KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH 2010
description
Transcript of KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH 2010
KEMENTERIAN DALAM NEGERIDITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH
2010
UPAYA PERCEPATAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PTSP DI DAERAH
Widodo Sigit Pudjianto, SH, MHDirektur Pengembangan Ekonomi Daerah
18 November 2010FOKUS GROUP DISCUSSION
1
I. PENDAHULUANKondisi perekonomian Indonesia awal Tahun 2006 kurang menggembirakan:- Pertumbuhan Ekonomi lambat (5,6 %)
- Angka Kemiskinan (17,75%) dan pengangguran masih tinggi (11,1%)
- Kesenjangan daya saing makin melebar
- Iklim investasi tidak kondusif
INPRES NOMOR 3 TAHUN 2006
tentang Paket Kebijakan Investasi
(85 Tindakan)
Penyederhanaan Pelayanan perizinan satu Pintu Satu Atap bagi UMKM
2
II. KONDISI PERIZINAN1. Tidak ada
kepastian hukum2. Sistem dan
prosedur tdk jelas3. persyaratan terlalu
banyak 4. proses berbelit-
belit 5. Waktu lama tdk
ada limit waktu6. Mahal, bernuansa
KKN dan pungli7. terkesan rigid dan
tidak ramah
kepastian hukum Penyederhanaan :
singkat sisdur dan persyaratan, percepatan waktu, murah dan ramah.
Adanya SKPD (OSS) SDM profesional.
Pelayanan Publik
UU Dasar 1945UU 32 Tahun 2004UU 25 TAHUN 2007RUU Tenaga Kerja ?Inpres 3 Tahun 2006
Iklim InvestasiGLOBALISASI
REFORMASI
UP
MINATINVESTASI
LOW
PROSESDEREGULASI
MINATINVESTOR
3
Rangk 2011 Rangk 2010 Rangk 2009Doing Business 121 115 129Starting a business 155 159 171
Dealing with licenses 60 60 80
Registering property 98 94 107
Getting Credit 116 109 109Protecting Investors 44 41 53Paying taxes 130 125 116Trading across borders 47 49 37Enforcing contracts 154 153 140
Closing a business 142 141 139
III. KEMUDAHAN BERUSAHA DI INDONESIA BERDASARKAN SURVEY IFC 2011
Indikator IndonesiaAsia Timur dan
PasifikRata-rata OECD
2011 2010 2011 2010 2011 2010
Jumlah Prosedur 9 9 7,8 8.1 5,6 5.7
Waktu yang diperlukan
47 60 39 41.0 13.8 13.0
Biaya (% dari income per kapita)
22,3 26 27,1 25.8 5,3 4.7
Modal Minimum (% dari income per kapita)
53,1 59.7 50,6 21.3 15,3 15.5
INDIKATOR STARTING A BUSINESS INDONESIA URUTAN KE 155 ADALAH :
Permendagri No 24 Tahun 2006 merupakan Pedoman, mengatur kisi-kisi dan tata cara membangun sistem pelayanan perizinan dan non perizinan yang baik, transparan, demokratis, efisien dan efektif serta sederhana, disesuaikan dengan kewenangan, tuntutan dan kebutuhan daerah.Hakekat :1. PTSP : kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan
yang proses pengelolaan perizinan dan non perizinan dari awal permohonan sampai pada terbit dokumen dilaksanakan di satu tempat.
2. Terjadi pelimpahan wewenang penandatanganan dokumen izin/non izin dari Bupati/Walikota kepada Kepala PTSP;
3. Penyederhanaan :percepatan waktu, sisdur, persyaratan dan biaya .
IV. PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)
6
NO KETERANGAN PROV KAB KOTA TOTAL % BADAN DINAS KANTOR UNIT TOTAL PROV KAB KOTA TOTAL %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1YANG SUDAH
MELAKSANAKAN PTSP
14 280 85 379 68%
2 BENTUK LEMBAGA 90 10 243 36 379
3YANG BELUM
MELAKSANAKAN PTSP
19 119 13 151 32%
JUMLAH DAERAH YANG TELAH MEMBENTUK PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)
PERIODE AGUSTUS TAHUN 2010
7
KENDALA YANG DIHADAPI DAERAH YG BELUM MEMBENTUK:
a.Persepsi dan komitmen KDH dengan Stakeholder belum mantap.
b.Belum ada pemahaman yang komprehensif tentang PTSP.
c.Maindset birokrasi masih belum reformis.
d.Tidak adanya inisiator daerah dan dukungan pimpinan daerah.
