Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

download Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

of 108

Transcript of Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    1/108

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    2/108

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    3/108

    Cover dalam

    TSUNAMIBahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/SMK/MAK

    Penulis: Drs. Djuharis Rasul, M.EdNara Sumber: Subandono

    PUSAT KURIKULUMBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALJAKARTA, 2009

    Modul Ajar

    Pengintegrasian Pengurangan Risiko

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    4/108

    Modul Ajar Pengintegrasian

    Pengurangan Risiko Tsunami

    Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/SMK/MAK

    Penulis: Drs. Djuharis Rasul, M.EdNara Sumber: SubandonoEditor: Ninil R Mitahul Jannah dan Dian AriyanieIlustrator Sampul : Adinda Mubarina (SD Glagah Yogya Timur Yogyakarta)

    Ilustrator Isi:Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.

    Lay Out Isi:Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.

    ISBN : 978-979-725-236-6

    Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)

    Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA

    Telp : +62 21 390 5484 (hunting)

    Fax : +62 21 391 8604E-mail : [email protected]

    Website : www.sc-drr.org

    Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Saer Communities throughDisaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations DevelopmentProgramme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP,Department or International Development (DFID) Pemerintah Inggris danAustralian Agency For InternationalDevelopment (AusAID)

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    5/108

    SAMBUTAN

    Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di duniaberada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadibencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan

    longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korbanjiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuangmembangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.

    Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat

    kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibatbencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapibencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kitailmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaanterhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsunganhidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempatbelajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang palingcepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalamkehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluargadan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkandi sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu

    okus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahamitanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untukmengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yangpenting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadikesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam duniapendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.

    Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalampengembangan model-model kurikulum sebagai reerensi satuan pendidikandalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusunserangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasianpengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secarakeseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.

    KEPALA

    PUSAT KURIKULUM

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    6/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,

    SMP dan SMA.

    Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara PusatKurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENASdalam sebuah Program Saer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR)

    In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP)yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melaluiberbagai upaya pengurangan risiko bencana.

    Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaanpembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri daripanduan asilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraanpenanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana,pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulumsatuan pendidikan.

    Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanaat dan dijadikan bahan acuanbagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.

    Jakarta, Desember 2009

    Kepala Pusat Kurikulum

    Dra. Diah Harianti, M.Psi

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    7/108

    SAMBUTAN

    Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geograsnya pada posisipertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana.Selain itu dengan kompleksitas kondisi demogra, sosial dan ekonomi di

    Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakatterhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalammenangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjaditinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlahnegara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World

    Disaster Reduction Campaign, UNESCO).

    Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma penguranganrisiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselonII di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian PendidikanNasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah TertinggalBAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Saer Community ThroughDisaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatanini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagaiupaya pengurangan risiko bencana.

    Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnyadalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan RisikoBencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PendidikanJasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampaiSMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRBdengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum danbeban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke matapelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstrakurikuler.

    Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangkauntuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencanadan mensosialisasikan langkah-langkah preventi untuk mengurangi risiko bencanayang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerusuntuk mendiseminasikan inormasi tentang ancaman dan langkah-langkah yangdapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagikita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapibencana.

    Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untukmengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan,

    sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami

    KEPALA BADAN PENELITIAN

    DAN PENGEMBANGAN

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    8/108

    dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepatpenyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.

    Diharapkan modul ini dapat dimanaatkan, antara lain:Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan

    pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik disekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan daribencana di sekolah.

    Membuka peluang dan membangun kreatitas guru dalam menerapkanpengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikandengan konteks sekolah yang dibinanya

    Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensi carapengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencanake dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diSekolah.

    Mendorong inisiati para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakanpengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan disekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.

    Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadibermanaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan,meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebihtanggap terhadap ancaman bencana.

    Jakarta, Desember 2009Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kementerian Pendidikan Nasional

    Pro. Dr. H. Mansyur Ramly

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    9/108

    SAMBUTAN

    Menyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayahtanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesiatelah melakukan sejumlah inisiati guna mengurangi risiko bencana ditanah

    air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi NasionalPengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 2009, sebagai komitmen dalammengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yangmerupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)2005 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 2009 tersebut, Pemerintahtelah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risikobencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang Undang Nomor24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarahdalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturanturunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.

    Untuk mendukung prakarsa prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesiatersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeritelah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat

    yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atauyang dikenal dengan Program Saer Communities Through Disaster Risk Reduction inDevelopment (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5tahun (2007 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencanamenjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untukmewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencanakedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakanmelalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturandan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaanpengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risikobencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut olehmasyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik;(4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari programpembangunan.

    Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaranpublik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintahbersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan ditingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikankebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal,pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road showuntuk kegiatan

    simulation drilldi sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belumterkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat

    DIREKTUR KAWASAN KHUSUS

    DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS

    SELAKU NATIONAL PROJECT

    DIRECTOR SCDRR

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    10/108

    disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawanbencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikanmasih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaanmasyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya

    tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 2007).Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakankelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuandan keterampilannya.

    Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencanakedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa;(2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian gurudalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yangterdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana);dan (6) Kondisi bangunan sik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan,

    tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.

    Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risikobencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siagabencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusunStrategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional.Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkandapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intramaupun ekstrakurikuler secara nasional.

    Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum,

    Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihanpengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modulini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam halintegrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.

    Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasionalini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudahdisusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanaat dan digunakan oleh praktisipendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaansekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.

