Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif...

183
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Transcript of Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif...

Page 1: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifKementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifJl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Tahun 2013Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Page 2: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

JAKARTA, MARET 2014

@ Rorensi Kemenparekraf, 2014

Email : [email protected]

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Tahun 2013Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Page 3: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

KATA PENGANTAR

Page 4: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 i

Kata Pengantar

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 dapat diselesaikan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penjelasan mengenai kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pencapaian tujuan dan sasaran selama Tahun Anggaran 2013, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 – 2014.

Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor pembangunan yang saling terkait dan merupakan kombinasi sektor yang saling menguatkan satu sama lain dan merupakan inisiatif baru pada bidang pembangunan ekonomi.

Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain,ditunjukkan oleh kontribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan memperkenalkan produk-produk wisata

seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional.

Pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan peningkatan jumlah wisman dan peningkatan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2013 sebanyak 8,80 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 9,42% apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2012 sebanyak

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Page 5: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 ii

8,04 juta kunjungan wisman. Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2013 sebesar US$ 1.142,24 atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,74% apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81. Peningkatan jumlah wisman dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan akan meningkatkan devisa yang akan diperoleh oleh negara, yaitu total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2013 sebesar US$ 10.054,14 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% apabila dibandingkan dengan total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2012 sebesar US$ 9.120,85 juta. Pada tahun 2013 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai 248 juta perjalanan atau naik sebesar 1,10% dibandingkan tahun 2012 yaitu 245,29 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2013 sebesar 171,70 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 711 ribu rupiah.

Pembangunan ekonomi kreatif difokuskan pada beberapa subsektor yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1) ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah seni dan budaya; dan (2) ekonomi kreatif berbasis desain, media, dan iptek, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah desain, media, dan iptek.

Sektor ekonomi kreatif tumbuh 5,76% atau di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74%. Tahun 2013 kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional mencapai Rp 641,8 triliun atau sebesar 7% PDB nasional. Laju pertumbuhan masing-masing sektor industri kreatif menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi kreatif dan pertumbuhan nasional, antara lain: sektor layanan komputer dan piranti lunak yang mencapai 8,24%, arsitektur sebesar 8,04%, periklanan sebesar 8,01%, seni pertunjukan sebesar 6,89%, kerajinan sebesar 6,38% dan film, video, dan fotografi sebesar 6,27%. Jumlah produksi film pada tahun 2013 sebanyak 106 film atau lebih 6% dari target yang telah ditetapkan sebanyak 100 film.

Tingginya capaian target sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sepanjang tahun 2013 semakin menguatkan bahwa prospek pariwisata dan ekonomi kreatif yang semakin besar pada tahun 2014.

Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja.

Jakarta, Maret 2014

Menteri Pariwisata Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif,

Mari Elka Pangestu

Page 6: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

DAFTAR ISI

Page 7: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 iii

Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………

iv

DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………

vi

IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 10

A. LATAR BELAKANG ………………………………………….. 10

B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ....………………………………………. 12

C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR …………………………………………….. 12

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA …………… 14

A. RENCANA STRATEGIS ……………………………………... 14

B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA …………………….. 20

C. ANGGARAN 2013.............…………………………………… 25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………. 26

A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA 2013……………………….. 26

B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA 2013 ..………………. 30

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 160 LAMPIRAN

DAFTAR ISI

Page 8: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 iv

Halaman Tabel 1 Capaian RPJMN Tahun 2013 Kementerian Pariwisata

Dan Ekonomi Kreatif ..................................... 8

Tabel III. 1 Perbandingan Pendapatan PDB

2011 – 2013 .............................................. 32

Tabel III. 2 Dampak Ekonomi Makro Berdasarkan Neraca

Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS)

2011 - 2013* ............................................. 33

Tabel III. 3 Tren Kenaikan Usaha Pariwisata Bidang

Akomodasi ................................................. 36

Tabel III. 4 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai

Dengan Tahun 2013 .................................... 39

Tabel III. 5 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai

Dengan Tahun 2013 .................................... 40

Tabel III. 6 Investasi di Bidang Kepariwisataan ............... 43

Tabel III. 7 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan

dengan Komoditi Ekspor .............................. 49

Tabel III. 8 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ............. 52

Tabel III. 9 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ............. 52

Tabel III. 10 Target Wisatawan Mancanegara Tahun 2013 .. 59

Tabel III. 11 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ............. 59

Tabel III. 12 Perkembangan Wisatawan Nusantara ............ 69

Tabel III. 13 Wilayah Sasaran Penerima PNPM

Mandiri Pariwisata Tahun 2012 – 2013 .......... 82

Tabel III. 14 Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) ........... 87

Tabel III. 15 Distribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Industri

DAFTAR TABEL

Page 9: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 v

Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya

Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2010 – 2013 (%) .................. 93

Tabel III. 16 Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia

Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor

Industri Kreatif Tahun 2010-2013 ................. 99

Tabel III. 17 Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia

Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor

Industri Kreatif Tahun 2010-2013 ................ 108

Tabel III. 18 Jumlah Usaha Ekonomi Kreatif ................. 111

Tabel III. 19 Perbandingan Hasil Evaluasi Akuntabilitas

Kinerja Kemenbudpar/Kemenparekraf

2007 – 2013 ............................................. 149

Tabel III. 20 Capaian RPJMN TAHUN 2013

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif . 157

Page 10: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 vi

Halaman Grafik III. 1 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB

Nasional .................................................... 33

Grafik III. 2 Peningkatan Devisa Pariwisata ..................... 34

Grafik III. 3 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan

Tahun 2013 ............................................... 40

Grafik III. 4 Perkembangan Wisatawan Nusantara ............ 70

Grafik III. 5 Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun

2013 (%) .................................................. 94

Grafik III. 6 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Indonesia

Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2013 ........... 100

DAFTAR GRAFIK

Page 11: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

IKHTISAR EKSEKUTIF

Page 12: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 1

khtisar Eksekutif

Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis 2012 – 2014, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 ini merupakan Laporan Akuntabilitas Kinerja yang kedua yang menyajikan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun 2013.

Bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/industri kebudayaan dan pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2013 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang akan dicapai selama 2 tahun dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Rencana Kinerja (Performance Plan) 2013 dan Penetapan Kinerja 2013 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2013 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis 2012 – 2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sementara itu, capaian kinerja (Performance Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2013 yang memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja 2013.

Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2013 menunjukkan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memenuhi Sasaran Strategis yang ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,2 3,88 92,38

IKHTISAR EKSEKUTIF

Page 13: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 2

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,35 10,18 121,92

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,09 8,89 125,39

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

13,54 34,12 252,00

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,64 2,97 64

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

10,35 10,05 97,1

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

178,62 176,32 98,71

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.150 1.142,24 99,33

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

714,5 711 99,51

Page 14: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 3

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8,6 8,8 100,20

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)

250 248 99,20

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

4,08 n/a n/a

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15 15 100

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29 29 100

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

980 980 100

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

20

16 80

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))

63,5 50,81 %

(Jan-Nov)

119,98

(Jan-Nov)

Page 15: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 4

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

14 14 100,00

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

530 591,45 111,59

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.850 2.161,09 116,82

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,38

7,05

95,53

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

8,35

10,72

128,32

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

3,58

10,21

285,19

11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

7,31

9,68

132,42

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

1.400

3.288

234,86

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

10,07

18,06

179,34

Page 16: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 5

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

10 13 130

14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.443 1.437 99,6

15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

7 7 100

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

9.000 11.500 127,8

16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

12 11 92,7

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

8 8 100

17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

4.130

9.219

223,22

Page 17: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 6

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

2.885

4.989

172,93

18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

WTP Masih proses

pemeriksaan BPK

-

19. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

B B+ 100

20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

70 74,53 106,47

Jumlah Anggaran Tahun 2013 ........................ Rp. 1.933.104.096.000,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2013 ....... Rp. 1.622.218.608.766,-

Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 20 (dua puluh) Sasaran Strategis. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dengan anggaran biaya Rp 1.933.104.096.000,-. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa, hasil capaian kinerja Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata selama tahun 2013 telah memenuhi 20 (dua puluh) Sasaran Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Mengembangkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat diwujudkan.

Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Renstra 2012 – 2014 dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013, serta pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.

Sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2013 kami merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013, yaitu sebagai berikut:

Page 18: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 7

1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada dalam lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, instansi pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan dibidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan.

3. Melakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari indikator kinerja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan Tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 – 2014. Perencanaan kinerja tahun 2013 merupakan perencanaan tahunan yang kedua dari rentang waktu periode Renstra 2012 – 2014, yang nantinya dalam laporan akuntabilitas kinerja tahun 2013 akan diinformasikan persentase pencapaian Tujuan organisasi tersebut.

A. Capaian RPJMN 2010 – 2014 Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2013

merupakan tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN 2010 – 2014 memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L. Seperti diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN 2010 – 2014, dan memasuki tahun 2013 merupakan evaluasi empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010 – 2014.

Page 19: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 8

Tabel 1 CAPAIAN RPJMN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

No Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penataan daya tarik wisata

Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan budaya

29 29 100

2. Meningkatnya jumlah desa wisata

Jumlah desa wisata 350 980 280

3. Berkembangnya usaha, industri dan investasi pariwisata

Jumlah profil investasi pariwisata

7 7 100

4. Terselenggaranya kegiatan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, penyusunan kebijakan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan pendukungan teknis dalam meningkatkan kapasistas pengelolaan destinasi pariwisata

1. Jumlah Organisasi Pengelolaan Destinasi (Destination Management Organization/DMO) (buah)

15 15 100

2. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata (daya tarik)

29 29 100

5. Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun

1. Jumlah wisatawan mancanegara (juta orang)

8,6 8,8 100,20

2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara

250.000.000 248.000.000 99,20

6. Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif

1. Partisipasi pada bursa pariwisata internasional, pelaksanaan misi penjualan (sales mission), dan pendukungan penyelenggaraan festival (event)

82 89 108,54

2. Penyelenggaraan perwakilan promosi pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Promotion Representative Officers) di luar negeri (kota)

14 14 100

3. Penyelenggaraan 37 66 178,38

Page 20: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 9

No Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian

(%)

promosi langsung (direct promotion), dan penyelenggaraan event pariwisata berskala nasional dan internasional (event)

7. Meningkatnya kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawsan Asia

Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)

9.000 11.500 127,8

Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif (orang)

1.190 1.260 105,9

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (orang)

1.443 1.437 99,6

Page 21: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB I PENDAHULUAN

Page 22: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 10

A. Latar Belakang

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus, yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi, insentif, pameran dan event.

Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di tingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait. Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian oleh pemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif.

Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehingga koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkeadilan.

Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1) pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif; (3) peningkatan peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4)

BAB I PENDAHULUAN

Page 23: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 11

peningkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang terkait dengan ekonomi kreatif.

Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari peran serta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi kreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepat pengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematangan atau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akan dikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah.

Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan.

Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di tahun 2013 sebesar Rp. 347,35 triliun, 3,88% dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaan akomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensidan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) Spa. Di tahun 2013 ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 641,82 triliun, 7,05% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2013, dampak kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 10,18 juta orang, 8,89% dari tenaga kerja nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 11,87juta tenaga kerja, 10,72% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada kedua sektor.

Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2013 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 10,05 miliar, meningkat dari US$ 9,12 miliar di tahun 2012. Peningkatan penerimaan devisa di tahun 2013 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 8,04 juta di tahun 2012 dan menjadi 8,80 juta di tahun 2013, tetapi bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per

Page 24: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 12

kunjungan dari US$ 1.133,81 di tahun 2012, menjadi US$ 1.142,24 di tahun 2013. Dengan kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi kreatif menyumbang ekspor yang jauh lebih tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi net trade, mencapai 5,72% dari total nasional, atau senilai Rp 118,97 triliun di tahun 2013 (Sumber BPS).

B. Gambaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kelembagaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki tugas sebagai berikut:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah;

5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 12 orang Eselon 1 yang terdiri atas Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, 4 orang Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta 4 orang Staf Ahli Menteri.

C. Peran dan Fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dalam Pembangunan Lintas Sektor

Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya, meliputi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada kelembagaan kepariwisataan adalah koordinasi yang lemah antara antar pemerintah pusat mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan kebijakan yang tidak sinkron dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatan kedatangan wisman pasar Eropa tidak diikuti dengan kebijakan imigrasi untuk memudahkan perolehan visa Indonesia oleh warga negara Eropa.

Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangka mengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkan investasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral, pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur kepariwisataan.

Page 25: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 13

Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan, berupa pendukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kepada instansi terkait terutama di bidang (a) pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c) prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.

Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh instansi terkait diantaranya untuk rencana aksi: 1) Peningkatan Integrasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Pemda; 2) Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian, Kemenlu, Kemendag, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda).

Page 26: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB II PERENCANAAN DANPERJANJIAN KINERJA

Page 27: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 14

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIN KINERJA

A. Rencana Strategis

Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di atur melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.

Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012 – 2014 di dalamnya termuat 11 (sebelas) arah kebijakan yaitu:

1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah;

2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat;

3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata; 4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata; 5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif; 6. Penguatan industri kreatif; 7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif; 8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagi industri

kreatif; 9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif; 10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif; 11. Penguatan Reformasi Birokrasi.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2013 merupakan tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014 sebagai berikut:

Visi

Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.

Misi

1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah;

2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah;

3. Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkualitas;

4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN

KINERJA

Page 28: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 15

Tujuan

1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia; 2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia; 3. Peningkatan kontribusi ekonomi dari industri kreatif; 4. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif; 5. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi

kreatif; 6. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 7. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf; 8. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf.

Sasaran

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional;

2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional;

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata; 4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; 5. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus; 6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia; 7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata; 8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien; 9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif; 10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif; 11. Meningkatnya unit usaha di sektor ekonomi kreatif; 12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat

Indonesia; 13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif; 14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat; 15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata; 16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan kebijakan di

sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; 18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku ekonomi kreatif; 19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); 21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi; 22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf; 23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf.

Penetapan tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.

Sasaran strategis adalah penjabaran dari Tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan Sasaran dirumuskan

Page 29: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 16

lebih spresifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing.

Sasaran strategis, indikator, dan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu tahun 2012 – 2014 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

No. Sasaran Indikator Program

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

Page 30: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 17

No. Sasaran Indikator Program

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi)

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

Page 31: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 18

No. Sasaran Indikator Program

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)

Program Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Page 32: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 19

No. Sasaran Indikator Program

14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IptekI 2. Jumlah pelaku kreatif yang

mengalami penguatan jejaring (orang)

18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf 19. Meningkatnya kualitas

pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

Page 33: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 20

No. Sasaran Indikator Program

20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf

B. Penetapan/Perjanjian Kinerja

Tahun 2013 merupakan tahun keempat dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah Perencanaan Kinerja 2013 yang merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan).

Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2013 ditetapkan maka disusunlah Penetapan Kinerja 2013 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada.

Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2013, antara lain:

1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang diterima dan terus meningkatkan kinerjanya.

3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah. 4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di

lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan

sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment).

Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Dengan telah ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai indikator keberhasilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka IKU harus terdapat dalam perencanaan kinerja.

Sasaran strategis tahun 2013, indikator kinerja dan target kinerja disajikan pada tabel berikut:

Page 34: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 21

No. Sasaran Indikator Target Program

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,2 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,35 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Kontribusi sektor

pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,09

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

13,54

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,64

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

10,35

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

178,62

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.150

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

714,5

Page 35: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 22

No. Sasaran Indikator Target Program

5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8,6

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah perjalanan wisnus (Juta perjalanan)

250

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

4,08 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinasi Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

980

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

20

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasara utama asal wisatawam mancanegara ke Indonesia (persentase)

63,5 Program Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

14

Page 36: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 23

No. Sasaran Indikator Target Program

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

530 Program Pemasaran Pariwisata

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.850

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,38 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

8,35

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

3,58

11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

7,31

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

1.400 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

10,07

13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

10 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Page 37: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 24

No. Sasaran Indikator Target Program

14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.443 Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

7

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

9.000

16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

12 Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

8

17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

4.130 Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya; dan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

2.885

Page 38: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 25

No. Sasaran Indikator Target Program

18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

WTP Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya Kemenparekraf

19. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

B

20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

70

C. Anggaran 2013

Proses alokasi anggaran Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari awal sampai dengan akhir, adalah sebagai berikut :

NO. URAIAN PAGU

(Rp.) DASAR

1. Pagu Indikatif 2.052.961.873.000,- Surat Menteri Keuangan Nomor S-769/MK.02/2012 tanggal 23 Oktober 2012

2. Penghematan 119.957.089.000,- 120.056.401.000,-

Surat Menteri Keuangan Nomor S-407/MK.02/2013 tanggal 18 Juni 2013

3. Reward 99.312.000,-

4. Realokasi 27.500.000.000,-

5. Pagu Anggaran Revisi

1.933.104.096.000,-

Dan alokasi anggaran sebesar Rp 1.933.104.096.000,- tersebut terbagi dalam 4 (empat) jenis belanja, sebagai berikut : 1. Belanja Pegawai : Rp 239.837.841.000,- 2. Belanja Barang : Rp 1.487.226.342.000,- 3. Belanja Modal : Rp 100.514.913.000,- 4. Belanja Bansos : Rp 105.525.000.000,-

Page 39: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Page 40: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 26

A. Ikhtisar Capaian Kinerja 2013

Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.55/HK.001/MPEK/2012, tanggal 16 Juli 2012, tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun perencanaan dan penganggaran kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja.

Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2013, yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian (%)

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Doemestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,2 3,88 92,38

2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,35 10,18 121,92

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,09 8,89 125,39

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

13,54 34,12 252,00

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Page 41: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 27

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian (%)

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,64 2,97 64

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

10,35 10,05 97,1

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

178,62 176,32 98,71

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.150 1.142,24 99,33

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

714,5 711 99,51

5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8,6 8,8 100,20

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)

250 248 99,20

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

4,08 n/a n/a

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destinati-on Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15 15 100

Page 42: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 28

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian (%)

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29 29 100

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

980 980 100

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

20

16 80

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5) (%)

63,5 50,81 %

(Jan-Nov)

119,98

(Jan-Nov)

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

14 14 100,00

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

530 591,45 111,59

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.850 2.161,09 116,82

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,38

7,05

95,53

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

8,35

10,72

128,32

Page 43: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 29

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian (%)

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

3,58

10,21

285,19

11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

7,31

9,68

132,42

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

1.400

3.288

234,86

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

10,07

18,06

179,34

13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

10 13 130

14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidik-an tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.443 1.437 99,6

15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

7 7 100

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

9.000 11.500 127,8

16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

12 11 92,7

Page 44: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 30

No. Sasaran Indikator

2013

Target Realisasi Capaian (%)

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

8 8 100

17.

Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang menga-lami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

4.130

9.219

223,22

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

2.885

4.989

172,93

18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

WTP Masih proses

pemeriksaan BPK

-

19. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

B B+ 100

20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

70 74,53 106,47

Jumlah Anggaran Tahun 2013 ..................... Rp 1.933.104.096.000,- Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2013 ...... Rp.1.622.218.608.766,-

B. Capaian dan Analisis Kinerja 2013

Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.

Page 45: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 31

1 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Di tahun 2013 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”, merupakan sasaran utama untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kepariwisataan terhadap pemasukan yang didapat oleh suatu negara khususnya Indonesia.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh Puslitbang Kemenparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata.

Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,2 3,88 92,38

Rata-rata dampak kepariwisataan terhadap PDB Nasional pada periode 2011-2013 adalah sebesar 3,95%, dimana tahun 2013 diperkirakan sebesar 3,88% dengan total nilai sebesar 347,57 triliun rupiah atau tumbuh dari tahun 2011 sebesar 4,00% dengan total nilai sebesar 296,97 triliun rupiah, sedangkan kontribusi kepariwisataan terhadap PDB Nasional tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,04 poin dari tahun 2011 sebesar 4%, yang disebabkan penurunan kontribusi sektor restoran dan angkutan udara, yaitu sebesar 0,64% dan 20%.

Page 46: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 32

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

3,88 92,38 3,96 95,43

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Apabila dilihat sejak awal RPJMN, terlihat grafik tren kontribusi Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mengalami peningkatan yang signifikan, sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut ini.

Tabel III. 1 Perbandingan Pendapatan PDB 2011 – 2013

No. Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) Pertumbuhan

(%) 2011 2012 2013*

1. Pertanian 30.467,30 32.512,3 36.494,89 13,6

2. Pertambangan & Penggalian 14.938,50 16.347,0 17.029,11 4,2

3. Industri 75.562,40 84.191.0 84.633,42 0,5

4. Listrik, gas dan air 1.757,20 1.930,3 2.039,43 5,7

5. Konstruksi 32.990,80 35.369,3 35.729,28 1,0

6. Perdagangan 18.192,00 19.640,6 21.249,42 8,2

7. Restoran 26.409,00 24.904,6 32.316,42 29,8

8. Hotel 24.320,40 30.023,3 30.169,37 0,5

9. Angkutan Darat 17.576,10 21.898,1 22.238,61 1,6

10. Angkutan Air 3.050,00 3.142,6 3.596,63 14,4

11. Angkutan Udara 14.771,90 14.529,9 17.356,52 19,5

12. Jasa Penunjang Angkutan 5.696,20 6.090,3 6.915,09 13,5

13. Komunikasi 6.144,40 7.202,6 7.412,11 2,9

14. Jasa Lainnya 25.092,30 28.458,5 29.719,70 4,4

Total 296.968,50 326.240,7 347.355,00 6,5

PDB Nasional Harga Berlaku (Triliun Rp)

7.427,09 8.241,86 8.955,33 8,7

Persentase kontribusi 4,00% 3,96% 3,88%

Sumber: Neraca Satelit Pariwisata Nasional Ket:* Angka Estimasi

Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,89% terhadap kesempatan kerja nasional di tahun 2013* atau sekitar 10,18 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan.

Page 47: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 33

Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak tidak langsung berada pada kisaran 3-4%. Berikut grafik dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan:

Grafik III. 1 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional

Tabel III. 2 Dampak Ekonomi Makro Berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS), 2010 - 2013

TAHUN

KOMPONEN OUTPUT

Dampak terhadap Output Dampak terhadap PDB Dampak terhadap

Tenaga Kerja Dampak terhadap

Upah/Gaji Dampak terhadap

Pajak Tak Langsung

Pariwisata Nasional Share

(%) Pariwisata Nasional

Share (%)

Pariwisata Nasional Share

(%) Pariwisata Nasional

Share (%)

Pariwisata Nasional Share

(%)

2010 565,15 11.956,62 4,73 261,06 6.422,92 4,06 7,44 108,21 6,87 84,80 1.831,09 4,63 9,35 225,10 4,16

2011 648,49 14.934,02 4,34 296,97 7.427,09 4,00 8,53 109,95 7,75 96,57 2.307,21 4,14 10,72 278,28 3,85

2012 709,18 16.595,58 4,27 326,24 8.241,86 3,96 9,35 110,81 8,46 105,93 2.572,45 4,12 11,77 308,29 3,82

2013* 752,47 18.032,20 4,17 347,35 8.955,33 3,88 10,18 114,02 8,89 112,94 2.811,85 4,00 12,56 333,17 3,76

Sumber : NESPARNAS 2010 - 2013

Keterangan : Angka dalam triliun rupiah kecuali tenaga kerja dalam juta orang

Page 48: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 34

Grafik III. 2 Peningkatan PDB Pariwisata

*) angka sementara

Berdasarkan data Nesparnas 2010 – 2013 dapat diketahui bahwa dampak pariwisata terhadap PDB Nasional mengalami penurunan sejak 2010 – 2013. Berdasarkan pada data tahun 2010 penurunan sebesar 4,06%, dan pada tahun 2013 menjadi 3,88%. hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor penghasil devisa negara lain yang juga meningkat sehingga share PDB dari bidang pariwisata menjadi menurun.

Sesungguhnya PDB yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2010 pariwisata menghasilkan PDB sebesar 218,8 triliun rupiah dan meningkat di tahun 2011 menjadi 238,5 triliun rupiah, di tahun 2012 sebesar 260,7, serta pada tahun 2013 nilai devisa mencapai 326,24 triliun rupiah, sedang berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan pergerakan wisatawan nusantara pada tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 347,35 triliun rupiah.

Program & Kegiatan yang mendukung tercapainya indikator Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional antara lain yang terkait langsung dengan pariwisata, seperti sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa lainnya khususnya industri hiburan, maupun yang tidak terkait langsung seperti: pertanian, listrik, gas dan air, konstruksi, perdagangan, industri, dan komunikasi.

Permasalahan dalam pencapaian indikator Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah semakin ketatnya persaingan antarnegara dalam menciptakan destinasi pariwisata yang mampu mendatangkan wisatawan dan investor, serta semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 49: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 35

2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

Di tahun 2013 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional”, ditandai oleh banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata maupun peningkatan kualitas yang dihasilkan. Semakin banyaknya usaha-usaha di bidang pariwisata, maka sektor pariwisata memiliki kontribusi yang semakin tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja di bidang tersebut.

a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata

Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata, yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Sektor pariwisata memberi dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenaga kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan).

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,35 10,18 121,92

Sumber: Kemenparekraf, 2014

Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata mengalami kenaikan dan melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 10,18 juta orang atau tercapai sebesar 121,92%. Pencapaian ini karenakan hal-hal sebagai berikut: 1. Meningkatnya investasi di bidang pariwisata terutama dari sisi penanaman modal

dalam negeri, membuka banyak peluang usaha baru. Hal tersebut dapat dilihat

dari jumlah industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan signifikan seperti

terlihat dalam di bawah ini.

Page 50: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 36

Tabel III. 3 Tren Kenaikan Usaha Pariwisata Bidang Akomodasi

TAHUN HOTEL BERBINTANG AKOMODASI LAINNYA

2013 1.778 14.907

2012 1.623 14.375

2011 1.489 13.794

2010 1.306 13.281

Total 6.196 56.357

Sumber: BPS, 2014

2. Dengan diterapkannya Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

tentang Standar Usaha Pariwisata yaitu Peraturan Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang Standar Usaha

Hotel dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonom Kreatif Nomor 2 Tahun

2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah. Pariwisata

memberi dampak pada jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung maupun

ikutan sektor pariwisata yang diserap oleh industri pariwisata untuk memenuhi

standar yang telah ditetapkan.

3. Meningkatnya jumlah usaha pariwisata, terlebih lagi dengan telah ditetapkannya

13 usaha pariwisata melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, akan berdampak kepada jumlah tenaga kerja langsung, tidak

langsung maupun ikutan sektor pariwisata.

Jumlah tenaga kerja yang disertifikasi sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

10,18 121,92 9,35 116,44

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 sebesar 10,18 juta orang meningkat sebesar 0,83% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 sebesar 9,35 juta orang.

Page 51: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 37

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Penyusunan Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Pariwisata dimana setiap

usaha pariwisata wajib untuk menerapkan standar minimal dalam beroperasi

Grafik Jumlah Standar Usaha yang telah menerapkan standar minimal, belum

bisa ditampilkan, karena masih berupa rancangan Peraturan Menteri, sehingga

belum bisa diterapkan oleh pelaku usaha pariwisata.

2. Advokasi/pendampingan Tanda Daftar Usaha Pariwisata untuk memberikan

pendampingan sekaligus sosialisasi bagi pengusaha yang ingin berusaha di

bidang pariwisata

3. Fasilitasi Pengembangan Wisata Special Event dalam rangka memberikan

pengetahuan kepada masyarakat yang tertarik untuk mengembangkan wisata

minat khusus, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan jumlah

tenaga kerja di bidang pariwisata.

b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional merupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Indikator ini merupakan cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaan lapangan kerja dan menurunkan angka pengangguran, pengurangan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor kepariwisataan. Semakin tinggi nilai kontribusi, maka semakin tinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,09 8,89 125,39

Sumber: Kemenparekraf, 2014

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional” terealisasi sebesar 8,89% dari target yang ditetapkan atau capaian sebesar 125,5%. Indikator ini merupakan perbandingan jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kemudahan berusaha yang diberikan oleh Pemerintah dalam berusaha di bidang

pariwisata secara tidak langsung berimbas pada meluasnya lapangan usaha dan

jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata.

Page 52: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 38

2. Pelatihan/bimbingan teknis di bidang pariwisata, seperti pengelolaan daya tarik

wisata buatan, alam dan budaya.

3. Semakin banyaknya lapangan kerja di bidang pariwisata yang analog dengan

meningkatnya jumlah industri pariwisata.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

8,89 125,39 8,46 120,86

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat sebesar 0,43% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Workshop Pengembangan Incentive Travel di Indonesia dalam rangka

meningkatkan kualitas, baik biro perjalanan wisata sendiri maupun tenaga kerja di dalamnya.

2. Advokasi Tata Cara Pendaftaran usaha Pariwisata untuk memberikan pendampingan bagi masyarakat yang akan berusaha di bidang pariwisata.

3. Bimbingan teknis pengelolaan daya tarik wisata buatan, alam dan budaya.

c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor

pariwisata

Kualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

13,54 34,12 252,00

Sumber: Kemenparekraf, 2014

Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata dinilai berdasarkan PDB Pariwisata dibagi jumlah tenaga kerja. Berdasarkan

Page 53: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 39

produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata tercapai sebesar Rp 34,12 juta pertahun atau 252,00%.

Produktivitas tenaga kerja secara umum dapat diartikan sebagai tingkatan

efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa. Meningkatnya produktivitas pariwisata pada tahun 2013 disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemampuan SDM di bidang pariwisata, dimana Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menyusun Sertifikasi Kompetensi Bidang Pariwisata. Adapun hingga tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah melakukan sertifikasi kepada tenaga kerja di bidang pariwisata sebagai berikut:

Tabel III. 4 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan Tahun 2013 berdasarkan Provinsi

No. PROVINSI 2010 2011 2012 2013

JUMLAH YANG

DISERTIFIKASI S.D. 2013

1 DKI JAKARTA 600 2.845 1.960 1.010 6.415

2 BALI 650 2.040 2.060 1.000 5.750

3 JAWA BARAT 300 1.090 1.420 560 3.370

4 JAWA TENGAH - 620 1.740 940 3.300

5 JAWA TIMUR 575 1.450 1.700 960 4.685

6 SUMUT 300 650 1.170 620 2.740

7 KEP. RIAU 600 880 990 270 2.740

8 SULSEL 275 580 1.050 490 2.395

9 DI YOGYAKARTA 325 1.260 1.300 810 3.695

10 KALTIM - 520 880 220 1.996

11 BANTEN - 440 360 190 990

12 RIAU - 420 680 220 1.320

13 SUMSEL 300 260 740 180 1.480

14 SUMBAR 300 440 400 130 1.270

15 KALSEL - 240 420 100 760

16 SULUT 375 400 380 280 1.435

17 NTB 400 480 680 350 1.910

18 BABEL - 100 240 130 470

19 JAMBI - 100 260 140 500

20 KALBAR - 100 260 210 570

21 MALUKU - 100 390 400 890

22 MALUKU UTARA - 40 420 100 560

23 NTT - 420 420 370 1.210

24 LAMPUNG - - 200 100 300

25 PAPUA - 40 240 330 610

26 PAPUA BARAT - - 100 250 350

27 BENGKULU - - 100 140 240

28 KALTENG - - 100 180 280

29 SULTRA - - 150 150 300

30 GORONTALO - - 100 130 230

31 SULBAR - - 150 100 250

32 ACEH - - 280 340 620

33 SULTENG - - 160 100 260

JUMLAH 5.000 15.515 21.500 11.500 53.515

Page 54: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 40

Tabel III. 5 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan Tahun 2013 berdasarkan Kegiatan

No. KEGIATAN 2010 2011 2012 2013

JUMLAH YANG

DISERTIFIKASI S.D. 2013

1 Hotel & Restoran 3.100 9.400 9.590 4.870 26.960

2 SPA 800 2.975 3.660 1.850 9.285

3 BPW 350 1.000 1.700 820 3.870

4 KEP. Wisata 250 1.170 2.000 1.220 4.640

5 Tour Leader 250 200 - - 450

6 Jasa Boga - - 1.800 640 2.440

7 MICE - 290 800 720 1.810

8 KEP. Ekowisata - 220 500 420 1.140

9 KEP. Arung Jeram - - 500 200 700

10 KEP. Wisata Selam

150 120 650 450 1.370

11 KEP. Museum 100 140 300 310 850

JUMLAH 5.000 15.515 21.500 11.500 53.515

Grafik III. 3 Tenaga Kerja Yang Disertifikasi Sampai Dengan Tahun 2013

2. Memotivasi tenaga kerja untuk terus menjadi lebih baik dalam bekerja. Hal tersebut dilakukan melalui bimbingan teknis dan workshop di bidang pengembangan destinasi pariwisata.

