Kematian sosok misterius

63

description

Kevin, Robby, Aqhil Wiyda dan Yenni tengah memikirkan hal ganjil yang mereka alami barusan. Tak sempat mereka tidur karena selalu terfikirkan tentang suara aneh diruang tengah. Mencoba untuk tenang, ia pun berusaha untuk tidur tapi usaha itu sia-sia. Jam antik mulai mengeluarkan suara "teng, teng, teng" pertanda tengah malam sudah tiba. Yenni yang merasa takut lantas menegur Widya yang terbaring di sebelahnya. created by : Kevin Kusuma (X Rpl 1)

Transcript of Kematian sosok misterius

Page 1: Kematian sosok misterius
Page 2: Kematian sosok misterius

2

Daftar isi

Liburan awal tahun 3

Pengumuman kelulusan 26

Perjalanan kasar 31

Arwah penasaran 41

Asal-usul 58

Penyelesaian

Page 3: Kematian sosok misterius

3

Malam mencekam disertai hujan yang deras yang menerpa daratan Batam mewarnai

malam minggu ke 2 ditahun 2010. Sekumpulan anak muda yang sudah merencanakan planning

nya untuk bermalam minggu digagalkan oleh do’a para jomblo yang mengiginkan hujan turun

agar ABG yang berpasangan ikut merasakan nyesek nya jombloers yang hanya bisa berdiam diri

dirumah entah melakukan aktivitas apa.

Hujan pertama ditahun ini menguntungkan sebagian orang yang menginginkan hujan

untuk mengairi area perkebunan di daerah barelang setelah panen besar akhir tahun lalu. Namun

tak heran anak ABG justru lebih sengsara karena planning nya yang gagal total di minggu kedua

tahun baru ini. Hujan deras menerpa sejak tadi sore dan sampai jam 21.00 WIB tidak juga

memperlihatkan tanda-tanda akan keredaanya .

Aqhil dengan kulit sedikit gelap berambut pendek lurus memakai kacamata negatif

tengah menggerutu ditengah derasnya hujan karena tak dapat mengapel dirumah pacarnya widya

yang baru saja jadian 2 hari. Bertolak belakang dengan kekasihnya, widya berambut panjang

tertutup hijab dan manis itu tampak lebih tenang dengan turunnya rintik-rintik hujan yang deras

malam ini, karena ia tak suka dengan acara apel atau semacamnya dikarenakan ibunya yang

galak siap mengaum jika dirinya kedapatan diapelin ataupun diajak bepergian dengan pria selain

keluarga terutama disaat hari sudah gelap.

Dengan kekesalan aqhil yang tak kunjung memudar, ia pun segera meraih ponsel ios nya

untuk chatting dengan kekasih sehidup semati nya itu.

“yang, kayaknya kita ngga bisa lanjutin planning deh, so gimana nih ?” dengan ligat jari

jemarinya menekan tombol key pada ponsel barunya yang menyatakan kegelisahan dirinya akan

Page 4: Kematian sosok misterius

4

planning yang telah dibuatnya. Tak lama kemudian, gadis pujaannya pun segera membalas chat

BBM kekasihnya.

“ngga tau nih, mungkin lain kali aja ya ?” jawab widya dengan hati yang cukup senang.

Namun sepertinya Aqhil lebih menuruti pesan dari Widya . “baiklah kalau begitu, kita tunda di

lain waktu saja”

“oke, oh ya, udah malem nih, ngantuk mau tidur” balasnya dengan diakhiri emoticon

mengantuk menandakan ia serius. “baiklah kalau begitu, goodnite, nice dream yah yang” dengan

diakhiri emoticon kiss dan emoticon melambaikan tangan .

Berakhirlah malam dengan guyuran hujan itu mewarnai malam minggu para ABG yang

sibuk kesal meratapi gagalnya planning yang datang se-pekan sekali.

Pagi yang cerah dengan rerumputan kecil halus yang berembun dan kokokan ayam

menghiasi pagi yang cerah menggantikan suasana hujan yang membosankan semalam, tampak

jalanan beraspal masih digenangi air disisi kanan kiri nya. Suasanya pun cukup menghibur

dengan tak biasanya ada banyak orang yang jogging disana-sini. Mungkin karena melampiaskan

kebosanan hujan malam dengan cerahnya fajar dan sejuknya hawa dipagi hari. Wajar saja,

karena jika sudah diatas jam 10, udara pasti sudah dikotori dengan asap kendaraan .

Tampak anak smp berbadan tinggi kurus dengan rambutnya yang pendek kurang lurus

sedang menikmati sejuknya pagi dengan memutar musik jazz sambil melakukan gerakan senam

sederhana di halaman rumahnya. Namanya Robby, ia cukup dekat dengan Aqhil. Namun tingkah

mereka bertolak belakang hampir 180 derajat.

Tak seperti Robby, Aqhil yang gelisah sepanjang malam itu tampak tak bersemangat

untuk bangun karena stress kurang tidur semalam, ia masih tergeletak diatas kasur kapuknya

yang empuk dan bantal yang cukup besar dan sedikit lembab dikarenakan liurnya yang terus

menetes. Sedangkan Widya, ia sudah bangun sejak pagi sebelum adzan subuh dikumandangkan

untuk menunaikan ibadah. Ia tampak asik menyirami bunga-bunga dihalaman depannya dengan

riang sambil melakukan beberapa gerakan senam yang simpel.

Tak hanya mereka bertiga yang berbeda dalam memulai pagi diakhir pekan, anak hitam

manis yang tak suka ribut bernama Kevin memulai pagi di akhir pekannya dengan memutar lagu

sambil menggunakan headset, anak yang satu ini tidak terlalu bersemangat untuk memulai akhir

pekan jika tidak memiliki jadwal dengan teman temannya.

Page 5: Kematian sosok misterius

5

Dengan suasana pagi yang cerah namun dinodai dengan air yang menggenang di bagian-

bagian kecil bahu jalan membuat selera bangun dan melakukan aktivitas menjadi menyusut,

dimana biasanya terlihat banyak anak muda yang mondar-mandir jogging menjadi hampir tak

seorangpun yang melakukannya di akhir pekan ini.

Lain halnya dengan Yeni yang sedang berlibur di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah

mewarnai paginya dengan penuh semangat yang membara layaknya lava yang menyambur dari

dalam perut bumi. Beberapa hari setelah akhir tahun bersama dengan komplotannya melihat

kembang api alun-alun Batam dan kembang api singapur, ia diajak mamanya untuk mengambil

kesempatan liburan awal tahun ini untuk berkunjung ke tanah jawa tepatnya dikediaman rumah

kakek dan nenek dari ibunya. Karena sudah lama tak memijak tanah jawa yang indah dan

banyaknya tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi, ia pun tak akan menolak tawaran dari

mamanya itu. Padahal biasanya ia lebih memilih tinggal dirumah dan mengisi harinya dengan

teman komplotannya. Mungkin karena geng nya sedang tidak merencanakan hal yang bagus, ia

lebih memilih refreshing ketimbang mengisi hari liburan dengan suasana yang membosankan

dan tak menghibur sama sekali. Menanggapi hal itu, ia pun lantas segera memberi tahu teman-

temannya melalui chat di BBM.

Dengan ligat ia mengambil ponsel dari kamarnya, tidak berlama-lama mengambil karena

ia biasanya meletakkan ponselnya diatas meja belajar. Jika tidak pun ia akan tetap dapat

mencarinya dengan mudah, karena sifatnya yang gemar akan kerapian tercermin dari kamarnya

yang bersih dan rapi. Sekalipun ia lupa menaruh ponselnya dimana, ia akan mudah mencari

gadget nya selama ia menaruhnya dikamar.

Dengan lihai ia memainkan jari-jemarinya untuk membuka aplikasi BBM dan segera ia

sampaikan pada teman-temannya melalui obrolan di grup yang telah mereka bentuk ditahun lalu.

“guys, gue mau chao nih. Mama ngajakin ke yogya” dikirimnya pesan itu melalui grup,

tak lama kemudian, Kevin pun menjadi orang pertama yang membalas pesannya.

“zzz, enak bener lu ? lah kita-kita gimana dong ?” Seperti sedikit iri Kevin menanggapi

pesan dari Yenni. Seolah ia juga ingin ikutan berlibur ke Yogya.

“enak dong, ini moment langka banget buat gue, lagian kita kan ngga ada planning kan?

So mendingan gue ikutan mama. Emangnya situ mau ikut?” Balasnya dengan sedikit indikasi

mengejek.

Page 6: Kematian sosok misterius

6

“ha? boleh ikutan? Mau banget lah, tapii …” hampir secepat kilat Kevin membalas pesan

itu, namun tak kalah cepat juga Yenni menanggapi pesan Kevin yang belum selesai.

“tapi ape ??”

“Gue kaga punya duit buat kesana” disertai emoticon menangis seolah ingin ongkos nya

dibayarin. Ya wajar aja, biaya di hari libur begini pasti sedang melonjak naik. Melihat emoticon

itu, dengan terbahak-bahak Yenni mengeluarkan suara tertawa ala Tom and Jerry. Sampai-

sampai perutnya sakit karena emoticon yang dianggapnya terlalu lebay.Sambil tertawa pun ia

membalas pesan nya dengan cepat.

“weeeek , kasihan lu. Selamat menikmati liburan ya :D”

“zzz, iye dah, you too” singkat nya Kevin membalas karena tak memiliki liburan yang

menarik.

Sedangkan temannya yang lain belum sempat membaca pesan Yenni karena kesibukan

masing-masing. Dengan mempersiapkan diri serta barang-barang yang akan dibawanya untuk

melalui liburan di kampung pun segera ia bereskan. Karena mamanya telah menyediakan tiket

pesawat, mereka pun bisa langsung berangkat menuju Hang Nadim di sore hari menuju

Yogyakarta.

Bangunnya Aqhil di pagi hari bersama kantung mata yang terukir di area bawah kedua

matanya langsung memelototi sudut kamarnya mencari ponsel yang sempat beberapa kali ia

dengar berdering namun tak dihiraukannya. Tak lupa ia mengelap bibir hingga pipinya yang

dialiri sungai liur. Setelah ia dapatkan ponselnya, ia segera membuka notifikasi BBM, ketika

dibukanya, rupanya notifikasi itu berasal dari pesan dalam anggota grup nya. Dengan ligat ia

segera membacanya dari awal.

Setelah selesai membaca, ia hanya menciutkan bibirnya karena tak mendapat liburan

yang bagus diawal tahun ini. Tak perlu ia membalas karena sudah ada Kevin yang membalasnya.

Masih menciutkan bibir, ia pun memilih untuk menyapa pacarnya di pagi menjelang siang itu.

Sedangkan Robby sudah berada dihadapan laptopnya untuk bermain Clash of clans, sekaligus

melihat pesan masuk di BBM. Membaca pesan di grupnya, ia hanya membalas

“ciee, bakal asik nih liburannya”.

Menuju akhir liburan, mereka hanya melakukan hal-hal biasa dan tak ada yang cukup

istimewa karena keterbatasan keadaan dan perekonomian yang menjadi alasan utama para

remaja ini. Bagaimana tidak? aturan yang berlaku bagi pelajar kan sangat ditegaskan oleh para

Page 7: Kematian sosok misterius

7

orang tua yang malah senang dengan kedatangan liburan, bahwa tidak sekolah sama artinya

dengan tidak ada uang saku. Hahahaha, tradisi dari hampir setiap orang tua terutama orang tua

perempuan yang sedikit mengirit atau lebih tepatnya tak ingin keluar duit.

Ya mungkin sesekali orang tua akan memberikan beberapa lembar rupiah dihari libur,

namun pasti jika ada keperluan tenaga dari anak-anaknya. Wajar saja, sedangkan berbelanja

dipasar saja rela mati-matian sampai berjam-jam menawar harga yang targetnya harus turun

setidaknya 50 persen.

Lain halnya dengan Widya, gadis itu memilih untuk menjaga butik milik kakaknya untuk

mengantongi beberapa nilai rupiah untuk ditabungnya dengan tujuan memenuhi keinginannya

yang dapat dibeli di hari yang akan dating sekaligus menghabiskan waktu liburannya yang sudah

menipis.

Mengetahui hal itu, Aqhil semakin merana karena liburannya yang tak sesuai harapan

harus ditambah dengan penderitaannya karena tak bisa mengajak pacar sehidup sematinya untuk

window shopping. Dengan waktu libur yang tersisa, Aqhil harus merencanakan sesuatu yang

ekstrim yang mungkin dapat menghibur sisa-sisa masa ketengannya di akhir-akhir liburan ini.

Hanya dengan tersisa 2 orang close friend nya, ia harus memikirkan hal menarik yang

wajib dilakukan. Menggantungnya dua kantung mata diarea bawah matanya sepertinya sangat

mengganggunya untuk berfikir mengenai rencana apa yang akan dilakukannya. Berat hati ia

paksakan tubuhnya yang serasa ingin terus menempel dengan kasur kapuk nya untuk segera

bangkit dari posisi santainya menuju kamar mandi.

Dengan perlahan ia bangkit dan berdiri diatas kasurnya, sedikit ia melakukan beberapa

gerakan untuk meregangkan sendi-sendinya yang kaku karena posisi tidurnya yang kurang

baik.Tak lama kemudian ia segera menuju ruang tengah dan mengarah ke dapur, karena kamar

mandi rumahnya yang terletak diujung belakang rumah nya bersebrangan dengan dapur

rumahnya. Setelah tiba di depan kamar mandi, tiba-tiba ia mencium aroma yang sangat

menggoda. Sepertinya ia ingin melayang mengikuti sumber bau itu. Sedikit melebarkan senyum,

ia memejamkan mata dan mengikuti arah aroma yang diciumnya. Setelah semakin kuat aroma

yang ia cium, akhirnya ia membuka kedua kelopak matanya dan melihat tudung saji yang

tertutup rapat namun bercorak seperti jaring, sehingga aroma yang kuat dari dalam dapat tercium

dari luar. Perlahan Aqhil melirik kanan kiri untuk memastikan bahwa mamanya tidak melihat

Page 8: Kematian sosok misterius

8

aksinya yang tidak patut dicontoh. Berbekal kepercayaan diri yang tinggi, segera ia membuka

tudung saji itu dengan perlahan.

Tampak kedua bola matanya bersinar layaknya melihat berlian yang berkilauan. Rupanya

isinya adalah semangkuk air hangat yang dicampur bumbu kaldu ayam yang belum digabungkan

dengan potongan ayam dan semangkuk kecil berisi tempe dan tahu. Seketika kedua bola matanya

yang tadinya bersinar mengkilau berubah menjadi sipit dan bibirnya yang tersenyum lebar

menjadi menciut sambil mengembangkan hidung. Hilang sudah seleranya, padahal ia berfikiran

bahwa mamanya sudah memasak ayam goreng tepung kegemarannya. Rupannya hanya masih

tersedia tempe dan tahu. Tiba-tiba suara cacing-cacing diperutnya mulai terdengar dan bergema

didalam ususnya, mengingat bahwa semalam ia belum makan sama sekali karena sibuk

menggerutu karena planning nya yang digagalkan rintihan deras air hujan.

Memikirkan nasib perutnya dan tak tahan lagi dengan remasan otot lambung, ia segera

menyabar beberapa tempe dan tahu untuk mengganjal perutnya yang kosong. Memang apapun

pasti akan dimakan jika cacing-cacing diperut sudah pada protes. Selagi kedua tangannya

memegang tempe dan tahu, ia mengunyah masakan mamanya dengan lahap seolah yang ia

makan adalah makanan kelas atas. Sambil mengunyah, sesekali ia lontarkan pernyataan dalam

hatinya.

“hm, enak juga ya tempe ama tahu. Disaat seperti ini, tempe ama tahu itu bagaikan burger

yang disajikan dengan keju, tomat, acar, daging sapi, seledri dan lada. Em yummy”

Begitulah ia sangat berimprovisasi karena tempe dan tahu buatan mamanya sudah

menyelamatkan perutnya yang dilanda kegelisahan. Tapi justru untuk sebagian orang pasti lebih

mengutamakan kebersihan daripada menyantap makanan tepat setelah bangun tidur, bagaimana

tidak? Kuman yang menempel pada gigi dan mulut pasti masih bersarang disana, terlebih lagi

dengan liur Aqhil yang selama tidur terus mengucur dari mulutnya. Wah, tak terbayang

bagaimana rasa tempe dan tahu yang ia makan.

Merasa sudah lebih baik dengan kondisi perutnya yang sekarang, akhirnya ia

memutuskan untuk langsung menuju kamar mandi. Seiring ia melangkahkan kakinya, ia semakin

jelas mendengar suara acara televisi yang tidak asing ditelinganya. Tanpa basa basi, ia langsung

melesat keruang tengah. Dengan senang ia melihat acara dipagi hari yang ditonton adiknya, tidak

lain adalah Spongebob Squarepants. Niatnya untuk mandi pun sirna ditakhlukkan oleh kartun

Page 9: Kematian sosok misterius

9

kesukaannya itu. Namun tak lama, iklan pun melanda. Memaksa Aqhil untuk segera menuju

kamar mandi.

Barulah ia sampai ke tujuan dengan sempurna tanpa ada satupun godaan lagi. Suara air

pun terdengar sangat deras dari dalam kamar mandi, dan dibawah 5 menit, ia pun keluar dari

kamar mandi. Memang mandi berlama-lama bukanlah gayanya. Ia rasa cukup 3 menit untuk

membersihkan diri. Walaupun entah seperti apa caranya mandi dengan durasi waktu 3 menit

bahkan terkadang kurang dari itu.

Sekarang ia sudah dapat berfikir dengan cerah mengenai hal yang mungkin dapat mengisi

kekosongan di akhir liburannya bersama kedua close friend nya itu. Beberapa hal sempat

terlintas difikirannya seperti renang dan memancing. Namun keduanya tidaklah ekstrim seperti

yang ia inginkan, sehinga ia harus memacu imajinasinya untuk menghasilkan ide yang menarik

dan berkesan untuk akhir liburannya bersama teman-temannya.

Kevin yang melayani pesan Yenni mengenai liburan cukup tertekan dengan kondisi

liburannya yang sangat membosankan itu. Jika tidak ada hal yang terpikat olehnya, pasti ia hanya

akan menghabiskan sisa liburannya dengan tidur dan tidur. Dengan kesegaran tubuhnya yang

telah ia bersihkan dengan mandi pagi, ia tampak memasukkan laptop dan charger nya kedalam

tas. Untuk mengisi akhir liburannya, ia mencoba untuk bermain kerumah Robby untuk bermain

game bersama. Sebelum itu, ia mencoba membuka kulkas dan mencari bahan apa yang dapat

dijadikan hidangan untuk memenuhi asupan kalori nya dipagi hari itu. Tampak beberapa telur

ayam, dan berbagai jenis sayuran.