    Jakarta, Desember 2009

    Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas

    Selaku National Project Director SCDRR

    Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    11/108

    DAFTAR ISI

    SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III

    SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL VSAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL,

    BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VII

    DAFTAR ISI IX

    DAFTAR TABEL XI

    DAFTAR GAMBAR XIII

    DAFTAR KOTAK XV

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Landasan dan Pedoman 1

    1.1.1 Landasan Filosos 3

    1.1.2 Landasan Sosiologis 4

    1.1.3 Landasan Yuridis 4

    1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5

    1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke DalamSistem Pendidikan Nasional 6

    1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7

    1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencanadan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7

    1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8

    BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA TSUNAMI 10

    2.1 Fenomena Tsunami di Indonesia 10

    2.2 Peristiwa Tsunami di Indonesia 18

    BAB III PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI 22

    3.1 Pengurangan Risiko Bencana 22

    3.1.1 Bencana 23

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    12/108

    Datar Isi

    x

    3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanandan Kapasitas 25

    3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 27

    3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 27

    3.2 Kesiapsiagaan Tsunami 303.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Tsunami 303.2.2 Tindakan Saat Terjadi Tsunami 32

    3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Tsunami 35

    BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI 39

    4.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami 39

    4.2 Pemetaan Indikator Siswa 41

    4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 43

    BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN

    RISIKO TSUNAMI KE DALAM KURIKULUM

    TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DASAR (SMA/MA/SMK/MAK) 44

    5.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunamike dalam Mata Pelajaran 44

    5.1.1 Identikasi Materi Pembelajaran 45

    5.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang

    dapat diintegrasikan 465.1.3 Penyusunan Silabus Integrasi 57

    5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 615.1.5 Bahan Ajar 65

    5.2 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunamike dalam Muatan Lokal 715.2.1 Analisis Konteks Muatan Lokal 72

    5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi (SD) dan KompetensiDasar (KD) Muatan Lokal Pengurangan Risiko Tsunami 73

    5.2.3 Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Lokal Pengurangan

    Risiko Tsunami 755.3 Pengintegrasian Pada Kegiatan Pengembangan Diri 81

    DAFTAR ISTILAH 85

    DAFTAR PUSTAKA 89

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    13/108

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Aktitas Tsunami di Indonesia 19Tabel 2.2 Kejadian Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961-2007 20Tabel 4.1 Identikasi Materi Pembelajaran

    Pengurangan Risiko Tsunami 40Tabel 4.2 Pemetaaan Indikator Siswa 41Tabel 5.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami 46Tabel 5.2 Pemetaan SK-KD ke dalam Mata Pelajaran

    Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,Fisika, Geogra, Sosiologi, danPendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan,Teknologi Inormasi dan Komunikasi 47

    Tabel 5.3 Model Silabus, RPP, dan Bahan Ajar Integrasi Pendidikan

    Pengurangan Risiko Bencana Tsunamidalam Mata Pelajaran 59

    Tabel 5.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMuatan Lokal PRB Tsunami 75

    Tabel 5.5 Contoh Model Silabus Muatan Lokal PRB Tsunami 79Tabel 5.6 Contoh Program Kegiatan Pengembangan Diri(Pramuka)

    yang menintegrasikan PRB Tsunami 84

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    14/108

    Datar Tabel

    xii

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    15/108

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Mesjid di Aceh yang selamat dari Tsunami 10Gambar 2.2 Perbedaan gelombang angin dan gelombang tsunami 17Gambar 2.3 Peta distribusi Tsunami di Indonesia tahun 1600 -2007 20Gambar 3.1 Proses Terjadinya Bencana 23Gambar 3.2 Wilayah di Asia yang

    terkena dampak tsunami 26 Desember 2004 24Gambar 3.3 Persentase Orang Terkena

    Bencana Berdasarkan Jenis Bencana 25

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    16/108

    Datar Gambar

    xiv

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    17/108

    DAFTAR KOTAK

    Kotak 5.1.1 Contoh Penyusunan Rencana Pelaksanaan PembelajaranMata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 62

    Kotak 5.2.1 Contoh Model RPP Muatan Lokal PRB Tsunami 80

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    18/108

    Datar Kotak

    xvi

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    19/108

    1.1 Landasan dan Pedoman

    Berdasarkan hasil Konerensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana (World

    Conerence on Disaster Reduction) yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi2005-2015 dengan tema Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas TerhadapBencana memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatanyang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadapbahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-carauntuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.

    Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang,pada World Conerence on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konerensi tersebut

    mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA).Kerangka aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas secara substansial mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupunkerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakatdan negara dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setidaknyapada tahun 2015.

    HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakanpembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan,

    dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyatdan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana,bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian SasaranPembangunan Millenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan,HFA mengidentikasi lima prioritas aksi yang spesik: (1) Membuat penguranganrisiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki inormasi risiko dan peringatandini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko padasektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.

    BAB IPENDAHULUAN

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    20/108

    Pendahuluan

    2

    HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yangstrategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya.Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untukmembangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana

    dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai inormasi yang cukup dandidorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang padaakhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuandan inormasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.

    Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk-kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagianyang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakanjalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan inormasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencanasebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 20052014 untuk Pendidikan bagi

    Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade o Education or SustainableDevelopment); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokaldan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program danaktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisireek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentangpengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: paraperancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintahtingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiati pelatihan berbasismasyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana

    mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi danmenghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperolehpelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7)menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas genderdan budaya sebagai bagian takterpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.

    Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah yangdikoordinir oleh UN/ISDR(United Nations/International Strategy or Disaster Reduction)hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutamayang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana,

    gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yangsangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampakbencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidaksebentar dan pastilah sangat mahal.

    Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru,pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selainitu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atasisu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional,pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikanantara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    21/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    3

    membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalammasyarakat; (2) asilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup danmelindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadianbencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan asilitas keselamatan

    di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian TujuanPembangunan Millenium.

    Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda,yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuantradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidakbisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dankeselamatan dan keamanan sekolah.

    Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana

    alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatubencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungigenerasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegahmembantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatanhidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana.Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolahsangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkunganmasyarakat.

    Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal

    ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupunindividu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatandi sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasisecara akti. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budayaketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangkakampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik disegenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.

    Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidakmelakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan.Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisadilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran penguranganrisiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3)ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus mengembangkan danmenyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangandiri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.

    1.1.1 Landasan Filosofs

    Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan danpenghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara losos, pengurangan risiko

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    22/108

    Pendahuluan

    4

    bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara RepublikIndonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruhtumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskankehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

    kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan haksetiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa amandari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yangmerupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, danmendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperolehpelayanan kesehatan (Pasal 28 G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.

