KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

20
KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE PERMATA FT-UH TAHUN 2020

Transcript of KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

Page 1: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

KEMENTERIAN KAJIAN,

AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI

BE PERMATA FT-UH TAHUN 2020

Page 2: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

SITASI

PERMATA FT-UH. 2020. Madu dan Racun UU Minerba. Gowa, Indonesia.

@PERMATA FT-UH

Page 3: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

Rekomendasi

1. Melaksanakan Judicial Review (Uji Formil dan Materil) terhadap UU 3/2020

Berdasarkan hasil kajian ditemukan berbagai masalah dalam penyusunan dan

pembahasan UU 3/2020 terkait tidak terpenuhinya kriteria carry over, hilangnya peran

DPD RI dalam pembahasan dan tidak terpenuhinya asas keterbukaan dalam

pembahasan UU 3/2020. Secara substansi pun ditemui hal yang bertentangan dengan

konstitusi terkait sentralisasi kewenangan dan jaminan perpanjangan kontrak/perjanjian.

2. Mendorong Pemerintah, DPR dan DPD mengkaji kembali UU 3/2020 dengan

memperhatikan asas keterbukaan

Kajian kembali terhadap UU 3/2020 perlu dilakukan oleh Pemerintah, DPR dan DPD

dengan memperhatikan asas keterbukaan agar masyarakat serta stakeholder dapat

memberi masukan sehingga menghasilkan peraturan perundang-undangan yang

mengakomodir kepentingan rakyat Indonesia.

3. Mendorong Pemerintah untuk memaksimalkan fungsi pengawasan dan penegakan

hukum terhadap perusahaan tambang

Pemerintah perlu melakukan pengawasan secara maksimal terkait pengolahan dan

pemurnian mineral sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara dan digunakan

sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Serta melaksanakan

penegakan hukum secara maksimal terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran

terhadap aturan yang ada.

Page 4: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

Mineral dan batubara sebagai kekayaan yang sifatnya tidak

terbarukan namun manfaatnya menyangkut hajat orang banyak,

maka pengelolaan minerba harus dilakukan negara secara efisien,

dapat berkelanjutan dan berkeadilan serta dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.

Page 5: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

1 MADU & RACUN UU MINERBA

Pendahuluan

Mineral dan batubara sebagai kekayaan yang sifatnya tidak terbarukan namun

manfaatnya menyangkut hajat orang banyak, maka pengelolaan minerba harus dilakukan

negara secara efisien, dapat berkelanjutan dan berkeadilan. Hal inilah yang harus menjadi roh

dari setiap peraturan mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara. Dalam pasal 33 ayat 3

UUD 1945 dijelaskan bahwa seluruh kekayaan bumi, air, dan alam digunakan untuk

kemakmuran rakyat. Terdapat pula tolok ukur terhadap unsur “kemakmuran rakyat” yang

tertuang di Putusan MK Nomor 3/PUU-VIII/2010 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor

27 Tahun 2007 yang menjadi tujuan dari tindakan “penguasaan oleh negara”. Dalam putusan

a quo dikemukakan empat tolok ukur, yaitu:

1. Kemanfaatan sumber daya alam bagi rakyat.

2. Tingkat pemerataan manfaat sumber daya alam bagi rakyat

3. Tingkat partisipasi rakyat dalam menentukan manfaat sumber daya alam, serta

4. Penghormatan terhadap hak rakyat secara turun temurun dalam memanfaatkan

sumber daya alam.

Pemerintah dalam rangka menertibkan tata kelola usaha pertambangan mineral dan

batubara (minerba) telah lama menerbitkan UU 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara. Undang-undang tersebut menjadi muara hukum dalam penyelenggaraan usaha

pertambangan di Indonesia. Namun seiring bejalannya waktu UU 4/2009 dinilai tidak

implementatif dan terdapat berbagai hambatan dalam pelaksanaannya. Berpijak pada asas

het rech hink achter de feiten aan yang mana dapat diartikan bahwa hukum selalu tertinggal

dari peristiwanya, perubahan undang-undang merupakan hal yang wajar sebagai bentuk

Photo by Reza Denni

Page 6: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

2 MADU & RACUN

UU MINERBA

penyesuaian perkembangan zaman. Termasuk dalam hal ini adalah Perubahan UU Minerba

(Mahayunan, 2020).

