Kelompok 7
-
Upload
muhammad-asykarullah -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
description
Transcript of Kelompok 7
THE STRUCTURE OF ACCOUNTING THEORY
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Teori Akuntansi yang
diampu oleh
Dra. Silviana Agustami, M.Si., Ak dan Aristanti Widyaningsih S.Pd.,M.Si
Oleh :
Febrina Lastiar (1204057)
Tami Nisita Rahmani (1205847)
Yunita Y S (1205924)
Tsabiturrijal Abdurrahman (1206302)
Taofik Muhammad Gumelar (1206330)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
i
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat selesai dengan
lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah analisis tentang “THE STRUCTURE
OF ACCOUNTING THEORY” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori
akuntansi . Pembahasan dimulai dari kajian pustaka hingga solusi yang
ditawarkan terhadap masalah yang muncul.
Penuliss menyadari bahwa karya tulis ini dapat selesai dengan lancar
berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ibu Dra. Silviana Agustami, M.Si., Ak. Dan Aristanti Widyaningsih
S.Pd.,M.Si selaku dosen mata kuliah teori akuntansi.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat, serta berbagai
pihak yang tidak bisa kami sebutkan semua.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kam menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
khususnya mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung, Oktober 2015
Pen
ulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................3
2.1 Elemen Struktur teori akuntansi...................................................................3
2.2 Tujuan Laporan Keuangan...........................................................................4
2.3 Sifat Postulat Akuntansi................................................................................4
BAB III...................................................................................................................18
PEMBAHASAN......................................................................................................18
3.1 Kebenaran dalam Akuntansi..................................................................18
3.2 Kemungkinan Akan Kebenaran Dalam Akuntansi.......................................19
BAB IV...................................................................................................................23
Kesimpulan...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita mendengar berbagai definisi yang berbeda tentang akuntansi,
menyaksikan berbagai perdebatan mengenai apakah akuntansi merupakan seni
atau ilmu (sains), dan begitu banyak orang yang bingung atau tidak mengerti akan
pesan akuntansi. Makalah ini bermaksud untuk memberikan jawaban dan
menertibkan berbagai isu di atas yang berkaitan dengan hakikat akuntansi,
hubungannya dengan manajemen, ketergantungannya pada akuntansi pencatatan
berpasangan dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda beda
pada perkembangan saat ini akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu
pada konsep informasi. Akuntansi pun merupakan aktivitas jasa , yang berfungsi
menyediakan informasi kuantitatif , terutama yang bersifat keuangan yang
berkaitan dengan entitas entitas ekonomi baik dalan sector private maupun dalam
sector public yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan keputusan ekonomik
manajemen dalam membuat tindakan atas pilihan alternative yang ada.
Para akuntan akuntan professional memiliki pandangan yang berbeda beda
mengenai proses akuntansi dan penguraikan perbedaan teori teori akuntansi yang
berlaku, sebelum menguji beberapa hal tentang perusumsan teori akuntansi dan
lain lain akan lbh baik dilakukan pengujian terhadap beberapa pandangan yang
selama ini telah membentuk perkembangan akuntansi , baik akuntansi keuangan
maupun akuntansi yang lainya.
Tujuan utama dari teori akuntansi ini tidak lain dan tidak bukan adalah
menyajikan suatu dasar dalam memprediksikan dan menjelaskan tentang perilaku
serta kejadian kejadian akuntansi yang terjadi. Teori merupaka kumpulan dari
gagasan , definisi dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang
fenomena akuntansi yang terjadi
iv
1.2 Rumusan masalah
a. Apa dan Bagaimanakah elemen dari struktur teori akuntansi?b. Apa Saja dalil dalil akuntansi ?c. Bagaimanakah konsep teoritis dari akuntansi?d. Apa sajakah Prinsip Prinsip akuntansi itu?e. Apakah hakikat dari dalil, konsep teoritis dan prinsip
akuntansi ?f. Bagaimanakah kebenaran dalam akuntansi?
1.3 Tujuan Makalah
g. Mengetahui elemen elemen dari strukur teori akuntansih. Mengetahui dalil dalil akuntansi dengan jelasi. Mengetahui konsep teoritis dari akuntansi j. Mengetahui prinsip prinsip akuntansi dengan jelask. Mengetahui hakikat dari dalil, konsep teoritis dan prinsip
prinsip akuntansil. Mengetahui kebenaran dalam akuntansi
v
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Elemen Struktur teori akuntansi
Struktur teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang
menjadi pedoman pengembangan teori dan penyusunan teknik-teknik akuntansi.
Elemen itu digambarkan dalam hierarki sebagai berikut :
Struktur teori akuntnasi berisi elemen sebagai berikut:
1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para pemakai
laporan keuangan.
2. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan.