Namun Kevin hanya mengambil 2 butir telur ayam, wortel, kol dan brokoli. Anak yang

satu ini memang suka mencoba beberapa kombinasi dari beberapa sayuran dengan telur ataupun

bahan yang mengandung karbohidrat dan protein. Hal itu biasa ia lakukan jika ia tidak melihat

adanya lauk-pauk yang tersedia didalam tudung saji yang menandakan mamanya belum

memasak lauk. Dengan membawa bahan yang ia perlukan, diletakkanya dimeja dapur dan segera

diambilnya pisau, talenan dan mangkuk.

Setelah menyiapkan alat yang diperlukan, segeralah ia mencuci sayuran yang akan diolah

dan mengiris semuanya dengan banyak yang sama rata untuk mengisi setengah mangkuk

berukuran sedang yang ia sediakan. Semua bahan pun sudah dimasukkan kedalam mangkuk,

kemudian ia memasukkan isi kedua butir telur kedalam mangkuk dengan dicampuri bumbu

berperisa ayam.

Page 10: Kematian sosok misterius

10

Dikocoknya seluruh isi mangkuk hingga merata. Sambil memanaskan wajan berisi

margarin hingga margarin meleleh dan panas, ia langsung menuangkan semua bahan kedalam

wajan. Telur dadar itu menjadi hidangannya dipagi hari dengan sedikit nasi. Ya makanan yang

cukup baik karena mengandung protein dan vitamin.

Disantapnya dengan lahap karena ia akan segera menuju kerumah Robby. Tak perlu

waktu lama untuk menghabiskan hidangannya, ia pun langsung menaiki Soul GT nya berpacu

dengan waktu karena ia tak ingin berkendara ditengah panasnya siang. Jarak antara rumah

mereka tidak terlalu jauh jika ditempuh dengan motor ataupun mobil. Sekitar 4 KM atau sekitar

8 menit saja jika tidak macet. Sepertinya ia sedang beruntung, karena jalanan sedang bersahabat

atau kendaraan yang memadati jalan sangat sedikit. Sehingga ia bisa memacu motornya dengan

kecepatan 80 hingga 100 KM per jam.

Tak sampai 8 menit ia sudah sampai tepat didepan pintu rumah Robby.

“Robby! Robby!” ucapnya dengan sedikit membesarkan suaranya yang agak berat.

“iya, bentar” sambil membalas tuturan yang berasal dari luar, Robby pun segera menuju

teras depan rumahnya. “oh elu vin, kirain siapa. ayo masuk” jawabnya ketika melihat bahwa

yang datang adalah Kevin.

Segeralah mereka berdua masuk menuju ruang tamu. Sudah tampak disana terletak laptop

Robby yang menyala dengan tampilan game Clash of clans. Dengan cepat Kevin pun membuka

laptopnya dan langsung menekan tombol power. Menunggu sejenak, ia langsung menekan

tombol Wi-fi untuk memakai konektivitas milik Robby. Sementara Robby asik memainkan

prajuritnya untuk menyerang daerah milik orang lain, Kevin tengah asik mengetikkan beberapa

hal mengenai misteri, horror, sains dan facebook tentunya pada google. Memang sudah

kegemarannya dengan hal berbau misteri dan horror, seperti misteri dibalik angka 666, sekte dan

lain sebagainya. Sedangkan eksperimen sains yang ia search melalui youtube hanya sebagai

penyemangat akan ilmu pengetahuan.

Seiring kegiatan mereka dalam memainkan laptop nya masing-masing, rasa bosan pun

mulai menggerogoti kesibukan mereka. Dengan Kevin yang mulai berbicara

“Ah! Bosan kalo gini terus” gumamnya. Merasa sama dengan ucapan Kevin, Robby pun

juga mengeluarkan keluhannya.

“Iya nih, kalo gini mulu, bisa stress!” celetuk Robby dengan spontan. Sependapat dengan

Kevin, Robby pun berdiri dan menekukkan leher nya.

Page 11: Kematian sosok misterius

11

“Keluar yok, beli snack sama apa gituu?” ucap Kevin dengan malas.

“Ha! bener juga, lama-lama bete kalo nge-game tanpa snack! ayo chao” Dengan

semangat ia menanggapi pendapat Kevin karena ia tidak akan menolak dengan yang namanya

snack. Tanpa melihat isi dompet, ia mereka berdua segera melesat menuju warung terdekat.

Beberapa puluh langkah telah mereka lalui dan telah terlihat grosir yang cukup lengkap, tak

perlu berlama-lama mencari karena Robby sudah sering berbelanja digrosir itu. Mempercepat

langkah ia pun masuk kedalam grosir itu dan menuju kesisi grosir yang berisi snack dan kue.

Tak perlu bercakap-cakap, segera Robby mengambil beberapa snack dengan ukuran kemasan

yang cukup besar hingga tubuhnya tak lagi terlihat karena terhalang tumpukan kemasan makanan

ringan didadanya, karena grosir itu tidak terlalu besar, maka mereka tidak menyediakan tas

belanja. Namun hal itu tak dihiraukan kedua cowok yang kadang jahilnya bukan main itu.

Sedangkan Kevin hanya mengambil 2 bungkus makanan ringan kesukaannya yang tak lain

berbahan dasar kentang yaitu Chitato. Merasa sudah cukup dengan yang mereka bawa, keduanya

pun segera menuju kasir. Melihat Freezer yang isinya berwarna-warni, Kevin segera membuka

penutup kaca dan langsung memilih berapa es krim dengan ukuran yang cukup besar dan tentu

saja dengan merek yang elit. Tak ingin kalah dengan Kevin , Robby pun ikut menyambar es krim

walaupun tangannya sudah penuh dengan makanan ringan. Tanpa melihat merek dan rasa yang

tertera pada label kemasan, Robby langsung mengambil ujung kemasan dengan kedua ujung ibu

jari dan ujung telunjuk tangan kanannya mengingat tangannya yang hampir penuh. Segeralah

mereka menuju kasir yang tepat berada diposisi depan Freezer es krim yang mereka gunakan.

Dengan meletakkan semua barang yang sudah mereka ambil, sambil merasa heran Kevin

melihat terlalu banyaknya makanan yang dibawa Robby.

“Buset! Ni anak kelaparan udah setahun kah? Apa dia bawa uang banyak?” tuturnya

didalam hati mencemaskan beberapa hal terutama harga. Walaupun ia tidak mentraktir, ia tetap

was was jikalau Robby tak membawa uang, toh biasanya juga Kevin yang bayarin.

Menghitung jumlah harga belanjaan kami dengan alat pembaca barcode ,Kevin mulai

memperhatikan jumlah harga yang tertera di layar mesin kasir, setelah hampir semua

belanjaannya dihitung, Kevin membelalakkan matanya karena terkejut dengan angka yang

tertera di layar yang tembus 5 digit. Rp 134.800. Melihat belanjaan miliknya yang tidak banyak,

ia pun bermaksud membayar sebagian kecil dari total harga belanjaan saja.

Page 12: Kematian sosok misterius

12

Dengan respon yang sigap, Robby lantas mengeluarkan dompet kulit model panjang dari

saku belakang celana jeans nya. Tak biasa dengan hal yang dilihat Kevin, ia pun sedikit senang

karena ini hal yang hampir mustahil ia lihat bahwa si cowok yang biasanya selalu ingin di traktir

malah mentraktir. Sepertinya dia sudah berubah dan ingin mengeluarkan uang nya sesekali untuk

teman lamanya itu. Dibukanya dompet kulit itu secara perlahan dan mulai meraba sisi-sisi dalam

dompet yang mungki menjadi sarang uang nya. Dikeluarkannya dua lembar uang Rp 5000,

dengan santai ia kembali meraba sela-sela dompet yang mungkin sisa uangnya terselip dibagian

terdalam dompetnya.

Setelah tersadar, barulah ia mengingat bahwa uang selama liburan ini telah ia habiskan di

malam tahun baru untuk membeli kembang api dan jagung bakar. Sambil menggigit lidah dan

memberanikan diri, ia medekat kearah telinga Kevin untuk membisikkan bahwa uang yang ia

miliki tidak cukup untuk membayar belanjaan mereka.

“vin, vin! Duit gue kurang nih, lo dulu deh yang bayarin, tar dirumah gue ganti deh,

suerr”

Padahal Kevin sudah cukup senang menyangka Robby akan mentraktir belanjaannya. Eh

rupanya uang teman nya itu tak mencukupi total belanja mereka berdua. Setengah menciutkan

bibir, ia pun dengan terpaksa mengeluarkan tiga lembar uang biru nya untuk membayar semua

belanjaan mereka. Merasa tak melakukan hal yang salah sama-sekali, robby pun bersikap biasa

saja karena ia sangat paham dengan temannya yang satu ini. Dimana Kevin lah satu-satunya

teman yang selalu membawa beberapa rupiah saat sedang bepergian keluar rumah. Tanpa

memikirkan hal itu berlarut-larut, mereka pun segera menuju ke rumah Robby karena tak sabar

ingin menikmati makanan yang mereka beli. Tanpa melakukan hal lain, mereka langsung

membuka pintu dan langsung duduk disofa yang empuk sambil membuka beberapa bungkus

makanan ringan. Terlihat mereka tengah asik ngemil aneka rasa dari makanan ringan yang ada.

Seperti orang yang sudah tidak makan beberapa hari, tingkat kecepatan mereka dalam

mengunyah pun meningkat. Sudah habis beberapa bungkus snack, mereka pun mulai membuka

bungkus es krim.. Ditengah asiknya menyantap es krim, tiba-tiba suara knalpot yang cukup halus

terdengar mendekat ke halaman rumah Robby. Karena sedikit penasaran, mereka berdua pun

melihat kearah halaman dari jendela. Seketika mereka melihat Supra Fit dengan pengendara

yang mengenakan LTD hijau berkaca hitam, setelah pengendara itu membuka helm, barulah

tampak wajah gelap namun mengkilau disinari teriknya surya.

Page 13: Kematian sosok misterius

13

Rupanya Aqhil, tak biasa ia datang kerumah Robby, ia pun langsung dihampiri Kevin

dan Robby didepan pintu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Aqhil langsung masuk

melewati bahu Kevin dan Robby dan segera duduk sambil menyambar es krim milik Kevin.

Melihat hal itu, Kevin dan Robby hanya terbelalak memikirkan seribu hal yang mungkin telah

terjadi dengan Aqhil sampai-sampai ia bertingkah seperti itu. Mengompakkan jalan fikiran dan

tindakan, Kevin dan Robby pun saling menganggukkan kepala seolah sudah mengerti rencana

apa yang akan mereka berdua jalankan. Menginstruksikan dengan jari, Robby pun memberi aba-

aba untuk melakukan suatu tindakan. Dengan terangkatnya jari manis Robby, Kevin pun

langsung melesat secepat kilat menyambar Aqhil. Begitu pula dengan Robby, segera mereka

membekuk kelakuan Aqhil yang berhasil membuat kedua cowok jahil itu jengkel. Terlihat Kevin

memukuli lengan Aqhil, sedangkan Robby mencekik leher seolah tak ikhlas makanan mereka

ditelan oleh kerongkongan Aqhil. Digoyang-goyang nya kerongkongan Aqhil dengan sekuat

tenaga sampai-sampai Aqhil memuntahkan es krim yang baru saja iya teguk untuk menyegarkan

kerongkongannya.

Karena mulutnya sedang penuh, Aqhil pun tak bisa memberontak dan hanya patuh

disiksa kedua kawannya itu. Merasa puas dengan apa yang telah dilakukan, Robby dan Kevin

pun segera berhenti dan bersikap seolah tak ada yang terjadi. Dengan suara yang terbatuk-batuk

ia mengucap

“zz.paarah kalian”

“Siapa suruh datang-datang langsung nyambar! Bukanya salam, izin minta es krim, eh

langsung nyerocos?”

Ujar Robby sebagai tuan rumah sekaligus ia paling tak suka dengan kelakuan Aqhil.

Sambil mengelus dada, Kevin pun tak ingin ikut menambah omelan Robby, ia hanya meyuruh

Aqhil membersihkan es krim muntahan nya dilantai. Karena risih dengan tumpahan es krim,

Aqhil pun lantas membersihkannya dengan tisu yang sudah disediakan diatas meja.Tanpa

mengucap sepatah kata pun, Kevin dan Robby hanya duduk menunggu Aqhil membersihkan

kekacauan yang dibuatnya. Merasa agak kasihan, Kevin pun mulai angkat bicara.

“Lu kenape?dililit hutang?”

Seketika tampang Robby yang terlihat dengan keseriusan berubah menjadi tawa yang

menggelegar setelah mendengar kalimat spontan yang dikeluarkan oleh mulut Kevin. Dengan

pelan Aqhil menjawab.

Page 14: Kematian sosok misterius

14

“Aku capek, cuaca panas, liburan kacau, haus, perut masih laper, lengkap penderitaan

ku”

“Ahahahaha, malang bener hidup lu” jawab Kevin dengan santai sammbil setengah

tertawa.

Tak lama Aqhil pun selesai membereskan kotoran yang ia buat, lalu mereka kembali

senyap dan duduk santai disofa. Kebosanan ketiga cowok itu pun akhirnya berlanjut setelah

usainya mengolok-olok Aqhil. Sambil memikirkan hal ekstrim yang dapat dilakukan mereka

bertiga, terlintas difikiran Aqhil untuk memainkan Silent home. Dimana permainan itu melarang

semua pemain untuk berbicara walaupun se-huruf saja, jika dilanggar, maka ketentuan yang akan

dijalankan adalah menimpakan semua hukuman yang ada pada pemain yang melanggar. Silent

home merupakan permainan yang terdiri atas hukuman-hukuman mulai dari bobot yang ringan

hingga hukuman yang sangat berbobot. Merasa cocok dengan ide yang ia milliki, Aqhil lantas

memberitahukan kepada Kevin dan Robby.

Mendengar penjelasan dari Aqhil mengenai permainan ini, Kevin dan Robby pun terlihat

sangat tertarik dengan usul Aqhil, dimana mereka harus mengisi kekosongan yang ada dengan

sesuatu yang sangat membekas. Akhirnya mereka memutuskan untuk bersama-sama membuat

daftar hukuman, dimana masing-masing dari mereka membuat 5 hukuman mulai dari yang

ringan hingga yang berat. Namun mereka tak boleh menunjukkan hukuman yang ditulis kepada

pemain lain. Tak perlu waktu lama, mereka pun selesai membuat daftar hukuman, mengingat

Kevin dan Aqhil cukup kejam untuk membuat hukuman yang sangat ekstrim. Segera mereka

mengumpulkan kertas yang berisi hukuman dan menyatukannya, diacaknya semua kertas itu

sehingga mereka tak tahu apa hukuman yang pertama hingga hukuman selanjutnya.

“Aku hanya menulis hukuman yang cukup ringan, karena aku juga sedikit takut jika aku

menuliskan hukuman yang kejam dan hukuman itu jatuh pada diriku sendiri. Sepertinya cukup

tepat”

Ujar Aqhil dalam hati, sepertinya cowok satu ini ketakutan karena memikirkan jika

hukuman yang akan dibuat oleh Kevin dan Robby akan sangat ganas. Cukup aneh, karena ide ini

berasal darinya tapi malah ia yang ketakutan.

Terlihat Kevin cukup senang dengan apa yang ia tuliskan dalam lembar-lembar kertas

hukuman, sama sekali tak memikirkan apa yang akan ditulis kedua temannya, Kevin hanya fokus

untuk meminimalkan hukuman yang sekiranya akan ia dapatkan nantinya.

Page 15: Kematian sosok misterius

15

“Hahaha! Semoga mereka berdua yang kena. Gue rasa hukuman ini bisa buat seseorang

menjadi ngga waras” ucapnya dalam hati dengan gaya tertawa ala dukun.

Sedangkan Robby terlihat cukup santai dan berharap permainan ini akan dapat

menghibur dirinya dari kebosanan liburan yang tak menghiburnya sama-sekali.

Segera masing-masing dari mereka menyiapkan alat dan bahan untuk hukuman yang

mereka buat masing-masing pula. Tampak Kevin segera menuju dapur, ia terlihat sedang

mengambil 3 siung bawang putih. Setelah diambilnya, ia pun mulai mencari bahan untuk

hukuman selanjutnya yang sudah ia tulis. Ia hampir membongkar dapur Robby, namun tak

masalah, karena dirumah itu hanya ada Robby saja. Ia mengambil gelas kecil, diisinya dengan

beberapa tetes cuka, sesendok garam, kecap asin dan lada halus. Entah apa yang difikirkan

cowok gila yang satu ini. Ia terlihat sedang mengaduk semua bahan agar semmua menyatu.

Sedangkan untuk 3 hukuman lainnya, ia mencari 3 jepitan jemuran dibelakang halaman Robby

dan saling diikatnya penjepit itu agar tersambung. Lalu ia mencari plester hitam dan 5 biji cabai

rawit.

Dengan santai ia membawa semuanya keruang tamu dan ia sembunyikan peralatan dan

bahan miliknya agar tidak dilihat oleh kedua temannya. Aqhil dan Robby masih belum terlihat,

mungkin mereka sedang mencari alat-alat dan bahan yang mereka butuhkan. Tak lama

kemudian, muncul batang hidung Aqhil dengan santai. Tampak ia hanya membawa kantung

plastik hitam kecil yang berisi beberapa bahan.

Tinggal lah si tuan rumah yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Aqhil

nampak tengah cemas melihat kotak hitam yang berada disamping sofa yang diduduki Kevin.

“Mati aku! Apakah yang ada didalam kotak itu? Oh god!” tampak kecemasannya karena

kotak hitam itu sangat menakutkan jika dilihat dengan kedua bola matanya. Tak lama barulah

cowok tinggi kurus muncul dengan senyuman khas nya. Segera ia meletakkan alat dan bahan

yang ia masukkan didalam plastik kebawah meja.

Menelan ludah, Aqhil pun mengucap “Ayo kita mulai!” dengan isyarat itu, mereka pun

segera mengambil posisi dan mulai mengacak urutan kertas yang sudah ditulisi hukuman itu.

Karena tak sabar, Robby pun langsung mengayunkan tangannya seolah melakukan suit. Dengan

heran Aqhil pun menanggapi

Page 16: Kematian sosok misterius

16

“zzz, bukan gitu. Tapi kita undi nya pake kartu bridge kita pasang 3 kartu, yaitu joker, As

sama 3. Trus gue isyaratin pake jari, saat jari manis gue terangkat, langsung aja pilih salah satu

dari 3 kartu ini” ucapnya menjelaskan.

“oh oke oke, kirain pake suit” jawab Robby karena sudah mengerti.

Permainan pun segera dimulai, dan mereka pun mulai mengunci mulut rapat-rapat agar

tidak mengeluarkan bunyi. Dikeluarkannya kartu 3 kartu bridge yang sudah disiapkan Aqhil dari

rumah. Segera ia meletakan kartu tersebut diatas meja dan segera mengacak-acak posisi kartu

dengan cepat. Seperti yang sudah ia isyaratkan, ia pun mengangkat jarinnya mulai dari jari

telunjuk, jari tengah kemudian jari manis.

