KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/582/1/KTI...

113
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “NY. HJ” DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN GASTRITIS : DI RUANG INTERNA RUMAH SAKIT UMUM BOMBANA KARYA TULIS ILMIAH Diajukansebagaisalahsatupersyaratanmenyelesaikanpendidikan program Diploma III Keperawatan Oleh: IRAWATI 14401 2017 00034 1 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2018

Transcript of KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/582/1/KTI...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA “NY. HJ” DENGAN GANGGUAN

SISTIM PENCERNAAN GASTRITIS : DI RUANG

INTERNA RUMAH SAKIT UMUM BOMBANA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukansebagaisalahsatupersyaratanmenyelesaikanpendidikan program

Diploma III Keperawatan

Oleh:

IRAWATI

14401 2017 00034 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2018

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. „‟Hj‟‟ DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN : GASTRITIS DI RUANG PERWATA INTERNA

RUMAH SAKIT UMUM BOMBANA

Disusun dan Diajukan Oleh

Irawaty NIM : 14401017000341

Telah Mendapat Persetujuan Pembimbing

Menyetujui :

Lena Atoy,SsiT,MPH

NIP.196503151965101001

Mengetahui

Ketua jurusan Keperawatan

Indriono Hadi,S,Kep,Ns,M,Kes

NIP. 197003301995031001

iii

iv

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medik ............................................................................ 5

B. Fokus pengkajian ....................................................................... 34

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................ 52

B. Data Fokus ................................................................................. 52

C. Rumusan Masalah...................................................................... 53

D. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................... 61

E. Implementasi dan Evaluasi ........................................................ 66

vi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................. 86

B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 87

C. Rencana Keperawatan ............................................................... 90

D. Implementasi Keperawatan ....................................................... 92

E. Evaluasi ..................................................................................... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 95

B. Saran .......................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

ABSTRAK

Irawati “Asuhan Keperawatan Pada Ny Hj dengan Gangguan Sistem Pencernaan

Gastritis di Ruang Interna RSU Bombana ”. Pembimbing Lena Atoy, penyakit

gastritis bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan

kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan merokok. Penyekit gastritis ini lebih menyerang

kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan

mengganggu masa tua, sehingga di butuhkan pengetahuan untuk mengobati dan

mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini. Data yang di peroleh dari rekam medic RSU

Bombana menunjuka pada tahun 2016 jumlah penderita Gastritis sebanyak 38 penderita

tahun 2017 sebanyak 71 penderita dan tahun 2018 januari sampai maret 13 penderita

tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu menerapkan asuhan keperawatan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehnsif pada Ny Hj

dengan kasus gastritisdi Ruang perawatan Interna RSU. Bombanai.Pada pelaksanaan

kasus, diagnose keperawatan yang di temukan meliputi nyeri berhubungan dengan iritasi

mukosa lambung, defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan input dan output

cairan dan yang tidak seimbang. nutrisi kurang dari kebutuhan kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat Ansietas sehubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien tentang penyakitnya dari semua diagnosa yang ditemukan semua

dapat teratasi dengan baik sedangakan disarankan kepada pihak RSU Bombana agar

pihak lahan praktek, supaya membuat model pelayanan keperawatan profesional yang

dapat dijadikan model dalam proses belajar mahasiswa perawat guna menjamin kualitas

asuhan yang diberikan pada klien.

Kata Kunci : Studi Kasus Ny,Hj Gastritis

Daftar Pustaka 21 (1999-2016)

viii

Motto

Tidak ada masalah yang tak dapat diselesaikan

Selama ada komitmen dalam menyelesaikan

Berangkat dengan penuh keyakinan berjalan dengan penuh keihlasan

Istikhomah dalam menghadapi cobaan

Seseorang akan ter lihat lebih menarik dengan memiliki ilmu

Jika ingin menggenggam dunia maka raihla ilmu setinggi-tingginya

Pendidikan merupakan perlengkapan terbaik untuk masa depan

Karya tulis ini kupersembahkan kepada Suami ,Ibunda,ayahanda dan kedua anak-anakku

Dengan penuh perjuangan kulangkahkan kakiku di kampus Poltekes

Dengan harapan dan impian yang lebih baik kutinggalkan keluargaku demi mencapai gelar

AMK

Walau usia semakin senja tak menyurutkan mimpi –mimpiku

Karna kutahu usia bukanlah aral melintang dalam mencapai cita-cita

Jayalah selalu RPL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan kesehatan masyarakat ditunjuk untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi

keperawatan sebagai dasar dalam membantu individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat dalam mengatasi masalah perawatan kesehatan yang di hadapi dalam

kehidupan sehari-hari dimana keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari anggota keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga ada yang

mengalami masalah kesehatan maka mempengaruhi anggota keluarga lainnya,

demikian pula dengan masyarakat sekitarnya. Banyak terjadi masalah kesehatan

dikeluarga tanpa dipahami cara pemecahan secara tuntas dan cepat, seperti

penyakit gastritis atau sering dikenal secara umum maag, yang saat ini sering

terjadi di Indonesia dikarenakan banyak orang yang menunda makan karena

banyaknya atau menumpuk pekerjaan dan sering terjadi pada wanita karena pola

diet yang salah, ingin mendapatkan fisik yang sempurna tanpa kegemukan

(Harison, 2000 dalam, Hastuti, 2007).

Penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar,

misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya

dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak

diatasi dengan cepat maka dapat menimbulkan perdarahan sehingga banyak

darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat

2

menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan

kematian (Harison, 2000 dalam, Hastuti, 2007).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet

yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit.Gastritis juga merupakan inflamasi lambung

yang dapat disebabkan oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner and Suddarth,

2002).

Organisasi kesehatan dunia WHO tahun 2013mengadakan tinjauan

terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka

kejadian gastritis didunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Kanada 35%, dan Perancis 29,5% di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 sampai

2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia

Tenggara sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi

gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar

17,2% yang secara substantial lebih tinggi dari pada populasi dibarat yang

berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai

suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang

dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia

menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di

Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa

penduduk (Kurnia and Rahmi:2014).

Data yang diperoleh dari Rekam Medik RS Umum Bombana

menunjukkan pada tahun 2016 jumlah penderita Gastritis sebanyak 38 penderita,

3

pada tahun 2017 sebanyak 71 penderita, dan pada tahun 2018 dari januari

sampai dengan maret sebanyak 13 pasien.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis tertarik

melakukan studi kasus dengan judul Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan

Pada Ny. “Hj” Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis di Rumah

Sakit Umum Daerah Bombana Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Asuhan Keperawatan Pada Ny. “Hj” Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan : Gastritis di Rumah Sakit Umum Daerah Bombana Tahun 2018?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :

Melaporkan kasus penyakit dalam dan mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

komprehensif pada Ny. Hj dengan kasus Gastritis hari pertama diruang B.

InternaRumah Sakit Umum Daerah Bombana.

2. Tujuan Khusus :

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. Hj dengan kasus

Gastritis diruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. Hj dengan

kasus Gastritis diruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.

c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada Ny. Hj dengan

kasus Gastritis diruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.

4

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. Hj dengan kasus

Gastritis diruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. Hj dengan kasus Gastritis

diruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

menerapkan proses asuhan keperawatan serta dapat mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama dibangku pendidikan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat / Klien

Meningkatkan pemahaman atau pengetahuan klien dan keluarga tentang

penyakit gastritis

b. Bagi Institusi / Pendidikan

Sebagai bahan dokumentasi atau acuan bagi mahasiswa selanjutnya

dalam penyusunan karya tulis ilmiah

c. Bagi Rumah Sakit

Sebagai salah satu pedoman atau bahan bacaan bagi tenaga keperawatan

untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam penerapan asuhan

keperawatan.

5

E. Metode penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Pengambilan kasus ini dilaksanakan pada bulan juni 2018 di ruang Interna

Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.

2. Teknik pengumpulan data

Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan data objektif dan relevan

dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan tehnik

pengumpulan data yaitu :

a. Studi kepustakaan : Mempelajari isi literatur-literatur yang berhubungan

dengan karya tulis ini.

b. Studi kasus : Menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dan

keluarga yang meliputi : pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa

keperawatan dan penyusunan rencana tindakan dan evaluasi asuhan

keperawatan.

Untuk melengkapi data / informasi dalam pengkajian

menggunakan beberapa cara antara lain :

1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien.

2) Wawancara

Mengadakan wawancara dengan klien dan keluarga, dengan

mengadakan pengamatan langsung.

6

3) Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan terhadap klien melalui ; inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

4) Studi Dokumentasi

Penulis memperoleh data dari Medikal Record dan hasil pemeriksaan

laboratorium.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat

faktor akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan

penuh di perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah

(Suratun , 2010).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang

sembarangan.Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu cepat, atau

makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme

penyebab penyakit (Smeltzer, 2002).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering

diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat

atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang

lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2000).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut,kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis

yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis

(Price & Wilson, 2006).

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu

peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor

iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan,

8

makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan

pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis.

B. Anatomi Fisiologi Sistem

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

(Sumber :Joykel, 2006)

9

Menurut Syaifuddin (2003), struktur pencernaan terdiri dari :

1. Mulut / Oris

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air.Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang

berakhir di anus.

Didalam rongga mulut terdapat :

a. Gigi, ada 2 (dua) macam yaitu :

1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan. Lengkap

pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri

dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus)

dan 8 buah gigi geraham (premolare).

2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya

32 buah terdiri dari : 8 buah gigi seri (dens insisiws), 4 buah gigi

taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham (molare) dan 12 buah gigi

geraham (premolare).

Fungsi gigi terdiri dari :gigi seri untuk memotong makanan, gigi

taring gunannya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi

geraham gunannya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-

potong.

b. Lidah

Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;

1) Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang belakang

terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada

10

waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan

napas.

2) Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting pengecap

atau ujung saraf pengecap.

3) Ujung lidah (Apeks lingua)

Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai

alat pengcepan dan menelan, serta merasakan makanan.

c. Kelenjar ludah

Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:

1) Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara

prosesus mastoid, kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus

stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga

mulut melalui pipi (muskulus buksinator).

2) Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian

belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga

mulut dekat dengan frenulum lingua.

3) Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga

mulut bermuara di dasar rongga mulut.

2. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit

dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Bagian depan berhubungan

11

dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan

tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

disebut ismus fausium.

Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba

yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.Bagian media

disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah bagian

inferior.

3. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,

panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah

lambung.Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput lendir

(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan

otot memanjang longitudinal.

Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung

setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen

menyambung dengan lambung.

Esofagus dibagi mejadi tiga bagian :

a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

c. Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

4. Gaster / Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak

terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri

12

berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah

diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus

uteri.

a. Bagian lambung terdiri dari :

1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri

osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian

bawah kurvatura minor.

3) Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung mempunyai otot

yang tebal membentuk sfingter pilorus.

4) Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari

ostium kardiak sampai ke pilorus.

5) Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minorterbentang dari

sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan

sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari

bagian atas kurvantura mayor sampai ke limpa.

6) Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus bagian

abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium

pilorik.

b. Fungsi lambung terdiri dari :

1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan

oleh peristaltik lambung dan getah lambung

2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:

13

a) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton).

b) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai

anti septik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada

pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

c) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan

membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).

d) Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang

merangsang sekresi getah lambung.

5. Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar

ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai

ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebralumbalis I

dan II di belakang lambung.

a. Bagian dari pankreas

1) Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di

dalam lelukan duodenum yang melingkarnya.

2) Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya di

belakang lambung dan di depan vertebra umbalis pertama.

3) Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenarnya

menyentuh limpa.

14

b. Fungsi pankreas

1) Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim

dan elektrolit.

2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk

pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama

membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin.

3) Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke

duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di

intestinum.

4) Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-

pulau lanngerhans sendiri yang langsung dialirkan ke dalam

peredaraan darah. Sekresinya disebut hormon insulin dan hormon

glukagon, hormon tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu

metabolisme karbohidrat.

c. Hasil sekresi

1) Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke dalam

darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang menghasilkan

insulin ini termasuk sel-sel kelenjar endokrin.

2) Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini

termasuk kelenjar eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke dalam

duodenum melalui duktus pankreatikus, duktus ini bermuara pada

papila vateri yang terletak pada dinding duodenum.

15

d. Struktur pankreas

Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai

saluran, saluran dari masing-masing kelenjar bersatu menjadi duktus yang

jari-jarinya ± 3 mm, duktus ini disebut duktus pankreatikus.

Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel itu

dikumpulkan dan menyerupai pulau-pulau yang disebut pulau

langerhans.Pulau-pulau ini membuat insulin yang langsung masuk ke

pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.

Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah

perut atau getah perut yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh

kelenjar.Pembuluh ini bersatu ke dalam saluran wirsungi kemudian masuk

ke dalam duodenum pada tempat papilla/arteri kelenjar perut

menghasilkan ± 1 liter ludah perut dalam satu hari.

6. Kantung Empedu

Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot,

letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai

pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm.

a. Fungsi kantung empedu

1) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi

kental.

2) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah

setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc sekresi yang

16

digunakan untuk mencerna lemak. 80% dari getah empedu pigmen

(warna) insulin dan zat lainnya.

b. Bagian dari kantung empedu

1) Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu yang paling

akhir setelah korpus vesikafelea.

2) Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang didalamnya

berisi getah empedu.

3) Leher kantung kemih merupakan leher dari kantung empedu yaitu

saluran yang pertama masuknya getah empedu ke badan kantung

empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kantung empedu.

4) Duktus sistikus, panjangnya ± 3¾ cm berjalan dari leher kantung

empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran

empedu ke duodenum.

5) Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.

6) Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.

7. Hati

Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga

perut sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.

Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini

dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa

senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat

dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan

senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

17

8. Usus Halus / Intestinum Minor

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak di antara lambung dan usus besar.Usus halus terdiri dari tiga bagian

yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), usus penyerapan

(illeum).Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari

pankreas dan kantung empedu.

a. Bagian-bagian usus halus :

1) Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang

panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi

kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke

dalam duodenum pada satu lubang yang disebut ampulla

hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.

2) Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus

halus yang selebihnya.

3) Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.

9. Usus Besar / Intestinum Mayor

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu

dan rektum.

a. Fungsi usus besar :

1) Menyerap air dari makanan

2) Tempat tinggal bakteri koli

3) Tempat feses

4) Bagian-bagian usus besar atau kolon

18

5) Kolon asendens, panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah

kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati

melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika.

6) Kolon transversum, panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon

asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen,

sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat

fleksura lienalis.

7) Kolon desendens, panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen

bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai

ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

8) Kolon sigmoid, merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak

miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf

S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

9) Rektum, terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os

sakrum dan os koksigis.

10. Usus Buntu

Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada

awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak memiliki

fungsi, tetati saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ

imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu

kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

19

11. Rektum

Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya

dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu

sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,

dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi

untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

12. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar (udara luar).Terletak di dasar pelvis bagian

posterior dari peritoneum. Dindingnya diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:

a. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.

C. Penyebab

1. Pola Makan

Menurut Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh

pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis,

dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung

meningkat.

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif

dan kuantitatif. Secaraalamiah makanan diolah dalam tubuh

20

melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama

makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata,

umumnya lambung kosong antara 3-4 jam.Maka jadwal makan ini pun

menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang

penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau

ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa

lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001).

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap

waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya

kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga

tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung

terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam

lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat

mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar

epigastrium (Baliwati, 2004).

Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit

untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung

akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada

lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat

menyebabkan rasa perih dan mual.Gejala tersebut bisa naik ke

kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005).

21

Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan

sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara

refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat

dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung

(Ganong, 2001).

2. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,

dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu

sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada

orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan,

seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011).

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang

sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal

ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai

dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin

berkurang nafsu makannya.Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan

pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan

dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang

disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).

Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok.

Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti

buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang

banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak

22

dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya

kebagian usus selebihnya.Akibatnya, isi lambung dan asam lambung

tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke

dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di

ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).

3. Porsi Makan

Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi pada tiap kali makan.Setiap orang harus makan

makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua

kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan

disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain

itu, makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung,

yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung

menurun.Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka

pada lambung (Baliwati, 2004).

4. Kopi

Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari

berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat,

asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan

mineral.

Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam

lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat

23

mengiritasi lambung.Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan

perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic.

Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa

berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain

dalam kopi bisa memicu tingginya asam lambung.Sehingga tidak ada

komponen tunggal yang harus bertanggung jawab.Kafein dapat

menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem

pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu

tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh

kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau

mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat

sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon

gastrin pada lambung dan pepsin.

Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek

sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus

lambung.Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan

inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011).

Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang

sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan

lambung).Beberapa orang yang memilliki gangguan pencernaan dan

ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan untuk

menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak

bertambah parah (Warianto, 2011).

24

5. Teh

Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The Miracle of

Enzyme” menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh

kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita

penyakit yang disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang

mengandung banyak antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki

efek antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi

efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan

bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah

yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa

cepat dan mudah teroksidasi (Shinya, 2008).

Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas

tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir

yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran

mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses

tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa terhadap

mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan

efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada

membran mukosa usus (Shinya, 2008).

Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan

mudah berubah menjadi asam tanat.Asam tanat ini juga berfungsi

membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi

mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa lambung

25

menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita

berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga

mengarah pada keganasan lambung (Shinya, 2008).

6. Rokok

Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau

cacah.Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia

berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut,

terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon

monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene,

hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene,

urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain.

Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan

substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak

rokok terhadap kesehatan (Budiyanto, 2010).

Efek rokok pada saluran gastroentestinal antara lain melemahkan

katup esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi

alami dalam lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas,

mempercepat pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH

duodenum.Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi

gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi

kemampuan cimetidine (obat penghambat asam lambung) dan obat-

obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,

dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya

26

peradangan pada mukosa lambung. Rokok dapat mengganggu faktor

defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah di

mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan

komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori.Merokok juga dapat

menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko

kekambuhan tukak peptik (Beyer, 2004).

Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang

mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis)

sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna

juga lebih sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok

(Departemen Kesehatan RI, 2001)

7. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah

aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (Suyono,

2001).

Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau

aspirin.Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid

(OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat

dipakai secara sistemik.

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia

heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan

penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam

arakhidonat.Siklooksigenasemerupakan enzim yang penting untuk

27

pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin

mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang

amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin

dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara

topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat

tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.

Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat

menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga

kemampuan faktor defensif terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut

hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan

kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau

berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum.Pemakaian

setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis

(Rosniyanti, 2010).

8. Stres

Stres merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap

situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,

membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan

bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu

saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter, 2005).

28

a. Stres Psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,

misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam

lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal

ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya

gastritis.Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat

dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya

secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat

cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscan, 2010).

b. Stres Fisik

Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks

empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus

serta pendarahan pada lambung.Perawatan terhadap kanker seperti

kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding

lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus

peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang

terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan

kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding

lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung

(Anonim, 2010).

Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis.Bile

(empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam

tubuh.Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu

29

akanmelewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam

kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin

(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam

lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu

akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan

gastritis.

9. Alkohol

Alkohol sangat berpengaruh terhadap makhluk hidup, terutama

dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida.Kemampuannya

melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel memungkinkannya

cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel

tersebut.Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun.Alkohol

yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras

lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol (Almatsier, 2002).

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah

lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi

alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau

sirosis, tetapi juga kerusakan lambung.

Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung

berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah

banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan

duodenum.Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa

lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan mengganggu

30

penyembuhan tukak peptik.Alkohol mengakibatkan menurunnya

kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan

enzim pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa

gastrointestinal (Beyer, 2004).

10. Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan

peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada

manusia.Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri

Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang

melapisi dinding lambung.Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti

bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan

penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan

makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.Infeksi

Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat

bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.Infeksi

Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama

terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis

(Price& Wilson, 2006).

11. Usia

Usiatua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis

dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring

dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis

sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau

31

gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.

Sebaliknya,jikamengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan

pola hidup yang tidak sehat.

Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat

sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya

pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi

100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses

imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis

adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin

(Suyono, 2001).

