Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal...

62
[JAKARTA] Pengacara penerbangan interna- sional terkenal Charles Herrmann datang ke In- donesia untuk memberi- kan kompensasi kepada korban Indonesia yang naik bus tur di AS ketika ditabrak oleh kendaraan tur ambi yang diopera- sikan oleh Ride the Ducks of Seattle, Washington. Tragisnya, kendaraan ambi itu dibuat dengan poros cacat yang rusak. Pengemudi kehilangan kontrol dan kendaraan “Ride the Duck” me- nyeberangi garis tengah di jembatan sempit dan menabrak bus tur. Penga- cara Herrmann berhasil memenangkan beberapa juta dolar kompensasi bagi para korban Indo- nesia. Sementara sedang di Jakarta pada kasus Ride the Ducks, pengacara ter- kenal ini telah dihubungi oleh perwakilan dari be- berapa korban kecelakaan Lion Air yang mencari nasihat tentang hak-hak hukum mereka untuk kompensasi dari me- reka yang bertanggung jawab atas kecelakaan mengerikan ini. Penga- cara Herrmann menjelas- kan: “Sudah jelas bahwa ada kegagalan sensor pesawat yang memantau sudut angin yang mele- wati sayap yang disebut sebagai angle of attack (AOA). Sensor itu keliru membaca sudutnya terla- lu tinggi, yang kemudian mengisyaratkan teknolo- gi lain untuk secara oto- matis memaksa hidung pesawat mengarah ke bawah menyebabkan pilot kehilangan kendali. Kegagalan inilah yang menyebabkan pesawat jatuh ke laut. Lebih buruk lagi adalah fakta bahwa Boeing sadar akan adanya masalah ini sebelum penerbangan yang naas ini. Pada pe- nerbangan sebelumnya pilot melaporkan mal- fungsi dalam sistem. Pe- sawat itu hampir jatuh pada malam sebelum penerbangan yang naas itu. Namun, Boeing ma- sih tidak memberikan instruksi yang memadai untuk pilot Lion Air ten- tang cara aman bereaksi terhadap situasi seperti itu. Boeing akhirnya su- dah melakukannya Kecelakaan Lion Air: Kegagalan berkomunikasi Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat 20 BANGKA POS O RABU, 12 DESEMBER 2018 tetapi hanya setelah kecelakaan itu terjadi, ketika Administrasi Pe- nerbangan Federal AS (FAA) memerintahkan Boeing untuk merubah manual operasional pe- sawat untuk menggam- barkan prosedur yang tepat untuk menghindari kecelakaan seperti ini lagi. Ini mengingatkan saya pada penerbangan Asiana OZ 214 yang jatuh di bandara San Francisco ketika mencoba menda- rat pada 2013. Investigasi kami mengungkapkan contoh lain dari kegaga- lan Boeing untuk meng- komunikasikan instruksi yang tepat kepada awak pesawat. Dalam hal ini pilot kehilangan ken- dali atas throttle otomatis pesawat (mirip seperti cruise-control di dalam mobil). Mereka tidak sadar bahwa alat itu se- cara otomatis padam sehingga menyebabkan pesawat terbang terlalu lambat dan terlalu ren- dah dan menghantam sekatan tepi laut tempat landasan dimulai.” Her- rmann berhasil meng- umpulkan jutaan dolar untuk korban kecelakaan itu. “Ada juga ledakan pe- nerbangan China Air- lines 2002 CI 611 diatas Selat Taiwan dalam per- jalanan dari Taipei ke Hong Kong.” Herrmann memenangkan jutaan dolar sebagai kompen- sasi untuk 61 korban yang diwakilinya dalam kecelakaan itu. “Kami membuktikan contoh lain kegagalan Boeing untuk mengkomunika- sikan instruksi yang te- pat kepada maskapai yang menerbangkan pesawatnya. Beberapa tahun sebelum bencana itu, pesawat mengalami ‘tail strike’ di mana pe- rut dari pesawat terseret di sepanjang landasan pada lepas landas yang menggores lubang di badan pesawat. Boeing keliru menyarankan China Airlines untuk menerapkan tambalan baja di atas lubang. Se- mentara Boeing kemu- dian hari menentukan bahwa tambalan seha- rusnya terbuat dari alu- minium anodized, sama seperti bahan badan pe- sawat, tetapi itu tidak Wong Sian Tzen +62 812 2226 3616 Danto +62 813 1105 6833 Tomi +62 812 2272 863 Eve +62 813 1052 4647 Herry Yanto (Asia) Bidang Komunikasi Pangkal Pinang +62 812 7133 9168 disarankan kepada China Airlines tentang perlu- nya mengulang tamba- lan yang sudah tua di pesawat itu. Baja yang jauh lebih kaku akhirnya membuat lubang lain. Kegagalan Boeing untuk berkomunikasi mengor- bankan nyawa semua 225 manusia di CI 611. ” Pengacara Herrmann memperingatkan: “Tragedi dari kecelakaan ini sering diperparah dan keluarga korban akan terluka dua kali dengan kehilangan yang mengerikan dari orang yang mereka cintai ke- tika mereka didekati oleh oknum yang akan mengambil keuntungan dari keadaan ini. Per- tama datang perwakilan dari mereka yang ber- tanggung jawab atas kecelakaan itu. Mereka bertindak peduli ten- tang kesejahteraan para korban, berpura-pura menjadi teman mereka, padahal tujuan mereka sebenarnya adalah untuk memikat para korban agar menyelesaikan tun- tutan hukum mereka un- tuk jumlah kompensasi yang sangat kecil - jauh lebih rendah daripada yang mereka berhak dapatkan secara hukum. Sementara memang benar bahwa kompensasi di AS jauh lebih tinggi daripada jumlah yang umumnya dibayarkan di Indonesia, namun tetap masih ada batasan prak- tis. Korban harus waspa- da terhadap pengacara yang tidak bermoral, menjanjikan jumlah kom- pensasi yang konyol jauh di atas apa yang realistis. Perwakilan mereka akan sering mengatakan apa saja untuk mendapatkan korban untuk menan- datangani kontrak de- ngan pengacara mereka. Hal yang sangat pen- ting dilakukan oleh ke- luarga korban menu- rut Charles Herrmann dalam mempertimbang- kan Lawyer mana yang harus dipilih dalam mewakili keluarga ko- rban dalam melakukan tuntutan kepada Boe- ing adalah mengetahui Kredibilitas dan reputasi Lawyer yang memang memiliki pengalaman nyata dalam menangani klaim kecelakaan pener- bang yang layak disebut LAWYER SPESIALIS KASUS PENERBAN- GAN (SPECIALIST AVI- ATION LAWYER), serta Mencari tahu dari ber- bagai sumber informasi yang legal, seberapa ba- nyak kasus penerbangan yang telah diselesaikan dan bisa memberikan manfaat bagi para kelu- arga korban, dan bukan memberikan duka untuk kedua kalinya. Boeing adalah peru- sahaan AS dan pesawat itu diproduksi di AS. Tentu saja, keluarga kor- ban penerbangan JT 610 dapat menuntut Boeing di AS. Namun, hampir semua korban adalah warga negara Indonesia. Meskipun saya tidak ragu bahwa kami akan menang dalam gugatan itu, namun pertarungan yang sesungguhnya adalah bagaimana untuk mendapatkan kompensasi yang pantas yang harus dibayarkan kepada setiap keluarga korban. Standar Amerika atau Indonesia? Mungkin di antaranya. Bukan hanya keluar- ga korban yang layak mendapat kompensasi, ada alasan kedua un- tuk memastikan mereka yang menyebabkan ke- celakaan ini bertanggung jawab.Dengan membuat terdakwa membayar kesalahan mereka, me- reka jauh lebih termoti- vasi untuk memperbaiki kekurangan dan untuk mengkomunikasikan in- struksi yang tepat. Kami melakukan bagian kami dalam menyelamatkan nyawa penumpang di masa depan, membuat penerbangan lebih aman bagi semua orang.” Herr- mann menyimpulkan: “Korban membutuhkan informasi yang akurat untuk memahami hak- hak hukum mereka. Hanya dengan begitu mereka dapat membuat keputusan terbaik untuk mendapatkan hak-hak tersebut dan memilih pengacara mana yang ingin mereka wakili. ” Pengacara Charles Herr- mann adalah pemilik Herrmann Law Group. Dia memulai karir pen- erbangannya ketika dia dipilih oleh 89 keluarga korban Korea atas pener- bangan Korean Airlines KAL 007 yang ditembak jatuh oleh MIG Soviet di atas Pulau Sakhalin pada tahun 1983. Dia telah memenangkan le- bih dari $ 225 juta dolar AS untuk 351 korban dari banyak kecelakaan udara dan kecelakaan angku- tan massal lainnya. Dia telah berhasil mewakili lebih banyak orang Asia di pengadilan AS dalam kasus kecelakaan udara daripada pengacara lain- nya di dunia. Rekornya tak tertandingi. Dia saat ini menginap di Fairmont Hotel di Jakarta. email: [email protected]; telepon: 1-206-488-5911; and, website: www.hlg. lawyer Perwakilannya di Indonesia dapat di- hubungi di kantor Penga- cara DANTO dan TOMI & Rekan di:

Transcript of Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal...

Page 1: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

[JAKARTA] Pengacara penerbangan interna-sional terkenal Charles Herrmann datang ke In-donesia untuk memberi-kan kompensasi kepada korban Indonesia yang naik bus tur di AS ketika ditabrak oleh kendaraan tur amfi bi yang diopera-sikan oleh Ride the Ducks of Seattle, Washington. Tragisnya, kendaraan amfi bi itu dibuat dengan poros cacat yang rusak. Pengemudi kehilangan kontrol dan kendaraan “Ride the Duck” me-nyeberangi garis tengah di jembatan sempit dan menabrak bus tur. Penga-cara Herrmann berhasil memenangkan beberapa juta dolar kompensasi bagi para korban Indo-nesia.

Sementara sedang di Jakarta pada kasus Ride the Ducks, pengacara ter-kenal ini telah dihubungi oleh perwakilan dari be-berapa korban kecelakaan Lion Air yang mencari nasihat tentang hak-hak hukum mereka untuk kompensasi dari me-reka yang bertanggung jawab atas kecelakaan mengerikan ini. Penga-cara Herrmann menjelas-kan: “Sudah jelas bahwa ada kegagalan sensor pesawat yang memantau sudut angin yang mele-wati sayap yang disebut sebagai angle of attack (AOA). Sensor itu keliru membaca sudutnya terla-lu tinggi, yang kemudian me ngisyaratkan teknolo-gi lain untuk secara oto-matis memaksa hidung pesawat mengarah ke bawah menyebabkan pilot kehilangan kendali. Kegagalan inilah yang menyebabkan pesawat jatuh ke laut.

Lebih buruk lagi adalah fakta bahwa Boeing sadar akan adanya masalah ini sebelum penerba ngan yang naas ini. Pada pe-nerbangan sebelumnya pilot melaporkan mal-fungsi dalam sistem. Pe-sawat itu hampir jatuh pada malam sebelum penerbangan yang naas itu. Namun, Boeing ma-sih tidak memberikan instruksi yang memadai untuk pilot Lion Air ten-tang cara aman bereaksi terhadap situasi seperti itu.

Boeing akhirnya su-d a h m e l a k u k a n n y a

Kecelakaan Lion Air:Kegagalan berkomunikasi

Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat

20 BANGKA POS RABU, 12 DESEMBER 2018

tetapi hanya setelah kecelakaan itu terjadi, ketika Admi nistrasi Pe-nerbangan Federal AS (FAA) memerintahkan Boeing untuk merubah manual operasional pe-sawat untuk menggam-barkan prosedur yang tepat untuk menghindari kecelakaan seperti ini lagi.

I n i m e n g i n g a t k a n saya pada penerbangan Asiana OZ 214 yang jatuh di bandara San Francisco ketika mencoba menda-rat pada 2013. Investigasi kami mengungkapkan contoh lain dari kegaga-lan Boeing untuk meng-komunikasikan instruksi yang tepat kepada awak pesawat. Dalam hal ini pilot kehilangan ken-dali atas throttle otomatis pesawat (mirip seperti cruise-control di dalam mobil). Mereka tidak sadar bahwa alat itu se-cara otomatis padam sehingga menyebabkan pesawat terbang terlalu lambat dan terlalu ren-dah dan menghantam sekatan tepi laut tempat landasan dimulai.” Her-rmann berhasil meng-umpulkan jutaan dolar untuk korban kecelakaan itu.

“Ada juga ledakan pe-nerbangan China Air-lines 2002 CI 611 diatas Selat Taiwan dalam per-jalanan dari Taipei ke Hong Kong.” Herrmann memenangkan jutaan dolar sebagai kompen-sasi untuk 61 korban yang diwakilinya dalam kecelakaan itu. “Kami membuktikan contoh lain kegagalan Boeing untuk mengkomunika-sikan instruksi yang te-pat kepada maskapai yang menerbangkan pesawatnya. Beberapa tahun sebelum bencana itu, pesawat mengalami ‘tail strike’ di mana pe-rut dari pesawat terseret di sepanjang landasan pada lepas landas yang menggores lubang di badan pesawat. Boeing keliru menyarankan China Airlines untuk mene rapkan tambalan baja di atas lubang. Se-mentara Boeing kemu-dian hari menentukan bahwa tambalan seha-rusnya terbuat dari alu-minium ano dized, sama seperti bahan badan pe-sawat, tetapi itu tidak

Wong Sian Tzen+62 812 2226 3616

Danto+62 813 1105 6833

Tomi+62 812 2272 863

Eve+62 813 1052 4647

Herry Yanto (Asia)Bidang Komunikasi Pangkal Pinang

+62 812 7133 9168

disaran kan kepada China Airlines tentang perlu-nya mengulang tamba-lan yang sudah tua di pesawat itu. Baja yang jauh lebih kaku akhirnya membuat lubang lain. Kegagalan Boeing untuk berkomunikasi mengor-bankan nyawa semua 225 manusia di CI 611. ”

Pengacara Herrmann m e m p e r i n g a t k a n : “Tragedi dari kecelakaan ini sering diperparah dan keluarga korban akan terluka dua kali dengan kehilangan yang mengerikan dari orang yang mereka cintai ke-tika mereka didekati oleh oknum yang akan mengambil keuntungan dari keadaan ini. Per-tama datang perwakilan dari mereka yang ber-tanggung jawab atas kecelakaan itu. Mereka bertindak peduli ten-tang kesejahteraan para korban, berpura-pura menjadi teman mereka, padahal tujuan mereka sebenarnya adalah untuk memikat para korban agar menyelesaikan tun-tutan hukum mereka un-tuk jumlah kompensasi yang sangat kecil - jauh lebih rendah daripada yang mereka berhak dapatkan secara hukum.

Sementara memang benar bahwa kompensasi di AS jauh lebih tinggi daripada jumlah yang umumnya dibayarkan di Indonesia, namun tetap masih ada batasan prak-tis. Korban harus waspa-da terhadap pengacara yang tidak bermoral, menjanjikan jumlah kom-pensasi yang konyol jauh

di atas apa yang realistis. Perwakilan mereka akan sering mengatakan apa saja untuk mendapatkan korban untuk menan-datangani kontrak de-ngan pengacara mereka.

Hal yang sangat pen-ting dilakukan oleh ke-luarga korban menu-rut Charles Herrmann dalam mempertimbang-kan Lawyer mana yang harus dipil ih dalam mewakili keluarga ko-rban dalam melakukan tuntutan kepada Boe-ing adalah mengetahui Kredibilitas dan reputasi Lawyer yang memang memiliki pengalaman nyata dalam menangani klaim kecelakaan pener-bang yang layak disebut LAWYER SPESIALIS KASUS PENERBAN-GAN (SPECIALIST AVI-ATION LAWYER), serta Mencari tahu dari ber-bagai sumber informasi yang legal, seberapa ba-nyak kasus penerbangan yang telah diselesaikan dan bisa memberikan manfaat bagi para kelu-arga korban, dan bukan memberikan duka untuk kedua kalinya.

Boeing adalah peru-sahaan AS dan pesawat itu diproduksi di AS. Tentu saja, keluarga kor-ban penerbangan JT 610 dapat menuntut Boeing di AS. Namun, hampir semua korban adalah warga negara Indonesia.

Meskipun saya tidak ragu bahwa kami akan menang dalam gugatan itu, namun pertaru ngan

yang sesungguhnya adalah bagaimana untuk mendapatkan kompensasi yang pantas yang harus dibayarkan kepada setiap keluarga korban. Standar Amerika atau Indonesia? Mungkin di antaranya.

Bukan hanya keluar-ga korban yang layak mendapat kompensasi, ada alasan kedua un-tuk memastikan mereka yang menyebabkan ke-celakaan ini bertanggung jawab.Dengan membuat terdakwa membayar kesalahan mereka, me-reka jauh lebih termoti-vasi untuk memperbaiki kekurangan dan untuk mengkomunikasikan in-struksi yang tepat. Kami melakukan bagian kami dalam menyelamatkan nyawa penumpang di masa depan, membuat penerbangan lebih aman bagi semua orang.” Herr-mann menyimpulkan: “Korban membutuhkan informasi yang akurat untuk memahami hak-hak hukum mereka. Hanya dengan begitu mereka dapat membuat keputusan terbaik untuk mendapatkan hak-hak

tersebut dan memilih pengacara mana yang ingin mereka wakili. ” Pengacara Charles Herr-mann adalah pemilik Herrmann Law Group. Dia memulai karir pen-erbangannya ketika dia dipilih oleh 89 keluarga korban Korea atas pe ner-bangan Korean Airlines KAL 007 yang ditembak jatuh oleh MIG Soviet di atas Pulau Sakhalin pada tahun 1983. Dia telah memenangkan le-bih dari $ 225 juta dolar AS untuk 351 korban dari banyak kecelakaan udara dan kecelakaan angku-tan massal lainnya. Dia telah berhasil mewakili lebih banyak orang Asia di pengadilan AS dalam kasus kecelakaan udara daripada pengacara lain-nya di dunia. Rekornya tak tertandingi. Dia saat ini menginap di Fairmont Hotel di Jakarta. email: char les@hlg . lawyer ; telepon: 1-206-488-5911; and, website: www.hlg.lawyer Perwakilannya di Indonesia dapat di-hubungi di kantor Penga-cara DANTO dan TOMI & Rekan di:

Page 2: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 3: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 4: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

JATUHNYA LION AIR PENERBANGAN JT610

29 Oktober 2018

Nasihat Hukum

Disiapkan oleh:

HERRMANN LAW GROUP Penasihat Hukum Kecelakaan Penerbangan

Page 5: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

HERRMANN LAW GROUP PENASIHAT HUKUM KECELAKAAN PENERBANGAN – BERDIRI TAHUN 1950 –

MANTAN SENATOR & KOMISARIS ASURANSI Karl Herrmann (1915-1997) Pendiri

Perihal: JATUHNYA LION AIR PENERBANGAN JT610

04 Desember 2018

Kepada Yang Terhormat Keluarga dan Kerabat Terdekat Korban:

Kami menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada para korban

kecelakaan Lion Air Penerbangan JT610. Pengalaman berpuluh-puluh tahun

mewakili korban kecelakaan pesawat udara telah membuat kami memahami

betapa mendalamnya kesedihan yang Anda alami. Kata-kata semata

tidaklah cukup untuk menunjukkan duka cita kami, namun terimalah rasa

belasungkawa kami dari lubuk hati kami yang paling dalam.

