifikasi potensi pariwisata yang ada di 15 DMO.

Fokus aktivitas dari setiap cluster antara lain :

a. Sabang : Koordinasi penyusunan rencana kerja dengan WEH green tourism

working group, stakeholder meeting, Pelatihan pembuatan sabun ramah

lingkungan (eco-soap) dan pengembangan industri kreatif, pelatihan

pelayanan prima bidang restoran dan rumah makan, pelatihan bidang

housekeeping dan front office, Penguatan kelompok kerja,

b. Toba : Stakeholder Meeting Tingkat Kabupaten, Koordinasi Penataan Tata

Ruang Danau Toba dengan Kementerian PU, Koordinasi penyesuaian tarif

jasa angkutan Samosir, Koordinasi dengan kepala-kepala desa di

Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Kecamatan Ajibata, Workshop

Lintas Sektor Tingkat Provinsi, Pelatihan peningkatan pelayanan prima (front

office hotel dan food and beverages), Penyusunan Paket Wisata, Pelatihan

peningkatan pelayanan pedagang buah, Pelatihan kewirausahaan dan

pembuatan souvenir, Pelatihan untuk pemandu wisata di Kabupaten Toba

Samosir, Penyusunan Tourism Management Plan Kabupaten Tobasa,

Perencanaan Fasilitas pariwisata Kabupaten Tobasa, Pembuatan data

baseline pariwisata Kabupaten Tobasa, Tes tour kepada buyers nasional dan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 75

internasional (Jelajah Danau Toba), Kampanye kebersihan lingkungan

berupa clean-up sekitar Danau Toba dan pemasangan publikasi.

c. Pangandaran : Workshop stakeholders Penyelarasan Langkah Strategis

DMO, Pelatihan Pengembangan Pariwisata Daerah” untuk berbagai Satuan

Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Ciamis, Stakeholder Meeting

Persiapan Penataan Kawasan Pangandaran musim Lebaran 2012,

Koordinasi Dengan Pemerintah Daerah, Lokakarya Pengembangan Produk

Wisata Baru, Pengenalan Produk Pariwisata Pangandaran (Jelajah

Pangandaran 2012), Penyusunan Skenario Penataan Destinasi Wisata

Pangandaran pada Libur Tahun Baru 2013, Stakeholder Meeting :

Pangandaran Bersih dalam Libur Tahun Baru 2013.

d. Kota Tua : Stakeholder Meeting pembentukan dan strukturisasi organisasi

LWG, Assessment soft competency dan talent mapping LWG, Penguatan

kerjasama LWG melalui team building dan outbound, Pemetaan potensi

industri kreatif, Pelatihan industri kreatif untuk pemanfaatan limbah menjadi

barang kerajinan, Pelatihan peningkatan kompetensi pemandu wisata lokal,

Kajian strategis dalam penyusunan Tourism Management Planning.

e. Borobudur : Sosialisasi Program DMO Borobudur Lintassektor, Strukturisasi

dan perumusan anggaran LWG DMO Borobudur, Penjajakan komitmen

dengan Bupati Magelang, Koordinasi program stakeholders dengan PT.

Coca Cola Indonesia dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan,

dan Ratu Boko (PT. TWCBP-RB), Penyusunan Tourism Management Plan

dan draft komitmen pengembangan tata kelola destinasi, Pelatihan

pembibitan dan penghijauan, Pembentukan kelompok kerja di setiap desa

wisata.

f. Bromo-Tengger-Semeru : Stakeholder Meeting, Memberikan dukungan

kepada kelompok kerja lokal dalam rangka persiapan upacara Yadnya

Kasodo, Pelatihan pembuatan cinderamata untuk pelaku pariwisata

paguyuban pedagang kaki lima, Diskusi rencana penataan manajemen

pengunjung di Bukit Penanjakan, Lautan Pasir dan Puncak Gunung Bromo.

g. Bali Batur : Stakeholder Meeting, Pelatihan Tata Kelola Destinasi berbasis

komunitas DMO kepada para stakeholders dan masyarakat di Kintamani,

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 76

Studi banding Pengelolaan DTW Tanah Lot dan Seafood Kedonganan,

Penyusunan Prosedur Standar Operasi Untuk Berbagai Aktivitas Wisata Di

Kawasan Pariwisata Kintamani, Pelatihan Pengembangan Pariwisata DTW

Kintamani Menuju Green Tourism melalui Community Based Tourism.

h. Rinjani : Stakeholder Meeting untuk dukungan pengembangan destinasi

berlangsung Senaru-Lombok Utara dan Sembalun-Lombok Timur,

Penguatan teknis kelompok kerja melalui perencanaan pariwisata

berkelanjutan, Identifikasi Potensi Pengembangan Produk Ekowisata,

Koordinasi dan sosialisasi penyusunan perencanaan pariwisata di kawasan

Gunung Rinjani.

i. Flores : Promosi Flores di event ATF Manado, Peresmian sekretariat DMO

oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pelatihan untuk TMO tentang

sistem komputer, sitem keuangan, brand manual, promosi dan distribusi,

Pembuatan master Plan Pariwisata Flores, Pembuatan Produk buku-buku

Flores & Kartu Pos, Pertemuan Bupati se Flores di Surabaya, Pelatihan

Guide & Service utk Home Stay dan Restaurant di desa wisata Moni – Ende,

Pelatihan pembuatan Business Plan bagi TMO se Flores, Presentasi

Business Plan di depan: Presidium, Pengurus TMO, Stakeholder, Advisory

Board, Menteri pariwisata dan beberapa Bupati.

j. Tanjung Puting : Penyusunan kegiatan tatakelola kunjungan, Pembuatan

modul pelatihan pemandu berlisensi, Pelatihan pemandu SKKNI dan

Pemandu Wisata Minat khusus, Pelatihan Pembuatan Paket wisata,

Pelatihan online pariwisata melalui blog, Pelatihan untuk pemahaman

tentang desa wisata dan kerajinan, Penyusunan SOP bersama dalam

peningkatan pelayanan Klotok Wisata, Lokakarya lintas sektoral dan

harmonisasi program kegiatan, Program penyadartahuan mengenai kawasan

konservasi, pelestarian flora dan fauna serta kebudayaan dan adat istiadat

kepada siswa sekolah serta masyarakat desa penerima PNPM mandiri

pariwisata, Mengundang blogger pariwisata internasional dan nasional

melalui kegiatan famtrip, Pembuatan media online (website)

www.ourangutan.com sebagai media komunikasi dan informasi, Penyusunan

Tourism Management Plan (TMP), Perencanaan tatakelola daya tarik wisata

Tanjung puting.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 77

k. Derawan : Stakeholder Meeting, Dukungan Pencanangan Gerakan

Indonesia Bersih (GIB) di pantai Derawan, Pencanangan Desa Derawan dan

Maratua menjadi Desa Wisata oleh Menparekraf, Penandatanganan Nota

Kesepahaman (MOU) antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif –

Pemkab Berau-Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tentang

Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pengembangan Destinasi

Pariwisata di Kep. Derawan selama 5 tahun, Dukungan pelaksanaan KKN

Tematik mahasiswa UGM untuk tahun pertama di P. Maratua, Pengenalan

destinasi Pulau Derawan, pulau Sangalaki, dan Pulau kakaban kepada

wartawan nasional melalui famtrip, Koordinasi lintas sektor, Pelatihan

kecakapan mengemudi sarana angkutan laut speed boat, Pelatihan

pengelolaan sampah menjadi souvenir berbasis komunitas kampung,

Pelatihan dan sertifikasi selam untuk Guide Selam, Pelatihan keselamatan

penyelaman kepada pemandu, Koordinasi Lintas Sektor untuk penyusunan

workplan, Penyusunan Tourism Management Plan (TMP), Penguatan

Kelompok Kerja Nasional, Perencanaan Fasilitas Pariwisata dan eksplorasi

data serta dokumentasi.

l. Bunaken : Stakeholder Meeting, Pelatihan pengelolaan sampah dan limbah

sebagai upaya mereduksi jumlah sampah yang ada di kawasan TN Bunaken,

Pelatihan pendataan pariwisata dan pembuatan website, Penyusunan

alternatif destinasi wisata selain kawasan Bunaken, Pelatihan pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam

seperti buah jamlang, kenari serta kayu-kayu bekas menjadi sesuatu bernilai

ekonomis.

m. Toraja : Penandatangan Nota Kesepakatan DMO Toraja, Stakeholders

Meeting: Sinergitas Program DMO, Pelatihan pengelolaan daya tarik

wisata/destinasi pariwisata budaya dan parwiisata berkelanjutan, Pelatihan

pengelolaan hotel non bintang, Dukungan Pelaksanaan pertemuan atau

musyawarah orang Toraja “Toraya Makombongan”, Koordinasi Rencana

Tata ruang KSN Toraja.

n. Wakatobi : Penyelenggaraan Dialog dan penyusunan draft kebijakan

bersama dalam upaya mendorong kebijakan daerah yang mengakomodir

hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir & laut,

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 78

Penilaian dan pendataan desa wisata prioritas bekerjasama dengan Bank

Mandiri dan British Council, Pelatihan home industry: pembuatan souvenir

dari anyaman daun pandan, pengemasan home stay, Pelatihan pelayanan

prima untuk hotel, Pelatihan selam untuk pemandu wisata khusus, Koordinasi

Lintas Sektor.

o. Raja Ampat : Pelatihan peningkatan kualitas kerajinan tangan tempurung

kelapa purung kelapa dan pemberian dukungan peralatan, Pelatihan

“hospitality” bagi pengusaha homestay local, Pelatihan pembuatan paket

wisata homestay, Pelatihan kerajinan kerang mutiara dan pemberian

dukungan alat-alat bagi penduduk yang tinggal di sekitar perusahaan kerang

mutiara, Memfasilitasi stand informasi DMO pada pameran di festival Raja

Ampat, Stakeholder meeting untuk mendorong pembentukan kelompok kerja

di tingkat masyarakat dan asosiasi homestay local, Pembentukan LWG dan

penyusunan Tourism Management Planning Raja Ampat.

7 Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanya

diversifikasi destinasi pariwisata adalah Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi

Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata,

Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata, dan

Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan.

Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata, dapat diukur dengan indikator:

Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang

dikembangkan menjadi destinasi pariwisata; Jumlah desa yang difasilitasi untuk

dikembangkan sebagai desa wisata; dan Jumlah pola perjalanan yang

dikembangkan.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 79

a. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang

dikembangkan menjadi destinasi pariwisata

Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yang didalamnya terdapat

beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan. Setiap tahunnya Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengembangkan daya tarik wisata baik yang

bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari daya tarik wisata yang ada.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi

Pariwisata Nasional (DPN) yang

dikembangkan menjadi destinasi

pariwisata (Daerah)

29 29 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan

menjadi destinasi pariwisata” mencapai 29 daerah. Berdasarkan Rencana induk

pengembangan pariwisata nasional, pembangunan kepariwisataan diarahkan di 50

Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Pada tahun 2012, Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif mengembangkan 29 DPN yang akan dikembangkan secara

bertahap baik perencanaan maupun pembangunan fasilitas pariwisata.

Indikator “Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang

dikembangkan menjadi destinasi pariwisata” berupa pengembangan 29 daya tarik

wisata tersebut, seperti DMO, bantuan TP/ Dekon, Travel Pattern, dll.

Tujuan dari pengembangan ke-29 daya tarik tersebut adalah untuk menciptakan

nilai tambah sehingga keunikan, keindahan dan nilai keanekaragaman kekayaan

alam, budaya dan hasil buatan manusia dapat menjadi ciri khas destinasi pariwisata

di Indonesia.

Adapun ke-29 daya tarik wisata tersebut adalah Weh (Sabang), Nias, Oba,

Mentawai (Siberut), Pulau Abang, Tanjung Lesung, Kep. Seribu, Kota Tua,

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 80

Pangandaran, Karimun Jawa, Candi Borobudur, Dieng, Merapi – Sleman, Bromo –

Tegger – Semeru, Batur, Rinjani, Tambora, Komodo, Kelimutu, Sentarum, Tanjung

Putting, Derawan, Toraja, Togean, Tomini, Bunaken, Wakatobi, Banda

(Bandaneira), dan Raja Ampat.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui

pengembangan daya tarik wisata alam, budaya dan buatan serta produk wisata

minat khusus.

b. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata

Desa wisata yang difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yang

dikembangkan melalui PNPM Mandiri. Pengembangan desa wisata dilakukan

sebagai penerapan prinsip community based tourism untuk melibatkan masyarakat

lokal dalam pengembangan pariwisata setempat. Semakin banyak desa yang dapat

difasilitasi maka diharapkan desa tersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan

dapat meningkatkan lama tinggal serta pengeluaran wisatawan di Indonesia.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk

dikembangkan sebagai desa wisata

(Desa)

978 978 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai 978

desa atau 100%.

Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa

wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan

sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan

sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi

seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 81

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Gerakan Nasional Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona.

2. Gerakan Indonesia Bersih.

3. Pembinaan dan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata.

4. Pembinaan Sadar Wisata di Kalangan Pramuka.

5. Penghargaan Toilet Bersih di Taman Rekreasi/Hiburan.

6. Kegiatan Lomba Foto Sadar Wisata.

7. Pemanfaatan Media Elektronik dan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat.

8. Pemanfaatan Media Tradisional dalam rangka Sadar Wisata.

9. Pemanfaatan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat.

10. Koordinasi Pencegahan Zoonosis di Lingkungan Pariwisata.

11. Sosialisasi Permen Budpar tentang PESA dan Pencegahan HIV/AIDS di Lingkungan Pariwisata.

12. Bimbingan Teknis Pengamanan di Destinasi Pariwisata.

c. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan

Pola perjalanan pariwisata adalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan

wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi

informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai

pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata.

Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapat

meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

3. Jumlah pola perjalanan yang

dikembangkan (Pola)

13

17 130

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 82

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pola perjalanan yang dikembangkan” mencapai 17 pola.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik

dalam maupun luar negeri, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan pemerataan

pengembangan pembangunan pariwisata daerah dengan sasaran terwujudnya pola

perjalanan wisata (travel pattern) melalui identifikasi dan pemetaan potensi obyek

dan daya tarik wisata, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas menuju lokasi daya

tarik wisata di destinasi pariwisata. Penyusunan pola perjalanan (travel pattern)

yang didasarkan pada kebutuhan pasar wisatawan, baik mancanegara maupun

nusantara tersebut diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan,

meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan dapat mendorong pengembangan dan

meningkatkan daya saing pariwisata daerah. Selain itu, penyusunan pola perjalanan

(travel pattern) merupakan langkah alternatif yang diharapkan dapat memberikan

dampak ekonomi tidak hanya bagi stakeholder, namun juga masyarakat luas.

Dengan adanya kegiatan review ini diharapkan dapat diketahui jumlah paket wisata

yang telah dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) berdasarkan pola-pola

perjalanan wisata yang telah ditetapkan, pola-pola perjalanan wisata yang paling

banyak diminati oleh BPW dalam pembuatan paket wisata, hambatan yang dihadapi

dalam pembuatan paket wisata, dan solusi pemecahannya.

Hasil yang diharapkan adalah dengan terwujudnya pola-pola perjalanan wisata

(travel pattern) yang mampu memberikan gambaran untuk keanekaragaman daya

tarik wisata serta ketersediaan fasilitas pendukung dan aksesibilitasnya, selanjutnya

akan menjadi acuan bagi para stakeholders dalam menyusun paket wisata yang

lebih baik dan menarik bagi wisatawan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: kegiatan

Penyusunan Travel Pattern untuk 3 daerah (Bali, DKI Jakarta, dan Jawa Barat), dan

Review Penyusunan Travel Pattern untuk 10 daerah (Kalimantan Timur, Kalimantan

Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka

Belitung, Kepulauan Riau, NTT, dan NTB). Kegiatan review merupakan evaluasi

terhadap pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) sebagai hasil dari kegiatan

Penyusunan Pola Perjalanan Wisata (Travel Pattern) yang dilaksanakan oleh Dinas

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 83

Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi bersama DPD ASITA sebelumnya, yang

seluruhnya mencakup 13 (tiga belas) pola perjalanan wisata dan 4 pola perjalanan

wisata tematik, yaitu trail of civilization, wisata pendidikan, wisata kesehatan dan

wisata ziarah. Kegiatan ini dilaksanakan selama periode bulan September s.d.

Desember 2012.

8 Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif

dan efisien

Di tahun 2012 ini sasaran “Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan

efisien”, ditandai oleh Pemasaran dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil

yang maksimal serta tepat sasaran sesuai dengan permintaan pasar, bekerjasama

dengan stakeholders yang terkait dalam pengembangan pemasaran pariwisata, dan

penetapan pasar wisatawan sesuai dengan karakteristik daerah tujuan wisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisata

yang efektif dan efisien adalah: Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan

mancanegara ke Indonesia, Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di

mancanegara, Produktivitas investasi pemasaran luar negeri, Produktivitas

investasi pemasaran dalam negeri, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia

mengenai kepariwisataan Indonesia.

a. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia

Rasio konsentrasi yang akan digunakan sebagai indikator adalah rasio

konsentrasi 5 negara pasar wisatawan mancanegara (CR5), yang mengandung

makna bahwa persentase jumlah wisatawan mancanegara dari 5 pasar utama

wisatawan mancanegara dibandingkan dengan seluruh jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkan

bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara Indonesia berasal dari 5 pasar

tersebut. Hal ini berisiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadi

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 84

permasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkan jumlah

wisatawan mancanegara Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan. Oleh

karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasi pasar wisatawan

mancanegara sehingga nilai CR5 semakin menurun.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal

wisatawan mancanegara ke Indonesia

(CR5 (%))

63,5 53,35 115,98

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Rasio

konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai

53,35%. Menurunnya Rasio Konsentrasi Pasar Wisatawan mancanegara ke

Indonesia merupakan sebuah capaian yang baik pada tahun 2012 apabila

dibandingkan dengan 2011. Pencapaian ini membuktikan bahwa Indonesia tidak

tergantung pada konsentrasi pasar yang telah ditentukan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif, akan tetapi mampu mendatangkan wisatawan mancanegara

lainnya selain fokus-fokus pasar yang ditentukan. Realisasi wisman tahun 2012

berhasil mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 8 juta wisman.

Kemudian jika melihat realisasi CR5 menurun dari target, artinya pencapaian target

tersebut tersebar ke 16 pasar, bukan hanya 5 pasar utama saja. Adapun pasar

diluar 5 pasar utama tersebut yang tumbuh cukup signifikan antara lain Amerika

Serikat, Jerman, India dan Filipina.

Indikator “Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke

Indonesia” berupa Realisasi kedatangan wisatawan mancanegara periode Januari-

Oktober 2012 untuk lima fokus pasar utama sebanyak 3.512.459 wisman atau

mencapai 53,35% dari total kunjungan wisman periode Januari – Oktober sebesar

6.583.629 wisman sehingga pencapaian pertumbuhan rasio konsentrasi pemasaran

pariwisata pada lima negara pasar utama mencapai 115,98%. Hal ini menunjukkan

penyebaran kunjungan wisman naik dari pasar utama lainnya dan pasar-pasar baru.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 85

Untuk menunjang promosi pariwisata Indonesia agar lebih dapat dikenal di

pasar-pasar utama Ditjen Pemasaran menunjuk kantor perwakilan promosi

pariwisata Indonesia di 12 negara pasar utama atau 13 lokasi (RRT terbagi atas dua

lokasi, yaitu Beijing dan Guang Zhou).

Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada

tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di

luar negeri sebesar Rp 164.486.471.000,- maka produktivitas investasi pemasaran

luar negeri mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali

atau melampaui target sebesar 104%. Sedangkan untuk produktivitas investasi

pemasaran dalam negeri, dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan

investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka

produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai 2.390 kali atau

melampaui target sebesar 129 %.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. NATAS Travel Fair Singapura

2. MATTA Fair Kuala Lumpur

3. Tournamen of Roses Pasadena

4. Vakantibeurs, Utrech Belanda

5. ITB Berlin Jerman

6. Indonesia Cultural Night, India

7. EMITT, Istanbul Turki

8. India MICE Gathering, India

9. Perth Holiday & Travel Expo, Australia

10. Pemasangan Iklan Media Cetak di FVW Daily

11. Festival Indonesia di Amerika

12. Miami Cruise Shipping, USA

13. Salon Du Mondial, Paris

14. Melbourne Travel Expo, Australia

15. Sydney Travel Expo, Australia

16. Pasar Malam Indonesia

17. Indofest, Australia

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 86

18. Pertunjukan Musik dan Budaya Et Cetera& Festival Indonesia di Adelaide,

Australia

19. Venlo 2012 Holland World Expo, Floriade Belanda

20. Marine Diving Fair

21. Consumer Selling Selangor, Malaysia

22. Asian Diver Expo, Singapura

23. Brisbane Travel Expo, Australia

24. ITCC, China

25. COTTM, China

26. Indonesia Night 2012, China

27. Tong Tong Fair, Belanda

28. International Meeting Exhibition (IMEX), Jerman

29. World Islamic Tourism Mart, Malaysia

30. Asian Resort Expo, Singapura

31. Sales Mission Korea, Seoul Korea

32. Korea World Travel Fair (KOTFA), Korsel

33. MATTA Farir Johor Baru, Malaysia

34. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Jerman

35. Sales Mission Australia

36. Les Tonneres de Brest, Perancis

37. Sales Mission India

38. Busan International Travel Fair, Korea

39. Oceania Dive Ecotourism Expo, Sydney Australia

40. Festival Indonesia di Jepang

41. Shangahi Tourism Festival, China

42. Amazing Bali Fair, China

43. Top Resa, Paris

44. Otdykh Leisure, Rusia

45. JATA Travel Showcase, Jepang

46. ITB Asia, Singapura

47. Pagelaran Wayang Orang “Banjaran Gatot Kaca”, Paris

48. Taipe International Travel Fair 2012, Taiwan

49. Festival Batik Fashion Show & Cultural Night, Manila

50. Malaysia International Travel Mart, Malaysia

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 87

51. New York Marathon 2012, USA

52. Eat & Style, Munchen Jerman

53. Promosi Wonderful Indonesia di Rusia

54. World Travel Market, Inggris

55. DEMA Show, Orlando USA

56. Tourism, Trade Investmen, Jerman

57. CITM, Shanghai China

58. Sales Mission Filipina

59. Fashion Show Busana Muslim, Australia

60. Indonesia Year End Festive, Beijing

b. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara

VITO akan dikembangkan di 12 negara yang menjadi target utama pasar

wisman ke Indonesia, yaitu: Australia (Sydney), China (Beijing, Guangzho), Japan

(Tokyo), Jerman (Munich), India (New Delhi), Singapura, Malaysia (Kuala Lumpur),

UAE (Dubai),Perancis (Paris), Belanda (Amsterdam), Rusia (Moskow), Korea

(Busan). VITO memiliki tugas dan fungsi sebagai sumber informasi kepariwisataan

Indonesia dan melakukan promosi penjualan pariwisata di negara bersangkutan.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer

(VITO) di mancanegara (Lokasi)

13

13

100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) di mancanegara” mencapai 13 lokasi, dipilih

berdasarkan target pasar utama pariwisata Indonesia. Berikut ini ke 13 lokasi atau

kota di dunia yang telah mempunyai kantor VITO, adalah sebagai berikut :

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 88

Tabel III.4

VISIT INDONESIA TOURISM OFFICER (VITO)

No Visit Indonesia Tourism Officer Address

1 Australia c/o Aviareps Oceania

Level 5 No. 68 Alfred Street,Milsons Point,

Sydney, NSW, 2061, Australia

Phone: +61 2 9959 4277

Fax: +61 2 9929 4543

Website: www.visit-indonesia.com.au

2 China – Beijing c/o Aviareps Marketing Garden

Suite 81, Building 3

Jianguomenwai Diplomatic Compound

No.1 Xiushuijie, Chaoyang District, Beijing,

100600, P.R. China

Phone: +86 10 8532 2805 ext. 191

Fax: +86 10 8532 3845

Website: www.visit-indonesia.com.cn

3 China – Guangzhou c/o Travel Link Marketing

Room 2412, South Tower,

Guangzhou World Trade Centre,

Huan Shi Dong Road, Guangzhou 510095,

P.R. China

Phone: +86 20 8760 9545

Fax: +86 20 8760 7895

Website: www.visit-indonesia.com.cn

4 France c/o Interface Tourism

11 bis, rue Blanche, 75009 Paris, France

Phone: + 33 153 251 10

Fax: + 33 153 2511 12

Website: www.tourisme-indonesie.fr

5 Germany c/o MK Advertising Travel

Visit Indonesia Tourism Officer (VITO)

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 89

No Visit Indonesia Tourism Officer Address

Widenmayerstraße 12 | 80538 München

Phone: +49-89-590 439 06

Fax: +49-89-516 568 94

www.tourismus-indonesien.de

6 India c/o OM Tourism

G 1285, Chittranjan Park,

New Delhi – 110019,India

Phone: +91 11 4155 0854

Fax: +91 114 155 3034

Website: www.visitindonesia.co.in

7 Japan c/o Vacation Marketing Corporation (VMC)

Tomii Bldg. 2Fl., 8-23 Sumiyoshi-cho,

Shinjuku-ku, Tokyo 162-0065, Japan

Phone: +81 3 5363 0158

Fax: +81 3 3353 8521

Website: www.visitindonesia.jp

8 Malaysia c/o Inspiring Destinations SDN BHD

Lot 125, 1st Floor

Wisma MPL

Jalan Raja Chulan,50200 Kuala Lumpur,

Malaysia

Phone: 603-21456411

Fax: 603-7728 5415

Website: www.visit-indonesia.com.my

9 Middle East c/o Marta Consulting

Office 103, Arjaan Al Sufouh Tower

Dubai Media City

P.O.Box 502855

Dubai, UAE

Tel.: +971 44 278 110

Fax: +971 44 278 109

Website: www.visitindonesia.ae

10 Netherlands c/o TMC Netherlands

Nieuwendammerkade 26G

1022 AB Amsterdam, The Netherlands

Phone: +31 20 670 5211

Fax:+31 20 670 5357

Website: www.toerisme-indonesie.nl

11 Republic of Korea Seoul : Richensia A206, Yoido-dong,

Youngdeungpo-gu, Seoul, Korea

Tel: (82) 70.4203.0041, HP: (82) 10.3580.0041,

Fax: (02)761.5675

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 90

No Visit Indonesia Tourism Officer Address

Busan : 4th Fl. Busan Indonesia Center,

No.1900, Geumgog-dong, Bug-gu, Busan,

Tel:(82) 51.612.0041, HP: (82) 10.3580.0041,

Fax: (82) 51.806.5674

12 Rusia c/o Aviareps Tourism

Olympik Plaza II

39, Prospect Mira, Bldg. 2

129110 Moscow, Russia

Phone: +7 495 775 39 20 ext. 124

Fax: +7 495 937 59 51

Website: www.go-to-indonesia.ru

13 Singapore SS Tourism Marketing

390 Victoria Street, #03-40

Golden Landmark Shopping Centre

Singapore, 188061

Phone: +65-629-88277

Fax: +65-629-88275

Website: www.visit-indonesia.sg

Pencapaian Realisasi VITO ini dikarenakan adanya beberapa kegiatan, yaitu

dengan melakukan analisa pasar potensial pariwisata luar negeri, co-marketing

yaitu bekerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap mampu membantu

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, seperti

Airlines, KBRI dan lain sebagainya, serta kegiatan Familization Trip dengan

mengundang para media dan pihak-pihak yang mampu memasarkan wpariwisata

Indonesia di luar negeri. Beberapa kegaitan di ataslah yang dianggap mampu dalam

mencapai peningkatan Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) diluar negeri.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam

rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 19.000.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 18.943.608.000,- atau hanya

sebesar 99,7%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100%,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

c. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara

Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah

satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran

luar negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas ini dapat

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 91

diukur melalui rasio jumlah devisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran

luar negeri. Semakin besar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang

diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf

semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan

destinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisata

Indonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, Australia, China,

Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India,

Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunya akan dievaluasi setiap

tahunnya dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi setiap tahunnya.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

3. Produktivitas investasi pemasaran luar

negeri (Kali)

474 496,29 104,70

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Produktivitas investasi pemasaran luar negeri” mencapai 496,29 kali. Berdasarkan

target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar

9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar

164.486.471.000,- rupiah maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri

mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali atau

melampaui target sebesar 104,70%. Hal ini dikarenakan Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif secara aktif melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan

pameran di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia.

Terbukti secara efektif kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain mampu menarik wisatawan nusantara dan

wisatawan mancanegara, selain itu kerjasama yang kuat dengan KBRI, dan KJRI

menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kegiatan promosi pariwisata

di luar negeri dalam mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pemasaran dalam dan luar

negeri mengalami peningkatan bahkan mencapai hasil melebihi target yang telah

ditetapkan, hal ini terbukti dengan tercapainya target kunjungan wisatawan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 92

mancanegara sebesar 8 juta wisatawan mancanegara serta jumlah pergerakan 245

juta pergerakan wisatawan mancanegara. Hal ini tidak terlepas dari program-

program terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif pada bulan-bulan sepi pengunjung (low season) untuk meningkatkan jumlah

kunjungan. Hasil lain juga terlihat pada indikator produktivitas investasi pemasaran

dalam dan luar negeri yang memiliki pencapaian 105% dan 129% dimana hal ini

juga membuktikan kegiatan pemasaran dan promosi pariwisata dalam dan luar

negeri sangat efektif dilakukan pada tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

WILAYAH ASEAN

1. Travel Tour Expo, SMX, Convention Center, Pasay City, Filipina, tanggal 17 – 19

Pebruari 2012.

2. NATAS Travel Fair, Singapore Expo, Singapore, tanggal 24 – 26 Pebruari 2012.

3. MATTA Fair Kuala Lumpur, Putera World Trade Center, Kuala Lumpur-Malaysia,

tanggal 16 – 18 Maret 2012.

4. Asian Diver Expo, Marina Bay Sands, Singapore, tanggal 13 – 15 April 2012.

5. Consumer Selling Selangor, Selangor-Malaysia, tanggal 13 – 15 April 2012.

6. Asia Resort Expo, Suntec International ECC-Singapore, tanggal 1 – 3 Juni 2012.

7. Sales Mission ASEAN, Malaysia, Singapore, Thailand, tanggal 10 – 15 Juni

2012.

8. MATTA Fair Johor Bahru, Danga City Mall, Johor Bahru-Malaysia, tanggal 13 –

15 Juli 2012.

9. NATAS Holiday, Singapore Expo-Singapore, tanggal, 24 – 26 Agustus 2012.

10. Food Festival Indonesia di Malaysia, Kuala Lumpur-Malaysia, Agustus 2012.

11. MATTA Fair Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal 7 – 9 September

2012.

12. International Travel Expo (ITE) HCMC 2012, Ho Chi Minh City-Vietnam, tanggal

13 – 15 September 2012.

13. Sales Mission 4 Kota Malaysia, Malaka, Penang,Johor Baphru & Kinabalu-

Malaysia, Nopember 2012.

14. ITB Asia, The Sands Expo and Convention Centre, Marina Bay Sands-

Singapore, tanggal 17 – 19 Oktober 2012.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 93

15. Malaysia International Travel Mart (MITM), Mid Valley Exhibition Centre Kuala

Lumpur-Malaysia, tanggal 28 – 30 Oktober 2012.

16. Sales Mission Filipina, Manila & Cebu-Filipina, Nopember 2012.

17. Thailand Travel Expo, Queen Sirkit National Convention Center, Bangkok-

Thailand, tanggal 22 – 25 Nopember 2012.

WILAYAH ASIA

18. Indonesia Cultural Night, Gujarat-India, tanggal 27 – 30 Januari 2012.

19. South Asia Travel & Tourism Expo (SATTE), Pragati Maiddan, New Delhi-India,

tanggal 10 – 12 Pebruari 2012.

20. Outbound Travel Mart (OTM), Bombai Exhibition Centre Goregaon (East),

Mumbai-India, tanggal 17 – 12 Pebruari 2012.

21. Sales Mission Cina (Taiwan), RRT, tanggal 22 – 24 Pebruari 2012.

22. Hongkong Flower Show, Hongkong-China, tanggal 16 – 25 Maret 2012.

23. Marine Diving Fair, Ikebukuro Sunshine City Convention Center, Tokyo-Jepang,

tanggal 6 – 8 April 2012.

24. China Outbound Tourism Travel Mart (COTTM), World Trade Center, Beijing-

China, tanggal 18 – 20 April 2012.

25. World Travel Fair (WTF), Shanghai Exhibition Center, Shanghai-RRT, tanggal

10 – 13 Mei 2012.

26. Sales Mission Korea, Seoul & Busan-Korea, tanggal 4 – 6 Juni 2012.

27. Korea World Travel Fair (KOTFA), COEX Convention & Exhibition Center,

Seoul-Korea, tanggal 7 – 10 Juni 2012.

28. Seles Mission India, Delhi, KOTFA, Chennai, Islamabad-India, tanggal 22 – 27

Juli 2012.

29. INNA Fair, Ghuangzhou-China, tanggal 29 Agustus – 7 September 2012.

30. Busan Internasional Travel Fair (BITF), Busan Exhibition & Conventioan Center

(BEXCCO) Busan-, Korea, tanggal 7 – 10 September 2012.

31. JATA Travel Showcase (JTS), Tokyo Big Sight, Tokyo-Jepang, tanggal 20 – 23

September 2012.

32. Festival Indonesia di Jepang, Roppongi, Tokyo-Jepang, tanggal 8 – 9

September 2012.

33. PATA Travel Mart (PTM), SMX Convention Center, Manila-Filipina, tanggal 25 –

28 September 2012.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 94

34. Taipei International Travel Fair (TITF), Teipei World Trade Center, Teipei-

Taiwan, tanggal 26 – 29 Otkober 2012.

35. China International Travel Mart (CITM), Shanghai New International Expo Center

(SNIEC), Shanghai-RRT, tanggal 15 – 18 Nopember 2012.

36. Sales Mission Jepang, Tokyo,Sapporo, Osaka-Jepang, tanggal 25 – 27

September 2012.

37. Diving Resort & Travel (DRT) Expo, Hongkong Convention & Exhibition Center,

Hongkong, tanggal 15 – 17 Desember 2012.

38. Festival Dawai di Asia, India, Desember 2012.

WILAYAH AMERIKA & PASIFIK

39. LA Travel & Adventure Show, Long Beach Convention Center, California-USA,

tanggal 14 – 15 Januari 2012.

40. Perth Holiday & Travel Expo, Burswood Entertainment Complex, Perth-Australia,

tanggal 18 – 19 Pebruari 2012.

41. Festival Indonesia di Amerika, The University Club & Asia Stage NYTTS, tanggal

1 Maret 2012.

42. Melbourne Travel Expo, Royal Exhibition Building Carlton Garden, Melbourne-

Australia, tanggal 17 – 18 Maret 2012.

43. Sydney Travel Expo, Royal Hall of Industries Fox Studios Moore Park, Sydney-

Australia, tanggal 24 – 25 Maret 2012.

44. Brisbane Travel Expo, Brisbane Convention & Exhibition Centre, Brisbane-

Australia, tanggal 14 – 15 April 2012.

45. Pertunjukkan Musik & Budaya Et Cetera & Festival Indonesia di Adelaide,

Adelaide & Melbourne-Australia, tanggal 1 – 25 April 2012.

46. Sales Mission Amerika, Los Angeles-New York, tanggal 26 – 28 Juni 2012.

47. Sales Mission Australia, Perth, Melbourne-Sydney, tanggal 24 – 29 Juni 2012.

48. Aceania Diva Exotourism Expo Sydnes-Austraia, tanggal 8 – 9 September 2012.

49. Festival Indonesia di Melbourne, Melbourne-Australia, tanggal 22 – 23

September 2012.

50. Festival Indonesia di New Zealand, New Zealand, tanggal, 14 – 23 Oktober

2012.

51. ING New Marathon 2012, New York-USA, tanggal 4 Nopember 2012.

52. DEMA Show, Orlondo-USA, tanggal 14 – 17 Nopember 2012.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 95

WILAYAH EROPA

53. Feria International Tourismo, Madrid-Spanyol, tanggal 18 – 22 Januari 2012.

54. Brussels Holiday Fair 2012, Brussel-Belgia, tanggal 2 – 6 Pebruari 2012.

55. Indonesia Tourism Update, Berlin-Jerman, tanggal 6 – 19 Pebruari 2012.

56. Borza Internationale de Turismo, Milan-Italia, tanggal 16 - 19 Pebruari 2012.

57. International Fair of Tourism, Belgrade Fair Grounds-Beograd-Serbia, tanggal 23

– 26 Pebruari 2012.

58. Salon Du Mondial, Paris-Perancis, tanggal 15 – 18 Maret 2012.

59. Ukraine International World Travel & Tourism, Kiev-Ukraina, tanggal 28 –30

Maret 2012.

60. Pasar Malam Indonesia, Den Haag-Belanda, tanggal 29 Maret 2012 – 1 April

2012.

61. Festival Indonesia di Swiss, Bern-Swiss, tanggal 26 – 29 April 2012.

62. Sales Mission Eropa Tengah, Beograd, Budapest, Praha, tanggal 21 – 25 Mei

2012.

63. Tong Tong Fair, Den Haag-Belanda, tanggal 17 – 28 Mei 2012.

64. Promosi Wonderful Indonesia Melalui Pelayaran Dunia KRI Dewaruci 2012,

tanggal 14 – 17 Oktober 2012.

65. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Berlin dan Belanda, tanggal 12 – 19

Juni 2012.

66. Les Tonnerres De Brest 2012, Brest-Perancis, tanggal 12 – 19 Juli 2012.

67. Top Resa, Paris Porte de Versailles, Paris–Perancis, tanggal 18 – 21 September

2012.

