KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN -...

27
ANALISA PELUANG USAHA PEMBUATAN KERUPUK RUMPUT LAUT DENGAN SARI BUAH WORTEL SEBAGAI PEWARNA TAMBAHAN OLEH : FIONA A.B.NIKYULUW, S.Pi,M.Si NIP. 10750205 200212 2 004 INSTRUKTUR MUDA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN RIZET DAN SUMBERDAYA MANUSIA KP PUSAT PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN BALAI PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN AMBON 2017

Transcript of KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN -...

ANALISA PELUANG USAHA PEMBUATAN KERUPUK RUMPUT LAUT DENGAN SARI BUAH WORTEL

SEBAGAI PEWARNA TAMBAHAN

OLEH : FIONA A.B.NIKYULUW, S.Pi,M.Si

NIP. 10750205 200212 2 004 INSTRUKTUR MUDA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RIZET DAN SUMBERDAYA MANUSIA KP PUSAT PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN BALAI PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN

AMBON 2017

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Rumput laut sebagai salah satu komoditas hasil perikanan yang

sebagian besar diekspor dalam bentuk kering dan produk setengah jadi.

Dipasar internasional rumput laut yang berasal dari Indonesia masih

dihargai rendah hal tersebut disebabkan karena mutunya rendah yaitu

kadar air dan kotoran (pasir, garam dan campuran jenis rumput lain)

serta rendahnya rendemen dan kekuatan gel yang dihasilkan. Selain

masalah mutu rendah, persaingan dengan Negara pengekspor lain dan

monopoli perdagangan dunia untuk komoditas ini maka harga rumput

laut sering tidak menentu yang berakibat merugikan petani.

Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program

revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa hal

yang menjadi bahan pertimbangan dan juga keunggulannya,

diantaranya : peluang pasar ekspor yang terbuka luas, harga relatif

stabil, juga belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput

laut; teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah

dikuasai; siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat

memberikan keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan

komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya;

usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya,

sehingga mampu menyerap tenaga kerja.

Saat ini penanganan dan pengolahan pasca panen rumput laut perlu

diusahakan secara optimal, padahal sebetulnya teknologi penanganan

dan pengolahannya cukup sederhana dan tidak memerlukan modal

yang besar dan peralatan yang canggih. Jika teknologi pasca panen

rumput laut dapat dikembangkan dan diterapkan dengan baik, maka

agroindustri yang bertujuan meningkatkan nilai tambah, menambah

lapangan kerja dan mengurangi import produk jadi rumput laut dapat

tercapai. Rumput laut akan lebih bernilai ekonomis setelah mendapat

penanganan lebih lanjut.

Pembuatan kerupuk ikan atau kerupuk dengan jenis bahan yang lainnya

sudah sering dilakukan. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi maka ada peningkatan nilai tambah dengan

pembuatan kerupuk ikan dan penambahan rumput laut. Namun

pembuatan kerupuk rumput laut belum pernah atau jarang dilakukan.

Kajian kali ini bertujuan untuk menghitung peluang usaha membuat

kerupuk rumput laut dengan penambahan sari wortel sebagai pengganti

warna dari kerupuk itu sendiri, disamping sebagai salah satu produk

bernilai tambah dari olahan rumput laut.

1.2 Tujuan

1. Membuat kerupuk rumput laut dengan penambahan sari wortel

sebagai bahan tambahan

2. Mengitung analisis usaha (peluang usaha) membuat kerupuk rumput

laut

3. Pengembangan profesionalisme tenaga fungsional (Instruktur) melalui

kegiatan kajiwidya

1.3 Rumusan Masalah

Kondisi kehidupan masyarakat pesisir sangat rentan terhadap

perubahan lingkungan, mengingat padatnya aktivitas di wilayah pesisir

memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap kualitas lingkungan. Kondisi ini dengan sendirinya akan

mempengaruhi usaha baik di bidang perikanan tangkap maupun

budidaya yang pada akhirnya juga berdampak pada ekonomi

masyarakat pesisir. Sebuah alternatif yang harus dilakukan adalah

bagaimana memanfaatkan potensi yang ada dengan meningkatkan nilai

tambah dari potensi tersebut.

