KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

14
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018 1 KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS YANG MEMILIKI NURSING CENTER DI KOTA BANDUNG Mamat Lukman 1 , Dian Adiningsih 2 , Dandy Akmal 3 1 ,2 Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 3 Alumni Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Abstrak Caring merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan. Selama ini, terbatasnya publikasi tentang perkembangan kemampuan caring perawat komunitas masih kurang. Kemampuan caring perawat komunitas memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan caring perawat komunitas di Puskesmas yang memiliki Nursing Center (NC) di kota Bandung.Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilakukan kepada 34 perawat di Puskesmas yang yang memiliki NC di kota Bandung. Instrumen yang digunakan adalah Caring Ability Inventory (CAI) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 44,1% perawat memiliki kemampuan caring rendah, 41,2% perawat memiliki kemampuan caring sedang dan hanya 14,7% perawat memiliki kemampuan caring tinggi.. Hasil klasifikasi kemampuan caring perawat berdasarkan aspek pengetahuan (knowing) dan kesabaran (patience) sudah cukup baik, sedangkan berdasarkan aspek keberanian (courage) masih rendah. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat komunitas di Puskesmas yang memiliki NC di kota Bandung masih kurang terutama pada aspek keberanian (courage). Berdasarkan hasil tersebut, maka pihak instansi pendidikan keperawatan dan pihak manajemen sumber daya manusia di Puskesmas harus melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan caring perawat. Kata kunci: Caring, Nursing Center, Perawat Komunitas, Puskesmas.

Transcript of KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Page 1: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

1

KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS

YANG MEMILIKI NURSING CENTER DI KOTA BANDUNG

Mamat Lukman1, Dian Adiningsih2, Dandy Akmal3

1 ,2 Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 3 Alumni Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Abstrak

Caring merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan. Selama ini, terbatasnya publikasi

tentang perkembangan kemampuan caring perawat komunitas masih kurang. Kemampuan caring

perawat komunitas memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan caring perawat komunitas

di Puskesmas yang memiliki Nursing Center (NC) di kota Bandung.Penelitian deskriptif kuantitatif

ini dilakukan kepada 34 perawat di Puskesmas yang yang memiliki NC di kota Bandung. Instrumen

yang digunakan adalah Caring Ability Inventory (CAI) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

sebanyak 44,1% perawat memiliki kemampuan caring rendah, 41,2% perawat memiliki kemampuan

caring sedang dan hanya 14,7% perawat memiliki kemampuan caring tinggi.. Hasil klasifikasi

kemampuan caring perawat berdasarkan aspek pengetahuan (knowing) dan kesabaran (patience)

sudah cukup baik, sedangkan berdasarkan aspek keberanian (courage) masih rendah. Simpulan dari

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat komunitas di Puskesmas yang memiliki

NC di kota Bandung masih kurang terutama pada aspek keberanian (courage). Berdasarkan hasil

tersebut, maka pihak instansi pendidikan keperawatan dan pihak manajemen sumber daya manusia di

Puskesmas harus melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan caring perawat.

Kata kunci: Caring, Nursing Center, Perawat Komunitas, Puskesmas.

Page 2: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

2

CARING ABILITY OF COMMUNITY NURSES AT SIX NURSING CENTER

IN BANDUNG

Abstract

Caring is an important aspect of nursing practice. So far, the limited of publication about the

development of caring abilities of community nurses is still deficient. The ability of caring community

nurses has an important role to increase the quality of services in Puskesmas. So the development of

skills of caring community nurses need to be considered by the human resources t at Puskesmas. The

purpose of this research will to know the description about ability of caring community nurses at

Puskesmas which have Nurshing Center in Bandung City. This quantitative descriptive research was

use the total sampling of approach method. This research was conducted to 34 nurses at the

Puskesmas that have an NC in Bandung. The instruments that be used is Caring Ability Inventory

(CAI) which has been translated into Indonesian. The data were analyzed using descriptive statistics.

The result of this research indicate that 44.1% nurses was in range of low, 41.2% nurses have

moderate, and just 14,7% nurses have high caring abilities . The results of the classification of caring

nurses ability also based on aspects of knowledge (knowing) and patience (patience) was already

decent, as the same time based on of courage (courage) aspect was still low. A summary of this

research indicate that the majority of nurses in Puskesmas have an NC in Bandung City was still

deficient especially in courage aspect (courage). Based on those results, the instances of nursing

education and the of human resources in Puskesmas should pay more attention to efforts to enhance

the capabilities of caring nurses.