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengesahkan Revisi UU

4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara pada 12 Mei 2020 dan telah diundangkan

pada 10 Juni 2020. Namun UU Minerba menuai kritik dari berbagai pihak khususnya lembaga

swadaya masyarakat dan aktivis lingkungan yang menilai muatan UU Minerba tersebut

mengabaikan kepentingan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, lembar

kajian bertujuan untuk menjabarkan permasalahan terkait UU 3/2020 baik secara formil

maupun substantif.

Page 7: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

3 MADU & RACUN UU MINERBA

Gambaran Umum UU 3/2020 tentang Pertambangan Minerba

Mineral dan Batubara sebagai salah satu kekayaan alam yang terkandung di dalam

bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, sesuai dengan ketentuan Pasal

33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikuasai oleh

negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Negara melalui

Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas penggunaan Mineral dan Batubara yang ada di

wilayah Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui pengelolaan dan pemanfaatan

Mineral dan Batubara secara optimal, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong dan

mendukung perkembangan serta kemandirian pembangunan industri nasional berbasis

sumber daya Mineral dan/atau energi Batubara.

Dalam perkembangannya, landasan hukum yang ada, yaitu Undang- Undang Nomor

4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan peraturan pelaksanaannya

belum dapat menjawab permasalahan serta kondisi aktual dalam pelaksanaan pengusahaan

Pertambangan Mineral dan Batubara, termasuk permasalahan lintas sektoral antara sektor

Pertambangan dan sektor nonpertambangan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan

penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara untuk memberikan kepastian hukum dalam kegiatan pengelolaan dan

pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara bagi pelaku usaha di bidang Mineral dan

Batubara.

Photo by Reza Denni

Page 8: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

4 MADU & RACUN

UU MINERBA

Sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara, terdapat materi muatan baru yang ditambahkan dalam

Undang-Undang ini yaitu:

1. pengaturan terkait konsep Wilayah Hukum Pertambangan;

2. kewenangan pengelolaan Mineral dan Batubara;

3. rencana pengelolaan Mineral dan Batubara;

4. penugasan kepada lembaga riset negara, BUMN, badan usaha milik daerah, atau

Badan Usaha untuk melakukan Penyelidikan dan Penelitian dalam rangka penyiapan

WIUP.

5. penguatan peran BUMN;

6. pengaturan kembali perizinan dalam pengusahaan Mineral dan Batubara termasuk di

dalamnya, konsep perizinan baru terkait pengusahaan batuan untuk jenis tertentu atau

untuk keperluan tertentu, serta perizinan untuk pertambangan rakyat; dan

7. penguatan kebijakan terkait pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan usaha

Pertambangan, termasuk pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang.

Dalam Undang-Undang ini juga dilakukan pengaturan kembali terkait kebijakan

peningkatan nilai tambah Mineral dan Batubara, divestasi saham, pembinaan dan

pengawasan, penggunaan lahan, data dan informasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan

kelanjutan operasi bagi pemegang KK atau PKP2B.

Adapun struktur dari UU 3/2020 ini terdiri atas 209 pasal (sebelumnya 175 pasal).

Sehingga lebih dari 80% UU 4/2009 yang diubah dengan rincian sebagai berikut (DPR RI,

2020):

1. 28 Bab (2 bab baru)

2. Pasal yang berubah sebanyak 83 pasal

3. Pasal tambahan/baru sebanyak 52 pasal

4. Pasal yang dihapus sebanyak 18 pasal

Proses Penyusunan dan Pembahasan UU 3/2020 tentang

Pertambangan Minerba

UU 3/2020 menuai kontroversi terkait penyusunan dan pembahasannya. Adapun

proses penyusunannya telah dilakukan sejak tahun 2015. RUU Minerba tersebut telah menjadi

Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2015-2019, dan telah menjadi program

prioritas tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018. Pada tanggal 10 April 2018, RUU Minerba

ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR sebagai RUU Inisiatif DPR dan disampaikan kepada

Presiden. Presiden RI Joko Widodo telah menyampaikan Surat Nomor R-29/Pres/06/2018

Page 9: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

5 MADU & RACUN UU MINERBA

tanggal 5 Juni 2018 perihal Penunjukan Wakil Pemerintah untuk membahas Rancangan

Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara. Pada akhir masa jabatan DPR Periode 2014-2019,

Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Minerba disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR

pada tanggal 25 September 2019 (DPR RI, 2020).