Dengan perlahan ia mengangkat jari nya, dan sampai lah pada jari manis. Ketiga cowok

itu langsung menyambar kartu dihadapannya berharap tak mendapatkan kartu joker. Melihat

dengan perlahan kartu yang mereka pegang, dengan senyum lebar dan santai Kevin menaruh

kartu As yang didapatnya kemeja tadi. Robby pun segera menaruh kartu nya ke meja dan terlihat

itu adalah 2 wajik. Dengan menahan tertawa, Kevin pun mentupi mulutnya dan memukul pundak

Aqhil. Aqhil pun hanya terdiam kesal karena diawal permainan ini ia lah yang terkena hukuman.

Meningkatkan kepercayaan diri, Aqhil berdo’a dalam hati agar kertas hukuman pertama

itu tidak sadis. Dengan perlahan Kevin membuka lembar pertama dari kertas yang berisi

hukuman itu, rupanya isinya adalah hukuman miliknya.

“ahahaha! Rasain lu!” gumamnya dalam hati. Tertulis “Jepitan X-treme” dengan ukuran

yang besar. Merasa bingung dengan maksud hukuman itu, Aqhil pun tak merasa cemas sama

sekali. Lalu Kevin pun mengeluarkan jepitan yang sudah disiapkannya dari dalam kotak hitam

miliknya.

“Shit! Rupanya hukuman punya Kevin! Pasti sadis!! Oh no!!” gerutu Aqhil dalam hati.

Dipasangkan jepitan itu di telinga kanan, hidung dan telinga kiri Aqhil. Sambil menghitung

dengan jarinya, Kevin pun menarik dengan sekuat tenaga jepitan yang telah ia sambungkan

dengan tali pada hitungan ketiga. “Aaaaa!” teriak Aqhil dengan sekuat tenaga. Tampak hidung

dan telinganya merah pekat seolah darahnya menggumpal disana. Cowok penarik jepitan itu

memang tak berfikir 2 kali jika yang terkena hukuman adalah Aqhil.Dengan berbangga hati,

Kevin pun langsung angkat bicara.

“Haaa! Katanya ga boleh ngomong? Berarti elu yang kena semua hukumannya!”

Page 17: Kematian sosok misterius

17

Ahahaha malang sekali nasib Aqhil. Baru saja ia menjadi pembukaan peragaan hukuman

pertama, eh sudah dinobatkan sebagai raja hukuman. Mengingat hal itu, Aqhil pun terkejut.

“Ha? oh iya. Huhuhuhu”

Jawabnya sambil sedikit merengek. Bagaimana tidak? Semua hukuman telah dijatuhkan

padanya. Kalau hanya hukuman yang ia buat sendiri tak masalah, karena ia tak menuliskan

hukuman-hukuman yang kejam. Yang paling ia takutkan adalah hukuman milik Kevin. Tentu

saja! Baru saja pembukaan, sudah sadis begitu hukumannya. Apalagi hukuman selanjutnya?

Pasti sadis bukan main.

Dengan hati tenang dan senang. Kevin pun segera membuka satu per satu kertas

hukuman yang ada untuk dijatuhi pada Aqhil. Rupanya 5 lembar pertama semuanya milik Kevin.

Wah ini kebetulan sekali. Melihat tulisan “3 siung bawang putih”,”5 cabe rawit”,Ramuan X, dan

“Plester maut”. Melihat kalimat-kalimat itu, Aqhil pun tak kuasa menahan air mata dan terpaksa

mengikuti prosedur permainan karena ia tak mau dikatain pecundang.

Ditempelkannya plester hitam sepanjang 10 cm oleh Kevin ke kaki kanan Aqhil dimana

rambut-rambut dikaki nya sangat lebat sekali. Lantas langsung dibukanya dengan kekuatan

penuh seperti adegan power rangers membasmi musuhnya. Teriakan super Aqhil pun tak

tersamarkan karena seolah seperti semua kulitnya diiris dengan pisau.

Tampak plester hitam itu penuh dengan rambut kaki Aqhil. Sementara Aqhil menjerit

kesakitan, Kevin dan Aqhil terlihat tertawa terbahak-bahak melihat kaki Aqhil botak sebelah.

“Ahahahahaha!” lontar Kevin dan Robby dengan penuh kesenangan diatas penderitaan

temannya itu. Beberapa detik setelah itu, hukuman selanjutnya pun segera dijalankan. Dimana

Aqhil harus memakan 3 siung bawang putih dan 5 biji cabai rawit serta ramuan x yang super

ganas.

Merasa tak kuat menjalani hukuman, Aqhil pun meminta keringanan dari kedua

temannya itu. Karena tak sampai hati mereka berdua melihat Aqhil, mereka pun hanya

memberikan sisa hukuman milik Kevin saja. Itupun sama saja, toh hukuman Kevin itu sudah

merupakan tingkat tinggi.

Dengan keringanan yang diberikan Robby dan Kevin, Aqhil pun segera menyelesaikan

hukuman. Dimana ia memulai dengan 3 siung bawang putih. Baru mengigit sedikit saja ia sudah

ingin muntah. Apalagi memakan 3 siung. Ingin menyelesaikan dengan cepat, Aqhil pun langsung

Page 18: Kematian sosok misterius

18

menyambar 3 siung bawang putih itu dengan cepat dan dikunyahnya dengan kecepatan maksimal

rahang nya. Sudah sedikit lebih halus, ia pun segera menelannya.

Uh tak terbayang bagaimana rasanya memakan 3 siung bawang putih mentah. Masih

tersisa 2 hukuman lagi, disantapnya 5 cabai rawit sekaligus oleh Aqhil dengan lahap. Matanya

yang mulai mengeluarkan tetesan tetesan air manja, ia langsung segera menelan cabai itu

walaupun belum halus dimulutnya.

Suara isak tangis pelannya pun mulai terdengar karena ia sudah tak kuat lagi dengan

hantaman hukuman yang bertubi-tubi.

“Oh god why? Why me?” gumamnya dalam hati. Ia pun sedikit menghela nafas panjang

karena sisa hukumannya hanya tinggal 1. Berharap bukan hukuman yang sadis, ia pun

memejamkan matanya saat Kevin tengah mengeluarkan bahan terakhirnya untuk diberikan

kepada Aqhil. Dikeluarkannya gelas kecil berisi air yang warnanya tidak bisa diungkapkan.

Ahqil pun lantas melengkingkan isakan tangisnya. Diciumnya sejenak aroma dari cairan

yang ada digelas itu dan belum sempat 3 detik ia mencium, ia sudah terbatuk-batuk. Dengan

semua sisa kekuatannya, ia pun langsung meneguk ramuan itu hingga habis.

Dengan sisa kekuatannya yang telah ia pakai untuk menghadapi hukuman maut, ia pun

berkata.

“Silent home, done!” ucapnya dengan sisa tenaga. Mendengar kalimat itu, Kevin dan

Robby pun melakukan celebration dengan sedikit dance sederhana. Tak lama setelah permainan

selesai, Aqhil pun serasa mendapat demo dari perutnya. Seperti lambung nya mengguncang

bagian dalam perut Aqhil hingga ia lari dengan kecepatan penuh menuju halaman depan rumah

Robby dan segera memuntahkan isi perutnya yang tak lain adalah bahan bahan yang baru saja

ditelannya.

Dengan kondisi Aqhil yang mulai memburuk, lantas dengan cepat Kevin dan Robby

membawakan sebotol air mineral untuk meredakan panasnya lidah dan tenggorokan Aqhil

karena cabai dan ramuan x dari Kevin. Melihat Aqhil yang tak kuat lagi, mereka pun

menggotong Aqhil masuk ke ruang tengah rumah Robby. Dalam hitungan detik pun Aqhil

tertidur menenangkan dirinya dari hal menyakitkan yang dialaminya.

Kevin dan Robby pun hanya tertawa dan segera membereskan semua barang yang ada di

ruang tamu. Karena juga lelah tertawa sampai perut mereka sakit, Mereka berdua pun menyusul

Page 19: Kematian sosok misterius

19

Aqhil untuk beristirahat. Berakhirlah siang terik itu dengan hal yang cukup mengesankan.

Tidurlah mereka dengan mengambil setiap sudut ruangan yang cukup luas.

Terasa singkat, dari luar pun muncul suara yang meminta tolong untuk membukakan

pintu. “bang, buka pintunya! Mama udah pulang nih” ucap mama Robby dengan sedikit

berteriak karena sudah beberapa kali ia mengetuk pintu namun tak ada respon dari dalam rumah.

Melihat ada 2 pasang sandal yang tak dikenalnya, Mama Robby pun mengira bahwa

didalam sedang terjadi kekacauan. Karena setiap teman Robby yang datang pasti selalu bikin

kotor. Namun tak mau berburuk sangka, mamanya pun menelepon HP Robby. Namun sepertinya

juga tidak ada jawaban.

Setelah beberapa menit berlalu, dan Mama Robby masih menunggu diluar dan mengetuk

pintu, Kevin terbangun. Mendengar suara ketukan pintu itu, lantas ia membangunkan Robby.

Segeralah Robby bangun dan melihat jam dinding yang menunjukkan puku 5 sore.

“zzz! Mama gue ude pulang setengah jam yang lalu! Gawat!” ucapnya terkejut setelah

melihat jam.

Kevin pun segera membangunkan Aqhil dan member tahu bahwa mamanya Robby sudah

pulang. Karena terkejut, Aqhil pun segera bangun. Mama Robby pun masuk setelah pintu

dibukakan oleh Robby. Kevin dan Aqhil pun segera menuju ke ruang tamu dan bertemu dengan

mamanya Aqhil.

“Oh Kevin sama Aqhil, ngapain aja? Kok tante dari tadi ngga dibukain pintu?”

“Oh anu tante, tadi kami pada tidur semua diruang tamu, makanya ngga denger kalo tante

ngetuk pintu” jawab Kevin sambil mengusap kedua matanya, sedangkan Aqhil langsung duduk

disofa.

“Oh gitu, yaudah tante kedalam dulu ya”

“iya tante, maaf ya tan” jawab Kevin.

“iya iya ngga apa-apa” balas Mama Robby.

Mereka bertiga pun duduk termenung di sofa, merasa sudah terlalu sore, Kevin pun pamit

dengan Mama Robby dan segera pulang, disusul pula dengan Aqhil.

“Thanks ya By, gue pulang dulu” ucap Kevin sambil menghidupkan Soul GT nya. Aqhil

pun juga menghidupkan motor miliknya dan segera pulang. Begitu pula dengan Kevin. Sampai

disitulah mereka mengisi akhir liburan yang tersisa diawal tahun ini.

Page 20: Kematian sosok misterius

20

Sesampainya dirumah, Aqhil pun baru tersadar bahwa ia memakan hal-hal aneh sewaktu

bermain di rumah Robby. Lantas ia merasakan Perutnya diperas seperti cucian baju. Tanpa

mengucap salam, ia langsung berlari secepat kilat menuju kamar kecil yang letaknya diujung

bagian belakang rumahnya disamping dapur.

Mamanya yang sedang menonton tv pun heran dan kesal melihat tingkah anaknya yang

tak mencerminkan sopan santun. Tak mau memulai keributan dirumah, mamanya pun hanya

mengeluskan dada, mengingat Aqhil pasti capek setelah pergi bersama temannya.

***

Dengan asiknya libur di Kediaman kakeknya yang luas, Yenni dan mamanya tengah

sibuk membereskan barang bawaan mereka disalah satu kamar yang sudah disediakan oleh

kakeknya. Karena hari sudah malam, ia pun merasa lelah, Yenni hanya membersihkan diri dan

langsung makan bersama mama, kakek dan neneknya. Sekaligus dengan sepupu, paman dan

bibinya yang juga ikutan berlibur ke kediaman kakeknya.

Setelah menyantap hidangan khas Yogya yang tak lain adalah gudek, mereka pun

berbicara kecil setelah sekian lama tidak bertemu. Karena lelahnya Yenni, ia pun segera pamit

tidur pada semua keluarganya disana dan segera menuju kamar dan langsung tertidur.

Tampaknya perjalanannya membuat badannya kehilangan tenaga karena setelah beberapa

jam berada diudara dan dilanjutkan 3 jam didalam bus. Akhirnya ia bisa mengistirahatkan

tubuhnya terutama matanya yang sudah menyipit sejak sore tadi.

Karena tidurnya yang cepat dan tidak larut, ia pun terbangun tepat saat adzan subuh

berkumandang. Segera ia bangun dan melakukan sholat. Tak disangka rupanya sepupu dan

pamannya juga sudah bangun. Mereka pun sholat berjamaah ditempat tersendiri disalah satu

bagian rumah kakeknya yang dikhususkan untuk sembahyang.

Mengingat ada gunung yang terletak tak jauh dari belakang rumah kakeknya, lantas

Yenni mengajak paman dan sepupunya untuk mendaki digunung itu selagi hari masih gelap dan

mungkin mereka dapat mendaki di tempat yang paling tinggi. Menganggapi hal itu, paman nya

kelihatan cukup setuju, namun pamannya sedikit menjelaskan.

“Tapi kita ngga bisa sampai ke puncak, kalau kepuncak itu bisa sampai berhari-hari”

Page 21: Kematian sosok misterius

21

“iya ngga apa-apa, yang penting kita udah nyampe ke atas gunung” jawab Yenni dengan

riang. Pamannya pun menyuruh anaknya dan Yenni untuk membawa peralatan dan makanan

untuk perbekalan mendaki nanti. Cukup memakan waktu 15 menit, mereka pun siap memulai

pendakian dan meninggalkan pesan diselembar kertas bahwa mereka tengah melakukan

pendakian ke Gunung Semeru.

Yenni menyegarkan fikiran dengan menyusuri Gunung Semeru bersama paman dan

sepupunya . Indahnya liburan awal tahun seperti membuat beban fikirannya hilang hampir 100

persen sampai tak ingat jika Ujian nasional akan dihadapinya dalam hitungan bulan saja.

Kelima anak muda itu mewarnai liburan dengan gaya nya masing-masing. Jam hampir

menunjukkan pukul 12 WIB, membuat Yenni dan keluarganya harus beristirahat di hampir

sepertiga tinggi gunung itu . Dengan berbekal 5 botol besar air mineral, nasi bungkus dan

beberapa makanan ringan untuk perbekalan, mereka menggelar tikar kecil yang sudah ada di

ransel nya dibawah rindangnya pohon cemara tepat beberapa meter dari tebing gunung .

Mustahil jika mendaki gunung itu hingga ke puncak dalam waktu 1 hari. Terfikir didalam benak

Yenni bahwa akhir liburannya yang akan berakhir 2 hari lagi ini harus diisi dengan hal yang

berbau petualang.

“Berapa lama lagi aku akan sampai ke puncak, waktu liburan ku hanya tersisa 2 hari,

uhh!”

Celetuk Yenni dalam hati . Sambil meregangkan otot dan melepaskan dahaga , cewek

berhijab yang pinter dan manis ini mengajak paman dan sepupunya untuk melanjutkan

perjalanannya untuk mendaki gunung.

“Paman, ayo kita lanjutkan pendakiannya, kalau ditunda-tunda, pasti bakal lama

sampainya”

“Hm, mengingat waktu liburan mu yang hampir berakhir, sebaiknya kita tunda saja di

lain waktu”

Jawab pamannya dengan santai. Tak puas dengan jawaban paman nya , Yenni pun

kembali menuturkan kalimat dengan sedikit menggerutu.

“Tapi yenni mau sampai ke puncak, masa kita cuma sampai setengah jalan?”

Tak ingin kalah juga, sepupunya pun ikut bicara menerobos perkataan yenni

“Benar paman, kalau hanya sampai disini, percuma saja kita datang dari pagi-pagi buta”

“Sudahlah, setelah ini kita turun, lebih baik kita lanjutkan sore nanti di pantai”

Page 22: Kematian sosok misterius

22

Dengan sedikit mengalihkan perhatian dari gunung menuju pantai diharapkan mampu

merubah tekad yenni untuk tidak meneruskan pendakian mereka.

Seketika mereka bertiga senyap, dimana paman mereka asik menikmati makanan ringan

sedangkan yenni memikirkan perkataan paman nya . Dalam hati nya ia mempertimbangkan

suasana gunung dan pantai. Namun kelihatannya ia lebih tertarik pada pantai yang indah dan tak

perlu mengeluarkan banyak tenaga dibandingkan mendaki mengingat liburan emas nya akan

segera berakhir.

Dengan suasana hati yang cukup bersahabat, ia pun menuruti pamannya untuk

berkunjung ke pantai, masih sedikit bingung, ia langusung bertanya.

“Tapi kita ke Parang tritis ya?”

“Iya, nanti kita ajak mama dan bibimu”

Spontan pamannya menjawab pertanyaan keponakan nya yang sedikit penasaran.

Hampir setengah jam mereka duduk dibawah pohon cemara, tak mau ambil pusing, yenni

pun segera menggulung tikar yang mereka gunakan dan mengajak paman beserta sepupunya

untuk langsung menuruni gunung untuk persiapan di pantai nanti.

Dalam hitungan detik, semua sudah disusunnya dengan rapi dan sekaligus membawa

sampah bekal mereka untuk dibuang ditempat yang semestinya. Walaupun tidak seperti yang

yenni harapkan, tapi hatinya sudah cukup puas dengan perjalanan nya mendaki setengah gunung

dengan pengalamannya bertemu dengan hewan dan tumbuhan yang tidak ia temui di Batam.

Dengan hati yang cukup riang, rasa lelah pun tak dihiraukannya. Jarum pendek di jam

tangan yenni sudah menunjuk ke angka 4 dan jarum panjang menunjuk angka 11. Dimana ia

merasa harus mempercepat langkah kakinya untuk cepat sampai ke rumah kakeknya yang tidak

jauh dari kaki gunung semeru.

Akhirnya setelah lamanya perjalanan menurun yang mereka lalui dengan penuh rintangan

dan halangan usai ketika melihat paparan rumput tinggi yang cukup luas disertai kebun teh dan

jagung. Merasa tak sabar karena hari sudah hampir petang, ia langsung berlari menuju pintu

belakang rumah kakeknya yang masih tebuka lebar.

“Assalamualaikum ! Kek, kami pulang”

Semangat gadis itu mengucap salam dari depan pintu dapur neneknya.

“Waalaikumsalam”

Page 23: Kematian sosok misterius

23

Jawab kakek dan nenek nya dari ruang tengah. Disusul dengan paman dan sepupunya,

yenni langsung membuka sepatu dan segera mengganti baju dan mempersiapkan barang-barang

yang sekiranya akan ia butuhkan dipantai nanti.

Tampak mereka sibuk mengurusi persiapannya masing-masing. Kakek dan neneknya

tampak tak heran melihat tingkah cucu dan anaknya yang tergesa-gesa mempersiapkan barang-

barang tepat setelah pendakian mereka yang dimulai dari dini hari tadi, dikarenakan mereka

mengerti kegiatan anak muda yang haus akan jalan-jalan.