Keywords: Caring, Nursing Center, Community Nurses, Puskesmas

Page 3: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

3

A. PENDAHULUAN

Perawat merupakan profesi atau

tenaga kesehatan yang jumlah dan

kebutuhannya paling banyak dibandingkan

tenaga kesehatan yang lain. Berdasarkan data

dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan

(BPPSDMK) pada Desember 2016 persentase

jumlah tenaga keperawatan di Indonesia

paling banyak dibandingkan tenaga kesehatan

yang lain, yaitu 30% (Kementrian Kesehatan

RI, 2017).

Puskesmas merupakan ranah kerja

perawat komunitas, dimana peran perawat

komunitas sangat signifikan dalam upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Perawat komunitas berperan sebagai manejer

kasus, pelaksana asuhan keperawatan,

pendidik, advocate, konselor, role model,

penemu kasus dan change agent (Kholifah &

Widagdo, 2016). Salah satu upaya Puskesmas

dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan membutuhkan kemampuan

caring perawat komunitas yang optimal

adalah NC yang menjadikan caring sebagai

pusat didalam model NC (Samba, 2007;

didalam Munir (2015).

Hasil penelitian Rass (2008) di

dalam Tafwidhah, Nurachmah, dan Hariyati,

(2012) keberhasilan dari kegiatan di

Puskesmas dipengaruhi oleh kompetensi

perawat, seperti pengetahuan, pelatihan yang

pernah diikuti dan termasuk kemampuan

caring perawat komunitas di Puskesmas.

Caring perawat komunitas dalam

mengaplikasikan proses keperawatan kepada

pasien (individu, keluarga, dan komunitas) di

masyarakat, merupakan inti dari pelayanan

NC (Samba, 2007; didalam Munir, 2015).

Caring merupakan inti dari

keperawatan, dimana semua praktik

keperawatan harus dilandasi dengan nilai-

nilai moral yang berdasarkan nilai

kemanusiaan dan mendahulukan

kesejahteraan orang lain, dalam hal ini pasien,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut

Nkongho (1990) caring adalah upaya

menolong orang lain untuk tumbuh dan

mengaktualisasikan dirinya. Caring

mengandung tiga aspek utama, yaitu aspek

pengetahuan (knowing), aspek keberanian

(courage) dan aspek kesabaran (patience)

(Nkongho, 1990; dalam Gutshall, 2011).

Ketiga aspek caring tersebut sangat

penting dimiliki oleh seorang perawat

termasuk perawat komunitas. Dimana aspek

pengetahuan (knowing) dapat

menggambarkan tentang kemampuan perawat

komunitas untuk mengetahui langkah-

langkah dalam memahami diri sendiri dan

orang lain (pasien dan keluarga pasien), aspek

keberanian (courage) untuk mengetahui

kemampuan perawat komunitas dalam

menghadapi hal-hal baru saat menghadapi

pasien yang unik dan aspek kesabaran

(patience) untuk mengetahui kemampuan

perawat komunitas dalam mentoleransi

keadaan pasien serta ketekunan yang dimiliki

oleh seorang perawat (Nkongho, 1990; dalam

Gutshall, 2011).

Kemampuan caring perawat

komunitas dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor, seperti faktor demografi, kognitif,

tingkat pendidikan dan beban kerja perawat.

Menurut Wang et al (2015) dalam

penelitiannya kepada 444 perawat dari 22

institusi keperawatan lansia di Shanghai,

Republik Rakyat Cina, menemukan bahwa

faktor demografi seperti usia, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan memiliki hubungan

dengan tingkat kemampuan caring perawat.

Kemampuan caring perawat

memiliki dampak positif terhadap kesehatan

pasien dan keluarganya. Menurut Watson

(2012) dengan caring, hubungan

interpersonal antara perawat dan pasien dapat

terjadi sehingga akan menciptakan rasa aman,

nyaman dan percaya pasien kepada perawat.

Menurut Sera, Triyoso, dan Furqoni (2014)

kemampuan caring perawat kepada pasien

dapat memengaruhi persepsi pasien terhadap

Page 4: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

4

kepuasan dari mutu pelayanan fasilitas

kesehatan sehingga meningkatkan loyalitas

atau kepercayaan pasien terhadap suatu

lembaga penyedia layanan kesehatan. Selain

itu menurut Maulidia, Ugrasena, dan Sufyanti,

(2016) caring perawat dapat mengurangi

stresor pasien dan keluarga dalam proses

penyembuhannya.

Selain itu, elemen penting lainnya

dari penilaian akreditasi Puskesmas adalah

evaluasi kegiatan di Puskesmas, termasuk NC.

Salah satu indikator penilaian keberhasilan

NC di Puskemas adalah kemampuan dari

Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu,

yaitu perawat komunitas yang memiliki

kemampuan caring yang baik. Hasil evaluasi

kegiatan NC yang dilakukan oleh tim penilai

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun

2016 di beberapa kota/kabupaten di Jawa

Barat masih kurang, khususnya dalam

kemampuan caring perawat yang merupakan

inti dari teori model NC (Juniarti, 2016).