1.3 Kegunaan

1. Meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dengan olahan rumput

laut

2. Mengetahui peluang usaha dengan membuat kerupuk rumput laut

3. Sebagai bahan referensi satu produk yang baru dalam kegiatan

pelatihan pengolahan hasil perikanan di BPPP-Ambon.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Rumput Laut

Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga

yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu

atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah

perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan

berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya menempel pada karang

mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk

secara alamiah atau buatan (artificial). Alga mempunyai bentuk

bermacam-macam, seperti benang atau tumbuhan tinggi. Ciri

utamanya, tidak mempunyai alat berupa akar, batang, dan daun yang

dinding selnya dilapisi lendir. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup

sendiri tanpa tergantung makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut

sangat bergantung pada sinar matahari untuk melakukan proses

fotosintesis.

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat bergantung dari

factor-faktor osenografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air

laut) serta jenis substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut

mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding

thallusnya. Perkembangbiakan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

kawin antara gamet jantan dan gamet betina (generative) serta secara

tidak kawin melalui vegetative dan konjugasi (Anggadiredja dkk, 2008).

Rumput laut cukup mudah dibudidayakan di perairan pantai di

Indonesia.Rumput laut (seaweed) merupakan salah satu komoditi yang

potensial dan dapat menjadi andalan bagi upaya pengembangan usaha

skala kecil dan menengah yang sering disebut sebagai UKM. Ini terjadi

karena rumput laut sangat banyak digunakan oleh manusia, baik

melalui pengolahan sederhana yang langsung dikonsumsi maupun

melalui pengolahan yang lebih komplek untuk dijadikan barang

setengah jadi dan diolah lebih lanjut oleh industri hilir menjadi barang

jadi yang dapat digunakan (dikonsumsi) langsung, seperti produk

farmasi, kosmetik dan pangan serta produk lainnya.

2.2 Penanganan Rumput Laut

Secara umum penanganan yang baik rumput laut harus memperhatikan

aspek pemanenan, pengeringan, pencucian pengemasan, dan

penyimpanan.

Pemanenan

Pemanenan rumput laut sebaiknya pada hari panas dan cukup umur.

Untuk jenis gracilaria 1-1.5 bulan, sedangkan untuk eucheuma 1.5

bulan. Cara panen dengan memetik sebagain tanaman yang menempel

pada substraknya, sedangkan untuk rumput laut budidaya pemanenan

dilakukan dengan cara dipetik secara keseluruhan kemudian thallus

bagian ujung dipetik untuk dijadikan bibit, sedangkan bagian pangkal

diambil untuk dikeringkan.

Pengeringan

Pengeringan sekaligus membersihkan kotoran dari pasir, batu karang,

dsb. Pengeringan sebaiknya menggunakan alas pengering atau para-

para penjemuran. Lama pengeringan 1-2 hari sehingga diperoleh

rumput laut dengan Ka 25% untuk gracilaria dan 32% untuk eucheuma.

Pencucian

Rumput laut dicuci dengan air tawar sambil dihilangkan kotoran yang

masih melekat seperti pasir, karang, Lumpur, rumpit laut jenis lain

sampai bersih dan tiriskan.

Pemucatan

Rumput laut direndam dengan larutan kaporit 0.25% (0.25 gr/ltr air)

sambil diaduk- aduk selama 1-2 jam

Cuci rumput laut berulang kali sampai bersih dan tiriskan untuk

menghilangkan bau kaporit

Cuci kembali sampai bersih dan keringkan sampai ½ kering. Pada

tahap ini rumput laut dapat disimpan dulu bila tidak segera di olah.