8
V. FILOSOFI REFORMASI PERIZINAN
1.Penyelenggara PTSP berpedoman pada Peraturan Perundang-Undangan, disyaratkan ada prasarana : loket, tempat proses, tempat pembayaran, penyerahan dokumen, ruang pengaduan dan sekretariat.
2.Penyederhanaan Proses, Penyingkatan waktu dan Kepastian biaya.
3.Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM), utamakan Profesional/Kompetensi dan performance.
4.Keterbukaan Informasi dan pemanfaatan TI.9
5. Pengaduan dan kepuasan Pelanggan6. Pembinaan/Pengawasan dan Monev7. Peraturan peralihan :
a.PTSP/OSS yang sudah ada agar menyesuaikan dengan Permendagri No. 24 tahun 2006
b.Yang belum membentuk PTSP wajib membentuk paling lambat setelah 1 (satu) tahun (6 Juli 2007)
10
Pembentukan Kelembagaan PTSP Diatur Berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2008
DASAR KETETAPAN
Permendagri No. 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah;Diterbitkan Dalam Rangka Pelaksanaan Pasal 47 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;Diamanatkan bahwa Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.Dengan Mendapat Pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
VI. KELEMBAGAAN PTSP DI DAERAH
11
Lanjutan Kelembagaan….
PEMBENTUKANDalam Rangka Meningkatkan Pelayanan Masyarakat di
bidang Perijinan dibentuk unit pelayanan perijinan terpadu dengan sebutan BADAN atau KANTOR.
KEDUDUKAN
Badan atau Kantor berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.Badan dan Kantor didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala.Kepala Sekretariat karena Jabatannya adalah sebagai Kepala Badan atau Kepala Kantor.
12
Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu mengatur bagaimana membangun sistem Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan yang terintegrasi kedalam suatu Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Permendagri Nomor 20 Tahun. 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Di Daerah mengatur bagaimana bentuk kelembagaan penyelengaara pelayanan pirizinan dan non perizinan terpadu satu pintu di daerah dibentuk, baik dalam status Badan atau Kantor tergantung score variabel yang diperoleh pada suatu Daerah.
VII. UPAYA PEMERINTAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PTSP
13
Lanjutan UPAYA PEMERINTAH ………
Terkait mengenai masalah kelembagaan pengelola perizinan di Daerah, dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2008 yang merupakan turunan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, mengatur bahwa pada prinsipnya pembentukan Lembaga Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah untuk mengelola penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan daerah termasuk fungsi pelayanan perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal untuk diintegrasikan ke dalam Lembaga Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 14
VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN PENYELENGGARA PTSP
Langkah I : Penyamaan Persepsi dan Pembentukan Komitmen
Langkah 2 : Pembentukan Tim Pembentukan PTSPLangkah 3 : Penyiapan Dana melalui APBDLangkah 4 : Penyusunan Desain Penyelenggara PTSPLangkah 5 : Penyusunan Kebijakan Terkait dengan
Pembentukan Penyelenggara PTSP Langkah 6 : Penyiapan SDMLangkah 7 : Penyebarluasan Informasi Penyelenggara
PTSP kepada MasyarakatLangkah 8 : Monitoring dan Evaluasi
15
SURAT EDARANNOMOR 500/1191/V/BANGDA TANGGAL 8 JUNI 2009
TENTANG PENYEMPURNAAN PANDUAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, MENTERI PERDAGANGAN, MENTERI
TENAGA KERJA, DAN TRANSMIGRASI DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL.