Kami menyediakan informasi ini untuk membantu Anda dalam menghadapi

tantangan hukum yang akan Anda hadapi dalam memperoleh keadilan dari

pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kehilangan orang-orang yang

Anda sayangi.

NASIHAT UMUM

Para penasihat hukum yang mewakili Boeing dan Lion Air sudah bekerja

menyiapkan kasus klien mereka masing-masing untuk menghadapi Anda

dan keluarga Anda. Untuk itu, Anda harus sesegera mungkin memperoleh

pertimbangan hukum.

YANG TERPENTING. Berikut adalah empat (4) hal yang perlu segera Anda

ketahui:

1. Pertama-tama, jangan diskusikan kasus Anda dengan perwakilan dari

Boeing, Lion Air, badan pemerintah, perusahaan asuransi atau pihak-pihak

lain selain dari keluarga, dokter atau penasihat hukum Anda. Orang-orang

yang bekerja dengan Boeing, Lion Air, dan calon tersangka lainnya mungkin

tampak simpatik dan membantu, namun tujuan mereka adalah melindungi

karyawan mereka dan membantu memberikan ganti rugi tuntutan Anda

dengan nilai serendah-rendahnya;

2. Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan

semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik maupun

emosional—setiap hari. Simpan semua catatan keuangan termasuk

pendapatan, pajak, catatan bisnis/perusahaan, rekening bank, dan anggaran.

Selanjutnya, simpan semua catatan tentang pengobatan medis dan semua

pengeluaran;

Page 6: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

2

www.herrmannlawgroup.com

3. Dapatkan nasihat psikologi/kesedihan. Hal itu tidak hanya penting

bagi kesehatan jiwa Anda, namun juga akan mendokumentasikan semua

penderitaan Anda, yang akan membantu membuktikan besarnya kerugian

yang Anda alami saat waktunya tiba; dan,

4. Semua korban memerlukan nasihat hukum dari penasihat hukum

yang tidak hanya menguasai kasus bencana penerbangan yang rumit seperti

ini, namun juga berpengalaman dalam mewakili warga Asia di pengadilan AS. Mereka harus menyadari kenyataan bahwa ada perbedaan budaya yang

terjadi. Semakin cepat penasihat hukum Anda bekerja mewakili Anda,

semakin besar kemungkinan mereka akan berhasil.

PENYELIDIKAN

Kesimpulan yang pasti mengenai penyebab kecelakaan ini masih terlalu dini

untuk diutarakan karena penyelidikan masih berlangsung. Akan tetapi

tampaknya pesawat udara Boeing yang baru ini mengalami permasalahan

mekanik dan kru penerbangan tidak diberi informasi mengenai cara

memperbaiki masalahnya. Pesawat ini menunjukkan masalah mekanis yang

serius dalam empat penerbangan sebelumnya, termasuk penerbangan pada

malam sebelum pesawat itu jatuh. Meski pihak Lion Air menyatakan bahwa

mereka melakukan perbaikan dan pemeliharaan sebelum menjalani penerbangan yang berakhir tragis ini, bahkan, mengganti sensor angle of

attack (AOA) sehari sebelumnya, tepat dua penerbangan sebelum

penerbangan yang bernasib nahas itu, namun masalahnya tetap terjadi.

Selama 68 tahun mewakili para korban kecelakaan, kami memahami bahwa

tindakan penjagaan keselamatan bisa memerlukan biaya yang tinggi. Sering

terjadi mereka mengorbankan aspek pembuatan dan pemeliharaan

peralatan serta pelatihan awak. Kebijakan manajemen penerbangan sering

kali lebih mementingkan margin keuntungan daripada keselamatan.

Biasanya kecelakaan penerbangan udara melibatkan lebih dari satu

rangkaian kesalahan. Sebagian dari kecelakaan itu disebabkan oleh

kesalahan pada desain, kesalahan produksi, pemeliharaan yang buruk,

panduan pengoperasian dan keselamatan yang tidak memadai, dan

selanjutnya, tanggapan awak kokpit yang buruk yang mengakibatkan kecelakaan ini terjadi. Satu hal yang sudah pasti, kecelakaan itu bukanlah

kesalahan penumpang atau awak kabin. Mereka semua sama sekali tidak

bersalah.

Berikut apa yang sudah dilaporkan sejauh ini.

Pesawat udara yang mengalami kecelakaan adalah pesawat Boeing 737 Max

8 serba baru yang baru saja dimiliki oleh Lion Air pada bulan Agustus 2018.

Pesawat udara yang merupakan versi terbaru yang lebih hemat bahan bakar

dari pesawat udara terlaris dalam sejarah buatan Boeing yaitu 737,

digadang-gadang sebagai salah satu jet terbaru dan tercanggih yang pernah

Page 7: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

3

www.herrmannlawgroup.com

dibuat oleh Boeing dan telah beroperasi secara komersial sejak bulan Mei

2017. Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), pesawat

ini secara spesifik sudah mencatatkan hanya sekitar 800 jam terbang

sebelum penerbangan terakhirnya yang bernasib nahas.

Pesawat udara ini mengalami masalah sangat serius pada empat

penerbangan sebelumnya, termasuk pada hari sebelum penerbangan yang

mengalami kecelakaan itu. Salah satu penerbangan itu melaporkan ketiadaan data dari salah satu sensor udara. Kedua pilot pesawat

penerbangan sebelumnya dari Denpasar ke Jakarta melaporkan masalah

teknis dan bahwa pesawat itu menampilkan "kecepatan udara yang tidak

bisa diandalkan", demikian pernyataan dari wakil ketua Komite Nasional

Keselamatan Transportasi, Haryo Satmiko.

Alon Soetanto, penumpang yang naik penerbangan Lion Air dari Denpasar

ke Jakarta mengatakan kepada wartawan “Sekitar tiga sampai empat menit

pesawat mengudara, saya merasa seperti pesawat kehilangan tenaga dan

tidak bisa menanjak. Hal tersebut terjadi beberapa kali selama penerbangan.

Kami merasa seperti naik kereta luncur. Sebagian penumpang mulai panik

dan muntah-muntah.” Selanjutnya Conchita Caroline mengatakan bahwa

saat pesawat udara bersiap tinggal landas, mesin mati beberapa kali. Saat pesawat pada akhirnya tinggal landas, lantai terasa panas dan ia bisa

melihat mesin kanan berguncang dari jendelanya. Bagaimana pun juga,

Presiden Direktur Lion Air. Edward Sirait mengatakan kepada media lokal

bahwa teknisi telah memeriksa dan memperbaiki masalah tersebut dan

bahwa mereka memberikan izin kepada pesawat tersebut untuk terbang

keesokan harinya.

Pada sekitar pukul 6.20 pagi pada hari Senin, 29 Oktober 2018, Lion Air

Penerbangan JT610 berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta,

Tangerang, Indonesia, menuju Bandara Depati Amir di Pangkalpinang, Pulau

Bangka, Indonesia. Penerbangan ini mengangkut total 189 penumpang,

termasuk 178 penumpang dewasa, 3 penumpang anak-anak, 6 anggota

awak kabin dan 2 pilot, Kapten Bhavye Suneja dan co-pilot Harvino.

Tak lama setelah tinggal landas, pesawat ini menunjukkan perubahan kecepatan, ketinggian, dan arah yang tidak normal. Sebuah pesawat

biasanya akan terbang menanjak dalam beberapa menit pertama, Lion Air

JT-610 mengalami penurunan ketinggian sebesar 726 kaki selama lebih dari

21 detik. Data pada awalnya menunjukkan bahwa pesawat ini tidak berada

dalam profil penerbangan otomatis sebagaimana yang biasanya dilakukan

saat melakukan lepas landas pada sebuah pesawat yang canggih seperti itu.

Sebaliknya, pesawat diyakini pesawat berada dalam profil penerbangan

vertikal yang tidak stabil – adanya peningkatan kecepatan dengan

penurunan ketinggian – menunjukkan adanya kehilangan kendali atas

pesawat tersebut.

Page 8: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

4

www.herrmannlawgroup.com

Kira-kira pada 12 mil laut setelah tinggal landas, pilot meminta kepada

pengendali lalu lintas udara untuk kembali ke bandara. Akan tetapi, pesawat

tidak berbalik dan pilot tidak menyatakan keadaan darurat secara formal.

Pengendali lalu lintas udara kehilangan kontak dengan pesawat udara itu

tidak lama sesudahnya. Pada waktu 13 menit setelah tinggal landas, Lion Air

Penerbangan JT-610 jatuh ke Laut Jawa, kemungkinan menewaskan semua

189 penumpang dan anggota kru di dalamnya.

Para pakar sekarang berspekulasi bahwa ada masalah pada instrumen

pesawat udara, khususnya pada sensor angle of attack (AOA), yang menjadi

bagian dari sistem pitot-statis yang menghitung kecepatan dan ketinggian

udara, yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Sensor AOA merupakan

sebuah instrumen, seperti alat pengukur arah kecepatan angin berukuran

kecil, yang dipasang di luar pesawat, misalnya di bawah kokpit dan

mengirim informasi ke komputernya mengenai sudut hidung pesawat relatif

terhadap udara yang menerpa. Sensor ini membantu menentukan apakah

pesawat akan stall atau kehilangan daya angkat dan menukik.

Untuk melindungi terhadap kemungkinan terjadinya stall pada Boeing 737

MAX 8, Boeing membuat perubahan pada sistem kendali penerbangannya,

yang disebut Sistem Augmentasi Karakteristik Bermanuver (MCAS), sehingga alat ini secara otomatis mendorong hidung pesawat udara ke

bawah saat sensor menunjukkan bahwa hidung pesawat terangkat dan

menimbulkan bahaya terjadinya stall.

Para pakar keselamatan yang terlibat dalam penyelidikan mengatakan

bahwa sistem pencegahan stall otomatis yang baru pada Boeing 737 model

MAX 8 dan MAX 9, dimaksudkan untuk membantu kru kokpit menghindari

secara tidak sengaja mengangkat hidung pesawat terlalu tinggi, pada

kondisi yang tidak biasa dapat mendorongnya ke bawah secara tidak diduga

dan sangat kuat sehingga kru penerbangan tidak dapat mengangkat

pesawat kembali.

Dilaporkan bahwa Boeing meminta maskapai bahwa dalam situasi seperti itu

dapat mengakibatkan pesawat menukik tajam atau jatuh, meski pilot

menerbangkan pesawat jet secara manual dan tidak berharap kontrol komputer penerbangan untuk mengambil alih.

Keterangan MCAS yang disediakan oleh Boeing menyatakan bahwa sistem

dirancang untuk aktif hanya ketika “berbelok tajam dengan faktor muatan

meningkat dan selama penerbangan dengan flap dalam keadaan naik pada

kecepatan udara yang mendekati stall, dan hal itu “diperintahkan oleh

komputer Kendali Pesawat menggunakan data input dari sensor dan sistem

pesawat udara lainnya.”

Penyelidikan akan menentukan apakah perangkat lunak kontrol-

penerbangan MCAS yang baru dari jet ini bekerja sebagaimana mestinya

Page 9: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

5

www.herrmannlawgroup.com

atau sekaligus apakah pilot hanya belum diberikan informasi mengenai

sistem kontrol penerbangan yang baru dan mengontrol pesawat secara

manual.

"Diyakini bahwa sensor ini, sensor Angle of Attack (AOA), memberikan data

yang tidak sesuai ke komputer penerbangan pesawat jet ini, sehingga

mengaktifkan sistem yang baru dan berulang-ulang mendorong hidung

pesawat ke bawah saat sebenarnya tidak ada bahaya stall.

Boeing diduga menahan informasi mengenai potensi bahaya dari fitur

kendali penerbangan yang baru pada model pesawat ini dan belum

menginformasikan maskapai mengenai perubahan pada sistem kontrol

penerbangannya. Faktanya, pilot yang menerbangkan Boeing 737 MAX

untuk American Airlines dan Southwest Airlines tidak diberi informasi selama

pelatihan mengenai perubahan penting pada sistem kontrol penerbangan

otomatis ini. Fakta bahwa para pilot di AS tidak diberi informasi mengenai

MCAS berarti bahwa para pilot Lion Air mungkin juga tidak menyadarinya,

terutama karena layar kokpit dan sistem tampak identik.

“Ini adalah keterangan pertama yang Anda hadapi sebagai pilot 737, telah

terlihat, tulis pesan dari asosiasi pilot di America Airlines. “Hal tersebut tidak

ada dalam Manual Penerbangan American Airlines 737...juga tidak ada keterangan dalam Boeing FCOM (Manual Operasi Kru Penerbangan). Itu

akan diterbitkan tidak lama lagi.”

Setelah peristiwa jatuhnya pesawat yang mematikan itu, Boeing

mengeluarkan buletin operasional yang memperingatkan semua maskapai

mengenai cara mengatasi bacaan kesalahan apa pun yang terkait dengan

sensor AOA. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) kemudian menerbitkan

arahannya sendiri yang meminta para pilot mengenai cara menanggapi

masalah serupa. Boeing selanjutnya mengirimkan buletin peringatan kepada

semua maskapai yang mengoperasikan pesawat ini di seluruh dunia, yang

memberi informasi kepada pilot mengenai cara mematikan sistem otomatis

yang baru jika tidak berfungsi.

Karena data menunjukkan adanya masalah pada kecepatan udara dan alat

pengukur ketinggian, sistem kendali penerbangan akan diselidiki secara menyeluruh. Masalah pada sistem pilot-statis telah menjadi penyebab pada

beberapa insiden sebelumnya: hilangnya pesawat Air France Penerbangan

447 di tahun 2009 dan kembalinya penerbangan Malaysia Airlines ke

Brisbane, Australia setelah tinggal landas pada bulan Juli 2018. Sistem

MCAS yang baru akan diselidiki untuk memastikan bahwa sistem ini

beroperasi sebagaimana mestinya. Semua manual operasi Boeing, pelatihan

dan instruksi yang disediakan kepada maskapai dan para pilot mengenai

sistem MCAS yang baru akan diselidiki untuk mengetahui apakah keduanya

telah memberikan pemberitahuan yang semestinya mengenai perubahan

pada sistem kendali penerbangan atau pelatihan yang tepat dan informasi

Page 10: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

6

www.herrmannlawgroup.com

yang memadai pada manual untuk mengoreksi setiap masalah dan

mematikan sistem otomatis.

Data penerbangan pesawat telah ditemukan, namun butuh waktu berbulan-

bulan untuk menganalisis data yang direkamnya. Perekam suara di kokpit

(VCR) belum ditemukan. Meski penyelidikan mungkin menunjuk beberapa

penyebab jatuhnya pesawat, seperti sensor yang tidak berfungsi, informasi

yang tidak memadai, instruksi dan pemberitahuan dari MCAS dalam manual operasi yang diterbitkan oleh Boeing, pemberitahuan kesalahan oleh kru

penerbangan Lion Air dalam mengikuti manual pengoperasian selama

penerbangan setelah mereka menyadari ada masalah serius pada data yang

mereka terima dari sensor udara, atau perbaikan yang tidak tepat oleh

teknisi mekanik dan keselamatan Lion Air yang memeriksa dan mengganti

sensor yang salah, masih terlalu dini untuk langsung menyimpulkan secara

pasti.

PT Lion Mentari Airlines, sebagai operator Lion Air, merupakan perusahaan

yang dimiliki swasta yang didirikan oleh dua orang bersaudara, Rusdi dan

Kusnan Kirana, keduanya adalah warga negara Indonesia. Perusahaan

induknya adalah Lion Air Group yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.

Perusahaan ini memasarkan dirinya sebagai maskapai penerbangan Indonesia berbiaya rendah dan telah mengalami pertumbuhan yang sangat

cepat dalam waktu singkat akibat tumbuhnya kelompok kelas menengah di

Asia. Malahan, Lion Air merupakan maskapai penerbangan Indonesia

terbesar, serta maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar kedua di

Asia Tenggara, setelah Air Asia.

Menurut situs web maskapai penerbangan ini sendiri, "ekspansi bisnis yang

agresif" merupakan prioritas utama bagi Lion Air dan perusahaan induknya.

Sayangnya, hal itu tampaknya menjadi prioritas terpenting bagi maskapai

penerbangan ini karena rekam jejak keselamatan perusahaan selama

hampir dua dekade pelayanan tidak menunjukkan tingkatan yang aman.

Yang perlu dicatat, insiden sebelumnya diantaranya adalah :

Lion Air Penerbangan 386 yang jatuh setelah tinggal landas pada tanggal

14 Januari 2002 yang menyebabkan pesawat sama sekali rusak namun

tidak menimbulkan korban jiwa.

Pada tanggal 30 November 2004, Lion Air Penerbangan 538 jatuh di

Surakarta, menewaskan 25 orang.

Pada tanggal 4 Maret 2006, Lion Air Penerbangan 8987 tergelincir di

landasan pacu saat mendarat dan menyebabkan pesawat sama sekali

rusak.

Kembali pada tanggal 13 April 2013, Lion Air Penerbangan 907 melewati

landasan pacu dan jatuh ke perairan di dekat Denpasar, Bali, Indonesia.

Page 11: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

7

www.herrmannlawgroup.com

Rekam jejak keselamatan yang buruk dari maskapai penerbangan Indonesia

telah mengakibatkan Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang maskapai

penerbangan Indonesia untuk terbang ke wilayah udara mereka di tahun

2007. Federal Aviation Administration belum lama ini mencabut kembali

larangan tersebut pada bulan Agustus 2016. Uni Eropa kemudian

mengikutinya dengan mencabut larangan pada bulan Juni 2018.

Para pakar penerbangan mempertanyakan apakah pilot Lion Air menerima pelatihan yang memadai saat terbang dalam kondisi darurat atau dalam

menangani teknologi yang baru seperti yang ada pada pesawat Boeing 737

Max 8. Para pilot yang pernah bekerja pada Lion Air dan pesaingnya juga

menyatakan bahwa pelatihan bagi kru penerbangan dan darat terkadang

tidak seiring dengan perkembangan yang terbaru.

