KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY)...

21
KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) DI KALANGAN REMAJA RURAL DI KABUPATEN LAMONGAN (Oleh : Misbah Zaenal Muttaqin) ABSTRAK Seiring dengan perubahan masyarakat yang telah memasuki abad ke 21, dunia telah disuguhi perubahan industri media yang begitu pesat. Pertumbuhan pesat sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, sehingga muncul berbagai macam bentuk media sosial yang berkembang diseluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali di kalangan masyarakat rural di Kabupaten Lamongan. Akan tetapi dalam realita dewasa ini tidak sedikit para remaja yang terjebak pada sifat ekses. Fenomena tersebut yang menjadi perhatian peneliti untuk mengetahui gambaran kemampuan literasi media di kalangan remaja rural di Kabupaten Lamongan. Peneliti menggunakan konsep Individual Competence Framework untuk mengetahui gambaran kemampuan literasi media yang ditinjau dari technical skills, critical understanding dan communicative abilities. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan lokasi penelitian di Kabupaten Lamongan yang difokuskan pada remaja. Sedangkan pengambilan sampel, peneliti menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sebanyak 100 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat technical skills remaja rural dalam tataran medium, sedangkan critical understanding dalam tataran basic, sedangkan communicative abilities dalam tataran advanced. Sedangkan faktor pendidikan non formal yang didapatkan dari keluarga, sangat jarang sekali ada suatu diskusi ataupun kumpul dengan membahas suatu permasalahan, meskipun demikian juga dapat diketahui melalui tabel silang bahwa pendidikan non formal dari keluarga tidak berdampak terhadap tingkat literasi media remaja rural. Sementara itu, berdasarkan tabel silang justru faktor peer group yang berdampak pada tingkat literasi media remaja rural. Dalam hal ini menunjukkan bahwa remaja rural yang aktif berkontribusi dalam kelompok bermain, mereka akan lebih kritis terhadap berbagai jenis informasi baru yang didapatkan, dari pada remaja yang jarang aktif dalam peer group. Kata Kunci : Literasi media, media sosial, remaja rural, Individual Competence Framework. ABSTRACT Along with changes in the community who has entered the 21st century, the world has peddled change media industry was so advanced. Rapid growth at the moment is strongly influenced by technological progress, so it appeared a great variety of the form of social media that develops in all levels of society, no exception in the rural community in Lamongan. However in reality today not a few of the youth who is stuck in the nature of excesses. This phenomenon that

Transcript of KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY)...

Page 1: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) DI KALANGANREMAJA RURAL DI KABUPATEN LAMONGAN

(Oleh : Misbah Zaenal Muttaqin)

ABSTRAK

Seiring dengan perubahan masyarakat yang telah memasuki abad ke 21,dunia telah disuguhi perubahan industri media yang begitu pesat. Pertumbuhanpesat sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, sehingga muncul berbagaimacam bentuk media sosial yang berkembang diseluruh lapisan masyarakat,tidak terkecuali di kalangan masyarakat rural di Kabupaten Lamongan. Akantetapi dalam realita dewasa ini tidak sedikit para remaja yang terjebak pada sifatekses. Fenomena tersebut yang menjadi perhatian peneliti untuk mengetahuigambaran kemampuan literasi media di kalangan remaja rural di KabupatenLamongan. Peneliti menggunakan konsep Individual Competence Frameworkuntuk mengetahui gambaran kemampuan literasi media yang ditinjau daritechnical skills, critical understanding dan communicative abilities. Penelitian inimenggunakan metode deskriptif, dengan lokasi penelitian di KabupatenLamongan yang difokuskan pada remaja. Sedangkan pengambilan sampel,peneliti menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlahsebanyak 100 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkattechnical skills remaja rural dalam tataran medium, sedangkan criticalunderstanding dalam tataran basic, sedangkan communicative abilities dalamtataran advanced. Sedangkan faktor pendidikan non formal yang didapatkan darikeluarga, sangat jarang sekali ada suatu diskusi ataupun kumpul denganmembahas suatu permasalahan, meskipun demikian juga dapat diketahui melaluitabel silang bahwa pendidikan non formal dari keluarga tidak berdampakterhadap tingkat literasi media remaja rural. Sementara itu, berdasarkan tabelsilang justru faktor peer group yang berdampak pada tingkat literasi mediaremaja rural. Dalam hal ini menunjukkan bahwa remaja rural yang aktifberkontribusi dalam kelompok bermain, mereka akan lebih kritis terhadapberbagai jenis informasi baru yang didapatkan, dari pada remaja yang jarangaktif dalam peer group.

Kata Kunci : Literasi media, media sosial, remaja rural, Individual Competence Framework.

ABSTRACT

Along with changes in the community who has entered the 21st century, the worldhas peddled change media industry was so advanced. Rapid growth at themoment is strongly influenced by technological progress, so it appeared a greatvariety of the form of social media that develops in all levels of society, noexception in the rural community in Lamongan. However in reality today not afew of the youth who is stuck in the nature of excesses. This phenomenon that

Page 2: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

concern researchers to know the ability media literacy among teenagers rural inLamongan. Researchers used the concept of individuals competence framework toknow the ability media literacy in terms of technical skills, critical understandingand communicative abilities. This research uses quantitative methods descriptive,with research locations in the district of lamongan focusing on teenagers. Whilein the sample, researchers used a multistage method random sampling of samplesfrom 100 respondents. The result of this research shows that the level of technicalskills teenagers in rural landscape medium, while critical understanding of basicin landscape, while communicative abilities in advanced landscape. While factorseducation non-formal or of the family, is very rare a discussion or a with discussthe problem, nevertheless is also through table cross tab that non formaleducation of the family had no impact on the media literacy. Meanwhile, based ontable cross it factors peer group resulting in the level media literacy ruralteenagers. In this shows that teenager rural active contribute to play groups, theywill be more critical of various kinds of new information was obtained, from inadolescents who rarely active in peer group. It was because teenagers ruralalways ask and asked the opinions of others when there is new information theyget.

Keywords: media literacy, social media, rural teenagers, individual competenceframework.

PENDAHULUAN

Seiring dengan perubahanmasyarakat yang telah memasukiabad ke 21, dunia telah disuguhiperubahan industri media yangbegitu pesat. Pertumbuhan pesatpada saat ini sangat dipengaruhi olehkemajuan teknologi, sehinggamuncul berbagai macam bentukmedia yang berkembang di seluruhlapisan masyarakat. Sedangkanmedia yang sangat berpengaruh yaitumedia sosial seperti facebook,twitter, line, danlain sebagainyayangpada saat ini sangat marak dimasyarakat khususnya remaja, baikdari kalangan remaja urban maupunrural dan tidak peduli dari kalanganekonomi ke atas hingga ekonomi kebawah. Hadirnya mediamenimbulkan berbagai dampak

positif maupun negatif dan sikapkonsumtif bagi masyarakat. Akantetapi dalam realita dewasa ini, tidaksedikit remaja yang terjebak padasifat ekses. Fenomena tersebutmenjadi persoalan yang sangatmenarik untuk dijadikan sebagaibahan penelitian.