3. Konsep teoretis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-
sifat akuntansi yang mengarah pada sifat dan jenis informasi yang disusun
untuk kelompok atau pemakai tertentu. Postulat dan konsep teoretis ini
dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4. Rumusan prinsip akuntansi utama yang didasarkan pada postulat dan konsep
teoretis tadi yang menjelaskan sifat-sifat dan kualitas dasar akuntansi
keuangan itu.
vi
1. Tujuan laporan keuangan
2a. Postulat Akuntansi 2b. Konsep Teoretis Akuntansi
3. Prinsip Dasar Akuntansi
4. Standar Akuntansi
5. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan
keuangan sesuai kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip
akuntansi utama.
2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan Laporan Keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori
akuntansi. Banyak pendapat tentang tujuan laporan keuangan ini, baik objek
maupun penekanannya, namun tujuan yang selama ini mendapat dukungan luas
adalah bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan
kepada pemakainya untuk dipakai dalam proses pengambilan keputusan. Standar
akuntansi Indonesia misalnya merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai
berikut.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.3 Sifat Postulat Akuntansi
Dalam teori akuntansi kita selalu dibingungkan oleh istilah-istilah yang agak
mirip, tetapi mungkin mempunyai arti yang berbeda seperti istilah-istilah :
aksioma, postulat, konsep, convention, generalization, metode, peraturan, praktik,
prosedur, prinsip, standar, norma, dan lain-lain. Untuk mengurangi kebingungan
itu, Belkaoi memberikan sebagian definisi peristilahan tersebut sebagai berikut.
1. Postulat Akuntansi
Adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau
disebut juga aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya dengan tujuan
laporan keuangan, yang menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologis, dan
hukum dari suatu lingkungan di mana akuntansi itu beroperasi.
vii
2. Konsep Teoretis akuntansi
Adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau
disebut juga aksioma yang juga sudah diterima umum karena kesesuaiannya
dengan tujuan laporan keuangan yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang
disajikan sesuai kebutuhan penekanannya yang berperan dalam ekonomi bebas
yang di tandai oleh adanya pengakuan pada pemilikan pribadi.
3. Prinsip Dasar Akuntansi
Adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh
output-nya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan
keuangan, postulat akuntansi, dan konsep teoretis akuntansi yang merupakan sifat
dan kualitas dasar dari akuntansi keuangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun
laporan keuangan.
4. Standar Akuntansi
Adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari Prinsip Dasar
Akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan
pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami
oleh suatu lembaga (entity), organisasi atau perusahaan. Inilah sebenarnya yang
digambarkan oleh GAAP, APB Statement, FABS Statement, IASC Statement,
PAI atau PSAK.
Belkaoui kemudian memberikan contoh dari ketiga definisi yang disebut pertama,
yakni sebagai berikut :
1. Postulat Akuntansi (Accounting Postulate)
a. Postulat Entitas (Entity Postulate)
viii
Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity (lembaga,
perusahaan) yang terpisah dan dibedakan dari pemilik. Menurut konsep ini kit
bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, maka
setiap perusahaan dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya.
Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi objek dan perhatian dari akuntansi
yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah kejadian yang dialami sutu
lembaga, entity, atau perusahaan bukan gabungan dengan pribadi pemilikya.
Konsep ini disebut konsep Firm Oriented.
Dari sisi lain konsep entity ini dilihat dari kepentingan ekonomi dan
beberapa konsumen laporan keuangan suatu entity bukan dari kegiatan
administrasi lembaga tadi. Pengertian ini disebut User Oriented. Dalam konsep ini
yang menjadi perhatian dalam penyusunan laporan keungan adalah para pemakai.
Informasi apa yang diinginkan pemakai itulah yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Untuk mengetahui apa yang diinginkan para pemakai laporan, perlu
diketahui :
1) kepentingan para pemakai laporan;
2) sifat-sifat dari para pemakai laporan.
Contoh yang paling jelas di sini adalah Akuntansi Sosial, Akuntansi
Lingkungan, Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan lain-lain. Dalam bidang ini
yang menjadi dasar bertolak adalah apa yang diinginkan para pemakai laporan
keuangan bukan tentang apa maunya teori akuntansi.
b. Postulat Going Concern (Going Concern Postulate)
Going Concern disebut juga Continuity. Posultat ini menganggap bahwa
perusahaan akan terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian
proyek, perjanjian,dan kegiatan yang sedang berlangsung. Perusahaan dianggap
tidak akan berhenti ditutup atau dilikuidasi di masa yang akan datang. Perusahaan
dianggap akan hidup dan beroperasi untuk jangka waktu yag tidak terbatas.