3. Menyusun Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Pariwisata, dimana setiap usaha pariwisata dituntut untuk memenuhi standar minimum dalam mengoperasikan usahanya. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung

Page 55: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 41

menuntut tenaga kerja untuk lebih produktif dan memenuhi standar-standar pelayanan dalam bekerja.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

34,12 252,00 34,89 275,6

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung

kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Bimbingan teknis pelayanan prima dalam rangka memberikan motivasi kepada

tenaga kerja untuk memberikan pelayanan yang optimal di pintu gerbang utama

bandara-bandara di Indonesia.

2. Bimbingan teknis pengelolaan daya tarik wisata Alam, Budaya dan Buatan dalam

rangka memberikan pengetahuan kepada pengelola daya tarik dalam

mengoperasikan usahanya.

3. Workshop Pengembangan Incentive Travel di Indonesia dalam rangka

memberikan pengetahuan serta pengembangan usaha di bidang incentive travel.

4. Bimtek Pengembangan Wisata MICE dalam rangka memberikan pengetahuan

dan peningkatan kemampuan di wisata MICE.

5. Pengenalan Produk Insentif Travel bagi Destination Management Company

(DMC) dalam rangka pengembangan dan pengenalan produk insentif travel

kepada pengusaha/masyarakat yang ingin berusaha di bidang tersebut.

Page 56: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 42

3 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi di sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendorong investasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancangan profil investasi pariwisata, koordinasi dengan instansi pemerintah terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasi pariwisata Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasi pariwisata yang memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di destinasi tersebut.

Semakin tinggi persentase investasi pariwisata terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisata dan iklim usaha yang semakin baik.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,64 2,97 64

Sumber: BKPM, 2014

Capaian indikator sasaran “Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional” pada tahun 2013 hanya 2,97% atau 64% dari target yang telah ditetapkan sebesar 4,64%, karena penanaman modal asing di tahun 2013 mengalami penurunan.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

2,97 64 4,55 102,71

Page 57: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 43

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012, hal tersebut dikarenakan penanaman modal asing di tahun 2013 mengalami penurunan. Turunnya penanaman modal asing tersebut dikarenakan hal-hal sebagai berikut: 1. Prosedur investasi yang berbelit-belit di sebagian besar wilayah Indonesia,

meskipun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengesahkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata, namun belum setiap daerah menerapkan peraturan tersebut.

2. Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2013 yang kurang baik, dimana Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan pada awal tahun 2013 sebesar USD1,63 miliar hingga kenaikan BBM di pertengahan tahun anggaran 2013.

3. Target yang terdapat di Renstra merupakan data Nesparnas yang menggunakan referensi data BPS, sedangkan data realisasi yang terdapat dalam LAKIP menggunakan sumber data BKPM yang mencatat seluruh realisasi sektor pariwisata investasi langsung, seperti hotel dan restoran.

4. Dibandingkan Tahun 2012, di tahun 2013 Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Pariwisata mengalami penurunan, namun PMDN mengalami kenaikan secara signifikan.

Tabel III. 6 Investasi di Bidang Kepariwisataan

TAHUN PMA

(US$ Juta)

PMDN

(US$ Juta)

TOTAL

(US$ Juta)

% Pertumbuhan

2008 156,9 23,8 180,7 21,18%

2009 306,5 35,7 342,2 89,32%

2010 346,4 39 385,4 12,62%

2011 242,2 39,4 279,8 -27,40%

2012 768,30 101,50 869,80 210,86%

2013 462,47 140,18 602,65 -30,71%

Sumber: Diolah dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal BKPM

5. Terjadi peningkatan sejak tahun 2009, yaitu dengan rata-rata sebesar 49.96%. Puncak peningkatan tejadi pada tahun 2012 sebesar 208.88% atau US$ 869.8 juta. Sedangkan tahun 2013 jumlah realisasi investasi sebesar US$ 602.6 juta atau mengalami peningkatan 114% dari tahun 2011.

YEAR FDI (US$ Million)

% GROWTH

FDI

DDI (US$ Million)

% GROWTH

DDI

TOTAL (US$ Million)

% GROWTH

2009 306,5 95,35% 35,7 50,00% 342,2 89,32%

2010 346,4 13,02% 39 9,24% 351,1 2,60%

2011 242,2 -30,08% 39,4 1,03% 281,6 -20,31%

2012 768,30 217,22% 101,50 157,61% 869,8 208,88%

2013 462,47 -39,81% 140,18 38,11% 602,648 -30,71%

2014 903,70*

Sumber: Kemenparekraf, 2013

Page 58: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 44

6. Daya saing kepariwisataan Indonesia yang dinilai masih kurang, terutama dalam bidang infrastruktur serta kemudahan dalam berinvestasi.

7. Kurangnya dukungan sektor lain dalam meningkatkan investasi bidang pariwisata, terutama dalam pendukungan kemudahan berusaha di bidang pariwisata melalui Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Pelaksanaan Indonesia Tourism Investment Forum

Pada tanggal 20 Maret 2013, diselenggarakan kegiatan Indonesia Tourism

Investment Forum (ITIF) 2013 sebagai side event dari HIW 2013. Kegiatan ini

dihadiri oleh partisipan HIW 2013, dan dilakukan pemaparan sebagai berikut:

Indonesia Economic Development, yang disampaikan oleh Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian;

Advantages of Investing in The Tourism Sector in Indonesia, Badan

Koordinasi Penanaman Modal;

Indonesia Tourism Infrastructure Development Planning dan Indonesia

Tourism Special Economic Zone – Implementation And Benefits, yang

disampaikan oleh Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus,

Kemenko Perekonomian; dan

Prospektus Investasi Pariwisata oleh pengembang kawasan pariwisata:

Mandalika, Tanjung Lesung, Grand Kawanua, dan Teluk Mekaki.

2. Partisipasi pada Even Investasi Pariwisata

Untuk meningkatkan kapasitas investasi pariwisata didaerah-daerah di Indonesia yang berdaya saing, serta menarik minat investor, baik PMA maupun PMDN pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan Partisipasi Pada Even Investasi Pariwisata, dengan sasaran :

Meningkatkan minat investasi pariwisata bagi investor dalam dan luar negeri. Menumbuhkan minat pemerintah daerah untuk melakukan promosi investasi

pariwisata. Meningkatkan jumlah penanaman modal ke Indonesia.

Page 59: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 45

Beberapa even investasi yang telah diikuti antara lain :

The 2nd Annual Hospitality Investment World (HIW) Indonesia 2013, 19-20 Maret

2013 di Hotel Pullman Central Park

Kemenparekraf bekerjasama dengan Terrapin dari Singapura, melaksanakan

kegiatan promosi investasi di bidang hospitality yang dihadiri oleh pemilik hotel lokal

dan CEO/top management chain hotel internasional, operator dan service providers

hotel dan bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat dan terkini kepada

para partisipan yang bergerak di bidang hospitality dan perbankan untuk rencana

pengembangan bisnis/investasi bidang pariwisata di Indonesia

Pada kegiatan ini, Wakil Menteri Parekraf menyampaikan Keynote Speech

mengenai The Indonesian National Tourism Masterplan “Identifying The Strategic

Areas and Tourism Investment Opportunities”

Selama berlangsungnya pelaksanaan HIW Indonesia 2013, dilakukan:

1. Indonesia Tourism Investment Forum (ITIF).

2. One on one meetings dengan para CEO perusahaan di bidang hospitality dan

perbankan untuk menyampaikan dan menawarkan secara langsung peluang

investasi kawasan pariwisata di Indonesia.

3. Exhibition, bekerjasama dengan para pengembang kawasan pariwisata di

Indonesia, untuk menawarkan peluang investasi pada kawasan yang dimiliki oleh

masing-masing pengembang.

The 1st Annual Indonesia Hospitality and Tourism Investment Conference (IHT)

2013, 7 – 8 Mei 2013 di Hotel The Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta

Kementerian Parekraf bersama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) bekerjasama dengan HVS Hospitality Services melaksanakan kegiatan

investasi di bidang hospitality and tourism yang dihadiri oleh top manajemen jaringan

hotel internasional, para investor, pengembang/pemilik properti, dan kalangan

perbankan; dan bertujuan untuk membahas hal-hal penting seperti: sumber

pembiayaan dari dalam dan luar negeri untuk investasi dan pengembangan bisnis,

Page 60: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 46

cara-cara pemilik hotel dan pengembang untuk mengoptimalkan keuntungan dan

pengembalian investasi, serta melihat pengembangan pasar yang sedang terjadi.

Pada kegiatan ini, Menteri Parekraf menyampaikan Keynote Speech mengenai

The Indonesian National Tourism Masterplan “Leading Initiatives for the Nation's

Tourism and Creative Economy”, dan menerima penganugerahan The Tourism

Excellence Award dari HVS Hospitality Services.

Selama berlangsungnya pelaksanaan IHT 2013, dilakukan:

1. One on one meetings dengan para CEO perusahaan di bidang hospitality and

tourism untuk menyampaikan dan menawarkan secara langsung peluang

investasi kawasan pariwisata di Indonesia.

2. Pertemuan bisnis dengan perusahaan dari Singapore Hospitality Sector

3. Exhibition, bekerjasama dengan para pengembang kawasan pariwisata di

Indonesia, untuk menawarkan peluang investasi pada kawasan yang dimiliki oleh

masing-masing pengembang.

The 3rd Edition Annual Investment Meeting (AIM) 2013, 30 April – 2 Mei 2013 di

Dubai International Exhibition and Convention Center

AIM 2013 merupakan kegiatan investasi yang mencakup konferensi, presentasi

negara, networking serta pameran, yang diikuti dan dihadiri oleh beberapa negara di

dunia yang bertujuan untuk menawarkan potensi investasi mereka.

Selama berlangsungnya pelaksanaan AIM 2013, dilakukan :

1. One on one meetings dengan para CEO perusahaan di bidang hospitality,

transportation dan real estate untuk menyampaikan dan menawarkan peluang

investasi pariwisata di Indonesia.

2. Exhibition, bekerjasama dengan BKPM, BKPMD serta Pemda untuk

menawarkan peluang investasi yang dimiliki.

Asia Pacific Tourism Destination Investment Conference (APTDI), 21-23

Oktober 2013, di Suntec Singapore Convention and Exhibition Centre

APTDI merupakan konferensi yang membahas mengenai isu serta tantangan di

bidang investasi dan pengembangan kawasan pariwisata dan dihadiri oleh para

CEO dari perusahaan real estate, pengembang theme park, pengembang kawasan

serta international chain hotel.

Selama berlangsungnya pelaksanaan APTDI 2013, dilakukan :

1. Ibu Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menjadi

panelist pada keynote panel : Effective Governance Models for Lasting Local

Partnerships.

Page 61: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 47

2. Bapak Henky Manurung, Kasubdit Investasi Pariwisata, menjadi panelis pada

keynote panel : Leveraging Tourism Sector Growth to Achieve National

Economic Development Goals

3. Exhibition, bekerjasama dengan para pengembang Kawasan Pariwisata untuk

menawarkan peluang investasi yang dimiliki

Selain itu, untuk mendukung promosi investasi pariwisata, dilaksanakan

fasilitasi berupa business meeting dengan investor ataupun daerah yang

potensial untuk dipromosikan investasinya serta kegiatan Promosi Investasi

Pariwisata Melalui Media.

a. Fasilitasi Pertemuan Bisnis dengan Investor/Calon Investor

1) Pertemuan Bisnis dengan Investor dilakukan di Hotel Adlon Kempinski,

Berlin, Jerman, pada tanggal 4 Maret 2013, dengan agenda :

Penandatanganan joint venture pembangunan 20 hotel di Indonesia

antara Panorama Group (Indonesia) dengan Carlson Rezidor Hotel

Group (USA) yang disaksikan langsung oleh Menteri Parekraf dan

Kepala BKPM, serta

Penyampaian secara langsung memo rencana pengembangan 100

hotel ACCOR Group di Indonesia sampai dengan tahun 2015 dari

CEO ACCOR Group, Perancis kepada Presiden RI.

2) Brunch Business Meeting pada tanggal 23 Oktober 2013, di Pan Pacific

Hotel Singapura

Pertemuan bisnis ini dipimpin langsung Ibu Mari Elka Pangestu, Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan dihadiri oleh 5 (lima) kelompok

investor, yaitu investor di bidang pengembang property, seperti The Far

East Singapore, salah satu pengembang property terbesar di Singapura;

investor di bidang transportasi, seperti Star Cruise; investor di bidang

hotel dan resort, seperti Banyan Tree dan chained international hotels,

The Intercontinental Hotels Group; asosiasi bisnis, yaitu Business

Indonesia-Singapore Association dan International Enterprises Singapura;

dan networking investasi lainnya yang terdiri dari investor dari berbagai

bidang yang tertarik untuk berinvestasi dalam bidang pariwisata di

Indonesia.

b. Promosi Investasi Melalui Media

Dalam upaya meningkatkan awareness pengusaha, pengembang/calon

investor di sektor kepariwisataan, baik di dalam maupun luar negeri, terhadap

peluang berinvestasi di Indonesia, perlu dilakukan beberapa hal yang salah

satunya dengan melakukan penyebaran informasi mengenai potensi kawasan

pariwisata atau daerah yang memiliki potensi investasi.

Page 62: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 48

Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2013 akan dilaksanakan

kegiatan Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media, dengan sasaran :

Meningkatkan nilai realisasi investasi pariwisata baik dari PMDN maupun

PMA.

Meningkatkan nilai jual potensi daerah-daerah investasi pariwisata di

Indonesia.

Tahun 2013, telah dilakukan pencetakan materi promosi investasi

pariwisata dalam bentuk booklet Indonesia Tourism Investment

Prospectus, dan brosur yang berisi proposal investasi pariwisata di

daerah: Bugam Raya, Wakatobi, dan Toba Samosir. Materi cetak ini telah

dipergunakan dalam berbagai kegiatan / even investasi pariwisata, baik di

dalam maupun luar negeri, seperti Marketing Investasi Indonesia (MII)

2013 di Beijing yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM), Indonesia Tourism Investment Forum (ITIF) 2013, dan

Hospitality Investment World (HIW) 2013 di Jakarta.

Selanjutnya, dilakukan penyebaran informasi mengenai potensi investasi

pariwisata di Indonesia melalui pemberitaan pada media cetak,

penyebaran buku dan brosur Indonesia Tourism Investment Prospectus

dalam berbagai kegiatan/even-even investasi pariwisata, baik di dalam

maupun luar negeri, serta pembuatan website dengan alamat

www.indonesia-tourism-investment.com

c. Penyusunan Proposal Investasi Pariwisata

Salah satu upaya untuk menarik minat investor adalah dengan menyusun

proposal investasi yang berisikan konsep dan perencanaan bisnis yang

terstruktur dengan baik dengan memaksimalkan potensi daya tarik wisata

yang tersedia, aspek Geografis dan Demografis, Gambaran lahan dan aspek

lainnya yang perlu disampaikan kepada para potensial investor untuk

meyakinkan kelayakan berinvestasi di daerah tersebut.

Selama Tahun 2013 telah dilakukan penyusunan proposal investasi

pariwisata melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan kunjungan

lapangan di daerah-daerah:

1) Kawasan Pusuk Buhit, Aek Natonang dan Lagundi, Kab. Samosir pada

tanggal 28 – 31 Mei 2013.

2) Kawasan Medana, Kab. Lombok Utara pada tanggal 31 Juli – 2 Agustus

2013.

3) Kawasan Bono, Kab. Pelalawan pada tanggal 24 – 29 September 2013.

4) Kab. Kepulauan Anambas pada tanggal, 12 – 16 November 2013.

5) Kawasan Segitigam Man, Kab Maluku Tenggara Barat pada tanggal 19 –

23 November 2013.

Page 63: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 49

4 Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

Sektor pariwisata tahun 2013 kembali berjaya. Industri jasa ini menorehkan rekor baru, meraih 8,8 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) atau tumbuh 9,42% serta menghasilkan devisa sebesar US$ 10,05 miliar meningkat 10,23% dibandingkan tahun 2012. Berjayanya pariwisata dalam menghasilkan devisa sekaligus memperbaiki peringkat sebagai penyumbang terbesar devisa negara, dari semula posisi ke-5 menjadi ke-4 setelah minyak & gas bumi, batubara, dan kelapa sawit.

Sebagai gambaran, bagaimana peringkat pariwisata dibandingkan komoditi lain dan berapa besarnya devisa yang diperoleh negara Indonesia dari sektor pariwisata, berikut data penerimaan devisa pariwisata dalam kurun waktu 2010 – 2013, yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel III. 7 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor

Lainnya Tahun 2011 – 2013

No.

2011 2012 2013*

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

1 Minyak dan Gas Bumi

41.477,10 Minyak dan Gas Bumi

36.977,00 Minyak dan Gas Bumi

23.847,0

2 Batu Bara 27.221,80 Batu Bara 26.166,30 Batu Bara 18.402,1

3 Minyak Kelapa Sawit

17.261,30 Minyak Kelapa Sawit

18.845,00 Minyak Kelapa Sawit

11.351,1

4 Karet Olahan 14.258,20 Karet Olahan 10.394,50 Pariwisata 10.054,1

5 Pariwisata 8.554,40 Pariwisata 9.120,85 Karet Olahan 7.076,2

6 Pakaian Jadi 7.801,50 Pakaian Jadi 7.304,70 Alat Listrik 4.817,9

7 Alat Listrik 7.364,30 Alat Listrik 6.481,90 Tekstil 3.952,4

8 Tekstil 5.563,30 Tekstil 5.278,10 Makanan Olahan

3.873,6

9 Makanan Olahan

4.802,10 Makanan Olahan

5.135,60 Pakaian Jadi 3.806,4

Page 64: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 50

No.

2011 2012 2013*

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

Jenis Komoditi Nilai Juta US$

10 Bahan Kimia 4.630,00 Kertas dan Barang dr Kertas

3.972,00 Kertas dan Barang dr kertas

2.809,8

11 Kertas dan Barang dr Kertas

4.214,40 Bahan Kimia 3.636,30 Kayu Olahan 2.544,3

12 Kayu Olahan 3.288,90 Kayu Olahan 3.337,70 Bahan Kimia 2.158,1

Sumber: BPS, 2013 Keterangan: *) Data 2013 sampai dengan posisi bulan September

Di tahun 2013 ini sasaran “Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia”, ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah:

a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara

Penerimaan devisa dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelum berwisata (pre-trip expenditure), selama berwisata (trip-expenditure), dan sesudah berwisata (post-trip expenditure). Pengeluaran pre-trip dan post-trip meliputi hotel dan akomodasi, restoran dan sejenis, angkutan domestik, Biro Perjalanan Wisata dan pramuwisata, serta produk non makanan. Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip, ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata di Indonesia, seperti jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani. Dalam konteks wisman, pengeluaran pre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum perjalanan wisata ke Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di negara asal wisman setelah kembali dari Indonesia.

Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

Page 65: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 51

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

10,35 10,05 97,1

Berdasarkan data tersebut di atas, jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara tidak tercapai 100% atau hanya tercapai 97,1% atau 10,05 US$ milliar dari target penerimaan devisa sebesar 10,35 US$ milliar. Disisi lain, penerimaan devisa wisatawan mancanegara pada tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya dari angka 9.12 US$ milliar. Peningkatan jumlah penerimaan devisa tersebut dinilai oleh beberapa faktor: 1. Selisih nilai tukar mata uang asing

Semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Indonesia, maka akan semakin banyak pula transaksi dalam bentuk rupiah yang

akan dilakukan. Perbedaan selisih kurs jual dan beli mata uang asing tersebut

turut menyumbang pada besarnya devisa wisatawan mancanegara.

Adapun tren kurs mata uang asing terhadap rupiah Indonesia selama tahun 2013

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No. Mata Uang

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 USD 9.765,71 9.665,79 9.694,89 9.685 9.783,84 9.925,28 10.227,65 11.346,06 11.474,58 11.202,92 11.789,95 12.169,61

2 AUD 10.199,96 9.887,96 10.111,60 9.966,70 9.454,25 9.245,68 9.474,65 10.179,73 10.773,97 10.695,00 10.789,83 10.820,58

3 EUR 13.114,36 12.626,72 12.477,49 12.643,17 12.571,52 12.966,58 13.441,04 15.107,03 15.459,98 15.289,19 15.884,12 16.656,26

4 JPY 107,83 104,91 102,97 98,76 96,17 101,78 102,47 115,22 116,37 113,53 115,66 116,47

5 HKD 1.256,70 1.238,64 1.246,59 1.243,59 1.254,14 1.270,19 1.308,19 1.444,20 1.475,46 1.439,03 1.514,05 1.557,45

6 GBP 15.217,95 14.517,20 14.543,34 14.622,95 14.759,03 15.307,29 15.649,26 17.526,14 18.281,69 17.979,34 19.067,13 19.834,64

7 CHF 10.419,08 10.221,61 10.099,76 10.140,29 10.045,87 10.537,94 10.683,61 11.994,47 12.383,89 12.309,41 12.893,86 13.515,22

8 SGD 7.924,70 7.811,98 7.818,37 7.825,81 7.750,08 7.839,07 8.095,83 8.859,71 9.147,31 9.045,82 9.400,15 9.630,92

9 MYR 3.192,30 3.130,23 3.132,66 3.162,34 3.209,07 3.138,01 3.208,53 3.388,11 3.539,56 3.520,97 3.620,34 3.701,76

10 THB 322,85 321,47 326,51 330,63 326,89 322,12 332,39 352,25 363,45 361,17 369,67 378,78

11 CAD 9.623,79 9.293,78 9.398,48 9.346,02 9.406,54 9.460,23 9.777,39 10.745,64 11.002,38 10.638,49 11.101,57 11.304,22

12 SAR 2.597,61 2.589,17 2.600,20 2.606,00 2.620,42 2.652,36 2.726,39 2.995,52 3.071,31 2.968,50 3.109,73 3.248,67

13 PHP 224,35 221,57 228,86 228,03 230,79 275,02 220,87 306,74 252,08 255,61 268,11 266,96

Sumber: bps.go.id

2. Jumlah wisatawan mancanegara

Besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan besarnya pengeluaran yang

mereka keluarkan di Indonesia turut berpengaruh terhadap jumlah devisa

wisatawan mancanegara.

Tabel III. 8 Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Page 66: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 52

TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN

2012 8,4

2013 8,8

Sumber: Kemenparekraf, 2014

3. Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara

Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap

jumlah devisa yang diterima oleh negara. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam

tabel berikut:

Tabel III. 9 Kunjungan Wisatawan Mancanegara

TAHUN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA

JUMLAH PENERIMAAN DEVISA

2012 9,12 1,11

2013 9,86 1,15

Sumber: Kemenparekraf, 2014

4. Lama tinggal wisatawan mancanagera

Semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di Indonesia, semakin besar pula

devisa yang dihasilkan oleh negara.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

10,05 97,1 9,12 101,8

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Melakukan diversifikasi produk wisata untuk meningkatkan nilai pengeluaran

wisatawan mancanegara melalui kegiatan:

a) Pengembangan Daya Tarik Wisata, pada tahun 2013 adalah sebanyak 29 lokasi.

Page 67: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 53

b) Fasilitasi pengembangan desa wisata, pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah melakukan fasilitasi pengembangan desa wisata sebanyak 980 desa.

c) Penyusunan pola perjalanan wisata (travel pattern), pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengembangkan sebanyak 16 pola perjalanan wisata.

2. Penataan destinasi pariwisata di Indonesia melalui kegiatan tugas pembantuan ataupun program DMO (Destination Management Organization). Kegiatan penataan destinasi pariwisata tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pariwisata Indonesia sehingga meningkatkan kunjungan wisatawan baik mancanegara yang berimbas pada meningkatnya devisa negara dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

b. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara

Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk mampu menarik wisman yang berkualitas, namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011, terjadi peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal.

Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi suatu daerah semakin meningkat dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

178,62 176,32 98,71

Sumber: Kemenparekraf 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara tidak mencapai target yang diharapkan atau hanya tercapai 98,71% dengan nilai Rp. 176.32 trilliun. Penurunan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara terjadi karena jumlah total perjalanan wisatawan nusantara tahun 2013 diperkirakan hanya mencapai 248 juta perjalanan atau kurang dari target yang telah ditetapkan pada tahun 2013 sebanyak 250 juta perjalanan.

Sebagaimana di atur dalam pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, terdapat 13 bidang usaha pariwisata yang berkontribusi

Page 68: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 54

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak yang disetor ke negara, dan pendapatan negara tersebut merupakan salah faktor yang berkontribusi penerimaan dan pengeluaran wisatawan nusantara. Bidang usaha pariwisata tersebut adalah sebagai berikut: 1) Daya tarik wisata 2) Kawasan pariwisata 3) Jasa transportasi wisata 4) Jasa perjalanan wisata 5) Jasa makanan dan minuman 6) Penyediaan akomodasi 7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi 8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konvensi, dan pameran 9) Jasa informasi pariwisata 10) Jasa konsultasi pariwisata 11) Jasa pramuwisata 12) Wisata tirta, dan 13) Spa

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

176,32 98,71 172,85 100,79

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi jumlah pengeluaran wisatawan nusantara di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara 2) Mulai dikembangkannya daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata nasional 3) Beraneka ragamnya produk souvenir disuatu destinasi pariwisata. 4) Meningkatnya daya beli masyarakat, terutama di kawasan Asia.

Kenaikan nilai total pengeluaran wisatawan nusantara dari tahun sebelumnya didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) Naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara, sebesar 248 juta perjalanan

atau meningkat dibandingkat jumlah perjalanan tahun lalu sebesar 245 juta

perjalanan.

juta perjalanan

INDIKATOR KINERJA 2013 2012

Jumlah perjalanan wisatawan nusantara 248 245

Sumber: Kemenparekraf, 2014

Page 69: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 55

2) Meningkatnya pengeluaran wisatawan nusantara sebesar 711 ribu rupiah per

kunjungan atau meningkat dari tahun lalu sebesar 700 ribu.

3) Ditetapkannya 13 jenis usaha pariwisata dalam Undang-Undang Kepariwisataan

sehingga berdampak pada besarnya PAD yang diterima oleh negara melalui ke-

13 jenis usaha tersebut.

c. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan

Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang dimaksudkan sebagai kunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan sejak tiba di Indonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehingga walaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah di Indonesia selama selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawan tersebut akan terhitung sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara di Indonesia per kunjungan, maka semakin besar pula potensi devisa yang akan diperoleh negara.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.150 1.142,24 99,33

Sumber: Kemenparekraf 2014

Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/kunjungan merupakan faktor penting dalam industri kepariwisataan karena faktor tersebut menentukan besarnya devisa negara yang dihasilkan oleh sektor kepariwisataan. Besaran pengeluaran per wisatawan mancanegara/kunjungan pada tahun 2013 sebesar US$ 1.142,24, meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Jumlah wisatawan mancanegara yang meningkat dibandingkan dengan tahun

2012. PERBANDINGAN

KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA

TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN

2012 8,4

2013 8,8

Sumber data: BPS, 2013

2. Banyak dibukanya destinasi wisata baru melalui penataan destinasi yang sudah

ada, yaitu melalui DMO dan Penataan Daya Tarik di Destinasi Pariwisata melalui

Tugas Pembantuan.

Page 70: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 56

3. Meningkatnya jumlah daya tarik wisata, seperti wisata kesehatan, kuliner, dll.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.142,24 99,33 1.133,81 103,07

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/kunjungan merupakan faktor penting dalam industri kepariwisataan karena faktor tersebut menentukan besarnya devisa negara yang dihasilkan oleh sektor kepariwisataan. Besaran pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan pada tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar US$ 1133.8. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Jumlah wisatawan mancanegara yang meningkat dibandingkan dengan tahun

2012. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai

8,8 juta orang meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 8,04 juta orang.

2. Banyak dibukanya destinasi wisata baru melalui penataan destinasi yang sudah

ada, yaitu melalui DMO dan Penataan Daya Tarik di Destinasi Pariwisata melalui

Tugas Pembantuan.

d. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan

Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan merupakan rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara dalam setiap perjalanan wisata yang dilakukannya. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan, maka semakin besar pula potensi pendapatan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat di lokasi destinasi pariwisata. Data rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (modul perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan Susenas. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf.

Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

714,5 711 99,51

Sumber: Kemenparekraf 2014

Page 71: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 57

Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan tercapai 99.5% atau tercapai sebesar Rp. 711 ribu. Faktor yang mempengaruhi tercapainya jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan adalah sebagai berikut: 1. Harga yang kompetitif, baik harga hotel, transportasi dll. Berdasarkan data World

Economic Forum (WEF) tahun 2012, Indonesia dinilai masih kompetitif untuk

harga hotel, transportasi dll sehingga daya saing kepariwisataan Indonesia pada

tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya.

2. Pendapatan per kapita Indonesia yang naik dari tahun sebelumnya. Berdasarkan

bisniskeuangan.kompas.com, pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2013

mencapai Rp. 36.5 juta. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan

pendapatan Indonesia per kapita tahun 2012 sebesar Rp. 33.5 juta.

3. Dibukanya Daya Tarik Wisata yang baru melalui tugas pembantuan, fasilitasi

desa wisata dan DMO.

4. Meningkatnya daya beli masyarakat.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

711 99,51 704,68 100,67

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Pengembangan daya tarik di destinasi pariwisata melalui Tugas Pembantuan

(TP)

2. Diversifikasi usaha melalui fasilitasi desa wisata dan penyusunan pola perjalanan

3. Fasilitasi industri pariwisata untuk memberikan pelayanan yang prima kepada

wisatawan melalui bimbingan teknis pelayanan prima dan sosialisasi standar

usaha pariwisata.

5 Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

Page 72: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 58

73 pintu masuk Indonesia berada

diseluruh area negara, terdiri dari 47

pelabuhan laut; 19 bandar udara; 3

jalur darat; serta 4 pintu masuk utama:

Soekarno-Hatta (Jakarta), Ngurah Rai

(Bali), Polonia (Medan) dan Sekupang

(Batam).

Di tahun 2013 ini sasaran “Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara”, merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kepariwisataan Indonesia. Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2013 mencapai 8,6 juta sedangkan jumlah realisasi kedatangan wisman selama periode Januari – Desember 2013 tercatat sudah mencapai 8,8 juta orang atau sekitar 102,33 % dari target kedatangan wisman tahun 2013.

a. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia

Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan, dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan. Jumlah wisman dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/ Disembarkasi (E/D) yang dilakukan di 73 pintu masuk Indonesia 18 berdasarkan negara tempat tinggal wisatawan tersebut. Pengumpulan kartu E/D dilakukan oleh Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivals to Indonesia setiap tahunnya.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara adalah Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dan Jumlah perjalanan wisatawan nusantara.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8,6 8,8 100,20

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 8,8 juta orang, seluruhnya telah tercapai.

Dalam pelaksanaannya terdapat perubahan target pada pencapaian jumlah wisatawan mancanegara di tahun 2013, dimana target yang tercantum pada Renstra awal sebesar 9 juta wisatawan mancanegara, kemudian di review/revisi menjadi 8,6 juta wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan adanya penghematan atau pemotongan anggaran di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penghematan atau pemotongan anggaran tersebut sangat berpengaruh kepada

Page 73: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 59

pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam penyusunan Renstra 2012 – 2014. Seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel III. 10 Target Wisatawan Mancanegara Tahun 2013

NO. FOKUS PASAR

TARGET 2013

OPTIMIS MODERAT PESIMIS

1. SINGAPURA 1.750.000 1.680.000 1.615.000 2. MALAYSIA 1.400.000 1.340.000 1.290.000 3. AUSTRALIA 1.220.000 1.170.000 1.125.000 4. CHINA 1.000.000 960.000 922.000 5. JEPANG 505.000 485.000 466.000 6. KOREA 360.000 345.000 335.000 7. FILIPINA 315.000 302.000 295.000 8. TAIWAN 255.000 240.000 233.000 9. AMERIKA SERIKAT 225.000 215.000 207.000 10. INGGRIS 220.000 211.000 204.000 11. PERANCIS 210.000 201.000 194.000 12. INDIA 200.000 192.000 187.000 13. BELANDA 185.000 175.000 170.000 14. TIMUR TENGAH 175.000 166.000 162.000 15. JERMAN 165.000 156.000 152.000 16. RUSIA 110.000 105.000 101.000 17. LAINNYA 705.000 657.000 642.000

TOTAL 9.000.000 8.600.000 8.300.000

Indikator “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” terlihat jelas bahwa pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2013 meningkat di bandingkan dari tahun sebelumnya. Pencapaian ini juga melebihi dari target yang telah ditentukan yaitu sebesar 8,6 juta wisatawan dengan total jumlah kunjungan sebesar 8.802.129 wisatawan mancanegara, seperti terlihat dalam grafik berikut.