Hampir 20 menit, mereka telah selesai dengan persiapan yang akan dibawa dan segera

memanggil mamanya yenni dan bibinya yang berada dirumah tetangga sebelahnya.

“Maa, bibi ! ayo kita ke Parang tritis! Paman dan aku sudah siap!”

Teriaknya dari depan rumah tetangganya itu dengan cukup keras. Mendengar perkataan

yenni, ibunya (Lilis) dan bibinya (Rina) segera berpamitan dengan tuan rumah dan segera

menghampiri yenni.

“Apa iya mau ke parang tritis? Ayo, sudah lama ibu tidak berekreasi ke sana!”

Tanpa basa basi, ibunya langsung menyiapkan beberapa barang bawaan. Begitu juga

dengan bibinya yang tak ingin ketinggalan. Dalam hitungan detik, semua sudah selesai dan siap

untuk berangkat.

Tak heran, ibu-ibu yang ditawari rekreasi pasti tingkat kecepatannya meningkat berlipat-

lipat terutama masalah persiapan. Avanza hitam dengan kapasitas 10 orang telah bersiap

dihalaman rumah kakek. Mereka sedang sibuk memindahkan barang bawaan ke bagasi mobil.

Sesudah berpamitan dengan kakek-nenek , tak lama kemudian, mobil pun mulai melaju

dengan perlahan dikarenakan jalanan didaerah kampung kakeknya masih ompong alias tanah

dan bebatuan. Dengan perlahan menuju gerbang perbatasan desa dengan jalan raya , lubang-

lubang yang bervariasi menghiasi bahu jalan. Bebatuan dan lubang pun cukup sukses membuat

hati kelima orang itu kesal karena jok mobil yang terus bergoyang kekiri-kekanan dan keatas

serta kebawah.

Petang hampir tiba, setidaknya membutuhkan waktu setengah jam untuk dapat sampai ke

Parang tritis. Jalanan berbatu dan berlubang telah berubah menjadi aspal hitam yang mulus.

Kelima orang itu pun sudah bisa menghela nafas lega dan dapat duduk dengan tenang tanpa

guncangan. Keadaan jalan pun cukup ramah , arus lalulintas sangat mendukung karena jumlah

kendaraan yang melintas cukup jarang-jarang saja.

Page 24: Kematian sosok misterius

24

Dengan kodisi jalan yang seperti ini, Doni pamannya pun segera mengambil kesempatan

ini untuk melaju diatas 60KM per jam untuk menghemat waktu perjalanan agar segera sampai

sebelum petang tiba. Suasanya didalam Avanza itu cukup senyap guna menyimpan tenaga untuk

memuji keindahan pantai dan pemandangan matahari terbenam diujung pantai nantinya.

Rasa lelah pun hilang setelah kawasan pantai telah terlihat, semua menghela nafas

panjang dan menatap ke sisi pantai. Segera mereka memparkirkan avanza itu diarea yang telah

disediakan, namun sepertinya cukup sulit mencari tempat yang kosong dikarenakan cukup

ramainya pengunjung di akhir-akhir liburan tahun baru itu.

Setelah mendapat tempat parkir, mereka pun langung turun dari jok mobil yang empuk.

Segera menurunkan barang-barang dan menuju lokasi yang bagus untuk melihat matahari

terbenam. Sesudah menggelar tikar berbentuk persegi dengan motif bunga yang cukup lebar itu,

makanan ringan pun langsung disediakan ditengan tikar dan satu per satu dari mereka menuju

kamar ganti dan mengganti pakaian renang.

“Wow, pemandangan ini tak sama seperti dibatam, ini menakjubkan!”

Gumam yenni dalam hati, dengan kacamata hitam yang ia kenakan, ia lebih memilih

menikmati segarnya jus lemon sambil memainkan pasir, walaupun beberapa kali ia tergoda

untuk merendamkan tubuhnya ke air asin. Nisa, sepupunya itu asik berendam di area pinggiran

bibir pantai sambil mencari beberapa jenis kepiting dan keong.

Mama, bibi dan pamannya asik bercakap-cakap sambil menikmati makanan ringan dan

berjemur. Kelihatannya keindahan pantai dan sunset itu tidak dapat dipuji melalui kata-kata,

karena mereka sudah sangat terpaku dengan tempat rekreasi seperti itu. Dengan memuaskan diri

di pinggiran bibir pantai, mereka pun akhirnya berendam sambil melakukan selfie seperti anak

muda lainnya.

Matahari pun sudah menuju keperaduannya. Dimana keluarga besar ini harus segera

pulang dan beristirahat. Tak ambil hambatan, Pamannya yang sudah stay dimobil tempat

parkiran tengah memanaskan mesin sekaligus menunggu yang lainnya untuk berganti pakaian.

Tak lama kemudian mereka pun muncul dan langsung menaiki mobil.

Dengan segera pamannya melaju keluar area parkiran pantai dan melaju kearah rumah

kakeknya. Tak seperti tadi, sekarang arus lalulintas tampak sedang meningkat membuat mereka

hanya bisa melaju dengan kecepatan 40 KM per jam. Sepertinya mereka akan sedikit terlambat

dari waktu yang diperkirakan.

Page 25: Kematian sosok misterius

25

Tampak sepupunya tertidur karena kelelahan setelah mendaki dan dilanjutkan dengan

berenang. Sedangkan Yenni tampak masih bugar karena suasana hati nya yang cukup bagus.

Memang selelah apapun raga kita, tapi jika kita merasa senang, lelah itu akan tertutupi.

Hahahaha, itu mungkin saja untuk sebagian orang yang semangatnya luar biasa.

Akhirnya setelah perjalanan panjang 90 menit, mereka pun sampai ke tujuan. Kali ini

mereka tidak makan malam karena sudah makan banyak sekali sewaktu dipantai tadi, dimana

makanan yang dijajakan dipantai membuat mereka ketagihan. Segeralah mereka beristirahat

karena besok adalah hari terakhir mereka dirumah kakek. Maka mereka harus beristirahat penuh

agar kembalinya mereka ke Batam tidak dengan kondisi yang lemas.

Pengalaman menakjubkan itu pun Yenni dapatkan walaupun dalam waktu yang singkat.

Hanya 3 hari ia menginap dirumah kakeknya dan sekarang ia harus segera pulang ke Batam dan

melanjutkan sekolah. Dimana sebentar lagi ia akan menghadapi UN. Perjalanan mereka untuk

sampai ke Rumah pun memakan waktu 9 jam.

Dimana keesokan harinya ia sudah harus masuk sekolah dan bertemu dengan teman

temannya. Libur panjang pun berakhir dimana anak sekolah sudah memulai senin paginya

dengan upacara bendera. Setelah sekian hari, mereka pun berkumpul, tak lain adalah Kevin,

Robby, Aqhil, Widya dan Yenni. Awal masuknya sekolah tidak menuntuk mereka untuk

langsung melakukan aktivitas belajar. Maka mereka menyempatkan diri untuk berkumpul

dikantin sambil memesan minuman.

Mereka pun saling bercakap-cakap mengenai kejadian dan pengalaman yang mereka

dapatkan diakhir liburan. Mereka pun saling tertawa setelah mendengar cerita Kevin mengenai

permainan dirumah Robby yang membuat Aqhil sengsara. Kemudian mereka merespon iri

dengan apa yang didapat oleh Yenni dimana mendaki gunung merupakan pengalaman yang

sangat menakjubkan.

Tak hanya itu, mendengar cerita Widya, mereka juga sangat merespon dengan pujian

yang positif, karena diantara mereka hanya Widya lah yang mengisi waktunya untuk melakukan

hal yang sangat bermanfaat dan mencerminkan sifat pekerja keras untuk remaja seperti dirinya.

Dimana orang lain tengah asik berlibur, ia memilih untuk bekerja walaupun itu dibutik milik

kakaknya sendiri.

Mereka pun melalui hari demi hari untuk memantapkan dan mempersiapkan diri mereka

dalam menghadapi UN yang akan segera tiba hanya beberapa bulan lagi.

Page 26: Kematian sosok misterius

26

Tak terasa UN pun telah mereka lalui, dengan do’a dan harapan yang dimiliki oleh

mereka, sekaranglah saatnya untuk mengetahui hasil belajar mereka dalam kurun waktu 3 tahun

di jenjang SMP itu. Mereka pun saling mendo’a kan satu sama lain karena mereka ingin keluar

dari sekolah itu bersama-sama tanpa tertinggal satu orang pun. Detik-detik pengumuman itu

diwarnai mendung dan sedikit rintikan hujan yang jarang-jarang.

Melikat kondisi itu, kepala sekolah tak membuang waktu lama, segera ia membuka

pengumuman kelulusan. Kepala sekolah membuka dengan do’a dan berita duka. Dimana ia

mengumumkan bahwa ditahun ini 10 orang siswa dinyatakan tidak lulus. Mendengar perkataan

itu, lantas semua siswa pun panik dan saling memikirkan siapa ke 10 siswa yang tak lulus itu,

namun sebagian juga tak percaya karena itu memang taktik awal pembuka pengumuman

kelulusan untuk menggetarkan hati para siswa yang deg-degan menunggu hasil mereka selama

tiga tahun di SMP.

Kali ini kepala sekolah mengumumkan hasil kelulusan dengan menggunakan amplop

yang berisi surat keterangan lulus atau tidak lulus. Amplop itu telah diberi nama. Jika ada siswa

yang tidak mendapatkan amplop itu, maka ia adalah ke 10 siswa yang tidak lulus itu. Dimulailah

dengan semua walikelas yang memberikan semua amplop kepada siswa yang termasuk didalam

kelas bimbingannya satu per satu. Tampak Kevin, Robby, Widya dan Yenni mendapatkan

amplop. Sedangkan Aqhil belum juga dipanggil namanya.

Page 27: Kematian sosok misterius

27

Seketika walikelas mereka langsung pergi. Dimana Aqhil merasa sangat panik dengan hal

itu. Hampir menangis ia lantas berlari menghampiri walikelasnya itu. Sedangkan temannya sedih

karena harus berpisah tanpa ditemani teman setianya itu.

“Pak! Kok saya ngga dapat amplop?” gumam Aqhil cemas.

“Ha? kamu belum dapat? Tapi bapak sudah tidak memegang amplop kelulusan lagi”

jawab walikelasnya.

“Jadi gimana pak?” jawab Aqhil semakin cemas.

“Berarti itu artinya…” belum sempat walikelasnya menjawab, Aqhil langsung menangis.

“Huhuhuhu” sambil menangis ia mengusap air matanya, ia tak percaya dengan apa yang

terjadi terhadap dirinya. Dihampiri teman temannya, Aqhil pun merasa malu dan tak ingin bicara

dengan mereka. Lantas walikelas Aqhil pun langsung menyodorkan amplop kepada Aqhil sambil

berkata.

“Baru di tes!” dengan sedikit ejekan kepada Aqhil, walikelasnya pun kasihan melihat

tingkah Aqhil yang tak menunjukkan jiwa laki nya. Belum menghentikan tangisannya, ia pun

segera membuka isi amplop dan segera ia baca, tertulis bahwa “ M.Aqhil Fhaizky Lulus”.

Seketika berhenti merengek dan berteriak.

“Bapaaaaaaaaaaaak!!!!” teriaknya karena kesal disaat seperti ini malah dikerjain. Lalu air

matanya berubah menjadi tawa yang riang bersama tema temannya. Akhirnya mereka akan

segera keluar dari seklolah itu bersama-sama. Dengan hati yang gembira, mereka pun segera

pulang dan memperlihatkan hasil kelulusan pada kedua orang tua mereka.

Setelah itu mereka pun mendedikasikan kelulusan dengan berlibur bersama. Yup,

sebelumnya mereka tak pernah berlibur bersama keluar kota. Mereka pun membahas hal itu

bersama orang tua mereka masing-masing. Dimana momen berhagra ini harus diisi dengan hal

yang membekas mengingat kelulusan ini merupakan awal perpisahan dengan teman-temannya.

Lagipula mereka sudah bebas libur panjang sampai pendaftaran SMA dan SMK sudah dibuka.

Karena liburan yang mereka rencanakan cukup besar, yaitu keinginan mereka untuk

jalan-jalan keluar kota. Orang tua mereka pun saling bertemu dan membahas hasil kelulusan

anak-anak mereka. Dimana orang tua Kevin sangat mendukung dengan usul anak-anak karena

ini merupakan momen yang cukup besar. Karena ada orang tua yang mendukung, orang tua

Robby dan Aqhil pun setuju-setuju saja karena anak mereka adalah lelaki dan tidak perlu

dikhawatirkan lagi.

Page 28: Kematian sosok misterius

28

Yang cukup sulit untuk dibujuk pastinya adalah orang tua Widya dan Yenni. Wajar saja,

mereka kan perempuan. Pasti harus berfikir panjang untuk membiarkan anak mereka liburan

sampai keluar kota. Namun dengan meyakinkan mereka, orang tua Kevin pun menawarkan villa

mereka yang tak jauh dari Yogya dekat kediaman rumah nenek Kevin.

“Gimana bu? Kalau ibu masih khawatir, kita bisa ikut dengan mereka, lagipula mereka

kan hanya rekreasi, tidak sampai melakukan aktivitas berbahaya” ujar Mama Kevin.

“Hm, bukan begitu bu, saya sih setuju saja. Cuma takutnya terjadi hal yang tidak

diinginkan dengan mereka, itu saja” jawab Mama Widya.

“Baiklah begini saja, kita ikut dengan mereka. Lagipula kita kan pasti bosan dirumah

terus. Villa saya cukup kok untuk menampung kita semua” bujuk Mama Kevin

“Kalau begitu saya setuju saja, lagipula saya sudah mengenal dek Kevin, saya berharap

mereka tidak sampai melakukan hal berbahaya. Cukup refreshing saja” tambah Lilis.

“Baiklah kalau begitu, saya juga tak tega melihat anak saya Widya tidak pernah berlibur

dengan kawan-kawannya, tapi kalian cowok cowok harus jaga 2 teman perempuan kalian ya”

tambah Mama Widya.

“Iya tante” balas Kevin, Robby dan Aqhil.

“Jadi bagaimana? Ibu-ibu ikut dengan mereka tidak?” balas Mama Kevin lagi.

“Oh ngga usah, saya dirumah aja, suami saya ngga ada yang masakin nanti” jawab Lilis.

“Saya juga tidak usah bu, yang penting mereka kasih kabar saja” jawab Mama Widya

lagi.

Berakhirlah percakapan orang tua mereka dengan sepakat. Akhirnya mereka pun

melompat gembira karena tak pernah sebelumnya mereka diizinkan pergi jauh bersama teman

sebaya mereka. Mungkin orang tua mereka sudah percaya dengan anak sekaligus temannya

bahwa mereka akan menjaga satu sama lain.

Tak membuang waktu lama, mereka pun segera mengatur jadwal untuk keberangkatan

mereka menuju Yogya. Berangkatlah mereka dengan gembira dan tak ingin melihat orang tua

mereka saat menuju alat pemancar sinar-X untuk memindai barang bawaan karena takut tak

dapat kembali melihat orang tua mereka.

Perjalanan diudara pun mulai mereka rasakan. Mereka pun tak tidur dan hanya

menikmati perjalanan dengan melihat pemangangan luar dari balik kaca pesawat. Sedangkan

mereka yang duduk didekat lorong hanya menikmati perjalanannya dengan santai. Mereka pun

Page 29: Kematian sosok misterius

29

tak berbicara karena bisingnya suara kap mesin pesawat yang mederu-deru. Ditambah lagi

dengan banyaknya awan yang membuat suara semakin ribut.

Sedikit lelah mereka dalam perjalanan menunggu pesawat mendarat tepat di Yogyakarta.

Karena sedikit takut, mereka pun sesekali mengucap do’a untuk keselamatan dalam perjalanan

walaupun sebelum pesawat lepas landas mereka sudah memanjatkan do’a.

Sampailah mereka dibandara dengan selamat dan telah dijemput oleh keluarga Kevin,

yaitu pamannya. Segera mereka diantar dengan BMW merah menuju rumah kakek yang hanya

berjarak 40 menit perjalanan. Mereka pun tiba dirumah kakek tepat sore hari dan segera turun.

Menyalami kakeknya, Kevin pun berniat untuk langsung menuju villa karena rumah kakeknya

tak dapat menampung temannya. Mengerti dengan kondisi itu, kakeknya pun segera memberikan

kunci villa.

Masih mengingat jalan menuju villa, Kevin memilih untuk berangkat sendiri dengan

teman-temannya. Karena pamannya sudah jauh-jauh menjemput ke bandara, ia memilih

membawa mobil lama ayahnya yang ditinggalkan dirumah kakek untuk dikendarai menuju villa.

Namun karena hari sudah hampir petang, kakeknya menyuruh mereka menginap sehari

dirumahnya. Dimana kakeknya memilki 1 kamar kosong. Yup, kamar itu akan ditempati oleh

Widya dan Yenni, sedangkan para cowok akan tidur diruang tengah.

Hal itu pun mereka terima karena perjalanan dimalam hari tidaklah baik. Karena

penerangan menuju villa tidak bagus karena villa ayahnya terletak agak jauh dari pemukiman

warga didekat bukit.

Malam pertama dirumah kakeknya pun mereka jalani tanpa ada masalah sedikitpun.

Karena tidak biasa tinggal dirumah orang lain, teman Kevin pun memilih untuk tidak melakukan

kegiatan apapun dan hidup layaknya orang yang tak memiliki kesibukan, dan langsung tidur.

Dengan pulas mereka beristirahat memulihkan tenaga yang dikeluarkan dari pagi hari tadi.

***

Lengkingan suara kokokkan ayam pun mewarnai dini hari disekitar perkampungan.

Kevin terlihat sudah terbangun dan segera kedapur membuat kopi. Sedangkan Aqhil dan Robby

masih tertidur pulas. Widya dan Yenni pun sudah terbangun karena kebiasaan mereka untuk

Page 30: Kematian sosok misterius

30

bangun pagi dan menunaikan ibadah. Berjumpa dengan Kevin didapur, lantas kedua cewek itu

pun sekaligus mengajak Kevin untuk Sholat. Tentu saja tak ia tolak karena sudah bangun.

Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 dan Kakek Kevin pun tengah sibuk memberi makan

jalak peliharaannya dihalaman depan. Disana Widya, Yenni dan Kevin tengah asik menyusuri

jalan disekitar rumah Kakek Kevin untuk melihat-lihat. Karena hari sudah mulai terang, mereka

pun bergantian mandi. Dimana Kevin dan 2 teman ceweknya sudah bersih dan harum, tampak

Aqhil dan Robby baru saja terbangun dari tidurnya yang pulas.