68. Otdykh Leisure, IEC Crocus Expo, Moskow–Rusia, tanggal 19 – 22 September

2012.

69. Promosi Tetap di Museum Vatikan, Vatikan Citye-Vatikan, September 2012.

70. Word Travel Market, Excel London-UK, tanggal 5 – 8 Nopember 2012.

WILAYAH AFRIKA DAN TIMUR TENGAH

71. East Mediterannean Int’l Travel and Tourism (EMITT), Istambul-Turki, tanggal 9

– 12 Pebruari 2012.

72. Sales Mission Turki, Istanbul, Ankara-Turki, tanggal 13 – 15 Pebruari 2012.

73. Destination Travel & Holiday Show, Abu Dhabi, PEA, tanggal 19 – 21 April 2012.

74. M.I.T. International Tourism Market, Tunisia, tanggal 25 – 28 April 2012.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 96

75. Sales Mission Arab Saudi, Jeddah, Mekah-Arab Saudi, tanggal 25 - 28 April

2012.

76. Arabian Travel Market, Dubai-UEA, tanggal 30 April 2012 – 3 Mei 2012.

77. Kuwait Travel World Expo 2012, Kuwait City-Kuwait, tanggal 14 –16 Mei 2012.

78. Indonesia Expo 2012, Amman-Jordania, tanggal 8 – 10 Juli 2012.

79. The Getaway Show, Afrika Selatan, tanggal 31 Agustus 2012 – 2 September

2012.

80. Sales Mission Afrika Selatan, Afrika Selatan, tanggal 3 – 5 September 2012.

81. Malam Budaya Indonesia di Kuwait, Kuwait City-Kuwait, tanggal 6 – 8 Oktober

2012.

82. Malam Budaya Indonesia di UEA, Abu Dhabi, Dubai-UEA, tanggal 10– 12

Oktober 2012.

83. Travel Turkey Izmir, Izmir-Turki, tanggal 6 - 9 Desember 2012.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 204.023.971.000,- hanya digunakan sebesar Rp 191.991.935.873,- atau hanya

sebesar 94%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 104,70%,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

d. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri

Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah

satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran

dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas

pemasaran dalam negeri yang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah

pengeluaran wisnus dibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri oleh

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin besar jumlah pengeluaran

wisnus yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan

pemasaran dalam negeri, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan

destinasi pariwisata Indonesia di dalam negeri.

Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 97

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

4. Produktivitas investasi pemasaran

dalam negeri (Kali)

1.848 2.390 129

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri” mencapai 2.390 kali. Berdasarkan

target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar

9.070,48 juta US Dollar, untuk produktivitas investasi pemasaran dalam negeri,

dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan investasi promosi pariwisata di

dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka produktivitas investasi promosi

pariwisata dalam negeri mencapai 2.390 kali atau melampaui target sebesar 129%.

Pencapaian realisasi di atas juga tidak lepas dari, kinerja Ditjen Pemasaran dalam

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang sebelumnya, seperti

Penyelenggaraan Even Berskala Nasional dan Internasional, Direct Promotion, dan

Penyelenggaraan Even Seni Budaya di Daerah.

Adapun event-event selama tahun 2012 yang mendukung peningkatan jumlah

kegiatan promosi pariwisata dalam negeri adalah, antara lain :

1. Sabang International Jazz Festival I, Sabang, November 2012

2. Festival Seudati Aceh, Bireun, Aceh, Oktober 2012

3. Festival Danau Toba VI, Bintan, Nopember 2012

4. Tour de Bintan IV, Bintan, Nopember 2012

5. Gelar Busana Muslim II, Jakarta, tanggal 21 Juli 2012,

6. Festival Tangkuban Perahu, Tangkuban Perahu, Jawa Barat, tanggal 13 Mei –

17 April 2012

7. Pasar Wisata Indonesia (TIME), Lampung, tanggal 9 – 12 Oktober 2012

8. Festival Bambu Nusantara VI, JCC, Jakarta, tanggal 1 – 2 September 2012

9. Penganugerahan Tahun Kunjungan Wisata 2012, Jakarta, tanggal 28 Desember

2012

10. Lomba Cipta Lagu Nusantara

11. Borobudur Jazz Festival, Borobudur, Nopember 2012

12. Apresiasi WIN, Jakarta, Desember 2012

13. Lomba Sumpit International II, Pontianak, Kalbar, tanggal 5 – 7 Oktober 2012

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 98

14. Borneo Extravaganza, Jakarta, tanggal 19 – 21 Oktober 2012

15. Dukungan Pemilihan Miss Coffee Indonesia, Jakarta, tanggal 31 Mei – 6 Juni

2012

16. Penyelenggaraan Event Kemilau Sulawesi, Makassar, tanggal 12 – 15 Juli 2012

17. Tomohon International Flower Festival, Sulut, tanggal 8 – 12 Agustus 2012

18. Festival Jepen III, Samarinda, Nopember 2012

19. Festival Tanjung Putting I, Tanjung Putting, Kalteng, tanggal 22 – 28 Oktober

2012

20. Festival Seni Jembaran I, Jembaran, tanggal 30 Agustus – 2 September 2012

21. Festival Kintamani II, Danau Batur, Bali tanggal 19 – 21 Oktober 2012

22. Festival Wisata Perbatasan II, Atambua, NTT, tanggal 26 – 28 Oktober 2012

23. Festival Kesenian Rakyat Mataraman III,Pacitan, tanggal 8 – 9 Nopember 2012

24. Komodo Karnaval I, Labuan Bajo, Nopember 2012

25. Festival Kelimutu I, Ende, Nopember 2012

26. Festival Sasando II Kupang, Desember 2012Direct Promotion Palembang di

Batam, Batam, tanggal 20 – 22 April 2012

27. Festival Budaya Asmat XXVIII, Asmat, tanggal 4 – 10 Oktober 2012

28. Festival Raja Ampat III, Raja Ampat, tanggal 18 – 21 Oktober 2012

29. Ambon Jazz Festival IV, Ambon, tanggal 13 – 16 Oktober 2012

30. Haluan Kepri Volley Ball Open Tournament VI ”Batam International 2012”,

Batam tanggal 22 – 28 April 2012

31. Bintan Triathlon, Bintan, tanggal 25 – 27 Mei 2012

32. Festival Tanjung Setia, tanggal 4 – 10 Juni 2012

33. Lampung Begawe, Lampung, tanggal 20 – 22 Juni 2012

34. Festival Singkawang, Kalimantan Barat, Februari 2012

35. Jember Fashion Carnival, Jember, Jatim, tanggal 7 – 9 Juli 2012

36. Legian Beach Festival, Bali, tanggal 5 – 6 Juli 2012

37. Bali Mountain Bike, Bali, tanggal 7 – 8 Juli 2012

38. Festival Legu gam, Ternate, tanggal 1 – 21 April 2012

39. Festival Teluk Jailolo, Maluku Utara, tanggal 12 – 19 Mei 2012

40. Festival Tidore, Maluku Utara, tanggal 9 – 12 Mei 2012

41. Sail Morotai, Maluku Utara, tanggal 15 September 2012

42. Festival Teluk Ambon, Maluku, tanggal 27 – 29 Oktober 2012

43. Festival Danau Sentani, Jayapura, Papua, tanggal 19 – 23 Juni 2012

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 99

44. Festival Lembah Baliem, Wawena, Papua, tanggal 9 – 11 Agustus 2012

45. Festival Budaya Raja Ampat, Raja Ampat, Papua Barat, tanggal 12 – 21 Oktober

2012

46. Festival Budaya Fak-Fak, Fak-fak, Papua, tanggal 12 – 16 Nopember 2012

47. Direct Promotion Padang di Bandung, Bandung, tanggal 18 – 20 Mei 2012

48. Direct Promotion Medan di Makassar, Makassar, tanggal 16 – 17 Juni 2012

49. Direct Promotion Batam di Surabaya, Surabaya, tanggal 6 – 8 Juli 2012

50. Direct Promotion Jawa Barat di Batam, Batam tanggal 13 – 15 April 2012

51. Direct Promotion Lampung di Yogyakarta, Yogyakarta, tanggal 25 – 27 Mei 2012

52. Direct Promotion Jawa Timur di Bali, Bali, tanggal 28 Mei – 1 Juni 2012

53. Direct Promotion NTT di Bali, Bali, tanggal 31 Agustus – 2 September 2012

54. Direct Promotion NTB di Balikpapan, Balikpapan, tanggal 2012

55. Direct Promotion Papua dan Papua Barat di Bali, Bali, tanggal 25 – 27 Mei 2012

56. Direct Promotion Maluku dan Maluku Utara di Batam, Kepri, tanggal 1 – 3 Juni

2012

1. Borobudur Interhash 2012, 24 – 28 Mei 2012, Magelang, Jawa Tengah

Borobudur Interhash 2012 merupakan penyelenggaraan Interhash ketiga kalinya

yang diselenggarakan di Indonesia. Sebelumnya pada tahun 1982 di Jakarta dan

1988 di Bali. Dan penyelenggaraan kali ini merupakan “The World 1st Heritage

Interhash” karena pertama kali diselenggarakan dengan latar belakang sejarah dan

budaya. Borobudur Interhash 2012 dilaksanakan pada tanggal 24 – 28 Mei di

Magelang dan Yogyakarta. Diikuti oleh 4.660 peserta dari 49 negara (AS, Australia,

Austria, Bangladesh, Belanda, Belgia, Brunei, Ceko, China, Cyprus, Denmark,

Estonia, Fiji, Filipina, Finland, Hongkong, India, Indonesia, Inggris, Irak, Irlandia,

Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Laos, Luxemburg, Malaysia,

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 100

Myanmar, New Zealand, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Portugal,

Singapura, Skotlandia, Sri Lanka, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor Leste,

Uganda, UAE, Vanwatu, Vietnam, Yordania).

Opening Ceremony dilaksanakan pada tanggal

25 Mei 2012 di lapangan Brahma Candi

Prambanan pukul 19.00 – 21.00 WIB,

sedangkan pada tanggal 26 Mei 2012 pukul

08.00 – 11.00 dilaksanakan VVIP Walk di Candi

Borobudur tepatnya di lapangan Tuksongo. VVIP

Walk ini dihadiri oleh Presiden SBY, Gubernur Jateng, Menparekraf, Menpora,

Menteri ESDM dan juga Duta Besar AS untuk Indonesia. Kemparekraf melalui Dit.

Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, Dit. Pencitraan Indonesia serta Dit.

Pemberdayaan Masyarakat, membawa serta beberapa media baik dari dalam

negeri maupun luar negeri. Media – media tersebut yaitu TV3 Malaysia, E-Turbo

News, MICE in Asia, Xinhua News Agency, The Daily Jakarta Shimbun, Eurosport,

Metro TV, Majalah Swa, TVRI, Rakyat Merdeka, Travel Club, dan Delta Film.

2. TOUR DE SINGKARAK, 4 – 10 Juni 2012, Sumatera Barat

Tour de Singkarak 2012 telah terlaksana untuk yang keempat kalinya

dilaksanakan pada tanggal 4-10 Juni 2012 di Sumatera Barat yang melintasi 14

kabupaten/kota. TDS 2012 diikuti oleh 16 tim luar negeri dan 9 tim dalam negeri,

jumlah peserta seluruhnya adalah 250 orang, terdiri dari 20 negara, yaitu China,

Hongkong, Singapura, Jepang, Korea, Belanda, Philippina, Amerika, Taipei,

Thailand, Malaysia, New Zealand, Inggris, Iran, Australia, Kanada, Prancis,

Urbekistan, Kazakstan, Jerman dan Indonesia. Pada TDS tahun ini rute yang

dilewati adalah Sawahlunto, Payakumbuh, Batusangkar, Bukittinggi, dan Padang.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 101

Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2012 Sawahlunto

menjadi tuan rumah pembukaan Tour de Singkarak 2012 dan kota Padang menjadi

tuan rumah penutupan, yang merupakan Etape terakhir Tour de Singkarak 2012.

Penutupan TDS 2012 berlangsung di Kota Padang. Setelah penamoilan kesenian

tradisional dan sambutan dari Gubernur Sumatera Barat, Menteri Pemuda dan

Olahraga menutup secara resmi acara Tour de Singkarak 2012.

3. LOMBOK PEARL FESTIVAL, 29 Juni – 1 Juli 2012, Lombok, NTB

Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni – 1

Juli 2012 di Hotel Lombok Raya, Mataram. Lombok Sumbawa Pearl Festival kali

ini diisi dengan berbagai kegiatan antara lain Lelang Mutiara, Pemilihan Putri

Mutiara, Panen Mutiara, Pameran, Dialog Interaktif, dan Perlombaan-perlombaan

(mewarnai, cukli, fotografi dan kreasi jilbab). Acara ini dilaksanakan dalam rangka

memperkenalkan Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu daerah penghasil

mutiara tebaik di Indonesia.

Pada tanggal 29 – 30 Juni dilakukan Lelang mutiara yang mempertemukan

antara sellers mutiara dari NTB, NTT, Bali, Maluku dan Papua dengan para buyers

internasional yang berasal dari 9 negara yaitu Perancis, Hongkong, Jepang,

Singapura, Philipina, Tahiti, Australia, Cina

dan Inggris serta 10 buyers domestik.

Dengan dipandu oleh ASBUMI lelang mutiara

tahun ini menghasilkan transaksi sebesar

US$ 98.000. Selain itu juga digelar pameran

mutiara yang diikuti oleh 13 stand perusahaan pengrajin perhiasan mutiara kelas

tinggi, 15 UKM dan 3 stand demo tenun, cukli (kerajinan dengan menggunakan

limbah kerang) dan gerabah. Sedangkan total transaksi yang dihasilkan adalah dari

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 102

penyelenggaraan Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 adalah sebesar US$

175.000 yang setara dengan 1,6 M, meningkat sebesar 33,33 % dari tahun 2011

yakni sekitar 1,2 M.

4. MUSI TRIBOATTON, 26 November – 1 Desember 2012, Sumatera Selatan

Musi Triboatton 2012 merupakan event

perpaduan wisata penjelajahan dengan

lomba dayung variatif menggunakan tiga

jenis perahu meliputi rafting, canoeing dan

Traditional Boat (perahu naga) yang

melintasi Sungai Musi dari hulu ke hilir,

yang meliputi Kabupaten Empat Lawang,

Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Kota Palembang, sepanjang 500

kilometer lebih. Musi Triboatton merupakan cruising dengan penilaian kecepatan,

ketahanan dan kekompakan tim peserta, penjelajahan dan penelusuran sungai.

Event ini merupakan gagasan Bapak

Sapta Nirwandar yang merupakan Wakil

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Pemasaran Parwisata, yang bertujuan

untuk meningkatkan nilai tambah Sungai

Musi sebagai ikon pariwisata yang

menarik untuk dikunjungi. Event ini

diselenggarakan dengan semangat

gotong royong antara Kementerian Parekraf, Pemda Sumatera Selatan, dan

Kabupaten 4 Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Kota Palembang,

serta Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI).

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 77.381.435.000,- hanya digunakan sebesar Rp 73.896.144.095,- atau hanya

sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 129%,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 103

e. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan

Indonesia

Untuk menilai efektivitas pemasaran yang dilakukan di dalam maupun di luar

negeri, salah satunya dapat dianalisis berdasarkan persepsi masyarakat dunia

mengenai kepariwisataan Indonesia. Masih banyak masyarakat di dunia yang tidak

mengetahui keberadaan Indonesia sehingga kegiatan pemasaran yang efektif

sangatlah ditentukan oleh strategi komunikasi yang diimplementasikan. Kejelasan

pesan yang ingin disampaikan, pemilihan media yang digunakan, konten dan desain

sarana promosi yang digunakan, serta kesesuaiannya dengan target pasar

sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran pariwisata yang akhirnya

akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berwisata di Indonesia.

Indikator keberhasilan yang kelima dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

5. Peningkatan persepsi positif

masyarakat dunia mengenai

kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)

Base Line

(x)

n/a n/a

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan

Indonesia” belum ada nilai surveinya. Untuk Nilai survei terhadap peningkatan

persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia pada tahun

2012 belum dapat dilaksanakan, sehingga belum dapat menyajikan data.

9 Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB)

ekonomi kreatif

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 104

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods and services,

yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktu tertentu. PDB

ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai

tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari 14 kelompok usaha industri

kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3) Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan

Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) Pasar Barang Seni; (8) Penerbitan dan

Percetakan; (9) Periklanan; (10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan

Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak;

dan (14) Televisi dan Radio. Data PDB ekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan

dari sumber data lainnya yang berasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor

industri kreatif.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya

kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi ekonomi

kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalah persentase rasio

PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Semakin besar

persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakin besar pula kontribusi industri

kreatif terhadap perekonomian nasional, dengan kata lain, semakin penting peranan

industri kreatif dalam struktur produksi nasional.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap

PDB nasional (Persentase)

7,29

4,68

(EKMDI)

2,5

(EKSB)

6,91

3,47

(EKMDI)

3,44

(EKSB)

94,79

74,15

(EKMDI)

137,6

(EKSB)

Pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian nasional juga tercermin

dalam perbandingan kontribusi PDB berdasarkan sektor perekonomian lainnya.

Rata-rata kontribusi PDB industri kreatif 7,74%, menempatkan industri kreatif

menjadi sektor terpenting keenam di antara 10 sektor ekonomi nasional, lebih besar

dari keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi;

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 105

serta Listrik, gas, dan air bersih. Agar kontribusi dari masing-masing lapangan

usaha terhadap PDB nasional dapat terlihat, maka PDB dari masing-masing

lapangan usaha akan dibandingkan dengan PDB nasional, termasuk dari lapangan

usaha ekonomi kreatif.

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional” mencapai 10,35 %. Kontribusi

PDB merupakan rasio antara total PDB nominal tahunan ekonomi kreatif berbasis

seni dan budaya dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. Untuk tahun

2012 kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap

PDB nasional adalah sebesar 3,44 %. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dapat

melebihi target, karena para pelaku ekonomi kreatif sangat memahami akan

kebutuhan masyarakat yang berada di kelas menengah.

Indikator “Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional”, berupa kontribusi

ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap,

Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun

produktivitas tenaga kerja. Di tahun 2010 ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah

sebesar Rp.468,1 triliun, 7,29% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri

kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan;

Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan

Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni

Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum

memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor

pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai

tambah bagi perekonomian nasional.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

PENGUATAN DATA DAN INFORMASI

Konsep Ekonomi Kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak

negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian.

Di Indonesia, gaung Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara

untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 106

Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan

Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design

Power 2006 – 2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi

produk yang dapat diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter

nasional.

Salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media,

Desain, dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi adalah kontribusi ekonominya, baik

Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di

dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja.