2.3 Kandungan dan Manfaat Rumput Laut

Penggunaan rumput laut di bidang kesehatan telah lama diterapkan

oleh masyarakat tradisional, diantaranya adalah: rebusan rumput laut

atau serbuk yang dibuat pil digunakan untuk mengatasi sakit gondok

karena rumput laut mengandung iodium. Larutan berwarna coklat dari

rumput laut juga berguna bagi penyakit rheumatik dan menurunkan

berat badan. Serbuk rumput laut juga lazim dikonsumsi untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi segala jenis penyakit.

Penggunaan phycocolloid dari alginat dapat menyembuhkan penyakit

kanker terbukti kemanjurannya menghasilkan pemulihan 68 % dari

162 pasein kanker. Senyawa ini juga dapat mengatasi penyakit

bronchitis kronis atau emphysema (penyakit paru-paru), scrofula,

gangguan empedu, atau kandung kemih, ginjal, syphilis, tukak

lambung, atau saluran cerna, reduksi kolesterol darah dan anti

hipertensi (Chapman & Chapman, 1980) .

Menurut Andi Parenrengi,dkk 2012, Beberapa kegunaan lainnya :

1. Industri makanan

Keraginan biasanya dimanfaatkan dalam industri makanan sebagai

dietic food misalnya pengental, pengemulsi, dan penstabil

khususnya dalam produksi makanan dan minuman, Keraginan juga

dapat digunakan untuk menghasilkan tekstur yang renyah pada

insdustri crakers, wafer, kue, dan jenis biskuit lainnya, sekaligus

untuk menghasilkan makanan rendah kalori untuk diet.

2. Industri Farmasi

Dalam industri farmasi rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai

bahan agen suspensi, emulsi, penstabil, dan gel terutama dalam

pembuatan pasta dan obat-obatan

3. Industri Kosmetik

Pada industri kosmetik, penggunaan rumput laut ditemukan secara

intensif pada sabun krim dan cair, sampo, pelembab, pasta gigi,

pewarna bibir dan produk perawatan kulit

4. Industri Tekstil

Rumput laut dimanfaatkan sebagai printing silk atau slik serve

printing dapat memperbaiki warna yang timbul dan digunakan

sebagai finishing sebagai bahan perekat yang sangat dibutuhkan

dalam penganyaman kapas atau benang.

5. Pupuk Organik

Rumput laut dapat digunakan sebagai pupuk organik karena

banyak mengandung nitrogen dan kalium terutama rumput laut

merah dan coklat.

Rumput Laut mengandung Protein (5,4%); karbohidrat (33,3%);

Lemak (8,6%); Serat Kasar (3%); Abu (22,5%) dan Lainnya

(27,2%). Selain itu rumput laut mengandung mineral esensial (besi,

iodium, alumunium, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phospor,

sulfur, chlor, silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt,

boron, copper, kalium, dan unsur lainnya); asam nukleat, asam

amino, protein, mineral, trace elements, tepung, gula; dan vitamin

A,B,C,D,E dan K (Anonymous, 2013).

Syarat Mutu Komoditi Rumput Laut

Syarat mutu beberapa jenis rumput sebagai penghasil getah rumput

laut utama yang digunakan untuk bahan baku industri seperti

tercantum pada tabel berikut :

Tabel 1. Syarat mutu komoditi rumput laut

Persyaratan Eucheuma Gelidium Gracilaria Hypnea

1. Kadar air

(maksimum dalam %)

32 15 25 20

2. Benda asing *)

(maksimum

dalam %)

5 5 5 5

3. Bau Spesifik rumput

laut

Spesifik rumput

laut

Spesifik rumput

laut

Spesifik rumput

laut

*) Benda asing yang dimaksud adalah rumput laut lainnya seperti garam,

pasir karang dan kayu

2.4 Buah Wortel dan Kandungan Gizi

Dalam Wortel mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serta

kasar, abu, kalsium, fosfor, besi, koretan, vitamin A, vitamin B,

vitamin C, asam nikotinat, dan lain-lain. Selain itu, wortel juga

mengandung asam amino dan minyak esensial.