RUU Minerba masuk Prolegnas 2020-2024 dan Prioritas 2020 dengan status carry

over dari DPR periode sebelumnya pada tanggal 22 Januari 2020. Pembahasan terhadap DIM

secara intensif oleh Panja DPR dan Pemerintah dimulai pada 17 Februari hingga 6 Mei 2020.

Pada 11 Mei 2020, pembahasan RUU Minerba telah memasuki Pembicaraan/Pengambilan

Keputusan Tingkat I dalam Rapat Kerja Komisi, dengan hasil 8 fraksi setuju dan 1 fraksi

menolak. Kemudian pada 12 Mei 2020, Pembicaraan/Pengambilan Keputusan Tingkat II

dalam Rapat Paripurna DPR RI, RUU Minerba ditetapkan menjadi UU. UU Minerba

diundangkan menjadi UU Nomor 3 Tahun 2020 (DPR RI, 2020).

Page 10: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

6 MADU & RACUN

UU MINERBA

Aspek Formil UU 3/2020 tentang Pertambangan Minerba

Terdapat berbagai potensi inkonstitusionalitas yang terlihat dalam pembentukan UU

Minerba ini (Redi, 2020).

UU Minerba tidak memenuhi kriteria carry over

Berdasarkan pasal 71A UU 15/2019 bahwa pembahasan RUU yang telah memasuki

pembahasan DIM dan hasil pembahasan RUU tersebut dapat disampaikan kepada DPR

periode berikutnya serta dapat dimasukkan ke dalam daftar Prolegnas prioritas tahunan. RUU

Minerba merupakan RUU inisiatif DPR yang disusun sejak DPR Periode 2014-2019 dan

hingga masa jabatannya berakhir pada 30 September 2019 belum pernah dilakukan

pembahasan terkait DIM RUU Minerba. Hal ini menjadikan RUU Minerba tidak memenuhi

kriteria carry over dan bertentangan dengan pasal 71A UU 15/2019.

Hilangnya peran DPD RI dalam pembahasan

Berdasarkan pasal 22D UUD 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.

92/PUU-X/2012 mengenai kewenangan DPD di bidang legislasi untuk ikut membahas

bersama DPR dan Pemerintah serta mengajukan DIM atas RUU yang berkaitan dengan salah

satunya pengelolaan sumber daya alam. Namun sepanjang pembahasan RUU Minerba tidak

ada DIM yang buat oleh DPD. Ketiadaan DIM dari DPD dan keterlibatan DPD yang nihil dalam

penyusunan dan pembahasan ini bertentangan dengan Pasal 22D UUD 1945 dan Putusan

MK.

Tidak memenuhi asas keterbukaan

Berdasarkan pasal 5 UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan bahwa dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan

Photo by Reza Denni

Page 11: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

7 MADU & RACUN UU MINERBA

berdasarkan pada asas yang baik, salah satunya ialah asas keterbukaan. Asas keterbukaan

yang dimaksud adalah pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan

bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai

kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan. Namun, proses pembahasan DIM RUU Minerba dilaksanakan secara

intensif tanpa melibatkan melibatkan partisipasi masyarakat dalam rapat dengar pendapat

umum. Sehingga pembahasan RUU Minerba tidak mengakomodasi partisipasi masyarakat

secara luas dan secara formil hal ini menjadi cacat dalam proses penyusunannya.

Page 12: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

8 MADU & RACUN

UU MINERBA

Substansi UU 3/2020 tentang Pertambangan Minerba

Pemerintah berharap UU Minerba hasil revisi dapat menjawab permasalahan dan

tantangan pengelolaan pertambangan Indonesia di masa yang akan datang. Namun, ada

sejumlah poin penting yang diatur dalam revisi UU Minerba yang perlu dikaji lebih lanjut.