Kecelakaan besar yang terjadi pada Lion Air Penerbangan JT 610 tentunya

akan kembali menimbulkan keprihatinan mengenai keselamatan dan

prioritas dari para maskapai penerbangan Indonesia dan, khususnya, Lion

Air. Keselamatan ini jelas-jelas telah menjadi sebuah masalah yang dialami

oleh Lion Air dan industri penerbangan Indonesia secara umum untuk jangka

waktu yang lama. Kami hadir di sini untuk membantu mengetahui

penyebabnya.

Namun demikian, meski Lion Air kemungkinan diketahui bertanggungjawab

atas sebagian kecelakaan ini, penyelidikan tampaknya menunjukkan Boeing

sebagai pihak utama yang bertanggungjawab atas kecelakaan yang

mematikan dan dapat dihindari ini, jika sensor angle of attack mengalami

masalah pada keempat penerbangan sebelumnya, meskipun diganti sehari

sebelum kecelakaan, masalahnya tetap terjadi. Juga tampaknya Boeing

tidak menginformasikan dengan baik kepada para pilot atau maskapai

mengenai perubahan pada sistem kontrol penerbangan dan MCAS, dan

bahwa manual pengoperasian yang diterbitkan oleh Boeing mungkin tidak

cukup mengenai MCAS, sehingga membuat para pilot tidak berdaya saat

hidung pesawat mulai menukik secara otomatis.

Semua masalah ini akan diselidiki secara menyeluruh, meski penyelidikan

mungkin bisa memakan waktu beberapa bulan hingga setahun sebelum benar-benar tuntas. Semua bukti ini sedang dikumpulkan dan akan disimpan.

Yakinlah bahwa semua penyebabnya akan diketahui setelah penyelidikan

diselesaikan dan mereka yang terkait akan dimintai pertanggungjawabannya.

KOMPENSASI/GANTI RUGI

JUMLAH KOMPENSASI/GANTI RUGI.

Masalah mengenai jumlah kompensasi berbeda-beda bagi setiap korban.

Kehilangan orang yang kita sayangi tidak bisa diukur. Hilangnya perhatian

dan kasih sayang, persahabatan, dukungan dan semua kerugian keuangan

lainnya bisa berjumlah cukup besar, bergantung pada hubungan

Page 12: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104

Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

8

www.herrmannlawgroup.com

keluarga, usia korban, dan pendapatan saat ini dan pendapatan

potensialnya. Banyak sekali faktor terkait dalam memperhitungkan jumlah

yang tepat untuk setiap korban. Kami telah menyiapkan setiap aspek kasus

ini dengan melibatkan para pakar jika dibutuhkan untuk memperoleh ganti

rugi sepadan yang maksimal untuk anda.

Dalam kasus-kasus sebelumnya seringnya kami berhasil memperoleh

kompensasi sebesar beberapa juta dolar dalam tuntutan kematian karena kelalaian. Anda dapat melihat rekam jejak kami mengenai jumlah ganti rugi

spesifik yang bisa kami dapatkan bagi para korban kecelakaan besar.

Silakan baca Rekam Jejak Firma dan Tim Penasihat Hukum kami yang

tersedia bersama surat ini. Namun demikian, kami ingin menekankan

secara jelas bahwa hasil-hasil di masa lalu tidaklah menjamin

jumlah ganti rugi di masa mendatang bagi korban yang berbeda

pada kecelakaan yang lain. Setiap kasus ditentukan berdasarkan sifat

dari kasus itu sendiri.

Karena Boeing akan diminta untuk bertanggung jawab sebagian atas

kecelakaan ini, keluarga korban dapat menuntut di Amerika Serikat, di

mana para juri akan memutuskan ganti rugi dalam jumlah paling banyak

dan di mana kompensasi akan lebih tinggi daripada negara lain mana pun di dunia, termasuk Indonesia. Anda memerlukan firma hukum Amerika yang

berpengalaman dalam hukum penerbangan dan bersedia untuk

memperjuangkan hak-hak Anda. Berkantor pusat di Seattle, Washington,

kota Boeing 737 Max 8 dibangun, Herrman Law Group telah berhasil

mewakili klien dalam bencana penerbangan selama beberapa dekade.

Informasi terbaru mengenai Lion Air penerbangan JT610 dan penyelidikan

dapat ditemukan di situs web kami di www.herrmannlawgroup.com.

Kami mengundang semua untuk menghubungi kami untuk mendapatkan

konsultasi gratis, pribadi, dan khusus tanpa komitmen atau ikatan apa pun.

Silakan hubungi beberapa pihak berikut ini:

Charles Herrmann pada HP: +001 1 206.488.5911 / [email protected]

Lara Herrmann pada HP: +001 1 253.380.5272 / [email protected]

Atau salah satu dari 6 pengacara kami di dua kantor kami. Kantor Seattle: +001 1 206.625.9104

Kantor Tacoma: +001 1 253.627.8142

Hormat kami,

HERRMANN LAW GROUP

Charles Herrmann Penasihat Hukum

Telepon Langsung: +001 1 206.488.5911 Email: [email protected]

Situs web: www.hlg.lawyer

Page 13: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Rekam Jejak Firma Hukum

HERRMANN LAW GROUP HERRMANN LAW GROUP secara terus menerus telah mewakili para korban kasus kecelakaan

transportasi massal selama 35 tahun terakhir. Rekam jejak keberhasilan kami telah

menjadi buktinya. Kami telah memperoleh penggantian sebesar $217 juta untuk para

korban. Berikut daftar kasus kecelakaan transportasi massal yang pernah kami tangani.

KAL 007: Pada tahun 1983, sebuah pesawat Soviet MIG menembak jatuh maskapai Korean Air penerbangan KAL 007 setelah tersesat jauh ke dalam

wilayah Soviet saat melakukan penerbangan dari New York ke Seoul, Korea.

Sejarah mencatat bahwa insiden ini menjadi peristiwa kedua terpenting yang

bisa berakibat pada pecahnya Perang Dunia ke-3 antara AS dan Uni Soviet, setelah peristiwa krisis Misil Kuba. Setelah berkonsultasi dengan berbagai

firma hukum AS, 89 keluarga dari 102 orang Korea yang tewas dalam

bencana ini memilih HERRMANN LAW GROUP untuk mewakili mereka. Peran

Charles Herrmann dalam memenangkan kasus ini digambarkan dalam film produksi HBO Tailspin dan dituliskan di dalam buku yang berjudul Death of Flight 007.

Arrow Air: Di tahun 1985, sebuah penerbangan carter Arrow Air

yang mengangkut 256 anggota Divisi 101st Airborne Angkatan Darat

AS jatuh. Tak lama setelah tinggal landas dari bandara Gander, Newfoundland, Canada pesawat ini jatuh dan terbakar serta

menewaskan semua penumpang di atasnya. Para orang tua dari

para prajurit ini memilih kami untuk mewakili mereka.

KE 801: Di tahun 1997, Korean Airlines penerbangan KE

801 jatuh di Nimitz Hill saat mencoba mendarat di Agana, Guam saat cuaca buruk. Sekitar setengah dari

penumpangnya selamat pada benturan yang pertama

sebelum tewas terbakar dalam kebakaran yang terjadi

sesudahnya. Korban yang selamat sangat sedikit.

Para korban bersatu untuk memilih sebuah komite dan

ketua. Mereka menyaring semua firma penerbangan AS

sebelum akhirnya memilih 10 firma hukum untuk melakukan

presentasi. Setelah presentasi, 56 keluarga memilih firma hukum kami. Firma hukum lain paling banyak hanya mewakili 14 keluarga saja. Kami berhasil memperoleh ganti rugi

senilai lebih dari $92.000.000,00.

CI 611: Di tahun 2002, China Airlines penerbangan CI

611 pecah berkeping-keping di Selat Taiwan saat

melakukan penerbangan dari Taipei, Taiwan ke Hong Kong, Tiongkok. Penyelidikan kami mengungkapkan

bahwa pesawat ini pecah karena perbaikan yang tidak

semestinya atas arahan Boeing, perusahaan pembuat

pesawat itu. Semua penumpang pesawat tersebut tewas. Seperti halnya warga Korea sebelumnya, warga Taiwan

membentuk sebuah kelompok untuk menyeleksi semua

penasihat hukum asal AS yang tertarik untuk menjadi

perwakilan hukum mereka. Hampir semua korban memilih firma hukum kami untuk mewakili mereka dan berhasil memperoleh ganti rugi sebesar lebih dari $26 juta AS.

CA 129: Juga di tahun 2002, China Air penerbangan CA 129 dari

Beijing jatuh di pegunungan saat mencoba mendarat di Busan, Korea.

86 dari 97 korban memilih kami untuk mewakili mereka. Kasusnya diselesaikan di depan Mahkamah Agung Korea dan kami memperoleh

putusan ganti rugi yang besarnya beberapa kali jumlah yang biasanya

Page 14: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

diputuskan oleh Pengadilan Korea dalam kasus kematian karena kelalaian dan cedera

pribadi yang jumlahnya mencapai lebih dari $23 Juta atau sekitar 345 Miliar Rupiah.

NTPS: Di tahun 2003, seorang Mayor Angkatan Udara Korea dipilih untuk menghadiri kursus yang sangat khusus di sebuah

Sekolah Pilot Uji Nasional di dekat Rosamond, California.

Dalam sebuah penerbangan pelatihan pertamanya dengan

seorang instruktur, pesawatnya jatuh dan menewaskan keduanya. Secara khusus kami bangga dengan kenyataan

bahwa insiden ini telah diproses melalui meja Atase Angkatan Udara Korea di Kedutaan

Besar Korea di Washington D.C. dan mereka telah melakukan survei secara cermat pada

berbagai firma hukum penerbangan di AS. Atase tersebut mengambil keputusan akhir dan memberikan referensi kepada istri Mayor yang tewas untuk memilih firma hukum kami.

Kami berhasil memperoleh ganti rugi sebesar $4.000.000,00 bagi keluarganya.

TA 390: Di tahun 2008, Maskapai Penerbangan TACA dengan

nomor penerbangan TA 390 melebihi landasan pacu saat mencoba mendarat di bandara Tegucigalpa, Honduras. Kami

mengajukan tuntutan hukum yang pertama di AS yang

mewakili beberapa klien warga negara Honduras. Lima kasus

korban yang selamat yang diajukan di AS telah diselesaikan

dan memperoleh ganti rugi maksimum sebesar $1.750.000,00 atau sekitar Rp26,2 miliar. Setelah kasusnya ditolak untuk

memperoleh keadilan di pengadilan El Salvador, saat ini kami tengah mewakili 28 korban

pada Pengadilan Hak Asasi Manusia Inter-Amerika di Amerika Tengah.

TABRAKAN BUS MI JOO: Pada bulan Desember 2012, seorang pengemudi Bus Pariwisata Mi Joo yang kelelahan

karena bekerja jauh melebihi jam kerja yang disarankan

kehilangan kendali pada jalan raya yang dipenuhi salju

dan es dan terjun ke sebuah tebing bersama 45 penumpangnya dan mengakibatkan 9 orang tewas dan

puluhan korban cedera. Herrmann mengetuai semua

penasihat hukum dalam mencapai kesepakatan dengan

pihak pembela untuk membayar batas maksimum

asuransi mereka (C$10 juta) dan kemudian mengajukan tuntutan ganti rugi setiap korban ke seorang arbiter. Nilai total ganti rugi yang diputuskan bagi para klien kami jika dirata-

ratakan adalah C$10 juta berdasarkan evaluasi gabungan total sebesar $14.364/389,00.

OZ 214: Kecelakaan Asiana Air di Bandara San Francisco pada tanggal 6 Juli 2013.

Kombinasi antara kru yang tidak dilatih secara memadai, cacat pada desain auto throttle pesawat serta tidak berfungsinya peralatan evakuasi telah mengakibatkan pesawat udara

ini menghantam tanggul pantai saat mencoba mendarat di San Fransisco. HERRMANN LAW

GROUP mewakili sebagian besar awak kru dan banyak penumpang pesawat penerbangan ini

dan memastikan diperolehnya ganti rugi yang layak sesuai tuntutan namun dengan jumlah yang dirahasiakan bagi para korban tersebut.

RIDE THE DUCKS: Pada tanggal 24 September 2015, sebuah kendaraan amfibi, yang pada

awalnya merupakan model untuk militer DUKW, yang di tahun 2005 diubah oleh Ride the

Ducks International menjadi Kapal Bebek atau “Duck Boat” untuk sipil yang dioperasikan

oleh Ride the Ducks Seattle menabrak sebuah bus tur di George Washington Memorial Bridge (umumnya dikenal sebagai: “Jembatan Aurora”) di Seattle, King County,

Washington. Pada tahun 2013, Ride the Ducks International mengetahui bahwa rumah

poros (axel housing) pada Kapal Bebek Amfibi (Duck Boats) seperti ini dapat tidak

berfungsi sebagaimana mestinya dan membahayakan; kapal ini harus diperiksa dan diperbaiki secara menyeluruh. Ride the Ducks International menerbitkan sebuah peringatan

kepada operatornya dalam bentuk buletin servis, namun tidak dihiraukan pewaralabanya,

Ride the Ducks Seattle. HERRMANN LAW GROUP mewakili tiga korban yang cedera dan

penumpang yang meninggal yang menaiki bus tur dan berhasil memperoleh

Page 15: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

penyelesaian ganti rugi sebesar lebih dari $9.000.000.00. Negosiasi tambahan

masih diproses di negara bagian Washington.

Perlu dipahami bahwa hasil dari kasus sebelumnya tidak menjadi patokan bagi kompensasi di masa mendatang. Setiap kecelakaan berbeda; juga cedera pada setiap korban itu

spesifik. Meski demikian, kami meyakini bahwa hasil yang telah terbukti mencerminkan

kompetensi dan pengalaman tim hukum kami. Berikut adalah daftar mendetail mengenai

ganti rugi/penggantian yang berhasil diperoleh dalam kasus kecelakaan transportasi massal sebelumnya:

No. Penerbangan

/ Bus Keterangan

Ganti Rugi/ Penggantian

1 KAL 007 Pengusaha berusia 42 tahun, menikah $10.000.000,00

2-3 KAL 007 Pensiunan berusia 63 tahun dan istri $1.575.000,00

4 KAL 007 Penyelia kru kapal pesiar berusia 44

tahun $2.275.000,00

5-8 KAL 007 Ibu rumah tangga berusia 34 tahun & 2

anak $2.225.000,00

8 KAL 007 Mahasiswa berusia 19 tahun $575.000,00

9 KAL 007 Mahasiswa berusia 20 tahun $575.000,00

10 KAL 007 Agen perjalanan berusia 32 tahun $575.000,00

11 KAL 007 Pengusaha berusia 44 tahun $3.275.000,00

12-89 KAL 007 (78) - Gabungan warga Korea $7.800.000,00

90 Arrow Air Prajurit lajang berusia 19 tahun $650.000,00

91 KE 801 Eksekutif berusia 52 tahun $2.000.000,00

92 KE 801 Pengusaha berusia 47 tahun, menikah $2.586.244,79

93 KE 801 Pensiunan petugas pajak lajang berusia

60 tahun $825.000,00

94 KE 801 Ibu rumah tangga berusia 36 tahun $1.500.000,00

95 KE 801 Manajer klinik lajang berusia 34 tahun $750.000,00

96 KE 801 Guru berusia 38 tahun, menikah $2.185.000,00

97 KE 801 Pengusaha lajang berusia 40 tahun $1.500.000,00

98 KE 801 Mahasiswi berusia 23 tahun $825.000,00

99 KE 801 Teknisi komputer lajang berusia 38 tahun $825.000,00

100 KE 801 Korban selamat berusia 13 tahun $3.500.000,00

101 KE 801 Pengusaha berusia 32 tahun, menikah $2.500.000,00

102 KE 801 Pengusaha berusia 45 tahun, menikah $2.000.000,00

103 KE 801 Pengusaha wanita berusia 42 tahun $2.600.000,00

104 KE 801 Pengusaha wanita lajang berusia 25

tahun $2.500.000,00

105 KE 801 Penasihat hukum umur 46 thn & anak

laki-laki umur 9 thn $3.000.000,00

106 KE 801 Pengusaha berusia 36 tahun, menikah $6.250.000,00

107 KE 801 Agen perjalanan lajang berusia 27 tahun $750.000,00

108 KE 801 Korban selamat ibu rumah tangga berusia

24 tahun $5.500.000,00

109 KE 801 Eksekutif lajang usia 29 thn yang selamat $850.000,00

110 KE 801 Pelajar SMA berusia 18 tahun $850.000,00

111 KE 801 Dokter lajang berusia 32 tahun $1.700.000,00

112 KE 801 Pelajar berusia 11 tahun $850.000,00

113 KE 801 Eksekutif berusia 38 tahun, menikah $1.500.000,00

Page 16: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

114 KE 801 Korban selamat berusia 27 tahun $2.550.000,00

115 KE 801 Korban selamat berusia 24 tahun $3.500.000,00

116 KE 801 Teknisi lajang berusia 26 tahun $750.000,00

117 KE 801 Janda berusia 72 tahun $750.000,00

118 KE 801 Pengusaha berusia 41 tahun, menikah $3.200.000,00

119 KE 801 Model wanita lajang berusia 23 tahun $750.000,00

120 KE 801 Pengusaha berusia 42 tahun, menikah $2.375.000,00

121 KE 801 Teknisi komputer wanita berusia 24 tahun $4.650.000,00

122-147 KE 801 (26) Gabungan kasus sebagian $30.000.000,00

148 CI 611 Pemilik restoran berusia 48 tahun $3.500.000,00

149 CI 611 Pengusaha berusia 57 tahun $3.265.000,00

150-208 CI 611 (59) - Gabungan warga Taiwan $26.375.000,00

209-301 CA 129 (86) - Gabungan warga Korea $22.360.000,00

302 NTPS Mayor AU berusia 38 tahun $4.000.000,00

303 TA 390 Pengusaha wanita berusia 52 tahun $1.750.00,00

304 TA 390 Sekretaris berusia 31 tahun $300.000,00

305 TA 390 Pengacara berusia 64 yang cedera $90.000,00

306 TA 390 Pemilik kontraktor berusia 46 tahun yang

cedera $90.000,00

307 TA 390 Pegawai negeri berusia 55 tahun $90.000,00

308-320 Mi Joo Evaluasi Gabungan 13 Korban $14.364.389,00

321-332 Mi Joo 11 Korban Penyelesaian UIM $455.000,00

333-345 OZ 214 13 Awak Kabin dan Penumpang yang Cedera

Dirahasiakan

346-349 Perahu Amfibi 1 Tewas & 3 cedera $9.000.000,00

350-351 Amtrak 2 cedera Menunggu putusan

TOTAL $225,250,000.00

+

Page 17: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

TIM HUKUM KAMI

Karl Herrmann (1915–1997) mendirikan HERRMANN LAW

GROUP pada tahun 1950. Karl pertama kali dipilih menjadi

anggota Senat Negara Bagian Washington pada tahun 1956

di mana dirinya langsung diangkat sebagai ketua Komite Senat Untuk Perbankan, Lembaga Keuangan dan Asuransi.