ix
Posultat ini memberikan pembenaran terhadap penilaian aset secara
historical cost dan book value bukan current value atau liquidation value. Dalam
asumsi ini seolah dinyatakan bahwa nilai atau harga yang terdapat dalam laporan
keuangan didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan ini tidak akan dilikuidasi
atau dijual sehingga nilai-nilai yang tercantum di dalam laporan keuangan bukan
nilai likuidasi atau nilai dari aset atay utang dari perusahaan yang akan
dibubarkan. Dalam kenyataan nilai aset perusahaan yang sudah berhenti dan
menunggu akan dibubarkan umumnya berbeda atau jauh lebih rendah
dibandingkan dengan nilai aset dari perusahaan yang masih terus beroperasi dan
lancar. Posultat ini juga membenarkan metode alokasi akuntansi seperti
pembebanan penyusutan, penyisihan, konsep konservatisme maupun amortisasi
selama masa penggunaanya atau selama perusahaan berjalan.
Posultat going concern ini juga dapat dipergunakan untuk mendorong agar
manajer bersikp forward looking, melihat jauh kedepan dan investorpun dengan
pemahaman ini diharapkan ia akan bersedia menanamkan modalnya dalam
perusahaan dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus agar ia
mendapatkan value added dari kinerja perusahaan.
c. Postulat Satuan Unit Pengukur (Unit-of-measure postulate)
Posultat ini yang disebut juga monetery unit postulate menganggap bahwa
setiap transaksi harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam.
Alat ukur yang dipakai dalam akuntansi adalah alat ukur moneter. Posultat ini
menimbulkan dua keterbatasan akuntansi berikut ini.
1) Akuntansi terbatas pada pemberian informasi yang dijabarkan dalam ukuran
moneter (uang), tidak mencatat informaso relevan lainnya yang sifatnya
nonmoneter (misalnya kilogram, meter, luas, jumlah, space) sehingga akuntansi
dianggap hanya informasi yang: kuantitatif, formal, terstruktur, dapat diaudit, dan
berorientasi masa depan. Namun, saat ini para ahli terus berupaya agar informasi
yang diberikan oleh akuntansi keuangan dapat memsukkan apek-aspek kualitatif
melalui instrumen laporan.
x
2) Keterbatasan yang kedua adalah terkandung dalam unit moneter itu sendiri
yang sifatnya atau nilainya berfluktuasi karena tergantung pada kemampuan daya
belinya (purchasing power). Sehingga dalam teori-teori tradisional postulat stable
monetery unit adalah bagian dari postulat akuntansi. Kenyataannya bahwa daya
beli uang itu tidak stabil karena dimakanoleh inflasi sehingga informasi keuangan
yang disajikannya kehilangan relevansi, maka munculah yang dikenal dengan
akuntansi inflasi atau menggunakan metode penilaian current cost.
d. Postulat Periode Akuntansi (Accounting Period Postulate)
Posultat ini menggambarkan bahwa walaupun akuntansi itu memegang
posultat going concern, namun posisi keuangan hasil usaha, dan perubahannya
harus dilaporkan secara periodik atau kurun waktu tertentu, bisa per bulan, per
semester, atau per tahun. Dapat menggunakan tahun kalender, tahun fiskal atau
tahun yang lain (bussiness year). Postulat ini menerapkan konsep accrual dan
deferral dengan memakai cut of time yang membedakan accrual accounting dan
cash accounting. Akuntansi memakai accrual basis bukan cash basis.
2. Konsep Teoretis Akuntansi (Theoretical Concept of Accounting)
Konsep teoretis akuntansi ini sebenarnya menyangkut kepemilikan atau
kontrol terhadap entitas akuntansi yang akan dilaporkan sehingga sifat dan jenis
informasi yang dibuat diarahkan untuk kegunaan atau pemakaian pihak yang
mengontrol perusahaan/lembaga.
a. Proprietary Theory
Tujuan penting dari teori ini adalah penentuan dan analisi terhadap
kekayaan bersih milik proprietor (pemilik). Sesuai dengan tujuan tersebut
persamaan akuntansi yang dikembangkan adalah :
xi
Assets – Liabilities = Proprietor’s
Equity
Dari persamaan tersebut, proprietor memiliki aset dan juga memiiki
liabilities. Jika liabilities dianggap sebagai negative assets maka teori proprietary
disebut assets oriented atau balance sheet oriented.
Pengukuran assets dan penyajian balance sheets dilakukan untuk
mengukur perubahan kekayaan proprietor. Revenues dan expenses yang
mengalami peningkatan atau penurunan, dalam proprietorship bukan timbul
sebagai akibat investasi atau penarikan modal oleh proprietor dianggap sebagai
penambahan modal. Sedangkan kerugian, bunga utang dan pajak pengahasilan
dianggap sebagai expenses dan dividend dianggap sebagai penarikan/penurunan
modal.