Reduksi Semangat Otonomi Daerah dan Desentralisasi Terkait IUP

Pembagian kewenangan serta hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

sangatlah penting dalam menjalankan tata kelola pertambangan di Indonesia. Salah satu

dasar dilakukannya perubahan UU 11/1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan menjadi UU

4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara ialah penyesuaian dengan aturan

mengenai Pemerintah Daerah (UU 22/1999, UU 32/2004, UU 12/2008) (Tiess and Mujiyanto,

2019) dan Amandemen Kedua UUD NRI 1945 Tahun 2000.

Berdasarkan pasal 10 ayat (3) UU 32/2004 yang mengatur bahwa urusan pemerintah

pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama. Sedangkan pada pasal 18 ayat (5) UUD NRI 1945 dan pasal 2 ayat (3) UU

32/2004 bahwa Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan

Pemerintah Pusat. Maka kewenangan menjalankan tata kelola pertambangan menjadi salah

satu kewenangan otonom yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Meski demikian pada pasal

2 ayat (4) dan (5) UU 32/2004 bahwa Pemerintahan Daerah dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan memiliki hubungan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

lainnya.

Namun pada UU 3/2020 tentang Perubahan UU 4/2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara pasal 4 ayat (2) bahwa penguasaan Minerba oleh negara diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat (sebelumnya pada UU 4/2009: diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau

Photo by Reza Denni

Page 13: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

9 MADU & RACUN UU MINERBA

pemerintah daerah), serta dihapuskannya ketentuan Pasal 7 dan 8 mengenai kewenangan

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal ini menunjukkan bahwa UU 3/2020

tidak selaras dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah dalam UUD NRI 1945.

Adapun konsekuensi akibat sentralisasi ini akan berdampak pada penyelenggaraan tata kelola

pertambangan di Indonesia terkait perizinan, pembinanan dan pengawasan, serta penegakan

hukum.

Kewajiban melakukan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral hasil Penambangan

Peningkatan nilai tambah Mineral dan Batubara tetap menjadi prioritas dalam UU

3/2020. Terkait kebijakan pelaksanaan kewajiban peningkatan nilai tambah mineral di dalam

negeri, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif beranggapan

bahwasannya pengaturan dan kebijakan terkait peningkatan nilai tambah tersebut konsisten

dengan esensi kebijakan peningkatan niali tambah dalam UU 4/2009 dan Putusan MK No.

10/PUU-XII/2014 (Petriella, 2020).

Berdasarkan Pasal 103 UU 3/2020 bahwa pemegang IUP dan IUPK pada tahap

kegiatan Operasi Produksi Mineral wajib melakukan Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral

hasil Penambangan di dalam negeri. Hal ini (frasa dan/atau) didasari pada anggapan bahwa

tidak semua mineral dapat dimurnikan (mis. batuan) dan yang wajib dimurnikan (mis. emas,

tembaga, nikel, dll). Namun perlu diperhatikan frasa dan/atau dapat menjadi sebuah celah

untuk sebuah perusahaan menafsirkan bahwa hal tersebut sebuah pilihan untuk hanya

melakukan salah satunya. Jika hal tersebut terjadi maka negara berpotensi mengalami

kerugian. Oleh karena itu, diperlukan aturan turunan yang menjelaskan secara spesifik

mengenai pengolahan dan pemurnian mineral.

Relaksasi ekspor mineral (bijih)

Berdasarkan Pasal 170A UU 3/2020 mengenai relaksasi ekspor bijih selama 3 (tiga)

tahun. Pasal ini bertujuan untuk menjaga alir kas perusahaan pertambangan terjaga sehingga

nantinya dapat melakukan pengolahan dan pemurnian secara mandiri dan efisien. Namun jika

berkaca dari implementasi UU 4/2009, permasalahan muncul ketika pemerintah selalu

memberi relaksasi terhadap waktu untuk melaksanakan kewajiban pemurnian.

Diawali dari keluarnya PP 23/2010 yang secara teknis merupakan aturan pelaksana

dari UU 4/2009. PP ini menguatkan pasal 170 yang menyatakan bahwa pemegang KK wajib

melakukan pemurnian selambat-lambatnya 5 tahun sejak undang-undang ini disahkan.