Penelitian dan kajian ini yaitutentang kemampuan literasi mediadengan sasaran remaja rural diKabupaten Lamongan. Mengingatpenelitian sebelumnya belum adayang mengkaji dalam prespektifremaja rural, sedangkan literasi itusendiri erat kaitannya dengan kondisikontekstual yang menyebabkanperbedaan kemampuan literasi antararemaja urban dan remaja ruralmaupun antar kelompok. Sedangkanremaja rural pada saat ini semakin

Page 3: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

menunjukkan eksistensinya di duniamaya, yang secara tidak langsungdapat membentuk pola pikir mereka.Dengan demikian peran media dapatmerangsang tentang apa sebenarnyamakna dan implikasi media terhadapnilai moral khalayak. Menurutpenjelasan Tester (2003), adanyamedia juga diharapkan individumenjadi sadar terhadap berbagaikewajiban moral mereka bagi yanglain, lebih jauh bisa ditegaskanbahwa berkat dan melalui mediakeprihatinan moral dan persoalan-persoalan moral diciptakan dandiekspresikan dalam situasi sosial.

Menurut data dari hasilpenelitian Webershandwick (2015),perusahaan public relations danpemberi layanan jasa komunikasi,untuk wilayah Indonesia ada sekitar65 juta pengguna facebook aktif.Sebanyak 33 juta pengguna aktif perharinya, 55 juta pengguna aktif yangmemakai perangkat mobile dalampengaksesannya per bulan, dansekitar 28 juta pengguna aktif yangmemakai perangkat mobile perharinya. di Indonesia disebutkanbahwa 61.1% pengguna internetkhususnya facebook didominasi olehpara remaja usia 14-24 tahun.Dengan adanya media memangdimanfaatkan oleh remaja dalammenunjukkan eksistensinya, akantetapi hal tersebut juga dimanfaatkanoleh berbagai pihak yang tidakbertanggung jawab untuk melakukanberbagai kejahatan dan pelanggaransosial, seperti adanya prostitusionline, kasus pencemaran nama baik,sarana bullying, tempat perjudianonline, bahkan media jugadijadikanruang informasi pornografi.Banyaknya kasus tersebut jugadiliput oleh Tech in Asia (2004) yang

merupakan komunitas pelaku starupdi Asia. Di dalamnya disebutkanbahwa di Indonesia terjadi kenaikanpelaporan kasus di tahun 2013hingga 2014, sekitar 53% (41 kasusdari 72 kasus UU ITE) terjadi ditahun 2014.

Maraknya berbagai fenomenanegatif tersebut direspon dengankeresahan oleh berbagai kalanganmasyarakat, serta telah membuktikanbahwa keberadaan kita yang selaludekat dari media tidak diiringidengan kemampuan untukmelakukan literasi media ataumengkritisi pesan yang disampaikanoleh media dengan baik, sehinggamasyarakat asal-asalan dalammenanggapi berbagai pesan yangdisampaikan oleh media. Kejadiansemacam ini bukanlah sesuatu yanganeh jika melihat berbagai faktoryang ada, diantaranya yaitukecanggihan media yang bisaberinteraksi tanpa harus bertatapmuka sehingga remaja bisa bebasberinteraksi tanpa berpikir secaramatang, pemberitaan media yangmereduksi fakta dapat menghasilkankenyataan semu sehingga remajasulit dalam membedakan mana pesanyang benar dan tidak.

Peneliti tertarik melakukanpenelitian dan kajian terkaitkemampuan literasi media diKabupaten Lamongan bukan berartitanpa alasan. Dalam hal inidisebabkan karena KabupatenLamongan merupakan salah satudaerah yang masuk ke dalam wilayahmasyarakat rural yang secara sadarmaupun tidak sudah dihadapkandengan bagaimana cara untukmengoptimalkan kemampuan literasimedia, sehingga moral dan

Page 4: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

kekritisanakan terbentuk. Sementaraitu faktor pendidikan non formalyang diperoleh remaja di Lamonganjuga bisa dijadikan acuan untukdapat mengkritisi media. Pendidikannon formal yang dimaksud disinibisa dari keluarga maupun tempatbermain. Secara garis besar tingkatpendidikan non formal yangdiperoleh juga dapat berpengaruhbesar terhadap kemampuanseseorang dalam hal literasi mediadan menanggapi berbagai pesanmedia.

Dengan demikian, penelitianini menjadi penting untuk dilakukankarena remaja rural di KabupatenLamongan harus terhindar dariberbagai dampak negatif mediasosial yang merugikan, denganharapan remaja rural dapat berliterasidan tetap bisa menunjukkaneksistensinya melalui media sosialtanpa harus menimbulkan korbanatau bahkan menjadi korban. Hal iniyang melatarbelakangi penelitian inidilakukan dengan judul“Kemampuan Literasi Media (MediaLiteracy) di Kalangan Remaja Ruraldi Kabupaten Lamongan” denganharapan remaja rural dapat berprosesmenjadi remaja yang tidak sajaliterate, tetapi juga dapatmembedakan berbagai isi mediasosial dengan kritis. Dengandemikian dapat dirumuskan berbagaifokus permasalahan, yaitu bagaimanapemanfaatan media sosial dikalangan remaja rural di KabupatenLamongan, bagaimana gambarankemampuan literasi media (medialiteracy) di kalangan remaja rural diKabupaten Lamongan, sertabagaimana faktor pendidikan nonformal berdampak pada kemampuan

literasi media (media literacy) remajarural di Kabupaten Lamongan.

METODE DAN PROSEDURPENELITIAN

Metode yang digunakanpeneliti adalah deskriptif kuantitatif,yang dimaksudkan untukmenyelidiki keadaan, kondisi atauhal lain-lain tanpa mengubah,menambah atau mengadakanmanipulasi terhadap objek yangditeliti (Arikunto, 2010). Penelitianini akan menggunakan survei sebagaimetode pengumpulan data yangmemungkinkan untukmengeneralisasi suatu gejala sosialtertentu kepada gejala sosial denganpopulasi yang lebih besar, yakni diKabupaten Lamongan. Sedangkandalam pengambilan sampelmenggunakan teknikmultistagerandom sampling, di mana pemilihanelemen anggota sampel dilakukansecara bertahap dengan total 100responden yang dijadikan sampelpenelitian.

Tahapan yang pertama yaitumendata semua wilayah yang ada diKabupaten Lamongan, danselanjutnya memilih secara acak(random) beberapa dari semuawilayah Kabupaten Lamongantersebut. Kedua memilih secara acak(random) beberapa kecamatan daribanyaknya kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Lamongan yangtelah terpilih. Selanjutnya memilihsecara acak (random) beberapa Desadari Kecamatan yang ada di wilayahKabupaten Lamongan yang telahterpilih tersebut.Dari beberapa Desayang terpilih, berdasarkan kriteriaresponden yang telah peneliti tulissebelumnya, akan dipilih remaja dari

Page 5: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

rentang usia 12 sampai dengan 21 tahun dalam Desa tersebut sebagairesponden dalam penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Media Sosial diKalangan Remaja Rural

Perkembangan media yangbegitu pesat di semua kalanganmasyarakat membuat suatuperubahan dalam kehidupan, di manasemua masyarakat khususnya remajaakan menjadikan media sebagai alatuntuk menunjang kehidupan sehari-hari mereka, mulai dari untukmencari informasi maupun dijadikansebagai gaya hidup. Perkembanganmedia sosial ini sangat cepat terjadidi lingkungan remaja, tidakterkecuali di lingkungan remajarural.

Remaja menurut psikologimerupakan suatu periode transisi darimasa awal anak anak hingga masaawal dewasa, yang memasuki usia 10sampai dengan usia 12 tahun danberakhir pada usia 18 tahun hingga21 tahun. Menurut Santrock (2003)pada transisi sosial remajamengalami perubahan dalamhubungan individu dengan manusialain yaitu dalam emosi, kepribadian,dan peran dari konteks sosial dalamperkembangan. Sedangkan ruralmenurut Paul H. Landis (1948),merupakan wilayah yang jumlahpenduduknya kurang dari 2.500 jiwadengan ciri-ciri bahwa merekamempunyai pergaulan hidup yangsaling mengenal, selain itu adapertalian perasaan yang sama tentangkesukuan, serta usaha yang palingumum adalah agraris dengandipengaruhi alam sekitar. Paul H.