    1.1.2 Landasan Sosiologis

    Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertamasecara geogras, demogras dan geologis, Indonesia merupakan negararawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, sepertikegagalan atau mal praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telahmenimbulkan dampak negati terhadap lingkungan yang berakibat padaterjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencanaitu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungandan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulanganbencana telah dilakukan secara komprehensi yang mencakup pendekatanyang bersiat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaantindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu,pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkatpemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yangakti dalam menciptakan manajemen bencana yang eekti. Serta pentingnyapartisipasi publik dan pemangku kepentingan dalam penanganan bencana.

    1.1.3 Landasan Yuridis

    Pertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peranhukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukumdalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen

    untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atauperaturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dankeadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawabanatau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangananbencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    23/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    5

    1.1.4 Pedoman pengembangan produk

    Program pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untukmeminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalammelaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan

    peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan caramengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalamkurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatanpengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.

    Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serialmodul dan modul pelatihan adalah:

    1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

    3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

    4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025

    5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009

    6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan

    7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan NasionalPenanggulangan Bencana

    8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEANAgreement on Disaster Management and Emergency Response (PersetujuanASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat)

    9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang PenyelenggaraanPenanggulangan Bencana

    10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

    11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar KompetensiLulusan

    12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isidan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan PeraturanMendiknas No. 6 Tahun 2007

    13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata KerjaBalitbang Depdiknas

    14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar PengelolaanPendidikan oleh Pemerintah Provinsi

    15. Peraturan Mendiknas No. 24 tTahun 2007 tentang Standar Sarana danPrasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA

    16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    24/108

    Pendahuluan

    6

    1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem

    Pendidikan Nasional

    UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):

    Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai denganrelevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komitesekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan ataukantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar danprovinsi untuk pendidikan menengah

    Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunankurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolahdan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengankurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab

    pemerintah pusat.Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17menyebutkan:

    1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkansesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik

    2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnyaberdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,

    dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yangmengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, danMAK

    Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajarsesuai dengan kondisi geogras dan demogras untuk daerah, kebutuhan,potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnyadiimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No.24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar KompetensiLulusan Pasal 1:

    1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan danmenetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengahsesuai kebutuhan satuan pendidikan.

    2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkankurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standarkompetensi lulusan.

    3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan olehkepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikanpertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    25/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    7

    Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikanbencana dalam terminologi pendidikan layanan khusus. Yakni pendidikanbagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat

    yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidakmampu dari segi ekonomi.

    1.2 Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko

    Bencana

    1.2.1 Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk

    Pembangunan Berkelanjutan

    Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan

    (Decade o Education or Sustainable Development - DESD), mulai 2005-2014,dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana(alam) telah diidentikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawahDESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimanadidenisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, Pendidikan sangat pentinguntuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilaidan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunanberkelanjutan. Baik ormal dan pendidikan non-ormal sangat diperlukan untukpembangunan berkelanjutan . Pendidikan dan pengetahuan berkontribusiuntuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanandan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikankontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.

    Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 2015 yangmenyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dariprioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untukmembangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat.Inisiati pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalamprogram pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakupsemua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yangbertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahanmelalui identikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.

    Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagiandari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikanuntuk Pembangunan Berkelanjutan (Education or Sustainable Development -ESD), dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu:

    1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, danhubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.

    2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    26/108

    Pendahuluan

    8

    pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial danemosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.

    3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung TujuanPembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko

    Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunantermasuk inisiati DESD dihancurkan dalam hitungan detik.

    Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikanpengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDRsebagai berikut: Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuahproses pembelajaran bersama yang bersiat interakti di tengah masyarakatdan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risikobencana lebih luas daripada pendidikan ormal di sekolah dan universitas.Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearian tradisionaldan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.

    HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasibahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan ormal daninormal.

    Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencanadalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat danmenggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau pemudadan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagaisuatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan(2005-2015) dari PBB .

    1.2.2 Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana

    Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencanadalam proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik dalamupaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya amanserta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikanbencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana.Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agardapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risikobencana.

    Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:

    1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan

    2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana

    3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentangkerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan sik, serta kerentananprilaku dan motivasi,

    4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan danpengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkunganyang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana

    5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara

    individu maupun kolekti

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    27/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    9

    6 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana

    7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana

    8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembalikomunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkankarena terjadinya bencana

    9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar danmendadak

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    28/108

    2.1 Fenomena Tsunami di Indonesia

    Bencana merupakan enomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu,

    ancaman dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkanterjadinya risiko pada komunitas. Bencana secara sederhana didenisikan sebagaisuatu gangguan serius terhadap keberungsian suatu masyarakat sehinggamenyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi,ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebutuntuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka sendiri.Pemicu merupakan aktor-aktor luar yang menjadikan potensi ancaman yangtersembunyi muncul ke bermukaan sebagai ancaman nyata. Ancaman adalahkejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untukmenimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial

    ekonomi atau kerusakan lingkungan.Apakah yang dimaksud dengan tsunami? Secara harah, tsunami berasal dariBahasa Jepang. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang. Secaraumum tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang besar di pelabuhan. Jadi,secara bebas kita bisa mendeskripsikan tsunami sebagai gelombang laut denganperiode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsi yang terjadi pada mediumlaut. Gangguan impulsi itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik(meletusnya gunung api) di laut, longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di laut.

    Dalam literatur berbahasa Inggris, tsunami kadang-kadang disebut pula sebagai

    tidal wave atau gelombang pasang. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena samasekali tidak mempunyai hubungandengan enomena pasang surutair laut sebagaimana lazimnya,yang ditentukan oleh gaya tarikbenda-benda astronomis (gayatarik menarik antara bumi, bulandan matahari).

    BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA TSUNAMI

    Gambar 2.1 Mesjid di Aceh yang selamat dariTsunami (sumber: google)

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    29/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    11

    Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsi ini bersiat transien, yaknigelombangnya bersiat sesar. Gelombang seperti ini berbeda dengan gelombanglaut lainnya yang bersiat kontinyu seperti gelombang laut yang ditimbulkan olehgaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan oleh gaya tarik

    benda angkasa.

    Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang dibangkitkan oleh anginadalah terletak pada gerakan airnya. Gelombang yang dibangkitkan oleh anginhanya menggerakkan partikel air laut di permukaan air laut bagian atas. Namunpada gelombang tsunami menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan sampaidasar laut.

    Ciri lainnya dari tsunami adalah panjang gelombangnya yang besar, bisa mencapaipuluhan kilometer. Kecepatan rambatnya di laut yang dalam berkisar dari 400sampai 1.000 km/jam. Kecepatan penjalan tsunami tersebut sangat tergantung

    dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat mencapai ribuan kilometer daripusatnya.

    Dalam buku literatur oseanogra sik atau coastal engineering, terdapat teori yangmengatakan bahwa gelombang tsunami disebut gelombang perairan dangkalapabila nilai perbandingan antara kedalaman laut dengan panjang gelombanglebih kecil dari seperduapuluh. Karena nilai perbandingan antara kedalaman lautdengan panjang gelombang tsunami lebih kecil dari seperduapuluh (1/20) makatsunami sering dianggap sebagai gelombang perairan dangkal

    Pemicu Tsunami

    Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan berskala besarterhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnyagunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Pada dasarnyatsunami dapat terjadi apabila dasar laut mengalami perubahan secara tiba-tiba dan bergerak secara vertikal. Berikut ini beberapa aktor-aktor yang bisamenimbulkan tsunami.

    1. Longsoran Lempeng Bawah Laut

    Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di pertemuan antarlempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebutdengan sesar. Pada sesar terjadi gerakan vertical antara kedua lempeng yang

    bisa menimbulkan longsoran. Sebagai contoh, di sekeliling tepian SamudraPasik yang biasa disebut dengan lingkaran api, lempeng samudra yanglebih padat menghunjam masuk ke bawah lempeng benua, sementaralempeng benua cenderung naik secara vertikal. Proses ini dinamakan denganpenghunjaman. Gerakan subduksi sangat eekti menimbulkan longsoranbawah laut yang bisa membangkitkan gelombang tsunami.

    2. Gempa Bumi Bawah Laut

    Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan olehpergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut,maka air di atas wilayah lempeng yang bergerak tersebut berpindah dari posisi

    keseimbangannya menimbulkan gelombang. Gelombang terjadi karena air

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    30/108

    Fenomena dan Peristiwa Tsunami

    12

    ini bergerak akibat pengaruh gravitasi mencari posisi keseimbangannya yangbaru. Bila gempa yang terjadi menimbukan gerakan yang bersiat vertikal(naik atau turun),maka gelombang tsunami dapat terjadi.

    3. Aktivitas Vulkanik

    Adanya gunung berapi yang terletak di dasar samudra dapat menaikkan air danmembangkitkan gelombang tsunami. Contoh yang terjadi pada meletusnyaGunung Krakatau di Selat Sunda tahun 1883 yang menimbukan gelombangtsunami setinggi lebih dari 30 m, menerjang dan menyapu pantai di sebelahbarat Jawa dan sebelah selatan Sumatera.

    4. Tumbukan Benda Luar Angkasa

    Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguanterhadap air laut yang datang dari luar permukaan air. Kejadian tsunami yangdisebabkan aktor ini sangat jarang terjadi, namun dampaknya bisa jadi lebih

    merusak, karena datangnya yang sulit diduga dimana tempatnya akan jatuh.Di samping itu juga, besar dan kecepatan meteor ketika tumbukan denganpermukaan laut sangat menentukan besarnya gelombang tsunami yang akanditimbulkannya.

    Karakteristik Tsunami

    Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelom-bang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambatmenyeberangi samudra tanpa banyak kehilangan energi. Hal ini karenaamplitudo gelombang begitu kecil tapi sangat panjang. Seperti diketahuienergi gelombang dipengaruhi oleh besar amplitudo dan panjang

    gelombang. Dengan amplitude yang begitu kecil, energi gelombang tidakmudah hilang atau terserap, sementara panjang gelombang yang begitupanjang menjamin gelombang mampu merambat dengan kecepatan tinggi.Tsunami dapat merambat melalui wilayah yang berjarak ribuan kilometerdari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa menit antaramunculnya gelombang ini dengan bencana yang akan ditimbulkannya dipantai. Begitu mendekati pantai ke tempat yang lebih dangkal, amplitudegelombang membesar yang diikuti dengan melambatnya kecepatan rambatgelombang. Gelombang meninggi menerjang segala macam benda yangmenghalanginya.

    Periode tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 2 jam.Panjang gelombangnya sangat besar, antara 100 1000 km. Bandingkandengan ombak laut biasa di pantai yang mungkin hanya memiliki periodebeberapa detik dan panjang gelombang beberapa meter. Oleh karena itulahpada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak danhanya terasa seperti ayunan air saja.

    Bila lempeng samudra bergerak naik, air di sekitar wilayah tersebut akan ikutnaik, namun di sekitar pantai akan surut. Selanjutnya gelombang tsunami

    akan datang menerjang pantai.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    31/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    13

    PERBANDINGAN GELOMBANG TSUNAMI DAN OMBAK LAUT BIASA

    Parameter Gelombang

    Tsunami

    2 menit - 2 jam

    100 - 1000 km

    10 detik

    50 m

    Ombak Biasa

    Periode gelombang

    Panjang gelombang

    Bila lempeng samudra bergerak turun, air laut di pantai tersebut akan ikutsurut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih dari 500 metermenjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya

    kemungkinan akan tetap tinggal di pantai karena rasa ingin tahu apa yangsedang terjadi. Atau justru mereka memanaatkan momen saat air laut suruttersebut untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran di pantai.