Persoalan kemudian muncul ketika disaat berakhirnya batas ekspor mineral mentah pada

tahun 2014. Pemerintah kemudian mengeluarkan PP 1/2014 yang merupakan perubahan

kedua atas PP 23/2010. Pemerintah memberikan toleransi kepada perusahaan tambang

pemegang IUP/IUPK yang belum melaksanakan aktifitas pengolahan dan pemurnian di dalam

Page 14: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

10 MADU & RACUN

UU MINERBA

negeri, selambat-lambatnya 12 Januari 2017. Pada saat batas waktu toleransi ekspor yang

diberikan pemerintah akan habis, Pemerintah kembali mengeluarkan tiga regulasi terkait tata

kelola minerba secara sekaligus. Salah satu diantaranya adalah Peraturan Menteri ESDM

5/2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan

Pemurnian. Pada pasal 10 (2) dan (3), Pasal 17 (2), (3), dan (4), dan pasal 18 Permen tersebut,

pemerintah kembali memberi waktu relaksasi terhadap limit ketentuan ekspor kepada

pemegang IUP/IUPK sampai 5 tahun ke depan. Pemberian relaksasi secara terus menerus

merupakan ketidakpastian dan menunjukan bahwa tidak ada jaminan hukum bagi industri

mineral dan batubara di Indonesia (Pratama, 2017).

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwasannya upaya peningkatan nilai

tambah minerba melalui pengolahan dan pemurnian telah ada sejak lama. Namun dalam

implementasinya pemerintah terkesan tidak tegas dalam melaksanakannya, hal ini

dikarenakan pemerintah selalu memberikan waktu relaksasi untuk melakukan ekspor bijih

sehingga perusahaan dapat terus menunda melaksanakan kewajiban pemurnian. Dampak

dari relaksasi yang terus-menerus dilakukan ialah peningkatan pendapatan negara demi

kesejahteraan rakyat Indonesia hanya akan sangat sulit untuk dicapai.

Kewajiaban Divestasi Saham

Berdasarkan Pasal 112 UU 3/2020 mengenai pemegang IUP atau IUPK pada tahap

kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi

saham sebesar 51% secara berjenjang kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

BUMN, BUMD, maupun badan usaha swasta nasional. Kewajiban divestasi saham berjenjang

tersebut merupakan jalan tengah yang bisa diambil pemerintah, hal ini diperlukan agar investor

tetap tertarik untuk menanamkan modalnya di sektor pertambangan. Sedangkan terkait batas

waktu divestasi saham tidak diatur dalam ketentuan perundang-undangan, melainkan melalui

assesment oleh Kementerian ESDM (CNN Indonesia, 2020).

Divestasi bertujuan baik yaitu untuk memperbesar penguasaan negara dan untuk

mendapatkan hasil atau keuntungan yang lebih besar. Namun divestasi ini tidak gratis,

melainkan membeli saham dengan nilai dana yang bisa sangat besar, sehingga sumber dana

juga akan menjadi masalah tersendiri. Divestasi merupakan aksi yang bisa potensi untung

namun sebaliknya bisa juga rugi, jika mengalami rugi dipastikan akan merugikan keuangan

negara atau keuangan BUMN. Sehingga divestasi dapat bersifat kontra produktif dengan

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kewajiban divestasi saham

negara dalam hal ini melalui Kementerian ESDM perlu mempertimbangkan secara matang

agar keputusan divestasi saham menjadi tepat sasaran. Selain itu, penentuan harga saham

Page 15: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

11 MADU & RACUN UU MINERBA

dan asal sumber dana untuk membeli saham harus dipublikasikan secara transparan (Pushep,

2019).

Ambiguitas Penegakan Hukum

Perubahan juga terjadi dalam pengaturan sanksi administratif dalam Perubahan UU

4/2009. Spesifiknya terdapat pada pemberi sanksi dan jenis sanksi. Karena Perubahan UU

4/2009 menarik kewenangan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, konsekuensinya

kewenangan memberikan sanksi pun hanya dimiliki oleh Menteri. Oleh karena itu, tidak ada

lagi second line enforcement (penegakan hukum lini kedua), jika pemerintah daerah tidak

memberikan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 152 UU 4/2009. Penarikan kewenangan

memberikan sanksi ini membuat masyarakat sulit mengakses keadilan, karena membuat

pelaporan atau pengaduan pelanggaran masyarakat menjadi berjarak, dari yang sebelumnya

kepada pemerintah daerah di wilayahnya menjadi kepada Menteri di Pemerintah Pusat

sehingga masyarakat menjadi sulit untuk melaporkan atau mengadukan pelanggaran yang

terjadi di wilayahnya (ICEL, 2020). Hal ini menjadi salah satu dampak yang diakibatkan oleh

sentralisasi kewenangan.