Wortel berkhasiat mencegah dan mengatasi kanker (kanker kulit dan

kanker payudara), leukimia, tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan

pertumbuhan pada bayi, depresi, alergi kulit, hepatitis, radang,

gangguan sirkulasi darah, kelainan anti bodi, campak, demam, sakit

lambung dan usus, cacar, bronkhitis, cacingan, lukabakar, beri-beri,

tumor, menurunkan kolesterol, dan Iain-lain.

Walaupun Wortel banyak manfaatnya, Wortel tidak baik di konsurnsi

secara berlebihan karena dapat mengakibatkan kulit menjadi kuning.

Bila itu sampai terjadi, hentikan mengkonsumsinya sampai badan

normal kembali.

Macam-macam Kegunaan Dari Wortel

- Mencegah Kanker

Minum 1 gelas atau 200 cc sari juice wortel setiap hari. Lebih baik

lagi sari juice wortel dapat ditambahkan sari juice bayam,

semangka dan tomat.

- Mengatasi tekanan darah tinggi dan mengatasi rabun senja

Minum sari juice wortel 3 kali sehari.

- Mengatasi demam

200 gram wortel diambil sarinya kemudian direbus, lalu diminum.

- Mengatasi Konstipasi Sari juice wortel dimasak dan tambahkan gula pasir secukupnya

lalu diminum.

2.5 Aspek Ekonomi (Finansial)

2.5.1 Kompenen Biaya

Biaya adalah pegeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan

proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan

pada saaat proses ini sudah terjadi maupun belum terjadi. Dengan kata lain,

bahwa biaya dalam pengertian ekonomi adalah sebuah beban yang harus

ditanggung oleh produsen dalam menghasilkan barang yang siap dipakai

oleh konsumen.

Biaya terbagi menjadi dua yaitu:

a. Biaya Investasi

Modal investasi merupakan penanaman modal untuk jangka waktu

tertentu agar mendapatkan bayaran di masa depan atas kompensasi

dana yang ditanamkan. Modal investasi umumnya merupakan modal

yang biasanya dipakai dalam jangka panjang.

b. Biaya Operasional Atau Modal Kerja.

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk untuk menjalankan

atau membiayai kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan

penggunaannya, modal kerja terbagi menjadi dua yaitu biaya variable

dan biaya tetap. Biaya variable merupakan biaya yang harus dikeluarkan

berdasarkan tingkat usahanya. Semakin besar skala usaha maka

semakin besar pula biaya variable yang harus dikeluarkan. Sedangkan

biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan seorang pengusaha

meskipun usaha tersebut sedang tidak produktif.

2.5.2 Produksi dan pendapatan

Produksi memiliki beberapa pengertian yaitu 1) Setiap proses / usaha yang

menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang, 2) Pengubahan

bahan-bahan dari sumber menjadi hasil yg diinginkan konsumen dan

hasilnya dapat berupa barang atau jasa. Sedangkan pendapatan diperoleh

darihasil penjualan hasil produksi tersebut.

2.5.3 Analisis laba / rugi

Analisis laba / rugi bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau

kerugian dari usaha yang dikelola. Suatu usaha yang menguntungkan akan

memiliki nilai penerimaan lebih besar dari pada total pengeluaran.

Keuntungan = penerimaan – (total biaya tetap + biaya variabel)

2.5.4 Revenue Cost Ratio (R/C)

Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif suatu

usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan

tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C > 1

R/C = total penerimaan

total biaya tetap + total biaya variabel

2.5.5 Payback Period ( PP )

Analisis payback period (pp) bertujuan untuk mengetahui waktu tingkat

pengembalian investasi yang telah ditanam pada suatu jenis usaha. Secara

umum, rumus yg digunakan adalah sebagai berikut :

PP= total investasi x 1 thn

Keuntungan

2.5.6 Analisis Titik Impas/Break EvenT Point (BEP)

Analisis BEP salah satu analisis untuk mengetahui batas nilai produksi suatu

usaha mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Usaha dinyatakan

layak bila nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah unit yang sedang di

produksi saat ini. Sementara BEP harga harus lebih rendah dari harga yang

berlaku saat ini . Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas

minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu BEP

dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki

dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan.

Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya

atau modal (baik untuk modal tetap atau variabel), harga jual dan tingkat

produksi (Rahardi, dkk 1993). Secara sistematis BEP dapat dirumuskan

sebagai berikut:

BEP produksi = total biaya

Hasil Penjualan

BEP harga = total biaya

Total Produksi

2.5.7 Return On Investment (ROI)

Merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap

jumlah uang di investasikan dalam periode waktu tertentu. Dengan analisis

ROI, perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya

dalam mengembalikan modal yang ditanamkan (Rahardi, 2005).

ROI = Laba Usaha / Modal Produksi

2.5.8 Benefit Cost Ratio (B/C)

Merupakan alat analisis yang lebih ditekankan pada criteria-kriteria

investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk

membandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha

perikanan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan

perusahaan menderita kerugian (Rahardi dkk, 2005).

B/C = Hasil Penjualan / Modal Produksi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Membuat Kerupuk Rumput Laut dengan Penambahan Sari Buah

Wortel

a. Alat dan Bahan

- Alat

1. Blender

2. Panci kukus

3. Wajan

4. Pisau

5. Baskom

6. Terpan

7. Alat Pengerin

- Bahan

1. Lumatan rumput laut 250 gram

2. Tepung tapioka 1 kilo

3. Garam 10 gram

4. Soda kue 10 gram

5. Air bersih secukupnya

6. Wortel 250 gram

b. Prosedur Kerja

1. Rumput laut kering 100 gram dicuci sampai bersih kemudian

dilakukan proses perendaman. Perendaman rumput laut kering

dilakukan selama kurang lebih 3 hari untuk memperoleh rumput

laut basah yang selanjutnya akan dilakukan untuk mengolah atau

membuat diversifikasi rumput laut. Selama proses perendaman

rumput laut terus dicuci dan bilas bersih kurang lebih 2 kali

sehari.

2. Setelah 3 hari, rumput laut yang telah mengembang ditimbang

250 gram kemudian dicuci bersih dan dikukus setalah itu

diblender halus (menjadi bubur)

3. Wortel sebagai bahan tambahan (pewarna alami) agar kerupuk

nantinya kelihatan menarik, dicuci dan dblender kemudian diperas

untuk mengambil airnya.

4. Dari 14ariabl 1 kilo dibagi 4 (250 gram) dibuat tajin dengan cara

ditambah air wortel kemudian dimasak sampai agak putih

mengental.

5. Dicampurkan kedalam rumput laut yang telah ditambahkan

bahan-bahan lainnya, sambil terus diaduk dengan penambahan

sisa 14ariabl.

6. Adonan terus diulek sampai tidak melengket di tangan atau sudah

kalis

7. Selanjutnya adonan diuat lenjar dan dikukus

8. Kukus sampai masak kira-kira 30 menit, diangkat dan didinginkan

9. Adonan kerupuk kemudian dibiarkan semalam agar keras dan

jendal

10. Dipotong tipis-tipis dan dijemur sampai benar-benar kering

11. Digoreng atau dikemas

c. Proses Pembuatan Kerupuk Rumput Laut

Proses pembuatan kerupuk rumput laut dengan bahan tambahan sari

wortel dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Proses penyiapan bahan rumput laut

yang sudah diblender halus setelah

mengalami proses perendaman dan

pengukusan

Proses penyiapan bahan tambahan sari air wortel yang akan

digunakan sebagai pewarna untuk mempercantik kerupuk rumput

laut.

Penyiapan bahan utama tepung tapioka.