Teori proprietary memiliki dua bentuk yang membedakan berdasarkan
kelompok proprietor. Bentuk yang pertama, hanya pemegang saham umum yang
dianggap sebagai kelompok proprietor,sedangkan pemegang saham preferen
dianggap di luar kelompok. Oleh karena itu, deviden untuk pemegang saha,
preferen harus dikurangkan dari perhitungan earning bagi proprietor.
b. Entitiy Theory
Dalam teori entitias, perusahaan dianggap terpisah dan harus dibedakan
dari para pemilik modal. Dengan ddemikian, entitas perusahaan menjadi pusat
kepentingan akuntansi. Persamaan akuntansi yang diterapkan berdasarkan teori
entitas adalah :
Assets merupakan hak yang dimiliki perusahaan sedangkan equities
merupakan sumber assets yang terdiri dari liabilities dan stockholders, equitas,
keduanya dianggap equity holders, walaupun di antara keduanya terdapat
kepentingan dan hak berbeda dalam hak-hak atas income, risiko, pengendaliandan
likuidasi. Income yang diperoleh masih dianggap milik perusahaan sampai income
tersebut didistribusikan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Oleh
xii
Assets = Equties
Assets = Liabilities + Stockholders Equities
karena itu, perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak para
pemegang saham. Teori entitas berfokus pada income atau income statement
oriented. Tanggung jawab terhadap equity holder diwujudkan dalam bentuk
pengukuran kinerja operasional dan finansial yang terjadi pada perusahaan.
Teori entitas paling tepat diterapkan pada perusahaan yang memandang
adanya pemisahan dan perbedaan yang tegas antara perusahaan sebagai suatu
entitas dengan pemiliknya. Pengaruh pandangan teori entitas dapat ditemukan
dalam teknik akuntansi dan istilah-istilah yang digunakan dalam praktik. Menurut
pandangan teori entitas penggunaan metode FIFO dalam penilaian persediaan,
dianggap lebih baik dibandingkan penggunaan metode LIFO, karena metode
FIFO akan menghasilkan income yang lebih baik, di mana harga pokok penjualan
berdasarkan FIFO lebih kecil daripada harga pokok penjualan LIFO.
Baik teori entitas yang lebih menekankan kecermatan dalam penentuan
income, maupun teori proprietary yang lebih menekankan kecermatan dan
penilaian assets, keduanya berpandang bahwa current value merupakan dasar
penilaian yang lebih baik dibanding historical costs.
c. Fund Theory
Menurut teori dana (fund theory) yang dikembangkan oleh Vatter (1947),
landasan akuntansi bukan proprietor maupun entitas, melainkan sejumlah assets
dan kewajiban-kewajiban utang serta pembatasan-pembatasan tertentu dalam
penggunaan assets yang disebut “dana”. Teori dana berpandangan bahwa dalam
suatu entitas terdapat sumber daya ekonomi berupa dana, dan kewajiban utang
serta batasan tertentu dalam hal penggunaan sumber daya ekonomis. Persamaan
akuntansi yang berlaku berdasarkan teori dana adalah :
Unit akuntansi diartikan dalam kerangka assets dan penggunaannya sesuai
dengan batasan yang telah ditetapkan. Liabilities merupakan batasan secara
xiii
Assets = Batasan Penggunaan
Assets
hukum ekonomi dalam penggunaan assets. Teori dana berorientasi pada assets
dalam arti, fokus terpentingnya adalah administrasi atas pengolahan dan
penggunaan aset. Dalam teori dana neraca dan laporan rugi laba bukan merupakan
tujuan utama. Tujuan terpenting dalam teori ini adalah penyajian laporan sumber
dan penggunaan dana, karena dalam laporan ini terungkap kinerja operasional
yang mencakup sumber dan penggunaan dana.
Teori dana berguna untuk diterapkan pada organisasi nonprofit yang
umumnya pada organisasi tersebut terdapat tahapan-tahapan aktivitas operasional
dilengkapi dengan kebutuhan dana untuk masing-masing tahapan. Keseimbangan
antara sumber dan penggunaan dana pada masing-masing tahapan dilaporkan
secara terpisah melalui sistem akuntansi dengan seperangkat perkiraan yang
diperlukan.
3. Prinsip Dasar Akuntansi (Accounting Principle)
a. Cost Principle
Berdasarkan prinsip biaya, nilai perolehan atau nilai historis merupakan
dasar penilaian untuk pengakuan atas perolehan barang, jasa yang dinilai
berdasarkan harga pertukaran yang terjadi pada saat terjadinya transaksi.
Prinsip biaya dapat dibenarkan baik dari segi objektivitasnya maupun
relevansinya dengan going concern postulate. Pertama, objektivitas biaya dapat
dicapai sebab biaya merupakan informasi yang dapat diperiksa (varifiable)
melalui pemeriksaan atas bukti pengeluaran biaya. Kedua, posultat going concern
beranggapan bahwa entitas menjalankan aktivitas operasional untuk jangka waktu
yang tidak terbatas, karenanya menghilangkan keharusan untuk menggunakan
current value atau liqudation value dalam penilaian assets.