Dalam rangka meningkatkan

keberhasilan kegiatan di Puskesmas

khususnya NC, penting untuk mengetahui dan

mengukur kemampuan caring perawat

komunitas. Sehingga dengan diketahuinya

tingkat kemampuan caring perawat

komunitas di Puskesmas yang memiliki NC di

kota Bandung, dapat menjadi tolak ukur

dalam mengupayakan untuk meningkatkan

kemampuan caring perawat. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian “Kemampuan Caring Perawat

Komunitas di Puskesmas yang Memiliki

Nursing Center di Kota Bandung”.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan total sampling. Penelitian ini

dilakukan kepada 34 perawat di Puskesmas

yang memiliki Nursing Center di Kota

Bandung. Pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan kuesioner Caring Abiliti

Inventori (CAI) yang dikembangkan oleh

Nkongho (1990) serta telah diterjemahkan

kedalam Bahasa Indonesia.

C. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini menjawab tujuan

dalam penelitian. Hasil penelitian ini

menggambarkan kemampuan caring perawat

komunitas di Puskesmas yang memiliki NC di

Kota Bandung.

a. Kemampuan Caring Perawat Komunitas

di Puskesmas yang Memiliki NC di Kota

Bandung

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Caring Perawat Komunitas di Puskesmas yang Memiliki

NC di Kota Bandung (N=34)

Kategori Kemampuan Caring Perawat f %

Kemampuan caring rendah 15 44,1

Kemampuan caring sedang 14 41,2

Kemampuan caring tinggi 5 14,7

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahawa

kemampuan caring perawat komunitas di

Puskesmas yang memiliki NC di kota

Bandung mayoritas berada didalam kategori

caring rendah (44,1%) sampai sedang

(41,2%).

b. Kemampuan Caring Perawat

Komunitas di Puskesmas yang Memiliki NC

di Kota Bandung berdasarkan Aspek

Pengetahuan (Knowing), Kenberanian

(Courage) dan Kesabaran (Patience)

Page 5: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

5

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Caring Perawat Komunitas

Berdasarkan Aspek Pengetahuan (Knowing), Keberanian (Courage) dan Kesabaran (Patience)

(N=34)

Kategori Caring

Perawat

Knowing Courage Patience

f % f % f %

Rendah 5 14,7 22 64,7 7 20,6

Sedang 18 52,9 8 23,5 17 50

Tinggi 11 32,4 4 11,8 10 29,4

Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa

kemampuan caring perawat Puskesmas yang

memiliki NC dalam aspek pengetahuan

(knowing), lebih dari setengah perawat berada

dalam kategori sedang (52,9%) dan tinggi

(32,4%). Pada aspek keberanian (courage)

sebagian besar perawat berada di kategori

rendah (64,7%). Sedangkan pada aspek

kesabaran (patience) mayoritas perawat

berada dalam kategori sedang (50%) dan

kategori tinggi (29,4%).

c. Kemampuan Caring Perawat Komunitas

di Puskesmas yang Memiliki NC di Kota

Bandung Berdasarkan Karakteristik

Demografi.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Caring Perawat Komunitas di Puskesmas yang Memiliki

NC di Kota Bandung Berdasarkan karakteristik demografi (N=34)

Kemampuan Caring Perawat

Karakteristik Perawat Rendah Sedang Tinggi

f % f % f %

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

3

12

60

41,3

1

13

20

44,9

1

4

20

13,8

Usia

23 – 40 tahun

41 – 57 tahun

9

6

39,1

54,5

11

3

47,8

27,3

3

2

13,1

18,2

Pendidikan Terakhir

SPK

D3

S1/Ners

3

9

3

60

50

21,4

2

6

6

40

33,3

42,9

0

3

5

0

16,7

35,7

Berdasarkan tabel 3 kemampuan caring

perawat di Puskesmas yang memiliki NC di

kota Bandung didapatkan bahwa berdasarkan

dari jenis kelamin, kemampuan caring pada

perawat laki-laki dan perawat sama-sama

lebih banyak perawat yang berada dalam

kategori rendah sampai sedang. Perawat

dengan rentang usia 23 – 57 tahun memiliki

kemampuan caring yang hampir sama.