Sedangkan 3 dari mereka yang sudah mandi sedang menyiapkan barang-barang ke bagasi

mobil. Tak ingin ketinggalan, Robby pun segera mandi dan ikut mempersiapkan barang-barang.

Begitu pula dengan Aqhil, setelah Robby, ia pun segera mandi kilat untuk menyusul

keterlambatannya. Tampa berbasa-basi, Mereka pun segera berpamitan dengan kakek.

Page 31: Kematian sosok misterius

31

Berulang lagi mobil Avanza berwarna hitam itu melewati lubang yang cukup dalam

dijalan berbatu. Melewati lubang yang cukup dalam itu, berhasil membuat kelima ABG

didalamnya mengeluh. Dalam rangka liburan di villa yang apalah-apalah. Tempatnya yang

apalah, nyamannya yang apalah dan gratis pula! Namun masih ada yang apalah-apalah, yaitu

jalan yang berlubang ini.

“uuuuuh!”

Masing-masing anak muda dalam mobil itu saling mengeluh. Kali ini bukan karena

menginjak lubang, namun didepan mereka terlihat sekawanan kerbau yang tengah asik

menyebrang dengan santainya. Tampak dibelakang kawanan itu lelaki tua kurus yang melihat

kearah mereka.

“maaf yo le, nduk. Ini sebentar lagi kebo nya sampai ke sebrang” ujar lelaki tua itu pada

kelima anak muda yang berada didalam mobil.

“njeh pak, mboten nopo nopo” jawab Kevin karena ia cukup mengetahui bahasa jawa.

Sedangkan Aqhil dan Widya melongo dan kesal karena lama sekali kerbaunya sampai ke

seberang jalan.

“Vin, berapa lama lagi kita nyampe!” tanya cowok berambut pendek lurus bernama Aqhil

dengan keringat yang mengucur di keningnya karena kepanasan walaupun AC mobil itu telah

dinyalakan. Namun Kevin tak menjawab.

Page 32: Kematian sosok misterius

32

Ditambah kekesalan lagi, tiba-tiba sekawanan entok memadati jalan. Kelima remaja itu

harus menghela nafas berat karena tak tahu lagi harus menunggu sampai kapan untuk sampai ke

villa yang mereka tuju. Segeralah Kevin mengklakson beberapa kali agar kawanan entok itu

segera pergi. Kelihatannya itu berhasil, namun ada 1 entok yang bersikeras untuk bertahan

ditengah jalan itu.

“Vin berapa lama lagi nyampe nya? Kok pertanyaan gue gak dijawab?” tanya Aqhil lagi.

“sekitar 4 kilometer lagi lah kira-kira” jawabnya santai.

“zzz, 4 kilo? Dengan jalanan dipenuhi ternak kaya gini? Oh man!” jawabnya lagi.

Tak mau ambil pusing, Kevin lantas langsung menginjak pedal gas untuk menakuti entok

itu. Dan kelihatannya cukup berhasil. Mereka terlihat senyap untuk waktu yang cukup lama dan

akhirnya gapura yang cukup besar bertuliskan “Kampung Mulyo Sari” sudah terlihat. Dimana

jalanan itu tidak lagi berlubang dan tidak ada ternak lagi dimana-mana. Tampak disana berdiri

bangunan-bangunan rumah sederhana yang berjejer rapi. Beberapa warga tampak melakukan

cocok tanam diarea perkebunan yang tak jauh dari gapura.

Mereka pun memarkirkan mobil didekat bawah pohon rindang. Mencoba untuk mencari

warung karena mereka cukup haus setelah perjalanan panjang yang penuh rintangan itu. Tak

ingin berlama-lama, mereka pun mempercepat langkah dan menemukan warung kecil-kecilan.

Dipesannya 5 botol air mineral oleh Kevin.

Setelah melepaskan dahaga, mereka pun segera melanjutkan perjalanan yang sudah tak

jauh lagi dari perkampungan itu. Jalan menanjak dan berbatu itu menjadi satu-satunya jalan

menuju villa. Dulu jalan itu sih mulus-mulus aja, mungkin karena tidak diaspal dan dikikis hujan

makanya jadi berlubang.

Melihat jalan itu, ke-empat remaja itu pun membelalak karena harus melewati jalan

berbatu dan kali ini menanjak. Tak ingin ambil pusing, mereka terlihat mencoba untuk tenang

dan berharap perjalanan mereka lancer-lancar saja.Semoga tidak ada acara ban nyangkut

dilubang atau apalah. Mobil pun mulai menanjak dan beberapa kali jok mobil bergoyang-goyang

membuat seisi mobil merasa tak nyaman. Tak lama mobil pun sampai ke jalan mendatar yang

halus dan sudah beraspal. Akhirnya kelima remaja itu pun dapat menghela nafas lega. Beberapa

meter didepan pun sudah terlihat villa Kevin yang mewah dan klasik. Namun dibagian depan

rumah tampak ilalang yang cukup tinggi sekitar sepaha. Melihat kondisi itu membuat Yenni

bingung.

Page 33: Kematian sosok misterius

33

“vin, villa nya ngga ada yang ngurusin ya? Kok depannya ada ilalang?”

“hm setahuku sih ada yang selalu bersihin, tapi ini kok parah ya? Udah deh ayo kita

turun” ujar Kevin.

Sambil menyibakkan ilalang dengan ranting, mereka pun berusaha membuat ilalang itu

merunduk ketanah. Namun ilalang yang ada cukup banyak. Kevin pun kembali ke mobil dan

menyibakkan ilalang dengan mobilnya. Kelihatannya lebih cepat dan tepat. Segeralah mereka

membuka pagar yang tak dikunci itu. Dengan memarkirkan mobil dihalaman depan, Kevin

tengah mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa untuk diletakkan didalam villa.

Setelah menurunkan barang-barang, Kevin pun membuka pintu dengan kunci yang sudah

diberikan oleh kakeknya itu. Widya sedikit cemas jika ternyata didalam vila kondisinya akan

kotor seperti ilalang yang ada didepan halaman. Dibukalah pintu villa dan rupanya isi dalamnya

cukup bersih dan tidak berdebu. Hanya halaman luarnya saja yang terlihat kotor dan tidak

terurus. Mereka malah menilai buku dari sampulnya, namun tidak memikirkan isi dalamnya.

Tampak meteka tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar. Hanya Aqhil yang peduli

dengan tempat disekeliling vila. Setelah ia menyibakkan ilalang didepan halaman, ia berniat

untuk mencari air bersih disekitar villa. Ia melihat seperti sumur dari kejauhan, ia mencoba

mendekat dan benar rupanya itu adalah sebuah sumur tua. Tanpa fikiran yang negative ataupun

rasa takut lainnya, dengan sebuah timba yang sudah tersedia ia gunakan untuk mengambil air

bersih dari dalam sumur itu.

Kelihatan bahwa sumur itu sangat bagus karena airnya terlihat agak penuh. Sepertinya

mata air didalamnya cukup bagus dan mengeluarkan air cukup deras. Setelah membersihkan

kedua tangannya, ia pun melihat tempat seperti penampungan air. Namun ia bingung, kan disana

sudah ada sumur, kenapa ada tempat penampungan air lagi. Karena rasa penasarannya, ia pun

mencoba untuk menimba beberapa ember air dan diisikannya wadah itu. Rupanya air yang

dimasukkan semakin sedikit. Dilihat disekeliling wadah itu dan ia menemukan ada pipa putih

yang cukup besar yang menuju kea rah dalam villa. Ia menduga bahwa pipa itu menuju kamar

mandi. Karena klasik, mungkin villa ini menggunakan sumur untuk menampung air dikamar

mandi.

Jika seperti ini, lebih baik bak diisi penuh daripada harus bolak-balik menimba air. Aqhil

pun menimba hingga belasan ember.

“Aaaaa!” teriak Yenni dan Widya.

Page 34: Kematian sosok misterius

34

Mendengar jeritan kedua cewek itu, Aqhil langsung berlari menghampiri mereka didalam

villa. Sementara Kevin dan Robby pun segera menyusul.

“Kalian Kenapa?” tanya Aqhil setelah mereka berkumpul. Kevin mengangkat bahu dan

melihat sekeliling ruangan yang masih gelap karena saklar lampu belum dinyalakan.

“Engga tau, tadi gue denger ada suara air dari kamar mandi, kan ga mungkin airnya

ngalir sendiri, soalnya ngga ada yang make kamar mandi kan?” tuturnya.

Aqhil mendengarkan dengan serius. Dan berfikir dengan mencocokkan suara air yang

mengalir di bak mandi dengan yang ia lakukan di dekat sumur tadi.

“oh itu kayanya suara air yang gue masukin ke wadah yang ada pipanya deh”

“Ha? emangnya disini ada sumur?” jawab Kevin.

“Ada kok dipojok depan” jawab Aqhil menegaskan.

Namun Widya dan Yenni menggeleng dan merengek meminta pulang.

“Gue mau pulang!! Gue takut, apalagi kalo nginap disinii!”

“iya gue juga! Pokoknya gue ngga mau!”

Protes keduanya setelah mendengar suara air yang padahal berasal dari timbaan yang

Aqhil masukkan kedalam wadah yang terhubung dengan pipa menuju bak mandi. Kemudian

keduanya menangis pelan karena trauma.

“Yaelah, kenapa sih? Kan ada aku? Itu bukan hantu, itu Aqhil nimbi air” sahut Kevin

meyakinkan. “Kalo kalian mau istirahat, istirahat aja. Tinggal pilih mau kamar yang mana,

supaya aman, kalian tidur berdua aja” tambahnya lagi.

Tampak kedua gadis itu masih ketakutan dan memilih untuk mengabari orang tuanya

bahwa mereka telah sampai di villa milik orang tua Kevin. Sementara itu ketiga cowok tengah

melihat-lihat seisi ruangan dari satu kamar ke kamar yang lainnya. Hingga lantai satu pun

mereka susuri sampai pojok belakang villa.

Tampak terdapat satu ruangan yang lebih kecil dari yang lain sedikit terbuka. Melihat itu,

ketiga cowok itu pun mendekat dan membuka pintu itu. Rupanya itu adalah gudang. Tampak

disana barang-barang ditutupi dengan kain putih lebar yang berdebu. Kelihatan sepertinya

gudang ini tak tersentuh selama beberapa tahun. Namun ia heran kenapa hanya pintu gudang itu

yang terbuka.

Tak ingin pusing, ia pun segera masuk dan mencoba melihat lemari kaca yang berisi

barang antik seperti pigura yang sudah berumur sekitar puluhan tahun yang lalu. Tampak disana

Page 35: Kematian sosok misterius

35

tergambar sepasang kekasih, namun Kevin sama sekali tak mengetahui wajah siapa yang

tergambar disana.

Yenni dan Widya nampak telah menyusul mereka dan berjalan kedalam gudang melihat

foto dan benda-benda pusaka seperti keris. Semuanya ditata rapi di meja dan didalam lemari.

“wah, bagus banget benda-benda disini” gumam Yenni.

Tampak dalam pigura itu sepasang kekasih menggunakan gaun pengantin. Tapi jelas itu

bukan milik orang tua Kevin. Berfikir positif, Kevin beranggapan bahwa itu adalah pigura yang

pernah dibeli oleh orang tuanya.

Tatapaan Widya terpaku ke sebuah foto lelaki berkulit putih mengenakan jas dengan

rambut pendek hitam dengan bola mata yang berkilau menatap tajam.

Terlihat juga ada kursi antik yang diukir dari kayu jati. Jika dizaman ini kursi itu dijual,

pasti nilainya ratusan juta. Setelah sibuk melihat-lihat isi gudang, mereka pun segera membahas

soal kamar yang akan ditempati. Setelah melihat-lihat, mereka pun mengetahui bahwa terdapat

enam kamar tidur dan dua kamar mandi, dimana empat kamar terletak dilantai satu dan dua

kamar lagi terletak dilantai dua.

Yenni dan Widya tampak memilih kamar di lantai satu karena mereka berdu takut dengan

luasnya villa ini jika mereka tidur dilantai dua. Tapi mereka masih bingung dengan kelengkapan

setiap kamar.

“emangnya semua kamar ada kasurnya ya?” celetuk Yenni karna tak ingin tidur dilantai

yang dingin.

“Tenang aja, semua kamar udah ada perlengkapan nya kok, tinggal pilih aja mau kamar

yang mana” jawab Kevin sambil menjelaskan.

“Oke deh sip!” jawab Yenni dengan riang mendengar perlengkapan yang lengkap.

“Terserah kalian mau tidur bareng atau sendiri-sendiri, yang jelas gue tidur sendiri”

tambah Kevin karena tak ingin tidur lelap nya diganggu dengan orang iseng seperti Aqhil.

Mereka pun sibuk mencari kamar yang tepat untuk mereka tempati. Tampak Kevin

menempati kamar utama, dimana kamar itu adalah kamar terbesar divilla. Sedangkan yang

lainnya masih saling memilih posisi kamar yang strategis.

Tampak Yenni dan Widya memilih kamar yang agak jauh dari kamar mandi karena takut

mendengar suara aneh lagi. Walaupun suara tadi berasal dari air yang ditimba Aqhil, mereka

Page 36: Kematian sosok misterius

36

tetap jaga-jaga karena mereka tahu biasanya di villa yang tak ditempati untuk waktu yang lama

pasti akan dihuni oleh makhluk halus.

Karena merasa ada aura horror didalam villa, Yenni pun tetap ingin satu kamar dengan

Widya, begitu pula denganWidya. Sementara dua sisa kamar lagi otomatis ditempati oleh Robby

dan Aqhil. Mereka pun segera menuju kamar masing-masing dan membereskan barang mereka

kedalam lemari.

Sejenak mereka mengistirahatkan otot dengan berbaring dikasur yang empuk. Hingga

mereka hampir terlena dengan nyamannya kasur.

***

Kelelawar telah memekikkan suaranya pertanda hari mulai gelap dan saatnya hewan-

hewan malam pun keluar dari sarangnya. Tampak kelima remaja itu saling memegang perutnya

karena terus berbunyi sejak selesai beres-beres tadi. Satu per satu dari mereka pun mulai keluar

dari kamar masing-masing dan menuju ke halaman depan villa.

Tampak tengah duduk Kevin diluar halaman tepat di kursi kayu beralaskan bantal empuk

yang cukup tebal sambil melihat lihat cahaya dari pedesaan yang berada jauh dibawah kaki

bukit. Robby dan Aqhil pun mulai keluar dari kamarnya dan segera mencari Kevin, karena tak

kunjung melihat batang hidungnya, maka keluarlah mereka dan rupanya benar Kevin berada

diluar karena pintu besar dari kayu jati yang terdapat di depan muka villa telah terbuka setengah.

Dilihatnya keluar dan segera ikut duduk di kursi berbalutkan bantal itu.

“kalian lapar gak?” gumam Aqhil sambil memegang perut.

“Lumayan sih, dari tadi perut gue serasa diremes” jawab Kevin. Karna sependapat

dengan mereka berdua, Robby pun turut mengiyakan.

“iya nih, gue ngga bawa makanan, Cuma 2 botol besar air mineral doang”

“Gue sih ada beberapa snack tapi tunggu ntar deh makannya, biar sekalian ama cewek

cewek, kan kasihan kalo mereka juga ngga punya makanan, iye kagak?” ujar Kevin memberitahu

Aqhil dan Robby.

“zzz, kenapa kita ngga duluan makan aja? Sumpah ngga tahan lagi gue” gerutu Aqhil

meminta snack milik Kevin.

Page 37: Kematian sosok misterius

37

“Nanti lah Qhil! Kasihan lan anak cewek” balas Robby memihak Kevin dan teman gadis

nya.

Tak lama setelah pembicaraan mereka mengenai perut yang kosong, para gadis pun

keluar dari villa.

“Eh kalian disini, ngapain aja? Gumam Yenni pada ketiga temannya yang sudah duluan

berada di halaman depan.

“Duduk-duduk aja sambil ngeliat cahaya dari pemukiman desa” jawab Kevin dengan

santai sambil menahan lapar.

“kenapa muka lu?” tanya Widya sambil menunjuk wajah Aqhil yang terlihat seakan-akan

menanggung derita yang teramat perih.

“Gue lapeeeer..”Jawab Aqhil dengan ekspresi wajah yang berlebihan. Yenni tampak

menjauh dan duduk dikursi sebelah Kevin karena takut lelaki yang kelaparan itu menerkam

dirinya.

“Hm kalian juga laper Yen? Wid? Gue ada snack sih, cukuplah untuk berlima” ujarnya

sedikit memberi solusi untuk masalah kelaparan yang melanda mereka.

“Ada snack? bagi dong, kebetulan gue juga laper banget nih, kalo mie instan sih gue ama

Widya ada buat makan malam” ujarnya member harapan akan adanya sumber makanan yang

dapat mereka konsumsi disaat yang benar-benar darurat ini. Walaupun hanya mie instan, itu pun

sudah cukup untuk menahan lapar, besok mereka dapat mencari makanan di warung dekat desa

dibawah bukit yang mereka hampiri tadi sore.

“Oke okeh, kalian masak aja dulu, ntar kita makan sekalian pake snack” jawab Kevin

sambil meminta dimasakkan mie instan.

Melihat kondisi mereka yang darurat, Yenni dan Widya pun lantas masuk menuju dapur

dan segera memasakkan 5 bungkus mie instan dan telur untuk makan malam mereka. Seiring

menunggu kedua gadis itu membuat makanan untuk menyelamatkan ketiga cowok yang

kelaparan, mereka pun sedikit berbincang mengenai benda-benda yang ada digudang villa.

“vin, foto yang ada sepasang kekasih yang kayanya baru nikah itu siapa ya?” tanya Aqhil

penasaran.

“Oh yang ada di pigura besar itu ya? Gue sih kaga tau, mungkin dulu mama atau papa

gue iseng beli pigura itu entah dimana” jawab Kevin dengan panjang lebar sambil menepuk

nyamuk yang menyerang tangannya.

Page 38: Kematian sosok misterius

38

***

Dengan air mineral seadanya, mereka merebus air itu selama beberapa menit, sambil

menuangkan bumbu yang sudah tersedia di dalam bungkus mie instan, kedu gadis itu pun

merebus mie sekaligus telur yang langsung diceplok diatas didihan air. Tentu saja kompor di

villa itu masih sangat layak dengan LPG 12 Kg yang masih terisi.

Lanjut mereka menunggu hingga mie siap ditiriskan. Cukup 3 menit saja semua sudah

selesai dihidangkan. Dibawalah satu per satu mangkuk berisi mie ke halaman depan rumah.

Tampak Aqhil yang menderita karena remasan otot lambung mulai tersenyum lebar 10 cm

melihat Widya membawa 2 mangkuk mie instan disertai dengan telur ke meja dihadapan mereka.