D. Patofisiologi

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk

kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga

lambung kehilangan barrier (pelindung).Selanjutnya terjadi peningkatan

difusi balik ion hidrogen.Gangguan difusi pada mukosa dan peningkatan

sekresi asam lambung yang meningkat / banyak.Kemudian menginvasi

mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan, inilah yang disebut

dengan gastritis.Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab

iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-

gangguan tersebut seringkali menghilang sendirinya.Dengan iritasi yang terus

menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan (Price &

Wilson, 2006).

32

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif

mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis

korosif).Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan

akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.Gastritis kronis dapat

menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa

terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan

(gastitis atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan

berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia (Price & Wilson, 2006).

E. Manifestasi Klinis

1. Gastritis akut : nyeri epigastrium,mual,muntah, dan perdarahan

terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung

hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi dan perdarahan

aktif.

2. Gastritis kronik : kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih

berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung,

defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung(Price&

Wilson, 2005).

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui adanya

anemia.

2. Analisis feses, yang bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam

feses.

33

3. Analisis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL

lambung.

4. Achlorhidria (kurang/tidak adanya produksi asam lambung)

menunjukkan adanya gastritis atropi.

5. Endoskopy, biopsi dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada

kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

6. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung

(Price & Wilson, 2006)

G. Komplikasi

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001), komplikasi yang timbul pada

gastritis, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa

hematemesis dan melena, berakhir dengan syok hemoragik, terjadi ulkus,

kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.

H. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

a. Pemberian antiemetik dan pasang infus untuk mempertahankan cairan

tubuh Klien.

b. Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di

abdomen, serta untuk menetralisir asam lambung.

c. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidin) mampu

menurunkan sekresi asam lambung.

d. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh Helicobacter

pylori.

34

2. Nonfarmakologi

a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet Klien, yakni diet makan lunak

yang diberikan dalam porsi sedikit tapi lebih sering.

b. Untuk menetralisir alkali, gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

c. Instruksikan Klien untuk menghindari alkohol.

35

I. Pathway

Gambar 2.2 Pathway

(Amin & Hardhi, NANDA NIC-NOC : 2013)

Kafein H.Phylori Obat-obatan

(NISAD,aspirin,sulfano

mida,steroid,digitalis)

Menurun produksi

bikarbonat(HCO3)

Melekat pada

epitel lambung Mengganggu

pembentukan sawat

mukosa lambung Menghancurkan

lapisan mukosa

lambung

Menurun kemampuan

protektif terhadap asam

Menurun barrier lambung

terhadap asam & pepsin

Menyebabkan difusi

kembali asam lambung &

pepsin

Inflamasi Erosi mukosa lambung

Nyeri akut

Mukosa lambung kehilangan

integritas jaringan

Menurun tonus &

peristaltik lambung

Nyeri epigastrium

Refluk isi duodenum

kelambung Menurun sensori

untuk makan

Dorongan ekspulsi isi

lambung kemulut

Anoreksia Mual

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh Muntah Perdarahan

Kekurangan

volume cairan

36

J. Fokus Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses

keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar

dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Sebagai sumber informasi

dapat digunakan yaitu : pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas

kesehatan lainnya. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa-

diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial suatu

diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu dimana “P” diidentifikasi

sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan “S” menggambarkan

sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan

dengan menggunakan “berhubungan dengan”.

Menurut Doenges (2000), data yang berhubungan dengan kasus gastritis :

1. Biodata.

a. Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan

alamat.

b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat serta

hubungan keluarga.

2. Riwayat kesehatan sekarang.

a. Adanya nyeri epigastrium.

b. Disertai mual, muntah, anoreksia.

3. Riwayat kesehatan sebelumnya.

a. Alkohol.

37

b. Makan yang pedas.

c. Obat-obatan.

d. Riwayat diabetes mellitus.

e. Riwayat toksik

4. Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek

psikososial dan spiritual.

5. Data-data pengkajian klien.

a. Aktivitas/istirahat.

Gejala : Kelemahan, kelelahan.

Tanda : Tatikardia, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap

aktivitas).

b. Sirkulasi.

Gejala : Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia,

kelemahan/nadi perifer lemah, pegisian kapiler

lembut/perlahan.

Warna kulit : pucat, sianosis.

Kelembaban kulit : berkeringat (menunjukkan status syok,

nyeri akut, respon psikologik).

c. Integritas ego.

Gejala : Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)

Tanda : Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

d. Eliminasi.

38

Gejala : Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan gastro

intestinal atau masalah yang berhubungan dengan gastro

intestinal.

Misalnya : luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi

gaster.

Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi.

Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif

setelah perdarahan. Karakteristik feses diare, darah warna

gelap, kecoklatan atau kadang merah cerah : berbusa, bau

busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,

penggunaan antasida).

Haluaran urine : menurun, pekat.

e. Makanan/cairan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga

obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka

duodenal).

Masalah menelan, cekukan.

Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah. Tidak

toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, cokelat ;

diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.

Tanda : Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau

tanpa bekuan darah.

39

Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,

turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

Berat Janis urine meningkat.

f. Neurosensori

Gejala : Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar,

kelemahan.

Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu rentang

dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai

pingsan, dan koma (tergantung pada volume sirkulasi/

oksigenisasi).

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,

perih.

Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan

banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).

Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung 1 – 2

jam setelah makan dan hilang dengan makan antasida

(Ulkus gaster).

Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan 4 jam setelah

makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan

atau antasida (ulkus duodenal).

Tak ada nyeri (varises esofageal atau gastritis).

40

Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan

obat tertentu (salsilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen),

stressor psikologis.

Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

h. Keamanan

Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya : ASA.

Tanda : Peningkatan suhu.

Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/

hipertensi portal).

i. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang

mengandung ASA, alcohol, steroid.

NSAID menyebabkan perdarahan GI.

Keluhan saat ini dapat dterima karena (misalnya : anemia)

atau diagnosa yang berhubungan dengan (misalnya trauma

kepala), flu usus, atau episode muntah berat.

Masalah kesehatan yang lama misalnya : sirosis,

alcoholisme, hepatitis, gangguan makan.

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,9 hari.

Rencana pemulangan :

Dapat memerlukan perubahan program terapi/pengobatan.

j. Pemeriksaan diagnostik

41

a. EGD (esofagogastroduodenoskopi) : tes diagnostik kunci untuk

perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/derajat

ulkus jaringan/cedera.

b. Minum barium untuk foto rontgen untuk membedakan diagnosa

penyebab/sisi lesi.

c. Analisa gaster : mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster.

Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster.

d. Angiografi : vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak

dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan

sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi perdarahan.

e. Hb/Ht : penurunan kadar terjadi dalam 6 – 24 jam setelah

perdarahan mulai.

f. Jumlah darah lengkap : dapat meningkat, menunjukkan respon

tubuh terhadap cedera.

g. Analisa gastrin serum : peningkatan kadar diduga sindrom

Zollinger – Allison atau kemungkinan adanya penyembuhan

ulkus yang buruk. Normal atau rendah pada gastritis tipe B.

h. Kadar pepsinogen ; meningkat dengan penetralisir ulkus

duodenal, kadar rendah diduga gastritis.

i. Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronis.

K. Fokus Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan

respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi

42

aktual/potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal

mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau

mencegah perubahan.Tujuan dari diagnosa keperawatan ini adalah: 1)

memungkinkan perawat untuk menganalisis dan mensintesis data yang telah

dikelompokkan di bawah pola kesehatan, dan 2) untuk mengidentifikasi

masalah, faktor penyebab masalah, kemampuan klien untuk dapat mencegah

atau memecahkan masalah (Doenges, 2000).

Menurut Doenges (2000), langkah-langkah menentukan diagnosa

keperawatan yaitu: klasifikasi data,interpretasi data, menentukan hubungan

sebab akibat, dan merumuskan diagnosa keperawatan. Fokus Diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul adalah:

1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrient yang tidak adekuat.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang

tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah

4. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit dan program pengobatan

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan

proses penyakit

L. Fokus Intervensi

Menurut Doenges (2000), perencanaan adalah pengembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah

43

diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.Adapun beberapa kegiatan yang

dilakukan dalam tahap perencanaan itu adalah: menentukan prioritas masalah

keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana

tindakan keperawatan, dan menetapkan rasional rencana keperawatan.

Intervensi keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol

Kriteria Hasil :

- Skalanyeri 0-2

- Klien mengatakan nyeriberkurang

- Klien tampak rileks

Intervensi :

a. Kaji dan catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, dan

intensitasnya ( dengan skala nyeri 0 - 10 ).

Rasional : untuk menentukan intervensi dan mengetahui efek terapi.

b. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering.

Rasional : makanan sebagai penetralisasi asam lambung

c. Jelaskan agar Klien menghindari makanan yang dapat merangsang

lambung, seperti makanan pedas dan asam.

Rasional : makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa

lambung

d. Atur posisi tidur yang nyaman bagi Klien.

Rasional : posisi yang nyaman dapat menurunkan nyeri

44

e. Anjurkan Klien untuk melakukan tehnik relaksasi seperti menarik

napas dalam, mendengarkan musik, menonton TV dan membaca.

Rasional : teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian Klien,

sehingga dapat menurunkan nyeri

f. Berikan terapi obat analgesik dan antasida.

Rasional : untuk menghilangkan nyeri lambung

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrient yang tidak adekuat.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

Kriteria Hasil:

- Nafsu makan meningkat

- BB menunjukan peningkatan

Intervensi :

a. Kaji status nutrisi dan pola makan klien.

Rasional : sebagai dasar untuk menentukan intervensi

b. Puasakan Klien selama fase akut.

Rasional : menurunkan rangsangan lambung, sehingga mencegah

muntah

c. Jelaskan agar Klien menghindari minuman yang mengandung kafein.

Rasional : kafein dapat merangsang aktifitas gaster

d. Timbang berat badan Klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.

Rasional : untuk mengetahui status nutrisi klien

e. Berikan terapi multivitamin dan antasida sesuai program medis.

45

Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan dan menghilangkan

mual

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang

tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah

Tujuan : Mempertahankan volume cairan yang adekuat

Kriteria Hasil:

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Catat karakteristik muntah dan drainase.

Rasional : untuk membedakannya dengan gejala distres gaster

b. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi sebagai indikator

terjadinya dehidrasi

c. Pertahankan tirah baring.

Rasional : untuk menurunkan kerja gaster, sehingga mencegah

terjadinya muntah

d. Berikan cairan peroral dua liter / hari.