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan

perawat yang memiliki pendidikan terakhir

S1/Ners memiliki persentase perawat yang

memiliki kemampuan caring tinggi (35,7%)

lebih banyak dari perawat yang lulusan SPK

Page 6: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

6

D. PEMBAHASAN

1. Kemampuan Caring Perawat

Komunitas di Puskesmas yang Memiliki NC

di Kota Bandung, hasil penelitian tentang

kemampuan caring perawat komunitas di

Puskesmas yang memiliki NC di kota

Bandung (tabel 1) mayoritas perawat berada

pada kategori caring rendah (44,1%) dan

sedang (41,2%). Hal ini sejalan dengan hasil

evaluasi pelaksanaan kegiatan NC yang

dilakukan oleh tim penilai kegiatan NC

provinsi Jawa Barat tahun 2016, bahwa hasil

penilaiannya berada pada kategori kurang,

khususnya pada aspek penilaian sumber daya

manusianya (Juniarti, 2016).

Hasil ini serupa dengan penelitian

Lumbantobing, Adiningsih, dan Praptiwi

(2017) tentang analisis caring ability perawat

dan bidan di RS X Bandung bahwa sebagian

besar perawat dan bidan memiliki

kemampuan caring pada kategori sedang

(34,88%) sampai rendah (39,53%). Hal

tersebut tidak hanya ditemukan pada

kelompok perawat, akan tetapi juga

ditemukan dalam kelompok mahasiswa calon

perawatan. Seperti dalam penelitian yang

dilakukan oleh Kurnia (2017) tentang

kemampuan caring mahasiswa keperawatan

Universitas Padjadjaran (n=240) yang

hasilnya menunjukkan bahwa setengah dari

mahasiswa yang menjadi responden memiliki

kemampuan caring kategori rendah (50%).

Gadow (1984) menyatakan caring

seorang perawat tidak hanya berbicara tentang

ekspresi emosi, kepedulian, sikap, atau

keinginan untuk menolong pasien, akan tetapi

caring perawat harus dlandasi nilai-nilai,

kesediaan, dan komitmen untuk melayani,

mengembangkan ilmu, berperilaku caring,

dan menerima berbagai konsekuensi yang

mungkin terjadi (Gadow, 1984; didalam

Watson; 2012). Lachman (2012) menyatakan

bahwa hal tersebut harus dilakukan oleh

seorang perawat mulai saat komitmen moral

untuk melayani dan menolong pasien

(Lachkman, 2012; didalam (Lumbantobing et

al., 2017).

Penelitian Wang dan kawan-kawan

(2015) terdapat hubungan antara caring

dengan usia, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan perawat (Wang et al., 2015). Hasil

tersebut juga ditemukan didalam penelitian ini

(Tabel 3) yang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan kemampuan caring perawat

berdasarkan data demografi, yaitu usia, jenis

kelamin dan khususnya tingkat pendidikan

dimana perawat yang lulusan S1/Ners

memiliki persentase perawat yang memiliki

kemampuan caring kategori tinggi (35,7%)

lebih banyak dibandingkan lulusan D3 atau

SPK.

Siagiaan (2010) dalam bukunya

menuliskan bahwa semakin tinggi usia

seseorang maka akan mampu menunjukkan

kematangan jiwa dan semakin dapat berpikir

rasional, bijaksana, mampu mengendalikan

emosi serta terbuka dalam menerima kritik.

Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Supriatin (2015) tentang

perilaku caring perawat berdasarkan faktor

individu dan organisasi di RSUD Kota

Bandung (n=43) bahwa terdapat hubungan

antara perilaku caring perawat dengan

karakteristik demografi, yaitu usia, masa kerja

perawat, kepemimpinan, struktur organisasi,

imbalan dan desain kerja.

Selain faktor demografi, kemampuan

caring perawat juga dipengaruhi oleh banyak

faktor-faktor lain, seperti faktor motivasi,

desain pekerjaan, sikap, dan presepsi perawat

(Tan, 2016). Hal tersebut juga didukung oleh

penelitian Mandagi dan kawan-kawan (2015),

bahwa kinerja perawat dipengaruhi oleh

motivasi, supervisi dan penghargaan perawat.

Diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk

mengetahui faktor-faktor lain yang

memengaruhi caring perawat.

Watson (2012) menyebutkan caring

adalah suatu karakteristik interpersonal yang

tidak diturunkan secara genetika, namun

Page 7: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

7

diperoleh dari proses pendidikan yang

menjadi budaya profesi. Hal ini menunjukkan

bahwa pendidikan tentang caring harus

dilakukan secara berkelanjutan kepada

perawat mulai sejak masuk sekolah calon

perawat hingga masuk ke ranah profesi. Hal

tersebut didukung oleh Martinsen (1990;

dalam Tomey, A.M & Alligood, 2006) yang

menyatakan bahwa untuk mencapai tahap

profesional, caring membutuhkan pendidikan

dan pelatihan.