Tabel III. 11 Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin, Kemenparekraf 2013)

Page 74: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 60

Berdasarkan grafik di atas yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Nasional, terlihat jelas bahwa pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2013 meningkat bila di bandingkan dengan tahun 2012. Pencapaian ini juga melebihi dari target yang telah ditentukan yaitu sebesar 8,6 juta wisatawan, namun realisasinya total jumlah kunjungan sebesar 8.802.129 wisatawan mancanegara.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menarik wisatawan mancanegara, antara lain menyelenggarakan event-event internasional, mempromosikan dan menjual paket-paket insentif pariwisata minat khusus

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8,8 100,20 8,04 100,5

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menarik wisatawan mancanegara, antara lain menyelenggarakan event-event internasional, mempromosikan dan menjual paket-paket insentif pariwisata minat khusus.

Promosi terutama dilakukan kepada pasar utama Indonesia yang menyumbang wisatawan paling banyak dan letaknya paling berdekatan dengan Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, Laos, Thailand, dan Australia, serta promosi juga dilakukan ke beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Jerman, Belgia, China, Inggris.

Event-event yang mendukung peningkatan kunjungan, antara lain :

TOURNAMENT OF ROSES, 1-2 Januari 2013,

Tournament of Roses 2013 merupakan penyelenggaraan yang ke 124 kalinya sejak pertama kali di selenggarakan pada tahun 1890. Kegiatan ini diselenggarakan setiap awal Tahun Baru dan selalu dinantikan oleh publik penonton. Lokasi pelaksanaan yang telah dikenal luas, yakni Pasadena, merupakan salah satu lokasi terbaik untuk berpromosi dan menyebarkan berbagai informasi secara luas. Potensi penonton di dunia diperkirakan + 300 juta penonton, penonton di Amerika Serikat + 38 juta penonton dan penonton yang datang langsung menyaksikan + 1 juta penonton. Keikutsertaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah untuk yang ke 8 kalinya, setelah absen

Page 75: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 61

selama 16 tahun dan kembali berpartisipasi pada tahun 2012. Dahulu, dibawah Depparpostel, Indonesia pernah berpartisipasi aktif selama 6 tahun berturut-turut sejak tahun 1990 hingga 1995 dan float Indonesia selalu mendapatkan penghargaan diantaranya International Trophy (1990,1993 dan 1994), Isabella Coleman Trophy (1991) Grand Marshall Trophy (1992 dan 1995) serta President’s Trophy (2012). Tujuan partisipasi Indonesia pada event ini adalah untuk mempromosikan dan menyebarluaskan berbagai informasi positif dan unik dari Indonesia kepada publik masyarakat internasional, membangun image (citra) positif, persepsi potensial Indonesia, melalui event berskala internasional dengan dampak seluas-luasnya serta mengembangkan hubungan internasional melalui sarana promosi pariwisata dan bisnis melalui event internasional seperti TOR Pasadena.

VAKANTIEBEURS, 8-13 Januari 2013 Jaarbeurs, Utrecht - Belanda

Vakantiebeurs adalah sebuah ajang pameran promosi pariwisata terbesar di Belanda yang berlangsung dari 8 – 13 Januari 2013. Partisipasi Indonesia dalam bentuk booth (anjungan) Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini didukung pula dengan keikutsertaan Garuda Indonesia. Tahun 2013 ini menjadi tahun ke-6 partisipasi Indonesia di ajang Vakantiebeurs ini. Paviliun Indonesia diisi oleh 18 industri pariwisata yang terdiri dari tour operator, hotel, villa, dan resort di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, tour operator Belanda yang menjual paket wisata ke Indonesia serta didukung oleh 1 pemerintah daerah dari Dinas Pariwisata Provinsi Maluku. Sepanjang pelaksanaan Vakantiebeurs 2013, Paviliun Indonesia menampilkan permainan musik tradisional Indonesia, yaitu Sasando. Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu daerah seperti Kampuang Nan Jauh di Mato (Sumatera Barat) dan Si Pato kaan (Sulawesi Utara), lagu nasional seperti Tanah Airku maupun lagu berbahasa Inggris (You Raise Me Up). Permainan Sasando mendapatkan perhatian khusus bagi pengunjung di Vakantiebeurs, selain karena bentuknya yang unik juga karena suaranya yang khas. Banyak di antara pengunjung yang berhenti untuk menyimak permainan Sasando serta menyanyi bersama. Kemparekraf memasang awareness campaign pada dua official magazine Vakantiebeurs 2013 yang dibagikan kepada seluruh pengunjung di pintu masuk, yaitu Vakantiebeurs Wegwijzer dan Vakantiebeurs Xtra.

Page 76: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 62

Artikel dalam Vakantiebeurs Xtra Magazine membahas mengenai destinasi pariwisata Indonesia secara umum dilengkapi dengan website resmi, airline yang melayani rute Indonesia dan keterangan-keterangan pendukung lainnya. Sedangkan artikel pada Vakantiebeurs Wegwijzer membahas 10 tujuan wisata Indonesia yaitu Danau Toba, Bintan dan Batam, Candi Borobudur, Orang Utan di Tanjung Puting, Bali, Lombok, Taman Nasional Komodo, Toraja, Taman Laut Nasional Bunaken serta Raja Ampat.

ASEAN TOURISM FORUM (ATF), 22-24 Januari 2013 Vientine, Laos

ASEAN Tourism Forum merupakan event regional di kawasan ASEAN yang bersifat internasional, dilaksanakan setiap tahun secara bergiliran menurut alphabet. Pada tahun 2013 ini, ATF ke-32 berlangsung pada tanggal 22-24 Januari 2013, dilaksanakan di Laos dengan mengambil tempat Vientiane.

Travex ATF 2013 berlangsung di Laos International Trade Exhibition and Convention Centre, Vientiane, Laos,

dengan total lahan seluas 9.000 sqm terdiri dari 490 booth diikuti lebih kurang 1.581 peserta terdiri dari 970 orang sellers dari 354 perusahaan dari 10 negara ASEAN. Sellers terbanyak adalah dari Thailand dengan menempati 125 booths, 470 buyers (hosted dan non-hosted) dari 56 negara, termasuk buyers baru dari Argentina, Bangladesh, dan Taiwan, 141 media internasional (32 negara) dan lokal. Indonesia menempati lahan seluas 126 m2 (14 booth) dengan nomor booth G21 didesaindengan mengacu pada tema 16 (enam belas) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, 7 special interests, peta Indonesia serta branding Wonderful Indonesia. Booth Indonesia dilengkapi juga dengan coffee corner yang menyajikan kopi dariberbagai daerah di Indonesia sebagai daya tarik untuk mengundang animo buyers d atang ke booth Indonesia. 14 sellers (full-delegate) tergabung pada booth Kemenparekraf, sebanyak 54 industri pariwisata Indonesia secara independent membuka booth sendiri berdekatan dengan booth Kemenparekraf karena terbatasnya booth Kemenparekraf.

COUNTRY PARTNER ITB BERLIN, 5-10 Maret 2013 Berlin, Jerman

ITB Berlin merupakan bursa pariwisata Internasional yang bersifat trade and consumer show terbesar di dunia yang diselenggarakan tanggal 6-10 Maret 2013 di Messe Berlin, Jerman. ITB Berlin pertama kali diselenggarakan pada tahun 1966, dan tahun 2013 merupakan penyelenggaraan ITB Berlin yang ke 47 kali. Indonesia sudah ikut serta sejak tahun 1967, sehingga tahun 2013

Page 77: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 63

merupakan partisipasi Indonesia yang ke 46 kali. Tahun 2013, ITB Berlin diikuti oleh 10.086 exhibitor dari 188 negara, dikunjungi oleh 170.791 visitors, yang terdiri dari 110.791 trade visitors (43 % dari luar Jerman) dan 60.000 consumers. Tahun ini terjadi peningkatan jumlah buyers dari Amerika dan Timur Tengah. Indonesia c.q Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menempati lahan seluas 542 m2, konstruksi double decker di Hall 26 A dengan desain kapal phinisi yang merupakan salah satu ciri khas Indonesia sebagai negara maritim. Paviliun Indonesia seluas 542 m2 terdiri dari Paviliun Bisnis (410 m2), VIP Room (66 m2), dan Spa & Culinary Room (66 m2). Letak Paviliun Indonesia berada diantara booth Malaysia, Myanmar, Garuda Indonesia, dan Dr. Weiglein Expeditions (promosi Papua). Sebagai Official Partner Country, Indonesia mendapatkan free space di Hall 4.1 seluas 36,5 m2 yang diisi oleh Adventure

Carstensz, Flores DMO, dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga memperoleh kesempatan untuk mengisi demo spa & wellness di Hall 16 yang dimanfaatkan oleh IWHT (Indonesia Wellness and Health Tourism). Paviliun Indonesia diisi oleh 93 industri pariwisata yang terdiri dari 33 tour operator, 5 hotel apartement/villa, dan 24 resort di Sumatera, dan 31 hotel dari Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta didukung oleh 14 Pemerintah Daerah, yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kabupaten Karangasem, Sumatera Barat, Kabupaten Sawah Lunto, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Badung, Bali, Sulawesi Utara, Bangka Belitung, Yogjakarta, Gorontalo, dan Papua Barat. Selain itu juga diikuti oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia.

Dengan menjadi Official Partner Country, Indonesia dipandang serius, sehingga para tour operator besar mendatangi industri Indonesia dan mulai memasukkan Indonesia ke dalam buku travel planner mereka. Selama ini industri Indonesia sulit untuk masuk ke whole seller besar/mendapatkan new account, bahkan ada yang sudah 7 (tujuh) tahun mencoba untuk masuk dalam program namun baru berhasil pada ITB tahun ini.

Industri Indonesia pada 2 hari terakhir pameran (public day) tidak tertarik menjual langsung paket mereka ke public karena public membeli dari whole seller yang mereka sudah kenal dan memilki travel insurance, sehingga merasa lebih nyaman. Disamping itu, industri Indonesia lebih menyiapkan harga untuk bisnis (tour operator/ whole seller) bukan kepada konsumen langsung.

Page 78: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 64

BRUSSELS HOLIDAY FAIR, 31 Januari - 4 Februari 2013 Brussel, Belgia

Brussels Holiday Fair (BHF) merupakan bursa pariwisata terbesar di Belgia yang bersifat Travel Mart sekaligus Consumer Show. Tahun 2013 ini merupakan tahun kedua partisipasi Kemparekraf bekerjasama dengan KBRI Brussels. Tahun 2012, jumlah pengunjung ke BHF sebanyak 101.286 orang dan meningkat sebanyak 44% sejak tahun 2004, walaupun peningkatannya kecil hanya 0,9% dibandingkan tahun 2011 karena cuaca yang ekstrim dingin dan banyak salju. Jumlah pengunjung yang hadir

91% melakukan perjalanan jauh dalam setahun, 54% melakukan perjalanan jauh beberapa kali, 70% melakukan perjalanan pendek dan 47,6% melakukan perjalanan pendek beberapa kali dalam setahun.

BHF tahun ini diikuti oleh 65 negara dengan lebih dari 800 booth. Partisipasi Indonesia menempati Hall 7 no. 7440 di Asia Pacific dan diikuti oleh 8 Industri serta turut hadir Garuda Indonesia dari Belanda dan KBRI Brussels yang memberikan informasi mengenai visa. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Business to Business (B to B), Cultural Performance, Pelayanan informasi dan distribusi bahan promosi, Coffee Corner dan Awareness Campaign di katalog BHF. Pertunjukan

kesenian (Gamelan, Tarian dan Angklung interakltif) berlangsung dengan meriah dan memukau para pengunjung untuk langsung menuju paviliun Indonesia meminta informasi. Tingginya apresiasi masyarakat Belgia terhadap seni pertunjukan kesenian tradisional tidak hanya dimiliki oleh kalangan orang dewasa, namun juga anak-anak. Hal ini terlihat dari besarnya perhatian dan animo mereka untuk ikut terlibat dalam permainan angklung interaktif.

Pada hari kedua BHF, tanggal 1 Februari 2013 dilaksanakan presentasi mengenai promosi Indonesia di Belgia oleh Bapak Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Indonesia di Brussel dan penyampaian kebijakan Kemparekraf oleh Maria Mayabubun, Kasubdit Promosi Wilayah V. Pada kesempatan dimaksud juga dipaparkan promosi destinasi oleh 5 orang Industri mengenai Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku dilanjutkan dengan informasi dari Bp. Dian Ediono, General Manager Garuda Indonesia Belanda dimana pada tahun 2013 Garuda akan membuka penerbangan langsung Jakarta-London pp serta kegiatan ini dihadiri oleh 20 orang Travel Agent dan Media Belgia. Pada hari ketiga BHF, tanggal 2 Februari 2013 di paviliun Indonesia dilaksanakan Cocktail Gathering dengan mengundang Travel Agent Belgia yang menjual Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyampaikan penghargaan atas promosi Indonesia yang telah dilaksanakan oleh Travel Agent Belgia sekaligus memperkenalkan serta menjalin

Page 79: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 65

kerjasama dengan Travel Agent baik dari Indonesia maupun dari Belanda termasuk Garuda Indonesia.

Masing-masing perusahaan rata-rata mendapatkan 30 propective agreement dengan jumlah perolehan rata-rata 450 wisman.Peserta BHF 2013 diikuti oleh 8 Industri, jadi total yang dihasilkan = 8 x 3600 = 28.800. Apabila dengan asumsi pengeluaran per kunjungan US $ 132,16 (data dari Dit. Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata) maka total devisa yang dihasilkan sekitar 34 miliar rupiah.

SALES MISSION ASEAN 2013, 2-7 Juni 2013

Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok (Thailand)

Di Singapura, acara dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2013 bertempat di Orchard Ballroom 2 & 3, Orchard Hotel Singapura dihadiri oleh 70 undangan terdiri dari: 32 buyers, 33 sellers, Garuda Indonesia airlines serta perwakilan KBRI Singapura, dan VITO. Sedangkan di Malaysia, acara dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2013 bertempat di Ballroom 2 & 3, Sheraton Imperial Hotel Kuala Lumpur dihadiri oleh

87 undangan terdiri dari: 51 buyers, 34 sellers, perwakilan KBRI di Kuala Lumpur dan VITO. Untuk Thailand, Acara dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2013di Platinum 1,2 dan Pinnacle 4-6 Intercontinental Hotel Bangkok dihadiri oleh 85 undangan terdiri dari: 66 buyers, 31 sellers, perwakilan KBRI di Bangkok, General Manager & perwakilan Garuda Indonesia, serta Presiden dan perwakilan Thai Travel Agents Association (TTAA).

Kegiatan diawali dengan product knowledge, table top, kemudian dilanjutkan jamuan makan malam dengan rangkaian acara dimulai dengan tarian pembukaan yang dipersembahkan oleh Sanggar Tari Enof Production, sambutan dari Bapak Arianto Surojo (Sekretaris Pertama Fungsi Ekonomi, KBRI Singapura), Bapak Hendra Satya Pramana (Ministry Counsellor Ekonomi, KBRI Kuala Lumpur), dan Bapak Subandrio (Counsellor of Media & Cultural Affairs, KBRI Bangkok), pertunjukan kesenian, jamuan makan malam serta pengundian door prize.

Table top diawali dengan product knowledge 16 KSPN dan 7 minat khusus, dilaksanakan dengan sistem sellers meet buyers dengan class-room di masing-masing negara, yaitu setiap sellers mendatangi buyers secara bergantian dengan alokasi waktu 5 menit sehingga total waktu yang digunakan selama table top lebih kurang 160 menit. Selama table top berlangsung, dilakukan pemutaran film Wonderful Indonesia dan tayangan looping destinasi pariwisata

Page 80: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 66

Indonesia dengan menampilkan image-image 16 KSPN dan 7 minat khusus.Bahan promosi pariwisata Indonesia didistribusikan kepada para buyers yang hadir disetiap negara berupa: Goody Bag, tourist map, DVD, Booklet General Information, Ecotourism, Adventure, Diving, Spa, Shopping, Culinary, Tourism Village, Booklet Java, Sumatera, Bali, Maluku & Papua, Sulawesi, serta souvenir. Selama kegiatan Sales Mission ASEAN di 3 negara, berdasarkan laporan yang diserahkan para sellers telah terjadi kontak dan kontrak bisnis dengan buyers diperkirakan mencapai 7.090 pax dengan nilai transaksi sebesar Rp. 14,22 Milyar, dengan rincian: Singapura 2.372 pax (transaksi Rp.4,57 Milyar), Malaysia 2.720 pax (Rp. 5,24 Milyar), dan Thailand 1.998 pax (Rp.4,41 Milyar). Destinasi yang paling diminati oleh Singapura dan Malaysia adalah Jakarta/Bandung, Bali, Yogyakarta dan Surabaya sedangkan oleh Thailand dominasi masih Bali, Yogyakarta, dan Jakarta/ Bandung. Beberapa sellers Indonesia juga memperkenalkan paket-paket wisata minat khusus berupa recreational sport seperti rafting, diving, elephant riding, dan trekking.

SALES MISSION CHINA,17 – 20 Juni 2013 Xiamen, Xi’an, dan Beijing - China

Pada Sales Mission di kota Xiamen, kegiatan dilaksanakan di Crystal Room Pullman Hotel pada tanggal 17 Juni 2013. Peserta terdiri dari: Kemenparekraf RI, KJRI Guangzhou, dan Industri yang meliputi: 1) Ayodya Resort Nusa Dua, 2) Nusa Dua Beach Hotel & Spa, 3) Aston Denpasar Hotel, 4) Sheraton Senggigi Beach Resort Lombok, 5) Marina Srikandi Fast Boat, 6) Bali Cahaya Tour & Travel, 7) Terima kasih Indonesia Tour & Travel, 8) Gajah Bali Tours & Travel, 9) Bidadari Tours, 10) Ubud Green Villa, 11) Grand Mirage Resort & Thalasso Bali. Acara Dihadiri 105 buyers dari 80 perusahaan tour and travel di Xiamen. Namun demikian, yang datang menghadiri kegiatan tidak hanya kalangan industri, melainkan juga dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah setempat, yakni Mr. Chen Guilin, Deputy Director for Xiamen Municipal Bureau of Tourism, dan media lokal

(FJTV News). Kegiatan dibuka dengan penyampaian short speech oleh perwakilan KJRI di Guangzhou, kemudian dilanjutkan oleh perwakilan dari Kemenparekraf, koordinator sellers dan Xiamen Tourism Bureau. Lingkup kegiatan: 1) Pertunjukan Kesenian (tari Betawi kreasi baru) oleh komunitas penari keturunan Indonesia yang ada di China, 2) B2B Meeting (Industrial Gathering), 3) Function, 4) Pendistribusian Bahan-Bahan Promosi

Pariwisata Indonesia, dan 5) Kegiatan interview dengan media lokal yaitu FJTV News.

Page 81: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 67

Sedangkan di kota Xi’an, kegiatan dilaksanakan di Golden Flower Hotel Xi’an pada tanggal 19 Juni 2013 waktu setempat. Peserta terdiri dari: Kemenparekraf RI, KBRI Beijing, dan Industri yang meliputi: 1) Ayodya Resort Nusa Dua, 2) Nusa Dua Beach Hotel & Spa, 3) Aston Denpasar Hotel, 4) Sheraton Senggigi Beach Resort Lombok, 5) Marina Srikandi Fast Boat, 6) Bali Cahaya Tour & Travel, 7) Terima kasih

Indonesia Tour & Travel, 8) Gajah Bali Tours & Travel, 9) Bidadari Tours, 10) Ubud Green Villa, 11) Grand Mirage Resort & Thalasso Bali. Acara Dihadiri 120 buyers dari 70 perusahaan tour and travel. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah setempat, yakni Mr. Shao Xiyuan, Head of the Market Promotion Office of Shaanxi Provincial Tourism Administration Xi’an dan media lokal seperti Xi’an Evening News dan Shaanxi Daily.Kegiatan dibuka dengan penyampaian short speech oleh perwakilan KBRI di Beijing, kemudian dilanjutkan oleh koordinator sellers dan perwakilan dari Shaanxi Tourism. Lingkup kegiatan: 1) B2B Meeting (Industrial Gathering), 2) Jamuan Makan siang dengan menu masakan khas Indonesia, 3) Pendistribusian Bahan-Bahan Promosi Pariwisata Indonesia, dan 4) Kegiatan interview dengan media lokal yaitu Xi’an Evening News dan Shaanxi Daily.

Pada Sales Mission Beijing, kegiatan dilaksanakan di Poly Plaza Hotel Beijing pada tanggal 20 Juni 2013. Peserta terdiri dari: Kemenparekraf RI, KBRI Beijing, Garuda Indonesia si Beijing dan Industri yang meliputi: 1) Ayodya Resort Nusa Dua, 2) Nusa Dua Beach Hotel & Spa, 3) Aston Denpasar Hotel, 4) Sheraton Senggigi Beach Resort Lombok, 5) Marina Srikandi Fast Boat, 6) Bali Cahaya Tour & Travel, 7) Terima kasih Indonesia Tour & Travel, 8) Gajah Bali Tours & Travel, 9) Bidadari Tours, 10) Ubud Green Villa, 11) Grand Mirage Resort & Thalasso Bali.Dihadiri 160 buyersdari 80 perusahaan tour and travel. Selain industri, Sales Mission ini turut dihadiri dan diliput oleh media setempat, yakni: Beijing Youth Daily, China Travel News, dan Traveler Weekly. Kegiatan dibuka dengan penyampaian short speech oleh perwakilan KBRI di Beijing, kemudian dilanjutkan oleh perwakilan Garuda Indonesia di Beijing dan koordinator sellers. Lingkup kegiatan: 1) B2B Meeting (Industrial Gathering), 2) Function, 3) Pendistribusian Bahan-Bahan Promosi Pariwisata Indonesia, dan 4) Kegiatan interview dengan media lokal yaitu Kegiatan dibuka dengan penyampaian short speech oleh perwakilan KBRI di Beijing, kemudian dilanjutkan oleh koordinator sellers dan perwakilan dari Shaanxi Tourism. Lingkup kegiatan: 1) B2B Meeting (Industrial Gathering), 2) Pendistribusian Bahan-Bahan Promosi Pariwisata Indonesia, dan 3) Kegiatan interview dengan media lokal yaitu Beijing Youth Daily, China Travel News, dan Traveler Weekly.

Page 82: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 68

WORLD TRAVEL MARKET, 4-7 November 2013 Excel, London, Inggris

WTM London merupakan pameran pariwisata terbesar kedua di dunia yang telah diikuti Indonesia sebanyak lebih dari 28 kali. menurut industri pariwisata, WTM London juga sangat potensial sebagai media exposure informasi eksistensi pariwisata Indonesia untuk meningkatkan potential new account. Pada tahun ini, WTM London diikuti oleh lebih dari 5.250 peserta dari 184 negara. Program acara yang dilaksanakan pada kegiatan

tersebut, meliputi pameran/exhibition, business dialogue, press conference, media interview dan Indonesian cultural performance.

Paviliun Indonesia menempati stand lokasi AS650 dengan lahan seluas total 342 m2 double decker, dengan tema living culture pembuatan kapal phinisi di Bulukumba Sulawesi yang merupakan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang masih dilestarikan hingga saat ini. Dalam kunjungan Menparekraf ke paviliun Indonesia di WTM London, dila kukan beberapa media interview antara lain oleh Eurosport TV, video interview dengan TTG, Lonely Planet traveller, Metro TV, Trans 7, Antara News. Pengaturan media interview dibantu oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemparekraf yang ikut mendampingi kunjungan Menteri di London. Dan dibantu oleh VITO UK untuk pemantauan hasil liputan yang akan dilaporkan paling lambat akhir bulan November 2013. Outcomes dari kegiatan ini beupa memperkenalkan, mempromosikan, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat Internasional mengenai budaya, pariwisata, dan kuliner Indonesia melalui kehadiran 40 industri pariwisata dari Indonesia, penampilan tarian tradisional Indonesia, demonstrasi spa terapi, penyediaan kopi khas Indonesia, pengundian lucky draw, pelayanan informasi pariwisata, dan distribusi materi promosi seperti booklet, tourist map, souvenirs, dll kepada para pengunjung, serta aktivitas promosi lainnya seperti Press Conference, Media Interview, dan Industrial Gathering. Pencapaian jumlah perjalanan wisnus yang diperoleh selama setahun ini disebabkan banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/Sabtu, Minggu dan Senin) selain adanya liburan nasional. Selain itu faktor lainnya adalah munculnya orang kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi juga teknologi informasi dan berkembangnya konektivitas antar pulau melalui angkutan udara.

b. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara

Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat di mana destinasi berada. Wisnus adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak memandang apakah menginap atau tidak menginap di hotel/ penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari 100 km (PP); (2)

Page 83: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 69

mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial tetapi menginap dihotel/penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari 100 km (PP); dan (3) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya lebih dari 100 km (PP). Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan sejak bulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)

250 248 99,20

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah perjalanan wisatawan nusantara” mencapai 248 juta perjalanan.

Indikator “Jumlah perjalanan wisatawan nusantara”,pada tahun 2013 perjalanan wisnus mencapai 248 juta perjalanan atau naik sebesar 1,23% dibandingkan tahun 2012 yaitu 245 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2013 sebesar 176,32 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 711 ribu rupiah/orang.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, perkembangan perjalanan wisatawan nusantara selalu meningkat tiap tahunnya. Dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut ini :

Tabel III. 12 Perkembangan Wisatawan Nusantara

TAHUN JUMLAH PERJALANAN (ribuan)

PENGELUARAN PERJALANAN

(ribu Rp.)

TOTAL PENGELUARAN (triliun Rp.)

2001 195.771 324,58 58,71

2002 200.590 343,09 68,82

2003 207.120 373,56 70,87

2004 202.763 383,85 71,70

2005 198.359 398,97 74,72

2006 104.553 431,24 88,21

2007 222.389 489,95 108,96

2008 225.041 547,33 123,17

2009 229.731 600,30 137,91

2010 234.377 641,76 150,41

Page 84: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 70

TAHUN JUMLAH PERJALANAN (ribuan)

PENGELUARAN PERJALANAN

(ribu Rp.)

TOTAL PENGELUARAN (triliun Rp.)

2011 236.752 662,68 156,89

2012 245.000 700,00 171,50

2013 248.000 711,00 176,32

Sumber : BPS

Grafik III. 4 Perkembangan Wisatawan Nusantara

Pencapaian jumlah perjalanan wisnus yang diperoleh selama setahun ini disebabkan banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/Sabtu, Minggu dan Senin) selain adanya liburan nasional. Selain itu faktor lainnya adalah munculnya orang kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi juga teknologi informasi dan berkembangnya konektivitas antar pulau melalui angkutan udara.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)

248 99,20 245,29 100,1

Page 85: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 71

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

DUKUNGAN EVENT FESTIVAL BAU NYALE

Penyelengaraan Event Festival Bau Nyale dilaksanakan pada tanggal 2 – 3 Maret 2013, bertempat di Pantai Seger, Kuta Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pada acara Bau Nyale tahun ini, dilaksanakan pula budaya Berantok yang merupakan salah satu budaya Sasak untuk memulai sebuah gawe besar dengan memakai Lesung (alat penumbuk padi). Acara Festival Bau Nyale di Loteng tahun ini, dilaksanakan di 17 titik yang ada di sepanjang pantai Loteng, meliputi Torok, Torok Bango, Torok Aik Beleq, Selong Belanak, Lancing, Tampah, Mawun, Are Guling, Tebuak, Kuta, Seger, Serenting, Benjon, Gropok, Awang, Bumbung, dan Takar-akar. Lokasi event Bau Nyale itu semuanya berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Pujut, Praya Barat dan Praya Barat Daya, namun pelaksanaannya dipusatkan di Pantai Seger. Acara pembukaan diawali oleh sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah selaku Ketua Panitia Penyelenggara Festival Bau Nyale, dilanjutkan dengan sambutan Bupati Loteng. dalam sambutannya, Bupati Lotreng menyatakan Festival Bau Nyale tahun ini agak berbeda dan lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya berkat dukungan penuh dari semua elemen masyarakat Loteng. Festival Bau Nyale ini merupakan kegiatan rutinitas setiap tahun, disamping sebagai ajang silaturrahmi, juga sebagai upaya untuk mensyukuri keindahan pantai Kuta dalam melestarikan legenda nenek moyang dengan adanya Putri Mandalika yang hanya ada di Loteng.

Untuk menginformasikan mengenai acara Bau Nyale tersebut Pemkab Lombok Tengah juga telah menyebarluaskan melalui jaringan internet termasuk objek-objek wisata menarik lainnya yang ada di daerah ini. Acara Bau Nyale akan diisi dengan berbagai atraksi budaya, antara lain drama musik kolosal yang menceritakan kisah legenda Putri Mandalika, yang melibatkan ratusan warga termasuk seniman dan tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah termasuk para siswa. Selain itu juga akan digelar parade budaya melibatkan para seniman dan masyarakat dari 131 desa di 15 kecamatan se-Kabupaten Lombok Tengah, termasuk dari satuna kerja perangkat daerah (SKPD). Ritual Bau Nyale juga akan dimeriahkan permainan rakyat, seperti

Page 86: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 72

"perisaian" (saling pukul dengan rotan dilengkapi tameng terbuat dari kulit kerbau), lomba pacuan kuda, pertunjukkan kesenian dan pasar malam.

Tradisi Bau Nyale itu diangkat dari legenda Putri Mandalika.Konon pada zaman dahulu di pantai Selatan Pulau Lombok, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Bitu.Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang raja yang bernama Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting. Tonjang Beru adalah seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya hidup makmur, aman dan sentosa. Mereka sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana itu. Raja Tonjang Beru memiliki seorang putri yang cantik jelita, cerdas dan bijaksana, namanya Putri Mandalika. Selain cantik dan cerdas, Putri Mandalika juga terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri sayang terhadap sang Putri. Kecantikan dan keelokan perangai Putri Mandalika sudah tersohor ke berbagai negeri, bahkan sampai ke negeri seberang. Para pangeran dari berbagai kerajaan juga telah mendengar berita tersebut. Setiap pangeran yang melihat kecantikan dan keanggunan putri itu tertarik untuk mempersuntingnya. Namun karena tidak ingin mengecewakan para pengeran tersebut dan menghindari terjadinya peperangan, akhirnya sang putri menceburkan dirinya ke laut yang kemudian dipercaya menjelma menjadi nyale (sejenis cacing laut) yang muncul setiap tahun pada bulan Maret.

Pada malam puncak Festival Bau Nyale tersebut, diumumkan pemenang pemilihan Putri Mandalika 2013 yang dipilih oleh pemenang Putri Mandalika 2012 secara acak dari peserta pemilihan Putri Mandalika yang masuk lima besar. Sesuai hasil pemilihan Putri Mandalika 2012, yang terpilih sebagai pemenang Putri Mandalika 2013 adalah nomor punggung 49 atas nama Bq Indah Ayu Lestari. Para pengunjung juga disuguhkan penampilah dari artis ibu kota seperti Ike Nurjanah, Adi KDI, Ayu Soraya, Band Seventeen dan Timlo. Pada penghujung acara, pengunjung pun menikmati dengan seksama jalannya drama kolosal Putri Mandalika. sebagai penghujung acara, para pengunjung turun ke pinggir laut untuk mencari Putri Mandalika (Putri Nyale) yang berbentuk cacing laut berwarna-warni.

DUKUNGAN EVENT FESTIVAL PASOLA

Penyelengaraan Event Festival Pasola dilaksanakan pada tanggal 6 – 9 Maret 2013, bertempat di Lapangan Kampung adat Wainyapu, Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan pertemuan para tetua suku atau Rato Pasola dan pejabat pemerintah, lokasi dan tanggal festival tahunan Pasola ini ditetapkan diselenggarakan di Pasola Homba Kalayo di desa Kodi Bangedo (5 Februari), Pasola

Bondo Kawango di Kodi (7 Februari), Pasola Rara Winyo di Kodi (8 Februari), dan Pasola Wainyapu di Kodi Balaghar pada tanggal 7 Maret 2013. Di beberapa desa lainnya juga dilaksanakan festival budaya setempat sebagai rangkaian acara Festival Pasola.