Rasional : untuk menetralisir asam lambung

e. Jelaskan pada Klien untuk menghindari kafein.

Rasional : kafein dapat merangsang produksi asam lambung

46

f. Berikan terapi antibiotik, antasida dan vitamin K sesuai program

medis.

Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis

4. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit dan program pengobatan

Tujuan : Mengatasi rasa cemas

Kriteria Hasil :

- Kecemasan berkurang

Intervensi :

a. Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit

kepala, sensasi kesemutan.

Rasional : dapat menjadi indikator untuk menilai derajat takut yang

dialami Klien. Tetapi, respon ini juga berhubungan dengan kondisi

fisik / status shock

b. Dorong Klien untuk menyatakan perasaan takut dan kecemasan yang

ia hadapi dengan memberikan umpan balik.

Rasional : membuat sebuah hubungan terapeutik

c. Berikan informasi yang akurat.

Rasional : melibatkan Klien dalam rencana asuhan dan menurunkan

kecemasan yang tak perlu akibat ketidaktahuan Klien

d. Berikan lingkungan yang tenang untuk Klien beristirahat.

Rasional : memindahkan Klien dari pengaruh stresor luar,

meningkatkan relaksasi serta dapat meningkatkan keterampilan

koping

47

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan

proses pengobatan

Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang prognosis

Kriteria Hasil :

- Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program pengobatan

- Klien dan keluarga Klien mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

- Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat / tim kesehatan lainnya

Intervensi :

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan Klien tentang proses

penyakit yang spesifik.

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan Klien

tentang proses penyakitnya

b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepat.

Rasional : memudahkan Klien dalam mengetahui tanda dan gejala

pada penyakit yang dialaminya

c. Sediakan informasi pada Klien tentang kondisi, dengan cara yang

tepat.

Rasional : memberikan informasi pada Klien tentang kondisi

prognosis penyakitnya

48

d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan.

Rasional : untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang atau

proses pengontrolan penyakit.

49

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Indentitas klien

Pengkajian menggunakan metode observasi, wawancara dengan

klien, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi (Autoanamnese dan

Alloanamnese). Pengkajian dilakukan pada hari selasa, tanggal 26 juni

2018 diruang Interna Rumah Sakit Umum Bombana. Dari data yang

diperoleh, diketahui bahwa Klien bernama Ny. Hj berumur 59 tahun,

agama Islam, suku Bugis, pendidikan terakhir SD, seorang ibu rumah

tangga dengan alamat Desa Tunas Baru. Ny. “Hj” masuk rumah sakit

dengan keluhan utama sakit pada uluh hati .

2. Riwayat Kesehatan Klien

Pengkajian tentang riwayat keperawatan (Nursing history), keluhan

klien pada saat pengkajian yaitu klien mengatakan keadaan sudah agak

membaik. Riwayat keluhan :klien mengatakan nyeri pada lambung.

Adapun keluhan yang menyertai yaitu klien mengatakan batuk.

Riwayat kesehatan masa lalu, setelah melakukan anamneses,Klien

mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit umum Bombana

dengan penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK). Klien tidak memiliki

riwayat alergi terhadap obat-obatan yang biasa dikonsumsi, makanan

ataupun minuman.Klien tidak memiliki kebiasaan merokok atau

mengkonsumsi alcohol.

50

Riwayat kesehatan keluarga, pada saat dilakukan pengkajian

mengenai riwayat kesehatan dalam keluarga, Klien mengatakan dalam

anggota keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan

Klien, Klien dan anggota keluarga tidak memiliki riwayat penyakit

keturunan atau penyakit menular.

Genogram :

Gambar 3.1 Genogram Ny. hj

Interprestasi :

G II : Keluarga ayah maupun ibu responden tidak ada yang menderita penyakit

gastritis ataupun penyakit dengan riwayat keturunan.

G III : Klien menderita penyakit gastritis yang belum pernah diderita oleh kedua

orang tuanya .

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

X : Meninggal

? : Umur tidak di Ketahui

x

59 55

X

51

_____ : Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Klien

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum Klien dalam keadaan lemah,

ekspresi wajah meringis, kesadaran klien composmentis (E4V5M6), dan pada

pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah (TD) didapatkan 120/80 mmHg,

nadi : 86 x/menit, respirasi (R) 20x/menit, suhu tubuh (S) 36 ºC.

Pada pemeriksaan body system, pernapasan (B1 : Breathing), posisi hidung

simetris, tidak terdapat kelainan bentuk hidung, keadaan septum normal tidak

terdapat deviasi septum, tidak ada secret, tidak ada radang serta tidak ada

pernapasan cuping hidung.Pada pemeriksaan dada, bentuk dada simetris,

ekspansi dada simetris, palpasi dada vocal fremitus, suara nafas vesikuler serta

tidak ada suara nafas tambahan.

Pada pemeriksaan sistem cardiovaskuler (B2 : Bleeding), saat dilakukan

palpasi Klien tidak menunjukan adanya nyeri tekan, tidak ada pembesaran

jantung, suara jantung normal, tidak terdengar suara tambahan, CRT < 3 detik,

tidak ada nyeri dada, akral dingin.

Pada pemeriksaan system persyarafan (B3 : Brain), di dapatkan Glasgow

Come Scale (E4V5M6) dengan nilai total : 15, kepala dan wajah simetris. Mata ;

simetris, sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor kanan dan

kiri, bola mata simetris, kelopak mata membuka mata, serta tidak menggunakan

alat bantu penglihatan. Telinga; simetris, tidak ada serumen, pada saat dilakukan

tes berbisik pendengaran kiri dan kananKlien tidak mengalami gangguan

52

pendengaran. Leher dan bahu ; tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak

terdapat pembesaran vena jugularis, klien dapat mengangkat bahu, memalingkan

kepala, tidak terdapat kaku kuduk. Refleks ; menelan, patella kanan dan kiri,

bisep, trisep normal. Pendengaran kanan dan kiri normal, penciuman normal,

pengecapan normal, penglihatan normal, perabaan dingin, status mental

terorientasi waktu,tempat dan orang.

Pada pemeriksaan perkemihan-eliminasi uri (B4 : Bladder), frekuensi

buang air kecil Ny.Hj sebelum dan selama sakit tidak ada perubahan 5-6 x

sehari (± 1500ml/hari), berwarna kuning, berbau khas amoniak serta tidak

menunjukan adanya masalah dalam berkemih.

Pada pemeriksaan pencernaan- eliminasi alvi (B5 : Bowel), mulut ; tidak ada

radang, tidak memakai gigi palsu, tidak ada stomatitis, tidak ada nyeri, bibir

kering.Tenggorokan ; tidak ada radang, tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri

menelan. Abdomen ; tidak membuncit, tidak ada pembesaran hepar, nyeri tekan

pada daerah epigastrium, peristaltik usus normal 8 x/ menit. BAB 1 kali perhari

konsistensi lunak, tidak mengalami diare, konstipasi, dan hemoroid.Nutrisi

;Klien mengalami anoreksia dan mual.

Pemeriksaan selanjutnya yaitu tulang-otot-integumen (B6 : Bone),

pergerakan sendi Klien bebas, kekuatan otot normal, turgor kulit (-), ekstremitas

atas terpasang infuse RL 20 tetes/menit di tangan kanan, sedangkan pada

ekstremitas bawah, tidak mengalami nyeri otot, nyeri sendi, tidak ada edema

serta tidak terdapat gangguan pada ekstemitas.

53

Pada pola aktifitas, sebelum sakit frekuensi makan 3 kali sehari, porsi

makan dihabiskan, dengan jenis makanan ; nasi, ikan dan sayur, sedangkan saat

sakit frekuensi makan 3x sehari, porsi makan tidak dihabiskan (1/4 porsi

dihabiskan) dengan diet TKTP ; bubur, telur, sayur. Klien tidak memiliki alergi

terhadap makanan.

Sebelum sakit, frekuensi minum 6-8 gelas sehari, jenis minuman air putih

sedangkan saat sakit frekuensi minum 6 gelas sehari, dengan jenis minuman air

hangat, Klien tidak alergi terhadap minuman.

Pada pemeriksaan personal hygiene, selama dirawat Klien tidak pernah

mandi hanya membersihkan diri dengan lap basah, sikat gigi 2 kali sehari serta

ganti pakaian 1 kali sehari, mencuci rambut dibantu oleh keluarga, kebersihan

diri nampak baik.

Istirahat dan aktivitas, klien tidur siang selama 3 jam (13.00-16.00),

sedangkan tidur malam Klien selama 8 jam dari jam 22.00 sampai dengan jam

05.00 ,Klien tidak mengalami gangguan tidur.

Pada pemeriksaan psikososial, social interaksi ; dukungan keluarga Klien

aktif, dukungan kelompok atau teman Klienbaik, reaksi saat interaksi dengan

perawat baik Klien dapat mempertahankan kontak mata, konflik yang terjadi

terhadap peran (Klien memikirkan perannya sebagai ibu rumah tangga).

Psikologis, persepsi terhadap penyakit ; cemas, harapan terhadap kesehatan;

ingin cepat sembuh, masalah yang berhubungan dengan penyakit ; gelisah.

Spiritual ;Klien selalu berdoa.

54

Selama perawatan dirumah sakit, terapi yang didapatkan oleh Ny. Hj yaitu

infuse RL 20 tetes/menit, injeksi ranitidine 1 amp/ 8 jam (obat ranitidine

digunakan untuk menangani gejala dan penyakit akibat produksi asam lambung

yang berlebihan), injeksi cefoperazone 1 gr/ 12 jam (antibiotik), ketorolac 1

amp/12 jam (analgetik)

Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium pada Ny. Hj ataupun

pemeriksaan penunjang lainnya terkait dengan penyakit gastritis yang

dideritanya.