Menurut Siagian (1999) mengatakan

bahwa untuk meningkatkan kompetensi

perawat secara formal dapat dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan perawat ke tingkat

yang lebih tinggi seperti diploma atau sarjana

dan peningkatan secara informal bisa dengan

mengikuti pelatihan seminar atau workshop

ilmiah keperawatan (Siagian, 1999; dalam

Tafwidhah et al., 2012). Sehingga peneliti

berpendapat bahwa upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan caring dan

keberhasilan suatu kegiatan di Puskesmas

adalah perlunya melakukan peningkatan

tingkat pendidikan perawat dan

menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang

dapat menambah pengetahuan dan

menumbuhkan perilaku caring perawat.

Lebih lanjut menurut Rass (2008) yang

menyatakan bahwa keberhasilan kegiatan di

Puskesmas dipengaruhi oleh kemampuan dan

kompetensi serta caring dari perawat (Rass;

2008 dalam Tafwidhah, Nurachmah & Hayati

(2012). Menurut Watson (2012) caring

perawat merupakan upaya untuk menjalin

hubungan interpersonal antara perawat

dengan pasien sehingga dapat menciptakan

rasa aman, nyaman dan percaya pasien kepada

perawat. Sehingga sangat dibutuhkan upaya-

upaya yang dapat meningkatkan caring

perawat kepada pasien. Sebagai upaya untuk

meningkatkan caring perawat, manajer

sumber daya manusia di Puskesmas dapat

menerapkan sitem penilaian atas kinerja

perawatnya, dimana perawat yang memiliki

kinerja dan caring yang baik dapat diberikan

penghargaan/ rewards.

Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Prihandhani (2015), sistem rewards yang

menjadi budaya dari sebuah organisasi

pelayanan kesehatan dapat memengaruhi

caring perawat. Penelitian ini juga didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Mandagi

et al ( 2015) bahwa aspek penghargaan dapat

memengaruhi kinerja perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien.

Rewards didalam organisasi

memiliki tujuan memotivasi SDM untuk

mencapai sasaran-sasaran kerja. Pemberian

rewards tidak hanya berupa upah, gaji, bonus

komisi dan pembagian laba atau rewards

finansil, akan tetapi rewards nonfinansial

tidak kalah penting untuk memuaskan

kebutuhan psikologis pekerja (Ivancevich,

Konopaske, & Matteson, 2006). Hal ini juga

sesuai dengan hasil penelitian Royani, Sahar

dan Mustikasari (2012) bahwa perawat

memiliki persepsi yang lebih tinggi terhadap

penghargaan nonfinansial dari pada

penghargaan finansial. Penghargaan non

finansial yang dimaksud dapat berupa

pencapaian yang bisa didapat perawat,

pengakuan, pengaruh dan pertumbuhan diri.

Hal ini karena perasaan puas atas pemenuhan

kebutuhan non finansial akan jauh lebih lama

dikenang dibandingkan faktor finansial.

Peneliti berpendapat bahwa sistem

penghargaan/rewards nonfinansial berupa

pengakuan dari lingkungan kerja perawat

dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan caring perawat komunitas di

Puskesmas.

2. Kemampuan Caring Perawat Komunitas

di Puskesmas yang Memiliki NC di Kota

Bandung pada Aspek Pengetahuan

(Knowing), Aspek Keberanian (Courage)

dan Aspek Kesabaran (Patience)

Hasil penelitian kemampuan caring

perawat komunitas di Puskesmas yang

memiliki NC di Kota Bandung (tabel 2) pada

Page 8: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

8

aspek pengetahuan (knowing) didapatkan

bahwa sebagian besar perawat berada dalam

kategori caring sedang (52,9%) dan tinggi

(32,4%). Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan perawat tentang caring sudah

cukup baik, akan tetapi perlu dilakukan upaya

yang dapat meningkatan pengetahuan perawat

tentang caring agar menunjang

kinerjaperawat

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2016) tentang

kemampuan caring mahasiswa profesi

angkatan XXX dan XXXI pada aspek

pengetahuan (knowing) mahasiswa hampir

setengahnya berada pada kategori caring

tinggi (49,2%). Hasil tersebut tidak jauh

berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kurnia (2017) tentang

kemampuan caring mahasiswa keperawatan

Universitas Padjadjaran bahwa lebih dari

setengah mahasiswa keperawatan memiliki

kemampuan caring pada aspek pengetahuan

(knowing) kategori sedang (44,6%) sampai

tinggi (39,6%).