    Bila lempeng samudra bergerak turun (atau naik), di wilayah pantai air laut akansurut sebelum datangnya tsunami. Gelombang tsunami mempunyai amplitudeyang memperhitungkan kedalaman laut. Ini yang membedakan dengangelombang pada ombak biasa. Gelombang tsunami diakibatkan perubahanstruktur bumi di kedalaman laut, sementara ombak biasa diakibatkan oleharus udara (angin). Oleh karena itu, gelombang tsunami sangat dipengaruhikedalaman laut. Makin dangkal kedalaman laut, makin lambat perambatan

    gelombang. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan yang setaradengan akar kuadrat hasil perkalian antara percepatan gravitasi (g = 9,8 m/det2 ) dan kedalaman air laut.

    v (g d)

    dimana

    v = kecepatan

    g = gravitasi = 9,8 m/det2

    d = kedalaman

    Sebagai contoh, di Samudra Hindia, dimana kedalaman air pada daerahgempa sebelah barat Aceh sekitar 2000 meter, gelombang tsunami merambatdengan kecepatan 140 m/det (504 km/jam) dengan hanya sedikit energi yanghilang, bahkan untuk jarak yang jauh. Sementara pada kedalaman 10 meter,mendekati pantai kecepatannya hampir mencapai 10 m/det (36 km/jam),sama dengan kecepatan lari manusia tercepat, kita harus lari dengan sepenuhtenaga agar bisa lolos dari gelombang tersebut.

    Energi dari gelombang tsunami merupakan ungsi perkalian antara besargelombang dan kecepatannya. Besar gelombang ditentukan oleh tinggi(amplitudo) dan panjang gelombang. Makin besar amplitude dan panjang

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    32/108

    Fenomena dan Peristiwa Tsunami

    14

    gelombang, maka energi gelombang juga makin besar. Nilai energi inidianggap konstan, yang berarti besar gelombang berbanding terbalikdengan kecepatan merambat gelombang. Oleh karena itu, ketika gelombangmencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya menurun.

    Saat memasuki wilayah pantai yang lebih dangkal, kecepatan gelombangtsunami menurun sedangkan tingginya meningkat, menciptakan gelombangyang berpotensi sangat merusak.

    Karena

    v = -

    T

    Maka

    v ~ dimana

    v = kecepatan

    = panjang gelombang

    T = periode

    Karena kecepatan bergantung pada panjang gelombang, maka makin lambatkecepatan rambat gelombang, panjang gelombang juga makin pendek.Sementara itu, periode gelombang dianggap konstan.

    Sementara itu, energi gelombang sebanding dengan kuadrat kecepatanrambat gelombang.

    E ~ v2 ~ A

    dimana

    E = Energi gelombang

    A = amplitude (tinggi gelombang)

    Persamaan di atas menunjukkan bahwa ketika kecepatan rambat v berkurang,maka panjang gelombangnya ? juga menurun, sementara tinggi gelombangA justru meningkat.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    33/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    15

    Sumber: Wikipedia

    Kedalaman (m)Kecepatan

    (km/jam)

    7000

    4000

    2000

    200

    100

    50

    10

    943

    713

    504

    159

    113

    80

    36

    Panjang Gelombang

    (km)

    282

    213

    151

    48

    34

    23

    11

    Selagi orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadariadanya tsunami, gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga30 meter atau lebih ketika mencapai wilayah pantai dan daerah yang lebihdangkal. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayahyang jauh dari sumber terjadinya gelombang, meskipun peristiwa terjadinya

    gelombang di tengah laut itu sendiri kemungkinan tidak dapat dirasakan olehseseorang yang kebetulan berada di atas permukaannya.

    Gelombang tsunami bergerak maju ke segala arah dari sumbernya, sehinggawilayah yang berada di sekitar daerah sumber gelombang berpotensi akanterkena dampaknya. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja berbelokakibat adanya gangguan berupa benda padat seperti daratan. Bukan hanyaitu, gangguan tersebut dapat meredam energi gelombang dan mengubahpola gelombang, seperti periode, panjang gelombang, dan kecepatanrambatnya. Hal ini bergantung peristiwa alam yang mempengaruhinya dankondisi geogras wilayah sekitarnya.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    34/108

    Fenomena dan Peristiwa Tsunami

    16

    Megatsunami

    Berbagai bukti yang menunjukkan bahwa megatsunami, yaitu tsunami yangmencapai ketinggian gelombang hingga 100 meter, memang mungkinterjadi. Peristiwa yang langka ini biasanya disebabkan oleh sebuah pulau yang

    cukup besar amblas ke dasar samudra. Megatsunami juga bisa disebabkanoleh adanya benda angkasa luar dengan massa yang cukup besar, jatuh kelaut dengan kecepatan tinggi. Energi yang ditimbulkannya cukup besar untukmenimbulkannya megatsunami. Faktor lain yang berpotensi menimbulkanmegatsunami adalah jatuhnya sebongkah besar es (di Antartika) ke lautdari ketinggian ratusan meter. Gelombang yang ditimbulkannya dapatmenyebabkan kerusakan yang sangat dahsyat pada cakupan wilayah pantaiyang sangat luas.

    Seiche

    Satu hal yang berkaitan dengan tsunami antara lain adalahseiche, yaitu fuktuasi

    atau pengalunan permukaan danau atau badan air yang kecil yang disebabkanoleh gempa-bumi kecil, angin, atau oleh keragaman tekanan udara. Seringkaligempa yang besar menyebabkan tsunami dan seiche sekaligus, atau sebagianseiche justru terjadi karena tsunami.

    Tsunami Dengan Gelombang Tertinggi

    Gelombang tsunami tertinggi yang tercatat sampai saat ini adalah tsunami diAlaska pada tahun 1958 yang disebabkan oleh amblasnya lempeng tektonikdi Teluk Lituya. Tsunami ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter danmenghancurkan pohon-pohon dan tanah pada dinding ford. Saat gelombangtsunami kembali ke laut, gelombang tersebut langsung menyebar dantingginya menurun dengan cepat. Tingginya gelombang saat berada di pantailebih disebabkan karena topogra wilayahnya, daripada karena energi yangdikeluarkan oleh peristiwa amblasnya lempeng.