Landis juga menjelaskan bahwabesar kecilnya pengaruh alamterhadap pola kebudayaan tradisionalditentukan oleh ketergantunganterhadap alam, sistem produksi, danjuga tingkat teknologi yang dimiliki.Sedangkan pada saat ini sudahbanyak remaja rural yang memilikiberbagai bentuk kecanggihanteknologi seperti handphone yangdapat digunakan untuk mengaksesmedia sosial.

Dapat diketahui bahwapenggunaan media sosial dimasyarakat khususnya remaja tidakakan terlepas dari kegiatan untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari.Angela Kearney, UNICEF CountryRepresentative of Indonesia dalamkompas online (2014), remaja selalutertarik untuk belajar hal-hal baru,namun terkadang mereka tidakmenyadari risiko yang ditimbulkan.Beberapa motivasi remaja untukmengakses internet yaitu untukmencari informasi, terhubung denganteman, dan untuk hiburan. DalamStudi ini juga mengungkapkanbahwa 69% responden menggunakankomputer untuk mengakses internet,34% menggunakan laptop, 52%menggunakan ponsel, 21%untuk smartphone dan hanya 4%untuk tablet.

Hadirnya media sosialmemang seperti candu bagi remajadalam menggunakan media sosial,bahkan media sosial pada saat inibisa disebut sebagai kebutuhanpokok. Fenomena seperti ini

Page 6: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

memang sudah tidak dapatdihindarkan karena kehadiran mediasudah merambah di seluruh lapisanmasyarakat, mulai dari masyarakatperkotaan sampai masyarakatpedesaan. Bahkan menurut hasilpenelitian yang pernah di lakukan diKanada oleh Environics ResearchGroup (2001) terkait denganintensitas penggunaan media sosial.Didapatkan hasil bahwa intensitaswaktu yang digunakan untukmengakses media sosial yaitu denganrata-rata 1-3 jam setiap kalimengakses.

Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia, pemanfaatanmeerupakan proses, cara, danperbuatan memanfaatkan sesuatu.Sedangkan menurut Seels andRichey (1994),pemanfaatan ialahaktivitas menggunakan proses dansumber belajar.Jika dihubungkandengan penelitian ini, makapemanfaatan dapat diartikan sebagaiproses, cara dan perbuatanpemanfaatan penggunaan mediasosial. Sedangkan untuk mengetahuigambaran pemanfaatan media sosialyang dilakukan oleh remaja rural,peneliti mengacu pada penelitianWayne Buente dan Alice Robbin(2008). Beberapa dimensipemanfaatan media yang ditelitidiantaranya yaitu tentang informasi,hiburan, komunikasi, dan jugatransaksi. Dimensi pemanfaataninformasi dapat dikatakan sebagaibentuk pemanfaatan media untukmendapatkan berita maupuninformasi secara online. Dimensikesenangan yaitu salah satupemanfaatan untuk hiburan. Selainitu Horrigan (2002) mengungkapkanbahwa pemanfaatan berbagai fiturseperti chatting juga merupakan

bagian dari kesenangan yangdidapatkan dari media sosial.Sementara itu dimensi transaksidapat diartikan sebagai bentuk jualbeli produk online.

Kemampuan Literasi MediaDalam Prespektif IndividualCompetence Framework

Literasi media menurutBaran & Denis dalam Tamburaka(2013), merupakan suatu rangkaiangerakan melek media, yaitu: gerakanmelek media dirancang utukmeningkatkan kontrol individuterhadap media yang merekagunakan untuk mengirim danmenerima pesan. Melek mediadilihat sebagai ketrampilan yangdapat dikembangkan dan beradadalam sebuah rangkaian dimana kitatidak melek media dalam semuasituasi, setiap waktu dan terhadapsemua media. Berdasarkanpernyataan tersebut dapat diketahuibahwa literasi media merupakansuatu upaya yang dilakukan individusupaya mereka sadar terhadapberbagai bentuk pesan yangdisampaikan oleh media, sertaberguna dalam proses menganalisadari berbagai sudut pandangkebenaran, memahami, mengevaluasidan juga menggunakan media.

Jika dilihat dari IndividualCompetence Framework dari FinalReport Study on Assessment Criteriafor Media Literacy Level (2009)yang diselenggarakan oleh EuropeanCommission, kemampuan literasimedia merupakan kapasitas individuyang berkaitan dengan melatihketerampilan tertentu (akses, analisis,komunikasi). Kompetensi iniditemukan dalam satu bagian yang

Page 7: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

lebih luas dari kapasitas yangmeningkatkan tingkat kesadaran,kekritisan dan kapasitas kreatif untukmemecahkan permasalahan.Kompetensi Individual competencesmemiliki tiga variabel, yaitukemampuan individu yang terdiridari technical skill dan criticalunderstanding, serta kompetensisosialyang berupacommunicativeabilities. Berikut merupakanpenjelasan ketiga faktor tersebut :

2.1. Kemampuan Personal

a. Technical Skills

Pada tataran ini, seorangindividu mampu menggunakanmedia sosial untuk dapatdimanfaatkan. Menurut IndividualCompetenceFramework,technical skillmerupakan kemampuan teknikdalam menggunakan mediainternet khususnya media sosial,di mana seseorang dapatmengakses dan mengoperasikanmedia sosial secara tepat. Padatechnical skill ini juga di jelaskanbahwa terdapat beberapa dimensi,yaitu :

Computer and internet skills,dalam penelitian ini akanlebih difokuskan padapenggunaan media sosial.Berdasarkan IndividualCompetence Framework(2009),media banyak sekalidigunakan oleh individu, olehsebab itu individu perlumemahami semua jenisintruksi pada media sosialserta strategi yang tepat untukmengaplikasikannya.Sedangkan Taylor (1991)berpendapat dalam hal

penggunaan media maupuninformasi dibagi menjadi duabagian, yaitu formalized yangdiartikan bahwa individuyang menggunakan mediamaupun informasi akanmeminta panduan ataubantuan orang lain, sehinggaindividu tersebut bergantungpada kemampuan seseorangdalam memahami fungsi darisalah satu fasilitas yang adapada media sosial tersebut.Sedangkan jika mampumengaplikasikan sistemuntuk memenuhikebutuhannya,maka disebutdengan compromized.

Advanced internet use.Berdasarkan penjelasandalam Individual CompetenceFramework (2009),penggunaan media secaratinggi merupakan bagiankemampuan menggunakanmedia, seperti pengunaaninternet khususnya mediasosial. Untuk mengetahuikemampuan ini dapat dilihatdari hasil keseluruhanpenelitian. Salah satu bentukpenggunaan media sosialmenurut EuropeanCommission yaitumemanfaatkan berbagai fitur.Nicholas (1997), hal ersebutmerupakan suatu hal tentangpersonalitas yangberhubungan dengansemangat dalam menemukanberbagai cara untukmengakses media sosialsecara sistematis, sertakemampuan dalam

Page 8: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

mendapatkan informasi yangberkaitan dengan hal tersebut.

b. Critical Understanding

Menurut IndividualCompetence Framework, dalamtataran ini merupakan kemampuankognitif dalam menggunakanmedia seperti kemampuanmemahami, menganalisis, danmengevaluasi konten media sosialsecara komprehensif. Berikut inidijelaskan berbagai dimensitentangcritical understanding:

Understanding media contentand its functioning, di manaindividu dapat memahamipesan yang disampaikan olehmedia. Selain itu juga adakemampuan memahamikonten dan fungsi media yanglebih ditekanan pada mediasosial. Dalam hal keaktifanindividu untuk mencarikeakuratan informasi juga dijelaskan oleh Tibbo (2003), dimana proses pengecekaninformasi dapat disebutsebagai verifying, didalamnya terdapat prosesmenilai serta memeriksakeakuratan informasi.Sementara itu, Hepworth(1999) juga pernah menelitibahwa sebagian besar sikapseseorang dalammengevaluasi informasisecara kritis masih belumoptimal.