Ketidakpastian validitas postulat satuan pengukur, yang berasumsi bahwa
daya beli uang (rp/dolar) dianggap stabil, mengakibatkan timbulnya kelemahan
dalam penggunaan prinsip biaya. Jika perubahan nilai aset sepanjang waktu
xiv
diabaikan, maka penilaian historical cost dapat memberikan gambaran yang salah
(tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya).
b. Revenue Principle
Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengukuran dan pengakuan
revenue sebagai salah satu elemen penyusunan laporan laba rugi. Ketiga aspek
tersebut dijelaskan sebagia berikut :
1) Sifat dan komponen dari revenue
Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai :
1. Arus masuk net aset seagai akibat penjualan barang dan jasa
2. Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada langganan
3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan
jasa oleh perusahaan selama periode tertentu
Perbedaan tersebut timbul akibat perbedaan pandangan tehadap apa yang
dianggap termasuk dalam revenue.
Ada dua pandangan tentang revenue, yaitu sebagai berikut :
1.Secara luas, revenue termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan
investasi. Termasuk revenue adalah seluruh perubahan net aset yang timbul dari
kegiatan produsi dan dari laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan
investasi.
2.Secara sempit, revenue hanya berasal dari kegiatan produksi, dan tidak termasuk
laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap.
2) Pengukuran Revenue
Revenue merupakan nilai yang diukur menurut produk atau jasa yang ditukar
dengan cara transaksi yang objektif.
xv
Nilai di sini dapat berupa :
1. Net Cash atau Equivalent
2. Nilai discounted dari uang yang diterima atau akan diterima sebagai imbalan
pertukaran barang dan jasa yang diserahkan perusahaan kepada langganannya.
Dari nilai ini, dua penafsiran yang muncul yaitu :
1. Potongan harga dan pengurangan lain dari harga tetap. Hal ini perlu disesuaikan
untuk menghitung net cash yang sebenarnya atas nilai diskonto uang yang diklaim
yang harus dikurangi untuk menghitung revenue.
2. Untuk transaksi yang buan melalui kas, nilai tukarnya dianggap sama dengan
nilai pasar wajar dari jumlah yang akan diterimayang paling mudah dan paling
jelas dapat dihitung.
3) Bukti Pengakuan Revenue
Secara umum diakui bahwa revenue dan laba diakui sepanjang tahap
(siklus) operaso, yaitu selama masa diterima, diproduksi, dijual, dan ditagih.
Karena sukar melakukan alokasi untuk periode siklus ini, akuntan
menggunakan prinsip realization principle yang menggunakan kejadian kritis
dalam periode siklus pengakuan revenue dan income.
c. The Matching Principles
Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada periode yang
sama dengan periode pengakuan hasil. Hasil diakui pada periode menurut prinsip
pengakuan hasil dan biaya akan dibebankan sesuai periode itu.
Akuntansi untuk biaya ini mencakup dua tahap yaitu :
1. Cost dikapitalisasi sebagai aset yang merupakan harta yang menyimpan
sejumlah jasa dan keuntungan.
2. Setiap aset dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya untuk menilai bagian dari
aset itu yang dibebankan untuk menghasilkan revenue selama periode itu.
xvi
Dengan demikan, yang dianut di sini adalah accrual basis accounting bukan cash
basis accounting.
Kaitan antara hasil dan biaya tergantung pada empat kemungkinan sebagai berikut
:
1. Pengurangan langsung biaya terhadap hasil seperti pada harga pokok penjualan
mengurangi penjualan.
2. Pengurangan langsung biaya menurut periodenya, seperti gaji direksi.
3. Alokasi biaya pada periode yang memberikan keuntungan, misalnya biaya
penyusutan.
4. Membiayakan seluruh cost pada periode yang dibebankan kecuali dapat
ditunjukkan bahwa pengeluaran akan memberikan keuntungan di masa yang akan
datang, bukan pada periode itu, seperti biaya promosi.
d. Objectivity Principle
Keguanaan informasi keuangan banyak tergantung pada keandalan
prosedur pengukuran yang digunakan. Penetapan tingkat keandalan yang
maksimum sering kali sulit untuk dilakukam, karenanya akuntan menetapkan
prinsip objektivitas untuk mempertimbangkan pengukuran atau prosedur
pengukuran.