NOMOR : 69 TAHUN 2009NOMOR : M.HH-08.AH.01.01.2009NOMOR : 60/M-DAG/PER/12/2009
NOMOR : Per.30/men/XII/2009NOMOR :10 TAHUN 2009
TENTANG PERCEPATAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN UNTUK MEMULAI USAHA
IX. KEBIJAKAN- KEBIJAKAN TERKAIT PPTSP
16
A. PERCEPATAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN UNTUK MEMULAI USAHA
JENIS PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN (Pasal 3)
Perizinan dan Non Perizinan Memulai Usaha Yang Meliputi:
a. Pendaftaran nama perusahaan dan pembuatan akta pendirian;b. Pengesahan status badan hukum;c. Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);d. Pendaftaran dan pengumuman perseroan terbatas dalam Berita Negara;e. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);f. Pengurusan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);g. Pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);h. Pendaftaran Wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan;i. Pendaftaran kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
Lanjutan KEBIJAKAN ………
17
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab terhadap percepatan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan memulai usaha di daerah;
(2) Untuk percepatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan di daerah dilakukan melalui penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu;
(3) Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum membentuk pelayanan terpadu satu pintu wajib segera membentuk pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Lanjutan KEBIJAKAN ………
PENYELENGGARA PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN
18
(Pasal 5)
(1) Setiap penyelenggara pelayanan wajib memberikan pelayanan berdasarkan standar waktu pelayanan;
(2) Standar waktu pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemakaian nama perusahaan dan pengesahan status badan hukum, pendaftaran dan pengumuman perseroan terbatas dalam Berita Negara , pembayaran PNBP melalui Bank seluruhnya paling lama 8 (delapan) hari kerja;
PENGATURAN PELAYANAN (Pasal 6)
Lanjutan KEBIJAKAN ………
19
b. Penerbitan NPWP dan NPPKP di Ditjen pajak paling lama 1 (satu) hari kerja;c. Penerbitan SIUP dan TDP di Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota
dilakukan secara simultan paling lama 3 (tiga) hari kerja; dan
d. Penerbitan surat keterangan pelaporan Ketenagakerjaan di Perusahaan oleh
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Sertifikat Kepesertaan jaminan Sosial Tenaga Kerja paling lama 5 (lima) hari kerja.
Lanjutan KEBIJAKAN ………
20
Nomor : 500/3933/SJJakarta, 9 November 2009
Kepada Yth:. Gubernur Bupati/Walikota
Perihal : Proses Izin memulai Usaha paling lama 40 (empat puluh) hari dan pembentukan PTSP.
21
B. PROSES IZIN MEMULAI USAHA PALING LAMA 40 HARI
Surat Menteri Dalam Negeri
Lanjutan KEBIJAKAN ………
1. Bapak Presiden Republik Indonesia mengagendakan dalam 100 (seratus) hari Kabinet Indonesia Bersatu kedua, proses memulai usaha (starting business) di Indonesia yang harus dilakukan dalam waktu paling lama 40 (empat puluh) hari, hal tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan Iklim investasi di tanah air. Untuk itu, Pemerintah Daerah diminta untuk melakukan pembenahan dan perbaikan dalam proses pemberlan Izin & modal usaha, sehingga agenda tersebut dl atas dapat diwujudkan.
DASAR SURAT MENDAGRI
22
Lanjutan KEBIJAKAN ………
2. Sehubungan dengan hal tersebut di atas diminta perhatian saudara, hal-hal sebagai berikut:(1) Segera membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) sebagaimana dimaksud PERMENDAGRI No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan mempedomanin No.20 tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan terpadu di daerah
23
Lanjutan KEBIJAKAN ………
(2) Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis izin memulai usaha dan lama penyelesaian yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, baik melalui kelembagaan PTSP bagi yang sudah membentuk, maupun bukan PTSP yang belum Membentuk .
(3) Melakukan identifikasi dan inventarisasi jenis ijin memulai usaha dan lama penyelesaian yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota ;
(4) Melaporkan jenis usaha yang selama ini perizinannya dikeluarkan oleh tingkat pusat dan provinsi, yang secara operasional lebig efisien dan lebih efektif kalau kewenangan perizinannya dilimpahkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota.
24
Lanjutan KEBIJAKAN ………
(5). Melaporkan Identiflkasi permasalahan yang menghambat atau potensial menghambat proses memulai usaha dl bawah 40 (empat puluh) hari, baik yang disebabkan oleh adanya peraturan perundangan yang dikeluarkan o!eh setiap tingkatan pemerintahan baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota, maupun oleh sebab-sebab belum dibentuknya PTSP di sebagian daerah.