Menurut Watson (2012) aspek

pengetahuan sangat dibutuhkan oleh seorang

perawat dalam memberikan asuhan

keperawatannya kepada pasien. Karena

seorang perawat membutuhkan pengetahuan

yang baik dalam upaya melindungi,

meningkatkan dan menjaga status kesehatan

pasien agar tetap sehat serta membantu pasien

untuk meningkatkan pengetahuan dan

pengendalian dirinya. Menurut Asmadi

(2008), peningkatan pengetahuan dan

pengertian tentang caring secara umum

dimulai sejak sekolah calon perawat, hal ini

karena keperawatan tidak hanya berlangsung

dalam tatanan praktik, tetapi juga dalam

tatanan pendidikan (Asmadi, 2008; didalam

Lumbantobing et al., 2018). Menurut Siagian

(2010) mengatakan bahwa upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kognitif

perawat dibagi menjadi dua, yaitu secara

formal (meningkatkan tingkat pendidikan

perawat) dan secara informal (pelatihan,

seminar atau workshop ilmiah keperawatan).

Hasil tabel 2 tentang caring perawat pada

aspek keberanian (courage) didapatkan

bahwa 64,7% perawat memiliki kemampuan

rendah pada aspek keberanian (courage). Hal

ini menunjukkan bahwa perawat memiliki

keberanian yang kurang dalam menerapkan

caring kepada pasien dan perlu ditingkatkan.

Hasil tidak hanya ditemukan pada perawat

profesional, akan tetapi juga ditemkan pada

mahasiswa calon perawat. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Dewi (2016) tentang

kemampuan caring mahasiswa profesi

angkatan XXX dan XXXI pada aspek

keberanian (courage) sebagian besar

dikategorikan rendah (76,2%). Hasil yang

lebih rendah juga didapatkan didalam

penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2017)

tentang kemampuan caring mahasiswa

keperawatan Universitas Padjadjaran bahwa

mayoritas mahasiswa keperawatan memiliki

caring rendah pada aspek keberanian (88,8%).

Hal ini menunjukkan bahwa

keberanian perawat masih kurang dalam

menerapkan kemampuan caring kepada

pasien, sehingga perlu dilakukan upaya untuk

meningkatkan keberanian perawat untuk

mendukung kemampuan caring perawat

dalam menghadapi hal-hal baru, kesulitan dan

tuntutan kerja. Menurut Lindh, Barbosa, Berg,

dan Severinsson (2010) didalam penelitiannya

mengatakan bahwa menumbuhkan rasa

keberanian dari diri perawat sangat penting

untuk mempersiapkan mereka agar bertindak

sesuai etik dalam praktek keperawatan.

Page 9: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

9

Caring dalam aspek keberanian

(courage) dapat ditingkatkan dengan

meningkatkan hubungan dengan sesama

manusia, membantu orang lain untuk percaya

kepada diri sendiri, belajar dan mendukung

keyakinan orang lain, menggali kemungkinan

yang dapat terjadi, berusaha berkerja secara

objektif, tidak menghakimi, jujur dan tulus,

memperlihatkan kepekaan dan keterbukaan

kepada orang lain (Watson Caring Science

Institute, 2010).

Nkongho (1990) menyatakan bahwa

keberanian seseorang untuk menemukan

kesempatan baru serta mampu mengambil

resiko dari kesempatan tersebut dan percaya

terhadap kemampuannya, maka perilaku

caring akan tumbuh seiring dengan waktu (

Nkongho, 1990; didalam Gutshall, 2011).

Nursalam (2017) menyatakan untuk

menumbuhkan keberanian didalam dirinya,

seorang perawat harus berperan sebagai

change agent dengan memiliki prinsip “ners

must make a history, not just story”, untuk

mewujudkan itu dibutuhkan keberanian dalam

berbuat dan berubah menjadi lebih baik.

Sehingga seorang perawat harus memiliki

keberanian dalam dirinya untuk berubah dan

tidak takut untuk berbuat baik termasuk

berperilaku caring.

Selanjutnya, berdasarkan tabel 2

kemampuan caring perawat komunitas di

Puskesmas yang memiliki NC di kota

Bandung pada aspek kesabaran (patience)

didapatkan bahwa mayoritas dari perawat

berada dalam kategori caring sedang (50%)

sampai tinggi (29,4%). Hal ini menunjukkan

bahwa caring perawat pada aspek kesabaran

sudah cukup baik, akan tetapi perlu upaya

untuk meningkatkan kesabaran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien yang unik.

Dwidiyanti (2007) menyatakan

perawat merupakan profesi yang mulia karena

diperlukan kesabaran dan ketenangan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien dengan sepenuh hati. Seorang perawat

membutuhkan kemampuan dalam

memperhatikan orang lain, keterampilan

intelektual, teknik dan interpersonal yang

tercermin didalam caring perawat

(Dwidiyanti, 2007; dalam Sera, Triyoso dan

Furqoni, 2014). Menurut Watson Caring

Science Institute (2010) untuk membentuk

perilaku caring, harus memiliki sikap tenang

dan sabar saat menemani dan mendampingi

orang lain.