55

DATA FOKUS

Nama Klien : Ny.Hj Nama mahasiswa :Irawati

Tabel 3.1Data FokusNy.Hj dengan Gastritis

Data subjektif Data objektif

Klien mengatakan nyeri pada

daerah epigastrium

Klien mengatakan nyerinya seperti

ditusuk-tusuk

Klien mengatakan sifat nyeri

hilang timbul

Klien mengatakan nyeri pinggul

Klien mengatakan merasa mual

Klien mengatakan nafsu makannya

menurun

Klien mengatakan cemas terhadap

penyakitnya

Klien mengatakan ingin cepat

sembuh

Ku lemah

Wajah klien nampak meringis

Nyeri tekan pada daerah

epigastrium

Skala nyeri 8 ( berat)

TTV : TD : 120/80 mmHg

P : 20 x / menit

N : 86 x / menit

S : 360C

Akral dingin

Bibir kering

Turgor kulit (-)

Porsi makan tidak dihabiskan

(1/4 porsi yang dihabiskan)

Nampak terpasang infus RL

20 tetes/menit pada tangan

kanan

56

PERUMUSAN MASALAH

Nama Klien : Ny.Hj Nama mahasiswa :Irawati

Nip : 1440102017000341

Ruang Rawat : Penyakit dalam

Tabel 3.2 Perumusan MasalahNy.Hj dengan Gastritis

No Data Kemungkinan Penyebab

(Pohon Masalah) Masalah

1. DS :

- Klien mengatakan

nyeri pada daerah

epigastrium

- Klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk-

tusuk

- Klien mengatakan

nyeri yang dirasakan

Faktor Pencetus (Mengkonsumsi makanan yang

berbumbu dan pedas, stres, alkohol, pola makan tidak

teratur, dll)

Mengiritasi mukosa lambung

Difusi kembali asam pepsin kedalam jaringan lambung

Inflamasi

Nyeri epigastrium

Nyeri akut

57

hilang timbul

- Klien mengatakan

nyeri pinggul

DO :

- Ku lemah

- Klien nampak

meringis

- Nyeri tekan pada

daerah epigastrium

- Skala nyeri 8 (berat)

- TTV :

- TD : 120/80

mmHg

- P : 20 x /

menit

- N : 86 x /

menit

- S : 360

C

- Akral dingin

Nyeri

58

2 DS :

Klien mengatakan merasa

mual

DO :

- KU Lemah

- Bibir kering

- Turgor kulit (-)

- Akral dingin

- Nampak terpasang infus

RL 20 tetes/menit pada

tangan kanan

Faktor Pencetus (Mengkonsumsi makanan yang

berbumbu dan pedas, stres, alkohol, pola makan tidak

teratur, dll)

Mengiritasi mukosa lambung

Difusi kembali asam pepsin kedalam

jaringan lambung

Penghancuran sel mukosa

Asam lambung meningkat

Mual muntah

Intake dan output tidak seimbang

Defisit volume cairan

Defisit volume cairan

59

3. DS :

- Klien mengatakan

merasa mual

- Klien mengatakan

nafsu makannya

menurun

DO :

- Ku lemah

- Porsi makan tidak

dihabiskan (hanya ¼

porsi yang

dihabiskan)

- Nampak terpasang

infus RL 28

tetes/menit

- Akral dingin

Faktor Pencetus (Mengkonsumsi makanan yang

berbumbu dan pedas, stres, alkohol, pola makan tidak

teratur, dll)

Mengiritasi mukosa lambung

Difusi kembali asam pepsin kedalam

jaringan lambung

Penghancuran sel mukosa

Asam lambung meningkat

Mual muntah

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

60

4. DS :

- Klien mengatakan

cemas memikirkan

keadaan penyakitnya

- Klien berharap cepat

sembuh

DO :

- Klien Nampak

gelisah

- Klien Nampak

cemas

Perubahan status kesehatan

Kurang informasi

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Cemas

Ansietas

61

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada mukosa lambung

ditandai dengan :

Data Subyektif :

- Klien mengatakan nyeri pada daerah uluh hati

- Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk

- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

- Klien mengatakan nyeri pinggul

Data Obyektif :

- Ku lemah

- Klien nampak meringis

- Nyeri tekan pada daerah epigastrium

- Skala nyeri 8 (berat)

- TTV :

- TD : 120/80 mmHg

- P : 20 x / menit

- N : 86 x / menit

- S : 360 C

- Akral dingin

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan out put yang tidak

seimbang ditandai dengan :

Data Subjektif :

- Klien mengatakan merasa mual

62

Data Obyektif :

- Ku lemah

- Bibir kering

- Turgor kulit (-)

- Nampak terpasang infus RL 20 tetes/menit

- Akral dingin

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang ditandai dengan :

Data Subjektif :

- Klien mengatakan merasa mual

- Klien mengatakan nafsu makannya menurun

Data Obyektif :

- Ku lemah

- Porsi makan tidak dihabiskan (hanya ¼ porsi yang dihabiskan)

- Nampak terpasang infus RL 20 tetes/menit

- Akral dingin

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan

penyakitnya yang ditandai dengan :

Data Subyektif :

- Klien mengatakan cemas memikirkan keadaan penyakitnya

- Klien berharap cepat sembuh

63

Data Obyektif :

- Klien nampak gelisah

- Klien nampak cemas

64

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama Klien : Ny.Hj Nama mahasiswa : Irawati

Nim :1440102017000341

Tabel 3.3Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny.Hj dengan Gastritis

No DIAGNOSA

KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan &Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan

dengan proses inflamasi

pada mukosa lambung

ditandai dengan :

Data Subyektif :

- Klien mengatakan

nyeri pada daerah

uluh hati

- Klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk-

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x24 jam

diharapkan nyeri klien

dapat berkurang dengan

kriteria hasil :

- Klien tampak rileks

- Skala nyeri 1 – 3

(Nyeri ringan)

1. Kaji skala nyeri

2. Observasi TTV

3. Atur posisi yang

nyaman

4. Ajarkan teknik

relaksasi napas dalam

5. Hindari makanan yang

1. Mengetahui perkembangan nyeri

klien

2. Mengetahui perkembangan klien

3. Posisi yang tepat dan dirasa

nyaman oleh klien dapat

mengurangi resiko klien terhadap

nyeri

4. Untuk mengurangi nyeri

5. Makanan yang bersifat iritan

65

tusuk

- Klien mengatakan

nyeri yang dirasakan

hilang timbul

- Klien mengatakan

nyeri pinggul

Data Obyektif :

- Ku lemah

- Klien nampak

meringis

- Nyeri tekan pada

daerah uluh hati

- Skala nyeri 8 (berat)

- TTV :

- TD : 120/80 mmHg

- P : 20 x / menit

- N : 86 x / menit

- S : 360 C

- Akral dingin

bersifat iritan

6. Beri HE tentang

penyebab nyeri

7. Kolaborasi dalam

pemberian obat

analgesik & antibiotik

dapat mengiritasi mukosa

lambung

6. Agar klien mengetahui penyebab

nyeri yang dialami

7. Menurunkan keasaman gaster

dengan absorpsi atau netralisis

zat kimia

66

2 Defisit volume cairan

berhubungan dengan

intake dan out put yang

tidak seimbang ditandai

dengan :

Data Subjektif :

- Klien mengatakan

merasa mual

Data Obyektif :

- Ku lemah

- Bibir kering

- Turgor kulit (-)

- Nampak terpasang

infus RL 20

tetes/menit

- Akral dingin

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan kebutuhan

cairan adekuat

terpenuhidengan kriteria

hasil :

- Membran mukosa

lembab

- Turgor kulit baik

- Tanda-tanda vital

dalam batas normal

1. Kaji input dan out put

cairan

2. Anjurkan klien untuk

mengkonsumsi cairan

peroral 2 liter perhari

3. Jelaskan pada klien

untuk menghindari

minuman yang dapat

meningkatkan produksi

asam lambung

4. Kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian

cairan parenteral

1. Mengetahui intake cairan klien

2. Untuk menetralisir asam lambung

dan memenuhi kebutuhan cairan

klien

3. Untuk mencegah peningkatan

asam lambung akibat minuman

yang dapat merangsang produksi

asam lambung

4. Umtuk memenuhi kebutuhan

cairan klien

3. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1. Kaji pola makan klien

2. Anjurkan makan sedikit

1. Mengetahui intake nutrisi klien

2. Menghindari terjadinya mual

67

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake yang kurang

ditandai dengan :

Data Subjektif :

- Klien mengatakan

merasa mual

- Klien mengatakan

nafsu makannya

menurun

Data Obyektif :

- Ku lemah

- Porsi makan tidak

dihabiskan (hanya ¼

porsi yang dihabiskan)

- Nampak terpasang

infus RL 28

tetes/menit

- Akral dingin

selama 3x24 jam

diharapkan pemenuhan

nutrisi klien dapat

terpenuhi dengan kriteria

hasil :

- Nafsu makan klien

membaik

- Porsi makan

dihabiskan

- Mual (-)

tapi sering

3. Anjurkan makan selagi

hangat

4. Beri HE tentang

pentingnya nutrisi bagi

tubuh

5. Kolaborasi dengan tim

ahli gizi dalam

pemberian diet

karena pengisian lambung secara

tiba-tiba

3.Dapat membangkitkan nafsu

makan

4. Agar klien mengetahui

pentingnya nutrisi bagi tubuh

5. Diet yang sesuai dapat

mempercepat penyembuhan

68

3. Ansietas berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan klien

tentang keadaan

penyakitnya ditandai

dengan :

Data Subyektif :

- Klien mengatakan

cemas memikirkan

keadaan penyakitnya

- Klien berharap cepat

sembuh

Data Obyektif :

- Klien Nampak gelisah

- Klien Nampak cemas

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan ansietas

berkurang dengan kriteria

hasil :

- Klien mengatakan

sudah mengetahui

tentang kondisi

penyakitnya

- Cemas (-)

- Gelisah (-)

- Klien nampak tenang

1. Observasi tingkat

kecemasan klien

2. Dorong klien untuk

menyatakan perasaan

takut dan kecemasan

yang ia hadapi dengan

memberikan umpan

balik

3. Berikan informasi yang

akurat tentang

perkembangan

penyakit klien

4. Berikan lingkungan

yang tenang untuk

klien beristirahat

1. Dapat menjadi indikator untuk

menilai derajat takut yang

dialami Klien. Tetapi respon ini

dapat juga berhubungan dengan

kondisi fisik / status shock.