Prinsip objektivitas merupakan prinsip yang ditandai oleh adanya
perbedaan interpretasi. Beberapa interpretasi terhadap objektivitas antara lain,
sebagai berikut :
1. Pengukuran yang objektif adalah pengukuran yang impersonal. Dalam arti
bebas dari bias personal individu yang melakukan pengukuran. Dengan kata lain,
objektivitas menunjukan realitas ekstern yang independen dari orang yang
melakukan pengukuran atau pengukuran yang dilakukan tidak disertai oleh kaitan
kepentingan apapun dari orang yang melakukan pengukuran.
xvii
2. Pengukuran objektivitas adalah pengukuran yang dapat diuji, dalam arti bahwa
pengukurannya didasarkan pada bukti-bukti.
3. Pengukuran yang objektif adalah pengukuran yang proses dan hasilnya dicapai
melalui knsensus (kesepakatan) antara kelompok pengamat dan pengukur.
4. Ukuran penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan sebagai indikator
tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran.
e. Consistency Principle
I Prinsip konsistensi adalah pandangan bahwa peristiwa ekonomis yang
sama dan dilaporkan, maka pelaporannya harus konsisten mengharuskan agar
prosedur akuntansi yang sama diterapkan dalam penanganan objek atau peristiwa
yang sama sepanjangwaktu. Aplikasi prinsip konsistensi mengakibatkan laporan
keuangan untuk beberapa periode dapat diperbandingkan dan lebih berguna.
Dengan perkataan lain, tujuan dari konsistensi adalah komarabilitas.
Prinsip konsistensi timbul dari adanya kendala keterbatasan para pemakai
laporan keuangan yang dimaksudkan agar mempermudah pengambilan keputusan
karena adanya perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode.
Konsistensi dianggap sebagai masalah penting bagi akuntan terutama pada saat
dilakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan.
Prinsip konsistensi tidak diartikan sebagai larangan bagii perusahaan untuk
mengubah prosedur akuntansi, apabila perubahan atau alternatif prosedur yang
lain dianggap lebih baik dan akan lebih informatif.
f. Full disclosure Principle
Dalam akuntansi terdapat kesepakatan umum tentang adanya
pengungkapan sepenuhnya dan secukupnya atau full disclosure. Prinsip full
disclosure diperlukan agar laporan keuangan dirancang dan disajikan untuk
mengungkapkan informasi yang akurat mengenai peristiwa-peristiwa ekonomis
yang terjadi pada perusahaan dakam suatu periode dan mengungkapkan informasi
yang akurat mengenai dirancang dan disajikan untuk mengungkapkan informasi
xviii
yang akurat mengenai peristiwa-peristiwa ekonomis yang terjadi pada perusahaan
dakam suatu periode dan mengungkapkan informasi yang cukup agar berguna
serta tidak menyesatkan bagi para pengambil keputusan.
g. Conservatism Principle
Prinsip ini merupakan prinsip pengecualian atau prinsip yang mengubah
konsensus umum. Dikatakan mengubah karena prinsip ini membuat pembataan
pada penyajian data akuntansi yang relevan dan terpercaya. Menurut prinsip ini,
apabila kita dihadapkan untuk memilih di antara dua atau lebih prinsip/teknik
akuntansi yang sama-sama diterima, kita harus mengutamakan pilihan yang
memberikan pengaruh keuntungan paling kecil pada equity pemilik. Lebih khusus
agi kita harus memiliki nilai yang paling rendah untuk melaporkan pos aktiva dan
hasil, dan nilai yang paling tinggi untuk melaporkan pos kewajiban dan biaya
yang akan di bayar.
Prinsip ini menggambarkan bahwa akuntansi itu menganut sikap “pesimis”
sewaktu memiih prinsip akuntansi untuk penyusunan laporan keuangan. Di muka
disebutkan bahwa prinsip ini seolah-olah bertentangan dengan prinsip lain. Hal ini
dapat dibuktikan seperti penggunaan prinsip “Locom” (Lower of cost or market)
yang bertentangan dengan konsep historical cost. Contoh lain adalah potensi rugi
atau laba.
h. Materiality Principle
Prinsip materialitas merupakan pengecualian atau modifikasi dalam
prinsip akuntansi. Materialitas berpandangan bahwa transaksi atau peristiwa
ekonomis yang pengaruhnya tidak signifikan cukup ditangani secara ringkas
terlepas apakah penangannya sesuai prinsip akuntansi atau tidak, dan tidak perlu
disclosure. Secara implisit materialitas dapat dijadikan pedoman bagi akuntan
untuk memutuskan apa yang harus disertai disclosure dalam penyajian laporan
keuangan.
i. Uniformity and Comparability Principle
xix
Prinsip Uniformity berarti menggunakan prosedur yang sama untuk
perusahaan yang berbeda. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh penyusunan
prinsip akuntansi adalah agar laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang
berbeda dapat diperbandingkan. Hal ini hanya dapat dicapai dengan cara
mengurangi atau meniadakan penggunaan prosedur/prinsip akuntansi yang
berbeda untuk perusahaan yang berbeda. Namun, dipihak lain ada yang cenderung
menolak konsep ini dan menganjurkan agar sebaiknya diterapkan prinsip
flexibility.