Penelitian El Hafiz, Rozi, Lila, dan

Mundzir (2013) konsep sabar merupakan nilai

ideal (virtue) yang berasal dari ajaran agama

Islam, sabar adalah kemampuan memberi

respon awal secara aktif dalam memahami

emosi, pikiran, perkataan, dan perbuatan pada

saat senang dan susah dengan mentaati aturan

untuk tujuan kebaikan dengan didukung oleh

optimisme, pantang menyerah, semangat

mencari informasi atau ilmu, memiliki

semangat untuk membuka alternatif solusi,

konsisten, dan tidak mudah mengeluh (El

Hafiz, Rozi, Lila, & Mundzir, 2013; didalam

Nugraheni, Hafiz, & Rozi, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh

Armida Sari, Frinaldi, dan Syamsir (2015)

dengan pemahaman tentang nilai-nilai agama

Islam seperti ikhlas, sabar dan tawakal dapat

memberikan pengaruh positif terhadap

budaya kerja PNS. Sehingga peneliti

berpendapat bahwa cara yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kesabaran perawat

adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama

melalui pembelajaran agama rutin yang

diberikan kepada perawat Puskesmas.

Page 10: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

10

E. SIMPULAN

Kemampuan caring perawat komunitas

di Puskesmas yang memiliki NC di kota

Bandung sebagian besar perawat memiliki

kemampuan caring dalam rentang rendah

(44,1%) sampai kategori sedang (41,2%), hal

ini menunjukkan bahwa kemampuan caring

perawat komunitas di Puskesmas yang

memiliki NC di kota Bandung masih kurang.

Kemampuan caring perawat berdasarkan

aspek pengetahuan (knowing) sebagian besar

dari perawat berada dalam kategori sedang

(52,9%) sampai kategori tinggi (32,4%), hal

ini menunjukkan bahwa caring perawat

berdasarkan aspek pengetahuan (knowing)

sudah cukup baik. Kemampuan caring

perawat berdasarkan aspek keberanian

(courage) mayoritas perawat berada dalam

kategori caring rendah (64,7%), hal ini

menunjukkan bahwa caring perawat

berdasarkan aspek keberanian (courage)

masih kurang. Sedangkan caring perawat

komunitas pada aspek kesabaran (patience)

sebagian besar dari perawat komunitas berada

dalam kategori caring sedang (50%) sampai

kategori tinggi (29,4%), hal ini menunjukkan

bahwa caring perawat komunitas berdasarkan

aspek kesabaran (patience) sudah cukup baik

.

DAFTAR PUSTAKA

Armida Sari, J., Frinaldi, A., & Syamsir.

(2015). Pengaruh Pemahaman Nilai

Agama Islam Terhadap Budaya Kerja

Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten

Pasaman Barat. Humanus, 14(2), 196.

https://doi.org/10.24036/jh.v14i2.5686

Tan. (2016). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prilaku Caring Perawat

dalam Menangani Pasien Kritis di

Ruangan ICU, HCU RSUD DOK II

JAYAPURA dan ICU RSUD AVEPURA

di Provinsi Papua. Universitas

Padjadjaran. Retrieved from

http://kandaga.unpad.ac.id/Record/IOS

1.13375#details

Dewi, D. (2016). Kemampuan Caring

Mahasiswa Program Profesi Ners

Fakultas Keperawatan Universitas

Padjadjaran. Universitas Padjadjaran.

Dwidiyanti. (2007). Caring: Kunci Sukses

Perawat/ners Mengamalkan Ilmu.

Semarang: Hasani.

Gutshall, a. (2011). Measuring the Ability to

Care in Pre-Service Teachers. SRATE

Journal, 20(1), 33. Retrieved from

files.eric.ed.gov/fulltext/EJ948705.pdf

Ivancevich, M., Konopaske, J. ., & Matteson,

M. . (2006). Perilaku dan Manajemen

Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Juniarti, N. (2016). Penilaian Supervisi dan

Pembinaan Sentra Keperwaatan

Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun

2016 Wilayah

Kabupaten/Kota|Rekapitulasi Akhir.

Bogor, Ciamis, Bekasi.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). 12 Mei

Situasi Tenaga Keperawatan Indonesia.

Jakarta: InfoDATIn:Pusat Data dan

Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016).

Modul Keperawatan Keluarga dan

Komunitas. Jakarta: Kementrian

Kesehtan Republik Indonesia.

Kurnia, I. (2017). Kemampuan Caring

Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran. Universitas

Padjadjaran, Sumedang.