Ia kemudian memimpin sebuah Komite Interim Gabungan

Khusus Untuk Asuransi yang melambungkan namanya

dalam pemilihan sehingga terpilih sebagai Komisioner

Asuransi Negara Bagian Washington di tahun 1968. Berkat sikap tegasnya yang membela konsumen terhadap para

perusahaan asuransi, masyarakat memilihnya kembali di

tahun 1972 dengan selisih suara yang sangat besar

sehingga ia mencetak sejarah sebagai orang pertama dalam sejarah Negara Bagian Washington yang memperoleh satu

juta suara.

Diantara pencapaiannya ia menciptakan Perlindungan Cidera

Pribadi (Personal Injury Protection - PIP) yang sangat penting bagi orang yang mengalami cidera dalam

kecelakaan kendaraan bermotor. Ia juga membawa Washington menjadi negara bagian

pertama di Amerika Serikat untuk menciptakan sebuah dana

jaminan yang membayar para pemegang polis ketika sebuah perusahaan asuransi mengalami pailit. Ia juga memainkan

peran penting dalam memberikan perlindungan asuransi

medis kepada kiropraktor dan pusat-pusat rehabilitasi

alkohol selama menduduki jabatan publik tersebut. Ia

memperoleh pengakuan secara nasional atas upayanya mendorong diundangkannya legislasi tentang asuransi ketika

Presiden Lyndon B. Johnson memberikan pena pertama yang digunakannya untuk

menandatangani legislasi perlindungan konsumen yang baru diundangkan tersebut.

Prinsip-prinsip Karl Hermann dalam memperjuangkan hak orang yang mengalami musibah inilah yang dengan bangga kami junjung dalam praktik kami dewasa ini di HERRMANN LAW

GROUP.

Charles Herrmann adalah CEO kami dan litigator senior dalam divisi yang menangani gugatan atas kematian yang diakibatkan oleh kelalaian

(wrongful death) dan cidera pribadi (personal injury). Pernah bertugas di

perang Vietnam, ia meninggalkan ketentaraan dengan pangkat Kapten

setelah mengabdi sebagai Penasihat Teknis pada satuan 5th Vietnamese

Ranger Group. Setelah pulang, ia memenangkan Medali Dekan untuk Debat Hukum (Dean’s Medal for Legal Argument) di Fakultas Hukum Gonzaga

University dimana ia lulus pada tahun 1975.

Ia memulai karir hukumnya sebagai Wakil Sheriff di Pierce County sebagai

penyidik pada Unit Pidana Kerah Putih (White-Collar) di bawah Kantor Kejaksaan. Setelah lulus ujian advokat, ia diangkat menjadi Deputi Jaksa Penuntut Umum,

yang tidak lama kemudian ia diangkat sebagai kepala sebuah Gugus Tugas Penegak Hukum

Gabungan yang menangani masalah prostitusi di bawah umur. Dalam jabatannya tersebut

ia mengepalai berbagai penyidik dari Kepolisian Tacoma dan kantor Sheriff Pierce County, disamping mengkoordinir aksi dengan sebuah Unit Penyelidikan Khusus pada Washington

State Patrol dan Polisi Militer di Fort Lewis dan Pangkalan Angkatan Udara McCord. Upaya

gabungan mereka berujung pada banyak pemidanaan mucikari yang menyasar remaja

perempuan.

Presiden Lyndon B. Johnson mengucapkan selamat kepada

Karl Herrmann atas disahkannya undang-undang asuransi federal

yang melindungi warga dari

penyelewengan oleh para perusahaan asuransi.

Page 18: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Ia kemudian membuka praktik swasta bersama ayahnya, dimana setelah beberapa tahun berpraktik di bidang pembelaan pidana, ia berpindah ke bidang kematian akibat kelalaian

dan cidera pribadi. Ia mulai menjabat sebagai CEO firma hukum kami pada tahun 1976.

Charles memperoleh reputasi internasional atas perannya dalam litigasi yang muncul dari

tertembak jatuhnya pesawat maskapai Korean Air Lines penerbangan “KAL 007” oleh negara Uni Soviet di atas pulau Sakhalin pada tahun 1983. Ia mewakili keluarga dari 89

korban pada pesawat tersebut. Setelah negosiasi yang rahasia dan panjang di Korea,

Herrmann mampu mendapatkan kesaksian dari seorang pilot pesawat 747 Korean Air Lines

lain – yang memantapkan kemenangan kasus tersebut melawan Pemerintah Federal A.S. dan KAL. Perannya ditampilkan dalam film HBO berjudul Tailspin dan diceritakan dalam

buku berjudul Death of Flight 007. Ia berhasil mendapatkan $10 juta dollar untuk satu

keluarga dan jutaan lagi untuk klien-klien lainnya.

Pada akhir tahun 90an, Herrmann bekerja sebagai relawan pada Centro Derechos Humanos (Pusat Hak Asasi Manusia) du San Cristobal de Las Casas, Chiapas, Meksiko, di mana ia

menjabat sebagai Pengamat Internasional untuk negosiasi perdamaian antara pemerintah

Meksiko dan kelompok Zapatista dan di pemilihan umum nasional selanjutnya, melakukan

pengamatan proses pemungutan suara di beberapa desa di pedalaman hutan Lacandon (La

Selva Lacandona).

Herrmann kemudian memimpin firma untuk memenangkan $92 juta dollar untuk 56

keluarga dari korban jatuhnya pesawat Korean Air nomor penerbangan KE 801 pada tanggal

6 Agustus, 1997 dekat Agana, Guam. Lebih lanjut, ia memenangkan $4 juta dollar untuk

keluarga seorang Mayor dari Angkatan Bersenjata Korea yang meninggal dalam sebuah kecelakaan di Sekolah Pilot Test Nasional di California. Ia kemudian menyelesaikan

beberapa perkara di pengadilan Korea bagi 86 korban kecelakaan pesawat Air China nomor

penerbangan CA 129 yang jatuh saat berusaha mendarat di bandara Gim Hae dekat kota

Busan pada musim semi tahun 2002 saat Korea menjadi tuan rumah Piala Dunia. Pada saat yang bersamaan, ia berhasil mewakili keluarga dari 62 korban yang tewas saat pesawat

China Airlines nomor penerbangan CI 611 hancur di atas Selat Taiwan.

Saat ini Charles memimpin sebuah tim pengacara mancanegara yang mewakili 33 korban

etnis Hispanik akibat kecelakaan pesawat TACA nomor penerbangan 390 yang keluar dari landasan ketika berusaha mendarat di Tegucigalpa, Honduras. Lima perkara didaftarkan di

A.S., dimana yang terbesar berhasil mendapatkan $1.750.000,00. Perkara-perkara lainnya

saat ini sedang diperiksa di Honduras atau di hadapan Pengadilan HAM Inter-Amerika

(Inter-American Court of Human Rights) di Costa Rica.

Ia juga berhasil memenangkan 13 korban kecelakaan bus pariwisata Korea Mi Joo yang jatuh dari sebuah tebing di dekat Pendleton, Oregon di bulan Desember 2012. Terakhir, ia

mewakili berbagai korban kecelakaan pesawat Asiana nomor penerbangan OZ 214 di San

Francisco di bulan Juli 2013 di hadapan Pengadilan Negeri A.S. di Oakland, California.

Ia baru saja berhasil memenangkan perkara bagi sejumlah korban pada kecelakaan udara pesawat Asiana nomor penerbangan OZ 214 di Bandar Udara Internasional San Francisco

pada musim panas tahun 2013.

Hal yang sama terjadi pada kecelakaan yang melibatkan kendaraan amfibi pada wahana

Ride the Ducks di Jembatan Aurora di Seattle. Herrmann telah menyelesaikan keempat perkara kami dan memenangkan $9 juta dolar, dimana negosiasi ganti rugi masih terus

berlangsung untuk negara bagian Washington.

Ia dipilih oleh keluarga Antonio Zambrano-Montes, yang tewas di tangan polisi Pasco,

Washington pada tanggal 10 Februari, 2015 yang mendapat perhatian internasional setelah

penembakan tersebut direkam di beberapa telepon genggam. Perkara tersebut berhasil diselesaikan dengan pihak kepolisian.

Page 19: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Ia sangat membanggakan tradisi firma untuk mewakili warga biasa, “wong cilik”, melawan maskapai penerbangan, perusahaan transportasi, pemerintah, Lloyds of

London, serta perusahaan-perusahaan raksasa lainnya di industri asuransi.

Lara Herrmann sebagai pemilik dan managing partner pada Herrmann Law Group, Lara Herrmann memimpin divisi pra-litigasi dan mengawasi

pemrosesan dan advokasi semua perkara. Ia dikenal sebagai seorang

advokat agresif yang mencetak hasil terbaik bagi para klien. Lara berfokus

untuk memaksimalkan nilai dari setiap perkara, karena ia memahami bahwa perusahaan asuransi seringkali menaruh nilai yang terlalu rendah

dan mengabaikan klaim-klaim yang berdasar. Falsafah inti Lara yang

mendasari representasi yang diberikannya adalah: kepercayaan, layanan

terbaik bagi klien dan hasil yang cepat dan adil.

Lara berasal dari sebuah keluarga pengacara yang ternama, sebagai

generasi ketiga advokat dan pemilik Herrmann Law Group. Kakeknya, mantan Komisioner

Asuransi Negara Bagian Washington dan Senator Karl Herrmann, mendirikan firma tersebut

pada tahun 1950. Ayahnya, Charles Herrmann, mengukuhkan reputasi gemilang firma

tersebut pada penanganan perkara-perkara cidera pribadi di Negara Bagian Washington dan secara internasional, mewakili klien di berbagi kasus kecelakaan pesawat terbang di

Amerika Serikat, Kanada, Korea, Cina, dan Amerika Latin. Mendiang suami Lara, John

Scholbe, saudara lelaki, dua saudara perempuan dan pamannya juga berprofesi sebagai

pengacara.

Di bawah kepemimpinan Lara dan berkat advokasinya yang kuat, Herrmann Law Group

telah berhasil mewakili ribuan klien dan memenangkan puluhan juta dollar. Melalui

komitmennya terhadap para klien dan hasratnya untuk meraih hasil yang terbaik, Lara

diakui sebagai pelopor dan inovator di bidang perkara cidera pribadi. Hal tersebut mencakup penyelesaian perkara cidera pribadi yang melibatkan kecelakaan kendaraan bermotor,

kelalaian yang menyebabkan kematian, musibah penerbangan internasional dan lebih

banyak lagi.

Sebagai pendiri dan mantan ketua penghargaan tahunan “Woman of the Year”, mantan ketua Washington Women Lawyers dan penerima penghargaan “Rising Star” tiga kali oleh

Washington Law & Politics, Lara adalah tokoh yang ternama dan aktif dalam komunitas

hukum. Disamping itu, ia adalah mantan instruktur pengacara pengadilan di Program

Advokasi Pengadilan untuk Fakultas Hukum LSU.

Dedikasi Lara dalam berpraktik hukum dengan tingkat performa tertinggi didorong oleh rasa bersyukurnya yang tak pernah pudar kepada keluarganya, karyawannya dan karirnya –

melindungi hak-hak manusia yang mengalami kerugian atau “wong cilik” melawan

kepentingan para perusahaan asuransi besar.

Lara tinggal di North Tacoma dengan dua anaknya, Amelia and John. Jika tidak sedang beracara atau menghabiskan waktu dengan keluarganya, Lara senang beraktifitas dan

bersifat kreatif. Ia adalah anggota Tim Tenis USTA, sering mengikuti kompetisi dansa, dan

senang bermain ski, memasak, melukis dan berpergian.

Crystal R. Lloyd terdorong oleh semangatnya untuk membela hak para individu yang harus berhadapan dengan perusahaan-perusahaan besar

asuransi. Sebagai mantan penaksir klaim asuransi (claims adjuster) untuk

sebuah perusahaan asuransi yang terdaftar pada Fortune 100, Crystal sering

menjumpai ketidakadilan yang harus dialami oleh para individu ketika

mereka harus melalui proses pengajuan klaim yang luar biasa berbelit-belit dan meminta penggantian yang adil dari para perusahaan asuransi raksasa

yang diwakili tim pengacara yang besar.

Page 20: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Crystal telah mendedikasikan karir hukumnya untuk membantu individu menanggulangi ketidakseimbangan kekuasaan ini. Ia mampu memanfaatkan pemahamannya tentang

proses internal industri asuransi untuk penyelesaian klaim dalam memperjuangkan

kepentingan kliennya dan telah menunjukkan catatan gemilang dalam mendapatkan

keadilan dalam bentuk kompensasi yang adil bagi klien-kliennya tersebut.

Sebagai seorang pengacara pada Herrmann Law Group, Crystal telah berhasil

menyelesaikan klaim untuk para kliennya yang menderita cidera, dari yang ringan hingga

yang mengalami kelumpuhan permanen. Saat ini ia mengelola bagian pra-litigasi dan

berupaya untuk menyelesaikan klaim semua kliennya dengan cara yang paling efisien menggunakan taktik negosiasi informal yang telah ia kembangkan selama bertahun-tahun

sebagai penaksir klaim asuransi dan associate. Namun, jika negosiasi informal tidak

membuahkan hasil, Crystal akan dengan gigih memperjuangkan kepentingan kliennya di

pengadilan.

Tidak gentar dalam menghadapi tantangan, Crystal telah terbukti sebagai anggota penting

pada tim pengacara Herrmann Law Group di bawah arahan partner senior, Charles

Herrmann, yang mewakili keluarga Antonio Zambrano Montes (insiden penembakan oleh

polisi di Pasco, Washington tahun 2015); beberapa korban kecelakaan duck boat di tahun

2015 di Jembatan Aurora di Seattle, Washington; 21 korban kecelakaan bus Mi Joo di tahun 2012 di dekat Pendleton, Oregon, yang menyebabkan kematian 9 individu dan melukai 36

lainnya– beberapa diantaranya mengalami kelumpuhan permanen; dan 15 korban jatuhnya

pesawat Asiana nomor penerbangan OZ 214 di tahun 2013 di Bandar Udara Internasional

San Francisco.

Anthony Marsh mendedikasikan dirinya untuk memperjuangkan hak

orang-orang yang mengalami kerugian melawan mereka yang menyebabkan

kerugian tersebut. Ia adalah warga Washington generasi keempat dengan

ikatan kuat dengan daerah tersebut, dan dengan kecintaan yang tinggi terhadap kawasan Pacific Northwest. Karena dirinya adalah putera dari

seorang perwira angkatan laut, ia telah berpindah-pindah tempat tinggal di

seluruh negeri. Namun ketika ia memutuskan untuk sekolah hukum, ia

memutuskan untuk kembali ke Seattle.

Ia memulai studi di Fakultas Hukum Universitas Seattle, dimana dirinya

berada diantara sepuluh persen mahasiswa terbaik di kelasnya. Ia kemudian pindah ke

Fakultas Hukum University of Washington, dimana dirinya lulus diantara lima persen terbaik

di kelasnya, yang menjadikan dirinya diterima sebagai anggota Order of the Coif honors

society yang prestisius. Selama di sekolah hukum, ia juga sudah mewakili warga biasa di lembaga Workers’ Rights Clinic, membantu para pekerja yang diputus hubungan kerjanya

dalam mengajukan banding guna mendapatkan pesangon mereka dan mengupayakan

dibayarnya gaji para pekerja konstruksi yang ditahan oleh pemberi kerja.

Selama karirnya hingga saat ini, Anthony telah berhasil mengupayakan ganti rugi bagi puluhan kliennya. Untuk kasus-kasus dimana penyelesaian tidak dapat disepakati, ia secara

gigih mengejar pihak lawan melalui litigasi. Ia khususnya bangga telah membantu

komunitas minoritas Seattle yang seringkali menjadi korban diskriminasi oleh para

perusahaan asuransi.

Liam J. Sgarlat menyebut ayahnya sebagai orang yang telah memicu

minatnya pada dunia hukum dan membangkitkan semangatnya untuk

membantu orang saat mereka membutuhkannya, yang juga mendalami

profesi yang sama. Kemampuannya untuk bernegosiasi dan membujuk pihak lawan yang tersulit sekalipun berakar dari dirinya yang menjadi anak

tengah dari delapan bersaudara. Lahir di sebuah kota kecil di Pennsylvania,

Liam sangat mengerti nilai dari etika kerja yang kuat. Ia juga bangga dapat

membantu rakyat jelata untuk memahami kerumitan hukum dan mengatasi

Page 21: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

segala tantangan yang mereka hadapi.

Setelah menyelesaikan sekolah tinggi di bidang bisnis, Liam melanjutkan studi di fakultas

hukum di Penn State University. Selama masa studinya di universitas tersebut, ia

mendapatkan kesempatan belajar hukum di luar negeri di Florence, Italia. Setelah lulus, ia

pindah ke Virginia utara dan bekerja di sebuah kantor hukum yang menangani cidera pribadi selama hampir delapan tahun. Yang menarik untuk dicatat, Liam bekerja sebagai co-

counsel dan berhasil mewakili seorang pengendara sepeda motor berpedal yang cidera dan

mendapatkan ganti rugi sejumlah $800,000. Pada akhirnya, Liam pindah ke Seattle untuk

memenuhi ketertarikannya pada alam dan pada berbagai norma dan nilai budaya yang dijunjung oleh masyarakat di Pacific Northwest. Setelah menetap di Seattle, Liam bekerja di

sebuah firma hukum yang menangani perkara asuransi sebelum akhirnya membantu

mewakili para penggugat sebagai anggota dari tim pra-litigasi di Herrmann Law Group.

Liam sangat menyukai menangani perkara-perkara cidera pribadi, baik besar maupun kecil. Karena bagaimanapun juga, kasus yang kecil tetap merupakan masalah yang besar bagi

kliennya, dan Liam sangat menyukai mencari jalan keluar dari suatu permasalahan. Ia juga

menghargai keunikan dari setiap kliennya, sama halnya ia menghargai perbedaan dari

setiap perkara. Kebahagiaan terbesar yang dapat diambil dari profesinya adalah membantu

memberi nasehat kepada kliennya dan meringankan kecemasan yang diakibatkan oleh ketidakpastian dengan cara menunjukkan kepada mereka bahwa mereka memiliki tim

hukum yang berdedikasi dan berpengalaman yang berjuang untuk mereka.