Untuk mengetahui perkembangan pencapaian target kinerja Ditjen EKMDI tersebut,

perlu dilakukan perhitungan kontribusi ekonomi sektor-sektor industri kreatif yang

berada dalam linkup kegiatan Ditjen EKMDI, untuk periode tahunan. Perhitungan

kontribusi ekonomi ini juga penting bagi intelektual dan akademisi sebagai referensi

informasi untuk mencermati perkembangan industri kreatif, yang akan menjadi

dasar pengembangan usaha bagi pelaku usaha, dan dasar melakukan penelitian

dan pengembangan bagi intelektual. Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan perekonomian negara melalui kerja sama di berbagai bidang, maka

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan

Tekhnologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu

institusi Pemerintah yang menangani bidang media, desain dan Ilmu Pengetahuan

Tekhnologi di tanah air, pada tahun 2012 memprogramkan kegiatan Penyusunan

PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi

bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memang masih didominasi oleh sektor

Industri Pengolahan serta Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan.

Namun, hadirnya sektor Ekonomi Kreatif sebagai alternatif ekonomi baru yang

mengintensifkan informasi dan kreativitas diharapkan mampu memberikan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 107

kontribusi perekonomian yang cukup besar merupakan tugas dan tanggung

jawab yang berat karena harus mengaktifkan cakupan industri kreatif sektor

ekonomi kreatif.

2. Meskipun PDB yang dihasilkan oleh sektor Ekonomi Kreatif terbilang cukup

besar, namun ternyata pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tidak secepat

pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun

2011 adalah sebesar 6,46 persen, sedangkan pertumbuhan PDB Ekonomi

Kreatif hanya sebesar 4,95 persen. Bahkan, pada tahun 2012 sektor Ekonomi

Kreatif mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 4,29 persen,

masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,41 persen.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah melaksanakan kegiatan yang dapat mengaktifkan cakupan industri kreatif

sektor ekonomi kreatif secara bersamaan sehingga dapat langsung menumbuh

kembangkan pembangunan di sektor ekonomi kreatif sehingga dapat mendongkrak

Produk Domestik Bruto (PDB) nasional cukup besar seiring dengan pertumbuhan

PDB sektor ekonomi yang cepat.

10 Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja

sektor ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya

kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah:

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif.

Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerja

di industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja di industri

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 108

kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat pada

bagan di bawah ini

Bagan: Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan

Data ketenagakerjaan industri dapat diestimasi dari data statistik

ketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya. Kuantitas tenaga kerja

sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikator tingkat partisipasi tenaga

kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasio jumlah pekerja di kelompok industri

kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruh industri di Indonesia. Angka ini akan

semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran vital dalam

perekonomian Indonesia. Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur

melalui indikator pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi

kreatif, yaitu pertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri

kreatif. Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakin

meningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakin baik pula.

a. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

Jumlah Total

Penduduk

Penduduk Usia Kerja

(Usia Produktif)

Penduduk Bukan Usia

Kerja

Angkatan Kerja

Pekerja Penganggur

Bukan Angkatan Kerja (Usia

Produktif, Memilih Tidak

Bekerja, Ibu RT, Mahasiswa

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 109

Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.

Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja

sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah

pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung

dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni

pertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peran sektor ekonomi

kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran

nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka

tingkat pengangguran akan semakin menurun.

Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan

iptek.

Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja

sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek dibandingkan dengan

jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang

dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain,

fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini

menunjukan peran sektor EKMDI terhadap penurunan tingkat pengangguran

nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka

tingkat pengangguran akan semakin menurun.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor

ekonomi kreatif (Persentase)

8,25

5,41

(EKMDI)

2,81

(EKSB)

6,34

- *)

(EKMDI)

6,34

(EKSB)

76,85

- *)

(EKMDI)

225,62

(EKSB)

*) “Tingkat partisipasi tenaga kerja” tidak ada, yang ada “Tingkat partisipasi angkatan kerja”

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Tingkat

partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 6,34%. Tingkat partisipasi

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 110

tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional.

Produktivitas tenaga kerja adalah rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif

berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.

Sementara untuk ekonomi berbasis media, desain dan iptek, tidak ada data

realisasi, karena menurut BPS tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada

adalah tingkat partisipasi angkatan kerja, sehingga tidak terhitung sektor ekonomi.

Indikator “Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” berupa peran

sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat

pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor

EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun Adapun target tingkat

partisipasi tenaga kerja EKSB yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf

tahun 2012 adalah sebesar 2,81%. Realisasi tahun 2012 adalah sebesar 6,34%.

Dengan demikian realisasi melebihi dari target yang telah ditetapkan pada Renstra.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain Kegiatan yang

mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah:

1. Masih banyaknya orang yang masuk usia angkatan kerja tapi belum

menghasilkan di sektor ekonomi kreatif sehingga dalam penghitungan

pendapatan perkapita bukan termasuk manusia yang produktif.

2. Masih banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja tapi

memiliki pendidikan yang rendah da pengetahuan di bidang ekonomi kreatif

sehingga tidak dapat memberikan kontribusi pada laju pertumbuhan PDB

ekonomi kreatif

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 111

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang ekonomi

kreatif baik secara langsung atau melalui media.

2. Membuka lapangan pekerjaan dengan mengembangkan pembangunan di sektor

konomi kreatif sehingga banyak masyarakat yang sudah masuk dalam angkatan

kerja tidak menganggur.

b. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

Kualitas penyerapan tenaga kerja ditingkatkan melalui peningkatan

pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan

tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung

berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya

dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga

kerja sektor ekonomi kreatif

(Persentase)

3,08

2

(EKMDI)

2,97

(EKSB)

2,6

1,18

(EKMDI)

1,42

(EKSB)

84,42

59

(EKMDI)

47,81

(EKSB)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 2,6%.

Indikator “Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif”

berupa peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan

budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja

dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni

dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Target pertumbuhan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 112

produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB tahun 2012 adalah sebesar 2,97%

sedangkan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 1,42%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa realisasi belum mencapai target.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain kegiatan yang

mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi

11 Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya

unit usaha sektor ekonomi kreatif adalah Kontribusi unit usaha sektorekonomi kreatif

terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unit usaha di sektor

ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produk dan jasa kreatif semakin

meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang ingin bergerak di sektor ekonomi

kreatif pun semakin meningkat.

Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya

terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan

kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap

jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas

usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta

fotografi.

Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan

iptek terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan

kontribusi unit usaha sektor EKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang

lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah

arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan

radio.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 113

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Kontribusi unit usaha di sektor

ekonomi kreatif terhadap unit usaha

nasional (Persentase)

7,28

4,53

(EKMDI)

2,65

(EKSB)

9,81

2,29

(EKMDI)

7,52

(EKSB)

134,75

48,56

(EKMDI)

283,77

(EKSB)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional”

mencapai 9,81%.

Indikator “Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha

nasional” berupa kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan

budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang

dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni

pertunjukan, musik, serta fotografi. Target kontribusi jumlah usaha sektor EKSB

terhadap jumlah unit usaha nasional tahun 2012 adalah sebesar 2,65% dan

realisasi tahun 2012 adalah sebesar 7,52%. Dengan demikian disimpulkan bahwa

kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional adalah

7,52%.

12 Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif

lokal oleh masyarakat Indonesia

Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif,

diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukkan adanya aksi

nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan konsumsi produk dan jasa

kreatif lokal oleh masyarakat indonesia adalah Jumlah pelaku kreatif yang

mengalami peningkatan akses pasar, dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal

di dalam negeri.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 114

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya konsumsi produk dan

jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia adalah: Jumlah pelaku kreatif yang

mengalami peningkatan akses pasar; dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif

lokak di dalam negeri.

a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar

Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung

melalui fasilitasi pelaku kreatif untuk mengikuti pameran, memfasilitasi

penyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan film untuk

mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan sarana promosi bagi

karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi, maka diharapkan

dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas akses pasar untuk produk dan jasa

kreatif di dalam dan di luar negeri.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami

peningkatan akses pasar (Orang)

1.193

77

(EKMDI)

1.116

(EKSB)

2.013

51

(EKMDI)

1.962

(EKSB)

168,73

66,23

(EKMDI)

175,81

(EKSB)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar” mencapai 2.013 orang.

Indikator “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar”

berupa pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini

berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta

fotografi. Dari tabel diatas dapat diamati bahwa capaian realisasi untuk tiap-tiap

indikator yaitu: jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan

akses pasar musik dan seni pertujukan adalah 830 orang, jumlah pelaku kreatif

sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di

dalam dan luar negeri adalah 548 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang

mengalami akses pasar seni rupa adalah 1.016 orang, jumlah penghargaan yang

diberikan pada insan berprestasi subsektor seni pertujukan dan industri musik

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 115

adalah 10 penghargaan dan jumlah jenis penghargaan kepada insan film yang

berprestasi sebanyak 3 penghargaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

a. Inisiasi Penyelenggaraan Pekan Arsitektur dan Desain Interior Indonesia

Inisiasi Penyelenggaraan Pekan

Arsitektur dan Desainer Interior Indonesia,

difokuskan untuk mendukung atau

menginisiasi kegiatan ARCASIA 2012.

Pendukungan kegiatan ini

dimaksudkan untuk meningkatkan akses

pasar dari bidang ekonomi kreatif. Selain itu

juga memberikan dukungan bagi para pelaku

atau stakeholders bidang ekonomi kreatif

khususnya arsitektur.

ARCASIA (Asian Congress of

Architect) 2012 merupakan kegiatan kongres

arsitek se-Asia yang pada tahun 2012 ini,

memilih Bali sebagai tuan rumah

penyelenggaraan kegiatan. Tema yang diangkat pada Arcasia Bali 2012 ini adalah

“a modernism challenge: Asian Cities and Architecture Heritage in New paradigm”.

b. Dukungan Pekan Produk Kreatif Indonesia Bidang Mode

Tujuan dari kegiatan adalah mendukung

Pekan Produk Kreatif Indonesia yang

merupakan event tahunan produk kreatif

Indonesia yang menampilkan berbagai produk

unggulan hasil karya anak bangsa, antara lain

memperkenalkan sarung sebagai salah satu

pakaian yang dapat digunakan dalam segala

suasana dan usia.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 116

c. Partisipasi Persiapan Dukungan Mengikuti London Fashion Week

Tujuan kegiatan tersebut adalah :

a. mempartisipasi Persiapan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Indonesia agar dapat menunjukkan kemampuan dan

belajar berbisnis pada skala internasional;

b. memberikan kesempatan kepada desainer lokal yang

berbakat namun belum mendapat kesempatan untuk

menunjukkan diri;

c. mempromosikan keindahan dan keunikan mode Indonesia

yang berasal dari kekayaan budaya bangsa sehingga Indonesia dapat

dijadikan sebagai tujuan fashion baru;

d. menghadirkan rancangan terbaik dari desainer kenamaan

Indonesia dan menghadirkan koleksi busana kreasi UKM

dalam area pameran perdagangan fashion internasional

sehingga diharapkan dapat memperkuat perekonomian

Indonesia dari segi mode.

e. Di dalam London Fashion Week, terdapat pembinaan

untuk 8 desainer yaitu: Albert Yanuar, Dian Pelangi,

Cotton Ink, Major Minor, Bretzel, Barli Asmara, Jeffry Tan,

Yosafat Dwi Kurniawan,serta dibina oleh 4 (Empat)

Narasumber yaitu: Toby Meado, Sanjeev Davidson,

Angela & Wendy Malen yang berasal dari Centre Fashion

Enterprise (CFE). Hasil pembinaan dan bimbingan

tersebut akan ditampilkan dalam Jakarta Fashion Week

(JFW).

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 117

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Pada tahun 2012 kita hanya memiliki waktu yang singkat dalam melaksanakan

kegiatan ini menjadi suatu kendala yang sangat besar.

2. Karena bidang ini merupakan suatu yang baru maka masih kurangnya data yang

dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Melanjutkan program kegiatan yang telah berjalan pada tahun anggaran

berikutnya dengan melihat kekurangan yang terjadi pada tahun sebelumnya

sehingga dapat memperbaikinya dan mengoptimalkannya.

2. Melengkapi data untuk mengisi database yang ada sehingga dapat membantu

pelaksanaan kegiatan.

b. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri

Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitu persentase

peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalam negeri oleh masyarakat

Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi oleh individu, pemerintah, maupun

perusahaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi ini merupakan salah satu dampak

dari upaya peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta

peningkatan akses pasar.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif

lokal di dalam negeri (Persentase)

9,26

9

7,65

.......

82,61

......

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 118

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

(EKMDI)

7,65

(EKSB)

(EKMDI)

7,65

(EKSB)

(EKMDI)

100

(EKSB)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mencapai 7,65%.

Indikator “Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mengukur

pertumbuhan konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat

yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkup

subsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya

adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Adapun

pertumbuhan konsumsi terhadap produk EKSB tahun 2012 adalah 7,65%. Dengan

demikian realisasi telah mencapai target yang sudah ditetapkan pada Renstra

Kemenparekraf.

13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap

ekonomi kreatif

Ekonomi kreatif merupakan terminologi baru di Indonesia, walaupun sektor yang

ada di dalam ekonomi kreatif bukanlah sektor yang baru di dalam masyarakat

Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif

merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur dari kinerja Kemenparekraf.

Pemahaman masyarakat terhadap sektor ekonomi kreatif tidaklah terbatas pada

tahu atau mengenal ekonomi kreatif, tetapi lebih mengukur sejauh mana

masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu ekonomi kreatif baik dari aspek

perkembangan ekonomi kreatif, sektor ekonomi kreatif di Indonesia, mengapa

ekonomi kreatif perlu dikembangkan dan sentra/zona kreatif, dan informasi lainnya

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 119

yang terkait dengan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang

melakukan survei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakat

Indonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga pada tahun 2012 perlu dilakukan

survei yang ditetapkan sebagai dasar (base line) tingkat pemahaman masyarakat

Indonesia terhadap ekonomi kreatif yang akan terus ditingkatkan setiap tahunnya.

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap

ekonomi kreatif”, ditandai oleh Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB,

untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu

EKSB dalam aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi

lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal

pengukuran tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB.

Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB diukur untuk mengetahui

sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam

aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang

terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran

tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Tingkat pemahaman masyarakat

terhadap ekonomi kreatif (Persentase)

Base Line

(x)

- -

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Tingkat

pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif” mencapai -%.

14 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 120

Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi,

diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi,

modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempat modal ini merupakan

modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, oleh karena itu

semakin banyak ruang publik yang dapat diciptakan dan diaktivasi sebagai ruang

ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih

banyak pelaku kreatif yang akan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas.

Di tahun 2012 ini sasaran “Terciptanya ruang publik bagi masyarakat”, dapat

ditinjau dari jumlah pengembangan ruang kreatif. Pengembangan ruang kreatif

dilakukan melalui aktivasi taman budaya. Adapun pada tahun 2012 telah dilakukan

aktivasi taman budaya di 4 (empat) provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh

dan Bali.

Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan

ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal

ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah pengembangan zona kreatif di

Indonesia (Zona)

3 4 133,33

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pengembangan zona kreatif di Indonesia” mencapai 4 zona.

Indikator “Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia” berupa

Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan

ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal

ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Adapun target yang

dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf tahun 2012 adalah 3 (tiga) ruang kreatif

dan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 4 (empat) ruang kreatif.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 121

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

Aktivasi Taman Budaya

Program Aktivasi Taman Budaya ini didasarkan pada program Pemerintah

Kabinet Indonesia Bersatu II yang telah menetapkan bahwa “Kebudayaan,

Kreativitas dan Inovasi Teknologi” sebagai salah satu program prioritas nasional

tahun 2010-2014. Kemudian, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Nomor PM.27/UM.001/MPEK/2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan.

Program Aktivasi Taman Budaya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif (Kemen Parekraf) merupakan implementasi salah satu program unggulan

ynag mendukung pengembangan pusat dan ruang-ruang kreatif sebagai suatu

wadah berekspresi, berkreasi, berapresiasi seni dan budaya. Melalui program ini,

ruang-ruang kreatif akan ditingkatkan perannya sebagai sarana berkomunikasi dan

berkolaborasi insan kreatif, seniman, budayawan, serta masyarakat untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas karya seni dan budaya yang memiliki daya

saing tinggi dan nilai tambah secara budaya, sosial, dan ekonomi.

Salah satu ruang kreatif yang sudah ada di setiap provinsi adalah Taman

Budaya dan Balai Budaya. Secara administratif, Taman Budaya berada sebagai

salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi, dibawah dinas yang

terkait. Taman Budaya dan Balai Budaya merupakan asset yang perlu

dikembangkan dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk peningkatan kualitas seni,

sehingga dapat berpartisipasi bagi peningkatan citra di provinsi masing-masing

daerah dan Indonesia. Sekaligus, program ini dapat menciptakan lapangan kerja

baru atau job creation bagi insan-insan kreatif, seniman, dan pengelola pertunjukan.

Melalui program aktivasi Taman Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 122

Kreatif akan mendorong peran Taman Budaya sebagai center of excellence of Arts

and Culture dan menjadi tujuan pariwisata budaya di Indonesia.

Pada tahun 2012, Taman Budaya yang mendapat dukungan kementerian

Parekraf berjumlah 4 lokasi yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Pada

tahun 2013 adalah 14 Taman Budaya, kemudian tahun 2014 akan ada 25 lokasi.

Dukungan ini disampaikan melalui dana Dekonsentrasi. Unit kerja penanggung-

jawab Aktivasi Taman Budaya di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah

Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya, sedangkan

pelaksana teknis di lapangan yang mendampingi kegiatan Aktivasi Taman Budaya

adalah Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik.

Mengawali Aktivasi Taman Budaya adalah kegiatan pemetaan, yaitu sebuah

survey pada bulan Oktober-November 2012 untuk mengetahui dan memahami

potensi, masalah, dan kebutuhan Taman Budaya. Selanjutnya, tanggal 30

November sampai dengan 8 Desember 2012 telah dilaksanakan workshop,

pelatihan, dan pergelaran kesenian di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Aceh. Di

Taman Budaya Aceh, kegiatannya berupa “Workshop Manajemen Program dan

Produksi Kegiatan.” Di Jawa Timur adalah “Workshop Manajemen Program dan

Produksi Pergelaran,” di Bali adalah “Workshop Penataan dan Pengelolaan Koleksi

Museum,” dan di Jawa Barat dilaksanakan “Workshop Pengembangan Sistem Arsip

dan Dokumentasi.” Setiap workshop diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari

perwakilan empat Taman Budaya dan komunitas kreatif serta perwakilan dari

daerah.