Pengetahuan tentang regulasimedia (knowledge aboutmedia and media regulation),merupakan pengetahuantentang undang undang yangmenekankan kesadaran

terhadap peraturan dan fungsidari media. Ukuran medialiteracy berdasarkanEuropean Commission 2009dapar diukur daripengetahuan tentang undang-undang tentang media, akantetapi juga dijelaskan bahwayang lebih penting adalahbagaimana prilaku dalammemanfaatan media sosial.Sementara itu pengetahuantentang literasi media juga dijelaskan oleh Levin (1988),bahwa awal pendidikanliterasi media akanditekankan oleh orang tuauntuk menekankan nilaidalam memilih program, sertapengaturan media.

Perilaku pengguna mediasosial (uses behavior),menurut IndividualCompetence Framework(2009)dijelaskan bahwaperilaku menggunakan mediadapat memberikan wawasandalam menyikapi mediaseperti pengecekan informasibaru dan juga tampilanidentitas dalam akun mediasosial. Menurut Ellis (1989),melakukan pengawasanterhadap informasi yangmutakhir itu penting, diamenyebut hal tersebut sebagaiproses monitoring. Prosestersebut dilakukan untukmengikuti serta menjagaperkembangan informasiterbaru dalam suatu bidangdengan cara berkala.Sementara itu terkait denganpengisian data identitas jugadibahas oleh Littlejohn

Page 9: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

(2009), bahwa seseorangyang terlibat dalam hubunganakan mengatur batasan padadirinya terkait dengan apayang bersifat umum danpribadi, serta apa yangseharusnya di tampilkan dantidak.

2.2 Kompetensi Sosial

Communicative abilities,dalam hal ini dijelaskan bahwaseorang individu mempunyaikemampuan membangun relasisosial serta berpartisipasi dalammasyarakat melalui media sosial.Kemampuan tersebut dapat dilihat dari pemanfaatan mediasosial seperti chatting,berkomentar maupun menulisstatus. Sedangkan menurutHorrigan, penggunaan fitur sepertikomentar dan chatting merupakanbagian dari kesenangan yangdidapatkan dari media sosial.Bentuk kemampuan komunikasijuga diungkapkan oleh Yusup(2010), di mana komunikasi dapatdiartikan sebagai hubungan sosialyang dinamis antara perorangan,kelompok dengan kelompok, danjuga perorangan dengankelompok. Selanjutnya Yusufjuga menjelaskan bahwa bentukkomunikasi tersebut bisa berupahubungan sosial dengan kontaklangsung atau face to face(hubungan sosial primer), ataupunhubungan melalui perantaraseperti media sosial (hubungansosial sekunder).

Citizen participation,mencakup partisipasi dalammenanggapi berbagai statusmaupun artikel dalam media

sosial. Dalam menanggapiberbagai pesan tersebut jugaperlu dilihat suatu penekanangaya penulisan. Derk, Bos,dan Von Grumbkow (2008)menyatakan bahwamenggunakanemoticon ketikaberinteraksi melalui mediasosial dapat dijadikan sebagaipengganti nonverbal yangberfungsi sebagai perilakutatap muka yang dilakukansecara online dan jugamemiliki dampak interpretasisebuah pesan.

Content creation, dalam halini individu mampu untukmengkreasikan media sosial.Individual CompetenceFramework menjelaskanbahwa mengkreasikan kontenadalah bentuk darimenampakkan diri, dapatberupa penggunaan alatkomunikasi yang ada dalammedia sosial tersebut dan jugabeberapa hal teknis yangkompleks.

Dari beberapa indikatoryang telah dijelaskan tersebut,European Commission 2009dalam Individual CompetenceFramework membagi kemampuanmengkritisi media menjadi 3tingkatan, diantaranya yaitu:

1. Basic: Kemampuan dalammengoperasikan ataumemanfaatkan media tidakterlalu tinggi, kemampuandalam menganalisa kontenmedia tidak terlalu baik, dankemampuan berkomunikasilewat media terbatas.

2. Medium: Kemampuanmengoperasikan atau

Page 10: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

memanfaatkan media cukuptinggi, kemampuan dalammenganalisa danmengevaluasi konten mediacukup bagus, serta aktifdalam memproduksi kontenmedia dan berpartisipasisecara sosial.

3. Advanced: Kemampuanmengoperasikan ataumemanfaatkan media sangattinggi, memiliki pengetahuanyang tinggi sehingga mampumenganalisa konten mediasecara mendalam, sertamampu berkomunikasi secaraaktif.

Pemahaman lain tentangmengkritisi media sebenarnya jugadiulas oleh Dauglas Kellner (2010),di mana masyarakat dapat menolakpengaruh pesan yang dominan dalammedia dan penciptanya sertapemanfaat individu. Media dapatdifilter dengan menggunakan budayayang dimiliki oleh masyarakatsebagai sumber pemberdayaan diridan menciptakan makna identitas danbentuk kehidupan mereka, sehinggadapat diartikan bahwa masyarakatkhususnya remaja dalam halmemanfaatkan juga dapat menolakisi pesan yang disampaikan olehmedia, oleh sebab itu dibutuhkansikap kritis dan juga melakukan filterterhadap isi pesan yang disampaikanoleh media.

Keterkaitan Faktor PendidikanNon Formal TerhadapKemampuan Literasi Media

Berbicara tentang pendidikantentu saja tidak akan terlepas daripendidikan formal dan jugapendidikan nonformal. Sebagian

besar remaja rural di KabupatenLamongan sudah mendapatkanpendidikan formal, mulai darisekolah dasar bahkan sampai kejenjang perguruan tinggi negeri.Sedangkan pendidikan non formalmereka dapatkan dari lingkungansekitar, mulai dari keluarga sampaidengan tempat bermain. MenurutSoelaman Joesoef (1992),pendidikan non formal adalah setiapkesempatan di mana terdapatkomunikasi yang terarah di luarsekolah dan seseorang memperolehinformasi, pengetahuan, latihanmaupun bimbingan sesuai dengantingkat usia dan kebutuhan hidup,dengan tujuan mengembangkantingkat keterampilan, sikap dan nilaiyang memungkinkan baginyamenjadi peserta yang efesien danefektif dalam keluarga, pekerjaanbahkan masyarakat dan negaranya.