Secara umum, ketentuan pidana dalam UU 3/2020 meliputi:

1. Besaran ancaman pidana denda meningkat

2. Penambahan tindak pidana baru

3. Keterdapatan pasal kriminalisasi masyarakat

4. Penghapusan tindak pidana bagi pejabat

Sisi baik dalam UU 3/2020, terlihat intensi penekanan subjek pidana korporasi dengan

menambahkan besaran ancaman pidana denda (dari 10 miliar rupiah menjadi 100 miliar

rupiah) dan mengurangkan ancaman pidana penjara yang terdapat pada Pasal 158, 159, 160

dan 161. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan para ahli hukum pidana bahwa

ancaman pidana bagi korporasi yang tepat adalah sanksi moneter/finansial, berupa denda.

Namun diperlukan pengawasan yang ketat guna menunjang keterlaksanaan pasal ini secara

maksimal. Selain itu, menambahkan Pasal 161A mengenai larangan memindahtangankan

IUP sebagai tindak pidana, sebelumnya larangan ini tidak memiliki implikasi sanksi dalam UU

4/2009 (ICEL, 2020).

Namun di sisi lain, UU 3/2020 tetap memuat pasal (Pasal 162 dan 164) yang digunakan

untuk mengkriminalisasi masyarakat dan aktivis lingkungan terkait tindakan mereka dalam

penyuaraan aspirasinya. Penghapusan Pasal 165 mengenai sanksi bagi pejabat yang

mengeluarkan perizinan yang bertentangan dengan undang-undang dan penyalahgunaan

kewenangan. Sehingga hal ini membuat tidak adanya ancaman pidana bagi pejabat yang

Page 16: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

12 MADU & RACUN

UU MINERBA

menyeleweng dan mengekalkan opini publik bahwasannya hukum tajam ke bawah dan tumpul

ke atas.

Jaminan Perpanjangan KK dan PKP2B menjadi IUPK

Berdasarkan Pasal 169A ayat (1) UU 3/2020 bahwa KK dan PKP2B diberikan jaminan

perpanjangan menjadi IUPK sebagai kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian setelah

memenuhi persyaratan yang dimuat pada pasal tersebut. Peningkatan penerimaan negara

merupakan hal yang dijadikan pertimbangan dalam jaminan perpanjangan tersebut. KK dan

PKP2B yang belum memperoleh perpanjangan dijamin mendapatkan 2 (dua) kali

perpanjangan masing-masing paling lama 10 tahun, sedangkan ketika telah memperoleh

perpanjangan pertama maka dijamin perpanjangan paling lama 10 tahun.

Pasal 169A ayat (2) mengatur, upaya peningkatan penerimaan negara dilakukan

melalui pengaturan kembali pengenaan penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan

pajak; dan/atau luas wilayah IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian sesuai

rencana pengembangan seluruh wilayah kontrak atau perjanjian yang disetujui Menteri. Pasal

ini dikuti oleh asumsi pemerintah bahwasannya aturan ini dibuat untuk menghormati

kontrak/perjanjian serta penerimaan negara yang dijadikan pertimbangan utama dalam

jaminan ini.

Namun, sesuai Amanat Konstitusi UUD NRI 1945 Pasal 33 ayat (2) yang mengatur

cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh negara. Serta Pasal 33 ayat (3) bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

Berdasarkan putusan MK Nomor 25/PUU-VIII/2010 rakyat secara kolektif itu

dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan

kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad),

pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi pengelolaan dilakukan melalui mekanisme kepemilikan

saham (shareholding) dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen Badan

Usaha Milik Negara atau Badan Hukum Milik Negara sebagai instrumen kelembagaan, yang

melaluinya Negara, Pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumber sumber

kekayaan itu untuk digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini

mengartikan bahwa fungsi negara tidak hanya mempunyai fungsi mengatur, namun termasuk

ke dalamnya kebijakan dan tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan

(Magnar dkk., 2010).