Perlu kami sampaikan bahwa program pengembangan Taman Budaya bukan

untuk komersialisasi, tetapi untuk peningkatan karya-karya yang diproduksi memiliki

kualitas tinggi dan daya saing, serta mendapatkan apresisasi dari masyarakat luas,

baik dalam dan luar negeri. Faktor ekonomi yang dihasilkan adalah dampak dari

penghargaan atas kualitas karya dan apresiasi masyarakat. Dari proses ini,

diharapkan akan menghasilkan peningkatan kemampuan pengelolaan pertunjukan,

peningkatan kesadaran budaya baik pelaku maupun apresiator dan peningkatan

kerjasama pihak pengelola Taman Budaya, komunitas kreatif, dan seniman dengan

stakeholder, meningkatkan kemampuan pendokumentasian karya seni, dan

meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lembaga.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 123

15 Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan

pendidikan tinggi pariwisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas

lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi,

yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP)

Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makasar, yang

terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di

pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan

tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja,

dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja

baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka

semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan

lapangan kerja sektor pariwisata.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah lulusan pendidikan tinggi

kepariwisataan yang terserap di pasar

kerja (Orang)

1.383 1.216 87,9

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja” mencapai

1.216 orang, dari target 1.383 orang atau 87,9%. Hal tersebut disebabkan

perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan sebagai alumnus (lulusan),

sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi secara substansi jumlah

lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja sebenarnya tercapai.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 124

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Wisuda Pada tahun 2012 jumlah lulusan ke 4 (empat) UPT

Pendidikan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif telah meluluskan sebanyak 1.216

dari target 1.383 orang terdiri dari STP Bali 379 orang,

STP Bandung 480 orang, Akpar Medan 258 orang, dan

Akpar Makassar 99 orang. Hal ini sejalan dengan kebijakan zero unemployment

yang telah dicanangkan bahwa selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun

seluruh lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan

tinggi kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah

mendapatkan pekerjaan.

2. Job Fair

Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke

4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata senantiasa

melakukan upaya yang dapat menyalurkan para lulusannya untuk

dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun internasional.

Upaya tersebut antara lain

kegiatan bursa kerja atau Job

Fair yang melibatkan perusahaan

peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo.

Yang diterima dilapangan kerja melalui kegiatan

Job Fair adalah 2820 orang, terdiri dari UPT

Pendidikan Tinggi di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya 1.216 orang

dan dari Perguruan Tinggi Pariwisata lainnya 1.604 orang.

3. Asia Tourism Forum (ATF) 2012

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP)

Bandung sebagai UPT Pendidikan dari

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 125

mendapatkan suatu kehormatan sebagai tuan rumah Asia Tourism Forum (ATF)

Conference ke-10 yang diselenggarakan pada tanggal 08 – 10 Mei 2012. Forum

internasional ini merupakan pertemuan dua tahunan industri pariwisata seperti

praktisi, akademisi, peneliti, birokrat pemerintah dan pembuat kebijakan pariwisata

guna bersama-sama bertukar informasi penelitian untuk keberlanjutan

perkembangan industri pariwisata di Asia.

Forum ini bertujuan memfasilitasi pertukaran informasi dan membangun jaringan

diantara para peneliti, praktisi industri pariwisata dan pembuat kebijakan untuk

berkolaborasi dan membangun jaringan dengan tujuan besar guna membantu

perkembangan pemasaran dan pengelolaan pariwisata di Asia.

Adapun tema ATF Conference 2012 adalah

RETHINKING TOURISM dengan fokus pada

Strategy to Sustainable Development dengan

mengangkat 19 Topik kajian yang mencakup:

Sustainable tourism, creative tourism, economic

sustainable, marketing, human resources, cultural

and heritage tourism, education and training in tourism,

tourism policy, regional cooperation in tourism, aviation policies, financial, tour

operator and travel agency, Hotel industry, Quality service Restaurant and food

service, Information Technology and Tourism planning.

Keynote speaker dalam ATF Conference 2012 ini adalah Professor Caye Chon

(Hongkong), Professor Haiyan Song (Hong kong), Professor Geoff Wall (Canada),

Professor Abdul Kadir Haji Din (Malaysia) dan Professor Wiendu Nuryanti

(Indonesia). Abstract sebanyak 70 dan Full paper presenter sebanyak 35 orang dari

berbagai Institusi pendidikan dalam dan luar negeri. Dihadiri 16 Negara yaitu

Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China, New Zeland, Inggris, Turki, India,

Yunani, Macau, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab.

Partisipan ATF sebanyak 350 orang dari berbagai institusi pendidikan pariwisata

dari dalam dan luar negeri.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 126

5. Certified Hospitality Educator (CHE)

STP Bandung mengikuti program Certified

Hospitalily Educator (CHE) dibawah Association Hotel

and Lodging Educational Institute (AHLEI). Program

pelatihan CHE adalah suatu program yang dirancang

sebagai bentuk pengakuan yang menilai para dosen

atau tenaga pendidik dari aspek pengetahuan

(knowledge) pengalaman mengajar (experience) serta standar-standar lain yang

telah ditentukan oleh institusi tersebut. Diharapkan dengan diperolehnya pengakuan

professional CHE tersebut dapat meningkatkan kinerja dosen atau tenaga pengajar.

Program CHE angkatan I dilaksanakan pada tahun 2011: 2 orang dosen STP

Bandung yaitu Sdr. Anang Sutono dan Sdri. Ni Made Gusti Kerti Utami dinyatakan

lulus dan 3 orang masih dalam penilaian video tape teaching presentation. Tahun

2012 diselenggarakan program CHE angkatan II yang diikuti oleh 15 peserta.

Sertifikasi yang berlaku selama lima tahun tersebut diharapkan dapat memacu

dan memicu kedua tenaga pendidik tersebut pada khususnya dan seluruh insan

tenaga pendidik terutama di pendidikan tinggi kepariwisataan pada umumnya.

Sangat diyakini bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama akan lahir serifikasi

berikutnya terhadap para tenaga pendidik di Tourism and Hospitality demi

membangun SDM Pariwisata yang berkelanjutan, yang World Class Standards.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp.217.551.655.000,- hanya digunakan sebesar Rp.201.870.090.170,- atau hanya

sebesar 92,8% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 87,9%.

16 Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor

pariwisata dan ekonomi kreatif

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 127

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalisme pelaku

sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode 2012–2014 adalah Jumlah

standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dan Jumlah tenaga kerja

pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi.

a. Jumlah standar kompetensi sektor pariwista dan ekonomi kreatif

Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah

naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pariwisata

dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapat melakukan sertifikasi, maka

diperlukan standar kompetensi kerja yang akan dijadikan referensi. Identifikasi unit

kompetensi dan penyusunan standar kompetensi akan berpengaruh terhadap

kualitas sertifikasi yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penyusunan standar

kompetensi membutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku di

bidangnya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara konsisten akan

mengembangkan SKKNI dengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin

banyak profesi yang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan

profesionalisme tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah standar kompetensi sektor

pariwisata dan ekonomi kreatif

(Naskah SKKNI)

10

6

60

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif” mencapai 6 naskah

SKKNI. Target pada PK tingkat Kementerian tercatat 10 naskah namun sesuai

dengan target pada PK di eselon I tercatat 4 naskah hal ini disebabkan adanya

perubahan organisasi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi

Kementeriaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga dikhawatirkan apabila

mengikuti target yang ada di PK tingkat Kementerian tidak tercapai.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 128

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Workshop draft SKKNI bidang pekerja film dilaksanakan di:

2. Workshop draft SKKNI bidang seni pertunjukkan (line dance) dilaksanakan di:

Mengingat pentingnya SKKNI dan Sertifikasi ini,

maka pada tahun 2013 Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Badan Pengembangan Sumber Daya akan menyusun 3 (tiga) SKKNI ekonomi

kreatif, bidang film, musik, dan desain. Sementara itu dengan telah ditetapkannya

SKKNI bidang film dan seni pertunjukkan, maka target yang akan dicapai untuk

sertifikasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif sebanyak 500 orang untuk tahun

2014.

PERMASALAHAN

1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan

nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian

kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru;

2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar.

PEMECAHAN MASALAH

1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi

yang baru;

2. Perlu Diklat terknis verifator standar.

1. Yogyakarta

2. Ujung Pandang

3. Jakarta

1. Semarang

2. Batam

3. Pekanbaru

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 129

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp.26.950.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.25.122.998.804,- atau hanya

sebesar 93,2%.

b. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi

Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi,

yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang difasilitasi

untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukan untuk menciptakan

kompetensi yang unggul dan meningkatkan daya saing SDM di sektor pariwisata

dan ekonomi kreatif di dalam dan luar negeri, sehingga dapat lebih bersaing dan

profesional di bidangnya. Khususnya di sektor ekonomi kreatif, Kemenparekraf akan

memulai sertifikasi pada tahun 2014 karena pada tahun 2012-2013 merupakan

inisiasi identifikasi unit kompetensi serta penyusunan Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif. Kemenparekraf menargetkan

jumlah pelaku yang akan disertifikasi cenderung meningkat, sehingga dengan

semakin banyak pelaku yang disertifikasi, maka daya saing tenaga kerja di sektor

pariwisata dan ekonomi kreatif semakin meningkat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan

ekonomi kreatif yang disertifikasi

(Orang)

15.000 21.500 143,3

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

tenaga kerja pariwisata yang disertifikasi” mencapai 21.500 orang. dari target

15.000 orang atau 143,3%. Hal tersebut di sebabkan tingginya dukungan pihak

Hotel di setiap Daerah sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK), sehingga dalam

mengikuti sertifikasi kompetensi peserta sangat antusias. Dengan demikian

berkontribusi positif dalam penambahan jumlah capaian target kegiatan sertifikasi.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 130

Indikator “jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi” meliputi

bidang Hotel dan Restoran, Spa, Usaha Perjalanan Wisata, Pemandu Wisata, Jasa

Boga MICE, Pemandu Wisata Selam, Pemandu Ekowisata, Pemandu Wisata

Arung Jeram dan Pemandu Museum.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

a. Sertifikasi Kompetensi

1. Bidang Hotel dan Restoran, dilaksanakan di 33

Provinsi dengan Jumlah 9.590 orang;

2. Bidang SPA, dilaksanakan di 16 Provinsi

dengan Jumlah 3.660 orang;

3. Bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW),

dilaksanakan di 20 Provinsi dengan jumlah

1.700 orang;

4. Bidang Pemandu Wisata, dilaksanakan di 27 Provinsi dengan jumlah 2.000

orang;

5. Bidang Jasa Boga, dilaksanakan di 22 Provinsi dengan jumlah 1.800 orang;

6. Bidang MICE, dilaksanakan di 10 Provinsi dengan jumlah 800 orang;

7. Bidang Pemandu Ekowisata, dilaksanakan di 14Provinsi dengan jumlah 500

orang;

8. Bidang Pemandu Arung Jeram, dilaksanakan di 5 Provinsi dengan jumlah

500 orang;

9. Bidang Pemandu Wisata Selam, dilaksanakan di 14 Provinsi dengan jumlah

650 orang;

10. Bidang Kepemanduan Museum, dilaksanakan di 7 Provinsi dengan jumlah

300 orang.

Sebagai puncak pelaksanaan kegiatan sertifikasi

ini secara simbolis Ibu Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif pada tanggal 29 November 2012 di

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 131

Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta telah menyerahkan

Sertifikat Kompetensi kepada 250 orang tenaga kerja pariwisata perwakilan dari 33

propinsi di Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menilai sertifikasi dan standar

kompetensi adalah penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya pariwisata

dan mendukung daya saing pariwisata Indonesia.

Mengingat pentingnya sertifikasi, maka pada tahun 2013 Kementerian Parekraf

akan menargetkan kembali pelaksanaan sertifikasi kompetensi sebanyak 11.500

orang tenaga kerja pariwisata di seluruh Indonesia.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan

nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian

kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru;

2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi

yang baru;

2. Perlu Diklat terknis verifator standar.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp.26.950.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.25.122.998.804,- atau hanya

sebesar 93,2%.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 132

17 Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian

bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitian dan

kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah Jumlah penelitian dan

pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor

pariwisata, dan Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam

mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif.

a. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung

kebijakan di sektor pariwista

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung

kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang

dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di

sektor pariwisata. Ruang lingkup industri pariwisata yang dikelola oleh

Kemenparekraf sangatlah luas, sehingga fokus kajian yang dilakukan akan

ditentukan berdasarkan permasalahan yang mendesak dan penting untuk segera

diselesaikan. Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat

sehingga semakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisis untuk

dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah penelitian dan pengembangan

yang dimanfaatkan dalam mendukung

kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

10 9 90

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di

sektor pariwisata” mencapai 9 kajian atau 90%, nampak bahwa realisasi di tahun

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 133

2012 terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2011. Hal ini

disebabkan pada tahun 2011 capaian kinerja penelitian mandiri digabungkan

dengan penelitian utama. Sedangkan di tahun 2012 penelitian mandiri sudah

dipisahkan menjadi indikator terpisah.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya

Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan MP3EI

Program Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) merupakan langkah awal untuk

mendorong Indonesia menjadi negara maju

melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif,

berkeadilan dan berkelanjutan.

Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga)

elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam)

Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi

Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi

Bali danNusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku;

(2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan

terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat

kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan

program utama di setiap koridor ekonomi.

Untuk mendukung percepatan pembangunan dalam rangka MP3EI itulah

maka Puslitbangjakpar melakukan penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang

Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan

MP3EI yang difokuskan pada Koridor 5 yaitu provinsi NTB dan NTT yang

menitikberatkan kepada pertanian dan pariwisata. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui segala potensi dan hambatan-hambatan terhadap proses

pelaksanaan investasi pariwisata di provinsi NTB dan NTT.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 134

Pada tanggal 2-5 Oktober 2012 dilakukan penelitian di Provinsi NTB

dengan fokus kepada kawasan Pantai Mandalika-Lombok dan dilanjutkan pada

tanggal 19 – 12 Oktober 2012 di Kupang dan Maumere di NTT.

Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapatnya potensi yang luar biasa

di bidang pariwisata baik di provinsi NTB maupun NTT. Namun terdapat

hambatan-hambatan dalam pelaksanaan investasi antara lain ruwetnya masalah

pertanahan, belum tersedianya Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

aksesibilitas, pembinaan sadar wisata pada masyarakat, keamanan bagi

wisatawan, kurangnya jalur “direct flight” dari luar negeri ke NTB dan NTT,

kurang jelasnya kebijakan pengembangan kawasan wisata.

2. Penelitian Daya Saing Destinasi Kepariwisataan Indonesia

Setiap tahun, Organisasi Kepariwisataan Dunia (United Nations–World

Tourism Organization/ UNWTO) selalu mengeluarkan peringkat daya saing

negara-negara di dunia yang didasarkan kepada 14 pilar yang meliputi :

a. Kebijakan dan peraturan

b. Pariwisata yang berkelanjutan

c. Keamanan dan keselamatan

d. Kesehatan

e. Prioritas pada pariwisata dan perjalanan

f. Infrastruktur transportasi udara

g. Infrastruktur transportasi darat

h. Infrastruktur pariwisata

i. Infrastruktur TIK

j. Daya saing harga

k. Persepsi terhadap pariwisata

l. Sumber daya alam

m. Sumber daya budaya

Pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat ke 74 dari 139 negara

yang dinilai. Peringkat ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 dimana

Indonesia menduduki peringkat ke 81 dari 133 negara. Namun tentunya hal ini

belum menjadi gambaran yang memuaskan mengingat posisi Indonesia

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 135

dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Singapura,

Malaysia dan Thailand masih rendah.

Disisi lain, disadari bahwa potensi Indonesia dalam sumber daya alam

dan budaya yang sangat luar biasa, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan pada indikator tertentu dan membuat

penajaman indikator daya saing destinasi (WEF) yang sesuai dengan

karakteristik kepariwisataan dan Indonesia.

Pada tanggal 9 – 12 Juli 2012 dilakukan penelitian di kawasan Bromo-

Jawa Timur dan kawasan Gunung Rinjani-Lombok, dan dilanjutkan pada

tanggal 26 – 28 September 2012 di kawasan Danau Toba – Sumatera Utara dan

Toraja – Sulawesi Selatan.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa banyak keunikan-keunikan

yang asli pada setiap destinasi pariwisata di Indonesia yang tidak terkategorikan

oleh UN-WTO dan pemetaan atas kondisi daya saing destinasi teraktual.

3. Penelitian Dampak Event “Tour de Singkarak” (ad-hoc)

Tour de Singkarak merupakan event

olah raga tahunan yang mulai dirintis sejak

tahun 2009. Yang merupakan kejuaraan

balap sepeda yang diakui secara resmi oleh

Persatuan Balap Sepeda International

(Union Cyclize International) sebagai

kalender tahunan di Sumatera Barat.

Melalui event ini diharapkan dapat memperkenalkan dan mempromosikan

pariwisata provinsi Sumatera Barat di kancah internasional sehingga provinsi ini

makin dikenal dan dijadikan tujuan utama wisatawan dunia.

Pada tahun 2012, TDS merupakan event yang ke empat kalinya dan

diselenggarakan pada 4-10 Juni 2012 ini diikuti oleh 250 orang peserta dari

berbagai Negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi

masyarakat dan pelaku industri pariwisata (perhotelan, perjalanan wisata, dan

daya tarik wisata) terhadap Event Tour De Singkarak 2012, serta dampak

ekonomi dari penyelenggaraannya dan teridentifikasinya dampak ekonomi

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 136

seperti angka kunjungan wisatawan, pengeluaran, tingkat hunian kamar, dan

dampak di bidang poleksosbudhankam.

Pada tanggal 9-12 November 2012, telah dilakukan penelitian lapangan.

Penelitian meliputi wawancara dengan berbagai sumber seperti Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, PHRI, ASITA, usaha

wisata dan masyarakat. Pada tanggal 12 November 2012 dilakukan Diskusi

kelompok Terfokus (FGD) yang dihadiri oleh Disbudpar Provinsi Sumbar, dinas-

dinas budpar di 14 kabupaten kota, PHRI, ASITA, dan Garuda Indonesia.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak secara langsung TDS

bagi kunjungan wisman belum terlalu signifikan, namun angka pertumbuhan

wisatawan ke Provinsi Sumatera Barat terus menunjukkan kenaikan. TDS

merupakan salah satu faktor pendorong naiknya wisman ke provinsi ini. Disisi

lain masyarakat dan industri pariwisata memang merasakan manfaat pada saat

event berlangsung, namun belum dalam jangka panjang. Namun akibat jangka

panjang dari pelaksanaan TDS ini Provinsi Sumatra Barat sudah mulai dikenal

luas oleh masyarakat dunia oleh karena liputan media yang cukup gencar.

Masyarakat juga merasakan adanya perubahan infrastruktur yang menjadi

sangat baik, dan mampu menyatukan masyarakat dalam mendukung event ini

dan program pemerintah lainnya pada umumnya.

4. Penelitian Pasar Wisatawan Asia – Pasifik

Dalam upaya meningkatkan kunjungan

wisman datang ke Indonesia, Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah

meluncurkan berbagai kebijakan

pembangunan, baik terkait strategi

pengembangan destinasi pariwisata,

pemasaran dan peningkatan kapasitas SDM.

Pemerintah akan terus mendorong agar pariwisata di Indonesia terus tumbuh

dan berkembang sehingga melalui pariwisata diharapkan kesejahteraan

masyarakat semakin meningkat.

Di bidang pemasaran pariwisata, selain dengan menetapkan target

kunjungan sebesar 8 juta wisman pada tahun 2012, maka Kemeterian

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 137

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menetapkan 16 negara sebagai fokus

pasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Adapun fokus pasar pariwisata

Indonesia meliputi : Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Jepang, Korea

Selatan, Philipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda,

Timur Tengah, Jerman dan Rusia.