    Fjord

    suatu teluk sempit di antara tebing-tebing atau lahan terjal. Biasa djumpai diNorwegia, Alaska, Selandia Baru, dll. Sebelumnya ford ini merupakan sungaigletseryang terbentuk di wilayah pegunungan di kawasan pantai. Saat suhumenjadi hangat, sungai gletserini mencair, akibatnya permukaan air laut naikdan membanjiri lembah di sela-sela pegunungan tersebut.

    Tanda Peringatan

    Tsunami bisa terjadi kapan saja, pada saat musim hujan ataupun musimkemarau baik siang maupun malam hari. Tanda peringatan akan terjadinyabencana tsunami antara lain:

    1. Biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat dan biasanya sekurang-kurangnya 6,5 skala richter, berlokasi di bawah laut. Setiap orang akan dapatmerasakan gempa tersebut jika berada di dekat dengan pusat gempa.Namun tsunami bisa tetap terjadi meskipun tidak merasakan goncangansama sekali. Disamping itu, tsunami tidak selalu diawali gempa bumi dilaut, bisa juga karena meletusnya gunung api di laut, longsoran tanah di

    laut atau jatuhnya meteor di laut.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    35/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    17

    2. Bila Anda menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, waspadalahkarena itu tanda gelombang raksasa akan datang (merupakan tandaperingatan datangnya tsunami)

    3. Timbul bau garam dan angin dingin di pantai. Hal ini menunjukkan bahwa

    di laut lepas sedang terjadi turbulensiair laut.4. Laut menjadi berubah warna atau mendengar suara gemuruh lebih keras

    dari biasanya. Hal itu akibat resonansi bunyi gulungan air dengan dasarlaut yang terus mengalami pendangkalan. Berarti gelombang tsunamisedang mendekat.

    Di atas telah dijelaskan tanda-tanda akan terjadinya tsunami, tsunami jugadisebabkan oleh Gempa dalam skala besar yang menimbulkan patahanberdimensi ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa. Hal itu jugamenyebabkan timbulnya deormasi vertikal di sumber gempa. Deormasiberupa penurunan permukaan dasar laut mengakibatkan penjalaran energimenjadi gelombang tsunami di pantai.

    Gambar 2.2 Perbedaan gelombang angin dan gelombang tsunami (sumber: google)

    Selain tenggelamnya pulau-pulau kecil, rusaknya industri turisme pantai dan

    inrastruktur pesisir, hancurnya industri perikanan, dan rusaknya pertanianyang ditimbulkan oleh tsunami, maka banyak aspek kehidupan lain yang jugaakan terkena dampak negati tsunami.

    Dalam rangka mengantisipasi dampak negati tersebut, pemerintah Indonesiamelakukan 3 (tiga) macam riset tentang tsunami:

    1. Riset yang ditujukan untuk mengidentikasi lokasi pusat gempa dankarakteristik gempa.

    2. Riset yang diarahkan untuk membuat model penjalaran tsunami danprediksi tinggi gelombang tsunami pada saat mencapai pantai.

    3. Riset yang ditujukan untuk mencari cara-cara yang tepat dalam pemantauantsunami dan perlindungan pantai terhadap bahaya tsunami.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    36/108

    Fenomena dan Peristiwa Tsunami

    18

    Perkembangan riset tsunami di Indonesia masih dalam tahap pengembanganyang melibatkan berbagai instansi terkait seperti Badan Meteorologi dan GeoFisika (BMG), BPPT, LIPI, dan ITB. Akan tetapi riset ini berjalan lamban karenabeberapa aktor penghambat antara lain:

    1. Minimnya jumlah ilmuwan dan asilitas yang tersedia.2. Kurang tertariknya ilmuwan melakukan riset tsunami mungkin dikarenakan

    kegiatan ini secara ekonomi tergolong kering.

    3. Fasilitas untuk pemantauan, baik untuk pemantauan gempa sebagaisumber dan penyebab tsunami juga masih dirasa kurang. Idealnya untuktiap jarak 100 km di sepanjang pantai yang ada di kepulauan Indonesiadiletakkan satu alat pemantau gempa dan gelombang.

    4. Masih kurangnya koordinasi dan komunikasi di antara pusat-pusat kegiatanriset tsunami yang ada di Indonesia

    2.2 Peristiwa Tsunami di Indonesia

    Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan olehpemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintahdaerah dengan organisasi-organisasi terkait dan masyarakat yang tertimpabencana. Pada saat menghadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untukmenanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak segeradatang.

    Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana disuatu wilayah,tindakan pencegahan bencana perlu dilakukan oleh masyarakat. Pada saat bencanaterjadi, korban yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan.Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakanyang tepat guna dan tepat waktu.

    Bencana bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan mengetahui carapencegahannya masyarakat bisa mengurangi risiko ini. Penanggulangan bencanaini hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pihak-pihak yang terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar prosespenanggulangan bencana.

    Geogras Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng

    bumi yang labil, memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Lempeng bumi yanglabil disisi barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utaramelalui Nusa Tenggara, Maluku, dan diteruskan ke Sulawasi. Lempeng bumi yanglabil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalamyang memungkinkan terjadinya tsunami.

    Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi karena sebagian besar pusat gempatektonik terletak di bawah dasar laut dalam yang posisinya relati dekat denganpantai terutama pantai barat Sumatra dan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara,Maluku dan Sulawesi

    Berdasarkan hubungan antara tsunami, aktivitas kegempaan, dan karakteristikseismotektonik, latie, et.al (2000) membagi ke dalam enam zona seismotektonik.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    37/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    19

    Busur Banda

    Selat Maluku

    A

    B

    C

    D

    E

    F

    Busur Sunda bagian barat

    Busur Sunda bagian timur

    Selat Makasar

    Papua bagian utara

    19

    11

    35

    9

    32

    3

    109

    17,43

    10,09

    32, 11

    8,26

    29,36

    2,75

    100

    Zona DaerahJumlah

    tsunami

    Presentasi

    Kejadian (%)

    Jumlah

    korban jiwa

    >300.000

    3.260

    5.570

    1.020

    7.570

    360

    Tabel 2.1 Aktivitas tsunami di Indonesia

    (sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami)

    Zona A meliputi Busur Sunda bagian barat yang terletak di sebelah barat laut SelatSunda antara lain Pulau Sumatera dan Pulau Andalas. Pada zona A telah terjaditsunami sebanyak 19 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadiantsunami yang telah terjadi di zona ini adalah 17,73%, 17 diantaranya diakibatkanoleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawahlaut.