Dalam EuropeanCommission juga dijelaskan bahwamenggunakan pendidikan formaluntuk menunjukkan tingkat literasimedia tersebut adalah menyesatkan.Alasan tersebut karena menganggapbahwa media tradisional tidak pernahmemiliki tempat yang menonjoldalam pendidikan, dan media barurelatif diabaikan dalam kurikulum.Namun, jika suatu negara memilikikurikulum pendidikan media yangsangat efektif, warga akan lebihpercaya diri dalam berinteraksi danterlibat dengan segala bentuk umummedia.Permasalahan tersebut jugaterjadi di Indonesia, karena sejauh inipendidikan formal di Indonesia tidakmenerapkan kurikulum berbasisliterasi media. Oleh sebab itu, yangperlu menjadi perhatian adalah faktorpendidikan non formal yang diterima oleh remaja rural dari

Page 11: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

lingkungan sekitar mereka. Dalamhal ini bisa berasal dari lingkungankeluarga maupun peer group di manaremaja rural tinggal.

Fedorov (2002) jugamenyebutkan bahwa gerakan literasimedia sebenarnya sudahdikembangkan di berbagai negaraseperti Amerika Serikat (NewMexico Literacy Project), Kanada,Australia, serta Rusia. Sama halnyadengan apa yang ada dalamEuropean Commission, bahwa dalamkegiatan perkembangan literasimedia yang dijalankan denganpendidikan media tersebut telahdilakukan oleh lembaga swadayamasyarakat maupun lembaga yangbernaung dibawah perguruan tinggi.Dari penelitian tersebut diketahuibahwa kegiatan yang berkaitandengan adanya literasi media tersebutdijalankan oleh lembaga pendidikannon formal, dalam artian pendidikannon formal memiliki peran yangbegitu besar terkait denganpembelajaran sepanjang masatentang literasi media.

Pendidikan non formaldalam Individual CompetenceFramework dan juga Federovmemang tidak dijelaskan lebihspesifik lagi, akan tetapi berdasarkanprespektif tentang pendidikan nonformal akan selalu menuju padafaktor lingkungan keluarga dan jugapeer group. Atas dasar tersebut

peneliti ingin mengetahui keterkaitanantara kemampuan literasi mediayang dilakukan oleh remaja ruraldengan pendidikan non formal yangdidapatkan dari lingkungan keluargadan juga peer group.

Menurut Philip H. Coombsdalam Idris (1986), pendidikan nonformal adalah proses pendidikanyang diperoleh seseorang daripengalaman sehari-hari dengan sadaratau tidak sadar, pada umumnyatidak teratur dan tidak sistematis,sejak orang lahir sampai mati, sepertidi dalam keluarga, tetangga,pekerjaan, hiburan, pasar, atau didalam pergaulan sehari-hari.Pendidikan dalam keluarga adalahpendidikan yang pertama dan utamabagi setiap manusia.Sedangkan peergroup menurut Santrock (2002)adalah sekumpulan remaja sebayayang punya hubungan erat dan salingtergantung. Minat untukberkelompok menjadi bagian dariproses tumbuh dan berkembang yangdi alami pada masa remaja.Penjelasan tersebut bukan hanyasekedar kelompok biasa, akan tetapisebuah kelompok yang memilikikekhasan orientasi, nilai-nilai,norma, dan kesepakatan yang secarakhusus hanya berlaku dalamkelompok tersebut. Biasanyakelompok semacam ini memiliki usiasebaya atau biasa disebut peergroup.

Page 12: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Media Sosial yang DimanfaatkanRemaja Rural di KabupatenLamongan

Menurut Seels and Richey(1994) menyatakan bahwapemanfaatan adalah aktivitas yangmenggunakan proses dan sumberbelajar. Jika dihubungkan denganpenelitian ini, maka pemanfaatandapat diartikan sebagai proses, caradan perbuatan pemanfaatanpenggunaan media sosial yangdilakukan oleh remaja rural. Data dilapangan menyebutkan bahwa91%responden menggunakanfacebook,hal tersebut tidak berbeda dari hasilpenelitian Webershandwick. Hasiltemuan lain menunjukkan bahwa45% dari 100 responden memilihmenggunakan media sosial yangmenurut mereka cara penggunaannyalebih mudah. Berdasarkan hasilprobing yang disampaikan salah saturesponden, mereka enggan untukmenggunakan media sosial yangmenurut mereka ribet.

Wayne Buente dan AliceRobbin (2008) membagi beberapadimensi tentang pemanfaatan media,diantaranya yaitu tentang informasi,hiburan, komunikasi, dan juga untuktransaksi. Berdasarkan temuan datadi lapangan, 42% tujuan utamaremaja rural di Kabupaten lamonganketika mengakses media sosialadalah untuk mencari informasi.Sebagian besar remaja ruralmenghabiskan waktunya untukmengakses media sosial selama lebihdari 2 jam dengan jumlah responden

sebanyak 33% responden. Hal yangsama juga ditemukan di Kanada darihasil penelitianEnvironics ResearchGroup (2011), bahwa waktu yangdigunakan untuk mengakses mediasosial adalah rata-rata 1-3 jam setiapkali mengakses. Selain itu remajarural menggunakan handphone untukmengakses media sosial, denganrata-rata sejumlah 61% responden.Hal tersebut berbeda dengan hasilpenelitian yang dilakukan olehUNICEF Country Representative ofIndonesia, di mana penelitiantersebut menyebutkan bahwapenggunaan komputermenempatiurutan pertama.

Sedangkan untuk mengaksesmedsos, mereka menggunakanjaringan paketan hp, rata-ratatersebut berjumlah sangat signifikandengan 56% responden. Hal tersebutmemang tidak heran jika sebagianbesar dalam penggunaan gatgetmereka lebih banyak menggunakanhp, jadi dapat dikatakan darihandphone tersebut merekamenggunakan paketan data yangdapat terhubung ke media sosial.Selain itu remaja rural juga dapatdikatakan bahwa mereka tidak dapatdipisahkan dari akun media sosialyang mereka miliki.

Tingkat Literasi Media RemajaRural di Kabupaten Lamongan

Technical Skills

Literasi media dalamindikator iniyaitu kemampuanseseorang dalam mengakses mediasosial yang mereka miliki (European

Page 13: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

Commission, 2009). Disini penelitimenentukan seberapa besarkemampuan menggunakan mediasosial yang dilakukan oleh remajarural di Kabupaten Lamongan.Menurut Potter (2004), literasi mediamerupakan sebuah prespektif yangdapat digunakan ketika sedangberhubungan dengan media untukmenginterpretasi makna suatu pesanyang diterima. Seseorang akanmembangun prespektif tersebutberdasarkan struktur pengetahuanyang terkonstruksi dari kemampuanmenggunakan informasi.

Berbagai data yang didapattentang technical skill yaitu 39%responden membuat akun mediasosial dengan cara mendaftarsekaligus membuat email sendiri,37% remaja rural langsung mengisifoto, identitas diri, serta mencaripertemanan di media sosial denganberusaha sendiri, tetapi memintabantuan orang lain jika adakesalahan. Terkait kedua haltersebut, Taylor (1991)mengemukakan bahwa mendapatkaninformasi yang berkaitan dengankebutuhan seseorang untukmendapatkan panduan atau bantuanbisa disebut sebagaiformalized,sedangkan jika merekamampu dalam mengaplikasikansistem untuk memenuhikebutuhannya disebut dengancompromized.

Mengenai cara meningkatkanprivasi data dan konten mediasosial,39% responden memilihmembuka menu setting sehinggalebih efektif ketika mengatur privasi.Selanjutnya 44% remaja ruralmenggunakan dan memahamisebagian besar fitur yang ada,

meliputi chatting, menulis status,upload foto/video. Dalam kondisi iniberdasarkan ungkapan Nicholas(1997), merupakan suatu hal tentangpersonalitas yang berhubungandengan semangat untuk berhasilmenggunakan serta mampumengakses media sosial secarasistematis.Sedangkan dalammembagikan informasi, 46% remajarural menggunakan menu bagikan keberanda agar semua bisa melihat.Terkait dengan hal tersebut,European Commision 2009menyatakan bahwa seseorang yangberada pada kemampuan medialiteracy tipe mediummemilikikarakteristik sudah mengetahuibagaimana cara untukmengoperasikan serta menggunakanstrategi yang tepat dan bisa dibilangcukup tinggi.

