Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

17
Pajak Bumi dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Agnes Klara A. 43113310073 Anisa Suhesti 43113310106 Devi Yulianti 43113310062 Ita Rahmawati 43113310117 Mariana Altifa K 43113310103

description

jksdnjsdfs srsgsse ersrgersegtdr

Transcript of Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

Page 1: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

Pajak Bumi dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

Agnes Klara A. 43113310073Anisa Suhesti 43113310106Devi Yulianti 43113310062

Ita Rahmawati 43113310117Mariana Altifa K 43113310103

Page 2: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)

DASAR HUKUMUndang – Undang No.21 Tahun 1997 yang

telah diubah dengan Undang – Undang N0. 20 Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001. Terakhir diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.PENGERTIAN BPHTBBea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak tanah dan bangunan. Adapun pengertian perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

Page 3: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN MELIPUTI:1. Pemindahan hak Kerja

• Jual Beli • Tukar Menukar• Hibah Wasiat• Penggabungan Usaha

2. Pemberian hak baru karena : • Kelanjutan pelepasan hak• Diluar pelepasan hak

Page 4: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

HAK ATAS TANAH SEBAGAI PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN1. Hak milik2. Hak guna usaha 3. Hak guna bangunan4. Hak pakai5. Hak milik atas satuan rumah 6. Hak pengelolaan

Page 5: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

OBJEK PAJAK BPHTBPerolehan hak atas tanah atau bangunan (pasal 85 ayat 1) yang dapat berupa:

• Tanah termasuk tanaman di atasnya• Tanah dan Bangunan• Bangunan

SUBJEK PAJAK BPHTBYaitu Orang pribadi/badan yang memperoleh hak atas tanah atau bangunan (pasal 86 ayat 1).

Page 6: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

OBJEK PAJAK YANG TIDAK DIKENAKAN BPHTBObjek Pajak yang tidak dikenakan BPHTB ditetapkan dalam Pasal 3 UU No.21 Tahun 1997 Jo UU No.20 Tahun 2000, yaitu:• Objek pajak yang di proleh perwakilan

diplomatic• Objek pajak yang diperoleh oleh negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan• Objek pajak yang di peroleh badan atau

perwakilan organisasi nasional• Objek pajak yang di peroleh orang

pribadi/badan karena wakaf• Objek pajak yang di peroleh orang pribadi/

badan digunakan untuk kepentingan ibadah.

Page 7: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK (NPOPTKP)

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional serendah rendanya Rp60.000.000 (pasal 87 ayat 4), kecuali dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunuan harus satu derajat ke atas dan ke bawah dengan pemberi hibah wasiat termasuk suami/istri, maka nilai NPOPTKP ditetapkan secara regional serendah-rendahnya Rp300.000.000 (pasal 87 ayat 5)

Page 8: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

NPOPTKP Perwilayah

Untuk wilayah Jakarta NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 80.000.000,- untuk semua transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesar Rp 350.000.000,-

Untuk wilayah kota Depok NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp 60.000.000,- untuk semua transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesar Rp 300.000.000,-

Page 9: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

Untuk wilayah kota Bogor dan Kab. Bogor NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp60.000.000,- untuk semua transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesarRp300.000.000,-

• Untuk wilayah kota Bekasi dan Kab. Bekasi NPOPTKP ditetapkan sebesar Rp60.000.000,- untuk semua transaksi selain waris dan hibah, untuk waris dan hibah ditetapkan sebesarRp300.000.000,-

Page 10: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

DASAR PENGENAAN PAJAKDasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) adalah adalah Nilai Perolehan Objek Pajak atau disingkat NPOP sesuai ketentuan pasal 6 UU BPHTB.

Tarif BPHTB adalah paling tinggi sebesar 5% (pasal 88 ayat 1).

Page 11: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

Cara menghitung BPHTBUntuk menghitung besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah dengan cara mengurangkan NPOP dengan NPOPTKP. Dengan demikian untuk menghitung besarnya BPHTB terutang adalah BPHTB terutang =TARIF x NPOPKP.