    Zona B meliputi Busur Sunda bagian timur yang terbendang antara Selat Sundake timur sampai Sumba. Wilayah itu meliputi Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawadan Sumba. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 11 kali dalam kurunwaktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini

    terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 10,09%. 10kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 1 lainnya diakibatkan olehmeletusnya gunung api di bawah laut.

    Zona C terletak di Laut Banda antara lain Flores, Timor, Kepulauan Banda, KepulauanTanimbar, Seram, dan Pulau Buru. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak35 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telahterjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesiaadalah 32,11%. 32 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnyadiakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut dan 1 tsunami diakibatkanoleh longsoran. Tsunami Flores 1992 merupakan tsunami yang terjadi di zona ini.

    Zona D berada di Selat Makassar. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 9 kalidalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi dizona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 8,26%.Tsunami di daerah ini semuanya diakibatkan oleh gempa bumi dan menimbulkankorban jiwa sekitar 1.020 orang.

    Zona E terletak di Laut Maluku termasuk di dalamnya Sangihe dan Halmahera.Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 32 kali dalam kurun waktu 1600-2007.Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhantsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 29,36%. 28 kali diantaranya

    diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunungapi di bawah laut.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    38/108

    Fenomena dan Peristiwa Tsunami

    20

    Zona F berada di sebelah utara Papua. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak3 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadidi zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah2,75%. 2 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan

    oleh meletusnya gunung api di bawah laut.

    Gambar 2. 3 Peta distribusi Tsunami di Indonesia tahun 1600 -2007

    (sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami).

    Kalau diinventarisasi berdasakan laporan media massa dan dari berbagai sumber,maka sepanjang tahun 1961 2007 ada sekitar 22 kejadian tsunami yang melandakawasan pesisir di Indonesia. Daerah bencana beserta dampak tsunami bisa dilihatpada tabel 3 dibawah ini:

    Jumlah korban

    (tewas/luka)

    2/6

    110/479

    71 tewas

    58/100

    392 tewas

    64/97

    316 tewas

    2/25

    27/200

    13/400

    83/108

    7 tewas

    1.952/2.126

    38/400

    Daerah Bencana

    NTT, Flores Tengah

    Sumatera

    Maluku, Seram dan Sanana

    Tinambung (Sulsel)

    Tambo (Sulteng)

    Majene (Sulsel)

    NTT, Flores dan P. Atauro

    NTT, Larantuka

    NTT dan P. alor

    NTT, Flores dan P. Babi

    Banyuwangi (Jatim)

    NTB dan Pulau Sumbawa

    NTB, Sumbawa, Bali

    dan Lombok

    NTT, Flores Timur, dan

    P. Pantar

    No

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    10

    12

    13

    14

    9

    11

    Tahun

    1961

    1964

    1965

    1967

    1968

    1969

    1977

    1977

    1982

    1989

    1992

    1994

    1979

    1987

    Pusat Gempa

    8,2 LS & 122,0 BT

    5,8 LS & 95,6 BT

    2,4 LS & 126,0 BT

    3,7 LS & 119,3 BT

    0,7 LS & 119,7 BT

    3,1 LS & 118,8 BT

    11,1 LS & 118,5 BT

    8,0 LS & 125,3 BT

    8,4 LS & 123,0 BT

    8,1 LS & 125,1 BT

    8,5 LS & 121,9 BT

    5,8 LS & 95,6 BT

    8,4 LS & 115,9 BT

    8,4 LS & 124,3 BT

    Run-up maksimum

    (meter)

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    8-10

    10

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    11,2-26,2

    19,1

    Tidak terdata

    Tidak terdata

    Tabel 2.2 Kejadian Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961 2007

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    39/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    21

    -

    3/63

    107 tewas

    34 tewas4 tewas

    >210.000 tewas

    Tidak terdata

    668 tewas

    Palu (sulteng)

    P. Biak (Papua)

    Tabuna Maliabu (Maluku)Banggai (Sulteng)

    NAD dam Sumut

    Pulau Nias

    Jawa Barat, Jawa Tengah

    dan DI Yogyakarta

    Bengkulu dan Sumatera

    Barat

    15

    16

    1718

    19

    20

    21

    22

    1996

    1996

    19982000

    2004

    2005

    2006

    2007

    5,8 LS & 95,6 BT

    0,5 LS & 136,0 BT

    2,0 LS & 124,9 BT0,6 LS & 119,9 BT

    2,9 LS & 95,6 BT

    2,06 LS & 97,01 BT

    9,4 LS & 107,2 BT

    4,67 LS & 101,3 BT

    Tidak terdata

    13,7

    2,753

    34

    3,5

    7,6

    3,6

    Sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami.

    Jumlah korban

    (tewas/luka)

    Daerah Bencana

    No Tahun Pusat Gempa

    Run-up maksimum

    (meter)

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    40/108

    3.1 Pengurangan Risiko Tsunami

    Pengelolaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia

    akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragamanpenduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencanaalam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnyarisiko bencana alam meliputi bencana akibat aktor geologi (gempa bumi, tsunamidan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi(banjir, tanah longsor,kekeringan, angin topan), bencana akibat aktor biologi (wabah penyakit manusia,penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaanindustri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencanaakibat ulah manusia terkait dengan konfik antar manusia akibat perebutansumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan

    kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatudaerah.

    Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yangberlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampirtidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besarankekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor,kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya.Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan danmenimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadikarena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman

    bahaya.

    Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun.Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silihberganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir.Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yangmemang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan enomena alamiah yangmelekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapaaktor ketidaksiapan. Beberapa aktor tersebut adalah :

    1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya

    2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdayaalam

    BAB III PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    41/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    23

    3. Kurangnya inormasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan;dan

    4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancamanbahaya.

    3.1.1 Bencana

    Bencana merupakan enomena yang terjadi karena komponen-komponen,ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehinggamenyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakankejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untukmenimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosialekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yangditentukan oleh aktor-aktor atau proses-proses sik, sosial ekonomi danlingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap

    dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnyaakibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka,kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencahariandan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksiantara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.

    Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencanamenyebutkan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaianperistiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan baik oleh aktor alam dan/atau aktor non alammaupun aktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,

    kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberungsiansuatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas padakehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yangmelampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasidengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.

    Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatubencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dankapasitas.

    Terjadinya Bencana

    Bahaya

    Kerentanan

    Kejadian

    RISIKO

    BENCANABENCANA

    Gambar 3.1 Proses terjadinya bencana

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    42/108

    Pengurangan Risiko Tsunami

    24

    Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencanaalam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam,contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencanaakibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilapan manusia

    seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencanayang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusiasebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.

    Bahaya

    Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara denganpotensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang adaantara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir,tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapatdikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utamadan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain

    pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwaIndonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensibencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensibencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.

    Gambar 3. 2: Wilayah di Asia yang terkena dampak tsunami 26 Desember 2004

    Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesiamemiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidakmenguntungkan bagi negara Indonesia.

    Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensibahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikatormisalnya likuiaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatanbangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan \ ini sangattinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase

    bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    43/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    25

    jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaanIndonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.

    3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas

    Banjir, 38 %

    Gempa,

    31 %

    Kebakaran,

    17 %

    Epidemik,

    4 %

    Mass

    movwet,

    2 %Letusan

    Gunung Api,

    3 %

    Kekeringan,

    6 %

    Gambar 3.3 Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana

    Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkanjenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 2008. Kejadian bencanadi Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwaIndonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancamanbencana.

    Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuatbesaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakinmampu untuk mengenali dan memahami enomena bahaya itu dengan baik,maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dantanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan

    dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibatgempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta DI Yogyakarta dan JawaTengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya;hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsaIndonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yangmelingkupi.

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    44/108

    Pengurangan Risiko Tsunami

    26

    Ancaman Bencana

    Ancaman bencana seperti yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2007tentang Penanggulangan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwayang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi

    ancaman bencana merupakan:1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau

    lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatanmanusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.

    2. Suatu enomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkankerugian sik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dankesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatanbudi daya atau industri.

    Ancaman bencana dapat bersiat membahayakan bagi suatu lingkunganakibat kondisi lingkungan yang rentan.

    Kerentanan

    Kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayananatau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampaksuatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dankedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana.Faktor-aktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah :

    1. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan sertapenegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulanganbencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya

    adalah lemahnya aparat penegak hukum;2. Kurangnya penyebaran inormasi mengenai kebencanaan, baik melalui

    penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalamupaya-upaya pengurangan risiko bencana; dan

    3. Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.

    Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, inrastrukturserta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karenakurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarakat dikatakanrentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat dilereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai,bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakancontoh kerentaan suatu lingkungan

    Kapasitas

    Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana.Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya:

    1. Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor

    2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat menyebabkanbanjir

    3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat

    menyebabkan longsor,

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    45/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    27

    4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon barudapat menyebabkan banjir dan tanah longsor

    5. Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa

    6. Tidak memiliki keterampilan bagaimana meng-evakuasi kalau terjadigempa

    7. Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan oranglain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.

    3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana

    Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risikobencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola aktor-aktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparanterhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaanlahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan

    terhadap kejadian yang merugikan.

    3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana Mitigasi Bencana

    Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkanstrategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alamsekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi danbiaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkanoleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapatmeningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistempengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut :

    1. Identikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencanatersebut.

    2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan dimilikioleh pemegang kebijakan.

    3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yangmenyediakan kerangka kerja yang komprehensi untuk interaksi antaraberbagai organisasi dan institusi yang berbeda.

    4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat.

    5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan kodedan standar untuk konstruksi bangunan yang aman.

    6. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkankepedulian akan bencana dan pengurangan risiko.

    7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibatbencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akanbencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.

    8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahamanrisiko.

    9. Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.

    Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan

    yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    46/108

    Pengurangan Risiko Tsunami

    28

    dari tsunami, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yangharus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya tsunami tersebut.

    Penanggulangan Bencana

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa:Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahapmeliputi:

    1. prabencana;

    2. saat tanggap darurat; dan

    3. pasca bencana.

    Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencanameliputi:

    1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan

    2. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

    Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadibencana sebagaimana dimaksud meliputi:

    1. perencanaan penanggulangan bencana;

    2. pengurangan risiko bencana;

    3. pencegahan;

    4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;

    5. persyaratan analisis risiko bencana;

    6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;7. pendidikan dan pelatihan; dan

    8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

    Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:

    1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;

    2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;

    3. analisis kemungkinan dampak bencana;

    4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;

    5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;

    dan6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.

    Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak burukyang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadibencana. Kegiatan meliputi:

    1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

    2. perencanaan partisipati penanggulangan bencana;

    3. pengembangan budaya sadar bencana;

    4. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan

  • 8/2/2019 Kemdiknas SCDRR Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami SMU

    47/108

    Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MAK

    29

    5. penerapan upaya sik, nonsik, dan pengaturan penanggulanganbencana.

    Pencegahan meliputi:

    1. Identikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atauancaman bencana;

    2. kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yangsecara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahayabencana;

    3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atauberangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;

    4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan

    5. penguatan ketahanan sosial masyarakat.

    Berdasarkan inormasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapatdiidentikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan kesiswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru,sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:

    1.