Liam memegang izin praktik di Persemakmuran Virginia dan adalah anggota Asosiasi

Advokat Virginia (Virginia Trial Lawyers Association).

Tyler Méndez mengabdikan dirinya untuk mendapatkan hasil yang

bermanfaat tinggi bagi kliennya melalui ketekunan dan kegigihan.

Pengabdiannya untuk melayani manusia berasal dari pengalamannya sebagai ketua badan mahasiswa di Texas Wesleyan University dan selama

bekerja sebagai asisten hukum di Dallas, Texas, seraya mengejar gelar

sarjana hukumnya.

Tyler adalah penduduk asli Texas yang baru saja lulus dari College of Law, University of North Texas, dimana dirinya dicalonkan dan terpilih untuk

menerima penghargaan “Texas Legal Legend”. Setelah menerima penghargaan ini karena

telah berhasil mengatasi berbagai rintangan berat dan membela keadilan sosial, Tyler

bertekad untuk mendapatkan ganti rugi yang adil bagi klien-kliennya.

Setelah mengembangkan teknik riset yang efisien dan efektif di fakultas hukum, Tyler memanfaatkan metode-metode tersebut ketika menelaah permasalahan yang dihadapi

kliennya. Di berbagai kesempatan, ia telah berhasil menegosiasikan pembayaran dengan

penaksir asuransi dengan menggunakan temuan-temuan yang diperolehnya. Namun

demikian, jika negosiasi informal tidak efektif, Tyler akan dengan gigih berjuang atas nama kliennya di pengadilan.

Ia sangat siap untuk bertarung melawan perusahaan-perusahaan asuransi, sebagaimana

terbukti dari kemahirannya dalam simulasi persidangan, pengadilan semu, latihan

pengajuan gugatan, dan voir dire. Tanpa ragu, Tyler akan berjuang untuk mencegah para perusahaan asuransi mengeksploitasi klien-kliennya.

Page 22: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Julie Hwang Herrmann lahir di Korea. Ia bermigrasi ke Amerika Serikat sewaktu dirinya baru berusia 12 tahun. Ia mengenyam pendidikan di

sekolah menengah Shorecrest High School di Seattle dan kemudian lulus

dari University of Washington dengan gelar B.S. di bidang Psikologi di

tahun 1986. Setelah lulus, ia pertama-tama bekerja sebagai asisten hukum selama 3 tahun pada sebuah firma hukum di Los Angeles.

Ia kemudian kembali ke Seattle di mana ia bergabung dengan HERRMANN

LAW GROUP pada tahun 1990. Karena ia fasih dalam bahasa Inggris dan

bahasa Korea, ia langsung ditugaskan ke beberapa kasus yang melibatkan 89 korban pesawat Korean Airlines KAL 007 yang tertembak

jatuh oleh pesawat militer Soviet di atas Pulau Sakhalin. Julie melakukan

semua penjurubahasaan internal, bekerjasama erat dengan masing-masing klien kami

dalam menjawab semua interogasi dan dalam menjawab permintaan dokumen dan menyiapkan klien untuk membuat deposisi mereka.

Setelah itu, Julie melakukan hal yang serupa untuk 56 korban musibah pesawat Korean

Airlines KE 801 yang terjadi di dekat bandara di Agana, Guam, pada tanggal 6 Agustus,

1997; 86 korban musibah pesawat Air Chine CA 129 di dekat Gim Hae pada tahun 2000;

kecelakaan bus Mi Joo yang terjadi di dekat Pendleton, Oregon di tahun 2012; dan baru-baru ini telah selesai menangani dalam kapasitas yang sama untuk sejumlah korban

pesawat Asiana OZ 214 di San Francisco pada musim panas tahun 2013. Dalam kasus-

kasus tersebut, peran Julie sebagai seorang paralegal diperluas untuk meliputi koordinasi

pertukaran informasi dengan para pakar, seperti dokter dan psikolog dari para korban, bersama dengan para akuntan publik bersertifikat dan ekonom, serta para pakar budaya

yang jasanya digunakan oleh firma.

Dipadukan dengan pengalamannya selama 28 tahun sebagai seorang paralegal, kepekaan

dan perhatian Julie kepada klien-klien kami telah berhasil memenangkan rasa percaya, keyakinan dan rasa hormat dari mereka. Sebagian besar dari keberhasilan firma kami

dalam kasus-kasus musibah ini secara langsung merupakan buah hasil dari Nyonya

Herrmann.

Holly Li (Li, Hong-Yan) bekerja sebagai paralegal Cina untuk kami di kantor Seattle. Lahir di Republik Rakyat Cina, ia belajar di Guangxi

Normal University di Guilin, Cina, dimana ia memperoleh gelar B.A. untuk

Sastra Inggris di tahun 1982. Ia kemudian mengajar bahasa Inggris di

sekolah menengah selama 2 tahun.

Ia kemudian belajar di Fakultas Hukum di Shanghai Foreign Trade

Institute di mana ia menerima gelar Sarjana Hukum pada tahun 1986

dengan jurusan hukum ekonomi internasional. Holly kemudian berpraktik

hukum selama empat tahun di Liuzhou, China. Ia merupakan salah satu pengacara pertama dari Cina yang berspesialisasi di bidang perdagangan

dan ekonomi luar negeri. Ia telah mendapatkan rasa percaya dan rasa

hormat dari banyak klien setelah mewakili mereka dalam berbagai perkara yang melibatkan

sengketa pinjaman bank dan tanah, negosiasi kontrak dan perceraian.

Ia dan suaminya bermigrasi ke Seattle di Amerika Serikat pada tahun 1990, di mana ia belajar secara mandiri dengan mendapatkan gelar Associates of Arts sebagai paralegal dari

Edmonds Community College. Ia kemudian memulai karirnya di dunia hukum Amerika

sebagai asisten hukum di sebuah firma hukum Amerika. Ia kemudian bergabung dengan

HERRMANN LAW GROUP pada pertengahan tahun 2001, yang tak lama kemudian ia dinaikkan jabatannya sebagai Perwakilan Komunitas Cina dan bekerja sebagai paralegal di bidang

kelalaian yang mengakibatkan kematian dan cidera pribadi untuk klien firma yang

keturunan Cina. Saat ini ia menangani berbagai kasus yang kompleks melibatkan kematian

Page 23: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

dan cidera yang diakibatkan oleh musibah penerbangan, kelautan, dan kecelakaan kendaraan bermotor.

Holly fasih berbahasa Inggris dan Cina termasuk dialek Mandarin, Kantonis, Shanghai dan

Taishan.

Sylvia Cabrera lahir dan dibesarkan di Mexico City, Mexico. Ia menerima

gelar J.D. dari Iberoamericana University di Mexico City. Setelah itu ia

memperoleh gelar Master of Arts untuk Ilmu Diplomatik dari Diplomatic

Mexican Academy; sebuah gelar Global Master of Arts dari Tufts University, di Boston, MA dan baru-baru ini memperoleh gelar LL.M. dari Washington

University dari St. Louis, MO.

Ia bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Meksiko pada tahun 1998

dan bekerja di berbagai bagian di kementerian tersebut di dalam negeri dan di luar negeri. Ia telah menjalankan karir profesional secara bergantian antara layanan

publik dan sektor akademis, sebagai seorang profesor di bidang hukum internasional publik,

negosiasi multilateral dan bilateral dan sistem hukum dunia. Sebelum bergabung dengan

tim kami, ia menjabat sebagai Deputi Konsul pada Konsulat Meksiko di Seattle selama 6 tahun, dimana ia berkomitmen untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi

komunitas Meksiko di Negara Bagian Washington dengan membangun aliansi dengan

sejumlah organisasi dan lembaga pemerintahan di daerah Pacific Northwest untuk

memajukan hak-hak komunitas Latino.

Sylvia saat ini mengepalai bagian urusan Spanyol di firma kami dan bekerjasama secara

erat dengan komunitas Latino, memimpin upaya kami untuk melayani secara lebih baik

golongan minoritas terbesar dan paling pesat berkembang di Negara Bagian Washington. Ia

fasih berbahasa Spanyol, Inggris, Perancis, Italia dan Portugal.

Page 24: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle Chinese Post News for the Asian American Community

Published weekly by Seattle Chinese Post. Inc. Publisher: AsslDlta Ng. 414 8th Ave. S .. Seattle, WA 98104. (206) 223-0623. Annual subscription: SI O for 52 issues

S«C'1d-Clu, -I• Paid 11 S..ale, WA ISSN 0745-2322 POSTMASTl!R: Send ..W- c:han .. to S.ale 0..-"-. 414 llb A.._ S., S..ule, WA 91104

Herrmann, Fighting for Asians

by Assunta Ng

Charles Herrmann is well-known in the Asian community for reasons other than his active Vietnamese wife. His notoriety comes from bis determined efforts on behalf of his Asian immigrant clients in coun. There's also his impressive track record of 90 percent victories for his cases.

Herrmann's legal expertise is insurance law. Any person who suffers loss and/or injury due to fire, flood, car accidents and other incidents, is

An the

Attorney Rights of

welcome in Hcrrmann's office. In 1989, Herrmann gained

international recognition for his pan in developing and winning a $50-million case against Korean Airlines (KAL) for the 1983 accident where KAL <Xr1 was shot down by Soviet aircraft over Sakhalin, resulting in the death of all 269 people aboard.

At the uial, Herrmann represented 89 of the 102 Koreans aboard the flighL Without the finding of willful misconduct, the victims' families would have been limited to compensation of $7,500 per passenger. He accepted the case at the request of a Tacoma man wbo's cousin was one of the KAL flight victims.

During the course of that case, Hernnann traveled to Korea and Japan on 22 occasions and spent a year in Asia at his own expense (approximately $100,000).

Another example of his success took place in 1983 when he resolved immigration problems for Vietnamese boat people who were stranded in Hong Kong after being denied entry into the U.S.

His personal interest and professional experience with Asian immigrants has taught him a great deal about Asian cultures. He finds that Asians don't like to go to court to sue, particularly when a friend or family member is involved.

Herrmann is careful to explain that if they win in a personal in jury case, it is the insurance company who pays, and not their relatives or friends. Asians just don't want IO embarrass anyone, be

Continued on Pase 11

Page 25: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Herrmann--Continued from Page 1

said, and try their best to protect family and friends.

Herrmann also discovered that Asians have particular ways of relating to their family and relatives in financial dealings, ways which are not customary to the American system.

Once when a Chinese restaurant burned down, there were few wage claims because the owner had bis relatives including children, wife and cousins, working for him for little or no pay. Yet it was unclear whether the restaurant was a family partnership or individual ownership.

The language and the cultural differences probably frighten many Asians away from fighting the American legal system, Herrmann said.

It is difficult for many Asians to understand completely what is written on contracts or said to them, he explained. The insurance company's objective is to compensate as little as possible to their customers, he said.

Herrmann's job is not letting insurance companies get by with not awarding compensation entitled to the insured. He has good reason to enjoy his work.

"It's more a case of personal satisfaction. It's making money through helping people," he said. "I don't want to look at my clients' purse. I don't want any collection problem."

Perhaps, the major factor which influenced Herrmann to go into insurance law, has to do with his father, Karl, who was once Washington state's powerful Insurance Commissioner 1968-1976. His father remains active in Herrmann and Associates as a senior legal counselor.

A controversial figure, the senior Herrmann was accused of being involved in many conflict of interests situations while he was the elected official. But

- J,i;, C..11,cr. He sai his da s troub e stemmed

from "stepping on toes of Lhe insurance industry" for creating the nation's first voluntary no-fault auto insurance program, known as PIP.

'!11e Personal Injury Protection plan provides up to $25,000 in first party no­fault benefits for medical expenses and loss of wages.

To Herrmann, his father will forever be his role model. He credits his father's name and experience for adding assets to his law team.

Charles Herrmann Herrmann's Tacoma law firm is

growing. His second law office will celebrate its grand opening on Mar. 16 at 1 p.m. in a new Chinatown building, Eng Suey Sun Plaza, 815 S. Weller St.

"Chinatown is accessible to many Asian groups," he said. "It is centtally located."

Herrmann and Associates employs nine Asian staff members, speaking four Chinese dialects, Korean, Vietnamese, Cambodian, Laotian, Thai and Tagalog. The Chinese dialects spoken are Shanghaiese, Fukiense, Cantonese and Mandarin.

Included in his Asian staff are former Judge James Su-Brown, a senior attorney who was born in China, and was adopted by missionary parents when he was a child, and Eugenia Su-Brown as the Chinese staff members of the firm.

Graduated with honors from Gonzaga University School of Law in 1975, Herrmann set up his first law office in Tacoma in 1977.

The practice Herrmann and Associates is not restricted to insurance claims, but includes commercial transactions, real estate, criminal defense and immigration with special emphasis on personal injuries.

Herrmann charges his client on a contingency basis. This means that he will not collect any fee from a client, but will collect a percentage when the client wins the case from the defense.

Page 26: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

November 8, 2018

[Seattle, WA] Internationally renowned aviation attorney Charles Herrmann announced today that his firm, the Herrmann Law Group, had successfully settled lawsuits for multiple victims injured in the air crash of Asiana flight OZ 214 at the San Francisco airport in July of 2013.

The plane crashed while attempting to land flying too slow and too low striking its tail on the bulkhead where the runway meets the sea. The plane then flipped 360 degrees before crashing into the tarmac where most passengers and crew were able to escape before it exploded in smoke and flames.

Herrmann explained: “The fault was shared by both Boeing and Asiana. The plane was equipped with an auto-throttle system that functions somewhat similar to a cars cruise control, maintaining a designated speed. However, Boeing failed to provide proper instructions in its operating manual warning the pilots that a certain combination of commands and settings would automatically shut the auto-throttle off. By the time the pilots noticed they were flying too slow and too low, it was too late. They could not pull the plane up in time to avoid the crash.

“One tragic aspect of this horrible accident is the fact the Boeing had been warned by the U.S. FAA that the technology installed on the plane had this trap when a government pilot discovered it in a test flight. Boeing added the additional information in the manuals of the 787-series aircraft but failed to do so on the 777 involved in this crash, even the auto-throttle system was essentially identical on both planes. Even so, Asiana pilots should have

Page 27: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

become aware of the danger much sooner to take corrective action to avoid the accident,” Herrmann explained. “They must share the blame.”

The Herrmann Law Group has represented victims of air disasters for over 35 years, beginning with their successful representation of 89 victims of the 1983 shoot down of Korean Airlines flight KAL 007 by a Soviet MIG over Sakhalin Island. The firm has now represented well over 300 victims of air crash cases, recovering in excess $200M in compensation for victims and their families.

Herrmann concluded: “I am particularly proud to have helped so many widows who lost their husbands in these incidents to support their children, have the means to educate them through college and get a good start in life. It’s very rewarding to me on personal level. Besides, by determining who is at fault in these accidents and holding them financially responsible, we help make the skies safer for everyone.”

Page 28: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

«~e Seattle «tmes seattletimes.com/localnews I OCTOBER 6·, 2015 e

Ducks crash victi1n was aspiring teacher HOST MOTHER SHARES MEMORIES OF STUDENT

17-year-old from China was among 5 killed on bridge

By CHRISTINE CLARRIDGE · Seattle Times staff reporter

Even before she knew the names of the victims, Vanessa Ratcliff, of Shepherdsville, Ky., had an uneasy feeling when she heard about the fatal Ride the Ducks crash on the Aurora Bridge last month.

"Lord, I sure hope Runjie is not on there," she said to herself.

But Runjie Song, 17, of Beijing, Clrina, was on the charter bus hit by the amphibious vehicle. She was among the five North Seattle Col­lege students who died of injuries suffered in th'e collision.

Song spent last school year with Ratcliff s family in Kentucky, where she attended a private Christian school after.a mix-up in timing prevented her from going to the local public school, Ratcliff said.

''We had to order her a King James version of the Bible in Chi­nese and she had never even heard of Christmas," said Ratcliff, 47, ''but she still wasn't happy unless she was making 110 on every test with the extra credit.

"She was so smart and studious, but we tried to pull her out of that. We wanted her to have some fun, too," she said.

And fun she did have, said Ratc­liff.

When the family took her with them to a pumpkin patch at Hal­loween, Song picked out her pump­

See > VICTIM, 82

COURTESY OP VANESSA RATCLIFF

Runjie Song took great care in selecting and decorating a pump­kin last year as an exchange stu­dent in Kentucky.

Student hurt in collision _sues Ducks companies

KNOC~ED UNCONSCIOUS, FRACTURED BOTH HANDS

City Council updated on possible changes to bridge·

ByLEWIS KAMB and DANIEL BEEKMAN Seattle Times staff reporters

A 21-year-old Koreari student who survived the deadly Aurora Bridge crash has sued two Ride the Ducks companies for their roles in not fixing a potentially defective axle on the amphibious excursion vehicle involved in the

last month's wreck Na Ra Yoon's lawsuit, filed

. Monday by the Seattle personal­injury law firm Herrmann Schol­be, is believed to be the first filed over the crash. It names both Ride the Ducks of Seattle and Ride the Ducks International of Atlanta as

. responsible for injuries Yoon suf­fered, as well as the vehicle's still­unidentified driver.

"Ride the Ducks retrofitted a World War II vintage amphibious vehicle to take passengers on tours, and they knew in 2013 that there was a problem with its axle,"

See > LAWSUIT, 82

Page 29: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

< Lawsuot FROM 81

arcorney John Scholbe said Monday. "But that vvord and warning did not get to the Seattle Duck company and no repairs were made."

Patricia Buchanan, an attorney for Rjde the Ducks of Seattle, said Monday the · firm is virithholding comment while awaiting outcomes of various investigations, in­cluding the company's own internal review.

"Until we have those find ­ings, it would be premature for us to discuss pending litigation," Buchanan said in a statement.

A spokeswoman for Ride the Ducks International said via email Monday the com­pany's policy is "not to com­ment on legal matters involv­ing the company," adding the firm wouid not "discuss any specific details regarding the accident'' pending an ongo­ing National Transportation Safety Board (NTSB) inv~sti­gation.

Also Monday, the city's transportation director told the Seattle City Council his department is working with the state to assess potential changes to the six-lane Auro­ra Bridge that could include reducing the number of traffic lanes.,J,

"But! think the important thing to note is thqt any deci­sions we make around how to improve safety on this bridge need to be driven by the data more broadly versus one horrific event," said Seattle Department of Trans­portation Director Scott Kubly.