Page 87: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 73

Festival ini sangat menarik karena dua tim yang bertempur menunggang kuda, tanpa sadel, dan saling melemparkan tombak yang tumpul, disebut hola. Satu tim berusaha untuk menjatuhkan lawan dari kuda atau menyakiti lawan, atau menyakiti kuda yang ditungganginya. Penunggang atau kuda yang jatuh mungkin tidak diserang, tetapi setiap tetes darah yang mengalir diyakini menyuburkan tanah dan menguntungkan panen berikutnya.Laga perang Pasola ini merupakan atraksi

tradisional sebagai bagian dari kepercayaan Marapu di Sumba, yang tak terpisahkan dari ritual tahunan. Bersamaan dengan festival Pasola diselenggarakan ritual Bau

Nyale atau munculnya cacing laut di perairan pantai Sumba dan Lombok, yang biasanya terjadi pada bulan Februari dan Maret. Acara ini berakar dari rangkaian upacara tradisional yang dilakukan orang Sumba, khusunya Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, penganut agama asli Marapu. Dalam festival ini, kita bisa melihat penduduk asli Sumba berperang dengan menunggang kuda dan membawa tombak. Ini bukanlah perang dalam arti sebenarnya, melainkan hanya sebuah

tradisi karena ombak yang digunakan dalam festival ini tidaklah tajam.

Pasola berasal dari kata 'sola' atau 'hola' yang memiliki arti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda. Kuda yang digunakan dalam festival ini adalah kuda Sandelwood. Kuda khas Pulau Sumba ini, memiliki perawakan yang kokoh, gesit dan lincah. Selain diliput oleh media cetak dan elektronik nasional antara lain SCTV, Kompas, News Letter, dan Trans TV, kegiatan Festival Pasola kali ini juga diliput oleh media international yaitu KBS (Korean Broadcasting System). Antusias penonton dalam menyaksikan Pasola cukup tinggi, hal ini terlihat dari jumlah penonton yang mencapai ± 10.000 orang yang berasal dari beberapa wilayah dan juga wisatawan asing.

Para pengunjung yang datang ke Sumba Barat tidak hanya bisa melihat acara Festival Pasola saja, tapi juga bisa mengunjungi objek-objek wisata yang potensial di daerah Sumba Barat dan Sumba barat Daya antara lain Pantai Pero, Pantai Ratenggaro, Pantai Watu Malando yang mirip dengan Ha Long Bay di Vietnam, Kampung Adat Ratenggaro, Kampung Adat Wainyapu, Kampung Adat Tarung dan Lembaga Pusat Studi Pelestarian Budaya Sumba (Tirta Sabana dan Museum Tirta Moripa).

TOUR DE SINGKARAK

Tour de Singkarak (TdS) 2013 merupakan yang ke 5 kalinya diselenggarakan di Sumatera Barat, melewati 17 Kabupaten/Kota dan diikuti oleh 21 Tim dari 27 negara (15 Tim International, 6 Tim Nasional). Tour de Singkarak dilaksanakan oleh

Page 88: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 74

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB. ISSI), serta didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se Sumatera Barat, dan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai tanggal 2 s.d. 9 Juni 2013.

Kabupaten/Kota yang dilalui Tour de Singkarak 2013 adalah : Kota Bukuttinggi, Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kota

Padang Panjang; Kota Solok, Kota Pariaman; Kota Padang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupatek Solok, Kabupaten Solok Sletan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Padang Pariaman.

Negara peserta Tour de Singkarak adalah: Australia, Belgia, Brunei Darussalam, Canada, Chinese Taipei, Eritrea, Perancis, Jerman, Hong Kong, Iran, Irlandia, Jepang, Kazakhstan, Lithuania, Luxembourg, Malaysia, Netherland, New Zealand, Philipines, Singapore, Spanyol, United State of America, Vietnam, Afrika Selatan, Denmark, Italia dan Indonesia.

TORAJA FESTIVAL

Toraja International Festival di gagas oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yaitu Bapak Sapta Nirwandar dengan tujuan membangkitkan kembali pariwisata Toraja yang sudah sekian lama dari keterpurukan serta mempromosikan Toraja yang memiliki beragam potensi pariwisata yang tidak dimiliki daerah lain bahkan dunia yang menunjukkan bahwa Toraja dapat menjadi pusat kawasan festival berkelas dunia.

Hadir pada acara pembukaan Toraja International Festival, pada tanggal 28 Desember 2013 antara lain : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dirjen Pengembangan Destinasi, Gubernur Sulawesi Selatan Kadis Budpar Propinsi Sulawesi Selatan, Kadis Budpar Kabupaten Tana Toraja, Kadis Budpar Toraja Utara, Bupati/Wakil Bupati Tana Toraja, Bupati/Wakil Toraja Utara, DPRD, ASITA/PHRI Sulawesi Selatan, Tokoh Masyarakat/Adat,dan juga para Bankir dan Pengusaha asal Sulawesi Selatan, Pemuka Agama, Media Massa Cetak dan Elektronik serta para undangan dan masyarakat, pemuda/i, wisatawan mancanegara yang memadati tempat penyelenggaraan acara pembukaan.

Page 89: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 75

6 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

World Economic Forum (WEF) setiap 2 (dua) tahun mengeluarkan The Travel and Tourism Competitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia, yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatu negara berdasarkan 14 pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian. Semakin tinggi nilai daya saing kepariwisataan Indonesia (skala maksimum 7), maka diharapkan dapat meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia yang akhirnya dapat berdampak kepada peningkatan kunjungan wisman ke Indonesia.

Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur dengan indikator: daya saing kepariwisataan Indonesia, dan Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)).

a. Daya saing kepariwisataan Indonesia

Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang dilakukan oleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negara di dunia menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar, Kemenparekraf berperan sebagai leading sektor, sementara di pilar lainnya, Kemenparekraf perlu berkoordinasi dengan Kementerian lain untuk mendorong pembangunan di sektor yang terkait kepariwisataan. Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin baik pula citra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyak wisatawan ke Indonesia.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

4,08 n/a n/a

Pada tahun 2013, WEF tidak melakukan penilaian sehingga nilai daya saing kepariwisataan Indonesia belum diketahui. Namun, pada tahun 2012, index daya saing kepariwisataan Indonesia adalah 4,03 atau naik dari tahun sebelumnya.

Penilaian daya saing kepariwisataan Indonesia dilakukan oleh WEF melalui Tourism & Travel Competitiveness Index yang dikeluarkan tiap 2 (dua) tahun. Pada tahun 2013, WEF tidak melakukan penilaian sehingga nilai daya saing kepariwisataan Indonesia belum diketahui. Sedangkan data WEF tahun 2012 menunjukkan bahwa nilai daya saing kepariwisataan Indonesia naik sebesar 4.03

Page 90: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 76

dari tahun 2010 sebesar 3.96. Melihat peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia yang terus meningkat menunjukkan indikasi bahwa pembangunan kepariwisataan Indonesia mengarah ke hasil yang lebih baik.

Faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan Indonesia, antara lain persaingan harga, banyaknya daya tarik wisata, kemudahan berinvestasi termasuk regulasi, kondisi infrastruktur, dll. Program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Ditjen PDP untuk meningkatkan nilai daya saing keparwisataan Indonesia adalah sebagai berikut: Diversifikasi daya tarik wisata melalui penyusunan pola perjalanan wisata.

Fasilitasi pengembangan desa wisata untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal melalui pariwisata serta penciptaan daya tarik wisata baru.

Advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) dalam rangka kemudahan

regulasi dalam berinvestasi di bidang pariwisata.

Fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata sebanyak 5 (lima)

lokasi.

Penguatan kualitas usaha pariwisata melalui penyusunan Peraturan menteri

tentang Standar usaha Pariwisata.

Indikator “Daya saing kepariwisataan Indonesia” berupa penilaian daya saing kepariwisataan, kepariwisataan Indonesia dinilai dari sumber daya alam dan budaya yang dimiliki.Selain itu, Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga, baik hotel, tiket, airport tax maupun harga bahan bakar.Daya saing kepariwisataan Indonesia pada tahun 2012 menempati posisi ke 70 dari 140 negara.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

n/a n/a 4,03 99,7

Pada tahun 2013, WEF tidak melakukan penilaian sehingga nilai daya saing kepariwisataan Indonesia belum diketahui, sehingga tidak dapat dibandingkan. Namun demikian, pada tahun 2012, index daya saing kepariwisataan Indonesia adalah 4,03 atau naik dari tahun sebelumnya.

b. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tatakelola destinasi (Destination Management Organization(DMO))

Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui lokasi yang difasilitasi dengan skema peningkatan gerakan kesadaran kolektif stakeholders, pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan

Page 91: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 77

organisasi pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola destinasi (DMO) dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan berkelanjutan melalui pendekatan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator lokasi DPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untuk mewujudkan peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konsep tata kelola destinasi yang berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyak lokasi DPN yang difasilitasi maka semakin besar masyarakat yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata dengan tata kelola yang baik.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15 15 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO))” mencapai 15 lokasi, atau dengan capaian sebesar 100%.

DMO adalah tatakelola destinasi pariwisata yang mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan pengendalian organisasi pariwista di Indonesia yang ditetapkan pada tahun 2010. Terdapat 15 lokasi DMO yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rencana strategis industri pariwista untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang dikelola secara profesional dengan melibatkan partisipasi masyarakat lokal.

Program Destination Management Organization (DMO) yang telah ditetapkan pemerintah di 15 lokasi tujuan wisata tidak bisa diwujudkan dalam jangka pendek. Untuk menjadi daerah tujuan wisata berkualitas dibutuhkan waktu sekitar 10 – 15 tahun bagi setiap lokasi DMO. Pengalaman-pengalaman di negara lain sebetulnya suksesnya sebuah DMO itu tidak bisa lima tahun, tapi mungkin butuh 10 – 15 tahun menjadikan destinasi itu berkualitas dan berdaya saing dengan tata kelola yang baik.

Pada tahun 2013, Lokasi KSPN yang Difasilitasi untuk Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Destinasi (DMO) tercapai sebesar 100% sesuai target yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (DMO)

telah dilaksanakan di 15 lokasi, mencapai target 100% dari yang telah ditetapkan

melalui kegiatan Asistensi Tata Kelola Destinasi (Destination Management

Organization/DMO). Kelima belas lokasi/cluster tersebut antara lain Kota Tua

(Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-Semeru

Page 92: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 78

(Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-

Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja

(Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua).

2. DMO merupakan tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis

yang mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi dan pengendalian

organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring,

informasi dan teknologi yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta

masyarakat, pelaku/asosiasi, industry, akademisi dan pemerintah yang memiliki

tujuan, proses dan kepentingan bersama.

3. Tahun 2013, sebagian besar dari 15 DMO sudah berada dalam tahap

pengembangan manajemen destinasi dan sebagian sudah ada yang memasuki

tahap penguatan dan penataan organisasi pengelolaan destinasi atau memasuki

tahap transformasi DMO keempat.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15 100 15 100

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 sama dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Konferensi nasional DMO dengan tema Rethinking and Renewal Destination Management Organization 2011 – 2013.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Konferensi Nasional Destination Management Organization atau DMO di Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, pada tanggal 28-29 Oktober di Grand Kawanua Convention Center dengan tema “Rethinking and Renewal Destination Management Organization 2011-2013” dan fokus pada bahasan tentang maritim. Konferensi ini memiliki agenda diskusi di hari pertama dan technical visit di hari kedua ke Pulau Bunaken dan Kabupaten Minahasa Utara. Peserta yang hadir berasal dari pemerintah daerah baik dari sektor pariwisata maupun sektor lainnya, pihak swasta, akademisi, LSM dan juga masyarakat yang mewakili destinasi di 15 DMO di Indonesia.

Page 93: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 79

DMO 2013 merupakan konferensi nasional DMO keempat setelah tahun sebelumnya dilaksanakan di Prapat, Danau Toba (2012), Labuan Bajo, Flores (2011), dan Jakarta (2010). Konferensi Nasional ini ditujukan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan berbagai pihak dari pembelajaran yang berhasil maupun kurang berhasil untuk mendorong percepatan pengembangan di 15 kawasan DMO di Indonesia. Tata kelola destinasi ini pada prinsipnya adalah bagaimana mendorong kecepatan pengembangan wisata destinasi di 15 kawasan DMO.

Pada saat pembukaan Konferensi, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bapak Firmansyah Rahim menyampaikan bahwa Konferensi lebih menguatkan segi Internal Destination Development dan External Destination Marketing kelimabelas DMO di Indonesia, Dengan tahapan pengembangan yang berbeda-beda, 15 DMO memerlukan evaluasi keunggulan dan kekurangan pencapaiannya masing-masing, sehingga upaya percepatan pengembangan destinasi pariwisata. Wakil Walikota Manado Bapak Harley Mangindaan juga menyelaraskan tema produk wisata Bunaken dengan DMO dari Kemenparekraf. Taman Laut Bunaken sebagai daya tarik wisata bahari di Sulawesi Utara dan Manado yang sedang mengembangkan pembangunannya ke arah ekowisata.

2. Penguatan kesadaran kolektif masyarakat di sekitar destinasi pariwisata

Intervensi aktivitas mencakup: assesment, baseline destinasi, melakukan stakeholder meeting, convergence meeting, membangun komitmen kerja dalam bentuk rencana aksi.

3. DMO Club meeting untuk mensinergikan pemikiran dalam membangun destinasi

7 Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata adalah Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata, Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata, dan Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan.

Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata, dapat diukur dengan indikator: Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata; Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata; dan Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan.

Page 94: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 80

a. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata

Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yang didalamnya terdapat beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan. Setiap tahunnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dan akan mengembangkan daya tarik wisata baik yang bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari daya tarik wisata yang ada.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29 29 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata” mencapai 29 daerah.Berdasarkan Rencana induk pengembangan pariwisata nasional, pembangunan kepariwisataan diarahkan di 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan 29 DPN yang akan dikembangkan secara bertahap baik perencanaan maupun pembangunan fasilitas pariwisata.

Indikator “Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata” berupa pengembangan 29 daya tarik wisata tersebut, seperti DMO, bantuan TP/ Dekon, Travel Pattern, dll.

Tujuan dari pengembangan ke-29 daya tarik tersebut adalah untuk menciptakan nilai tambah sehingga keunikan, keindahan dan nilai keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia dapat menjadi ciri khas destinasi pariwisata di Indonesia.

Adapun ke-29 daya tarik wisata tersebut adalah Weh (Sabang), Nias, Oba, Mentawai (Siberut), Pulau Abang, Tanjung Lesung, Kep. Seribu, Kota Tua, Pangandaran, Karimun Jawa, Candi Borubudur, Dieng, Merapi – Sleman, Bromo – Tegger – Semeru, Batur, Rinjani, Tambora, Komodo, Kelimutu, Sentarum, Tanjung Putting, Derawan, Toraja, Togean, Tomini, Bunaken, Wakatobi, Banda (Bandaneira), dan Raja Ampat.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

Page 95: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 81

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29 100 29 100

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 sama dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Tugas Pembantuan yang merupakan pemberian bantuan fisik kepada daerah 2. Fasilitasi desa wisata 3. Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata 4. Penyusunan pola perjalanan 5. Pengembangan wisata minat khusus, melalui kegiatan hari nusantara, dll

b. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata

Desa wisata yang difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yang dikembangkan melalui PNPM Mandiri. Pengembangan desa wisata dilakukan sebagai penerapan prinsip community based tourism untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata setempat. Semakin banyak desa yang dapat difasilitasi maka diharapkan desa tersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan dapat meningkatkan lama tinggal serta pengeluaran wisatawan ke Indonesia.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

980 980 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai 980 desa atau 100%.

Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan.

Page 96: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 82

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

980 100 978 100

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Pemberian dana bantuan sosial melalui kegiatan PNPM Mandiri, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel III. 13 WILAYAH SASARAN PENERIMA PNPM MANDIRI PARIWISATA TAHUN 2012 – 2013

(dalam jutaan rupiah)

No. Provinsi Jumlah Penerima BLM

(Rp) Kabupaten Kecamatan Desa 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

1. Nanggroe Aceh Darussalam

9 11 19 21 24 26 2.100 2.250

2. Sumatera Utara 18 19 38 36 50 48 4.150 4.450 3. Sumatera Barat 10 12 24 27 35 36 3.025 3.175 4. Bengkulu 9 10 19 19 21 21 1.775 1.900 5. Jambi 9 11 13 16 19 23 1.575 2.050 6. Bangka Belitung 7 7 8 13 18 18 1.575 1.575 7. Kepulauan Riau 5 6 9 15 13 19 1.250 1.475 8. Riau 12 12 26 20 26 20 2.150 1.975 9. Sumatera Selatan 8 10 22 19 26 22 2.350 1.900

10. Lampung 9 9 14 16 15 17 1.300 1.475 11. Banten 4 4 16 18 18 21 1.620 1.725 12. DKI Jakarta 3 3 4 4 11 9 830 900 13. Jawa Barat 15 17 43 48 58 53 5.260 4.425 14. Jawa Tengah 26 23 61 49 79 67 6.790 5.950 15. DI Yogyakarta 5 5 34 31 45 46 3.840 4.000 16. Jawa Timur 22 29 42 56 54 67 4.650 5.460 17. Bali 9 8 32 28 53 45 4.490 3.960 18. Nusa Tenggara Barat 12 10 30 29 31 31 2.775 2.740 19. Nusa Tenggara Timur 14 14 33 33 46 40 3.950 3.720 20. Kalimantan Barat 11 10 25 26 30 31 2.475 2.850 21. Kalimantan Timur 7 6 9 10 10 10 900 850 22. Kalimantan Selatan 10 10 17 18 21 24 1.775 2.125 23. Kalimantan Tengah 8 19 17 25 21 30 1.800 2.550 24. Sulawesi Utara 9 14 21 29 28 38 2.425 3.225 25. Sulawesi Tengah 11 9 23 27 28 30 2.425 2.625 26. Sulawesi Barat 5 6 12 18 14 21 1.275 1.700

Page 97: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 83

No. Provinsi Jumlah Penerima BLM

(Rp) Kabupaten Kecamatan Desa 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

27. Sulawesi Selatan 11 11 28 27 37 33 3.225 2.950 28. Sulawesi Tenggara 11 11 25 20 29 24 2.575 2.125 29. Gorontalo 6 6 14 10 15 14 1.325 1.225 30. Maluku 7 7 12 14 19 22 1.700 1.920 31. Maluku Utara 9 9 20 24 28 30 2.415 2.740 32. Papua Barat 5 7 13 13 21 19 1.970 1.840 33. Papua 9 9 24 19 35 25 3.280 2.470

Total 325 354 747 778 978 980 85.020 86.275

Sumber: Kemenparekraf, 2014

c. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan

Pola perjalanan pariwisata adalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata. Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata ke Indonesia.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

20

16 80

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan” mencapai 16 pola.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan pemerataan pengembangan pembangunan pariwisata daerah dengan sasaran terwujudnya pola perjalanan wisata (travel pattern) melalui identifikasi dan pemetaan potensi obyek dan daya tarik wisata, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas menuju lokasi daya tarik wisata di destinasi pariwisata. Penyusunan pola perjalanan (travel pattern) yang didasarkan pada kebutuhan pasar wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara tersebut diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan dapat mendorong pengembangan dan meningkatkan daya saing pariwisata daerah. Selain itu, penyusunan pola perjalanan (travel pattern) merupakan langkah alternatif yang diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi tidak hanya bagi stakeholder, namun juga masyarakat luas. Dengan adanya kegiatan review ini diharapkan dapat diketahui jumlah paket wisata yang telah dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) berdasarkan pola-pola perjalanan wisata yang telah ditetapkan, pola-pola perjalanan wisata yang paling banyak diminati oleh BPW

Page 98: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 84

dalam pembuatan paket wisata, hambatan yang dihadapi dalam pembuatan paket wisata, dan solusi pemecahannya.

Hasil yang diharapkan adalah dengan terwujudnya pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) yang mampu memberikan gambaran untuk keanekaragaman daya tarik wisata serta ketersediaan fasilitas pendukung dan aksesibilitasnya, selanjutnya akan menjadi acuan bagi para stakeholders dalam menyusun paket wisata yang lebih baik dan menarik bagi wisatawan.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

16 80 17 130

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Tidak terealisasinya target penyusunan pola perjalanan disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. DIPA kegiatan review penyusunan travel pattern mengalami hambatan sehingga

daerah Banten, Jambi, Maluku Utara dan Papua tidak dapat melaksanakan

kegiatan.

2. Kurangnya sosialisasi dari Kantor Pelayanan Perbendahaan Negara (KPPN)

daerah terhadap perubahan Mata Anggaran pada kegiatan tertentu sehingga

pada saat akan mencairkan anggaran mengalami hambatan bahkan tidak bisa

dicairkan.

3. Kurangnya kemampuan SDM daerah dalam mengelola kegiatan dan anggaran

dekonsentrasi.

8 Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

Di tahun 2013 ini sasaran “Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien”, ditandai oleh Pemasaran dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil yang maksimal serta tepat sasaran sesuai dengan permintaan pasar, bekerjasama dengan stakeholders yang terkait dalam pengembangan pemasaran pariwisata, dan penetapan pasar wisatawan sesuai dengan karakteristik daerah tujuan wisata

Page 99: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 85

Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien adalah: Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia, Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara, Produktivitas investasi pemasaran luar negeri, Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia.

a. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia

Rasio konsentrasi yang akan digunakan sebagai indikator adalah rasio konsentrasi 5 negara pasar wisatawan mancanegara (CR5), yang mengandung makna bahwa persentase jumlah wisatawan mancanegara dari 5 pasar utama wisatawan mancanegara dibandingkan dengan seluruh jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara Indonesia berasal dari 5 pasar tersebut. Hal ini berisiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadi permasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkan jumlah wisatawan mancanegara Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasi pasar wisatawan mancanegara sehingga nilai CR5 semakin menurun.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))

63,5 50,81

(Jan-Nov)

119,98

(Jan-Nov)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 50,81%.

Untuk menunjang promosi pariwisata Indonesia agar lebih dapat dikenal di pasar-pasar utama Ditjen Pemasaran menunjuk kantor perwakilan promosi pariwisata Indonesia di 13 negara pasar utama atau 14 lokasi (RRT terbagi atas dua lokasi, yaitu Beijing dan Guang Zhou).

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))

50,81

(Jan-Nov)

119.98

(Jan-Nov)

53,35 115,98

Page 100: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 86

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Menurunnya Rasio Konsentrasi Pasar Wisatawan mancanegara ke Indonesia merupakan sebuah capaian yang baik pada tahun 2013 apabila dibandingkan dengan 2012. Pencapaian ini membuktikan bahwa Indonesia tidak tergantung pada konsentrasi pasar yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, akan tetapi mampu mendatangkan wisatawan mancanegara lainnya selain fokus-fokus pasar yang ditentukan.

b. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara

VITO memiliki tugas dan fungsi sebagai sumber informasi kepariwisataan Indonesia dan melakukan promosi penjualan pariwisata di negara bersangkutan.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

14

14 100,00

Dalam mencapai target “Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer di mancanegara” tahun 2013. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan target di 14 kota atau lokasi di dunia yang telah dipilih berdasarkan target pasar utama pariwisata Indonesia. Berikut ini ke 14 lokasi atau kota di dunia yang telah mempunyai kantor VITO, seperti dalam Tabel berikut:

Visit Indonesia Tourism Officer (VITO)

Page 101: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 87

Tabel III. 14 Visit Indonesia Tourism Officer (VITO)

No Visit Indonesia Tourism Officer

Address

1 Australia c/o Aviareps Oceania Level 5 No. 68 Alfred Street,Milsons Point, Sydney, NSW, 2061, Australia Phone: +61 2 9959 4277 Fax: +61 2 9929 4543 Website: www.visit-indonesia.com.au

2 China – Beijing c/o Aviareps Marketing Garden Suite 81, Building 3 Jianguomenwai Diplomatic Compound No.1 Xiushuijie, Chaoyang District, Beijing, 100600, P.R.China Phone: +86 10 8532 2805 ext. 191 Fax: +86 10 8532 3845 Website: www.visit-indonesia.com.cn

3 China – Guangzhou c/o Travel Link Marketing Room 2412, South Tower, Guangzhou World Trade Centre, Huan Shi Dong Road, Guangzhou 510095, P.R. China Phone: +86 20 8760 9545 Fax: +86 20 8760 7895 Website: www.visit-indonesia.com.cn

4 France c/o Interface Tourism 11 bis, rue Blanche, 75009 Paris, France Phone: + 33 153 251 10 Fax: + 33 153 2511 12 Website: www.tourisme-indonesie.fr

5 Germany c/o MK Advertising Travel Widenmayerstraße 12 | 80538 München Phone: +49-89-590 439 06 Fax: +49-89-516 568 94 www.tourismus-indonesien.de

6 India c/o OM Tourism G 1285, Chittranjan Park, New Delhi – 110019,India Phone: +91 11 4155 0854 Fax: +91 114 155 3034 Website: www.visitindonesia.co.in

7 Japan c/o Vacation Marketing Corporation (VMC) Tomii Bldg. 2Fl., 8-23 Sumiyoshi-cho, Shinjuku-ku, Tokyo 162-0065, Japan Phone: +81 3 5363 0158 Fax: +81 3 3353 8521 Website: www.visitindonesia.jp

8 Malaysia c/o Inspiring Destinations SDN BHD Lot 125, 1st Floor Wisma MPL Jalan Raja Chulan,50200 Kuala Lumpur, Malaysia

Page 102: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 88

No Visit Indonesia Tourism Officer

Address

Phone: 603-21456411 Fax: 603-7728 5415 Website: www.visit-indonesia.com.my

9 Middle East c/o Marta Consulting Office 103, Arjaan Al Sufouh Tower Dubai Media City P.O.Box 502855 Dubai, UAE Tel.: +971 44 278 110 Fax: +971 44 278 109 Website: www.visitindonesia.ae

10 Netherlands c/o TMC Netherlands Nieuwendammerkade 26G 1022 AB Amsterdam, The Netherlands Phone: +31 20 670 5211 Fax:+31 20 670 5357 Website: www.toerisme-indonesie.nl

11 Republic of Korea Seoul : Richensia A206, Yoido-dong, Youngdeungpo-gu, Seoul, Korea Tel: (82) 70.4203.0041, HP: (82) 10.3580.0041, Fax: (02)761.5675 Busan : 4th Fl. Busan Indonesia Center, No.1900, Geumgog-dong, Bug-gu, Busan, Tel:(82) 51.612.0041, HP: (82) 10.3580.0041, Fax: (82) 51.806.5674

12 Rusia c/o Aviareps Tourism Olympik Plaza II 39, Prospect Mira, Bldg. 2 129110 Moscow, Russia Phone: +7 495 775 39 20 ext. 124 Fax: +7 495 937 59 51 Website: www.go-to-indonesia.ru

13 Singapore SS Tourism Marketing 390 Victoria Street, #03-40 Golden Landmark Shopping Centre Singapore, 188061 Phone: +65-629-88277 Fax: +65-629-88275 Website: www.visit-indonesia.sg

14 United Kingdom Visit Indonesia Tourism Office c/o Hume Whitehead Limited 2nd Floor, Magdalen House, 148 Tooley Street, London SE1 2TU Tel: +44 (0)845 498 9980 Website : www.tourism-indonesia.co.uk

Page 103: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 89

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

14 100,00 13

100,00

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

c. Produktivitas Investasi Pemasaran Luar Negeri

Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran luar negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas ini dapat diukur melalui rasio jumlah devisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran luar negeri. Semakin besar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisata Indonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunya akan dievaluasi setiap tahunnya dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi setiap tahunnya.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Capaian (%)

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

530 591,45 111,59

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Produktivitas investasi pemasaran luar negeri” mencapai 591,45 kali. Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2013 sebesar 10,05 miliar US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar Rp 164.486.471.000,- maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri mencapai rasio 591,45 kali atau melampaui target sebesar 530 kali atau melampaui target sebesar 111,59%. Hal ini dikarenakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara aktif melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia. Terbukti secara efektif kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain mampu menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, selain itu kerjasama yang kuat dengan KBRI, dan KJRI menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kegiatan promosi pariwisata di luar negeri dalam mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Page 104: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 90

Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pemasaran dalam dan luar negeri mengalami peningkatan bahkan mencapai hasil melebihi target yang telah ditetapkan, hal ini terbukti dengan tercapainya target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 8,8 juta wisatawan mancanegara serta jumlah pergerakan 248 juta pergerakan wisatawan mancanegara. Hal ini tidak terlepas dari program-program terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada bulan-bulan sepi pengunjung (low season) untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Hasil lain juga terlihat pada indikator produktivitas investasi pemasaran luar dan dalam negeri yang memiliki pencapaian 111,59% dan 116,82% dimana hal ini juga membuktikan kegiatan pemasaran dan promosi pariwisata dalam dan luar negeri sangat efektif dilakukan pada tahun 2013.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

591,45 111,59 496,29 104,70

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

d. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri

Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas pemasaran dalam negeri yang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah pengeluaran wisnus dibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin besar jumlah pengeluaran wisnus yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran dalam negeri, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia di dalam negeri.

Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.850 2.161,09 116,82

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri” mencapai 2.161,09 kali. Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2013 sebesar 10,35 miliar US Dollar, untuk produktivitas investasi pemasaran dalam

Page 105: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 91

negeri, dengan target pengeluaran sebesar 176,32 dan investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai 2.161,09 kali atau melampaui target sebesar 116,82%. Pencapaian realisasi di atas juga tidak lepas dari, kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang sebelumnya, seperti Penyelenggaraan Even Berskala Nasional dan Internasional, Direct Promotion, dan Penyelenggaraan Even Seni Budaya di Daerah.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

2.161,09 116,82 2.390 129

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 nampak menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012, namun demikian produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri melampaui target, dari target sebesar 1.850.

9 Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods and services, yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktu tertentu. PDB ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari 14 kelompok usaha industri kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3) Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) Pasar Barang Seni; (8) Penerbitan dan Percetakan; (9) Periklanan; (10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; dan (14) Televisi dan Radio. Data PDB ekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan dari sumber data lainnya yang berasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor industri kreatif.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalah persentase rasio PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Semakin besar persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakin besar pula kontribusi industri

Page 106: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 92

kreatif terhadap perekonomian nasional, dengan kata lain, semakin penting peranan industri kreatif dalam struktur produksi nasional.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,38 7,05 95,53

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional” mencapai 7,05% tidak mencapai target yang telah ditetapkan, namun demikian menurut data dari BPS sektor Industri Kreatif memiliki PDB yang masih lebih tinggi dibandingkan sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, Pengangkutan dan Komunikasi; serta Listrik, Gas, dan Air Bersih.Kontribusi sektor Industri Kreatif terhadap pembentukan PDB adalah sebesar 7,05% pada tahun 2013. Kontribusi ini relatif cukup besar dibandingkan sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan; Pengangkutan dan Komunikasi; serta Listrik, Gas, dan Air Bersih yang masing-masing hanya memberikan kontribusi sebesar 7,02%, 6,93%, dan 0,80%.

Pencapaian target peningkatan Sektor Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya terhadap PDB Nasional apabila dilihat dari realisasi tahun 2013 telah mencapai bahkan melampaui target yang ditentukan. Hai ini menunjukan bahwa Ekonomi kreatif khususnya Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya mampu memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.

Dengan kata lain, ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif dan menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.

Pada tahun 2013, sektor ini mampu tumbuh di atas perekonomian nasional, padahal sebelumnya selalu di bawah perekonomian nasional. Pada tahun 2013, sektor Industri Kreatif mampu tumbuh sebesar 5,76 persen. Pertumbuhan sektor Industri Kreatif menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berkontribusi sebesar 49,78 persen terhadap pembentukan PDB sektor Industri Kreatif secara keseluruhan. Kelompok industri yang berkontribusi besar terhadap penciptaan nilai tambah Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah kelompok industri Kuliner dan Kerajinan.

Page 107: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 93

Capaian Meningkatnya Kontribusi Seni Budaya terhadap PDB nasional baik pada tahun 2012 maupun 2013 telah mencapai target yang ditentukan. Adapun persentase PDB yang diperoleh pada tahun 2012 tumbuh sebesar 3,44% atau 137% dari yang telah ditetapkan pada RENSTRA. Sama halnya dengan tahun sebelum nya pada tahun 2013 target PDB dapat tercapai bahkan naik sekitar 0.07 poin menjadi 3,51%, seperti terlihat dalam Tabel dan Grafik di bawah ini.