2. Membuat sebuah hubungan

terapeutik

3. Melibatkan Klien dalam rencana

asuhan dan menurunkan

kecemasan yang tak perlu akibat

ketidaktahuan Klien

4. Memindahkan Klien dari

pengaruh stressor luar,

meningkatkan relaksasi

69

D. Implementasi Dan Evaluasi

Nama Klien : Ny.Hj Nama mahasiswa :irawati

Nim :1440102017000341

Ruang Rawat : Ruangan Penyakit dalam

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Pada Ny. hj dengan Gastritis

Hari Pertama

Diagnosa

Keperawatan

Hari

Tgl &

Jam

Implementasi Paraf

Hari

Tgl &

Jam

Evaluasi

SOAP

Paraf

CI

Nyeri akut

berhubungan dengan

proses inflamasi pada

mukosa lambung

selasa

26-06/18

15.00

1. Mengkaji tingkat nyeri,

karakteristik nyeri

Hasil :

- Skala nyeri 8 (berat)

- Sifat nyeri hilang timbul

- Nyeri yang dirasakan

pada daerah epigastrium

dan terasa seperti

ditusuk-tusuk

selasa

26-06/18

20.00

S :

- Klien

mengatakan

masih

merasakan

nyeri pada

daerah

epigastrium

O :

70

15.20

15.30

15.40

15.50

2. Mengobservasi TTV

Hasil :

- TD : 120/80 mmHg

- N : 86 x/menit

- P : 20 x/menit

- S : 36 ºC

3. Mengatur posisi yang

nyaman bagi klien dengan

posisi semi fowler

Hasil : klien merasa

nyaman dengan posisi

semi fowler

4. Mengajarkan teknik

relaksasi napas dalam

Hasil : Klien dapat

mendemonstrasikan tehnik

nafas dalam dengan baik

5. Memberi HE tentang

penyebab nyeri

- Ku lemah

- Wajah klien

tampak

meringis

- Skala nyeri

8 (berat)

A:

- Masalah

belum

teratasi

P :

- Intervensi

dilanjutkan

71

16.00

Hasil : Klien paham

dengan penyebab nyeri

yang dirasakan

6. Penatalaksanaan

pemberian injeksi

ranitidine 1 amp /8jam, Inj

Cefoperazone 1 gr/12

jam& pemberianinj

Ketorolac 1 amp/12 jam

Defisit volume cairan

berhubungan dengan

intake dan out put

yang tidak seimbang

selasa

26-06/18

16.10

16.20

1. Mengkaji input dan out put

cairan

Hasil : klien minum 6 gelas

perhari, klien belum dapat

minum banyak karena

merasa mual, cairan infus

20 tetes/menit, haluaran

urine 1500cc/24 jam

2. Menganjurkan klien untuk

mengkonsumsi cairan

selasa

26-06/18

20.10

S :

- Klien

mengatakan

belum dapat

minum air

putih >6

gelas

O :

- TTV :

TD : 120/80

72

16.30

peroral 2 liter perhari

Hasil : Klien hanya mampu

minum air putih 3 gelas

perhari

3. Menjelaskan pada klien

untuk menghindari

minuman yang dapat

meningkatkan produksi

asam lambung

Hasil : klien memahami

bahwa minuman seperti

kopi, teh, minuman yang

terlalu dingin, minuman

yang terlalu panas,

minuman mengandung gas

dan minuman yang

beralkohol dapat

menyebabkan peningkatan

produksi asam lambung

mmHg, N :

80 x/menit,

P : 20 x/menit

S : 36 ºC

- Mukosa

bibir klien

sudah mulai

lembab

- Turgor kulit

sudah mulai

baik

A:

- Masalah

belum

teratasi

P :

- Intervensi

dilanjutkan

73

16.40

4.Penatalaksanaan pemberian

cairan parenteral

Hasil : Klien diberi cairan

parenteral (infus RL 28

tetes/menit).

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake yang kurang

selasa

26-06/18

17.20

17.30

1. Mengkaji pola makan klien

Hasil :

- Frekuensi makan 3 x sehari

- Porsi makan tidak

dihabiskan ( porsi yang

dihabiskan ¼ porsi )

- Diet yang diberikan diet

TKTP (bubur, sayur dan

telur)

2. Menganjurkan makan

sedikit tapi sering

Hasil : klien makan dengan

frekuensi 3 kali sehari

dengan porsi ¼

selasa

26-06/18

20.30

S:

- Klien

mengatakan

masih

kurang

nafsu

makan

O:

- Ku lemah

- Porsi

makan tidak

dihabiskan

(hanya ¼

porsi makan

74

17.40

17.50

18.00

3. Menganjurkan makan

selagi hangat

Hasil : klien berusaha

makan ketika makanan

yang diberikan masih

dalam keadaan hangat

4. Memberi HE tentang

pentingnya nutrisi bagi

tubuh

Hasil : Klien paham

dengan manfaat nutrisi bagi

dirinya selama ia sakit

5. Penatalaksanaan pemberian

diet TKTP

Hasil : klien diberi makan

bubur, telur dan sayur&

lauk pauk

yang

dihabiskan)

- Rasa mual

klien mulai

berkurang

A:

- Masalah

belum

teratasi

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Ansietas berhubungan

dengan kurangnya

selasa

26-06/18

1. Mengkaji tingkat

kecemasan klien

selasa

26-06/18

S :

- Klienmenga

75

pengetahuan klien

tentang keadaan

penyakitnya

18.30

18.40

18.50

Hasil :

- Klien nampak cemas dan

gelisah

2. Mendorong klien untuk

menyatakan perasaan takut

dan kecemasan yang ia

hadapi dengan memberikan

umpan balik

Hasil :

- Klien mengatakan cemas

terhadap kondisi

penyakitnya

3. Memberikan informasi

yang akurat tentang

penyakit klien

Hasil :

- Klien mendengarkan

penjelasan perawat

dengan baik tentang

20.40

takan masih

cemas

terhadap

penyakitnya

O :

- Klien

nampak

gelisah

A :

- Masalah

belum

teratasi

P :

- Intervensi

dilanjutkan

76

19.00

penyakit gastritis yang

dideritanya

4. Memberikan lingkungan

yang tenang agar Klien

dapat beristirahat

Hasil : Membatasi

pengunjung

Hari Kedua

Diagnosa

Keperawatan

Hari

Tgl &

Jam

Implementasi Paraf

Hari

Tgl &

Jam

Evaluasi

SOAP

Paraf

CI

Nyeri akut

berhubungan dengan

proses inflamasi pada

mukosa lambung

Rabu

27-06/18

08.10

1. Mengkaji tingkat nyeri,

karakteristik nyeri

Hasil :

- Skala nyeri 6 (sedang)

- Sifat nyeri hilang timbul

- Nyeri yang dirasakan

pada daerah epigastrium

Rabu

27-06/18

13.30

S :

- Klien

mengatakan

nyeri pada

daerah

epigastrium

sudah

77

08.25

08.40

09.00

2. Mengobservasi TTV

Hasil :

- TD : 110/70 mmHg

- N : 84 x/menit

- P : 24 x/menit

- S : 37'5 ºC

3. Mengatur posisi yang

nyaman bagi klien dengan

posisi semi fowler

Hasil : klien merasa

nyaman dengan posisi

semi fowler

4. Menganjurkan klien untuk

melakukan teknik relaksasi

napas dalam apabila nyeri

timbul

Hasil : Klien melakukan

teknik nafas dalam dengan

baik ketika nyeri terasa

berkurang

O :

- Ku sedang

- Wajah klien

tampak

meringis

sesekali

ketika nyeri

timbul

- Skala nyeri

6 (sedang)

A:

- Masalah

belumterata

si

P :

- Intervensi

dilanjutkan

78

09.20

5. Penatalaksanaan

pemberian injeksi

ranitidine 1 amp /8jam, Inj

Cefoperazone 1 gr/12

jam& pemberianinj

Ketorolac 1 amp/12 jam

Defisit volume cairan

berhubungan dengan

intake dan out put

yang tidak seimbang

Rabu

27-06/18

09.30

09.40

1.Mengkaji input dan out put

cairan

Hasil : klien sudah dapat

minum 7 gelas air putih,

klien diberi cairan infus RL

20 tetes/menit, haluaran

urine 1500cc/24 jam

2. Menganjurkan klien untuk

mengkonsumsi cairan

peroral 2 liter perhari

Hasil : Klien hanya mampu

minum air putih 7 gelas air

putih

Rabu

27-06/18

14.00

S :

- Klien

mengatakan

mual sudah

muali

berkurang

O :

- TTV :

TD : 120/80

mmHg, N :

88x/menit,

P : 22 x/menit

S : 37 ºC

79

09.50

10.00

3.Menganjurkan pada klien

untuk menghindari

minuman yang dapat

meningkatkan produksi

asam lambung

Hasil : klien menghindari

minuman seperti kopi, teh,

minuman yang terlalu

dingin, minuman yang

terlalu panas, minuman

mengandung gas dan

minuman yang beralkohol

dapat menyebabkan

peningkatan produksi asam

lambung

4.Penatalaksanaan pemberian

cairan parenteral

Hasil : infus RL 28

tetes/menit tetap

- Mukosa

bibir klien

mulai

lembab

- Turgor kulit

sudah

membaik

A:

- Masalah

belum

teratasi

P :

- Intervensi

dilanjutkan

80

dilanjutkan

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake yang kurang

Rabu

27-06/18

11.20

11.30

11.40

1. Mengkaji pola makan klien

Hasil :

- Frekuensi makan 3 x sehari

- Porsi makan tidak

dihabiskan (porsi yang

dihabiskan masih ¼ porsi )

- Diet yang diberikan diet

TKTP (bubur, sayur dan

telur)

2. Menganjurkan makan

sedikit tapi sering

Hasil : klien makan dengan

frekuensi 3-4 kali sehari

dengan porsi ¼

3. Menganjurkan makan

selagi hangat

Hasil : klien berusaha

makan ketika makanan

Rabu

27-06/18

14.30

S:

- Klien

mengatakan

masih

kurang

nafsu

makan

O:

- Ku sedang

- Porsi

makan tidak

dihabiskan

(hanya ¼

porsi makan

yang

dihabiskan)

A:

- Masalah

81

11.50

yang diberikan masih

dalam keadaan hangat

4. Penatalaksanaan pemberian

diet TKTP

Hasil : klien diberi makan

bubur, telur dan sayur&

lauk pauk

belum

teratasi

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Ansietas berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan klien

tentang keadaan

penyakitnya

Rabu

27-06/18

13.00

13.10

1. Mengkaji tingkat

kecemasan klien

Hasil :

- Klien nampak tenang,

tingkat kecemasan ringan

2. Mendorong Klien untuk

menyatakan perasaan takut

dan kecemasan yang ia

hadapi dengan memberikan

umpan balik

Rabu

27-06/18

14.40

S :