Tujuan uniformity dan flexibility adalah melindungi para pemakai dan
penyajian data yang bermanfaat bagi pemakai laporan. Namun, sayangnya kedua
konsep ini gagal krena posisinya yang ekstrem dalam penyajian laporan keuangan.
Konsep unifomity nyatanya tidak dapat menjadi bahan perbandingan karenanya
merupakan tujuan yang utopis. Flexibility terbukti cenderung menimbulkan
kebingungan dan tidak dapat dipercaya.
xx
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kebenaran dalam Akuntansi
3.1.1 Pemikiran Mengenai Kebenaran dalam Filosofi
Pengetahuan akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita
mengetahui suatu Proposisi, maka kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar.
Pertanyaannya menjadi: Apa yang membuat suatu proposisi menjadi sesuatu yang
benar? Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui kondisi-kondisi dari masalah
yang terjadi atau terdapat di dunia yang kita laporkan menggunakan bahasa. Suatu
proposisi yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi.
Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi
masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda.
1. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika
proposisi tersebut adalah benar jika sesuai dengan fakta. Arti
kesesuaian dapat dijelaskan dengan sangat baik sebagai berikut:
Kata "kesesuaian'mengusulkan bahwa, ketika kita membuat penilaian
yang benar, kita memiliki sejenis gambar dari realitas dalam pikiran
kita dan bahwa penilaian kita adalah benar karena gambar ini
menyerupai realitas yang diwakilinya. Tetapi penilaian kita tidak
sdperti hal-hal fisik ke mana hal tersebut mengacu. Gambaran yang
kita gunakan dalam menilai mungkin saja dalam hal-hal tertentu
menyalin atau menyerupai hal-hal fisik, tetapi kita dapat membuat
suatu penilaian tanpa menggunakan gambaran apa pun kecuali kata-
kata, dan kata-kata sama sekali tidaklah serupa dengan hal-hal yang
diwakilinya. Kita tidak boleh memahami "kesesuaian” sebagai kata
yang berarti menyalin atau kemiriphn.
1
2. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika
proposisi tersebut adalah benar karena koheren dengan proposisi lain.
Proposisi tersebut harus saling mendukung satu sama lain.
3. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai apa "yang berlaku’'
mengimplikasikan bahwa proporsi yang benar adalah apa yang
berlaku.
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta
keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan
dengan kondisi masalah. Pernyataan yang diyakini sebagai benar atau salah masih
harus dibuktikan apakah memang benar atau salah. Bukti tersebut akan
menunjukkan bahwa kebenaran dari suatu proposisi tidaklah relatif terhadap
waktu, ruang, atau pembicara, meskipun proposisi itu dapat mengenai waktu,
ruang, atau pembicara. Sebagaimana dinyatakan oleh f. Hospers, "Pembunuhan
kaisar terjadi hanya pada satu titik ruang dan waktu; demikian pula dengan
pembakaran orang sebagai penyihir, meskipun hal itu terjadi pada ruang dan
waktu yang berbeda, tidak berarti bahwa hal itu terjadi pada seluruh ruang dan
waktu. Kondisi masalah datang dan pergi, tetapi kebenaran adalah kekal”.
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas
yang berbeda. Proposisi analitis, seperti "seluruh akuntan Amerika adalah orang
Amerikai'adalah jelas benar tanpa pembuktian lebih lanjut, karena bentuk negatif
dari proposisi itu adalah "saling berlawanan" (self-contradictory). Proposisi
sintetis (proposisi yang tidak bersifat analitis) perlu dibuktikan sebagai benar atau
salah. Proposisi sintetis tersebut, "Tunis adalah ibukota Tunisia," adalah proposisi
sintetis yang benar.
3.2 Kemungkinan Akan Kebenaran Dalam Akuntansi
a. Kebenaran sebagai netralitas
Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan,
gambaran dan komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersika netra.
Karakteristik penting dari informasi yang disediakan adalah “bebas dari
bias” atau netral. Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik
2
kualitatif penting dari informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini,
mengacu pada tiadanya bias dalam penyajian informasi atau laporan
akuntansi. Dengan demikian, informasi netral adalah bebas dari bias
terhadap pencapaian hasil tertentu yang diinginkan atau timbulnya jenis
perilaku tertentu.
b. Kebenaran sebagai objektivitas
Untuk menetapkan akurasi dari atribut yang diiukur, akntan telah
mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan
prosedur pilihan mereka. Tetapi, objektivitas telah memperoleh paling
tidak empat arti yang mungkin:
(1) Pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang
yang melakukan pengukuran.
(2) Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi.