Untuk lebih mendalami tentang karakteristik wisatawan pada fokus pasar

itulah maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012 ini melakukan penelitian Pasar

Wisatawan pada 2 (dua) negara yaitu Australia dan Korea Selatan.

Untuk itu pada tanggal 9 – 12 September 2012 tim peneliti telah

berangkat ke Australia dan dilanjutkan pada 8 – 13 Oktober 2012 ke Korea

Selatan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada masyarakat

dan wawancara mendalam dengan industri tour and travel ditempat serta

melakukan Diskusi Kelompok terfokus (FGD) dengan pihak pemerintah

Indonesia (KBRI), VITO, dan industri di Australia dan Korea Selatan. Dari hasil

penelitian diketahui tentang kondisi teraktual dari pasar utama di kedua negara

tersebut seperti motivasi melakukan perjalanan, jenis-jenis wisata yang diminati,

karakteristik wisman dan sebagainya.

5. Penulisan dan Launching buku pariwisata

Penelitian dan pengembangan

kebijakan pada hakekatnya adalah

penelitian aplikatif hasil akhirnya

merupakan rekomendasi bagi pengambil

keputusan dalam rangka pengembangan

pariwisata. Agar hasil-hasil penelitian

puslitbangjakpar dapat diketahui oleh

khalayak dan dijadikan referensi utama dalam setiap pengembangan

kepariwisataan, maka perlu kiranya upaya diseminasi dan sosialisasi hasil

litbang tersebut.Bentuk yang mudah diterima dan dapat dijadikan referensi

diantaranya adalah dalam bentuk sebuah buku.

Untuk itu, maka atas bantuan Bapak Prof. Dr. I Ketut Ardana dari

Universitas Udayana Bali dan dan Bapak Dr. Dewa Putu Oka dari Sekolah

Tinggi Pariwisata Bali Internasional selaku editor, pada tanggal 14 November

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 138

2012, bertempat di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali (STP

Bali), hadir Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Parekraf dan seluruh

“stakeholder“ pariwisata di Bali, diluncurkan 2 (dua) buah buku yang berjudul

“Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia” dan “Pengembangan Daya Tarik

Wisata Unggulan” sekaligus dilakukan acara bedah buku

6. Kegiatan Lomba Karya Tulis Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-DKI

Jakarta

Dalam rangka meningkatkan kreativitas/aksi positif di kalangan pelajar

dalam hal menulis, menumbuhkan kesadaran

akan peran penting pariwisata di Indonesia

sejak dini serta memupuk rasa cinta tanah

air, maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012

menyelenggarakan Lomba Karya Tulis

Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-DKI

Jakarta dengan tema “Kenali Negerimu, Cintai Negerimu”.

Para juri ditetapkan dari berbakai kalangan yaitu akademisi, pendidik,

media masa dan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

yaitu.Isdaryono (Kemenparekraf), Kiftiawati (FIB – UI), Urry Kartopati (Majalah

“Travel Club”), Dra.Budiarti, M.Pd (Universitas Negeri Jakarta) dan Drs. Husein,

MM (Guru SMK 6 Jakarta).

Adapun hadiah adalah Juara pertama mendapat 3 juta rupiah, juara

kedua sebesar2 juta rupiah dan juara ketiga 1 juta rupiah ditambah hadiah dari

pihak sponsor berupa voucher menginap di salah satu hotel berbintang di Kota

Yogya selama 3 hari 2 malam dan tiket pesawat Jakarta – Jogya PP. Adapun

pemenang Harapan 1, 2 dan 3, pihak sponsor memberikan hadiah menginap di

salah satu hotel di Bandung-Jawa Barat.

Adapun juara-juara dari lomba adalah sbb :

a. Juara 1 Christy Dwijayanti dari SMA Budi Agung Jakarta dengan Judul

tulisan “Dampak Pariwisata Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”

b. Juara 2 Kinanti Hantiyana Aliyah dari SMA Negeri 8 dengan judul tulisan

“Meniti Gebrakan Baru Kepariwisataan Indonesia”

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 139

c. Juara 3 Muhamad Rizki dari SMA Global Islamic School dengan judul tulisan

“Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia”

d. Juara harapan 1 Alfino Winata dari SMA Budi Agung Jakarta dengan judul

tulisan “Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia”

e. Juara Harapan 2 Elokhauri Rinainurani Sasisuci dari SMA Negeri 74 dengan

judul tulisan “Jalan-jalan Biar Kenal Biar Sayang”

f. Juara harapan 3 Qonita Syahadah Kasworo dari SMK Negeri 6 Jakarta

dengan judul tulisan “Peranan Siswa SMK Dalam Meningkatkan Wisata

Kuliner”

Pada tanggal 1 Oktober 2012, bertempat di

Balairung Susilo Sudarman diselenggarakan

acara Pengumuman Lomba Karya Tulis dan

Penyerahan Hadiah bagi para pemenang yang

dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif dan para pejabat di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DewanJuri, Guru dan Kepala

Sekolah para peserta lomba, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Dinas

Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, dan industri pariwisata

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah Penyesuaian anggaran karena perubahan struktur organisasi

menyebabkan hanya 2 yang dilaksanakan dari 3 penelitian Ad Hoc yang

ditargetkan.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah Kekurangan capaian penelitian berdasarkan target Renstra akan

dialokasikan pada tahun anggaran berikutnya.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 140

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 8.920.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 6.591.706.139,- atau hanya

sebesar 73,9% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 90,0%.

b. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung

kebijakan di sektor ekonomi kreatif

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung

kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan

yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi

kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Sama halnya dengan sektor pariwisata, maka

sektor ekonomi kreatif pun memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi

untuk melakukan kajian kebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk

melakukan kajian kebijakan terkait dengan pariwisata.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah penelitian dan pengembangan

yang dimanfaatkan dalam mendukung

kebijakan di sektor ekonomi kreatif

(Kajian)

10 5 50

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di

sektor ekonomi kreatif” mencapai 5 kajian atau 50%. Capaian indikator ini tidak

dapat dibandingkan dengan indikator sebelumnya tahun 2011 karena merupakan

indikator baru sejak adanya perubahan nomenkelatur Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Penelitian Potensi dan Strategi Pengembangan Budaya Lokal Pada Aplikasi

Smartphone

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 141

Perkembangan smartphone saat ini sudah sangat merebak. Hal ini seiring

dengan perkembangan teknologi informasi dan meningkatnya kebutuhan

manusia akan informasi dan komunikasi. Smartphone yang beredar semakin

memanjakan penggunanya ditambah dengan kemudahan dalam memperoleh

aplikasi-aplikasi sebagai software pendukung smartphone. Dipasaran dapat

dengan mudah ditemui provider-provider nya seperti Itune Store, Google Play

Store, App World, Samsung Store, Ovi Store dan masih banyak lagi.

Namun aplikasi-aplikasi yang bermunculan sebagian besar merupakan

produksi luar dengan kata lain merupakan produk impor. Sedikit sekali anak

bangsa yang ikut serta memproduksi aplikasi apalagi aplikasi yang memiliki

konten lokal atau budaya lokal. Hal ini dianggap penting dalam memperkuat jati

diri bangsa dan memperlihatkan eksistensi diri dalam dunia maya. Bila melihat

kekayaan budaya, Indonesia memiliki banyak ragam budaya dari Sabang

Sampai Merauke yang dapat diolah dan manfaatkan. Namun, kebudayaan

Indonesia belum banyak digali dan dimanfaatkan sebagai konten lokal pada

aplikasi-aplikasi smartphone.

Penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana menciptakan situasi dan ruang yang kondusif agar dapat secara

aktif dan kreatif menumbuhkan keinginan untuk menciptakan aplikasi

dengan konten budaya lokal

b. Siapa saja aktor-aktor yang berperan aktif

c. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan hal tersebut

Secara substansi, lingkup penelitian ini meliputi:

1. Konsep dan materi mengenai teknologi dan informasi khususnya pada

smartphone.

2. Konsep dan materi tentang budaya lokal dan era globalisasi.

3. Strategi pemanfaatan budaya lokal dalam aplikasi-aplikasi smartphone

Secara geografis, ruang lingkup penelitian ini membahas komunitas-

komunitas teknologi android yang berada di Solo, Yogyakarta dan Semarang.

Penelitian Potensi dan Pengembangan Kain Tapis Provinsi Lampung

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 142

Kain Tapis merupakan salah satu jenis

kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam

menyelaraskan kehidupannya baik terhadap

lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam

Semesta. Karena itu munculnya Kain Tapis ini

ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang

mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara

memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan

masyarakat. Motif kain ini ialah kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang

berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang,

matahari, bulan serta bunga melati.Dikenal juga tenun kain tapis yang

bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-

unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-

unsur pengaruh tradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di

Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya

perkembangan kerajinan tapis ini.Walaupun unsur baru tersebut telah

berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Dunia kemaritiman atau disebut

dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu

Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan

kerajaan-kerajaan Islam antara tahun 1500 - 1700.

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman

pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada

kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia

tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut

telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal

pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal

yang digunakan. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung

menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku

Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah

suku Lampung yang beradat Pepadun.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 143

Bahan Dasar Tapis Lampung: Kain tapis Lampung yang merupakan

kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun

dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas

dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan

benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim

sulam.Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil

pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya

menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal

sejak lama.

Permasalahan yang diangkat perkembangan kain tapis dari warna, corak

dan teknik Tapis yang mengalami degradasi dari aslinya.Penelitian ini

diharapkan dapat melestarikan kembali warna, corak dan tehnik asli dari Kain

Tapis.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Perubahan Nomenklatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Puslitbangjak Ekraf merupakan unit kerja baru yang dibentuk sebagai tindak

lanjut perubahan nomenklatur Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2011. Sebagai unit

kerja baru maka sumber daya yang dimiliki Puslitbangjak Ekraf masih sangat

terbatas. Sumber daya tersebut meliputi: SDM, anggaran dan sarana dan

prasarana.

2. Anggaran

Dari sisi anggaran, sebagai unit kerja baru maka anggaran Puslitbangjak Ekraf

diusulkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP),

sementara DIPA APBNP tahun 2012 baru ditetapkan pada bulan Oktober 2012,

dan mulai dapat direalisasikan pada bulan November, sehingga waktu yang

tersedia untuk pelaksanaan anggaran sangat singkat. Jika dibandingkan dengan

pagu awal ketidakmaksimalan dalam realisasi anggaran disebabkan ada

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 144

beberapa kegiatan yang mendapat tanda bintang dari Direktorat Jenderal

Anggaran Kementerian Keuangan, sehingga dari pagu awal

Rp. 15.000.000.000,- hanya sebesar Rp. 7.582.650.000,- yang disetujui untuk

dilaksanakan.

3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Di dalam rencana kerja dan anggaran Puslitbangjak Ekraf Tahun 2012, terdapat

8 (delapan) kegiatan dengan 27 (dua puluh tujuh) aktivitas, sementara SDM

Puslitbangjak Ekraf hanya terdiri 19 (sembilan belas) personil. Dengan waktu

yang sangat singkat maka pelaksanaan kinerja menjadi kurang maksimal.

4. Sarana dan Prasarana

Sebagai satuan kerja baru maka Puslitbangjak Ekraf belum ditunjang dengan

sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kinerja.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Untuk menunjang kinerja Puslitbang Ekraf, maka perlu dilakukan peningkatan

SDM baik dari kuantitas dengan menambah jumlah personil, maupun dari sisi

kualitas dengan melaksanakan program pengembangan kapasitas (diklat dan

sertifikasi) bagi staf maupun peneliti Puslitbangjak Ekraf.

2. Untuk mempertegas pelaksanaan fungsi administratif dan teknis, diperlukan

uraian tugas yang jelas bagi pelaksana kegiatan dalam bentuk SOP sebagai

acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Untuk memperlancar penyerapan anggaran, perlu peningkatan koordinasi yang

baik antara pelaksana kegiatan dengan pengelola keuangan, sehingga kegiatan-

kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana secara optimal dan tertib

dalam pertanggungjawaban anggaran.

4. Hasil kinerja selama tahun 2012 yang tertuang pada LAKIP akan menjadi bahan

evaluasi untuk perencanaan dan pelaksana kegiatan yang lebih efektif dan

efisien di tahun-tahun berikutnya. Dengan perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan peran Puslitbang Kebijakan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 145

Ekonomi Kreatif sebagai lembaga litbang yang menjadi penopang bagi unit kerja

teknis lainnya bisa berjalan dengan baik.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp.15.000.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.1.994.081.200,- atau hanya

sebesar 13.2% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 50.0%.

18 Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku

di sektor ekonomi kreatif

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di

sektor ekonomi kreatif”, dapat ditinjau dari jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi

kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi

dan produksi karya kreatif. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan agar para pelaku

dapat menghasilkan karya atau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing.

Peningkatan kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya

dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu: Workshop dan Coaching Clinic

Pelaku Seni Pertunjukan, Fasilitasi Insan Film Berprestasi di Tingkat Internasional,

Fasilitasi/Pendukungan Pemenang Lomba Penulisan Cerita Film, Workshop dan

Coaching Pembuatan Naskah Film Yang Baik, Pendampingan Pengembangan

Desain, Tatakelola Usaha, Pemasaran Batik dan Produk Batik Indonesia,

Pendampingan Pengembangan Desain Produk Kriya dan Tatakelola Usaha bagi

UKM, dll.

Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas

konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah Jumlah pelaku kreatif

yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi, dan Jumlah pelaku

kreatif yang mengalami penguatan jejaring.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 146

a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan

produksi

Proses kreasi dan produksi di industri kreatif merupakan proses penciptaan nilai

tambah yang berbeda. Dalam proses kreasi, ide merupakan modal utama dalam

menciptakan karya kreatif, sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana

menjadikan ide menjadi sebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk

menciptakan nilai ekonomi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan

produksi kreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi,

seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karya kreatif,

fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif atau kegiatan lainnya yang dapat

meningkatkan kemampuan untuk berkreasi dan berproduksi.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami

peningkatan kemampuan kreasi dan

produksi (orang)

3.918

2.934

(EKSB)

984

(EKMDI)

2.703

2.230

(EKSB)

473

(EKMDI)

68,99

76,01

(EKSB)

48,07

(EKMDI)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi”

mencapai 2.703 kajian. Realisasi untuk sektor EKSB tidak mencapai target, karena

terbatasnya waktu sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung sasaran dimaksud

tidak dapat dilaksanakan secara keselurahan.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam

rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 15.900.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 7.367.685.700,- atau hanya

sebesar 46,34%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 46%,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 147

b. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring

Untuk dapat terus meningkatkan kreativitasnya, pelaku kreatif ini

membutuhkan untuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau

hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun

komersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatif antara lain

melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, atau kegiatan lainnya yang

dapat mempertemukan pelaku kreatif untuk saling berbagi pengalaman dan

pengetahuan.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami

penguatan jejaring (orang)

2.594

2.278

(EKSB)

316

(EKMDI)

3.634

2.398

(EKSB)

1.236

(EKMDI)

140,09

105,27

(EKSB)

391,14

(EKMDI)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring” mencapai 3.634 orang.

Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang

terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang

ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh

Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring

ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta

fotografi. Dari tabel dapat diamati bahwa target jumlah pelaku kreatif sektor EKSB

yang mengalami peningkatan jejaring sebanyak 2.278 orang sedangkan realisasi

sebesar 2.356 orang. Indikator tersebut merupakan penjumlahan dari jumlah pelaku

kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni

pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri, jumlah pelaku kreatif

sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di

dalam dan luar negeri, Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami

peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar

negeri dan jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 148

Capaian realisasi untuk jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami

peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di

dalam dan luar negeri adalah 1.090 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku

kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart,

di dalam dan luar negeri adalah 548 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku

kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni

rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri adalah 685 orang. Capaian realisasi

jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring adalah

sebesar 75 orang. Dari tabel diatas terdapat satu indikator yang tidak mencapai

target tetapi secara keseluruhan realisasi telah mencapai target yang dicanangkan

pada Renstra Kemenparekraf. Untuk sektor EKSB realisasi melebihi target karena

tingginya minat para pelaku kreatif sektor EKSB dalam meningkatkan kreativitasnya

yang pada akhirnya akan meningkatkan jejaring diantara pelaku kreatif.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Seminar Jejaring

Kota Pusaka, Pendukungan Musik Indie Indonesia, Pendukungan Partisipasi Aktif

pada Event Film Internasional, Pengiriman Film Indonesia ke Luar Negeri,

Pengambilan Gambar, Sosialisasi dan Publikasi Film, Workshop dan Seminar Seni

Rupa, Workshop dan Roadshow Lomba Foto, Pendukungan Karya Seni Rupa di

Forum Internasional, dll

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 22.959.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp. 12.630.618.700,- atau hanya

sebesar 55,01%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 55%,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

19 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 149

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran

utama, yaitu:

1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;

2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); dan

3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur

peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian

berikut.

Dalam UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung

keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib

dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,

efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintah yang

menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengelola keuangan negara.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan

keuangan adalah opini keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling

rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (3) Wajar

Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Kemenparekraf.

Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP dan mempertahankan predikat

tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang.

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan”,

ditandai oleh tertibnya administrasi keuangan.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 150

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Opini keuangan Kemenparekraf

(Peringkat)

WTP Masih dalam

proses

pemeriksaan

BPK

-

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Opini

keuangan Kemenparekraf” masih dalam proses pemeriksaan BPK.

Indikator “Opini keuangan Kemenparekraf” berupa saat ini masih dalam proses

audit.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Kegiatan Percepatan dan Peningkatan Akuntabilitas Keuangan (SAI)

2. Kegiatan Sertifikasi Sertifikasi Barang/Jasa Pemerintah.

3. Kegiatan Bendaharawan.

4. Program Peningkatan SDM Pengelola Keuangan.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Tingkat Pemahaman SDM belum optimal.

2. Akurasi dan ketepatan penyajian laporan keuangan sangat menentukan.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Melaksanakan Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan secara

berkesinambungan.

2. Melakukan program pendampingan bersama APIP

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 151

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 9.240.700.000,- hanya digunakan sebesar Rp 8.558.770.310,- atau hanya

sebesar 92,62 %. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100 %,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

20 Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran

utama, yaitu:

1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;

2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); dan

3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur

peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian

berikut.

Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemen

pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus

peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agenda penting

dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yang direalisasikan dengan

diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel

sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi

masyarakat dan lingkungannya; (2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah;

(3) terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional;

dan (4) terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Meningkatnya

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 152

kualitas pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat diindikasikan dari

perbaikan nilai SAKIP yang yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen SAKIP

Kemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaian

paling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Predikat SAKIP Kemenparekraf

(Predikat)

B B 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Predikat

SAKIP Kemenparekraf” mencapai predikat B.