Tabel III. 15 Distribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 – 2013 (%)

Sektor U r a i a n 2010 2011 2012 2013

1 Pasar Barang Seni 0.02 0.02 0.02 0.02

2 Kerajinan 1.13 1.07 1.02 1.02

3 Film, Video, dan Fotografi 0.09 0.09 0.09 0.09

4 Musik 0.06 0.06 0.06 0.06

5 Seni Pertunjukan 0.03 0.03 0.03 0.03

6 Kuliner 2.40 2.29 2.27 2.29

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 3.74 3.55 3.48 3.51

Ekonomi Kreatif Lainnya 3.60 3.55 3.54 3.54

Jumlah Ekonomi Kreatif 7.34 7.10 7.02 7.05

Jumlah Ekonomi Non-Kreatif 92.66 92.90 92.98 92.95

PDB Indonesia 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kontribusi Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya terhadap PDB Nasional pada periode 2013 adalah sebesar 3,51%, dengan total nilai sebesar 319.518 milyar rupiah dari pertumbuhan perekonomian nasional atau tumbuh sebesar 11,24% dari tahun 2012. Peningkatan ini secara signifikan dipengaruhi oleh subsektor kerajinan dan kuliner. Dengan kata lain, PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya ditopang oleh nilai tambah kelompok Kerajinan yang didominasi oleh kelompok kuliner (32.51%), kemudian kerajinan, (14,44%), Film, video dan Fotografi (1.31), Musik (0,82%) Seni Pertunjukan (0,46%) dan Pasar Barang Seni (0,31%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa capaian realisasi telah mencapai bahkan melampaui target yang ditentukan. Dengan demikian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat dikatakan berhasil dalam menunjang kontribusi PDB nasional.

Kenaikan PDB ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi kreatif secara nasional dapat tumbuh naik sehingga dapat bersaing di perekonomian nasional. Kelompok ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang menopang pertumbuhan PDB adalah kelompok industri kerajinan yaitu sebesar 6,38% pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 1,91%. Kenaikan ini cukup berpengaruh untuk menaikan pertumbuhan ekonomi kreatif terutama yang berbasis seni dan budaya.

Page 108: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 94

Grafik III. 5 Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2013 (%)

Pada tahun 2013, sektor ini mampu tumbuh di atas perekonomian nasional, padahal sebelumnya selalu di bawah perekonomian nasional. Pada tahun 2013, sektor Industri Kreatif mampu tumbuh sebesar 5,76%. Pertumbuhan sektor Industri Kreatif menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berkontribusi sebesar 49,78% terhadap pembentukan PDB sektor Industri Kreatif secara keseluruhan. Kelompok industri yang berkontribusi besar terhadap penciptaan nilai tambah Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah kelompok industri Kuliner dan Kerajinan.

Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek berkontribusi sebesar 50,22 persen terhadap PDB Industri Kreatif secara keseluruhan. Kontribusi PDB tersebut lebih besar daripada kontribusi PDB Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya (Industri Kreatif Lainnya), yang berkontribusi sebesar 49,78 persen. Distribusi PDB Industri Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek paling besar didominasi oleh kelompok industri Fesyen (28,29%), kemudian disusul oleh Penerbitan dan Percetakan (8,11%), dan Desain (3,90%). Beberapa kelompok seperti Layanan komputer dan piranti lunak, Permainan interaktif, dan Periklanan hanya memberikan kontribusi yang relatif kecil, masing-masing sebesar 1,57 persen, 0,75 persen, dan 0,58 persen.

Konsep Ekonomi Kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian.Di Indonesia, gaung Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design Power 2006 – 2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang dapat diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek adalah kontribusi ekonominya,

Page 109: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 95

baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja. Untuk mengetahui perkembangan pencapaian target kinerja Ditjen EKMDI tersebut, perlu dilakukan perhitungan kontribusi ekonomi sektor-sektor industri kreatif yang berada dalam lingkup kegiatan Ditjen EKMDI, untuk periode tahunan. Perhitungan kontribusi ekonomi ini juga penting bagi intelektual dan akademisi sebagai referensi informasi untuk mencermati perkembangan industri kreatif, yang akan menjadi dasar pengembangan usaha bagi pelaku usaha, dan dasar melakukan penelitian dan pengembangan bagi intelektual.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,05

95,53

7,02

96,30

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

PENGUATAN DATA DAN INFORMASI

Salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek adalah kontribusi ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja. Untuk mengetahui perkembangan pencapaian target kinerja Ditjen EKMDI tersebut, perlu dilakukan perhitungan kontribusi ekonomi sektor-sektor industri kreatif yang berada dalam linkup kegiatan Ditjen EKMDI, untuk periode tahunan. Perhitungan kontribusi ekonomi ini juga penting bagi intelektual dan akademisi sebagai referensi informasi untuk mencermati perkembangan industri kreatif, yang akan menjadi dasar pengembangan usaha bagi pelaku usaha, dan dasar melakukan penelitian dan pengembangan bagi intelektual.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui kerja sama di berbagai bidang, maka Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu institusi Pemerintah yang menangani bidang Media, Desain dan Iptek di tanah air, pada tahun 2013 melanjutkan program kegiatan Penyusunan Statistik Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain Dan Iptek bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diberi nama aktivitasnya Penguatan Data dan Informasi.

Page 110: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 96

Workshop kepada para pejabat dan pegawai di lingkungan Direktortat Jenderal Ekonomi Kreatif Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.

Kegiatan workshop tersebut diselenggarakan pada: Tanggal 1 – 3 Juli 2013 di Hotel Green Savana Sentul, Bogor Tanggal 24 – 26 Oktober 2013 di Hotel Horison, Bogor Tanggal 15 – 17 November 2013 di Hotel Amaris, Bekasi Tanggal 29 – 1 Desember 2013 di Hotel Seruni, Bogor

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah:

1. Pertumbuhan PDB yang dihasilkan oleh sektor ekonomi kreatif menunjukan keberhasilan, akan tetapi patut diperhatikan adanya ketidakseimbangan ekonomi global yang terjadi dapat menghambat pertumbuhan PDB ekonomi kreatif.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan oleh sektor sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terbilang cukup besar, dengan nilai yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDB yang dihasilkan oleh sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya sebesar 3,51%, dari nilai tumbuh ekonomi nasional. Namun demikian keberhasilan nilai tambah kelompok ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya masih di topang oleh sektor kerajinan dan kuliner, sedangkan subsektor lainnya belum tumbuh secara signifikan.

PEMECAHAN MASALAH

Dalam mengatasi permasalahan untuk peningkatkan PDB nasional diperlukan upaya-upaya oleh berbagai pihak baik dari pemerintah, sektor swasta maupun dari pelaku kreatif untuk lebih mengaktifkan ekonomi kreatif khususnya untuk yang berbasis seni dan budaya seperti lebih digalakan kembali kegiatan subsektor seni pertunjukan dan seni rupa serta perfilman.

10 Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah: 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif.

Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerja di industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja di industri kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat pada bagan di bawah ini

Page 111: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 97

Data ketenagakerjaan industri dapat diestimasi dari data statistik ketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya. Kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikator tingkat partisipasi tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasio jumlah pekerja di kelompok industri kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruh industri di Indonesia. Angka ini akan semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia. Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur melalui indikator pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu pertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri kreatif. Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakin meningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakin baik pula.

a. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.

Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peran sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun.

Jumlah Total Penduduk

Penduduk Usia Kerja (Usia

Produktif)

Penduduk Bukan Usia Kerja

Angkatan Kerja

Pekerja Penganggur

Bukan Angkatan Kerja (Usia Produktif,

Memilih Tidak Bekerja, Ibu RT, Mahasiswa

Bagan: Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan

Page 112: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 98

Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek.

Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini menunjukan peran sektor EKMDI terhadap penurunan tingkat pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)*)

8,35 10,72 128,32

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa indikator pencapaian tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan bahkan melampau dari target yang telah ditetapkan, hal ini terbukti dengan tercapainya ekonomi kreatif mampu menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan partisipasi tenaga kerja dalam sektor industri kreatif.

Pasar tenaga kerja dari tahun ke tahun mengalami kemajuan, perkembangan kemajuan ini membawa perubahan yang positif bagi perekonomian nasional. Berdasarkan data dari BPS bahwa untuk indikator tingkat partisipasi tenaga kerja berhasil mencapai target yang telah ditentukan, bahkan berhasil melampaui target. Namun demikian, untuk indikator produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif seni dan budaya masih belum memenuhi target pada tahun 2013 ini, bahkan turun dibandingkan tahun sebelumnya.

Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2013 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,06 juta orang sebesar 59,4% dari total penyerapan tenaga kerja sektor industri nasional. Penyerapan tenaga kerja ekonomi kreatif Seni dan Budaya didominasi oleh kelompok industri kuliner dan kerajinan. Untuk pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tumbuh sebesar 0,53% pada tahun 2013. Jika di lihat dari industri kreatif lainnya, pertumbuhan tenaga kerja yang cukup besar dari sektor film, video dan fotografi.Sedangkan untuk pencapaian pada tahun 2012, indikator tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sebesar 6,34%. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif berdampak cukup baik terhadap penciptaan partisipasi tenaga kerja pada masyarakat Indonesia, seperti terlihat dalam Tabel di bawah ini.

Page 113: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 99

Tabel III. 16 Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun 2010-2013

Sektor U r a i a n 2010 2011 2012 2013

1 Pasar Barang Seni 14,956 15,163 15,237 15,269

2 Kerajinan 2,909,574 2,988,101 3,077,099 3,109,047

3 Film, Video, dan Fotografi 56,937 60,006 62,495 63,755

4 Musik 50,612 53,127 55,030 55,958

5 Seni Pertunjukan 72,010 75,494 78,131 79,258

6 Kuliner 3,707,894 3,732,961 3,735,019 3,736,968

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 6,811,983 6,924,850 7,023,011 7,060,254

Ekonomi Kreatif Lainnya 4,681,892 4,737,050 4,776,557 4,812,173

Jumlah Ekonomi Kreatif 11,493,875 11,661,900 11,799,568 11,872,428

Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik

Dapat dilihat pada tabel di atas, Ekonomi Kratif berbasis Seni Budaya untuk indikator tingkat partisipasi tenaga kerja mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,06 juta orang pada tahun 2013 yang di topang oleh sektor kerajinan yang dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 3,1 juta. Hal ini tidak terlepas dari program-program yang dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni Budaya untuk meningkatkan jumlah partisipasi tenaga kerja di antara nya pada Direktorat Pengembangan Seni Rupa terdapat kegiatan pendampingan sentra kreatif yang dimaksudkan untuk tenaga-tenaga kerja yang bergerak dalam bidang seni kerajinan.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat penurunan dari tahun sebelumnya turun sekitar 0.89 poin dari tahun 2012. Keberhasilan partisipasi tenaga kerja tidak diimbangi dengan keberhasilan laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Terlepas dari rendahnya indikator kedua, secara umum sasaran tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya telah berhasil ditingkatkan karena ekonomi kreatif dapat menciptakan prospek ekonomi kreatif yang bagus yaitu dapat menghadirkan talenta dan wirausaha baru yang berkreasi dan berinovasi.

Pada tahun 2012 indikator tersebut adalah Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja tetapi menurut sumber data kami yakni BPS Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja ini tidak dapat dihitung untuk itu pada tahun 2013 di revisi menjadi Tingkat Kontribusi Angkatan Kerja. Menurut penghitungan BPS jumlah tenaga kerja sektor Industri Kreatif mempunyai kontribusi sebesar 10,72 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Angka ini merupakan angka penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sehingga menempatkan sektor Industri Kreatif sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak ke-empat setelah Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (34,36%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (16,06%), dan Jasa-jasa (15,58%). Kontribusi penyerapan tenaga kerja Industri Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek adalah sebesar 40,53 persen. Kontribusi penyerapan tenaga kerja ini didominasi oleh kelompok Fesyen (32,33%), kemudian disusul oleh kelompok Penerbitan dan Percetakan (4,26%), dan Desain (1,41%). Beberapa kelompok seperti Permainan interaktif, Periklanan, dan Riset & Pengembangan hanya memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja yang relatif kecil, masing-masing sebesar 0,20 persen, 0,17 persen, dan 0,13

Page 114: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 100

persen. Dapat disimpulkan bahwa Kontribusi Tenaga Kerja dari sektor Industri kreatif meskipun tidak mencapai target yang diharapkan tetapi kontribusi dari sektor Industri kreatif masih mendominasi dalam memberikan kontribusi tenaga kerja di Indonesia, seperti terlihat dalam Grafik di bawah ini.

Grafik III. 6 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2013

Angka pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor EKMDI melihat tabel di atas masih belum mencapai target dan turun dibandingkan tahun sebelumnya tetapi tetap saja masih lebih tinggi dibanndingkan sektor lainnya, menurut sumber kami BPS sektor Industri kreatif selalu mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang positif setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif masing-masing sebesar 1,46 persen, 1,18 persen, dan 0,62 persen selama periode tahun 2011 hingga 2013. Bahkan, ketika jumlah tenaga kerja nasional mengalami pertumbuhan yang negative pada tahun 2013, jumlah tenaga kerja Industri Kreatif masih memberikan pertumbuhan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor Industri Kreatif memiliki kecenderungan penyerapan tenaga kerja yang relatif stabil dibandingkan dengan sektor lainnya. Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek paling tinggi terjadi pada kelompok industri Periklanan. Meskipun begitu, kelompok industri ini mengalami perlambatan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013. Kondisi senada juga terjadi di hampir semua kelompok Industri Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek, kecuali kelompok Penerbitan & Percetakan yang mengalami percepatan pada tahun 2013.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

Page 115: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 101

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

10,72

128,32

10,65

129,07

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Berdasarkan tabel di atas Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2013 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,06 juta orang sebesar 249,47 dari total penyerapan tenaga kerja sektor industri nasional. Penyerapan tenaga kerja ekonomi kreatif Seni dan Budaya didominasi oleh kelompok industri kuliner dan kerajinan. Untuk pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tumbuh sebesar 0,53% pada tahun 2013. Jika di lihat dari industri kreatif lainnya, pertumbuhan tenaga kerja yang cukup besar dari sektor film, video dan fotografi (Berdasarkan data dari BPS). Sedangkan untuk pencapaian pada tahun 2012, indikator tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sebesar 6,34%. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif berdampak cukup baik terhadap penciptaan partisipasi tenaga kerja pada masyarakat Indonesia.

Dalam mencapai targetnya untuk meningkatkan Tingkat Partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif, beberapa aktivitas yang telah dilakukan pada tahun 2013 adalah :

Festival Film Indonesia

Penyelenggaraan Festival Film Indonesia bertujuan untuk mendorong industri film untuk terus berproduksi. Hal ini diharapkan akan memacu jumlah produksi film nasional yang tentunya akan menyerap tenaga kerja di sektor ini. Festival ini dibagi ke dalam dua kategori.

Piala Vidia merupakan bagian dari penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) khusus untuk insan pertelevisian. Acara yang dihelat di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur pada Rabu malam dan disiarkan langsung oleh SCTV ini

berlangsung meriah. Setelah melalui penilaian cukup ketat, dewan juri memutuskan dan memilih para jawara peraih penghargaan Piala Vidia FFI 2013 dari masing-masing kategori.

Malam Anugerah Piala Citra FFI 2013 diselenggarakan pada tanggal 7 Desember 2013 di Marina Convention Center, Semarang, Jawa Tengah.

Kegiatan ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wakil Menteri

Page 116: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 102

Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Gubernur Jawa Tengah, Walikota Semarang, para seniman bidang perfilman dan para pemangku kepentingan lainnya. Pada penyelenggaraan FFI kali ini penghargaan diberikan untuk 6 jenis kompetisi, yakni Film Cerita Bioskop, Film Televisi, Film Pendek, Film Dokumenter Pendek, Film Dokumenter Panjang, dan untuk pertama kalinya Film Animasi Pendek. Khusus untuk film bioskop, telah disediakan 15 penghargaan Piala Citra dan ditambah dengan 1 penghargaan khusus dari dewan juri.

Penyelenggaraan Workshop Animasi Dari Animator Nasional Berprestasi

Penyelenggaraan Workshop Animasi dan Animator Nasional Berprestasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menghimpun dan menggalakkan tumbuhnya kreasi-kreasi film animasi nasional di kalangan masyarakat, sebagai bahan pembelajaran dari para animator berprestasi kepada animator-animator yang baru, yang diselenggarakan pada tanggal 22-24 April 2013 di kota Surabaya dan pada tanggal 15 Mei 2013 di Kota Solo. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam bentuk workshop yang dihadiri oleh mahasiswa UNS, UMS, dan Poliseni Jogjakarta, Komunitas Film animasi dan masyarakat pencinta animasi di Kota Solo, serta pelajar SMK, Mahasiswa Unesa, UM, dan Ubaya, Komunitas Film Animasi dan masyarakat pencinta animasi yang menghasilkan opini, pengetahuan, dan ketrampilan pelaku/komunitas animasi.

Kompetisi Penciptaan karakter lokal Indonesia

Kegiatan ini bermanfaat bagi pelaku kreatif konten media animasi pada khususnya dan pelaku industri animasi umumnya. Kegiatan Kompetisi Penciptaan Karakter Lokal Indonesia dimaksud juga akan menyerap masukanmasukan yang penting bagi pemerintah daerah dalammenentukan kebijakan daerah, serta masukan-masukan yang bermanfaat bagi upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Konten Media di bidang karya kreatif media animasi. Kegiatan diawali dengan workshop yang akan diselenggarakan di 5 kota, yaitu Solo 27 – 29 September 2013, Malang 4 – 6 Oktober 2013, Balikpapan 11 – 13 Oktober 2013, Tasikmalaya 18 – 20 Oktober 2013, dan Medan 25 – 27 Oktober 2013. Dari total 123 peserta yang mengirim karyanya kemudian di kelompokan menjadi 3 kategori pemenang, yaitu Kategori Pelajar, Kategori Mahasiswa, dan Kategori Umum.

Kompetisi membuat komik dengan muatan cerita lokal

Kegiatan ini diselenggarakan bertujuan agar memacu kreativitas dan potensi komikus Indonesia dalam berkarya, membagi informasi tentang kiat-kita membuat komik yang tematik dengan latar belakang budaya dan karakter Indonesia, membangun jaringan berbasiskan komunitas untuk menciptakan skenario distribusi di daerah bagi penerbit-penerbit mandiri, baik secara daring maupun cetak, memperkuat basis komunitas komik online maupun cetak dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas karya komikus, serta memberikan ruang publik bagi para pemula di industri komik untuk menampilkan karya-karyanya. Kegiatan diawali dengan workshop yang akan diselenggarakan di 5 kota, yaitu Bogor, Solo, Malang, Padang, dan Makassar. Untuk Publikasi dilakukan mulai tanggal 1 September – 30 November 2013, sedangkan pengumpulan karya mulai dari tanggal 13 September – 13 November 2013. Dan Seleksi / Penjurian dilakukan mulai tanggal 17 November – 24 November 2013.

Page 117: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 103

Peningkatan Kualitas Kota Pusaka

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pelaku kreatif dikota pusaka dan memberdayakan kota pusaka menjadikanruang kreatif bagi pelaku kreatif. Pengembangan kualitas Kota Pusaka membutuhkan kreativitas masyarakat untuk memadukan tiga unsur pelestarian yaitu perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Sedangkan Ekonomi kreatif adalah konsep ekonomi yang mengintensifkan informasi serta kreativitas dengan mengandalkan gagasan dan gudang pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Oleh karena itu, Direktorat Desain dan Arsitektur melaksanakan workshop Peningkatan Kualitas Kota Pusaka di empat Kota, yaitu, Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan Pekalongan. Workshop Peningkatan Kualitas Kota Pusaka dilaksanakan di beberapa kota, yaitu (a). Solo pada tanggal 22 – 24 Agustus 2013, yang diikuti oleh 40 peserta terdiri dari pelaku kreatif Solo yang tergabung dalam SCCN dan perwakilan SKPD setempat yang terkait dengan ekonomi kreatif; (b). Yogyakarta pada tanggal 17 – 19 September 2013, yang diikuti oleh 40 peserta terdiri dari pelaku kreatif dan perwakilan dan Pemda Kota Yogyakarta dan Pemda Provinsi D.I Yogyakarta; (c). Cirebon pada tanggal 28 – 30 Oktober 2013 serta (d). Pekalongan pada tanggal 31 Oktober – 2 November 2013. Workshop di kota Cirebon dan Pekalongan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari pelaku kreatif dan perwakilan SKPD setempat. Dalam workshop ini pelaku kreatif juga diajak mengenal kreativitas yang ada di sekitarnya dengan melakukan kunjungan ke beberapa tempat industri kreatif yang ada di kota-kota tempat berlangsungnya workshop. Workshop ini dibuka oleh Direktur Desain dan Arsitektur.Kegiatan ini diharapkan agar tersedianya ruang kreatif bagi pelaku kreatif sehingga menjadi kota kreatif.

Peningkatan Sumber Daya Manusia Melalui Live In Designer Bidang Arsitektur dan Desain Interior

Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui Live in Designer Bidang Desain dan Arsitektur adalah menempatkan seseorang atau sekelompok desainer di wilayah tertentu untuk mendorong dan membantu pengembangan potensi sumber daya manusia yang ada melalui pendekatan desain dalam konteks ekonomi kreatif. Program ini mengharapkan terjadinya kolaborasi antara desainer tradisional dan pada desainer terdidik, sehingga mampu menjadi medium yang produktif dalammenghasilkan karya-karya lokal namun bercita rasa global (think local, act global). Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Desain dan Arsitektur bersamaan dengan dibukannya kegiatan Live In Designer bidang DKV, Mode dan Produk. Kegiatan Live In Desainer Arsitektur dan Desain Interior dilaksanakan di Desa Komodo yang diikuti oleh 40 peserta pengrajin. Kegiatan ini berlangsung dalam 3 tahap. Tahap I telah dilakukan dari tanggal 21 sampai 26 Oktober 2013. Dalam tahap ini, peserta diajarkan untuk membuat kerajinan patung komodo dengan desain yang berbeda oleh narasumber dari Desain Interior yaitu Erwin Firmansyah. Workshop ini kemudian dilanjutkan pada tahap II dengan tema “Finishing dan Pewarnaan” pada tanggal 22 – 24 November 2013. Tujuan meningkatkan kemampuan SDM dalam menciptakan karya kreatif dengan potensi lokal sehingga berdaya saing. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan SDM dengan memperhatikan kekuatan lokal.

Page 118: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 104

Kompetisi Reka Baru Desainer Indonesia

Kegiatan Reka Baru Desainer Indonesia (RBDI) bertujuan dapat menjadi solusi yang efisien dan efektif dalam memetakan karya-karya inovatif dan para pelaku kreatif berbakat dalam bidang Desain dan Arsitektur. Kegiatan Launching Reka Baru Desain Indonesia dilaksanakan di Monumen Nasional, Jakarta pada tanggal 24 Juli 2013. Kegiatan ini mengusung Tema: Indonesia Desain Power dengan gerakan kampanye “No Free Design” (Desain tidak Gratis). “No Pitch Design” (tender bukan untuk desai gratis). Gerakan ini dimaksudkan untuk melindungi para creatordesigner dari banyaknya aksi plagiat karya cipta. Sosialisasi kegiatan Reka Baru desain Indonesia dilakukan untuk menjaring para designer-designer muda yang memiliki jiwa inovator dan kreator. Kegiatan sosialisasi Reka Baru Desain Indonesia dilakukan antara bulan Juli dan September pada beberapa kota di tanah air yang dinilai memiliki representasi komunitas kreatif dan berbasis akademis - intelektual. Untuk itu dipilih beberapa kota yang memiliki universitas yang memiliki program studi desain komunikasi visual atau yang memiliki komunitas desain visual. Beberapa kota yang dipilih adalah Bandung, Yogyakarta, Semarang, Medan, Bali dan Jakarta. Kegiatan sosialisasi berhasil dilaksanakan untuk menjaring sejumlah peserta yangdiikutsertakan dalam Kompetisi Reka Baru Desai Indonesia. Terdapat sekitar 340 peserta yang mendaftar, baik melalui website dan posting untuk mengikuti kompetisi reka baru desain Indonesia. Selanjutnya kegiatan diarahkan pada kegiatan kuratorial. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 November 2013 di lakukan di Hotel Morissey, Jakarta, Kegiatan kuratorial Karya RBDI 2013, berhasil memilih dan menetapkan 49 karya nominator terpilih dan 20 karya nominator terbaik. Kegiatan Reka Baru Desain Indonesia selanjutnya adalah kegiatan pemberian awarding kepada para nominator karya terbaik dan terpilih dilaksanakan di Epicentrum, Kuningan pada tanggal 27 November - 1 Desember 2013.

Kelanjutan kegiatan RBDI adalah memberikan program capacity building desainer terpilih. Rangkaian kegiatan RBDI diharapkan dapat meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitas pengembangan pelaku desain dan arsitektur serta dapat meningkatnya jumlah karya kreatif yang berbasis kepada sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi serta meningkatnya jejaring ekonomi kreatif berbasis Desain dan Arsitektur. Sasaran kegiatan Kompetisi Reka Baru desain Indonesia adalah memberikan apresiasi terhadap para pemangku kepentingan yang bergerak di bidang Desain dan Arsitektur.

Peningkatan Sumber Daya Manusia Melalui Live In Designer Bidang Komunikasi Visual

Salah satu upaya kreativitas yang dihasilkan masyarakat berasal dari pengembangan usaha Desain Komunikasi Visual. Namun usaha ini belum sepenuhnya berkembang karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti keterbatasan modal finansial sehingga berpengaruh terhadap fasilitas usaha yang kurang memadai. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama erat berdasarkan kesamaan visi dan misi serta komitmen di antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, pihak industri, serta pihak akademisi untuk dapat mendukung

Page 119: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 105

perkembangan usaha di bidang Desain Komunikasi Visual. Pada tanggal 25 Juli - 3 September 2013 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Pelaksanaan Kegiatan Live In Designer dilakukan pada tanggal 22-25 Oktober 2013. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Laprima, Labuhan Bajo. Peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 40 peserta, berasal dari 14 kota/kabupaten di kawasan Manggarai Timur, selain itu turut perwakilan dari beberapa instansi terkait di Labuhan Bajo. Seperti: Dinas Perdagangan, Perindustrian dan serta beberapa usaha kecil menengah (UKM). Diharapkan agar SDM setempat memperoleh peningkatan kualitas produk lokal yang khas dan berdaya saing.

Peningkatan Karya Kreatif Desain Produk dan Kemasan di Wilayah Perbatasan

Tujuan kegiatanini adalah untuk meningkatkan kemampuan UKM dan pelaku ekonomi kreatif di bidang produk dan kemasan. Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Karya Kreatif Desain Produk dan Kemasan pada tanggal 2 - 5 Juli 2013 di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, yang bertempat di Hotel Aston Ketapang, Jalan R. Suprapto No.68, Ketapang Kalimantan Barat. Pembukaan acara dipimpin Oleh Plt. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Uti Muhammad Basir) dan staf, Kabupaten Ketapang dan dihadiri dari Direktorat Desain dan Arsitektur dalam hal ini diwakilkan Ibu Yulia (Kasubdit Desain Produk dan Kemasan), dan staf yang hadir Subagijo, Ismi Hadriati, Togar Sibarani, Nanik Kusumiati, Sarmi, Joko Bramantio, Eri Safri Atminto, Suhartiningsih dan Narasumber: Ariana Susanti, Gigih Budi Abadi, M. Zainuri, dan Adrianus Kristianto. Kegiatan ini diikuti 53 peserta terdiri dari pelaku usaha kecil, penyuluh, pemerintah daerah dari Dinas Parbudpora dan Dinas Perindag, pengusaha kafe dan komunitas KOMPAK. Diisi dengan presentasi dan diskusi mengenai desain kemasan dan desain produk dilanjutkan dengan diskusi termasuk penjelasan bagaimana membuat kemasan lebih menarik dan mempunyai nilai jual yang lebih tingggi dibanding dengan kemasan sederhana seperti yang biasa digunakan oleh pelaku industri kreatif di Ketapang. Upaya-upaya peningkatan desain produk dan kemasan memberi keyakinan, bahwa dorongan positif dari peserta pelatihan, muncul dari keinginan untuk meningkatkan seluruh aspek kewirausahaan yang sudah dimiliki sebelumnya. Setidaknya para peserta itu secara partisipatif aktif dalam kelompok yang memiliki unit usaha beragam. Kegiatan ini juga menghasilkan komitmen dari komunitas KOMPAK untuk selalu membantu pelaku industri kreatif untuk menyediakan informasi mengenai pusat-pusat penyedia kemasan terutama yang ada di Surabaya termasuk membuat suatu tempat bagi pelaku industri kreatif tersebut menjual hasilproduksinya. Diharapkan agar pelaku kreatif menciptakan desain produk dan kemasan dengan memperhatikan kekuatan lokal.

Fasilitasi Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengembangan Pusat Kreatif, Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis

Creativepreneurship sebagai salah satu flagship Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, melalui Direktorat Kerja sama dan Fasilitasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk dapat menciptakan para wirausaha kreatif digital yang tangguh, inovatif dan berdaya saing telah membentuk Pusat Kreatif Digital Bandung yang terletak di Jalan Batik Kumeli No. 50, Sukaluyu Bandung dan telah diresmikan pada tanggal 29 Mei 2013. Pusat Kreatif Digital Bandung merupakan wadah

Page 120: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 106

yang berfungsi untuk melaksanakan 4 (empat) peranan penting yaitu sebagai wadah inovasi, inkubasi, ekspresi dan disseminasi bagi para inventor, pengembang software dan para pelaku ekonomi kreatif digital. Fasilitas yang diberikan dalam Pusat Kreatif berupa penyediaan sarana dan prasarana bersama, penyelenggaraan pelatihan, pengembangan produk, layanan pendaftaran dan konsultasi HKI, peragaan, apresiasi, akses pembiayaan, promosi, pemasaran, dan lain-lain. Dalam upaya membangun pusat kreatif yang optimal, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membentuk ekosistem ekonomi kreatif digital dengan merangkul seluruh pemangku kepentingan (antara lain Pihak Pemerintah, pengembang aplikasi, user, perguruan tinggi, mitra teknologi, media, store, publisher, operator telekomunikasi, venture capital, dan Multi National Company) untuk dapat berkontribusi aktif dalam Pusat Kreatif Digital.

Untuk menunjang kegiatan Pusat Kreatif, Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Pusat Kreatif, Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis guna memfasilitasi pengembangan Pusat Kreatif, Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis dalam rangka mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas bidang MDI yang dilaksanakan di dalam Pusat Kreatif Digital di Bandung, Jl. Batik Kumeli, Cibeunying Kaler Sukaluyu. Pusat Kreatif Digital ini telah resmi berdiri pada tanggal 29 Mei 2013.

Pendukungan Pusat Kreatif tersebut dalam bentuk penyediaan tempat yang dapat digunakan untuk kegiatan Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis. Penyediaan sarana dan prasarana tersebut antara lain: komputer, LCD, mesin faksimil, telepon, akses internet, ruang rapat, in focus dan pendukung pendampingan bagi para usaha start-up lainnya yang dibutuhkan dalam proses peningkatan hasil karya dan inovasi. Pengelolaan Pusat Kreatif ini bertujuan memfasilitasi kebutuhan para wirausaha muda untuk berekspresi dan berkarya. Manfaat yang diharapkan diterima oleh para pelaku insan kreatif yang diinkubasi oleh tenaga yang ahli dibidangnya adalah untuk melahirkan calon wirausaha baru yang berbasis media, desain dan IPTEK yang siap bersaing di dalam dunia bisnis baik di dalam negeri maupun luar negeri. Jangka waktu pelaksanaan kegiatan di Pusat Kreatif tahun 2013 berlangsung selama 7 (tujuh) bulan dengan berbagai kegiatan seperti peresmian Pusat Kreatif rapat persiapan, rapat koordinasi, dari bulan Mei s.d. bulan November 2013.

Penyelenggaraan Inkubator Bisnis

Di dalam penyelenggaraan Pusat Kreatif Digital, Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi menyelenggarakan kegiatan Inkubasi Bisnis. Inkubasi Bisnis merupakan kegiatan yang memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para calon tenant yang sudah terseleksi. Calon tenant diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pemasaran, pengembangan produk, legal, public speaking dan cara-cara menjalankan bisnis, dengan bimbingan dari komunitas IT di Bandung yang telah lebih dahulu sukses.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di dalam Inkubator Bisnis:

a. Sosialisasi Penyelenggaraan Inkubator Bisnis

Page 121: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 107

Dalam rangka memberikan wawasan dan informasi mengenai perkembangan dunia usaha industri kreatif kepada anak muda kreatif khususnya kepada mahasiswa semester akhir dan mahasiswa yang telah lulus mengikuti Seminar Penyelenggaraan Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pada tanggal 17 dan 19 Juni 2013, bertempat di Pusat Kreatif Digital Bandung, Jl. Batik Kumeli No. 50, Sukaluyu, Bandung. Peserta yang diundang sebanyak 60 orang yang terdiri dari pelaku ekonomi kreatif, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bandung.

b. Program Inkubator (Proses Seleksi Tenant)

Program Inkubator adalah kegiatan untuk melakukan seleksi administrasi dan teknis bagi tenant Inkubator Bisnis. Kegiatan ini merupakan proses lanjutan dari kegiatan Sosialisasi Penyelenggaraan Inkubator Bisnis, dimana banyak pelaku ekonomi kreatif yang mendaftar sebagai tenant untuk diinkubasi, dengan mengirim proposal bisinisnya ke Pusat Kreatif Digital Bandung. Kegiatan tersebut dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kegiatan yaitu tanggal 8 dan 9 Juli 2013 di Pusat Kreatif Digital Bandung. Tim Seleksi (administrasi dan teknis) terdiri dari unsur pemerintah (Kemenparekraf, MIKTI, AIBI, Kemenkominfo, Tari Pasopati). Dari hasil seleksi tersebut, terdapat 14 tim yang terpilih sebagai tenant untuk diinkubasi di dalam Pusat Kreatif Digital, Bandung.

c. Kegiatan Inkubasi Ketat

Dalam kegiatan Inkubasi Ketat terdiri 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan Training Bisnis dan Training Teknis. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan proses seleksi tenant yang dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dalam seminggu, setiap hari Jumat, selama 3 jam dimana calon tenant yang telah lulus dari tahap seleksi hingga menjadi tenant akan mendapatkan berbagai macam pelatihan bisnis, dan semua tenant dapat berperan aktif menuangkan ide-ide dan berdiskusi dengan para praktisi tentang dunia usaha (entrepreneurship) bidang ekonomi kreatif.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah: 1. Rendahnya kualitas angkatan kerja sehingga penduduk yang harusnya

termasukdalam usia angkatan kerja tetapi tidak dapat memberikan kontribusi di sektor ekonomi kreatif sehingga dapat menghambat pertumbuhan PDB ekonomi kreatif.