¼ garam dari berat tapioka akan

digunakan untuk membuat tajin

Pencampuran tepung tapioka dengan sari wortel dan dibuat tajin

3.2. Analisa usaha

Usaha apapun perikanan yang akan dilakukan oleh seseorang harus

menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan analisis usaha. Analisis usaha merupakan suatu cara untuk

mengetahui tingkat kelayakan dari suatu jenis usaha.

Tujuan analisa usaha adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan

pengembalian investasi maupun titik impas suatu usaha.

Biaya operasional atau modal kerja

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh

kegiatan produksi. Biaya produksi yang dihitung dalam kegiatan ini dibagi

atas dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost).

Pembuatan adonan ; pembuatan lenjar

dan Pengukusan

Pemotongan dan Penjemuran

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh variabel

produksi tetapi sifatnya tidak terpengaruh oleh besarnya jumlah suatu

produk yang dihasilkan. Komponen biaya tetap membuat rumput laut

terdiri dari biaya penyusutan dan biaya perawatan. Total biaya tetap

dalam kegiatan olahan kerupuk laut adalah sebagai berikut

Tabel 1. Komponen Biaya Dan Total Biaya

Membuat Kerupuk Rumput Laut

No Nama Barang Investasi Satuan (Rp) Penyusutan/bulan

1. Kompor 12 bulan 450.000,- 37.500,-

2. Blender 12 bulan 450.000,- 37.500,-

3. Panci Kukus 6 Bulan 150.000,- 25.000,-

4. Terpan 12 Bulan 50.000,- 4.200,-

5. Pisau 12 Bulan 25.000,- 2.100,-

Jumlah 1.125.000,- 106.300,-

Dalam satu bulan diperkirakan 20 kali produksi, dengan demikian biaya

penyusutan/hari = Rp.5.315,- dan diperkirakan biaya perawatan per hari

adalah Rp.1000,-. Maka per bulan Rp.20.000,-

Dengan demikian Biaya Tetap = Biaya Penyusutan + Biaya Perawatan

= Rp.5.315 + R.1.000, -

= Rp.6.315

b. Biaya Variable

Biaya variable merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

membiayai seluruh kegiatan produksi sesuai jumlah produksi yang

dihasilkan. Komponen biaya variabel untuk membuat kerupuk rumput

laut untuk satu kali produksi dalam satu hari (untuk berat rumput laut

250 gram) adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Komponen Biaya Variabel (Tidak Tetap)

Membuat Kerupuk Rumput Laut

No Nama Bahan/Barang Satuan (Rp)

1. Rumput Laut (250 gram) 800,-

2. Tapioka ( 1 kilo) 10.000,-

3. Garam (10 gram) 80,-

4. Soda Kue (5 gram) 250,-

5. Wortel (250 gram) 10.000,-

6. Minyak tanah (1 liter) 3.500,-

7. Listrik 5.000,-

8. Air 2.500,-

9. Minyak goreng 12.500,-

Jumlah 44.630,-

Catatan : perhitungan diatas belum termasuk nantinya ongkos

kerja dan kemasan

Biaya Tetap = Rp. 6.135,-

Biaya Variabel = Rp. 44.630,-

3.3.2 Produksi dan Pendapatan

JIKA MARGIN (KEUNTUNGAN) YANG DIHARAPKAN ADALAH 50 % MAKA :

= (Rp. Biaya tetap + Rp. Biaya tidak tetap) X 50% =

(Rp 6.315,- + Rp.44.630) x 50 % = Rp. 25.473

= Biaya tetap + biaya tidak tetap + nilai pengurangan

dengan 50 %

= Rp. 76.418

Produksi :

1 bulan 20 kali produksi

1 kali produksi menghasilkan 5 kilo kerupuk Rp. 76.418 : 5

= Rp. 15.287 DIBULATKAN Rp. 15.000,-

Harga jual = Rp 15.000,-/ kg x 5 kg = Rp 75.000

Pendapatan :

Penerimaan ( Rp 15.000,-/ kg x 100 kg ) = Rp 1.500.000

3.3.3 Analisa Laba atau Rugi

Laba atau rugi merupakan keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari

suatu kegiatan usaha. Penghitungan laba atau rugi dapat diketahui dengan

cara hasil yang diperoleh dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan.