Page 17: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

13 MADU & RACUN UU MINERBA

Oleh karena itu, KK dan PKP2B yang habis jangka waktu perizinannya harus

mengembalikan wilayah tersebut kepada negara. Sehingga pengelolaannya dapat diserahkan

kepada BUMN yang merupakan perpanjangan tangan milik negara untuk mengusahakan dan

mengelola sumber daya alam yang penting bagi negara untuk digunakan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat Indonesia. Adapun dalam kondisi tertentu BUMN dapat melakukan

pengusahaan bersama perusahaan pemegang KK dan PKP2B dengan menjunjung aspek

proporsionalitas dan keadilan.

Page 18: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

14 MADU & RACUN

UU MINERBA

DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. 2020. Revisi UU Minerba, Perusahaan Wajib Divestasi 51 Persen Saham.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200512133603-85-502479/revisi-uu-minerba-

perusahaan-wajib-divestasi-51-persen-saham Diakses tanggal 9 Juli 2020.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2020. Paripurna DPR Sahkan RUU Minerba Jadi

UU.http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/28748/t/Paripurna+DPR+Sahkan+RUU+Minerba+Jadi+

UU Dikases tanggal 8 Juli 2020.

Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

________. Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah, UU No. 22 Tahun 1999, TLN No. 3839.

________. Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah, UU No. 32 Tahun 2004, TLN No. 4437.

________. Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 12 Tahun 2008, TLN No. 4844.

________. Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, UU No. 4 Tahun 2009, TLN

No. 4959.

________. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU No. 12 Tahun

2011, TLN No. 5234.

________. Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU No. 15 Tahun 2019, TLN No. 6398.

________. Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara, UU No. 3 Tahun 2020, TLN No. 6525.

________. Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara, PP No. 23 Tahun 2010, TLN No. 5111.

________. Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, PP No.

1 Tahun 2014, TLN No. 5489.

________. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang Peningkatan

Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri,

Peraturan Menteri ESDM No. 5 Tahun 2017.

Indonesian Center for Enviromental Law (ICEL). 2020. Beberapa Kritik Hukum Terhadap Perubahan UU

No.4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara. Jakarta: ICEL.

Magnar, K., Junaenah, I., dan Taufik, G., A. 2010. Tafsir MK Atas Pasal 33 UUD 1944: Studi Atas Putusan

MK Mengenai Judicial Review UU No. 7/2004, UU No. 22/2001, dan UU No. 20/2002. Jurnal

Konstitusi, Vol. 7(1), hal 111-180.

Mahayunan, G., R. 2020. Catatan Kritis Perubahan Minerba: Babak Baru Pertambangan di Indonesia.

https://www.suara.com/yoursay/2020/05/22/134329/catatan-kritis-perubahan-uu-minerba-

babak-baru-pertambangan-di-indonesia Diakses tanggal 8 Juli 2020.

Page 19: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

15 MADU & RACUN UU MINERBA

Petriella, Y. 2020. Tingkatkan Nilai Tambah, UU Minerba Juga Mewajibkan Pembangunan Smelter.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200512/44/1239743/tingkatkan-nilai-tambah-uu-minerba-

juga-mewajibkan-pembangunan-smelter Diakses tanggal 9 Juli 2020.

Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep). 2019. Catatan Akhir Tahun 2019 Sektor Energi

dan Pertambangan. https://pushep.or.id/catatan-akhir-tahun-2019-sektor-energi-dan-

pertambangan/ Diakses tanggal 9 Juli 2020.

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 25/PUU-VII/2010.

________________________ No. 92/PUU-X/2012.

________________________ No. 10/PUU-XII/2014.

Redi, A. 2020. Menguji Konstitusionalitas UU Minerba. https://analisis.kontan.co.id/news/menguji-

konstitusionalitas-uu-minerba Diakses tanggal 8 Juli 2020.

Tiess, G. dan Mujiyanto, S. 2019. Mineral Resources Policies and Governance in Indonesia.

Page 20: KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI STRATEGIS DAN ADVOKASI BE …

16 MADU & RACUN

UU MINERBA