2. Terbatas kesempatan pekerjaan sehingga usia angkatan kerja tapi belum menghasilkan di sektor ekonomi kreatif.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat atau angkatan kerja di

bidang ekonomi kreatif sehingga dapat membantu peningkatan PDB nasional.

Page 122: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 108

2. Membuka lapangan pekerjaan dengan mengembangkan pembangunan di sektor ekonomi kreatif sehingga banyak masyarakat yang sudah masuk dalam angkatan kerja tidak menganggur.

b. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

Kualitas penyerapan tenaga kerja ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

3,58

10,21

285,19

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 10,21%. atau melebihi target yang telah ditetapkan. Menurut penghitungan BPS jumlah tenaga kerja sektor Industri Kreatif mempunyai kontribusi sebesar 10,72 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Angka ini merupakan angka penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sehingga menempatkan sektor Industri Kreatif sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak ke-empat setelah Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (34,36%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (16,06%), dan Jasa-jasa (15,58%).

Laju pertumbuhan tenaga kerja ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dapat di lihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel III. 17 Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun 2010-2013

Sektor U r a i a n 2010 2011 2012 2013

1 Pasar Barang Seni - 1.39 0.49 0.21

2 Kerajinan - 2.70 2.98 1.04

3 Film, Video, dan Fotografi - 5.39 4.15 2.02

4 Musik - 4.97 3.58 1.69

5 Seni Pertunjukan - 4.84 3.49 1.44

6 Kuliner - 0.68 0.06 0.05

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya - 1.66 1.42 0.53

Ekonomi Kreatif Lainnya - 1.18 0.83 0.75

Jumlah Ekonomi Kreatif - 1.46 1.18 0.62

Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data pada Tabel di atas terlihat bahwa terdapat penurunan dari tahun sebelumnya turun sekitar 0.89 poin dari tahun 2012. Keberhasilan partisipasi

Page 123: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 109

tenaga kerja tidak diimbangi dengan keberhasilan laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja.

Meskipun indikator produktivitas tenaga kerja di sektor Berbasis Seni dan Budaya meskipun tidak mencapai target akan tetapi kinerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dapat dikatakan berhasil ditingkatkan karena ekonomi kreatif dapat menciptakan prospek ekonomi kreatif yang bagus yaitu dapat menghadirkan talenta dan wirausaha baru yang berkreasi dan berinovasi.

Sedangkan kontribusi penyerapan tenaga kerja Industri Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek adalah sebesar 40,53 persen. Kontribusi penyerapan tenaga kerja ini didominasi oleh kelompok Fesyen (32,33%), kemudian disusul oleh kelompok Penerbitan dan Percetakan (4,26%), dan Desain (1,41%). Beberapa kelompok seperti Permainan interaktif, Periklanan, dan Riset & Pengembangan hanya memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja yang relatif kecil, masing-masing sebesar 0,20 persen, 0,17 persen, dan 0,13 persen.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

10,21

285,19

8,54

277,27

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. menurut sumber kami BPS sektor Industri kreatif selalu mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang positif setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif masing-masing sebesar 1,46 persen, 1,18 persen, dan 0,62 persen selama periode tahun 2011 hingga 2013. Bahkan, ketika jumlah tenaga kerja nasional mengalami pertumbuhan yang negatif pada tahun 2013, jumlah tenaga kerja Industri Kreatif masih memberikan pertumbuhan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor Industri Kreatif memiliki kecenderungan penyerapan tenaga kerja yang relatif stabil dibandingkan dengan sektor lainnya.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah:

Produktivitas tenaga kerja yang masih rendah sebagai akibat dari lemahnya penguasaan teknologi serta keterampilan tenaga kerja yang masih terbatas.

Page 124: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 110

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut adalah:

Memberikan pelatihan keterampilan baik pengetahuan baru maupun penguasaan teknologi bagi pelaku-pelaku kreatif yang ada dalam masyarakat untuk lebih mengembangkan ekonomi kreatif.

11 Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif adalah Kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produk dan jasa kreatif semakin meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang ingin bergerak di sektor ekonomi kreatif pun semakin meningkat.

Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap unit usaha nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi.

Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek terhadap unit usaha nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan kontribusi unit usaha sektor EKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

7,31

9,68 132,42

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional” mencapai 9,68%. Keberhasilan dalam pencapaian target tersebut dikarenakan ekonomi kreatif merupakan alternatif ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Sehingga dapat menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat. Menurut data BPS Jumlah Unit Usaha Sektor Industri Kreatif masih pada urutan ke-tiga setelah sektor

Page 125: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 111

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

9,68

132,42

9,72

133,52

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, berhasil dalam mencapai target yang ditentukan. Untuk indikator kontribusi jumlah usaha ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap nasional pada tahun 2013 juga secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Untuk indikator Kontribusi jumlah usaha ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap nasional pada tahun 2013 adalah 7,53% atau sebesar 4.191.338 unit usaha. Kenaikan indikator jumlah usaha industri kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dilihat pada tabel berikut :

Tabel III. 18 Jumlah Usaha Ekonomi Kreatif

Sektor U r a i a n 2010 2011 2012 2013

1 Pasar Barang Seni 4,990 5,062 5,147 5,242

2 Kerajinan 1,054,753 1,063,645 1,071,680 1,076,612

3 Film, Video, dan Fotografi 27,239 28,155 28,992 29,785

4 Musik 14,954 15,377 15,803 16,182

5 Seni Pertunjukan 22,237 22,859 23,488 24,236

6 Kuliner 2,951,278 2,989,512 3,031,296 3,039,281

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 4,075,452 4,124,610 4,176,406 4,191,338

Ekonomi Kreatif Lainnya 1,188,006 1,207,103 1,221,756 1,228,827

Jumlah Ekonomi Kreatif 5,263,458 5,331,713 5,398,162 5,420,165

Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dapat berhasil dalam mencapai target yang ditentukan. Hal ini tidak terlepas dari program-program terobosan yang dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk meningkatkan aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif, hasil lain yang terlihat pada indikator tersebut yaitu dapat membangkitkan semangat para pelaku ekonomi kreatif untuk bangkit dan meningkatkan daya saingnya di bidang industri. Dalam rangka mencapai target

Page 126: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 112

tersebut diatas, telah dilakukan kegiatan Pekan Produk Kreatif Indonesia tahun 2013. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang ke-2. Event tersebut diharapkan bisa menjadi gambaran bagi para investor mengenai potensi ekonomi kreatif Indonesia yang menjanjikan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) Tahun 2013

Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) tahun 2013 berlangsung pada tanggal 27 November s.d. 2 Desember 2013 di Epiwalk, Rasuna Epicentrum, Jakarta. Tema penyelenggaran tahun ini adalah “Yang Kreatif, Yang Berdaya Saing”. Event ini dibuka secara resmi oleh Boediono, Wakil Presiden RI. PPKI bukanlah puncak kegiatan kreatif melainkan salah satu momentum untuk terus mengingatkan anak muda

Indonesia betapa besar potensi kreatif yang dapat kita kembangkan untuk kesejahteraan. Melalui kreativitas, anak muda mengambil peran penting dalam berkontribusi bagi kesejahteraan baik untuk diri, keluarga, masyarakat maupun bangsa.Melalui PPKI 2013 ini, masyarakat terutama anak-anak muda dapat berinteraksi langsung dengan perwakilan-perwakilan terbaik dari ke-15 sektor ekonomi kreatif dan menyaksikan karya-karya terbaik dari mereka. Diharapkan dengan cara ini anak-anak muda lainnya akan terinspirasi, meningkatkan kualitas, membangun jejaring dan memperoleh pengalaman baru. Kedepannya, pelaku kreatif akan semakin didominasi oleh orang-orang muda. Hal ini didorong oleh berkembangnya digital natives, mereka yang menguasai teknologi dan konektivitas sejak usia dini. Perpaduan antara identitas diri sebagai bangsa Indonesia yang kaya budaya dan terpaan informasi global menciptakan anak-anak muda kreatif yang berpandangan lebih terbuka akan masuknya ide-ide baru, cepat mengadaptasi dan menyegarkan kembali ide yang dianggap usang. Keterbukaan juga sangat penting untuk dimiliki pelaku kreatif agar dapat meningkatkan daya saing produk maupun karya miliknya dengan mengembangkan jaringan dan kolaborasi dengan orang lain yang mungkin saja berbeda disiplin ilmu, kultur dan kemampuan.

Di era digital ini, kita menjadi bagian masyarakat global, maka bagaimana bisa diterima, dinikmati dan bersaing di peta global adalah penting. Akhirnya, proses kreatif tentunya tidak lepas dari pengembangan wawasan dan dalamnya pengetahuan, akan tetapi kebahagiaan dalam menekuni karya yang berangkat dari ketertarikan dan kesenangan terhadap suatu bidang pastinya akan memperkaya hasil yang diciptakan. Hal inilah yang dapat ditarik dari pengalaman-pengalaman wiramuda, para tokoh muda pelaku kreatif.

Page 127: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 113

Dukungan dari pemerintah, yang antara lain direalisasikan dalam bentuk event kreatif akbar ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat untuk keberlanjutan perkembangan ekonomi kreatif.

ART SUMMIT INDONESIA 2013

Art Summit Indonesia 2013 diselenggarakan tanggal 8 – 25 Oktober 2013 di empat daerah yaitu Bali, Jakarta, Yogyakarta dan Solo. Art Summit Indonesia tahun ini mengusung tema Contemporary Art and the Making of Its Market. Art Summit tidak hanya sebagai festival seni pertunjukan tapi juga sarana memasarkan seni pertunjukan di Indonesia dan memberi edukasi masyarakat mengenai nilai tambah seni.

Acara Ini lebih menekankan menciptakan pasar untuk pertunjukan seni kontemporer bukan mengkomersialkannya, supaya orang kreatif yang ada di seni pertunjukan bisa mendapat pendapatan yang layak dari berkarya dan berkreasi.

Sebanyak 300 seniman tampil pada pergelaran seni pertunjukan, dengan melibatkan seniman-seniman lokal dan internasional dari berbagai negara seperti Korea Selatan, Cina, Austria, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Acara yang diselenggarakan setiap 3 tahun tersebut menggandeng 6 perguruan tinggi seni antara lain ISI Solo, ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, ISI Padang Panjang, STSI Bandung dan Institut Kesenian Jakarta serta kelompok seni pertunjukan lainnya.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Kondisi keamanan dan stabilitas ekonomi dan politik nasional yang belum

terjamin 2. Belum ada kepastian dalam menjalankan usaha dikarenakan akses

pembiayaan dan pemasaran 3. Belum optimalnya lembaga yang melindungi usaha kecil dan 4. Masih rendahnya kemampuan untuk bersaing bagi pelaku usaha

mengembangkan usahanya agar lebih maju

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah:

1. Penciptaan iklim investasi ekonomi kreatif yang mendukung peningkatan daya saing Indonesia (baik di sektor barang maupun jasa-jasa) menjadi tantangan yang mendesak ke depan;

2. Menciptakan kebijakan untuk perlindungan aktivitas usaha ekonomi kreatif guna meningkatkan PDB Nasional.

Page 128: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 114

12 Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif, diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukan adanya aksi nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia adalah: Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar; dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokak di dalam negeri.

a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar

Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung melalui fasilitasi pelaku kreatif untuk mengikuti pameran, memfasilitasi penyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan film untuk mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan sarana promosi bagi karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi, maka diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas akses pasar untuk produk dan jasa kreatif di dalam dan di luar negeri.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

1.400

3.288

234,86

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar” mencapai 3.288 orang. Keberhasilan pencapaian realisasi tersebut tidak terlepas dari program-program kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam membantu para pelaku kreatif dalam peningkatan akses pemasaran karya kreatifnya.

Indikator “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar” berupa pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi sejumlah 2.707 orang dengan rincian sebagai berikut: jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan akses pasar musik dan seni pertujukan adalah 2.271 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri adalah 100 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami akses pasar seni rupa adalah 336 orang.

Page 129: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 115

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

3.288

234,86

2.013

168,73

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012, capaian tersebut telah melampaui target yang ditetapkan.

Sama halnya dengan tahun 2012 pada tahun 2013 realisasi capaian indikator yaitu sebesar 3.288 orang tercapai 234,86%. Pencapaian ini tidak terlepas dari adanya upaya antara lain dengan menyelenggarakan kegiatan yang berskala nasional dan internasional di Indonesia untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pemasaran bagi pelaku–pelaku kreatif yang ada.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

LOMBA CIPTA SENI ANAK-ANAK NASIONAL TAHUN 2013

Lomba Cipta Seni Anak-Anak Nasional tahun 2013 ini adalah kegiatan ke-8 kalinya, dari tahun 2006. Tujuan kegiatan ini untuk sebagai sarana bagi pelajar SD dan SMP di Indonesia untuk menampilkan kreativitas berkesenian secara kompetitif dan spontan, serta mendorong pengembangan karakter generasi muda yang seimbang antara logika, etika, dan estetika.

Tema tahun ini adalah “Maju Negeriku dan Indah Budayaku”. Pada tahun ini, kegiatan dilaksanakan tanggal 7 Juli 2013 di Istana Kepresidenan Cipanas, Jawa Barat dengan memperlombakan antara lain: lukis, cipta lagu, cipta puisi dan desain motif batik untuk jenjang pendidikan tingkat SMP, dan lukis, cipta lagu, cipta puisi untuk tingkat SD. Lomba diikuti oleh 231 peserta perwakilan pelajar SD dan SMP dari 33 provinsi di Indonesia, memperebutkan piala dan piagam Presiden serta uang tabungan pembinaan, dari juara I.II, III, Harapan I, II, dan III yang diserahkan langsung oleh Presiden dan Ibu Ani Bambang Yudhoyono dan didampingi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Sekretaris Negara.

55TH INTERNATIONAL ART EXHIBITION OF THE VENICE BIENNALE

International Art Exhibition of the Venice Biennale merupakan even pameran seni rupa kontemporer tertua dan paling bergengsi di dunia. Ajang dua tahunan ini mulai digelar sejak tahun 1895. Paviliun Indonesia untuk pertama kalinya tampil di

Page 130: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 116

Arsenale, salah satu dari dua venue utama perhelatan. Tujuan keikusertaan Indonesia di ajang ini adalah untuk menampilkan seni rupa kontemporer Indonesia di forum international sekaligus mempromosikan pariwisata dan industri kreatif Indonesia di mata dunia. Event ini diselenggarakan pada tanggal 28 s.d. 30 Mei 2013 di Venesia, Italia. Delegasi

Indonesia terdiri dari WakilMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktur Pengembangan Seni Rupa, Direktur Promosi Konvensi, Insentif, dan Event dan Minat Khusus, Tim Kesenian Ikreasindo dan media massa. Keikutsertaan ini adalah untuk mengangkat senirupa kontemporer Indonesia di dunia sekaligus mempromosikan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.

b. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri

Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitu persentase peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalam negeri oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi oleh individu, pemerintah, maupun perusahaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi ini merupakan salah satu dampak dari upaya peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta peningkatan akses pasar.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

10,07

18,06

179,34

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mencapai 18,06%. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif terbilang cukup berhasil ditopang oleh ketahanan ekonomi domestik yang digambarkan oleh peningkatan investasi dan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Dengan realisasi tersebut dapat dikatakan bahwa Kemenparekraf mampu mencapai bahkan melebihi target yang telah ditentukan. Keberhasilan pencapaian indikator tersebut di dukung oleh sektor kerajinan yaitu sebesar 145,3 triliun rupiah.

Pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga Industri Kreatif berbasis Seni dan Budaya menunjukkan kecenderungan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 pertumbuhannya adalah sebesar 9,32 persen, meningkat menjadi 10,12 persen dan 11,24 persen pada tahun 2012 dan 2013. Pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga paling besar terjadi pada kelompok Seni Pertunjukan, yang mencapai 18,91 persen.

Indikator “Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mengukur pertumbuhan konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya

Page 131: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 117

tersebut adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Adapun pertumbuhan konsumsi terhadap produk EKSB tahun 2013 adalah 18,06%. Dengan demikian realisasi telah mencapai target yang telah ditetapkan pada Renstra Kemenparekraf.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

18,06

179,34

7,65

82,61

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya pada tahun 2012 adalah sebesar 7,65%, realisasi capaian indikator tersebut telah mencapai target yang telah ditetapkan. Sedangkan pada tahun tahun 2013 terdapat peningkatan yang cukup besar yaitu 11,24% atau 153,13%. Pencapaian realisasi tersebut sebesar 522,2 triliun rupiah terhadap total konsumsi rumah tangga nasional. Keberhasilan capaian pada tahun 2013 dapat dikatakan berhasil bahkan melampaui target. Adapun Peningkatan tersebut di topang oleh seni pertunjukan yang mencapai 18,91 persen.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

Sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Bagi UMKM Bidang Media, Desain dan IPTEK

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memberikan pengertian dan pengetahuan tentang pentingnya perlindungan HKI (Paten, Hak Cipta, Merek, Desain Industri, Tata Letak Sirkuit Terpadu) bagi karya inovatif kepada para pelaku ekonomi kreatif bidang MDI. Kegiatan Sosialisasi HKI dilaksanakan di 2 (dua) tempat yaitu di Bali pada tanggal 26 s.d. 28 Juni 2013 dan di Bandung pada tanggal 15 s.d. 16 Oktober 2013. Materi tentang HKI disampaikan oleh 3 (tiga) narasumber dari Direktorat Jenderal HKI (Direktorat Paten, Direktorat Hak Cipta dan Direktorat Merek). Kegiatan ini dihadiri oleh para pelaku ekonomi kreatif bidang MDI dari berbagai unsur: dosen dan mahasiswa teknologi dari berbagai perguruan tinggi serta komunitas Teknologi Informasi/IT, software, game, animasi dan lain-lain. Tujuan dari kegiatan ini adalah diharapkan setelah mengikuti acara Sosialisasi HKI, para peserta memiliki wawasan dan pemahaman akan pentingnya perlindungan HKI bagi karya kreatif yang dapat memberikan nilai ekonomi terhadap karya tersebut, sehingga mereka berkeinginan untuk mendaftarkan HKI bagi karyanya.

Page 132: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 118

Fasilitasi Pendaftaran HKI bagi Pelaku Ekonomi Kreatif

Kegiatan Fasilitasi Pendaftaran HKI bagi pelaku ekonomi kreatif merupakan kelanjutan dari Kegiatan Sosialisasi HKI bagi UMKM Bidang Media, Desain dan IPTEK. Kegiatan Fasilitasi Pendaftaran HKI terbagi menjadi Asistensi Mediasi Permohonan HKI dan Asistensi Mediasi Pemeriksaan HKI.

1. Asistensi Mediasi Permohonan HKI

Dalam rangka menindaklanjuti kegiatan Sosialisasi HKI, Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi melaksanakan kegiatan Asistensi Mediasi Permohonan HKI dalam rangka memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif bidang MDI yang ingin mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan sertifikasi HKI. Kegiatan ini dilaksanakan di Denpasar Bali pada tanggal 25 s.d. 27 Agustus 2013 dan Bandung pada tanggal 13 s.d. 15 November 2013. Peserta yang hadir adalah dari unsur dosen dan mahasiswa teknologi dari beberapa Universitas di Bali dan Bandung, komunitas software, game dan animasi yang telah memiliki karya kreatif. Dalam kegiatan ini, para peserta diberikan

bimbingan teknis oleh para narasumber dari Direktorat Jenderal HKI untuk pengisian formulir perdaftaran pengajuan HKI jenis Paten, Hak Cipta atau Merek serta penulisan/diskripsi produk yang akan diajukan untuk pendaftaran jenis Paten. Jumlah permohonan HKI dari kegiatan di Bali ada 11 permohonan (karya), dengan rincian 5 (lima) permohonan jenis Paten dan 6 (enam) permohonan jenis Hak Cipta. Sedangkan jumlah permohonan HKI di Bandung sebanyak 28 permohonan (karya), dengan rincian Paten sebanyak 2 (dua) permohonan, Hak Cipta sebanyak 9 (sembilan) permohonan dan Merek sebanyak 17 permohonan (karya).

2. Asistensi Mediasi Pemeriksaan HKI

Kegiatan Asistensi Mediasi Pemeriksaan HKI merupakan kelanjutan dari kegiatan Asistensi Mediasi Permohonan HKI. Kegiatan ini dilaksanakan di Bali pada tanggal 17 s.d. 19 September 2013 dan di Bandung akan dilaksanakan pada tanggal 3 s.d. 5 Desember 2013. Dalam kegiatan ini, peserta yang hadir adalah peserta yang telah telah mengajukan permohonan HKI pada saat kegiatan Asistensi

Mediasi Permohonan HKI sebelumnya. Peserta dibagi dalam kelompok sesuai dengan jenis HKI yang diajukan dan masing-masing peserta langsung berdiskusi dengan para narasumber yang melakukan pemeriksaan terhadap formulir yang

Page 133: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 119

telah diisi dan dokumen-dokumen persyaratan. Khusus jenis Paten, narasumber memeriksa deskripsi/drafting. Apabila berkas dokumen dinyatakan lengkap, pemohon dapat langsung membayar pendaftaran HKI melalui BRI. Setelah itu Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi akan menyampaikan berkas dok umen para pemohon HKI tersebut kepada Direktorat Jenderal HKI (Ditjen HKI) dengan surat pengantar dari Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK (Ditjen EKMDI) kepada Direktur Jenderal HKI (Ditjen HKI) untuk ditindaklanjuti segera. Dalam kegiatan Asistensi Pemeriksaan HKI di Bali dan Bandung, terdapat 7 karya didaftarkan Paten, 15 karya didaftarkan Hak Cipta dan 17 karya didaftarkan Merek. Dengan demikian total permohonan pendaftaran HKI yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal EKMDI cq. Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi pada tahun 2013 berjumlah 39 permohonan. Tugas Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi hanya sampai pada penyampaian berkas permohonan kepada Ditjen HKI, dan selanjutnya pihak Ditjen HKI akan berhubungan langsung dengan pihak pemohon hingga mendapatkan sertifikasi HKI.

13 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempat modal ini merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, oleh karena itu semakin banyak ruang publik yang dapat diciptakan dan diaktivasi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih banyak pelaku kreatif yang akan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas.

Di tahun 2013 ini sasaran “Terciptanya ruang publik bagi masyarakat”, dapat ditinjau dari jumlah pengembangan ruang kreatif. Pengembangan ruang kreatif dilakukan melalui aktivasi taman budaya.

Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas.

Page 134: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 120

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

10 13 130

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia” mencapai 13 zona.

Indikator “Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia” berupa Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

13 130 4 133,33

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut yaitu melalui pengembangan Taman Budaya. Taman Budaya dipilih untuk dapat dikembangkan sebagai center of excellences atau pusat dan ruang kreatif seni dan budaya untuk destinasi pariwisata. Nama kegiatan tersebut adalah “Aktivasi Taman Budaya.” Melalui dukungan dekonsentrasi. Tujuan aktivasi Taman Budaya ini adalah untuk penguatan institusi Taman Budaya melalui kegiatan proses dan produk seni dan budaya. Kegiatan proses meliputi workshop, pelatihan, pendidikan. Produk adalah hasil akhir yang dapat dipertunjukan dan dinikmati oleh publik. Kegiatan proses dan produk ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM pengelola Taman Budaya.

Peningkatan karya-karya yang diproduksi oleh taman budaya memiliki kualitas tinggi dan daya saing, serta mendapatkan apresisasi dari masyarakat luas, baik dalam dan luar negeri adapun faktor ekonomi yang didapatkan dari kegiatan tersebut yaitu sebagai bentuk penghargaan atau apresiasi terhadap kualitas. Adapun ruang lingkup yang kegiatan aktivasi Taman Budaya meliputi pergelaran, pelatihan, pameran, pemutaran film, fashion show, dan saresehan.

Page 135: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 121

14 Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makasar, yang terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja, dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan lapangan kerja sektor pariwisata.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.443 1.437 99,6

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja pada tahun 2013 mencapai 1.437 orang dari 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata yang terdiri dari STP Bandung 598 orang, STP Bali 490 orang, Akpar Medan 256 orang, dan Akpar Makassar 93 orang. Seluruh STP dan Akpar telah membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang akan menerbitkan dan memberikan kepada seluruh lulusan dan menjadikan para mahasiswa yang lulus, dinyatakan telah mampu bersaing di pasar nasional maupun global.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

Page 136: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 122

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.437 99,6 1.216 87,9

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja, sasaran “jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja” mencapai 1437 orang atau 99,6%. Dengan demikian jumlah lulusan tahun 2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Wisuda

Pada tahun 2013 jumlah lulusan ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah meluluskan sebanyak 1.437 dari target 1.443 orang terdiri dari STP Bandung 598 orang, STP Bali 490 orang, Akpar Medan 256 orang, dan Akpar Makassar 93 orang. Hal ini sejalan dengan kebijakan zero

unemployment yang telah dicanangkan bahwa selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun seluruh lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan tinggi kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah mendapatkan pekerjaan.

2. Job Fair

Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke 4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata senantiasa melakukan upaya yang dapat menyalurkan para lulusannya untuk dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun internasional. Upaya tersebut antara lain kegiatan bursa kerja atau Job Fair yang melibatkan perusahaan peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo. Yang diterima dilapangan kerja melalui kegiatan Job Fair adalah 2563 orang, terdiri dari UPT Pendidikan Tinggi di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya.

3. APEC (Asia Pacific Economy Cooperation) 2013

Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali dibawah kordinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Luar Negeri mendapat tugas penting dalam APEC (Asia Pacific Economy Cooperation) 2013, yaitu sebagai penyedia tenaga Help Desk. Mahasiswa yang dikerahkan sebagai tenaga Help Desk

Page 137: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 123

APEC adalah 350 orang, Help Desk ABAC (APEC Business Advisory Council) sebanyak 65 orang, serta 85 orang waiter/waitress yang melayani Presiden serta kepala ekonomi dari beberapa Negara dalam Gala Dinner APEC. Sebelum pelaksanaan APEC, semua mahasiswa mendapat pelatihan yang intensif dari Kemenlu selama 1 bulan yang terbagi menjadi beberapa kloter. Dari kegiatan ini mahasiswa mendapat kesempatan serta pengalaman berharga untuk melayani tamu-tamu penting dari semua Negara ekonomi serta berperan penting dalam menyukseskan ketuan-rumahan Indonesia, khususnya Bali, dalam APEC tahun 2013.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp.251.336.470.000 hanya digunakan sebesar Rp.211.709.282.254 atau hanya sebesar 84.2%.

15 Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode 2012–2014 adalah Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dan Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi.

a. Jumlah standar kompetensi sektor pariwista dan ekonomi kreatif

Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapat melakukan sertifikasi, maka diperlukan standar kompetensi kerja yang akan dijadikan referensi. Identifikasi unit kompetensi dan penyusunan standar kompetensi akan berpengaruh terhadap kualitas sertifikasi yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penyusunan standar kompetensi membutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku di bidangnya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara konsisten akan mengembangkan SKKNI dengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin banyak profesi yang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalisme tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Page 138: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 124

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

7 7 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif” mencapai 7naskah SKKNI atau 100%.

Realisasi 7 naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah:

SKKNI Bidang Pariwisata:

1. Penyusunan SKKNI Barista

Merupakan rumusan kemampuan kerja atau keahlian seorang peracik kopi dengan menggunakan peralatan mesin kopi maupun secara manual.

2. Penyusunan SKKNI Pemandu Keselamatan Wisata Tirta

Rumusan kemapuan kerja atau keahlian seseorang dalam tindak penyelelamatan terhadap korban di air. (laut, sungai, danau dan kolam).

3. Penyusunan SKKNI Pemandu Karaoke

Rumusan Kemampuan kerja atau keahlian seseorang dalam mendampingi tamu pada saat melakukan aktivitas berkaraoke.

4. Penyusunan SKKNI Pengemudi Angkutan Wisata

Rumusan kemampuan kerja atau keahlian seorang pengemudi dalam memberikan layanan kepada penumpang yang melakukan perjalanan wisata. SKKNI Bidang Ekonomi Kreatif.

5. Penyusunan SKKNI Disk Jockey

Rumusan Kemampuan atau keahlian dalam memainkan atau mengolah lagu.

6. Penyusunan SKKNI Desainer

Rumusan kemampuan atau keahlian dalam mendesain atau merancang suatu busana yang memenuhi standard estetika.

7. Penyusunan SKKNI Artistik Film

Rumusan kemampuan atau keahlian dalam merancang desain sesuai skenario dan konsep sutradara.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

Page 139: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 125

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

7 100 5

100

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 namun demikian target tahun 2012 tercapai.

b. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi

Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi, yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang difasilitasi untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukan untuk menciptakan kompetensi yang unggul dan meningkatkan daya saing SDM di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di dalam dan luar negeri, sehingga dapat lebih bersaing dan profesional di bidangnya.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

9.000 11.500 127,8

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi” mencapai 11.500 orang. Karena keterlibatan industri pariwisata/stakeholder dalam pelaksanaan sertifikasi, sehingga dapat menambah capaian realisasi.

Indikator “jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi” meliputi bidang Hotel dan Restoran, bidang SPA, Bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW) Bidang Kepemanduan Wisata, Bidang Jasa Boga, Bidang MICE, Bidang Kepemanduan Ekowisata, Bidang Kepemanduan Wisata Arung Jeram, Bidang Kepemanduan Wisata Selam dan Bidang Kepemanduan Museum. Sedangkan untuk bidang Ekonomi Kreatif belum dilakukan sertifikasi, karena belum ditargetkan dalam renstra.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

Page 140: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 126

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

11.500 127,8 21.500 143,3

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 secara umum menurun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012, namun demikian di tahun 2013 capaian realisasi melebihi dari target yang telah ditentukan atau mencapai 127.8%.

Kegiatan-kegiatan Sertifikasi bidang pariwisata yang dilaksanakan selama tahun 2013 antara lain:

Bidang Hotel Dan Restoran

Sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang hotel dan restoran pada tahun 2103 bertujuan untuk meningkatkan daya saing pelayanan bidang pariwisata khususnya bidang hotel dan restoran. Sertifikasi dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia utnuk 4.870 orang.

Bidang SPA

Sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang Spa pada tahun 2013 dilaksanakan di 17 propinsi yang melibatkan 5 LSP Bidang Pariwisata yang mempunyai lisensi bidang Spa untuk 1.850 orang.

Bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW)

Pada tahun 2013 sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW) dilaksanakan oleh 5 LSP Bidang Pariwisata yang mempunyai lisensi bidang Biro Perjalanan Wisata untuk 820 orang tenaga kerja bidang BPW di 11 propinsi di Indonesia.

Page 141: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 127

Bidang Kepemanduan Wisata

Sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang kepemanduan wisata dilaksanakan untuk 1.220 orang tenaga kerja dan dilaksanakan di 16 propinsi di Indonesia.

Bidang Jasa Boga

Bidang Jasa Boga pada tahun 2013 mendapat alokasi 640 orang untuk disertifikasi dan dilaksanakan di 10 propinsi dan dilaksanakan oleh 2 LSP Bidang Pariwisata yang mempunyai lisensi untuk mensertifikasi bidang Jasa Boga.

Bidang MICE

Pada tahun 2013 bidang MICE mendapat alokasi sebanyak 720 orang tenaga kerja untuk disertifikasi yang dilaksanakan di 17 propinsi di Indonesia.