Merespon hal itu, Kevin pun segera mengambil snack dan air mineral dari dalam

kamarnya. Semua pun sudah berkumpul di halaman depan dengan masing-masing menghadap

semangkuk mie instan dengan snack dan sebotol kecil air mineral. Karena kebersamaan ini, mie

instan pun dirasa seperti spaghetti. Disantaplah masing-masing hidangan mereka dengan lahap,

ditambah dengan snack penutup. Mereka pun segera membereskan wadah bekas makanan

mereka dan segera tidur karena hari sudah cukup larut.

Dikuncilah pintu villa dan mereka kembali kekamar masing-masing dengan damai.

***

Pagi yang indah menyambut kelima anak muda itu dalam pulasnya tidur mereka. Ketika

sinar matahari pagi masih berupa pancaran kabut jingga di ufuk timur, dimana Aqhil masih

menggigit jempolnya, Widya yang asik dengan mimpinya, Robby sudah bangun dan melakukan

gerakan-gerakan senam sederhana dan berlari disekeliling villa.

Kevin pun juga sudah terbangun, ia tengah duduk dikursi halaman depan sambil

meminum secangkir kopi yang ia bawa beberapa bungkus dari rumah kakeknya.

“vin ayo olahraga! Biar sehat dan kuat!” ajak Robby dengan penuh semangat yang

membara. Tutur yang cukup keras itu pun membangunkan Widya yang kamarnya tepat didekat

halaman depan.

Page 39: Kematian sosok misterius

39

“Bising woi!” protes Widya sambil keluar kamar. Rambut nya yang agak kusut segera

rapikan dengan sisir. Rambut kusutnya sama seperti wajahnya seperti baju yang belum disetrika.

Dengan wajah lelah nya, ia menguap lebar membuka mulut dengan percaya diri menggaruk

perutnya.

“Ngapain lo teriak-teriak? Gak tau masih pagi apa! Ganggu aja!” protes Widya dihadapan

Robby. Namun Robby tidak menjawab peotesan dari Widya dan melanjutkan olahraga paginya.

Seusai memprotes Robby karena teriakannya, Widya pun menanyakan dimana Yenni.

“Vin, Yenni kemana? Kok ngga ada dikamar?”

“Tadi sih katanya mau ke dapur” jawab Kevin dengan nada rendah sambil melamun

melihat kearah bawah. Sudah menjadi kebiasaannya jika tidak ada kesibukan, ia akan

mengeluarkan tatapan kosongnya.

“Ih kok dia berani ya? Nyusul ah” tanya nya pada diri sendiri. Beranjaklah ia menuju

dapur untuk menemui Yenni. Sesampainya di dekat kamar Aqhil, tiba –tiba Aqhil keluar kamar

dan memelototi Widya cukup lama. Dengan hal yang dirasa aneh itu, Widya pun menegur.

“Kenapa qhil?”

“Eh, engga kok. Kamu cantik yaah yang” jawab Aqhil spontan karena melihat kecantikan

alami dipagi hari dari wajah Widya.

“apaan sih qhil! Mentang-mentang muka gue masih kusut! Udah nyerocos kamu ngejekin

aku” Bentak Widya karena dianggapnya itu merupakan sebuah ejekan yang cukup dalam.

Didapur tampak Yenni sedang menatap kearah pohon dari jendela dapur yang terbuka

dengan tatapan kosong. Segera Widya menepuk bahu Yenni, dan ia pun melompat karena kaget.

“Kenapa lu Yen?”

“Ini nih, perasaan tadi gue lihat ada cewek berbaju putih lagi main-main gitu dipohon

sana. Tapi pas gue lihat lebih deket dari jendela, dia malah hilang!” jawab Yenni dengan panik.

Namun Widya hanya tertawa

“Ah ngaco lu! Mana ada hantu dipagi hari? Kalo emang ada, apa telat kali tuh hantu balik

kerumah?”

“Engga! Beneran tadi gue liat dipohon itu Wid!”

“Udahlah, ga mungkin hantu itu muncul di jam segini, dimana man amah hantu itu jam

tayangnya waktu maghrib sampe subuh doang”

Page 40: Kematian sosok misterius

40

Malah Widya merespon dengan candaan padahal tampak ekspresi keseriusan yang

tergambar dari wajahnya yang mewakili fikiran dan perasaannnya.

“Eh , Aqhil resek banget ya Yen!” gumam Widya mengadu pada Yenni.

“Kenapa emangnya, kan dia pacar lu?” jawab Yenni singkat.

“Masa dia tadi ngejekin gue, mentang-mentang gue baru bangun tidur, muka gue masih

kusut, eh udah diledekin. Katanya kamu cantik yah yang.Kan dalem banget” ujarnya panjang

lebar curhat karena merasa diejek oleh pacarnya sendiri.

“oalah, tapi dia bner kok. Elu itu cantik, cuma lu kurang percaya diri aja” jawab Yenni

meyakinkan.

Tiba-tiba angin dingin berhembus kearah mereka dari luar jendela mengusap tengkuk

mereka dan tiba-tiba perempuan yang dikatakan Yenni muncul menembus tubuh mereka.

“Aaaaaaaaaaa!!!” teriak mereka berdua dan segera lari keluar dari dapur.

Page 41: Kematian sosok misterius

41

Hampir pukul 12 dimana matahari hampir berada diatas kepala. Kelima remaja itu baru

saja keluar dari villa. Widya dan Yenni berdiri berdekatan, tampak dari wajah mereka yang

shock karena kejadian pagi tadi. Sampai-sampai pun mereka mandi bersama-sama.

Mereka dibuat terlambat oleh kedua gadis itu yang baru saja mandi. Karena berhalusinasi

yang konyol itu membuat ketiga cowok tak bisa sarapan. Terpaksa mereka menunggu dengan

perasaan yang cukup kesal. Bagaimana tidak, mana mungkin mereka percaya dengan adanya

hantu yang muncul di villa tepat dipagi hari. Begadang apa hantunya?.

Mereka pun menaiki Avanza hitam yang diparkir didepan halaman villa, dengan perlahan

kendaraan roda empat itu keluar dari pagar dan menuju jalanan batu yang menurun guna mencari

bahan makanan untuk bekal mereka didalam villa selama beberapa hari. Tempat demi tempat

pun mereka telusuri untuk mencari warung dengan bahan makanan yang cukup lengkap.

Salah satunya pasti beras dan air mineral yang mereka butuhkan, selebihnya cukup mie

instan dan telur serta kebutuhan lainnya. Ingin kembali ke villa dengan cepat, mereka pun

menyusuri beberapa gang didekap pedesaan. Diantaranya terbentang sungai yang cukup besar

dengan kondisi sungai yang agak berbatu dan alirannya tidak begitu deras. Ingin rasanya mereka

mandi disungai itu, namun ini sudah lewat tengah hari dan mereka harus segera ke villa untuk

menyiapkan makan siang.

Page 42: Kematian sosok misterius

42

Kembalilah mereka menuju villa, walaupun jalan menanjak yang berbatu itu menjadi

jalan utama, mereka tidak lagi resah karena sudah terbiasa dengan jalur itu, terlebih lagi itu

tidaklah terlalu buruk. Karena jalan tetaplah jalan asalkan bisa dilalui dengan selamat.

Akhirnya waktu makan pun tiba walaupun sedikit terlambat. Menu makan mereka kali ini

adalah roti tawar dan telur dadar. Tak lupa mereka juga memasak nasi. Menunggu beberapa saat

untuk menanak nasi tidaklah membuat mereka gelisah, bahkan mereka berencana untuk

berenang disungai yang mereka temui tadi. Tampaknya sungai itu sangat bersih dan kondisi

arusnya sedang tidak deras.

Ketimbang tinggal di villa yang mistis ini, Yenni dan Widya pun lantas sangat setuju

dengan rencana mereka untuk mandi di sungai. Daripada harus menjadi korban karena amukan

arwah penasaran yang menghuni villa itu.

Walaupun ketiga cowok itu belum mempercayai perkataan Yenni dan Widya, cepat atau

lambat mereka juga akan menyadari keberadaan arwah itu, hanya tinggal menunggu giliran

untuk diganggu. Jika kau tak tahan dengan gangguan arwah itu, maka kau akan selalu diusik

olehnya.

Mereka pun segera menyantap hidangan lalu menyiapkan pakaian ganti untuk dipakai

setelah mandi di sungai. Mereka pun kembali ke sungai dam menemui fasilitas umum untuk

mengganti pakaian dan buang air. Rupanya sungai itu menjadi tempat rekreasi di daerah sekitar.

Menjelang sore, mulailah tampak beberapa warga yang datang mengunjungi sungai ini untuk

berendam dan berenang karena jernih dan sejuknya air yang ada dalam sungai ini.

Menikmati jernihnya sungai, mereka pun lantas bersenang-senang dan melupakan

kejadian yang baru saja terjadi di villa. Tampak tengah asik Kevin, Robby, Widya dan Yenni

bermain air sedangkan Aqhil hanya sebatas dipinggiran sungai karena ia tak bisa berenang.

Karena kejahilah Robby dan Kvin yang tidak tertolong, mereka pun mencoba menyeret Aqhil

sampai ketengah sungai. Jelas tampak pucat pada wajah cowok berambut pendek itu karena

selain tak menguasai renang, dasar sungai itu pun cukup dalam sehingga ia harus menjinjitkan

kakinya agar mulutnya tidak menelan air sungai dan hidungnya dapat menerima oksigen dengan

baik.

Seketika arus mulai mengalir deras. Dimana Aqhil yang masih berada diposisi tengah

sungai semakin terseret sedikit demi sedikit kearah hilir sungai. Tak masalah bagi Yenni dan

Widya karena mereka adalah perenang yang cukup handal. Renang memang adalah salah satu

Page 43: Kematian sosok misterius

43

bidang olahraga kegemaran mereka. Aqhil pun tampak menunjukkan bahwa ia tak kuat lagi

menahan arus dan ia terseret tanpa hambatan.

Teriaklah ia minta tolong walaupun tidak terdengar jelas karena arus yang deras

membuatnya begitu panik untuk berteriak sekuat tenaga. Orang-orang disekitar sungai pun tak

mendengar suara teriakan Aqhil, karena mereka berendam agak berjauhan dan jarang-jarang saja

orang yang berendam disungai.

“Tolong!!” teriaknya walaupun tak sekuat teriakan lelaki.

Segeralah Kevin dan Robby turun tangan dan langsung menyebur kearah Aqhil ditengah

sungai. Rupanya ditengah arusnya memang cukup deras, sampai-sampai mereka sedikit

kehilangan keseimbangan. Dengan keahlian renang yang mereka miliki, dengan cepat mereka

berlomba dengan arus untuk mendapatan Aqhil.

Widya dan Yenni pun tampak cemas dengan keadaan itu, hampir saja mereka ingin

mengomeli Kevin dan Robby. Tapi untung saja mereka langsung mendapatkan Aqhil dan

membawanya ketepi sungai.

Syukurlah tak terjadi apa-apa dengan Aqhil, ia hanya tertelah beberapa teguk air sungai.

Sifatnya yang lebay membuat temannya tidak begitu khawatir karena pasti setiap Aqhil

mengeluh, itu merupakan hiperbola semata.

Ditutuplah acara renang mereka dengan membeli beberapa potong jagung bakar yang

dijajakan di pinggiran sungai. Sambil menyantap jagung, mereka pun bergantian untuk

mengganti pakaian yang baru. Tampak mereka cukup terhibur dengan pemandian disungai itu.

Sayangnya fasilitas yang ada bisa dibilang kurang. Wajar saja karena itu hanya dibuka untuk

warga sekitar saja.

Sudah puas menikmati semua yang ada disana, tibalah saatnya mereka untuk kembali ke

villa. Mereka masih tak mengingat kejadian dipagi hari yang dialami oleh Yenni dan Widya.

Dibukalah pintu villa dengan kunci dan sedikit membutuhkan dorongan untuk membuka pintu

berukir itu.

Karena sudah lelah, mereka pun menuju kamar masing-masing. Karena mereka tak

membereskan kamar sebelum berangkat tadi, masing-masing mereka pun membelalak

kebingungan. Siapakah yang telah masuk kekamarnya dan membereskan semua kekacauan yang

ada didalam masing-masing kamar mereka.

Page 44: Kematian sosok misterius

44

Tampak Kevin tak begitu heran sama sekali. Karena mungkin saja orang yang bekerja

mengurusi villa papanya itulah yang telah masuk ke setiap kamar dan membereskannya. Toh

hanya Kevin dan tukang pembersih villa yang memiliki kunci setiap pintu didalam villa.

Karena penasaran pun terutama Yenni dan Widya segera menghampiri Kevin dikamarnya

dan memberitahukan bahwa kamarnya tiba-tiba rapi, padahal saat sebelum mereka ingin

kesungai, masih ada barang-barang yang tak mereka bereskan.

“Oh itu, gue juga kok, tadi gue juga ga sempat beresin baju-baju gue diatas kasur, eh

sekarang udah rapi didalam lemari, itu sih mungkin pengurus villa papa gue. Dia kan punya

kunci nya, mungkin aja tadi dia mampir kesini dan melihat villa ini ada yang nempatin, dia

beresin trus pergi lagi deh” ujarnya dengan detail.

“Oh gitu, yaudah deh” sambut Yenni yang merasa lega akan perkataan Kevin yang sama

sekali tak mengarahkan jawabannya menuju hal-hal ganjil. Aqhil dan Robby juga sama, namun

mereka sama sekali tak menyadari bahwa ruangannya telah kembali tersusun rapi karena mereka

sama sekali tak ingin memikirkan hal itu.

Kembali mereka membilas tubuh setelah mandi disungai tadi, tampak Kevin yang

pertama melangkahkan kakinya kearah kamar mandi dipojok belakang villa. Sedangkan Aqhil

terlihat sedang menggoreng telur untuk mengisi perutnya sendiri dikamarnya. Karena mereka

sudah menanak nasi, mereka hanya tinggal menggoreng lauk yang ada untuk melengkapi nasi.

Disusul dengan Yenni yang juga mandi karena ia tak sempat membilas tubuh disaat

berada disungai tadi. Akhirnya mereka semua tidak makan berbarengan lagi karena nasi sudah

tersedia, bagi yang merasa lapar harap inisiatif nya masing-masing. Tak masalah bagi mereka

semua karena mereka bisa memasak setidaknya telur dan mie instan.

Beranjak keruang tengah untuk menonton acara tv, Kevin tengah asik mencari stasiun

televisi yang sinyalnya cukup baik di villa nya itu. Tampak acara tv On the Spot tengah

mewarnai malam itu. Mendengar suara televisi yang agak keras, Robby menuju arah suara

karena ia tak memiliki hiburan dikamar nya.

Pas pula dengan suasana malam yang sunyi, dengan sedikit aura mistis, acara tv On the

Spot tengah mengulas “7 Kejadian Misterius di Villa”. Mendengar hal itu, Robby pun menelan

ludah karena sebenarnya ia juga merasakan aura negative dari villa yang mereka tempati. Namun

lain halnya dengan Kevin, ia tampak biasa-biasa saja karena villa itu milik papanya, dan ia cukup

mengenal baik villa itu walaupun tidak sepenuhnya tahu mengenai villa milik papanya itu.

Page 45: Kematian sosok misterius

45

Juga merasa bosan, Yenni dan Widya pun keluar kamar dan melihat Kevin dan Robby

sedang asik menonton. Tanpa menanyakan acara tv, mereka pun segera duduk dan melihat

kearah televisi. Terkejutlah mereka karena hal yang mereka takutkan malah tergambar jelas

dilayar kaca tv. Karena terlanjur melihat, mereka jadi selalu teringat dengan kejadian yang

mereka alami pagi tadi. Maka mereka hanya bisa mengikuti siaran itu hingga selesai. Toh

daripada berdua dikamar, kalau ada setan mah ngga berkutik mereka. Mendingan nonton

bersama walapun membuat bulu kuduk naik, setidaknya ada dua lelaki yang menemani mereka.

Tampak mereka berempat cukup menikmati acara tv itu. Namun karena terbawa suasana,

mereka pun jadi ikut merasakan bahwa hal-hal ganjil juga sedang menyelimuti mereka. Yenni

yang duduk dipojokan menggeser posisinya sedikit merapat dengan ketiga lainnya. Jelas ia

merasakan suasana kejadian di acara televisi didalam villa yang mereka tempati itu. Sedangkan

Widya tampak biasa-biasa saja karena selama ia ditemani dengan teman-temannya, ia bisa

menahan diri dari ketakutan apapun

Tiba tiba suara sendok jatuh terdengar cukup keras. Keempat remaja itu tampak menelan

ludah dan tubuh mereka bergetar. Sepertinya suara itu berasal dari dapur, karena mengingat

mereka tidak menyimpan sendok selain ditempatnya. Keempatnya tampak mulai merapat, untuk

menghilangkan keseraman itu, Kevin pun lantas lansung mengganti acara tv menjadi animasi

Cars yang kebetulan sedang tayang. Kelihatannya cukup membantu, namun para gadis masih

terselimuti rasa takut. Akhirnya Kevin memutuskan untuk melihat apa yang terjadi didapur

malam-malam begini.

Segera ia melangkahkan kaki menuju dapur dengan perlahan. Karena takut berada

diruang tengah, ketiga dari mereka pun mengikuti Kevin dari belakang guna ingin sama-sama

melihat apa yang terjadi didapur. Hampir beberapa langkah sampai kedapur, tiba-tiba suara air

pun terdengan pelan. Seketika keempat remaja yang penasaran itu menghentikan langkah mereka

sejenak.

Kemudian mereka memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh menuju dapur dan

dikomandani oleh Kevin. Ya tentu saja, karena ia adalah pemilik villa, tentu ia lah yang paling

berani dengan bangunan itu. Setelah hampir mendekati dapur, mereka pun berbelok kearah

kanan, karena lorong sudah buntu dan jalan kekanan merupakan dapur, dan kekiri merupakan

dapur.

Page 46: Kematian sosok misterius

46

Kevin pun mengintip dari perbatasan tembok antara lorong dan dapur, dijorokkannya

wajahnya kearah dapur dan ternyata…

“Aaaaaaaaaaaa!” teriak Kevin sampai memekakkan telinga teman yang ada

dibelakangnya. Karena juga terkejut, mereka yang mengekor dibelakang Kevin pun ikut

berteriak.

Ia melihat wajah gelap dengan badan yang sedikit terbungkuk dan berjalan kearahnya

sambil melihat kebawah.

“Aaaaaaaaaaaa!” sambil memejamkan mata mereka bertiga yang berada dibelakang

Kevin pun menutupkan matanya dengan kedua tangan dengan erat.

Kemudian suara menggambarkan kelegaan pun dilontarkan oleh Kevin.

“oalaaaah! Elu toh! Ngapain aja lu didapur sendirian?” gumam Kevin pada Aqhil.

“oh, kalian kenape? Aku lagi nyuci piring, abis makan soalnya, laper..” jawabnya dengan

wajah santai.

Rupanya yang mereka takutkan itu berasal dari Aqhil yang sedang mencuci piring. Oalah,

bisa-bisanya disaat seperti ini ia mencuci piring. Sendirian pula, cukup berani mengingat ia tak

sering meikirkan hal-hal berbau mistis.