(3) Pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang
memiliki kualifikasi.
(4) Kecilnya penyearan statistic dari pengukuran atribut ketika dilakukan
oleh pengukur yang berbeda.
c. Kebenaran, objektivitas, dan keandalan
Keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna
data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan
dari apa yang diwakili oleh data tersebut”. Dengan demikian, keandalan
informasi tergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu
kejadian. Keandalan akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat
pengetahuan mereka akan aturan-aturan yang digunakan untuk menyusn
informasi tersebut. Dalam konteks kerangka konseptual, supaya dapat
diandalkan, informasi harus dapat diverifikasi, netral, dan disajikan
dengan jujur.
3
Istilah “bias” atau “pemindahan” adalah perbedaan sistematis
antara titik tengah dari estimasi sampel suatu parameter dengan nilai yang
sebenarnya dari parameter tersebut.
d. Kebenaran, Objektivitas, dan Kekerasan
Bagian sebelumnya dari kebenaran, objektivitas, dan keandalan
fokus pada perbandingan antara apa yang dilakukan oleh akuntan dengan
apa yang diharapkan pengguna ukuran keuangan untuk dilakukan oleh
akuntan. Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok
akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas
dengan tingkat kekerasan. Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat
kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam
pengertian bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan
sekolompok ukuran dengan titik tengah yang sama dan varians yang sama,
dengan adanya netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil
dari pengukuran tersebut.
e. Kebenaran dan peran akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi pada konteks tradisional ini adalah
untuk menyediakan angka-angka akuntansi yang berguna dan diketahui
berdasarkan aturan-aturan yang berbasis teknis. Namun, tanpa
mengabaikan bukti bahwa anga akuntansi mungkin tidak digunaan seluas
yang dianggap oleh peran tradiisional, literatur memberkan perbedaan
antara peran informasi akuntansi yang “rill/aktual” secra tradisional dan
yang “didukung/diartikulasikan/dimaksudkkan” secara nontradisional
yang menyarankan jenis kebenaran yang berbeda yang dsampaikan oleh
informasi akuntasi.
f. Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi mengiimplikasikan kebutuhan untuk
menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan (secrecy) adalah tindakan menutupi
4
fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai
hal tersebut agar tidak sampai ke public yang berkepentingan yang dapat
memperoleh manfaat dari mengetahu hal tersebut.
Akuntansi diperkecil menjadi skenario di mana kemungkinan-
kemungkinan akan kebenaran itu ada jika didekati dengan kriteria-kriteria
seperti netralitas, objektivitas, keandalan, dan/atau kekerasan serta
beradaptasi dengan peran akuntansi yang berbeda dan skenario di mana
kemustahilan kebenaran terdapat dalam kasus-kasus yang melibatkan
pengukuran, pemulusan laba, pilihan teknik akuntansi, penilaian aktiva,
alokasi biaya, pengandalan terhadap standar bukti, dan penggunaan
kebenaran naratif.
5
BAB IV
Kesimpulan
Untuk memahami teori akuntansi, kita harus memahami lebih dahulu
struktur teori akuntansi yang dihasilkan dari seperangkat elemen yang saling
berkaitan yang akan mengarahkan pengembangan teknik-teknik akuntansi.
Struktur teori akuntansi terdiri dari elemen-elemeen yang meliputi (1) tujuan
laporan keuangan, (2) postulat dan konsep teoritis akuntansi, (3) prinsip-prinsip
dasar akuntansi, dan (4) teknik-teknik akuntansi.
Postulat akuntansi merupakan pernyataan yang tidak memerlukan
pembuktianatau aksioma yang telah diakui secara umum, berdasarkan
kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan
ekonomi, politik, sosiologi dan hukum di mana akuntansi akan beroperasi.
Postulat ini terdiri atas postulat entitas, postulat going concern, postulat satuan
unit pengukur, dan postulat periode akuntansi.
Prinsip akuntansi merupakan aturan atau pedoman yang diputuskan dan
disepakati secara umum yang berlandaskan tujuan dan konsep teoritis akuntansi,
sebagai landasan untuk penetapan tenik akuntansi. Adapun prinsip-prinsip
akuntansi tersebut meliputi prinsip biaya, prinsip pendapatan, prinsip full
diclosure, prinsip konservatisme, prinsip materialitas, dan prinsip keseragaman
dan daya banding.
Sementara itu, teknik akuntansi merupakan aturan tertentu yang diterapkan
berdasarkan prinsip akuntansi, digunakan sebagai pedoman untuk mencatatkan
transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
6
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, A. Riahi. 2011. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yadiati, Wiwin. 2010. Teori Akuntansi: Suatu pengantar . Jakarta: Kencana.
Tuanakotta, Theodorus. 1984. Teori Akuntansi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi.
Riahi, Ahmed & Belkaoui. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
7