Bidang Kepemanduan Ekowisata

Sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang Kepemanduan Ekowisata tahun 2013 dilaksanakan untuk 420 orang tenaga kerja dan dilaksanakan di 10 propinsi.

Bidang Kepemanduan Wisata Arung Jeram

Pelaksanaan kegiatan sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang pariwisata tahun 2013 untuk bidang Kepemanduan Wisata Arung Jeram dilaksanakan untuk 200 orang tenaga kerja dengan bekerja sama dengan 2 LSP Bidang Pariwisata yang memiliki lisensi untuk menguji bidang Kepemanduan Wisata Arung Jeram.

Page 142: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 128

Bidang Kepemanduan Wisata Selam

Pada tahun 2013 kegiatan sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang Kepemanduan Wisata Selam dilaksanakan untuk 450 orang tenaga kerja di 8 propinsi di Indonesia dan bekerja sama dengan 1 LSP Bidang Pariwisata yang memiliki lisensi untuk melakukan sertifikasi bidang Kepemanduan Wisata Selam.

Bidang Kepemanduan Museum

Sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang Kepemanduan Museum dilaksanakan di 6 propinsi di Indonesia dengan bekerjasama dengan 1 LSP Bidang Pariwisata yang memiliki lisensi untuk melakukan sertifikasi bidang Kepemanduan Museum. Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Bidang Kepemanduan Museum dilaksanakan untuk 350 orang tenaga kerja

bidang Kepemanduan Museum.

Mengingat pentingnya sertifikasi, maka pada tahun 2014 Kementerian Parekraf akan menargetkan kembali pelaksanaan sertifikasi kompetensi sebanyak 5.500 orang tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif di seluruh Indonesia.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Adanya keterlambatan waktu tim perumus SKKNI dari stekholder yang

menyebabkan jadwal pelaksanaan kegiatan berubah. 2. Seringnya terjadi keterlambatan Penetapan RSKKNI menjadi SKKNI pada

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Perlu kesepakatan dari awal penetapan waktu dalam pelaksanaan kegiatan

sehingga waktu yang telah ditentukan sebelumnya tidak mengalami perubahan. 2. Agar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigari mempedomani Kepmen

Nakertrans No. 5 Th. 2012 tentang tata cara penetapan SKKNI.

Page 143: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 129

16 Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitian dan kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata ekonomi kreatif.

a. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor pariwisata. Ruang lingkup industri pariwisata yang dikelola oleh Kemenparekraf sangatlah luas, sehingga fokus kajian yang dilakukan akan ditentukan berdasarkan permasalahan yang mendesak dan penting untuk segera diselesaikan. Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat sehingga semakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisis untuk dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

12 11 92,7

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran pada tahun 2013 mencapai 11 penelitian (92,7%).

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja

Utama (IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

11 92,7 9 90

Page 144: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 130

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 secara umum mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Penelitian

Beberapa judul penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Jakpar antara lain:

“Kajian Kunjungan Wisman”, merupakan upaya untuk mencermati statistik kunjungan wisman. Hasil kajian akan sangat membantu memahami dinamika kunjungan wisman ke Indonesia sehingga dapat diperoleh respon yang lebih cepat apabila ditemui situasi anomali. Kajian ini dilakukan setiap tiga bulan dalam satu tahun.

“Kajian Penyusunan Glosarium”, dimaksudkan untuk menyusun sebuah buku (kamus) yang berisi daftar istilah atau terminologi pariwisata yang akan memberikan penjelasan secara resmi tepat dan benar tentang istilah-istilah kepariwisataan. Dengan demikian diharapkan seluruh stakeholders pariwisata akan terbantu untuk memahami dan mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia kepariwisataan, sehingga tidak menimbulkan perbedaan pengertian atas terminologi yang sama dalam pemakaian istilah.

“Penelitian Eksplorasi Pasar Wisatawan China” dimaksudkan untuk mengidentifikasi/menemukenali kecenderungan terkini perilaku wisatawan yang berasal dari negara China. Informasi ini sangat penting artinya mengingat masih banyaknya potensi pasar China yang belum sepenuhnya tergarap.

2. Pengembangan

JKI, adalah terbitan ilmiah berkala yang terakreditasi LIPI No. 487/AU2/P2MI-LIPI.08/2012. Sampai saat ini telah terbit Vol. 8, No. 3 September 2013. Sumber naskah adalah dari peneliti di lingkungan Puslitbang Jakpar dan dari institusi lain di luar Puslitbang Kebijakan Kepariwisataan.

Buletin “Terawang”, merupakan media publikasi tulisan, foto dan lain-lain yang terkait dengan penelitian kepariwisataan. Terbit 2 kali setahun secara tematis di setiap penerbitannya.

Pada tanggal 16 Oktober 2013 telah berlangsung kegiatan penerbitan/ peluncuran dua buku, yaitu masing berjudul:

a. “Ekonomi Hijau dalam Pariwisata (Sebuah Teladan dari Desa Pemuteran, Bali)”, karya Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc., I Ketut Suryadiarta, MA dan I Made Sarjana, M.Sc.

b. “Wajah Pariwisata Indonesia, Refleksi Kritis Seorang Peneliti”, karya Isdaryono, seorang peneliti utama Puslitbang Kebijakan Kepariwisataan.

Page 145: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 131

Di tengah minimnya buku tentang pariwisata, kegiatan ini seolah menjadi “penawar dahaga” bagi kalangan pariwisata. Hal ini terlihat dari peluncuran kedua buku tersebut dilakukan di Makassar dengan mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan seperti perguruan tinggi, praktisi, pemerhati dan memperoleh pemberitaan oleh beberapa media lokal.

3. Kerjasama Litbang Kepariwisataan

Dalam konteks kerjasama (antar lembaga), telah dapat dilaksanakan kegiatan Seminar dengan skala nasional pada tgl. 24 September 2013 dengan tema “Membangun Pariwisata, Melestarikan Air”. Seminar yang pelaksanaannya didukung oleh ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) ini menghadirkan pembicara dari kalangan pakar pariwisata, peneliti, akademisi serta praktisi. Seminar ini mendapat sambutan sangat positif, dibuktikan dengan jumlah peserta mendekati 400 orang dari 200 orang yang direncanakan datang dari beberapa daerah di Indonesia.

Di bidang Kerjasama Kelitbangan antara lain telah dilakukan kerjasama berdasarkan MoU yang dibuat antara lain dengan: Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila. Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat kelembagaan litbang kepariwisataan terutama dari sisi SDM peneliti serta pengembangan jejaring kerja. Kegiatan yang dikembangkan antara lain pelaksanaan Write Shop yang diikuti oleh para peneliti dari berbagai lembaga yang mempunyai concern yang sama, yaitu pariwisata.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah: 1. Kebijakan penghematan anggaran 2. Realokasi anggaran, yang berdampak pada perubahan struktur anggaran 3. Terjadinya revisi sampai 3 (tiga) kali sebagai akibat perubahan kebijakan dari

Kemenkeu.

Page 146: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 132

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah Rekonsiliasi akhir tahun, anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp.7.269.917.000 hanya digunakan sebesar Rp.5.085.410.997 atau hanya sebesar 69.9%

b. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Sama halnya dengan sektor pariwisata, maka sektor ekonomi kreatif pun memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi untuk melakukan kajian kebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk melakukan kajian kebijakan terkait dengan pariwisata.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Target Realisasi Capaian

(%)

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

8 8 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif” mencapai 8 kajian atau 100%.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja

Utama (IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

8 100 5 50

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 secara umum mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Page 147: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 133

Suasana FGD Penelitian Periklanan Surabaya-Jatim

Peneliti Puslitbangjak Ekraf (Dini Andriani dan

Tatang R) melakukan wawancara penelitian

kerajinan di Yogyakarta

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Penelitian Periklanan Sebagai Subsektor Ekonomi Kreatif

Penelitian Periklanan Sebagai Subsektor Ekonomi Kreatif bertujuan untuk mengetahui potensi dan permasalahan yang terdapat pada subsektor periklanan di Indonesia. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2013 mengambil lokus di 3 (tiga) daerah yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Kesimpulan hasil penelitian, bisnis periklanan di 3 (tiga) lokasi penelitian mempunyai potensi untuk

menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), terutama usaha periklanan pada

media luar ruang Koordinasi intensif antara pemerintah daerah dengan pelaku usaha perlu terus dilakukan untuk menciptakan iklim periklanan yang kondusif dengan tetap memperhatikan tata kelola lingkungan yang baik.

2. Penelitian Kerajinan Sebagai Subsektor Ekonomi Kreatif

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni tahun 2013 mengambil lokus di empat lokasi yaitu di Prov. NTB, Prov. DIY, Prov. Bali dan Prov. Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana potensi pengembangan kerajinan dan mengidentifikasi apa permasalahan yang dihadapi untuk meningkatkan nilai ekonomi agar mendukung pengembangan ekonomi kreatif khususnya di subsektor kerajinan. Pengembangan ekonomi kreatif dari subsektor kerajinan mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi secara nasional. Produk kerajinan sebagian besar merupakan produk budaya dari berbagai etnik (suku bangsa) yang ada di Nusantara. Kerajinan sebagai produk budaya mempunyai pelaku pengrajin yang turun temurun sehingga lebih mudah dalam regenerasi. Produk kerajinan yang berkembang, sebagian besar memanfaatkan sumber bahan baku lokal yang di dapat di sekitar mereka. Berkembangnya industri kerajinan selain didukung oleh sumber daya manusia dengan kreativitas dan inovasi yang bersumber pada kearifan lokal, tentunya juga harus didukung oleh teknologi, permodalan, industri, dan institusi (lima pilar). Produk kerajinan yang berkembang di beberapa daerah mempunyai peluang yang besar dalam pasar baik domestik maupun asing. Perkembangan industri pariwisata mempunyai dampak yang signifikan dalam pemasaran produk-produk kerajinan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam mengembangkan kerajinan Nusantara di beberapa daerah adalah akses pembiayaan dan pasar. Strategi yang digunakan untuk mengembangkan kerajinan Nusantara adalah meningkatkan kerjasama dan peran stakeholder

Page 148: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 134

Peneliti Puslitbangjak Ekraf (Ni Komang Astiti dan Dariusman) melakukan wawancara penelitian SKR di Pacitan Yogyakarta

Para juara Lomba KTI berfoto bersama

Kabadan PSD Parekraf

merumuskan kebijakan atau regulasi terkait kerajinan, memberdayakan potensi yang ada baik sumber daya manusia, sumber bahan lokal, institusi, lembaga pembiayaan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kerajinan serta memanfaatkan teknologi Informasi dan event-event nasional dan internasional sebagai ajang untuk mempromosikan produk kerajinan nusantara.

3. Pemetaaan Sentra Kreatif Rakyat

Pemetaan sentra kreatif rakyat dimaksudkan untuk memetakan produk kreatif rakyat unggulan di daerah yang mencakup aspek produk kreatif, sosial budaya, kelembagaan, kewirausahaan, pemasaran dan aspek kewilayahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 dengan Lokasi penelitian: Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Kabupaten Manggarai Barat (NTT). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa di dua lokasi ini mempunyai produk kreatif yang mempunyai potensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Produk kreatif

unggulan di daerah ini berkembang karena di dukung oleh sumber daya manusia yang sebagian besar mempunyai ketrampilan turun temurun, sumber bahan baku lokal, kelembagaan baik formal (pemerintah) maupun informal (paguyuban dan koperasi), mempunyai destinasi wisata dan event-event (lokal, nasional dan internasional) sebagai lokasi promosi dan pemasaran, serta mempunyai lingkungan dan sosial budaya masyarakat (kearifan lokal) sebagai sumber inspirasi dalam desain produk. Meningkatkan kerjasama dan peran stakeholder sangat diperlukan dalammerumuskan kebijakan atau regulasi terkait sentra kreatif rakyat agar produk-produk unggulan yang dimiliki daerah-daerah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara signifikan.

4. Lomba Karya Tulis Ekonomi Kreatif Tingkat Nasional Untuk Mahasiswa Tahun 2013

Pelaksanaan Lomba Karya Tulis Ekonomi Kreatif Tingkat Nasional Untuk Mahasiswa mengusung tema: “Kreativitas Untuk memperkuat Jati Diri Bangsa, Pengembangan Kreativitas Konten Berbasis Seni dan Budaya Indonesia dalam Industri Penyiaran”, bertujuan untuk membangkitkan minat generasi muda khususnya kalangan mahasiswa agar aktif menulis terutama untuk tema yang berkaitan dengan ekonomi

kreatif, serta merupakan sarana dan ajang dalam mengembangkan kreativitas dengan

Page 149: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 135

merumuskan berbagai konsep pengembangan konten penyiaran yang lebih berkarakter Indonesia. Sebagai Dewan Juri dalam lomba ini adalah: Prof. Rusdi Muchtar (Peneliti Utama LIPI), Dr. Henny Saptatia (Pakar sosiologi mass media dan dosen pascasarjana UI), Wahyu Aditya (CEO hellomotion Academy), serta pejabat dari Ditjen EKSB dan Ditjen EKMDI. Lomba yang diselenggarakan selama bulan Mei s.d September 2013 menghasilkan Andin Rahmana Putra dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta sebagai juara I dengan judul Karya Tulis: IndoNETsia, ” Program Penyiaran Video dengan Konten Seni Budaya Indonesia Berbasis Citizen Journalism”.

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah Penerbitan jurnal hanya dapat diterbitkan 3 dari 6 yang direncanakan. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah SDM pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif. Penyusunan policynote hanya dapat dilaksanakan 8 dari 26 yang ditargetkan. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah SDM pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah mengusulkan penambahan pegawai, khususnya peneliti dengan jumlah dan bidang kepakaran menyesuaikan dengan sub sektor ekonomi kreatif.

17 Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

Di tahun 2013 ini sasaran “Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif”,dapat ditinjau dari jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan agar para pelaku dapat menghasilkan karya atau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing.

Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi.

Page 150: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 136

Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi, dan Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring.

a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi

Proses kreasi dan produksi di industri kreatif merupakan proses penciptaan nilai tambah yang berbeda. Dalam proses kreasi, ide merupakan modal utama dalam menciptakan karya kreatif, sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana menjadikan ide menjadi sebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk menciptakan nilai ekonomi.Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan produksi kreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi, seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karya kreatif, fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif atau kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan untuk berkreasi dan berproduksi.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

4.130

9.219

223,22

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi” mencapai 9.219 orang.

Realisasi untuk sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya (EKSB) mencapai 7.926 orang atau 261,58%, realisasi pencapaian tersebut melampaui target yang telah ditentukan sebesar 3.030 orang. Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produk karya kreatif mencapai hasil target yang telah ditetapkan, hal ini tidak terlepas dari program-program terobosan yang dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk meningkatkan jumlah kreasi dan produksi kreatif. Sedangkan pada tahun 2012 realisasi hanya mencapai 2.234 orang atau 76,14%, hal ini dikarenakan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya masih melakukan beberapa penyesuaian program dan kegiatan serta penganggaran. Sehingga kegiatan yang ada belum maksimal dilaksanakan, oleh karena target belum direalisasikan dengan baik.

Indikator “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi” sejumlah 7.926 orang, berupa Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif subsektor seni pertunjukan dan industri musik sejumlah 3.763 orang; Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif film yang berkualitas sejumlah 250 orang; Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif

Page 151: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 137

subsektor seni rupa sejumlah 3.898 orang; Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi sejumlah 15 orang.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja

Utama (IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

9.219

223,22

2.703

68,99

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

GITA BAHANA NUSANTARA TAHUN 2013

Kegiatan Paduan Suara dan Orkestra Gita Bahana Nusantara (GBN) telah menjadi agenda penting tahunan yang diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya pembangunan karakter bangsa melalui pengembangan seni musik dan seni suara, serta pembinaan generasi muda. Gita Bahana Nusantara tahun 2013 ini didukung oleh 64 orang pemain orkestra, 133 paserta paduan suara, dan satu orang solis.

Peserta GBN ini berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Dalam kesempatan ini Gita Bahana Nusantara juga akan menampilkan seorang penyanyi solis bernama Nadia. Seorang bocah yang masih duduk di tingkat Sekolah Dasar bernama Nadia ini berasal dari Provinsi Bali. Mereka ini datang ke Jakarta untuk mewakili daerahnya masingmasing yang tentunya telah melalui audisi yang cukup ketat.

Sejak tanggal 1 Agustus mereka sudah dikarantina di Taman Wiladatika, Cibubur. Orkestra ini akan mempersembahkan sejumlah lagu, yaitu: Indonesia Raya, Hari Merdeka, Satu Nusa, Syukur, dan medley lagu daerah Nusantara serta tak ketinggalan sebuah lagu karya Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang berjudul “Bangga Jadi Anak Indonesia”.

Adapun konser perdana Gita Bahana Nusantara akan dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus2013 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Konser kedua tanggal 16 Agustus 2013 di Gedung MPR/DPR dalam rangka rapat paripurna dan tanggal 17 Agustus 2013 merupakan puncak acara konser Gita Bahana Nusantara. Mereka akan tampil pada upacara peringatan kemerdekaan Indonesia di depan Istana Negara.

Page 152: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 138

PEKAN KREASI DALANG MUDA INDONESIA

Pekan Kreasi Dalang Muda Indonesia diselenggaran selama dua hari, 22 – 23 November 2013 di Ciamis, Jawa Barat. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh ASDA II Pemerintah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Drs. H. Sukiman. Dalam sambutannya menyampaikan rasa terimakasih kepada Penyelenggara sebab selain kegiatan ini bisa memajukan seni daerah juga diharapkan masyarakat khususnya warga Ciamis bisa lebih mencintai seni budaya bahkan menjadi penggugah dan kekuatan untuk pengenalan seni tradisi.

Hal ini merupakan pengembangan pariwisata Ciamis, meski Pangandaran berpisah dari Ciamis tapi bersyukur di Ciamis masih banyak potensi kepariwisataan terutama untuk seni budaya. Sementara itu, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membangun karakter dan jati diri serta watak bangsa.Pewarisan dan pengenalan seni tradisi kepada generasi muda perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam rangka membangun karakter dan jati diri serta watak bangsa.

Pekan Kreasi dalang muda tahun 2013 ini menampilkan delapan dalang dari berbagai daerah antara lain Ciamis, Bandung, Bogor, Cirebon, Surakarta, Betawi (DKI Jakarta), Palembang dan juga dalang cilik dari Jakarta. Dalang muda yang tampil berkisar antara umur 15 sampai 35 tahun.

PAWAI BUDAYA NUSANTARA

Pawai Budaya Nusantara 2013 adalah sebuah kreativitas kesenian bertema “Budaya Pemersatu Bangsa”. Garapan Pawai Budaya Nusantara merupakan representasi kekayaan budaya lokal ditingkat nasional secara kreatif, yang digarap dan dikemas oleh kreatifitas seniman, dengan melihat persoalan pembauran, perkembangan serta pandangan ke depan yang tumbuh di masyarakat.

Melalui pawai budaya akan tercermin tumbuh dan berkembangnya budaya suatu masyarakat dan bagaimana masyarakat memelihara tradisi dan menerobos jauh ke depan dengan menafsirkan bentuk budaya baru. Pawai budaya mencoba menggali seperti apa bentuk yang masih ada (bertahan), tumbuh dan berkembang, lalu bentuk budaya baru yang akan muncul. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2013 di Jakarta dan diikuti 4.000 seniman dari 33 provinsi seluruh Indonesia.

LOMBA CIPTA DAN FESTIVAL LAGU ANAK

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia memandang penting mengenai pengembangan lagu-lagu anak, terutama karena dalam dua dekade terakhir terjadi kelesuan, baik dari sisi produksi maupun dari sisi materi lagu anak itu sendiri. Berbagai inisiatif dan langkah revitalisasi telahdilakukan untuk menumbuhkan lagu anak Indonesia. “Indonesia Berdendang” adalah program yang dicanangkan pada ajangPekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) tahun 2012 lalu oleh Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono dengan rancangan kerja berupa Festival Lagu Lintas Genre dan Festival Lagu Anak (FESLA).

Page 153: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 139

Sebagai implementasi dari program tersebut, pada tahun 2013 ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia melalui Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik menggelar rangkaian kegiatan berupa Lomba Cipta dan Festival Lagu Anak.

Lomba Cipta Lagu Anak ini, dirancang sekaligus untuk kegiatan di tahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2013 ini tema yang diusung adalah “Irama Hatiku” dan telah dilaksanakan mulai dari 1 – 31 Oktober 2013. Kegiatan ini diharapkan bisa mendorong pencipta lagu dan masyarakat se-Indonesia untuk dapat menyalurkan kreativitasnya dalam mencipta lagu anak-anak.

Kegiatan lomba ini telah menarik ratusan masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi mencipta lagu anak. Sebanyak 184 orang pencipta lagu mengikuti lomba ini dengan jumlah lagu yang dilombakan sebanyak 304. Untuk mendapatkan lagu – lagu anak terbaik dan berkualitas telah dibentuk tim penilai yang terdiri dari Purwacaraka (komposer), Bens Leo (Pemerhati Musik), Dina Mariana (Mantan Penyanyi Cilik), Dharma Oeratmangun (Karya Cipta Indonesia), Pon Banoe (Pendidik Seni), Leli Kurniawati (Universitas Pendidikan Indonesia), dan Julius Liembeng (Kemenparekraf).

Pada 11 – 12 November 2013 tim penilai Lomba Cipta Lagu Anak telah memilih 10 peserta sebagai Pencipta Lagu Anak Terbaik yakni Steve Handoyo - Lagu Buka Lembaran Hari (Semarang); Raharlian Chandra - Sahabat Pena (Jakarta Selatan); Dwiyanti Fibriani - Yuk Cari Tahu (Subang); Rusli Ridwan – Chiko (Bogor); Tovik - Hutan (Cilacap); Nursanti Riand ini - Mari Berolahraga (Bogor); Kirno - Ayo Sekolah (Surabaya); Aldi Nada Permana Tebak Cita-cita (Jakarta Selatan); Aditya Raharja - Jagalah Lingkungan Kita (DIY Yogyakarta); Fajar Ahadi - Sambut Pagi (Yogyakarya).

Kesepuluh pemenang mendapatkan hadiah berupa Piala Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, Sertifikat dan uang tunai masing-masing senilai Rp20 juta. Selainitu, 10 pencipta lagu terbaik ini berkesempatan untuk bekerjasama dengan salah satu label rekaman yaitu KECI Musik. Kerjasama ini menjadi salah satu langkah untuk menjembatani antara pencipta lagu dan industri rekaman, sehingga diharapkan kedepannya pencipta lagu anak mendapatkan nilai tambah dan 10 lagu pemenang lomba ini dapat menjadi lagu favorit yang didendangkan oleh anak- anak Indonesia.

Kegiatan FESLA 2013 menjadi bagian dari PPKI 2013 yang berlangsung sejak 27 November hingga 1 Desember 2013 di Epicentrum Walk, Jakarta, dengan tema yang diusung adalah “Anak-anak Berdendang”. Acara ini diselenggarakan menghadirkan beberapa mantan penyanyi cilik Indonesia sebagai kilas balik lagu-lagu hits anak Indonesia di era 80 – 90-an. Dengan menampilkan sekitar 200 anak anak berbakat dibidang tarik suara dan musik, FESLA 2013 telah menjadi sarana untuk menyalurkan bakat anak-anak Indonesia dan memotivasi anak- anak Indonesia untuk terus berkarya dan berdendang.

FESTIVAL NASIONAL SENI PERTUNJUKAN

Festival Nasional Seni Pertunjukan merupakan kegiatan yang diselenggaran setiap tahun dan diikuti oleh berbagai seniman dari seluruh Indonesia. Untuk tahun ini kegiatan ini diikuti oleh 17 daerah yang menampilkan seni pertunjukan

Page 154: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 140

yang unik. 17 daerah yang tampil dalam acara ini merupakan hasil seleksi di tingkat provinsi. Para peserta yang diprioritaskan ikut acara ini adalah pelajar dan mahasiswa. Sedangkan materi seni pertunjukan yang dipentaskan harus asli bersumber dari daerah itu sendiri, namun memiliki sejumlah kearifan lokal.

Festival Nasional Seni Pertunjukan tahun ini diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta pada tanggal 18 – 19 November 2013. Festival ini dibuka oleh Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Dalamsambutan pembukaan Dirjen mengatakan bahwa dari penyelenggaraan kegiatan ini akan bermunculan seniman-seniman berintegritas dan karya-karya seni pertunjukan baru yang tidak saja layak ditampilkan di mancanegara, tetapi juga mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Selain itu melalui festival ini pemerintah mendorong para seniman untuk terus kreatif bagaimana mengolah dan memberdayakan potensi musik tradisi, teater serta tarian khas daerah menjadi bentuk seni pertunjukan yang bisa dibanggakan ke forum nasional.

Adapun pemenang dalam festival ini adalah sebagai berikut: Untuk kategori sutradara terbaik, 5 pemenangnya adalah: provinsi Aceh,

Bali, DIY, Kalsel dan Riau Untuk kategori penata tari, 5 pemenangnya adalah: provbinsi Bali, Bangka

Belitung (Kabupaten Bangka), DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Barat Untuk kategori penata musik, 5 pemenangnya adalah: Bali, DIY, DKI Jakarta,

Riau (Kabupaten Indragiri Hilir) dan Sumbar Untuk kategori penata artistik, 5 pemenangnya adalah: Bali, Nusa

Tenggara Timur, Riau, Sumbar dan Sulteng Untuk kategori pemain terbaik, 5 pemenangnya adalah Aceh (untuk tokoh

Amat), Bali (untuk vokal putri), Jambi (untuk penari pria), Kalsel (untuk tokoh Amban Pangina) dan Nusa Tenggara Timur (untuk tokoh Peni Masan Dai)

b. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring

Untuk dapat terus meningkatkan kreativitasnya, pelaku kreatif ini membutuhkan sesuatu untuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatif antara lain melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, atau kegiatan lainnya yang dapat mempertemukan pelaku kreatif untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

2.885

4.989

172,93

Page 155: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 141

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring” mencapai 4.989 orang.

Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi.

Target jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring sebanyak 2.380 orang sedangkan realisasinya hanya sebesar 2.280 orang. Tidak tercapainya target tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang menunjang indikator tersebut. Namun demikian secara umum pencapaian indikator tersebut cukup berhasil, karena kegiatan yang menunjang banyak yang sukses dilaksanakan. Dengan demikan kinerja Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya cukup baik dalam mewujudkan pencapaian indikator Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring (orang).

Indikator Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami penguatan jejaring sebanyak 2.380 orang, berupa jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri adalah 1.134 orang; Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di dalam dan luar negeri adalah 730 orang; Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri adalah 336 orang; Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring adalah sebesar 80 orang.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja

Utama (IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

4.989

172,93

3.634

140,09

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

Dialog Industri Musik

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) menggelar "Dialog Industri Musik" dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional pada 9 Maret. Ini merupakan dialog musik pertama pasca ditetapkannya 9 Maret sebagai Hari Musik

Page 156: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 142

Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013. Dialog ini diselenggarakan pada tanggal 18 April 2013 di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Dialog ini melibatkan para pekerja industri musik ini bertujuan mendiskusikan masa depan industri musik Indonesia, baik dalam bentuk digital maupun musik panggung.

Partisipasi Aktif Indonesia Pada Hong Kong International Film And Tv Market (Filmart) 2013

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya nyata Pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan Indonesia melalui film kepada masyarakat Hongkong khususnya bagi pelaku industri film dan televisi international untuk dapat bertemu dan menjalin kerjasama dikedua bidang tersebut.Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah film bukan hanya sebagai alat hiburan tetapi juga sebagai alat diplomasi budaya dan people to people dan melalui film budaya Indonesia dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia yang ada di Hongkong maupun masyarakat Hongkong itu sendiri.

Partisipasi Aktif Indonesia Pada Cannes Film Festival 2013

Agenda utama delegasi Indonesia ke Festival de Cannes Tahun 2013 adalah berpartisipasi pada pasar film Marché du Film, pemutaran film Indonesia pada Cannes Cinéphile, memfasilitasi peluncuran acara INAMOVIE dan menyeleng-garakan Indonesian Cocktail Party.

Indonesia mendapat kehormatan dengan terpilihnya film “Sang Penari” karya sutradara Ifa Isfansyah pada kategori kompetisi Cannes Senior di seksi Antipodes Cannes Cinéphile 2013 yang ditonton oleh sekitar 1.000 orang selama 3 kali pemutaran. Pada pemutaran pertama tanggal 16 Mei 2013 di gedung bioskop La Licorne yang berkapasitas sekitar 450 penonton, turut dimeriahkan dengan sesi tanya jawab/diskusi film dengan produser film tersebut, Ibu Shanty Harmayn. Cannes Cinéphiles merupakan festival film yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Cannes pada waktu bersamaan dengan Festival de Cannes dengan salah satu bagian dari programnya yaitu Cinéma des Antipodes.

Pada tahun ini paviliun Indonesia untuk pertama kalinya berdiri di International Village Pantiero#218 dengan luas 16 m2 dan teras 20 m2, dimana Village International adalah miniatur perfilman dunia. Lebih dari 100 negara dari seluruh dunia menunjukkan kemajuan dan pencapaian perfilman negara masing-masing, kebijakan perfilman negara mereka dan mempromosikan kerjasama perfilman antar negara termasuk sebagai lokasi produksi film internasional.

Lomba Dan Pameran Foto Indonesia

Dalam rangkaian acara kenegaraan peringatan HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2013, dengan tujuan merekam keanekaragaman kebudayaan melalui foto dan menjaring bakat-bakat fotografer di seluruh Indonesia, lomba terbagi dalam tiga kategori yaitu pelajar, mahasiswa dan umum. Tema yang diusung pada kegiatan ini adalah “Indonesia Di Hatiku”.

Kompetisi Karya Trimatra Nasional

Dalam satu dekade terakhir, karya-karya trimatra telah mengubah lanskap seni rupa Indonesia mengubah persepsi tentang apa yang boleh atau tak boleh disebut

Page 157: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 143

seni patung. Semua ini bermula dari semangat keberagaman dan kebebasan bereksperimen yang dimungkinkan oleh seni rupa kontemporer.

Kategori yang ditetapkan secara ketat terutama di perguruan tinggi seni rupa, dalam kenyataan tertantang sengit di lapangan. Spesialisasi pembuatan karya trimatra yang semula menjadi milik para pematung menjadi cair: “seni patung” kini dikerjakan juga oleh seniman bukan-pematung maupun mereka yang datang dari berbagai disiplin lain. Kompetisi Karya Trimatra Salihara diadakan untuk mendorong lebih jauh lagi perkembangan karya trimatra di Indonesia maupun untuk memperluas apresiasi masyarakat seni rupa.

Biennale Desain dan Kriya Indonesia 2013

Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013 merupakan pameran desain dan arsitektur terbesar di Indonesia. Pameran yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini tidak hanya menampilkan karya-karya individu dari 93 peserta, yang semuanya merupakan desainer dari 8 sektor ekonomi kreatif, antara lain yakni bidang arsitektur, interior, mebel, produk, kriya, tekstil, desain interior, mode dan grafis.Yang unik adalah dalam pameran ini ditampilkan juga hasil karya kolaborasi dari disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya, ada karya berjudul "Rebirth" yang merupakan hasil kolaborasi dari Susan Budiharjo (desainer mode), Uy Dharma Prayoga (interior desainer), serta Gilang L Mandiri (perupa). Karya kolaborasi yang unik semacam itu berjumlah 13 karya, sebelum ditambah dengan 53 karya perseorangan.

Pendukungan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013

Pada tahun 2013, Indonesia menjadi ketua dan tuan rumah APEC. Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk menghasilkan kontribusi penting bagi proses integrasi ekonomi regional di Asia-Pasifik, seperti yang pernah dilakukan di tahun 1994, yang berpuncak pada lahirnya Bogor Goals.

Dibawah tema “Kawasan Asia-Pasifik yang Tangguh, Penggerak Pertumbuhan Global”, APEC 2013 bertujuan untuk memastikan bahwa kawasan Asia-Pasific dapat menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh, dan mampu cepat pulih dari guncangan dan pengaruh dari kawasan lain. Indonesia, bersama 20 ekonomi APEC lainnya dapat mengupayakan kawasan Asia-Pasifik sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi global.

Tema ini diterjemahkan lebih lanjut ke dalam tiga prioritas, yaitu pemenuhan Bogor Goals, pencapaian pertumbuhan berkelanjutan yang merata, serta pemajuan konektivitas.Adapun acara puncak diselenggarakan pada tanggal 1 s.d. 8 Oktober 2013 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Salah satu acara yang diselenggarakan dalam rangkaian APEC 2013 adalah Gala Dinner yang dihadiri 21 menteri peserta APEC di Westin Hotel, Nusa Dua Bali.