Selanjutnya 68% remaja ruralmenelusuri kata sandi yang lupaketika dia akan membuka mediasosial tersebut, di mana remaja ruralmampu menelusuri akun mediasosial melalui email/no telepon untukmendapatkan password baru. Samadengan ungkapan dari Nicholas(1997), merupakan suatu hal tentangpersonalitas yang berhubungandengan semangat seseorang untukberhasil dalam menemukaninformasi, keinginan sertakemampuan untuk mengakses mediasosial secara sistematis.

Critical Understanding

Dimensi yang berkaitandengan critical understandingdiantaranya yaitu kemampuanmemahami konten dan fungsi mediasosial, pengetahuan tentang regulasimedia, serta perilaku penggunan

Page 14: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

media sosial. Hasil dari EuropeanCommission 2009 menyebutkanbahwa seseorang yang memilikipengetahuan dan pemahaman untukmenganalisis terhadap isi yang adapada media sosial dapatdikategorikan menjadi tiga bagian,yaitu advanced, medium, dan basic.Selanjutnya juga dijelaskan bahwapemahaman terhadap isi informasi dimedia sosial dapat disebut sebagaikemampuan kritis terhadap dampakpenggunaan media sosial.

Menurut Tibbo (2003) prosespengecekan informasi dapat disebutsebagai verifying, di dalamnyaterdapat proses menilai sertamemeriksa keakuratan informasiyang mereka cari dari berbagaisumber. Berdasarkan temuan data,sikap remaja rural ketikamendapatkan informasi baru dimedia sosial menunjukkan bahwamereka akan membagikan informasitersebut tanpa melakukan kroscekterlebih dahulu, prosentase tersebutsejumlah 34% responden. Jika dilihatdari European Commision 2009,maka remaja ruraldapatdikategorikan pada kemampuanmedia literacy tipe basic yangmemiliki karakteristik kemampuanmenganalisa konten tidak terlalubaik. Selanjutnya 43% akanmengabaikan ketika merekamenemukan informasi yang samatetapi berbeda pernyataan. Hasiltersebut sesuai hasil penelitianHepworth, bahwa sikap seseorangdalam mengevaluasi informasi secarakritis masih belum optimal jikahanya mengabaikan informasi. 42%responden membaca sebagianinformasi tanpa memahami informasiyang mereka dapatkan dari mediasosial.

Ellis (1989) memberikanpenjelasan bahwa pengawasanterhadap suatu informasi yang palingmutakhir itu penting, dia menyebuthal tersebut sebagai prosesmonitoring. Dalam satu mingguterakhir, remaja rural dapat dikatakanjarang mencari keterbaruan informasiyang dimuat di media sosial, dimanahanya 1-3 kali mencariinformasi yang up to date. MenurutPetronio dalam Littlejohn (2009:307)terkait pengaturan privasi, seseorangyang terlibat dalam hubungan akanmengatur batasan pada dirinya terkaitapa yang bersifat umum dan apayang pribadi, serta apa yangseharusnya di tampilkan dan tidak.Dengan definisi singkat tersebut,49% responden mengatur bentukprivasi dengan memberikan identitassamaran yang mengakibatkan susahuntuk di ketahui identitasnya.Sedangkan responden memilihalasan supaya lebih kekinian daningin tampil beda dari teman-temannya.

Remaja rural memilihmenampilkan semua identitas padamedia sosial meskipun data tersebutdi samarkan. Apabila merujuk padapenjelasan dari Littlejohn, haltersebut sangat berkaitan erat denganpembentukan identitas individu yangmencakup keseganan, kecemasan,dan penghindaran sosial.Jikamengenai UU ITE, 51% respondenternyata tidak tahu tentang adanyaundang-undang tersebut. Kondisitersebut seperti apa yangdisampaikan oleh salah saturesponden berikut ini :

“...dari dulu gak tahumas, ya ini baru tahudari masnya. Kalau

Page 15: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

menggunakan mediasosial ya yangsewajarnya aja gakpernah yang aneh-aneh” (R.20)

Dari pendapat yangdisampaikan oleh remaja ruraltersebut, semakin membuktikanbahwa hingga sampai saat ini masihbanyak remaja rural yang tidakmengetahui adanya undang-undangtersebut. Jika berdasarkan ukuranliterasi media dari EuropeanCommission 2009, criticalunderstanding memang diukur daripengetahuan tentang hak cipta, akantetapi yang lebih penting adalahbagaimana prilaku dalammemanfaatan media sosial.Sedangkan bagi yang sudah tahu,mayoritas mereka mengetahui dariorang tua maupun guru mereka, yaitutotal 22%. kondisi tersebut sesuaidengan penjelasan Levin (1988), dimana pada awal pendidikan literasimedia akan ditekankan oleh orangtua untuk menekankan nilai dalammemilih program, pengaturan media,serta pengembangan dari strategidalam mempromosikan mediasebagai alat untuk belajar. Selain itu34% responden menyatakan pernahmelakukan pelanggaran, 19diantaranya menyatakan tidak tahujika hal tersebut termasukpelanggaran UU ITE dan bisadipidanakan.

Communicative Abilities

Berbagai hal tentangkemampuan komuniksi dalamEuropean Commission 2009 yakniberkaitan dengan cara dalambersosialisasi menggunakan mediasosial, bentuk partisipasi remaja rural

melalui media sosial, serta produksikonten yang di lakukan remaja ruralmelalui media sosial yang merekamiliki. Dari data di lapangan, 45%pertemanan remaja rural di mediasosial lebih dari 750 orang, dimanamereka mencari teman barusebanyak banyaknya untuk semakinbanyak mendapatkan informasi.Terkait dengan dua hal tersebut,European Commision 2009menyatakan bahwa seseorang yangberada pada kemampuan medialiteracy tipe advanced memilikikarakteristik sudah pandai dalampenggunaan media.

Beberapa kegiatan sepertichatting, berkomentar, menulisstatus, hingga membagikanpostingan orang lain merupakanbentuk komunikasi yang dilakukanremaja rural. Data di lapanganmenyebutkan bahwa respondenmemilih jawaban terbanyak denganmengomentari status orang lain yaitusejumlah 33% responden. Dari keduadata tersebut, menurut Horrigan(2002) mengungkapkan bahwapemanfaatan berbagai fitur sepertiberkomentar dan chatting merupakanbagian dari kesenangan yangdidapatkan dari media sosial.Sedangkan European Commision2009 menyatakan bahwakemampuan literasi media dilihatdari kemampuannya dalam hubungankomunikasi dan juga menciptakanberbagai manfaat dengan adanyabanyak fitur di media sosial.

Untuk memperjelas setiappesan yang disampaikan kepadaorang lain, 44% responden memilihmengkombinasikan antara emoticondan kode tertentu. Hasil pada tabel3.36 tersebut didukung dengan

Page 16: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

adanya penelitian dari Derk, Bos,dan Von Grumbkow (2008). Hasildari penelitian tersebut menyatakanbahwa menggunakan tanda emoticonketika sedang berinteraksi melaluimedia sosial dapat dijadikan sebagaipengganti non verbal yang berfungsisebagai perilaku tatap muka yangdilakukan secara online dan jugamemiliki dampak pada interpretasisebuah pesan. Jika berkaitan dengansikap ketika mendapatkan suatupesan dari orang lain, merekamempunyai tujuan yang baik untukmembangun sebuah relasi dengancara segera membalas pesan yang iaterima. Hal tersebut sesuai denganapa yang dijelaskan oleh Yusup(2010:45) tentang komunikasi yangdiartikan sebagai hubungan sosialyang dinamis antar individu,kelompok dengan kelompok, danjuga individu dengan kelompok.