- Kliensudah

memahami

tentang

keadaan

penyakitnya

O :

- Klien

nampak

tenang

82

13.20

13.30

Hasil :

- Klien mengatakan sudah

memahami kondisi

penyakitnya

3. Memberikan informasi

yang akurat tentang

penyakit klien

Hasil :

- Klien mendengarkan

penjelasan perawat

dengan baik tentang

penyakit gastritis yang

dideritanya

4. Memberikan lingkungan

yang tenang agar Klien

dapat beristirahat

Hasil : Membatasi

pengunjung

A :

- Masalah

teratasi

P :

- Intervensi

dihentikan

83

Hari Ketiga

Diagnosa

Keperawatan

Hari

Tgl &

Jam

Implementasi Paraf

Hari

Tgl &

Jam

Evaluasi

SOAP

Paraf

CI

Nyeri akut

berhubungan dengan

proses inflamasi pada

mukosa lambung

kamis

28-06/18

08.10

08.15

1. Mengkaji tingkat nyeri,

karakteristik nyeri

Hasil :

- Skala nyeri3 (ringan)

- Sifat nyeri hilang timbul

- Nyeri yang dirasakan

pada daerah epigastrium

2. Mengobservasi TTV

Hasil :

- TD : 120/70 mmHg

- N : 76 x/menit

- P : 24 x/menit

- S : 37 ºC

kamis

28-06/18

13.00

S :

- Klien

mengatakan

nyeri pada

daerah

epigastrium

sudah

berkurang

O :

- Ku sedang

- Skala nyeri

2 (ringan)

A:

84

08.20

08.30

08.40

3. Mengatur posisi yang

nyaman bagi klien dengan

posisi semi fowler

Hasil : klien merasa

nyaman dengan posisi

semi fowler

4. Mengajarkan tehnik

relaksasi napas dalam

Hasil : Klien dapat

mendemonstrasikan tehnik

nafas dalam dengan baik

ketika nyeri terasa

5. Penatalaksanaan

pemberian injeksi

ranitidine 1 amp /8jam, Inj

Cefoperazone 1 gr/12

jam& pemberianinj

Ketorolac 1 amp/12 jam

- Masalah

teratasi

P :

- Intervensi

dihentikan

Defisit volume cairan kamis 1. Mengkaji input dan out kamis S :

85

berhubungan dengan

intake dan out put

yang tidak seimbang

28-06/18

09.00

09.10

09.20

put cairan

Hasil : klien sudah dapat

minum 7-8 gelas air putih,

pemberian cairan infus RL

20 tetes/menit, haluaran

urine 1500cc/24 jam

2. Membantu klien untuk

mempertahankan masukan

cairan peroral 2 liter perhari

Hasil : klien sudah dapat

minum 7-8 gelas air putih

3. Menganjurkan klien untuk

tetap menghindari minuman

yang dapat meningkatkan

produksi asam lambung

Hasil : klien memahami

bahwa minuman seperti

kopi, teh, minuman yang

terlalu dingin, minuman

28-06/18

13.10

- Klien

mengatakan

mualnya

sudah

hilang

O :

- TTV :

TD : 120/80

mmHg, N :

84 x/menit,

P : 21 x/menit

S : 36 ºC

- Mukosa

bibir klien

lembab

- Turgor kulit

(+)

A:

- Masalah

86

09.30

yang terlalu panas,

minuman mengandung gas

dan minuman yang

beralkohol dapat

menyebabkan peningkatan

produksi asam lambung

4.Penatalaksanaan pemberian

cairan parenteral

Hasil : Pemberian cairan

parenteral tetap

dilanjutkan(infus RL 28

tetes/menit).

teratasi

P :

- Intervensi

dihentikan

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake yang kurang

1. Mengkaji pola makan klien

Hasil :

- Frekuensi makan 3-4 x

sehari

- Porsi makan tidak

dihabiskan (porsi yang

dihabiskan masih 1/2 porsi)

kamis

28-06/18

13.30

S:

- Klien

mengatakan

nafsu

makan

sudah

membaik

87

- Diet yang diberikan diet

TKTP (bubur, sayur dan

telur)

2. Menganjurkan makan

sedikit tapi sering

Hasil : klien makan dengan

frekuensi 3-4 kali sehari

dengan porsi dihabiskan

3. Menganjurkan makan

selagi hangat

Hasil : klien makan ketika

makanan yang diberikan

masih dalam keadaan

hangat

4. Penatalaksanaan pemberian

diet TKTP

Hasil : klien diberi makan

bubur, telur dan sayur&

lauk pauk

O:

- Ku baik

- Porsi

makan

dihabiskan

A:

- Masalah

teratasi

P :

- Intervensi

dihentikan

88

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada sub bab ini, penulis akan membahas kesenjangan yang ada dengan

membandingkan antara konsep teori dan hasil studi kasus serta membahas

kesenjangan yang ditemukan. Untuk memudahkan pembahasan, penulis

membahas sesuai dengan tahapan proses keperawatan.

A. Pengkajian

Proses pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal pada Ny. Hj dengan

diagnosis medis Gastritis, pada tahap pengkajian penulis menemukan data

dasar melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis

klien.

Pada tahap pengkajian ada kesenjangan antara teori dan kasus.Pada teori,

etiologi pada klien dengan gastritis adalah diet yang tidak benar,

mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi obat-obatan aspirin dan bisa juga

disebabkan oleh bakteri helicobacter pylori.Sedangkan pada kasus yang

ditemukan penyebab gastritisnya adalah pola makan yang tidak teratur.Pada

klien tidak ditemukan akibat dari alkohol maupun penyebab lainnya, karena

klien tidak mengkonsumsi obat aspirin, alkohol ataupun memiliki kebiasaan

merokok.Pada teori Price (2005), klien dengan gastritis ditemukan tanda dan

gejala seperti nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, tidak nafsu makan

dan kadang terjadi perdarahan.

89

Komplikasi yang sering terjadi pada teori yaitu perdarahan saluran cerna

bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena.Tetapi pada kasus tidak

ditemukan adanya komplikasi pada klien.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu memberikan makan dengan

diet lunak, makan dengan porsi sedikit tapi sering dan menghindari makanan

yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, selain itu

penatalaksanaan medis pada teori dilakukan dengan pemberian analgetik dan

memberikan antibiotic serta obat yang dapat menekan produksi asam

lambung. Pemeriksaan diagnostic yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan

hematologi, pemeriksaan endoskopi, dan pemeriksaan sitologi, tetapi pada

kasus tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik karena tidak dianjurkan oleh

dokter.

Data yang ditemukan pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus adalah

muntah, kembungdan kadang terjadi perdarahan, sedangkan pada kasus tidak

ditemukan tanda dan gejala seperti perdarahan, muntah dan kembung hal ini

dikarenakan walaupun klien mengalami gastritis kronik, namun belum

sampai mengalami perdarahan lambung. Pada kasus yang didapatkan dalam

tahap pengkajian dengan gastritis,klien hanya mengalami nyeri pada

epigastrium sehingga menyebabkan nafsu makan klien menurun dan terjadi

mual, akibat adanya peningkatan asam lambung.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doengoes (2000), diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan

dari masalah pasien yang nyata (masalah yang sudah ada pada waktu

pengkajian) maupun potensial (masalah yang mungkin timbul bila tindakan

90

pencegahan tidak dilaksanakan) berdasarkan data yang telah dikumpulkan,

yang pemecahannya dapat dilakukan dalambatas wewenang perawat untuk

melakukannya.

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan perlu diketahui sifat yang

hakiki dari diagnosa keperawatan adalah berorientasi pada kebutuhan dasar

manusia, menggambarkan tanggapan atau respon individu terhadap proses

sakit, kondisi dan situasi dan berubah bila tanggapan / respon pasien

berubah.Manfaat dari diagnosa keperawatan yaitu memberi pedoman untuk

asuhan keperawatan secara komprehensif yang mandiri serta memberi

kesatauan bahasa dalam komunikasi perawatan secara komprehensif.

Pada landasan teori menurut Donges (2000), diagnosa keperawatan yang

timbul pada gastritis ada lima meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrient yang tidak adekuat

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang

tidak cukup dan kehilangan cairan belebihan karena muntah

4. Ansietas berhubungan dengan kondisi penyakit dan program pengobatan

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan

proses penyakit

Sedangkan diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus ada

empatmeliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada mukosa lambung

2. Defisit kekurangan cairan berhubungan intake cairan yang tidak adekuat

91

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang

keadaan penyakitnya

Kesenjangan yang ditemukan oleh penulis adalah defisiensi pengetahuan

yang ada dalam teori tidak ditemukan pada kasus.Hal ini dikarenakan tidak

ada data yang mendukung untuk diangkatnya diagnosa tersebut.

Kemudian penulis mengangkat diagnosa nyeri berhubungan dengan

adanya inflamasi mukosa lambung hal ini dikarenakan klien mengeluh nyeri

epigastrium, klien terlihat meringis dengan skala nyeri 8 (berat) ; Defisit

kekurangan cairan berhubungan intake cairan yang tidak adekuat hal ini

dikarenakan ditemukan data bibir klien kering, turgor kulit (-), akral dingin ;

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan nutrient yang tidak adekuat hal ini dikarenakan klien mengeluh

mual, klien mengatakan nafsu makan menurun dan keadaan umum lemah ;

ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang

penyakitnya hal ini karena klien selalu bertanya-tanya tentang kondisi

penyakitnya, klien terlihat gelisah dan nampak cemas.

Dalam mengangkat diagnosa, faktor pendukung yang penulis temukan

adalah diagnose tersebut sudah terdapat dalam buku Marilyn E. Doenges &

NANDA NIC-NOC sehingga mempermudah dalam penulisan karya tulis

ilmiah ini.

92

C. Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, tahap selanjutnya adalah

membuat perencanaan.Tahap perencanaan adalah menentukan kelanjutan dari

diagnosa yang telah dirumuskan. Tahapan ini sangat penting dalam proses

keperawatan karena menentukan keberhasilan dari asuhan keperawatan yang

akan dilaksanakan.

Dalam perencanaan, kesenjangan yang ditemukan dapat diuraikan

sebagai berikut :

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung,

intervensi yang direncanakan pada kasus adalah kaji skala nyeri, observasi

tanda-tanda vital, atur posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi napas

dalam, beri HE tentang penyebab nyeri, kolaborasi dalam pemberian obat

analgesic dan antibiotik.