Acara Gala Dinner ini diwarnai dengan seni budaya khas Pulau Bali dan beberapa daerah di Indonesia. Selain itu, Gala Dinner dimeriahkan juga oleh kolaborasi instrumen musik bambu dengan orkestra. Perpaduan instrumen musik bambu dan orkestra tersebut digarap oleh Erwin Gutawa. Sejumlah penyanyi seperti Mike Mohede, B3 dan Gita Gutawa turut juga memeriahkan acara gala dinner tersebut.

Page 158: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 144

Pendukungan Pengembangan Prestasi Kerjasama Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya di Forum Internasional

Dalam kancah internasional, bekerjasama dalam memajukan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya masing-masing negara dengan jalan mempromosikan seni dan budaya negara yang bersangkutan adalah sesuatu hal yang sangat penting. Dalam pengembangan prestasi di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya juga tidak kalah pentingnya terutama di forum internasional.

Keberadaan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya sebagai institusi pemerintah yang diberi kewenangan dalam hal pembinaan dan pengembangan serta melestarikan budaya bangsa, perlu melakukan upaya-upaya dalam rangka pendukungan pengembangan prestasi dan kerjasama seni dan budaya di forum internasional.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan terkait dengan Pendukungan Pengembangan Prestasi Kerjasama Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya di Forum Internasional sebagai berikut:

Hong Kong Flower Show 2013.

Hong Kong Flower Show adalah acara besar yang diselenggarakan oleh Departemen Wisata dan Budaya Hong Kong untuk mempromosikan tanaman hortikultura dan kesadaran penghijauan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun, untuk memberikan kesempatan bagi ratusan ribu warga lokal dan pecinta hortikultura di seluruh dunia untuk menghargai keindahan bunga dan berbagi pengalaman mereka dalam budidaya bunga. Hong Kong Flower Show 2013diselenggarakan tanggal 22 – 24 Maret 2013 di Victoria Park di Causeway Bay.

Konser Musik Indonesia dalam rangka Perayaan 20 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia – Kyrgyztan.

Kegiatan ini diselenggarakan tanggal 27 April 2013 di Gedung Drama Nasional di Bishek, Kyrgyztan. Konser musik tersebut dihadiri oleh 400 orang yang terdiri dari pejabat pemerintah Kyrgyztan, kalangan diplomatik di Bishek dan masyarakat umum.Konsermusik Indonesia tersebut dibawakan oleh Surya Vista Orchestra dengan penyanyi dari Surya Vocalia pimpinan Paulus Surya dengan anggota tim terdiri dari 5 pemain musik, 7 penyanyi serta staf pendukung.

The 3rd Vietnam International Choir Competition.

Kegiatan The 3rd Vietnam International Choir Competition diselenggarakan pada tanggal 19 – 23 Juni 2013 di Hoi An City, Vietnam. Indonesia dalam lomba ini diwakili oleh beberapa grup paduan suara. Tim paduan suara Indonesia yang berhasil meraih prestasi padaThe 3rd Vietnam International Choir Competition adalah Syarif Hidayatullah Choir memenangkan Jury’s Special Prize for Outstanding Performance, Narawungi Dasandriya UTY memenangkan Silver Diploma dan Paramadina Choir memenangkan Golden Diploma (level 1). Sementara itu, Paduan Suara Anak Batam dan Tri Tunggal Christian Choir berjaya di nomor Children’s and Youth’s Choir dan Voice of Soul berhasil mendapat anugerah Golden Diploma pada kategori Sacred Choir.

Page 159: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 145

15th Kimilsungia Festival

“Kimilsungia” menjadi simbol persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara. “Bunga Diplomasi” oleh Soekarno ini menjadikan Indonesia sebagai sahabat dekat Korea Utara. Untuk mengenang persahabatan baik ini, Korea Utara pun untuk pertama kalinya, pada tahun 1999 menggelar “Festival Bunga Kimilsungia”. Festival ini juga merupakan bentuk penghormatan bangsa Korea Utara kepada mendiang Presiden Kim Il Sung. Di setiap penyelenggaraan agenda tahunan itu pula Pemerintah Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menerima kehormatan untuk membuka sambutan pada acara pembukaan festival.

Festival Kimilsungia ke-15 tahun 2013 berlangsung pada tanggal 12 - 19 April 2013. Peringatan ini bertepatan dengan peringatan 101 tahun kelahiran mendiang Presiden Kim Il Sung (the Sun’s Day) 15 April 2013. Pihak Republik Demokratik Rakyat Korea secara khusus mengharapkan kerjasama yang selama ini terjalin dengan Republik Indonesia dapat semakin ditingkatkan. Delegasi RI lalu mengunjungi Mansudae Art Studio yang juga adalah Galeri Nasional Korea Utara. disertai beberapa negara sahabat.

Made in Indonesia Festival

Made in IndonesiaFestival kembali diselenggarakan untuk ketiga kalinya, pada hari Minggu tanggal 8 September di downtown Silver Spring, sebuah area yang berlokasi tepat diperbatasan kota Washington DC dengan negara bagian Maryland, Amerika Serikat. Made In Indonesia, merupakan satu-satunya festival Indonesia yang rutin digelar selama tiga tahun berturut-turut di kawasan timur Amerika Serikat, yang meliputi negara bagian Maryland, Virginia, Washington DC, Pennsylvania hingga New York. Oleh karena itu, Made in Indonesia 3 kali ini banyak dikunjungi warga Indonesia maupun Amerika yang datang dari Philladelphia dan New York. Festival ini memperlihatkan keberagaman Indonesia.

18 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi.

Page 160: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 146

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut.

Dalam UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintah yang menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan keuangan adalah opini laporan keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (3) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Kemenparekraf. Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP dan mempertahankan predikat tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang.

Di tahun 2013 ini sasaran “Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan”, ditandai oleh tertibnya administrasi keuangan.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

WTP Masih dalam proses

pemeriksaan BPK

-

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Opini keuangan Kemenparekraf” masih dalam proses audit BPK.

Indikator “Opini keuangan Kemenparekraf” di ukur melalui kriteria pemberian opini audit laporan keuangan oleh BPK meliputi: kesesuaian dengan sistem akuntansi pemerintah, kecukupan pengungkapan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektifitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Adapun strategi menuju laporan keuangan yang berkualitas adalah: 1. Menyediakan dan meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang kompeten di

bidang pengelolaan keuangan secara memadai. 2. Membentuk sifat dan sikap profesional dalam pelaksanana tugas 3. Menyusun rencana kerja secara jelas dan terukur untuk mencapai kualitas

laporan keuangan yang baik. 4. Memahami pemanfaatan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 5. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan

keuangan negara sehingga terwujud laporan keuangan yang andal dan akuntabel.

Page 161: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 147

6. Memberikan reward dan punishment bagi pengelola akuntansi dan pelaporan keuangan

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja

Utama (IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

Masih dalam proses

pemeriksaan BPK

- WDP -

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 untuk opini keuangan Kemenparekraf ketika pada posisi penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Kemenparekraf 2013 ini, masih dalam proses pemeriksaan BPK, hal yang sama juga terjadi ketika posisi penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Kemenparekraf 2012, dan ketika pada posisi tahun 2013, realisasi tahun 2012 opini keuangan Kemenparekraf adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: 1. Kegiatan Percepatan dan Peningkatan Akuntabilitas Keuangan (SAI) 2. Kegiatan Sertifikasi Barang/Jasa Pemerintah 3. Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Keuangan

19 Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian berikut:

Page 162: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 148

Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agenda penting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yang direalisasikan dengan diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya; (2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah; (3) terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional; dan (4) terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.Meningkatnya kualitas pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat di indikasikan dari perbaikan nilai SAKIP yang yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen SAKIP Kemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaian paling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

B B+ 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Predikat SAKIP Kemenparekraf” mencapai predikat B.

Indikator “Predikat SAKIP Kemenparekraf” berupa Evaluasi akuntabilitas kinerja dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja seluruh instansi pemerintah, dan melihat bagaimana komitmen pimpinan dalam penerapan manajemen pemerintah yang berbasis kinerja dalam rangka mencapai salah satu sasaran reformasi birokrasi, yakni terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel dan berorientasi pada hasil (outcome oriented).

Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome serta kinerja lainnya.

Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi (LHE) yang didalamnya memuat saran dan rekomendasi perbaikan kepada instansi yang dievaluasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara sistematis dan berkelanjutan.

Selengkapnya hasil evaluasi yang dilakukan oleh tim evaluator dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meliputi 5 (lima) komponen besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja, dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini:

Page 163: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 149

Penyerahan Penghargaan oleh Wakil Presiden kepada Kemenparekraf, diterima oleh Sekjen Kemenparekraf

Tabel III. 19 PerbandinganHasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Kemenbudpar/Kemenparekraf 2007 – 2013

No. KOMPONEN SAKIP

BOBOT PENILAI-

AN

NILAI HASIL EVALUASI SAKIP

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Perencanaan Kinerja

35% 16,83% 20,79% 24,27% 23,91% 24,72% 25,11% 27,20%

2. Pengukuran Kinerja 20% 7,20% 13,43% 12,58% 12,92% 14,44% 13,32% 14,07%

3. Pelaporan Kinerja 15% 8,14% 9,30% 10,28% 10,25% 11,13% 12,04% 11,47%

4. Evaluasi Kinerja 10% 5,60% 6,80% 9,00% 6,33% 6,48% 6,97% 7,05%

5. Capaian Kinerja 20% 15,41% 12,17% 11,03% 15,59% 13,14% 12,97% 12,35%

NILAI HASIL EVALUASI 100% 53,18% 62,48% 67,14% 69,00% 69,90% 70,41% 72,14%

PERINGKAT/11 BESAR 8 dari 70 5 dari 74 3 dari 74 11 besar dari 79

11 besar dari 82

- -

PREDIKAT PENILAIAN - - B B B B B+

1. Hasil Evaluasi Tahun 2013

Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3773/M.PAN-RB/11/2013 tanggal 22 November 2013 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil evaluasi Tahun 2013 menunjukan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendapat nilai 72,14%, atau predikat penilaian “B+”, ada peningkatan sebesar 1,73% dari 70,41% pada tahun 2012.

Nilai sebagaimana tersebut di atas, merupakan akumulasi penilaian terhadap seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi dengan rincian sebagai berikut:

a. Perencanaan Kinerja (capaian 27,20%)

Perencanaan kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah dilakukan dengan menyusun dokumen Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja.

Kekurangan dalam hal perencanaan antara lain: 1) Rencana Strategis di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

belum seluruhnya berorientasi kepada hasil/outcome. 2) Penetapan Kinerja belum seluruhnya menyajikan suatu perjanjian tentang

hasil/kinerja yang akan dicapai.

b. Pengukuran Kinerja (capaian 13,32%)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan entitas organisasi.

Kekurangan dalam pengukuran kinerja adalah:

Page 164: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 150

1) Indikator-indikator kinerja yang digunakan, terutama di sebagian unit kerja belum seluruhnya menggambarkan hasil.

2) Indikator kinerja yang telah ditetapkan belum cukup untuk mengukur kinerja organisasi.

3) Kemenparekraf belum memiliki indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU Kementerian.

4) IKU dan pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengendalian dan pemanfaatan kinerja.

c. Pelaporan Kinerja (capaian 12,04%)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 telah disusun dan disampaikan secara tepat waktu kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, demikian juga LAKIP unit kerja telah disusun dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.

Kekurangan dalam sistem pelaporan kinerja antara lain:

1) LAKIP di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan informasi pencapaian sasaran yang berorientasi hasil/outcome melalui hasil evaluasi dan analisis yang memadai dengan dilengkapi pembandingan data kinerja.

2) LAKIP belum dimanfaatkan secara optimal terutma untuk peningkatan kinerja selanjutnya.

d. Evaluasi Kinerja (capaian 6,97%)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah melakukan evaluasi atas LAKIP unit kerja.

Adapun kekurangan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja, antara lain adalah:

1) Belum secara optimal melakukan pemantauan tentang kemajuan pencapaian kinerja beserta hambatannya.

2) Evaluasi program belum dijadikan dasar untuk perbaikan perencanaan kinerja.

3) Hasil-hasil evaluasi kinerja belum dimanfaatkan untuk perbaikan penerapan manajemen kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

e. Capaian Kinerja (capaian 12,97%)

Capaian kinerja output sudah cukup. Sedangkan capaian outcome masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Rendahnya capaian outcome terutama disebabkan oleh indikator-indikator kinerja outcome yang kurang relevan dan tidak cukup untuk menggambarkan keberhasilan.

Rekomendasi: Terhadap permasalahan yang telah dikemukakan di atas, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi merekomendasikan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beserta seluruh jajarannya agar melakukan perbaikan sebagai berikut:

Page 165: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 151

a. Meningkatkan kualitas rencana strategis di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar berorientasi kepada outcome dan dilengkapi indikator kinerja yang relevan dan terukur.

b. Menyusun Penetapan Kinerja dengan menyajikan suatu perjanjian kinerja yang menggambarkan hasil/kinerja yang akan dicapai.

c. Menyelaraskan antara indikator kinerja kementerian dengan unit-unit kerja di bawahnya.

d. Menyiapkan indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU kementerian. e. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pengukuran kinerja sebagai media untuk

pengendalian dan pemantauan kinerja. f. Menyajikan informasi pencapaian sasaran dalam LAKIP di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berorientasi pada hasil/outcome.

g. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

h. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja di seluruh jajaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

B+ 100 B 100%

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012, namun demikian perlu dilakukan upaya meningkatkan kinerja dalam upaya mencapai predikat penilaian A.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Review Indikator Kinerja Utama

Sebagai konsekuensi dari penerapan Sistem AKIP, maka setiap instansi pemerintah harus menetapkan indikator kinerja. Proses ini merupakan bagian yang penting bagi setiap instansi pemerintah, karena indikator kinerja merupakan komponen utama Sistem AKIP yang akan digunakan dalam menilai/mengukur keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah dalam melaksanakan kegiatan dalam mencapai visi dan misinya.

Searah dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014, telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Peraturan Menteri Nomor PM.55/HK.001//M.PEK/2012 tentang Indikator Kinerja Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Page 166: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 152

20 Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran utama, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan; 2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP); dan 3. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi.

Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan dijelaskan pada bagian berikut.

Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dari perbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin tinggi nilai Quality Assurance, maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

70 74,53 106,47

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilai yang diberikan oleh Kementerian PAN&RB kepada Kemenparekraf yang menjadi tolak ukur efektifitas atau kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai Permen Pan dan RB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada Kemenparekraf terkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan acuan nasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh Komite Pengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan Quality Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahan grand design RB dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda, dan hasil yang diharapkan dari proses RB pada tingkat mikro dalam periode tahun 2010 – 2014.

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Terselenggaranya Reformasi Birokrasi” mencapai nilai 74,53.

Indikator “Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi”, sebesar 74,53 diperoleh dari hasil akhir penilaian PMPRB meliputi: 1) Komponen Pengungkit: kepemimpinan (nilai 75), Sumber Daya Manusia Aparatur (nilai 80), Perencanaan

Page 167: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 153

Strategis (75), Kemitraan dan Sumber Daya (nilai 75), dan Proses (nilai 74), dengan jumlah rata-rata = 75,80; 2) Komponen Hasil: Hasil pada SDM Aparatur (nilai 70), Hasil pada Masyarakat/Pengguna Layanan (nilai 75), Hasil pada Komunitas Lokal, Nasional, dan Internasional (nilai 78), dan Hasil Kinerja Utama (nilai 70), dengan jumlah rata-rata 73,25, sehingga jumlah rata-rata keseluruhan adalah 74,53.

Jika dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 dengan capaian kinerja tahun 2012, maka dapat disandingkan kondisi realisasi dan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU)

2013 2012

Realisasi Capaian

(%) Realisasi

Capaian (%)

1. Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

74,53 106,47 48 120

Dari tabel di atas nampak bahwa realisasi di tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2012.Hasil penilaian tahun 2013 berdasarakan hasil penilaian tahun 2012 dan merupakan peningkatan nilai dari Program Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh Tim Verifikasi Kemenpan dan RB untuk tahun 2011, dengan nilai rata-rata 48, dengan tunjangan kinerja 45%.

Dilihat score penilaian tersebut di atas, masuk dalam kategori Action yaitu telah memantau pelaksanaan kegiatan. Adapun sistem skoringnya sebagai berikut:

1. Sistem skoring penilaian untuk Pengungkit, sesuai tahapan Plan, Do, Check, Act (PDCA): 0 - 10 = kami belum melakukan hal ini/tidak memiliki informasi mengenai

ini 11 - 30 = Plan = kami telah merencanakan hal ini 31 - 50 = Do = kami telah melaksanakan hal ini 51 - 70 = Check = kami telah memantau pelaksanaan hal ini 71 - 90 = Act = kami telah memantau pelaksanaan hal ini 91 - 100 = PDCA = kami telah melakukan semua tahapan PDCA dan telah

belajar dari pengalaman instansi lain. Saat ini kami sedang berada dalam siklus perbaikan secara terus menerus.

2. Sistem skoring penilaian untuk Pengungkit, sesuai kondisi 0 - 10 = tidak ada hasil dan/atau tidak tersedia informasi terkait hal ini 11 - 30 = hasil menunjukkan kecenderungan negarif dan/atau beberapa

target yang relevan terpenuhi 31 - 50 = hasil menunjukkan kecenderungan mendatar dan/atau sebagian

besar target yang relevan terpenuhi 51 - 70 = hasil menunjukkan kecenderungan perbaikan dan/atau sebagian

besar target yang relevan terpenuhi 71 - 90 = hasil menunjukkan perkembangan yang substansial dan/atau

semua target yang relevan terpenuhi

Page 168: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 154

91 - 100 = hasil yang sangat baik dan berkesinambungan telah dicapai dan/atau semua target yang relevan telah terpenuhi. Perbandingan dengan instansi lain untuk semua hasil yang dicapai bersifat positif.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB)

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi mencakup penilaian terhadap dua komponen: Pengungkit (Enablers) dan Hasil (Results). Pengungkit adalah seluruh upaya yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam menjalankan fungsinya, sedangkan Hasil adalah kinerja yang diperoleh dari komponen pengungkit. Hubungan sebab-akibat antara Komponen Pengungkit dan Komponen Hasil dapat mewujudkan proses perbaikan bagi instansi melalui inovasi dan pembelajaran, di mana proses perbaikan ini akan meningkatkan kinerja instansi pemerintah secara berkelanjutan. Komponen Pengungkit sangat menentukan keberhasilan tugas instansi, sedangkan Komponen Hasil berhubungan dengan kepuasan para pemangku kepentingan.

Tujuan dilaksanakannya PMPRB adalah:

a. Memperoleh informasi mengenai perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi di unit kerja dan upaya-upaya perbaikan yang perlu dilakukan.

b. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat melakukan benchlearning (saling belajar dan tukar pengalaman) mengenai keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi antar instansi pemerintah. Hal ini sudah kami tindaklanjuti dengan surat permohonan study banding ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penerima manfaat:

a. Masyarakat pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif karena Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bermuara pada peningkatan pelayanan pada masyarakat.

C. Capaian RPJMN 2010 – 2014

Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2013 merupakan tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 mengatur tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014. Peraturan Presiden ini menetapkan 3 jenis prioritas pembangunan, yaitu: 1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010 – 2014; 2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidang

pembangunan; 3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunan

kewilayahan.

Page 169: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 155

1. PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Visi dan misi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada periode 2010-2014 telah dijabarkan ke dalam sejumlah program prioritas untuk memudahkan implementasi dan pengukuran indikator keberhasilan dari implementasi program tersebut. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional, yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Sebelas prioritas nasional pada dasarnya merupakan upaya untuk: a. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik, yaitu meliputi: prioritas 5 ketahanan

pangan, prioritas 6 infrastruktur, prioritas 8 energi, serta prioritas 10 daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik;

b. Perbaikan infrastruktur lunak, yaitu meliputi: prioritas 1 reformasi birokrasi dan tata kelola dan prioritas 7 iklim investasi dan iklim usaha;

c. Penguatan infrastruktur sosial, yaitu meliputi: prioritas 2 pendidikan, prioritas 3 kesehatan, prioritas 4 penanggulangan kemiskinan dan prioritas 9 lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; dan

d. Pembangunan kreativitas, yaitu meliputi: prioritas 11 kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

e. Selain 11 prioritas nasional, terdapat prioritas nasional lainnya di bidang: (1) Politik, hukum dan keamanan; (2) Perekonomian; (3) Kesejahteraan rakyat yang merupakan prioritas bagi Presiden RI periode 2010-2014.

Penugasan yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: (1) prioritas 4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan; (2) prioritas 11 terkait dengan penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi; (3) prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat; (4) prioritas nasional lainnya bidang ekonomi.

1. Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat. Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah: 1) Melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata; 2) Mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industri kreatif.

2. Penguatan Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

Penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi bertujuan mengembangkan dan melindungi kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi tumbuh-mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yang disertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi oleh keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan. Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah:

Page 170: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 156

Mendukung pengembangan sarana, melalui fasilitasi sarana bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya 1) Mendukung program penciptaan, melalui fasilitasi perolehan paten dan HKI,

serta pengkajian dan penerapan inkubasi teknologi. 2) Melaksanakan pengembangan kesenian dan perfilman nasional; 3) Mendukung inovasi teknologi melalui peningkatan kemampuan inovasi dan

kreativitas pemuda.

3. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat

Prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat terdiri dari 10 substansi inti pembangunan. Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utama pada 4 substansi inti, yaitu: 1) Peningkatan jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahap dalam 5

tahun; 2) Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan

pengiklanan yang kreatif dan efektif; 3) Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung

pariwisata; dan 4) Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal

untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di wilayah Asia.

4. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Ekonomi

Prioritas nasional lainnya bidang ekonomi terdiri dari 3 substansi inti pembangunan, yaitu pengembangan industri, diplomasi perdagangan, pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemenparekraf memiliki tanggung jawab utama dalam pengembangan industri, mengacu pada Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, khususnya yang terkait industri kreatif, seperti: kerajinan; fesyen; piranti lunak; pasar barang seni; permainan interaktif; dan konten multimedia lainnya. Tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: 1) Menguatkan keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri; 2) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun

kompetensi inti industri daerah; 3) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan

dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan; 4) Mengembangkan industri kecil dan menengah; 5) Menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif; dan 6) Mendorong pertumbuhan klaster industri.

Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran dalam pelaksanaan RPJMN 2010 – 2014 untuk tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Page 171: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 157

Tabel III. 20 CAPAIAN RPJMN TAHUN 2013

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

No Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penataan daya tarik wisata

Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan budaya

29 29 100

2. Meningkatnya jumlah desa wisata

Jumlah desa wisata 350 980 280

3. Berkembangnya usaha, industri dan investasi pariwisata

Jumlah profil investasi pariwisata

7 7 100

4. Terselenggaranya kegiatan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, penyusunan kebijakan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan pendukungan teknis dalam meningkatkan kapasistas pengelolaan destinasi pariwisata

1. Jumlah Organisasi Pengelolaan Destinasi (Destination Management Organization/DMO) (buah)

15 15 100

2. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata (daya tarik)

29 29 100

5. Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun

1. Jumlah wisatawan mancanegara (juta orang)

8,6 8,8 100,20

2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara

250.000.000 248.000.000 99,20

6. Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif

1. Partisipasi pada bursa pariwisata internasional, pelaksanaan misi penjualan (sales mission), dan pendukungan penyelenggaraan festival (event)

82 89 108,54

2. Penyelenggaraan perwakilan promosi pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Promotion Representative Officers) di luar negeri (kota)

14 14 100

Page 172: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 158

No Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

3. Penyelenggaraan promosi langsung (direct promotion), dan penyelenggaraan event pariwisata berskala nasional dan internasional (event)

37 66 178,38

7. Meningkatnya kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di kawsan Asia

Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi (orang)

9.000 11.500 127,8

Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif (orang)

1.190 1.260 105,9

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (orang)

1.443 1.437 99,6

Indikator kinerja “Jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata” dalam Penetapan Kinerja 2013 berubah menjadi “Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi”.

Capaian indikator kinerja “Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi” tahun 2013 mencapai 11.500 orang dari target 9.000 orang atau 127,8%. Hal tersebut disebabkan tingginya dukungan pihak Hotel di setiap Daerah sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK), sehingga dalam mengikuti sertifikasi kompetensi peserta sangat antusias. Dengan demikian berkontribusi positif dalam penambahan jumlah capaian target kegiatan sertifikasi.

Indikator kinerja “Jumlah sumber daya yang dilatih di bidang kebudayaan dan kepariwisataan” dalam Penetapan Kinerja 2013 berubah menjadi “Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif”.

Capaian indikator kinerja “Jumlah SDM peserta pembekalan sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif”, tahun 2013 mencapai 1.260 orang dari target 1.190 orang atau 105,9%. Hal tersebut disebabkan adanya perubahan akun dalam tahun anggaran berjalan dan surat dari Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Nomor S-4599/PB/2013 tanggal 3 Juli 2013 perihal penjelasan lebih lanjut penggunaan akun perjalanan dinas berdasarkan Surat Menkeu No S-2056/MK.5/2013. Perubahan ini menyebabkan kepada revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), sehingga tertahan dalam proses pencairan anggaran untuk membiayai kegiatan.

Indikator kinerja “Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan tinggi pariwisata” dalam penetapan kinerja 2013 berubah menjadi “Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja”.

Page 173: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 159

Capaian kinerja “Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja” pada tahun 2013 mencapai 1.437 orang dari target 1.443 orang atau 99,6%. Hal tersebut disebabkan perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan sebagai alumnus (lulusan), sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi secara substansi jumlah lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja sebenarnya tercapai.

PERMASALAHAN DAN KENDALA

Pembangunan kepariwisataan telah menunjukkan pencapaian yang cukup menggembirakan, namun demikian masih terdapat permasalahan yang dihadapi, antara lain:

1. Belum optimalnya kemitraan antarpelaku pariwisata yang didukung oleh koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi intra dan antarlembaga, pusat dan daerah;

2. Masih rendahnya daya saing destinasi pariwisata; 3. Peningkatan pemanfaatan media elektronik, cetak, dan berbasis teknologi

informasi untuk promosi pariwisata; 4. Belum dikenal oleh masyarakat umum tentang ekonomi kreatif; dan 5. Peningkatan kualitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi kreatif

termasuk kesiapan masyarakat di daerah.

LANGKAH TINDAK LANJUT

Dalam pembangunan pariwisata, tindak lanjut yang akan dilaksanakan antara lain:

1. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi lintas lembaga dan lintas sektor dalam pembangunan kepariwisataan melalui penyusunan peraturan perundangan mengenai tata kerja, mekanisme, dan hubungan koordinasi strategis lintas sektor seperti prasarana umum dan promosi pariwisata serta kerja sama luar negeri;

2. Menyusun perencanaan destinasi pariwisata nasional, kawasan strategis pariwisata nasional, dan fasilitasi pendukungan penyusunan perencanaan pembangunan kepariwisataan daerah;

3. Meningkatkan pemanfaatan berbagai media dan teknologi informasi sebagai sarana promosi pariwisata; pengembangan kerja sama pemasaran dan promosi pariwisata dengan lembaga terkait di dalam dan di luar, terutama kerja sama antar travel-agent dan antar tour operator di dalam maupun di luar negeri;

4. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat baik pusat maupun daerah tentang ekonomi kreatif; dan

5. Meningkatkan pengembangan profesionalisme sumber daya manusia di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif melalui pendidikan dan pelatihan SDM dan pendidikan tinggi bidang pariwisata.

Page 174: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

BAB IV PENUTUP

Page 175: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAK — KEMENPAREKRAF 2013 160

ab IV Penutup

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan banyak sektor lain, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti kementerian/lembaga terkait juga Pemerintah Daerah. Untuk itu, Kemenparekraf terus menggerakkan dan memberikan stimulus kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan sektor yang menjanjikan peningkatan nilai tambah ekonomi terhadap sebuah produk. Apalagi, potensi pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sangat besar. Salah satu dampak langsung pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif adalah peningkatan kunjungan wisatawan yang berdampak pada penerimaan devisa negara, pertumbuhan hotel, pengurangan angka pencari kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Capaian kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Tahun 2013 terbilang cukup memuaskan, baik untuk sektor pariwisata maupun ekonomi kreatif, dapat di indikasikan sebagai berikut:

Pertama, Capaian sektor pariwisata di indikasikan antara lain melalui prestasi dari industri jasa pariwisata meraih 8,8 juta wisman atau tumbuh 9,42% serta menghasilkan devisa US$ 10,5 miliar atau meningkat 10,23% dibandingkan tahun 2012. Kemenparekraf optimis kunjungan wisatawan mancanegara akan terus meningkat. Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) daya saing pariwisata Indonesia pada 2013 meningkat menjadi ranking 70 dari 130-an negara di dunia. Adapun target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2014 kurang lebih 9,3 juta hingga 9,5 juta jiwa, dengan pertumbuhan sekitar 6-8 persen. Sementara, target wisatawan nusantara (wisnus) ditargetkan 250 juta sampai 251 juta atau tumbuh 1 – 1,5 persen dengan target devisa sebesar USD11 miliar.

Kedua, Capaian sektor ekonomi kreatif di indikasikan antara lain pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif mencapai 10,21%. atau melebihi target yang telah ditetapkan sebesar 3,58%. Menurut penghitungan BPS jumlah tenaga kerja sektor Industri Kreatif mempunyai kontribusi sebesar 10,72 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Angka ini merupakan angka penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sehingga menempatkan sektor Industri Kreatif sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak ke-empat setelah Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (34,36%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (16,06%), dan Jasa-jasa (15,58%).

Capaian kinerja Kemenparekraf pada tahun 2013 ini menjadi modal positif dalam rangka pencapaian target sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di tahun 2014 yang penuh harapan dan tantangan.

BAB IV PENUTUP

Page 176: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

LAMPIRAN

Page 177: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2013 | 1

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran : 2013

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

2013

Program

Target Realisasi %

1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,2 3,88 92,38 Program Pemasaran Pariwisata

2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,35 10,18 121,92 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,09 8,89 125,39

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)

13,54 34,12 252,00

3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,64 2,97 64

PENGUKURAN KINERJA

Page 178: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2013 | 2

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

2013

Program

Target Realisasi %

4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

10,35 10,05 97,1 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

178,62 176,32 98,71

3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)

1.150 1.142,24 99,33

4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)

714,5 711 99,51

5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara

1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)

8,6 8,8 100,20 Program Pemasaran Pariwisata

2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan)

250 248 99,20

6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia

Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai)

4,08 n/a n/a Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)

15 15 100

Page 179: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2013 | 3

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

2013

Program

Target Realisasi %

7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata

1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)

29 29 100 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)

980 980 100

3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola)

20 16 80

8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien

1. Rasio Konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)

63,5 50,81 %

(Jan-Nov)

119.98

(Jan-Nov)

Program Pemasaran Pariwisata

2. JumlahVisit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)

14 14 100,00

3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)

530 591,45 111,59

4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)

1.850 2.161,09 116,82

Page 180: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2013 | 4

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

2013

Program

Target Realisasi %

9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)

7,38

7,05

95,53

Program Pengembangan EKSB dan Program

Pengembangan EKMDI

10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif

1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

8,35

10,72

128,32

2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)

3,58

10,21

285,19

11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)

7,31

9,68

132,42

12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)

1.400

3.288

234,86

Program Pengembangan EKSB dan Program

Pengembangan EKMDI

2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)

10,07

18,06

179,34

13. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat

Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona)

10 13 130 Program Pengembangan EKSB

Page 181: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2013 | 5

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

2013

Program

Target Realisasi %

14. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)

1.443 1.437 99,6 Program Pengembangan BPSD Parekraf

15. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)

7 7 100

2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)

9.000 11.500 127,8

16. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)

12 11 92,7

Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)

8 8 100

17. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif

1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)

4.130

9.219

223,22

Program Pengembangan EKSB dan Program

Pengembangan EKMDI

2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)

2.885

4.989.

172,93

Page 182: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

LAMPIRAN

LAK KEMENPAREKRAF 2013 | 6

No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

2013

Program

Target Realisasi %

18. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan

Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat)

WTP Masih dalam proses

pemeriksaan BPK

- Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf

19. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat)

B B+ 100

20. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi

Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi (Nilai)

70 74,53 106,47 Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenparekraf

3

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2013 ..................... Rp 1.933.104.096.000,-

Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2013 ..... Rp 1.622.218.608.766,-

* = Data Sementara ** = Data Sangat Sementara *** = Data Sangat Sementara

Jakarta, Maret 2014

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

Mari Elka Pangestu

Page 183: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013...Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

www.parekraf.go.id, www.travel.indonesia