Kelumpuhan Tangan Dan Kaki Kanan

10
Kelumpuhan Tangan dan Kaki Kanan Kelumpuhan adalah kondisi dimana terjadi hilangnya tenaga otot akibat lesi sehingga gerak volunteer terganggu atau tidak bisa sama sekali dilakukan. Lesi adalah segala sesuatu yang mengganggu fungsi atau merusak kawasan susunan saraf. Gerak volunteer adalah gerakan yang diatur oleh komponen-komponen neuromuscular yang termasuk dalam jenis neuron motorik. Komponen-komponen neuromuscular itu antara lain upper motor neuron, lower motor neuron, dan alat penghubung serat saraf dan dengan unsure otot. 1. Upper motoneuron Neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN atau melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-neuron tersebut merupakan penghuni girus presentalis. Oleh karena itu, maka girus tersebut dinamakan korteks motorik. Mereka berada di lapisan ke-V dan masing-masing memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu. Yang berada di korteks motorik yang menghadap ke fisura longitudinalis serebri mempunyai koneksi dengan gerak otot kaki dan tungkai bawah. Penyelidikan dengan elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahantubuh dapat dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal sebagai homunkulus motorik.

Transcript of Kelumpuhan Tangan Dan Kaki Kanan

Kelumpuhan Tangan dan Kaki Kanan

Kelumpuhan adalah kondisi dimana terjadi hilangnya tenaga otot akibat lesi sehingga gerak volunteer terganggu atau tidak bisa sama sekali dilakukan. Lesi adalah segala sesuatu yang mengganggu fungsi atau merusak kawasan susunan saraf. Gerak volunteer adalah gerakan yang diatur oleh komponen-komponen neuromuscular yang termasuk dalam jenis neuron motorik. Komponen-komponen neuromuscular itu antara lain upper motor neuron, lower motor neuron, dan alat penghubung serat saraf dan dengan unsure otot.

1. Upper motoneuron

Neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN atau melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-neuron tersebut merupakan penghuni girus presentalis. Oleh karena itu, maka girus tersebut dinamakan korteks motorik. Mereka berada di lapisan ke-V dan masing-masing memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu. Yang berada di korteks motorik yang menghadap ke fisura longitudinalis serebri mempunyai koneksi dengan gerak otot kaki dan tungkai bawah.Penyelidikan dengan elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahantubuh dapat dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal sebagai homunkulus motorik.Melalui aksonnya neuron korteks motorik menghubungi motoneuron yang membentuk inti motorik saraf kranial dan motoneuron di kornu anterius medula spinalis.Di tingkat mesensefalon serabut serabut itu berkumpul di 3/5 bagian tengah pedunkulus serebri dan diapit oleh daerah serabut-serabut frontopontin dari sisi medial dan serabut-serabut parietotemporopontin dari sisi lateral. Di pons serabut-serabut tersebut di atas menduduki pes pontis, dimana terdapat inti-inti tempat serabut-serabut frontopontin dan parietotemporopontin berakhir. Maka dari itu, bangunan yang merupakan lanjutan dari pes pontis mengandung hanya serabut-serabut kortikobulbar dan kortikospinal saja. Bangunan itu dikenal sebagai piramis dan merupakan bagian ventral medula oblongata.Sepanjang batang otak, serabut-serabut kortikobulbar meninggalkan kawasan mereka (di dalam pedunkulus serebri, lalu di dalam pes pontis dan akhirnya di piramis), untuk menyilang garis tengah dan berakhir secara langsung di motoneuron saraf kranial motorik (n.III, n.IV, n.V, n.VI, n.VII, n.IX, n.X, n.XI, dan n.XII) atau interneuronnya di sisi kontralateral. Sebagian dari serabut kortikobulbar berakhir di inti-inti saraf kranial motorik sisi ipsilateral juga segenap neokorteks, sirkuit striatalData dari dunia luar yang masuk dalam sirkuit striatal adalah terutama impuls asendens non-spesifik yang disalurkan melalui diffuse ascending reticular system atau lintasan spinotalamik multisinaptik dan impuls proprioseptif yang diterima oleh serebelum. Tujuan lintasan pertama ialah nuklei intralaminares talami. Data yang diterima oleh serebelum disampaikan ke talamus juga (melalui brakium konyungtivum).

2. Lower Motoneuron

Dengan perantaraan kedua macam motoneuron itu, impuls motorik dapat mengemudikan keseimbangan tonus otot yang diperlukan untuk mewujudkan setiap gerakan tangkas. Tiap motoneuron menjulurkan hanya satu akson. Tetapi pada ujungnya setiap akson bercabang-cabang. Dan setiap cabang mensarafi seutas serabut otot, sehingga dengan demikian setiap akson dapat berhubungan dengan sejumlah serabut otot.Tugas motoneuron hanya menggalakkan sel-sel serabut otot sehingga timbul gerak otot. Tugas untuk menghambat gerak otot tidak dipercayakan kepada motoneuron, melainkan kepada interneuron. Sel tersebut menjadi sel penghubung antara motoneuron dengan pusat eksitasi atau pusat inhibisi, yang berlokasi di formasio retikularis batang otak. Penghambatan yang dilakukan oleh interneuron dapat juga terhadap atas tibanya impuls dari motoneuron yang disampaikan kembali kepada motoneuron. Interneuron itu dikenal sebagai sel Renshaw.