“Wah enakan lu udah makan ye, ngga ngajak-ngajak lu!” ujar Yenni karena ia belum

makan sejak petang tadi.

“yaelah, nasi udah ada, lauk tinggal masak, ya inisiatif dunk” jawabnya dengan sedikit

menggurui. Namun jawabannya tak dihiraukan keempat lainnya. Segera mereka kembali keruang

tengah menonton acara tv tadi. Dengan asik mereka menikmati Cars. Ditengah asiknya

menonton, suara-suara mulai terdengar kembali. Namun kali ini berbeda dari sebelumnya.

Tampak suara samar-samar terdengar ditelinga mereka.

“tolong aku…”

Seketika mereka semua senyap dan Kevin segera mematikan tv dan beranjak menuju

kamarnya. Yang lain pun begitu, tak ingin ketingalan dan diterkam hantu, mereka segera berlari

menuju ruangan masing-masing. Tampak semua tengah mengunci pintu kamarnya. Kevin

memegang ponselnya dan mulai membuka BBM dan segera membuka obrolan di grupnya.

“Kalian masih denger suara itu ga? Sumpah itu dari mana datangnya ? secara, di villa ini

kan ga ada orang lain selain kita” dengan cepat jemarinya menyentuh tombol kirim. Tak perlu

waktu lama, yang lainnya pun ikut menjawab.

Page 47: Kematian sosok misterius

47

“Sekarang sih udah engga, darimana ya asal suara itu? Uh baru juga tenang, malah diusik

lagi” celetuk Yenni menjawab pesan dari Kevin.

“Gue juga kaga tau nih, udah deh mendingan kita semua tidur aja. Tar takutnya kalo ngga

tidur-tidur malah diganggu lagi” jawab Kevin sambil agak menakut-nakuti keempat temannya

itu.

“aaaaaa, Kevin jahat! Kenapa bilang kaya gitu?!” jawab Yenni lagi karena ia paling tidak

bisa ditakuti seperti itu.

“iya nih Vin, ngapain elu ngasih tau hal begituan? Kan mereka jadi takut. Udah deh aku

tidur aja” jawab Aqhil dengan sedikit membela Yenni.

“hahaha sorry sorry guys, udah dah tidur sono”

Berakhirlah obrolan mereka dengan sedikit ketegangan yang membalut mereka karena

suara aneh yang cukup membuat kelimanya merasa gelisah.

Tampak Kevin sudah tidur duluan tanpa ada hambatan apapun, nampak ia nyaman

dengan kasurnya yang luas dan empuk. Sepertinya ia tidak merasa takut karena baginya itu

hanya suara-suara wajar dimalam hari, toh mungkin saja karena rasa takut yang berlebihan

membuat pendengaran mereka berlima sedikit terganggu, mungkin ada baut yang agak kendur.

Tak berbeda dengan Aqhil, dalam hitungan detik pun ia langsung terlelap dengan mulut

yang menghisap jempol. Dengan menekukkan badan dan berposisi tidur miring menggambarkan

nyamannya ia menikmati waktu istirahat yang terasa seperti dihotel bintang 5.

Sedikit berbeda dengan Robby, cowok yang satu ini kelihatan cukup peduli untuk

memikirkan suara aneh yang mereka dengar tadi. Menurutnya, itu merupakan suara arwah

penasaran yang terjebak didunia karena masih ada beberapa hal yang belum terlaksana hingga ia

tak bisa pergi ke alam selanjutnya. Karena sudah pusing ia memikirkan hal itu, ia pun memilih

untuk tidur saja ketimbang mencari-cari hal yang tak ia perlukan sama-sekali.

Ketakutan dua cewek ini tak kunjung mereda, pasalnya mereka memang agak sensitive

terhadap hal berbau mistis. Walaupun mereka bisa sedikit menahan rasa ketakutan yang cukup

hebat dihadapan teman lelakinya, tetap saja ia tak bisa terus membohongi diri sendiri. Barulah

didalam kamarnya bersama Widya mereka membicarakan sedikit tentang suara aneh tadi.

“Wid, kira-kira suara tadi itu maksudnya apa ya?”

“lu masih mau ngebahas soal itu? Menurut gue sih suara itu menandakan kalo dia sedang

terjebak dan akhirnya meminta tolong”

Page 48: Kematian sosok misterius

48

“tapi kenapa sama kita ya? Kita kan ngga tau dia itu siapa, lagipula masa kita harus

nolongin seseorang yang tak bisa dilihat?”

“ah sudahlah, aku semakin merinding dengan membahas soal suara tadi, lebih baik kita

tidur saja, gue yakin cowok cowok juga udah pada tidur”

“iyadeh, daripada gue mati ketakutan disini, mending gue tenangin diri aja. Moga moga

bangun nanti udah lupa semua kejadian aneh hari ini dan semua kembali seperti biasa”

“sip” jawab Widya dengan singkat.

Tampak Yenni tidur di belahan kasur yang dekat dengan dinding. Ia berbaring dengan

memiringkan tubuhnya kearah dinding itu. Sepertinya ia tak bisa tenang karena terus teringat

akan suara yang didengarnya tadi. Tak tenang maka ia pun agak sulit untuk tidur. Mungkin

malam ini ia menjadi orang yang tidur paling terlambat karena tak ada habisnya memikirkan hal-

hal aneh yang ia dapati selama dua hari didalam villa.

Disebelah nya juga terbaring Widya dengan menghadap ke sisi yang bertolah belakang

dengan Yenni. Jelas ia juga masih memikirkan hal aneh itu walaupun tadi ia mengatakan pada

Yenni sebaiknya mereka tidur saja. Kegelisahan pun menghantui benak mereka berdua. Jam

dinding dikamar mereka pun terasa berdetak dengan keras karena keheningan mereka dan

kesunyian malam. Detik demi detik mereka rasakan. Hingga akhirnya jam telah menunjukkan

hampir pukul 12. Padahal semalam ia tak sampai begadang hingga diatas jam 10.

Jam antik diruang tengah pun berbunyi 3 kali menandakan sudah tepat jam 12 tengah

malam. Suara itu pun lantas menghantui telinga kedua gadis itu karena mereka tak terbiasa

dengan jam yang seperti itu. Karena sunyi nya keadaan villa itu, suara kecil pun dapat merambat

hampir kesemua ruangan yang ada. Dengan memejamkan mata, Widya pun berbaring membalik

tubuhnya kearah Yenni.

“Yen, yeni. Elu udah tidur ya?” tanyanya dengan pelan.

“apaan? Gue belum tidur, ngga bisa tidur gara-gara masih kefikiran sama suara tadi,

apalagi suara jam barusan, ngga biasa banget gue dengernya” ujarnya dengan suara pelan pula.

“sama dong kalo gitu, gue juga ga biasa”

Masih diliputi kegelisahan walaupun mereka sudah mengantuk. Akhirnya mereka

mencoba menutupkan mata dan segera tidur. 10 menit pertama di hari ketiga sudah membuat

kedua gadis ini mulai terjaga. Namun tak lama suara aneh pun muncul dari balik jendela kamar

mereka. Seperti menggores kaca dengan kuku.

Page 49: Kematian sosok misterius

49

Yenni yang masih setengah terjaga pun terbangun dengan terkejut, kemudian ia

mendengarkan suara itu dengan seksama. Setelah mengetahui bahwa suara itu berasal balik

jendela, ia pun terus memperhatikan jendela yang ditutupi horden mermotif bolong-bolong

seperti jaring ikan kecil. Ditatapnya sambil menyipitkan kedua bola mata.

Seketika sosok wanita berjubah putih dengan rambut panjang dan sepasang bola mata

hitam legam menatap dirinya saat horden tiba-tiba bergerak membuat jendela itu terlihat dengan

jelas padahal angin dari luar tidak bisa masuk karena jendela sudah tertutup rapat.

Tak kuasa melihat sosok itu secara langsung, Yenni pun berteriak hingga membangunkan

Widya.

“aaaaaaa!” pekiknya hingga kamarnya bergetar karena suaranya yang begitu melengking.

Karena terkejut, Widya pun terbangun.

“elu kenape Yen? Berisik amat. Baru jug ague bisa tidur” gumamnya dengan sedikit

protes.

“huhuhu, dijendela tadi ada …”

“Ada apa? Kenapa lu nangis? Ayo cerita ama gue” ujar Widya menenangkan Yenni.

“Tadi ada suara aneh dijendela, trus gue bangun dan gue liatin terus tuh jendela. Tiba-tiba

hordennya terbang-terbang padahal ngga ada angin. Trus muncul perempuan rambut panjang

pake baju putih matanya hitam” jelasnya sambil mengusap mata.

“cup cup, gue emang kurang percaya, tapi kayanya elu beneran serius deh.” Ujarnya

sambil memeluk Yenni.

“Kalo gitu kita pindah kekamar lain aja yuk, mungkin kalo ditemani cowok lebih aman”

tambah Widya sambil mencoba member solusi.

“iya deh, ayo kita coba kekamar siapa gitu” jawab Yenni menyetujui saran Widya.

Beranjaklah mereka dari tempat tidur dan segera keluar kamar. Baru saja mereka keluar

dari kamarnya, tiba-tiba. “Daaar!” pintu kamar mereka terbanting dengan sendirinya. Karena tak

sempat berteriak lagi, mereka pun segera berlari didalam gelapnya villa karena lampu sudah

dimatikan sejak mereka kembali kekamar tadi. Mereka mencoba membangunkan Aqhil karena

kamar Aqhil lah yang terdekat dari kamar mereka. Diketuknya pintu Aqhil beberapa kali dan

beberapa kali pula mereka memanggil Aqhil. Namun tak juga ada respon balasan dari Aqhil.

Mungkin ia tengah pulas tidur sampai-sampai suara ketukan pintu dikamarnya pun tak ia dengar.

Page 50: Kematian sosok misterius

50

Karena sudah cukup lama berdiri mengetuk pintu kamar Aqhil, mereka pun berpindah

menuju kamar Robby yang terletak beberapa langkah dari kamar Aqhil. Dicobanya beberapa kali

memangil dan mengetuk pintu, namun hasilnya sama seperti mengetuk pintu Aqhil. Tak ada

balasan apapun dari dalam. Hasil usaha mereka hampir nihil. Sudah hampir mereka putus asa,

karena mereka juga berfikir bahwa jika mengetuk pintu Kevin pun akan sama saja hasilnya.

Namun karena tak mau kembali lagi kekamar mereka, Yenni dan Widya pun mencoba

menuju kamar Kevin yang terletak agak jauh dari kamar Robby. Kamar Kvin terletak didekat

tangga menuju lantai 2. Dengan harapan yang tinggi, mereka berharap Kevin akan terbangun dan

membukakan pintu untuk mereka. Langkahh-demi langkah mereka lalui untuk menuju tangga.

Akhirnya pintu yang berukuran cukup besar dari ruangan lainnya pun terlihat karena ruangan itu

merupakan kamar utama yang ada di villa.

Diketuknya beberapa kali menggunakan kepalan tangan kanan mereka berdua. Masih

beberapa detik, Kevin pun belum nenunjukkan bahwa ia telah terbangun. Sambil bersandar

dipintu kamar itu, pandangan mereka pun tertuju pada atas tangga tepatnya dilantai 2. Tampak

ada suara ketukan sepatu yang teratur datang mendekat menuju arah tangga. Menelan ludah

mereka pun menghela nafas tidak beraturan. Suara sepatu itu semakin terdengar jelas dan

mendekat. Serasa suara itu hampir sampai ditangga, Kevin pun membuka pintu kamarnya.

Yenni dan Widya pun tanpa melanjutkan pendangannya kearah tangga langsung

menyambar masuk kekamar Kevin hingga Kevin agak terdorong kearah dalam. Segera Yenni

menutup pintu kamar. Dengan setengah mengantuk, Kevin pun bingung kenapa kedua gadis itu

datang kekamarnya malam-malam begini.

“Kalian kok kesini? Ada apa?” dengan menutup mulut karena sedang menguap ia

bingung dan memulai pembicaraan.

“gue takut vin, tadi dikamar gue ada sosok berbaju putih dekat jendela vin” jawab Yenni

dengan tergesa-gesa karena ia sudah tak tahan lagi ingin mengeluarkan ketakutannya pada Kevin

yang dari semalam tampak tak terlihat ketakutan dengan hal yang aneh di villa nya itu.

“iya vin, tadi juga pas kita masih didepan pintu elu, ada suara ketukan sepatu yang

mendekat kearah tangga, suaranya makin jelas…” tambah Widya dengan kecepatan bicara yang

tak kalah dari Yenni.

“Ha? apa iya? Trus kenapa jauh-jauh datang kekamar gue? Kan ada Aqhil?”

Page 51: Kematian sosok misterius

51

“Tadinya sih udah dicoba kekamar Aqhil sama Robby, tapi dua-duanya sama aja ngga

ada yang bukain pintu. Pulas banget mereka tidur, jadi harapan satu-satunya ya kesini deh”

dengan jelas Yenni memberitahu Kevin.

“Oh yaudah deh, jadi kalian mau tidur disini?” gumam Kevin.

“iya nih, kita ngga mau balik kekamar lagi, takut. Mendingan disini aja” gerutu Widya

karena merasa tak enak datang ke kamar cowok malam-malam begini. Begitu pula dengan

Yenni, namun karena ini darurat, mereka pun terpaksa melakukannya demi keselamatan mereka.

Dengan mengerti keadaan kedua gadis itu, Kevin sebagai cowok pun langsung

mengambil 1 bantal dan mengambil posisi tidur dibawah kasur. Sambil mengambil posisi yang

pas, ia pun menyuruh kedua gadis itu untuk segera tidur diatas.

“Yaudah, kalian tidur aja”

“Makasih ya vin, tapi ngga apa-apa elu tidur dibawah? Kan gue jadi ngga enak”

“iya gue juga vin, ngga apa-apa elu disitu?” tambah Widya karena segan kasihan karena

pemilik villa harus tidur dibawah.

“udah deh, cepetan tidur, tar hantunya datang lagi baru tau…” gumamnya karena sudah

ngantukk berat.

“Eh iya iya iya” jawab kedua gadis itu karena tak tahan lagi dengan godaan makhluk-

makhluk yang ada di villa itu.

Tampaknya mereka sangat terjaga tidur dikamar utama yang Kevin tempati. Sepertinya

para hantu itu tak berani mengganggu jika ada lelaki yang menemani mereka. Malam itu pun

berlalu dengan singkat. Tanpa ada gangguan lagi, mereka pun sampai terlelap hingga dapat

bermimpi. Padahal disaat-saat seperti itu orang yang tidur pun pasti tak sempat bermimpi.

***

Pagi yang cerah menyinari jendela kamar utama yang ditempati Kevin, Yenni dan Widya

karena menghadap ke ufuk timur. Tampak Aqhil dan Robby yang tertidur pulas tanpa ada

gangguan itu bangun dengan hati yang riang. Pas pula mereka serentak keluar dari kamarnya.

Karena haus, mereka pun menuju dapur dan membuat minuman. Sedikit berbincang, Robby pun

heran karena biasanya Aqhil yang bangun lebih lama dari keempat lainnya malah sepertinya

bangun lebih cepat.

Page 52: Kematian sosok misterius

52

“Eh, cewek-cewek sama Kevin pada kemana ya? Biasanya mereka yang duluan bangun”

“Ngga tau, kalo pacar gue sih pastinya udah bangun, mungkin lagi olahraga diluar

villa.kalo Kevin ama Yenni mah kaga tau gue” jawabnya dengan yakin.

“huh, pacar lu doang yang lu katain paling rajin, ayo kita coba keluar” sambil memegang

kopi putih mereka pun menuju keluar untuk mencari para gadis dan Kevin. Sampai keruang

tamu, mereka pun bingung karena pintu masih tertutup rapat. Melihat hal itu, mereka pun

mencoba menuju kamar para gadis. Berdirilah mereka didepan pintu kamar sambil mengopi dan

sesekali memanggil nama kedua gadis itu.

“sayang, yenni!” panggil Aqhil dari depan pintu.

“widya, yenni!” tambah Robby juga.

Sudah beberapa menit mereka menunggu keluarnya gadis-gadis dari dalam kamar.

“kok gak dijawab ya? Coba kita buka aja” jawab Aqhil member ide.

“ah, kalo mereka ngamuk gimana? Cewek yang baru bangun tidur itu tingkat kegarangan

nya naik 200 persen dari biasanya, bahkan lebih garang dari saat pms” ujar Robby seolah ia

mengetahui tentang cewek.

“Masa iya? Udah deh biar gue yang tanggung. Lagian kan kita Cuma niat bangunin

doang, masa kita udah asik ngopi, mereka malah masih ngebo?”

Dengan percaya diri Aqhil pun membuka pintu kamar para gadis dengan perlahan,

rupanya pintu itu tidak terkunci. Dengan senyum kearah wajah Robby, Aqhil pun membuka

lebar pintu itu. Rupanya para gadis sudah tak berada didalam kamar.

“Ih mereka kemana ya? Kok dikamar engga ada? Pintu keluar kan masih terkunci? Dan

kuncinya cuma Kevin yang punya? Karena pintu masih terkunci, Wah jangan jangan mereka ada

dikamar Kevin nih” duga Aqhil dan segera menuju kamar utama.

Dicobanya pintu itu ia buka dan rupanya tidak terkunci. Dibukanya dengan cepat dan

ternyata benar dugaan Aqhil, mereka tengah tidur dikamar utama milik Kevin. Segera mereka

masuk dan menggebuki Kevin dengan guling yang dipakai gadis-gadis.

“Woi! Enak bener lu tiduran ama cewek gue! Dua gadis pula! Bukan kaya gini caranya

ngerebut cewek gue! Lontar perkataan itu dari mulut Aqhil dengan cukup kuat.

“Parah lu vin!” tambah Robby yang ikut melihat gadis itu tidur bersama Kevin walaupun

Kevin tidak satu ranjang dengan mereka, tapi tetap saja itu tidak baik.

Page 53: Kematian sosok misterius

53

Kevin lantas terbangun dan hanya melongo kebingungan. Begitu juga dengan kedua

gadis itu, mereka terbangun dan segera memarahi kedua cowok yang asal ceplas-ceplos

menuduk penyelamat mereka dengan kasar.

“Eh kalian! Udah kita masih tidur, diganggu! Menilai orang dari luar! Asal nyerocos

lagi!” bentak Yenni karena tak suka dengan tingkah kedua cowok itu, lagipula Kevin tidak

berbuat apa-apa dengan mereka.

“Huh!” dengan ligat Widya memelintir kedua telinga cowok yang asal masuk kamar.

“kalian tahu ngga! Tadi malam itu kita nyamperin kamar kalian satu per satu karena takut

tidur dikamar kami! Soalnya semalam kita digangguin sama sosok misterius!” pertegas Yenni

dan Widya kepada kedua cowok itu.