Indikator “Predikat SAKIP Kemenparekraf” berupa Evaluasi akuntabilitas kinerja

dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas

kinerja seluruh instansi pemerintah, dan melihat bagaimana komitmen penerapan

manajemen pemerintah yang berbasis kinerja dalam rangka mencapai salah satu

sasaran reformasi birokrasi, yakni terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel

dan berorientasi pada hasil (outcome oriented).

Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek

perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan

aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome

serta kinerja lainnya.

Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi

(LHE) yang didalamnya memuat saran dan rekomendasi perbaikan kepada instansi

yang dievaluasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara sistematis dan

berkelanjutan.

Selengkapnya hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

terhadap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meliputi 5 (lima) komponen

besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja,

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 153

Penyerahan Penghargaan oleh Menteri PAN dan RB kepada

Kemenparekraf, diterima oleh Sekjen Kemenparekraf

Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja, dapat dilihat dalam

matriks di bawah ini:

Tabel III.4 Perbandingan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

Kemenbudpar/Kemenparekraf 2007 – 2012

No. KOMPONEN SAKIP

BOBOT

PENILAI-

AN

NILAI HASIL EVALUASI SAKIP

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1. Perencanaan Kinerja 35% 16,83% 20,79% 24,27 23,91 24,72 25,11

2. Pengukuran Kinerja 20% 7,20% 13,43% 12,58 12,92 14,44 13,32

3. Pelaporan Kinerja 15% 8,14% 9,30% 10,28 10,25 11,13 12,04

4. Evaluasi Kinerja 10% 5,60% 6,80% 9,00 6,33 6,48 6,97

5. Capaian Kinerja 20% 15,41% 12,17% 11,03 15,59 13,14 12,97

NILAI HASIL EVALUASI 100% 53,18% 62,48% 67,14 69,00 69,90 70,41

PERINGKAT/11 BESAR 8 dari

70

5 dari

74

3 dari

74

11

besar

dari 79

11

besar

dari

82

-

PREDIKAT PENILAIAN - - B B B B

1. Hasil Evaluasi Tahun 2012

Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor B/3322/M.PAN-RB/11/2012 tanggal 30 November

2012 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil

evaluasi Tahun 2012 menunjukan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif mendapat nilai 70,41%, atau predikat penilaian “B”, ada peningkatan

sebesar 0,73% dari 69,90% pada tahun 2011.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 154

Nilai sebagaimana tersebut di atas, merupakan akumulasi penilaian

terhadap seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi dengan rincian

sebagai berikut:

a. Perencanaan Kinerja (capaian 25,11%)

Perencanaan kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif sudah dilakukan dengan menyusun dokumen Rencana

Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja.

Kekurangan dalam hal perencanaan antara lain:

1) Renstra di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan

tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada hasil/outcome dan di

lengkapi dengan indikator kinerja outcome yang relevan dan terukur.

2) Penetapan Kinerja belum seluruhnya menyajikan suatu perjanjian tentang

hasil/kinerja yang akan dicapai.

3) Perencanaan kinerja belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat

untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja.

b. Pengukuran Kinerja (capaian 13,32%)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah memiliki Indikator

Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan entitas organisasi.

Kekurangan dalam pengukuran kinerja adalah:

1) Indikator-indikator kinerja yang digunakan, terutama di sebagian unit kerja

belum seluruhnya relevan dan menggambarkan hasil, dan dapat diukur

secara obyektif.

2) Indikator kinerja yang telah ditetapkan belum cukup untuk mengukur

kinerja organisasi.

3) Kemenparekraf belum memiliki indikator kinerja individu yang mengacu

pada IKU Kementerian.

4) IKU dan pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk

pengendalian dan pemanfaatan kinerja.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 155

c. Pelaporan Kinerja (capaian 12,04%)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011 telah disusun dan

disampaikan secara tepat waktu kepada Presiden melalui Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, demikian juga

LAKIP unit kerja telah disusun dan disampaikan kepada pihak yang

berkepentingan.

Kekurangan dalam sistem pelaporan kinerja antara lain:

1) LAKIP di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan

informasi pencapaian sasaran yang berorientasi hasil/outcome melalui

hasil evaluasi dan analisis yang memadai dengan dilengkapi

pembandingan data kinerja.

2) LAKIP belum dimanfaatkan secara optimal terutma untuk peningkatan

kinerja selanjutnya.

d. Evaluasi Kinerja (capaian 6,97%)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah melakukan

evaluasi atas LAKIP unit kerja.

Adapun kekurangan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja, antara lain

adalah:

1) Belum secara optimal melakukan pemantauan tentang kemajuan

pencapaian kinerja beserta hambatannya.

2) Evaluasi program belum seluruhnya memberikan rekomendasi-

rekomendasi perbaikan perencanaan kinerja.

3) Evaluasi Rencana Aksi belum dilaksanakan dalam rangka mengendalikan

kinerja.

4) Hasil-hasil evaluasi kinerja belum secara optimal dimanfaatkan untuk

perbaikan penerapan manajemen kinerja di lingkungan Kemenparekraf

e. Capaian Kinerja (capaian 12,97%)

Pencapaian kinerja dinilai dari aspek pencapaian target, dan

keandalan data kinerja, serta keselarasan antara kinerja output dengan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 156

kinerja outcome. Selain itu capaian kinerja juga mencakup kinerja pencatatan

keuangan, transparansi, penilaian dari stakeholder, termasuk penghargaan

yang diperoleh. Capaian kinerja output sudah cukup baik. Sedangkan capaian

outcome masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Rendahnya capaian

outcome terutama disebabkan oleh indikator-indikator kinerja outcome yang

kurang relevan dan tidak cukup untuk menggambarkan keberhasilan.

Rekomendasi:

a. Meningkatkan kualitas Renstra di lingkungan Kemenparekraf antara lain

merumuskan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada outcome dan

dilengkapi indikator kinerja yang relevan dan terukur.

b. Menyusun Penetapan Kinerja dengan menyajikan suatu perjanjian kinerja

yang menggambarkan hasil/kinerja yang akan dicapai.

c. Perencanaan kinerja agar dimanfaatkan secara optimal sebagai alat untuk

mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja.

d. Menyelaraskan antara indikator kinerja kementerian dengan unit-unit kerja di

bawahnya.

e. Menyiapkan indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU kementerian.

f. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pengukuran kinerja sebagai media

untuk pengendalian dan pemantauan kinerja.

g. Menyajikan informasi pencapaian sasaran dalam LAKIP di lingkungan

Kemenparekraf yang berorientasi pada hasil/outcome melalui evaluasi dan

analisis yang memadai serta pembandingan data kinerja.

h. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja di lingkungan

Kemenparekraf.

i. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen

kinerja di seluruh jajaran Kemenparekraf untuk mempercepat terwujudnya

pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel.

21 Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 157

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran

utama, yaitu:

1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;

2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); dan

3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur

peningkatan kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

akan dijelaskan pada bagian berikut.

Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dari

perbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yang diberikan

oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin tinggi nilai Quality

Assurance, maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaan

reformasi birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Di tahun 2012 ini sasaran “Terselenggaranya Reformasi Birokrasi”, ditandai oleh

capaian Passing Grade Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan

capaian nilai 48 yaitu pada Level 2 (range skor 41 – 50) dengan usulan besaran TK

sekitar 45% dari Kementerian Keuangan.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi

Birokrasi (Nilai)

40 48 120

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilai yang diberikan oleh

Kementerian PAN & RB kepada Kemenparekraf yang menjadi tolak ukur efektifitas

atau kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai

Permen Pan dan RB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada

Kemenparekraf terkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan

acuan nasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh Komite

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 158

Pengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan Quality

Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahan grand design RB

dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda, dan hasil yang diharapkan dari

proses RB pada tingkat mikro dalam periode tahun 2010 – 2014.

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Terselenggaranya Reformasi Birokrasi” mencapai nilai 48 atau 120%.

Indikator “Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi”, berupa hasil

penilaian atas kesiapan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif yang dilakukan oleh Deputi Program dan Reformasi Birokrasi/Unit Pengelola

Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN)-Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi. Penilaian dilakukan terhadap Dokumen Usulan

dan Road Map Reformasi Birokrasi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81

Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 dan Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun

2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, serta dilengkapi dengan

Berita Acara Validasi Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan.

Tujuan dari penilaian adalah untuk memastikan ketepatan, kelengkapan, dan

kualitas Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi, serta proses dan

capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang didukung dengan bukti-bukti

kuat.

Dasar penentuan passing grade dan skor yang digunakan, serta besaran

Tunjangan Kinerja (TK) yang diusulkan adalah sebagai berikut:

Range Skor

Level Keputusan Usulan Besaran TK

0 – 10 0 Tidak diberikan TK Tidak diproses

11 – 30 1 Tidak diberikan TK Tidak diproses

31 – 40 2 Diberikan TK 40% dari Kemenkeu

41 – 50 2 Diberikan TK 45% dari Kemenkeu

51 – 60 3 Diberikan TK 50% dari Kemenkeu

61 – 70 3 Diberikan TK 55% dari Kemenkeu

71 – 80 4 Diberikan TK 65% dari Kemenkeu

81 – 90 4 Diberikan TK 75% dari Kemenkeu

91 - 100 5 Diberikan TK 100% dari Kemenkeu

*) passing grade bagi K/L untuk mendapatkan tunjangan kinerja minimum level 2 dengan range skor antara 31

– 40.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 159

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mencapai nilai 48 yaitu pada

Level 2 (range skor 41 – 50) dengan usulan besaran TK sekitar 45% dari

Kementerian Keuangan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Rapat-rapat masing-masing area perubahan

2. Konsinyering penyusunan quick win

3. Evaluasi lapangan

4. Penentuan Job grading

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Penilaian terhadap Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi;

Dokumen usulan telah memenuhi kelengkapan sebesar 82% berdasarkan

kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 2011.

Road Map telah memenuhi kelengkapan sebesar 85% berdasarkan

kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 2011.

NILAI DOKUMEN USULAN DAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

No. Penilaian Nilai ambang batas

kelengkapan

Nilai capaian pemenuhan kelengkapan

1 Dokumen Usulan ≥ 70% 82%

2 Road Map ≥ 70% 85%

Mengingat kelengkapan Dokumen Usulan dan Road Map Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai ambang batas 70%, maka dapat

dilanjutkan ke tahap Verifikasi Lapangan.

2. Penilaian terhadap 9 (sembilan) Program Mikro Reformasi Birokrasi, yang

meliputi: Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan,

Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 160

Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas

Kinerja, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi;

3. Verifikasi lapangan.

Nilai dan level dari verifikasi lapangan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif diperoleh dengan cara memastikan ketepatan, kelengkapan, dan

kualitas dokumen usulan dan road map Reformasi Birokrasi, serta proses dan

capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilengkapi dengan bukti-

bukti pendukungnya. Nilai Verifikasi Lapangan terhadap kesiapan pelaksanaan

Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah 51

dengan rincian sebagai berikut:

NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

No. Program

TAHAP KESIAPAN PELAKSANAAN RB

Skor - Plan (P) Do (D) Check

(C) Act (A) PDCA

1. Manajemen Perubahan 41

2. Penataan Peraturan

Perundang-undangan 56

3. Program Penataan dan Penguatan Organisasi

57

4. Penataan Tatalaksana 45

5. Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur 43

6. Penguatan Pengawasan 57

7. Penguatan Akuntabilitas

Kinerja 70

8. Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik 59

9. Monitoring dan Evaluasi 30

SKOR RERATA 51

4. Nilai Akhir

Hal Parameter Nilai

Dokumen Usulan 82%

Kekurangan Dokumen Usulan

18%

Road Map 85%

Kekurangan Road Map 15%

Rerata kekurangan Dokumen Usulan dan Road Map

0,30 16,5%

Verifikasi Lapangan 51

Nilai Total 48

Level 2

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 161

NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN 9 PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

NILAI 0 100

TAHAP - P D C A PDCA

LEVEL 0 1 2 2 3 3 4 4 5

5. Profil

Berdasarkan hasil penelitian Verifikasi Lapangan terhadap 9 (sembilan) Program

Mikro, didapatkan profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif sebagaimana pada grafik berikut ini.

30 59

70

57

43 45

57

56

41

Monitoring dan Evaluasi

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Pengukuran Akuntabilitas

Penguatan Pengawasan

Penataan Sistem Manajemen SDM

Penataan Tatalaksana

Penataan dan Penguatan Organisasi

Penataan Peraturan Perundangan

Manajemen Perubahan

Profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

0 20 40 60 80

Monitoring dan Evaluasi

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Penguatan Akuntailitas

Penguatan Pengawasan

Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penguatan Tatalaksana

Penataan dan Penguatan Organisasi

Penataan Peraturan Perundangan

Manajemen Perubahan

30

59

70

57

43

45

57

56

41

Gambaran Capaian Proses RB di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

48

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 162

Kesimpulan

1. Kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif yang dituangkan dalam Dokumen Usulan dan Road Map pada

prinsipnya telah memenuhi persyaratan kelengkapan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

Birokrsasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi

Birokrasi 2010-2014 dengan nilai kelengkapan Dokumen Usulan mencapai 82%

dan Road Map mencapai 85%.

2. Hasi verifikasi Lapangan terhadap pelaksanaan kesiapan Reformasi Birokrasi di

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai 50,80.

3. Nilai akhir kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah 48,29 (LEVEL 2),

yang merupakan nilai level minimum untuk dapat diajukan kepada KPRBN

(setelah dilengkapi dengan Beriata Acara Validasi Job Grading) guna mendapat

pertimbangan untuk disetujui sebagai instansi yang melaksanakan Reformasi

Birokrasi dan diberikan penghargaan berupa Tunjangan Kinerja.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Belum adanya sosialisasi tentang Reformasi Birokrasi Indonesia (RBI) kepada

seluruh staf dan pejabat di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, baik pusat maupun daerah, sehingga para pegawai belum mengetahui

apa itu RBI.

2. Kurangnya kesadaran para pegawai di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif terhadap anggaran berbasis kinerja yang merupakan salah satu

wujud dari pelaksanaan RBI.

3. Apabila RBI di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

diberlakukan, maka tuntutan kehadiran dan kepulangan serta kinerja yang tinggi

kepada seluruh pegawai sangat diharapkan.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 163

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif akan melaksanakan sosialisasi tentang RBI kepada seluruh pegawai dan

pejabat, diharapkan dengan adanya sosialisasi berdampak pada pemahaman

dan implementasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Setiap pegawai dan pejabat dituntut hasil kerja (kinerjanya).

22 Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia

Kemenparekraf

Terselenggaranya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berkualitas

akan terwujud apabila didukung oleh kualitas SDM yang berkualitas. Kualitas SDM

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dilihat dari jumlah SDM yang

memiliki pendidikan lanjut yang mendalami sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Pendidikan lanjut yang dimaksud adalah pendidikan pascasarjana, untuk Strata 2

dan Strata 3. Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki 414

orang dengan pendidikan akhir S2 dan 15 orang S3 yang mendalami sektor

pariwisata serta fokus untuk mendalami tata kelola dan kebijakan di sektor

pariwisata. Saat ini, dengan adanya sektor ekonomi kreatif dan untuk memperkuat

sektor kepariwisataan, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan

berupaya untuk memfasilitasi 80 orang dan 33 orang untuk mengikuti jenjang

pendidikan akhir S2 dan S3 selama periode 2012 – 2014.

Selain memfasilitasi SDM Kementerian Pariiwisata dan Ekonomi Kreatif untuk

mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif juga akan memperkuat SDM untuk difasililtasi untuk mengikuti

diklat manajemen dan teknis terkait dengan sektor kepariwisataan dan ekonomi

kreatif, sejumlah 1.476 orang selama periode 2012 – 2014.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 164

Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf dapat diukur

dengan indikator: Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan Jumlah SDM Kemenparekraf yang

difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis.

a. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi

Jumlah pegawai yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi, yaitu jumlah pegawai Kemenparekraf yang meneruskan pendidikan ke

tingkat yang lebih tinggi (Strata 2 dan Strata 3) untuk memperdalam pengetahuan

pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta pengaturan kebijakan publik.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang

difasilitasi untuk meneruskan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

(Orang)

9 9 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi” mencapai 9 orang.

b. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen

dan teknis

Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan

organisasi, yaitu jumlah aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang

diberikan pembekalan melalui materi yang relevan dengan sektor pariwisata dan

ekonomi kreatif. Secara teknis, pembekalan tersebut diserahkan kepada masing-

masing satker sehingga materi diklat dapat diberikan secara spesifik untuk

pengembangan destinasi, pemasaran pariwisata, pengembangan ekonomi kreatif

berbasis seni dan budaya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain

dan iptek, pengembangan SDM, pengawasan dan peningkatan akuntabilitas

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 165

aparatur, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lainnya, serta sarana dan prasarana aparatur.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut

target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang

difasililtasi untuk mengikuti diklat

manajemen dan teknis (Orang)

636 604 94,96

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran

“Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen

dan teknis” mencapai 604 orang atau 94,96% Hal ini disebabkan karena selama

pelaksanaan kegiatan tahun 2012, terjadi beberapa kendala sehingga capaian

kinerja tidak sesuai dengan target seperti yang telah ditetapkan. Kendala tersebut

pada kegiatan :

1. Diklat Pim Tk. II, dengan capaian 33,33 %, dikarenakan kuota peserta ditentukan

oleh Lembaga Administrasi Negara hanya tersedia untuk 2 orang peserta, dari

yang telah ditargetkan sebanyak 6 orang.

2. Capaian terendah berikutnya adalah Diklat Bahasa Asing (TOEFL) yaitu 76,66

%, dari yang ditargetkan 120 orang pada pelaksanaannya tercapai 92 orang

peserta, hal tersebut dikarenakan terkendala adanya proses revisi DIPA yang

menyebabkan kegiatan di lingkungan Kementerian Parekraf dilaksanakan dalam

jangka waktu hampir bersamaan sehingga banyak pegawai yang melaksanakan

kegiatan dan berakibat pada kurangnya pegawai untuk memenuhi kuota peserta.

Indikator “Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat

manajemen dan teknis” berupa Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan

Manajemen dan Teknis, Jumlah Dokumen Perencanaan dan Evaluasi Diklat,

Jumlah Dokumen Kurikulum dan Modul, serta Jumlah Dokumen Pelaksanaan

Pendidikan dan Pelatihan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 166

1. Diklat Kepemimpinan Tingkat II

2. Diklat Kepemimpinan Tingkat III

3. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan I

4. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan II

5. Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Dasar Angkatan I

6. Diklat Teknis Ekonomi Kreatif Tingkat Dasar

7. Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Lanjutan

8. Diklat Teknis Pariwisata Spesialisasi Bidang MICE Tingkat Dasar

9. Diklat Bahasa Asing

10. Pelatihan Kewirausahaan Bagi Pegawai Menjelang Masa Purnabakti (Pensiun)

11. Pelatihan Pengembangan Diri Angkatan I

12. Pelatihan Motivasi Berprestasi / Achievement Motivation Traning (AMT)

13. Diklat Bagi Penyelenggara Diklat (Training Officer Course)

14. Diklat Bahasa Asing (TOEFL Preparation)

15. Pelatihan Pengembangan Diri Angkatan II

16. Diklat Bahasa Asing (II)

17. Pelatihan Training For Trainers (TOT)

18. Pelatihan Jurnalistik

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum

maksimal adalah:

1. Perencanaan kinerja dan penganggaran yang belum optimal karena harus

dilakukan beberapa penyesuaian (revisi) dokumen anggaran (RKAKL, DIPA,

POK) yang menyebabkan keterlambatan dalam penyerapan anggaran.