When compared with other bridges in the city, accident data suggest the Aurora Bridge is "not a par­ticularly dangerous stretch of street," Kubly said.

Investigators have said the Duck vehicle that crashed into a charter bus full of North Seattle College stu­dents on Sept. 24 had been subject to a service bulletin recommending a repair to its front-axle housing assembly.

Ride the Ducks Intema7 tional of Atlanta, which re­furbished and sold the vehi­cle in 2005 to the indepen­dently owned Seattle Ducks firm, has said it distributed a safety advisory in 2013 for 57 Duck vehicles operating throughout the nation, in­cluding the Duck later in- · volved in the Seattle crash.

But Ride the Ducks of Seattle did not make the adV1sed repair, authorities have said. Investigators are trying to determine why that fix wasn't made.

HERRMANN S CHOLBE LAW FIRM

Na Ra Yoon, 21, is a North Seattle College student from South Korea who fractured bones in both hands and was

· knocked uncon­scious during last month's Aurora Bridge crash involving a Ride the Ducks vehicle and the charter bus she was on.

Yoon, who had arrived in Nov. 3, a spokeswoman said Seattle from South Korea Monday. , · eight days before the acci- Once the company's vehi-dent, was ainong a group of cles have passed safety in-North Seattle College.stu- spections and are allowed to dents on a Bellair Charters operate again, Ride the bus struck by the Duck vehi- Ducks will no longer include cle that swerved across the the Aurora Bridge on its tour bridge's centerline. routes, a lawyer for the com-·

"She.fractured both hands, pany said last week. she was knocked uncon- Since the wreck, concerns scious and suffered a blow to over the narrow, six-lane the head,'' Scholbe said. Aurora Bridge have also "We're concerned she may resurfaced. . · have a traumatic brain inju- During Kubly's presenta-ry." ' tionto th~ City Council, he

Five students died and presented statistics showing dozens others were injured the Aurora Bridge is relative-from the wreck. ly safe compared with other .

, Witnesses later described Seattle bridg~~-seeing what appeared to be a From 2012't<> 2014, 35 mechanicalproblem with the collisions occurred on the Duck'.s left front wheel just 0.6-mile span, which accom-before the crash. Investiga- modates about 70,000 vehi-tors later found the left fronL cle trip::; per <lay. That axle shorn off in the wreck- equates to 0. 76 collision per age. million vehicle miles, Kubly

Yoon also has suffered '• said. emotionally, Scholbe said. By comparison, the rate on

"The truth is, an accident the 0.6-mile Ballard Bridge like this is very much like a <;hiring the same period. was scene in war," he said. "Peo- · 0.93 collision per million ple are strewn everywheFe, vehicle miles, and along a there's mass confusion, it's a 0.8-mile stretch of Lal<e City true horror, Everyone who Way Northeast it was 4.09. was on that bus is going to Most of the 19 oncoming-suffer emotionally and will vehicle collisions on the need counseling.1' Aurora Bridge from 2005

In the wake of the acci- through Sept. 23 of this year dent, at least three separate were relatively minor, in- ' investigations have been volving <:lipped side-view. launched. They include a mirrors, Kubly added. Seattle police accident inves- Councilmember Nick tigatiqn, a NTSB probe and.a . Licata urged Kubly to seek Washington Utilities and . more detailed.information Transportation Commission about the severity of colli~ (UTC) examination of the sions resulting in injuries on Seattle Ducks company. one stretch versus another.

Late last ,month, the UTC Despite what the numbers· suspended operations for show, the Aurora Bridge can Seattle's Ride the Ducks feel unsafe due to the nar-pending a full investigation rowness of its lanes, added of the company that inclu~ed Councilmeinber Bruce Har-inspecting each of the 20 rell. vehicles in its fleet. "Those lanes seem incredi-

The UTC, which has al- bly narrow," Harrell said. "I leged in a formal complaint don't know that we need a lot that Ride the Ducks in Seattle of data to reach that conclu­operated at least one vehicle sion." 'in an "unsafe manner," caus- Potential safety changes ing the deadly accident, is being considered include expected to issue its prelimi- moving the bridge's pedestri-nary findings of that probe an walkway under the road

structure to enable widening · of traffic lanes; reducing the bridge from six lanes to five, with one lane reversing di­rections based on the time of day; and reducing the bridge

. to four lanes, Kubly said: State and city transporta­

tion officials will assess the · various possibilities over the next few months, he said.

Yoon's lawyers said Mon­day they're still considering whether to also sue the state as a responsible party to the crash due. to the bridge.

Already, the lawsuit filed Monday describes the span's lanes as "notoriously nar­row," noting its tight traffic lanes leave ''just a mere six inches of room" on either side. of an 8-fdot, 2.4-inch­wide Duck vehicle.

The Herrmann Scholbe firm, which has on its web­site a primer titled, "Dude Boat Crash Advice tOVic­tims," in three languages -English, Korean and Chinese - · said family members of se~eral other crash victims have been in touch with the

. firm. Attorn~ys with several

other law firms also have said they've been talking to . victims or their families about potential lawsuits.

Lewis Kamb: [email protected] or (206) 464-2932. Twitter: @lewiskamb

Page 30: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

COMMENTARY: Herrmann Scholbe advises bus crash victims OCTOBER 2, 2015 BY NORTHWEST ASIAN WEEKLY LEAVE A COMMENT

Charles Herrmann and John Scholbe (Photo by George Liu/NWAW)

Seattle attorneys Charles Herrmann and John Scholbe announced that several family members of victims of the horrific Ride the Ducks bus crash have contacted their firm for legal advice. “The first thing I tell them is not to talk with representatives of the tour bus or the Ducks companies, their associated travel agencies, and especially their insurance companies. Regardless of how nice or helpful they may seem, the harsh truth is that part of their job is to minimize claims of the victims. Naturally, everyone ought to talk freely with their doctors, the investigating governmental authorities, their families as well as lawyers they may retain, but then no one else,” Herrmann warned.

“Every survivor should have their injuries photographed immediately and throughout the course of their healing in recovery. Graphic pictures revealing the appearance of their wounds and their suffering will prove extremely valuable later when their claims are presented. We can secure copies of medical and financial records later, but missed photos are gone forever. Take many detailed photos now,” attorney Scholbe strongly advised.

Attorney Scholbe continued: “With the number of people killed and injured another concern will be whether these companies were carrying enough insurance to adequately compensate all of the victims. Given the number of deaths and horrific injuries in this accident, the $5 million insurance required by law may prove woefully inadequate to fully

Page 31: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

compensate all victims. Some victims may have their own underinsured motorist coverage that may provideadditional compensation shouldthese companies’ insurance prove inadequate.There may be others who share in the fault.”

Herrmann cautioned, “While it is too early to reach firm conclusions, we know the Duck Boat crossed over the center line to crash into a Bellair tour bus traveling in the opposite direction.The Duck 6 driver evidently attempted to change lanes into the left/inside lane closest to the oncoming south bound lanes. It was at this point that he lost control of Duck 6. His vehicle began to slide sideways and crossed over into the southbound lanes where it struck the driver’s side of the Bellair tour bus.

The roles of the drivers of the Duck boat, the tour bus company, and the other two cars involved must be examined. If there were any mechanical failures, their maintenance and management must also be reviewed.

Eyewitnesses report that the left front wheel of the Duck Boat malfunctioned. An eyewitness following Duck 6 gave the following description of what he observed:

“The duck boat was signaling to enter the left lane. As it was making its turn to enter the left lane, it seemed to lurch suddenly. I saw a bunch of smoke and what appeared to be the front, left wheel pop off. It clipped a smaller SUV and basically almost t-boned into the oncoming bus and spun around.”

Other witnesses said the left front wheel broke off from Duck 6 and that red fluid appeared to coming out of that wheel well. The NTSB spokesperson confirmed that the left front axle had been sheared off, although they could not yet determine whether it was broken prior to, or during, the accident.

The Duck Boat is a WWII amphibious landing craft (DUKW) originally designed to deliver troops and supplies from large ships onto beaches as part of military invasions. Duck 6 was 70 years old, manufactured in 1945. It was not originally intended to be driven on crowded urban streets.According to information we have developed, Ride the Duck performs its own maintenance on its fleet of 20 such Duck vehicles and would most likely be held responsible for any mechanical failure on a 70 year old converted landing craft like Duck 6.

Critics have also complained that the Duck drivers are assigned too many tasks. They are not only drivers, but they are also function as tour guides entertaining the passengers with describing points of interest and regaling them with anecdotes, folklore and humor.

The roadway itself may prove critical. Was it designed properly? Were the lanes too narrow? Should there have been median barriers? The State of Washington is responsible

Page 32: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

for the roadway. Many times an accident is the result of a combination of errors or failures on the part of multiple parties. It is often not the result of just one cause.

In this regard we note that the Aurora Bridge was built 83 years ago (1932) when traffic in Seattle was far lighter.

It bears 6 lanes of travel – 3 in each direction at a speed limit of 40mph. These lanes are the narrowest of any 6-lane bridge in the state. While the standard lane width is 12 feet, on the Aurora Bridge, the center northbound lane is 9 feet, 3 inches wide. The other lanes on the bridge are 9 feet, 6 inches wide to 9 feet, 8 inches. There is no median barrier to prevent vehicles from accidently crossing over into opposing traffic.

Washington Department of Transportation (WDOT) years ago recognized that this stretch of highway has one of the highest rates of accidents in the state. In 2003, WDOT proposed that the sidewalks be placed under the bridge roadway to widen the lanes and to install a median barrier to prevent this kind of accident.

Duck 6, the one involved in this accident was refurbished in 2005 with a new GM engine and chassis by Ride the Ducks International the parent company. Further, the NTSB had learned that Ride the Ducks International issued a warning in 2013 about potential axel failure that needed to be repaired or monitored closely. It is unclear if the local franchise Ride the Ducks Seattle received this warning from Ride the Ducks International. This Duck is over 8 feet wide, nearly the width of the lanes.

All these questions present lines of inquiry to be pursued in the ongoing investigation. While some of the pertinent facts are already known, a thorough investigation will most likely take several months to a year to complete. However, nearly all of the evidence is being preserved. Videos and/or photos of the actual crash will eventually be available. All causes will be determined once the investigation is completed.

The law firm successfully represented numerous victims of the Mi Joo bus crash where the tour bus driver lost control causing the bus to plummet off a cliff near Pendleton, Oregon in 2012.

Attorney Herrmann gained an international reputation successfully representing 89 Korean Victims in the shoot down of Korean Airlines Flight KAL 007 in 1983. In that case he recovered $10 million U.S. Dollars for one family alone. He and his team of lawyers went on to recover in excess of $150 million for 118 Korean victims of Korean Airlines accident in Guam in 1997 and more recently Air China’s crash near Gim Hae in the Spring of 2002 as Korea was co-hosting the World Cup. In that same year, Herrmann took on representation of 62 Taiwanese victims of China Airlines flight CI 611 that exploded over the Strait of Taiwan while in route to Hong Kong. The firm is currently representing victims of the crash of Asiana flight 214 at San Francisco in the summer of 2013.

Page 33: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

“The suffering of these victims in this bus crash is terribly similar to those in the Mi Joo bus crash. Not only have they sustained serious physical injuries, the psychological trauma can also be devastating. My heart goes out to all of these victims and their families. It has been a horrific tragedy.”

The attorney concluded: “Finally, one of the problems these victims will face in presenting legal claims for compensation lies in Chinese and American cultural differences. There exist many differences such as roles in family like the head of family, the oldest son, taking care of the elderly, even business customs, how salaries and fringe benefits are paid; the list is long. All these Chinese cultural aspects must be effectively communicated to American judges and juries. So, victims need to retain not only highly competent American lawyers, the attorneys must also be thoroughly familiar with Chinese culture.” (end)

Anyone seeking more information can visit http://hslawfirm.comwhere we will be posting information and more detailed advice; or contact Holly Li on her cell phone: (206) 369-4611 or her email: [email protected].

Page 34: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Duck Boat crash lawsuit filed OCTOBER 9, 2015 BY NORTHWEST ASIAN WEEKLY LEAVE A COMMENT

Na Ra Yoon is suing two Ride the Ducks companies

Seattle attorney Charles Herrmann of the Herrmann Scholbe law firm filed the first lawsuit arising out of the Duck Boat crash on the Aurora Bridge in Seattle Sept. 24.

The plaintiff victim Na Ra Yoon is a 21-year old Korean student who had just arrived in the USA to attend North Seattle College. She was a passenger on the tour bus that was struck by a Duck Boat when it crossed the center line. According to the complaint filed in King County Superior Court, Yoon was knocked unconscious by a blow to her head, suffered fractures in both hands, multiple bruises, and post-traumatic stress. The suit does not specify the amount of money sought.

The Ride the Ducks International, (RTDI), which is headquartered in Georgia was included as a defendant along with Ride the Ducks of Seattle and its driver because the

Georgia business had remanufactured “Duck 6” in 2005, converting it from a WWII vintage amphibious DUKW into the current Duck Boat moniker. It then sold the duck boat to its franchisee in Seattle.

According to the complaint:

“In 2013, RTDI [Ride the Ducks International] became aware that the axle housings on Duck Boats such as Duck 6 could be dangerously defective; they needed to be thoroughly checked and repaired. RTDI published a warning to its own operators in the form of a service bulletin, but it failed to successfully inform its franchisee (Ride the Ducks of Seattle).”

Herrmann commented that: “Ride the Ducks International was perhaps even more negligent than the local operator. They refurbished a then 60-year-old military landing craft and then sold it to their franchisee as fit for the purpose of transporting tourists.”

The suit alleges that: “Eyewitnesses describe an apparent “blowout,” “lockup” or the wheel actually coming off. In the aftermath, investigators would find the left front wheel detached from Duck 6 with its axle sheared off. “We did not name the State as a defendant for several reasons,” Herrmann explained. “We will need discovery and further research before we make a final decision as to whether the state should be included in the litigation.” (end)

Page 35: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

“In 2013, RTDI [Ride the Ducks International] became aware that the axle housings on Duck Boats such as Duck 6 could be dangerously defective; they needed to be thoroughly checked and repaired. RTDI published a warning to its own operators in the form of a service bulletin, but it failed to successfully inform its franchisee (Ride the Ducks of Seattle).”

Herrmann commented that: “Ride the Ducks International was perhaps even more negligent than the local operator. They refurbished a then 60-year-old military landing craft and then sold it to their franchisee as fit for the purpose of transporting tourists.”

The suit alleges that: “Eyewitnesses describe an apparent “blowout,” “lockup” or the wheel actually coming off. In the aftermath, investigators would find the left front wheel detached from Duck 6 with its axle sheared off. “We did not name the State as a defendant for several reasons,” Herrmann explained. “We will need discovery and further research before we make a final decision as to whether the state should be included in the litigation.” (end)

Page 36: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Lawyer: 4 victims of Ride the Ducks crash settle with company midtrial for $8.25 million November 8, 2018

A

Ride the Ducks vehicle collided with a charter bus on the Aurora Bridge on Sept. 24, 2015. (Ken Lambert / The Seattle Times) The largest share of the partial settlement, $7 million, will go to the family of an 18-year-old Indonesian student who was killed in the 2015 crash. By Seattle Times staff A Seattle lawyer representing several victims of the fatal 2015 Ride the Ducks crash on the Aurora Bridge says four of the plaintiffs have settled their cases for a total $8.25 million in the middle of a civil trial ongoing in King County Superior Court. Attorney Lara Herrmann said most of that sum — $7 million — will go to the family of 18-year-old Privando Putradanto, an Indonesian student who was killed in the accident. The other settlements included 600,000 to Jae Won Jang, a college student who suffered permanent injuries to his back, neck and shoulder; a $375,000 payment to Florencia Irena, another Indonesian student, who suffered a fractured collarbone; and a payment of $275,000 to Na Ra Yoon, a Korean student who suffered broken bones in both her hands.

Page 37: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Herrmann said the settlement represented “fair compensation” to the victims and, as importantly, showed their families and countrymen from Indonesia and South Korea that justice can be sought and achieved for anyone in the American judicial system.

The settlement involves Ride the Ducks Seattle and Ride The Ducks International only, and that the victims’ claims against the city of Seattle and the state of Washington remain active.

The trial, which is expected to last several more months, is ongoing in superior court.

Page 38: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

4 victims of Ride the Ducks crash settle NOVEMBER 15, 2018 BY NORTHWEST ASIAN WEEKLY LEAVE A COMMENT By Staff NORTHWEST ASIAN WEEKLY

Devastation from the fatal Duck bus collision on the Aurora Bridge. (Photo from Seattle Fire Department)

Four of the dozens of victims of the 2015 Ride the Ducks crash in Seattle have reached an $8.25 million settlement in the middle of a civil trial ongoing in King County Superior Court.

Attorney Lara Herrmann said on Nov. 8 that $7 million will go to the family of 18-year-old Privando Putradanto, an Indonesian student who was killed in the accident. The other settlements included $600,000 to Jae Won Jang, a college student who suffered permanent injuries to his back, neck, and shoulder; $375,000 to Florencia Irena, another Indonesian student who suffered a fractured collarbone; and $275,000 to Na Ra Yoon, a Korean student who suffered broken bones in both her hands.

Five people were killed and dozens injured on Sept. 15, 2015, when one of the Ride the Ducks boats careened into oncoming traffic on the Aurora Bridge, slamming into a tour bus full of foreign students. An investigation showed an axle on the Duck boat had broken.

Page 39: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Herrmann said all of the survivors also suffer from post-traumatic stress issues. She stressed that the settlement involves Ride the Ducks Seattle and Ride The Ducks International only, and that the victims’ claims against the city of Seattle and the state of Washington remain active. “We are still engaged in negotiations with representatives of the city and state,” Herrmann said. The four cases are part of a lawsuit that includes claims from a total of 42 people who were killed or hurt that day. A months long trial began in October. Five people were killed and dozens injured on Sept. 15, 2015, when one of the Ride the Ducks boats — an amphibious truck-boat dating to World War II — careened into oncoming traffic on the Aurora Bridge, slamming into a tour bus full of foreign students. An investigation showed an axle on the Duck boat had broken. The lawsuit alleges the accident stemmed from poor design, manufacture and maintenance of the Duck vehicles. Herrmann said the settlement represented “fair compensation” to the victims and, as importantly, showed their families and countrymen from Indonesia and South Korea that justice can be sought and achieved for anyone in the American judicial system. “We really felt that these settlements achieved what we were asking for,” she said. The trial, which is expected to last several more months, is ongoing in superior court. Jurors took a field trip earlier this week to a warehouse to view the wrecked vehicles. Seattle Times staff

Page 40: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

PRSRT STD U.S. Postage Paid Permit No. 746 Seattle, WA

VOL 3T· NO 47, NOVEMBER17:~-NOVEMBER 23, 2018 · iREE 36_ YEARS. YOURVOJCE .. ,

4 victims ·of Ride the Ducks crash settle By Staff NORTHWEST ASIAN WEEKLY

Four of the dozens of victims of the 2015 Ride the Ducks crash in Seattle have reached an $8.25 million settlement in the middle of a civil trial ongoing in King County Superior Court.