Apabila terjadi kerusakan pada salah satu komponen neuromuscular ini, maka akan terjadi gangguan gerakan involunter berupa kelumpuhan atau hilangnya ketangkasan gerak volunteer.

Penyebab KelumpuhanKerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem saraf perifer). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah : stroke, tumor, truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple sclerosis (penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), gangguan metabolik (gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya).

Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau kecelakaan mobil. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dalam atau dengan segera berdekatan pada tulang belakang termasuk : tumor, herniasi sendi (juga disebut ruptur sendi), spondilosis, rematoid artrirtis pada tulang belakang atau multiple sklerosis.

Kerusakan pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel sindrom, Gullain Barre Syndrom, radiasi, toksin atau racun, CIDP, penyakit dimielinisasi.

Tanda dan Gejala :

Distribusi paralisis memberikan syarat yang penting untuk bagian saraf yang rusak. Hemiplegia disebabkan kerusakan otak pada sisi berlawanan dengan paralysis, biasanya dari stroke. Paraplegia terjadi setelah injuri pada bagian bawah batang otak , dan quadriplegia terjadi setelah kerusakan bagian atas batang otak pada tingkat bahu atau lebih tinggi ( saraf yang mengontrol lengan sejajar tulang belakang ). Diplegia biasanya mengindikasikan kerusakan otak, lebih sering karena serebral palsy. Monoplegia mungkin disebabkan pemisahan kerusakan diantara system saraf pusat atau saraf perifer. Kelemahan atau paralysis hanya dapat terjadi pada lengan dan kaki dapat mengindikasikan penyakit diemelinisasi.

Gejala berfluktuasi dalam membedakan bagian tubuh mungkin disebabkan multiple sclerosis. Kejadian paralysis lebih sering disebabkan injuri atau stroke. Penjalaran paralysis mengindikasikan penyakit degeneratif, penyakit infeski seperti : GBS atau CIDP, gangguan metabolisme . Gejala lain yang sering menyertai paralisis termasuk mati rasa dan perasaan kesemutan, nyeri, perubahan penglihatan , kesulitan berbicara,atau masalah dengan keseimbangan. Cedera pada batang otak sering menyebabkan menurunnya fungsi kandung kemih, BAB dan organ sex. Injuri diatas batang otak dapat menyebabkan kesulitan dalam bernafas.

Gangguan SensorikGejala sensorik dapat diklasifikasikan dalam 5 golongan, yaitu :

1. Hilang perasaan kalau dirangsang (anestesia)

2. Perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (hiperestesia)

3. Perasaan yang timbul secara spontan, tanpa adanya perangsangan (parestesia)

4. Nyeri

5. Gerakan yang canggung serta simpang siur

Anestesia dapat terjadi kalau reseptor impuls protopatik musnah atau penghantaran perifer dan sentralnya terhalang atau terputus. Pada kulit yang rusak karena luka bakar, reseptor impuls protopatik musnah seluruhnya sehingga kawasan kulit itu anestetik.

Somestesia yang berlebihan atau hiperestesia biasanya berupa perasaan tidak enak dan tidak menyenangkan pada suatu daerah tubuh bila terangsang secara wajar. Jika reseptor impuls protopatik atau serabut saraf perifer atau lintasan spinotalamiknya mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun, maka perangsangan yang wajar menghasilkan perasaan yang berelbihan. Gangguan itu dapat bersifat mekanik, toksik atau vascular yang ringan.

Gangguan perasaan protopatik yang timbul spontan tanpa perangsaan khusus dinamakan parestesia. Tercakup dalam makna parestesia itu ialah perasaan dingin atau panas setempat, kesemutan, rasa berat, atau rasa dirambati sesuatu.

Perasaan abnormal pada permukaan tubuh yang dinamakan anesesia dan parestesia itu dikenal juga sebagai gangguan sensorik negative. sebagai tandingannya ialah gangguan sensorik positif, yaitu nyeri yang merupakan suatu hasil perangsangan terhadap nosiseptor serta unsur unsur saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks serebri.