Remaja rural menghubungimelalui wall jika merekamendapatkan informasi yangberkaitan dengan orang lain. Dengandemikian juga sesuai denganpenjelasan Yusup (2010:45) tentangkomunikasi yang diartikan sebagaihubungan sosial yang dinamis.Selanjutnya Yusuf juga menjelaskanbahwa bentuk komunikasi tersebutbisa berupa hubungan sosial dengankontak langsung atau face to face(hubungan sosial primer), ataupunjuga hubungan melalui suatuperantara seperti media sosial danlain sebagainya (hubungan sosialsekunder). Kemudian mengenaiupaya remaja rural di KabupatenLamongan dalam memanfaatkanmedia sosial untuk mengundangseseorang, 43% menulis statuskemudian dikasih tag a friend supayalebih efisien.

Dari probing tersebut dapatmemberikan asumsi bahwa remajarural sudah mampu berkomunikasidengan baik dan efisien dalammemanfaatkan media sosial untukkepentingan komunikasi. Untukmengetahui intensitasberkomunikasi, 37% remaja ruralsangat sering berpartisipasi melaluimedia sosial, dimana lebih dari tujuhkali dalam kurun waktu satu minggu.Terkait hal tersebut EuropeanCommision 2009 memangmenyatakan bahwa literasi mediaseseorang dapat dilihat daripartisipasinya dengan masyarakatmelalui media sosial (citizenparticipation).Selain itu, 41%responden pernah membagikanpostingan orang lain denganmemberikan keterangan maupunpendapat. Selain itu, 51% respondenjuga bisa menghubungkan beberapamedia sosial yang mereka miliki.Beberapa responden menjawabmenghubungkan media sosialmereka dengan alasan lagi menjaditrend di lingkungan mereka mulaidari siswa smp sampai denganmahasiswa.

Bentuk Pendidikan Non Formalyang Diperoleh Remaja Rural

Pendidikan yang terjadi dilingkungan keluarga dapat dikatakansebagai pendidikan non formal.Menurut Philip H. Coombs dalamIdris (1986), pendidikan non formaladalah proses pendidikan yangdiperoleh seseorang dari pengalamansehari-hari dengan sadar atau tidaksadar, pada umumnya tidak teraturdan tidak sistematis, sejak oranglahir sampai mati, seperti di dalamkeluarga, tetangga, pekerjaan,

Page 17: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

hiburan, pasar, atau di dalampergaulan sehari-hari.

Beberapa hal tentangpendidikan non formal yaituintensitas berdiskusi, dimana 44%responden ternyata jarang melakukandiskusi. Sedangkan jika berdiskusi,maka ayah atau ibu mereka yangsering memberikan masukan ataupunmenyampaikan pendapat. Haltersebut tidak aneh jika melihatasumsi bahwa orang tua akanmemegang peran penting dalampembelajaran terhadap anakselainitu, mereka juga hanya menanggapidengan senang hati setiap komentarmaupun pendapat dari orang laintanpa ingin ber-argumen yangmenimbulkan suatu perdebatan, danjika berpendapat akan berbelitsehingga sulit untuk mengutarakanapa yang ingin mereka sampaikan.Kondisi tersebut jauh dari kata baik,menurut Pitfield dalam Moekijat(1993:146) komunikasi yang efektifakan dapat untuk dimengertisepenuhnya. Sedangkan apa yangterjadi dalam remaja rural sangatjauh dari kata efektif sehingga sulituntuk dipahami.

Menurut Johnson (2004),sebagian besar seseorang akanberinteraksi dengan orang lain yangmemiliki kepentingan yang sama,kelas sosial yang sama, dan sumberdaya yang sama. Sedangkan remajarural lebih aktif dan juga merasalebih nyaman berkumpul denganteman bermain atau genk merekadari pada berkumpul dengan temandari organisasi maupun tim olahragayang mereka ikuti, prosentase

tersebut berjumlah 47%. Samahalnya dengan penjelasan Johnson,bahwa alasan remaja rural lebihsering berkumpul dengan genkmereka yaitu karena kesamaan hobi,prosentase remaja rural yangmenjawab pertanyaan tersebut yaitusebesar 33%. Dengan adanyakesamaan tersebut, Johnson jugamengatakan bahwa akan terciptasuatu ikatan yang kuat antara orang-orang yang bersangkutan.

Remaja rural ketika ada suatuacara dalam kelompok temanbermain mereka, 48% hadir danantusias dalam acara tersebut, dalamhal tersebut juga sesuai denganpenjelasan santrock yangmengatakan bahwa peer groupmempunyai hubungan yang erat dansaling ketergantungan sertamempunyai kesepakatan sehinggaremaja rural akan hadir dan antusiasdi setiap acara yang ada dalamkelompok mereka. Sedangkan untukmengetahui kontribusi remaja ruraldalam kelompok, 47% respondenyang menjawab hanya aktif ketikaada acara saja. Sedagkan untukmengetahui seberapa sering remajarural berkontribusi dalam kelompok,data di lapangan menyebutkan bahwaremaja rural sering berkontribusi, dimana frekuensi yang menjawabsering yaitu 46%. Kondisi semacamini memang tidak dapat dihindarkanseperti apa yang di katakan olehJohnson bahwa akan tercipta suatuikatan yang kuat antara orang-orangyang bersangkutan memilikikepentingan yang sama, kelas sosialyang sama, serta sumber daya yangsama.

Page 18: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

KESIMPULAN

Berikut ini akan disajikandata yang merupakan kesimpulandari pertanyaan yang telahdirumuskan pada bab sebelumnya.:

Pemanfaatan media sosialyang sering dilakukan di kalanganremaja rural di Kabupaten Lamonganyaitu facebook, dengan prosentase91%. Alasan memilih facebook yaitulebih mudah cara penggunaannya,prosentase sebesar 45%. Sedangkantujuannya yaitu untuk mencariinformasi dengan prosentase 42%,serta menghabiskan waktu lebih daridua jam dengan prosentase 33%responden. Dari segi media untukmengakses,handphone merupakangadget yang digunakan remaja ruralyaitu dengan prosentase 61%. Selainitu juga diketahui bahwa mediasosial merupakan sesuatu yangpenting dan tidak dapat dilepaskandari kehidupan remaja rural diKabupaten Lamongan, mengingathampir semua remaja sudahmemiliki handphone yang dapatterhubung ke media sosial dengansangat mudah.

Gambaran kemampuanliterasi media remaja rural diKabupaten Lamongan jika ditinjaudari technical skill menunjukkanbahwa mereka masuk dalam tingkatmedium, di mana kemampuanmengoperasikan dan jugamemanfaatkan media sosial sudahcukup baik. Berdasarkan data yangdiperoleh, remaja rural membuatakun media sosial secara sendiridengan prosentase 37%, dan juga

39% remaja rural melakukan aktifitassecara sendiri ketika pertama kaliterdaftar. Sedangkan dalammengakses media sosial, merekadapat memanfaatkan sebagian besarfitur yang ada tanpa suatu kendalayang berarti, prosentase tersebutsebesar 44%. Selain itu, remaja ruraljuga dapat meningkatkan privasi datayang ditampilkan di media sosial, dimana 39% responden telah memilihmenu setting.