2. Masih terbatasnya jumlah dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan.

3. Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belum

sepenuhnya terpenuhi.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 167

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas

adalah:

1. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai penyelenggara Diklat

SDM Aparatur, perlu kiranya memperkuat peran kelembagaan Pusdiklat Pegawai

agar dapat lebih efektif dalam mengendalikan pelaksanaan kediklatan.

2. Diperlukan komitmen dan dukungan pimpinan dari setiap unit kerja di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pelaksanaan Diklat.

3. Diperlukan monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan diklat secara optimal

agar program dan kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan target indikator

kinerja yang ditetapkan.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar

Rp 10.725.500.000,- hanya digunakan sebesar Rp 10.028.811.500,- atau hanya

sebesar 93.50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 94,96%,

dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

23 Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia

Kemenparekraf

Dengan perubahan Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, diperlukan SDM

baru yang dapat mengisi posisi untuk sektor ekonomi kreatifkhususnya, sehingga

pengembangan ekonomi kreatif akan ditangani oleh SDM yang memiliki

pengetahuan serta kompetensi yang sesuai dengan sektor yang akan

dikembangkan. Kuantitas SDM Kemenbudpar yang akan diberikan penugasan di

Kemenparekrafadalah sebanyak 1.917 pegawai dengan, dimana saat ini, SDM

tersebut memiliki detail penugasan pada masing-masing unit eselon 1dan unit

pelaksana teknis adalah sebagai berikut:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 168

1. 186 orang di Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata;

2. 254 orang di Ditjen Pemasaran Pariwisata;

3. 173 orang di Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film;

4. 104 orang di Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif;

5. 394 orang di Sekretariat Jenderal;

6. 74 orang di Inspektorat Jenderal;dan

7. 732 orang pada UPT Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif (STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, dan Akpar Makassar)

Penambahan SDM ekonomi kreatif sangatlah dibutuhkan pada Kemenparekraf

khususnya pada sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain dan iptek, karena

saat ini Kemenparekraf tidak memiliki SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai

dengan kebutuhan sektor ini. Penambahan SDM Kemenparekraf juga dirasakan

perlu dilakukan tekait adanya SDM yang pensiun dan rotasi pada tahun berjalan.

Kemenparekraf memiliki rencana untuk memperkuat tenaga pengajar di UPT

Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun

2012 dengan menambah 186 jabatan fungsional pendidik, dan hingga tahun 2014

Kemenparekraf bermaksud untuk memperkuat SDM sejumlah 395 staf dengan latar

belakang pendidikan: teknologi informasi, ekonomi akuntansi, administrasi, ilmu

hukum, kesenian, komunikasi, desain, kepariwisataan, ekonomi manajemen, sosial

politik-ilmu budaya, geografi, statistik, ilmu ekonomi, dan ilmu sastra.

Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan

pariwisata dan ekonomi kreatif, jumlah kuantitas SDM Kemenparekraf secara

langsung akan berperan dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif

dengan tujuan utama mencapai arahan strategis Kementerian.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian

(%)

1. Jumlah penambahan SDM

Kemenparekraf yang akan

mengembangkan pariwisata dan

ekonomi kreatif (orang)

134 130 97,01

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 169

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan

ekonomi kreatif” mencapai 130 orang atau 97,01, karena terdapat 4 (empat) orang

tenaga honor yang tidak memenuhi syarat untuk diusulkan dalam pengangkatan

CPNS TMT 1 Desember 2013, sebagai berikut:

No. Nama Unit Kerja Keterangan

1. Salasi BPCB Makassar Tidak diusulkan dari unitnya, karena ijazahnya diragukan keabsahannya.

2. Mustofa BPCB Makassar Karena kondisi yang bersangkutan dalam keadaan sakit

SK Tahun 2010 terputus, sedangkan untuk diangkat sebagai CPNS, SK Honorer yang bersangkutan harus terus-menerus

3. Hamzah BPCB Makassar SK Honor tahun 2005 s.d. 2008 tidak ada, sehingga tidak memenuhi syarat untuk diangkat sebagai CPNS

4. Gamel Harahap BPCB Aceh Besar Telah diusulkan tetapi ada masalah dalam ijazah dimana untuk tanggal lahir yang bersangkutan ada perbedaan dengan data induk sekolah tersebut, sehingga pihak Kepala Sekolah tidak mau melegalisir

C. Capaian RPJMN 2010 – 2014

Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012

merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 170

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 mengatur tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014. Peraturan Presiden

ini menetapkan 3 jenis prioritas pembangunan, yaitu:

1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010-2014;

2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidang

pembangunan;

3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunan

kewilayahan.

1. PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Visi dan misi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada periode

2010-2014 telah dijabarkan ke dalam sejumlah program prioritas untuk

memudahkan implementasi dan pengukuran indikator keberhasilan dari

implementasi program tersebut. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan

diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional, yaitu: (1)

reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4)

penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim

investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah

tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas,

dan inovasi teknologi. Sebelas prioritas nasional pada dasarnya merupakan upaya

untuk:

a. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik, yaitu meliputi: prioritas 5 ketahanan

pangan, prioritas 6 infrastruktur, prioritas 8 energi, serta prioritas 10 daerah

tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik;

b. Perbaikan infrastruktur lunak, yaitu meliputi: prioritas 1 reformasi birokrasi dan

tata kelola dan prioritas 7 iklim investasi dan iklim usaha;

c. Penguatan infrastruktur sosial, yaitu meliputi: prioritas 2 pendidikan, prioritas 3

kesehatan, prioritas 4 penanggulangan kemiskinan dan prioritas 9 lingkungan

hidup dan pengelolaan bencana; dan

d. Pembangunan kreativitas, yaitu meliputi: prioritas 11 kebudayaan, kreativitas,

dan inovasi teknologi.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 171

e. Selain 11 prioritas nasional, terdapat prioritas nasional lainnya di bidang: (1)

Politik, hukum dan keamanan; (2) Perekonomian; (3) Kesejahteraan rakyat yang

merupakan prioritas bagi Presiden RI periode 2010-2014.

Penugasan yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: (1) prioritas

4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan; (2) prioritas 11 terkait dengan

penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi; (3) prioritas nasional lainnya

bidang kesejahteraan rakyat; (4) prioritas nasional lainnya bidang ekonomi.

a. Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolut

dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusi

pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan

masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat. Penugasan Program

Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah:

1) Melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata;

2) Mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industri kreatif.

b. Penguatan Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

Penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi bertujuan

mengembangkan dan melindungi kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta

apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi tumbuh-

mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yang disertai

pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi oleh

keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan. Penugasan Program

Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah:

Mendukung pengembangan sarana, melalui fasilitasi sarana bagi pengembangan,

pendalaman dan pagelaran seni budaya

1) Mendukung program penciptaan, melalui fasilitasi perolehan paten dan HKI,

serta pengkajian dan penerapan inkubasi teknologi.

2) Melaksanakan pengembangan kesenian dan perfilman nasional;

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 172

3) Mendukung inovasi teknologi melalui peningkatan kemampuan inovasi dan

kreativitas pemuda.

c. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat

Prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat terdiri dari 10 substansi

inti pembangunan. Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utama pada 4

substansi inti, yaitu:

1) Peningkatan jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahap dalam 5

tahun;

2) Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan

pengiklanan yang kreatif dan efektif;

3) Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung

pariwisata; dan

4) Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal

untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang

kompetitif di wilayah Asia.

d. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Ekonomi

Prioritas nasional lainnya bidang ekonomi terdiri dari 3 substansi inti

pembangunan, yaitu pengembangan industri, diplomasi perdagangan, pelayanan

dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemenparekraf memiliki tanggung

jawab utama dalam pengembangan industri, mengacu pada Perpres No. 28 Tahun

2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, khususnya yang terkait industri kreatif,

seperti: kerajinan; fesyen; piranti lunak; pasar barang seni; permainan interaktif; dan

konten multimedia lainnya. Tanggung jawab Kemenparekraf meliputi:

1) Menguatkan keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri;

2) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun

kompetensi inti industri daerah;

3) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan

dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan;

4) Mengembangkan industri kecil dan menengah;

5) Menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif; dan

6) Mendorong pertumbuhan klaster industri.

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 173

Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran dalam pelaksanaan

RPJMN 2010 – 2014 untuk tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab

organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.

1 Meningkatnya jumlah desa wisata melalui PNPM

bidang pariwisata

Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Sektor Pariwisata, melalui: penyerahan PNPM mandiri pariwisata di desa wisata,

gelar karya pemberdayaan masyarakat, pembuatan bahan-bahan informasi PNPM

pariwisata, pendampingan pnpm mandiri di sektor pariwisata, temu nasional PNPM

mandiri pariwisata, penghargaan desa wisata (PNPM pariwisata), fasilitasi

komunikasi jejaring desa wisata, fasilitasi pemanfaatan CSR dalam rangka

pengembangan desa wisata, fasilitasi pemanfaatan KUR dalam rangka

pengembangan desa wisata, bansos PNPM mandiri pariwisata tahun 2012.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

1. Jumlah desa wisata 978

Desa

978

Desa

100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah

desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai 978

desa atau 100%.

Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa

wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 174

sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan

sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi

seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan.

2 Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara

dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara

bertahap dalam 5 tahun

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

1. Jumlah wisatawan mancanegara 8 juta

Orang

8,04 juta

Orang

100,5

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

2. jumlah pergerakan wisatawan nusantara 245.000.000

245.000.000

100%

3 Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata

Indonesia melalui saluran pemasaran dan

pengiklanan yang kreatif dan efektif

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 175

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

1. Partisipasi pada bursa pariwisata

internasional, pelaksanaan misi

penjualan (sales mission), dan

pendukungan penyelenggaraan festival

76

Event

126

Event

165,79

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

2. Penyelenggaraan perwakilan promosi

pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism

Promotion Representative Officers) di

luar negeri

13 kota 13 kota 100%

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

3. Penyelenggaraan promosi langsung

(direct promotion), dan penyelenggaraan

event pariwisata berskala nasional dan

internasional

67 Event 67 Event 100

4 Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan

sarana pendukung pariwisata

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 176

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

1. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata 29 lokasi 29 lokasi

100

5 Meningkatnya kapasitas pemerintah dan

pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk

mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality

management yang kompetitif di kawasan Asia

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai

berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

1. Jumlah tenaga kerja yang memiliki

sertifikasi tenaga kerja bidang

pariwisata

15.000

Orang

21.500

Orang

143,3

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah sumber daya yang dilatih di

bidang kebudayaan dan kepariwisataan

1.175

Orang

1.045

Orang

88,9

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

3. Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di

4 UPT pendidikan tinggi pariwisata

1.383

Orang

1.216

Orang

87,9

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 177

Indikator kinerja “Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan

tinggi pariwisata” dalam penetapan kinerja 2012 berubah menjadi “Jumlah lulusan

pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja”, dan capaian kinerja

pada tahun 2012 mencapai 1.216 orang dari target 1.383 orang atau 87,9%. Hal

tersebut disebabkan perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan

sebagai alumnus (lulusan), sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi

secara substansi jumlah lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja

sebenarnya tercapai.

PERMASALAHAN DAN KENDALA

Pembangunan kepariwisataan telah menunjukkan pencapaian yang cukup

menggembirakan, namun demikian masih terdapat permasalahan yang dihadapi,

antara lain: (1) Belum optimalnya kemitraan antarpelaku pariwisata yang didukung

oleh koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi intra dan antarlembaga, pusat dan

daerah; (2) Masih rendahnya daya saing destinasi pariwisata; (3) Peningkatan

pemanfaatan media elektronik, cetak, dan berbasis teknologi informasi untuk

promosi pariwisata; dan (4) Peningkatan kualitas dan profesionalisme SDM

pariwisata termasuk kesiapan masyarakat di daerah.

LANGKAH TINDAK LANJUT

Dalam pembangunan pariwisata, tindak lanjut yang akan dilaksanakan antara

lain: (1) Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi lintas lembaga dan

lintas sektor dalam pembangunan kepariwisataan melalui penyusunan peraturan

perundangan mengenai tata kerja, mekanisme, dan hubungan koordinasi strategis

lintas sektor seperti prasarana umum dan promosi pariwisata dan kerja sama luar

negeri; (2) Menyusun perencanaan destinasi pariwisata nasional, kawasan strategis

pariwisata nasional, dan fasilitasi pendukungan penyusunan perencanaan

pembangunan kepariwisataan daerah; (3) Meningkatkan pemanfaatan berbagai

media dan teknologi informasi sebagai sarana promosi pariwisata; pengembangan

kerja sama pemasaran dan promosi pariwisata dengan lembaga terkait di dalam dan

di luar, terutama kerja sama antar travel-agent dan antar tour operator di dalam

maupun di luar negeri; dan (4) Meningkatkan pengembangan profesionalisme

sumber daya manusia di bidang pariwisata melalui pendidikan dan pelatihan SDM

dan pendidikan tinggi bidang pariwisata

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB IV PENUTUP

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 178

ab IV Penutup

Kemenparekraf di masa mendatang memiliki komitmen untuk meningkatkan

kinerja dan melakukan inovasi dalam menyusun dan melaksanakan program

pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Masih banyak pekerjaan rumah

yang harus diselesaikan dan apa yang telah berhasil dicapai pada tahun 2012 ini

akan menjadi motivasi bagi kementerian untuk melaksanakan tugas dengan lebih

baik lagi. Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif akan

tetap mengacu kepada arah kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat nasional

dan akan meneruskan hal yang positif yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini.

Sebagai salah satu langkah yang nyata dalam membangun sekaligus

meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun 2012

diantaranya melalui branding baru “Wonderful Indonesia”, yang mengacu pada lima

kriteria, yaitu:

1. Wonderful nature, Indonesia memiliki tempat-tempat yang indah dan terkenal

seperti Bali, Candi Borobudur, Bromo, Komodo, Raja Ampat dengan daya tarik

pantai, laut, gunung, hutan, savana, serta keaneka-ragaman flora dan fauna.

2. Wonderful culture, Indonesia memiliki daya tarik budaya yang beraneka ragam

dari Sabang hingga Merauke sehingga menjadi aset dalam mengembangkan

pariwisata.

3. Wonderful people, masyarakat Indonesia sejak dulu di kenal ramah dan murah

senyum sehingga menarik bagi wisatawan.

4. Wonderful food, makanan atau kuliner Indonesia terkenal di dunia. Aneka

macam makanan merupakan bagian dari kekayaan budaya masyarakat

Indonesia.

5. Wonderful value money, nilai uang yang dikeluarkan setiap wisman, dalam soal

harga menjadikan pariwisata Indonesia memiliki daya saing tinggi. Misalnya

dalam hal tarif dan pelayanan hotel di Indonesia jauh lebih menarik

dibandingkan negara lain.

BAB IV PENUTUP

LAK — KEMENPAREKRAF 2012 179

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan kinerja yang baik

melalui pelaksanaan serangkaian program-program yang diembannya yaitu:

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif

3. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

4. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

5. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

6. Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

7. Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

8. Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK

Secara umum kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun

2012 dapat dinyatakan berhasil, hal ini dapat dilihat dari tercapainya sasaran-

sasaran sebagaimana telah ditetapkan. Berdasarkan realisasi sasaran tahunan 2012

diketahui bahwa secara rata-rata sasaran telah tercapai dan telah berhasil

dilaksanakan dari target yang telah ditetapkan di tahun 2012, sehingga menjadi

acuan dalam pelaksanaan kegiatan di tahun anggaran berikutnya.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

LAMPIRAN

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 1

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran : 2012

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,15 3,90 93,98

2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,03 9,77 122

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,00 8,81 126

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

12,66 34,60 273,3

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,43 3,97 89,6

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

8,96 9,12 101,7

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 171,50 171,50 100

PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN (PPS)

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 2

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.100 1.133,81 103,07

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

700 700 100

5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8 8,04 100,5

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 245 245 100

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 4,04 4,03 99,7

Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15 15 100

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29 29 100

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

978 978 100

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 13

17 130

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 3

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

1. Rasio Konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)

63,5 53,35 115,98

2. JumlahVisit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

13 13 100

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 474 496,29 104,70

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 1.848 2.390 129

5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)

Base line (x) n/a n/a

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,29

4,68 (EKMDI)

2,5 (EKSB)

6,908

3,468 (EKMDI)

3,44 (EKSB)

94,76

74,10 (EKMDI)

137,6 (EKSB)

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

Koreksi dari EKMDI: Tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada tingkat partisipasi angkatan kerja

8,25 5,41

(EKMDI) 2,81

(EKSB)

6,34 -

(EKMDI) 6,34

(EKSB)

76,85 -

(EKMDI) 225,62 (EKSB)

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 4

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

3,08

2 (EKMDI)

2,97 (EKSB)

2,6

1,18 (EKMDI)

1,42 (EKSB)

84,42

59 (EKMDI)

47,81 (EKSB)

11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

7,28

4,53 (EKMDI)

2,65 (EKSB)

9,81

2,29 (EKMDI)

7,52 (EKSB)

134,75

48,56 (EKMDI)

283,77 (EKSB)

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

1.193

77 (EKMDI)

1.116 (EKSB)

2.013

51 (EKMDI)

1.962 (EKSB)

168,73

66,23 (EKMDI)

175,81 (EKSB)

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

9,26

9 (EKMDI)

7,65 (EKSB)

7,65

- (EKMDI)

7,65 (EKSB)

82,61

- (EKMDI)

100 (EKSB)

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 5

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif

Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)

Base line (x) - -

14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) 3 4 133,33

15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.383 1.216 87,9

16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

10

6

60

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

15.000 21.500 143,3

17. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

10 9 90

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

10 5 50

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 6

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

3.918

2.934 (EKSB)

984 (EKMDI)

2.703

2.230 (EKSB)

473 (EKMDI)

68,99

76,01 (ESKB)

48,07 (EKMDI)

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

2.594

2.278 (EKSB)

316 (EKMDI)

3.634

2.398 (EKSB)

1.236 (EKMDI)

140,09

105,27 (EKSB)

391,14 (EKMDI)

19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Masih dalam proses

pemeriksa-an BPK

-

20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) B B 100

21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance(QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) 40 48 120

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 7

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %

22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf

1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)

9 9 100

2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)

636 604 94,96

23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf

Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)

134 130 97,01

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2012 ..................... Rp 2.729.524.002.000,-

Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2012 ..... Rp 2.228.428.536.652,- Jakarta, Maret 2012

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

Sekretaris Jenderal

Drs. Ukus Kuswara, M.M.