Contoh :Pada tanggal 1 Pebruari 2003, Bapak Sumarno membeli sebidang tanah yang terletak di Kabupaten Tangerang dengan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) sebesar Rp50.000.000,- Apabila NPOPTKP ditetapkan untuk Kabupaten Tangerang sebesar Rp60.000.000,- maka BPHTB yang menjadi kewajiban Bapak Sumarno tsb adalah : 5% x (50.000.000 - 60.000.000) = Nihil atau dengan kata lain Bapak Sumarno tidak terutang BPHTB. Pada tanggal 1 Maret 2003 , Bapak Ali membeli sebuah rumah seluas 200 M2 yang berada diatas sebidang tanah hak milik seluas 500 M2 di Kota Bogor dengan harga perolehan sebesar Rp500.000.000,- Berdasarkan data SPPT PBB atas objek tersebut ternyata NJOPnya sebesar Rp.600.000.000,- (tanah dan bangunan). Bila NPOPTKP ditentukan sebesar Rp50.000.000,- maka kewajiban BPHTB yang harus dipenuhi oleh Bapak Ali tersebut adalah : 5% x (600.000.000 50.000.000) = Rp. 27.500.000,-

Page 12: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANG SERTA TATA CARA PEMBAYARANA. SAAT TERUTANG PAJAKKetentuan pasal 9 ayat (1) UU BPHTB memuat tentang saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan sebagai berikut :• Jual Beli,tukar menukar, hibah : Sejak tanggal dibuat &

ditandatanganinya Akta• Waris : Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan

haknya ke Kantor Pertanahan• Pemasukan dalam Perseroan, penggabungan usaha, peleburan

usaha, pemekaran usaha : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya Akta

• Lelang : Sejak tanggal penunjukan pemenang Lelang• Putusan Hakim : Sejak tanggal putusan Pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap• Hadiah : Sejak tanggal dibuat & ditandatanganinya AktaPajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak, dengan kata lain saat terutang pajak BPHTB adalah merupakan saat untuk wajib membayar pajak.

Page 13: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

TEMPAT PAJAK TERUTANG :Tempat pajak terutang adalah di wilayah Kabupaten, Kota, atau Propinsi yang meliputi letak tanah dan atau bangunan

TATA CARA PEMBAYARANKetentuan tata cara pembayaran BPHTB tercantum dalam pasal 10 UU BPHTB yang dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 517/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000 yang kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor 269/PJ/2001 tanggal 2 April 2001 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 09/PJ.6/2001 tanggal 6 April 2001 yang intinya adalah sebagai berikut :• Pembayaran tidak mendasarkan kepada adanya Surat Ketetapan

Pajak.• Dibayar dengan menggunakan Surat Setoran Bea ( SSB ) ke Kas

Negara melalui Bank/Kantor Pos atau Tempat Pembayaran lain yg ditunju

• SSB juga berfungsi sebagai SPOP dan sekaligus digunakan untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau bangunan

 Kewajiban Bayar pada saat :1. Dibuat & ditandatanganinya Akta2. Pendaftaran Hak untuk Waris & Hibah Wasiat3. Ditunjuknya pemenang Lelang4. Ditandatanganinya SK Pemberian Hak dalam hal pemberian Hak Baru5. Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap

Page 14: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

SURAT KETETAPAN BPHTB KURANG BAYARKetentuan tentang surat ketetapan BPHTB kurang bayar ditetapkan dalam Pasal 11 UU No.21 Tahun 1997 tentang BPHTB jo UU No.20 Tahun 2000 adalah sebagai berikut : a. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah ayat terutang

pajak, Dirjen Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan BPHTB kurang bayar apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata jumlah pajak yang terutang kurang bayar.

b. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam surat ketetapan BPHTB kurang bayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan, jangka waktu 24 bulan, dihitung mulai saat terutanganya pajak sampai dengan diterbitkannya surat ketetapan BPHTB kurang bayar.

Page 15: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

Contoh kasusSeorang wajib pajak memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 21 Maret 2012Nilai Perolehan Wajib Pajak Rp 110.000.000

NPOPTKP Rp 60.000.000 (−)NPOPKP Rp 50.000.000

BPHTB Terutang : 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2012 ternyata ditemukan data yang belum lengkap yang menunjukan bahwa Nilai Perolehan ObjekPajak sebenarnya adalah sebagai berikut :

Page 16: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 160.000.000NPOPTKP Rp 60.000.000 (-)NPOPKP Rp 100.000.000

BPHTB yang seharusnya terutang (5% x Rp100.000.000) = Rp 5.000.000BPHTB yang telah dibayar = Rp 2.500.000 (-)BPHTB yang kurang bayar = Rp 2.500.000

Sanksi administrasi berupa bunga dari 21 Maret 2012 sampai 31 Desember 2012 : 10 Bulan x 2% x Rp 2.500.000 = Rp 500.000

Jadi Jumlah Pajak yang harus dibayar sebesar: Rp2.500.000 + Rp500.000 = Rp3.000.000

Page 17: Kelompok v Pajak Bumi Dan BangunanBea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan(1)

TERIMAKASIH