25
Lanjutan KEBIJAKAN ………
Surat Menteri Dalam NegeriNomor : 188.32/4614/SJ
Jakarta, 21 Desember 2009Kepada sdr : 1. Gubernur
2. Bupati/Walikota
Perihal : Percepatan Pelayanan perizinan dan Non Perizinan Untuk Memulai Usaha. Seluruh Indonesia
26
C. TINDAK LANJUT PERCEPATAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN UNTUK MEMULAI USAHA
Lanjutan KEBIJAKAN ………
• Menindak lanjuti Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Perdagangan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Nomor: 69 Tahun 2009, Nomor: M.HH08.AH.01.01.2009, Nomor: 60/M-DAG/PER/12/2009, Nomor:Per.30 /MEN/XII/2009, Nomor : 10 Tahun 2009, tentang Percepatan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Untuk Memulai Usaha (PBM), diminta perhatian Saudara untuk segera melakukan hal-hal sebagai berikut:
DASAR SURAT MENDAGRI
27
Lanjutan KEBIJAKAN ………
1. Melakukan langkah-langkah guna peningkatan aparatur pelaksanapelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan publik dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan memulai usaha di daerah.
A. Gubernur
28
Lanjutan KEBIJAKAN ………
2. Mengkoordinasikan Bupati/Walikota untuk melakukan percepatan pelayanan perizinan dan non perizinan memulai usaha di daerah masing-masing sesuai PBM.
3. Melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan untuk memulai usaha di daerahnya.
4. Khusus Gubernur DKI Jakarta segera melakukan percepatan Pengurusan Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) Pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Pendaftaran Wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan sesuai PBM.
29
Lanjutan KEBIJAKAN ………
B. Bupati/Walikota1. Melakukan percepatan pelayanan perizinan
dan non perizinan khususnya pelayanan Pengurusan Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP), Pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan Pendaftaran Wajib Lapor Ketenagakerjaan di perusahaan sesuai PBM.
2. Bagi Bupati/Walikota yang belum membentuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) agar segera, membentuk PPTSP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
30
Lanjutan KEBIJAKAN ………
3. Memerintahkan para Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait
4. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan perizinan dan Non Perizinan untuk memulai usaha di daerahnya.
31
Lanjutan KEBIJAKAN ………
SURAT EDARAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DAN KEPALA BADAN
PENANAMAN MODAL
NOMOR : 570/3727A/SJNOMOR : SE/08/M.PAN-RB/9/2010NOMOR : 12 TAHUN 2010
TANGGAL 15 SEPTEMBER 2010
D. SINKRONISASI PELAKSANAAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
32
Lanjutan KEBIJAKAN ………
Dalam rangka pelaksanaan pelayanan penanaman modal: (pasal 6)
a. Tingkat provinsi:1) Gubernur segera menetapkan PDPPM sebagai penyelenggara fubsi PTSP di bidang penanaman modal
2) Gubernur segera melimpahkan sepenuhnya kewenangan pemberian perizinan dan nonperizinan di bidang penaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi kepada PDPPM;
3) Gubernur menetapkan PDPPM sebagai lembaga pelaksana SPIPISE;
4) Bagi provinsi yang sudah terbentuk PPTSP yang terpisah dengan PDPPM dan telah menerima pelimpahan kewenangan pemberian pelayanan penanaman modal, agar gubernur segera melimpahkan PPTSP sebagi lembaga pelaksana SPIPISE.
33
Lanjutan KEBIJAKAN ………
b. Di tingkat kabupaten/kota:1)Bupati/Walikota segera melimpahkan sepenuhnya kewenangan pemberian pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota kepada PPTSP;
2)Bupati/walikota segera menetapkan PPTSP sebagai lembaga pelaksana SPIPISE.
34
Lanjutan KEBIJAKAN ………
KUNCI KEBERHASILAN
DEREGULATION
- Organisasi
- Sisdur
- SDM & Leadership
LAW INFORCEMENT
- Kontiniu, Kuantitas, Kualitas
- Reward & Punishment
SHARING PARTICIPATION
- IPTEK
- Pendanaan
- Kerjasama Wilayah
TRANSPARENCY
- Informasi
- Komunikasi
- IT
KOMITMEN
X. PENUTUP
35
36