Attorney Lara Herrmann said on Nov. 8 that $7 million will go to the family of 18-year-

RIDE THE DUCKS from 1

old Privando Putradanto, an Indonesian student who was killed in. the accident. The other settlements included $600,000 to Jae Won Jang, a coUege student who suffered permanent injuries to his back, neck, and shoulder; $375,000 to Florencia Irena, another Indonesian student who · suffered a fractured collarbone; and $275,000 to Na Ra Yoon,

see RIDE THE DUCKS on 11

a Korean student who suffered broken bones in both her hands. Five people were killed and dozens injured on Sept. 15, 2015,

when one of'the Ride the Ducks boats careened into oncoming traffic on the Aurora Bridge, slamming into a tour bus fµ)l of foreign students. An investigation showed an axle 01i the Duck boat had broken.

Herrmann said the settlement represented "fa1r compensation"

Devastation from the fatal Duck bus collision on the Aurora Bridge.

to the victims and, as importantly, showed their families and ~ountryrnen from Indonesia and South Korea that justice can be _sought and achieved for anyone in the Americanjudicial system.

The settlement involves Ride the Ducks Seattle and Ride The Ducks International only, and that the victims' claims against the city of Seattle and the state of Washington remain active: ·

The trial, which is expected to last several more months, is ongoing in superior court. •

Page 41: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 42: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 43: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

14 years of community service

,uguat 24 Bol<Rate

' August 30 9 RRA P I:N Pander Sen.Pam us

Postage

1996 Roach Pa>d

THAI FOOD Bears Perm11No Volume 15 746

page 1/ pages page4 seattte WA. Numbef34

AStant Weekly Published by Seattle Chmese Post Inc._. 414 • 8th Ave S •• Seattle. WA 98104 Telephone 206-223-5559 Fax (206) 223-0626

Seattle Law Firm Settles Korean Airline Suit

\.!5~!:,an Air Traged y intdhgcnce on the response to Aighl #('(fl mg llley might may into Soviet airspace. a,ndudedlheSovictsindcedmislooklhec1• In 1989,a U.S federal court found lllal

by Fidelius Kuo

NW Asian Weekly

they and o<her attorneys had come 10 a $10 million dollar scnlemcnl wi1h KAL on behalf of Ill• famihes of 89 viaim.,.

Moncy can never replace 1hc On Scp,ember I, 198J. flighl life of a relative HQ\11,·ever. for the #007, a non-stop flight from New families of 89 victrn., of Korean York to Seoul, Korea, strayed al-Airline Aight IKXJ7, ll will have to most 3CK> miles from ,ts intended do. Thirteen years ago, the Boeing route into Soviet a1r space. 747 strayed O\lcr Soviet airspace Soviet jct fighters were de-and was shot down by Soviet po· ployed Henge Ille KAL air• lots who mistook it for a spy hner. pwasshotdownbyone reconnaisancc plane. orrwommilcsandcrashcd into the

Last week. Ille law offoces of Sea of Japan. Scattle attorney Oiarles Herrmann, All 269JlU',Cngersdi<d. mclud­

"loca _ _ •ed_ in_Ot_i_na_1_0wn_ ._annoo __ n_ccd_ ~ in_,g:.6- I_ A_m_ericans and one U.S

Congressman. The Soviet> claimed uo.1 lllcy

uied lo hail lhe KAL jc~ ordcnng ii IO follow them IOI landing­but Illa! the KAL jcl ignored 111cm. Believing the jet wa" indeed a reamnaisana: plane on a ,py mis­sion. they fired on the plane

Americans claimed the Soviets knew the jct wa, a civilian aircraft. yet fired w1thou1 wam1ngorprovo­cauon.

Four years later, American m­tclligcncc experts analyzing Sovid

conJinutd on pagt 14

vilian flight for a reronnatWK"e flight The International Civol Av .. tion Organi·

zatloo, a U.N affiliale, mves11ga1cd and re­JCClcd the asscrtJOn that Flight #017 wa,, on a <py m1SSJon.

In 1985, a widow of one of the YIC'lims. Park Sun-Yoong, filed a lawsuit 1hrough Hcmnann '• off.a, agamsl KAL on behalf of her dcccascd husband, Kim Chung· Yeung and S8 olhcr v«.--rims' famihes.

In 1929, the Warsaw Coovenuon SCI a $75,000 hmll on the amoon, of compcnsa• tory damage a surv1v1ng family member could sue for 1n an mtcmationat av111ion in cidcn~ unless lllcy could also prove "wollfull misconduct" oo behalf of the airline.

In• Alab>sa Alex.-v. KAL." a 1984 WSlli~ pl&1n1iffs argued that thc KAL fli&ht . .,

KAL7l il A§ it f~tff .H. ft.~ t1J 1a"~ltJ.1 ~tit ~ 1a"

8\d:tj- +.!;!.~~~ Q!!'ij )

'11:6 -&I 'tl-><I ... ,. .. 3. ,.., ±7~ a,-e- 7J ,o..-. 3!. .n KAL --<,,:i + 'i/-71 >ll Ji.I ~ c!-.n lftal .n ",U .s .-<] -Sf--"-1-e- oJ7Jcf"i!-J-"1 -'/'4:7 •'lt .2..!i!. v;,:.-. .:i

"".!;!.!lj_cf. 831d 911 l'l,I .,H,~OII A-j ±~ *ir7fOII 91911 ~+s.J~'i:1 KAL7l •I"& ;,:, ~-, .n~.2..§!. ~ -e- oJ-S,.B!f ( 54) ~<If .lit *7• 'it'a- 't!Jt,<, '11:6 -&l"J""i• ~o, "'>.!il."1-0fl ~c+.

'it"--<1 89'1191 :aJ '\!I;,:, 714(--':- 40oj *714(-oJ

.!;!.--IJv ~"11~ ~-1l'tl D.C.otl ~-e- cJ<a'l}'tl*I. (,;t'g- i!-1-'t]~ ~ -1&,<>) Olf "1]±, 5\d oJ -"I \t ~ "H "H ~91 -1&4+ 71 cf"-1.n ~-e-~olc+.

oJ .lil.4'--e- ;r.J 'ct &ti 30 'lo! .5i,.c], ~7>"-1 9j <If 'a­.n.'!I 'a"'i'-±Oli A-j "tl>ol "-i6otl 91~ 's".n.'!I 'tc - - --------- ---

"&"<a,'-~ -ll"--<I KAL;,J

"•>:i ±~"11 1:191;1\• t'l,I oJ~I ~?4.

o] .lil.4'--e- '11:6&1 '!}""1 • "1j-ija,.n <>l"-17> a~

-Sf-- "1--lattt,c+".n 'ti a, .n 831d 101! "'•'ii ;r.J Oil A-j tl]'l!j7],<>.:il. 'I:!~ J;!.

~~ ~-&1'1}""1(12'd:ti ~-1l'tl+ --lat*l.91*1.111-

01 .lil.4'--e- lg-.-<] ~ll­--li*l..2..§!. ~ c+ ctl"<!l'el oJ~Jl( 45}'<!.2j ~"'o]

"1, ~"H ~<11~.liL 91 .llj-<lf~ .21"11.111- ~~.2. .§!. "11"'!":-oJcj <If~"• oJe.i6 ~;tl,Y-.2..!i!. ~71 .5e. a.c+. o] .liL*-e- .2.

•H!·+ 7-l~ IO'l,l:'i'l~~c+.

the crew of flight #007 was Ind=! guilty of "willful mi!<.vnduct" and thal lhe families of flighl #007 could seek •unhmiled compen­satory damages," prm oded lhal the >1ct1ms purchased their tockcts in the Unoted States.

Of the 269 viCIJms, 180 did DOI qualify under the U.S. purchase "ipulatioa. Their families received only S75,000.

Park could sue because her husbond. Kim. pu.-hos uckct 1n lhe Uniled States. Kim was 1n the United States. sccmg off hJS son whohac.lJU.\tentercd a private school in N Jcrs<y. I le w .. returning to Sou1h Korea w lhe ai,pbnc was downed

Kim's sunrivmg family members ha: lllcir lawsuit on h,s earning pottnlial s· he owned three bus corn panic! a d a~"'"" & loon assoc1a1ioo, Ille family est the IA Jc.I mtsS rrulhons or dollars 1

Page 44: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

229 KILLED IN CHINA AIRLINE EXPLOSION - LOCAL ATTORNEY CHARLES HERRMANN INVITED TO TAIPEI

Charles Herrmann, an attorney who has successfully recovered over $100 million US dollars for victims of Asian airline disasters, has been contacted by several Taiwanese families of victims of the destruction of China Airlines Flight CI 611 to assist them in the painful legal process that will follow. “I know first hand the pain and anguish that the families of these victims are suffering, and my heart goes out to them.”

In May of 2002, the flight exploded over the Strait of Taiwan, killing all 229 aboard. Herrmann and his team will be flying to Taipei to meet with several families. Herrmann explained that the plane literally broke in pieces as it was continuing to climb from the Taipei airport Initial reports suggest that the airplane’s destruction was due to mechanical malfunction rather than pilot error.

The plane was an old Boeing 747-200 due to be retired from passenger service by China Airlines. This was literally its last scheduled flight. “While no firm conclusions can be drawn at this point, it appears likely that the cause of this accident will lie in the failure of equipment manufactured in the United States,” Herrmann asserted.

“The cockpit voice recorder reflects strange, as of yet unidentified, noises shortly before the plane came apart. The portions of the plane recovered from the ocean floor so far do not bear any evidence of a fiery explosion, suggesting that the plane may have suffered from structural failure caused by an inadvertent opening of the cargo door or perhaps metal fatigue in the fuselage of the plane. Other experts speculate that the disintegration of the plane may have been caused by ignition of fumes in an empty fuel tank due to faulty wiring similar to the probable cause of the 1996 destruction of TWA flight 800 off the Manhattan, New York coastline.” “What ever it takes – how long ever it takes in the end, we will get to the bottom of why this aircraft disintegrated in midair” Herrmann concluded.

Herrmann also said it will be a significant advantage to the victims to have a viable lawsuit against Boeing here in Seattle. “Recoveries in the U.S. are higher than in Taiwan. Further, given the availability of experts in the U.S., the follow-up investigation by the attorneys in the course of the lawsuit is likely to be more thorough. Given his extensive experience in representing Asians before the U.S. courts in air disaster cases, Herrmann was asked to comment on the difficulties involved in presenting damage cases for Chinese to U.S. juries. “It is extremely important that the attorneys learn as much as possible about the Chinese culture. Business practices and accounting methods are quite different from the norm in the U.S. The Chinese family structure is virtually unknown in the America such as the roles of the head of the family and the oldest son. Just getting the documentation properly translated and effectively working through interpreters takes years of experience for the attorneys to eliminate the prejudice that may otherwise result. The process involves much more than literally translating the language. The culture itself must be presented in a manner that our American juries can understand, accept and respect.”

Page 45: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Over the 19 years he has been representing Asians in air disaster cases, Herrmann has assembled an international team of experts in the areas of aviation, accountants and cultural experts as well as translators and interpreters.

Over $80 Million Recovered In Korean Airlines Crash Suit Herrmann also announced today the settlement of 40 wrongful death and 5 survivor cases arising out of the 1997 crash of Korean Airlines flight KE 801 in Guam for a total in excess of $80 million U.S. dollars. Herrmann secured the largest settlement in the entire case in the amount of $9.5 million dollars for the death of a Korean businessman on behalf of his surviving widow and two small children. The flight crashed into Nimitz Hill near the airport at Agana, Guam, on August 6, 1997. Herrmann said that the cause of the crash was a combination of multiple errors on the part of the airlines flight crew and the airport’s air traffic controllers.

The pilots virtually attempted to land the plane 3 miles short of the runway. By the time the plane’s ground proximity warning system went off the pilots had an estimated 4 seconds to pull up and abort the landing. Instead, it took the crew 13 seconds to react to the warning but it was too late.

Herrmann said the evidence further revealed that the ground control, owned and primarily operated by the U.S. Federal Aviation Authority (FAA) failed to notice the warning that registered on the electronic equipment they had at their disposal – the Minimum Safe Altitude Warning System – and consequently made no effort to warn the plane of its impending doom.

The plane’s wheels, which were down for landing, caught on an oil pipeline that crested Nimitz Hill causing the plane to nose over into the trees, glance off the first ridge and then impact head-on into the second ridge. Of the 254 passengers and crew on board 228 died and 26 survived.

“Incredibly, a full 20 minutes elapsed before anyone on the ground knew there was a crash burning on the hill. Rescuers did not reach the crash site for nearly 1 ½ hours. Experts estimated that about one half of the passengers and crew survived the initial impact and were burned alive in the ensuing fire.”

“As I lay on the jungle floor in the cold night rain listening to the screams of the other passengers, I saw a river of fire moving in my direction. I felt the pain of a thousand knives stabbing me. I began to drift… I felt as though I had died and had been delivered into Hell.” -KE 801 Survivor-

After nearly 3 years of litigation, the Defendants agreed to not contest liability and to only contest the amount of damages awardable to each victim’s family. Seven of Herrmann’s cases remain pending before the U.S. District Court in Guam and are expected to be tried next year.

Prior to his taking on the KE 801 case, Herrmann gained an international reputation for his part in the litigation that arose out of the controversial shoot down of Korean Air Lines flight “KAL 007” by the Soviet Union over Sakhalin Island in 1983. He represented 89 families of the victims. After secret and lengthy negotiations in Korea, Herrmann was able to secure the testimony of another Korean Air Lines’ 747 pilot. This crucial testimony literally cracked the case. Herrmann’s role in that case was portrayed in the HBO movie “Tailspin.” He eventually recovered $10 million dollars for one family alone and millions more for the rest of his clients.

Page 46: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

FW couple joins lawsuit over fatal Oregon tour bus crash

COURTESY PHOTO The Dec. 30 crash in Eastern Oregon's Blue Mountains is considered among the deadliest in the state's history. A tour bus crashed through a guardrail and rolled down an embankment along an icy Interstate 84.

By GREG ALLMAIN Federal Way Mirror reporter JANUARY 21, 2013 · UPDATED 1:07 PM

Two Federal Way residents, husband and wife Woon-Jae Lee and Jung-Nyeo Lee, have joined a lawsuit over the tour bus crash that killed nine people and injured 38 more in Oregon in late December.

Jung-Nyeo Lee, the wife, is still recovering in a Portland-area hospital from multiple fractures she received as a result of the crash. Woon-Jae Lee, her husband, is also the personal representative of the estate of his sister, Ae-Ja Kim, who was one of the nine killed. He will be seeking damages as part of the lawsuit against Mi Joo Travel and Tour of Vancouver, B.C.

Lee's brother-in-law, Man-Sum Kim, is currently recovering from two broken legs in a Portland hospital. The Kims had been staying with the Lees while they visited from South Korea.

Page 47: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

The Dec. 30 crash in Eastern Oregon's Blue Mountains is considered among the deadliest in the state's history. A tour bus crashed through a guardrail and rolled down an embankment along an icy Interstate 84.

Attorneys Charles Herrmann and John Scholbe amended their initial complaint against Mi Joo Travel to include the company's president, Edward Kang, as well as the driver of the bus on that fateful night, Haeng-Kyu Hwang.

The complaint filed by the attorneys indicate that they feel that Mi Joo, Kang and Hwang were all negligent and that their actions directly led to the fatal bus crash.

"The deadly combination of driver fatigue, ignored warnings, and excessive speeds in hazardous winter conditions were dictated by management policies established by Defendant Edward Kang that were based upon cost and profit considerations rather than the safety of their passengers," the complaint alleged.

Herrmann noted that the driver was fatigued after working well in excess of the hours allowed by federal regulations. An order by the Federal Motor Carrier Safety Administration, revoking the company's permit, found that "Mi Joo Tour and Travel allowed its driver…to drive far in excess of the maximum hours of service (70 hours)…driver Hwang was at 92 hours when he was involved in a crash resulting in 9 passenger fatalities, and 39 passenger injuries."

The night of the crash, conditions on the roadway were icy and foggy. According to the complaint, eyewitnesses place the speed of the bus at or above 70 mph, well above the posted 55 mph speed limit.

"I was somewhat surprised to read in the press release of Mi Joo's defense counsel where he agreed with me that ice was present on the roadway and an important factor in the accident," Herrmann said, "although I'm not sure he realizes the significance of his further admission that before the accident Mr. Hwang had driven only 2 and a half hours, including a rest stop. The hotel they departed from earlier was approximately 203 miles from the scene of the accident. If you do the math, it calculates out to more than an 81 mph average."

Herrmann noted that the type of calamity that fell the passengers of the Mi Joo tour bus is unusual, and that they're fighting to make sure those left behind are properly compensated.

"Our hearts go out to not only the bereaved families of the deceased, but also to those such as our clients Mrs. Lee and Mr. Kim who have suffered catastrophic disabling injuries. We are also deeply concerned about the emotional trauma experienced by virtually all of these victims. Few people have ever experienced the psychological trauma created by this degree of violence and resulting carnage."

Contact Federal Way Mirror reporter Greg Allmain at [email protected] or 253-925-5565 ext. 5054. http://www.federalwaymirror.com/news/187781201.html#

Page 48: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

~~:~.~~~·~·~·~·~.'.'.'.'.'.:~.~.~~··--------------·-···-·--··················--INTERNACIONALES_.-············-------------·-------·-----········-------~-~~~~~~ --... Elp«fodi,o•'"''""nklea(oJ.loltko

• Presidente del BCIE muri6:

TRAGEDIA AEREA DEJA 5 MUERTOS EN HONDURAS

Tegucigalpa. (EFE) - Un avi6n de TACA con al menos 133 personas abordo que se

accident6 al aterrizar en Tegucigalpa, con un

SEVENDEN MAQUINAS DETRAGA MONEDAS:

RULETA, PINBALL,

POCKERYMAS TEL: 2254·9898;

8828-3333

saldo de cinoo muertos y 60 heridos, se parti6 en tres y es un milagro que la tragedia no haya sido mayor, dijeron testigos ocu!ares y pasaje­ros.