A. GANGGUAN SENSORIK NEGATIF

Gangguan sensorik superficial atau gangguan eksteroseptif yang negatif merupakan salah satu manifestasi sindrom neurologik. Secara singkat gangguan sensorik negative itu disebut defisit sensorik. Mengenal pola defisit sensorik itu berarti mengetahui lokasi lesi yang mendasarinya. Untuk mempermudah pembahasan defisit sensorik, maka istilah anesthesia dan hipestesia digunakan secara bebas sebagai sinonim dari defisit sensorik dan tidak memilki arti perderajatan sebagaimana lazimnya anesthesia dan hipestesia berarti.(1) Hemihipestesi

Merupakan hipestesia yang dirasakan sesisi tubuh saja. Keadaan ini terjadi karena korteks sensorik primer tidak menerima impuls sensorik dari belahan tubuh kontralateral. Di dalam klinik, hemihipestesia merupakan gejala utama atau gejala pengiring penyakit peredaran darah serebral (CVD = cerebrovascular disease). Infark yang menduduki seluruh krus posterior kapsula interna sesisi, mengakibatkan himiplegia kontalateral yang disertai hemihipestesia kontalateral juga. Infark tersebut terjadi karena penymbatan arteria lentiklostriata. Bila cabang kecil dari kelompok arteria lentikulostriata saja yang tersumbat, mungkin bagian di ujung belakang krus posterior kapsula interna saja yang terkena infark. Dalam hal itu, hemihipestesia kontalateral merupakan gejala utama tanpa hemiplegia. Hal itu dapat dimengerti karena kawasan itu dilintasi hanya oleh serabut serabut aferen yang berproyeksi pada korteks sensori primer dan tidak ada serabut kortikospinal yang terkena oleh infark tersebut.

(2) Hipestesia alternans

Hipestesia pada belahan wajah ipsilateral terhadap lesi yang bergandengan dengan hipestesia pada belahan badan kontralateral terhadap lesi. Lesi yang mendasari pola defisit sensorik itu menduduki kawasan jaras spinotalamikus dan traktus spinalis nervi trigemini di medulla oblongata.

(3) Hipestesia tetraplegik

Hipestesia pada seluruh tubuh kecuali kepala dan wajah. Defisit sensorik ini timbul akibat lesi transversal yang memotong medulla spinalis di tingkat servikal. Jika lesi itu menduduki segmen medulla spinalis di bawah tingkat T.1, maka defisit sensorik yang terjadi dinamakan hipestesia paraplegic.

(4) Hipestesia selangkangan

Disebut juga saddle hypesthesia, merupakan hipestesia pada daerah kuli selangkangan. Lesi yang mengakibatkannya merusak kauda ekuina.

(5) Hipestesia sindrom Brown Sequard

Merupakan hemihipestesia pada belahan tubuh kontralateral terhadap hemilesi di medulla spinalis. (6) Hipestesia radikular atau hipestesia dermatome

Hipestesia yang terjadi akibat lesi di radiks posterior. Dalam hal itu daerah yang hipestetik ialah dermatoma yang disarafi oleh serabut serabut radiks posterior yang terkena lesi.

(7) Hipestesia perifer

Hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mencakup bagian bagian beberapa dermatome.B. GANGGUAN SENSORIK POSITIF

Gangguan sensorik positif ialah nyeri. Perangsangan yang menghasilkan nyeri bersifat dekstruktif terhadap jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf pengantar impuls nyeri. Jaringan itu dinamakan secara singkat jaringan peka nyeri. Jaringan atau bangunan yang tidak dilengkapi dengan serabut nyeri tidak menghasilkan nyeri bilamana dirangsang, misalnya diskus intervertebral.

Adapun jaringan peka nyeri dan tak peka nyeri serta jenis stimulus yang menghasilkan atau tidak menghasilkan perasaan yang menyakitkan ialah :

1. Jaringan Subkutan : peka nyeri terhadap tekanan dan zat kimia iritatif

2. Otot : peka nyeri terhadap tekanan, sayatan dan zat kima iritatif

3. Fasia dan Tendon : peka nyeri terhadap tusukan jarum, tekanan, dan zat kimia iritatif

4. Kartilago persendian : tak peka-nyeri

5. Enamel gigi : tak peka nyeri

6. Pembuluh darah : peka nyeri terhadap rangsangan mekanik dan kimawi iritatif

7. Otak dan lepto meninges : tak peka-nyeri terhadap stimulasi listrik

8. Serabut saraf sensorik atau campuran sensorik motorik : peka-nyeri terhadap tusukan jarum, penyayatan, pemanasan dan zat kimia

9. Pleura parietal, peritoneum parietal dan bagian bagian pericardium parietal : peka nyeri terhadap tusukan jarum, pergesekan dan zat kimia iritatif

10. Paru, Hepar, Limfa dan Ginjal : tak peka-nyeri terhadap penyayatan, tekanan dan kauterisasi

11. Miokardium : peka nyeri terhadap zat kimia iritatif

12. Esofagus : tak peka-nyeri

13. Pelvis renalis, ureter, dan uretra : peka nyeri terhadap pemotongan, penjepitan, kauterisasi, dan bahan kimia iritatif

14. Testis : sangat peka nyeri terhadap penekanan

15. Korpus uteri : tak peka nyeri.