Dari hasil olahan kerupuk rumput laut ini diperoleh :

LABA/RUGI = Penerimaan – ( total biaya tetap + total biaya variabel )

= Rp 1.500.000 - ( Rp 6.315 + Rp 44.630 )

= Rp 1.500.000 - Rp 50.945

= Rp 1.449.000

Berarti dalam 1x bulan produksi mendapatkan keuntungan sebesar Rp

1.449.000. Dalam 1 tahun total pendapatan bersih atau keuntungan yang

diperoleh adalah Rp 1.449.000 x 12 = Rp 17.988.000

3.3.4 Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue Cost Ratio (R/C) dapat dihitung dengan menggunakan rumus hasil

yang diperoleh dibagi dengan total biaya yang dikeluarkan.

R/C = Pendapatan

Total biaya tetap + Total biaya variabel

= Rp 75.000

Rp 6.315 + Rp 44.630

= Rp 75.000

Rp 50.945

= 1,5

Keuntungan relatif usaha olahan kerupuk rumput laut ini dalam satu bulan

terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut adalah 1,5. Hal ini

menunjukkan bahwa usaha mengolah kerupuk rumput laut ini layak karena

R/C > 1.

3.3.5 PayBack Period (PP)

PP = Total biaya investasi x 1 tahun

Keuntungan 1 tahun

= Rp 1.125.000 x 1 tahun

Rp 1.500.000

= 0,75 Tahun

Jadi, pengolah dapat mengembalikan biaya investasi yang telah ditanam

sekitar 7 – 8 bulan.

3.3.6 Break Even Point ( BEP )

Analisis Break Even point (BEP) merupakan alat analisis untuk mengetahui

batas nilai produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung dan

tidak rugi). Usaha dinyatakan layak apabila nilai BEP produksi lebih besar

dari jumlah unit/usaha yang sedang di produksi saat ini. Sementara nilai

BEP harus lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini. BEP dapat

dibedakan menjadi dua yaitu BEP harga dan BEP produksi. BEP produksi

merupakan total biaya dibagi dengan hasil penjualan, sedangkan BEP harga

merupakan total biaya dibagi dengan total produksi. BEP produksi dan BEP

harga untuk adalah sebagai berikut :

Tabel . Rincian perhitungan penerimaan usaha membuat krupuk rumput laut

BEP Produksi = Total biaya operasional (Biaya Tetap + Biaya Variabel)

Harga penjualan

= Rp 50.945

Rp 15.000

= 3,39 kg

Hal ini menunjukkan bahwa titik impas atau kondisi dimana pengolah tidak

memperoleh keuntungan dan tidak memperoleh kerugian akan dicapai pada

saat produksi mencapai 3,39 Kg.

BEP Harga = Total biaya operasional

Total Produksi

= Rp 50.945

100

= Rp 509,45

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa pengolah akan memperoleh

titik impas pada saat harga jual kerupuk sebesar Rp. 509,45/Kg.

Penerimaan 1x Produksi 1 bulan

Produksi (Kg) 5 kilo 100 kilo

Harga jual (Rp/Kg) 15.000 15.000

Jumlah (Rp) 75.00 1.500.000

3.3.7 Return On Investment (ROI)

ROI adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah modal. Nilai dapat

digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi nilai ROI, dua diantaranya yang penting yaitu

kemampuan pengusaha/pengolah untuk menghasilkan laba dan kemampuan

pengusaha/pengolah mengembalikan modal atau cepat tidaknya perputaran

modal (penjualan/modal produksi). Dengan analisis ROI, pengolah dapat

mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan

modal yang ditanamkan (Rahardi, 2005).