•Siento que he vuelto a nacer, que DK>s tiene algo especial para mr, coment6 neivioso el ex ministro de lndustria y Comercio hondu­reno, Norman Garcfa, uno de los pasajeros del vuelo 390 de la empresa satvadorei'\a Trans­portes A8reos del Continente Americano (TACA).

Garcia afirm6 que el p11oto del avi6n hizo dos intentos por aterrizar y que en el segundo se produjo el accidente al salirse de la pista y terminar su recorrido en una vfa pllbltea muy transilada.

El plloto de la aeronave muri6 a causa del accldente. Al parecer no pudo frenar sobre la pista y sa-116 a una carretera. El lmpacto fue mortal. (EFE)

La aeronave, un Airbus A320, parti6 de San Salvador hacia Miami (EE.UU.) con esca· las en Tegucigalpa y San Pedro Sula, las dos ciuctades mas importantes de Honduras.

Al aterrizar, el avi6n se sali6 de la pista del Aeropuerto Toncontrn, en el exlremo sur de Tegucigalpa, con 126 pasajeros y siete tripu­lantes, seglm una fuente de TACA.

Entre las cinco victimas mortales figura el nicaragOense Hany Brautigam, presktente del Banco Centroamericano de lntegraci6n Eco­n6mica (BCJE), quien regresaba de San Sal­vador, donde el jueves asisti6 a la cumbre de los palses del Sistema de la lntegraci6n Cen­troamericana. Ademas se confirm6 la muerte de una muier identificada como Jeanne Chan-

tal Neele y Jos~ Romero, pero no fueron reve­las sus nacionalidades.

El ala izquierc:la le cay6 encima a un taxi, en tanto que otro vehrculo qued6 destruido al ser impactado por el aparato.

Los bomberos tuvieron que romper con herramientas la cabina del avi6n para sacar' a los pasajeros que venfan en primera ciase, asi como a los pilotos y otros miembros de la tri­pulaci6n.

Despu8s del accidente, el presidente de Honduras, Manuel Zelaya, orden6 que los aviones comerciales grandes que aterrizan en Tegucigalpa k> hagan de ahora en adelante en la base militar de Palmerola, 75 ki16metros al norte de la <'.Anita!.

Page 49: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Herrmann Law Group representing victims MARCH 9, 2015 BY NORTHWEST ASIAN WEEKLY LEAVE A COMMENT Charles Herrmann

Charles Herrmann of the Herrmann Scholbe law firm, with offices in Chinatown and Tacoma, is leading an international team of lawyers representing 33 Hispanic victims of the crash of TACA flight 390 that overshot the runway while attempting to land at Tegucigalpa, Honduras. Five survivor cases filed in the USA, the largest of which settled for $1,750,000.00. The remaining cases are currently being litigated in Honduras or in Costa Rica.

He has just recently been chosen by the widow and two daughters of Antonio Zambrano-Montes, the individual gunned down by police in Pasco, Washington on February

10, 2015 with the shooting completely recorded on several eyewitness videos. (end)

Page 50: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 51: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 52: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 53: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

- 33 -

Page 54: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik
Page 55: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Jakarta, 04 Desember 2018

Kepada Yth.

Keluarga korban JT610

di tempat

Dengan hormat,

Dengan ini kami memberitahukan bahwa kantor Pengacara kami ditunjuk menjadi rekan

kerja HERRMANN LAW GROUP.

Untuk komunikasi dan informasi lebih lanjut Bapak/Ibu bisa menghubungi kami pada

nomor sebagai berikut :

1. B. PANGESTUTOMI G.,S.H.,M.Kn. nomor Handphone 0812-2272 -863

2. WONG SIAN TZEN nomor Handphone 0812-2226-3616

3. DANTO nomor Handphone 0813-1105-6833

4. EVE nomor Handphone 0813-1052-4647

5. ANDRE nomor Handphone 0818-0603-7545

6. Atau melalui nomor kantor 021-29018253

Nomor Handphone tersebut diatas dapat diakses melalui whatsapp.

Demikian mohon dimaklumkan adanya.

Hormat kami,

B. PANGESTUTOMI G.,S.H.,M.Kn.

Page 56: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

HERRMANN LAW GROUP AVIATION DISASTER ATTORNEYS – EST. 1950 –

FORMER SENATOR & INSURANCE COMMISSIONER Karl Herrmann (1915-1997) Founder

Re: LION AIR FLIGHT JT610 DISASTER

November 26, 2018

To Victim Families and Loved Ones:

Our hearts go out to victims of the horrific crash of Lion Air Flight JT610.

Decades representing air disaster victims have taught us the depth of your sorrow. Mere words are insufficient, but please accept our sincere

condolences.

We provide you with this information to help you confront legal challenges you

will face seeking justice from those responsible for the loss of your loved ones.

GENERAL ADVICE

Lawyers representing Boeing and Lion Air are already at work preparing their

clients’ cases opposing you and your family. You should seek legal counsel as

soon as you are able.

MOST IMPORTANT. The following are four (4) points you need to know

immediately:

1. First, do not discuss your case with representatives of Boeing, Lion Air, government agencies, insurers or anyone else other than your family, your

doctors, or your lawyers. People working for Boeing, Lion Air, and other potential defendants may seem sympathetic and helpful, but their goal is to

protect their employers and to help settle your claim as cheaply as possible;

2. Start a diary/journal in which you record all your suffering—both

physical and emotional—daily. Preserve all financial records including income, taxes, business/corporate records, bank account, and budgets. Further, keep

records of all medical treatment and all expenses;

3. Seek out psychological/grief counseling. Not only can it be vital for your

mental health, but it will also document your suffering, which will help prove

the extent of your damages when the time comes; and,

4. All victims need legal advice from lawyers not only skilled in these

complicated aviation disaster cases, but also experienced in representing Asians in USA courts. They must be aware of the cultural differences to be

effective. The sooner your lawyers start work on your behalf, the more

successful they will be.

Page 57: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104 Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

2

www.herrmannlawgroup.com

INVESTIGATION

It is too early in the investigation to reach firm conclusions on fault in this

accident. However, it does appear this new Boeing airplane experienced mechanical problems and that the flight crew was uninformed on how to

correct the problem. This plane was exhibiting serious mechanical problems on its previous four flights, including a flight the night before this crash. While

Lion Air says that it performed repairs and maintenance prior to the doomed flight, even replacing an angle of attack (AOA) sensor the previous day, just

two flights prior to the ill-fated flight, problems persisted.

In 68 years of representing victims of accidents, we have seen that safety

measures can be expensive. Frequently, they’re sacrificed in manufacturing and maintenance of equipment as well as training of the crews. All too often

management policies are more concerned with profit margins than with safety. Usually air disasters involve a chain of mistakes. Some combination of faulty

design, a manufacturing error, poor maintenance, inadequate training,

insufficient operating and safety manuals, and a poor cockpit crew response leads to these disasters. One thing is clear; it was neither the fault of the

passengers nor the cabin crew. They were entirely innocent.

Here’s what has been reported so far.

The plane involved was a brand-new Boeing 737 Max 8 that Lion Air had just taken possession of in August 2018. The aircraft, a more fuel-efficient update

of Boeing’s best-selling airliner in history, the 737, was touted as one of Boeing’s newest and most advanced jets ever built and has been in

commercial operation since only May 2017. According to Indonesia’s National Transport Safety Committee (NTSC), this specific plane had logged a mere

800 hours in the sky prior to its final, ill-fated flight.

This airplane experienced severe problems on the previous four flights,

including the day prior to the doomed flight. One of those flights reported no data from one of the air sensors. Pilots on board the plane's previous flight

from Denpasar to Jakarta reported technical problems and that the plane was

displaying "unreliable airspeed," according to the deputy chief of Indonesia's

National Transport Safety Committee, Haryo Satmiko.

Alon Soetanto, a passenger aboard the Lion Air flight from Denpasar to Jakarta, told reporters “About three to eight minutes after it took off, I felt

like the plane was losing power and unable to rise. That happened several times during the flight. We felt like in a roller coaster. Some passengers began

to panic and vomit.” Further, Conchita Caroline said that as the airplane was preparing for take-off, the engine died several times. When the plane did

finally take-off, the floor felt hot to the touch and she could see the right engine shaking out of her window. Nonetheless, Lion Air Chief Executive,

Page 58: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104 Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

3

www.herrmannlawgroup.com

Edward Sirait, told local media that engineers had checked and repaired the

issue and that they gave the plane clearance to fly the very next day.

At approximately 6:20 a.m. on Monday, October 29, 2018, Lion Air Flight JT610 departed Soekarno-Hatta International Airport, Tangerang, Indonesia,

on its way to Depati Amir Airport in Pangkalpinang, Bangka Island, Indonesia. The flight was carrying 189 people in total, including 178 adult passengers, 3

child passengers, 6 cabin crew members and 2 pilots, Captain Bhavye Suneja

and co-pilot Harvino.

Shortly after take-off, the plane displayed abnormal changes in speed, altitude and direction. While a plane would normally be ascending in the first few

minutes of a flight, Lion Air JT-610 experienced a 726-foot drop over 21 seconds. Data initially suggested that the plane was not in automatic flight

profile, as it would normally be for a takeoff in such an advanced aircraft. Instead, it was believed to be in an unstable vertical flight profile – an increase

in speed with a decrease in altitude - suggesting some loss of control of the

aircraft.

Approximately 12 nautical miles after taking off, the pilots made a request to

air traffic control to return to the airport. However, the plane did not turn around and the pilots did not declare a formal emergency. Air traffic control

lost contact with the aircraft soon after. An estimated 13 minutes after take-off, Lion Air Flight JT-610 crashed into the Java Sea killing all 189 passengers

and crew members aboard.

Experts now speculate that there was a problem with the aircrafts

instruments, specifically an angle of attack (AOA) sensor, that was part of the pitot-static system that calculates airspeed, altitude, and the plane’s nose

direction, that contributed to the crash. An AOA sensor is an instrument, like a small wind vane, that sits outside the plane just below the cockpit and sends

information to its computers about the angle of the plane's nose relative to the oncoming air. The sensor helps to determine whether the plane is about

to stall and dive.

To protect against a possible stall on the Boeing 737 MAX 8, Boeing made a change to the flight-control system, called the Maneuvering Characteristics

Augmentation System (MCAS), so that it automatically pushes the nose of the aircraft down when a sensor indicates that the nose is pitched up and putting

the plane in danger of a stall.

Safety experts involved in the investigation said the new automated stall-

prevention system on the Boeing 737 MAX 8 and MAX 9 models, intended to help cockpit crews avoid mistakenly raising a plane's nose dangerously high,

under unusual conditions can push it down unexpectedly and so strongly that

flight crews can't pull it back up.

Page 59: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104 Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

4

www.herrmannlawgroup.com

It is being reported that Boeing told airlines that such a situation can result in a steep dive or crash, even if pilots are manually flying the jetliner and

don't expect flight-control computers to kick in.

The description of MCAS provided by Boeing states that the system is

designed to activate only “during steep turns with elevated load factors and during flaps up flight at airspeeds approaching stall” and that it is

“commanded by the Flight Control computer using input data from sensors

and other airplane systems.”

The investigation will determine whether the jet’s new MCAS flight-control

software was working properly or whether the pilots were simply uninformed about the new flight control system altogether and had no knowledge of the

procedure to cut off the automatic system and manually control the plane.

It is believed that this sensor, the Angle of Attack (AOA) sensor, was feeding bad data to the jet’s flight computer, activating the new system and

repeatedly pushing the nose of the plane down when in fact there was no

danger of a stall.

Boeing allegedly withheld information about the potential hazards of new flight-control features on this model of plane and had not informed the airlines

of the change to the flight control system. In fact, pilots flying Boeing’s 737 MAX for American Airlines and Southwest Airlines were not informed during

training about this key change to the automatic flight control system. The fact that U.S. pilots were not informed about the MCAS means that Lion Air pilots

may have been unaware of it as well, especially since the cockpit displays and

systems seemed identical.

“This is the first description you, as 737 pilots, have seen,” the message from the pilots’ association at American Airlines reads. “It is not in the

American Airlines 737 Flight Manual … nor is there a description in the

Boeing FCOM (Flight Crew Operations Manual). It will be soon.”

It was not until after the fatal crash Boeing released an operational bulletin, warning all airlines about how to address any erroneous readings related to

the AOA sensor. The Federal Aviation Administration (FAA) later issued its own directive that advised pilots about how to respond to similar problems. Boeing

subsequently sent out a warning bulletin to all airlines operating the plane worldwide, informing pilots how to cut off the new automated system if it

malfunctions.

Because the data suggests problems with the air speed and altimeter, the

flight control system will be investigated thoroughly. Problems with the pitot-static system have been involved in previous incidents: disappearance of Air

France Flight 447 in 2009 and the return of a Malaysia Airlines flight to Brisbane, Australia after take-off in July 2018. The new MCAS system will be

Page 60: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104 Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

5

www.herrmannlawgroup.com

investigated to confirm it was operating properly. All Boeing operating manuals, training and instructions provided to the airlines and pilots on the

new MCAS system will be investigated to see if they had proper notice of the changes to the flight control system or proper training and sufficient

information in the manual to correct any problem and turn the automatic

system off.

The aircraft’s flight data recorder has been recovered, but it will take months to analyze the data it recorded. The cockpit voice recorder has not been found

yet. While the investigation may point to several causes for the crash, such as faulty sensors, insufficient information, instruction and notice of the MCAS

in the operating manuals issued by Boeing, errors by the Lion Air flight crew in following the operating manual during the flight once they realized there

was a serious problem with the data they were receiving from the air sensors, or improper repairs by Lion Air’s mechanical and safety engineers that checked

and replaced the faulty sensor, it remains too early to jump to firm conclusions.

P.T. Lion Mentari Airlines, operating as Lion Air, is a privately-owned company that was formed in 1999 by two brothers, Rusdi and Kusnan Kirana, both

Indonesian nationals. Its parent company is Lion Air Group with headquarters in Jakarta, Indonesia. It markets itself as Indonesia’s low-cost airline and,

consequently, it has seen rapid growth in the company’s short existence, tapping into the growing middle class in Asia. In fact, Lion Air is Indonesia’s

largest airline, as well as Southeast Asia’s second largest low-cost airline, after

Air Asia.

According to the airlines own website, “aggressive business expansion” was a top priority for Lion Air and its parent company. Unfortunately, it seems to

have been of the utmost priority for the airline, as its safety record in the

company’s nearly two decades of service is anything but safe.

Of note, past incidents include Lion Air Flight 386 which crashed after take-off on January 14, 2002, causing a total loss of the plane but no fatalities. On

November 30, 2004, Lion Air Flight 538 crashed in Surakarta, killing 25

people. On March 4, 2006, Lion Air Flight 8987 skidded on the runway during landing and caused a total loss of the plane. Again, on April 13, 2013, Lion

Air Flight 907 overshot the runway and crashed into the water near Denpasar,

Bali, Indonesia.

The poor safety record of Indonesian airline carriers led the United States and the European Union to ban Indonesian carriers from their skies in 2007. The

Federal Aviation Administration only recently lifted that ban in August 2016.

The European Union followed suit and lifted the ban in June 2018.

Aviation experts are questioning whether Lion Air pilots receive adequate training in flying planes during emergency conditions or in handling new

technology like that in the Boeing 737 Max 8. Pilots who have worked for both

Page 61: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104 Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

6

www.herrmannlawgroup.com

Lion Air and its competitors have also stated that training for flight and ground crews sometimes did not keep up with latest developments. The catastrophic

crash of Lion Air Flight JT610 will certainly renew concerns about the safety and priorities of Indonesian airlines and, specifically, Lion Air, once more.

Safety has clearly been an issue with Lion Air and with the Indonesian aviation

industry in general for a long time. We are here to help find out why.

However, while Lion Air will likely be found at least partially liable for the crash, the investigation seems to point to Boeing as being the majority at fault for

this deadly, and avoidable, crash. While the angle of attack (AOA) sensor had malfunctioned on the previous four flights, even being replaced the day before

the crash, problems persisted. It also seems that Boeing did not properly inform pilots or airlines about the changes to the flight control system and the

MCAS, and that the operating manual issued by Boeing may have been deficient on the MCAS, leaving the pilots helpless as the plane’s nose began

to automatically turn downward.

All these issues will be thoroughly investigated, though the investigation may take as long as several months to a year to complete. All the evidence is

being collected and will be preserved. Rest assured that all causes will be determined once the investigation is completed and those responsible will be

held to account.

COMPENSATION

AMOUNT OF COMPENSATION.

Issues of the amount of compensation are unique to each individual victim.

The death of a loved one is immeasurable. The loss of love and affection, companionship, support and all other financial losses can amount to

substantial sums of money depending upon family relationships, age of the victim, and actual and potential earnings. Many various factors go into

calculating the just amount for each victim. We fully prepare every aspect of

a case, utilizing experts when necessary, to maximize your just award.

In previous cases we’ve recovered compensation frequently for as much as

several millions of dollars in wrongful death claims. You may want to look at our record as to specific amounts we have been able to recover for victims of

disaster accidents. See our Firm Record and Our Legal Team that follow this letter. However, we want to be clear that past results do not guarantee any

amount for future recoveries for different victims in other accidents. Each case

is determined on its own merits.

Because Boeing will be held at least partially liable for the crash, victims’ families can sue in the United States, where juries award the most money and

where compensation will be higher than any other country in the world, including Indonesia. You need an American law firm that is experienced in

aviation law and willing to fight for your rights. Based in Seattle, Washington,

Page 62: Keluarga Korban Memilih Pengacara Yang Tepat Kecelakaan ... · Mulailah membuat buku harian/jurnal tempat Anda menuliskan semua penderitaan yang Anda alami—baik penderitaan fisik

Seattle: 505 5th Ave South Ste. 330, Seattle, WA 98104 ∙ (206) 625-9104 Tacoma: 1535 Tacoma Ave South, Tacoma, WA 98402 ∙ (253) 627-8142

.

HERRMANN LAW GROUP

7

www.herrmannlawgroup.com

the city where this Boeing 737 Max 8 was built, the Herrmann Law Group has

been successfully representing clients in aviation disasters for decades.

The most updated information on Lion Air flight JT610 and the investigation

can be found on our website at: www.herrmannlawgroup.com.

We invite all to contact us for a free, personal, and private consultation with

no commitments required. Feel free to contact any of the following:

Charles Herrmann at cell: 206.488.5911 / [email protected] Lara Herrmann at cell: 253.380.5272 / [email protected]

Or any of our 6 attorneys at either of our two offices. Seattle Office: 206.625.9104

Tacoma Office: 253.627.8142

Respectfully,

HERRMANN LAW GROUP

Charles Herrmann Attorney at Law Direct: 206.488.5911

Email: [email protected] Website: www.hlg.lawyer