Gambaran kemampuanliterasi media remaja rural diKabupaten Lamongan jika ditinjaudari critical understanding masukdalam tataran basic, di manakemampuan menganalisa kontenmedia sosial tidak terlalu baik.Remaja rural memiliki keterbatasandalam berbagai hal yang berkaitandengan pemahaman terhadap isiinformasi, pengetahuan regulasimedia, dan juga perilaku penggunaanmedia sosial. Terkait denganpemahaman isi informasi, prosentase33% responden membagikaninformasi yang menarik tanpamelakukan kroscek. Sedangkan 51%responden menyatakan tidakmengetahui UU ITE. Selain itu,remaja rural juga hanya membacasebagian informasi yang dibagikanfanspage tanpa memahami isinya,prosentase tersebut sebesar 42%.

Gambaran kemampuanliterasi media remaja rural diKabupaten Lamongan dalam segicommunicative abbilitive masukdalam tataran advanced. Berdasarkandata yang diperoleh, responden akanmencari teman yang banyak untuk

Page 19: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

menjalin relasi dan mendapatkaninformasi dengan prosentase 47%,selain itu jumlah pertemanan dimedia sosial juga sangat tinggidengan total lebih dari 750.Sedangkan partisipasi dengan oranglain, prosentase sebesar 52% akansegera menanggapi jika adapemberitahuan. Bahkan jika adainformasi yang berkaitan denganorang lain, mereka akanmenyampaikan dengan segera. Selainitu, mereka dapat menggunakansimbol emoticon dan juga kodetertentu untuk memperjelaspercakapan dengan prosentase 44%.Dari segi mengkreasikan mediasosial, 51% sudah bisamengoperasikan media denganberbagai pola sepertimenghubungkan antara beberapamedia sosial.

Pendidikan non formal yangdi terima oleh remaja rural dalamlingkungan keluarga bisa dibilangsangat rendah. Bahkan 44% dalamkeluarga mereka sangat jarang adadiskusi. Tidak heran jika remaja ruraltidak terbiasa menyampaikanpendapat dengan baik serta berfikirsecara kritis, sehingga setiap adadiskusi mereka akan selalu menerimapendapat orang lain tanpamemunculkan perdebatan untukmengasah kekritisan, prosentasetersebut sebesar 46%.Sedangkan43% responden menyampaikanpendapat dengan asal-asalansehingga sulit dipahami. Jikamengacu pada tabel silang tentang

keterkaitan antara pendidikan nonformaldari keluarga dengan tingkatliterasi media, di wilayah remajarural di Kabupaten Lamongan initernyata tidak terdapat keterkaitan.Prosentase 43% remaja rural yangsering melakukan diskusi justrumengabaikan setiap informasi yangtidak dipahami.

Faktor pendidikan non formalyang dilihat dari peer group justrumempunyai keterkaitan terhadapkemampuan literasi media dikalangan remaja rural di KabupatenLamongan. Berdasarkan tabel silangmembuktikan bahwa 48% respondenyang selalu aktif hadir dan antusiasdalam kelompok mereka akan selaluaktif memanfaatkan semua fitur.Sementara yang hanya aktif hadirtanpa antusias akan memanfaatkansebagian besar (tidak semua) fiturmedia sosial, yaitu denganprosentase 42%. Kuatnya pengaruhteman sebaya tidak terlepas dariadanya ikatan yang terjalin dalamkelompok karena adanya suatukesamaan hobi maupun tujuan,prosentase tersebut sebesar 33%.Selain itu 48% responden jugamenyatakan hadir dan antusiasterhadap setiap kegiatan, serta 46%responden menyatakan seringberkontribusi dalam kelompok.Remaja rural yang aktif dalamkelompok akan lebih baik dalammenganalisa informasi, dikarenakanmereka selalu membagikan informasikepada temannya ketika berkumpuluntuk dianalisa terlebih dahulu.

Page 20: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi, 2010. ProsedurPenelitian : Suatu PendekatanPraktik. Jakarta : RhinekaCipta.

Buente, Wayne, dan Alice Robbin.2008. “Trends in InternetInformation Behavior: 2000-2004”. Journal of the AmericanSociety for InformationScience, diakses padahttp://eprint.rclis.org/13679/1/RobbinTrends-2008Jun2-EntirePaper.pdf

European Commission 2009:Studyon assessment Criteria forMedia Literacy levels, brussels

Federov, Alexander. 2002. MediaEducation and Media Literacy:Expert’s Opinon. Makalah.Moskow: Russian foundtionFor Humanities (RGNF).

Kellner, Douglas 2010. BudayaMedia: Cultural Studies,Identitas, dan Politik: AntaraModern dan Postmodern.Yokyakarta: Jalasutra.

Littlejohn, S., dan Foss, K. (2009).Teori Komunikasi. Jakarta:Salemba Humanika.

Moekijat, 1993. Teori Komunikasi.Bandung: Mandar Maju.

Paul H. Landis, 1948 PengantarSosiologi Pedesaan danPertanian, PT. GramediaPustaka Utama.

Santrock. J. W. 2002. Life-SpanDevelopment: PerkembanganMasa Hidup (edisi kelima).Jakarta. Erlangga. Hlm 44

Seels, Barbara B. & Rita C Richey(1994). Instructionaltechnology, The definition anddomains of the field,Washington DC: Associationfor EducationalCommunications andTechnologi (AECT).

Soelaman Joesoef, Konsep DasarPendidikan non formal.(Jakarta: Bumi Aksara. 1992)

Tamburaka, Apriadi. 2013. LiterasiMedia: Cerdas BermediaKhalayak Media Massa.Jakarta: Rajawali Pers.

Taylor, P, 1991, Staffing aCentralized AppointmentScheduling Departement inLourdes Hospital, Universityof New York, Birmingham, pp.1-11.

Tester, Keith. 2003. Media, Budaya,dan Moralitas. Yogyakarta:Juxtapose.

Yusup, M. Pawit dan Priyo Subekti.2010. Teori dan PrektekPenelusuran Informasi:Information retrieval. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Jurnal

Derks, D, Bos, Arjen E, R, VonGrumbkow, J (2008).Emoticons and OnlineMessage Interpretation.Social

Page 21: KEMAMPUAN LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY) …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln8b2e03a1eafull.pdfmenunjukkan eksistensinya di dunia maya, yang secara tidak langsung dapat membentuk

Science Computer Review,(Online), volume 26 (3),379-388.(http://online.sagepub.com)diakses tanggal 27 januari2016)

Environics Research Group. 2001Young Canadians in a WiredWorld: The Student’s View,diakses pada tanggal 13 januari2016 padahttp://www.connect.gc.ca/cyberwise/pdf/wired_e.pdf

Hepworth, M. 1999. A Study OfTertiary Students InformationLiteracy And Skills : TheInclusion Of InformationLiteracy And Skills In TheUndergraduate Curiculum.Paper presented at the 65thIFLA Council and GeneralConference, Bangkok,Thailand

Nicholas, David.; Martin, Helen(1997). “Assessing InformationNeeds: A Case Study ofJournalists”. AslibProceedings. Vol 49 (2) : 43-52

Website

TechInAsia. 2004. Laporan KasusUndang-Undang ITE. Tersediapada:https://id.techinasia.com/laporan-kasus-undang-undang-ite-dari-tahun-2008-hingga-2014/.Diakses pada tanggal 28September 2015