Sedangkan menurut teori adalah kaji dan catat keluhan nyeri, termasuk

lokasi, lamanya, dan intensitasnya (dengan skala nyeri 0-10), berikan makan

dalam porsi sedikit tapi sering, jelaskan agar Klien menghindari makanan

yang dapat merangsang lambung seperti makanan pedas dan asam, atur posisi

tidur yang nyaman bagi klien, anjurkan Klien untuk melakukan teknik

relaksasi seperti menarik napas dalam, mendengarkan musik, menonton TV

dan membaca, berikan terapi obat analgesik dan antasida sesuai indikasi.

Kesenjangan yang ditemukan adalah intervensi yang ada pada teori tidak

semuanya diterapkan pada kasus.

Pada diagnosa defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat, intervensi yang direncanakan pada kasus adalah kaji intake dan

93

out put cairan, anjurkan klien untuk masukan cairan peroral 2 liter/hari,

anjurkan klien untuk menghindari minuman yang dapat merangsang

peningkatan asam lambung dan antibiotikkolaborasi tentang penatalaksanaan

pemberian cairan parenteral.

Sedangkan menurut teori adalah catat karakteristik muntah dan drainase,

observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, pertahankan tirah baring, berikan

cairan peroral dua liter / hari, jelaskan pada Klien untuk menghindari kafein

dan berikan terapi antibiotik, antasida dan vitamin K sesuai program medis.

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat, intervensi yang

direncanakan pada kasus adalah kaji pola makan klien, anjurkan makan

sedikit tapi sering, anjurkan makan selagi hangat, beri HE tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh dan kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian diet.

Sedangkan intervensi menurut teori adalah kaji status nutrisi dan pola

makan klien, puasakan Klien selama fase akut, jelaskan agar Klien

menghindari minuman yang mengandung kafein, timbang berat badan Klien

setiap hari dengan alat ukur yang sama, berikan terapi multivitamin dan

antasida sesuai program medis. Kesenjangan yang ditemukan adalah

intervensi puasakan klien selama fase akut tidak direncanakan pada kasus.

Pada diagnosa ansietas berhubungan dengan terjadinya perubahan status

kesehatan, intervensi yang direncanakan pada kasus adalah kaji tingkat

kecemasan klien, dorong klien unutuk menyatakan perasaan takut dan

kecemasan yang ia hadapi dengan memberikan umpan balik, berikan

94

informasi yang akurat, berikan lingkungan yang tenang untuk Klien

beristirahat.

Sedangkan intervensi yang ada pada teori adalah awasi respon fisiologis

misalnya takipnea, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan, dorong Klien

untuk menyatakan perasaan takut dan kecemasan yang ia hadapi dengan

memberikan umpan balik, berikan informasi yang akurat, berikan lingkungan

tenang untuk Klien beristirahat. Dalam diagnose ini tidak didapatkan adanya

kesenjangan yang begitu berarti antara intervensi yang ada dalam teori dan

intervensi yang penulis terapkan dalam kasus hal ini dikarenakan penulis

menggunakan intervensi yang direncanakan dalam teori.

Dari hasil tersebut diatas, menunjukkan bahwa tidak selamanya

intervensi yang ada pada teori dapat dilaksanakan pada kasus, karena dalam

penyusunan intervensi keperawatan selalu melihat dari beratnya masalah

penyakit.Apabila pada intervensi yang pertama atau kedua dapat berhasil

tidak menutup kemungkinan intervensi berikutnya tidak dilaksanakan karena

melihat kondisi klien sudah membaik berkat intervensi yang telah

dilaksanakan.

D. Pelaksanaan

Dalam penyusunan tindakan keperawatan didasarkan pada prioritas

masalah serta tujuan yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan aspek

kondisi, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia. Secara prinsip

tentunya tidak ada perbedaan antara teori dengan kasus apabila diagnosa

keperawatan yang ada pada teori itu dan kasus yang ditemukan itu sama.

95

Jadi, penulis dapat mengatakan bahwa antara teori dan fakta tidak

ditemukan kesenjangan dalam hal rencana tindakan keperawatan. Karena

pada dasarnya rencana tindakan yang dibuat diaplikasikan dalam tahap

pelaksanaan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang direncanakan pada klien Ny. Hj

dapat dilaksanakan secara keseluruhan sesuai dengan perencanaan. Tidak

ditemukan kesenjangan yang berarti dalam pelaksanaan implementasi. Hal ini

dimungkinkan oleh kerja sama yang baik dengan perawat ruangan serta klien

dan keluarga yang cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan.

1. Pada hari pertama 26 juni 2018 yaitu semua intervensi yang terdapat pada

diagnosa satu sampai empat telah diimplementasikan berdasarkan dengan

beratnya masalah yang dihadapi oleh klien.

2. Pada hari kedua 27 juni 2018 yaitu semua intervensi pada diagnosa

pertama dan empat tetap dilaksanakan.

3. Pada hari ketiga 28 juni 2018 yaitu semua intervensi pada diagnosa

pertama dan ketiga tetap dilaksanakan, intervensi pada diagnosa keempat

dihentikan karena pada evaluasi hari kedua masalah telah teratasi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan pada tahap palaksanaan ditekankan pada keselamatan, keamanan

dan kenyamanan klien serta pencegahan komplikasi. Walaupun banyak

hambatan yang ditemukan selama pelaksanaan studi kasus ini, tetapi penulis

dapat mengatasi hambatan ini berkat adanya kerjasama dari keluarga klien,

tersedianya alat-alat sederhana yang dapat digunakan untuk melaksanakan

96

tindakan sesuai dengan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik serta urutan kerja

didasarkan pada teori yang ada.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada

evaluasi ini menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat tercapai.

Dari empat diagnosa keperawatan yang ditegakkan, setelah penulis

evaluasi semua diagnosa keperawatan yang ditegakkan dapat teratasi

diantaranya yaitu nyeri berhubungan dengan inflamasi pada mukosa lambung,

defisit volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang kurang, ansietas berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya. Hal ini dapat

tercapai berkat bantuan dari keluarga dan kerja sama penulis dengan petugas

yang ada.

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan

mengacu pada tujuan khusus dari pengambilan studi kasus, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada tahap pengkajian, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada

teori etiologi pada klien gastritis adalah diet yang tidak benar,

mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi obat-obatan aspirin sedangkan

pada kasus penyebab gastritisnya adalah pola makan yang tidak teratur.

Pada teori manifestasi klinis yang ditemukan adalah nyeri epigastrium,

mual, muntah, kembung, tidak ada nafsu makan, dan kadang terjadi

perdarahan sedangkan pada kasus manifestasi klinis yang ditemukan

adalah nyeri epigastrium, nafsu makan klien menurun dan terjadi mual.

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus adalah nyeri

berhubungan dengan inflamasi pada mukosa lambung, defisit volume

cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang kurang, ansietas berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.

3. Perencanaan keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan yang

telah disusun, kesenjangan yang ada yaitu intervensi yang ada pada teori

tidak semuanya diterapkan pada kasus.

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan berorientasi pada rencana yang telah

dibuat dan dapat dilaksanakan secara keseluruhan sesuai dengan

98

perencanaan hal ini dimungkinkan karena adanya kerja sama yang baik

dengan perawat ruangan serta klien dan keluarga yang cukup koperatif.

5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana dari

empat diagnose keperawatan yang diangkat dapat teratasi hal ini dapat

tercapai karena berkat bantuan dari keluarga dan kerja sama penulis dan

petugas atau perawat yang ada.

B. Saran

1. Bagi penulis untuk memudahkan pembuatan asuhan keperawatan perlu

adanya penguasaan literatur atau konsep penyakit guna meningkatkan

mutu dan kualitas asuhan keperawatan khususnya pada kasus gastritis.

2. Kepada pihak institusi pendidikan diharapkan untuk kegiatan perkuliahan

khususnya mahasiswa RPL lebih ditingkatkan dan waktunya ditambah

agar peserta dapat lebih memahami proses asuhan keperawatan khususnya

keperawatan medikal bedah

3. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien secara komprehensif

perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga

atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai kesehatan

optimal dengan prinsip pendekatan secara terapeutik.

99

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2003.Prinsip Dasar ilmu Gizi.jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Anonim. 2010. Medikal bedah untuk mahasiswa .Jogjakarta : Diva press

Brunner &Suddarth.2000. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : buku kedokteran

EGC

Budiyanto. 2010. Penyakit – Penyakit Infeksi Umum.Jakarta : Widya Medika

Baliwati. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: system pencernaan. Gosyen

Publishing. Yogyakarta.

Beyer. 2004.Gastritis.http:// www. astaga.com /content/Gastritis, diakses tanggal

5 Februari 2015

Depkes RI. 2001. Indonesia Sehat. Jakarta : Balai Pustaka

Doenges, Marilyn.,E. 2000. Rencana asuhan keperawatan ; Pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Ester , Monica. 2002. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Buku kedokteran

EGC

Ganong. 2001. Kapita selekta kedokteran klinik.Tangerang : binarupa aksara

publisher

Hastuti. 2007. Gastritis dan Penanganannya. Jakarta : Balai Pustaka

Iskandar.2009. Stres dan Lambung Anda. Jakarta : Arcan

Joykel & Hayes.E.2006. Farmakologi pendekatan proses keperawatan. Jakarta :

EGC

Nadesul.2011. Aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah.Jakarta : Salemba

medika

Nurarif, AH & Kusuma, H. 2014.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis & NANDA Nic-Noc: panduan penyusunan asuhan

keperawatan profesional. Yogyakarta : mediaction publishing

Okviani. 2011. Keperawatan Medikal Bedah: system pencernaan. Gosyen

Publishing. Yogyakarta.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi: konsep klinis

proses-proses penyakit, Edisi 6, Vol 1. EGC: Jakarta

Potter &Perry.2005. Fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi

4.Jakarta : EGC

100

Rosniyanti.2010.Gastritis.Jakarta : Salemba medika

Syaifuddin.2003. Anatomi Tubuh Manusia (untuk mahasiswa keperawatan), Edisi

2. Salemba Medika. Jakarta.

Warianto. 2013. Keperawatan medical bedah ; keperawatan dewasa teori dan

contoh askep. Yogyakarta : Nuha medika