“ih? Tadi malam kalian kekamar aku? Sial! Kenapa aku tidak membukakan pintu, kalau

tidak aku bisa tidur bareng dengan kalian” jawab Aqhil dengan spontan.

“iiiiiii fikiranmu jorok!!!!!” tambah lagi Yenni memelintir bagian telinga yang lain dari

Aqhil.

“eh bukan itu maksudnya!!!”

“ah bodo’ , kita ngga percaya sama omongan lu!” pertegas Yenni sekali lagi.

Akhirnya pagi itu diwarnai dengan kesalah-pahaman serta kegarangan dari cewek-cewek

yang tengah asik memelintir telinga kedua cowok itu. Sedangkan Kevin hanya mengkretekkan

tulang punggungnya yang agak sakit karena harus tidur dilantai.

***

Pagi itu pun berjalan dengan normal seperti biasanya, karena tidak adanya gangguan

sosok-sosok aneh. Ya tentu saja karena mereka akan terbakar jika terkena sinar matahari, jadi

mau tidak mau mereka harus pulang dulu kerumah masing-masing.

Mereka tampak menyusuri halaman belakang villa guna ingin mengetahui kondisi dan

keadaan sekitar, masa iya sudah 3 hari mereka disana namun tak mengenal lingkungan sekitar.

Banyak yang mereka temui disana, mulai dari burung-burung seperti jalak, pohon-pohon yang

beraneka ragam dan jalur yang sepertinya merupakan jalur darurat. Melihat letak jalur itu yang

agak sulit diketahui dan terbuat dari semen membentuk lorong panjang entah menuju kemana.

Page 54: Kematian sosok misterius

54

Tak ingin mengambil resiko, mereka hanya mengabaikannya dan melihat-lihat tempat lain yang

mungkin masih menyimpan benda-benda sejarah atau semacamnya.

Terlihat disana tumbuh pohon jambu air yang kokok menjulang tinggi, dengan buah yang

sangat banyak sudah berjatuhan disekitarnya. Melihat keatas, mereka seperti menemukan sumber

buah-buahan yang berlimpah.

“Sudah sejak keberangkatan kita ke tanah Jawa aku tak memakan buah” gumam Kevin

sambil melihat jambu-jambu diatas pohon yang berkilauan dimatanya.

“Tunggu apa lagi? Ayo panjat!” sahut Aqhil dengan penuh semangat.

Tampak mereka para lelaki memanjat dengan ligatnya, memetik jambu yang sudah

matang dan berwarna cerah. Tak butuh waktu lama untuk mereka memetiki tangkai-tangkai yang

ditumbuhi segerombolan jambu. Satu per satu dari mereka pun turun karena merasa sudah cukup

banyak mereka membawanya sampai-sampai tangkai itu digigitnya oleh Aqhil agar ia dapat

turun dengan kedua tangan yang bebas bergerak.

Disusul Robby dan Kevin mereka pun turun membawa jambu yang tak kalah banyaknya

dengan yang dibawa oleh Aqhil. Satu kantung besar pun hampir tak cukup untuk menampung

jambu yang mereka petik. Beberapa kali pun mereka mencicipi buah itu, dan ternyata isi

dalamnya sangat bagus dan tidak ada yang busuk, rasanya pun manis pula.

Mereka pun berkeliling beberapa meter menuju sisi samping villa. Tampak Aqhil

menemukan kotak kecil berwarna merah yang tertimbun tanah sebagian. Karena ia penasaran, ia

pun membuka isi kotak itu. Rupanya isinya adalah cincin emas dan permatanya adalah berlian

kecil. Dengan hati senang ia segera menyelipkan cincin itu disaku celananya untuk kenang-

kenangan barang cantik dari tanah Jawa itu. Ia hanya mengambil cincinnya saja, sedangka

kotaknya ia buang entah kemana, ia hanya melemparkannya jauh kearah semak-semak.

Ia pun tak menceritakan hal itu pada yang lainnya karena saat kejadian ia menemukan

cincin, tak ada seorangpun yang melihatnya. Hari pun sudah siang, saatnya untuk mereka pulang

dan menyiapkan hidangan. Tampak Aqhil sedikit terlambat dari yang lainnya. Aqhil pun berlari

menyusul teman-temannya yang sudah duluan menuju pintu belakang villa.

Beberapa langkah setelah Aqhil meninggalkan tempat penemuan cincinnya, sesosok

bayangan putih pun tampak memandangi Aqhil dari Balik pohon besar dekat kotak cincin itu ia

temukan. Keempat lainnya sudah berada didalam villa membantu para gadis untuk memasak

Page 55: Kematian sosok misterius

55

beberapa jenis sayuran. Wajar saja, karena villa itu agak jauh dari penjual daging, maka mereka

harus memasak apa saja yang dapat dimakan.

Melihat ada 2 buah pancingan yang kelihatannya masih bagus dipojokan dapur membuat

inisiatif Kevin dan Robby meningkat. Diambilnya pancingan itu dan berencana untuk

memancing disungai yang mereka kunjungi semalam. Karena hanya ada 2 pancingan, Aqhil pun

tak diajak oleh mereka berdua, lagipula lebih baik ada yang menjaga para gadis agar memiliki

teman yang cukup berani jikalau ada hal yang diinginkan datang menghampiri mereka.

Tanpa menggunakan mobil, Kevin dan Robby tengah santai berjalan diturunan jalan

berbatu menuju sungai yang jaraknya dapat ditempuh 10 menit dengan berjalan kaki. Mereka

tampak bersemangat karena berharap akan ada ikan yang tersangkut dikailnya untuk dijadikan

hidangan dimalam hari.

Jalanan berbatu itupun mereka turuni cengan cepat. Sudah 4 menit berlalu saat mereka

meninggalkan villa. Dan mereka sudah sampai dipedesaan yang terletak dibawah bukit. Segera

mereka mengikuti salah satu gang untuk dapat sampai kesungai. 10 menit pun berlalu dan

mereka sudah sampai ditepian sungai yang jernih itu.

Baru saja sampai ketepian sungai, mereka sudah tersenyum disambut banyaknya ikan

yang berenang ditengah sungai yang tak terlalu dalam itu. Terlihat jelas ikan-ikan yang berenang

karena jernihnya air disana.

Tampak mereka sedang menggali tanah dengan sepatah ranting untuk mencari umpan

yaitu cacing. Karena tanah pinggiran sungai cukup gembur, mudahlah mereka untuk menggali

tanah. Beberapa cacing pun telah mereka dapatkan dan mereka masukkan kedalam wadah.

Walaupun mereka tak paham benar dengan cara memancing, namun mereka pastinya tahu jika

pelampung sudah bergoyang dan serasa tali pancing tertarik-tarik maka saat itulah pancing harus

disentak tali pancing harus digulung.

Tampak Kevin tengah duduk diatas batu datar yang cukup besar dilindungi pohon

sehingga tak terkena teriknya sinar matahari. Ia tengah mengaitkan cacing dengan kailnya.

Dicobanya ia melemparkan kail ketengah sungai dimana ikan-ikan tampak berkumpul disana.

Tak disangka, rupanya ikan-ikan itu malah kabur karena terkejut dengan kedatangan kail milik

Kevin. Sedikit kecewa Kevin menggerutu.

“Uh, kok malah lari sih, udah dikasih makanan bukannya dimakan”

Page 56: Kematian sosok misterius

56

Ditunggunya lagi hingga beberapa saat. Dan akhirnya beberapa ikan pun mulai mendekat

kearah kailnya. Dan yup! Kailnya sudah digigit oleh salah satu ikan. Ya walaupun tidak terlalu

besar, tapi itu adalah ikan pertamanya. Itu patut disyukuri.

***

Mereka pun pulang dengan membawa 3 ikan yang agak kecil dan 1 ikan yang cukup

besar. Karena tak bisa memasak dengan bumbu yang ribet, mereka pun hanya menggoreng ikan

itu.

Malam pun tiba dan saatnya bagi mereka untuk menyantap hasil tangkapan Kevin dan

Robby. Tampak mereka sangat menikmati hasil buruan itu dengan lahap walaupun ikan itu

hanya digoreng.

Selepas itu mereka terlihat bersantai yang masing-masing dari mereka ada yang berada

didapur, ada yang di halaman depan dan juga ada yang diruang tengah.

Aqhil yang tengah bersama Yenni dan Widya digetarkan oleh suara berat lelaki dari balik

jendela. “Kembalikan cincin kekasihku!”

Terdengar jelas suara itu sampai membuat mereka panik. Dengan segera mereka berlari

keruang tengah dan menemui Robby. Namun Robby tak mendengar apa-apa, dan ia pun tampak

tak percaya dengan apa yang dikatakan ketiga temannya itu.

Kemudian sosok berbaju putih dengan mata hitam yang pernah dilihat Yenni mengintip

dari balik jendela. Membuat mereka berempat tercengang dan berhamburan.

***

Kevin yang tengah bersantai didepan villa pun digegerkan dengan melihat lelaki sekitar

berumur 50 tahunan yang berjalan menuju kearahnya sambil membawa kemoceng dan sapu

lantai. Tampak bingung Kevin dengan kedatangan lelaki tua itu, karena kenapa ia harus datang

dimalam hari dan bahkan ia sudah tahu kalau villa ini sedang ditempati. Kenapa dia ingin beres-

beres? Gumamnya dalam hati.

Semakin dekat lelaki tua itu dengan pintu villa. Kemudian ia menyapa Kevin.

“le, tak reseki sek yo omahe”

Page 57: Kematian sosok misterius

57

“oh nggeh pak, monggo” jawab Kevin dengan pelan.

Lelaki itu pun melewati Kevin dan segera masuk kedalam villa. Tak disangka, dibagian

kepala lelaki itu tertancap sebilah pisau yang bersimbah darah. Lantas Kevin langsung berlari

masuk menghampiri lelaki itu. Namun tak ia dapati didalam villa, seketika lelaki itu menghilang

begitu saja. Ia pun bertemu dengann keempat temanny yang katanya juga diperlihatkan oleh

sosok wanita berambut panjang dengan sepasang bola mata hitam.

Mendengar cerita itu, Mereka segera memutuskan untuk langsung bersistirahat. Segera

Kevin mengunci pintu villa dan kali ini ia menyuruh semua temannya untuk tidur dikamar

utama. Tampak kegelisahan mereka memuncak. Tak mau ambil pusing, mereka terlihat sangat

berusaha untuk segera tidur.

Akhirnya mereka dapat tertidur juga dengan cepat. Mungkin karena efek tidur bersama.

Namun tak sampai satu jam mereka tertidur, suara pekikan minta tolong pun membangunkan

mereka.

“Tolong akuuuu!!!!!”

Seketika mereka terbangun dengan mata tertuju pada pintu keluar kamar yang terdapat

sosok perempuan yang bermata hitam itu tengah menatapi kelima remaja itu dengan tajam. Ia

lantas sedikit-demi sedikit berubah menjadi sosok yang cantik dan muda.

Ya, tepatnya berubah menjadi sosok wanita cantik yang ada dipigura dekat gudang villa.

Tiba-tiba Kevin dirasuki oleh hantu itu.

Page 58: Kematian sosok misterius

58

Setelah villa selesai dibuat, sepasang kekasih yang baru saja bertunangan dan ingin

menikah setelah menginap beberapa hari di villa milik orang tua Kevin itu merasa sangat senang.

Mereka pun menyewa villa tersebut untuk 3 hari. Sepasang kekasih itu tengah asik menikmati

kebersamaannya menuju pernikahan yang mereka dambakan. Sudah bertahun-tahun mereka

tunangan dan hampirlah saatnya tiba untuk menikah. Tampak lelaki paruh baya yang tampan

tengah menyembunyikan kotak cincin yang akan digunakannya didalam saku nya untuk melamar

gadis tunangannya bernama Rachel. Ia menyembunyikan didalam sakunya agar tidak terlihat

bahwa ia akan memberikan cincin untuk melamar Rachel. Alasa itulah kenapa ia tak ingin

menyimpannya dikamar utama yang ditempati mereka.

Namun sayang, cincin ini diketahui beberapa komplotan preman yang tinggal tak jauh

dari villa. Karena penyewa villa itu hanya 2 orang, mereka pun tak takut untuk membobol villa

agar mendapat cincin ratusan juta itu. Mereka pun merencanakan pencurian cincin yang sangat

menggiurkan mereka itu. Villa itu masih terlihat agak berdebu, membuat orang tua Kevin harus

mempekerjakan salah satu warga disana untuk membersihkan villa mereka agar layak ditempati

oleh sepasang kekasih bahagia itu.

Brian kekasih Rachel tampak tak keberatan dengan kondisi villa yang agak sedikit

berdebu, dia pun mengizinkan utusan pembersih villa untuk sementara tinggal bersama mereka

dan melakukan tugasnya sebagai pembersih villa.

Page 59: Kematian sosok misterius

59

Tampak mereka tengah asik memasang pigura besar yang tergambarkan mereka berdua

saling merangkul dan dirangkul. Sang pembersih villa pun tak ingin ikut campur dan hanya

memenuhi tugasnya.

Malam pun tiba, dimana Brian rasa ia harus melamar kekasihnya itu malam ini juga.

Menunggu kekasihnya yang sedang membersihkan diri, ia pun sedikit berkeliling diluar

villa menyusuri setiap sudut villa. Terbayang dibenakknya untuk membeli villa itu suatu saat

nanti. Ia tampak tergiur dengan arsitektur bangunan dan lokasi yang sangat indah. Tibalah ia

didekat pohon besar dibelakang halaman vila itu. Sambil berkeliling melihat-lihat sekitar, ia pun

memperhatikan kotak berisi cincin yang dibawanya.

Tiba-tiba ia mendengar jeritan sang kekasih dari dalam. Segera Brian melangkahkan

kakinya dengan lebar. Karena begitu paniknya, ia pun tak sadar kalau ia telah menjatuhkan

cincin berharganya ketanah hitam yang basah sehingga suara jatuhnya kotak tidak terdengar dan

membuat kotak agak sedikit tenggelam.

Belum sampai kedalam villa, Brian sudah dihadang oleh salah satu perampok yang sudah

menjaga dari pintu belakang villa, karena pintu depan terlalu jauh dan masih dalam keadaan

terkunci. Dengan sedikit perlawanan, Brian memberontak menghajar perampok itu, namun

karena perampok itu membawa senjata tajam, ia pun sedikit kewalahan dan harus lebih banyak

mengindar dari tebasan pisau yang dibawa perampok itu.

Dengan ancang-ancang dan waktu yang tepat, perampok itu berhasil menusuk dada Brian

hingga Brian tumbang dengan mulut mengeluarkan darah dan mata yang terbuka.

***

Lelaki pembersih villa itu lantas segera menuju sumber suara dan mencoba

menyelamatkan Rachel, namun apa daya, lelaki itu langsung ditebas dengan ayunan pisau

panjang dibagian belakang kepalanya. Membuat histeris dan tak sanggup berbuat apa-apa.

Lantas perampok itu mengancam Rachel.

“Serahkan cincin berlian yang kau punya atau aku akan membunuhmu!”

Karena Rachel sudah mengerti bahasa Indonesia, ia pun segera menjawab dengan lugu

nya.

Page 60: Kematian sosok misterius

60

“cincin apa? Aku sama sekali tak membawa cincin ke villa ini!” teriaknya

“Jangan bohong! Kekasihmu membawa cincin berlian! Sekarang serahkan cincin itu!”

“tidak! Aku tidak tahu dimana cincin itu!”

“aaaah! Mati saja kau!”

Suara pisau merobek daging pun terdengar. Karena panik, para perampok itu membuang

mayat Rachel dekat lorong rahasia dibelakang villa, lain dengan Brian. Mereka membuangnya

bersama tukang pembersih villa yang masih tertancap dengan pisau jauh di semak-semak.

Page 61: Kematian sosok misterius

61

Melihat semua kenangan masa lalu villa ini yang sama sekali tak diketahui oleh orang

tuanya itu, Kevin tampak langsung menceritakan semua yang ia lihat saat dirasuki oleh sosok

yang ada di pigura itu. Dengan panjang lebar hingga detail ia menjelaskan semuanya pada

teman-temannya.

Lantas tanpa basa-basi mereka menyimpulkan bahwa sosok bernama Rachel itu ingin

mayatnya dikuburkan dengan layak. Segera mereka mencari cangkul dan skop yang mungkin

ada digudang. Ternyata memang ada, mereka segera membawa alat itu menuju lorong rahasia

yang ada dihalaman belakang villa.

Dengan mental yang cukup tertekan mereka beranikan diri untuk menyorotkan senter

kedalam lubang yang rupanya tak dalam itu. Tampak sosok Rachel yang hanya tinggal kerangka

itu masih utuh. 2 dari mereka, Kevin dan Robby pun lantas masuk kedalam lubang yang memang

hanya muat untuk 2 orang. Segera mereka mengangkat kerangka tubuh itu keatas dekat teman

lainnya berpijak.

Dikuburkannya kerangka itu didekat pohon besar tak jauh dari lubang itu. Segera mereka

juga mencari 2 kerangka sisa milik Brian dan pembersih villa yang berada disemak-semak. Tak

butuh waktu lama, mereka pun menemukan kerangka itu dan segera mengangkatnya kesamping

kuburan kerangka milik Rachel.

Karena sudah terlalu malam, mereka pun tak bersuara dan terus bergerak menggali dan

menguburkan kerangka itu disamping kuburan Rachel. Tampak sepertinya arwah mereka

berkumpul dan saling membentuk segitiga. Cahaya putih terang muncul dari balik awan dan

Page 62: Kematian sosok misterius

62

menyambar mereka. Seketika sosok mereka yang mengerikan berubah menjadi cantik dan

tampan. Tersenyum mereka melihat remaja yang telah menyelamatkan mereka dari perangkap

dunia.

Namun mereka kelihatan bingung, terutama Brian. Rupanya dia baru ingat bahwa kotak

cincinnya terjatuh didekat pohon. Namun ia tahu cincin itu telah ditemukan oleh Aqhil.

“Aku ingin cincinku dikembalikan” gumam Brian.

“oh maaf, jadi cincin itu milik anda?” dengan begitu Aqhil melembarkan cincin itu

kearah Brian karena ia sedikit takut. Namun Brian menangkap dengan baik dan langsung

melamar Rachel.

“Maukah engkau menjadi istriku? Tak usah dijawab, pakai saja cincin ini dan jawablah

ketika kita sudah sampai dialam selanjutnya” Tanya nya dengan tersenyum malu.

Tampak Rachel sangat senang dengan romasntisnya Brian. Dengan tersenyum mereka

mengucap.

“Terima kasih”

“iya”

“iya”

“tentu saja”

Jawab kelima remaja itu dengan senyum yang lebar pula karena terharu melihat sepasang

kekasih yang masih dapat mengungkapkan cintanya walaupun sudah tiada.

Page 63: Kematian sosok misterius

63