ROI = Laba Usaha

Modal Produksi

= Laba Usaha

Biaya Produksi

= Rp 1.449.00

Rp 6.315 + Rp 44.640

= Rp 1.449.000

Rp 50.945

= 28,44 %

Angka tersebut berarti bahwa dari Rp. 100, modal yang diinvestasikan akan

menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2.844 dalam satu bulan produksi.

3.3.8 Benefit Cost Ratio (B/C)

Merupakan alat analisis yang lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi

yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk membandingkan,

mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Semakin

kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita

kerugian (Rahardi dkk, 2005).

B/C = Hasil Penjualan

Modal Produksi

= Hasil Penjualan

Total biaya investasi + total biaya operasional

= Rp 1.500.000

Rp 6.315 + Rp 44.640

= Rp 1.500.000

Rp 50.995

= 29,41

Nilai tersebut berarti dengan modal Rp1.500.000 diperoleh hasil penjualan

sebesar 29,41 kali jumlah modal.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa membut kerupuk

rumput laut ini :

1. Dalam satu bulan 20 kali produksi mendapatkan keuntungan sebesar

Rp 1.499.000. Berarti dalam 1 tahun terdapat 4x panen jadi total

pendapatan bersih atau keuntungan yang diperoleh dalam 1 tahun

adalah Rp 1.449.000 x 12 = Rp 17.988.000

2. Keuntungan relatif usaha ini dalam satu bulan terhadap biaya yang

dipakai dalam kegiatan tersebut adalah 1,5. Hal ini menunjukkan

bahwa usaha olahan kerupuk rumput laut ini layak karena R/C > 1.

3. Pengolah dapat mengembalikan biaya investasi yang telah ditanam

sekitar 7 – 8 bulan.

4. Titik impas atau kondisi dimana pengolah tidak memperoleh

keuntungan dan tidak memperoleh kerugian akan dicapai pada saat

hasil produksi mencapai 3,39 Kg, padahal jumlah kerupuk rumput laut

yang diproduksi dalam 1 kali produksi 5 Kg diatas BEP Produksi,

5. Pengolah akan memperoleh titik impas pada saat harga jual kerupuk

rumput laut sebesar Rp. 509,45/Kg. Tapi, harga kerupuk rumput laut

disini adalah Rp 15.000/kg, jadi pengolah akan mengalami kerugian

6. Dari Rp. 100,00 modal yang diinvestasikan akan menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 2.844 dalam satu bulan produksi.

7. Dengan modal penjualan Rp 1.500.000 diperoleh hasil penjualan

sebesar 29,41 kali jumlah modal.

Dari data tersebut dapat dismpulkan bahwa menguasahkan kerupuk rumput

laut merupakan usaha yang memenuhi standar kelayakan karena dapat

menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan.

4.2 Saran

1. Perlu adanya informasi kepda masyarakat tentang manfaat dari

rumput laut

2. Perlu koordinasi dan perhatian yang serius dari pemerintah

setempat maupun instansi terkait terhadap usaha yang dijalankan,

dalam hal pemberian bantuan modal serta bentuk-bentuk bantuan

lainnya dalam rangka membantu mengembangkan usaha ini ke

depan.

DAFTAR PUSTAKA

Ani S, Erliza Hambali,2003; Membuat aneka olahan rumput laut, Penebar Swadaya

Winarno F.G, 1990 ; Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta 1990

Anonymous, 2013; Kumpulan Hasil Penerapan Inovasi Teknologi, Alat dan Mesin, Desain Layout, Ruang Lingkup Pengujian dan Monitoring

Hasil Perikanan, Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian

Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Enterpreneurship Education Without Boundares, 2015… Biaya Produksi dan

cara menghitunh biaya produksi, September 2015

Sri Widyaningsih, Cara Menghitung BEP/Titik Impas Usaha Usaha Bisnis.