Lindh, I., Barbosa, A., Berg, A., &

Severinsson, E. (2010). Courage and

Nursing Practice: a Theoretical

Analytical Analysis. Nurs Ethics, 17(5),

55–565.

https://doi.org/10.1177/096973301036

9475

Lumbantobing, V., Adiningsih, D., &

Praptiwi, A. (2017). Analisis Caring

Ability Perawat Dan Bidan Di Rs X

Bandung. Journal Nursing Care and

Biomolecular, 2(2), 77–83. Retrieved

Page 11: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

11

from

http://jnc.stikesmaharani.ac.id/index.ph

p/JNC/article/view/62/101

Mandagi, F. M., Umboh, J. M. L., & Rattu, J.

A. M. (2015). Analisis Faktor-Faktor

yang Berhubungan dengan Kinerja

Perawat dalam Menerapkan Asuhan

Keperawatan di RSU Bethesda GMIM.

Jurnal E-Biomedik, 3(3). Retrieved

from

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e

biomedik/article/view/10479

Maulidia, R., Ugrasena, D. I. D. G., &

Sufyanti, Y. (2016). Penurunan

kecemasan dan koping orang tua dalam

merawat anak yang mengalami

hospitalisasi melalui penerapan. Jurnal

Hesti Wira Sakti, 4(1), 58–73. Retrieved

from https://jurnal.poltekkes-

soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article

/view/123

Munir, M. (2015). Pengembangan Ponkesdes

Menjadi Community Nursing Center

Berbasis Health Promotion Model,

Nursing Center, Dan Perilaku Kinerja

Di Kabupaten Tuban. Airlangga.

Retrieved from

http://repository.unair.ac.id/30068/

Nkongho, N. (1990). The Caring Ability

Inventory. In O. Strickland & E. Waltz,

Measurement of Nursing Outcomes, Vol

4. New York: Springer.

Nugraheni, R. F., Hafiz, S. El, & Rozi, F.

(2016). Hubungan antara Kesabaran

dan Academic Self-efficacy pada

Mahasiswa Rizka. Jurnal Ilmiah

Penelitian Psikologi, 2(2), 15–23.

Retrieved from

https://jipp.uhamka.ac.id/index.php/jip

p/article/view/17

Nursalam. (2017). Caring As Core Value In

Nursing Dalam Meningkatkan Mutu

Asuhan Keperawatan. Retrieved April

22, 2018, from http://research-

report.umm.ac.id/index.php/research-

report/article/view/1392

Prihandhani, I. G. A. S. (2015). Hubungan

Faktor Individu dan Budaya Organisasi

dengan Perilaku Caring Perawat

Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Ganesha Gianyar.

Universitas Udayana.

Royani, Sahar, J., & Mustikasari. (2012).

Sistem penghargaan terhadap kinerja

perawat melaksanakan asuhan

keperawatan. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 15(2), 129–136. Retrieved

from

http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/v

iew/38/38

Sera, T., Triyoso, & Furqoni, P. D. (2014).

Hubungan Perilaku Caring Perawat

Dengan Kepuasan Keluarga Pasien Jiwa

Di IRJ RSJD Provinsi Lampung. Jurnal

Kesehatan Holistik, 8(4), 186–191.

Retrieved from malahayati.ac.id/wp-

content/uploads/2016/08/7.-Tyan-

Prima-Triyoso-Caring.pdf

Siagiaan, S. . (2010). Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatin, E. (2015). Perilaku Caring Perawat

Berdasarkan Faktor Indiviu Dan

Organisasi. Jurnal Keperawatan

Indonesia (Vol. 18). Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Retrieved from

https://www.neliti.com/id/publications/

110321/perilaku-caring-perawat-

berdasarkan-faktor-individu-dan-

organisasi

Tafwidhah, Y., Nurachmah, E., & Hariyati, R.

T. sri. (2012). Kompetensi Perawat

Puskesmas Dan Tingkat Keterlaksanaan

Kegiatan Perawatan Kesehatan

Masyarakat ( Perkesmas ). Jurnal

Keperawatan Indonesia, 15(2003), 21–

28. Retrieved from

http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/ar

ticle/download/43/43

Tomey, A.M & Alligood, M. . (2006).

Nursing Theorists and Their Work (6th

ed.). Mosby Elsevier: ST. Louis.

Wang, Y., ed al. (2015). Nurses’ Practice

Environment and Their Job

Satisfaction: A Study on Nurses Caring

for Older Adults in Shanghai. PLOS

ONE.

Page 12: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

12

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0138035

Watson Caring Science Institute. (2010). Core

concepts of Jean Watson’s theory of

human caring/caring science. Retrieved

June 5, 2018, from

https://www.watsoncaringscience.org/

Watson, J. (2012). Human Caring Science: A

Theory of Nursing (2nd ed.). Colorado:

Kevin Sullivan.

Page 13: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

13

Page 14: KEMAMPUAN CARING PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018

14